BAB III BIOGRAFI KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH

A. Silsilah Abdul Wahab Hasbullah masih ada hubungan kekeluargaan dengan Kyai Hasyim Asy’ari. Keduanya bertemu dalam satu keturunan dengan Kyai Abdus Salam1 yang dikenal sebagai pimpinan atau komandan pasukan Dipenogoro yang bertempat di Tegalrejo. Sebagai pimpinan, beliau bebas bergerak untuk keberhasilan perlawanan jangan sampai terserang oleh musuh. Kyai Abdus Salam membangun Selawe didampingi istrinya yang bernama Muslimah berasal dari Demak. Dari pernikahannya dikaruniai 10 anak putra dan putri, yaitu Layyinah, Fatimah, Abu Bakar, Marfu’ah, Jama’ah, Mustaharah, Aly, Ma’un, Fatawi dan Abu Bakar. Anaknya yang bernama Layyinah dinikahkan dengan santrinya yang bernama Ustman dan putri keduanya yang bernama Fatimah dinikahkan dengan Said. Ustman dan Layyinah dikaruniai putri bernama Halimah yang dijodohkan dengan Asy’ari dari Demak. Atas perjodohan tersebut, mereka mempunyai 11 orang putra dan putri, yaitu Nafi’ah, Ahmad Saleh, Muhammad Hasyim (pendiri pesantren Tebuireng), Rodhiah, Hasan, Anis, Fathanah, Maimunah, Ma’sum, Nahrawi, dan Adnan. Sedangkan Said dan Fatimah mempunyai tiga orang putra yaitu Hasbullah, Syafi’i, Asim dan satu orang putri. Perkembangan pesantren Selawe yang dibangun Kiai Abdus Salam semakin maju dan dibantu kedua menantunya yaitu Kyai Said dan Kyai Utsman. Sepeninggal Kyai Abdus Salam, pesantren dikelola kedua menantunya tersebut. Dan Kyai Utsman dan Kyai Said meninggal, pesantren dipimpin oleh Kyai Hasbullah. Dalam mengelola pesantren yang dipimpinnya, Kyai Hasbullah didampingi istrinya yang bernama Lathifah berasal dari Tawangsari, Sepanjang, Sidoarjo. Dari pernikahannya tersebut, dikaruniai putra dan putri yang bernama: Abdul Wahab Hasbullah, Abdul Hamid, Khodijah, Abdur Rohim, Fatimah, Solihah, Zuhriyah dan Aminaturrokhiyah. Kyai

1 Kiai Abdus Salam atau dikenal dengan sebutan Kiai Shoichah adalah putra Abdul Jabbar. Abdul Jabar ini adalah putra dari Ahmad putra Pangeran Sambo, yaitu putra Pangeran Benowo. Pangeran Benowo putra dari Joko Tingkir atau Mas Karebet putra dari Kebo Kenongo, yaitu putra Pangeran Handayaningrat. Pangeran Handayaningrat putra Lembu Peteng alias Brawijaya VI. Lihat Choirul Anam, KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH: Hidup dan Perjuangannya (: PT. Duta Aksara Mulia, 2017), hlm. 98. Hasbullah dikenal sebagai kyai yang kaya, beliau memiliki puluhan hektar tanah pertanian. Ketika musim panen padi, beliau bersedekah pada masyarakat desa Gedang Barat yang kemudian masyrakat setempat mengubah nama desa tersebut menjadi TambakBeras dengan alasan Kyai Hasbullah yang gemar dalam bersedekah.

B. Kelahiran Kyai Abdul Wahab Hasbullah yang sering dipanggil dengan sebutan Mbah Wahab adalah putra sulung Kyai Hasbullah, yang lahir di Desa Tambak Beras, Jombang Jawa Timur pada tahun 1888 M.2 Ayahnya Kyai Hasbullah adalah putra Kyai Said sekaligus cucu Kyai Abdus Salam pendiri Pesantren Selawe dan Telu.3 Kyai Said adalah murid Kyai Abdus Salam yang kemudian dinikahkan dengan Fatimah, salah seorang putri Kyai Abdus Salam. Dari pernikahan ini Kyai Said memperoleh keturunan empat anak terdiri dari tiga orang putra dan satu orang putri yaitu Kyai Hasbullah, Kyai Syafi’i, Kyai Asim, dan putrinya yang tidak disebutkan namanya. Kemudian Kyai Hasbullah menikah dengan Nyai Lathifah. Pernikahan ini dikaruniai delapan orang anak, tiga orang putra dan lima orang putri, di antaranya Kyai Abdul Wahab Hasbullah, Kyai Abdul Hamid, Kyai Abdur Rohim, Khodijah, Fatimah, Solihah, Zuhriyah, dan Aminaturrokhiyah.4 Dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, Kyai Abdul Wahab Hasbullah lebih menonjol5 dan banyak dikenal orang. Terkait dengan biografi Kyai Abdul Wahab Hasbullah, hampir semua buku menuliskan bahwa ia lahir pada bulan Maret 1888 M di Tambak Beras, Jombang. Akan tetapi, dalam kartu anggota parlemen yang dikeluarkan pada tahun 1956 tercatat bahwa ia lahir pada tahun 1887 M. Dalam kartu ini juga tidak tercantum tanggal dan bulan apa.6 Terkait adanya perbedaan tahun kelahirannya dalam suatu kesempatan, Kyai Abdul Wahab

2 Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, Antologi NU BUKU 1: Sejarah-Istilah-Amaliah- Uswah (Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 296. 3 Dinamai Pesantren Selawe karena santrinya berjumkah 25 orang. Dan Telu yang artinya bangunan pondok yang terdiri 3 lokal. 4 Choirul Anam, KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH: Hidup dan Perjuangannya (Surabaya: PT. Duta Aksara Mulia, 2017), hlm. 100 5 Karena Kyai Abdul Wahab Hasbullah sebagai ulama yang sangat tinggi ilmunya dan banyak disegani santri-santrinya. 6 Choirul Anam, KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH: Hidup dan Perjuangannya (Surabaya: PT. Duta Aksara Mulia, 2017), hlm. 92 Hasbullah pernah menyatakan bahwa catatan tentang kelahirannya dalam kartu anggota parlemen tidak begitu penting, karena kartu anggota tersebut hanya dapat menggunakan tahun kelahiran Masehi (1887). Hal lain yang perlu dicatat tentang asal usul Kyai Abdul Wahab Hasbullah adalah fakta bahwa secara garis keturunan, ia memiliki hubungan kekeluargaan dengan Kyai Hasyim Asy’ari tokoh paling utama dalam NU, yang merupakan keturunan Joko Tingkir, pendiri sekaligus penguasa Kerajaan Pajang.7 Di sini terlihat betapa dekatnya hubungan kekerabatan antara dua tokoh NU paling berpengaruh sebelum dan sesudah kemerdekaan RI sekaligus rujukan utama bagi para pemimpin NU di masa-masa selanjutnya.

C. Pendidikan Pendidikan Kyai Abdul Wahab Hasbullah dari kecil sampai besar semuanya hanya di pesantren. Artinya, ia adalah anak didik sistem pendidikan tradisional. Ketika kecil, ayahnya Kyai Said mengajarkan pelajaran agama kepadanya secara sungguh- sungguh agar mendapatkan hasil dan pemahaman yang maksimal. Setelah dianggap cukup mampu menguasai dasar-dasar ilmu agama, ayahnya mengirimkan Kyai Abdul Wahab Hasbullah ke Pesantren Langitan, Tuban yang saat itu dibawah asuhan Kyai Ahmad Sholeh. Kemudian pada tahun 1901, ketika itu usianya baru 13 tahun, ia ternyata tidak hanya belajar di satu pesantren, tetapi di beberapa pesantren. Hal itu ditujukan untuk mencari kekhasan dari masing-masing pesantren tersebut, terutama dari sisi keilmuan

