Profil Kabupaten Halmahera Selatan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Profil Kabupaten Halmahera Selatan I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I 04 PROFIL KABUPATEN HALMAHERA SELATAN 4.1 PROFIL GEOGRAFIS Lingkup wilayah perencanaan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sebagai daerah otonom yang baru dimekarkan dari Kabupaten Maluku Utara (sekarang Halmahera Barat). Kabupaten Halmahera Selatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, terletak antara 126° 45’ bujur timur dan 129° 30’ bujur timur dan 0° 30’ lintang utara dan 2° 00’ lintang utara. Kabupaten Halmahera Selatan terletak di kawasan timur Indonesia, tepatnya berbatasan dengan: a. Sebelah utara dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate; b. Sebelah selatan dibatasi oleh Laut Seram; c. Sebelah timur dibatasi oleh Laut Halmahera; d. Sebelah barat dibatasi Laut Maluku. Luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 40.263,72 km2, yang terdiri dari daratan seluas 8779,32 km2 (22%) dan luas lautan sebesar 31.484,40 km2 (78%) Berdasarkan PERDA No. 8 Tahun 27 kecamatan dalam wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Selatan menjadi 30 kecamatan dimana semula berdasarkan UU No. 1 Tahun 2003 terdiri atas 9 kecamatan. Wilayah adminisrasi Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri atas 30 kecamatan. Tabel 4.1. Wilayah Administratif Kabupaten Halmahera Selatan NO KECAMATAN LUAS NO KECAMATAN LUAS 1 Kecamatan Bacan 281,38 km2 16 Kecamatan Kayoa 80,92 km2 2 Kecamatan Bacan Barat 166,95 km2 17 Kecamatan Kayoa Barat 25,00 km2 3 Kecamatan Bacan Barat Utara 244,67 km2 18 Kecamatan Kayoa Selatan 24,07 km2 4 Kecamatan Bacan Selatan 156,27 km2 19 Kecamatan Kayoa Utara 36,22 km2 5 Kecamatan Bacan Timur 428,04 km2 20 Kecamatan Kep Batanglomang 51,54 km2 6 Kecamatan Bacan Timur Selatan 296,56 km2 21 Kecamatan Kep Joronga 137,54 km2 7 Kecamatan Bacan Timur Tengah 255,14 km2 22 Kecamatan Makian 51,25 km2 8 Kecamatan Gane Barat 455,90 km2 23 Kecamatan Makian Barat 32,82 km2 9 Kecamatan Gane Barat Selatan 233,23 km2 24 Kecamatan Mandioli Selatan 128,19 km2 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 1 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I 10 Kecamatan Gane Barat Utara 463,31 km2 25 Kecamatan Mandioli Utara 89,39 km2 11 Kecamatan Gane Timur 606,48 km2 26 Kecamatan Obi 991,05 km2 12 Kecamatan Gane Timur Selatan 280,89 km2 27 Kecamatan Obi Barat 87,30 km2 13 Kecamatan Gane Timur Tengah 285,98 km2 28 Kecamatan Obi Selatan 1.000,59 km2 14 Kecamatan Kasiruta Barat 252,10 km2 29 Kecamatan Obi Timur 587,56 km2 15 Kecamatan Kasiruta Timur 228,96 km2 30 Kecamatan Obi Utara 148,40 km2 Sumber: PERDA No. 8 Tahun 27 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 2 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I Gambar 4.1 : Peta administrative Kab. Halmahera Selatan Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 3 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I 4.2 PROFIL DEMOGRAFI 4.2.1 Jumlah Penduduk Penduduk Halmahera Selatan pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 206.873 jiwa, yang terdiri atas 105,5 ribu orang laki-laki dan 101,3 ribu orang perempuan. Dengan luas wilayah Halmahera Selatan sekitar 8,8 ribu kilometer persegi, rata-rata tingkat kepadatan penduduk Halmahera Selatan sebesar 24 orang per kilometer persegi. Kecamatan dengan penduduk terpadat adalah Kecamatan Kayoa Selatan yakni sebanyak 228 orang per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Obi Timur dengan kepadatan 5 orang per kilometer persegi. Rasio jenis kelamin di Halmahera Selatan sebesar 104,2 yang menandakan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya perempuan, biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2012 No. Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Obi Selatan 12 379 2 Obi 14 850 3 Obi Barat 3 672 4 Obi Timur 3 452 5 Obi Utara 8 421 6 Bacan 20 743 7 Mandioli Selatan 5 958 8 Mandoli Utara 3 124 9 Bacan Selatan 14 288 10 Kep Batang Lomang 6 309 11 Bacan Timur 9 830 12 Bacan Timur Selatan 6 657 13 Bacan Timur Tengah 5 472 14 Bacan Barat 3 643 15 Kasiruta Barat 4 652 16 Kasiruta Timur 3 997 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 4 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I No. Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 17 Bacan Barat Utara 4 266 18 Kayoa 8 365 19 Kayoa Barat 3 542 20 Kayoa Selatan 5 950 21 Kayoa Utara 2 747 22 Pulau Makian 9 201 23 Makian Barat 3 526 24 Gane Barat 8 110 25 Gane Barat Selatan 5 675 26 Gane Barat Utara 6 150 27 Kep Joronga 5 366 28 Gane Timur 9 005 29 Gane Timur Tengah 3 940 30 Gane Timur Selatan 3 565 Jumlah 206.873 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2013 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 5 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I 4.2.2 Kepadatan Penduduk Berdasarkan data kependudukan. Kepadatan tertinggi terdapat pada Kecamatan Kayoa Selatan sebesar 228 jiwa/Km2, Kecamatan Pulau Makian sebesar 166 jiwa/Km2, dan Kecamatan Kayoa Barat sebesar 131 jiwa/Km2. Sementara kecamatan dengan jumlah kepadatan penduduk kecil adalah ObiTimur Selatan sebesar 5 jiwa/Km2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2012 Jumlah Kepadatan No. Nama Kecamatan Luas (Km2) Penduduk Penduduk (jiwa) (jiwa/Km2) Obi Selatan 1 083,48 12 379 11 1 Obi 1 073,15 14 850 14 2 Obi Barat 94,53 3 672 39 3 Obi Timur 636,23 3 452 5 4 Obi Utara 160,69 8 421 52 5 Bacan 304,69 20 743 68 6 Mandioli Selatan 138,81 5 958 43 7 Mandoli Utara 96,79 3 124 32 8 Bacan Selatan 169,21 14 288 84 9 Kep Batang Lomang 55,81 6 309 113 10 Bacan Timur 463,5 9 830 21 11 Bacan Timur Selatan 321,13 6 657 21 12 Bacan Timur Tengah 276,28 5 472 20 13 Bacan Barat 180,78 3 643 20 14 Kasiruta Barat 272,98 4 652 17 15 Kasiruta Timur 247,93 3 997 16 16 Bacan Barat Utara 264,94 4 266 16 17 Kayoa 87,62 8 365 95 18 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 6 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I Jumlah Kepadatan No. Nama Kecamatan Luas (Km2) Penduduk Penduduk (jiwa) (jiwa/Km2) Kayoa Barat 27,07 3 542 131 19 Kayoa Selatan 26,06 5 950 228 20 Kayoa Utara 39,22 2 747 70 21 Pulau Makian 55,5 9 201 166 22 Makian Barat 35,54 3 526 99 23 Gane Barat 493,67 8 110 16 24 Gane Barat Selatan 252,55 5 675 22 25 Gane Barat Utara 501,69 6 150 12 26 Kep Joronga 148,93 5 366 36 27 Gane Timur 656,72 9 005 14 28 Gane Timur Tengah 309,67 3 940 13 29 Gane Timur Selatan 304,15 3 565 12 30 Jumlah 8 779,32 206.873 24 Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2013 Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 7 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I Gambar 4.4 : Peta Sebaran Penduduk Kab. Halmahera Selatan Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 8 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I 4.3 GAMBARAN TOPOGRAFI Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Halmahera memiliki daerah landai yang cukup luas. Berdasarkan kondisi fisiknya, luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan berdasarkan kelerengan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4. Luas Daerah Berdasarkan Tingkat Kelerengan No Kelerengan Derajat Kemiringan Luas (Km2) 1 Datar 0 - 2º 4,615.55 2 Landai 2 - 8º 861.47 3 Miring 8 - 15º 1,420.33 4 Curam 15 - 40º 956.80 5 Sangat Curam > 40º 208.45 Sumber : RTRW Kab. Halmahera Selatan, 2012 Wilayah kecamatan yang memiliki mayoritas daerah dengan jenis kelerengan datar - landai (0 - 2 º ) antara lain adalah : Kec. Kayoa Kec. Kayoa Utara Kec. Kayoa Selatan Kec. Gane Timur Kec. Gane Timur Tengah Kec. Gane Timur Selatan Kec. Kepulauan. Joronga Kec. Kepulauan Batanglomang Kec. Mandioli Utara Kec. Mandioli Selatan Kec. Obi Utara Kec. Obi Timur Sedangkan wilayah kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan yang memiliki kondisi kelerengan curam – sangat curam (15 - >40 º) antara lain adalah : Kec. Makian Kec. Makian Barat Kec. Gane Barat Utara Kec. Gane Barat Kec. Gane Barat Selatan Kec. Bacan Timur Kec. Bacan Selatan Kec. Bacan Timur Selatan Kec. Obi Kec. Obi Selatan Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 9 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I Kondisi jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan khususnya tiap Kecamatan secara umum terdiri dari : 1. Jenis tanah Podsolik Merah Kuning, terdapat pada: a. Obi Bagian Timur b. Pulau Kayoa c. Jenis tanah Kompleks d. Obi Bagian Tengah 2. Jenis Tanah Latosol terdapat pada: a. Gane Timur b. Gane Barat c. Bacan 3. Jenis Tanah Reguosol yang terdapat pada : a. Pulau Makian b. Pulau Obi dipesisir Utara 4. Jenis Tanah Alluvial terdapat pada : a. Pulau Obi Bagian Barat Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 10 Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Selatan I Gambar 4.5 : Peta Topografi Kab.
