PROCEEDINGS JOINT CONVENTION 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

JCS2005-U027

KAJIAN EKO-GEOLOGI KALDERA BROMO TENGGER SEBAGAI SUMBERDAYA GEOWISATA DAN GEOLOGICAL SITE HERITAGE

Agus Hendratno

Departemen Geologi, UGM

ABSTRAK

Kaldera Bromo Tengger yang berupa bentang alam vulkanik lautan pasir dengan beberapa kerucut vulkanik di dalamnya antara lain : G.Bromo (aktif, 2.392 m dpl.), G.Batok (2.440 m dpl.), G.Kursi (2.581 m dpl.), G.Widodaren (2.614 m dpl.), serta G.Watangen (2.601 m dpl.) terletak di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger (TN-BTS), wilayah Kabupaten Probolinggo – Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Bentang alam vulkanik pada kompleks Kaldera Bromo Tengger merupakan fenomena alam kegunungapian yang sangat menarik, sehingga banyak didatangi wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi obyek eko-geosistem vulkanik Kaldera Bromo Tengger sebagai produk penilaian warisan alam dunia (world natural heritage site) untuk kategori geological site heritage. Kajian ini dilakukan dengan cara pemetaan bentang alam vulkanik dan observasi lapangan; identifikasi daya tarik geowisata kegunungapian, serta penilaian eko-geosistem vulkanik kaldera lautan pasir sebagai world natural heritage (baca : geological site heritage) berdasarkan kategori International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Penilaian yang diberikan pada kaldera Bromo Tengger dilakukan dengan pendekatan geodiversity. Zonasi tambahan yang diusulkan dalam konstelasi pengembangan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah Zona Penyangga dan Zona Kaldera Bromo Tengger sebagai geological site heritage.

Keywords : geotourism resources, geological site heritage

PENDAHULUAN yang sangat menarik untuk kepariwisataan, penelitian kebumian dan tata lingkungan. Latar Belakang Saat ini baru mempunyai 6 lokasi dari Geowisata sebagai salah satu bentuk perjalanan 690 world heritage site di seluruh dunia, padahal wisata minat khusus yang dapat dibangkitkan dari sisi potensi Indonesia mempunyai kekayaan melalui apresiasi terhadap obyek kebumian dan lansekap atau fenomena alam (geologi gunungapi) tata lingkungannya, merupakan bentuk alternatif dan juga potensi etno-geologi yang sangat tinggi. diversifikasi daya tarik berbagai fenomena eko- Keenam world heritge site tersebut adalah : geologi Kaldera Bromo Tengger. Daya tarik Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional kegunungapian tersebut serta ekosistemnya juga , Candi , Candi , dapat menjadi bobot penting bagi usulan eko- Kawasan Pra-Sejarah , serta Taman geologi Kaldera Bromo Tengger sebagai world Nasional Lorenzt di Papua. Keenam world natural heritage / geological site heritage di heritage site tersebut belum ada yang Indonesia. Kaldera Bromo Tengger sebagai daya memfokuskan eko-geologi gunungapi (dan tarik geowisata dan diusulkan sebagai geological aktivitasnya). Indonesia dikenal sebagai site heritage kategori bentang alam vulkanik, kepulauan gunungapi. Banyak gunungapi Kuarter maka perlu dilakukan penelitian deskriptif dan di sepanjang Busur Vulkanik Indonesia telah penilaian terhadap obyek tersebut sebagai world membentuk geosistem, biosistem dan sosio-sistem natural heritage berdasarkan standar IUCN.

629 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

Tujuan Penelitian Hadisantono, dkk. (2001), serta Direktorat Tujuan penelitian ini adalah : Vulkanologi Bandung (hingga sekarang) melalui 1. Mengidentifikasi karakteristik eko-geologi Pos Pengamatan Vulkanologi Bromo. Salah satu Kaldera Bromo Tengger sebagai produk kesimpulan dari hasil penelitian tersebut geowisata berbasis geologi kegunungapian. menunjukkan bahwa keberadaan Kaldera Bromo 2. Menyusun kriteria penilaian eko-geologi Tengger merupakan laboratorium kegunungapian Kaldera Bromo Tengger sebagai bentuk yang menyimpan berbagai aspek ilmiah kebumian konservasi geologi maupun geological site Zaman Kuarter yang terus untuk diteliti, heritage. diantaranya aspek kronologi pembentukan kaldera, petrogenesa batuan kaldera Tengger dan Lokasi Penelitian aspek rawan bencana erupsi Bromo. Penelitian ini sepenuhnya dilakukan di lapangan, yaitu : di wilayah kaldera Bromo Tengger, Morfologi Kaldera Bromo Tengger dalam konteks Kabupaten Probolinggo dan Pasuruan, Propinsi pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Jawa Timur. Lokasi penelitian di lapangan Semeru (TN-BTS) berdasarkan Surat Keputusan tersebut mudah dicapai dengan angkutan umum, Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan sementara itu untuk menuju lokasi pengamatan di Pelestarian Alam (Dirjend. PHPA) Departemen wilayah kaldera ditempuh melalui jeep 4 wheel Kehutanan No. 68/Kpts/Dj-VI/1998 tanggal 4 Mei drive. 1998 dimasukkan dalam Zona Rimba. Zona Penetapan TN-BTS yang luasnya 50.276,20 ha TINJAUAN PUSTAKA terdiri dari :

