Akulturasi Budaya Pada Perkembangan Kraton Kasepuhan Cirebon

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Akulturasi Budaya Pada Perkembangan Kraton Kasepuhan Cirebon Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 AKULTURASI BUDAYA PADA PERKEMBANGAN KRATON KASEPUHAN CIREBON 1Happy Indira Dewi 2Anisa Universitas Muhammadyah jakarta ABSTRAK Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah dan kebudayaan yang menarik untuk diamati. Banyak peninggalan-peninggalan dari masa lampau yang pada saat ini kemudian dijadikan benda cagar budaya. Diantara bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang ada di Cirebon, Keraton merupakan bangunan yang dapat menggambarkan kebudayaan Indonesia. Kota Cirebon memiliki tiga keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan. Masing-masing keraton tersebut memiliki sejarah yang saling terkait dan memiliki persamaan serta perbedaan fisik antara satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini Keraton Kasepuhan dijadikan sebagai studi kasus, dengan pertimbangan kraton Kasepuhan merupakan Keraton pertama yang berdiri di Cirebon, Keraton Kasepuhan terkait langsung dengan sejarah awal mulanya terbentuk kota Cirebon dan secara nonfisik Keraton Kasepuhan memiliki sejarah masuknya berbagai suku, agama dan budaya di Cirebon. Hal ini bisa dilihat pada perkembangan Keraton Kasepuhan yang berawal dari Padepokan Pakungwati sampai menjadi Keraton Kasepuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya akulturasi berbagai budaya pada pekembangan keraton Kasepuhan. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik dengan mengambil data dan menganalisa secara kualitatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ditemukannya akulturasi dari budaya Cina, Eropa, Jawa, Hindu dan Budha pada perkembangan fisik keraton Kasepuhan Cirebon tersebut. PENDAHULUAN yang demikian, Cirebon menjadi sangat Latar Belakang terbuka bagi interaksi budaya yang luas Cirebon merupakan salah satu dan dalam. Cirebon menjadi tempat kota di Indonesia yang memiliki sejarah bertemunya berbagai suku, agama, dan dan kebudayaan yang menarik untuk bahkan antarbangsa. diamati. Banyak peninggalan- Beberapa dari benda cagar peninggalan dari masa lampau yang pada budaya tersebut berupa bangunan, baik saat ini kemudian dijadikan benda cagar peninggalan dari masa-masa kerajaan budaya. seperti bangunan Keraton ataupun Terbentuknya akulturasi budaya peninggalan masa kolonial yang dahulu Cirebon yang menjadi ciri khas dibangun oleh pemerintah Belanda masyarakatnya hingga dewasa ini lebih seperti bangunan pendidikan, bangunan disebabkan oleh faktor geografis dan perkantoran, bangunan pemerintahan historis. Dalam konteks ini, sebagai hingga bangunan keagamaan yang daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum sampai saat ini masih berdiri. dan sesudah masuknya pengaruh Islam Diantara bangunan-bangunan merupakan pelabuhan yang penting di peninggalan sejarah yang ada di pesisir Utara Jawa. Dalam posisinya Cirebon, Keraton merupakan bangunan Akulturasi Budaya Pada Perkembangan D55 (Happy Indira Dewi) Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 yang dapat menggambarkan kebudayaan perhatian dari pihak pemerintah yang Indonesia khususnya di Cirebon serta bersangkutan untuk dapat terus menjaga pengaruh kebudayaan-kebudayaan asing nilai-nilai historis yang masih tersimpan yang masuk ke Cirebon. di Keraton Kasepuhan selain sebagai Kota Cirebon memiliki tiga aset di bidang pariwisata juga sebagai keraton yaitu Keraton Kasepuhan, aset pendidikan bagi generasi Keraton Kanoman dan Keraton mendatang. Kacirebonan. Masing-masing keraton tersebut memiliki sejarah yang saling METODOLOGI PENELITIAN terkait serta persamaan dan perbedaan Penelitian ini menggunakan fisik antara