Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers

Karakter Bangunan Kolonial Belanda (Indisch) di (Karya Arsitek C. P. Wolff Schoemaker)

Moh. Fachruddin Suharto Jurusan PTB Prodi Arsitektur Fakultas Teknik UNIMA [email protected]

ABSTRAK

Selama 350 tahun bangsa Belanda menguasai nusantara, banyak meninggalkan bukti sejarah, salah satunya adalah bangunan Kolonial Belanda (Indisch). Sebagai bangunan peninggalan yang tentunya telah berumur, bangunan Kolonial Belanda (Arsitektur Indisch) telah teruji bertahan lama secara teknis dan berhasil juga sebagai suatu karya arsitektur yang memiliki nilai teknologi dan historis. Peninggalan bangunan-bangunan kolonial tersebut membuktikan adanya sumber daya manusia (arsitek) yang dimiliki bangsa Belanda dan sangat menguasai konsep-konsep karya klasik Eropa tetapi juga menguasai konsep-konsep arsitektur tropis dan budaya tradisional Indonesia secara mendalam. Sejumlah arsitek Belanda yang menghasilkan karyanya di Indonesia antara lain: C.P Wolff Schoemaker, Henricus Maclaine Pont, Herman Thomas Karsten, C. Citroen, F.J Lauwrens Ghijsels dan W. Lemei serta biro-biro insinyur yang memiliki banyak arsitek Belanda. Bangunan-bangunan peninggalan kolonial tersebut yang hingga kini masih cukup banyak dipakai walaupun telah beralih fungsi terlihat kokoh dan anggun. Berdasarkan penglihatan tersebut, mencoba untuk mengamati dan memahami karakter bangunan karya-karya arsitektur dari salah seorang arsitek-arsitek Belanda tersebut yaitu Prof. C.P Wolff Schoemaker, yang memadukan gaya modern dan tradisional yang kemudian didiskripsikan ke dalam tulisan ini dengan pendekatan teori, metode dan aplikasinya.

Kata kunci : Arsitektur Kolonial (Indisch), C.P Wolff Schoemaker , Karakter bangunan

ASTRACT

During the 350 years the Dutch controlled the archipelago, many leaving historical evidence, one of which was the Dutch Colonial (Indisch) building. As a heritage building which is certainly old, the Dutch Colonial Building (Indisch Architecture) has been proven to be technically long-lasting and successful as an architectural work that has technological and historical value. The relics of the colonial buildings prove the existence of human resources (architects) owned by the Dutch people and are very familiar with the concepts of classical European works but also deeply master the concepts of tropical architecture and traditional Indonesian culture. A number of Dutch architects who produced his works in Indonesia include: C. P Wolff Schoemaker, Henricus Maclaine Pont, Herman Thomas Karsten, C. Citroen, F.J Lauwrens Ghijsels and W. Lemei and engineer bureaus with many Dutch architects. The colonial heritage buildings which until now are still quite widely used even though they have changed functions look sturdy and elegant. Based on these visions, trying to observe and understand the character of the buildings of architectural works from one of the Dutch architects, Prof. C. P Wolff Schoemaker, who combines modern and traditional styles which are then described in this paper with approaches to theory, methods and applications.

