BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nahdlatul Ulama Adalah Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam Terbesar Yang Lahir Pada Tahun 19

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nahdlatul Ulama Adalah Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam Terbesar Yang Lahir Pada Tahun 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nahdlatul Ulama adalah organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar yang lahir pada tahun 1926 di Surabaya. Nahdaltul Ulama lahir karena perjuangan Wali Songoyang berperan sebagai penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Wali Songo tersebut diantaranya Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.1 Dalam memberikan pengajaran Islamnya para Wali mempertahankan faham Ahlussunnah wal Jamaah.2 Dalam praktik beragamanya, para Wali Songo itu bersikap toleransi terhadap adat atau budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh mereka adalah denganberusaha menghilangkan unsur-unsur yang menurut mereka bertentangan dengan syariat Islam, dan menggantinya dengan unsur-unsur Islam secara bertahap sehingga terbentuk kebudayaan baru yang lebih Islami. Perkembangan Islam selanjutnya terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan adanya dua kelompok Islam yang berbeda yaitu Islam Tradisionalis dan Islam Modernis. Islam Tradisionalis adalah kelompok yang pada dasarnya mempertahankan dan memelihara ajaran yang dianut sejak dahulu yaitu mengikuti empat madzhab yakni Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Para tokoh Islam Tradisionalis yaitu para kiai-kiai besar NU seperti Ahmad Dahlan 1 Amirul Ulum, Muassis Nahdlatul Ulama; Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 1. 2 Ahlusunnah Wal Jama’ah adalah satu-satunya golongan umat Islam yang akan selamat di Akhirat. Pengajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah yaitu Madzhab Syafi’i dalam kajian fiqhnya, serta Abu Hasan al- Asy’ari dalam kajian teologinya. Lihat Greg Fealy,“Ijtihad Politik Ulama:Sejarah NU 1952-1967”, hlm. 36. Ahyad dari Kebondalem, Surabaya3, KH. Abdul Wahab Hasbullah4, Bisri Syansuri5, Abdul Halim Leuimunding6 dan Abdullah Ubaid.7 Adapun Islam Modernis adalah golongan yang ingin membawa Islam mengikuti keadaan zaman dengan cara melarang ajaran agama yang sejak dahulu dilakukan oleh kelompok Islam Tradisionalis, mereka dipandang tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum utamanya, mereka juga kritis terhadap ritual-ritual keagamaan yang bukan berasal dari tradisi Islam (Arab). Islam Modernis dalam kelompoknya memiliki organisasi atau jami’iyyah sosial keagamaan yang mempunyai struktur dengan lebih rapi dan baik, apabila dibandingkan dengan Islam Tradisionalis. Tokoh-tokoh Islam Modernis seperti Syaikh Ahmad Soerakarti (1914)8 yang mendirikan Al-Irsyad, KH. Ahmad Dahlan (1912)9 yang mendirikan Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) yang didirikan oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus (1923).10 3 Ia adalah wakil Rais Akbar yang ketuanya Kiai Hasyim Asy’ari. Ia salah satu ulama terkemuka yang menjadi pengasuh Pesantren Kebondalem di Surabaya. Selain aktip di NU, ia juga aktif di organisasi lain seperti MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937. Lihat Amirul Ulum, “Muassis Nahdlatul Ulama: Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU”, hlm. 160 & 162. 4 Ia adalah tokoh NU yang menjabat sebagai Rais ‘Am kedua setelah Kiai Hasyim Asy’ari. Ia tokoh yang dinamis, lincah, pantang menyerah dan banyak akal. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 296. 5 Ia lahir dari keluarga penganut tradisi keagamaan yang sangat kuat, yang menurunkan ulama- ulama besar dalam beberapa generasi. Ia termasuk salah seorang kiai yang hadir dalam pertemuan 31 Januari 1926 di Surabaya, saat para ulama menyepakati berdirinya organisasi NU. Ia duduk sebagai A’wan (anggota) Syuriah dalam susunan PBNU pertama kali. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 203 & 204. 