ORANG TIDUNG DI PULAU SEBATIK ; IDENTITAS ETNIK, BUDAYA DAN KEHIDUPAN KEAGAMAAN

TIDUNG PEOPLE IN ; ETHNIC IDENTITY, CULTURE, AND RELIGIOUS LIFE

Muhammad Yamin Sani Universitas Hasanuddin JL. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea E-mail : [email protected]

Rismawati Isbon Universitas Tadulako, Palu JL. Soekarno Hatta, Km.9 Tondo, Mantikulore Palu E-mail : [email protected]

Naskah diterima tanggal 5 April 2018. Naskah direvisi tanggal 23 April 2018. Naskah disetujui tanggal 18 Mei 2018

Abstract Artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian berjudul Orang Tidung di Tapal Batas Membangun Negeri Merawat Harmoni : Kajian Hubungan Antarsuku bangsa di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Penelitian etnografi kritis ini mengkaji konstruksi identitas etnik dan aspek budaya orang Tidung di Kabupaten Nunukan. Data dianalisis secara interaktif, meliputi reduksi data, displai data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan, identitas etnik Tidung, terbangun dari beberapa versi dari hasil interpretasi kelompok-kelompok etnis Tidung sendiri yang berasal dari beberapa daerah di Kalimantan Utara, bahkan orang Tidung yang berasal dari Timur. Terdapat dua pendapat dari versi identitas orang Tidung. Pertama, orang Tidung adalah bagian dari etnis Dayak dan kedua orang Tidung sebagaimana yang ada dalam mitologi adalah kelompok etnis tersendiri. Dalam perkembangannya, orang Tidung di beberapa daerah, seperti orang Tidung di tergolong maju, sementara lainnya, seperti orang Tidung di Kabupaten Nunukan tergolong masih hidup secara sederhana. Kesederhanaan orang Tidung di Kabupaten Nunukan tercermin dari orientasi nilai budaya yang mereka miliki untuk hidup secara bersahaja. Dalam kehidupan keagamaan, generasi tua orang Tidung tergolong Islam pluralistik, sementara generasi mudanya berupaya membebaskan diri dari unsur-unsur pluralisme dalam agama Islam yang mereka anut. Dalam era reformasi ini, terlihat mulai terbangunnya kesadaran akan penguatan politik identitas yang ditandai dengan munculnya “Pan Dayak” yang mencerminkan arena persaudaraan antara orang Dayak dengan orang Tidung dalam organisasi PUSAKA (Persatuan Suku Asli Kalimantan). Semangat kebangkitan politik identitas perlu dicermati, karena Kabupaten Nunukan termasuk wilayah yang pluralistik. Kata Kunci : Orang Tidung, identitas etnik, budaya, kehidupan keagamaan

Abstrak This article was a part of research result titled “ in State Line Build Nation Caring Harmony: A Study on Inter-Tribes Relations in Nunukan District of .This research as critical ethnographic research examines the construction of ethnic identity and cultural aspect of Tidung people in Nunukan district. Data were analyzed interactively includes data reduction, data display, and verification. The results of the research indicate that ethnic identity of Tidung was built from several versions of interpretation result of Tidung ethnic groups it self originating from several areas in North Kalimantan, even Tidung people from . There is two opinion of Tidung people identity version. The first, Tidung people are part of Dayak ethnic and the second, Tidung people as in mythology is a distinct ethnic group. In its development, Tidung people in some areas such as in Tarakan is classified develop, while another area such as in Nunukan is classified as people with living simply. The simplicity of Tidung people in Nunukan district is reflected in their cultural orientation for a homely life. In religious life, Tidung older

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 31 generation is classified as pluralistic Islam while the young generation tries to release from the pluralism in their religion. In this reformation era, appears the awareness of identity politic strengthening as indicated by the emergence of “Pan Dayak” that reflects brotherhood arena between Dayak and Tidung people in PUSAKA (Persatuan Suku Asli Kalimantan) organization. The spirit of identity politic renaissance should be observed because Nunukan district is a pluralistic area. Keywords: Tidung people, ethnic identity, culture, religious life

PENDAHULUAN jaringan sosial dengan etnis lain. Bahkan hubungan kawin-mawin yang memungkinkan terjadinya da hal menarik menulis orang Tidung fenomena akulturasi, maupun asimilasi. di Pulau Sebatik, sebuah pulau yang Orang Tidung sebenarnya, bukanlah etnik menjadi Tapal Batas - Malaysia yang masih tertutup, karena sudah terjadi hubungan- Adi Kabupaten Nunukan. Pertama orang Tidung hubungan sosial dengan etnik lain. Namun di pulau ini hanya bermukim di tiga buah desa demikian, bagi masyarakat lain di pulau Sebatik, Kecamatan Sebatik Barat. Padahal di Pulau Sebatik memiliki streotip sendiri sebagai masyarakat yang terdapat 4 kecamatan, ini berarti orang Tidung, hidup sederhana dengan orientasi nilai budaya yang tergolong minoritas dari orang Bugis yang menjadi cenderung menghargai masa lalu dengan sedikit penduduk mayoritas di pulau tersebut. Namun masa kini. Karena itu, dalam bekerja mereka tidak demikian, orang Tidung adalah penduduk asli memburu status sosial, tetapi secukupnya saja Pulau Sebatik yang telah menjadi penghuni tetap sehingga terkesan terkebelakang atau tertinggal sejak abad 17. Dengan tangan terbuka orang Tidung dibanding kelompok etnis pendatang atau para menerima para migran, terutama migran Bugis migran, terutama dari kalangan migran Bugis. yang kemudian menjadi penguasa Pulau Sebatik. Gejala ini sebenarnya sangat mengkhawatirkan Konsekuensinya, Pulau Sebatik yang jika tidak dikelola secara benar. Masyarakat lokal membawahi empat kecamatan, menjadi sebuah yang merasa termarginalkan, akan membangun pulau dengan penduduk multi etnis : Bugis, kesadaran internal untuk melakukan resistensi. Jawa, Flores, dan beberapa etnik lainnya. Namun Agaknya, di sini letak pentingnya tulisan ini demikian, para migran tersebut telah menjadikan agar dapat memahami identitas etnik Tidung, pulau ini lebih maju. Sebaliknya, orang Tidung tidak kebudayaan dan kehidupan keagamaannya, agar banyak berubah. Orang Tidung, terlihat menjadi dapat lebih mudah mengintegrasikan kelompok kelompok etnis yang memiliki batas-batas yang etnis ini dalam pembangunan. jelas (well-defined boundaries) yang membedakan antara etnik Tidung dengan etnik lainnya di pulau Konstruksi Identitas Orang Tidung tersebut. Menurut Amir Hamzah (1999 : 21) asal usul Naroll ( Barth, 1988 : 11) yang mengidentifikasi orang Tidung saat ini setidaknya terbagi ke dalam kelompok etnik sebagai satu kesatuan pendudukan 3 versi, yakni 1) versi masyarakat Tidung sendiri, dengan ciri-ciri : (1) secara tertutup berkembang 2) versi pemerintahan Hindia Belanda dan 3) versi biak dalam kelompoknya; (2) memiliki nilai- pemerintah Republik Indonesia Cq. Pemerintah nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam Kabupaten Bulungan. Pengertian ketiga versi kebudayaan; (3) mewujudkan arena komunikasi tersebut berbeda-beda. dan interaksi sosial, dan (4) mempunyai anggota Pertama, versi menurut masyarakat Tidung yang mengenali dirinya serta dikenali oleh orang yang meyakini, bahwa nenek moyang mereka lain sebagai bagian dari satu kategori yang dapat berasal dari daratan Asia yang bermigrasi sekitar dibedakan dengan kategori lainnya. abad ke V - I SM. Saat itu, terjadi eksodus manusia Pandangan di atas sebenarnya terlalu dari daratan Asia menuju pulau-pulau di sebelah ekstrim. Kelompok etnis dengan ciri well define Timur dan Selatan. Diduga mereka mendarat di boundaries, ada ketika suatu kelompok etnis masih pantai Timur Pulau Kalimantan bagian Utara dalam kelompok-kelompok kecil yang hidup pada yaitu sekitar daerah Labuk dan Kinabatangan. lingkungan yang relatif tertutup dengan sentimen Kemudian, mereka menyebar dengan berbagai kemasyarakatan yang kuat. Sudah barang tentu, alasan ke daerah-daerah pesisir pantai dan di tepi- kelompok masyarakat seperti ini, sudah sulit tepi sungai besar serta di pulau-pulau di sebelah dijumpai karena berbagai faktor seperti semakin Timurnya seperti pantai Timur berbatasan berkembangbiaknya populasi, maupun jaringan- dengan daerah Kudat di Utara hingga Tanjung

