MANAJEMEN WISATA RELIGI : STUDI KASUS MASJID SAKA TUNGGAL DI DESA CIKAKAK KECAMATAN WANGON KABUPATEN BANYUMAS

RELIGIOUS TOURISM MANAGEMENT: A CASE STUDY OF SAKA TUNGGAL IN CIKAKAK VILLAGE, WANGON DISTRICT, BANYUMAS DISTRICT

SITI MU’ALIMAH

20180210058, [email protected]

Abstract

Public management is a major factor in the implementation of public policies. Public management is needed in the running of the organization. One form of implementation of public management is tourism management. The Saka Tunggal Mosque is one type of religious tourism which is a historical heritage site and is the oldest mosque with the preservation of customs and culture that still exists today. The purpose of this study was to determine how the management of religious tourism at the Saka Tunggal Mosque. This research is a field research (field research) with the research location in the religious tourism of the Saka Tunggal Mosque, Cikakak Village, Wangon District, . The data in this study are qualitative data which are primary data and secondary data. Data obtained from observations and interviews and then analyzed using a qualitative analysis method of case studies. The results of research from the religious tourism management of the Saka Tunggal Mosque in Cikakak Village have so far been good in management, seen from planning, organizing, actuating, and controlling.

Keywords : Management, Religion Destination, Saka Tunggal Mosque

Abstrak

Manajemen publik merupakan faktor utama dalam implementasi kebijakan publik. Manajemen publik sangat dibutuhkan dalam jalannya organisasi. Salah satu bentuk implementasi dari manajemen publik adalah manajemen pariwisata. Masjid Saka Tunggal termasuk salah satu jenis wisata religi yang merupakan situs peninggalan bersejarah dan merupakan masjid tertua

1

dengan pelestarian adat dan budaya yang masih eksis sampai sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan lokasi penelitian di wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif yang merupakan data primer dan data sekunder. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif studi kasus. Hasil penelitian dari manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak sejauh ini sudah baik secara manajemen, dilihat dari perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) Kata Kunci : Manajemen, Wisata Religi, Masjid Saka Tunggal.

PENDAHULUAN Manajemen publik merupakan faktor utama dalam implementasi administrasi publik yang berfungsi untuk mencapai tujuan publik yang telah ditetapkan dengan pemanfaatan sumber daya yang ada serta fungsi-fungsi manajemen seperti : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. (Sukarna, 2011:10) Manajemen publik berkaitan dengan fungsi dan proses manajemen yang berlaku pada sektor publik maupun sektor privat namun tidak bertujuan untuk mencari profit (keuntungan) organisasi melainkan lebih memfokuskan pada kepentingan publik yang luas, dengan demikian sehingga perlu ditekankan adanya manajemen publik yang akan menjadi penunjang kinerja organisasi. (Overman, 1984) Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. (Hani, 2011). Salah satu bentuk implementasi dari manajemen publik adalah manajemen pariwisata. Dalam semua sektor, termasuk pariwisata diperlukan adanya manajemen yang baik dan benar tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya atau potensi yang ada sehingga dapat mewujudkan pariwisata yang berkembang, dimana hal ini akan sangat berpengaruh pada tujuan awal pariwisata yaitu sebagai penggerak perekonomian masyarakat pada masing-masing daerah. (Amin, 2019) Pariwisata dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengenalan budaya dan rasa cinta terhadap tanah air. Terdapat banyak jenis wisata yang ada disetiap daerah, diantaranya wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner serta wisata religi. Wisata religi merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok yang bersifat sementara dengan cara 2

