UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENDESKRIPSIKAN DISAMPING DALAM MATA PELAJARAN BAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TIME TOKEN PADA SISWA KELAS VIII.1 SMPN 4 PASAMAN

Tita Sulastri SMPN 4 Pasaman Email: [email protected]

ABSTRACT Based on the learning outcomes of Class VIII.1 Pasaman Junior High School 4 in the BAM sub subject, describing the rangkiang beside rumah gadang, it was found that the student learning outcomes in BAM subjects were still very low. The average student learning outcomes are still below the KKM. The purpose of this study was to describe and obtain information about efforts to improve student learning outcomes in BAM sub subjects. Describe the rangkiang next to the rumah gadang through the cooperative learning model of Time Token Type in Class VIII.1 Pasaman Middle School 4 West Pasaman Regency. This research is a classroom action research. The research procedure in this study includes planning, action, observation and reflection. This study consisted of two cycles with four meetings. The research subjects consisted of 23 students of Class VIII.1 Pasaman 4 Middle School. Research data was collected using observation sheets and daily tests. Data is analyzed using percentages. Based on the results of the research and discussion that has been raised, it can be concluded that the cooperative learning model of Time Token Type can improve student learning outcomes in BAM sub subjects. Describe the addition of a traditional house in Pasaman 4 Middle School. Student learning outcomes from cycle I to cycle II. Student learning outcomes in cycle I was 52.84 (Enough) increased to 84.26 (Good) with an increase of 32.42%.

Keywords: Learning Outcomes, BAM, cooperative learning model Time Token Type

ABSTRAK Berdasarkan hasil belajar siswa Kelas VIII.1 SMPN 4 Pasaman dalam mata pelajaran BAM sub mendeskripsikan rangkiang disamping rumah gadang ditemukan bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran BAM masih sangat rendah. Rata-rata hasil belajar siswa masih berada di bawah KKM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mendapatkan informasi tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran BAM sub Mendeskripsikan rangkiang samping rumah gadang melalui Model pembelajaran kooperative Tipe Time Token di Kelas VIII.1 SMPN 4 Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian dalam penelitian ini meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan empat kali pertemuan. Subjek penelitian terdiri dari 23 orang peserta didik Kelas VIII.1 SMPN 4 Pasaman. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan ulangan harian. Data dianalisis dengan menggunakan persentase. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperative Tipe Time Token dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran BAM sub Mendeskripsikan rangkiang samping rumah gadangdi SMPN 4 Pasaman . Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus I adalah 52.84 (Cukup) meningkat menjadi 84.26 (Baik) dengan peningkatan sebesar 32.42%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, BAM, Model pembelajaran kooperative Tipe Time Token

