Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

INTERAKSI SIMBOLIK ORGANISASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

Muhammad Luthfie Fisip Universitas Djuanda [email protected] Aida Viyala S Hubeis, Amiruddin Saleh, Basita Ginting Fema Institut Pertanian Bogor

Abstract This research analyze the symbolic interaction of Muhammadiyah as a community organization in order to anticipate conflict due to different religious views to be able to participate in rural development. Symbolic interaction as the role of communication is done to influence society to accept Muhammadiyah and give opportunity to run its organization program. The purpose of the research is to analyze the symbolic interaction of Muhammadiyah to realize the trust and support of the community in rural development. Through qualitative methods, research results show that symbolic interactions made through interpersonal communication, dialogical communication and group communication can achieve consensus and can reduce conflict, from organizations that were initially rejected until they became accepted organizations and subsequently succeeded in becoming pioneers in rural development.

Abstrak Penelitian ini menganalisis interaksi simbolik Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat dalam rangka mengantisipasi konflik akibat perbedaan pandangan keagamaan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan desa. Interaksi simbolik sebagai peranan komunikasi tersebut dilakukan untuk mempengaruhi masyarakat agar dapat menerima Muhammadiyah dan memberikan kesempatan untuk menjalankan program-program organisasinya. Tujuan penelitian, adalah menganalisis interaksi simbolik Muhammadiyah untuk mewujudkan kepercayaan dan dukungan masyarakat dalam pembangunan desa. Melalui metode kualitatif, hasil penelitian menunjukkan interaksi simbolik yang dilakukan melalui komunikasi interpersonal, komunikasi dialogis dan komunikasi kelompok dapat mewujudkan konsensus dan dapat meredam konflik, dari organisasi yang awalnya ditolak sampai menjadi organisasi yang diterima dan selanjutnya berhasil menjadi pelopor dalam pembangunan desa. Keywords: Communication Actions, Muhammadiyah, Symbolic Interaction.

19 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN salah satu prespektif teori yang baru Pada beberapa kasus, partisipasi dalam muncul setelah adanya teori aksi (action pembangunan desa tidak selalu mudah theory) yang dipelopori dan dikembangkan dilakukan oleh anggota masyarakat atau oleh Max Weber. Ciri khas dari interaksi organisasi masyarakat, terutama bagi yang simbolik yang essensinyaadalah komunikasi memiliki perbedaan dengan masyarakat atau pertukaran simbol yang diberi makna desa seperti perbedaan visi dan misi atau terletak pada pemahaman makna yang keyakinan dalam menjalankan ibadah diberikan terhadap tindakan orang lain keagamaan. Namun sebagai sebuah feno- melalui penggunaan simbol-simbol, inter­ mena, keadaan bisa berbalik jika peran pre­tasi, dan pada akhirnya tiap individu komunikasi dikembangkan dengan baik, tersebut akan berusaha saling memahami seperti yang terjadi dalam pembangunan maksud dan tindakan masing-masing untuk di Desa Plompong, Kecamatan Sirampog, mencapai kesepakatan bersama.Kusumastuti Kabupaten Brebes. (2006), melalui penelitiannya melihat proses interaksi dapat ditandai dengan munculnya Realitas seperti itu ditunjukkan oleh simbol-simbol tertentu, misalnya muncul Muhammadiyah sebagai organisasi masya­ dan tersirat dalam dupa lengkap dengan rakat yang memiliki perbedaan keyakinan sesaji, nyanyian, gerak tari dan tranceyang keagamaan dengan masyarakat desa tetapi dimaknai. berhasil mengembangkan peran komunikasi yang tepat sehingga dapat mengantisipasi Menurut Mead (Ritzer & Douglas 2010), konflik, dapat melakukan kerjasama dengan simbol atau tanda yang diberikan oleh semua pihak, dapat eksis dan berhasil manusia dalam melakukan interaksi mem­ melaksanakan program-programnya tanpa punyai makna-makna tertentu sehingga ada masalah yang berarti. Padahal banyak dapat menimbulkan komunikasi, dan ko­ penelitian menunjukkan bahwa perbedaan mu­­nikasi secara murni baru terjadi bila karakteristik akan mempersulit gerakan masing-masing pihak tidak saja memberikan sebuah organisasi masyarakat. Hasil pene­li­ makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi tian Gandasari (2015), Rahardjo (2007) dan memahami atau berusaha memahami makna Nashir (2001) menunjukkan bahwa kesulitan yang diberikan oleh pihak lain. Selanjutnya organisasi masyarakat dalam berinteraksi Herbert Blumer, yang mempopulerkan teori atau berkomunikasi dengan warga desa interaksi simbolik pada tahun 1939 memberi akibat adanya perbedaan. julukan pemikiran Mead itu sebagai teori Interaksionisme Simbolik (Poloma, 2007). Sebagai sebuah fakta sosial, situasi ini sangat menarik untuk diteliti. Tujuannya Prinsip metodologi interaksionisme adalah untuk menganalisis interaksi sim- simbolik adalah simbol dan interaksi itu bolik Muhammadiyah guna meminimalisir menyatu, tidak cukup bila hanya merekam perbedaan dengan masyarakat desa serta fakta dan harus mencari yang lebih jauh dari mewujudkan kepercayaan dan dukungan itu, yakni mencari konteks sehingga dapat masyarakat dalam pembangunan desa. Se- ditangkap simbol dan makna sebenarnya. mua analisis diarahkan untuk melihat proses Untuk memahami prinsip interaksionisme terwujudnya komunikasi yang dapat diper- simbolik Jones (1979) tertarik pada (1) caya yang menghasilkan kesamaan makna cara manusia menggunakan simbol untuk di antara komunikator dan komunikan, mengungkapkan apa yang mereka maksud, kompromi,dan menghasilkan efektivitas ko- dan untuk berkomunikasi satu sama lain, dan munikasi. (2) akibat interpretasi atas simbol-simbol terhadap kelakuan pihak-pihak yang terlibat selama interaksi sosial berlangsung. KAJIAN PUSTAKA Penelitian sebelumnya menunjukkan Interaksi simbolik atau populer dengan bahwa pemaknaan yang sama dalam teori interaksionisme simbolik merupakan interaksi simbolik sangat dibutuhkan

20 Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa dalam mewujudkan pemahaman bersama dari informan penelitian, yaitu pimpinan dan harmonisasi. Penelitian-penelitian Muhammadiyah, kepala desa, dan tokoh or­ itu antara lain melihat tentang proses ganisasi masyarakat lainnya di Desa Plompong terjadinya interaksi simbolik antara pemain tentang interaksi simbolik. Sementara data dan penonton, serta simbol-simbol yang sekunder diperoleh dari catatan organisasi ada dan digunakan untuk membentuk in­ atau dokumen. Pengumpulan data dalam teraksi simbolik antara pemain dan pe­non­ penelitian dilakukan dengan teknik ob­ ton (Kusumastut, i2006), pemaknaan da­lam servasi, wawancara mendalam (indepth mengaktualisasikan nilai leluhur di ling­ interview), Focus Group Discussion (FGD), kungan etnis Tionghoa pada jaringan ko­ dan studi dokumen. munikasi perdagangan (Anugrahani, 2014), Teknik pemeriksaan keabsahan data ciri khas interaksi simbolik yang terletak yang digunakan adalah triangulasi, yaitu pada penekanan manusia dalam proses saling sebuah teknik pemeriksaan keabsahan menterjemahkan, dan saling mendefinisikan data yang memanfaatkan sesuatu yang tindakannya, tidak dibuat secara langsung lain di luar data itu untuk keperluan antara stimulus-response, tetapi didasari pengecekan atau perbandingan terhadap pada pemahaman makna yang diberikan data itu sendiri.Analisis data dilakukan terhadap tindakan orang lain melalui melalui proses mengatur urutan data, penggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, pada akhirnya tiap individu tersebut akan kategori, dan satuan uraian data dengan berusaha saling memahami maksud dan cara memilah data menjadi satuan-satuan, tindakan masing-masing, untuk mencapai mengkategorisasikan berdasarkan tema- kesepakatan bersama (Siregar, 2011). tema yang muncul, menemukan pola yang sesuai dengan obyek studi, menafsirkan METODE dan merefleksikannya, serta memutuskan apa yang penting disajikan dalam hasil Penelitian, menggunakan pendekatan penelitian. kualitatif yang berorientasi pada penjelasan data deskriptif dari obyek yang diteliti, membangun gambaran yang kompleks dan HASIL DAN PEMBAHASAN menyeluruh, menganalisis kata-kata, me­ Desa Plompong, tempat Muhammadiyah laporkan pandangan informan dan me­ beraktivitas di dalamnya, masuk ke dalam la­kukan penelitian dalam setting ilmiah wilayah Kecamatan Sirampog, yang loka­ (Somantri, 2005). Pendekatan kualitatif sinya terletak di daerah terpencil, di atas didasarkan pada paradigma konstruktivisme perbukitan bagian dari lereng Gunung yang menjadikan peneliti sebagai instrumen Slamet, sekitar 29 Km arah tenggara dari penelitian dengan unit analisis tindak ibukota Kabupaten Brebes, berjarak 10 Km komunikasi organisasi yang memiliki per­be­ dari ibukota Kecamatan Sirampog serta daan dengan masyarakat desa dalam me­wu­ 703 Km dari Ibukota Propinsi Jawa Tengah jud­kan interaksi simbolik yang positif. (Semarang). Subyek penelitian adalah Muham- Dari data lapangan yang berhasil madiyah dengan wilayah penelitian di Desa dihimpun, Muhammadiyah adalah organisasi Plompong, Kecamatan Sirampog, Kabupaten masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam Brebes. Penelitian pendahuluan dilakukan pembangunan di Desa Plompong dan pada bulan Mei-Juni tahun 2014, dan memiliki visi dan misi untuk mencerahkan pengambilan data kualitatif secara lengkap umat Islam dan terhindar dari tahyul, dilakukan pada bulan Oktober-Desember bid’ah dan churafat. Melalui dinamika yang 2015. pasang surut dan peranan komunikasi Data yang dikumpulkan adalah data yang tidak sederhana, Muhammadiyah primer dan sekunder. Data primer diperoleh Plompong didirikan pada tanggal 12 Februari

21 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

1964. Muhammadiyah Plompong, adalah sarung; dan menyelenggarakan lembaga kepengurusan ranting yang dalam hirarki pendidikan sistem kelas menggunakan struktur organisasi Muhammadiyah berada bangku dan meja, dimana oleh masyarakat pada unit yang paling bawah. Ranting desa dipandang sebagai lembaga pendidikan berhubungan langsung dengan anggota Kristen. Masyarakat desa sendiri waktu persyarikatan, karena itu sebagai front itu terbiasa melakukan sistem sorogan terdepan Muhammadiyah di masyarakat, saat belajar kepada seorang kyai, yakni fungsinya adalah membimbing anggota- menghadap satu persatu kepada kyai untuk anggota dan jama’ah-jama’ah dalam amalan menyelesaikan pembelajarannya. kemasyarakatan dan hidup beragama, me­ Dengan kondisi seperti itu, maka ningkatkan kesadaran berorganisasi dan program kerja (amal usaha Muhammadiyah beragama serta menyalurkan aktivitas dalam disingkat AUM) yang diprioritaskan, lebih amal usaha Persyarikatan sesuai dengan bakat dititikberatkan pada program konsolidasi dan kemampuannya (ART Muhammadiyah organisasi untuk mensosialisasikan ke­lem­ Pasal 11 ayat 1 c). ba­gaan dan pemahaman Muhammadiyah Perjalanan Muhammadiyah Plompong ke­pada masyarakat di Desa Plompong. hingga penelitian berlangsung, dibagi ke Sebagai alat da’wahnya, dibentuklah team dalam enam periode, yaitu dari periode kesenian orkes melayu yang diberi nama yang penuh dinamika pertentangan, ka­ “Anida” akronim dari Alunan Irama Damai rena kehadirannya tidak diinginkan oleh dan PGT (Pasukan Gendang Terompet). Di pihak-pihak tertentu, sampai kepada pe­ tengah perbedaan pandangan keagamaan, ri­ode yang di dalamnya terdapat upaya- kedua group kesenian itu cukup efektif dalam upaya mengembangkan eksistensi melalui menyebarluaskan dan mensosialisasikan pembangunan amal-amal usaha atau Muhammadiyah, khususnya dalam masalah program-program organisasi. kelembagaan. Kegiatannya sangat beragam, Periode pertama yang dinamakan terutama tampil dalam setiap acara atau Ashabiqunal Awwalun (1964-1970), dipimpin kegiatan yang diselenggarakan oleh or­ga­ni­ oleh Bapak Haji Mahroni (HM).Pada sasi. Magnetnya kepada masyarakat cukup periode ini dinamika pertentangan dari kuat sehingga tidak sedikit anak-anak muda masyarakat desa begitu kental, dan jika yang bergabung di dalamnya, yang otomatis tidak diatasi dengan baik dapat menyulut harus menjadi anggota Muhammadiyah konflik horisontal. Kesabaran menjadi terlebih dahulu. Saat itu pendekatan seni modal dasar dari aktivis Muhammadiyah budaya menjadi alat yang sangat ampuh untuk menghadapi masalah-masalah yang untuk memasyaratkan Muhammadiyah di berkembang. Desa Plompong. Adapun perbedaan mendasar antara Periode kedua yang dinamakan masa Muhammadiyah dan masyarakat desa, perkembangan (1970-1980), pemahaman intinya adalah sebagai berikut: Islam dalam dimensi Muhammadiyah secara Pertama, dari aspek ritual atau tata cara ber­tahap mulai dikembangkan, baik lewat peribadatan, Muhammadiyah melarang keras dakwah (komunikasi) kelompok maupun kegiatan-kegiatan yang justru dilakukan oleh dengan dakwah jama’ah (komunikasi orga­ masyarakat desa, seperti tahlilan 3,7,sampai nisasi). Pada periode ini program-program 1000 hari setelah kematian, membaca qunut yang bersentuhan dengan masyarakat desa saat shalat shubuh, shalat taraweh lebih dari belum dikembangkan. 11 rakaat, dan menyelenggarakan azan dua Kebangkitan Muhammadiyah Plompong kali pada shalat jum’at. mulai menggeliat pada periode ketiga Kedua, dari aspek sosial kemasyarakatan yang dipimpin oleh Bapak H.Mu’min Thoif Muhammadiyah berbeda dalam hal kepatuhan (HMT) dan dinamakan masa kebangkitan kepada kyai; tidak membudayakan pakai I (1981-1990), apalagi pada tahun 80-an ini banyak masyarakat Desa Plompong bersedia

22 Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa jadi anggota, minimal menjadi simpatisan otonom (ortom) di lingkungannya, antara organisasi. Dengan kondisi yang mulai lain Aisiyah (wanita Muhammadiyah), mendukung itu, dari sudut aqidah, pema­ Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Pemuda ha­man keagamaan Muhammadiyah mulai Muhammadiyah, dan Nasyiatul Aisiyah diaplikasikan. Masyarakat Desa Plompong, (remaja puteri Muhammadiyah. secara bertahap mulai tidak memberi sesaji Periode keemasan Pimpinan Ranting ketika akan panenan dan semakin jarang Muhammadiyah Plompong baru diraih pada warga masyarakat yang mempelajari klenik, periode kepemimpinan 2000-2005 di bawah ilmu hitam dan yang sejenisnya. Secara tegas arahan Bapak Wahibpudin (Wb) sebagai dalam visi misinya, Muhammadiyah memang ketua. Jika dilihat dari sejarah, kepemimpinan memerangi Tahyul, Bid’ah dan Churafat ini adalah periode kepemimpinan ketiga, (TBC). Muhammadiyah sebagai gerakan setelah Bapak HMT tidak bersedia lagi tajdid (tajdid fiy al-Islam) melahirkan amalan- menjabat karena sudah 30 tahun memimpin amalan pembaruan, yaitu: (1) membersihkan Ranting Muhammadiyah Plompong. Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang Pada kepemimpinan Bapak Wb, bukan Islam, (2) reformulasi doktrin Islam amal usaha (program) yang dikelola dengan pandangan alam pikiran modern, (3) oleh pimpinan Ranting Muhammadiyah reformulasi ajaran dan pendidikan Islam, dan Plompong semakin beragam. Setelah MTs (4) mempertahankan Islam dari pengaruh dan MA Muhammadiyah Plompong sema­ dan serangan luar (Ali 1990). kin maju, didirikanlah Pondok Pesantren Pada periode ini, tepatnya pada tanggal Muhammadiyah, yang bertujuan: (1) Meng­ 12 Juni 1986, didirikan Madrasah Tsanawiyah hi­langkan persepsi di masyarakat bahwa (MTs) Muhammadiyah Plompong untuk dai’-dai’Muhammadiyah tidak mampu memfasilitasi siswa sekolah dasar (SD) mem­baca Kitab Kuning, yang berakibat dan Madrasah Ibtida’iyah (MI) di Desa kurang berwibawanya dai’-dai’ itu di Plompong agar bisa melanjutkan belajar tengah masyarakat, (2) Mengantisipasi ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama. sema­kin banyaknya siswa-siswi MTs dan Pada periode kebangkitan II (1990-2000), MA Muhammadiyah Plompong dari luar Pimpinan Muhammadiyah Plompong me­ daerah, (3) Mempersiapkan generasi nye­lenggarakan pendidikan setingkat SLTA, yang selain menguasai ilmu pengetahuan yaitu Madrasah ‘Aliyah (MA) Muhammadiyah dan teknologi juga memahami iman dan Plompong. Di bidang pengembangan taqwa. Pondok pesantren tersebut diberi organisasi, Pimpinan Muhammadiyah nama sesuai nama waqifnya, Ponpes Hj Plompong berhasil men­dirikan organisasi Nasikhah Maemanah. Selanjutnya, didirikan Tabel 1 Amal usaha Muhammadiyah di Desa Plompong, 2016 Bidang Pendidikan Bidang Sosial Keagamaan Ekonomi MTs Majlis Taklim Al Inayah Koperasi Karyawan MA Majlis Taklim Al Barokah Kopontren SMK Majlis Taklim Al Muqorrobin CKM TPQ Al Izzah Majlis Taklim Nurul Huda TPQ Al Inayah Majlis Taklim Al Muhlisisn TPQ Al Muhlisin TPQ Al Ikhwan TPQ Nurul Huda TK ABA I TK ABA II Pondok Pesantren

23 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 pula Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) a. Membangun pandangan positif Muhammadiyah Plompong yang membuka terhadap organisasi dua jurusan, yaitu Tata Busana dan Mekanik Perbedaan tentang pandangan Otomotif. Pada bidang ekonomi, pimpinan keagamaan­ seperti diperlihatkan oleh Ranting Muhammadiyah Plompong berhasil Muhammadiyah bukanlah masalah yang mengembangkan Koperasi Karyawan Surya seder­hana jika dikaitkan dengan kepentingan Sekawan, dan Koperasi Pondok Pesantren interaksi sosial atau kebutuhan bekerjasama (Kopontren) Muhammadiyah. Secara garis dalam mengupayakan perubahan masyarakat. besar, amal usaha yang telah berhasil diba­ Perbedaan yang terjadi adalah perbedaan ngun dan dikelola oleh Pimpinan Ranting masalah prinsip keyakinan yang dalam Muhammadiyah Plompong, adalah seperti beberapa pengalaman seringkali sulit di atasi, terlihat pada Tabel. di mana penanganannya membutuhkan peran komunikasi yang lebih luas. Penelitian Interaksi Simbolik Muhammadiyah pendahuluan melihat peran komunikasi Interaksi simbolik yang dilakukan oleh yang dikembangkan oleh Muhammadiyah Muhammadiyah sudah berlangsung dari jauh- dalam mengantisipasi perbedaan prinsip jauh hari sebelum pendirian organisasi resmi organisasinya dengan masyarakat di Desa dilakukan. Menurut para pendirinya (antara Plompong telah berhasil mengantisipasi lain HM dan HMT), mendirikan organisasi dampak negatif. di suatu daerah yang tidak mendukung Sejarah Muhammadiyah terkait dengan bukanlah sebuah kerja yang mudah, apalagi pergerakan Masyumi yang pernah eksis memiliki perbedaan dengan masyarakat dalam pergerakan politik di dan desa yang dipastikan akan menemukan pengaruhnya hingga saat ini masih kuat hambatan dalam melakukan interaksinya. di Desa Plompong, sehingga organisasi Demikian pula dengan fenomena yang masyarakat dan partai politik yang ber­ terjadi pada keberadaan Muhammadiyah pengaruh umumnya masih ada hubungan sebagai organisasi masyarakat di Desa sejarah dengan Masyumi. Dengan kondisi Plompong yang berusaha berpartisipasi seperti itu, maka organisasi masyarakat dan dalam pembangunan desa. Walaupun pada partai politik yang memiliki akar rumput atau akhirnya mampu melahirkan kepercayaan didukung masyarakat di Desa Plompong pun masyarakat, perjuangan yang dilalui oleh adalah yang berbasis Islam. organisasi masyarakat tersebut tidak seder­ Keluarga-keluarga Masyumi di Desa hana karena harus melakukan berbagai Plompong memiliki visi masing-masing da­ tindakan komunikasi agar eksistensinya lam pendidikan keluarga, di mana ada yang dapat diterima oleh masyarakat desa dan memilih mendaftarkan anggota keluarganya dipercaya sebagai bagian dari penggerak ke pondok pesantren, ke lembaga-lembaga pembangunan desa. pendidikan umum, dan ada pula yang meng­ Melihat sejarah dan peran komunikasi kom­binasikannya keduanya. Warga Desa yang telah dikembangkan, penelitian mem­­­ Plompong yang berpendidikan Ponpes fokuskan analisisnya pada tindakan komu­ umumnya memilih organisasi massa NU yang nikasi di awal pendirianorganisasi dan pada mengklaim berlatar ahlussunah waljama’ah, saat membangun serta mengembangkan sementara yang berpendidikan umum program-programnya sebagai partisipasi atau kombinasi memilih aktif di organisasi dalam pembangunan di Desa Plompong. masyarakat yang lebih umum atau lebih Hasil penelitian pada masalah tersebut modern, seperti Muhammadiyah. Bapak HM dibagi ke dalam dua tema, yaitu membangun dan Bapak HMT, yang aktif di Muhamma­ pandangan positif terhadap organisasi, dan diyah kemudian mencoba merintis pendirian memantapkan kinerja organisasi dalam organisasi masyarakatnya di Desa Plompong pembangunan desa. dan berusaha menyosialisasikan kepada war­ ga desa melalui berbagai tindak komunikasi.

24 Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Perintisan itu dilalui dengan dengan menjaga misi organisasinya dengan kecenderungan iklim komunikasi yang kondusif diantara warga desa setempat dalam komunikasinya. para aktivis Muhammadiyah, yang artinya Para aktivis Muhammadiyah selalu mene­ menjaga komunikasi agar tetap dalam nuansa kankan pada penyampaian pesannya, bahwa kebersamaan dan kekeluargaan yang kuat. prinsip-prinsip keagamaan organisasi yang Menurut Bapak HM, yang pernah menimbulkan perbedaan dengan masyarakat menjadi santri di pondok pesantren terbesar desa pada organisasinya tidak bisa dihilangkan di Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, tetapi dijanjikan tidak akan mengganggu tindakan komunikasi yang dilakukan toleransi beragama. Artinya, Muhammadiyah pada tahap awal berbenturan dengan akan menghormati kegiatan tahlilan dan masalah khilafiyah (perbedaan pandangan pembacaan qunut dalam shalat shubuh, keagamaan). Perbedaan konsep fiqh (tata cara dan sebaliknya meminta permakluman dari ibadah) dalam melaksanakan ajaran-ajaran masyarakat desa jika anggota organisasinya agama Islam yang mendasari terjadinya tidak melakukan tata cara seperti itu. Pada khilafiyah, bukan masalah sederhana karena perilaku ibadah, para aktivis Muhammadiyah menyangkut aqidah (keyakinan) masing- juga memperlihatkan penghormatan ke­ masing pihak. Muhammadiyah dipandang pada pihak lain, dengan bersedia menjadi sebagai organisasi yang menolak simbol- makmum shalat Shubuh berjamaah yang simbol ritual atau tata cara keagamaan diimami oleh imam dari pihak lain. yang telah membudaya di masyarakat desa Keberatan masyarakat desa terutama seperti tahlilan dan qunut. Pada masyarakat yang diwakili oleh NU terhadap keberadaan lain di lingkungan Desa Plompong, gerakan Muhammadiyah di Desa Plompong, terbakar modernisasi Muhammadiyah juga dianggap pada sebuah realitas sosial yang terkenal mengancam kebiasaan masyarakat dalam dengan nama “Peristiwa Perebutan Adzan masalah klenik, karena Muhammadiyah Satu” tahun 1964. Peristiwa itu disulut bertujuan memerangi tahyul, bid’ah dan oleh tindakan aktivis Muhammadiyah churafat yang justru telah melekat dengan yang dipimpin oleh Bapak HM untuk kuat di lingkungan masyarakat desa. menstandarkan adzan satu kali pada Data lain diungkapkan oleh Bapak HMT ibadah Shalat Jum’at di masjid besar Desa yang menjadi Ketua Muhammadiyah pada Plompong. periode kepemimpinan kedua. Pada saat Peristiwa itu sendiri bermula dari musya­ pendirian organisasi, warga desa termasuk warah jamaah tentang kesiapan masjid desa Kepala Desa Plompong menentang dan yang baru dibangun untuk menyelenggarakan menyatakan bahwa Muhammadiyah shalat Jum’at, setelah sebelumnya harus prinsip-prinsip keagamaannya bertentangan melaksanakan shalat Jum’at di luar desa dengan masyarakat. Namun karena dapat karena belum ada tempat yang layak di bantuan dari pimpinan cabang organisasi desa tersebut. Perbedaan dimulai ketika tingkat Kecamatan Tonjong dan para tokoh aktivis Muhammadiyah meminta shalat Masyumi yang masih ada, kondisi tegang Jum’at diselenggarakan dengan hanya satu agak sedikit mencair walaupun perdebatan kali azan sesuai keyakinan organisasinya. masalah perbedaan tata cara ibadah (fiqh) Menurut aktivis Muhammadiyah, azan satu atau pandangan keagamaan tetap memanas. itulah yang sesuai dengan sunnah nabi. Pada tahap awal, masyarakat yang Masyarakat desa yang direpresentasikan oleh berbeda tidak memberikan tempat ke­pa­ NU menolak keras usulan itu, karena azan da Muhammadiyah untuk eksis di Desa dua kali dalam shalat Jum’at juga merupakan Plompong, sehingga menimbulkan banyak ajaran yang diyakini kebenarannya, diajarkan hambatan di dalam proses pasca pen­di­ oleh para kyai dan sudah menjadi harga rian­nya. Untuk mengantisipasi penolakan mati. Penjelasan aktivis Muhammadiyah masyarakat, para aktivis Muhammadiyah yang mensitir sejumlah hadits dan dalil-dalil justru membuka adanya perbedaan visi dan lain tidak bisa menyelesaikan perdebatan,

25 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 dan justeru melebar kepada sikap antipati sebagai jamaahnya. Demikian juga dengan terhadap gerakan Muhammadiyah. ibadah shalat taraweh yang diselenggarakan Saat perdebatan tentang masalah- hanya dengan 11 rakaat. masalah fiqh terjadi, aktivis Muhammadiyah Berkaitan dengan proses interaksi tetap terbuka dengan perbedaan dan mem­ simbolik tersebut Bapak HM menyatakan per­tahankan prinsip-prinsip organisasinya. bahwa di samping tidak menutup-nutupi Menurut Bapak HM, menutup-nutupi per­ perbedaan dalam pandangan keagamaan bedaan adalah sebuah kebohongan yang dan giat melakukan komunikasi berdasarkan akhirnya akan terbongkar juga, baik melalui kepentingan atau isu bersama, untuk meng­ kata maupun sikap. Untuk mengerem hadapi penentangan masyarakat desa suasana yang panas, Bapak HM menyatakan, ter­hadap organisasi dilakukan langkah- bahwa karena peserta dialog sama-sama langkah seperti (1) melakukan proses ko­ Islam, dan dirinya juga pernah mondok di mu­nikasi melalui komunikasi inter­per­ pesantren tersebut, maka berikan kepada sonal, dialogis dan komunikasi kelompok, organisasinya tempat untuk berkarya tanpa (2) memanfaatkan orientasi kekerabatan mengganggu pihak-pihak lain. Adapun untuk berkomunikasi dengan pihak yang untuk menghadapi perbedaan yang ada berseberangan, misalnya komunikasi antara perlu ditingkatkan toleransi dan kompromi- sesama buyut, sesama cucu, keponakan dan kompromi untuk kemaslahatan bersama. paman, dan hubungan kekerabatan lainnya Selain itu, untuk meredam suasana Bapak HM (3) menggunakan pandangan almamaterisme meminta semua kembali kepada semangat untuk mendukung prosesnya. kekeluargaan (komunikasi keluarga), baik Temuan lain diperoleh dari FGD yang saudara secara Islam, saudara sekandung, melibatkan lima orang peserta: Tf, Th, SH, dan saudara sekeluarga besar. Mz, dan MTS, yang menyatakan, bahwa Dari data sosial kemasyarakatan di Desa untuk meminimalisir perdebatan tentang Plompong yang diperoleh dari berbagai masalah khilafiyah yang rawan timbul wawancara dengan para informan, antara kembali, Muhammadiyah pada cara lainnya aktivis Muhammadiyah dengan masyarakat selalu mengajak organisasi masyarakat lain desa memang banyak yang terpaut dengan untuk mengkaji isu-isu bersama, misalnya pertalian keluarga. Misalnya pimpinan tentang pembangunan jalan raya, perbaikan Muhammadiyah ada yang memiliki hubu­ ­ jembatan dan irigasi untuk kesejahteraan ngan saudara sepupu dengan pimpinan NU, bersama yang untuk mewujudkannya selalu dan bahkan ada pula yang masih terikat mengajak bergotong royong. Kajian isu-isu dalam persaudaraan sekandung. Kondisi bersama itu pada perkembangannya menjadi ini telah mendorong kesulitan berinteraksi perekat kebersamaan antar warga desa dapat diantisipasi dengan komunikasi dan berpengaruh besar kepada ketertiban, secara kekeluargaan, dan konflik tidak keamanan, kesejahteraan, dan pertumbuhan sampai mengancam secara keras persatuan ekonomi di Desa Plompong. masyarakat di Desa Plompong. Pembangunan sarana dan prasarana Pada awal tahun 1970, setelah melalui oleh Muhammadiyah yang tidak hanya dialog, komunikasi interpersonal dan diperuntukkan bagi anggota organisasi komunikasi kelompok (pengajian bareng atau tetapi untuk semua warga desa, juga turut bersama) dengan pesan yang meyakinkan memperkuat kepercayaan masyarakat dan disampaikan dengan jelas, azan satu desa terhadap Muhammadiyah. Misalnya akhirnya menjadi ketetapan di masjid desa. untuk bantuan dana siswa tidak mampu, Pengajian-pengajian yang diselenggarakan Muhammadiyah menawarkannya kepada oleh Muhammadiyah telah efektif mendorong semua warga desa dan menampung siswa pemahaman yang sama pada masyarakat dari keluarga tidak mampu walaupun terhadap pelaksanaan atau tata cara ibadah berasal dari lingkungan atau keluarga shalat Jum’at yang diikuti oleh warga desa organisasi masyarakat yang berbeda.

26 Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Realitas itu dipandang oleh peserta FGD Muhammadiyah masih selalu mempengaruhi sebagai komunikasi non verbal organisasi masyarakat desa agar tetap berpegang kepada untuk terwujudnya penguatan SDM dan pandangan atau keyakinan yang sudah kesejahteraan warga di Desa Plompong. berakar sebelumnya. Komunikasi verbal dan non verbal organisasi Melihat kondisi seperti itu, pim­pi­ telah sangat efektif untuk menunjukkan nan Muhammadiyah selalu berdiskusi dan bahwa Muhammadiyah adalah kita, dan mencari cara agar visi dan misi organisasi bukan siapa-siapa atau bukan sesuatu yang dapat berjalan tanpa membuat anggota baru asing. lari atau banyak yang keluar meninggalkan b. Memantapkan kinerja organisasi organisasi. Tidak jarang para pengurus dalam pembangunan desa melakukan konsultasi dengan Pimpinan Pemantapan motivasi anggota untuk Muhammadiyah yang lebih tinggi, termasuk menerima visi dan misi organisasi pada para ahli agama di lingkungannya. Beberapa berbagai kesempatan wawancara dengan keputusan Muhammadiyah kemudian informan bukan perkara yang mudah, dilakukan, salah satunya adalah dengan apalagi anggota-anggota organisasi pada melaksanakan sosialisasi dan penanaman awalnya adalah bagian dari masyarakat aqidah secara bertahap dan disesuaikan yang telah terikat kuat dengan keyakinan dengan kemampuan atau tingkat pe­nge­ta­ dan budaya setempat. Di dalam prosesnya huan para anggota. terdapat simbol-simbol organisasi yang Tahapan-tahapan pemahaman dan perlu dijabarkan secara terus menerus agar pene­rimaan anggota terhadap simbol-simbol dapat dimaknai bersama, baik tentang tata organisasi terus dihadapi oleh pimpinan cara peribatan maupun lambang-lambang Muhammadiyah dengan sabar dan telaten, organisasi. Program pemantapan motivasi antara lain dengan mengulang penjelasannya anggota untuk berperilaku sesuai visi misi jika ada yang belum mengerti. Hal ini organisasi, dilakukan dengan memperbanyak dilakukan agar anggota atau simpatisan tindakan komunikasi langsung dan komu­ ­ memahami dengan baik keberadaan nikasi dalam kelompok, seperti melalui organisasi dengan berbagai prinsipnya. pengajian dan rapat. Pada proses-proses Simbol-simbol organisasi dikemas dalam komunikasi itu, prinsip-prinsip organisasi pesan yang mudah dimengerti oleh anggota disampaikan, dibahas, dan disepakati untuk dan simpatisan, misalnya dengan bahasa dilaksanakan bersama-sama. yang sederhana, atau dengan menggunakan Menurut Bapak Wb, tidak mudah bahasa jawa sebagai bahasa pengantar sehari- menjelaskan visi dan misi organisasi hari di Desa Plompong. kepada warga desa yang sudah bersedia Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, menjadi anggota. Ada yang keberatan jika simbol-simbol yang paling sulit untuk tidak qunut saat shalat Shubuh, ada yang dilaksanakan adalah simbol-simbol yang keberatan meninggalkan tahlilah jika ada berkaitan dengan keyakinan keagamaan anggota keluarganya yang meninggal, ada organisasi, misalnya simbol Muhammadiyah yang merasa tidak enak jika berbeda dengan adalah mewakili gerakan yang anti bid’ah, tetangga, dan lain sebagainya. Hingga menentang tahayul dan hal-hal lain yang pertengahan tahun 1980 anggota yang masih bertentangan dengan akal sehat manusia. berhubungan dengan perdukunan juga tidak Namun pada akhirnya mulai tahun 1990- sedikit, terutama saat ada anggota keluarga an, dengan kesabaran dan ketelatenan yang sakit atau meminta air yang sudah pengurus melalui pengajian-pengajian yang didoakan oleh seorang dukun (dijampi- dilakukan, pada akhirnya banyak simpatisan jampi) untuk disiramkan di sekitar rumah dan anggota yang bersedia menerima visi sebagai penjaga keselamatan. Apalagi dan misi organisasi secara menyeluruh. tokoh-tokoh masyarakat sebagai pemimpin Dari penjelasan informan diketahui, bahwa opini yang masih berseberangan dengan pengajian rutin dilakukan untuk memberikan

27 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 motivasi yang baik dan memberikan ruang lembaga pendidikan yang berstandar terbuka yang cukup luas bagi para anggota nasional dipenuhi oleh organisasi melalui untuk berekspresi dan mendialogkan hal-hal parameter akreditasi yang baik pada yang belum dipahami. lembaga-lembaga pendidikan organisasi dari Mengenai pemasyarakatan prinsip- tingkat dasar sampai pendidikan menengah prinsip organisasi di bidang sosial, pen­ atas. Akibatnya, keluarga dari lingkungan didikan dan ekonomi, pimpinan organisasi nasionalis dan organisasi masyarakat lain yang selalu mengaitkannya dengan keputusan pernah berseberangan pandangan banyak tarjih (musyawarah) Pimpinan Pusat yang lebih memilih menyekolahkan anak- Muhammadiyah. Sosialisasi dan cara penga­ ­ anaknya di sekolah-sekolah Muhammadiyah ma­lannya lebih banyak dilakukan melalui daripada lembaga pendidikan lainnya. komunikasi kelompok berupa pengajian, Muhammadiyah mengapresiasi dukungan dan diskusi dengan pesertanya termasuk masyarakat seperti itu dengan meningkatkan masyarakat umum yang bersedia datang dalam fasilitas sekolah dan kualitas SDM acara-acara organisasi tersebut. Pengajian pengajarnya, antara lain melalui studi lanjut rutin selalu dilakukan pada malam jum’at ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kini setiap minggunya, ditambah kultum pada di MA dan SMK-nya, sudah ada lima orang setiap ba’da shalat Shubuh. Sementara diksusi guru yang berpendidikan Strata 2. dan seminar yang biasa diselenggarakan oleh Essensi tindakan komunikasi yang sekolah-sekolah, dilakukan pada peristiwa- dilakukan oleh Muhammadiyah sehingga peristiwa tertentu dengan mengundang dapat mewujudkan interaksi simbolik yang tokoh-tokoh pemikir atau ustad-ustad yang mendukung kiprahnya dalam pembangunan ada di lingkungan Muhammadiyah tingkat di Desa Plompong diperlihatkan melalui wilayah dan nasional. Tabel 2. Untuk membahas keputusan-keputusan Dari uraian data di tabel 2, Muhamma­ tarjih, oganisasi menggunakan pedoman diyah telah memperlihatkan tin­dakan ko­mu­ tarjih yang diterbitkan oleh pimpinan pusat, nikasi yang tepat dalam interaksi simbolik dan pada kajian-kajian khusus dibandingkan sehingga mampu mewujudkan dukungan pula dengan kitab-kitab fiqh lain, termasuk dan harmonisasi di Desa Plompong. Tiga cara Kitab Kuning. Muhammadiyah terbuka penting yang dapat dicatat dari keberhasilan untuk menerima nilai-nilai positif yang interaksi simbolik Muhammadiyah di Desa tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Plompong, adalah: al-Hadis, dan semua pesan disampaikan Satu, menyampaikan prinsip-prinsip melalui bahasa yang dimengerti dan mudah keagamaan secara terbuka dan tidak ditutup- dipahami oleh warga.Pembangunan lembaga tutupi untuk menghasilkan kompromi- pendidikan sampai kepada lembaga ekonomi, kompromi. Ini adalah tindakan yang penuh selalu dikaitkan dengan prinsip-prinsip resiko tetapi tepat. Karena sebagaimana organisasi. Semuanya disandarkan kepada dikemukakan oleh Habermas (2007) syariat Islam, termasuk dalam pembentukan bahwa kepentingan yang ditabrakan dalam lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan, komunikasi, kepentingan masing-masing seperti Koperasi Karyawan Surya Sekawan, kelompok itu akan menjadi kepentingan dan Koperasi Pondok Pesantren Nasikhah bersama atau melahirkan kesepakatan- Maemanah. kesepakatan. Hal itu menjadi kenyataan Pada periode kepemimpinan 2000- dalam perjuangan Muhammadiyah yang 2105, image dan dukungan masyarakat semula ditolak keberaannya karena berbeda terhadap lembaga-lembaga pendidikan (konflik), diberikan kesempatan (toleransi), Muhammadiyah semakin baik atau dengan dan akhirnya diterima sebagai bagian dari kata lain lembaga-lembaga pendidikan masyarakat Desa Plompong (kompromi). yang dimiliki oleh Muhammadiyah sudah Dua, mengkomunikasikan isu bersama, marketable. Semua persyaratan sebagai antara lain tentang pembangunan desa. Isu

28 Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Tabel 2 Tindak komunikasi organisasi Muhammadiyah dalam interaksi simbolik, 2016 No Masalah Tindak komunikasi Hasil 1 Membangun Komunikasi interpersonal, Kompromi berdasarkan pandangan positif komunikasi dialogis isu bersama; konsensus; terhadap organisasi berdimensi kekeluargaan tidak ada lagi konflik di (akibat perbedaan dan almamaterisme untuk masjid desa; mengubah dalam keyakinan, menyampaikan prinsip- paradigma terhadap antara lain dalam prinsip keagamaan secara pendidikan organisasi konsep tata cara ibadah terbuka dan tidak menutupi fiqh) perbedaan

2 Memantapkan kinerja Komunikasi interpersonal, Anggota semakin organisasi dalam komunikasi dialogis, mantap menjalankan pembangunan desa komunikasi media, program organisasi; komunikasi kelompok simpatisan bersedia seperti melalui pengajian, menjadi anggota; dan forum rapat dukungan masyarakat terhadap program kerja organisasi; partisipasi langsung bersama atas dasar kepentingan bersama sebagai lembaga pendidikan Kristen memang menjadi alat ampuh untuk karena mengusung pendidikan modern memupuk kebersamaan sebagai warga desa, (menggunakan sistem kelas dan bangku) apalagi ditunjukkan oleh gerakan nyata sampai dipercaya sebagai lembaga dalam pembangunan seperti dilakukan oleh pendidikan Islam. Prosesnya berjalan Muhammadiyah dalam pembangunan di melalui tahapan-tahapan yang dipenuhi oleh Desa Plompong. hambatan-hambatan yang tidak sederhana Tiga, memanfaatkan pesan yang ber- namun berhasil diatasi dengan baik melalui orientasi kekerabatan untuk berkomunikasi langkah-langkah yang dilalui dengan penuh dengan pihak yang berseberangan. Hal ini kesabaran dan program-program nyata yang adalah tindakan paling cerdas dilakukan oleh berhasil meyakinkan masyarakat, terutama Muhammadiyah, karena memanfaatkan se- dalam bidang pendidikan, sosial keagaman gala arah kemungkinan untuk memuluskan dan ekonomi. segala program kerjanya dengan terlebih da- Sikap para anggota organisasi pada hulu membangkitkan kepercayaan dan du- peristiwa-peristiwa interaksi simbolik kungan dari lingkungan keluarga. tersebut, tidak melahirkan tindakan-tin­ Data penelitian memerlihatkan pula dakan represif, melainkan memilih untuk rangkaian interaksi simbolik Muham- menumbuhkembangkankan tindak komu­ madiyah yang telah merubah pandangan ni­kasi yang mendukung, karena sadar masya­rakat terhadap organisasi, dari bahwa gerakan organisasi masyarakatnya organisasi yang dianggap asing dan cen­de­ masih asing dalam pandangan masyarakat rung membahayakan keyakinan beragama desa, termasuk tata cara peribadatannya. masyarakat desa sampai kepada organisasi Proses komunikasi melalui komunikasi yang dipercaya dan didukung sebagai interpersonal, komunikasi dialogis, pelopor pembangunan desa, dari paradigma dan diperluas dengan jaringan-jaringan masyarakat yang memandang lembaga- komunikasi yang tepat, dilakukan oleh lembaga pendidikan Muhammadiyah para aktivis pergerakan organisasi dalam

29 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 rangka menyatukan persepsi terhadap hak- secara tepat, menyebabkan hambatan- hak warga organisasi masyarakatnya untuk hambatan yang semula menjadi masalah melaksanakan prinsip dan partisipasi dalam berubah menjadi dukungan masyarakat, pembangunan desa, bukan memaksakan sehingga mendorong Muhammadiyah dapat persamaan aqidah karena hal itu adalah menjadi pelopor dalam pembangunan desa. masalah khilafiyah (perbedaan penafsiran Komunikasi organisasi dalam interaksi agama). Interaksi simbolik dilakukan oleh sosialnya (komunikasi eksternal) telah organisasi dengan mengarahkan kepada menentukan efektivitas komunikasi. toleransi terhadap perbedaan penafsiran Adapun strategi komunikasi organisasi keagamaan yang terjadi. dalam mencapaikan pesan pada proses Hakikat dari keberhasilan interaksi interaksi simbolik sehingga menghasilkan simbolik Muhammadiyah dapat dilihat komunikasi yang efektif, dari temuan melalui fakta-fakta bahwa tindakan ko­mu­ penelitian dapat disimpulkan karena ni­kasi dalam interaksi simbolik tersebut memperhatikan hal-hal sebagai berikut: telah nyata mampu membalikkan keadaan 1. Pesan dirancang dan disampaikan di Desa Plompong. Hasilnya, jika pada sedemikian rupa sehingga dapat menarik awal kelahirannya dicurigai dan dihambat perhatian sasaran pesan. perjalanannya karena perbedaan pandangan 2. Pesan menggunakan tanda-tanda yang dan simbol-simbol keagamaan, maka pada tertuju kepada pengalaman yang sama tahun 1980-an Muhammadiyah telah menjadi antara sumber dan sasaran, sehingga organisasi masyarakat yang dipercaya oleh sama-sama dapat dimengerti. masyarakat desa sebagai organisasi yang mampu menggerakkan pembangunan di 3. Pesan membangkitkan kebutuhan pihak Desa Plompong bersama-sama pemerintah sasaran dan menyarankan beberapa cara desa dan organisasi lainnya. untuk memperoleh kebutuhan itu. Satu hal penting yang ditemukan 4. Pesan memberikan jalan untuk dari penelitian adalah dalam proses ko­ memperoleh kebutuhan tadi. munikasi yang dijalankan oleh per­ge­ra­kan­ 5. Pesan diupayakan tidak memasuki ranah nya Muhammadiyah tidak pernah segan keyakinan yang bisa menimbulkan menyampaikan prinsip-prinsip keaga­ ­maan­ perdebatan atau pertentangan. nya secara terbuka, walaupun berbeda dengan Dengan strategi komunikasi seperti keyakinan warga desa pada umumnya. diuraikan di atas, Muhammadiyah telah Muhammadiyah tetap memegang teguh berhasil melakukan komunikasi organisasi prinsip-prinsip peribadatannya walaupun dengan baik sesuai tujuan disampaikannya menghadapi tantangan dari masyarakat dan pesan. Ukurannya dapat dilihat dari hal-hal pihak-pihak lain. Keterbukaan komunikasi sebagai berikut: tentang perbedaan antara Muhammadiyah 1. Pesan dari organisasi dapat diterima dan organisasi masyarakat lainnya di Desa dan dimengerti serta dipahami oleh Plompong, bukan suatu hal yang salah masyarakat dan pihak lain. karena pada akhirnya melahirkan kompromi- 2. Pesan yang disampaikan oleh organisasi, kompromi untuk terselesaikannya masalah seperti toleransi dan kompromi, walaupun harus melalui hambatan- dapat disetujui oleh penerima dan hambatan dalam prosesnya. ditindaklanjuti dengan perbuatan Kepercayaan masyarakat yang dipe­ yang diinginkan oleh Muhammadiyah, roleh­ oleh Muhammadiyah selanjutnya seperti penerimaan dan dukungan dari menjadi modal sosial (social capital) untuk masyarakat desa. memperkuat eksistensinya, membangun 3. Tidak ada lagi hambatan yang berarti program kerja atau amal usaha dan untuk melakukan programnya dalam berpartisipasi aktif dalam pembangunan desa. pembangunan desa. Melalui peran komunikasi yang dibangun

30 Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

4. Kepercayaan semakin menguat terhadap dan atau menjadi partisipan langsung dari kemampuan Muhammadiyah menjadi lembaga-lembaga yang didirikannya. Semua pelopor pembangunan desa, dan terhadap hal yang menggambarkan kepercayaan keyakinannya. warga Desa Plompong, menjadi kemudahan Mengacu kepada pandangan Lionberger bagi Muhammadiyah dalam menggerakkan dan Gwin (1982) efektivitas komunikasi organisasinya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dalam interaksi simbolik dapat positif yang telah ditetapkan. Keberhasilan diukur dari adanya dampak atau efek tertentu itu tentu tidak terlepas dari peran komunikasi pada komunikan, yaitu: dan koordinasi yang dalam hal ini sejalan a. Efek kognitif. Organisasi masyarakat dengan penelitian Gandasari (2015) yang dan warga Desa Plompong menjadi menyatakan bahwa koordinasi yang berfungsi tahu dengan visi misi organisasi dan dengan baik memang akan meningkatkan memaklumi jika ada perbedaan dengan efektivitas komunikasi organisasi dan masyarakat desa. pada akhirnya tujuan-tujuan individu dan Muhammadiyah dapat tercapai. b. Efek afektif. Karena telah memahami visi misi Muhammadiyah yang banyak Secara keseluruhan hasil penelitian juga bersentuhan dengan kebutuhan memperlihatkan bahwa interaksi simbolik masyarakat Desa Plompong, maka Muhammadiyah telah berhasil karena timbul sikap masyarakat untuk tidak didahului oleh kepercayaan warga desa mempermasalahkan perbedaan dan sehingga tercipta komunikasi yang efektif, dan menjadi pendorong terwujudnya sebagaimana disampaikan oleh Herdianto kompromi dan toleransi masyarakat (2010), bahwa dalam hubungan komunikasi Desa Plompong terhadap keberadaan yang efektif kepercayaan menjadi dasarnya. Muhammadiyah. Pada prinsipnya, kepercayaan hanya bisa muncul jika memiliki integritas pribadi c. Efek behavior. Dampak yang timbul dari yang mencakup hal-hal yang lebih luas dari efek behavior adalah timbulnya dukungan sekedar kejujuran. berpartisipasi langsung dari masyarakat Desa Plompong, baik sebagai partisipan Pada prosesnya, komunikasi yang lembaga-lembaga yang didirikan oleh efektif membutuhkan umpan balik yang Muhammadiyah, sampai bersedia ber­tujuan untuk mengevaluasi keberhasilan menjadi simpatisan atau anggota di pe­nyampaian informasi pada penerimanya dalamnya. (Nurrohim & Lina, 2009). Umpan balik dari masyarakat dalam proses komunikasi d. Paling tinggi kadarnya adalah dampak orga­nisasi, dapat dilihat melalui adanya behavioral, yakni dampak yang timbul pe­nolakan, penafsiran, pemahaman, dan pada komunikan dalam bentuk perilaku, kom­promi sekaligus kesepakatan terhadap tindakan atau kegiatan yang sejalan prinsip-prinsip keagamaan serta visi dan dengan Muhammadiyah, seperti selalu misi Muhammadiyah. Data-data tersebut memberikan dukungan atau partisipasi me­nunjukkan bahwa komunikasi efektif langsung. diperoleh karena adanya pemahaman yang Realitas dari hasil penelitian yang sama akan makna simbol-simbol (dalam ma­­ memerlihatkan kepercayaan dan dukungan salah ini simbol-simbol keagamaan) yang di­ masyarakat, memberikan keuntungan ko­munikasikan, sehingga perbedaan yang ada yang banyak bagi Muhammadiyah sebagai di dalamnya dipandang masyarakat bu­kan organisasi masyarakat di Desa Plompong men­jadi sesuatu yang harus dipertentang­kan. dan memiliki tujuan berpartisipasi dalam Keterbukaan terhadap perbedaan-perbe­daan pembangunan desa. Hambatan-hambatan yang terdapat dalam pandangan atau simbol- prinsip yang besar tidak dihadapi lagi, simbol keagamaan yang akhirnya melahir­kan karena semakin banyaknya warga desa yang kompromi-komromi (setelah melalui pro­ses mendukung gerakannya, menjadi mitra, pertentangan yang panjang tetapi berhasil

31 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 diantisipasi antara lain melalui komunikasi DAFTAR PUSTAKA kekeluargaan) ini, menjadi contoh telah terciptanya sebuah efektifitas komunikasi. Anugrahani. (2014). “Pemaknaan Etnis Tionghoa dalam Mengaktualisasikan SIMPULAN Nilai Leluhur pada Bisnis Perdagangan Muhammadiyah yang memiliki perbe- (Studi Fenomenologi Jaringan daan dalam soal penerapan aqidah Islamiyah Komunikasi Pedagang Tionghoa di telah berhasil mengatasi hambatan yang di- Kabupaten Kediri)”. Jurnal Penelitian lakukan oleh masyarakat dengan melakukan Ilmu Komunikasi. 1 (1): 1-16. tindak komunikasi yang tepat dalam interak- Gandasari, Diah. (2015). “Proses Kolaboratif si simbolik. Proses interaksi simbolik dilaku- antar Pemangku Kepentingan pada kan melalui keterbukaan dan tidak menutupi Konsorsium Anggrek Berbasis adanya perbedaan. Komunikasi. Mimbar. 31 (1): 81-91. Interaksi simbolik yang dilakukan mela- lui komunikasi interpersonal, komunikasi Habermas, Jurgen. (2007). Teori Tindakan dialogis, dan komunikasi kelompok untuk Komunikatif II: Kritik atas Rasio menyampaikan keterbukaan prinsip dan Fungsionaris. Terj. Nurhadi. Yogyakarta: menawarkan tindakan komunikatif yang Kreasi Wacana. mengarahkan para pelaku komunikasi untuk Herdianto W. (2010). Lima Hukum Komunikasi mencapai konsensus bersama telah mendu- Efektif. Diunduh 15 Oktober 2013. kung keberhasilan organisasi untuk mewu- Tersedia: http://wanvisioner.blogspot. judkan interaksi simbolik yang positif dan com/2010/01/reach-lima-hukum- keberhasilan program kerjanya. komunikasi-efektif. html. Komunikasi berlandaskan kekeluargaan Jamal, E. (2009). “Membangun Momentum telah menjadi alat efektif untuk Baru Pembangunan Pedesaan di meminimalisir konflik dalam interaksi Indonesia”. Jurnal Litbang Pertanian simbolik, membangun definisi situasi Jakarta. 28 (1): 7-13. bersama komunikasi dan membuka ruang partisipasi dalam pembangunan desa. Jones, P. (1979). Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kusumastuti, E. (2006). “Laesan sebuah Fenomena Kesenian Pesisir: Kajian Interaksi Simbolik antara Pemain dan Penonton”. Harmonia Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni.7 (3): 10-19. Lionberger HF, Gwin. (1982). Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. Illinois: The Interstate Printers & Publishers.

32 Muhammad Luthfie, dkk, Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Nashir, Haedar. (2001). Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Nurrohim H, Lina A. (2009). “Efektivitas Komunikasi dalam Organisasi”. Jurnal Manajemen. 7 (4): 8-9 [Pemdes] Pemerintah Desa Plompong.(2014). Profil Desa dan Kelurahan (Prodeskel) Tahun 2014, Pemdes Plompong, Brebes. Perda Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa,Bagian Humas Pemkab Brebes, Brebes. Poloma, M. (2007). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rahardjo S. (2007). “Konflik Antara NU dan Muhammadiyah 1960-2002 (Studi Kasus di Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta”. Disertasi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Ritzer G, Douglas JG. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Royyani. (2012). Selayang Pandang Ranting Muhammadiyah Plompong Dari Masa Ke Masa (Sebuah Harapan dan Realita). Brebes: PRM Plompong. Siregar NSS. (2011). “Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik”. Perspektif Jurnal Isipol UMA. 4 (2): 100-110. Somantri, G Rusliwa. (2005). “Memahami Metode Kualitatif”. Makara Sosial Humaniora.9 (2): 57-65.

33 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

34 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ...

ANALISIS SEMIOTIK ATAS SAMPUL MAJALAH TEMPO JAKARTA “RIZAL RAMLI PETARUNG ATAU PERAUNG”

Wildan Yusran [email protected] Hanny Hafiar [email protected] Diah Fatma Sjoraida [email protected] Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadajaran

Abstract This study uses qualitative methods with semiotics analysis from Charles Sanders Peirce. The purposes of this study are to determine the symbol contained in MBM Tempo, the meaning contained within the symbol, and how these symbols constructing Rizal Ramli’s Image as the howling. The result of this study showed MBM Tempo Jakarta cover “The Fighter or The Howling” 24-30 August 2015 Edition consist of three main symbols, Rizal Ramli’s on his hips, pointing and opened mouth, a hand hold puppet stick, and text symbol. Rizal Ramli’s caricature in the cover of MBM Tempo is an illustration of the text is written in the middle of Tempo’s cover, so that both are interlocked. These symbols have different meanings. The meaning of each symbol constructing the image of Rizal Ramli as the howling in the cover of MBM Tempo. The conclusion of this study showed that the symbols MBM Tempo Jakarta cover “The Fighter or The Howling” 24-30 August 2015 Edition consist of three main symbols, Rizal Ramli’s on his hips, pointing and opened mouth, a hand hold puppet stick, and text symbol included to typography. Abstrak Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui simbol yang terdapat dalam MBM Tempo, makna yang terkandung dalam simbol-simbol, dan simbol pada MBM Tempo dapat mengkonstruksi citra Rizal Ramli sebagai Peraung. Hasil penelitian menunjukkan sampul MBM Tempo Jakarta “Rizal Ramli Petarung atau Peraung” Edisi 24-30 Agustus 2015 terdiri dari tiga simbol utama, simbol gesture Rizal Ramli sedang berkacak pinggang, menunjuk dan mulut terbuka, simbol tangan yang memegang tuding, dan simbol teks. Karikatur Rizal Ramli yang terdapat dalam sampul MBM Tempo merupakan ilustrasi dari teks yang tertulis ditengah sampul Tempo, sehingga keduanya saling berkaitan. Simbol-simbol tersebut memiliki makna yang berbeda-beda. Makna yang terkandung dari setiap simbol mengkonstruksikan citra Rizal Ramli sebagai Peraung dalam sampul MBM Tempo. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat tiga simbol utama dalam sampul MBM Tempo Jakarta “Rizal Ramli Petarung atau Peraung” Edisi 24-30 Agustus 2015, yaitu simbol gesture Rizal Ramli sedang berkacak pinggang, menunjuk, dan mulut terbuka, simbol tangan wayang yang memegang tuding, dan simbol teks yang termasuk tipografi. Keywords: Semiotics, Charles Sanders Peirce, Magazine Cover, Tempo.

1 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN mengkritik kinerja para menteri Jokowi, Belum ada satu tahun masa kepemimpi- terutama menteri-menteri yang membidangi nannya, Presiden Jokowi melakukan perom- ekonomi dan perdagangan. Di dalam suatu bakan terhadap Kabinet Kerja pada tanggal acara diskusi di Jakarta, pada 4 Februari 2015, 12 Agustus 2015. Terdapat lima menteri yang Rizal Ramli bahkan dengan terang-terangan masuk dalam pemerintahan Jokowi-Kalla. Isu mengatakan bahwa banyak mentri di reshuffle kabinet ini sudah berhembus sejak Kabinet Kerja Jokowi sangat tak berkualitas. pertengahan tahun 2015. Menko Perekomian Kualitasnya bukan “kw-2” lagi, tetapi Sofyan Djalil digantikan oleh Darmin Nasu- “kw-3”. Beliau pun mencontohkan Menteri tion, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdji- Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan atno digantikan oleh Luhut Binsar Panjaitan, Tedjo Edhy Purdijatno yang dianggap Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo di- memperkeruh konflik antara KPK dan Polri, gantikan oleh Rizal Ramli, Menteri Kepala saat mengatakan rakyat pendukung KPK Bappenas Andrinov Chaniago digantikan adalah rakyat yang tidak jelas. oleh Sofyan Djalil, dan Menteri Perdagangan Hal tersebut merupakan hal yang tidak Rahmat Gobel digantikan oleh Thomas Lem- lazim dan akan menimbulkan kontroversi, bong. seseorang mengkritik orang lain dari Nama Rizal Ramli yang memasuki jajaran instansinya sendiri dan diumbar pada publik. Kabinet Kerja sebagai Menteri Koordinator Seperti Rizal yang mengkritik Kementrian Kemaritiman dalam perombakan yang BUMN dalam rencana pembelian pesawat dilakukan Presiden membuat baru untuk maskapai Indonesia dan banyak orang yang heran karena sebelumnya proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt. beliau beberapa kali melontarkan kritik keras Kritikan tersebut akan menimbulkan kesan kepada pemerintah. Menjadi pertanyaan tidak baik oleh masyarakat bahwa hubungan siapakah yang “membawa” Rizal Ramli internal dalam instansi tersebut tidak baik. masuk ke dalam jajaran Kabinet Kerja. Rizal Dengan begitu selain menurunkan citra Ramli mengatakan bahwa dirinya tidak Rizal sendiri, beliau akan menurunkan citra menjalin kontak dengan Megawati untuk dari instansi Rizal berada yaitu Kabinet Kerja menjadi menteri. Pengakuan Rizal Ramli Kepemerintahan. ini sejalan dengan pernyataan Ketua Dewan Jokowi menyebut Rizal Ramli sebagai Kepemimpinan Pusat PDI-P, Andreas Pareira. petarung, ia pun menyadari bahwa Rizal Menurutnya, PDI-P tidak menerbitkan surat Ramli banyak mengkritik kebijakannya. dukungan untuk Rizal Ramli (Dikutip dari Dugaan Jokowi ini tidak salah seluruhnya. MBM Tempo edisi 24-30 Agustus 2015). Sebab, sehari setelah dilantiknya Rizal Ramli Citra Rizal Ramli yang baru menjabat sebagai Menko Kemaritiman, ia memancing menjadi Menteri Koordinator (Menko) emosi Menteri BUMN dan mengajak duel Kemaritiman setelah adanya reshuffle Kabinet Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Kerja dalam kepemimpinan Presiden Jokowi Dalam laporan utama Majalah Berita tidak begitu mulus. Hal itu disebabkan oleh Mingguan (MBM) Tempo, citra Rizal Ramli perilaku beliau sendiri yang baru sehari masa sebagai peraung sangat ditonjolkan karena jabatannya sudah meminta agar PT Garuda beliau mengumbar kritik ke media dan Indonesia Tbk membatalkan pembelian menyerang koleganya di kabinet. Selama ini 30 unit pesawat Airbus A350. Rizal Ramli beliau memang dikenal sebagai pengkritik menganggap pembelian Airbus A350 bakal keras sejumlah kebijakan pemerintah. Bahkan bikin Garuda keok (Dikutip dari MBM Tempo saat menjelang akhir rapat, saat Jokowi 24-30 Agustus 2015). memberi Jusuf Kalla untuk menyampaikan Jauh sebelum kritik pedas terhadap sambutan penutup. Rizal Ramli kembali rekannya sendiri dalam jajaran menteri- mengangkat tangan untuk meminta waktu menteri Kabinet Kerja, Rizal juga sering berbicara lagi.

2 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ...

Rizal Ramli menuding ada pejabat judul “Rizal Ramli Petarung atau Peraung.” yang “bermain” dalam proyek kereta api Pengertian majalah menurut KBBI cepat Jakarta-Bandung, tudingan tersebut adalah terbitan berkala yang isinya meliputi mendapat respon dari Alwi Hamu selaku berbagai liputan jurnalistik, pandangan Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden tentang topik aktual yang patut diketahui bahwa Rizal Ramli tidak punya sopan santun. pembaca dan menurut waktu penerbitannya Husain Abdullah, juru bicara wakil presiden dibedakan atas majalah bulanan, tengah Jusuf Kalla, mengatakan tidak sepantasnya bulanan, mingguan, dan sebagainya dan menteri menantang wakil presiden. Rini menurut pengkhususan isinya dibedakan Soemarno selaku Menteri Badan Usaha atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, Milik negara juga menanggapi raungan Rizal sastra, ilmu pengetahuan tertentu, dan Ramli dengan mengatakan, “Bicara itu harus sebagainya. dengan dasar, jangan sembarangan.” Tipe suatu majalah ditentukan oleh Peraung adalah kata yang cocok untuk sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak Rizal Ramli saat baru diangkat menjadi Menteri awal redaksi sudah menentukan siapa yang Koordinator Kemaritiman, karena beliau akan menjadi pembacanya, apakah anak- baru sehari dan sudah banyak mengkritik anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, kebijakan pemerintah Jokowi. Jika beliau atau untuk pembaca umum dari remaja sudah membuktikan hasil kinerjanya sangat sampai dewasa (Ardianto, 2004: 112). baik dalam kabinet ini, beliau dapat dikatakan Walaupun majalah dan surat kabar sama- sebagai peraung. Akan tetapi baru sehari sama media massa cetak, tetapi keduanya menjabat, beliau sudah mengkritik sana- memiliki karakteristik yang berbeda. sini. “BUMN itu jelas di bawah kementerian Majalah menyajikan berita lebih dalam koordinator perekonomian, bukan di bawah karena frekuensi terbit majalah yang relatif kementerian koordinator kemaritiman. Jadi lebih lama dari surat kabar. Nilai aktualitas jangan ada yang mencampuri Garuda di luar yang dikandung berita majalah lebih lama. kementerian koordinator perekonomian” Kemudian majalah meyajikan lebih banyak kata Rini Soemarno. foto atau gambar dari surat kabar. Dan yang Rizal Ramli tidak hanya kali ini terakhir memiliki sampul (cover) majalah bergesekan dengan Jusuf Kalla. Rizal Ramli sebagai daya tarik. dijegal ketika dicalonkan menjadi Menteri Sampul majalah ibarat pakaian dan Keuangan atau Menteri BUMN oleh Presiden aksesorisnya pada manusia. Sampul majalah di periode biasanya menggunakan kertas yang bagus pertama pemerintahannya, 2004-2009. Kalla dengan gambar dan warna yang menarik. berkeras mencoret nama Rizal, yang dianggap Menarik tidaknya sampul suatu majalah menolak Dana Moneter Internasional (IMF). sangat bergantung pada tipe majalahnya, “Seorang Menteri Keuangan harus netral serta konsistensi atau keajegan majalah dan konservatif. Jadi kami cari orang yang tersebut dalam menampilkan ciri khasnya moderat,” kata Kalla waktu itu (Dikutip (Ardianto, 2004: 114). pada MBM Tempo edisi 24-30 Agustus 2015 Dalam sampul ini sosok Rizal Ramli halaman 32). dikonstruksikan dalam bentuk wayang kulit. Terkait dengan kegaduhan dan kon­tro­ Wayang kulit adalah wayang yang terbuat versi yang dibuat Rizal Ramli sebagai Menko dari kulit, sehingga memiliki bayangan saat Kemaritiman, Majalah Berita Mingguan digunakan dalam pentas wayang. Wayang (MBM) Tempo mengangkat tema tersebut kulit sudah ada dari kurang lebih selama 3.478 menjadi laporan utama pada edisi 24-30 tahun. Wayang kulit dipastikan berasal dari Agustus 2015. Dengan demikian, sampul Indonesia, lebih tepatnya di Jawa lah dibuat majalah pada edisi tersebut juga meng­ peralatan wayang kulit dengan peralatan gambarkan isi laporan utamanya dengan serba sederhana.

3 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Dalang dalam sampul ini digambarkan Karikatur Rizal Ramli dalam sampul memiliki warna kulit lebih gelap dari Rizal ini digambarkan seolah-olah sedang Ramli. Tangan kiri dalang yang menggerakan menghardik seseorang. Pose Rizal Ramli wayang Rizal Ramli. Dalam ilmu perdalangan, tengah berkacak pinggang serta menunjuk para raksasa dan keluarga Kurawa diletakan menggunakan tangan kanannya serta ta­ di sisi sebelah kiri dalang (http://www. ta­pan mata yang lurus ke depan. Berkacak disparbud.jabarprov.go.id/wisata/ensiklo- pinggang atau bertolak pinggang me­nun­ det.php?id=50&lang=id diakses pada 25 ju­kan sikap tertentu. Bahasa tubuh ini juga Oktober 2015 pukul 23.29) Wayang yang bisa melambangkan arogansi. Gerakan ini diletakan di sisi kiri dalang, digerakan menunjukan keagresifan dan kesiagaan pula oleh tangan kiri dalang seperti yang seseorang terhadap lingkungannya. tergambar dalam sampul ini. Sampul MBM TEMPO merupakan Kurawa merupakan seratus sosok ber­ komunikasi visual dan bentuk dari peng­ sifat jahat. Kurawa selalu bermusuhan aplikasian desain komunikasi visual. Sampul dengan Pandawa (lima pahlawan dalam dunia tersebut didesain oleh desainer sesuai perwayangan). Kurawa bertindak kejam, dengan berita yang dimuat di dalam majalah licik dan mengingkari aturan yang ada di tersebut. Dalam hal ini sampul merupakan Negara Astina, sehingga bisa mengambil alih bagian dari komunikasi visual. Komunikasi kekuasaan negara tersebut. Salah satu kurawa visual adalah komunikasi menggunakan yang terkenal adalah Citrayudha. Citrayudha bahasa visual di mana unsur dasar bahasa digambarkan memiliki bibir yang sangat lebar visual (yang menjadi kekuatan utama dalam karena sifatnya lucu, banyak akal, pandai penyampaian pesan) adalah segala sesuatu bicara dan suka mencela. Penggambaran yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk fisik Citrayudha mirip dengan apa yang ada menyampaikan arti, makna, atau pesan dalam kariaktur sampul Tempo edisi 24-30 (Kusrianto, 2007: 10). Komunikasi visual Agustus 2015. mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, Sejak jaman primitif, manusia telah gambar, grafis, ilustrasi, dan warna dalam menggunakan bahasa tubuh untuk meng­ penyampaiannya. ekspresikan suatu maksud. Dalam per­ Dalam DKV tidak ada aturan atau hukum kembangannya, kita dapat menge­lompokkan yang baku, desainer bisa memakai sarana hal itu ke dalam beberapa kelompok, salah dan teknik dalam suatu karya secara efektif. satunya bahasa tubuh. Biasanya seseorang Menurut Tom Lincy (Kusrianto, 2007: 277) yang gelisah akan menunjukkan gerakan- ada lima prinsip utama yang bisa digunakan gerakan tubuh yang memperlihatkan gejala dalam desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kegelisahannya. Demikian juga seorang kontras, irama dan kesatuan. perempuan yang mencoba menarik perhatian Seperti penjelasan di atas, sampul seorang pria akan menunjukkan gerakan- majalah mencerminkan isi dari rubrik laporan gerakan bahasa tubuh yang memberi isyarat utama. Dengan demikian karikatur dalam bahwa ia bersedia didekati pria tersebut sampul majalah Tempo edisi 24-30 Agustus (Kusrianto, 2007: 7). 2015 mengkonstruksikan majalah Tempo Karikatur adalah gambar lelucon terhadap kegaduhan Rizal Ramli setelah yang membawa pesan kritik sosial (Sobur, diangkat menjadi Menko Kemaritiman. 2006:138). Menurut Sudarta, kartun adalah Karikatur ini menggambarkan ada dalang semua gambar humor, termasuk karikatur itu yang menggerakkan Rizal Ramli. sendiri. Sedangkan karikatur adalah deformasi Sedangkan pengertian Citra menurut berlebihan atas wajah seseorang, biasanya KBBI adalah gambaran. Dalam konteks orang terkenal, dengan “mempercantiknya” politik pengertian citra adalah gambaran dengan penggambaran ciri khas lahiriahnya diri yang ingin diciptakan oleh seorang untuk tujuan mengejek. tokoh masyarakat. Jalaludin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa:

4 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ...

