Mitos Kala Dalam Arsitektur Wolff Schoemaker Pada Gedung Landmark Bandung
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Mitos Kala dalam Arsitektur Wolff Schoemaker pada Gedung Landmark Bandung Ganesha Wibisana Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB) Jl. Soekarno-Hatta No.378, Kb. Lega, Kec. Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat 40235 [email protected] ABSTRACT The interesting aspect of various architectural works of Wolff Schoemaker in Bandung city is the interaction between the sphere of Western and Eastern influence expressing full Indonesian ornamentation. This can be seen in the use of Kala’s head in the Landmark building. The figure is depicted with a face without a lower jaw placed on the building through a symmetrical shape, but with a dynamic ornament. The purpose of this research is to examine the meaning and influence of Kala’s head in Schoemaker’s architecture. This study is qualitative research using descriptive analysis methods. It explains the conception of the times in terms of form, characteristics and their translation in the myths of Javanese society. It was adopted in colonial buildings which made a cultural acculturation in architecture. The results of the analysis show that the Kala ornament in the building is influenced by the shape of the temples in the Central Java period. It has an identical shape to the Kala at the Gedong Songo temple and the Semar temple functioning as an antidote to negativity in the building. Keywords: Ornaments, Architecture, Kala, Wolff Shoemaker PENDAHULUAN kuat dalam perkembangan arsitektur A. Latar Belakang Kota Bandung. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari banyaknya karya yang dibuat Sebagai warisan budaya, seni arsitektur seperti, Gedung Merdeka, Hotel Preanger, merupakan peninggalan berharga dari Bioskop Majestic, Villa Isola, dan Gedung sejarah perkembangan kota, berdiri Landmark di Jalan Braga yang menjadi kokohnya bangunan bersejarah di Kota objek dalam penelitian ini. Ciri khas dari arsitektur yang dibuat adalah memadukan Bandung tidak terlepas dari nama besar penggayaan barat dan desain berorientasi arsitek yang ada dibaliknya. Wacana lokal dengan penerapan ornamen nusan- pemindahan Ibukota Hindia Belanda tara, untuk menciptakan hal yang baru dari Batavia ke Bandung membuat kota dalam arsitektur Hindia Belanda sehingga berbenah dengan mendatangkan para menghasilkan gaya yang disebut Indo- Arsitek untuk membangun dan menata Europeeschen Architeectuur Stjil. Kota Bandung (Haryoto Kunto, 1984). Pencarian Schoemaker dalam menemu- Berbagai macam gaya arsitektur masuk kan kebaruan gaya disertai riset mengenai bersamaan dengan para perancangnya, keadaan arsitektur lokal. Usaha untuk dari sekian banyak bangunan, karya Wolff memunculkan ide baru dilakukan dengan Schoemaker memiliki pengaruh yang 12 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 1 Juni 2020 mendalami arsitektur candi di Jawa, mulai sebagai fasilitas publik dan dapat diakses dari ragam jenis ornamen dan segala oleh banyak orang, bentuk Kala memiliki unsur budaya di dalamnya. Kebudayaan, gaya sejenis dengan ornamen Kala pada teknologi, dan kekuasaan merupakan Candi-candi Hindu yang berada di struktur yang menjadi ciri utama dalam daerah Jawa Tengah. Dari sekian banyak ruang lingkup sosial kota kolonial, karena peninggalan tersebut, candi di bagian utara sistem sosial budaya dapat mempengaruhi Jawa Tengah memiliki bentuk yang paling wujud arsitekturnya. Terbentuk dari identik, pergeseran tata letak bangunan proses adaptasi antara dua bangsa candi yang menyebar ke berbagai daerah berbeda, karya arsitektur Schoemaker di pulau Jawa dapat menjadi penyebab mencakup penyelesaian masalah- terciptanya mitologi Kala dengan bentuk masalah yang berhubungan dengan dan corak yang bervariasi namun tetap perbedaan iklim, ketersediaan material, memiliki makna simbolik yang serupa. cara membangun, dan seni budaya yang B. Metode terkait dengan estetika. Jika diamati, hal Metode yang digunakan dalam tersebut terlihat pada Gedung Landmark. penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Bangunan yang berfungsi sebagai toko yang secara umum dikelompokkan menjadi buku tersebut terletak dibuat dengan dua, yaitu metode pengumpulan data dan gaya yang mengalami peleburan dengan metode analisis data. Metode pengumpulan kebudayaan setempat, memasukan unsur data yang diterapkan dapat diklasifikasikan tradisi candi Hindu pada bentuk bangunan menjadi tiga yaitu, (a) metode observasi yang dikombinasikan dengan kepala Kala langsung ke lapangan untuk mengamati sebagai penerapan ragam hiasnya. Ornamen bentuk ornamen Kala yang terdapat pada tersebut menambah nilai keindahan Gedung Landmark, candi yang memiliki bangunan sebagai ungkapan estetik yang kemiripan bentuk, yaitu Candi Semar dan berhubungan dengan pandangan hidup Candi Gedong Songo di Jawa Tengah, manusia dan elemen penyusun