Penelitian kepariwisataan yang menyangkut 1. Zona Rehabilitasi, yang ada di sekitar G. Kaldera Bromo Tengger sebagai daya tarik wisata Penanjakan (wilayah Pasuruan). telah dilakukan oleh beberapa pihak, antara lain : 2. Zona Pemanfaatan Intensif, yang ada di sekitar Ismudiyanto (1992) dengan menyusun Dampak Cemorolawang (Probolinggo) dan Wonokitri Pembangunan Kepariwisataan terhadap (Pasuruan). Perubahan Tata Guna Tanah dan Tata Ruang 3. Zona Inti, yang terbentang luas di wilayah Rumah di Desa-desa Sekitar Taman Nasional Semeru Barat dan Semeru Timur. Bromo Tengger Semeru; Nurfanti (1999) dengan 4. Zona Enclave, yang merupakan wilayah menyusun Perencanaan Lansekap Taman hunian masyarakat Tengger di Ngadas Nasional Bromo Tengger Semeru; Fakultas (wilayah Kabupaten ) dan Teknik UGM dengan menyusun Studi Rencana (wilayah Kabupaten Lumajang). Induk Pengembangan Kawasan Pariwisata Bromo 5. Zona Pemanfaatan Tradisional, yang (Anonim, 2000); Pusat Penelitian Pengembangan merupakan wilayah pengembangan di sekitar Pariwisata / PUSPARI UNS dengan menyusun Ngadas dan Ranu Pani. Studi Pengembangan Fasilitas Ekowisata dan 6. Zona Rimba, yang merupakan zona terluas Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger (23.485,20 ha) dan terbentang di wilayah Semeru (Anonim, 2001a), serta Balai TN-BTS Sektor Bromo Tengger (termasuk morfologi dengan menyusun Draft Studi Pengembangan Lautan Pasir – Kawah aktif Bromo). Wisata Alam di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Anonim, 2001b). Beberapa penelitian Geowisata merupakan salah satu bentuk tersebut berhasil menunjukkan dan menempatkan perjalanan wisata alam minat khusus yang bahwa keberadaan Kaldera Bromo Tengger didasari oleh ketertarikan rasa ingin tahu pada merupakan titik sentral daya tarik wisata yang keragaman fenomena kebumian (geodiversity). mendasari setiap pengembangan produk wisata, Keragaman fenomena kebumian ini yang menjadi promosi wisata, bahkan pengembangan sarana dasar komoditas produk dan promosi pariwisata prasarana pendukung wisata yang ada di sekitar (Hendratno, 2002a; Hendratno, 2002b), yang TN-BTS. meliputi :

Informasi geologi kegunungapian Bromo telah a. Proses kebumian yang aktif, seperti : aktivitas dilakukan oleh Kusumadinata (1974), Zaennudin gunungapi dan produknya, lokasi rawan (1990), Katili dan Siswowidjojo (1994), gempabumi tektonik, gerakan patahan batuan 630 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

yang masih aktif, manifestasi geotermal, serta Komoo (2001), menjelaskan bahwa upaya kawasan rawan tanah longsor. penetapan suata kawasan konservasi bentang alam b. Keindahan alam akibat proses geodinamika dan fenomena geologi menjadi suatu geological masa lalu maupun Resen, seperti : heritage / geological landscape heritage harus pemandangan (morfologi gunung, kaldera, dilakukan identifikasi dan pemetaan karakter dari kawah gunungapi, sungai, pantai, karst, obyek geologi tersebut. Karakter obyek tersebut dataran tinggi, terumbu karang), yang diikuti hendaknya meliputi : daya tarik, keunikan obyek dengan pembelajaran wacana ekologi. maupun proses pembentukannya, serta manfaat c. Aspek kebudayaan masa lalu yang mengikuti terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. perkembangan geodinamika, seperti : situs hancurnya peninggalan purba oleh bencana CARA PENELITIAN alam masa lalu; situs arkeologi dan paleoantropologi. Bahan atau materi yang dimanfaatkan untuk d. Kegiatan eksploitasi sumberdaya geologi, penelitian geowisata dan penilaian geological site seperti : eskploitasi minyak dan gasbumi, heritage di kaldera Bromo Tengger ini adalah : tambang emas, tambang batubara, Citra Landsat TM (tahun 2000) sebagai dasar pertambangan rakyat. interpretasi morfologi dan geometri Kaldera e. Kegiatan eksploitasi sumberdaya geologi yang Bromo Tengger, serta karakter penggunaan bermasalah terhadap lingkungan hidup di lahannya; Peta topografi skala 1 : 25.000 (tahun sekitarnya. 1999, dari Peta Rupa Bumi terbitan Bakorsurtanal); Peta geologi regional Lembar Berdasarkan penjabaran terminologi geowisata Probolinggo (Suharsono dan Suwarti, 1992) skala tersebut di atas, maka geowisata yang dimaksud 1 : 100.000 (terbitan Puslitbang Geologi dalam penelitian ini adalah produk geowisata Bandung) sebagai referensi kondisi geologi akibat proses kegunungapian yang berujud daerah penelitian; peta bahaya G. Bromo bentang alam kaldera, kawah aktif, susunan (Anonim, 2000) skala 1 : 50.000 (terbitan batuan, serta implikasi pada kondisi lingkungan Direktorat Vulkanologi, Bandung), sebagai fisiknya. referensi kondisi kerawanan bahaya gunungapi.