“Citra adalah gambaran/peta tentang realitas terkait dengan pikiran manusia – seluruhnya dan tidak sesuai dengan realitas, citra adalah terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak dunia menurut persepsi”. (Rakhmat, 1985: begitu, manusia tidak akan bisa menjalin 221). Citra selalu berhubungan dengan hubungan dengan realitas. Semiotika kenyataan dan merupakan kesan, perasaan mempelajari hakikat tentang keberadaan dan gambaran seseorang terhadap objek. suatu tanda (Ardianto, 2014:80). Basisnya Citra inilah yang mempengaruhi suatu adalah pengertian tanda, yakni segala objek. sesuatu yang secara konvensional dapat Dengan penjelasan di atas bahwa menggantikan atau mewakili sesuatu yang karikatur merupakan gambar lelucon yang lain (Sobur, 2012: 102-103). membawa pesan kritik sosial, sampul majalah mencerminkan isi dari rubrik laporan utama, HASIL DAN PEMBAHASAN dan juga citra adalah gambaran diri yang ingin diciptakan, peneliti ingin mengetahui citra Simbol-simbol dalam Sampul MBM Rizal Ramli seperti apa yang dikonstruksikan Tempo Jakarta dalam sampul MBM Tempo. Untuk itu Simbol merupakan salah satu istilah peneliti tertarik untuk mengangkat tema yang memiliki arti beragam. Dalam arti luas, “Konstruksi Citra Rizal Ramli dalam Sampul simbol adalah sinonim dari tanda. Menurut Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo Peirce simbol adalah tanda yang menunjukkan Jakarta “Rizal Ramli Petarung atau Peraung” hubungan alamiah antara penanda dengan Edisi 24-30 Agustus 2015” petandanya dengan hubungan berdasarkan konvensi atau kesepakatan bersama. Simbol KAJIAN PUSTAKA berhubungan dengan konsep yang ada. Dapat berkembang menjadi simbol baru dalam Bidang kajian semiotika atau semiologi masyarakat berdasarkan pengalaman dan mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu kesepakatan dari masyarakat. Simbol yang bagaimana memahami sistem tanda yang sudah ada ditambahkan dengan konsep baru ada dalam teks agar bisa menangkap pesan akan membuat simbol baru yang nantinya yang terkandung di dalamnya (Sobur, 2012: akan berkembang juga. Peirce mengatakan 106). Dengan kata lain, penggunaan kata dalam tulisannya, semiologi menunjukkan pengaruh kubu Saussure, sedangkan semiotika lebih tertuju “Symbols grow. They come into being kepada kubu Peirce. Istilah semiotika by development out of other signs, maupun semiologi dapat digunakan untuk particularly from likenesses or from merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda mixed signs partaking of the nature of tanpa adanya perbedaan pengertian yang likenesses and symbols. We think only tajam (Budiman, 2011: 3). Baik Saussure dan in signs. These mental signs are of mixed nature; the symbol-parts of them Peirce, keduanya melihat tanda sebagai pusat are called concepts. If a man makes a studi mereka (Crow, 2010: 13). new symbol, it is by thoughts involving Istilah semiotika yang dimunculkan pada concepts. So it is only out of symbols akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik that a new symbol can grow.” (Peirce, Amerika, Charles Sanders Peirce, merujuk 1998: 10) kepada “doktrin formal tentang tanda- Simbol-simbol yang terdapat pada tanda”. Semiotika merupakan persamaan sampul MBM Tempo dapat dilihat oleh dari semiologi atau istilah yang lebih pembaca. Simbol-simbol yang dikonstruksi umum digunakan (Nöth, 1995: 5). Hal yang memiliki sifat konvensi atau kesepakatan menjadi dasar dari semiotika adalah konsep bersama. Ketika pembaca melihat sampul tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem MBM Tempo, pembaca dapat melihat komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, karikatur Rizal Ramli yang sedang menunjuk, melainkan dunia itu sendiri pun – sejauh berkacak pinggang, dengan mulut terbuka

5 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 dan ada tangan yang memegang tuding identified these plain suits with political and yang terhubung dengan tangan Rizal Ramli personal liberty”(Budiman, 2011). Jas tidak yang sedang menunjuk. Citra Rizal Ramli berkaitan dengan citra Rizal Ramli sebagai dalam karikatur tersebut akan dikonstruksi petarung atau peraung. oleh pembaca baik atau buruknya. Citra itu Jadi, simbol-simbol yang terdapat pada sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat sampul MBM Tempo meliputi Gesture Rizal diukur secara matematis, tetapi wujudnya Ramli sedang berkacak pinggang, menunjuk, bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau dan mulut terbuka, Tangan sedang buruk. (Ruslan, 2014: 75). memegang tuding, dan Teks “Petarung atau Sampul majalah ibarat pakaian dan Peraung”. Pembahasan mengenai gesture aksesorisnya pada manusia. Sampul majalah Rizal Ramli meliputi simbol-simbol tangan biasanya menggunakan kertas yang bagus Rizal Ramli sedang menunjuk, berkacak dengan gambar dan warna yang menarik. pinggang, dan mulut terbuka. Pembahasan Menarik tidaknya sampul suatu majalah mengenai tangan sedang memegang tuding sangat bergantung pada tipe majalahnya, yang merupakan tuding dari wayang dan serta konsistensi atau keajegan majalah tangan tersebut tangan dalang. Sedangkan tersebut dalam menampilkan ciri khasnya pembahasan teks “Petarung atau Peraung” (Ardianto, 2004: 114). Dalam setiap sampul meliputi jenis font dan penempatan teks. majalah berita mingguan Tempo, sebagian Adapaun pemahaman mengenai simbol besar menggunakan karikatur untuk dapat diperoleh melalui interaksi, hal ini menarik perhatian dari pembaca. Selain sesuai dengan pernyataan “pengalaman untuk menarik pembaca, sampul majalah komunikasi dapat dihasilkan dari interaksi Tempo juga digunakan untuk menyampaikan antar individu yang melibatkan proses kritik sosial dengan menggunakan karikatur berbagi makna melalui simbol tertentu” sebagai sampul. Karikatur adalah gambar (Nurtyasrini & Hafiar, 2016) lelucon yang membawa pesan kritik sosial Melihat simbol pada sampul MBM Tempo (Sobur, 2006: 138). edisi 24-30 Agustus 2015, terdapat simbol- Karikatur yang terdapat pada sampul simbol yang terlihat jelas oleh pembaca. Tempo dalam MBM Tempo Jakarta “Rizal Simbol pertama yang terlihat adalah simbol Ramli Petarung atau Peraung” Edisi 24-30 Rizal Ramli sebagai wayang sedang berkacak Agustus 2015, merupakan karikatur dari pinggang, menunjuk, dan mulut terbuka. A Rizal Ramli yang pada saat itu menjabat symbol is a sign that stands for its object by sebagai menteri koordinator kemaritiman. convention or agreement in specific contexts. “Citra adalah gambaran/peta tentang realitas For example, a rose is a symbol of love in dan tidak sesuai dengan realitas, citra adalah some cultures. (Danesi, 2004:27). Pembaca dunia menurut persepsi”. (Rakhmat, 1985: akan menghubungkan karikatur Rizal Ramli 221). Citra Rizal Ramli terkonstruksi dalam tersebut dengan ide yang terdapat dalam benak pembaca MBM Tempo saat melihat benaknya. Menghubungkan karikatur dari sampul MBM Tempo apakah Rizal Ramli benak pembaca dengan realita yang pernah Petarung atau Peraung. Karikatur Rizal Ramli dialami, diketahui, maupun dilihat oleh digambarkan sedang menunjuk, berkacak pembaca. pinggang dengan mulut yang terbuka, Gerakan tangan Rizal Ramli yang terdapat tangan yang sedang memegang sedang berkacak pinggang, menunjuk dan tuding wayang yang terhubung dengan mulut terbuka termasuk simbol-simbol yang tangan Rizal Ramli, serta terdapat teks menjadi satu kesatuan pada simbol Gesture “Petarung atau Peraung.” Sedangkan simbol Rizal Ramli. “Mind finds in its semiosic pakaian yang dikenakan oleh Rizal Ramli surroundings that which it is capable of tidak termasuk karena jas memiliki makna constructing, partly in accord with a given set bahwa yang mengenakan orang penting of conventions” (Merrel, 1997:26). Pemikiran dan termasuk dalam politik. “English people dari pembaca yang meliputi pengalaman

6 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ... dan kenyataan yang dimiliki pembaca, dapat menggerakkan tangan wayang, baik untuk membuat simbol Rizal Ramli yang sedang gesture saat wayang itu bicara, saat diarikan, berkacak pinggang, menunjuk dan mulut dan diperangkan (Diakses dari http://www. terbuka menjadi simbol kemarahan Rizal disparbud.jabarprov.go.id/wisata/ensiklo- Ramli yang disepakati secara konvensional. det.php?id=62&lang=id pada tanggal 26 Peneliti melihat dalam simbol Rizal November 2016 pukul 17.50 WIB). Ramli sebagai wayang tangan menunjuk ke Terdapat proses berpikir dan membuat arah atas ditujukan kepada seseorang atau ide yang ada dalam pikiran pembaca sesuatu yang berada di atas. “Sometimes berdasarkan pengalaman dan pengetahuan pointing is solely nonverbal, and pointing at umum saat melihat simbol tangan yang others is often considered an offensive gesture” sedang memegang tuding dalam sampul (Tubbs, 2008: 124). Tangan menunjuk MBM Tempo. Masyarakat Indonesia sebagian merupakan gesture yang dapat membuat besar mengetahui budaya pewayangan, orang lain tersinggung. Mulut terbuka dan sehingga yang terdapat dalam pemikiran pose berkacak pinggang dalam karikatur pembaca bahwa gagang tersebut merupakan tersebut melambangkan sikap Rizal Ramli tuding yang dipegang oleh dalang dalam dalam kabinet seperti mengkritik menteri- budaya pewayangan. menteri lain. Terutama mulut yang terbuka, Komunikasi visual adalah komunikasi merupakan bagian dari ekspresi wajah Rizal menggunakan bahasa visual di mana unsur Ramli yang berpengaruh terhadap komunikasi dasar bahasa visual (yang menjadi kekuatan Rizal Ramli dalam sampul tempo. “In fact, utama dalam penyampaian pesan) adalah facial cues are the single most important segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat source of nonverbal communication” (Tubbs, dipakai untuk menyampaikan arti, makna, 2008: 118). Faktanya, isyarat pada wajah atau pesan (Kusrianto, 2007: 10). Berdasarkan adalah sumber yang paling penting dalam pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi nonverbal. Adapun pesan dalam sampul MBM Tempo ini tangan yang nonverbal seperti pesan proksemik, pesan sedang memegang tuding memiki arti, gestural, pesan fasial dan pesan artifaktual makna, atau pesan yang ingin disampaikan sangat dipengaruhi oleh aspek kebudayaan oleh MBM Tempo kepada pembaca. Lebih (Utami, 2016) tepatnya pesan yang dikomunikasikan dalam Tangan menunjuk ke arah atas ditujukan gambar tangan yang sedang memegang kepada seseorang atau sesuatu yang berada tuding, memiliki hubungan yang penting di atas. Hal ini mempengaruhi citra Rizal terhadap karikatur Rizal Ramli. Ramli yang akan dikonstruksi oleh pembaca. Hubungan tersebut yaitu tangan “The gesture is that phase of the individual tersebut merupakan tangan dari dalang. act to which adjustment takes place on the Tangan dalang tersebut mengendalikan part of other individuals in the social process perilaku dan sifat Rizal Ramli sebagaimana of behavior” (Mead, 1934 dalam Nöth, 1995: fungsi dalang dalam pagelaran wayang 393). Gesture merupakan fase dari tindakan yaitu penutur kisah kepada penonton. Dia individu dalam menyesuaikan terhadap adalah penutur kisah, penyanyi lagu, yang individu lainnya dalam proses sosial. mengajak memahami suasana pada saat Simbol selanjutnya yang terdapat dalam tertentu, pemimpin suara gamelan yang sampul MBM Tempo edisi 24-30 Agustus mengiringi, dan di atas segalanya itu, dialah 2015 yaitu, tangan yang sedang memegang pemberi jiwa pada boneka atau pelaku- tuding. Terlihat pada sampul Tempo, tuding pelaku manusianya itu (Groenendel, 1987: yang terhubung dengan tangan Rizal Ramli 6). Dalam pagelaran wayang, terdapat banyak sedang dipegang oleh tangan seseorang. aktor yang dimainkan oleh dalang untuk Tuding sendiri merupakan simbol yang menceritakan kisah-kisah pewayangan. penting dalam karikatur ini. Tuding Aktor-aktor tersebut merupakan wayang itu memiliki fungsi untuk menghidupkan atau sendiri. Rizal Ramli merupakan wayang yang

7 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 sedang dikendalikan oleh tangan dalang Rizal Ramli dan tertutup sedikit oleh gambar memegang tuding yang terhubung dengan dari tuding yang terhubung dari tangan Rizal Ramli. Dalam pagelaran wayang Rizal dalang ke tangan Rizal Ramli yang sedang Ramli merupakan salah satu aktor yang menunjuk. Pembaca diberi dua pilihan dikendalikan dan dimainkan oleh dalang. dalam mengartikan citra yang dikonstruksi Dalam kisah pewayangan masuk dan oleh Tempo terhadap Rizal Ramli dengan keluarnya wayang tergantung oleh dalang menaruh teks “Petarung atau Peraung”. Serif dalam menceritakan kisah pewayangan. adalah bentuk tambahan pada huruf berupa Selain itu, kisah yang diceritakan oleh dalang kait. Typeface jenis serif muncul lebih dulu dapat dipesan sesuai keinginan dari pemesan dibandingkan jenis sans serif (Tanpa serif) pagelaran wayang, tidak hanya terbatas (Rustan, 2010: 35). Dapat dikatakan bahwa dengan kisah Ramayana dan Mahabarata teks “Petarung atau Peraung” termasuk saja. Terdapat lakon yang sesuai untuk setiap dalam jenis sans serif karena tidak memiliki suasana, sebagaimana ditunjukkan antara kait pada hurufnya. lain oleh Kats (1923:108-9). Ada lakon-lakon tentang perkawinan dan kelahiran, tentang Makna dari Simbol-simbol dalam panen, untuk memanggil hujan (Groenendel, Sampul MBM Tempo Jakarta 1987: 166). Tangan menunjuk dan berkacak Simbol selanjutnya yang terdapat pada pinggang termasuk sebagai Gesture. “Words, sampul MBM Tempo edisi 24-30 Agustus gestures, and symbols are examples of 2015 adalah teks “Petarung atau Peraung”. conventional signs” (Danesi, 2002: 9). Tangan Teks “Petarung atau Peraung” berada menunjuk akan dimaknai oleh pembaca pada tengah sampul MBM Tempo sebagai berarti ada seseorang atau sesuatu yang tipografi dalam komunikasi visual. Tipografi sedang ditunjuk oleh Rizal Ramli. “Pointing dalam konteks desain komunikasi visual we see in adult conversation and storytelling mencakup pemilihan bentuk huruf, besar is not pointing at physically present objects huruf, cara, dan teknik penyusunan huruf or location but is instead abstract pointing” menjadi kata atau kalimat sesuai dengan (McNeill, 2008: 40). Tidak ada seseorang karakter pesan yang ingin disampaikan maupun sesuatu yang ditunjuk oleh Rizal (Tinarbuko, 2008:28). Pada bagian atas teks Ramli dalam karikatur pada sampul MBM “Petarung atau Peraung” terdapat teks “Rizal Tempo edisi 24-30 Agustus 2015, hal abstrak Ramli”. Dua teks tersebut saling berkaitan, tersebut terdapat hubungannya dengan sikap teks “Rizal Ramli” menjadi penjelas tema Rizal Ramli dalam kenyataan dan berita yang berita utama pada MBM Tempo edisi 24-30 disampaikan oleh Tempo. Agustus 2015. Sedangkan teks “Petarung atau Peraung” menjadi pelengkap terhadap teks Menunjuk kearah atas memiliki banyak sebelumnya. Teks “Petarung atau Peraung” makna yang terkandung dan setiap orang dibuat tebal dan lebih besar sebagai memiliki pemikiran yang berbeda-beda penekanan dan lebih mudah tertangkap oleh terhadap menunjuk kearah atas. “Pointing the mata dibanding dengan teks “Rizal Ramli”, finger outward is an act of directing another’s sehingga teks “Petarung atau Peraung” lah attention. Whether it’s an accusation (“He yang patut mendapat perhatian lebih dari did it!”) or an instruction (“Look over there”)” pembaca sebagai judul majalah pada edisi (Guigar, 2005: 57). Menunjuk keluar adalah ini. tindakan untuk mengarahkan perhatian orang lain, apakah itu sebuah tuduhan (“Dia Teks “Petarung atau Peraung” diletakkan yang melakukannya!”) atau suruhan (“Lihat di tengah-tengah sampul. Kata “Petarung ke sana”). Atau” terdapat di baris pertama, sehingga kata “Petarung” berada di bagian kiri dan Selain Guigar, Atre juga menganggap kata “Peraung” berada di tengah sendiri. bahwa menunjuk merupakan tindakan Teks tersebut terlihat berada di depan badan untuk menarik perhatian terhadap sesuatu

8 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ... atau seseorang (Atre, 2016:55). Pembicara Tangan yang berkacak pinggang ber­hu­ yang menggunakan jari telunjuk yang sedang bu­ngan dengan tangan sedang menunjuk. menunjuk seperti Rizal Ramli dideskripsikan Berkacak pinggang sendiri memiliki sebagai “Agresif”, “Berperang”, dan “Kasar” maknanya sendiri yang disepakati bersama (Pease, 2016). Tidak dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat Indonesia. Ada kode-kode Rizal Ramli berperilaku menyuruh atau yang disepakati untuk mewakili perasaan menuduh sesuatu atau seseorang karena tertentu, misalnya menggaruk kepala jika simbol tangan yang sedang menunjuk bingung, menggoyangkan kaki jika senang, dilengkapi dan dilihat secara satu kesatuan berkacak pinggang jika marah, menunjuk dengan simbol lainnya yaitu, simbol tangan dengan tangan kiri ketika mengusir, dan berkacak pinggang dan simbol mulut seterusnya (Pramayoza, 2013: 104). Dengan terbuka. begitu, makna yang dapat dikonstruksi Menurut sopan santun di Jawa (dan oleh pembaca terhadap gesture berkacak juga Brunei) menunjuk ke arah tertentu pinggang yaitu karikatur Rizal Ramli sedang harus dilakukan dengan jempol tangan, marah. bukan dengan telunjuk (Uno, 2005: 51). Direktur IMF bertolak pinggang/ Bagi pembaca MBM Tempo yang memiliki berkacak pinggang pada 15 Januari 1998 di latar belakang belakang garis keturunan Jakarta, pada saat penandatanganan LoI Jawa atau yang menyepakati budaya Jawa (Letter of Intent) oleh presiden Soeharto, akan menganggap tangan menunjuk Rizal adegan ini merupakan suatu simbol dari Ramli merupakan perilaku yang tidak kecenderungan IMF untuk berperan sebagai sopan. Seperti mantan Presiden United seorang “guru” yang sedang mendisiplinkan States, Barrack Obama yang menunjuk “anak nakal” (Hadiwinata, 2002: 206). menggunakan ibu jari, bukan dengan Berkacak pinggang juga dinilai seperti telunjuk. Bagi pengkaji budaya Indonesia, sedang mengajari sesuatu atau seseorang khususnya Jawa, menunjuk dengan ibu jari yang ditunjuk oleh Rizal Ramli. “Standing adalah simbol penghormatan dan menunjuk with hands on hips is an attempt to maintain dengan telunjuk dianggap tidak sopan dominance or intimidate others” (Reiman, (Fox, dalam Kompasiana, 2014:69). Evaluasi 2007: 132). Tangan berkacak pinggang kegiatan komunikasi dalam bentuk apapun, merupakan percobaan untuk menjaga seharusnya melibatkan faktor budaya, hal kekuasaan atau mengintimidasi orang lain. ini sesuai dengan pernyataan: “melakukan Banyak orang tua yang akan melakukan hal evalusasi terhadap CSR dilihat dari aspek ini saat menghadapi anak dengan kelakuan budaya dan karakter masyarakat” (Nassaluka, yang buruk. Hafiar, & Priyatna, 2016). Simbol selanjutnya yaitu simbol Di Malaysia dan Filipina, menunjuk mulut terbuka pada wajah Rizal Ramli. dengan jari telunjuk kepada orang adalah Mulut merupakan bagian dari wajah sebuah penghinaan karena gesture seperti yang berpengaruh pada ekspresi Rizal itu hanya ditujukan pada binatang, dan orang Ramli sedang melakukan apa. Simbol ini Malaysia akan menggunakan ibu jari untuk berhubungan dengan dua simbol sebelumnya menunjuk kepada orang atau untuk memberi untuk mendapatkan makna dari simbol tau arah (Pease, 2016). Menunjuk secara Rizal Ramli sebagai wayang sedang berkacak langsung pada seseorang secara dipahami pinggang, menunjuk dengan mulut terbuka secara universal sebagai gesture sindiran, yang dikonstruksi oleh Tempo pada sampul terkadang sebagai cara untuk menunjukkan MBM Tempo edisi 24-30 Agustus 2015. agresi. Karena indeks menunjuk dengan jari Menurut Poespoprodjo, (2004: 128). Simbol telunjuk merupakan simbol dari senjata, saat merangsang manusia untuk mengadakan ditujukan kepada seseorang akan seperti refleksi sehingga mengawali setiap pemikiran sedang menuduh atau mengancam (Reiman, religius, filsafat, dan ilmu. Simbol senantiasa 2007: 126). harus dapat diberi arti dan interpretasi baru

9 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

(Permana, 2015.). Sisi lain dari bahasa tubuh the evening – often one crafted with melibatkan ekspresi wajah, sikap badan, reference to Javanese versions of gerak isyarat, dan nada suara yang Anda the Indic Mahabharata and Ramayana” pakai ketika Anda marah atau mau menjadi (Weiss, 2006: 5). marah, beberapa tanda marah antara lain: Dalang adalah pemain utama dalam Alis mata terangkat, sikap yang kaku, ngomel, delapan jam acara. Dia mengontrol alur menunjuk seseorang, dan berkacak pinggang kinerja sembari duduk di belakang sumber (McKay & Dinkmeyer : 103). cahaya dan layar ke mana dia menampilkan bayangan dari wayang sembari menceritakan cerita yang dipilih untuk malam itu – biasanya dengan merujuk pada versi Jawa dari Mahabharata dan Ramayana India. The dalang is the dominant member of the wayang golek Gambar 1 Gambar Ekspresi Marah. troupe, both within and outside performance. Sumber: Marcel Danesi 2004: 50. He manipulates all the puppets, delivers the Dalam ilmu karikatur, mulut yang terbuka majority of the narration and dialogue, and biasanya menjadi ciri ekspresi kemarahan, sings many song during performance. Dalang seperti simbol mulut terbuka pada karikatur adalah anggota dominan dari rombongan Rizal Ramli yang menandakan Rizal Ramli wayang golek, baik dalam dan luar pentas. sedang marah. “In anger the corners of the Dalang memanipulasi semua boneka mouth are drawn downward, and very often the wayang, menyampaikan narasi dan dialog, teeth are visible as in the ilustration” (Smith, serta menyanyikan banyak lagu saat pentas 2013: 31). Dalam kemarahan sudut mulut (Weintraub, 2004: 42). tertarik kebawah, dan sering gigi akan terlihat Mula-mula kepala keluarga lah yang seperti pada ilustrasi. Seseorang atau sesuatu mempertunjukkan bayang-bayang. Tetapi yang ditunjuk oleh Rizal Ramli berhubungan lambat-laun merupakan fungsi tersendiri dengan mulut terbuka yang menandakan dari satu kelas tertentu yang memiliki sifat- bahwa Rizal Ramli sedang marah. Pose Rizal sifat khusus dan patuh. Perkembangan dan Ramli yang sedang marah menunjukkan perluasan lebih lanjut dari permulaan sarana bahwa kemarahan dapat menimbulkan pentas yang sangat primitif (tabir, boneka, pertengkaran seperti dalam rapat paripurna lampu dan sebagainya), peralatan mana kabinet di Istana Kepresidenan Jakarta pada segera ditetapkan oleh tradisi termasuk Rabu, 19 Agustus 2015. persyaratan yang suci. Demikianlah akhirnya Disebutkan sebelumnya dalam simbol pertunjukan ini sampai di tangan orang yang Rizal Ramli sebagai wayang pada sampul (kemudian) disebut dalang (Mulyono, 1989: MBM Tempo terdapat tuding yang terhubung 46). pada tangan Rizal Ramli. Tuding tersebut Terlihat pada sampul Tempo, tuding berhubungan dengan simbol selanjutnya yang terhubung dengan tangan Rizal Ramli yaitu simbol tangan memegang tuding. sedang dipegang oleh tangan seseorang. Tangan tersebut merupakan tangan dalang, Dalam karikatur Rizal Ramli dapat dikatakan karena tuding terdapat pada wayang dan bahwa Rizal Ramli hanyalah boneka/wayang dalang lah yang bertugas mengendalikan atau aktor karena terdapat tuding yang wayang. terhubung dengan tangan menunjuknya. Tuding sendiri merupakan simbol yang “The dhalang is the primary performer penting dalam karikatur ini. Tuding throughout most of the eight- hour event. He controls the flow of memiliki fungsi untuk menghidupkan atau the performance while seated behind a menggerakkan tangan wayang, baik untuk light source and screen onto which gesture saat wayang itu bicara, saat diarikan, he casts the shadows of puppets dan diperangkan (Diakses dari http://www. while telling the story chosen for disparbud.jabarprov.go.id/wisata/ensiklo-

10 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ... det.php?id=62&lang=id pada tanggal 26 November 2016 pukul 17.50 WIB). Untuk menyambung tangan dilengkapi tuding agar tangan wayang tersebut dapat bergerak sesuai dengan kehendak dalang (Mujiyat, 2002).

Gambar 3. Sarawita/Bilung (Mujiyat, 2002: 21) Bilung merupakan sahabat Togog yang menjadi pembantu atau pengikut para raksasa atau tokoh-tokoh yang berkepribadian jahat. Ia pun sering berganti-ganti majikan, setelah majikannya yang lama tewas di tangan ksatria. Sifatnya penakut dan cengeng. Namun ia kerap menyombongkan diri seolah- olah pemberani. Ke mana-mana Sarawita senantiasa membawa senjatanya, yaitu Gambar 2. Bagian-bagian wayang. Sumber: senderik atau cundrik (Komandoko, 2009). https://wayangpustaka02.files.wordpress. Bilang merupakan tokoh dari pertunjukkan com/2014/06/ wayang. Pada umumnya, bahwa semua Rizal Ramli dalam karikatur yang orang menganggap pertunjukkan wayang digambarkan pada sampul MBM Tempo bukanlah semata-mata sesuatu yang dangkal, terhubung dengan tuding pada kedua melainkan mempunyai arti keagamaan atau tangannya, bisa dipastikan Rizal Ramli sesuatu upacara yang berhubungan dengan merupakan boneka wayang dalam cerita kepercayaan (Mulyono, 1989: 44). Pertunjukan wayang. Terdapat dua jenis wayang yang wayang kulit itu semula merupakan acara cukup dikenal masyarakat, yaitu wayang keagamaan atau upacara untuk memuja golek dan wayang kulit. Baik wayang golek “Hyang” (Roh) dikerjakan diwaktu malam dan wayang kulit, dua duanya memiliki hari dengan mengambil cerita-cerita dari asal-usul yang sama, yakni wayang purwa. leluhur atau nenek moyangnya seorang Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan medium yang kemudian disebut syaman atau perkataan “wayang purwa” dalam tulisan ini dikerjakan sendiri oleh kepala keluarga. adalah pertunjukan wayang yang ceritanya Sikap wayang dalam pagelaran wayang bersumber pada Mahabarata dan Ramayana pada pokoknya bisa dibedakan ke dalam tiga (Mulyono, 1989: 5). Karikatur Rizal Ramli corak utama, yaitu halus atau alus, gagak, dan memiliki ciri-ciri mulut terbuka, hidung kasar; disini terutama dilukiskan dalam sikap pesek, mata juling, dan rambut agak botak tangan yang berlain-lainan (Groenendael, sesuai dengan tokoh wayang kulit yang 1987: 245). Dalang memegang tuding dari bernama Sarawita/Bilung. wayang tujuannya untuk mengendalikan sikap wayang dalam cerita. Simbol tangan wayang yang memegang tuding ini mengendalikan sikap Rizal Ramli yang termasuk sikap kasar. Sikap kasar merupakan sikap yang negatif.

11 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Ramli sebagai petarung atau Rizal Ramli sebagai peraung setelah pembaca melihat karikatur Rizal Ramli yang berpose sedang berkacak pinggang, menunjuk dan mulut terbuka, dan membaca teks “Petarung atau Peraung”. Dalam komunikasi visual tidak lepas dari yang namanya tipografi, yang dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara, dan teknik penyusunan huruf menjadi kata Gambar 4. Sikap wayang (Groenendael, atau kalimat sesuai dengan karakter pesan 1987:246). yang ingin disampaikan (Tinarbuko, 2008: Pada MBM Tempo edisi 24-30 Agustus 28). Jika dilihat pada sampul MBM Tempo, 2015 terdapat sampul majalah dengan Teks “Petarung atau Peraung” tidak sejajar karikatur Rizal Ramli dan Teks “Petarung atau tetapi “Petarung” terletak disebelah kiri Peraung”. Selain foto atau karikatur sebagai dan “Peraung” di tengah-tengah sampul. sampul, pembaca juga dapat mengetahui Huruf atau layout yang sudah didesain berita utama dari MBM Tempo, terdapat dengan perhitungan yang sangat akurat dan teks yang juga sama pentingnya dengan foto dibentuk dengan sangat indah belum tentu atau karikatur. Teks akan membuat pembaca menjamin efektifitasnya sebagai penyampai menginterpretasi isi “Laporan Utama” pesan (Rustan, 2010: 74). dalam MBM Tempo edisi 24-30 Agustus 2015 dan pembaca akan memilih untuk Konstruksi Makna Simbol pada sampul mengintrepetasikan citra pada sosok Rizal Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo­ Ramli “Petarung atau Peraung.” Rizal Ramli “Petarung atau Peraung” Bagi seorang desainer, yang sehari- Dalam mencari makna yang terkandung hari menggunakan berbagai elemen desain dalam simbol-simbol pada sampul MBM (termasuk tipografi) dalam karyanya Tempo edisi 24-30 Agustus 2015 diatas, untuk mengkomunikasikan suatu pesan ke peneliti dapat melihat bagaimana makna masyarakat (Rustan, 2010). Dilihat dari sisi dalam simbol-simbol MBM Tempo yang pembuat karikatur dan MBM Tempo sendiri mengkonstruksi citra Rizal Ramli “Petarung terdapat pesan yang ingin dikomunikasikan atau Peraung”. Hasil konstruksi citra dari kepada pembaca, pesan yang ingin simbol gesture Rizal Ramli sedang berkacak dikomunikasikan tersebut melalui konstruksi pinggang, menunjuk dan mulut terbuka, Tempo terhadap Rizal Ramli sendiri melalui simbol tangan memegang tuding, dan karikatur dan melalui teks “Petarung atau teks “Petarung atau Peraung” dalam MBM Peraung”. Tempo ingin mengkomunikasikan Tempo ini merupakan pesan utama yang kepada pembaca bahwa terdapat dua sisi yang divisualisasikan melalui karikatur dan tulisan ada pada Rizal Ramli yaitu, “Petarung” atau (Teks). “Peraung”. “Petarung atau Peraung” sendiri Peirce mengembangkan tipologi yang merupakan kata yang digunakan oleh Tempo terperinci mengenai tanda, dimulai dengan untuk menggambarkan sifat pada karikatur klasifikasi triadik dari tanda yang­ ber Rizal Ramli dalam sampul Tempo. Karikatur hubungan dengan representamen, objek, dan Rizal Ramli yang sedang berkacak pinggang, interpretan hingga ke tiga trikotomi (Nöth, menunjuk dan mulut terbuka berhubungan 1995: 44). Simbol Rizal Ramli sebagai wayang dengan teks yang digunakan oleh Tempo. sedang menunjuk dan berkacak pinggang Pembaca akan memiliki ide terhadap sifat dengan mulut terbuka jika dianalisis dengan Rizal Ramli yang lebih cocok untuk dipilih. Triadic Charles Sanders Peirce, terdapat Sifat yang digunakan oleh Tempo baik Rizal tiga kategori trikotomi, yaitu kepertamaan,

12 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ... kekeduaan, dan keketigaan. Masing- finds in its semiosic surroundings that which masing kategori trikotomi terbagi menjadi it is capable of constructing, partly in accord representamen objek, dan interpretan. with a given set of conventions” (Merrel, 1997: Pada kategori kepertamaan, represen- 26). Pemikiran dari pembaca yang meliputi tamen pada simbol gesture Rizal Ramli pengalaman dan kenyataan yang dimiliki sedang berkacak pinggang, menunjuk dan pembaca, dapat membuat simbol gesture mulut terbuka adalah ‘Rizal Ramli sedang Rizal Ramli sedang berkacak pinggang, me­ menunjuk dan berkacak pinggang dengan nunjuk dan mulut terbuka menjadi simbol mulut terbuka’ dan objeknya adalah ‘seseorang yang disepakati/konvensional bahwa citra atau sesuatu’. Interpretan berkaitan dan Rizal Ramli yang dikonstruksi dari simbol merupakan mediasi antara representamen Rizal Ramli sebagai wayang bukanlah sifat dan objek semiotik (Merrel, 1997: 5). Dengan “Petarung”. begitu, interpretan pada simbol gesture Rizal Pada kategori kepertamaan simbol Ramli berkacak pinggang, menunjuk dan tangan sedang memegang tuding dalam mulut terbuka pada kategori kepertamaan sampul majalah, representamen pada simbol adalah ‘Rizal Ramli sedang menunjuk dan tangan sedang memegang tuding adalah berkacak pinggang dengan mulut terbuka ‘tangan sedang memegang tuding’ dan kepada seseorang atau sesuatu.” objeknya adalah ‘tangan dalang’. Interpretan Pada kategori kekeduaan, simbol pada simbol tangan sedang memegang gesture Rizal Ramli sedang berkacak tuding pada kategori kepertamaan adalah pinggang, menunjuk dan mulut terbuka. ‘Tangan yang sedang memegang tuding Gesture tersebut ditujukan ke arah atas’ dan tersebut merupakan tangan dari dalang.” objeknya adalah ‘Seseorang atau sesuatu Pada kategori kekeduaan simbol tangan tersebut membuat Rizal Ramli Marah’. sedang memegang tuding dalam sampul Interpretan pada simbol Rizal Ramli pada majalah, representamen pada simbol tangan kategori kekeduaan adalah ‘Rizal Ramli sedang memegang tuding adalah ‘tangan sedang menunjuk dan berkacak pinggang sedang memegang tuding wayang’ dan dengan mulut terbuka merupakan gesture objeknya adalah ‘tangan dalang digunakan marah yang ditujukan kepada seseorang untuk menggerakkan wayang’. Interpretan yang berada diatas’. pada simbol tangan sedang memegang Pada kategori keketigaan, representamen tuding pada kategori kekeduaan adalah pada simbol gesture Rizal Ramli sedang ‘Dalam menggerakkan wayang, tangan berkacak pinggang, menunjuk dan mulut dalang memegang tuding pada wayang.” terbuka adalah ‘Pose Rizal Ramli mengarah Pada kategori keketigaan simbol tangan keatas sehingga ada yang dikonstruksi pada sedang memegang tuding dalam sampul perilaku Rizal Ramli’ dan objeknya adalah majalah, representamen pada simbol tangan ‘Seseorang atau sesuatu membuat Rizal sedang memegang tuding adalah ‘Tangan Ramli marah ditandai dengan menunjuk, yang sedang memegang tuding dapat berkacak pinggang dan mulut terbuka me­ mengendalikan wayang’ dan objeknya adalah nimbulkan pertengkaran’. Interpretan pada ‘Tangan dalang sebagai penggerak wayang simbol gesture Rizal Ramli sedang ber­kacak dapat mengatur sifat dan perilaku wayang’. pinggang, menunjuk dan mulut ter­buka Interpretan pada simbol tangan sedang pada kategori keketigaan adalah ‘Gesture memegang tuding pada kategori keketigaan Rizal Ramli sedang menunjuk dan ber­ adalah ‘Tangan dalang memegang tuding kacak pinggang dengan mulut terbuka, wayang dapat mengendalikan wayang, meng­konstruksi perilaku Rizal Ramli diper­ termasuk sifat dan perilaku dari wayang dari tengkaran dengan seseorang atau sesuatu awal hingga akhir cerita.” yang berada diatas’. Makna dari simbol Teks “Petarung atau Bagi pembaca, terdapat dua pilihan citra Peraung” merupakan simbol pelengkap yang dikonstruksi oleh MBM Tempo. “Mind untuk membuat konstruksi citra Rizal Ramli

13 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 dalam sampul MBM Tempo, citra pada sifat Pada kategori kepertamaan dari simbol Rizal Ramli yang akan dipilih oleh pembaca, Teks dalam sampul majalah, representamen sehingga pesan yang ingin dikomunikasikan pada simbol teks adalah ‘Petarung atau dalam mengkonstruksi citra tidak akan Peraung.’ dan objeknya adalah ‘Rizal Ramli’. meluas, hanya terbatas pada “Petarung atau Interpretan pada simbol teks pada kategori Peraung”. Dalam komunikasi visual tidak le­ kepertamaan adalah ‘Rizal Ramli Petarung pas dari yang namanya tipografi, yang da­lam atau Peraung.” konteks komunikasi visual mencakup pe­ Pada kategori kekeduaan dari simbol milihan bentuk huruf, besar huruf, cara, dan Teks dalam sampul majalah, representamen teknik penyusunan huruf menjadi kata atau pada simbol teks adalah ‘Petarung atau kalimat sesuai dengan karakter pesan yang peraung merupakan kata yang dikonstruksi ingin disampaikan (Tinarbuko, 2008: 28). dalam sampul tempo’ dan objeknya adalah Selain itu teks “Petarung atau Peraung” ‘Gesture Rizal Ramli sedang berkacak ping­ tidak sejajar tetapi “Petarung” terletak gang, menunjuk dan mulut terbuka me­ru­ disebelah kiri dan “Peraung” di tengah- pakan sifat peraung’. Interpretan pada simbol tengah sampul. Kata “Peraung” diletakkan teks pada kategori kekeduaan adalah ‘Gesture ditengah dan tidak sejajar dengan “Petarung” Rizal Ramli yang sedang berkacak pinggang, memiliki makna bahwa kata “Peraung” lebih menunjuk, dan mulut terbuka adalah sifat penting dari pada “Petarung” yang diletakkan yang dikonstruksi dalam sampul Tempo.” di pinggir. Pesan yang ingin dikomunikasikan Pada kategori keketigaan dari simbol dalam sampul MBM Tempo dalam Teks dalam sampul majalah, representamen peletakkan tersebut adalah kata “peraung” pada simbol teks adalah ‘Petarung atau pe­ lebih terpusat daripada “petarung”. Pesan raung menjadi pilihan menentukan kata yang dikomunikasikan dalam konstruksi mana yang lebih cocok.’ dan objeknya adalah teks tersebut selaras dengan simbol-simbol ‘Gesture Rizal Ramli sedang berkacak ping­ sebelumnya bahwa citra Rizal Ramli yang gang, menunjuk dan mulut terbuka me­ru­ ingin disampaikan adalah Rizal Ramli sebagai pakan sifat petarung atau peraung’. Inter­ “Peraung”. pre­tan pada simbol teks pada kategori ke­ketigaan adalah ‘Peraung merupakan sifat yang dikonstruksikan untuk dipilih dengan gesture Rizal Ramli yang sedang ber­kacak pinggang, menunjuk dan mulut terbuka.” Dalam simbol-simbol yang telah dimaknai dan dikonstruksi, citra Rizal Ramli yang dikonstruksi oleh MBM Tempo adalah Rizal Ramli sebagai peraung pada cover sebuah majalah sebagai salah satu jenis dari literasi visual yang merupakan sebuah proses yang berkesinambungan yang dapat menumbuhkan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat (Miftah, Rizal, & Anwar, 2016)

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan Gambar 5 Teks “Peraung” sejajar dengan pembahasan pada bab sebelumnya, maka Mulut Rizal Ramli. dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Simbol-simbol yang terdapat pada Sampul MBM Tempo terbagi menjadi tiga

14 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ... kategori simbol utama, yaitu Gesture Rizal dibentuk oleh pembacanya terhadap citra Ramli sebagai wayang yang sedang berkacak Rizal Ramli pada sampul MBM Tempo. Makna- pinggang, menunjuk, dan mulut terbuka makna yang terkandung di dalam simbol- sebagai kemarahan Rizal Ramli. Tangan yang simbol yang terdapat dalam karikatur Rizal sedang memegang tuding mengendalikan Ramli, pembaca dapat mengartikulasikan perilaku Rizal Ramli. Teks “Petarung atau ide mengenai sampul MBM Tempo bahwa Peraung”, kata “Petarung” yang positif dan dalam ilmu karikatur dan komunikasi visual. “Peraung” yang negatif. Gesture Rizal Ramli sedang menunjuk, Simbol-simbol pada sampul MBM berkacak pinggang, dengan mulut terbuka Tempo memiliki makna masing-masing. merupakan perilaku sedang memarahi Simbol yang pertama adalah simbol gesture seseorang atau sesuatu yang berada diatas Rizal Ramli sebagai wayang yang sedang sehingga tidak sesuai dengan sifat petarung. berkacak pinggang, menunjuk, dan mulut Perilaku tersebut dikendalikan oleh dalang terbuka. Simbol ini menggambarkan pose dalam simbol tangan sedang memegang Rizal Ramli sedang menunjuk dan berkacak tuding. Makna yang didapat dalam teks pinggang dengan mulut terbuka, memiliki “Petarung atau Peraung” memperjelas bahwa makna bahwa perilaku Rizal Ramli sedang citra yang ingin dikonstruksikan oleh MBM berada dipertengkaran dan marah kepada Tempo terhadap Rizal Ramli merupakan seseorang atau sesuatu yang berada di atas. Rizal Ramli sebagai “Peraung”. Simbol yang kedua adalah simbol tangan Berdasarkan hasil penelitian, pem­ba­ sedang memegang tuding. Simbol tangan hasan, dan kesimpulan yang telah diuraikan, tersebut merupakan tangan dari dalang dalam maka peneliti menyarankan beberapa hal pewayangan. Simbol tangan wayang sedang sebagai berikut: Sebaiknya karikatur dalam memegang tuding menggambarkan bahwa sampul MBM Tempo mencerminkan dari isi tangan dalang yang memegang tuding wayang Laporan Utama yang terdapat dalam MBM dapat mengendalikan wayang, termasuk sifat Tempo, yaitu konflik yang terjadi Rizal Ramli dan perilaku dari awal hingga akhir cerita. dengan Jusuf Kalla dan menteri lainnya Simbol yang ketiga adalah teks “Petarung saat rapat Kabinet setelah sehari menjabat atau Peraung” yang menggambarkan bahwa menjadi Menko Kemaritiman. Bukan petarung atau peraung merupakan sifat yang dengan menampilkan sifat dari Rizal Ramli dikomunikasikan untuk dipilih dengan pose “Petarung atau Peraung” saja. Dengan cara Rizal Ramli yang sedang menunjuk, berkacak menambahkan karikatur Jusuf Kalla atau pinggang, dengan mulut terbuka. menteri lain yang berkonflik dengan Rizal Ketiga simbol utama tersebut Ramli. terkonstruksi dan memiliki makna yang akan

15 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

McKay, Gary., Don Dinkmeyer. How You Feel DAFTAR PUSTAKA is Up To You. Jakarta: PT Grasindo. McNeill, David. (2008). Gesture and Thought. Chicago and London: University of Ardianto, Elvinaro., Lukiati Komala, dan Siti Chicago Press. Karlinah. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Merrell, Floyd. (1997). Peirce, Signs, and Rekatama Media. Meaning. Toronto, Ont.: University of Toronto Press. Atre, Sandeep. (2016). Observing Nonverbal Behaviour. New Delhi: Educreation Miftah, M. N., Rizal, E., & Anwar, R. K. Publishing. (2016). Pola Literasi Visual Infografer Dalam Pembuatan Informasi Grafis Ardianto, Elvinaro. (2014). Metodologi ( Infografis ). Jurnal Kajian Informasi Penelitian untuk Public Relations. Dan Perpustakaan, 4(1), 87–94. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Mujiyat., Koko Sondari. (2002). Album Budiman, Kris. (2011). Semiotika Visual: Wayang Kulit Banjar. Jakarta. Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra. Mulyono, Sri. (1989). Wayang: Asal-Usul, Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta: Crow, David. (2010). Visible Signs. Switzerland: PT Karya Unipres. AVA Publishing SA. Nassaluka, E. U., Hafiar, H., & Priyatna, C. Danesi, Marcel. (2004). Message, signs, and C. (2016). Model Kemitraan Pt. Holcim Meanings: A Basic Textbook in Semiotics Indonesia Tbk. Jurnal Profesi Humas, and Communication Theory. Toronto: 1(1), 22–34. Canadian Scholars’ Press Inc. Nöth, Winfried. (1995). Handbook of Danesi, Marcel. (2002). Understanding Media Semiotics. Bloomington: Indiana Semiotics. New York: Arnold, a member University Press. of the Hodder Headline Group. Nurtyasrini, S., & Hafiar, H. (2016). Guigar, Brad J. (2005). The Everything Pengalaman Komunikasi Pemulung Cartooning Book: Create Unique and Tentang Pemeliharaan Kesehatan Diri Inspired cartoons for fun and profit. Dan Lingkungan Di Tpa Bantar Gebang. U.S.A: Adams Media. Jurnal Kajian Komunikasi, 4/2(8), 219– Groenendael, Victoria M. Clara. (1987). 228. Dalang Dibalik Wayang. Jakarta: Pease, Allan., Barbara Pease. (2016). The Pustaka Utama Grafiti. Definitive Book of Body Language. Hadiwinata, Bob S. (2002). Politik Bisnis London: An Orion Ebook. Internasional. Yogyakarta: Penerbit Peirce, Charles Sanders (c. 1894). “What is A Kanisus. Sign?” in The Peirce Edition Project (ed) Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain (1998) The Essential Peirce, selected Komunikasi Visual. Yogyakarta: philosophical writings. Volume 2 (1893 Penerbit Andi. - 1913). Bloomington, IN, USA: Indiana Komandoko, Gamal (2009). Bharatayudha: University Press. pp. 4 – 10. Banjir Darah di Tegal Kurusetra. Permana, R. S. M. (2015). Makna Tri Tangtu Yogyakarta: Narasi. Di Buana Yang Mengandung Aspek Kompasiana. (2014). Kami Tidak Lupa Komunikasi Politik Dalam Fragmen Indonesia. Yogyakarta: PT Bentang Carita Parahyangan. Jurnal Kajian Pustaka. Komunikasi, Volume 3,(23), 173–191

16 Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraid, Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo ...

Pramayoza, Dede. (2013). Dramaturgi Sobur, Alex. (2012). Analisis Teks Media. Sandiwara: Potret Layar Teater Populer Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. dalam Masyarakat Poskolonial. Tinarbuko, Sumbo. (2008). Semiotika Yogyakarta: Penerbit Ombak. Komunikasi Visual. Yogyakarta: Rakhmat, Jalaluddin. (1985). Psikologi Jalasutra. Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Tubbs, Steward., Silvya Moss. (2008). Rosdakarya. Human Communication: Principles and Reiman, Tonya. (2007). The Power of Body Contexts. New York: McGraw-Hill. Language: How to Succeed In Every Uno, Mien R. (2005). Etiket: Sukses Membawa Bussiness and Social Encounter. New diri di segala kesempatan. Jakarta: PT York: Pocket Books. Gramedia Pustaka Utama. Ruslan, Rosady. (2014). Manajemen Public Utami, Y. S. (2016). Pola Komunikasi Relations & Media Komunikasi. Jakarta: Etnis Arab Dan Etnis Sunda Dalam PT Raja Grafindo Persada. Perkawinan Mut’ah Di Kecamatan Rustan, Surianto. (2010). Huruf, Font, dan Pacet Kabupaten Cianjur. Jurnal Kajian Tipografi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Komunikasi, 4/1, 75–83. Utama. Weintraub, Andrew N. (2004). Power Plays: Smith, Mitchell. (2013). The Art of Wayang Golek Puppet theater of West Caricaturing. Chicago: Frederick J. Java. Singapore: Center for International Drake & Co. Studies Ohio University. Sobur, Alex. (2006). Semiotika Komunikasi. Weiss, Sarah. (2006). Listening to An Earlier Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Java. Leiden: KITLV Press.

17 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

18 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang

PEMAKNAAN KECANTIKAN SEBAGAI PUTIH JEPANG DALAM IKLAN SHINZUI BODY CLEANSER

Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultasi Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang [email protected]

Abstract The Beauty Concept is changing from time to time, from the classic beauty that walks in harmony with the nature to the subjectivity of postmodern beauty. Nevertheless, the beauty standard is often constructed by the media by using certain type of models. The problem is this one standard is applied into all over the world. Indonesia is no exception. The Shinzui Body Cleanser’s advertisement is one of the advertisement that construct this standard into consumer’s mind. This advertisement claims to be made by Japanese nature’s extracts and identified beauty as Japanese woman’s white skin. Thus, this research aims to know how the consumer’s reseption analysis towards the concept of beauty in the Shinzui advertisement are. This research uses reception analysis method by interviewing particular respondents. It uses the Encoding Decoding Model by Stuart Hall. Based on the theory, the result shows there are three categories in this advertisement. One person in the category of Dominant Hegemonic, one person in the category of Negotiated Reading and two persons in the category of Oppositional Reading.

Abstrak Konsep kecantikan terus mengalami perubahan, dari kecantikan klasik yang senada dengan alam hingga kecantikan postmodern yang begitu subyektif. Meskipun demikian, standar kecantikan seringkali dikonstruksi oleh media melalui penggunaan model – model perempuan dengan tipe tertentu. Yang menjadi persoalan adalah saat satu standar kemudian digunakan di seluruh dunia. Tak terkecuali Indonesia yang mengalami pergeseran standar kecantikan. Iklan Shinzui Body Cleanser merupakan salah satu iklan yang membangun konstruksi tersebut kepada target konsumen Indonesia. Iklan ini menggunakan bahan – bahan alami Jepang dan berupaya mengidentikan kecantikan sebagai kulit putih wanita Jepang. Maka penelitian ini berusaha mengetahui bagaimana analisis resepsi konsumen terhadap konsep kecantikan iklan Shinzui. Penelitian ini menggunakan metode analisis resepsi dengan melakukan wawancara kepada responden yang telah memenuhi kriteria tertentu. Teori yang digunakan adalah Teori Interpretasi dan Negosiasi Makna oleh Stuart Hall. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 3 kategori resepsi dalam iklan Shinzui pada penonton. Satu orang dalam kategori Dominant Hegemonic, satu orang dalam kategori Negotiated Reading dan dua orang dalam kategori Oppositional Reading. Keywords: Shinzui, The Standard of Beauty, Reception Analysis

35 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN lingkungan sekitarnya dimana mereka selalu Salon, produk pemutih, skin care dan berinteraksi. Upaya yang dilakukan dimulai produk anti penuaan dini merupakan bagian dengan penggunaan kosmetik dengan tujuan­ dari industri kecantikan yang tidak terlepas menghaluskan atau menyamarkan noda atau dari perempuan. Perempuan dan kecantikan memutihkan; melangsingkan badan melaui dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang olahraga maupun diet ketat untuk dapat yang tidak dapat dipisahkan. Bila muncul menunjukan kecantikan melalui bentuk pertanyaan kepada masyarakat luas siapakah tubuh ideal; hingga operasi plastik yang yang cantik? Apakah cantik diperuntukan dilakukan untuk merombak yang dianggap bagi laki-laki atau perempuan? maka konsep tidak layak cantik menjadi masuk dalam cantik sepenuhnya akan ditujukan pada kategori ideal atau proporsional disebut perempuan. Karena budaya yang membentuk cantik. Hal ini pun semakin meneguhkan hanya ada perempuan cantik bukan laki-laki bahwa penampilan fisik menjadi syarat cantik yang kini mulai menjadi perbincangan. utama untuk menjadi cantik. Konsep kecantikan pada perempuan telah Pada kenyataannya kecantikan adalah berevolusi menjadi bagian dari budaya salah satu bentuk konstruksi media massa, populer masyarakat dunia yang dipuja dan salah satunya diwujudkan dalam bentuk didambakan. Bahkan tak sedikit perempuan iklan. Menurut Bungin (2008: 79), Iklan yang mengorbankan cukup banyak uang adalah bagian penting dari serangkaian untuk memperoleh kecantikan. kegiatan mempromosikan produk yang Tubuh perempuan dikatakan cantik tidak menekankan unsur citra. Dengan demikian, hanya berdasarkan kecantikan wajahnya, objek iklan tidak sekedar tampil pada wajah tetapi juga identik dengan kulit yang putih, yang utuh, akan tetapi melalui proses mulus dan kencang, serta bentuk tubuh pencitraan sehingga citra produk lebih yang menonjolkan lekukan dan kemontokan mendominasi bila dibandingkan dengan organ tertentu, seperti dada dan pinggul, produk itu sendiri. Pada proses ini cita produk bibir yang sensual, serta segalah hal yang diubah menjadi citra produk. Perjalanan terkait dengan organ tubuh perempuan perubahan dari cita menjadi citra merupakan (Kasiyan, 2008: 281). persoalan interaksi simbolis dimana objek iklan dipertontonkan. Menurut Bungin (2008: 221) bahwa kecantikan direpresentasikan dalam rupa Makna kecantikan sendiri yang hadir kulit whiteness (menjadi putih), rambut saat ini merupakan realitas konstruksi dari hitam, tebal dan lurus, bertubuh slim, me­ iklan, maka dari itu model iklan yang cantik miliki kesegaran tubuh, adanya kebersihan, selalu dimunculkan dalam iklan-iklan yang kemewahan, keanggunan dan berparas menyasar ke segmen perempuan. Contohnya menawan. Sementara itu, Prabasmoro (2003: saja untuk iklan produk kecantikan wardah 106) dalam bukunya mengungkapkan bahwa maka brand ambassador yang muncul kecantikan dinaturalisasikan dengan warna dalam iklan adalah Dewi Sandra, Zaskia kulit putih. Sungkar, Natasya Rizki yang notabene adalah wanita cantik. Dalam iklannya, Hingga saat ini standar kecantikan yang ponds pun juga menggunakan model yang berkembang di masyarakat adalah “Beauty is cantik diantaranya Natasya Rizki, Eriska pain” (Cantik itu sakit). Satu kalimat “sakti” Reinisa, dan Nurul Fitri. Model iklan yang ini yang hingga kini terus dipegang teguh muncul dalam contoh produk wardah dan oleh sebagian besar perempuan. Kalau mau ponds dapat dikategorikan cantik dan putih cantik maka sedikit menahan sakit bukan sehingga menjadi pendukung produknya menjadi masalah besar. Inilah yang kemudian yang bertujuan untuk memutihkan karena menyebabkan perempuan melakukan apapun putih = cantik. bahkan hingga melakukan upaya berat yang menyakitkan agar dianggap cantik oleh Menggunakan perempuan yang cantik merupakan upaya mengkonstruksi pikiran

36 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang konsumen untuk menjadikan wajah tersebut sebuah tradisi yang kemudian harus sebagai standar dalam masyarakat. Menurut dihubungkan dengan apa yang akan mereka Bungin (2008: 37), iklan-iklan yang besar lakukan) seperti dunia barat (Eropa dan dengan daya tarik yang besar, merupakan Amerika) (Yulianto, 2007: XII). Sehingga apa iklan dengan konstruksi yang besar pula. yang ditampilkan oleh iklan ini nyatanya Dalam perpanjangannya, perempuan tidak hanya mewakili sebagian kecil dari realitas hanya muncul dalam produk kecantikan atau masyarakat Indonesia. yang berbau wanita, perempuan cantik selalu Standar kecantikan sejatinya selalu ditampilkan dalam model iklan. Perempuan berevolusi. Konsep kecantikan juga bisa dan bagian-bagian tubuh perempuan dapat dibedakan antara yang klasik, modern, menjual segala macam kebutuhan mulai dan postmodern. Kecantikan klasik lebih dari kebutuhan primer hingga sekunder, dari mengarah pada ukuran-ukuran tubuh yang yang berbentuk makanan, peralatan rumah proporsional sesuai dengan konsepsi ideal tangga, kosmetik, mobil bahkan hingga yang digariskan oleh budaya, dan perpaduan bangunan siap huni (ruko dan rumah). antara kecantikan fisik dan mental (inner Banyaknya iklan menggunakan perem­ beauty), serta menekankan pada keselarasan puan selaras dengan pernyataan Ann Marie hubungan dengan alam. Konsep kecantikan Britton dalam penelitiannya berjudul The tradisional pada dasarnya berpijak kepada Beauty Industry’s Influence on Woman in prinsip harmoni yang terkait secara struktural Society bahwa perempuan saat ini secara antar bagian tubuh sebagai efek alamiah konsisten diingatkan tentang apa yang dari anatomi dan fisiologis tubuh manusia dianggap sebagai ‘cantik’. Ada ribuan iklan (Sudiarta, 2006: 56). Kecantikan tradisional yang mempromosikan citra kecantikan banyak mengambil perumpamaan dari yang sulit dimengerti kepada perempuan keindahan alam. berbagai usia, bentuk dan ukuran. Dengan Kecantikan modern, lebih mengarah menampilkan foto hasil photoshop dan pada keseragaman atau universalitas, seperti komputer dan menambahkan jumlah model kulit putih, dan ukuran-ukuran tubuh yang dalam iklan, masyarakat telah membangun proporsional, dan semuanya mengarah pada standar kecantikan yang tidak mungkin hal-hal yang modern. Sedangkan kecantikan hingga kemudian mempengaruhi perasaan postmodern, adalah kecantikan yang me­ kurang di antara para perempuan (Britton, nga­cu pada makna pluralitas, heterogenitas 2012: 4). dan bersifat sangat subyektif. Kecantikan Selaras dengan kecantikan yang ‘tidak se­sungguhnya juga merupakan bagian mungkin’ tersebut, kecantikan yang dikons­ dari sistem budaya yang direpresentasikan truksikan tersebut bersifat tunggal. Hal ini melalui simbol. Simbol dalam tubuh adalah tidak sesuai dengan negara Indonesia. Negara sesuatu yang disampaikan, sekaligus yang Indonesia sendiri sebagai sebuah negara yang disembunyikan. Karena itu maka dikatakan luas dengan berbagai macam suku, etnis, ras bahwa tubuh manusia yang awalnya adalah dan agama di dalamnya direpresentasikan tubuh alami (natural body), kemudian secara sederhana dalam media, utamanya dibentuk menjadi tubuh sosial atau fakta iklan untuk menampilkan konsep kecantikan sosial (Abdullah, 2006: 138). Namun, masing- bagi perempuan (Bungin, 2008: 113). masing budaya memiliki kekhasan (tipikal) Iklan di berbagai media di Indonesia kecantikan yang ditunjukkan melalui ciri-ciri menunjukan bahwa perempuan cantik fisik dan nonfisik, yang bersifat komulatif, itu direpresentasikan sebagai bahasa yang mencakup ukuran-ukuran tubuh tertentu universal, yakni dengan pergeseran dari yang ideal, misalnya kulit putih. kulit langsat atau sawo matang, anggun Meskipun banyak kampanye yang be­ seperti putri keraton, menjadi kulit putih rusaha membangun era kecantikan post­­­­ yang ‘mempesona’ barat dan berpemikiran modernisme yang mengapresiasi sub­ bebas (dimana ia tidak perlu memikirkan yek­tifitas kecantikan, pada kenyataanya

37 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 masyarakat masih terjebak dalam kecantikan realitas yang diciptakan berdasarkan ideologi modern yang homogen. Yulianto (2007: 36) tertentu. Dengan demikian, iklan memiliki mengatakan bahwa idealisme kecantikan suatu bentuk “kekuasaan” dalam komunitas perempuan kini diidentikkan dengan kulit dalam masyarakat. Iklan berperan besar putih atau wajah Indo. Pada beberapa pe­ne­ dalam menentukan kecenderungan, trend li­tian tentang konsep kecantikan yang ada di dan mode, bahkan membentuk kesadaran masyarakat pada beberapa tahun belakangan serta konstruksi berpikir manusia modern ini menunjukkan hal berbeda dengan konsep (Channey, 1996: 8). literatur Jawa tentang kecantikan (Yulianto, Berbagai produk-produk pencerah atau 2007: 14). pemutih kulit yang ada di Indonesia tidak Dengan kata lain, hanya ada satu standar sepenuhnya mewakili kebutuhan masyarakat warna kulit bagi kecantikan perempuan, yaitu Indonesia yang beragam dan terdiri dari kulit putih. Kulit putih dan cantik dianggap berbagai ras dan etnis. Masyarakat Indonesia sebagai ras superior, karena itu dinormalkan yang mayoritas memiliki ciri-ciri fisik dan diidealkan, bahkan, putih dan keputih- berkulit sawo matang tidak direpresentasikan putihan adalah hal yang signifikan, bukan saja dalam berbagai macam produk pemutih dalam katagori sebagai ras, melainkan juga kulit. Produk-produk kecantikan tersebut dalam definisi dan konstruksi femininitas, cenderung menampilkan model wanita seksualitas, dan domestisitas perempuan. cantik berkulit putih yang berambut lurus Media-media yang ada di masyarakat (Yulianto, 2007: 36). me­miliki tugas untuk menyebarkan infor­ masi tidak hanya berdasarkan fakta namun juga berdasarkan konstruksi budaya yang historis. Konstruksi kecantikan tunggal ter­ sebut secara tidak langsung telah me­repre­ ­ sentasikan kondisi sosial masyarakat yang hanya berpatok pada struktur budaya historis dan tidak dibandingkan dengan sebenarnya. Pada akhirnya konstruksi realitas yang ditampilkan oleh media bersifat tidak adil untuk sebagian orang yang tidak terwakili dalam media karena media hanya akan mewakili suara mayoritas yang dominan. Sebagai salah satu media komunikasi, iklan menjadi salah satu alat dalam meng­ ko­munikasikan pesan. Iklan tidak hanya ter­batas pada tahap menawarkan produk namun, sampai pada taraf membujuk Dalam pembahasan ini, penulis mem­ untuk membeli produk yang diiklankan fokuskan pengaruh image kecantikan putih (Jeffkins, 1996: 11). Sebuah iklan yang pada satu iklan tentang produk pemutih kulit nampak sederhana sekalipun, masih ter­ yaitu sabun mandi Shinzui. Produk pemutih da­pat unsur makna berlapis. Iklan tidak kulit seperti Shinzui Body Cleanser adalah bebas nilai, sebaliknya dipenuhi berbagai Sabun cair yang membuat kulit bersih, efektif kepentingan yang memberikan keuntungan mencerahkan kulit secara alami. Sabun cair dan kekuasaan pada pihak-pihak tertentu. dengan keharuman bunga-bunga Jepang yang Dengan potensi ini, iklan dapat hadir sebagai tetap akan meninggalkan keharuman mewah sebuah persoalan. Iklan bukan lagi hanya pada tubuh setelah mandi. Digunakan dengan sekedar menjadi cermin bagi masyarakat, cara dituangkan ke telapak tangan atau akan tetapi, masyarakat merupakan cermin shower puff untuk busa yang lebih banyak. iklan. Iklan merupakan pengkontruksi Dapat membersihkan dan memutihkan kulit

38 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang dengan pemakaian teratur. Mengandung Herba Matsu Oil, Natural Whitening Extract yang diekstrak dari tumbuhan Matsutake Jepang. Berkhasiat membantu pembentukan melanin yang tidak berwarna sehingga kulit menjadi lebih cerah dan terlindung dari sinar UV. Dengan Kandungan Extract Bunga Sakura berfungsi untuk regenerasi sel kulit sehingga kulit tampak lebih bening dan kenyal. (http:// putihitushinzui.com/diakses pada tanggal 12 Juni 2016). Produk shinzui mendapatkan Top Brand Iklan yang dibahas oleh penulis disini Award 2012 dengan Kategori Whitening Soap. adalah Shinzui Body Cleanser edisi Skin Ajang penghargaan untuk merek-merek Lightening. Iklan yang berdurasi sekitar 30 terbaik di Indonesia ini, diselenggarakan detik ini, menceritakan tentang seorang untuk ke-13 kalinya, di Hotel Mulia Senayan, wanita Jepang yang berparas cantik dan Jakarta pada hari Selasa 7 Februari 2012. berkulit putih sedang menikmati aktivitas Pihak penyelenggara, lembaga riset Frontier mandinya di danau dengan menggunakan Consulting Group dan majalah Marketing, produk Shinzui Body Cleanser. Dalam iklan melakukan survei di enam kota besar di tersebut, sang wanita tampak rileks berenang, Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, yang kemudian diakhiri dengan scene sang Surabaya, Medan, dan Makassar dengan wanita bertemu dengan seekor kuda putih melibatkan lebih dari 2400 responden yang yang bersih. Iklan commercial Shinzui dilakukan secara random dan 1200 sampel Body Cleanser ini berupaya mempersuasif secara booster. Penghargaan yang diberikan khalayak tentang konsep kecantikan, yaitu berdasarkan tiga parameter, yaitu : top of berkulit putih dan putih yang dimaksud mind share, top of market share dan top of adalah seputih kulit wanita Jepang. commitment share (http://bisniskeuangan. Berdasarkan gambar, atribut dan kompas.com, diakses tanggal 12 Juni 2016). narasi dalam iklan tersebut, perempuan Shinzui juga telah mendekati customer Indonesia sebagai konsumen target diajak dengan konsep putihnya melalui media untuk membeli sabun Shinzui agar menjadi sosial, diantaranya melalui instagram dan mempesona dengan menjadi putih. Maka twitter. Melalui media sosial ini, Shinzui penelitian ini berusaha untuk memahami semakin menguatkan konstruksinya bahwa bagaimana resepsi penonton iklan terhadap putih itu cantik tidak hanya melalui iklan standar kecantikan putih Jepang dalam iklan yang ditampilkan namun juga melalui Shinzui edsisi Body Cleanser? tampilan media promosi yang telah dipilih. Berikut ini adalah bentuk visualisasi media KAJIAN PUSTAKA promosi shinzui: Pada umumnya, banyak orang berasumsi bahwa mengonsumsi media adalah aktivitas pasif. Karena audiens hanya duduk di depan televisi dan mengonsumsi tanpa benar-benar ‘terjalin’ atau beraktivitas. Hall berpendapat bahwa konsumsi bukanlah aktivitas pasif. Ini disebabkan menurutnya konsumsi media membutuhkan generasi pemahaman. Tanpa pemahaman, tidak akan ada konsumsi. Pemahaman, sebaliknya tidak dapat digenerasikan secara pasif. Karena tidak ada cara pasif untuk menerima suatu

39 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 pesan – kita harus menciptakannya sendiri. menolak sajian atau ideologi dominan dari Khalayak aktif tidak lagi dianggap sebagai televisi. jarum hipodermik yang langsung begitu saja menerima pesan dari media. Khalayak disini menggunakan field of experience dan frame of reference mereka. Sehingga Ideologi dominan dari media tidak lagi sekedar diterima oleh khalayak aktif. (Hall, 1980: p.128). Istilah decoding encoding digunakan Hall Encoding Decoding Model untuk mengungkapkan bahwa makna dari teks terletak antara si pembuat teks (encoder dalam hal ini komunikator atau professional media) dengan pembacanya (decoder atau komunikan, dalam hal ini audiens media). Sumber: https://educ5102.wikispaces.com/ Walaupun si pembuat teks sudah meng- Cultural+Studies+(Hall) diunduh tanggal 31 encode teks dalam cara tertentu, namun si Maret 2017 pukul 11.32 WIB pembaca akan men-decode-nya dalam cara yang sedikit berbeda. Ideologi dominan secara METODE khusus dikesankan sebagai preferred readings (bacaan terpilih) dalam teks media, namun Unit analisis dalam penelitian ini adalah bukan berarti hal ini diadopsi secara otomatis iklan elektronik Shinzui Body Cleanser oleh pembaca (McQuail, 2002: 388). edisi Skin Lightening yang berdurasi 30 detik. Penelitian ini menggunakan pende­ ­ Teori Stuart Hall tersebut, tentang katan kualitatif, dimaksudkan untuk me­ encoding dan decoding, mendorong terja­ ­ ngemukakan gambaran dan/atau pe­ma­ha­ di­nya intepretasi-intepretasi beragam dari man mengenai bagaimana dan mengapa teks-teks media selama proses produksi dan suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi resepsi (penerimaan). Dengan kata lain, (Pawito, 2007: 35). makna tidak pernah pasti. Hall (1980: 136-138) menurunkan 3 intepretasi yang digunakan Pendekatan yang digunakan dalam individu untuk menafsirkan atau memberi penelitian ini adalah analisis resepsi. Metode respons terhadap persepsinya mengenai ini memandang khalayak sebagai pencipta kondisi dalam masyarakat, yaitu dominan/ aktif makna dalam kaitannya dengan hegemonic code adalah disini posisi audiens teks. Hall menyatakan bahwa produksi yang menyetujui dan menerima langsung apa makna tidak menjamin konsumsi makna saja yang disajikan oleh televisi, menerima sebagaimana yang dimaksudkan pengode penuh ideology yang dari program tayangan karena pesan-pesan (dalam televisi), yang tanpa ada penolakan atau ketidaksetujuan dikonstruksi sebagai sistem tanda bersifat terhadapnya. Negotiated code, penonton polisemis, sehingga memiliki lebih dari yang mencampurkan intepretasinya dengan sekedar serangkaian makna potensial (Barker, pengalaman-pengalaman sosial tertentu 2009: 35). Analisis resepsi yaitu makna mereka. Penonton yang masuk kategori media yang dinegosiasikan oleh individual negosiasi ini bertindak antara adaptif dan berdasarkan pengalaman mereka. Dengan oposisi terhadap intepretasi pesan atau kata lain pesan-pesan media secara subjektif ideology dalam televisi. Oppositional code dikonstruksikan khalayak secara individual. adalah ketika penonton melawan atau Khalayak menerapkan berbagai latar be­ berlawanan dengan representasi yang la­kang sosial dan kultural yang diperoleh ditawarkan dalam tayangan dengan cara sebelumnya untuk membaca teks, sehingga yang berbeda dengan pembacaan yang khalayak yang memiliki karakteristik yang telah ditawarkan. Tipe ini tidak merasakan berbeda akan memaknai suatu teks secara kesenangan pada saat menonton televisi. Ia berbeda pula.