mengunjungi tempat-tempat suci dan keramat dengan tujuan untuk berdoa dan juga untuk menghayati nilai-nilai religi/spiritual. (Tiara, 2019) Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu wisata religi yang cukup populer di Kabupaten Banyumas. Masjid Saka Tunggal merupakan masjid tertua dan terunik karena memiliki satu tiang penyangga didalamnya yang didirikan oleh K.H Mustholih atau biasa disebut Mbah Tholih sejak ratusan tahun sebelum Indonesia merdeka, hal itu dibuktikan dengan adanya tulisan di tiang penyangga masjid yang bertuliskan angka 1288 menggunakan huruf arab. Masjid Saka Tunggal pada saat ini menjadi situs peninggalan bersejarah yang masih memiliki fungsi pokok sebagai tempat ibadah bagi masyarakat Desa Cikakak. Ditinjau dari segi geografis Desa Cikakak mempunyai sumberdaya yang bagus, diantaranya adalah alam yang masih alami, kearifan lokal yang masih terjaga yaitu pada masyarakat Aboge dan potensi wisata religi masjid saka tunggal serta makam K.H Mustholih yang ramai dikunjungi oleh peziarah. (Hamdi, 2019) Untuk dapat mempertahankan dan melestarikan wisata religi Masjid Saka Tunggal, diperlukan adanya manajemen wisata yang baik, selain itu peran Pemerintah juga sangat berpengaruh dalam pelestarian Masjid Saka Tunggal. Pemerintah diharapkan dapat menjadi leading sektor dalam mempertahankan pelestarian wisata religi Masjid Saka Tunggal. Dalam hal itu Pemerintah Desa Cikakak membantu sebuah kelompok sadar wisata (pokdarwis) wisata religi Masjid Saka Tunggal Cikakak, yang bertujuan agar potensi yang ada dimanfaatkan dengan baik dengan tetap menjaga kelestarian adat dan budaya. Adanya kelompok sadar wisata sebagai pengelola diharapkan dapat mengimplementasikan program Pemerintah yaitu untuk melestarikan dan mempertahankan kearifan lokal pada wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian lapangan (field research). (Sugiyono, 2008) Jenis pendekatan penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Studi kasus merupakan penelitian dengan memusatkan diri pada obyek tertentu. Tujuan dari adanya studi kasus ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas dengan cara pengumpulan data dari berbagai pihak yang bersangkutan. (Nawawi, 2003:1). Lokasi penelitian yaitu di Masjid Saka Tunggal yang terletak di Desa Cikakak 3

Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Sumber data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, serta teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

KERANGKA TEORI

1. Manajemen Publik George R. Terry seperti yang dikutip dalam Beni Ahmad Saebani mengemukakan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. (Beni, 2012) Manajemen adalah suatu proses yang melibatkan bimbingan/pengarahan suatu kelompok kepada seseorang dengan adanya tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Manajemen merupakan suatu kegiatan yang pelaksanaanya disebut “managing” (pengelolaan) sedangkan pelaksananya disebut manager atau pengelola. (Sukarna, 2011:10). Fungsi manajemen menurut George R. Terry dalam Winardi merupakan serangkaian bagian yang ada dalam manajemen sehingga dapat melaksanakan fungsi dalam mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling). (Sukarna, 2011:10)

2. Manajemen dan Organisasi Organisasi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat terpisahkan. (Usman, 2013:169). Organisasi dapat dikatakan juga sebagai suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dan bekerja terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama. (Musfialdy, 2012). Terdapat banyak definisi organisasi menurut para ahli, diantaranya yaitu :

Sondang P. Siagian mendefinisikan organisasi sebagai bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana terdapat hubungan antara seseorang yang disebut pimpinan dan sekelompok orang yang disebut bawahan. (Siagian, 1997). Organisasi menurut Hasibuan (2011:120) adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. 4

Manajemen organisasi biasanya ditemukan di perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya, karena pada dasarnya aktivitas dalam manajemen ini adalah untuk mengerahkan manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya manajemen organisasi, kinerja yang diberikan sumber daya manusia dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Dan sebaliknya, tanpa adanya manajemen organisasi, maka sebuah organisasi bisa mengalami berbagai kesulitan. (accurate.id diakses pada tanggal 28 April 2020)

3. Konsep Pariwisata Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok untuk rekreasi/liburan. Pariwisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 berasal dari kata wisata, yang berarti suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu dan bertujuan untuk rekreasi, mengembangkan dan mempelajari daya tarik wisata yang dikunjungi. (Bungaran, 2017)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, tujuan kepariwisataan adalah : (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, (3) menghapus kemiskinan, (4) mengatasi pengangguran, (5) melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, (6) memajukan kebudayaan, (7) mengangkat citra bangsa, (8) memupuk rasa cinta tanah air, (9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan (10) mempererat persahabatan antar bangsa.

