TRI MURTI IDEOLOGI SOSIO-RELIGIUS MEMPERSATUKAN SEKTE-SEKTE DI

I WayanOleh: Watra [email protected], [email protected], [email protected]. Pascasarjana Universitas Hindu , Denpasar

Abstract

The religion is the source that can bring peaceful feeling, peace in the world, and peace in the afterworld. But on the contrary, the religion is also the source that can bring about human destruction and universal damage. One of the concepts of religion is “Tri Murti” derived from the Vedas by combining Brahma, Lord Vishnu, and Lord Shiva. The Tri Murti concept was practiced by Mpu Kuturan in 845 AD. In that period of time, Mpu Kuturan raised the concept of Tri Murti to combine 15 sects or religious beliefs such as; 1) Siwa Siddhanta, 2) Pasupata, 3) Bhairawa, 4) Wesanawa, 5) Bodha (Sogatha), 6) Brahma, 7) Receipt, 8) Sore, 9) Ganapatya, 10) Sambhu religion that worships Arca, 11) Brahma Religion which worships the Sun/Fire, 12) Indra religion which worships Mount and Moon, 13) Wisnu religion that worships Rain and Flood, 14). Bayu Religion that worships Bintang (star), and Angin Ngelinus (tornado), 15) Kala religion which worships sacred places. These fifteen sects and religions are united by the “Tri Murti” ideology.

Keywords: Tri Murti, Unifying, Sect in Bali.

Abstrak

Agama merupakan sumber yang dapat menciptakan kedamaian di hati, kedamaian di dunia, dan kedamaian di akhirat. Tetapi demikian sebaliknya, agama juga merupakan sumber yang dapat menciptakan kehancuran manusia dan alam semesta. Salah satu konsep agama, yaitu “Tri Murti”, yang besumberkan pada Weda dengan menggabungkan Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Konsep Tri Murti ini dipraktekkan oleh Mpu Kuturan pada tahun 845 Masehi. Ajaran Mpu Kuturan yang mengangkat konsep Tri Murti menggabungkan 15 sekte atau agama kepercayaan seperti; 1). Siwa Siddhanta, 2). Pasupata, 3). Bhairawa, 4). Wesanawa, 5). Bodha (Sogatha), 6). Brahma, 7). Resi, 8). Sore, 9). Ganapatya, 10). Agama SambhuAngin Ngelinus memuja Arca, 11). Agama Brahma memujaKala Matahari/Api, 12). Agama Indra memuja Gunung dan Bulan, 13). Agama Wisnu memuja Hujan dan Banjir, 14). Agama Bayu memuja Bintang, dan (Puting Bliung), 15). Agama menyembah tempat-tempat yang keramat. Kelima belas sekte dan agama ini dipersatukan oleh Kataideologi kunci: “Tri TriMurti”. Murti, Pemersatu, Sekte-Sekte di Bali.

I. PENDAHULUAN

di Bali, pada pemerintahan Raja Dharmapati/ Udayana Warmadewa telah terjadi perselisihan Sejak jaman kerajaan di Indonesia telah antara sembilan sekte. Sekte-sekta tersebut terjadiDHARMASMRTI perselisihan antar agama, dan khususnya dengan pemujaan secara ortodok, yaitu dengan 114 Vol. 9 Nomor 2 Oktober 2018 : 1 - 123 memuja pohon-pohon besar, batu-batu besar, sifat didaktik. Stotras muncul dalam beberapa angin-besar.Menurut Tilakshastri, Sekte-sekta tersebut menyatakan berjumlah Weda puisi India yang paling terkenal, misalnya di berumursemblan sekte. sekitar 6000 SM, dan menurut Bal Raghuvaṃśa Kalidasa dan Kumārasambhava, Gangadhar memperkirakan Weda sekitar 4000 Magha’s Śiśupālavadha, dan Rajanaka SM, yang membicarakan berbagai aspek Ratnakara’s Vakrotipañc āśikā, yang kehidupan, yang diwujudkan berupa para Dewa. dikomposisikan untuk Siva dalam śārdū lavikrīḍ Dewa-Dewa dalam Ṛgveda jumlahnya empat itameter, dan Haravijaya di manaBrahma dia puluh lima (45), sesuai dengan pemujaan yang andmenggambarkan Visnu both were bagaimanaengulfed in Shivmaya” sang dewa.. dilakukan oleh Rṣi-nya, dan Rṣi-nya pun memuja Dijelaskan pula oleh Rama Rao bahwa, “ banyak Dewa yang sudah dipuja oleh Rṣi lainnya. Seperti Rṣi Madhuccandā Viśvāmitra memuja Banyak stotras mengandung pernyataan niat, Dewa Vāyu (1-3), Agni-Indra-Vāyu (4-6), Mitra Darimisalnya, penyelusuran meditasi (dhyāna) Ṛgveda pada Saṁhitā dewa tertentu Śākala Varuna (7-9) dengan metrumnya Gāyatri (Sūkta Śankhā,(devata), Sāmaveda iṣṭadeva, Saṁhitā, dan seterusnya Yajurveda (2017:2).Saṁhitā, 1-2, Ṛgveda Mandala 1). dan Atharvaveda Saṁhitā belum diketemukan Tetapi Dewa Agni-Indra di puja juga oleh Rṣi penyebutan Trimurti, dengan fungsinya; Dewa Medhattithi Kanva (Sūkta 12-17 Ṛgveda Mandala Brahma sebagai Pencipta, Dewa Wisnu sebagai 1). Sehingga jumlah para Dewa-Dewi yang Pemelihara, dan Dewa Siwa Sebagai Pelebur. banyak tersebut juga di puja oleh sejumlah Rṣi Pada Araranyaka Upanishad Dewa-dewa yang lainnya. Dalam resensi dari Śākala Ṛgveda agama Hindu dinyatakan berjumlah tiga puluh oleh Maswinara, pada kata pendahuluan tiga (33) dewa, tetapi yang menjadi pemujaan dijelaskan bahwa, “Nirukta dari Yāksa telah utama di Bali adalah tiga dewa yaitu; Dewa merinci mendetail tentang devatā Veda dan Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa, yang masalah ini juga telah dibicarakan penulis disebut dengan “Tri Murti”. Sehingga muncul Bṛharddevatā. Sāmaveda Saṁhitā menjelaskan pertanyaan, “Mengapakah pemujaan masyarakat pada rangkumannya terdapat 45 Dewa, dan Rṣi Hindu di Bali mengutamakan Trimurti (Dewa disebut juga sebagai orang yang bijaksana1841. Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa)”?, padahal Dari ke empat puluh lima (45) para Dewa, tidak ada dalam Catur Weda (Ṛgveda Saṁhitā yang terdapat pada Ṛgveda Mandala I sampai Śākala Śankhā, Sāmaveda Saṁhitā, Yajurveda mandala X, Sāmaveda Saṁhitā, Yajurveda Saṁhitā, dan Atharvaveda Saṁhitā), maupun Saṁhitā, Atharvaveda Saṁhitā I dan II, tidak ada pada upanishad. menyebutkan Trimurti yang merupakan Menyelusuri lebih lanjut jejak Trimurti. keyakinan terbesar di Bali. Lebih lanjut dijelaskan Diperkirakan penyebaran Agama Siwa ke dalam Sāmaveda Saṁhitā bahwa; “Pada Indonesia pertamkali pada abad ke 5-16 masehi kenyataannya Dewa-Dewa adalah pembelajaran mulai dari kerajaan Kutai Kalimantan Timur, di yang khusus dari berbagai orang bijaksana. hulu sungai Mahakam. Sejarahwan mencatat Setiap orang bijaksana adalah seorang filosofi bahwa, Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa dan yang dipuja adalah perwujudan dari Siwa, berasal dari India dan mengalami berbagai fenomena alam, yang terkenal dengan perkembangannya sampai di Indonesia dibawa sebutan dewa-dewa, dengan caranya sendiri. oleh Resi Agastya sebagai tokoh Hindu. Atas jasa- Contohnya agni diwujudkan sebagai Medhatithi jasanya memberi ajaran Siwaisme pada umat dari Ksanva sebagai Visvasvan, tetapi Praskanva Hindu di Indonesia. Maka diberi julukan dalam dari Kanva, putra yang lain dari Kanva aspek ilmu pengetahuan, yang di ajarkan dalam mewujudkan jataveda. Vamadeva putra Gotama kepercayaan oleh Dewa Siwa. Sebagai mewujudkannya sebagai kavi”. penghormatan kepada Beliau, akhirnya nama beliau di abadikan dalam bentuk arca Siwa Mahaguru pada candi Siwa di Jawa Jonathan B. Edelmann juga menguraikan Tengah. Arca ini mempunyai posisi berdiri tegak, tentang Dewa dalam Strota, yang menyatakan dan berada di atas umpak yang berbentuk yoni. bahwa, “Ada juga stotras Buddha dalam pujian, Atribut pada tangan kanan memegang aksamala, misalnya, Manjusrı Vajradevı dan Dharma. dan tangan kiri memang kamandalu yang Bahkan pemikir analitik seperti Nagarjuna, Dinnaga, dan Dharmakırti menulis stotras dari TRI MURTI IDEOLOGI SOSIO-RELIGIUS MEMPERSATUKAN SEKTE-SEKTE DI BALI 115 I Wayan Watra melambangkan kelangsungan hidup. Raja yang Udayana. berkuasa pada sat itu adalah Sailendra Siwa dan Perkembangan selanjutnya keluarga Sanjaya yang beragama Budha. Warmadewa memerintah tahun 914-1080 Diperkirakan oleh C.A. Cons 1733 M. Atribut masehi, yang terdapat pada Prasarti Sanur, yang lain adalah trisula yang terletak disebelah kanan dikeluarkan oleh Çri Kesariwarmadewa. Raja ini arca yang melambangkan ketiga fungsi simbolis keratonya