40 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang

Teknik pengumpulan data yang di­ oleh anggota komunitas. Komunitas mengacu gu­nakan dalam penelitian ini adalah wa­ pada kesadaran bersama, yaitu: keyakinan, wan­cara mendalam (in-depth interview). impian, atau identitas dalam populasi orang- Wawancara dengan menggunakan pedoman orang secara luas. Komunitas terkadang wawancara (interview guide) pada umumnya digunakan untuk menggolongkan situasi dimaksudkan untuk kepentingan wawancara berdasarkan penggemar, subkultur, dan tipe yang lebih mendalam dengan lebih mem­ lain dari kolektivitas sosial. (Littlejohn dan fo­kuskan pada persoalan-persoalan yang Foss, 2009: 554). menjadi pokok minat penelitian. Hal de­mi­ Pembaca merupakan anggota dari kian akan lebih mempermudah langkah- interpretive community, yaitu: kelompok langkah sistematisasi data. Pedoman yang saling berinteraksi, membentuk wawancara biasanya tidak berisi pertanyaan- realitas dan pemaknaan umum, serta meng­ pertanyaan yang mendetail, tetapi sekedar gu­nakannya dalam pembacaan mereka garis besar tentang data atau informasi sehingga pemaknaan berada dalam pembaca yang ingin didapatkan dari informan yang interpretive community. Seseorang tidak akan nantinya dapat dikembangkan dengan mendapatkan pemaknaan tunggal, tidak ada memerhatikan perkembangan, konteks, pemaknaan yang benar atau objektif dari dan situasi wawancara. Dalam penelitian teks namun sepenuhnya tergantung pada ini, individu diminta untuk memberikan interpretasi audiens. Menurut Fish, penulis penilaian mengenai konsep kecantikan yang teks bukan merupakan sumber makna. ditawarkan oleh iklan Shinzui. Pembaca selalu merencanakan pemaknaan mereka ke dalam fitur teks dan akhirnya hanya Subjek Penelitian muncul pemaknaan diri mereka sendiri. Pembaca tidak pernah jauh dari teks, mereka Dalam penelitian ini, penentuan subjek selalu menanamkan pemaknaan mereka di penelitian atau responden berdasar pada dalamnya (Littlejohn, 2008: 135). beberapa kriteria berikut ini: Dalam Littlejohn, (2008: 296-297), Fish 1. Perempuan karier dengan latar belakang menyatakan bahwa Interpretive community usia 20 – 35 tahun terdapat di sekitar media dan konten tertentu. 2. Memiliki kemampuan finansial mandiri Komunitas yang berkembang disekitar pola 3. Peduli terhadap penampilan dan tinggal konsumsi bersama, mencakup pemahaman di wilayah urban. umum mengenai konten yang dibaca, dilihat Pemilihan tersebut disesuaikan dengan atau didengar dan hasil bersama. Setiap target audience yang menjadi sasaran orang dapat menjadi anggota dari berbagai dari iklan Shinzui dan pernah atau rutin interpretive community dan kelompok sosial menggunakan sabun Shinzui. tertentu, seperti keluarga, yang dapat menjadi Khalayak yang akan diteliti merupakan persimpangan dalam suatu komunitas. bagian dari interpretive communities. Thomas Lindlof menyoroti tiga genre Interpretive communities merupakan ke­ interpretive community, karena interpretive lompok yang saling berinteraksi, mem­ community memiliki pemaknaannya sendiri ben­tuk realitas dan pemaknaan umum, mengenai media. Genre ini merupakan tipe serta menggunakannya dalam pembacaan umum dari hasil media yang diciptakan oleh mereka (Littlejohn, 2005: 197). Interpretive interaksi dalam interpretive community, yaitu: communities berupaya untuk menjelaskan content (isi), interpretasi, dan tindakan sosial. proses-proses sosial yang terlibat dalam Genre pertama yang menunjukan interpretive menafsirkan teks-teks budaya. Makna berasal community adalah content (isi), yang terdiri dari teks budaya yang tidak sepenuhnya dari tipe-tipe program dan media lainnya subjektif maupun objek material; melainkan yang dikonsumsi oleh komunitas. Komunitas teks yang menjadi bermakna dikarenakan tidak hanya memiliki ketertarikan yang sama berbagai strategi interpretasi yang dilakukan dalam salah satu jenis media namun juga

41 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 memiliki pemaknaan yang sama terhadap satu konten media. Genre interpretasi, ber­ kem­bang di sekitar pemaknaan bersama. Anggota komunitas menafsirkan isi program dan media lain dengan cara yang sama. Hal ini berdampak pada perilaku mereka, terutama pada apa yang mereka katakan tentang media dan bahasa yang digunakan untuk menjelaskannya adalah sama. Genre tindakan sosial merupakan tatanan perilaku bersama terhadap media tertentu, tidak hanya pada bagaimana media dikonsumsi (kapan dan dimana isi media dibaca dan dilihat) namun juga cara isi media mempengaruhi perilaku anggota suatu komunitas. Menurut Ien Ang dalam Downing, Mohammadi, dan kawan-kawan (1990: 160- 161), interpretive community menunjukan kelompok individu yang membuat inter­pretasi­ umum pada teks (Radway, 1987). Subkultur (Hebdige, 1978) yang terdiri dari orang-orang yang berbagi pilihan untuk isi media tertentu. Komunitas atau subkultur tidak perlu secara fisik bersatu dalam satu lokasi namun secara geografi tersebar dan terdiri dari berbagai orang yang tidak saling mengenal namun secara simbolis dihubungkan dengan ke­pen­ ti­ngan bersama di produk media. Encoding: Iklan Shinzui Body Cleanser Encoding merupakan awalan untuk memahi teori encoding decoding. Sebelum meneliti resepsi khalayak yang merupakan bagian dari tahap decoding, maka perlu diketahui makna yang ingin disampaikan melalui iklan Shinzui Body Cleanser. Berikut adalah screen capture dari iklan visual Shinzui Body Cleanser:

42 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang

untuk menggali analisis resepsi responden tentang konsep kecantikan secara umum sedangkan aspek pengalaman dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang responden sehingga peneliti dapat mengerti dengan benar asal dari jawaban tentang konsep kecantikan responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN Responden Pertama Aspek Teknis Pada responden pertama, hal yang Dalam iklan tersebut terdapat beberapa paling dilihat pada iklan Shinzui ini adalah scene yang dapat dipecah menjadi enam. Scene talent perempuan cantik yang sedang pertama menunjukkan identitas produk. mandi di sungai. Dari segi pengambilan Scene kedua menggambarkan kesegaran gambar, setting dan properti, responden dan kecantikan perempuan yang dalam pertama menyatakan bahwa iklan ini sangat iklan diwakili oleh perempuan berwajah mendukung dengan tema yang diusung oleh Jepang. Scene ketiga menunjukkan visual produk ini. Penonton atau khalayak seolah- dan fisik produk secara keseluruhan. Scene olah terbawa dengan suasana “Kejepangan” keempat proses penggunaan sabun Shinzui, yang ditampilkan dalam iklan ini. Responden yang kelima menunjukkan perempuan yang juga menyatakan bahwa produk sabun cantik setelah menggunakan sabun dan scene Sinzhui, batu Jepang, dan Jembatan juga keenam sebagai penutup. Setiap scene diberi menjadi hal yang menarik, yang menyita dubbing penjelasan tentang iklan: perhatian responden. “Shinzui... begitu lembut dan mence­ Responden pertama secara pribadi tidak rah­kan karena kandungan Herba pernah menggunakan produk sabun mandi Matsu Oil nya. Shinzui Body Cleanser yang ada pada iklan tersebut, akan tetapi membuat kulitmu begitu mempesona, pernah menggunakan untuk produk Sinzhui seputih wanita Jepang. Karena Putih itu yang lainnya. Responden melihat inti pesan Shinzui..” dari iklan sabun Sinzhui ini adalah tentang “Pemutihan Kulit”. Namun responden Decoding pertama tahu betul bahwa kulitnya tidak akan pernah menjadi putih apalagi seputih Penelitian dilakukan dengan melakukan kulit wanita Jepang. Sehingga responden wawancara mendalam kepada empat menyatakan tidak setuju mengenai perihal responden yang telah memenuhi syarat cantik itu memutihkan kulit seperti kulit dalam memahami unit analisis penelitian. wanita Jepang. Penelitian dilakukan dengan menekankan pada beberapa aspek dibawah ini: Aspek Konsep Kecantikan • aspek teknis Disisi lain, responden pertama • aspek konsep kecantikan menjelaskan, bahwa dirinya tidak setuju dengan iklan Sinzhui yang me-labeling • aspek pengalaman responden. produknya agar konsumen bisa seputih Aspek teknis dibutuhkan untuk wanita Jepang. Karena responden pertama memahami penangkapan pesan responden tahu betul bahwa kulit sawo matangnya tidak terhadap iklan Shinzui dan pengalaman akan berubah walaupun memakai produk menggunakan produk tersebut. Sedangkan Sinzhui. Sehingga menurutnya, standar aspek konsep kecantikan dibutuhkan kecantikan yang dijadikan dalam iklan ini

43 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 sangat tidak cocok. Terlalu mengkotakkan berenergi itu, penyajiannya tidak melulu makna kecantikan wanita. soal badan lesu kemudian minum minuman Sedangkan responden pertama sendiri berenergi jadi segar kembali. memiliki keyakinan dan pandangan ter­ Sedangkan iklan aneh dan dianggap jelek sen­diri mengenai kecantikan. Menurutnya responden adalah IKLAN MASTIN. Iklan kecantikan adalah tidak melulu soal hal mastin dianggap kurang begitu menarik bagi fisik yang bisa dilihat oleh kasat mata. Akan responden pertama dikarenakan pengulangan tetapi soal “inner beauty” ada dalam hati dan terus menerus ketika iklan tersebut tayang. pikiran wanita. Jadi, haruslah balance antara Padahal responden menganggap hal itu tidak kecantikan luar dan dalam. Karena wanita perlu. juga harus pandai menjaga penampilan luar dirinya, akan tetapi tetaplah memupuk dan Responden Kedua menjaga unsur-unsur kebaikan hati yang ada dalam jiwanya. Aspek Teknis Aspek Pengalaman Responden Responden kedua juga melihat sosok Dari pengalaman responden pertama, wanita cantik, putih dan seksi dalam iklan responden menyatakan bahwa secara pribadi Sinzhui ini. Dari segi pengambilan gambar, tidak pernah melihat iklan sinzhui tersebut backsound, dan juga properti atau setting yang muncul di televisi. Dikarenakan jam nonton ditampilkan, sangat sesuai dan bersinergi televisi responden dimulai pukul 10 malam untuk mendukung iklan sabun mandi ini. itu pun program kartun untuk anak-anak. Sangat marketable menurutnya. Responden Televisi yang dimiliki oleh responden adalah kedua pernah menggunakan produk Shinzui model TV berlangganan, sehingga untuk walaupun tidak memberikan dampak putih kuantitas iklannya pun tidak banyak, sangat pada kulitnya. Responden memberikan berbeda dengan TV swasta nasional selama saran, seharusnya pada iklan tersebut ini, dimana durasi iklan bisa lebih besar ditampilkan pula pesan bahwa “hasil berbeda daripada program acara televisinya. pada setiap orang”. Karena notabene, produk tersebut mengisyaratkan agar mempercantik Responden pertama pernah bereks- diri melalui memutihkan diri seputih wanita perimen sewaktu kecil tentang kecantikan. jepang, lha padahal secara realistis iklan Sewaktu responden masih kecil, responden tersebut tampil pula di Indonesia dengan pertama mendapatkan informasi dari mama- kuantitas market yang lebih besar dibanding nya bahwa menggunakan handbody itu dapat negara asal produknya. memutihkan kulit. Akan tetapi karena masih kecil dan belum paham, maka responden Aspek Konsep Kecantikan malah memakai handbody pada wajahnya. Responden kedua melihat pesan iklan Tentu hal ini mengakibatkan bintik-bintik ini adalah tentang standar kecantikan, putih pada kulit wajah responden pertama. yaitu cantik itu putih dan putih itu Sinzhui. Responden pertama menambahkan menurutnya, hal ini sesuai dengan trend bahwa ada iklan yang paling disukai yang mode kecantikan masa kini, yaitu kalau di pernah ia tonton, yaitu iklan TRI ALWAYS Asia kiblat kecantikan adalah negara Korea ON. Iklan ini dianggap menarik oleh dan Jepang. Responden kedua pernah responden dikarenakan iklan tri ini berhasil menggunakan produk sabun mandi Sinzhui menyampaikan makna “kebebasan” kepada ini. Akan tetapi hal ini bukan dikarenakan responden. Selain itu, iklan MIZONE yang efek dari setelah melihat iklan tersebut, tetapi edisi baru 2016 dengan backsound DJ di lebih karena rasa penasaran ketika sedang tempat fitnes juga menjadi iklan favorit berbelanja di supermarket. Responden responden. Hal ini dikarenakan, bahwa iklan menyukai sabun mandi Sinzhui dari segi tersebut memberikan pandangan dan kesan keharuman produk tersebut. yang berbeda bahwa dalam iklan minuman

44 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang

Responden kedua juga menambahkan teman sebayanya tentang apa yang sedang bahwa jikalau melihat iklan yang hampir hits di kala itu, seperti produk vaseline. serupa dengan tema cantik itu putih, Iklan yang paling di ingat oleh res­ responden melakukan survey tersendiri. ponden adalah iklan Cimory edisi anak kecil Yaitu dengan cara bertanya langsung kepada dan ada sapi. Menurut responden justru teman-teman terdekatnya apakah jika ketidakkoherenan antara anak kecil dan sapi memakai produk X memang memberikan justru hal yang paling membekas dibenak hasil putih atau tidak. Dan jawaban dari oleh reponden. Sedangkan iklan yang teman-teman responden pun bermacam- dianggap aneh adalah iklan parfum Gatsby macam, ada yang memang berhasil dan ada yang dibawakan oleh Adipati Dolken. Hal ini pula yang tidak sama sekali berpengaruh. dikarenakan iklan ini kurang realistis. Iklan Responden malah menjadi “kepo” sendiri Gatsby ini memberikan gambaran bahwa mengenai produk X tersebut. kalau kita wangi, maka kita dapat melakukan Dikarenakan responden kedua lebih apa saja dengan sukses. Iklan apik menurut sering tampil di layar televisi sebagai responden kedua adalah iklan Axis. Mengapa pembawa acara pula (selain Kepala Program). demikian? Responden menyatakan bahwa Tentunya hal ini membuat dirinya untuk iklan Axis sukses dalam menyampaikan pe­ dituntut menjadi wanita cantik yang putih, sannya. Apalagi dikemas dengan konsep yang tinggi, langsing, rambut lurus, dsb. Akan sedikit konyol, tentunya semakin membuat tetapi karena standar kecantikan di depan menarik. kamera yang sedemikian kompleks dihadapi oleh responden setiap hari, justru membuat Responden Ketiga responden malah mampu menerima ke­ kurangan diri dan kecantikannya. Responden Aspek Teknis lebih terbuka wawasannya tentang perihal Hal yang dilihat oleh responden ketiga kecantikan. Walaupun tidak memungkiri, dalam iklan ini adalah produk sabun Responden kedua cukup setuju bahwa Sinzhui. Menurut responden ketiga, secara memiliki kulit putih merupakan bagian dari pengambilan gambar, latar, dan properti indikator wanita cantik dan menarik. tergolong bagus, akan tetapi responden Selain itu, Kecantikan menurut res­ ketiga melihat ada hal yang janggal dalam ponden kedua adalah tidak hanya soal fisik, iklan ini yaitu dengan hadirnya kuda pada tetapi juga memiliki rasa percaya diri dan detik-detik scene terakhir. Responden tidak mampu memberdaya diri sesuai dengan apa mengerti maksud dari dihadirkannya kuda yang wanita itu mampu. ini. Responden pernah menggunakan produk Responden kedua, pertama kali melihat dari sinzhui tersebut namun hanya satu kali iklan Sinzhui ini di Youtube. Walaupun di saja karena setelah dicoba, produk sabun televisi juga pernah. Responden menonton tersebut membuat kulit responden menjadi televisi setelah pukul 7 malam. Itupun sambil lebih kering. melakukan kegiatan lain seperti makan, Aspek Konsep Kecantikan ngobrol, bbm-an, dll. Menurut responden ketiga, definisi cantik Aspek Pengalaman Responden itu tidak harus putih. Karena bagi responden Responden kedua memiliki pengalaman kecantikan adalah sesuatu yang tidak harus sewaktu kecil pernah bermain-main dengan diprioritaskan, masih banyak hal-hal lain yang produk kecantikan yaitu bedak dan lisptik. perlu dijadikan indikator seorang perempuan Hal ini dikarenakan, responden kedua itu cantik atau tidak seperti kecerdasan, meniru perilaku dari sang ibunda setiap talenta, dll. Responden pernah melihat kali berdandan. Sedangkan ketika SMP, iklan Sinzhui ini melalui televisi. Sehingga responden kedua lebih melakukan ritual responden ketiga, menyatakan­ tidak setuju kecantikan diri dengan cara meniru teman- terhadap isi pesan iklan Shinzui tersebut.

45 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Aspek Pengalaman Responden memenuhi kebersihan, sudah dapat dikatakan Iklan yang paling tertanam dibenak kalau perempuan itu cantik. Responden responden ketiga adalah iklan mastin karena melihat iklan Sinzhui tadi ada di televisi. Jam iklan ini sering muncul di televisi. Iklan yang tayang responden menonton televisi adalah dianggap jelek oleh responden ketiga adalah dari mulai setelah magrib hingga malam. Dan iklan snack kingkong yang dibawakan oleh full ditonton. Kalau commercial break tiba, raffi ahmad. Karena responden merasa responden tidak mengganti channel akan bosan melihat artis raffi yang sering tampil tetapi juga tidak terlalu memperhatikan. di televisi. Sedangkan iklan bagus menurut Aspek Pengalaman Responden responden ketiga adalah semua iklan yang Sewaktu kecil, responden pernah menggunakan tema ramadhan dan lebaran. memiliki eksperimen tentang kecantikan Frekuensi responden dalam menonton yaitu membuat lulur dari bengkoang yang televisi tergolong rendah yaitu hanya ber­ dilembutkan sendiri. Dan mewarnai kuku kisar satu jam saja per hari, hanya menonton­ dengan menggunakan daun pacar. Iklan yang program selebrita pagi atau kilasan berita paling disukai oleh responden adalah iklan dari channel metro TV saja. Responden sprite yang dibawakan oleh ahmad dhani. sering mengganti channel ketika sesi Sedangkan iklan yang tidak disukai adalah commercial break tiba. Karena pada dasarnya iklan partai perindo. Hal ini dikarenakan responden tidak menyukai iklan, dirasa terlalu memaksakan dalam pencitraan diri sangat membosankan. Heru Tanoe, dan iklannya sering diputar. Sehingga membuat bosan responden. Responden Keempat Aspek Teknis Responden Kelima Responden keempat melihat produk Aspek Teknis sabun yang dapat membuat kulit lembut. Pada responden kelima, hal yang paling Responden keempat sangat tertarik melihat diingat pada iklan Shinzui ini adalah produk iklan ini, karena dari segi pengambilan sabun yang menawarkan kulit putih ala gambar, backsound musik yang mengiringi, wanita Jepang, dimana khalayak audience nya dan nuansa sejuk dari iklan tersebut adalah masyarakat Indonesia yang notabe- tergolong keren dan sesuai dengan negara nya memiliki kulit sawo matang. Jepang. Responden juga melihat hal janggal Produk sabun tersebut mengambil dalam iklan ini adalah dengan hadirnya keutungan ditengah paradigma kaum hawa seekor kuda. Kenapa bukan objek awan yang di Indonesia yang masih cenderung memiliki putih juga. mindset bahwa cantik itu adalah putih. Oleh Menurut pengakuan responden keem­ karenanya, produk sabun tersebut mampu pat ini, setelah melihat iklan tersebut di tele­ memanfaatkan celah dari paradigma tersebut visi, responden memutuskan untuk membeli hingga akhirnya, positioning produk tersebut produk tersebut. Responden tidak kecewa di benak masyarakat berhasil membangun dengan produk ini karena selain dapat mem­ brand awarness, bahwa apabila ingin memiliki buat kulitnya menjadi lebih putih, produk ini putih, pakai saja produk Shinzui. juga memiliki keharuman yang disukai oleh Responden kelima setuju, bahwa dari responden. Hal ini meng­indikasikan bahwa segi pengambilan gambar, setting, talent, pesan iklan Shinzui diterima dengan baik dan properti, iklan ini sangatlah memiliki oleh responden keempat. konsep yang jelas mengenai konsep kecantikan. Unsur audio visual pun tampak Aspek Konsep Kecantikan sangat mendukung dalam membangun brand produk sabun tersebut, dimana makna Arti kecantikan menurut responden tersirat dari sebuah konsep kecantikan adalah bersih. Bukan putih. Karena dengan

46 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang yang dibangun oleh produk tersebut adalah melihat iklan sinzhui tersebut muncul di wanita cantik berkulit putih, anggun, kalem, televisi. Dikarenakan responden termasuk menyejukkan (memanjakan) mata, dan orang media yang tentu saja memantau berperilaku lembut. Dan memang sifat-sifat program-program dan iklan yang ada pada itulah yang seharusnya dimiliki oleh wanita. media siaran di televisi. Responden kelima secara pribadi pernah Responden kelima pernah memiliki dan memang sedang menggunakan produk pengalaman sewaktu kecil tentang sabun mandi yang ada pada iklan tersebut. kecantikan. Sewaktu responden masih Responden melihat inti pesan dari iklan kecil, responden kelima pernah mencoba sabun Sinzhui ini adalah tentang “Wanita lipstik dan bedak milik tantenya kemudian Cantik yang Putih”. Responden paham bahwa berkaca di depan cermin dan menirukan kulitnya tidak akan pernah menjadi putih tingkah laku pembawa acara berita yang apalagi seputih kulit wanita Jepang. Namun tampil di layar kaca. Responden kelima sebagai salah satu publik figure yang memiliki memang sangat menyukai dunia penyiaran, profesi sebagai presenter, responden setuju karena ibu dari responden juga bekerja bahwa salah satu simbol profesionalisme sebagai pegawai media di salah satu stasiun dari seorang yang tampil di layar kaca adalah TV milik pemerintah. Sehingga barangkali dengan tampil menarik secara fisik. Tampil menularkan virus “penyiarannya” kepada menarik tersebut, salah satu point nya adalah responden. memiliki kulit bersih dan putih, walaupun Responden kelima menambahkan tidak perlu seputih wanita Jepang. bahwa ada iklan yang paling disukai yang Aspek Konsep Kecantikan pernah ia tonton, yaitu iklan BAYGON Responden kelima dengan jelas dimana seorang ibu dengan tangguhnya menyatakan bahwa dirinya setuju dengan melindungi keluarga dari serangan gigitan iklan Sinzhui yang membranding produknya nyamuk. Iklan ini dianggap menarik oleh agar konsumen bisa seputih wanita Jepang. responden dikarenakan iklan BAYGON ini Walaupun responden paham, bahwa kulit berhasil menyampaikan makna “supermom” sawo matangnya tidak akan berubah seputih kepada responden. Hal ini dikarenakan wanita Jepang dengan memakai produk ibu dari responden adalah seorang single Sinzhui. Akan tetapi responden meyakini parent yang juga tangguh dalam mengurus bahwa produk Shinzui tersebut, merupakan dan melindungi keluarga. Iklan BAYGON salah satu produk yang tergolong “berkhasiat” inilah yang mengingatkan responden atas perubahan kulitnya, “setidaknya “tidak terhadap sosok ibu-nya yang patut ditiru bertambah kusam, malah cenderung ketangguhannya terutama demi keluarga. mencerahkan”. Sedangkan iklan aneh dan dianggap Responden kelima sendiri memiliki jelek responden adalah BUKA LAPAK yang keyakinan dan pandangan tersendiri membawa grup NETRAL sebagai bintang mengenai kecantikan. Kecantikan memang iklannya. Iklan BUKA LAPAK dianggap tidak dangkal definisi nya hanya sebatas fisik kurang begitu menarik bagi responden saja. Namun karena profesi responden yang karena dianggap menggangu dan berisik dilihat oleh pemirsa / audience / khalayak dengan backsound yang mengiringinya. umum, mau tidak mau harus menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme dengan Respon Keenam salah satunya menjaga penampilan fisik yang Aspek Teknis tentu saja, di imbangi pula dengan kualitas kecerdasan emosional dan sosial. Responden keenam juga melihat sosok Aspek Pengalaman Responden wanita cantik, putih dan lembut dalam iklan Sinzhui ini. Dari segi pengambilan gambar, Dari pengalaman responden kelima, pemilihan talent, backsound, dan juga responden menyatakan bahwa pernah properti atau setting yang ditampilkan, sangat

47 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 bersinergi satu sama lain sehingga tidak sah saja seorang perempuan berkeinginan keluar dari konsep iklan yang menyuguhkan memiliki kulit putih agar terlihat cantik, kecantikan khas wanita Jepang. walaupun kulit putih versi wanita Indonesia Responden kedua pernah menggunakan tidak bisa seputih wanita Jepang (kecuali produk Shinzui walaupun tidak memberikan apabila suntik putih, operasi, dsb). Responden dampak putih yang cukup signifikan pada juga menambahkan, bahwa kecantikan kulitnya. Namun responden memberikan fisik namun juga harus diimbangi dengan keterangan cukup puas terhadap kualitas kecantikan hati, pikiran, dan attitude. Jadi produk sabun Shinzui tersebut. Walaupun tidak hanya casing saja yang di upgrade, akan produk Shinzui tersebut bukan daftar tetapi software nya juga. pertama pilihan responden terhadap minat Menurutnya, dengan mempercantik beli produk sabun, namun Shinzui adalah dan merawat diri adalah bentuk menghargai pilihan atau alternatif kedua setelah merk jati diri sebagai wanita, yang dianugerahi sabun “CITRA”. kecantikan dan keindahan dari Yang Maha Responden termasuk dalam kategori Kuasa. Responden menyadari bahwa diri orang yang ikut “mengamini” bahwa seorang wanita itu berharga. Dengan make- penampilan fisik yang menarik perlu up bukan berarti seperti memakai topeng, diprioritaskan seorang perempuan, terlebih namun mengeluarkan kelebihan sebagai apabila profesinya bekerja dan berkarya wanita yang selama ini terpendam. Tujuan adalah dengan melibatkan interaksi banyak utama lahirnya make-up serta produk orang. Responden menyatakan bahwa kecantikan adalah agar wanita semakin cantik alangkah lebih baik jika kecantikan fisik juga dan mempesona, bukan sebagai topeng yang diperhatikan, bukannya diabaikan. menutupi wajah yang sesungguhnya. Menjadi cantik di sini bukan berarti Menggunakan produk kecantikan harus selalu mengenakan make-up tebal yang disertai dengan pemakaian make up, yang sampai membuat orang pangling atau sejatinya berfungsi untuk menonjolkan sampai melakukan operasi plastik, namun kelebihan yang dimiliki wajah kita dan dengan perawatan diri dan make-up yang mengoreksi yang tampak kurang. Terlebih natural saja. Pada dasarnya wanita dalam jika responden adalah seorang produser on keadaan apapun, cantik adanya, dengan air TV swasta nasional yang notabennya bantuan make-up dan perawatan, kecantikan harus memberikan contoh yang baik kepada akan lebih terpancarkan. Terlebih kaum bawahannya, terutama kepada presenter hawa adalah makhluk yang paling indah atau Co Host di program acaranya di KVision dan alangkah lebih indah jika menghargai & GG Intersport. anugerah tersebut dengan merawatnya Responden keenam, pertama kali melihat sebaik mungkin. iklan Sinzhui ini di Youtube. Walaupun di Aspek Konsep Kecantikan televisi juga pernah. Responden menonton televisi mulai pukul 9 pagi. Itupun sambil Responden yang keenam sebenarnya melakukan kegiatan lain seperti brifing atau adalah seorang yang sangat interest terhadap brain storming program on air. produk kecantikan Lipstik. responden bisa menghabiskan ratusan ribu bahkan totalnya Aspek Pengalaman Responden bisa jutaan hanya untuk mengkoleksi Responden keenam memiliki pengala­ ­ berbagai macam merk lipstik dari yang lokal man sewaktu kecil pernah bermain-main sampai merk import. Dari yang Matte, Satin, dengan produk kecantikan yaitu lisptik. Moisturizing, Liquid, Cream, Frosted, hingga Responden mulai mengenal make up atau Long Wearing. produk kecantikan sewaktu SMP. Hal ini Responden keenam melihat pesan iklan dikarenakan responden sangat suka melihat ini adalah tentang standar kecantikan, yaitu warna lipstik yang warna warni, yang bisa cantik itu putih ala Sinzhui. Menurutnya sah- dioleskan di bibir.

48 Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana, Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang

Operasionalisasi Konsep

Iklan yang paling di ingat oleh mengenai indikator wanita cantik itu responden adalah iklan-iklannya Aqua yang berkulit putih, (dikarenakan hal ini untuk versi #adaaqua, iklan-iklannya Bukalapak, keperluan profesionalisme bekerja dalam dan iklan-iklannya Rayamana yang versi berpenampilan di depan kamera). Akan #kerenhaksegalabangsa. Karena, iklan- tetapi Responden ketiga juga menambahi iklan tersebut memiliki konsep unik, agak bahwa wanita itu juga harus memiliki rasa nyeleneh, namun fresh & menghibur. percaya diri dan mampu memberdaya diri. Iklan yang kurang di sukai, yaitu iklan Responden pertama dan ketiga yaitu Tori Tori Cheese Cracker, karena iklannya Reporter Radio dan Accounting pada agak ngeselin & nyebelin tapi, disisi lain iklan posisi Oppositional Reading, yaitu tidak itu jadi mudah diingat dan terngiang-ngiang setuju mengenai konsep kecantikan yang di kepala penontonnya. diperlihatkan dalam iklan Shinzui tersebut. Karena pada dasarnya mereka memiliki SIMPULAN ideologi tersendiri mengenai kecantikan. Responden pertama menyatakan bahwa Berdasarkan teknik pengumpulan data kecantikan tidak hanya mengenai hal fisik, berupa wawancara, maka dapat disimpulkan akan tetapi juga “inner beauty”. Sedangkan bahwa tiga diantara enam responden, masuk responden ketiga menyatakan bahwa dalam kategori Negotiated Reading, dua kecantikan merupakan kepemilikan hal-hal diantara enam responden, menyatakan positif seperti kecerdasan, talenta, dan lain- Oppositional Reading terhadap iklan ini. Dan lain. satu responden berada pada posisi Dominant Hegemonic. Responden ke-empat, kelima dan keenam berada pada posisi Dominant Hegemonic yang menyatakan bahwa pesan iklan Shinzui tersebut memiliki makna memutihkan kulit, seputih wanita Jepang. Mereka setuju dengan penyajian konsep kecantikan yang ditampilkan di iklan tersebut. Sehingga responden melakukan tindakan selanjutnya yaitu berupa pembelian produk yang ada dalam iklan Shinzui. Responden kedua yaitu Kepala Program, berada pada posisi Negotiated Reading. Dengan kata lain, responden juga setuju

49 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

DAFTAR PUSTAKA Iklan Sabun. Yogyakarta: Jalasutra Sudiarta, I Wayan. (2006). Rekonstruksi Visual Abdullah, Irwan. (2006). Studi Tubuh, Nalar Konsep-Konsep Kecantikan Tradisional dan Masyarakat: Perpektif Antropologi. Wanita Bali dan Manifestasinya di Dalam Yogyakarta: Tici Press. Kehidupan Masyarakat Bali Masa Kini. Tesis S2. Program Studi Kajian Budaya. Barker, Chris. (2004). The Sage Dictionary Pasca Sarjana Universitas Udayana. of Cultural Studies. London: Sage Publication Winarni, Rina Wahyu. (2009). Representasi Kecantikan Perempuan dalam Iklan. Britton, Ann Marie. (2012). The Beauty Jakarta: Jurnal Deiksis Program Studi Industry’s Influence on Woman in Desain Komunikasi Visual Universitas Society. University of New Hampshire Indraprasta PGRI Jakarta Scholars’ Repository. Fall. Honors Theses. Yulianto, Vissia Ita. (2007). Pesona Barat. Analisa Kritis Historis tentang Burhan, M Bungin. (2008). Konstruksi Sosial Kesadaran Warna Kulit di Indonesia. Media Massa: Kekuatan Pengaruh Yogyakarta : Jalasutra Media Massa dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana Sumber Internet: Channey, David. (1996). Lifestyles. London: Putihitushinzui.com. (2012). Shinzui Body Routledge Cleanser. diakses tanggal 12 Juni 2016. Downing, John, Ali Mohammadi dan Anonim. Dikutip dari https:// Annabela Sreberny Mohammadi. educ5102.wikispaces.com/ (1990). Questioning The Media: A Cultural+Studies+(Hall) diunduh Critical Introduction. California: Sage tanggal 31 Maret 2017 pukul 11.32 WIB Publication, Inc. Bisniskeuangan.kompas.com. (2012). Top Hall, Stuart, (1981), Encoding/Decoding, Brand Award Kategori Whitening Soap. dalam Stuart Hall, A. Lowe, dan diakses tanggal 12 Juni 2016. Paul Willis (eds.), Culture, Media, Language, London: Hutchinson. Jeffkins, Frank. (1996). Advertising (Periklanan). Jakarta: Airlangga Kasiyan,. (2008). Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. Yogya: Ombak Littlejohn, Stephen W and Karen A Foss. (2005). Theories of Human Communication. California: Sage Publication McQuail, Denis. (2002). Teori Komunikasi Massa. London: Sage Publications. Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Prabasmoro, Aquarini Priyatna. (2003). Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas, dan Globalisasi dalam

50 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta

ANALISIS RELASI TEKNOLOGI, INSTITUSI DAN AGENSI DALAM TRANSFORMASI PELAYANAN PUBLIK DI JAKARTA

Ely Yani Departemen Sosiologi Universitas Indonesia [email protected]

Abstract This study focuses on the effort of public services through technology adoption. One of forms is the responsibility report Rukun Tetangga in Jakarta through the Qlueapplication The implementation of Qlue is how it links between technology, institution, and agency. The author tries to review the process of relation among these three aspects occur to promote the transformation of public services in Jakarta through adoption of Qlue technology for accountability report in RT. The main argument on this article is that the process of relation technology, institution, and agency as they become the main factors in transformation of public services. This article attempts to give different perspective as the other articles with same themes only show the role of the advanced technology in public services. Via the depth interview and observation method in the place that become the sample is in one of the regions which using Qlue in its best way is KelurahanGalur, Central Jakarta. The conclusion, transformation through technology can occur when technology can be well institutionalized through rules. However, institutions must also be able to take into account the relationship between agents and the institutional environment. Abstrak Studi ini berfokus pada upaya transformasi pelayanan publik melalui adopsi teknologi. Salah satu bentuknya adalah laporan pertanggung jawaban RT di Jakarta melalui aplikasi Qlue. Implementasi Qlue merupakan kaitan antara teknologi, institusi dan agensi. Penulis mencoba mengkaji mengenai bagaimana proses relasi antara teknologi, institusi, dan agensi dalam mendorong transformasi pelayanan publik di Jakarta melalui pengadopsian teknologi Qlue pada laporan pertanggung jawaban RT. Argumen utama dalam artikel ini adalah proses relasi antara teknologi, institusi dan agensi merupakan faktor yang sangat berperan dalam transformasi pelayanan publik. Artikel ini mencoba mengisi pandangan dari artikel sebelumnya yang hanya memperlihatkan peranan perubahan teknologi dalam transformasi pelayanan publik. Melalui pendekatankualitatifdenganwawancara mendalam dan observasi di salah satu wilayah penanganan Qlue terbaik yaitu kelurahan Galur, Jakarta Pusat. Kesimpulanartikelini transformasi melalui teknologi dapat terjadi ketika teknologi dapat terinstitusionalisasi dengan baik melalui aturan.Namun, institusi juga harus dapat memperhitungkan hubungan antara agen dan lingkungan institusional Keywords: Transformation, Public Services, Institutionalization.

51 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN dalam pelayanan publik. Negara memiliki Pelayanan publik yang transparan pandangan bahwa masyarakat adalah dan akuntabel merupakan kewajiban konsumen sehingga dengan membentuk New negara dalam memenuhi kebutuhan warga Public Management (NPM) Maka pelayanan negaranya. Hal ini tertuang dalam Undang- publik dapat lebih maksimal (Mahler 2010; Undang No. 25 Tahun 2009 yang menyatakan Brewer 2007). E-governance meningkatkan bahwa negara berkewajiban membangun trust pada pemerintah dan meningkatkan kepercayaan masyarakat atas pelayanan partisipasi masyarakat (Cailer 2016). Bahkan publik yang dilakukan oleh penyelenggara menurut Smith (2010) e-governance dalam pelayanan publik. Hal ini berbeda dengan sektor publik di Australia meningkatkan pandangan Styawan (2013) bahwa pelayanan partisipasi masyarakat dalam pelaporan publik yang ada di Indonesia masih penuh pengaduan masyarakat. dengan ketidakpastian waktu, biaya, dan Adopsi teknologi juga berperan dalam prosedur pelayanannya. Permasalahan ini mewujudkan pelayanan publik melalui merupakan permasalahan terbesar yang smart city. Salah satu kota di Australia yang dirasakan oleh masyarakat Jakarta (Detik. menggunakan smart city adalah Brisbane. com 2016). Data mengenai pelayanan Teknologi dalam smart city membuat publik memperlihatkan bahwa Provinsi DKI selururh informasi mengenai Brisbane Jakarta termasuk kedalam Provinsi dengan dalamourbrsibane.com dapat di akses publik tingkat akuntabilitas dan transparansi baik yang bertujuan untuk meningkatkan pada pelayanan publik yang rendah dengan pelayanan, dan membangun relasi sosial. menduduki peringkat ke 16 dari 33 provinsi Sekitar 80 persen transaksi pihak council (Ombudsman 2015). dapat dipantau oleh masyarakat yang Beberapa waktu saat ini, Pemerintah menghasilkan kepercayaan dan partisipasi provinsi DKI Jakarta melakukan berbagai masyarakat dan membangun kepercayaan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas investor untuk melakukan bisnis di Brisbane dan transparansi pelayanan publik dalam (Odendaalan 2003). Dalam kasus singapura, membangun kepercayaan masyarakat. menurut Mahizhnan (1999) penggunaan Salah satu bentuk transformasi pelayanan teknologi pada institusi pemerintah telah publik di Jakarta adalah dengan mengadopsi ber­hasil dalam membangun singapura teknologi informasi dalamlaporan men­jadi intelligent island melalui private pertanggungjawaban RT. Sebelumnya, RT sector. Implementasi smart city di salah melakukan laporan pertanggungjawaban satu kota Kitatkyusu Jepang mengalami ke­ melalui laporan berbasis kertas namun, suksesan melalui adopsi teknologi (Chafield dalam transformasi pelayanan publik ini, dan Redrick 2015). Pada kasus Italia, adop­ laporan pertanggungjawaban RT diakomodir si teknologi dalam smart city dapat men­ di dalam suatu aplikasi yang dapat diunduh ciptakan sinergi antara pemerintah, masyarakat secara keseluruhan sehingga masyarakat, civil society, firma, organisasi laporan kegiatan RT dapat dilihat oleh non profit (Dameri et al 2015). seluruh masyarakat. Penulis membandingkan dengan studi Dalam melihat fenomena transformasi lainnya mengenai kegagalan transformasi pelayanan publik ini, Penulis merujuk dari pelayanan publik. Salah satunya adalah beberapa penelitian yang mengungkapkan modifikasi sistem di perlihatkan pada mengenai keberhasilan suatu negara dalam penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2008) transformasi pelayanan publik. Studi mengenai pengaduan layanan masyarakat Mahler (2010) dan Brewer (2007) di USA di Semarang, pengaduan yang selama ini misalnya, memperlihatkan dukungan negara ditujukan langsung ke pemerintah provinsi Amerika dalam sistem pelayanan. Hal ini Semarang kemudian diubah bentuknya dimulai dari pemerintah manual menjadi kedalam insititusi baru yang dapat menjadikan e-governance yang menciptakan kemudahan sistem pengaduan lebih terintegrasi yaitu

52 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta

Pusat Penanganan Pengaduan Pelayanan transformasi pelayanan publik di Jakarta Publik (P5). P5 ini bertugas untuk membantu melalui pengadopsian teknologi Qlue pada walikota Semarang dalam mengkordinasi, laporan pertanggung jawaban RT(Creswell melaksanakan, dan menangani pengaduan 2007). Pengumpulan data dalam penelitian masyarakat. Wadah pelaporan ini belum ini berdasarkan pada data primer dan data dapat membuat masyarakat aktif dalam sekunder. Data primer yang di dapatkan pelaporan dikarenakan sistem yang diadopsi melalui wawancara mendalam dan observasi masih menggunakan sistem lama hanya pada Kelurahan Galur. Data sekunder di dengan menggabungkan institusi ke dalam dapatkan melalui pihak Jakarta Smart City. satu pusat integrasi saja dengan sosialisasi Informan dalam penelitian ini berjumlah yang rendah maka masyarakat masih sepuluh orang dengan teknik purposive banyak belum mengetahui program ini. samplingberdasarkan subjek yang menguasai Dalam negara berkembang lainya seperti permasalahan mengenai sistem Qlue, dan India, smart city tidak berjalan baik karena bersedia untuk memberikan informasi infrastruktur teknologi informasi yang mengenai sistem Qlue bagi RT yaitu dua orang masih buruk sehingga terjadi permasalahan RT, Lurah Galur, Kepala Sarana dan Prasarana dalam pengadopsian teknologi dan performa Galur, Kordinator Qlue Galur, Pemerintah organisasi publik yang mengadopsi smart Provinsi DKI Jakarta melalui Jakarta Smart city (Sumanjeet, 2006) City, Pengembang sistem Qlue, dan dua Berdasarkan studi-studi diatas, penulis orang masyarakat pengguna Qlue. Tempat setuju bahwa perlunya mediasi teknologi penelitian dilakukan di Kelurahan Galur, dalam transformasi sistem pelayanan publik Kecamatan Johar baru, Jakarta, Indonesia. terutama yang diperlihatkan smart city Pemilihan tempat ini berdasarkan ranking namun artikel diatas hanya memperlihatkan kelurahan terbaik dalam penangan Qlue peran teknologi yang berdampak pada pada saat penelitian ini dilakukan. keberhasilan pemerintah dalam transformasi pelayanan publik. Menurut penulis, proses HASIL DAN PEMBAHASAN relasi antara teknologi, institusi dan agensi memiliki peran besar dalam perubahan yang Hubungan Institusi dan Agensi dalam terjadi pada pelayanan publik. Maka dari itu, Adopsi Teknologi dalam kasus implementasi aplikasi Qlue bagi Dalam buku Sosiologi Korupsi: RT di Kelurahan Galur. Penulis berargumen Isu, Konsep, dan Perdebatan mengenai bahwa Qlue sebagai teknologi sangat Institusionalisme terdapat pemikiran bahwa berkaitan dengan peraturan-peraturan hubungan lingkungan sosial berupa struktur dan sistem yang dibuat oleh Pemerintah dan norma memiliki keterkaitan dengan Provinsi DKI Jakarta sebagai Institusi dan individu dan organisasi. Hal ini dapat terjadi aparat pemerintah seperti kelurahan dan RT karena dipengaruhi oleh lima dimensi yaitu sebagai Agensi sehingga proses antara ketiga pertama, pembahasan yang tidak hanya hal tersebut lah yang berperan dalam upaya pada individu namun terletak juga pada transformasi pelayanan publik. organisasi. Kedua, otonomi juga dapat mempengaruhi institusi dan yang ketiga METODE adalah aktor rasional melihat institusi sebagai bentuk struktur yang membatasi tindakan. Penelitian ini dilakukan dengan Dimensi keempat, terjadi dinamika internal pendekatan penelitian kualitatif dan dalam organisasi pada tahap menanggapi menggunakan metode studi kasus untuk lingkungan institusional. Kelima, keragaman menggali informasi secara lebih mendalam institusional dapat mempengaruhi organisasi. untuk mendapatkan informasi mengenai Meutia Rochman & Rochman Ahwan (2014: bagaimana proses relasi antara teknologi, 46 ). Media insititusional sangat berpengaruh institusi, dan agensi dalam mendorong dalam membentuk organisasi dan interkasi

53 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Tabel 1. Tiga Pilar Institusi Regulatif Normatif Kognitif Kultural Dasar Kepatuhan Kegunaan Kewajiban Sosial Sudah biasa pemahaman bersama Dasar Tatanan Regulatif Rules Harapan mengikat Skema konstitutif Mimetik Mekanisme Paksaan Normatif Ortodoksi Logika Instrumentalitas Kewajaran Kepercayaan bersama Indikator Aturan, Undang- Sertifikat Logika Aksi undang, Sanksi Akreditasi bersama Perasaan Takut bersalah Malu/kehormatan Kepastian/ kebingungan Basis Legitimasi Sanksi Legal Dikelola secara Dipahami diakui moral secara kultural Sumber: Meutia Rochman & Rochman Ahwan (2014, 46) pada tingkat mikro. Interaksi ini dilihat institusi terdapat perhitungan hubungan sebagai media pertukaran simbolik yang antara agen dan lingkungan institusional. merupakan gabungan dari sistem kultural, Tindakan manusia dan institusi saling ideologi, meta- ideologi dan norma. (Ganie- melekat. Pandangan ini melihat pengaruh Rochman, 2014) institusi dalam tindakan dan gagasan para Institusi juga mengandung elemen aktor. Namun, para aktor ini melakukan intergrasi antara regulasi dan norma yang pertimbangan atas kesempatan dan kemudian menjadi dasar dalam pemberian hambatan yang disediakan institusi. Hal ini arahan pada aktor. Terdapat tiga pilar dikemukakan oleh Lawrence et al (2009) institusi yang membangun teori tersebut dalam bagan di bawah yang akan menjelaskan yaitu terdiri dari elemen regulatif, elemen hubungan antara institusi dan aksi agensi. normatif dan elemen kognitif kultural. Fokus studi ini adalah bagaimana efek dari Elemen regulatif terdiri dari penetapan aksi para aktor di dalamnya untuk melakukan aturan main, pemantauan dan pemberian transformasi dalam peraturan institusional sanksi baik secara formal maupun informal. (Lawrence et al, 2009). Institusi menyediakan Elemen normatif meliputi nilai dan norma template tindakan serta mekanisme regulatif yang dimaksud nilai di sini adalah yang yang akan menegakkan template tersebut dan menetapkan mana yang diinginkan dan tindakan agen akan mempengaruhi template dianggap baik termasuk konstruksi tentang dan mekanisme regulatif tersebut. Lawrence standar. Norma adalah rumusan bagaimana et al (2009) tidak pernah menolak pengaruh sesuatu harus dilakukan, tujuannya dan cara institusi pada tindakan namun perspektif ini apa untuk mencapainya. Terdapat nilai dan ingin memberikan pandangan lain bahwa norma yang berlaku secara umum dan ada tindakan aktor juga mempengaruhi institusi. pula yang berlaku untuk kelompok tertentu. Terdapat 3 elemen dalam mendeskripsikan Elemen kultural kognitif lebih menekankan mengenai peran agen yang berdampak pada pentingnya kerangka pemberian makna dari institusi. Pertama, pandangan ini menyoroti para aktor. Meutia Rochman & Rochman keterampilan kesadaran dan refleksivitas Ahwan (2014, 46-47). Penjelasan secara tabel aktor dan kolektif individual. Kedua, institusi akan membantu dalam memahami teori ini. dibentuk sebagai tindakan dari kesadaran Namun, institusi tidak selamanya aktor kolektif. Ketiga, tindakan sebagai berkuasa atas aktor rasional, di dalam ranah praktek yang ditujukan untuk mengubah tatanan institusi dalam aturan kelembagaan. 54 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta

Dalam pandangan Yang (2003), neo- dan organisasi rasional besar lainnya institutionalisme dapat membahas perubahan memperluas dominasinya atas arena dari institusional yang termasuk dalam beberapa kehidupan sosial. Struktur organisasi untuk perubahan adopsi teknologi. Le Porte et al mencerminkan aturan yang dilembagakan (2002) menggunakan neo-institutionalisme dan sah dalam negara. Dampaknya adalah dalam melihat fenomena birokrasi yang terjadinya homogenisasi organisasi dalam mengadopsi teknologi web sebagai bagian domain tertentu dan semakin terorganisir di dari institutional isomorphism. hal ini karena sekitar penyesuaian ritual dengan lembaga sebagai sebuah institusi, terdapat mekanisme yang lebih luas. (Dimaggio & Powel 1983; untuk bertahan atau survive yang kemudian Meyer et al, 1981). dilakukan dengan cara difusi norma dan Mimetic Isomorpishm adalah mekanisme regulasi dan juga melakukan adopsi (Yang perubahan berasal dari otoritas yang 2003; Le Potre et al 2002). mendorong imitasi. Hal ini terjadi ketika teknologi organisasi yang7 kurang dipahami, Gambar.1 Hubungan antara Institusi dan ketika tujuan yang ambigu, atau ketika Tindakan lingkungan menciptakan ketidakpastian simbolik, organisasi dapat memodelkan diri pada organisasi lain. Keuntungan perilaku mimetik dalam perekonomian cukup besar. Ketika organisasi mengalami masalah dengan INSTITUTION ACTION penyebab ambigu maka isomorpishm ini dapat menghasilkan solusi yang layak dengan biaya sedikit (Dimaggio & Powel 1983; Cyreth & March, 1993).

Normative Isomorpishm adalah mekanisme perubahan yang berkaitan de­ Sumber : Lawrence et al (2009) Sumber : Lawrence et al (2009) ngan profesionalisme. Menurut Larson Isomorpishm dapat terjadi karena (1979) profesionalisasi merupakan kondisi pertimbanganFokus studi inipopulasi adalah yang bagaimana melihat efek bentuk dari aksi danpara metode aktor di mereka dalamnya bekerja dalam me­ngon­ untukperforma melakukan institusi transformasi yang non dalamoptimal. peraturan Selain itu, institusional trol produksi (Lawrence mereka. et al, Hal ini bertujuan isomorpishm dapat terjadi karena pengambil untuk membangun dasar kognitif dan le­ 2009).keputusan Institusi di menyediakan dalam institusi template yang belajar tindakan lebih serta mekanismegi­timasi. regulatif Profesionalisme yang tunduk pada akan lanjut menegakkan mengenai template respon tersebut agen dan dan kemudian tindakan agenproses akan tekanan mempengaruhi koersif dan mimetik. Profesi menyesuaikannya kembali perilaku institusi dapat juga merupakan hasil dari ciptaan template(Dimaggio dan mekanisme & Powel regulatif 1983; Freeman, tersebut. Lawrence 1977). etnegara. al (2009) Terdapat tidak pernahdua aspek profesional yang menolakTiga pengaruh mekanisme institusi InstitutionalIsomorpishm pada tindakan namun perspektif merupakan ini ingin memberikan sumber penting isomorphism. menurut Dimaggio dan Powel (1983). Pertama adalah pendidikan formal dan pandanganCoercive lain Isomorpishm bahwa tindakan merupakan aktor juga dampak mempengaruhi legitimasi institusi. di Tdasarerdapat kognitif 3 yang dihasilkan elemendari dalam tekanan mendeskripsikan formal dan men informalgenai peran pada agen olehyang spesialis berdampak universitas. pada Yang kedua adalah organisasi. Hal ini dimulai dari organisasi pertumbuhan dan perluasan jaringan pro­fe­ institusi. Pertama, pandangan ini menyoroti keterampilan kesadaran dan dengan organisasi lain di mana mereka sional yang mencakup organisasi dan seluruh refleksivitasbergantung. aktor Selain dan kolektifitu, tekanan individual. dari harapan kedua, institusiyang modeldibentuk baru sebagai berdifusi dengan cepat. budaya dalam masyarakat berdasarkan fungsi Satu mekanisme penting dalam mendorog tindakan dari kesadaran aktor kolektif.ketiga, tindakan sebagai praktek yang organisasi. Tekanan dapat dirasakan sebagai normative isomorphism adalah penyaringan ditujukankekuatan, untuk dan mengubah persuasi. tatanan Sebagai institusi kekuatan dalam aturanpersonil kelembagaan. (DimaggioDalam & Powel 1983; Larson, yang menekan, Perubahan ini terjadi dari 1979). Menurut Dimaggio dan Powel (1983) pandangan Yang (2003), neo-institutionalisme dapat membahas perubahan respon langsung mandat pemerintah seperti penting dicatat bahwa setiap lembaga dapat institusionalregulasi ya tentangng termasuk pelayanan dalam beberapa publik perubahan untuk adopsidiharapkan teknologi untuk. Le Porte meningkatkan efisiensi organisasi. et almengadopsi (2002) menggunakan teknologi. neo Sebagai-institutionalisme persuasif dalam melihat fenomena bahwa negara yang telah terasionalisasi birokrasi yang mengadopsi teknologi web sebagai bagian dari institutional isomorphism. hal ini karena sebagai sebuah institusi,55 terdapat mekanisme untuk bertahan atau survive yang kemudian dilakukan dengan cara difusi norma dan regulasi dan juga melakukan adopsi (Yang 2003; Le Potre et al 2002).

Isomorpishm dapat terjadi karena pertimbangan populasi yang melihat bentuk performa institusi yang non optimal. Selain itu, isomorpishm dapat terjadi karena pengambil keputusan di dalam institusi yang belajar lebih lanjut mengenai respon agen dan kemudian menyesuaikannya kembali perilaku institusi (Dimaggio &Powel 1983; Freeman 1977). Tiga mekanisme InstitutionalIsomorpishm INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Adopsi Teknologi sebagai Proses Target yang dibayangkan oleh institusi Institusionalisasi adalah seluruh aparat pemerintah dapat Transformasi pelayanan publik dengan menjadi digital technology officer dan mengadopsi teknologi merupakan proses dari berbagai pelayanan dapat ditingkatkan bentuk institusionalisasi. Institusionalisasi dengan memodernisasi setiap bisnis proses adalah proses sebuah ide dilegitimasi me­lalui menjadi digital. Sistem ini juga sangat aturan. Proses institusionalisasi ini digam­bar­ mudah karena pelayanan berbasis aplikasi kan melalui aturan kebijakanyang menjadi dapat diakses oleh seluruh elemen yang acuan bagi seluruh jajaran pemerintahan. menggunakan smartphone. Melalui target Kebi­jakan mengenai pengadopsian tek­ ini, Pihak Jakarta Smart City menilai bahwa no­logi dalam pelayanan publik di Jakarta proses pelayanan akan semakin mudah. bermula dari keinginan Gubernur Basuki (Wawancara dengan informan 01 sebagai untuk menjadikan tata pemerintahan yang Kepala UPT Jakarta smart city, 16 Desember partisipatif dan transparan dalam rangka 2016).Dalam pelayanan kelurahan, setiap mem­bangun kepercayaan masyarakat se­ laporan Qlue yang masuk akan langsung hingga tujuan dari adopsi teknologi adalah tersinkron dengan aplikasi CROP yang di mem­bangun kepercayaan masyarakatmelalui unduh oleh Lurah. Laporan yang belum trans­formasi pelayanan menjadi lebih trans­ tertangani akan berwarna merah, laporan paran dan partisipatif. (Wawancara men­ yang sedang dikerjakan berwarna kuning dalam dengan informan 01 sebagai kepala dan laporan yang telah selesai dikerjakan UPT Jakarta smart city, 16 Desember 2016). berwarna hijau (wawancara dengan informan 05 sebagai kodinator Qlue kelurahan, 6 Berdasarkan tujuan tersebut, maka di Oktober 2016). Dalam Qlue RT-RW, pihak bentuklah kebijakan melalui Pergub No. RT melaporkan perkembangan wilayah 280 Tahun 2014 untuk menginstuksikan dalam upaya pertanggung-jawaban dan membuat suatu institusi yang akan mengelola pelaksanaan tugas pokok meliputi kegiatan suatu konsep pembaharuan dari sistem tata kerja bakti, kondisi sarana dan prasarana pemerintah bernama Jakarta Smart City umum, kondisi sosial warga, data mobilitas (wawancara dengan informan 02 sebagai penduduk, kegiatan pelayanan masyarakat Staff Jakarta Smart City, 15 November 2016). melalui aplikasi Qlue (Pergub No. 903 Tahun Menurut Informan 01, Jakarta Smart City (JSC) 2016). diibaratkan sebagai “apapun makanannya, minumnya adalah JSC”. Secara garis besar, Mengantisipasi kenakalan aparat kelu­ JSC merupakan unit yang diharapkan rahan, Teknologi Qlue memiliki mekanisme seluruh banyak pihak dalam transformasi dalam menyaring laporan yang tidak jelas pelayanan publik melalui adopsi teknologi dari penangan kelurahan. Pertama, jika rating (Wawancara dengan informan 01 sebagai yang diberikan oleh user atau pengguna Qlue Kepala UPT Jakarta smart city, 16 Desember terhadap penanganan maka secara otomatis 2016). Jakarta Smart City memiliki 6 indikator sistem akan memunculkan policeQlue yang kesuksesan yaitu Smart Governance, Smart bertugas untuk menindak laporan tersebut. People, Smart Living, Smart Mobility, Smart Tahap kedua selanjutnya foto tersebut akan Economy, dan Smart Environment (Jakarta dinilai oleh Copas Qlue yang terdiri dari 15 Smart City 2016).Hal ini menimbang bahwa anggota penilai selanjutnya jika dinyatakan dalam pengelolaan tata pemerintahan dalam buruk maka akan masuk dalam sistem door indikator smart governance diperlukan suatu atau memerahkan kembali proses penganan. sinergi antara sumber daya dan teknologi Dalam menanggapi mengenai tingkat informasi untuk membangun pemerintahan kepuasan pengguna Qlue yang merunun yang bersih, transparan dan berorientasi sebenarnya itu bukan karena kinerja lurah pada pelayanan publik. (Data Jakarta Smart yang semakin kecil melainkan karena warga City, Peraturan Gubernur No. 280 Tahun masih salah mengira bahwa seluruh masalah 2014, 15 November 2016). harus diselesaikan oleh pemprov DKI

56 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta

Jakarta padahal permasalahan seperti jalan terhadap uang insentif operasional maka rusak juga harus dikordinasikan dengan RT-RW harus melaporkan perkembangan SKPD terkait. Permasalahan lainnya adalah atau kejadian dan kondisi wilayahnya dalam permasalahan berulang seperti kemacetan bentuk upaya kinerja pelaksana tugas pokok yang akan kembali lagi keesokan harinya. melalui aplikasi Jakarta smart city. (data (Wawancara dengan informan 01 sebagai sekunder dari Jakarta Smart City). Menurut Kepala UPT Jakarta smart city, 16 Desember informan 04 sebagai Lurah Galur bahwa Qlue 2016). merupakan buatan pemerintahan provinsi Pengaruh aturan sangat terlihat dalam DKI Jakarta yang tertuang dalam peraturan data PT Qlue menyebutkan bahwa sebanyak Gubernur Jakarta No. 903 tahun 2016 dalam 268 kelurahan di DKI Jakarta termasuk pengaplikasian bagi aparat pemerintahan Kepulauan Seribu telah menggunakan Qlue dan RT-RW. Dalam wawancara mendalam, sebagai flatform dalam menjalankan tugas ia mengutarakan bahwa jika tidak dapat pelayanan publiknya. Hal ini menandakan mengatasi masalah lingkungan sekitar atau bahwa 100 persen dari aparat kelurahan tidak dapat mengatasi laporan melalui Qlue telah menggunakan adopsi teknologi ini. maka aparat kelurahan akan dicopot atau di (wawancara mendalam dengan Informan mutasi jabatannya. Pencopotan ini bahkan 03 sebagai Humas PT Qlue, 11 Oktober berjalan dalam hitungan bulan (wawacara 2016).Dalam Pergub No. 903 tahun 2016 dengan Informan 04 sebagai Lurah Galur, 24 menjelaskan mengenai perubahan fungsi September 2016). dan wewenang organisasi publik dalam Hal ini dikarenakan, Qlue ini merupakan Pemprov DKI Jakarta sebagai dampak dari aplikasi yang mampu menjadi trending pengadopsian teknologi. Sistem ini juga topic dan memiliki aturan yang sangat ketat mengatasi kelalaian yang terjadi pada bagi aparat pemerintah khususnya di level level kelurahan.Menurut Informan 02 kelurahan. Kinerja mengkordinir laporan bahwa seluruh aparat pemprov DKI Jakarta warga dan mengkordinir laporan RT-RW berkewajiban untuk melaksanakan pergub melaui Qlue menjadi barometer kinerja tersebut terutama dalam melakukan program seorang lurah. Ketika banyak laporan yang Cepat Respon Opini Publik (CROP) dalam lama di tindak-lanjuti maka akan otomatis rangka membantu visi dan misi yang dibawa kelurahan tersebut menjadi peringkat paling oleh gubernur Basuki. Aparat pelayanan bawah. Setiap kinerja ini di catat dalam publik yang paling terdampak adalah Lurah kumpulan data di Jakarta Smart City dan dan RT-RW sebagai unit terkecil yang dekat kelurahan dengan peringkat terbawah harus dengan masyarakat (wawancara dengan siap-siap untuk diganti (wawancara dengan informan 02 sebagai Staff Jakarta Smart City, informan 02, 15 November 2016). Peraturan 15 November 2016). tersebut memacu lurah untuk memaksa Kewajiban penggunaan dan pena­ aparat kelurahan untuk menggunakan Qlue nga­nan Qlue ini telah terlegitimasi dalam bahkan setiap apel pagi, lurah galur selalu Peraturan Gubernur No. 6 tahun 2016 me­ mengingatkan aparat kelurahan untuk ngenai perubahan atas Peraturan Guber­ menggunakan Qlue agar dapat membantu nur No. 169 Tahun 2015 mengenai pe­ dalam respon cepat opini publik atau bahkan na­nganan sarana dan prasarana umum untuk menjadi pelapor permasalahan di tingkat lurah. Pergub tersebut berisi lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan dalam penanganan permasalahan sarana pergerakannya posisi aparat di pemerintahan dan prasarana berdasarkan laporan hasil DKI Jakarta sangat fluktuatif jadi bukan tidak Qlue pada tingkat kelurahan. Peraturan mungkin jika aparat tidak sesuai dengan Gubernur No. 903 mengenai pemberian nilai-nilai yang diinginkan gubernur akan uang penyelenggaraan tugas dan fungsi dicopot dari jabatannya (wawancara dengan rukun tetangga dan rukun warga yang informan 04, 24 September 2016). berisi bahwa dalam pertanggung-jawaban

57 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Tabel 1. Tiga Pilar Institusi Regulatif Normatif Kognitif Kultural Dasar Kepatuhan Kegunaan Kewajiban Sosial Sudah biasa pemahaman bersama Dasar Tatanan Regulatif Rules Harapan mengikat Skema konstitutif Mimetik Mekanisme Paksaan Normatif Ortodoksi Logika Instrumentalitas Kewajaran Kepercayaan bersama Indikator Aturan, Undang- Sertifikat Logika Aksi undang, Sanksi Akreditasi bersama Perasaan Takut bersalah Malu/kehormatan Kepastian/ kebingungan Basis Legitimasi Sanksi Legal Dikelola secara Dipahami diakui moral secara kultural Sumber: Meutia Rochman & Rochman Ahwan (2014, 46)

Menurut pandangan Dimaggio & dikemukakan oleh data diatas bahwa lurah Powel (1983), pemprov DKI Jakarta sebagai Galur menjalankan fungsinya dalam pe­ organisasi publik sangat berkaitan dengan na­nganan dan pengakomodiran laporan institusionalisasi atau proses pelembagaan berdasarkan peraturan yang telah dibuat dalam upaya menjaga legitimasinya. Proses oleh Gubernur. Dalam aturan tersebut secara instititusionalisasi adalah bagaimana ide rinci menjelaskan tugas dan wewenangan dapat disahkan menjadi sebuah aturan pihak aparat negara sebagai pelaksana Qlue yang diikuti oleh seluruh populasi dalam seperti apa yang seharusnya menjadi fungsi organisasi tersebut. Institusionalisasi ini Jakarta Smart City dan bagaimana proses dapat menjelaskan dasar yang menjadi acuan kerja kelurahaan dalam penanganan Qlue. dalam tindakan yang dilakukan aparat negara Jika membicarakan mengenai meka­ sebagai mekanisme yang dibentuk oleh nis­me maka akan terlihat jelas bahwa peng­ struktur. Fenomena 100 persen kelurahan adopsian Qlue ini bermula dari paksaaan menggunakan Qlue sebagai bagian dari pemerintah provinsi kepada para jajaran sistem CROP merupakan bentukan dari aparat untuk membangun transparansi aturan atau regulasi yang di ciptakan oleh dalam pelayanan publik. Paksaan ini terlihat pemprov DKI Jakarta. Dalam pandangan ini, dari data yang menyebutkan bahwa seluruh Scott (2001) dapat menjelaskan fenomena ini kinerja lurah diukur melalui penanganan melalui 3 pilar. Qlue dan terdapat konsekuensi yang akan Dasar kepatuhan Qlue adalah ber­da­ dihadapi jika adopsi Qlue ini tidak dijalankan sarkan kegunaan. Qlue di gambarkan sebagai dalam pemerintahan. Data diatas juga me­ sesuatu yang dapat mempercepat bisnis nye­butkan bahwa kinerja aparat kelurahan proses menjadi digital. Dasar tatanan dari juga akan diukur melalui penanganan dan Adopsi Qlue adalah berdasarkan peraturan pengakomodiran Qlue. Hal ini menunjukan Gubernur Jakarta No 280 tahun 2014 dan indikator utama yang digunakan peraturan peraturan Gubernur No. 930 tahun 2016. gubernur, dan sanksi. Dalam hal ini, Pergub tersebut menjadi Basis legitimasi proses institiusionalisasi petunjuk dalam melakukan tindakan pe­ ini berdasarkan sanksi yang bersifat legal. nga­­dopsian Qlue ke dalam pemerintah. Jika lurah tidak dapat menjalankan fungsinya Aturan regulatif inilah yang menjaditatanan dengan baik maka dengan segera akan dipecat dalam bertindak. Seperti yang telah atau dimutasikan. Dengan kondisi birokrasi

58 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta yang sangat fluktuatif dan pejabat lokal satu tugas lurah sebagai pimpinan tertinggi bekerja berdasarkan kinerja. Sehingga sanksi dalam struktur kelurahan adalah membina legal ini cukup membuat lurah merasakan organisasi kemasyarakatan di wilayah sedikit kecemasan dengan beberapa kalimat kelurahan. Organisasi kemasyarakatan ini yang beliau lontarkan seperti mengharuskan biasanya disebut RT (Data dari Jakarta Smart kerja ekstra agar kinerja semakin baik dalam City). kondisi birokrasi yang sangat fluktuatif. Sebagai seorang abdi negara pihak Berdasarkan pemikiran Scott (2008) ter­ kelurahan memiliki tugas untuk meng­ sebut maka akan sangat terlihat bahwa insti­ kor­dinasi dengan berbagai unsur terkait tusionalisasi adopsi teknologi ini lebih con­ pelaksanaan­ tugas dan fungsi kelurahan. dong mengarah pada pilar institusi regulatif. Salah satu tugas ini menekankan pada pen­ Dalam kasus implementasi Qlue, tingnya menangani laporan yang dibuat oleh aturan merupakan hal yang paling penting masyarakat serta mengkordinir Laporan dalam pengadopsian teknologi ini. Aturan Pertanggung-Jawaban (LPJ) RT melalui diharapkan akan mengurangi kompleksitas Qlue.Untuk saat ini, aplikasi Qlue ini permasalahan dan menjadi instrumen untuk menjadi barometer kinerja seorang lurah memproduksi keadilan melalui standarisasi. dengan berdasarkan rating yang dilihat dari (Fountain, 2001). Setelah sebuah teknologi cepatnya penanganan. Pergerakan rating di adopsi dalam kebijakan maka Qlue tersebut sangat fluktuatif dalam hari yang bukan dinilai lagi dalam kapabilitas sebagai sama. Bahkan dalam sehari dapat dua kali teknologi namun Qlue telah dilihat sebagai bergerak.(Wawancara dengan Informan 04, bagian dari mekanisme pemprov DKI 24 September 2016). Dalam tataran hubungan Jakarta sebagai sebuah institusi. Institusi ini antara pemerintah provinsi dan kelurahan, mengandung elemen regulasi yang kemu­ ­ aplikasi ini sangat bergerak cepat. Aparat dian mengarahkan sang aktor untuk ber­ dipaksa melalui sistem rating untuk bekerja tin­dak.Oleh karena itu, kemudian penulis siang dan malam dan seolah-olah tidak ada melihat bahwa Adopsi Teknologidalam tata hari libur. (wawancara dengan informan 06 pe­merintahan ini dapat dilihat sebagai upaya sebagai Kepala Sarana dan prasarana Galur, proses institusionalisasi. 24 september 2016). Hal ini dikarenakan teknologi mampu membuat pimpinan lang­ Posisi PNS Menentukan Peran Lurah sung dapat memonitor perkembangan ini Sebagai Agensi khususnya di Jakarta Smart city. Hubungan antara pimpinan provinsi hingga pimpinan Lurah sangat mengikuti aturan yang kelurahan semakin dekat melalui Jakarta telah dibuat oleh institusi namun dalam Smart City tanpa harus ke kecamatan terlebih pandangan agen, faktor penyebab hal itu dahulu(Wawancara dengan informan 05 adalah posisi PNS yang menentukan peran sebagai Kordinator Qlue Galur, 12 Okotber Lurah dalam pengimplementasian Qlue. 2016).Jakarta Smart City memiliki tim khusus Sebagai aparat negara yang sah atau disebut yang mengawasi langsung di monitoring pegawai negeri sipil (PNS) pihak kelurahan room sehingga jika ada rating kelurahan harus mampu melaksanakan dengan baik yang merah maka JSC akan secara langsung penanganan dan mengkordinir laporan memberi peringatan dengan menelpon Qlue baik dari masyarakat maupun dari RT lurah dan memberi penjelasan lebih namun, karena terikat pada aturan dan sanksi yang juka tetap saja ratingnya merah maka akan berlaku. Berdasarkan peraturan Gubenur disampaikan langsung pada Gubernur dan No 251 tahun aparat kelurahan merupakan Gubernur memiliki kewenangan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat memecat langsung aparat yang tidak memiliki sesuai perjanjian yang memiliki tugas dan performa yabg baik (wawancara mendalam wewenang dalam menyelenggarakan urusan dengan informan 01 sebagai kepala UPT pemerintahan dari limpahan gubernur. Salah Jakarta smart city, 16 Desember 2016).

