Akulturasi Budaya Pada Perkembangan Kraton Kasepuhan Cirebon
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 AKULTURASI BUDAYA PADA PERKEMBANGAN KRATON KASEPUHAN CIREBON 1Happy Indira Dewi 2Anisa Universitas Muhammadyah jakarta ABSTRAK Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki sejarah dan kebudayaan yang menarik untuk diamati. Banyak peninggalan-peninggalan dari masa lampau yang pada saat ini kemudian dijadikan benda cagar budaya. Diantara bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang ada di Cirebon, Keraton merupakan bangunan yang dapat menggambarkan kebudayaan Indonesia. Kota Cirebon memiliki tiga keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan. Masing-masing keraton tersebut memiliki sejarah yang saling terkait dan memiliki persamaan serta perbedaan fisik antara satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini Keraton Kasepuhan dijadikan sebagai studi kasus, dengan pertimbangan kraton Kasepuhan merupakan Keraton pertama yang berdiri di Cirebon, Keraton Kasepuhan terkait langsung dengan sejarah awal mulanya terbentuk kota Cirebon dan secara nonfisik Keraton Kasepuhan memiliki sejarah masuknya berbagai suku, agama dan budaya di Cirebon. Hal ini bisa dilihat pada perkembangan Keraton Kasepuhan yang berawal dari Padepokan Pakungwati sampai menjadi Keraton Kasepuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya akulturasi berbagai budaya pada pekembangan keraton Kasepuhan. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik dengan mengambil data dan menganalisa secara kualitatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah ditemukannya akulturasi dari budaya Cina, Eropa, Jawa, Hindu dan Budha pada perkembangan fisik keraton Kasepuhan Cirebon tersebut. PENDAHULUAN yang demikian, Cirebon menjadi sangat Latar Belakang terbuka bagi interaksi budaya yang luas Cirebon merupakan salah satu dan dalam. Cirebon menjadi tempat kota di Indonesia yang memiliki sejarah bertemunya berbagai suku, agama, dan dan kebudayaan yang menarik untuk bahkan antarbangsa. diamati. Banyak peninggalan- Beberapa dari benda cagar peninggalan dari masa lampau yang pada budaya tersebut berupa bangunan, baik saat ini kemudian dijadikan benda cagar peninggalan dari masa-masa kerajaan budaya. seperti bangunan Keraton ataupun Terbentuknya akulturasi budaya peninggalan masa kolonial yang dahulu Cirebon yang menjadi ciri khas dibangun oleh pemerintah Belanda masyarakatnya hingga dewasa ini lebih seperti bangunan pendidikan, bangunan disebabkan oleh faktor geografis dan perkantoran, bangunan pemerintahan historis. Dalam konteks ini, sebagai hingga bangunan keagamaan yang daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum sampai saat ini masih berdiri. dan sesudah masuknya pengaruh Islam Diantara bangunan-bangunan merupakan pelabuhan yang penting di peninggalan sejarah yang ada di pesisir Utara Jawa. Dalam posisinya Cirebon, Keraton merupakan bangunan Akulturasi Budaya Pada Perkembangan D55 (Happy Indira Dewi) Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 yang dapat menggambarkan kebudayaan perhatian dari pihak pemerintah yang Indonesia khususnya di Cirebon serta bersangkutan untuk dapat terus menjaga pengaruh kebudayaan-kebudayaan asing nilai-nilai historis yang masih tersimpan yang masuk ke Cirebon. di Keraton Kasepuhan selain sebagai Kota Cirebon memiliki tiga aset di bidang pariwisata juga sebagai keraton yaitu Keraton Kasepuhan, aset pendidikan bagi generasi Keraton Kanoman dan Keraton mendatang. Kacirebonan. Masing-masing keraton tersebut memiliki sejarah yang saling METODOLOGI PENELITIAN terkait serta persamaan dan perbedaan Penelitian ini menggunakan fisik antara satu dengan yang lainnya. paradigma naturalistik fenomenologi Keraton Kasepuhan merupakan dengan menganalisa data secara Keraton pertama yang berdiri di kualitatif. Dalam mencapai maksud dan Cirebon, Keraton Kasepuhan juga terkait tujuan yang telah dibahas sebelumnya, langsung dengan sejarah awal mulanya kami menggunakan beberapa teknik terbentuk kota Cirebon serta sejarah pengambilan data, yaitu sebagai berikut : masuknya berbagai suku, agama dan 1. Studi Literatur, berupa kegiatan budaya di Cirebon. Bagaimana pengumpulan informasi / data perkembangan padepokan Pakungwati mengenai bangunan yang menjadi sehingga menjadi keraton Kasepuhan topik bahasan (keraton Kasepuhan), yang disebabkan akulturasi berbagai baik mengenai sejarah, foto / gambar kebudayaan dan bagaimana pula bangunan, dan aspek-aspek terhadap keraton tertua di Cirebon pendukung lainnya. tersebut menjadi fenomena yang 2. Wawancara, dilakukan baik dengan menarik untuk dibahas. pihak keraton 3. Survei Lapangan, dilakukan untuk Maksud dan Tujuan mengambil data primer atau data Untuk