di Singhadwāla. Sejak tahun 989 Bali dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa yaitu mencipta, diperintah oleh Sang Ratu Luhur Çri memelihara, merusak dan ketiga guna sattwa, Gunapriadharmapatni (Dharma Patni) bersama rajas tamas. Sebagai ajaran utama dalam agama suaminya Çri Dharmodayana Warmadewa. Sang Siwa, Beliau menyebarkan agama dari India Ratu Luhur Çri Gunapriadharmapatni meninggal Utara ke Selatan5. Hal ini terbukti dengan sekitar tahun 1010, dimakamkan di Burwan- ditemukkannya Prasati Nalanda di India bagian Gianyar Bali diwujudkan sebagai Durgā7. Timur dengan rajanya Dewapaladewa Perkembangan Siwaisme di Bali, berubah sekitar abad 9 masehi, yang menyebutkan menjadi Trimurti pada pemerintahan Raja tentang pendirian Biara di Nalanda oleh Raja Dharmapatni/Udayana Warmadewa tahun 988- Sriwijaya, disebutkan pula Rajabaputradewa 1011 Masehi, berdasarkan prasasti yang dari Jawa untuk memberikan tanahnya untuk ditemukan di Desa Srai Kabupaten Bangli dan di pembangunan Biara sebagai sima, begitu ratnya Desa Batur Kabupaten Bangli. Mpu Kuturan hubunngan Raja Sriwijaya baik ke India maupun datang ke Bali tahun 845 Masehi, atas permintaan ke Jawa, sebagai perkembangan Hindu-Budha Raja Dharmapatni/Udayana Warmadewa, selanjutnya. diminta untuk memimpin soal adat/agama Perkiran penyebaran Agama Siwa ke Indonesia supaya situasi Bali yang sedang ribut-ributnya di atas sekiar abad 5-16 masehi mulai dari (masalah agama), menjadi aman dan damai. kerajaan Kutai Kalimantan Timur, di hulu sungai Karena banyaknya sekte di Bali yang Mahakam. Dengan Rajanya bernama memancing keributan, seperti dijelaskan oleh Mulawarman. Agus Adnyana dkk, mengutip L.v.d Tuuk, yang dikutip oleh Goris yaitu Çaiwa, tulisannya Achadiati menjelaskan bahwa Saugata, dan Rsi, diperkuat dengan prasati terdapat upacara Vratyastoma, Waprakeswara, Bendosari dan Sekar yang diantara tahun 1350- yang selalu dihubungkan dengan tiga dewa 1365 Masehi, dengan sekte-sekte-nya berjumlah besar Hindu yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. tujuh (7) sekte yaitu; (1) Çridanta, (2). Pacupata, Kerajaan hanya bertempat di daerah perkotaan (3) bhairawa, (4) wesnana, (5) Bodha atau yang memeluk agama Siwa, dan penduduk Sogata, (6) Brhama,(7) Rsi. Selanjutnya dijelaskan aslinya adalah suku Puak yang sekarang lebih oleh Goris, ternyata terdapat sembilan (9) dikenal dengan sebutan orang Dayak. peninggalan-peninggalan berupa lontar-lontar Perkembangan selanjutnya adalah ke Sumatra dari sekte, tersebut yakni; (1). Çiwa Siddhanta, dengan rajanya bernama Sriwijaya pada tahun (2). Pasupata, (3). Bhairawa, (4). Wesnawa, (5). 682 Masehi, dengan ditemukan prasasti Kedukan Boddha atau Sogata, (6). Brahmana, (7). Rsi, (8). Bukit di tepi Sungai Tatag, dekat Palembang. Sora atau penyembah-penyembah Surya, dan (9). Perkembangan selanjutnya adalah ke Jawa, salah Ganapatya atau penyembah-penyembah Ganesa. satunya yang mendirikan Candi Loro Jongkrang (Goris, 1986:2-4). di Prambanan yang menganut agama Siwa, Dengan banyaknya sekta, maka terjadilah adalah Rakai Pikatan. Hal ini terbukti dengan perpecahan dari berbagai sekte-sekta, sekte ditemukannya prasasti Siwagrha tahun 856 Wesnawa terpecah menjadi Bhagawata dan Masehi, sebagai hadiah kepada istrinya Pancaratra, dimana Bhagawata terbagi lagi Pramodarwarddhani yang beragama Buddha, dalam banyak kelompok, seperti Madhawa, beliau menbahkan candi Perwara berupa Nibarka. Kelompok Pancaratra terpecah lagi bangunan Stupa pada Candi Plaosan Lor. Prasasti menjadi sekte-sekta, Çri Waisnawa, Mabhau, Pucangan yang dibuat oleh Raja Airlangga tahun Barasingha dan Rama. Atas rekayasa dari Mpu 1041 Masehi, yang menyebutkan silsilah Mpu Kuturan permasalahan agama yang muncul, Sindok. Beliau memiliki anak perempuan yang maka dilakukan paruman di Bedahulu Samuan bernama Dharma Patni, yang juga bernama Tiga Blahbatuh (Kabupaten Gianyar Sekarang). Mahendradata menikah dengan Prabhu Menggunakan konsep seperti pernah terjadi di