32 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018 Mangkalihat di Selatan. Ekspansi mereka ini kadang Peristiwa konfrontasi yang melibatkan Orang kala mendapat perlawanan dari penduduk yang Tidung dalam mempertahankan kedaulatan lebih awal menempati daerah itu dan mendorong negara membuat mereka memilih menetap di penduduk itu untuk masuk lebih ke dalam hutan sebuah tempat yang menjadi saksi sejarah atas dan hulu sungai. Mereka ini kita kenal sekarang perjuangannya, walaupun sanak saudara dan sebagai suku bangsa Dayak Kayan. pertalian kekerabatan mereka dipisahkan oleh Saat ini, daerah mereka dikenal beberapa patok perbatasan kedua negara di pulau ini. Ikatan wilayah seperti Tarakan, Bunyu (Bulungan), persaudaraan antar orang Tidung sangat kuat dan Nunukan, Sebatik (Kab. Nunukan), Malinau, pola permukimannya yang belimpun (berdekatan) Bulungan, Sembakung, Salimbatu Sumbel, Sesayap dengan siapa yang dianggap sebagai pensulot (Kab. Tana Tidung), Pembeliangan, - sehingga membentuk komunitas perkampungan. Tinagad - Kelumpang - Selungun - Orang Tidung di Pulau Sebatik yang Sandakan - Labuk (Malaysia). Daerah-daerah terbentuk hari ini dimotori oleh proses menafsirkan inilah yang kemudian secara totalitas disebut Tana kembali peristiwa silam melalui jaring-jaring Tidung. ingatan dengan proses mental dan pemaknaan yang Kedua, versi Hindia-Belanda yang kontekstual sehingga membentuk sebuah rangkaian menyatakan bahwa asal usul orang Tidung perjalanan historis dari pengalaman yang muncul berasal dari Dayak Kayan. Versi ini ditengarai ke permukaan dan terus direproduksi oleh mereka. dilatarbelakangi kepentingan politik tertentu, Orang Tidung di Sebatik teridentifikasi berasal dimana yang dimaksud Tidung asli adalah daerah dari berbagai kampung yang terdapat di dataran yang hanya melingkupi Sesayap dan Malinau induk . Kelompok orang Tidung secara dengan mengabaikan konsentrasi pemukiman menyeluruh yang tersebar di wilayah Semenanjung penduduk Tidung lainnya. Nomenklatur Belanda Timur Laut Dataran Borneo terdiri dari tujuh ini menyebabkan masyarakat Malinau dan Sesayap kelompok yang merupakan kelompok sub bagian mengklaim dirinya sebagai Tidung Asli dan dari orang Tidung Sembakung, Sebuku, Tanah wilayahnya adalah Tana Tidung, sementara itu Merah, Tarakan, dan Bulungan. masyarakat Tidung di tempat lain pun mengklaim Menurut Idris (2017 : 60) terdapat 4 versi dirinya sebagai Tidung Asli. Demikian seterusnya mengenai asal-usul orang Tidung yaitu : Pertama, sehingga rasa persatuan di antara mereka semakin mitologi bahwa asal muasal orang Tidung berasal longgar yang diperparah lagi dengan saling hina dalam pemakaian bahasa Tidung. dari sebuah telur yang berada di atas sebuah pohon Ketiga, versi Pemerintah Indonesia cq. Bagian bambu. Awalnya dikisahkan bahwa ada salah Tata Pemerintahan Kantor Bupati Bulungan. satu suku Dayak yang menjadi pendahulu orang Dalam buku monografi Kabupaten Bulungan Tidung. Dalam versi ini, asal usul orang Tidung menyebutkan bahwa suku bangsa Tidung adalah bukan langsung dari manusia, walaupun cerita Dayak Pantai yang berasal dari daerah pegunungan sudah kurang diketahui oleh orang Tidung sendiri. di Menjelutung. Orang Tidung di Pulau Sebatik Jadi dulu dua kerajaan Dayak, memgawinkan anak mendiami wilayah pantai sebagai bagian dari mereka masing-masing. Anak dari raja tersebut Nunukan, yang dibesarkan di lingkungan keluarga setelah menikah menjadi pasangan suami-istri. yang rendah hati dan sederhana. Mereka yang Suatu ketika si istri itu hamil, dan mengidam menyebut dirinya sebagai orang kampung (ulun ingin memakan daging buruan. Kemudian suami pagun)yang bermukim di sekitar pinggiran sungai mengutus beberapa prajurit untuk berburu di dan wilayah pesisir. Bahkan permukimannya hutan agar memenuhi permintaan istrinya. Para pernah berpindah-pindah dari satu pinggiran prajurit beserta anjingnya bergegas menuju hutan sungai ke pinggiran sungai lainnya. untuk berburu dan menelusuri perbukitan, semak- Kini orang-orang Tidung tersebar di semak, dan lembah-lembah. Namun, hari itu tak sepanjang wilayah timur laut pulau Kalimantan dan ada satupun binatang yang mereka temukan. Cicak, pulau-pulau kecil sekitarnya. Di antaranya adalah kadal dan serangga pun tak ada, apalagi seperti di Kecamatan Nunukan dan di Kecamatan Sebatik burung, babi dan kijang. Hanya saja pada saat Barat. Semenjak negara terbentuk, mereka telah perjalanan pulang, anjing yang menyertai prajurit menerapkan pola bermukim secara menetap. Pulau itu, terus menggonggongi rumpunan pohon Sebatik yang ditempati mereka merupakan salah bambu. Prajurit itu heran mengapa anjingnya satu arena berlangsungnya insiden konfrontasi. menggonggongi pohon bambu tersebut. Lalu oleh

