MODALITAS PADA TEKS NASKAH KABA “ANGGUN NAN TUNGGA SI MAGEK JABANG” EPISODE : KE BALAI NAN KODO BAHA

TESIS

Oleh ITA KHAIRANI 087009013/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Universitas Sumatera Utara 152

MODALITAS PADA TEKS NASKAH KABA MINANGKABAU “ANGGUN NAN TUNGGA SI MAGEK JABANG” EPISODE : KE BALAI NAN KODO BAHA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh ITA KHAIRANI 087009013/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Universitas Sumatera Utara 152

Judul Tesis : MODALITAS PADA TEKS NASKAH KABA MINANGKABAU “ANGGUN NAN TUNGGA SI MAGEK JABANG” EPISODE : KE BALAI NAN KODO BAHA Nama Mahasiswa : Ita Khairani Nomor Pokok : 087009013 Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D) (Dr. Matius C.A. Sembiring,M.A.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Tengku Silvana Sinar, Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc)

Tanggal lulus : 29 Maret 2010

Universitas Sumatera Utara 152

Telah diuji pada Tanggal 29 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Amrin Saragih,M.A.,Ph.D Anggota : 1. Dr. Matius C.A. Sembiring,M.A. 2. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. 3. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP.

Universitas Sumatera Utara 152

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Modalitas Pada Teks Naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan realisasi modalitas, menemukan modalitas yang dominan, dan bagaimana realisasi modalitas tersebut pada teks naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha (selanjutnya disebut ANTSMJ Episode : KBNKB) berdasarkan teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian adalah data tertulis pada teks naskah ANTSMJ Episode : KBNKB yang disampaikan oleh seorang tukang kaba atau sijobang. Peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam pengumpulan dan penginterpretasian data dengan melakukan kegiatan pemaparan dan deskripsi terhadap objek penelitian. Data dikumpulkan dengan teknik baca, simak dan catat. Analisis data merupakan analisis isi dari modalitas secara deskriptif. Analisis modalitas dilakukan dengan membaginya menjadi dua yaitu modalisasi dan modulasi. Modalisasi terbagi menjadi dua yaitu probabilitas dan keseringan, sedangkan modulasi terbagi menjadi dua yaitu keharusan dan kecenderungan. Berdasarkan hasil analisis modalitas diperoleh hasil penelitian bahwa dalam teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB terdiri dari 1368 klausa dan ditemukan sebanyak 897 modalitas yang terdiri dari modalisasi (Probabilitas dan Keseringan) dan modulasi (Keharusan dan Kecenderungan), serta ditemukan modalitas yang dominan pada Probabilitas Menengah 315 (35,11%) Temuan penelitian telah menunjukkan bahwa teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB memiliki modalitas sebesar 621 atau 69,24% dibanding jenis modalitas Modulation (modulasi) sebesar 276 atau 30,76%. Dilihat dari struktur modalitas di dalam teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB Dengan dominannya modalitas Modalization (Modalisasi) pada Probabilitas Menengah maka dapat dikatakan bahwa realitas budaya masyarakat Minang yang cenderung mengungkapkan sesuatu tersebut secara tidak langsung, melainkan dengan menggunakan kemungkinan – kemungkinan yang besar terjadi. Dalam cerita ini penutur juga berusaha mendidik pendengar dengan mencoba memberikan gambaran ataupun dampak yang akan terjadi yang akan terjadi jika sesuatu hal yang akan dilakukannya. Dan dengan adanya fenomena seperti ini memaksa kita untuk berhati – hati, dengan tidak mengambil sesuatu unsur begitu saja, dan tidak boleh menyalahkan begitu saja.

Kata Kunci : Modalitas

Universitas Sumatera Utara 152

ABSTRACT

The title of this research is The Modalities of Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” manuscript Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha. The objective of the study is to describe realization of modalities, to find the dominant type of modality, and how is the modality realized in the Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tunda Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha (furthermore spelled as ANTSMJ Episode: KBNKB) manuscript, based on Systemic-Functional Linguistics (SFL) Theory. The method used in this research is descriptive-qualitative. The research data consist of written data from ANTSMJ Episode: KBNKB text, which are usually performed by a tukang kaba or sijobang. The researcher take part as the main instrument in identifying and interpreting. The data by carrying out several exposition and description toward the text. Data are identified by several techniques such as reading, observing, and notation technique. The data analysis done by dividing them into two parts, which are modalization and modulation. Modalization into two parts, which are probabilities and frequency, whereas modulation are requirements and frequency. Based on the result of the analysis of modality obtained, the Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode: KBNKB manusript are consist of 1368 clauses, also 897 modality that consist of modalitation (Probabilities and frequency), and modulation (Requirements and Frequency), and also have found that the dominant modality is at 315 Middle Probability (35,11%). The findings have shown that the manuscript of Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode: KBNKB have 621 or 69,24% modality compared to 276 or 30,76% modulation. Viewed from the manuscript’s structure of modalitation based on Middle Probability, thus can be considered that the society of Minangnese frequently expresses something indirectly, instead by using probabilities. Based on the findings text, the speaker tries to educate the listeners by describing what would happen if we do or done something. And based on this phemomenon, we are expected to be cautious and wise.

Keyword : Modality

Universitas Sumatera Utara 152

KATA PENGANTAR

Tesis ini berjudul “ Modalitas Pada Teks Naskah Kaba Anggun Nan Tungga Si

Magek Jabang” Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan rujukan penelitian teks selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan modalitas pada tutur kata masyarakat Minangkabau. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pakar dan pendidik bahasa dalam hal memperkaya khasanah kepustakaan linguistik bahasa Minangkabau sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia. Serta dapat bermanfaat bagi pihak – pihak tertentu sebagai bahan pertimbangan dalam rangka upaya pembinaan dan pelestarian bahasa Minangkabau.

Penulis menyadari Tesis penelitian ini belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca demi penyempurnaannya.

Medan, 29 Maret 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara 152

UCAPAN TERIMA KASIH

ﺑﺴﻢاﷲاﻟﺮﺣﻤﻦاﻟﺮﺣﻴﻢ

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah S.W.T. atas rahmad dan hidayahNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Kemudian ucapan shalawat dan salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad S.A.W. karena syafaatnya manusia dapat menuntut ilmu pengetahuan dan ilmu agama di bumi ini. Penulis menyadari tesis ini tidak akan terwujud seperti ini tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan sepenuh hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari pembimbing I, Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. dan Pembimbing II,

Bapak Dr. Matius C.A. Sembiring, M.A. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, semoga jasa baik tersebut menjadi amal ibadah sepanjang hayat.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun material dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H,M.Sc,(CTM), Sp.A(K). selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana.

3. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum.

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Linguistik Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara 152

4. Semua Dosen Program Studi Linguistik USU yang telah memberikan bekal ilmu

kepada penulis sejak awal memasuki bangku kuliah sampai tahap penyelesaian

tesis ini.

5. Kepada seluruh staf administrasi pada Sekolah Pascasarjana USU yang telah

membantu saya dalam penyelesaian adminsitrasi.

6. Kepangkuan Ayahanda Khairul Usman dan Ibunda Kasmariati, atas tetesan

keringat dan air mata telah membesarkan ananda. Rasa-rasanya ananda tak kuasa

membalas kebaikan kedua orang tua yang berhati mulia ini.

7. Istimewa saudara-saudaraku tercinta, Adinda Khairian Sabri, Isni Khairina, dan

Khairandi Syahputra; dan seluruh keluarga di Padang, tanpa kehadiran,

pengertian, dan pengorbanan kalian tesis ini tidak pernah terwujud.

8. Rekan-rekanku seperjuangan, Mahasiswa/i Sekolah Pascasarjana angkatan

2008/2009, yang telah memberikan ketulusan dalam berbagi rasa dan saling

membantu selama dalam proses belajar bersama. Semoga Allah tetap

mempersatukan kita.

Akhirnya, semoga bantuan, dukungan dan budi baik yang telah diberikan oleh berbagai pihak tersebut mendapat balasan yang berganda dari Allah Yang Maha

Pengasih dan Penyayang. Amin ya rabbal alamin.

Medan, Maret 2010

Penulis,

ITA KHAIRANI

Universitas Sumatera Utara 152

RIWAYAT HIDUP

Nama : ITA KHAIRANI Tempat/ Tgl. Lahir : Medan / 24 Juli 1987 Jenis Kelamin : Wanita Alamat Tempat Tinggal : Jl. Tapiannauli No.8 Medan Nomor Ponsel : 081973960865 Alamat Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL Taman Kanak – kanak : TK Ulumul Qur’an Teladan Barat Medan SD : SD Negri 13 Padang SLTP : SLTP Negri 14 Padang SMU : SMU Negri 13 Medan Perguruan Tinggi : Universitas Islam Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 152

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK …………………………………………………………………... i

ABSTRACT …………………………………………………………………… ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………… iv

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. x

DAFTAR BAGAN …………………………………………………………… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang Masalah ..…………………………………………… 1

1.2 Pembatasan Masalah ……………………………………………….. 7

1.3 Perumusan Masalah …………………………………………………. 7

1.4 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 8

1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 10

2.1 Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) ……………………………… 10

2.2 Analisis Wacana …………………………………………………….. 14

2.3 Metafungsi Bahasa ………………………………………………….. 15

Universitas Sumatera Utara 152

2.4 Modalitas …………… ……………………………………………… 20

2.4.1 Jenis Modalitas ………………………………………………. 22

2.4.2 Nilai Modalitas ………………………………………………. 25

2.4.3 Realisasi Modalitas ………………………………………….. 26

2.5 Teks ………………………………………………………………… 29

2.6 Kaba (Kabar) ………………………………………………………. 32

2.7 Klausa ……………………………………………………………… 34

2.8 Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 35

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………. 38

3.1 Desain Penelitian …………………………………………………… 38

3.2 Sumber Data ……………………………………………………….. 38

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 39

3.4 Teknik Analisis Data ………………………………………………. 39

3.5 Populasi …………………………………………………………….. 40

3.6 Sampel ……………………………………………………………… 40

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 42

4.1 Temuan Penelitian ………………………………………………….. 42

4.2 Pembahasan ………………………………………………………… 42

4.2.1 Jenis Modalitas Pada Teks Naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB ……………………………… 42 4.2.2 Jenis Modalitas yang Dominan dipakai Pada Teks Naskah Kaba ANTSMJ Episode : KBNKB ….……………………. 44

Universitas Sumatera Utara 152

4.2.3 Realisasi Modalitas Pada Teks Naskah Kaba ANTSMJ Episode : KBNKB …………………………………………. 46 4.2.4 Rata – rata Tingkat Keseringan Kemunculan Pada Teks Naskah Kaba ANTSMJ Episode : KBNKB ……………….. 88 4.3 Diskusi ………………………………………………………………. 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………... 93

5.1 Simpulan ……………………………………………………………. 93

5.2 Saran ………………………………………………………………… 96

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 97

Universitas Sumatera Utara 152

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal.

1. Modalization & modulation ……………………………………………. 23

2. Jenis modalitas dalam dua Bahasa: bahasa Indonesia dan bahasa Minang………………………………………………………….. 24

3. Jenis dan Nilai Modalitas ……………………………………………..... 26

4. Persentase Jenis Modalitas Teks Naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB…………………………………………………….... 44

5. Persentase Modalisasi Pada Teks Naskah Kaba “ANTSMJ Episode : KBNKB…………………………………………………….... 47

6. Contoh Realisasi Modalisasi Probabilitas ……………………………… 48

7. Contoh Realisasi Modalisasi Keseringan ………………………………. 59

8. Persentase Modulasi Pada Teks Naskah Kaba “ANTSMJ Episode : KBNKB ……………………………………………………… 67

9. Contoh Realisasi Modulasi Keharusan ………………………………… 68

10. Contoh Realisasi Modulasi Kecenderungan …………………………… 75

11. Contoh Realisasi yang Tidak Memiliki Modalitas …………………….. 82

Universitas Sumatera Utara 152

DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Hal.

1. Konstruk Analisis Berdasarkan Saragih (2010:43) …………………… 18

Universitas Sumatera Utara 152

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Hal.

1. Teks Naskah Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha” ………………………………….. 100

Universitas Sumatera Utara 152

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Modalitas Pada Teks Naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan realisasi modalitas, menemukan modalitas yang dominan, dan bagaimana realisasi modalitas tersebut pada teks naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha (selanjutnya disebut ANTSMJ Episode : KBNKB) berdasarkan teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian adalah data tertulis pada teks naskah ANTSMJ Episode : KBNKB yang disampaikan oleh seorang tukang kaba atau sijobang. Peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam pengumpulan dan penginterpretasian data dengan melakukan kegiatan pemaparan dan deskripsi terhadap objek penelitian. Data dikumpulkan dengan teknik baca, simak dan catat. Analisis data merupakan analisis isi dari modalitas secara deskriptif. Analisis modalitas dilakukan dengan membaginya menjadi dua yaitu modalisasi dan modulasi. Modalisasi terbagi menjadi dua yaitu probabilitas dan keseringan, sedangkan modulasi terbagi menjadi dua yaitu keharusan dan kecenderungan. Berdasarkan hasil analisis modalitas diperoleh hasil penelitian bahwa dalam teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB terdiri dari 1368 klausa dan ditemukan sebanyak 897 modalitas yang terdiri dari modalisasi (Probabilitas dan Keseringan) dan modulasi (Keharusan dan Kecenderungan), serta ditemukan modalitas yang dominan pada Probabilitas Menengah 315 (35,11%) Temuan penelitian telah menunjukkan bahwa teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB memiliki modalitas sebesar 621 atau 69,24% dibanding jenis modalitas Modulation (modulasi) sebesar 276 atau 30,76%. Dilihat dari struktur modalitas di dalam teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB Dengan dominannya modalitas Modalization (Modalisasi) pada Probabilitas Menengah maka dapat dikatakan bahwa realitas budaya masyarakat Minang yang cenderung mengungkapkan sesuatu tersebut secara tidak langsung, melainkan dengan menggunakan kemungkinan – kemungkinan yang besar terjadi. Dalam cerita ini penutur juga berusaha mendidik pendengar dengan mencoba memberikan gambaran ataupun dampak yang akan terjadi yang akan terjadi jika sesuatu hal yang akan dilakukannya. Dan dengan adanya fenomena seperti ini memaksa kita untuk berhati – hati, dengan tidak mengambil sesuatu unsur begitu saja, dan tidak boleh menyalahkan begitu saja.

Kata Kunci : Modalitas

Universitas Sumatera Utara 152

ABSTRACT

The title of this research is The Modalities of Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” manuscript Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha. The objective of the study is to describe realization of modalities, to find the dominant type of modality, and how is the modality realized in the Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tunda Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha (furthermore spelled as ANTSMJ Episode: KBNKB) manuscript, based on Systemic-Functional Linguistics (SFL) Theory. The method used in this research is descriptive-qualitative. The research data consist of written data from ANTSMJ Episode: KBNKB text, which are usually performed by a tukang kaba or sijobang. The researcher take part as the main instrument in identifying and interpreting. The data by carrying out several exposition and description toward the text. Data are identified by several techniques such as reading, observing, and notation technique. The data analysis done by dividing them into two parts, which are modalization and modulation. Modalization into two parts, which are probabilities and frequency, whereas modulation are requirements and frequency. Based on the result of the analysis of modality obtained, the Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode: KBNKB manusript are consist of 1368 clauses, also 897 modality that consist of modalitation (Probabilities and frequency), and modulation (Requirements and Frequency), and also have found that the dominant modality is at 315 Middle Probability (35,11%). The findings have shown that the manuscript of Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode: KBNKB have 621 or 69,24% modality compared to 276 or 30,76% modulation. Viewed from the manuscript’s structure of modalitation based on Middle Probability, thus can be considered that the society of Minangnese frequently expresses something indirectly, instead by using probabilities. Based on the findings text, the speaker tries to educate the listeners by describing what would happen if we do or done something. And based on this phemomenon, we are expected to be cautious and wise.

Keyword : Modality

Universitas Sumatera Utara 152

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah yang beragam itu masih tetap dipakai sebagai alat komunikasi di daerah, bahkan bahasa daerah itu dipelihara oleh Negara seperti tercantum dalam UUD 1945,

Bab XV, Pasal 36 yang menyatakan bahwa “bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan oleh masyarakat bahasa setempat dibina dan dipelihara oleh

Negara.”

Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan manusia, baik sebagai mahluk sosial maupun pribadi. Peranan serta fungsi bahasa yang begitu besar dalam kehidupan manusia ternyata bukan saja menjadi perhatian dari para ahli bahasa, tetapi juga para ilmuan dari berbagai disiplin ilmu lain seperti komunikasi, hukum, politik, filsafat, antropologi, agama, bahkan olahraga. Bahasa adalah media dan sarana yang kokoh dalam kehidupan manusia untuk mengungkapkan ide dan kenyataan yang ada dalam lingkungan manusia itu sendiri. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia dan menjadi pembeda utama umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. Bahasa itu dinamis, selalu berubah – ubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Bahasa tidak memainkan peranan yang konstan pada situasi –

Universitas Sumatera Utara 152

situasi sosial yang berbeda. Peranan dan fungsi bahasa bergantung kepada situasi dan kondisi, dengan kata lain bergantung kepada konteks.

Sebagai alat komunikasi bahasa senantiasa berkembang, demikian halnya dengan bahasa Minangkabau. Oleh karena itu bahasa setiap saat perlu dibahas dan dipelajari supaya benar – benar berarti dalam kehidupan. Dalam fungsinya, sebagai alat pengembangan kebudayaan daerah, bahasa Minangkabau (selanjutnya disingkat menjadi BM) masih dipakai di dalam kesusasteraan daerah Minangkabau seperti dalam upacara tradisional seperti , dan kaba. Selanjutnya dalam bidang kesenian daerah seperti musik tradisional yang diiringi dengan , , dan gendang pada umumnya menggunakan BM sebagai bahasa pengiring. Begitu pula dalam upacara – upacara lain seperti Tagak Batu (Acara penegakkan batu pertama di kuburan), Anak Pisang (Acara sebelum perkawinan yang digelar di rumah saudara perempuan dari ayah), Tagak Gala (Acara pemberian gelar bagi mempelai pria yang akan melangsungkan pernikahan), Baralek (Perhalatan Perkawinan). Atau dalam kesenian budaya seperti saluang, randai, rabab, dan kaba. Keseluruhan kebudayaan yang dianggap khas daerah berkembang melalui sarana BM.

BM hidup dan berkembang di Indonesia. BM memegang peranan penting dalam kehidupan khususnya masyarakat Minangkabau yang tinggal di daerahnya ataupun pada masyarakat perantau yang memiliki latar belakang budaya yang sama dan masih digunakan sebagai media komunikasi baik di bidang pendidikan, sosial, politik, kesehatan, dan sebagainya. Salah satu upaya untuk mewujudkan agar BM

Universitas Sumatera Utara 152

masih digunakan sebagai media komunikasi dapat berkembang ke arah mutu pemakaian yang lebih baik adalah melalui berbagai penelitian.

Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) memfokuskan kajiannya pada teks atau wacana. Teks atau wacana menurut LFS dibatasi sebagai unit bahasa yang fungsional dalam konteks sosial. Teks dalam perspektif LFS merupakan produk konteks yang terdiri atas konteks linguistik dan konteks sosial. Dengan kata lain makna teks tergantung pada konteks. Maka analisis yang relevan dengan kajian LFS adalah analisis fungsional. Dengan kajian ini dapat ditunjukkan bahwa makna satu klausa bergantung pada konteksnya.

Dengan pendekatan LFS ini peneliti sebagai pembaca teks, harus dapat mengembangkan keterampilan agar bisa memahami posisi ideologi yang diberi tanda, mungkin untuk menolak atau menyatakan ketidaksetujuan kita terhadap teks – teks tersebut. Ini berarti bahwa kita memerlukan cara untuk menyatakan bahwa bahasa tidak hanya untuk mengungkapkan sesuatu tetapi juga secara aktif membangun pandangan kita terhadap dunia.

Modalitas adalah bagian dari makna antarpersona. Makna antarpersona merupakan aksi yang dilakukan pemakai bahasa dalam saling bertukar pengalaman linguistik yang terepresentasikan dalam makna pengalaman dengan kata lain makna antarpersona adalah makna yang mempertukarkan pengalaman. Bersamaan dengan melakukan ‘aksi’ dalam pertukaran pengalaman, pemakai bahasa mungkin atau dapat memberi pertimbangan, pendapat pribadi, komentar dalam komoditas yang disampaikan. Semua unsur pertimbangan ini disebut modalitas.

Universitas Sumatera Utara 152

Modalitas adalah pandangan, pertimbangan, atau pendapat pribadi pemakai bahasa terhadap makna paparan pengalaman dalam klausa yang disampaikan dalam interaksi. Di dalam berbahasa banyak terjadi kemungkinan – kemungkinan dan tidak terbatas hanya pada pilihan ‘ya’ dan ‘tidak’ saja. Kemungkinan – kemungkinan tersebut terjadi diantara keduanya yaitu antara batas positif ‘ya’ dan batas negatif

‘tidak’ seperti ‘mungkin’, ‘kadang-kadang’, ‘selalu’, ‘jarang’ dan lain – lain.

Kemungkinan – kemungkinan yang terjadi diantara ‘ya’ dan ‘tidak’ inilah yang disebut dengan modalitas (modality).

Selanjutnya Saragih (2001:80) menyatakan bahwa “secara garis besar modalitas terdiri atas modalisasi yang merupakan pertimbangan pemakai bahasa terhadap proposisi yaitu informasi yang dinyatakan atau ditanyakan sedangkan modulasi yang merupakan pertimbangan pemakai bahasa terhadap proposal yaitu barang dan jasa yang ditawarkan atau diminta.” Selanjutnya modalisasi terdiri atas probabilitas dan keseringan sedangkan modulasi terdiri atas keharusan dan kecenderungan.

Kebudayaan daerah yang beragam diseluruh nusantara sebagai bukti kekayaan budaya bangsa perlu diselamatkan sebagai warisan yang berharga. Salah satu kebudayaan daerah yang berharga di Minangkabau ialah cerita “Bakaba”. Bakaba menjadi sangat penting peranannya dalam perangkat adat Minangkabau, karena ia bukan hanya sekedar sebuah karya seni (seni vokal dan sastra), melainkan ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari struktur adat dan budaya Minangkabau itu sendiri, dan menjadi media transformasi nilai – nilai budaya Minangkabau.

Universitas Sumatera Utara 152

Masalahnya, sebagaimana dialami oleh adat atau unsur- unsur budaya tradisional lainnya, seperti kesenian misalnya, Bakaba sudah mulai kehilangan peminatnya. Berbagai kesenian tradisional kini telah banyak yang dimodifikasi, sehingga berubah dari bentuk aslinya. Bakaba yang selama ini dilaksanakan secara individual oleh tukang kaba tampaknya mulai kehilangan “darah” untuk mempertahankan kehidupannya. Tukang kaba makin langka, dan jumlah tukang kaba yang muda sangat sedikit.

Atas pertimbangan di atas, maka inventarisasi bahasa daerah Minangkabau itu penting artinya guna melengkapi data yang sudah ada, baik dari hasil penelitian maupun penulisan yang pernah dilakukan. Dengan demikian peran dan fungsi BM dapat ditingkatkan lagi dalam melayani keperluan komunikasi masyarakat ataupun dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Di dalam mengkaji bahasa di kalangan masyarakat khususnya bahasa daerah, banyak kata – kata yang secara tidak sadar sering diungkapkan ataupun jarang diungkapkan oleh si pembicara. Peneliti mengkaji cerita Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode : Ke Balai

Nan Kodo Baha”(selanjutnya disingkat dengan ANTSMJ Episode : KBNKB) ini, karena cerita ini cukup popular di kalangan masyarakat Minang, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tingkat modalitas yang sering dipakai pada cerita Kaba tersebut. Penelitian ini juga mencoba merealisasikan modalitas berdasarkan jenisnya dan merealisasikan jenis modalitas apakah yang paling dominan pada naskah Kaba tersebut, serta mendeskripsikan tingkat keseringan kemunculan modalitasnya.

Universitas Sumatera Utara 152

Mengkaji modalitas di dalam naskah kaba tersebut merupakan suatu cara mempertahankan salah satu tradisi lisan yang ada di Minang yang harus diwariskan pada generasi penerus BM. Kaba berisi pendidikan dan pengajaran, khususnya wanita di Minang yang menganut sistem matrilineal. Di dalam pendidikan dan pengajaran terdapat perintah, ajakan, saran, keharusan. Semua ini merupakan realisasi dari modalitas. Dengan demikian kajian modalitas sangat relevan dan urgen.

Berikut ini adalah contoh modalitas pada salah satu teks naskah Kaba

ANTSMJ Episode : KBNKB.

“ Mulonyo kami ondak balimau, balimau di piriang pocah, mulonyo kami dek

maimbau, kok tak bamandeh areh rumah”. (Rosyadi : 11)

“ Mulanya kami hendak berlimau, berlimau di piring pecah, mulanya kami

hendak memanggil, karena tidak ada ibu di atas rumah.”

Kata ondak pada klausa di atas merupakan realisasi modalitas. Oleh karena itu realisasi teks pada naskah kaba tersebut membutuhkan suatu pendekatan yang tepat.

Penelitian ini mencoba menganalisis modalitas pada teks naskah Kaba Minangkabau tersebut dan mencoba merealisasikan modalitas berdasarkan jenisnya, serta mendeskripsikan jenis modalitas apakah yang paling dominan dalam teks cerita tersebut dan bagaimanakah realisasinya di dalam setiap teks.

Untuk itu penulis memilih pendekatan LFS sebagai alat untuk mendeskripsikan modalitas pada teks naskah Kaba tersebut.

Universitas Sumatera Utara 152

1.2 Pembatasan Masalah

Sudjana (2002:112) mengatakan, “Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan masalah itu penulis akan lebih bebas memilih hal- hal yang mudah dikembangkan.” Berdasarkan pendapat ini, pembatasan masalah adalah untuk menghindari pembahasan yang meluas serta pemberi arah pada pelaksanaan penelitian.

Penelitian ini dibatasi hanya pada jenis modalitas yang terdapat di dalam naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode : Ke

Balai Nan Kodo Baha.(1995) Oleh Rosyadi, Mintosih Sri, dan Soeloso.

1.3 Perumusan Masalah

Arikunto (2002:26) mengatakan, “Apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi eksploraritas maka masalah yang diteliti menjadi jelas agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya.”

Modalitas dalam masyarakat Minangkabau menyangkut berbagai aspek.

Penelitian ini terfokus pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah realisasi modalitas dalam naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan

Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha ?

Universitas Sumatera Utara 152

2. Jenis modalitas apakah yang paling dominan dipakai pada naskah Kaba

Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai

Nan Kodo Baha ?

3. Bagaimanakah realisasi modalitas itu dalam setiap teks pada naskah Kaba

Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai

Nan Kodo Baha ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan modalitas pada teks naskah Kaba Minangkabau “Anggun

Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha.

2. Menentukankan jenis modalitas yang paling dominan pada naskah Kaba

Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai

Nan Kodo Baha.

3. Menganalisis realisasi modalitas dalam setiap teks pada naskah Kaba

Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai

Nan Kodo Baha.

Universitas Sumatera Utara 152

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari temuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Temuan Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan

rujukan penelitian sistemik selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan

modalitas pada tutur kata masyarakat Minangkabau.

2. Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pakar dan pendidik bahasa

dalam hal memperkaya khasanah kepustakaan linguistik bahasa Minangkabau

sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia.

3. Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak – pihak tertentu

sebagai bahan pertimbangan dalam rangka upaya pembinaan dan pelestarian

bahasa Minangkabau sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Linguistik Fungsional Sistemik (LFS)

Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) atau yang sering disebut dengan pendekatan sistemik dikenal sebagai penyedia kerangka deskriptif dan penafsiran yang sangat berguna untuk memandang bahasa sebagai sumber daya strategis dan pemberi makna. Dalam perspektif LFS bahasa adalah sistem arti dan sistem lain

(sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut. Persepsi LFS adalah bahasa diperlukan manusia untuk melakukan tiga fungsi, yakni menggambarkan, mempertukarkan, dan merangkai pengalaman. Ketiga fungsi ini merupakan hakikat hidup dan kebutuhan manusia normal.

Pada dasarnya dalam Perspektif LFS bahasa adalah sistem arti dan sistem lain

(sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut. Dua konsep dasar teori LFS adalah :

a. Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud sebagai semiotik

sosial,

b. Bahasa merupakan teks yang konstrual (saling menentukan dan merujuk)

dengan konteks sosial.

Para pakar linguistik sistemik memiliki minat dan perhatian bagaimana orang memakai bahasa untuk berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan sosial. Minat ini mendorong para pakar linguistik untuk mengajukan teori tentang bahasa yaitu

Universitas Sumatera Utara Pemakaian bahasa bersifat fungsional, fungsinya ialah untuk memberi makna – makna , makna – makna tersebut dipengaruhi oleh konteks sosial budaya. Dan proses pemakaian bahasa merupakan proses semiotik, yaitu proses pemberian makna dengan cara memilih.

Dari teori diatas dapat disimpulkan menjadi empat aspek yaitu fungsional, semantik, kontekstual, dan semiotik. Sedangkan Pendekatan sistemik terhadap bahasa yang bersifat fungsional disebabkan dua hal antara lain.

1. Sebab Pendekatan sistemik selalu menanyakan hal – hal yang bersifat

fungsional tentang bahasa : teori sistemik menanyakan bagaimana orang

menggunakan bahasa.

2. Sebab Pendekatan sistemik menafsirkan sistem linguistik secara

fungsional : pakar sistemik menanyakan bagaimana bahasa disusun untuk

dipakai?.

Konsep fungsional dalam LFS memiliki tiga pengertian yang saling berhubungan. Pertama, pengertian fungsional menurut LFS adalah bahasa terstruktur berdasarkan fungsi yang akan dimainkan oleh bahasa dalam kehidupan manusia. Hal ini disebut fungsional berdasarkan tujuan pemakaian bahasa, yang kedua adalah metafungsi bahasa, yakni fungsi bahasa dalam pemakaian bahasa. LFS merumuskan bahwa fungsi bahasa dalam kehidupan manusia mencakupi tiga kategori, seperti telah diuraikan terdahulu, yaitu (1) memaparkan pengalaman yang diistilahkan sebagai fungsi ideasional (ideational function), (2) mempertukarkan pengalaman yang diistilahkan sebagai fungsi antarpersona (interpersonal function), dan (3) merangkai

Universitas Sumatera Utara pengalaman yang diistilahkan sebagai fungsi tekstual (textual function). Yang ketiga dalam LFS dikatakan bahwa setiap unit bahasa adalah fungsional terhadap unit yang lebih besar, yang di dalamnya unit itu menjadi unsur. Dengan pengertian fungsional ketiga ini ditetapkan bahwa morfem fungsional di dalam kata, kata fungsional dalam grup atau frase, grup atau frase fungsional dalam klausa, dan klausa menjadi unsur fungsional dalam klausa kompleks.

LFS sebagai bagian dari pendekatan linguistik fungsional melihat bahasa sebagai fenomena sosial, berkait dengan sosiologi dan hanya dipahami dalam konteks sosial. Semiotik sosial menganalisis bahasa, wacana atau teks merupakan sebuah aktivitas semiotik. Semiotik pemakaian bahasa terdiri dari semiotik denotatif dan semiotik konotatif.

Semiotik denotatif memiliki arti dan bentuk. Dalam pemakaian bahasa semiotik denotatif terbentuk dalam hubungan antar strata (level) aspek bahasa yang terdiri atas arti (semantics), tata bahasa (lexicogrammar), dan bunyi (phonology) atau tulisan (graphology). Semiotik denotatif bahasa menunjukan bahwa arti direalisasikan oleh bentuk yang selanjutnya direalisasikan oleh ekspresi. Semiotik denotasi bahasa menunjukan bahwa semantik direalisasikan tata bahasa dan tatabahasa direalisasikan oleh bunyi (fonologi) dalam bahasa lisan atau tulisan

(grafology) dalam bahasa tulisan.

Semiotik konotatif hanya memiliki arti dan tidak memiliki bentuk. Dalam pemakaian bahasa semiotik konotatif terdapat dalam hubungan bahasa dengan konteks sosial yang terdiri atas ideologi, konteks budaya (context of culture) dan

Universitas Sumatera Utara konteks sosial (register). Sebagai semiotik konotatif, konteks sosial membentuk strata dengan ideologi menempati strata tertinggi yang memiliki sifat abstrak dan kemudian diikuti oleh budaya dan konteks situasi. Semiotik konotatif pemakaian bahasa menunjukan bahwa ideologi tidak memiliki bentuk dan meminjam budaya sebagai bentuknya. Ideologi direalisasikan oleh budaya yang juga tidak memiliki bentuk dan budaya direalisasikan oleh konteks situasi. konteks situasi meminjam semiotik yang berada dibawahnya yaitu bahasa. Bahasa sebagai semiotik sosial adalah bahasa berfungsi di dalam konteks sosial atau bahasa fungsional di dalam konteks sosial.

Kajian LFS difokuskan pada teks. Teks adalah unit arti dan wujud sebagai hasil interaksi dalam konteks sosial. LFS juga memberi perhatian yang seimbang terhadap arti dan bentuk. Hal ini terjadi karena ’arti’ harus direalisasikan oleh bentuk. Artinya ‘arti’ dapat direalisasikan bunyi, kata, frase, klausa atau kalimat.

Dalam perspektif LFS bahasa berfungsi atau fungsional di dalam konteks sosial. Ada tiga pengertian yang terdapat dalam konsep fungsional yaitu :

1. Bahasa terstruktur sesuai dengan kebutuhan manusia akan bahasa.

2. Fungsi bahasa dalam kehidupan manusia mencakup tiga hal, yaitu

memaparkan atau menggambarkan, mempertukarkan dan merangkaikan

pengalaman manusia. Ketiga fungsi ini disebut metafungsi bahasa.

Masing – masing fungsi menentukan struktur bahasa atau tata bahasa.

Dengan demikian, tata bahasa merupakan teori penglaman manusia yang

mencakup teori paparan, pertukaran, dan organisasi makna.

Universitas Sumatera Utara 3. Setiap unit bahasa adalah fungsional terhadap unit yang lebih besar

maksudnya unit – unit nomina, verba, adverbia, preposisi atau unit

lainnya berfungsi dalam tugasnya masing – masing untuk membangun

klausa.

Konteks pemakaian bahasa dibatasi sebagai segala sesuatu yang berada di luar teks atau pemakaian bahasa. Konteks mengacu kepada segala sesuatu yang mendampingi teks. Dalam perspektif LFS konteks mencakup dua pengertian yakni

1)konteks linguistik (yang disebut konteks internal), 2) konteks sosial (konteks eksternal). Jadi LFS tidak hanya suatu teori untuk analisis tertentu, tetapi merupakan satu kerangka teori linguistik umum yang dapat digunakan untuk melakukan analisis mulai dari tataran fonologi sampai tataran di atas wacana.

2.2 Analisis Wacana

Analisis wacana menggunakan pendekatan linguistik fungsional sistemik yang dipelopori oleh Halliday (1985) dan Matthiessen (1992) dan para pakar sistemik lain yang memfokuskan analisis pada organisasi kalimat serta hubungan antara kalimat dengan wacana. Pendekatan fungsional sistemik menetapkan wacana sebagai satu unit makna yang menjadi objek dasar kajian. Kontribusinya terhadap pemahaman teks dimana analisis linguistik mampu menunjukkan bagaimana dan mengapa sebuah teks mempunyai arti seperti yang dikandungnya.

Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang

Universitas Sumatera Utara berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana adalah organisasi bahasa diatas kalimat atau diatas klausa, dengan perkataan lain unit-unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa. Seperti pertukaran-pertukaran percakapan atas teks-teks tertulis

(Stubbs,1983:10)

Halliday dan Hasan (1992:28) dalam buku-bukunya mengakui peranan unsur-unsur situasi di dalam pelahiran bentuk wacana, analisis terhadap kohesi

(pertalian bentuk) dan koherensi (pertalian semantik) wacana yang utuh harus ditandai dengan penandaan semantis yang berupa kepaduan informasi , dan penandaan gramatikal, seperti penggantian, penunjukan, pengulangan, penghilangan, perangkaian, dan pertalian leksikal. Apapun bentuk dan sifatnya, wacana selalu mengasumsikan adanya penyapa dan pesapa. Dengan demikian, wacana mempelajari bahasa dalam pemakaiannya atau dinamakan juga pragmatik. Dalam hal ini pemahaman wacana lebih ditekankan pada hasil, bukan proses. Dimaksudkan dengan hasil adalah hasil rekaman kebahasaan yang utuh dalam peristiwa komunikasi lisan atau tulis.

2.3 Metafungsi Bahasa

Metafungsi bahasa merupakan fungsi bahasa dalam pemakaian bahasa oleh penutur bahasa. dalam konsep teoritis metafungsi memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memahami bahasa dengan dunia luar bahasa dan juga sebagai titik

Universitas Sumatera Utara pertemuan yang telah membentuk bentuk tata bahasa. Dengan kata lain, konsep metafungsi yang menghubungkan antara bentuk-bentuk internal bahasa dan kegunaannya dalam semiotik konteks sosial. Sistem semiotik sosial adalah sistem makna yang direalisasikan melalui sistem linguistik. Sistem semiotik linguistik adalah semantik, yaitu suatu bentuk realisasi dari semiotik sosial. Bahasa memiliki tiga fungsi dalam kehidupan manusia yaitu memaparkan, mempertukarkan dan merangkai pengalaman.

Metafungsi memiliki tiga komponen yaitu ideasional, interpersonal, dan tekstual. Sedangkan jika seseorang merealisasikan pengalamannya yang bukan merupakan pengalaman linguistik dapat berupa kenyataan dalam kehidupan manusia atau kejadian sehari-hari. Pengalaman bukan linguistik dan direalisasikan kedalam pengalaman linguistik terdiri dari tiga unsur yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan.

Sinar (2003) mengatakan bahwa ”Metafungsi bahasa mempunyai 3 (tiga) komponen yaitu interpersonal, ideasional dan tekstual adalah tiga makna abstrak

(nuansa makna) yang dikandung dalam klausa atau teks.” Sumber ideasional berhubungan dengan pemahaman dari pengalaman : apa yang telah terjadi, termasuk apa yang dilakukan seseorang terhadap siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana hubungan logikal terjadi antara satu dengan yang lainnya. Sumber interpersonal membahas hubungan sosial: bagaimana masyarakat berinteraksi, termasuk perasaan saling berbagi di antara mereka dan sumber tekstual membahas alir informasi: cara

Universitas Sumatera Utara makna ideasional dan interpersonal disebarkan pada semiosis, termasuk interkoneksi antara aktivitas dan bahasa (tindakan, gambar, musik, dll).

Makna ideasional memiliki fungsi yang berhubungan dengan dunia realitas dalaman dan luaran; yaitu bahasa adalah memaparkan tentang sesuatu. Apabila seseorang mempunyai refleksi terhadap dunia fenomena diluar atau dunia dalaman kesadaran seseorang, representasi dari refleksi tersebut mengambil bentuk. Bentuk ini disebut fungsi eksperensial (experential). Selain fungsi eksperensial, di dalam konsep fungsi ideasional ada fungsi atau makna logis ”logical” yang menyimpan informasi tentang cara satu situasi berhubung dengan situasi lainnya.

Makna interpersonal memiliki fungsi sebagai klausa pertukaran yang merepresentasikan hubungan peran pertuturan. Apabila dua penutur menggunakan bahasa untuk berinteraksi, satu hal yang dilakukan mereka adalah menjalin hubungan sosial diantara mereka. Disini mereka mulai menyusun dua jenis peran atau fungsi pertuturan yang fundamental yaitu memberi dan meminta informasi. Sistem klausa direpresentasikan melalui struktur moda klausa yaitu modus dan residu

Makna tekstual merupakan sebuah interpretasi bahasa dalam fungsinya sebagai pesan, yaitu berfungsi sebagai pembentuk teks dalam bahasa. Fungsi ini memberi kemampuan kepada seseorang untuk membedakan sebuah teks sebagai bahasa yang termotivasi secara fungsional dan kontekstual. Pada tingkat teks, makna ini terdiri dari bagaimana unsur-unsur interklausa di organisir untuk menyatukan suatu kesatuan seluruh teks untuk membuat makna-makna. Dengan menunjukkan

Universitas Sumatera Utara adanya fungsi tekstual pada sebuah teks yang diorganisir atau dibentuk. Makna

tekstual bahasa dalam fungsinya sebagai sebuah pesan direalisasikan memalui sistem

tema bahasa. Sistem tema dari sebuah klausa direpresentasikan oleh struktur tematik

klausa yang terdiri dari tema dan rema.

Ideologi

Fungsi Budaya Antarpersona Fungsi Tesktual

Situasi

Pelibat

Medan Semantik Sarana (Wacana) Fungsi Negosiasi Eskperensial Ideasi/ Identifikasi Konjungsi

Lexicogrammar Mood Tema / Transitivitas/ Rema Ergativitas

Fonologi/ Grafologi/ Tanda

Bagan 1 : Konstruk Analisis Berdasarkan Saragih (2010:43)

Universitas Sumatera Utara Konteks sosial terjadi dari tiga unsur, yaitu konteks situasi, konteks budaya, dan konteks ideologi. Ketiga unsur konteks sosial tersusun di atas teks. Bahasa, terdiri atas tiga bagian atau tingkat, yakni semantik, tata bahasa atau leksikogramar, dan ekspresi. Ekspresi dapat berupa bunyi (fonologi), tulisan (grafologi), atau isyarat.

Ketika unsur bahasa dan ketiga unsur konteks sosial membentuk semiotik yang berstrata banyak (multistratified semiotics), Anak panah menunjukkan arah realisasi, yakni ideologi direalisasikan budaya, yang selanjutnya direalisasikan oleh situasi, yang seterusnya direalisasikan oleh semantik, yang selanjutnya direalisasikan oleh leksikogramar, yang akhirnya diekspresikan oleh fonologi, grafologi, atau isyarat.

Secara rinci pada fungsi ideasional direalisasikan oleh Medan makna, fungsi anatarpersona direalisasikan oleh Pelibat, dan fungsi tekstual direalisasikan oleh

Sarana atau Cara. Pada strata budaya tidak ada pemisahan realisasi ketiga unsur metafungsi. Strata Budaya mengatur atau menentukan unsur medan apa yang ditetapkan bergabung dengan pelibat, dan sarana tertentu. Dengam kata lain, budaya mengatur apa (medan) yang boleh dilakukan siapa (pelibat) dan dengan (sarana) atau cara bagaimana. Strata ideologi merupakan unsur tertinggi yang menentukan budaya.

Realisasi ketiga metafungsi bahasa terdapat pada strata ideologi. Spesifikasi realisasi masing-masing unsur metafungsi terjadi pada strata situasi, semantik (wacana), dan leksikogramar atau tata bahasa.

Universitas Sumatera Utara 2.4 Modalitas

Modalitas adalah sarana linguistik yang memungkinkan penutur dapat mengekspresikan ujaran yang berbeda-beda dari komitmen atau keyakinan pada suatu proposisi yang diucapkannya. Keraf dalam Ramadian (1995:16) menamakan modalitas denga keterangan kecaraan. Keraf membagi Modalitas atas tujuh bagian yaitu : 1) kepastian, 2) kesangsian, 3) pengakuan, 4) keinginan, 5) ajakan, 6) larangan dan 7) keherananan.

Menurut pandangan Halliday (1994 :75) “modality means the speaker’s judgement of the probabilities or the obligations, involved in what he is saying”.

Maksudnya modalitas merupakan pertimbangan pemakai bahasa berupa kemungkinan atau keharusan terhadap apa yang disampaikannya.

Menurut Saragih (2001 : 79) “modalitas adalah pandangan, pendapat pribadi, sikap atau komentar pemakai bahasa terhadap paparan pengalaman yang disampaikannya dalam interaksi.” Modalitas, sebenarnya tidak punya arti khusus, tetapi bertugas untuk menunjukkan cara (modus) yang digunakan seseorang untuk menyatakan makna pikirannya atau bahkan upayanya untuk mengubah arti suatu ungkapan. Misalnya pada kalimat ’saya ingin mandi’, mengandung pengertian bahwa si pembicara bermaksud untuk membersihkan diri karena sudah terlalu lelah selama perjalanan jauh yang telah ditempuhnya, sedangkan pada kalimat ’saya ingin kamu segera mandi’ menyatakan separuh perintah pada lawan bicara untuk mandi agar kelihatan bersih atau agar tidak terlambat pergi sekolah, misalnya.

Universitas Sumatera Utara Modalitas adalah makna yang merupakan pendapat pribadi, pertimbangan,

‘bumbu’, atau ‘penyedap’ makna yang disampaikan dalam klausa, yang berbeda dari seseorang ke orang lain. Modalitas ‘memberi bumbu’ atau ‘memberi penyedap’ terhadap fugsi ujar, dan terletak antara titik atau polar positif dan negatif sesuatu fungsi ujar.

Dengan demikian modalitas adalah makna antara ya dan tidak. Jika makna ya menunjukkan kegiatan atau aktifitas yang berlangsung sepenuhnya atau 100% dan makna tidak menunjukkan kegiatan atau aktifitas tidak berlangsung atau 0%, modalitas menunjukkan eksekusi atau pelaksanaan kegiatan atau aktifitas antara 0% sampai 100%. Antara ya dan tidak terdapat sejumlah makna, seperti ingin, mau, bermaksud, mungkin, akan, berencana, dan pasti. Modalitas mengodekan pengalaman subjektif. Dalam klausa ”Dia pasti datang” yang dikatakan seseorang, makna pasti itu belum tentu pasti pada seseorang menjadi mungkin atau akan pada orang lain. Dengan kata lain, sesuatu modalitas tingkat tinggi pada seseorang mungkin masih merupakan modalitas tingkat rendah atau tengah pada orang lain.

Dengan kata lain, modalitas menyampaikan pengalaman berbeda – beda pada masing

– masing orang.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan sejumlah istilah yang diperkenalkan oleh Saragih (2001). Hal ini disebabkan karena istilah yang digunakan oleh Saragih lebih sistematis dan lebih tepat karena telah diaplikasikan dalam bahasa

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara 2.4.1 Jenis Modalitas

Berdasarkan jenisnya Halliday (1994:88-89) mengatakan bahwa modalitas dapat dibedakan menurut jenisnya, yaitu modalization dan modulation. Kedua jenis modalitas tersebut dapat diraliasasikan menjadi: 1) probability : ‘possibly, probably dan certainly’ dan 2) usuality : ‘sometimes, usually dan always’ sedangkan modulation direalisasikan oleh i) obligation :’allowed to, supposed to, required to’ dan ii) inclination : ‘willing to, anxious to dan determined to’.

Universitas Sumatera Utara Saragih (2001:80) menyatakan bahwa secara garis besar berdasarkan jenisnya, modalitas terdiri atas.

1. Modalisasi (modalization) yang merupakan pendapat atau pertimbangan

pribadi pemakai bahasa terhadap proposisi (proposition) yaitu informasi

yang dinyatakan atau ditanyakan.

2. Modulasi (modulation) yang merupakan pendapat atau pertimbangan

pribadi terhadap proposal (proposal) yaitu barang dan jasa yang ditawarkan

atau diminta. Keduanya terletak antara polar positif ‘ya’ dan polar negative

‘tidak’ dari setiap aksi.

Modalisasi terjadi dari Kemungkinan dengan tingkat-tingkat kemungkinan terjadinya sesuatu kegiatan atau aktifitas dan Keseringan dengan tingkat-tingkat seringnya sesuatu aktifitas atau kegiatan berlangsung. Modulasi terdiri atas

Keharusan dengan tingkat-tingkat pentingnya sesuatu kegiatan atau aktifitas dilakukan dan Kecenderungan dengan tingkat-tingkat keterpanggilan atau keterikatan seseorang dalam hatinya untuk melakukan sesuatu kegiatan atau aktifitas.

2.4.2 Nilai Modalitas

Saragih (2001:92) menyatakan berdasarkan nilai (value), tingkat kemungkinan terjadi atau tingkat kedekatannya terhadap ‘ya’ atau ‘tidak’, masing – masing unsur modalitas, seperti probabilitas, keseringan dan kecenderungan dapat digolongkan ke dalam tiga tingkat yaitu:

Universitas Sumatera Utara 1. Tinggi, yakni aksi yang paling dekat ke polar ‘ya’ dan paling mungkin

terjadi,

2. Menengah, yakni aksi antara tingkat tinggi dan rendah, dan

3. Rendah, yakni aksi yang paling dekat ke polar ‘tidak’ dan paling mungkin

tidak terjadi.

Masing-masing dari keempat jenis Modalitas itu (Kemungkinan, Keseringan,

Keharusan, dan Kecenderungan) dibagi atas tiga kelompok berdasarkan intensitas atau nilainya untuk tujuan praktis, yakni tingkat Tinggi yang dekat ke titik ya atau titik kegiatan atau aktifitas dilakukan dan tingkat Rendah yang dekat ke titik tidak atau titik kegiatan atau aktifitas tidak dilakukan. Antara kedua titik Tinggi dan

Rendah terdapat titik Tengah.

Berikut ini adalah bagan jenis dan nilai modalitas yang dikutip dari Saragih

(2001:81)

Tabel 3. Jenis dan Nilai Modalitas

Modalitas Polar Positif Probabilitas Keseringan Keharusan Kecenderungan Tinggi Pasti Selalu Wajib Ditetapkan Menengah Mungkin Bisa Diharapkan Mau Rendah Barangkali Kadang-kadang Boleh Ingin Polar Negatif

2.4.3. Realisasi Modalitas

Modalitas pada lazimnya direalisasikan oleh unsur leksikal atau kata, seperti pada ‘akan’, ‘harus’, ‘sering’, ‘mau’, ‘ingin’, dan‘pasti’ yang memodifikasi

Universitas Sumatera Utara predikator. Modalitas lazimnya menyatu dengan klausa, seperti dalam klausa “Dia pasti datang hari ini.” Jika modalitas direlokasi dengan pengertian dikodekan oleh klausa tersendiri sehingga terbentuk klausa kompleks, pengodean modalitas ini disebut metafora. dalam ‘dia akan datang’, ‘dia pasti datang’. Akan tetapi modalitas dapat direaliasasikan oleh frase dan klausa.

Metafora modalitas merupakan relokasi pertimbangan pribadi, pendapat, atau perasaan ke dalam klausa yang lazimnya direalisasikan oleh kata. Dengan kelazimannya sebagai pendapat pribadi atau komentar terhadap fungsi ujar dengan realisasinya kata, modalitas, seperti ‘mungkin’, ‘akan’, ‘pasti’, ‘jarang’, ‘kadang – kadang’, ‘sering’, ‘selalu’, ‘harus’, ‘ingin’, ‘diharapkan’, ‘wajib’, ‘cenderung’ dan lain sebagainya. Pemicu pertama metafora adalah perubahan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan yang mengakibatkan kepadatan leksikal dan akhirnya menyangkut nominalisasi. Nilai modalitas yang merupakan tingkat intensitas reaksi emosi pemakai bahasa dalam modalitas mencakupi area yang sangat luas. Area arti itu secara rinci dapat mencakup pertimbangan, perspektif, sikap atau pendapat pribadi pembicara berkenaan dengan informasi serta barang dan jasa yang dipertukarkan.

Dengan cakupan yang luas modalitas direalisasikan oleh unsur leksikal, frase, klausa dan aspek linguistik lain seperti bunyi dan partikel.

Modalitas dapat dikodekan oleh kata. Jenis kata adverbial, adjektiva, verba, nomina dan kata bantu (auxiliary) khususnya dalam bahasa Inggris. Berikut ini adalah contoh penggunaannya .

Universitas Sumatera Utara a. Adverbia

1. Dengan pasti dia mengerjakan tugas itu.

2. Dengan ragu dia menemui pacarnya.

3. Secara pasti dia berjalan.

b. Adjektiva

1. Dia sering datang

2. Saya ragu dia datang

3. Dia sering datang

c. Nomina

1. Ada kepastian dia datang

2. Terjadi keraguan apakah dia datang

d. Verba

1. Saya terpanggil melakukan tugas itu

2. Kami diwajibkan datang

3. Dia diharapkan datang

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frase dapat merealisasikan modalitas seperti : Di dalam keraguan dia melakukan tugas itu. Disamping keraguan, ada kepastian dia datang.

Klausa adalah satuan sintaksis yang merupakan unit bahasa tertinggi dan sempurna berupa runtunan kata – kata berkonstruksi predikatif sekaligus membawa

Universitas Sumatera Utara ketiga metafungsi bahasa. Klausa merupakan tataran frase dan dibawah tataran kalimat.

Contoh realisasi modalitas dalam klausa :

1. Saya ragu dia datang.

2. Saya yakin ada penyelesaiannya.

Modalitas adalah makna yang merupakan pendapat pribadi, pertimbangan,

‘bumbu’, atau ‘penyedap’ makna yang disampaikan dalam klausa, yang berbeda dari seseorang ke orang lain. Modalitas ‘memberi bumbu’ atau ‘memberi penyedap’ terhadap fugsi ujar, dan terletak antara titik atau polar positif dan negatif sesuatu fungsi ujar

Modalitas dapat juga direalisasikan oleh aspek budaya seperti warna, simbol.

Misalnya, dalam klausa ”dia memakai baju kuning” yang berarti kecemburuan.

Kecemburuan adalah modalitas, bagian dari probabilitas. Demikian juga intonasi suara. Pertanyaan kepasrian (question tag) seperti kan, bukan juga merupakan modalitas.

Contoh :

1. Dia datang kan?

2. Dia datang, bukan?

2.5. Teks

Istilah wacana selalu diartikan dalam istilah teks. Kedua istilah ini selalu diartikan sama. Pembahasan pengertiannya menjadi rancu, bercampur baur digunakan

Universitas Sumatera Utara secara bersamaan yang mengandung arti yang sama oleh penutur dan penulis, oleh karena itu, konsep wacana dan teks sukar dicari batasan yang jelas.

Halliday dan Hasan (1985:10) mengatakan bahwa teks adalah unit dari penggunaan bahasa. Bukan unit gramatika seperti klausa dan kalimat; dan bukan didefinisikan mengikuti ukurannya.

Pandangan Halliday juga mengatakan bahwa teks menggunakan bahasa yang sumbernya dari sarana lisan dan tulisan dengan ukuran sepanjang apapun, yang membentuk satuan keseluruhan.

Sebagai unit bahasa teks terdiri atas tanda – tanda dan merepresentasikan kejadian – kejadian yang dialami manusia atau benda – benda dan keadaan yang bermakna, simbol – simbol yang mengkonstruksikan isi / bentuk dan menghasilkan struktur dan mempunyai kesatuan tekstur. Tekstur teks menghasilkan pesan yang kohesif dan koheren. Aspek kohesi dan koherensi tekstual memegang peranan penting menunjukkan penyatuan wacana di dalam bahasa dan menandai keterikatan teks secara bersama sebagai potensi yang digunakan penutur dan penulis wacana.

Pengertian wacana secara umum cenderung digunakan di dalam membicarakan hal- hal yang berorientasi kepada faktor sosial, sementara istilah teks cenderung digunakan dalam membicarakan hal-hal yang berdasarkan kepada bahasa.

Pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks. Teks terdiri atas makna

– makna walaupun teks terdiri atas kata – kata dan kalimat. Teks pada dasarnya merupakan satuan makna. Teks harus dipandang dari dua sudut yang bersamaan yaitu sebagai produk dan sebagai proses karena sifatnya sebagai satuan makna. Sebagai

Universitas Sumatera Utara produk, teks merupakan luaran, sesuatu yang dapat direkam dan dipelajari karena mempunyai susunan tertentu teks dan dapat dideskripsikan dengan peristilahan yang sistemik. Teks juga merupakan suatu proses dalam pengertian bahwa teks terbentuk melalui proses pemilihan makna terus menerus.

Berdasarkan defenisi tersebut di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa teks menggunakan bahasa yang sumbernya dari sarana lisan dan tulisan dengan ukuran tidak terbatas; unit dari penggunaan bahasa; bukan unit tata bahasa (gramatikal unit) seperti kata, frase, klausa dan kalimat. Teks sebagai unit arti dapat direalisasikan oleh berbagai unit tata bahasa. Hal ini berarti bahwa teks dapat berupa satu naskah (buku), paragraf, klausa kompleks, klausa, frase, atau bunyi.

Hal yang penting mengenai sifat teks ialah bahwa meskipun teks itu bila dituliskan tampak seakan-akan terdiri dari kata-kata dan kalimat-kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari makna-makna. Memang makna-makna itu harus diungkapkan atau dikodekan dalam kata-kata dan struktur dan selanjutnya dapat diungkapkan lagi, dikodekan kembali, dalam bunyi-bunyi atau lambang-lambang tulis. Teks itu harus dikodekan dalam sesuatu untuk dapat dikomunikasikan , tetapi sebagai sesuatu yang menandai teks itu pada dasarnya adalah satuan makna. Teks bukan sesuatu yang dapat diberi batasan seperti sejenis kalimat, melainkan lebih besar.

Universitas Sumatera Utara 2.6. Kaba (Kabar)

Menurut Junus (1984:17) Kaba berbentuk prosa lirik. Bentuk ini tetap dipertahankan bila ia diterbitkan dalam bentuk buku. Kaba merupakan jenis sastra lisan Minangkabau yang berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Pengertian kaba itu sendiri adalah cerita. Sebagai sastra lisan, kaba penyampaiannya diiringi dengan instrumen musik tradisional, seperti puput, seruling, gendang, rebab dan dulung.

Akibat penyampaian secara lisan ini, tidak jarang isi ceritanya menjadi bervariasi.

Kesatuan Kaba bukan kalimat dan bukan baris. Kesatuannya ialah pengucapan dengan panjang tertentu yang terdiri dari dua bagian yang berimbang.

Keduanya dibatasi oleh caessura ’pemenggalan puisi’

Keadaan ini dapat terlihat pada contoh berikut.

lamolah maso / antaronyo //bahimpun / urang samonyo//

hino mulie / miskin kayo // bahimpun / lareh nan panjang//

Menurut Rosyadi, dkk (1995:6) Bakaba merupakan perangkat adat

Minangkabau yang memiliki peranan yang sangat penting, karena ia bukan hanya sekedar karya seni (seni vokal dan sastra), melainkan ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari struktur adat dan budaya Minangkabau itu sendiri, dan menjadi media transformasi nilai – nilai budaya Minangkabau. Di dalam pergelaran, kaba tersebut disajikan dalam suasana reatrikal, sehingga dapat memberi nilai keindahan dan kenikmatan yang tidak akan dijumpai kalau dibaca dari buku. Kemampuan pemain instrumen dan keahlian tukang kaba dalam memberikan penekanan tertentu menciptakan suasana estetik tersendiri.

Universitas Sumatera Utara Dari segi isi, pada umumnya kaba bertolak dari mitos, namun pada perkembangan selanjutnya kaba mempersoalkan kenyataan hidup yang ditemukan dalam masyarakat sehari-hari, seperti masalah perkawinan, ketidaksetiaan, harta pusaka dan ketidakadilan. Contohnya Kaba Bujang Paman (1963) berhubungan dengan peristiwa yang benar – benar terjadi di Koto Anau, Solok. Kaba Siti Mariam

(1962) tentang peristiwa yang terjadi antara Bukittinggi dan Medan, dsb.Bahasa kaba tidak sama dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Minangkabau. Kaba menggunakan gaya bahasa yang lazim disebut prosa liris atau prosa berirama.

Disamping sebagai hiburan, dengan pengantar yang berbentuk pantun, tukang kaba mengisyaratkan tujuan penyampaian kaba kepada para pendengar dan pembaca yakni sebagai pedoman hidup.

Ada dua kelompok kaba, yang klasik dan tak klasik. Kaba klasik mempunyai ciri berikut :

1. Ceritanya mengenai perebutan kuasa antara dua kelompok, satu darinya

adalah orang (dari luar) bagi suatu kesatuan keluarga.

2. Ceritanya dianggap berlaku pada masa lampau yang jauh, tentang anak raja

dengan kekuatan supranatural.

Sedangkan kaba tak – klasik mempunyai ciri yang lain lagi, yaitu :

1. Bercerita tentang seorang anak muda yang pada mulanya miskin, tapi karena

usahanya dalam perdagangan ia berubah menjadi seorang yang kaya. Ia dapat

Universitas Sumatera Utara menyumbangkan kekayaannya bagi kepentingan keluarga matrilinealnya,

sehingga ia berbeda dari mamaknya.

2. Ceritanya dianggap berlaku pada masa lampau yang dekat, akhir abad 19 atau

permulaan abad 20. Ia bercerita tentang manusia biasa, tanpa kekuatan

supranatural.

Perbedaan kaba klasik dan tidak klasik adalah kaba klasik mungkin dapat ditemui dalam bentuk naskah atau dalam bentuk tradisi lisan. Tapi tak demikian halnya dengan kaba tak klasik yang ditemui dalam bentuk bercetak. Contoh kaba klasik adalah Cindue Mato, Anggun Nan Tungga, Manjau Ari, Malin Deman, Umbuik

Mudo, , dll. Contoh kaba tak klasik adalah Amai Cilako, Siti Nurlela, dan Siti Mariam.

2.7. Klausa

Menurut pandangan LFS, dalam Saragih (2001:3) klausa adalah unit tata bahasa yang tertinggi dan sempurna, karena klausa sekaligus membawa ketiga metafungsi bahasa.

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata – kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai subjek, sebagai predikat, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib. Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh:

Universitas Sumatera Utara 1. kamar mandi

2. adik mandi

Maka dapat dikatakan konstruksi kamar mandi bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dan komponen mandi tidaklah bersifat predikatif.

Sebaliknya, konstruksi adik mandi adalah sebuah klausa karena hubungan komponen adik dan komponen mandi bersifat predikatif; adik adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi fungsi predikat.

Dari semua unit bahasa (morfem, kata, frase / grup, dan klausa), hanya klausa yang sekaligus merealisasikan aksi bersamaan dengan arti lain (paparan dan perangkaian) sehingga dapat dikatakan klausa adalah unit tata bahasa yang secara lengkap merealisasikan makna paparan, pertukaran dan perangkaian sekaligus.

Klausa bersifat multifungsi dengan pengertian satu klausa dapat dianalisis dari berbagai segi.

2.8 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kajian pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Syifa Asriany (2003) dalam tesis “Modalitas pada Cerita Rakyat Karo Seri

Turi-Turin Karo Beru Dayang Jile-Jile Suatu Kajian Fungsional Sistemik”

melakukan penelitian modalitas pada cerita rakyat karo. Penelitian ini

mendeskripsikan pemakaian modalitas pada cerita tersebut. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori LFS oleh Halliday (1994) dan

Universitas Sumatera Utara Saragih (2001) yang menyatakan bahwa modalitas adalah pandangan,

pendapat pribadi atau komentar pemakai bahasa terhadap paparan pengalaman

yang disampaikannya dalam interaksi berupa kemungkinan atau keharusan.

Modalitas terdiri atas modalisasi dan modulasi. Temuan penelitian

menunjukkan bahwa cerita rakyat karo menggunakan modalitas. Selanjutnya

jenis modalitas yang paling dominan digunakan adalah jenis modalitas

modulasi yang bersifat subjektif dengan tingkat keseringan kemunculan

modalitas yang tinggi terdapat pada jenis cerita turi – turin padan pengindo

(TTPP).

2. Meisuri (2009) dalam jurnal “ Penggunaan Modalitas dalam Bahasa

Minangkabau” melakukan penelitian modalitas pada bahasa masyarakat

Minangkabau. Penelitian ini mendeskripsikan empat bentuk modalitas di

dalam penggunaannya dalam bahasa Minangkabau, serta apakah terdapat

unsur lain dari modalitas yang dianggap penting di dalam bahasa

Minangkabau. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori

Semantis menurut Bloomfield (1933) yang menyatakan bahwa modalitas

merupakan salah satu fenomena kesemestaan bahasa, dan ini berarti bahwa

setiap bahasa alami pasti mempunyai unsur-unsur leksikal dalam tuturannya,

meskipun masih tetap terdapat ciri – cirri khusus modalitas pada bahasa yang

berlainan. Modalitas dibagi menjadi 4 jenis yaitu intensional, epistemik,

deontik, dan dinamik. Kajiannya pada buku – buku teks. Datanya diambil dari

4 (empat) orang responden, dan hasilnya adalah kata tugas pembantu modal

Universitas Sumatera Utara mengandung makna sikap penutur terhadap sesuatu kejadian atau keadaan.

Modalitas waktu “KALA” yang menggambarkan tahapan waktu terjadinya

peristiwa dan keadaan dengan penggunaan pemarkah leksikal seperti ‘ka’,

‘sadang’, ‘alah’ dan ‘alun’.

3. Nilzami (2009) dalam jurnal “Modalitas dalam Bahasa Minangkabau”.

Penelitian ini mengkaji apakah bahasa Minangkabau mempunyai pengungkap

modalitas yang berkaitan dengan subkategori modalitas intensional,

epistemik, deontik dan dinamik. Teori yang digunakan yaitu teori semantis

menurut Quirk et al dan Perkins yang menghubungkan modalitas boulomaik

dengan kaidah psikologis yang dianggapnya merupakan bagian dari hukum

alam berdasarkan pada subkategorisasi modalitas itu juga menyangkut

disposisi terhadap keberlangsungan peristiwa non aktual . Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan datanya adalah

dengan mengumpulkan data dengan mencatat dari interview informan yang

bahasa ibunya Bahasa Minangkabau dan juga disertai dengan kajian pustaka.

Maka hasilnya dapat ditemukan bahwa modalitas adalah cakupan terminologi

pada penutur yang memungkinkan penutur atau pembicara untuk

mengekspresikan tataran yang berbeda-beda dari komitmen atau keyakinan

pada suatu proposisi yang diucapkannya. Bentuk yang menggambarkan

modalitas dari sikap pembicara dengan mensubkategorisasikan modalitas

yaitu modalitas intensional, modalitas epistemik, modalitas deontik, modalitas

dinamik.

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah suatu penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yang diperoleh sebagai bahan analisis adalah bentuk kepustakaan. Menurut Surakhmad

(2000:147), “Metode deskriptif membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual, dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikannya, menganalisis dan menginterpretasikannya.” Jadi, metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang memecahkan masalah dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya, menganalisis serta menginterpretasikannya. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk mengetahui modalitas yang dominan serta fungsinya pada setiap cerita tersebut.

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data tertulis yang merupakan teks naskah

Kaba Minangkabau Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang, Episode : Ke Balai Nan

Kodo Baha dalam Rosyadi, dkk yang diterbitkan oleh Proyek Pengkajian dan

Pembinaan Nilai – Nilai Budaya Pusat, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,

Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

(1995). Yang terdiri dari 1368 klausa dengan jumlah modalitas sebanyak 897.

Universitas Sumatera Utara Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini menggunakan teknik studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan mempelajari data sebagai informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber kepustakaan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data digunakan teknik dasar simak dan teknik lanjutan simak catat. Teknik ini digunakan karena sumber data penelitian ini adalah data tulis.

Data yang telah terkumpul yang bersumber dari teks naskah Kaba Minangkabau tersebut kemudian diperiksa yaitu dengan cara sebagai berikut.

1. Membaca seluruh teks naskah Kaba Minangkabau dengan cermat dan teliti.

2. Mengidentifikasi dan mengamati klausa demi klausa yang terdapat pada teks

naskah Kaba Minangkabau tersebut untuk kemudian dianalisis.

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis seluruh data yang tersedia. Untuk menganalisis data dilakukan prosedur analisis sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi modalitas dalam klausa yang terdapat pada teks naskah kaba

ANTSMJ Episode: KBNKB.

2. Mengelompokkan modalitas yang terdiri atas modalisasi dan modulsasi.

3. Menentukan proporsi masing – masing jenis modalitas.

4. Menentukan pola umum penggunaan modalitas berdasarkan proporsi.

Universitas Sumatera Utara Analisis dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik mengurai teks menjadi klausa adalah untuk menjaring komponen klausa; pilihan leksikal (kosa kata) dan struktur tatabahasa untuk mengetahui bagaimana tatabahasa itu digunakan yang berhubungan erat dengan makna. Dalam menganalisis makna Antarpersona, peneliti berfokus pada struktur tatabahasa yang direalisasikan oleh 1)Pilihan Modalitas

(Modalisasi dan Modulasi), dan nilai Modalitas (Tinggi, Menengah, Rendah) yang berfungsi menunjukkan sikap semiotik penutur Kaba Minangkabau.

3.5. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Kegunaan populasi sebagai sumber data penelitian yang menjelaskan karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap, jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dengan demikian, yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh klausa yang terdapat di dalam teks naskah Kaba Minangkabau

“ANTSJ, Episode :KBNKB” yang terdiri atas 1368 klausa dan 897 modalitas.

3.6. Sampel

Sampel secara sederhana dapat diartikan sebagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel merupakan representatif dari populasi. Jika peneliti hanya akan meneliti sebagian dari populasi,

Universitas Sumatera Utara maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Berhubung populasi sumber data dapat di proses, maka sampel tidak diambil.

Surakhmad (2000) mengatakan bahwa semakin besar populasi yang digunakan, maka semakin akurat hasil penelitian tersebut. Bila tidak mungkin seluruh populasi dianalisis, maka diambil sampel. Walaupun secara prinsipil tidak ada ketentuan untuk menentukan berapa persen sampel tersebut harus diambil dari populasi, namun untuk lebih validnya suatu penelitian maka ditetapkan semua klausa yang terdapat pada teks cerita Kaba Minangkabau yang terdiri dari 1368 klausa dan

897 modalitas pada populasi dijadikan sampel penelitian.

Universitas Sumatera Utara BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Penelitian

Setelah data terkumpul dan dianalisis, ditemukan jenis dan kedominanan serta tingkat keseringan kemunculan modalitas yang terdapat pada teks naskah kaba tersebut.

