PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR DINAS PEKERJAAN UMUM

Dokumen RENCANA AKSI KOTA PUSAKA (RAKP) KABUPATEN GIANYAR PROVINSI

TAHUN ANGGARAN : 2016

CV. TRI MATRA DISAIN K S O PT. DUTA DEWATA KONSULTAN Engineering Consultant Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

kata pengantar…

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka Kabupaten Gianyar tepat pada waktunya.

Buku ini berisikan materi pendahuluan, profil kota pusaka, tujuan, kebijakan dan strategi, konsep pengelolaan kota pusaka dan penetapan kawasan prioritas dalam penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Gianyar.

Akhir kata tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan naskah Laporan Pendahuluan ini

Gianyar, September 2016

Tim Penyusun RAKP Kabupaten Gianyar

Dokumen RAKP i Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

daftar isi KATA PENGANTAR...... i

DAFTAR ISI ...... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...... I-1 1.2 Tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka ...... I-3 1.3 Landasan Hukum ...... I-3 1.4 Sistematika Rencana Aksi Kota Pusaka...... I-4

BAB II PROFIL KOTA PUSAKA

2.1 Sejarah Perkembangan Kota Terkait Morfologi Kota ...... 2-1 2.1.1 Signifikansi, Otentisitas/Keaslian dan Integritas...... 2-21 2.1.2 Atribut Pusaka ...... 2-24

BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.1 Tujuan ...... 3-1 3.2 Kebijakan ...... 3-1 3.3 Strategi ...... 3-2

BAB IV KONSEP PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

4.1 Rencana Pengembangan Kota Pusaka ...... 4-1

Dokumen RAKP ii Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4.1.1 Sebaran Pusaka Di Tiap Kecamatan...... 4-1 4.1.2 Kota Gianyar dan Catuspatha sebagai Sentra Kota Pusaka Kota Gianyar Sebagai Ibukota Kabupaten Gianyar ...... 4-44 4.1.3 Konsep dan Pola Tata Ruang Catuspatha Kota Gianyar...... 4-47 4.1.4 Arahan Penataan Kawasan Pusaka Catuspatha Kota Pusaka Gianyar...... 4-51 4.2 Rencana Pengembangan Kelembagaan ...... 4-52 4.3 Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan ...... 4-52

BAB V PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS

5.1 Penentuan Alternatif Kawasan Prioritas ...... 5-1 5.2 Penentuan Kawasan Prioritas...... 5-27

BAB VI ARAHAN DAN INDIKASI PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA

6.1 Arahan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka ...... 6-1 6.2 Indikasi Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka ...... 6-2

Dokumen RAKP iii Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan implementasi RTRW atau penataan ruang kota yang konsisten berbasis kekuatan ruang kota dengan nilai-nilai pusaka di dalamnya serta mendorong diakuinya Kota Pusaka di Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka oleh Pemerintah Pusat dan JKPI (Jaringan Kota Pusaka Indonesia) dan bahkan sebagai Kota Pusaka Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO. Kabupaten Gianyar memiliki keragaman potensi aset pusaka yang belum tergali. Kabupaten Gianyar memiliki pusaka alam (natural heritage) dan juga pusaka budaya (cultural heritage) berupa pusaka pusaka artefak fisik dan atribut tidak berwujud dari individu, kelompok atau masyarakat. Dalam perjalannnya pusaka-pusaka tersebut mengalami tekanan oleh karena perkembangan ekonomi dan tuntutan ekonomi masyarakat sekitar, seperti misalnya pusaka alam mulai terjamah pembangunan fisik sekitarnya sehingga keasrian dan keindahan alam mulai terganggu oleh kegiatan manusia. Demikian juga pusaka budaya khususnya situs dan

1-1 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar candi mulai didesak oleh pembangunan fisik disekitarnya. Selain kondisi tersebut keberadaan pusaka baik pusaka alam maupun budaya diperlukan perhatian yang lebih oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Kegiatan pendahuluan yang dilaksanakan untuk mendorong terwujudnya Pengembangan Kota Pusaka adalah penyusunan Rencana Penataan Kota Pusaka (RAKP) yang merupakan dokumen rencana penataan yang berfungsi sebagai panduan penataan kota pusaka sekaligus panduan rancang kawasan terpilih. Untuk selanjutnya, ditindaklanjuti dengan kegiatan perencanaan penataan bangunan kawasan kota pusaka yang mengacu kepada RAKP. RAKP sendiri memuat pendahuluan (latar belakang, tujuan RAKP, landasan hukum, sistematika RAKP), profil kota pusaka, signifikansi kota pusaka, tantangan dan permasalahan dalam melestarikan keunggulan, visi dan misi, rencana penataan (manajemen kota pusaka, perencanaan dan olah desain kota pusaka), dan pencapaian rencana penataan hingga tahun 2019, dimana kerangka RAKP dan inventarisasi awal aset pusaka serta pembuatan draft peta pusaka akan dilaksanakan pada tahun 2016. Oleh karena itu pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gianyar menyelenggarakan kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Kabupaten Gianyar yang nantinya dipusatkan pada kawasan Puri di Pusat ibukota GIanyar. Kegiatan ini diselenggarakan untuk mendorong dan mempercepat diakuinya Kabupaten Gianyar sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia dan diterima sebagai anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI).

1-2 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

1.2. Tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Kabupaten Gianyar ini dimaksudkan untuk mengetahui seluruh aset pusaka yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar beserta nilai keunggulan universal didalamnya yang dijadikan dasar dalam upaya pengembangan kota pusaka kedepannya, khususnya di kawasan Puri di pusat ibukota Kabupaten Gianyar. Tujuan Penyusunan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka Kabupaten Gianyar adalah untuk menginventarisasi aset pusaka secara lengkap dan menyusun rencana penataan masing-masing aset pusaka tersebut dalam rangka pengembangannya, yang pada akhirnya dapat mendorong pelaksanaan P3KP (Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka) di Kabupaten Gianyar. Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini, adalah : • Tersusunnya data base inventarisasi aset pusaka di Kabupaten Gianyar; • Tersusunnya peta sebaran aset pusaka skala makro 1:5.000; • Tersedianya dokumen hasil inventarisasi aset pusaka; • Tersedianya dokumen Panduan Rancang Penataan Kota Pusaka Kabupaten Gianyar.

1.3. Landasan Hukum 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 4. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.49/UM.001/MKP/2001 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar Budaya;

1-3 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 8. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gianyar Tahun 2012-2032.

1.4. Sistematika Rencana Aksi Kota Pusaka Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka ini terdiri dari 6 Bab, dengan kerangka sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan Bagian Pendahuluan ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi disusunnya RAKP, maksud dan tujuan seta landasan hukum yang menjadi dasar bagi keikutsertaan sebagai kota pusaka. Bab ini terdiri dari: 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Rencana Aksi Kota Pusaka 1.3. Landasan Hukum 1.4. Sistematika Rencana Aksi Kota Pusaka

Bab II Profil Kota Pusaka Profil Kota Pusaka terdiri dari gambaran perkembangan kota, kawasan- kawasan pusaka, signifikansi dan atribut kota pusaka (aspek fisik, sosial budaya, ekonomi) yang menonjol sebagai hasil sejarah perkembangan kota. Bab ini terdiri dari: 2.1. Sejarah Perkembangan Kota terkait Morfologi Kota

1-4 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2.2. Signifikansi, Otentisitas/Keaslian dan Integritas 2.3. Atribut Pusaka

Bab III Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Bab ini berisikan tujuan, kebijakan, dan strategi yang dirumuskan setelah mengidentifikasi beragam potensi dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan upaya penataan dan pelestarian kota pusaka. Bab ini terdiri dari: 3.1. Tujuan 3.2. Kebijakan 3.3. Strategi

Bab IV Konsep Pengelolaan Kota Pusaka Konsep pengelolaan kota pusaka terdiri dari : 4.1. Rencana Pengembangan Kota Pusaka 4.2. Rencana Pengembangan Kelembagaan 4.3. Rencana Partisipasi Pemangku Kepentingan

Bab V Penetapan Kawasan Prioritas Penetapan kawasan prioritas harus memperhatikan bahwa kawasan prioritas merupakan hasil dari identifikasi signifikansi asset pusaka untuk mengantisipasi keterancaman dan degradasi asset pusaka terhadap tekanan perkembangan kota sehingga memerlukan penanganan yang mendesak

Bab VI Arahan dan Indikasi Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka

Arahan dan indikasi program ini merupakan upaya perwujudan konsep pengelolaan kota pusaka yang akan dijabarkan ke dalam indikasi program utama.

1-5 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

BAB II PROFIL KOTA PUSAKA

2.1. Sejarah Perkembangan Kota terkait Morfologi Kota

Kota Keraton Gianyar, 1771 – 1960. Dua seperempat abad lebih, tepatnya 233 tahun yang lalu, 19 April 1771, sampai diperingati hari jadinya pada 19 April 2004. Ketika kota yang dalam erkembangan selanjutnya nama Gianyar dipilih menjadi nama sebuah keraton istana raja yaitu Puri Agung Gianyar oleh Ida Dewa Manggis Shakti, maka sebuah kerajaan yang berdaulat penuh dan otonom telah lahir serta ikut dalam pentas percaturan kekuasaan kerajaan-kerajaan di Bali. Persyaratan upacara skala niskala untuk berfungsinya Puri Agung Gianyar, keraton sebagai ibukota pusat pemerintahan kerajaan 19 April 1771 itu dapat dijadikan tonggak sejarah lahirnya kota keraton Gianyar (Mahaudiana, 1988 : 30).

Dari tonggak sejarah yang telah ditegakkan oleh raja (Ida Anake Agung) Gianyar I, Ida Dewa Manggis yang menggunakan nama alias Manggis Api, Manggis Shakti, dan Manggis Sukawati memberi isyarat kepada

2-1 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar pembaca bahwa proses menjadi dan ada itu bisa ditarik ke belakang (masa sebelumnya) atau ditarik ke depan (masa sesudahnya) yang senantiasa menunjukkan nuansa seni dengan segala dinamika dan perkembangannya. Perlu dipahami bahwa sesempit apa pun wilayah kekuasaan kerajaan pada saat baru dibangun tidak akan mengurangi status kedaulatan dan otonomi kerajaan itu memberi peluang semaraknya kreativitas produk kesenian.

Secara geografis, wilayah yang sejak dahulu disebut Gianyar itu ternyata mengalami proses yang telah berlangsung berabad-abad sebelum tonggak sejarah yang sudah disebut di atas dan hanya dua seperempat abad lebih sesudahnya. Karena itu, pemahaman akan semakin menarik jika generasi sekarang mampu merekontruksinya dan menangkap makna untuk dijadikan spirit (revitalisasi) menghadapi tantangan saat ini danyang akan datang.

Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di wilayah dan kawasan Gianyar, dapat diduga bahwa telah muncul komunitas di Gianyar sejak 6000 tahun yang lalu. Itu terkait dengan ditemukannya situs atau perkakas (arefak) berupa batu, logam perunggu yaitu nekara (bulan Pejeng), relief yang menggambarkan kehidupan dan candi atau gua di tebing-tebing sungai (Tukad) Pakerisan sebagai produk berkesenian pada tahap awal (Sutaba, 1980). Setelah ditemukan bukti-bukti tertulis berupa prasasti di atas batu atau logam dapat diidentifikasi situs pusat kerajaan dari dinasti Warmadewa di Keraton Singamandawa, Bedahulu. Setelah ekspedisi Gajah Mada (Majapahit) dapat menguasai pulau Bali, maka di bekas pusat markas laskarnya didirikan sebuah keraton, yaitu Keraton Samprangan kemudian menjadi sebuah desa di kabupaten Gianyar.

2-2 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Keraton ini merupakan pusat pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh raja adipati (Ida Dalem) Kresna Kepakisan (1350 – 1380). Dia adalah pendiri dari dinasti Ida Dalem Kresna Kepakisan. Keraton Samprangan berusia lebih kurang tiga warsa kemudian keraton pusat kerajaan Bali itu dipindahkan ke Gelgel oleh putra bungsunya beliau yang bernama Ida Dalem Ketut Ngulesir, (1380 – 1460) raja adipati di Bali. Keraton Gelgel kemudian diberi nama Swecalingarsapura dan berlangsung lebih kurang tiga abad.

Selama pusat pemerintahan berada di Gelgel ada lima raja dari keturunan Ida Dalem Kresna Kepakisan yang memerintah yaitu : Ida Dalem Ketut Ngulesir (1380 – 1460), Ida Dalem Waturenggong (1460 – 1550), Ida Dalem Bekung (1550 – 1580), Ida Dalem Segening (1580 – 1630), dan Ida Dalem Dimade (1630 – 1651). Selama periode 1651 – 1686 kekuasaan pemerintahan di Gelgel diambil alih oleh I Gusti Agung Maruti, dari keturunan Arya Kepakisan (Babad Dalem, passim).

Cikal bakal penguasa (raja) yang kemudian dikenal sebagai daerah Gianyar berasal dari keturunan Dalem Segening dan Ida Dalem Dimade. Sementara itu, pada periode yang bersamaan muncul juga dua pusat kekuasaan, yaitu I Gusti Ngurah Jelantik di Blahbatuh dan I Gusti Agung Maruti di Keramas, keduanya berasal dari keturunan Arya Kepakisan, kemudian daerah kekuasaannya diserahkan dan dimasukkan ke wilayah kerajaan Gianyar (Babad Dalem; C.C. Berg, 1932). Periode Gelgel berakhir dengan kekalahan dan berakhirnya kekuasaan I Gusti Agung Maruti pada tahun 1686. Salah satu putra dari Dalem Dimade yang bernama I Dewa Agung Jambe dan dengan didukung oleh laskar gabungan (Singarsa, Denbukit, Badung dan laskar pering gading oncer ganda dari desa Beng) dapat merebut kembali tahta kerajaan. Selanjutnya, para anglurah yang

2-3 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar memimpin laskar gabungan sepakat menobatkan Ida I Dewa Agung Jambe sebagai raja (Ida Dewa Agung). Ida I Dewa Agung Jambe selanjutnya memindahkan keraton pusat pemerintahannya ke Klungkung, yang dinamai Keraton Semarapura. Periode Klungkung sebagai kerajaan yang berdaulat dan memiliki otonomi penuh berlangsung dua abad lebih, tepatnya 222 tahun (1686 – 1908). Salah seorang putra Ida Dalem Segening yang bernama Ida I Dewa Manggis Kuning (1600-an) adalah cikal bakal dinasti Manggis yang kemudian muncul setelah generasi IV. Sementara itu, salah seorang putra Ida Dalem Dimade yang bernama Ida I Dewa Agung Pemayun (1640-an) adalah cikal bakal dinasti Pemayun yang muncul setelah generasi II dan yang membangun keraton-keraton pusat kekuasaan di Tampaksiring, Pejeng, dan Kerajaan Payangan (1735 – 1843) kemudian termasuk wilayah kerajaan Gianyar. Salah seorang putra dari Ida I Dewa Agung Jambe yang bernama Ida I Dewa Agung Anom muncul sebagai cikal bakal dinasti raja-raja yang berkuasa di keraton Sukawati (1711 – 1771). Daerah kekuasaannya kemudian diambil alih oleh raja Gianyar pada tahun 1771 (Babad Dalem; Babad Dalem Sukawati).

Ketiga cikal bakal penguasa yang muncul di Gianyar yang berasal dari dinasti Ida Dalem Kresna Kepakisan sejak periode Gelgel sampai periode Klungkung mengalami pergumulan, silih-berganti, pasang-surut, malang melintang untuk menuju puncak kekuasaan kerajaan, baik dengan cara kekerasan maupun secara damai. Dinamika pergumulan antara elite tradisional dari generasi ke generasi telah berproses. Pada momentum tertentu, salah seorang di antaranya adalah pembangun kota keraton, atau kota kerajaan yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan yang disebut Gianyar. Pembangun kota kerajaan yang berdaulat dan memiliki otonomi penuh adalah Ida I Dewa Manggis Shakti, generasi keempat dari

2-4 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Ida I Dewa Manggis Kuning. Berdirinya Puri Agung Gianyar 19 April 1771, yang sekaligus menjadi ibukota, dan pusat pemerintahan Kerajaan Gianyar dipakai sebagai tonggak sejarah. Sejak itu Kerajaan Gianyar yang berdaulat ikut mengisi lembaran sejarah kerajaan-kerajaan di Bali, yang terdiri atas sembilan kerajaan yaitu: Klungkung, Karangasem, Buleleng Mengwi, Bangli, Payangan, Badung, Tabanan, dan Gianyar. Namun, sampai akhir abad ke-19, setelah runtuhnya Kerajaan Payangan dan Mengwi di satu pihak dan munculnya Jembrana di lain pihak, maka hanya ada delapan kerajaan di Bali (asta negara), yaitu : Klungkung, Karangasem, Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bandung, Bangli, dan Gianyar (ENI, 1971).

Petunjuk tertulis dalam dokumen arsip Belanda memberikan bukti kuat bahwa kerajaan Gianyar yang memiliki otonomi dan kedaulatan wilayah, kekuasaannya diakui oleh kekuasaan asing Belanda atau kekuasaan pribumi, raja-raja di Bali. Surat perjanjian pertama, antara Letkol van Swieten dari pihak Gubernemen Hindia Belanda dan Ida I Dewa Pahang dari pihak Kerajaan Gianyar, ditandatangani pada tanggal 25 Juli 1849. Isi perjanjian itu adalah kerjasama bantu membantu antara pihak kerajaan pribumi dan pihak asing Gubernemen, yang sama-sama memiliki otonomi dan kedaulatan atas wilayah kekuasaannya dan yang secara kenegaraan keduanya berstatus sederajat (ANRI, 1964).

Perlu diketahui sejak didirikannya Kerajaan Gianyar oleh raja yang pertama, yaitu Ida I Dewa Manggis Shakti pada tahun 1771 sampai ditandatanganinya surat perjanjian dengan pihak Gubernemen oleh Ida I Dewa Pahang (1847 – 1892) yang juga bergelar Ida I Dewa Manggis Mantuk Di Satria, telah terjadi beberapa kali suksesi pewarisan takhta. Sesudah wafatnya Ida I Dewa Manggis Shakti sebagai peletak dasar

2-5 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Kerajaan Gianyar yang berdaulat penuh, tahta kerajaan diwariskan kepada putera mahkota yang bergelar Ida I Dewa Manggis Di Madya (1814 – 1839), raja Gianyar II. Kekuasaannya berakhir karena wafat kemudian digantikan oleh putera mahkota yang bergelar Ida I Dewa Manggis Di Rangki (1839 – 1847), raja Gianyar III. Kekuasaannya singkat, hanya berlangsung delapan tahun dan berakhir karena wafat.

Pewaris tahta berikutnya adalah Ida I Dewa Pahang atau Ida I Dewa Manggis Mantuk Di Satria (1847 – 1892), raja IV. Gelar Mantuk Di Satria itu diberikan untuk mengingatkan pada peristiwa bahwa raja ini wafat dalam pengasinagn (1885 – 1892) di Satria (Klungkung). Pengasingan itu melibatkan intervensi dari pihak Ida I Dewa Agung di Kerajaan Klungkung. Raja Gianyar IV, Ida I Dewa Pahang (menurut sumber Belanda) dimusuhi oleh raja-raja Klungkung, Bangli, Badung, Tabanan, dan Mengwi. Setelah Ida I Dewa Pahang berhasil diperdaya dan ditawan oleh Ida I Dewa Agung di Klungkung pada tahun 1885, tahta di keraton Gianyar mengalami kekosongan sampai wafatnya Ida I Dewa Pahang di pengasingan Satria (Klungkung) pada tahun 1892. Selanjutnya, wilayah kekuasaan kerajaan Gianyar dikuasai oleh kerajaan Bangli dan kerajaan Klungkung. Ketika Ida I Dewa Manggis Mantuk Di Satria wafat di Satria (Klungkung), kedua puteranya, yaitu Ida I Dewa Pahang dan adiknya Ida I Dewa Gde Raka beserta keluarganya berhasil lolos meninggalkan tempat pengasingan untuk kembali ke Gianyar pada bulan Januari 1893. Berkat dukungan para punggawa yang masih setia di Gianyar, Ida I Dewa Pahang, raja Gianyar V (1893 –1896), berhasil membebaskan Kerajaan Gianyar dari cengkraman pendudukan raja-raja tetangga sehingga Kerajaan Gianyar berdaulat kembali. Setelah wafat digantikan oleh adiknya yang bernama Ida I Dewa Gde Raka, sebagai raja Gianyar VI. Atas dasar musyawarah dan mufakat dari para manca, punggawa dan

2-6 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar dukungan rakyat di Kerajaan Gianyar, maka dinobatkanlah Ida I Dewa Gde Raka, adik dari raja Gianyar V, sebagai raja Gianyar VI (1896 – 1912) (ANRI, 1964).