6 Ia adalah seorang yang berasal dari Jawa Barat yang menjadi salah satu pendiri awal NU. Namanya terabadikan dalam dokumen kepengurusan NU. Lihat NU Online, “Kiai Abdul Halim Leuwimunding dan Kesederhanaannya. Diakses melalui www.nu.or.id/post/read/57153/kiai-abdul- halim-leuwimunding-dan kesederhanaannya 7 Ia adalah guru di Madrasah Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dan juga di Madrasah Al-Khoiriyah yang pengantarnya menggunakan Bahasa Arab. Ia juga pendiri organisasi pemuda bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) di Surabaya. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 170. 8 Tokoh utama berdirinya Jam’iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-Arabiyah yang kemudian berubah menjadi Jam’iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyah atau disingkat dengan nama Al-Irsyad. Lihat Biografi singkat Ahmad Surkati, pada Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah- Amaliah-Uswah” , hlm. 173. 9 Seorang tokoh pendiri Muhammadiyah yang menjabat sebagai Ketua Umum Muhammadiyah dan ia juga sebagai pahlawan nasional Indonesia. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 173. 10 Ia bersama Haji Zamzam adalah pemimpin Persis pada periode pertama yang menjalankan roda organisasi pada masa penjajahan kolonial Belanda dan menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya. Lihat poppyzuraiqah, “Sejarah PERSIS (Persatuan Islam). Diakses melalui https://poppyzuraiqah.wordpress.com/2012/06/10/sejarah-persis-persatuan-islam/ Pada tahun 1924, Hijaz jatuh ke tangan Wahabi11 yang dipimpin oleh Raja Abdul Aziz bin Su’ud. Dengan naiknya Raja Abdul Aziz ini kalangan Islam tradisionalis merasa khawatir akan adanya pembatasan masalah ritual dan praktik bermadzhab ala Islam tradisionalis.12 Kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh kalangan Islam Modernis dengan menyambut baik rezim baru tersebut.13 Untuk menyikapi persoalan tersebut di atas, Kyai Abdul Wahab Hasbullah atas persetujuan Kiai Hasyim Asy’ari14 berinisiatif untuk mengundang para ulama dari kalangan Tradisionalis untuk datang ke Surabaya pada akhir Januari 1926,15 yang bertujuan menyepakati terbentuknya Komite Hijaz16 yang akan mengirimkan delegasi ke kongres tersebut yang akan diselenggarakan di Makkah. Adapun delegasi yang dipilih untuk mengikuti acara kongres yaitu: HOS. Cokroaminoto (Serikat Islam)17, KH. Mas Manshur (Muhammadiyah)18, H. Abdul Karim Amrullah (utusan dari Persatuan Guru Agama 11 Wahabi adalah sebuah aliran reformis keagamaan dalam Islam. 12 Contohnya ada seseorang yang sedang memegang tasbih di Hijaz, maka langsung oleh tentara Wahabi dicopoti kukunya, karena perbuatan itu adalah perbuatan yang mereka anggap bid’ah dan tidak hanya itu, kitab-kitab para ulama Sunni (Ahlussunnah wal Jamaah) banyak yang dimusnahkan oleh mereka. 13 Amirul Ulum, Muassis Nahdlatul Ulama; Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 4. 14 Seorang ulama yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Ia juga menjabat sebagai Rais Akbar pertama setelah NU didirikan. Lihat Amirul Ulum, “Muassis Nahdlatul Ulama: Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU”, hlm. 9. 15 Muhammad Rifai, K.H. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888-1971. Jogjakarta: Garasi House of Book, 2014. Hlm. 81. 16 Komite Hijaz adalah nama sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, yang bertugas dalam menemui Raja Ibnu Saud di Hijaz untuk menyampaikan tidak adanya pelarangan dalam bermadzhab dan membatasi ritual-ritual yang biasa dilakukan Islam Tradisionalis diantaranya ziarah kubur dan tawasul. Lihat Hamzah, NU Online pada http://www.nu.or.id/post/read/39479/komite-hijaz 17 Ia dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional dan juga sebagai pemimpin Serikat Islam. Organisai Serikat Islam yang pada awalnya bernama Serikat Dagang Islam yang kemudian diganti pada tahun1912 olehnya menjadi Serikat Islam. Alasannya karena organisasi Serikat Dagang