Prioritas Strategi Pengelolaan Perikanan Giob….di Kayoa, Selatan ( I. Taeran et al.)

PRIORITAS STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN GIOB YANG BERKELANJUTAN DI KAYOA, HALMAHERA SELATAN A PRIORITY OF MANAGEMENT STRATEGIES FOR SUSTAINABLE GIOB FISHERIES IN KAYOA SOUTH HALMAHERA

Imran Taeran1, Mulyono S Baskoro2, Am Azbas Taurusman2, Daniel R Monintja2) dan Mustaruddin2) 1)Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, UNKHAIR,Jl.Pertamina Gambesi 2)Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB, Jl.Lingkar Kampus, Darmaga-Bogor 16680 Teregistrasi I tanggal: 28 Desember 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal: 19 April 2013; Disetujui terbit tanggal: 25 April 2013

ABSTRAK

Perikanan giob di Kayoa, dikhususkan untuk mengeksploitasi ikan julung-julung. Kegiatan eksplotasi dilakukan sangat intensif dan hingga saat ini belum ada upaya pengelolaan. Penelitian bertujuan menentukan prioritas strategi pengelolaan perikanan giob yang berkelanjutan dan menyusun konsep implementasi dari strategi pengelolaan perikanan giob terpilih. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengisian kuisoner. Analisis data menggunakan metode AHP (Analisis Hierarki Proses). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas strategi pengelolaan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan yaitu pengawasan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan julung-julung. Konsep implementasi dari strategi prioritas pengawasan adalah pengaturan waktu penangkapan, pengawasan terhadap penangkapan ilegal, pengawasan terhadap pengolahan hasil tangkapan, pengawasan terhadap jaringan pemasaran, dan sosialisasi tentang pentingya Pendapatan Asli Daerah. Perlu dibentuk daerah perlindungan laut di Kayoa, Halmahera Selatan sehingga dapat memantau kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan julung-julung sebagai target tangkapan utama alat tangkap giob.

KATA KUNCI: Prioritas strategi, perikanan giob di Kayoa, berkelanjutan

ABSTRACT

Giob fisheries in Kayoa is specialized to exploitat halfbeak fish. This activitiy is undertaken intensively and no management effort until now. The research objective were to determine the priority of management strategies for sustainable giob fisheries and to formulate the implementation of the selected management strategy for giob fisheries. Data was collected by using interviews and questionnaires. The data analysis used AHP (Analysis of Hierarchy Process). The result showes that the priority of management strategices for sustainable giob fisheries in Kayoa, South Halmahera, was the supervision of exploitation of halfbeak resources. The implementation concepts of monitoring the priority strategy are: setting the fishing time, supervisie the illegal fishing, supervisie the catch processing, supervisie the marketing network, and socialize the impotance of region income. It is necessary to develop a local marine sanctuary in Kayoa, South Halmahera which is in charge of overseeing the utilization and management of halfbeak fish resources as the main target of giob.