DHARMASMRTI 116 Vol. 9 Nomor 2 Oktober 2018 : 1 - 123 masa kejayaan terakhir Raja di Jawa Timur, Rsi Markandya. Akhirnya pertemuan itu yaitu; “Pencampuran aneh dari sekte-sekta, menghasilkan kepakatan dengan konsep Buddhis tertentu dengan sekte-sekta, Ciwa atau kpercayaan Hindu di Bali adalah “Trimurti” Wisnu pada jaman Majapahit pada jaman (Brahma, Wisnu, dan Siwa). kejayaan terkahir dari agama Buddha di Jawa Semenjak saat itulah pemeluk agama Çiwa, Timur”, seperti pernyataan Moens, yang dikutip agama Budha, dan agama Sekte, diisyaratkan oleh Goris. agar membuat tiga buah (soroh) Pura, atau Seluruh sekte atau agama terdapat lima belas Kahyangan tiga; Pura Desa, yang merupakan (15). Lima belas sekte atau agama yang dimaksud sthana Bhatara Brahma, Pura Puseh, yang adalah; 1). Siwa Sidhantha, 2). Pasupata, 3). merupakan sthana Bhatara Wisnu, Pura Dalem, Bhairawa, 4). Waisnanawa, 5). Bodha (Sogatha), yang merupakan stahana Bhatara Siwa. 6). Brahma, 7). Resi, 8). Sore, dan 9). Ganapatya. Diisyarakat pula pada setiap keluarga (kepala Ada pula yang menyebutkan enam (6) sekta rumah tangga) membuat rong tiga yang disebut Agama, akhirnya dilakukan pertemuan segi tiga dengan Sanggah Kemulan. Rong Tiga di bagian (3) Baliaga sebagai wakil dari keenam seket/ kanan (utara) disebut Pramatma, di bagian kiri agama tersebut, dengan memodifikasi Agama (Selatan) disebut Sang Siwatma dan di tengah- Buddha Mahayana, Agama Çiwa (Goris, 1986:6). tengah Sunatma (Bapak Ibu dan Leluhur Enam Agama sekta ortodok di Bali yaitu: (10). seterusnya), (Kanan = Bapak, kiri = Ibu, Tengah = Agama Sambu yang memuja arca, saat matinya Leluhur dan seterusnya). Jadi konsep yang diupacarai dengan daun pepetan ketan sarana diturunkan dari hasil pesamuan tiga tersebut pembersih mayat, dan ditanam seketika,11). segala sesuatu yang terkait dengan serba tiga, Agama Brahma yang menyembah Sang Hyang yiatu: “Trimurti”, Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Surya/Ida Sang Agni, saat matinya memakai Dewa Çiwa, “Sanggah Kemulan Rong Tiga”, saranai air delima pembersih mayat, terus Bapak, Ibu, dan Leluhur, “Aksara”, A,U,M menjadi dibakar mayat itu dikuburan, 12). Agama Indra A = Brahma, U = Wisnu, M = Çiwa, selanjutnya menyembah gunung dan bulan, di kala (saat) menjadi “OM” artinya Ongkara = simbolis Tuhan. matinya dibersihkan dengan sarana beras di Kemudian diperkuat lagi oleh Parisadha tanam di jurang/pangkung yang ada goanya di Hindu Dharma Pusat Indonesia (PHDI), melalui lakukan oleh orang Bali asli yang ada di Tenganan Seminar Kesatuan Tafsir Tehadap Aspek-Aspek hingga sekarang, 13). Agama Wisnu yang Agama Hindu I-IX, yang menyatakan bahwa, menyembah Hujan/Belabur, yang dihormati saat “Tentang Rong Tiga”; 1). Rong Tiga adalah matinya dimandikan dengan air bunga-bungaan pelinggih Tri Murti/Hyang Kemimitan/Hyang yang harum dan terus dianyut di di Sungai Kemulan berdasarkan Lontar Purwa Gama dengan harapan sampai juga di laut luas Sesana, Kesuma Dewa, Gong Wesi, 2). Tata cara (Samudra), 14). Agama Bayu yang menyembah pembuatan Rong Tiga berdasarkan atas Lontar Bintang Angin Ngelinus, upakara kematian air Kosala-Kosali dan Asta Bumi, 3). Upakara/ hujan dipakai pembersihan mayat, dan mayatnya Upacara termasuk pependeman dan pedagingan di tanam, tetapi hanya ditaruh begitu saja agar berdasararkan Lontar Dewa Tattwa, Wariga lunak oleh angin, kesungkemin sampai sekarang Catur Winasa Sari, Usana Dewa Widhi Tattwa di Trunyan, dan 15). Agama Kala yang menyembah dan terutama Kesuma Dewa. Diatur pula tingkat tempat-tempat Angker/Kramat, waktu pelaksanaan Piodalan Nista, Madya, dan Utama9. kematiannya ditutupi dengan daun bidara, lalu Termasuk