menetapkan hasil akhir secara langsung dari sumbernya. yang akan dicapai dari sebuah penelitian, maka dibutuhkan sebuah pemaparan KAJIAN PUSTAKA akan maksud dan tujuan dari kegiatan Sejarah Kota Cirebon penelitian. Tujuan dari penelitian ini Luas kota cirebon mencapai adalah untuk menunjukkan adanya 37,36 km2. wilayah ini berbatasan akulturasi berbagai budaya pada langsung dengan Kabupaten Cirebon perkembangan kraton kasepuhan. pada sisi sebelah utara, selatan dan barat. Adapun manfaat dari penelitian Sedangkan pada sebelah timur ini adalah sebagai dasar bagi penelitian berbatasan langsung dengan laut jawa. lanjutan mengenai keraton Kasepuhan di Sebelum adanya Cirebon pada Cirebon. Dengan paparan sejarah, awal saka, kedatangan pedagang dari silsilah, dan perkembangan keraton barat menggunakan perahu mereka Kasepuhan diharapkan dapat berasal dari negara Siangkang, Sali memberikan jawaban atas asal-usul wahana, dan Benggala yang ada di bumi keanekaragaman budaya yang terdapat barata warsya (India) untuk mengikuti dalam kebudayaan Cirebon itu sendiri jejak nenek moyang mereka berpuluh sehingga dapat melengkapi mata rantai / ribu tahun yang lalu para pedagang ini puzzle dari sejarah Indonesia pada membawa barang antara lain bahan umumnya dan kota Cirebon pada pakaian, logam mulia baik emas maupun khususnya. Selain itu juga diharapkan perak, perabot, kebutuhan rumah tangga, D56 Akulturasi Budaya Pada Perkembangan (Happy Indira Dewi) Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009 Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 dan lain-lain. Sebaliknya mereka oleh Pangeran Cakrabumi alias membeli rempah-rempah serta berbagai Cakrabuana. Kata "Cirebon" berdasarkan macam hasil bumi. Sebagian dari mereka kiratabasa dalam Bahasa Sunda berasal ada yang menetap menjadi bagian dari dari "Ci" artinya "air" dan "rebon" yaitu penduduk pribumi. "udang kecil" sebagai bahan pembuat Seperti halnya kepercayaan terasi. Perkiraan ini dihubungkan dengan nenek moyang, pada masa itu penduduk kenyataan bahwa dari dahulu hingga pribumi memuja roh bulan, matahari dan sekarang, Cirebon merupakan penghasil sebagainya. Sedikit demi sedikit dengan udang dan terasi yang berkualitas baik. cara halus pendatang ini kemudian mulai Berbagai sumber menyebutkan menyebarkan kepercayaan mereka. tentang asal-usul Sunan Gunung Jati, Kemudian sekitar tahun 158-398 M pendiri Kesultanan Cirebon. Dalam datanglah pendatang dari Cina, India dan sumber lokal yang tergolong Benggala (Banglades) dengan historiografi, disebutkan kisah tentang menggunakan perahu. Ki Gedeng Sedhang Kasih, sebagai Sedangkan kisah asal-usul kepala Nagari Surantaka, bawahan Cirebon sendiri dapat ditemukan dalam Kerajaan Galuh. Ki Gedeng Sedhang historiografi tradisional yang ditulis Kasih, adik Raja Galuh, Prabu dalam bentuk manuskrip (naskah) yang Anggalarang, memiliki puteri bernama ditulis pada abad ke-18 dan ke-19. Nyai Ambet Kasih. Puterinya ini Naskah-naskah yang memuat sejarah dinikahkan dengan Raden Pamanah awal Cirebon adalah Cerita Purwaka Rasa, Putra Prabu Anggalarang. Caruban Nagari, Babad Cirebon, Sejarah Karena Raden Pamanah Rasa Kasultanan Cirebon, Babad memenangkan sayembara lalu menikahi Walangsungsang, dan lain-lain. Yang Puteri Ki Gedeng Tapa yang bernama paling menarik adalah naskah Carita Nyai Subanglarang, dari Nagari Purwaka Caruban Nagari, ditulis pada Singapura, tetangga Nagari Surantaka. tahun 1720 oleh Pangeran Aria Cirebon, Dari perkawinan tersebut lahirlah tiga Putera Sultan Kasepuhan. orang anak, yaitu Raden Dalam naskah itu disebutkan Walangsungsang, Nyai Lara Santang dan bahwa asal mula kata "Cirebon" adalah Raja Sangara. Setelah ibunya meninggal, "sarumban", lalu mengalami perubahan Raden Walangsungsang serta Nyai Lara pengucapan menjadi "Caruban". Kata ini Santang meninggalkan Keraton, dan mengalami proses perubahan lagi tinggal di rumah Pendeta Budha, Ki menjadi "Carbon", berubah menjadi kata Gedeng Danuwarsih. "Cerbon", dan akhirnya menjadi kata Puteri Ki Gedeng Danuwarsih "Cirebon". Menurut sumber ini, para yang bernama Nyai Indang Geulis wali menyebut Carbon sebagai "Pusat dinikahi Raden Walangsungsang, serta Jagat", negeri yang dianggap terletak berguru Agama Islam kepada Syekh ditengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat Datuk Kahfi. Raden Walangsungsang setempat menyebutnya "Negeri Gede". diberi nama baru, yaitu Ki Samadullah, Kata ini kemudian berubah dan kelak sepulang dari tanah suci pengucapannya menjadi "Garage" dan diganti nama menjadi Haji Abdullah berproses lagi menjadi "Grage". Iman. Atas anjuran gurunya, Raden Menurut P.S. Sulendraningrat, Walangsungsang membuka daerah baru penanggung jawab sejarah Cirebon, yang diberi nama Tegal Alang-alang munculnya