BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI

LAPORAN SURVAI KEPURRAKALAAN KERAJAAN MATARAM ISLAM E JAWA TENGAH)

JAKARTA 1978 LAPORAN SURVAI KEPURBAKALAAN KERAJAAN MATARAM ISLAM (JAWA TENGAH)

NO. 16

Penyusun Laporan : Nurhadi B. A. Armeini B. A.

Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen P & K Copyright Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional 1978

DAFTAR ISI

Halaman

L PENDAHULUAN 1

II. LATAR BELAKANG SEJARAH MATARAM ISLAM 1

IH. PELAKSANAAN PENELITIAN 2

IV. HASIGHASIL PENELITIAN 3

A. KECAMATAN 3 Dewan Redaksi : B. KECAMATAN PLERED 8

Satyawati Suleiman ketua C. KECAMATAN KARTOSURO 11 Rumbi Mulia wakil ketua V. PENUTUP 13 R. P. Soejono anggota Soejatml Satari anggota VI. SUMMARY 14 Hasan M. Ambary anggota VII. LAMPIRAN-LAMPIRAN 15

A. DAFTAR GAMBAR DAN FOTO 15 B. GAMBAR 16 C. FOTO 22

Percetakan Offset P T. "RORA KARYA" - Jakarta. I. PENDAHULUAN. di Kotagede, terutama ditekankan pada masalah kemasyarakatan dan perkembangannya serta Penelitian kepurbakalaan di Kotagede, Kerto, menguraikan kepurbakalaan di bekas ibukota Plered dan Kartosuro dilaksanakan oleh Bidang kerajaan Mataram ini. Selain dari itu, Dr. L. Adam, Arkeologi Islam dari Pusat Penelitian Purbakala pembantu residen mengadakan dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Tujuan dari pengamatan dan perurutan kembali nama-nama penelitian ini dimaksudkan mencari data mengenai tempat yang disebutkan dalam Babad ataupun pemukiman kerajaan Mataram Islam yang cerita rakyat yang dapat dikaitkan dengan berlangsung dari abad ke 16 — 18 Masehi. Keempat kepurbakalaan kerajaan Mataram Islam di daerah situs di atas diutamakan dalam penelitian ini Yogyakarta. Hasil-hasil pengamatan ini ditulis karena menurut kepercayaan penduduk merupakan dan diterbitkan dalam tahun 1934, dalam majalah pusat-pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam D JAWA. tersebut (gambar no. 1). Salah satu sumber sejarah yang dipergunakan Penelitian kepurbakalaan ini berlangsung dalam menyusun rencana kerja penelitian oleh Pusat dari tanggal 29 Nopember 1976 sampai tanggal Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional ini 9 Desember 1976. Pelaksana penelitian merupakan adalah buku Babad Tanah Jawi. Buku ini ditulis da• suatu team yang terdiri dari petugas Pusat lam bahasa Jawa halus (Jawa Kromo) dalam bentuk Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional prosa. Di dalam Babad Tanah Jawi disebutkan di Jakarta dan petugas dari Suaka Sejarah dan bahwa pusat/ibu kota kerajaan Mataram Islam Purbakala, propinsi Jawa Tengah di . yang pertama ialah Kotagede sekarang. Sejak Pelaksana Survai : kapan nama Kotagede dipergunakan untuk menyebut kota itu tidak begitu jelas. Kadang- Nurhadi B.A. - Pus. P3N kadang kota ini disebut pula Pasargede oleh Armeini B.A. - Pus. P3N penduduk setempat, atau disingkat Sargede saja. Soeboeh - Pus. P3N Selanjutnya ibukota direncanakan akan dipin• dahkan ke Kerto. Sebelum pemindahan ibukota M. Romli B.A. — Suaka Sejarah dan Pur• kerajaan ini terlaksana seluruhnya, ibukota telah bakala di Prambanan. dipindahkan lagi ke Plered. Terakhir kali ibukota Soemino — Suaka Sejarah dan Pur• dipindahkan ke Kartosuro yang berlangsung bakala di Prambanan. sebagai ibukota kerajaan Mataram sampai tahun Dalam pelaksanaan kerjanya, team penelitian 1745 Masehi. Dari keempat ibukota kerajaan ini telah banyak memperoleh bantuan dari Bidang Mataram Islam tersebut, tiga ibukota yang pertama Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan — terletak di wilayah Mataram (Yogyakarta sekarang), Kan. Wil. Departemen P dan K Propinsi Daerah sedangkan Kartosuro menurut Babad terletak Istimewa Yogyakarta, dan berbagai pihak dan di luar wilayah Mataram ini.1) instansi lain. Team penelitian merasa berterima Titik awal pendirian kerajaan Mataram Islam kasih atas bantuan yang telah diberikan sehingga dimulai pada saat penyerahan wilayah Mataram survai tersebut dapat berlangsung dengan baik. oleh Sultan Pajang kepada Ki Ageng Pemanahan, yang selanjutnya dikenal sebagai Ki Ageng Mataram cikal bakal dinasti Mataram. Pemberian II. LATAR BELAKANG SEJARAH MATARAM wilayah Mataram ini adalah sebagai hadiah atas ISLAM. kemenangannya dalam mengatasi pertikaian Meskipun penulisan mengenai raja-raja yang keluarga antara Sultan Pajang dengan Adipati memerintah di Kotagede, Kerto, Plered dan Jipang yaitu Arya Penangsang. Kartosuro telah banyak dibuat orang, tetapi Kotagede yang didirikan sebagai pusat penulisan mengenai kepurbakalaan yang dapat pemerintahan Mataram ini berkembang terus, dikaitkan dengan raja-raja yang bersangkutan terutama pada masa pemerintahan penggantinya masih langka sekali. Pada tahun 1926 Dr. van Mook menuliskan mengenai masalah perkotaan 1). Babad Tanah Jawi — hal. 199

1 yang bergelar Panembahan Senopati. karena kota ini telah diterima sebagai kota 2. Situs Kedaton Plered, terletak di desa — Situs Kedaton Panembahan Senopati menggantikan ayahnya kelahiran Kerajaan Mataram Islam, di mana Kedaton, kelurahan Plered. — Situs Baluwarti dan memerintah dari tahun 1584—1601 Masehi. Ia dimakamkan pendiri dinasti Mataram Islam dan 3. Situs Benteng Kedaton Plered, terletak di mendirikan perbentengan dan tembok kota pada raja pertama dari dinasti ini. desa Manayu, desa Pungkuran, kelurahan 1. Situs mesjid dan makam (gambar no.3) saat ia mulai mengembangkan kekuasaan dan Plered. Terlepas dari perkembangan administratif DL PELAKSANAAN PENELITIAN. akhirnya dapat merebut kekuasaan dari kesultanan 4. Situs mesjid Kauman, terletak di desa wilayah kecamatan Kotagede, pada situs ini Pajang. Penelitian kepurbakalaan di Kotagede, Kerto, Kauman, kelurahan Plered. pembagian administratif dari dua Keraton (Sura• Kotagede sebagai ibukota kerajaan Mataram Plered dan Kartosuro dalam tahap ini merupakan 5. Situs makam Ratu Malang, terletak di karta dan Yogyakarta) masih dipertahankan. berlangsung sampai pada masa pemerintahan suatu survai pendahuluan. Pemilihan situs didasar• bukit Gunung Kelir/Gunung Sentana. Kompleks yang luasnya ± 2 ha ini terbagi menjadi Sultan Agung, cucu dan pengganti kedua dari kan atas identifikasi toponimis yang terdapat C. Wilayah kecamatan Kartosuro, kabupaten bagian yang kecil-kecil seluas beberapa puluh/ Panembahan Senopati. Pada masa pemerintahan• dalam buku Babad, di samping diadakan perurutan Sukaharjo : ratus meter saja. Sampai saat ini pengelolaan nya yang berlangsung dari tahun 1613—1646 Ma• kembali tradisi atau cerita rakyat yang terdapat Situs Kedaton Kartosuro, terletak di desa/ bagian-bagian yang terpisah-pisah itu masih sehi, Sultan Agung merencanakan memindahkan di lingkungan masyarakat yang dapat dihubungkan kampung Krapyak, kelurahan Kartosuro dilaksanakan oleh kedua pihak Keraton yang dengan kepurbakalaan tersebut. Pengamatan ibukota kerajaan ke Kerto. Rencana ini tidak (gambar no. 2). berwewenang. Hal ini tampak pada perbedaan sempat terselesaikan. Putra dan pengganti Sultan kepurbakalaan pada situs yang diteliti ditekankan pola kerja pengelolaan yang dilakukan oleh Di samping situs-situs di atas, team survai Agung yang bergelar Sultan Amangkurat Agung (I) pada pengamatan bangunan-bangunan, hal ini masing-masing pihak yang bersangkutan. juga mengadakan kunjungan pengamatan ke situs yang memerintah kerajaan dari tahun 1646—1677 disebabkan karena situs-situs yang diteliti Dalam pelaksanaan survai di kompleks mesjid pemandian Banguntapan, kecamatan Banguntapan, Masehi, memindahkan ibukota kerajaan baik dari seluruhnya terletak di lingkungan pemukiman dan makam Kotagede, team telah mendapat kabupaten Bantul — Daerah Istimewa Yogyakarta. Kotagede maupun dari Kerto ke Plered. Plered penduduk yang kadang-kadang sangat padat. bantuan dari pihak Keraton Yogyakarta, yaitu Situs pemandian ini menurut cerita dibangun oleh sebagai ibukota kerajaan berlangsung sampai tahun Pengamatan dan pengumpulan temuan permukaan Kawedanan Hageng Sri Wandawa bagian Puralaya. Sultan Hamengku Buwono ke II. 1681 Masehi, pada saat mana Sultan ing Alaga dilakukan semaksimal mungkin pada area yang Pada garis besarnya di dalam kompleks (Pangeran Puger) menyerahkan kekuasaannya agak bebas dari pemukiman penduduk. IV. HASIL-HASIL PENELITIAN. ini terdapat tiga bangunan utama : kepada Sultan Amangkurat II setelah kemelut Pengamatan lingkungan terbatas pada 1.1. Bangunan mesjid teratasi. Sultan Amangkurat II lingkungan geografis dan lingkungan alam (flora A. KECAMATAN KOTAGEDE 1.2. Bangunan makam meneruskan pemerintahan kerajaan Mataram dan dan fauna) saja. Pada tiap situs yang diteliti Dalam perkembangan administratif yang 1.3. Bangunan sendang beribukota di Kartosuro yang didirikan pada diusahakan pemetaan denah kepurbakalaannya terakhir kecamatan Kotagede dimasukkan ke tahun 1680. dan penentuan lokasi dalam peta topografi. dalam wilayah Kotamadya Yogyakarta. Sebelum• Kompleks mesjid dan makam ini terletak Pengumpulan data demografi masa kini sulit di sebelah barat dari bekas alun-alun Kotagede, Pada dekade ketiga dari abad ke 18, bekas nya wilayah ini terbagi menjadi bagian yang dilaksanakan. Kesulitan dalam pelaksanaan survai yang sekarang telah merupakan pemukiman ibukota kerajaan di Kerto untuk beberapa waktu kecil-kecil yang berada di bawah wewenang tahap ini terbentur masalah waktu yang sangat penduduk yang sangat padat. Area di sebelah muncul kembali dalam percaturan pertikaian Pemerintah Daerah Yogyakarta dan . terbatas, cuaca yang sangat tidak menguntungkan, selatan dari alun-alun merupakan lokasi situs tahta kerajaan. Kerto dijadikan ibukota kerajaan Hal ini merupakan sisa-sisa dari pelaksanaan dan juga masalah administrasi. Kedaton Kotagede yang kini hanya tinggal Mataram tandingan oleh Pangeran Purbaya dan pembagian wilayah kerajaan sesuai dengan tembok keliling/benteng Keraton saja. Keramaian perjanjian Giyanti 1755. Pangeran Blitar. Pangeran yang terakhir ini Kotagede sekarang berpusat di pasar, yang dikenal SITUS YANG DITELITI : Kecamatan Kotagede terletak pada dataran naik tahta kerajaan tandingan ini dan mengadakan sebagai Pasargede atau Sargede. Sisa Baluwarti A. Wilayah kecamatan Kotagede, kabupaten yang landai ke arah selatan dengan sudut yang aksi militer untuk merebut tahta kerajaan Mataram atau tembok kota masih tampak di sudut timur sangat kecil, karena secara morfologis wilayah yang diduduki oleh Sultan Amangkurat IV, kotamadya Yogyakarta : dari wilayah Kotagede di RK Kembang Basen. ini masih termasuk daerah yang dipengaruhi kakaknya sendiri. Nama Kerto diubah menjadi 1. Situs kompleks mesjid dan makam Kota• kegiatan gunung Merapi yang masih aktif. Kertosekar. Pada akhirnya aksi militer ini gagal gede, terletak di kampung Kauman, Wilayah Kotagede sangat padat penduduknya 1.1. Bangunan mesjid dan nama Kerto tenggelam kembali. RK (Rukun Kampung) Alun-alun. dan sebagian besar penduduknya berpenghidupan Dari keempat ibukota kerajaan Mataram 2. Situs Kedaton Kotagede, terletak di Bangunan mesjid ini merupakan bangunan sebagai pedagang besar/kecil, pengrajin baik Islam ini, hanyalah Kotagede saja yang dapat kampung Dalem, RK Alun-alun. terdepan dalam kompleks ini (foto no. 2). Di kerajinan perak, emas ataupun batik. Hanya diterima sebagai satu contoh dari suatu kota 3. Situs Baluwarti Kotagede, terletak di sebelah timur dari halaman mesjid terdapat sebuah sebagian kecil saja yang mempunyai mata lama yang masih bercorak Jawa. Kerto dan Plered RK Kembang Basen. halaman yang merupakan halaman depan saat ini merupakan lingkungan pedesaan tanpa pencaharian bertani, tanah pertanian wilayah kompleks. Halaman depan ini berukuran : memperlihatkan lagi adanya kegiatan suatu kota. B. Wilayah kecamatan Plered, kabupaten kecamatan Kotagede ini relatif sangat sempit. 58 m x 46 m membentang dari barat ke timur. Kartosuro dalam perkembangannya telah pula Bantul — Daerah Istimewa Yogyakarta : Sasaran survai dalam wilayah ini meliputi Di tengah halaman ini terdapat jalan yang menuju tiga lokasi : kehilangan cirinya sebagai kota lama. Kelangsungan 1. Situs Kedaton Kerto, terletak di desa gapura masuk sisi timur halaman mesjid. Sekarang Kotagede sebagai suatu kota lama dimungkinkan Kerto Kanggotan, kelurahan Plered. — Situs mesjid dan makam pada kiri dan kanan jalan ini telah banyak pemu-