Keywords: Colonial Architecture (Indisch), C.P Wolff Schoemaker, Building Character PENDAHULUAN lalu sampai kini, sekaligus sebagai bukti sejarah yang bisa dikenang oleh anak Peninggalan karya arsitektur cucu tentang kandungan segi-segi kolonial Belanda merupakan sebagai historisnya. Sebab di era globalisasi saat salah satu rekaman sejarah dalam bentuk ini, dalam laju perkembangan teknologi nyata yang membersitkan keberlanjutan dan informasi yang serba canggih, cepat peri kehidupan masyarakat pada masa dan beragam, keberadaan bangunan Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 53 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers bersejarah kolonial Belanda turut (Indische)-Indonesia yaitu Prof C.P memberikan keunikan dan otentisitas Wolff Schoemaker, dimana dipilih tersendiri di dalam sebuah kota. karena memiliki cukup banyak karyanya Generasi berikutnya tentu membutuhkan yang masih berdiri megah hingga saat “ruang” dan peluang untuk bisa melihat, ini. menyentuh dan merasakan bukti-bukti fisik sejarah serta kekayaan kultur di TINJAUAN PUSTAKA masa lalu. A. Karakter dan Analisis Karya Tak dapat dipungkiri bahwa Arsitektur Indonesia pernah mengalami pengaruh Karakter sebuah objek arsitektural occidental (Barat) di zaman penjajahan adalah susunan dari keberagaman Belanda dahulu, dalam berbagai aspek maupun intensitas ciri-ciri sebuah objek kehidupan. Ihwal tersebut dapat diamati arsitektural; serangkaian susunan elemen dari keberadaan arsitektur kolonial dasar pembentuk objek (bentuk, garis, dibeberapa kota yang tersebar dihampir warna dan tekstur) yang membuat objek seluruh kepulauan nusantara ini. Kendati tersebut memiliki kualitas khusus yang demikian, para perancang arsitektur dapat dibedakan dari objek lain kolonial pada masa itu walaupun (Smardon, 1986 dalam Suryasari memiliki dasar pengetahuan arsitektur Noviani, 2003). Dengan pengertian ini, klasik Eropa namun juga kerap telah maka karakteristik arsitektural adalah memadukan konsep lokal tradisional suatu objek arsitektur yang digali dalam merancang arsitekturnya. Sejalan berdasarkan kaidah-kaidah arsitektural dengan itu, eksistensi arsitektur yang berlaku dan menghasilkan ciri khas peninggalan kolonial Belanda bersejarah yang dapat membedakan wujud objek ini dapat mencerminkan kisah historis yang satu dengan yang lainnya. tentang tatacara hidup, serta peradaban Berdasarkan Arnheim, 1977 komunitas masyarakatnya ketika itu. (dalam Suryasari Noviani, 2003) Adanya akulturasi dalam arsitektur karakter visual suatu bangunan dapat antara penjajah dan kultur budaya dilakukan dengan cara menganalisis tradisional Indonesia, menyebabkan elemen-elemen visual yang tersusun arsitektur kolonial di sini memiliki dalam sebuah rancangan fasadenya, tampilan yang cukup “simpatik” dimana dalam bentuk yang masih beradaptasi di tengah-tengah lingkungan, kompleks dapat dikembalikan kepada dan arsitektur Indonesia masa kini. bentuk-bentuk murninya (pure shape). Untuk lebih lanjut melihat Kekompleksitasan arsitektur keberadaan karya arsitektur peninggalan sangat dipengaruhi dan terbentuk oleh kolonial Belanda, kita mencoba banyak faktor yang saling tumpang menggali informasi beberapa karya tindih satu sama lain, saling berkaitan arsitektur pada saat itu yang hingga kini sehingga merupakan sebuah sistem yang menjadi bangunan bersejarah sebagai integral, yang apabila satu bagian salah satu aset kebudayaan Indonesia. dibahas, maka otomatis bagian lain akan Oleh karena itu dibawah ini kita akan tersangkut untuk kemudian juga melihat beberapa karya dari salah satu disinggung sebagai bagian dari bahasan arsitek Belanda yang telah memberikan tadi. Akan tetapi sebenarnya kontribusinya dalam penciptaan kekompleksitasan tersebut apabila bangunan-bangunan bergaya Eropa kembali mengacu pada awal mula suatu

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 54 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers karya arsitektur, maka pada dasarnya kota besar di Jawa, maupun tulisan dan dapat diinduksi menjadi 3 aspek penting banyak mengenai kebudayaan Indonesia. sebagai persyaratan yang harus dipenuhi yaitu ; Fungsi, Estetika dan Kekuatan. Ke tiga hal tersebut tertuang secara fisik ke dalam bangunan lewat berbagai unsur / elemen pembentuk bangunan, sistem dan tatanan yang menyusun unsur tersebut. Unsur / elemen pembentuk bangunan dijabarkan oleh Ching (2000) sebagai suatu keterkaitan dan Gambar 1. Charles Prosper Wolff Shoemaker membentuk satu kesatuan tatanan yang (1882-1949) sifatnya kontekstual yang terdiri atas : bentuk, ruang, fungsi, teknik dan Tahun 1933 ia membangun konteks. Ching juga mengungkapkan gedung Villa Isola di yang beberapa prinsip komposisi berupa sebutannya sekarang menjadi Gedung proporsi dan skala serta prinsip IKIP. Dibangun dalam arsitektur modern penataan atau pengaturan yang sering dengan memasukkan unsur-unsur digunakan seperti : Sumbu, Simetri, tradisional. Selanjutnya adalah Hirarki, Pengulangan atau Irama, Datum bangunan Gereja Protestan Bandung, dan Transformasi Bentuk. dimana hingga kini masih dalam bentuk aslinya dengan bentuk arsitektur B. Karya-karya Arsitek C.P. Wolff campuran klasik-modern. Karya Schoemaker (1882-1949) berikutnya adalah bangunan Hotel Charles Prosper Wolff Shoemaker Preager, sebagai sebuah bangunan (1882-1949) adalah salah satu arsitek publik dengan bentuk denah geometrik Belanda yang cukup berpengaruh dalam murni serta gaya yang lebih modern. perencanaan fisik kota-kota di Indonesia Bangunan publik selanjutnya adalah terutama di pulau Jawa pada saat gedung Sociietiet Concordia atau yang kolonial Belanda masih berkuasa. dikenal dengan gedung Merdeka. Dari C.P.W. Schoemaker dilahirkan di sekian karya arsitek C.P Wolff Banyubiru, dekat Salatiga, Jateng pada Schoemaker yang dipilih dalam tulisan tahun 1882. Pengalaman pekerjaannya ini, maka contoh terakhir karya arsitek selama 35 tahun terbentang luas, mulai ini adalah bangunan Gereja Katedral dari insinyur zeni angkatan darat di Jawa Bandung. dan Sumatra, sebagai arsitek pemerintah