konsep Tri Hita Karana yang serba dianyut dijatuhkan di jurang pangkung; tiga10. dilaksanakan oleh Bali asli yang ada di Simbiran) Sesungguhnya Dewa-Dewa dalam Weda harus (Ton Jaya, 1991:8). ditafsirkan kembali, seperti yang dilakukan oleh Pertemuan ini disebut “Pura Samuan Tiga”, Bhasya of Sayanancarya, dengan mengutip dan tempat itu juga disebut dengan Samuan Tiga tafsirannya Dayānanda, yang telah menafsirkan sampai sekarang, karena berhasil menciptkan weda menjadi; bidang sosial, sehingga kata agni konsep baru. Samuan (Rapat besar dan ditafsirkan sebagai orang terpelajar, seorang terhormat) tersebut dihadiri oleh tiga kelompok pemimpin masyarakat; indra sebagai seorang besar agama Buddha Mahayana, agama Çiwa, raja atau komandan suatu pasukan; soma orang dan Enam sekta Bali mula adalah pengikut dari yang tenang, atau suatu tingkatan dari suatu

TRI MURTI IDEOLOGI SOSIO-RELIGIUS MEMPERSATUKAN SEKTE-SEKTE DI BALI 117 I Wayan Watra akademi spiritual; varuna sebagai pengkotbah sebagai Mahadewa, terletak di ujung Barat Pulau atau seorang guru atau menteri pertahanan; Bali, 4). , tempat memuja savita sebagai seorang guru atau pemberi ilham; Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai pusam sebagai pemelihara rakyat, sehingga Wisnu terletak di ujung Timur Pulau Bali, 5). dapat menjadi kepala tata usaha; ṛbhu dan Pura Goa Lawah, tempat memuja Hyang Widhi marut sebagai prajurit atau pasukan tentara. dalam perwujudannya sebagai MaheÇwara, Dalam bidang kosmis, dewata itu merupakan terletak di Tenggara Pulau Bali, 6). Pura Ulu kedharmawanan alam; umpamanya agni akan Watu, tempat memuja Hyang Widhi dalam berarti api, listrik atau matahari; indra sebagai perwujudannya sebagai Rudra, terletak di Barat matahari, listrik atau kilat; soma sebagai Daya Pulau Bali, 7). Pura Bukit Pengalengan tanaman obat atau prinsip menyembuhkan disebut pula Gunung Mangu, tempat memuja dalam penanaman obat, yang juga berarti bulan; Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai varuṇa adalah air, lautan atau flasma kosmis; Sangkara, terletak di Barat Laut Pulau Bali, 8). mitra adalah nafas vital; savitā adalah matari; Pura Besakih tempat memuja Hyang Widhi viṣṇu adalah matahari atau yajna; pusam adalah dalam perwujudannya sebagai Sambhu, terletak bumi; ṛbhu adalah sinar matahari dan marut di Timur Laut Pulau Bali, dan 9). Di Pusat adalah angin angkasa. Bidang spiritual atau Padmasana Tiga Besakih tempat memuja Hyang mistik, devatā yang sama akan memiliki konotasi Widhi dalam perwujudannya sebagai Trimurti yang berbeda. (Padmasana Tiga) terletak di Pusat Pura Besakih. Aurobindo memiliki sistem interpretasi mistik Kemudian pada pemerintahan raja terakhir yang memposona sendiri pada bidang ini, yang Dalem Waturenggong, pura-pura terus dilakukan menyatakan gelar atau julukan Tuhan, yang perbaikan12, sehingga Bali memiliki sebutan kadang-kadang menyatakan sang roh dalam seribu pura. sikap mental atau kesadaran yang berbeda-beda. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Bila dikenakan pada Tuhan, agni berarti Tuhan istilah Trimurti tidak terdapat dalam Catur Weda maha mengetahui dan sangat dimuliakan; indra (Ṛgveda Saṁhitā Śākala Śankhā, Sāmaveda sebagai Tuhan maha cemerlang; soma sebagai Saṁhitā, Yajurveda Saṁhitā, dan Atharvaveda Tuhan yang kita cintai dan kita abdi; varuṇa Saṁhitā).Berdasarkan sastra belum ditemukan adalah sebagi Tuhan maha adil, maha mulia; penyebutan Trimurti. Tetapi peninggalannya savitā Tuhan sebagai Pencipta; viṣṇu Tuhan telah ditemukan di India bagian timur berupa maha ada; pūṣam Tuhan sebagai pemelihara; Prasati Nalanda dengan rajanya Dewapaladewa dan marut adalah nafas vital. sekitar abad 9 masehi. Di Bali masalah Dewa-Dewa dikaitkan dengan Jadi Weda memberi inspirasi terhadap istilah para Dewa dengan penyebutan dan kedudukannya Trimurti