Download (8MB)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP BAB III METODOLOGI 3.1. Gambaran Umum Pada bab ini, penulis akan menjelaskan proses dari pembuatan tugas akhir ini. Seluruh kegiatan dalam pembuatan karya akan dibahas satu persatu secara mendetail. Dalam tugas akhir ini, penulis merancang Video Motion Graphic yang digunakan sebagai media promosi sejarah Kota Jakarta. Durasi dari video ini kurang lebih antara 2 hingga 4 menit. Teknik pengerjaan Motion Graphic ini meliputi penggambaran dengan gambar dua dimensi pada seluruh karakter hingga background. Gaya gambar yang digunakan adalah Flat Design. Untuk mendapatkan data, penulis melakukan pengamatan terhadap tulisan- tulisan berupa buku maupun jurnal mengenai sejarah Jakarta dan juga terhadap dokumentasi lapangan. 3.1.1. Sinopsis Penulis membuat video motion graphic yang digunakan sebagai media promosi sejarah Kota Jakarta dengan susunan waktu sebagai berikut. 24 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Table 3.1. Timeline Peristiwa Waktu Peristiwa Awal abad ke-16 Bangsa Portugis masuk ke Indonesia. Menyebut Jakarta sebagai Kalapa 22 Juni 1527 Fatahillah mengambil alih Kalapa dan mengganti namanya menjadi Jayakarta 1619 J.P Coen menyerbu Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia 1798 VOC bubar. Batavia dipimpin langsung Kerajaan Belanda 1905 Batavia menjadi Gemeente Batavia 1935 Gemeente Batavia menjadi Stad Gemeente Batavia. 1942 Jepang mengambil alih. Mengganti nama Batavia menjadi Djakarta 1945 Indonesia merdeka 4 Januari 1946 Ibukota berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta 1949 Ibukota kembali ke Jakarta 1959 Jakarta menjadi daerah tingkat 1 dengan gubernur pertamanya Soemarno Sosroatmodjo 1961 Berubah status menjadi DKI 1970 Gubernur Ali Sadikin menyatakan Jakarta sebagai kota tertutup 1998 Kerusuhan besar di Jakarta. Sutiyoso berusaha membangun 25 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 kembali 2007 Sutiyoso digantikan Fauzi Bowo 2012 Fauzi Bowo digantikan oleh Jokowi 3.2. Tahapan Kerja Pra-Produksi Produksi Pasca-Produksi Riset Narasi Compositing Script Animasi Sound Aset Gambar 3.1. Diagram Tahapan Kerja 3.3. Referensi 3.3.1. Style Dalam pembuatan karakter dan bangunan serta latar, penulis mengambil referensi dari berbagai sumber seperti dari internet, buku dan juga observasi langsung ke museum Fatahillah. 26 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Pertama-tama penulis mencari referensi dari gaya flat design dimana gambar terlihat sederhana namun tetap menarik. Gambar 3.2. KTP untuk Ahok (http://farm2.staticflickr.com/1612/25420337123_1707ef0013_b.jpg) Pada gambar diatas, flat design digunakan untuk kampanye KTP Untuk Ahok yang cukup menarik banyak masyarakat. Motion Graphic kampanye ini memiliki desain sederhana sesuai dengan kriteria flat design. Selain itu, penggambaran karakter yang terdapat pada video tersebut juga menjadi acuan dalam pembuatan karakter untuk Tugas Akhir. 27 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Gambar 3.3. Bandung City Sanitation (https://www.youtube.com/watch?v=VIKZfVAPLg4&list=PLBxgs1muGgEz44U4Hzk- oiXkh1ETqDeD_) Gambar ini merupakan potongan dari video informatif yang menjelaskan mengenai sanitasi air Bandung. Bangunan-bangunan yang tersdapat pada video tersebut bersifat flat design dan interaktif. Menurut Pratas (2014) Flat Design, yaitu desain dengan karakteristik yang minimalis dan terlihat sederhana dengan elemen seperti warna yang cerah. Selain itu flat design memiliki kesan rapi dan bersih namun tetap terlihat profesional. Flat design menghilangkan beberapa detail dan juga gradasi sehingga menonjolkan warna dan latar yang rata. Selain karakteristik dari Flat Design yang sederhana, desain ini harus memiliki banyak negative space dan terstruktur. Dengan style dan keindahannya tersendiri, Flat Design selalu digunakan dari jaman ke jaman. 28 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Tidak hanya itu, Flat Design juga fleksibel yang dapat menarik berbagai kalangan, dari kalangan muda hingga dewasa. Style ini dengan mudahnya masuk kedalam berbagai jenis multimedia. Awal mula dari gaya desain ini sekitar tahun 1950 ketika berkembangnya International Typographic Style atau yang disebut juga sebagai Swiss Style. Swiss Style lebih berfokus kepada tulisan yang terlihat bersih dan sederhana. Dengan berkembangnya gaya desain dan typography, flat design semakin diminati setelah muncul dalam bentuk digital yang diprakarsai oleh perusahaan IT besar yaitu Mircosoft. Microsoft menggunakan Flat Design pada tampilan sebuah aplikasi musik yaitu Zune pada tahun 2006. Setelah itu, semakin banyak kalangan yang menggunakan Flat Design, tidak hanya pada aplikasi, namun juga media digital lainnya. 