BAB IV

PERAN KH. ABDUL WAHAB HASBULLAH

A. Sebelum Terbentuknya NU Selama Abdul Wahab Hasbullah menempuh pendidikan di Makkah selama 5 tahun dan sebelum kembali ke tanah air, pada tahun 1914 ia mendirikan Serikat (SI) yang dibantu oleh Kiai Asnawi dari Kudus yang nantinya diangkat sebagai ketua, ia sendiri sekretarisnya, Kiai Abbas dari Cirebon dan Kiai Dahlan dari Kertosono. Peran mereka dalam SI yaitu untuk menghadapi serangan kaum pembaharu atau Modernis terhadap para kiai tradisional di -pesantren. Ketika Kyai Abdul Wahab Hasbullah kembali ke tanah air ia mulai melakukan pembaharuan pada pondok TambakBeras yang sudah didirikan oleh bapaknya, Kyai Hasbullah yaitu dengan mengganti sistem pendidikan halaqoh1 menjadi cara klasikal2 agar lebih teratur dalam pembelajarannya. Dan dengan cara baru yang diterapkannya, pondok tersebut maka berkembang sangat pesat. Seiring dengan metode baru yang diterapkan di Pesantren TambakBeras didirikan pula Madrasah MubdilFan (memperlihatkan sebuah disiplin keilmuan) pada tahun 1915 olehnya. Bahkan pada tahun 1916 ia juga mendirikan sekolah Nahdlatul Wathan yang artinya Kebangkitan Tanah Air bersama Kiai Mas Mansur dan KH. Ridwan Abdullah. Setelah beberapa bulan berdiri, Nahdlatul Wathan memiliki kantor yang terletak di Kampung Kawatan Gg. VI/22 . Atas izin pemiliknya Haji Abdul Qohar3kantor itu disahkan dan memiliki Badan Hukum dengan susunan pengurus sebagai berikut Haji Abdul Qohar sebagai Direktur, Kyai Abdul Wahab Hasbullah sebagai Ketua Dewan Guru (Keulamaan), dan Kiai Mas Mansur sebagai Kepala Sekolah yang dibantu oleh Kyai Mas Alwi dan Kyai Ridwan Abdullah dan sejumlah staf pengajar diantaranya Kiai Bisri Syansuri, Abdul Halim Leuwimunding, dan Abdullah Ubaid sebagai Ketua Jam’iyah Nashihin. 4

1 Halaqoh adalah belajar dengan cara membentuk lingkaran dan mempelajari ajaran Islam. 2 Belajar bersama-sama di dalam kelas. 3 Haji Abdul Qohar adalah seorang saudagar yang mendukung penuh beridirinya Nahdlatul Wathan. 4 Yang tugasnya mengkoordinir calon peserta atau calon murid yang ingin mendaftar ke Nahdlatul Wathan dan mereka ini yang berperan penting dalam . Pada saat masih memimpin Nahdlatul Wathan, Kyai Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1924 mendirikan organisasi pemuda yaitu Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air), Ahlul Wathan (Pandu Tanah Air), dan Da’watus Syubban (Panggilan Pemuda)5 dan kemudian sesudah lahirnya NU, ketiganya diganti nama menjadi Nahdlatus Syubban (Kebangkitan Pemuda). Nahdlatul Wathan berkembang sangat pesat. Hanya dalam dua tahun, Nahdlatul Wathan sudah dapat menarik perhatian masyarakat untuk belajar ilmu-ilmu keagamaan dan kebangsaan. Pembelajaran dimulai pada jam 08.00 s/d 13.00 dan sorenya dibuka kursus untuk mereka yang sudah pantas disebut Kiai Muda atau Guru Khusus. Kyai Abdul Halim sebagai staff administrasi mengatur dengan cermat agar semua kegiatan baik kursus maupun kegiatan dapat belajar mengajar berjalan sesuai dengan aturan. Adapun jumlah peserta yang mendaftar tercetak 65 orang untuk satu angkatan pertama pada tahun 1916. Kyai Abdul Wahab Hasbullah membuat visi dan misi Nahdlatul Wathan yang berbentuk syair menggunakan bahasa Arab untuk dinyanyikan bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Pada masa selanjutnya, syair tersebut berkembang menjadi nyanyian di berbagai pondok pesantren di Jawa Timur. Syair tersebut berisikan motivasi agar bangsa bangkit untuk membela tanah air yang sedang dijajah. Bangsa Indonesia harus bangkit dan bergerak karena jika umat Islam masih dibawah berada pengaruh para penjajah, maka mereka tidak akan bergerak bebas menentukan masa depan bangsanya. Keberadaan Nahdlatul Wathan yaitu sebagai penguat kesabaran terhadap hujatan- hujatan yang muncul dari kaum pembaharu atau reformis yang ingin memecah belah umat Islam atau hujatan dari pihak lainnya yang bertujuan untuk menghantam umat Islam, terutama dari kalangan tradisionalis Islam tersebut. Pada tahun 1918 didirikan Tashwirul Afkar yang artinya forum diskusi ulama pesantren. Atas kesepakatan dengan Kiai para kiai-kiai lainnya, beberapa tokoh Budi Utomo dan Perhimpunan Soeryo Soemirat seperti Raden Mangun dan Atmorejo, Kyai Abdul Wahab Hasbullah kemudian menjadikan Tashwirul Afkar secara resmi berbadan hukum. Dari sini Tashwirul Afkar yang dibawah pimpinan Kiai Ahmad

