TINGGALAN SITUS BERUPA ARTEFAK PADA KOTA CINA DI

MEDAN MARELAN: ANALISIS BENTUK DAN MAKNA KEBUDAYAAN

棉兰 Marelan 华人区遗物研究:文化形式与意义分析 (Mián lán Marelan huárén qū yíwù yánjiū: Wénhuà xíngshì yǔ yìyì fēnxī)

SKRIPSI

OLEH: SHELLA RAFIQAH ULLY 120710054

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis mulai dari masa perkuliahan sampai dengan tahap penyelesaian tugas akhir. Adapun tugas akhir yang diberi judul “Tinggalan Situs

Berupa Artefak Pada Kota Cina di Medan Marelan: Analisis Bentuk dan Makna

Kebudayaan” ini diselesaikan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

Proses pengerjaan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Penulis banyak mendapat dukungan, semangat, waktu, bimbingan dan doa dari mereka. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung, S.H.,M.Hum. atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis berstatus

mahasiswa Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara serta

kesempatan untuk menyelesaikan Studi S-1 di Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara dengan baik.

2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dr. Budi

Agustono, M.S. atas kesempatan dan waktu yang telah diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Studi S-I di Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara dengan baik.

3. Ketua Program Studi Sastra Cina Mhd Pujiono, M.Hum., Ph.D yang telah

memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis semasa perkuliahan.

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Sekretaris Program Studi Sastra China Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL

atas pengarahan yang diberikan untuk penulis mulai dari masa perkuliahan

sampai saat ini.

5. Dosen pembimbing I Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. yang telah

dengan sabar membimbing, menasehati serta memberikan bimbingan yang

baik kepada penulis selama mengerjakan tugas akhir ini sehingga

terselesaikan dengan baik.

6. Dosen pembimbing II Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL Laoshi yang

telah sabar membimbing dan susah payah membantu mengerjakan tugas

akhir dalam bahasa mandarin dan juga telah memberikan semangat dan

dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Ibunda tersayang, Azhariah yang telah memberikan dukungan, semangat

dan doa sehingga tugas ini selesai dengan baik.

8. Seluruh dosen dan staff pengajar Program studi Sastra Cina yang setia

membantu mengurus segala urusan akademik dan selalu memberikan

arahan.

9. Kakak dan adik tersayang, Tio, Tumiar, Dora dan Putra yang telah

memberikan semangat dan terus menemani selama proses pengerjaan

tugas ini hingga selesai.

10. Teman tumbuh yang selalu memberi masukan dan dukungan, Mumu, Rati

dan Yuni. Terimakasih.

11. Keluarga Besar Pers Mahasiswa SUARA USU, seluruh teman-teman yang

turut menemani penulis selama berproses di „rumah tanpa jeda‟.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Terimakasih untuk banyak ilmu dan pengalaman berharga semasa penulis

menjadi mahasiswa.

12. Teman-teman baik hati Faeny, Putri, Dila, Lara, Oka, Yulia, Ira dan

Seltica yang senantiasa memacu semangat menyelesaikan tugas ini.

Terimakasih.

13. Seluruh teman-teman seperjuangan Stambuk 2012 Program Studi Sastra

Cina yang telah memberikan dukungan serta senantiasa menemani selama

4 tahun masa perkuliahan.

14. Informan yang telah memberikan waktu dan kesempatan serta

memberikan ilmu kepada penulis, dan masyarakat yang telah berkenan

diwawancarai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu dapat menjadi sumbangan untuk ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Sastra Cina.

Oleh sebab itu, kepada semua pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, demi perbaikan skripsi ini.

Medan, 2017 Penulis

Shella Rafiqah Ully NIM. 120710054

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Skripsi ini bertajuk “Tinggalan Situs Berupa Artefak Pada Kota Cina di Medan Marelan: Analisis Bentuk dan Makna Kebudayaan” Penelitian ini meninjau dua aspek dari beberapa tinggalan artefak yang bermuatan budaya Tionghoa di Situs Kota Cina Medan Marelan, yaitu aspek bentuk dan makna. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teori, yakni: (a) teori semiotik dari Peirce dan (b) teori bentuk Arsitektur. Metode dan teknik yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan berdasar kepada observasi lapangan, studi pustaka dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) tinggalan artefak di Situs Kota Cina Medan Marelan yang bermuatan budaya Tionghoa masing- masing memiliki bentuk dan material khusus yang dapat mengidentifikasikan sejarah serta mulanya artefak diproduksi (b) masing-masing tinggalan artefak di Situs Kota Cina memiliki makna tertentu baik itu ditinjau dari ikon, simbol ataupun indeksnya.

Kata kunci: tinggalan, artefak, Situs Kota Cina, bentuk, makna

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This thesis entitled "The Artefacts in Kota Cina Site Medan Marelan: Analysis of Cultural Form and Meaning." This research reviews two aspects of several Chinese cultural artefacts left at Kota Cina Site Medan Marelan, the aspects of form and meaning. In this research, the author uses two theories, namely: (a) the semiotic theory of Peirce and (b) the form of architecture theory. This research is qualitative research employing field observation, literature review and interview as instruments. The results of this research are: (a) the remainng artefacts at Kota Cina Site of Medan Marelan containing Chinese culture have certain shapes and materials that can identify the history and origin of the produced artefacts (b) each of the artefacts in Kota Cina Site has a certain meaning viewed from the icon, symbol or index. Keywords: remains, artefacts, Kota Cina Site, form, meaning

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Peta Kecamatan Medan Marelan ...... 25 Gambar 2 Arca Dhiyani Budha Amitaba ...... 38 Gambar 3 Koin Dinasti Yuan, Song dan Ming ...... 40 Gambar 4 Ilustrasi Koin Cina Kuno...... 42 Gambar 5 Koin Cina Kuno ...... 42 Gambar 6 Mangkuk Cina Kuno ...... 44 Gambar 7 Fragmen Vas Qing Bai ...... 47 Gambar 8 Fragmen Mangkuk Qing Bai ...... 48 Gambar 9 Fragmen Cepuk Keramik Qing Bai ...... 48 Gambar 10 Fragmen Mangkuk Seladon ...... 50 Gambar 11 Fragmen Piring Seladon ...... 50 Gambar 12 Fragmen Tutup Cepuk Keramik De Hua ...... 51 Gambar 13 Fragmen Keramik Biru-Putih Dinasti Qing ...... 53 Gambar 14 Fragmen Keramik Biru-Putih Dinasti Ming ...... 53 Gambar 15 Fragmen Mercury Jar...... 53 Gambar 16 Sikap Tangan Dhyanamudra pada Arca ...... 55 Gambar 17 Ilustrasi Berbagai ...... 57 Gambar 18 Susunan Lima Dunia dan Tiga Serangkai Dewa ...... 58 Gambar 19 Pedang Emas dari Koin Cina ...... 61 Gambar 20 Koin Cina pada Sesajian Agama di Bali ...... 61 Gambar 21 Motif Flora Pada Mangkuk Cina Kuno ...... 62 Gambar 22 Motif Flora Bunga Krisan ...... 65 Gambar 23 Motif Flora Bunga Anggrek ...... 66 Gambar 24 Motif Flora Bunga Teratai ...... 67 Gambar 25 Motif Flora Pohon Pinus ...... 68 Gambar 26 Motif Flora Pohon Bambu ...... 69 Gambar 27 Fragmen Keramik Motif Flora ...... 72 Gambar 28 Fragmen Keramik Motif Plum dan Teratai ...... 73 Gambar 29 Motif Geometri Unsur Motif Bergaris Lurus ...... 75 Gambar 30 Motif Geometri Unsur Desain Melengkung ...... 75 Gambar 31 Motif Geometri Gabungan ...... 76 Gambar 32 Fragmen Keramik Bermotif Geometri ...... 76 Gambar 33 Fragmen Keramik Bermotif Geometri ...... 77 Gambar 34 Fragmen Keramik Bermotif Geometri ...... 77

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Jarak Kantor Lurah ke Kantor Camat ...... 25 Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk s.d September 2015 ...... 26 Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja ...... 26 Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...... 28 Tabel 5.1 Bentuk dan Makna Tinggalan Artefak Pada Situs Kota Cina di Medan Marelan...... 78

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i ABSTRAK ...... iv DAFTAR GAMBAR ...... vi DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR ISI ...... viii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Batasan Masalah ...... 6 1.3 Rumusan Masalah ...... 6 1.4 Tujuan Penelitian ...... 6 1.5 Manfaat Penelitian ...... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 8 2.1 Tinjauan Pustaka ...... 8 2.2 Konsep ...... 10 2.2.1 Bentuk ...... 10 2.2.2 Makna ...... 11 2.2.3 Kebudayaan ...... 12 2.2.4 Warisan (Tinggalan) Budaya ...... 13 2.2.5 Situs ...... 14 2.2.6 Artefak ...... 14 2.2.7 Situs Kota Cina Medan Marelan ...... 15 2.3 Landasan Teori ...... 16 2.3.1 Teori Semiotika ...... 16 2.3.2 Teori Bentuk Arsitektur ...... 17 BAB III METODE PENELITIAN ...... 18 3.1 Metode Penelitian ...... 19 3.2 Teknik Pengumpulan Data ...... 19 3.2.1 Observasi Lapangan ...... 20 3.2.2 Dokumentasi ...... 21 3.2.3 Studi Kepustakaan ...... 21 3.2.4 Wawancara ...... 22 3.3 Teknik Analisis Data ...... 22 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...... 23 4.1 Kondisi Fisik Kecamatan Medan Marelan ...... 23 4.2 Letak Geografis Keecamatan Medan Marelan ...... 24 4.2.1 Batas dan Luas Wilayah ...... 24 4.2.2 Orbitrasi Pemerintahan ...... 25 4.3 Demografi ...... 26 4.3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Marelan ...... 26 4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja ...... 26 4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...... 27 4.4 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Marelan ...... 28 4.5 Situs Kota Cina ...... 29

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB V BENTUK DAN MAKNA TINGGALAN ARTEFAK DI SITUS KOTA CINA MEDAN MARELAN…...... 37 5.1 Analisis Bentuk Pada Tinggalan Artefak ...... 37 5.1.1 Arca Dhiyani Budha Amitaba ...... 38 5.1.2 Koin Cina Kuno ...... 40 5.1.3 Mangkuk Cina Kuno ...... 44 5.1.4 Fragmen Keramik Qing Bai (青白) ...... 46 5.1.5 Fragmen Keramik Seladon ...... 49 5.1.6 Fragmen Keramik De Hua (德华) ...... 51 5.1.7 Fragmen Keramik Biru-Putih (清华) ...... 52 5.1.8 Fragmen Keramik Coarse Stone ...... 53 5.2 Analisis Makna Pada Tinggalan Artefak ...... 54 5.2.1 Arca Dhiyani Budha Amitaba ...... 54 5.2.2 Koin Cina Kuno ...... 59 5.2.3 Mangkuk Cina Kuno ...... 61 5.2.4 Fragmen Keramik Cina ...... 63 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...... 82 6.1 Simpulan ...... 82 6.2 Saran ...... 85 DAFTAR PUSTAKA ...... 86 LAMPIRAN ...... 89 LAMPIRAN I ...... 90 LAMPIRAN II ...... 94 LAMPIRAN III ...... 96 LAMPIRAN IV ...... 97 LAMPIRAN V ...... 98

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Artefak berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benda-benda, alat berupa perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia zaman dahulu yang ditemukan melalui penggalian arkeologi. Menurut J.J Hoenigman dalam

(Koentjaraningrat, 2000: 186) artefak merupakan salah satu dari tiga wujud kebudayaan selain gagasan dan aktivitas. Wujud kebudayaan artefak ini merupakan wujud kebudayaan paling konkret karena dapat dilihat dan diraba langsung oleh panca indera.

Kebudayaan adalah sistem (dari pola-pola tingkah laku yang diturunkan secara sosial) yang bekerja menghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi mereka. Adanya budaya, memberikan pemahaman dalam kedua proses transformasi antara alam dan manusia dan bentuk hasil transformasi antara alam dan manusia. Pelestarian pusaka budaya membantu masyarakat tidak hanya melindungi aset fisik bernilai ekonomis, tetapi juga melestarikan praktik, sejarah, dan lingkungan, serta rasa kontinuitas dan identitas.

Warisan budaya pada dasarnya mencakup bidang yang sangat luas dan dapat dimaknai sebagai sesuatu yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu wujud warisan budaya adalah sebuah „kawasan masa lalu‟ yang berisi tinggalan arkeologis. Warisan budaya adalah warisan peninggalan masa lalu yang diwariskan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain yang tetap dilestarikan, dilindungi, dihargai dan dijaga kepemilikannya (Ardika, 2007:

8). Menurut badan khusus PBB United Nation Educational, Scientific, and

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Cultural Organization (UNESCO) dalam situs resminya menyatakan bahwa warisan budaya adalah monumen, kelompok bangunan atau situs sejarah, estetika, arkeologi, ilmu pengetahuan, etnologis atau antropologi nilai.

Tinggalan artefak dapat diidentifikasi untuk mengukur peradaban yang berlangsung pada suatu era, para ahli arkeologi mengkaji temuan alat-alat yang digunakan untuk menganalisis peradaban masa lalu suatu bangsa. Alat-alat atau peninggalan fisik dapat menyingkap teknologi, kebudayaan, kualitas hidup, hubungan sosial hingga unsur kepercayaan. Tinggalan artefak suatu kaum yang hidup di masa lalu bagi peradaban berikutnya adalah „tanda‟ yang secara tidak langsung mengkomunikasikan keadaan dan peradaban yang berlaku pada saat itu.

Situs Kota Cina merupakan salah satu wilayah tinggalan budaya di

Sumatera Utara yang terkait erat dengan jaringan perdagangan di Asia Tenggara dari setidaknya abad ke-12 hingga abad ke-14 Masehi. McKinnon melalui hasil survey dan ekskavasi berusaha memberikan penjelasan tentang masa lalu Kota

Cina secara ilmiah. Selama penelitian yang dilakukannya, yaitu pada tahun 1972 dia menemukan banyak data arkeologis, yang tersebar di beberapa tempat meliputi gerabah, keramik, koin Cina, arca, terak logam, dan struktur bata. Ia berkesimpulan situs yang terletak di Jalan Kota Cina, Kelurahan Paya Pasir,

Kecamatan Medan Marelan ini merupakan wilayah penting bandar perdagangan dan pelabuhan dalam jaringan perdagangan di Asia Tenggara dari abad ke-12 hingga abad ke-14 Masehi.

McKinnon dalam (Purnawibowo 2014: 5) berpendapat nama Kota Cina berasal dari bahasa Tamil ( Selatan) Cinna Kotta yang berarti suatu

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pemukiman kecil yang dikelilingi benteng. Pendapat tersebut didasarkan pada keberadaan temuan arca yang bergaya India Selatan di daerah tersebut. Hal tersebut berbeda dengan pendapat beberapa informan di sekitar kawasan Kota

Cina. Menurut mereka berdasarkan tradisi lisan, kawasan tersebut dinamakan

Kota Cina dikarenakan dahulunya merupakan permukiman masyarakat Cina, yang dibuktikan dengan banyaknya barang-barang keramik buatan Cina di daerah tersebut.

Kawasan Kota Cina merupakan sebuah wilayah yang cukup luas, dengan sebaran tinggalan arkeologis yang dijumpai pada banyak tempat. Seluruh wilayah yang mengandung temuan arkeologis luasnya mencapai 25 hektar yang meliputi situs Danau Siombak dengan temuan sisa perahu dan fragmen gerabah; situs Kota

Cina dengan temuan struktur bata, batu umpak, fragmen gerabah, fragmen keramik, fragmen logam, fragmen kaca, dan koin Cina; situs Keramat Pahlawan dengan temuan struktur bata, fragmen keramik, fragmen gerabah, batu berpahat, dan dua arca logam; serta situs Lorong IX dengan temuan arca batu, fragmen lingga, dan fragmen yoni. Semua fragmen tersebut merupakan wujud kebudayaan berupa artefak yang menyimpan makna kebudayaan. Temuan artefak di Situs

Kota Cina Medan yang bermuatan budaya Tionghoa dan akan dijadikan bahan penelitian diantaranya adalah Arca Dhiyani Budha Amitaba, Koin Cina Kuno,

Mangkuk Cina Kuno, dan Fragmen Keramik.

Ilmu semiotika yaitu cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest, 1993: 1). Ilmu semiotika ini yang akan peneliti gunakan untuk menganalisis makna kebudayaan artefak Situs

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kota Cina di Medan Marelan. Sedangkan teori bentuk dari ilmu arsitektur ataupun seni rupa akan peneliti gunakan untuk menganalisis bentuk kebudayaan artefak tinggalan Situs Kota Cina di Medan Marelan.

Peneliti memilih menganalisis bentuk dan makna peninggalan budaya berupa artefak di Situs Kota Cina Medan Marelan dengan beberapa alasan berikut:

1. Keberadaan Kota Cina sebagai situs arkeologi yang menyimpan

banyak artefak bermuatan budaya Tionghoa masih belum banyak

diketahui oleh masyarakat luas. Berdasarkan pengamatan peneliti situs

ini hanya umum di kalangan peneliti arkeologi, sejarah dan akademisi.

2. Masyarakat yang sekarang tinggal di kawasan Situs Kota Cina dapat

dikatakan telah terlepas dari konteks sejarah dan sosio-kultural Kota

Cina masa lalu. Pun, mereka bukanlah masyarakat Tionghoa

melainkan umumnya bersuku melayu.

3. Masih minimnya penelitian budaya yang dilakukan untuk meneliti

artefak-artefak yang ditemukan di Situs Kota Cina. Lazimnya adalah

penelitian sejarah dan arkeologi.

Diketahui juga bahwa penelitian dengan judul „Tinggalan Situs berupa Artefak

Pada Kota Cina di Medan Marelan: Analisis Bentuk dan Makna Kebudayaan‟ belum pernah diteliti sebelumnya di Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Sastra

Cina, Universitas Sumatera Utara.

1.2 Batasan Masalah

Menghindari pokok permasalahan yang terlalu luas dan dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pembahasan mengenai bentuk dan makna tinggalan budaya artefak yang memuat unsur kebudayaan Tionghoa di Situs Kota Cina Medan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk tinggalan artefak yang bermuatan budaya Tionghoa di

Situs Kota Cina Marelan?

2. Apa makna tinggalan artefak bermuatan budaya Tionghoa di Situs Kota

Cina Marelan?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bentuk tinggalan artefak yang bermuatan budaya Tionghoa di

Situs Kota Cina Medan Marelan

2. Mengetahui makna yang terkandung pada tinggalan artefak yang

bermuatan budaya Tionghoa di Situs Kota Cina Medan Marelan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan tentang sejumlah penemuan artefak yang

bermuatan budaya Tionghoa di Situs Kota Cina dan menambah

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pemahaman keilmuan tentang bentuk dan makna kebudayaan pada artefak

di Situs Kota Cina Medan Marelan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat dalam

praktiknya, antara lain:

- Untuk masyarakat: diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

keberadaan kota dan mendapatkan pengetahuan mengenai bentuk

dan makna simbolis dari berbagai tinggalan artefak di Situs Kota Cina.

- Untuk pemerintah: kepada Pemerintah Kota Medan untuk dapat lebih

melestarikan salah satu peninggalan bersejarah.

- Untuk mahasiswa: penelitian ini dapat menambah pembendaharaan

karya ilmiah di Fakultas Ilmu Budaya pada umumnya dan program

studi Sastra Cina pada khususnya, serta bermanfaat untuk menjadi

bahan rujukan (refrence) bagi mahasiswa ataupun masyarakat yang

memerlukannya.

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian, paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber dari pendapat para ahli-ahli, emperisme (pengalaman penelitian), dokumentasi, dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Penelitian mengenai keberadaan Situs Kota Cina di Medan Marelan telah beberapa dilaksanakan, namun dengan konteks masalah dan teori yang berbeda dari penelitian ini. Penelitian terbaru tentang situs Kota Cina salah satunya adalah „Strategi Pengelolaan Kawasan Kota Cina, Medan, Sumatera Utara

Berbasis Masyarakat‟ oleh Purnawibowo (2014). Thesis oleh mahasiswa

Universitas Gadjah Mada ini membahas tentang pengelolaan Kawasan Kota Cina sebagai kawasan cagar budaya dan menyusun suatu strategi pengelolaan terhadap kawasan Kota Cina dengan berorientasi pada pelestarian dan pemanfaatannya bagi masyarakat. Konsep dasar yang digunakan adalah bahwa pengelolaan (pelestarian dan pemanfaatan) kawasan arkeologi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan masyarakat sekarang. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan keterkaitan, harapan, dan keinginan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta terus menerus berkomunikasi dengan mereka terkait usaha-usaha pelestarian dan pemanfaatan tersebut. Metode yang digunakan adalah pengamatan relasi antara kawasan dan masyarakat yang telah dan sedang berlangsung serta wawancara untuk menggali harapan-harapan dan keinginan-keinginan masyarakat sekitar.

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sedangkan penelitian lain adalah Jurnal milik Sinaga (2015) dengan judul

„Pengelolaan Situs Cagar Budaya Kota Cina Medan‟. Jurnal mahasiswa

Universitas Riau ini membahas upaya pengelolaan Situs Kota Cina yang sama sekali masih belum optimal. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data dengan metode analisis deskriptif dengan menjelaskan kenyataan yang ada dan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan serta menginterpretasikan data yang berhubungan dengan objek penelitian.

2.2 Konsep

Dalam Alwi (2007: 725) konsep diartikan sebagai rancangan ide atau

pengertian yang diabstrakkan dari pengertian konkret, gambaran mental dari

objek atau apapun yang berada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi

untuk memahami hal-hal lain. Konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang

digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan

diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan

penelitian.

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan konsep yang digunakan dalam penelitian bentuk dan makna kebudayaan tinggalan artefak di Situs Kota Cina

Medan Marelan, yakni (1)bentuk, (2)makna (3)kebudayaan, (4)warisan (tinggalan) budaya, (5)artefak, (6)situs, dan (7)Situs Kota Cina.

2.2.1 Bentuk

Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa

pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali

seperti sebuah kursi atau seseorang yang mendudukinya. Hal ini juga

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menjelaskan kondisi tertentu di mana sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya, misalnya bila bicara mengenai air dalam bentuk es atau uap.

Bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk. Dalam kenyataannya, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penangkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat.

Ciri-ciri pokok yang menunjukan bentuk pada kenyataanya dipengaruhi oleh keadaan bagaimana cara manusia memandangnya. Juga merupakan sarana pokok yang memungkinkan bagaimana mengenal dan dan melihat serta meninjau latar belakang, persepsi terhadap satu dan yang lain, sangat tergantung dari derajat ketajaman visual dalam arsitektur.

Bentuk dapat bergabung untuk menghasilkan komposisi yang koheren dengan cara persamaan, pengulangan ataupun proporsi. Bentuk-bentuk yang sama tidak perlu benar-benar sama dan sebangun, untuk dapat dikenali hubungan antara mereka; kemiripan dalam satu keluarga sudah cukup, justru karena keberagaman dapat menyenangkan, bahkan lebih disukai daripada kesamaan yang sempurna.

2.2.2 Makna

Menurut Alwi (2007: 864) makna adalah arti atau maksud pembicara atau penulis. Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata

tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa ataupun keadaan tertentu

maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984: 19).

Makna dalam kajian semiotik adalah studi tentang makna keputusan. Ini

termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi,

penunjukan kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan komunikasi.

Semiotik bertujuan mengetahui makna-makna yang terkandung dalam

sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana

komunikator mengkontruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari

perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi

ranah pemikiran masyarakat dimana simbol tersebut diciptakan. Kode kultural

yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi

aspek yang pemting untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut.

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang

memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantono, 2007: 261).

2.2.3 Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (Soekanto, 1982:167) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat.

Koentjaraningrat mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1979: 203).

Ketujuh unsur kebudayaan ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan universal karena selalu ada pada setiap masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut dapat diperinci lagi menjadi sub unsur hingga beberapa kali menjadi lebih kecil.

2.2.4 Warisan (Tinggalan) Budaya

Warisan budaya dunia adalah suatu tempat budaya dan alam serta benda yang berarti bagi umat manusia dan menjadi sebuah warisan bagi generasi berikutnya. Warisan budaya dunia adalah bentuk warisan turun-temurun yang dimiliki setiap negara dalam bentuk budaya yang berbeda-beda, memiliki ciri khas masing-masing dan hanya dimiliki oleh satu negara tersebut dan perlu untuk dijaga dan dipertahankan kelestariannya.

Menurut UNESCO dalam Convention Concerning The Protection of The

World Cultural and Natural Heritage (Adopted by the General Conference at its seventeenth session Paris, 16 november 1972), menyatakan dalam artikel 1 tentang Definition of The Cultural and Natural Heritage menjelaskan bahwa berikut ini yang dianggap sebagai warisan budaya adalah :

1. Monumen (monuments)

Berupa karya arsitektur, karya patung monumental dan lukisan, elemen

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

atau struktur yang bersifat arkeologis, prasasti, gua tempat tinggal dan

kombinasi fitur, yang memiliki nilai universal yang luar biasa dari

sudut pandang sejarah, seni atau ilmu;

2. Kelompok bangunan (group of buildings)

Kelompok yang terpisah atau bangunan terhubung yang, karena

arsitektur mereka, homogenitas mereka atau tempat mereka di lanskap,

adalah dari nilai-nilai universal yang luar biasa dari sudut pandang

sejarah, seni atau ilmu;

3. Situs (sites)

Karya manusia atau karya gabungan alam dan manusia, dan daerah

termasuk situs arkeologi yang memiliki nilai universal yang luar biasa

dari sejarah, estetika, titik etnologis atau antropologis pandang.