Upacara resmi penobatan sesuai dengan tradisi Bali (mabiseka ratu) Ida I Dewa Gde Raka sebagai raja Gianyar VI ini sangat unik karena dilaksanakan setelah penyerahan kedaulatan kerajaannya kepada pemerintah Belanda. Keputusan Ida I Dewa Gde Raka, raja Gianyar VI untuk menempatkan diri di bawah perlindungan dan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 8 Maret 1900 adalah karena alas an permusuhan yang tidak pernah henti dengan kerajaan-kerajaan tetangga yaitu : Badung, Mengwi, Bangli, dan Klungkung. Situasi pada akhir abad ke-19 itu sangat mengacaukan kehidupan di Kerajaan Gianyar. Pertimbangan yang matang dari seorang pemimpin dan juga raja yang sangat memperhatikan kawulanya itu memperoleh perlindungan dari pihak Gubernemen itu dapat diterima dengan baik pada waktu itu. Tujuannya adalah untuk mencari tempat berlindung guna menyelamatkan kerajaan dari keruntuhan karena diancam dan diserang oleh empat kerajaan tetangga dari pelbagai penjuru, seperti yang disebutkan di atas (Agung, 1989).

Untuk menangkis tekanan-tekanan kerajaan tetangga, raja Gianyar Ida I Dewa Raka meminta bantuan kepada Karangasem I Gusti Gde Jelantik pada tahun 1898. Akan tetapi, karena status Kerajaan Karangasem sudah menjadi stedehouder (wakil) pemerintah Gubernemen, maka permintaan tersebut dikonsultasikan dulu kepada residen di Singaraja. Keputusan yang diterima ialah bahwa Residen Liefrinck menolak usul I Gusti Gde Jelantik dengan alasan agar kerajaan yang merupakan bagian (wakil) pemerintah Gubernemen tidak terlibat dalam sengketa antar kerajaan di

2-7 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Bali (Agung, 1989). Raja Gianyar, Ida I Dewa Raka putus asa atas penolakan bantuan dan berusaha memohon bantuan lagi kepada pemerintahan Gubernemen, Residen Liefrinck pada tanggal 28 Desember 1899 dan pada tanggal 8 Januari 1900. Isinya yang terpenting adalah penyerahan kerajaan Gianyar kepada pemerintah Gubernemen, dengan alas an untuk lestarinya lembaga-lembaga yang ada dan menghindari kepungan musuh dari segala penjuru (Agung, 1989). Karena lama tidak mendapat jawaban dari Residen Liefrinck atas suratnya, raja Gianyar selanjutnya mengirim surat susulan pada tanggal 14 Januari 1900. Sementara itu Ida I Dewa Agung di Klungkung menawarkan perdamaian dengan raja Gianyar, Ida I Dewa Raka. Tawaran tersebut disertai dengan suatu imbalan bahwa Ida Dewa Agung bersedia menjadi perantara dengan raja-raja lain di Bali, terutama raja Bangli untuk menghentikan permusuhan dan peperangan dengan Kerajaan Gianyar, asalkan Kerajaan Gianyar bersedia mengakui kekuasaan tertinggi Ida Dewa Agung Klungkung. Meskipun tawaran perdamaian tersebut tidak mendapat respons yang menggembirakan dari sebagian besar punggawa Kerajaan Gianyar, raja Gianyar tidak dapat menolak tekanan Ida Dewa Agung Klungkung untuk mengadakan perdamaian.

Perdamaian antara Ida Dewa Agung Klungkung dengan raja Gianyar akhirnya dikukuhkan juga dengan suatu upacara sumpah yang berlangsung di Pura Kentel Gumi, Banjarrangkan pada tanggal 26 Januari 1900 (Agung, 1989). Peristiwa sumpah perdamaian itu dilaporkan oleh raja Gianyar, Ida I Dewa Gde Raka kepada Residen Liefrinck dalam suratnya tertanggal 17 Februari 1900. Disampaikan dalam suratnya itu bahwa perdamaian disetujui karena raja Gianyar berada dalam keadaan sulit dan meminta jawaban atas permohonan penggabungan Kerajaan Gianyar ke dalam pemerintah Gubernemen. Surat yang terakhir ini

2-8 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar dipertimbangkan masak-masak oleh Residen dan dikonsultasikan kepada Gubernur Jenderal di Batavia (Agung, 1989).

Permohonan saran dan argumentasi yang disampaikan Residen Liefrinck dibalas dengan sebuah keputusan Gubernur Jenderal yang disampaikan oleh sekretaris Umum Hindia Belanda dengan kawat tanggal 28 Februari 1900. Isinya menerima tawaran raja Gianyar agar ditempatkan dalam hubungan yang sama dengan Gubernemen seperti Karangasem. Selain petunjuk di atas, Residen Liefrinck mendapat instruksi dari Gubernur Jenderal untuk menyelidiki kemungkinan penempatan seorang pejabat Belanda di Gianyar. Berdasarkan instruksi tersebut, Liefrinck bertolak ke Gianyar untuk mengadakan perundingan dengan raja Gianyar dan para punggawa kerajaan tersebut guna menyelesaikan masalah Gianyar.. Dengan menumpang kapal pemerintah Condor, Liefrinck disertai oleh kontrolir urusan politik dan agraris, H.E.J.F. Schwatz dan dua punggawa dari Buleleng, mereka berlabuh di pantai Lebih pada tanggal 5 Maret 1900. Residen dengan rombongan diterima oleh para pembesar Kerajaan Gianyar dan diantar ke Ibukota dan mereka menginap di Puri Agung Gianyar (Agung, 1989). Pertemuan berlangsung selama sehari penuh pada tanggal 7 Maret 1900. Untuk menjamin kelangsungan pemerintahan, maka dimuat ketentuan tentang pengangkatan Ida I Dewa Gde Raka, raja Gianyar VI untuk sementara waktu sebagai stedehouder (wakil) pemerintah Hindia Belanda di Gianyar. Sambil menunggu keputusan tetap mengenai pengangkatannya dari Gubernur Jenderal, dan raja bertindak sebagai wali negeri yang baik, seperti yang berlaku di Karangasem. Pada hari Kamis malam tanggal 8 Maret 1900, berita acara tersebut ditandatangani oleh residen Liefrinck dan Ida I Dewa Gde Raka. (Agung, 1989). Isinya menegaskan bahwa Ida I Dewa Gde Raka, raja di Kerajaan Gianyar berjanji dengan sungguh-sungguh

2-9 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar bahwa jabatan yang diemban sebagai stedhouder (wakil) pemerintah Hindia Belanda senantiasa akan memerintah kerajaan Gianyar sebagai seorang wali negeri yang baik dan setia kepada pemerintahHindia Belanda.

Dengan keputusan Gubernur Jenderal tertanggal 29 November 1900 No.15, detetapkan bahwa Ida I Dewa Gde Raka dikukuhkan dalam kedudukan dan martabatnya sebagai Stedehouder (wakil) pemerintah Hindia Belanda di Kerajaan Gianyar (Agung, 1989). Pelantikannya dilakukan dengan suatu upacara yang disaksikan oleh semua punggawa di Kerajaan Gianyar pada tanggal 2 Januari 1901. Selanjutnya, pada tanggal 15 Juni 1903 Ida I Dewa Gde Raka dinobatkan dalam suatu upacara penobatan menurut adat agama (mabiseka ratu) sebagai raja Gianyar dengan gelar Ida I Dewa Manggis, seperti lazimnya dipakai oleh raja-raja yang berkuasa di Gianyar turun-temurun (sejak Ida I Dewa Manggis Shakti).

Selama satu dekade, sejak penobatan Ida I Dewa Gde Raka sebagai stedehouder terjadilah suksesi kepemimpinan. Beliau mengundurkan diri secara sukarela dengan mengajukan permohonan kepada pemerintah Gubernemen pada tanggal 12 Mei 1912. Dengan surat keputusan Gubernur Jenderal pada tanggal 11 Januari 1913, Ida I Dewa Gde Raka diberhentikan dengan hormat sebagai Stedehouder di Kerajaan Gianyar. Sementara itu, di Bangli juga terjadi suksesi karena Dewa Gde Tangkeban, raja Bangli wafat pada tahun 1912. Baik Ida I Dewa Ngurah Agung yang menggantikan ayahnya, Ida I Dewa Gde Raka (Ida I Dewa Manggis VIII) di Gianyar maupun pengganti Dewa Gde Tangkeban di Bangli tidak diberi gelar stedehouder oleh pemerintah Gubernemen. Akan tetapi mereka diangkat sebagai regent untuk kepala pemerintahan di Gianyar atau

2-10 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar daerah-daerah yang disamakan pada waktu itu berlangsung sampai tahun 1929. Oleh J. Caron sebagai residen Bali dan Lombok pada waktu itu diadakan perubahan tata pemerintahan di Bali.

Berdasarkan prinsip bahwa pulau Bali adalah suatu wilayah yang langsung berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, maka mulai tahun 1929 pulau Bali dibagi menjadi delapan resort (daerah) pemerintahan. Resort (daerah) pemerintahan itu adalah Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli dan Karangasem. Tiap-tiap resort pemerintahan dikepalai oleh seorang pribumi putra warga Bali yang akan ditunjuk, dari keturunan raja-raja yang dahulu memerintah kerajaankerajaan di Bali. Untuk resort pemerintahan Karangasem, Bangli, dan Gianyar tidak perlu diadakan penunjukan kepala pemerintahan baru, karena di sana keturunan raja-raja yang berkuasa terdahulu di tiga kerajaan tersebut sudah memangku jabatan sebagai kepala pemerintahan (Agung, 1989). Akan tetapi, untuk daerah- daerah lainnya, residen J. Caron mengadakan penyelidikan seksama siapa-siapa yang dianggap masih keturunan terdekat dari dinasti kerajaannya masing-masing. Keseragaman tata pemerintahan di Bali dapat diwujudkan pada tahun 1929. Pulau Bali dibagi menjadi delapan resort pemerintahan yang diberi nama Bali asli yaitu negara di bawah pimpinan kepala-kepala pemerintahan yang ditunjuk dari keturunan raja- raja Bali terdahulu. Para kepala pemerintahan di tiaptiap negara diberi gelar negara berstuuder (penguasa Negara) dengan disertai pengukuhan gelar tradisional yang menyerupai tradisi yang berlaku di tiap-tiap kerajaan. Ida I Dewa Ngurah Agung, sejak tahun 1929 dikukuhkan oleh pemerintah Gubernemen dengan dua gelar yaitu secara modern (Bestuurder) atau secara tradisi adat di negara Gianyar (Anak Agung). Kepala pemerintahan pribumi (Bestuurder, Anak Agung) yang baru

2-11 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar dibentuk ini memiliki tiga ciri dalam sistem pemerintahannya, yaitu pemerintahan rangkap, adanya jabatn patih sebagai pembantu raja, dan adanya dewan kerajaan. Patih raja Gianyar berasal dari keturunan Pasek, sedangkan dewan kerajaan (pesamuan agung) terdiri dari pembesar kerajaan, yaitu para punggawa, para manca, para pendeta (W.F. van der Kaaden, 1937). Keistimewaan dalam sistem pemerintahan di Gianyar adalah pembentukan korps abdi raja yang disebut prayoda pada tahun 1936. Pembentukan korps tersebut yaitu diilhami oleh barisan sebagai abdi Sentana di Madura (Kuntowijoyo, 2002).

Selama Pemerintahan stedehouder dan regent (1913 – 1929) kemudian bestuurder sampai tahun 1938 dan selama Anak Agung Ngurah Agung, raja Gianyar VII (1913 – 1943) memimpin daerah kerajaannya suasana aman dan tertib mewarnai kehidupan masyarakatnya. Secara perlahan bakat alam bersentuhan dengan kemampuan berkreasi para warganya. Kreativitas waktu-waktu luang telah menampilkan aktivitas seni dan pelbagai produk karya seni yang sejak semula terkait erat dengan persembahan untuk keperluan upacara keagamaan Hindu di pura-pura (kahyangan) untuk kepentingan kehidupan di keraton (puri, istana raja, court art) yaitu, hiburan dan keindahan bagi raja dan para bangsawan, elite kerajaan, dan untuk kepentingan rakyat yaitu hiburan dan keindahan yang dinikmati oleh masyarakat luas (folk art). Sejak itu berkembang pelbagai produk karya seni antara lain: seni lukis, seni ukir, seni patung, seni tari pertunjukan, wayang, seni karawitan dan gamelan, seni sastra kekawin. Melalui kreativitas para seniman dan produk karya-karya seni mereka, kerajaan Gianyar di Bali semakin dikenal oleh wisatawan mancanegara (profil Kabupaten Gianyar 2005: Bab VII).

2-12 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Kabupaten Gianyar “Kota Seni”, 1961 – 1980-an Kehadiran seniman-seniman berkebangsaan asing : Walter Spies dari Rusia dan Rudolf Bonnet dari Belanda pada tahun 1928 yang menetap di Ubud dapat dijadikan tonggak akulturasi terjadinya dinamika kebudayaan pada unsur karya seni. Atas inisiatif kedua seniman Barat yang memperoleh dukungan para bangsawan Ubud: Tjokorda Gde Raka Soekawati (punggawa Ubud), Tjokorda Gede Agung Soekawati dan Tjokorda Gede Rai (punggawa Peliatan) beserta para seniman Gianyar mereka bersama-sama membentuk sebuah organisasi modern pertama para seniman yaitu “Pita Maha” pada tanggal 29 Januari 1936. Keanggotaannya terdiri dari para pelukis, pemahat, pengukir, pengerajin anyaman, pengerajin perak dan emas hingga mencapai jumlah 159 orang di Ubud dan di luar Ubud sampai di Badung. Melalui pameran- pameran yang diselenggarakan di kota-kota di Bali (Singaraja), di Jawa: Bandung, Yogya, dan Batavia, Surabaya, Tegal, di Sumatra (Medan dan Palembang), di Kalimantan (Pontianak), bahkan hingga ke luar negeri (Amsterdam, Den Haag, London), organisasi seniman “Pita Maha” semakin luas dikenal. Akan tetapi selama pendudukan Jepang dan revolusi Indonesia aktivitas “Pita Maha” terhenti (“Pita Maha 29 Jan 1936 – 29 Jan 1940” Djatayoe, No. 7, 25 Feb 1940, Th 4, Singaradja: 195 – 202).

Selama masa revolusi, ketika daerah Bali temasuk ke dalam wilayah Negara Indonesia Timur (NIT), otonomi daerah kerajaan/swapraja tetap diakui. Namun, semuanya itu dikoordinasikan dalam sebuah lembaga yang disebut Dewan Raja-raja. Raja Gianyar Ida A.A. Gde Oka, diangkat sebagai Ketua Dewan Raja-raja pada tahun 1947 menggantikan A.A. Pandji Tisna, raja Buleleng. Selain itu, pada periode NIT dua tokoh lainnya, yaitu Tjokorda Gde Rake Soekawati (Puri Kantor Ubud) diangkat menjadi presiden NIT dan Ide A.A. Gde Agung (Puri Agung Gianyar) menjadi

2-13 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Perdana Menteri NIT. Ketika Republik Indonesia Serikat (RIS) kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950, Undang-undang NIT No. 44 tanggal 15 Juni 1950 tetap diberlakukan. Daerah swapraja di wilayah NIT disebut dengan daerah bahagian/swapraja. Namun, untuk keseragaman pemerintah daerah di seluruh Indonesia, dikeluarkan Undang-undang No. 69 tahun 1958 yang mengubah daerah bahagian/swapraja menjadi daerah swatantra tingkat II (Daswati II). Daswati II itu berlaku secara seragam untuk seluruh Indonesia sampai tahun 1960. Setelah itu, nama tersebut diganti lagi dengan nama daerah tingkat II (Dati II), Kabupaten Dati II, dan kabupaten. Dari sisi otonomi, jelas tampak proses perkembangan yang terjadi di kota Gianyar. Status otonomi dan berdaulat penuh melekat pada pemerintah Kerajaan Gianyar sejak 19 April 1771, yang terus berproses sampai otonomi daerah tingkat II kabupaten diberlakukan dewasa ini. Proses otonomi sejalan dengan dinamika kebudayaan yang tetap menunjukkan perkembangannya. Produk kesenian untuk kepentingan keraton (puri), tempat-tempat pemujaan Hindu (pura) baik yang diskralkan maupun yang diprofankan telah menyentuh pula kepentingan masyarakat dan bisa dinikmati oleh masyarakat lokal dan oleh masyarakat dunia melalui wisatawan yang datang ke Gianyar. Akibatnya nuansa seni semakin melekat dan memberi jatidiri terhadap daerahnya.

Setelah Pemilu I tahun 1955 timbul lagi inisitif R. Bonnet, Tjokorda Gede Agung Sukawati dan beberapa seniman Ubud untuk menghimpun para seniman. Mereka mendirikan organisasi “Golongan Pelukis Ubud” pada tahun 1956. Ketuanya adalah A.A. Gede Sobrat. Kehadiran seorang pelukis Belanda yang menjadi warga negara Indonesia Arie Smith pada tahun 1961 telah menciptakan pembauran lewat karya seni lukisan yang kemudian dikenal dengan aliran “the young artist”. Gaya young artist

2-14 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar menghasilkan lukisan-lukisan yang bertemakan kehidupan sehari-hari dengan polesan warna-warna cerah, kontras, bebas dan ekspresif (I Nyoman Suasta, 1981: 62 – 63).

Visi dan misi organisasi “Pita Maha” yaitu menampung hasil karya seniman-seniman berbakat sekaligus sebagai dokumentasi dan pameran yang mendunia terutama kota-kota di benua Eropa terwujud pada tahun 1959. Ketika itu didirikan sebuah museum yang diberi nama “Museum Puri Lukisan Ratna Warta” di Ubud. Museum ini cukup menarik kehadiran wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahan karya seni yang terlukis dari bumi seniman di kabupaten Gianyar. Disusul dengan dibukanya museum lukisan oleh Pande Wayan Suteja Neka, seorang pelukis kelahiran tahun 1939 maka menambah semarak pengenalan jatidiri yang bernuansa senu untuk dipemerkan. Museum lukisan yang dibukanya sendiri pada tahun 1976 diberi nama “Museum Neka” diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 7 Juli 1982 ternyata mengundang antusias pada penikmat keindahan lewat karya-karya seni lukisan. Setelah itu berdiri pula museum-museum lukisan lainnya seperti “Museum Arma”, “Museum Rudana” (Garrett Kam, 2002: 10 –11; Profil....2005: Bab VII). Dapat dikatakan bahwa berdirinya museum- museum seni lebih memperkaya lagi khazanah nuansa seni di Kabupaten Gianyar.

Untuk menampung produk karya-karya seni dan menjualnya kepada konsumen bermunculan pula bengkel kerja (work shop), studio-srudio, galery-galery, artshop-artshop yang tersebar di kecamatan-kecamatan hingga ke desa-desa di seluruh kabupaten Gianyar : Batubulan, Celuk, Guang, Sukawati, Bona, Gianyar, Ubud, Tegallalang, Kedewatan, dan lain-lain. Dari pihak pemerintah kabupaten Gianyar menjadi fasilitator

2-15 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar pembangunan “Pasar Seni” di Sukawati pada tahun 1983 dan “Pasar Seni” di Blahbatuh pada tahun 1987. Selain itu pemerintah juga memfasilitasi tanah dan pembangunan gedung Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) di Ubud dan Guwang serta Sekolah Seni Karawitan di Batubulan. Atraksi kesenian seperti tari barong dan keris, kecak bisa ditemukan di desa-desa Singapadu, Bedulu dan Bona.

