Perancangan Multimedia Interaktif Kejayaan Kerajaan Pakuan Pajajaran

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perancangan Multimedia Interaktif Kejayaan Kerajaan Pakuan Pajajaran Jurnal Sketsa, Vol.II No.1 April 2015 PERANCANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF KEJAYAAN KERAJAAN PAKUAN PAJAJARAN Rali Setiadi Universitas BSI Bandung, [email protected] ABSTRACT In West Java, the opportunity for kids to get knowledge history of the ancestors is very rare, And then how to give back the values of nationalism among the young generation in West Java traced back to the issue of preservation and continuation of the nation's history, and how to preserve the story of Pakuan Pajajaran and be continue to the next generation. Until this study, the authors tried to make design of interactive multimedia Kingdom of Pakuan Pajajaran characteristics and identity of wisdom local culture of Sunda. as a means of introduction to the history of the primary school students. With illustrations of authors try to explain and tell the history of the present, in order to provide moral message contained within the history. Keywords: Multimedia, Interactive, History, Pakuan Pajajaran. ABSTRAK Di Jawa Barat kesempatan anak-anak untuk mengenal sejarah leluhur sangat jarang, Bagaimana mengembalikan nilai nasionalisme dikalangan generasi muda di Jawa Barat dirunut kepada persoalan pelestarian dan penerusan sejarah bangsa, lalu bagaimana melestarikan kisah Pakuan Pajajaran serta diteruskan turun temurun kepada generasi berikutnya. Melalui penelitian ini, penulis mencoba merancang multimedia interaktif Kerajaan Pakuan Pajajaran ciri khas identitas lokal Tatar Sunda. sebagai sarana pengenalan sejarah pada siswa sekolah dasar. Dengan ilustrasi penulis mencoba memaparkan dan menceritakan sejarah yang ada, guna memberikan pesan moral yang terkadung dalam sejarah tersebut. Kata kunci: Multimedia, Interaktif, Sejarah, Pakuan Pajajaran PENDAHULUAN kebanggaan yang didapat dari pencapaian Multimedia Interaktif adalah salah satu kerajaan Pakuan Pajajaran pada masa lalu. media hasil implementasi dari multimedia, Bahasa dan budaya kerajaan Pakuan hamper semua konten multimedia terdapat Pajajaran mempunyai nilai yang sangat dalam satu keping CD (compact disk) yaitu berharga jika masyarakat Jawa Barat mau berupa gambar, video, animasi, tulisan, mempelajari dan mengenal sejarah dan suara. Dengan pemberian pentunjuk tersebut. Sejarah dapat mempersatukan dalam media tersebut membantu untuk kita, sejarah bukan sekadar nama dan menelusur ke bagian-bagian yang tanggal, tetapi menyangkut penilaian, diinginkan membuat orang-orang menjadi kepedulian dan, kewaspadaan. lebih mudah mencari dan mendalami Menurut Ajip Rosidi, sejak Indonesia materi (Ahmad Musyyafak, 2014:1). merdeka, pemerintah tidak pernah Pada era kejayaannya Pakuan Pajajaran memberi kesempatan pada anak-anak suku adalah salah satu kerajaan yang memiliki Jawa atau Sunda, misalnya, untuk benteng pertahanan kokoh serta memiliki mengenal budaya yang luhur. Bahkan kekuatan tempur darat sangat kuat yang pendidikan sekolah-sekolah tidak disegani dan ditakuti oleh kerajaan- menghubungkan para siswa dengan kerajaan (Saleh Danasasmita, 2014:57), kekayaan bahasa dan budaya mereka yang berada di