3 kiman penduduk magersari ' yang bekerja sebagai Dalam survai tidak ditemukan bagian asli yang bangunan mesjid. Dari halaman mesjid ke ini dihubungkan dengan sebuah gapura. Gapura abdi dalem juru kunci di dalam kompleks ini. tersisa yang dapat menunjukkan bahan bangunan kompleks makam dan sendang dipisahkan oleh dan halaman kedua ini dikelola oleh pihak Keraton Pemukiman di sebelah utara jalan dihuni oleh yang semula dipergunakan. Ciri kekunaan yang dua halaman yang terletak di sebelah selatan Surakarta. Pemugaran pada gapura ini belum selesai abdi dalem dari pihak Keraton Surakarta, sedang• masih dipertahankan dalam pemugaran itu ialah dari halaman mesjid. Kedua halaman ini dipisah• dan terhenti sampai bagian tubuh gapura saja. kan di sebelah selatan jalan dihuni oleh abdi dalem tidak ditutupnya permukaan dinding/tembok kan oleh tembok bata dan dihubungkan dengan Penundaan pemugaran gapura ini disebabkan dari pihak Keraton Yogyakarta. Pada bagian timur dengan lepa, tetapi tetap terbuka. sebuah gapura. karena invasi Jepang pada tahun 1942. Pemu• garan gapura ini samasekali mempergunakan dari halaman ini yang bebas dari pemukiman Pada sisi utara halaman mesjid ini terdapat Halaman yang pertama berukuran 27 x 27 m magersari terdapat dua bangunan kayu yang pula sebuah gapura yang berbentuk paduraksa persegi. Halaman pertama ini dengan halaman bahan bangunan baru dan spesi dalam pemasangan terbuka pada sebelah-menyebelah jalan. Kedua yang menghadap ke utara ke sebuah lorong di mesjid dipisahkan oleh tembok bata setinggi batu batanya. Kelir gapura yang dalam pemugaran bangunan yang berfungsi sebagai paseban luar kampung Kudusan. Gapura pada tembok sisi kurang lebih 3 meter dan dihubungkan dengan itu telah selesai secara konstruktif terpisah dari itu merupakan bangunan baru yang mungkin utara ini dikelola oleh pihak Keraton Yogyakarta. sebuah gapura yang berbentuk paduraksa (foto dinding dan gapuranya. Hiasan-hiasan kelir didirikan atas dasar konsepsi lama. Pada halaman Ambang pintu dan sepasang daun pintunya no. 1). Gapura dan halaman pertama ini dikelola gapura ini bercorak baru dalam arti pola yang depan ini tidak terdapat sisa bangunan yang terbuat dari kayu jati, berukiran dengan pola oleh pihak Keraton Yogyakarta. Gapura ini terbuat dipergunakan tidak terdapat pada gapura-gapura menunjukkan adanya bangunan gapura ataupun kembang merupakan hasil pemugaran dekat dari bahan batu kapur dan batu bata, lengkap yang lain. tembok keliling. Tembok keliling yang sekarang Keraton Yogyakarta. Bagian puncak dan sayap• dengan kelir dan sepasang daun pintunya. Sejauh Di dalam halaman ini terdapat empat jelas merupakan tembok baru. Kekunaan yang nya masih utuh dengan hiasan pahatan dari bahan mana pemugaran yang diadakan pada gapura ini bangunan kayu tersusun dalam dua deret sebelah masih tersisa pada halaman ini meskipun kurang batu kapur (limestone). Sejauh mana pemugaran tidak jelas. Dalam pemugarannya tidak ada menyebelah jalan dari gapura halaman kedua jelas fungsinya ialah sebuah susunan batu kapur yang pernah diadakan sukar untuk dirunut pemakaian bahan bangunan baru. Bagian atas ke gapura makam. Di sebelah utara terdapat (limestone) yang terletak di sebelah barat paseban kembali, karena dalam pemugarannya tidak (puncak) ataupun sayap dan pahatan lain yang bangunan gudang dan paseban lor, sedangkan di sisi selatan. Susunan ini sangat mungkin merupakan dipergunakan bahan bangunan baru dan tidak terbuat dari bahan batu kapur merupakan bagian sebelah selatan terdapat bangunan kawedanan fondasi bangunan, tetapi sekarang di tengahnya dipergunakan spesi. Pada dinding tembok sebelah- bangunan yang asli. Hubungan batu yang terkorosi Surakarta dan paseban kidul. Pada sisi barat tumbuh pohon beringin besar yang dianggap menyebelah gapura bagian dalam tidak tampak dan melebar ditutup lagi dengan spesi pada bagian halaman terdapat gapura masuk ke makam, pada keramat oleh penduduk. adanya bekas bangunan kelir. luarnya. sisi selatan terdapat gapura masuk ke kompleks sendang Seliran. Halaman depan dan halaman mesjid dipisah• Di sebelah utara dan selatan bangunan mesjid Ambang, langit-langit dan daun pintu yang Gapura masuk ke halaman makam ini kan oleh tembok bata setinggi kurang lebih terdapat pula dua bangunan kayu yang mungkin terbuat dari kayu jati berukir, yang merupakan berbentuk paduraksa (foto no. 3). Pada bagian 2.5 m dan dihubungkan oleh sebuah gapura pula merupakan bangunan paseban yang terbuka, hasil pemugaran mempunyai pola hias yang sama dalamnya tidak terdapat kelir gapura. Gapura ini paduraksa yang lengkap dengan kelirnya. Dari sedangkan di tengah halaman didirikan sebuah dengan pahatan pada gapura sisi utara halaman dikelola oleh pihak Keraton Yogyakarta, dan pengamatan bahan dan konstruksinya gapura tugu peringatan baru. Bagian halaman dan serambi mesjid. Ambang pintu bagian bawah yang asli pernah diadakan pemugaran terhadapnya. Sejauh dan tembok ini merupakan pemugaran total mesjid dikelola oleh pihak Keraton Surakarta, tidak dipergunakan lagi dan diletakkan di belakang mana pemugaran tersebut dilaksanakan sukar diurut terhadap bangunan yang terdahulu, yang dilakukan bagian mesjid sebelah dalam dikelola oleh pihak kelir. Ambang pintu ini terbuat dari batu andesit kembali karena bagian permukaannya telah ditutup oleh pihak Keraton Surakarta sebagai pengelolanya. Keraton Yogyakarta. yang masif dengan pahatan pola kembang (floral dengan lepa. Bagian puncak, sayap dan juga Dalam pemugaran tersebut telah dipergunakan Mesjid ini pernah terbakar pada tahun 1919 motifs) pada bagian atasnya. simbar-simbar pada dindingnya dapat dikatakan bahan bangunan baru dan dalam pemasangan dan selanjutnya dipugar kembali pada tahun Pada sisi timur halaman ini terdapat sebuah masih baik dan asli. Pada bagian tubuh gapura batu batanya telah pula dipergunakan spesi. 1923. Angka pemugaran ini terdapat pada kuncung bangunan kayu yang terbuka yang berfungsi ada penyederhanaan yaitu tidak ada bingkai Batu bata yang dipergunakan dalam pemugaran serambi*). Sejauh mana pemugaran yang dilakukan sebagai bangunan paseban dan disebut bangsal ataupun mungkin bingkai tersebut telah dihilang• ini lebih kecil dari ukuran batu bata aslinya. tidak dapat diketahui, karena tidak ditemukan duda. Bangunan ini dipergunakan sebagai ruang kan dalam pemugaran. Ambang dan sepasang Simbar (antefiks) pada bingkai tengah ataupun bagian bangunan yang terkelupas. Dinding tamu pada hari-hari biasa (selain hari-hari Senin daun pintunya dari kayu jati dan masih dalam hiasan yang lain merupakan cetakan baru yang bangunan utama mesjid masih asli, terbuat dari dan Jum'at yang merupakan hari jiarah khusus). keadaan baik. Hiasan pola kembang pada daun terbuat dari bahan semen. Ambang pintu dan batu kapur yang dipotong sebesar bata. Bagian Pada dinding sisi utara, selatan dan timur terdapat bingkai tengah di mana ditemukan pintu mempunyai pola yang lain dari pahatan langit-langit pintu gapura terbuat dari beton depan dan dalam telah ditutup dengan lepa, simbar (antefiks) dari batu kapur dengan hiasan daun pintu gapura dinding sisi utara dan selatan bertulang. Ambang bawah dari pintu yang semula, sedangkan bagian samping dan belakang tetap pahatan fauna dan flora. Simbar-simbar ini halaman mesjid. tidak dipergunakan lagi. Ambang tersebut terbuat terbuka dan terlihat dengan jelas susunan batu sebagian terbesar masih dalam keadaan baik dan Di tengah halaman makam ini terdapat dari batu andesit porfiritik yang masih dengan lamanya. Mimbar kayu yang terdapat di dalam tidak banyak penggantian baru. bangunan makam yang menghadap ke selatan hiasan pola kembang (floral motifs) pada bagian ruang mesjid masih asli dan dalam keadaan baik. Halaman kedua ke kompleks makam dan dan pada bagian depan, kiri dan kanannya atasnya. Batu ambang tersebut sekarang diletakkan 1.2. Bangunan makam sendang terletak di sebelah barat dari halaman dikelilingi oleh makam-makam yang terbuka di belakang kelir dari gapura yang bersangkutan. yang pertama. Halaman kedua ini berukuran Kompleks makam ini terletak di belakang ataupun yang bercungkup kecil. Bangunan makam *) magersari : menumpang mendirikan rumah di atas tanah 35 x 27 m persegi dan membujur dari barat ke ini terdiri dari tiga bagian : bagian depan disebut orang lain. *) Kuncung serambi : penampil. timur. Halaman pertama dan halaman kedua prabayaksa, bagian tengah disebut witana dan

