Pembentukan Konsep Ruang Perempuan Pada Masyarakat Budaya Padi Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PEMBENTUKAN KONSEP RUANG PEREMPUAN PADA MASYARAKAT BUDAYA PADI KASEPUHAN CIPTAGELAR KABUPATEN SUKABUMI Teva Delani Rahman*, Susilo Kusdiwanggo Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Jl. MT Haryono No 167 Malang *Email: [email protected] ABSTRAK Sebagai masyarakat berbudaya padi (rice culture) yang kuat, segala bentuk aktivitas utama masyarakat Ciptagelar berpusat pada padi. Aktivitas ritual terhadap padi tersebut banyak melibatkan perempuan. Masyarakat budaya padi di Ciptagelar sebagai masyarakat yang memuliakan padi, juga memuliakan perempuan termasuk dari peran, hak, dan kewajibannya. Dalam aktivitas rutin dan ritual sepanjang satu siklus budaya padi pada ruang domestik, eksistensi perempuan sangat dominan. Dengan demikian terbangun preposisi bahwa semua ruang yang terkait dengannya akan terbangun menjadi ruang perempuan saat aktivitas tersebut berlangsung. Bagaimana konsep ruang perempuan itu terbangun? Tujuan dari penelitian ini yaitu mengeksplorasi aspek yang mendasari terbentuknya konsep ruang perempuan dan menyediakan penjelasan tentang pembentukan konsep ruang perempuan pada masyarakat budaya padi Kasepuhan Ciptagelar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif-eksploratif-deskriptif dengan paradigma penelitian participatori. Penelitian ini menemukan pengetahuan baru tentang dasar-dasar terbentuknya konsep ruang perempuan pada masyarakat budaya padi Kasepuhan Ciptagelar dalam bentuk pola aktivitas gender perempuan beserta yang mempengaruhinya (kepercayaan dan religi masyarakat), sehingga terbentuk konsep ruang domestik perempuan masyarakat budaya padi Kasepuhan Ciptagelar. Kata Kunci : budaya padi, ciptagelar, gender space, konsep ruang, ruang perempuan ABSTRACT As a strong community of rice culture, all forms of Ciptagelar community's main activities centered on rice. Ritual activity on rice is mostly involving women. Rice culture community in Ciptagelar as a society that glorify rice, also glorify women including from the role, rights, and obligations. In routine activities and rituals throughout one cycle of rice culture in the domestic sphere, the existence of women is very dominant. Thus waking up the preposition that all the space associated with it will be awakened into the women's space as the activity progresses. How was the concept of the woman's space waking up? The purpose of this research is to explore the aspects underlying the formation of the concept of women's space and provide an explanation of the formation of the concept of women's space in the rice culture ofKasepuhanCiptagelar. The method used in this research is qualitative- explorative-descriptive with participatory research paradigm. This study finds new knowledge about the foundation of the concept of space for women in the rice culture society of KasepuhanCiptagelar in the form of female gender activity pattern which influences it (belief and religion of society), so that the concept of domestic space for women of KasepuhanCiptagelar rice culture society is formed. Keywords: ciptagelar, gender space, rice culture, space concept, women space Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia“ 111 Departemen Aarsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Pembentukan Konsep Ruang Perempuan pada Masyarakat Budaya Padi Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi PENDAHULUAN Gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, seperti Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar adalah suatu maskulinitas (karakteristik seksual yang bersifat kelompok adat yang sampai sekarang masih kelaki-lakian) dan feminitas (karakteristik mempertahankan nilai kepercayaan dan religi seksual yang bersifat kewanitaan) (Fakih, dari budaya padi (rice culture). Masyarakat 1996), sehingga lahir beberapa fungsi dan peran budaya padi, yaitu masyarakat permukiman yang dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan tradisional yang dibentuk oleh kebutuhan peran masing-masing dalam berbagai bidang agrikulturnya, baik pembudidaya lahan kering kehidupan (Trisakti Handayani dan Sugiarti (huma) ataupun basah (sawah). Secara 2006:5). administratif Ciptagelar berada di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Perempuan di Ciptagelar dalam aktivitas Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Letaknya keseharian maupun aktivitas ritual terlihat tersembunyi di Gunung Halimun, pegunungan menonjol di beberapa elemen bangun dan Kendeng (Kusdiwanggo, 2017:2). Untuk bisa ruang, terutama pada ruang domestik. Seperti masuk ke desa adat tersebut, harus meminta memasak di dapur, menumbuk padi bersama- izin dahulu ke ketua adat (Abah) dengan sama dengan perempuan lainnya, dan saat