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN Vol 03. No 02 th.2018 331 PENDAHULUAN kehidupan sebagai masyarakat Minang. Kegiatan belajar menggunakan Kondisi tersebut mengakibatkan berbagai macam meode diantaranya dengan pengembangan nilai-nilai budaya tidak dapat menerapkan metode belajar secara terpelihara dan berjalan sesuai dengan berkelompok dipandang sebagai filosofi masyarakat “ basandi syarak, pengalaman belajar yang mengarahkan syarak basandi kitabullah” di tengah-tengah siswa pada prestasi siswa yang lebih tinggi. masyarakat . Lingkungan belajar dengan interaksi dan Kecenderungan dewasa ini untuk proses akan sangat potensial untuk dapat kembali pada pemikiran bahwa anak akan membimbing siswa dalam pengembangan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan potensi diri. Namun demikian, dalam situasi alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika pembelajaran seperti itu akan bisa anak mengalami apa yang dipelajarinya berkembang jika guru meningkatkan bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang kemampuannya dalam mengelola kelas. berorientasi pada target penugasan materi Secara keseluruhan gambaran terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat pelaksanaan pembelajaran BAM yang jangka pendek, tetapi gagal dalam dilakukan dapat berupa materi pelajaran membekali anak memecahkan persoalan banyak terdapat kata-kata serta pepatah- dalam kehidupan jangka panjang, dan itulah petitih yang berbahasa minang sulit yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita. dimengerti dan dicerna oleh para siswa. Model pembelajaran BAM yang Kurangnya inisiatif para guru menggali terdapat dalam buku pelajaran BAM perlu budaya untuk mencari pengalaman di diperkaya dengan model-model lain yang lingkungan masyarakat untuk mendapatkan memberi nuansa baru, sehingga dapat masukan-masukan mengenai adat istiadat meningkatkan kompetensi komunikasi Minangkabau. Pembicaraan tentang adat siswa. Selama ini model pembelajaran istiadat dibicarakan terbatas pada acara dan kurang menantang siswa, terutama gaya kalangan orang-orang tertentu sepertri ninik belajar yang monoton sehingga tidak mamak. Masih ada beberapa sekolah yang memancing kreativitas siswa, masalah yang tidak mengajarkan sama sekali pelajaran paling menonjol dikalangan siswa Budaya Alam Minangkabau dengan alasan- khususnya pelajaran BAM, yang terasa sulit alasan yang tidak dapat diterima akal. Dalih untuk dimengerti yakni menyangkut bahwa mereka kurang memahami mengenai penguasaan materi BAM tentang konsep- adat istiadat Minangkabau mereka kurang konsep terdapat di dalam ilmu BAM. memahami. Tentu saja hal ini akan Kenyataan ini menunjukkan adanya suatu menghambat kemajuan dan perkembangan komponen belajar mengajar yang belum siswa serta tuntutan kurikulum untuk mampu memberikan hasil yang memuaskan mengembangkan nilai budaya daerah itu sesuai dengan pencapaian susunan itu sendiri tidak pernah terpenuhi sehingga lama sendiri. Kenyataan di atas mengharuskan kelamaan nilai-nilai Budaya Minangkabau pembelajaran BAM dilakukan secara akan hilang dari peradaban dan nilai-nilai intensif. Namun ada kesan yang berkembang

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN 332 Vol 03. No 02 th.2018 di masyarakat bahwa mata pelajaran BAM kooperative Tipe Time Token diharapkan merupakan mata pelajaran yang sudah kuno mampu membantu siswa dalam memahami menjadi momok bagi siswa sehingga hasil konsep yang mereka pelajari dan membantu belajar siswa terhadap pelajaran BAM mereka menemukan kaitan antar konsep. tergolong rendah. Dalam hal ini dibutuhkan Hal ini penting bagi siswa dalam pembenahan serius dalam pembelajaran mempelajari bidang studi BAM. Sehingga BAM. denga penerapan Model pembelajaran SMPN 4 Pasaman adalah salah satu kooperative Tipe Time Token diharapkan sekolah yang memiliki siswa yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan mempunyai kemampuan yang beragam. hasil belajar siswa, serta guru tidak lagi Oleh karena itu, perlu ada pendekatan menjadi pusat pembelajaran. Guru hanya pembelajaran yang memungkinkan siswa akan menjadi fasilitator dan mengontrol atau peserta didik untuk memahami aktivitas belajar siswa dalam proses pelajaran sehingga pengetahuan yang pembelajaran. Dengan penerapan Model diperolehnya dapat bertahan lama. Dan salah pembelajaran kooperative Tipe Time Token , satu diantaranya adalah model pembelajaran maka diharapkan pelajaran BAM menjadi yang memperhatikan keragaman individu bidang studi yang disenangi, sehingga pada siswa yaitu model pembelajaran Model akhirnya akan meningkatkan aktivitas dan pembelajaran kooperative Tipe Time Token. hasil belajar BAM siswa. Oleh karena itu Kondisi seperti diatas, dialami oleh siswa berdasarkan latar belakang di atas, dengan Kelas VIII.1 SMPN 4 Pasaman Kabupaten mengacu pada strategi eksporitori, penulis Pasaman Barat. Berdasarkan hasil akan melakukan penelitian dengan judul wawancara dengan guru bidang studi BAM yaitu, meningkatkan hasil belajar BAM pada sekolah tersebut diperoleh informasi melalui Model pembelajaran kooperative bahwa hasil belajar BAM siswa di kelas Tipe Time Token di Kelas VIII.1 SMPN 4 tersebut tergolong rendah. Hal ini Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. disebabkan karena siswa kurang mampu Berdasarkan studi pendahuluan yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dilakukan peneliti melalui wawancara dengan situasi dunia nyata siswa atau dalam dengan guru mata pelajaran BAM Kelas kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga VIII.1 dan hasil observasi, ditemukan bahwa dikarenakan penyajian materi BAM yang hasil belajar siswa Kelas VIII.1 masih masih monoton dan membosankan sehingga rendah, khususnya dalam materi siswa kurang tertarik belajar BAM. Dalam “Mendeskripsikan rangkiang disamping situasi demikian, siswa menjadi bosan rumah gadang” dikarenakan: karena tidak adanya dinamika, inovasi, 1) Kurangnya semangatt siswa untuk kreativitas, dan siswa belum dilibatkan mendapatkan hasil yang lebih baik. secara aktif sehingga guru sulit 2) Kurangnya keingintahuan siswa dalam mengembangkan atau meningkatkan belajar. pembelajaran agar benar-benar berkualitas. 4) Siswa belum menyadari pentingnya Dengan penerapan Model pembelajaran materi yang disampaikan oleh guru.

