FULL Buku Reformasi Dan Jatuhnya Suharto.Pdf
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
REFORMASI DAN JATUHNYA SOEHARTO Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan seba- gaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima Miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). REFORMASI DAN JATUHNYA SOEHARTO BASUKI AGUS SUPARNO 20205120010 x 238 978-979-709-624-3 Victory Jaya Abadi DAFTAR ISI Pengantar Penulis........... ............................................................... Vii Bab 1 Pendahuluan ........................................................................ 1 Bab 2 Sejarah Perubahan di Indonesia .................................... 15 Bab 3 Karakteristik Legitimasi Orde Baru ................................ 47 Bab 4 Retorika dan Reformasi .................................................. .85 Bab 5 Reformasi: Pertarungan Bahasa Politik ....................... 113 Bab 6 Drama Jatuhnya Soeharto ............................................... 175 Bab 7 Penutup ................................................................................ 209 Indeks ............................................................................................... 219 Daftar Pustaka ................................................................................ 227 Tentang Penulis .............................................................................. 239 v PENGANTAR PENULIS da baiknya, sesaat, untuk bertanya: Apa yang sudah Adihasilkan oleh reformasi, setelah 14 tahun lebih ber- lalu? Apakah agenda reformasi sepenuhnya telah di- penuhi sebagaimana janji-janji yang muncul dalam se- buah gerakan sosial yang katanya ditujukan untuk meng- hapus kolusi, korupsi, dan nepotisme sebagai akar per- masalahan yang paling krusial di negeri ini? Ke manakah mereka dulu yang menyuarakan begitu lantang tentang reformasi? Apakah kalau memang reformasi telah membawa kebaikan, lantas apakah kebaikan itu sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, yang tidak ada kaitannya dengan masa lalu? Demikian sebaliknya, apakah bila reformasi membawa kondisi yang lebih buruk, maka keburukan itu juga merupakan kesalahan masa lalu? Tidakkah itu sebagai ketidakbecusan kita di dalam mengelola bangsa dan negara ini? Ataukah menjadi bagian cara kita vii REFORMASI DAN jATUhNyA SOEhARTO untuk mencari kesalahan orang lain atas ketidakmampuan itu? Pertanyaan-pertanyaan semacam itulah, yang dikaji dan berusaha dipaparkan dalam buku Reformasi dan Jatuhnya Soeharto. Buku ini berusaha memaparkan adanya pertarungan kepentingan yang terwujud dalam penggunaan bahasa politik dari aktor-aktor politik yang terlibat di dalamnya yang mengatasnamakan reformasi. Buku ini merupakan penulisan ulang dari disertasi yang penulis tulis beberapa waktu lalu. Dengan demikian, karya ini merupakan karya yang dihasilkan dari praktik-praktik diskursif ilmiah karena mendapatkan kritik, saran, dan perbaikan dari berbagai pihak dalam masyarakat ilmiah itu. Penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam mewujudkan karya ini dan yang telah memberi kesempatan untuk berinteraksi penuh makna dan kaya yang membekas itu dalam komunitas ilmiah dan akademik baik komunitas ilmiah di Salemba UI, komunitas ilmiah Babarsari UPN Yogyakarta atau pun komunitas ilmiah Kentingan UNS Solo. Penulis mengucapkan terima kasih atas saran, kritik dan perbaikan kepada Prof. M. Alwi Dahlan, Ph.D.; Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D.; Prof. Andre Hardjana, Ph.D.; Prof. Dr. Harsono Suwardi; Prof. Dr. Ilya Revianti Sudjono Sunarwinadi; Prof. Aloys Agus Nugroho, Ph.D.; Prof. Dedy Nur Hidayat, Ph.D. (alm); Prof. Ikrar Nusa Bhakti, Ph.D.; Dr. Pinckey Triputra; Dr. Sunarto; Eduard Lukman, M.A., dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga kebaikan-kebaikan itu memberi kemanfaatan bagi kepentingan kemanusiaan secara utuh dan keseluruhan, bangsa serta negara. viii PENGANTAR PENULIS Diskusi dan pencermatan yang menarik juga penulis peroleh secara hangat dari Prof. Ichlasul Amal, Ph.D.; Dr. Ir. Akbar Tanjung, Dr. Ir. Sri Bintang Pamungkas, Rama Pratama, Widi Aswindi, dan Mudrick Sangidoe yang memberi penjelasan dari perspektif mereka tentang re- formasi. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas diskusi-diskusi yang mereka telah sampaikan itu. Bagian terpenting karya ini adalah dukungan dari istri tercinta Erni Indriyastuti yang telah merelakan penulis, untuk menempuh jenjang pendidikan doktoral di Jakarta. Pengorbanan dan dukungan itu begitu berharga dan pantas kiranya bila buku ini pun didedikasikan bagi pengorbanan dan kerelaan itu. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada UPN ”Veteran” Yogyakarta yang telah memberi dukungan finansial dan administratif serta kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan jenjang pendidikan doktoral ini. Kepada Ketua Program Studi Basuki M.Si. dan semua kolega yang telah memberi dukungannya, penulis mengucapkan terima kasih. Buku ini penulis harapkan sebagai wujud sumbangsih pengabdian bagi lembaga pendidikan di mana penulis bergelut di dalamnya. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Penerbit Buku Kompas yang telah bersedia menerbitkan disertasi ini ke dalam bentuk buku. Atas dukungan Bapak St Sularto jualah, buku ini dapat terbit, karenanya, penulis ucapkan terima kasih setulus-tulusnya. Kiranya, dengan terbitnya buku ini, akan menjadi kebaikan bersama bagi majunya bangsa dan negara kita-Indonesia. Amin. Sragen, Februari 2012 ix x BAB 1 PENDAhULUAN Latar Belakang erakan reformasi pada tahun 1998 telah menjadi ba- Ggian masa lalu, bagian dari perjalanan Bangsa dan Negara Republik Indonesia dalam mewujudkan cita-cita Proklamasi tahun 1945. Seperti pula momentum sebelum- nya, reformasi adalah bagian sejarah dari perjalanan pan- jang bangsa Indonesia. Sejumlah peristiwa seperti pendudukan gedung DPR/ MPR, insiden Trisakti, dan Semanggi, pengunduran diri Presiden Soeharto, aksi penjarahan dan kerusuhan, per- nyataan 14 menteri yang tidak bersedia lagi duduk dalam Kabinet Reformasi dan sebagainya, adalah realitas sejarah. Namun seperti dikatakan Taufik Abdullah (2006: xxxiii)—semua peristiwa sejarah sebagai historie recite itu adalah terbuka bagi rekonstruksi yang sering merefleksikan keinginan untuk membenarkan atau menyalahkan. Dalam 1 REFORMASI DAN jATUhNyA SOEhARTO pengertian historie recite itu, pemaknaan (interpretation) menjadi sangat berharga. Sejak awal, gerakan reformasi telah dimaknai berbeda- beda antara lain mencakup desain negara ideal, slogan klise ataupun sebatas ekspresi pikiran seseorang. Ada yang berpendapat bahwa reformasi tidak identik dengan per- gantian individu melainkan berkaitan dengan sistem dan struktur. Dari semua itu, masing-masing memberi tekanan pada aspek-aspek tertentu, sebagian sama, tetapi sebagian yang lain saling bertolak belakang. Meskipun objek sosialnya sama (reformasi), dalam kenyataannya terdapat perbedaan pemikiran yang kontradiktif. Meminjam istilah George Herbert Mead, kapasitas itu disebut sebagai ”taking the role of the other” (Turner, 1998:361). Meskipun, menurut Jakob Oetama (dalam Sulas- tomo, 2003), semua yang muncul itu merupakan pemahaman yang kurang lengkap. Keadaan ”amburadul” yang menyertai Reformasi, sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahaman parsial terhadap reformasi. Seperti yang kita ketahui, reformasi sebagai gerakan politik telah membuat Soeharto mundur dan sukses me- nempatkan Soeharto sebagai a device that unifies all those who share the same enemy. Namun, banyak pihak yang menyatakannya sebagai gerakan yang gagal membawa perubahan yang lebih baik sebagaimana dijanjikan. Pada sisi lain, mereka juga dihadapkan bagaimana gerakan ini dapat disterilkan dari aktor-aktor oportunis yang semata-mata hanya menginginkan posisi sebagai akibat perubahan konfigurasi struktur sosial, ekonomi dan politik baik yang berasal dari aktor lama ataupun yang amatiran yang akan memengaruhi corak jalannya reformasi itu sendiri. 2 PENDAhULUAN Bahkan sejak awal, aktor-aktor yang dikenal sebagai tokoh reformis telah terfragmentasi menjelang Pemilihan Umum tahun 1999.1 Masing-masing disibukkan dengan kegiatan membangun popularitas guna memperoleh dukungan dan afialisasi kepentingan. Pertarungan pernyataan dan aksi politik yang me- nunjukkan fragmentasi justru tampak pada tahap yang sangat prematur. Pergeseran sikap juga terjadi pada elite- elite politik, misalnya melunaknya sikap mereka terhadap pe merintahan transisi, yang tidak seperti yang diperlihatkan ketika Presiden Soeharto masih berkuasa. Setelah berlangsung lebih 10 tahun, reformasi masih menyisakan masalah-masalah krusial. Ignas Kleden me- nyatakan bahwa politik Indonesia sesudah dan sebelum reformasi tidak mengalami perubahan apa pun. Bahkan reformasi