5 Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara: Riwayat Hidup, Karya, dan Sejarah Perjuangan 157Ulama Nusantara (: Gelegar Media Indonesia, 2010), hlm. 135. Dahlan dan Kyai Abdul Wahab Hasbullah mengganti nama dengan “Soeryo Soemirat Afdeeling Tashwirul Afkar” (Perhimpunan Soerya Soemirat cabang Tashwirul Afkar).6 Tujuan didirikannya Tashwirul Afkar adalah agar kaum Tradisionalis dapat mencurahkan isi hatinya atas argumen kaum Modernis terhadapnya, dan meluruskan argumen atau hujatan tersebut serta mempertegas pemikiran terhadap bangsa yang terpusat pada satu arah.7 Setahun berdirinya Tashwirul Afkar sudah ada 300 orang yang daftar menjadi anggota.8 Dan pada tahun 1965, Tashwirul Afkar diubah menjadi Yayasan Pendidikan Tashwirul Afkar9 yang memiliki akte notaris Oei Too An, SH yang kemudian dilanjut melalui notaris Gusti Djohan dan Suyati Subadi.10 Perkembangan-perkembangan selanjutnya Tashwirul Afkar menjadi sangat pesat dan pada tahun 1965 didirikannya beberapa lembaga pendidikan antara lain TK, MI, MTS, MA, dan Perguruan Tinggi berbasis Islam yang bertempat di Surabaya. Bertujuan agar masyarakat Surabaya dapat memiliki pengetahuan yang luas serta memperbaiki kualitas dalam hidupnya. Atas persetujuan Kyai Hasyim Asy’ari akhirnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar pada tahun 1918 yang artinya Kebangkitan Pedagang. Tujuannya memperbaiki dan membangun sektor ekonomi di kalangan kaum Tradisionalis sekitar Surabaya-Jombang, Jawa Timur dan membentuk suatu badan usaha seperti koperasi. Dari kota-kota tersebut ada 45 orang yang mendukung ide untuk membangun organisasi ini; baik mereka yang berasal dari kalangan pedagang biasa maupun para pedagang di kota. Mereka-mereka yang berunding untuk didirikannya Nahdlatut Tujjar, antara lain Kyai Hasyim Asy’ari, Kyai Abdul Wahab

6 Yang awalnya berasal dari beberapa tokoh Budi Utomo yang tergolong santri dan membentuk himpunan yang bernama Perhimpunan Soerya Soemirat yang kemudian mendukung Tashwirul Afkar. Lihat Choirul Anam, KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH: Hidup dan Perjuangannya (Surabaya: PT. Duta Aksara Mulia, 2017), hlm. 213. 7 Munawir Aziz, Pahlawan Santri: Tulang Punggung Pergerakan Nasional (Tangerang: Pustaka Compass, 2016), hlm. 45. 8 Ibid, hlm. 45. 9 Beberapa Madrasah yang didirikan oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah yaitu Madrasah Al-Aitam dan Madrasah Ibnul Masakin untuk anak yatim dan anak orang miskin. Kemudian Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Madrasah untuk orang-orang dewasa yang dipimpin Mustahdi dan Thohir Bakri. 10 Munawir Aziz, Pahlawan Santri: Tulang Punggung Pergerakan Nasional (Tangerang: Pustaka Compass, 2016), hlm. 217. Hasbullah, Kyai Bisri Syansuri dan para pedagang-pedagang yang sepakat dengan gagasan Kyai Abdul Wahab Hasbullah. Adapun struktur organisasi dan pembagian kerja Nahdlatut Tujjar seperti Badan Pendiri dan Kepala Perusahaan dipimpin oleh Kyai Hasyim Asy’ari, Direktur Perusahaan dipimpin oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah, Sekretaris dipimpin oleh Kyai Bisri Syansuri, bagian marketing dipimpin Syafi’I dan untuk tugas Pengawas Keliling dipimpin oleh Haji Usman. Mengingat pentingnya didirikannya organisasi Nahdlatut Tujjar akhirnya ini Kyai Hasyim Asy’ari sebagai ketua organisasi ini menyerukan tentang pentingnya pembentukan Nahdlatut Tujjardengan mengatakan sebagai berikut: “Wahai pemuda putra bangsa yang cerdas pandai, dan para ustadz yang mulia, mengapa kalian tidak mendirikan saja suatu badan ekonomi yang beroperasi, di mana setiap kota terdapat satu badan usaha yang otonom.”11

Keberhasilan organisasi Nahdlatut Tujjar ini kemudian ditulis pada majalah Swara Nahdlatoel Olema nomor 5 tahun 11, jumadil awal 1347 (1929 M) di Surabaya bahwa telah didirikan dengan nama Coperatie Kaoem Moeslimin (CKM) suatu perkumpulan usaha kaum Muslim.