tanah Sunda. Bahasa dan masing-masing. (Liputan6:2015). budaya merupakan salah satu nilai ISSN: 2355-6595 69 Jurnal Sketsa, Vol.II No.1 April 2015 Dalam pembelajaran sejarah, banyak hal (video dan animasi) dengan yang dapat dibantu dengan hadirnya mengabungkan link dan tool yang teknologi multimedia interaktif, tampilan memungkinkan pemakai melakukan menarik dan petunjuk yang tidak navigasi dan berkomunikasi. membingungkan diharapkan menjadi daya Multimedia merupakan perpaduan antara tarik sendiri dalam menarik minat berbagai media (format file) yang berupa pemakainya terutama siswa-siswa tingkat teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sekolah dasar. sound, animasi, video, interaksi, dan lain- Berdasarkan latar belakang masalah yang lain yang telah dikemas menjadi file digital sudah diuraikan, masalah yang dapat (komputerisasi), digunakan untuk penulis rumuskan, diantaranya: menyampaikan pesan kepada publik. 1. Bagaimana merancang dan membuat Berdasarkan definisi-definisi tersebut multimedia interaktif kerajaan pakuan maka penulis mengambil simpulan bahwa pajajaran yang menarik dengan ciri multimedia adalah, gabungan beberapa khas dan identitas kearifan budaya unsur media-media seperti teks, gambar, lokal Tatar Sunda? suara, animasi dan video yang 2. Bagaimana mengembalikan nilai digabungkan mengunakan media komputer nasionalisme bangsa dikalangan sehingga menjadi satu kesatuan yang generasi muda dirunut pada persoalan harmonis dalam saatu file digital. pelestarian dan penerusan sejarah Menurut Munir, pengertian interkatif bangsa? adalah komunikasi dua arah atau lebih dari 3. Bagaimana melestarikan kisah Pakuan komponen-komponen komunikasi. Pajajaran serta diteruskan turun Komponen komunikasi dalam multimedia temurun kepada generasi berikutnya? interaktif (berbasis komputer) adalah Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya hubungan antara manusia (sebagai multimedia interaktif yaitu gabungan dari user/pengguna produk) dan komputer beberapa unsur seperti teks, gambar, (software/aplikasi/produk dalam format animasi dan video yang dapat dikontrol file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). oleh penggunanya. Disini pengguna dapat Dengan demikian produk/CD/aplikasi memilih informasi mana yang akan dipilih yang diharapkan memiliki hubungan dua sesuai dengan kehendak mereka. arah/timbal balik antara software/aplikasi Berdasarkan latar belakang tersebut maka dengan penggunanya. penulis melakukan perancangan mengenai multimedia interaktif untuk Interaktif memperkenalkan sejarah kerajaan pakuan Pengertian Interaktif dalam multimedia kepada masyarakat Jawa Barat sehingga menurut Nadia Sumana Putri, yaitu masyarakat tertarik mempelajari sejarah gabungan dari dua suku kata, etimologis tersebut. Adapun judul tugas akhir yang pengertian komunikasi berasal dari bahasa diambil adalah “Perancangan latin communicatus yang berarti berbagi. Multimedia Interaktif Kejayaan Sementara interaktif menurut Kamus Besar Kerajaan Pakuan Pajajaran Sebagai Bahasa Indonesia memiliki arti bersifat Sarana Pengenalan Sejarah Pada Siswa saling melakukan aksi, antarhubungan, Sekolah Dasar” saling aktif. Sehingga komunikasi Interaktif dapat KAJIAN LITERATUR diartikan sebagai proses pertukaran Multimedia informasi antara