KEYWORDS: Strategic priority, giob fishery in Kayoa, sustainable

PENDAHULUAN Halmahera Selatan dan Utara pada umumnya. Hal ini disebabkan karena perikanan giob dengan Pembangunan perikanan pada hakekatnya terarah target tangkapan yaitu ikan julung-julung memiliki pada pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan berbagai keunggulan. Keunggulan tersebut adalah: rasional bagi kesejahteraan masyarakat, tanpa (1) kegiatan eksploitasi tidak mengenal musim, artinya menimbulkan kerusakan sumberdaya itu sendiri kegiatan penangkapan dilakukan setiap saat maupun lingkungannya (Wiryawan, et al., 2008). sepanjang tahun, (2) usaha perikanan giob belum Selanjutnya UU Perikanan No. 31/2004 juga diwajibkan oleh otoritas setempat untuk memiliki izin, mengamanatkan bahwa pengelolaan perikanan harus (3) produksi olahan dalam bentuk ikan asap kering dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, yang memiliki daya tahan lama, (4) permintaan pasar efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan. yang relatif tinggi (Taeran, 2009). Keunggulan tersebut dapat memicu terjadinya ekplotasi secara intensif dan Perikanan giob di Kayoa, merupakan salah satu dapat dilakukan oleh semua pihak yang kegiatan perikanan andalan bagi Kabupaten berkepentingan. Kondisi ini jika berlangsung secara ______Korespondensi penulis: Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, UNKHAIR-Ternate Jl. Pertamina Gambesi-Ternate 39 J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 : 39-45 terus menerus tanpa didukung oleh kebijakan tertentu mengeksploitasi sumberdaya ikan julung-julung. akan dapat mempengaruhi perkembangan perikanan Usaha perikanan Giob meliputi kegiatan penangkapan, giob dan kelestarian sumberdaya ikan julung-julung. pengeloahan, dan pemasaran. Kegiatan penangkapan dilakukan sangat intensif, diduga berpengaruh Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan terhadap keberlanjutan sumberdaya julung-julung di Provinsi Maluku Utara (2012), perkembangan produksi perairan. Hasil tangkapan diolah dengan cara ikan julung-julung lima tahun terakhir cenderung pengasapan, menggunakan bahan bakar dari kayu menurun yakni tahun 2007 sebesar 3.741,30 ton mangrove, sehingga eksploitasi kayu magrove menjadi 1.316,00 ton pada tahun 2011. Penurunan dilakukan setiap saat. Produk dalam bentuk ikan volume produksi diikuti pula oleh penurunan CPUE asap kering dipasarkan ke para pedagang perantara yakni pada tahun 2007 sebesar 743,92 kg/trip menjadi yang telah memberikan ikatan bisnis dengan nelayan 180,52 kg/trip mengindikasikan terjadinya penurunan sehingga harga ikan dipasaran ditentukan oleh para kelimpahan stok julung-julung di perairan. Penurunan pedagang perantara. stok tersebut diduga akibat terjadinya peningkatan intensitas eksploitasi terhadap sumber daya julung- RANCANGAN STRUKTUR HIERARKI julung, sehingga mengakibatkan tangkap lebih. Kondisi ini jika berlangsung terus menerus maka akan Rancangan struktur hierarki strategi pengelolaan berdampak terhadap keberlangsungan julung-julung perikanan giob di Kayoa, Halmahera Selatan disajikan di perairan. Tujuan penelitian adalah, menentukan pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa prioritas strategi pengelolaan perikanan giob yang dalam penentuan alternatif strategi pengelolaan berkelanjutan dan menyusun konsep implementasi perikanan giob di Kayoa, Halmahera Selatan dari strategi pengelolaan perikanan giob terpilih. dilakukan melalui tiga tahapan analisis hierarki, yaitu: 1) analisis kepentingan empat kriteria pengelolaan Pengumpulan data dilakukan dengan perikanan giob yang perlu dicapai apabila suatu menggunakan metode wawancara, dan pengisian strategi dipilih, 2) analisis kepentingan lima faktor kuisoner terhadap para stakeholder yang ditentukan. pembatas dalam pengelolaan perikanan giob di Kayoa, Responden yang ditentukan terdiri dari nelayan, dan 3) analisis kepentingan alternatif strategi pemilik giob, pedagang, tokoh masyarakat, pengelolaan perikanan giob di Kayoa, Halmahera akademisi, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Selatan. Untuk mengakomodir harapan semua Halmahera Selatan, dan Dinas Kelautan dan kepentingan yang ada, maka data yang digunakan Perikanan Provinsi Maluku Utara. Analisis data dalam analisis hierarki AHP, merupakan pendapat/ menggunakan metodeAHP (Analisis Hierarki Proses) tanggapan dari perwakilan stakeholders dan (Saaty, 1991). Analisis ini dimaksudkan untuk komponen yang berinteraksi dengan kegiatan merumuskan prioritas strategi yang dapat digunakan perikanan giob di Kayoa, Halmahera Selatan. untuk pengelolaan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa. KEPENTINGAN ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN Rancangan hierarki ini merupakan hasil pengembangan hubungan atau interaksi terpadu Sebelum sampai kepada analisis kepentingan semua komponen yang terkait dengan pengelolaan alternatif srtategi pengelolaan, dilakukan analisis perikanan giob di Kayoa, Halmahera Selatan. Hal ini terlebih dahulu terhadap kriteria dan faktor pembatas penting supaya strategi pengelolaan perikanan giob strategi yang dibangun. Analisis dilakukan terhadap yang dipilih benar-benar merupakan strategi terbaik yang telah mempertimbangkan berbagai faktor yang Tujuan/Goal Kriteria/Criteria Pembatas/Limit factors Alternatif/Alternative Potensi Sumberdaya Ikan/ Optimalisasi Tangkapan/ terkait baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk Potential of Fish Optimization of Catches a Sumberdaya Ikan Lestari/ r Resources e ,