B. Peran Paska Kemerdekaan 1. Peran dalam Demokrasi Parlementer a. Dalam Kabinet I (1953-1955)

Kepemimpinan NU paska wafatnya Kyai Hasyim Asy’ari pada tahun 1947 digantikan oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais ‘Am PBNU ke-2 dan Kyai Bisri Syansuri sebagai wakilnya. Selama kepemimpinannya sebagai Rais ‘Am bersamaan dengan kabinet Ali Sastroamidjojo I. Sebagai sebuah partai politik, NU kemudian membentuk dewan pengurus yang khusus menangani pemilu yang disebut LAPUNU (Lajnah Pemilihan Umum Nahdlatul Ulama) yaitu sebagai sebuah partai politik yang didirikan oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah sesuai hasil muktamar ke-10 tahun 1952, NU kemudian membentuk dewan pengurus yang khusus menangani pemilu yang disebut Lajnah Pemilihan Umum Nahdlatul Ulama (LAPUNU) yang diketuai oleh Saleh

11 Choirul Anam, Loc. Cit. hlm. 220-221. Surjaningprodjo pada bulan Mei tahun 1953, dan setahun kemudian Lajnah ini digantikan oleh .12 Selain NU, partai-partai Islam yang lainnya yang akan mengikuti pemilihan umum adalah Masyumi, Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan PPTI (Partai Politik Tarekat Islam).13

Selain itu, adapun pemilihan umum pertama diselenggarakan pada tahun 1955, Kyai Abdul Wahab Hasbullah berperan sebagai delegasi NU yang di ikuti oleh Idham Chalid, Masjkur, dan menerima usul dari Presiden Soekarno untuk membentuk Dewan Nasional dan membolehkan PKI (Partai Komunis Indonesia) ikut serta dalam pembentukan kabinet. Pada malam hari sebelum diselenggarakan pemilihan umum tersebut, Kyai Abdul Wahab Hasbullah berpendapat bahwa untuk dapat mempertahankan pengaruh di parlemen dibutuhkan paling sedikit 40 kursi yang harus dirain oleh kalangan NU.

Dan akhirnya, saat diselenggarakannya pemilihan umum tahun 1955, NU berhasil memenangkan pemilu tersebut dan memperoleh suara yang tidak jauh berbeda dengan Masyumi.14 Kemenangan NU disambut dengan hati lega oleh para pemimpin partai, seperti Kyai Abdul Wahab Hasbullah,, Masjkur dan Zainul Arifin. Keberhasilan NU itu sebenarnya atas dukungan yang begitu besar dari orang-orang Jawa, baik Jatim maupun Jateng. Kemudian pengaruh yang disebarkan oleh masyarakat Jawa itu juga meluas sampai ke Jawa Barat, yaitu ke wilayah Cirebon dan Banten.

b. Dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957)

12 Beliau adalah seorang politisi terpandang pada masa Presiden Soekarno dan dikenal sebagai salah satu kyai yang mashur NU. Lihat CNN Indonesia pada https://m.cnnindonesia.com/nasional/20180816165701-20-322849/idham-chalid-kiai-kalsel-penyambung- lidah-perjuangan 13 Hanya NU yang berdasarkan pada Ahlusunnah Waljamaah dan mempunyai prinsip bermadzhab, sedangkan partai-partai Islam yang lainnya tidak berpegang teguh kepada empat madzhab. 14 Perolehan suara NU tahun 1955 yaitu 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante sebanding dengan 18,4 %. Dan Masyumi memperoleh 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante sebanding dengan 20,9%. Lihat Ali Haidar Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, hlm. 209. Setelah berlangsungnya pemilihan umum tahun 1955, kemudian diadakannya sidang konstituante15 tahun 1956-1959, kyai Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais ‘Am NU pun mengarahkan para anggotanyauntuk mengikuti jalannya sidang dan mengatasi perdebatan akibat perbedaan pendapat dengan PKI dan kelompok kiri lainnya. Sedangkan untuk komandan lapangan ditugaskan kepada Masjkur sebagai ketua fraksi NU dalam sidang konstituante tersebut.

