BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nahdlatul Ulama Adalah Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam Terbesar Yang Lahir Pada Tahun 19
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nahdlatul Ulama adalah organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar yang lahir pada tahun 1926 di Surabaya. Nahdaltul Ulama lahir karena perjuangan Wali Songoyang berperan sebagai penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Wali Songo tersebut diantaranya Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.1 Dalam memberikan pengajaran Islamnya para Wali mempertahankan faham Ahlussunnah wal Jamaah.2 Dalam praktik beragamanya, para Wali Songo itu bersikap toleransi terhadap adat atau budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh mereka adalah denganberusaha menghilangkan unsur-unsur yang menurut mereka bertentangan dengan syariat Islam, dan menggantinya dengan unsur-unsur Islam secara bertahap sehingga terbentuk kebudayaan baru yang lebih Islami. Perkembangan Islam selanjutnya terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan adanya dua kelompok Islam yang berbeda yaitu Islam Tradisionalis dan Islam Modernis. Islam Tradisionalis adalah kelompok yang pada dasarnya mempertahankan dan memelihara ajaran yang dianut sejak dahulu yaitu mengikuti empat madzhab yakni Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Para tokoh Islam Tradisionalis yaitu para kiai-kiai besar NU seperti Ahmad Dahlan 1 Amirul Ulum, Muassis Nahdlatul Ulama; Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 1. 2 Ahlusunnah Wal Jama’ah adalah satu-satunya golongan umat Islam yang akan selamat di Akhirat. Pengajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah yaitu Madzhab Syafi’i dalam kajian fiqhnya, serta Abu Hasan al- Asy’ari dalam kajian teologinya. Lihat Greg Fealy,“Ijtihad Politik Ulama:Sejarah NU 1952-1967”, hlm. 36. Ahyad dari Kebondalem, Surabaya3, KH. Abdul Wahab Hasbullah4, Bisri Syansuri5, Abdul Halim Leuimunding6 dan Abdullah Ubaid.7 Adapun Islam Modernis adalah golongan yang ingin membawa Islam mengikuti keadaan zaman dengan cara melarang ajaran agama yang sejak dahulu dilakukan oleh kelompok Islam Tradisionalis, mereka dipandang tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum utamanya, mereka juga kritis terhadap ritual-ritual keagamaan yang bukan berasal dari tradisi Islam (Arab). Islam Modernis dalam kelompoknya memiliki organisasi atau jami’iyyah sosial keagamaan yang mempunyai struktur dengan lebih rapi dan baik, apabila dibandingkan dengan Islam Tradisionalis. Tokoh-tokoh Islam Modernis seperti Syaikh Ahmad Soerakarti (1914)8 yang mendirikan Al-Irsyad, KH. Ahmad Dahlan (1912)9 yang mendirikan Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) yang didirikan oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus (1923).10 3 Ia adalah wakil Rais Akbar yang ketuanya Kiai Hasyim Asy’ari. Ia salah satu ulama terkemuka yang menjadi pengasuh Pesantren Kebondalem di Surabaya. Selain aktip di NU, ia juga aktif di organisasi lain seperti MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang didirikan tahun 1937. Lihat Amirul Ulum, “Muassis Nahdlatul Ulama: Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU”, hlm. 160 & 162. 4 Ia adalah tokoh NU yang menjabat sebagai Rais ‘Am kedua setelah Kiai Hasyim Asy’ari. Ia tokoh yang dinamis, lincah, pantang menyerah dan banyak akal. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 296. 5 Ia lahir dari keluarga penganut tradisi keagamaan yang sangat kuat, yang menurunkan ulama- ulama besar dalam beberapa generasi. Ia termasuk salah seorang kiai yang hadir dalam pertemuan 31 Januari 1926 di Surabaya, saat para ulama menyepakati berdirinya organisasi NU. Ia duduk sebagai A’wan (anggota) Syuriah dalam susunan PBNU pertama kali. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 203 & 204. 6 Ia adalah seorang yang berasal dari Jawa Barat yang menjadi salah satu pendiri awal NU. Namanya terabadikan dalam dokumen kepengurusan NU. Lihat NU Online, “Kiai Abdul Halim Leuwimunding dan Kesederhanaannya. Diakses melalui www.nu.or.id/post/read/57153/kiai-abdul- halim-leuwimunding-dan kesederhanaannya 7 Ia adalah guru di Madrasah Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dan juga di Madrasah Al-Khoiriyah yang pengantarnya menggunakan Bahasa Arab. Ia juga pendiri organisasi pemuda bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) di Surabaya. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 170. 8 Tokoh utama berdirinya Jam’iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-Arabiyah yang kemudian berubah menjadi Jam’iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyah atau disingkat dengan nama Al-Irsyad. Lihat Biografi singkat Ahmad Surkati, pada Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah- Amaliah-Uswah” , hlm. 173. 