4. Konsep Wisata Religi

Religi berasal dari bahasa latin yakni relegere, yang berarti mengumpulkan dan membaca. Pengertian tersebut sejalan dengan agama yang mengandung isi kumpulan cara mengabdi pada Tuhan, terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca. Menurut Mangun Wijaya dikutip pada Burhan Nurgiyantoro, mengemukakan bahwa perbedaan agama dengan religiuisitas, agama lebih menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi sedangkan religiuisitas bersifat lebih memperdalam agama daripada yang tampak, formal dan resmi. (Burhan, 2010)

5

Salah satu bentuk wisata religi yaitu wisata religi Masjid Saka Tunggal. Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu cagar budaya dan masjid tertua yang terletak di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Masjid Saka Tunggal dibangun pada tahun 1288 oleh Mbah Mustholih, hal tersebut tertera pada saka utama Masjid Saka Tunggal dengan bertuliskan angka arab. Keberadaan Masjid Saka Tunggal di Desa ini menjadi unik karena keterkaitannya dengan kearifan budaya dari masyarakat Islam Aboge yang tinggal disekitarnya. Islam Aboge sering disebut sebagai Islam kejawen karena masih mengamalkan tradisi-tradisi Jawa seperti suran, rajaban dan lain-lain. Ciri khas yang menonjol dari Islam Aboge adalah masih berpedoman pada kalender Jawa dalam menetapkan hari besar Islam. Masjid Saka Tunggal Cikakak merupakan bagian dari komunitas Islam Aboge sejak awal penyebaran Islam disana,oleh Mbah Mustholih yang disebut-sebut sebagai pendiri Desa Cikakak, Masjid Saka Tunggal dan juga Komunitas Aboge. (Hamdi, 2019)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Umum Desa Cikakak

Desa Cikakak merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas yang berjarak +4 km ke kota Ajibarang dan +25 km dari kota Purwokerto. Wilayah Desa Cikakak mempunyai luas 595.400 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 5000 jiwa dan terbagi menjadi 5 wilayah Kadus, 10 RW, 37 RT dan 11 wilayah Grumbul, yaitu Grumbul winduraja wetan, Grumbul winduraja kulon, Grumbul pleped, Grumbul bandareweng, Grumbul baron, Grumbul bogem, Grumbul boleran, Grumbul cikakak, Grumbul pekuncen, Grumbul gandarusa, dan Grumbul planjan. (Potensi Desa dan tingkat perkembangan Desa, Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas Tahun 2008)

Desa Cikakak berbatasan dengan wilayah beberapa Desa, yaitu Sebelah utara berbatasan dengan Desa Windunegara, Kecamatan Wangon dan Desa Tipar Kidul, Kecamatan Ajibarang. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Wlahar, Kecamatan Wangon. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jambu, Kecamatan Wangon dan Desa Jurang, Kecamatan

6

Wangon. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cirahap, Kecamatan Lumbir. (Potensi Desa dan tingkat perkembangan Desa, Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas Tahun 2008).

Desa Cikakak merupakan salah satu Desa wisata yang ada di Kabupaten Banyumas yang telah ditetapkan berdasarkan UU No.5 Tahun 1992 dan PP No.10 Tahun 1993 dan juga ditetapkan menjadi Desa adat oleh Kementrian Dalam Negeri Dirjen PMD dalam Pilot Project pelestarian adat dalam budaya nusantara tahun 2011. (UU No.5 Tahun 1992 dan PP No.10 Tahun 1993) Secara geografis, Desa Cikakak sangatlah luas dan memiliki begitu banyak potensi yang ada, diantaranya hutan yang masih asri, sungai yang masih alami dan belum tercampur limbah pabrik, kearifan lokal yang masih terjaga, dalam hal ini Masjid Saka Tunggal beserta komunitas adatnya (masyarakat Aboge) serta adanya ekonomi kreatif masyarakat yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan Desa Cikakak apabila dapat memanfaatkan dan mengelola potensi tersbut dengan baik. (hasil wawancara dengan Bapak Suto selaku ketua Pokdarwis tentang potensi Desa wisata pada hari sabtu, 9 januari 2021 pukul 14.45 WIB)

2. Sejarah Masjid Saka Tunggal

Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu cagar budaya yang berada di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Masjid ini menjadi salah satu masjid tertua hingga mengalahkan masjid Demak. Masjid ini dibangun oleh Kyai Mustholih atau sering disebut dengan Mbah Tholih pada tahun 1288, hal itu tertera di tiang saka utama masjid dengan bertuliskan angka arab 1288.