3.3.2. Referensi Animasi Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis mengambil referensi gerakan yang akan dijadikan panduan dalam seluruh pergerakan animasi. Pada pergerakan animasi yang dibuat, terdapat gerakan berjalan yang menggunakan puppet tool sebagai media yang menggerakkannya. Pembuatan gerak pada motion graphic menggunakan puppet tool dimana tombol tersebut memberikan titik-titik yang dapat menggerakkan sebagian dari gambar diam. 29 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Menurut Faulkner dan Gyncild (2014), Puppet Tool membuat gambar atau vektor menjadi sebuah boneka. Terdapat 3 jenis Puppet Tool yaitu Pin Tool, Overlap Tool dan Starch Tool. Puppet Pin Tool adalah untuk meletakkan pin pada objek yang hendak dianimasikan Gambar 3.4.Puppet Pin Tool (Dokumentasi Pribadi) Puppet Overlap Tool membuat pin area overlap jika terdapat pin yang dianimasikan melebihi area tersebut. Gambar 3.5.Puppet Overlap Tool (Dokumentasi Pribadi) Puppet Starch Tool menambah pin yang menjadi area beku pada saat objek akan dianimasikan sehingga mengurangi distorsi pada area tersebut. Gambar 3.6.Puppet Starch Tool (Dokumentasi Pribadi) 30 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Gambar 3.7.Penempatan Puppet Tool (https://www.youtube.com/watch?v=hgtNqPgQPUw) Puppet Tool diletakkan pada bagian-bagian yang akan dianimasikan, terutama bagian persendian. Ketika meletakkan titik Puppet Tool, secara otomatis akan muncul keyframe pada timeline pada setiap titiknya. Titik-titik tersebut akan digerakkan dengan kecepatan tertentu yang yang akan menghasilkan gerakan aksi seperti berjalan ataupun berlari. Selain gerakan tersebut, terdapat juga gerakan tangan yang menggunakan puppet tool. Graber (2009) menjelaskan pada bukunya yang berjudul Animation : A Handy Guid bahwa walk cycle atau gerakan jalan harus memiliki kunci gerakan yang dapat dibuat menjadi 8. Gerakan pada nomor 8 berlanjut ke nomor 1 yang menciptakan gerakan jalan secara terus menerus. 31 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Gambar 3.8. Walk Cycle (http://farm2.staticflickr.com/1612/25420337123_1707ef0013_b.jpg) Selain gerakan berjalan, terdapat juga animasi pop-up dimana objek muncul dari sebuah titik. Gerakan animasi ini umum digunakan dan dapat digunakan untuk animasi benda, maupun tulisan. Gambar 3.9. Animasi Pop-Up (https://www.youtube.com/watch?v=zs6nQpVI164) Terdapat juga animasi transisi yang digunakan dalam pembuatan Motion Graphic sejarah Jakarta ini. Referensi transisi diambil dari beberapa video Motion Graphic yang digunakan sebagai kampanye atau media edukasi. 32 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Beberapa transisi yang sering digunakan adalah pergeseran dari layar pertama ke layar selanjutnya. Transisi tersebut memberi kesan kontinu dengan memperlihatkan adegan yang sudah berbeda. Gambar 3.10. Wipe Transition (https://www.youtube.com/watch?v=Lrw0Glcmowk) Selain transisi bergeser, penulis juga menggunakan transisi zoom in. Transisi ini membuat gambar awal membesar seakan-akan kita masuk kedalamnya yang kemudian digantikan ke scene selanjutnya. 33 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Gambar 3.11. Zoom in (https://www.youtube.com/watch?v=QViCXgkcBRM) Selain zoom in, terdapat juga transisi zoom out yang membuat seakan-akan menjaduh dari scene awal. Gambar 3.12. Zoom out (https://www.youtube.com/watch?v=QViCXgkcBRM) 34 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 Transisi yang paling umum digunakan adalah Dissolve yang memberikan kesan menghilang dan berlanjut ke scene selanjutnya. Dissolve biasa digunakan untuk pergantian scene yang lebih tenang dan cenderung lambat. Gambar 3.13. Dissolve (http://3.bp.blogspot.com/-8- Ftyfd8ijk/Tq57bO1dWMI/AAAAAAAAAOY/UtBE6stW_8o/s1600/Screen+shot+2011-10- 31+at+10.42.07.png) Hampir seluruh gerakan animasi maupun transisi memiliki tempo yang cenderung cepat. Krasner (2008) mengungkapkan dengan tempo atau timing yang cepat memberikan kesan semangat dibandingkan dengan tempo yang lambat. Permainan tempo tersebut digunakan untuk membawa perasaan audiens yang melihatnya. Tidak hanya tempo, namun timing yang tepat juga dibutuhkan agar memberi kesan lambat, maupun semangat. 35 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 3.3.3. Storyboard Gambar 3.14. Storyboard 36 Perancangan Prinsip... Stefi Lestari, FSD UMN, 2016 3.3.4. Objek Portugis datang dan menjelajah