Peran lainnya dari Kyai Abdul Wahab Hasbullah adalah memberikan jaminan terhadap keikutsertaan Masyumi dalam kabinet Ali Sastroamidjojo II pada tanggal 20 Maret tahun 1956, ia mengatakan “Jika saya tahu Masyumi mempunyai niatan keluar dari kabinet, tapi saya akan menyakinkannya agar tidak terjadi”. Namun sayang, Masyumi tetap keluar dari kabinet Ali II ini. Penyebab utamanya adalah adanya strategi PKI yang memperalat Masyumi untuk menjatuhkan kabinet yang secara langsung tidak dapat menyelesaikan programnya. Kerjasama yang pernah dilakukan antara tiga partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU ini yang membuat PKI merasa iri karena ketidakikutsertaannya dalam kabinet.16

Kyai Abdul Wahab Hasbullah berperan penting dalam menghadapi PKI karena perannya sebagai panglima tertinggi yaitu Rais ‘Am PBNU ke-2 yang dapat mengalahkan serangan PKI dengan cara yang menyatukan kekuatan warga NU. Ia mengatakan kalau senjata paling kuat dan tajam adalah “Persatuan”. Salah satu keberhasilannya adalah dengan menemukan pelaku utama dalam peristiwa ini. Selain itu, Kyai Abdul Wahab Hasbullah tokoh NU sangat disegani Presiden Soekarno karena dapat membaca zaman17 dan Presdien Soekarno menjadikannya sebagai guru dan penasehat politiknya.18

15 Majelis yang dibentuk melalui pemilu tahun 1955 yang bertugas merumuskan undang-undang dasar. Dalam majelis ini NU memiliki 91 orang wakil. Kyai Abdul Wahab Hasbullah turun sebagai pemimpi dalam proses pembuatan undang-undang dasar ini. 16 Bahkan sebagai bentuk protesnya, PKI juga melakukan penculikan dan pembunuhan yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September 1965. Kyai Abdul Wahab Hasbullah dibantu teman-temannya berhasil menemukan pelaku tersebut. Ternyata pelakunya adalah PKI dengan mengatasnamakan NU, yang bertujuan untuk memecah belah NU dengan partai politik Islam lainnya.

17 Dapat mengatasi situasi yang sedang sangat kritis. 18 Salah satu nasehatnya yaitu dengan memberikan nasehat kepada Presiden Soekarno agar segera menyelesaikan masalah Presiden Soekarno yang saat itu sedang dalam keadaan difitnah dengan siasat “diplomasi cancut taliwondo”. Yang artinya menata politik, ekonomi, dan pendidikan, sehingga yang c. Dalam Kabinet Karya atau Djuanda (1957-1959)

Adapun peran Kyai Abdul Wahab Hasbullah lainnya adalah ketika presiden Soekarno membentuk Kabinet Karya atau kabinet Djuanda19 pada tanggal 9 April 1957- 5 Juli 1959. Dengan terbentuknya Kabinet ini, atas nama PB Syuriah NU, kyai Abdul Wahab Hasbullah memberikan izin untuk para anggota NU untuk duduk dalam kabinet tersebut, salah satunya terhadap Idham Chalid yang menduduki jabatan sebagai wakil perdana menteri dalam kabinet ini. Keberhasilan kabinet ini adalah dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden oleh Soekarno yang isinya kembali ke UUD 1945 dan secara otomatis UUDS 1950 sudah tidak berlaku lagi. Dengan adanya dekrit presiden tersebut, sehari kemudian Djuanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno sebagai tanda bahwa kabinet yang dipimpinnya sudah berakhir.

Pada tahun 1958, warga NU menolak gagasan tentang kabinet “Kaki Empat” yang terdiri dari Masyumi, PNI, NU, PKI. Warga NU mengubahnya menjadi kabinet “Kaki Tiga” yang di dalamnya tidak mengikutsertakan PKI walaupun PKI sudah mempunyai dukungan dari Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan pemilihan umum tahun 1955.

Keterlibatan Kyai Abdul Wahab Hasbullah dalam kabinet pertama dan kedua pada kabinet Ali Sastroamidjojo pada tahun 1953 dan 1956 serta kabinet karya tahun 1957 yang berdasarkan pada mashlahat20 amar ma’ruf nahi munkarini menjadi alasan NU masuk dalam DPRGR tahun 1960 dan Nasakom.