Menurut McKinnon, et al. (1993), suatu obyek Peralatan penelitian geowisata dan penilaian alam maupun bentang alam yang mempunyai geological site heritage di kaldera Bromo spesifikasi khusus dan dianggap memiliki nilai Tengger ini meliputi : peralatan geologi lapangan universal yang menonjol dan merupakan salah (palu, lup, dan kompas geologi), untuk satu daftar pilihan dari kawasan alami dan budaya pengamatan data geologi lapangan. yang unik (seperti : budaya masyarakat Tengger terhadap keberadaan kawah aktif Bromo) di bumi Tahapan penelitian mulai dari survai tinjau hingga ini dapat dicalonkan oleh anggota World Heritage sintesa hasil penelitian adalah sebagai berikut : Convention sebagai Taman Alam Warisan Dunia 1. Melakukan interpretasi Citra Landsat TM (World Natural Heritage). Indonesia merupakan untuk analisis morfologi dan geometri salah satu anggota dari World Heritage Kaldera Bromo Tengger. Convention, sehingga keberadaan morfologi 2. Melakukan pengamatan eko-geologi di Kaldera Bromo Tengger dapat diusulkan menjadi kompleks Kaldera Bromo Tengger. world natural heritage sebagai zona khusus dalam Pengamatan data ekologi, geologi dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Untuk geomorfologi disertai dengan pengambilan menjadikan world natural heritage, perlu adanya sampel batuan dan pasir vulkanik, serta kriteria penilaian suatu kawasan yang dilindungi visualisasi data lapangan. di daerah tropis seperti keberadaan morfologi Kaldera Bromo Tengger berdasarkan pada Pendekatan analisis yang dikembangkan adalah International Union for Conservation of Nature pendekatan secara kualitatif dan penyusunan and Natural Resouces (IUCN) yang telah kriteria analisis konservasi lingkungan fisik dan menyelenggarakan Konggres Taman Nasional se- geologi. Analisis kualitatif meliputi : deskripsi Dunia di , Oktober 1982 oleh Komisi Taman faktor-faktor daya tarik fenomena keragaman Nasional dan Kawasan yang Dilindungi - IUCN. geologi kegunungapian, analisis eko-geologi 631 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition kaldera Bromo Tengger. Faktor-faktor tersebut piroklastik aliran, juga sisipan endapan abu meliputi : aspek bentang alam termasuk vulkanik (Gambar 4.; Gambar 5.; Gambar 6.). komponen ekologinya; aspek batuan gunungapi secara stratigrafi, komponen lingkungan fisiknya, Endapan piroklastik di jalur G.Penanjakan aspek kerawanan bencana gunungapi secara etno- maupun jalur Cemorolawang ini, menunjukkan geologi dari komunitas masyarakat Tengger. fragmen tersusun oleh klastika dari bom-bom Aspek-aspek tersebut akan menjadi dasar vulkanik, lapili, dengan matrik yang sangat pekat penyusunan kriteria penilaian konservasi dari pasir-pasir vulkanik yang relatif berukuran lingkungan fisik Kaldera Bromo Tengger sebagai butir kasar, dan bentuk butir runcing – agak geological site heritage di Indonesia. runcing. Menurut Zaennudin (1990), endapan vulkanik di sekitar kaldera Bromo Tengger yang HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari stratifikasi dari aliran lava andesit, endapan freatomagmatik, lava basalt andesit Morfologi kaldera Bromo Tengger, secara umum berselang-seling dengan endapan piroklastik berada pada ketinggian 750 – 2.581 m dpl dengan jatuhan maupun piroklastik aliran, telah terbentuk luas 5.250 ha. Dalam kaldera Bromo Tengger pada 2 kali periode letusan yaitu 130.000 – yang berdiameter 8000 m (utara – selatan) dan 144.000 tahun yang lalu pada kelompok endapan 10.000 m (barat – timur) tersebut, muncul kerucut vulkanik bagian bawah dan 33.000 – 100.000 vulkanik dari G. Bromo (2.392 m dpl); G.Batok tahun yang lalu pada kelompok endapan vulkanik (2.440 m dpl); G.Widodaren (2.614 m dpl); bagian atas. Susunan vertikal endapan vulkanik di G.Watangan (2.601 m dpl); dan G.Kursi (2.581 m kaldera Bromo Tengger tersebut merupakan dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi lautan fenomena kegunungapian yang sangat menarik, pasir sangat terjal dan kemiringan lereng 60 – 800 eksotik, dan spesifik pada suatu tipe gunungapi dan tingginya berkisar 120 – 130 m dari dasar yang membentuk kerucut sinder dalam kaldera. kaldera Tengger (lihat Gambar 1). Batuan vulkanik yang menyusun dasar kaldera Bromo - Susunan vertikal endapan vulkanik Tengger Tengger (pada lautan pasir) terdiri dari : pasir tersebut nampak berupa lapisan pasir endapan vulkanik Tengger yang berukuran butir pasir kasar freatomagmatik dan juga endapan piroklastik dari – kerikil; bom vulkanik, dan juga batuapung. letusan G.Tengger Tua. Hubungan tipe berbagai Komposisi pasir vulkanik dalam kaldera sebagian endapan letusan G.Tengger Tua tersebut berada di besar terdiri dari : plagioklas, hornblende, sepanjang jalur wisata yang selama ini sudah piroksen, magnetit, dan sebagian kecil zirkon dan berkembang antara dasar kaldera Tengger hingga kyanit. Pada kawah Bromo (yang aktif) nampak ke G.Penanjakan. Jalan tersebut sering dilewati kurang berkembang endapan belereng, namun wisatawan yang melakukan perjalanan dengan demikian asap yang keluar dari kawah aktif kendaraan jeep. Fenomena ini sebetulnya dapat tersebut mengandung gas sulfur dengan memberi pengalaman tambahan bagi wisatawan konsentrasi relatif tinggi (asap tersebut nampak jika dalam perjalanannya dapat menikmati sangat pekat dan sangat menyengat). Kenampakan (dengan berhenti sesaat) dan memahami berbagai pada tepian kawah Bromo, menunjukkan endapan fenomena geologi kegunungapian tersebut secara warna kuning dari endapan gas sulfur secara tidak ilmiah popular. Pemahaman tersebut dapat merata (lihat Gambar 2.). dinikmati melalui pemanduan khusus dari pemantau gunungapi maupun jasa pemandu Pada dasar kaldera bagian timurlaut, setempat- wisata yang telah dilatih (training) dengan materi- setempat dijumpai basalt vesikuler yang berujud materi kebumian dan kegunungapian secara bom-bom vulkanik (Gambar 3.). Sementara pada ilmiah popular. Hal tersebut dapat juga diberikan dinding luar dari kerucut vulkanik Bromo (yang dalam bentuk buku panduan tentang wisata aktif) dan G.Batok, dijumpai batuan piroklastik, kebumian (geowisata) sepanjang jalur kaldera – dan endapan abu gunungapi. Pada dinding kaldera G.Penanjakan. Tengger, yang dijumpai pada jalur Cemorolawang maupun jalur Penanjakan, sangat didominasi oleh Daya tarik wisata kawasan kaldera Bromo endapan freatomagmatik, fragmen lava andesit Tengger (khususnya) merupakan perpaduan antara basaltik, selang-seling piroklastik jatuhan dan daya tarik geowisata vulkanik dan budaya. Daya tarik geowisata vulkanik kawasan kaldera Bromo 632 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