Islam terlalu mementingkan perdagangan tanpa mengambil daya tawar pada bidang politik. Lihat Biografi HOS Cokroaminoto-Pahlawan Nasional, pada https://www.biografiku.com/biografi-hos-cokroaminoto- pahlawan/ 18 Ia adalah seorang pemikir Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur. Ia bergabung dengan organisasi Serikat Islam yang diangkat sebagai Penasihat Pengurus Besar SI. Lihat Biografi K.H Mas Manshur. Pada https://www.pahlawanindonesia.com/biografi-k-h-mas-mansur/ Islam)19, H. Abdullah Ahmad (pendiri Sekolah Adabiyah dari Sumatera Barat)20, H. M. Soeja’21 dan Kyai Abdul Wahab Hasbullah.22 Kyai Abdul Wahab Hasbullah terlebih dahulu mengadakan musyawarah yang dilakukan pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M diikuti oleh para kiai terkenal di Jawa dan Madura. Bertempat di kediaman KH. Ridwan Abdullah23, para kiai tersebut adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Faqih Maskumambang24, KH. Bisri Syansuri, KH. Shaleh Lateng25, KH. Asnawi Kudus26. Musyawarah tersebut bertujuan untuk menyampaikan suara Islam Tradisionalis yang isinya pembebasan dalam bermadzhab dan tidak dilarang dalam melakukan tradisi-tradisi mereka yang sudah dianut sejak dahulu agar disampaikan kepada Raja Abdul Aziz. Adapun hal-hal yang disepakati pada musyawarah tersebut adalah sebagai berikut: 19 Ia lebih dikenal dengan sebutan Hamka. Ia diangkat sebagai Ketua Umum pertama Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 27 Juli 1975. Lihat Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka). Pada www.ulamaku.com/2017/06/biografi-abdul-malik-karim-amrullah-l 20 Seorang ulama reformis yang berperan penting lahirnya perguruan Sumatera Thawalib di Sumatera Barat. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang memperoleh gelar Doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Lihat Abdullah Ahmad. Pada masoedabidin.com/?p=1239 21 Ia adalah
Recommended publications
  • BAB IV PERAN KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH A. Sebelum Terbentuknya NU Selama Kyai Abdul Wahab Hasbullah Menempuh Pendidikan Di Makka
    BAB IV PERAN KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH A. Sebelum Terbentuknya NU Selama Kyai Abdul Wahab Hasbullah menempuh pendidikan di Makkah selama 5 tahun dan sebelum kembali ke tanah air, pada tahun 1914 ia mendirikan Serikat Islam (SI) yang dibantu oleh Kiai Asnawi dari Kudus yang nantinya diangkat sebagai ketua, ia sendiri sekretarisnya, Kiai Abbas dari Cirebon dan Kiai Dahlan dari Kertosono. Peran mereka dalam SI yaitu untuk menghadapi serangan kaum pembaharu atau Modernis terhadap para kiai tradisional di pesantren-pesantren. Ketika Kyai Abdul Wahab Hasbullah kembali ke tanah air ia mulai melakukan pembaharuan pada pondok TambakBeras yang sudah didirikan oleh bapaknya, Kyai Hasbullah yaitu dengan mengganti sistem pendidikan halaqoh1 menjadi cara klasikal2 agar lebih teratur dalam pembelajarannya. Dan dengan cara baru yang diterapkannya, pondok tersebut maka berkembang sangat pesat. Seiring dengan metode baru yang diterapkan di Pesantren TambakBeras didirikan pula Madrasah MubdilFan (memperlihatkan sebuah disiplin keilmuan) pada tahun 1915 olehnya. Bahkan pada tahun 1916 ia juga mendirikan sekolah Nahdlatul Wathan yang artinya Kebangkitan Tanah Air bersama Kiai Mas Mansur dan KH. Ridwan Abdullah. Setelah beberapa bulan berdiri, Nahdlatul Wathan memiliki kantor yang terletak di Kampung Kawatan Gg. VI/22 Surabaya. Atas izin pemiliknya Haji Abdul Qohar3kantor itu disahkan dan memiliki Badan Hukum dengan susunan pengurus sebagai berikut Haji Abdul Qohar sebagai Direktur, Kyai Abdul Wahab Hasbullah sebagai Ketua Dewan Guru (Keulamaan), dan Kiai Mas Mansur sebagai Kepala Sekolah yang dibantu oleh Kyai Mas Alwi dan Kyai Ridwan Abdullah dan sejumlah staf pengajar diantaranya Kiai Bisri Syansuri, Abdul Halim Leuwimunding, dan Abdullah Ubaid sebagai Ketua Jam’iyah Nashihin. 4 1 Halaqoh adalah belajar dengan cara membentuk lingkaran dan mempelajari ajaran Islam.