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN 333 Vol 03. No 02 th.2018 5) Lingkungan untuk belajar kurang menurut Gagne (1984) bahwa belajar adalah kondusif. suatu proses dimana suatu organisme Hasil pengolahan nilai ulangan siswa berubah prilakunya sebagai akibat dalam pembelajaran BAM khususnya di pengalaman (Strategi Belajar Mengajar, Kelas VIII.1 pada semester II tahun ajaran 2004). 2017/2018, ditemukan fenomena bahwa Proses dalam pengertian disini hasil pembelajaran BAM khususnya yang merupakan interaksi semua komponen atau berkaiatan dengan Mendeskripsikan unsur yang terdapat dalam belajar mengajar rangkiang samping rumah gadang masih yang satu sama lainnya saling berhubungan rendah. Rata-rata hasil belajar yang (inter independent) dalam ikatan untuk diperoleh oleh siswa masih banyak yang mencapai tujuan (Usman, 2000:5). berada di bawah KKM. Berdasarkan Belajar diartikan sebagai proses pengolahan hasil belajar siswa maka jumlah perubahan tingkah laku pada diri individu siswa yang tuntas hanya sebanyak 6 orang berkat adanya interaksi antara individu dengan persentase 26.09% . Sedangkan dengan lingkungannya. Hal ini sesuai jumlah siswa yang tidak tuntas adalah dengan yang diutarakan Burton bahwa sebanyak 17 orang dengan persentase seseorang setelah mengalami proses belajar 73.91%. akan mengalami perubahan tingkah laku, Berdasarkan latar belakang tersebut baik aspek pengetahuannya, agar hasil belajar siswa Kelas VIII.I SMPN keterampilannya, maupun aspek sikapnya. 4 Pasaman dalam mata pelajaran BAM sub Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari Mendeskripsikan rangkiang samping rumah tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam gadangdapat meningkat, maka penulis Usman, 2000:5). mencoba mengangkat sebuah penelitian Hasil belajar siswa juga dapat dilihat dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil dari kemampuan siswa dalam mengingat Belajar Siswa Dalam Mendeskripsikan pelajaran yang telah disampaikan Rangkiang Disamping Rumah Gadang guruselama proses pembelajaran dan Dalam Mata Pelajaran Bam Melalui bagaimana siswa tersebut bisa menerapkan Model Pembelajaran Kooperative Tipe dalam kehidupan sehari-harinya serta Time Token Pada Siswa Kelas VIII.1 mampu untuk memecahkan masalah yang SMPN 4 Pasaman. ada. Pendapat Purwanto (1996:18) hasil KAJIAN PUSTAKA belajar siswa dapat ditinjau dari beberapa Belajar merupakan proses perubahan aspek kognitif yaitu kemampuan siswa bentuk prilaku manusia demi kelangsungan dalam pengetahuan (ingatan), pemahaman, hidup manusia. Proses belajar membantu penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. manusia menyesuaikan diri dengan Setiap proses belajar mengajar lingkungan disekitarnya agar siswa dapat keberhasilan diukur dari seberapa jauh hasil mempertahankan kelangsungan hidupnya. belajar yang dicapai siswa, disamping di Banyak pengertian belajar yang ukur dari segi prosesnya, artinya seberapa dikemukakan oleh para ahli, salah satunya jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa.