Masa sekarang Sejak tahun 1950 sampai sekarang yang hampir lima dasawarsa lebih telah tercatat sepuluh orang Kepala Pemerintahan/Bupati Gianyar, yaitu:

1. A.A. Gde Raka (1950-1960) 2. Tjokorde Ngurah (1960-1963) 3. Drh. Tjokorde Dalem Pudak (1963-1964) 4. I Made Sayoga,BA (1964-1965)asal Br Kesian Desa Lebih,Gianyar 5. I Made Kembar Kerepun (1965-1969) 6. A.A. Gde Putra, SH (1969-1983) 7. Tjokorda Raka Dherana, SH (1983-1993) 8. Tjokorda Gde Budi Suryawan, SH (1993-2003) 9. A.A.G. Agung Bharata, SH (2003-2008) 10.Ir.Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati,MSi (2008-2012) 11.A.A.G. Agung Bharata, SH (2012-2017)

Dari sisi otonomi jelas nampak bahwa proses perkembangan yang terjadi di Kota Gianyar. Otonomi dan berdaulat penuh melekat pada Pemerintah kerjaan sejak 19 April 1771 kemudian berproses sampai otonomi Daerah di Tingkat II Kabupaten yang diberlakukan sampai sekarang. Berbagai gaya kepemimpinan dan seni memerintah dalam sistem otonomi telah terparti di atas lembaran Sejarah Kota Gianyar. Proses dinamika otonomi cukup lama sejak 19 April 1771 sampai 19 April 2005 saat ini, sejak kota keraton

2-16 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar dibangun menjadi pusat pemerintahan kerajaan yang otonomi sampai sebuah kota kabupaten, nama Gianyar diabadikan. Sampai saat ini telah berusia 234 tahun, para pemimpin wilayah kotanya, dari raja (kerajaan) sampai Bupati (Kabupaten), memiliki ciri dan gaya serta seni memerintah sendiri-sendiri di bumi seniman. Seniman yang senantiasa membumi di Gianyar dan bahkan mendunia.

Ringkasan selengkapnya mengenai sejarah pemerintahan di Kabupaten Gianyar, mulai dari periode jaman Kerajaan, periode penjajahan Belanda, periode penjajahan Jepang, jaman Kemerdekaan dan seterusnya, kami sajikan seperti pada table dibawah ini :

Periode Pemerintahan Jaman Kerajaan, Penjajahan dan Masa Setelah Kemerdekaan di Kabupaten Gianyar

No. Tahun Periode Pemerintahan/ Keterangan Nama Pimpinan 1 2 3 4 1.1. Kerajaan 1 1771 – I Dewa Manggis IV Raja Gianyar I 1814 2 1814 – I Dewa Manggis V (Dimadia) Raja Gianyar II 1839 3 1839 – I Dewa Manggis VI (Di Rangki) Raja Gianyar III 1847 4 1847 – I Dewa Manggis VII (Mantuk Di Raja Gianyar IV 1885 Satria) 5 1885 – Kosong/Raja I Dewa Manggis VII Pemerintahan 1893 diasingkan ke Klungkung ditangani dari ditempatkan di Desa Satria (suatu Klungkung dan Desa + 3 Km disebelah Timur Kota Bangli Semarapura 6 1893 – I Dewa Pahang wafat mendadak Raja Gianyar V 1896 di dalam tahun 1896 dan belum sempat dinobatkan (mabiseka ratu) sebagai Raja 7 1896 – I Dewa Manggis VIII Raja Gianyar VI 1900 1.2. Penjajahan Belanda 8 1900 – I Dewa Manggis VIII Stedehuoder 1913 (Wakil

2-17 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Pemerintahan Belanda di Daerah Swapraja Gianyar

Regent Gianyar 9 1913 – Ida Anak Agung Ngurah Agung Zelfbestuuder 1937 (Kepala 10 1938 – Ida Anak Agung Ngurah Agung Pemerintahan 1942 Swapraja Gianyar) 1.3. Penjajahan Jepang 11 1942 – Ida Anak Agung Ngurah Agung Syutjo 1943 12 1943 – Ida Anak Agung Gde Agung Syutjo 1945 1.4. Kemerdekaan 13 1945 – Ida Anak Agung Gde Agung Kepala 1947 Pemerintah Swapraja Gianyar 14 1947- 1950 Anak Agung Gde Agung Kepala Pemerintah Swapraja Gianyar 15 1950 – Anak Agung Gde Oka Ketua Dewan 1958 Pemerintah Daerah Gianyar 16 1958 – Anak Agung Gde Oka Kepala Dati II 1960 Gianyar 17 1960 – Tjokorda Ngurah Bupati Kepala 1963 Dati II Gianyar 18 1963 – Drh. Tjokorda Anom Pudak Pejabat Kepala 1964 Daerah Bupati 19 1964 – I Made Sayoga, BA Bupati Kepala 1965 Dati II Gianyar 20 1965 – I Made Kembar Kerepun Pejabat Kepala 1969 Daerah Bupati 21 1969 – Anak Agung Gde Putra, SH Bupati Kdh. Tk.II 1983 Gianyar 22 1983 – Tjokorda Raka Dherana, SH Bupati Kdh. Tk.II 1993 Gianyar 23 1993 – Tjokorda Gde Budi Suryawan, SH Bupati Kdh. Tk.II 2003 Gianyar 24 2003 – A.A. Gde Agung Bharata, SH Bupati Gianyar 2007 25 2007 – Tjokorda Artha Ardhana Sukawati Bupati Gianyar 2012 24 2012 – A.A. Gde Agung Bharata, SH Bupati Gianyar 2017

2-18 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Berikut ini merupakan ilustrasi Peta Perkembangan Morfologi Kota Pusaka:

Gambar 2.1 Ilustrasi Peta Perkembangan Morfolo

2-19 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Gambar 2.2 Infografis Lini Masa Sejarah Kabupaten 2-20 Gianyar Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2.2. Signifikansi, Otentisitas/Keaslian dan Integritas Kabupaten Gianyar kaya dengan berbagai keanekaragaman budaya. Konsep Budaya atau kebudayaan ini sebagaimana diungkapkan oleh Koentjaraningrat (Koentjaraningrat, 1993) memiliki tiga wujud, yakni nilai-nilai, sosial, dan artefak (kebendaan). Kabupaten Gianyar memiliki kawasan Sungai Pakerisan, dan di bagian hulu terdapat sistem Subak (Subak Pulagan dan Subak Kulub (Kulub Atas dan Kulub Bawah). Subak merupakan warisan budaya yang bersifat intangible (tak tampak) berupa nilai-nilai Tri Hita Karana dan tangible (tampak) dalam bentuk sistem sawah terasering dan juga sistem Pura Subak. Subak juga memiliki wujud sosial dimana subak memiliki organisasi yang solid dan didukung oleh landasan berupa awig-awig (aturan tertulis) dan perarem (aturan yang tidak tertulis tetapi sudah disepakati secara konsensus) yang dilaksanakan dengan ketat. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa subak di Sungai Pakerisan merupakan warisan budaya Bali dan telah menjadi warisan budaya dunia (WBD) yang telah diakui oleh UNESCO. Selain itu, semua Kecamatan di Kabupaten Gianyar merupakan kawasan yang sangat kaya dengan nilai-nilai pusaka yang bersumber pada masa Prasejarah, Sejarah Bali Kuna, Sejarah Modern, dan Post Modern. DI kawasan kecamatan ini terdapat situs-situs yang tidak hanya signifikan bagi masyarakat local tetapi juga bagi masyarakat di tingkat nasional, misalnya, di Kecamatan Tampaksiring terdapat Istana Kepresidenan Tampaksiring yang sudah dibangun sejak masa Presiden Indonesia 1 yaitu Presiden Soekarno. Dalam hal Pusaka Alam, di Kabupaten Gianyar ditemukan pusaka alam yang meliputi: 1. Pusaka alam pantai, seperti: Pantai Purnama, Panta Saba, Pantai Lebih, Pantai Masceti, dll yang ada di kawasan selatan Kabupaten Gianyar; 2. Pusaka lembah sungai, seperti : Lembah Sungai Ayung, Lembah Sungai Pakerisan, Lembah Sungai Petanu; 3. Pusaka Alam Air Terjun, yaitu Air Terjun Tegenungan;

2-21 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4. Pusaka Alam Terasering, yaitu Terasering Ceking, Tegallalang; 5. Pusaka Alam Hutan Bambu Tegallalang, dll. Sedangkan dalam hal Pusaka Budaya, Kabupaten Gianyar tampil dengan kekayaan dan keragaman yang luar biasa. Secara komprehensif kekayaan dan keragaman pusaka budaya Kabupaten Gianyar meliputi: 1. Pusaka Arkeologi; 2. Sejarah; 3. Permukiman dan Arsitektur; 4. Subak; 5. Religi/Agama; 6. Seni, tradisi, dan Sastra; 7. Multikultur; 8. Pusaka Khas Kabupaten Gianyar. Ragam Pusaka Saujana juga ditemukan di berbagai desa, subak dan komunitas dengan keunikan tersendiri. Beberapa contoh pusaka saujana Kabupaten Gianyar adalah: 1. Pusaka saujana Subak Pulagan, Kulub atas, dan Kulub Bawah yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO; 2. Pusaka saujana Desa Pejeng, Desa Bedulu, dan Desa Tampaksiring yang mensinergikan alam Lembah Pakerisan dan Petanu dengan ragam peninggalan arkeologi, sejarah, seni , dan arsitektur bernilai tinggi; 3. Pusaka saujana Desa Padangtegal yang mensinergikan pesona Monkey Forest (Hutan Kera) dan kesenian; 4. Pusaka saujana Desa Petulu yang mensinergikan fauna Burung Kokokan dan seni; 5. Pusaka saujana Desa Taro yang mensinergikan Hutan Bambu dengan budaya agraris. Secara umum dapat dikatakan bahwa warisan-warisan budaya fisik yang tersebar di Kabupaten Gianyar saat ini masih dapat disaksikan antara lain

2-22 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar adanya bangunan puri, pura, pasar, bale banjar, setra/kuburan, dan lain sebagainya. Kawasan Puri Gianyar yang di masa lalu merupakan pusat aktivitas pusat pemerintahan tradisional, kegiatan ekonomi dan sosial budaya dapat dianggap sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan masyarakat di Kabupaten Gianyar. Hal ini dapat dilihat dari adanya pemahaman secara filosofis yang mengikuti pola penataan perempatan agung sebagaimana tampak pada konsep Catuspatha itu. Dengan mempergunakan kategori unsur kebudayaan universal dan unsur kebudayaan khusus orisinal, dibawah ini disajikan daftar panjang contoh- contoh unsur budaya khusus yang tergolong sebagai unsur budaya orisinal di Kabupaten Gianyar sebagai representasi Kota Pusaka.

No Unsur Universal Unsur Budaya Khusus Orisinal

1 Arsitektur Arsitektur Puri, Geria, Umah dengan penataan berbasis Asta Kosala-Kosali

2 Mata Pencaharian Pertanian basah dan system subak yang khas berbasis Tri Hita Karana dan diapresiasi UNESCO sebagai WBD

3 Organisasi social Sistem desa pakraman sebagai komunitas lokal berbasis Tri Hita Karana

4 Bahasa dan Sastra Bahasa dan Sastra Bali dengan tradisi Mebebasan

5 Kesenian Seni lukis, seni kriya, seni rias, seni Wli, seni Babali dan seni Balih-Balihan

6 Sistem Pengetahuan Pengetahuan Usada, Pengetahuan Astronomi, sampai sistem kalender Hindu Bali berbasis Pawukon

7 Sistem Religi Sistem ritual Panca Yadnya: Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Butha Yadnya

2-23 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2.3. Atribut Pusaka A. Pusaka Alam

2-24 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

B. Pusaka Budaya

2-25 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2-26 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

C. Pusaka Saujana

2-27 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI

3.1 Tujuan Tujuan merupakan cita-cita perwujudan kelestarian keunggulan kota pusaka yang diinginkan pada masa yang akan datang untuk menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan dan strategi. Tujuan ini dirumuskan dengan merujuk pada Visi dan Misi pembangunan daerah. Tujuan dari Kota Pusaka Gianyar adalah: “Terwujudnya Kota Pusaka Gianyar yang Beidentitas, Lestari, dan Unggul Menuju Kesejahteraan, Kebahagiaan, dan Berkelanjutan”

3.2 Kebijakan Kebijakan merupakan serangkaian prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pelestarian kota pusaka. Kebijakan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret untuk tindakan yang diambil. Kebijakan dari Kota Pusaka Gianyar yaitu:

3-1 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

1. Melakukan pendataan, pelestarian, dan perlindungan terhadap Kota Pusaka Gianyar dan aset-aset pusaka secara berkelanjutan. 2. Melakukan penguatan identitas Kota Pusaka dengan berdasarkan identitas local Kabupaten Gianyar. 3. Melakukan penguatan SDM dan lembaga masyarakat dalam pelestarian dan perlindungan Kota Pusaka Gianyar. 4. Melakukan pengembangan pemanfaatan aset Kota Pusaka untuk kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat secara berkelanjutan. 3.3 Strategi Strategi merupakan penjabaran tiap kebijakan penataan dan pelestarian kota pusaka ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi dari Kota Pusaka Gianyar yaitu: 1. Mengidentifikasi, merevitalisasi, dan melestarikan pusaka alam, budaya, dan saujana Kota Pusaka Gianyar. 2. Menghidupkan jiwa, karakter, dan spirit Kota Pusaka Gianyar melalui kreatifitas cipta, karsa, dan karya dan dipromosikan. 3. Merevitalisasi sentra-sentra Kota Pusaka Gianyar, baik di level Kabupaten, Kecamatan, maupun Desa. 4. Memberdayakan SDM pusaka yang kreatif, cerdas, unggul sebagai sumberdaya kreatif, inovatif, dan kader pelestari. 5. Memfungsikan lembaga-lembaga adat, dinas, dan swasta dalam melakukan pelestarian dan pemberdayaan Kota Pusaka Gianyar secara harmoni dan berkelanjutan. 6. Mengembangkan ekonomi pusaka yang kreatif dengan menjangkau sektor primer, sekunder, dan tersier melalui bidang pertanian, kerajinan, dan pariwisata dan seluruh kelompok ekonomi kreatif. 7. Memanfaatkan hasil dari ekonomi pusaka bagi pelestarian pusaka alam, budaya, dan saujana serta bagi kesejahteraan masyarakat. 8. Merevitalisasi, merenovasi, dan merekonstruksi infrastruktur pusaka.

3-2 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

BAB IV KONSEP PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

4.1. Rencana Pengembangan Kota Pusaka 4.1.1. Sebaran Pusaka di Tiap Kecamatan Sebaran pusaka di masing-masing kecamatan ini diperoleh dari berbagai sumber baik melalui survey sekunder maupun survey primer ke lapangan. Sebaran pusaka dapat dilihat pada tabel berikut ini :

4-1 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Tabel 4.1 Sebaran Pusaka di Tiap Kecamatan

Lokasi Cagar Budaya/yang diduga Cagar Budaya No. Situs Dusun Desa/Kel Benda Bangunan Struktur

Kecamatan Blahbatuh

1 Pura Puseh Antugan Arca membawa ayam

Frag. Arca membawa ayam

Arca Ganesa

Arca Perwujudan

Frag. Arca perwujudan

Frag. Bangunan

Frag. Arca penjaga

2 Pura Dalem Antugan Lingga

3 Pura Prajapati Antugan Lingga

4 Yeh Pulu Batulumbang Bedulu Relief

5 Goa Gajah Goa Bedulu Tri lingga Kolam

Arca Ganesa Goa

Arca Hariti Relief yasti

Arca pancuran

Arca Jongkok

Fragmen arca

Fragmen bangunan

6 Pura Jempinis Goa Bedulu Frag Bangunan

4-2 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Ganesa Candi Tebing 7 Tegallinggah Bedulu Gapura Candi tebing Tegallinggah Ceruk

8 Pr Sucen Tegallinggah Bedulu Arca Perwujudan

Arca Catur Muka

Arca Parwati

Lingga

9 Pr Pengastulan Bedulu Bedulu Batu alam

Arca Ganesa

Pilar bangunan

Relief pd bingkai segi 4

Frag bangunan

Arca pancuran pendeta

Frag Miniatur candi

Arca Binatang

10 Pura Santrian Pekandelan Bedulu Lingga

Arca Pendeta

Miniatur candi

Frag Miniatur candi

Frag bangunan

Batu bergores

Batu alam

4-3 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

11 Pura Samuantiga Pekandelan Bedulu Lingga yoni

Frag. bangunan

Batu alam

Arca Durga M

Arca Dewa Wisnu

Arca Ganesa

Frag. Arca Caturkaya

Frag. arca

Lingga semu

Lempeng batu

Batu segi 4 berrelief

Kendi

Batu bergores

Frag. Lingga semu

Arca jongkok

Frag. Arca raksasa penjaga

Arca Gajah

Arca Nandi

Arca Penjaga

Lingga sempurna

Kumpulan Batu alam

Pretima (Perunggu) Pretima berbentuk singa (kayu)

4-4 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Cepuk (keramik)(pratima) Pretima berbentuk arca budha (perunggu) Pretima berbentuk nandi (perunggu) Genta (perunggu)pratima Wadah genta (perunggu)pratima Wadah (perunggu) pratima

Frag gelang(pratima)

12 Pura Gunung Sari Wanayu Bedulu Lingga

Relief kala

Lingga dgn relief 4 tokoh

Batu bergores

Menhir

Batu alam Pura Subak 13 Wanayu Bedulu Arca Budha Kedangan Arca Ganesa

Arca perwujudan

Arca bawa ayam

Frag bangunan

Frag arca

Frag lingga

Batu alam

14 Pura Tegenungan Wanayu Bedulu

4-5 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

15 Pura Batan Jeruk Bedulu Pura Dukuh 16 Pekandelan Bedulu Beliung Santrian Alat batu

Batu lonjong

Batu alam

Menhir

Lumpang batu

Mata tombak

Permata

17 Pura Pengubengan Tengah Bedulu Frag. Miniatur Candi

Jaladwara (kambing)

Jaladwara (singa)

Jaladwara (makara)

Arca Perwujudan

Frag. Bangunan

Arca Durda M

Frag. Arca Prwujudan

Frag. Arca Kinari

frag. Ulekan

Frag. Kapak Batu

Batu dgn pahatan mata

frag. bangunan

18 Pura Kejaksan Lebah Bedulu Arca Raksasa

4-6 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Ganesa

Arca Durga M

Arca Siwa Mahaguru

Arca Primitif

Lingga

Arca Binatang

Miniatur Candi Pura Putra Batara 19 Tengah Bedulu Frag. Arca Pancuran Desa Frag. Arca Ganesa

Lingga sempurna

Lingga semu

Arca Siwa Mahadewa

Frag. bangunan

Frag. Arca Perwujudan

Arca Ganesa

Relief

Frag. Arca kodok (pncr)

Stamba

20 Pura Genuruhan Goa Bedulu

21 Pura Telangu Pekandelan Bedulu Arca Ganesa Perunggu

22 Pura Menguntur Bedulu

23 Pura Dalem Lebah Bedulu Batu alam

4-7 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Siwaguru

24 Pura Batan Kelagi Margabingung Bedulu Arca

Lingga

Yoni

25 Pura Puseh Blahbatuh Blahbatuh Arca kepala kebo iwa

Frag. bangunan

Arca ganesa

Arca kinari

Arca memegang ayam

Arca Perwujudan

Frag. Arca bhairawa

Frag. Arca perwujudan

Frag. Arca ganesa

Arca Agastya & Dw Wisnu

di atas garuda

Frag. Arca dwarapala

Frag. Kepala kuda

26 Pura Musen Blangsinga Blahbatuh

27 Pura Batur Sari Satria Blahbatuh Gapura

Meru Ds. Pkrama 28 Pura Dalem Maya Blahbatuh Arca terakota Teruna Prasasti

Batu alam

4-8 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Jembatan 29 Blahbatuh Blahbatuh Jembatan Blahbatuh Pura Pedarman 30 Kutri Buruan Arca Kutri Lingga

Yoni

Fragmen arca

31 Pura Dalem Celuk Celuk Buruan Arca frimitif

Kemuncak bangunan

Relief kala sungsang

Kepala kala (fr bangunn)

32 Pura Gunung Sari Celuk Buruan batu lonjong

Frag. Arca perwujudan

Frag relief

Lingga?