    [Show full text]
  • Orang Yang Telah Berhaji Harus Jadi Katalisator, Begini Penjalasan Wamenag
    Orang yang Telah Berhaji Harus jadi Katalisator, Begini Penjalasan Wamenag Realitarakyat.com – Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menyatakan bahwa masyarakat yang telah menunaikan haji harus menjadi katalisator atau orang yang membuat perubahan, dan menjadi bagian penting dalam pembangunan masyarakat serta bangsa. “Alumni haji harus terus dijaga kemabruran, semangat, dan perannya dan menjadi ‘haji sepanjang hayat’,” ujar Zainut saat membuka Muktamar Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia dalam webiner, Sabtu (21/8). Haji sepanjang hayat itu, yakni selalu berperan positif dan menjadi teladan dalam semua aspek kemasyarakatan, pemerintahan, politik, pendidikan, kesehatan, hingga keamanan. Dia mengutip hasil penelitian UIN Sunan Kalijaga pada 2012 yang menyimpulkan bahwa jamaah haji memiliki pengaruh besar dalam bidang ekonomi, politik, dan pendidikan prakemerdekaan. Beberapa alumni haji itu kemudian menjadi pahlawan, penggerak perjuangan kemerdekaan, di antaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, Tuanku Imam Bonjol, A. Hasan, H. Agus Salim, KH. Abdul Wahab Hasbullah, HOS. Tjokroaminoto, dan sejumlah nama lainnya. Pada masa pandemi Covid-19, kata dia, peran haji sangat dibutuhkan, utamanya dalam kampanye menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan, termasuk mendorong program vaksinasi. “Saya mengajak IPHI untuk ikut serta sesuai kapasitas dan kewenangannya untuk memberikan kesadaran hidup sehat dan disiplin di lingkungan masyarakat. Jangan lelah untuk mengingatkan gerakan 5M, berdoa dan vaksinasi,” kata dia. Wamenag juga berharap Muktamar VII IPHI ini dapat memberikan sumbangsih nyata dalam pembangunan kemasyarakatan, kesadaran moderasi beragama, serta dapat memberikan masukan bagi penyelenggaraan haji yang lebih baik. “Jadikan organisasi IPHI sebagai tempat mengabdi kepada masyarakat,” kata dia..
    [Show full text]
  • GENEALOGI PERAN KAUM SANTRI DALAM SKETSA POLITIK NASIONAL Zaini Tamin AR (STAI YPBWI Surabaya) Abstrak: Tulisan Ini Menarasikan
    GENEALOGI PERAN KAUM SANTRI DALAM SKETSA POLITIK NASIONAL Zaini Tamin AR (STAI YPBWI Surabaya) Abstrak: Tulisan ini menarasikan tentang peran kaum santri dan pesantren yang sampai saat ini membuktikan keberhasilannya menjawab tantangan zaman. Kemampuan adaptatif pesantren atas perkembangan zaman memperkuat eksistensinya sekaligus memberikan kontribusi yakni, mensinergikan intelektual, emosional, dan spiritual, yang dapat membentuk kepribadian; sebuah faktor penting dalam integritas kepemimpinan. Di sisi lain, pesantren memiliki kemampuan untuk melangkah keluar dari budaya yang ada dan memulai proses perubahan evolusioner yang lebih adaptif. Sementara, lingkup pembahasan tulisan adalah relasi pesantren dan kepemimpinan dan peran kaum santri terhadap dunia politik Nasional. Pesantren dapat mendidik santri yang tak hanya mempunyai integritas keilmuan yang memadai tapi juga integritas moral dan etika, yang akan menjadi faktor penting ketika seorang santri kembali ke lingkungan sosialnya. Santri dan pesantren dari masa ke masa telah memberi kontribusi konkrit dalam perjalanan sejarah Republik ini, tak terkecuali dalam sosial politik. Perjuangan melawan penjajah, pembentukan NKRI, hingga terdistribusinya kaum santri dalam posisi politis di Indonesia. Kontribusi kaum santri dan pesantren yang demikian menjadi bukti bahwa pesantren bukan hanya lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia dan masih tetap eksis hingga kini, tetapi juga merupakan entitas sosial yang memiliki pengaruh cukup kuat - sekaligus unik - dalam kehidupan sosial politik di
    [Show full text]
  • Bab Ii Biografi Kh. Abdul Wahab Hasbullah