Tengger adalah dan kawah Bromo yang memberikan pemahaman bahwa fenomena budaya sangat atraktif khususnya panorama pada saat yang telah mengakar dan memberikan persepsi matahari terbit serta lautan pasir yang yang kuat secara kultural dalam kehidupan yang membentang sepanjang perjalanan menuju puncak mentradisi dari waktu ke waktu terhadap suatu Bromo, yang tidak ditemukan di lokasi-lokasi produk maupun proses kegeologian, seperti : pegunungan lainnya di Indonesia. Panorama bentang alam gunungapi dan aktivitas vulkanisme tersebut dapat dilihat pada 2 tempat yaitu : puncak di sekitar Bromo, dapat disebut sebagai suatu G.Bromo dan puncak G.Penanjakan. Pencapaian fenomena etno-geologi. puncak G.Bromo ditempuh melalui jalan kaki dari lereng utara G.Bromo maupun dengan menaiki Keunikan lain di luar fenomena etno-geologi di kuda yang kemudian dilanjutkan dengan jalan sekitar kaldera Bromo Tengger adalah : kaki ke arah puncak G.Bromo (Gambar 7-A). lingkungan fisik kaldera. Lingkungan fisik kaldera Pencapaian puncak G.Penanjakan ditempuh tersebut dapat menjadi informasi untuk melalui jalan kaki trekking dari Cemorolawang ke pengembangan asset geowisata vulkanik di arah G.Penanjakan maupun dengan kendaraan wilayah Jawa Timur. Beberapa pemahaman yang jeep dari kaldera Tengger ke arah G.Penanjakan menjadikan aspek eko-geologi kaldera Bromo yang melewati singkapan dari endapan Tengger sebagai bentuk kegiatan wisata minat freatomagmatik dan endapan piroklastik pada khusus (baca : geowisata vulkanik) dalam konteks dinding kaldera bagian barat-laut (Gambar 7-B). REAL (Rewarding, Enriching, Adventure, Panorama bentang alam vulkanik yang dapat Learning) Travel adalah sebagai berikut : terlihat dari puncak G.Penanjakan adalah : keseluruhan kecurut vulkanik dalam kaldera 1. Rewarding (penghargaan) : artinya Tengger dengan latar belakang puncak G.Semeru mempunyai aspek penghargaan terhadap (Gambar 7-C). suatu obyek / daya tarik fenomena kegunungapian yang dikunjungi, yang Kekuatan daya tarik geowisata vulkanik di sekitar diwujudkan pada keinginan wisatawan dapat kawasan Bromo Tengger, juga didukung oleh belajar memahami obyek tersebut. fenomena budaya masyarakat Tengger yang telah 2. Enriching (pengkayaan / pengembangan diri): mentradisi untuk menempatkan bahwa aktivitas artinya mempunyai aspek penambahan vulkanik dari kawah aktif Bromo serta gejala pengetahuan dan kemampuan (pengkayaan) vulkanisme lainnya di sekitarnya, merupakan terhadap suatu jenis perjalanan geowisata. “sesuatu yang hidup”. Fenomena “sesuatu yang 3. Adventure (petualangan) : artinya mempunyai hidup” tersebut telah menjadikan kultur aspek pelibatan wisatawan dalam kegiatan masyarakat Tengger secara etnik tidak bisa yang memiliki tantangan fisik / bentuk dilepaskan dari gejala vulkanisme di kawah perjalanan mengamati obyek kegunungapian Bromo dan sekitarnya. Salah satu fenomena kultur atau kegiatan petualangan terhadap singkapan masyarakat Tengger, yang telah mentradisi dari obyek geologi gunungapi. waktu ke waktu dan kemudian menjadi asset daya 4. Learning (proses pembelajaran) : artinya tarik wisata kawasan Bromo Tengger adalah mempunyai aspek pendidikan / proses belajar Upacara Kasada. Leganda ‘romantik” Rara yang diikuti wisatawan terhadap sesuatu Anteng dan Jaka Seger inilah yang dianggap pembelajaran terhadap materi dan proses sebagak cikal bakal lahirnya masyarakat Tengger kegunungapian terhadap masyarakat yang secara kultural. tinggal di daerah bahaya Gunungapi Bromo. aktivitas vulkanik G.Bromo. Lepas dari kisah legenda romantik dan asal muasal kata tengger tersebut, nampaknya secara Lokasi-lokasi yang menarik untuk dikunjungi kultural fenomena tersebut dapat menunjukkan kaitannya dengan proses pembelajaran geologi bahwa hingga saat ini tradisi tentang Upacara gunungapi dalam serangkaian kegiatan perjalanan Kasada (sebagai upacara persembahan terhadap geowisata vulkanik di kaldera Bromo Tengger Sang Hyang Widhi Wasa, melalui : penyuguhan adalah sebagai berikut ; segala bentuk hasil bumi ke dalam kawah Bromo), dapat menjadi daya tarik wisata di kawasan Bromo Tengger. Oleh karenanya, penulis 633 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