334 JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN Vol 03. No 02 th.2018 Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat tersebut pada saat ini telah tumbuh, dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, berkembang, dan terpelihara secara baik. selain mengukur hasil belajar penilaian Idrus Hakimi (1994:38) dalam dapat juga ditujukan kepada proses mengemukakan bahwa “Minangkabau pembelajaran, yaitu untuk mengetahui merupakan salah satu etnis yang sejauh mana tingkat keterlibatan siswa menganut sistem kekerabatan matrilinial. dalam proses pembelajaran. Semakin baik Sistem ini dianggap unik, karena hampir proses pembelajaran dan keaktifan siswa tidak ada etnis lain yang menganut sistem dalam mengikuti proses pembelajaran, maka ini”. Lebih lanjut Tsuyoshi, Kato (1977) hasil belajar yang diperoleh siswa akan dalam sumber yang sama mengemukakan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang bahwa “bahkan etnis Minangkabau telah dirumuskan sebelumnya. merupakan suatu masyarakat matrilinial Istilah kebudayaan merupakan terbesar di dunia”. Di samping itu peran tejemahan dari istilah culture dari bahasa pemimpin pada masyarakat Minangkabau Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin tidak terfokus pada satu pemegang colore yang berarti mengolah, mengerjakan, kekuasaan. Mereka memiliki suku, menunjuk pada pengolahan tanah, demogratis, paternalistik, dan disentralistik. perawatan dan pengembangan tanaman dan Kekuasaan terbagi empat, yaitu Ninik ternak. Upaya untuk mengola dan mamak yang mengurus masalah adat, Alim mengembangkan tanaman dan tanah inilah Ulama mengurus masalah agama, Cerdik yang selanjutnya dipahami sebagai culture. Pandai (intelektual) mengurus masalah Kebudayaan berdasarkan pandangan Tylor dunia, dan Manti atau mengurus bahwa (1) istilah kebudayaan dalam arti masalah keamanan. etnografi yang luas adalah keseluruhan yang Rangkiang atau nama lainnya kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, lumbung adalah sebuah rumah kecil di moral, hukum, adat atau setiap kemampuan sebelah rumah gadang yang dipergunakan dan kebiasaan yang diperoleh dari manusia untuk menyimpan padi untuk persiapan – sebagai anggota masyarakat sendiri persiapan yang hanya ada di Minangkabau. mengajukan konsep tentang kebudayaan, (2) Keberadaan rangkiang di Minangkabau kebudayaan adalah pola berbagai makna sangat memiliki multifungsi. Rangkang yang dikemas dalam berbagai simbol yang yang berjejeran di halaman rumah gadang ditularkan secara historis, (3) kebudayaan menjadi ikon atau simbol kejayaan suatu adalah sistem konsepsi yang diwariskan kaum. melalui ekspresi simbolik sebagai cara orang Secara fungsional rangkiang mengkomunikasikan, melestarikan, dan dirancang untuk menangulangi kaum atau mengembangkan pengetahuan dan sikap orang yang mempunyai rumah gadang dari terhadap kehidupan (Liliweri, 2007:6). paceklik, atau memenuhi kebutuhan dikala Masyarakat Minangkabau memiliki terdesak umpanya untuk keperluan upacara karakteristik budaya tersendiri yang sudah adat, melewakan gala dan untuk persiapan ada semenjak ratusan tahun lalu. Budaya atau cadangan dalam keadaan mendesak,