h Sustainable Fish Resources a s a o e

mendapatkan hasil yang menyeluruh dan akurat, y i

m Teknologi Alat Tangkap r a l e K a Pelatihan/Training i h H Giob/Giob Fishing Gear d s Tersedianya Unit Penangkapan i h b F

maka dalam AHP ini dikembangkan analisis t o i u b Giob/Availability of Catching Technology o o G i S n G ,

a Giob Units / bertingkat, dimana setiap komponen diperbandingkan a n n o

a Kualitas Sumberdaya a y k t

i Kerjasama/Cooperation a a r l Manusia/ K Quality of e e Keuntungan dan satu sama lainnya di tingkat yang sama dan hasilnya P S n

i Human Resources n a Kesejahteraan Meningkat/ r t a e a n l h e Profits and Welfare o a dikombinasikan dengan hasil pada hierarki/tingkatan l m e

m Sarana dan Prasarana/ l e g Increase Inovasi Teknologi/ a g n e a H Facilities and P atas maupun bawahnya. n Pendapatan Asli Daerah Innovative Tekonologi a Infrastructure

M Meningkat/Revenue Increase Modal/Capital Pengawasan/monitoring DESKRIPSI PERIKANAN GIOB Gambar 1. Stuktur hierarki pengelolaan perikanan giob secara berkelanjutan Perikanan Giob di Halmahera Selatan merupakan Figure 1. Hierarchy structure of giob sustainable salah satu jenis perikanan yang khusus untuk fisheries management

40 Prioritas Strategi Pengelolaan Perikanan Giob….di Kayoa, Halmahera Selatan ( I. Taeran et al.) kepentingan pengelolaan perikanan Giob berdasarkan menunjukkan bahwa, kualitas sumberdaya manusia lima kriteria yang dibangun dan kepentingan faktor memiliki rasio tertinggi (0,254), pada inconsistency pembatas pengelolaan, yang dalam bahasan ini terpercaya 0,05 (Gambar 2 b). Keberlanjutan perikanan terdapat lima faktor pembatas sebagaimana telah giob sangat tergantung pada ketersediaan disebutkan di atas. Interaksi keduanya sangat sumberdaya ikan julung-julung, sedangkan kegiatan menentukan prioritas strategi yang dihasilkan dari eksplotasi sumberdaya tersebut sangat dipengaruhi analisis ini. oleh tersedianya unit penangkapan giob.