yang merupakan penggabungan dari yang pasti, secara garis besarnya Trimurti atau keyikinan Siwa dan Budha, yang disesuaikan Triwisesa yaitu; Pura Desa/Bale Agung untuk dengan situasi di lingkungan sosial tempat (Dewa) Brahma sebagai Pencipta, Pura Puseh berkembangnya ajaran Siwa. Penggabungan atau Segara untuk Wisnu sebagai Pemelihara, yang “Aneh” demikian disebutkan oleh peneliti Pura Dalem untuk Bhatari Durga (Çakti Çiwa), “Moens”, yang dilakukan oleh Ṛsi Agastya untuk sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi dalam di Indonesia, hal ini terbukti dengan beridirinya fungsinya sebagai Pralina. Pura-pura yang Candi Siwa yang sering disebut Candi Rara berfungsi ekonomi adalah; Ulun Suwi, Ulun Danu Jonggrang, (Candi Brahma, Candi Siwa dan Candi Dewi Sri (Saktinya Wisnu), Pura Melanting, Pura Wisnu) di Jawa Tengah yang diperkirakan pada Segara. Pura Kahyangan Jagat berjumlah abad ke 8-10. sembilan, yaitu: Selanjutnya istilah Trimurti ini di bawa ke Bali 1). Pura Lempuyang tempat memuja Hyang oleh Mpu Kuturan untuk menggabungkan Widhi dalam perwujudannya sebagai IÇwara, kepercayaan Siwa, Budha, Waisnawa, dan Sekte- terletak di ujung Timur Pulau Bali, 2). Pura sekte di Bali, yang kemudian dilakukan paruman Andakasa tempat memuja Hyang Widhi dalam di Bedahulu Gianyar. Dengan berhasilnya perwujudannya sebagai Brahma terletak di mencapai kesepakat bersama maka tempat Selatan Pulau Bali, 3). Pura Batukaru tempat tersebut sampai sekarang disebut dengan “Pura memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya Samuan Tiga”. Istilah penggabungan yang di

DHARMASMRTI 118 Vol. 9 Nomor 2 Oktober 2018 : 1 - 123 anggap aneh ini, ternyata dapat menyatukan semua aliran kepercayaan yang ada di Bali, dengan memasukkan aliran tersebut menjadi Bay Pas Ida Bagus Mantra No. 5 Denpasar, tiga pokok penyatuan. Sehingga terdapat wawancara tanggal 27 Mei 2018, menjelaskan pemujaan Trimuti (Padmasana Tiga) di Pura bahwa, “Pertama perlu kita lihat Sejarah untuk Besakih untuk seluruh umat di Bali, kemudian mengenal Tri Murti, dari jaman Batu sudah terdapat pemujaan Trimurti (Pura; Desa, Puseh, terdapat keyaki an bahwa, “Batu itu adalah dan Dalem) di setiap daerah teritorial Desa Bapak, dan Ibu adalah Dewa Hyang”, sehingga di Pekraman. Termasuk Trimurti berada pada Bali pemujaan terhadap Batu dan Dewa Hyang setiap rumah penduduk yang berama Hindu di masih tetap sampai sekarang, (seperti seluruh Bali. Sehingga Pulau Bali diberi julukan peninggalan yang ada di jalan Ratna). “Pulau Seribu Pura”, sampai sekarang. Dasar pemikirannya sangat sederhana “anak Dalam penelitian ini menggunakan 4 mula keto”, kemudian datangnya pengaruh dari informan, sebagai perwakilan kasta Bramana, Majapahit, yang dibawa oleh Mpu Kuturan, Kesatriya, Wesia dan Sudra. Yaitu 1). Informan keyakinan-keyakinan yang sangat banyak dan yang ada dimasyarakat disatukan menjadi tiga kelompok, Brahma Wisnu dan Siwa, Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba (Sebagai sesungguhnya itu adalah leluhur Bapak-Mu, Ibu- Wakil Brahmana), umur 70 Tahun dengan Mu, dan Kamu. Kemudian pkiran itu berkembang, alamat Perumahan Moding Indah, Dalung No. 5 semua itu adalah bersumberkan kepada Ida Sag dan 7 Badung, wawancara tanggal 20 Mei 2018 Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, diturunkan menguraikan bahwa, “Berbicara tentang sesuai dengan fungsinya. Tuhan turun ke Bumi Trimurti, sesungguhnya berawal dari sejarah. menjadi Para Dewa (ini berdasarkan keyakinan), Dimana penduduk Bali pada saat itu memiliki disebut Kahyangan Jagat, kemudian medekat kepercayaan sangat Hitrogin, sehingga memilih lagi menjadi Kahyang Tiga, kemudian lebih kepercayan sessuai dengan keiinginannya. dekat laagi menjadi profesi (Ekonomi) melating, Akibat dari banyaknya aliran kepercayaan yang Segara (Nelayan). Petani (Sawah