satu dengan yang lainnya. paradigma naturalistik fenomenologi Keraton Kasepuhan merupakan dengan menganalisa data secara Keraton pertama yang berdiri di kualitatif. Dalam mencapai maksud dan Cirebon, Keraton Kasepuhan juga terkait tujuan yang telah dibahas sebelumnya, langsung dengan sejarah awal mulanya kami menggunakan beberapa teknik terbentuk kota Cirebon serta sejarah pengambilan data, yaitu sebagai berikut : masuknya berbagai suku, agama dan 1. Studi Literatur, berupa kegiatan budaya di Cirebon. Bagaimana pengumpulan informasi / data perkembangan padepokan Pakungwati mengenai bangunan yang menjadi sehingga menjadi keraton Kasepuhan topik bahasan (keraton Kasepuhan), yang disebabkan akulturasi berbagai baik mengenai sejarah, foto / gambar kebudayaan dan bagaimana pula bangunan, dan aspek-aspek terhadap keraton tertua di Cirebon pendukung lainnya. tersebut menjadi fenomena yang 2. Wawancara, dilakukan baik dengan menarik untuk dibahas. pihak keraton 3. Survei Lapangan, dilakukan untuk Maksud dan Tujuan mengambil data primer atau data Untuk menetapkan hasil akhir secara langsung dari sumbernya. yang akan dicapai dari sebuah penelitian, maka dibutuhkan sebuah pemaparan KAJIAN PUSTAKA akan maksud dan tujuan dari kegiatan Sejarah Kota Cirebon penelitian. Tujuan dari penelitian ini Luas kota cirebon mencapai adalah untuk menunjukkan adanya 37,36 km2. wilayah ini berbatasan akulturasi berbagai budaya pada langsung dengan Kabupaten Cirebon perkembangan kraton kasepuhan. pada sisi sebelah utara, selatan dan barat. Adapun manfaat dari penelitian Sedangkan pada sebelah timur ini adalah sebagai dasar bagi penelitian berbatasan langsung dengan laut jawa. lanjutan mengenai keraton Kasepuhan di Sebelum adanya Cirebon pada Cirebon. Dengan paparan sejarah, awal saka, kedatangan pedagang dari silsilah, dan perkembangan keraton barat menggunakan perahu mereka Kasepuhan diharapkan dapat berasal dari negara Siangkang, Sali memberikan jawaban atas asal-usul wahana, dan Benggala yang ada di bumi keanekaragaman budaya yang terdapat barata warsya (India) untuk mengikuti dalam kebudayaan Cirebon itu sendiri jejak nenek moyang mereka berpuluh sehingga dapat melengkapi mata rantai / ribu tahun yang lalu para pedagang ini puzzle dari sejarah Indonesia pada membawa barang antara lain bahan umumnya dan kota Cirebon pada pakaian, logam mulia baik emas maupun khususnya. Selain itu juga diharapkan perak, perabot, kebutuhan rumah tangga, D56 Akulturasi Budaya Pada Perkembangan (Happy Indira Dewi) Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 dan lain-lain. Sebaliknya mereka oleh Pangeran Cakrabumi alias membeli rempah-rempah serta berbagai Cakrabuana. Kata "Cirebon" berdasarkan macam hasil bumi. Sebagian dari mereka kiratabasa dalam Bahasa Sunda berasal ada yang menetap menjadi bagian dari dari "Ci" artinya "air" dan "rebon" yaitu penduduk pribumi. "udang kecil" sebagai bahan pembuat Seperti halnya kepercayaan terasi. Perkiraan ini dihubungkan dengan nenek moyang, pada masa itu penduduk kenyataan bahwa dari dahulu hingga pribumi memuja roh bulan, matahari dan sekarang, Cirebon merupakan penghasil sebagainya. Sedikit demi sedikit dengan udang dan terasi yang berkualitas baik. cara halus pendatang ini kemudian mulai Berbagai sumber menyebutkan menyebarkan kepercayaan mereka. tentang asal-usul Sunan Gunung Jati, Kemudian sekitar tahun 158-398 M pendiri Kesultanan Cirebon. Dalam datanglah pendatang dari Cina, India dan sumber lokal yang tergolong Benggala (Banglades) dengan historiografi, disebutkan kisah tentang menggunakan perahu. Ki Gedeng Sedhang Kasih, sebagai Sedangkan kisah asal-usul kepala Nagari Surantaka, bawahan Cirebon sendiri dapat ditemukan dalam Kerajaan Galuh. Ki Gedeng Sedhang historiografi tradisional yang ditulis Kasih, adik