Trik-Trik Media Menjaga Mo[D=R]Alnya
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MEDIA-Trik Trik-Trik Media Menjaga Mo[d=r]alnya Kata Pengantar Dr. Atwar Bajari M. Si (Ketua Umum ASPIKOM) Editor: Agung Prabowo Diterbitkan oleh : ASPIKOM Bekerjasama dengan : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Universitas Kristen Petra Surabaya Universitas Muhammadiyah Malang dan Buku Litera Komunikasi Budaya, Pariwisata dan Religi - i MEDIA-Trik Trik-Trik Media Menjaga Mo[d=r]alnya Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Cetakan Pertama, 2015 xvi+ 268 hlm. ; 15.5 x 23.5 cm ISBN: 978-602-6751-06-5 Kata Pengantar Dr. Atwar Bajari M. Si Penulis Triyono Lukmantoro, M. Si. Farid Rusdi, S.S, M.Si. Diah Handayani, M. Si. Dr. Herlina Agustin, S.Sos., MT. Dr. Irwa R. Zarkasi, M. Si. Surokim, S.Sos, SH, M.Si. Muhtar Wahyudi, S.Sos., MA. Dr. Iskandar Zulkarnain, M. Si. Seri, M. I.Kom. Dr. Agustina Zubair, M. Si. Altobeli Lobodally, S.Sos, M.IKom. Drs. Tandiyo Pradekso, M. Sc. Dra. Sri Widowati Herieningsih, M.Sc. Petrus Imam Prawoto Jati, M. Ikom Yustisia Ditya Sari, S. Sos., M. I. Kom. Inri Inggrit Indrayani, S.IP., M. Si. Titi Nur Vidyarini, S. Sos., M. Comm Editor: Agung Prabowo Proofreader: Setio Budi HH Cover dan Tataletak Ibnu Teguh W Diterbitkan oleh: ASPIKOM bekerjasama dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Universitas Kristen Petra Surabaya Universitas Muhammadiyah Malang dan Buku Litera Yogyakarta Minggiran MJ II/1378, RT 63/17 Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta Telp. 0274-388895, 08179407446 [email protected] ii - Komunikasi Budaya, Pariwisata dan Religi KATA PENGANTAR Perlunya Pendekatan Baru dalam Studi Media Dr. Atwar Bajari, M.Si. Ketua Umum ASPIKOM Hiruk-pikuk kegiatan ilmiah Ilmu Komunikasi di tanah air, sampai saat ini begitu membanggakan. Setidaknya, jika dirasakan oleh penulis sendiri, yang telah terlibat dalam belasan diskusi dan seminar baik sebagai peserta maupun sebagai penyaji seminar yang berskala nasional juga internasional. Di samping itu, kemeriahan acara, juga terlihat dari substansi dan tema pembicaraan begitu dalam dan beragam. Bahkan, expose personal yang berbau narsistik pada media sosial menjadi hal yang mudah untuk mengukur hiruk pikuk tersebut. Ini mengindikasikan bahwa kegiatan para pegiat di bidang komunikasi (ilmuwan) tidak bisa dinafikan begitu saja dalam perkembangan ilmu sosial pada umumnya di tanah air. Demikian halnya dengan konstribusi pemikiran-pemikiran kritis terhadap pengelolaan negara. Begitu banyak para ahli komunikasi bicara, menjadi nara sumber. Hampir setiap hari kita disuguhi analisa- analisa tajam dan kreatif para ahli komunikasi yang membaca dan merekomendasikan pemikirannya untuk pengelolaan Negara yang lebih baik. Bahkan di antara mereka (sebut saja Doktor dan Magister Komunikasi) terlibat langsung dalam pengelolaan negara dengan menjadi aparatur atau legisatif sudah begitu jamak dan banyak jumlahnya di tingkat lokal maupun tingkat nasional. Namun satu hal yang selalu menjadi pembicaraan atau topik hangat yang selalu masuk pada suasana diskusi adalah pembicaraan tentang media. Entah mengenai role, fungsi, keberpihakan, perspektif, sampai konspirasi media dengan pihak-pihak pemilik modal adalah keragaman topik hangat yang selalu muncul. Riset-riset media yang dikembangkan di dunia perguruan tinggi, tidak pernah habis mengupas isue media, dan iii Media-Trik : Trik-Trik Media Menjaga Mo[d=r]alnya seminar-seminar ilmiah selalu menyimpan itu, sebagai salah satu yang ditawarkan dari sekian topik yang diminta. Animo peserta pun tinggi, artinya kajian mengenai media sebagai industri komunikasi juga menjadi “asupan” riset kalangan akdemisi di perguruan tinggi. Media telah memasuki fase berkehidupan yang mature dari segi siklus perkembangannya. Dimulai dari fase media sebagai; penyampai informasi (media massa), kemudian entitas industri dan ekonomi yang membangun kultur budaya massa, kini memasuki peradaban kovergensi dimana media massa harus mampu berkolaborasi atau bahkan melakukan proses metamorphosis sebagai media konvergen. Kenapa demikian, karena ini masalah survival, eksistensi, dan menyangkut nafas hidup. Kalau tidak begitu tidak akan hidup. Perhatikan saja media-media besar yang ada di Indonesia, fase setelah menjadi industri, kemudian era networking dan kapitalisasi media serta era konverensi dengan jurus diversifikasi usaha media ke jalinan on-line, semuanya berkaitan dengan perjuangan mengisi “periuk nasi” media. Kalau ketinggalan langkah, maka habis dibabat lahan usahanya oleh media yang lebih cerdas dan “rakus”. Macam ragam strategi media dengan urusan eksistensi dan periuk nasinya, menjadi menarik dikaji dari kacamatan ekonomi politik industri media. Namun hal lain yang juga menjadi telaah sebagai sebuah pendekatan