7 Arti dari Joko Tingkir yang berarti pemuda dari Tingkir. Tingkir itu nama desa yang letaknya berada sebelah tenggara Salatiga.Nama asli dari Joko Tingkir sendiri yaitu Krebet, yang diambil dari Karebet yang memiliki arti pangeran atau anak keturunan bangsawan. Karena Joko Tingkir atau Krebet adalah anak laki-laki dari Bupati Pengging yang sewaktu itu menjadi penguasa Kerajaan Pajang, yang terletak di sebelah barat Kartasura. Nama krebet ada hubungannya dengan wayang beber, bila diartikan dalam pewayangan. Pada tahun 1568 M, Krebet atau Joko Tinggir mendapatkan gelar sebagai Sultan yang bernama Pangeran Adiwijaya atau Sultan Pajang. Yang dilantik oleh Panembahan Giri di Gresik. Kerajaan Pajang diperluas oleh Mas Krebet atau Joko Tingkir ke daerah Mataram, lalu ke daerah Prawoto (Grobangan-Wirosari), kemudian ke daerah Djipang (Bojonegoro).Ki Joko Tingkir mempunyai anak laki-laki yang bernama Pangeran Banawa. Kemudian, Pangeran Banawa menikah dan mempunyai anak yang diberi nama Pangeran Sambo. Setelah dewasa, Pangeran Sambo menikah yang kemudian mempunyai anak laki-laki yang bernama Sikhah. Berjalan nya waktu yang sangat cepat, akhirnya Sikhah menikah dan mempunyai dua orang anak. Anak pertama yaitu Lajinnah, beliau adalah nenek dari KH. Hasyim dan anak kedua yaitu Fatimah, beliau adalah nenek dari KH. Abdul Wahab Hasbullah. Islam seperti ilmu Al-Qur’an dan , ilmu hadits, bahasa Arab maupun dalam bidang tasawuf.8 Hal itu bertujuan untuk menambah pengetahuan agar siap terjun ke masyarakat. Proses pendidikan pesantren yang dijalani oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah ini berlangsung sekitar 9 tahun. Dengan menimba keilmuan Islam pada tujuh pesantren yaitu: (1) Pesantren Langitan, Tuban yang di asuh oleh Kyai Ahmad Sholeh. (2) Pesantren Mojosari, Nganjuk yang diasuh oleh Kyai Sholeh dan menantunya yaitu Kyai Zainuddin. Kepada Kyai Zainuddin, Kyai Abdul Wahab Hasbullah belajar ilmu fiqh dari kitab Fathul Mu’in yang cukup mendalam. (3) Pesantren Cempaka, karena tidak ada Kyai yang lebih tinggi pengetahuannya dari Kyai terdahulu yang sudah wafat, Kyai Abdul Wahab Hasbullah memutuskan untuk pindah dari pesantren tersebut.9(4) Pesantren Tawangsari, Sepanjang di bawah asuhan Kyai Mas Ali. Disini Kyai Abdul Wahab Hasbullah belajar ilmu fiqh (iqr’a) yang lebih mendalam lagi. Selain itu, ia mempelajari ilmu tajwid Al- Qur’an yang didapat dari Kyai Mas Abdullah, yaitu kakak dari Kyai Mas Ali. (5) Pesantren Kademangan Bangkalan, Madura yang di asuh oleh Kyai Waliyullah Muhammad Kholil. Di Pondok ini, Kyai Abdul Wahab Hasbullah memperdalam ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab, yang diperoleh dari kitab-kitab diantaranya: Alfiyahdan syarahnya karya Ibnu Malik dan Ibnu Aqil. (6) Pesantren Bronggahan, Kediri yang berada di bawah asuhan Kyai Fakihuddin. Banyak kitab yang penting di Pondok ini diantaranya: Tafsir Al-Qur’an, Tauhid dan Tasawuf, Sejarah Islam serta kitab-kitab fiqh dari madzhab Syafi’i seperti Fathul Wahab.10(7)Pesantren Tebuireng, Jombang11. Pondok ini berada di bawah asuhan Kyai Hasyim Asy’ari. Di Pesantren ini Kyai Abdul Wahab Hasbullah cukup lama menjadi santri sekitar 4 tahun. Ada cerita menarik pada saat Kyai Abdul Wahab Hasbullah memutuskan untuk mondok di Pesantren Kademangan, yang diasuh oleh Kiai Waliyullah Muhammad atau akrab dipanggil Kyai Kholil.Kyai Kholil memberitahukan kepada santri-santrinya untuk memperketat penjagaan sekitar pondok karena akan kedatangan “Macan”(sebutan untuk

8 Muhammad Rifai, KH. Wahab Hasbullah: Biografi singkat 1888-1971 (Jogjakarta: Garasi house of book, 2014), hlm. 25. 9 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai masa Depan (: LP3S, 2015), hlm. 50. 10 Choirul Anam, KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH: Hidup dan Perjuangannya (Surabaya: PT. Duta Aksara Mulia, 2017), hlm. 96. 11 Ibid, hlm. 96. Kyai Abdul Wahab Hasbullah). Santri-santri tersebut akhirnya berjaga setiap harinya sampai bulan Syawal tiba, dimana Pesantren Kademangan menerima santri baru. Santri- santri tidak hanya berjaga, mereka juga menyiapkan senjata tajam untuk mengusir macan tersebut. Ketika Kyai Abdul Wahab Hasbullahtiba di Kademangan, Kyai Kholil langsung berseru “Awas ada Macan”. Santri-santri terkejut dan kebingungan. Tidak ada macan, tetapi yang datang adalah sosok berbadan kecil, tinggi badannya semampai, dan memiliki kulit hitam manis. Dia lah Abdul Wahab Hasbullahyang datang ke pesantren tersebut. Perlakuan “aneh” Kyai Kholil tersebut tidak memadamkan semangat Kyai Abdul Wahab Hasbullahuntuk tetap “nyantri” di Pesantren Kademangan. Setiap hari, Kyai Abdul Wahab Hasbullahselalu memikirkan cara bagaimana agar bisa masuk ke lingkungan Pesantren itu dengan aman dan diterima sebagai santri. Setelah berbagai cara telahdilakukannya, akhirnya ia pun dipanggil oleh Kyai Kholil ke rumah dan dinyatakan diterima sebagai santri Pesantren tersebut. Alasan Kyai Kholil menerima Kyai Abdul Wahab Hasbullahadalah karena ia termasuk pemuda yang gesit dalam memberikan pendapatnya tentang pergerakan sosial keagamaan. Maka dari itu, tidak mengherankan jika Kyai Kholil memberikan julukan “Macan” kepada Kyai Abdul Wahab Hasbullah. Dengan kegesitannya, Kyai Abdul Wahab Hasbullah nantinya berperan sebagai tokoh yang berhasil memajukan , sehingga namanya dikenal oleh semua kalangan baik kalangan tradisionalis, modern,12 bahkan komunis.13 Pada suatu saat Kyai Kholil yang memiliki sikap yang bisa dibilang aneh itu memarahi Kiyai Abdul Wahab Hasbullah dan menyuruhnya berguru kepada Kyai Hasyim Asy’ari yang merupakan santrinya yang dikenal orang banyak karena kealimannya terutama dalam kajian ilmu Hadist Nabawi.14 Kyai Abdul Wahab Hasbullah menuruti suruhan gurunya untuk menjadi santri Kiyai Hasyim Asy’ari.