Tiang saka Masjid Saka Tunggal adalah salah satu karakteristik utama masjid ini yang berbahan utama dari kayu. Di tiang tersebut terdapat empat helai sayap berbahan kayu yang mengitari tiang. Empat sayap tersebut melambangkan “papat kiblat lima pancer” atau empat mata angin dan satu pusat. Papat kiblat lima pancer mengandung arti bahwa manusia adalah pancer yang dikelilingi empat mata angin yaitu api, air, angin dan tanah. Sedangkan pada saka tunggal itu melambangkan huruf alif yang lurus, manusia harus lurus, tidak boleh bengkok, tidak boleh berbohong, tidak boleh berzina, tidak boleh nakal dan semaunya sendiri. Serta manusia harus hidup seimbang dan tidak boleh berlebihan dari empat pancer tersebut dan 7

selalu berserah diri kepada Allah. Selain tiang yang menjadi keunikan pada masjid, selanjutnya ada atap masjid yang semula menggunakan ijuk sekarang sudah diganti memakai seng dengan pertimbangan agar tidak rusak karena melihat banyaknya kera yang berkeliaran di sekitar masjid tersebut. (Hasil wawancara dengan Bapak Bagyo sebagai juru kunci Masjid Saka Tunggal pada hari senin, 11 januari 2021 pukul 14.30 WIB)

Keberadaan Masjid Saka Tunggal semakin menonjolkan keunikannya karena keterkaitannya dengan komunitas Islam Aboge yang tinggal di sekitar masjid. Islam Aboge merupakan salah satu komunitas Islam kejawen. Sama seperti Islam kejawen yang lainnya, masyarakat Desa Cikakak masih mengamalkan tradisi-tradisi Jawa seperti rajaban, suran dan lain-lain. Ciri khas yang menonjol dari komunitas Aboge yaitu penggunaan kalender Jawa dalam menetapkan hari besar Islam. Kata Aboge sendiri berasal dari kosakata Jawa yang mempunyai tiga akronim, alip, rebo, wage yang merupakan metode perhitungan kalender Jawa untuk menentukan hari, tanggal, bulan dan tahun Jawa. Masjid Saka Tunggal Cikakak merupakan bagian dari komunitas Islam Aboge sejak awal penyebaran Islam disana oleh Mbah Tholih yang disebut-sebut sebagai pendiri Desa Cikakak, Masjid Saka Tunggal dan komunitas Aboge. (Hasil wawancara dengan Bapak Bagyo sebagai juru kunci Masjid Saka Tunggal pada hari senin, 11 januari 2021 puku 14.30)

B. Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Cikakak

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan rangkaian kegiatan yang disusun untuk untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Perencanaan diperlukan untuk menentukan rencana maupun strategi yang akan dilakukan dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal di Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Selain itu, perencanaan dilakukan agar pelaksanaan manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal berjalan dengan baik, teratur dan sesuai dengan tujuan yang ada. Dalam penelitian ini perencanaan meliputi tujuan, program dan proses. (Terry, 2000:47) antara lain sebagai berikut :

8

1) Tujuan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti mengetahui tujuan manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas yaitu sebagai bentuk pemanfaatan cagar budaya yang ada, Pelestarian cagar budaya, pelestarian tersebut dimaksudkan dengan adanya wisata religi pastinya masjid saka tunggal akan lebih terawat dan terjaga kelestarian adat dan budayanya. Selain itu dengan wisata religi diharapkan akan membawa manfaat bagi perekonomian masyarakat sekitar Masjid Saka Tunggal.