Arca Pendeta

Arca Dewa

Frag lapik

33 Pura Batan Pakel Yang Loni Buruan Arca binatang

Arca primitif

34 Pura Pucak Manik Buruan

35 Pura Segana Bangun Liman Buruan Frag. Arca

Frag. bangunan

Batu alam

4-9 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca sederhana

Arca binatang

36 Pura Ibu Celuk Buruan Batu alam

Kapak batu

Keris Pura Puseh 37 Gelgel Keramas Arca Siwa Amping Arca Ganesa

Arca Perwujudan

Arca Nandi

Frag. Arca

Frag. bangunan

Lingga

Lingga Yoni

38 Pura Besakih Lebah Keramas Arca primitif

Frag. Lingga

Arca binatang primitif

39 Pura Kebo Edan Lebah Keramas Arca perwujudan

Frag arca perwujudan

Frag. bangunan

Arca Ganesa

Lingga

Lapik

4-10 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Pura Pasek 40 Maspahit Keramas Arca Ngukuhan Kepala kala (fr bangunn)

41 Pura Dalem Sekah Maspahit Keramas Miniatur Candi

Arca Perwujudan

Arca Sederhana

Arca Binatang

Periuk

42 Pura Panti Gelgel Keramas Miniatur candi

Lingga semu

Frag. Miniatur candi

43 Pura Botoan Pering Pering Frag. bangunan Gapura

Arca ganesa

Arca perwujudan

Frag. Arca

Frag. lingga

Lingga

Umpak

44 Pura Tampaksidi Sema Pering Arca

Lingga Pr 45 Gambang Prangsada Kendi Perangsada Arca

Lingga

4-11 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Stamba

Arca Perwujudan

Arca Penjaga

Prasasti

Palung batu

Selonding

Gangsa

Batu alam

46 Pura Puseh Pering Pering Arca Ganesa

Frag. Arca

Arca kura-kura

Frag. bangunan

Arca binatang unsur bngn

Arca Perwujudan

Relief unsur bangunan

Frag arca caturkaya

(unsur bangunan)

Arca binatang

Frag arca pancuran

Frag binatang kahyangan

Arca nandi Meru tump. 47 Pura Sukaluwih Pering 11 48 Pura Dalem Bon Biu Saba

4-12 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Pura Buda Banda Saba Frag bangunan 49 Cemeng Arca dwarapala

Batu alam

Lingga

Arca wanita

50 Pr Puseh Banda Banda Saba Arca Batu Alam

51 Pura Dalem Timbul Blangsinga Saba Lumpang batu bergores 52 Pura Puseh Saba Saba Saba Frag. Arca

53 Pura Dalem Saba Saba Saba Arca Perwujudan

Arca membawa ayam

Frag. Arca

Arca pendeta

Arca ganesa

Arca penjaga

Batu alam

Peripih

Lingga semu Pura Dalem 54 Saba Arca Adegan Batu alam

Gelungan

55 Pura Segara Saba Saba Arca Gapura

4-13 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

56 Pura Puseh Blangsinga Saba Arca

57 Pr Pasek Meranggi Kebon Kaler Belege Peripih

Lapik

Fragmen Arca

Ganeca

Arca Perwujudan

Fragmen BNG

Batu Persegi 4

58 Pr Empelan Blege Blege Batu Alam

Pragmen Lingga

Lingga

Pragmen Arca

Kecamatan Gianyar

1 Pura Puseh Abian Base Abian Base Miniatur Candi

Arca Ganesa

Arca Caturmuka

Arca Perwujudan

Frag. Arca Perwujudan

Arca Pendeta

Frag. Arca Ganesa

Frag. Bangunan

Lumpang batu

4-14 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Lingga semu

Frag. Arca membwa ayam

Arca Penjaga

Arca Raksasa

Batu alam Pura Puseh Desa 2 - Abian Base Taulan 3 Pura Bukit Tedung Abian Base Arca Perwujudan

Fragmen Arca

4 Pura Ulun Suwi Tedung Abian Base Arca Perwujudan

Fragmen Arca

Lingga

5 Pura Puseh Tedung Abian Base

6 Pura Puseh Gitgit Beng

7 Relief Bebitra Roban Bitera Relief Arca Durga 8 Pura Rijasa Sengguan Bitera Mahisasuramardhini Lingga Pura Pucak Buron 9 Batur Sari Bitra Arca Alit Pripih Pura Dalem 10 Siangan Bitra Tenggaling 11 Pura Hyang Api Sengguan Gianyar Pr Jeron Dw 12 Kesian Lebih Arca Perwujudan Keloncing Kaja

4-15 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Pendeta

Lingga Pr Jeron Dw 13 Kesian Lebih Arca Perwujudan Keloncing Klod Arca Binatang

14 Pura Sibi Agung Kesian Lebih Arca Siwa Mahaguru

Arca Ratu Nganten (Sejoli) Arca Durga Mahisasuramardhini Arca Siwa Mahadewa

Arca Ganesa Primitif

Fragmen Arca

Arca Perwujudan

Arca Parwati

Arca Ganesa Primitif

Arca Nandi Primitif

Lumpang Batu

Batu Silindris Lebih Beten 15 Pura Blanjong Lebih Kelod Lebih Beten 16 Pura Ratu Bajang Lebih Kelod 17 Pura Sakenan Cebaang Lebih

18 Pura Ulun Suwi - Mantring

19 Pura Ulun Suwi - Petak

20 Pura Puseh Petak Petak Petak

4-16 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Pura Penataran 21 Petak Petak Pr Dalem 22 Samplangan Samplangan Samprangan 23 Pura Pucak Bukit batu Samplangan Pura Dalem 24 - Samplangan Camplung Pura Puseh 25 Samplangan Arca Perwujudan Samplangan Lingga

Arca Ganesa Arca Perwjdn mmbawa ayam Frag. Arca

Frag. Lingga

Arca Pendeta

Arca burung garuda

batu alam

26 Pura Puseh Sidan Sidan Sidan Arca binatang Fragmen Arca Menungga Kuda Arca perwujudan

Lingga

Arca Pendeta

Arca Ganesa

Frag. Arca

Frag. Bangunan

Frag. Arca naga

4-17 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

27 Pura Bukit telaga Sidan

28 Pura Sibi Alit Tegaltugu Tegaltugu Arca berkepala tiga

Arca Perwujudan

Arca Ganesa

Arca Sejoli

Frag Arca

Arca mgang ayam

Arca primitif

Frag arca primitif

29 Pura Gaduh Temesi Temesi Arca Ganesa

Arca Perwujudan

Batu alam

30 Pura Puseh Temesi Temesi Arca Perwujudan

Frag. Bangunan

Frag. Arca

Batu dgn pahatan vagina

Lingga

Batu alam

Lumpang batu

31 Pura Bale Agung Pande Tulikup

32 Pura Melanting Roban Tulikup Arca raksasa

Frag. Arca

33 Pr Ganter Bitra Bintra Yoni Str Bangunan

4-18 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Lingga

Lingga Yoni

Fragmen Arca

Arca Gajah

Arca Bhatari

Arca Ganeca

Arca Jongkok Komando Daerah Markas 34 Candi baru Candi Baru Meriem Militer IX / Batalion Udayana Bataliyon Zeni Ktr Tempur Peristirahatan

18/Ykr Ruang Staf Aula

Gudang Alat

Kecamatan Payangan Pura Puser 1 Ulapan Bukian Lingga yoni Peganjingan Yoni

Arca nandi

Arca penjaga

Arca perwujudan

Arca pendeta

Batu silendris

2 Pura Puseh Bukian - Bukian Batu silindris

Batu alam

4-19 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca

Lingga

Fragmen bangunan Pura Hyang Isung 3 - Bukian Lingga Bukian Arca

Fragmen bangunan

Framen Lingga

Batu alam

4 Pura Dalem Bukian - Bukian Arca

5 Pura Bedugul - Bukian Arca

Lingga Pura Puseh 6 - Bukian Menhir Subilang Arca

Batu persegi empat

Fragmen bangunan

Sarkofagus Pura Penataran Air 7 Semaon Puhu Jeruk 8 Pura Eer Baas - Puhu

9 Pr Masceti Bukian Lingga

Frag Lingga

Arca perwujudan

Frag Bangunan

4-20 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

sarkopagus

Arca Catur Kaya Payangan 10 Pr Taman Sari Melinggih Fragmen Desa Fragmen Lingga

Lingga Yoni

Arca Ganeca

Kecamatan Sukawati

1 Pura Puseh Batuan Arca Perwujudan

Lingga Gapura

Kotak Peripih

Frag. Arca

Frag. Bangunan

Arca Memegang Ayam

Relief Kinara-Kinari

Arca Garuda

Arca Dwarapala

Arca Budha

Frag. Lapik

2 Pura Puseh Wasan Wasan Batuan Kaler Arca Candi Kolam

Nandi

Lingga

Kotak Pripih

4-21 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

3 Pura Hyang Naga Sakah Batuan Kaler

4 Pura Hyang Tiba Blahtanah Batuan Kaler Arca Gapura

5 Pura Canggi Canggi Batuan Kaler Arca Perwujudan Gapura

Arca Pwjdn mmbawa ayam

Arca Ganesa

Fragmen Arca Perwjdn

Kotak pedagingan

Fragmen Bangunan

Lingga

Arca nandi (dwarapala)

Arca domba (dwarapala)

Frag. Arca binatang

Frag. Yoni

Frag. Miniatur candi

6 Pura Gunung Cangi Batuan Kaler Arca Perwujudan

Fragmen Arca Perwjdn

& Lingga

Frag. Arca Durga M

Arca Ganesa Pura Batur Fragmen Bangunan Patilawasan Petak

7 Pura Puseh Tegaltamu Batubulan Arca menunggang kuda Arca Ganesa

Arca Perwujudan

4-22 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Fragmen bangunan

Arca sederhana

Frag. Arca Pura Luhur 8 Cemenggaon Cemenggaon Cemenggaon Pr Payogan A 9 Ketewel Ketewel Guwang Pura Dalem 10 Tengkulak Kemenuh Banyelangu 11 Pura Puseh Kemenuh Kemenuh Arca Ganesa

Arca Perwujudan

Fragmen Arca Perwjdn

Arca Pendeta

Arca Membawa Ayam

Yoni

Arca Budha

Arca Nandi

12 Pura Batur Kemenuh Kemenuh

13 Pura Dalem Kemenuh Kemenuh Arca Men Brayut

Arca Pan Brayut

Arca Pendeta

Arca Tokoh

Arca berwahana angsa

14 Pura Gandalangu Tengkulak Kemenuh Arca Naga

Arca Ganesa

4-23 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Binatang

Frag. Bangunan

Frag. Lingga

Frag. Arca

Arca penjaga Pura Dadya Agung 15 Tengkulak Kumenuh Prasasti Tembaga Kemulan Kemimitan KGT Pura Pengajegan 16 Tengkulak Kemenuh Alas Harum Pura Dalem Sekar 17 Tengkulak Kaja Kemenuh Lingga Embang 18 Pura Puseh Apuan Singapadu

19 Pura Puseh Gumi Singapadu

20 Pura Taman Sari Singapadu

21 Pura Bukit Blangsamu Singapadu Delod 22 Pura Lumbung Sukawati Arca bawa ayam Pangkung Arca Perwujudan

Fragmen Arca

Arca Durga M

Arca Ganesa

Lingga

Relief/panel Delod 23 Pura Budha Kliwon Sukawati Arca Megalitik Pangkung Lingga Semu

4-24 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Batu silendris

Frag Arca tunggang kuda

Frag Arca Megalitik

Frag Arca Perwujudan Pura Penataran Er 24 Gelumpang Sukawati Arca sederhana Kori Agung Jeruk Relief

Arca pendeta

Arca perwujudan Sanggah Dadia P 25 Gelulung Sukawati Arca perwujudan Sukawati 26 Pura Tumpek Kebalian Sukawati Lingga yoni

Fragmen Arca Perwjdn

27 Pura Masceti Glumpang Sukawati Arca Jembatan 28 Sukawati Jembatan Gantung

29 Gedung SD No. 1 Sukawati Gedung

30 Pura Dalem Tebuana Sukawati Gapura

31 Pr Buda Cemeng Penida Batuan Arca Perwujudan Wanita 50 L 0309561, Arca Pencaga 9050047 UTM Arca Perwujudan Wanita

Fragmen Kepala Arca Delod 32 Pr Jempaling Sukawati Unsur Bangunan Pangkung

4-25 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Perwujudan

Lapik Arca

Lingga Sempurna

Yoni

33 Subak Bubuan Kebalian Sukawati Arca Ganeca Arca Perwujudan

Linga Yoni

Frag Bangunan

Umpak Pr Buda Kliwon Lantanghidung Batuan Arca Ganeca Gapura 34 Lantanghidung Lumpang batu

Kecamatan Tampaksiring 1 Pura - Manukaya Lingga yoni Tepesana

Arca nandi

Arca singa

Jaladwara

Arca perwujudan Pura Sakenan 2 Saraseda Manukaya Manukaya Pura Desa 3 Penempahan Manukaya Lingga Gumang Lingga Yoni

Fragmen bangunan

4-26 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Miniatur Stupa

fragmen Arca nandi

Batu Alam

4 Pura Pegulingan Basangambu Manukaya Fragmen bangunan STSupa

Relief Gana

Fragmen Yasti

Fragmen lipit sisi genta

Yoni

Kepala arca Budha

Frag arca binatang

5 Pura Alas Arum Basangambu Manukaya Arca Perwujudan

Frag. Arca Perwujudan

Arca Ganesa

Arca Nandi

Lingga

Frag. Arca ganesa

Frag. Yoni

Frag,. Bangunan Pura Puseh 6 Penempahan Manukaya Prasasti Penempahan Fragmen Arca

Arca Pendeta

Arca Ganesa

Yoni

4-27 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Fragmen Bangunan

Arca Perwujudan

Fragmen Lingga

Batu alam Pr Taman Sari Bali 7 Penempahan Manukaya Candi Bentar Agung

8 Pura Puseh Manukaya Manukaya Pura Bintang 9 Melayang Melayang Fragmen Bangunan Kuning Fragmen Relief Gana

Fragmen Kepala Kala Pejeng 10 Pura Pegulingan Intaran Frag. Arca Tengah Frag. Lingga

Prasasti (padas)

Frag. Bangunan

Batu bulat lonjng

Arca penjaga

Arca raksasa Pejeng 11 Pura Kebo Edan Intaran Arca raksasa (dwarapala) Tengah Arca kerbau

Arca raksasa (umpak)

Arca Ganesa

Arca Perwujudan

4-28 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca bhairawa Pura Pusering Pejeng 12 Intaran Sangku Sudamala Jagat Tengah Palus (kelamin laki)

Vulva (Kelamin wanita)

Arca Ganesa

Arca Durga M

Arca Perwujudan

Arca raksasa

Arca jongkok

Arca pancuran

Arca penjaga

Arca singa

Arca Caturkaya Pura Penataran Pejeng 13 Intaran Arca penjaga Sasih Tengah Arca Perwujudan

Arca nandi

Frag. Arca

Arca menunggang gajah

Arca Ganesa

Arca Pendeta

Frag arca dwarapala

Lingga

4-29 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Frag. Arca berpasangan

Frag. Lingga

Arca raksasa

Arca caturkaya

Arca berpasangan

Frag. Prasasti

Frag. Arca Ganesa

Batu selendris

Frag. bangunan

Frag. Arca kura-kura

Nekara Pejeng 14 Pura Mas Surat Intaran Arca sederhana Tengah Arca Perwujudan

Lingga

Frag. Arca

Frag. bangunan

Batu persegi empat Pura Ratu Mas Pejeng 15 Intaran Mengening Tengah Pejeng 16 Pura Saren Intaran Arca Tengah Lingga Semu

Menhir

fragmen bangunan

4-30 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Pejeng 17 Pura Pegending Intaran Frag bangunan Tengah Relief Gana

Frag lapik

Frag lingga

Arca tokoh

Frag arca

Muka Lingga Pejeng 18 Pura Manik Corong Intaran Lingga Tengah Fragmen bangunan

Fragmen arca

Arca Perwujudan

Arca jongkok Pejeng 19 Pura Taman Sari Intaran Fragmen bangunan Tengah Lingga

Frag miniatur candi

Arca Ganesa

Arca Perwujudan Pura Kembang Pejeng 20 Guliang Rijasa Tengah Pura Penataran Pejeng 21 Pande Lingga ganda Panglan Tengah Lingga dgn kedok muka

Lingga

Batu alam

4-31 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Perwujudan

Hariti

Arca pendeta

Arca Durga M

Arca dlm sikap tribanga

Arca jongkok

Ganesa

Arca dgn kaki terjuntai

Frag. Arca perwujudan

fragmen bangunan

Frag. Arca penjaga Pejeng 22 Pura Bangun Sakti Intaran Tengah Pejeng 23 Arjuna Metapa Intaran Tengah Pura Desa Pejeng 24 Dapdapan Dapdapan Tengah Pura Mas Pejeng 25 Intaran Mengalup Tengah Pejeng 26 Pura Bedugul Kana Panglan Arca jongkok Tengah Ganesa

Arca durga M

Frag. Arca Agastya

Frag. Lingga

Arca Perwujudan

Lingga

4-32 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca pendeta

Frag. Arca

Arca dlm posisi duduk

Frag. Bangunan Pejeng 27 Pura Kenaruhan Guliang Tengah Pejeng 28 Pura Galang Sanja Guliang Tengah Pejeng 29 Pura Muntur Guliang Tengah Pejeng 30 Pura Penataran Alit Pande Tengah Pura Batan Pejeng 31 Pande Camplung Tengah Pejeng 32 Pura Yeh Ayu Guliang Frag. Arca Tengah Arca Perwujudan

Arca Ganesa Pejeng 33 Pura Kepatihan - Lingga Tengah Arca Perwujudan

Arca Pendeta

Frag. Arca

Frag. Bangunan

Frag. Arca Binatang

Batu Dakon

Batu Alam Pejeng 34 Pura Mas Maketel Pande Frag. Arca singa Tengah

4-33 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Batu silinder dgn relief budha Pahatan surya Majapahit

Lingga

Arca pancuran

Arca jongkok

Arca nandi

Fragmen Pura Pasar Pejeng 35 Pande Lingga sempurna Melanting Tengah Arca Agastya

Arca Ardanareswara

Arca Perwujudan

Frag. Arca Perwujudan

Frag. Lingga Pejeng 36 Pura Melanting Puseh Arca Bodhisattwa Tengah Arca jongkok

Arca Gana

Frag. bangunan

Frag. Arca Pura Batan Pejeng 37 Guliang Fragmen Arca Klecung Tengah Fragmen bangunan

Lapik arca

Arca singa

4-34 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Ganesa

Lingga

Arca jongkok

38 Pr Taman Sari Tarukan Tarukan Arca Ganesa

Frag arca Durga M Pura Penataran 39 Belusung Pejeng Kaja Arca Caturkaya Belusung Arca Perwujudan

Candra sangkala

Kala frag. Bangunan

Frag. Bangunan Pura Dugul Raja 40 Tarukan Pejeng Kaja Frag. Arca Perwujudan Suta Prasasti Batu

41 Pura Panti Tarukan Tarukan Pejeng Kaja Arca Perwujudan

42 Pura Dalem Setra Tarukan Pejeng Kaja Stamba

Frag. bangunan

43 Pura Puseh Tarukan Pejeng Kaja Arca Perwujudan

Frag. Arca Perwujudan

Arca membawa ayam

Arca Durga M Pura Dugul Subak 44 Tarukan Pejeng Kaja Frag. bangunan Tubuh 45 Pura Dalem Sembuwuk Pejeng Kaja Arca sederhana

4-35 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Lingga semu Pura Agung Batan 46 Tatiapi Pejeng Kawan Arca jongkok Bingin Arca Perwujudan

Frag. Arca ganesa

47 Pura Alas Arum Tatiapi Pejeng Kawan Arca Perwujudan

Frag. Arca perwujudan

Lingga semu

48 Candi Kelebutan Tatiapi Pejeng Kawan Candi tebing

Ceruk Pura Puseh Pejeng 49 Umakuta Arca Masceti Kangin Pura Puseh Bale Pejeng 50 Pesalakan Arca Agung Kangin Lingga Yoni

Fragmen bangunan Pejeng 51 Pura Dugul Subak Gepokan Kangin Candi Tebing Pejeng 52 Cemadik Candi tebing Kerobokan Kangin Ceruk

53 Pura Bugbugan Petemon Pejeng Kelod Arca Perwujudan Pura Pengukur- Pejeng 54 Sawa Gunung Arca Ganesa Candi Ceruk Ukuran Kangin Arca perwujudan Gapura