Recommended publications
  • Download Article (PDF)
    Atlantis Highlights in Engineering (AHE), volume 1 International Conference on Science and Technology (ICST 2018) Spatial and Environmental Condition of Bajo Tribe Settlement in South Halmahera Mustamin Rahim1, Ardi Basri2, Hendra Fauzi3 Department of Architecture Universitas Khairun Ternate, Indonesia [email protected] Abstract- This study aims to identify the spatial II. RESEARCH METHODOLOGY characteristics of Bajo Tribe settlement around coastal areas in South Halmahera, environmental analysis and settlement This research is qualitative research that emphasizes on conditions by literature review and field observation. The results the identification of the form and characteristics of show that the existence of Bajo Tribe in North Maluku deployment settlements, as well as the behavior of the Bajo tribe, through: in coastal areas, especially in Sula and Kayoa districts. Bajo ethnic (1) Field study: direct observation in the field to obtain settlements are generally located in areas of mangrove forest with primary data, directly from the field about the deployment the settlement condition is slum and are not equipped with and development of Bajo tribe settlements. (2) Literature adequate facilities and infrastructure for supporting community review: to get complement secondary data information about activities. Deployment of Bajo Tribe settlements is not the development of coastal areas of Kayoa especially Laluin accompanied by sustainable environmental arrangement. Bajo Tribe generally working as traditional fisherman with limited fish and Posi-Posi villages, their economic and social conditions, catching; therefore their earning cannot improve their welfare. institutional and development programs. (3) Interviews: to obtain information, relating primary and secondary data to Key words: bajo tribe; settlement; fisherman supplement data that obtained through field studies and literature studies I.
    [Show full text]
  • North Maluku and Maluku Recovery Programme
    NORTH MALUKU AND MALUKU RECOVERY PROGRAMME 19 September 2001 1 TABLE OF CONTENTS I. Introduction 4 II. North Maluku 5 A. Background 5 1. Overview of North Maluku 5 2. The Disturbances and Security Measures 6 3. Community Recovery and Reconciliation Efforts 7 B. Current Situation 12 III. Maluku 14 A. Background 14 1.Overview of Maluku 14 2. The Disturbances and Security Measures 16 3. Community Recovery and Reconciliation Efforts 18 B. Current Situation 20 IV. Reasons for UNDP Support 24 V. Programme Strategy 25 VI. Coordination, Execution, Implementation and Funding Arrangements 28 A. Governing Principles 28 B. Arrangements for Coordination 28 C. UN Agency Partnership and Coordination 29 D. Execution and Implementation Arrangements 30 E. Funding Arrangements 31 VII. Area of Programme Concentration and Target Beneficiaries 32 A. Area of Programme Concentration 32 B. Target Beneficiaries 33 VIII. Development Objective 34 IX. Immediate Objectives 35 X. Inputs 42 XI. Risks 42 XII. Programme Reviews, Reporting and Evaluation 42 XIII. Legal Context 43 XIV. Budget 44 2 Annexes I. Budget II. Terms of Reference of UNDP Trust Fund for Support to the North Maluku and Maluku Recovery Programme III. Terms of Reference: Programme Operations Manager/Team Leader – Jakarta IV. Terms of Reference: Recovery Programme Manager – Ternate and Ambon V. Chart of Reporting, Coordination and Implementation Relationships 3 NORTH MALUKU AND MALUKU RECOVERY PROGRAMME I. INTRODUCTION A. Context This programme of post-conflict recovery in North Maluku and Maluku is part of a wider UNDP effort to support post-conflict recovery and conflict prevention programmes in Indonesia. The wider programme framework for all the conflict-prone and post-conflict areas is required for several reasons.
