Berita Penelitian Arkeologi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI LAPORAN SURVAI KEPURRAKALAAN KERAJAAN MATARAM ISLAM E JAWA TENGAH) JAKARTA 1978 LAPORAN SURVAI KEPURBAKALAAN KERAJAAN MATARAM ISLAM (JAWA TENGAH) NO. 16 Penyusun Laporan : Nurhadi B. A. Armeini B. A. Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen P & K Copyright Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional 1978 DAFTAR ISI Halaman L PENDAHULUAN 1 II. LATAR BELAKANG SEJARAH MATARAM ISLAM 1 IH. PELAKSANAAN PENELITIAN 2 IV. HASIGHASIL PENELITIAN 3 A. KECAMATAN KOTAGEDE 3 Dewan Redaksi : B. KECAMATAN PLERED 8 Satyawati Suleiman ketua C. KECAMATAN KARTOSURO 11 Rumbi Mulia wakil ketua V. PENUTUP 13 R. P. Soejono anggota Soejatml Satari anggota VI. SUMMARY 14 Hasan M. Ambary anggota VII. LAMPIRAN-LAMPIRAN 15 A. DAFTAR GAMBAR DAN FOTO 15 B. GAMBAR 16 C. FOTO 22 Percetakan Offset P T. "RORA KARYA" - Jakarta. I. PENDAHULUAN. di Kotagede, terutama ditekankan pada masalah kemasyarakatan dan perkembangannya serta Penelitian kepurbakalaan di Kotagede, Kerto, menguraikan kepurbakalaan di bekas ibukota Plered dan Kartosuro dilaksanakan oleh Bidang kerajaan Mataram ini. Selain dari itu, Dr. L. Adam, Arkeologi Islam dari Pusat Penelitian Purbakala pembantu residen Yogyakarta mengadakan dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Tujuan dari pengamatan dan perurutan kembali nama-nama penelitian ini dimaksudkan mencari data mengenai tempat yang disebutkan dalam Babad ataupun pemukiman kerajaan Mataram Islam yang cerita rakyat yang dapat dikaitkan dengan berlangsung dari abad ke 16 — 18 Masehi. Keempat kepurbakalaan kerajaan Mataram Islam di daerah situs di atas diutamakan dalam penelitian ini Yogyakarta. Hasil-hasil pengamatan ini ditulis karena menurut kepercayaan penduduk merupakan dan diterbitkan dalam tahun 1934, dalam majalah pusat-pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam D JAWA. tersebut (gambar no. 1). Salah satu sumber sejarah yang dipergunakan Penelitian kepurbakalaan ini berlangsung dalam menyusun rencana kerja penelitian oleh Pusat dari tanggal 29 Nopember 1976 sampai tanggal Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional ini 9 Desember 1976. Pelaksana penelitian merupakan adalah buku Babad Tanah Jawi. Buku ini ditulis da• suatu team yang terdiri dari petugas Pusat lam bahasa Jawa halus (Jawa Kromo) dalam bentuk Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional prosa. Di dalam Babad Tanah Jawi disebutkan di Jakarta dan petugas dari Suaka Sejarah dan bahwa pusat/ibu kota kerajaan Mataram Islam Purbakala, propinsi Jawa Tengah di Prambanan. yang pertama ialah Kotagede sekarang. Sejak Pelaksana Survai : kapan nama Kotagede dipergunakan untuk menyebut kota itu tidak begitu jelas. Kadang- Nurhadi B.A. - Pus. P3N kadang kota ini disebut pula Pasargede oleh Armeini B.A. - Pus. P3N penduduk setempat, atau disingkat Sargede saja. Soeboeh - Pus. P3N Selanjutnya ibukota direncanakan akan dipin• dahkan ke Kerto. Sebelum pemindahan ibukota M. Romli B.A. — Suaka Sejarah dan Pur• kerajaan ini terlaksana seluruhnya, ibukota telah bakala di Prambanan. dipindahkan lagi ke Plered. Terakhir kali ibukota Soemino — Suaka Sejarah dan Pur• dipindahkan ke Kartosuro yang