komunikan dan Menurut Tri dan Hanif istilah multimedia komunikator secara langsung dengan berasal dari 2 buah kata yaitu multi dan melibatkan media interaktif. Media media, kata multi berarti banyak atau lebih interaktif yang dimaksud adalah alat yang dari satu, sedangkan kata media berarti membantu proses komunikasi tersebut. alat/sarana/piranti untuk berinteraksi dan Contoh media interaktif yang sering berinteraksi 1. Multimedia dapat juga digunakan adalah telepon, internet, sosial diartikan pemanfaatan komputer untuk media, radio, dan lain sebagainya. membuat teks, grafik, audio, gambar gerak ISSN: 2355-6595 70 Jurnal Sketsa, Vol.II No.1 April 2015 Jadi Interaktifitas dalam multimedia Kerajaan Sunda Galuh yang pernah berdiri menurut penulis adalah, sebuah pada tahun 1030-1579 M di wilayah barat komunikasi antara pengguna/audien yang pulau Jawa. Lokasinya berada di wilayah berinteraksi dengan program aplikasi dan Bogor, Jawa Barat sekarang. Pada masa sekaligus dapat mengontrol aplikasi lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan tersebut. Aplikasi informasi interkaktif menyebut nama kerajaan dengan nama ibu bertujuan agar pengguna bisa mendapatkan kotanya sehingga Kerajaan Sunda Galuh hanya informasi yang diinginkan saja sering disebut sebagai Kerajaan Pakuan tanpa harus melahap semuanya. Pajajaraan. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang Multimedia Interaktif berbentuk federal yang membawahi Multimedia Interaktif menurut Mussyafak kerajaan-kerajaan kecil yang dipimpin oleh adalah salah satu media hasil implementasi raja-raja kecil. Di antaranya adalah dari multimedia, hampir semua konten Sangiang, Saunggalah, Sindangkasih, multimedia terdapat dalam satu keping CD Banten, Cirebon, Galuh, Kawali, dan yaitu berupa gambar, video, animasi, Pakuan. Hanya tiga kerajaan yang disebut tulisan, dan suara. Dengan pemberian terakhir inilah yang pernah menjadi pusat penunjuk dalam media tersebut membantu atau ibu kota Kerajaan Sunda. Pusat atau untuk menelusur ke bagian-bagian yang ibu kota Kerajaan Sunda memang diinginkan membuat orang-orang menjadi berpindah-pindah. Mengenai Kerajaan lebih mudah mencari dan mendalami Pakuan Pajajaran sendiri sudah berdiri materi. Oleh karena itu, terjadi interaksi sejak awal abad ke-8. Pendirinya adalah antara orang yang menjalankan CD Maharaja Tarusbawa (identik dengan nama multimedia interaktif dengan program Tohaan di Sunda). Keterangan ini yang ada pada materi tersebut. didasarkan pada sejumlah sumber, yaitu Pengertian Multimedia Interaktif menurut Koropak 406, Carita Parahiyangan, Hofstitter adalah pemanfaatan komputer Pransasti Canggal, dan naskah lontar untuk membuat dan menggabungkan teks, MSA. grafik, audio dan gambar bergerak (animasi dan video) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi. Berdasarkan definisi tersebut maka penulis mengambil simpulan bahwa pengertian multimedia dan interaktif atau multimedia interaktif tersebut adalah, suatu tampilan multimedia yang dirancang dan di Gambar 1 komposisikan oleh desainer agar Peta Bogor Legenda tampilannya memenuhi fungsi Sumber: Saleh Danasasmita, Mencari menginformasikan pesan secara tepat dan Gerbang Pakuan (Bandung:Kiblat memiliki interaktivitas kepada Buku Utama, 2014), hlm. 49. penggunanya.