2. Peran dalam Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Selama masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), kyai Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais ‘Am berperan dalam melakukan dukungan terhadap Nasakom (Nasionalis (diwakili oleh PNI) Agama (diwakili oleh NU) dan Komunis (diwakili oleh PKI) sebagai

memfitnah itu kehilangan langkah untuk melanjutkan fitnahnya. Presiden Soekarno sendiri yang mengartikan perkataan Abdul Wahab Hasbullah. 19 Kabinet ini memiliki program kerja antara lain pembentukan Dewan Nasional, melanjutkan pembatalan KMB, normalisasi keadaan Republik Indonesia. 20 Mashlahat yang artinya manfaat atau faedah, dan amar ma’ruf nahi munkar yang artinya perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk. wadah politiknya. Nasakom mendapat pertentangan dari sebagian warga NU21, meskipun sebagian lainya bisa menerimanya; bahkan Ia dijuluki sebagai “ulama Nasakom”.22

Pada tahun 1960, Masyumi dan PSII (Partai Serikat Islam Indonesia) dibubarkan oleh pemerintah dengan adanya pemberontakan PPRI Permesta PKI semakin kuat dalam menjalankan strategi untuk menjatuhkan Republik Indonesia.23 Dan pada awal bulan Oktober 1965, NU menuntut pembubaran PKI yang mendalangi G.30S. Presiden Soekarno menjanjikan akan membubarkan PKI dalam dekritnya dengan syarat jika masyarakat dapat menciptakan “Ketenangan”.24 Pada rapat raksasa di Stadion utama Senayan dalam rangka memperingati Hari Lahir NU ke-40, warga NU menantikan tuntutan tersebut diputuskan oleh Presiden Soekarno sebagai penguasa negara.

Tidak hanya warga NU melainkan masyarakat luar pun ingin tuntutan terhadap pembubaran PKI disampaikan keluar. Mengenai hal tersebut, Kyai Abdul Wahab Hasbullah mengambil jalan tengahnya, ia membuat strategi dan memberikan garis perjuangan dalam menantikan keputusan Presiden Soekarno untuk membubarkan PKI yang mendalangi pemberontakan G30S PKI. Hal itulah kemudian yang menimbulkan perselisihan antara kelompok moderat yang dipimpin oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah dan Idham Chalid serta kelompok militan dalam tubuh NU.

Atas sikap Presiden Soekarno terhadap tuntutan yang diberikan warga NU untuk membubarkan PKI dan melarang keras adanya perdebatan yang ditimbulkan sesudahnya yang membuat Kyai Abdul Wahab Hasbullah dan teman-temannya seperti Idham Chalid,

21 Mereka adalah kelompok militan dalam NU, menurutnya, PBNU terlalu cepat menyetujui pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan Nasakom. Hal tersebut, memberi peluang yang luas bagi PKI untuk mempengaruhi pemerintahan dan salah satu penyebabnya adalah tokoh-tokoh PBNU yang mudah percaya terhadap bujukan dan tipu daya yang dilakukan Presiden Soekarno; Idham Chalid yang menjadi sasaran mereka, yang menurut kelompok sebagai orang yang terlalu banyak mengalah. 22 Alasan keduanya sangat kuat karena mereka yaituKyai Abdul Wahab Hasbullah dan Presiden Soekarno menganggap dengan menerima Nasakom itu tidak akan merubah inti antara NU dan Nasionalis. 23 Abdul Mun’im DZ, Benturan NU PKI 1948-1965 (Depok: Langgar Swadaya Nusantara, 2013), hlm. 92. 24 Dengan tidak membuat kisruh dalam tuntutan pembubaran PKI. Syaifuddin Zuhri,25 Masjkur,26 Muslich,27 Djamaluddin Malik,28 Aminuddin Aziz, dan Mahbub Djunaidi29 merasa kecewa.30 Kekecewaan terhadap Soekarna tidak hanya dialami oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah dan jajaran pengurus NU, hal yang sama juga dialami oleh Angkatan Udara, Angkatan Luar, dan Kepolisian yang selama ini memuji keuletannya selama terjadi pergulatan politik; akan tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena masih berkuasanya Soekarno sebagai pemimpin negara saat itu.

Kyai Abdul Wahab Hasbullah aktif dalam memimpin gerakan perlawanan terhadap kampanye-kampanye yang dilakukan PKI yang sudah sangat kuat.31 NU dalam hal ini diwakili oleh para santri dibantu oleh ABRI tahun 1962 melakukan kerjasama dalam menghadapi Nasakom agar dapat menjaga pancasila dari serangan PKI.