Analisis modalitas pada teks naskah kaba ini dilakukan dengan cara menjaring modalitas yang terdapat dalam teks, baik modalitas murni (pasti, mungkin,barangkali, selalu, biasa, akan, harus, kadang-kadang, wajib, diharapkan, ingin, boleh, ditetapkan, hendak, dll.) maupun modalitas dalam bentuk metafora (saya tahu, saya yakin, saya berniat, saya bersyukur, saya bermaksud, berharap, dll). Peneliti tidak membuat klasifikasi antara kedua jenis modalitas ini, melainkan menganalisisnya sebagai bentuk yang sama, karena perhatian utama adalah pada makna, yang digolongkan berdasarkan jenis modalitas dan nilai yang dikandungnya (tinggi, menengah dan rendah).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Jenis Modalitas pada Teks Naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ

Episode: KBNKB

Ungkapan modalitas yang terdapat pada teks naskah tersebut yaitu pada

Probabilitas Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘putuih’(putus),

Universitas Sumatera Utara ‘jalai’(jelas), ‘kolin’(setuju), ‘hanyo’(hanya). Pada Probabilitas Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘ka’ (akan), ’memang’ (memang),

’kamungkin’ (mungkin), ’ka tetapi’ (akan tetapi). Dan Pada Probabilitas Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘bak’(seperti), ‘manaruah’(merasa), dan

’bak raso’(terasa seperti). Pada Keseringan Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘tiok’(setiap), ’salalu’(selalu), ’kodok’(sering), ’baganti - ganti’(berkali-kali). Pada Keseringan Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘biaso’(biasa). Pada Keseringan Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘adang-adang’(kadang – kadang), ’kiro-kiro’(kira – kira).

Pada Keharusan Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah

‘disuruah’(disuruh). Pada Keharusan Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘pintak’(pinta), ‘arok’(harap), ‘kok dapek’ (kalau dapat). Dan Pada

Keharusan Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah

‘andaknyo’(hendaknya), ‘buliah’(boleh), dan ‘elok’ (sebaiknya). Pada

Kecenderungan Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah

‘dapek’(dapat),’dijadian’ (dijadikan), ’jonji’ (janji). Pada Kecenderungan

Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘kanomuah’(mau),

‘ampiang’(hampir). Dan Pada Kecenderungan Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘niat’(niat), ‘tampannyo’(kelihatannya), dan ‘mukosuk’(maksud).

Universitas Sumatera Utara Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa jenis modalitas yang paling dominan digunakan adalah jenis modalitas Modalisasi yang menggunakan pengungkap atau realisasi modalitas sebesar 621 atau 69,24% dibanding jenis modalitas Modulasi sebesar 276 atau 30,76%. Probabilitas Menengah 315 (35,11%) menempati posisi pertama. Probabilitas Rendah 248 (27,66%) menempati posisi kedua.

Kecenderungan Menengah 112 (12,49%) menempati posisi ketiga.

Kecenderungan Rendah 56 (6,24%) menempati posisi keempat. Kecenderungan

Tinggi 53 (5,9%) menempati posisi kelima. Probabilitas Tinggi 36 (4,02%) menempati posisi keenam. Keharusan Menengah 21 (2,34%) menempati posisi ketujuh. Keharusan Rendah 20 (2,22%) menempati posisi kedelapan. Keharusan

Tinggi 14 (1,57%) menempati posisi kesembilan. Keseringan Tinggi 13 (1,45%) menempati posisi kesepuluh. Keseringan Rendah 6 (0,67%) menempati posisi kesebelas. Dan Keseringan Menengah 3 (0,33) menempati posisi terakhir pada

Modalitas teks naskah Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode : Ke

Balai Nan Kodo Baha”.

Hal ini menunjukkan bahwa teks naskah Kaba ANTSMJ Episode :KBNKB merupakan suatu teks yang lebih mengutamakan pendapat atau pertimbangan pribadi pemakai bahasa terhadap proposisi yaitu informasi yang dinyatakan atau ditanyakan dibandingkan dengan pendapat atau pertimbangan pribadi terhadap proposal yaitu barang dan jasa yang ditawarkan atau diminta.

Tabel diatas juga menunjukkan bahwa teks naskah tersebut menggunakan pengungkap atau realisasi modalitas ‘mungkin’ mungkin, yang merupakan bagian

Universitas Sumatera Utara dari modalitas Modalization Probabilitas Menengah sebagai pengungkap atau realisasi modalitas yang paling dominan yaitu sebesar 315 atau 35,11% dibanding pengungkap modalitas lainnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat minang dalam mengungkapkan sesuatu hal tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, namun berada diantara keduanya yaitu ditengah.

4.2.3 Realisasi Modalitas Pada Teks Naskah Kaba ANTSMJ Episode: KBNKB

Sesuai dengan data yang diteliti, ditemukan bahwa Teks Naskah Kaba

“Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha” terdiri dari 1368 klausa dengan jumlah modalitas sebanyak 897 . Modalitas Modalisasi

Probabilitas sebanyak 599, Keseringan sebanyak 22 modalitas. Sedangkan pada

Modalitas Modulasi Keharusan sebanyak 55 modalitas, dan Kecenderungan sebanyak

221.

Realisasi modalitas (Modalisasi dan Modulasi) dalam teks naskah tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Perlu dijelaskan kembali bahwa modalitas meliputi (1) modalisasi yang bersifat indikatif yang berkaitan dengan derajat kemungkinan (probability) dan keseringan (usuality) terjadinya sesuatu, dan (2)

Modulation yang bersifat imperative berkaitan dengan keharusan (obligation) dan keinginan atau kecenderungan (inclination) untuk melakukan aksi atau tindakan.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5: Persentase Modalisasi Pada Teks Naskah Kaba ANTSMJ Episode: KBNKB

Nilai Probabilitas % Keseringan %

Tinggi 36 5,8% 13 2,1%

Menengah 315 50,72% 3 0,48%

Rendah 248 39,94% 6 0,96%

Total 599 96,46% 22 3,54%

Tabel diatas menunjukkan, Modalisasi yang terbagi atas Probabilitas dan

Keseringan. Total Modalisasi antara Probabilitas dan Keseringan adalah 621 modalitas. Di dalam Probabilitas dan Keseringan, masing-masing memiliki jumlah pencapaian persentase berdasarkan nilai yang terbagi atas tinggi, menengah dan rendah. Pada Modalisasi Probabilitas, Probabilitas menengah yang berjumlah 315

(50,72%) menempati posisi tertinggi yang terdapat di dalam modalisasi pada Teks

Naskah Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode Ke Balai Nan Kodo

Baha”, sedangkan Probabilitas rendah dengan jumlah 248 (39,94%) menempati posisi kedua dan Probabilitas tinggi dengan jumlah 36 (5,8%) menempati urutan ketiga

Universitas Sumatera Utara Sementara, di dalam Modalisasi Keseringan, Keseringan dengan nilai tinggi dengan jumlah 13 (2,1%) berada pada urutan pertama, diikuti oleh Keseringan dengan nilai rendah yang berjumlah 6 (0,96%) dan pada urutan terakhir yaitu pada

Keseringan dengan nilai menengah yang hanya ditemukan sebesar 3 (0,48%).

Dan dari jumlah keseluruhan Realisasi modalitas Modalization (modalisasi), maka terdapat bahwa Probabilitas secara keseluruhan berjumlah 599 (96,46%), sedangkan Keseringan berjumlah 22 (3,54%). Maka yang mendominasi pada modalitas Modalisasi adalah Probabilitas.

Tabel 6 : Contoh Realisasi Modalisasi Probabilitas

Probabilitas No. Jenis Realisasi Klausa Teks Asli asa lai nomuah Nan Gondo, baitu jonyo 42 baliau, kato putuih sahari tu, jonji tak dapek diulah, baitu jonyo baliau”, kato monti nan baduo. Gloss asa = asal Tinggi lai nomuah = mau nan = si/yang Gondo = Gondo baitu = seperti itu jonyo = kata baliau = beliau kato = kata putuih = putus (pasti) sahari = sehari tu = itu jonji = janji tak dapek = tidak dapat diulah = disambung monti = mantri baduo = berdua

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

Makna asalkan si Gondo mau, seperti itu kata Indonesia beliau, kata putus sehari itu, janji tidak dapat disambung, seperti itu kata beliau,” kata mantri yang berdua. Modalitas Putuih (putus):Modalization/Probabilitas/ Tinggi Teks Asli inyo basutan di atinyo, rang barajo di matonyo, gayuang nan bolum bakasambuk, 5 kato nan bolum kabajawab, nanti dek monti sakutiko, mamintak kato nan sapatah, 5 mamintak titiah nan kolin, Gloss inyo = dia basutan = bersutan di atinyo = di hatinya rang = orang barajo = beraja di matonyo = dimatanya gayuang = gayung nan = si/yang bolum = belum bakasambuk = bersambut kato = kata kabajawab = berjawab nanti = tunggu dek = oleh monti = mantri sakutiko = seketika mamintak = meminta sapatah = sepatah titiah = titah kolin = setuju / sepakat Makna ia bersutan di hatinya, orang beraja di Indonesia matanya, gayung yang belum tersambut, kata yang belum terjawab, nanti oleh mantri sewaktu – waktu, meminta kata yang sepatah, meminta titah yang setuju, Modalitas kolin(setuju):Modalization/Probabilitas/ Tinggi

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

Teks Asli Bakato Nan Gondo Riah, kok anyo Anggun 351 Nan Tungga, kok anyo pakaian dunia, pakaian indak ka mambuek, Gloss bakato = berkata nan = si/yang Gondo Riah = Gondo Riah kok = kalau anyo = hanya Anggun Nan Tungga = Anggun Nan Tungga pakaian = pakaian dunia = dunia indak = tidak ka = akan mambuek = membuat Makna Berkata si Gondo Riah : “Kalau hanya Indonesia Anggun Nan Tungga, itu hanya pakaian dunia, pakaian tidak akan memabukkan, Modalitas anyo(hanya):Modalization/Probabilitas/ Tinggi Teks Asli kikih kan bona lah dek mandeh, awak rang kocik mudo matah, kok bakanti samo godang, coliak nan usaha dinyatoan, 356 pandang nan jalai diosahakan, golak jaan tasoro-soro, mudo kok dicoliak urang nan tuo tompek batanyo, nan ketek dikasihi, kok jo nan samo godang, kakawan baandai- andai, batin talipek nan takombang, rosia nan gaik nak tausai, biang cabiak gontiang putuh, dindiang lah langiak jo bicaro, bumi nak jaan kaujanan, cubolah buhua nak jaan babuku, padi masak dunia salosai, Gloss kocik = kecil mudo = muda matah = mentah kok = kalau bakanti = berteman samo = sama godang = besar coliak = lihat

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

nan = si / yang usaha = usaha dinyatoan = dinyatakan pandang = pandang jalai = jelas diosahakan = dihiraukan golak = tertawa jaan = jangan tasoro-soro = terbahak – bahak urang = orang tuo = tua tompek = tempat batanyo = bertanya ketek = kecil dikasihi = dikasihi kakawan – kawan = ke teman – teman baandai – andai = berandai – andai batin = batin talipek = terlipat takombang = terkembang rosia = rahasia goik = gaib tausai = terbongkar biang = usang cabiak = robek guntiang = gunting putuh = putus dindiang = dinding langiak = langit bicaro = ucapan bumi = bumi kaujan = akan hujan cubolah = cobalah buhua = ikat babuku = berbuku padi = padi masak = masak dunia = dunia salosai = selesai

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

Makna kikis benarlah oleh ibu, saya orang kecil Indonesia muda mentah, kalau berteman sama yang besar, lihat yang tidak dinampakkan, pandangan yang jelas jangan dihiraukan, tertawa jangan kuat – kuat, muda dilihat orang, yang tua tempat bertanya, yang kecil dikasihi, dengan sesama besar kawan bercanda, batin terlipat akan dibuka, rahasia yang gaib akan dibuka, yang usang robek yang genting putus, dindinglah langit dengan ucapan supaya bumi jangan kehujanan, cobalah sambung dengan berbekas, dan cobalah ikat jangan berbuku, padi masak dunia selesai, Modalitas jalai(jelas):Modalization/Probabilitas/Tinggi

Teks Asli Bakatonyo amai manah: “ Manolah monti 43 nan baduo elok nan bolum lah tapakai, lomak nan bolumlah tamakan, mananti monti sakutiko, mamintak kato nan putuh, bakeh nan Gadih Gondo Riah, lamaknyo nan gondo ka mamakan Gloss bakatonyo = berkata dia Menengah amai = ibu Manah = Manah manolah = manalah monti = Mantri nan = si/yang baduo = berdua elok = baik bolum = bolum tapakai = terpakai lomak = lomak / enak tamakan = termakan mananti = menanti sakutiko = seketika mamintak = meminta kato = kata putuh = putus

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

bakeh = bekas lamaknyo = enaknya Gondo Riah = Gondo Riah ka = akan mamakan = memakan Makna Berkata ibu Manah : “Manalah mantra yang Indonesia berdua, elok yang belumlah terpakai, enak yang belum termakan, menanti – nanti seketika, meminta kata yang putus, ke tempat si Gondo Riah, enaknya si Gondo akan memakan,

Modalitas ka(akan):Modalization/Probabilitas/ Menengah Teks Asli Uju sombong Nan Kodo tu, Oh mandeh lah 56 jonyo ambo. Kok memang daun silaha katapang babolah-bolah, Gloss uju = sangat sombong = sombong Nan = si/yang Kodo = Kodo tu = itu Oh = oh mandeh = ibu lah = sudah jonyo = dengan ambo = saya kok = kalau memang = memang daun = daun silaha = silaha katapang = kelapa babolah – bolah = terbelah – belah

Makna “Sombong benar si Nan Kodo Baha, O ibu, Indonesia kalau memang daun silaha, ampas kelapa hancur, Modalitas memang(memang):Modalization/ Probabilitas/Menengah

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

Teks Asli lai kamungkin tu rasonyo, limau kalah dek mandalu, perak bacampua jo tambago, tulak koniang tu dek mandeh,

Gloss lai kamungkin = apa mungkin 64 tu = itu rasonyo = rasanya limau = jeruk kalah = kalah dek = oleh mandalu = benalu perak = perak bacampua = bercampur jo = dengan tambago = tembaga tulak = tolak koniang = kening mandeh = ibu Makna apakah mungkin itu rasanya, limau kalah Indonesia oleh benalu, perak bercampur tembaga, tolak sajalah oleh ibu, Modalitas kamungkin(mungkin):Modalization/ Probabilitas/Menengah 151 Teks Asli Bak cuka labih manggulai, panggulai batang taleh, luko indak di ateh jangek, ka tatapi marobek di ati Gloss bak = seperti cuka = cuka labih = lebih manggulai = menggulai panggulai = penggulai batang = batang taleh = talas luko = luka indak = tidak di ateh = di atas jangek = kulit ka tatapi = akan tetapi

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

marobek = mengoyak diati = di hati Makna seperti cuka lebih menggulai, penggulai Indonesia batang talas, luka tidak di atas kulit, ka tetapi merobek di hati, Modalitas ka tatapi (akan tetapi):Modalization/ Probabilitas/Menengah Teks Asli Coliaklah untuang tukang nyanyi, nan bak lang dipupuah ribuk, daun abih buah binaso, 3 Gloss coliaklah = lihatlah untuang = untung tukang = tukang nyanyi = nyanyi nan = si/yang bak = seperti lang = pisang dipupuah = ditiup ribuk = angin daun = daun Rendah abih = habis buah = buah binaso = binasa Makna Lihatlah nasib penyanyi, seperti pisang Indonesia ditiup angin, daun habis buah binasa. Modalitas bak(seperti): Modalization/Probabilitas/ Rendah Teks Asli bakato amai Omeh Manah: “ Apokoh sobab 38 karononyo, datang dek tasoro-soro, longkok jo siriah jo carano, nan niat di dalam ati, sakali duo kali bolun, sakali ikolah baru, ambo lah manaruah comeh”. Katonyo goran amai Manah. Gloss bakato = berkata amai = ibu Omeh Manah = Omeh Manah apokoh = apakah sobab = sebab karononyo = karenanya

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

datang = datang dek = karena tasoro – soro = tergesa – gesa longkok = lengkap jo = dengan siriah = sirih carano = cerana nan = si/yang niat = niat di dalam = di dalam ati = hati sakali = sekali duo kali = dua kali bolun = belum ikolah = inilah baru = baru ambo = saya manaruah = merasa comeh = cemas katonyo = kata dia amai = ibu Manah = Manah

Makna berkata ibu Omeh Manah :”Apa sebab Indonesia karenanya, datang tergesa – gesa, cukup sirih dengan cerananya, yang niat di dalam hati, sekali duakali belum, sekali inilah baru, saya merasa cemas”, kata ibu Manah. Modalitas manaruah (merasa) :Modalization/ Probabilitas/Rendah 167 Teks Asli Mandonga kato baitu manjawab Anggun Nan Tungga : Manolah saudara nan baduo, malu lah tacoreng di kaniang, fitnah lah manjala, picik lah marobekkan kain, badiri dek malu jo sopan, nak rasonyo maninggakan kampuang, kami ka baliak manyumpik ka bukik siguntang – guntang, di rimbo panjariangan, jo buyung Bujang Salamat.

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

Gloss mandonga = mendengar kato = kata baitu = seperti itu manjawab = menjawab Anggun Nan Tungga = Anggun Yang Tunggal manolah = manalah saudara = saudara nan = si / yang baduo = berdua malu = malu lah = sudah tacoreng = tercoreng di kaniang = di kening fitnah = fitnah manjala = menjalar picik = cubit marobekkan = merobekkan kain = kain badiri = berdiri dek = karena/oleh malu = malu jo = dengan sopan = sopan nak = mau rasanya = rasanya maninggakan = meninggalkan kampuang = kampung kami = kami ka = akan baliak = balik manyumpik = menyumpit ka bukik = ke bukit siguntang – guntang = siguntang – guntang di rimbo = di rimba panjariangan = penjaringan buyung Bujang Salamat=buyung Bujang Salamat

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 6

Makna Mendengar kata seperti itu menjawab Indonesia Anggun Nan Tungga: “Manalah kakak yang berdua, malu tercoreng di kening, fitnah sudah menjalar, cubit sudah merobekkan kain, berdiri karena malu dan sopan, mau rasanya meninggalkan kampung, kami akan pergi menyumpit ke bukit siguntang – guntang, di rimba penjaringan, dengan buyung Bujang Salamat.” Modalitas rasonyo (rasanya) : Modalization/ Probabilitas/Rendah 589 Teks Asli bulu bak raso soga jantan, sibiriang batuka roman, Gloss bulu = bulu bak = seperti raso = rasa soga = saga jantan = jantan sibiriang = sibiring batuka = bertukar roman = wajah Makna bulu terasa seperti saga jantan, si biring Indonesia bertukar wajah, Modalitas baraso(terasa):Modalization/Probabilitas/Re ndah

Tabel 6 di atas merupakan contoh realisasi modalitas Modalisasi Probabilitas yang terdiri atas Probabilitas Tinggi, Probabilitas Menengah, dan Probabilitas

Rendah. Pada Probabilitas Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah

‘putuih’, ‘jelas’, ‘setuju’, ‘hanya’. Pada Probabilitas Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘akan’, ’memang’, ’mungkin’, ’akan tetapi’. Dan

Pada Probabilitas Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘seperti’,

‘merasa’,dan ’terasa seperti’.

Universitas Sumatera Utara Tabel 7 : Contoh Realisasi Modalisasi Keseringan

Keseringan No. Jenis Realisasi Klausa Teks Asli usahlah togak mancongan, lapiak lah 34 tabontang juo. Lapiak padaik pandan tako, lapiak puri pulau aua, basiuk jo boning mokau, tiok suduik baukia tombuak, di topi Tinggi baaka cino, di tongah babulan-bulan, bapantiangan perak recai, bacoliakan bak paramato, Gloss usahlah = janganlah togak = berdiri mancongan = tercengang lapiak = tikar lah = sudah tabontang = terbentang juo = juga padaik = padat/ kecil pandan = pandan tako = duri lapiak puri = tikar puri pulau aua = pulau aur basiuk = berjahit jo = dengan boning = benang mokau = emas tiok = tiap suduik = sudut baukia = berukir tombuak = tembus di topi = di tepi baaka = berakar cino = cina di tongah = di tengah babulan – bulan = bulat – bulat seperti bulan bapantiangan = berhiasan perak recai = manik – manik bacoliakan = berkilau bak = seperti paramato = permata

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 7

janganlah berdiri saja, tikar sudah digelar Makna Indonesia juga, tikar kecil dari pandan berduri, tikar puri dari pulau aur, dijahit dengan benang emas, setiap sudut di ukir tembus, di pinggir ukiran cina, di tengah bulat – bulat, ditambah dengan manik – manik, berkilau seperti permata. Modalitas tiok(setiap):Modalization/Keseringan/Tinggi Teks Asli tibolah rajo digadombang, dunia lah 122 bakalobiahkan, lah basisiah suto jo bonang, lah basisiah atah jo boreh, pakaian rang itam salalu, Gloss tibolah = sampailah rajo = raja digadombang = digadombang dunia = dunia lah = sudah bakalobiahkan = berkelebihan basisih = berpisah suto = sutra jo = dengan bonang = benang atah = padi boreh = beras pakaian = pakaian rang = orang itam = hitam salalu = selalu Makna sampailah raja Digadombang, dunia sudah Indonesia bekelebihan, sudah berpisah sutra dengan benang, sudah berpisah padi dengan beras, pakaian orang hitam selalu, Modalitas salalu(selalu):Modalization/Keseringan/ Tinggi 127 Teks Asli jo adat urang, godang dipinang sabatang, elok dek dibuang-buang nyo, surek lah kodok bakeh inyo, dimano goran salah nyo, ibunyo gorang nan ma ambek, bapaknyo goran nan maggalang, katonyo Nan Kodo Baha.

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 7

jo = dengan Gloss adat = adat urang = orang godang = besar dipinang = dipinang sabatang = sebatang elok = baik dek = yang dibuang – buangnyo = dibuang – buangnya surek = surat lah = sudah kodok = sering bakeh = ke tempat inyo = dia dimano = dimana goran = gerangan / sebenarnya salahnyo = salahnya ibunyo = ibunya nan = si/yang maambek = menghambat, bapaknyo = bapaknya manggalang = melarang katonyo = katanya Kodo Baha = Kodo Baha Makna dengan adat orang, besar di pinang Indonesia sebatang, yang baik dibuang – buangnya, surat sudah sering ke tempat dia, dimana sebenarnya salahnya, apakah ibu yang melarang, juga bapaknya yang melarang, kata Nan si Kodo Baha. Modalitas kodok(sering) : Modalization/Keseringan/ Tinggi 259 Teks Asli duduk dikasua manggalo, soto duduak lah barunding, sambiang makan siriah: “ Anak kanduang Kulindan suto, baso pisuruah tuak mudo kau, nak manyolang suri kau, inyo nak poi kabalai, surek lah bapucuak-pucuak, posan lah baganti-ganti, nak manyolang suri kau.

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 7

Gloss duduk = duduk dikasua = di kasur manggalo = manggalo soto = terus barundiang = berunding sambaing = sambil makan = makan siriah = sirih anak = anak kanduang = kandung Kulindan Suto = Kulindan Suto baso = saya pisuruah = disuruh tuak mudo = tuan muda kami = kami nak = mau manyolang = meminjam suri = suri kau = kau inyo = dia poi = pergi kabalai = ke balai surek = surat lah = sudah bapucuak – pucuak = berpucuk- pucuk/ berkali – kali posan = pesan baganti – ganti = berkali – kali

Makna duduk di kasur manggalo, terus duduk dan Indonesia berkata sambil memakan sirih: “Anak kandung Kulindan Suto, saya disuruh tuan muda kami, mau meminjam suri kamu, dia mau pergi ke balai, surat sudah datang beberapa kali, pesan sudah berkali – kali, , mau meminjam suri mu”.

Modalitas Baganti-ganti (berkali–kali) : Modalization/ Keseringan/Tinggi

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 7

367 Teks Asli kok tibo kusuk jo gaduah, kusuk biaso kasalosai, kok manyabuang rang dibalai, nan biaso nan dipakai, larangan ditongah sabuang, pantangan ditongah balai, awak rang kociak, mudo matah, sakali duo kali bolun, sakali iko lah baru, ka manjojak balai baru, kamanompuah gulanggang rami, muluk manih kucindan murah, baso elok paroman jumbang, pocikkan panggaja ibu, Menengah lotakkan di dalam ati, kalau lai togak di nan bona, cunduang lai kabatungkek, nak suko mandeh malopeh.” Gloss kok = kalau tibo = tiba kusuk = rusuh jo = dengan gaduah = perkelahian biaso = biasa kasalosai = akan selesai manyabuang = menyabung rang = orang dibalai = dib alai nan = si / yang larangan = larangan ditongah = ditengah sabuang = sabung pantangan = pantangan awak = kita kociak = kecil mudo = muda matah = mentah sakali = sekali duo kali = dua kali bolun = belum iko lah = inilah baru = baru ka = akan manjojak = menjejak manampuah = menempuh gulanggang = gelanggang

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 7

rami = ramai muluk = mulut manih = manis kucindan = basa – basi murah = murah baso = bahasa elok = baik paroman = bentuk jumbang = jumbang pocikkan = pegangkan panggaja = pesan ibu = ibu latakkan = letakkan di dalam = di dalam ati = hati togak = berdiri bona = benar cunduang = condong / miring lai = ada kabatungkek = yang bertongkat nak = biar suko = suka bundo = bunda malopeh = melepas Makna Kalau ada perselisihan, perselisihan biasa Indonesia diselesaikan, kalau menyabung orang di balai, yang biasa dipakai, larangan dalam menyabung, pantangan di tengah balai, kamu orang kecil muda mentah, satu kali dua kali belum, satu kali inilah baru menjejaki balai, akan menempuh gelanggang yang ramai, mulut manis basa – basi murah, bahasa baik bentuk jumbang, ingat pesan ibu, camkan di dalam hati, kalau berdiri di yang benar, miring ada yang menyokong, supaya boleh ibu melepas”. Modalitas Biaso (biasa): Modalization/Keseringan/ Menengah

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 7

376 Teks Asli Aluran Bujang Salamat, salamat lah daulu juo, nan jumbang mangiriang dari balakang, aluran kudo nan itam, lah manduo-duo ketek. Adang-adang dorap aluh, kapaluluah Rendah sandiang jalan, kapaluluah sandiang lobuah, bak batimbang buni gonto, nan godang pakato-kato, nan ketek bapingkauan, nan tongah maragam buni, manompuah jalan nan panjang. Gloss aluran = tentang Bujang Salamat = Bujang Salamat Salamat = Salamat lah = sudah daulu = dahulu juo = juga nan Jumbang = si Jumbang mangiriang = mengiring dari = dari balakang = belakang kudo nan itam = kuda yang hitam manduo – manduo = berlari – lari ketek = kecil adang – adang = kadang – kadang dorap = derap aluh = halus kapaluluah = akan meluluhkan sandiang = pinggiran jalan = jalan bak = seperti batimbang = bertimbang buni = bunyi gonto = lonceng godang = besar pakato – kato = berkata – kata bapingkauan = bersahutan tongah = tengah maragam = menyeragamkan manompuh = menempuh jalan = jalan panjang = panjang

Universitas Sumatera Utara Lanjutan tabel 7

Makna Tentang bujang Salamat, Salamat sudah Indonesia dahulu juga, si Jumbang mengikuti dari belakang, dengan kuda yang hitam, sudah berlari – lari kecil, kadang – kadang derapnya halus, menghaluskan pinggiran jalan, seperti bertukar bunyi lonceng, yang besar berkata – kata, yang kecil bersahutan, yang tengah menyeragamkan bunyi, menempuh jalanan panjang.

Modalitas Adang-adang(kadang–kadang): Modalization/Keseringan/Rendah 1350 Teks Asli olun kasonang ati datuak, olun kasuni kiro- kiro, mandonga rundiang Anggun nan tungga, Gloss olun = belum kasonang = akan senang ati = hati datuak = datuk kasuni = akan sunyi kiro – kiro = kira – kira mandonga = mendengar rundiang = runding Anggun Nan Tungga = Anggun Nan Tungga Makna belum senang hati datuk, belum sunyi kira- Indonesia kira, mendengar omogan Anggun nan tungga, Modalitas kiro–kiro(kira-kira): Modalization/ Keseringan/Rendah

Pada tabel 7 di atas merupakan contoh realisasi modalitas Modalisasi

Keseringan yang terdiri atas Keseringan Tinggi, Keseringan Menengah, dan

Keseringan Rendah. Pada Keseringan Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘setiap’, ’selalu’, ’sering’, ’berkali-kali’, ’bertubi-tubi’. Pada Keseringan

Universitas Sumatera Utara Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘biasa’. Pada Keseringan

Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘kadang-kadang’,’kira-kira’.

Tabel 8: Persentase Modulasi Pada Teks Naskah Kaba : “ANTSMJ” Episode : KBNKB

Nilai Keharusan % Kecenderungan %

Tinggi 14 5,08% 53 19,20%

Menengah 21 7,60% 112 40,58%

Rendah 20 7,25% 56 20,29%

Total 55 19,93% 221 80,07%

Tabel 8 di atas menunjukkan, Modulasi yang terbagi atas Keharusan dan

Kecenderungan. Total Modulasi Keharusan dengan Kecenderungan adalah 276 modalitas

Di dalam Keharusan dan Kecenderungan, masing-masing memiliki jumlah pencapaian persentase berdasarkan nilai yang terbagi atas tinggi, menengah dan rendah. Kecenderungan menengah dengan jumlah 112 (40,58%) menempati posisi pertama pada Modulasi di dalam teks naskah Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek

Jabang. Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha”, sedangkan Kecenderungan rendah

Universitas Sumatera Utara dengan jumlah 56 (20,29%) menempati posisi kedua, dan diikuti dengan

Kecenderungan dengan nilai tinggi dengan jumlah 53 (19,20%) pada urutan ketiga

Sementara pada tingkat Keharusan, Keharusan menengah dengan jumlah 21

(7,60%) pada posisi pertama, dan Keharusan rendah dengan jumlah 20 (7,25%) yang menempati posisi kedua, selanjutnya Keharusan tinggi yang memiliki jumlah

14 (5,08%) menempati urutan terakhir.

Dan dapat disimpulkan bahwa realisasi modalitas Modulasi secara keseluruhan nilai tertinggi diperoleh oleh Kecenderungan sebanyak 221 (80,07%), dan nilai Keharusan hanya 55 (19,93%). Maka yang mendominasi di modalitas

Modulasi adalah Kecenderungan.

Tabel 9 : Contoh Realisasi Modulasi Keharusan

Keharusan No. Jenis Realisasi Klausa Tinggi 40 Teks Asli disuruah Nan Kodo Baha Gloss disuruah = disuruh Nan Kodo Baha = Nan Kodo Baha Makna disuruh Nan Kodo Baha Indonesia Modalitas disuruah(disuruh):Modulation/Keharusan/ Tinggi 68 Teks Asli inyo di langga anak lanun, anak rang di gorong si Ulando, tabao ka tongah lauk, dapek dek bindurai godang, banomo Karono lauk, bagola si Dayang sudah, dayang kopa Menengah nan tujuah: aluran badan ambo ko, dek pandai mamak batinggang, tapaek didondang nan panjang, dek pintak kato babori, aluran badan ambo ko lai mujua tinggal di rumah

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 9

inyo = dia Gloss di langga = di langgar anak lanun = anak penyamun rang = orang di gorong = diseret si Ulando = Oleh Belanda tabao = terbawa ka tongah = ke tengah lauk = laut dapek = dapat dek = oleh bandurai = bandurai godang = besar banamo = bernama Karono Lauk = Karono Laut bagola = bergelar si Dayang Sudah = si Dayang sudah kopa = kapal nan tujuah = yang tujuh aluran = tentang badan = badan ambo = saya ko = ini pandai = pandai mamak = paman batinggang = bertenggang tapaek = terdampar dondang nan panjang = dondang yang panjang pintak = pinta / minta kato = kata babori = diberi lai = sudah mujua = mujur / untung tingga = tinggal di rumah = di rumah Makna dia dimasuki oleh penyamun, di seret oleh Indonesia Belanda, terbawa ke tengah laut, dapat oleh bandurai(kepala) desa, bernama Korono Laut, bergelar sidayang sudah, dayang kapal

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 9

yang tujuh, tentang badan saya ini, karena

pandai mamak bertenggang, terdampar di dondang yang panjang, karena pinta kata diberi, tentang badan saya ini, masih untung ada tinggal di rumah, Modalitas pintak(pinta): Modulation/Keharusan/ Menengah 407 Teks Asli usah diarokkan bona kok sampai timbang tarimo, jalai arok lai kabuliah, pikiakan lah tu dek tuan, Gloss usah = jangan diarokkan = diharapkan bona = benar kok = kalau sampai = sampai timbang = timbang tarimo = terima jalai = jangan lagi arok = harap ka = akan buliah = boleh / dapat pikiakanlah = pikirkanlah tu = itu dek = oleh tuan = tuan Makna jangan diharapkan benar sampai timbang Indonesia terima, jangan harap akan dapat, pikirkanlah oleh tuan, Modalitas diarokkan(diharapkan):Modulation/ Keharusan/Menengah arok (harap) : ModulationKeharusan/ Menengah 436 Teks Asli dek pandai tukang mambuek, manjadi sambilan deso, di ujuang pincuran darah, di tongah sioseng bangkai, dipuntiang sicabiak kopan, kok dapek asanyo, bak cuko lobiah panggulai, pamongek batang kaladi, luko nan tidak toteh jangek, tapi mamutuh rangkai ati, korih batanam kobuan, badeta lengkok palangai, bukan palagai urang kini,

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 9

palangai maso daulu, tiok sudut tiok ukomat,

ditopi baaka cino, ditongah babulan-bulan, Gloss dek = karena pandai = pandai/pintar tukang = tukang mambuek = membuat manjadi = menjadi sambilan = Sembilan deso = desa di ujuang = di ujung pincuran = pancuran darah = darah di tongah = di tengah sioseng bangkai = sioseng bangkai di pontiang = di pangkal si cabiak = menyobek kopan = kafan kok dapek = kalau dapat asanyo = asalnya bak = seperti cuko = cuka lobiah = lebih panggulai = memasak gulai pamongek = pemanas batang kaladi = batang keladi luko = luka nan = si/yang tidak = tidak toteh = tersentuh/terkoyak jangek = kulit tapi = tapi mamutuh = memutus rangkai = rangkai ati = hati korih = keris batanam = bertanam kobuan = tawon badeta = berdestar lengkok = lengkok/warna palangai = pelangi

Universitas Sumatera Utara Lanjutan tabel 9

urang = orang kini = sekarang daulu = dahulu tiok = tiap sudut = sudut ukomat = hiasan ditopi = ditepi baaka = berukir cino = cina babulan – bulan = bulat – bulat menyerupai bulan Makna karena pintar tukang membuat, menjadi Indonesia Sembilan garis, di ujung pancuran darah, di tengah sioseng bangkai, di pangkal menyobek kafan, kalau dapat asalnya, seperti cuka sisa dari memasak gulai, memasak batang talas, luka yang tidak sobek di kulit, tapi memutus tali hati, keris bertanam tawon, berdestar warna pelangi, bukan pelangi orang sekarang, tapi pelangi masa dahulu, tiap sudut tiap hiasan, dipinggir berukir cina, ditengah bulat – bulat, Modalitas kok dapek (kalau dapat) :Modulation/ Keharusan/Menengah 19 Teks Asli Tuak Mudo poilah kami, salamat sajolah andaknyo. Gloss Tuak = Tuan Mudo = Muda poilah = pergilah kami = kami salamat = selamat Rendah sajolah = sajalah andaknyo = hendaknya Makna Tuan Muda pergilah kami, selamat sajalah Indonesia hendaknya. Modalitas Andaknyo (hendaknya):Modulation/Keharusan/ Rendah

Universitas Sumatera Utara Lanjutan tabel 9

44 Teks Asli kami manuruik jo nan kondak Gondo tolah pikia tu dek monti, aluran Nan Gondo Riah, codiak kaasa-asalan, binguang kaolong- olongan Gloss kami = kami manuruik = menurut jo nan = dengan kondak = kehendak Gondo = Gondo tolah = telah pikia = pikir tu = itu dek = oleh monti = mantri aluran = tentang Gondo Riah = Gondo Riah codiak = cerdik kaasa – asaan = asal – asalan binguang = bingung ka olong – olongan = keolong - olongan Makna kami mengikuti apa-apa kehendak si Gondo, Indonesia itu pikirkanlah mantri, mengenai si Gondo Riah, cerdik karena alasan, bingung kaolong – olongan, Modalitas kondak(kehendak) : Modulation/Keharusan/ Rendah 400 Teks Asli kok barago jo Nan Kodo, lawan lah jo bagorah-gorah, kailia balolah-lolah, kamudiak bakoja-koja, sokong jo langkah tigo, bunuah jo langkah ompek, buliah dipandang nak rang Tiku Gloss kok = kalau barago = main raga jo = dengan Nan Kodo = Nan Kodo lawanlah = lawanlah bagorah – gorah = bercanda kailia = ke hilir balolah – lolah = berlari – lari kamudiak = ke hulu

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 9

bakoja – koja = bekejar – kejar sokong = bantu langkah = langkah tigo = tiga bunuah = bunuh ompek = empat buliah = boleh dipandang = dipandang nak = anak rang = orang Tiku = Tiku Makna kalau main rago dengan Nan kodo, bawalah Indonesia dia bercanda, ke hilir berlari – lari, ke hulu kejar – mengejar, bantu dengan langkah yang tiga, bunuh dengan langkah yang empat, boleh dipandang anak orang Tiku, Modalitas buliah (boleh) : Modulation/Keharusan/Rendah 434 Teks Asli maimbau si Kombang Malang:” Tuak mudo pangulu ambo, elok bakomeh molah datuak kok iyo nak kabalai juo.” Gloss maimbau = memanggil si Kombang Malang = Si Kombang Malang Tuak = Tuan mudo = muda pangulu = penghulu ambo = saya elok = sebaiknya bakomeh = bersiaplah datuak = datuk kok = kalau iyo = iya nak = mau ka balai = ke balai juo = juga Makna memanggil si Kombang Malang : “Tuan Indonesia muda penghulu saya, sebaiknya bersiaplah datuk, kalau benar mau ke balai juga.” Modalitas Elok (sebaiknya):Modulation/Keharusan/Rendah

Universitas Sumatera Utara Pada tabel 9 di atas merupakan contoh realisasi modalitas Modulasi

Keharusan yang terdiri dari Keharusan Tinggi, Keharusan Menengah, dan Keharusan

Rendah. Pada Keharusan Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah

‘disuruh’. Pada Keharusan Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah

‘pinta’, ‘harap’, ‘kalau dapat’. Dan Pada Keharusan Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘hendaknya’, ‘kehendak’, ‘boleh’, dan ‘sebaiknya’.

Tabel 10 : Contoh Realisasi Modulasi Kecenderungan

Kecenderungan No. Jenis Realisasi Klausa 11 Teks Asli anak rang Tiku Piaman, solang manyolang ka Nan gondo, utang bautang dapek pulo, Gloss anak = anak rang = orang Tiku Pariaman = Tiku Pariaman solang manyolang = pinjam meminjam ke = ke Nan Gondo = Nan Gondo Tinggi utang bautang = utang piutang dapek = dapat pulo = pula Makna anak orang Tiku Pariaman, pinjam Indonesia meminjam ke Nan Gondo, utang piutang dapat pula, Modalitas dapek(dapat) : Modulation/ Kecenderungan/Tinggi 41 Teks Asli datang manaikan siriah, baliau nak duduak ka dijadian sumando bakeh Nan Gadih Gondo Riah, kain nan tidak kabaeto, omeh nan tidak ka kabungka, dondang sambilan bakawan, ponuah dek

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 10

ria jo jampa, sosak dek intan jo padi, nan limo roto dopokan, nan ompek roto pambao, Gloss datang = datang manaikan = menaikkan siriah = sirih baliau = beliau nak = mau duduak = duduk ka = akan dijadian = dijadikan sumando = semenda bakeh = bekas nan = si/yang gadih = gadis Gondo Riah = Gondo Riah kain = kain tidak = tidak kabaeto = berukur omeh = emas kabungka = terbongkar dondangsambilan=dondang Sembilan bakawan = sekawan ponuah = penuh dek = oleh ria = ria jompa = jompa intan = intan podi = padi limo = lima roto = harta dopokan = dapatan ompek = empat pambao = bawaan Makna datang membawakan sirih, beliau Indonesia akan dijadikan semenda, ke tempat Nan Gondo Riah, kain yang tidak diukur, emas yang tidak dibongkar, dondang

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 10

Sembilan sekawan, penuh dengan ria dan jompa, penuh intan dan padi, yang lima harta dapatan, yang empat harta bawaan, Modalitas ka dijadian(dijadikan): Modulation/Kecenderungan/ Tinggi 54 Teks Asli kato putuh nan saari ko,jonji tak dapek diuleh, baitu jo nyo jo ambo” Gloss kato = kata putuh = putus nan = si/yang saari = sehari ko = ini jonji = janji tak dapek = tidak dapat diuleh = disambung baitu = seperti itu jonyo = dengannya ambo = saya Makna dia minta keputusan dalam satu hari Indonesia ini, janji yang tidak dapat disambung, seperti itu katanya kepada saya. Modalitas jonji(janji):Modulation/ Kecenderungan/Tinggi Menengah 15 Teks Asli ka Jerong Kampuang nan Dalam, Karumah Nan Gondo riah, naikan siriah jo pinang, asa gondo lai kanomuah, Dondang sambilan bakawan Gloss ka Jerong = ke desa kampuang nan dalam = kampung dalam ka rumah = ke rumah Nan Gondo Riah = si Gondo Riah naikan = naikkan siriah = sirih jo = dengan pinang = pinang

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 10

asa = asal kanomuah = mau dondangsambilan = dondang Sembilan bakawan = berkawan Makna ke desa kampung dalam, ke rumah Nan Indonesia Gondo Riah, bawakan sirih dengan pinang, asalkan si Gondo mau, dondang sembilan berkawan, Modalitas kanomuah (mau) :Modulation/ Kecenderungan/Menengah 23 Teks Asli Diansua juo bajalan jauah ba sarang ampiang juo, ampiang katibo anyo lai Gloss diansua = diansur juo = juga bajalan = berjalan jauah = jauh basarang = bersarang ampiang = hampir katibo = akan tiba anyo = dia lai = lagi Makna Diangsur juga berjalan, jauh bersarang Indonesia hampir juga, hampir tiba dia disana. Modalitas Ampiang(hampir):Modulation/ Kecenderungan/Menengah 20 Teks Asli Mandonga rundiang , bakato Nan Kodo Baha, manolah Monti jo Dubalang, jonji nan usah dipalambek, duo bulan sampai ka katigo, masuak ompek niat sampai. Malah baitu jonyo datuak, kami bajalan anyo lai. Gloss mandonga = mendengar rundiang = runding Rendah Dubalang = Dubalang bakato = berkata Nan Kodo Baha = Nan Kodo Baha manolah = manalah Monti = Mantri jo = dengan

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 10

jonji = janji nan = si/yang usah = usah dipalambek = diperlambat duo = dua bulan = bulan sampai = sampai katigo = ketiga masuak = masuk ompek = empat niat = niat malah = malah baitu = begitu jonyo = juganya datuak = datuk kami = kami bajalan = berjalan anyo = hanya lai = lagi

Makna Mendengar kata dubalang, berkata Nan

Indonesia Kodo Baha : “Mana mantri dan

dubalang, janji jangan diperlambat, dua

bulan sampai tiga, masuk empat niat

sampai,” begitulah kata datuk, kami

berangkat lagi.

Modalitas niat (niat):Modulation/ Kecenderungan/Rendah 69 Teks Asli inyo babao dek ulando, barokat du’a korong kampuang, dek pintak korong jo kampuang, dek pintak ibu jo bapo, kampuang aman sanketo abih, takalo maso daulu, eloknyo karano lauk, tompannyo di badan ambo ko, Gloss inyo = dia babao = dibawa dek = oleh Ulando = Belanda barokat = berkat du’a = doa

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 10

korong = orang kampuang = kampung pintak = pinta/minta jo = dengan ibu = ibu bapo = bapak aman = aman sanketo = sengketa abih = habis takalo = takkala maso = masa daulu = dahulu eloknya = baiknya karano = karena lauk = laut tompannyo = kelihatannya di badan = di badan ambo = saya ko = ini Makna dia dibawa oleh Belanda, berkat doa Indonesia orang kampung, karena permintaan orang kampung, karena permintaan ibu dan bapak, kampung aman perkara habis, takkala masa dahulu, baiknya karena laut, kelihatannya di badan saya ini, Modalitas tompannyo (kelihatannya):Modulation/ Kecenderungan/Rendah 72 Teks Asli Manjowab mai Conto Pomai: “ Anak kanduang si Bumi Aceh, lai mukosuk dari rumah, pisuruah Anggun Nan Tungga.” Gloss manjowab = menjawab mai = ibu Conto Pomai = Conto Pomai anak = anak kanduang = kandung si Bumi Aceh = si Bumi Aceh lai = lagi

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 10

2 mukosuk = maksud rumah = rumah pisuruah = disuruh Anggun Nan Tungga = Anggun Nan Tungga Makna Menjawab ibu Conto Pomai: “Anak Indonesia kandung si Bumi Aceh, ada maksud dari rumah disuruh Anggun Nan Tungga”. Modalitas Mukasuik(maksud) : Modulation/ Kecenderungan/Rendah 1341 Teks Asli mandonga rundiang nan baitu, tanyo bajowab dek nan Tungga, tuak mudo pangulu ambo, sojak batumpu dari rumah, sojak batulak dari lauk, godang mukosuk nan diangan, godang taniat dalam ati, Gloss mandonga = mendengar rundiang = runding nan = si/yang baitu = seperti itu tanyo = Tanya bajowab = berjawab dek = oleh Nan Tungga = Nan Tungga Tuak = Tuan mudo = muda pangulu = penghulu ambo = saya sojak = sejak batumpu = bertumpu dari = dari rumah = rumah batulak = bertolak lauk = laut godang = besar mukosuk = maksud diangan = diangan taniat = terniat dalam = dalam ati = hati

Universitas Sumatera Utara Lanjutan tabel 10

Makna mendengar kata seperti itu, dijawablah oleh Indonesia nan tungga, tuak muda penghulu saya, semenjak berangkat dari rumah, semenjak berangkat dari laut, besar maksud yang diangan, besar terniat dalam hati, Modalitas Mukosuk (maksud):Modulation/ Kecenderungan/Rendah diangan (diangan) :Modulation/ Kecenderungan/Rendah Taniat (terniat):Modulation/Kecenderungan/ Rendah

Pada tabel 10 di atas merupakan contoh realisasi modalitas Modulasi

Kecenderungan yang terdiri dari Kecenderungan Tinggi, Kecenderungan Menengah, dan Kecenderungan Rendah. Pada Kecenderungan Tinggi, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘dapat’,’dijadikan’,’janji’. Pada Kecenderungan Menengah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘mau’, ‘hampir’. Dan Pada

Kecenderungan Rendah, ungkapan modalitas yang digunakan adalah ‘niat’,

‘kelihatannya’, dan ‘maksud’.

Tabel 11: Contoh Realisasi yang tidak memiliki Modalitas

No. No. Jenis Klausa Klausa 1. 6 Teks Asli Nan sakik kato, nan podiah rundiang, dek nan tajam tampak luko, dek kato ati nan sumbing. Gloss nan = yang sakik = sakit kato = kata

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 11

podiah = pedih rundiang = runding dek = karena tajam = tajam tampak = kelihatan luko = luka ati = hati sumbiang = sumbing

Makna Yang sakit itu kata, dan yang pedih itu runding, Indonesia karena kata dan runding yang tajam dapat membuat luka dan menyinggung hati. 2. 26 Teks Asli Aluran monti jo dubalang, lalu maimbau anuo lai, di tongah laman nan panjang: “O mandeh lai koh bamandeh ateh rumah”. Gloss aluran = tentang monti = mantri jo = dengan dubalang = dubalang lalu = lalu maimbau = memanggil anuo = mereka lai = lagi di tongah = di tengah laman = halaman nan = si/yang panjang = panjang O mandeh = O ibu bamandeh = beribu ateh = atas rumah = rumah Makna Tentang mantri dan pengawal, lalu mereka Indonesia memanggilnya, di tengah halaman yang panjang : “O ibu apakah ada orang di atas rumah.” 3. 49 Teks Asli Soto sudah nyo bakato, lalu togak anyo sakali, togak ka anjuang pelang, malopeh ka puhun jonjang tali, tasilayak anak tanggo, jonjang tali duo lapan, anak tanggo duo boleh, bapijak diorong- orong, bagantuang di palataran,

Universitas Sumatera Utara Lanjutan tabel 11

Gloss soto = serta sudah = sudah nyo = dia bakato = berkata lalu = lalu togak = tegak sakali = sekali ka anjuang = ke anjung pelang = pelang malopeh = melepas ka puhun = ke pohon jonjang = jenjang tali = tali tasilayak = tebentang anak = anak tango = tangga duo = dua lapan = delapan boleh = belas bapijak = berpijak di orong – orong = di orong – orong bagantuang = bergantung di palataran = di pelataran Makna Setelah dia berkata, lalu dia berdiri, berdiri ke Indonesia anjung pelang, melepas ke pohon jenjang tali, tebentang anak tangga, jenjang tali dua delapan, anak tangga dua belas, bepijak di orong – orong, bergantung di pelataran. 4. 217 Teks Asli Dek asik baandai-andai, ari lah potang anyo lai, potang bajawek jo sonjo, sonjo bajawek jo malam, Gloss dek = karena asik = asik baandai – andai = berandai – andai ari = hari lah = sudah potang = petang anyo = hanya lai = lagi

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 11

bajawek = berjawab jo = dengan sanjo = senja malam = malam Makna Karena asiknya mengobrol, hari puntak terasa Indonesia sudah mulai larut senja. 5. 307 Teks Asli ari nan samalam itu, makan indo sakonyangnyo, minum indo sapuehnyo, lolok indo sadalamnyo, dek lamo lambeknyo malam, Gloss ari = hari nan = si/yang samalam = semalam itu = itu makan = makan indo = tidak sakonyangnyo = sekenyangnya minum = minum sapuehnyo = sepuasnya lolok = tidur sadalamnyo = sedalamnya dek = karena lamo = lama lambeknyo = lambatnya Makna Malam itu, makan tidak enak, minum tidak enak, Indonesia tidurpun tak lelap, merasakan lamanya malam.` 6. 360 Teks Asli Aluran mai Conto Pomai, lalu togak nyo sakali, didukuang uncang kujori, turun dari rumah nan godang, Gloss aluran = tentang mai = ibu Conto Pomai = Conto Pomai lalu = lalu togak = tegak sakali = sekali didukuang = digendong uncang kujori = uncang kajori turun = turun dari = dari

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 11

rumah = rumah nan = si/yang godang = besar Makna Tentang ibu Conto Pomai, dia beranjak pergi, Indonesia digendongnya uncang kujori, lalu pergi meninggalkan rumah yang besar itu. 7. 435 Teks Asli Mandonga rundiang si Kombang, aluran Anggun Nan Tungga, takonak sirowa panjang, basarowa lenggoh Aceh, babaju pindondang jihin, kobek pinggang liung jantan, tasampilian korih pandak, putiang tajak daulunyo, Gloss mandonga = mendengar rundiang = runding si Kombang = si Kombang aluran = tentang Anggun Nan Tungga = Anggun Nan Tungga takonak = memakai sirowa = celana panjang = panjang lenggoh Aceh = lenggoh Aceh babaju = berbaju pindondang = pindondang(buatan) jihin = jin kobek = ikat pinggang = pinggang liung jantan = liung jantan tasampilin = terselip korih = keris pandak = pandak putiang = puting/pusat tajak = sejak daulunyo = dahulunya Makna Mendengar kata si Kombang, tentang si Anggun Indonesia Nan Tungga, berpakaian lah dia dan bergegas. 8. 528 Teks Asli Manjowab Anggun Nan Tungga:” O tuan Nan Kodo Baha, banyak bona nan marintang kok agak galanggang urang, Gloss manjowab = menjawab Anggun Nan Tungga = Anggun Nan Tungga

Universitas Sumatera Utara lanjutan tabel 11

o = o tuan = tuan Nan = si/yang Kodo Baha = Kodo Baha banyak = banyak bona = benar marintang = merintang kok = kalau agak = agak galanggang = gelanggang urang = orang Makna Menjawab Anggun Nan Tungga : “O Tuan Nan Indonesia Kodo Baha, banyak sekali rintangan yang kami hadapi menuju ke gelanggang ini. 9. 534 Teks Asli apolah untuak badan ambo, ambo rang sagalo tak pandai, bondua topi tak bajojak, bundua tongah palarangan, tak tau jo ereng gendeng, tak tau jo adat urang, godang di anjuang nan tinggi, Gloss apolah = apalah untuak = untuk badan = badan ambo = saya rang = orang sagalo = segala tak = tidak pandai = pandai bondua = bandur topi = tepi tak = tidak bajojak = berjejak tongah = tengah palarangan = pelarangan tau = tahu ereng gendeng = ereng gendeng adat = adat godang = besar di anjuang = di anjung nan = si/yang tinggi = tinggi

Universitas Sumatera Utara

lanjutan tabel 11

Makna Apalah yang saya pubya, segala tidak pandai, Indonesia pinggir rumah tidak tertempuh, ditengah rumah dilarang, tak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, tak tahu dengan adat orang, besar di rumah saja. 10. 722 Teks Asli dikombang payuang sakali, lah maroncah kampuang urang, kampuang lah kuak manguakkan, rumah lah kipeh mangipehkan, Gloss di kombang = di kembang payuang = payung sakali = sekali lah = sudah maroncah = merancah kampuang = kampung urang = orang kuak = buka rumah = rumah kipeh = kipas Makna Di kembang payung, melewati kampung orang, Indonesia dari satu kampung ke kampung lain, dari satu rumah ke rumah lain.

Pada tabel 11 di atas merupakan contoh realisasi pada klausa yang tidak memiliki modalitas pada teks naskah Kaba tersebut. Dengan adanya contoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua klausa yang ada pada teks naskah Kaba tersebut memiliki modalitas masing – masing.

4.2.4 Rata – rata Tingkat Keseringan Kemunculan Pada Teks Naskah Kaba ANTSMJ

Episode : KBNKB

Universitas Sumatera Utara Jika disimpulkan secara keseluruhan maka tingkat keseringan kemunculan modalitas pada cerita ini adalah rata – rata :

Jumlah modalitas 897 = = 0,6 atau 1 : 6 Jumlah Klausa 1368

Jadi dalam teks naskah Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang.

Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha” ini dapat disimpulkan bahwa rata – rata dalam setiap 6 klausa terdapat 1 modalitas.

Sebagai akhir pembahasan ini, dapat dilihat bahwa 1368 klausa ditemukan sebanyak 897 modalitas.

Jumlah modalitas 897 x 100% = x 100% = 65,57% Jumlah Klausa 1368

Dari 1368 klausa dan 897 modalitas terdapat 65,57% modalitas pada teks naskah Kaba Minangkabau tersebut. Hal ini menandakan bahwa penguasaan modalitas sangat diperlukan untuk memahami suatu teks / naskah.

4.3 Diskusi

Pada teks naskah Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode : Ke

Balai Nan Kodo Baha merupakan suatu teks yang lebih mengutamakan pendapat atau pertimbangan pribadi pemakai bahasa terhadap proposisi yaitu informasi yang dinyatakan atau ditanyakan dibandingkan dengan pendapat atau pertimbangan pribadi terhadap proposal yaitu barang dan jasa yang ditawarkan atau diminta.

Universitas Sumatera Utara Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam cerita rakyat Minangkabau,

Modalisasi mendominasi pemakaian modalitas. Hal ini dapat diasumsikan sebagai realitas budaya ataupun salah satu ciri khas masyarakat Minangkabau dalam hal tradisi verbal ialah kekayaannya dalam berandai – andai. Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam masyarakat Minangkabau yang cenderung mengungkapkan sesuatu tersebut secara tidak langsung, melainkan dengan menggunakan kemungkinan – kemungkinan yang besar terjadi, dalam cerita ini penutur berusaha mendidik pendengar dengan mencoba memberikan gambaran sebagai pedoman hidup ataupun dampak yang akan terjadi yang akan terjadi jika sesuatu hal yang akan dilakukannya.

Di dalam teks naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode : KBNKB tersebut pengungkap modalitas yang sering digunakan adalah jenis pengungkap modalisasi dengan Probabilitas Menengah. Jika dihubungkan dengan sinopsis cerita pada teks tersebut digambarkan seorang pemimpin muda yang memimpin sebuah desa yang mempertahankan nama baik keluarga dan menjaga kesejahteraan warga desanya dalam mengambil sebuah keputusan yang arif dan bijaksana demi kelangsungan hidup orang banyak. Di dalam pengambilan keputusan tersebut maka pengungkap modalitas yang sering digunakannya yaitu adalah Modalitas Modalisasi pada Probabilitas Menengah, yaitu sebelum bertindak sesuatu dia selalu mengutarakan apa yang akan dilakukannya, di dalam memberikan nasehat ataupun arahan kepada warganya dia selalu memberikan sebuah gambaran kedepan, agar yang dinasehati dapat berpikir dampak yang akan terjadi jika dia melakukan sesuatu hal. Di dalam berkata si pemimpin tersebut tidak mengutarakan secara langsung apa yang

Universitas Sumatera Utara diinginkan ataupun apa yang dihendakinya, melainkan dengan kiasan – kiasan. Hal ini bertujuan agar si pendengar tidak merasa tersinggung atas ucapan – ucapannya.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sifat pemimpin pada masyarakat

Minangkabau pada zaman dahulu yaitu suatu sikap yang menggambarkan bagaimana dalam menghadapi masalah yang selalu menimbang antara apa yang diinginkan dan apa yang hendaknya dilakukan, dan hal tersebut direalisasikan dengan kata – kata maupun ucapannya.

Tingkat pengungkap Modulasi Kecenderungan menengah juga merupakan tingkat modulasi yang sering digunakan masyarakat Minang, disimpulkan dengan adanya kecenderungan menengah, yaitu adanya motivasi yang kuat pada masyarakat

Minang untuk dapat bergerak maju dan bertekad untuk mengarah kepada sesuatu hal yang positif ataupun sesuatu hal yang lebih baik lagi.

Jadi selain seorang pemimpin tersebut memberikan gambaran serta arahan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin juga harus dapat memberikan motivasi yang kuat pada masyarakatnya untuk dapat bergerak maju dan memiliki tekad masing- masing.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa teori LFS dapat diaplikasikan untuk memahami karya sastra secara lebih komprehensif. Dengan temuan ini teori linguistik dipastikan dapat digunakan menganalisis karya sastra yang lain. Ini berarti bahwa linguistik dapat berperan dalam kajian sastra.

Beberapa kajian yang telah dilakukan sebelumnya yang kajiannya juga menggunakan teori LFS seperti (Melayu Serdang, Karo, Aceh dll) yang menunjukkan

Universitas Sumatera Utara bahwa karya sastra penuh dengan modalitas. Hal ini dapat memberi kesan bahwa sastra penuh dengan pertimbangan pribadi atau bumbu untuk menyedapkan sajian sastra dalam memberikan informasi baik berupa pertanyaan maupun pernyataan.

Dengan demikian, penelitian ini dan temuannya memastikan bahwa teori LFS relevan untuk kajian sastra dan aspek sosial.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dirumuskan beberapa simpulan yang berkaitan dengan modalitas pada teks naskah Kaba “ANTSMJ Episode: KBNKB.” Sebagai berikut.

1. Teks cerita Kaba merupakan salah satu tradisi lisan yang memakai media

bahasa. Dalam fungsinya media lisan, penutur sering memberikan gambara –

gambaran dari masa lalu yang bersifat mendidik pendengar, serta pendapat

atau pertimbangan pribadinya. Kaba merupakan suatu peristiwa tragis yang

betul – betul terjadi pada masa lampau yang akan mencegah audience atau

memberikan pengetahuan kepada audience bagaimana hidup bermasyarakat

dan berbudaya. Di dalam menceritakan Kaba tak terlepas dari proses

interpretasi dan sebuah keterkaitan dengan audiencenya, karena keduanya

membentuk suatu kesatuan.

Realisasi Modalitas dalam Naskah Kaba Minangkabau ANTSMJ Episode:

KBNKB adalah terbagi atas Modalisasi dan Modulasi. Modalisasi terbagi atas

Probabilitas dan Keseringan. Sedangkan pada Modulasi terbagi atas

Keharusan dan Kecenderungan. Umumnya bahasa Minang memiliki

modalitas sama seperti modalitas bahasa – bahasa lain, yaitu aspek tata bahasa

yang merupakan suatu cara pandang seseorang terhadap satu peristiwa.

Universitas Sumatera Utara Dengan kata lain modalitas merupakan pandangan, gambaran, pertimbangan

atau pendapat pribadi pemakai bahasa terhadap makna paparan pengalaman

ke dalam klausa yang disampaikannya pada saat berinteraksi. Pada bahasa

Minang dan khususnya pada teks naskah Kaba tersebut, Jenis modalitas yang

paling dominan mengandung pengungkap atau realisasi modalitas Modalisasi

Probabilitas menengah yaitu sebesar 315 atau 35,11% dibanding pengungkap

modalitas lainnya.

2. Umumnya pada teks naskah Kaba ANTSMJ Episode : KBNKB ini memiliki

seluruh Modalitas yang ada, namun tingkat pemakaiannya yang berbeda. jenis

modalitas yang paling dominan digunakan adalah jenis modalitas Modalisasi

yang menggunakan pengungkap atau realisasi modalitas sebesar 621 atau

69,24% dibanding jenis modalitas Modulasi sebesar 276 atau 30,76%.

Probabilitas Menengah 315 (35,11%) menempati posisi pertama.

Probabilitas Rendah 248 (27,66%) menempati posisi kedua.

Kecenderungan Menengah 112 (12,49%) menempati posisi ketiga.

Kecenderungan Rendah 56 (6,24%) menempati posisi keempat.

Kecenderungan Tinggi 53 (5,9%) menempati posisi kelima. Probabilitas

Tinggi 36 (4,02%) menempati posisi keenam. Keharusan Menengah 21

(2,34%) menempati posisi ketujuh. Keharusan Rendah 20 (2,22%)

menempati posisi kedelapan. Keharusan Tinggi 14 (1,57%) menempati

posisi kesembilan. Keseringan Tinggi 13 (1,45%) menempati posisi

kesepuluh. Keseringan Rendah 6 (0,67%) menempati posisi kesebelas. Dan

Universitas Sumatera Utara Keseringan Menengah 3 (0,33) menempati posisi terakhir pada Modalitas

teks naskah Kaba “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode : Ke Balai

Nan Kodo Baha”.

3. Dengan dominannya modalitas Modalisasi pada Probabilitas Menengah maka

dapat dikatakan bahwa realitas budaya masyarakat Minang yang cenderung

mengungkapkan sesuatu tersebut secara tidak langsung, melainkan dengan

menggunakan kemungkinan – kemungkinan yang besar terjadi. Tujuan dari

pengungkapan sesuatu dengan secara tidak langsung adalah agar si pendengar

tidak tersinggung dengan ucapan si pembicara. Dalam cerita ini penutur juga

berusaha mendidik pendengar dengan mencoba memberikan gambaran

ataupun dampak yang akan terjadi yang akan terjadi jika sesuatu hal yang

akan dilakukannya. Dan dengan adanya fenomena seperti ini memaksa kita

untuk berhati – hati, dengan tidak mengambil sesuatu unsur begitu saja, dan

tidak boleh menyalahkan begitu saja.

4. Modalitas sangat bermanfaat dalam memahami suatu teks hal ini ditunjukkan

dari 1368 klausa yang terdiri dari 897 klausa terdapat 65,57%, yang bermakna

bahwa keseluruhan teks pada naskah Kaba Minangkabau tersebut

berpengaruh di dalam memahami suatu teks. Dari modalitas yang terdapat di

dalam suatu teks si pendengar ataupun si pembaca dapat mengetahui

bagaimana pendapat seseorang, gambaran seseorang terhadap pengalaman

serta informasi yang disampaikan atau ditawarkan pada saat berinteraksi.

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran

Penelitian ini terbatas pada bahasa lisan yang dituliskan. Penelitian yang telah dilakukan ini tidak berarti bahwa setiap permasalahan yang berkaitan dengan modalitas dalam bahasa Minang telah selesai pula. Dengan penelitian ini makin jelas terlihat berbagai masalah dalam bahasa Minang yang masih perlu diteliti lebih lanjut.

Untuk itu penelitian yang lebih mendalam dan lebih sempurna, disarankan agar dilakukan penelitian modalitas yang berkaitan dengan nilai, subjektif, objektif, eksplisit dan implisit dengan ragam bahasa lain, misalnya bahasa tulisan atau ragam lain seperti wacana pada upacara perkawinan, ataupun upacara kelahiran.

Berkenaan dengan temuan penelitian yang menyatakan bahasa Minang pada teks naskah Kaba yang didominasi dalam Modalization (modalisasi), disarankan agar penelitian lain dalam percakapan dengan topik berbeda dilakukan. Temuan peneliti seperti itu akan memverifikasi temuan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 1992. Modalitas dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.

Algayoni, Yusradi Usman. 2009. “Fenomena Bertutur dalam Masyarakat Gayo”. Bahasa Melayu Serumpun, Kajian Linguistik, Sastra, Seni, dan Sosiobudaya. (Vol.1:270).

Arifin, Syamsir dkk. 1981. Kata Tugas Bahasa Minangkabau. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bakar, Jamil. 1979. Kaba Minangkabau1,2. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London & New York: Routledge.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Eriyanto. 2005. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKiS.

Faridah. 2009. “Modulasi dalam Proses Penerjemahan Bahasa Melayu Serdang”. Budaya Melayu Serumpun. Kajian Linguistik, Sastra, Seni dan Sosiobudaya. (Vol. 1 : 541).

Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London : Edward Arnold.

Halliday, M.A.K. & R. Hasan. 1985. Language, Context, and Text: Aspect of Language in A Social-Semiotic Perspectives. Geelong, Victoria: Deakin University Press.

Halliday, and R. Hasan, diterjemahkan oleh Barori, 1992, Bahasa, Konteks, dan teks ; Aspek-aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial. Gajah Mada University Press.

Universitas Sumatera Utara

------1994. An Introduction to Functional Grammar Second Edition. London : Edward Arnold.

Isman, Jakup dkk. 1978. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Minangkabau di Sumatera Barat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau :Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta : Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Jakarta : PT. Gramedia.

Mahkota, Ambas. 2005. Anggun Nan Tungga. Bukittinggi : Kristal Multimedia.

Maksan, Marjusman, dkk. 1984. Geografi Dialek Bahasa Minangkabau. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Matthiessan, Christian. 1992. Lexicogrammatical Cartography: English System. Sydney: University of Sydney.

Meisuri. 2009. “Penggunaan Modalitas dalam Bahasa Minangkabau”. Budaya Melayu Serumpun. Kajian Linguistik, Sastra, Seni dan Sosiobudaya. (Vol.2:183)

Nilzami. 2009. “Modalitas dalam Bahasa Minangkabau”. Budaya Melayu Serumpun. Kajian Linguistik, Sastra, Seni dan Sosiobudaya. (Vol.2:231)

Palmer, F.R. 1979. Modality and the English Modals. London: Long Man Group Limited

Panggabean, Syamsul Bahri. 2009. “Modalitas Pada Bahasa Mandailing Padang Lawas”. Budaya Melayu Serumpun Kajian Linguistik, Sastra, Seni dan Sosiobudaya. (Vol.1:354).

Ramadian. 1995. Adverbia Penanda Modalitas Bahasa Minangkabau. Padang : Angkasa Raya.

Rosyadi, dkk. 1995. Nilai – Nilai Budaya Dalam Naskah Kaba Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang. Episode : Ke Balai Nan Kodo Baha. Jakarta : Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai – Nilai Budaya Pusat.

Universitas Sumatera Utara

Salliyanti. 2004. Semantik Bahasa Minangkabau. Medan: Bartong Jaya. Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta : Erlangga.

Saragih, A. 2001. Bahasa Dalam Konteks Sosial. Pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik Terhadap Tata Bahasa dan Wacana. Medan : Program Pascasarjana USU.

Saragih. A. 2010 (Persiapan Terbit). Semiotik Bahasa. Medan, Pascasarjana UNIMED

Sinar, T.Silvana. 2008. Teori & Analisis Wacana. Medan : Pustaka Bangsa Press.

------. 2009. Buku Pedoman Tata Cara Penulisan Tesis & Disertasi. Medan: Program Studi Linguistik Pascasarjana USU.

Sudaryanto. 2006. Metode Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Universitas Press.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis. Chicago: The University at Chicago Press.

Sumarlam M.S. 2005. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.

------. 2006. Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Surakhmad, Winarno. 2000. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito.

Usman, Abdul Kadir, dkk. 2002. Kamus Umum Bahasa Minangkabau – Indonesia. Padang : Anggrek Media.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran TEKS NASKAH KABA “ANGGUN NAN TUNGGA SI MAGEK JABANG. EPISODE : KE BALAI NAN KODO BAHA”

Tinggi lah bukik Gunung Deli, udang manyemba dalam lauk, lauk banamo Sikatoro, lah Kombang bungo anjolai, kapaluluahpadi mudo: Coliaklah untuang tukang nyanyi, nan bak lang dipupuah ribuk, daun abih binaso, alah Kaguno adik pakai, Kaparusuah atisajo.

Sacupak duo boleh taia, disukek mako digantang, nan boncah tanamkan boniah: Pihak didiri badan Kito, bak ombak porang jo pasia,ilia manjadi aia sajo. Nan sakik kato, nan podiah rundiang, dek nan tajam tampak luko, dek kato ati nan sumbing. Rumah godang bakasau rotan, dititih balari-lari: Luko nan tidak kanampakan, nan bak cicin mancongkam jari.

Didulang sadulang lai, pandulang omeh palangko, diulang saulang lai, panjepuk nan tingga cako. Soto kukuak jonyo ayam, nasi masak gulai masak, torung tauokkan pulo, soto piciang jonyo murai, balaulah tibo di lading, ditanam sagaro duo, ditanam toruang jo tonggak, ditanam kambeh jo pario, ditanam marek jo kacang, jaguang lah maampai suto, urang rami dibalai janggo, balau bajaga baniago, balau saudoga-saudoga tulak raih, kayo balobiah dari urang, gondo batambah godang juo, kayolah balobiah-lobiah, muliapun baitu pulo, anak rang Tiku Piaman, solang manyolang ka Nan gondo, utang bautang dapek pulo, rang kampuang senang atinyo, dapak ba anduak ma anda, urang miskin dapek mamintak, baitu asa mulonyo, manjalang gondo ka kayo.

Universitas Sumatera Utara Andai baraliah anyo lai, alihnyo Kapado Nan Kodo Baha, maimbau Nan Kodo Baha, manolah Manti Jo dubalang, saroto tiang galanggang, dek datuak kaompek suku, tariaklah carano perak, isilah siriah jo pinang, kini baitulah juo, manolah monti jo dubalang, kini poilah ka sanan, ka Jerong Kampuang nan Dalam, Karumah Nan Gondo riah, naikan siriah jo pinang, asa gondo lai kanomuah, Dondang sambilan bakawan, nan ompek roto dopokan, nan limo roto pambao, baitukanlah ka inyo, katonyo Nan Kodo Baha. Baru takoba nan baitu, aluran Monti jo Dubalang, disi caranoperak, sesak dek siriah jo pinang, intan nan sacupak lobiah, kajadi baso jo basi, omeh saratuah ria, kagonti siriah jo pinang, asialah gorang tontang itu, bakato monti jo dubalang. Tuak Mudo poilah kami, salamat sajolah andaknyo. Mandonga rundiang Dubalang, bakato Nan Kodo Baha, manolah Monti jo Dubalang, jonji nan usah dipalambek, duo bulan jo ka katigo, masuak ompek niat sampai. Malah baitu jonyo datuak, kami bajalan anyo lai. Bajalan baguluk-guluk, tibo di labuah basimpang, sasimpang jalan kasanan, ka Malayu gunung Ijau, ka rumah Nan gondo Riah. Lah sarontang pajalanan, lah tibo goran di sanan, eten di Bodi Caniago, di laman Kulindan Suto. Diansua juo bajalan jauah ba sarang ampiang juo, ampiang katibo anyo lai. Soto tibonyo di sanan, di tongah laman nan panjang, di tunggua inai parasi, bayam bojo di halaman, tinggi pucuaknyo bapangkeh, rimbun daunyo batutuah, pacoliak rukanan datang, paninjau rukanan lalu, nyo tibo dimuko jonjang, tampokiak anso nan limo, mondonciang salindik jantan, lah maantau katitiran, maongguak balam timbago. Si Kombang di tonga rumah, sodang manjalin manarawang, sodang manjalin jalo suto, kapanjolo-jolo langau, Nan Gondo di anjuang pelang, sodang maandam korek kuku, asik malontua-lontua jari, rintang bacomin-comin diri, mandehnyo di pandapuran. Aluran monti jo dubalang, lalu maimbau anuo lai, di tongah laman nan panjang: “O mandeh lah jonyo ambo, lai koh bamandeh ateh rumah”. Mandonga rundiang dubalang, takojuk amai manah, tasimbuah darah di muko, gumirok darah di dado,..* ka tongah laman lah manjaguak nyo ka pintu tampak dubalang maso itu, bakato anyo baliau: “ Apo dek balimau-limau, alu nan di lariak rajo, apo dek maimbau-imbau, bapantang kanaiak sajo”. Mandonga rundiang

Universitas Sumatera Utara amai Manah bakato manti nan baduo: “ Mulonyo kami dek balimau, balimau di piriang poach, mulonyo kami dek maimbau, kok tak bamandeh areh rumah”. Mandonga rundiang dubalang, aluran amai manah, nyo sonsong jo Kendi Loyang, dibao turun ka bawah, tibo di batu tapakan, nyo basuah kaki nan duo, nyo rountuah tango nan limo, talalu naiak sekali, lah tibo di bondua tubi, pangodan dilangkahinyo, lah tibo di pandapuran, di titih pangarang lantai, tiang gadiang jarajak gadiang, nan panagua gadiang mudo, lah tibo di tongah rumah, tangan dipogang baliau, lalu bakato nyo sakali: “ Cibodak di dalam kobun, dikubak nak rang kubaio, usahlah togak mancongan, lapiak lah tabontang juo. Lapiak padak pandan tako, lapiak purin pulau aua, basiuk jo boning mokau, tiok suduk baukia tombuak, di topi baaka cino, di tongah babulan-bulan, bapantiangan perak recai, bacoliakan paramato, balombo jo paradani, salah duduk tatarepok, salah togak tasindorong, eten di banta nan baatok, di marombuang suto biru, dipetak alam kapurin, oguang tigo salabuan, ciek gagok oto, ciek gagok gangue ani, ciek gagok sandirinyo, sumarak anjuang nan tinggi, limpopeh rumah nan godang, di sana dubalang duduak, duduak di kasau Mangalo, saroto duduak lah barundiang, bakato amai Omeh Manah: “ Apokoh sobab karononyo, datang dek tasoro-soro, longkok jo siriah jo carano, nan niat di dalam ati, sakali duo kali bolun, sakali ikolah baru, ambilah manaruah comeh”. Katonyo goran amai Manah. Baru takoba nan baitu, bakato monti nan baduo: “ Kok baitu jonyo mandeh, kami dek datang kaiko, disuruah Nan Kodo Baha, datang manaikan siriah, balau nak duduak simondo, ka baken Nan Gadih Gondo Riah, kain nan tidak kabaeto, omeh nan tidak ka kabungka, dondang sambilan bakawan, ponuah dek ria jo jampa, sosak dek intan jo padi, nan limo roto dopokan, nan ompek roto pambao, as alai nomuah Nan Gondo, baitu jonyo baliau, kato putuh sahari tu, jonji tak dapek diulah, baitu jonyo baliau”, kato monti nan baduo. Bakatonyo amai manah: “ Manolah monti nan baduo elok nan bolum lah tapakai, lomak nan bolumlah tamakan, mananti monti sakutiko, mamintak kato nan putuh, bakeh nan Gadih Gondo Riah, lamaknyo nan gondo kamamakan, kami manuruk jo Nan Gondo tolah pikia tu dek monti, aluran Nan Gondo Riah, codiak kaasa-asalan, biguang kaolong-olongan, inyo basutan di atinyo,

Universitas Sumatera Utara rang barajo di matonyo, gayuang nan bolum bakasambuk, kato nan bolum kabajawab, nanti dek monti sakutiko, mamintak kato nan sapatah, maminak titiah nan kolin, kalu lai suko tu atinyo, ambo manuruk di balakang”, katonyo sanan amai Manah. Mandonga rundiang nan bak kian, bakato monti nan baduo: “Manolah mandeh jonyo ambo, ari nan sahari, rundiang abig katolah putuh, tak dapek diuleh lai, baitu jonyo Nan Kodo”. Manjawab amai Manah: “ manolah monti nan baduo, nanti dek monti sakutiko, mamintak kato nan sapatah, Kapado Nan Gadih Gando Riah” . Soto sudahnyo bakato, lalu togak anyo sakali, togak ka anjuang pelang, eten ka puhun jonjang tali, tasilayak anak tango, jonjang tali duo lapan, anak tanggo duo boleh, bapijak diorong-orong, bagantuang di palataran, lah tibo di pandulangan, didoganya pintu anjuang, sumureng-geng anak kunci, santuang bak buni maimbau, pasak bak buni babilang, rongguangnyo kalingogoan, samirobak comin jatuah, lah kamat sibarang barang ditota tu nan ka dapua, panembak lawah baronang, tasibak kulambu catua, lah tampak kulambu boning: Panembak lawah baronang, ilia lobuah sawah ujung, disibak kulambu boning, lah tampak kulambu buruang: Ilia lobuah sawah ujung, mudiak lobuah Mandiangin, batungke simambu loyang, disibak kulambu buruang, manjariang kulambu angina, tampak paroman nan jumbang: Lolok lah tabariang surang, bapalun palun jo gobah, baunjun-unjun jo gombolan, salimuk duo boleh olai, kain gobah duo boleh lampih, aluran badan amami-….* “ Kalpo bonban di ulu, andayang katali timbo, anak kanduang jago daulu, monti dubalang nan lah tibo. Disuruah Nan Kodo Baha, datang nak duduak jadi sumondo, inyo mandatangkan siriah, lai koh suko manarimo, kalu lai nomuah anak kanduang, kayo kan kabatambah, dondang sambilan di tongah lauk, ponuah dek ria jo jompa, sosak dek intan jo padi, nan limo roto pambaoan, nan ompek roto dopokan, baitu jo nyo jo ambo kain nan tidak ka baeto, omeh nan tidak kababungka, lai koh suko manarimo, kato putuih nan saari ko,jonji tak dapek diuleh, baitu jo nyo jo ambo”.Mandongan rundiang amainyo, bakucindan parok dado, bak basiang kobun rambuk, barundiang sambaing managi: “ Uju sombong Nan Kodo tu, Oh mandeh lah jonyo ambo-Kok anyo daun silah katapang babolah-bolah, kok anyo Nan Kodo Baha,

Universitas Sumatera Utara dibuah jonjang manyampolah.- judu si Kombang lai bolun, anak rang Tobo Pakandangan, bakeh bapiturah bajak, urang pangubak manggih mudo, anak rang paelo paunjun, kayo dek samun jo saka, kan lah pikia tu dek mandeh, padi disisik jo ilalang, pantangan badan kito iko, kayo jinih rotopun suci, kayo manakiak manaruko, kato nan usah ditarimo, indo takona tu dek inyo, takalo maso daulu, samusim maso saisuak, kaki tangan dekmamak ambo, inyo urang suruh-suruhan, kapamikua-mikua nan borok, kini kayo dek samun saka, godang lendeng-malendeng, tinggi nak impok maimpok, panjang nak mangobek ambo, lai kamungkin tu rasonyo, limau ka alah dek mandalu, perak bacampua jo tambago, tulak koniang tu dek mandeh, kan lah tau jo asanyo: kok anyo badan ambo ko, kayo balobiah dari urang, tabendang sampei ka langik, tabarito ka nan lain, kami baduo nan tasobuk, eten di Kampai Nan Ba anjak, nan dicapo liduang daun, eten dicokua nan batungkek, banamoKarono Lauk, dagang nak rang ikua koto, togak dek rotaknyo nan malang, sobab dek untuang nyo nan buruak, inyo di langga anak lanun, anak rang di gorong si Ulando, tabao ka tongah lauk, dapek dek bindurai godang, banomo Karono lauk, bagola si Dayang sudah, dayang kopa nan tujuah: aluran badan ambo ko, dek pandai mamak batinggang, tapaek didondang nan panjang, dek pintak kato babori, aluran badan ambo ko lai mujua tinggal di rumah, inyo babao dek ulando, barokat du’a korong kampuang, dek pintak korong jo kampuang, dek pintak ibu jo bapo, kampuang aman sanketo abih, takalo maso daulu, eloknyo karano lauk, tompan di badan ambo ko, ino baradat bapisoko ambo balukih balimbago, inyo bagolang bacicin, ambo bakorih batarapang, inyo disso paruntuangan, ambo di anjuang Tuhan Allah, barokat du’a ibu bapo: lai kamungkin turasonyo, ka judu Nan Kodo Baha, perak bacampua jo tambago, usah di sobuk-sobuk juo, mandeh turunlah bak kini, rundiang nan usah mandeh jawab, gayuang nan usah mandeh sambuk, limau ka alah dek mandalu. Aluran mandeh kanduangnyo, turunlah baguluk-guluk, lah tibo di tongah rumah, di muko monto jo dubalang, lau bakato monti nan baduo: “ Laiko suko ati inyo, manjawab rundiang kato kami, ekok lai kata pakai,” kato monti nan baduo. Mandonga rundiang nan baitu, manjawab ibu kanduangnyo: “ Nan Gondo indo nyo suko, kalau basobuk ujuang

Universitas Sumatera Utara pangka, rotak bak raso kamamocah, runciang bak raso kamacucuak, elok lah kato dipulangkan, kapado Nan Kodo Baha, surukan kato ka nan asa, usah dikombang loweh, buruak jo baiak nan katibo, kalarat kasudahannyo, elik dialiah ka nan lain, kok nyo si Gondo Riah, usah dicinto-cinto juo.” Mandoga rundiang amai Manah. Monti lah baati ibo, takuk kababaliak pulang, udang nan indak dikombang, siriah dan indah dimakannyo,-“ Rang tungka poi manangguak, bagalah batang ampolu, togak jo ati mabuak, turun jo ati karu,”- lah tibo di tongah laman, bajalan baguluk-guluk, malulah tacoreng di koniang, usah lah rundiang dijawabnyo, siriah nan indah dimakannyo, pinang nan indo digotoknyo: jauh basarang ampiang, ampiang katibo anyo lai, eten di tobiang paninjauan, di dondang Nan Kodo Baha: soto tibo inyo di sanan, lah tau Nan Kodo Baha, lalu bakato anyo sakali: “ Manolah monti nan baduo, lai salamat pajalanan, siriah lai koh dimakan nyo, pinang lai kok digotok nyo, lai arok ko nyo jo labo, lai suko nyo manarimo,”.” O tuan Nan Kodo Baha, usalah lai siriah dicabiaknyo, usah lai pinang digotoknyo, kami diborinyo malu, malu tacoreng di koniang, kok agak tibo di dado, dapek disaik ji baju: kalau disobuk asa mulonyo, kalarat kasudahannyo,” katanyo monti nan baduo. Mandonga rundiang dubalang, lah berang Nan Kodo Baha, marentak Nan Kodo Baha, lalu bakato samo sorang: “ Kalau tak nomuah Nan Gondo itu, kito kisiak kan lah mansiu, kito tuangkan lah piluru, kito anguhkan rumahnyo, nak sorik si Amai Manah, nak miskin Nan Gondo tu, Nan gondo kadapek juo, ulang lah sakali lai, sandang podang na bontuak, taranjuan indak ka babaiak, nan kok koreh inyo mananti, kito lawanlah jo cumbu, poi lah kalian babaliak.” Bakato monti nan baduo:” Molah baitu jo nyo tuan, kamibajalan anyo lai.” Nyo sandang podang nan bontuak, bajalan baguluk-guluk, tibo di jalan nan basimpang, dituruk jalan ka sanan, eten ka Bodi Caniago, ka laman Kulindan Suto, lopeh pulo dari sanan, tibo di kampuang Nan Dalam, di rumah Nan Gondo Riah, Nan Gondo sodang di pintu, sodang mauasi rambuk panjang, bajongkok sikek rapek, talayok pandang ka sanan, ka laman rumah nan godang, tampaklah monti nan baduo, gondo marontak atoh rumah: “ Monolai monti nan baduo, tak tau jo ereng gendeng, rundiang jaan diulang-ulang, anak setan anak ubilih, anak singiang-ngiang rimbo,

Universitas Sumatera Utara batimbang bumi jo langik, tagendeng nagori Mokah, ontah kok tobang nyawo di badan, niat indo kadisampaikan, usah diulang –ulang juo, babarito lah inyo, jo tuang Nan Kodo Baha, “ Mandonga rundiang Nan Gondo, malu batambah dalam juo. “ O adiak Nan Gondo Riah, asa indo kau kanomuah. Kampuang kadijadikan pakandangan, kau kajadi dengan urang.” Bakato Nan Gondo Riah: “ Omuh pulo ambo porang, lauk ambo nan punyo, lauk ambo kabaseo, tanjuang ambo kabasasik: kok anyo Nan Kodo Baha, cunduang sialah kamanungkek, robah siapo manigak kan dagang nan indak batopokan, galeh nan indak basandaran, inyo rang pinang sabatang, ambo rang auak sarumpun, inyo rang batanduk bilah, ambo rang batanduk bosi, anak rang dusun Takandangan: babaliak juo lah kasanan, kabakeh Nan Kodo Baha: aluran monti jo dubalang, kok datang sakali lai, darah taserak tongah laman, bangkai tatungkuk tongah lamn, mati nan tidak kabakopan, korek jo Nan Kodo Baha, jonji dilabuah tujuah hari, tabuah larangan kadigonta, kokoh-kokoh lah mananti, rang Tiku dirapekkan, mansiu kadikisiakan, piluru kadituang kan, koko nyo dondang Nan Kodo Baha, duo hari kakatigo, sanan karam lai dondang tu, olun lai kasampai ka ambo, digulinggang Kurai Taji, omeh kadirecai urang, sacokah-cokah rang Tiku, mandapek saketek sorang, babaliak pulang lah juo, kok sacupak ompiang lai, monti kadibunuahmati- mati, bunuah nan indak badandang, utang nan indak kababaia: aluran badan ambo ko, lai mandonga baritonyo, lantak rang Tiku pariaman, intan sampono anakl rang Tiku, anak rang koto nan limo, bulek ambo manggolek kan, picak ambo malayang kan, pusek jail kumpulan ikan, tali adap labuhan cupak, tampuak undang nak rang Tiku: aluran Nan Kodo Baha, indak tahu jo utang badan, babaliak la ang kini-kini, bapak kok berang jo aang, sosa kok tibo kudian.” Mandonga rundiang Nan Gondo, monti babaliak maso itu, pulang baguluk kadondang nyo, bajalan jo aia mato, ananggih sapanjang jalan, tibo di tobiang paninjaun, tau Nan Kodo maso itu, lalu batanyo nyo sakali: “ Mano lah monti nan baduo, lai salamat pajalanan, rundiang nan lai dijowab nyo, siriah kok lai dimakannyo”. Manjowab monti nan baduo:, O tuan Nan Kodo Baha, usah lai

Universitas Sumatera Utara rundiang dijowabnyo kami lai konai kaberangan, usah lai siriah dicabiak nyo, malu batambah dalam juo, kalau dipia dalam-dalam, niat bak raso tak kasampai, kaua bak raso trak kalopeh, elok disiliah kanan lain, Puti baronam di Piaman, piliah dek tuan nan katuju, kami lah utang malaluan.” Baru takoba nan baitu, mananggih maluluang panjang, manyoda maimbau untuang, ati bakumpa kiun juo, lalu bakato Nan Kodo Baha: “ kini baitu lah juo, kito ramikan lah balai, kito pancang lah galanggang, kok jauah dilayangkan surtek, ampiang dikapuakan siriah, dokek didobiak kan molah boundua, omeh nan indak kababungka, kain nan indak kabaeto, sado nan datang kabalai, mandapek saketek sorang. Dek lamo hakalamoan, nan jauh urang lah datang, nan ampiang urang lah tibo, datang lah sutan dibadoya, tibolah rajo digadombang, dunia lah bakalobiahkan, lah basisiah suto jo benag, lah basisiah atah jo boreh, pakaian rang itam salalu, kok putiah baolai-olai, nak rang Tobo Pakandangan, bakeh rang bapitaruah bajak, anak rang koto nan limo, bulek kabalai balako, payuang bak cindawantumbuah, tongo bak pisang saporak, bagisia golang jo cicin, Puti saratuh duo puluah, bulek kabalai balako, rajo nan ompek puluah ompek, abiah kabalai balako, godang ketek duo mudo, laki-laki parampuan, bulek kabalai balako, lah sabulan raminyo balai, rami nan siang- siang malam, rami nan potang-potang pagi, dicoliak dipandang bona, dalam puti nan banyak tu, dalam rajo nan baimpun, baduo nan tak kabalai, sorang Nan Dadiah gondo Riah, lantak rang Tiku Pariaman, nan sorang…*, jo adapt urang, godang dipinang sabatang, elok dek dibuang-buang nyo, surek lah kodok bakeh inyo, damano goran salah nyo, ibunyo gorang nan ma ambek, bapaknyo goran nan maggalang, katonyo Nan Kodo Baha. Dalam tanda nan baitu, kato barailah anyo lai, sungguh baraliah sanan juo, kabakeh Anggun Nan Tungga, ati lah tunggang nak ka balai, tapi samantangpun baitu, kabalai digalang ibu, kapasa diambek bapak. “ Suto ditonun rag Palembang nan lah sudah duo partigo, tuan Tungga ati indak sorang, Salamta pun baitu pulo.” Kapalengah kiro-kiro, kapaubek ati nan karu, turun bapeda kaliaman, jumbang bapeda dama bulek, jo buyuang bujang Salamat, laman jalan rang kabalai, lobuah

Universitas Sumatera Utara jalan rang ka galanggang, urang lah babondong-bondong, juaro kapoi manyabuang, baandolansikua sorang, payuang bal cindawan tumbuah, tonggo bak pisang saporak, bagisia-gisia golang jo cicin, bak buni manggantang korang. Malang lah tibo sa aritu, lah datang Malelo Alam, jo Datuak Patiah Sabatng, balao kapoi manyabuang, Kagulinggang Kurai Taji, kabalai Nan Kodo Baha, ba andolan sikua sorang, manjinjiang karuang mandiolo, ponuah dek ria jo jampa, lah tibo goran disanan, di laman mai Conto Pomai, dikampuang Anggun nan Tungga, Nan Tungga sodang bapeda, bakato Malelo Alam: “ Tungga jajak nak rang Tiku, rajo rang Koto nan Limo, urang badunia kabalai, Tungga dek rintang bapeda, surek iko nan tak samapai, posan goran nan tak tibo, elok dek dibuang-buang, tompan dek dibangkalaikan, awak rajo nak rang Tiku, sutan rang Koto Nan Limo.’ Bakato Anggun Nan Tungga: “ Bukan surek nan tak sampai, indak do posan nan tak tibo, malang dak digalang ibu, saying dek digalang bapak, malu batambah dalam juo, “ Katonyo Anggun Nan Tungga. Mandonga rundiang Nan Tungga, bisiaklah badosuh-dosuh, lenggang lah barapi-api Takoba nan baitu, aluran Anggun Nan Tungga, Manggih maluluang panjang juo, tontangan Nan Kodo Baha, iyo kapado diri ambo, lah disaok nyo jo loweh, lah dikobeknyo jo panjang, kini baitulah dek aang, toh kito poi kasanan, karumah Nan Gondo Riah, kito sumpik lah buruang nyo, ati batambah karu juo.” Mandonga kaba nan baitu, manjowab abang salamat: “ Molah baitu jo nyo datuak, iyo bapontu pulo.” Lalu bajalan anyo lai, ka Malayu Gunuang Hijau, ka rumah Nan Gondo Riah, dek lamo lambek bajalan, lah salorong pajalanan, jauah basarang ampiang juo, ampiang katibo anyo lai, dirusuak anjuang nan tinggi, dibalik rumah nan godang, dibuah baringin tanam, diisi supitan gadiang, duo jo damak baipuah, tigp jo kapuak panji nyo: buruang sodang abih makan, dijalang anyo kasanan, ketunggua baringin tanam, diagak-agak nyo bona kadisumpiak nyo maso itu, tagarik ujuang sumpitan, taboba buruang nan banyak, tapokiak anso nan limo, tobang parapoti lauk, lah marantau katitiran, mandonciang silindik jantan, taboba buruang nan banyak. Alur Nan Gondo Riah, diateh anjuang nan tinggi, sodang maandam korek kuku, asik malontua-lontua

Universitas Sumatera Utara jari, takojuk tagamang darah, lalu maibau Nan Gondo Riah: “ Kasi kombang nan sorau, di Kombang di tongah rumah, sodang manjalin manarawang, sodang manjalin jariang suto, kapanjariang-jariang langau, maimbau Nan Gondo Riah:” O Kombang nan sorau, apo goran nan tajadi, olang iko nan manyewek, sikok iko nan manyemba, buruang dek taboba-boba, lah baluak buruang ateh kayu, tapokiak anso nan limo, tobang parapoti lauk, inggok maraok katopian, O kombang jonguak lah ka pintu, tinjaulah ka tongah laman, kok apo-apo nan datang.” Katonyo Gadih Gondo Riah. Mandonga rundiang nan gondo, bakomeh si Kombang bijak, copek kaki ringan tangan, bajalan ka ruang topi, batilokan kapngodan, nyo mancogun dailaman, dipandang ilia jo mudiak, dicoliak kiri jo kanan, lah tampak Anggun Nan Tungga, jo buyuang bujang salamt, mamikua sumpitan gadiang, manggongam damak baipuah. Bakato si Kombang malang:” Onde ociak onde oncu ambo ukan olang manyewek, indo singkok nan manampa, tuak mudo ambo nan lah datang, balaulah datang manyumpiak, jo buyuang bujang salam”. Mandonga rundiang si Kombang, aluran Nan Gondo Riah, muko lah merah-merah padam, lalu bakato ka si Kombang: “ Kombang turun molah kau, katongah laman nan panjang, nak urang tak bapanganja, buruang kok buruang larangan, anak rang tak batoratik, larangan Nan Kodo Baha, baitukah lah dek kau, jo diri Anggun Nan Tungga malu ambo dek lakunyo, urang badunia kabalai, inyo badunia manyumik, anak setan anak ubilih, anak singiang- ngian rimbo, anak rang tak bapangaja, baitukan lah dek kau: saying jo diri Anggun Nan Tungga, mandonga rundiang Nan Gondo, si Kombang turun kabawah, dirontak tanggo nan limo, tibo dibatu takak an, bajalan ka tongah laman, lah tampak Anggun Nan Tungga, lalu bakato sakali: “ Anak siapo manyumpiak ko, anak nan indak bapangaja, ko buruang larangan, buruang larangan Nan Kodo Baha, anak gulinggang Kurai Taji.” Aluran Anggun Nan Tungga, dipikua supitan gadiang, dipikua dibao pulang, managih sapanjang jalan, lah sarotang perjalanan. Andai babaliak ka Nan Gondo, bakato inyo ka si Kombang: “ Aluran datuak mudo kau, aka bolun sakuku, kiro-kiro alun lai sajongkang donga dek kau ambo katokan, iyo bona ta kato urang- Dek ambo sibuli-buli, dek inyo lah kacobona, dek ambo pauji-uji, -dek inyo lah iyo

Universitas Sumatera Utara bona- Kombang jo puk lah babakau barundiang, Kombang baolah inyo kaiko, katokan pisuruah ambo,” Mandonga rundiang na baitu manjowab si Kombang malang: “ Molah baitu jinyo oncu, kabaatoh ula lai”. Lalu bajalan nyo si Kombang, bajalan baguluk-guluk, lah tampak Anggun Nan Tungga, lalu bakatolah si Kombang: “ Tuan nanti ambo nanti, tuan nanti ambo daulu, dek oncu ambo lah bongih, ambo lah ka dibunuah nyo, tuan baolah badan ambo, baolah ka Pariaman, kapairiak-iriak jo mua, kapingiriang tuang poi mandi, ka pambao-bao basahan.” Mandonga rundiang si Kombang: “ lalu katonyo maso itu, kadiri Anggun Nan Tungga:” Babaliak pulang molah kito, indak elok urang pasamsam, abihkan kasiah mako poi, putuh kan sayang mako bajalan, oncu ambo nak Baandai-andai, balau nak barundiang-rundiang,” Soto tak andai nan baitu si Kombang babaliak pulang, Nan tungga mairiang dari balakang, lah sabonta lamo bajalan, lah tibo ditongah laman, ditongah laman nan panjang, dimuko Nan Gondoh Riah, lalu bakato Nan Gondo Riah: “ O tuan Anggun Nan Tungga, urang badunia kabalai, tuan badunia manyumpik, binguang dimano tuan boli, codiak dimano tuan jua,” Mandonga rundiang Nan Gondo, manjawab Anggun Nan Tungga,: “ Adiak Nan Gadiah Gondo Riah, kabalai digalang bapak, kapasa digalang ibu, malu tacoreng dikoniang, dek malu poi manyumpiak, lah tibo ambo disiko, iko pulo lah nan dapek.” Dek Nan Gadiah Gondo Riah, kan direnjeng kato nan baiak, kan dikau kato nan elok, bakato inyo Nan Gondo: “ O tuan Anggun Nan Tungga, poi lah tuan kabalai, jo jak lah kabalai Nan Kodo, katokan kabapak tuan, katokan ka ibu tuan, katokan pisuruah ambo, babaliak pulang lah tuan.” Manjowab Anggun Nan Tungga: “ Molah baitu jo nyo kau, kan baatoh pulo lai.” Nan Tungga lah babaliak pulang, duo jo buyuang lah salamat, bajalan baguluk-guluk, lah sarontang pajalanan, bajalan jo ati rusuah, manangih sapanjang jalan, lah tibo di tongah rumah, soto tibo nyo disanan, duduak maontakan diri, duduak samo sorang, lah tau goran ibunyo, bakatonyo Mai Conto Pomai: “ Ditobang botuang kapumpuang, diminum aia nyo manih, buyuang apo dek bamonuang, buyuang apo dek manangih, apo juo lai andak nyo, takah takonai baragiah, angko tatariak jo nan bukan, “ Mandonga rundiang rundiang amainyo, bakato Anggun Nan Tungga: “ O Mandeh lah

Universitas Sumatera Utara jo nyo ambo, malu lah batambah-tambah, kakabalai diambek ibu, tak tatangguang upak urang, dek malu poi manyumpik, lah poi kami kasanan, ka rumah Nan Gondo Riah, lah tibo kami disanan, bolun lai sampai manyumpik, kami lah konai kabarangan, dek nan gadiah Gondo Riah, urang badunia kabalai, tuang apo dek manyumpik, awak rajo nak rang Tiku, tak tau jo ereng gendeng, baitu jonyo Nan Gondo, adok kadiri badan ambo, namun sakarang iko kini, tuan poilah kabalai, baitu jonyo Nan Gondo, katokan kaibu tuang, katokan pisuruh ambo, “ Mandonga rindiang Nan Tungga, lah bakato pulo mandehnyo: “ O buyuang Anggun Nan Tungga kok baitu jonyo Nan Gondo, lah taraso tadogak pulo, lah patuk buyuang kabalai, tapi samantang pun baitu, adok saketek nan dirusuahkan, aang rang kociak mudo matah, rundiang kok sindia-manyindia, buyuang basakitan ati, aang badondam bakasumat, kok inyo buyuang kakabalai juo, donga dek buyuang mandeh katokan, bukan murah rang kabalai, kok badunia rang kabalai, jo apo dunia kaditompuah, nanti dek buyuang sakutiko, sarago ambo batinggang, buliah dibuekan pakaian, batonun mandeh dulu, kapanompuah galanggang rami, kain sacabiak suri, nak ambo buekkan pakaian, karumah si Ranggo Inai, inyo lai manaurah suri, longkok jo turak jo kincianyo, nak dibolikan lah suto, “ Katonyo ibu kanduangnyo. Dek asik baandai- andai, aril ah potang anyo lai, potang bajawek jo sonjo, sonjo bajawek jo malam, lah sudah minum jo makan, lapiak lah tabontang dek ibo nyo Tungga lah lolok maso itu, mato sapiciang indak lolok, ayam bakukuak anyo lai, cukuk katigo ari siang, murai bakicau manjagoan, ombun lah basentak katoh, kabuki lah bagulung turun, Tungga jago anyo lai, ari lah pagi maso itu, sudahkah pulo minum makan,” sanan bakato Anggun Nan Tungga, adok kadiri mandehduangnyo: “ O Mandeh lah jonyo ambo, kok iyo kapoi kasanan, karumah si Ranggo Inai, mandeh salongkanlah suri.” Molah baitu jonyo aang, kan baatoh pulo lai katonyo mandeh kanduangnyo. Balau bakokoh anyo lai, diisi uncang kujori, sosok dek siriah jo pinang, ponuah dek siriah jo gambiah, tambakau basi baiknyo, bagola sugi bajonang, barondam jo poti santan, kapalo adapt daulunyo, talalu sampai kini, paisi baso jo basi, didukuang uncang kujori, lalu bakato nyo sakali: “ Buyuang lopeh malah ambo, salamat ambo bajalan,

Universitas Sumatera Utara salosai aang ambo tinggakan.” Manjawab Anggun Nan Tungga: “ Molah baitu jonyo mandeh, jan ado maro malintang, salamat sajolah andaknyo,” Balulah turun kailaman, lalu bajalan anyo lai, dimudiakkan laman nan panjang, bajalamn baguguluk, tibo di jalan simpang duo, sasimpang jalan kasanan, karumah si Ranggo Inai, bajalan sarontag lai, lah tibo inyo disanan, ditongah laman nan panjang, ditunggua inai parasi, balau maimbau maso itu:” Adik Kanduang si Ranggo Inai, lai balu ateh rumah.” Aluran si Ranggo Inai, lah mancogun inyo kapintu, lah manjonguak kahilaman, lah tandeh Conto Pomai, madukuang-dukuang saketek, lah bakato si Ranggo Inai: “ Mandeh naiak lah sakali, buak tambago, lah dibasuah kaki nan duo, talalu naiak sakali, lah tibo di ruang topi, dititik pangarang lantai, tiang gadiang jarojok gadiang, nan panogua gadiang mudo, lah tibo ditonguah rumah, lalu duduakmaontakkan diri, lotiah nan tidak takuaso, polak nan tidak lai tatinggang, uncang dikatongahkanyo, makan siriah sakapua sorang, andai lah jatuah maso itu, dek mandeh Conto Pomai, adok kadiri si Ranggo Inai: “ Anak puti si Ranggo Inai, ambo dek datang kaiko, pisuruah Anggun Nan Tungga, inyo nak pasoi kabalai, nak manyolang suri kau, inyo dek basagaro tido, kain baju tak manruah, kabuekkan pakaian,” Bakato si Ranggo Inai: “ Kok Suri mandeh kato an, suri ambo disolang urang, disolang Kulidan Suto, sabontak iko lah baru, mandeh naiak urang lah turun, mandeh jopuk lah kasanan. “ Molah baitu jonyo kau, nak ambo jopuk lah kasanan, “ Katanyo amai Conto Pomia, kini baitu lah juo nak poi molah ambo, baitu jonyo mandehnyo. Didukuang uncang kujori, talau turun nyo sakali, lah tibo di tongah laman, bajalan mamudiakan laman, lah maroncah kampuang urang, kampuang lah kuak manguakkan, rumah lah kipeh manipehkan, bajalan sarontang panjang, lah tibo goran disanan, dilaman Kulindo Suto, maimbau mai Conto Pomai: “ Nakanduang Kulindan Suto, lai bakau ateh rumah.” Aluran Kulindan Suto: lah manjoguak nyo kapintu, lah tampak mandeh dilaman, lalu bakato nyo sakali: “ O mandeh jonyo ambo, apo dek datang tarabang-rabang, mandeh dek tibo tasoro-soro, lalu naiklah sakali.” Mandonga rundiang nan saying, dirontak tango nan limo, lah tibo dibondua tobi, pangodan dilangkahi nyo, bajalan karuang tongah, lah tibo diruang tongah,

Universitas Sumatera Utara dimarambuang suto biru, eten dilapiak paradani, duduk dikasua manggalo, soto duduak lah barunding, sambaing makan siriah: “ Anak kanduang Kulindan suto, baso pisuruah tuak mudo kau, nak manyolang suri kau, inyo nak poi kabalai, surek lah bapucuak-pucuak, posan lah baganti-ganti, nak manyolang suri kau.” Manjawab Kulindang Suto: “ Kko suri nan mandeh katokan, sayuk salangkah mandeh tibo, suri ambo disolang urang, disolang Kasumbo Ampai, sabonta iko lah baru, mandeh jopuk lah kasanan.” Mandonga rundiang kulindan, bnakato mai Conto Pomai: “ Baitu molah kironyo, lah malang si Anggun Nan Tungga, kok baitu jonyo kau, nak ambo jopuk lah kasanan, mantaro ari bolun tinggi, kotu paneh bolun garang, nak kanduang lopeh lah ambo.” Manjowab Kulindan Suto: “ O Mandeh jan baguluk bona, mandeh makan molah kito.” Onak jalai ambo makan, nan diangan bolun lai dapek, nan dicinto bolun lai buliah, “ katonyo mai Conto Pomai, balau turun ayo lai, ati mabuak pikiran bambang, lah tibo ditongah laman, bajalan juo nan jadi, kadomi topi mansojik, kakobun durian rondah, eten katanjuang limau sundai, karumah si Bumi Aceh, dek copek balau bajalan, lah tibo ditongah laman, ari basarang tinggi juo, lalu maimbau anyo lai: “ O anak si Bumi Aceh, lai bakau ateh rumah, tak bakau iko goran.” Agaklah si Bumi Aceh, sodang maandan korek kuku, asik malontua-lontua jari, pisau lah lopeh dari tangan, lah manjonguak inyo kalaman, lah tampak mai Conto Pomai: “ O mandeh lah jonyo ambo, datang dek tasoro-soro, tibo dek tarabang-tarabang.” Manjowab mai Conto Pomai: “ Anak kanduang si Bumi Aceh, lai mukosuk dari rumah, pisuruah Anggun Nan Tungga.” Kok baitu jonyo mandeh naiklah sakali.” Mandonga rundiang nan saying, talalu naik sakali, lah tibo dibondua tobi, pango dan dilangkahinyo, lah tibo diruang topo, dietek dietong-etong, baulan pucuak pigago, togak dek tacogun-cogun, lalu kabanta sarugo, duduak maontakkan diri,polka bakipeh kondang-kondang, soto duduak soto barundiang: “ Sobab ambo dek kaiko, pisuruah Anggin Nan Tungga, nak mayolang suri kau, inyo nak poi kabalai, pakainan indo awak manaruah, kadibuekkan inyo pakaian, kapalawan dunia urang, “ Katonyo mai Conto Pomai. Bakato si Bumi Aceh: “ O mandeh lah jonyo ambo sayuk salangkah mandeh tibo, malang sasewek mandeh datang, suri ambo disolang urang

Universitas Sumatera Utara sabonta iko lah baru, dijopuk Comin Talayang, rang picancang bungo tanjuang, mandeh jopuklah kasanan, katokan pisuruah ambo,” Mandonga rundiang nan saying, ari basarang tinggi juo, tapi baalah mangatoan, tak dapek diulag lai, kini baitu malah juo, nak ambo jopuklah kini, talau turun sakali, tibo ditongah halaman lalu bajalan maso itu, kajerong kampuang nan dalam, kapicacang baliak lobuah, karumah Paromin Suri, adiak si Jarum Tasangkuk, lah tibo di tongah laman, ari basarang potang juo, dek dopek baliau bajalan, lah tibo goran disanan, dilaman Paromin Suri, balau maimbau maso itu: “ O anak kanduang Paromin Suri, adiak kanduang Jarum Tasangkuk, tasangkuk dirunggo ati, tagantuang diruang mato, sabab dek datang potang ari, kapulang ari lah sono.” Mandonga rundiang nan baitu, bakato Jarum Tasungkuk: “ O mandeh jalai bagurau juo, lalu naiklah sakali, ari kok malam baiko.” “ Mandeh kok kababaliak pulang, bajalan nan sajauh iko, minum makanlah daulu,” Katonyo Paromin Suri. Manjowab pulo mandeh nyo: “ O anak jadi ambo makan, ari kok malam baiko.” Dek posai batongka-tongka, dilopeh juo mandeh bajalan, balau lah turun anyo lai, bajalan baguluk-guluk, dek lamo lambek bajalan, ari basarang tinggi juo, mudiak labuah rang Piaman, ati lah batambah rusuah juo, lah sarontang pajalanan, lah duo rontang panjang, kampuang lah kuak-maguakan, rumah lah kipeh-mangipehkan, diansua juo lah bajalan, lah tibo gorang disanan, dijalan basimpang tigo, sasimpang jalan kasanan, iyolah jalan nak kabalai, ka balai Nan Kodo Baha, ka gulinggang kurai taji, eten kapasa indo dunia, sasimpang jalan kasanan, eten ka kaki gunung lading, ka kampuang Bodi Caniago, dituruk lobuah nan golaong, pariknyo talago api, dek lamo lambek bajalan, lah tibo gorang disanan, di jorang kampuang nan dalam, ditongah laman nan panjang, talalu naiak sakali, soto tibo ditongah rumah, lotiah nan tido takuaso, diluluh pakaian diri, diungkai pakaian jo baju, bakato Anggun Nan Tungga: “ Dek mandeh olah lah pulang, lai tabao nan dijopuk, lai ko dapek nan dicari, pulang dek basonjo-sonjo.” Bakato mai Conto Pomai: “ Malang cilako pajalanan, baronam puti tajalang, suri indo mandapek, ambo lah kamari poi, karumah Jarum Tasangkuk, suri ambo disolang urang dijopuk Nan Gondo Riah, baitu jonyo jo ambo, mandeh jopuklah kasanan, baitulah jonyo ambo,

Universitas Sumatera Utara kok ambo jopuklah kasanan, ari kok malam baiko, O buyuang Anggun Nan Tungga, barisuak arilah mandeh poi, kondak kabalaku juo, bia lambek asa salamat,” baitu molah kironyo, ari nan samalam itu, makan indo sakonyangnyo, minum indo sapuehnyo, lolok indo sadalamnyo, dek lamo lambeknyo malam, sakalu ayam bakukuak, cukuk kadu aril ah siang, murai bakicau manjagokan, aril ah pagi anyo lai, Tungga lah bangun maso itu, ibu lah babaliak dari topian, endangan talotak tongah rumah, lalu makan anyo lai, kok makan olah lah konyang, kok minum olah lah pueh, balau bakokoh anyo lai, kain baju lah takonak, dalam sabonta itu juo, lah sudah goran bakokoh, lah sosak uncang kujori, disosak siriah jo pinang, balau maimbau anyo lai: “ O Tungga lopeh malah ambo, kok lambeh lambek saketek, usah aang manruah comeh, jalai aang ba ati mabuk, as alai kondak kabuliah, rantau jauah kadijalang, buyuang lopeh malah ambo. Lopehlah jo ati suci.” Manjowab Anggun Nan Tungga: “ Molah baitu jonyo mandeh, salamat mandeh bajalan, salosai ambo nan tingga, dilahia kito bacorai, dibati bajalin juo. Balau lah turun kahilaman, mamudiakkan jalan rang Piaman, bajalan baguluk-guluk, mandukuang-dukuang saketek, dek lamo lambek bajalan, manompuah lobuah nan panjang, bak dilindik pasia bulan, bak dilinduang pasia bumi, linjuang balirik-lirik panjang, pudiang omeh pangaran baru, baringin babatang-batang, mudiak lobuah nak rang Tiku, jauah lah baarang ampiang, ampiang katibo anyo lai, eten diulak sumua gondang, disungai bagondang perak, topian Nan Gondo Riah, picuran tigo sajajaran diujuang pincuran omeh, nan bamundam gadiang putiah, dipangka pincuran intan, basilasah batu intan, ditongah pincuran kanso, diujuang kanso balariak, dipangka perak balopih, Nan gondo sadang balimau, tarabai rambuk nan panjang, mancomuak cumaro ombun, talayok pandang kasanan, kaanak baringin kociak, parontian dagang lalu, lah mai Conto Pomai, mandukuang-dukuang saketek, manggonggam payuang sakaki, aluran Nan Gondo Riah, lah lombiak ati di dalam, macoliak balau lah datang, kakamano iko gorang, datang dek tarabang- tarabang, tibo dek tasoro-soro, aluran Nan Gondo Riah, indo lai jadi balimau, bakato Nan Gondo Riah:” Mandeh kalalu kamano, dek datang baguluk-guluk, mako basa lendang karu, takah bakulambu rusuah, kakamano iko mandeh.” Anak nan gadih

Universitas Sumatera Utara Gondo Riah, ambo dek datang kaiko, pisuruah tunangan kau, palopeh Anggun Nan Tungga, O Gondo pulang daulu, bati talipek kadikombang, rosia nan gaik kadiuasi,” katonyo Conto Pomai. Mandonga rundingan baliau, aluran Nan Gondo babalik pulang, mangonggam mundam tompek limau-limau, mandeh mangiriang dibalakang, tibo dilaman nan panjang, lalu sajo nyo kasanan, tibo dibatu tapaan, dirontak tango nan limo, samo niak jo ibunyo, pengodan dilangkahinyo, bajalan karuang topi, mandeh kaniak molah daulu, kapetak alam kapurin, eten kabatan nan baotok, si Kombang nan bijaksano, nasi katongahkannyo, nasi di dalam piriang omeh, bakoka jo jaruncino, kuah pacak parapoti, kuah sabolik nak rang bodi, satitiak jatuah ka nasi, nasi ancua sapiriangnyo, sapokan taraso juo, bakato Nan Gondo Riah: “ O mandeh basuahlah jari, lah patuk litak tu kini, bajalan sajauah iko, mandeh makanlah daulu, “ Lah makan nyo maso itu, makan basandiang duo, makan caro mulia juo, lah sasuok duo suok, cukuk katigo inyo lah sudah, pinggan dirobuk dek si Kombang, lah talotak kabakehnyo, lah tacucuak katompeknyo, makan siriah sakapua sorang, abih manih sopah dibuang, kolek lah tingga dirangkungan, pariso maruang tubuah, andai jatuah dek balau: “ Anak nan gadih Gondo Riah, ambo dek datang kaiko, pisuruah tunangan kau, inyo nak poi kabalai, kabalai Nan Kodo Baha, surek lah kodok kali datang posan lah baganti-ganti, diambek indo taambek, inyo nak kabalai juo, jo apo kaditompuahnyo, pakaian indo wak manaruah, kain indo wak malotakkan, ambo dek datang kaiko nak mayolang suri kau, nak manjopuk kincia kau, nak manjopuk turak kau, kadibuekkan inyo pakaian, kok badunia rang kabalai, awak basagalo kurang: “ katonyo mai Conto Pomai. Mandonga rundiang nan baitu, lah bakato Nan Gondo Riah: “ O mandeh lah jonyo ambo, baitu molah kironyo, sobab mandeh dek kaiko, inyo lah patuk dibuekkan, patuk bona ditonunkan, turak bao lah dek mandeh, turak lah diborikannyo, lah dapek nan kondak ati, babaliak pulang lah aminyo, turak digonggam tongah laman, maimbau Nan Gondo Riah:” Turak kan olah mandeh ba kicia pao dek batinggakan, mandeh babaliaklah naik:” Mandonga rundiang Nan Gondo Riah, balaulah babaliak naiak, kincia lah diagiahkannyo, balao turunayo lai, lah tibo di batu tapakan, maimbau pulo Nan Gondo Riah: “ O mandeh lah jonyo

Universitas Sumatera Utara ambo, turak olah lah tabao, kincia lah tabao turun, suto dek mandeh tinggakan, kabinguang bona molah mandeh, codiak nan salamo iko, kini iko lah ruponyo:” Bakato mai Conto Pomai:” Ati mabuak pikiran karu, mandogak tunangan kau, inyo kapoi kabalai, kamanjojak balai janggo, aka olun lai sakuku, kiro-kiro olun lai sajongka, tak tau jo ereng gendeng, sakali duo kali bolun, kamanjojak balai janggo, aluran Nan Kodo Baha, codiak kaasan-asaan, binguang kaolong-olongan, inyo basakitan ati-ati inyo kok batimbang rundiang….* nyo jo loeh, godang kok indeng malendeng tinggi kok impok-maipok, rundiang kok olun takirai, malu kok batimpo- timpo,” katonyo mai Conto Pomai. Bakato Nan Gondo Riah, kok anyo Anggun Nan Tungga, kok anyo pakaian dunia, pakaian indo kamambuek, kincia usah mande bao, turak usah mandeh solang, pakaian sudah dek ambo, pakaian tujuah pasalin, Tungga kamamakai sajo, tapi baitulah dek mandeh, bao posan ambo dek mandeh, kok poi tan tungga kabalai, kok sinoyan inyo kabalai, soto suruah kan kaiko, kok ari sotu nyo kabalai, ari komih suruah kan kaiko, nak ditunjuak diajari, bukan mudah rang kabalai, banyak pulo gumaraunyo, kok manyambuang rang dibalai, lai tau jo bulang nonok, lai tau jo ereng gendeng, suruahkan molah kaiko, nak ditujuak diajari, kok manembak rang dibalai, tembak nak jaan kumari sosek, tembak baujuang bapangka, bakatongah baka topi, nan baiduk bamatian, jaan dibunuah lalu sajo, malu jaan batambah dalam, kok barago rang dibalai, awak sagaro tak pandai, bondua topi kok bajojak, bondua tongah palarangan, turun sakali sapoakn, tak tau jo ereng gendeng, kok tatompuah jo larangan, panjang kok dikorek urang galanggang urang batiang, balai bakaompek suku, tumbuah adapt bakarosai, tumbuah dicupak nan balilih, dubalang batulang kuek, monti baujuang lidah, akin jo kaompek suku, pusek jalo kampulan ikan, talia adapt labuhan udang, kok katampuah jo larangan, kok tapijak jo boning arang, itam jo apo kadibasuah, tasundiak jo tabuang sodah, putiah baalah mangikihnyo, kikih kan bona lah dek mandeh, awak rang kocik mudo matah, kok bakanti samo godang, coliak nan usaha idnyatoan, pandang nan jalai diosahakan, golak jaan tasoro-soro, mudo kok dicolo urang nan tuo tompek batanyo, nan ketek dikasihi, kok jo nan samo godang, kakawan baandai-andai, batin talipak nan takombang, rosia nan gaik nak

Universitas Sumatera Utara tausai, biang cabiak gontiang putuh, dindiang lah langiak jo bicaro, bumi nak jaan kaujanan, cubolah uleh nak jaan mangosan, cubolah buhua nak jaan babuku, padi masak dunia salosai, nak samo sonangparotian, nak samo suko di dalam ati, suruah kan molah tan Tungga kaiko, pakian kamamakai sajo.” Manjowab inyo mandeh nyo:” molah baitu jonyo kau, babaliak pulanglah ambo, inyo jaan nanti-nanatian.” Manjowab Nan Gondo Riah:” Molah baitu jonyo amai, kan baatoh pulo lai.” Aluran mai Conto Pomai, talalu togak nyo sakali, didukuang uncang kujori, turun dari rumah nan godang, lah tibo ditongah laman, lalu bajalan anyo lai, bajalan baguluk-guluk, lah salerong pajalanan, manompuah lobuah nan golong, bak dikarang batu intan, bak dilidang pasia bulan, lah sarontang pajalanan, ampiag katibo anyo lai, dijerong kampuang nan dalam, soto tibo ditongah laman, talalu naiak sakali, lah tibo ditongah rumah, duduak maontakkan diri, lah tau Anggun Nan Tungga, lalu bakato nyo sakali:” O Mandeh lah jonyo ambo, baapo jonyo Nan Gondo.” Manjowab mandeh kanduangnyo:” Nan Tungga Si Anggun sudah, pakaian lah sudah dek Nan Gondo, pakaian nan tujuah pasalinan, indak nan rangto batonun, tapi poganglah imanat, tapi pocik lah pitaruah, buyuang kok kapoi kabalai, kabalai Nan Kodo Baha, aang badondam bakasumat, kok barundiang jo Nan Kodo Baha, pikiakan lotiang nan kamagonai, atau sodang makan aang baduo, usah ang sudah daulu, kok mandi diilia- ilia, bakato marondah-rondah, kok disaok nyo jo loeh, kok dikobek nyo jo panjang, elok jaan dipakai sajobalai bakaompek suku, galanggang lai batiang, pulang kan bona kajuaro, apokoh sobab dek baitu, kok tibo kusuk jo gaduah, kusuk biaso kasalosai, kok manyabuang rang dibalai, nan biaso nan dipakai, larangan ditongah sabuang, pantangan ditongah balai, awak rang kociak, mudo matah, sakali duo kali bolun, sakali iko lah baru, kamanjojak balai baru, kamanompuah gulanggang rami, muluk manih kucindan murah, baso biak paroman jumbang, pocikkan panggaja ibu, lotakkan di dalam ati, kalau lai togak di nan bona, cunduang lai kabatungkek, nak suko mandeh malopeh.” Manjowab Anggun Nan Tungga:” Molah baitu jonyo mandeh, dek lamo indo kalupo, dek banyak indo karagu.” O buyuang anggun nan tungga, elok bakokoh malah juo.” Katonyo amai nyo, amban poruk-poruk perak

Universitas Sumatera Utara balopiah, tijakanyo balariak, digonggam dibao turun, lah tibo ditongah laman, talotak palano kudo, ditunggua baringin tanam, dek arih Bujamg Salamat, ditariak tali sadopo, dibukak kinoyan kandang, dicokau kudo nan itam, nan itam baraoci, inyo baguluk jo salamt, kailia balolah, kamidiak bakoja-koja, ukotu kudo talengah, dapek dek bujang salamat, diganti uang kudo nan itam, dipuhun cimpago biru, dikonak palano kudo, asia gorang tontang itu, salamt balari naiak, inyo maimbau anyo lai, kabakeh anggun nan tungga:” Tuak mudo pangulu ambo, tontangan kudo nan itam, lah takaonak palano kito, bajalan kini-kini, eten karumah oncu ambo, kamalayu gunuang hijau, tontangan pakaian nan kadatuakkai, lah sudah dek baliau, datuak kamamakai sajo.” Manjowab Anggun Nan Tungga:” Molah baitu jonyo buyuang, kan baatoh pulo lai, elok barang kek musim bak kini, mantaro ari bolun tinggi,” Jumbang turun maso itu, jo bujang buyuang salamat, lah tibo ditongah laman, dirocak kudo nan itam, bujang daulu molah aang, ambo mangiriang di balakang. Aluran Bujang Salamat, salamat lah daulu juo, nan jumbang mangiriang dari balakang, aluran kudo nan itam, lah manduo-duo ketek. Adang-adang dorap aluh, kapaluluah sandiang jalan, kapaluluah sandiang lobuah, bak batimbang buni gonto, nan godang pakato-kat, nan ketek bapingkauan, nan tongah maragam buni, manompuah jalan nan panjang. Andai baraliah anyo lai, kabakeh Nan Gondo Riah, inyo sodang dianjuang pelang, si Kombang dianjuang pelang, maimbau Nan Gondo Riah:’ O Kombang lah jonyo ambo, tuak mudo kau lah datang, Anggun Nan Tungga lah tibo, O kombang dongalah dek kau, tadonga buni gonto kudo, nan godang bakato-kato, nan kociak baingkauan, nan tongah maragam buni, tiang bapaluk jo sikolat, jonjang bapaluk jo kasumbo. Bontang kan lapiak paradani, disonsong jocirano perak.” Manjowab si Kombang Malang:” Molah baitu jonyo oncu, toh baato pulo lai.” Asia lah goran tontang itu. Andai baraliah ka nan tungga, diansua juo bajalan, soti tibonyo disanan, ditongah laman nan panjang, Tungga turun ateh kudo, kudo digantuang anyo lai, dek buyuang bujang salamt, dianak mangkudu bulan: si kombang turun kabawah, digonggam cirano perak, sosak dek siriah jo pinang, bakato si kombang malang:”

Universitas Sumatera Utara Tuak mudo jonyo ambo, tuak mudo pangulu ambo, rajo rang tiku pariaman.-cibodak ditongah laman, dijuluak jo ampu kaki, jan lamo togak dilaman, itu kendi basuah lah kaki,-dosinsong jo kendi loyang, disorong jo kendi omeh, dibasuahkan katangan, lalu bakumua-kumua, disorong jo kondo loyang, dibasuahkanyo kakai, disorong jo kendi omeh, dibasuahkannyo katangan, talalu bakumua-kumua,- ditanam kapeh jo sikujua sadudun jo bilang-bilang- Tunggah tibo ateh, rumah, nasi lah taedang tongah rumah, nasi didalam piriang omeh, bakoka jo jarun cino, agak lah sonduak nasi nyo, tabujua samo-samo tabujua, tabalintang ciek-ciek, kuah pacak parapoti, kuah sabolik nak rang bodi, satitiak jatuah kanasi, nasi lah ancua sapiriangnyo, sapokan taraso juo, lah makan basandiang duo, lah sudah nyo manyuok, cukuk katigo nyo lah konyang, pinggan dirobuk dek si Kombang, lah talotak kabakeh nyo, makan siriah sakapua sorang, andai dialah anyo lai, bakato Nan Gondo Riah:” O tuan Anggun Nan Tungga, tuan kapoi kabalai, kok manyabung rang dibalai, lai tau jo bulangnonok, lai tau jo padan lobiah, kok tak tau diajari, kok tak pandai dikatokan, kok manembak rang dibalai, tumbak baujung bapangka, nan baiku bakapalo, jaan dibunuah lalu sajo, tembak sosek nan rang balai, kok dapek malu dibalai, malu jaan batambah dalam, kok barago rang dibalai, basentak turun lah kito, katongan laman nan panjang, anak nan gadih Kombang Malam, tariak lah rago baradat, eten dipetak alam kapurin, disirondah payuang lilin, dek cakap cokek nyo si Kombang, rago dibao nyo turun, nyo lah tibo ditongah laman, saying jo Anggun Nan Tungga, jo Nan Gadiah Gondo Riah, soto tibo tongah laman, Tungga barago jo nan Gondo, kailia balolah-lolah, kamudiak bakoja-koja, dari nan Tungga ka nan Gondo, dari ka nan Gondo ka nan Tungga, mamokiak rago nak jatuah, oram kok sampai katanah barago olah lah pandai, tuan kapoi manyabuang, ayam nan tigo sapautan, sikua ijau pipik jantan, sikua jalak bolah rotan, sikuak biriang sigunani, kundangan buyuang bujang salamat, nak dikatokan tuhanyo, tolua talanca induak mati, manoteh ditapak tangan, ujan jo panoh maoramkan, siang dikondang olam bumbun, kasian bujang juaro, malam dikasua musang jantan, bapantang diulak jonang, kinantanusah dilawan, nan jalak Kodak atinyo, kok luko ayam nan biriang, tobang kapintua lawang jonggi, kaulak

Universitas Sumatera Utara sungai karoteh, karonah kotobaeran, kalaman puti Rowani, inggok dibaringin omeh, mamintak ubek nan salilia, jihin jo setan nan maubek, inyo kabatuka roman, bulu bak raso sago jantan kukuak maluluang kaudaro, babaliak turun kabawah, kok tibo ditongah balai, inyo biaso rindu dondam, darah kok titiak satitiak, jalak dimabuak sawan darah, bulu kok loreh saolai, biriang bakukuak jalan tibo, tikam tajombo kabalakang, biriang manikam maso itu, tak kaki paruah mangonai, lah nyato biriang monang, lah osaha jalak alah, biriang babaliak pulang, inggok dipagodan ujuang, si Kombang maorak boning, ambo lah manyimpan taji, Nan Kodo togak jo alah, Nan Tungga duduak jo monag: kok barago jo Nan Kodo, lawan lah jo bagorah-gorah, kailia balolah-lolah, kamudiak bakoja-koja, sokong jo langkah tigo, bunuah jo langkah ompek, buliah dipandang nak rang Tiku: Kok manenmbak jo nan kodo, lawan lah jo bagurau, bari baikua bakapalo, jaan dibunuah mati sajo, kok lai sosok lamat nyo, nak tontu suto jo boning, sorukan tuah piluru, bapantang titiak katanah, inggok kakayu bagotah, langkah nan ompek panyudahi, sungguh-sungguh tuan mamintak, konalan guru nan batigo, tapi baitulah dek tuan, ati nan jadi dipangodang, tuan jaan tadorong-dorong, adapt dipukun balai-balai janggo, ditongah medan pasar rami, muluk manih kuncindan murah, baso baiak paroman jumbang, kalau tuan kamanembak, minta isin molah daulu, kabakeh anak biapari, atau pangulu jo andiko, jo datuak tiang galanggang, atau datuak juaro medan, kok tumbuah kusuk jo gaduah, kusuk kasalosai juo, tuan rondahkan lah ati, tuan tinggalkan lah cinto, nak salamt pajalanan, kok alah nan Kodo Baha, pandai-pandai tuan barundiang, lawanlah jo muluk manih, lawanlah jo baso baiak, bukan murah rang kabalai, banyak bona sangsaronyo, pikakan bona tu dek tuan, aluran Nan Kodo Baha, inyo basakitan ati, inyo kapado diri tuan, kini baitu lah juo, pocik orek gonggang tonguah, dek lamo tuan jaan lupo, dek banyak tuan jaan ragu, tuah kok sagaro monang, inyo kok duduak jo alah, usaha diarokkan bona kok sampai timbang tarimo, jalai arok lai kabuliah, kanlah pikia tu dek tuan, kayo dek samun jo saka, dek maelo jo maunjun, dek marombuak jo marampeh, tontangan badan kito iko, kayo baaso bamulo kok intan podinyo, serakkan ditongah balai, anak rang Tiku Pariaman, nak dapek saketek sorang, inyo kok sagaro

Universitas Sumatera Utara alah, tuang kok sagaro monang, kok tumbuah cacek cilako, lawanlah jo muluk manih, lawanlah jo baso baiak, aluran nan kodo baha, kan lah tau jo lakunyo, binguang kaolonh-olongan, codiak kaasa-asaan.” Manjowab Anggun Nan Tungga:” Molah baitu jonyo kau, adiak nan gadiah Gondo Riah, ari batambah tinggi juo, galanggang ramilah kini, nan jauah urang lah datang, nan ampiang urang lah tibo.” Bakato Nan Gondoh Riah:” O tuan bakokohlah daulu, ari kan lamo kan tinggi, paneh kan lamo kan garang,- lah kombang bindalu api, tumbuah dikonduang babunuah, babelen kaateh limau, O kombang nan lubuak ati, bukaklah peti bunian, tariaklah pakaian duni- pakaian tuak mudo kau, didalam komba nan godang, pakaian nan tujuah paluluasan, kain nan tujuah pasalinan, pakaian angkatan rajo-rajo, baolah katongah rumah.” Si Kombang rang bijaksano, copek kaki ringan tangan, tangan bak lipek tupasan, copek kaki tak manaruang, ringan tangan tak mamocah, manompuang kabiliak dalam, dijinjiang peti bunian, dibao katongah rumah, kamuko Anggun Nan Tungga, maimbau si Kombang Malang:” Tuang mudo pangulu ambo, elok bakomeh molah datuak kok inyo kakabalai juo.” Mandonga rundiang si Kombang, aluran Anggun Nan Tungga, takonak sirowa panjang, basarowa lenggoh Aceh, babaju pindondang jihin, kobek pinggang liung jantan, tasampilian korih pandak, putiang tajak daulunyo, dek pandai tukang mambuek, manjadi sambilan deso, di ujuang pincuran darah, di tongah sioseng bangkai, dipuntiang sicabiak kopan, kok dapek-dapek asanyo, bak cuko lobiah panggulai, pamongek batang kaladi, luko nantidak toteh jangek, tapi mamutuh rangkai ati, korih batanam kobuan, badeta lengkok palangai, bukan palagai urang kini, palangai maso daulu, tiok sudut tiok ukomat, ditopi baaka cino, ditongah babulan-bulan, tak sonang ati nan Gondo, diluruak cincin kalingkiang, lalu bakato maso itu:” Baolah ka balai janggo, nak batando putiah ati, o kombang malang nan sorau, silah karuang banilau, tariaklah ria jo jompa, cupakkan intan jo podi, kombang gantuangkanlah omeh, palawan Nan Kodo Baha, kok indo sodang jo itu, sandokan korong jo kampuang, gadaikan kudo nan itam, tuan topiakkanlah ambo, nak godang

Universitas Sumatera Utara ati Nan Kodo: O buyuang abang salamat, kopiklah ayam nan biriang, iko mah boning pambulang, baolah taji saolai,iriklah kudo paboban.” Nan Tungga sudah bakokoh, lah mancayo bak bulan, mangiambang bak mantari, rupo suta dibadoyan, takah rajo digadombang,- banyak bayam dibayami, tak ado rantiang pantiang nyo, banyak lah alam taalami, takado tuluak tandiangnyo- mancoliknyo mamakai, aluran Nan Gondo Riah, niat bak raso lah kasampai, bakato juo Nan Gondo :” Tan Tungga sangkutan ati, jaweklah tapak tangan ambo, kaunduang-undangan di jalan,” Tangan dipogang dek Nan Tungga, bakato nan Gando Riah:”- Kakuaok jalan ka bangkinag, ka kida jalan ka muaro, tado silasiah kabadorai, anjolai bakato tuo, ditutuah bapotang-potang disuok awai kasiah saying, jo kanan apuh aia mato, tandonyo badan kabacorai. Kok bacorai indo mangapo, asa jaan baragiah saying-“ “ Kain sakubuang tigo elak, guntiang saolai kasilukuk, saying di lahia kito urak, tapi di batin sangkuk pauk-,” Bakato Anggun Nan Tungga:” Adiak gadih nan Gondo Riah, lopeh bajalan molah ambo, sarela-rela lah kau, sasuko-suko lah kau, salamat ambo tinggalkan, salosai ambo bajalan.” Aluran Anggun Nan Tungga, lah turun ka tongah laman, dek arih bujang salamat, kudo ditariak maso itu, kudo nan itam baraoci, kaki putiah kaompeknyo, bangkai nyo madaun bodi, sisondok malampau muluk, ikua puriah satandannyo, itam baraoci aluh, inggok langau tunggang langgang, inggok nyamuak patah tobu, dek ari Anggun Nan Tungga, didobiak kudo nan itam, ditingkek tali kaki, lah dirocaknyo kudo nan itam, lalu bakato ka si salamat:” salamat abang kujonang, buyuang bajalan molah kito, iriklah kudo paboban, kopiklah ayam nan biriang, buyuang daulu molah aang, ambo mairiang dari balakang, tapi baitu lah dek aang, kok basuo rang manjomua, bangkikan jomua nan takoka, kok balabonyo jo mato, kok maruginyo jo jomua, sosa kok tibo kudian: kok manompuah kampuang urang, kok basuo rang batonun, suruah ontikan tonunnyo, ontikan kincia bapaliang, kok kusuk boning di

Universitas Sumatera Utara paso, kok dimabuak agan-agan, kok digilo poach indo:” katonyo Anggun Nan Tungga. Aluran abang salamat, lalu bajalan abyo lai, tontangan tuak mudo Anggun Nan Tungga, kudo dirocak maso itu, Aluran Nan Gondo Riah, Nan Gondo di pintu topi, maliek inyo bakudo, lalu bakato nyo Nan Gondo:” Tuan poi lah bak kini, ari basarang tinggi juo, tapi samantang pun baitu, bakudolah tuan sabonta, ditongah laman nan panjang pamujuak tangih nan tingga. Tungga bajalan anyo lai, mamudiakkan laman nan panjang, aluran kudo nan itam, lah manduo-duo ketek, baluluah rusuak lobuah, adang-adang dorap aluh, bapalumek sandiang lobuah, bak batimbang buni gonte, dek lamo lambek bakudo, lah maroncah kampuang urang, rumah lah kuak manguakkan, anjuang lah kipeh mangipeh, urang lah bamulai rami, juaro lah mamociak ayam, baandolan sikua sorang, urang kapoi manyambuang, kabali Nan Kodo Baha, puti saratuh duo puluah, inyo kapoi kabalai, payuang bak cindawan tumbuah, tonggo bak pisang saropak, bagisia jolang jo cincin, bak bunimanggantang korang, lah bakombang nan balipek, pakaian lah bakalobian, pakaian itam salalu: diansua juo bajalan, urang lah mulai rami, lah baluak bini- bunian, salamat tibo disanan, eten di bodi caniago, di laman si Ranggi Inai, sodang batonun tongah rumah, tadonga gonto kudo, ati nan tidak sonang lai, mamandang kasimpang jalan lah tampak bujang salamt, mairik kudo paboban, mangopik ayam nan biriang, bakato si Ranggo Inai,:” Kamano iko abang dek mangopi ayam nan biriang, mairik kudo paboban, “ Manjowab abang salamat:” ndeh codiak ndeh oncu ambo, kami kapoi kabalai, kabalai Nan Kodo Baha, saying jo Anggun Nan Tungga, dek asik baandai-andai, lah tampak kudo nan itam, jo diri Anggun Nan Tungga, mancolik inyo bakudo, ati nan tidak sonang lai, elok nan bukan alang-alang, topan nan tidak buliah judu, angko saedaranyo jo bulan, bak kiambang jo mantari, maliek inyo bakudo, ati nan tidak sonang, lah kusuk boning dipakso, lah putuh boning tarontang, lah balabo nyo mato, lah maruginyo jo tonun, bakato kulindan suto:”Tuan kapoi kabalai, singahlah tuan nan daulu, kok nasi nan skopa, kok lai aia nan satitik.” Manjowab Anggun Nan Tungga: “ Diak kanduang kulindan suto, adiak jalai ambo

Universitas Sumatera Utara singgah, ambo nak dorah bona kok lai untuang jo bagian, dek kapulang lah ambo singgah, kudo dirocak anyo lai, mailiakan laman nan panjang, taliku deksimpang jalan, talinduang dek kobun bungo, ilang dek mato nan duo, managih maluluang panjang, lah dimabuak angan-angan. Lah digilo poach indo, salamat lah daulu juo, Tungga mairiang di balakang, manompuah lobuah nan panjang, bak dikicuak awua loman, bak dilontua pinang daro, urang batambah rami juo, lah bapiriak ampu kaki, lah basingguang bidang bau, jauah lah basarang dokek, ampiang katibo anyo lai, eten di pasa indo dunia, dib alai balerong panjang, soto tibonyo dib alai, kudo dirobuk dek salamat, digantuang kudo nan itam, di anak baringian kociak, di suduk balai balerong, urang takojuk anyo lai, dunia rang sodang takombang, juaro sodang mamadan, ayam lah lopeh bataji, taruah lah baserak-serak, tan kotik turun di kudonyo, urang lah babondong-bondong, cubik lah mancabiak kain, bisiak lah mandosuah-dosuah, tanyo batanyo samo, kato domi-domi sorang, rajo manokoh nan datang, sutan dari manoiko, ontah kok rajodigadoombang, ontah kok sutan dibadoyan, kok nyo rajo dibadoyan, bukan doiko tandonyo, badeta sabolik panjang, bajunyo tabian kuniang, onta kok sutan malibihi, rang barat koto pasisia, saudaro si intan korong, anak si kandun suri, kandun indo saelok iko, tompannyo talampau bona dalam tandai nan baitul, lah tau Nan Kodo Baha, baso Nan Tungga nan lah tibo, lalu maimbau anyo lai:” Manolah n’monti nan baduo isilah carano perak, isilah siriah jo pinang, jopuklah Anggun Nan Tungga, baolah ka balai janggo, eten kapayuang panji putiah, kasirodah payuang lilin.” Arih dubalang maso itu, talalu togak anyo lai, lalu bajalan nyo sakali, ka muko Anggun Nan Tungga, soto tibonyo disanan, tangan disolamkanyo, lalu bakatonyo sakali:” Tuak mudo Anggun Nan Tungga, datuak olah molah tibo, usahlah disiko juo, tuak mudo ambo maimbau, tuak mudo Nan Kodo Baha, datuak di sajopuknyo, balau anak baandai-andai, toh kito poi kasanan, eten kapayuang panji putiah.” Lalu bajalan anyo lai, tangan di solamkan juo muko sajo dialiahkanyo, lah tibo goran disanan, lalu duduaknyo sakali, duduak di kurisi omeh, batanai bak minyak punuah, baukuk bagai gambaran, baimpok kampia rokok, uncangtimbun batimbun, carano lega balega, puti saratuh duo puluh, abih manyiriah balako, sutan nan ompek puluah ompek, abih

Universitas Sumatera Utara marokok balako, bakato Nan Kodo Baha:” O buyuang Anggun Nan Tungga, apo dek lamo bona, surek ka ang daulunyo, apo bona nan marintang, sobab buyuang talambek.” Manjowab Anggun Nan Tungga:” O tuan Nan Kodo Baha, banyak bona nan marintang kok agak galanggang urang, tuan indo kabatompuah, iko lai galanggang tuan, banyak bona gumaraunyo, kami jo buyuang bujang salamat, rintang dimabuak paruntuangan, badan ambo kurang salosai, akik lah bakapanjangan, domam baganti ari, namun sakarang ikokini, lah tibo dib alai tuan, kok panggia lah ambo mulaikan, kok imbau lah ambo sauti, urang bauntuak di galanggang, urang batipak masiang-masiang apolah kauntuak badan ambo, ambo rang sagalo tak pandai, bondua topi tak bajojak, bundua tongah palarangan, tak tau joereng gendeng, tak tau jo adapt urang, godang di anjuang nan tinggi, sakali duo kali bolun, sakali iko lah baru, manjojak balai janggo, tunjuak ajarilah dek tuan, apo nan kauntuak kito.” Bakato Nan Kodo Baha:” O buyuang Anggun Nan Tungga urang manyabuang di galanggang, lai kapandai buyuang manyabuang lai tau jo bulang nonok, lai tau jo pandan lobiah.” Manjowab Anggun Nan Tungga:” O tuan Nan Kodo Baha, tolong ajarilah dek tuan, sambaing baraja bataruah, kok kalah ambo dek tuan, kagonti sorat baguru molah dek ambo, kok alah tuan dek ambo gonti mamintak molah ambo, tuan dek tabario kayo.” Manjowab Nan Kodo Baha,:” Kalau baitu jonyo aang, manyambuang molah kito.” Bakato Anggun Nan Tungga, ka si abang bujang salamat:” O buyuang bujang salamat, mano nyo ayam nan bairiang, baolah ka tongah medan, ayam nan biriang sigunani, pakirim dek oncu aang.” Ayam dibaodek si salamat. Bakato Nan Kodo Baha:” Apo lawanyo ayam biriang , jo kinantan dilawanyo.” Bakato Anggun Nan Tungga:” Kinantan nan pantangannyo, takuk ambo malawannyo, lah berang Nan Kodo Baha, inyo baayam jalak, sikua ijau pikik jantan, piliah mano nan katuju, ayam nan jalak dipandannyo, lawan sibiriang sigunani. “ Laipanadai buyuang mambulang,” Katonyo Nan Kodo Baha, manjowab Anggun Nan Tungga:” O Tuan Nan Kodo Baha,

Universitas Sumatera Utara bulang lai bajuaro, taruahkan lai bajonang.” Mandonga rundiang Nan Tungga, dek datuak juaro lobiah, lah bakato adok ka nan Tungga:” Buyuang ambo lah mambulang.” Sayang dek Nan Kodo Baha, ayam lah diagiahkannyo, kadatauah juaro mudo, aluran Anggun Nan Tungga, padahnyo lobiah bulang nyo nonok, ayam batuah tajonyo ceno, pakirim Nan Gondo Riah, taruah batampi kaduonyo, aluran Nan Kodo Baha, taruah dikatongahkannyo, omeh tujuah taka kuniang, lah bakato ka Nan Tungga:” Buyuang lawanlah dek buyuang.” Tontangan Anggun Nan Tungga, nyo tariak ria jo jompa, balawan sabih pitih, tak sonang ati nan kodo, nyo erak intan jo podi, lalu bakato Anggun Nan Tungga, adok ka Nan Kodo Baha, Nan Kodo Baha, jo apo ka ambo lawan, topiaklah kudo nan itam, kok tagadai ditaui, kok tajua ditobusi, “ Mandonga rundiang nan tungga, bakato Nan Kodo Baha:” O buyuang anggun nan tungga, batopiak sarauah ria, bukanyo ria urang kini, ria jampa rang daulu, Aluran Nan Kodo Baha, nyo salin dondang sabuah, ponuah dek intan jo podi, sosak dek ria jo jompo, nak manyaok nyo jo loweh, nak mangobek nyo jo panjang. Aluran Anggun Nan Tungga, muko lah merah-merah padam, bakatonyo maso itu:” O tuan nan Kodo Baha, jo apo ka ambo lawan, topiak lah Nan Gondo Riah, Sadokan korong jo kampuang, olun kasonang ati tuan, kok kalah ambo manyambuang, dapek nan gondo dek….* Bakato maso itu:” Dek datuak nan rapek ropek, cunduang kitolah manungkek, robah kotlah manongakkan, sabulang jaan diawak.” Aluran Nan Kodo Baha, mandonga rundiang nan baitu, lah sonang di dalam ati tapi samantang pun baitu, aluran anggun nan tungga, nyo rang arih bijaksano, bakato anggun nan tungga, kok inyo kito kamanya buang, apo larangan di galanggang, apo pantangan tongah balai, Bakato juaro mudo:” Alah nan jalai disorahkan monang nan jalai dikuliakan, tak buliah golak mangolakan, itu larangan di galanggang.” Mandonga kato nan baitu, lalu bakatonyo Nan Tungga:” kalau baitu jo nyo datuak, eloklahayam kito adu.” Ayam disuo anyo lai, dek datuah juaro labiah, ayam dipacotokkannyo ayam diadu anyo lai, sakali bajujuang kateh, duo kali baronggok turun, lah patah ayam nan biriang urang basorak di galanggang, bakato juaro lobiah:” Usaha golak manggolakkan, kok alah

Universitas Sumatera Utara ayam nan biriang sigunani, lah patah di tongah balai, elok mabubuang kaudaro, mintaklah ubek jo ibilih, mintaklah tawa nan satitiak, eten kalangkiang cindai aluh, kaulak sungai karoteh, karonah koto baeran , karumah puti Rawani, koklai malu kabututuk, kok ala hang dibalai, kok nak tuah lai kabakisah, dongak lai kayo kabasalin, Nan Gondo dapek dek urang, ambo diseso paruntungan.” Mandonga sodaran Nan Tungga, lah tobang ayam nan bairiang, tobang mambubuang diudaro, inggok di pintu lawang langik, di laman puti rowani, inggok dibaringin omeh, dalam sabotan itu juo, datanglah setan jo ubilih, mambao ubek nan satitiak, lobeklah ubek jo panampa, bulu baraso soga jantan, sibiriang batuka roman, dipoluak bujang juaro, biriang sihat baknan lamo, urang lah rami digalanggang, nan jalak mananti juo, biriang lah turun maso itu, lah inggok ditongah medan, di muko galanggang sabuang, jalak bakukuak, biriang tibo, jalak lah tau anyo lai, jo baso lawan lah tibo, jalak bakukuak biriang tibo, sakali barongguk turun, duo kali bajunjuang kateh, tak kai paruah mangonai, lah konai jalak maso itu, dimakan taji colak loduang, baeto-eto poruknyo, indak dapek babaleh lai, jalak lah mati di galanggang, biriang lah monang maso itu, tobang mambubuang nayo ka tiku. Ka rumah Nan Gondo Riah, ingok di pangondang anjuang, tua Nan Gondo Maso itu, baso nan biriang nan monang, boning lah basah dek darahnyo, si Kombang maurak boning, nan Dondo manyimpan taji. Andi baraliah anyo lai, babaliak ka galanggang, Nan Kodo alah manyambuang, lah bakato maso itu, adok kadiri Anggun Nan Tungga, “ O buyuang Anggun Nan Tungga, kok alah ambo manyambuang, manembak kito daulu, pandai- pandai ang manembak, kok tak pandai nak diaja. Kok tak tau ditunjuki. Manjowab Anggun Nan Tungga:” Molah baitu jonyo tuan nak ambo turunkan juo, apo alamt tembak.” Bakato nyo Nan Kodo Baha:” Kok itu ang tanyokan, kapuak nan tigo sarangkai, di laman balai batimah, nak diajalah manembak, bori baikua bakapalo, nan baiduk bamatian.jaan dibunuah lalu sajo, tembak sosek nyo rang balai, eloklah kito pataruahkan, taruah dilipek-lipeknyo, dondang duo disalinyo, bakato Nan Kodo Baha, buyuang topiak lah dek aang, kok monang ang manyambuang bolun

Universitas Sumatera Utara kausak sapadi, olun kasumbiang saborek, ambo kamanuntuk baleh, taruah taserak digalanggang, omeh barecai maso itu, intan bacupak dek nan kodo, indo lah dapek babilang, dondang lah tigo disalinnyo. Aluran Anggun Nan Tungga, nan Gondo disandokannyo,kudo nan itam digadaikanyo,asa lai malu kabatutuk, korong jo kampuang nyo agiahkan, Tiku Piaman nyo gadaikan, palawan nan kodo baha, bakato anggun nan tungga tuan manembak molah kito. Nan kodo togak badiri, ditanai bodian jopun, dipocah langkah nan tujuah suruk kuciang main daun, togak olih simalonggang, susun siriah panyombah rajo, bodia dibao kapipinyo, tajorok kaki nan kiri, lompek rimau kamacokau, dorong gajah kamaambok, lah dipandang kailamat, badonciang buni potiahnyo, baserak pagulak api, untuak duo boleh gantang boniah, nan kolam dek asok bodiah, usaha alamat nan kakonai, dibodak loreh batimpo, disuduk dondang nan panjang, urang lah oruak di galanggang, bakato Anggun Nan Tungga:” Usaha lai kapuak nan karusak, cibodak jatuah batimpo, tuan dimano ko salahnyo, tuan sosek tu malamat, tembak nan tak bapangguruan.” Mandonga rundiang nan tungga, muko lah merah-merah padam, lalu bakatonyo sakali, dek ambo pauji-uji baulang, saulang lai, nak tontu masak matahnyo, urang lah eboh digalanggang,bodiahlah sudah disinyo, nan kociak lah barapi, nan godang lai basolai, bodia dibaonyo togak, langkah suruk-suruk lalu, nan diagak-agaknyo bona, kadibunuah mat-mati, tiang robah potiakkan bingkeh, lah bak guruah tongah ari, gamuruah ka tongah lauk, bagoga kaateh darek, bapakiakkan antu aia, manggogau antu lauk, usaha lai kapuk karusak, karambia loreh batandan, eten ditobiang lauk godang, badorau sasak balai, rang basorak di galanggang, bakato Nan Kodo Baha, tembak sosek tembak ambo, nan sakarang iko kini, tembak nan payudahi ujan, topuak payudahi rondahi, kadibunuah mati-mati, dek ambo pauji-uji, kadiulang sakali lai, bodia sudah lah taisi, piluru tuang rang kodas, mansiu kosiak ulando, kok tak konai dek kapoi, kapulang disinggahinyo, aluran Nan Kodo Baha, bodia ditenggah maso itu, langkah tujuah dipocaknyo, langkah nan suruk-suruk lalu, muko lah merah-merah, kadibunuah mati-mati, kapuak nan tigo sarangkai, nak baserak

Universitas Sumatera Utara katigonyo, bodia dibao kapipinyo, tak mungkia lai tu rasonyo, badontiang buni potiaknyo, sadotuang duo dogamnyo, gumuruah buni bodianyo, usaha lai kapuak nan kakonai. Aluran si intan korong, sodang kubalo topi lauk, sodang kubalo juah putiah, pamenan ati jo mato, usaha lai kapuak nan kakonai, jauh pamenan nan lah mati, oruak lah urang di galanggang, bakato Anggun Nan Tungga:” O tuan Nan Kodo Baha, cibodak loreh batimpo, karambia runtuah batandan, jauh pamenan lah mati, kabaroleh ko goran tuan, katonyo Anggun Nan Tungga. Bakato juaro mudo:” Nan Kodo sagaro alah manembak olah lan alah pulo, tak dapek dikiak lai, muko lah merah-merah padam. Bakato juaro lobiah:” Tungga jalai aang manembak, lah nyato Nan Kodo alah, osah nan tungga nan lah monang. Bakato Nan Kodo Baha, O buyuang Anggun Nan Tungga, jauh kadibantai juo, sim intak korong kodok diburunyo lakunyo babagai-bagai, jauh ko kadijua juo, sidonga digunuang nan lah datang, kini baitulah juo manyambuang ambo lah alah, manembak baitu pulo, namun sakarang iko kini, kilek panyudahi ujan, topuak panyudahi rondai barago kito daulu, disanan minta baleh, katonyo Nan Kodo Baha. Bakato anggun nan tungga:” Molah baitu jonyo tuan, ambo manuruk di balakang, intan jo podi lah abih, ria jo jompa baitu pulo, basudah-sudah kito, oso tuah tapuji, kaduo jumbang nak ilang, asa lai nomuah bajoriah, kok anyo intan jo podi, pakek de kaka nan panjang, dondang tasalin kalimonyo, dondang ompek nyo lai tingga, ponuah dek suto jo boning, sosak dek kain nan bakayu:” Bakato Nan Kodo Baha:” O buyuang Anggun Nan Tungga, kito cubo saulangko kok abih suto jo bonag, ponganglah si intan korong, kok barapo jo nyo aang , ambo nan manarimo sajo, asa nan saulang iko, kilek panyudahi ujan, topuak panyudahi rondai, basudah-sudahlah kito, baaiah-abiah lah juo, ambo ka manuntuk balah, tonguah-tonguah lah baiman, kok alah bona lah ambo, kok monang bona lah ang, dek aang korong jo kampuang, dek ambo intan jo podi, intan iko indak bapokok, dapek de kaka nan pankang, as alai nomuah bajoriah, isuak kadicari juo, dek aang sawah jo lading, kok alah bonalah

Universitas Sumatera Utara ambo, urang korong kampuang tak tau, kok ala hang dib alai, malu sakorong kampuangnyo, malu rang Tiku Piaman, kini barago molah kito, ari basarang potang juo. Mandonga rundiang nan baitu, manjowab Anggun Nan Tungga:” Kalau baitu jonyo tuan, kan baatoh pulo lai, rago lah diambuangkanyo, dek tuan Nan Kodo Baha, katongah balai godang, inyo barago jo nan tungga, kailia bakoja-koja, kamudiak baolah-lolah, maokiak rago nan jatuah, oram kasampai katanah, dari Nan Tungga ka nan kodo, kailia balolah-lolah, kamudiak bakoja-koja, nak rang cakap samo cakap, nak rang pandai samo pandai, inyo basakitan tai, nak rang badondam bakasumat, kagonti cido mancido. Aluran Anggun Nan Tungga, jinak bak pare langau dicokau bapantang dapek, aluran nan kodo baha, langkah lah tatago-tago, kaki lah tadorong- dorong, Nan Kodo raso ka alah, Nan Tungga raso ka monang. Andai baraliah anyo lai, kadatuah Malelo Alam, nan sorang paduko sati, codiak nan bukan alang-alang, pandai maasuang maasah, gontiang kok indak diputuahnyo, biang galik dicabiaknyo, pandai mauleh tak mangosan, kalau mambuhua tak babukuk, balau pulang anyo lai, rang rami ditinggakanyo, bajalan baguluk-guluk, dek lamo lambek dijalan, manompuah lobuah nan panjang, ari batambah potang juo, soto tibonyo disanan, di laman Nan Gondo Riah, di malayu gunuang ijau. Nan Gondo sodang ateh anjuang, sodang mancoliak rang kabalai, asik mamandang rajo lalu, dalam mason nan bak itu, lah bakato malelo alam, kapado paduko jati, ari nan saari ko, rang balai manenggang, baalin dari tiok ari, kan pikia tu dek datuak, nan tungga togak jo alah, Nan Kodo duduak jo monang, nan sajak mulo manembak, kudo nan itam lah tajua, korong jo kampuang lah tagadai, lah sampai puli tajado, Nan Gondo Riah lahtagadai, sodang barago ditinggakan, Tiku Piaman lah tasando, korang jo kampuang dibolinyo, dek tuang nan kodo baha, limau lah alah dek mandalu, susah urang koto nan limo, gaduah rang tiku piaman,” Kato tuak malelo alam, mandonga koba nan baitu, maimbau nan gondo riah:” O kombang malang nan sorau, jonyo andai rang dilaman, buni koba rang di lobuah, tuak mudo kau lah alah, kudo nan itam lah tagadai, korong jo kampuang lah tajua, kaalah limau dek mandalu,

Universitas Sumatera Utara jonyo andai-andai urang, aluran tuank mudokau, pangaja nan indak dituruknyo, kato nan indak dibonakannyo, daulu lai ambo katokan, dek inyo dibuangkan sajo, kito juo nan kamalu, binguang bona datuak kau, lah ditipu ditepok nyo, diumbuak diumbuainyo, saying dek Nan Kodo Baha, kijonguak lah kabalai, kito tontui juo, asa jan tua balega, kabarajojo nan kodo baha, inyo rang dongan daulunyo, kombang bakokoh molah kau, elok bakomeh molah kito, tariaklah pakaian ambo, di dalam peti bagewang, kain nan tujuah paluluasan, pakaian nan tigo pasalinan, kito pamabuak rang dibalai, kadikombang nan balipek, kadipakai nan tataruah, dek arih sih kombang malang, dijinjiang peti bunian, sosak dek kain jo baju, pakaian nan tujuah paluluasan, kain nan tujuah pasalinan, nan tidak tido didarek, nan ado ado dilauk, dapek dipakai salah satu, apolah namo pakainyo, banamo biludu gondun, dek gondun buatan jihin, dek jihin ompang kuranji, kulauk diambangkannyo, hatijah diombun torun, basuri di awing-awang, aluh nan mamucuak pisang, bonangnyo malua lawah, salah pandang dimabuaknyo, lobiah padang digilonyo tak dipandang ati mati, kurang pandang jantuang lintua, mancoliak Nan Gondo lah dipakai, bakato si kombang malan, oncu juo jonyo ambo, ukan itu rang kabalai, mati sama mati pangulu, tiang panjang nan tatogak, disanan dunia mangko bakombang, kok tidak nan sado, itu pakaian talontak juo, gontilah pakaian oncu, coliak pandanglah nan katuju, mandonga rundiang si kombang, nan gondo mabuak atinyo, ditariak biludu ani, ketek guluang godang boli, tonun nak rajo jihin, ukan kabalai bapakainyo, arak jirat tujuah ari. Olek dek lamo mamiliah, dapek lah pakaian nan sabonanyo, banamosuto biludu, godang tuah bosa cilako, kalau di pakai pagi-pagi, budak ketek kasiharan, ikan dilia abih mati, ikan dimudiak kasibaran, kalau dipakai tongah ari, mandonyuk paneh siaran, marongeh sibotuang tuo mamupuah ayam diboncah, dipakai bapotang-potang, alamat Tiku kagaduah, tando paiaman kakusuk, jan itu dipakai dibao, salah rupo rang mamandang:” katonyo gadih kombang malang, marentak Nan Gondo Riah, lalu bakatonyo sakali:” O kombang kumari tak baiak, ati mabuak dipamabuaknyo<” pakaian lah diborikanyo, dek nan gadih kombang malang, baju ciek kombang risau, risau siang risau malam, risau potang risau pagi, risau jo nampu-nampunyo, lah

Universitas Sumatera Utara tabontang candonyo paneh, dipakai bapagi-pagi, bakoja urono ombun, dipakai tongah ari balokah itam jo putiah, potang-potang dipakainyo, banyak bona urononyo, kalau baiyo-iyo bona, karoteh baguntiang-guntiang, daun modang bakai-kaik, rajo aceh nan mangguntiang, puti di padang nan manjaik, dari baruah datang kulindan, diruhun sudahnyo baju, bangkalai dondam tak sudah, si santan nan mayudahkan, santanbatapiah nan rang tanau, anak tuak patiah maudun, dondam tak jadi nan marisau, ati baniat sampai lai bolun, pakirim patiah maudun, bakirim jo angina lau, guruah jo patuh manyampaikan, dek nan gandiah gondo riah, dunia kapalawan oleh, tampak simantuang tabaliak, sijungkek niru tagantuang, disampiang piladang layua, tasorong golangbaeram, dikanan sipongga batang, takonak cincin dijari, mambayang kabungo kuku, korek kuku bulan kailang, nan tingga ompiang tapantiang, nan tingga bijo anyiman, sapadi inai manganjak, salah pandang dimabuaknyo, kain panjang turaian dusun, saeto jumbai jambuanyo, nan ditonun rang bainsang, nan dignatiah rang baparuah, ditonun dalam guo batu, nan kusuk ditimpo angina, salosai ditimpopaneh, taragu ukotuitu, lah bakato si kombang malang:” Oncu baminyak molah oncu, minyak duangi, minyak orun salampau paga, katurilobiah bajua, jobek siso pariah, dalam cambuang buli-buli, tingginyo sajongka kotuak, godang bak ampu kaki, tujuah muaro didalamnyo, tujuah bonda nan mauruk, kok nak tau diorunyo, dibao dagang balai, sabulan dagang balabuah, orunnyo manombuak gunuang, baonyo malanteh papan, satitiak jatuah kalaku, lauk jadi pakauan, manjadi ombak salobu, satitiak jatuah kapulau, pulau jadi pasumpahan, manjadi buayo kumbang, aia sapinggan sabun, minyak masih sakaco ponuah, Nan Gondo togak ditopi, baeda ba comin godang, diputuah pangarang sanggua, tarabai rambuak nan panjang, disiram jo aia bungo, taboba bau-bauan, ditumpu jo sikek jarang, diulang jo sikek rapok, limau puruk limau manih, limau kapeh tongah padang, ombuak luruk sikek manangih, ibo jo minyak katabuang, bakato Nan Gondo Riah:” O kombang lah jonyo ambo, saketek nan dibuluhkan, ambo tak pandai batangkua, tangkua ambo andan-andan, bukan baitu rang basanggua, sanggua ompek tabaginyo piliah mano nan katuju, bak kungkuang gagak kainggok, kok tukiak silimang makan, kok compah bungo kacumbuang, nan

Universitas Sumatera Utara baico nan bapakai, caro tobek sawah tongah, ragam ompang padang lua, onde oncua itulah cubokan, Dek arih nan gondo riah, dicokau rambuak nan panjang, dicokak dilapek ompek, ditokan jo tapak tangan, ditumpu jo jari manih, bakosan londaran cincin, duo jo gambaran jari, jarami bajolai-jolai, babuluah subangan jarek , pangantuang sambilan olai, sapuluah mangkonyo orek, babuluah jo subang jorek, mudiak lobuah tanjuang pati, taontak kakoto tongah, sapuluah mangkonyo orek, saboleh mangkonyo mati, duo boleh mangkonnyo sudah, tasisiak bungo bakarang, dipaga pasak nan tujuah, bak bulan dipaga bintang, nak bungo sinola- noli, tumbuah dimansojik jihin, dikaik galah tak sampai, dipajek indak tapanjek, loreh sakondak atinyo, dapek dalam dukungan, bungo tasisiak dalam sanggua, dipaga pasok nan tujuah, bak bulan si kombang, payuang pepk payuang popai, payuang panji nak rang piaman, nan batangkai akabaha, nan dikasau cino dondin, ari kok jo paneh dijalan, dek cakap si kombang malang, diisinyo uncang kujori, sosak dek siriah jo pinang, tambakau bosi baiaknyo, bagola sugi bajonang, barondam jo poti santan, kapalo adatdaulunyo, talalu sakarang kini, kapais baso juo, asia lah goran tontang itu, bakato nan gondo riah:” kombang bajalan molah kito, gulanggang rami lah kini, nan jauh urang lah datang, nan ampiang urang lah tibo, jinjianglah karuang andilan, ponuah dek ria jo jompa, sosak jo intan jo padi, tontangan nan gondo riah, talalu turun sakali, tibo di tongah laman , dikombang payuang sakaki, lalu bajalan maso itu, mamudiakkan, laman nan panjang, si kombang baitu pulo, inyo mairiang di balakang tontangan nan gondo riah, lah dianjak pajalan, tadayuak pingang nan lomah, tadorong bau nan kombang, tacampak tangan nan gontai, mandoguk golang baeram, lah ratik siponga jantan, tacoliak cincin dijari, cincin kociak dikalingkiang, mambayang kabungo kuku, korek kuku bulan kailang, nan tingga ompiang tapantiang, nan tingga bungo antinum, kamurepakaaa kendang-kendang, manintiang ujuang sarongnyo, lah mamocah ampu kaki, bajalan onta gumontak, rantiang tapijak indak patah , somuk tapijak indak mati, alu tataruang patah tigo, salangkah duo lembainyo, tigo pangulak nan babaliak, dikombang payuang sakali, lah maroncah kampuang urang, kampuang lah kuak

Universitas Sumatera Utara manguakkan, rumah lah kipeh mangipehkan, urang lah mulai rami, urang kapoi kabalai kodo baha, puti saratuh duo puluah, bulek kabalai balako, lah bagasia golang jo cincin, bak buni mangantang korang, payuang bak cindawan tumbuah, juaro mangopik ayam, baandolan siku sorang, inyo kapoi manyabuang: tontang nan gondo riah dipacopek lenggang compo, lenggang mamutuah kayu anak, lopeh dikampuang nan rami, tibo di lobuah nan baru, bak dikucuk awua leman, bak dilontua pinang daro, linjua gbalirik panjang, pudiang omeh pangaran baru, baringin babatang-batang, jalan torok kabalainyo, pariknyo talago api, balingkuang kaco sabolik, nan gondo tibo disanan, dunia rang sodang takombang, rontak sadogma-sadongma, oleh hurobbi rami urang, anak rang koto nan limo, rapek kabalai kasadonyo, kan lah pikia tu daulu, banamo anggun nan tungga, inyo tadonga kabalai, kabalai nan kodo baha, lah baluak buni-bunian, nan gondo tibo disanan, lalu tibo di pintu korong, ditunggua cimpagp biru, nan tungga sodang barago, jo tuan nan kodo baha, kailia balolah-lolah, kamudiak bakoja-kojaimyo basakitan ati, anak rang badondam bakasumat, lah gonti cido mancido, urang batambah iruk juo, cubik lah mancabiak kain, bisiak lah dosuh mandosuh, nan kodo lah baati bimbang, ati tak sonang nyo lai, madok kakiri kakanan, mamandang ilia jo mudiak, mancolik kiri jo kanan, talayok pandang kasanan, katunggu cimpago biru, kakorong balai batimah, lah tampak nan gondo riah, nan gondo manggonggam payauang, si kombang manggonggam uncang, aluran nan kodo baha, tacampak tangan nan kiri, takotua lutukan kann, sosak tibodek nan tungga, rago jatuah dek nan kodo, urang basorak di galanggang, urang batopuak tongah bali, nan kodo togak jo alah, nan tungga togak jo monang, ambo kok sagaro alah, olun kabapo bona, kok abih intan jo podi, dapek dek akan nan panjang as alai nomuah bajoriah, salih lah dondang nan panjang, ambo nan olun katagamang, tontang badan ambo ko, kok ilia saulang lai, dondang saboleh ka ponuah, ponuah dek intan jo podi, sosak dek ria jo jompa, kok suto jo boning omeh, dondang limo nan mananti, kok anyo kain bakayu, dondang nan onam ditobiang, ditobiang koto pasisia, tontang badan di ambo ko, kok ilia sakali lai, nak rang Tiku Pariaman, mandapek saketek, sorang, akan olun lai kasajongka, ang godang dibuah atok den godang ditongah lauk, kok monang ang

Universitas Sumatera Utara di tiku, kok alah deh dibalai, malu den sagondang gunung, apo sobab dek baitu, mamak ang balimo, abih dilauk balako, nan tuo kotik dirajo, bagola tua oji tuo, bapak sikasah tabontang, inyo saudang tongah lauk, digalombang pulau ubi, dipulau sipadi- padi, nyo sidoga tulak raiah, pakirim lai mudiak juo, tukanyo sakali sataun, tapi bukan mamak ang, mamak nan gadih gondo riah, nan sorang tuak mangguang kayo, eten dilonua baniara, dijambak jambu malereng, dijontang gagang pitulo, dikiambang tobek dalam, dibawah tolang parindu, bapak dek andomi sutan, daulu sosian rajo, kini manjadi rajo baso, dek codiak pandai barundiang, togak jo adapt jo pisoko, duduk jo lukih jo limbago, maukun maadap sorang, mangoku bonda sabuah, togak nan tidak lai, tasundak, utang nan tidak nyo babaia, piutang bagando tujuah, nyo manjadi rajo baso, tapi ukun mamk ang, mamak sin an gondo riah: nan bonus patiah maudun, bapak si santan batapiah, malin kitab karo kuraan, balau basurau topi lauk, dilereng sungaian tuan, dibatu dipakobunan, ditunggua baringin sonsang, eten diombak nan badobua, malin kitab kari kuraan, murik saratuh duo puluah, baronam manjadi sosi, baronam kari kuraan, baronam duduak dikitab, sorang kasayangan, guru, bagolah malin saidi, rang junguk batu balantai, anak rang ujuang tanah putiah, pagawai siak nan banyak bagolak si malin mudo, nan bonus soaiah baradat, aluran patih maudun, nan sojak bolau disanan, urang mukmin sakotonyo, bamusojik babalai godang, bapaga jo batu intan batunggak akabaha, bakasau jo tulang ikan, badindiang jo sisik ikan, gonjong nyo condong kalauk, kodok ditembang si ulando, mamak si nan gondo juo. Tontang di mamak aang, banamo sikabirulah, bagola paduko rajo, batambang bakili-kili, dibalai nan kodo tombi, dilaman dayang daini, dikoto banilo cayo, kusuk lah manggang labu, badan lah mamangkai sonduak, dadonyo aruk dek mariam, kapalo lokuang dek topo, kaki lah gontiang dek pasuang, pinggag lah gontiang dek rantai, tibo ujan kaujan, tibo paneh kapanehan, adang makan adang-adang indo, Manahan sopik dengan guntiang, Manahan gandin garagaji dibucuk bapantang layua, dianjak tak namuah mati, diobuh, barobah aia, dibaka barabiah api, sogah potuah manumbuak. Eten di lereng bukiak kociak, di ujuang tanjuang bajaik, eten di padang galageto tompek naniang jo tabuan, tompek setan bagunayak, tompek ubilih

Universitas Sumatera Utara manyasa, nan bakeh tulang balungguak, nan bakeh dagiang batimbun dek buruang to tatobangan, dek onggang to tajalang, batambang saacuk tolabg, nan sorang si kojo intan diam dikopa siansuk, eten dikopa nan tujuah, apo pulo karajonyo, ilia bonda mudiak bonda, manyabiak batang kaladi, kamakanan babi raok, badan lah putiah sabolah, matonyo lah rajak-rajakan, taminum jo aia gagap, tamakan nasi sarani, horam tolak usilam lai, itu nan mamak kanduang ang, jo siapo ka aang jopuk, lai tau jo mato pulau, lai tau jo mati lauk, ang godang dibuah atok, den godang di tongah lauk, jo siapo ka ang jopuk, nan badan ambo ko, kito lah batimbang rundiang, tapi samantangpun baitu, ang ilia pagi-pagi, potang-potang dituruki, tando kito sanagori, kok mulia bona dibalai, malu jo apo kaditutuk, lai tau jo mato pulau, lai tau jo mato lauk, salin lah intan jo padi, salin lah ria jo jampa. Mandonga rundiang nan kodo, nagih Anggun Nan Tungga, cakeklah balobuhan bona, di tongah balai gadangko, bakato nan gondo riah, barundiang sambaing managiah, tan tungga tuan ambo bona, kanapo ria jo jompa, kok monang tuan kabalai, omehnyo omeh basamun intanyo basamun saka, serekkan di tongah balai, nak rang Tiku pariaman, mandapek saketek sorang, O tuang nan kodo baha, asa nan badan ambo ko, nak tau jo tunggang ambo, kadianjak bukik kumpai, kadironcah bukiak batu, molai lauk kadilayari, mo lai ombak kadidugo, mo lai angina kadijariang, sajal salangka dari rumah, tak diangan pula lai, oso ilang duo tabilang, katigo jumbang nak ilang, kok karam di tongah lauk, tabilang ka tanah tiku, bukan bak badan tuan ko, Sali jiwo-jiwo ikan, salai ongok-ongok patuang, ulando kaditobatkan, rang putiah kaudisilamkan, dipuntuang api narako, sikapia-kapia alah, daulu padang jo inyo, kini ko padang jo ambo, kadituntuk malu diri, kadikali nan talamun, kadikokeh nan tabungin, kadibangkit parang pisoko, parang lah lamo talombo, kadibimbiang mamak mudiak, katonyo anggun nan tungga, nyo lai batimbang rundiang, saying jo nan gondo riah, barundiang sambaing maning:” O tuag anggun nan tungga, babaliak pulang lah kito, usaha lai di tongah balai juo, aluran anggun nan tungga, omeh lah diserakkan yo, batabua intan jo podi, dibalai balerong panjang, kayo nak pariaman, dek omeh nan kodo baha, nan kodo duduak jo mikin,

Universitas Sumatera Utara lah malorat tibo dibadanyo, tungga lah pulang anyo lai, banamo si intan korong, rang barat koto pasisia, dapek dek anggun nan tungga, tapi indo do dibaonyo, nan tungga babaliak pulang, jo nan gadiah gondo riah, si kombang na mariangkan, jo buyuang bujang salamt, manangiah sapanjang jalan, tak bakoriang aia mato, anak rang tiku pariaman, baati rusuah balako,dek laku anggun nan tungga, bajaln baguluk-guluk, lah salerong pajalan, lah duo lerong lontang panjang, nan tungga tibo dirumah, lah longang balai nan kodo titian lah bakucaian, dunia abih saari tu, lah mikin nan kodo baha, sosa lah tibo kudian. Andai barali anyo lai, sungguah baraliah sanan juo, baraliah bakeh nan tungga, nan tungga tibo dirumah, manangih maluluang panjang lah gadu ibu jo bapaknyo, bakato ibu kanduangnyo, tungga apo dek managih kabali basuko-suko, lah pulang baati ibo, O buyuang ala hang dibalai, manjowab anggun nan tungga, ‘O mandeh lah jonyo ambo, bukanyo alah ambo dibalai, ambo nan sagaro monang tapi samantang pun baitu, tak alun nan sagodang ko, alu tatumbuak katobiang, aluran badan amboko, dek tuan nan kodo baha, ambo diborinyo malu, namun sakarang iko kini, kadianjak lauk kumpai, kadironcah bukik batu, kadituntuk malu diri, mo lai lauk ka dilayari, mo lai ombak kadidugo, mo lia angina kadijariang, solia jiwo-jiwo ikan, solai ongok-ongok patuang, dibangkiak batang tarondam, mandeh lopeh ambo kalauk, baiak ayah kanduang ambo, dibangkiak batang tarondam, katonyo anggun nan tungga, managiah ibu kanduangnyo, bakato sambaing managiah daulu lai ambo katokan buyuang nak kabalai juo, aang rang bakasumat, atino sakik bakeh aang , ang kapoi kalauk, wak nan kociak mudo matah, darah olun satampuak pinang, umua olun satun jaguang, lai tau jo mato pulau, lai tau jo mato lauk, kok mati buyuang di lauk, putuh nan tidak kabauleh, ilang nan tidak kabagonti, anak tuo jolong badukuang, jarojak pintu topi, pangantuang pintu naiak, sumangek anjuang nan tinggi, limpopeh rumah nan godang anak sorang kalialng pulo, kok matibuyuang dilauk, kusuk rang tiku pariaman, gaduang rang koto nan limo, pintu nan tidak kabasingkok dapua nan tidak kabarasok, rusuah sakorong kampuangnyo, buyuang jalai ang kalauk, kok anyo rundiang nan kodo, buyuang usaha ang bonakan.” Mandonga rundiang mandehnyo,

Universitas Sumatera Utara lah bakato anggun nan tungga:” O mandeh lah jonyo ambo, kamuniang kok tak ditoteh, tumbuhan di sawah rang simabua, nan kuniang kok tak dilopeh, dielakkan darah nak tatabua, mandeh mandi ambo mnyauk, nak samo babasah-basah, mandeh mati ambo mangamuak, nak samo bakalang tanah, moik nak duo saunjuran, katonyo anggun nan tungga, mandonga rundiang anak nyo, tasirok darah didado, lalu bakatonyo sakali:” O buyuang lah jonyo ambo, kok mati buyuang dilauk, mati ditembak di ulando, tabarito ka piaman, takobah kalimopuluah, tua rang lauk nan tigo, ratok lah bendang tongah rumah, tangih lah baluak tongah laman, ratok nan tidak kababangkai, kan lah kona bapak aang, rimbo nan mano sisawangnyo, bukik nan mano didakinyo, ilang nan tidak kabagonti, mabuak sakorong kampuangnyo, laman nan jadi panyamunan, ambo kajadi donga urang, diambek kok tak kanamuah, batinggang kamidaulu, O buyuang nanti dek aang, kato ibu kanduangnyo, aril ah malam anyo lai, lah sudah minum jo makan, bakato ayah kanduangnyo:” tungga jajek naak rang Tiku, pamuncak rang pariaman, koreh bona aang nak kalauk, tapi baitu molah juo nak sonang ati malopeh, nak suko dikiro-kiro, namun barisuak pagi ari, tungga kabalai molah kito, gontalah tabuah larangan, rapekan anak rang tiku. Bakato anggun nan tungga, molah baitu jonyo ayah, kan baatoh pulo lai. Ari nan samalam tu, mato sapiciang indak lolok, aril ah pagi anyo lai, lah sudah minum jo makan, bakato goran bapaknyo:” mai manah tombang sangingi, isilah carano perak, kito kapoi kabalai, digonta tabuah larangan, rapekan kaompek suku, tontangan dianak kito, inyo nak kalauk juo, dimintak sombah nan tungga, jo datuak kaompek suku, nak tau anak rang tiku, kato tuak bandaro ijau:” kalau baitu jonyo tuang, kan baatoh pulo lai. Ari nan sari tu, inyo kapoi kabalai, lah tibo goran disanan, di balai balerong panjang, dek datuak bandaro ijau, digonta tabuah larangan, diguguah tabuah batuah, guguah tabuah tigo-tigoan, orang takojuk dalam kampuang, dari ilia urang lah mudik, urang bak anai-anai bubuah bak somuk tatobeh sarang, dari bukik lah manurun, bak kaluang taboba potang, podang bak pimpiang dilereng, bodia lah malonan baji, lah manjinjang sangkah puyuah, lah mangopiak topiak bilalang, bakato pangulu tulang,

Universitas Sumatera Utara apo koh tabuah dek baguguah, lamanokoh parik nan taampa, manokoh cokaknan tak balorai, ontah kok lanun nan malang, bugih iko nan marapok, atau ulando nan manggolong. Manjoweb bandaro ijau, dek datuak nan rapek popek, saisi bali janggo ko, sapanuah balai godang ko, larangan datuak dek baguguah, sababnyo tabuah dek bagonta, ukan do lanun nan malangga, ukan do bugih nan marampok, tontangan anggun nan tungga, rajo rang tiku pariaman, inyo nak poi kalauk, nak maanjaklauk kumpai, nak manopiak batu biso, nak baporang jo ulando, nak manuntuk malu diri nyo iko lah bayonyo, darah olun satampuak pinang, barani mangulik dasun, iman kokbak iman toruang, paham kaambia didukuang, inyo nak kalauk juo, diambek indo taambek, ditogah indo nyo namuah, kini baapo juo andaknyo, nak sonang ati malopeh. Mandongah rundiang bapaknyo, rapeklah urang tongahbalai, dubalang batulang kuek, monti nan baujuang lidah, akin nyo kaompek suku, masuak balimo jo tuak ongku, litak nan tidak kalapran, auh nan tidak kolu kosah, rundiang bajawan dek nan pandai, gayauang basambuk dek nan codiak, bakato malelo alam, banamo anggun nan tungga, kalau koreh nak kalauk, jalai digamangkan bona, bago kociak mudo, matah sapanjang pikiran ambo, lanun kok datang malangga, bugih kok datang marampok, kapagaran dondang nan panjang, dek tuan ompang limo itam, palosik nak rang padang torok, Manahan sopik dengan guntiang, Manahan gudang garagaji, dikilang mandonyuk-donyuk dipaek mandongkak-donkak, rang koba kondak atinyo, pandeka, ponjonan annoy, dondang kok balakang timah, laia bakulambu asok, nan tungga lolok nyo didalam, mamakan sakonyangnyo juo, bak caro di tiku juo, olun kasonang ati datuak, malopeh nan tungga ilia, nan kamabjadi cominan toruh, nan tau jo mato pulau, nan mairiak nan mabontang nan maunjuak maajari, tuan malin kociak didondang bagola malin cik omeh, tau jo topan katurun, tau jo angina ka tibo, panjiloku lanjiloka, loka induk loka mati, pandai maingok mambatehkan, nan tungga lolok di dalam, bak caro di tiku juo, litak bauluri nasi, auh bauluri aia, kok manganjak lambai-lambai, kok malantua botung tuo, tuan tukang

Universitas Sumatera Utara mangobek bangsawan, pandai manarah manalontang, pandai marapek dalam aia, tukang batulak bdari romin batulak sakayu kain, basajak inyo disanan, tak tatiru dek ulando, tak laku kodai rang cino, diteh halia angina, dibawah balaia aia, dibawah aia kamiri, tukang timbo nak rang danau, bagola modek bositang, diateh balaia angun, tukang pajek nak rang landai, nak rang bio-bio tinggi, nan tungga lolok nyo dalam, olun kasonang ati datuak, malopeh nan tungga ilia, kok kusuk nan tigo ratus, rang codiak didalam dondang, datuk paduko nna garau, dilaku rang basangketo, didaerek uknan putuh, sidoga jopang mangganti, makan palilihan cupak, tariak labo kotu rugi, dari aluan kakamudi, bajaga panjaik patah, nan tigo ratuh didondangnyo, bauntuk ciek sorang, nyo batipak masing-masing, dimano kusuk katibo, dimano gaduah kadatang, juragan dondang nan panjang, salamat, urang imbauan, aluran anggun nan tungga, lolok sadalamnyo juo. Manjowab datuak bandaro ijau:” Molah baitu jonyo datuak, lah sonang ati malopeh, lah suko dikiro-kiro, tapi samantang pun baitu, lai panjang, dondang indo wak manaruah, indak diaso kabaiko.” Lalu bakato malelo alam, kok anyo dondang nan kito pulangkanlah juo, kabakeh nan gondo riah, dondang palopeh tunangan, tiang bapaluk jo sakolat, gambaran sayok layangan-layangan, diaulan tunggu bobek, tonggo dimerah kamudo, , dondang baalam-alam merah, dondang palopeh tuangan pulang ka nan gondo juo, kato datuak malelo alam, bakato paduko joti, adiak nan gadiah gondo riah, aluran anggun nan tungga, inyo nak kailia juo, dondang buekkan lah dek kau kok indah kakau buekkan, dondang bolikan dek kau, kapamupuah madiri, kato datuak paduko joti, bakato nan gondo riah, namun barisuak pagi ari, poilah kito kasanan, eten kalauk sutan omeh, kabakeh nan kodo gondin, dondang nyo tujuah bakawan, kito piliah nan katuju, kapamupuah malu diri, mandonga rundiang nan gondo, urang maaminkan sajo, lah dapek kato nan utuh, pulang lai urang dibalai, nan gondo baitu pulo,samo pulang jo nan tungga, lah tingga balai batimah, dek ari nan saritu, pulang karumah sorang-sorang, tobo ditampek masiang-masiang, ari potang anyo lai, potang bajawek jo sanjo, malam nan samalam itu, mato sapiciang tak lalok, namun barisuak pagi ari, dek nan gadiah gondo riah, diguguah canag pamagia,

Universitas Sumatera Utara rapeklah urang karumahnyo, rundiang disobuk anyo lai, tan tungga sandaran alam, dek datuak malelo alam, saroto paduko jati, baiak kau kombang malang, , isilah karuang andilau, kito kan kopi kasanan, eten kalauk sutan omeh, mamboli dondang nan panjang, kato nan gadiah gondo riah, manjowab si kombang malang, molah baitu jonyo oncu kan baatoh pulo lai, eloklah kito basugiro, mantaro ari olun tinggi. Nan Gondo sudah bakokoh si kombang baitu pulo nan tungga sudah bakomeh samo bajalan anyo lai rang banyak nak mariangkan, bajalan basamo-samo, manompuah padang rang jonun, rang jonun mato mamandang, pandang nan torukmasuak lauk, eten kalauk lombang jihin, eteb katobiang pancominan, bajalan sarontang panjang, katibo goran di sanan, ditoluak kamuniang utan, dipauah jonggi nan onam, lah tibo goran di sanan, eten dilauak sutan omeh, lah tau Nan Kodo gondin, lalu bakatonyo sakali: “O Adiak Nan Gadih Gondo Riah, olah moh kau lah tibo, dek datang basamo-smo, tibo dek barami-rami, apo mukaosok dalam ati, torangkan molah bakeh ambo”. Mnjawab Nan gondo Riah: “O Tuan Nan Kodo Gondin, ambo dek datang kaiko, palopeh korong jo kampuang, di suruah ibu jo bapak, aluran Anggun Nan Tungga, inyo nak poi kalauk, nak bakondak ambo jo tuan, ambo nak mamboli dondang, lai koh dondang kabajua, kok buliah ambo kondakan,”Bakato Nan Kodo Gondoin: “kok dondang nan kau katokan, dondang lai kabajua, dondang ambo tujuah bakawan, piliah mano nan katuju.”Bakato Nan Gondo Riah:”Molah baitu jonyo tuan, kan baatoh pulo lai, tapi samantang pun baitu, O Tuan Nan Kodo Gondin, namun sakarang iko kini, tontangan jo badan kami, jo diri Anggun Nan Tungga, kami dek datang kaiko, palopeh korong jo kampuang, pisuruah niniak jo mamak, tontangan Anggun nan Tongga, inyo nak poi kalauk juo, diambek indo kaambek, ditogah indo nyo namuah, kan lah pikia tu dek tuan, inyo rak kociak mudo matah, darah olun satampuak pinang, umua olun sataun jaguang, lauk bajumbalang lapa, pulau banyak nan sati, dondang kok sampai taboli, tuan ka dibao ilia, kamairik kamambontang, kamanunjuak kajamari, tuan rang godang dilauak.” Manjowak Nan Kodo godin:”Adiak Nan Gadiah Gondo Riah,O buyuang Anggun nan Tungga, tontangan badan ambo ko, ambo olun kakaila, banyak bona

Universitas Sumatera Utara sangsoronyo, kok datang ambo kaila,”Bakato Nan Gondo Riah:”Asa olun lai kakaila, tontangan dondang tuan, nan mano dondang ka dek ambo.:”Bakato Nan Kodo gondin:”Kok nyo dondang na kau tanyokan, dondang mabo tujuah bakawan, sabuah dondang nan pagau, buatan tukang sianol, anak rang pantin pariangan kayu nyo toreh salalu”Baru takoba nan baitu, dek nan Gadih Gondo Riah, talalu togaknyo sakali, diliek-lieknyo bona, dipiliah dondang nan banyak, dek Nan Gadih Gondo Riah, dapek dondang salah satu, sapanjang pituah guru, dondangnyo buruak sakali; Bakato Anggun Nan Tungga:”Binguang dimano kau boli, codik dimano dijua, dondang buruak nan kau boli, malu kabatambah dalam, malu tacoreng dikoniangbapamabuak ati ambo.”Manjowab Nan Gondo Riah: “Kok anyo dondang nan onam, dondang boreknamonyo, karamnyo ditongah lauak, golonyo dikopa siensuk, jadi apuang- apuang kaia, diapikkopa tambago, kok tibo kudian, dimano niat kasampai, dondang karam ditongah lauak, tontangan didondang iko, dondang buruak jonyo tuang, kok buruak ado eloknyo, bapantang karam diilia, golonyo di pariaman, ditobiang paninjauan, dipauah jonggi nan onam, dikulik manih nan bonduang, nan dikatokan tuahnyo, motan tigo otok tungkua, takauk dek panimbunan, baslingkuah kandang babi, basajilek lidah anjiang, dondang nan goli-gilo baso, baru pagi-pagi ari, bak boluk digotai ikua, sodang tongah ari topek , bak bantiang putuh kaloan, baru bapotong-potong ari, tamberang badetoh-doteh, jujutan babonta-bonta, nan bak pucuak dilancakan, angina dijariang-jariangnyo, ikutan nyo buruang tobang, nyo sapantun angina lalu, dondang palopeh tungan, kapangali nan tabungin, kapagokeh nan talamun, olun kasonang ati tuan, molah baitu jonyo kau, olah lah sonang ati ambo, katonyo anggun nan tungga, nan tungga baati sonang, nan gondo baati suko, bakato nan gondo riah, kapalo nan gondo gondin, O tuan nan gondo gondin, dondang lah iko dek kami, nan buruak dari nan onam, barapo nan kakami boli, tuan katokanlah bolinyo, tuan sobukkan rogonyo, mandonga rundiang nan gondo, bakato nan kodo gondin, kok anyo dondang nan ciek ko, indo karago baboli, tando alamat putiah ati, nak am,bo agiahkanlah dondang ko, asa nan tungga kakalauk, kagonti badan dari ambo, dondang laikanlah mudiak, kok nan usang babaruan, nan buruak kadipaelok,

Universitas Sumatera Utara bakato nan gondo riah, molah baitu jonyo tuan, kan baatoh pulo lai, nan gondo elok untuangnyo, nan tungga elok rotaknyo, dondang kamaliakan sajo, bakato nan gondo riah, kini baitulah juo, babaliak mudiaklah kami, jo diri anggun nan tungga, saying katobiang paninjau, eten katanjuang pacominan, kato putuh rundiang lah sudah, tungga duduak di alun, nan gondo duduak di kamudi, si kombang di timbo ruang, O tuan lopehlah kami, ibu mananti ditopian, bapak mananti ditobiang, katonyo nan gondo riah, manjowab nan gondo gondin, molah baitu jonyo kau, kan baatoh pulo lai, dilai kito bacorai, dibatin bapalun juo, si kombang nan bijaksano, tali sauah diputuhnyo, dondang lah balai mudiak, si kombang marangkuah dayuang, bak diotok pulau tibo, bak dibilang pulau tingga, toruh sakojap mato, dondang bak angina lalu, ombak didugo-dugonyo, angina dijariang-jariangnyo, dipajiruh palaiaan, sarontang lamo dek balai, tibo ditobiang paninjauan, dipauh jonggi nan onam, dondang ditembekkan nan gokamunjang utan, badobuak, batu pandugo, tambang jatuah masuak lauk, lin tonang dondang, tasagom maso itu, lah tau anak rang tiku, jo baso dondang lah tibo, sarato ibu jo bapak, urang katobiang balako, lah rapek rang tiku pariaman, dek ari nan saari tu, ulah hurobi rami urang, ari potang anyo lai, uranglah babaliak pulang, potang bajawek jo sanjo, sanjo bajawek jo malam, nan codiak dalam nagori, datuak paduko nan garau, baliau manitah anyo lai, eten dirumah nan godang, dijerong kampuang nan dalam, dikampuang anggun nan tungga, canagpamangia, lah diguguahnyo, rang takojuk dalam kampuang, mandonga canang babuni, lah ponuah laman nan panjang, bakato malelo alam, sobab canand dek baguguh, namun barisuak pagi ar, kito kapoi katobiang, eten kadondang nan panjang, aluran anggun nan tungga, inyo kakailia juo, rapekkan tukang dek datuak, tukang nan ompeh puluah ompek, kurang kok dipakokoh, kurang elok dipaelok, dondang kabalai, juah, kato tuak malelo alam, nak rang tiku pariaman, ulah hurobi dek malam nan samalam itu, makan konyang minum lah pueh, ari siang anyo lai, aril ah satongah naik, rapaklah tukan kasadonyo, urang batundo katopian, longkok jo alat sorang-sorang, rapek kadondang nan panjang, dondang lah dipakaikinyo, tiang bapaluak jo sangkolat, bagai uki-baukiakan, ukia salibat tujuah jorong, ukia tombuak batarawang, bagai

Universitas Sumatera Utara gamba bagambakan, gambaran puti bajuntaian, gambar rajo basombahan, gambar rimau bahamburan, gambar gajah badorongan, gambar sayok laying-layang, tunggua bobek di aluan, dondang baalam-alam merah, pantangan ulando bona, pajotian dek rang putiah, dondang palopeh tunagan, baukia basoda lingam, dondang bapayuang ubua-ubua, sapokan tukang bagorak takonak simpai, sambilan lah salamat saparano, untuak diagiah ,maso itu, lah bauntuak ciek sorang, lah batipak masiang-masiang, nan tigo ratuh didondang, nan tidak tariak manariak, dimalah kusuk katibo, awak bauntuak balako, eten dipayuang panji putiah, dimarambuang suto biru, disanan tompek nan tungga, litak bauluri nasi, auh bauluri aia, mandi dalam paso-paso kuniang, oguang tigo salabuan, ciek gagok ganggoani, ciek gagok ganggo oto, ciek gagok sandirinyo, kok apo-apo nan tibo, didalam dondang nan panjang,pakirim nan gondo riah, palopeh korong jo kampuang, dondang libat saia salosai, jonji dilabuah anyo lai, timbua bulan nan kadatang, dek cakap datuak paduko, datuak paduko nan garau, balau manitah anyo lai, mano datuak malelo alam, didalam tiku pariaman, banamo anggun nan tungga, roajo rang tiku pariaman, inyo kabasentak ilia baniago, mambimbiang mamaknyo mudiak, poim mamupuah malu diri, ambo agak ambo pikia bina, kok nyo dondang nan ciek, kok karam dondang nan panjang mangopik dondang tan soik, kok karam dondang tansoik, kok karam lancing nan kinang, palopeh nan gondo riah, tando saying jo nak jan ungkai, tando kasiah nak jan abiah, kok sakiak anggun nan tungga, padoman ditangan nan gondo, dilia gondo bacorai, dibatin papalun juo, aluran lancing nan kuniang, utang dek nan gondo riah, maimbau malelo alam: O nak nan gadih gondo riah, utang dek diri badan kau, tungga buekkkak dapek diubah lai, dondang tigo salampaian, adapt rang tiku pariaman, molah baitu jonyo datuak, ambo nan utang manarimo, bori jonji ambu daulu, sarago datang batanggang, katonyo nan gondo riah, dek ari nan saari tu, rapeklah tukang kasadonyo, raoeklah tukang tigo puluah, lah mulai nyo maramu, saposai-posai dek mancari, dapeklah kayu nan sabatang, dilereng rimbu piatu, eten dipulau ruku-ruku, banamo banco sati, tumbuahnyo ditobiak lauk eten ditobiang lauk godang, dicubo-diccubo manobang, toduang bakoyat dipucuaknyo, lobah basarang di dahannyo, basicucua dirantiangnyo,

Universitas Sumatera Utara nan takruntuah dek baliung, nan tak tumbang dek kapak, nan gondo rang kobua pintak, disoru angina nan tujuah, ciek dulak daliak, duo barunan jantan, tigo putiang bailuang, ompek jo sikudo-kudo, limo jo angina salah sori, onam jo limbubu jantan, tujuah cosicabiak kopan, turun dodak layu-layu, tumbang cokua di halaman, kilek basalendangujan-ujan basalendang potuah, kilek tapojam potuh tibo, pucuak basikudo auh, cilako tukang nan banyak, tuah dek lancing nan kuniang, kapamupuah malu diri, dikabuang-kabuang patigo, sakabuang pakayuan lancing, sakabuang tingga disanan, manjadi buayo kumbang, tunggua dunia buayo sati, rantiang manjadi uda lidi, daun manjadi bibik sonsang, buah manjadi buah palo, bungo manjadi bungo congkeh, kayu lah dibao pulang, dielok tidak taelo, nan gondo kabua pintaknyo, dielo jo manau- manau putuh, dielo jo rantai-rantai lungkang, lah abiah tinggang jo kalako, dikona pituah guru, ponuah lai indak balumbak, rasolah tibo ditompeknyo, alam lonyap Allah badiri, guru manolong dihadapan, rabuak nan panjang dicabuknyo, rambuak dibaonyo pulang, kayu mangairiang dibalakang, rang banyak nan mariangkan, lah sarontang pajalanan tibo ditobiang paninjauan, tukang bagorak anyo lai, elok nan bukan alang-alang jonji daulu ditopoki, palopeh dagang nan ilia, dipandang buni- bunian, oleh rondam ditongah rumah, arak iriang ditongah rumah, arak iriang ditongah lobuah, arak iriang ditongah laman, jauah dilayang surek, ampiang dikapukan siriah, dokek ditopikan bondu, dipotong jauah pairiak, lah sapokan inyo barolek, olek nan siang-siang malam, arak nan potong-potong pagi, olek mangiriakan daun, arak manangkuakan cawan, olek abiah jonji lah tibo, arak usai ikara lah sampai, ari nan saari tu, potang ahad malam sinoyan, bakato goran bapaknyo, datuak bandaro ijau, nak rang jihin sabonanyo, nak rang tunggua kayu bodi, baliau condik can dokio, lalu maimbau maso itu, kadatuak malelo alam, dek urang nan limo jinih, dubalang batulang kuek, monti nan baujuang lidah, akin jo kaompek suku, masuak balimo jo tuak ongku, litak nan tidak kalaparan, auh nan tidak kausan, namun sakarang iko kini, kito kabalantak timah, nan tungga kabalantak pauh, kito katingga dirumah, nan tungga kalabai nan jauah, dilaia kito bacorai, dibatin bapalun juo, salosai ditinggakan nyo salamat inyo balaia.

Universitas Sumatera Utara Mandonga rundiang baliau, urang managiah tongah balai, ratok bak buni katoban, kan lah pikia tu daulu, dirato paiman tingga, ditagiah ibu malopeh bangkalau ditinggakanyo, kok agak bangkalai baju, banyak lah urang mayudahkan, iko bangkali dondam tak sudah, kok malang tibo dirinyo, putuah nan tidak kabauleh, ilang nan tidak kabagonti, pintu nan tidak kabasaok, dapua nan tidak kabarasok, mati ditembak siulando, dondang kababaliak mudiak, tibo ditobiang pamaninjau, mandeh kok salah tagamang, tau rang tiku pariaman, lalu kaluak limo puluah, tabotik kalauk agam, lopek kalauak tanah data, ratok babondong katopian, tangih lah baluak tongah laman, ratok nan tidak babangkai, jaan tasuo nan baitu, katonyo anak puti-puti, dek ari nan saari tu, oleh osai anyo lai, kato putuh rundiang lah abih. Andai baraliah ka nan gondo, lah bakato nan gondo riah, O tuan anggun nan tungga, kok io kakailia juo tuan. Molah babaliak, tompang manompang mudiakjuo, kok io kasikilia juo, sikilia semua rang bangka, kok io kakailia juo, inggo mano kadianta sikilia di sumuo bangka, lah kombang bungo limbayuang, lah disangko lado juo, inggo mano nak dianta, iko rambuak parongkuah dayuang, nak disongko ambo juo, jaweklah tapak tangan ambo, kaunduang-unduang tuan balai. Mandonga rundiang nan gondo, taisak tangiah nan tungga, managiah nan luluang panjang, bakato sambaing manangiah, sapokan kito bacorai gondo kok jadi angan-anagan, malam kok jadi buah mimpi, saputangan basogi onam, babungo suto bilidu, luko tangan dapek diubek, luko ati siapo tau luluah ati rusuah lah badanrusuah sabatang tubuahnyo gugua rambuak di kapalo, lah gugua dipaserahkan, gondo, di ruang mato juo, tapi baalah mailakkan, gorak takadia nan lah tibo, mandonga anggun nan tungga, mandonga si raggo inai tan tungga sandaran untuang, jonji dilabuah nan lah tibo, namun sakaiko kini kutiko elok nan lah tibo, nan tigo ratuh didondang, lah bauntuak ciek sorang, bajabat sorang-sorang, saudogo maikek kodai, tan malin pasang padoman, salamt mannati juo, kutiko elok kok lansuang, saying kok tulak balakang jo nan gadih gondo riah, bakatonyo nan tungga, manolah kakak nan baronam, nak batando putiah ati, nak bacoap sukarela, antakan basamo-samo, uluakan barami-rami, eten ka dondang nan panjang, manages si gondo riah,

Universitas Sumatera Utara marundiang diang sambaing managiah, tuan kabatadah ilia, tuan nanti ambo disanan, di kualo aia itam, di muaro bonda teleng, disimpang bonda sapuluah, digombak bombing palangai, di muaro batang mongguang, mongguang mamiliki pariaman, disanan saying diputuhkan, saying bajawatan tanggan, sambia manganta pabokalan, jo nan gadiah kombang malang tuan nanti ambodisanan, molah baitu jonyo kau, kan baatoh pulo lai katonyo anggun nan tungga, aluran anggun nan tungga, salangkah turun dijonjang, palopeh ibu jo bapak, lah bakuaknyo jo labo, lah batamu nyo jo rugi, tak diangan anyo lai, oso ilang duo tabilang, tunggang bak bulua sarueh, tungga abajalan anyo lai, eten ka tobiang paninjauan, bajalan jo ati rusuah, rusuah kabalai jauh karo maningalkan kampuang, rang banyak mariangkan, nan gondo manurukkan, samo mabuak kaduonyo, iyo bak kato urang juo. Parik putuah jalan karimbo, sasimpang jalan kabalai, maniak putuh ati lai ibo, kok kamuakasih kabacorai, diagak dipikia bona, sapokan badan bacorai, bapantang mandi potang, urang kok banyak saroman darah kok tasirok-sirok, awak dek barumah topi jalan, managkuk marameh ati, dek lamo lambek di jalan, tibo ditobiang paninjauan, saying didondang nan panjang, nan tungga ka dondang nan panjang nan gondo diateh tobiang, maimbau bujang salamat, salamat oncu nan tingga, salosai kami balai, dek aroh bujang dondang, dikicuk kamudi balo, diputa kamudi kincia, lah gilo gado-gadonyo, laia tajok angina tibo, diputuahnyo tali sauah, dondang balai anyo lai, basorak nan tigo ratuah, diratok paiaman tingga, balai jo aia mato, managih marongkuah dayuang, aluran nan gondo riah, bakatintam parok di dado, dibao pulang tak nomuah, dondang batambah jauah juo, lah dilamun-lamun ombak, ilang dek mato nan duo, agak sarontang panjalanan, digombak gomban palangai, di muaro bonda teleng, dondang ditambek anyo lai, takona jonji nan daulu, jo nan gadiah gondo riah, badobuk batu pandugo, tambang jatuah masuak lauak, rapek lah bak dikontamkan, laia tonang angina baronti, ari potanganyo lai, rang banyak babaliak pulang, pulang ka rumah sorang-sorang, ari sanjo pintu basauk, aluran nan gondo riah, minum makan anyo lai, lah kosek nasi dilulua, baduri aia di minum nan sajak tulak balakang, lolok bakulambuah rusuah, lah batilam aia mato, abiah ari bagonti ari, makan indak

Universitas Sumatera Utara sakonyangnyo, lolok nan tidak sadalamnyo, tungga diruang mato juo, lai dinan dirusuahkannyo kapalopeh nan tungga ilia, dilopeh jo omeh perak, omeh perak biaso abih, dilopeh jo kain baju, kain baju dojo inyo, tapi samantang pun baitu, gondo lai manjawek marih, ontah io ontah tido, ontah kok jadi angan-angan, kapalopeh nan tungga ilia, kapabok jo badoyan, kaparompak gunang intan, kabaporang jo ulando, inyo lai bapamenan, nan satoreh, nan saino samalu, nan salantak salinjuang, inyo badusanak, nan tuo sisapu rantau, itam bak tanduak dilonguang, ringan tatilontang sajo, potiakan sigulinggang lolok barangkai tigo balungkang, kok disandang jadi podang, kok dituuakkan jadi lombiang, ukan dapek dek baboli, dapek dek malaco tikuh, dek mangali parumahan, bodia tak kotik dirajo bagola tuak oji tuo, bapak sikasah tabontang, nan tongah lelo manjonun, omeh kalau dari aia, kalauk maambang musuah, nyo sorang banamo duo, di tiku lelo manjonun, dilauak sin ago ambang, maambang di tongah lauk, godang tuah godang cilako, kok maronguang pagi-pagi, ikan di ilkia abih mati, ikan di mudiak kasibaran, kok maronguang tongah ari, mandonyak paneh siaran, maronguang sibotuang tuo, mamupuah ayam diboncah, kok maronguang potang-potang, tando mulorat nan katibo, Tiku Piaman kagaduah, tando Piaman kakusuk, bodia tuak monguang kayo, bapak si Andomi Sutan, pakian maso dek mudo. Nan bongsu sisaniang gego, bodia Patih Maudun, tongah malam disuruakkan, sorang tido rang nan tau, dikualo boncah mahang, di lerang boncah talubi, dek lanun jolong palangga, dek bugih sodang parampok, Gondo mandonguh maso tu, eten di anjuang nan tinggi, donguh baik luntuang guruah, ari nan sodang tongah malam, taisak bumi tangihnyo, tajago goran amainyo, lah maimbau anyo lai:”Tuan jagolah daulu, lolok nan mulai sojak sonjo, ari nan sodang tongah malam, nan tak ati bajantuang, aluran dianak kito, banamo Nan Gondo Riah, apo dek mandongah tongah malam, sakali duo kali bolun, sakali ikolah baru, bontang lapiak kok tak elok, anjuang goran nan basarok, tilam iko nan gugua, rumah nan sagodang iko, badindiang papan lai bolu kini kabalantai palupuah, tubuah lah sagodang iko, makan batambah lai bolun, lah pandai baati rusuah,-awak malopeh dagang ilia, malu jo uarang bakuliliang,”katonyo goran amai Manah. Mandonga rundiang amai Manah,

Universitas Sumatera Utara Pnduko Ulak Sulah marangkak inyo kadapua, ditiup api di dapua, saeto puntuang nyo pupuak, sajongka panyolai nyo tingga, aluran amai Manah, balari ka ruang topi, disolai palito lilin, dipasang dama bakarang, lau bakato ka si kombang:”Kombang poi lah kaanjuang, jagokan lah oncu kau, apo goran dek mandonguh, sakali duo kali bolun. Sakali iko lah baru, ontah kok ngilu kapalonyo, buliah dimintakan ubek, malu awakdek udangnyo, nan tak ati bajantuang, awak malopeh dagang ilia,”katonyo goran amai Manah. Si Kombang nan bijak sano, copek kaki ringan tangan, olun disuruah nyo lah poi, olun diimbaunyo lah datang, digonggam dama bakarang, dirontak tango nan limo, anak tango duo kali lapan, bapijak jo ereng gendeng, bagantuang kakupang lintang, lah tibo di palantaran, didoganyo pintu anjuang. Sumurengang anak kunci, pasak bak buni babilang, ronguang nyi kalinggogoan, sumarebak comin jatuah, lah manggendeng comin gondang, lah kamat sibarang-barang, kombang lah tibo ateh anjuang, ditota tunam kadapua, panembak lawa baronang, disibak kulambu catua, lah nampak roman nan jumbang, bapalun-palun jo gabah, managih maluluang panjang, bakato si kombang malang; oncu apo dek mandonguh, makan iko nan tak konyang, ntah bontang lapiak kok tak elok, ontah kok sakik ngilu poniang, oncu dek baati rusuah, dek mandonguah tongah malam, dek mandanga bak kauri, nan tak baati bajantuang, kito malopeh dagang ilia, katonyo si kombang malang. Mandonga rundiang si kombang, managiah nan gondo riah, bakato sambaing managiah, kombang juo jonyo ambo, lain an ambo donguahkan, tontang tuak mudo kau, inyo kapoi kailia, palopeh tunangan ilia, kadilopeh jo kain baju, pakaian nyo tujuah palusinan, lai dek ambo nan takona, palopeh anggun nan tungga, parontak goduang intan, pamupuah malu diri, ambo lai bapamenan, nan samo godang jo ambo, nan satoreh sapangguba, nan saino sapamalu, dikualo boncah mahang, di lereng boncah talubi, eten dituluak bonda pisang, pamenan mamak daulu, nan batigo badunsanak, masuak barompek jo ambo, tongah malam basuruakkan, sorang indo rang nan taua, dek lanun sorang palangga, dek bugiah sorang parampok, nan barisuak pagi ari, poilah kito kabalai gontalah tabuah larangan, guguahlah tabua batuah, baolah kumonyan putiah, duo garun papikek, tigo garun tinggano, ompek jo kumonyan

Universitas Sumatera Utara barum katokan jo ibu ambo, baliau nak baati sonang, jan bimbang jak iko juo, kalarat kasudahanyo. Mandonga rundiang nan gondo, bakato si kombang malang, oncu dimabuak angan-angan, dimanooncu katau, awak rang kociak mudo matah, sodang baliau lai tak manyobuk, aluran di mandeh kito malam dimabuak angan-angan, malam bakulambu rusuah, siang lah diseso kojo, udua batanban kau lobiah, takuk ambo mangatoan, mandeh kok berang jo kito, kadigonta tabuah balai, kadiguguah tabuah larangan, kok takojuk nak rang tiku, utang jo alah kadibaia, ukun bunuah ambo lah mati, ukun gantuang ambo lah tinggi, olun kasonang ati oncu, dek asiak baandai- andai, aril ah badorak siang, sakali ayam bakukuak duo kali ayam bakukuak, cukuk katigo ari alah siang, lah baluak buruang ateh kayu, tapokiak siamang dewi, kabuki lah babalun turun, ombun lah basentak kateh, aril ah siang anyo lai, turun dari ujuang tinggi, lah toba di tongah rumah, lah tau goran ibunyo, mai manah tombang sangingi, lalu bakatonyo sakali, nak nan gondo riah, ari nan samalam tradi, gondo apo dek mandonguh, anak apo didayuhan, bontang lapiak ko nan tak elok, sakali duo kali bolun, sakali ikolah baru, dek mandonguah tongah malam, ambolah baati rusuah, bapak kau rang panggaduah, katokanlah jo ambo, tanyo dijawek dek nan gondo, bakato nan gondo riah, manolah mandeh jonyo ambo, batin talipek kadikombang, rosia nan gadik kadiusai, manjowab mai manah, anak nan gadih gondo riah, kau dimabuak angan-angan, ati rusuah dipaturukkan, ati mabuak sansai, sodang ambo lai tak tau, kok kunun badan kau ko, awak rang kociak mudo matah, siapo mangatokan, nan tigo badunsanak, nan tuo sisapu rantau, nan tongah lelo manjonun, nan bonus sisandiang gego, mamak kau nan batigo takalo maso daulu, bapamenan ciek sorang, inyo tatawan katigonyo, samo ilang jo badannyo, samo gaik jo tubuahnyo. Mandonga rundiang mandehnyo, bakato nan gondo riah, manolah ami jonyo ambo, codiak dimano mandeh juo, binguang dimano mandeh boli, O mandeh lah jonyo ambo, bak nyo andai rundiang urang, kurang tanyo sosek dijalan, aluran di badan ambobolun bakilek lah bakolam, bulan sangkek tigo puluah, bolun baliek lah bakolam, tando panyakiak kamambunuah, lua nan dari pado itu, rosia lah sudah

Universitas Sumatera Utara mangatoan, mimpi lah mambari tau, datang tuak ongku guru ambo disanan baliau surukkan, iyo dek mamk nan batigo, sorang tidak rang nan tau, dikualo boncah mahang, di lereng boncah talubi, eten ditoluak daun pisang, mandonga rundiang

Universitas Sumatera Utara