Arca pendeta

Kemuncak

Arca pancoran

4-36 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Lingga yoni

cap telapak kaki

Lingga

Kedok muka

Relief kendi Pura Puseh 55 Sanding Sanding Arca ganesa di atas yoni Sanding Arca primitif

Arca primitif berpasangan

Lingga

Arca Ganesa

Arca ganesa berdiri

Arca Perwujudan

Fragmen bangunan

Batu alam Arca binatang (unsur bangunn) Kepala kala (unsur bangunan) Pura Masceti 56 Sanding Sanding Arca Ganesa Sanding Arca ganesa berdiri

Arca Durga M

batu alam

batu pengulek

Frag bangunan

4-37 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Candi Tebing 57 Penaka Tampaksiring Peripih Candi tebing Batu segi empat Ceruk Gapura candi ke 10 58 Pura Penataran Tegalsuci Tampaksiring Pura Yeh 59 Sarasada Tampaksiring Lingga yoni Candi Mengening

Pr Penataran 60 Sareseda Sareseda Pragmen bangunan Saresidi 61 Pura Tegal Suci Tegal Suci Tampaksiring Pura Pucak Manik 62 Bukit Tampaksiring Frag. Bangunan Ukir frag. Arca

batu ulekan

Lingga semu

Batu bergores

Arca Ganesa

Relief padma

Arca binatang

Kecamatan Tegallalang Pura Dalem 1 Manuaba Kenderan Manuaba Pura Puseh-Desa 2 Kendraan Manuaba Arca Ganesa Manuaba Arca Perwujudan

Arca Pendeta

Frag. Arca Perwujudan

4-38 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Frag. Arca Catur Muka

Lingga

Frag. Cetakan Nekara

Arca binatang

Frag. Arca berpasangan

Arca menunggang kuda Frag. Arca menungang kuda Petirtaan Telaga 3 Kepitu Kenderan Ceruk Waja Pura Gunung Sari- 4 Timbul Pupuan Sarkofagus Taman Sari Guci

Uang kuna

Lesung batu

Frag. Bangunan

5 Pura Puseh-Desa Timbul Pupuan Arca Nandi

Frag. Arca Nandi

Menhir

Arca Perwujudan

Lingga

Yoni

Arca Jongkok

Frag Bangunan

Arca Pendeta

4-39 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Meja/altar

Frag. Arca Perwujudan

Arca Siwa Mahaguru

Arca Catur Kaya

Pura Pucak Manik 6 Timbul Pupuan Frag. Bangunan Belabur Batu Alam

7 Pura Grya Timbul Pupuan Miniatur Candi

Menhir

Frag Bangunan Pura Dalem 8 Timbul Pupuan Stamba Tengaling Frag Bangunan

Batu Alam

Sarkofagus

Arca Dwarapala Pura Penataran 9 Timbul Pupuan Sarkofagus Perean 10 Pura Sabang Daat - Taro Sarkofagus Pura Puseh 11 Puakan Taro Arca Ganesa Puakan Lingga

Yoni

Stambha

Batu pipisan

4-40 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Nandi

Frag. Bangunan Pura Dalem 12 - Taro Koripan Pura Agung 13 Taro Kaja Taro Gunung Raung Pura Penataran 14 Taro Taro 15 Pura Bolo - Tegalalang Pura Subak Abian 16 Timbul Gunung 17 Pr Penedengan Taro Tegalalang Arca Perwujudan

Kecamatan Ubud Pura Puseh 1 Mawang Lodtunduh Arca perwujudan Mawang Arca binatang

Arca membawa ayam

Lingga

Frag arca

Arca menunggang kuda

Arca kodok

Arca empas

Frag bangunan

Arca binatang dwarapala

2 Pura Manik Suci Mawang Lodtunduh Pura Penataran 3 Bangkelasan Mas Arca Perwujudan Gapura Kacang Bubuan

4-41 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Arca Pendeta

Fragmen Arca

Arca Ganesa

Arca Primitif

Lingga

Arca Binatang

Batu alam

Fragmen Bangunan

Punakawan

4 Pura Dalem Padangtegal Padangtegal Lingga

5 Pura Puseh Desa Padangtegal Padangtegal Arca Ganesa

Arca Perwujudan

Arca menunggang kuda

Lingga yoni

Fragmen Bangunan

6 Pura Pucak Sari - Peliatan Tajak perunggu

Menhir Pura Penataran 7 Tebasaye Peliatan Genta Pande Mangkuk

8 Pura Desa Peliatan Peliatan Peliatan Arca perwujudan

Frag. Arca perwujudan

4-42 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Frag. Arca pancuran

Frag. Arca Ganesa

Lingga Pura Penataran 9 Laplapan Petulu Arca perwujudan Laplapan Lingga

Arca primitif

Batu silinder Candi Tebing Jukut 10 - Singakerta Candi tebing Paku Ceruk

11 Ceruk Campuhan Campuhan Ubud Pura Sakenan 12 - Ubud Ubud

13 Pura Amerta Sari Pengosekan Mas Frag. Bangunan Frag. Arca

Batu alam Arca Prunggu Ciwa Pr Bongli Batan Ancak Mas 14 Mahadewi Arca Perwujudan Fragmen Aarca Perwujudan Lumpang batu

Fragmen bangunan

4-43 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Secara umum, berdasarkan sebaran pusaka budaya per kecamatan pada tabel diatas dapat dinyatakan bahwa satu desa dari setiap kecamatan untuk menjadi Desa Pusaka. Beberapa desa yang berpotensi menjadi Desa Pusaka tersebut, seperti: Desa Bukian, Kecamatan Payangan; Desa Taro, Kecamatan Tegallaang; Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring; Desa Petulu, Kecamatan Ubud; Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh; Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati; dan Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar.

4.1.2. Kota Gianyar dan Catuspatha sebagai Sentra Kota Pusaka Kata Gianyar sebagai ibukota Kabupaten Gianyar Pengembangan sistem struktur tata ruang perkotaan dalam Rencana Tata Ruangwilayah (RTRW) Kabupaten Gianyarmenyiratkan bahwa Kawasan Perkotaan Gianyar merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Sarbagita, yang dikembangkan sebagai pusat kegiatan dari sistem Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perkotaan Sarbagita meliputi: i) Kawasan Perkotaan lnti terdiri atas Kota Denpasar dan Kawasan Perkotaan Kuta di Kabupaten Badung; ii) Kawasan Perkotaan di sekitarnya terdiri atas: Kawasan Perkotaan Mangupura dan Kawasan Perkotaan Iimbaran di Kabupaten Badung, Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan Perkotaan Ubud, dan Kawasan Perkotaan Kabupaten Tabanan; dan iii) Kawasan penyeimbang antar Kawasan Perkotaan lnti dan Kawasan Perkotaan di sekitarnya. Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan Perkotaan Ubud, dan Ka- wasan Perkotaan Sukawati sebagai kawasan perkotaan di sekitarnya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Gianyar, sebagian wilayah Ke- camatan Blahbatuh, sebagian wilayah Kecamatan Ubud, dan sebagian wilayah Kecamatan Sukawati terdiri atas: 1] Wilayah Kelurahan Gianyar, Kelurahan Beng, Kelurahan Samplangan, Desa Serongga, Kelurah- an Abianbase, dan Kelurahan Bitera di Kecamatan Gianyar; 2] Wilayah Desa

4-44 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Blahbatuh, Desa Belega dan Desa Bona di Kecamatan Blahbatuh: 3] Wilayah Kelurahan Ubud, Desa Singakerta, Desa Lodtunduh, Desa Sayan, Desa Mas, Desa Peliatan dan Desa Kedewatan di Kecamatan Ubud; dan 4] Wilayah Desa Sukawati, Desa Batuan, Desa Celuk dan Desa Guwang di Kecamatan Sukawati. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan termasuk kawasan lindung sebaran lokasinya ter- dapat di beberapa kecamatan terdiri atas: 1) Kecamatan Tampaksiring: i) Pura Penataran Sasih, Pura Pusering lagat, Klebutan Pura Batu, Sibit Alit, Pura Telaga Waja, Pura Kerobokan Cemadik, Sarkofagus, Pura Tainan Sari, Pura Kembang Rijasa, Pura Batan Klecung, Pura Penataran Panglan, Pura Pegulingan, Pura Melanting, Pura Desa Dapdapan, Pura Penataran Belusung, Pura Bedugul Kan, Pura Agung Batan Bingin, Pura Kemaruhan, Pura Galang Senja, Pura Mentur di Pejeng; ii) Pura Samuan Tiga, Pura Penataran Tampaksiring, Pura Yeh Mengening di Desa Tampaksiring; iii) Pura Sakenan, Pura Desa Gumang, Pura Puseh Panempahan di Desa Manukaya; dan iv) Pura Puseh Sanding, Sarkofagus di Desa Sanding. 2) Kecamatan Blahbatuh: i) Goa Gajah, Pura Santrian, Gedong Area Pura Sibi Agung, Sarkofagus, Pura Samuan Tiga, Pura Yeh Pulu, Pura Pengubengan, Pura Putra Betara Desa, Pura Telangu, Pura Kejaksanaan, Pura Alas Arum di Desa Bedulu; ii) Sarkofagus di Desa Marga Tengah; iii) Pura Subak Kedangan di Desa Wanayu; dan iv) Pura Pedarman Durga di Desa Buruan. 3) Kecamatan Gianyar: i) Sibit Alit di Desa Tegai Tugu; ii] Bebitra (relief) di Desa Bitra; iii) Arjuna Metapa di Desa Lebih; iv) Gunung Kawi di Desa Bakbakan; dan v) Macara Bukitjati di Desa Samplangan. 4) Kecamatan Ubud; i) Pura Telaga Waja di Desa Petulu; ii) Pura jukut Batu di Desa Singakerta; dan iii) Ceruk Campuhan di Desa Ubud. 5) Kecamatan Sukawati: i) Pura Hyang Tiga di Desa Sakah; dan ii) Pura Canggi di Desa Batuan. 6) Kecamatan Tegallalang : i) Pura Dalem Manuaba di Desa Tegallalang.

4-45 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Kawasan suci catuspatha agung dan catuspatha alit merupakan simpang empat [perempatan] sebagai pusat kota kecamatan dan pusat desa adat [pekraman], termasuk kawasan perlindungan setempat. Kawasan ini tersebar di seluruh catuspatha agung dan catuspatha alit pada setiap wilayah desa adat/pakraman yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu. Sesuai struktur tata ruang yang berkarakter perkotaan dan pedesaan Kecamatan Gianyar yang terdiri atas 17 Desa/Kelurahan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Yang termasuk wilayah dengan ciri-ciri perkotaan adalah : i] Desa Samplangan; ii] Desa Gianyar; iii] Desa Tegal Tugu; iv] Desa Abianbase; v] Desa Beng; dan vi] Kelurahan Bitera; vii] Desa Bedaulu; dan viii] Desa Buruan. Sedang wilayah yang berada pada interland wilayah perkotaan, sebagai Kawasan Sub Urban adalah : i] Desa Temesi; ii] Desa Tulikup; iii) Desa Serongga; dan iv] Desa Lebih. Sisanya adalah merupakan kawasan yang masih menunjukkan ciri-ciri perdesaan yaitu : i] Desa Bakbakan; ii] Desa Siangan; iii] Desa Suwat; iv] Desa Sumita; v] Desa Petak; vi) Desa Petak Kaja; dan vii] Desa Sidan. Secara historikal budaya Kawasan Pusat Kota Gianyar, sampai saat ini masih tampak sebagai Catuspatha Agung sesuai Konsep Tata Ruang Bali. Pada kawasan tersebut sejarah Gianyar dimulai sejak akhir abad ke 18, dapat dilihat dari keberadaan Puri Agung Gianyar beserta aktifitas yang menyertainya. Kesatuan fisik dengan sejarah dan fungsi kawasan ini sangat menonjol di Gianyar, sehingga perlu dimunculkan dalam Wilayah Pengembangan Khusus yang dapat disebut sebagai Wilayah Pengembangan Pusat Kota Gianyar. Dengan adanya Wilayah Pengembangan Pusat Kota Gianyar akan menjadi pelengkap poros dari konsep empat Wilayah Pengembangan Gianyar [WPG) atau nyaturdesa yaitu: 1) WPG Utara: melayani wilayah Kecamatan Payangan, Tegalalang dan Tampaksiring ciengan pusat pengembangan di Kecamatan Tegalalang;

4-46 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2) WPG Timur: melayani wilayah Kecamatan Gianyar dengan pusat pengembangan di Kecamatan Gianyar sebagai Pusat Pelayanan Kota yang melayani seluruh kecamatan di Kabupaten Gianyar; 3) WPG Barat: dengan pusat pengembangan di Kecamatan Ubud yang melayani wilayah Kecamatan Ubud, dengan pusat pengembangan di Kecamatan Ubud; dan 4) WPG Selatan: yang melayani Kecamatan Sukawati dan Blahbatuh dengan pusat pengembangan di Kecamatan Sukawati. Untuk Wilayah Pengembangan Gianyar (WPG) Timur, pengembangan fisik wilayah perkotaan Gianyar diarahkan pada nilai-nilai budaya Bali. Kawasan Pusat Kota Gianyar merupakan salah satu pusat kegiatan lokal dalam sistem kota di Bali. Pada kawasan pusat kota terkonsentrasi fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan juga fasilitas terkait kegiatan seni budaya.

4.1.3 Konsep dan Pola Tata Ruang Catuspatha Kota Gianyar Catuspatha di Bali diartikan bukan sekedar simpang 4 atau perempatan, tetapi merupakan simpang empat yang memiliki nilai sakral dan makna tersendiri dan disepadankan dengan pempatan agung. Di zaman kerajaan di Bali, catuspatha sebagai pusat ibukota kerajaan. Pusat catuspatha merupakan pusat dunia dan juga pusat negara. Dari sinilah menentukan letak puri seorang kepala negara. Dengan demikian maka pempatan agung atau catuspatha merupakan simbol pusat dunia. Letak puri sebagai pusat kekuasan ditentukan menurut arah mata angin dari pusat catuspatha ini, bukan didasarkan kepada kiblat gunung-laut. Catuspatha memiliki bentuk dasar palang (+] dalam istilah Bali disebut juga dengan tampak dara yang mitologinya terdapat dalam Lontar Catur Bumi. Orang-orang Yunani Kuno menyebut tampak dara ini dengan istilah gammadion. Tampak dara ini mengilhami koordinat Cartesius dalam matematika dan menjadi dasar swastika. Bila swastika merupakan

4-47 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar simbol perputaran alam semesta, maka tampak dara [sumbu salib] merupakan simbul alam semesta. Dengan demikian Catuspatha kota Gianyar menganut pola crossroad atau Pempatan Agung, disamping sebagai pusat atau ibu kota juga sebagai pusat negara Kerajaan Gianyar, sehingga fungsi catuspatha Kota Gianyar memiliki posisi sentral dalam pengembangan Kecamatan dan Kota Gianyar.

Gambar 4.1 Konsep Catuspatha Kota Gianyar

4-48 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Kondisi saat ini pada area Catuspatha dikembangkan beberapa fasilitas sebagai berikut: a) Pada kawasan/area Kaja-Kangin tetap lestari Puri Agung Gianyar, kini sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai pusat kegiatan seni dan budaya di pusat Kota Gianyar; b) Kawasan/area Klod-Kangin yaitu Lapangan Astina dengan kegiatan utama tempat upacara resmi ketatanegaraan Pemerintah Kota Gianyar, pentas budaya, tempat anak-anak bermain dan rekreasi, olahraga jogging, tempat promosi produk dan kuliner dibagian Timur Lapangan dan sesekali dipakai untuk penyelenggaraan upacara keagamaan.

4-49 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Gambar 4.2 Catuspatha Gianyar di Masa Lalu

4-50 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4.1.4 Arahan Penataan Kawasan Pusaka Catuspatha Kota Pusaka Gianyar 1) Puri Agung Gianyar Puri Agung Gianyar saat ini tidak lagi berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan dan Politik, namun tetap difungsikan sebagai Pusat Budaya dan Pariwisata Kata Gianyar. Kondisi bangunan sudah tua dan lapuk, serta ada yang sudah hancur, sehingga penataan dan pelestariannya dilakukan dengan metode rekonstruksi pada area Geria Anyar dan Kerandan; Revitalisasi pada Bale Pegambuhan di Ancak saji dan Bale Wedura, Tetaring, Pintu Gerbang Selatan dan Tembok Penyengker di komplek Puri Anyar/Rum. Landscape dan infrastruktur kawasan.

2) Lapangan Astina Lapangan Astina ke depan hanya dlfungsikan untuk: upacara ketatanegaraan Pemerintah/ instansi/lembaga di Kabupaten Gianyar, upacara agama dan kegiatan adat, pentas budaya, olah raga ringan dan rekreasi, tempat bermain anak, ruang terbuka hijau sebagai Natah Kota Gianyar. Kondisi rumput tidak terawat dan mati, ke depan ditanami rumput lepang dengan sistem drainase dan irigasi otomatis seperti Lapangan Sepak Bola, sehingga nyaman dan layak sebagai ruang terbuka hijau dan dipakai tempat bermain anak-anak beserta keluarga. Masyarakat pemakai dilarang membawa hewan peliharaan ke tengah lapangan untuk menjaga kebersihan.

3) Balai Budaya Kota Gianyar

Balai Budaya Kota Gianyar kurang efektif digunakan, ke depan bagaimana dapat dimanfaatkan secara efektif setiap hari secara berkesinambungan untuk kegiatan masyarakat. Lantai atas tetap digunakan sebagai ruang serbaguna, pentas tertutup dan ditambahkan tempat latihan kegiatan kesenian, baik seni tari maupun seni karawitan atau seni lainnya. Sedang pentas terbuka balk sebagai pentas eksebisi maupun pentas kolosal

4-51 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

dilaksanakan pada Amphi theatre / open stage di bagian Timur Balai Budaya. Pada Lantai bawah/ground floor difungsikan untuk : pameran/ peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan umum, diorama kehidupan dan budaya masyarakat Bali.

4.2. Rencana Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan kota pusaka atau kawasan pusaka yang akan dikembangkan membutuhkan keterlibatan banyak pihak atau sektor terkait. Prinsip, strategi dan instrumen Perencanaan Pengelolaan Pelestarian Kota Pusaka , berdasarkan berbagai prinsip, ketentuan dan kaidah-kaidah pelestarian dalam penataan kota pusaka secara universal dan mencermati kondisi kota-kota di Indonesia yang memiliki kekentalan pusaka baik alam, budaya serta gabungan alam dan budaya perlu dilakukan dengan strategi yang matang. Di samping juga untuk pencapai atribut-atribut sebagai mana diuraikan sebelum ini, perlu dilakukan strategi dan penggunaan instrumen dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Manajemen yang handal, holistik, sistematik, dan komprehensif Manajemen ditunjukkan dengan kehandalan pengelola kota pusaka yang melibatkan banyak pihak, mampu selalu melakukan inventarisasi dan pembaharuan data serta mudah diakses publik, mampu mengelola perubahan dengan tepat, mampu menyusun dan melaksanakan promosi serta memiliki kekuatan menghadapi bencana baik alam, teknologi maupun manusia. Berikut adalah instrumen untuk mendukung prinsip ini yaitu: a) Kelembagaan dan Peran Pemangku Kepentingan 1) Kesiapan kelembagaan, proses dan mekanisme pelestarian baik di pemerintahan (Dinas), swasta, Perguruan Tinggi, dan/atau Lembaga Swadaya Masyarakat. 2) Memiliki Strategi dan Kebijakan Pelestarian termasuk peraturan yang mewujudkan semangat pelestarian. Kembali contoh dari Kota Yogyakarta yang telah menetapkan daftar bangunan cagar budaya

4-52 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

yang memperoleh pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Sementara itu para pelaku pelestarian di berbagai belahan Indonesia perlu membuat kesepakatan etika pelestarian kota pusaka dalam bentuk Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia. 3) Memiliki perencanaan & perancangan pelestarian berupa dokumen perencanaan yang berorientasi pelestarian dalam RTRW dan RDTR. Masing-masing kota/kabupaten perlu melakukan evaluasi terhadap kandungan upaya pelestarian pusaka dalam RTRW , RDTR, dan RTBL 4) Sumber Daya Manusia memiliki kompetensi (keahlian teknis) pelestarian pusaka. Kompetensi ini berasal dari banyak bidang seperti perencanaan kota, arsitektur, arkeologi, sosiologi, ekonomi, dan bidang lain yang relevan. Mengingat SDM ini masih terbatas, perlu aktif untuk mencari dan mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan tentang pelestarian pusaka. 5) Komunitas pelestarian (Pelaku atau LSM yang paham dan terlibat pelestarian). Di berbagai kota dan daerah di Indonesia kini telah tersebar lebih dari 60 organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pelestarian pusaka. Komunitas pelestarian merupakan mitra pemerintah dan mediator bagi masyarakat. 6) Pengelolaan pengujung (visitor manajement). Suatu kota yang mengendalikan pertumbuhan secara benar mensyaratkan pemanfaatan ruang khususnya ruang-ruang pusaka secara selektif agar tidak merusak asetnya. Kunjungan yang berlebih dapat merusak aset pusaka kota. Aturan dan pengendalian pengunjung menjadi keharusan. b) Inventarisasi, Analisis dan Penetapan Pusaka 1) Inventarisasi Aset Pusaka, Intentarisasi perlu dilakukan secara menyeluruh dan terbaharui terhadap Pusaka Alam termasuk bentang alam/landscape, Budaya Ragawi & Tak Ragawi, rajutan berbagai pusaka, ruang antar bangunan, serta pemandangan indah/panorama.