Raja Galuh, Prabu dalam bentuk manuskrip (naskah) yang Anggalarang, memiliki puteri bernama ditulis pada abad ke-18 dan ke-19. Nyai Ambet Kasih. Puterinya ini Naskah-naskah yang memuat sejarah dinikahkan dengan Raden Pamanah awal Cirebon adalah Cerita Purwaka Rasa, Putra Prabu Anggalarang. Caruban Nagari, Babad Cirebon, Sejarah Karena Raden Pamanah Rasa Kasultanan Cirebon, Babad memenangkan sayembara lalu menikahi Walangsungsang, dan lain-lain. Yang Puteri Ki Gedeng Tapa yang bernama paling menarik adalah naskah Carita Nyai Subanglarang, dari Nagari Purwaka Caruban Nagari, ditulis pada Singapura, tetangga Nagari Surantaka. tahun 1720 oleh Pangeran Aria Cirebon, Dari perkawinan tersebut lahirlah tiga Putera Sultan Kasepuhan. orang anak, yaitu Raden Dalam naskah itu disebutkan Walangsungsang, Nyai Lara Santang dan bahwa asal mula kata "Cirebon" adalah Raja Sangara. Setelah ibunya meninggal, "sarumban", lalu mengalami perubahan Raden Walangsungsang serta Nyai Lara pengucapan menjadi "Caruban". Kata ini Santang meninggalkan Keraton, dan mengalami proses perubahan lagi tinggal di rumah Pendeta Budha, Ki menjadi "Carbon", berubah menjadi kata Gedeng Danuwarsih. "Cerbon", dan akhirnya menjadi kata Puteri Ki Gedeng Danuwarsih "Cirebon". Menurut sumber ini, para yang bernama Nyai Indang Geulis wali menyebut Carbon sebagai "Pusat dinikahi Raden Walangsungsang, serta Jagat", negeri yang dianggap terletak berguru Agama Islam kepada Syekh ditengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat Datuk Kahfi. Raden Walangsungsang setempat menyebutnya "Negeri Gede". diberi nama baru, yaitu Ki Samadullah, Kata ini kemudian berubah dan kelak sepulang dari tanah suci pengucapannya menjadi "Garage" dan diganti nama menjadi Haji Abdullah berproses lagi menjadi "Grage". Iman. Atas anjuran gurunya, Raden Menurut P.S. Sulendraningrat, Walangsungsang membuka daerah baru penanggung jawab sejarah Cirebon, yang diberi nama Tegal Alang-alang munculnya
Recommended publications
  • Download Download
    KAJIAN PENDAHULUAN TEMUAN STRUKTUR BATA DI SAMBIMAYA, INDRAMAYU The Introduction Study of Brick Structural Found in Sambimaya, Indramayu Nanang Saptono,1 Endang Widyastuti,1 dan Pandu Radea2 1 Balai Arkeologi Jawa Barat, 2 Yayasan Tapak Karuhun Nusantara 1Jalan Raya Cinunuk Km. 17, Cileunyi, Bandung 40623 1Surel: [email protected] Naskah diterima: 24/08/2020; direvisi: 28/11/2020; disetujui: 28/11/2020 publikasi ejurnal: 18/12/2020 Abstract Brick has been used for buildings for a long time. In the area of Sambimaya Village, Juntinyuat District, Indramayu, a brick structure has been found. Based on these findings, a preliminary study is needed for identification. The problem discussed is regarding the type of building, function, and timeframe. The brick structure in Sambimaya is located in several dunes which are located in a southwest-northeastern line. The technique of laying bricks in a stack without using an adhesive layer. Through the method of comparison with other objects that have been found, it was concluded that the brick structure in Sambimaya was a former profane building dating from the early days of the spread of Islam in Indramayu around the 13th - 14th century AD. Keywords: Brick, structure, orientation, profane Abstrak Bata sudah digunakan untuk bangunan sejak lama. Sebaran struktur bata telah ditemukan di kawasan Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu. Berdasarkan temuan itu perlu kajian pendahuluan untuk identifikasi. Permasalahan yang dibahas adalah mengenai jenis bangunan, fungsi, dan kurun waktu. Struktur bata di Sambimaya berada pada beberapa gumuk yang keletakannya berada pada satu garis berorientasi barat daya – timur laut. Teknik pemasangan bata secara ditumpuk tanpa menggunakan lapisan perekat.