    12 BAB II BIOGRAFI KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH A. Silsilah dan Latar Belakang KH. Abdul Wahab Hasbullah Sebagaimana kebiasaan dalam budaya dan tradisi yang diagung-agungkan oleh orang jawa, yaitu dalam menghormati para leluhurnya, maka tak heran jika dalam kehidupan keseharian, memandang kebesaran seseorang itu basanya dengan menanyakan asal usulnya. Jadi, orang yang menjadi tokoh biasanya dapat dilacak dari leluhrnya pernah ada yang menjadi orang besar. Ini berkaitan dengan ilmu mistik dari jawa yang dilestarikan melalui tradisi dan secara lisan. Hal tersebut terjadi bukan hanya dalam keluarga dari kalangan atas, melainkan juga terjadi pada kalagan kelas ekonomi bawah. Misalnya, salah satu keluarga buruh tani, dalam perkembangan hidupnya tiba-tiba menjadi tangan kanannya kiai, padahal bapaknya seorang yang gemar berjudi. Biasanya, masyarakat sekitar segera mencari keanehan fenomena tersebut dengan menelusuri lebih jauh garis keturunannya.1 Apalagi, seorang Wahab Hasbullah, orangtuanya saja di kampung sudah terkenal sebagai tokoh kiai yang dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitarnya. Maka, moto yang dipakai tentunya; “kacang ra bakal ninggal lanjaran” yang artinya 1 Muhammad Rifai, K.H Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888- 1971, (jogjakarta: garasi house of book, 2010), p. 21. 12 13 bapaknya orang besar banyak kemungkinan anaknya juga akan menjadi orang besar.2 Tetapi, khidmat (penghormatan) kepada guru atau kiai juga bagian cara penting bagi tradisi jawa untuk mendapatkan keberkahan. Baik ilmu maupun keberkahan hidup. Nasab K.H
    [Show full text]
  • TOKOH AGAMA DAN ORGANISASI KEAGAMAAN DI INDONESIA (Kajian Pengembangan Materi Pada Diklat Kader Muballigh)
    TOKOH AGAMA DAN ORGANISASI KEAGAMAAN DI INDONESIA (Kajian Pengembangan Materi Pada Diklat Kader Muballigh) Oleh Dr. H. Muchammad Toha, M.Si (Widyaiswara Muda Balai Diklat Keagamaan Surabaya) ABSTRAK Keberadaan masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran seorang tokoh, apabila masyarakat tersebut memiliki kekhasan yang menonjol dalam bidang agama, maka tokoh yang memiliki kedudukan penting dan pengaruh besar biasanya adalah tokoh yang mempunyai keahlian lebih dalam bidang agama, tokoh agama dalam masyarakat agama tidak saja akan menjadi panutan dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan agama yang dianut mayoritas masyrakat tersebut, namun lebih dari itu tokoh agama juga akan menjadi rujukan masyarakat dalam berbagai hal yang berkorelasi dengan masalah politik dan sosial ekonomi. Biasanya tokoh agama menempatkan dirinya dalam organisasi keagamaan sebagai wujud kongkrit dan untuk mempermudah gerakan dakwahnya. Di Indonesia terdapat dua organisasi kemasyarakatan yang memiliki andil besar dalam pembangunan Indonesia. KATA KUNCI: Tokoh Agama, Organisasi Agama A. PENDAHULUAN Menurut Pareto dalam Robert H. Lauer (1993 : 347) masyarakat adalah suatu sistem kekuatan yang berada dalam keadaan seimbang. Dalam setiap masyarakat terdapat dua kategori utama, yaitu tokoh dan non tokoh. Sedangkan Toynbee, yang lebih menekankan pada aktivitas elite menyatakan, perkembangan peradapan mayoritas berkaitan erat dengan karya kreatif kelompok minoritas (tokoh), selanjutnya kelompok ini harus memikirkan tanggapan yang tepat atas tantangan sosial, serta mendorong masyarakat untuk memilih alternatif tanggapan dan direncanakannya. Bila fungsi ini tidak dimiliki elite, maka peradaban akan mengalami kemunduran untuk seterusnya menuju kematian. Bahkan menurut A’la dalam Hamim dkk (2007: 102) tidak jarang elite inilah yang mempelopori masyarakat sehingga terjebak dalam pertikaian yang berkepanjangan dan berakhir pada kekerasan. 1 Memperkuat pendapat di atas, Pitirim A.
    [Show full text]
  • Sheikh Mahfudz At-Tarmasi's Thought on Islamic
    Jurnal Pendidikan Islam :: Volume 8, Nomor 1, June 2019/1440 95 Sheikh Mahfudz at-Tarmasi’s Thought on Islamic Education Dwi Ratnasari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia e-mail: [email protected] DOI: 10.14421/jpi.2019.81.95-119 Received: 26 February 2019 Revised: 14 April 2019 Approved: 01 June 2019 Abstract Indonesia is a country with the largest Muslim population in the world. The role of scholars in developing and maintaining Islamic values is vital. Among the scholars who play an essential role in the process is Sheikh Mahfudz at Tarmasi. This article aims to explore the traditions and intellectual networks of Sheikh Mahfudz, one of the archipelago scholars of the late nineteenth century who had a profound influence on the development of Islamic intellectual traditions in the archipelago. Despite spending his age in Mecca, he succeeded in educating Javanese clerics who were members of the Jawi community to become leaders of large pesantren in the archipelago. This research concludes that Sheikh Mahfudz is a productive ulama. The intellectual traditions and networks that he built spread to various Islamic worlds through several works he produced, and through his students who acted as transmitters of Islamic sciences from Mecca to the archipelago Keywords: Sheikh Mahfudz at-Tarmasi, Thought on Islamic Education, Archipelago. Abstrak Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Peran ulama dalam mengembangkan dan menjaga nilai-nilai keislaman sangat penting. Di antara ulama yang berperan penting dalam proses tersebut adalah syaikh Mahfudz at Tarmasi. Artikel ini bertujuan menelusuri tradisi dan jaringan intelektual syaikh Mahfudz, salah satu ulama Nusantara akhir abad XIX yang berpengaruh besar dalam perkembangan tradisi intelektual Islam di Nusantara.
    [Show full text]
  • 37 BAB III BIOGRAFI DAN KEPRIBADIAN GURU MENURUT KH. HASYIM ASY'ari DALAM KITAB ADĀB AL 'ᾹLIM WA AL MUTA'allim A. Biogr
    BAB III BIOGRAFI DAN KEPRIBADIAN GURU MENURUT KH. HASYIM ASY’ARI DALAM KITAB ADĀB AL ‘ᾹLIM WA AL MUTA‘ALLIM A. Biografi KH. Hasyim Asy’ari 1. Nasab dan Keluarga KH. Hasyim Asy‟ari Nama lengkap Hasyim Asy‟ari adalah Muhammad Hasyim bin Asy‟ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim yang mendapat julukan Pangeran Bona bin Abdul Rahman yang mendapat julukan Jaka Tingkir, Sultan Hadi Wijaya bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fattah bin Maulana Ishaq dari Raden Ainul Yaqin yang terkenal dengan sebutan Sunan Giri.1 Hasyim Asy‟ari lahir dari keluarga elit kiai Jawa pada 24 Dzul Qa‟dah 1287 / 14 Februari 1871 di desa Gedang, sebuah desa yang berjarak sekitar dua kilometer sebelah timur Jombang. Ayahnya bernama Asy‟ari adalah pendiri pesantren Keras (desa di sebelah selatan Jombang). Sementara kakeknya, kiai Usman adalah pendiri pesantren Gedang yang didirikan pada abad ke-19. Kiai Asy‟ari merupakan santri kiai 1Hasyim Asy‟ari , Adāb al ‘Ᾱlim wa al Muta’allim..., hlm. 3. 37 Usman yang kemudian dinikahkan dengan Halimah (putri kiai Usman).2 Hasyim asy‟ari menikah tujuh kali selama hidupnya, dan semua istrinya merupakan putri kiai. Diantaranya Khadijah putri kiai Ya‟qub (pengasuh pesantren Siwalan Panji), Nafisah putri kiai Romli (pesantren Kemuring Kediri), Nafiqah putri kiai Ilyas (Siwulan, Madiun), Masrurah putri saudara kiai Ilyas (pesantren Kapurejo Kediri).3 Hasyim Asy‟ari menikah tujuh kali bukan dalam satu waktu sekaligus, tetapi bertahap dan dengan alasan yang jelas, pertama menikah untuk mengangkat kualitas pesantren dimasa medatang, kedua
    [Show full text]
  • STUDI TENTANG PEMIKIRAN NASIONALISME KH. WAHAB CHASBULLAH DAN IMPLEMENTASINYA (1914 – 1934)” SKRIPSI Diajukan Kepada Univ
    ”STUDI TENTANG PEMIKIRAN NASIONALISME KH. WAHAB CHASBULLAH DAN IMPLEMENTASINYA (1914 – 1934)” SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Oleh : Muhammad Ihkam Halimi (A92215102) FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019 i ii iii ABSTRAK Skripsi ini di tulis dengan judul “Studi tentang Pemikiran Nasionalisme KH. Wahab Chasbullah dan Implementasinya 1914 – 1934. Dengan fokus terhadap 1. Biografi KH. Abdul Wahab Chasbullah 2. Pemikiran Pemikiran KH. Wahab Chasbullah tentang Nasionalisme 3. Bentuk bentuk Implementasi dari Pemikiran KH. Whab Chasbullah. Dengan Judul dan Fokus dari isi pembahasan tersebut akan ditemukan bentuk Pemikiran Pemikiran Nasionalisme seperti apa yang diharapkan dan di inginkan KH. Wahab Chasbullah. Pendekatan ini menggunakan