berlangsung bakala di Prambanan. sebagai ibukota kerajaan Mataram sampai tahun Dalam pelaksanaan kerjanya, team penelitian 1745 Masehi. Dari keempat ibukota kerajaan ini telah banyak memperoleh bantuan dari Bidang Mataram Islam tersebut, tiga ibukota yang pertama Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan — terletak di wilayah Mataram (Yogyakarta sekarang), Kan. Wil. Departemen P dan K Propinsi Daerah sedangkan Kartosuro menurut Babad terletak Istimewa Yogyakarta, dan berbagai pihak dan di luar wilayah Mataram ini.1) instansi lain. Team penelitian merasa berterima Titik awal pendirian kerajaan Mataram Islam kasih atas bantuan yang telah diberikan sehingga dimulai pada saat penyerahan wilayah Mataram survai tersebut dapat berlangsung dengan baik. oleh Sultan Pajang kepada Ki Ageng Pemanahan, yang selanjutnya dikenal sebagai Ki Ageng Mataram cikal bakal dinasti Mataram. Pemberian II. LATAR BELAKANG SEJARAH MATARAM wilayah Mataram ini adalah sebagai hadiah atas ISLAM. kemenangannya dalam mengatasi pertikaian Meskipun penulisan mengenai raja-raja yang keluarga antara Sultan Pajang dengan Adipati memerintah di Kotagede, Kerto, Plered dan Jipang yaitu Arya Penangsang. Kartosuro telah banyak dibuat orang, tetapi Kotagede yang didirikan sebagai pusat penulisan mengenai kepurbakalaan yang dapat pemerintahan Mataram ini berkembang terus, dikaitkan dengan raja-raja yang bersangkutan terutama pada masa pemerintahan penggantinya masih langka sekali. Pada tahun 1926 Dr. van Mook menuliskan mengenai masalah perkotaan 1). Babad Tanah Jawi — hal. 199 1 yang bergelar Panembahan Senopati. karena kota ini telah diterima sebagai kota 2. Situs Kedaton Plered, terletak di desa — Situs Kedaton Panembahan Senopati menggantikan ayahnya kelahiran Kerajaan Mataram Islam, di mana Kedaton, kelurahan Plered. — Situs Baluwarti dan memerintah dari tahun 1584—1601 Masehi. Ia dimakamkan pendiri dinasti Mataram Islam dan 3. Situs Benteng Kedaton Plered, terletak di mendirikan perbentengan dan tembok kota pada raja pertama dari dinasti ini. desa Manayu, desa Pungkuran, kelurahan 1. Situs mesjid dan makam (gambar no.3) saat ia mulai mengembangkan kekuasaan dan Plered. Terlepas dari perkembangan administratif DL PELAKSANAAN PENELITIAN. akhirnya dapat merebut kekuasaan dari kesultanan 4. Situs mesjid Kauman, terletak di desa wilayah kecamatan Kotagede, pada situs ini Pajang. Penelitian kepurbakalaan di Kotagede, Kerto, Kauman, kelurahan Plered. pembagian administratif dari dua Keraton (Sura• Kotagede sebagai ibukota kerajaan Mataram Plered dan Kartosuro dalam tahap ini merupakan 5. Situs makam Ratu Malang, terletak di karta dan Yogyakarta) masih dipertahankan. berlangsung sampai pada masa pemerintahan suatu survai pendahuluan. Pemilihan situs didasar• bukit Gunung Kelir/Gunung Sentana. Kompleks yang luasnya ± 2 ha ini terbagi menjadi Sultan Agung, cucu dan pengganti kedua dari kan atas identifikasi toponimis yang terdapat C. Wilayah kecamatan Kartosuro, kabupaten bagian yang kecil-kecil seluas beberapa puluh/ Panembahan Senopati. Pada masa pemerintahan• dalam buku Babad, di samping diadakan perurutan Sukaharjo : ratus meter saja. Sampai saat ini pengelolaan nya yang berlangsung dari tahun 1613—1646 Ma• kembali tradisi