Hindia Belanda, sebagai arsitek “private” dan sebagai guru besar arsitektur di SekolahTinggi Teknik Bandung (sekarang ITB). Sebagai salah satu arsitek terkemuka Belanda, ia banyak membuat karya di Indonesia baik berupa bangunan yang sampai sekarang menjadi “landmark” lingkungan kota-

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 55 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers

hal ini membatasi salah seorang arsitek yang cukup terkenal karyanya yaitu Prof. Charles Proper Wolf Schoemaker dengan melihat beberapa karyanya yang dibangun pada tahun 1920 – 1940. Gambar 2. Villa Isola Gambar 3. Gereja Adapun pemahaman disini Protestan Bethel mendeskripsikan kembali karya-karya dari arsitek tersebut

Tinjauan Teori Seperti tertulis di awal bahwa keberadaan bangunan kolonial di Indonesia mendapat pengaruh yang kuat dari dua prinsip yang berbeda yaitu Arsitektur Occidental (barat) dan Gambar 4. Hotel Preager Tradisional Indonesia yang bersifat tropis. Namun dalam perwujudannya bangunan-bangunan tersebut dapat terealisasi dan bertahan hingga saat ini, hal ini karena mereka para arsitek Belanda telah mengenal prinsip-prinsip kedua pandangan arsitektur tersebut dalam perencanaan bangunannya.

Seperti halnya C.P. Wolf Gambar 5. Gedung Gambar 6. Gereja Schoemaker yang telah banyak menulis Merdeka Katedral tentang pandangan barat dan tradisional METODE Indonesia dimana dia menulis ;”..... Arsitektur occidental (barat) merupakan Metode yang digunakan dalam suatu kontruksi yang bersifat totalitas, kajian ini adalah metode deskriptif sedangkan arsitektur tradisional analysis. Langkah awal penelitian, yaitu Indonesia merupakan susunan yang melakukan observasi lapangan melalui subyektif, elementer dengan analisa referensi pada objek penelitian. menggunakan wajah luar terutama Hasil dari observasi dapat memberikan wajah depan”. Totalitas adalah satu gambaran secara umum karakteristik kesatuan menyeluruh, sebaliknya dengan bangunan kolonial dari karya-karya subyektif yang bersifat terpisah. Dalam arsitek C.P Wolff Schoemaker. bukunya ”Aesthethik en oorsprong der Hindoe koenst op ” 1924. Tujuan Pembahasan Sesuai dengan tujuan pembahasan Secara umum yang menjadi tujuan yang telah tertulis di atas, maka pembahasan ini adalah mencoba untuk kerangka teoritik disusun lebih hanya menelusuri dan memahami konsep- sebagai alat bantu proses eksplorasi konsep pembentuk karakter arsitektur dalam rangka mendapatkan karakter kolonial Belanda (Arsitektur Indisch) bangunan dari karya-karya C.P.W. dari gambaran dan karya-karya arsitek Schoemaker dan bukan merupakan suatu Belanda yang ada pada saat itu. Dalam rumusan yang harus membutuhkan