2.2.5 Situs

Menurut William Haviland (dalam Warsito 2012: 25) mengatakan bahwa tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi di kediaman makhluk manusia pada zaman dahulu dikenal dengan nama situs.

Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu daerah. Lebih lanjut

William Haviland (dalam Warsito 2012: 25) juga mengatakan bahwa artefak adalah sisa-sisa alat bekas suatu kebudayaan zaman prehistori yang di gali dari dalam lapisan bumi. Artefak ialah objek yang dibentuk atau diubah oleh manusia.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.6 Artefak

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Menurut Alwi (2007: 88) artifak atau artefak adalah benda-benda, seperti alat, perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia (terutama pada zaman dahulu) yang ditemukan melalui penggalian arkeologi. Artefak juga didefiniskan sebagai benda (barang-barang) hasil kecerdasan manusia, seperti perkakas, senjata.

2.2.7 Situs Kota Cina Medan Marelan

Kota Cina pertama kali tercatat keberadaanya pada tahun 1823 oleh

John Anderson (1826). Anderson, atas perintah Gubernur Penang, W. E.

Philips, mengunjungi sejumlah daerah di pantai Timur Sumatera Utara untuk melakukan survei politik dan ekonomi bagi kepentingan Inggris. Dalam laporan yang dia tulis, terdapat bagian yang menjelaskan bahwa pada lokasi yang sekarang dikenal sebagai kawasan Kota Cina, terdapat sebuah batu bertulis berukuran besar yang tulisannya tidak dapat dibaca oleh penduduk yang bermukim di Kota Cina (Anderson, 1826: 294).

Penghunian kawasan Kota Cina dapat dibagi menjadi beberapa fase, yaitu pertama fase pertumbuhan dan perkembangan pada abad ke-11 hingga ke-12 Masehi, kedua fase puncak kejayaan perdagangan pada abad ke-13 hingga ke-14 Masehi, ketiga fase penurunan aktivitas perdagangan pada abad

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ke-15 hingga ke18 Masehi, keempat fase penghunian oleh masyarakat pendatang pada abad ke-19 Masehi yaitu ketika orang Eropa datang untuk kepentingan politik dan ekonomi, serta kelima fase hunian masyarakat sekarang pada abad ke-20 dan ke-21 Masehi (Purnawibowo, 2014:3).

Secara umum, masyarakat yang sekarang tinggal di dalam kawasan tersebut, dapat dikatakan telah terlepas dari konteks sejarah dan sosio-kultural

Kota Cina masa lalu. Relasi masyarakat dengan kawasan Kota Cina saat ini berupa aktivitas yang cenderung merusak konteks masa lalunya. Sebagai contoh adalah kegiatan pencarian barang-barang kuno atau tinggalan arkeologis di kawasan tersebut oleh masyarakat sekitar, yang kemudian dijual kepada penadah barang-barang antik. Aktivitas seperti itu sempat marak sebelum adanya sosialisasi tentang pentingnya kawasan Kota Cina ini oleh instansi-instansi pemerintah terkait dan terutama tentang konsekuensi hukum dari aktivitas tersebut.

2.3 Landasan Teori

Teori merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati

(Moleong, 2002: 34-35). Untuk menganalisis lebih dalam mengenai bentuk dan makna kebudayaan pada tinggalan artefak di Situs Kota Cina Marelan, peneliti menggunakan teori berikut.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.3.1 Teori Semiotika

Kata semiotika berasal dari kata Yunani „semeion’ yang berarti tanda, maka semiotika kerap diartikan sebagai ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda. (Zoest 1993 : 1). Menurut Peirce tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang (representatement). Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain, yang dapat menjadi tanda bukan hanya bahasa, melainkan berbagai hal yang dapat melingkupi kehidupan di sekitar. Tanda dapat berupa bentuk tulisan, karya seni, sastra, lukisan dan patung. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon

(icon), indeks (index), dan simbol (symbol).

1. Ikon (icon) adalah tanda yang hubungan antara penanda dan

petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan

kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau

acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret dan peta.

2. Indeks (index) adalah tanda yang menunjukkan adanya

hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat

kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung

mengacu kepada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah

asap sebagai tanda adanya api.

3. Simbol (symbol) adalah tanda yang menunjukkan adanya

hubungan alamiah antar penanda dan petandanya. Hubungan di

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan bedasarkan

konvensi atau (perjanjian) masyarakat.

2.3.2 Teori Bentuk Arsitektur

Menurut David George Kendall, bentuk merupakan seluruh informasi geometris yang tidak berubah ketika lokasi, skala dan rotasinya diubah.

Sedangkan Plato mendefiniskan bentuk sebagai bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaan-perbedaan seperti terdapat dalam bahasa kata-kata.

Bentuk dapat dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual, yaitu (Ching, 2007: 35):

- Wujud: adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan

dan sisi-sisi bentuk.

- Dimensi: dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan tinggi.

Dimensi-dimensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya

ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-

bentuk lain disekelilingnya.

- Warna: adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu

bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan

suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi

bobot visual suatu bentuk.

- Tekstur: adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur

mempengaruhi perasaan pada waktu menyentuh, juga pada saat

kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut.

- Posisi: adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau

medan visual.

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- Orientasi: adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar,

arah mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.

- Inersia Visual: adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk;

inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya

terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.

Dengan penghayatan terhadap wujud manusia bisa mendapatkan kepuasan.

Wujud dapat menawan perhatian, mengundang keingintahuan, memberikan sensasi yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan dalam berbagai cara.

Ada wujud-wujud yang memuat pesan-pesan khusus, mempengaruhi dengan cara yang mudah dimengerti, sementara yang lain dengan cara yang sulit dijelaskan.

Dengan atau tanpa penjelasan, kekuatan wujud tidak dapat dipertentangkan.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Setiap penelitian membutuhkan suatu cara ataupun metode untuk mencapai hasil yang sistematis dan terarah. Metode menurut Subagyo (2004: 1) adalah cara atau jalan. Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah.

Dalam penelitian mengenai bentuk dan makna tinggalan artefak ini, langkah pertama yang penulis lakukan adalah dengan melakukan studi pustaka.

Studi pustaka ini bertujuan untuk memperolah pengetahuan dasar tentang objek yang diteliti dan mencari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek bahasan.

Adapun sumber-sumber pustaka itu adalah berupa buku, disertasi, thesis, jurnal, surat kabar, artikel, dan sejenisnya sebagai bahan keilmuan yang tertulis. Selain itu penulis juga memanfaatkan sumber-sumber jejaring dunia (internet), baik berupa laman web, blog, audiovisual dalam situs youtube, dan lain-lainnya.

Ini dilakukan untuk menambah wawasan keilmuan dan pemahaman penulis terhadap bentuk dan makna tinggalan artefak yang ada di Situs Kota Cina.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam mengkaji bentuk dan makna tinggalan artefak di Situs Kota Cina Medan ini adalah metode deskriptif dan kualitatif. Metode penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Penelitian kualitatif merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial, jadi tidak bertujuan menguji hipotesis atau membuat suatu generalisasi, tetapi membangun teori (Bungin, 2008: 68). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang mengambil data dari Situs

Kota Cina di Medan Marelan dengan menggunakan metode deskriptif yakni metode yang menggunakan, mengumpulkan, atau menguraikan berbagai data-data atau teori yang ada.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Observasi Lapangan

Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung atau observasi ke tempat atau ke objek yang berhubungan dengan penelitian. Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti melihat situasi penelitian. Metode ini sangat sesuai digunakan peneliti karena pengamatan ini dilakukan secara bebas atau terstruktur. Dengan pengamatan langsung, lebih memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian.

Dengan observasi, maka peneliti dapat melihat secara fenomena-fenomena atau momen-momen yang tumbuh dan berkembang.

Adapun lokasi observasi dilaksanakan di Situs Kota Cina, tepatnya di

Jalan Kota Cina No.65, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan, Sumatera Utara.. Penulis masuk langsung ke dalam Situs untuk mengamati berbagai tinggalan artefak dan mendokumentasikannya.

3.2.2 Dokumentasi

Penulis menghimpun data-data yang terkumpul berupa dokumen-dokumen terdahulu, foto-foto, buku-buku, catatan formal, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian sebagai bahan penunjang penelitian yang dikumpulkan lalu dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis untuk kemudian diambil kesimpulan akhir. Dalam artian umum dokumentasi merupakan sebuah pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen.

Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan serta bukti penelitian. Dalam konteks merekam dan juga mengambil foto pada objek penelitian, yaitu tinggalan situs berupa artefak di Kota

Cina Medan Marelan, penulis menggunakan kamera digital.

3.2.3 Studi Kepustakaan

Studi pustaka dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memahami konsep- konsep dan perbandingan terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan- laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan” (Nazir,1988:

111). Studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.2.4 Wawancara

Selain menggunakan metode kepustakaan, penulis juga menggunakan metode wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dan narasumber (informan). Wawancara dilakukan agar penulis dapat berkomukasi langsung dan menggali informasi lebih dalam mengenai topik dengan informan kunci, sehingga data yang diperoleh jelas dan tak dapat diragukan.

Adapun informan yang diwawancarai adalah:

1. Hendri Dalimunthe, Sejarawan yang juga salah satu Peneliti Situs Kota

Cina.

2. Ketut Wiranyana, Arkeolog dari Balai Arkeologi Medan.

3. Irfan Efendy, Pemandu di Situs Kota Cina Medan Marelan.

4. Linda, warga keturunan Tionghoa yang berdomisili di Medan.

5. Afriandi, warga keturunan Tionghoa yang berdomisili di Medan.

3.3 Teknik Analisis Data

Adapun teknik yang dipakai peneliti adalah analisis kualitatif. Data analisis berupa kata-kata, penyataan-pernyataan ide, penjelasan-penjelasan ide atau kejadian dan bukan dalam kerangka angka lalu dikumpulkan yang kemudian disusun dalam teks yang diperluas dan dianalisis. Langkah – langkah yang dilakukan penulis adalah:

1. Melakukan observasi ke Situs Kota Cina di Medan Marelan, tempat

disimpannya berbagai tinggalan artefak.

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Melakukan wawancara kepada sejarawan, peneliti Situs Kota Cina dan

beberapa masyarakat terkait keberadaan lokasi Situs Kota Cina.

3. Melakukan wawancara dengan arkeolog di Balai Arkeologi Medan terkait

bentuk dan makna tinggalan artefak yang ada di Situs Kota Cina.

4. Mengumpulkan data dari buku – buku, disertasi, thesis, jurnal, internet,

surat kabar dan sejenisnya.

5. Membahas dan menyusun serta mengolah data tersebut secara sistematis

menjadi kesimpulan sehingga pembaca dapat mengerti maksud yang ingin

disampaikan oleh penulis.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Fisik Kecamatan Medan Marelan

Dahulunya Kecamatan Medan Marelan adalah daerah perkebunan tembakau yang dengan mayoritas penduduk asli melayu, kemudian setelah dibukanya Perkebunan Tembakau Deli, sampai sekarang penduduk di Kecamatan

Medan Marelan mayoritas adalah suku Jawa.

Kecamatan Medan Marelan terletak di bagian utara Kota Medan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan Keputusan

Gubernur KDH TK I Sumatera Utara Nomor: 138/402/K/SK/1991 tanggal 21

Maret 1991, Kecamatan Medan Marelan dijadikan salah satu kecamatan perwakilan di Kota Medan yaitu pemekaran dari Kecamatan Medan Labuhan, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 35 tahun 1992 tanggal 2

September 1992 didefenitifkan menjadi Kecamatan Medan Marelan.

Pada awalnya Kecamatan Medan Marelan terdiri dari 4 kelurahan, berdasarkan Keputusan Gubernur KDH TK I Sumatera Utara Nomor:

146.1/1101/K/1994 tanggal 13 Juni 1994 tentang pembentukan 7 Kelurahan

Persiapan di Kota Medan, salah satunya adalah Kelurahan Paya Pasir dan setelah didefenitif, jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan menjadi 5 (lima), masing-masing adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus, Rengas Pulau, Terjun,

Labuhan Deli dan Paya Pasir. (Sumber: Pemko Medan)

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2 Letak Geografis Kecamatan Medan Marelan

4.2.1 Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Medan Marelan secara geografis terletak pada titik koordinat

3°43'32.4"N 98°39'29.3"E dengan luas wilayah 44,47 km² dan kepadatan penduduknya adalah 3157,50 jiwa/km². Sebagaian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 30% saja.