9 Seorang tokoh pendiri Muhammadiyah yang menjabat sebagai Ketua Umum Muhammadiyah dan ia juga sebagai pahlawan nasional Indonesia. Lihat Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, “Antologi NU: Sejarah-Istilah-Amaliah-Uswah” , hlm. 173. 10 Ia bersama Haji Zamzam adalah pemimpin Persis pada periode pertama yang menjalankan roda organisasi pada masa penjajahan kolonial Belanda dan menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya. Lihat poppyzuraiqah, “Sejarah PERSIS (Persatuan Islam). Diakses melalui https://poppyzuraiqah.wordpress.com/2012/06/10/sejarah-persis-persatuan-islam/ Pada tahun 1924, Hijaz jatuh ke tangan Wahabi11 yang dipimpin oleh Raja Abdul Aziz bin Su’ud. Dengan naiknya Raja Abdul Aziz ini kalangan Islam tradisionalis merasa khawatir akan adanya pembatasan masalah ritual dan praktik bermadzhab ala Islam tradisionalis.12 Kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh kalangan Islam Modernis dengan menyambut baik rezim baru tersebut.13 Untuk menyikapi persoalan tersebut di atas, Kyai Abdul Wahab Hasbullah atas persetujuan Kiai Hasyim Asy’ari14 berinisiatif untuk mengundang para ulama dari kalangan Tradisionalis untuk datang ke Surabaya pada akhir Januari 1926,15 yang bertujuan menyepakati terbentuknya Komite Hijaz16 yang akan mengirimkan delegasi ke kongres tersebut yang akan diselenggarakan di Makkah. Adapun delegasi yang dipilih untuk mengikuti acara kongres yaitu: HOS. Cokroaminoto (Serikat Islam)17, KH. Mas Manshur (Muhammadiyah)18, H. Abdul Karim Amrullah (utusan dari Persatuan Guru Agama 11 Wahabi adalah sebuah aliran reformis keagamaan dalam Islam. 12 Contohnya ada seseorang yang sedang memegang tasbih di Hijaz, maka langsung oleh tentara Wahabi dicopoti kukunya, karena perbuatan itu adalah perbuatan yang mereka anggap bid’ah dan tidak hanya itu, kitab-kitab para ulama Sunni (Ahlussunnah wal Jamaah) banyak yang dimusnahkan oleh mereka. 13 Amirul Ulum, Muassis Nahdlatul Ulama; Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 4. 14 Seorang ulama yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Ia juga menjabat sebagai Rais Akbar pertama setelah NU didirikan. Lihat Amirul Ulum, “Muassis Nahdlatul Ulama: Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU”, hlm. 9. 15 Muhammad Rifai, K.H. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888-1971. Jogjakarta: Garasi House of Book, 2014. Hlm. 81. 16 Komite Hijaz adalah nama sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, yang bertugas dalam menemui Raja Ibnu Saud di Hijaz untuk menyampaikan tidak adanya pelarangan dalam bermadzhab dan membatasi ritual-ritual yang biasa dilakukan Islam Tradisionalis diantaranya ziarah kubur dan tawasul. Lihat Hamzah, NU Online pada http://www.nu.or.id/post/read/39479/komite-hijaz 17 Ia dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional dan juga sebagai pemimpin Serikat Islam. Organisai Serikat Islam yang pada awalnya bernama Serikat Dagang Islam yang kemudian diganti pada tahun1912 olehnya menjadi Serikat Islam. Alasannya karena organisasi Serikat Dagang Islam terlalu mementingkan perdagangan tanpa mengambil daya tawar pada bidang politik. Lihat Biografi HOS Cokroaminoto-Pahlawan Nasional, pada https://www.biografiku.com/biografi-hos-cokroaminoto- pahlawan/ 18 Ia adalah seorang pemikir Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur. Ia bergabung dengan organisasi Serikat Islam yang diangkat sebagai Penasihat Pengurus Besar SI. Lihat Biografi K.H Mas Manshur. Pada https://www.pahlawanindonesia.com/biografi-k-h-mas-mansur/ Islam)19, H. Abdullah Ahmad (pendiri Sekolah Adabiyah dari Sumatera Barat)20, H. M. Soeja’21 dan Kyai Abdul Wahab Hasbullah.22 Kyai Abdul Wahab Hasbullah terlebih dahulu mengadakan musyawarah yang dilakukan pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M diikuti oleh para kiai terkenal di Jawa dan Madura. Bertempat di kediaman KH. Ridwan Abdullah23, para kiai tersebut adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Faqih Maskumambang24, KH. Bisri Syansuri, KH. Shaleh Lateng25, KH. Asnawi Kudus26. Musyawarah tersebut bertujuan untuk menyampaikan suara Islam Tradisionalis yang isinya pembebasan dalam bermadzhab dan tidak dilarang dalam melakukan tradisi-tradisi mereka yang sudah dianut sejak dahulu agar disampaikan kepada Raja Abdul Aziz. Adapun hal-hal yang disepakati pada musyawarah tersebut adalah sebagai berikut: 19 Ia lebih dikenal dengan sebutan Hamka. Ia diangkat sebagai Ketua Umum pertama Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 27 Juli 1975. Lihat Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka). Pada www.ulamaku.com/2017/06/biografi-abdul-malik-karim-amrullah-l 20 Seorang ulama reformis yang berperan penting lahirnya perguruan Sumatera Thawalib di Sumatera Barat. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang memperoleh gelar Doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Lihat Abdullah Ahmad. Pada masoedabidin.com/?p=1239 21 Ia adalah