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 56 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers pembuktian. Karakter formal dapat Tekstur yang dominan terlihat ditemukan dengan melakukan analisis pada bangunan Villa Isola adalah tekstur terhadap bangunan dan pendekatan dari pemukaan dinding fasad yang halus. analisis yang dipergunakan berfokus Dinding tersusun atas material batu bata pada produk hasil karya rancangan dan beton yang dipelester sehingga arsitektur tidak pada prosesnya. Analisis menghasilkan permukaan yang halus, yang berfokus pada produk memiliki memberikan kesan lunak (soft) konsekuensi terlibatnya interpretasi yang diperkuat dengan pengolahan sudut tentunya harus berdasarkan pada prinsip- bidang dinding bangunan yang prinsip yang dianggap menggarisbawahi melengkung . Fasade bangunan setiap wujud arsitektur. Kerangka teori didominasi oleh warna terang yaitu untuk menggali karakter bangunan warna putih. Bila diamati bangunan ini arsitektur Indisch di atas dapat dilakukan dari jarak tertentu sehingga banguan dengan menggunakan pendekatan- terlihat komposisinya secara pendekatan analisis yang seperti telah keseluruhan, menunjukkan bahwa diuraikan dalam tinjauan pustaka. tekstur yang halus dari permukaan dinding sedikit diperlemah oleh HASIL DAN PEMBAHASAN keberadaan elemen-elemen bukaan Berdasarkan apa yang telah terutama jendela dengan jeruri besinya. dikemukakan di atas, maka komponen pembentuk bangunan karya arsitek C.P. 2. Gereja Protestan Bethel Wolff Shoemaker secara umum dibentuk oleh tema-tema yang muncul dari upaya eksplorasi terhadap kualitas formal pada bidang horisontal dan vertikal dari 5 buah karyanya berupa bangunan publik. Tema-tema tersebut terdiri atas 2 tema yang besar pada masing-masing bidang Gambar 8. Fasade Gereja Protestan Bethel yaitu elemen-elemen bentuk (atribut of form) dan prinsip tatanan Bangunan gereja Protestan Bethel (rules/principles). mempunyai tekstur yang cenderung merupakan tekstur halus. Tekstur A. Tampilan Fasade tersebut merupakan dominasi tekstur dari permukaan material dinding 1. Gedung Villa Isola bangunan yang tersusun dari batu bata yang dipelester. Fasade bangunan juga didominasi oleh warna terang akibat pemakaian cat putih pada dinding bangunan yang terlihat dominan secara keseluruhan. Keharmonisan fasade dengan adanya kontras warna gelap pada atap sirap yang berbentuk limasan serta dilengkapi dengan menara pada satu Gambar 7. Fasade Gedung Villa Isola sisinya.

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 57 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers

3. Hotel Preager kesan bersih. Hal tersebut didukung pula oleh pemakaian warna yang terang yaitu warna putih. 5. Gereja Katedral

Gambar 9. Fasade Hotel Preager

Tekstur pada bangunan hotel Preager dominan merupakan tekstur yang kasar, sebagi akibat dari Gambar 11. Fasade Gereja Katedral penggunaan batu alm pada hampir setiap Tekstur yang terlihat pada bagian fasade. Penyelesaian material bangunan gereja Katedral secara batu alam yang dominan terlihat secara keseluruhan komposisi fasade adalah visual mengahsilkan permukaan material dominasi tekstur kasar yang dibentuk yang kasar disertai dengan pahatan pada akibat lebih dominannya pengolahan permukaanya sehingga terbentuk bidang fasade yanng maju mundur. Efek cahaya yang tidak rata serta profil dengan motif dan bayangan yang terjadi dari moulding tertentu (geometris). Warna yang dan ornamen turut mempengaruhi digunakan didominasi oleh warna gelap terbentuknya kesan tekstur yang kasar. akibat penggunaan batu alam, ataupun Sementara itu warna yang dihasilkan penyelesaian material lain yang cenderung terlihat terang dengan warnanya disamakan dengan warna dominasi warna putih. material batu alam yang cenderung berwarna kelabu (abu-abu). B. Bentuk Elemen Fasade

4. Gedung Merdeka (Sociietiet Tabel 1. Analisa Bentuk Elemen Fasade Concordia)

Gambar 10. Fasade Gedung Merdeka Seluruh dinding fasade bangunan mempunyai penyelesaian penggunaan material yang sama yaitu merupakan dinding batu bata yang dipelester. Tekstur yang dominan terlihat adalah tekstur yang halus dan memberikan