1. Tepian kaldera lautan pasir, morfologi pengembangan ekowisata maupun geowisata kaldera, lautan pasir dan kerucut sinder di vulkanik yang lebih spesifik baik di dalam tengah kaldera. maupun di luar taman nasional. Berdasarkan 2. Dinding kaldera lautan pasir, jalan turun ke observasi intensif di lapangan untuk mengamati lautan pasir : pemahaman pada endapan aliran spesifik bentang alam kompleks gunungapi, eko- dan jatuhan piroklastik, serta endapan erupsi geosistem, serta dipadukan dengan analisis Citra freatik dan freatomagmatik pada jalur ke Satelit (Landsat TM di Lampiran 1), kawasan G.Penanjakan. Pada dinding kaldera tersebut Bromo Tengger Semeru dapat dikembangkan atau dapat melakukan identifikasi dan pemahaman dimunculkan 2 zona utama, yaitu : Zona detil tiap-tiap unit endapan letusan Tengger Penyangga (Buffer zone) dan Zona Kaldera purba. Bromo Tengger sebagai Geological Site Heritage. 3. Kaldera lautan pasir, dimana sering dijumpai endapan banjir pada lautan pasir, dan juga A. Zona Penyangga (Buffer zone) endapan lava basalt vesikuler. Zona penyangga ditetapkan dalam kawasan yang 4. Tepian kawah gunungapi Bromo, dengan berdekatan dengan kawasan yang dilindungi (TN- pemahaman pada morfologi kawah dan BTS) dengan penggunaan tanahnya terbatas. kerucut sinder, melakukan identifikasi unit Justifikasi : morfologi kawah (danau kawah, solfatara) 1. Fungsi zona penyangga ini adalah 5. Kaki lereng selatan G. Batok, dengan memberikan lapisan perlindungan tambahan pemahaman pada morfologi kerucut sinder bagi kawasan TN-BTS yang dilindungi dan erosi, melakukan identifikasi unit sekaligus bermanfaat bagi masyarakat morfologi kerucut sinder. pedesaan di sekitarnya maupun kegiatan 6. Interaksi antara morfologi lembah sungai - ekowisata dan geowisata yang berkualitas, lereng gunung & bukit dengan komposisi yang kemungkinan dapat dikembangkan vegetasi pegunungan, di sepanjang jalur dalam zona penyangga tersebut. Pada zona Sukapura – Cemorolawang – Puncak Bromo – penyangga ini, masyarakat masih Kaldera Lautan Pasir : apresiasi terhadap diperbolehkan melakukan aktivitas produktif, Volcanic Scenic Range (panorama bentang seperti pembudidayaan tanaman pangan alam gunungapi). maupun kegiatan wisata lingkungan (penyediaan pondok-pondok wisata). Konservasi geological landscape 2. Zona penyangga di sekitar kawasan TN-BTS perlu ditetapkan dalam 2 fungsi utama, yaitu : Morfologi kaldera Bromo Tengger dalam konteks penyangga perluasan dan penyangga sosial. pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Penyangga perluasan ini akan memperluas Semeru (TN-BTS) berdasarkan Surat Keputusan kawasan ekosistem yang terdapat dalam TN- Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan BTS ke dalam zona penyangga. Hal ini Pelestarian Alam (Dirjend. PHPA) Departemen memungkinkan bertambah besarnya total Kehutanan No. 68/Kpts/Dj-VI/1998 tanggal 4 Mei populasi tumbuhan dan satwa yang 1998 dimasukkan dalam Zona Rimba. berkembang biak, termasuk ke dalam penyangga semacam itu adalah : hutan Melihat fungsi TN-BTS yang semakin strategis produksi dengan tebang pilih, kawasan buru, bagi pengembangan tata guna tanah regional, serta hutan alami yang digunakan penduduk sekitar kegiatan geowisata vulkanik dan ekowisata yang untuk mencari kayu bakar, serta kawasan berkualitas di masa mendatang, maka perlu padang penggembalaan. Penyangga sosial dimunculkan zona lain baik di dalam kawasan merupakan penyediaan sumberdaya alami dari maupun berdekatan dengan batas wilayah TN- zona penyangga untuk penyediaan produk BTS. Pemunculan zonasi baru tersebut didasarkan yang berharga (tanaman perdagangan) bagi pada fungsi kelestarian – pemanfaatan eko- masyarakat setempat. Pengembangan ke geosistem dan karakter spesifik yang mencolok depan, bahwa penataan dan penetapan dari keberadaan kompleks gunungapi Bromo penyangga perluasan dan penyangga sosial Tengger. Disamping itu, keberadaan zonasi baru dapat dijadikan aset daya tarik ekowisata yang juga diharapkan menambah diversifikasi berkualitas di luar maupun sekitar TN-BTS. pemanfaatan dan pengelolaan TN-BTS pada 634 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