2) Program

Dalam perencanaan, penyusunan dan perumusan program harus terarah yaitu merumuskan bagaimana upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Program-program yang dilakukan oleh pokdarwis adalah dengan membuat program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk program jangka pendek atau program yang sedang dilakukan adalah pengunjung atau peziarah dapat masuk wisata tanpa ditarik retribusi, melainkan hanya mengisi kotak amal yang ada. Selanjutnya untuk program jangka menengah yaitu dengan pembuatan taman monyet, pembuatan taman monyet ini bertujuan supaya pengunjung yang hendak berziarah akan dapat menikmati dan lebih khusu’ dalam berziarah serta terbebas dari gangguan monyet, dan dengan adanya taman monyet, retribusi untuk masuk taman monyet akan diberlakukan, dimana nantinya hasil tersebut akan digunakan juga untuk pelestarian wisata, pemberdayaan masyarakat serta masuk dalam PAD. Dan untuk program jangka panjang yaitu pokdarwis akan membuat paket wisata. Melihat potensi Desa Cikakak yang luar biasa, sangat disayangkan jika potensi tersebut tidak dimanfaatkan. Program paket wisata tersebut menyuguhkan pada pengunjung yang datang ke Desa Cikakak tentang wisata di Desa Cikakak, pertama mereka akan didampingi berwisata dari Masjid Saka Tunggal sebagai cagar budaya dan makam Mbah Tholih untuk berziarah, kemudian dilanjutkan dengan berwisata ke alam, dimana terdapat curug dan hutan yang masih asri dan terakhir melihat potensi ekonomi kreatif dari masyarakat Desa Cikakak.

9

3) Proses

Agar suatu tujuan dapat tercapai maka seluruhnya dilakukan melalui proses terlebih dahulu secara terperinci dengan memuat semua rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti, proses yang dilakukan dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak adalah pokdarwis Desa Cikakak sebagai pengelola utama wisata religi telah membuat kelompok kerja (Pokja) yang ditempatkan sesuai zonasi wisata di Desa Cikakak. Pokja Masjid Saka Tunggal yang bertugas sebagai pengelola langsung di obyek wisata religi berkordinasi dengan berbagai pihak, antara lain Pemerintah Desa Cikakak dan DISPORABUPDAR Kabupaten Banyumas, juru kunci dan masyarakat adat yang terdapat di sekitar Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah organisasi, maka seorang pemimpin harus dapat mengatur organisasinya dengan baik. Pengorganisasian dimaksudkan sebagai fungsi yang menyusun kerangka pembagian kerja pada masing-masing bagian. Dengan kerjasama yang baik pastinya akan membuat tugas dan pekerjaan berjalan lancar dan teratur serta mencapai tujuan organisasi yang diharapkan. Pengorganisasian dalam penelitian ini meliputi struktur organisasi, pengaturan organisasi dan pola hubungan dalam organisasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1) Struktur Organisasi

Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, struktur organisasi wisata religi Masjid Saka Tunggal mutlak dipegang oleh tokoh adat yang ada. Sedangkan pokdarwis sebagai social oriented hanya meng-cover atau memikirkan bagaimana cara wisata religi dapat mempunyai dampak besar ekonomi untuk masyarakat sekitar. Pokdarwis telah membuat kelompok kerja (pokja) namun belum mempunyai legal formal, nantinya Pokja tersebut akan dibuatkan SK yang diturunkan dari pokdarwis sendiri disahkan oleh BPD, Pemerintah Desa dan Dinas terkait lainnya.

10

2) Pengaturan Organisasi

Dalam pengaturan organisasi terkait manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal, yang memiliki kewenangan mengatur Masjid Saka Tunggal adalah tokoh adat, dan Pemerintah Kabupaten hanya berupaya menjaga dan melindungi cagar budaya tersebut dengan cara mempekerjakan satu orang sebagai marbot Masjid Saka Tunggal.

3) Pola Hubungan dalam Organisasi

Dalam organisasi, terdapat pihak-pihak yang saling berkordinasi, untuk itu pola hubungan dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal harus berjalan dengan baik. Pihak-pihak yang terkait dalam manajemen wisata religi masjid saka tunggal antara lain kelompok kerja (pokja), pokdarwis, juru kunci, masyarakat adat, Pemerintah Desa, dan DISPORABUPDAR Kabupaten Banyumas. Dengan pola hubungan yang baik antara pihak-pihak tersebut diharapkan akan dapat mencapai tujuan organisasi.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan/pelaksanaan merupakan kegiatan bekerja sama antar anggota organisasi untuk dapat mencapai tujuan tersebut.penggerakan dalam penelitian ini meliputi komunikasi dan hubungan timbal balik. (terry, 2000:65)

1) Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam jalannya organisasi. Dengan adanya komunikasi antar stakeholder maka akan membantu tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi dalam pelaksanaan manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak dilakukan antara lain oleh Pokja yang berfungsi sebagai pengelola wisata. Pokja tersebut berkomunikasi dengan tokoh adat serta masyarakat sekitar masjid setiap akan melakukan kegiatan apapun, mengingat segala ketentuan yang berkaitan dengan Masjid Saka Tunggal adalah hak adat.