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 33 prajurit itu kemudian mulai memeriksa pohon. Sumbal inilah kemudian menyebar ke berbagai Ternyata di balik pohon bambu itu terdapat sebuah tempat di Semenanjung Bagian Timur Laut Pulau telur yang sangat besar. Lalu telur itu diambil Kalimantan dan pulau-pulau sekitarnya. prajurit untuk dibawah pulang untuk diperlihatkan Menurut versi ini orang Tidung dahulu kala kepada anak raja, suami dari istrinya yang lagi tinggal di sepanjang sungai-sungai di pertengahan mengidam ingin memakan daging buruan. Borneo Timur hingga ke utara di Batu Tinagat dekat Sesampainya di rumah, diperlihatkan oleh Tawau. Bukti jelas eksistensi sukubangsa Tidung raja dan raja menginginkan agar telur itu ditunggu adalah yang terawal di kawasan daerah Tawau sampai masa penetasannya, agar dapat diketahui ialah nama tempat yang menggunakan panggilan telur ini dari jenis binatang apa. Setelah ditunggu dalam bahasa Tidung seperti nama Tinagat yang seminggu akhirnya telur itu menetas dan yang berarti ‘tebang’ dan Membalua yang berarti ‘hantu’. ada dalam telur itu ternyata adalah manusia. Batu Tinagat atau Batu Payung berasal dari cerita Anak manusia yang lahir dari telur itu pun oleh masyarakat Tidung Tawau (Batubara, 2014 : 130). sang raja diberi nama sebagai Tidong, kamu ini Kaitan antara Tidung Tawau dan orang Tidung asal Sebuku merupakan cerita lisan yang orang Tidong. Karena asal didapatkannya telur ini diinformasikan secara historis ini telah mengalami dari atas bukit gunung-gunung di tengah hutan. perubahan. Berdasarkan Tidung Tawau hanya Kemudian anak itu pun tumbuh layaknya manusia mengisahkan peristiwa yang berkaitan dengan yang lain, serta menikah beranak-pinak hingga penamaan Tawau dan Batu Tinagat, sedangkan membentuk perkampungan sendiri dan tinggal di Tidung yang berasal dari sungai Sumbal daerah perbukitan. Seluruh keturunan Aki Tidung mengisahkan asal-usul orang Tidung dari hutan yang diyakini lahir dari telur yang ditemukan di di Sebuku sampai ke Tawau. Adanya unsur bukit tengah hutan ini disebut sebagai orang Tidung kesamaan kisah antara Tidung di Tawau dengan di yang saat ini tersebar di wilayah pulau Kalimantan Sebuku memperlihatkan bahwa sub-sub kelompok Bagian Timur Laut. Tidung yang tersebar di daerah yang berdekatan Cerita ini menggambarkan bahwa orang ini merupakan satu rumpun, meskipun terdapat Tidung yang ada saat ini berasal dari telur yang sedikit perbedaan terhadap mitos yang dibangun merupakan suatu fenomena yang unik, karena dan diinformasikan secara lisan dari satu generasi dalam mitos tersebut orang Tidung pada awalnya ke generasi selanjutnya. bukanlah ada dan terbentuk langsung menjadi Ketiga, mitologi mengenai asal-muasal manusia, melainkan dari telur yang sifatnya sangat orang Tidung versi Tidung Sembakung. Mitos ini gaib. Namun, sebelumnya dikisahkan bahwa yang dikembangkan oleh orang-orang Tidung yang menemukan telur yang menjadi cikal-bakal orang berasal dari Sembakung yang ada di Pulau Sebatik. Tidung adalah orang Dayak. Mitologi ini didasarkan pada mitos mengenai Aki Mitologi versi pertama ini Iebih banyak Suruga, yang dirumorkan mempunyai tinggi badan 5 dipertahankan oleh orang Tidung dari kelompok hasta. Informasi tentang asal-usul orang Tidung dari sesayap yang mendiami wilayah Tarakan, Tanah Sembakung yang dahulu menjadi bagian dari suku Merah, Pulau Mandul. Sedangkan untuk Kalimantan yang masih mengikuti ajaran nenek Tidung yang tinggal di daerah pedalaman seperti di moyang mereka. Dikisahkan bahwa dahulu dalam Sembakung dan Sebuku menganggap bahwa kisah keluarga Tidung ada dua bersaudara kakak beradik. mengenai mitologi asal-usul Tidung yang berasal Kakaknya bertemu dengan seorang wali di hutan dari telur merupakan kisah dari asal-usul suku dan mengajarkan mengenai ajaran Islam. Sesampai Bulungan. Dan faktanya pada saat ini di antara di rumah sang kakak ingin mengajarkan ke adiknya. kalangan Tidung dan Bulungan terdapat pemisahan Namun, adiknya masih ingin menjalankan ajaran tegas antar suku mereka. Orang Tidung tak mau dari leluhurnya. Sebagai akibat masing-masing mengakui bahwa Bulungan merupakan bagian dari mempertahankan pendapatnya, maka kakak dan adik membagi wilayah kekuasaannya dan memilih mereka dan begitu pula sebaliknya. untuk berpisah karena perbedaan kepercayaan. Kedua,mitologi mengenai asal-muasal orang Berpatokan pada aliran sungai, wilayah kekuasaan Tidung versi Tidung Sebuku. Kelompok subetnik kakak sampai pada pertemuan air asin dengan air Tidung Sebuku diyakini oleh masyarakat berasal tawar di sungai, sedangkan wilayah adik pada aliran dari sungai Sumbal yang berada di sekitar wilayah sungai yang tak bercampur air asin. Artinya wilayah Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan. Orang- kakak adalah hilir sungai sedangkan wilayah adik orang Tidung Sebuku yang berasal dari sungai