    [Show full text]
  • Pola Komunikasi Pemangku Jabatan Keraton Kasepuhan Dengan Pejabat Pemerintah Kota Cirebon
    POLA KOMUNIKASI PEMANGKU JABATAN KERATON KASEPUHAN DENGAN PEJABAT PEMERINTAH KOTA CIREBON Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: AHMAD FAJAR NUGRAHA NIM: 1111051000033 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M. ABSTRAK Ahmad Fajar Nugraha Pola Komunikasi Pemangku Jabatan Keraton Kasepuhan Dengan Pejabat Pemerintah Kota Cirebon Cirebon merupakan suatu daerah yang berada di pesisir Jawa Barat. Sebagai salah satu daerah tertua di Indonesia, Cirebon pun memiliki sejarah yang cukup panjang. Hal ini bisa kita lihat dari warisan cagar budaya berupa Keraton yang hingga saat ini masih ada dan turut memegang peranan penting pada masyarakat Cirebon, utamanya perihal masalah budaya dan kebudayaan. Dengan masih berdiri dan berperannya Keraton membuat Cirebon memiliki dua model pemerintahan, Keraton Kasepuhan sebagai pemerintahan kultural dan Pemerintah Kota sebagai pemerintahan struktural. Keberadaan dua pemerintahan tersebut tentunya sangat rentan akan konflik jika tidak dilakukan upaya pemeliharaan hubungan yang baik. Upaya pemeliharaan hubungan yang baik tersebut mutlak dilakukan demi kemajuan Cirebon secara struktur dan infrastruktur. Berdasarkan pemaparan di atas tersebut ditemukan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pola komunikasi pemangku jabatan Keraton Kasepuhan dengan pejabat Pemerintah Kota? Bagaimana pola komunikasi pejabat Pemerintah kota dengan pemangku jabatan Keraton Kasepuhan? Metode penelitian yang digunakan kali ini adalah penelitian kualitatif. Di mana peneliti berupaya untuk menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah interaksionisme simbolik yang dicetuskan oleh George Herbert Mead. Dalam hal ini individu bergerak atau merespon stimulus bergantung pada simbol yang digunakan dan pemaknaan dari simbol tersebut.
    [Show full text]
  • Suluk Pesisiran Dalam Arsitektur Masjid Agung
    PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi p-ISSN: 2252-3758, e-ISSN: 2528-3618 ■ Terakreditasi Kementerian Ristekdikti No. 147/M/KPT/2020 Vol. 10 (1), Juni 2021, pp 29 – 44 ■ DOI: https://doi.org/10.24164/pw.v10i1.378 SULUK PESISIRAN DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON, INDONESIA Suluk Pesisiran in The Architecture of The Masjid Agung Sang Cipta Rasa of Cirebon-Indonesia Wawan Hernawan1), B. Busro1), Mudhofar Muffid2) 1) Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jalan AH Nasution no. 105, Bandung, Jawa Barat, Indonesia 2) Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon Jalan Evakuasi no.11 Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia e-mail: [email protected] (Coresponding Author) Naskah diterima: 06-08-2021 - Revisi terakhir: 10-06-2021 Disetujui terbit: 28-06-2021 - Tersedia secara online: 30-06-2021 Abstract The purpose of this paper is to analyze suluk on the architecture of Sang Cipta Rasa Great Mosque, Cirebon. The research is qualitative non-hypothetical through four stages of the historical method with multidisciplinary approach. The result of this research is that Wali Songo are brilliant in packaging Islamic teachings about the path to inner perfection in finding the authenticity of life leading to His goodness. Islamic teaching is not only preached through classical Javanese literary works (macapat, song) or performing arts (wayang, barong, topêng, and ronggêng), but also through mosque architecture. The conclusion of this research is that there is the beauty of coastal suluk teaching in a number of architectures element of Sang Cipta Rasa Grand Mosque. This study recommends further research on a number of other archaeological relics, either in Cirebon or along the North coast of Java that have a history of spreading Islam.