bangunan, (b) Studi kepustakaan tentang segala dan terbentuk menjadi simbol yang dapat konsep yang melatarbelakangi keberadaan dipahami melalui kajian arsitektural. ornamen kala didalam candi serta Sebagai artefak, arsitektur merupakan penerapannya didalam Gedung Landmark, fenomena sensoris yang mengandung dan (c) wawancara terhadap narasumber makna implisit, yakni makna konseptual yang dipandang kompeten, memiliki dan makna fisik yang berhubungan dengan pengetahuan yang baik terkait bangunan fungsi sosial. Pemaknaan yang tidak lepas kolonial, candi dan ornamen yang menjadi dari wujudnya, akan selalu berhubungan objek kajian penelitian. dengan ide, gagasan, referensi, dan simbol Metode analisis data digunakan untuk (Laksmi, 2010). mengkaji korelasi antara bentuk ornamen Melalui proses akulturasi arsitektur secara formatif serta fungsi dan kedudukan Indo-Eropa ini, maka akan sangat performatifnya pada bangunan, yang menarik untuk dilakukan penelitian dipertajam melalui pemikiran semiologi tentang penerapan ornamen candi Roland Barthes mengenai sistem tanda. yang mempengaruhi bangunan. Hasil Bagaimana konsepsi Kala dapat muncul pengamatan menunjukan figur kala yang dan berfungsi penerapannya pada ornamen bersifat sakral ditempatkan Schoemaker bangunan kolonial, mencakup aspek-aspek pada bangunan profan yang berfungsi karakteristik visual, acuan perbentukan, 13 ~ Wibisana: Mitos Kala dalam Arsitektur Wolff Schoemaker pada Gedung Landmark Bandung ~ dan simbolisasinya. Teori semiotika yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi dua tingkatan tanda yaitu, denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama Gambar 1. Sistem Semiologi Roland Barthes untuk menghasilkan makna (Barthes, 2006: 303) sesungguhnya, sedangkan konotasi merupakan sebuah Berdasarkan Gambar 1. Sistem Semio- signifikasi yang didalamnya membangun logi Roland Barthes, pemaknaan terbagi mitos sebagai sistem pemaknaan tingkat menjadi dua tahap. Tanda (penanda dan kedua. petanda) pada tahap pertama dan menyatu Bentuk dan proporsi merupakan salah sehingga dapat membentuk penanda satu aspek dalam arsitektur yang dapat pada tahap kedua, kemudian pada tahap memunculkan interpretasi tertentu, karena berikutnya penanda dan petanda yang benda arsitektural merupakan wahana telah menyatu tersebut dapat membentuk tanda untuk menyampaikan maksud dan petanda baru yang merupakan perluasan fungsi, mengandung makna detonasi makna. Tahap denotasi menelaah tanda sebagai ruang bagi manusia yang juga dari sudut pandang bahasa secara harfiah, dapat mengandung arti lain (konotatif) yang kemudian masuk ke dalam konotasi sebagai sistem komunikasi untuk menyampaikan sebuah pesan. Hal tersebut sebagai tahap kedua, menggambarkan sejalan dengan teori Roland Barthes yang interaksi yang berlangsung ketika tanda mengembangkan semiotika menjadi dua bertemu dengan perasaan atau emosi tingkatan tanda, yaitu tingkat denotasi dan pengguna dan nilai-nilai kulturalnya pada konotasi. Denotasi dalam semiologi Barthes tingkat subjektif sehingga kehadirannya merupakan sistem signifikasi tingkat tidak disadari, yang kemudian terbentuk pertama, sementara konotasi merupakan mitos sebagai sistem pemaknaan tanda tingkat kedua, denotasi dalam hal ini pada tahap kedua. justru lebih diasosiasi dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan HASIL DAN PEMBAHASAN keharfiahan denotasi yang bersifat opresif, A. Wujud Kala Barthes mencoba menyingkirkan dan Ornamen tradisi yang terbentuk menolaknya, yang menurutnya hanya ada dalam arsitektur kolonial dipengaruhi konotasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa oleh munculnya gaya Indo-Europeeschen makna “harfiah” merupakan sesuatu Architeectuur Stjil di Hindia Belanda. yang bersifat alami yang dikenal dengan Lonjakan aktivitas pembangunan yang teori signifikasi. Teori tersebut merupakan pengembangan teori mengenai tanda yang terjadi di Bandung pada akhir abad ke- dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure 19, membuat ide untuk memunculkan yang mengalami perluasan makna dan arsitektur baru semakin beragam. Berbagai berlangsung dalam dua tahap, seperti aspek arsitektur lokal sedikit demi sedikit disajikan pada Gambar 1. Sistem Semiologi diserap oleh para pembangun Belanda Roland Barthes berikut: selama tiga abad pertama kehadirannya di 14 ~ Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya ~ Vol. 5 No. 1 Juni 2020 nusantara. Proses yang menurut Van der Arsitektur merupakan suatu wujud Wall merupakan orientalisasi pada gaya yang terbentuk dari pandangan hidup, arsitektur kolonial internasional (Dullemen, begitupun candi-candi di Jawa yang 2018: 18), langgam tersebut dicetuskan oleh mempengaruhi proses Schoemaker dalam arsitek Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage. menemukan gaya arsitekturnya. Candi Aliran yang memadukan gaya modern bukan hanya sebatas bangunan melainkan dengan bentuk arsitektur tradisi, tercipta