4 5 bagian belakang disebut tajug. tradisi bahwa Ki Ageng Mangir itu sebenarnya bangunan baru. Pada kelirnya yang terletak di lain, bagian yang paling baik keadaannya hanya Seperti bagian-bagian lain di kompleks mesjid adalah musuh, meskipun dalam hubungan keluarga luar tembok pemisah terdapat suatu sengkalan tinggal setinggi 1.25 — 1.5 m saja pada sisi dalam• dan makam ini, bangunan makam inipun dibagi diterima sebagai menantu Panembahan Senopati. memet yang sangat aus terbuat dari bahan batu nya, sedangkan dari sisi luarnya setinggi 3 — 3.5 m. oleh kedua pihak keraton : bangunan prabayaksa kapur (foto no. 4). Tempat mandi sendang Seliran Hal ini disebabkan permukaan tanah di sisi luar putri berukuran 21 x 15 m persegi membujur benteng cenderung lebih rendah dari permukaan dikelola oleh pihak Keraton Surakarta, sedangkan 1.3. Bangunan sendang bangunan witana dan tajug dikelola oleh pihak dengan arah barat-timur. Halaman sendang Seliran di sebelah dalamnya. Kompleks bangunan sendang yang disebut Keraton Yogyakarta. Bangunan prabayaksa dalam putri ini berundak pula ke arah barat. Pada Di luar benteng pada sisi timur, selatan dan sendang Seliran ini terletak di sebelah selatan pemugarannya mengambil gaya Eropa, sedangkan undak yang kedua (tengah) terdapat bangunan barat nyata sekali adanya bekas parit pertahanan dari kompleks makam. Jalan masuk ke kompleks bangunan witana dan tajug masih mempergunakan kayu yang terbuka semacam bangunan paseban. atau yang disebut jagang. Jagang ini sekarang sendang melalui sebuah gapura yang berbentuk pola bangunan Jawa, yang sangat mungkin masih Di sebelah barat terdapat kolam di mana dipelihara sebagian digunakan sebagai tanah persawahan paduraksa yang terletak pada dinding sisi selatan didasarkan atas konsepsi lama. Bangunan tajug kura-kura putih yang dianggap keramat itu. Ruang penduduk. Dari tinggi-rendahnya permukaan halaman kedua. Gapura ini dipugar oleh pihak ini menurut keterangan abdi dalem jurukunci pemandian terdapat pada sudut baratdaya dari tanah, jagang ini diperkirakan selebar 30 — 40 m Keraton Surakarta, dalam pemugaran ini termasuk merupakan bekas bangunan langgar sebelum halaman ini. dengan kedalaman antara 1 — 2 m. Pada sisi pula pemugaran tangga turun bagian dalam yang didirikannya bangunan mesjid yang baru. Di Pemugaran pada tempat mandi Seliran putri utara tidak jelas adanya jagang ini, karena seluruhnya terbuat dari bahan batu bata. Bagian dalam bangunan prabayaksa terdapat 64 makam, agak banyak dilakukan, termasuk pula kolam permukaan tanahnya tidak menunjukkan ke arah puncak, baik sayap kiri ataupun kanan tidak yang terutama adalah makam Sultan Seda tempat kura-kura. Pada dinding yang menghadap itu. Di kampung Dalem terlihat adanya pemakaian ada lagi. Ambang dan langit-langit pintunya Krapyak, di dalam bangunan witana terdapat ke utara dan ke timur terdapat pula sengkalan batu kapur bekas bahan bangunan benteng oleh merupakan cetakan beton, demikian pula simbar- 15 makam dan yang terutama adalah makam Ki memet. Sengkalan ini telah diperbaharui dan penduduk sebagai perumahan mereka. Mereka simbarnya. Daun pintu tidak ada lagi. Ageng dan Nyi Ageng Pemanahan, Panembahan sekarang sangat aus, apakah sengkalan itu re• melakukan hal ini karena mereka tidak tahu Senopati dan Juru Martani. Di dalam bangunan Permukaan tanah pada kompleks ini lebih produksi dari yang lama atau sengkalan hasil adanya peraturan pengamanan benda purbakala tajug hanya terdapat tiga makam yang sangat rendah dari permukaan tanah di sekitarnya, lebih- pemugaran tidak diketahui dengan pasti. yang dimuat dalam Monumenten Ordonansi. mungkin bersifat mistis yaitu Nyai Ageng Enis lebih pada sisi barat, sehingga memungkinkan air Di tengah area benteng atau kampung Dalem (ibu Ki Ageng Pemanahan), makam P. Jayaprana tanah muncul ke permukaan. Di dalam kompleks ini terdapat dua pohon beringin yang konon 2. Situs Kedaton dan makam Datuk Palembang (guru Ki Ageng sendang ini ada sebuah halaman dan dua berasal dari masa Panembahan Senopati dan Pemanahan). Seluruh nisan yang terdapat di dalam pemandian. Halaman ini terletak di sebelah selatan Yang tersisa dari kompleks Kedaton Kotagede dianggap keramat sampai sekarang. Di bawah bangunan makam ini sekarang telah diganti dengan dari gapura dan juga sebagai pemisah kedua ini hanyalah tembok kelilingnya saja. Menurut pohon ini terdapat bangunan cungkup yang baru nisan batu marmar. Batu nisan yang lama yang pemandian yaitu pemandian sendang Seliran keterangan penduduk setempat, makam Asta- di mana di dalamnya tersimpan : terbuat dari batu andesit tidak dipergunakan lagi, laki-laki (Jawa : kakung) yang terletak di sebelah rengga yang sekarang adalah lokasi di mana 1. Watu gilang; menurut penuturan penduduk dikumpulkan di sudut baratlaut halaman ini barat, dan sendang Seliran putri yang terletak Kedaton itu didirikan. Makam Astarengga ini setempat batu ini merupakan bekas singga• pada suatu tempat yang disebut peleburan. di sebelah selatan dari halaman ini. Masing-masing terletak di sebelah tenggara dari kompleks mesjid sana dari Panembahan Senopati. Batu bagian ini dikelilingi oleh tembok batu bata dan makam, dan dari masa yang lebih muda. tersebut berupa batu andesit yang berbentuk Bangunan makam yang lain yang terdapat setinggi 2 m, dengan pintu yang berkelir. Pada Bagian yang masih lengkap dari bangunan persegi panjang dengan ukuran : 140.5 cm x di dalam halaman makam ini adalah antara lain dinding sisi timur dan utara bagian dalam berundak benteng ini sudah tidak ada lagi. Bagian yang 119 cm x 12.5 cm. bangunan makam KP Pakualam I, II dan III yang setinggi 1 m dengan lebar 1.5 m. Undak ini meru• paling utuh (tinggi) adalah bagian sisi utara di mana Pada sisi sebelah timur ada bagian yang pecah terletak di sebelah timur dan berasal dari periode pakan susunan batu kapur sebagai penguat tembok terdapat lubang yang menurut tradisi dinamakan yang sudah sangat aus, menurut tradisi yang lebih muda. dinding tersebut. Seluruh bagian di dalam Babahan Raden Rangga. Pada waktu Raden Rangga bagian ini adalah bekas benturan dengan Halaman makam ini dikelilingi dengan kompleks ini dikelola oleh pihak Keraton Yogya• lari dari Keraton karena malu ia tidak melewati kepala Ki Ageng Mangir pada waktu Ki tembok batu bata yang masih utuh dan dalam karta, dan dalam pengelolaannya tidak banyak pintu gerbang, tetapi menabrak benteng keraton Ageng Mangir datang menghadap dan keadaan baik. Tidak ada pemugaran pada tembok pemugaran yang dilakukan. sehingga berlubang. Bagian benteng yang tersisa dihukum mati oleh Panembahan Senopati. keliling ini. Pada tembok dinding sisi utara terdapat Halaman kompleks ini berukuran 16 x 25 m setinggi kurang lebih 3.75 m, sedangkan tebal Pada permukaan atas batu ini terdapat bekas lubang yang menurut ceritera adalah bekas persegi membujur dengan arah barat-timur. Dari temboknya sekitar 2 m. Bahan bangunan yang coretan huruf-huruf Latin yang dituliskan jalan masuk pemakaman Ki Ageng Mangir. Pada halaman ini terdapat tangga turun ke barat ke dipergunakan untuk mendirikan benteng ini dalam bahasa Latin, Belanda, Perancis dan waktu pemakaman Ki Ageng Mangir, jenasah sendang Seliran laki-laki. Di atas permukaan terdiri dari batu kapur yang dipotong sebesar Italia. tidak diperkenankan melalui gapura masuk dan tanahnya yang berundak-undak turun tersebut batu bata yang dipergunakan pada kompleks tidak diperkenankan seluruh jenasahnya dimakam• tidak ditemukan sebuah bangunanpun. Ruang mesjid dan makam. 2. Watu gateng; semula berjumlah 4 buah kan di dalam bangunan makam ini. Dapat pemandian Seliran laki-laki berukuran 13 x 21 m Dalam survai ini tidak berhasil ditemukan kini tinggal 3 buah saja. Ketiganya adalah disaksikan sekarang batu nisan Ki Ageng Mangir persegi membujur dengan arah utara-selatan. sisi yang menunjukkan adanya pintu gerbang batu kalsit yang bulat penuh (well rounded) ini separuh di dalam dan sepanahnya lagi di luar Ruang-ruang mandinya terletak pada sisi barat me• (gapura) pada benteng ini. Rupa-rupanya hanya karena proses alam. Ketiga batu tersebut bangunan makam. Hal ini ada kaitannya dengan manjang dengan arah utara-selatan dan merupakan ada satu pintu saja pada sisi utara. Pada sisi yang berwarna kuning dan diletakkan di atas