    [Show full text]
  • Pengaruh Arsitektur Hindu-Jawa, Cina, Islam-Jawa, Dan Kolonial Terhadap
    SKRIPSI 44 PENGARUH ARSITEKTUR HINDU-JAWA, CINA, ISLAM-JAWA, DAN KOLONIAL TERHADAP BENTUK, TATA RUANG, DAN ORNAMEN PADA LANGGAR KUNO (STUDI KASUS : LANGGAR DI KOMPLEKS KERATON KASEPUHAN DAN KERATON KANOMAN) NAMA : ALVIN DWISYAHPUTRA JENIE NPM : 2012420078 PEMBIMBING: INDRI ASTRINA, S.T., M.A UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR Akreditasi Institusi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 4439/SK/BAN-PT/ Akred/PT/XI/2017 dan Akreditasi Program Studi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 BANDUNG 2018 SKRIPSI 44 PENGARUH ARSITEKTUR HINDU-JAWA, CINA, ISLAM-JAWA, DAN KOLONIAL TERHADAP BENTUK, TATA RUANG, DAN ORNAMEN PADA LANGGAR KUNO (STUDI KASUS : LANGGAR DI KOMPLEKS KERATON KASEPUHAN DAN KERATON KANOMAN) NAMA : ALVIN DWISYAHPUTRA JENIE NPM : 2012420078 PEMBIMBING : INDRI ASTRINA, S.T., M.A PENGUJI : Dr. Ir. YUSWADI SALIYA, M.Arch., IAI Dr. Ir. RAHADHIAN PRAJUDI HERWINDO, MT. UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR Akreditasi Institusi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 4439/SK/BAN-PT/ Akred/PT/XI/2017 dan Akreditasi Program Studi Berdasarkan BAN Perguruan Tinggi No: 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 BANDUNG 2018 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI (Declaration of Authorship) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Alvin Dwisyahputra Jenie NPM : 2012420078 Alamat : Jl. Kenanga No.18 Pasadena Residence, Caringin, Kota Bandung. Judul Skripsi : Pengaruh Arsitektur Hindu-Jawa, Cina, Islam-Jawa, dan Kolonial terhadap Bentuk, Tata Ruang, dan Ornamen pada Langgar Kuno (Studi Kasus : Langgar di Kompleks Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman) Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa : 1. Skripsi ini sepenuhnya adalah hasil karya saya pribadi dan di dalam proses penyusunannya telah tunduk dan menjunjung Kode Etik Penelitian yang berlaku secara umum maupun yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan.
    [Show full text]
  • Pengalaman Sebagai Abdi Dalem Di Keraton Kasepuhan Cirebon
    Jurnal Empati, April 2016, Volume 5(2), 251-256 PENGALAMAN SEBAGAI ABDI DALEM DI KERATON KASEPUHAN CIREBON Fatimah Rahmi Ahdiani, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman seorang abdi dalem dalam menjalani kehidupannya di Keraton, penelitian ini didasari pada adanya fenomena sedikitnya masyarakat Indonesia yang memilih menjadi abdi dalem. Penelitian ini mendasarkan diri pada pendekatan fenomenologis, dengan analisis data Interpretative Phenomenologycal Analysis (IPA), serta menggunakan teknik penelitian purposive sampling. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah empat orang dengan karakteristik lebih dari lima tahun mengabdi, berusia dewasa, boleh memiliki pekerjaan lain, dan boleh berperan ganda di Keraton. Hasil peneliti menunjukkan bahwa dalam pengalaman sebagai abdi dalem terdapat tiga pokok pembahasanya itu perjalanan awal, gambaran dan penghayatan. Perjalanan awal didapatkan dari bentuk tanggung jawab dan pengabdian kepada leluhur, serta dukungan dari lingkungan sekelilingnya. Gambaran kehidupan abdi dalem tidak lepas dari peran yang dijalani masing-masing beserta dengan liku-liku yang dijalani, untuk memenuhi kehidupannya, beberapa abdi dalem memiliki pekerjaan lain. Dalam menjalani perannya sebagai abdi dalem, para abdi dalem tidak lepas dari dukungan keluarga maupun dukungan masyarakat. Para abdi dalem menyatakan selama menjadi abdi dalem mereka merasakan ketenangan dan rasa bangga, selain itu para abdi dalem juga memiliki harapan bahwa mereka akan tetap menjadi abdi dalem di masa yang akan datang, sehingga dapat hidup bermanfaat. Kata kunci: pengalaman; abdi dalem; keraton; Cirebon Abstract The purpose of this study is to understand the experience as a courtiers in living his life in the palace of Kasepuhan Cirebon, This research based on that people in indonesia have chosen to become courtiers.