3. Penetapan zona penyangga di sekitar kawasan aset wisata minat khusus bidang TN-BTS dapat diusulkan pada wilayah : kegunungapian, yaitu : sekitar Gucialit – Senduro (sektor Semeru a) kekuatan sebagai aset ekonomi berbasis Timur); sekitar Nongkojajar – Wonokitri kegunungapian untuk menjadi komoditas (sektor Bromo Tengger Utara); sekitar unggulan kepariwisataan di Jawa Timur Gubuklakah – Ngadas (sektor Semeru Barat); maupun secara nasional maupun serta sekitar Ranu Darungan (sektor Semeru internasional melalui keragaman dan Selatan). Usulan tersebut didasarkan pada produk geologi gunungapi Bromo - beberapa pertimbangan, antara lain : a) bahwa Tengger; semua daerah tersebut berada menempel pada b) peluang sebagai aset bentang alam batas terluar dari penetapan kawasan TN- gunungapi yang unik dengan munculnya BTS, sehingga secara morfologi dan 5 kerucut parasit dalam kaldera yang lingkungan fisiknya masih seragam dengan terjadi akibat letusan proksimal. bagian terluar dari morfologi TN-BTS, yaitu lereng tengah hingga lereng bawah dari tubuh Kelemahan dan hambatan dari kaldera Bromo G.Semeru maupun pegunungan vulkanik Tengger sebagai aset ekonomi berbasis Tengger Tua; b) bahwa semua daerah kegunungapian, yaitu : tersebut, masih dihuni oleh masyarakat pedesaan yang berpenghasilan rendah, a) kelemahannya adalah belum adanya sehingga fungsi perlindungan kawasan sinkronisasi antara data-data geologi sebagai zona penyangga sangat diperlukan kegunungapian (yang banyak dipublikasi untuk keberlangsungan ekosistem dan sosio- oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi sistem dari masyarakat Tengger. Bencana Geologi) menjadi media informasi yang menarik bagi kepentingan B. Zona Kaldera Bromo Tengger sebagai kepariwisataan berbasis gunungapi; Geological Site Heritage b) hambatannya adalah masih minimnya informasi kegunungapian Bromo Tengger Zona kaldera Bromo Tengger (atau kaldera lautan bagi pelaku wisata (baik pada pengelola pasir beserta kawah aktif G.Bromo) dapat Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, diusulkan sebagai Geological Site Heritage, pemandu wisata, maupun masyarakat dengan dasar spesifikasi eko-geologi dan bentang setempat), sehingga hal-hal yang menarik alam kegunungapian aktif. tentang kegunungapian dan produk- Justifikasi : produk letusannya di masa lalu, kurang 1. Suatu obyek alam maupun bentang alam yang mendapat tempat bagi kekaguman setiap mempunyai spesifikasi khusus dan dianggap pengunjung.; memiliki nilai universal yang menonjol dan c) hambatan lainnya adalah belum adanya merupakan salah satu daftar pilihan dari panduan resmi kepariwisataan gunungapi kawasan alami dan budaya yang unik (seperti Bromo Tengger yang tersaji secara ilmiah : budaya masyarakat Tengger terhadap popular, yang dapat diperoleh bagi setiap keberadaan kawah aktif Bromo) di bumi ini pengunjung. dapat dicalonkan oleh anggota World Heritage Convention sebagai Taman Alam 2. Untuk menjadikan World Natural Heritage, Warisan Dunia (World Natural Heritage). perlu adanya kriteria penilaian bagi suatu Sedangkan Indonesia merupakan salah satu kawasan yang dilindungi di daerah tropis anggota dari World Heritage Convention, seperti keberadaan kaldera Bromo Tengger sehingga keberadaan kaldera Bromo Tengger berdasarkan pada International Union for dapat diusulkan menjadi World Natural Conservation of Nature and Natural Resouces Heritage dengan kategori Geological Site (IUCN) yang telah menyelenggarakan Heritage sebagai zona khusus dalam Taman Konggres Taman Nasional se-Dunia di Bali, Nasional Bromo Tengger Semeru. Keunikan Oktober 1982 oleh Komisi Taman Nasional dari kaldera Bromo Tengger tersebut dan Kawasan yang Dilindungi IUCN. mempunyai : peluang dan kekuatan sebagai Beberapa kriteria di bawah ini (lihat Tabel 1 diatas) dapat dijadikan salah satu tolok ukur 635 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