4-53 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2) Inventarisasi yang telah distrukturkan dimasukkan dalam daftar/regristrasi yang sistematik dan disusun dalam dokumentasi berbentuk Peta Pusaka dan Buku Data. 3) Dokumentasi yang ada mampu dipresentasikan baik sebagai materi tercetak, digital, public accessible web, dll. c) Informasi, Edukasi dan Promosi 1) Informasi dan edukasi pelestarian perlu dilakukan ke berbagai lapisan masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak terkait. Sosialisasi secara konsisten dalam mendorong pemahaman pelestarian pusaka, di antaranya dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, museum, atau Jelajah Pusaka (Heritage Trail) 2) Pemasaran/marketing d) Pengelolaan Resiko Bencana untuk Pusaka 1) Kenyataan menunjukkan Indonesia berada di Cincin Api, dimana bencana alam terus menerus beruntun terjadi. Rencana Pengelolaan Resiko Bencana untuk Pusaka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana penataan dan pelestarian Kota Pusaka. Rencana tersebut terdiri dari 3 tahap: 2) Kesiapan menghadapi bencana 3) Tanggap darurat pusaka (heritage emergency response) 4) Pemulihan

2. Pengembangan pusaka alam, budaya (tangible & intangible) secara paralel, harmonis dan berkelanjutan Berbagai aset pusaka kota baik alam dan budaya baik yang tangible (ragawi) maupun intangible (tak ragawi) perlu ditangani secara paralel bersamaan, harmonis dan berkelanjutan. Instrumen yang diperlukan adalah: a) Pengembangan Karakter & Kehidupan Kota 1) Pengolahan, pemanfaatan dan pengembangan aset pusaka

4-54 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2) Penguatan Dinamika Budaya (Kreatif dan dinamis dalam pengembangan kegiatan budaya, termasuk pencangkokan kegiatan baru pada aset pusaka) 3) Pengembangan Pariwisata Kota Pusaka b) Pengembangan Ekonomi 1) Pengembangan Ekonomi Kreatif & Kewirausahaan Pelestarian (Kegiatan usaha memanfaatkan dan mengembangkan aset pusaka) 2) Pengembangan Pariwisata berkelanjutan 3) Investasi pusaka (Heritage investment) c) Olah Disain Bangunan dan Ruang Terbuka Pusaka 1) Penyusunan Acuan Rancangan (Design Guidelines) 2) Pelestarian Bangungan Pusaka (pemugaran, rehabilitasi, retrofit, rekonstruksi, replika, Olah Disain Arsitektur Pusaka/ODAP (pemanfaatan & pengembangan aset) 3) Menepati Analisis Mengenai Dampak Pusaka (AMDAP) d) Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Alam 1) Mewadahi dan elaborasi berbagai hasil perencanaan dan disain dari aspek perencanaan kegiatan, pengembangan ekonomi dan disain bangunan (butir a, b, c) 2) Penyusunan Acuan Perencanaan dan Perancangan Kawasan 3) Merencanaan dan mengelola akses (lalu lintas, transportasi publik, pedestrian & jalur pesepeda, akses untuk semua) 4) Merencanakan dan mengelola prasarana & sarana pelestarian

4-55 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

PEMERINTAH PEMBINA Presiden

PEMPROV BPCB PENGARAH Gubernur

TAKP PEMKAB/PEMKOT PENANGGUNG JAWAB TABG Bupati/Walikota

BAPPEDA DISPAR DISBUD DIS PU BLH DIS DIK PERTA NIAN

AKADEMI LEMBAGA KOMUNI PENGUSA SI ADAT TAS LSM HA PARIWISA TA

4.3. Rencana Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling seusai bagi kemajuan diri mereka masing-masing. Lebih lanjut memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan atau dengan kata lain memberdayakan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dari pendapat diatas maka dapat di simpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling seusai bagi kemajuan diri mereka masing-masing.Upaya untuk memandirikan masyarakat

4-56 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar melalui perwujudan potensi untuk menetukan pilihan kegiatan yang paling sesuai, yang menyatakan bahwa secara empirik, banyak studi menunjukan bahwa masyarakat lebih mampu mengindentifikasi, menilai dan memformulasikan permasalahannya baik fisik, sosial kultur maupun ekonomi dan kesehatan lingkungan, membangun visi dan aspirasi dan kemudian memprioritaskan, intervensi, merencana, mengelola, memonitor dan bahkan memilih tehnologi yang tepat.Upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat bahwa pemberdayaan mengandung dua pegertian yaitu ; 1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program-program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan. 2. Memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan otoritas kepada masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri. Pemberdayaan merupakan pendekatan pembangunan yang mengutamakan masyarakat sebagai pelaku utama proses pembangunan dengan cara meningkatkan kemampuannya dan memberikan kewenangan dalam mengambil keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri.

Strategi Pemberdayaan Bagaimana strategi memberdayakan masyarakat di sekitar obyek yang rawan konflik agar masyarakat lokal lebih berdaya, sehingga tidak hanya dapat meningkatkan sense of belonging, rasa kepemilikan terhadap warisan budaya, melainkan juga meningkatkan kemampuan baik secara moril maupun materiil. Seringkali upaya pemberdayaan diartikan dengan pemberian bantuan fisik. Namun seringkali pula bantuan tidak berlanjut dan setelah program selesai bantuan itu tidak bermanfaat bagi masyarakat.

4-57 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Secara substantif, pemberdayaan masyarakat adalah proses mengembangkan, memampukan kemampuan masyarakat agar dapat mandiri dalam mengelola potensi sumber daya, termasuk di dalamnya sumber daya budaya yang ada di sekitarnya. Dalam konteks demikian ini, masyarakat tidak hanya diarahkan pada kemajuan secara fisik atau secara materi semata, melainkan lebih penting juga pada perkembangan non materi. Dengan demikian, pemberdayaan tidak hanya memerlukan sumber daya manusia, modal maupun sarana, tetapi juga membutuhkan nilai-nilai yang akan membimbing, mengarahkan ke mana orientasi perubahan dilakukan. Pada dasarnya memang sangat penting untuk memahami tujuan sekaligus perbedaan antara pemberdayaan dengan pembinaan. Pembinaan ada kecenderungan intervensi dari pihak luar, bahkan inisiatif maupun kebijakan sangat ditentukan oleh pihak luar tesebut sesuai dengan kerangka pikirnya sendiri. Dengan demikian posisi masyarakat hanya sebagai objek. Berbeda dengan pengertian tersebut, pemberdayaan adalah proses dari, oleh dan untuk masyarakat. Masyarakat lokal di sekitar obyek, perlu dibantu, didampingi dan difasilitasi agar berdaya dalam mengelola berbagai potensi sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian tujuan pemberdayaan adalah kemandirian, yaitu memampukan masyarakat di sekitar obyek agar dapat mengaktualisasikan diri mereka dalam pengelolaan sumber daya yang terdapat di sekitarnya dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa ketergantungan dengan pihak-pihak lain. Upaya memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui tiga cara. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Dengan demikian harus dilihat potensi yang dimiliki oleh masyarakat terlebih dahulu. Kedua, memperkuat atau mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan menerapkan langkah konkrit, menampung berbagai masukan, menyediakan prasarana dan sarana baik fisik (seperti jalan, listrik) sosial (seperti sekolahan maupun layanan fasilitas

4-58 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar kesehatan). Terbukanya berbagai akses pada berbagai peluang akan membuat rakyat semakin berdaya seperti tersedianya lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan dan lapangan kerja, modal, pemasaran produk. Ketiga, memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Perlindungan dan keberpihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat. Melindungi dan membela harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah. Pemberdayaan tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan diperlukan strategi pendekatan yang menyeluruh. Dalam hal ini arkeologi tidak dapat bekerja sendiri, karena upaya pemberdayaan selalu melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, sosiologi, ilmu komunikasi, psikologi. Di samping itu, upaya ini perlu melibatkan inisiatif dari berbagai pihak, khususnya keberadaan dan peranan Organisasi Non-pemerintah (Ornop) atau NGOs (Non-Governmental Organizations) sebagai agen perubahan (agents of change). Pada prisipnya program pemberdayaan dapat diwujudkan dalam berbagai aspek seperti aspek hukum, aspek sosial-budaya atau aspek ekonomi, sesuai dengan problem yang mereka hadapi. Pemberdayaan pada aspek hukum, dilakukan dengan cara pembekalan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang menyangkut kelestarian warisan budaya. Pembekalan aspek hukum ini penting dipahami oleh masyarakat di sekitar obyek, sebagai dasar untuk melangkah pada aspek pemberdayaan di sektor lainnya. Pemberdayaan pada aspek sosial-budaya, dapat dicapai dengan memberdayakan kemampuan masyarakat untuk mengenali jati dirinya melalui temuan dan interpretasi data arkeologis yang dilakukan oleh para arkeolog. Misalnya saja melalui diseminasi penelitian arkeologi kepada masyarakat lokal sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban ilmiah para peneliti yang telah

4-59 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar meneliti wilayah dan benda warisan budaya mereka. Dengan informasi yang didapatkan dari interpretasi arkeologis masyarakat dapat mengenal dirinya sendiri dalam bidang sosial-budaya, seperti revitalisasi budaya yang selanjutnya dapat dipergunakan dorongan moral bagi pengaktualisasian eksistensinya. Pemberdayaan dalam bidang ekonomi merupakan pemberdayaan yang secara langsung paling cepat dan konkrit dirasakan hasilnya oleh masyarakat di sekitar obyek. Namun demikian pemberdayaan yang menyentuh aspek ekonomi ini harus dilakukan dengan hati-hati, agar masyarakat tidak selalu mengantungkan pada pihak lain, yang pada akhirnya justru melemahkan masyarakat itu sendiri.

Model Pemberdayaan Program pemberdayaan masyarakat di sekitar obyek akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemetaan potensi masyarakat di sekitar obyek merupakan keharusan untuk dipahami. Potensi tersebut merupakan modal dasar dalam pencapaian keberhasilan suatu upaya pemberdayaan sebagai daerah tujuan wisata di masa depan. Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan dalam tiga aspek, yaitu pemberdayaan dalam aspek hukum, aspek sosial-budaya dan aspek ekonomi. Pemberdayaan pada aspek hukum, dilakukan dengan cara pembekalan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang menyangkut kelestarian warisan budaya. Pembekalan aspek hukum ini penting dipahami oleh masyarakat, sebagai dasar untuk melangkah pada aspek pemberdayaan lainnya. Pemberdayaan pada aspek sosial-budaya masyarakat lokal dicapai dengan memberdayakan kemampuan masyarakat untuk mengenali jati dirinya melalui temuan dan interpretasi data arkeologis yang dilakukan oleh para arkeolog. Misalnya saja melalui diseminasi penelitian arkeologi kepada masyarakat lokal sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban ilmiah para

4-60 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar peneliti yang telah meneliti wilayah dan benda warisan budaya mereka. Dengan informasi yang didapatkan dari interpretasi arkeologis masyarakat dapat mengenal dirinya sendiri dalam bidang sosial-budaya, seperti revitalisasi budaya yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai dorongan moral bagi pengaktualisasian eksistensinya. Pemberdayaan dalam bidang ekonomi merupakan pemberdayaan yang secara langsung paling cepat dirasakan hasilnya oleh masyarakat lokal di sekitar obyek. Secara konseptual, pemberdayaan rakyat memiliki makna mengembangkan, memandirikan, atau menswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala sektor kehidupan. Dalam implementasinya di lapangan, konsep tersebut menampakan dua kecenderungan. Pertama, pemberdayaan menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat agar lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua adalah kecenderungan sekunder yang menekan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi masyarakat agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dalam proses pemberdayaan tersebut tentu saja diperlukan perantara (mediator) sebagai motivator, fasilitator sekaligus dinamisator. Dalam konteks demikian itu, pemerintah tidaklah dominan. Pemerintah hanya dituntut menyediakan iklim yang kondusif bagi pemberdayaan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang memberikan peluang seluas-luasnya bagi keterlibatan masyarakat terhadap pengelolaan. Dengan asumsi tersebut, peran kelembagaan seperti LSM dapat turut serta berpartisipasi. Dengan demikian upaya pemberdayan masyarakat di wilayah Cagar Budaya, masyarakat tidak hanya menjadi pihak yang pasif yang tidak berdaya, tetapi juga terlibatkan langsung dalam perumusan, persiapan maupun pelaksanaan

4-61 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar program aksi pemberdayaan tersebut. Upaya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan warisan budaya, penting dilakukan dengan tetap memperhatikan konsep-konsep pelestarian sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Peran Serta Masyarakat Dan Kemitraan Masyarakat secara perorangan maupun berkelompok dapat berinisiatif mendukung dan/atau berperan dalam berbagai bentuk, guna terwujudnya keberhasilan penyelenggaraan daerah sebagai Kota Pusaka. Peran masyarakat dapat dalam bentuk pengembangan kelembagaan masyarakat dan kontribusi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Peran masyarakat dalam bentuk pengembangan kelembagaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat dengan fasilitasi Pemerintah Daerah melalui Tim Kota Pusaka dan/atau inisiatif masyarakat. Kelembagaan masyarakat dapat bersifat kewilayahan, peminatan maupun berdasarkan keahlian yang terkait dengan pengelolaan kepusakaan kota. Fungsi kelembagaan masyarakat adalah: a. sebagai mitra Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan daerah sebagai Kota Pusaka; b. sebagai unsur pelaksana partisipasi maupun unsur penggerak masyarakat lainnya dalam penyelenggaraan daerah sebagai Kota Pusaka; c. sebagai salah satu unsur pemberi pertimbangan kepusakaan kota. Bentuk kontribusi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan meliputi: a. perencanaan: 1) penyediaan data dan informasi; 2) penyampaian aspirasi; 3) perumusan produk perencanaan; b. pelaksanaan: 1) konsultasi pembangunan fisik dan non fisik;

4-62 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2) pelaksanaan pembangunan fisik dan non fisik; 3) keswadayaan dan kemitraan dalam pembangunan fisik dan non fisik; 4) dukungan pendanaan dan sumber daya lainnya dalam pembangunan fisik dan non fisik; 5) pemeliharaan pusaka kota; c. pengawasan : 1) pemberian data dan informasi; 2) penyampaian temuan; 3) perumusan rekomendasi.

Kemitraan Penyelenggaraan daerah sebagai Kota Pusaka dapat dilaksanakan melalui kemitraan dengan berbagai pihak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4-63 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

BAB V PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS

5.1 PENENTUAN ALTERNATIF KAWASAN PRIORITAS Sebelum dilakukan penetapan kawasan prioritas kota pusaka di Kabupaten Gianyar, terlebih dahulu dilakukan pemilihan alternatif kawasan yang akan diprioritaskan dalam skala kabupaten. Alternatif kawasan prioritas ditentukan pertimbangan, yaitu : 1. Aspek keberadaan jenis dan jumlah aset pusaka termasuk sebarannya dalam satu kesatuan secara spasial atau berpotensi membentuk sebuah kluster kawasan pusaka 2. Aspek kemudahan pencapaian yang ditunjukkan oleh adanya jaringan jalan yang memadai untuk menuju lokasi aset-aset pusaka dan sekaligus merupakan penghubung aset satu dengan yang lainnya 3. Aspek Kesejarahan aset pusaka, baik berupa sejarah perkembangan kebudayaan maupun lokasi keberadaan aset pusaka yang membentuk suatu alur kesejarahan yang saling terkait,

5-1 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4. Aspek Kemanfaatan aset pusaka, dimana keberadaan aset pusaka berpotensi untuk dikembangkan atau dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi sebagai bentuk usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan aset pusaka yang ada. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dapat ditentukan beberapa alternatif kawasan yang akan diprioritaskan, yaitu : 1. Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar 2. Kawasan Cagar Budaya/Kepurbakalaan Pejeng 3. Pusat Kota Kecamatan Sukawati 4. Kawasan Ubud dan sekitarnya 5. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh 6. Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya 7. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan 8. Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut Berikut akan diuraikan gambaran umum masing – masing kawasan terkait dengan sebaran aset pusakanya, kesejarahan, kemudahan akses, dan potensi pengembangan atau pemanfaatannya :

5-2 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

A. Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar

7 3 6 4 5 2 1

Gambar 5.1 Orientasi Kawasan Catus Patha Pusata Kota Gianyar

1. Cathus Patha Gianyar Catuspatha di Bali diartikan bukan sekedar simpang empat atau pempatan tetapi suatu simpang empat yang memiliki nilai sakral dan makna tersendiri dan disepadankan dengan pempatan agung. Di zaman kerajaan di Bali catus patha sebagai pusat kerajaan dan berarti catus patha adalah pusat negara. 2. Puri Agung Gianyar Didirikan pada tahun 1770, oleh cucu Dewa Manggis Kuning ( penguasa Desa Beng ) yaitu Dewa Manggis Jorog atas desakan dan bantuan dari sang Mertua yaitu Raja Taman Bali. Pada awalnya Puri ini dinamakan “Geriya Anyar” yang

5-3 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

artinya Tempat Kediaman Baru, kemudian desa yang muncul di sekitar Istana baru tersebut dikenal dengan nama Gianyar sampai dengan sekarang. Secara resmi Dewa Manggis Jorog mulai menempati Istana barunya pada tahun 1771, dan karena kesuksesannya Dewa Manggis Jorog dijuluki “Dewa Manggis Sakti” serta dianggap sebagai pendiri Kerajaan dan Kota Gianyar. 3. Puri Beng Diceritakan keberanian seorang Dewa Manggis Kuning yang berhasil mematahkan serangan Gusti Panji Sakti ( Penguasa Buleleng saat itu ) dengan menggunakan sebuah senjata sakti berupa Tombak yang dinamakan “Baru Alis”. keberhasilan Dewa Manggis Kuning pun menjadi buah bibir dan dia pun terkenal sebagai pemimpin yang cakap, berani dan memiliki senjata bertuah. Dewa Manggis Kuning kemudian mendirikan sebuah pemondokan bersama dengan 40 orang pengikutnya di sebuah hutan yang disebut hutan Bengkel. Lama kelamaan pemondokan ini pun berubah menjadi sebuah desa, dan orang-orang menyebutnya Desa Beng. Desa ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Gianyar pada tahun 1771. 4. Relief Bebitra Diceritakan Relief Tantri yang terletak di Pertapaan Gunung Kawi Bebitra. Daerah ini terletak di Desa Bitera, Kabupaten Gianyar. Batuan ini menceritakan tentang hubungan persahabatan antara Singa Pinggala dan Lembu Nandaka. Pada yang terakhir hubungan persahabatan ini terganggu oleh Anjing Sembada. Hal ini dapat dilihat dari karakter yang melengkung dalam bentuk singa, sapi dan anjing.