Recommended publications
  • BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kerajaan Pakuan Pajajaran Merupakan Kerajaan Hindu-Budha Terbesar Ke 2 Dan Merupakan Tandingan Dari
    BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan Kerajaan Hindu-Budha terbesar ke 2 dan merupakan tandingan dari Kerajaan Majapahit dan mempunyai dampak positif yaitu membuka jalur perdagangan melalui Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta. Namun karena minim-nya data mengenai Kerajaan Pakuan Pajajaran membuat Kerajaan ini terlupakan dan kurang dikenal. Remaja sendiri pun lebih mengenal Kerajaan-kerajaan yang lebih terkenal seperti Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Banten, dan Kerajaan lain yang sudah sangat dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Kurang nya media yang mengenalkan tentang Kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan salah satu faktornya. Berdasarkan masalah ini penulis ingin mengambil tema Kerajaan Pakuan Pajajaran pada saat Raja Sri Baduga Maharaja memerintah yaitu pada saat masa kejayaan dan perkembangan Kerajaan Pakuan Pajajaran untuk memperkenalkan kepada remaja bahwa Kerajaan yang hebat bukan hanya Kerajaan Majapahit. Penulis ingin mengenalkan masa kejayaan Kerajaan Pakuan Pajajaran dengan media board game yang mengilustrasikan masa-masa kejayaan Raja Sri Baduga Maharaja sebagai tokoh yang membuat Kerajaan Pakuan Pajajaran berkembang sehingga remaja tidak sulit untuk mencerna informasi mengenai sejarah Kerajaan ini. Salah satu faktor didesain menjadi board game adalah agar dapat menjadi media alternatif pembelajaran sejarah yang lebih menyenangkan dan menarik untuk dilihat. Penulis ingin mengajak remaja-remaja Indonesia untuk lebih mengetahui dan mendalami Kerajaan di Indonesia, karena Kerajaan di Indonesia tidak kalah hebat dengan Kerajaan-kerajaan diluar sana serta ingin menunjukkan bahwa masih banyak Kerajaan yang belum dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin mengajak para remaja untuk mengenali Kerajaan yang lain sehingga Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha Universitas Kristen Maranatha 72 dapat dilestarikan, dikenal tidak hanya oleh dalam negeri namun juga luar negeri sehingga dapat membawa nama baik untuk Indonesia.
    [Show full text]
  • The Particle Ma in Old Sundanese Aditia Gunawan, Evi Fuji Fauziyah
    The particle ma in Old Sundanese Aditia Gunawan, Evi Fuji Fauziyah To cite this version: Aditia Gunawan, Evi Fuji Fauziyah. The particle ma in Old Sundanese. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, Faculty of Humanities,University of Indonesia, 2021, Languages of Nusantara I, 22 (1), pp.207-223. 10.17510/wacana.v22i1.1040. hal-03193257 HAL Id: hal-03193257 https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-03193257 Submitted on 11 May 2021 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. PB Wacana Vol. 22 No. 1 (2021) Aditia Gunawan andWacana Evi Fuji Vol. Fauziyah 22 No. 1 ,(2021): The particle 207-223 ma in Old Sundanese 207 The particle ma in Old Sundanese Aditia Gunawan and Evi Fuji Fauziyah ABSTRACT This article will analyse the distribution of the particle ma in Old Sundanese texts. Based on an examination of fifteen Old Sundanese texts (two inscriptions, eight prose texts, and five poems), we have identified 730 occurrences ofma . We have selected several examples which represent the range of its grammatical functions in sentences. Our observations
    [Show full text]
  • Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Kira-Kira Sejarah Jawa Barat
    ILMUIMAN.NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Cerita Kira-kira Sejarah (16+). 2017 (c) ilmuiman.net. All rights reserved. Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan lewat novel- cerpen percintaan atau romance, dan cerita non fiksi.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak dibaca. Karya kita semua. Peringatan: Pembaca yang sensi dengan seloroh ala internet, silakan stop di sini. Segala akibat menggunakan atau membaca, sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Terima kasih & salam. *** Kira-kira Sejarah Jawa Barat Babak-1: Salakanagara Jawa bagian barat, adalah termasuk negeri besar tertua di nusantara. Peninggalannya diyakini sudah ada sejak abad ke-2 masehi atau sekitar tahun 130-an, yaitu negeri Salakanagara namanya. Sebagai kontrasnya, negeri-negeri kecil sporadis di nusantara ini, yang lain, baru ada jejaknya dalam catatan sejarah pada sekitaran abad ke-4M. *** Babak-2: Tarumanagara Salakanagara kemudian menjelma menjadi negeri besar Taruma atau Tarumanagara. Salah satu raja terkenalnya Purnawarman. Bentangan wilayahnya meliputi seluruh Jawa Barat masa kini, daerah Banyumasan terus sampai ke sungai Bogowonto, dan di bagian utara, ada yang bilang sampai batas tradisional sungai Cipamali, tapi bisa juga meliputi seluruh bagian utara yang bahasa Jawanya di masa kini bahasa ngapak (kecampur Sunda) seperti Tegal dan seperti itu. Tarumanagara yang jaya kemudian menelurkan kerajaan-kerajaan bawahan yang banyak, yang menonjol adalah Sunda dan Galuh. Sampai suatu ketika, saat sudah masanya agak mundur disebabkan melejitnya Sriwijaya, raja Tarumanagara tidak punya anak lelaki, sehingga putri mahkotanya terus dicarikan jodoh bangsawan Sunda (Jakarta sekarang). Maka, jadilah pasangan Tarumagara-Sunda menjadi pemimpin Jawa Barat. *** Babak-3: Sunda & Galuh Oleh sang raja Sunda (yang semula raja bawahan sebelum menyunting putri mahkota Tarumanagara), kemudian ibukota dipindahkan ke Sunda atau Sunda Kelapa masa kini.