59 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Hal ini selaras dengan informan 04 Hal ini terlihat dalam pandangan lurah sebagai lurah, beliau juga berfikir bahwa Qlue mengenai kesempatan meniti karir yang merupakan transformasi tata pemerintahan lebih tinggi dalam jabatan struktural. yang positif dan efisien. Secara pribadi beliau sangat mendukung penggunaan Qlue. Beliau Penolakan Penggunaan LPJ melalui merupakan lulusan S2 dari ilmu manajemen Qlue dari perspektif RT sebagai agensi dan usianya 30 tahunan sehingga kesempatan untuk jenjang karir berikutnya masih Reaksi penolakan RT tercipta karena terbuka lebar. Dalam mengatasi kekurangan Hambatan yang disediakan oleh pemerintah, sistem makan JSC kemudian membuat posisi RT sebagai lembaga masyarakat, mekanisme validasi pelaporan sehingga dan perbedaan persepsi mengenai aturan. lurah pun mau tidak mau mengikuti aturan Rukun Tetangga atau yang biasa dikenal yang ada. Menurutnya jika ingin membuat sebagai RT merupakan target langsung dari laporan bohong maka user akan complain pelaporan pertanggungjawaban RT melalui dan turunlah peringkat kelurahan(wawacara Qlue dan juga sekaligus pelaksana dalam dengan Informan 04, 24 September 2016) sistem pelaporan tersebut. Dalam upaya Data diatas menunjukan kuatnya transformasi pelayanan publik melalui peran institusi dalam hubungan dengan adopsi teknologi, ketua RT merupakan agen dan peran agen yang menyukseskan elemen terpenting karena melalui tindakan peran institusi. Penyebab pertama, posisi kolektifnya dapat menolak sistem tersebut. PNS dalam peraturan,lurah memiliki Ketua RT merupakan aparat negara bentukan tugas limpahan langsung dari Gubernur warga yang disahkan oleh kelurahan dan dan wajib menaati dan berpedoman pada menjadi bagian dalam kelurahan. Namun, ketentuan peraturan perundangan jika RT bukanlah aparat negara yang disebut tidak, maka akan di jatuhi hukuman disiplin pegawai negeri sipil. Ketua RT kerap kali yang telah dilegitimasi kedalam peraturan disebut pekerja sosial karena posisi ketua pemerintah No. 53 tahun 2010 dengan RT ini dipilih berdasarkan kesukarelaan dan sanksi terberat adalah pemberhentian tidak kesadaran individu untuk maju dan bertugas hormat sebagai PNS. Menurut Hirsh (1997), untuk menjaga ketertiban lingkungan RT Aturan institusi yang stabil digunakan tanpa posisi sebagai pegawai negeri sipil. sebagai pedoman oleh aparat di bawah dan Posisi aparat semi formal inilah yang semakin disebarkan sebagai rutinitas dan program memungkinkan tindakan kolektif ketua RT kinerja selaras dengan kerangka kerja yang dapat mempengaruhi kebijkan yang ada. lebih besar dan menciptakan ketaatan dari Status dan kedudukan RT merupakan aparat negara. Penyebab kedua, Rentang hal yang sangat mendasar untuk membahas otonomi antara Gubernur dan Lurah yang mengenai tindakan penolakan yang semakin dekat menguatkan cengkraman dilakukan RT. Menurut Pergub No. 903 institusi dalam tindakan rasional aktor. Hal tahun 2016 bahwa RT merupakan lembaga ini sejalan dengan pemikiran Scott (2008) yang dibentuk oleh masyarakat dan untuk pilar regulatif dalam institusi dapat bekerja masyarakat. Tujuan pendiriannya adalah untuk mengatasi, memperhitungkan, dan untuk membantu kinerja lurah dalam urusan menjelaskan tindakan dan perilaku tingkat pemerintahan, pembangunan dan sosial analisis individu. Penyebab ketiga, peran masyarakat. (Data sekunder dari Jakarta lurah sebagai agensi cenderung mengikuti Smart City). Dalam wawancara dengan rasionalitas untuk meniti karirnya. Menurut informan 07 sebagai ketua RT, sebagian besar Fountain (2001) PNS secara rasional akan ketua RT di kelurahan galur masih belum mengikuti sistem yang ada meskipun banyak menerima pergantian mekanisme laporan hambatan yang tersedia karena sebagai pertanggungjawaban menggunakan Qlue agensi mereka fokus pada kesempatan untuk bahkan dalam salah satu RW, sebanyak 90 pembangunan profesional atau meniti karir. persen laporan pertanggungjawaban masih

60 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta belum memenuhi kriteria jumlah yang harus RT yang dianggap sebagai oknum pelapor di setor. Jumlah yang harus disetor adalah permasalahan tersebut. Kasus ini tidak 90 laporan perbulan bahkan informan 09 hanya terjadi sekali saja namun berkali- jumlah laporannya kurang dari setengah kali (wawancara terhadap informan 09 dan jumlah yang seharusnya dilaporkan. informan 10, 12 Okotber dan 16 November Menurut beliau, salah satu alasannya 2016) Hambatan lainnya adalah kurangnya adalah bahwa RT merupakan pekerja sosial SDM dalam struktur RT. Karakteristik sehingga status dan kedudukannya untuk pendidikan dan pekerjaan di kelurahan Galur mengayomi masyarakat yang bersifat tidak juga tidak sering berkaitan dengan teknologi. terikat sehingga RT berhak menentukan Banyak dari warga galur merupakan pedagang pilhannya dalam strategi pembangunan yang tidak menamatkan pendidikan pelayanan publik dan sebagian besar RT di sekolahnya sehingga ia pun susah untuk Galur menolak adanya pergantian sistem memilih sekertaris atau bendahara RT yang Qlue dan menginginkan kembali pada LPJ dapat mengoperasikan Qlue karena jika seperti biasa.((wawancara dengan informan pendidikannya tinggi, terdapat kemungkinan 09, 12 Oktober 2016). ia bekerja dan ia tidak dapat bekerja optimal Menurut Pergub No. 903 Tahun 2016, menjadi sekertaris RT. (wawancara dengan Uang biaya operasional RT-RW bukan informan 09, 12 Oktober 2016). Hal ini tidak merupakan uang gaji atau honorium RT- di atasi melaui aturan Gubernur sehingga RW melainkan sebagai uang penunjang permasalahan ini membuat RT semakin operasional tugas dan fungsi RT-RW yang berfikir ulang mengenai penggunaan Qlue harus di pertanggung-jawabkan dalam dalam laporan pertanggung-jawaban. bentuk laporan. Namun menurut pihak Menurut Meyer (2010), meskipun agen RT bahwa sebagai pihak yang tidak terikat. terintegrasi dalam struktur internal namun Pemprov DKI Jakarta tidak seharusnya mereka tetap dapat bertindak independen memaksa harus menggunakan teknologi dalam partisipasi mereka terhadap aturan dan memberikan biaya operasional karena institusi. Hal ini dapat terjadi karena agen itu menurunkan status RT. RT sekarang merupakan aktor kolektif yang tidak terikat berlomba-lomba mendapatkan uang dan secara struktur terhadap institusi. Aktor tidak terfikir sebagai penggerak masyarakat kolektif ini memiliki posisi sebagai lembaga karena masyarakat pun tidak mau partisipasi masyarakat dan tidak digolongkan menjadi di lingkungan dan menilai bahwa percuma pegawai negeri sipil sehingga,agen secara jika RT di gaji namun masyarakat juga ikut natural bertindak secara rasional untuk berpartisipasi(Wawancara dengan Informan mendapatkan posisi yang menguntungkan 10, 16 November 2016). dalam aturan institusi ini. Hal ini didukung Terdapat hambatan-hambatan dalam oleh lingkungan institusional yang sangat pengimplementasian Qlue yang membuat kaya terdiri dari makna kultural yang pihak RT menilai negatif mengenai aturan kompleks dan struktur organizational. pengadopsian Qlue. menurut informan 10, Setiap agen memiliki makna yang berbeda Qlue juga merupakan sumber konflik bagi mengenai aturan institusi yang telah dibuat. kalangan aparat terkecil. Konflik itu baik Dalam kasus ini, makna mengenai biaya pada sesama RT atau konflik antara RT operasional RT diterjemahkan berbeda dan masyarakat. Dalam suatu kasus antara antara institusi dan agensi. Biaya operasional informan 09 dan informan 10 mendapatkan RT menurut agen termasuk ke dalam fitnah dari warga yang tidak mengerti bahwa honorium. Dalam pandangan institusi, laporan pertanggung-jawaban berbeda Biaya operasional RT merupakan biaya dengan laporan masyarakat. Konflik paling lembaga RT untuk melakukan kegiatan dan banyak terjadi ketika pelaporan bangunan harus dipertanggung-jawabkan. Tindakan liar di tindak-lanjuit kelurahan. Imbas yang agen dengan menolak aturan institusi terjadi adalah pihak warga yang marah pada memperlihatkan bahwa hambatan yang

61 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 disediakan institusi berhasil memberdayakan membantu mewujudkan nilai-nilai yang aktor untuk memilih tindakan yang harus ingin dicapai pemprov DKI Jakarta seperti dilakukan dalam menjaga kepentingan nilai transparansi dan partisipasi publik. mereka sehingga mereka meminta dengan Sebaliknya, institusi juga mendukung ke­ usaha sekecil-kecilnya namun menghasilkan be­­radaan teknologi dengan membuat per­ posisi yang menguntungkan agen rasional. atu­ran-peraturan agar setiap elemen dapat Hal ini diperkuat denganpower yang ada menggunakan teknologi ini dan khususnya pada tindakan kolektif RT yang bertujuan bagi aparat agar dapat menjadi digital mengubah tatanan institusi dalam aturan Technology Officer. Hubungan yang postitif kelembagaan (Lawrence 2009). Tindakan ini ini kemudian melahirkan adopsi teknologi dibangun untuk keuntungan mereka dengan yang merupakan bentuk dari teknologi yang melalui tindakan kolektif yang kuat dan telah terinstitusionalisasi. Hubungan antara berkepentingan (Dimaggio 1988, Powell & Adopsi teknologi dan kelurahan adalah po­ Dimaggio 1991: Scott, 2008). sitif dengan mengacu pada analisis subab se­belumnya mengenai posisi PNS dan peran Relasi Teknologi, Institusi, dan Agensi kelurahan dalam Implementasi Qluebahwa dalam Transformasi Pelayanan Publik di dalam level institusi, aturan yang dibuat Jakarta sangat ketat dengan sanksi yang tegas mem­ bu­at Lurah mengikuti peraturan tersebut Melalui analisis di atasrelasi teknologi, namun dalam sisi agensi, aturan tersebut institusi dan agensi memiliki hubungan dua juga sejalan dengan pemikiran dan tujuan arah yang saling memiliki ketergantungan. utama Lurah sebagai birokrat karir. Menurut Hubungan antara teknologi dan institusi beliau sebagai pemangku wilayah, aparat terlihat dari kontrak dan aturan mengenai harus cepat dalam respon keluhanpublik. implementasi teknologi ini dan kemudian di selain itu, alasan terbesar adalah gubernur sebut adopsi teknologi yang bersifat saling dengan singkat akan melakukan pencoptan positif. Hubungan antara adopsi teknologi jabatan dan pemutasian. dan agensi kelurahan juga saling berhubungan Hubungan antara kelurahan dan RT dan bersifat postif. Hubungan antara adopsi berjalan baik. Hal ini dikarenakan kelurahan teknologi dan agensi RT bersifat negatif dan RT saling membutuhkan. Di dalam yang akhirnya melahirkan isomorphisme sistem, kelurahan bertugas untuk membina yang merupakan faktor pendorong dari lembaga kemasyarakatan sehingga mereka transformasi pelayanan publik. Hubungan selalu melakukan pendekatan terhadap ini akan di gambarkan melalui alur pemikiran RT namun pihak RT juga melihat bahwa seperti di bawah ini. lurah sebagai validasi LPJ RT juga memiliki Gambar 2. Hubungan antara Teknologi, peran yang dominan jika LPJ tidak divalidasi Institusi, dan Agensi dalam Transformasi maka biaya operasional RT tidak akan turun Pelayanan Publik sehingga keduanya saling berhubungan baik bahkan sangat terlihat bersama dalam menanganni kasus pelaporan. Namun efek dari hubungan baik tersebut adalah RT tidak dapat mengakui keberatannya langsung melalui Lurah. Sumber : Diolah oleh Penulis Hubungan antara Penolakan itulah Hubungan antara teknologi dan institusi yang menyebabkan hubungan antara adopsi dimulai ketika terdapat kontrak kerjasama teknologi dan pihak RT bersifat negatif. antara pihak Jakarta Smart City sebagai Terdapat gap antara struktur dan praktisnya. perwakilan dari Pemprov DKI Jakarta dan Agen mengadopsi kebijakan yang telah PT Qlue performa Indonesia. Aplikasi Qlue terimplementasi di lapangan dan meraka ini mendukung program smart city dan tidak memiliki kesesuaian dengan kebijakan

62 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta pelaporan di hitung 3 kali sehari. Hubungan Hal ini menguatkan argumen penulis bahwa ini kemudian melahirkan Isomorphisme proses relasi antara teknologi, institusi dalam institusi tersebut. Hal ini merupakan dan agensi dapat mempengaruhi proses dampak dari tekanan penolakan pihak RT transformasi pelayanan publik. dan tekanan dari harapan budaya dalam Temuan dalam artikel ini dapat mengisi masyarakat berdasarkan fungsi organisasi. kekosongan pada pandangan sebelumnya me­ Tekanan ini melahirkan perubahan sebagai ngenai transformasi pelayanan publik. selain respon dari regulasi tentang pelayanan publik itu, tulisan ini dapat membantu menjelaskan untuk mengadopsi teknologi dan memaksa faktor yang mempengaruhi peran agen dalam institusi membuat aturan baru yang akan tindakan yang berdampak pada institusi dalam memuat kepentingan mereka. (Dimaggio tulisan Lawrence et al (2009). Pertama, kesa­ ­ & Powel 1983: Meyer et al, 1981). Oleh daran­ kolektif agen ditentukan oleh jabatan karena itu terbentuklah peraturan gubernur struktural yang diembannya. Jabatan yang No. 2435 tahun 2016 yang memuat bahwa memiliki sanksi formal yang tegas seperti pe­ terdapat aturan pelaporan dan pemberian mecatan langsung cenderung membuat agen biaya operasional RT yang bersifat statis dan tidak memiliki keterampilan dan refleksivitas dinamis. Laporan kegiatan biasa RT akan sebagai agen karena dalam perspektif agen mendapatkan uang sebesar Rp 400.000 sebagai birokrat karir, tujuan utamanya dan Rp 575.000 akan turun sesuai dengan adalah meniti karir tersebut. Kedua, teknologi jumlah laporan yang di upload melalui Qlue. membantu institusi dalam mengantisipasi ke­ Perubahan aturan ini menciptakan kepastian cu­rangan yang dilakukan oleh aparat tanpa dalam institusi baru yang lebih stabil dan me­mandang individual semakin memperkecil bertujuan untuk perubahan dalam pelayanan perbedaan dampak agen dalam institusi. publik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ketiga, praktik yang dilakukan oleh agen Yang (2003) bahwa neo-institutionalisme semakin membuat aturan terlegitimasi dan dapat membahas perubahan institusional mempengaruhi persepsi agen. yang termasuk dalam proses teknologi. Artikel ini juga dapat mengisi pandangan Dalam level institusi, isomorphisme adalah Yang (2003). Sisi lain pembahasan ini tidak se­ mekanisme untuk bertahan atau survive penuhnya­ memandang bahwa institu­ si­ sangat yang kemudian dilakukan dengan cara berkuasa atas agen. terdapat fak­tor penting difusi norma dan regulasi Yang 2003; Le lain selain dari institusi untuk menjelaskan Potre et al 2002) Dan peran agensi adalah bagaimana teknologi dapat diadopsi dan RT sebagai agen adalah mengubah tatanan digunakan dalam peme­ rin­ ­tahan.­ Pada kasus institusi dalam aturan kelembagaan melalui ini, tindakan agen yang tidak terikat secara ko­ tindakannya (Lawrence et al, 2009). lektifitas­ mampu mempercepat institutional isomorphism da­lam organisasi publik tersebut. SIMPULAN Penyesuaian kembali perilaku institusi akibat Dari pembahasan di atas, penulis menarik tindakan kolektif agen dapat menjadi solusi kesimpulan bahwa transformasi pelayanan dalam mengurangi terjadinya konflik antara publik tidak hanya terjadi akibat pengaruh proses institusionalisasi dan kepentingan teknologi yang diusung oleh pemerintah agen. Hal ini memperlihatkan bahwa institusi provinsi DKI Jakarta. Transformasi melalui yang diidentikan dengan stabilitas dan teknologi dapat terjadi ketika teknologi durabilitas mampu melakukan perubahan dapat terinstitusionalisasi dengan baik dengan begi­ ­tu cepat sebagai mekanisme melalui aturan namun, institusi juga harus institusi untuk survive . Artikel ini melihat dapat memperhitungkan hubungan antara bahwa dalam transformasi­ pelayanan publik agen dan lingkungan institusional. Hal ini melalui tek­nologi terdapat pengaruh institusi dikarenakan para agen dapat melakukan yang kuat untuk menyebarkan teknologi pertimbangan atas kesempatan dan dan agen untuk menyesuaikan aturan dalam hambatan yang disediakan oleh institusi. tataran mikro.

63 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

UCAPAN TERIMA KASIH American Sociological Review. J STOR Alhamdulillah, Terimakasih saya Publications. ucapkan kepada mba Meuthia Ganie Hirsch, P. M. (1997). “Sociology Without Rochman sebagai pembimbing saya yang Social Structure: Neoinstitutional telah banyak menginspirasi saya dalam Theory Meets Brave New World”. menulis artikel ini. Terimakasih kepada American Journal of Sociology. JSTOR ibu saya tercinta yang selalu mendorong Publications saya hingga mampu melewati tahap ini. Lawrence, T. B et al. (2009). “Institutional Terimakasih kepada my beloved Nauval Fauzi Work: Actors and Agency in Institutional yang selalu ada dan membantu saya melewati Studies of Organization”. Cambridge tahap ini. Terimakasih kepada mba Diatyka University Press. SAGE Publications. dan mas Andi yang telah membimbing penulisan jurnal ini. Terimakasih kepada Mahizhnan, Arun. (1999). Smart Cities: keluarga, Sahabat, dan teman-teman yang Singapore Case. Singapore: The tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang Insititute of Policy Studies. telah mendukung saya dan membantu saya Mahler, Julianne et al. (2002). Learning To melewati tahap ini. Govern Online Federal Agency Internet Use. USA: SAGE Publications. DAFTAR PUSTAKA Meijer et al. (2016). “Governing The Smart City: A Review Of The Literature On Albino et al. (2015). “Smart Cities: Smart Urban Governance”. International Definitions, Dimension, performance, Review of Administrative Sciences. and Initiatives”. Journal of Urban Meyer, John W. (2010). “World Society, Technology,1-21. Institutional Theories, and Actor”. Bakici, et al. (2013). “A Smart City Initiative: Annual Review of Sociology. JSTOR the Case of Barcelona”. Journal of the Publications Knowledge Economy, 4(2), 135-148. Odendaal, Nancy. (2003). Information Brewer, Brian. (2007). “Citizen or and Communication Technology and costumer? Complaints Handling Local Governance: Understanding the in the Public Sector”. Intenational Difference Between Cities in Developed review of administrative science. SAGE and Emerging Economies. Computer, Publications. Environment, and Urban System. Pergamon Publicantion. Caillier, James Gerard. (2016). “Public Service Motivation and Decisions to Report Scott, Richard W. (2008). “Approaching Wrongdoing in U.S Federal Agencies: Adulthood: The Maturing of is This Relationship Mediatedby the Institutional Theory”. Theory and Seriousness of the Wrongdoing”. Society Vol 37. JSTOR Publications American Review of Public Smith, Rodney. (2010). “The Role of Administratation, SAGE Publications. Whistleblowing in Governing Well: Dameri, Renata Paola et al. (2015). “Governing Evidence from the Australian Public Smart Cities: An Empirical Analysis”. Sector”. The American Review of Public Social Science Computer Review. SAGE Administration. Publications. Styawan, Suci. (2013). “Penanganan Dimaggio, Paul J et al. (1983). “The Pengaduan (Complaint Handling) Iron Cage Revisited: Institutional Dalam Pelayanan Publik (Studi Isomorphism And Collective Tentang Transparansi, Responsivitas, Rationality in Organizational Fields”. Dan Akuntabilitas Dalam Penanganan

64 Ely Yani, Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta

Pengaduan di Kantor Pertanahan melalui http://www.jakarta.go.id/v2/ Kota Surabaya II)”. Jurnal Administrasi news/2015/09/tingkat-kemiskinan- Negara. di-dki-jakarta-maret-2015#. Sumanjeet. (2006). “E-Governance”: An WAeQbI997IU pada 01 oktober 2016 pk Overview Indian Context. Indian 05.00 Political Science Association. JSTOR Detik.com. 2016. Prof. Suraryati Nilai Birokrasi Publications. yang Buruk Jadi Sumber Penyakit Pungli. Utomo, Sad dian. (2008). “Penanganan Diakses melalui http://news.detik. Pengaduan Masyarakat Mengenai com/berita/d-3330373/prof-sunaryati- Pelayanan Publik. Bisnis & Birokrasi”. nilai-birokrasi-yang-buruk-sumber- Jurnal Ilmu Administrasi dan penyakit-pungli pada 01 Oktober 2016 Organisasi. pk 06.00. Ganie-Rochman, Meuthia. (2014). Sosiologi Liputan6.com. 2016. Meski Di tolak RT dan Korupsi: Isu, Konsep, dan Perdebatan. RW Aplikasi Qlue di Pakai 500 Ribu Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Warga Jakarta diakses melalui http:// citizen6.liputan6.com/read/2519834/ BPS DKI Jakarta. (2014). Data politik, Hukum, meski-ditolak-rtrw-aplikasi-Qlue- Pertahanan, dan Keamanan. Jakarta: dipakai-500-ribu-warga-jakarta pada Katalog BPS 1102002.202014 01 Oktober 2016 Pk 06.02. Wattimena, Lidya. (2012). Ahok Laskar Berita Satu.com. 2016. Laporan Pengaduan Pelangi Transparan dan Profesional. Masyarakat Ke Ombudsman Meningkat. Jakarta : Tabloid Refotmata edisi 152; 19 Diakses melalui http://sp.beritasatu. com/home/laporan-pengaduan- masyarakat-ke-ombudsman- Website meningkat/28444 pada 01 Oktober Kementerian Dalam Negeri. 2009. 2016 pk 08.03 20 Persen Wilayah Jakarta OmBudsman Republik Indonesia. 2015. Pemukiman Kumuh. Diakses Melaui Laporan Tahunan 2015. Diakses melalui http://www.kemendagri.go.id/ file:///C:/Users/ELY/Downloads/ news/2009/05/11/20-persen-wilayah- Laporan%20Tahunan%202015.pdf pada jakarta-permukiman-kumuh pada 01 01 Oktober 2016 Pk 09.00 oktober 2016 pk. 06.00 OmBudsman Republik Indonesia. 2015. Hasil Kompas.com. 2016. Ini Tiga Kelurahan Terbaik Penelitian Kepatuhan Pemerintah Pusat dan Terburuk di Jakarta Versi Qlue. Dan Pemerintah Daerah Terhadap diakses melalui megapolitan .kompas. Standar Pelayanan Publik Sesuai Uu com/read/2016/06/01/10142611/ ini. No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan tiga.kelurahan .terbaik.dan.terburuk. Publik. diakses melalui file:///C:/ di.jakarta.versi.Qlue 10 September 2016 Users/ELY/Downloads/Ringkasan%20 pk 07.47 WIB Hasil%20Penelitian%20Kepatuhan_ Pemerintah DKI Jakarta. 2016. Warga Aktif ORI_2015%20(1).pdf pada 01 Oktober di Qlue Dapatkan Hadiah http:// 2016 Pk 09.01 www.jakarta.go.id/v2/news/2016/01/ Undang-Undang No 25 Tahun 2009 diakses warga-aktif-di-Qlue-dapat-hadiah#.V- melalui http://www.imigrasi.go.id/ JP8yF97IU pada 21 September 2016 pk. phocadownloadpap/UndangUndang/ 16.22\ nomor%2025%20tahun%202009.pdf Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. 2015. pada 01 Oktober 2016 pk 10. Tingkat kemiskinan Di DKI Jakarta Maret 2015. Artikel online diakses

65 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

66 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online ....

PENGORGANISASIAN GERAKAN SOSIAL BERBASIS PETISI ONLINE (STUDI KASUS: CHANGE.ORG INDONESIAN CHAPTER)

Muhammad Dedy Departemen Sosiologi Universitas Indonesia [email protected]

Abstract The purpose of this research is to clarify the role of online organization media, change. org, as a form of support for protesting that claimed virtual collective. Previous research explains that the online media has been used for political campaigns, as well as a tool to express ideas openly, but still organized online and offline elementary. Specifically, this research wanted to show that change.org can be a tool for protest to claim a collective complaint based virtual form in the form of an online petition. Such cases tend to be higher in urban communities because it is relatively more active in terms of Internet usage so that the use of media such as online petitions can be a tool to pass up a protest which will be expressed as a collective complaint. Online media is considered to be an appropriate tool in collecting petition claims because everyone will be able to access the Internet as well as determine the attitude to an event that occurred. By using qualitative research methods, this research interview the informant involved in the manufacturer’s online petition change.org online petition and the petitioners online. Conclusion Change.org is a vital tool for spreading ideas and at the same time being an identity for movement. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran media online change.org sebagai bentuk pengorganisasian dukungan gunamelakukan protes yang terklaim kolektif secara virtual. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa media telah digunakan untuk alat kampanye politik serta untuk menyampaikan gagasan secara terbuka, namun masih terorganisasi secara online dan ofline yang elementer. Secara khusus, penelitian ini ingin menunjukkan bahwa change.org dapat menjadi alat untuk melakukan protes yang dapat menjadi kekuatan untuk mengklaim suatu keluhan secara kolektif berbasis virtual berupa petisi dalam bentuk online. Kasus semacam ini cenderung tinggi di masyarakat perkotaan karena relatif lebih aktif dalam hal penggunaan internet sehingga penggunaan media berupa petisi secara online dapat menjadi alat untuk melalukan protes yang akan bisa dinyatakan sebagai keluhan kolektif. Media online dianggap dapat menjadi alat yang tepat dalam mengumpulkan klaim petisi sebab semua orang akan dapat mengakses internet sekaligus menentukan sikap terhadap suatu peristiwa yang terjadi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitiatif, penelitian ini mewawancarai informan yang terlibat dalam petisi online change. org yakni pembuat petisi online dan penandatangan petisi online.KesimpulannyaChange. org merupakanalat vital untuk menyebarkan ide dan sekaligus menjadi identitas guna melakukan gerakan. Keywords: Online Media, Petition, Social Movement

67 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN maupun menandatangani petisi tersebut Pada tahun 2013, Indonesia tercatat dalam hal mencapai tujuan protes yang sebagai salah satu negara dengan jumlah mereka lakukan?Tulisan ini ingin melihat pengguna internet tertinggi di dunia bentuk pengorganisasian protes yang berbasis yaitu sebesar 28 persen, dari jumlah petisi virtual dalam mempengaruhi suatu pengguna internet yang mencapai 82 juta kasus atau kebijakan yang akan atau telah dari 250 juta penduduk Indonesia yang dibuat oleh pengambil kebijakan tersebut. aktif menggunakan internet (http://www. Studi-studi sebelumnya menunjukkan statista.com/topics/2431/internet-usage-in- setidaknya terdapat dua kelompok argumen indonesia/ diakses pada 4 Maret 2016 pukul mengenai eksistensi media dalam hal 22.15 WIB. Dilihat dari pemanfaatannya, menggerakkan opini masyarakat serta internet digunakan untuk berbagai macam menciptakan protes. Pertama adalah berbagai hal, mulai dari browsing data, download studi yang coba memaparkan media sebagai aplikasi, hingga bisa menjadi alat untuk strategi politik oleh para pemilik media dan mengekspresikan diri secara virtual. pelaku ataupun aktor-aktor politik (Imran, Saat ini internet juga menjadi salah satu 2009. Wihbey, 2015). Mereka mengatakan media untuk melakukan protes. Salah satu bahwa media cetak maupun online pada saat protes berbasis internet yang dapat dilihat saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar ini adalah munculnya petisi online melalui dalam mempengaruhi opini masyarakat, website change.org. Change.org bekerja sekaligus menciptakan suatu frame dalam sebagai wadah untuk menyatukan klaim, mindset dalam tataran level induvidu, bahkan dengan cara mengumpulkan dukungan yang masyarakat. Dalam tulisannya, mereka sebanyak-banyaknya. Dalam prosesnya, cara juga mengatakan bahwa media-media kerja dari petisi online ini adalah dimulai yang seringkali diakses oleh setiap individu dengan membuat suatu petisi online di laman akan dapat memberikan suatu sugesti yang website tersebut (www.change.org). Lalu kemudian memberikan pengaruh untuk disebar luas melalui jagat maya dan semua menentukan sikap yang akan diambil dalam orang berhak untuk berpartisipasi dengan menentukan suatu tindakan yang dilakukan. cara menandatangani petisi tersebut. Hal ini tidak terlepas dari tingginya tingkat akses informasi, baik cetak maupun internet Hal ini menjadi siklus berulang dimulai yang dilakukan oleh seseorang pada saat dari penyebaran ke seluruh jaringan virtual ini. Bahkan, di Indonesia maupun di dunia yang dimiliki oleh orang-orang yang telah internasional, media digunakan sebagai menandatangani petisi tersebut. Setiap alat untuk menciptakan suatu pencitraan petisi yang ditandatangani, akan masuk politik, sekaligus alat kampanye dalam kedalam e-mail dari objek yang menjadi dunia perpolitikan. Sebagai contoh ketika sasaran petisi. Sehingga semakin banyak masa-masa pemilu Amerika Serikat pada orang yang menandatangani petisi, maka tahun 2008 para calon kandidat yang akan semakin banyak pula pesan yang akan maju mencalonkan diri pada saat itu masuk ke dalam email objek sasaran petisi menggunakan internet sebagai salah satu tersebut. Hal ini tentu akan menimbulkan media kampanye yang memberikan dampak suatu dampak berupa tanggung jawab bagi signifikan dalam meningkatkan elektabilitas penerima e-mail untuk menghargai atau sekaligus popularitasnya. Namun, peenulis bahkan menuruti permintaan orang-orang memberikan kritk bahwa studi ini hanya yang menandatangani petisi. memaparkan media sebagai suatu alat untuk Mengapa proses tersebut bisa terjadi? menggerakkan opini masyarakat, belum dan apakah setiap petisi tersebut selalu dapat mewadahi opini ataupun argumen ditanggapi oleh sasaran petisi? Lalu masyarakat yang ingin bersikap. bagaimana bentuk pengorganisasian protes Argumen kedua adalah studi-studi yang yang dilakukan oleh pihak yang membuat berpendapat bahwa pada kenyataannya,

68 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online .... jumlah penduduk yang ada di dunia saat dari luar kelompok tersebut. ini di dominasi oleh para kaum muda yang Pertanyaan yang kemudian muncul lebih tertarik untuk mencari informasi dari menurut penulis saat ini adalah, apakah media (baik cetak maupun online) sebagai hal-hal yang dipaparkan diatas masih sumber terpercaya, sekaligus dianggap sepenuhnya relevan dengan konteks yang ada sebagai media yang tidak hanya digunakan saat ini, khususnya pada masyarakat urban? untuk berkumpul, namun digunakan Dalam prosesnya, media, khususnya media sebagai metode dalam menuangkan ide dan online menjadi semakin berkembang. Akan pikirannya (Juliastuti, 2006; Owen, 2008). tetapi dalam konteksnya kini, khususnya Para kaum muda cenderung aktif dalam hal pada masyarakat urban, terdapat suatu mengakses internet. Kemudian menjadikan kebaruan dalam media online untuk kembali internet sebagai sarana untuk menjalankan menampung opini masyarakat, dan media kepentingan-kepentingan yang mereka online ternyata juga dapat menjadi suatu butuhkan. Dalam penggambarannya, para gerakan aksi yang meskipun berbasis virtual, kaum muda menggunakan media untuk namun ternyata dapat memberikan dampak menyampaikan opini terkait apa yang mereka yang cukup signifikan, khususnya dalam gagas, sekaligus mengajak orang-orang untuk mempengaruhi suatu kebijakan yang akan sepakat dengan gagasan tersebut. atau yang telah dibuat. Banyak tulisan-tulisan yang dihasilkan Penulis menemukan bahwa pada oleh para mahasiswa di Indonesia, terutama masyarakat urban, media online telah ber­ dalam konteks era awal reformasi tahun kembang pada kemampuan untuk men­cip­ 1998 yang berisi tentang ide-ide dan gagasan ta­kan suatu protes berbasis virtual hingga mereka dalam berbagai bidang, sekaligus membentuk suatu pengorgansiasian yang menggunakan media sebagai alat untuk mampu menjadi landasan untuk melakukan saling bertukar informasi antar satu sama protes secara langsung. Pengorganisasian ini lain. Bagitupun konteksnya dengan pemuda- dilakukan dengan menjadikan petisi online pemuda diluar negeri. Tidak sedikit pemuda- sebagai alasan untuk membentuk suatu pemuda Amerika Serikat pada masa pemilu gerakan protes bersama, lalu menggunakan presiden 2008 yang terafiliasi dengan partai hasil petisi online sebagai landasan awal politik menjadikan media, khususnya media untuk melakukan gerakan yang lebih nyata online sebagai alat untuk mempengaruhi dalam melakukan suatu protes. orang-orang dan kerabat yang ada dise­ki­ Change.org adalah salah satu bentuk tarnya. Ditambah lagi, pada konteks saat itu, dari alat untuk melakukan protes virtual orang-orang akan cenderung lebih percaya tersebut. Change.org dapat menampung dengan apa yang mereka peroleh dari as­pirasi masyarakat yang ingin bersikap kerabat sekitarnya karena dianggap sebagai terhadap suatu kasus yang terjadi, kemudian jaringan pribadi yang mereka miliki (Owen, dapat untuk membuat para pembuat ke­ 2008). Namun, analisis semacam ini hanya bi­jakan mengambil keputusan yang mem­ menjelaskan bahwa bentuk gerakan-gerakan pertimbangkan bagaimana respon masya­ tersebut masih terbatas dan hanya dilakukan ra­kat melalui website tersebut. Hal ini oleh orang-orang atau kelompok tertentu, disebabkan oleh pengaruh media yang sudah serta masih dianggap elementer sebab hanya sangat besar dalam konteks masyarakat berbentuk tulisan ataupun argumen yang urban. Media dapat menjadi representasi hanya disampaikan melalui akun media masyarakat, sekaligus alat kontrol untuk sosial pribadi masing-masing. Oleh sebab pembuat kebijakan dan merespon kebijakan itu, umumnya yang mereka sampaikan pada tersebut. Media merupakan salah satu akun media sosial tersebut hanya didukung corong informasi yang bisa dimanfaatkan sebatas oleh orang-orang di lingkungan masyarakat untuk memperoleh informasi, sekitarnya, namun kurang didukung oleh sekaligus merespon fenomena yang terjadi. pihak lain terutama pihak-pihak yang berasal

69 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

METODE mengingat fenomena yang terjadi dalam Dalam penulisan artikel ini, metode terbentuknya petisi online tersebut terjadi penelitian akan menjelaskan peng­orga­ untuk merespon dari suatu tindakan atau nisasian protes melalui 2 (dua) level. Pertama peristiwa yang dianggap melibatkan banyak yakni dalam hal kesamaan motif dan kedua pihak. Hal ini juga menjadi penting sebab pengorganisasian protes menggunakan kon­ petisi online yang muncul juga berkaitan sep Transmedia Mobilization yang dike­ dengan bentuk protes yang dilakukan oleh mukakan oleh Sasha Costanza-Chock (2013). masyarakat. Status masyarakat perkotaan Metode penelitian yang digunakan adalah menjadi penting sebab masyakat perkotaan metode kualitiatif berupa pengumpulan data adalah orang-orang yang sangat sering dengan melakukan wawancara mendalam mengakses internet. kepada 12 (dua belas) informan yang terdiri Selain itu, penelitian ini juga dari pembuat petisi dan penandatangan mengunakan data-data sekunder berupa petisi.Wawancara kepada informan dilakukan data-data yang bersumber dari internet serta dalam rentang waktu bulan Februari hingga tulisan-tulisan dan jurnal akademik. Hal Mei 2016. Metode penelitian ini dugunakan ini bertujuan untuk memperkuat argumen- untuk mencari beberapa aspek yang dimiliki argumen dalam penelitian dengan berkaca oleh informan maupun topik penelitian yang pada penelitian-penelitian sebelumnya. dilakukan seperti latar belakang, penyebab dari terjadinya fenomena yang diteliti, serta HASIL DAN PEMBAHASAN dampak-dampak yang ditimbulkan ter­ha­ dap kehidupan sosial informan penelitian Petisi Online Change.org Sebagai Alat (Neuman, 2006). Penelitian ini adalah Protes Virtual studi kasus atas petisi online change.org Protes yang dilakukan oleh masyarakat yang ingin memberikan gambaran ba­ selalu berkembang, khususnya di masyarakat gai­mana proses media onlinesebagai alat urban. Dalam artikel-artikel sebelumnya untuk melakukan protes berbasis virtual belum menyebutkan bahwa perkembangan sekaligus pengorganisasiannya khususnya protes yang dilakukan oleh masyarakat saat bagi para orang-orang yang terlibat dan ini telah memasuki bentuk virtual melalui menandatangani petisi tersebut. media-media online. Hal ini mengingat Dalam penelitian ini, terdapat 4 (empat) bahwa perkotaan tidak terlepas dari konteks studi kasus analisis petisi yang dibuat pada masyarakat urban yang begitu akrab dengan change.org. Petisi tersebut berupa petisi perkembangan teknologi. Dukung KPU (dibuat atas nama BEM UI Oleh sebab itu, penelitian ini ingin tahun 2014), Pencabutan SK Drop Out Ketua melihat peran media online sebagai BEM UNJ Roni Setiawan (dibuat atas nama bentuk protes virtual yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa UNJ bersatu tahun 2016), masyarakat dalam konteks masyarakat Pengusutan kasus pembunuhan berencana urban. Aksesibilitas internet yang mudah dan salim kancil (dibuat atas nama Tim Kerja dimanapun menjadi salah satu faktor penting Perempuan dan Tambang tahun 2015) dan dalam terciptanya hal tersebut. Teknologi terakhir adalah petisi tuntutan pembekuan juga dapat mempermudah seseorang untuk PSSI (dibuat atas nama Pecinta Sepak Bola bertemu dengan orang-orang yang memiliki Indonesia tahun 2015). pandangan yang beragam, lalu membentuk Unit analisa dalam penelitian ini suatu perkumpulan berbasis virtual tanpa adalah individu, yakni penduduk perkotaan harus mengadakan pertemuan secara lang­ yang pernah terlibat dalam petisi online sung terlebih dahulu. Media online dapat di change.org. Informan dalam penelitian men­jadi suatu alat untuk menyatukan aspi­ ini terbagi dalam beberapa aspek, seperti rasi-aspirasi masyarakat yang ingin mem­be­ pembuat petisi dan penandatangan petisi. rikan opini terhadap suatu fenomena apapun, Penentuan aspek-aspek ini menjadi penting yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

70 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online ....

Dalam prosesnya, bentuk-bentuk protes facebook, twitter, dan lain sebagainya. Akan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap tetapi, media-media tersebut dianggap suatu fenomena yang dianggap janggal kurang memberikan dampak yang signifikan memiliki berbagai cara yang beragam. Pada untuk melakukan protes secara virtual. Oleh awalnya, seseorang ataupun kelompok sebab itu, muncul change.org sebagai wadah akan menyampaikan hal tersebut secara yang dianggap dapat untuk memberikan langsung, baik secara individu ataupun dampak yang siginifikan dalam menyatakan kelompok melalui demonstrasi ataupun sikap untuk merespon suatu fenomena yang unjuk rasa (Crozat, 1998; McCarthy dan dianggap janggal, dan tidak seharusnya McPhail, 1998). Menurut Putnam (dalam Ear terjadi. Masyarakat akan menyatakan sikap dan Kimport 2009), protes merupakan suatu dengan cara menandatangani secara virtual bentuk standard procedure dalam kehidupan suatu petisi yang dibuat oleh seseorang yang sehari-hari terkait dengan gerakan yang merupakan bagian dari ketidaksetujuan tradisional. Seseorang atau pun kelompok atas terjadinya fenomena tersebut. Change. dapat memberikan reaksi yang beragam org juga memberikan kebebasan kepada terhadap fenomena yang terjadi apabila siapapun untuk membuat suatu petisi fenomena tersebut dianggap sebagai suatu online yang ingin memberikan suatu respon hal yang tidak wajar, dan diangap merugikan terhadap suatu fenomena yang terjadi. masyarakat (Ear dan Kimport, 2009: 5). Dengan semakin banyaknya orang yang Turner (dalam Opp 2009) mengatakan menandatangani secara digital pada petisi bahwa protes adalah adalah bentuk ekspresi tersebut, maka argumen untuk melakukan keluhan terhadap ketidakadilan. Para aktor suatu protes dan penolakan dianggap akan protes umumnya tidak dapat memperbaiki semakin kuat sekaligus dianggap sebagai kondisi langsung dengan usaha sendiri, representasi dari sekelompok orang ataupun sehingga aktor protes akan melakukan masyarakat tertentu. tindakan lebih lanjut berupa provokasi yang Change.org juga menampilkan suatu bersifat untuk memperbaiki. (Opp, 2009: laporan tahunan yang dikirim ke semua 35). email para penandatanganan petisi dalam Lalu, Meyer dan Tarrow juga mengatakan bentuk info grafis (https://www.change. bahwa bentuk-bentuk protes tradisional org/id/tentang/infografis2015?alert_ ini kemudian dilembagakan dalam bentuk id=PIRHUyjcbC_QrDKjblq%2BmCF2 petisi (dalam Ear dan Kimport, 2009) yang sIcg7SJfa6vR%2FKDU66QIyGi1YNcIu bertujuan untuk mendapatkan suatu klaim U%3D&utm_campaign=479786&utm_ yang lebih tersentralisasi. Hal ini menjadi medium=email&utm_source=action_alert penting untuk semakin menguatkan diakses pada 20 April 2016 pukul 22.30 WIB). argumen agar dapat memberikan reaksi yang Pada tahun 2015, info grafis yang dibuat oleh lebih kuat dalam menyikapi suatu kasus change.org memberikan beberapa informasi yang terjadi. Kelompok masyarakat yang yang cukup populer sepertikumpulan- protes akan menyatukan pendapat dengan kumpulan petisi yang paling banyak mereka yang sepakat melakukan protes ditandatangani. Lalu pihak pengambil lalu kemudian menyatakan sikap untuk keputusan yang kemudian merespon petisi melakukan suatu tindakan. tersebut. Hingga petisi yang kemudian Media online semakin berkembang berhasil mengubah suatu kebijakan yang dan bertransformasi sampai kepada level sebelumnya dianggap merugikan yang untuk melakukan protes berbasis virtual kemudian direspon dalam bentuk petisi untuk melakukan protes terhadap suatu di change.org. Sebagai contoh terdapat fenomena. Mulai dari menuangkan opini- beberapa kemenangan selama tahun 2015 opini melalui tulisan bebas dalam website- berkat adanya petisi di change.org yaang website pribadi ataupun media sosial yang diantaranya adalah pilkada langsung yang dapat diakses oleh orang banyak seperti berisi tentang tuntutan penghapusan wacana

71 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 bahwa pilkada akan dilakukan secara tidak protes dengan cara menyampaikan keluhan langsung. Kemudian tentang petisi Jaminan sekaligus tuntutannya melaui sebuah petisi hari tua yakni saat Gilang Mahardika yang online. tidak dapat mengambil dana pensiunnya Informan P mencontohkan tentang karena adaya kebijakan baru, lalu di kasus pembekuan PSSI yang pada saat itu respon oleh Menaker hingga kebijakan pun dianggap sudah tidak menjalankan fungsi berubah. dan perannya sebagai badan pengurus sepak bola nasional yang profesional. Ia merupakan Motif Tindakan Melakukan Protes salah satu penikmat dan pecinta olahraga sepakbola. Selain itu juga sebelumnya Aktor protes akan mengekspresikan ia pernah bekerja sebagai jurnalis berita ketidakadilan dengan berbagai cara, baik tentang sepakbola pada salah satu media itu dengan bentuk keluhan, tidakan, atau cetak nasional. Hal ini yang menyebabkan ia bahkan gerakan bersama dengan cara begitu banyak tahu tentang perkembangan mengajak pihak lain yang juga dianggap dunia sepakbola, baik nasional maupun merasakan ketidakadilan tersebut. Hal ini internasional serta memiliki orang-orang tentunya memberikan gambaran bahwa ada di lingkungan sekitarnya yang juga paham banyak motif yang menyebabkan terjadinya akan permasalahan yang dialami oleh protes tersebut. Penelitian menemukan dua persepakbolaan nasional. garis besar yang menjadi motif utama dalam melakukan protes, yakni, pertama, protes Diawali dengan terjadinya kasus sepak muncul disebabkan atas dasar ketidakadilan bola gajah yang terjadi pada liga sepakbola yang dirasakan dan/atau rasa bosan untuk nasional, ia merasa bahwa permasalahan ini tidak melakukan apapun disaat tahu bahwa adalah puncak dari ketidakprofesionalan PSSI ada suatu kondisi yang dianggap tidak sebagai badan pengurus sepakbola nasional benar. dalam menjalankan fungsi dan perannya. Sepakbola gajah terjadi antara tim PSS Kedua, protes dilakukan atas dasar Sleman Vs PSIS Semarang yang terjadi pada kecintaan terhadap situasi sehingga aktor hari minggu (26/10/2014). Kedua tim sama- protes menginginkan terciptanya suatu sama mencetak gol bunuh diri ke gawang situasi yang lebih baik, dan menguntungkan masing-masing dengan alasan enggan untuk berbagai pihak. Selain itu, faktor keti­ bertemu dengan tim Pusam Borneo FC dak­­nyamanan dengan situasi yang ada karena dianggap sebagai lawan yang cukup juga mampu menjadikan penyebab dari kuat. Terdapat total 5 (lima) gol bunuh diri munculnya suatu protes. yang dicetak oleh kedua tim, masing-masing Pertama, banyak orang yang mengetahui 2 gol untuk PSS Sleman dan 3 gol untuk kondisi ada pada saat itu merupakan suatu hal PSIS Semarang (http://bola.liputan6.com/ yang salah. Namun semuanya enggan untuk read/2125958/sepak-bola-gajah-pss-vs-psis- berkomentar, atau lebih tepatnya enggan disorot-media-internasional Diakses pada 1 memulai untuk melakukan suatu perubahan. Juni 2016 Pukul 00.05 WIB). Temuan ini dapat dilihat dari Informan P Ia bersama dengan temannya me­mu­ (wawancara pada 28 April 2016). Ia merasa tuskan untuk melakukan suatu gerakan bahwa perlu untuk melakukan protes karena protes kepada Menpora RI untuk segera selama ini bosan menunggu orang lain melakukan intervensi kepada PSSI guna untuk melakukan perubahan. Pada saat itu, melakukan perubahan di tubuh PSSI. Mereka ia berinisiatif untuk melakukan suatu protes beranggapan bahwa sepakbola adalah terhadap suatu hal yang dianggap sudah olahraga yang begitu populer di masyarakat, dianggap sebagai tindakan yang menyimpang, sehingga amat sangat disayangkan apabila hingga mencari teman dan pihak-pihak lain kompetisi dan liga sepakbola nasional berjalan di lingkungannya yang dianggap juga peduli dengan buruk, dan bahkan terjadi suatu dengan kasus tersebut untuk memulai suatu kecurangan dan sekaligus penyimpangan

72 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online .... didalamnya. Salah satu tuntutan dalam Informan A dan juga teman-temannya protesnya adalah membekukan PSSI yang tergabung dalam suatu lembaga dengan tujuan untuk memperbaiki dan eksekutif kampus pada akhirnya berinisiatif merestrukturisasi kepengurusan PSSI guna untuk membuat suatu petisi yang bertujuan mampu memperbaiki kinerja PSSI sebagai untuk mengawal dan mendukung KPU badan pengurus sepakbola nasional. agar mereka tidak perlu merasa khawatir Kedua, protes muncul atas dasar dan menekankan agar tidak perlu merasa kecintaannya terhadap sesuatu hal sehingga terintervensi akan pengklaiman yang ia menuntut untuk tidak dicederai atau dilakukan oleh para calon presiden yang bahkan dirusak keberadaanya. Temuan ini bertarung pada pemilu calon presiden tahun didapat pada Informan A (diwawancarai 2014. Ia dan teman-temannya menyatakan pada tanggal 26 April 2016). Ia beranggapan dukungan untuk tetap mendukung KPU bahwa umumnya protes semacam ini terjadi dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya pada contoh permasalahan perebutan akan selaku pihak yang berhak sekaligus sah suatu sumberdaya. Ia melihat permasalahan dalam memutuskan pemenang dari pemilu ini dari sudut pandang yang mencoba untuk presiden. Informan A merasa perlu melakukan tidak memihak pada pihak yang sedang hal tersebut untuk melindungi pihak KPU, memperebutkan sumberdaya, melainkan sekaligus memberikan respon kepada kedua untuk menjaga sumberdaya tersebut mulai belah pihak yang terlibat dalam perebutan dari cara dan juga proses mendapatkannya kursi presiden pada pemilu presiden untuk berjalan sesuai prosedur tanpa adanya tetap bersikap sebagaimana mestinya, yakni kecurangan atau intervensi yang dapat menunggu hasil penghitungan suara dan merugikan dari salah satu pihak yang sedang sekaligus menunggu hasil keputusan KPU bersaing. terkait dengan pemenang hasil pemilu Informan A menjelaskan pada contoh presiden yang telah diselenggarakan. kasus pemilihan presiden (Pilpres) pada Dengan adanya pemaparan tersebut, tahun 2014. Pada saat itu, ketika proses dapat dikatakan bahwa protes merupakan pencoblosan untuk mementukan presiden suatu tindakan kolektif yang muncul karena RI telah selesai dilaksanakan, kedua calon dua hal utama. Pertama adanya suatu keluhan mengklaim bahwa mereka sama-sama atas ketidakadilan yang dirasakan oleh aktor memenangkan hasil dari pilpres tersebut. yang melakukan protes. Kondisi ini muncul Begitu pula dengan para pendukungnya bisa disebabkan oleh adanya kebijakan yang tidak sedikit menyatakan bahwa calon yang diambil oleh target aktor protes yang yang mereka dukung berhasil menjadi dianggap menyimpang sehingga para aktor presiden terpilih. Mereka mengumumkan tersebut merasa perlu melakukan protes melalui media, yang salah satunya adalah untuk menuntut adanya suatu perubahan televisi dengan memberikan deklarasi atas kondisi yang diharapkan dan sekaligus tidak keberhasilan mereka dalam memenangkan merugikan masyarakat. hasil pilpres. Kedua adalah adanya tujuan bersama Padahal dalam proses yang diakui oleh yang disepakati oleh para aktor dalam negara, terdapat pihak KPU yang merupakan melakukan gerakan protes untuk menuntut pemegang otoritas tertinggi dalam pemenuhan tujuan tersebut. Protes yang menentukan pemenang hasil pilpres 2014. efektif harus diawali dengan persamaan Informan A merasa khawatir akan adanya tujuan dari para aktor protesnya. Hal ini intervensi dan bahkan delegitimasi hasil menjadi penting guna memperkuat argumen pemilu presiden yang dilakukan oleh salah sekaligus memberikan pressure kepada target satu calon presiden untuk memenangkan untuk memenuhi tuntutan yang diajukan dirinya sebab ia menyatakan menang oleh aktor dalam melakukan gerakan protes melalui hasil quick count yang diadakan oleh tersebut. beberapa lembaga survei nasional.

73 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Pengorganisasian Protes Virtual Pada banyaknya dukungan dari berbagai pihak Change.org Berdasarkan Transmedia juga akan memberikan dampak yang kuat Mobilization untuk melakukan protes dalam gerakan Dalam suatu protes, perlu dukungan bersama yang lebih besar. Diperlukan suatu yang banyak dari berbagai pihak guna pengorganisasian yang tepat guna mengatur menguatkan argumen dalam protes tersebut gerakan bersama tersebut agar orang-orang (Opp. 2009). Hal ini juga diperkuat dengan yang ada di dalamnya dapat bekerjasama berbagai contoh kasus yang ada di Indonesia, dengan baik dan tidak merugikan satu sama salah satu contohnya adalah protes yang lain. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh terjadi pada era reformasi tahun 1998. Chontanza-Chock di atas, tentu ke­lom­ Massa dan dukungan yang berlimpah dalam pok protes ini memiliki tujuan yang sama melakukan suatu protes akan menjadikan se­hingga mau melakukan protes secara itu suatu kekuatan guna menuntut kepada kolektif. Tujuan dan kepentingan yang sama para pengambil kebijakan untuk mengambil ini kemudian menjadi identitas bagi gerakan tindakan yang sesuai dengan tuntutan para ini untuk melakukan protes sehingga mampu aktor protes. memperkuat tuntutan yang ingin mereka ajukan. Indikator ini yang dikemukakan oleh Chontanza-Chock (2013: 10) menjelaskan Chontanza-Chock juga menjadikan protes bahwa pengorgansiasian masyarakat yang online dalam gerakan melalui petisi online berawal dari gerakan melalui media dapat change.org sebagai landasan dasar bagi para menggunakan transmedia mobilization. aktor protes untuk melakukan gerakan. Transmedia mobilization adalah gerakan sosial yang tersebar secara sistematis di Oleh sebab itu, pengorganisasian men­ beberapa platform media, lalu menciptakan jadi suatu hal yang diperlukan dalam gerakan sebuah gerakan sosial yang terdistribusi ber­sama suatu protes. Unsur ataupun syarat dan partisipatif dengan pola pengaturan yang diperlukan dalam suatu protes me­ yang jelas untuk memperkuat identitas dari nurut Chontanza-Chock menjadi perlu un­ gerakan tersebut. tuk diperhatikan. Indikator-indikator yang di­paparkan oleh Chontanza-Chock dalam Chontanza-Chock pun memberikan melakukan protes berdasarkan media juga beberapa poin indikator dalam melakukan sangat relevan dengan konteks change. transmedia organzation yaitu: Satu, trans­me­ org yang dijadikan sebagai objek media. dia mobilization dapat menjadi suatu jaringan Apabila pengorganisasian semacam ini telah sosial yang digunakan untuk menyebarkan mampu dijalankan, maka akan lebih mudah ide dan dan tujuan gerakan tersebut. Dua, dalam menggerakan kelompok tersebut transmedia mobilization dapat menciptakan untuk melakukan gerakan bersama dalam suatu gerakan dan identitas bersama sebab suatu protes dan memberikan suatu tanda semuanya sepakat dalam hal penggunaaan kepada para target gerakan protes tersebut platform media yang digunakan. Tiga, untuk memenuhi tuntutan dari para aktor diperlukan suatu kreasi serta kolaborasi dan protesnya. dukungan antar aktor yang berbeda dalam gerakan sosial tersebut.Empat, diperlukan Dalam suatu gerakan protes yang berbasis suatu pembagian fungsi dan peran yang virtual menggunakan change.org, diperlukan jelas bagi para aktornya.Lima, terbuka dalam suatu pengorganisasian guna menciptakan hal pertisipatif terutama bagi orang-orang- suatu gerakan protes yang dapat berjalan orang dengan basis gerakan yang sama untuk dengan efektif. Media menjadi alat vital bergabung dalam gerakan tersebut. dalam melakukan gerakan protes, terutama dalam hal menyebarluaskan ide dan tujuan Protes umumnya pun terjadi karena dari gerakan tersebut. Aspek tersebut juga adanya suatu hal yang terjadi atau akan dapat ditemukan dalam pemanfaatan change. terjadi yang tidak sesuai dengan apa yang org sebagai gerakan dalam menyampaikan diharapkan oleh orang lain. Semakin protes bagi para aktornya. Disamping itu ,

74 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online ....