Kecamatan ini adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota Medan, Sumatera

Utara, Indonesia dengan batas sebagai berikut:

(a) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

(b) Sebelah Timur berbatasan dengan Medan Labuhan

(c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Helvetia

(d) Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Belawan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, secara administratif terdapat lima desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Marelan dan salah satunya adalah kelurahan Paya Pasir, yang di dalamnya terdapat Situs

Kota Cina. Kecamatan Medan Marelan memiliki luas wilayah sekitar 4.447 Ha atau 44,47 km2 dengan jarak tempuh ke kantor Walikota Medan sejauh kurang lebih 22 km. Masing-masing luas wilayah per kelurahan yaitu kelurahan terjun memiliki wilayah terluas yakni sebesar 16, 05 km2 atau 1.650 Ha. Kelurahan

Tanah Enam Ratus memiliki luas terkecil yaitu 3,42 km2 atau 342 Ha.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 1. Peta Kecamatan Medan Marelan Sumber: wikipedia

4.2.2 Orbitrasi Pemerintahan

Tabel 4.1 Data Jarak Kantor Lurah ke Kantor Camat

Jarak ke Kantor No Kelurahan Alamat Camat (km) 1 Tanah Enam Ratus 3,5 Jl Marelan Raya

2 Rengas Pulau 2 Jl Kpt Rahmad Budin

3 Terjun 0,5 Jl Kpt Rahmad Budin

4 Paya Pasir 2,5 Jl Pasar Nippon

5 Labuhan Deli 4 Jl Young Panah Hijau

Sumber: Ekspose Camat Medan Marelan 2015

Ditinjau dari tabel di atas jarak paling jauh menuju kantor kecamatan adalah jarak dari kelurahan Labuhan Deli yang berada di Jl. Young Panah Hijau

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yaitu memiliki jarak sekitar 4 km sedangkan jarak terdekat menuju ibukota

Kecamatan Medan Marelan adalah Kelurahan Terjun yakni hanya sekitar 0,5 km.

4.3 Demografi

4.3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Marelan

Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk s.d September 2015

2013 2014 2015 No Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 1 Tanah 600 6.141 29.310 6.544 29.094 6.504 28.859

2 Rengas Pulau 10.962 50.442 11.784 59.694 11.545 58.431

3 TerJjun 6.847 25.470 7.135 22.835 9.058 32.354

4 Labuhan Deli 3.629 17.384 3.821 17.308 3.684 15.657

5 Paya Pasir 2.798 11.539 2.873 11.663 3.025 13.392

Jumlah 30.377 134.145 32.157 140.549 33.816 148.693

Sumber: Ekspose Camat Medan Marelan 2015

Dari tabel tersebut berdasarkan data mutasi tahun 2014 jumlah penduduk

Kecamatan Medan Marelan pada 2015 sebanyak 33.816 kepala keluarga dan

148.693 jiwa.

4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja

Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja

No Pekerjaan Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 1.522

2 Tentara Nasional Indonesia 372

3 Tenaga Medis 246

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4 Polisi Republik Indonesia 199

5 Guru 925

6 Tani 3.814

7 Nelayan 3.452

8 BUMN 899

9 Wiraswasta 19.412

10 Pedagang 12.349

11 Dll 8.028

Jumlah 51.218

Sumber: Ekspose Camat Medan Marelan 2015

Berdasarkan jenis pekerjaan, mata pencaharian penduduk Kecamatan

Medan Marelan terbagi atas sebelas jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan mayoritas masyarakat Medan Marelan adalah pada sektor swasta dengan jumlah dominan

19.412 jiwa dan tenaga kerja paling sedikit adalah tenaga kerja pada sektor Polri yakni hanya sekitar 199 jiwa.

4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Berdasarkan agama yang ada, penduduk Kecamatan Medan Marelan terbagi atas lima agama. Mayoritas penduduk beragama islam dengan data sebanyak 133.355 jiwa atau sekitar 88% dan agama dengan pengikut paling rendah adalah agama hindu yakni hanya sekitar 210 jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Kelurahan Islam Katolik Protestan Hindu Budha

1 Tanah 600 14.867 19 457 - 296

2 Rengas Pulau 48.886 369 3.553 76 5.522

3 Terjun 28.953 206 2.729 32 434

4 Labuhan Deli 27.892 58 528 97 284

5 Paya Pasir 12.757 9 266 5 355

Jumlah 133.355 661 7.533 210 6.891

Sumber: Ekspose Camat Medan Marelan 2015

4.4 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Marelan

Kecamatan Medan Marelan merupakan kecamatan yang terletak di daerah pinggiran Kota Medan. Hal tersebut mengakibatkan jumlah sarana dan prasarana di Kecamatan Medan Marelan cukup memadai. Baik sarana pendidikan, kesehatan maupun sarana ibadah semuanya cukup tersedia.

Namun khusus untuk sarana pendidikan tingkat atas atau SMA jumlahnya masih sangat kurang. Hanya ada satu SMA di Kecamatan Medan Marelan.

Sementara untuk Perguruan Tinggi hanya terdapat satu kampus yang merupakan perwakilan dari universitas di Pusat Kota Medan.

Sarana dan prasarana kesehatan juga terbilang cukup memadai dan beragam jenisnya. Namun khusus untuk rumah sakit jumlahnya terbilang sedikit.

Hanya ada dua rumah sakit dan keduanya terletak di Kelurahan Rengas Pulau.

Biasanya sarana pertolongan pertama yang siap membantu jika terjadi suatu penyakit pada masyarakat adalah puskesmas dan praktik bidan.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.5 Situs Kota Cina

Leluhur orang Tionghoa Indonesia (biasa juga disebut Cina) berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan.

Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum

Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa masuknya bangsa Cina ke Indonesia sudah dilakukan sejak lama dengan berbagai macam tujuan, diantaranya berlayar, berdagang maupun melakukan kegiatan belajar. Orang-orang Tionghoa sudah merantau ke Indonesia sejak masa akhir pemerintahan Dinasti Tang. Daerah yang pertama kali di datangi adalah Palembang yang pada saat itu merupakan pusat perdagangan kerajaan

Sriwijaya, selanjutnya ke Pulau Jawa yang dikenal sebagai pusat komoditi rempah-rempah dan selanjutnya meneruskan kegiatan perdagangannya ke Pantai

Timur Sumatera.

Sebagaimana diketahui navigasi atau pelayaran pada saat itu mengandalkan layar (perahu layar) atau lanchara yang masih terpengaruh oleh angin sehingga pengetahuan terhadap iklim khususnya arah angin sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pelayaran antar samudera membutuhkan pengetahuan yang baik terhadap iklim dan hal inilah yang mendorong terjadinya interaksi antar kawasan. Interaksi yang terjadi sewaktu pedagang asing dan pedagang setempat, biasanya terjadi di daerah yang relatif aman, perairan yang tidak berombak ataupun di pertemuan antara sungai (pelayaran dari pedalaman) maupun laut (pelayaran pedagang asing). Di tempat-tempat seperti inilah terjadi pertukaran atau perdagangan dalam waktu yang relatif lama sebab mereka harus menunggu arah angin yang cocok untuk berlayar kembali. Itu sebabnya interaksi

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

perdagangan membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga kontak antara pedagang asing dan setempat terjadi bisa sangat lama bahkan hingga membentuk pemukiman baru. Bangsa Cina yang bermukim di sekitar pesisir pantai

(pelabuhan) hanya melakukan kegiatan perdagangan secara barteran dengan masyarakat setempat maupun pedagang asing lainnya. Komoditi yang dibawa oleh pedagang setempat seperti beras, gula, tebu, emas, rempah-rempah dan lain- lain ditukarkan dengan keramik, , besi, perak, minyak wangi maupun candu yang berasal dari pedagang asing (BPPD, 2012: 3).

Demikian yang terjadi di Pantai Timur dan Barat Sumatera Utara dengan ditemukannya banyak tinggalan artefak seperti keramik, tembikar, mata uang, manik-manik bahkan candi dan arca. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa daerah ini pada awalnya sangat ramai dikunjungi oleh pedagang asing yang membentuk interaksi dan pemukiman dalam jangaka waktu yang relatif lama sehingga memunculkan kawasan-kawasan niaga, kawasan pemukiman maupun kawasan pemujaan religius.

Daniel Perret mengemukakan pentingnya Sumatera bagian utara ditandai dengan adanya segitiga arkeologi yang terdiri dari Barus, Padang Lawas dan Kota

Cina. Kawasan Kota Cina yang berada di pantai timur Sumatera Utara dipercaya merupakan kawasan dagang setelah kehancuran Barus. Daerah ini jadi dikenal sebab secara tidak sengaja banyak ditemukan artefak seperti koin, keramik dan tembikar saat perluasan perkebunan Deli, yang pada saat itu diperuntukkan bagi

Marryland Estate yang berasal dari Amerika Serikat.

Kawasan Kota Cina merupakan salah satu wilayah di Pulau Sumatera yang terkait erat dengan jaringan perdagangan di Asia Tenggara dari setidaknya abad

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ke-12 hingga abad ke-14 Masehi (McKinnon, 1984). Situs yang secara geografis berada pada posisi 3°43' N dan 98°39' E dan sekitar 1,5 meter dari permukaan laut (dpl) ini menjadi sebuah situs arkeologi yang penting dan diyakini sebagai cikal bakal terbentuknya kota Medan sekarang. Luas kawasan ini berdasarkan hasil penelitian Balai Arkeologi Medan adalah sekitar 25 hektar, yang tidak mengikutsertakan Danau Siombak hingga sepanjang sungai Terjun. Bila seluruh kawasan ini digabungkan sebagai satu kesatuan situs Kota Cina, maka luasnya mencapai 100 hektar.

Situs Kota Cina dianggap sebagai salah satu situs berkelas dunia ditinjau dari berbagai temuan artefak yang berasal dari sejumlah peradaban kuno khususnya Cina dan India yang juga merefleksikan kompleksitas aktivitas manusia yang dahulu menghuninya. Posisi sebagian wilayah Sumatera Utara khususnya kawasan pantai timurnya yang berhadapan langsung dengan Selat

Malaka, merupakan bentang alam strategis yang berperan penting sejak lama.

Kawasan Selat Malaka adalah jalur maritim sutra melalui laut yang menghubungkan Guangzhou (Asia), Arab (Timur Tengah) dan Mesir (Afrika) sehingga bandar-bandar yang terletak di kedua sisi selat ini memainkan peran strategis sebagai bandar-bandar niaga internasional pada zamannya. Salah satu bandar Internasional di kawasan Selat Malaka yang tampaknya memiliki arti penting dalam pelayaran dan perdagangan Internasional di masa lalu adalah Kota

Cina.

Hendri Dalimunthe, Sejarawan yang juga salah satu peneliti Situs Kota

Cina menjelaskan Kota Cina kini lebih tepat diasumsikan sebagai „kota lama‟ sebab dari berbagai temuan hasil ekskavasi membuktikan di sana tidak hanya ada

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

temuan tinggalan dari bangsa Cina melainkan juga India, Timur Tengah dan bangsa lainnya. Realitas historis Kota Cina memang sebagai pintu masuk bangsa luar untuk mengambil komoditi-komoditi dari Pantai Timur Sumatera namun yang kini belum terpecahkan dan masih simpang siur adalah jawaban dari pertanyaan mengapa setelah abad ke-14 M mereka tidak lagi berdiam dan menetap di wilayah tersebut. Sebagaimana diketahui dari berbagai hasil penelitian, aktivitas di kota tersebut hanya berlangsung dari abad ke-11 hingga ke-14 M.

Asumsi pertama ditenggarai sebab komoditi atau kebutuhan yang mereka perlukan sudah tidak lagi tersedia, atau saat itu tengah terjadi krisis bahan utama untuk dibawa pulang ke negeri asal. Asumsi lainnya mereka yang berada di wilayah Kota Cina mengalami gangguan utama dari pihak kerajaan tradisional yang ada di sekitar wilayah saat itu. Jawaban lainnya adalah berdasar pada mitos masyarakat yang percaya Kota Cina mengalami wabah kerang-kerangan. Terkait mitos ini, McKinnon dalam disertasinya mengatakan dirinya pernah mewawancarai seorang tetua bernama Japri, paman penghulu Usman Ali, warga setempat yang mengatakan bahwa wilayah tersebut sudah diduduki cukup lama sebelumnya. Pada awalnya kampung tersebut adalah pemukiman orang India di pinggir laut. Zaman tersebut adalah zaman perdagangan ketika semua orang sibuk dengan berbagai hal. Kemudian orang Cina tiba di pelabuhan dan dengan cepat perkelahian meletus antara orang India dan para pendatang baru. Orang India kalah lalu kemudian lari. Ada cerita tentang patung perak, dengan mata terbuat dari berlian, yang berada di kampung tersebut pada waktu itu tetapi sekarang sudah hilang. Hasil perkelahian antara orang India dan Cina membuat Yang Maha

Kuasa marah. Orang Cina tidak menikmati hasil kemenangan mereka terhadap

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

orang India dalam waktu yang lama karena pembalasan dalam bentuk wabah kerang-kerangan yang datang dari laut, dipercaya sebagai kiriman dari Yang

Maha Kuasa. Tidak lama kemudian pemukiman tersebut harus ditutup. Kerang- kerangan ini menyerang orang Cina, masuk ke segala lubang, mata dan telinga mereka hingga memenuhi panci masak dan mangkuk nasi. Akhirnya mereka tidak tahan lagi dan kemudian lari dari wilayah tersebut. Hingga kemudian, penduduk yang mendiami wilayah Kota Cina adalah pendatang baru yang tiba setelah tiga puluh atau empat puluh tahun yang lalu (McKinnon, 1984: 8). Cerita ini turut dibenarkan Irfan Efendy, pemandu di Situs Kota Cina. Beberapa hipotesis yang dijelaskannya terkait hilangnya Kota Cina di masa lampau adalah karena tsunami, ini dibuktikan dengan adanya lapisan kerang setebal 10-15 cm di wilayah situs.