34 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018 adalah hulu sungai. Perjanjian tersebut merupakan yang dikisahkan dalam mitos menikahi putri dari sebuah perjanjian untuk membagi kekuasaan antara kayangan, sebenarnya adalah bahasa yang sangat orang Tidung dengan orang Dayak. Untuk itulah hiperbolik. Orang kayangan yang dimaksudkan orang-orang Tidung saat ini lebih banyak tersebar adalah orang gunung yang tinggal di daerah pada wilayah pinggiran sungai bagian hilir dengan atas. Sedangkan orang Suluk adalah kelompok wilayah pesisir dan pulau-pulau sekitar Dataran yang mendiami wilayah pesisir dan pulau-pulau. Borneo. Perkawinan antar etnis itu menyebabkan proses Ada pendapat, bahwa orang-orang Tidung islamisasi yang dilakukan oleh Kerajaan Suluk ke yang ada dan bermukim di Sebatik berasal dari kelompok Dayak Murut, yang akhirnya Dayak berbagai sub suku Tidung, yang berasal dari Murut yang telah Islam telah mengubah identitas kelompok Tidung Sebuku, kelompok Tidung mereka menjadi orang Tidung. Tidung merupakan Sembakung, dan Kelompok Tidung Sesayap. Dari istilah yang merujuk pada tempat yang berada segi dialek bahasa yang digunakan ketiga sub suku di dataran tinggi, jadi walaupun mereka pada ini memiliki dialek yang berbeda. Tidung Sebuku umumnya mendiami wilayah pesisir, namun asal- dan Sembakung yang berasal dari pedalaman Sungai usul mereka berasal dari gunung. Mitologi ini Sumbal dan Sungai Sembakung dikategorikan didasarkan pada ekspansi Kesultanan Suluk atas sebagai kelompok Tidung pedalaman. Sedangkan Wilayah Sabah. Dari mitos inilah asal-muasal Tidung Tarakan adalah kelompok Tidung yang Tidung yang berasal dari daerah Kinabatangan, telah lebih maju karena tinggal di wilayah pesisir terus menyebar ke daerah Tawau, Apas, Klabakan, yang membuat mereka telah mengalami kontak dan juga menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dengan suku lain akibat adanya perdagangan laut. seperti di Sebuku dan Sembakung. Walaupun orang Tidung berasal dari berbagai Perbedaan yang mencolok mengenai asal- sub kelompok etnis dari berbagai daerah yang usul Tidung versi Malaysia dan versi Indonesia terpencar, mereka dipersatukan dengan nilai yang dipaparkan di atas merupakan sebuah wacana belimpun, dengan semboyan belimpun taka untuk mengklaim bahwa Tidung merupakan tagas, usuwai taka tapu yang berarti menyatu kita etnis yang berasal dari negara masing-masing layaknya kayu ulin dan bercerai-berai kita layaknya dan membangun identitas orang Tidung. Namun tebu. Semboyan ini bermakna bahwa orang Tidung demikian, baik dari Tidung Malaysia maupun haruslah bersatu, jangan berbeda pendapat dan Tidung di Indonesia, masih memiliki ikatan tali terpecah-belah karena hal itu dapat membawa kekerabatan, karena penyebaran mereka di wilayah kehancuran dan membuat orang Tidung lemah Sabah dengan Kalimantan Utara jauh lebih dulu dan gampang terprovokasi. Untuk itulah nilai dan hadir dibandingkan dengan terbentuknya negara di semboyaan ini dibangun dalam rangka penguatan wilayah ini. identitas ke-Tidung-an untuk mempersatukan Mitos yang dikonstruksi oleh kelompok sub dan mengikat subsuku Tidung yang berasal dari etnis Tidung, baik yang berasal dari kelompok daerah yang berbeda dengan perbedaan dialek Sebuku, Sembakung, dan Sesayap merupakan bahasa. Dengan semboyan ini kelompok sub sebuah strategi kebudayaan dalam rangka untuk Tidung yang berasal dari Sebuku, Sembakung, dan membangun identitas dan mendiferensiasi dengan Tarakan menyatu dengan mengangkat identitas ke- kelompok lain. Seperti yang dikatakan oleh Van Tidung-an. Okushima (2003 : 21) mengkategorikan Peursen (1988 : 61) bahwa mitos adalah sebuah sub suku Tidung menjadi empat kategori, yakni cerita yang menjadi pedoman dan arah tertentu kelompok Sesayap, kelompok Sebuku, Sembakung, kepada sekelompok orang yang melambangkan dan kelompok Bulungan. Namun untuk orang identitas dirinya. Terutama pada mitos mengenai Tidung yang di Sebatik tak menganggap lagi bahwa asal-usul. Karena pada sebuah mitos itu, manusia kelompok Bulungan sebagai sub kelompok Orang dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian- Tidung. kejadian sekitarnya, dapat menanggapi daya-daya Keempat, mitologi mengenai asal-usul kekuatan alam. orang Tidung dari versi Malaysia. Dalam versi ini Dalam hal ini manusia menemukan identitas menyebutkan bahwa orang Tidung adalah hasil dirinya. Manusia dikelilingi oleh alam semesta perpaduan antara dua etnis yakni etnis Dayak Murut sehingga manusia mudah dimasuki oleh daya dan dan etnis Suluk. Etnis Suluk yang datang ke Sabah kekuatan alam. Manusia masih terbuka yang dengan untuk memperkuat ekspansinya di dataran Borneo demikian berpartisipasi dengan daya-daya kekuatan mengawini penduduk setempat yakni Dayak Murut, alam yang menyadarkan bahwa terdapat daya-