11

2) Hubungan Timbal Balik

Hubungan timbal balik dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal yaitu pokja sebagai pengelola wisata memberikan laporan kegiatan kepada Pemerintah Desa dan Dinas terkait dan saling berkoordinasi antara satu sama lain.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan fungsi manajemen untuk mengawasi kegiatan/pekerjaan agar sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing, hal ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai serta memastikan apakah pekerjaan orang tersebut berjalan dengan baik dan mencapai tujuan organisasi yang ada. Pengawasan dalam penelitian ini meliputi bentuk pengawasan, dan mekanisme pengawasan. (terry, 2000:71)

1) Bentuk pengawasan

Bentuk pengawasan yang dilakukan Dinas-Dinas terkait dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak yaitu dengan terjun ke lapangan.

2) Mekanisme pengawasan

Dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, proses pengawasan dilakukan oleh DISPORABUPDAR secara langsung dengan terjun ke lapangan namun dalam pelaksanaannya hanya sesekali saja dan lebih sering dibantu pokja dalam hal pelaporan.

PENUTUP A. Kesimpulan

Manajemen wisata religi sudah baik dengan dibuktikan dari segi perencanaan (planning), adanya tujuan yang jelas dan pembuatan program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang sudah terencana dengan baik. Proses yang dilakukan dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak adalah pokdarwis Desa Cikakak sebagai pengelola utama wisata religi telah membuat kelompok kerja (pokja) yang ditempatkan sesuai zonasi wisata di Desa Cikakak. Pokja Masjid Saka Tunggal yang bertugas sebagai pengelola langsung di obyek

12

wisata religi berkordinasi dengan berbagai pihak, antara lain Pemerintah Desa Cikakak dan DISPORABUPDAR Kabupaten Banyumas, juru kunci dan masyarakat adat yang terdapat di sekitar Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak. Pengorganisasian (organizing) dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal meliputi struktur organisasi, pengaturan organisasi dan pola hubungan dalam organisasi. Struktur organisasi wisata religi Masjid Saka Tunggal mutlak dipegang oleh tokoh adat yang ada. Sedangkan pokdarwis sebagai social oriented hanya meng- cover atau memikirkan bagaimana cara wisata religi dapat mempunyai dampak besar ekonomi untuk masyarakat sekitar. Pokdarwis telah membuat kelompok kerja (pokja) namun belum mempunyai legal formal, nantinya Pokja tersebut akan dibuatkan SK yang diturunkan dari pokdarwis sendiri disahkan oleh BPD, Pemerintah Desa dan Dinas terkait lainnya. Dalam pengaturan organisasi terkait manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal, yang memiliki kewenangan mengatur Masjid Saka Tunggal adalah tokoh adat, dan Pemerintah Kabupaten hanya berupaya menjaga dan melindungi cagar budaya tersebut dengan cara mempekerjakan satu orang sebagai marbot Masjid Saka Tunggal. Pihak-pihak yang terkait dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal antara lain kelompok kerja (pokja), pokdarwis, juru kunci, masyarakat adat, Pemerintah Desa, dan DISPORABUPDAR Kabupaten Banyumas. Dengan pola hubungan yang baik antara pihak-pihak tersebut diharapkan akan dapat mencapai tujuan organisasi. Penggerakan (Actuating) dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal meliputi komunikasi dan hubungan timbal balik, Komunikasi dalam pelaksanaan manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak dilakukan antara lain oleh Pokja yang berfungsi sebagai pengelola wisata. Pokja tersebut berkomunikasi dengan tokoh adat serta masyarakat sekitar masjid setiap akan melakukan kegiatan apapun, mengingat segala ketentuan yang berkaitan dengan Masjid Saka Tunggal adalah hak adat. Hubungan timbal balik dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal yaitu pokja sebagai pengelola wisata memberikan laporan kegiatan kepada Pemerintah Desa dan Dinas terkait dan saling berkoordinasi. Pengawasan (Controlling) dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal meliputi bentuk pengawasan dan mekanisme pengawasan. Bentuk pengawasan yang dilakukan Dinas-Dinas terkait dalam manajemen wisata religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak yaitu dengan terjun ke lapangan. Proses pengawasan dilakukan oleh DISPORABUPDAR secara langsung dengan terjun ke lapangan namun dalam pelaksanaannya hanya sesekali saja dan lebih sering dibantu pokja dalam hal pelaporan. 13