6 7 semacam lapik dari batu andesit yang sangat penduduknya hidup dari bidang pertanian. pangeran dengan ukuran yang lebih kecil. Pada telah dipugar oleh penduduk (juru-kunci) setempat mirip dengan lapik patung klasik (foto no. 5). Pertanian di daerah ini sangat baik karena di bagian atasnya terdapat lubang untuk meletakkan yaitu bangunan sumur yang dikenal dengan nama Lapik tersebut berukuran 67 x 82 cm dengan samping tanahnya yang datar, irigasi yang baik tiang kayunya. Permukaannya berukuran : 70 x 70 sumur Gumuling. Menurut cerita, bangunan tinggi 51 cm. Ketiga batu gateng tersebut sistemnya, juga karena air tanah yang tidak cm, bagian alasnya 85 x 85 cm dengan tinggi sumur ini adalah tempat memandikan pusaka- tidak sama ukurannya, karena memang dalam sehingga debit air untuk pertanian cukup 67 cm. Semula umpak yang pertama terletak pusaka keraton. Bangunan sumur ini berupa sumur tidak ada bekas pengerjaan manusia. Yang melimpah. Di samping tanaman padi dan palawija di sebelah barat dari umpak kedua, umpak yang yang biasa dengan diameter 1 m dan dikelilingi pertama mempunyai diameter 31 cm, kedua yang merupakan tanaman baku penduduk, ketiga di sebelah selatan dari umpak kedua pada pagar (tembok) batu bata seluas 2 x 2 m persegi. 28 cm, ketiga 15 cm. beberapa bagian dari tanah pertaniannya sering jarak 19.70 m dengan orientasi utara - selatan. Sumur ini diperkuat dengan susunan batu bata Menurut cerita watu gateng ini adalah mainan disewakan untuk ditanami tebu oleh pabrik gula Menurut keterangan penduduk yang tinggal pada lubangnya. Batu bata pada sumur dan pada dari Panembahan Senopati. Madukismo. di sebelah utara dari situs ini yaitu Pak Samsuri, tembok kelilingnya berukuran 33 x 17 x 6 cm pernah ditemukan sebuah jalur susunan batu-batu dan dipasang tanpa spesi. 3. Tempayan batu; tempayan batu ini terbuat Sasaran survai di wilayah ini meliputi : andesit yang berbentuk persegi. Batu-batu tersebut dari batu andesit, penampangnya oval 1. Situs Kedaton Kerto sampai sekarang sebagian masih terpendam kurang 3. Benteng Kedaton Plered dengan tinggi 50 cm, dan diameter 57 cm. 2. Situs Kedaton Plered lebih 40 cm di bawah permukaan jalan desa di Fungsi dari tempayan batu ini kurang jelas. Sisa benteng kedaton Plered sisi timur 3. Situs benteng Kedaton Plered sebelah utara dari petak tanah ini. Sebagian dari Ketiga macam benda ini seperti halnya ditemukan di desa Manayu sisi selatan di desa 4. Situs mesjid Kauman Plered batu-batunya telah diambil penduduk. Jalur ini dengan pohon beringin dianggap sangat Pungkuran dan sisi barat di desa Kedaton, sisa 5. Situs makam Ratu Malang membujur dengan arah barat-timur pada jarak keramat, terutama watu gilang. benteng sisi utara tidak jelas lagi. Dari sisa Hampir semua dari situs-situs kepurbakalaan ± 47 m dari umpak B. Dari contoh-contoh yang benteng kedaton Plered ini tidak dapat ditemu• yang terdapat di wilayah Plered ini terletak di telah tergali, batu-batu yang tersusun berukuran kan suatu susunan batu bata lagi. Pada situs ini 3. Situs Baluwarti atas tanah milik penduduk, hanya sebagian kecil 24 x 40 x 70 cm. Bila semula susunan ini terdiri telah diadakan penggalian liar yang besar-besaran dari dua deret batu, jadi tebal susunan batu Menurut keterangan penduduk setempat saja yang terdapat di atas tanah kas desa. dan terkoordinir terhadap batu bata bahan tersebut sekitar 80 cm. pada beberapa tahun yang lalu di sudut timur- bangunan benteng. Batu-batu bata yang tergali 1. Situs Kedaton Kerto laut RK Kembang Basen masih terdapat susunan Pada tanah pekarangan penduduk di sebelah ini selanjutnya ditumbuk dan dijual sebagai semen batu kapur sisa dari bangunan baluwarti/tembok Kepurbakalaan dari situs kedaton Kerto ini timur dari petak situs ini pernah pula ditemukan merah. Penggalian telah berlangsung lama dan kota Kotagede. Dalam survai ini sisa tersebut terletak di atas tanah milik penduduk bernama susunan batu kapur. Dari keterangan Pak Humman nyaris menghabiskan benteng kedaton Plered sudah tidak ditemukan lagi. Di atas tanah di Pak Dul Manap dan mBok *> Sirat. Tanah ini tidak pemilik tanah ini susunan batu putih tersebut samasekali. Bagian yang masih tersisa adalah mana dulu batu-batu tersebut terdapat sekarang dikerjakan dengan baik. Di antara tanaman kelapa membujur dengan arah utara-selatan pada jarak benteng sisi selatan yang mana sebagian berada telah berdiri sebuah bangunan SD Inpres. Tinggi ditanami pohonan garut/ganyong, ketela dan 30 m dari umpak kedua (B), pada kedalaman di bawah permukaan jalan desa. Penggalian sepan• rendahnya permukaan tanah pada sebelah utara lain-lain, tanpa dipelihara sehingga mirip dengan 75 cm dari permukaan tanah setempat. Luasnya jang benteng ini sampai selebar 20 — 25 m dan dan timur dari wilayah ini memang menunjuk• kebun kosong saja. Tanah seluas 50 x 60 m persegi susunan batu kapur tersebut tidak jelas. Sebagian sampai kedalaman 3.5 m dari permukaan tanah kan suatu alur yang memanjang yang mungkin ini lebih tinggi dari daerah sekitarnya dengan batu-batu yang tergali telah dipergunakan sebagai setempat. bekas jagang dari baluwarti ini. selisih sekitar 1 — 1.5 m. Sekeliling dari petak lantai. Ukuran batu kapur tidak sama, contoh Pada waktu penggalian batu bata benteng yang diambil dan terbesar berukuran 45 x 26 x 8 Di sudut timurlaut selisih tinggi permukaan tanah ini telah merupakan tanah pekarangan sisi selatan di wilayah desa Pungkuran ditemukan cm. Di atas permukaan petak tanah situs kedaton tanah sekitar 2.5 m. Lebar alur bekas jagang ini dengan rumah-rumah penduduk di atasnya. dua buah jaladwara dari batu andesit. Sekarang Kerto ini tidak ditemukan batu bata lagi. kurang lebih 30 m. Sekarang tanah itu telah Semula di atas tanah ini terdapat tiga buah kedua batu tersebut ditempatkan di halaman SD dipergunakan sebagai tanah pertanian penduduk. umpak batu**), sekarang tinggal dua umpak saja. setempat dan telah dalam keadaan aus. Jaladwara Umpak yang pertama (umpak A) telah dipindahkan tersebut berbentuk kepala ular dengan mahkota• 2. Situs Kedaton Plered B. KECAMATAN PLERED ke mesjid Saka Tunggal — Yogyakarta. nya yang berciri khas Islam (foto no. 9). Dari Pada situs kedaton Plered ini dapat dikatakan Umpak pertama ini semula terletak di tanah contoh yang paling lengkap jaladwara tersebut Secara geografis kecamatan Plered ini terletak tidak ada lagi kekunaan yang tersisa. Di tengah milik mBok Sirat, sedangkan umpak yang kedua berukuran : panjang 112 cm, lebar 27 cm, tinggi pada daerah aliran sungai Opak yang setiap kali desa Kedaton ditemukan suatu susunan batu bata dan ketiga terletak di atas tanah milik Pak Dul 59 cm. Pemakaian batu andesit selain pada jalad• melimpahkan material dari gunung Merapi ke yang menurut keterangan penduduk merupakan Manap. Umpak dari kedaton Kerto ini berbentuk wara terlihat pula pada bagian sudut-sudut dari daerah aliran hilirnya. Wilayah Plered ini sisa dari bangsal manis keraton Plered. Susunan limas terpancung, pada keempat sisinya dipahatkan bangunan benteng, seperti terlihat pada sudut merupakan dataran yang landai ke arah selatan batu bata ini sampai sekarang dianggap keramat daun yang distilir dengan sederhana. Bentuk dan baratdaya. dengan sudut yang sangat kecil, beberapa bagian oleh penduduk sebagai makam gajah putih milik pola umpak semacam itu sampai sekarang masih dari wilayahnya dapat dimasukkan dalam raja, demikian pula dengan pohon beringin yang banyak dijumpai di istana Sultan atau pangeran- 4. Situs mesjid Kauman Plered rangkaian bukit patahan yang membentang di tumbuh pada sudut susunan batu bata ini. seberang timur dari sungai Opak. Wilayah ini *) mBok (Jawa) = Ibu. Masih termasuk dalam lingkungan keraton Situs mesjid Kauman Plered ini terletak di tidak padat penduduknya dan sebagian besar **) CF. DJAWA X 1934 - umpak A B C ini terdapat sebuah bangunan batu bata yang atas tanah kebun milik Ketua Dukuh Kauman.