Grafik Penggunaan Change.org Tahun 2012-2016 Sumber : Change.org penggunaan change.org sebagai petisi online kemenangan, selanjutnya salah satu calon juga tergolong tinggi dan semakin meningkat. kandidat presiden pada saat itu, yakni Terhitung sejak tahun 2012, setidaknya Prabowo Subianto melakukan klaim dan grafik penggunaan petisi online change.org sekaligus berupaya untuk mengintimidasi tidak pernah mengalami grafik penurunan. dan mendelegitimasi hasil real count Peningkatan dalam penggunaan change.org yang merupakan kewenangan dari KPU sebagai gerakan protes virtual pun tergolong dengan mengatakan bahwa terdapat sangat signifikan. suatu kesalahan pada KPU jika muncul perbedaan antara hasil penghitungan resmi KPU dengan quick count lembaga Grafik Penggunaan Change.org survei miliknya (http://indonesiasatu. Angka pada grafik penggunaan change. kompas.com/read/2014/07/10/21082731/ org tersebut menunjukkan bahwa penggunaan jika.kpu.menangkan.prabowo.lembaga. change.org dianggap sebagai media sekaligus survei.tuding.kpu.yang.salah. Diakses pada alat untuk memperkuat identitas yang 29 Mei 2016 Pukul 15.05 WIB). Kondisi efektif dalam melakukan suatu gerakan. ini yang menyebabkan BEM UI merasa Penggunaan change.org sebagai alat untuk perlu mengambil sikap untuk mendukung merepresentasikan keluhan dan bentuk independesi KPU dan siap untuk mendukung ketidaksetujuan akan situasi yang ada pada kinerja KPU agar tetap menjalankan tugas saat itu juga menjadi suatu gambaran bahwa fungsi dan perannya. change.org dianggap mampu mewadahi Petisi kedua adalah petisi merupakan keluhan tersebut, sekaligus memiliki peluang petisi terkait dengan gugatan pencabutan untuk menciptakan perubahan sosial. SK yang dikeluarkan rektor UNJ yang Seperti yang telah dijelaskan pada bagian memutuskan untuk men-DO ketua BEM metode penelitian, dalam penelitian ini UNJ pada saat itu, yakni Ronny Setiawan terdapat 4 (empat) studi kaus analisis petisi yang dianggap melakukan pelanggaran yang dibuat pada change.org yakni petisi dan penghinaan kepada kampus melalui Dukung KPU, Pencabutan SK Drop Out Ketua media sosial. Rektor UNJ menilai Ronny BEM UNJ Ronny Setiawan, pengusutan kasus telah melakukan tindak kejahatan berbasis pembunuhan berencana salim kancil, dan Teknologi dan Penghasutan yang dapat terakhir adalah petisi tuntutan pembekuan mengganggu ketentraman lantaran PSSI. sebelumnya terjadi banyak gerakan dan Petisi Dukung KPU merupakan petisi aksi protes yang dilakukan oleh para aktivis yang dibuat oleh BEM UI sebagai suatu mahasiswa UNJ terkait dengan kebijakan lembaga yang ingin bersikap mengenai rektor UNJ yang dianggap tidak tepat riuhnya gesekan-gesekan yang terjadi sasaran dan banyak merugikan kalangan antara dua pihak yang terlibat dalam proses mahasiswa UNJ. Dengan keluarnya SK rektor pemilihan presiden sebab kedua belah pihak yang memutuskan bahwa Ronny Setiawan saling mengklaim bahwa mereka merupakan dinyatakan telah di DO dari kampus UNJ, pemenang hasil pemungutan suara pada maka banyak gerakan protes yang dilakukan pemilihan presiden tahun 2014. Kedua oleh para mahasiswa dan organisasi kampus belah pihak sama-sama mendeklarasikan UNJ hingga membentuk suatu gerakan

75 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 bersama dengan membentuk Aliansi perannya sebagai badan pengurus sepakbola Mahasiswa UNJ Bersatu. Mereka menyatakan nasional dengan baik dan juga profesional. bahwa keputusan Rektor merupakan kepu­ Berawal dari laga sepakbola yang terjadi pada tusan yang tidak berkeadilan dan dianggap liga divisi utama (kasta kedua) sepak bola mematikan asas demokrasi. Indonesia lantaran adanya sepak bola gajah Petisi ketiga berupa petisi penuntutan atau sepak bola yang pemainnya sengaja untuk pengusutan secara tuntas tentang kasus untuk mencetak gol ke gawang sendiri pembunuhan berencana yang terjadi pada atau melakukan bunuh diri dan bertujuan seorang petani asal Lumajang, Salim Kancil. untuk menderita kekalahan. Gerakan protes Salim Kancil dibunuh lantaran melakukan berbasis petisi online ini diinisiasi lantaran penolakan akan adanya penambangan adanya rasa bosan dari para penikmat sepak pasir besi yang ada di desanya, Selok Awar- bola yang melihat kondisi persepakbolaan Awar yang berkedok pariwisata yang justru nasional yang tidak kunjung membaik. berakibat rusaknya lingkungan desa pada Justru malah sebaliknya yakni terkelola Januari 2015. Salim dan temannya Tosan dengan cara yang sangat buruk dan penuh yang tergabung dalam Forum Komunikasi dengan kecurangan. Oleh sebab itu, petisi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar–Awar ini digalang guna menuntut Menpora RI, dianggap menjadi provokator dalam peno­ Imam Nachrowi untuk mengambil tindakan lakan aktivitas tambang tersebut. Pada 26 intervensi terhadap PSSI dengan melakukan September 2016 Salim dan Tosan didatangi pembekuan sekaligus restrukturisasi di oleh sekelompok preman dan mengalami di tubuh PSSI guna menciptakan suatu penganiayaan yang mengakibatkan Tosan badan pengelola sepakbola nasional yang harus dirawat di rumah sakit sebab menderita profesional serta memiliki integritas. luka yang begitu parah. Sedangkan Salim Untuk memaparkan analisa kasus dianiaya hingga meninggal dunia oleh para dari hasil temuan yang di dapat melalui kelompok preman tersebut. wawancara informan, ada beberapa tahapan Berangkat dari permsalahan tersebut, yang terjadi dalam penggunaan petisi online dibentuklah suatu gerakan yang menuntut change.org dalam melakukan suatu gerakan untuk pengusutan secara tuntas pembunuhan protes hingga terciptanya suatu perubahan terencana yang dialami oleh salim kancil yang sosial. dimediasi oleh Wahana Lingkungan Hidup Dalam analisa keempat contoh kasus (Walhi) yang merupakan bagian dari Tim yang terjadi dalam gerakan protes meng­ Kerja Perempuan dan Tambang tidak hanya gunakan media change.org, hal yang perlu tentang kasus pengususutan secara tuntas dibahas pertama kali adalah motif dari terkait penganiayaan dan pembunuhan yang adanya gerakan protes menggunakan media dialami oleh Salim dan Tosan, Walhi dan juga online tersebut. Untuk kasus pertama yaitu menuntut untuk diadakannya pengusutan Dukung KPU yang dilakukan oleh BEM UI secara tuntas terkait aktivitas penambangan pada tahun 2014, motif melakukan gerakan pasir besi di wilayah Lumajang yang dianggap protes adalah atas dasar kepedulian agar tidak ilegal. terjadinya penyimpangan dalam proses atau Petisi Keempat berupa petisi tentang prosedur dalam proses pemilihan presiden. tuntutan pembekuan terhadap Persatuan Ini sesuai dengan pemaparan oleh Informan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang A selaku penanggung jawab atas gerakan dianggap tidak menjalakankan fungsi dan Dukung KPU yang dilakukan oleh BEM UI Tahapan Penggunaan Petisi Online Change.org

76 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online .... yang mengatakan: tingkat nasional. Makanya, kita mau adanya keadilan dan penegakan hukum “...sebenernya kita melakukan gerakan yang berjalan sesuai dengan aturan yang protes untuk mencegah adanya berlaku. Kita ngga pengen kasus ini tuh kecurangan dalam proses pemilu dibiarin gitu aja tanpa ada kejelasan. presiden. Makanya kita pengen nunjukin Sedangkan, pihak korban nyawa udah ke KPU melalui gerakan petisi ini, muncul dalam kasus ini.” (Wawancara bahwa KPU ngga perlu takut terhadap pada 17 Mei 2016). intervensi dari pihak manapun. Sekaligus ngasih tau kalo BEM UI itu Pada kasus keempat tentang tuntutan siap ngedukung KPU untuk menjaga intervensi yang dilakukan Menpora pada independensinya.” (Wawancara pada 26 PSSI berupa pembekuan PSSI dan sekaligus April 2016). adanya restrukturisasi di tubuh PSSI Dalam kasus kedua yaitu tuntutan berdasarkan motif kebosanan akan situasi untuk pencabutan SK Rektor UNJ tentang yang telah menyimpang, namun tidak ada keputusan DO terhadap ketua BEM UNJ yang mau untuk memulai suatu gerakan saat itu yaitu Ronny Setiawan, motif dari protes. Ketidakprofesionalan PSSI dalam gerakan protes ini dilakukan atas dasar mengurus sepakbola nasional telah lama ketidakadilan yang dirasakan oleh para aktor terlihat dan dirasakan, bahkan jauh sebelum protes. Para Mahasiswa UNJ merasa bahwa adanya insiden sepakbola gajah di liga divisi Rektor mengeluarkan suatu kebijakan yang utama PSSI. Akan tetapi, tidak ada satu pun dianggap diluar batas keadilan, khususnya pihak yang berani untuk memulai gerakan bagi para mahasiswa. Hal ini selaras dengan konkret untuk melakukan tuntutan dan pendapat yang disampaikan oleh Informan perubahan tersebut. Hal ini diungkapkan S selaku Koordinator dari Gerakan Aliansi oleh informan P selaku pembuat petisi Mahasiswa UNJ Bersatu yakni : sekaligus pihak pertama yang melakukan gerakan protes terhadap PSSI. “...Kita pada saat itu melihat bahwa ada suatu ketidakadilan yang dilakukan “... gua protes karena gua bosen aja oleh Rektor. Makanya kita melakukan untuk diem. Dan ngerasa kalo ini tuh gerakan dan konsolidasi, sehingga udah jelas-jelas salah, tapi ngga ada yang memutuskan untuk membuat petisi berani ngomong. Padahal sepakbola itu secara online dalam menggalang hiburan untuk semua kalangan. Sayang dukungan. Soalnya kalo ini dibiarin, banget kalo dikelola buruk kaya gitu.” saya yakin banyak mahasiswa lain (Wawancara pada 28 April 2016). yang akan bernasib sama kayak Ronny.” Indikator pertama dari Chontanza- (Wawancara pada 10 Mei 2016). Chock (2013) adalah media dapat menjadi Pada kasus ketiga tentang pembunuhan suatu jaringan sosial yang digunakan untuk berencana yang terjadi pada kasus Salim menyebarkan ide dan tujuan gerakan Kancil pun memiliki motif yang sama dengan tersebut. Dalam kasus petisi online, pembuat kasus kedua yaitu adanya suatu ketidakadilan dan penandatangan menjadikan change.org dalam hal pengelolaan sumberdaya, menjadi suatu jaringan sosial yang menyebar hingga mengarah pada tindakan kriminal. secara viral di media online. Pembuat petisi Pembunuhan Salim Kancil yang menentang dapat menjadikan change.org sebagai alat adanya penambangan pasir besi di daerahnya untuk menyebarkan ide dan tujuan dari karena dianggap merugikan dan merusak adanya gerakan protes tersebut. Petisi dapat ekosistem lingkungan. Hal ini diungkapkan disebarkan secara online melalui seluruh oleh Informan M selaku perwakilan WALHI akun media sosial pribadi masing-masing, yang mengurus kasus pembunuhan Salim seperti facebook, twitter, email, dan berbagai Kancil macam media sosial lainnya hingga petisi dapat tersebar dengan luas. Seluruh pembuat “... Kasus ini kan udah menyebar ke petisi dalam kasus ini melakukan hal yang

77 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 sama dalam hal untuk menyebarkan ide dan Penandatangan petisi ini pun pada tujuan dari gerakan mereka masing-masing. akhirnya secara tidak langsung terlibat dan Begitupun dengan penandatangan merupakan bagian dari identitas baru gerakan petisi, para penandatangan petisi juga petisi ini. Setiap petisi yang ditandatangani melakukan hal yang sama karena meng­ secara digital, maka itu akan menjadi anggap bahwa ide dan gagasan tersebut penguat argumen dari tuntutan yang ingin harus di dukung oleh berbagai pihak, te­ru­ disampaikan oleh para aktor gerakan kepada tama pihak yang berkepentingan terhadap objek petisi tersebut. isu dan permasalahan yang dibawa dalam Indikator ketiga adalah diperlukannya petisi tersebut. Hal ini diungkapkan suatu kreasi serta kolaborasi dan dukungan oleh penandatangan petisi yaitu D, RY, P, antar aktor yang terlibat dalam gerakan dan S yang mana disaat setelah mereka tersebut. Tujuan dari dibentuknya identitas menandatangani petisi tersebut, mereka baru yang dibahas pada indikator kedua akan coba selalu mensosialisasikan dan merupakan langkah awal untuk menciptakan menyebarkan petisi yang di tandatangani suatu kreasi, kolaborasi serta dukungan antar kepada pihak lain, terutama orang-orang aktor yang tergabung dalam gerakan tersebut. yang ada di lingkungan sekitar mereka. Hal ini bertujuan untuk menciptakan power yang lebih besar dalam melakukan gerakan, ‘...gue biasanya juga nyebarin petisi serta menjadi dasar utama dari penguatan yang udah gue tangdatanganin di change.org karena gue pengen orang tuntutan dalam gerakan tersebut. Mulai dari lain juga tau kalo ada permasalahan konsolidasi, penyamaan tujuan dan tuntutan yang butuh dukungan dan mesti segera bersama, serta penentuan cara dalam diselesaikan.” (Wawancara dengan mencapai tujuan tersebut. informan RY pada 18 Mei 2016). Setiap kelompok yang tergabung, tentu Indikator kedua, transmedia mobilization memiliki latarbelakang dan cara gerak yang dapat menciptakan suatu gerakan dan berbeda antar satu sama lain. Tetapi ketika identitas bersama sebab semuanya sepakat mereka telah berkolabolasi, dan sepakat dalam hal penggunaan platform media yang dalam hal penggunaan media yang digunakan digunakan. Hal ini menyebabkan keterkaitan untuk mempermudah tujuan mereka, dengan petisi yang dibuat pada change. hal tersebut membuktikan bahwa telah org. Seluruh petisi yang dibuat dinamakan terciptanya suatu kolaborasi dan dukungan sesuai dengan nama yang mewakili individu antar kelompok yang ada di dalamnya. ataupun kelompok yang tergabung dalam “ketika kita udah ngontak temen-temen gerakan menggunakan petisi tersebut sebagai ataupun LSM dari pihak lain yang identitas baru sekaligus identitas bersama sepakat untuk mendukung kasus Salim dari seluruh anggotanya. Kancil, kita pasti akan menentukan Hal ini dapat dilihat pada petisi seperti strategi dan gerak supaya kasus ini Aliansi Mahasiswa UNJ Bersatu yang meru­ ­ diusut dengan tuntas. Ya salah satunya pakan gabungan dari seluruh lem­baga kampus dengan menggunakan media petisi change.org ini.” (Wawancara dengan yang bersatu untuk menuntut pencabutan infroman M pada 17 Mei 2016). SK DO Rektor UNJ terhadap Ronny Setiawan, Pecinta Sepakbola Indonesia yang merupakan Indikator keempat adalah pembagian identitas bersama dari para anggota kelompok fungsi dan peran yang jelas bagi para aktor gerakan untuk membekukan PSSI, serta Tim yang ada di dalamnya. Penggunaan change. Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT) yang org sebagai media untuk melakukan merupakan gabungan dari LSM yang peduli gerakan, harus dibarengi dengan adanya atas pengusutan secara tuntas atas kasus penanggungjawab dalam setiap agenda pembunuhan berencana yang dialami oleh gerakan yang dilakukan. Mulai dari harus Salim Kancil. adanya kordinator yang bertanggungjawab untuk mengatur segala pergerakan yang

78 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online .... dilakukan oleh kelompok tersebut, penang­ “saat melakukan gerakan protes kemarin, gungjawab terhadap petisi yang dibuat, serta pada dasarnya kita sangat terbuka pihak yang bertanggungjawab sebagai pihak kepada pihak manapun yang ingin mediator dengan objek dari petisi tersebut. bergabung dan menawarkan bantuan guna menyelesaikan permasalahan Seluruh informan yang berkaitan kasusnya. Tapi dari kita pun punya dengan pembuatan petisi dalam peneli­ ­ kriteria sendiri, dan harus melihat dulu tian ini merupakan informan yang ber­tang­ latar bekalang pihak baru yang ingin gungjawab sebagai koordiator yang mengatur bergabung. Karena kita ngga ingin jalannya gerakan melalui petisi change.org. pihak ini nantinya malah gerak yang Koordinator bertanggungjawab sebagai pihak ngga sejalan dengan kita.” (Wawancara yang mengatur segala aktivitas dan gerakan dengan S selaku koordinator utama dari kelompok agar dapat berjalan sesuai dengan Aliansi mahasiswa UNJ bersatu pada 17 apa yang telah disepakati bersama pada saat Mei 2016). pembentukan dari kelompok gerakan ini. Penandatangan petisi juga merasa “karena gue menginisiasi gerakan ini, perlu untuk berpartisipasi dalam hal gue ngontak temen-temen yang ngerasa menyebarkan dan terlibat dalam gerakan bahwa ini permasalahan bersama dan yang ditandatangani. Namun mereka pun sekaligus ngajak kumpul kalo ada memiliki kriteria tersendiri untuk melibatkan yang mesti dibahas. Kita juga punya pihak lain dalam hal mengajakn ihak lain perannya masing-masing misalkan tersebut. Hal ini diungkapkan oleh informan gue sebagai kordinator utama dan si A E, U, RR, H, S, dan D. sebagai koordiator yang media relasi. Gitu.” (Wawancara dengan informan P “gue nyari pihak yang pasti mau dan pada 28 April 2016). ngedukung gerakan protes ini dulu. Ngga mungkin gue bakalan ngajak Indikator kelima adalah harus keter­ pihak yang dari awal aja udah ngga pro bukaan dan sifat yang partisipatif terutama ama gue. Ntar yang ada malah ngerusak bagi orang-orang dengan basis gerakan doang.” (Wawancara dengan informan yang sama untuk bergabung dalam gerakan RR pada 19 Mei 2016). tersebut. Pembuat petisi tidak akan mampu Sehingga, dengan pemaparan lima menggerakkan ataupun menguatkan argu­ indikator yang disampaikan oleh Chontanza- men keluhannya apabila tidak terbuka Chock mengenai transmedia mobilizatuon dalam hal kesempatan kepada pihak yang pada analsisa kasus, petisi online change.org ingin bergabung dalam gerakan tersebut. merupakan gerakan yang tidak hanya sekadar Akan tetapi, kelompok ini pun memiliki protes, namun telah tergolong dalam gerakan suatu syarat serta cara masing-masing sesuai sosial (social movement). Gerakan yang dengan kebutuhannya dalam hal memberikan berbasis petisi online change.org menuntut kesempatan kepada pihak baru yang ingin pihak-pihak yang terkait di dalamnya untuk begabung dalam gerakan ini. Pihak pembuat melakukan suatu gerakan yang tidak hanya petisi telah memiliki jaringan yang telah ada sekedar melakukan protes, akan tetapi sebelumnya serta dianggap mampu diajak di dalamnya terdapat pengorganisasian bekerja sama atau memberikan kesempatan kelompok yang bertujuan untuk melakukan kepada pihak baru yang ingin bergabung. gerakan terstruktur serta memiliki identitas Akan tetapi, pihak yang ingin bergabung yang jelas sebagai satu kesatuan kelompok dengan gerakan ini pun harus memiliki yang tergang dengan tujuan yang sama guna latarbelakang yang dianggap sesuai dengan menuntut pihak yang dijadikan objek petisi tujuan dari gerakan yang telah ada. Hal ini untuk melakukan perubahan sosial ataupun sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh perubahan kebijakan sesuai dengan tunttan informan S, A, M, dan P. para aktor gerakan sosialnya.

79 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

SIMPULAN adalah temporar, namun para aktor yang Dari waktu ke waktu, gerakan sosial selalu ada didalamnya mampu diorganisasikan mengalami perkembangan baik dari segi cara sesuai dengan kebutuhan dari gerakan dan sifat gerakan yang dijalankan. Hal ini juga sosial tersebut mulai dari koordinator utama terjadi pada gerakan sosial yang kini telah hingga pembagian kepala-kepala yang mampu menggunakan media online sebagai bertanggung jawab memegang suatu bidang basis gerakannya. Pengorganisasian gerakan atau divisi tertentu yang ada dalam gerakan sosial yang diawali dengan gerakan berbasis sosial tersebut. Hal inilah yang membuat online seperti penggunaan petisi change.org gerakan sosial berbasis petisi online change. merupakan suatu hal yang berbeda dengan org menjadi suatu gerakan sosial yang tidak gerakan sosial seperti pada umumnya sebab hanya mampu memberikan tekanan sosial gerakan sosial ini memiliki semua unsur kepada objek dari grakan petisi tersebut, dalam konsep transmedia mobilization yang akan tetapi juga mampu menciptakan dikemukakan oleh Chontanza-Chock (2013). suatu pengorganisasian tim yang mampu bekerja dengan baik guna mencapai hal yang Berdasarkan penjelasan dan analisa disepakati sebagai tujuan bersama dalam kasus yang telah dipaparkan diatas, gerakan gerakan sosial tersebut. berbasis petisi online menggunakan change. org saat dianalisa menggunakan konsep transmedia mobilizationyang dikemukakan DAFTAR PUSTAKA oleh Chontanza-Chock merupakan suatu gerakan yang tidak hanya sekedar protes, melainkan sebagai termasuk dalam suatu Chock, Sasha Costanza. (2013). Transmedia gerakan sosial. Hal ini berdasarkan analisasi mobilization in the Popular Association kasus berdasarkan indikator yang dipaparkan of the Oaxacan Peoples, Los Angeles. oleh Chontanza-Chock dalam suatu gerakan The University of Chicago Press. transmedia mobilization. Change.org sebagai Earl, Jennifer. Katrina Kimport (2009). alat vital untuk menyebarkan ide dan Movement Societies and Virtual Protest: sekaligus menjadi identitas guna melakukan Fan Activism and Other Nonpolitical gerakan. Protest Online.University of California, Petisi yang di tandatangani secara Santa barbara. digital pada change.org juga menjadi suatu Imran, Hasyim Ali (2009). political structure landasan argumen untuk melakukan suatu mediation by newspapers (Content gerakan yang sifatnya terstruktur dan Analysis Study On Newspaper In Capital sistematis sebab para aktor gerakan tersebut City). Jurnal Studi Komunikasi Dan memiliki struktur gerakan yang jelas seperti Media. koordinator dan kepala divisi yang dibentuk sesuai kebutuhan serta merancang tuntutan Jernigan, David H. Patricia A. Wright. serta cara melakukan gerakan untuk (2006). Media Advocacy: Lesson from mencapai tujuan bersama secara efektif. Community Experiences. Palgrave Gerakan sosial melalui change.org juga Macmillan Journals. mampu mengorganisir para aktornya dengan Juliastuti, Nuraini., Camelia Lesatri. (2006). pembagian tugas agar menjalankan fungsi Whatever I Want: media and youth in dan peran yang disepakati, serta partisipatif Indonesia before and after 1998. Inter- dan terbuka dalam hal memberikan Asia Jurnal Cultural Studies, 7:1, 139- kesempatan kepada pihak manapun yang 143. ingin bergabung selama memiliki tujuan yang sama dengan gerakan sosial tersebut. Kahne, Joseph. Ellen Middaugh. (2012). Virtual media shapes youth participation Meskipun gerakan yang terbentuk dari in politics. Stanfors Social Innovation adanya petisi online change.org sifatnya Review.

80 Muhammad Dedy, Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online ....

Kotze, Hendrik J (1986). Mass Media and Website: Political Socialisation : A Sounth African http://bola.liputan6.com/read/2125958/ Case Study. University of Stellenbosch sepak-bola-gajah-pss-vs-psis-disorot- in Sounth Africa. media-internasional diakses pada 1 Juni Neuman, W. Lawrence. (2006). Social 2016 Pukul 00.05 WIB Research Methods: Qualitative and https://www.change.org/id/tentang/ Quantitative Approaches. Toronto: infografis2015?alert_id=PIRHUyjcbC_ Pearson. QrDKjblq%2BmCF2sIcg7SJfa6v Opp, Karl-Dieter. (2009). Theories of Political R%2FKDU66QIyGi1YNcIuU%3D Protest and Social Movements. New &utm_campaign=479786&utm_ York: Routledge.Owen, Diana (2008). medium=email&utm_source=action_ Election Media and Youth Political alert diakses pada 20 April 2016 pukul Engagement. Journal of Social Science 22.30 WIB Education Volume 7/8, Number 2/1, http://indonesiasatu.kompas.com/ 2008/09, pp. 14-24. read/2014/07/10/21082731/jika.kpu. Roscho, Bernard. (2004). Reviewed Public menangkan.prabowo.lembaga.survei. Opinion, the Press, and Public Policy. tuding.kpu.yang.salah. diakses pada 29 Oxford University Press. Mei 2016 Pukul 15.05 WIB West, Darrel M. (2005). Media and Public http://www.statista.com/topics/2431/ Policy. The American Political Science internet-usage-in-indonesia/ diakses Review, Vol. 88, No. 4 (Dec., 2004), pp. pada 4 Maret 2016 pukul 22.15 WIB 1007-1008. Wihbey, John (2015). How does social media use influence political participation and civic engagement? A meta-analysis. Journalists Resourcee

81 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

82 Irene Santika Vidiadari, Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KOLOM HUMOR SI PALUI DI BANJARMASIN POST

Irene Santika Vidiadari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta E-mai: [email protected]

Abstract The focus of this paper is the representation of women on Banjarmasin Post’s humour column, “Si Palui,” whose stories are either about daily lives or domestic issues. On the latter topic, the theme which regularly appears is marital problems such as poligamy, divorce, and sexuality. On this column, women characters are merely supporting casts and, hence, are subordinated. This research applies the critical language element of the micro level of Norman Fairclough’s Critical Discourse Analysis in order to understand the representation issues through language: semantics, syntax, and lexycon. Th result shows that the representation of women on Si Palui is categorized into three: as widows, wives, and other kinds of women. The widows are illustrated as having plumpy body and always expecting to get married, though the representation emphasizes on the kind of flirtious widows adored by men. The wives are represented as the sexual objects of their husband. Meanwhile other kinds of women, such as mother-in-laws, are fussy, and single women are agressive.

Abstrak Tulisan ini berfokus untuk melihat representasi perempuan dalam kolom humor berbahasa Banjar, Si Palui di Banjarmasin Post. Humor Si Palui menceritakan kejadian sehari-hari dan membahas persoalan rumah tangga. Pada cerita Palui yang bertema rumah tangga, beberapa tema yang sering hadir adalah poligami, perceraian, dan seksualitas suami istri. Pada kolom Si Palui, tokoh perempuan hadir sebagai figuran dan subordinat. Penelitian ini menggunakan elemen critical language dari level mikro pada analisis wacana Fariclough untuk membedah persoalan representasi melalui aspek bahasa: semantik, sintaksis dan leksikon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi perempuan dalam teks Si Palui terbagi menjadi tiga: sebagai janda, istri, dan status perempuan lain digambarkan berbeda-beda. Tokoh janda digambarkan sebagai tokoh yang berbadan montok, manja, dan ingin segera menikah. Tokoh janda yang mendapat penegasan dalam kolom Palui adalah janda kembang yang menjadi idola laki-laki. Tokoh istri digambarkan sebagai objek seksual suaminya. Perempuan lain, seperti mertua, digambarkan cerewet, dan perempuan lajang diceritakan agresif. Keywords: Representation, Subordinate, Critical Language

83 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN hanya dapat dimaknai sepenuhnya oleh Teks, dalam pengertian yang luas masyarakat itu sendiri (Rizkie, 2013: 1). merupakan produk dari sebuah diskursus, Humor, pada dasarnya adalah hasil yaitu tindak penggunaan dan pertukaran dari sebuah persepesi budaya-baik individu tanda dan bahasa dalam bentuk verbal maupun kelompok. Humor amat bergantung maupun visual (Piliang, 2004: 190). Teks pada konsep budaya yang dimiliki bersama, yang berbentuk verbal kemudian dibagi lagi sehingga amat sulit memahami sebuah menjadi teks oral dan teks tertulis. Beberapa humor tanpa adanya kesamaan latar bentuk teks tertulis antara lain buku, belakang, konsep budaya dan konteksnya novel, artikel surat kabar, cerita humor, dan (Pormes, 2015: 2). lainnya. Yuniawan (2005: 289-291) mengemuka- Memahami teks bukanlah sebatas kan bahwa dari aspek kebahasaan dalam memahami maksud dalam teks tersebut, humor, kehadiran tokoh perempuan sering namun secara lebih menyeluruh harus dijadikan objek dari humor tersebut. Secara melihat pula tekstur dari teks tersebut, khusus, perempuan menjadi objek pada bentuk, dan organisasi yang melatarbelakangi humor yang berasosiasi dengan pornografi. kemunculannya. Teks merupakan sebuah Pada persoalan pornografi, humor ditujukan proses sosial yang secara simultan muncul untuk menyinggung hal-hal yang bersifat dalam sebuah masyarakat. Oleh karena itu, erotis dan menimbulkan hasrat seksual. teks menjadi sebuah gambaran dari pola pikir Pada humor-humor yang memiliki asosiasi dan representasi dari sebuah masyarakat. dengan pornografi, perempuan hadir sebagai Kolom cerita humor merupakan salah pihak yang menjadi objek, yang ditunjukkan satu bentuk teks yang dapat dikaji untuk dari pemilihan kata dan penggunaan majas. melihat representasi masyarakat produsen Kolom humor Si Palui di Banjarmasin humor sendiri. Kemunculan kolom humor Post merupakan teks berbahasa Banjar yang juga seringkali berawal dari budaya lisan menceritakan seorang laki-laki bernama masyarakat. Sehingga teks humor kemudian Si Palui sebagai tokoh utama. Selain Palui, dituliskan dan disebarkan melalui medium tokoh yang sering hadir dalam kolom tersebut tertentu. Kolom humor Si Palui adalah adalah Garbus, dan Tulamak. Ciri khas dari salah satu bentuk teks yang berangkat dari kolom ini adalah, Palui selalu saja menjadi tradisi lisan yang kemudian dituliskan dan tokoh yang menang telak dalam setiap disebarkan melalui surat kabar Banjarmasin obrolan. Hadir sejak tahun 1971, Si Palui Post. sebagai salah satu kolom di Banjarmasin Wijana (1995) menjelaskan bahwa Post telah menjadi ciri khas dari surat kabar humor tidak saja bermanfaat sebagai wahana ini dan terus dipertahankan eksistensinya hiburan, tetapi berguna pula sebagai sarana hingga sekarang. pendidikan dan kritik sosial bagi semesta Cerita Si Palui tidak serta merta dibuat ketimpangan yang akan, sedang, atau telah untuk Banjarmasin Post. Cerita ini telah terjadi di tengah masyarakat penciptanya. mengalami perjalanan panjang sebagai Di sisi lain, teks—sebagai sesuatu yang cerita dalam budaya lisan orang Banjar yang tidak pernah lepas dari konteks sosial— kemudian diangkat sebagai salah satu kolom juga dipahami sebagai sesuatu yang selalu hiburan di Banjarmasin Post. Di surat kabar membawa nilai dan ideologi. Banjarmasin Post, Si Palui adalah cerita Pada proses pemanfaatan humor, bahasa yang sifatnya lepas dan tidak bersambung menjadi sarana yang paling tepat, yang dipakai antaredisi. Cerita ini dipertahankan karena dalam mengemukakan humor tersebut. Palui telah sejak awal dinobatkan sebagai Bahasa merupakan alat komunikasi sosial maskot surat kabar ini. Tema-tema yang yang merupakan hasil budaya masyarakat diangkat dalam kolom ini adalah seputar sehingga identitas bahasa sebagai humor kehidupan sehari-hari, seperti Palui yang berganti-ganti pekerjaan, Palui yang sedang

84 Irene Santika Vidiadari, Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post menjaga anaknya, hingga cerita-cerita misrepresentasi tentang perempuan dalam yang berhubungan dengan masalah rumah kolom Si Palui. Kehadiran perempuan dalam tangga. kolom Palui selalu saja menjadi objek dari Pada beberapa edisi, Palui diceritakan humor, baik mereka yang digoda secara melakukan poligami, menggoda perempuan “langsung” oleh Palui dan teman-temannya lain, diam-diam menikah siri, maupun hal- maupun yang tidak hadir dan hanya menjadi hal lain yang tidak jauh dari persoalan rumah bahan perbincangan. Pada cerita-cerita tangga. Tokoh-tokoh yang hadir dalam dalam kolom ini terjadi ketimpangan, di kolom Si Palui tidak hanya Palui dan kedua mana penokohan utama adalah laki-laki dan temannya—Garbus dan Tulamak. Tidak Palui sendiri tidak memiliki tokoh tandingan jarang muncul tokoh-tokoh perempuan perempuan sebagai lawan bicaranya. seperti istri Palui, penjaga warung kopi, janda Tulisan ini berfokus pada representasi di kampungnya, atau tokoh perempuan lain. perempuan dalam kolom Si Palui di Saat membicarakan tentang perempuan— Banjarmasin Post. Stuart Hall (1997: atau pada saat perempuan hadir sebagai 17) mengemukakan bahwa representasi lawan bicara si Palui—topik pembicaraan merupakan produksi makna dari satu tidak jauh-jauh dari urusan rumah tangga, konsep tertentu di dalam pikiran kita termasuk di dalamnya perihal poligami, melalui bahasa. Representasi menjembatani perceraian, atau sekadar urusan memiliki konsep dan bahasa yang memungkinkan anak. Palui memiliki karakteristik suka seseorang membedakan antara sesuatu menggoda perempuan, di samping karakter yang nyata dan fiksi. Pada penjelasannya utamanya sebagai orang yang selalu menang tentang representasi, Stuart Hall (1997) dalam berbagai adu argumen dengan lawan mengemukakan sebuah sirkuit budaya, bahwa bicaranya. representasi sangat bergantung pada faktor- Berperan sebagai tokoh utama, si Palui faktor budaya seperti: regulasi, identitas, selalu menjadi pusat perhatian dalam setiap produksi, konsumsi, dan distribusi. Produksi cerita di kolom ini. Ia tidak pernah kalah dalam gambaran yang terjadi secara terus menerus berbagai perbincangan dengan orang-orang inilah yang kemudian tertanam dan secara di sekitarnya, termasuk dengan perempuan. otomatis membawa pemaknaan tertentu di Pada teks-teks Si Palui, perempuan hadir dalam diri seseorang ketika pancaindranya sebagai figuran, bahan pembicaraan, dan menangkap satu stimulus yang dapat objek dari lelucon yang dilontarkan oleh dimaknai lalu muncullah representasi. si Palui dan teman-temannya. Tidak ada Proses pemaknaan akan sesuatu tidak perempuan yang hadir sebagai tandingan pernah lepas dari faktor sosial dan budaya dari tokoh si Palui dalam adu argumen atau di sekitarnya. Representasi berangkat dari melempar lelucon. Terkadang perempuan pemaknaan akan bahasa yang dipakai oleh hadir sebagai bahan cerita di antara si Palui masyarakat yang berbagi makna. Lebih dan teman-temannya, meskipun tanpa dalam lagi, pemaknaan berdasar dari tataran kehadiran perempuan yang menjadi bahan ideologis seseorang. Bahasa merupakan pembicaraan. media yang secara spesifik membuat individu Ketidakhadiran perempuan yang ikut sadar akan sesuatu, dan dari situlah makna mengambil porsi lebih banyak dalam cerita diproduksi dan dipertukarkan. Makna atau digambarkan memiliki posisi lebih hanya bisa dibagi dengan akses bahasa yang penting daripada sekadar sebagai objek dipahami secara bersama. Oleh sebab itu lelucon dalam kolom Si Palui menghadirkan bahasa adalah hal utama yang terkait dengan permasalahan tersendiri, terutama mengenai pemaknaan dan budaya. Bahasa dipahami relasi antara perempuan dan laki-laki dalam pula sebagai kata kunci dari nilai budaya dan kolom cerita. Dominasi cerita oleh laki-laki makna. dan tidak berimbangnya penggambaran Representasi, sebagai bagian dari perempuan menghadirkan stereotip dan praktik diskursus, tidak pernah lepas

85 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 dari efek struktural yang menyertainya. menyebabkan perempuan berada pada posisi Oleh karena itulah Fairclough (1989: 74) objek. Relasi antara perempuan sebagai objek mengemukakan pembagian sistematis dan laki-laki sebagai subjek mengukuhkan yang kemudian menghasilkan sebuah relasi keliyanan perempuan dalam berbagai bentuk sosial. Pembagian ini melihat bagaimana (1) teks, termasuk teks media. subjek yang memiliki efek untuk mencirikan Penelitian mengenai representasi sebuah identitas sosial, (2) relasi antarsubjek perempuan di media massa banyak dila­ yang merepresentasikan relasi sosial, dan kukan oleh tokoh-tokoh feminis. Laura (3) konten yang merepresentasikan sebuah Mulvey (1975) adalah salah satunya. Pada pengetahuan. Pembagian sistematis di atas penelitiannya mengenai representasi perem­ kemudian dapat menjadi acuan bagaimana puan dalam film (Mulvey, dalam Storey relasi dan identitas yang hadir melalui 2015: 110) yang mengemukakan bahwa posisi representasi di dalam teks media. perempuan dalam suatu media ditampilkan Representasi ini hadir baik dengan sebagai objek erotis (erotic object) dalam menggunakan gambar maupun bahasa dan dua level. Pertama, sebagai objek erotis narasi untuk mendeskripsikan sesuatu. Terkait dalam narasi media, yakni bahwa karakter dengan penjabaran Fairclough di atas, antara perempuan dalam media ditransformasikan representasi, relasi dan identitas memiliki sebagai objek hasrat dari tokoh laki-laki. keterkaitan yang sangat erat. Ketiganya menjadi Kedua, perempuan menjadi objek erotis bagian dalam teks yang mengkonstruksi­kan dari penonton itu sendiri. Citra perempuan makna atas segala sesuatu. dalam media tidak pernah lepas dari sudut Fenomena kultural tentang gender pandang laki-laki sebagai penonton. melihat bahwa perempuan hidup dalam Kenikmatan menonton ini yang eksistensi sosial yang terkungkung dan menyebabkan perempuan berada pada terkekang oleh budaya patriarki (Anwar, posisi pasif (sebagai yang ditonton) dan 2009: 51). Pada fenomena ini hadir sebuah laki-laki berada pada posisi aktif (pihak kondisi di mana perempuan hidup dalam yang menonton). Sebagai penonton yang dualitas kultural: sebagai anggota kultur aktif, sudut pandang laki-laki dan fantasinya umum laki-laki dan dalam kultur perempuan dipakai untuk memproyeksikan perempuan yang spesifik. Dualitas kultural yang sedemikian rupa pada figur-figur perempuan menyelimuti kehidupan perempuan tersebut di media yang telah diatur sehingga yang kemudian menimbulkan konflik kehadiran perempuan dalam representasi subjek-objek, yang dalam kebudayaannya media memiliki posisi bukan sebagai subjek didominasi oleh laki-laki, sementara yang memiliki kekuasaan atas dirinya perempuan dianggap sebagai jenis kelamin melainkan sebagai objek dengan sudut kedua (liyan) dalam sistem kebudayaan pandang bagaimana laki-laki ingin melihat patriarki. Penempatan subjek-objek ini perempuan menurut citranya (Mulvey, dalam tidak juga lepas dari bagaimana perempuan Storey 2015: 111). direpresentasikan di media. Humor sebagai salah satu bentuk Ketika perempuan direpresentasikan hiburan juga memiliki fungsi sebagai kritik di media, identitas perempuan banyak sosial atas berbagai kondisi sosial yang diatur oleh hal-hal yang berada di luar terjadi. Hal ini yang kemudian melahirkan dirinya. Menurut Thornham (2010: 174) humor dalam berbagai tema besar seperti mengemukakan bahwa perempuan kerap kali humor politik, humor sosial, humor seksual, menjadi benda yang dipertukarkan, dibentuk, humor agama, dan sebagainya yang hadir dan dikonsumsi oleh laki-laki dan budaya dalam bentuk tulisan seperti cerita humor, patriarki yang berlaki. Hal ini yang membuat kartun, dan komik. Pada bentuk humor lisan, perempuan kehilangan kuasa, termasuk dalam budaya beberapa daerah di Indonesia kuasa untuk menentukan identitasnya. terdapat humor yang disampaikan melalui Penghilangan kuasa atas identitas ini yang pertunjukan ludruk dan ketoprak.

86 Irene Santika Vidiadari, Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post

Pada teks-teks humor, humor dapat HASIL DAN PEMBAHASAN ditelaah melalui teori linguistik: semantik, Kolom Humor Si Palui dan pragmatik humor (Soedjatmiko, 1992 dalam Maryam, 2014: 17). Sisi semantik Palui merupakan salah satu nama tokoh humor memanfaatkan keambiguan dengan yang sering dijadikan cerita dalam masyarakat mempertentangkan dua makna atas satu Banjar. Nama Palui bukan berarti tanpa kata yang sama. Kelucuan muncul ketika makna. Palui berasal dari kata mamalui, makna yang diambil ternyata salah. Semantik sebuah kebiasaan bercanda pada masyarakat humor memanfaatkan keambiguan pada Banjar. Vidiadari (2013: 77) mengemukakan tataran kata, kalimat serta wacana. Pada level bahwa kekhasan dari mamalui atau disingkat humor yang lebih panjang seperti humor dengan malui ini adalah bentuk humornya kolom dan sastra, kelucuan tercapai karena yang menukik, menyindir dengan terang- adanya penyimpangan terhadap maksim- terangan, tepat sasaran, dan menjadi gong maksim tuturan, keyakinan konvensional, dari humor itu. Orang yang jago malui ini dan pengetahuan yang melatarbelakangi kemudian dikenal sebagai Palui. pengalaman humoris penikmat humor Jauh sebelum Si Palui hadir sebagai kolom tersebut. cerita humor di surat kabar Banjarmasin Post, tokoh Palui hadir sebagai tokoh fiktif METODE yang berkembang dalam cerita-cerita rakyat di Banjar Kuala, yakni daerah Banjarmasin Penelitian ini merupakan penelitian dan Marabahan. Jika menengok pada budaya kualitiatif dengan menggunakan sumber daerah lain, Palui dapat disejajarkan dengan data teks dari kolom Si Palui. Analisis Kabayan dari daerah Sunda. Karakter Palui data dilakukan dengan melihat unsur- bermacam-macam tergantung penuturnya. unsur linguistik yang diadopsi dari analisis Kadang digambarkan sebagai tokoh yang level mikro pada analisis wacana Norman bijaksana, terkadang polos dan ceroboh, tapi Fairclough (1995). Fairclough (1995: 98) tetap saja lucu. Di daerah Kalimantan Selatan mengemukakan bahwa teks dianalisis dengan yang lain seperti Martapura, tokoh yang critical linguistic atau membedah teks melalui sering dijadikan bahan cerita adalah tokoh elemen-elemen linguistik. Pada penelitian si Anang, sedangkan daerah Hulu Sungai ini, elemen linguistik yang dipakai adalah seperti Amuntai, Barabai, dan Kandangan, elemen semantik, sintaksis, dan leksikon. tokoh yang sering diceritakan adalah tokoh Melalui ketiga elemen tersebut dapat dilihat si Utuh. representasi yang muncul di dalam teks. Kehadiran Palui bermula dari tradisi Teks Si Palui yang dipilih merupakan lisan orang Banjar, sehingga cerita Palui teks yang menampilkan cerita tentang tokoh bermuatan nasihat dan pesan moral tertentu. perempuan. Pada tulisan ini, telah dipilih Tak jarang cerita Si Palui dituturkan pada lima tulisan: pertunjukkan madihin, yaitu pertunjukkan tradisional Banjar yang menghadirkan satu Tanggal Terbit Judul atau dua orang yang saling berbalas pantun 19 Januari 2016 Janda Kambang atau menuturkan cerita dengan iringan (Janda Kembang) tarbang (dalam dialek Banjar, atau terbang, 26 Januari 2016 Mancariakan Abahnya adalah alat musik yang mirip rebana dengan (Mencari Ayahnya) diameter yang lebih besar dan dipakai dalam 2 Maret 2016 Baubah Banar kesenian madihin). Pertunjukkan madihin (Sangat Berubah) ini sering dilakukan pada acara-acara besar 17 Maret 2016 Cagar Batiga seperti pada saat pernikahan, peringatan (Akan Bertiga) keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad 23 Maret 2016 Cangkir Baciri SAW, atau perayaan besar lainnya. (Cangkir Berciri)

87 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Pada tahun 1971, Si Palui diangkat sosial. Rombakan yang cukup besar terjadi di menjadi salah satu rubrik di Banjarmasin generasi ketiga Si Palui. Post dengan judul “Kisah Bahasa Banjar” Tema yang diangkat lebih umum, berasal yang diletakkan pada halaman terakhir surat dari tuturan kebanyakan orang Banjar dan kabar tersebut. Seiring berjalannya waktu, menceritakan kisah dari berbagai kalangan kolom ini dipindah ke halaman pertama kelas sosial. Pada generasi ketiga ini cerita Banjarmasin Post. Palui bisa dinikmati oleh banyak kalangan, Penulis pertama kolom Si Palui di mulai dari kalangan bawah hingga atas. Selain Banjarmasin Post adalah Yustan Aziddin, rombakan pada tema, bahasa Banjar yang salah seorang pendiri Banjarmasin Post. digunakan juga berbeda. Pada masa penulis Tujuan kehadiran kolom ini tidak sekadar ketiga, bahasa Banjar yang digunakan dalam untuk mengisi kekosongan kolom di surat Si Palui adalah bahasa Banjar Kuala, yakni kabar Banjarmasin Post tetapi juga untuk bahasa Banjar yang biasanya digunakan mengangkat budaya lokal Banjar. Yustan masyarakat di daerah Banjarmasin dan Aziddin sebagai tokoh yang mencetuskan Marabahan. ide untuk menghadirkan kolom dengan Sepeninggal Husni Thamrin, Si Palui muatan budaya lokal sejak awal menetapkan mengalami masa transisi—masa kekosongan konsep Palui sebagai kolom yang “bebas” penulis tetap Si Palui. Kekosongan itu artinya tidak bergantung pada berita utama diisi Banjarmasin Post dengan cara terus di hari itu. “Kebebasan” kolom Si Palui menerbitkan kembali kisah Si Palui yang ini berangkat dari tujuan semula bahwa lama—judulnya saja yang diganti. Pada masa kolom ini merupakan cerita bahasa banjar penulisan kolom Si Palui oleh Husni Thamrin, yang membahas persoalan sehari-hari mulai banyak cerita yang menghadirkan di masyarakat Banjar (berdasarkan hasil tokoh perempuan. Jika pada tulisan-tulisan wawancara dengan redaksi Banjarmasin Yustan Aziddin si Palui dan tokoh-tokoh Post, 22 Juni 2016). perempuan hadir untuk memberikan Tema-tema yang dipilih untuk cerita nasihat dan tuntunan, pada tulisan Abi Si Palui tidak pernah jauh dari kehidupan Karsa tokoh perempuan tidak banyak hadir. bermasyarakat orang Banjar. Misalnya saja Ketidakhadiran perempuan dalam kolom mengenai masalah hidup rumah tangga, yang ditulis oleh Abi Karsa adalah karena perceraian, pekerjaan, poligami, dan perempuan dianggap tidak ikut andil dalam seksualitas. Tema-tema ini disesuaikan pula dunia politik. Pada tulisan Husni Thamrin, dengan konteks masyarakat Banjar yang perempuan banyak hadir dan menjadi objek mayoritas beragama Islam dan memegang humor Si Palui. Humor pada tulisan-tulisan nilai-nilai Islam dalam berbagai hal mulai Husni Thamrin cenderung berifat seksis dari cara berpakaian, tata kelakuan, upacara dan berbau pornografi karena humor yang adat, hingga aturan-aturan pemerintahan di seperti itu dianggap lebih banyak peminatnya sana. Untuk menghasilkan cerita-cerita Si dibanding tema-tema yang lain. Palui, selain menonton berita, Yustan Aziddin Hingga kini, Banjarmasin Post masih sering bertandang ke warung kopi untuk terus mencari generasi penerus penulis Si bertukar cerita dengan para pengunjung di Palui yang memiliki karakter tersendiri. sana. Penulis pertama Si Palui adalah sosok Harapannya, penulis generasi terbaru bisa yang rajin menulis dan selalu memiliki stok sekuat generasi ketiga penulis Si Palui cerita untuk setiap edisi Banjarmasin Post. terdahulu. Saat ini cerita Si Palui yang beredar Setelah Yustan Aziddin pensiun, cerita hanya berkisar pada aktivitas sehari-hari Si Palui ditulis oleh Abi Karsa, seorang yang bisa ditanggapi, dikomentari, bahkan politikus. Tidak heran, pada zamannya disindir melalui humor. Terlalu muluk untuk cerita Si Palui sangat kental dengan muatan- mengharapkan cerita Palui kembali seperti muatan politik. Generasi ketiga penulis Si pakem penulis pertama yang sarat nasihat Palui adalah Husni Thamrin, seorang pekerja dan tuntunan. Tekanan Banjarmasin Post

88 Irene Santika Vidiadari, Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post dalam penulisan Si Palui adalah kekuatan menunjukkan bahwa perempuan dinilai dari dialog antartokoh. Tidak semata Palui status perkawinannya—lajang atau janda. yang menjadi penutur tunggal, tetapi juga Pada cerita Si Palui ini tidak diceritakan hadir tokoh-tokoh lain di sekitarnya seperti alasan kepala desa memilih janda untuk Garbus, Tulamak, dan lainnya. menjadi istrinya. Namun berefleksi pada kalimat yang diucapkannya, “janda” seolah- Representasi Perempuan dalam Kolom olah selalu mau jika diajak menikah lagi Si Palui setelah bercerai atau setelah suaminya meninggal. Di awal cerita, kepala desa hanya Tokoh perempuan dalam kolom Si Palui diceritakan mencari istri lagi karena istrinya ditempatkan sebagai tokoh figuran. Tokoh meninggal.Cerita ini dilanjutkan dengan perempuan pada awalnya jarang hadir karena Si Palui yang menawarkan seorang janda Si Palui yang seorang laki-laki merupakan kembang kepada kepala desa. Janda kembang tokoh utama dan pusat cerita. Perempuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lebih banyak menjadi objek dari cerita lucu berarti “janda muda yang cantik dan belum dalam kolom Si Palui. beranak.” Berdasarkan definisi ini, terdapat Representasi sebagai bagian dari praktik pemahaman bahwa seorang perempuan diskursus tidak pernah lepas dari efek yang menyandang gelar “janda kembang” struktural yang menyertainya. Oleh karena pasti memiliki wajah yang cantik. itu Fairclough (1989: 74) mengemukakan Cerita Mancariakan Abahnya juga bahwa dalam sebuah proses diskursus, membangun makna janda. Suatu kali Palui terdapat pembagian sistematis yang mendekati Inur, janda montok beranak kemudian menghasilkan sebuah relasi dua di desanya. Palui nekat mendekati Inur sosial. Pembagian ini melihat bagaimana karena ia merasa Inur memberi kesempatan (1) subjek memiliki efek untuk mencirikan untuk didekati. Menurut cerita Palui, sebuah identitas sosial; (2) relasi antarsubjek Inur mengemukakan bahwa ia mencari yang merepresentasikan relasi sosial; dan ayah untuk anaknya. Palui pun sepakat (3) konten yang merepresentasikan sebuah untuk menerima anak-anak Inur tersebut. pengetahuan. Representasi ini hadir baik Ternyata, setelahnya Inur justru menikah melalui gambar maupun bahasa dan narasi dengan laki-laki lain. Garbus dan Tulamak yang digunakan untuk mendeskripsikan pun menertawakan Palui. Pada cerita ini, sesuatu. Berangkat dari analisis wacana seorang janda digambarkan sebagai tokoh Norman Fairclough, Fairclough (1995: 98) yang tidak bertanggung jawab dan menjebak mengemukakan bahwa teks dianalisis laki-laki yang ingin menikahinya. Janda dengan critical linguistic atau membedah Inur diceritakan menggunakan kalimat teks melalui elemen-elemen linguistik. yang ambigu bahwa ia mencarikan ayah Pada penelitian ini, elemen linguistik yang untuk anaknya. Si Palui yang berpikir bahwa dipakai adalah elemen semantik, sintaksis, seorang perempuan yang mencari ayah dan leksikon. Melalui ketiga elemen tersebut untuk anaknya berarti juga mencari suami dapat dilihat representasi yang muncul di untuk dirinya. dalam teks. Pada Cerita Baubah Banar pembangunan Pada teks Janda Kambang, Mancariakan makna atas perempuan ditunjukkan oleh Abahnya dan Baubah Banar, representasi perubahan sikap Aluh Langkar yang dulu tentang perempuan berstatus janda muncul. pemarah dan tidak tertarik dengan Palui, Pertama, tentang sebutan janda kembang kini setelah suaminya meninggal menyuruh Konstruksi tentang perempuan janda dalam Palui cepat-cepat menikahinya. teks ‘Janda Kembang’ dilakukan oleh tokoh kepala desa yang mengemukakan “carikan Dari cerita di atas, dapat dilihat bahwa aku perempuan.. jandapun tidak apa- status perempuan, khususnya janda apa asal mau kujadikan istri.” Kalimat ini digambarkan sebagai tokoh yang ingin segera menikah lagi agar terlepas dari status janda,

89 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 suka merayu, dan manja. Humor Selain persoalan status, perempuan Melabeli Tubuh Perempuan dalam teks Si Palui juga dilekatkan dengan Pada teks humor Si Palui, tokoh persoalan seksualitas. Pemaknaan mengenai perempuan seringkali mendapat ‘label’ seksualitas dapat dilihat dari teks-teks Si melalui kosakata tertentu. Pada pemberian Palui yang berjudul Cagar Batiga dan Cangkir label ini, kata yang dipakai dibagi menjadi Baciri. dua: merujuk secara langsung dan tidak Cerita Cagar Batiga menceritakan hidup langsung. Kata-kata yang langsung merujuk berumah tangga si Palui yang sudah tiga pada perempuan adalah kosakata-kosakata tahun namun belum juga memiliki anak. yang dipakai untuk melabeli tubuh Selama tiga tahun itu juga, Palui berusaha perempuan dan status perempuan itu dengan memeriksakan diri, mulai dari ke sendiri. Dari lima cerita, kosakata tersebut dokter hingga ke pengobatan tradisional. antara lain: ‘montok’, ‘janda kembang’, ‘janda Separuh dari cerita ini mengisahkan obrolan beranak satu’, ‘gincu’ (atau pemerah bibir, si Palui dan Garbus terkait Palui yang belum yang merujuk pada bibir yang ingin dicium), juga memiliki anak. Garbus menanyakan ‘kada kaawakan’ dan ‘kauyuhan malayani kemungkinan-kemungkinan yang aku’ yang merujuk pada perempuan yang menyebabkan istri Palui belum juga hamil tidak sanggup melayani kebutuhan seksual seperti: kandungan istri Palui yang lemah, laki-laki. sperma Palui yang tidak subur karena terlalu Selain itu, pada kata-kata yang tidak tua menikah. Persoalan rumah tangga Si langsung merujuk pada perempuan memiliki Palui yang belum memiliki anak disebabkan kecenderungan berupa kata-kata yang karena istri Palui yang telalu lelah, sedangkan berhubungan dengan seksualitas. Kata-kata Palui tidak memiliki masalah reproduksi. tersebut antara lain ‘kimpoi’ dan ‘kuntau’ Hal ini kemudian dipertegas pada paragraf yang merujuk pada berhubungan seksual. selanjutnya, paragraf enam dan tujuh: Kuntau sendiri memiliki makna harafiah “Mungkin salahmu juga yang tidak sebagai perkelahian satu lawan satu. Tetapi ingat, dikejar terus siang dan malam,” di cerita Si Palui, kuntau dimaknai sebagai ejek Garbus. (p.6) berhubungan seksual. Selain dua kata tersebut, berhubungan seksual juga dirujuk “Aku tidak mau juga seperti itu Bus, tapi 1 dengan kosakata lain seperti ‘bahintaluan’ si utuh ini yang tidak bisa tahan, tidak yang mengasosiasikan berhubungan seksual bisa terlena sedikit,” ujar Palui. (p.7) dengan bertelur pada binatang, ‘dikejar Dari percakapan di atas, mulai terbangun terus siang dan malam’ untuk menunjukkan makna konotasi seksual dalam kolom humor kegiatan seksual berkali-kali dalam satu ini. “Dikejar terus siang malam” bermakna hari dan ‘banyak bapatak di rumah’. Terkait tentang berhubungan seksual yang dilakukan dengan seksualitas, frasa ‘dua buah pabriknya berkali-kali dalam satu hari. Hal ini yang tokcer’ merujuk pada organ reproduksi yang dimaknai Garbus sebagai sumber kelelahan berfungsi dengan baik dan tidak ada pihak istri Palui, yakni melayani kebutuhan yang mandul. Pada persoalan seksualitas, seksual suaminya. Di sisi lain, jawaban Palui kata ‘bagandakan’ atau berpacaran, ‘diparai’ bahwa ia tidak menginginkan hal itu tetapi atau nikah siri juga disebutkan dalam kolom “Si Utuh yang tidak bisa tahan” bermakna Si Palui sebagai salah satu bentuk proses bahwa ia tidak mampu membendung hasrat pendekatan antara perempuan dan laki-laki. seksualnya. Ia mengemukakan bahwa organ Jujuran atau mas kawin merupakan syarat reproduksinya (penisnya) yang memiliki dalam pernikahan adat Banjar. kontrol tersebut. Dalam hal ini, Palui 1 Si Utuh: Secara harafiah, “utuh” merupakan panggilan laki-laki dewasa dalam bahasa banjar. Perempuan dan Isu Seksualitas dalam Dalam konteks ini, utuh berarti penis.

90 Irene Santika Vidiadari, Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post membangun makna bahwa hasrat seksual luluh dan meluluskan permintaan janda laki-laki sulit untuk dibendung. tersebut. Representasi ini menunjukkan Sedangkan pada cerita Cangkir Baciri, perempuan sebagai perayu laki-laki. diawali dengan ketertarikan Garbus dan Palui Representasi bahwa janda ingin segera pada Aisah, keponakan penjaga warung. dinikahi terkait dengan pandangan bahwa Pada cerita ini disebutkan bahwa Palui perempuan harus memiliki suami sebagai adalah seorang mata keranjang, atau dalam penjaga. Tidak jarang seorang janda bersedia bahasa Banjar disebut liur baungan. Ia juga menikah lagi hanya karena ingin mengejar mendekati Aisah dan menantang Garbus status sebagai istri seseorang sehingga ia untuk bersaing mendapatkan hati Aisah. terhindar dari cemoohan masyarakat. Hal ini Palui ingin melihat apakah yang menang direpresentasikan pada teks Baubah Banar adalah dia yang memiliki penis yang besar yang menceritakan seorang janda yang atau Garbus yang memiliki banyak uang. meminta untuk segera dinikahi. Pada pemaknaan tentang seksualitas, Berbeda dari representasi janda yang perempuan dan laki-laki direpresentasikan diceritakan dari bentuk fisik, representasi secara berbeda. Laki-laki digambarkan perempuan sebagai istri tidak membahas sebagai simbol yang aktif secara seksual bentuk tubuh perempuan melainkan dengan dan perempuan menjadi objek seksual laki- representasi kegiatan seks yang dilakukan laki. Hal ini ditunjukkan dari dialog Palui sebagai suami-istri. Pada teks Cagar dan teman-temannya yang membicarakan Batiga tokoh istri Palui diceritakan sebagai persoalan alat kelamin. Terutama pada perempuan yang sering kelelahan karena ranah fungsi alat kelamin sebagai organ melayani kebutuhan seksual si Palui. reproduksi. Kelompok ketiga adalah representasi Pada lima teks Si Palui, tokoh perempuan lain dalam kolom Si Palui. perempuan yang hadir dapat dikelompokkan Perempuan dalam kelompok ini terdiri dari menjadi tiga: janda, istri, dan perempuan tokoh ibu mertua Palui dan perempuan lainnya. Ketiganya memiliki representasi lajang penjaga warung. Representasi ibu yang berbeda-beda. Pada cerita yang Mertua Palui ditunjukkan pada teks Cagar menghadirkan tokoh janda, yakni pada judul Batiga, yakni sebagai perempuan yang Janda Kambang, Mancariakan Abahnya, dan cerewet tapi penakut. Sedangkan perempuan Baubah Banar menunjukkan representasi lajang penjaga warung dikisahkan sebagai janda seperti sebutan janda kembang, perempuan yang baik hati dan tidak sungkan berbadan montok, sifatnya manja, dan menunjukkan perasaannya kepada Palui ingin segera dinikahi untuk melepas status dengan memberikan gelas dengan bekas jandanya. Janda yang disebut sebagai janda lipstiknya. kembang, didefinisikan sebagai perempuan Selain melihat representasi perempuan muda dan cantik sehingga menarik perhatian dari tokoh yang diperankan dalam teks, laki-laki. Hal ini tercermin pada cerita Janda pembedahan teks Si Palui yang menunjukkan Kambang. representasi perempuan berefleksi pada Representasi seorang janda yang penelitian Laura Mulvey (1975) mengenai berbadan montok hadir hampir di semua representasi perempuan dalam film. Mulvey teks tentang janda, kecuali pada judul (dalam Storey 2015: 110), mengemukakan Janda Kambang. Bahkan, pada teks Baubah bahwa posisi perempuan dalam suatu media Banar diceritakan nama tokoh jandanya ditampilkan sebagai objek erotis (erotic adalah Aluh Langkar. Aluh merupakan object) dalam dua level. Pertama, sebagai kata panggilan bagi perempuan dewasa objek erotis dalam narasi media, yakni di masyarakat Banjar. Representasi sifat bahwa karakter perempuan dalam media manja seorang janda dikisahkan pada cerita ditransformasikan sebagai objek hasrat dari Mancariakan Abahnya, ketika janda di tokoh laki-laki. Kedua, perempuan menjadi kampung Palui bersikap manja agar Palui objek erotis dari penonton itu sendiri. Citra

91 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 perempuan dalam media tidak pernah dijadikan model dalam iklan. Salah satunya lepas dari sudut pandang laki-laki sebagai adalah erotisme tubuh perempuan dijadikan penonton. Hal ini juga yang tampak pada stopping power (kekuatan yang digunakan kolom-kolom Si Palui. Perempuan tidak agar orang memperhatikan iklan yang ada di pernah lepas dari sudut pandang tokoh laki- TV, radio, majalah, koran, dan lain sebagainya laki dalam cerita. (Aprilia, 2005: 50) yang mengukuhkan Merujuk pada argumen Laura Mulvey di stereotip tentang perempuan, baik yang atas, bahwa perempuan menjadi objek erotis positif (seperti lemah lembut) hingga yang dalam narasi media, ditunjukkan dengan negatif (seperti bertugas di ranah domestik kata kunci yang muncul dalam cerita-cerita dan sebagai simbol seks). Si Palui yang telah dikumpulkan. Kata Pada teks Si Palui, seperti yang dapat kunci yang muncul dalam cerita Si Palui dilihat di atas, pengukuhan akan stereotip terdiri atas istilah, idiom, dan kata-kata ini tampak jelas terutama pada stereotip yang memiliki asosiasi terhadap perempuan negatif kepada perempuan sebagai simbol dan seksualitas. Pada cerita-cerita Si Palui, seks. Hal ini diamini oleh pihak Banjarmasin perempuan yang hadir dalam cerita dikaitkan Post dalam wawancara tanggal 22 Juni dengan isu seksualitas yang terbagi atas 2016 bahwa humor Si Palui merujuk pada dua hal—tentang tubuh perempuan dan pornografi karena minat pasar yang besar atas tentang hubungan seksual. Mengenai tubuh humor yang bertema pornografi. Kehadiran perempuan, kata-kata yang dipakai dan pasar bagi humor Si Palui, khususnya merujuk pada tubuh perempuan antara yang bertemakan pornografi, kemudian lain “langkar” (montok), “susu” (payudara), menjadikan perempuan sebagai bagian dan bekas gincu yang merujuk pada bibir dari komoditas atas produk media berjudul perempuan. Kata “langkar” atau montok, kolom Si Palui. dalam bahasa Banjar selalu saja merujuk Tokoh perempuan yang hadir dalam pada perempuan dan tidak pernah dipakai kolom Si Palui sebagai komoditas cerita untuk mendeskripsikan laki-laki. menempati posisi pada level kedua, di Sedangkan kata kunci yang muncul mana perempuan menjadi objek erotis dari yang merujuk pada hubungan seksual adalah penonton laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari “kimpoi,” “kuntau,” “bahintaluan,” “banyak bagaimana perempuan dideskrispsikan dari bapatak di rumah” sebagai ungkapan untuk sudut pandang laki-laki sebagai penonton. berhubungan seksual, “kada kaawakan” (tidak Dari lima cerita yang dikumpulkan, deskripsi sanggup melayani kebutuhan seksual laki- perempuan dari sudut pandang laki-laki laki), “baliur” untuk merujuk bernafsu untuk ini ditunjukkan oleh dua hal: Pertama, menikahi perempuan. Di sisi lain, laki-laki keterlibatan aktif perempuan dalam cerita. hadir sebagai subjek dari isu-isu seksualitas Dari lima cerita, hanya dua cerita yakni itu. Kata kunci yang muncul antara lain “tua- Cagar Batiga dan Cangkir Baciri. Dari tua keladi,” “kijil wan kidasnya” yang merujuk dua cerita tersebut, cerita yang memuat pada sifat tokoh laki-laki yang genit dan suka perempuan sebagai bagian dari akhir humor merayu perempuan, “barang” dan “utuh” yang menukik adalah cerita Cagar Batiga. yang merujuk pada penis, “liur baungan” Sedangkan pada cerita Cangkir Baciri, yang dalam cerita diterjemahkan sebagai argumentasi dari perempuan dikisahkan mata keranjang. sekilas dan hanya menjadi penambah dalam Kehadiran perempuan sebagai objek cerita. Keterlibatan aktif perempuan juga erotis jelas saja memiliki tujuan tertentu. tidak berada pada porsi yang seimbang Pengobjekan perempuan ini bertujuan untuk dengan porsi laki-laki dalam cerita. Kedua, menarik perhatian pasar. Berefleksi pada deskripsi tentang perempuan dilakukan oleh penelitian Dwi Ratna Aprilia (2005) tentang laki-laki. Perempuan tidak diberi tempat perempuan sebagai model iklan, terdapat untuk mendeskripsikan dirinya sendiri. beberapa alasan mengapa perempuan Argumen Laura Mulvey di atas juga

92 Irene Santika Vidiadari, Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post diteguhkan oleh Anwar (2009) yang pada posisi laki-laki sebagai suami dan mengemukakan bahwa fenomena kultural kepala keluarga. Cerita-cerita kolom Si tentang gender melihat bahwa perempuan Palui yang menyertakan perempuan di hidup dalam eksistensi sosial yang dalamnya tampak sekali bahwa dalam kolom terkungkung dan terkekang oleh budaya ini perempuan memiliki posisi nomor dua patriarki. Pada fenomena ini hadir sebuah setelah laki-laki. Dikatakan demikian karena kondisi di mana perempuan hidup dalam dari kolom-kolom Si Palui yang dikumpulkan, dualitas kultural—sebagai anggota kultur perempuan menjadi bahan humor, mulai umum laki-laki dan dalam kultur perempuan dari mencirikan perempuan dari bentuk yang spesifik. Dualitas kultural yang tubuhnya yang menonjol, status sosialnya— menyelimuti kehidupan perempuan tersebut pada cerita Si Palui merujuk pada janda— yang kemudian menimbulkan konflik dan yang menonjol adalah posisi perempuan subjek-objek, yang dalam kebudayaannya sebagai objek erotis dalam cerita. didominasi oleh laki-laki, sementara Pada cerita Si Palui memang tidak perempuan dianggap sebagai jenis kelamin tampak ada kasus kekerasan dalam rumah kedua (liyan) dalam sistem kebudayaan tangga seperti pemukulan dan sebagainya. patriarki. Pada cerita Si Palui, representasi Namun dalam kolom ini, “kekerasan” tentang perempuan menjadi liyan ketika justru dilakukan dengan memberikan cap- laki-laki tidak hadir dalam kehidupannya cap tertentu kepada perempuan, terutama sehari-hari, entah karena meninggal atau pada status janda. Mendapatkan predikat bercerai. janda (baik karena bercerai maupun karena Oleh karena itu, pada cerita Si Palui suaminya meninggal) sekaligus akan yang menghadirkan tokoh janda seperti memberikan cap buruk kepada perempuan Mancariakan Abahnya dan Baubah Banar tersebut, bahwa perempuan tidak lagi digambarkan bahwa status janda selalu lekat dihargai sebagai dirinya sendiri. Karena dengan usaha untuk menikah lagi. Pada cerita tidak adanya laki-laki sebagai suami, ia Mancariakan Abahnya diceritakan janda di justru digoda, meminta segera dinikahi, atau kampung Palui kembali berpacaran dengan sebaliknya justru menjadi sasaran untuk mantan pacarnya. Pada cerita Baubah Banar menjadi istri muda. diceritakan bahwa janda berusaha mencari pasangan lagi setelah suaminya meninggal. SIMPULAN Cerita yang berbeda terdapat pada Janda Kambang yang mengisahkan tentang laki- Si Palui merupakan kolom humor laki yang mencari pasangan setelah istrinya yang tidak serta merta hadir di Kalimantan meninggal. Selatan. Palui telah melewati perjalanan Marla Mies (Mies dalam Omara, panjang sebagai tokoh yang diceritakan 2004: 149) mengemukakan bahwa ideologi dalam budaya lisan bahasa Banjar, sebelum patriarki merupakan serangkaian sistem akhirnya menjadi kolom cerita bahasa Banjar nilai yang menempatkan laki-laki pada di Banjarmasin Post dengan tujuan untuk posisi yang lebih tinggi daripada perempuan. mengangkat budaya lokal melalui kolom Hal ini yang kemudian menempatkan posisi humor. Humor Si Palui yang “merakyat” ini laki-laki dalam sebuah budaya sebagai ditunjukkan dengan cerita-cerita yang lebih pihak yang dominan sedangkan perempuan familiar, yang diambil dari kejadian sehari- pada pihak yang subordinat. Subordinasi hari dan membahas persoalan yang biasa perempuan dipraktikkan dalam berbagai terjadi di masyarakat, seperti persoalan cara. Pada kolom Si Palui, potongan- rumah tangga. Pada cerita Palui yang potongan cerita mengenai janda yang minta bertema rumah tangga, beberapa tema yang segera dinikahi seperti cerita Baubah Banar sering hadir adalah poligami, perceraian, dan yang menunjukkan bahwa posisi laki-laki seksualitas suami istri. Pada kolom Si Palui, penting dalam kehidupan sosial, khususnya tokoh yang terlibat dalam cerita antara lain

93 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 adalah Palui, Tulamak, dan Garbus. Tokoh DAFTAR PUSTAKA yang lain, seperti kepala desa atau tokoh- Anwar, Ahya. (2009). Geneologi Feminis: tokoh perempuan, hadir sebagai figuran. Dinamika Pemikiran Feminis dalam Representasi perempuan dalam teks Si Novel Pengarang Perempuan Indonesia Palui terbagi menjadi tiga: sebagai janda, 1933-2005. Jakarta: Republika. istri, dan status perempuan lain digambarkan berbeda-beda. Sebagai janda, digambarkan Aprilia, Dwi Ratna. (2005). “Iklan dan Budaya sebagai tokoh yang berbadan montok, manja, Popular: Pembentukan Identitas dan ingin segera menikah. Tokoh janda yang Ideologis Kecantikan Perempuan oleh mendapat penegasan dalam kolom Palui Iklan (Analisis Semiotika Iklan Cetak adalah janda kembang yang menjadi idola WRP Body Shape & Prolene)”. Jurnal laki-laki. Tokoh istri digambarkan sebagai Ilmu Komunikasi. No. 1 vol 2, hlm 41- objek seksual suaminya. Perempuan lain, 65. seperti mertua, digambarkan cerewet, dan Baubah Banar. (2016, Maret 2). Banjarmasin perempuan lajang diceritakan agresif. Di sisi Post hlm. 14 diakses melalui https:// lain, Palui diceritakan sebagai tokoh yang issuu.com/deny_bpost/docs/ memiliki banyak teman, pintar bergaul, bp20160302. agresif, dan suka menggoda perempuan. Pada Cagar Batiga. (2016, Maret 17). Banjarmasin kolom Si Palui, pilihan-pilihan kata pada Post hlm. 14 diakses melalui https:// teks merupakan terminologi bahasa Banjar issuu.com/deny_bpost/docs/ yang hanya dipakai untuk merujuk pada bp20160317. perempuan dan tidak dipakai untuk laki-laki seperti “langkar” (montok), “ungah” (manja) Cangkir Baciri. (2016, Maret 23) Banjarmasin dan “janda kambang” (janda kembang). Teks Post hlm. 14 diakses melalui https:// humor Si Palui menempatkan perempuan issuu.com/deny_bpost/docs/ pada posisi objek humor. Hal ini tidak lepas bp20160323 dari faktor penulis Si Palui yang semuanya Fairclough, Norman. (1989). Language and adalah laki-laki dan tidak pernah ada penulis Power. London: Longman. perempuan yang terlibat dalam penulisan kolom Si Palui. ------. (1995). Critical Discourse Analysis: The Critical Study Oleh karena itulah, humor-humor yang of Language. London: Longman. hadir dalam teks Si Palui adalah humor yang sifatnya seksis. Terkait dengan kolom Hall, Stuart. (1997). Representation. London: Si Palui, penempatan posisi laki-laki yang Sage Publication. lebih tinggi dari perempuan ditunjukkan Janda Kambang. (2016, Januari 19). dari ketidakhadiran perempuan untuk ikut Banjarmasin Post hlm. 14 diakses berargumen dalam cerita. Ketidakhadiran melalui https://issuu.com/deny_bpost/ ini membuat tokoh laki-laki dapat lebih docs/bp20160119. bebas mengemukakan pendapatnya tentang perempuan, bahkan menjadikan perempuan Mancariakan Abahnya. (2016, Januari 26). sebagai objek humor. Terlebih lagi, humor Banjarmasin Post hlm. 14 diakses Palui yang terkait dengan perempuan melalui https://issuu.com/deny_bpost/ diasosiasikan dengan seksualitas. docs/bp20160126. Maryam, Siti. 2014. “Analisis Wacana Humor dalam Kumpulan Komik Serial Mice Cartoon”. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

94 Irene Santika Vidiadari, Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post

Omara, Andy. (2004). “Perempuan, Budaya Thornham, Sue. (2010). Teori Feminis dan Patriarki, dan Representasi”. Mimbar Cultural Studies. (Asma Bey Mahyuddin, Hukum, No.2, hlm 148-165. Terjemahan).Yogyakarta: Jalasutra. Pilliang, Y.A. (2004). “Semiotika Teks: Sebuah Vidiadari, Irene Santika. (2013). “Resepsi Pendekatan Analisis Teks”. Jurnal Pembaca Perempuan Banjar Muslim Mediator. No. 2 (5) hlm. 189-198. Terhadap Kolom Si Palui dengan Tema Pormes, F.S. (2015). Analisis Humor Epen Kah Perceraian dan Poligami di Surat Kabar Cupen To. Tesis. Yogyakarta: Universitas Harian Banjarmasin Post dengan Gadjah Mada. Pendekatan Encoding-Decoding Stuart Hall”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Rizkie, I.H. (2013). “Pelanggaran Prinsip Atma Jaya Yogyakarta. Kerja Sama dan Implikatur Wacana Humor dalam Rubrik “Mesem” Surat Wijana, I dewa Putu. (1995). “Wacana Kartun Kabar Harian Warta Jateng”. Skripsi. dalam Bahasa Indonesia”. Disertasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Surakarta. Yuniawan, Tommi. (2005). “Teknik Penciptaan Storey, John. (2015). An Introductory Guide Asosiasi Pornografi dalam Wacana To Cultural Theory and Popular Culture. Humor Bahasa Indonesia”. Humaniora New York: Routledge. No.3 (Vol 17). hlm. 285-292.

95 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

96 Dani Fadillah, Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017

POLA KOMUNIKASI INTERNAL BRAJAMUSTI MENJELANG PILKADA KOTAMADYA YOGYAKARTA 2017

Dani Fadillah Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Abstract This study attempts to do an examination of communication dynamics occurring in internal Brajamusti as a pro football team PSIM Jogja during the election of a candidate mayor and municipal deputy mayor Yogyakarta.This study was conducted using descriptive qualitative approach.Type of research is doing check deeply the dynamics of what happens ranging from communication activities which is a formal culturally to eventually become Brajamusti the agreement.Some activity carried out such as by collecting and assess case, floated issues, even, and so on. Do the interview with the members and Brajamusti’s lead, an analysis of interviews, mapped problems faced, and formulated conclusion.

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengamatan terhadap dinamika komunikasi yang terjadi dalam internal Brajamusti sebagai wadah pendukung tim sepak bola PSIM Jogja semasa pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Kotamadya Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Tipe dari penelitian ini adalah melakukan penelaahan secara mendalam terhadap dinamika yang terjadi mulai dari aktifitas komunikasi yang bersifat kultural hingga formal yang pada akhirnya menjadi kesepakatan Brajamusti sebagai organisasi.Beberapa aktivitas dilaksanakan seperti mengumpulkan dan mengkaji kasus-kasus, isu yang dilontarkan, even, dan sebagainya. Melakukan interview dengan para anggota dan pimpinan Brajamusti, melakukan analisis terhadap hasil wawancara, memetakan permasalahan- permasalahan yang dihadapi, dan merumuskan kesimpulan. Keywords: Communication Intenal, Brajamusti, Election

PENDAHULUAN Villa). Bahkan secara umum klub sepak bola Sepak bola dan politik merupakan hal beserta wadah supporter yang dimilikinya yang berbeda, yang satu adalah oleh raga memiliki dasar ideologi dan kepentingannya dan yang satu lagi adalah arena perebutan masing-masing (Syahputra, 2016). kepentingan, akan tetapi tampaknya Fanatisme yang dimiliki oleh para meski pun berbeda kedua hal ini tidak bias pendukung sepak bola merupakan energi dipisahkan begitu saja. Di berbagai belahan luar biasa serta menggiurkan bagi para dunia secara lintas generasi sepak bola politisi, sehingga para politisi pun tak segan senantiasa tidak bisa lepas dari yang namanya mendekatkan diri dengan sepak bola serta politik dan politik pun tidak bias jauh-jauh berani melakukan investasi besar-besaran dari yang namanya sepak bola, seperi yang bagi klub agar menjadi sosok yang dicintai dilakukan oleh Jendral Franco di Spanyol para penggemar dengan harapan akan (Real Madrid), Mussolini di Italia (Lazio), mendapatkan dukungan bagi setiap langkah hingga Pangeran William di Inggris (Aston politis yang akan diambilnya.

