Sesaji Kupat Dalam Tradisi Gumbregan Di Desa Kemiri Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul1

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sesaji Kupat Dalam Tradisi Gumbregan Di Desa Kemiri Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul1 SESAJI KUPAT DALAM TRADISI GUMBREGAN DI DESA KEMIRI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL1 Ida Sulastri dan Suharti Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak: Sesaji Kupatemail: dalam Tradisi [email protected] di Desa Kemiri Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. sesaji kupat Gumbregan Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna simbolik dan manfaat dalam tradisi . Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam. Data dianalisis dengan teknik induktif dan keabsahan pertama sesaji kupat sesaji data dengan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan kelonthongan bahwa , adalah salah satu bagian yang digunakan kendhurendalam tradisi berujud Sesaji kupat yang dibuat dari anyaman janur yang diisi beras, direbus sampai matang digunakan pada acara makan ternak dan ngalungi makani masang kupat kandhang. Sesaji kupat . digunakan pada ritual makan ternak atau sapi pada kendhuren kupat luwar Kedua saat sesaji kupat sapi, sapi, dan di kendhuren yang digunakan pada ritual ngluwari ujar adalah . ndrebala, makna simbolik yang digunakan pada acara makan ternak dan , untuk pemilik ternak karena ternaknya selamat, Ketiga kupat , dan selanjutnya pemilik dan ternaknya dijauhkan dari gangguan apapun, selalu Gumbregan mendapat lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. , manfaat pada tradisi bagi masyarakat pendukungnya yaitu: (a) manfaat spiritual, Kata kunci(b) manfaat sosial, dan (c) manfaat pelestari tradisi. sesaji kupat Gumbregan Abstract: Sesaji Kupat: in , tradisi ternak, tradisi Gumbregan Tradition held in Kemiri Village, Tanjungsari, Gunungkidul. sesaji kupat This study was aimed at describing the symbolic meaning and the bene its of the in Gumbregan tradition. This study used qualitative research method. The data collection was conducted through participant observation and in-depth interviews. The data were analyzed using irst sesaji kupat inductive technique and validated using triangulation source and method. kelonthongan janur The results show that , is one part of offerings that used in the tradition in the form of kendhuren Sesaji kupat which are made from woven (woven coconut leaves) illed with rice, then boiled until cooked. It is used in sesaji kupat kendhuren livestock and kupat luwar rituals. Secondly is used in the ritual of feeding and sesaji kupat slaughtering livestock such as cows, while kendhuren ngluwari ujar used in rituals is named as . , the symbolic meaning of used in livestock and is to " " or as agratitude expression of 1 the owner because the livestock is safe and healthy, and hopefully the owner Tradhisi Gumbregan ing Desa Kemiri Keca- matan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul Pengembangan dari penelitian berjudul “ ” 57 Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 22, No. 1, April 2017: 57-70 Third and his livestock are kept away from any disturbance, and always protected by God Almighty. , the bene its of sesaji kupat in Gumbregan tradition for the communities are includes: (a) spiritual bene its, (b) social bene its, and (c) Keywordstraditional preservation. sesaji kupat Gumbregan : . livestock tradition, tradition PENDAHULUAN Gumbregan Wuku Gumbreg Gumbregan dilaksanakan di setiap Gumbregan Kabupaten Gunungkidul salah sehingga dinamakan tradisi satu kabupaten di Daerah Istimewa . ini dapat disebut Yogyakarta yang terkenal akan tradisinya. tradisi karena merupakan tata kelakuan Tradisi sebagai bagian dari kebudayaan, berdasarkan ide-ide sesuai norma-norma memberikan gambaran yang mengkhusus, yang berlaku pada aturan setempat dan yang dapat dikatakan sebagai identitas bersifat konkret (Herusatoto, 2008: 164 Gumbregan Kabupaten Gunung Kidul. Masyarakat -165). Gunung