Hasil analisis terhadap keempat kriteria tersebut Perbandingan faktor pembatas berdasarkan kriteria menunjukkan bahwa kriteria sumberdaya ikan lestari keuntungan dan kesejahteraan meningkat, merupakan kriteria yang paling berkepentingan menunjukkan bahwa sarana dan prasarana memiliki terhadap pengelolaan yaitu, dengan rasio kepentingan rasio tertinggi (0,297), pada inconsistency terpercaya sebesar 0,340. Lalu berturut turut oleh kriteria 0,08 (Gambar 2 c). Pengembangan perikanan giob keuntungan dan kesejahteraan meningkat (0,309), harus didukung dengan sarana dan prasarana pendapatan asli daerah meningkat (0,230), dan memadai yang tersedia, terutama di pangkalan tersedianya unit penangkapan giob (0,121). Hasil perikanan giob, seperti pelabuhan, sarana ruang analisis tersebut mempunyai inconsistency 0,08, pendingin, sarana pengolahan, sarana transportasi. sehingga secara statistik dapat dipercaya. Kriteria Sarana-sarana ini sangat membantu dalam sumberdaya ikan lestari berada pada nilai rasio mengoptimalkan dan mempertahankan kualitas hasil kepentingan terbesar, hal ini sesuai dengan hasil tangkapan, sehingga nelayan terhindar dari resiko dan penelitian Bjorndal dan Zug (1995), menyatakan beban biaya yang diderita akibat inefisiensi. Hal ini bahwa kelestarian sumberdaya hayati menjadi faktor tidak sesuai dengan kondisi di lokasi, dimana tidak penentu utama kegiatan pemanfaatan di perairan laut. tersedianya sarana-sarana tersebut. Selanjutnya Fauzi et al. (2011) menyatakan bahwa kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan yang Perbandingan faktor pembatas berdasarkan kriteria bertanggungjawab dan konservasi habitat selalu harus pendapatan asli daerah meningkat menunjukkan dikedepankan dalam semua kegiatan pengelolaan. bahwa, potensi sumberdaya ikan memiliki rasio Kegiatan perikanan giob di Kayoa, Halmahera Selatan tertinggi (0,325), pada inconsistency terpercaya 0,06 yang dimanfaatkan diutamakan yang dapat (Gambar 2 d). Hal ini disebabkan karena sektor mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan yang perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor ada. Giob sebagai satu-satunya alat tangkap yang unggulan di daerah ini, dan diharapkan dapat digunakan untuk menangkap ikan julung-julung, meningkatkan pendapatan asli daerah. demikian sebaliknya ikan julung-julung ditangkap hanya dengan menggunakan alat tangkap giob, Keberadaan kondisi sumberdaya perikanan berpeluang mengarah pada kegiatan destruktif. Fakta tangkap wilayah ini, sangat mendukung karena lapangan menunjukkan bahwa eksploitasi sumberdaya merupakan wilayah kepulauan yang didominasi ikan julung-julung dilakukan sangat intensif yang wilayah lautan sekitar 78%, dengan demikian dibuktikan dengan banyaknya upaya tangkap (rata- terkandung potensi sumberdaya perikanan yang rata 27 trip/bulan). Akibat yang ditimbulkan adalah sangat besar (http://www.halmaheraselatankab.go.id). hasil tangkapan semakin berkurang. Kondisi ini Pengembangan sumberdaya perikanan ini sebenarnya telah disadari oleh para stakeholder mempunyai prospek yang menguntungkan di masa bahwa harus ada upaya mempertahankan eksistensi yang akan datang baik untuk peningkatan dari ikan julung-julung. kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat maupun berkontribusi terhadap perekonomian daerah. Pencapaian pengelolaan perikanan giob secara berkelanjutan juga memiliki faktor pembatas. Faktor Prioritas strategi pengelolaan perikanan giob pembatas tersebut meliputi: 1) potensi sumberdaya secara berkelanjutan merupakan output akhir dari ikan, 2) teknologi alat tangkap yang giob, 3) kualitas analisisAHP dalam penelitian ini (Gambar 3). Prioritas sumberdaya manusia, 4) sarana dan prasarana, dan strategi pengelolaan perikanan giob ditentukan secara 5) modal. Perbandingan tingkat kepentingan faktor terstruktur dengan mempertimbangkan semua kriteria, pembatas berdasarkan kriteria sumberdaya ikan letari semua faktor pembatas yang ada saat ini, dan menunjukkan bahwa, kualitas sumberdaya manusia alternatif strategi pengelolaan yang ditawarkan. Hasil memiliki rasio tertinggi (0,232), pada inconsistency analisis kombinasi terstruktur semua pertimbangan terpercaya 0,08 (Gambar 2 a). Demikian juga pada tersebut dan rasio kepentingan setiap strategi yang tingkat kepentingan faktor pembatas berdasarkan ditawarkan adalah: 1) Pengawasan terhadap kriteria tersedianya unit penangkapan giob eksploitasi sumberdaya ikan julung-julung dengan RK