121 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Begitu pula dengan klub dan para dipandang dalam perspektif yang berlainan. pendukungnya, politisi terlihat sebagai sosok Jika di dalam teori terdahulu, struktur di­ yang mampu memberikan angin segar bagi pan­dang sebagai sebagai suatu hierarki, perkembangan klub demi meraih prestasi, kebijakan serta rancangan pengorganisasian, sehingga akan terlihat sebagai sebuah hal maka Weick menganggap bahwa struktur yang mubazir jika sampai menolak kalau merupakan suatu aktivitas dan serta lebih ada politisi yang mendekat. Kesimpulannya spesifik lagi yakni aktivitas komunikasi. hubungan antara sepak bola dan para politisi Struktur ditentukan oleh perilaku yang saling bersifat mutualisme. bertautan. Di Indonesia pun kondisinya tidak jauh Dari hal tersebut, kita dapat ambil berbeda dengan banyaknya klub yang tidak gambaran bahwa suatu organisasi kerap bisa lepas dari kepentingan politik, sebut kali dipandang sebagai representasi dari saja Persipura Jayapura (Benhur Tomy Mano, ketua atau pimpinannya. Kerap kali apa Golkar), Persiba Bantul (Idham Samawi, yang menjadi perilaku dari sang pemimpin PDIP), Pelitajaya Karawang (Bakrie), dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sebagainya. Bahkan Futsal pun mulai dilirik anggota-anggota organisasinya. Hal ini untuk kepentingan politik, terlihat dengan dikarenakan, biasanya dominasi dari terpilihnya Hary Tanoe Soedibjo (Perindo) pemimpin sangatlah kuat maka apa yang sebagai Ketua Asosiasi Futsal Indonesia pada menjadi kemauan pemimpin harus diikuti 2014 silam. pula oleh setiap anggota organisasi. Jika Menjelang Pemilihan Walikota dan anggota masih menginginkan berada Wakil Walikota Yogyakarta pada tahun 2017 dalam organisasi tersebut, maka tentunya dinamika komunikasi yang beraroma politis anggota harus menuruti keinginan dari pun muncul di internal Brajamusti sebagai pemimpinnya. wadah supporter PSIM Jogja. Munculmya Weick (1979), mendefinisikan suatu dua pasang calon Kepala Daerah Kotamadya pengorganisasian sebagai suatu gramatika Yogyakarta yang terdiri dari pasangan Imam yang kemudian disahkan secara mufakat Priyono–Achmad Fadhlil dan pasangan untuk mengurangi ketidakjelasan dengan Haryadi Suyuti–Heroe Poerwadi melahirkan menggunakan perilaku-perilaku bijaksana dinamika komunikasi tersendiri di internal yang bertatutan. Dalam hal tersebut, Brajamusti. berarti dapat dikatakan bahwa suatu proses Sebagai organisasi non partisan pengorganisasian harus dilaksanakan selayaknya Brajamusti bersifat netral namun secara musyarawah untuk mencapai kata Brajamusti harus menentukan sikap dan sepakat. Oleh karenanya, setelah adanya sikap itu akan terbentuk dari komunikasi kesepakatan hendaknya dapat dijalankan yang terjadi di internal mereka. Oleh karena oleh masing-masing orang yang berada di itu lah peneliti tertarik untuk melakukan dalam organisasi tersebut dan hendaknya kajian terhadap dinamika komunikasi perilaku-perilaku dari setiap orang dapat internal Brajamusti menjelang Pilkada di saling mempengaruhi guna melaksanakan Kotamadya Yogyakarta 2017. apa yang sudah disepakati tersebut. Selain itu, Weick tidak melakukan KAJIAN PUSTAKA pemisahan antara organisasi dan lingkungan. Dia berpendapat, bahwa orang-orang yang Alur Pesan dalam Organisasi terlibat secara aktif dalam menciptakan Ada beberapa faktor kunci dalam peng­ dunia mereka. Setiap anggota organisasi, or­ganisasian, misalnya saja: struktur, perilaku tidak hanya bereaksi namun juga bereaksi, dan lingkungan. Weick juga menganggap dan menciptakan. Poin utama dalam faktor-faktor tersebut sebagai suatu hal ini adalah, daripada membicarakan yang penting, akan tetapi faktor tersebut mengenai penyesuaian dengan suatu

122 Dani Fadillah, Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017 lingkungan eksternal, mungkin akan lebih Komunikasi ke Bawah (Downward tepat menyatakan bahwa di dalam proses Communication) pengorganisasian terdiri dari penyesuaian Komunikasi ke bawah terjadi pada orang dengan lingkungan yang diperankan, di yang mempunyai otoritas tinggi kepada mana merupakan suatu yang terbentuk yang lebih rendah. Adapun bentuk-bentuk berdasarkan pada tindakan-tindakan dari dari komunikasi ke bawah, misalnya saja: aktor-aktor yang saling tergantung (Weick, instruksi, memo resmi, pernyataan mengenai 1979: 27). kebijakan perusahaan, prosedur, pedoman Dengan demikian dapat diambil benang kerja, dan penguman perusahaan. merah, bahwa setiap aktor akan membentuk Di dalam realitas, masalah yang ada di lingkungan mereka sendiri berdasarkan dalam komunikasi ke bawah ini biasanya pada kebutuhan yang ada. Misalnya saja sangat sulit untuk menginterpretasikan pesan. pada lingkungan kantor, setiap orang Hal ini terjadi karena umumnya seorang yang mempunyai hobi untuk membaca pemimpin tidak dapat mengkomunikasi- maka kemudian akan berkomunikasi dan kannya dengan baik pada bawahan yang membentuk lingkungan baru dengan notabene mempunyai tingkat pendidikan orang yang mempunyai hobi membaca rendah. Sebagai contoh, para karyawan kerap juga, sebaliknya orang yang mempunyai kali mengeluhkan terhadap ketidakjelasan hobi menonton sepakbola maka juga akan intsruksi yang diberikan oleh pimpinan membentuk lingkungan pada orang yang untuk melakukan suatu tindakan. Untuk mempunyai hobi menonton sepak bola. mensiasati hal tersebut, seorang pimpinan Meskipun adanya berbedaan pada hobbi, seharusnya melakukan komunikasi ke bawah namun tentu karena mereka berada di dengan tegas dan langsung pada maksud dalam lingkungan yang lebih besar (kantor) yang dituju. maka mereka juga akan saling menghormati Ada beberapa jenis yang terjadi di dan menyesuaikan diri terhadap apa yang dalam komunikasi dari atasan dan bawahan menjadi hobbi dan kesenangan dari para (Katz dan Kahan dalam Wayne Pace, 2005). anggota suatu kantor. Petunjuk mengenai bagaimana melakukan Berbicara mengenai komunikasi suatu pekerjaan; Petunjuk mengenai dasar organisasi berarti mengkaji tentang bagai- pemikiran untuk melakukan suatu pekerjaan; mana proses perpindahan informasi dari Petunjuk mengenai kebijakan serta praktek- seseorang yang mempunyai otoritas tinggi praktek yang terjadi di dalam organisasi; kepada yang lebih rendah (komunikasi ke Petunjuk mengenai kinerja pegawai; Petunjuk bawah), otoritas rendah ke yang lebih tinggi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (komunikasi ke atas), dan yang memiliki (sense of mission). otoritas sama (komunikasi horizontal), serta Komunikasi ke bawah tidak hanya yang tidak mempunyai hubungan langsung mencakup pada metode yang digunakan di dalam struktur organisasi baik itu bawahan untuk menginformasikan berbagai informasi ataupun atasan melainkan berlainan divisi ke bawah, akan tetapi juga pada bagaimana (diagonal). informasi dapat diterima dengan baik. Oleh Setiap jenis komunikasi tersebut, tentu karenanya, diperlukan adanya strategi khusus mempunyai proses yang berbeda-beda. Oleh pada komunikasi ke bawah, yang tentunya karena itu, dibutuhkan suatu pola organisasi tidak hanya mencakup pada pengeluaran yang nantinya dapat memberikan peluang sumber daya langsung tetapi juga sumber bagi terjadinya komunikasi empat arah daya psikis dan emosional. tersebut. Arah komunikasi mempunyai peran sebagai landasan kerja di mana komunikasi nantinya dapat dilaksanakan dalam suatu organisasi.

123 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Komunikasi ke Atas (Upward dalam mengembangkan organisasinya. Communication) Sebagaimana disebutkan di atas, adanya Komunikasi jenis ini, berarti komunikasi ke atas ini, diharapkan para informasi mengalir dari tingkat yang lebih bawahan (anggota) organisasi terlibat aktif rendah (bawahan) ke tingkat lebih tinggi di dalam setiap kebijakan yang diambil (penyelia). Tidak hanya atasan yang berhak oleh pimpinan. Apabila hal-hal yang berkomunikasi dengan bawahannya, tidak dimengerti oleh bawahan, maka namun bawahan pun juga hendaknya selalu hendaknya bawahan tidak segan-segan berkomunikasi dengan atasan. Komunikasi untuk menanyakannya kepada atasan. Di yang dilakukan bawahan kepada atasan, bisa era teknologi ini, tentu akan memudahkan jadi berupa feedback atas informasi yang proses komunikasi ke atas tersebut. Jika dilakukan oleh atasan baik berupa petunjuk atasan sedang sibuk, maka bawahan tidak ataupun perintah mengerjakan sesuatu. perlu menunggu waktu untuk bertatap muka langsung guna menanyakan suatu hal, Menurut Wayne Pace (1998: 190), berikut namun bisa melalui chatting, blackberry adalah beberapa hal, yang menyebabkan messenger, whatsapp dan lain sebagainya. komunikasi ke atas dianggap penting untuk dilakukan: Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan Komunikasi Horisontal keputusan oleh mereka yang mengarah Komunikasi jenis ini merupakan organisasi dan mengawasi kegiatan orang- proses penyampaian informasi dari anggota orang lainnya. (Sharma, 1979). Komunikasi organisasi yang mempunyai kesejajaran ke atas memberitahukan kepada penyelia kedudukan. Dalam hal ini adalah setiap kapan bawahan mereka siap menerima anggota yang ditempatkan di dalam unit informasi dari mereka dan seberapa baik kerja yang sama maka mereka dapat saling bawahan menerima apa yang dikatakan berinteraksi (komunikasi) secara bebas. kepada mereka (Planty dan Machaver, 1952). Misalnya saja di lingkungan Universitas Komunikasi ke atas memungkinkan yakni suatu program studi, maka setiap bahkan mendorong omelan dan keluh dosen yang berada di program studi tersebut kesah muncul ke permukaan sehingga dapat saling berkomunikasi. Sedangkan penyelia tahu apa yang menggangu mereka komunikasi yang terjadi antara dosen satu yang paling dekat dengan operasi-operasi program studi dengan program studi lainnya sebenarnya. (Conboy, 1976). Komunikasi ke disebut komunikasi diagonal. atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas ke Menurut Harun (2008:49-50), ada bebe- pada organisasi dengan memberi kesempatan rapa alasan yang menyebabkan terjadinya kepada pegawai untuk mengajukan perta­ ­ adanya komunikasi horizontal, sebagai nyaan dan menyumbang gagasan serta saran- berikut; satu, untuk mengkoordinasikan saran mengenai operasi organisasi (Planty penugasan kerja. Setiap anggota dapat dan Machaver, 1952). melakukan koordinasi guna membicarakan Komunikasi ke atas mengizinkan mengenai suatu penugasan yang diberikan penyelia untuk menentukan apakah bawahan oleh atasan. Misalnya, saja: pada acara memahami apa yang diharapkan dari aliran lustrum, stadium general ataupun suatu informasi ke bawah (Planty dan Machaver, seminar. Maka demi kelancaran acara 1952). Komunikasi ke atas membantu pegawai tersebut, hendaknya para anggota organisasi mengatasi masalah pekerjaan mereka dan mengkomunikasikan antara satu tugas memperkuat keterlibatan mereka dengan dengan tugas lainnya. pekerjaan mereka dan dengan organisasi Dua, berbagi informasi mengenai tersebut (Hardiman, 2009). rencana kegiatan. Hal ini memungkinkan Setiap pimpinan organisasi tentu setiap anggota organisasi untuk dapat me­ng­inginkan anggotanya untuk aktif berbagi gagasan mengenai suatu event yang

124 Dani Fadillah, Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017 akan diselengggarakan. Setiap orang tentu dengan orang yang berbeda divisi. Meskipun mempunyai pemikiran yang berbeda-beda, jenis ini merupakan suatu jalur komunikasi dan apabila dapat didiskusikan bersama yang paling sedikit digunakan, akan tetapi maka pemikiran tersebut tentu saja dapat komunikasi diagonal juga merupakan hal lebih baik. yang penting terutama apabila ada individu Tiga, untuk memecahkan masalah. yang mengalami kesulitan berkomunikasi Hidup ini tidak dapat dilepaskan dari apa dengan jalur yang lain. yang disebut dengan masalah, maka apabila Dapat diambil contoh dalam komunikasi masalah tersebut terjadi di dalam suatu jenis ini, misalnya saja pada seorang bagian organisasi hendaknya dapat diselesaikan keuangan di mana dia mempunyai tugas bersama dengan adanya peran aktif dari untuk membuat laporan keuangan bulanan. setiap anggota. Maka untuk membuat laporan tersebut, Empat, untuk memperoleh pemahaman dia juga harus berkomunikasi dengan divisi bersama. Sebagaimana disebut di atas, bahwa pemasaran (marketing) untuk menanyakan pemikiran satu orang dengan orang lain tentu mengenai besarnya dana yang dikeluarkan tidak sama. Komunikasi mempunyai peranan untuk kegiatan pemasaran termasuk penting bagi terciptanya suatu pemahaman hasil yang telah dicapai. Oleh karena hal bersama. Oleh karenanya, setiap anggota tersebut, tidaklah mungkin individu hanya organisasi diharapkan mampu bersikap melakukan komunikasi di dalam satu terbuka untuk membicarakan mengenai divisi saja, melainkan juga berkomunikasi setiap perbedaan tersebut. dengan divisi lainnya yang semua saling Lima, untuk mendamaikan, berunding, berkesinambungan. dan menganai perbedaan. Setiap individu seringkali mengembangkan pilihan dan METODE prioritas yang kemudian menyebabkan Metode yang digunakan dalam adanya ketidakpuasan. Oleh sebab itu, penelitian ini adalah metode deskriptif, adanya komunikasi antara anggota organisasi dengan jenis studi korelasional.Pendekatan dapat menjadi solusi dalam upaya untuk yang digunakan dalam penelitian ini mendamaikan persoalan yang ada. adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian Enam, untuk menumbuhkan dukungan deskriptif (descriptive research) adalah suatu antar persona. Dukungan seorang rekan metode penelitian yang ditujukan untuk kerja sangat berarti bagi kesuksesan di dalam menggambarkan fenomena-fenomena yang meraih tujuan organisasi. Oleh karena itu, ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat seharusnya para anggota organisasi selalu yang lampau (Sukmadinata, 2008: 17). Oleh terbuka terhadap hal-hal yang dialami karena itu penelitian ini memonitor apa yang untuk memperoleh dukungan dari anggota terjadi dalam internal tubuh Brajamusti organisasi yang lain. Saat ada waktu luang, selama periode penjaringan bakal calon maka hendaknya dapat memanfaatkannya oleh partai hingga apa saja hal yang terjadi untuk dapat berkomunikasi guna setelah KPU menetapkan nama-nama calon meningkatkan keakraban diantara para yang berlaga dalam Pilkada di Kotamadya anggota. Yogyakarta tahun 2017. Penelitian ini berlangsung di Wisma Komunikasi Diagonal (Diagonal PSIM, Wisma Soeratin, Komplek Mandala Communication) Krida Yogyakarta, Stadion Sultan AGung Sebagaimana sudah di sebutkan di Bantul, serta di tempat-tempat yang atas, dalam suatu lingkungan kerja kita tidak biasanya dijadikan tempat berkumpul hanya berkomunikasi dengan orang-orang oleh wadah-wadah supporter PSIM Jogja. yang berada dalam divisi kita. Akan tetapi, Proses monitoring dan pengumpulan data- kita juga dituntut untuk dapat berkomunikasi data sudah dilakukan sejak bulan Mei 2017

125 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 ketika nama-nama yang dijagokan untuk bola sebagai bahan kampanye politiknya maju sebagai kepala daerah di Kotamadya dimana dia merekrut duo primadona sepak Yogyakarta muncul di permukaan hingga bola tanah air saat itu yaitu Bambang tanggal 15 April 2017 saat pencoblosan Pamungkas dan Ponaryo Astaman sebagai dilakukan. endorse dalam iklannya. Juga ada iklan Dalam penelitian ini data yang politik dari Sutrisno Bachir selaku mantan dikumpulkan antara lain melalui rekaman Ketua Umum Partai Amanat Nasional yang arsip, wawancara, dan observasi langsung. menjadikan latarbelakang permainan sepak Peneliti telah mewawancarai informan bola sebagai materi iklannya. yang dapat mendukung rumusan masalah Berbagai fenomena diatas secara jelas diantaranya adalah para pengurus Brajamusti, menjadi bukti bagaimana relasi sepak senior dan alumni kepengurusan Brajamusti bola dan komunikasi politik di Indonesia. serta tokoh-tooh tertentu yang terkait dengan Popularitas sepak bola sebagai olah raga yang Brajamusti dan namanya disebut-sebut akan paling populer di Indonesia sejalan dengan maju dalam Pilkada sebagai calon Walikota popularitas sepak bola sebagai cabang olah Kotamadya Yogyakarta. raga yang dimanfaatkan sebagai media komunikasi politik. Prestasi tim nasional HASIL DAN PEMBAHASAN yang barangkali miskin prestasi tidak berarti secara otomatis sepak bola kehilangan Sepak Bola dan Politik di Indonesia keefektifitasannya sebagi sarana komunikasi Junaedi (2011: 6) pernah mengungkapkan politik. Fanatisme yang luar biasa pada sepak bahwa sepak bola sudah akrab menjadi media bola menutupi keterpurukan prestasi tim komunikasi politik para politisi. Pemanfaatan nasional, dimana fanatisme ini lah yang sepak bola sebagai media komunikasi politik kemudoan dimanfaatkan sebagai media bisa dilihat dari penggunaan Anggaran komunikasi politik (Junaedi, 2009: 10). Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Untuk di Kotamadya Yogyakarta sendiri untuk membiayai klub yang berlaga di Liga PSIM Jogja memiliki dua wadah supporter Indonesia. Para kepala daerah berusaha yaituBrajamusti dan The Maiden dimana mengembangkan popularitasnya dengan masing-masing dari keduanya memiliki membiayai klub yang berlaga di Liga masis massa dan organisasi under bow dengan Indonesia apalagi setelah pemilihan kepala karakteristiknya masing-masing. Untuk daerah dilakukan secara langsung. Pemilihan penelitian yang dilakuka kali ini peneliti kepala daerah secara langsung ini menuntut menjadikan Brajamusti sebagai subyek kajian adanya popularitas yang tinggi dari para dikarena Brajamusti merupakan wadah aktor politik yang berkompetisi. supporter pertama PSIM Jogja dan secara Misalnya sebagaimana yang terjadi pada kuantitas memiliki basis massa yang jauh masa kepemimpinan Sutiyoso menjabat lebih banya dibandingkan dengan kelompok sebagai Gubernur Jakarta kesebelasan yang lain di Kotamadya Yogyakarta. Persija Jakarta berhasil menggapai pretasi Secara bahasa Brajamusti sendiri tinggi karena mendapat dukungan besar dari merupakan akronim dari Brakyat Jogja Sutiyoso sehingga tidak aneh jika Sutiyoso Mataram Utama Sejati, sedangkan berhasil menjabat Gubernur Jakarta selama berdasarkan kisah Mahabharata Brajamusti dua periode. Popularitasnya yang tinggi merupakan senjata jurus atau pamungkas sebagai Gubernur yang peduli dan royal milik Gatotkaca Putra Bima dalam bentuk dalam membelanjakan anggaran untuk aji-ajian, oleh karena itu lah kehadiran membeli pemain bintang demi prestasi klub, Brajamusti di stadion memberikan dukungan hasilnya dia begitu populer meski pun bukan pada PSIM Jogja yang sedang bertanding putra daerah. layaknya menjadi sumber kekuatan Selain itu pada saat pemilu Presiden tahun tersendiri bagi klub yang mereka dukung. 2009 pun M. Jusuf Kalla memanfaatkan sepak Nyanyian serta yel-yel yang diteriakkan oleh

126 Dani Fadillah, Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017

Brajamusti seolah menjadi aji-ajian yang dukungan agar para bakal calon dilirik membangkitkan semangat para pemain PSIM oleh para partai yang memiliki hak untuk Jogja dan menciutkan nyali para lawannya. mengusung calon Walikota, mengingat dari Brajamusti memiliki tempat tersendiri sejumlah partai yang menduduki DPRD Kota bagi para pendukung PSIM Jogja yang berasal Yogyakarta hasil Pemilu 2014 hanya PDIP dari kaum perempuan, wadah itu bernama yang dapat mengusung calon tanpa harus Brajamolek yang merupakan akronim berkoalisi dengan partai politik lainnya. dari Brakyat Jogja Modern dan Intelek. Dalam Pemilu DPR RI caleg terpilih Disinilah para wanita pendukung PSIM adalah mereka yang berasal dari parpol- Jogja berkoordinasi, kehadiran Brajamolek parpol yang lolos 2,5 % PT (Parliament sebagai wadah supporter perempuan turut Threshold).Ketentuan 2,5 % PT ini tidak memberikan warna tersendiri. Sebagaimana berlaku untuk Pemilu DPRD (Provinsi & data yang peneliti dapatkan dari wawancara Kab/Kota), dengan demikian kompetisi yang dilakukan terhadap Brajamolek mereka memperebutkan kursi DPRD akan menjadi bukan lah sebatas tempat berkumpul para lebih terbuka bagi caleg yang berasal dari perempuan pendukung klub sepak bola partai kecil maupun partai baru. Ini berarti (PSIM Jogja) bukan kelompok perempuan Pemilu DPRD menjadi semakin kompetitif penyuka pemain bola, kaena itu mereka diantara para caleg yang berasal dari ke-38 pun memiliki kode etik dan aturan yang Parpol (kecuali di NAD, ditambah 6 parpol harus ditaati oleh semua anggotanya. lokal). Latar belakang Brajamolek sendiri sangat Untuk menentukan perolehan kursi bervariasi baik dari background pendidikan, DPRD (Provinsi & Kab/Kota) maka terlebih ekonomi dan status sosialnya. Oleh karena dahulu diketahui jumlah suara per parpol, itu lah selain Brajamusti, Brajamolek juga selanjutnya kursi dibagikan kepada parpol menjadi salah satu sumber informasi penting yang terbagi atas BPP; yaitu parpol yang dari penelitian yang peneliti lakukan. mencapai atau melebbihi BPP (kita sebut saja Parpol BPP). Bila terdapat sisa kursi, Komunikasi Internal Jelang Pemilihan maka sisa kursi akan dihabiskan dengan cara membagikan sisa kursi kepada parpol-parpol Sebelum penetapan calon Walikota dan (baik parpol BPP maupun parpol non BPP) Bakal Calon walikota Kotamadya Yogyakarta dengan mengurutkan suara atau sisa suara pada tanggal dinamika yang terjadi di internal parpol–parpol tersebut berdasarkan sistem Brajamusti cukup dinamis. Saat itu muncul rangking. beberapa nama yang digadang-gadang sebagai bakal calon Walikota Yogyakarta Dengan demikian, tahapan perhitungan seperti pasangan incumbent Haryadi Suyuti perolehan kursi parpol pada Pemilu DPRD dan Imam Priyono, para pejabat publik dan (Provinsi & Kab/Kota) terdiri atas 2 (dua) petinggi partai seperti Heroe Poerwadi, tahap, yakni sistem BPP (Tahap I) dan Achmad Fadli, Zuhrif Hudaya, hingga tokoh sistem rangking (Tahap II, bila terdapat sisa masyarakat seperti Poerbokusumo (saudara kursi).Hasil Pemilu Legislatif DPRD Kota Sri Sultan Hamengkubuwono X) dan Ahmad Yogyakarta 2014 bisa kita lihat pada tabel. Syauqi Soeratno (Kader Muhammadiyah Dari data diatas dapat dilihat selain PDIP sekaligus mantan General Manager PSIM partai-partai seperti PKS, Golkar, Gerindera, Jogja) serta beberapa nama lain yang PAN dan PPP harus membangun koalisi, terus muncul karena dinilai layak untuk sedangkan Nasdem dan PD harus bersedia dipertibangkan menjadi orang nomor satu untuk menjadi pendukung koalisi karena di Yogyakarta. hanya memiliki satu kursi. Kemudian partai- Para bakal calon, simpatisan dan timses partai yang ada diluar batas ambang bawah yang sudah dipersiapkan pun saat itu pun yang tidak memiliki kursi harus berbesar hati telah bergerilya ke berbagai kelompok dan untuk tidak memiliki wakil di DPRD Kota lapisan masyarakat untuk mendapatkan Yogyakarta dan hanya bisa menunggu uluran 127 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Jumlah Perolehan No Nama Partai Kursi Suara 1 Partai Nasional Demokrat (Nasdem) 1 7.875 2 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 4 18.587 3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 15 77.236 4 Partai Golongan Karya (Golkar) 5 17.763 5 Partai Gerakan (Gerindera) 5 26.959 6 Partai Demokrat (PD) 1 13.031 7 Partai Amanat Nasional (PAN) 5 30.952 8 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4 21.080 9 Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 0 3.652 10 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 0 3.214 11 Partai Bulan Bintang (PBB) 0 1.237 12 Partai Kebnagkitan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 0 1.051 Jumlah 40 203.665 tangan dari para pemilik kursi di parlemen. Hingga kemudian keluarlah sikap resmi Dari berbagai nama yang muncul organisasi dari DPP Brajamusti bawa sebagai sebagai bakal calon Walikota di Kotamadya organisasi non partisan Brajamusti tidak Yogyakarta ada dua nama yang sering muncul berpihak pada salah satu calon mana pun, dikalangan internal Brajamusti, yaitu sang tiap anggota Brajamusti dipersilahkan untuk Patahana Haryadi Suyuti dan mantan GM menggunakan hak suaranya secara bebas PSIM Jogja Ahmad Syauqi Soeratno. Nama tanpa ada arahan khusus dari Brajamusti keduanya muncul karena memiliki tingkat secara organisasi. popularitas yang cukup tinggi dan akrab dikalangan Brajamusti, nama Haryadi Suyuti karena selain karena statusnya yang incumbent juga karena dia pernah menjadi Ketua PSIM Jogja, sedangkan nama Ahmad Syauqi Soeratno karena dia merupakan senior Brajamusti dan membawa PSIM menjuarai divisi utama pada tahun 2003 saat menjabat sebagai General Manager Setelah KPU secara resmi mengumumkan siapa saja yang menjadi calon Walikota dan Wakil Walikota Kotamadya Yogyakarta semua berubah. Dinamika politik yang berlangsung ternyata hanya mengerucutkan dua pasang nama untuk bersaing menjadi nahkoda di Kotamadya Yogyakarta, nama yang muncul adalah pasangan Imam Priyono–Achmad Fadli dan Haryadi Suyuti–Heroe Poerwadi. Tidak ada nama Ahmad Syauqi Soeratno sama Gambar Pernyataan Sikap Brajamusti secara sekali dalam nama yang telah ditetapkan oleh de jure yang dipublikasikan KPU. Hal ini membuat beberapa anggota Brajamusti menjadi kecewa, tidak sedikit ungkapan kekecewaan pun diluapkan secara Akan tetapi meski sudah ada suara resmi terbuka di media social. dari DPP Brajamusti terkait sikap organisasi sehubungan dengan pilkada, bukan berarti

128 Dani Fadillah, Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017 para anggotanya lantas tidak mengambil kembali pada anggota dibawah naungan peran dalam hajat politik tersebut, geliat tetap Brajamusti untukkemudian dilaksanakan ada meski tidak membawa nama Brajamusti bersama-sama. namun itu semua dilakukan dengan semangat Namun yang harus disadari adalah untuk kemajuan Brajamusti. bahwa Brajamusti itu bersifat majemuk dan heterogen, mereka berasal dari kumpulan Empat Alur Komunikasi manusi dengan latar belakang yang berbeda satu sama lain dan ada kalanya perberdaan Dalam dinamika yang terjadi Brajamusti latar belakang diantara mereka sangat senantiasa memakai empat alur komunikasi mencolok. Sehingga bukan lah sesuatu sebagai berikut; Downward Communication, yang mudah jika dari DPP ingin melakukan alur komunikasi ini digunakan oleh DPP sosialisasi pada para aggotanya, rasa kecewa Brajamusti untuk mendapatkan masukan dan curiga tentunya ada namun ada pula yang dari para anggota khususnya yang berada mengnggap bahwa keputusan dari DPP itu di dalam kumpulan laskar terkait apa saja sudah baik, namun meski mereka memiliki situasi yang dirasakan dan diinginkan oleh perbedaan dalam menilai keputusan dari para anggota laskar sehingga keputusan DPP mereka tetap memiliki satu kesepakatan terbaik bisa diambil oleh DPP Brajamusti. bersama; apa pun yang kau lakukan, siapa Para laskar pun ketika menyampaikan pun yang kau pilih jangan bawa-bawa nama sebuah pendapat tidak lantas hanya menyam­ ­ Brajamusti. paikan pikiran yang terlintas sesaat, namun Horisontal Communication, mode setelah melakukan diksusi internal scara komunikasi ini berlangsung ketika DPP komprehensif terlebih dahulu di internal Brajamusti telah mengeluarkan sebuah mereka sambil diiringi dengan siskusi yang kebijakan maka yang harus menaatinya cukup panjang dengan sosok-sosok yang di­ bukan hanya para laskar namun juga Presiden ang­gap mampu mmemberikan masukan yang Brajamusti beserta jajarannya. Pertanyaan cukup mencerahkan terkait sikap Brajamusti selanjutnya apakah Presiden dan jajarannnya menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta. pun menaati keputusan tersebut, serta Dalam pengamatan yang dilakukan oleh bagaimana dengan sikap Brajamolek selaku peneliti selama masa-masa penjaringan dan wadah supporter PSIM lainnya yang menjadi kampanye, komunikasi yang dilakukan oleh perkumpulan perempuan mandiri namun beberapa laskar cukup intensif dan dilakukan masih berada dalam afiliasi rajamsuti. dengan suasana yang sangat kultural sesuai Sikap teladan coba dilakukan oleh dengan budaya supporter sepak bola Jogja Presiden DPP Brajamusti agar para pada umumnya dan berlangsung di tempat anggotanya dapat menjalani keputusan yang natural pula, natural dalam artian organsiasi dengan baik. Terlihat selama di tempat-tempat dengan suasana yang dinamika politik terjadi sang Presiden memang biasa mereka lakukan untuk menjaga jarak dengan para kandidat yang bertemu dan bertukar pikiran, sehingga bertarung dalam konstelasi politik lokal. Apa pesan-pesan yang dilontarkan dan yang yang dilakukan oleh Presiden DPP Brajamusti diterima pun mewakili suasana hati dan jiwa itu cukup konsisten, karena sikap menjaga mereka sebagai Brajamusti. jarak ini sudah dilakukan jauh sejak masa- Upward Communication, alur masa penjaringan. Artinya belum sempat komunikasi ini berlangsung ketika pihak dari KPU memunculkan nama-nama yang DPP Brajamusti telah selesai melakukan secara resmi akan berebut posisi Walikota kajian secara mendalam terhadap masukan dan Wakil Walikota Kotamadya Yogyakarta dan pesan dari para nggota dan mengambil sang Presiden sudah berhati-hati dalam sebuah keputusan terkait sikap Brajamusti melakukan komunikasi dengan siapa pun secara umum, hasil keputusan yang telah yang disebut-sebut akan maju menjadi orang diambil oleh DPP Brajamusti kemudian nomor satu di Kotamadya Yogyakarta.

129 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Terlihat dalam pantauan peneliti ketika Ketiga, namun meski begitu tetap KPU telah mengeluarkan surat keputusan saja tidak bisa menyingkirkan kekutan resmi siapa saja yang akan maju sebagai calon komunikasi cultural dan kekuatan dari ­word Walikota dan Wakil Walikota di Kotamadya of mouth dalam menggerakkan keinginan Yogyakarta, sang Presiden DPP Brajamusti para anggotanya. Terlihat dengan sudah baru kembali membuka diri pada orang- adanya pernyataan sikap resmi Brajamusti orang yang tadinya dia jaga jaraknya karena terkait Pilkada 2017 yang tidak memihak calon sudah dipastikan tidak turut bersaing dalam mana pun, ternyata tidak bisa menghilangkan Pilkada 2017. kegelisahan anggota-anggotanya terkait Sebagai salah satu contoh yang dite­ hasil akhir Pilkada Kotamadya Yogyakarta mukan oleh peneliti adalah ketika ulang 2017 hingga tetaplah muncul berbagai tahun PSIM yang berlangsung pada tanggal wacana dan gerakan untuk memenangkan 9 Juli 2017 di Wisma PSIM, terlihat Presiden calontertentu. Brajamusti sejak awal acara mendampingi Keempat, ada pun dalam kegiatan salah satu mantan bakal calon yang turut komunikasi yang melekakan senantiasa hadir dalam acara tersebut. Setelah peneliti menggunakan tiga saluran yaitu; (a) Forum melakukan konfirmasi memang diakui Komunikasi, dengan cara mengadakan bahwa pendampingang yang dilakukan oleh pertemuan rutin internal kepengurusn baik sang Presiden DPP Brajamusti itu adalah di level DPP Brajamusti maupun laskar. bentuk teladan yang coba untuk ditanamkan Sebagai sebuah organisasi dengan memiliki bahwa sang Presiden baru bersedia untuk basis akar rumput yang sangat banyak maka menunjukkan keakrabannya pada tokoh forum komunikasi ini sangat bermanfaat yang bersangkutan. untuk menjadi wadah bertemu dan bertukan Diagonal Communication, mode komu­ pikiran antar lascar yang ada.Keberadaan nikasi ini terjadi ketika ada sebuah laskar forum komunikasi ini memiliki bebrapa memiliki sebuah gagasan yang dianggap baik kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya maka tak segan-segan laskar-laskar lainnya antara lain para laskar dapat bertemu dan akan turut memberikan dukungan untuk tatap muka satu sama lain yang secara mengimplementasikan gagasan yang telah otomatis berpotensi untuk memastikan dicetuskan itu. Sistem kekerabatan antar bahwa mereka serius untuk turut hadir dalam laskan dalam Brajamusti cukup unik, antar forum yang telah disepakati pertemuannya, laskar saling memberikan perlindungan namun kelemahan dan kekurangan dari dan dukungan satu sama lain asalkan ada keberadaan forum komunikasi ini adalah kepastian bahwa laskar yang bersangkutan fakta bahwa Brajamusti itu organisasi memperlihatkan keseriusannya dalam majemuk sebagaimana yang telah disebutkan mendukung PSIM, dan keseriusan itu diatas, perbedaan latar belakang tentang dibuktikan dengan bersedianya lascar siapa-siapa saja yang hadir seolah menjadi terebut untuk berada dalam naungan DPP tembok pembatas diantara mereka, memang Brajamusti. tembok dan sekat itu hilang ketika berada Berdasarkan informasi yang peneliti di tribun stadion, namun dalam pertemuan peroleh kesediaan sebuah lascar untuk yang bersifat resmi maka ada banyak noise berada dibawah naungan DPP Brajamusti non mekanik yang muncul. adalah sebuah jaminan bahwa segala saran (b) Media Sosial, Brajamusti sebagai yang diususlkan merupakan salah satu uoaya organisasi mau pun personal memiliki akun mereka untuk memajukan Brajamusti dan media sosial nya sendiri-sendiri. Memlaui PSIM karena DPP Brajamusti memiliki aturan akun ini masing-masing anggota atas yang kuat dan megikat. Jadi secara otomatis nama pribadi mau pun atas nama laskar dianggap bahwa saran yang dicetuskan itu menuangkan pendapatnya dan kemudian secara otomatis telah melalui filter dari aturan ditanggapi oleh rekan-rekannya yang lain. yang diberlakukan leh DPP Brajamusti. Namun yang menjadi masalah tersendiri

130 Dani Fadillah, Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017 adalah karena dunia maya merpuakan dunia PSIM Jogja diambil kesimpulan bahwa yang tidak bisa diukur dan diprediksi secara upaya Brajamusti untuk tampil netral dapat akurat. Dalam beberapa kasus yang terjadi ada dinilai sebuah pilihan berani yang dilakukan saja akun yang mengatasnamakan anggota oleh Brajamusti. Mereka lebih memilih Brajamusti namun mengeluarkan cuitan mengedepankan independensi organisasi yang bernada profokatif dan memunculkan dari pada menjual nama Brajamusti untuk rasa saling curiga satu sama lain, atau jika kepentingan politis. tidak masalah sering muncul karena urusan Namun ada dua hal yang harus noise semantik mengingat berbedanya cara diperhatkan dari pilihan Brajamusti ini, satu orang memahami sebuah pesan yang khususnya dari efek yang ditimbulkan karena dilontarkan oleh sebuah akun. Dalam kasus plihan politik mereka; pertama Brajamusti Pilkada di Kotamadya Yogyakarta serangan telah mengajarkan pada kelompok supporter yang diterima oleh Brajamusti dan bebrapa klub sepak bola lainnya tentang harga alskarnya sangat kuat, khususnya dari wadah diri wadah supporter yang oleh beberapa supporter yang menjadi musuh Brajamusti. pihak dianggap sebagai manusia kelas dua (c) Media Internal, ada sebuah bulletin dan dapat dijadikan sebagai mesin politik rutin yang dikeluarkan oleh Brajamusti oleh para politisi yang sedang bertarung sebagai media komunikasi merela. Bulletin dalam konstelasi politik. Pendapat bahwa itu bernama Kabar Mataram yang senantiasa wadah supporter yang oleh beberapa pihak terbit selama dua minggu sekali dengan dianggap hanya sebagai sebuah perkumpulan pertimbangan pertandingan yang berjalan orang-orang tanpa pendidikan politik selang-seling kandang dan tandang tiap yang cukup dan cenderung berbuat onar pekannya. Tabloid ini menjadi kebanggaan dapat dipatahkan oleh Brajamusti karena tersendiri oleh Brajamusti karena merupakan sikap independensi mereka, hal ini dapat salah satu simbol bahwa Brajamusti bukan dikatakan sebuah kemajuan bagi wadah sekedar organisasi perkumpulan tanpa supporter di dunia persepak bolaan tanah air. tujuan yang jelas atau hanya perkumpulan Besar harapan langkah Brajamusti ini dapat untuk menoton pertandingan sepak bola diikuti oleh kelompok lainnya agar tetap bersama-sama. Namun sebuah wadah menjaga netralitas organisasi sebagai bentuk yang membuat para anggotanya dapat kecintaan yang nyata kelompok supporter melahirkan sesuatu yang produktif, tabloid dengan klub yang didukung olehnya. Kabar Mataram adalah salah satu contoh hal Kedua, akan tetapi langkah netral produktif yang dihasilkan oleh Brajamusti. Brajamusti ini berpotensi akan menimbulkan Namun yang menjadi masalah adalah sebagai sebuah efek yang menbuat Brajamusti akan sebuh organsiasi non profit kemunculan sedikit kesulitan dalam melakukan akses Kabar Mataran adakalanya terkendala dana, di pemerintahan daerah untuk berbagai ada kalanya dalam beberapa waktu Kabar kegiatan mereka di kemudian hari, karena Mataran terlamba terbit karena permasalahan tidak ada pasangan calon yang merasa finansial. memiliki komitmen terhadap Brajamusti. Terakhir adalah adanya kekhawariran Komitmen politik pada umumnya adalah pada diri Brajamusti terkait nasib PSIM sebuah janji yang dilontarkan oleh pasangan Jogja ke depan mengingat siapa pun yang calon tertentu pada sebuah kelompok atau memenangkan konstelasi politik lokal seseorang asalkan kelompok atau atau di Kotamadya Yogyakarta tidak memiliki seseorang ini bersedia mendukung dan mau catatan yang baik dalam pembangunan pun mengerahkan suara demi kepentingan PSIM, kisah kelam lima tahun terakhir sang pasangan calon, janji politik itu dapat membayangi Brajamusti dikarenakan tidak berupa posisi atau pun akses fasilitas yang adanya tokoh alternatif yang muncul. akan dipersiapkan bagi siapa saja yang Berdasarkan wawancara yang peneliti bersedia untuk mendukung mereka. lakukan kepada senior Brajamusti dan

131 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Akan tetapi dengan netralnya Brajamusti jika klub yang bersangkutan kaya akan terhadap dua pasangan calon yang ada dalam sejarah perjuangan bangsa seperti PSIM, pilkada di Kotamadya Yogyakarta ini tidak maka berikanlah dukungan terbaik entah itu ada siapa pun yang menjanjikan sesuatu pada secara moril maupun materiil. Brajamusti, maka secara otomasti siapa pun Kedua bagi para pengurus wadah yang memenagkan konstelasi politik lokal supporter hendaknya memberkan latihan tersebut Brajamusti tidak dapat menagih apa- berpolitik yang cerdas bagi para anggotanya, apa terhadap pasangan calon yang menang. jangan sampai mereka dipolitisir oleh pihak- Akan tetapi Brajamusti secara organisasi pihak yang tidak bertanggungjawab hingga telah membulatkan tekad bahwa mereka salah dalam menentukan pilihan. lebih memilih untuk tidak memihak pada Ketiga bagi para pengelola klub pasangan calon mana pun dan siap dengan hendaknya mulai membiasakan diri untuk segala tesiko yang akan terjadi. Brajamusti bekerja lebih professional, karena klub ingin membuktikan bahwa wadah supporter bukanlah sebuah paguyuban bermain-main. bukan lah kelompok manusia sekunder yang Namun sepakbola adalah sebuah industri hanya berbuat onar dan keributan serta dapat yang sangat besar. Kemandirian klub akan dipolitisir sebagaimana anggapan beberapa menjadikan klub dan para supporter lebih pihak, Brajamusti hendak membuktukan bermartabat sehingga jumlah suarasupporter bahwa mereka merupakan kelompok yang sangat banyak itu tidak dapat dipolitisir supporter yang memiliki kekreatifitasan sebagai lumbung suara. dan harga diri yang tinggi serta bisa mandiri untuk terus memberikan dukungan pada PSIM Jogja tanpa menjual suara anggota- anggotanya dalam arena pilkada.

SIMPULAN Pertama bagi para supporter di Yogya­ karta sepak bola adalah hidup dan kehi­ dupan, sehingga pemilihan kepala derah tidak bisa dilepaskan begitu saja karena akan menetukan nasib klub kesayangan mereka. Tidak menutup kemungkinan hal serupa juga terjadi bagi supporter di daerah lain khususnya bagi klub yang memiliki sejarah panjang. Kedua Jumlah supporter yang sangat be­sar adalah ladang suara yang sangat menjanjikan dalam sebuah pertarungan politik seperti Pilkada. Ketiga Klub yang tidak mandiri dan tidak dikelola dengan profesional berpotensi untuk menjadi lumbung suara oleh para politisi. Dalam penelitian ini, peneliti mem­be­ rikan beberapa saran, pertama, bagi para pemenang Pilkada hendaknya memper­ ­ hatikan nasib klub di daerah karena sepak bola di negeri ini bukan hanya sebuah olah raga namun memiliki makna filosofisnya sendiri bagi para pendukungnya. Apa lagi

132 Dani Fadillah, Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017

DAFTAR PUSTAKA

Conboy, Wiliam A. (1976). Communications in a Healthy Organization.Colombus, Ihio: Chas E. Merril. Junaedi, Fajar. (2011). Media dan Komunikasi Politik. Jakarta: Puskombis UMB Aspikom. Hardiman, F. Budi. (2009). Menuju Masyarakat Komunikatif, Ilmu Masyarakat, Politik dan Postmodernisme. Kanisius. Syahputra, Iswandi. (2016). Pemuja Seoak Bola. Yogyakarta: KPG. Pace, R. Wayne dan Faules, Don F. (2005). Komunikasi Organisasi: Aliran Komunikasi dalam Organisasi. Bandung: Remaja Rodkarya. Planty, Earl, dan William Machaver. (1952). Upward Communication: A Project in Excecutive Development. Personnel28, 304-318. Weick, Karl E.The Social Psychology of Organizing. (1979). New York: McGraw- Hill. Harun, Rochajat. (2008). Komunikasi Organisasi. Bandung: CV. Mandar Maju. Sharma, Jitendra M. (1979). Organizational Communication: A Linking Process. Personnel Administrator, 35-43. Sukmadinata, Metode Penelitian. ( 2 0 0 8 ) . Bandung: Remaja Rosdakarya.

133 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

134 Choirul Fajri, Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan

PERAN HUMAS DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS STAKEHOLDERS UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

Choirul Fajri Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan [email protected]

Abstract Universitas Ahmad Dahlan (UAD) have formed the public relations as liaison to outsiders (spokesman). With the UAD’s Public Relations, expected various public interest and the interests of the organization can run together. Programs and strategy has been conducted by UAD’s Public Relations to have good relations with stakeholders of UAD. This research own, intended to see how the role of public relations UAD to bolster loyalty of stakeholders. By using the case study method, with data collection method using focus group disscussion, it is hoped the result of research is could become basic to improving UAD’s Public Relations. This research result indicates that public relations are expected to draw up strategies appropriate to enhance loyalty stakeholders, both in terms of the management of its own organization, communication pattern, and management of media connection.

Abstrak Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah membentuk bidang kehumasan sebagai penghubung dengan pihak luar (juru bicara). Dengan adanya Humas UAD tersebut, diharapkan berbagai kepentingan publik dan kepentingan organisasi dapat berjalan bersama. Berbagai program maupun strategi telah dilakukan oleh Humas UAD untuk menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak (stakeholders) UAD. Penelitian ini sendiri, dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peran humas UAD guna meningkatkan loyalitas dari stakeholders. Dengan menggunakan metode studi kasus, dengan metode pengumpulan data dengan menggunakan focus group disscussion, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk perbaikan kinerja humas UAD itu sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa humas diharapkan mampu menyusun strategi-strategi yang tepat untuk dalam meningkatkan loyalitas stakeholders, baik dari segi pengelolaan organisasi sendiri, komunikasi yang dijalankan, dan pengelolaan media komunikasinya. Keywords: Public Relations, Loyalty, Stakeholders

97 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN tahun 2015 juga mengalami peningkatan, Hubungan masyarakat (humas) jumlah mahasiswa yang mendaftarkan diri memegang peranan penting bagi kesuksesan ke UAD tercatat 13.004 orang, dan 5928 yang perusahaan. Menilik fungsi humas itu sendiri, melakukan registrasi (Data diakses dari: yakni fungsi manajemen yang membangun http://sipenmaru.uad.ac.id/?mod=statistik_ serta mempertahankan hubungan baik pendaftar&sub=statistik_ dan bermanfaat antara organisasi dengan pendaftar&do=daftar, 14 Juni 2016). publik yang mempengaruhi kesuksesan atau Dalam perspektif awam peneliti, kegagalan organisasi (Cutlip, Centr, dan peningkatan jumlah mahasiswa tersebut bisa Broom, 2006: 6). jadi merupakan hasil dari event-event promosi Dari definisi tentang humas di atas, dan kehumasan yang dilakukan oleh Humas jelaslah bahwa humas memegang peranan Universitas Ahmad Dahlan. Universitas penting dalam kaitannya untuk menjaga Ahmad Dahlan, sebagai sebuah organisasi hubungan baik dengan publik. Setiap besar juga telah membentuk humas sebagai organisasi tentu saja membutuhkan pihak- sarana komunikasi dan menjalin hubungan pihak lain untuk mencapai tujuannya. Oleh baik dengan pihak luar. Hal ini, sebagaimana karenanya, humas diharapkan menjadi disebutkan dalam Peraturan Rektor UAD sebuah strategi yang dibangun guna Nomor 3 Tahun 2012, tentang organisasi dan menyeimbangkan kepentingan-kepentingan tata kerja unit-unit kerja UAD, pada Pasal 10 dari masing-masing pihak dengan ayat 1 disebutkan bahwa tugas pokok Bidang kepentingan organisasi itu sendiri. Humas dan Protokoler adalah menjadi penghubung dengan pihak luar universitas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai (juru bicara universitas) dan membuat press sebuah insitusi pendidikan yang merupakan release. amal usaha Muhammadiyah, selama ini juga telah melakukan berbagai strategi untuk Seiring dengan perkembangan UAD yang terus memajukan organisasinya. Dari awal semakin besar, sekarang ini bukan lagi pada berdirinya hingga sekarang, UAD telah sebatas bagaimana mencari mahasiswa dalam menglami perkembangan yang signifikan, di jumlah yang banyak, namun juga bagaimana mana saat ini telah menjadi universitas besar meningkatkan loyalitas mahasiswa sebagai yang memiliki 10 fakultas. salah satu stakeholders UAD itu sendiri. Setiap pihak dalam organisasi pastilah Perkembangan UAD tersebut tentu mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, diimbangi dengan pertambahan jumlah misalnya saja di UAD ini. Di mana, karyawan mahasiswanya. Tiga tahun terakhir ini, menginginkan adanya tunjangan kesehatan, tercatat kurang lebih 13.839 mahasiswa aktif kenaikan gaji, pengurangan beban kerja, dan di UAD. Jika kita lihat dari 10 tahun terakhir, lainnya. Mahasiswa menginginkan adanya jumlah mahasiswa UAD selalu mengalami perbaikan sarana dan prasana, keringanan peningkatan setiap tahunnya. Hanya pada biaya pendidikan, maupun peningkatkan tahun 2006 ini saja ketika gempa bumi kualitas dosen. Sementara pihak luar, seperti menguncang Yogyakarta, jumlah mahasiswa halnya media membutuhkan sarana untuk mengalami penurun. Namun pada tahun- mendapatkan berita-berita yang layak tahun berikutnya jumlah mahasiswa UAD jual. Oleh karenanya, di sinilah humas selalu meningkat. Seperti misalnya pada UAD dapat memainkan peranannya untuk 3 tahun terakhir ini,. di tahun 2013 tercatat mensinergiskan kepentingan-kepentingan 7.132 orang yang mendaftarkan diri ke UAD, dari masing-masing pihak/civitas tersebut. dan 4.632 orang melakukan registrasi. Pada tahun 2014, jumlah mahasiswa UAD juga Humas sebagai representasi dari mengalami peningkatan, tercatat 7.709 organisasi, yang dianggap memiliki kedekatan orang mendaftarkan diri ke UAD, dan 4.971 dengan masing-masing publik tentu harus orang melakukan registrasi. Sementara pada menjadi penyeimbang antara kepentingan organisasi dengan kepentingan publik dalam

98 Choirul Fajri, Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan organisasi itu sendiri sebagaimana telah adalah terpeliharanya dan terbentuknya disebutkan di atas. Fungsi humas sebagai saling penegrtian (aspek kognisi), menjaga check and balance terhadap kebijakan dan membentuk saling percaya (aspek yang diambil organisasi bisa dimainkan, afeksi) dan memellihara serta menciptakan agar nantinya kebijakan tersebut bisa kerjasama (aspek psiomotoris). memperoleh dukungan dari semua pihak Menurut Cutlip dan Center (2008:64), serta memberikan kemanfaatan bersama. berikut ini adalah bagian-bagian dan fungsi Selama ini humas UAD sendiri, telah Public Relations, satu, hubungan internal. berupaya untuk menjalin hubungan baik Hubungan internal merupakan bagian dengan berbagai pihak guna menyelaraskan khusus Public Relations yang membangun kepentingan organisasi dengan kepentingan dan mempertahankan hubungan yang baik publik. Hal tersebut dilakukan Humas UAD dan saling bermanfaat antara manajer dan dengan membuat berbagai strategi maupun karyawan tempat organisasi mengantungkan program-program, seperti: pembentukan kesuksesannya. humas di masing-masing fakultas, publikasi Dua, publisitas. Publisitas merupakan di berbagai media, berbagai pelatihan dosen, sumber-sumber informasi yang disediakan kegiatan media relations (press gathering, oleh Public Relations dan digunakan oleh press tour, press conference, dan lainnya), media karena informasi itu memiliki nilai program kemitraan dengan Muhammadiyah berita. Metode penempatan pesan di media (pengiriman program televisi Travel Diary dan ini adalah pesan di media ini adalah metode Tafsir at Tanwir ke TvMuh), dan lainnya. yang tak bisa dikontrol (uncontrolled) sebab Selain untuk menjaga hubungan baik sumber informasi tidak memberi bayaran dengan masing-masing publik ataupun civitas kepada media untuk pemuatan informasi akademika di UAD sendiri, berbagai program tersebut. yang dijalankan tersebut dimaksudkan Tiga, advertising. Informasi yang pula untuk meningkatkan kinerja seluruh digunakan oleh Public Relations untuk civitas akademika UAD. Dengan adanya menjangkau audien yang lebih luas, peningkatkan kinerja tersebut, diharapkan bukan untuk konsumen yang menjadi dapat mencapai tujuan UAD yakni, “Moral and sasaran marketing, dimana informasi yang Intelectual Integrity”. Tanpa adanya dukungan ditempatkan di media oleh sponsor tertentu dari civitas akademika, tentu saja cita-cita yang jelas identitasnya yang membayar mulia UAD tersebut tidak akan berhasil. ruang dan waktu penempatan informasi Oleh karenanya, dalam penelitian ini akan tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam mencoba mengkaji tentang bagaimana peran menempatkan pesan di media. Humas UAD guna meningkatkan kinerja Empat, press agentry. Penciptaan berita dari civitas akademika untuk bersama-sama dan peristiwa yang bernilai berita untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. menarik media massa dan mendapatkan perhatian publik. Banyak praktisi Public Rela­ KAJIAN PUSTAKA tions kadang-kadang menggunakan taktik Fungsi Public Relations press agentry untuk menarik perhatian media kepada kliennya, organisasinya, atau tujuannya. Pada hakikatnya Public Relations Tetapi PR lebih dari sekedar press agentry. adalah aktiftas. Oleh karenanya tujuan Lima, public affairs. Bagian khusus Public Relations dapat dianalogikan dengan dari Public Relations yang membangun dan tujuan komunikasi yakni adanya penguatan mempertahankan hubungan pemerintah dan dan perubahan kognisi, apeksi dan prilaku komunitas lokal dalam rangka memengaruhi komunikasintya. namun kata “relations” kebijakan publik. menunjukan kata kerja aktif maka harus dilihat dari dua kepentingan yaitu organisasi Enam, lobbying. Bagian khusus dari dan publik sehingga tujuan Public Relations Public Relations yang berfungsi untuk

99 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 menjalin dan memelihara hubungan dengan berkepentingan dengan aktivitas organisasi, pemerintah terutama dengan tujuan mem­ dan lantaran berkepentingan maka kelom­ engaruhi penyusunan undang-undang dan pok–kelompok tersebut, mempe­ngaruhi regulasi. dan dipengaruhi oleh pencapaian tujuan Tujuh, manajemen isu. Proses proaktif perusahaan. (Wheelen dan Hunger, 1995: 6). dalam mengantisipasi, mengindentifikasi, Pihak juga dapat diartikan sebagai setiap mengevaluasi, dan merespon isu-isu kelompok yang berada di dalam maupun kebijakan publik yang memengaruhi hubu­ di luar perusahaan yang mempunyai peran ngan organisasi dengan publik mereka. dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Secara administratif atau secara konseptual, (Kasali, 1994: 63). manajemen isu adalah bagian fungsi Public Dari kedua pengertian mengenai pihak Relations, akan tetapi, jika dilihat sebagai di atas, maka menurut peneliti pihak dapat komunikasi persuasif, dia menjadi taktik diartikan sebagai publik, yang memiliki untuk memengaruhi kebijakan publik, bukan kepentingan langsung ataupun tidak langsung sebagai bagian dari perencanaan strategi dengan organisasi. Berbagai kepentingan organisasi. tersebut tentunya sangat tergantung dari Delapan, hubungan investor. Bagian dari kebutuhan setiap publik itu sendiri. Public Relations dalam perusahaan korporat yang membangun dan menjaga hubungan Teknologi dan Media Komunikasi yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di Teori determinisme teknologi dicetuskan dalam komunikasi keuangan dalam rangka pertama kali oleh Marshall Mc Luhan memaksimalkan nilai pasar. dengan pernyatannya berupa “the medium is message” artinya bahwa dampak yang paling penting dari media komunikasi adalah Publik dalam Public Relations bahwa media komunikasi mempengaruhi Publik merupakan salah satu objek kebiasaan persepsi dan berpikir kita (Severin kerja Public Relations, di mana seorang dan Tankard, 2005:536). praktisi Public Relations mempunyai fungsi Mc Luhan menggolongkan sejarah untuk menjembatani arus komunikasi kehidupan manusia ke dalam empat periode: antara perusahaan dengan publiknya. Publik pertama, the tribal age (era suku atau dalam Publik Relations terdiri dari dua, purba). Pada era purba atau era suku zaman yakni: publik internal dan eksternal. Publik dahulu, manusia hanya mengandalkan internal, misalnya: karyawan, manager, indera pendengaran dalam berkomunikasi. maupun pemegang saham. Sedangkan pub­ Komunikasi pada era itu hanya mendasarkan lik eksternal, misalnua adalah komunitas, diri pada narasi, cerita, dongeng tuturan, dan pemerintah, media, organisasi sosial, sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika pemasok, dan lainnya. itu, “hearing is believing”, dan kemampuan Sebagai seorang staff Public Relations visual manusia belum banyak diandalkan dituntut agar dapat mengetahui siapa dalam komunikasi. Era primitif ini kemudian saja yang menjadi publiknya dalam suatu tergusur dengan ditemukannya alfabet atau organisasi. Publik dalam Public Relations huruf. sering kali disamakan dengan stake holder Kedua, the literate age (era literal/huruf). (pihak). Meskipun sebenarnya berbeda, Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, namun dalam konteks ini publik dan pihak maka cara manusia berkomunikasi banyak dalam suatu organisasi dapat disejajarkan, berubah. Indera penglihatan kemudian yakni mereka sama–sama dilayani ataupun menjadi dominan di era ini, mengalahkan dijembatani oleh berbagai kegiatan yang ada indera pendengaran. Manusia berkomunikasi dalam Public Relations. tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih Pihak adalah kelompok–kelompok yang kepada tulisan.

100 Choirul Fajri, Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan

Ketiga, the print age (era cetak). Sejak studi kasus sendiri adalah sebuah pendekatan ditemukannya mesin cetak menjadikan yang digunakan untuk mempelajari, me­ alfabet semakin menyebarluas ke penjuru nerangkan, serta melakukan intepretasi dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin terhadap fenomena dalam konteksnya yang cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran alamiah tanpa adanya tekanan dari luar. mesin cetak, dan kemudian media cetak, Sementara itu Wimmer dan Dominick menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk (2006: 136), mengatakan bahwa penekanan berkomunikasi. studi kasus adalah apabila peneliti ingin Keempat, the electronic age (era memahami ataupun menjelaskan sebuah elektronik). Era ini juga menandai fenomena tertentu. Dengan memakai metode ditemukannya berbagai macam alat atau studi kasus ini diharapkan peneliti mampu teknologi komunikasi. Telegram, telepon, mendapatkan data secara riil dan mendalam. radio, film, televisi, VCR, fax, komputer, dan Oleh karenanya, berbagai pertanyaan yang internet. Manusia kemudian menjadi hidup diajukan nantinya lebih banyak “how” di dalam apa yang disebut sebagai “global maupun “why”. village”. Media massa pada era ini mampu Dengan metode studi kasus ini, membawa manusia untuk bersentuhan diharapkan peneliti memperoleh data yang dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di sejelas-jelasnya mengenai proses managerial mana saja, seketika itu juga. yang dilakukan oleh humas UAD dalam Mc Luhan berpendapat, transisi antar upayanya untuk meningkatkan loyalitas periode tadi tidaklah bersifat gradual atau stakeholders. Aktivitas humas tersebut, evolusif, akan tetapi lebih disebabkan oleh akan dilihat secara detail baik dari proses penemuan teknologi komunikasi. Teori perencanaannya, pelaksanaan, sampai determinisme teknologi menjelaskan bahwa kepada evaluasinya, sehingga nantinya akan teknologi media membentuk individu mendapatkan sebuah kesimpulan tentang bagaimana cara berpikir dan berperilaku bagaimana selama ini peran humas dalam dalam masyarakat. Teknologi tersebut meningkatkan kinerja dari civitas akademika akhirnya mengarahkan manusia untuk UAD. bergerak dari satu abad teknologi ke abad Metode ini dilakukan dengan cara teknologi lain. (Nurudin, 2003: 174). mengundang beberapa narasumber/pakar Lebih lanjut ditegaskan oleh Shahram dalam satu waktu untuk saling berdiskusi. Amiri dan Brian Reif (2013: 50-60) bahwa saat Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan ini meski televisi masih menjadi teknologi sumbang saran/masukan/aspirasi mereka komunikasi yang belum tergantikan terkait dengan bagaimana mengoptimalkan dan masih mampu bertahan dengan fungsi humas UAD terutama dalam kaitannya kemunculan media baru, namun internet dengan meningkatkan loyalitas stakeholders telah menunjukkan tajinya yang mampu UAD. Adapun beberapa narasumber yang mengangkat perekonomian grassroot di rencana akan peneliti undang untuk sebuah wilayah. melakukan Focus Group Discussion ini, adalah sebagai berikut: METODE Dekan maupun wakil dekan, dan kepala program studi di lingkungan Universitas Di dalam melaksanakan penelitian me­ Ahmad Dahlan; Biro maupun Lembaga ngenai peran humas dalam meningkatkan di Universitas Ahmad Dahlan; Kepala TU loyalitas stakeholders ini, peneliti memilih di Universitas Ahmad Dahlan; Perwakilan menggunakan metode studi kasus. Metode mahasiswa di Universitas Ahmad Dahlan studi kasus dipilih karenanya kemampuannya untuk mengangkat permasalahan-perma­ sa­lahan empiris mengenai sebuah kasus. Menurut Baedowi dalam Salim (2006: 118),

101 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN terjadi dan menginformasikannya kepada Publisitas pakar-pakar yang dimiliki UAD, untuk memberikan pendapatnya yang kemudian Hal pertama yang dilakukan Humas UAD dapat diteruskan di media-media yang dalam membuat publisitas adalah dengan ada. Peningkatan publisitas di media juga membuat kalender kegiatan. Kalender yang dilakukan melalui penyediaan reward kepada menampilkan daftar kegiatan setiap fakultas dosen-dosen yang artikelnya dimuat di media. maupun program studi sangat diperlukan Dosen-dosen tidak hanya mengandalkan untuk mendukung peningkatan publisitas di media yang telah bekerjasama dengan UAD. Humas UAD sendiri sudah beberapa kali UAD saja, namun juga media yang belum mengupayakan penyusunan ini, akan tetapi bekerjasama juga bisa menajdi sasaran. belum bisa berhasil. Mengingat ada beberapa Selain penyediaan reward, Humas UAD hal yang menjadi kendala, diantaranya: juga telah memberikan anggaran khusus agenda fakultas/prodi yang selama ini lebih bagi terlaksananya konferensi press yang banyak accidential (sehingga sulit untuk diadakan oleh fakultas/prodi. Dana press dibuat jadwal), memerlukan waktu yang konferensi dianggarkan Rp 1.400.000,-/3 cukup lama untuk mengumpulkan semua bulan sekali. Dengan adanya dana tersebut, data kegiatan yang ada di fakultas/program dapat digunakan untuk meningkatkan studi. Ke depan pembuatan kalender ini publisitas di tingkat prodi/fakultas, guna memang menjadi salah satu prioritas mengkomunikasikan hal-hal apa saja yang dari program-program humas yang telah sedang dikerjakan oleh prodi/fakultas. disusun. Tidak hanya masalah anggaran, namun Upaya lain yang dilakukan adalah tersedianya sumber daya manusia yang dengan menjalin kerjasama dengan media- mumpuni juga merupakan salah satu media, baik cetak maupun elektronik tentu faktor yang mendukung terlaksananya mendukung publisitas. Selama ini Humas publisitas. Dalam hal ini upaya yang sudah UAD sudah melakukan beberapa kerjasama dilakukan oleh Humas UAD, adanya dengan dengan berbagai media, seperti: Harian menyediakan reporter bagi setiap Humas Jogja, Seputar Indonesia, Republika, dan Jawa Fakultas. Reporter tersebut diambil dari Pos. Kerjasama tersebut diwujudkan dalam mahasiswa di fakultasnya masing-masing, bentuk pemuatan artikel-artikel popular dari yang diberikan reward bagi setiap peliputan dosen. Adanya kerjasama tersebut, terbukti yang dikerjakan. Meskipun demikian, dapat mendorong minat dari dosen untuk keberadaan reporter ternyata belum bisa menampilkan karya-karya yang inovatif. dimaksimalkan, mengingat kesibukkan Oleh karenanya, adanya peningkatkan dari reporter sendiri yang notabene masih kerjasama dengan berbagai media juga mahasiswa, dan juga mengenai keterampilan menjadi hal yang harus diperhatikan, tidak jurnalistiknya yang masih perlu ditingkatkan. terkecuali mencoba bekerjasama dengan Ke depan adanya staff khusus yang dapat media online, maupun media dengan skala membantu tugas-tugas humas di masing- nasional. Untuk mendukung terciptanya masing fakultas, nampaknya perlu dilakukan. publisitas yang baik, civitas akademika UAD Tugas-tugas dari SE Humas Fakultas sendiri, diharapkan mampu menangkap isu-isu yang bisa dimanfaatkan, seperti: peliputan sedang berkembang di masyarakat. Dosen kegiatan, pembuatan berita, pengelolaan sebagai kalangan akademisi, tentu dapat media komunikasi online (website, maupuh berperan dalam hal ini, untuk memberikan media social), dan lain sebagainya sehingga opini/argumentasinya mengenai isu-isu akan meningkatkan publisitas UAD sendiri. tersebut sesuai dengan kepakarannya masing-masing. Manajemen Isu Dalam hal ini, humas berperan untuk aktif menginformasikan isu-isu yang sedang Banyak isu-isu yang berkembang di

102 Choirul Fajri, Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan lingkungan internal sendiri. Sebagai salah diselenggarakan oleh Kampus tentu dapat satu stakeholders internal, nampaknya Humas dimanfaatkan untuk soft promotion kepada masih sering abai untuk ikut menetralisir pihak external yang ingin mencari informasi isu-isu yang sedang berkembang tersebut. mengenai UAD. Selama ini event-event Padahal humas sebagai representatif tersebut, diinisiasi sendiri oleh fakultas/ dari organisasi, dapat membantu prodi, dan tidak teringrasi dengan baik. Di mengkomunikasikan apa yang sesungguhnya sinilah Humas UAD berkoordinasi dengan terjadi kepada para stakeholders, sehingga para fakultas/prodi agar event-event yang mereka akan mampu memahami kondisi diselenggarakan dapat terintegrasi dengan tersebut, dan berperan dalam memberikan baik, dan mendatangkan kemanfaatan yang informasi yang benar kepada pihak lebih besar. eksternal. Misalnya saja, saat itu adanya isu Salah satu tugas seorang humas, adalah kenaikan pembayaran spp mahasiswa, atau mampu melaksanakan program sosial pemindahan ruang kuliah, yang selama ini ke masyarakat sebagai sebuah tanggung banyak menjadi perhatian khususnya para jawab sosial kepada masyarakat. UAD telah mahasiswa. Di sinilah humas dapat lebih banyak memberikan kontribusi kepada aktif dalam mencari informasi yang akurat masyarakat melalui berbagai programnya, untuk kemudian mengkomunikasikannya seperti: pemberian beasiswa, pemberian dengan stakeholders internal, agar mereka bantuan kepada guru-guru taman kanak- mengetahui informasi tersebut dengan tepat kanak, pembangunan sekolah/tempat dan tidak menimbulkan simpang siur yang ibadah, menjadi sponsor suatu acara dan dapat mengurangi kredibilitas lembaga itu lain sebagainya. Maka di sinilah nama UAD sendiri. semakin dikenal oleh masyarakat luas. Meksipun sudah ada lembaga yang Adanya pertemuan rutin dari yang dibentuk untuk memonitoring perma­ selenggarakan kampus para orang tua wali/ salahan-permasalahan yang ada di tingkat maba menjadi sebauh strategi yang perlu fakultas, yakni dengan adanya PSMF, namun dilakukan oleh Humas UAD untuk menjalin humas dapat bersinergi untuk memastikan kedekatan dengan para orang tua/wali bahwa setiap keluhan/saran/kritik dari mahasiswa. Komunikasi yang terjalin dengan stakeholders internal (terutama mahasiswa baik ini diharapkan mampu memberikan sebagai klien kita) dapat tertampun dan support system bagi pengelolaan organisasi terjawab dengan baik. sendiri. Adanya daftar kepakaran dari para dosen- Selama ini beberapa fakultas/prodi dosen UAD sangatlah diperlukan, dalam sudah menyelenggarakan pertemuan dengan upaya untuk melakukan sikap responsif orang tua/wali mahasiswa itu sendiri, maka terhadap isu-isu terkini yang sedang terjadi di apabila sebenarnya event tersebut bisa masyarakat. Dalam daftar tersebut, diberikan dipadukan menjadi sebuah event kampus informasi sejelas-jelasnya, mengenai: kontak yang diselenggarakan oleh Humas UAD pribadi, kompetensi bidang, maupun back tentu akan memberikan kemanfaatan yang ground pendidikan dan pengajarannya. lebih besar. Terlebih jika daftar kepakaran tersebut, Dalam acara tersebut, dapat dikemas dapat dipublish untuk kebutuhan umum untuk mengkomunikasi berbagai peristiwa (tidak terkecuali para media) yang akan yang menyangkut UAD, maupun kegiatan meliput (memintai pendapat) dari para pakar akademis mahasiswa. Sehingga orangtua, UAD tersebut, tentu hal ini dapat menaikkan dapat memberikan support terhadap citra UAD di masyarakat sendiri. kegiatan-kegiatan putra/putrinya selama di UAD Adanya kunjungan rutin yang Public Affair dilakukan oleh rektorat ke fakultas/prodi Adanya event-event pendidikan yang menjadi sebuah hal yang perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk membangun