Kidul termasuk mayarakat yang ini termasuk tradisi masih taat dan menghormati kepada kecil yang memiliki keunikan tersendiri. leluhurnya. Ketaatan dan penghormatan Keunikannya, tradisi ini dilaksanakan terhadap lelehurnya tersebut diwujudkan untuk selamatan hewan yakni sapi. Hewan dengan menjalankan segala tradisi yang sapi dianggap berjasa dan bermanfaat bagi dilakukan oleh para leluhurnya. Kegiatan warga masyarakat Gunung kidul karena yang dilakukan oleh masyarakat Gunung dapat membantu perekonomian warga Kidul ini sesuai dengan pernyataan dan membantu dalam hal pertanian, ngluku nggaru Danandjaya bahwa kebudayaan kolektif seperti membajak sawah yang dalam yang tersebar dan diwariskan secara istilah Jawa disebut ‘ ’ atau ‘ ’. turun-temurun secara tradisional dengan Selain itu, kotorannya juga bisa dijadikan sesaji versi yang berbeda disertai gerak isyarat sebagai pupuk tanaman. Tradisi ini atau alat bantu pengingat (Danandjaja, dilaksanakan dengan berbagai 1986: 2). Salah satu adat tradisi yang sebagai simbol untuk menyatakan masih dilaksanakan hingga saat ini oleh Gumbregan rasa sukur dan harapan-harapan bagi Gumbregan sebagian besar masyarakat Gunungkidul Gumbregan gumbreg masyarakat pendukungnya. yaitu tradisi –an. Gumbreg Tradisi ini diadakan berasal dari kata wuku karena berhubungan dengan kepercayaan mendapat imbuhan . Pawukon adalah masyarakat bahwa semua hewan yang salah satu nama yang memiliki usia wuku ada di dunia ini ada yang merajainya, Wuku Gumbreg atau lama waktu tujuh hari. begja yaitu Nabi Sulaiman. Oleh karena itu, cilakaning wongadalah perhitungan hal beserta pada setiap warga keterangannya tentang dan masyarakat Gunungkidul yang memiliki Wuku ‘nasib baik dan nasib ternak sapi melakukan selamatan agar buruk seseorang’ (Poerwadarminto, sapinya selalu sehat, dapat berkembang 1939: 433). merupakan bagian dari biak dengan baik, dan dapat membantu siklus di dalam penanggalan Jawa dan Bali Gumbreg wuku perekonomian masyarakat pendukung berjumlah 30(Moertjipto dkk., 1996-1997: serta membantu dalam hal pertanian. 45). merupakan keenam. Selamatan ini dilaksanakan sebagai sarana 58 Sesaji Kupat dalam Tradisi Gumbregan...(Ida S. & Suharti) untuk mewujudkan rasa syukur warga yang menjadi fokus penelitian. Data yang masyarakat kepada Tuhan Yang Maha dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau Esa atas limpahan rezeki yang diberikan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dari hasil ternak sapi dan dari hasil dapat diamati (Moleong, 2006: 4). pertanian. Selain itu, tradisi ini juga sebagai Lo land dan Lo land (Moleong, 2006: sarana untuk mewujudkan rasa syukur 157) menyatakan bahwa sumber data dan terima kasih kepada Nabi Sulaiman utama dalam penelitian kualitatif ialah yang telah mengizinkan hewan sapinya kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah dipelihara oleh seluruh manusia di dunia, data tambahan seperti dokumen dan khususnya di Gunungkidul. Harapannya, lain-lain. Sumber data dalam penelitian umbregan dengan melaksanakan tradisi selamatan ini adalah warga masyarakat Desa Kemiri ini, kehidupan sehari-hari masyarakat yang paham tentang G Gumbregan dan yang pendukung terhindar dari segala bahaya Gumbregan ikut serta atau terjun langsung ke lapangan apapun. sebagai pelaku utama tradisi kendhuren Tradisi sudah dilakukan ini. Warga desa tersebut adalah sesepuh kendhuren secara turun-temurun Gumbregan oleh warga desa, kaum atau orang yang Gunung Kidul (Danandjaja, 1986: 1-2). memimpin Gumbregan, pamong desa, Pelaksanaan tradisi ini dan warga masarakat Desa Kemiri yang sejak dari leluhurnya, terdiri dari dua Gumbregan melaksanakan tradisi . bagian kegiatan, yaitu persiapan dan sesaji makan purposive samplingMetode yang digunakan untuk me- dan kendhurenpelaksanaan . Persiapan nentukan informan yaitu dengan teknik menyakup persiapan makan sapi . Moleong (2006: 224) kendhuren Gumbregan sedangkan pelaksanaannya Sesaji makan menyebutkan bahwa teknik purposif yaitu acara ritual jadah woran ternak dan kupat adalah