41 J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 : 39-45

0,241; 2) Pelatihan terhadap nelayan perikanan giob julung-julung. Untuk mempermudah implementasinya, dengan RK 0,226; 3) Inovasi teknologi alat tangkap strategi terpilih perlu diuji sensitivitasnya. Informasi giob dengan RK 0,222; 4) Kerjasama untuk tentang sensitivitas ini tidak hanya penting untuk membentuk wadah pengelolaan dengan RK 0,180; 5) mengetahui keunggulan strategi pengelolaan Optimasi tangkapan ikan julung-julung dengan RK perikanan giob, tetapi juga penting untuk membuat 0,132. langkah antisipasi pengelolaan akibat berbagai perubahan yang mungkin terjadi di lokasi (Fauzi et Semua alternatif strategi tersebut mempunyai al., 2012). Informasi tersebut juga menjadi panduan inconsistency 0,08, sehingga terpercaya dan valid untuk implementasi berbagai program dan kebijakan secara statistik karena batas inconsistency yang terkait pengelolaan sumberdaya ikan julung-julung di diperbolehkan adalah < 0,1 (Saaty, 1991). lokasi. Informasi aplikatif terkait suatu kebijakan dapat berfungsi sebagai rambu-rambu dalam SENSITIVITASSTRATEGIPENGELOLAAN implementasi suatu kebijakan pengelolaan (Sheppard PERIKANAN GIOB et al., 1995).

Pengelolaan perikanan giob diprioritaskan pada Dalam kehidupan nyata, berbagai perubahan pengawasan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan dalam pengelolaan sumberdaya ikan umumnya terjadi

a

b

c

d

Gambar 2.Rasio pembatas pengelolaan perikanan giob secara berkelanjutan. Figure 2. Ratio of limiting giob sustainable fisheries management

42 Prioritas Strategi Pengelolaan Perikanan Giob….di Kayoa, Halmahera Selatan ( I. Taeran et al.)

Gambar 3 Perioritas strategi pengembangan perikanan giob. Figure 3. Priority of giob fisheries development strategy. akibat adanya intervensi dari pihak-pihak yang KONSEP IMPLEMENTASI UNTUK PERUBAHAN berkepentingan dilokasi seperti nelayan, pengusaha KRITERIAYANG SENSITIF perikanan, pedagang, pemerintah daerah, pengusaha industri, pelaku pasar dan lainnya (Setiawan et al., Berdasarkan Tabel 1, hasil uji sensitivitas strategi 2007). Strategi pengawasan terhadap sumberdaya pengelolaan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan ikan julung-julung harus dapat mensiasati berbagai julung-julung (strategi terpilih) mempunyai range perubahan tersebut sehingga statusnya sebagai sensitif terhadap kriteria sumberdaya ikan lestari srategi terpilih tetap dapat diandalkan. (SDIL), yaitu pada kisaran 0-0,165, ketersediaan unit penangkapan giob (TUPG), yaitu pada kisaran 0,225- Perubahan tersebut dapat berupa perubahan 1, keuntungan dan kesejahteraan meningkat (KKM) kepentingan kriteria pengembangan perikanan giob yaitu pada kisaran 0,763-1. Hal ini menunjukkan di Kayoa, Halmahera Selatan akibat interaksi dan bahwa bila masing-masing kriteria tersebut mengalami intervensi dari stakeholders terkait. Kriteria yang perubahan, baik dalam bentuk pengurangan perhatian dimaksud yaitu sumberdaya ikan lestari (SDIL), pengelolaan menjadi 0% (RK=0), maupun dalam tersedianya unit penangkapan giob (TUPG), bentuk penambahan perhatian namun tidak melebihi keuntungan dan kesejahteraan meningkat (KKM), dan dari porsi range RK stabilnya, maka opsi pengawasan pendapatan asli daerah meningkat (PADM). Tabel 1 terhadap eksploitasi sumberdaya ikan julung-julung memberikan arahan implementasi bagi strategi tetap menjadi prioritas pertama untuk mendukung pengelolaan perikanan giob untuk mensiasati berbagai pengelolaan yang berkelanjutan pada perikanan giob. perubahan tersebut. Terkait dengan kriteria yang sensitif ini, maka konsep

Tabel 1. Hasil uji sensitivitas terhadap strategi pengelolaan perikanan giob terpilih Table 1. Results of the sensitivity test on selected strategy of giob fisheries management