8 9 (gambar no. 4). lagi yang sekarang masih terpendam dalam tanah, bata dari situs yang sejaman. Pada situs ini terdapat berukuran 8,5 x 11 m persegi dan membujur Sekarang di atas tanah ini ditanami pohon di samping dua buah umpak yang sekarang dua unit bangunan yaitu : unit bangunan makam dengan arah utara-selatan dengan pintunya pada cengkeh di samping pohon kelapa yang telah ditempatkan di mesjid Saka Tunggal di Tamansari dan unit bangunan sendang (gambar no. 5). sisi selatan selebar 157 cm. Pada bangunan makam lama tumbuh. Di sebelah selatan situs ini terdapat Yogyakarta. Umpak-umpak ini mempunyai bentuk Tidak ditemukan sisa yang menunjukkan adanya utama ini ada 8 buah makam dan kebanyakan pula kuburan yang nisan-nisannya dari masa yang yang sama dan ukurannya tidak berbeda jauh. bangunan beratap pada situs ini. telah diperbaiki ataupun dipugar. Di tengah-tengah Umpak dari mesjid Kauman Plered ini penampang dari bangunan utama ini terdapat makam Ratu lebih kemudian. Bagian dari bangunan mesjid Unit pertama yang merupakan bangunan horisontalnya berbentuk bulat dengan contoh Malang yang batu nisannya berukuran lebih besar yang masih tersisa hanya sisi utara dan bagian makam terdiri dari tiga bagian, yaitu : bagian diameter maksimum 85 cm, diameter minimum dari batu nisan yang lain dan terbuat dari batu dari ruang pengimaman saja. Dinding dari depan, bagian makam dan bagian makam utama. 57 cm. Penampang tegaknya berbentuk oval, andesit. Ambang pintu bawah dibuat dari batu bangunan mesjid ini terbuat dari batu kapur Bagian depan adalah bangunan yang berukuran tingginya 49 cm (foto no. 8). tanpa lubang engsel. Dari bagian yang paling setebal 110 cm (foto no. 7). Bagian yang tersisa 18.70 m x 32 m persegi dan membujur dengan utuh tinggi tembok bangunan utama ini 2 m yang paling utuh setinggi 75 cm pada bagian Di samping umpak yang berbentuk bulat arah barat-timur. Bangunan tembok yang tebalnya dengan tebal temboknya 58 cm saja. dalam atau setinggi ± 250 cm pada bagian luar. oval itu, ditemukan pula umpak yang berbentuk 1.25 m ini tidak diketahui lagi berapa tingginya Ketinggian permukaan tanah area mesjid ini limas terpancung seperti umpak dari kedaton semula. Sekarang pada bagian yang paling utuh Unit bangunan sendang terletak di sebelah lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Batu-batu Kerto, dalam ukuran yang lebih kecil. Karena tinggi tembok ini tinggal 1 m saja. timurlaut dari unit pertama dengan jarak antar kapur yang dipergunakan tidak banyak berbeda umpak yang berbentuk seperti ini hanya ada sudutnya 25.5 m. Bangunan ini berukuran : Pada bangunan depan ini terdapat tiga buah ukurannya dengan batu bata yang ditemu• satu saja, apakah umpak ini berasal dari situs 24.5 x 20.5 m persegi dan membujur dengan arah pintu yang dulu selebar 1.90 m. Pintu pertama kan di sekitar situs tersebut. Ukuran batu kapur mesjid agak diragukan. Pada permukaannya barat-timur. Pada pintunya yang terdapat pada adalah pintu masuk yang terdapat pada tembok yang diambil sebagai contoh : 38 x 24 x 7 cm, umpak-umpak tersebut berlubang persegi guna sisi selatan tidak ada tanda adanya bangunan sisi barat, pintu kedua adalah pintu masuk ke sedangkan ukuran batu bata : 32 x 20 x 7 cm. menempatkan kayu tiang. gapura. Pada ambang bawah yang terbuat dari bangunan makam pada sisi utara, pada sisi timur Pemakaian batu bata pada bangunan mesjid ini Di sebelah utara dan barat dari situs mesjid batu andesit terdapat lubang untuk engsel terdapat pintu ke luar menuju ke Unit bangunan tidak jelas, karena tidak ada batu bata yang ini terdapat kuburan lama. Dalam kompleks pintunya. Lebar pintu masuk ini 135 cm. Bagian sendang. Pada bangunan depan tidak ditemukan ditemukan in situ. makam itu terdapat antara lain makam Kanjeng yang paling utuh dari bangunan ini tingginya sisa bangunan yang lain. Pintu masuk ke bangunan Ratu Labuhan yaitu isteri dari Sultan Pajang. 3 m pada bagian luarnya dengan tebal tembok Ukuran bangunan mesjid ini kurang lebih makam ini tidak menunjukkan adanya bekas Makam Ratu Labuhan ini sudah dipugar dalam 210 cm. persegi dengan sisinya sepanjang 40 x 40 m. gapura, adanya pemasangan daun pintu terlihat arti telah diberi cungkup dan nisannya telah Pada bagian barat bagian pengimaman yang tersisa pada ambang bawah yang terbuat dari batu andesit Yang dimaksud dengan sendang ialah sebuah diganti dengan nisan baru. Di sebelah utara tidak diketahui seberapa jauh menonjol ke luar dan berlubang sebagai engselnya. kolam yang berukuran 3.5 x 5 m yang menampung mesjid masih terdapat beberapa makam kuno dari dindingnya. Bagian pengimaman ini tebal Bangunan bagian makam mempunyai denah air hujan pada musim hujan saja. Di depan dengan nisan lama di samping makam baru atau temboknya hanya 70 cm saja dan panjang sisi huruf L, karena disesuaikan dengan tinggi bangunan ini sebenarnya masih ada lagi sebuah baratnya 280 cm, dengan tebal 100 cm (foto makam lama yang telah diperbaharui. rendahnya permukaan tanah, kedua ujungnya kolam yang berukuran 6 x 6 m persegi, air dalam no. 6). Pada pertengahan sisi utara terdapat tangga kolam ini merupakan air hujan yang ditadahnya. ke arah utara dan barat. Bangunan makam ini turun yang menuju ke luar yang terbuat dari batu Pada sudut tenggara dari bangunan sendang Moyo 5. Situs Makam Ratu Malang berukuran 32 x 35 m persegi membujur dengan andesit. Karena bagian sisinya tidak lengkap, terdapat sebuah balok batu andesit yang dikenal Bukit di mana terletak makam Ratu Malang arah utara-selatan. Bagian bangunan yang paling tidak dapat lagi direkonstruksi lebar tanggga penduduk sebagai kotak wayang dari dalang ini dapat dimasukkan dalam rangkaian pegunungan utuh setinggi 325 cm. Tinggi tembok tidak sama, tersebut. Meskipun tidak jelas, menurut kete• Panjang Mas. Balok batu ini berukuran 170 x Gunung Kidul. Batuan dasar dari bukit ini berupa karena disesuaikan dengan permukaan tanahnya rangan penduduk pada situs ini pernah ditemukan 55 x 49 cm, pada kedua ujungnya mempunyai batuan endapan breksi vulkanis dan batuan pasir. yang berbukit-bukit ini. Pada bangunan makam susunan batu kapur. Dari adanya sisa-sisa susunan tonjolan yang berfungsi sebagai pasak. Mungkin Tanaman di atasnya merupakan hasil program ini makam yang terutama adalah makam yang batu kapur yang terlihat di antara akar tunjang balok batu ini adalah bagian dari ambang pintu penghijauan pada bukit yang semula gundul yaitu menurut cerita adalah makam Ki Panjang Mas, pohon randu alas yang tumbuh di sebelah selatan bagian atas dari salah satu bangunan dalam berupa tanaman pohon sanakeling. Pada beberapa yaitu dalang keraton yang pertama, dan suami dari mesjid ini, rupa-rupanya masih ada lagi kompleks ini. Unit sendang Moyo ini keletakannya tempat yang masih mengandung tanah lapukan dari Ratu Malang yang diambil selir oleh kelanjutan dinding barat mesjid ke selatan. lebih tinggi dari unit makam. dari erosi dikerjakan oleh penduduk sebagai tanah Amangkurat Agung (I). Nisan dari makam Ki Di sebelah timur dari bangunan mesjid tegalan. Ketinggian bukit ini + 99 DPAL. Dalang Panjang Mas ini sudah diperbaharui. C. KECAMATAN KARTOSURO ini masih dapat ditemukan bangunan bak Pada bagian kaki bukit ini tidak di• Di dalam bangunan makam ini terdapat air dan sumur yang lama yang terbuat dari temukan bekas-bekas adanya tangga naik, bekas bangunan susunan batu kapur keliling yang Kartosuro dalam perkembangannya sekarang batu kapur pula. Bagian lain dari bangunan mesjid tangga ini baru ditemukan pada bagian atas di merupakan bagian utama dalam situs ini yaitu merupakan semacam daerah pinggiran (satelit) yang ditemukan dalam situs mesjid ini adalah sebelah baratdaya dari kompleks ini. Bahan ba• bangunan makam Ratu Malang. Letak bangunan dari kota Surakarta, meskipun secara administratif sejumlah umpak batu yang terbuat dari batu ngunan yang dipergunakan pada bangunan makam utama ini tidak tepat pada tengah bangunan masih di luar dari wilayah kotamadya ini. andesit sebanyak 14 buah. Dari keterangan ini adalah batu kapur yang dipotong dalam makam, melainkan agak ke sudut timur laut Keramaian Kartosuro berpusat di sekitar jalan penduduk di samping jumlah itu masih ada umpak ukuran yang kurang lebih sama dengan batu dan berdiri sendiri (foto no. 10). Bangunan ini negara dan pertigaannya yang menghubungkan