    [Show full text]
  • D:\DATA KANTOR\Data Publikasi\D
    Prioritas Strategi Pengelolaan Perikanan Giob….di Kayoa, Halmahera Selatan ( I. Taeran et al.) PRIORITAS STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN GIOB YANG BERKELANJUTAN DI KAYOA, HALMAHERA SELATAN A PRIORITY OF MANAGEMENT STRATEGIES FOR SUSTAINABLE GIOB FISHERIES IN KAYOA SOUTH HALMAHERA Imran Taeran1, Mulyono S Baskoro2, Am Azbas Taurusman2, Daniel R Monintja2) dan Mustaruddin2) 1)Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, UNKHAIR,Jl.Pertamina Gambesi Ternate 2)Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK, IPB, Jl.Lingkar Kampus, Darmaga-Bogor 16680 Teregistrasi I tanggal: 28 Desember 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal: 19 April 2013; Disetujui terbit tanggal: 25 April 2013 ABSTRAK Perikanan giob di Kayoa, dikhususkan untuk mengeksploitasi ikan julung-julung. Kegiatan eksplotasi dilakukan sangat intensif dan hingga saat ini belum ada upaya pengelolaan. Penelitian bertujuan menentukan prioritas strategi pengelolaan perikanan giob yang berkelanjutan dan menyusun konsep implementasi dari strategi pengelolaan perikanan giob terpilih. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengisian kuisoner. Analisis data menggunakan metode AHP (Analisis Hierarki Proses). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas strategi pengelolaan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan yaitu pengawasan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan julung-julung. Konsep implementasi dari strategi prioritas pengawasan adalah pengaturan waktu penangkapan, pengawasan terhadap penangkapan ilegal, pengawasan terhadap
    [Show full text]
  • Dating of Neogene Igneous Rocks in the Halmahera Region: Arc Initiation and Development
    Dating of Neogene igneous rocks in the Halmahera region: arc initiation and development SIMON BAKER & JEFFREY MALAIHOLLO SE Asia Research Group, Department of Geological Sciences, University College, London WC1E 6BT, UK Abstract: Potassium-argon ages of Neogene to Recent igneous rocks from the Halmahera region record a history of intra-oceanic arc development since the late Middle Miocene following an earlier phase of collisional plutonism. Arc formation from the Middle Miocene onwards was due to the east-directed subduction of the Molucca Sea plate beneath the Philippine Sea plate as it arrived at the Eurasian margin. The distribution of ages within the Neogene arc indicates a northward migration of volcanic activity during the Late Miocene to Pliocene. Results of the dating work show that after collision with the Australian margin at c. 22 Ma there was a period of volcanic quiescence and limestone deposition before a new arc formed. This arc began erupting at around 11 Ma on Obi as a result of subduction of the Molucca Sea plate. Initiation of subduction is thought to have occurred around 15-17 Ma and may have been responsible for disturbing potassium-argon ages of pre-Neogene rocks. Dates from fresh rocks show that the volcanic front migrated northwards through Bacan and Halmahera throughout the Late Miocene to Early Pliocene. Limestone deposition was curtailed as arc activity migrated north while volcanism died out from the south. No Neogene volcanism younger than 8 Ma is observed in the Obi area while on Bacan subduction-related volcanism ceased at c. 2 Ma. Late Pliocene crustal deformation caused a 30-40 km westward shift of the volcanic front.