    [Show full text]
  • Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten
    Sejarah Dan Kebudayaan Provinsi Banten Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyangatau prasasti Lebak, yang ditemukan di kampung lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian rajaPurnawarman. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian baratPulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugispada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk. Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibukota atau pakuan (berasal dar kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru.
    [Show full text]
  • Kanekes and Pajajaran in West Java Gardiens Du Sanctuaire De L’Esprit Du Royaume : Les Urang Kanekes Et L’Etat De Pajajaran À Java Ouest
    Moussons Recherche en sciences humaines sur l’Asie du Sud-Est 8 | 2005 Recherche en sciences humaines sur l'Asie du Sud-Est Tending the Spirit’s Shrine: Kanekes and Pajajaran in West Java Gardiens du sanctuaire de l’Esprit du royaume : les Urang Kanekes et l’Etat de Pajajaran à Java Ouest Robert Wessing and Bart Barendregt Electronic version URL: http://journals.openedition.org/moussons/2199 DOI: 10.4000/moussons.2199 ISSN: 2262-8363 Publisher Presses Universitaires de Provence Printed version Date of publication: 1 December 2005 Number of pages: 3-26 ISBN: 2-7449-0625-5 ISSN: 1620-3224 Electronic reference Robert Wessing and Bart Barendregt, « Tending the Spirit’s Shrine: Kanekes and Pajajaran in West Java », Moussons [Online], 8 | 2005, Online since 15 October 2013, connection on 02 May 2019. URL : http://journals.openedition.org/moussons/2199 ; DOI : 10.4000/moussons.2199 Les contenus de la revue Moussons sont mis à disposition selon les termes de la Licence Creative Commons Attribution - Pas d’Utilisation Commerciale - Pas de Modification 4.0 International. Articles / Articles Tending the Spirit’s Shrine: Kanekes and Pajajaran in West Java Robert WESSING*and Bart BARENDREGT** Although, or perhaps precisely because field research among the Urang Kanekes, the people of Kanekes1 of South Banten in West Java (Indonesia), is next to impossible, especially in their sacred inner hamlets, they have over the years been the subject of much speculation and, where possible, analysis. Indeed, as early as 1882, Veth (1875-84, III: 129) observed
    [Show full text]
  • "Pantun Sunda"*
    MY EXPERIENCES IN RECORDING "PANTUN SUNDA"* Ajip Rosidi A number of pantun Sunda or Sundanese pantun stories were compiled and published at the instruction of K. F. Holle and C. M. Pleyte1 at the beginning of this century. But since then little effort has been made to continue their program. To the best of my knowledge, only one pantun story has been written down and published since World War II, the Ratu Bungsu Karma Jaya (The Youngest King Karma Jaya). It was chanted by a pantun bard called Taswan from Kuningan and was tran­ scribed by R. S. Wirananggapati.2 However it is said that a man called Mochtar Kala inherited a collection of "Pantun Bogor" from his ances­ tors, which were written down in the pre-World War II period, but only part of one pantun story has been published, the Dadap Malang di Sisi Simandiri.3 This scarcity of published pantun explains why the Sun­ danese themselves need to refer to the material published by Holle and Pleyte. (For instance, Drs. Atja corrected Pleytefs transcription of the Lutung Kasarung as written down by Argasasmita.4) * Pantun Sunda is a type of performance in West Java in which a musical instrument called pantun, a kind of kecapi (a stringed instrument played by plucking) is used. To the accompaniment of the kecapi, and sometimes also of the flute, the tarawangsa (a stringed instrument played like a violin), or other instrument, the pantun bard narrates a lengthy story. The story usually describes the adven­ tures of a prince of Pajajaran, a pre-Islamic kingdom which existed in West Java up to the beginning of the sixteenth century.
    [Show full text]
  • Akulturasi Budaya Pada Perkembangan Kraton Kasepuhan Cirebon
    Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 AKULTURASI BUDAYA PADA PERKEMBANGAN KRATON KASEPUHAN CIREBON 1Happy Indira Dewi 2Anisa Universitas Muhammadyah jakarta ABSTRAK Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah dan kebudayaan yang menarik untuk diamati. Banyak peninggalan-peninggalan dari masa lampau yang pada saat ini kemudian dijadikan benda cagar budaya. Diantara bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang ada di Cirebon, Keraton merupakan bangunan yang dapat menggambarkan kebudayaan Indonesia. Kota Cirebon memiliki tiga keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan. Masing-masing keraton tersebut memiliki sejarah yang saling terkait dan memiliki persamaan serta perbedaan fisik antara satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini Keraton Kasepuhan dijadikan sebagai studi kasus, dengan pertimbangan kraton Kasepuhan merupakan Keraton pertama yang berdiri di Cirebon, Keraton Kasepuhan terkait langsung dengan sejarah awal mulanya terbentuk kota Cirebon dan secara nonfisik Keraton Kasepuhan memiliki sejarah masuknya berbagai suku, agama dan budaya di Cirebon. Hal ini bisa dilihat pada perkembangan Keraton Kasepuhan yang berawal dari Padepokan Pakungwati sampai menjadi Keraton Kasepuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya akulturasi berbagai budaya pada pekembangan keraton Kasepuhan. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik dengan mengambil data dan menganalisa secara kualitatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ditemukannya akulturasi dari budaya Cina, Eropa, Jawa, Hindu dan Budha pada perkembangan fisik keraton Kasepuhan Cirebon tersebut. PENDAHULUAN yang demikian, Cirebon menjadi sangat Latar Belakang terbuka bagi interaksi budaya yang luas Cirebon merupakan salah satu dan dalam. Cirebon menjadi tempat kota di Indonesia yang memiliki sejarah bertemunya berbagai suku, agama, dan dan kebudayaan yang menarik untuk bahkan antarbangsa.
    [Show full text]
  • Understanding the Value of Urban Riparian Corridors: Considerations in Planning for Cultural Services Along an Indonesian River
    Landscape and Urban Planning 138 (2015) 144–154 Contents lists available at ScienceDirect Landscape and Urban Planning j ournal homepage: www.elsevier.com/locate/landurbplan Research Paper Understanding the value of urban riparian corridors: Considerations in planning for cultural services along an Indonesian river a,d,∗ a,c b a,c Derek Vollmer , Michaela F. Prescott , Rita Padawangi , Christophe Girot , d Adrienne Grêt-Regamey a Future Cities Laboratory, Singapore-ETH Centre for Global Environmental Sustainability, Singapore b Asia Research Institute, National University of Singapore, Singapore c Chair of Landscape Architecture, ETH Zurich, Zurich, Switzerland d Chair of Planning of Landscape and Urban Systems, ETH Zurich, Zurich, Switzerland h i g h l i g h t s • Case study of riverside communities and plans to rehabilitate a riparian corridor. • Mixed-methods approach to assess value of cultural services provided by urban river. • Evidence of positive willingness-to-pay to include park space and forest conservation in plan. • Qualitative methods like interviews help identify non-monetary expressions of value. • Potential for integrating landscape design and social science research to enhance social value of green infrastructure. a r t i c l e i n f o a b s t r a c t Article history: Cultural ecosystem services are not easily integrated into planning decisions when rehabilitating urban Available online 9 March 2015 rivers. Methods exist to characterize the value of these cultural services, but there are methodological challenges to obtaining this information and fitting it to a decision context, particularly when weighed Keywords: against monetary costs and benefits. In a developing country, these challenges can be magnified and thus River rehabilitation the value of cultural services is seldom considered.
    [Show full text]
  • Sumedang Dalam Perspektif Sejarah Sunda
    SUMEDANG DALAM PERSPEKTIF SEJARAH SUNDA A. Wilayah Kerajaan Sunda dan Dinamika Kekuasannya Berdasarkan data dan penelitian arkeologis, beberapa wilayah Tanah Sunda telah dihuni oleh masyarakat Sunda secara sosial sejak lama sebelum Tarikh Masehi. Situs purbakala di Ciampe'a (Bogor), Klapa Dua (Jakarta), dataran tinggi Bandung dan Cangkuang (Garut) memberi bukti dan informasi bahwa lokasi-lokasi tersebut telah ditempati oleh kelompok masyarakat yang memiliki sistem kepercayaan, organisasi sosial, sistem mata pencaharian, pola pemukiman, dan lain sebagainya sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat manusia betapapun sederhananya. Era sejarah di Tanah Sunda baru dimulai pada pertenga-han abad ke-5 seiring dengan dibuatnya dokumen tertulis berupa beberapa buah prasasti yang dipahat pada batu dengan menggunakan Bahasa Sansekerta dan Aksara Pallawa. Prasasti-prasasti itu yang ditemukan di daerah Bogor, Bekasi dan Pandeglang dibuat pada zaman Kerajaan Tarumanagara dengan salah seorang rajanya bernama Purnawarman dan ibukotanya terletak di daerah Bekasi sekarang. Pada masa itu sampai abad ke-7, sistem kerajaan sebagai bentuk pemerintahan, Agama Hindu sebagai agama resmi negara, sistem kasta sebagai bentuk stratifikasi sosial, dan hubungan antar negara telah mulai terwujud, walaupun masih dalam tahap awal dan terbatas. Sriwijaya di Sumatera, 29 SUMEDANG ―PUSEUR BUDAYA SUNDA‖ India dan Cina merupakan negeri luar yang sudah menjalin hubungan dengan kerajaan Tarumanagara, sehingga kebudayaan Hindu dari India memberi warna yang dominan dan berpengaruh di sini. Sunda sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul pada abad ke-8 sebagai lanjutan atau penerus Kerajaan Tarumanagara. Pusat kerajaannya berada di sekitar Bogor sekarang. Paling tidak, ada tiga macam sumber yang menyebut Sunda sebagai nama kerajaan. Pertama, dua buah prasasti (Bogor dan Sukabumi); kedua, beberapa buah berita orang Portugis (1513,1522,1527); dan ketiga, beberapa buah naskah lama (Carita Parahiyangan, Sanghyang Siksa Kanda'ng Karesian).
    [Show full text]
  • Learning from the Geopolitical Order of Swidden Traditions in the Land of Sunda
    Journal of Regional and City Planning vol. 28, no. 2, pp. 111-128, August 2017 DOI: 10.5614/jrcp.2017.28.2.3 The Metaphor of "Center" in Planning: Learning from the Geopolitical Order of Swidden Traditions in the Land of Sunda 1 2 3 Hafid Setiadi0F , Hadi Sabari Yunus 1F and Bambang Purwanto2F [Received: 14 December 2016; accepted in final version: 19 June 2017] Abstract. This study intends to open a new discourse about the role and position of the center in the field of regional and urban planning by using it as a metaphor. By using a metaphoric deconstruction method, the study examines the changes in geopolitical order and in the concept of the center in the Land of Sunda, which based on the swidden tradition as an implication of Hindu and Islamic influences. The study shows that from before the arrival of Hinduism until the height of Islamic power in the 15th century, the geopolitical order in the Land of Sunda has transformed from (1) an egalitarian system without center to (2) an egalitarian system with a hidden center and then to (3) a hierarchical-network system with noticeable and bold center. However, the swidden tradition remains, which is mainly evident from the use of the concepts of “inside” and “outside” for representing the principles of autonomy and alliance respectively. The two principles have been the main features of the geopolitical order in the Land of Sunda with its ecological and pluralistic nature. These principles teach that the center is not always identified as a dominant and absolute power.
    [Show full text]
  • Preservation of Local Culture Wisdom Values of Kean Santang Wawacan in Ancient Sundanese Text: a Filological and Ethnopedagogical Study
    Preservation of Local Culture Wisdom Values of Kean Santang Wawacan in Ancient Sundanese Text: A Filological and Ethnopedagogical Study D Koswara1, R Permana2, P Hyangsewu3 {[email protected], [email protected], [email protected] } 1,2,3 Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Indonesia Abstract. This research entitled ” Preservation of Local Culture Wisdom Values of Kean Santang wawacan in Ancient Sundanese Text: A Philological and Ethno- pedagogical study". The purpose of this study is (1) to describe and transliterate Kean Santang wawacan script from Arabic-Pegon into Latin letters, (2) to describe the formal structure and narrative structure of Kean Santang Wawacan, and (3) to describe the ethno-pedagogical values contained in Kean Santang wawacan script. The method employed in this study is the study of philology to transliterate ancient Sundanese script from Arabic-Pegon into Latin script, as one of technology transfer effort from traditional work pattern to modern technology. Therefore, the descriptive and transliteration techniques are applied. The literature study is used to understand the elements of Kean Santang wawacan story covering themes and problems, story facts (plot, character, background) and story devices (title, point of view, style, and tone) contained in this ancient Sundanese script. This research collaborated three approaches, namely philology approach, literary approach, and ethno-pedagogical approach. Philological research findings revealed the following facts: (a) Kean Santang wawacan writer is not always consistent in writing letters, lack of understanding about the rules of making pupuh; the use of punctuation in the text studied is not homogeneous, especially the punctuation for pupuh alteration; while based on the results of literary research it is shown that Kean Santang wawacan has a formal and narrative structure as commonly it required.
    [Show full text]
  • Old Sundanese Inscriptions: Renewing the Philological Approach Aditia Gunawan, Arlo Griffiths
    Old Sundanese inscriptions: Renewing the philological approach Aditia Gunawan, Arlo Griffiths To cite this version: Aditia Gunawan, Arlo Griffiths. Old Sundanese inscriptions: Renewing the philological approach. Archipel, Revue Archipel, 2021, 101, pp.131-208. 10.4000/archipel.2365. halshs-03275563 HAL Id: halshs-03275563 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-03275563 Submitted on 1 Jul 2021 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 101 | 2021 Varia Old Sundanese Inscriptions: Renewing the Philological Approach* Inscriptions anciennes en soundanais : renouveler l'approche philologique Aditia Gunawan et Arlo Griffiths Édition électronique URL : https://journals.openedition.org/archipel/2365 DOI : 10.4000/archipel.2365 ISSN : 2104-3655 Éditeur Association Archipel Édition imprimée Date de publication : 30 June 2021 Pagination : 131-208 ISBN : 978-2-910513-85-6 ISSN : 0044-8613 Référence électronique Aditia Gunawan et Arlo Griffiths, « Old Sundanese Inscriptions: Renewing the Philological Approach* », Archipel [En ligne], 101 | 2021, mis en ligne le 02 juin 2021, consulté le 30 juin 2021. URL : http:// journals.openedition.org/archipel/2365 ; DOI : https://doi.org/10.4000/archipel.2365 Association Archipel ADITIA GUNAWAN* & ARLO GRIFFITHS** Old Sundanese Inscriptions: Renewing the Philological Approach*** 1.
    [Show full text]