atau cerita rakyat yang terdapat Situs Kedaton Kartosuro, terletak di desa/ bagian-bagian yang terpisah-pisah itu masih sehi, Sultan Agung merencanakan memindahkan di lingkungan masyarakat yang dapat dihubungkan kampung Krapyak, kelurahan Kartosuro dilaksanakan oleh kedua pihak Keraton yang dengan kepurbakalaan tersebut. Pengamatan ibukota kerajaan ke Kerto. Rencana ini tidak (gambar no. 2). berwewenang. Hal ini tampak pada perbedaan sempat terselesaikan. Putra dan pengganti Sultan kepurbakalaan pada situs yang diteliti ditekankan pola kerja pengelolaan yang dilakukan oleh Di samping situs-situs di atas, team survai Agung yang bergelar Sultan Amangkurat Agung (I) pada pengamatan bangunan-bangunan, hal ini masing-masing pihak yang bersangkutan. juga mengadakan kunjungan pengamatan ke situs yang memerintah kerajaan dari tahun 1646—1677 disebabkan karena situs-situs yang diteliti Dalam pelaksanaan survai di kompleks mesjid pemandian Banguntapan, kecamatan Banguntapan, Masehi, memindahkan ibukota kerajaan baik dari seluruhnya terletak di lingkungan pemukiman dan makam Kotagede, team telah mendapat kabupaten Bantul — Daerah Istimewa Yogyakarta. Kotagede maupun dari Kerto ke Plered. Plered penduduk yang kadang-kadang sangat padat. bantuan dari pihak Keraton Yogyakarta, yaitu Situs pemandian ini menurut cerita dibangun oleh sebagai ibukota kerajaan berlangsung sampai tahun Pengamatan dan pengumpulan temuan permukaan Kawedanan Hageng Sri Wandawa bagian Puralaya. Sultan Hamengku Buwono ke II. 1681 Masehi, pada saat mana Sultan ing Alaga dilakukan semaksimal mungkin pada area yang Pada garis besarnya di dalam kompleks (Pangeran Puger) menyerahkan kekuasaannya agak bebas dari pemukiman penduduk. IV. HASIL-HASIL PENELITIAN. ini terdapat tiga bangunan utama : kepada Sultan Amangkurat II setelah kemelut Pengamatan lingkungan terbatas pada 1.1. Bangunan mesjid Trunajaya teratasi. Sultan Amangkurat II lingkungan geografis dan lingkungan alam (flora A. KECAMATAN KOTAGEDE 1.2. Bangunan makam meneruskan pemerintahan kerajaan Mataram dan dan fauna) saja. Pada tiap situs yang diteliti Dalam perkembangan administratif yang 1.3. Bangunan sendang beribukota di Kartosuro yang didirikan pada diusahakan pemetaan denah kepurbakalaannya terakhir kecamatan Kotagede dimasukkan ke tahun 1680. dan penentuan lokasi dalam peta topografi. dalam wilayah Kotamadya Yogyakarta. Sebelum• Kompleks mesjid dan makam ini terletak Pengumpulan data demografi masa kini sulit di sebelah barat dari bekas alun-alun Kotagede, Pada dekade ketiga dari abad ke 18, bekas nya wilayah ini terbagi menjadi bagian yang dilaksanakan. Kesulitan dalam pelaksanaan survai yang sekarang telah merupakan pemukiman ibukota kerajaan di Kerto untuk beberapa waktu kecil-kecil yang berada di bawah wewenang tahap ini terbentur masalah waktu yang sangat penduduk yang sangat padat. Area di sebelah muncul kembali dalam percaturan pertikaian Pemerintah Daerah Yogyakarta dan Surakarta. terbatas, cuaca yang sangat tidak menguntungkan, selatan dari alun-alun merupakan lokasi situs tahta kerajaan. Kerto dijadikan ibukota kerajaan Hal ini merupakan sisa-sisa dari pelaksanaan dan juga masalah administrasi. Kedaton Kotagede yang kini hanya tinggal Mataram tandingan oleh