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN Vol 03. No 02 th.2018 335 serta untuk keperluan panghulu ketika dapat digunakan untuk mengajarkan menjalankan tugas sehari – harinya sebagai keterampilan sosial , untuk menghindari penghulu dan upacara adat lainnya yang di siswa mendominasi pembicaraan atau siswa anggap penting. menurut A. Navis dalam diam sama sekali. bukunya “Alam Terkembang Jadi Guru” ada Model pembelajaran Time Token empat jenis rangkiang yaitu : (1) Sitinjau (Arends, 1998) merupakan model Lauik, yaitu tempat penyimpan padi yang pembelajaran yang bertujuan agar masing- akan digunakan untuk membeli barang atau masing anggota kelompok diskusi keperluan rumah tangga yang tidak dapat mendapatkan kesempatan untuk dibikin sendiri. Tipenya lebih langsing dari memberikan konstribusi dalam yang lain, berdiri diatas empat tiang. menyampaikan pendapat mereka dan Letaknya ditengah diantara rangkiang yang mendengarkan pandangan serta pemikiran lain. (2) Si bayau-bayau, yaitu tempat anggota lain. Model ini memiliki struktur menyimpan padi yang akan digunakan untuk pengajaran yang sangat cocok digunakan makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan untuk mengajarkan keterampilan sosial, berdiri diatas empat tiangnya. Letaknya serta untuk menghindari siswa mendominasi disebelah kanan.(3) Si tangguang lapa, pembicaraan atau siswa diam sama sekali. tempat menyimpan padi cadangan yang Sintak Model Pembelajaran Timen Token akan digunakan pada musim paceklik. METODE PENELITIAN Tipenya persegi dan berdiri diatas empat Jenis penelitian ini adalah penelitian tiangnya. (4) Rangkiang kaciak, yaitu tindakan. Menurut Zuriah, (2004:54) tempat menyimpan padi abuan yang akan penelitian tindakan menekankan kepada digunakan untuk benih dan biaya kegiatan (tindakan) dengan mengujicobakan mengerjakan sawah pada musim berikutnya. suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata Atapnya tidak bergonjong dan bangunannya dalam skala mikro yang diharapkan kegiatan lebih kecil dan rendah adakalanya berukuran tersebut mampu memperbaiki, bundar. Pada masa lalu rangkiang menjadi meningkatkan kualitas dan melakukan bagian vital dalan mempertahankan perbaikan social. Esensi penelitian tindakan kelangsungan kehidupan anak kemenakan. terletak pada adanya tindakan dalam situasi Keberadaannya dijadikan sebagai indikator yang alami untuk memecahkan kekayaan seseorang semakin banyak sebuah permasalahan-permasalahan prasktis atau kaum memiliki rangkiang maka kedudukan meningkatkan kualitas praktis. Penelitian mereka dalam masyarakat semakin tinggi. tindakan yang dilakukan adalah penelitian muncul sebuah pertanyaan manakala tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan membaca ulasan mengenai rangkiang. sekolah ini terdiri atas empat tahapan dalam Mengapa rangkiang hanya sebagai tempat tiap siklusnya. Diantaranya: 1) perencanaan, menyimpan padi tidak hasil bumi lainnya? 2) tindakan, 4) observer, dan 4) refleksi. Menurut Rahmat Widodo (2009), Subjek penelitian adalah peserta model pembelajaran Time Token sangat didik Kelas VIII.1 SMPN 4 Pasaman dengan tepat untuk pembelajaran struktur yang jumlah peserta didik 23 orang. Untuk