12 Istilah “tradisionalis” merujuk pada kalangan muslim yang menganut empat madzhab hukum sunni. Sedangkan modernis tidak menganggap Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum utama.Mereka juga kritis terhadap ritual-ritual keagamaan yang bukan berasal dari tradisi Islam. 13 Paham atau ideologi yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh Negara. Lihat KBBI Offline. 14 Amirul Ulum, Muassis Nahdlatul Ulama; Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 42. Selama berguru kepada Kyai Hasyim Asy’ari sebagai seorang santri,, Kyai Abdul Wahab Hasbullah juga dipercaya sebagai “Lurah Pondok”15 di bawah bimbingan Kyai Manab, Lirboyo.16 Salah satu teman akrabnya selama menjadi santri di Pesantren Tebu Ireng adalah Kyai Abbas dari Cirebon.17 Di Pondok Pesantren tersebut Kyai Abdul Wahab Hasbullah belajar dan memperdalam ilmu agama, hingga usianya mencapai 21 tahun. Meskipun banyak yang menyebutnya sebagai “Kyai Muda”18 akan tetapi ayahnya masih menganggapnya belum cukup dan masih perlu belajar lagi. Untuk itu pada tahun 1909 M, ia diberangkatkan oleh ayahnya ke Makkah untuk lebih memperdalam keilmuan agamanya. Di Makkah Kyai Abdul Wahab Hasbullah berguru kepada Kyai Mahfudz Termas19yang memiliki julukan Al-Turmusi terutama dalam keilmuan hukum, tasawuf dan ushul-fiqh.20Selain berguru kepada Kyai Mahfudz Termas, ia juga berguru kepada Kyai Muchtarom Banyumas21dalam mempelajari kitab Fathul Wahab,22selanjutnya kepada Syaikh Sa’id Al-Yamanidalam keilmuan Nahwu (Usymuni) danSyaikh Ahmad bin Bakry Syatha. Kyai Abdul Wahab Hasbullah berguru lagi kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabauyang pada waktu itu menjadi Mufti Syafi’i di Makkah. Kemudian kepada

15 Lurah Pondok yaitu bertugas mengatur kelangsungan dan kebutuhan pesantren. Ia dipilih oleh pengasuh pondok atau kiai. Sang kiai memilih lurah pondok dari kalangan santri senior, pengetahuan agamanya bagus dan disegani santri lainnya. Dan yang penting, lurah pondok harus santri yang dapat dipercaya dan berwawasan luas. Masa jabatan kepemimpinannya tidak menentu, tergantung kebijakan Kiai. Tapi yang paling sering sampai santri tersebut boyong (keluar Pondok karena sudah selesai menamatkan pengajiannya). 16 Beliau adalah tokoh besar dalam sejarah NU. Selain itu, beliau adalah sosok Kyai di balik layar yang tidak semua orang mengenalinya. Lihat Nu Online pada www.nu.or.id/post/read/84641/antara-mbah- manab-lirboyo-dan-mbah-abbas-buntet- 17 Beliau adalah tokoh besar dalam sejarah NU. Beliau terkenal sebagai kyai yang alim, selain itu beliau juga ahli kanuragan asal Buntet,, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Lihat Nu Online pada www.nu.or.id/post/read/84641/antara-mbah-manab-lirboyo-dan-mbah-abbas-buntet- 18 Kiai muda itu julukan yang diberikan santri kepada Mbah Wahab karena usia beliau yang masih sangat muda tetapi sudah bisa menjadi panutan. 19 Beliau yang populer di Makkah karena mengarang kitab Syafi’I dan juga memiliki julukan Al- Turmusi. 20 Ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah , teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut. Lihat Wikipedia pada https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ushul_Fiqh 21 Ia adalah salah satu ulama di Banyumas yang menjadi guru di Makkah. Lihat Aji Setiawan ST pada https://plus.google.com/107559295391593883217/posts/45craJ879Ex 22 Kitab karya Zakariyya Al-Anshori. Kitabiniadalahsyarahringkasuntukkitabsebelumnyayaitukitab “ManhajAth-Thullab”. LihatMengenalKitab “FathulWahhab” KaryaZakariyya Al-Anshoripada irtaqi.net/2018/03/21/mengenal-kitab-fathul-wahhab-karya-zakariyya-al-anshori/ Kiai Baqir yang berasal dari Yogya, ia belajar mengenai ilmu mantik (logika)23 dan kepada Kiai Asy’ari yang berasal dari Bawean, ia memperdalam ilmu hisab.24Dan ia berguru lagi kepada Syaikh Abdul Karim Ad-Daghestany untuk menyelesaikan kitab Tuhfah.25 Selanjutnya kepada Syaikh Abdul Hamid yang berasal dari Kudus, ia belajar mengenai ‘Arudh26 dan ma’ani.27 Kepada Syaikh Umar Bajened28 untuk memperdalam ilmu fiqh. Tidak hanya belajar, Kyai Abdul Wahab Hasbullah juga mengajari teman- temannya yang ingin memperdalam disiplin dalam ilmu-ilmu tertentu seperti Mas Mansur dari Surabaya, Abdul Halim dari Majalengka, Abdullah dari Surabaya dan lain-lain yang meminta tolong kepadanya unuk mengajarinya. Kyai Abdul Wahab Hasbullah mempunyai tiga kegemaran, yang pertama yaitu kegemarannya dalam berdiskusi. Di Makkah, ia bertemu dengan guru mujaladah (ilmu perdebatan) yang bernama Kyai Muchith berasal dari Panji, Sidoarjo. Ia belajar kepada Kyai Muchith untuk menguasai ilmu perdebatan dan berguru kepada Kyai Asy’ari berasal dari Pasuruan untuk memperdalam ilmu hisab atau ilmu falak.29 Yang kedua, kegemarannya dalam mengunjungi orang-orang alim, tempat-tempat suci dan keramat, dan juga mempelajari bahasa dan kesusastraan Arab30. Untuk itu, banyak syair karangan penyair zaman permulaan Islam dihafalnya, diantaranya adalah kumpulan