Hipotesis lainnya adalah Kota Cina lenyap sebab diserang saat perang, dibuktikan dengan banyaknya temuan arca dan bangunan yang hancur.

Linda, sebagai warga keturunan Tionghoa mengatakan dirinya tak tau persis tentang keberadaan Situs Kota Cina. Ia katakan dirinya hanya sebatas pernah dengar namun tak pernah berkunjung kesana. Pun demikian dengan

Afriandi, warga keturunan Tionghoa yang bermukim di Medan. Meski belum pernah berkunjung, sebagai warga keturunan Tionghoa asli mereka sepakat situs ini dapat menjadi salah satu media belajar sejarah dan budaya untuk mengetahui berbagai tinggalan leluhur serta bukti otentik atas cerita-cerita kedatangan leluhur

Tionghoa yang masuk ke Sumatera Utara melalui jalur perdagangan. Irfan Efendy selaku pemandu mengatakan situs ini memang hari-harinya sepi dari pengunjung.

Menurutnya ini disebabkan oleh lokasi yang terbilang jauh dengan akses transportasi umum yang terbatas. Ia katakan ramainya terbilang musiman,

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

misalnya ketika masa ujian anak sekolah. Saat-saat tersebut banyak rombongan anak sekolah yang melaksanakan tur sejarah.

Situs Kota Cina berada di Jalan Kota Cina No.65, Kelurahan Paya Pasir,

Kecamatan Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara. Akses menuju kawasan

Kota Cina dapat dicapai dari Kota Medan setelah menyusuri tepi Sungai Deli sejauh 14 Km ke arah utara atau Belawan melalui jalan Yos Sudarso ataupun melalui jalan Tol Belmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa), dan kemudian menyeberangi Sungai Deli sejauh 2 Km ke arah barat. Situs Kota Cina yang saat ini berada di Kawasan Kota Cina pertama kali didirikan awal 2008 atas inisiatif

Antropolog Phill Ichwan Azhari, Ketua Pusat Studi Ilmu Sejarah (PUSSIS)

Universitas Negeri Medan sebagai penanda nilai penting Kota Cina bagi ilmu pengetahuan sekaligus sebagai pusat sosialisasi dan informasi kepada masyarakat mengenai wilayah tersebut.

Pembangunan fisik situs ini dilakukan secara bertahap pada tahun 2008 hingga 2010. Diawali dengan pembuatan bangunan semi-permanen, kemudian bangunan permanen yang berdiri hingga sekarang. Adapun sebelum dibuat pondasi bangunan situs, terlebih dahulu dilakukan penelitian arkeologis menggunakan metode ekskavasi di lokasi tersebut. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan data arkeologis di tempat tersebut serta memamerkannya di situs yang dibangun.

Bangunan situs ini di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan aliran

Parit Beletjang, sisi utara berbatasan dengan rumah warga dan di sebelah timurnya berbatasan dengan Jalan Kota Cina. Pengelola situs tersebut adalah PUSSIS

Unimed sebagai bagian dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pengabdian pada masyarakat. Bangunan situs berada di sebelah utara Parit

Beletjang. Terdapat beberapa bagian berupa bangunan baru yang bersifat permanen, setelah mengalami perluasan dari tahun sebelumnya. Bangunan utama yang berupa bangunan permanen tempat menyimpan dan men-display temuan- temuan dari Kota Cina, berukuran lebar 4 m, panjang 20 m, dan tinggi 4,5 m.

Pada dinding halaman depan berisi informasi tentang sejarah aktivitas penelitian di Kota Cina. Pada bagian barat bangunan utama terdapat kolam ikan dan taman burung belibis yang dilingkupi kawat ram. Taman ini difungsikan sebagai taman pembiakan belibis. Pada halaman belakang ini juga dijumpai tumbuhan yang dibudidayakan diantaranya pohon bakau atau mangrove dan pohon pinus. Di sebelah taman pembiakan burung belibis, terdapat miniatur tungku pembuatan gerabah dan keramik. Situs dapat difungsikan sebagai media pengembangan potensi non arkeologi melalui produksi yang memiliki daya tarik bagi wisatawan.

Sejumlah tinggalan artefak yang ada di Situs Kota Cina yang telah dianalisis melalui survey, ekskavasi hingga analisis bentuk dan makna kebudayaannya menjadi bukti eksistensi sebuah kebudayaan yang cukup tua di kawasan pesisir timur Sumatera Utara. Berdasarkan keramik-keramik Cina yang ditemukan dari masa Dinasti Song hingga Dinasti Yuan intensitas pemanfaatan yang cukup tinggi kawasan Kota Cina di masa lalu terjadi antara abad ke-11 M hingga abad ke-14 M. Pada kurun sekitar empat abad itu, Kota Cina tumbuh dan berkembang sebagai suatu bandar dan kawasan pemukiman yang kosmopolitan.

Tinggalan artefak berupa keramik merupakan petunjuk adanya aktivitas perdagangan dengan para pendatang dari luar Kepulauan Nusantara, mereka

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mencapai tempat perdagagan memanfaatkan moda transportasi kapal atau perahu kayu yang sisa-sisanya pernah ditemukan di areal yang kini menjadi Danau

Siombak. Transaksi yang terjadi telah menggunakan uang sebagai alat jual- belinya, dibuktikan dengan keberadaan koin-koin Cina kuno.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V

BENTUK DAN MAKNA TINGGALAN ARTEFAK DI SITUS KOTA

CINA MEDAN MARELAN

5.1 Analisis Bentuk Pada Tinggalan Artefak

Bentuk merupakan seluruh informasi geometris yang tidak berubah ketika lokasi, skala dan rotasinya diubah. Plato mendefiniskan bentuk sebagai bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaan-perbedaan seperti terdapat dalam bahasa kata-kata. Tinggalan artefak yang bermuatan budaya Tionghoa di Situs

Kota Cina Medan Marelan dapat dianalisis dengan menggunakan teori bentuk

Arsitektur.

Bentuk dapat dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual, yaitu (Ching,

2007: 35):

- Wujud adalah ciri-ciri pokok yang menunjukkan bentuk dan

merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan

sisi-sisi suatu bentuk.

- Dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan tinggi. Dimensi-

dimensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya ditentukan oleh

perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain

disekelilingnya.

- Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu

bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan

suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi

bobot visual suatu bentuk.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur

mempengaruhi perasaan pada waktu menyentuh, juga pada saat

kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut.

- Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau

medan visual.

- Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar,

arah mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.

- Inersia Visual adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk;

inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya

terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.

5.1.1 Arca Dhiyani Budha Amitaba

Gambar 2. Arca Dhiyani Budha Amitaba Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Arca Dhiyani Budha Amitaba yang berada di Situs Kota Cina Medan memiliki bentuk yang sama dengan Arca pada umumnya. Arca ini terbuat dari batu granit putih yang berukuran tinggi 80 cm, lebar 40 cm, tebal 12 cm dan digambarkan dalam posisi duduk di atas lapik, kaki bersila, kaki kanan di atas

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kaki kiri; sementara sikap tangan Dhyanamudra (posisi bersemedi). Pada bagian puncak kepala terdapat bentuk lidah api yang muncul dari usnisa (tonjolan di puncak kepala). Di lehernya terdapat lapisan jubah dengan gaya terbuka dan lapisannya menjuntai dari bahu kiri hingga ke perut bagian kaki, lapisan kainnya tebal sehingga menyerupai gelang yang dianggap memberikan rezeki dan tanda keindahan. Pada bagian kaki terdapat gambaran ujung kainnya yang digambarkan berlipat-lipat sehingga terkesan tebal (BPPD, 2012: 43).

Arca adalah patung yang terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk orang atau binatang (Alwi, 2008: 64). Budha setelah meninggal dunia telah di arcakan dan arca ini biasanya berbentuk patung yang ditempatkan pada candi atau tempat suci agama Budha. Dalam perkembangan berikutnya, patung Budha telah berkembang menjadi berbagai variasi terutama apabila agama Budha terpecah menjadi dan . Dalam agama

Budha Hinayana inilah dapat ditemukan patung-patung Budha yang berbagai ragam sama ada bentuk maupun hiasannya dengan tidak meninggalkan ciri-ciri khusus kebudhaannya.

Dalam agama Budha Mahayana dikenal adanya beberapa tingkat ke-

Budhaan yaitu Dhyani-Buddha, Manusi-Buddha dan Dhyani-Bodhisatwa.

Dhyani-Buddha digambarkan sebagai Buddha yang selalu dalam keadaan tafakur dan berada di langit. Dalam pengarcaannya Dhyani-Buddha dan Manusi-Buddha sama, dibuat sangat sederhana tanpa suatu hiasan, hanya memakai jubah (), rambut keriting dan disanggul di atas kepalanya (usnisha), dan tepat di tengah dahinya terdapat urna yaitu tanda seperti tahi lalat (BPCB, 2014: 9).

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Arca Dhiyani Budha Amitaba dengan posisi semedi menandakan perwujudan salah satu dari kelima Dhyani Budha dalam konsep Buddhisme

Vajrayana. Peninjauan bentuk dalam dimensi arkeologis dapat diketahui bahwa proses kreativitas pembuatan arca yang dilakukan tidak sembarangan tetapi dengan prinsip pengarcaan yang pakem serta sebagaimana tata cara dalam cabang ilmu ikonografi dan ikonometri. Karya tersebut merupakan hasil kreativitas masa lalu yang masih dapat dikenali, dipahami, dan bahkan menjadi kebanggaan lintas generasi.

5.1.2 Koin Cina Kuno

Salah satu bukti penguat dan penting tentang keberadaan Kota Cina sebagai kota perdagangan adalah ditemukannya koin uang dalam jumlah yang cukup banyak. Penelitian yang dilakukan Edward McKinnon pada tahun 1970an menemukan kurang lebih 1064 koin yang kebanyakan berasal dari Dinasti Sui,

Tang, Lima Dinasti, Song Utara dan Song Selatan.

Gambar 3. Koin Dinasti Yuan, Song dan Ming yang ditemukan di Situs Kota Cina

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Koin-koin Cina kuno yang ditemukan di Situs Kota Cina terdiri dari beragam ukuran besaran, satuan dan massa. Koin ini umumnya berbentuk bulat dan berlubang ditengahnya dengan empat aksara Han, berbahan dasar logam dilapisi platina dengan diameter 25 mm. Lubang segi empat ini bertujuan untuk menghilangkan cacat tepi yang ada dengan jalan memasukkan batangan berbentuk segi empat ke dalam lubang dan selanjutnya memutarnya. Bagian tepi selanjutnya dikikir sehingga koin berbentuk bulat sempurna. Lubang segi empat iru juga berfungsi untuk menaruh tali dan mengikat uang koin agar tidak berceceran.

Selain bentuknya yang pipih dan berlubang, koin cina kuno memiliki kharakteristik khusus dari segi bentuk fisik. Bagian depan dari setiap koin terdapat empat karakter aksara Han. Dua karakter pertama menunjukan periode pemerintahan selama koin dikeluarkan dan beredar. Dua karakter selanjutnya adalah tongbao, yunbao atau xinbao. Keempat aksara dibaca dari atas-bawah- kanan-kiri sekitar lubang persegi. Sedangkan di bagian belakang terdapat satu atau dua karakter aksara Han yang menunjukkan tahun periodesasi pemerintahan koin dikeluarkan dan/atau tempat koin diproduksi. Misal, angka 5 pada koin masa pemerintahan Shaoxi (AD 1190-1194) mengacu pada lima tahun periode yakni

(AD 1194). Seperti ditunjukan pada gambar 4 berikut. Gambar sebelah kanan koin tersebut diidentifikasi sebagai Jiading Tongbao (dibaca dari atas-bawah- kanan-kiri sekitar lubang persegi). Jiading berarti periode pemerintahan Song

Selatan, Tongbao berarti „harta universal‟. Gambar sebelah kiri adalah dua karakter aksara Han chun er bermakna koin ini dikeluarkan saat tahun kedua pada rezim Chunxi pada Dinasti Song Selatan.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 4. Ilustrasi Koin Cina Kuno Sumber: British Museum Research Publication, 2005

Dalam sejarah peradaban Tiongkok, sejak Dinasti Qin menyatukan

Tiongkok, bentuk mata uang logam selama dua ribu tahun tidak mengalami perubahan. Alat tukar pertama yang digunakan oleh bangsa Tionghoa adalah kerang laut dan berkembang menjadi koin hingga uang kertas yang digunakan secara resmi oleh kerajaan Song Utara. Sejak Jizi ( 箕子) membahas apa yang dimaksud dengan ekonomi, hampir setiap abad ada filsuf maupun pejabat pemerintahan yang membahas ekonomi termasuk peranan uang dalam ekonomi.