memilih informan dengan cara luwar, lepet, cepuk . bojo lima memilih orang-orang yang bisa memberi pulo, katulternak terdiri dari boreh , sesaji data akurat. Data akurat dapat ditemukan kendhuren ( jadah woran dan kupat ), dengan memilih informan kunci yang pulo dan sedangkan dapat memberikan informasi secara sesaji adalah , , dan akurat dan dapat memberikan penjelasan . Dari kedua pelaksanaan Gumbregan, sesaji kupat untuk menentukan informan lainnya yang sama dan penyiapannya lebih untuk mendapatkan data penelitian sesuai lama adalah kupat luwar, lepet, . Untuk itu pada dengan fokus yang sudah ditentukan. cepuk, dan bojo limakesempatan ini akan dibicarakan (1) Teknik pengumpulan data yang apa dan bagaimana sesaji kupat luwar, lepet, cepuk, digunakan adalah pengamatan berperan- dan bojo lima, , (2) bagaimanakah sesaji serta dan wawancara mendalam. Pe- Gumbreganmakna sesaji ngamatan berperanserta digunakan untuk Gumbregan kupat sebagai bagian dari mengumpulkan data berupa peristiwa , dan (3) manfaat dari jalannya yang dilaksanakan METODE bagi masyarakat pendukungnya. oleh warga Kemiri. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan penjelasan Gumbregan tentang segala sesuatu yang terkait dengan Penelitian ini menggunakan pen- jalannya . Data dianalisis dekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan teknik analisis induktif. yang digunakan adalah kualitatif des- Pengesahan data menggunakan teknik kriptif, yaitu suatu penelitian yang triangulasi sumber dan metode. bertujuan untuk mendeskripsikan gejala 59 Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 22, No. 1, April 2017: 57-70 gumbregan Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gumbregan Suleman, maka setiap Wuku Gumbreg Kemiri, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Wuku Gum- diselamati. Selamatan itu , bregGunungkidul. Tradisi Selasa Wage Kemis Legi di Desa jadi
Recommended publications
  • Breakfast Healthy Salad
    MIE GORENG AKA FRIED NOODLES 76,543 BREAKFAST Chicken or vegetable fried noodle, poached egg, SALAD pickled vegetables and shrimp cracker POFFERTJES 67,890 CHICKPEAS SALAD 76,543 A dozen small pancakes, served with dusting sugar Enjoy onions, tomatoes and feta cheese combined BUBUR 56,789 with chickpeas and a light dressing NUTELLA PANCAKES (N) 76,543 Our Bubur is served with cakwe / youtiao - Youtiao, A stack of 4 pancakes with is a long goldenbrown deep-fried strip of dough CAESAR SALAD (N) 98,765 a sumptuous amount of Nutella commonly eaten in China and in other East and Baby romaine, parmigiana, sous vide egg, Southeast Asian cuisines. Conventionally, garlic bread, fried caper, parsley, crispy bacon, STUFFED PAPRIKA (V) 87,654 youtiao are lightly salted and grilled chicken and caesar dressing Filled paprika with steamed egg white, made so they can be torn lengthwise in two sautéed mushrooms and tomato. POMELO SALAD (V) 98,765 BANANA NUTELLA WRAP (N) 76,543 Pamelo with grilled chicken, coriander, ANANTARA EGG BENEDICT (P) 123,456 Chocolate-hazelnut spread covers a warm tortilla mint leaft, shallot and jim sauce 2 softly poached eggs, served on a layered rolled around a banana. Pan Fried to perfection sour dough toast with salad,Parma ham and For the sweet tooth amongst us served with a rich truffle hollandaise sauce HEALTHY to make the entire experience mesmerising ANANTARA BREAKFAST 123,456 2 eggs any kind ( Poached, sunny side up, scrambled) QUINOA AVOCADOSALMON 145,678 NASI BABI BALI (P) 67,890 2 slices of bacon, 2 grilled sausages, 2 hash brown, Quinoa, mixed with avocado, cherry tomato, basil Braised Pork Belly, Krupuk Bali, vegetables 2 pieces of sour bread, steak, grilled tomato, and grilled salmon flakes sautéed mushrooms, salad and baked beans EGG WHITE OMELETTE (V) 67,890 CHIRASHI 176,543 Egg white omelet, served with cherry tomatoes and MIE AYAM 67,890 Chirashi, also called chirashizushi (ちらし寿司) is one sautéed mushrooms - very low on cholesterol packed Mie ayam, mi ayam or bakmi ayam is a common of my favourite Japanese meals.