Kyai Abdul Wahab Hasbullah juga tidak hanya memikirkan umat Islam dan NU saja melainkan kehidupan bangsa.32 Pada tahun 1962, kyai Abdul Wahab Hasbullah menerima adanya Lesbumi33 yang sebelumnya telah mendapat izin dari kyai Hasyim

25 Ia aktif dalam organisasi NU sejak remaja dan pernah menjabat sebagai Menteri Agama serta memperoleh gelar Mahaguru (Professor) dalam bidang dakwah dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lihat KH. Saifuddin Zuhri pada mBah Wahab Hasbullah: Kiai Nasionalis Pendiri NU, hlm. 183. 26 Ia pernah menjabat sebagai Menteri Agama dan panglima Laskar Hizbullah. Lihat KH Masjkur Pahlawan dari Singosari pada https://www.malang-post.com/lapsus/kh-masjkur-pahlawan-dari-singosari 27 Ia dikenal sebagai seorang pejuang dan pergerakan kemerdekaan yang gigih. Selain itu, ia dikenal juga sebagai sosok ulama yang duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Lihat KH Muslich, Ulama Legislator Pertama pada https://www.republika.co.id/berita/enslikopedia-islam-khazanah/8/10/15/8029-kh- muslich-ulama-legislator-pertama 28 Ia adalah pendiri dan Presiden Direktur PT. Persari Perseroan Artis Indonesia) yang boleh dikatakan sama dengan Union Artis di Amerika Serikat . Selain itu pernah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Pertimbangan Agung dan Ketua Dewan Film Nasional. Lihat Djamaluddin Malik pada djamaluddin.perfilm.perpusnas.go.id/biography/deskripsi_biografi.asp 29 Ia adalah ketua umum pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan ia juga sastrawan Indonesia. Lihat NU Online pada www.nu.or.id/post/read/85800/mengenal-mahbub-djunaidi- sang-pendekar-pena 30 Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah Nu 1952-1967 (Yogyakarta: LKis Group. 2011), hlm. 329. 31 Saifuddin Zuhri, Mbah Wahab Hasbullah: Kiai Nasionalis Pendiri NU, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2010, hlm. 89. 32 Buktinya pada saat Presiden Soekarno yang sedang menjalankan amanat Negara untuk membebaskan Irian Barat yang masih dijajah oleh Belanda itu menghadapi gelombang opini yang dilontarkan oleh John Foster Dulles yakni Menteri Luar Negeri AS bahwa Presiden Soekarno merebut Irian Barat hanya sebuah maneuver untuk melupakan dan menutupi krisis politik dan ekonomi dalam Negara. Dan dengan nasehat yang diberikan kepada presiden dengan diplomasi cancut taliwondo seperti di atas, akhirnya Presdien Soekarno melanjutkan tugasnya dalam membebaskan Irian Barat pada bulan Mei tahun 1962. 33 Lesbumi merupakan lembaga seni-budaya yang disusun oleh para seniman NU, dimana seniman dan budayawan NU berkumpul. Lihat NU Online pada www.nu.or.id/post/read/43311/sejak-2010-singkatan- lesbumi-berubah Asy’ari untuk menggunakan alat-alat musik dalam terselenggaranya acara-acara dalam NU.34

Nasakom semakin rapuh terutama pada wilayah konflik di Jawa Timur yang semakin lama semakin merusak keutuhan kerjasama antar bagian-bagiannya, sehingga pada tanggal 12 Desember 1964, Presiden Soekarno kemudian mengundang keseluruhan partai-partai untuk menghadiri pertemuan tersebut dan lahirlah Deklarasi Bogor. Dalam deklarasi itu, timbul kesepakatan bersama yang isinya seluruh partai yang ada yang tergabung dalam Nasakom menyepakati tidak akan melakukan tindakan kekerasan dan akan tetap bersatu untuk mewujudkan kesatuan nasional yang didasarkan pada Nasakom.

Perjuangan Kyai Abdul Wahab Hasbullah dalam memperjuangkan NU tanpa mengenal lelah untuk mencapai kemerdekaan meski harus dengan sabar, waspada dan bijaksana dalam mengatasi masalah yang dihadapi. NU harus berperan sebagai partai yang berjuang, bukan hanya sebagai penonton yang hanya mengatur pembagian hasil perjuangan orang lain yang tidak merasakan bagaimana rasanya memperjuangkan yang seharusnya diperjuangkan.

PNI (Partai Nasionalis Indonesia), Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) dan IPKI (Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) yang telah membersihkan partai NU dari para pemimpin yang tercemar oleh aktivitasnya selama masa Demokrasi Terpimpin dan Nasakom itu yang mendesak NU untuk mengikuti jejak partai-partai tersebut. Kelompok akomodasionis35 yang dapat mempertahankan kedudukan NU dalam Demokrasi Terpimpin dan Nasakom juga memperluas kelompok militan untuk berhadapan dengan PKI.

Pemimpin PKI pun akhirnya menghentikan aksi sepihak karena melihat kekalahan anggota-anggotanya meskipun pemberontakan masih terus meningkat sampai terjadi kudeta pada bulan Oktober tahun 1965.Hal ini membuat NU merasa sangat lega atas aksi sepihak tersebut, akhirnya NU dapat meruntuhkan kekuatan PKI.