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN 336 Vol 03. No 02 th.2018 menganalisis tingkat keberhasilan atau kelompok, anggota kelompok terlihat persentase keberhasilan peserta didik dalam meminta teman-teman dalam kelompoknya, hal Hasil Belajar setelah proses belajar untuk maju kedepan kelas, Tidak ada mengajar setiap putarannya dilakukan anggota kelompok yang secara spontan mau dengan cara mengkalkulasikan hasil menjelaskan. pengamatan terhadap Hasil Belajar pada Selanjutnya, dilihat dari lembar setiap akhir putaran. pengamatan terhadap proses pembelajaran HASIL PENELITIAN yang dilakukan oleh guru terlihat bahwa Deskripsi data yang akan dipaparkan guru kesulitan dalam mengarahkan siswa berikut ini diperoleh dari temuan data di dalam kelompok. Guru juga terlihat masih lapangan terhadap peningkatan hasil belajar kurang memberikan penghargaan kepada siswa dalam pembelajaran BAM sub kelompok yang berhasil menjelaskan materi Mendeskripsikan rangkiang samping rumah tentang Menjelaskan guna rangkiang yang gadangdi Kelas VIII.1 SMPN 4 Pasaman ada dirumah gadang. Kabupaten Pasaman Barat, melalui Selanjutnya untuk hasil belajar siswa penerapan Model pembelajaran kooperative pada siklus I diperoleh hasil dengan Tipe Time Token . menggunakan Model pembelajaran Siklus Pertama kooperative Tipe Time Token sebagai Pengamatan dilakukan pada saat berikut: pelaksanaan tindakan dalam proses Tabel 1. Hasil Pengamatan Terhadap Hasil pembelajaran dengan menggunakan lembar belajar siswa Pada Siklus I No Hasil Belajar Jumlah Persentase pengamatan terhadap aktivitas belajar 1 Tuntas 5 25.81 peserta didik dan aktivitas guru. 2 Tidak Tuntas 18 74.19 Pengamatan yang dilakukan terhadap Sumber: Pengolahan data ulangan harian siswa pelaksanaan pembelajaran menunjukan Berdasarkan tabel diatas, dapat bahwa proses pembelajaran berlangsung diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam kurang efektif karena pada saat guru mata pelajaran BAM sub Mendeskripsikan membagi kelompok masih banyak peserta rangkiang samping rumah gadang masih didik yang meribut. Saaat guru meminta rendah. Hal ini terlihat banyak jumlah siswa peserta didik untuk membaca dan yang tidak tuntas. Jumlah siswa yang tidak memahami materi pelajaran masih banyak tuntas pada siklus I adalah sebanyak 18 peserta didik yang berbicara dengan teman- orang dengan persentase (74.19%). temannya dan banyak yang bermain-main. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas hanya Penulis memperhatikan bahwa peserta didik sebanyak 5 orang atau sebesar (25.81%). tidak mendemonstrasikan materi yang akan Sementara itu, skor rata-rata hasil belajar dibahasa. Disisi lain, masih banyak peserta siswa untuk siklus I adalah 52.84%. Untuk didik yang tidak percaya diri untuk lebih jelasnya grafik hasil belajar peserta Mendeskripsikan rangkiang samping rumah didik dapat diamati pada diagram di bawah gadangyang telah dipelajari. Hal ini terlihat ini : dari, saat pertanyaan diberikan kepada

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN Vol 03. No 02 th.2018 337 Selanjutnya untuk hasil belajar siswa Rekapitulasi Frekuensi Hasil pada siklus II diperoleh hasil dengan Belajar Siklus I menggunakan model pembelajaraan Model 80 74,19 pembelajaran kooperative Tipe Time Token 60 sebagai berikut: 40 25,81 Tabel 2. Hasil Pengamatan Terhadap Hasil 18 jumlah 20 5 belajar siswa Pada Siklus II 0 persentase No Hasil Belajar Jumlah Persentase 1 Tuntas 21 93.55 Tuntas Tidak 2 Tidak Tuntas 2 6.45 Tuntas Jumlah 23 100 Sumber: Pengolahan data ulangan harian siswa Gambar 1 Rekapitulasi Frekuensi Hasil Berdasarkan tabel diatas, dapat belajar siswa Pada Siklus I diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam Berdasarkan diagram diatas terlihat mata pelajaran BAM sudah tinggi. Hal ini bahwa persentase tertinggi terdapat pada terlihat banyak jumlah siswa yang tuntas. jumlah siswa yang tidak tuntas. Selain itu, Jumlah siswa yang tuntas pada siklus II pada diagram diatas dapat kita mengamati adalah sebanyak 21 orang dengan persentase bahwa rata-rata capaian hasil belajar siswa (93.55%). Sedangkan jumlah siswa yang masih di bawah standar yang telah tidak tuntas hanya sebanyak 2 orang atau ditetapkan atau masih di bawah KKM. sebesar (6.45%). Sementara itu, skor rata- Untuk itu, di perlukan lanjutan pelaksanaan rata hasil belajar siswa untuk siklus II adalah pembelajaran dengan menggunakan Model 84.26. Untuk lebih jelasnya grafik hasil pembelajaran kooperative Tipe Time Token belajar peserta didik dapat diamati pada pada sisklus 2. diagram di bawah ini : Siklus kedua Selanjutnya, dilihat dari lembar Rekapitulasi Fekuensi Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran Belajar Siswa Siklus II yang dilakukan oleh guru terlihat bahwa 93,55 100 guru lebih dapat mengarahkan siswa dalam 80 kelompok, Guru juga terlihat telah 60 memberikan motivasi kepada peserta didik 40 21 Jumlah 20 dalam belajar. Guru sudah memberikan 2 6,45 Persentase penghargaan kepada kelompok yang 0 Tuntas berhasil tampil ke depan dengan Tidak mengurutkan beberapa gambar yang di Tuntas tampilkan guru Selain itu, guru dan peserta Gambar 2 Rekapitulasi Frekuensi Hasil didik juga memberikan tepuk tangan dan belajar siswa Pada Siklus II nilai plus pada siswa yang berani Berdasarkan diagram diatas terlihat menyimpulkan materi pelajaran pada bahwa persentase tertinggi terdapat pada pertemuan tersebut di depan kelas. jumlah siswa yang tuntas. Selain itu, pada diagram diatas dapat kita mengamati bahwa