    [Show full text]
  • Alfred Russel Wallace's Record of His Consignments to Samuel Stevens, 1854-1861
    ZM 75 251-342 | 16 (baker) 12-01-2007 07:52 Page 251 Alfred Russel Wallace’s record of his consignments to Samuel Stevens, 1854-1861 D.B. Baker Baker, D.B. Alfred Russel Wallace’s record of his consignments to Samuel Stevens, 1854-1861. Zool. Med. Leiden 75 (16). 24.xii.2001: 251-341, figs 1-19.— ISSN 0024-0672. D.B. Baker, Oxford University Museum of Natural History, Oxford OX1 3PW, U.K. Keywords: A.R. Wallace; C. Allen; S. Stevens; Malaysia; Indonesia; biography; biogeography; bio- diversity. An annotated facsimile of those pages of Alfred Russel Wallace’s notebook recording his consign- ments from the Malay Archipelago to his London agent, Samuel Stevens, is provided. Records of indi- vidual consignments are linked with the stages of Wallace’s and Charles Allen’s itineraries to which they relate and are amplified from data provided by Wallace elsewhere; wherever possible, dates and places of the despatch of consignments and of the dates of their receipt in London are noted; and the dates of material becoming available for study are established, chiefly from British Museum acces- sions registers. It is intended that this should provide readier access to scattered collection data and should in particular assist in determining what specimens may properly be regarded as types or syn- types of the many taxa described by numerous contemporary authors from Wallace’s material. Contents Introduction ................................................................................................................................................. 254 The notebook ....................................................................................................................................... 254 The emphasis of Wallace’s collecting ...................................................................................... 254 Profit and loss; the dispersal of Wallace’s material .......................................................... 255 The publication of Wallace’s collections ...............................................................................
    [Show full text]
  • USAID SEA) PROJECT QUARTERLY REPORT SECOND Quarter of FY2019 (01 Jan – 31 Mar 2019
    USAID SUSTAINABLE ECOSYSTEMS ADVANCED (USAID SEA) PROJECT QUARTERLY REPORT SECOND Quarter of FY2019 (01 Jan – 31 Mar 2019) MARCH 2019 This publication was produced for review by the United States Agency for International Development (USAID). Prepared by Tetra Tech. The authors’ views expressedc in this publication do not necessarily reflet the vi e ws of the United States Agency for International Development or the United States Government. Contract Number : AID-497-C-16-00008 Project Title : USAID Sustainable Ecosystems Advanced (SEA) Project Contract Period : March 21, 2016 to March 22, 2021 Prepared for : USAID Indonesia Submitted to : Celly Catharina, Contracting Officer’s Representative (COR) [email protected] Submitted by : Tetra Tech 159 Bank Street, Suite 300, Burlington, VT 05401, USA Tel: 802-495-0282, Fax: 802 658-4247 www.tetratech.com/intdev Submitted on : April 15, 2019 Revised version : May 23, 2019 Tetra Tech Contacts: Alan White, Chief of Party [email protected] Tiene Gunawan, Deputy Chief of Party [email protected] Gina Green, Project Manager [email protected] Cover photos: (Clockwise from top left) Presentation of boat registration certficates in Labuan Village, Sawai (USAID SEA / Yasmina Enita); Consumable fresh fish, Sorong, West Papua (USAID SEA / Asril Djunaidi); Basic dive training for project stakeholders in Sula, Maluku (CTC / Evi Nurul Ihsan); Behavior change communications pre-test assessment (USAID SEA / Chris Rotinsulu). TABLE OF CONTENTS List of Tables ...........................................................................................................................................................................................