34 A. Khoirul Anam, Kisah Ulama Berjuang dan Mengawal Bangsa: Untuk Membangun Tradisi Islam Nusantara (Tangerang: Pustaka Compass, 2015), hlm. 57. 35 Kelompok yang memiliki tujuan meraih cita-cita dalam partai dengan bekerjasama dan berdamai. NU memasuki dunia politik dimulai ketika bergabung dengan Masyumi yang kemudian memisahkan diri dari Masyumi dan membentuk partai politik sendiri. Munculnya aki komunis PKI yang ingin merobohkan bendera NU. Perjuangan NU dalam melawan PKI tidak dapat dipisahkan dari peran Kyai Abdul Wahab Hasbullah dan beberapa anggota NU, kaum pemuda dan masyarakat yang mendukungnya dalam menghancurkan aksi sepihak yang dilakukan PKI dan kelompok kiri yang menentang NU itu dapat ditaklukan oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah. Walaupun aksi sepihak telah selesai dan kekalahan yang dialami PKI, pemberontakan tersebut tetap berlangsung sampai terjadi kudeta bulan Oktober tahun 1965.

Dalam menanggapi sikap presiden Soekarno, Kyai Abdul Wahab Hasbullah tidak bisa berbuat apa-apa karena Presiden Soekarno masih menjabat sebagai kepala Negara.36 Jika pun melawan ataupun menentang kebijakan Presiden Soekarno, Ia akan menerima resiko yang tinggi. Meskipun kekecewaan masih terasa dalam hati, akan tetapi, Ia tetap menghargai kebijakan Presiden Soekarno yang tetap membela dan mempertahankan ideologi komunisme.

Pada sidang MPRS, akhirnya PKI dibubarkan dengan keluarnya Surat Pemerintah 11 Maret (Supersemar) oleh Jenderal Soeharto. PKI dinyatakan sebagai partai terlarang di seluruh Indonesia. PKI selalu memancing dan menjebak NU agar menempuh jalan yang salah, sehingga berakibat NU dipojokkan dan ditindas yang akhirnya dapat dibubarkan, seperti halnya Masyumi.

Pawai massal yang diadakan Presiden Soekarno pada tanggal 30 Januari 1966 di Stadion Jakarta sebagai acara puncak yang dianggap sebagai kesempatan bagi NU dalam menunjukkan kesetiaannya kepada Presiden Soekarno, begitupun dengan Presiden Soekarno yang ingin mengembalikan nama baiknya dalam politik.37

36 Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967 (Yogyakarta: Lkis Group, 2011), hlm. 329. 37 Para pemuda NU yang tergabung pada Anshor sudah merencanakan dalam pawai tersebut adalah sebagai jalan untuk menuntut pembubaran PKI dengan spanduk-spanduk yang mereka bawa. Menanggapi rencana yang akan dilakukan kelompok militan, maka sebelum pawai diadakan kelompok moderat mengajak kelompok militan berunding yang bertujuan agar kelompok militan tidak membawa nama PKI yang akan ditempelkan pada spanduk yang nantinya akan mereka bawa. Dengan begitu NU dipandang dapat membuktikan kesetiannya kepada Presiden Soekarno. Akhirnya kelompok militan menyetujuinya walaupun Pada tanggal 11 Maret tahun 1966, Presiden Soekarno dipaksa untuk mendatangani dokumen mengenai pengalihan kekuasannya kepada Soeharto dengan keluarnya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) yang berarti berakhirnya masa politik Presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto yang ingin mengubah Demokrasi Terpimpin menjadi Demokrasi Parlementer, sikap Soeharto ini tidak disukai oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah dan warga NU lainnya sebagai pendukung Presiden Soekarno.

Pada tanggal 7 Februari tahun 1966, Syuriah NU menyatakan penyesalannya terhadap keterlibatan Soekarno terhadap G30S atau Gestapu dan pelanggaran terhadap aturan kenegaraan. NU merasa yakin telah memperkuat posisinya karena ketegasan sikapnya melawan Gerakan 30 September dan kaum komunis.Kyai Abdul Wahab Hasbullah yang mengatakan bahwa selama Soekarno menjabat sebagai presiden tidak melakukan perubahan apapun terhadap bangsa dan negara.

NU sadar akan keterlibatan Presiden Soekarno dalam G30S PKI yang akhirnya ia dipecat dan diadili. NU yang mengusulkan hal tersebut dan langsung diterima oleh DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) pada tanggal 9 Februari tahun 1966. Kemudian Djamaluddin Malik mengusulkan kepada MPRS agar Soeharto menjadi satu- satunya calon presiden, dan usulan tersebut diterima pada tanggal 23 Februari tahun 1966.

Pada bulan Juli, Kyai Abdul Wahab Hasbullah mengatakan bahwa NU tetap mendukung Presiden Soekarno dalam diadakannya pemilu-pemilu dengan cara mencalonkan Presiden Soekarno sebagai pemimpin negara, karena Presiden Soekarno yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada saat Indonesia di tengah kehancuran.