Bentuk uang logam atau koin dalam sejarah perkembangan ekonomi Tiongkok tidak luput dari konsep filosofi maupun kosmologi Tiongkok. Berikut beberapa koin Cina kuno yang ada di Situs Kota Cina Medan Marelan dan dapat diidentifikasi dari segi bentuk;

(a) (b) Gambar 5. Koin Cina Kuno Gambar 5. Koin Cina Kuno Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(c) (d) Gambar 5. Koin Cina Kuno Gambar 5. Koin Cina Kuno Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016.

Gambar 5 (a). Bagian depan koin (dibaca dari atas-bawah-kanan-kiri) tersebut diidentifikasi bertuliskan aksara yong zheng tong bao 雍正通宝. 雍正 yong zheng adalah nama kaisar kelima pada periodesasi Dinasti Qing (1722-1735). 通

宝 tong bao bermakna „harta universal‟. Dengan demikian koin cina kuno tersebut dibuat di masa kaisar Yongzheng pada periode Dinasti Qing.

Gambar 5 (b). Bagian depan koin diidentifikasi bertuliskan shun zhi tong bao

顺治通宝。顺治 shun zhi adalah nama kaisar ketiga pada periodesasi Dinasti

Qing (1644-1662). 通宝 tong bao bermakna „harta universal‟. Dengan demikian koin cina kuno tersebut dibuat di masa kaisar Shunzhi pada periode Dinasti Qing.

Gambar 5 (c). Bagian depan koin diidentifikasi bertuliskan kang xi tong bao

康熙通宝。康熙 kang xi adalah nama kaisar keempat pada periodesasi Dinasti

Qing (1661-1722) dan kaisar Tiongkok kedua dari bangsa Manchu. Dengan

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

demikian koin cina kuno tersebut dibuat di masa kaisar Kangxi pada periode

Dinasti Qing.

Gambar 5 (d). Bagian depan koin diidentifikasi bertuliskan Jia ding tong bao

嘉定通宝。嘉定 Jia ding adalah nama kaisar pada periodesasi Dinasti Song

Selatan (1208-1224). 通宝 tong bao bermakna „harta universal‟. Dengan demikian koin cina kuno tersebut dibuat di masa kaisar Jiading pada periode

Dinasti Song Selatan.

5.1.3 Mangkuk Cina Kuno

Gambar 6. Mangkuk Cina Kuno di Situs Kota Cina Medan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Mangkuk Cina Kuno yang ada di Situs Kota Cina Medan ditemukan dalam bentuk fragmen dengan pecahan di bagian pinggir. Dalam bentuk utuhnya fragmen keramik ini berbentuk mangkuk dengan material dasar porselin.

Mangkuk ini berukuran diameter 14 cm, panjang 5,5 cm berglasir putih dengan teknik hias lukisan bewarna biru dan motif flora pada tubuhnya.

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Mangkuk sesuai dengan pengertiannya menurut Alwi (2007: 874) adalah cangkir/cawan atau tempat untuk makanan yang berkuah, tidak bertelinga, cekung, bundar, bagian permukaannya lebih luas daripada bagian alasnya, terbuat dari porselen atau bahan lain. Penyebutan mangkuk pada temuan fragmen keramik dari segi bentuk adalah untuk wadah yang memiliki ukuran diamater bibir lebih besar dari diameter badan, serta diameter badan lebih besar dari diameter dasar, memiliki tinggi dari permukaan bibir ke dasar kurang dari 10 cm. Dari bentuk fisik, mangkuk yang berbahan porselain diidentifikasi berasal dari Cina abad ke

11 sampai 14 Masehi.

Dalam budaya masyarakat Tionghoa, mangkuk digunakan sebagai tempat makan sehari-hari. Ini berbeda dengan kebudayaan bangsa lain di dunia yang umumnya makan menggunakan piring bukan mangkuk. Pada masyarakat

Tionghoa, makan menggunakan mangkuk memiliki alasan tersendiri (Yuanzhi,

2005: 438). Mangkuk memiliki permukaan sentuh lebih kecil dibanding piring. Ini berfungsi untuk membuat proses pendinginan makanan yang diletakkan di dalam mangkuk berlangsung lebih lambat dibanding jika diletakkan di atas piring. Letak geografis daratan tempat tinggal mereka yang sangat dingin jadi faktor menggunakan mangkuk agar makanan tak cepat dingin sebab mangkuk lebih bagus dalam mempertahankan suhu makanan.

Arkeolog Ketut Wiranyana menjelaskan berdasarkan bentuknya mangkuk memiliki fungsi yang berbeda. Ditinjau dari fungsi sosial wadah mangkuk berukuran sedang biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti makan dan tempat sayuran, sedangkan wadah mangkuk berukuran kecil digunakan untuk

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kepentigan religi, misal wadah sesembahan. Mangkuk berukuran kecil dianggap lebih praktis dan bisanya hanya sekali pakai.

5.1.4 Fragmen Keramik Qing Bai (青白)

Keramik qingbai (青白) merupakan jenis keramik yang identik dengan bentuk wadah yang ukurannya relatif kecil dan tipis. Bahan dasarnya menggunakan stoneware dengan glasir warna putih atau bening yang dihasilkan dari mineral silika (Si) yang terkadang mengalami efek samping dari pembakaran pada suhu yang tinggi. Efek samping tersebut berupa retakan halus pada permukaan wadah yang sering disebut pecah seribu. Stoneware adalah bahan keramik yang komposisi mineralnya sama dengan batu. Badannya rapat, lebih kuat dari badan gerabah, bunyinya lebih garing, tidak porous dan warna serta teksturnya mirip batu (Astuti, 1997: 5). Bentuk utuh keramik qingbai biasanya merupakan wadah dengan ukuran kecil berupa vas bunga, wadah tinta, wadah kosmetik dan wadah bertutup (covered box).

Keramik qingbai menjadi komoditas perdagangan setelah masa keemasan keramik celadon (keramik berbahan stoneware dengan glasir bewarna hijau).

Keramik qingbai diproduksi pada masa Dinasti Song hingga Dinasti Yuan yang berkisar antara abad ke-12 hingga akhir abad ke-14 (Ambary, 1984: 69).

Tinggalan artefak berupa keramik qingbai di Situs Kota Cina yang dapat dianalisis diantaranya adalah fragmen vas qingbai, fragmen mangkuk qingbai dan fragmen cepuk dari keramik qingbai.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

a. Fragmen Vas Qingbai

Gambar 7. Fragmen Vas Qingbai Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Fragmen vas qingbai yang ada di Situs Kota Cina merupakan jenis keramik dari Song Utara. Bagian badan vas ini berhias motif floral dan kakinya dihiasi motif kelopak teratai. Vas ini berbahan dasar stoneware dengan teknik hias timbul dan dinding yang relatif tipis bila dibandingkan jenis lainnya, warna bahan putih, berasal dari Cina antara abad ke 12 hingga 14 Masehi. Dalam bentuk utuh, vas qing bai ini berukuran diameter bibir 5 cm, diameter badan 4,2 cm, diameter kaki 3,7 cm, tinggi 7 cm

(BPPD, 2012: 58).

b. Fragmen Mangkuk Qingbai

Fragmen mangkuk qingbai yang ada di Situs Kota Cina Medan berasal dari Dinasti Yuan. Mangkuk ini berbahan dasar stoneware dengan teknik hias timbul, glasir warna putih, bagian luar polos sedangkan bagian

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dalam menyerupai kelopak bunga. Fragmen mangkuk qingbai ini berasal dari Cina abad ke-13 M.

Gambar 8. Fragmen Mangkuk Qingbai Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

c. Fragmen Cepuk dari Keramik Qingbai

Gambar 9. Fragmen Cepuk Keramik Qingbai

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Fragmen cepuk yang ada di Situs Kota Cina Medan berasal dari

Dinasti Song Selatan pada abad 12 M. Berbahan dasar stoneware dan porselain dengan glasir bewarna putih dan bagian tutup bercorak garis vertikal. Cepuk adalah wadah bertutup yang terbuat dari berbagai material, salah satunya keramik. Pada masyarakat Tionghoa, cepuk dulunya sering

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

digunakan dalam upacara perkawinan tradisional. Cepuk besar digunakan

untuk menyimpan uang, perhiasan, dupa hingga abu kremasi leluhur.

5.1.5 Fragmen Keramik Seladon

Fragmen keramik seladon (green-glazed wares) adalah jenis keramik yang memiliki ciri-ciri umum bewarna hijau dengan bahan dasar utama stoneware. Bahan dasar pembuatan keramik ini dapat bertahan hingga suhu pembakaran 1350oC dengan pembakaran pada suhu 900oC - 1200oC. Warna hijau dihasilkan dari bahan utama mineral tembaga (Cu). Motif hias dengan teknik dasar gores dan oles yang terdapat di bawah lapisan glasir dengan motif hias flora ataupun fauna. Pada keramik seladon biasanya tidak semua bagian dasar terglasir sebab proses pemberian glasir pada wadah yang ditumpuk. Bentuk utuhnya berupa mangkuk, piring, vas, guci, teko dan buli-buli dalam berbagai ukuran.

Keramik seladon yang ditemui di Situs Kota Cina lazimnya berasal dari

Provinsi Zhejiang di Cina, terutama dari yao 窑 (tungku pembuatan keramik) di long quan 龙泉。Long Quan yao memproduksi seladon dalam bentuk piring dan mangkuk dalam skala besar (Ambary, 1984: 66). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan perdagangan masa Dinasti Song abad ke-11 hingga akhir abad ke-13 yang pada saat itu menjadi komoditas unggulan perdagangan dari Cina. Beberapa tinggalan fragmen keramik seladon di Situs Kota Cina adalah fragmen mangkuk seladon Long Quan dan fragmen piring seladon Long Quan.

a. Fragmen Mangkuk Seladon Long Quan

Fragmen mangkuk seladon produksi tungku pembakaran Long Quan

yang ada di Situs Kota Cina Medan berasal dari abad ke-13 masehi.

Dalam bentuk utuhnya, fragmen ini berupa mangkuk berbahan dasar

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

stoneware, bentuk fisik agak tebal dengan dengan teknik dasar gores

dan oles yang terdapat di bawah lapisan glasir bewarna hijau dengan garis

pembuluh putih (berdasarkan keterangan artefak dari Situs Kota Cina).

Fragmen mangkuk seladon ini diproduksi pada masa Dinasti Yuan.

Gambar 10. Fragmen Mangkuk Seladon

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016 b. Fragmen Piring Seladon Long Quan

Gambar 11. Fragmen Piring Seladon Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016 Fragmen keramik seladon produksi tungku pembakaran Long

Quan yang ada di Situs Kota Cina Medan ini bentuk utuhnya sebagai

piring, berasal dari abad ke-12 M pada masa awal Dinasti Song Selatan.

Fragmen piring ini berbahan dasar stoneware, berglasir tipis dengan

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

warna hijau kejinggaan. Fragmen mangkuk seladon ini bermotif hias

bunga teratai (lotus).

5.1.6 Fragmen Keramik De Hua (德华)

Keramik De Hua (德华) adalah jenis keramik yang hampir mirip dengan keramik Qing Bai (青白)namun perbedaannya terdapat pada kekasaran perekat bahan serta kurang baiknya dalam proses pembentukan akhir. Keramik ini banyak diproduksi pada masa Dinasti Yuan sekitar abad ke-14 Masehi. Fragmen keramik De Hua banyak ditemukan dalam bentuk fragmen cover box (tutup kotak) yang memiliki hiasan dekorasi bermotif flora di bagian luar permukaan glasir

(Ambary, 1984: 69).

a. Fragmen Tutup Cepuk dari Keramik De Hua

Gambar 12. Fragmen Tutup Cepuk dari Keramik De Hua

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Fragmen tutup cepuk dari keramik de hua (德华) yang ada di

Situs Kota Cina Medan berasal dari abad ke-13 M pada masa Dinasti

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Yuan. Mangkuk ini berbahan dasar stoneware, agak tebal dan bewarna

putih dengan motif hias ukiran berupa sulur-sulur. Dari segi bentuk

dan ukurannya yag tidak terlalu besar, cepuk ini diidentifikasi

penggunaannya sebagai wadah kosmetik.

5.1.7 Keramik Biru-Putih Qing Hua (清华)

Keramik biru-putih Qing Hua (清华) awal sekali diproduksi masa Dinasti

Ming yang berbahan dasar porselin dan termasuk polychrome, yaitu bewarna biru-putih. Warna biru yang dilukiskan pada pada porselin putih dengan teknik glasir yang bervariasi dan tema lukisan yang semakin rumit. Keramik ini diproduksi pabrik keramik khusus kerajaan di Jingdezhen, Provinsi Jiangxi.