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN 338 Vol 03. No 02 th.2018 rata-rata capaian hasil belajar siswa sudah Tabel 3 Perkembangan Rata-rata Hasil belajar berada diatas standar yang telah ditetapkan siswa antara Siklus I dan Siklus II No Siklus Rata-rata Hasil belajar siswa Kategori atau sudah berada di atas KKM. Untuk itu, 1 I 52.84 Cukup tindakan pelaksanaan pembelajaran dengan 2 II 84.26 Baik menggunakan model pembelajaraan Berdasarkan tabel 7 diatas, Pertemuan terbimbing tidak perlu perkembangan rata-rata hasil belajar siswa dilanjutkan pada sisklus berikutnya. pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan Berdasarkan hasil pengamatan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar kolaborator tentang pelaksanaan proses siswa , dimana rata-rata hasil belajar siswa pembelajaran dengan menggunakan Model pada siklus I adalah 52.84 meningkat 84.26 pembelajaran kooperative Tipe Time Token menjadi pada siklus II. hal ini dapat dilihat di Kelas VIII.1 SMPN 4 Pasaman selama bahwa terdapat peningkatan sebesar 31.42 siklus II, serta hasil analisis data yang dalam hal hasil belajar siswa . Untuk lebih dilakukan oleh kolaborator dan penulis jelasnya tentang hasil belajar siswa dapat tentang keterlaksanaan pembelajaran dengan dilihat pada bagan berikut ini. Model pembelajaran kooperative Tipe Time Perkembangan Ketuntasan Token maka secara umum permasalahan- Belajar Peserta Didik permasalahan yang terjadi pada saat

pembelajaran di siklus I sudah mulai teratasi 100 84,26 pada siklus II. Pada siklus II ini dilihat dari 80 52,84 peserta didik bahwa sudah bayak yang bisa 60 Siklus I menjelaskan tentang materi yang di pelajari. 40 Siklus II Apabila dilihat dari sisi guru, maka pada 20 saat pembelajaran berlangsung: 0 1. Guru saat awal pembelajaran telah Hasil Belajar menjelaskan model dan metode pembelajaran yang akan digunakan dan Gambar 3 Perkembangan Hasil belajar guru juga telah menyebutkan serangkai siswa (Perbandingan Siklus I dan Siklus tugas yang harus dikerjakan oleh II) peserta didik. Selanjutnya, jumlah siswa yang 2. Guru masih telah memberikan tuntas setelah dilaksanakan pembelajaran penghargaan seperti pujian kepada dengan menggunakan Model pembelajaran peserta didik yang berani tampil kooperative Tipe Time Token 3. Guru telah membagi perhatian kepada meningkatkan. Berikut ini tabel setiap kelompok secara merata. perkembangan tingkat ketuntasan siswa. Perkembangan hasil belajar siswa Tabel 4 Perkembangan Tingkat pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Ketuntasan Hasil belajar siswa antara data berikut ini. Siklus I dan Siklus II No Kriteria Siklus I Siklus II

1 Tuntas 5 18

2 Tidak Tuntas 21 2

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN Vol 03. No 02 th.2018 339 Perkembangan tingkat ketuntasan siswa juga sebelum menggunakan model ini. Hasil dapat dilihat dalam bagan berikut ini. belajar siswa dalam mata pelajaran BAM sub Mendeskripsikan rangkiang samping Perkembangan Ketuntasan rumah gadangsebelum menggunakan model Belajar Peserta Didik ini masih banyak yang rendah dan banyak 40 yang belum tuntas. Rata-rata hasil belajar 18 21 siswa berada di bawah KKM. Namun 20 5 2 Siklus I setelah penggunaan model ini, hasil belajar 0 Siklus II siswa dalam mata pelajaran BAM sub Tuntas Tidak Mendeskripsikan rangkiang samping rumah Tuntas gadangmenjadi meningkat.