penilaian fungsi perlindungan lingkungan dan 4. Nilai, manfaat dan kegunaan kaldera secara keunikan kaldera Bromo Tengger sebagai ekosistem telah berfungsi dengan baik sebagai World Natural Heritage dengan pendekatan kawasan lindung resapan air tanah, kawasan geodiversity. lindung ekosistem dataran tinggi gunungapi, kawasan lindung rawan bencana gunungapi, Penilaian relatif terhadap parameter tersebut kawasan lindung etno-geologi dari di atas : masyarakat Tengger terhadap sesuatu yang (mengacu pada pedoman IUCN, 1986 dengan hidup dari kawah Bromo. Fungsi-fungsi modifikasi melalui pendekatan keaneka- tersebut telah berkembang dengan sangat baik ragaman obyek kebumian (geodiversity) : di dalam kompleks kaldera Bromo Tengger, 1. Kaldera Bromo Tengger merupakan kawasan sehingga menjadi aset bagi pengembangan resapan air yang sangat penting, porositas geowisata. tanah pasirnya hasil endapan vulkanik adalah 5. Ada pemanfaatan dan keuntungan tambahan sangat tinggi, curah hujan di kawasan tersebut yang dapat diperoleh dari perlindungan sangat tinggi sehingga memenuhi syarat kaldera. Potensi wisata dan rekreasi sebagai fungsi perlindungan lingkungan mempunyai nilai tinggi, hanya apabila kawasan bawahnya dapat berlangsung dengan kawasan ini tetap alamiah. Fungsi penetapan baik. Hal tersebut juga didukung dengan heritage mempunyai manfaat, apresiasi, wilayah dataran tinggi sekitar kaldera yang rewarding dan learning yang sangat tinggi masuk dalam zone rimba, dimana tutupan terhadap bentukan alam geologi lahannya (hutan lindung) sangat baik. kegunungapian sejak 144.000 tahun yang lalu. 2. Perlindungan kaldera Bromo Tengger yang 6. Perlindungan kaldera Bromo Tengger tersebut sudah masuk dalam TN-BTS, tidak bersaing akan membawa manfaat perlindungan dengan peruntukkan penggunaan tanah fenomena geologi kegunungapian Bromo; lainnya, kecuali pemanfaatan wisata alam ke etnologi budaya dan persepsi masyarakat puncak Bromo. Konflik / persaingan Tengger yang spesifik terhadap “sesuatu yang peruntukkan penggunaan tanah dalam kaldera hidup” dalam kawah Bromo. Perlindungan Bromo Tengger dan sekitarnya, tidak dapat tersebut juga secara tidak langsung dapat ditoleransi, karena alokasi peruntukkannya menjaga keberlangsungan berbagai fenomena sudah diatur dalam konteks pengelolaan TN- geologi kegunungapian serta etnik masyarakat BTS. Alokasi pengaturan peruntukkan tanah Tengger dari pengaruh intervensi yang tersebut, hampir semuanya berorientasi pada cenderung mengeksploitasi secara berlebihan. perlindungan kawasan dan konservasi. Mekanisme aturan main dalam TN-BTS serta 3. Kaldera Bromo Tengger mampu melestarikan kuatnya pengaruh lembaga adat masyarakat sebagian ekotipe di kawasan dataran tinggi Tengger, telah berlangsung dengan baik tropis dan geotipe yang spesifik dalam melalui kegiatan pariwisata ke puncak Bromo bentang alam kompleks kaldera gunungapi maupun jalur Bromo – G.Penanjakan. Batasan dengan kawah yang aktif di Bromo. – batasan mana yang boleh dilakukan dan Masuknya kawasan kaldera Bromo – Tengger mana yang tidak boleh dilakukan oleh tour ke dalam zone inti dan juga zone kaldera operator maupun wisatawan yang berkunjung (usulan penamaan dalam Kawasan TN-BTS) ke puncak Bromo, telah menjadi pemahaman merupakan sebuah kawasan lindung dan yang baik dalam kegiatan wisata di dalam konservasi sehingga fungsi tersebut mampu kawasan TN-BTS. melindungi ekotipe (tipe ekosistem) dataran 7. Kaldera Bromo Tengger menyediakan data tinggi tropis kegunungapian dan geotipe (tipe dasar yang berguna sebagai patokan untuk geosistem) dari produk suatu proses mengukur pola perubahan ekosistem, vulkanisme. Intervensi pengembangan fisik ke kaitannya jika terjadi erupsi / letusan dalam kaldera Bromo Tengger, seperti : G.Bromo ke arah lautan pasir dan transportasi jeep, kuda, tangga ke puncak Cemorolawang. Bromo hanya dibatasi pada lokasi-lokasi tertentu. Jalur jeep maupun jalur kuda tersebut Batasan zona usulan baik zona penyangga telah ditentukan pada lintasan maupun lokasi maupun zona kaldera Bromo Tengger dapat tertentu. dilihat dalam Lampiran 2. (Peta Usulan Zona 636 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger pemahaman yang baik dalam kegiatan wisata di Semeru). dalam kawasan TN-BTS.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan bahasan tersebut di atas dapat Anonim, 2000, Survei Rencana Induk disimpulkan, bahwa kekayaan alam kebumian Pengembangan Kawasan Pariwisata Bromo, yang berupa produk dan gejala kegunungapian di Laporan Akhir; Fakultas Teknik UGM dan kompleks kaldera vulkanik Bromo Tengger yang Kanwil Departemen Pariwisata Seni dan Budaya berlangsung sejak 144.000 tahun yang lalu, (Deparsenbud) Jawa Timur, (tidak merupakan daya tarik kepariwisataan nasional dipublikasikan). maupun internasional. Daya tarik geowisata tersebut meliputi : adanya lautan pasir vulkanik Anonim, 2001a, Pengembangan Fasilitas (yang merupakan Kaldera Tengger Tua), endapan Ekowisata dan Kawasan Taman Nasional Bromo freatomagmatik, endapan freatik serta endapan Tengger Semeru, Laporan Akhir; Pusat Penelitian piroklastik jatuhan maupun piroklastik aliran yang Pengembangan Pariwisata (PUSPARI) UNS dan menyusun dinding kaldera lautan pasir; endapan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, piroklastik pada dinding luar kawah Bromo; serta (tidak dipublikasikan). 5 kerucut parasitik (satu di antaranya masih aktif, Anonim, 2001b, Draft Studi Pengembangan yaitu : Bromo dan kawahnya). Perpaduan antara Wisata Alam di Taman Nasional Bromo Tengger bentang alam lautan pasir dengan suksesi Semeru (TN-BTS); Balai TN-BTS – Dirjend. ekosistem dataran tinggi vulkanik, puncak kerucut Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, G.Batok, serta kawah aktif Bromo, susunan Malang, (tidak dipublikasikan). vertikal endapan freatomagmatik dan freatik, serta endapan piroklastik pada dinding kaldera, Hadisantono, R.H. and Mulyadi, E., 2002, The proses erosi pada dinding luar kawah Bromo Sukapura Ignimbrites of Ngadisari – Sapikerep maupun lereng G.Batok telah membentuk Valley of Bromo Tengger Complex and Its pemandangan morfologi vulkan yang sangat Relationship to Caldera Formation, Abstract in menarik (volcanic scenic range). 30th Annual Convention Indonesian Association of Geologist and 20th GEOSEA Regional Conggress Kompleks kaldera vulkanik Bromo Tengger dapat on Geology, Mineral and Energy Resources, diusulkan menjadi zona tersendiri dari Taman . Nasional Bromo Tengger Semeru, dengan nama Zona Kaldera Bromo Tengger sebagai geological Hall, C.H. and Weiler, B., 1992, Introduction. site heritage. Aspek penilaian tersebut didasarkan What’s Special about Special Interest Tourism ? pada produk geodiversity dari erupsi Tengger, in Weiler, B. and Hall, C.H. (eds), 1992, Special aktivitas Bromo, serta kondisi ekosistem dataran Interest Tourism, Belhaven Pers – John Wiley & tinggi vulkanik yang berkembang di dalam Sons Inc., London, p 1-14. kaldera Bromo Tengger. Fungsi perlindungan kaldera Bromo Tengger tersebut akan membawa Hendratno, A., 2001, Geowisata Gunung Merapi manfaat perlindungan fenomena geologi di Wilayah Sleman – Yogyakarta, Laporan kegunungapian Bromo; etnologi budaya dan Penelitian Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, persepsi masyarakat Tengger yang spesifik (tidak dipublikasikan). terhadap “sesuatu yang hidup” dalam kawah Bromo. Perlindungan tersebut juga secara tidak Hendratno, A., 2002a, Kegiatan Alam Terbuka langsung dapat menjaga keberlangsungan dan Geowisata, Jurnal Pariwisata Vol.3, No.2, berbagai fenomena geologi kegunungapian serta Juni 2002, Stiepar Yapari – Aktripa, Bandung, hal etnik masyarakat Tengger dari pengaruh 11-17. ISSN : 1411-3236 intervensi yang cenderung mengeksploitasi secara berlebihan. Batasan – batasan mana yang boleh Hendratno, A., 2002b, Perjalanan Wisata Minat dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan Khusus Geowisata Gunung Merapi : Studi di oleh tour operator maupun wisatawan yang Lereng Merapi Bagian Selatan – Yogyakarta, berkunjung ke puncak Bromo, telah menjadi Jurnal Nasional Pariwisata Vol.2 No.2, Desember 637 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