Pabrik ini melayani pembuatan keramik untuk kalangan istana dan bangsawan pada masa dinasti tersebut. Keramik porselin biru-putih dihasilkan dari campuran antara kaolin (tanah liat putih) dengan sejenis batu yang dinamakan petuntse dan dipanggang pada temperature 1400oC sehingga menjadi sangat keras.

a. Fragmen Keramik Biru-Putih

Fragmen keramik Biru-Putih yang ada di Situs Kota Cina dalam

bentuk utuhnya ditemukan beragam, sebagai piring, mangkuk dan buli-

buli namun sangat terbatas jumlahnya. Bahan dasarnya adalah porselin,

lebih tipis daripada yang berbahan stoneware, teknik hias dilukis dengan

warna biru glasir putih (Purnawibowo, 2014: 42). Berikut tinggalan

fragmen keramik Biru-Putih di Situs Kota Cina:

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 13. Fragmen Keramik Biru-Putih Gambar 14. Fragmen Keramik Putih-Biru Dinasti Qing Dinasti Ming Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

5.1.8 Keramik Coarse Stone

Jenis keramik Coarse Stone adalah keramik yang masih kasar dalam pembentukannya sehingga butiran-butiran (biscuit) pada bahan dasar yang berupa stoneware masih nampak. Ini memberikan kesan kasar dan menimbulkan rekahan pada bagian badan wadah.

a. Fragmen Mercury Jar

Gambar 15. Fragmen Mercury Jar dari keramik corse stone Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Fragmen mercury jar ini disebut juga tabung air raksa, berukuran

diameter 10 cm, tinggi 19,5 cm. Mercury Jar ini bahan dasarnya bewarna

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kelabu, permukaan cenderung kasar dengan banyak temper, bagian dalam

masih menyisakan bekas pembuatan yang berupa alur horizontal di seluruh

bagian. Benda ini difungsikan sebagai wadah air raksa (mercury) yang

berguna dalam aktivitas yang berhubungan dengan pertambangan maupun

produksi benda-benda emas. Fragmen keramik ini berasal dari Dinasti Yuan

abad 13-14 M (Purnawibowo, 2014: 42).

5.2 Analisis Makna Pada Tinggalan Artefak

Menurut Alwi (2007: 287), makna adalah: arti atau maksud, denotasi makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan dan wujud diluar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat proses dan kegiatan. Tinggalan artefak bermuatan budaya Tionghoa yang ada di Situs Kota

Cina Medan menyimpan beragam makna yang dapat dikaji melalui teori semiotika.

Berdasarkan Teori Semiotika Pierce tanda selalu mengacu pada satu acuan dan terlaksana berkat bantuan suatu „kode‟. Secara prinsip ada tiga hubungan yang berkaitan dengan tanda yaitu; ikon, index dan simbol. Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur; simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.2.1 Arca Dhiyani Budha Amitaba

Dewa mana yang dilukiskan oleh suatu Arca Budha hanya dapat diketahui dari sikap tangannya. Dalam agama Buddha, gestur atau sikap tubuh yang bersifat simbolis disebut dengan mudra. Ada beberapa jenis mudra dan masing-masing diantaraya memiliki makna. Arca Dhiyani Budha Amitaba yang berada di Situs

Kota Cina Medan digambarkan dalam posisi duduk di atas lapik, kaki bersila, kaki kanan di atas kaki kiri; sementara sikap tangan Dhyanamudra (posisi bersemedi).

Gambar 16. Sikap tangan Dhyanamudra pada Arca Dhiyani Budha Amitaba di Situs Kota Cina Medan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Sikap tangan Dhyanamudra adalah sikap dengan kedua tangan ditumpangkan satu sama lain di atas ribaan (pangkuan) dengan telapak tangan menghadap ke atas dan jari-jari rapa seperti pada gambar. Dhyanamudra menandakan Buddha sedang bersemedi. Berikut beberapa penjelasan jenis mudra lain beserta gambarnya:

- Abhayamudra, adalah sikap tangan yang menggambarkan atau

melambangkan perdamaian. Posisi Abhayamudra adalah lengan kanan

diangkat sedikit ke atas dengan telapak tangan terbuka menghadapa ke

depan dan jari di arahkan ke atas.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- Anjalimudra, adalah sikap tangan seperti menyembah. Biasanya sikap

tangan ini diperlihatkan oleh para pengiring. Disebut juga Vanjalihasta

atau Namaskara.

- Bhumispansamudra, adalah sikap tangan yang menyentuh bumi. Posisi

Bhumispansamudra adalah tangan kiri di atas pangkuan sedangkan

tangan kanannya diletakkan di atas lutut dengan jari menunjuk ke

bawah. Sikap ini dihubungkan dengan kejadian pada waktu Sidharta

Gautama memanggil dewa bumi sebagai saksi sebelum ia mencapai

taraf kebuddhaan.

- Dharmasakramuda, adalah sikap tangan yang melambangkan „sedang

memutar roda ‟. Sikap tangan ini dihubungkan dengan

peristiwa sewaktu sang Buddha memberikan khutbahnya yang pertama

kali di .

- Namaskara, adalah sikap tangan yang menggambarkan sedang

memberi hormat. Posisi namaskara adalah kedua tangan dipersatukan

di dekapan dada.

- Saudarsamudra, adalah sikap tangan yang bermakna memberi petunjuk.

Posisi Saudarsamudra adalah ujung jari dan telunjuk dipersatukan

sehingga membentuk suatu lingkaran, ketiga jari yang lain membuka

dan telapak tangan menghadap ke atas (Razak, 1993: 49).

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 17. Ilustrasi berbagai mudra. Sumber: Jurnal Arkeologi Malaysia, 1993

Pada leher Arca Dhiyani Budha Amitaba terdapat lapisan jubah dengan gaya terbuka dan lapisannya menjuntai dari bahu kiri hingga ke perut bagian kaki, lapisan kainnya tebal sehingga menyerupai gelang. Ini dianggap memberikan rezeki dan tanda keindahan. Pada bagian kaki terdapat gambaran ujung kainnya yang digambarkan berlipat-lipat sehingga terkesan tebal.

Arca-arca Buddha Mahayana yang penting adalah Panca Tathagata (lima

Dhyani-Buddha) yang diposisikan di 1 titik pusat dan 4 mata angin. Panca

Tathagata terdiri dari Wairocana, Aksobhya, Amoghasidhi, Amitabha, dan

Ratnasambhawa. Dalam penggambarannya ke lima Dhyani Buddha tersebut hanya dibedakan melalui sikap tangannya (mudra) dan apabila berada dalam sebuah bangunan candi dibedakan melalui arah penempatannya. Dhyani-Buddha

Wairocana menempati posisi Zenit (pusat), mudranya dharmacakra, yaitu sikap tangan memutar roda dharma. Dhyani-Buddha Aksobhya menempati arah Timur,

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mudranya bhumisparsa, yaitu sikap tangan memanggil bumi sebagai saksi.

Dhyani-Buddha Amoghasidhi, menempati arah Utara, mudranya abhaya, yaitu sikap tangan menentramkan. Dhyani-Buddha Amitabha, menempati arah Barat, mudranya dhyana, yaitu sikap tangan bersemadi. Dhyani-Buddha Ratnasambhawa, penempati arah Selatan, mudranya wara, yaitu sikap tangan memberi anugerah

(Soekmono, 1973: 96). Demikian pula jumlah tiga serangkainnya (Dhyani

Buddha- Dhiyani Bodisattwa- Manusi Budha). Lima dunia dan tiga serangkai ini dianggap menempati mata angin sendiri-sendiri seperti yang terdapat pada gambar berikut.

Gambar 18. Susunan lima dunia dan tiga serangkai yang dianggap menempati arah mata angin masing-masing Sumber: Jurnal Arkeologi Malaysia, 1993

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.2.2 Koin Cina Kuno

Makna nilai uang pada Koin Cina Kuno akhirnya melampaui fungsi ekonomi, terutama dalam bidang metafisik maupun budaya bangsa Tionghoa.

Bentuk uang logam atau koin dalam sejarah perkembangan ekonomi Tiongkok tidak luput dari konsep filosofi maupun kosmologi Tiongkok. Dalam filsafat

Tiongkok, langit dilambangkan bulat dan bumi dilambangkan empat persegi. Lu

Bao 魯褒 penulis “dalil dewa uang” ( 錢神論 ) yang hidup pada masa periode

Dinasti Jin Barat 西晉 ( 266-316 ) mengatakan bahwa mata uang koin itu adalah lambang dari langit dan bumi. Langit adalah unsur yang dan bumi adalah unsur yin. Yinyang adalah dua sifat yang berlawanan tapi juga sekaligus berharmonisasi dan keseimbangan. Lima unsur adalah unsur yang ada di alam semesta ini. Unsur- unsur itu adalah: logam, kayu, air, api dan tanah. Lima unsur itu saling menguatkan dan saling melemahkan. Lima unsur juga harus seimbang dan harmonis. Manusia sebagai mahluk yang memiliki kemampuan akal budi dan merefleksikan apa yang dilihatnya itu harus menjaga keseimbangan yinyang dan lima unsur.

Ini menunjukkan bahwa uang koin selain alat tukar juga mengandung nilai filosofis bahwa segala sesuatunya harmonis. Sebagai benda yang memiliki nilai intristik tinggi, koin harus mencerminkan konsep keseimbangan keharmonisan yinyang. Keharmonisan ini ditopang oleh „keadilan dan kebajikan‟. Tanpa ini semua maka keharmonisan tidak akan terjaga.

Makna nilai uang dalam pengertian metafisika Tiongkok ada yang dinamakan „energi uang‟ yaitu qi (氣). Qi ini adalah energi yang ada di seluruh alam semesta maupun isinya, terbagi menjadi dua bagian besar energi. Pertama,

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pra terbentuknya alam semesta dan kedua adalah energi setelah terbentuknya alam semesta. Pada umumnya aksara qi yang dikenal adalah 氣 sedangkan aksara 炁 ini tidak dikenal secara meluas, aksara 炁 ini lebih mengarah pada energi pra alam semesta dan energy Dao agung. Sedangkan qi 氣 ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu qi langit dan qi bumi. Manusia bisa hidup karena 炁 dan 氣

(Cangianto, 2015). Dengan pemaknaan yang demikian penggunaan uang berupa koin kuno (logam) meluas jadi alat tolak bala, fengshui maupun exorcisme. Ini karena uang koin beredar di manusia sehingga menyerap energi manusia dan energi manusia itu adalah energi yang (positif) sehingga bisa menolak segala hal yang bersifat buruk atau energi yin (negatif).

Beberapa praktisi fengshui meletakkan uang koin saat hendak meletakkan pondasi bangunan. Tujuannya menolak shaqi (煞氣) atau energi buruk. Pada zaman dahulu, uang koin dirangkai menjadi pedang yang disebut pedang uang emas jinqianjian (金錢劍). Jinqianjian ini adalah pedang yang digunakan untuk mengusir setan, umumnya digunakan oleh para master Taoist dan rakyat jelata.

Dasar pemikirannya sama seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa uang koin yang beredar di tangan manusia itu mengandung unsur yang (positif) dan pedang memiliki „hawa‟ pembunuh shaqi (殺氣) sehingga bisa mengusir setan. Pun, fungsi lain Koin Cina adalah pada saat upacara penguburan, sering dilakukan upacara melempar lima biji-bijian dan uang koin dengan tujuan semoga mendapatkan hasil panen melimpah dan keluarga yang ditinggalkan selalu berkecukupan (Cangianto, 2015).

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Arkeolog Ketut Wiranyana menjelaskan pemaknaan Koin Cina Kuno tak hanya sebatas sebagai alat tukar namun juga kepentingan religi. Di Indonesia, khususnya di Bali penggunaan koin Cina menjadi bagian dari kebudayaan karena menjadi keharusan bagi sesaji keagamaan. Ini menyebabkan koin Cina kuno merupakan barang yang mempunyai nilai atau berharga dengan adanya perasaan berharga ini kemudian menempatkan koin Cina kuno tersebut pada bagian bagian penting sesaji yang sudah dilakukan secara turun temurun.

Gambar 19. Pedang emas dari Koin Cina Sumber: http://baike.haoyun666.com/ Gambar 20. Koin Cina pada Sesajian agama di Bali Sumber: Google.com

5.2.3 Mangkuk Cina Kuno

Mangkuk pada kebudayaan bangsa Cina merupakan simbol yang memiliki makna. Pada mangkuk Cina kuno yang terdapat di Situs Kota Cina terdapat ukiran-ukiran yang tak hanya menunjukan karya seni seseorang yang sangat bernilai namun juga mengandung berbagai makna. Setiap motif berfungsi sebagai simbol memiliki artinya sendiri yang kebanyakan diharapkan untuk mendatangkan kebahagiaan, keberuntungan dan keselamatan. Mangkuk Cina kuno ini dihiasi motif flora atau tumbuhan sebagai gambar hias di bagian luar.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Motif flora yang sering digunakan dalam kebudayaan Cina adalah bunga-bunga yang melambangkan empat musim; musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin (web.budaya-tionghoa.net).