    [Show full text]
  • Pakuwon Pada Masa Majapahit: Kearifan Bangunan Hunian Yang Beradaptasi Dengan Lingkungan
    Pakuwon Pada Masa Majapahit: Kearifan Bangunan Hunian yang Beradaptasi dengan Lingkungan Agus Aris Munandar Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Berdasarkan data relief yang dipahatkan pada dinding candi-candi zaman Majapahit (Abad k-14—15 M), dapat diketahui adanya penggambaran gugusan perumahan yang ditata dengan aturan tertentu. Sumber tertulis antara lain Kitab Nagarakrtagama menyatakan bahwa gugusan perumahan dengan komposisi demikian lazim dinamakan dengan Pakuwon (pa+kuwu+an). Kajian yang diungkap adalah perihal bentuk-bentuk bangunan dalam gugusan Pakuwon, keletakannya pada natar (halaman) sesuai arah mata angin, dan juga fungsi serta maknanya dalam kebudayaan masa itu. Bentuk bangunan hunian masa Majapahit berdasarkan data yang ada, cukup berbeda dengan dengan bangunan hunian (rumah-rumah) dalam masa selanjutnya di Jawa. Perumahan di Jawa sesudah zaman Majapahit cenderung merupakan bangunan tertutup dengan sedikit bukaan untuk sirkulasi udara, adapun bangunan hunian masa Majapahit berupa bentuk arsitektur setengah terbuka, dan hanya sedikit yang tertutup untuk aktivitas pribadi penghuninya. Bangunan hunian mempunyai ciri antara lain (a) berdiri di permukaan batur yang relatif tinggi, (b) setiap bangunan memiliki beranda lebar, dan (c) jarak antar bangunan dalam gugusan Pakuwon telah tertata dengan baik. Agaknya orang-orang Majapahit telah menyadari bahwa bangunan huniannya harus tetap nyaman ditinggali walaupun berada di udara yang lebab dan panas matahari terus menerpa sepanjang tahun, dan kadang-kadang banjir juga memasuki permukiman. Bentuk bangunan hunian masa Majapahit, hingga awal abad ke-20 masih dapat dijumpai di Bali sebagai bangunan dengan arsitektur tradisional Bali. Akan tetapi dewasa ini bangunan tradisional tersebut telah langka di kota-kota besar Bali, begitupun di pedalamannya.