5-4 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

5. Obyek Wisata Bukit Jati Bukit Jati terletak di Desa Samplangan, Gianyar, Bali. Kawasan wisata Bukit Jati menawarkan pemandangan yang alami dengan iklim yang sejuk. Daerah ini sangat cocok untuk dijadikan tempat bersantai dan berkemah, bahkan dari puncak bukit ini juga anda dapat melihat Kota Gianyar. Di sekitar kawasan Bukit Jati ini terdapat gedung serbaguna yang diperuntukkan sebagai tempat pementasan berbagai jenis kesenian, antara lain: seni tari, tabuhan dan gamelan, serta pementasan bela diri. 6. Pura Dalem Sidan Pura Dalem Sidan didirikan sekitar abad 17 oleh tetua dari Puri Sidan yaitu I Dewa Gede Pindi ( almarhum ), yang selanjutnya pada tahun 1948 direnovasi kembali oleh putranya yang bernama I Dewa Kompyang Pindi ( almarhum ). Pura Dalem Sidan tidak jauh berbeda dengan pura lainnya, tetapi pura ini mempunyai keunikan tersendiri, karena disamping kemegahannya, juga dihiasi dengan beraneka ragam relief dan ukiran yang khas dan sarat dengan filosofi Agama Hindu. 7. Wisata Alam Sidan Obyek Wisata Alam Sidan terletak di Desa Sidan Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar, tepatnya 4 Km, dari Kota Gianyar ke arah Kota Bangli dan 31 Km. Dari Kota Denpasar. Konon Desa Sidan ( Kerajaan Sidan ) berada di Dusun Pegesangan ( kurang lebih 1 km. di sebelah Selatan Desa Sidan sekarang ) dan karena sesuatu hal maka kerajaan tersebut dipindahkan ( kekisidan ) ke Utara, yang sampai saat ini dikenal dengan nama Desa Sidan. Secara alami Desa Sidan memang memiliki

5-5 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar panorama yang sangat indah, karena berada di areal bebukitan yang lepas pandang. B. Kawasan Cagar Budaya / Kepurbakalaan Pejeng

6

3

2 1

5

4

Gambar 5.2 Orientasi Kawasan Cagar Budaya / Kepurbakalaan Pejeng

1. Pura Kebo Edan Nama Pura Kebo Edan secara etimologi berasal dari kata kebo = sapi / kerbau dan kata edan = gila. Penamaan pura ini kemungkinan besar diambil dari sepasang arca-arca kerbau di halaman pura. Dua arca Kerbau itu dilukiskan melihat kearah arca Siwa Bhairawa yang sedang melakukan praktek ajaran Bhairawa. Pura Kebo Edan adalah salah satu pura sebagai bukti bahwa ajaran Hindu Tantrayana berkembang di Bali. Ajaran Hindu Tantrayana ini berkembang pesat di Bali saat raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari melakukan ekspedisi dalam rangka memperluas kekuasaannya dari Sumatera hingga ke Bali. Raja

5-6 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Kertanegara adalah seorang raja yang menganut paham tantrayana dengan mentasbihkan dirinya sebagai Bhairawa. 2. Pura Penataran Sasih Pura Penataran Sasih berusia cukup tua ketimbang peninggalan lain. Ia ada jauh sebelum Hindu lahir di Bali. Jika diterjemahkan dengan bebas, Penataran Sasih dapat diartikan sebagai tanahnya bulan. Ia memang memiliki keterkaitan erat dengan mitos yang berkembang bersama pura ini. Di atas pelinggih/tugu inilah ditempatkan nekara besar yang dianggap sebagai bulan. Dahulu kala diceritakan bahwa ada dua bulan yang bersinar. Di malam hari, sinar kedua bulan itu menyamai terangnya matahari. Ini menyebabkan para bromocorah terutama pencuri sulit melakukan aksinya. Maka salah satu pencuri tersakti lalu terbang ke bulan dan mengencingi salah satunya. Bulan yang dikencingi itu kemudian redup dan lantas jatuh ke bumi. Di tempat jatuhnya bulan itu kemudian didirikan pura yang bernama Penataran Sasih. 3. Pura Pusering Jagat Pura Pusering Jagat merupakan pura penting di Bali. Pura ini termasuk satu dari enam Pura Kahyangan Jagat ( Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Lempuyang, Pura Goa Lawah, Pura Batukaru dan Pura Pusering Jagat ) yang berposisi di tengah-tengah. Dalam kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat bersemayam) Dewa Siwa. Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng yang di masa lampau merupakan pusat Kerajaan Bali Kuna.

5-7 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4. Pura Pengukur-ukur dan Goa Garba Diperkirakan Pasraman Dharmma Hanyar berganti nama menjadi Pura Pengukur Ukuran setelah pasraman tersebut dijadikan tempat seleksi pada masa kerajaan Bedahulu. “Diceritakan pada masa Kerajaan Bedahulu, Ki Kebo Iwa atau Ki Kebo Taruna, seorang keturunan Arya Karang Buncing melamar untuk menjadi maha patih. Agar bisa diterima ia harus melewati berbagai ujian kesaktian dan salah satunya dengan melawan Ki Pasung Grigis yang terkenal sangat sakti. Kebo Iwa dapat melewati semua ujian tersebut dan sejak itu Pasraman Dharmma Hanyar berganti nama menjadi Pura Pengukur Ukuran. 5. Puri Pejeng Puri Pejeng merupakan salah satu Puri yang ada di Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Lokasinya berada di sebelah barat daya Pura Penataran Sasih . Kata “Pejeng” sendiri diduga berasal dari kata “Pajeng” yang berarti payung, karena dari desa inilah raja-raja Bali Kuno memayungi rakyatnya. Ada juga yang menduga berasal dari kata pajang, bahasa Jawa Kuno yang berarti sinar. Diyakini, dari sinilah sinar kecemerlangan dipancarkan ke seluruh jagat. Akan tetapi, bagi orang-orang tua di Pejeng, nama itu bukan nama asli desa. Sudah mengalami perubahan. Menurut mereka, sebelum Pejeng desa itu disebut Soma Negara, ibukota Kerajaan Singamandawa. 6. Candi Kelebutan Menurut cerita konon area candi ini sering dijadikan tempat semedi (meditasi) oleh para penekun spiritual. Sementara di seberangnya, di bibir tebing bagian barat Tukad Kelebutan terdapat situs mirip rumah tua (tempat peristirahatan). Di hulu sungai, tepatnya di

5-8 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar sebelah utaranya terdapat sumber air suci yang oleh warga setempat disebut sebagai air kelebutan. Karena air kelebutan itulah, sungai ini dinamakan Tukad Kelebutan. Areal tersebut hingga kini masih dijaga kesuciannya, karena merupakan tempat pabejian Ida Bethara Sasuhunan Ratu Pura Pusering Jagat. C.Pusat Kota Kecamatan Sukawati

3

2

1

4

Gambar 5.3 Orientasi Kawasan Pusat Kota Kecamatan Sukawati

1. Jembatan Gantung Jembatan gantung yang terletak di Dusun Camenggaon, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. merupakan jembatan penghubung transportasi yang didirikan pada masa Kolonial (Belanda) sekitar abad 17 – 18 Masehi. Jembatan yang saat ini digunakan sebagai penyeberangan pejalan kaki karena sudah tidak mampu lagi untuk menahan beban yang sangat berat

5-9 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar dan terus menerus, sehingga disebalah selatannya dibangunlah jembatan yang baru sebagai pengganti jembatan yang lama. 2. Pura Desa Batuan Pura Puseh Pura Desa Batuan merupakan sebuah bangunan cagar budaya yang berada di Desa Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali. Bagian luar Pura Puseh Pura Desa Batuan memiliki ornamen ukir yang njlimet, halus dan indah. Pura tua ini kabarnya telah mengalami beberapa kali renovasi untuk sampai kepada bentuknya saat ini. Pada dinding sebelah kiri terdapat tengara dalam huruf Bali dan latin yang berbunyi: “Pr Puseh Pr Desa, Desa Adat Batuan, Saka 944”, yang memberi informasi tahun berdirinya Pura Puseh Pura Desa Batuan ini, yaitu 944 Saka atau 1020 M. Dengan demikian Pura Puseh Pura Desa Puseh Batuan ini sebentar lagi akan genap berusia 1000 tahun. 3. Candi Wasan Berlokasi di daerah Batuan Kecamatan Sukawati, Gianyar-Bali, candi yang diperkirakan merupakan peninggalan abad ke XIV ini bukanlah candi bangunan tunggal. Candi Wasan memiliki ukuran panjang 11,10m, lebar dihitung dari lapik candi 9,40m dan tinggi 14,1m. Susunan atap 4 tingkat yang dilengkapi dengan hiasan simbar dan menara sudut serta satu tingkat teratas merupakan atap candi. Sesungguhnya penelitian candi Wasan sudah dimulai dari tahun 1986 yang dilaksanakan dalam bentuk ekskavasi arkeologi. Tahap demi tahap proses pemugaran dilaksanakan hinga akhirnya kini terbentuklah sebuah bangunan candi utuh dimana sebagian materinya masih menggunakan bahan asli yang ditemukan pada saat ekskavasi.

5-10 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4. Hidden Canyon Hidden Canyon Beji Guwang berada di area Sungai Beji yang lokasinya dekat dengan Pura Dalem Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Lokasi Hidden Canyon Beji Guwang termasuk kategori tempat suci umat Hindu sehingga kesopanan dalam bertingkah ataupun berkata sangat diperhatikan. Pemandangan tebing batu di Hidden Canyon Beji Guwang memiliki tinggi sekitar 20-30 meter dengan aliran sungai yang berwarna biru langit. Pengunjung memanfaatkan keindahan pemandangan tebing tersebut sebagai latar belakang foto. Hidden Canyon Beji Guwang memiliki 3 lembah rahasia yang bisa dilihat dengan waktu tempuh 1,5 jam hingga 2 jam. Tebing- tebing batu di Hidden Canyon Beji Guwang memiliki bentuk yang berbeda- beda sesuai dengan imajinasi pengunjung. Ada yang berbentuk tengkorak, macan, kepala kera, orang bermuka sedih dan tersenyum.

5-11 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

D. Kawasan Ubud dan sekitarnya

4

3

1 2

Gambar 5.4 Orientasi Kawasan Ubud dan Sekitarnya

1. Pura Gunung Lebah Asal usul pura Gunung Lebah dibangun pada abad ke 8 oleh seorang pendeta dari India. Pendeta ini bernama Rsi Markandeya, salah satu pendeta yang banyak mendirikan pura di Bali dan salah satunya pura terbesar di Bali, Pura Besakih. Pendirian pura ini awal mulanya, Rsi Markandeya merasa adanya kekuatan magis dari lembah sungai Campuhan Ubud. Karena adanya kekuatan magis di lembah sungai Campuhan, setelah beliau kembali dari perjalanan mendirikan pura di kaki Gunung Agung (Pura Besakih). Beliau mendirikan pura di lembah sungai Campuhan, yang pada awalnya di gunakan sebagai tempat meditasi.

5-12 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

2. Monkey Forest Monkey Forest Ubud terletak di Desa Ubud, berjarak kurang lebih 1 km dari pusat desa Ubud, dan berjarak sekitar 26 km dari Denpasar. Hutan ini merupakan hutan kecil yang dihuni oleh monyet dan merupakan tempat yang disucikan karena terdapat sebuah pura di dalamnya. Ubud Monkey Forest luasnya sekitar 27 hektar dan memiliki sekitar 115 jenis pohon. Di dalam hutan ini juga terdapat tiga pura besar, pura-pura tersebut diantaranya adalah Pura Dalem Agung yang berada di tengah hutan merupakan hutan tempat hidup kera. Pura Beji yang terdiri dari tiga pura yakni Pura Utama Mandala yang dikenal sebagai pura pemandian para dewa, Pura Madia mandala yakni pura yang memiliki sebuah kolam suci serta Puri Nista mandala yang merupakan tempat pemandian umum. 3. Puri Ubud Pada saat kerajaan Majapahit runtuh di abad ke 15, maka terjadi eksodus besar-besaran dari bangsawan Jawa untuk migrasi ke pulau Bali. Bangsawan dari pulau Jawa inilah yang mendirikan kerajaan Gelgel yang berada di kabupaten Klungkung, kabupaten di bagian tenggara pulau Bali. Kerajaan Gelgel inilah yang memberikan perlindungan kepada para bangsawan dari Jawa yang migrasi ke pulau Bali. Bangsawan dari Jawa yang membawa sistem kasta di Bali. Pada abad ke 17 banyak berdiri kerajaan baru di wilayah pulau Bali, salah satunya di Ubud. Pada abad ke 17, banyak di bangun rumah para bangsawan di Ubud yang di beri nama Puri. Sampai saat ini keberadaan Puri Ubud sendiri menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Gianyar-Bali. Dengan keindahaan arsitektur yang dimiliki, menjadikan Puri ini sebagai tujuan wisata faforit wisatawan asing maupun domestik.

5-13 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4. Obyek Wisata Kokokan Petulu Menurut keterangan dari Warga Desa Petulu, burung- burung bangau tersebut mulai bersarang di Desa Petulu sejak tahun 1965. Saat itu, jumlahnya hanya sekitar lima ekor. Awalnya, burung-burung bangau tersebut ditangkap untuk dipelihara ataupun dipotong untuk dimakan dagingnya oleh masyarakat sekitar. Dari sini keanehan mulai terjadi. Mereka yang menangkap burung-burung bangau yang ada di Desa Petulu, selalu datang kembali ke Desa Petulu untuk mengembalikan burung bangau tersebut. Menurut mereka, setelah menangkap burung bangau tersebut, mereka mulai didatangi oleh makhluk-makhluk aneh bertubuh besar dan menyeramkan, baik dalam mimpi maupun di alam nyata. Hal tersebut bukan halusinasi, karena yang mengalaminya lebih dari 50 orang. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan seorang pendeta, dilakukanlah ritual meminta maaf di pura Desa Petulu. Saat prosesi berlangsung, pemangku pura desa mengalami kerasukan/kesurupan dan mengatakan kalau burung bangau tersebut sebenarnya adalah pengawal Ida Betara yang dipuja di pura desa setempat. Burung-burung bangau tersebut adalah pasukan yang akan menjaga desa dari gangguan penyakit dan hama yang menyerang sawah mereka. Hal ini sudah terbukti. Setelah masyarakat membuat sebuah pelinggih di pura desa sebagai persembahan terhadap burung banagau tersebut, Desa Petulu menjadi makmur, panen melimpah dan tidak ada bahaya yang mengancam sampai dengan hari ini.

5-14 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

E. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh

1 4

2

5 3

Gambar 5.5 Orientasi Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh

1. Pura Samuan Tiga Pura Samuan Tiga yang terletak di desa Bedulu, Blahbatuh, kabupaten Gianyar Bali, dan berfungsi sebagai tempat memuja kekuatan alam dan nenek moyang. Tergolong pura yang sudah tua, karena dibangun pada masa pra-sejarah, melewati perjalanan sejarah yang sangat panjang, sehingga ada kemungkinan ada informasi yang hilang, seperti yang ada di salah satu halaman dalam lontar Tatwa Siwa Purana menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Prabu Candrasangka membangun pura

5-15 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Penataran sasih dan Samuan Tiga dan ilen-ilen (hiburan) tarkala piodalan seperti nampiyog nganten, sanghyang jaran nglamuk beha (menginjak bara), mapalengkungan siyat pajeng, pendet dan siyat sampian dengan tujuan menghilangkan sehananing leteh dan membersihkan diri. 2. Pura Durga Kutri Pura Bukit Dharma terletak di Banjar (Dusun) Kutri, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Giahyar, Propinsi Bali. Berdasaran prasasti di berbagai wilayah di Bali yang menunjuk keberadaan pura ini, Pura Bukit Dharma Durga Kutri diperkirakan sudah berdiri sejak 835 caka. Pada saat itu Bali diperintah oleh Raka Sri Kesari Warmadewa. Ada yang menarik dari pura ini, yakni diistinakannya permaisuri Raja sebagai Dewi Durga. Sungguh pura yang banyak mengandung nilai dan aspek sejarah. Keberadaan Arca Durga Mahisasura Mardini ini sangat erat kaitannya dengan cerita-cerita Purana dari India. Cerita ini memang sangat populer di kalangan umat Hindu di India dan di Bali. Diceritakan Dewi Parwati atau Dewi Uma berperang melawan raksasa. Raksasa itu sangatlah sakti dan sulit ditaklukkan. Karena itulah disebut Durga. Artinya sulit dicapai, karena raksasa itu sampai bisa bersembunyi di dalam tubuh seekor lembu atau Mahisa. Karena ada raksasa atau Asura di dalam tubuh lembu itu, maka ia disebut Mahisasura. 3. Puri Agung Blahbatuh Sejarah Blahbatuh sangat erat hubungannya dengan kerajaan Bali Aga, yaitu Kerajaan Bedahulu dengan Dinasti Udayana Warmadewa, yang salah seorang menterinya, yaitu Kebo Iwa berkedudukan di Blahbatuh. Masyarakat Bedahulu tentu juga orang Blahbatuh adalah orang Bali Aga, berasal dari sebuah desa dikaki Gunung Raung Jawa Timur. Begitu pula tata cara kehidupannya sangat erat hubungannya dengan cara hidup masyrakat kerajaan Kediri di Jawa Timur

5-16 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar yang didirikan oleh Airlangga putra Udayana raja Bedahulu sampai dengan Majapahit, yang didirikan oleh Raden Wijaya keturunan Airlangga. 4. Goa Gajah Goa Gajah pada dasarnya adalah sebuah goa dimana terdapat peninggalan sejarah Bali masa lampau. Namun tidak hanya artefak sejarah yang ada tapi juga suasana alamnya yang begitu indah dan memikat. Objek wisata ini juga dikelilingi persawahan dan sungai dengan air yang selalu mengalir. Ada empat kompleks di Goa Gajah yaitu kompleks goa dengan relief Ganesha, Trilingga, Petirtaan (tempat mandi), dan lembah Tukad Pangkung dimana terdapat relief stupa bercabang tiga, relief payung bersusun 13, dan arca Budha. 5. Konco Budha Amurva Bhumi Vihara / Konco ini terletak di bawah jembatan dan ada tangga menuju ke sungai di bawah jembatan, dimana air sungai tersebut sering digunakan untuk acara kegiatan di vihara tersebut. pujaan utama vihara blahbatuh adalah Hok Tik Cin Sin ( Tu Ti Kong ), dibawah altar Hok Tik Cin Sin terdapat dewa harimau, selain altar Hok Tik Cin Sin juga terdapat altar Ma Kwan Im dan Altar Budha, ke indahan Vihara Amurva Bhumi dapat terlihat dari kejauhan, lokasinya lumayan cukup luas untuk sebuah vihara, ada jalan kecil di depannya untuk menuju langsung ke bangunan di tepi sungai, bangunan bertingkat atas kebawah. umat yang sembahyang di tempat ini berasal dari berbagai aliran baik dari aliran Theravada maupun dari penduduk setempat Hindu dan juga umat Tridharma.

5-17 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

6. Relief Yeh Pulu Relief Yeh Pulu paling tidak memiliki lima fragmen dengan kandungan cerita yang berbeda-beda. Namun relief-relief tersebut memiliki garis besar yakni bercerita tentang Krishna sebagai inkarnasi Bhatara Wisnu. Pahatan-pahatan lain selain yang tampak di dinding tebing, yakni di ceruk-ceruk Raja Bendahulu sebelum gugur dalam pertempuran dengan Kerajaan Majapahit yang terjadi pada tahun 1343 M. F. Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya

6

7 5 4

2

3

1

Gambar 5.6 Orientasi Kawasan Tampaksiring dan Sekitarnya

5-18 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

1. Alam Desa Sanding Pulau Bali terkenal dengan keindahaan alamnya, salah satu dari keindahaan alam tersebut dapat dijumpai di Desa Sanding Kecamatan Tampaksiring- Gianyar. Panorama alam dengan hamparan sawah yang menyejukkan mata dapat kita jumpai disana, selain itu tersedia juga jalur tracking bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan tersebut dari dekat. 2. Pura Gunung Kawi Pura Gunung Kawi merupakan salah satu tempat wisata di Bali yang menarik untuk di kunjungi. Di kompleks tempat wisata di Bali ini terdapat peninggalan - peninggalan purbakala berupa pahatan candi - candi yang terdapat pada dinding tebing, sehingga tempat wisata di Gianyar ini dikenal dengan sebutan Candi Gunung Kawi. Objek wisata Pura Gunung Kawi terletak di Sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar - Bali. Tak ada yang tahu pasti mengenai asal mula kata “Gunung Kawi”. Namun, berdasarkan tinjauan etimologi, Gunung Kawi berasal dari dua gabungan kata yakni “Gunung” dan “Kawi”. Gunung berarti daerah yang berumpak-umpak dan memiliki puncak diatasnya (pegunungan), dan Kawi bermakna pahatan. Maka, maksud dari kata “Gunung Kawi” adalah pahatan-pahatan yang terdapat di pegunungan atau padas pahatan. Candi Gunung Kawi merupakan peninggalan sejarah abad ke-11 dimana di kompleks candi tersebut terdapat pemakaman keluarga raja, permaisuri dan keturunannya yang pernah memerintah di wilayah Bali.