    [Show full text]
  • The Elements of Culture Values on Malay Traditional Food Wrapping: Ketupat
    THE ELEMENTS OF CULTURE VALUES ON MALAY TRADITIONAL FOOD WRAPPING: KETUPAT MHD NOR OSMAN NIEOP!QFSBLVJUNFEVNZ DR. NORHASANDI MAT OPSIBT!QFSBLVJUNFEVNZ Dr. Mohd Khairul Azahari Abdul Rani NPIEL!QFSBLVJUNFEVNZ 6OJWFSTJUJ5FLOPMPHJ.BSB $BXBOHBO1FSBL ,BNQVT4FSJ*TLBOEBS ABSTRACT .PTUPGUIFUSBEJUJPOBMGPPEXSBQQJOHJTNBEFGSPNWBSJPVTOBUVSBMNBUFSJBMT,FUVQBU JTPOFPGUIFUSBEJUJPOBMGPPETJO.BMBZTJBBOEJOUIF.BMBZ"SDIJQFMBHP*UJTXSBQQFE DPDPOVUMFBWFTDBMMFEAKBOVS5IFPSJHJOPGUIF,FUVQBUPS,VQBUJTGSPN+BWB *OEPOFTJB 5IFNJHSBUJPOPGQFPQMFTJOUIF.BMBZ"SDIJQFMBHPIBTNBEFUIF,FUVQBUXJUINBOZ TJNJMBSJUJFT JO UFSNT PG JUT VTF 5IF USBEJUJPO PG NBLJOH UIF ,FUVQBU TUBSUFE B GFX HFOFSBUJPOT BHP BOE CFDBNF NBOEBUPSZ JO DFSUBJO DFSFNPOJFT BT B NBJO NFBM5IJT BDUJWJUZJTDPOTJEFSFEBTBDVMUVSFTJODFJUIBTCFFOQBTTFEEPXOUISPVHIHFOFSBUJPOT BOEIBTCFDPNFBTZNCPMUPJEFOUJGZUIFDPNNVOJUZ,FUVQBUSFRVJSFTUFDIOJDBMTLJMMT UPXFBWFJUTDPOUBJOFS CFTJEFTIBWFJUTQIZTJDBMBUUSBDUJWFDIBSBDUFSJTUJDTBOETJHOJöDBOU BFTUIFUJDWBMVFTJOTIBQFT MJOFT QBUUFSOTBOEDPMPST,FUVQBUBMTPIBTEJòFSFOUTZNCPMJD NFBOJOHTBOEIBTCFDPNFCFMJFGTJOEBJMZMJGF5IFFòFDUPGNPEFSOQBDLBHJOHIBTIJU UIFUSBEJUJPOBOEUISFBUFOTUIFBSUPGXFBWJOHUIF,FUVQBU5IFSFGPSF BMUIPVHIXFBSFJO UIFNBJOTUSFBNPGEFWFMPQNFOUCVUXFNVTUQSFTFSWFUIFFMFNFOUTPGDVMUVSFWBMVFTPO .BMBZUSBEJUJPOBMGPPEXSBQQJOH ,FUVQBU ,FZXPSET,FUVQBU "SUPG8SBQQJOH 4ZNCPMJD.FBOJOH "FTUIFUJDT )FSJUBHF *EFOUJUZBOE$VMUVSF7BMVF 118 | IDEALOGY 2 t+VSOBM4FOJ#VEBZB Introduction LOPXMFEHF BCPVU UIF BSU JUT TZNCPMJD NFBOJOH BOE WBMVFTDPOUBJOFECFIJOEUIJTQSBDUJDFBTBDVMUVSFUIBUIBT "SU BDUJWJUJFT BNPOH DPNNVOJUJFT JO UIF
    [Show full text]
  • S Hautuna TRADISI AMMONE PA'balle RAKI'
    TRADISI AMMONE PA’BALLE RAKI’-RAKI’ DI KELURAHAN TAMARUNANG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA (Analisis Perbandingan antara Hukum Islam dan Adat Istiadat) Nurul Wardah Ningshi NS Universitas Islam Negeri Alauddin [email protected] Zulhas’ari Mustafa, S.Ag., M.Ag Universitas Islam Negeri Alauddin [email protected] Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum menuju ke pernyataan yang bersifat khusus. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan berbagai pendekatan, yaitu pendekatan antropologis, pendekatan yuridis, pendekatan sosiologis dan pendekatan normatif syar’i. Adapun sumber data penelitian ini adalah Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Masyarakat biasa. Selanjutnya metode pengumpulan data di lakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Tradisi ammone pa’balle raki’-raki’ di kel. Tamarunang, kec. Somba Opu kab. gowa merupakan bentuk rasa syukur kepada sang pencipta Allah SWT, ritual yang melambangkan simbol kelancaran yang di percaya agar acara pernikahan maupun khitanan yang akan di laksanakan berjalan dengan baik tanpa gangguan apapun. Tradisi ini di lakukan di sungai dengan menghanyutkan sesaji-sesaji, masyarakat percaya apabila tidak melakukan Tradisi Ammone Pa’balle Raki’-Raki’ akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, seperti kesurupan atau dalam bahasa Makassar Napattauki dan akan di terserang penyakit pada dirinya. Pandangam Hukum Islam terhadap tradisi ini telah melenceng dari syariat islam karena orang yang melakukannya adalah musyrik. Tradisi ini merupakan Adat istiadat kerena merupakan termasuk budaya atau aturan-aturan yang berusaha di terapkan dalam lingkungan masyarakat, tetapi cara pelaksanaannya adalah bentuk kesalahan masyarakat yang tidak menyadari bahwa itu bertentangan dengan hukum Islam.