dan Ladang), disebut dengan sekte-sekte, maka munculah lebih dekat lagi Pura Paibon, kelompok keluarga, keributan disana-sini. Untuk mendamaikannya, kemudian3). lebih dekat lagi Sanggah Kemulan, maka Raja Bali padasekte-sekte waktu itu mengangkat Mpu kemudian lebih dekat lagi adalah diri sendiri”. Kuturan sebagai Senopati. Atas kebijaksanaan Informan Ida Rsi Bujanggawaisnawa Mpu Kuturan yang berjumlah Dwija Harimurti (Wesia), Umur, 67 Tahun, sembilan tersebut diperas menjadi tiga, yaitu Alamat jalanTri SerojaMurti No. 43 Denpasar, wawancara Trimurti. sekte-sekte tanggal, 20 Mei 2018.Dharmapatni/Udayana Beliau menguraikan Kesepakatan atas diperasnya aliran Warmadewabahwa, “ , tidak lepas dari sejarah kepercayaan atau menjadi 3, sebagai Pemerintah Raja sekta-sekta. momentum penyatuan, Om Brahmaisme, pratiwi... di Bali, sedang mengalami Waisnawaisme, dan Siwaisme.Om Brama Dalam Wisnu mantraIswara permasalahan dengan sembilan Dewam....pengastawa terdapat kalimat, “ Maka Beliau meminta pada Raja Erlangga di (Ajaran Siwa-ditanam), Jawa, untuk mengatasi masalah tersebut. (Ajaran Brahma-dibakar, ajaran Akhirnya4). Informan datanglah Mpu Kuturan. Untuk Wisnu-Hanyut disegara). Dalam mengatasi permasalahan sekta ini”. mensosialisasikan Trimurti ini membuat tempat Ida Pedanda Istri Mpu Dangka Ibadah dengan Tri Kahyangan Pura Desa, Pura, (Sebagai Wakil Sudra), umur 66 Tahun, Puseh, dan Pura Dalem. Dilengkapi dengan alamat Banjar Sumampan, Kemenuh, batas-batas Desa, sebagai ruang lingkup Banjar “Sukawati,Ketah manut Kabupaten agama ring Gianyar,Bali wantah wawancara medasar dan sekarang menjadi Desa Pekraman. antuktanggal “anak27 Mei mula2018, keto”, beliau nanging menjelaskan sujatin bahwa, ipun Kemudian terus berkembang menjadi kepada ring Bali sampun nyungkaning pisan linggih Ida Dewa-Dewa yang terdekat seperti memohon Hyang Widhi meraga tunggal, nanging kawisesan kekayaan Dewi Laksmi, memohon kepandaian ipun kaepah dados tiga Upeti, Stiti, lan pralina. Dewi Saraswati, dan seterusnya sampai ke Mawit saking keluarga kebaos “sanggah Kahyangan jagat. kamulan” (I Bapa, I Meme, lan Iraga dados siki 2). Ida Shri Bhagawan Prabhu Yoga (Sebagai Wakil Kesatiya), umur 61 Tahun alamat, jalan TRI MURTI IDEOLOGI SOSIO-RELIGIUS MEMPERSATUKAN SEKTE-SEKTE DI BALI 119 I Wayan Watra ring Sang Guru/Siwa guru), mawinan I Bapa kagentosin dados Siwaguru, maguru ring Siwa. Selantur ipun sepengaruh tabe pekulun tityang keselamatan keahadapan Tuhan, yang berstana ring Rsi Markadya, Ida makta sane kasungkeman di Gunug Agung. Selanjutnya atas kedatangan, “Panca Datu”, pinaka sarana nunas keselamentan homat saya kepada Mpu Kuturan, pada miwah kesejahteraan ring Ida Hyang Widhi sane pemerintahan Majapahit, pada saat itu Raja Bali malingga ring Gunung Agung. Selantur raris adalah Prabhu Udayana, agama yang banyak di rawuh Ida tabe pakulun tityang Mpu Kuturan KahyanganBali dibagi menjadi Tiga diga yaitu Wisnu, dan Iswara ring Majapahit, daweg Raja Baline Prabhu atau Bhatara Siwa. Mulai saat itu lahirlah Udayana, agama sane akeh ring Bali, kaepah tersebut yaitu Brahma Wisnu dados tiga Brahma, Wisnu, lan Iswara utawi III.dan PENUTUP Siwa”. Bhatara Siwa. Ngawit sakeng iraka wenten raris Kahyangan Tiga inggih punika, Brahma Wisnu Jadi untuk menjawab pertanyaan, dan Siwa “Mengapakah pemujaan masyarakat Hindu di Bali mengutamakan Trimurti (Dewa Brahma, ”. “anak Dewa Wisnu dan Dewa Siwa) ”?. Karena telah mulaArtinya: keto” Sudah biasa pada keyakinan Hindu dilakukan penyesuaian terhadap kepercayaan di Bali, sebagai dasarnya adalah konsep ortodok di Bali yang disebut dengan sekte-sekte, (memang“Tunggal” seperti itu), tapi dengan keperyaan baru dari Agama Siwa dan sesungguhnya di Bali sudah meyakiniUpeti, Stiti, bahwa lan Agama Budha, yang berasal dari India yang Tuhanpralina itu adalah (satu), tapi