103 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 ikatan emosional dari masing-masing Fakultas, Humas UAD bisa mengetahui fakultas/prodi/unit dengan para pemimpin. berbagai kegiatan yang sedang dilaksanakan Selain itu, juga dengan melakukan hal ini, oleh fakultas. Namun demikian, Humas UAD para pemimpin juga akan mengetahui apa diharapkan dapat pula mengintensifkan saja yang menjadi persoalan-persoalan di komunikasi dengan para pimpinan di tingkat level bawah sehingga mampu memberikan fakultas. solusi yang tepat. Hal tersebut, dimaksudkan untuk Dalam kaitannya dengan public affair melakukan check and balancing terkait ini, Humas UAD juga perlu meningkatkan dengan informasi-informasi yang diberikan kerjasama dengan berbagai pihak. Untuk oleh Humas UAD kepada Humas Fakultas. meningkatkan kinerja dari masing-masing Terkait dengan sejauhmana pelaksanaannya, prodi/fakultas/unit. Humas dapat mengambil dan bagaimana partisipasi dari pimpinan peran dengan mencarikan link (channeling) terhadap program-program yang akan terkait dengan lembaga-lembaga yang bisa dijalankan. Selain itu juga, supaya para kita ajak untuk bekerjasama. pimpinan fakultas bisa memberikan support, Banyak forum-forum ilmiah yang dan masukan terhadap apa yang seharusnya diselenggarakan oleh pihak luar. Humas bisa dilakukan untuk meningkatkan dapat berperan aktif, untuk meningkatkan publisitas di tingkat fakultas ini. eksistensi kita di mata stakeholders eksternal. Beberapa diantara humas fakultas Adanya media-media komunikasi yang tepat yang seharusnya diharapkan dapat menjadi sebagai sarana promosi dari masing-masing jembatan komunikasi antara universitas prodi/fakultas/unit sangat diperlukan. Jika dengan fakultas tampaknya ada yang masih selama ini, penggunaan media promosi belum terjalin dengan baik. Mengingat yang dilaksanakan secara mandiri oleh ada beberapa humas fakultas yang kurang prodi/fakultas/unit tidak teringtegrasi komunikatif untuk menyampaikan dengan bailk. Maka hal tersebut, tentu program-program kehumasan kepada para kurang memberikan kebermanfaatan yang pimpinan fakultas, sehingga para pimpinan lebih. Adanya keterbatasan informasi, dan tidak mengetahui informasi dengan baik. kemampuan untuk mengolah pesan maupun Oleh karenanya, dengan adanya intensitas desain menjadi sebuah persoalan yang perlu komunikasi yang dilakukan langsung oleh disiasati salah satunya adalah dengan adanya Humas UAD kepada fakultas, diharapkan peran humas dalam menciptakan media- dapat mengurangi hal tersebut. media promosi tersebut. Prodi yang notabene berada di bawah Berkunjung ke lembaga lain yang Fakultas, tentu diharapkan pula untuk selalu lebih baik daripada UAD tampaknya mengupdate informasi-informasi di tingkat perlu dilakukan untuk meningkatkan fakultas, tidak terkecuali dengan program- kinerja Humas UAD. Selain untuk menjaga program kehumasan. Sehingga akan hubungan baik dengan lembaga lain, juga adanya sinergitas yang baik antara program dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk kehumasan di tingkat prodi, dengan fakultas, melakukan evaluasi terhadap program- maupun dengan universitas. program yang sudah kita lakukan, dan apa Sementara itu komunikasi Humas UAD yang perlu kita lakukan ke depannya. dengan lembaga/biro di lingkungan UAD selama ini kurang berjalan dengan baik, dalam Strategi Public Relations UAD artian belum ada staff yang memfasilitasi hal dalam menjalin Komunikasi dengan ini,seperti halnya di tingkat fakultas yang Stakeholders mempunyai humasnya masing-masing. Oleh karenanya, kebutuhan komunikasi dan Komunikasi Humas UAD dengan informasi di tingkat Biro/Lembaga belum fakultas selama ini terjalin melalui humas dapat diwujudkan dengan maksimal. di masing-masing fakultas. Melalui Humas

104 Choirul Fajri, Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan

Pertemuan-pertemuan rutin baik artikel popular di media baru (internet) formal dan normal perlu dilakukan untuk maka hal ini dapat menjadi terobosan yang menjembatani hal ini, seperti halnya focus bisa dilakukan. Mengingat sekarang ini, group discussion yang dijalankan beberapa media baru justru lebih efektif dan lebih luas waktu terakhir untuk kebutuhan penelitian cakupan wilayahnya dibandingkan dengan ini dapat menjadi agenda rutin yang bisa media massa. Sehingga adanya peningkatan diselenggarakan. kuantitas karya-karya dosen di sana dapat Komunikasi dengan mahasiswa ditingkatkan, salah satunya strategi yang hendaknya dapat dijalankan secara dua bisa dilakukan untuk memberikan motivasi arah, yang akan saling berinteraksi untuk adalah dengan memberikan reward. memberikan timbal balik. Penggunaan Banyak informasi yang beredar namun media-media komunikasi (media sosial) tidak banyak yang terpublikasi dengan baik. dapat dijalankan untuk mewujudkan hal ini. Oleh karenanya, intensitas informasi di Jika selama ini, banyak diantara mahasiswa dalam website dapat lebih ditingkatkan lagi. yang tidak bagaimana memberikan Sehingga berbagai informasi dapat diterima masukan/saran/kritik kepada kampus, dan dengan cepat dan mudah oleh masing- justru memilih strategi yang kurang tepat masing stakeholders. (blow up di media, maupun demonstrasi) Saat ini jurnalisme warga (citizen yang justru dapat menurunkan citra UAD journalism) menjadi sebuah trend tersendiri. sendiri. Tentu dengan adanya pengoptimalan Di tengah krisis kepercayaan publik dengan penggunaan media komunikasi resmi yang media-media mainstream akibat adanya dijalankan oleh kampus melalui humas UAD kepentingan media itu sendiri, citizen hal tersebut dapat ditanggulangi. Sehingga journalism menjadi sebuah solusi yang bisa mahasiswa terfasilitasi dengan baik, akan dilakukan. kebutuhan komunikasi dan informasi yang Dosen sebagai salah satu agent of change selayaknya mereka terima. terhadap dinamika kehidupan yang ada dapat Website sebagai salah satu media mengoptimalkan perannya melalui citizen komunikasi global yang tidak hanya journalism ini. Di dalam citizen journalism dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia saja, yang dibuat, para dosen bisa memberikan namun masyarakat dunia menjadi suatu yang gagasan, pendapat, ide, maupun kritik perlu diperhatikan Misalnya saja dengan terhadap isu-isu global yang sedang terjadi. membuat website multi bahasa. Dengan Selain untuk meningkatkan reputrasi diri, adanya feature bilingual di dalam website, tentu hal tersebut juga bermanfaat untuk tentu akan memudahkan orang asing untuk meningkatkan reputasi lembaga. menerima informasi dari UAD. Humas dapat Humas dapat mengambil peran di sini, mengambil peran di sini, harapannya tidak dengan mendorong dan menciptakan wadah hanya website universitas semata, namun bagi para dosen untuk menghasilkan sebuah juga website fakultas. berita yang netral tidak tertumpangi oleh Adanya kompetisi yang diselenggarakan kepentingan-kepentingan lainnya. oleh Humas UAD untuk menyemarakkan Selama ini Humas UAD nampaknya pengelolaan website di tingkat fakultas dapat masih kurang optimal dalam masalah dilakukan sebagai sebuah strategi baru yang pendokumentasian berita yang dipublish selama ini belum pernah dilakukan. Dengan melalui media. Bukan hanya sekedar adanya kompetisi tersebut, diharapkan memberikan informasi bahwa artikel yang masing-masing fakultas dapat mempunyai dibuat oleh salah satu dosen berhasil di muat motivasi untuk melakukan pengoptimalan di media massa, namun juga melakukan pengunaan dan pengembangan websitenya. kliping terhadap pemberitaan-pemberitaan Jika selama ini reward hanya diberikan UAD di masing-masing media setiap kepada para penulis di media massa. Sehingga harinya. menyebabkan kurang berkembangnya artikel-

105 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Dengan hal tersebut, Humas UAD tentu atau bahkan memberikan hiburan bagi para akan lebih mudah melakukan monitoring penggunaa) tentu dapat meningkatkan terhadap pemberitaan yang dimunculkan. loyalitas mereka dalam menerima konten- Terkait dengan bagaimana isi berita yang konten yang ada. ditampilkan di media, bagaimana tata letak, Jika selama ini media-media sosial yang gaya bahasa, pemilihan kata-kata, dan lain ada belum terintegrasi dengan baik, maka sebagainya. upaya untuk mengintegrasikannya ke dalam Banyak media-media sosial atas website universitas menjadi suatu hal yang nama UAD yang bermunculan. Setelah di juga perlu untuk segera dilakukan. Dengan kroscek, ternyata akun-akun media sosial adanya pengintegrasiaan tersebut, tentu tersebut dikelola oleh pihak-pihak yang akan memudahkan kita dalam melakukan kurang bertanggung jawab. Sehingga justru proses monitoring. menjatuhkan kredibilitas UAD sendiri di Media lain yang perlu diperhatikan mata masyarakat. pengelolaannya media luar ruang sebagai Membuat media sosial resmi baik di saran promosi UAD. Bukan persoalan tingkat universitas, fakultas, prodi, maupun mudah untuk memilih media komunikasi biro menjadi sebuah solusi untuk mengatasi yang tepat untuk melakukan promosi. Ada permasalahhan ini. Selain itu media-media proses survey yang harus dijalankan, untuk tidak resmi yang memang sudah lebih dahulu mengetahui karakteristik masyarakat, di ada dapat dilakukan monitoring terkait mana di sana akan kita tempatkan media bagaimana pemanfaatan dan pengelolaannya promosi kita (spanduk, baliho, billboard, sehingga tidak kontradiksi dengan media maupun umbul-umbul). Melalui proses sosial resmi yang nantinya akan dibentuk tersebut, maka Humas akan dapat memilih secara terintegrasi. media komunikasi yang lebih tepat, bukan Beberapa fakultas memang telah hanya sekedar keindahan desainnya saja memiliki media sosial yang cukup baik tidak namun juga pesan yang ingin disampaikan. hanya pada desainnya semata namun juga Humas sebagai bagian yang dianggap paling pada intensitas beritanya. Namun banyak dekat dengan masyarakat, dapat mengambil diantara fakultas yang belum berjalan dengan bagiannya. baik. Adanya reward yang diberikan kepada Membuat sebuah tagline yang meng­ reporter yang telah berhasil melakukan gambarkan kampus UAD, menjadi sebuah pengelolaan dengan baik tentu dapat strategi periklanan yang bisa dilakukan. Hal dilakukan untuk memotivasi yang belum tersebut dimaksudkan untuk menciptakan aktif. Jika selama ini sudah ada reward, maka pesan komunikasi yang kreatf dan inovatif perlu dilakukan evaluasi terhadap kelayakan sesuai dengan karakteristik UAD itu sendiri, reward yang diberikan dengan beban kerja bukan hanya sekedar menyampaikan yang dilakukan oleh para reporter. Selain informasi (pendaftaran mahasiswa baru) itu, ketepatan waktu dalam memberikan yang justru kurang efektif, namun dengan reward juga perlu diperhatikan. Sehingga adanya tagline yang kita tampilkan tentu jangan sampai hal tersebut justru menjadi memjadi ide yang bisa dikembangkan untuk penghambat dari para reporter untuk menarik perhatian publik. Berikut ini adalah membangun media sosialnya. salah satu contoh media luar ruang UAD Tidak hanya meningkatkan kuantitas (baliho), yang di pasang di salah satu ruas terhadap content-content yang diberikan jalan di Yogyakarta: di media social, namun juga harus mulai diperhatikan bagaimana keberagaman dari konten yang ditampilkan. Dengan adanya variasi konten yang ditampilkan (tidak hanya sebatas pada informasi saja, namun juga bisa dimanfaatkan untuk mempersuasi,

106 Choirul Fajri, Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan

untuk mengali informasi lebih mendalam. Nah informasi yang lebih mendalam inilah, yang bisa difasilitasi melalui website ataupun media komunikasi lainnya.

SIMPULAN Setelah melakukan penelitian ini, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai peran Humas UAD untuk meningkatkan loyalitas stakeholders UAD, adalah, dalam kaitannya dengan melakukan pengelolaan terhadap kehumasan di UAD, Humas dapat mengambil peran untuk senantiasa meningkatkan publisitas di lingkungan UAD. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat berbagai event yang mampu menarik perhatian dari para media. Event-event yang diselenggarakan tersebut, hendaknya mampu dikoordinasikan dengan baik dengan seluruh stakeholders UAD sendiri (pimpinan, fakultas, prodi, mahasiswa, maupun Media-media luar ruang UAD yang karyawan). Peningkatkan publisitas juga lebih bersifat image building, seperti di atas dapat dilakukan dengan menyelenggarakan nampaknya justru perlu lebih dikembangkan. berbagai pelatihan penulisan baik akademik, Selama ini, media-media luar ruang UAD populer, maupun berita/artikel untuk lebih banyak menginformasikan mengenai para stakeholders. Pembuatan kalender pendaftaran mahasiswa baru. Iklan kegiatan juga penting untuk dillakukan, agar tersebut, memang tidaklah salah. Hanya berbagai kegiatan yang dilakukan baik di saja memilihan pesan yang terkesan sangat tingkat universitas, fakultas, prodi, maupun padat, sehingga justru menyulitkan orang mahasiswa dapat terkoordinasi dengan baik. untuk membaca nampaknya menjadi suatu Dalam kaitannya dengan melakukan hal yang perlu diperhatikan. komunikasi dengan para stakeholders di Media luar ruang yang bersifat image UAD, Humas dapat mengambil peran untuk building yang singkat pesan namun senantiasa melakukan komunikasi intens tetap syarat makna tersebut justru akan tidak hanya secara horizontal, namun juga lebih mengena dan mudah diingat oleh vertikal. Dalam hal ini, Humas harus berperan masyarakat. Sehingga justru masyarakat untuk menjembatani arus komunikasi akan lebih mengenal UAD dengan baik, antara pimpinan (rektorat) dengan para dibandingkan hanya sekedar informasi stakeholders. Mengingat selama ini banyak mengenai pendaftaran mahasiswa baru. diantara stakeholders yang tidak mengetahui berbagai kebijakan yang diambil di tingkat Dalam konsep pemasaran, hal terpenting atas. Dengan demikian, berbagai kebijakan yang bisa dilakukan pengiklan melalui yang diambil dapat diketahui oleh seluruh media yang dibuatnya adalah menciptakan stakeholders, sehingga akan adanya support interest khalayak. Dengan pemilihan pesan dari para stakeholders itu sendiri. Humas juga yang pas, singkat, syarat makna, tentu akan diharapkan dapat memfasilitasi pertemuan- mudah diingat oleh khalayak. Dalam kasus pertemuan rutin antara pimpinan dengan UAD, jika UAD bisa mengemas pesan iklan para stakeholders, maupun pertemuan rutin dengan baik melalui media luar ruangnya humas sendiri dengan para stakeholders maka tentu masyarakat akan lebih tertarik

107 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 lainnya. DAFTAR PUSTAKA Dalam kaitannya dengan melakukan pengelolaan media komunikasi, Humas UAD dapat membantu dan mengkoordinir Cutlip, M Scott, Center H, Allen dan Broom pembuatan/pengelolaan media komunikasi M, Gleen. (2006). Effective Public baik di tingkat pusat/unit. Penyediaan Relations. . Jakarta: Kencana Prenada sumber daya manusia, yang mampu Media Grup. melakukan pengelolaan media komunikasi DeVito, Joseph A. (2002). Komunikasi Antar juga merupakan sebuah strategi yang bisa Manusia, Kuliah Dasar-Edisi Kelima. dilakukan untuk melakukan pengelolaan Jakarta: Professional Books. media komunikasi dengan baik dan intens. Effendy, Onong Uchana. (1999). Hubungan Dalam kaitannya dengan media luar ruang, Masyarakat Modern. Jakarta: Bina Humas UAD juga diharapakan dapat Aksara. mengelola media luar ruang yang kreatif dengan membuat pesan-pesan komunikasi Effendy, Onong Uchana. (2011). Ilmu yang mampu menarik perhatian khalayak Komunikasi dan Praktek. Bandung: (profokatif, promotif, dan tidak monoton). Rosdakarya. Adapun beberapa saran yang bisa Iriantara, Yosal. (2004). Community peneliti berikan terkait dengan peran humas Relations–Konsep dan Aplikasinya. UAD dalam kaitannya untuk meningkatkan Bandung: Simbiosa Rekatama Media. loyalitas stakeholders, adalah sebagai berikut, Kasali, Rhenald. (2008). Manajemen Public adanya peran aktif dari stakeholders untuk Relations. Jakarta: Pustaka Grafiti mengkomunikasi berbagai permasalahan Utama. komunikasi yang ada kepada Humas UAD. Adanya keterbasan sumber daya manusia di Nurudin. (2003). Komunikasi Massa. Malang: Humas UAD sendiri, tentu menyebabkan tidak Cespu. semua kebutuhan komunikasi dari masing- Shahram Amiri dan Brian Reif. (2013). “Internet masing unit (fakultas, prodi, mahasiswa, Penetration and its Correlation to maupun karyawan) dapat dipenuhi dengan Gross Domestic Product”. International baik. Oleh karenanya, peran aktif dari Journal of Business, Humanities and stakeholders diperlukan. Dengan demikian Technology. Volume. 3 Nomor 2. Humas UAD, mampu berperan aktif dalam February 2013. halaman 50-60 menjembatani kebutuhan komunikasi dan informasi ini. Wheelen, Thomas L & Hunger, J. David. (1995). Strategic Management and Business Support system dari pimpinan sangat Policy. Reading, Mass: Addison–Wesley diperlukan dalam kaitannya dengan Publishing Company. pengembangan kinerja Humas UAD untuk meningkatkan loyalitas stakeholders UAD ini. Support system ini tidak hanya secara materiil (penyediaan anggaran) semata, namun juga moril. Dalam hal ini adanya peran aktif/ keterlibatan dari para pimpinan dalam setiap kegiatan/program yang diselenggarakan oleh Humas UAD.

108 Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi, Merokok sebagai Simbol Interaksi bagi Perokok ...

MEROKOK SEBAGAI SIMBOL INTERAKSI BAGI PEROKOK PEREMPUAN URBAN

Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi. Jurusan Pendidikan Sosiologi, FIS, UNY [email protected]

Abstract Urban women have a higher education background who understand information knowledge about smoking and financial independence as they work in the public sector. They have a smoking behavior both in private and public spaces so as to be known to the public. It is very interesting that smoking behavior is used as a symbol of communication made by fellow smokers, a symbol of social interaction in their group.This study aims to be able to know that smoking as a symbol of interaction have meaning for urban woman smokers. This research is qualitative descriptive research because it will be able to produce data information in holistic and depth. According to the purpose of research used purposive sampling and snowball sampling techniques with data collection techniques using observation and interview. Data analysis using interactive model analysis technique.The results of this study showed that smoking is a symbol for them to communicate that occurs in social interaction. Symbols have a meaning that is as Needs and Habits, Togetherness, Release Fatigue and Respect Smokers. They also have a habit in smoking that is done together with fellow smokers are drinking coffee, there are also drinking liquor and gamble. That is gambling soccer. The activity is done when gathering with fellow smokers. The gathering is usually done at night after they work.

Abstrak Perempuan urban memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang memahami pengetahuan informasi tentang merokok dan kemandirian secara finansial dikarenakan mereka bekerja di sektor publik. Mereka memiliki perilaku merokok baik di ruang pribadi maupun umum sehingga dapat diketahui oleh masyarakat. Hal tersebut sangat menarik ternyata perilaku merokok digunakan sebagai simbol komunikasi yang dilakukan sesama perokok, simbol interaksi sosial dalam kelompok mereka.Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui bahwa merokok sebagai simbol interaksi memiliki makna bagi perokok perempuan urban. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif karena akan dapat menghasilkan informasi data secara holistik dan mendalam. Sesuai tujuan penelitian digunakan teknik cuplikan purposive sampling dan snowball samplingdengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Analisis data dengan menggunakan teknik analisa model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwamerokok adalah sebuah simbol bagi mereka melakukan komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosialnya. Simbol tersebut memiliki makna yaitu sebagai kebutuhan dan kebiasaan, kebersamaan, melepaskan kepenatan dan menghargai sesama perokok. Mereka juga memiliki kebiasaan dalam merokok yang dilakukan bersama-sama teman sesama perokok yaitu minum kopi, ada yang minum minuman keras juga ada yang berjudi yaitu judi bola. Kegiatan tersebut dilakukan saat berkumpul dengan sesama perokok dan biasanya dilakukan pada malam hari selepas mereka bekerja. Keywords: Woman, Smoking, Symbol

109 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN hilangnya komunitas dan solidaritas lokal. Masyarakat akan selalu berubah. Dalam ekonomi industri yang berkembang Perubahan yang dialami masyarakat oleh di Eropa bagian utara, pengetahuan bersama Soerjono Soekanto (2010: 268) dibedakan dan kontrol sosial yang dihasilkan melalui menjadi beberapa bentuk yaitu: perubahan kehidupan perdesaan kecil, tidak mungkin lambat dan perubahan cepat, perubahan lagi muncul di pusat-pusat perkotaan berskala kecil dan perubahan besar, perubahan besar, yang anonim dan berbeda secara sosial yang dikehendaki atau perubahan yang (John Scott, 2011:55). Perubahan secara sosial direncanakan dan perubahan yang tidak dan budaya dari generasi dahulu ke generasi dikehendaki atau perubahan yang tidak berikutnya tentu menunjukkan perbedaan. direncanakan dan perubahan yang Seiring dengan konteks waktu antara era diperkirakan atau yang telah direncanakan tradisional dan modern serta dalam konteks terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang kewilayahan geografis yakni desa dan urban hendak mengadakan perubahan di dalam maka masyarakat yang hidup didalamnya masyarakat. Hal tersebut memiliki dampak mengalami proses sosial berbeda. Hal yang penting diberbagai segi kehidupan tersebut juga terjadi pada kaum perempuan. masyarakat. Salah satu perubahan yang Perempuan yang hidup di masyarakat terjadi di masyarakat adalah perubahan urban memiliki tingkat kebebasan lebih sebuah komunitas di era tradisional menjadi tinggi daripada di masyarakat desa yang era modern yang melanda suatu wilayah. kental dengan nilai dan norma sosialnya. Modernisasi akan beriringan dengan Banyak aspek yang membedakan kehidupan industrialisasi, dua istilah memberikan masyarakat desa dan masyarakat yang tinggal perubahan yang signifikan bagi masyarakat di lingkungan kota (urban). Heterogenitas seperti yang diungkapkan oleh Richard muncul diperkotaan yang belum bisa Osborne & Borin Van Loon (2005) bahwa ditemukan di wilayah desa. Begitu pula modernitas dan industrialisasi meruntuhkan perempuan yang tinggal di wilayah tersebut. tatanan lama yang didominasi oleh pertanian Mereka mengalami perbedaan baik dari segi dan agama, dan memacu seluruh perubahan pekerjaan, pendidikan, ekonomi, kebiasaan, teknologi budaya yang telah berkembang ataupun aturan yang diterapkan di wilayahnya selama beberapa abad. Dapat dikatakan dan lain sebagainya. bahwa modernisasi (dan posmodernitas) Konteks waktu juga memberi perbedaan pada dasarnya adalah proses perubahan yang yang melekat pada diri perempuan zaman sangat cepat. Perubahan tersebut memberi dahulu dan saat ini dengan kentara. Salah dampak yang besar bagi kelangsungan hidup satunya dalam pendidikan, perempuan manusia dalam kehidupan sosial masyarakat. dahulu belum mendapatkan selayaknya kaum Dampak positif dan negatif akan terlihat pria. Perempuan dahulu yang secara budaya nyata sehingga menuntut manusia yang selalu menjadi nomer dua setelah laki-laki tinggal di lingkungan masyarakat agar siap memiliki keterbatasan dalam berbagai aspek menghadapinya. Dampak positif merupakan sehingga perempuan tertinggal dibelakang. hal yang diharapkan dan diidamkan oleh Kemudian ada beberapa tokoh yang mulai semua manusia di segala lapisan masyarakat, memperhatikan dan memperjuangkan hak- sebaliknya dampak negatif yang muncul hak dasar perempuan. selalu tidak diinginkan terjadi dari sebuah Misnatun menjelaskan bahwa pendidi­ perubahan. Namun keduanya akan selalu kan yang diberikan kepada kaum perempuan ada bersamaan dengan terjadinya suatu hanya terbatas di sekolah rendah. Perempuan perubahan. juga banyak mendapat perlakuan tidak adil, Graham Allan menuliskan bahwa seperti nikah paksa, dicerai, atau poligami Ferdinand Tonnies menggemakan kekha­wa­ tanpa persetujuannya atau ditelantarkan ti­ran yang bersifat umum dia berargumen tanpa pertanggungjawaban. Faktor itulah bahwa modernisasi mengakibatkan yang menyebabkan Kartini begitu menggebu

110 Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi, Merokok sebagai Simbol Interaksi bagi Perokok ... untuk mengawali perjuangannya dengan dilakukannya. Kebiasaan merokok pada mendidik kaum perempuan. (Mukhrizal Arif, umumnya dilakukan oleh kaum pria dan dkk:2014). Kita sudah mengetahui bahwa ada yang dilakukan penduduk didaerah Kartini adalah tokoh yang memperjuangkan bersuhu dingin sehingga menjadi hal yang kaum perempuan sehingga saat ini dapat wajar bagi masyarakat umum. Akan tetapi terlihat secara umum perempuan memiliki segelintir kaum perempuan juga melakukan kedudukan sejajar dengan laki-laki. hal yang sama di daerah Yogyakarta baik Bahkan mereka memiliki pengetahuan secara terbuka didepan umum ataupun yang lebih luas dan berwawasan sehingga tidak. Seperti yang diungkapkan oleh Imam perempuan sudah memahami tentang diri Budhi Santoso (2012) bahwa demikian dan lingkungannya. Mereka tidak hanya juga halnya dengan perempuan perokok, berurusan dengan pekerjaan domestik namun karena kenyataannya baik di Jawa/Indonesia juga ranah publik sehingga perempuan maupun di Barat, merokok bukan monopoli mampu mandiri salah satunya dalam laki-laki. Kendati sering terkesan merokok finansial. Perempuan kini diperlakukan bagi perempuan merupakan imbas gaya sama dan sejajar dengan kaum pria, adanya hidup modern (sebagaimana banyak dianut kebebasan berpikir, berpendapat dan ber­ oleh perempuan di perkotaan), namun tin­dak menuntut perempuan harus belajar sesungguhnya tradisi merokok di kalangan guna meningkatkan kualitas diri. Dari waktu perempuan sudah terdapat di Jawa cukup ke waktu perempuan di berbagai wilayah lama. semakin maju, tidak hanya sebagai konco Yogyakarta menjadi salah satu tempat wingking saja dalam istilah masyarakat Jawa tujuan dalam urbanisasi yang kemudian namun sekarang mereka mampu menjadi menjadikan masyarakatnya sangat beragam. teman yang sejajar kedudukannya. Banyak hal yang ditawarkan dari wilayah Wilayah urban yang sangat heterogen tersebut sehingga banyak orang datang sebagai lingkungan belajar individu dapat dari luar daerah baik dari segi pendidikan, mempengaruhi pembentukan perilakunya. sosial, budaya, agama, kesehatan maupun Perilaku yang dimiliki perempuan urban segi ekonomi. Hal itu menarik perhatian adalah refleksi dari pola pendidikan yang orang untuk berkunjung bahkan menetap. dia alami sepanjang hidupnya. Perilaku Kita ketahui bahwa Yogyakarta sebagai yang tampak tersebut memiliki tujuan kota budaya sangat kental dengan budaya dan maksud tertentu. Ken Plumer (2011: Jawa memiliki sejarah kemegahan kerajaan. 135) mengungkapkan bahwa secara singkat Masyarakat Jawa memiliki tata kelakuan perilaku sosial dapat meliputi: perilaku tinggi dan ketat secara budaya sehingga ada rasional disaat perilaku kita dipengaruhi batasan-batasan yang harus dilakukan oleh oleh maksud dan tujuan, perilaku nilai masyarakatnya dalam berperilaku. Nilai- disaat perilaku kita dipengaruhi oleh nilai- nilai sosial hidup dalam lingkungan budaya nilai pribadi, perilaku praktis disaat perilaku yang wajib dianut anggota masyarakatnya. kita dibentuk dengan cara menyelesaikan Budaya pendatang dan budaya asli hadir di permasalahan sehari-hari, perilaku instru­ wilayah itu. Keberagaman yang ada mampu mentasi disaat perilaku kita dibentuk dengan menciptakan berbagai fenomena sosial cara mengejar tujuan pribadi kita, perilaku budaya. Salah satunya adalah fenomena emosional disaat kita dipengaruhi oleh merokok khususnya di kalangan perempuan. perasaan, perilaku tradisonal disaat perilaku Perokok perempuan banyak dijumpai di kita dipengaruhi oleh kebiasaan kita, perilaku area publik Yogyakarta, mereka tanpa ragu jasmaniah disaat perilaku kita sangat terkait merokok di depan umum. dengan fungsi, perpindahan, dan gerakan Perilaku merokok yang dilakukan oleh tubuh kita, perilaku inovatif disaat perilaku perempuan pekerja di ranah publik dan kita diarahkan oleh kreativitas. berpendidikan tinggi memiliki simbol yang Begitu pula perilaku merokok yang bermakna dalam berkomunikasi dengan

111 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 sesama perokok perempuan. Komunikasi yang sudah lulus perguruan tinggi mereka yang dibutuhkan saat mereka berinteraksi bekerja penuh waktu dalam sektor publik. sehingga perilaku tersebut memberikan Sedangkan yang mahasiswa mereka belajar identitas pada dirinya. Padahal sebagai sambil bekerja secara sampingan tidak perempuan pekerja di wilayah urban penuh waktu contohnya di dunia hiburan yang mudah mengakses semua informasi, seperti menyanyi, memandu acara tertentu pengetahuan dan teknologi tentunya atau mempunyai toko pakaian pribadi. Hal memahami hal ikhwal tentangrokok bahkan tersebut membuat perempuan tersebut bahaya yang ditimbulkannya.Secara umum mampu mencukupi kebutuhan masing- perempuan merokok memiliki resiko besar masing dengan usaha sendiri. dari segi kesehatan dan adanya stigma negatif Teknik cuplikan dilakukan dengan terhadap perempuan perokok di lingkungan menggunakan purposive sampling dan sekitarnya namun mereka menjadikan snowball sampling. Peneliti sebelumnya telah perilaku merokok tersebut menjadi hal yang menentukan kriteria seseorang yang menjadi biasa dalam hidup. informan yaitu perempuan pekerja di sektor publik dan memiliki kebiasaan merokok juga METODE terpelajar. Penetapan kriteria tersebut adalah penggunaan cuplikan purposive sampling. Merokok sebagai simbol berinteraksi Kemudian dengan teknik snowball sampling perempuan urban akan dideskripsikan dengan dengan menemukan informan sebagai menggunakan metode kualitatifdeskriptif kunci dahulu yang selanjutnya melakukan untuk mengungkapkan suatu fenomena wawancara. Dari dia akan ditemukan yang ada di masyarakat secara komprehensif informan lain yang sama dengan kriteria dan holistik. Metode ini sangat tepat karena memiliki perilaku merokok dan didapatkan akan dapat menggali informasi dibalik informan kembali bahkan lebih banyak peristiwa yang terjadi bahkan akan mampu karena mereka mempunyai jaringan yang membangun serpihan-serpihan informasi cukup solid. menjadi utuh data hasil penelitian dengan baik. Telah diketahui bahwa hal yang dikaji Teknik pengumpulan data yang digu­ dalam penelitian ini adalah perempuan yang nakan adalah Observasi dengan mela­ku­kan berada di kawasan urban sehingga istilah kata pengamatan dan melihat aktifitas beberapa urban paling tepat digunakan. Penelitian informan yang kemudian dilakukan wa­ ini menggunakan sumber data narasumber wan­cara mendalam guna mendapatkan (Informan) adalah perempuan, perempuan informasi. Validitas data menggunakan yang berperilaku merokok. Perempuan trianggulasi untuk mendapatkan kebenaran tersebut tinggal di kawasan perkotaan (urban) yang bisa dipertanggungjawabkan. Pene­li­ Yogyakarta meskipun bukan asli orang tian ini menggunakan trianggulasi metode Yogyakarta yakni pendatang dari luar kota yaitu pengumpulan data dengan teknik Yogyakarta. Mereka bekerja dengan status pengumpulan data yang berbeda. Teknik yang sebagai mahasiswa dan sudah menyandang digunakan yaitu observasi dan wawancara gelar sarjana. Proses mendapatkan informan sehinggga data lebih akurat.Teknik analisis peneliti mengalami kesulitan karena hal yang data yang digunakan dalam penelitian ini dikaji sangat sensitif sehingga tidak semua adalah mendeskripsikan secara holistik perempuan perokok bersedia. tentang hasil penelitian tersebut. Pada akhirnya penelitian ini memiliki Penelitian ini menggunakan analisis 12 informan dengan inisial antara lain ER, data deskriptif kualitatif.Teknik analisis data LI, AP, RN, ME, MA, FT, IW, AR, AD, DN, kualitatif dalam penelitian ini menggunakan dan RW. Sebanyak 7 orang informan sudah model interaktif Miles & Huberman. Aktivitas lulus perguruan tinggi dan 5 orang masih analisis data model iniadalahreduksi data, menempuh studi di perguruan tinggi. Bagi sajian data, dan penarikan kesimpulan. Data kualitatif pada studi pendahuluan berupa

112 Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi, Merokok sebagai Simbol Interaksi bagi Perokok ... hasil wawancara dan catatan lapangan perilaku individu. Komunikasi yang dilakukan direduksi, disajikan untuk diberi makna, dalam berinteraksi sudah semakin maju. Kota terakhir disimpulkan untuk memperkuat sebagai salah satu tempat untuk membentuk latar belakang penelitian.Bagi Miles & perilaku manusia. Perilaku terbentuk karena Huberman (1992) mengatakan bahwa ada stimulus yang diterima dan kemudian ..analisis data kualitatif merupakan upaya direspons oleh manusia sesuai dengan makna yang berlanjut, berulang dan terus menerus. yang didapatkan dari pengetahuan dan Masalah reduksi data penyajian data, dan pengalaman...peraturan dapat digunakan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi untuk membentuk perilaku warga kota gambaran keberhasilan scara berurutan dimana ketika akhirnya terinternalisasi sebagai rangkaian kegiatan analisis yang dan terprogram dalam otak tanpa disadari saling susul menyusul. Namun dua hal perilakunya telah menjadi kebiasaan.. lainnya itu senantiasa merupakan bagian peraturan juga dapat membedakan perilaku dari lapangan. yang baik dan yang tidak baik (DK. Halim, 2008: 13). HASIL DAN PEMBAHASAN Seiring yang disampaikan oleh Paul B.Horton & Chester L. Hunt (1984: 151)Kota Hakekat manusia selain sebagai makhluk merupakan tempat berbagai hal yang saling Tuhan dan makhluk pribadi adalah sebagai bertentangan (kontras). Kota merupakan makhluk sosial dan budaya. Manusia sebagai pusat pendidikan, seni, ilmu pengetahuan makhluk sosial dan budaya tidak dapat dan pengobatan, kegembiraan, daya tarik hidup sendiri sehingga akan membutuhkan dan kemajuan...Kota juga merupakan pusat bantuan dari pihak lain. Kehidupan sosial perilaku buruk dan kejahatan, keroyalan budaya manusia menuntut untuk melakukan berlebihan, pemuasaan diri tanpa batas dan interaksi. Interaksi berupa hubungan antara kepura-puraan. Singkatnya kota merupakan satu individu dengan individu, individu tempat segala hal yang sangat berbeda dengan dengan kelompok dan kelompok dengan ciri budaya yang dominan. Nilai dan norma kelompok. Manusia jelas pasti terlibat sosial sebagai peraturan wajib dipatuhi oleh dalam hubungan tersebut yang mampu warga di wilayah tersebut yang berbeda satu mempengaruhi perilaku individu. Seperti wilayah dengan wilayah lainnya. Masyarakat yang diungkapkan oleh Ken Plummer (2011) perkotaan memiliki ciri khas tersendiri yang bahwa di dunia ini orang berperilaku terhadap berbeda dengan masyarakat di pedesaan. orang lain dan mereka menciptakan dunia sosial bersama orang lain; mereka bukan Seperti yang diungkapkan oleh Adon semata-mata resipien (penerima) yang pasif Nasrullah Jamaludin (2015: 35) bahwa dalam tatanan, struktur, penjara dan pola masya­rakat perkotaan sering disebut juga sosial yang ada. Tindakan-tindakan mereka urban community. Pengertian ini lebih bahkan terus mengubah dunia dan menjaga ditekankan pada sifat-sifat kehidupan kehidupan sosial dalam gerakan tanpa henti serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda bersamaan dengan keterikatan mereka dengan masyarakat pedesaan. Perhatian dengan orang lain. Perilaku oranglain dapat khusus masyarakat kota tidak terbatas pada mempengaruhi perilaku individu. Mereka aspek-aspek, seperti pakaian, makanan, dan berhubungan timbal balik saling berinteraksi perumahan tetapi lebih luas lagi. Kehidupan satu sama lainnya. Interaksi yang dilakukan yang lebih kompleks dialami oleh masyarakat tidak juga terlepas dari komunikasi di perkotaan. dalamnya. Perempuan sebagai masyarakat per­ko­ Perilaku individu di wilayah perkotaan taan atau masyarakat urban memiliki sifat dapat diartikan sangat dinamis dengan dan perilaku yang beragam pula. Adanya kehidupan sosial budaya. Semua hal yang ada fenomena perilaku perempuan merokok di wilayah perkotaan juga akan mempengaruhi di wilayah urban banyak ditemukan secara terbuka. Perempuan urban merokok di

113 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 ruang publik dengan bebasnya bukan hal individu, seperti yang diungkapkan oleh ER: yang asing lagi. Bagi perempuan tersebut “Punya teman kerja ada, teman main merokok memiliki simbol yang mengandung ada, sahabat juga ada. Kalo teman atau makna. Simbol digunakan untuk sahabat itu nongkrong di cafe, karaoke, berkomunikasi diantara mereka yang tanpa cuman fresh aja. Kalo teman kerja disadari akan menimbulkan aturan dalam itu pas sama-sama kerja di lapangan. sesama perokok sehingga dapat dipahami Kalo sahabat nongkrong di cafe, ketika berkomunikasi lalu akan dipatuhi karaoke seminggu bisa rutin. Itu sering oleh mereka. Simbol menjadi bagian dari juga, kalo sahabat kemarin-kemarin komunikasi. Komunikasi yang dilakukan seminggu bisa rutin, bahkan dikatakan individu dapat dilakukan secara langsung tiap hari. Merokok itu kebutuhan. Kami ataupun tidak langsung. Komunikasi perokok ada semboyan tak ada hari langsung disebut juga dengan komunikasi tanpa asap. Buat makan aja mending primer dan yang tidak langsung atau buat merokok aja ketimbang makan. melalui perantara media disebut komunikasi Karena ini bukan saya yang lihat bukan sekedar kebanggaan orang yang lihat sekunder. itu, bukan. Yang ada semboyan lebih Komunikasi primer bagi Syukriadi baik gak makan mending merokok.” Sambas (2015) adalah komunikasi yang (W/ER/21/06/2015) dilakukan secara tatap muka langsung Begitu juga ME yang mengatakan bah­wa: antara seseorang kepada yang lain untuk “Punya kelompok teman nongkrong, be­lanja, menyampaikan pikiran ataupun perasaannya party. Berkumpul setiap hari dan me­rokok ada­ dengan menggunakan simbol-simbol lah sebagai kebutuhan.” (W/ME/10/08/2015). tertentu, misalnya bahasa, isyarat, warna, bunyi, bahkan bau. Adapun proses komunikasi Kebutuhan merokok bagi informan secara sekunder adalah komunikasi yang sudah wajib dipenuhi. Bahkan mereka sudah dilakukan dengan menggunakan alat/sarana menganggap seperti kebutuhan pokok yang sebagai media kedua setelah bahasa. Kegiatan disejajarkan dengan kebutuhan makan. merokok pada perempuan memiliki simbol Padahal kebutuhan pokok terdiri dari yang bermakna sebagai bentuk komunikasi kebutuhan akan pangan, sandang, papan, primer dengan sesama perokoknya. Berikut kesehatan dan pendidikan. Sesuai dengan makna perilaku merokok sebagai simbol adanya hierarki kebutuhan Maslow yakni berkomunikasi bagi perempuan berdasarkan kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa hasil penelitian: aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan motif aktualisasi diri (Howard S. Friedman, Kebutuhan dan Kebiasaan 2006). Kebutuhan fisiologis dapat berarti Kebutuhan menjadi hal yang harus sebagai kebutuhan dasar yang berkaitan dipenuhi apabila tidak terpenuhi maka dengan jasmaniah seperti pangan, sandang, suatusistem tidak akan dapat berjalan dengan papan, kesehatan dan pendidikan. Makna baik dan akan mengalami gangguan. Antara kebutuhan bukan menjadi rahasia umum lagi kebutuhan dan kebiasaan sangat dekat bagi perokok begitu juga kebiasaan menjadi ketika kebiasaan dilakukan kontinyu setiap makna merokok. Bagi RN mengatakan bahwa: waktu yang akan sulit dihilangkan. Meskipun “Ya hanya nongkrong dan bercerita sebulan kebiasaan tidak menempatkan rokok sebagai empat kali. Merokok sebagai kebiasaan” (W/ kebutuhan. Merokok bagi perempuan RN/17/06/2015). bermakna sebagai suatu kebiasaan dan Kebiasaan merupakan tindakan berulang menjadi salah satu kebutuhan hidup makna dilakukan oleh individu yang melekat pada tersebut juga diketahui oleh sesama perokok dirinya akan tetapi belum sampai pada dalam kelompoknya. Kedua hal tersebut titik sebuah kebutuhan. Sehingga merokok menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan bagi bukan sebagai kebutuhan pokok hanya

114 Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi, Merokok sebagai Simbol Interaksi bagi Perokok ... sebatas kebiasaan. Teori pembelajaran sosial empat kali itupun kalo gak ada kerjaan. menjelaskan kecenderungan kita dalam Merokok bagi kami lebih kebersamaan.” (W/ berespons dengancara tertentu_disebut AP/10/08/2015). “kebiasaan”_disebabkan oleh apa yang Begitu juga MA mengatakan hal yang disebut sebagai sebagai hierarki dorongan sama:“Ada beberapa teman kampus hampir sekunder(Howard S. Friedman, 2006 : 239). setiap ketemu di kampus dan di kantin Merokok biasa dilakukan oleh informan dan hampir tiap hari. Merokok itu sebuah tanpa kecuali baik di ruang publik maupun kegiatan yang dilakukan bersama-sama. di ruang privat. Kebiasaan dan kebutuhan Pernah tujuan keluar malam tapi pasti akan rokok membuat informan hampir merokok.” (W/MA/09/07/2015). selalu membawa batang rokok dan korek Bertemu dan berkumpul di suatu api juga tersedia di ruang kerja ataupun tempat dan melakukan komunikasi primer kamar pribadi informan. Pemaknaan simbol kemudian merokok bersama adalah kegiatan merokok sebagai kebutuhan dan kebiasaan yang menyenangkan bagi mereka. Perasaan sudah dipahami oleh perokok perempuan. kecocokan dan kesamaan kepentingan tujuan dalam hal merokok menjadi salah Kebersamaan satu faktor penyebab mereka bersama. Sesuai Merokok yang dilakukan oleh informan pendapat Blumer (1969) tindakan manusia bersama teman-temannya menunjukkan adalah tindakan interpretatif yang dibuat rasa kebersamaan saat mereka berkumpul di oleh manusia itu sendiri ...tindakan tersebut suatu tempat. Banyak hal yang dilakukan saat saling dikaitkan dan disesuaikan oleh berkumpul. Kebersamaan yang dirasakan anggota-anggota kelompok;hal ini disebut lebih intim ketika saat bertemu kemudian sebagai tindakan bersama yang dibatasi mereka merokok bersama sambil bercerita sebagai;”organisasi sosial dari perilaku ataupun bernyanyi seperti yang diungkapkan tindakan-tindakan berbagai manusia oleh RW : (Margaret M. Poloma, 2004). Kelompok sesama perokok perempuan tersebut yang “Ya temen-temen kuliah saya memiliki perilaku tindakan tertentu akan yang merokok. Bukan kelompok terikat oleh aturan yang secara tidak sadar struktural,namun kelompok teman mereka jalani. Dari rasa kebersamaan itu akan kuliah biasa. Ketika teman-teman saya tercipta sikap loyal terhadap kelompok dan ke Jogja tidak sering sih. Seperti yang ada rasa patuh terhadap aturan kelompoknya. saya katakan tadi, merokok aktifitas Sejalan dengan yang disampaikan oleh yang menyenangkan. Ya tadi itu, paling Cuma nongkrong terus ngrokok bareng.” Margaret M. Poloma (2004) bahwa sebagian (W/RW/14/08/2015) besar tindakan bersama tersebut berulang- ulang dan stabil, melahirkan...kebudayaan Bagi DN yang menyukai musik hip-hop dan aturan sosial. mengutarakan bahwa :“Punya teman teman perokok, nongkrong bareng, hangout bareng, hampir tiap hari dan bagian dari rutinitas.” Melepas Kepenatan (W/DN/10/08/2015). Lain halnya informan yang memaknai LI mengatakan bahwa:“Banyak teman- merokok sebagai kegiatan yang tidak sekedar teman kerja freelance dan temen-temen untuk berkumpul dan merokok namun untuk kuliah ngerokok. Gak ada aktivitas, kumpul melepas kepenatan dari sibuknya pekerjaan kalo ada kerjaan sih. Merokok itu kegiatan mereka.Beberapa orang merasakan adanya menghisap dan mengeluarkan asap.” (W/ tekanan pekerjaan dan mereka menginginkan LI/30/06/2015). dapat terlepas dari beban masalahnya Sejalan dengan yang disampaikan oleh sehingga pelampiasan terhadap merokok bagi AP:“Sama-sama perokok suka kumpul, informan mampu membuat perasaandan nongkrong, dan ngopi. Seminggu tiga atau pikirannya lebih baik lagi. Merokok bukan

115 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 hanya sekedar keinginan ataupun gaya tetapi yang sama menjadi hal yang lumrah. Simbol informan menjelaskan ada unsur sosial saat merokok bagi perokok perempuan adalah berinteraksi dengan sesama perokok sehingga bentuk menghargai dan menghormati juga mampu menciptakan kebahagiaan secara menganggap sebagai temansesama perokok psikologis, mereka berkomunikasi saling juga. Ketika berkumpul mereka terkadang bercerita, membagi hal yang dipikirkan dan menawari teman yang didekatnya untuk dirasakan, juga terkadang saling memberi merokok bersama dan berkomunikasi dalam pemecahan terhadap masalah yang dihadapi kelompok. Tidak hanya dalam kelompok oleh informan. Kontinuitas berkumpul yang terdiri dari teman kumpul informan saja dengan sesama perokok perempuan menjadi melainkan sesama perokok yang lain baik salah satu kegiatan yang dapat melepaskan yang jarang berkumpul ataupun yang baru kepenatan sehingga informan merasa tidak dikenal. Ada bentuk menghargai terhadap memiliki beban setelah pertemuan tersebut. orang lain bagi perokok. Informan berinisial FT mengutarakan bahwa: Merokok memiliki berbagai makna “Aktivitas kelompok perokok kerja dan sosial. bagi perokok sendiri dan sesama perokok. Seminggu 2-3 kali berkumpul. Merokok Simbol merokok bermakna sebagai kebu­ sebagai alat melepaskan kepenatan.” (W/ tu­han, kebiasaan, kebersamaan, melepas FT/14/08/2015) kepenatan dan menghargai sesama perokok, Makna merokok sebagai pelepas kepe­ serta muncul ada istilah perokok sosial na­tan dirasakan informan layaknya obat bagi mereka. Makna simbol merokok penghilang tekanan, baik dari beban dalam kehidupan perokok perempuan yang pekerjaan ataupun kehidupan pribadi. Saat berada kawasan urban Yogyakarta muncul mengalami tekanan ataupun permasalahan dari pengakuan informan yang menjadi informan akan merokok dalam jumlah sumber informasi sebagai data kualitatif. banyak sehingga teman sesama perokok Seperti yang diungkapkan oleh Mead dalam akan mengetahuinya tanpa harus bercerita bukunya Richard Osborne&Borin Van Loon dahulu. Mereka memahami dengan simbol (2005) yaitu seiring pertumbuhan kita rokok yang dikonsumsi dalam jumlah banyak sebagai individu kita belajar menggunakan tidak seperti biasanya. Pemaknaan simbol simbol-simbol dari kelompok terdekat kita yang sama sehingga dapat terjadi komunikasi dan memberikan makna yang sama pada dalam kelompok perokok perempuan simbol-simbol itu. Seiring perkembangan tersebut. kita dan masyarakat, simbol-simbol itu beserta maknanya dapat saja berubah. Kita Menghargai Sesama Perokok kemudian berinteraksi secara simbolis dengan lingkungan kita. Sebelumnya informan berinisial FT Setiap kelompok sosial perempuan juga menyampaikan tentang perokok perokok memiliki perbedaan arti simbol sosial. Bagi dia merokok sebagai salah satu tersebut meskipun ada sedikit unsur benang bentuk menghargai dan mengakui teman merah yang sama yakni pada kebersamaan saat berkumpul bersama. Begitu juga IW dan perokok sosial. Macionis misalnya mengatakan bahwa : mendefinisikan kebudayaan sebagai nilai, “Iya saya punya teman kelompok. keyakinan, perilaku, dan materi (material Teman-teman media, teman-teman objects) yang mengatur kehidupan masya­ aktivis yang kebanyakan juga perempuan rakat. Adapun komponen kebudayaan ada­ merokok. Bertemu seminggu satu kali lah simbol, bahasa, nilai dan keyakinan. dan merokok bagi kami hanya untuk Simbol bisa berupa benda atau gerakan yang menghargai sesama perokok. Perokok mempunyai arti khusus bagi orang yang yang sosial.” (W/IW/12/08/2015). terhimpun dalam kelompok, komunitas atau Menghargai dan memberi pengakuan masyarakat (Sunyoto Usman, 2015). terhadap teman yang berada di lingkungan

116 Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi, Merokok sebagai Simbol Interaksi bagi Perokok ...

Unsur kebersamaan dan menghargai dan simbol yang dimiliki dalam interaksi sesama perokok dalam suatu perkumpulan serta komunikasi yang dilakukan mampu yang memang hampir selalu ada dalam mempengaruhi individu dalam berperilaku. perempuan perokok. Ketika mereka tidak Ada konsep self indication yang dikatakan mempunyai batang rokok akan diberi oleh oleh Blumer yaitu proses komunikasi yang temannya pada saat itu sedang berkumpul sedang berjalan yang dalam proses ini kemudian merokok bersama-sama. Ketika individu mengetahui sesuatu, menilainya, mereka merokok dalam satu komunitasnya memberinya makna dan memutuskan tentu akan berbeda dalam memaknai simbol untuk bertindak berdasarkan makna itu merokoknya. Lain halnya dengan perokok (Agus Salim, 2008). Individu berperilaku perempuan di daerah dataran tinggi dieng tidak lepas dari penilaian dan pandangan memaknai simbol merokok dikarenakan orang lain, begitu pula perilaku perokok keadaan alam yang dingin mengarahkan perempuan yang mendapatkan stigma perempuan merokok. Juga ada pendapat negatif dari beberapa kelompok masyarakat bahwa merokok dilakukan oleh perempuan lainnya. penilaian dan pandangan tersebut pekerja sehingga terkesan kotor (Iman Budhi biasanya dapat mempengaruhi apa yang akan Santoso, 2012). individu lakukan. Seperti yang dijelaskan Walaupun ada beberapa perempuan dalam teori Sosiologi Komunikasi yaitu yang merokok dikarenakan keadaan teori perbandingan sosial bahwa kita juga alam tempat dia tinggal itu menjadi hal menyadari posisi kita dalam pandangan yang umum, bagi perempuan urban yang orang lain dan masyarakat. Kesadaran posisi merokok menjadi perilaku yang kurang ini tidak melahirkan prasangka jika kita baik di beberapa kelompok masyarakat lain. menilai orang lain relatif memiliki posisi Perilaku merokok pada perempuan bagi yang sama dengan kita. masyarakat pada umumnya memiliki stigma Menurut Myres (1999), prasangka terlahir negatif yaitu perempuan nakal seperti juga ketika orang menilai adanya perbedaan yang diungkapkan oleh RN:“Keluarga tidak yang mencolok. Teori perbandingan sosial setuju. Terutama Ibu gak setuju karena ditimbulkan oleh kebutuhan untuk menilai ngerokok itu cewek nakal biasanya.” (W/ diri sendiri (Syukriadi Sambas, 2015: 87). RN/17/06/2015).Ada stigma negatif yang Teori tersebut menyampaikan bahwa ketika dialami oleh perempuan perokok yang individu berkomunikasi mengandung unsur diberikan oleh masyarakat secara umum. penilaian terhadap orang lain. Bahkan Seperti yang ditulis oleh Iman Budhi Santoso dapat mengakibatkan prasangka. Prasangka (2012) bahwa perokok perempuan di dieng tersebut bisa jadi positif bisa juga negatif, hal mengatakan banyak orang dari kota yang tersebut sesuai dengan pengalaman individu menganggap perempuan merokok itu saru penilai. seperti perempuan nakal. Terkadang perilaku Aktivitas lain yang dilakukan saat merokok pada perempuan dikategorikan merokok dan berkumpul dengan sesama adalah sebuah perilaku yang tidak sesuai perokok bagi perempuan urban adalah aturan di masyarakat karena perokok itu aktivitas minum, makan dan berjudi ditujukan hanya pada kaum laki-laki. sehingga mereka membutuhkan waktu yang Akan tetapi perbedaan makna simbol pada tidak sebentar dalam pertemuan tersebut. perempuan di dataran tinggi dieng dengan Pertemuan yang biasanya dilakukan di perempuan urban begitu jelas berbeda. malam hari selepas informan bekerja. Ada Perempuan di dataran tinggi dieng tersebut informan yang hanya minum minuman berkaitan dengan budaya yang hidup disana kopi dan minuman keras sebagai pelengkap dan faktor geografis dikarenakan keadaan namun tidak berjudi seperti yang dikatakan alam yang lebih dingin dari daerah lainnya. informan AR bahwa : Perilaku individu sangat berkaitan Kalau judi kebetulan tidak ya, nah kalau dengan interaksi sosial yang dialaminya minum masih, karena biasanya ada

117 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

teman yang mengajak minum anggur, minum minuman keras lagi yaitu LI dan civas, krl kalau jaman kuliah bir pernah. IW. LI mengatakan bahwa,“Untuk minum Biasanya saya minum itu karena capek minuman sekarang udah enggak sama sekali bukan untuk mabuk. Karena menurut tapi pernah minum. Judi enggak. Kalo kopi saya sekalianlah untuk minum sekalian suka tapi gak sering.” (W/LI/30/06/2015). IW yang berkualitas. Sekarang sudah tidak mengungkapkan hal yang sama: “Dulu saya pernah ke diskotik. Kalau kopi iya suka juga minum minuman keras, iya saya juga sih, tapi tidak banyak karena perut saya tidak kuat, nah kopi itu obat migrain buat mengkonsumsi kopi” (W/IW/12/08/2015). saya, karena maag tadi kalau minum Informan memiliki kesukaan masing- kopi sakit, sering dulu mengkonsumsi masing dalam pemilihan perilaku yang kopi klotok. Sekarang kuat kopi-kopi menemani saat mereka merokok. Perilaku cream.” (W/AR/22/06/2015) minum minuman keras dialami oleh 10 Begitu juga yang dialami oleh ER yaitu : informan baik yang sampai sekarang masih aktif, jarang ataupun sudah berhenti “Kalo judi enggak. Cuma minum meminumnya bahkan ada yang tidak aja. Macam-macam e mas, kontrui, menyukai judi juga minum minuman jack, redlebel, saya sampai apal keras bahkan minum kopi sekalipun semua jenis minuman. Kopi terus, seperti AD mengungkapkan bahwa:“Ngga dimanapun warung mesti saya beli minum minuman keras juga judi. Kopi kopi. Ngerokok yang harus ada kopi.” juga ngga doyan. Bikin pengen BAB” (W/ (W/ER/21/06/2015) AD/12/06/2015). Sejalan dengan yang dikatakan RN Motivasi yang dimiliki oleh informan bahwa:“Minum minuman keras selain bir. dalam membentuk perilaku berbeda. Bir bikin alergi. Kadang-kadang ngopi tapi Keinginan dan dorongan yang dimiliki kopi item.” (W/RN/17/06/2015). individu mempengaruhi kehidupannya Akan tetapi ada informan yang tidak begitu juga hal tersebut dipengaruhi sering minum minuman keras mau­ oleh kehidupan sekitarnya. Respon yang pun judi hanya minum kopi saja sebagai diberikan individu dari stimulus yang ada teman merokok, seperti RW juga me­nga­ta­ juga berbeda satu sama lain. Bagi Hull, kan: “Pernah minum tapi tidak hobi, kalau makhluk hidup melakukan respons yang untuk judi tidak, tidak punya uang. Iya saya bertujuan menurunkan dorongan dalam suka minum kopi.” (W/RW/14/08/2015). dirinya. Respons-respons ini pada diri Senada yang diungkapkan oleh MA:“Minum makhluk hiduplah yang menjadi stimulus- minuman keras iya kalo judi enggak. Minum stimulus untuk respons-respons lebih lanjut kopi juga iya.” (W/MA/09/07/2015). Bagi dan meletakkan dirinya antara stimulus ME dia tidak berjudi maupun minum kopi, (misalnya rasa lapar) dan respons (misalnya saat merokok bersama teman-temannya makan) (Howard S. Friedman, 2006:238). dia hanya minum minuman keras. Berikut Merokok yang memiliki simbol dan maknadi pengakuannya:“Minum iya minuman keras, dalamnya terdapat perilaku pengiring yaitu judi enggak, tapi tidak mengkonsumsi kopi.” aktivitas minum minuman keras atau kopi (W/ME/10/08/2015). atau bahkan judi. Meskipun berdasarkan Akan tetapi Informan ada yang suka data dari informan untuk berjudi bukan yang berjudi jenis judi bola dan ada yang lebih utama. Minuman keras dan kopi hampir selalu menyukai kopi daripada minuman keras dilakukan oleh sebagian besar dari mereka. sehingga dia tidak sering minum minuman Akan tetapi untuk minum minuman keras keras seperti yang diungkapkan oleh informan dilakukan hanya saat berkumpul bersama AP:“Minum-minuman keras jarang, judi bola teman kelompoknya, secara individu rata- langsung sama teman. Palingan ya ngopi.” rata hanya mengkonsumsi kopi. (W/AP/10/08/2015). Bahkan dari informan Pertemuan dalam kelompoknya ter­ sekarang ada yang sudah tidak mengkonsumsi sebut membutuhkan waktu yang tidak

118 Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi, Merokok sebagai Simbol Interaksi bagi Perokok ... singkat dan biasanya terjadi pada malam gagasan merupakan bagian kebudayaan itu hari, seusai mereka bekerja.Kelompok sendiri serta hasil dari cipta, rasa dan karsa perokok perempuan duduk bersama sambil dari tindakan manusia. Hubungan yang berkomunikasi tentang berbagai hal yang sangat erat itu menimbulkan penciptaan bersifat kesenangan saja sehingga bagi mereka simbol-simbol, sampai manusiapun disebut hal tersebut membuat bahagia perasaan makhluk dengan simbol-simbol. Manusia setiap perokok yang datang berkumpul. bisa menciptakan simbolkarena manusia Seiring dengan yang diungkapkan oleh berpikir, berperasaan dan bersikap dengan George Ritzer & Douglas J. Goodman (2009) ungkapan-ungkapan sebagai akibat tekanan bahwa agar memiliki diri orang harus menjadi alamiah dari manusia untuk berkomunikasi. anggota komunitas dan ia diarahkan oleh Seiring dengan yang diungkapkan oleh sikap yang sama dengan sikap komunitasnya. James M. Henslin (2007) bahwakebudayaan Kalau bermain hanya memerlukan diri yang nonmaterial sebagai kebudayaan simbolis terpilah-pilah maka permainan memerlukan (symbolic culture) karena komponen intinya diri yang koheren. ialah simbol yang digunakan manusia. Merokok bagi perokok perempuan Sebuah simbol (symbol) merupakan sesuatu adalah cara untuk berkomunikasi dengan yang diberi makna oleh manusia, yang baik sesama perokok. Komunikasi diperlukan mereka gunakan untuk berkomunikasi. untuk keberlangsungan interaksi sosial Simbol mencakup gerak isyarat, bahasa, diantara mereka. Ada kesamaan makna dan nilai, norma, sanksi, folkways dan mores. Hal pemahaman dalam berkomunikasi sehingga tersebut bagian dari komunikasi. Komunikasi terbentuk kelompok sesama perokok. Seperti yang dilakukan perokok perempuan dengan yang diungkapkan oleh Syukriadi Sambas, sesama perokok mudah dipahami dan (2015) bahwa proses komunikasi dapat dilakukan. dikatakan berhasil apabila terjadi kesamaan makna. Sebaliknya komunikasi menjadi SIMPULAN gagal apabila keduanya tidak ada kesamaan makna atas apa yang dipertukarkan atau Merokok sebagai simbol dalam ber­ dikomunikasikan. Seiring pernyataan in­teraksi bagi perokok perempuan urban dari Sunyoto Usman (2015) bahwa oleh yang tinggal di wilayah perkotaan memiliki karena dalam hidup bermasyarakat orang keunikan dalam hal pelaku perokok. Yaitu menyepakati makna suatu simbol dan seorang perempuan berpendidikan tinggi, kemudian mendistribusikannya, makaorang mandiri secara finansial dan mengetahui dengan efektif dapat menjalin komunikasi. pengetahuan semua tentang merokok baik itu Selanjutnya, karena makna suatu simbol itu dampak rokok bagi kesehatan dan kehidupan adalah dipelajari, maka simbol-simbol itu sosialnya.Temuan penelitian ini adalah adalah bersifat sosial dan dipelajari melalui perilaku merokok mereka merupakan simbol hidup bermasyarakat. yang memiliki makna antara lain sebagai kebutuhan dan kebiasaan, kebersamaan Perokok perempuan dalam hal ini antar perokok, melepas kepenatan dan mempelajari apa yang dapat dikatakan menghargai sesama perokok. Bahkan sebagai budaya bagi komunitasnya. Mereka ditemukan istilah perokok sosial dikalangan berinteraksi menggunakan simbol dan mereka yang berarti tidak berbeda dengan memahami maknanya serta mengikuti arti bentuk penghargaan dengan sesama perokok dan tujuan simbol ke dalam perilaku mereka. juga dengan perokok pasif yakni adanya Komunikasi yang dilakukan oleh perempuan permintaan ijin untuk merokok didekatnya perokok di wilayah urban menyertakan dari perokok aktif. simbol merokok sebagai bahasa yang sudah dipahami maknanya oleh sesama perokok. Simbol merokok yang dipahami oleh Syukriadi Sambas (2015) mengatakan bahwa sesama perokok dalam berkomunikasi simbol-simbol, nilai-nilai dan gagasan- mampu membentuk solidaritas diantara

119 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 mereka. Adanya stigma negatif ketika melihat Margaret M. Poloma. (2004). Sosiologi perempuan merokok di ruang publik secara Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo bebas bagi beberapa kelompok yang ada di Persada. lingkungannya. Kegiatan merokok mereka Milles, B. Matthew & Huberman, Michael, A. juga memiliki kebiasaan sebagai fungsi (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: kegiatan pengiring yaitu merokok dengan UI Press. minum kopi dan minuman keras juga berjudi walau hanya judi bola. Kegiatan tersebut Osborne, Richard & Loon,Van, Borin. (2005). dilakukan saat berkumpul dengan sesama Sosiologi. Batam: Scientific Press. perokok sedangkan untuk minum kopi oleh Plumer, Ken. (2011). Sosiologi The Basics. perokok perempuan masih bisa dilakukan Jakarta: Rajawali Pers. secara individual tanpa harus berkumpul dengan teman.Kegiatan berkumpul tersebut Ritzer, George & Goodman, J, Douglas. biasanya dilakukan pada malam hari selepas (2009). Teori Sosiologi. Yogyakarta: mereka bekerja. Simbol merokok digunakan Kreasi Wacana. dalam berkomunikasi bagi sesama perokok Salim, Agus. (2008). Pengantar Sosiologi sehingga terjadi interaksi sosial diantara Mikro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. mereka. Sambas, Syukriadi. (2015). Sosiologi Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia. UCAPAN TERIMAKASIH Santosa, Budhi, Imam. (2012). Ngudud Terimakasih disampaikan kepada Cara Orang Jawa MenikmatiHidup. semua pihak yang terlibat dalam penelitian Yogyakarta: Manasuka ini sehingga terlaksana dengan baik. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Scott, John. (2011). Sosiologi The Key Concepts. tim redaksi Jurnal Informasi yang telah Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. mempublikasikan penelitian ini. Soekanto, Soerjono. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo DAFTAR PUSTAKA Persada Usman, Sunyoto. (2015). Sosiologi Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Arif, Mukhrizal, dkk. (2014). Pendidikan Pustaka Pelajar. Posmodernisme: Telaah Kritis Pemikiran Tokoh Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Friedman, S., Howard. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga. Halim, DK. (2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta: Bumi Aksara. Henslin, M., James. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. Horton, B, Paul &Hunt, L., Chester. (1984). Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Jamaludin, Nasrullah, Adon. (2015). Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya. Bandung: CV. Pustaka Setia.

120 Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan ..

KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PENDAMPINGAN PADA SISWA SMP SE KOTA YOGYAKARTA

Pratiwi Wahyu Widiarti [email protected] Jurusan Ilmu Komunikasi FIS UNY

Abstract This study aims to determine, the self-concept of junior high school students in the city of Yogyakarta and description of the mentoring model for junior high school students in Yogyakarta city based on adolescent self concept.The research method used quantitative method, with descriptive statistical technique. The population of this research is all junior high school students in Yogyakarta city from 15 State Junior High School and 42 Private Junior High. The results is first, the self-concept of students is balanced between those who have low self-concept (222 people: 49.4%), with high self- concept (227 people: 50,6%). Second, from the self concept aspects, the results obtained, have: a) high self-concept/academic self as much as 262 students (58.4%); b) family self concept as high as 257 students (57.2%); c) high physical self-concept, ie 250 students (55.7%); d) low self-concept moral ethics there are 220 students (49%); e) low social self-concept there are 220 students (49%); f) Low self-concept personal there are 216 students (48.1%). Third, the low-tendentious concept of self is ethical-moral, social and personal, then approaches are used for the assistance: a) from the side of interpersonal communication: Self-fulfilling prophecy; opened self; self confidence; and selectivity; b) in terms of interaction style, by developing an enabling interaction style; c) in terms of guidance and counseling services by forming individual guidance and group guidance.