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 35 daya kekuatan gaib yang bersifat mistis. Namun dengan adanya kuburan tua yang terletak di manusia masih belum mampu memandang obyek beberapa kampung seperti di Kampung Sekapuk atau realita dengan inderanya sehingga manusia di Desa Liang Bunyu’ dan Kampung Lapeo, diduga dan alam bercampur menjadi satu kemudian merupakan kuburan dari orang Tidung, bukti melahirkan identitas dari hasil perpaduan antara arkeologi berapa makam tua yang bernisan tahun manusia dan alam sekitarnya yang dibentuk melalui 1836 terdapat di pinggir pantai yang terletak pada mtos asal-usul. sekitaran pohon bambu diyakini merupakan Mengacu pada ketiga mitos inilah dapat kuburan orang Tidung. diidentifikasi mengenai adanya subkelompok Gelombang kedua terjadi pada saat Kerajaan etnik Tidung yang bermigrasi ke Pulau Sebatik. Tidung di Tarakan yang bergelar Kerajaan Tengara Penelusuran mengenai jejak-jejak perjalanan orang- Raja Tidung Tarakan Datuk Adil memerintahkan orang Tidung yang bermigrasi ke Pulau Sebatik dapat untuk membuka perkampungan di Pulau Sebatik. dilihat dengan adanya peninggalanpeninggalan Dalam Kerajaan Tidung Tarakan terdapat lima arkeologis dan dapat pulau ditelusuri dengan pulau yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan jejak ingatan para tetua Tidung yang masih hidup. Tidung, seperti Pulau Tarakan, Pulau Bunyu’, Pulau Terjadi tiga gelombang migrasi ke Sebatik : Mandul, Pulau Nunukan, dan Pulau Sebatik yang Pertama, Periode ini diyakini terjadi pada berada di sekitar dataran Borneo. Dengan perintah tahun 1700. Berdasarkan bukti sejarah, terdapat dari raja Tidung Tarakan Datuk Adil (1896-1916) makam tua di Pulau Sebatik bercorak Islam Melayu dibukalah kampung di Sebatik pada akhir tahun yang tersebar di beberapa desa. Diidentifikasi bahwa 1813. Dibangunnya Kampung Tidung di Bebatu kuburan tua ini merupakan kuburan orang Tidung yang saat ini adalah Desa Setabu, merupakan desa di masa lalu. Selain itu diperkirakan bahwa pada pertama dan tertua di Pulau Sebatik berdasarkan abad ke 18 merupakan gelombang pertama migrasi versi pemerintah. Desa atau perkampungan orang Tidung di Pulau Sebatik. yang dibuka oleh raja yang menjadi persyaratan Bukti arkeologis berupa kuburan tua yang pembukaan kampungnya adalah harus ada yang terdapat di Desa Liang Bunyu’ khususnya yang melakukan fardhu kifayah dan dukun beranak. terdapat di kampung Sekapuk Desa Liang Bunyu’. Pada saat pembukaan kampung oleh utusan Namun, ada pula makam tua yang terdapat di raja telah ada sekelompok orang Tidung yang Kampung Lapeo di Desa Setabu. Kuburan tersebut telah bermukim sebelumnya dari kalangan Tidung diyakini sebagai kuburan orang Tidung, karena Sebuku di daerah pedalaman. Kemudian, orang- menurut penuturan informan, kuburan tersebut orang dari Tidung yang dari Tarakan dulunya memiliki ciri-ciri dengan nisan yang bertuliskan hanya sebatas menjadikan Pulau Sebatik sebagai Arab Melayu pada namanya, tetapi penulisan pulau tempat persinggahan semata. Pada masa ini tahunnya masih bertuliskan huruf Latin. Kemudian banyak para pelaut yang datang ke Pulau Sebatik nisannya masih terbuat dari kayu ulin, namun untuk mengambil kayu dan mencari rotan, damar bentuk dan ukirannya telah mencirikan bahwa dan bahan-bahan lainnya. Hanya saja belum ada makam ini merupakan makam orang yang telah yang menetap. Seperti kelompok Suku Bajo, Suku beragama Islam. Pada makam tersebut tertulis Moro, suku Suluk. Semenjak saat itu perdagangan tanggal meninggalnya hanya tertera tahunnya yaitu laut di Tarakan-Nunukan-Sebatik-Tawau dikuasai pada tahun 1832. Meskipun kondisi nisan telah oleh orang Tidung. Pada tahun 1916, Kerajaan mulai lapuk dimakan waktu, tetapi nisan pada Tidung diserang oleh Kesultanan Bulungan akibat makam terbuat dari kayu ulin mampu bertahan adu domba Belanda sehingga pada akhirnya pada waktu yang cukup lama. Kuburan tersebut Kerajaan Tidung Tarakan runtuh dan Raja Datuk merupakan sisa-sisa dari perkampungan yang Adil diasingkan ke tempat lain, sehingga Kesultanan dulunya didirikan di Kampung Sekapuk. Pada saat Bulungan menguasai wilayah Tarakan. ini, perkampungan-perkampungan orang Tidung Periode ketiga pada tahun 1911, terjadi di daerah Sekapuk, sudah tidak ada lagi. setelah Kerajaan Bulungan melancarkan serangan Berdasarkan pada gelombang pertama orang ke daerah yang berdekatan dengan wilayahnya, Tidung yang masih hidup dengan pola bermukim termasuk pada wilayah Sembakung. Hal ini secara berpindah pada abad ke-18. Gelombang menyebabkan orang-orang Tidung di Sembakung pertama ini diketahui merupakan migrasi orang yang berhasil selamat dari penyerangan melarikan Tidung yang berasal dari Sebuku. Hal ini diperkuat diri ke berbagai daerah, ada yang ke Tarakan,