23 Ilmu tentang hukum yang berfungsi sebagai petunjuk jalan pikiran seseorang dan jauh dari kekeliruan. Lihat Galeri Kitab Kuning pada www.galerikitabkuning.com/2017/01/ilmu-mantiq-pengertian- sejarah-dan-hukumnya.html 24 Ilmu yang mempelajari posisi geeometris benda langit untuk tujuan praktis seperti penentuan waktu. Lihat Materi Pendidikan pada https://www.materipendidikan.info/2017/10/ilmu-hisab-pengertian- dan-sejarahnya.html?m=1 25 Kitab Tuhfatu Al-Muhtaj adalah persembahan untuk orang yang butuh. Lihat Pondok Pesantren IRTAQI pada irtaqi.net/2018/03/07/mengenai-kitab-tuhfatu-al-muhtaj-karya-ibnu-hajar-al-haitami/ 26 Sebuah ilmu yang digunakan untuk mengetahui benar atau tidaknya sebuah wazan syi’ir. Wazan (kumpulan untaian nada yang harmonis bagi kalimat-kalimat yang tersusun dari satuan-satuan bunti tertentu yang meliputi harakah (huruf hidup) dan sakanah (huruf mati), syi’ir (ucapan yang berwazan dan berqafiyah yang mengandung makna. Dan juga perubahan wazan syi’ir dari beberapa zihaf atau illat. Zihaf (perubahan yang ditentukan oleh huruf yang keduanya sabab (sabab khofif/tsaqil) secara muthlaq, dan illat (perubahan yang terjadi sabab dan watad dari taf’ilah ‘arudh dan taf’ilah dharab. Lihat Semestaku pada https://nursidqon.blogspot.com/2015/01/ilmu-arudh-beberapa-contoh-gubahan.html?m=1 27 Ilmu yang mempelajari hal ihwal lafadzh atau yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi. Lihat Riungsastra pada https://www.google.co.id/amp/s/riungsastra.wordpress.com/2010/10/16/pengertian- ilmu-ma’ani/amp/ 28 Bajened adalah nama marga Arab. 29 Ilmu falak yang biasa disebut Ilmu hisab adalah ilmu yang mempelajari posisi geeometris benda langit untuk tujuan praktis seperti penentuan waktu. Lihat Materi Pendidikan pada https://www.materipendidikan.info/2017/10/ilmu-hisab-pengertian-dan-sejarahnya.html?m=1 30 Choirul Anam, KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH: Hidup dan Perjuangannya (Surabaya: PT. Duta Aksara Mulia, 2017), hlm. 97. gubahan sajak yang sangat terkenal dari Ka’ab bin Zuhair adalah seorang penyair yang dikenal dengan nama Banat Su’ad31 dan kumpulan gubahan sajak dari Al-Busyiri yang terkenal dengan nama Burdah,32 yang dihafal diluar kepala disertai komentar- komentarnya.33 Yang ketiga, kegemerannya dalam berolahraga. Olahraga yang Kyai Abdul Wahab Hasbullah sukai adalah pencak silat. Ia dan teman-temannya di Makkah mendirikan perguruan pencak silat yang bernama perguruan “Pencak Timur”. Di antara teman- temannyaseperti Mahfudz dari Bogor, Abbas dan Mansur dari Cirebon, serta Mas ‘Aly Sidoresmo dari Surabaya.34 Selain kegemarannya di atas, Kyai Abdul Wahab Hasbullah juga menyukaikehidupan berorganisasi. Ia mendirikan organisasi Serikat Islam di Makkah tahun1914. Dalam mendirikan Serikat Islam yang dibantu oleh Kyai Asnawi dari Kudus, Kyai Abbas dari Cirebon dan Kiai Dahlan dari Kertosono. Setelah 5 tahun belajar di Makkah, pada tahun 1914 Kyai Abdul Wahab Hasbullah kembali ke Indonesia ketika ia berusia 27 tahun. Dan pada usia 27 tahun, ia sudah menguasai berbagai ilmu keagamaan diantaranya: Ilmu Tafsir, Hadis, Fiqh, Akidah, Tasawuf, Nahwu Sharaf, Ma’ani, Manthiq, ‘Arudl dan Ilmu Hadlarah,35 Sejarah Islam, Diskusi dan Retorika.36