    [Show full text]
  • A Review of the Malaysia's Heritage Delicacy Alongside with The
    Ismail et al. Journal of Ethnic Foods (2021) 8:19 Journal of Ethnic Foods https://doi.org/10.1186/s42779-021-00095-3 REVIEW ARTICLE Open Access The Malay’s traditional sweet, dodol:a review of the Malaysia’s heritage delicacy alongside with the rendition of neighbouring countries Norsyahidah Ismail1, Muhammad Shahrim Ab. Karim1* , Farah Adibah Che Ishak1, Mohd Mursyid Arsyad2, Supatra Karnjamapratum3 and Jiraporn Sirison3 Abstract The Malaysia’s cultural heritage is authentic, unique and colourful with various local cuisines of different races and cultures. It is mainly originated from the Malay culture being the largest ethnic group in the country. The Malays themselves have contributed to many local cuisines ranging from appetiser, soup, main course and dessert. However, some Malay heritage foods have almost been forgotten and jeopardized in quality. This is especially happening to the Malay sweets or desserts which have gradually become less appealing to the younger generations. They are not even familiar with Malay foods, let alone consuming them. Among the popular Malay heritage foods in Malaysia are lemang, ketupat, rendang, wajik and dodol. Dodol specifically has been listed as one of the endangered heritage foods in Malaysia. Preserving the Malay cuisines is part of sustaining the Malay culture and this should begin with a great amount of knowledge and understanding about any elements within the culture itself. This article highlights a nostalgic and evergreen Malay’s traditional sweet, known by the locals as dodol by discussing its history, different types and names of dodol, as well as the recipes, preparation, cooking methods and packaging.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 424 3rd International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE 2019) Knowledge Preservation of Various Types of Braid: Indigenous Knowledge of Minangkabau Riya Fatmawati, Habiburrahman Information, Library and Archival Study Program Universitas Negeri Padang Padang, Indonesia [email protected] Abstract—This paper aims to describe the various types of However, basically braiding seems easy to do, although in the braid in Padang Pariaman in terms of the artificial value and process of making this braid requires quite high skills, so not implicit knowledge contained in the braid. The objective to be everyone can do it. achieved in this paper is to increase community knowledge on the Braid is a work that is formed from the folds and types of braid in Padang Pariaman Regency and the values overlapping the material into one. According to Graha (2009) contained. The method used is ethnographic which results in the form of verbal descriptions from the informants who master and weaving is an activity of braiding material in the form of a understand something through the process of acculturation which ribbon so that it becomes a single unit and reinforces one is not just knowing but also living. Besides, they are still classified another. There are two basic techniques of weaving that are as involved in the activities being studied. Data collection suitable for the type of braid, namely tightly braid and tenuous techniques were carried out by observation, field notes, interviews braid techniques. In the technique of tightly braid there are and documentation.
    [Show full text]
  • Ngaben Pranawa Perjalanan Ke Sorga Yang Nyaman Dengan Intervensi Ergonomi
    NGABEN PRANAWA PERJALANAN KE SORGA YANG NYAMAN DENGAN INTERVENSI ERGONOMI MADE SRI PUTRI PURNAMAWATI Penerbit IHDN Press 2019 i Judul: Ngaben Pranawa Perjalanan ke Sorga yang Nyaman dengan Intervensi Ergonomi Penulis: Made Sri Putri Purnamawati ISBN: 978-623-7294-02-3 Layout & Cover: Made Narendra Danadwipa Penerbit: IHDN PRESS Redaksi: Jalan Ratna No. 51 Denpasar Kode Pos 80237 Telp/Fax: 0361 226656 Email: [email protected] / [email protected] Web: ihdnpress.ihdn.ac.id / ihdnpress.or.id Cetakan Pertama, Juni 2019 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit. ii KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Rasa angayubagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas Asung Wara Nugraha Beliau, Buku berjudul “Ngaben Pranawa Perjalanan ke Sorga yang Nyaman dengan Intervensi Ergonomi” dapat diselesaikan dengan baik. Apa yang menjadi pokok dalam pembuatan buku ini ialah untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Umat Hindu, meningkatkan pemahaman ajaran agama Hindu bagi masyarakat khususnya dalam pelaksanaan Ngaben Pranawa. Buku ini merupakan pedoman untuk ngaben pranawa yang disusun dengan intervensi ergonomi dengan penerapan teori ergonmi dan sudah di praktekkan dan di uji coba yang berhasil meningkatkan produktivitas, kenyamanan fisiologi dan physiology bagi yang membuat upacara dan yang melakukan upacara keagamaan Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk buku ini. Buku ini dapat tersusun dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih untuk berbagai pihak yang terlibat di dalam pembuatan buku ini.