36 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018 Nunukan, Sebatik, Tawau, Kinabatangan, Labuk, ritual memotong kepala manusia menggunakan , dan Bahkan sampai ke Pulau Sulu. mandau untuk menunjukkan kekuatan, dan hanya Orang Tidung yang berasal dari Sembakung dilakukan oleh para pemimpin, lalu yang kepalanya di Pulau Sebatik membuka perkampungan di terpotong, digantung dan diperlihatkan ke warga. wilayah Desa Liang Bunyu’. Orang Tidung dari Mereka yang kalah akan mengabdikan diri kepada kelompok Sembakung yang datang ke Pulau Sebatik pemenang mengayau. Megayau juga menjadi sebuah awalnya hanya sebatas mengambil kayu, dan sarang mekanisme untuk membuktikan keperkasaan burung wallet yang menjadi komoditi perdagangan seorang pria ketika hendak meminang seorang laut. Orang-orang Tidung yang datang ke Sebatik gadis. Anak laki-laki melanglang buana mencari hanya mendirikan pondok-pondok kecil yang lawan yang kuat untuk mengadu ilmu dan bertarung berada di dekat bibir pantai sebagai penanda tempat sampai lawannya kalah, dan pemenang memenggal persinggahan mereka. Perkampungan yang mereka kepala yang kalah. Kemudian kepala manusia itu bangun bernama Beliang Bunyu’, yang berarti diperlihatkan sebagai bukti keperkasaan. Namun, bahwa “tidak tenang atau merasa was-was kalau saat ini tradisi mengayau telah ditinggalkan oleh tidak kembali”. Hal ini dikarenakan orang Tidung orang Tidung dan semenjak orang-orang Tidung yang ada di Sebatik masih memikirkan sanak memeluk agama Islam, mengayau sudah tak keluarga yang berpencar ke beberapa daerah, dan dilakukan lagi, karena dianggap sangat bertentangan kampung asalnya. Namun, lama-kelamaan nama dengan ajaran agama Islam. Orang Tidung, baik di itu berubah menjadi Liang Bunyu’ yang berarti Nunukan maupun di Pulau Sebatik pun juga sudah lubang buah bunyu’. Nama ini diberikan karena tak ada lagi yang menjalankan tradisi mengayau ini di dekat perkampungan terdapat buah bunyu’ dan (lihat Coomans, 1987 : 30). terdapat pula lubang yang berada di dekatnya. Kedua, adalah falsafah mengenai adat-istiadat Tidung merupakan istilah kolektif untuk setempat yang harus dihargai. Dengan prinsip, sekelompok orang kampung yang mendiami dimanae tana biyamo, dengino kuanan sinantuk, wilayah pesisir dan hilir sungai pada wilayah yang berarti dimana bumi dipijak di situ langit Dataran Borneo Bagian Timur Laut dan pulau-pulau dijunjung. Makna dari prinsip ini adalah jika kecil sekitarnya. Penamaannya kemudian dikaitkan terjadi pembauran antara pendatang dan kelompok dengan nama sungai yang terletak di sekitar penduduk asli, maka kelompok pendatang harus pemukiman mereka. Seperti pada Sungai Sumbal di menaati adat-istiadat suku asli, karena adat itu Sebuku, Sungai Sembakung, dan Sungai Sesayap di berlaku pada wilayah dimana suku asli berada. wilayah Kab. Tanah Tidung. Kemudian penyebaran Orang Tidung yang menganggap diri mereka Suku Tidung pun umumnya terkonsentrasi pada sebagai suku asli di Pulau Sebatik, menyebabkan wilayah hilir sungai dan pesisir serta pulau-pulau kelompok etnis pendatang lain harus menaati sekitarnya. aturan adat yang terdapat di Pulau Sebatik. Ketiga Tourotus. Tourotus secara harfiah Orientasi Nilai Budaya berarti tak sampai hati. Artinya bahwa Orang Tidung Orientasi nilai budaya merupakan sebuah memiliki empati yang mendalam untuk menolong prinsip ideal yang diyakini akan membawa dan memperhatikan sesama anggota kerabat yang kebahagiaan. Orientasi nilai budaya juga disebut membutuhkan. Bahkan tidak hanya itu, orang di prinsip hidup, dalam pengertian prinsip yang luar dari kelompoknya pun yang berkesusahan dijadikan pedoman hidup oleh manusia pemiliknya. akan diberi bantuan jika memerlukannya. Tourotus Gilirannya, orientasi nilai budaya menjadi inilah yang melatarbelakangi sikap saling tolong- pengarah langkah manusia ke depan. Demikian menolong pada masyarakat Tidung, dan merupakan seterusnya sepanjang hidup manusia pemiliknya, nilai untuk meredam konflik. Bagi orang Tidung baru berhenti pada akhir kesadarannya. Seperti akan berpikir panjang jika ingin memulai pertikaian, halnya orang Tidung yang memiliki Falsafah karena mereka tak sampai hati melakukan hal itu. Hidup berupa sistem nilai dan norma yang menjadi Tapi, jika hal tersebut tidak dapat dielakkan, dan pedoman hidup orang Tidung dalam menjalani dapat menyebabkan kesabaran orang Tidung habis, kehidupannya. Ada beberapa falsafah hidup orang maka perlawanan bisa saja terjadi. Tidung yang masih dijalankan maupun yang sudah Keempat hidup sederhana. Orang Tidung ditinggalkan, akibat adanya persentuhan dengan memiliki pola hidup yang sangat sederhana. Orang ajaran Islam (Sani, 2017 : 67; Idris, 2017 : 170). Tidung memiliki kebiasaan hidup secara sederhana Pertama adalah mengayau. Mengayau dan subsisten. Orang Tidung hanya memanfaatkan adalah sebuah nilai yang melatarbelakangi