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri remaja siswa SMP sekota Yogyakarta dan deskripsi model pendampingan bagi remaja siswa SMP se kota Yogyakarta berdasar konsep diri remaja. Melalui metode kuantitatif, dengan teknik statistik deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP se kota Yogyakarta dari 15 SMP Negeri dan 42 SMP Swasta. Hasil penelitian adalah, pertama, konsep diri siswa berimbang antara yang memiliki konsep diri yang rendah (222 orang: 49.4%), dengan yang memiliki konsep diri yang tinggi (yaitu 227 orang: 50.6%). Kedua, dari aspek-aspek konsep diri, diperoleh hasil, yang memiliki: a) konsep diri kerja/akademik yang tinggi sebanyak 262 siswa (58.4%); b) konsep diri keluarga yang tinggi sebanyak 257 siswa (57.2%); c) konsepdiri fisik yang tinggi, yaitu 250 siswa (55.7%); d) konsepdiri etik moral yang rendah ada220 siswa (49%); e) konsep diri sosial yang rendah ada 220 siswa (49%); f) konsep diri personal yang rendah ada 216 siswa (48.1 persen). Ketiga, konsep diri yang cenderung rendah adalah konsep diri etik-moral, sosial dan personal, maka digunakan pendekatan bagi pendamping: a) dari sisi komunikasi interpersonal: Nubuat yang dipenuhi sendiri; membuka diri; percaya diri; dan selektivitas; b) dari sisi gaya interaksi, dengan mengembangkan gaya interaksi yang mendorong (enabling); c) dari sisi layanan bimbingan dan konseling dengan membentuk bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Keywords: Self Concept, Interpersonal Communication, Counseling

135 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

PENDAHULUAN remaja yang menyukai penampilannya turun Masa remaja adalah masa transisi dari menjadi 56%. Anak-anak perempuan usia 9 masa kanak-kanak menuju dewasa. Rentang tahun, dilaporkan melakukan diet, sedang masa remaja cukup panjang, terutama di remaja yang ada di kelas VIII (kelas 2 SMP) era dan area negara industri maupun di 80% nya juga melakukan diet. Selanjutnya negara sedang berkembang, yaitu berkisar ada sekitar 7 juta remaja perempuan dan usia 11/12 tahun-21/22 tahun. Di Indonesia perempuan dewasa mengalami gangguan kaum muda yang di dalamnya tergolong makan (eating disorders), sementara anak ada remaja; cukup banyak persentasenya, laki-laki dan laki-laki dewasa yang mengalami sekitar 30 % an adalah mereka yang berusia hal tersebut hanya 1 juta. 10% nya terjadi pada muda. Kaum muda terutama remaja, akan usia 10 tahun atau lebih muda, sedang 33 % menghadapi banyak tugas-tugas per­kem­ nya di usia 11-15 tahun. Hasil yang lain, ada bangan yang harus dilaluinya. Menurut sebanyak 20% perempuan usia mahasiswa Havighurst dalam Hurlock (1991) ada sekitar adalah pengidap bulimia. Selain itu satu dari 7 tugas perkembangan yang harus diha­ 3 remaja perempuan kelas 9-12 (setara SMA) da­pi seorang remaja. Tercapainya tugas- menganggap dirinya mengalami kegemukan, tugas perkembangan ini juga akan sangat dan 60 % nya selalu mencoba menurunkan dipengaruhi oleh lingkungan dan kultur. berat badan. (Journal Writing Improves Self- Esteem, 2013) Dalam menghadapi tugas-tugas tersebut, ada remaja yang mampu menghadapinya, Dari persoalan yang dipikirkan dan namun juga ada yang kurang atau tidak dihadapi remaja baik yang di dunia Barat mampu menghadapi.mampu menghadapi, maupun di Indonesia, nampak ada suatu biasanya akan melakukan hal-hal yang kegamangan dalam menghadapi hidup pada sifatnya kontradiktif dan bersifat negatif. Jika masa ini, terutama kecemasan diawali dari demikian, ini akan menimbulkan persoalan dalam diri sendiri, yaitu kecemasan pada bagi remaja sendiri maupun lingkungannya. tubuh / fisik yang berkembang, kemudian Masa remaja juga sering disebut masa krisis, setelah menghadapi persoalan di dalam diri beberapa hal yang menimbulkan krisis pada sendiri, remaja juga perlu menyesuaikan diri remaja antara lain terlihat dari hasil penelitian dengan hal-hal di luar dirinya, masalah relasi Pam Nilan (2013) pada remaja di Indonesia, dengan orang lain, terutama orangtua dan antara lain bagi remaja Indonesia, yang juga teman-teman sebayanya. Hal ini masih menimbulkan masalah di usia remaja adalah ditambah dengan bagaimana remaja belajar 1) seks bebas (free seks) atau pergaulan bebas, menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan yaitu 50% dari subjek remaja yang diteliti (N: norma dan kultur yang melingkupinya. 3565 remaja). 2) 40% remaja menyebutkan Hal-hal yang dihadapi oleh remaja, narkoba dan minuman keras adalah masalah sebagian besar menyangkut tentang dirinya. bagi remaja; 3) hanya 20% remaja yang Sementara diri (self) terbentuk dengan adanya men’cemas’kan ketiadaan pekerjaan atau konsep tentang diri (self concept). Indikasi masalah ekonomi. Penelitian Pam Nelan masalah-masalah diri pribadi maupun diri ini, sekitar 61,7% dari respondennya sedang dengan lingkungannya menunjukkan bahwa bersekolah setaraf SMP. banyak remaja memiliki konsep diri yang Penelitian di Barat pada anak-anak kurang (rendah) atau belum memahami usia remaja awal (11-15 tahun), ditemukan bagaimana konsep dirinya sendiri. Konsep persoalan-persoalan tentang bagaimana diri merupakan gambaran menyeluruh remaja menghadapi perkembangan dirinya tentang kemampuan dan sifat-sifat seseorang terutama dalam perkembangan fisiknya. (Papalia & Olds, 1996). Menurut Fittz Persoalan yang muncul, adalah ada 75% (Hendriati Agustiani: 2009) keseluruhan anak-anak usia 8-9 tahun yang menyatakan kesadaran atau persepsi seseorang tentang mereka menyukai penampilannya, namun dirinya sendiri merupakan gambaran tentang saat usia 12-13 tahun, terutama pada gadis diri atau konsep diri individu. Fitts juga

136 Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan .. menyatakan, bahwa konsep diri berpengaruh KAJIAN PUSTAKA kuat terhadap tingkahlaku seseorang. Dengan Konsep Diri mengetahui konsep diri seseorang, akan lebih mudah meramalkan dan memahami Konsep diri adalah pemahaman ten­ tingkahlaku orang tersebut. Jika remaja tang diri sendiri yang timbul akibat interaksi menggambarkan dirinya sebagai seseorang dengan orang lain. Konsep diri merupakan yang positif, maka hal ini disebabkan oleh faktor yang menentukan (determinan) dalam penilaian dirinya sendiri serta penilaian komunikasi kita dengan orang lain (Riswandi, dirinya oleh orang lain bersifat positif. Hal 2013: 64). Konsep diri adalah pandangan dan yang sebaliknya dapat terjadi. Jika seseorang perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang mempersepsikan dirinya sebagai orang diri ini bisa bersifat psikologis, sosial dan fisis, yang inferior dibandingkan dengan orang menurut William D Brooks dalam Jalaludin lain, walaupun hal ini belum tentu benar, Rakhmat (2015: 98). biasanya tingkah laku yang ditampilkan Kebanyakan ahli-ahi tentang diri akan berhubungan dengan kekurangan setuju, bahwa konsep diri secara jelas yang dipersepsinya secara subjektif tersebut dapat terdiferensiasikan dan terstruktur, (Hendriati Agustiani, 2009). yang merupakan suatu keseluruhan yang Menilik adanya persoalan remaja stabil. Sepanjang kehidupan, konsep diri terutama remaja yang duduk di bangku berkembang dan berubah secara ber­ sekolah SMP yang berkisar tentang diri dan kelanjutan, meskipun sulit untuk mem­ penyesuaian diri dengan lingkungannya, bedakan antara perkembangan dan perubahan maka penulis tertarik meneliti konsep konsep diri (Fittz, 1972: 35). Dengan adanya diri pada siswa SMP se kota Yogyakarta, perkembangan dan perubahan tersebut, dengan anggapan, siswa-siswa tersebut juga dapatlah diterima pendapat Rogers (Hall mengalami persoalan tentang dirinya, dan & Lindzey, 1978: 499), bahwa struktur diri berkait dengan konsep diri. Penelitian ini berkembang dan berubah seiring waktu. Di dilakukan untuk mengetahui bagaimana masa kanak-kanak awal, ada kecenderungan konsep diri remaja, dan untuk tujuan perkembangan yang berasal dari citra selanjutnya, yaitu menemukan model diri (self image) yang positif atau negatif. pendampingan yang sesuai bagi remaja usia Selanjutnya diri terbentuk melalui interaksi SMP se Yogyakarta berdasar temuan tentang dengan lingkungan, khususnya lingkungan konsep diri remaja ini. yang terdiri dari orang-orang yang signifikan Penelitian ini mengidentifikasi bahwa (orangtua, sibling). Pada saat anak memiliki terdapat persoalan-persoalan dalam diri sensitifitas sosial disertai kemampuan kognisi remaja terutama persoalan konsep diri yang dan kemampuan perseptualnya menjadi memang sedang dalam proses pembentukan matang, konsep diri menjadi berbeda dan dalam perkembangan rentang hidup. Dengan lebih kompleks. mengetahui konsep diri para remaja siswa Berk (1996: 280, 355, 467) menjelaskan SMP se Yogyakarta, dapat dibuat pemetaan bahwa perkembangan konsep diri diawali konsep diri remaja SMP dan akhirnya dari usia 2 tahun (ada rekognisi diridengan dapat digunakan untuk menemukan model melihat dirinya di kaca, foto, videotape); masa pendampingan berdasar konsep diri remaja. kanak-kanak awal (konsep dirinya bersifat Sesuai dengan latar belakang penelitian dan kongkrit, biasanya berdasar karakteristik identifikasi permasalahan, maka penulis nama, penampilan fisik, barang-barang merumuskan permasalahan sebagai berikut, milik dan tingkahlaku sehari-hari); masa bagaimana konsep diri remaja siswa SMP se kanak-kanak pertengahan (ada transformasi kota Yogyakarta? Bagaimana deskripsi model dalam pemahaman diri, mulai menjelaskan pendampingan bagi remaja siswa SMP se kota diri dengan istilah-istilah sifat kepribadian, Yogyakarta berdasar konsep diri remaja? mulai dapat membandingkan karakteristik dirinya dengan peer-nya). Faktor-faktor yang

137 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 bertanggungjawab terhadap perubahan yang dialami oleh individu, sering disebut konsep diri ini dapat dialamatkan pada ‘diri-fenomenal’. Diri fenomenal ini adalah perkembangan kognitif yang pasti diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh mempengaruhi perubahan struktur diri. individu itu sendiri; inilah diri yang disadari. Isi dari perkembangan konsep diri paling Jumlah keseluruhan dari semua kesadaran ini banyak berasal dari interaksi dengan orang atau persepsi-persepsi tentang citra dirinya- lain, yang dijelaskan oleh Mead mengenai itulah konsep dirinya diri adalah ‘suatu campuran tentang apa yang Konsep diri ini melebur bersama dalam dipikirkan orang-orang signifikan di sekitar suatu kesatuan dan keseluruhan yang kita tentang kita’. Hal ini memperlihatkan dinamik. Masing-masing bagian berinteraksi bahwa ketrampilan mengambil perspektif secara bebas-kohesif satu sama lain. (perspektif-taking) muncul selama masa anak, Bagian-bagian atau keseluruhan tersebut khususnya kemampuan mengimajinasikan berinteraksi dengan aspek eksternal dari apa yang dipikirkan orang lain, memainkan dunia fenomenalnya. peranan penting dalam perkembangan diri- psikologisnya; masa remaja (pendefinisian- diri menjadi lebih selektif, meskipun orangtua Dimensi Internal tetap berpengaruh, kelompok peers menjadi Diri-Identitas (The Identity Self); Diri lebih penting di usia 8-15 tahun, konsep diri Tingkah-Laku (The Behavioral Self); Diri menjadi meningkat dengan memperoleh Penilaian (The Judging Self) umpan balik dari teman dekat). Menurut Harter, 1990 (dalam Steinberg, Dimensi Eksternal 1993: 256) anak-anak dalam menjelaskan dirinya lebih bersifat sederhana dan kongkrit Menurut Sarbin (1952) (Fittz, 1971: dibandingkan remaja yang menjelaskan 20), kelompok-kelompok sub-diri secara dirinya lebih kompleks dan abstrak. bersama-sama membentuk diri-total (total Perkembangan konsep diri pada masa remaja self). Sub-sub diri ini merupakan kerangka diteliti oleh Livesley & Bromley, 1973; Marsh, eksternal, sebagai lawan dimensi internal (diri 1989; Montemayor & Eisen, 1977; Harter, identitas, diri tingkahlaku, diri penilaian). 1990; Marsh, 1989 (Steinberg, 1993: 256), Sub-sub diri eksternal ini adalah : diri fisik dengan memaparkan hasil bahwa konsep (physical-self); diri moral-etik (moral ethical diri masa remaja berbeda strukturnya dan self); diri personal/pribadi (personal self); lebih terorganisir dibanding masa anak-anak. diri keluarga (family self); dan diri sosial Contoh, bila anak mengemukakan statement (social self); diri akademik/kerja (academic/ tentang traitsnya maka nampak kontradiktif: work self). “Saya bersahabat, saya pemalu”. Sedang Dari dimensi eksternal terdapat sub-sub statement remaja lebih terorganisir: “Saya diri sebagai berikut:Diri Fisik (Physical Self). pemalu saat bertemu pertama kali dengan Merupakan persepsi seseorang terhadap orang lain”. keadaan fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya. Diri Etik Moral (Moral-Ethical Self). Dimensi Konsep Diri Diri etik moral merupakan persepsi individu Hall dan Lindzey (1970) (Fittz, 1971: tentang dirinya ditinjau dari standar 14) mengemukakan bahwa diri mempunyai pertimbangan nilai-nilai moral dan etika. dua makna yang berbeda. Sikap, perasaan, Dalam hal ini ditinjau dari hubungan orang persepsi dan evaluasi adalah tentang diri dengan Tuhan, rasa puas individu terhadap sebagai objek (self-as-object); sementara kehidupan, beragamnya nilai-nilai moral berpikir, mengamati dan melakukan yang dianut dan perasaan sebagai orang baik aktivitas merupakan diri sebagai proses atau orang buruk (self-as-process). Diri secara keseluruhan,

138 Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan ..

Diri Personal (Personal Self). Diri Model Pendampingan Remaja personal merupakan perasaan individu Model pendampingan pada remaja terhadap nilai-nilai pribadi, terlepas dari dapat ditinjau dari berbagai sisi, misalnya dari keadaan fisik dan hubungannya dengan sisi komunikasi interpersonal, gaya interaksi orang lain, sejauh mana individu merasa pendamping, dalam hal ini bisa guru atau adekuat sebagai pribadi. orangtua, atau teman sebaya yang lebih tua, Diri Keluarga (Family Self). Diri keluarga atau dari sisi bimbingan dan konseling. merupakan perasaan dan harga diri individu Dari sisi komunikasi interpersonal perlu sebagai anggota keluarga dan teman-teman memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam dekatnya. Sejauhmana dirinya merasa komunikasi interpersonal, yaitu: a) Atraksi adekuat sebagai anggota keluarga dan teman- interpersonal, yang terdiri dari faktor- teman dekatnya faktor personal yang mempengaruhi atraksi Diri Sosial (Social Self). Diri sosial interpersonal dan faktor-faktor situasional merupakan penilaian individu terhadap (Riswandi, 2013: 65-69). Selanjutnya konsep dirinya dalam interaksi dengan orang lain diri memiliki pengaruh pada komunikasi dalam lingkungan yang lebih luas interpersonal yaitu: a) nubuat yang dipenuhi Diri Akademik/Kerja (Academic/Work sendiri; b) membuka diri; c) percaya diri dan Self). Diri Akademi atau kerja merupakan d) selektivitas (Jalaludin Rakhmat, 2015: 99- penilaian yang berkaitan dengan penilaian 108). keterampilan dan prestasi akademik. Dari sisi gaya interaksi (interaction style) Bagaimana orang lain merasakan kehadiran ada seorang ahli Hauser (Hauser, et.al, 1984, seseorang di sekolah atau tempat kerja dan dalam Papini, Archer, 1994: 49; Hauser & bagaimana seseorang melihat orang lain Kliner, 1989, Hauser, Powers & Noam, 1991 pada situasi tersebut. dalam Fittz, 1972: 348). Hauser melakukan Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian gaya interaksi dengan remaja yaitu konsep diri menurut Jalaludin Rakhmat (2015, gaya interaksi enabling dan constraining, 99) adalah: a) orang lain; b) kelompok rujukan keduanya mengandung komponen kognitif (reference group). Selanjutnya ada 5 petunjuk dan afektif. orang yang memiliki konsep diri positif: Memiliki keyakinan untuk menyelesaikan Gaya Interaksi Mendorong (Enabling) masalah; Merasa setara dengan orang lain; Menerima pujian dari orang lain tanpa rasa Gaya interaksi mendorong (enabling) malu; Memiliki kesadaran bahwa setiap orang menyiratkan adanya dorongan pada remaja mempunyai berbagai perasaan, keinginan untuk mengekspresikan pikiran-pikiran dan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui persepsi-persepsi mereka. Gaya enabling yang oleh masyarakat; Mampu memperbaiki diri kognitif meliputi: memfokuskan pada pe­me­ karena ia sanggup mengungkapkan aspek- ca­han masalah; mengikutsertakan dalam aspek kepribadian yang tidak disukainya dan ber­eksplorasi tentang masalah-masalah re­ mengubahnya.Memiliki keyakinan untuk maja, menjelaskan sudut pandang individu menyelesaikan masalah. pada teman yang lain. Gaya enabling yang Sedangkan yang memiliki konsep diri afektif meliputi: adanya ekspresi empati dan negatif, ada 4 tanda yaitu:Peka pada kritik; penerimaan dari teman remaja ke yang lain Sangat responsif pada pujian; Cenderung dan sebaliknya. merasa tidak diperhatikan dan tidak disenangi oleh orang lain; Bersikap pesimistis terhadap Gaya Interaksi Menghambat kompetisi, dia enggan untuk bersaing dengan (Constraining) orang lain dalam hal prestasi. Gaya interaksi yang menghambat (constraining) menyiratkan adanya hambatan yang dilakukan orang dewasa dalam hal

139 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 otonomi dan perbedaan (differentiation). filsafat positivisme, digunakan untuk Constraining yang kognitif meliputi: meneliti pada populasi atau sampel tertentu, mengalihkan anggota kelompok remaja dari teknik pengambilan sampel pada umumnya masalah-masalah yang mereka hadapi, tidak dilakukan secara random, pengumpulan data memberi (menyembunyikan) informasi pada menggunakan instrumen penelitian, analisis remaja dan mengabaikan remaja maupun data bersifat kuantitatif/statistik dengan masalah-masalah remaja.Constraining yang tujuan untuk menguji hipotesis yang telah afektif meliputi : penilaian yang berlebihan ditetapkan (Sugiyono, 2013: 14). (bersifat negatif atau positif) terhadap remaja Konsep diri yaitu gambaran bagaimana dan pandangan-pandangan mereka. diri diamati, dipersepsi dan dialami oleh Selain dari gaya interaksi, juga individu. Konsep tentang diri muncul dari dapat ditinjau dari sisi layanan pada siswa interaksi sosial dan akan menjadi penuntun yang diadopsi dari domain BK (Bimbingan atau berpengaruh pada tingkahlakunya. Konseling). Ada 4 teknik dalam BK (Nidya Konsep diri dapat diisyaratkan dengan Damayanti: 2012) yaitu 1) Bimbingan tinggi-rendahnya skor total dan konsistensi Kelompok; 2) Penyuluhan Individu; 3) jawaban yang mencakup dimensi internal Bimbingan Lapangan; dan 4) Bimbingan dan eksternal. Dimensi internal terdiri Klasikal. dari: Diri-Identitas (Identity Self), Diri- Bimbingan Kelompok. Dalam hal ini, Tingkahlaku (Behavioral Self); Diri Penilaian bimbingan yang diberikan kepada siswa (Judging Self). Sedang dimensi eksternal secara berkelompok dimana setiap masalah terdiri dari: Diri-Fisik (Physical Self), Diri- yang dihadapi di kelompok akan dibahas Moral Etik (Moral-Ethical Self), Diri-Personal secara bersama-sama. (Personal Self), Diri-Keluarga (Family Self), Penyuluhan Individu. B i m b i n g a n Diri-Sosial (Social Self), Diri-Akademik/ diberikan kepada siswa secara perorangan Kerja (Academic/Work Self). dan pelaksanaannya dilakukan secara tatap Populasi penelitian ini adalah seluruh muka langsung dengan siswa. siswa SMP se Kota Yogyakarta, baik yang Bimbingan Lapangan. Bimbingan yang bersekolah di negeri maupun di swasta. Sampel diberikan kepada siswa dengan melakukan penelitian adalah sebagian siswa SMP yang kegiatan di luar kelas atau di luar ruangan. dianggap representatif mewakili populasi. Jumlah SMP Negeri di kota Yogyakarta ada Bimbingan Klasikal. Bimbingan yang sebanyak 15 sekolah, sedangkan SMP Swasta diberikan kepada siswa yang pelaksanaanya berjumlah 42 sekolah. dilakukan di dalam kelas. Rancangan sampling menggunakan teknik cluster multi stage sampling (sampling METODE bertingkat dengan memperhatikan Penelitian ini termasuk penelitian kelompok-kelompok). Dalam penelitian deskriptif, yaitu dalam penelitian ini ini, ada 15 SMP Negeri dan 42 SMP Swasta. melakukan analisis hanya sampai pada Dengan menggunakan teknik cluster multi taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan stage sampling, diperoleh sampel SMP menyajikan fakta secara sistematik sehingga swasta 3, yaitu SMP Taman Dewasa Taman dapat lebih mudah untuk difahami dan Siswa, SMP Muhammadiyah 3, SMP Kanisius. disimpulkan. Pengolahan datanya sering Sedang untuk SMP negeri diperoleh sampel didasarkan pada analisis persentase dan 2 SMP, yaitu: SMPN 8 dan SMPN 15. Di analisis kecenderungan (trend) (Syaifuddin masing-masing sekolah, diambil perwakilan Azwar, 2001). kelas 1, 2 dan 3. Sehingga masing-masing Penelitian disini menggunakan pen­ sekolah diwakili oleh 3 kelas. Kelas secara de­katan penelitian kuantitatif. Pendekatan menyeluruh dalam penelitian ada 15 kelas, penelitian kuantitatif berlandaskan pada dengan jumlah subjek 449 siswa. Alat ukur dalam penelitian ini

140 Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan .. menggunakan alat ukur Tennessee Concept 16 tahun ada 6 orang (1.3%) dan siswa yang Scale–2. Kuesioner ini dikonstruksi dalam berumur 17 tahun ada 2 orang (0.4%). Jadi bentuk skala bertingkat yang memuat per­ dapat disimpulkan siswa terbanyak berusia nyataan-pernyataan mengenai keseimba­ ­ 14 tahun (167 orang: 37.2%). ngan konsep diri antara dimensi internal dan Gambaran jenis kelamin siswa dapat eksternal dari Fittz (1996) yang diadaptasi ke di deskripsikan, bahwa jenis kelamin siswa dalam bahasa Indonesia oleh Irene Tarakanita laki-laki ada sebanyak 223 orang (49.7%); (tahun 2001). siswa perempuan ada 226 orang (50.3%). Alat ukur dalam penelitian kuantitatif, Jadi dapat disimpulkan jenis kelamin siswa reliabilitasnya dihitung dengan menggunakan terbanyak adalah perempuan, 226 orang formulasi koefisien Alpha dari Cronbach, (50.3%). (Triyono, 2013: 26; Syaifuddin Azwar, 2013: Gambaran Tingkat Kelas Siswadapat 115). Alat ukur ini tidak diuji validitasnya, di deskripsikan bahwa siswa kelas VII ada karena sudah divalidasi oleh peneliti asli. sebanyak 114 orang (25.4%); siswa kelas VIII Pengumpulan data kuantitatif ada sebanyak 150 orang (33.4%) siswa kelas dilakukan dengan angket atau kuesioner IX ada sebanyak 185 orang (41,2%). Jadi pada variabel konsep diri. Angket berjumlah dapat disimpulkan siswa yang terbanyak ada 82 item.Analisis data menggunakan Teknik di kelas 9 (185 orang: 41.2%). Analisis Statistik deskriptif dengan teknik Gambaran Konsep Diri Fisik Siswadapat presentase untuk konsep diri, serta dihitung di deskripsikan bahwa diri fisik siswa yang keterkaitan antara aspek2 identitas, seperti rendah ada sebanyak 199 orang (44.3%); kelompok sekolah, umur, jenis kelamin dan siswa dengan diri fisik yang tinggi ada 250 kelas dengan konsep diri menggunakan orang (55.7%). Jadi dapat disimpulkan koefisien kontingensi. bahwa diri fisik siswa terbanyak adalah yang memiliki konsep diri fisik yang tinggi, yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN 250 orang (55.7%). Lokasi Penelitian pada SMP-SMP Gambaran Konsep Diri Etik-Moral di kota Yogyakarta, baik negeri maupun Siswadapat di deskripsikan bahwa diri etik swasta. Subjek penelitian kota Yogyakarta moral siswa yang rendah ada sebanyak 220 berjumlah 15, sedang SMP Swasta ada 42 orang (49%); siswa dengan diri etik-moral SMP. Berdasarkan pengambilan sampel yang tinggi ada 229 orang (51%). Jadi dapat dengan teknik cluster multi stage sampling, disimpulkan bahwa diri etik-moral siswa diperoleh jumlah sampel 449 siswa. terbanyak adalah yang memiliki konsep diri etik-moral yang tinggi, yaitu 229 orang (51%). Gambaran Identitas Subjek Penelitian Gambaran Konsep Diri Personal (Siswa) Siswadapat di deskripsikan bahwa diri Gambaran kelompok siswa, dapat di personal siswa yang rendah ada sebanyak deskripsikan bahwa kelompok sekolah siswa 216 orang (48.1%); siswa dengan diri personal negeri ada 184 siswa (41%) dan siswa swasta yang tinggi ada 233 orang (51.9%). Jadi dapat ada 265 orang (59%). disimpulkan bahwa diri personal siswa Gambaran kelompok umur siswa dapat terbanyak adalah yang memiliki konsep dideskripsikan bahwa kelompok umur siswa diri personal yang tinggi, yaitu 233 orang yang berusia 11 tahun ada 7 orang (1.6%); siswa (59.1%). yang berumur 12 tahun ada 58 orang (12.9), Gambaran konsep diri keluarga siswa siswa yang berumur 13 tahun ada 149 orang dapat di deskripsikan bahwa diri keluarga (33.2%); siswa yang berumur 14 tahun ada 167 siswa yang rendah ada sebanyak 192 orang orang (37.2%); siswa yang berumur 15 tahun (42.8%); siswa dengan diri keluarga yang ada 60 orang (13.4%); siswa yang berumur tinggi ada 257 orang (57.2%). Jadi dapat

141 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 disimpulkan bahwa diri keluarga siswa siswa (57.2%). Sedang yang ke tiga terbanyak terbanyak adalah yang memiliki konsep adalah konsep diri fisik yang tinggi, yaitu diri keluarga yang tinggi, yaitu 257 orang 250 siswa (55.7%). Untuk aspek konsep diri (57.2%). yang rendah, yang terbanyak adalah konsep Gambaran konsep diri sosial siswa, diri etik moral, 220 siswa (49%), konsep diri dapat di deskripsikan bahwa diri sosial siswa sosial, 220 siswa (49%), serta konsep diri yang rendah ada sebanyak 220 orang (49%); personal, 216 siswa (48.1%). siswa dengan diri sosial yang tinggi ada 229 Keterkaitan antara Kelompok Sekolah orang (51%). Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan Konsep Diri Siswa. D a r i t a b u l a s i diri sosial siswa terbanyak adalah yang silang antara kelompok sekolah dengan memiliki konsep diri sosial yang tinggi, yaitu konsep diri siswa, diperoleh hasil bahwa siswa 229 orang (51%). sekolah negeri (1) yang memiliki konsep diri Gambaran konsep diri akademik/kerja rendah ada sebanyak 93 orang(20.7%); siswa siswa, dapat di deskripsikan bahwa diri sekolah negeri dengan konsep diri yang akademik/kerja siswa yang rendah ada tinggi ada 91 orang (20.3%). Sedangkan siswa sebanyak 187 orang (41.6%); siswa dengan sekolah swasta dengan konsep diri rendah diri akademik/kerja yang tinggi ada 262 orang ada 129 orang (28.7%); siswa sekolah swasta (58.4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa diri dengan onsep diri yang tinggi ada 136 orang akademik/kerja siswa terbanyak adalah (30.3%). Jadi dapat disimpulkan, siswa SMP yang memiliki konsep diri akademik/kerja ditinjau dari sekolah dan konsep dirinya, yang tinggi, yaitu 262 orang (58.4%). yang terbanyak adalah siswa sekolah swasta Gambaran Konsep Diri Siswa, dapat di dengan konsep diri yang tinggi 136 orang deskripsikan bahwa konsep diri siswa yang (30.3%). rendah ada sebanyak 222 orang (49.4%); Selain itu dari pengukuran tentang siswa dengan konsep diri yang tinggi ada keterkaitan kelompok sekolah dengan konsep 227 orang (50.6%). Jadi dapat disimpulkan diri yang dilakukan dengan teknik Koefisien bahwa konsep diri siswa berimbang antara Kontingensi diperoleh hasil C: 0,018, sign: yang memiliki konsep diri yang rendah ( 222 0,698.Hal ini menggambarkan bahwa tidak orang: 49.4%), yang memiliki konsep diri terdapat hubungan yang signifikan antara yang tinggi (yaitu 227 orang: 50.6%). kelompok sekolah dengan konsep diri siswa. Dari aspek-aspek konsep diri yang terdiri Dari hasil di atas, dapat disimpulkan, bahwa dari 6, maka dapat digambarkan sebagai tidak terdapat keterkaitan antara siswa berikut: kelompok sekolah swasta maupun negeri dengan konsep dirinya. Tabel 1. Persentase Aspek Konsep Diri Keterkaitan antara Umur Siswa dengan

No Aspek Tinggi Rendah Total Konsep Diri Siswa.Dari tabulasi silang antara 250 1 Konsep Diri Fisik 199 449 umur dengan konsep diri siswa, diperoleh (55,7 %) (44,3%) (100%) Konsep diri hasil bahwa siswa yang berumur 11 tahun yang 2 229 220 449 Etik-Moral (51%) (49%) (100%) memiliki konsep diri rendah ada sebanyak 3 233 216 449 3 Konsep diri Personal (51,9%) (48,1%) (100%) orang (0.7%) dan siswa berumur 11 tahun 257 192 449 4 Konsep diri Keluarga (57,2%) (42,8%) (100%) dengan konsep diri yang tinggi ada 4 orang 229 220 449 5 Konsep diri Sosial (51%) (49%) (100%) (0.9%). Sedangkan siswa yang berumur 12 Konsep diri 262 187 449 6 akademik /kerja (58,4%) (41,6%) (100%) tahun yang memiliki konsep diri rendah ada sebanyak 30 orang (6.7%), dan siswa berumur Dari aspek-aspek konsep diri tersebut di 12 tahun dengan konsep diri yang tinggi ada atas, yang paling menonjol adalah konsep diri 28 orang (6.2%); siswa yang berumur 13 kerja/akademik, yaitu yang memiliki konsep tahun dengan konsep diri yang rendah ada diri kerja/akademik yang tinggi sebanyak 262 70 orang (15.6% ), dan siswa yang berumur 13 siswa (58.4%). Yang kedua terbanyak adalah tahun dengan konsep diri yang tinggi ada 79 konsep diri keluarga yang tinggi sebanyak 257 orang (17.6%). Siswa yang berumur 14 tahun

142 Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan .. dengan konsep diri yang rendah ada 82 orang Hal ini menggambarkan bahwa ada hubu­ (18.3% ), dan siswa yang berumur 14 tahun ngan yang signifikan antara jenis kelamin dengan konsep diri yang tinggi ada 85 orang dengan konsep diri siswa. Dari hasil di atas, (18.9%). Siswa yang berumur 15 tahun dengan dapat disimpulkan, bahwa ada keterkaitan konsep diri yang rendah ada 32 orang (7.1% antara jenis kelamin siswa dengan konsep ), dan siswa yang berumur 15 tahun dengan dirinya. konsep diri yang tinggi ada 28 orang (6.2%). Keterkaitan antara Kelas dengan Konsep Siswa yang berumur 16 tahun dengan konsep Diri Siswa. Dari tabulasi silang antara kelas diri yang rendah ada 4 orang (0.9%), dan dengan konsep diri siswa, diperoleh hasil siswa yang berumur 16 tahun dengan konsep bahwa kelas 7 yang memiliki konsep diri diri yang tinggi ada 2 orang (0.4%). Siswa rendah ada sebanyak 54 orang(12%); kelas 7 yang berumur 17 tahun dengan konsep diri dengan konsep diri yang tinggi ada 60 orang yang rendah ada 1 orang (0.2% ), dan siswa (13.4%). Sedangkan kelas 8 dengan konsep diri yang berumur 17 tahun dengan konsep diri rendah ada 71 orang (15.8%); kelas 8 dengan yang tinggi ada 1 orang (0.2%). Jadi dapat konsep diri yang tinggi ada 79 orang (17.6%). disimpulkan, siswa SMP ditinjau dari umur Kelas 9 dengan konsep diri yang rendah ada dan konsep dirinya, yang terbanyak adalah 97 orang (21.6%) dan kelas 9 dengan konsep siswa yang berumur 14 tahun dengan konsep diri yang tinggi ada 88 orang (19.6%). Jadi diri yang tinggi 85 orang (18.9%). dapat disimpulkan, siswa SMP ditinjau dari Selainitu dari pengukuran tentang kelas dan konsep dirinya, yang terbanyak keterkaitan umur dengan konsep diri adalah kelas 9 dengan dengan konsep diri yang dilakukan dengan teknik Koefisien yang rendah, 97 orang (21.6%). Kontingensi diperoleh hasil C: 0,061, sign: Selain itu dari pengukuran tentang 0,946.Hal ini menggambarkan bahwa tidak keterkaitan kelas dengan konsep diri terdapat hubungan yang signifikan antara yang dilakukan dengan teknik Koefisien umur dengan konsep diri siswa. Dari hasil Kontingensi diperoleh hasil C: 0,050, sign: di atas, dapat disimpulkan, bahwa tidak 0,570. terdapat keterkaitan antara umur siswa Hal ini menggambarkan bahwa tidak dengan konsep dirinya. terdapat hubungan yang signifikan antara Keterkaitan antara Jenis Kelamin Siswa kelas dengan konsep diri siswa. Dari hasil dengan Konsep Diri Siswa. Dari tabulasi di atas, dapat disimpulkan, bahwa tidak ada silang antara jenis kelamin dengan konsep keterkaitan antara kelas siswa dengan konsep diri siswa, diperoleh hasil bahwa siswa laki- dirinya. laki yang memiliki konsep diri rendah ada sebanyak 99 orang(22%); siswa laki-laki dengan konsep diri yang tinggi ada 124 orang Model Pendampingan bagi Remaja (27.6%). Sedangkan siswa perempuan dengan Siswa konsep diri rendah ada 123 orang (27.4%); Dari hasil diatas, dalam kaitan siswa perempuan dengan konsep diri yang dengan pendampingan bagi siswa, maka tinggi ada 103 orang (22.9%). Jadi dapat adabeberapa hal yang dapat dirancang disimpulkan, siswa SMP ditinjau dari jenis untuk mengembangkan konsep diri siswa kelamin dan konsep dirinya, yang terbanyak terutama dalam kaitan dengan komunikasi adalah siswa laki-laki dengan konsep diri interpersonalnya, dengan didukung oleh yang tinggi, 124 orang (27.6%), dan siswa gaya interaksi pendamping kepada siswa perempuan dengan konsep diri yang rendah dan jenis layanan bimbingan yang dapat sebanyak 123 orang (27.4%). dikembangkan. Selain itu dari pengukuran tentang Mengingat pembentukan konsep diri keterkaitan jenis kelamin dengan konsep pada siswa, sangat tergantung pada aspek2 diri yang dilakukan dengan teknik Koefisien internal dan eksternal individu. Aspek Kontingensi diperoleh hasil C: 0,1, sign: 0,034. internal dalam penelitian ini adalah konsep

143 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 diri siswa, sedang aspek eksternal adalah berimbang antara yang memiliki konsep orangtua dan guru. Dengan hasil konsep diri diri yang rendah ( 222 orang: 49.4%), yang yang sudah diteliti, maka aspek konsep diri memiliki konsep diri yang tinggi (yaitu yang paling menonjol tinggi adalah aspek 227 orang: 50.6%). Dapat dimaklumi, jika konsep diri akademik/kerja, kemudian pada usia ini, siswa SMP masih banyak konsep diri keluarga dan konsep diri fisik. yang memiliki konsep diri rendah, karena Sedangkan aspek konsep diri yang rendah memang kognisinya belum berkembang pada konsep diri etik/moral, konsep diri begitu sempurna, sehingga perkembangan sosial dan konsep diri personal. kognisi yang belum optimal, menyebabkan Dari sisi komunikasi interpersonal, siswa belum memahami secara mendalam karena terdapat hubungan yang erat secara apa yang dialami atau bagaimana dirinya. konseptual antara konsep diri dengan ko­ Konsep diri akan tumbuh jika mendapat munikasi interpersonal (Jalaludin Rakhmat, stimulan dari lingkungan, terutama untuk 2015: 102); maka bagi pendamping remaja masa remaja awal, remaja membutuhkan siswa, yaitu guru atau orang tua atau teman dukungan lingkungan dari orangtua dan sebaya lebih dewasa, perlu memperhatikan orang dewasa. Namun mungkin karena aspek-aspek: a) konsep diri siswa (positif atau ketiadaan dukungan dari orang-orang di negatif); b) remaja perlu diajak membuka diri; lingkungan menjadikan siswa remaja tidak c) remaja perlu ditumbuhkan kepercayaan mendapatkan sugesti yang cukup, dan hal ini dirinya; d) remaja perlu dimampukan untuk dapat memberikan kontribusi pada konsep selektif apa yang terterpa pada dirinya. diri yang kurang. Dari sisi gaya interaksi, gaya interaksi Dari aspek-aspek konsep diri, yang yang serta digunakan pendekatan yang paling menonjol adalah konsep diri kerja/ mendorong (enabling) dari pendamping akademik, yaitu yang memiliki konsep diri perlu dikembangkan, karena gaya interaksi kerja/akademik yang tinggi sebanyak 262 ini yang memadai untuk perkembangan siswa (58.4%). Yang kedua terbanyak adalah konsep diri siswa remaja. konsep diri keluarga yang tinggi sebanyak Sedang dari sisi layanan bimbingan 257 siswa (57.2%). Sedang yang ke tiga dan konseling, bisa dibentuk bimbingan terbanyak adalah konsep diri fisik yang kelompok dan bimbingan individual, dengan tinggi, yaitu 250 siswa (55.7%). Untuk aspek langkah-langkah sebagai berikut: siswa konsep diri yang rendah, yang terbanyak dalam kelas dimasukkan dalam beberapa adalah konsep diri etik moral, 220 siswa kelompok; Kemudian siswa diberi angket (49%), konsep diri sosial, 220 siswa (49%), terbuka untuk mengisi hal-hal yang berkaitan serta konsep diri personal, 216 siswa (48.1%). dengan konsep diri; Setelah mengisi, lalu Dari hasil ini, konsep diri akademik/kerja siswa diminta berdiskusi dalam kelompok; menjadi konsep diri yang paling banyak Hasil dari kelompok, di presentasikan dalam dimiliki siswa remaja (58.4%). Meski masa pleno kelas; Guru mencermati individu- remaja awal, kebanyakan remaja masih ada individu yang dirasa memiliki keistimewaan di sekolah, namun banyak juga yang sudah atau kekhususan dalam konsep diri untuk putus sekolah. Saat remaja masih sekolah, kemudian dibimbing secara individual. aspirasi terbesar setelah sekolah adalah bekerja, hal ini adalah sebuah kewajaran. Dengan bekerja, seseorang akan merasa Potret Konsep Diri terjamin kehidupannya, sehingga konsep diri Konsep diri siswa SMP se kota Yogyakarta yang tinggi yang tergambar dalam diri siswa dalam penelitian ini terdapat konsep diri remaja ini, bisa jadi merupakan harapan bisa siswa yang rendah ada sebanyak 222 orang juga merupakan kenyataan yang terjadi riil (49.4%); siswa dengan konsep diri yang pada siswa remaja. tinggi ada 227 orang (50.6%). Jadi dapat Selanjutnya untuk konsep diri yang disimpulkan bahwa konsep diri siswa dimiliki terbanyak setelah konsep diri

144 Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan .. akademik/kerja adalah konsep diri keluarga. kebanyakan rendah menunjukkan belum Remaja awal, siswa SMP dalam hal ini pahamnya remaja tentang konsep diri moral dianggap memiliki konsep diri keluarga yang dan penerapannya di dunia nyata. tinggi (57.2%), hal ini bisa berarti, bahwa Konsep diri siswa yang rendah selain remaja tersebut memiliki keluarga yang konsep diri etik-moral adalah konsep diri sosial bahagia, yang menyenangkan dan memberi (49%). Konsep diri sosial adalah penilaian kenyamanan. Selanjutnya konsep diri yang individu terhadap dirinya dalam interaksinya terbanyak ketiga adalah konsep diri fisik dengan orang lain dalam lingkungan yang (55.7%), hal ini bisa dipahami, mengingat lebih luas. Dalam hal remaja siswa SMP, pada siswa SMP berusia antara 11 tahun-15 tahun, saat ini perkembangan yang paling menonjol di masa ini remaja baru berkembang fisiknya, adalah perkembangan fisik dan seksualnya, diawali dengan pubertas dan akhirnya akan sehingga perkembangan sosialnya belum mencapai kemasakan fisik dan seksual. banyak diperhatikan. Maka jika remaja Untuk remaja yang ‘mampu’ melewati siswa SMP konsep diri sosialnya rendah, masa kritis pubertas, dapat dipastikan hal ini disebabkan karena fokus perhatian akan tumbuh lebih sehat daripada remaja remaja pada kondisi fisik dan seksualnya yang kurang mampu melewati pubertasnya yang berubah. Biasanya di masa remaja dengan baik. Namun tumbuh sehatnya tengah, baru remaja bisa memfokuskan pada remaja di masa ini, juga tergantung pada perkembangan yang lain, dan hal ini akan bagaimana lingkungannya memperlakukan mendukung konsep dirinya pula. remaja. Jika lingkungan tidak mendukung, Selanjutnya, konsep diri yang rendah maka bisa jadi tidak tercapai perkembangan yang lain adalah konsep diri personal (48.1%). yang sehat. Konsep diri personal adalah keadekuatan Hasil yang lain adalah terdapat konsep diri perasaan individu terhadap nilai-nilai yang rendah, yang terbanyak adalah konsep pribadi, terlepas dari keadaan fisik dan diri etik moral, 220 siswa (49%), konsep hubungan dengan orang lain. Konsep diri diri sosial, 220 siswa (49%), serta konsep personal pada remaja siswa SMP juga rendah, diri personal, 216 siswa (48.1%). Konsep diri hal ini disebabkan sekali lagi karena fokus etik-moral adalah persepsi diri ditinjau dari remaja siswa baru pada masalah fisik dan standar pertimbangan nilai-nilai moral dan seksual, hal sosial, etik-moral dan personal etika. Pada siswa SMP di Yogyakarta, yang belum menjadi perhatian utama pada remaja menunjukkan konsep diri yang rendah yang awal, siswa SMP ini. terbanyak (49%), menjadi menarik jika Dalam hal keterkaitan antara kelompok dikaitkan dengan konsep Kohlberg tentang sekolah yaitu sekolah negeri dan swasta perkembangan penalaran moral. Menurut dengan konsep dirinya, yang terbanyak adalah Kohlberg, di usia remaja, biasanya remaja siswa sekolah swasta dengan konsep diri yang dimasukkan dalam tahap 3 perkembangan tinggi 136 orang (30.3%). Dari pengukuran penalaran moral, yaitu tahap good boy, good tentang keterkaitan kelompok sekolah girl. Hal ini berarti, remaja dalampenalaran dengan konsep diri yang dilakukan dengan moralnya, dalam mempertimbangkan baik teknik Koefisien Kontingensi diperoleh hasil dan buruk, masih menyesuaikan dengan C: 0,018, sign: 0,698.Hal ini menggambarkan harapan sosial kepadanya. Artinya dia akan bahwa tidak terdapat hubungan yang bertindak atau berbuat baik sesuai dengan signifikan antara kelompok sekolah dengan harapan masyarakat kepadanya. Sehingga konsep diri siswa. Jadi dapat disimpulkan, saat remaja siswa mempersepsi dirinya bahwa tidak terdapat keterkaitan antara dalam konteks moral, maka mereka masih siswa kelompok sekolah swasta maupun kebingungan dalam memahami standar negeri dengan konsep dirinya. Remaja SMP pertimbangan nilai moral dan etika, apalagi swasta yang konsep dirinya tinggi dalam untuk menerapkannya. Sehingga dapat penelitian ini terbanyak jumlahnya, hal ini dipahami, konsep diri etik-moral siswa yang menggambarkan remaja SMP swasta lebih

145 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017 banyak yang memiliki konsep diri yang keterkaitan antara jenis kelamin siswa dengan tinggi. Barangkali ini disebabkan SMP Swasta konsep diri. Remaja SMP laki-laki yang yang terpilih adalah SMP yang berafiliasi ke konsep dirinya tinggi dalam penelitian ini ter­ agama tertentu (Islam dan Katolik). Biasanya banyak jumlahnya, hal ini menggambarkan dalam sekolah-sekolah yang afiliasinya sama, remaja laki-laki lebih banyak yang memiliki cenderung memiliki kepercayaan diri yang konsep diri yang tinggi. Namun juga terdapat tinggi, karena ada perasaan in-group. Sedang hasil yang lain, yaitu remaja perempuan hasil yang menyatakan tidak ada keterkaitan yang konsep dirinya rendah juga banyak antara kelompok sekolah dengan konsep diri jumlahnya. Jadi justru antara remaja laki-laki remaja siswa, menunjukkan bahwa baik siswa dengan perempuan terdapat kontradiksi yang yang bersekolah di sekolah negeri maupun menyolok, yaitu remaja laki-laki banyak yang swasta konsep dirinya sama. memiliki konsep diri tinggi, sedang remaja Dalam hal keterkaitan antara umur perempuan memiliki konsep diri rendah. Bisa siswa dengan konsep dirinya, yang terbanyak jadi, remaja perempuan lebih peduli pada adalah siswa yang berumur 14 tahun dengan perkembangannya, terutama perkembangan konsep diri yang tinggi 85 orang (18.9%). fisiknya, dan hal ini yang memicu remaja Dari pengukuran tentang keterkaitan umur perempuan untuk merasa ‘rendah’ dalam dengan konsepdiri yang dilakukan dengan konsep dirinya, terutama konsep diri fisik, teknik Koefisien Kontingensi diperoleh hasil selain di saat ini adalah saat krisis bagi remaja C: 0,061, sign: 0,946. Hal ini menggambarkan dalam menghadapi perubahan tubuh kanak- bahwa tidak terdapat hubungan yang kanaknya menuju ke tubuh dewasa. Sedang signifikan antara umur dengan konsep pada remaja siswa laki-laki bisa jadi kurang diri siswa. Jadi dapat disimpulkan, bahwa atau belum matang untuk memikirkan tidak terdapat keterkaitan antara umur tentang perubahan tubuhnya, sehingga siswa 11 tahun, 12 tahun, 13 tahun, 14 tahun, konsep dirinya lebih tinggi. Sedang hasil 15 tahun, 16 tahun dan 17 tahun dengan yang menyatakan ada keterkaitan antara konsep diri. Remaja SMP yang berumur jenis kelamin dengan konsep diri remaja 14 tahun yang konsep dirinya tinggi dalam siswa, hal ini menunjukkan bahwa antara penelitian ini terbanyak jumlahnya, hal ini jenis kelamin laki-laki dan perempuan ada menggambarkan remaja berumur 14 tahun perbedaan dalam konsep dirinya. lebih banyak yang memiliki konsep diri yang Dalam hal keterkaitan antara kelompok tinggi. Sedang hasil yang menyatakan tidak kelas siswa dengan konsep dirinya, yang ada keterkaitan antara umur dengan konsep terbanyak adalah kelas 9 dengan dengan diri remaja siswa, menunjukkan bahwa baik konsep diri yang rendah, 97 orang (21.6%). siswa yang berumur 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 Dari pengukuran tentang keterkaitan kelas tahun konsep dirinya sama. dengan konsepdiri yang dilakukan dengan Dalam hal keterkaitan antara jenis teknik Koefisien Kontingensi diperoleh hasil kelamin siswa dengan konsep dirinya, yang C: 0,050, sign : 0,570. Hal ini menggambarkan terbanyak adalah siswa laki-laki dengan bahwa terdapat hubungan yang tidak konsep diri yang tinggi, 124 orang (27,6%), signifikan antara kelompok kelas 7, kelas 8 dan siswa perempuan dengan konsep diri dan kelas 9 dengan konsepdirisiswa. Jadi yang rendah sebanyak 123 orang (27,4%). dapat disimpulkan, bahwa tidak terdapat Dari pengukuran tentang keterkaitan jenis keterkaitan antara kelompok kelas siswa kelamin dengan konsep diri yang dilakukan dengan konsep diri. Remaja SMP kelas dengan teknik Koefisien Kontingensi 9 yang konsep dirinya rendah dalam diperoleh hasil C: 0,1, sign: 0,034.Hal ini penelitian ini terbanyak jumlahnya, hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan menggambarkan remaja siswa kelas 9 lebih yang signifikan antara jenis kelamin dengan banyak yang memiliki konsep diri yang konsep diri siswa. rendah. Sedang hasil yang menyatakan Jadi dapat disimpulkan, bahwa terdapat tidak ada keterkaitan antara kelompok kelas

146 Pratiwi Wahyu Widiarti, Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan .. dengan konsep diri remaja siswa, hal ini antara jenis kelamin dengan konsep diri menunjukkan bahwa antara kelompok kelas siswa tidak ada perbedaan dalam konsep dirinya. Dalam hal keterkaitan antara kelompok kelas siswa dengan konsep dirinya, yang SIMPULAN terbanyak adalah kelas 9 dengan dengan konsep diri yang rendah, 97 orang (21.6%). Konsep diri siswa berimbang antara Pengukuran tentang keterkaitan kelas yang memiliki konsep diri yang rendah (222 dengan konsep diri diperoleh hasil C: 0,050, orang: 49.4%), dengan yang memiliki konsep sign: 0,570. Hal ini menggambarkan bahwa diri yang tinggi (yaitu 227 orang: 50.6%).Dari terdapat hubungan yang tidak signifikan aspek-aspek konsep diri, diperoleh hasil, antara kelompok kelas 7, kelas 8 dan kelas 9 yamg memiliki:konsep diri kerja/akademik dengan konsep diri siswa. yang tinggi sebanyak 262 siswa (58.4%); konsep diri keluarga yang tinggi sebanyak Pendampingan bagi remaja siswa 257 siswa (57.2%); konsep diri fisik yang SMP di Yogya, dengan memperhatikan tinggi, yaitu 250 siswa (55.7%); konsep diri kondisi konsep diri siswa. Konsep diri yang etik moral yang rendah ada 220 siswa (49%); cenderung rendah adalah konsep diri etik- konsep diri sosial yang rendah ada 220 siswa moral, sosial dan personal, maka digunakan (49%); konsep diri personal yang rendah ada pendekatan bagi pendamping: a) dari sisi 216 siswa (48.1%). komunikasi interpersonal: Nubuat yang dipenuhi sendiri; membuka diri; percaya Dalam hal keterkaitan antara kelompok diri; dan selektivitas; b) dari sisi gaya sekolah yaitu sekolah negeri dan swasta interaksi, dengan mengembangkan gaya dengan konsep dirinya, yang terbanyak interaksi yang mendorong (enabling); c) adalah siswa sekolah swasta dengan konsep dari sisi layanan bimbingan dan konseling diri yang tinggi 136 orang (30.3%). Penguku­ dengan membentuk bimbingan kelompok ran tentang keterkaitan kelompok sekolah dan bimbingan individual. dengan konsep diri,diperoleh hasil C: 0,018, sign: 0,698. Hal ini menggambarkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok sekolah dengan konsep diri siswa. Dalam hal keterkaitan antara umur siswa dengan konsep dirinya, yang terbanyak adalah siswa yang berumur 14 tahun dengan konsep diri yang tinggi 85 orang (18.9%). Pengukuran tentang keterkaitan umur dengan konsep diri diperoleh hasil C: 0,061, sign: 0,946. Hal ini menggambarkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan konsep diri siswa. Dalam hal keterkaitan antara jenis kelamin siswa dengan konsep dirinya, yang terbanyak adalah siswa laki-laki dengan konsep diri yang tinggi, 124 orang (27.6%), dan siswa perempuan dengan konsep diri yang rendah sebanyak 123 orang (27.4%). Pengukuran tentang keterkaitan jenis kelamin dengan konsep diri diperoleh hasil C: 0,1, sign: 0,034. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

147 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

Bandung: PPS UNPAD. DAFTAR PUSTAKA Jalaludin Rakmat. (2015). (ed 30). Psikologi Berk, L.E. (1996). Infants, Children and Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Adolesence.. USA: Allyn & Bacon Karya. Fitzz,W.H. (1971). The Self Concept and Papalia. D.E & S.W. Olds. (1993). A Child’s Behaviour: Overview and Supplement. World, Infancy Through Adolesence.. Research Monograph. No VII, Library USA: Mc. Graw-Hill, Inc. of Congress Catalog Number 72-80269. Riswandi. (2013). Psikologi Komunikasi. California. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hendriati Agustiani. (2009). Psikologi Steinberg, L. (1993). Adolesence. New York: Perkembangan. Bandung : PT Refika Mc Graw Hill, Inc. Aditama Syaifuddin Azwar. (2013). PenyusunanSkala Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi ke Triyono. (2013). Metodologi Penelitian lima). Jakarta : Erlangga Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hall, S. Calvin & Lindzey. G. (1978). Theories of Personality. New York: John Wiley & Sumber Internet : Sons. http://journalbuddies.com/self-esteem- Irene Tarakanita. (2001). “Hubungan Status resource/journal-writing-improves- Identitas Etnik dan Konsep Diri self-esteem/ Mahasiswa pada Kelompok Etnik Sunda dan Kelompok Etnik Cina”.Tesis.

148

Volume 47. Nomor 1 . Juni 2017 ISSNISSN (p) 0126-0650 0126-0650 ISSN (e) 2502-3837 INF RMASI KAJIAN ILMU KOMUNIKASI

Mitra Bestari Suranto Aw (Universitas Negeri Yogyakarta) Novi Kurnia (Universitas Gadjah Mada) Inaya Rakhmani (Universitas Indonesia) Adi Nugroho (Universitas Diponegoro) Taufiqur Rahman (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) Edwi Arief Sosiawan (Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta) Nina Mutmainah (Universitas Indonesia)

Pemimpin Redaksi Benni Setiawan

Dewan Redaksi Pratiwi Wahyu Widiarti Dyna Herlina Suwarto Chatia Hastasari

Sekretaris Redaksi Siti Machmiyah

Staf Redaksi Ratih Wahyuningrum

Alamat Redaksi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Kampus Karangmalang, G.01. Lantai 2 FIS (0274) 548820 Psw. 450 Email: [email protected], [email protected]

INFORMASI adalah jurnal yang diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal ini dimaksudkan sebagai media publikasi, penelitian, pertukaran ide, dan kajian, di samping sebagai penyalur informasi dan pengembangan ilmu komunikasi. INFORMASI mengangkat tema-tema khusus dan memuat tulisan ilmiah yang ditujukan untuk kalangan akademisi, praktisi, dan masyarakat pada umumnya. Tulisan yang dimuat dalam jurnal INFORMASI telah melalui mekanisme penyuntingan seperlunya tanpa mengubah substansi naskah asli. Isi tulisan yang dimuat dalam jurnal ini merupakan pendapat personal dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

i ii Volume 47. Nomor 1 . Juni 2017 ISSNISSN (p) 0126-0650 0126-0650 ISSN (e) 2502-3837 INF RMASI KAJIAN ILMU KOMUNIKASI

DAFTAR ISI

ANALISIS SEMIOTIK ATAS SAMPUL MAJALAH TEMPO JAKARTA “RIZAL RAMLI PETARUNG ATAU PERAUNG” Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraida ...... 1-18

INTERAKSI SIMBOLIK ORGANISASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA Muhammad Luthfie, Aida Viyala S Hubeis, Amiruddin Saleh, Basita Ginting ...... 19-34

PEMAKNAAN KECANTIKAN SEBAGAI PUTIH JEPANG DALAM IKLAN SHINZUI BODY CLEANSER Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana ...... 35-50

ANALISIS RELASI TEKNOLOGI, INSTITUSI DAN AGENSI DALAM TRANSFORMASI PELAYANAN PUBLIK DI JAKARTA Ely Yani ...... 51-66

PENGORGANISASIAN GERAKAN SOSIAL BERBASIS PETISI ONLINE (STUDI KASUS: CHANGE.ORG INDONESIAN CHAPTER) Muhammad Dedy ...... 67-82

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM KOLOM HUMOR SI PALUI DI BANJARMASIN POST Irene Santika Vidiadari ...... 83-96

PERAN HUMAS DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS STAKEHOLDERS UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Choirul Fajri ...... 97-108

MEROKOK SEBAGAI SIMBOL INTERAKSI BAGI PEROKOK PEREMPUAN URBAN Aris Martiana, Amika Wardhana & Poerwanti Hadi Pratiwi ...... 109-122

iii POLA KOMUNIKASI INTERNAL BRAJAMUSTI MENJELANG PILKADA KOTAMADYA YOGYAKARTA 2017 Dani Fadillah ...... 121-134

KONSEP DIRI (SELF CONCEPT)DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PENDAMPINGAN PADA SISWA SMP SE KOTA YOGYAKARTA Pratiwi Wahyu Widiarti ...... 135-148

iv Volume 47. Nomor 1 . Juni 2017 ISSNISSN (p) 0126-0650 0126-0650 ISSN (e) 2502-3837 INF RMASI KAJIAN ILMU KOMUNIKASI

PENGANTAR REDAKSI

Salam komunikasi. Alhamdulillah. Jurnal Informasi Vol. 47. Nomor. 1. Juni 2017 terbit juga. Jurnal Informasi terus berbenah menuju akreditasi setelah berhasil terindeks di DOAJ. Keberhasilan meraih indeksasi di DOAJ tidak menyurutkan langkah redaksi untuk terus menuju jurnal ilmiah bereputasi. Semoga jurnal ini di masa depan dapat terindeks di Scopus dan Thomshon. Pada edisi saat ini, Jurnal Informasi menurunkan sembilan artikel. Hasil penelitian pertama bertajuk Analisis Semiotik Atas Sampul Majalah Tempo Jakarta “Rizal Ramli Petarung atau Peraung” karya, Wildan Yusran, Hanny Hafiar, dan Diah Fatma Sjoraida. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat tiga simbol utama dalam sampul MBM Tempo Jakarta “Rizal Ramli Petarung atau Peraung” Edisi 24-30 Agustus 2015, yaitu simbol gesture Rizal Ramli sedang berkacak pinggang, menunjuk, dan mulut terbuka, simbol tangan wayang yang memegang tuding, dan simbol teks yang termasuk tipografi. Hasil penelitian kedua berjudul Interaksi Simbolik Organisasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa dari Muhammad Luthfie, dkk. Hasil penelitian menunjukkan interaksi simbolik yang dilakukan melalui komunikasi interpersonal, komunikasi dialogis dan komunikasi kelompok dapat mewujudkan konsensus dan dapat meredam konflik, dari organisasi yang awalnya ditolak sampai menjadi organisasi yang diterima dan selanjutnya berhasil menjadi pelopor dalam pembangunan desa. Ketiga, hasil riset berjudul Pemaknaan Kecantikan Sebagai Putih Jepang Dalam Iklan Shinzui Body Cleanser yang ditulis oleh Anggry Windasari, Mutia Rahmi Pratiwi dan Amida Yusriana. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 3 kategori resepsi dalam iklan Shinzui pada penonton. Satu orang dalam kategori Dominant Hegemonic, satu orang dalam kategori Negotiated Reading dan dua orang dalam kategori Oppositional Reading. Artikel keempat dari Ely Yani berjudul Analisis Relasi Teknologi, Institusi dan Agensi dalam Transformasi Pelayanan Publik di Jakarta. Transformasi melalui teknologi dapat terjadi ketika teknologi dapat terinstitusionalisasi dengan baik melalui aturan namun, institusi juga harus dapat memperhitungkan hubungan antara agen dan lingkungan institusional. Hal ini dikarenakan para agen dapat melakukan pertimbangan atas kesempatan dan hambatan yang disediakan oleh institusi. Hal ini menguatkan argumen penulis bahwa proses relasi antara teknologi, institusi dan agensi dapat mempengaruhi proses transformasi pelayanan publik. Kelima, tulisan berjudul Pengorganisasian Gerakan Sosial Berbasis Petisi Online (Studi Kasus: Change.Org Indonesian Chapter) oleh Muhammad Dedy. Berdasarkan penjelasan

v dan analisa kasus ini, gerakan berbasis petisi online menggunakan change.org saat dianalisa menggunakan konsep transmedia mobilization yang dikemukakan oleh Chontanza-Chock merupakan suatu gerakan yang tidak hanya sekedar protes, melainkan sebagai termasuk dalam suatu gerakan sosial. Hal ini berdasarkan analisasi kasus berdasarkan indikator yang dipaparkan oleh Chontanza-Chock dalam suatu gerakan transmedia mobilization. Change.org sebagai alat vital untuk menyebarkan ide dan sekaligus menjadi identitas guna melakukan gerakan. Selanjutnya, tulisan bertajuk Representasi Perempuan dalam Kolom Humor Si Palui di Banjarmasin Post oleh Irene Santika Vidiadari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi perempuan dalam teks Si Palui terbagi menjadi tiga: sebagai janda, istri, dan status perempuan lain digambarkan berbeda-beda. Tokoh janda digambarkan sebagai tokoh yang berbadan montok, manja, dan ingin segera menikah. Tokoh janda yang mendapat penegasan dalam kolom Palui adalah janda kembang yang menjadi idola laki-laki. Tokoh istri digambarkan sebagai objek seksual suaminya. Perempuan lain, seperti mertua, digambarkan cerewet, dan perempuan lajang diceritakan agresif. Ketujuh, penelitian yang dihasilkan oleh Choirul Fajri berujudl Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa humas diharapkan mampu menyusun strategi-strategi yang tepat untuk dalam meningkatkan loyalitas stakeholders, baik dari segi pengelolaan organisasi sendiri, komunikasi yang dijalankan, dan pengelolaan media komunikasinya. Kedelapan, hasil penelitian dari Aris Martiana, Amika Wardhana, dan Poerwanti Hadi Pratiwi berjudul Merokok Sebagai Simbol Interaksi Bagi Perokok Perempuan Urban. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa merokok adalah sebuah simbol bagi mereka melakukan komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosialnya. Simbol tersebut memiliki makna yaitu sebagai kebutuhan dan kebiasaan, kebersamaan, melepaskan kepenatan dan menghargai sesama perokok. Kesembilan, hasil riset dari Dani Fadillah tentang Pola Komunikasi Internal Brajamusti Menjelang Pilkada Kotamadya Yogyakarta 2017. Hasil penelitian ini berkesimpulan bahwa bagi para supporter di Yogyakarta sepak bola adalah hidup dan kehidupan, sehingga pemilihan kepala derah tidak bisa dilepaskan begitu saja karena akan menetukan nasib klub kesayangan mereka. Jumlah supporter yang sangat besar adalah ladang suara yang sangat menjanjikan dalam sebuah pertarungan politik seperti Pilkada. Selanjutnya, klub yang tidak mandiri dan tidak dikelola dengan profesional berpotensi untuk menjadi lumbung suara oleh para politisi Kesepuluh, hasil penelitian dari Pratiwi Wahyu Widiarti, tentang konsep diri dan komunikasi interpersonal. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah, konsep diri siswa berimbang antara yang memiliki konsep diri yang rendah dan tinggi.Konsep diri yang cenderung rendah adalah konsep diri etik-moral, sosial dan personal, maka digunakan pendekatan bagi pendampingdari sisi komunikasi interpersonal: Nubuat yang dipenuhi sendiri; membuka diri; percaya diri; dan selektivitas. Dari sisi gaya interaksi, dengan mengembangkan gaya interaksi yang mendorong (enabling); dari sisi layanan bimbingan dan konseling dengan membentuk bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Semoga Sepuluh artikel ini dapat menambah khasanah pengetahuan dan manfaat khususnya dalam bidang komunikasi dan masyarakat pada umumnya. Kami menantikan hasil penelitian dari para pembaca untuk terbitan Jurnal Informasi berikutnya. Redaksi, Juni 2017

vi Choirul Fajri, Peran Humas dalam Meningkatkan Loyalitas Stakeholders Universitas Ahmad Dahlan

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL UNTUK JURNAL INFORMASI

1. Jurnal Informasi menerbitkan artikel yang bersubstansikan masalah-masalah ilmu komunikasi, berupa hasil penelitian yang memberi kontribusi pada pemahaman, pengembangan, dan penerapan ilmu komunikasi di Indonesia. 2. Artikel ditulis dalam bahasa Inggris dan atau bahasa Indonesia (kami mengutamakan artikel dalam bahasa Inggris) 3. Artikel harus asli, dalam arti belum pernah dipublikasikan pada jurnal lain sebelumnya, dan harus disertai pernyataan bukan hasil plagiat atau mengandung unsure plagiat. 4. Panjang naskah antara 15-20 halaman; kertas ukuran A4; diketik 1,5 spasi; program Windows Microsoft Word; tipehurufTimes New Roman; margin atas dan kiri 4 cm; kanan dan bawah 3 cm. 5. Artikel ditulis dengan sistematika dan ketentuan sebagai berikut : a. Judul: ditulis dengan singkat, padat, lugas, maksimum 12 kata dan harus mencerminkan substansi masalah- masalah yang berkaitan dengan komunikasi dan ilmu komunikasi yang diuraikan pada batang tubuh artikel. b. Nama penulis: ditulis tanpa gelar, letaknya di bawah judul; penulis dapat individu atau tim dan semua penulis dicantumkan. c. Instansi penulis dan alamat email: ditulis di bawah nama penulis. d. Abstrak: ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan panjang berkis arantara 75-100 kata dalam satu alinea, berisi latar belakang, tujuan, metode, dan hasil penelitian. e. Kata kunci: diisi kata atau istilah yang mencerminkan esensi konsep dalam cakupan permasalahan, terdiri atas beberapa tiga buah kata/istilah dan terdapat dalam abstrak. Kata kunci ditulis di bawah abstrak, dicetak miring-tebal. f. Artikel dapat berupa hasil penelitian atau hasil pemikiran g. Batang tubuh artikel: artikel hasil penelitian terdiri atas: (1) PENDAHULUAN yang memuat latar belakang permasalahan termsuk tujuan; (2) METODE; (3) HASIL DAN PEMBAHASAN; (4) SIMPULAN; serta (5) UCAPAN TERIMA KASIH (Jika ada). Sedangkan artikel hasil pemikiran terdiri atas: (1) PENDAHULUAN yang memuat latar belakang permasalahan yang dipaparkan; (2) PEMPARAN PEMIKIRAN dapat dibagi menjadi beberapa sub bab; (3) SIMPULAN; serta (4) UCAPAN TERIMA KASIH (Jika ada). h. Daftar pustaka: diusahakan paling banyak dari sumber primer (jurnal) mutakhir (3-5 tahun) dan hanya mencantumkan sumber yang ditunjuk dalam batang tubuh artikel. Sebaliknya, nama yang dirujuk dalam batang tubuh harus ada dalam daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka harus konsisten mengikuti urutan sebagai berikut: a) Daftar pustaka dari jurnal: nama pengarang, tahun, judul artikel (di antara dua tanda kutip), nama jurnal (cetak miring), volume, nomor, halaman. Khairudin, M. & Susiwi. 2013. “Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Islam Terpadu”. Jurnal Pendidikan Karakter. Th. III, No. 1, hlm. 77-86. b) Untuk rujukan dari buku: nama pengarang (jika lebih dari satu kata, nama belakang yang dijadikan entri), tahun, judul buku (cetak miring), kota penerbit, dan penerbit. Hamalik, Oemar. 1992. Studi Pengetahuan Sosial. Bandung: Mandar Maju. c) Buku yang terdiri dari kumpulan artikel dengan banyak pengarang ditulis seperti berikut: Ma’arif, Syafii. 2014. “Pendidikan dan Peningkatan Kualitas Moral Bangsa”, dalam Agustinova, D.E. dan Wijayanti, A.T. (ed). Refleksi Pendidikan Indonesia: Mendayung antara Keindonesiaan dan Jerat Neoliberalisme. Yogyakarta: Ombak. d) Internet: pengarang, tahun, judul artikel, alamat situs, dan tanggal mengunduh, contoh: Sudrajat, Ajat. 2012. “Pengertian dan Bentuk-bentuk Konflik Sosial”. www.uny.ac.id/artikel unduh tanggal 03 Februari 2013. 6. Cara perujuk pengarang di dalam batang tubuh artikel harus menyebutkan nama lengkap pengarang, tahun, dan halaman. Contoh: (Suranto Aw, 2011: 53) atau Suranto Aw (2011: 53). Rujukan lewat pengarang kedua sedapat mungkin dihindari. Misalnya: Gronlund (lewat Nurgiyantoro, 2012: 177). 7. Artikel yang masuk ke meja redaksi diseleksi oleh tim penyunting. Artikel dapat diterima tanpa perbaikan, diterima dengan perbaikan, atau ditolak. Artikel dikirim ke kantor redaksi Jurnal Informasi, Gedung FIS Timur, Ruang Jurusan Ilmu Komunikasi atau dikirim melalui e-mail ke [email protected] cc bennisetiawan1@ gmail.com

87 149 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 47. Nomor 1. Juni 2017

150