    [Show full text]
  • Hidangan Warisan Buffet Dinner 2017 Pembuka Selera
    HIDANGAN WARISAN BUFFET DINNER 2017 RM 110.00nett – Adults RM 55.00nett – Children 6-12 years PEMBUKA SELERA Aneka Kerabu Kerabu Mangga Muda, Kerabu Ayam, Kerabu Kaki Ayam Kerabu Tembikai Utara, Kerabu Som Tam Kerabu Pucuk Paku, Kerabu Taugeh Kerabu Perut, Kerabu Nangka Kerabu Makanan Laut, Kerabu Kacang Botol Acar Rampai, Acar Buah, Acar Jelatah Thai Beef Salad, Jellyfish Salad, Thai Glass Noodle Salad Fresh Salad: 5 Jenis Salad bersama with Sos Salad Warm Salad: Tempe Goreng Berlada Kentang Goreng Bersambal Dengan Ikan Bilis Dan Kacang Paru Berlada, Tauhu Sumbat Sos Cili Ikan Bilis Goreng Berbawang Telur Ikan Goreng Telur Asin Aneka Jenis Ikan Masin:- (Ikan Sepat, Ikan Bulu Ayam, Ikan Talang Masin, Ikan Gelama, Pekasam) Aneka Jenis Keropok:- (Keropok Ikan, Keropok Malinja, Udang, Bawang, Papadom) Ulam-Ulaman Segar: Ulam Raja, Ulam Pegaga, Daum Selom, Kacang Botol, Jering, Petai, Pucuk Gajus dan Timun Ulam Celur: Jantung Pisang, Pucuk Ubi, Kacang Panjang dan Bendi Rojak: (To Be Rotate Daily) Pasembur Rojak Buah Sotong Kangkung Rojak Mamak Rojak Petis Pecal Gado Gado Jeruk Buah Buahan: Jeruk Cermai, Kelubi, Kedondong, Mempelam, Betik dan Buah Pala Sambal: Sambal Belacan, Sambal Tomato, Sambal Mangga, Sambal Tempoyak, Budu dan Cencaluk HIDANGAN UTAMA Sup Ayam Berempah Nasi Putih Nasi Goreng Kampung Bihun Goreng Siam Daging Masak Hitam Kari Kambing Madras Rendang Ayam Kampung Pucuk Ubi Ikan Patin Masak Tempoyak Udang Mentega Ketam Bercili Tauhu Goreng berserta Sos Thai Sayur Pucuk Paku Goreng Belacan GERAI-GERAI MEDAN SELERA: Gerai Satay
    [Show full text]
  • Tinjauan Filosofis Budaya Agraris Reresik Lak: Konservasi Air Dalam Praktik Pertanian Dusun Ngiring
    Tinjauan Filosofi s Budaya Agraris Reresik Lak: Konservasi Air dalam Praktik Pertanian Dusun Ngiring (Reni Dikawati) TINJAUAN FILOSOFIS BUDAYA AGRARIS RERESIK LAK: KONSERVASI AIR DALAM PRAKTIK PERTANIAN DUSUN NGIRING Reni Dikawati Program Studi Magister Pendidikan Sejarah UNS Jl. Ir Sutami No. 36 A, Pucangsawit, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126 [email protected] Naskah masuk: 29-03-2019 Revisi akhir: 28-05-2019 Disetujui terbit: 30-05-2019 “RERESIK LAK” A WATER CONSERVATION IN THE AGRICULTURAL PRACTICE OF VILLAGE OF NGIRING: PHILOSOPHICAL REVIEW Abstract Reresik Lak illustrates how agrarian culture is performed by the community of Ngiring village through water conservation practices. The narrative of Air Lak in the system mentality of Ngiring community is related to the belief in the existence of water as the main source of life (macrocosm). The focus of this research is to examine Reresik Lak as a cultural reproduction and as an agrarian ritual of the existence of water resources. The results showed that genealogically the development of Reresik Lak is not merely a form of a reproduction of Javanese agrarian culture. It also relates to the mentality system of the society. The philosophical values of religiosity and agrarian have been internalized as ethics and wisdom of life. The signifi cance of this research is because water conservation is an important factor that supports agriculture of the people. Dissemination of the idea of water conservation will support agricultural development. Water conservation practice which is initialized in villages will contribute the economy of Indonesian people. The philosophical values of the Reresik Lak will build awareness of the importance of preserving noble values as a wisdom of life.The implication of the ritual Reresik Lak is not only an effort to conserve nature, but also to encourage the realization of cultural identity that eventually strengthens nationalism.