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 37 segala hal yang tersedia, sebatas untuk memenuhi Kedelapan. Kepunan. Nilai ini bertujuan untuk kebutuhan hidup. Tempat tinggal orang Tidung menghargai tuan rumah pada saat bertamu. Orang relatif sederhana kalau dalam Bahasa Tidung Tidung sering menyebutnya sebagai “Ngambit ko mereka menyebutnya “asol sino jadinyo gino”, asal dulu, Kepunanko nanti”. Keramahtamahan orang ada jadilah baiknya. Selain itu ungkapan “Suang Tidung telihat pada saat kita berkunjung ke rumah Bagas bagambus”, kalau ada beras, kita bernyanyi. mereka. Menyodorkan makanan untuk dicicipi Artinya kalau ada makanan yang hendak dimakan tamu, merupakan kebiasaan orang Tidung. Sebagai itu sudah cukup. Kemudian untuk rumah orang tamu kita diwajibkan untuk mencicipi makanan Tidung, mereka berprinsip yang jelas kalau hujan tersebut. Hal ini disebabkan, dalam tradisi orang tidak kehujanan, dan kalau panas tidak kepanasan. Tidung jika bertamu dan tak mencicipi hidangan Kelima Belimpun. Nilai belimpun ini yang ditawarkan akan mendatangkan nasib sial. bermakna bahwa orang Tidung dalam sesama Untuk itulah dengan ungkapan Ngambit ko dulu, masyarakat Tidung lebih senang untuk berkumpul. kepunan ko nanti. Merupakan nasehat yang Untuk itulah pola permukiman orang Tidung ditujukan ke tamu agar tidak mendapatkan nasib berpusat dan berkumpul pada sebuah tempat, tidak buruk. Ajaran yang ingin disampaikan dibalik berpencar-pencar. Selain itu dalam nilai belimpun ini adalah dengan cara seperti ini akan saling ini, dalam satu rumah biasanya tidak hanya dihuni menghormati dan menghargai antar orang Tidung. oleh satu keluarga inti, tapi bisa satu keluarga luas yang terdiri dari nenek, orang tua dan anak. Kehidupan Keagamaan Namun, biasanya jika anak telah mampu untuk Dalam perspektif teori evolusi religi, sistem mendirikan rumah maka anak akan tinggal sendiri kepercayaan terjadi atas dasar adanya kesadaran bersama keluarganya, tetapi lokasi permukimannya manusia yang mendalam tentang makhluk-makhluk tidak jauh dari pusat permukiman. Orang Tidung supranatural yang menguasai jagat raya, termasuk pun, dalam kegiatan sehari-hari sering berkumpul hidup manusia itu sendiri. Sistem kepercayaan bersama dan bercengkrama di sela-sela pekerjaan merefleksikan kesadaran, bahwa manusia sebagai yang telah ditekuni. Nilai belimpun ini pula dapat makhluk hidup, memiliki keterbatasan dalam memperkuat solidaritas sosial pada masyarakat menyikapi dan memahami dimensi makrokosmos. Tidung. Di sini manusia menunjukkan ketidakberdayaan Keenam, Berinut. Nilai ini yang menyebabkan dalam menghadapi makhluk-makhluk supranatural orang Tidung kurang memiliki etos kerja yang yang lebih digdaya. Makhluk-makhluk yang digdaya tinggi, dan kurang termotivasi dalam melakukan ini dapat melakukan apa saja yang manusia tidak sesuatu. Dalam melakukan pekerjaan, orang dapat lakukan (Sani, 2014 : 1). Tidung tidak terlalu berambisi, sehingga Makhluk-makhluk tersebut dapat pekerjaan itu dilakukan secara pelan-pelan atau menciptakan krisis-krisis dalam kehidupan ala kadarnya saja. Ketujuh Kutika. Kutika adalah manusia, dapat menciptakan kejadian-kejadian yang pedoman keberuntungan bagi orang Tidung untuk luar biasa dalam hidup manusia dan dalam alam memulai aktifitas yang terkait dengan sistem mata sekelilingnya. Karena itu menurut Koentjaraningrat pencaharian. Kutika ini biasanya digunakan orang (1964 : 41), pada umumnya bentuk religi dari Tidung jika ingin pergi berburu di hutan, mencari sebanyak mungkin suku bangsa di dunia, akan gaharu, kayu ulin, sarang burung walet. Serta tampak adanya empat unsur pokok yaitu; (1) emosi digunakan sebagai pedoman untuk menangkap keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan keagamaan. (2) ikan di laut dengan cara memancing. Jadi, kutika sistem kepercayaan atau bayang-bayangan manusia merupakan pedoman keberuntungan untuk tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, maut memulai pekerjaan. Kutika yang dimaksud orang dan sebagainya. (3) Sistem upacara keagamaan Tidung adalah menggambarkan sosok seperti orang yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia berdiri yang mempunyai anggota tubuh yang terdiri gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut dari kepala, tangan, badan, dan kaki. Dan masing- dalam sub-sub, dan kelompok keagamaan atau masing bagian anggota tubuh memiliki makna kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan yang dijadikan pedoman untuk memulai aktivitas. mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara Jadi Kutika digunakan untuk menerawang waktu- keagamaannya. waktu yang dianggap baik sehingga membawa Sesungguhnya, inti dalam suatu religi keberuntungan. adalah sistem upacara keagamaan yang bertujuan

38 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018 mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan pertahankan yang tidak bertentangan dengan ajaran atas sistem religi tersebut. Baik teori-teori yang Islam. Namun untuk tradisi yang bertentangan berorientasi kepada keyakinan religi, maupun dengan anjuran agama telah ditinggalkan oleh teori yang berorientasi kepada upacara keagamaan, orang Tidung. Orang Tidung menyebutnya “yakin senantiasa terdapat aktivitas dalam bentuk upacara ko do tuhan kamat anu tenuju melainkan Allah”. (Koentjaraningrat, 1980 : 57) yang biasa dilakukan Sebagai ungkapan untuk menjalankan ajaran Islam melalui aktivitas bersaji, berkorban dan berdoa, dan sistem keyakinan mereka kepada Allah SWT yang kemudian diikuti oleh serangkaian tingkah (Muthohor, 2015 : 14). laku seperti makan bersama, menari berprosesi, Satu hal yang menarik, bahwa keislaman bersamadi sampai pada perbuatan yang lebih orang Tidung di Pulau Sebatik dapat digolongkan ekstrim dalam bentuk intoxikasi atau perbuatan menjadi dua golongan, yakni yang mereka sebut untuk menimbulkan atau menghilangkan kesadaran sebagai kaum tua-tua dengan kaum muda-muda. diri pelaku upacara. Kaum tua-tua adalah kelompok yang terdiri dari Keesing (1992 : 28), mengaitkan model sekumpulan para tetua adat dan pengikutnya upacara peralihan misalnya sebagai sarana yang yang bersikukuh masih mempertahankan adat digunakan untuk menginterpretasikan upacara tradisi dalam kehidupan sehari-hari meskipun berkorban. Logikanya, manusia menganggap telah mengenal ajaran agama Islam. Seperti tradisi ada alam lain yang memiliki kekuasaan sebagai membuka lahan, tradisi melahirkan, perkawinan, pengawas. dan kematian yang dalam ritualnya memadukan Dahulu, nenek moyang orang Tidung dari antara adat dan ajaran agama. etnik Dayak, masih menganut kepercayaan para Bahkan dari kelompok ini meyakini bahwa leluhur yang disebut kaharingan, yang menurut keislaman mereka sangatlah inklusif, karena Kertodipaero (1963 : 16), suatu sistem kepercayaan diyakini bahwa yang mengislamkan mereka adalah yang meyakini gejala-gejala dinamistis serta gejala- wali yang dikirim oleh Allah SWT yang berasal gejala monotheisme. Gejala yang dinamistis tampak dari langit untuk orang Tidung karena waliullah dalam kebiasaan menyimpan jimat-jimat. Benda- itu bersifat gaib, sehingga menjadi lebih sakral, benda yang mengandung kekuatan gaib, akan dan terpelihara secara historis pada orang Tidung. menambah kekuatan terhadap diri seseorang. Karena yang memperkenalkan Islam ke mereka Gejala-gejala yang demomistis, yakni diyakini bukan berasal dari penyiar Islam dari jalur kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus atau perdagangan yang mengIslamkan orang Tidung roh-roh begitu kuat pada penganut kaharingan. seperti pada banyak kasus di Indonesia mengenai Karena itu untuk menangkal kemurkaan para pola penyebaran ajaran Islam yang banyak makhluk gaib tersebut, perlu sesajian. Namun dilakukan oleh para saudagar (pedagang Arab). demikian para penganut kaharingan meyakini Walaupun terdapat anggapan dari orang luar bahwa adanya satu dewa tertinggi, yang dianggap ajaran Islam yang dijalankan oleh orang Tidung paling berkuasa. Dia yang menciptakan langit, menciptakan bumi dan lainnya. mengandung ajaran “syirik”, namun bagi orang Seiring dengan penerimaan agama Islam Tidung sendiri, hal itu adalah hal yang menjadi pada masyarakat Tidung, kepercayaan kaharingan petunjuk kebenaran dalam menjalani hidup mereka berangsur hilang, walaupun tidak hilang sama (Idris, 2017 : 142). sekali. Ada beberapa kebiasaan yang biasa dilakukan Kedua adalah kaum muda-muda, pada para leluhur, masih dipertahankan, walaupun kelompok kedua ini dipelopori oleh kaum muda makna yang terkandung dalam kebiasaan tersebut yang telah menempuh pendidikan di pesantren- telah berubah. Gejala seperti ini menurut Smith pesantren. Dalam praktik keagamaan, kaum muda- (dalam Koentjaraningrat, 1980 : 67) banyak terjadi muda ini cenderung tidak mempraktikkan lagi pada banyak agama yang upacaranya tetap, tetapi ajaran hasil sinkretis dari ajaran agama Islam dan latar belakang, keyakinan, maksud atau doktrinnya adat. Mereka kaum muda ini, menjalankan praktik keagamaan yang sesuai dengan Al-Quran dan Al berubah. Hadist. Masalahnya, dalam praktik keagamaan Saat ini, pada umumnya orang-orang Tidung seperti shalat Jumat, kaum muda tidak diberi yang ada di Pulau Sebatik telah beragama Islam. kesempatan oleh kaum tua untuk berceramah Dengan demikian, sistem religi orang Tidung maupun terlibat dalam ritual keagamaan lainnya. berlandaskan pada ajaran agama Islam. Namun Jadi, sistem kepercayaan yang dianut oleh orang demikian, masih ada ajaran adat yang mereka Tidung adalah telah berlandaskan pada ajaran