10 11 kota Surakarta — Yogyakarta — . Situs andesit dan jelas berasal dari masa yang jauh oleh penduduk dengan nama "Manuk Beri." purbakala. kepurbakalaan dari Mataram ini terletak di luar lebih tua (klasik). Pada kelir dan gerbangnya terdapat relief yang Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlulah dari pusat keramaian kota Kartosuro, agak ke Sebuah benda relik yang mungkin berasal mirip dengan pola relief Tamansari Yogyakarta. disusun suatu pemikiran guna mempertahankan sebelah selatan ke daerah pinggiran yang lebih dari masa itu adalah sebuah tempayan yang terbuat kelestarian warisan budaya di wilayah itu, antara sepi dan lebih banyak penduduknya yang hidup dari batu andesit yang bentuknya mirip dengan IV. PENUTUP. lain : dari pertanian. tempayan di kedaton Kotagede, Yogyakarta. Dari hasil survai yang telah dilaksanakan Tempayan ini berukuran tinggi 50 cm dengan 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut Dari situs kepurbakalaan di Kartosuro yang pada situs-situs bekas ibukota kerajaan Mataram diameter 76 cm. Di sebelah utara dari bangunan terhadap situs yang terdapat di wilayah sempat diteliti dalam survai tahap ini hanyalah Awal, terungkap cukup banyak peninggalan tembok ini sekarang merupakan perumahan bekas kerajaan Mataram Awal. tembok keliling halaman keraton dan benteng kepurbakalan yang terkandung di dalamnya. penduduk yang cukup padat. Besar kemungkinan 2. Mengusulkan agar diadakan tindakan darurat keraton Kartosuro saja (gambar no. 6). Situs- Peninggalan kepurbakalaan ini sangat penting daerah sebelah utara tembok ini masih dapat untuk mempertahankan kelestarian kekunaan situs yang lain tidak sempat diteliti karena untuk penelitian lebih lanjut untuk mengung• dimasukkan dalam lingkungan keraton, ataupun berhubung adanya penggalian liar terhadap sempitnya waktu pelaksanaan. Tembok keliling kapkan pemukiman kerajaan Mataram Awal. alun-alun dari keraton ini. Di sebelah timur dari benda purbakala ataupun penggunaan benda- halaman keraton ini dapat dikatakan masih dalam Melihat keadaan kekunaan-kekunaan yang masih tembok merupakan suatu jalan raya kabupaten, benda yang sewenang-wenang oleh penduduk. keadaan sangat utuh. Halaman keraton berukuran tampak, rupa-rupanya gagasan untuk memper• sedangkan pada keliling luar sisi selatan dan barat 114 x 118 m persegi membujur dengan arah barat- tahankan kelestarian warisan budaya yang terdapat 3. Meningkatkan koordinasi dalam rangka mem• terdapat jalan desa. timur, pada bagian barat, sisi selatan dan utara di wilayah tersebut sangat kurang atau tidak pertahankan kelestarian benda purbakala agak menggeser ke utara sampai 5 m. Tembok Di sebelah barat dari tembok keraton ini pada ada samasekali. Pengelolaan dan pemeliharaan oleh instansi yang berwenang dan mengikut• keliling ini dibuat dari batu bata dan dalam jarak kurang lebih 200 m, masih terdapat sebagian kekunaan yang dilakukan oleh pihak-pihak sertakan pihak kraton sebagai pemilik. pemasangannya tidak mempergunakan spesi. bangunan dari benteng keraton. Benteng keraton tertentu hanya terbatas pada situs yang telah 4. Menyatakan situs yang bersangkutan sebagai Batu bata yang dipergunakan rata-rata berukuran ini juga terbuat dari batu bata yang dalam pema• dianggap keramat. Pengelolaan dan pemeliharaan cagar budaya nasional, atau sekurang-kurang• 33 x 18 x 6 cm. Bangunan tembok yang tebalnya sangannya tanpa mempergunakan spesi. Tebal ini pada beberapa hal telah pula menyimpang nya pengelolaannya di bawah pengawasan 2 m dan setinggi 3.5 — 4 m ini mempunyai dua benteng ini sekitar 2 m, dengan tinggi temboknya dari norma-norma pengelolaan benda-benda negara. pintu pada sisi utara dan selatan dalam satu garis sekitar 4 m. Tembok ini membujur ke utara sejajar lurus (foto no. 11). Letak pintu ini tidak tepat dengan jalan desa yang terletak di sisi luarnya. di tengah sisi-sisi tersebut, melainkan agak Batas ujung dari bangunan benteng ini tidak dapat menggeser ke arah timur. Lebar pintu 320 cm, ditemukan, karena susunan batu bata ini berangsur dan rupa-rupanya tidak ada bangunan gapura, menipis dan sebagian tertutup jalan desa (foto tetapi tampak dari bekas-bekas yang ada pintu- no. 12). pintu tersebut berdaun pintu. Pada tembok sisi Kecamatan Banguntapan (situs pemandian Bangun- utara terdapat bekas lubang lebar yang sekarang tapan) telah ditutup kembali, menurut keterangan penduduk lubang itu adalah lubang bobolan Bangunan yang didirikan pada masa Sultan dalam "perang Cina" yang dikenal dengan nama Hamengkubuwono II ini sering pula disebut "perang Sepoi". Gua Siluman. Bangunan pemandian ini sebagian telah menjadi tanah pekarangan penduduk sebagian Di dalam halaman ini tidak terdapat lagi masih merupakan kolam ikan dan sebagian lagi sisa yang memperlihatkan suatu bangunan yang merupakan jembatan dari sebuah jalan lama. pernah berdiri di sini. Area tanah ini sekarang Bangunan kolam ini terletak di sebelah selatan dipergunakan sebagai perumahan, sekolah dasar, dari jalan lama, dengan pintu masuk lengkap tanah tegalan dan sebagian lagi sebagai tanah dengan gerbangnya terletak di sebelah utara kuburan dari keluarga keraton Surakarta. Nisan- jalan. Untuk menuju ke kolam melewati tero• nisan pada makam di dalam halaman ini wongan di bawah jalan, terowongan itu telah tidak ada yang bercorak kuna, semuanya adalah berubah fungsinya menjadi sebuah sungai. nisan baru. Beberapa bagian dari makam ini terlihat Pada ujung terowongan ini terdapat ruang mempergunakan batu bata lama yang mungkin mandi atau sumber air pada ruang tertutup yang berasal dari bangunan yang ada di dalam halaman berkelir dan berjendela ke arah selatan menghadap ini. Di dalam bangunan ini terdapat dua buah yoni kolam yang cukup luas. Pada tebing barat dari yang ditemukan di sebelah utara dari tembok kolam ini terdapat pula sebuah mata air yang halaman ini. Yoni tersebut terbuat dari batu berupa kolam dengan hiasan burung, yang dikenal