    [Show full text]
  • Kampung Burasa’ : Basis Pemberdayaan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Terhadap Kelompok Usaha Burasa’ Di Desa Je’Nemadinging Kabupaten Gowa 1
    KAMPUNG BURASA’ : BASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA TERHADAP KELOMPOK USAHA BURASA’ DI DESA JE’NEMADINGING KABUPATEN GOWA 1 Sitti Rabiah 2 Universitas Muslim Indonesia / Pelaksana IbM DIKTI 2015 ABSTRAK Kawasan Mamminasata merupakan konsep pengembangan kota metropolitan yang digagas oleh Gubernur Sulawesi Selatan bersama Pemerintah Pusat untuk melakukan penataan meliputi kota Makassar, kabupaten Maros, kota Sungguminasa (kabupaten Gowa), dan kabupaten Takalar. Kawasan ini mencakup 46 kecamatan termasuk lokasi pengabdian pelaksana yakni di Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa. Temuan lapangan menunjukkan di kecamatan tersebut terdapat Desa Je’nemadinging yang dihuni oleh puluhan penjual burasa’ yang meurpakan bagian dari masyarakat Kabupaten Gowa dan berada pada golongan ekonomi lemah. Uniknya penjual burasa’ ini menjual produknya di kota Makassar, namun harus menempuh jarak berpuluh kilometer bahkan melewati kabupaten Maros terlebih dahulu. Aktivitas ini dilakukan sehari-hari, sepulang menjual burasa’-nya di siang hari, mereka mulai mempersiapkan bahan-bahan baku yang akan diolah untuk malam hari. Dapat digambarkan bahwa pekerjaan yang berlangsung selama 12 jam dengan menempuh jarak yang cukup jauh tentu memberikan penghasilan yang memadai bagi mereka. Namun usaha mereka yang besar tidak disertai dengan penghasilan yang besar. Setiap harinya mereka hanya memperoleh Rp. 100.000 untuk semua dagangan yang dijualnya yang mencapai 100 ikat burasa’. Penghasilan tersebut bukanlah penghasilan bersih, namun mereka masih harus menyisihkan untuk modal membeli bahan baku keesokan harinya. Realitas inilah yang menggugah pelaksana untuk melakukan pengabdian masyarakat kepada kelompok usaha burasa’ yang berdomisili di Desa Je’nemadinging. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mitra untuk lebih berdaya saing tinggi dengan produk-produk kuliner tradisional lainnya serta mendorong mitra untuk menerapkan manajemen usaha yang efektif dan efisien.
    [Show full text]
  • Budaya Syawalan Atau Lomban Di Jepara: Studi Komparasi Akhir Abad Ke-19 Dan Tahun 2013
    BUDAYA SYAWALAN ATAU LOMBAN DI JEPARA: STUDI KOMPARASI AKHIR ABAD KE-19 DAN TAHUN 2013 Oleh Dr. Alamsyah, M.Hum1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRAK Lomban atau syawalan di Jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun yang silam. Pada tahun 1868, kegiatan syawalan berlangsung semarak dengan didukung oleh bupati, lurah, dan masyarakat. Pesta rakyat Jepara ini dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah seperti Rembang, Semarang, dan Juwana. Kegiatan yang dilakukan tujuh hari setelah lebaran pada tahun 1868 tidak terjadi di daerah lain. Bila dibandingkan aktivitas lomban tahun 1868 dengan tahun 2013 terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya, kegiatan syawalan diwarnai oleh aktivitasi budaya melarung kepala kerbau. Bupati serta pejabat yang lain dan masyarakat guyub rukun mendukung aktivitas lomban ini. Perbedaannya adalah pada tahun 2013 terdapat pengembangan kegiatan antara lain pentas wayang kulit dan hiburan. Namun demikian, esensi dari kegiatan lomban masih tetap sama yaitu meminta kepada yang Maha Kuasa agar kegiatan mencari rezeki di laut pada tahun mendatang semakin mudah. Kata-Kata Kunci : Kegiatan, Budaya, Syawalan, Komparasi, Jepara PENDAHULUAN Jepara adalah sebuah kota di pantai nelayan semakin meningkat (Singgih, 2005: Utara Jawa yang kaya akan peninggalan 71). budaya dan sumber daya manusia (human Syawalan atau sedekah laut resources) yang belum dioptimalkan. merupakan salah satu tradisi masyarakat Padahal peninggalan budaya baik tangibel pesisir atau nelayan di berbagai wilayah. maupun intangibel yang ada sangat Syawalan atau sedekah laut serta tradisi- tradisi lainnya dalam pandangan antropolog berpotensi dalam menggerakkan dinamika Ruth Benedict merupakan salah satu pariwisata lokal (Alamsyah, dkk, 2013: 1; konstruk kebudayaan suatu masyarakat Sumijati, 2004: 8). Modal yang telah ada di tertentu. Menurutnya, pada setiap Jepara dapat dikemas menjadi keunggulan kebudayaan biasanya terdapat nilai-nilai lokal yang dapat menarik wisatawan.