baru terhadap media adalah isi media. Para akademisi, senang sekali “membongkar” isi media seperti berita, program tayangan, feature, artikel, maupun foto dan gambar visual dengan teknik yang “rumit”, dengan mengutip ulang, menyajikan dan menafsir penuh terhadap isi media. Dengan berbagai pendekatan terhadap teks dan konteks, kita sebagai akademisi, telah mengkonstruksi sedemikian pelik dari purwa- rupa isi media sesuai kebutuhan ilmiah dan akademis. Tradisi semiotika, analisis teks, dan wacana kritis telah memberikan konstribusi terhadap perkembangan Ilmu Komunikasi yang cenderung bergeser ke arah linguistik yang pragmatis berdasarkan kebutuhan Ilmu Komunikasi. Kupasan tentang meriahnya kegiatan ilmiah komunikasi dan maraknya kajian media tersebut, dapat dilihat dari isi buku yang berada di tangan pembaca saat ini. Bunga rampai yang merupakan “capita selecta” dari paper terbaik yang telah dikumpulkan tim editor merupakan representasi dari meriahnya kajian media yang dituangkan dalam paper untuk kemudian disajikan dalam Konferensi Nasional Komunikasi (KNK) yang diselenggarakan oleh Aspikom iv Atwar Bajari. Kata Pengantar Indonesia. Harapannya adalah, menjaga agar dokumentasi yang sudah disistematisir sesuai lokus masing-masing tema menjadi lebih panjang masa baca dan aktualitasnya. Harapan berikutnya, dari kumpulan hasil kajian seperti itu, tentu adalah memberikan konstribusi terhadap penguatan daya dorong media sebagai lembaga publik yang yang mampu mengembangkan nilai-nilai bernegara dan bermasyarakat. Setidaknya, kajian akademik yang dilakukan memberikan warna terhadap dua aspek tadi, kehidupan bermasyarakat dengan berbagai dimensinya dan kehidupan bernegara dengan segala kerumitannya. Selama ini, diketahui bahwa kajian akademik, mandul terhadap konstribusi langsung bagi input penyelenggaraan negara dan masyarakat. Seolah-olah hanya sampai meja seminar atau diskusi ilmiah, lalu gugur kewajibannya. Harus diupayakan bahwa, riset ilmiah dengan paradigmanya, terutama bidang-bidang ilmu sosial dan juga komunikasi, memberikan nilai atau menunjukan aksiologinya. Nilai-nilai yang harus masuk dalam konstribusi tersebut adalah; membangun kehidupan bernegara yang bersih, membangun harmoni dalam kehidupan antar etnis atau elemen kebangsaan, membangun ekonomi kreatif masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera, dan membangun “kesalehan” umat secara transenden. Tugas kita sebagai ilmuwan sosial, adalah berusaha mendekatkan isu kajian ilmiah dengan kebutuhan atau orientasi penyelesaian masalah masyarakat.. Walaupun ilmu sosial tidak secara instan membahas isu-isu strategis yang langsung berurusan dengan “perut” masyarakat, namun melalui perannya dalam jangka panjang, bisa membangun harmoni untuk menjamin masyarkat bekerja dan mengeluarkan potensi kreativitasnya agar lebih sejahtera. Seperti dikatakan dalam Jennings & Callahan, (1983) dan Christians (2005) bahwa, riset terhadap manusia, setidaknya harus memiliki prinsip sebagai berikut: 1. Beneficence: Memaksimalkan hasil yang baik untuk ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan individu para peserta penelitian dan meminimalkan atau menghindari resiko, bahaya, atau salah yang tidak perlu. 2. Respect: Memperlakukan orang dengan hormat dan sopan, termasuk v Media-Trik : Trik-Trik Media Menjaga Mo[d=r]alnya mereka yang lemah (misalnya, anak-anak kecil, orang-orang yang memiliki keterbelakangan mental atau kepikunan) 3. Justice: Memastikan bahwa mereka yang menanggung risiko dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari riset itu; memastikan prosedur yang wajar, nonexploitative, seksama, dan diberikan secara cukup1. Sampai saat ini, tugas tersebut belum berjalan mulus Sangat ironis, dengan jumlah anggaran yang semakin besar dikeluarkan untuk riset dan kegiatan ilmiah. Penelitian atau kegiatan ilmiah menjadi involutif atau mandeg dalam fungsi dasar sebagai pemecah persoalan masyarakat, demikian juga dalam menemukan teori baru. Hasilnya lebih banyak mengisi rak atau lemari dan hanya alat kenaikan jabatan. Semoga, diseminasi paper terpilih yang disajikan media ini, peran tersebut semakin bisa ditingkatkan dan menjawab kebutuhan pengguna dan masyarakat. Terutama menjadi input dan bahan referensi dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa. Selamat berseminar, semoga menjadi bahan kebaikan buat sesama. Aamiin ya Rabb…. Surabaya, November 2015 Ketua Umum ASPIKOM Dr. Atwar Bajari, M.Si. 1 http://www.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/29985_Chapter1.pdf vi Pengantar Editor Memahami Bagaimana Media Beroperasi Agung Prabowo Litbang Aspikom Tidak mudah memposisikan aspek kapital di dalam industri media. Industri media tidak bisa disamakan dengan industri manufaktur yang lain. Industri ini sering termanifestasikan dengan produk-produk