    [Show full text]
  • BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kerajaan Pakuan Pajajaran Merupakan Kerajaan Hindu-Budha Terbesar Ke 2 Dan Merupakan Tandingan Dari
    BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan Kerajaan Hindu-Budha terbesar ke 2 dan merupakan tandingan dari Kerajaan Majapahit dan mempunyai dampak positif yaitu membuka jalur perdagangan melalui Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta. Namun karena minim-nya data mengenai Kerajaan Pakuan Pajajaran membuat Kerajaan ini terlupakan dan kurang dikenal. Remaja sendiri pun lebih mengenal Kerajaan-kerajaan yang lebih terkenal seperti Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Banten, dan Kerajaan lain yang sudah sangat dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Kurang nya media yang mengenalkan tentang Kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan salah satu faktornya. Berdasarkan masalah ini penulis ingin mengambil tema Kerajaan Pakuan Pajajaran pada saat Raja Sri Baduga Maharaja memerintah yaitu pada saat masa kejayaan dan perkembangan Kerajaan Pakuan Pajajaran untuk memperkenalkan kepada remaja bahwa Kerajaan yang hebat bukan hanya Kerajaan Majapahit. Penulis ingin mengenalkan masa kejayaan Kerajaan Pakuan Pajajaran dengan media board game yang mengilustrasikan masa-masa kejayaan Raja Sri Baduga Maharaja sebagai tokoh yang membuat Kerajaan Pakuan Pajajaran berkembang sehingga remaja tidak sulit untuk mencerna informasi mengenai sejarah Kerajaan ini. Salah satu faktor didesain menjadi board game adalah agar dapat menjadi media alternatif pembelajaran sejarah yang lebih menyenangkan dan menarik untuk dilihat. Penulis ingin mengajak remaja-remaja Indonesia untuk lebih mengetahui dan mendalami Kerajaan di Indonesia, karena Kerajaan di Indonesia tidak kalah hebat dengan Kerajaan-kerajaan diluar sana serta ingin menunjukkan bahwa masih banyak Kerajaan yang belum dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin mengajak para remaja untuk mengenali Kerajaan yang lain sehingga Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha Universitas Kristen Maranatha 72 dapat dilestarikan, dikenal tidak hanya oleh dalam negeri namun juga luar negeri sehingga dapat membawa nama baik untuk Indonesia.
    [Show full text]
  • Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010
    PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antarsektor, antarwilayah, dan antarpelaku dalam pemanfaatan ruang di Provinsi Jawa Barat, diperlukan pengaturan penataan ruang secara serasi, selaras, seimbang, berdayaguna, berhasilguna, berbudaya dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; b. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang, memerlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; c. bahwa Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang dan kebijakan penataan ruang nasional, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Daerah yang baru; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2 2.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 307 1st Social and Humaniora Research Symposium (SoRes 2018) Construcion of the Spatial Concept of Art and Culture in Keraton Kacirebonan, Indonesia Ina Helena Agustina, Astri Mutia Ekasari, Irland Fardani, Hilwati Hindersah Department of Urban and Regional Planning Universitas Islam Bandung Bandung, Indonesia [email protected] Abstract—Art is an integral part in the spread of Islamic Cirebon who was also a member of Wali Sanga and held the religion in the past. Keraton Kacirebonan as one of the three title Sunan Gunung Jati, together with Sunan Kalijaga took Keratons in Cirebon, was initially built with the purpose of advantage of using the mask dance and other means of cultural spreading Islam in Java island. Until now, art and cultural performances such as Wayang Kulit and Gamelan as a form of activities remain intact in Keraton Kacirebonan. It has a studio preaching and to expedite the spread of Islam. Art wasn’t specifically designed for this purpose namely Sanggar Tari meant for the sake of art itself, but as a means of teaching the Topeng Gaya Slangit as tari topeng or traditional mask dance religion and practical purposes [3]. Such statement supports the itself conveys the meaning of life. The purpose of this paper is to notion that the art of mask dance which uniquely belongs to construct the spatial concept of art and culture in Keraton Cirebon and its people is not merely an expression of art but Kacirebonan. The method applied in this paper is a theoretical also has its own meaning from its existence.
    [Show full text]
  • Visitors' Perception of Cirebon As a Tourist
    Jurnal Etikonomi Vol. 11 No. 1 April 2012 VISITORS’ PERCEPTION OF CIREBON AS A TOURIST DESTINATION- BUILDING TO PROMOTE THE CITY Wendy Purnama Tarigan & Tuti Handayani Universitas Mercu Buana Jakarta, Kementerian Perhubungan RI Abstract. Visitor’s Perception of Cirebon As A Tourist Destination-Building To Promote The City. The problem identified in this study is how visitors’ perception and the image communication influenced the overall image of Cirebon as a tourist destination. This study was conducted by using structural equation modelling. The results of this study show that perception variable equation significantly affected the overall image variable, while the image communication variable did not significantly affect the overall image. On the other hand, the causal relationship equation shows that there is a significant relationship between the exogenous latent variable of perception and endogenous latent variable of Overall Image. While there is no relationship between exogenous latent variable of image Communication with endogenous variable of overall image. The result is expected to give recommendation to the local government to develop and promote tourism that at the end can put tourism to generate income for the city. Keywords: perception, image communication, overall image, structural equation modelling. Abstrak. Persepsi Wisatawan Cirebon Sebagai Tujuan Wisata Untuk Mempromosikan Kota. Identifikasi masalah yang diajukan dalam kajian ini ialah terkait persepsi wisatawan dan komunikasi gambaran dipengaruhi oleh gambaran umum kota Cirebon sebagai tujuan wisata. Kajian ini menggunakan pendekatan Structural Equation Modelling (SEM) sebagai teknik analisisnya. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa variabel persepsi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gambaran umum, sedangkan komunikasi gambaran tidak memiliki pengaruh terhadap gambaran umum.