    [Show full text]
  • Visualization of Malay Traditional Food: Emotional Expression of the Immigrants in Malaysia
    GeoJournal of Tourism and Geosites Year XII, vol. 26, no. 3, 2019, p.905-915 ISSN 2065-1198, E-ISSN 2065-0817 DOI 10.30892/gtg.26318-406 VISUALIZATION OF MALAY TRADITIONAL FOOD: EMOTIONAL EXPRESSION OF THE IMMIGRANTS IN MALAYSIA Nasir YUSOFF* Universiti Sains Malaysia, Department of Neurosciences, School of Medical Sciences, Health Campus, 16150 Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan, Malaysia, e-mail: [email protected] Norlyiana SAMSURI Universiti Sains Malaysia, Department of Neurosciences, School of Medical Sciences, Health Campus, 16150 Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan, Malaysia, email: [email protected] Salahuddien AYOB University Tunku Abdul Rahman, Psychology Department, Faculty of Arts and Social Sciences, Kampar Campus, Jalan Universiti, Bandar Barat 31900 Kampar, Perak, e-mail: [email protected] Faruque REZA Universiti Sains Malaysia, Department of Neurosciences, School of Medical Sciences, Health Campus, 16150 Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan, Malaysia, email: [email protected] Citation: Yusoff, N., Samsuri, N., Ayob, S., & Reza, F. (2019). VISUALIZATION OF MALAY TRADITIONAL FOOD: EMOTIONAL EXPRESSION OF THE IMMIGRANTS IN MALAYSIA. GeoJournal of Tourism and Geosites, 26(3), 905–915. https://doi.org/10.30892/gtg.26318-406 Abstract: Adapting to the new home settlement has significant implications on psychological dimension. This study aims to examine the emotional expression of the immigrants towards the Malay traditional food - the cultural heritage of the ethnic majority in Malaysia, in comparison to Malaysian Malay and Malaysian non-Malay. Through the visualization approach, participants were asked to respond to a series of Malay traditional food images and self-rated their emotional expression by using the Self-assessment Manikin. Emotional expression was significantly lower in immigrants in comparison to Malaysian Malay and Malaysian non-Malay.
    [Show full text]
  • Berita Resmi Merek (Protokol Madrid) Seri-A
    BERITA RESMI MEREK (PROTOKOL MADRID) SERI-A No. 04/IV/A/2018 DIUMUMKAN TANGGAL 12 APRIL 2018 – 12 JUNI 2018 PENGUMUMAN BERLANGSUNG SELAMA 2 (DUA) BULAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 14 AYAT (2) UNDANG-UNDANG MEREK NOMOR 20 TAHUN 2016 DITERBITKAN BULAN APRIL 2018 DIREKTORAT MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISI BRM Nomor Permohonan Tanggal Penerimaan Kelas Merek 1 M002018397954 15/03/2018 1 DIACEL 2 M002018602502 01/03/2018 4 YACCO 3 M002018684094 01/03/2018 5, 29 ,32 VALIO 4 M002018854905 01/03/2018 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44 ,45 ORIX 5 M002018892409 01/03/2018 9 POSEIDON GÖTEBORG SWEDEN 6 M002018912113 22/02/2018 1 ,17 BAYCUSAN 7 M002018946346 01/03/2018 12 ,17 ContiSeal 8 M002018952940 22/02/2018 9, 11 ,37 pronutec gorlan team 9 M002018953967 15/03/2018 18 OMEGA 10 M0020181027229 22/02/2018 1 ,8 Ecostick 11 M0020181045771 15/03/2018 7 VIAJET 12 M0020181060488 01/03/2018 33 DON Q 13 M0020181174905 15/03/2018 3 ,5 SAH SWISS ALP HEALTH 14 M0020181181983 15/03/2018 9 AF 15 M0020181209640 15/03/2018 30 16 M0020181219079 01/03/2018 21 IN2CARE 17 M0020181226364 01/03/2018 9, 10 ,37 DRAMINSKI 18 M0020181229062 08/03/2018 9, 35 ,42 ODOO 19 M0020181231077 15/03/2018 33 Tom Cullity 20 M0020181231088 15/03/2018 33 Filius 21 M0020181233888 01/03/2018 9 ,41 RPM 22 M0020181235069 01/03/2018 5 Natamil 23 M0020181238665 01/03/2018 1, 3 ,4 YACCO 24 M0020181241088 15/03/2018 18 TRE PONTI 25 M0020181246119 08/03/2018 14 BALMAIN 26 M0020181253422
    [Show full text]