B. Saran

Sebagai bentuk sumbangan pemikiran agar penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik bagi pokja, pokdarwis maupun pihak-pihak terkait yang lain dalam manajemen wisata religi, beberapa saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Perlunya meningkatkan pemahaman pada generasi muda untuk dapat lebih mencintai budaya yang ada serta pada tokoh adat dan masyarakat sekitar Masjid Saka Tunggal tentang modernisasi, sehingga dengan adanya modernisasi maka akan dapat lebih meningkatkan pelestarian budaya pada Masjid Saka Tunggal.

2. Perlunya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) masyarakat Desa Cikakak agar dapat sadar wisata dan lebih mencintai wisata yang dimiliki, sehingga nantinya dapat menciptakan inovasi baru yang akan berimbas dalam manajemen wisata yang lebih baik.

UCAPAN TERIMA KASIH Dengan mengucap Alhamdulillahi rabbil ‘alamin puji syukur kepada Allah atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Saya selaku penulis menyadari keterbatasan kemampuan selama penelitian dan penyusunan tugas yang masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran bagi penulis sangat diharapkan guna menunjang kedepan agar lebih baik lagi. Terima kasih banyak saya sampaikan kepada pihak yang telah mendukung proses penelitian dari awal sampai akhir sehingga dapat terselesaikannya tugas ini, antara lain bapak dosen pembimbing, pemerintah desa cikakak, pokdarwis desa cikakak serta juru kunci masjid saka tunggal desa cikakak. Semoga Allah SWT selalu memberkahi setiap langkah dalam hidup kita, Aamiin.

14

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Beni Ahmad Saebani (2012) Filsafat Manajemen. Bandung : PT. Pustaka Setia

Burhan Nurgiyantoro (2010) Teori Pengkajian Fiksi. : Gadjah Mada University Press.

George R. Terry (2000) Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). Bandung : PT. Bumi Aksara

Hadari, Nawawi (2003) Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Malayu S.P Hasibuan (1989) Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. : Gunung Agung

Sondang P. Siagian (2012) Fungsi Fungsi Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : PT Alfabet.

Sukarna (2011) Dasar-Dasar Manajemen. Bandung : CV Mandar Maju

Taufiqurrahman (2018) Teori Dan Perkembangan Manajemen Publik. Tangerang Selatan : UMJ Press

Sumber Jurnal :

Amin Triyanto (2019) Strategi Pengembangan Wisata Religi Kabupaten Demak Menjadi Pusat Destinasi Wisata Religi. Semarang : Universitas Negeri Semarang

Anita Sulistyaning Gunawan, Et Al (2016). Analisis Pengembangan Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat. Malang : Universitas Brawijaya.

Bungaran Antonius Simanjuntak (2017) Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

15

Chathi, Edhi (2011) Babad Alas Mertani (Pesanggrahan Kyai Tholih) Banyumas : Cikakak.

Hamdi Bisthami (2019) Manajemen Wisata Religi Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Banyumas : Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Musfialdy (2012) Organisasi dan Komunikasi Organisasi. .

Potensi Desa Dan Tingkat Perkembangan Desa, Desa Cikakak Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas (2008)

Tiara Anggraini Putri (2019) Strategi Pengembangan Obyek Wisata Religi. Banyumas : Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Peraturan Perundang-Undangan :

Republik Indonesia (1993) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta : Pemerintah Pusat.

Republik Indonesia (1992) Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta : Sekretariat Negara.

Republik Indonesia (1990) Undang-Undang Tentang Kepariwisataan, UU No. 09 Tahun 1990. Jakarta : Sekretariat Negara.

Republik Indonesia (2009) Undang-Undang Tentang Kepariwisataan, UU No. 10 Tahun 2009. Jakarta : Sekretariat Negara.

Sumber Tambahan : https://www.banyumaskab.go.id/ https://accurate.id/marketing-manajemen/manajemen-organisasi-pengertian-fungsi-dan- tujuannya/

16