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 58 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers

2. Gereja Protestan Bethel

Tabel 3. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Horisontal Gereja Protestan Bethel

C. Komponen Pembentuk Bidang Horisontal 1. Gedung Villa Isola

Tabel 2. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Horisontal Gedung Villa Isola

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 59 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers

3. Hotel Preager

Tabel 4. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Horisontal Hotel Preager

5. Gereja Katedral

Tabel 6. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Horisontal GerejaKatedral

4. Gedung Merdeka (Sociietiet Concordia)

Tabel 5. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Horisontal Gedung Merdeka

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 60 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers

D. Komponen Pembentuk Bidang Vertikal d. Skala a. Entrance (Pintu masuk) Tabel 11. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Vertikal - Skala Tabel 8. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Vertikal - Entrance

e. Sumbu b. Garis Vertikal – Horisontal Tabel 8. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Vertikal - Sumbu Tabel 9. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Vertikal – Garis vertikal-horisontal

f. Simetri c. Proporsi Tabel 12. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Vertikal - Simetri Tabel 10. Analisa Komponen Pembentuk Bidang Vertikal – Proporsi

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 61 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers

g. Bentuk / Shape Tabel 13. Analisa Komponen Pembentuk Bidang PENUTUP Vertikal – Bentuk/Shape Dari pembahasan di atas dapat dilihat bahwa karakter bangunan kolonial dari beberapa karya arsitek Belanda Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker yang di ambil sampel dari 5 bangunan publik yaitu ; Gedung Villa Isola, Gereja Protestan Bethel, Gedung hotel Preager, Gedung Merdeka (Sociietiet Concordia), Gereja katholik h. Shape Luar / Geometri Dasar Katedral kesemuanya berada di Bandung, memiliki karakter formal yang Tabel 14. Analisa Komponen Pembentuk Bidang cukup beragam baik dari site plannya, Vertikal – Shape luar/Geometri dasar denah hingga fasadenya. Site plan dengan komponen pembentuknya berupa entrance serta penataan ruang luar yang memanfaatkan potensi tapak serta komposisi massa bangunan baik yang simetri maupun asimetri dengan penerapan prinsip sumbu. Pengolahan denah dengan komponen pembentuknya berupa entrance, proporsi, geometri dasar, sumbu simetri, hirarki, pengulangn dan transformasi bentuk memperlihatkan i. Pengulangan karakter dengan peletakan entrance Tabel 15. Analisa Komponen Pembentuk Bidang malalui penegasan sumbu denah, Vertikal – Pengulangan dimensi ruang yang dinamis proporsi, bentuk-bentuk berdasarkan geometri yang terbagi tiga bagian, simetri dan seimbang, kemenonjolan wujud hirarki, serta adanya keteratutan dari ritme yang

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 62 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009 Moh. Fachruddin Suharto Jurnal Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Manado www.unima.ac.id/lppm/efrontiers teratur dan penerapan transformasi bentuk. Tampilan fasade yang berorientasi pada arah bangunan melalui peran garis vertikal-horisontal serta proporsi dengan lingkungan, tatanan sederhana dari bentuk geometri, seimbang dengan penerapan sumbu simetri dan asimetri juga kemenonjolan wujud dari ukuran, letak elemen serta ritme dari prinsip pengulangan yang kesemuanya terbentuk dari elemen-elemen yang mendukung dalam komponen pembentuk fasade.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Geoffrey H. (1989). Le Corbusier an Analysis of Form, University of Calofonia Press, Berkley.

Ching, Francis D.K. (2000) Arsitektur

Bentuk Ruang dan Tatanan, Penerbit Erlangga, . Siregar, Sandi Aminudin. (1990) Bandung ; the Architecture of a City in Development, Departement Architectuur Stedebouw en Ruimtelijke OrdeningAfdeling Architectuur. Sumalyo, Yulianto. (1995) Arsitektur Kolonial belanda di Indonesia, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soekirman,Djoko. (2000) Kebudayaan Indisch, Yayasan benteng Budaya, Yogyakarta.

Suryasari, Noviani. (2003) Karakter Formal Bangunan Karya C.P Wolff Shoemaker di Bandung Periode 1920 – 1940, Universitas Gadja Mada Fakultas teknik, Yogayakarta.

Jurnal Frontiers Vol 2 No 1, April 2019 63 P-ISSN: 2621-0991 E-ISSN: 2621-1009