pendekatan historis dengan Teori yang digunakan dalam pembahasan ini menggunakan Teori “‘ashabiyah” ibnu kaldun dan teori “Peran” Menurut Soerjono Soekanto. Teori peran adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan suatu peristiwa yang melatar belakanginya. Peristiwa tersebut dapat menentukan status dan kedudukan sesuai dengan lingkungan yang mempengaruhi dirinya dalam bertindak. Teori tersebut cocok dengan apa yang di bahas dalam Skripsi ini, ketika seorang KH. Wahab Chasbullah salah satu Seorang pemikir yang bergerak dalam lingkungan pesantren yang melakukan gerakan dalam skala Nasional. Dalam uraian diatas penulis menyimpulkan mulai dari biografi KH. Wahab Chasbullah, dirinya membuat pergerakan - pergerakan dari pemikirannya tentang cinta tanah air dan terlahirlah sebuah forum Taswirul Afkar, Nahdlatul Wathan, Syubbanul Wathan dan yang paling dirasa sampai saat ini adalah Nahdlatul Ulama. yang itu semua menjadi titik awal sebuah gerakan besar dalam perjuangan melawan penjajah.
    [Show full text]
  • Gp Ansor) Provinsi Lampung
    STRATEGI KEPEMIMPINAN DALAM PELAKSANAAN PENGKADERAN GERAKAN PEMUDA ANSOR (GP ANSOR) PROVINSI LAMPUNG Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi OLEH: RADEN YUSRON 1541030065 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2019 M/1441 H STRATEGI KEPEMIMPINAN DALAM PELAKSANAAN PENGKADERAN GERAKAN PEMUDA ANSOR (GP ANSOR) PROVINSI LAMPUNG Skripsi Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi OLEH: RADEN YUSRON 1541030065 Jurusan: Manajemen Dakwah Pembimbing I: Dr. Hasan Mukmin, M.Ag Pembimbing II: Badaruddin, M.Ag FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2019 M/1441 H ABSTRAK Sangat penting bagi sebuah pemimpin memiliki strategi dalam memajukan organisasi untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjalankan visi dan misi yang telah dibuat oleh organisasi guna mewujudkan tujuan dari organisasi. Salah satu cara dalam mencari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu melalui sistem rekrutmen dan pengkaderan. Pelaksanaan pengkaderan harus memiliki strategi dan pemimpin yang memiliki tanggung jawab penuh dalam hal itu, oleh karena itu menjadi penting Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Lampung melaksanakan pengkaderan guna untuk mempertahankan kelangsungan organisasi Gerakan Pemuda Ansor. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi bahan rumusan masalah dalam skripsi penulis yaitu bagaimana Strategi Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan Pengkaderan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Provinsi Lampung. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Bagaimana Strategi kepemimpinan dalam pelaksanaan pengkaderan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Provinsi Lampung. Adapun jenis penelitian yang digunakan penelitian Deskriptif Kualitatif.
    [Show full text]
  • The History of Khilafiah in Indonesia
    THE HISTORY OF KHILAFIAH IN INDONESIA Oleh: Wisliy Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Imam Bonjol Padang Email: [email protected] Abstract: The appearing Khilafiah in Indonesian Islamic History because of the side opinion of Ulama – Moslem Theologian – in using a nash as be an evidence in distinction of the rule of figh usage. It’s always influenced by the time and the condition, for instance among modernists and traditionalists acknowledge al Qur’an and as Sunnah are interpretable; while it’s also insisted by the aspect of government’s politics as a need such as it’s happening until today. This writing uses the method of library research by using historical and content analysis approach. Key word : Khilafiah, Theology, Decision, Politics. A. Preface problems of khilafiah, when the Prophet lives, can be overcome by Difference opinion in Islam giving justification to all debating appears since the existence of Ijtihad, groups either by his keep silent or his while it had been found since the time open manner. When the Prophet was of Prophet Muhammad. So that, died, it shows up negative impact. The although it’s still in small amount, but superiority of Ulama’s opinion, whom something that must be noted that they have authority, always be moved difference opinion existed in the period by some people especially by their of Rasulullah. Only the negative common followers who don’t realize impact that usually appears from the mercy in difference. subjective factor can be overcome, To have different opinion in because the Prophet, as place of the ijtihad is a proper if not be said must final complaint, is still life.