D. Pernikahan Pada tahun 1914, ketika usianya 27 tahun Kyai Abdul Wahab Hasbullahmenikah dengan Nyai Maimunah, putri dari Kiai Musa yang berasal dari Kartopen, Surabaya. Dan sejak menikah, ia dengan istrinya tinggal di rumah mertuanya tersebut. Dari pernikahan

31 Qashidah pertama yang diungkapkan Ka’ab bin Zuhair di hadapan Nabi Muhammad SAW setelah ia masuk Islam dan meninggalkan masa Jahiliyah. Lihat Digital Library pada digilib.uin-suka.ac.id/19225/ 32 Qashidah yang berisi syair tentang pujian atau sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia, Burdah sering dilantunkan terutama oleh kaum Nahdliyin. Lihat Wikipedia pada https://id.m.wikipedia.org.wiki/Burdah 33 Choirul Anam, KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH: Hidup dan Perjuangannya (Surabaya: PT. Duta Aksara Mulia, 2017), hlm. 97. 34 Ibid, hlm. 97. 35 Sekumpulan pendapat tentang kehidupan menurut sudut pandang Islam. Lihat Commanderwolf’s pada https://commanderwolf.wordpress.com.2010/11/04/hadharah-dan-madaniyah/amp/ 36 Muhammad Rifai, KH. Wahab Hasbullah: Biografi singkat 1888-1971 (Jogjakarta: Garasi house of book, 2014), hlm. 29. ini, ia dikaruniai dua orang anak yang pertama diberi nama Muhammad Wahib yang lahir pada tahun 1916 dan satu orang anak lagi yang meninggal di Makkah bersama ibunya pada tahun 1921. Sementara itu, Muhammad Wahib kelak diangkat sebagai Menteri Agama pada zaman orde lama. Sepeninggal istri pertamanya,Kyai Abdul Wahab Hasbullahmenikah lagi dengan Nyai Alwiyah anak dari Kiai Alwi, pada tahun 1922. Pernikahannya ini dikarunai anak perempuan yang bernama Khadijah. Yang nantinya menikah dengan Kyai Abdul Mu’in.37 Pada tahun 1923 Nyai Alwiyah meninggal. Sepeninggal Nyai Alwiyah, Kyai Abdul Wahab Hasbullahmemutuskan untuk menikah lagi dengan Nyai Rahimah, putri dari Kiai Abdul Syukur yang berasal dari Jombang. Tidak lama Nyai Rahimah pun meninggal dunia, dari pernikahannya ini Kyai Abdul Wahab Hasbullah tidak mempunyai anak. Kemudian ia menikah tiga kali, akan tetapi tidak mempunyai anak. Pada tahun 1924-1925, Kyai Abdul Wahab Hasbullahmenikah dengan Nyai Asna, putri dari H. Said, pedagang di Peneleh, Surabaya. Dari pernikahan ini, ia dikarunai empat orang anak. Salah satunya bernama Muhammad Najib, Mahasiswa di Universitas Al- Azhar, Mesir.38 Dengan istrinya, ia pergi ke Makkah untuk urusan penting, yaitu mempertahankan institusi empat madzhab dan keempat makam imam-imamnya kepada Raja Abdul Aziz Ibn Sa’ud,39 akan tetapi urusan tersebut tidak jadi dan sepulang dari Makkah, istrinya meninggal dunia. Kyai Abdul Wahab Hasbullahmenikah lagi dengan putri dari H. Burhan, yang bernama Nyai Fatimah. Nyai Fatimah berstatus janda dan mempunyai anak dari suami pertamanya yang bernama Ahmad Syaikhu yang bekerja sebagai anggota Parlemen Republik Indonesia. Tidak ada kejelasan tentang pernikahannya dengan Nyai Fatimah, entah Nyai Fatimah meninggal dunia, bercerai atau dipoligami oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah.40