dikembangkan oleh Rsi Agastya, selalanjutnya manifestasinya ada tiga yaitu “ dikembangkan oleh Mpu Kuturan, dan di sambut ” (Lahir, Hidup dan Mati). Mulai dari oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, keluarga disebut “kamulan” (Ayah, Ibu, dan diri melalui media pendidikan di sekolah Dasar Sendiri dan kita menyatu dengan Guru/Dewa sampai sekolah lanjutan dan ke Perguruan Siwa), sehingga Ayah diganti menjadi “Siwaguru” Tinggi. Sehingga pemujaan Trimurti, adalah (Siwa sebagai penuntun kehidupan manusia), pemujaan terbesar di Bali. memilikibelajar kepada konsep Siwa. “Panca Selanjutnya Datu atas kehadiran, hormat saya kepada Markadya, beliaulah yang ” (lima jenis logam), sebagai sarana untuk memohon DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Gede Agus Budi, Jero Pande Tude Mulyadi, Ni Luh Gede Ayu Febrianthi, 2016. Peradaban Hindu Hindu-Buddha Nusantara.Denpasar: Bali Post. Bhāṣya Of Sāyacaṇācārya (Dewanto-Penterjemah) 2005. Ṛg Veda Saṁhitā. Maṇḍala VIII, IX,X. Surabaya: Paramita. Bhāṣya Of Sāyacaṇācārya (Sudiastawan, I Wyn. Wijayanti, Ida Ayu, Dewanto-Penterjemah) 2005. Atharvaveda Saṁhitā I. Surabaya: Paramita. Bhāṣya Of Sāyacaṇācārya (Dewanto-Penterjemah) 2005. Ṛg Veda Saṁhitā II. Surabaya: Paramita. Goris. R. (Teremahan-Kusuma Sutoyo, Ny.PS). 1986. Sekte-Sekte di Bali. Seri. 44. Jakarta; Bhratara Karya Aksara. Griffith. R.T.H. (Ivan Tani Putra-Penterjemah) 2005. Atharvaveda Saṁhitā. Surabaya: Percetakan Paramita Jalan Manggal III No.32. Griffith. R.T.H. (Dewanto-Penterjemah) 2005. Yajurveda Saṁhitā. Surabaya: Percetakan Paramita Jalan Manggal III No.32. Introduction to Special Issue: Stotra, Hymns of Praisein Indian Literature. Intenatonal Journal of Hindu Studies: Jonathan B. Edelmann, 2017. Maswinara, I Wayan Resensi Śākala-Sānkā.1999. ṚgPublished Veda Saṁhitā. online: Mandala 19 January IV, V, 2017VI, VII. © Surabaya: Springer Science + Business Media Dordrecht. DHARMASMRTI 120 Vol. 9 Nomor 2 Oktober 2018 : 1 - 123 Paramita. Maswinara, I Wayan Resensi Śākala-Sānkā.1999. Ṛg Veda Saṁhitā. Mandala I, II, III.Surabaya: Paramita. Monika Horstmann and Anand Mirshra 2018. Intoduntion to Special Issue: Transcreating the Bhāgavata Purāna. Intenatonal Journal of Hindu Studies:

Parisada Hindu Dharma Pusat, 1978. Hupadeca Tentanng Ajaran AgamaPublished Hindu online: Dharma 12 March Pusat. Jakarta.2018 © SpringerParisada ScienceHindu Dharma + Business Pusat Media (PHDI). Dordrecht. Parisada Hindu Dharma Pusat, 1982-1983. Himpunan Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I-X. Parisada Hindu Dharma Pusat (PHDI). Rama Rao, V.V.B. (Tt). Shiva Puran (in Big Prin). New Delhi-India: Publised bay Richa Prakashan (Publihes of Spiritual, Religious & Yoga books in Roman English For NRIs & PIOs). Wwww. richaprakashan.com. Suada, I Nyoman. 2013. Bali Dalam Perspektif Sejarah dan Tradisi. Dalam Relevansinya dengan Era Global Menuju Keajegan Bali Yang Harmonis. Surabaya: Paramita. Suasthawa Dharmayudha, I Made dan I Wayan Koti Çantika, 1994. Filsafat Adat Bali. Denpasar: Upada Sastra. Soebandi, I Ketut. 1983. Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali. Denpasar: Penerbit CV. Kayumas. Soeka, I Gede. BA. 1986. Tri Murthi Tattwa. Denpasar: Penerbit CV. Kayu Mas Agung Jalan Teuku Umar Gang Prekutut No. 1. Soekmono, R. 1981. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Edisi ke Dua. Yogyakarta: Kanisius. Tonjaya, I Nyoman Gede Bendesa K. Tt. Riwayat Rsi Markadeya. Denpasar: Percetakan Offset dan Toko Buku Ria, Jalan Plawa No. 41. Tonjaya, I Nyoman Gede Bendesa K. 1991. Riwayat Mpu Kuturan. Denpasar: Percetakan Offset dan Toko Buku Ria, Jalan Plawa No. 41. Titib, I Made. 2004. Purana Sumber Ajaran Hindu Komprehensip. Surabaya: Penerbit Paramita.

TRI MURTI IDEOLOGI SOSIO-RELIGIUS MEMPERSATUKAN SEKTE-SEKTE DI BALI 121 I Wayan Watra