    [Show full text]
  • Kontribusi Pemikiran Kh. Abdul Wahab Chasbullah Dalam Pengembangan Pendidikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur
    KONTRIBUSI PEMIKIRAN KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh : ACHMAD ISTIKHORY YAHYA NIM : 108011000002 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 ABSTRAK Nama : Achmad Istikhory Yahya NIM : 108011000002 Judul : Kontribusi Pemikiran KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Pengembangan Pendidikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur. Sumbangsih atau kontribusi dalam pengembangan pendidikan itu sangat penting. Apalagi pendidikan untuk pondok pesantren. Saat ini pendidikan pesantren adalah warisan yang sangat berharga untuk anak bangsa. Apa mereka dibelakali dengan ilmu maka hidup mereka akan sejahtera. Semua orang juga berhak menerima pendidikan pesantren, oleh karena itu pada saat ini banyak bermunculan berbagai pondok pesantren di Indonesia. Kontribusi adalah sumbangsi yang dilakukan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam pengembangan pendidikan pondok pesantren dengan meneruskan ayahnya KH. Chasbullah di Tambakberas Jombang Jawa Timur. Kontribusinya baik dibidang kelembagaan, ide dan gagasan. Dari penelitian yang dilakukan, penulis mencoba menganalisa mengenai kontribusi KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam pengembangan pendidikan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur. Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengalisa data. Proses analisa data dimulai menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, atau dokumentasi lainnya. Kemudian, data tersebut dibaca, dipelajari secara cermat. Dan dideskripsikan memberikan gambaran, penafsiran dan uraian. Hasil penelitian yang penulis lakukan adalah kontribusi yang dilakukan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah diantaranya: 1.
    [Show full text]
  • BAB III BIOGRAFI KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH A. Silsilah Kyai
    BAB III BIOGRAFI KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH A. Silsilah Kyai Abdul Wahab Hasbullah masih ada hubungan kekeluargaan dengan Kyai Hasyim Asy’ari. Keduanya bertemu dalam satu keturunan dengan Kyai Abdus Salam1 yang dikenal sebagai pimpinan atau komandan pasukan Dipenogoro yang bertempat di Tegalrejo. Sebagai pimpinan, beliau bebas bergerak untuk keberhasilan perlawanan jangan sampai terserang oleh musuh. Kyai Abdus Salam membangun Pesantren Selawe didampingi istrinya yang bernama Muslimah berasal dari Demak. Dari pernikahannya dikaruniai 10 anak putra dan putri, yaitu Layyinah, Fatimah, Abu Bakar, Marfu’ah, Jama’ah, Mustaharah, Aly, Ma’un, Fatawi dan Abu Bakar. Anaknya yang bernama Layyinah dinikahkan dengan santrinya yang bernama Ustman dan putri keduanya yang bernama Fatimah dinikahkan dengan Said. Ustman dan Layyinah dikaruniai putri bernama Halimah yang dijodohkan dengan Asy’ari dari Demak. Atas perjodohan tersebut, mereka mempunyai 11 orang putra dan putri, yaitu Nafi’ah, Ahmad Saleh, Muhammad Hasyim (pendiri pesantren Tebuireng), Rodhiah, Hasan, Anis, Fathanah, Maimunah, Ma’sum, Nahrawi, dan Adnan. Sedangkan Said dan Fatimah mempunyai tiga orang putra yaitu Hasbullah, Syafi’i, Asim dan satu orang putri. Perkembangan pesantren Selawe yang dibangun Kiai Abdus Salam semakin maju dan dibantu kedua menantunya yaitu Kyai Said dan Kyai Utsman. Sepeninggal Kyai Abdus Salam, pesantren dikelola kedua menantunya tersebut. Dan Kyai Utsman dan Kyai Said meninggal, pesantren dipimpin oleh Kyai Hasbullah. Dalam mengelola pesantren yang dipimpinnya, Kyai Hasbullah didampingi istrinya yang bernama Lathifah berasal dari Tawangsari, Sepanjang, Sidoarjo. Dari pernikahannya tersebut, dikaruniai putra dan putri yang bernama: Abdul Wahab Hasbullah, Abdul Hamid, Khodijah, Abdur Rohim, Fatimah, Solihah, Zuhriyah dan Aminaturrokhiyah. Kyai 1 Kiai Abdus Salam atau dikenal dengan sebutan Kiai Shoichah adalah putra Abdul Jabbar.
    [Show full text]