37 Seorang saudagar kaya dan Ketua ranting NU Kapasari, Surabaya. 38 Muhammad Rifai, KH. Wahab Hasbullah: Biografi singkat 1888-1971 (Jogjakarta: Garasi house of book, 2014), hlm. 29. 39 Muhammad Rifai, KH. Wahab Hasbullah: Biografi singkat 1888-1971 (Jogjakarta: Garasi house of book, 2014), hlm. 29. 40 Muhammad Rifai, K.H. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888- 1971 (Jogjakarta: Garasi House of , 2014), hlm. 31. Kyai Abdul Wahab Hasbullahmenikah dengan anak dari H. Ali Mojokerto, yang bernama Nyai Fatimah. Pernikahan ini tidak jelas bagaimana kelanjutannya. Tidak lama kemudian Kyai Abdul Wahab Hasbullahmenikah lagi dengan Nyai Askanah, putri dari Kiai Moh. Idris. Di pernikahannya ini, tidak mempunyai anak dan tidak berlangsung lama karena Nyai Askanah meninggal dunia. Kemudian, Kyai Abdul Wahab Hasbullah menikahi Nyai Masmah, yaitu besan dari Nyai Askanah. Pernikahan ini berlangsung di Peneleh, Surabaya.41 Ia mempunyai anak dari Nyai Masmah yang bernama Muhammad Adib,yang lahir pada tahun 1939. Muhammad Adib menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Rembang di bawah bimbingan Kiai Sayuti sebagai pengasuh Pesantren tersebut. Pernikahan selanjutnya dengan Nyai Aslihah anak dari H. Abdul Majid, Bangil. Di pernikahan ini, ia mendapatkan empat orang anak. Anaknya yang bernama Jam’iyatin dinikahkan dengan Fathoni dari Mojokerto, dan Mu’tamarah yang dinikahkan dengan Muhammad bin Ahmad Baidhowi yaitu menantu Kyai Hasyim Asy’ari. Pernikahannya tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1939 Nyai Aslihah meninggal dunia. Selanjutnya Kyai Abdul Wahab Hasbullah menikah dengan Nyai Sa’diyah yaitu kakak dari Nyai Aslihah (istri sebelumnya). Di pernikahan ini ia mempunyai lima orang anak yang bernama Mahfudzah, Hisbiyah, Munjidah, Muhammad Hasib dan Muhammad Rokib. Pada tahun 1951, mereka pergi ke tanah suci untuk beribadah. Dari pernikahan-pernikahan yang dilakukan oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah, putra dan putri berjumlah 17 orang. Dari 10 orang istri yang dinikahinya secara monogami.

E. Karya KH. Abdul Wahab Hasbullah Kyai Abdul Wahab Hasbullah bukanlah seperti kiai yang lain, yang banyak menciptakan karir yang tertulis. Salah satu karyanya yaitu menciptkan syair berbahasa Arab yang berjudul “Yaa Lal Wathon”. Syair tersebut dijadikan sebagai lagu oleh pondok Pesantren di Jawa Timur. Bila diterjemahkan dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia, sebagai berikut: يَا َل ْل َو َطن يَا َل ْل َو َطن يَا َل ْل َو َطن

41 Muhammad Rifai, K.H. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888- 1971 (Jogjakarta: Garasi House of , 2014), hlm. 140. ُح ب ا ْل َو َطن ِم َن ا ْ ِْل ْي َمان َو َل تَ ُك ْن ِم َن ا ْل ِح ْر َمان ِا ْن َه ُض ْوا أَ ْه َل ا ْل َو َطن إِ ْندُونَ ْيسيَا بِ ْي ََل ِد ْي أَ ْن َت ُع ْن َوا ُن ا ْل َف َخا َما ُك ل َم ْن يَأْتِ ْي َك يَ ْو َما َطا ِم ًحا يَ ْل َق ِح َما َما “Hai patriot bangsa, hai patriot bangsa. Cinta tanah itu bagian dari iman. Cintailah tanah air-mu, wahai patriot bangsa. Janganlah kalian menjadi bangsa terjajah. Sungguh kemuliaan itu hanya bisa dicapai dengan tindakan. Bukan hanya dengan kata- kata. Maka berbuatlah untuk menggapai cita-cita. Dan jangan cuma bicara. Duniamu bukan tempat untuk menetap. Tapi Cuma tempat buat berlabuh. Maka berbuatlah sesuai yang Dia perintahkan. Jangan mau jadi sapi perahan. Kalian tak tahu siapa pemutar balik fakta. Kalian tak pikirkan apa yang telah berubah. Di mana perjalanan akan berakhir. Bagaimana peristiwa bisa berakhir. Atau mereka memberimu minum. Juga kepada ternakmu. Atau mereka melepaskanmu dari beban. Ataukah malah menenggelamkanmu dalam beban. Hai, pemilik pikiran yang jernih. Hai, pemilik hati yang lembut. Jadilah orang yang tinggi cita-cita. Jangan jadi ternak gembala”42

Syair yang kemudian menjadi nyanyian tersebut dianggap sebagai salah satu karya KH. Abdul Wahab Hasbullah yang nyata berupa tulisan, karena tidak ada karyanya yang lain selain itu.

