GUBERNUR UBAH ALOKASI DANA OTONOMI KHUSUS

Gubernur Papua, Lukas Enembe bertemu dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di , Senin (6/5). Pada kesempatan tersebut, Lukas Enembe didampingi antara lain oleh Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP)i Timotius Murib dan Staf Khusus Presiden untuk masalah Papua Felix Wanggai. Menurut Lukas Enembe, Pemerintah dan DPR perlu mengevaluasi alokasi dana otonomi khusus (otsus) Papua sebesar Rp33 triliun yang telah diberikan sejak tahun 2001 hingga tahun 2012. Lukas Enembe mengatakan dana otsus Papua, alokasinya tidak memiliki skema yang jelas sehingga belum memberikan manfaat yang signifikan kepada masyarakat. Karena itu, Lukas Enembe yang baru terpilih sebagai Gubernur Papua pada April 2013 menyampaikan usulan terkait alokasi dana otonomi khusus (otsus) Papua. Kepada pemerintah kabupaten dan kota sebesar 80 persen serta kepada pemerintah provinsi sebesar 20 persen. "Dengan pertimbangan, gubernur adalah kepanjangan tangan pemerintah pusat, sehingga tidak perlu mengerjakan proyek," kata Lukas Enembe. Ia menambahkan, proyek pembangunan sebaiknya diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota yang memang sebagai daerah otonom. Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso, mengapresiasi kebijakan Gubernur Papua baru yang akan meningkatkan porsi alokasi dana otsus lebih besar kepada pemerintah kabupaten dan kota. "Kebijakan Gubernur Papua ini menjadi kabar baik," katanya. Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit investigasiii terkait alokasi dana otsus periode 2002-2010. Hasilnya, BPK menemukan sejumlah penyimpangan. Nilainya mencapai Rp4,28 triliun yang terindikasi korupsi.

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum Kemudian BPK juga akan melakukan audit dana otsus Papua pada periode 2011-2012, atas permintaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Menurut Ketua BPK, Hadi Purnomo, BPK baru melakukan tahapan pengumpulan data dan dokumen terkait penyaluran dan distribusi dana otsus Papua. "Jenis auditnyaiii adalah pemeriksaan dengan tujuan tertentuiv," kata Hadi Purnomo, di Jakarta, Selasa (30/4). Selain itu, Lukas Enembe menyampaikan sejumlah pemikiran terkait revisi Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Pemikiran itu sudah disampaikan pada Presiden akhir April lalu. Substansi revisi Undang-Undang tersebut menurut Lukas Enembe sudah selesai dikerjakan pada bulan Agustus tahun 2012. Kemudian akan diserahkan pada pemerintah sebagai bahan pertimbangan revisi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001. Menurut Lukas Enembe, persoalan yang ada di tanah Papua bukan hanya dana otsus, tetapi perlunya kewenangan pemerintah daerah agar diperluas dalam menangani persoalan secara mandiri, termasuk pengelolaan kekayaan alam. Lukas Enembe juga mengusulkan agar pemerintah melakukan renegoisasi kontrak dengan PT Freeport. Hasil dari renegoisasi itu menurut Lukas Enembe harus diserahkan ke masyarakat Papua. Dengan kata lain, pemerintah tak memiliki kewenangan untuk mengambil hasil dari kontrak kerja dengan PT Freport. “Ini agar masyarakat Papua benar-benar menikmati kekayaan alam yang dimilikinya,” imbuhnya.

Sumber Berita: hukumonline.com, 7 Mei 2013 republika.co.id, 7 Mei 2013

Dana Otsus Provinsi Papua Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Provinsi Papua

 Sumber-sumber penerimaan Provinsi, Kabupaten/Kota meliputi: a. pendapatan asli provinsi, kabupaten/kota; b. dana perimbangan; c. penerimaan provinsi dalam rangka otsus; d. pinjaman daerah; dan

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum e. lain-lain penerimaan yang sah.  Dana Perimbangan bagian Provinsi Papua, Kabupaten/Kota dalam rangka otsus dengan perincian sebagai berikut: a. Bagi hasil pajak; 1. Pajak Bumi dan Bangunan sebesar 90% (sembilan puluh persen); 2. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar 80% (delapan puluh persen); 3. Pajak Penghasilan Orang Pribadi sebesar 20% (dua puluh persen). b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam: 1. Kehutanan sebesar 80% (delapan puluh persen); 2. Perikanan sebesar 80% (delapan puluh persen); 3. Pertambangan umum sebesar 80% (delapan puluh persen); 4. Pertambangan minyak bumi sebesar 70% (tujuh puluh persen); Penerimaan dana otsus dalam rangka pertambangan minyak bumi berlaku selama 25 tahun; dan 5. Pertambangan gas alam sebesar 70% (tujuh puluh persen). Penerimaan dana otsus dalam rangka pertambangan minyak bumi berlaku selama 25 tahun. c. Dana Alokasi Umum yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. Dana Alokasi Khusus yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan memberikan prioritas kepada Provinsi Papua; e. Penerimaan khusus dalam rangka pelaksanaan otsus yang besarnya setara dengan 2% (dua persen) dari plafon Dana Alokasi Umum Nasional, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Penerimaan dalam rangka pelaksanaan otsus ini berlaku selama 20 tahun; f. Dana tambahan dalam rangka pelaksanaan otsus yang besarnya ditetapkan antara Pemerintah dengan DPR berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun anggaran, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum

i Masyarakat Rakyat Papua adalah representasi kultural orang asli Papua, yang memiliki wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama iiPemeriksaan Investigatif merupakan jenis pemeriksaan yang termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK disebutkan Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana. iiiAudit atau Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. ivPemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada definisi pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.

Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum