STRUKTUR BIROKRASI KERAJAAN PAJAJARAN ABAD X – XI

Oleh: Yasmis Dosen Jurusan Sejarah FIS UNJ

Absratk Struktur birokrasi Kerajaan Pajajaran yang keberadaannya diperkirakan antara abad VII hingga XV, dipengaruhi bentuk struktur kerajaan yang bernapaskan Hindu. Pengaruh yang dibawa dari India ini, tercermin pada nomenklatura yang terdapat pada stuktur birokrasi yang terungkap pada berbagai naskah kuno yang berkenaan dengan keberadaan kerajaan ini. Posisi sentral raja yang dianggap sebagai titisan dewa mengingatkan kita pada konsep dewa-raja yang pernah diungkap dalam tulisan oleh von Heine-Gelderen, sebagai salah satu karakteristik kekuasaan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara yang mengalami indianisasi. Konsepsi keharmonisan makro-mikro kosmos yang tersirat dalam konsepsi kekuasaan, terlihat pula pada susunan bangunan pusat kerajaan Pajajaran yang terakhir terletak di Pakuan Pajajaran (), di mana kediaman raja terletak di pusat dan dikelilingi bangunan-bangunan lain yang dihuni para bawahan raja. Susunan bangunan demikian mengingatkan pada konsep meru sesuai dengan yang terdapat pada konsepsi dewa-raja yang dibawa arus indianisasi di Asia Tenggara. Terungkap pula pada tulisan ini bahwa ciri berikutnya dari birokrasi kerajaan Pajajaran adalah susunan para pembantu raja yang secara garis besar dapat dibagi berdasarkan fungsinya dan pembagian wilayah-wilayah bawahan. Mengenai pembagian para penguasa wilayah bawahan, menurut Michael Munoz sebenarnya mencerminkan ciri politik lokal yang masih melekat pada birokrasi kerajaan Pajajaran yang telah mengalami pengaruh eksternal melalui indianisasi.

Berbagai-bagai versi cerita Pajajaran dalam abad ke X hingga abad mengenai kerajaan Pajajaran. Apakah ke XI. Secara umum sistem birokrasi memang benar pernah ada sebuah Pajajaran merupakan gambaran dari kerajaan Pajajaran? Ataukah itu hanya sistem-sistem birokrasi yang pernah ada merupakan nama sebuah kraton dari di pulau Jawa. Di mana seorang raja sebuah kerajaan di daerah Sunda. berkuasa bagaikan dewa dikelilingi oleh Mitos-mitos menyelimuti kerajaan sekian banyak abdi dan dipuja serta Pajajaran dan sementara itu diikuti oleh rakyatnya tanpa ragu-ragu. peninggalan-peninggalan sejarah Secara khusus ada beberapa keunikan kerajaanmemberi andil yang cukup dari kerajaan Pajajaran bila besar untuk menyingkapkan tabir dibandingkan dengan kerajaan- misterinya. kerajaan di masa-masa yang bersamaan Terlepas dari kewajiban memilih di pulau Jawa. Bagaimanakah seorang mitos ataupun sejarahnya, maka yang raja memilih pembantu-pembantunya akan dikemukakan tentang gambaran dan berdasarkan kriteria-kriteria apa birokrasi yang berlangsung di kerajaan saja seorang dapat duduk dalam tajam ditentukan atas dasar rasial dan birokrasi kerajaan. mobilitasnya ke atas ditentukan batas- Ketika Belanda pada abad ke batasnya sampai pada tingkat-tingkat XVIII mendirikan sourvereinitasnya di tertentu. Diskriminasi ras itu ditandai , mereka memisahkan staf oleh konsentrasi unsur-unsur asministrasi kerajaan dari pengawasan bumiputera pada jabatan-jabatan raja dan mengubahnya menjadi dinas rendahan dan pada lapisan atas yang sipil yang seragam dan yang diangkat. tipis terdiri atas golongan Eropa. Dengan jalan ini Belanda membentuk Perbedaan status ekonomis antara apa saja yang dinamakan pemerintahan segolongan kecil penduduk kulit putih yang tidak langsung, yaitu mereka dan massa bumiputera sangatlah memerintah massa rakyat dengan menyolok, golongan orang kulit putih itu perantaraan sejumlah kecil kelas di atas dan massa bumiputera dibagian birokrat Jawa, yang biar bagaimanapun yang paling bawah. juga mewakili aristokrasi penduduk asli Selain tentang perbedaan status dan yang terpelajar. Seperti apa yang dan susunan struktur dalam birokrasi banyak diberitakan atau diceritakan kerajaan, maka pada kerajaan Pajajaran dalam buku-buku, aristokrasi ini hampir pun tak luput dari kepercayaan yang seluruhnya bersifat kekotaan dan dianut oleh orang-orangnya. Berbicara sebahagian besar tidak mempunyai mengenai kepercayaan yang dianut oleh tanah. Pada masa yang lalu mereka orang-orangnya. Berbicara mengenai menggantungkan hampir seluruh kepercayaan dalam struktur birokrasi kebutuhannya pada upeti yang adalah perlu bagi kita mengetahui mana diberikan oleh bawahannya sebagai peranan kaum agama dalam tatanan tanda takluk yang biasanya berupa pemerintahan yang sedang barang misalnya bisa juga berupa hasil berlangsung, begitu pula sebaliknya. pertanian. Hal-hal inilah yang menjadi pokok Hubungan kolonial didasarkan permasalahan dari skope yang hendak pada sistem kelas sesuai dengan dibicarakan. struktur sosial yang ada. Suatu ----- superstruktur yang terjadi atas bangsa asing, dibangun berhubung dengan Babakan waktu yang dipilih dalam adanya hubungan kolonial itu yaitu permasalahan ini adalah sekitar abad ke hubungan yang besifat superordinasi X hingga abad ke XI. Dengan demikian dan subordinasi. Masyarakat kolonial itu akan lebih mudah untuk membuat mengingatkan orang pada suatu batasan-batasan pembicaraan. Tidak masyarakat kasta yang tersusun atas melihat pada abad-abad di belakang dua komunitas yang berdampingan. abad ke X dan tidak pula membicarakan Keanggotaan pada satu-satunya sesudah abad ke XI. Sebagaimana komunitas itu ditentukan oleh kelahiran. diketahui bahwa abad permulaan Berhubung dengan itu stratifikasi tumbuhnya kerajaan Pajajaran yaitu didasarkan pada perbedaan ras. sekitar abad ke VIII. Begitu pula abad- Dapatlah dikatakan bahwa diskriminasi abad di mana kerajaan Pajajaran mulai ras terdapat di mana-mana, hampir berkenalan dengan budaya Islam dan pada setiap bagian dari kehidupan sosial. Eropa, hingga kelak di abad XV kerajaan Pembatasan-pembatasan jabatan yang Pajajaran mengalami keruntuhan dengan bercokolnya dan dengan peniggalan sejarah. Sehingga dalam kedatangan Islam. Dengan demikian rekonstruksi sejarah kita dapat pembicaraan ini nantinya semata-mata sedekat-dekatnya mendekati peristiwa menyangkut struktur birokrasi pada (actuality)nya. masa pemerintahan Prabu Banjaransari. Baik dalam sumber (peninggalan) Perihal Prabu Banjaransari ini sejarah maupun dalam naskah sastra tidaklah ditulis oleh beliau sendiri atau kuno tertulis, bahwasanya kraton atas suruhan beliau melainkan atas Pajajaran mengalami perpindahan perintah raja Mundingsari. Raja beberapa kali. Perpindahan ini Mundingsari tanpa keterangan data berlangsung karena situasi dan kondisi lebih lanjut mengenai pribadinya lingkungan. Bila naskah kuno menyuruh Empu Adilangu menulis Banjaransari untuk menyaingi kejayaan perihal Prabu Banjaransari pada tahun mendiang kakeknya. Sumber sejarah 1194. Telah menjadi tradisi bagi menyebutkan kepindahan kraton itu keluarga kerajaan-kerajaan kuno di mempunyai latar belang sosial-budaya, Indoenisa untuk menuliskan kejayaan yakni sehubungan dengan nenek moyangnya. Hal ini juga matapencaharian masyarakat yang dimaksudkan untuk meninggikan berladang. Masyarakat peladang tidak kharisma raja yang sedang memerintah tinggal menetap di satu tempat, di mata rakyat. Dan bilamana akan melainkan berpindah-pindah dari satu menuliskan tahun1194 maka sudah areal perladangan yang lain. Di satu tentu jangkauan periodesasinya akan pihak untuk menggarap kesuburan mencakup masa-masa sebelumnya. tanah baru, di lain pihak untuk Sesungguhnya terdapat mengembalikan keuburan tanah ambiguitas dalam nama “kerajaan” garapan yang telah ditinggalkan, untuk Pajajaran. Meskipun kesepakatan kelak didatangi kembali. umum menyetujui nama ini. Istilah Naskah kuno “Banjaransari” “kerajaan” Pajajaran tertulis dalam menyebutkan kraton kerajaan Pajajaran naskah-naskah sastra kuno sementara bermula di areal kraton kerajaan sumber-sumber sejarah tertulis Medangkamulan. Kraton kerajaan cenderung mengatakan Pajajaran Medangkamulan dirombak gaya sebagai ibukota atau pusat kerajaan. arsitekturnya diganti dengan gaya Perbedaan antara data yang terdapat arsitektur baru yang menyerupai dalam naskah satra kuno dengan data Kraton Janggalamanik. Hal ini dibuat yang tertulis pada peninggalan- karena keinginan Sri Baginda peninggalan sejarah adlah demikian Suryahamiluhur (ayahanda Prabu prinsipil. Akan tetapi bukan berarti Banjaransari) untuk mengenang tidak ada yang tidak dapat diambil dari kejayaan ayahnya tatkala masih di naskah sastra kuno tersebut. Dunia ilmu kerajaan Janggala. Kerajaan Janggala sejarah menerima kompetensi naskah hancur karena dilanda banjir. sastra kuno dalam beberapa hal sebagai Kraton baru dengan gaya sumber penulisan sejarah. Makanya ada arsitektur kraton Janggalamanik yang apa yang disebut dengan sastra sejarah. berdiri di atas reruntuhan kraton Dengan adanya beberapa hal yang dapat Medangkamulan itulah yang menjadi diambil dari naskah kuno itulah terjalin kraton kerajaan Pajajaran. Selanjutnya korelasi dengan sumber (peninggalan- kraton kerajaan Pajajaran dipindahkan ke Galuh oleh Prabu Banjaransari Pajajaran yang mengembara, dan dalam berhubung beliau ingin menyamai pengembaraanya itu ia menaklukkan kebesaran kerajaankakeknya mendiang raja-raja kecil yang ditemuinya. Setelah tatkala di Janggala. raja-raja kecil itu takluk, mereka Sementara sumber sejarah kemudian diangkat lagi menjadi menyebutkan kraton Pajajaran penguasa di daerahnya masing-masing berpindah-pindah dari Galuh ke dengan syarat bahwa mereka harus Prahajyan Sunda ke dan mengakui kekuasaan tertinggi yang ada kemudian ke Pakwan Pajajaran. di Pakwan Pajajaran. ----- Raja merupakan penguasa tertinggi dan dipandang sebagai titisan Di tingkat pemerintahan pusat, dewa yang dapat berhunbungan kekuasaan tertinggi berada di tangan langsung dengan dewa karena mereka raja. Dalam pelaksanaan tugasnya mempunyai kekuatan magis. Dengan sehari-hari, raja dibantu oleh kekuatan magis ini pula raja memiliki Mangkubumi yang membawahi keahlian luar biasa. Ia mempunyai abdi- beberapa orang nu nangganan. Di abdi dengan tugas dan kewajiban yang samping itu terdapat pula putera ditentukan olehnya. Raja mengangkat mahkota, yang akan menggantikan dan memberhentikan abdinya serta kedudukan sang raja jika raja meninggal para pembantunya dengan dunia atau mengundurkan diri. Untuk kekuasaannya tanpa harus mengurus daerah-daerah yang luas, raja berkonsultasi dengan penasehatnya. Ia dibantu oleh beberapa orang raja mengangkat berdasarkan favoritasnya daerah. Raja-raja itu dalam dan juga berdasarkan garis keturunan. melaksanakan tugas mereka sehari-hari Semakin dekat hubungan darah bertindak sebagai raja yang merdeka, seseorang dengan raja, semakin tinggi tetapi mereka tetap mengakui raja kekuasaannya. Begitu pula bilamana raja Sunda yang bertahta di Pakwan menaruh simpati pada seseorang yang Pajajaran atau Dayo sebagai junjungan telah berjasa kepada kerajaan, mereka. Dalam keadaan raja tidak kemungkinan untuk duduk dalam meninggalkan pewris tahta, maka salah pemerintahan terbuka baginya. seorang raja dari daerah-daerah itu Bilamana raja mangkat atau dapat dipilih untuk menggantikan mengundurkan diri dari pemerintahan, kedudukan sang raja sebagai raja maka ia digantikan oleh putranya. Tetapi terbesar dan bertahta di Pakwan apabila beliau tidak mempunyai anak Pajajaran. Sementara itu untuk atau pewaris keturunan yang dapat mengurus masalah yang lansung diangkat atau memilih salah seorang dari berhubungan dengan perniagaan, di raja-raja daerah. keenam buah bandarnya, raja diwakili Secara skematis, da dua versi oleh para syahbandar, yang bertindak hierarki birokrasi kerajaan Pajajaran di untuk dan atas nama Sunda di daerah kraton. Satu diantaranya dibuat yang mereka kuasai. Struktur kerajaan berdasarkan sumber sejarah sedangkan seperti itu, rupanya yang paling sesuai yang satunya lagi disusun berdasarkan dengan kodrat kerajaan Sunda. Carita- versi naskah sastra kuno. Hal ini tidak carita pantun juga pada umumnya dapat dikatakan mengandung mengisahkan adanya seorang putra raja pertentangan tetapi alangkah baiknya dilakukan oleh para bawahannya bilaman dicari korelasinya. (nunangganan). Selainitu ia juga Skema berdasarkan sumber membantu tugas-tugas raja sejarah: sehari-hari. Raja - Nunangganan merupakan pembantu Mangkubumi. Mangkubumi - Mantri sebagai pegawai. - Wado adalah pejabat rendahan. Nunangganan Sebagaimana kerajaan-kerajaan kuno lainnya di Indonesia pada Mantri umumnya, kerajaan-kerajaan ini membagi wilayahnya atas beberapa Wado wilayah pemerintahan. Begitu pula dengan kerajaan yang kita bicarakan ini. Skema berdasarkan naskah sastra Kerajaan Pajajaran dibagi atas tiga kuno: wilayah kekuasaan, yaitu: Raja Patih - kraton - daerah Nayakapraja - pesisir Berdasarkan berita-berita yang Tamtama kita peroleh melalui carita pantun tentang kebesaran kerajaan Pajajaran Di samping itu ada pula pejabat- dapat diketahui bahwa kraton yang pejabat lain seperti punggawa, sentana, menjadi tempat raja bersemayam, pada prajurit bawahan dan wadya bala. Ke umumnya terdiri atas lebih dari sebuah dalam kelompok hierarki sebenarnya bangunan. Ada sebuah bangunan induk mereka ini dapat digolongkan tidak ada yang terdapat di tengah-tengah dan di penjelasan yang lebih mendalam tetapi sampingnya terdapat beberapa walau bagaimanapun juga pejabat- bangunan lainnya. Rupanya di bangunan pejabat itu memang ada dan duduk induk itulah raja bersemayam, dalam susunan pemerintahan. sementara di bangunan-bangunan Melihat dari dua versi di atas lainnya tinggal beberapa pejabat dapat dilihat bahwa kedudukan kerajaan serta kerabat dekat kraton Mangkubumi dan Patih adalah orang- yang lain. Tetapi menurut cerita yang orang yang paling dekat dengan raja. lainnya bahwa banguna induk bisa saja Jadi mereka adalah tangan kanan raja tidak terletak di tengah-tengah dan sudah tentu orang kepercayaan raja. melainkan sejajar. Pendapat atau cerita Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat ini juga dapat diterima, asalkan saja apa-apa saja fungsi para pejabat letaknya saling berdekatan. Jadi dapat birokrasi itu secara teoritis yang dapat diambil kesimpulan banhwa bangunan- kita ketahui dari sumber-sumber bangunan tersebut tempatnya sejarah, antara lain: merupakan sebuah kompleks. - Mangkubumi bertanggung jawab Sedangkan letaknya (menurut cerita atas segala yang terjadi atau yang pantun) yaitu dari Utara ke Selatan dan bukannya melintang dari Barat ke Timur. Hal ini disebabkan karena pada umumnya demikianlah gambaran yang menyukainya, ia dapat saja kita peroleh, baik dari carita pantun dipecattanpa ada suatu alasan yang maupun dari arah alirah kedua sungai berarti. Jadi walaupun begitu dia tidak besar yang sejajar. termasuk keluarga Patih tapi dia Sedangkan daerah dapat disenangi raja atau juga seseorang dikatakan merupakan miniatur- mempunyai suatu keahlian, misalnya miniatur pusat (kraton). Daerah-daerah ahli dalam perang, ahli dalam keagamaan dipimpin oleh raja-raja daerah. Raja-raja dan lain-lain sebagainya, maka dia dapat daerah merdeka dalam melaksanakan diangkat sebagai Patih. Dapat juga pemerintahan sehari-hari. Mereka ini terjadi kerabat raja yang derajatnya mengakui raja di pusat kerajaan sebagai dalam kekeluargaan lebih tinggi junjungannya. Setiap tahun ada waktu- diangkat sebagai Patih. Tempat tinggal waktu tertentu di mana raja-raja Patih disebut kepatihan yang daerahnya daerah harus datang untuk menghadap tidak jauh dari pusat kerajaan. raja di kraton sambil menyerahkan Untuk menentukan kedudukan hadiah (upeti). Pesisiran dipimpin oleh seseorang dalam masyarakat dapat syahbandar yang bertindak atas nama dipergunakan dua kriteria: raja dan berdaya upaya untuk - Prinsip kebangsawanan yang kepentingan raja. ditentukan oleh hubungan darah Data-data yang dapat diambil dari seseorang dengan pemegang naskah kuno berkenan dengan struktur pemerintahan birokrasi kerajaan Pajajaran tidaklah - Prinsip kebangsawanan yang sistematis. Dari uraian-uraian ditentukan oleh posisi seseorang menyangkut pejabat pemerintahan di dalam hierarki birokratis hanya dapat ditarik fungsi jabatan Seseorang karena mempunyai seorang dari pekerjaan-pekerjaan yang salah satu atau kedua kriteria itu dilakukannya. Tak tersurat patokan dianggap masuk dalam golongan elite. apabila jabatannya sebagai ini, maka Mereka yang di luar golongan elite itu fungsinya ini. dianggap sebagai rakyat kebanyakan. Jabatan sebagai patih adalah Sistem tingkatan di kalangan kaum jabatan yang paling dekat dengan raja. bangsawan adalah sebagai berikut, Patih adalah penasehat utama raja. kerabat raja ditempatkan pada tingkat Patih merupakan pemimpin tertinggi yang tertinggi karena pertaliannya dalam melaksanakan titah raja dalam dengan kerajaan menurut raja yang pemerintahan sehari-hari. Dari patih terakhir. Pertalian yang berasal dari raja mendapat pengabdian penuh. Patih raja-raja yang memerintah lebih dahulu yang mengurusi pernikahan raja dengan ditempatkan pad tingkat yang lebih puteri-puteri hadiah (taklukan). Ia juga rendah. Tingkatan kerajaan itu bertugas menjemput tamu kerajaan, sangatlah luas. Siapapun kalau memang dengan persetujuan raja seorang Patih dapat menunjukkan pertaliannya dapat juga memberi jabatan baru pada dengan seorang raja yang pernah seseorang. Raja mengangkat Patih atas memerintah, diberi hak untuk memakai kesenangannya atau juga berdasarkan gelar sebagai tanda kebangsawanan. keahlian seseorang dan biasanya jabatan Pejabat-pejabat selanjutnya tidak ini turun temurun. Tetapi walaupun semuanya diklasifikasikan dalam begitu, bilamana raja tidak kelompok pejabat keranjaan tertentu. Hanya disebutkan beberapa jabatan - Bedhaya dan Amgung adalah dengan tugas-tugas yang dilaksanakan pengiring raja jika hendak berkaitan dengan gelarnya, seperti: mengadakan pertemuan dengan - Haryaujungwalepa seorang abdi-abdinya. Nayakapraja bettugas sebagai - Juru Tamping adalah prajurit utusan kenegaraan raja yang yang menjaga di perbatasan menyampaikan pesan raja di kerajaan dan bertugas sebagai pusat kepada raja derah atau mata-mata. Juru Silem dengan kepada negara tetangga dan ke gelar Ngabehi Tawangalun desa-desa. - Lurah tani dengan gelar Ngabehi - Tumenggung Suratini sebagai Gentang. bupati juru tani. - Empu Windusarpa sebagai Demikianlah kira-kira gambaran penasehat ahli raja untuk strategi mengenai jabatan, gelar dan fungsi peperangan. Ia ahli dalam pejabat-pejabat dalam tugasnya sehari- pembuatan senjata dan memiliki hari membantu raja dan menjalankan kekuatan magis untuk merubah pemerintahan. wujud manusianya menjadi ujud ----- hewan dalam medan perang. - Ki Lurah Umbul Sapraya Naik turunnya mobilitas dalam penyelenggara pemerintahan masyarakat dipengaruhi oleh terjadinya sehari-hari di tingkat pedesaan. pergeseran-pergeseran nilai kelas sosial Pejabat lurah bergelar Ngabehi. dikalangan masyarakat itu sendiri. - Adipati Mangkurat adalah Terjadinya mobilitas sosial ini di gelaran bagi jabatan patih dan derbagai daerah di nusantara kalau tidak juga bagi raja-raja daerah. karena perang dinasti yang terus Bilamana gelaran patih adalah menerus dan adanya anasir-anasir baru “adipatih”, maka jabaannya dikalangan masyarakat, maka hal itu disebut Sang Mantri Wisesa. disebabkan karena adanya perebutan Adipati juga merupakan hegemoni di bidang politik dan pemimpin di Pasisiran. perdagangan. - Yayi (adik raja) sebagai senopati Dari sumber-sumber yang ada, perang. dapat diambil gambaran mengenai - Punakawan sebagai pengiring mobilitas sosial yang berlangsung keluarga raja bilamana hendak ditengah-tengah birokrat semasa abad bepergian keluar kraton. X hingga XI. Ada kecenderungan suatu - Sang Brahmana Resi pangkat jabatan berlaku turun temurun, Linggahyang, Bupati Yaksa hal ini tergtantung sepenuhnya pada Tumenggung Raja Niti dan favoritas raja. Kadangkala orang biasa Empu Jangga, adalah para dapat menduduki jabatan penting di penasehat. Selain itu mereka juga istana apabila raja menghendaki. berfungsi menggantikan raja bila Mobilitas horizontal lebih dipercepat raja tidak berada di tempat atau dengan adanya peperangan, kerapkali kerajaan berada dalam keadaan apabila peperangan dapat dimenangkan, darurat. pangkat mereka dinaikkan. Faktor jasa untuk kepentingan kerajaan juga dapat menaikkan jenjang jabatan seseorang. Patih menggantikan kedudukan Akan halnya mobilitas vertikal, lebih ayahnya dengan gelar Adipati sering berlangsung di kalangan keluarga Mangkurat. Pada mulanya Harya terdekat raja. Dengan pangkat yang Ujungwalepa adalah yang sama mereka sering berpindah nayakapraja. tempat tugas untuk lebih meningkatkan - Seseorang orang miskin yang otoritas raja di sebuah daerah. Mobilitas karena kemiskinannya lalu ini berlangsung tidak hanya di kalangan merampok, ketika ia berhasil sipil atau di kalangan angkatan perang mendapat (dengan tanpa diduga) tapi juga di tengah-tengah kaum ulama. keris pusaka kerajaan yang Untuk lebih memperjelas masalah kemudian dikembalikannya pada mobilitas ini maka selanjutnya akan raja, maka iapun dinobatkan diterangkan sebagai berikut: menjadi lurah didesanya dengan - Seseorang rakyat biasa yang gelar Ngabehi Sukanda. tertimpa musibah mendapat - Begawan Kaskaya, seorang resi ilham dari dewa, agar meminta yang memimpin sebuah tolong pada raja saja. Setelah raja pertapaan Wukirsari berkenan menolongnya dan ia menemukan tiga buah benda terlepas dari musibah itu ia pusaka kerajaan.Ketiga benda diangkat oleh raja menjadi pusaka ini dikembalikannya pendeta d igunung Rumambe kepada raja. Sebagai tanda dengan gelar “ajar” (Ajar terimakasih raja lalu mengambil Suharta). Sementara putranya putri Begawan Kaskaya menjadi diangkat menjadi bawahan sang garwo selirnya. Sementara “ajar” dengan gelar “janggan” Begawan Kaskaya sendiri (Janggan Sumantra). ditetapkan menjadi raja pendita - Seseorang orang biasa bernama yang memimpin seluruh pendita, Jaka Sundaka dengan beberapa resi,ajar di Wukirsari. anak yang bersama-sama - Kyai Satama bukan pajabat menemukan instrumen musik dalam kerajaan, akan tetapi raja kerajaan yang hilang, diangkat mengasihinya (mungkin ada oleh raja menjadi lurah keahlian tertentu). Ia dihadiahi karawitan, sementara anak-anak tanah sebagi tempat bermukim. tersebut menjadi anak buahnya. Kyai Satama yang mendengar Mereka merawat dan rajanya menghilang dari kraton memeliharainstrumen- lalu iapun mencarinya. Setelah instrumen musik dalam kraton. bertemu, rajanya rupanya telah - Ki Patih Ujungkelang (paman bertahta di singgasana yang raja) yang dipandang sudah tua, baru. Oleh karena Kyai Satama diberhentikan dari jabatan adalah orang pertama yang “patih” kemudian diangkat dijumpai raja dari daerah asalnya, menjadi “begawan”. maka Kyai Satama dilantik - Putra pensiunan Patih menjadi patih dengan gelar Ujungkelang bernama Adipati Satama. Ujungwalepa (Harya - Resi Linggahyang yang Ujungwalepa) dilantik menjadi dipensiunkahn dari jabatannya dan lalu dingakat menjadi tetua Sawakadarma yang juga disebut Serat di istana. Kedudukannya semula Dewabuda dan juga kita temukan dianugrahkan oleh raja kepada nama-nama dewa Hindu seperti putra Resi Linggahyang dan Brahma, Wisnu, Maheswara, Rudra, diberi gelar Resi Satapa. Sadasiwa, Yama, Baruna, Kuwera, - Dua orang pemuda biasa Indra, Besrawaka dan lain-lain. Naskah mengadukan perkaranya kepada ini walaupun berasal dari daerah gunung raja, setelah perkaranya selesai Cupu, sebuah gunung yang cukup keduanya lalu diangkat menjadi terkenal dalam dongengan yang hidup guru silem dan lurah tani. di kalangan peran Sunda, tetapi Keduanya adalah Jaka Tawa ternyata mempergunakan bahasa Jawa Dengan gelar Ngabehi Kuno. Demikian juga halnya dengan Tawangalun serta Jaka Sawa naskah Sanghyang Siksakandang dengan gelar Ngabehi Gentang. Karesian. Pengaruh Hindu itu masih jelas, walaupun rupanya pada waktu itu Kerajaan-kerajaan tradisional erat kedua agama itu sudah luluh menjadi hubungannya dengan kaum agama sebuah agama baru. .Meskipun tidak setiap kerajaan yang Pimpinan-pimpinan agam ini kaum agamanya dominan dalam mempunyai berbagai gelar yang tidak pemerintahan, mereka ini tetap ada ketentuan derajat pangkatnya, yaitu diperhitungkan dan juga mempunyai Brahmana, Resi, Maharsi, Wiku, kesempatan mobilitas. Mahawiku, Begawan, Pandita, Raja Kaum ulama pada abad X – XI di Pandita dan Ajar. Bawahan-bawahan kerajaan Pajajaran terdiri dari dua dan pengikut-pengikut mereka disebut kelompok. Kelompok pertama yang cantrik, endang, jajanggan, wawasi, hidup di dan dari kraton dapat manguyu dan phutut. Bagi kelompok dikatakan hanya sebagai simbol ulama istana, bawahan maupun kekuasaan raja di bidang spiritual. Kaum pengikut ini tidak ada. Bawahan dan ulama ini dituakan dalam istananya, pengikut ini berfungsi namun tidak mempunyai pengaruh apa- menyelenggarakan kelancaran hidup di apa dalam roda pemerintahan. Bilamana pertapaan. Mereka bekerja untuk diri raja sedang tidak berada di kraton dan mereka sendiri. Adakalanya bawahan suasana dalam keadaan genting, pengikut ini berfungsi sebagai angkatan brahmana-brahmana ini kadang- perang bilamana pertapaan mereka kadang dimintai nasihatnya. Kelompok- terancam, akan tetapi mereka tidak kelompok kedua merupakan penguasa- berfungsi apapun untuk urusan yang penguasa kecil di pertapaan-pertapaan menyangkut kepentingan kerajaan. di gunung maupun di hutan. Mereka ini Pada masa itu terdapat orang- kerapkali berjasa kepada raja. Apakah orang yang cukup ahli di bidang mereka menemukan benda-benda keagamaan. Ada beberapa golongan pusaka kerajaan, apakah mereka yang dapat dijadikan tempat bertanya peramal, apakah sebagai pelindung hal-hal yang bertalian dengan keluarga raja yang tersesat di hutan atau kehidupan kerohanian dan kehidupan bahkan sebagai penyembuh penyakit. keagamaan pada khususnya. Orang Pengaruh Hindu rupanya cukup yang mengetahui dengan baik tingkat- kuat, sehingga di dalam naskah tingkat kehidupan keagamaan, disebut Paratanda. Dari Paratanda ini kita akan kita, bagaimana kira-kira kehidupan tahu, bahwa acara kalah oleh agama, budaya masa itu. Di dalam naskah itu adigama kalah oleh gargama, garugama juga kita dapat mengetahui adanya kalah oleh tuhagama, tuhagama kalah orang-orang yang dipandang ahli di oleh satmata, satmata kalah oleh salah satu bidang budaya, misalnya saja surakloka dan akhirnya surakloka kalah sastra, lukis, ukir, gamelan dan olehnirawerah. sebagainya. Mobilitas kaum agama ini biasanya ----- berkenaan dengan jasa-jasa mereka terhadap kerajaan. Seperti bila Kraton kerajaan Pajajaran lebih menemukan benda-benda pusaka dari satu buah bangunan yang terdiri kerajaan. Contahnya: dari bangunan induk tempat - Begawan Kaskaya yang bersemayam raja dan bangunan lain memimpin sebuah pertapaan di tempat pejabat kerajaan serta kerabat Wukirsari diangkat raja menjadi dekat raja berdiam. Bangunan- raja pandita, yang memimpin bangunan tersebut diberi nama segenap pandita, resi dan ajar di Suradipati (tempat bersemayam raja), Wukirsari. Bima, Punta, Narayanai dan Madura. - Resi Linggahyang pada mulanya Bangunan-bangnan itu membujur seorang brahmana, kemudian ia dengan arah dari Utara ke Selatan. diangkat menjadi tetua di istana Acara pertemuan antara raja raja. dengan bawahannya atau dengan tamu- tamunya disebut Pasowanan. Kehidupan keagamaan Pasowanan diadakan di Ponconiti. Dalam masyarakat Pajajaran bercorak Hindu- pasowanan ini raja membicarakan atau Budha yang telah bebaur dengan agama menanyakan perihal kelancaran leluhur. Adapun tugas-tugas kaum pemerintahan, kesulitan-kesulitan yang agama itu adalah: dihadapi dan juga merembukkan - Brahmana : mengetahui rencana-rencana dalam mengatur dengan baik macam aji mantra. pemerintahan serta kegiatan-kegiataan - Jajangan : mengetahui raja. Dari Pasowanan ini raja dapat berbagai macam pemujaan yang mengukur kadar kesetiaan dilakukan di sanggar dan bawahannya, baik dari daerah maupun biasanya merupakan dari orang-orang yang ada di sekitar cendikiawan-cendikiawan desa. kraton. Ini dapat dilihat apakah raja- - Pandita : raja daerah itu hadir pada pasowanan mengetahui berbagai macam tersebut. kitab pustaka keagamaan. Dalam acara pasowanan, dari jarak - Wiku : mengetahui hal- duduk seorang pejabat dapat diukur hal yang bertalian dengan nata- tinggi rendahnya pangkanya. Biasanya nata para dewata. pejabat-pejabat tinggi kerajaan duduk paling dekat dengan raja, kemudian Walaupun tidak banyak yang kita menyusul kerabat dekat raja lebih di ketahui dari sumber lain, tetapi belakangnya. Dekat di hadapan raja Sanghyang Siksakanda sedikit banyak duduk pejabat-pejabat tingkat memberikan juga keterangan kepada menengah, menyusul raja-raja daerah dan kemudian barulah pejabat-pejabat Penelitian Jurusan Sejarah rendahan. Fakultas Sastra dan Oleh karena raja adalah penguasa Kebudayaan Universitas tertinggi, maka raja mempunyai hak Gadjah Mada. mutlak dalam mengangkat dan para ______. 1977. Sejarah pejabat. Semua perintahnya harus Nasional Indonesia Jilid II. dipatuhi dan tidak dibenarkan : Balai Pustaka. membantahnya. Jadi, para pembantu ______. 1982. Pemikiran dan pejabat dipilih berdasarkan dan Perkembangan favoritas raja dan juga atas dasar garis Historiografi Indonesia. keturunan serta jasa-jasa seseorang Jakarta: PT. Gramedia. terhadap kerajaan. Selain itu setiap orang memegang jabatan dalam pemerintahan diberi gelar sesuai dengan garis kebangsawanannya, tetapi kadang-kadang gelar seseorang itu tidak selalu setara dengan jabatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Frederick, Willem H dan Soeri Soeroto. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES. HAMKA. 1963. Dari Perbendaharaan Lama. Medan: Perc. Madju. Kern, R. A. Dan Hoesin Djajadininingrat. 1979. Masa Awal Kerajaan Cirebon. Jakarta: Bharatara. Maharkesti, RA. 1979. Banjaransari (saduran), Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya. Muslim Malawi, K. 1976. Sekelumit Sejarah Sunan Gunung Jati dan Silsilahnya. Bandunug: Yayasan Tiraqat. Pigeaud, Thedore G Th dan H. J. de Graaf. 1976. Islamic State in Java. The Hauge-Martinus Nijhoff. Sartono Kartodidjo, A. 1969. Struktur Sosial dari Masyarakat Tradisional dan Kolonial (dalam lembaran Sejarah no. 4). Yogyakarta: Seksi