Hasil uji sensitivitas terhadap pengawasan sebagai Rasio prioritas/ Result of sensitivity test on monitoring as Kepentingan No Kriteria/Criteria a priority (RK)/Ratio of Range RK stabil/ Range RK sensitif/ Interest RK stable range RK sensitive range 1 Sumberdaya ikan lestari 0,340 0,165-1 0-0,165 (SDIL)/ sustainable fish resources 2 Tersedianyaunit 0,121 0-<0,225 0,225–1 penangkapan giob (TUPG)/ availability of Catching Giob Units 3 Keuntungan dan 0,309 0-<0,763 0,763–1 kesejahteraan meningkat (KKM)/ profits and welfare increase 4 Pendapatan asli daerah 0,230 0 - 1 Tidak ada/ meningkat (PADM)/ not available revenue increase

43 J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.5 No. 1 Mei 2013 : 39-45 yang bisa diacu dalam implementasi strategi pengusaha giob, tetapi pengumpul. Para pelaku pengawasan di Kayoa, Halmahera Selatan, yaitu: juga memberikan pinjaman berupa uang maupun bahan bakar minyak (BBM) kepada pemiliki giob. 1) Pengawasan terhadap sumberdaya ikan julung- Cara ini dianggap membantu dan mempermudah julung dilakukan terutama terkait dengan para pemilik giob dalam mengoperasikan giobnya, pengaturan waktu penangkapan. Mengingat tetapi pemiliki giob tidak leluasa untuk menentukan sumberdaya ikan julung-julung dieksploitasi harga produk julung-julung. Kondisi ini dengan intensitas yang tinggi maka dianggap akan menyebabkan jaringan pemasaran menjadi mempengaruhi keberlanjutan populasi ini dimasa panjang sehingga proporsi keuntungan nelayan yang akan datang. Tindak lanjut dari pengawasan berkurang atau jauh dari yang diharapkan. itu sendiri harus didorong oleh pemerintah dengan menyusun aturan tentang waktu yang tepat untuk melakukan penangkapan ikan dan kapan waktu KONSEP IMPLEMENTASI UNTUK PERUBAHAN yang tidak dapat dilakukan penangkapan. Dengan KRITERIAYANG TIDAK SENSITIF adanya pengaturan tersebut diharapkan kontinuitas sumberdaya pada tahun-tahun Hasil uji sensitivitas terhadap strategi pengelolaan berikutnya tetap terjaga. Perlu adanya koordinasi perikanan giob terpilih (strategi pengawasan terhadap yang baik dan kebijakan pengelolaan antara eksploitasi SDI) terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan rasio kepentingan (RK),dimana range sensitif strategi dengan pemerintah Provinsi Maluku Utara. terpilih terhadap kriteria pendapatan asli daerah meningkat (PADM) tidak ada. Hal ini mengandung 2) Pengawasan terhadap penangkapan ilegal lebih pengertian bahwa posisi pengawasan sebagai prioritas ditekankan pada pengurangan penggunaan bahan pertama pengembangan perikanan giob tidak dan alat tangkap terlarang dapat menyebabkan terpengaruh oleh perubahan perhatian terhadap PAD rusaknya lingkungan perairan. Kayoa sebagai meskipun dikurangi menjadi 0% (RK=0), maupun wilayah yang relatif jauh dari pusat pemerintahan ditambah menjadi 100% (RK=1). Hal ini karena provinsi maupun kabupaten berpeluang untuk akumulasi perhatian pengawasan terhadap semua dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak kriteria yang masih lebih besar, meskipun kriteria bertanggung jawab untuk menggunakan alat dan pendapatan asli daerah meningkat tidak diperhatikan. bahan yang ilegal untuk menguras potensi yang Mengacu kepada hal ini, maka ada konsep yang bisa tersdia. Kondisi wilayah ini juga sangat strategis diacu dalam implementasi strategi pengawasan, yaitu karena terdiri dari pulau-pulau kecil yang dapat upaya sosialisai tentang pentingya PAD bagi dijadikan sebagai tempat berlindung untuk pembangunan khusunya sarana perikanan, dan melakukan tindakan yang ilegal. penerapan wajib bagi nelayan pemilik giob untuk memiliki izin. 3) Pengawasan terhadap pengolahan hasil tangkapan menjadi ikan asap kering terutama terhadap KESIMPULAN & SARAN penggunaanmangrovesebagaibahankayubakar.Ada anggapanbahwapengasapandenganmenggunakan Prioritas strategi pengelolaan perikanan Giob yang kayumangroveakanmenghasilkankualitasprodukyang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan adalah prima, maka sampai saat ini belum ada usaha untuk pengawasan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan mencaripenggantimangrove.Apabila kondisiinitidak julung-julung. Konsep implementasi strategi diantisipasimakatindakanpenebaganpohonmangrove pengawasan adalah pengaturan waktu penangkapan, terjadi setiap saat, sehingga dikuatirkan akan dapat pengawasan terhadap penangkapan ilegal, mengancamekosisitem.Tindakanuntukmenghentikan pengawasan terhadap pengolahan hasil, pengawasan kegiataninitidak mungkinkarenatidak adapilihanlain. terhadap jaringan pemasaran, sosialisai tentang Untuk itu solusinyaadalahadanyapengawasanuntuk pentingya PAD. Untuk kepentingan tersebut perlu mengatur wilayah yang seharusnya ditebang, jumlah, dibentuk resort khusus di Kayoa, Halmahera Selatan jenis, dan ukuran yang diambil. yang bertugas mengawasi kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan julung-julung sebagai 4) Pengawasan terhadap jaringan pemasaran produk target tangkapan utama alat tangkap giob. ikan julung-julung terutama produk dalam bentuk asap kering perlu mendapat perhatian. Jaringan DAFTAR PUSTAKA pemasaran selama ini dikendalikan oleh beberapa pengusaha di Kota Ternate, dan Kota . Bjorndal, K. A. & G. R. Zug. 1995 (reprinted). Growth Status para pelaku pemasaran bukan merupakan and age of sea turtles. In: K. A. Bjorndal (ed.).