2002, Badan Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Pariwisata (BKP3) – Pusat Studi Mc.Kinnon, J., Mc.Kinnon, K., Child, G., and Pariwisata (PUSPAR) UGM, hal 7-23, ISSN : Thorsell, J., 1993, Managing Protected Areas in 1411-9862. the Tropics, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Howard, A.D. and Remson, I., 1978, Geology in Environmental Planning, McGraw-Hill Nurfanti, O., 1999, Perencanaan Lansekap Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Skripsi Ismudiyanto, 1992, Dampak Pembangunan S.1 Teknik Arsitektur - Fakultas Teknik Kepariwisataan terhadap Perubahan Tata Guna Universitas Trisakti, Jakarta. Tanah dan Tata Ruang di Desa-desa Sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru; Thesis Riley, Jl. and Mohr, P., 1994, The Natural S.2 Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Heritage of Southern Ontario’s Landscapes : A UGM, Yogyakarta, (tidak dipublikasikan). Review of Conservation and Restoration Ecology for Landuse and Landscape Planning; Ontario Katili, J.A. dan Siswowidjojo, S.S., 1994, Ministry of Natural Resources Southern Region, Pemantuan Gunungapi di Filipina dan Indonesia, Aurora, 78 p. Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Bandung. Kusumadinata, K. (editor), 1979, Data Dasar Zaennudin, A., 1990, Stratigrafi dan Genesis Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Kerucut di Kaldera Bromo Bandung. Tengger, Jawa Timur; dalam Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) – 19 IAGI, Komoo, I., 2001, The Role of the Engineering Bandung. Geologist in the Conservation of Geological and Landscape Heritage, in Proceedings of the 3rd Asian Symposium on Engineering Geology and the Environment (ASEGE), Yogyakarta.

No Kriteria penilaian Skor nilai Nilai Kaldera Bromo Tengger *) 1 Manfaat perlindungan lingkungan kawasan 0 – 4 3 2 Konflik tata guna tanah yang rendah 0 – 3 3 3 Prioritas pelestarian kawasan kaldera 0 – 3 2 4 Nilai khusus dari kawasan kaldera 0 – 3 3 5 Potensi wisata, rekreasi, penelitian dan pendidikan 0 – 3 3 6 Manfaat geologi dan etno-geologi 0 – 2 2 7 Investasi penelitian eko-geologi gunungapi 0 – 2 2 Kriteria total nilai 10 – 20 dapat ditetapkan sebagai fungsi perlindungan Taman Warisan Dunia. 18

TABEL 1: Kriteria penilaian Kaldera Bromo Tengger sebagai World Natural Heritage *) Penilaian berdasarkan observasi intensif di lapangan (tahun 2001 – 2003)

638 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

G.Bromo G.Batok G.Watangan Endapan tipis gas sulfur

Lautan Pasir Kaldera Bromo - Tengger

GAMBAR 1: Morfologi kaldera Bromo GAMBAR 2: Kenampakan kawah Bromo, pada Tengger, dengan kenampakan kerucut vulkanik tepian mulut kawahnya nampak endapan tipis gas dari G.Batok, G.Watangan, dan G.Bromo sulfur. (foto, November 2003) (foto, November 2003)

GAMBAR 4: Kenampakan stratigrafi endapan GAMBAR 5: Kenampakan detail endapan abu freatomagmatik dan piroklastik pada jalur vulkanik dalam sekuen endapan freatomagmatik kaldera Tengger – G.Penanjakan, sisi kaldera G.Tengger (purba), pada jalur kaldera Tengger – bagian baratlaut. (foto, November 2003). G.Penanjakan. (foto, November 2003).

639 PROCEEDINGS JOINT CONVENTION SURABAYA 2005 – HAGI-IAGI-PERHAPI The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual Conference and Exhibition

GAMBAR 6: Kenampakan endapan piroklastik dalam sekuen endapan freatomagmatik G.Tengger (purba), pada jalur Cemorolawang. (foto, November 2003).

A B

GAMBAR 7-A: Kenampakan trekking menuju ke puncak C G.Bromo dengan latar belakang G.Batok dan dinding kaldera dengan G.Penanjakan. GAMBAR 7-B: Jalur ke arah G.Penanjakan dengan singkapan stratifikasi dari endapan freatomagmatik vulkan Tengger Tua.

GAMBAR 7-C: Panorama bentang alam vulkanik di dalam kaldera Tengger, dilihat dari puncak G.Penanjakan. (foto, November 2003)

640