    [Show full text]
  • PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jl
    PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jl. Oesman Syah No. 1 – Labuha 97791 -Telp. (0927) 21290 – Fax (0927)2321019 – Email : [email protected] KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN Nomor : 420.1 / /2017 TENTANG IZIN PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN LEMBAGA PENDIDIKAN KELOMPOK BERMAIN ANAK USIA DINI (PAUD) KAMBOJA KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN [ Membaca : SuratPermohonanKelompokBermain (PAUD) Kamboja : 420/PAUD /K/87/ 2017, tanggal2 Januari 2017 tentangIzinPendiriandanPenyelenggaraanKelompokBermainPAUD KAMBOJA Desa Kampung Makian Kecamatan Bacan Selatan. Kabupaten Halmahera Selatan Menimbang : a. bahwaberdasarkanhasilVerifikasi Tim TeknisBidang PNFI,DinasPendidikandanKebudayaanterhadaplembagatersebutdiatasdalam PenyelenggaraPendidikanAnakUsiaDini (PAUD)secaratertibdantertanggungjawabperludiberikanizin. b. bahwaPAUD KAMBOJA yang berada di DesaKampung MakianadalahLembaga yang diselenggarakanolehmasyarakatDesaKampung Makian Kecamatan Bacan Selatandianggaptelahmemenuhipersyaratan yang berlaku. 0 c. bahwaberdasarkanpertimbangandimaksudpadapoin a danpoin b diatasperluditetapkandenganSuratKeputusanKepalaDinasPendidikandanKeb udayaanKabupaten Halmahera Selatan. Mengingat : 1. Undang-Undang No.45 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Baru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3895) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6
    [Show full text]
  • Estimated Catch Per Unit Fishing Effort of Small Pelagic, Reef and Mangrove Crab Fisheries in Fisheries Management Area 715
    USAID SEA PROJECT ESTIMATED CATCH PER UNIT FISHING EFFORT OF SMALL PELAGIC, REEF AND MANGROVE CRAB FISHERIES IN FISHERIES MANAGEMENT AREA 715 Prepared by: Purwanto, Senior Fisheries Advisor, Ses Rini Mardiani, Sustainable Fisheries Specialist, and Regitri Darmawan, Fisheries Database Officer DISCLAIMER This report is made possible by the generous support of the American People through the United States Agency for the International Development (USAID) with the close collaboration of the Government of Indonesia (GoI). The contents of this report are the sole responsibility of Tetra Tech and do not necessary reflect the view of USAID or the United States Government (Delete this blank page after creating pdf. It’s here to make facing pages and left/right page numbers sequence correctly in word. Be careful to not delete this section break either, until after you have generated a final pdf. It will throw off the left/right page layout. i | ESTIMATED CATCH PER UNIT FISHING EFFORT USAID.GOV TABLE OF CONTENTS TABLE OF CONTENTS I LIST OF FIGURES II LIST OF TABLES II LIST OF APPENDIXES II 1. INTRODUCTION 1 2. DATA AND METHOD OF ANALYSIS 1 3. CPUE OF SMALL PELAGIC FISHERY 2 4. CPUE OF REEF FISHERY 4 4.1. NORTH MALUKU PROVINCE 4 4.2. MALUKU PROVINCE 7 5. CPUE OF MANGROVE CRAB FISHERY 8 REFERENCES 9 i | ESTIMATED CATCH PER UNIT FISHING EFFORT USAID.GOV LIST OF FIGURES Figure 1. (A) Number of fishing days per trip and vessel productivity, and (B) the quantity of fish landed by a fishing vessel, in Bitung Oceanic Fishing Port, January 2018 – July 2019.
    [Show full text]
  • M7.2 EARTHQUAKE in NORTH MALUKU, INDONESIA FLASH UPDATE #1 SUNDAY Indonesia
    SUNDAY M7.2 EARTHQUAKE IN 14 JUL 2019 NORTH MALUKU, INDONESIA 2230 HRS UTC +7 FLASH UPDATE #1 The estimated hazard exposure from DMRS, powered by PDC Indonesia • Indonesia’s Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency (BMKG) reported a strong magnitude 7.2 earthquake struck North Maluku Province on Sunday, 14 July 2019, at 16:10 (UTC+7). The earthquake is reported to have a shallow epicentre at 10-km depth, which is located about 62-km north east of Labuha town (0.59°S,128.06°E). • According to Indonesia’s National Disaster Management Organisation (BNPB), Labuha endured Intensity VI, or strong shaking. While several other areas are reported to have experienced light to moderate shaking, such as Intensity V in Weda, and Intensity IV in Maba, Soasiu, and Ternate. • The earthquake is reported to have caused panic in several areas. There were no immediate reports of casualties or damages yet, the Local Emergency Management Authorities and local governments are conducting rapid assessment due to expected damages. • The earthquake is believed to have no potential to trigger tsunami, but six (6) aftershocks with at least magnitude 5.0 are already reported (see map on the next page): 1. M5.2, 14-Jul-19, 16:28:40 (UTC+7), 0.75°S, 128.18°E, 10 km depth 2. M5.8, 14-Jul-19, 16:43:47 (UTC+7), 0.78°S, 127.68°E, 10 km depth 3. M5.0, 14-Jul-19, 16:54:49 (UTC+7), 0.87°S, 128.39°E, 10 km depth 4. M5.4, 14-Jul-19, 17:05:22 (UTC+7), 0.61°S, 127.96°E, 10 km depth 5.