44 Prioritas Strategi Pengelolaan Perikanan Giob….di Kayoa, Halmahera Selatan ( I. Taeran et al.)

The Biology and Conservation of Sea Turtles. Smithsonian Institution Press, Washington, D. Setiawan. I., D.R. Monintja, V.P.H. Nikijuluw & M.F.A. C. pp. 599-600. Sondita. 2007. Analisis ketergantungan daerah perikanan sebagai dasar pelaksanaan program Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. pemberdayaan nelayan: Studi kasus di 2012. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Buletin Maluku Utara 2011. 61 p. PSP. 16 (2): 188-200.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Sheppard, C.R.C., K. Matheson, J.C. Bythell, P. 2008. Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Murphy, C. Blair Myers & B. Blake, 1995. Maluku Utara 2007. 61 p. Habitat mapping in the Caribbean for management and conservation,use and Fauzi, S., B.H. Iskandar, B. Murdiyanto & E.S Wiyono. assessment of aerial photo-graphy. Aquatic 2011. Prioritas strategi kelembagaan Conservation: Marine and Freshwater pengelolaan sumberdaya ikan lestari berbasis Ecosystems 5, 277-298 otonomi daerah di kawasan Selat Bali. Marine Fisheries. 2 (1): 101-110. Taeran. I. 2009. Perikanan tangkap berwawasan lingkungan, studi kasus perikanan giob di [PEMDA] Pemerintah Daerah, Halmahera Selatan. Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmiah Sorihi. 1 2012. Script Profil Kabupaten Halmahera (1): 60-68. Selatan. http:// www.halmaheraselatankab.go.id. Diunduh Undang-Undang RI No. 31/2004 tentang Perikanan. pada tgl 25 Apri 2013 jam 10:02. Jakarta.56 p.

Saaty. T.L. 1991. Pengambilan Keputusan bagi Para Wiryawan. B., S.H. Wisudo & M.S. Baskoro. 2008. Pimpinan. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Permasalahan dalam implementasi konsep Jakarta. 270 p. pengembangan perikanan terpadu. Buletin PSP. 17 (2): 231-240.

45