12 13 VI. SUMMARY VI. LAMPIRAN-LAMPIRAN The objective of the archaeological survey formed the foundation of the building. At the A. DAFTAR GAMBAR DAN FOTO of the kingdom of Islamic Mataram was to collect northern side one can still find a gateway in the Gambar : data on the settlement of the kingdom of Mataram shape of a "paduraksa" (closed gateway). The of the 16th-18th century. present mosque was restored in 1923. The north Gambar 1 : Keletakan Ibukota Kerajaan Mataram Islam. One of the historical sources used in this research wall is apparently the original, made of limestone Gambar 2 : Keletakan situs kepurbakalaan Mataram Islam di Kotagede, Plered dan Yogyakarta. was the Babad Tanah Jawi which mentions four cut into blocks the size of bricks. Gambar 3 : Denah kompleks mesjid dan makam Kotagede, Yogyakarta. places as having once been the centre of the In Plered one can still find the kedaton Gambar 4 : Denah mesjid Kauman Plered, Yogyakarta. kingdom : Kotagede, Kerto, Plered and Kartosuro. (palace) Kerto, the kedaton Plered, the fort of the Gambar 5 : Denah kompleks makam Ratu Malang, Plered, Yogyakarta. The latter was actually located in the district of kedaton Plered, the Kauman Plered mosque and Gambar 6 : Denah bekas Keraton Kartosuro. Surakarta, outside the area traditionally called the tomb of Ratu Malang. Mataram. In Kartosuro, the wall surrounding the Foto : The research laid stress on the investigation courtyard of the keraton is still intact. This wall of structures, particularly royal buildings, both Foto no. 1 : Pintu gerbang sisi selatan halaman mesjid Kotagede, Yogyakarta. Tampak luar, was built of bricks without the use of specie cemeteries and palaces (keratons) which were to a thickness of 2 meters and a height of 3.6 dipotret dari arah utara. the centre of aristocratic and feudal settlements. to 4 meters. Entrance gates are on the north Foto no. 2 : Mesjid Kotagede, Yogyakarta. Dipotret dari arah tenggara. Examination of these structures has thus and south side in a straight line opposite each Foto no. 3 : Pintu gerbang ke makam Kotagede, Yogyakarta. Tampak luar, dipotret dari arah far been restricted to noting data based on other. The placement of the doors is not exactly architectural observations and the location of timur. in the middle of the wall but slightly towards the building within its surroundings. the east. There is no archway, but from the traces Foto no. 4 : Candrasengkala memet (kronogram) di pintu masuk Sendang Seliran laki-laki. Settlements of the common people have not yet of the entrance there were earlier door leaves. Kompleks makam dan mesjid Kotagede, Yogyakarta. Dipotret detail dari arah selatan. been reached in this first stage. Foto no. B : Watu chanteng (gateng) di Kedaton Kotagede, Yogyakarta. Dipotret tidak in situ. In general, the buildings of the former Islamic In Kotagede, the remains of a city wall are kingdom of Mataram are no longer preserved, Foto no. 6 : Sisa pengimaman mesjid Plered, Yogyakarta. Dipotret dari arah utara. still visible from the eastern corner of the area of except for some royal tombs. This survey is Foto no. 7 : Sisa dinding sisi utara mesjid Plered, Yogyakarta. Tampak luar, dipotret dari arah Kotagede. In the courtyard of the mosque, there intended to be the beginning of continuing barat laut. are the ruins of a limestone formation which research of Islamic Mataram. Foto no. 8 : Umpak batu tiang-tiang mesjid Plered, Yogyakarta. Contoh dipotret tidak in situ. Foto no. 9 : Jaladwara yang diketemukan di Desa Pungkuran, Plered, Yogyakarta. Dipotret tidak in situ. Foto no.10 : Bangunan utama dari kompleks makam Ratu Malang, Gunung Sentana, Plered, Yogyakarta. Dipotret dari arah baratdaya. Foto no.ll : Pintu masuk sisi selatan ke kedaton Kartosuro. Tampak luar, dipotret dari arah tenggara. Foto no.12 : Sisa baluwarti/benteng kedaton Kartosuro. Sisi barat tampak luar, dipotret dari arah baratlaut.

14 IB B. GAMBAR SITUS KEPURBAKALAAN MATARAM ISLAM DI KOTAGEDE DAN PLERED

pKkJ» YOGYAKARTA , U KELETAKAN IBUKOTA KERAJAAN •/Pecan g akan Z 0, 0 2,5 KM MATARAM ISLAM ->1»'' A Rembang

2SKM- 1 I —I fVfG'uwungj^/ \ Kudu s iSumber t ^ncakwangly^^ Su 1 ^Bonang Ka^ngany^j^^^JaU O Mejobo^j

FOemak PKayirT , SEMARANG IMlWaWM ^ -pOTurwosarTS Smuk GunlurA,-

5 G ro boga n \S Ngaw Ngartngan y\

o wlr osarl Tawan gharjc _ jfwtJdaSV

vLim&bngjfn A* ¿Ngadirejo ( ti-GUNGARAN N

Gundlh Parakan 'T"" J-* Dopiang Sri ngl n V Geyer i / Randublitu k Temanggung -—.-k'y V JjSAl ATtGA .

V Gel asan umberlawang G. SUMBING (aranggede l'"

MAGELAN G* G. MERBABU Mario y uda Sawangar¿L-, v sBoyVJlll

n.n i Mjgkn Z~>^Z" ,

^Ttesibp^ Karangpandaff Loano M' Pad J i. lawang mangu Lsip k 1 *1 * i^^^KtíS'v Kiranyi t ^S55v-P"'i9«'^ A A H f ^\ar^ °»«¡i ^Baryuurlp y* ; Prafcbanfl r^Bagelen Muali ,* Pengasih slrCTJV "T VP»**fb ;.-y /A~y*l

\ Ban tu I, NglI bar P(ere d¿ ' Km P Wuryantoro j Imoglrl j N Plain Karangmojo k 'r SfonoMrl /) i "°?'0 Ü JA/ K ^R_/Ao",0nS j Er, slritisQpanggang *Jlin ^ Sim..._ ^Batuwarno . P

TPracltiUntorJ

^OoñSyo

P u nung

VPrlngkuku

Gambar 2 : Keletakan situs kepurbakalaan Mataram Islam di Kotagede, Plered dan Yogyakarta. Gambar 1 : Keletakan Ibukota Kerajaan Mataram Islam.

16 DENAH KOMPLEKS MESJID DAN MAKAM KOTA GEDE-YOGYAKARTA UD6uDJD>|acl L|DUD) 50 m

O DS9p UD)Df UI cr UI •

Z U7 <( CSI o 2 < o =5 h- • ua

x** < 9 < Z LD LU O O Z >• o

E o 3 3 _d D o £ 3 3

3 3

3 0

O O O

O

c O cn c o c KETERANGAN I— O -C 1 Halaman depan o il 3 2 Mesjid Jd ua 3 Prabayaksa (D o o CL 4 Wllana E D D o 5 Tajug O l/> Jd o 6 Peleburan a 7 Bangsal duda £ 8 Sendang Setiran laki-laki c 3 9 Sendang Setiran perempuan O o 10 Jirat makam Kyai Mangir ?! E 2 S" •s S o 3 3 ** id D di § 3£ Oo- E 0 0 2T O 8

Gambar 3 : Denah kompleks mesjid dan makam Kotagede, Yogyakarta. ueA«M«~i uesrunf ue]e(

O cr 3 m o t— CC < :$: R

< cc is: m < is: g LU n CO E

SO

_ . >.

Gambar 5 : Denah kompleks makam Ratu Malang, Plered, Yogyakarta.

20 21 Foto no. 3 : Pintu gerbang ke makam Kotagede, Yogyakarta. Tampak luar, dipotret dari arah timur. Foto no. 1 : Pintu gerbang sisi selatan halaman mesjid Kotagede, Yogyakarta. Tampak luar, dipotret dari arah utara.

Foto no. 4 : Candrasengkala memet (kronogram) di pintu masuk Sendang Seliran laki-laki. Kompleks makam dan mesjid Kotagede, Yogyakarta. Dipotret detail dari arah selatan. Foto no. 7 : Sisa dinding sisi utara mesjid Plered, Yogyakarta. Tampak luar, dipotret dari arah barat laut. Foto no. 11 : Pintu masuk sisi selatan ke kedaton Kartosuro. Tampak luar, dipotret dari arah tenggara.

Foto no. 9 : Jaladwara yang diketemukan di Desa Pungkuran, Plered, Yogyakarta. Dipotret tidak in situ.

Foto no. 12 : Sisa baluwarti/b enteng kedaton Kartosuro. Sisi barat tampak Foto no. 10 : Bangunan utama dari kompleks makam Ratu Malang, luar, dipotret dari arah barat laut. Gunung Sentana, Plered, Yogyakarta. Dipotret dari arah barat daya.

26 27