F. Wafatnya Kehidupan Kyai Abdul Wahab Hasbullah diserahkan sepenuhnya kepada NU yakni sebagai Rais Aam sampai akhir hayatnya. Dalam keadaan sakit, setiap hari doa-doa yang dipanjatkan ia kepada Allah SWT hanya meminta agar dapat mengikuti Pemilihan Umum NU tahun 1971 pada partai yang dia dirikan ini, dan dapat juga mengikuti Muktamar NU yang terakhir baginya. Dia adalah calon nomer satu anggota DPR untuk daerah Jawa Timur dan beliau masih merasa sanggup dalam mengikuti pelantikan.43 Meskipun kondisi Kyai Abdul Wahab Hasbullah sangat tidak baik, tetapi ia tetap semangat dalam menjalankan dakwah dan perjuangannya. Atas jasa-jasa ia dalam

42 Anam, Loc. Cit. hlm, 210. 43 Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah: Kiai Nasionalis Pendiri NU(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010), hlm. 150. memperjuangkan Negara Republik Indonesia44 dalam segi apapun, untuk itu Presiden Joko Widodo memberikan penghargaan kepada ia sebagai Pahlawan Nasional setelah Kyai Hasyim Asy’ari yang dilakukan di awal pemerintahan Joko Widodo pada tahun 7 November tahun 2014. Kyai Bisri Syansuri menjenguk Kyai Abdul Wahab Hasbullah pada saat ia sudah kritis. Kyai Bisri Syansuri membisikkan kata-kata ditelinga “Kiai janganlah engkau wafat dulu, masih ada yang belum terselesaikan.” Sontak Kyai Abdul Wahab Hasbullah mengucap “apa yang belum terselesaikan?” Kyai Bisri menjawab “masih ada LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) yang belum Kiai laksanakan. Setelah diingatkan oleh KH. Bisri, keadaan Kyai Abdul Wahab Hasbullah membaik dan melaksanakan Muktamar NU di Surabaya pada 20 Desember 1971. Doa-doanya terkabul, Kyai Abdul Wahab Hasbullah dapat mengikuti Pemilihan Umum maupun Muktamar NU yang ke-25 dan melaksanakan LPJ. Khutbah al-iftitah45 yang seharusnya di bacakan oleh beliau kemudian diserahkan kepada Kyai Bisri Syansuri selaku wakilnya yang membantu ia dalam menjalankan tugasnya sebagai Rais Aam PBNU. Karena penglihatannya sudah tidak jelas, dan ia merasa tidak sanggup untuk membacakan khutbah al-iftitah yang telah di setujui seluruh isinya olehnya. Dalam Muktamar yang pertama hingga yang ke-25 ini, Kyai Abdul Wahab Hasbullah tidak pernah absen dan ia memegang teguh garis perjuangan yang telah ditetapkan sejak 46 tahun. Dari sinilah teman-temannya di Nahdlatul Ulama mempercayakannya kembali jabatan Rais Aam dalam Muktamar tersebut kepadanya, meskipun pada saat itu belum waktunya pemilihan Pengurus Besar.46 Kyai Abdul Wahab Hasbullah meninggalkan Muktamar dalam keadaan sakit yang semakin menurun, akan tetapi jiwanya tidak sakit. Ia merasa bertanggung jawab sepenuhnya dalam jabatan baru yang telah dipercayakan kepadanya, karena baginya jabatan itu menyangkut dunia dan akhirat.

44 Amirul Ulum, Muassis Nahdlatul Ulama; Manaqib 26 Tokoh Pendiri NU (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm.55. 45 Khutbah al-iftitah yaitu Pidato Pembukaan Muktamar yang lazim dilakukan oleh Rais Aam sendiri pada setiap Pembukaan Muktamar. 46 Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah: Kiai Nasionalis Pendiri NU (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010), hlm. 151. Pada hari Rabu, 12 Dzulqa’dah 1391 H/ 29 Desember 1971 M. KH. Abdul Wahab Hasbullah meninggal dunia empat hari setelah berlangsungnya Muktamar NU yang ke-25 di Surabaya. Duka mendalam atas meninggalnya beliau cepat tersebar luas sampai pada tingkat Nasional. Rasa kehilangan yang sangat mendalam dirasakan oleh warga NU maupun bangsa Indonesia. Dan pada tahun 2014, atas seluruh perjuangan yang dilakukan semasa hidupnya, Presiden Joko Widodo memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia atas peran beliau dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.