    [Show full text]
  • The Particle Ma in Old Sundanese Aditia Gunawan, Evi Fuji Fauziyah
    The particle ma in Old Sundanese Aditia Gunawan, Evi Fuji Fauziyah To cite this version: Aditia Gunawan, Evi Fuji Fauziyah. The particle ma in Old Sundanese. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, Faculty of Humanities,University of Indonesia, 2021, Languages of Nusantara I, 22 (1), pp.207-223. 10.17510/wacana.v22i1.1040. hal-03193257 HAL Id: hal-03193257 https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-03193257 Submitted on 11 May 2021 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. PB Wacana Vol. 22 No. 1 (2021) Aditia Gunawan andWacana Evi Fuji Vol. Fauziyah 22 No. 1 ,(2021): The particle 207-223 ma in Old Sundanese 207 The particle ma in Old Sundanese Aditia Gunawan and Evi Fuji Fauziyah ABSTRACT This article will analyse the distribution of the particle ma in Old Sundanese texts. Based on an examination of fifteen Old Sundanese texts (two inscriptions, eight prose texts, and five poems), we have identified 730 occurrences ofma . We have selected several examples which represent the range of its grammatical functions in sentences. Our observations
    [Show full text]
  • Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Kira-Kira Sejarah Jawa Barat
    ILMUIMAN.NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik Cerita Kira-kira Sejarah (16+). 2017 (c) ilmuiman.net. All rights reserved. Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan lewat novel- cerpen percintaan atau romance, dan cerita non fiksi.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak dibaca. Karya kita semua. Peringatan: Pembaca yang sensi dengan seloroh ala internet, silakan stop di sini. Segala akibat menggunakan atau membaca, sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Terima kasih & salam. *** Kira-kira Sejarah Jawa Barat Babak-1: Salakanagara Jawa bagian barat, adalah termasuk negeri besar tertua di nusantara. Peninggalannya diyakini sudah ada sejak abad ke-2 masehi atau sekitar tahun 130-an, yaitu negeri Salakanagara namanya. Sebagai kontrasnya, negeri-negeri kecil sporadis di nusantara ini, yang lain, baru ada jejaknya dalam catatan sejarah pada sekitaran abad ke-4M. *** Babak-2: Tarumanagara Salakanagara kemudian menjelma menjadi negeri besar Taruma atau Tarumanagara. Salah satu raja terkenalnya Purnawarman. Bentangan wilayahnya meliputi seluruh Jawa Barat masa kini, daerah Banyumasan terus sampai ke sungai Bogowonto, dan di bagian utara, ada yang bilang sampai batas tradisional sungai Cipamali, tapi bisa juga meliputi seluruh bagian utara yang bahasa Jawanya di masa kini bahasa ngapak (kecampur Sunda) seperti Tegal dan seperti itu. Tarumanagara yang jaya kemudian menelurkan kerajaan-kerajaan bawahan yang banyak, yang menonjol adalah Sunda dan Galuh. Sampai suatu ketika, saat sudah masanya agak mundur disebabkan melejitnya Sriwijaya, raja Tarumanagara tidak punya anak lelaki, sehingga putri mahkotanya terus dicarikan jodoh bangsawan Sunda (Jakarta sekarang). Maka, jadilah pasangan Tarumagara-Sunda menjadi pemimpin Jawa Barat. *** Babak-3: Sunda & Galuh Oleh sang raja Sunda (yang semula raja bawahan sebelum menyunting putri mahkota Tarumanagara), kemudian ibukota dipindahkan ke Sunda atau Sunda Kelapa masa kini.
    [Show full text]