Orang Tidung di Pulau Sebatik; Identitas Etnik, Budaya dan Kehidupan... - Muhammad Yamin Sani, Rismawati Isbon | 39 agama Islam, namun dalam bentuk praktik terjadi ucapan terima kasih kepada Redaksi/Pengelola perpaduan antara budaya lokal dengan Islam. Jurnal Alqalam Balai Litbang Agama Makassar yang Bahkan sistem religi yang dianut oleh orang bersedia menerima dan memuat tulisan ini. Tidung menggambarkan adanya keterkaitan dengan pranata lainnya. Keterkaitan antara pranata religi dengan pranata lainnya menggambarkan DAFTAR PUSTAKA bahwa sistem religi dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku pada segala aspek kehidupan, walaupun orang Tidung mengakui bahwa satu- Barth, Fredrick. 1988. Kelompok Etnik dan satunya agama yang mereka anut adalah agama Batasannya. UI Press. Jakarta. Islam. Batubara, H. 2014. Pulau Sebatik Ikon Kota Perbatasan : Beranda Depan Kedaulatan PENUTUP Bangsa. wilayahperbatasan.com. Bandung Ketidakberdayaan orang Tidung bersaing Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Daya, Dahulu, untuk memperoleh akses di ranah ekonomi, Sekarang, Masa Depan. Gramedia. Jakarta. termasuk akses terhadap sumberdaya alam, bukan Hamzah, Amir. 1998. Sekilas Mengenai Suku semata-mata karena faktor eksternal dari kalangan Bangsa Tidung. Manuskrip Tidak diterbitkan. para migran yang cenderung menguasai pasar dan Idris, Usman. 2017. Ulun Pagun : Konstruksi Identitas pengelolaan sumberdaya alam, tetapi juga karena Orang Tidung di Pulau Sebatik. Tesis. Prog. faktor internal, sebagai akibat orientasi nilai budaya orang Tidung yang begitu menghargai masa lalu. Magister Pascasarjana Unhas. Makassar. Sistem nilai budaya yang begitu kuat Keesing M. Roger. 1996. Antropologi Budaya, Suatu menghargai masa lalu, menyebabkan adat istiadat Perspektif Kontemporer, Ed. Kedua. Erlangga. tetap dipertahankan. Masalahnya, mempertahankan Jakarta. hal-hal yang baik adat istiadat, sesungguhnya sah- Kertodopoero, Sarwoto. 1963. Kaharingan Religi sah saja. Namun demikian, tantangan terhadap dan Penghidupan di Petuluan Kalimantan. kehidupan hari ini dan masa datang begitu Sumur. Bandung. kompleks, sudah barang tentu ini perlu penyesuaian Koentjaraningrat. 1964. Tokoh-Tokoh Antropologi. dan perubahan agar orang Tidung dapat tetap eksis PT. Penerbitan Universitas. Jakarta. dan berkembang serta bersaing. Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Kesadaran menyongsong masa depan Sosial. Dian Rakyat. Jakarta. dengan serangkaian perubahan sistem nilai Muthohar, Ahmad. 2015. Islam Dayak : Dialektika budaya yang mendukung pembangunan terutama Identitas Dayak Tidung di Pulau Sebatik. pembangunan masyarakat, sangat diperlukan Fatwa Pub. Semarang. sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan mereka. Okhosima, M. 2003. Ethnic Background of The Orang Tidung tidak perlu merasa termarginalkan Tidung : Investigation of The Extinct Rules dan merasa rendah diri akibat ketertinggalan dari of Coastal North East Borneo. Didownload para migran. Upaya untuk merekonstruksi identitas dari http://www.kuis.rcjppiec/member/ dengan membentuk Forum Komunikasi Orang okushima/ronko/tidung.pdf. tanggal 10 Tidung menjadi momentum untuk membangkitkan Desember 2015. spirit orang Tidung yang pernah jaya pada masa Puersen, C.A. 1976. Strategi Kebudayaan. Penerbitan lalu untuk melakukan perubahan, terutama di Yayasan Kanisius. Yogyakarta. bidang sosial, ekonomi dan pendidikan dan dengan Sani, M. Yamin. 2014. Erau : Politik Kebudayaan dan demikian mereka dapat lebih partisipatif dalam Modernisasi di Kabupaten Kutai Kartanegara penguatan politik identitas yang membangun. Kalimantan Timur. Makalah. Makassar. Sani, M. Yamin, dkk. 2017. Orang Tidung di UCAPAN TERIMA KASIH Tapal Batas : Membangun Negeri Merawat Syukur Alhamdulillah atas berkat Rahmat Harmoni. Laporan Penelitian Professorship Allah Swt. penulis ucapkan atas selesainya tulisan Universitas Hasanuddin. Makassar. ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi Universitas Indonesia. 1980. Sejarah Teori mulai dari perencanaan dan pelaksanaan penelitian Antropologi I. UI Press. Jakarta. sampai kepada selesainya tulisan ini. Dan tak lupa,

40 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 24 Nomor 1 Juni 2018