5-19 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

3. Subak Pulagan, Subak Kulub Atas & Kulub Bawah Perairan melimpah dari Tukad Pekerisan memungkinkan pertanian padi basah menjadi berkembang di Bali. Salah satu contoh tertua yang masih digunakan saat ini adalah Subak Pulagan, Subak Kulub Atas dan Kulub Bawah. Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi. Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani yang disebut Kelian Subak. Ketiga Subak tersebut diatas telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia. 4. Istana Presiden Tampaksiring Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara bertahap. Arsiteknya ialah R.M Soedarsono. Yang pertama kali dibangun adalah Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira, yakni pada tahun 1957. Pembangunan berikutnya dilaksanakan tahun 1958, dan semua bangunan selesai pada tahun 1963. Selanjutnya, untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana dibangun gedung baru untuk Konferensi beserta fasilitas- fasilitasnya dan merenovasi Balai Wantilan. Kini Tampaksiring juga memberikan kenyamanan kepada pengunjungnya (dalam rangka kepariwisataan) dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Koro Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.

5-20 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

5. Pura Pegulingan Pura Pegulingan merupakan suaka peninggalan sejarah purbakala yang dilindungi oleh UU No.52/1992, karena memiliki nilai historis yang tinggi. Di bagian dalam pura terdapat sebuah stupa besar yang berbentuk segi delapan dimana telah menjadi suatu kepercayaan bahwa stupa merupakan simbol pemujaan yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa yang agung. Lokasi Pura Pegulingan ini ditemukan sekitar tahun 1983 berkat bantuan dari Pamong Desa setempat. Pengamatan, penggalian dan penyelamatan dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bali. Dari hasil penggalian inilah stupa berbentuk segi delapan itu ditemukan selain sejumlah materi dari tanah liat yang memuat mantra agama Budha. 6. Pura Mengening Pura Mengening sudah ditemukan pada abad ke 11, bahkan keberadannya sudah ada saat raja Masula- Masuli memerintah dan pusat pemerintahan kala itu berada di Pejeng, jadi terbilang bangunan yang sudah sangat kuno, memang waktu jelas kapan dibangunnya belum ditemukan secara pasti. Pura Kahyangan jagat ini terletak di desa Saraseda, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, sebelah Utara objek wisata Tirta Empul yang menjadi salah satu tujuan tour favorit di Bali. Tempatnya berada dalam lingkungan yang damai dan hening sehingga tepat ini dinamakan Mengening.

5-21 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

7. Pura Tirta Empul Pura Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Masula Masuli berkuasa dan memerintah di Bali. Hal ini dapat diketahui dari bunyi lontar Usana Bali. Isi dari lontar itu disebutkan artinya sebagai berikut: “Tatkala itu senang hatinya orang Bali semua, dipimpin oleh Baginda Raja Masula Masuli, dan rakyat seluruhnya merasa gembira, semua rakyat sama-sama mengeluarkan padas, serta bahan bangunan lainnya, seperti dari Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring”. Sedangkan Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat diketahui dari adanya sebuah piagam batu yang terdapat di desa Manukaya yang memuat tulisan dan angka yang menyebutkan bahwa permandian Tirta Empul dibangun pada Sasih Kapat tahun Caka 884, sekitar Oktober tahun 962 Masehi. Dalam Prasasti Sading ada disebutkan, Raja Masula Masuli bertahta di Bali mulai tahun Saka 1100 atau tahun 1178 M, yang memerintah selama 77 tahun. Berarti Permandian Tirtal Empul dibangun lebih dulu kemudian Puranya. Ada perbedaan waktu sekitar 216 tahun antara pembangunan permandian Tirta Empul dengan pembangunan puranya.

5-22 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

G.Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan

1

2

3

Gambar 5.7 Orientasi Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan

5-23 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

1. Suasana Alam Buahan Desa Dinas Buahan adalah salah satu desa di kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Desa ini memiliki hawa yang sejuk dan terkadang dingin sehingga cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu desa ini memiliki pemandangan dengan latar pegunungan dan hutan yang indah sehingga di desa ini berkembang juga sektor pariwisata seperti Hotel, Villa, dan Bungalow namun belum sebesar sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Di Desa Adat Buahan terdapat tradisi unik yaitu Nyepi Kasa yaitu Nyepi yang dilangsungkan saat bulan pertama (kasa) dalam penanggalan Bali. Pada hari tersebut segala aktivitas sehari-hari dihentikan layaknya hari Nyepi biasanya termasuk lalu lintas dari dan menuju Kintamani. 2. Puri Agung Payangan Berdirinya Puri Agung Payangan berawal dari runtuhnya kerajaan Gelgel pada masa pemerintahan Dalem Dimade akibat pemberontakan patih kerajaan yang bernama I Gusti Agung Maruti. Terjadinya pergolakan di pusat pemerintahan Bali menyebabkan daerah Payangan kurang mendapatkan perhatian. Kedatangan ekspedisi I Gusti Ngurah Pacung Gede pada masa tersebut ke Payangan kemudian mulai membangun pemerintahan di Payangan. 3. Pura Murwa Bhumi

Pura Murwa (Purwa) Bhumi menjadi tonggak pertama kali Maharsi Markandeya menyebarkan ilmu keagamaan, menularkan ilmu teknologi pertanian pada orang Aga yang tinggal di Payangan. Lokasi pura ini terletak tidak jauh dari pusat kota kecamatan, kurang lebih 500 meter ke arah selatan dari pasar Payangan.

5-24 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

H. Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut

5 4

3 2 1

Gambar 5.8 Orientasi Kawasan Pesisir Pantai Ketewel - Siyut

1. Pantai Erjeruk

Pantai Erjeruk termasuk kedalam pantai yang berpasir hitam serta terdapat karang-karang laut yang nampak pada saat air laut surut. Karang yang ditumbuhi rumput laut ini nampak indah dilihat dari pesisir pantai. Aktifitas yang banyak dilakukan di pantai ini adalah memancing dan juga tempat melaksanakan ritual keagamaan bagi umat Hindu. 2. Pura Erjeruk Pura Erjeruk merupakan salah satu pura yang memiliki nilai sejarah yang tinggi di Bali. Keberadaan Pura Erjeruk erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang

5-25 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Nirarta di Bali di masa pemerintahan Dalem Waturenggong di Bali. Pura ini di masa lalu pernah berfungsi sebagai media pendidikan kerohanian umat. Hal ini dapat dilihat dari adanya Pelinggih Manjangan Saluwang sebagai tempat pemujaan Mpu Kuturan dan Pelinggih Meru Tumpang Tiga sebagai tempat pemujaan Danghyang Nirarta yang merupakan Dang Guru atau Adi Guru Loka pada masa tersebut. 3. Pantai Saba Tempat wisata pantai Saba terletak di Desa Saba, Kecamatan Blahbatu, Gianyar Bali. Pantai ini berada di sebelah barat Pantai Keramas dan sebelah timur dari Pantai Purnama. Objek wisata Pantai Saba menyuguhkan keindahan panorama pantai yang menawan yang menawan dengan pasir hitam yang berkilau jika tertimpa sinar mentari. Bagi pecinta surfing maka pantai ini cocok untuk berolahraga surfing karena ombaknya cukup besar. Selain itu pantai ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu pesisir pantai terbelah oleh adanya aliran sungai yang bermuara kelaut serta tebing tinggi membatasi pantai, sementara di sebelah selatan pantai terdapat Pura Sukaluwih. 4. Pantai Lebih Pantai Lebih adalah satu obyek wisata pantai di kabupaten Gianyar. Pantai yang berpasir hitam ini menawarkan suasana yang tenang dengan pemandangan ke laut lepas, dan jika cuaca bagus, pemandangan pulau Nusa Lembongan dapat dilihat dari pinggir pantai. Selain itu Pantai Lebih merupakan salah satu pusat kuliner dengan adanya banyak warung makan lesehan di pinggir pantai. Semua warung makan ini menawarkan menu yang hampir sama seperti nasi sela (nasi campur ubi jalar), bakso ikan, sup kepala ikan, sate languan (sate ikan laut), sayur plecing kangkung dan pepes ikan. Semua menu makanan disini dijamin

5-26 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar halal, karena berasal dari ikan yang ditangkap oleh nelayan-nelayan pantai Lebih. 5. Pantai Siyut Pantai Siyut merupakan pantai milik Kabupaten Gianyar, tepatnya berada di Banjar Siyut, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar dan merupakan daerah perbatasan antara Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Gianyar. Dari pantai Siyut pengunjung bisa menyaksikan indahnya matahari terbit (sunrise) pada saat sang surya menampakan diri di ufuk timur. Pantai ini ramai dikunjungi pada saat sore hari, hari raya dan hari-hari libur. Selain itu, pantai ini juga sering dijadikan tempat upacara keagamaan seperti upacara melasti dan Ngaben. Di Pantai Siyut ini aktifitas yang biasa dilakukan adalah kegiatan surfing, memancing, bermain bola dan bersantai bersama keluarga dan teman.

5.2 PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS Selanjutnya alternatif kawasan ini akan dipilih atau diranking untuk menetapkan kawasan yang akan diprioritaskan dan/atau diunggulkan sebagai kawasan prioritas untuk dikembangkan atau ditangani. Penetapan kawasan prioritas/unggulan didasarkan atas kriteria sebagai berikut :

1. Tingkat Keletakan/Posisi Lokasi: sebaran aset pusaka membentuk satu kesatuan spasial sehingga mudah direncanakan linkage system-nya. 2. Tingkat Kemudahan Pencapaian: aset pusaka mudah dicapai melalui jaringan pergerakan yang telah terbentuk (ada) dan tersedianya sarana transportasi publik. 3. Tingkat Kemanfaatan: potensial dikembangkan dan/atau dimanfaatkan untuk peningkatan pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

5-27 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

4. Tingkat Keterancaman: ancaman keberlanjutan aset pusaka dari pesatnya pembangunan baru dan minimnya pemeliharaan baik karena kurangnya apresiasi maupun kemampuan finansial. 5. Tingkat Dukungan: berupa komitmen semua pihak untuk melindungi, melestarikan dan mengembangkan aset pusaka, ditandai dengan adanya regulasi terkait, adanya komunitas pelestari, dokumen program dan rencana pendukung, potensi pembiayaan dan investasi, dsb. 6. Tingkat Kesiapan: kawasan siap dikembangkan baik dari aspek administratif maupun teknis, seperti adanya kesepakatan antara semua pihak, adanya lembaga yang dibentuk untuk berkonsentrasi menangani kepusakaan, adanya kejelasan status kepemilikan dan/atau penguasaan aset pusaka, adanya dukungan infrastruktur yang memadai, dsb. Sebelum digunakan untuk menetapkan maupun melakukan perangkingan terhadap kawasan pusaka prioritas atau unggulan sesuai alternatif yang telah ditentukan, kriteria ini akan diberi bobot, seperti tabel dibawah ini: Tabel 5.1 Penentuan Bobot Masing-masing Kretiria

No. KRITERIA BOBOT

1 Tingkat Keletakan / Jarak antar aset pusaka dalam Posisi Lokasi lingkup kawasan (radisus ± 200 ha) :

Dekat = 3, Sedang = 2, Jauh = 1

2 Tingkat Kondisi jaringan jalan dan sarana Kemudahan transportasi publik : Pencapaian Memadai = 3, Sedang Memadai = 2, Tidak Memadai = 1

5-28 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

3 Tingkat Aset sudah dan/atau berpotensi Kemanfaatan untuk dimanfaatkan

Tinggi = 3, Sedang = 2, Kecil = 1

4 Tingkat Ancaman terhadap aset tinggi baik Keterancaman karena desakan pembangunan maupun kurangnya pemeliharaan

Tinggi = 3, Sedang = 2, Kecil = 1

5 Tingkat Dukungan Dukungan terhadap perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan aset

Tinggi = 3, Sedang = 2, Kecil = 1

6 Tingkat Kesiapan Terpenuhinya persyaratan administrasi dan teknis dalam rangka pengembangannya

Siap = 3, Belum Siap = 2, Tidak Siap = 1

Berikutnya akan dilakukan penilaian terhadap kedelapan alternatif yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian terhadap kawasan prioritas / unggulan akan dilakukan pada tabel berikut : Tabel 5.1 Penentuan Kawasan Proiritas / Unggulan

ALTERNATIF KAWASAN PRIORITAS /

No. KRITERIA UNGGULAN

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Tingkat Keletakan 3 3 2 3 3 3 2 3

5-29 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

/ Posisi Lokasi

2 Tingkat Kemudahan 3 3 3 3 3 2 3 3 Pencapaian

3 Tingkat 3 2 3 3 3 3 1 2 Kemanfaatan

4 Tingkat 3 2 3 3 3 2 2 2 Keterancaman

5 Tingkat Dukungan 3 3 2 3 2 1 1 1

6 Tingkat Kesiapan 3 2 1 2 2 2 1 1

TOTAL NILAI 18 15 14 17 16 13 10 12

Ketrangan urutan alternatif dalam tabel : 1. Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar 2. Kawasan Cagar Budaya/Kepurbakalaan Pejeng 3. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Sukawati 4. Kawasan Ubud dan sekitarnya 5. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh 6. Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya 7. Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan 8. Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut Berdasarkan penilaian yang dilakukan diatas, dapat dilakukan perangkingan terhadap kawasan pusaka prioritas / unggulan yaitu;  Rangking 1 Kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar  Rangking 2 Kawasan Ubud dan sekitarnya  Rangking 3 Kawasan Pusat Kota Kecamatan Blahbatuh

5-30 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

 Rangking 4 Kawasan Cagar Budaya/Kepurbakalaan Pejeng  Rangking 5 Kawasan Pusat Kota Kecamatan Sukawati  Rangking 6 Kawasan Tampaksiring dan sekitarnya  Rangking 7 Kawasan Pesisir Pantai Ketewel – Siyut  Rangking 8 Kawasan Pusat Kota Kecamatan Payangan Dengan demikian berdasarkan hasil penilaian dan perangkingan yang dilakukan, maka kawasan yang menjadi prioritas / unggulan dalam rangka pemngembangan adalah KAWASAN CATUS PATHA PUSAT KOTA GIANYAR.

5-31 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

BAB VI ARAHAN DAN INDIKASI PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA

6.1. ARAHAN PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA Berdasarkan potensi dan permasalahan pada kawasan pusaka terpilih yaitu kawasan Catus Patha Pusat Kota Gianyar, program penataan dan pelestarian kota pusaka diarahkan pada 8 (delapan) aspek utama, yaitu : 1. Aspek Legalitas : merumuskan dan menyusun dasar hukum baik dalam bentuk peraturan daerah atau peraturan Bupati untuk menguatkan dan melindungi rencana penataan dan pelestarian kota pusaka. 2. Aspek Edukasi : menyelenggarakan pembinaan secara berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan serta mengedukasi masyarakat melalui sektor pendidikan formal.

6-1 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

3. Aspek Institusional : membentuk dan menguatkan kelembagaan pusaka baik lembaga tradisional maupun formal yang telah ada, dan komunitas. 4. Aspek Pengembangan SDM : mengembangkan kapasitas dan kompetensi SDM yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan penataan dan pelestarian kota pusaka dalam rangka peningkatan kreatifitas dan inovasi untuk keberlasnjutan pengelolaan 5. Aspek Pengkajian, Informasi dan Dokumentasi : melaksanakan pengkajian, pendokumentasian dan penginventarisasian aset pusaka serta penyebarluasan informasi secara berkelanjutan. 6. Aspek Jejaring : masuk dalam keanggotaan jejaring pusaka dan terlibat aktif dalam setiap kegiatan baik tingkat lokal, nasional dan internasional. 7. Aspek Insentif dan Penghargaan : memberikan insentif dan penghargaan keapda aktivis pusaka, perintis, inovator, pelestari pusaka secara berkelanjutan. 8. Aspek Pendanaan : mengelola sumber pendanaan secara akuntabel dan transparan dan mengusahakan secara mandiri pembiayaan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program penataan dan pelestarian kota pusaka. Kedelapan arahan program penataan dan pelestarian kota pusaka ini akan diterjemahkan kedalam indikasi program.

6.2. INDIKASI PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA Program penataan dan pelestarian ini disusun khusunya untuk pengembangan kawasan pusaka prioritas atau unggulan yang telah dipilih melalui analisis pemilihan pada bab sebelumnya. Beberapa bentuk program / kegiatan arahan penataan dan pelestarian kota pusaka Kabupaten Gianyar dalam upaya rencana aksi kota pusaka yang dapat dikembangkan antara lain seperti pada tabel di bawah:

6-2 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Tabel 6.1 Program Indikasi

SUMBER TAHUN PELAKSANAAN KETERA NO PROGRAM / KEGIATAN LOKASI SKPD DANA 2017 2018 2019 2020 2021 NGAN

Lanjutan Inventarisasi, Pemetaan Kabupaten Tim Pengelola APBD 1 200 jt 200 jt 200 jt 200 jt 200 jt dan Dokumentasi Aset Pusaka Gianyar P3KP Gianyar Kabupaten

Pembentukan Tim Teknis Setda Kabupaten APBD 2 Pengelola Program P3KP Dengan Kabupaten 10 jt Gianyar Kabupaten Melibatkan Seluruh Stakeholder Gianyar

Sosialisasi Program Kota Pusaka Kabupaten Tim Pengelola APBD 3 50 jt 50 jt 50 jt 50 jt (Kelurahan/Desa) Gianyar P3KP Gianyar Kabupaten

Pembentukan Komunitas Gianyar Kabupaten Tim Pengelola APBD 1000 4 Kota Pusaka (Skala Kecamatan/ 75 jt Gianyar P3KP Gianyar Kabupaten jt Kluster Kawasan Pusaka) APBD Peningkatan Kapasitas dan Kabupaten Tim Pengelola 5 Kabupaten, 100 jt 100 jt 100 jt 100 jt Pemberdayaan Masyarakat Gianyar P3KP Gianyar SWASTA Penyusunan RTBL pada 8 Kawasan Dinas PU Kabupaten 6 Pusaka Prioritas/ Unggulan Sesuai Kabuapten APBN 800 jt 800 jt 800 jt 800 jt 800 jt Gianyar Rangking Gianyar Penyusunan Rencana Tindak/ Rencana Revitalisasi Kawasan Kawasan Dinas PU 7 Berupa Master Plan dan DED Prioritas Kabuapten APBN 400 jt 400 jt 400 jt Kawasan Pusaka Prioritas/ R. 1, 2 & 3 Gianyar Unggulan

6-3 Dokumen Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Gianyar

Dinas Penyusunan Kajian dan Usulan APBN, APBD Kabupaten Kebudayaan 8 Bangunan Cagar Budaya/ Kawasan Prov, APBD 50 jt 50 jt 50 jt 50 jt 50 jt Gianyar Kabupaten Cagar Budaya Kabupaten Gianyar Dinas Penyelenggaraan Kegiatan Gema APBD Kabupaten Kebudayaan 9 Pusaka Gianyar "GEMPAR" Kabupaten, 300 jt 300 jt 300 jt 300 jt Gianyar Kabupaten (tematik) SWASTA Gianyar Peningkatan Kualitas Fisik Kawasan dan Aset Pusaka melalui Kawasan Dinas PU APBN, APBD 10 Revitalisasi, Rehabilitasi, Renovasi Prioritas Kabuapten Prov, APBD 10 M 10 M 10 M dan Renewal Pada Kawasan Terpilih Gianyar Kab, SWASTA Prioritas/ Unggulan Terpilih Penyusunan Peraturan dan Nota Kesepahaman Dalam Rangka Setda Kabupaten APBD 11 Perlindungan, Pelestarian, Kabupaten 50 jt 50 jt 50 jt 50 jt 50 jt Gianyar Kabupaten Pengembangan dan Pengelolaan Gianyar Kota serta Aset Pusaka Pemberian Penghargaan Atas Dinas Partisipasi Aktif Dalam APBD Kabupaten Kebudayaan 12 Mendukung P3KP Kepada Seluruh Kabupaten, 100 jt 100 jt 100 jt 100 jt Gianyar Kabupaten Masyarakat Sebagai Induvidu SWASTA Gianyar Maupun Lembaga

6-4