    [Show full text]
  • 82 Nama Provinsi : MALUKU UTARA
    STATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN Kode Provinsi : 82 Nama Provinsi : MALUKU UTARA KODEKAB KABUPATEN/KOTA KODEKEC KECAMATAN KODEDESA NAMA DESA IDM STATUS 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001915 BUKU BUALAWA 0,4846 Sangat Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001916 TAURO 0,4828 Sangat Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001917 MATUI 0,4574 Sangat Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001918 TUADA 0,5290 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001919 TODOWONGI 0,5008 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001920 BUKUMATITI 0,5266 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001921 PORNITI 0,5479 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001922 GAMLAMO 0,6502 Berkembang 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001923 GUFASA 0,6341 Berkembang 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001924 GUAEMAADU 0,7779 Maju 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001925 GALALA 0,6002 Berkembang 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001926 BOBANEHENA 0,6992 Berkembang 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001927 SARIA 0,6005 Berkembang 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001928 PAYO 0,5761 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001929 BOBO 0,5649 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001930 IDAMDEHE 0,5175 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001931 IDAMDEHE GAMSUNGI 0,5605 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001932 JALAN BARU 0,5641 Tertinggal 82001 HALMAHERA BARAT 1201260 JAILOLO 82001933 MARIMABATI
    [Show full text]
  • Boats to Burn: Bajo Fishing Activity in the Australian Fishing Zone
    Asia-Pacific Environment Monograph 2 BOATS TO BURN: BAJO FISHING ACTIVITY IN THE AUSTRALIAN FISHING ZONE Asia-Pacific Environment Monograph 2 BOATS TO BURN: BAJO FISHING ACTIVITY IN THE AUSTRALIAN FISHING ZONE Natasha Stacey Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] This title is also available online at: http://epress.anu.edu.au/boats_citation.html National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Stacey, Natasha. Boats to burn: Bajo fishing activity in the Australian fishing zone. Bibliography. ISBN 9781920942946 (pbk.) ISBN 9781920942953 (online) 1. Bajau (Southeast Asian people) - Fishing. 2. Territorial waters - Australia. 3. Fishery law and legislation - Australia. 4. Bajau (Southeast Asian people) - Social life and customs. I. Title. (Series: Asia-Pacific environment monograph; 2). 305.8992 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Duncan Beard. Cover photographs: Natasha Stacey. This edition © 2007 ANU E Press Table of Contents Foreword xi Acknowledgments xv Abbreviations xix 1. Contested Rights of Access 1 2. Bajo Settlement History 7 3. The Maritime World of the Bajo 31 4. Bajo Voyages to the Timor Sea 57 5. Australian Maritime Expansion 83 6. Bajo Responses to Australian Policy 117 7. Sailing, Fishing and Trading in 1994 135 8. An Evaluation of Australian Policy 171 Appendix A. Sources on Indonesian Fishing in Australian Waters 195 Appendix B. Memorandum of Understanding Between the Government of Australia and the Government of the Republic of Indonesia Regarding the Operations of Indonesian Traditional Fishermen in Areas of the Australian Exclusive Fishing Zone and Continental Shelf (7 November 1974) 197 Appendix C.
    [Show full text]
  • Bupati Halmahera Selatan
    BUPATI HALMAHERA SELATAN PERATURAN BUPATI HALMAHERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. bahwa dalam rangka mengantisipasi ancaman terhadap integritas Nasional dan tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dilaksanakan deteksi dini dan peringatan dini di Daerah; c. bahwa dalam rangka mengoptimalkan kinerja komunitas intelijen daerah perlu didukung dengan koordinasi yang baik antar aparatur unsur intelijen secara professional; d. bahwa dalam rangka tertib administrasi kegiatan Kominda sesuai dengan Perarturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2011 tentang Komunitas Intelijen Daerah perlu dilakukan penyesuaian agar optimal dihadapkan dengan perkembangan situasi daerah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Komunitas Intelijen Daerah Kabupaten Halmahera Selatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3895)
    [Show full text]