Pada tanggal 25 Februari, PBNU mendukung kekuasaan presiden, dari tangan Soekarno kepada Soeharto. Kemudian pada sidang MPRS bulan Maret tahun 1968, jabatan Soekarno sebagai presiden akhirnya dicabut.

Kyai Abdul Wahab Hasbullah sering disebut sebagai “Ulama Nasakom” atau “Kyai Orla” pada zaman orde lama. Kepemimpinannya yang rajin itu dapat membawa NU berat. Berjalannya pawai tanpa perdebatan itu akhirnya berhasil menyatukan kembali Presiden Soekarno dengan NU.

menghadapi awal orde baru. Bahkan NU sebagai partai yang tangguh ketika orde baru mengadakan pemilihan umum tahun 1971. Pada pemilu tersebut, NU menjadi partai pemenang kedua setelah Golkar.38

Kyai Abdul Wahab Hasbullah berperan penting dalam menghadapi PKI karena perannya sebagai pemimpin tertinggi yaitu Rais ‘Am PBNU ke-2 yang dapat mengalahkan serangan PKI dengan cara yang menyatukan kekuatan warga NU. Ia mengatakan kalau senjata paling kuat dan tajam adalah “Persatuan”. Salah satu keberhasilannya adalah dengan menemukan pelaku utama dalam peristiwa ini. Selain itu, Kyai Abdul Wahab Hasbullah tokoh NU sangat disegani Presiden Soekarno karena dapat membaca zaman39dan Presdien Soekarno menjadikannya sebagai guru dan penasehat politiknya.40

Pada pemilihan umum kedua tahun 1971, perolehan suara NU hanya dapat mempertahankan perolehan suaranya yang menjadi lebih naik dibandingkan dengan suara pada pemilihan umum tahun 1955. Pemilu tahun 1971, dimenangkan oleh Golkar dan selanjutnya Golkar memenangkan pemilu empat kali berturut-turut, dimulai dari tahun 1971, 1977, 1982 kemudian tahun 1987.

NU berperan dalam mengembangkan budaya politik sebagai kekuatan moral untuk membantu agar pelaksanaan pemilu berjalan dengan baik, pemilu yang sehat dengan menghindari adanya pertikaian dan demokratis. Dengan kemenangan Golkar yang mutlak, NU kemudian menarik diri sebagai partai politik dan memutuskan kembali ke khittah 1926

38 Golkar yang memenangkan pemilu umum tahun 1971 yang kemudian pada tahun 1982 dan 1987. Golkar yang memaksa masyarakat tanah air untuk tidak memilih partai politik dengan cara menggerakan aparat sipil dan militer menjaga di TPS, karena hanya membawa mereka ke jurang kemiskinan. Kekerasan fisik yang dilakukan terhadap kiai, santri yang mendukung NU dengan cara dianiaya dan dibunuh. Berbagai cara yang dilakukan Golkar dalam memenangkan pemilihan umum dengan menyingkirkan NU, dan membentuk organisasi Gabungan Usaha Perbaikan Pesantren Indonesia (GUPI) di bawah pimpinan Mayjen Ali Murtopo dan Mayjen Sujono Humardani. Berdirinya organisasi ini otomatis menyingkirkan peran NU, kiai-kiai yang terpaksa menjadi anggota GUPI dan para santri meninggalkan pesantren. 39 Dapat mengatasi situasi yang sedang sangat kritis. 40 Salah satu nasehatnya yaitu dengan memberikan nasehat kepada Presiden Soekarno agar segera menyelesaikan masalah Presiden Soekarno yang saat itu sedang dalam keadaan difitnah dengan siasat “diplomasi cancut taliwondo”.Yang artinya menata politik, ekonomi, dan pendidikan, sehingga yang memfitnah itu kehilangan langkah untuk melanjutkan fitnahnya. Presiden Soekarno sendiri yang mengartikan perkataan Abdul Wahab Hasbullah. pada tahun 1971 di mana NU yang pada awalnya hanya sebagai organisasi sosial keagamaan.

Muktamar NU ke-25 di Surabaya tahun 1971 adalah muktamar terakhir yang dihadiri oleh Kyai Abdul Wahab Hasbullah dalam keadaan sakit. Bahkan pada pidato pembukaan yang seharusnya dibacakannya kemudian dibacakan oleh wakilnya. Pada Muktamar tersebut, kyai Abdul Wahab Hasbullah masih terpilih sebagai Rais ‘Am lagi meskipun usianya sudah lanjut dan dalam kondisi sakit. Kepercayaan yang didapat dari teman-temannya dan juga warga NU kepadanya masih cukup kuat, tetapi sayangnya amanat yang didapat itu tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena ia masih dalam keadaan sakit sampai kemudian ia meninggal dunia.