BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kluwih Buah Kluwih Termasuk Tanaman
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kluwih Buah kluwih termasuk tanaman famili moraceae yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dibanding dengan buah famili moraceae yang lainnya,misalnya buah nangka. Gambar 1. Buah kluwih (Artocarpus camansi) Depkes RI (2009) menyatakan bahwa pada buah kluwih terdapat komposisi kimia yang di dalamnya terkandung karbohidrat 27,2 g, air 70 g, protein 1,5 g, lemak 0,3 g, abu 1 g, energi 118 kkal, kalsium 28 mg, fosfor 32 mg, zat besi 0,9 mg, total karoten 20 µg, thiamin 0,1 mg, dan vitamin C 19 mg, sedangkan kandungan gizi dari buah keluwih yang dijadikan tepung mengandung 8,8% protein, 5,6% total lemak, 64,9% total karbohidrat, 8,2% serat, 1,5% abu, 0,06% fenol, dan 10,8% air (per 100 g bahan). Buah kluwih selama ini hanya diolah secara sederhana oleh masyarakat seperti disayur atau direbus bijinya. Padahal apabila dilakukan pengolahan yang 3 4 maksimal pada buah kluwih, buah ini dapat dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Oleh sebab itu perlu dikenalkan suatu teknik pengolahan, sehingga diharapkan masyarakat dapat memodifikasi buah kluwih ke bentuk produk lain dan dapat memperoleh keuntungan dari tanaman ini. Buah kluwih dapat digunakan sebagai salah satu bahan diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk penganekaragaman makanan. Diversifikasi pangan bertujuan untuk melakukan peningkatan kebutuhan pangan dan peningkatan nilai gizi pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Masyarakat membutuhkan gizi yang harus dicukupi setiap hari, sedangkan pertumbuhan penduduk setiap tahun terus meningkat. Hal tersebut akan mengakibatkan keterbatasan produk pangan, sehingga perlu dilakukan suatu upaya diversifikasi pangan non beras. Salah satu contoh diversifikasi pangan dari tanaman keluwih yang akan dilakukan adalah pembuatan tepung kluwih (Sukatiningsih, 2005). Penelitian tentang buah kluwih ke bentuk produk pernah dilakukan sebelumnya, yaitu pembuatan abon dari buah kluwih. Dikarenakan masih sedikitnya penelitian mengenai produk diversifikasi yang menggunakan bahan baku buah kluwih, maka dilakukan penelitian tentang buah kluwih yang dijadikan bentuk tepung dan diolah menjadi cookies. \ 5 B. Cookies Cookies adalah biskuit yang dibuat dari adonan lunak, tinggi lemak, crispy, dan mudah patah. Cookies biasanya dijadikan sebagai snak favorit untuk orang yang beraktifitas tinggi dan mempunyai waktu yang terbatas untuk mengkonsumsi makanan bergizi. Menurut SNI 01-2937-1992, cookies merupakan salah satu jenis biscuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatife renyah bila dipatahkan dan penampang potongan nya bertekstur kurang padat. Di runut dari sejarahnya, kue kering berasal dari Eropa. Di Amerika, orang menyebutnya dengan cookies. Di Prancis, dikenal dengan istilah biskuit yang berarti kue yang dimasak dua kali hingga kering. Orang Belanda menyebutnya dengan koekje yang berarti kue kecil. Di Indonesia, kue kering berkembang menjadi kue klasik, seperti kastangel dan nastar, serta kue kering modern seperti cappuccino cookies dan coco crunch cookies. Apapun jenis dan namanya, biasanya bentuk kue kering kecil dan dimakan dua hingga tiga kali gigitan. Dibuat dari bahan dasar tepung, gula, margarin, dan telur. Penyelesainya dipanggang di oven, sehingga kue bertekstur renyah dan kering (Budi Sutomo, 2008:1). 6 Tabel 1. Usulan syarat mutu cookies Persyaratan No Kriteria Uji Satuan Cookies 1 Keadaan 1.1 Bau Normal 1.2 Rasa Normal 1.3 Warna Normal 2 Kadar air (b/b) % Maks. 4 3 Kadar abu (b/b) % Maks. 2 4 Kadar protein (b/b) % Min. 6% 5 Kadar lemak (b/b) % Min. 18% 6 Kadar lemak bebas % Maks. 1 7 Bilangan peroksida mEq/kg Maks. 6 8 Cemaran logam 8.1 kadmium Mg/kg Maks. 0,2 8.2 timah Mg/kg Maks 40 8.3 merkuri Mg/kg Maks 0,05 8.4 timbal Mg/kg Maks 0,5 9 Cemaran arsen (as) Mg/kg Maks 0,1 10 Cemaran mikroba 10.1 Angka lempeng total koloni/g Maks.1x104 10.2 Escherichia coli per g Maks. 10 10.3 Salmonella sp per 25g Negatif 10.4 Bacillus cereus koloni/g Maks. 2 10.5 Kapang dan kamir koloni/g Maks. 4 Sumber : SNI01-2973-1992 1. Bahan-bahan Pembuatan Cookies a. Tepung terigu Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari biji gandum (Tritikum vulgare) dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue, mie, dan roti. Tepung terigu mengandung karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Gluten dalam bentuk protein yang berperan dalam menentukan kekenyalan 7 makanan yang terbuat dari bahan terigu, Kadar protein ini menentukan elastisitas dan tekstur sehingga penggunaannya diseuaikan dengan jenis dan spesifikasi adonan yang akan dibuat. Tepung terigu protein rendah yang biasa digunakan dalam pembuatan cookies, karena rendahnya kandungan gluten pada jenis tepung terigu ini membuat daya serap air adonan pun jadi rendah. Hasilnya, adonan yang tidak mengandung banyak air akan menjadi lebih renyah dan tahan lama saat disimpan. Tepung terigu protein rendah yaitu mengandung kadar protein sekitar 6-8%, diperlukan untuk membuat adonan yang bersifat renyah seperti cookies. (Lia, 2006 dalam Saroyo, 2013). b. Lemak Jenis lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan cookies adalah margarine. Margarin merupakan lemak nabati yang terbuat dari minyak kelapa sawit. Memiliki kadar lemak berkisar 80-85%. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3541-1994), margarin adalah produk makanan berbentuk emulsi padat atau semipadat yang terbuat dari lemak nabati dan air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Fungsi lemak adalah memberikan aroma harum sehingga meningkatkan cita rasa. Selain itu, lemak membuat tekstur cookies menjadi lebih lembut dan renyah. Lemak yang terlalu banyak 8 menyebabkan cookies melebar saat dipanggang, sedangkan kurang lemak membuat cookies seret, dan kasar dimulut (Budi Sutomo,2008:12). c. Gula Gula yang dipergunakan sebaiknya adalah gula yang halus karena akan lebih mudah dalam pengadukan dengan lemak dan mudah bersatu dengan kuning telur. Penggunaan gula pasir dalam kue kering akan menjadikan kue kering menyebar secara maksimum selama proses pembakaran dan kristal gula menyebabkan hasil yang keras. Fungsi gula dalam pembuatan kue kering adalah sebagai pengikat dan pemberi warna agar kue tidak pucat. Gula yang digunakan untuk membuat kue kering adalah gula halus. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3821-1995) tepung gula adalah tepung yang diperoleh dengan menghaluskan gula pasir dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Untuk dicampur di dalam adonan, hindari pemakaian gula pasir yang berbutir kasar cocok untuk kue kering. d. Telur Telur dikenal sebagai bahan makanan yang mengandung protein,sehingga sangat baik untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh. Telur yang digunakan dalam pembuatan cookies 9 adalah jenis telur ayam negeri atau telur ayam ras, selain harganya murah, mudah didapat, dan tidak begitu amis dibanding dengan telur bebek. Telur berfungsi sebagai mengikat bahan lain, membangun struktur kue, melembabkan, memberikan rasa gurih, dan meningkatkan nilai gizi (Budi Sutomo, 2008:12). Umumnya kue kering menggunakan kuning telur saja atau kuning telur lebih banyak dari putihnya karena kuning telur akan memberikan hasil yang lembut/tidak keras (Diah Surjani, 2009:22). Kuning telur mengandung lecithin, berfungsi sebagai emulsifier. Bentuknya yang padat, kuning telur mengandung kadar air sebanyak 50%. Sedangkan putih telur mempunyai sifat creaming yang sangat baik dibandingkan dengan kuning telur, dan mengandung air 86% didalamnya. e. Bahan pengembang Bahan pengembang berfungsi untuk membentuk volume, mengatur rasa, aroma, mengatur derajat warna roti (Marliyati,1992). Menurut (Anonim, 2002) bahan dan pengembang yang digunakan adalah soda kue atau backing powder. Jumlah yang digunakan 0,05%-0,75% dan penggunaanya dicampur dengan bahan kering. 10 2. Proses Pembuatan Cookies Proses pembuatan cookies menurut Smith, (1972 dalam Saroyo, 2013) dibagi menjadi 3 tahapan yaitu proses pencampuran, pencetakan, dan pemanggangan. a. Proses Pencampuran Pencampuran merupakan salah satu tahapan yang paling penting dalam pembuatan cookies ataupun produk roti lainya. Adonan diaduk agar semua bahan tercampur dengan baik. Cara pencampuran bahan ada dua yaitu pertama adalah ceaming yaitu mencampur lebih dahulu lemak dan gula bersama baru dimasukan tepung. Cara kedua disebut all in method yaitu mencampurkan semua bahan menjadi satu hingga homogen. Pembentukan kerangka kue kering diawali selama pencampuran. b. Proses Pencetakan Pencetakan dimaksudkan untuk memperoleh produk cookies dengan bentuk yang seragam dan meningkatkan daya tarik. Pencetakan biasanya dilakukan pada loyang dengan diberi jarak untuk menghindari agar cookies tidak saling lengket. Alat yang digunakan untuk mencetak cookies terbuat dari alumunium yang mudah digunakan dan dibersihkan. Bentuk dan cetakan cookies bermacam-macam dan dapat disesuaikan dengan selera. 11 c. Proses Pemanggangan Selama proses pemanggangan akan terjadi perubahan sifat fisik mapun kimiawi. Perubahan fisik meliputi mencairnya lemak, pengembangan gas dan penguapan air. Sedangkan perubahan kimiawi meliputi gelatinisasi pat, koagulasi protein, karamelisasi gula dan reaksi maillard. Pengembangan akan terjadi tidak hanya sebagai hasil peningkatan volume gas yang sudah berada dalam rongga udara, tetapi juga sebagai akibat lebih lanjut dari pengembanga CO2, peningkatan tekanan uap air serta hilangnya senyawa-senyawa yang mudah menguap. Koagulasi protein dan gelatinisasi pati merubah sifat dinding sel berongga udara adonan menjadi lebih permeable terhadap CO2. Pada proses