serangkaian syarat-syarat tertentu, dan bisa kegiatan ritual terhadap padi peran perempuan diizinkan apabila memiliki niat yang baik. terlihat begitu penting. Beberapa aktivitas yang berkaitan dengan padi dan turunannya, Sebagai masyarakat berbudaya padi (rice mengharuskan perempuan yang culture) yang kuat, segala bentuk aktivitas mengerjakannya. Dalam melakukan aktivitas utama masyarakat Ciptagelar berpusat pada yang berhubungan dengan padi maupun beras, padi. Ketika mereka berinteraksi dengan padi perempuan juga harus memakai atribut khusus dan beras, aktivitas mereka selalu disertai seperti memakai bawahan kain atau sinjang, dengan ritual. Aktivitas ritual terhadap padi menggelung rambut, melilitkan kain putih atau diperjalankan dari lingkungan huma-sawah ke boeh di setengah badan atas, dan beberapa permukiman atau lembur. Pada setiap aturan lainnya. lingkungan tersebut terdapat elemen fisik bangun dan ruang. Pada lingkungan lembur Peran-serta kaum perempuan juga dibahas terdapat elemen bangun berupa leuit, saung dalam Pembangunan Manusia Berbasis Gender lisung, bumi rurukan tiang awi, pangcalikan pada web resmi Kementerian Pemberdayaan tihang kalapa, imah gede, pangkemitan, bale Perempuan dan Perlindungan Anak yang warga, maupun bale ajeng wayang golek. menyatakan bahwa pelaksanaan program Aktivitas ritual terhadap padi tersebut banyak pembangunan selama ini masih belum melibatkan perempuan, terutama pada dimanfaatkan secara optimal. Hal ini lingkungan lembur. Kasepuhan Ciptagelar dikarenakan kualitas sumber daya perempuan menerima modernitas dan teknologi selain yang yang masih rendah, sehingga tidak mampu berhubungan dengan padi dan perempuan bersaing dengan mitra sejajarnya. Rencana (Kusdiwanggo, 2017). pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 dalam UU No 17 tahun 2007, Pada masyarakat Ciptagelar, perempuan dan diwujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, laki-laki memiliki pembagian peran, hak dan dan makmur. Adil yang dimaksud adalah bebas kewajiban yang jelas secara tradisi dalam dari diskriminasi, termasuk diskriminasi pembangunan. Peran, hak, dan kewajiban gender. Hal tersebut berarti pembangunan tersebut tercermin pada aktivitas yang manusia masih mengabaikan isu tentang dilakukan. Adanya aktivitas yang terbagi kesetaraan dan keadilan gender. berdasarkan peran, hak, dan kewajiban tersebut menentukan dominasi ruang gender. Berbicara mengenai kesetaraan dan keadilan Masyarakat budaya padi di Ciptagelar sebagai gender tidak lepas dari persoalan budaya, salah masyarakat yang memuliakan padi, juga satunya yaitu Budaya Padi. Pengembangan memuliakan perempuan termasuk dari peran, kebudayaan agraris pada masyarakat Indonesia hak, dan kewajibannya. memiliki bentuk, yaitu melalui legenda dan mitologi yang telah membangun sistem Seminar Nasional “Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia“ 112 Departemen Aarsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Teva Delani Rahman, Susilo Kusdiwanggo kepercayaan dan religi. Dewi Sri adalah mitos dikhawatirkan adanya pergeseran kedudukan di Nusantara yang terkait dengan padi, namun gender yang secara perlahan akan menggeser memiliki berbagai macam versi. Salah satu konsep gender dalam ruang domestik di sosok mitologi tersebut adalah Nyi Pohaci yang Kasepuhan Ciptagelar, khususnya pada konsep oleh masyarakat budaya padi di Sunda sangat ruang perempuannya. Dengan demikian dihormati (Kusdiwanggo, 2017). pembentukan konsep ruang perempuan di Kasepuhan Ciptagelar perlu diteliti. Dari berbagai nama rupa Dewi Padi dan Pembentukan konsep ruang perempuan peristiwa di Nusantara yang dirangkum oleh masyarakat budaya padi ini yang menjadi bahan Kusdiwanggo (2011), mitos terhadap padi yang utama penelitian, mengingat sedikitnya mempresentasikan tokoh manusia banyak penelitian tentang ruang perempuan beserta terkait dengan personifikasi perempuan, baik konsep pembentukannya. dalam sosok maupun peran sosialnya. Begitu juga dengan masyarakat budaya padi di Aspek apa saja yang mendasari terbentuknya Ciptagelar sebagai masyarakat yang konsep ruang perempuan pada masyarakat memuliakan padi sebagai wujud dari Dewi Sri, budaya padi Kasepuhan Ciptagelar? Bagaimana juga memuliakan perempuan yang akhirnya pembentukan konsep ruang perempuan pada berpengaruh pada aktivitas dan bentuk fasilitas masyarakat budaya padi Kasepuhan Ciptagelar? yang menampungnya, dalam hal ini adalah Ruang lingkup penelitian yang akan diteliti ruang domestik perempuan. adalah aktivitas perempuan yang berhubungan dengan padi dan berada di lingkungan Dari serangkain ritual terhadap padi yang permukiman masyarakat budaya padi dimulai dari huma dan sawah hingga masuk ke Kasepuhan Ciptagelar. permukiman atau lembur, perempuan lebih dominan di lembur. Lembur merupakan Penelitian ini bertujuan