Gambar 6 Perkembangan Tingkat Ketuntasan Berdasarkan hasil pengolahan data siswa (Perbandingan Siklus I dan Siklus II) sebelum model ini digunakan, ditemukan Dari hasil analisis data hasil belajar bahwa hasil belajar siswa hanya 5 orang peserta didik pada siklus II dapat dilihat siswa yang tuntas tetapi setelah bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus menggunakan Model pembelajaran mengalami peningkatan dan telah mencapai kooperative Tipe Time Token ini rata-rata target ditentukan yaitu 76, maka penelitian hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II ini dihentikan dan tidak di lanjutkan siklus meningkat menjadi dengan peningkatan berikutnya. sebesar 32,42. Pembahasan Berdasarkan gambaran hasil Hasil belajar yang bagus adalah pengamatan dan pengolahan data pada harapan setiap siswa guru dan orang tua. siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar Hasil belajar merupakan tujuan akhir siswa adalah 52.84. Pelaksanaan proses dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di pembelajaran melalui Penerapan Model sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan pembelajaran kooperative Tipe Time Token melalui usaha sadar yang dilakukan secara pada siklus I masih belum berhasil. sistematis mengarah kepada perubahan yang Sementara itu, pada siklus II, rata-rata hasil positif yang kemudian disebut dengan belajar yang dicapai oleh peserta didik proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah 84.26. Hal ini disebabkan karena adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. dalam pembelajaran pada siklus II ini, Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam Model pembelajaran kooperative Tipe Time himpunan hasil belajar kelas. Token lebih dikembangkan dengan baik. Berdasarkan analisis terhadap hasil KESIMPULAN belajar siswa dalam mata pelajaran BAM Berdasarkan hasil penelitian dan sub Mendeskripsikan rangkiang samping pembahasan yang telah dikemukakan pada rumah gadangdengan menggunakan Model bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan pembelajaran kooperative Tipe Time Token bahwa dapat disimpulkan bahwa Model dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pembelajaran kooperative Tipe Time Token peserta didik mengalami peningkatan bila dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan hasil yang dicapai

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN 340 Vol 03. No 02 th.2018 dalam mata pelajaran BAM sub Suprijono 2012.. Petunjuk Pengelolaan Mendeskripsikan rangkiang samping rumah Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta: gadangdi SMPN 4 Pasaman. Hasil belajar Depdiknas. Suprijono. 2012.. Pengaruh Metode siswa dari siklus I ke siklus II mengalami Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar peningkatan. Hasil belajar siswa pada siklus Peserta didik. Skripsi. Medan : FT. I adalah 52.84 (Cukup) meningkat menjadi UNIMED. 84.26 (baik) pada siklus II dengan Syaifuddin Iskandar : 2008. Metode dan peningkatan sebesar 32.42%. Model – model Mengajar. Bandung : DAFTAR PUSTAKA Alfabeta. Arikunto 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Tabrani .1992.. Administrasi Pendidikan Mengajar. Bandung : Sinar Baru dan Manajemen Biaya Pendidikan. Algesindo Bandung: Alfabeta Djamarah. 2000. Penggunaan Metode Winata Putra dan Rosita.1997. Konsep dan Pembelajarn penemuan Terbimbing Makna Pembelajaran. Jakarta : Alfabeta. Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Zuriah. 2004. Konsep-Konsep dan Teknik Peserta didik Melalui Materi Prestasi Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Diri Pada Kelas IIX.3SMP Negeri 2 Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bakongan Aceh Selatan. Skripsi. Banda Jakarta: Rineka Cipta Aceh. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gagne .2002.Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja RoSMPakarya Hamruni. 2011. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Guru, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya Kemmis, S dan R. Mc Taggart. (1988). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University. Moleong.2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja RoSMP akarya Nasution (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rakarya. Pribadi, 2011.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Riyanto, 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiono. 2007. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta: Kompas

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN Vol 03. No 02 th.2018 341 .

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN 342 Vol 03. No 02 th.2018