Gambar 21. Motif Flora pada Mangkuk Cina Kuno di Situs Kota Cina

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Masing-masing lambang dari tiap musim memiliki makna. Mu-dan (牡丹) atau bunga Peony sebagai bunga yang melambangkan musim semi, bentuknya bundar, kesukaan para bangsawan di zaman kuno, melambangkan cinta dan kesucian kaum wanita. Teratai atau lotus He Hua (荷花) bunga yang melambangkan musim panas adalah lambang kesucian, tak ternoda di tengah-tengah lumpur, disukai oleh kaum Buddhist maupun Taoist. Musim gugur dilambangkan dengan bunga chrysant atau seruni (菊花) lambang kebajikan untuk menahan segala kesulitan.

Musim dingin dilambangkan dengan Mei-hua (梅花) atau Plum dengan makna keteguhan, karena ia mekar ditengah musim dingin ketika bunga-bunga lain rontok.

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.2.4 Fragmen Keramik Cina

Fragmen keramik Cina yang ada di Situs Kota Cina memuat berbagai ukiran dan motif sebagai simbol. Simbolisasi tersebut adalah bagian budaya Cina yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu penuh dengan muatan berikut makna yang sangat mendalam pada semua aspek kehidupan. Simbol ini diwujudkan dalam bentuk simbol fisik maupun non fisik. Simbol fisik diwujudkan dalam bentuk ornamen atau ragam hias. Ragam hias merupakan motif-motif gambar yang sudah diubah bentuk aslinya hingga menjadi bentuk yang lebih indah dan sederhana. Ragam hias dalam arsitektur Cina dikelompokkan dalam lima kategori yaitu: hewan (fauna), tumbuhan (flora), fenomena alam, legenda dan geometri

(Moedjiono, 2011: 19).

Berdasarkan analisis motif gambar pada fragmen keramik cina yang ada di

Situs Kota Cina Medan Marelan, dapat diidentifikasikan terdapat fragmen keramik bermotif flora (gambar 22 dan 23) dan geometri (gambar 24 dan 25).

Bentuk geometri yang digambarkan biasanya tidak mengacu pada satu bentuk melainkan hanya permainan pola. Biasanya pola geometri berbentuk garis-garis lengkung, lingkaran, bentuk meander , , pilin, dan lain-lain.

Pola hias pada keramik selain sebagai hiasan juga dianggap mempunyai kekuatan gaib khususnya pada guci dan tempayan. Maksud utama penggunaan pola hias adalah perlambang suatu makna dan mengenai perlambang ini dapat diterima bahwa pada umumnya semua lambang yang sudah kuno dapat menyebabkan pengertian yang berlainan. Oleh sebab itu pola hias pada keramik memiliki nilai sejarah tersendiri bagi negara yang memproduksi keramik

(Hasanuddin, 1995: 14). Pola hias dalam arsitektur Cina dapat dikelompokkan

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dalam lima kategori, yaitu fauna (hewan), flora (tumbuhan), fenomena alam, legenda dan geometri (Moedjiono, 2011: 19).

a. Motif Flora (Tumbuhan)

Motif tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dapat dikenali dari jenis dan bentuk tumbuhan apa sebenarnya yang digubah/distilisasi, karena telah diubah dan jauh dari bentuk aslinya. Namun, tumbuhan yang sering digunakan dalam motif/ragam hias Cina adalah; bunga krisan, anggrek, pinus, peony, teratai dan bambu.

Gambar 21. Motif hiasan flora pada masa Ming Sumber: Katalog Gerabah-Keramik koleksi Museum Negeri Prov. Sumatera Utara, 1995

Bunga Krisan

Bunga Krisan atau dengan nama lain chrysantemum mekar di udara musim gugur yang dingin dan meramalkan datangnya musim dingin, ini melambangkan kebajikan untuk menahan segala kesulitan. Bunga krisan memiliki ciri-ciri daun bergerigi di bagian tepi dan bercelah dengan tulang daun menyirip. Bunganya akan tumbuh di ujung batang dan tersusun di tangkai. Kelopaknya berbentuk cawan dengan ujung runcing. Dalam budaya Tionghoa, bunga ini dikenal sebagai salah satu dari „gentleman of flowers’ atau sijunzi (四 君子), bersama dengan plum, anggrek, dan bambu. Bunga krisan adalah bunga favorit dari penyair agung

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tao Yuanming (陶淵明, 365-427), sosok yang terkenal dalam budaya literasi

China pada masa Dinasti Jin. Berikut contoh motif bunga krisan.

Gambar 22. Contoh motif flora berupa bunga krisan

Sumber: http://www.chinaonlinemuseum.com/painting- chrysanthemum.php

Bunga Anggrek

Keindahan dan keanggunan anggrek terlihat dari bentuknya yang gemulai dan rapuh. Seperti bunga plum, keharumannya tidak pernah menyengat, melambangkan kerendahan hati dan kemuliaan. Dalam budaya Tionghoa, anggrek adalah salah satu dari „gentleman of flowers’ atau sijunzi (四 君子) selain plum, bambu, dan krisan. (Chunjiang, 2012: 69) Dulu kala sebab baunya yang lembut dan keelokannya yang simpel, anggrek juga dimaknai sebagai lambang rahmat dan martabat. Confusius pernah memakai anggrek sebagai metafora untuk integritas orang-orang terhormat; “Meski bunga iris dan anggrek hidup di lembah dalam dan sunyi, bau wanginya menyebar hingga saat tak seorangpun mengaguminya. Pembentukan seorang terhormat pun sama, dan integritasnya tak berubah meski dia miskin”. Metafora lainnya dari Confucius, “berteman dengan

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

seorang yang bermoral baik seperti memasuki ruangan penuh bunga iris dan anggrek. Seiring waktu berlalu, orang tak bisa mencium wanginya karena sudah membaur”. Berikut contoh motif bunga anggrek.

Gambar 23. Contoh motif flora berupa bunga anggrek

Sumber: http://www.chinaonlinemuseum.com/painting-orchid.php

Bunga Teratai

Dari zaman kuno, teratai telah menjadi simbol ketuhanan dalam tradisi Asia.

Teratai adalah salah satu dari Delapan Tanda Menguntungkan (Ashtamangala) yang berkaitan dengan sejumlah Tradisi Dharma, seperti Hinduisme dan

Buddhisme. Dalam simbolisme Budha, teratai mewakili kemurnian tubuh, ucapan, dan pikiran yang seolah mengambang di atas air berlumpur dari keterikatan dan keinginan. Oleh karena itu, banyak dewa digambarkan duduk pada bunga teratai.

Dikatakan bahwa Buddha Gautama lahir dengan kemampuan untuk berjalan, dan bunga teratai mekar di mana pun ia melangkah. Dalam literatur tertulis dan lisan klasik dari beragam budaya di Asia, teratai hadir dalam bentuk kiasan, mewakili keanggunan, keindahan, kesempurnaan, kemurnian, dan anugerah. (Chunjiang,

2012: 71) Orang Cina menganggap teratai sebagai bunga keberuntungan sebab

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

teratai yang tumbuh dari lumpur namun tampilannya tetap bersih. Ini juga perlambang kehormatan yang merujuk ke seorang yang terhormat yang jujur.

Berikut contoh motif bunga teratai. (Hasanuddin, 1995: 15) menjelaskan lambang teratai dari segi kegunaannya batang dan biji teratai digunakan untuk jamu- jamuan sedangkan daunnya digunakan sebagai pembungkus bahkan dapat ditumbuk halus untuk dijadikan ramu-ramuan. Dalam agama Budha, perlambang teratai juga disamakan dengan Sanghyang Budha yang dilahirkan di dunia tapi kehidupannya di luar keduniawian. Jika dipakai sebagai lambang yang suci biasanya ada terdapat rumbi-rumbinya sebagai perlambang cahaya kekuatan batin.

Berikut contoh motif bunga teratai.

Gambar 24. Contoh motif flora berupa bunga teratai

Sumber: http://www.chinaonlinemuseum.com/painting-lotus.php

Pohon Pinus

Dalam pemikiran Cina, pinus yang selalu hijau dan harum meski memiliki cabang yang berputar, mencapai langit dengan batangnya yang lurus dan kuat seperti orang yang jujur yang dijiwai dengan kekuatan dan kebajikan untuk mengatasi semua kesulitan. Dalam Analects of Confucius (551-479 SM) tertulis, "Di musim

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dingin, pohon pinus dan cemara dikenal sebagai yang terakhir menghilang (歲寒,

然後 知 松柏 之後 凋 也)." Akibatnya, pinus jadi dianggap sebagai ujian akhir waktu, melambangkan orang tua bijak dan pemberani yang telah bertahan dan mengalami banyak kesulitan. Oleh karena itu, dalam Rekaman Sejarawan Agung oleh Sima Qian (司馬遷, 145-86 SM), pohon pinus itu sudah dikenal sebagai

"Kepala Pohon (百 木 之 長)." Seiring dengan bambu dan plum, pinus adalah salah satu dari "Three Friends of Winter”. Berikut contoh motif hias pohon pinus.

Gambar 25. Contoh motif flora berupa pohon pinus

Sumber: http://www.chinaonlinemuseum.com/painting-pine.php

Bambu

Meskipun mungkin bambu tidak terlalu mengesankan atau kokoh seperti pinus, namun bambu tetap hijau sepanjang musim dingin karena ruas-ruas bambu mampu menjangkau dengan kelimpahan dan stamina untuk menahan dingin.

Berbeda dengan pinus, batang bambu memiliki rongga, yang melambangkan

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

toleransi dan keterbukaan pikiran. Selanjutnya, fleksibilitas dan kekuatan tangkai bambu juga muncul untuk mewakili nilai-nilai kemanusiaan dari kultivasi dan integritas di mana seseorang menghasilkan tapi tidak pecah. Bersama dengan pohon pinus dan plum, bambu itu adalah bagian dari Three Friends of Winter (歲

寒 三 友). Pun, merupakan salah satu dari “gentleman of flowers” (四 君子) bersama dengan plum, anggrek, dan krisan. Berikut contoh motif pohon bambu.

Gambar 26. Contoh motif flora berupa bambu

Sumber: http://www.chinaonlinemuseum.com/painting-bamboo.php

Bunga Plum

Salah satu bunga yang paling dicintai di China, bunga plum (méi-huā, 梅花) sering digambarkan dalam lukisan dan puisi China selama berabad-abad. Orang

Cina melihat kembangnya bunga plum sebagai simbol musim dingin dan juga pertanda musim semi. Justru karena itulah bunga-bunga itu sangat dicintai, saat mereka mekar paling cerah di tengah salju musim dingin, setelah sebagian besar tanaman lain menumpahkan dedaunannya, dan sebelum bunga lainnya muncul.

Mereka dipandang sebagai contoh ketahanan dan ketekunan dalam menghadapi

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kesengsaraan. Meskipun pohon plum maupun bunga-bunga itu sangat mencolok, mereka berhasil memancarkan keindahan dan keanggunan indah dunia lain. Sikap dan karakter pohon plum itu berfungsi sebagai metafora untuk kecantikan batin dan penampilan rendah hati dalam kondisi buruk. Karena mereka mekar di musim dingin, bunga plum adalah anggota "Three Friends of Winter (歲寒 三 友)", bersama dengan pinus dan bambu. Bunga plum juga merupakan anggota “the gentleman of flowers (四 君子)" dalam seni Cina bersama dengan anggrek, bambu, dan krisan yang melambangkan kebangsawanan. Di Cina, ada lebih dari

300 kultivar bunga plum yang tercatat, yang dapat dibagi secara luas dengan warna menjadi putih, merah muda, merah, ungu, dan hijau muda. (Chunjiang,

2012: 66) Bunga plum dilambangkan sebagai lambang lima berkat sebab lima kelopaknya dipercayai memiliki masing-masing berkat yaitu umur yang panjang, kekayaan, kesehatan, kebaikan dan akhir yang damai. Bunga plum juga bisa merujuk ke wanita cantik. Semasa China kuno, gambar bunga plum kadang digunakan kaum wanita sebagai hiasan di kening. Berikut contoh motif bunga plum.

Bunga Peony

Bunga peony atau Mu-dan (牡丹) sebagai bunga yang melambangkan musim semi, bentuknya bundar, kesukaan para bangsawan di zaman kuno. Bunga peony yang anggun dan indah dianggap sebagai „rajanya bunga‟ dan „bunga kemakmuran‟ serta „kecantikan yang mengagumkan‟. Di Cina, peony lebih dihargai di antara bunga-bunga yang lain. Orang Cina menganggap peony sebagai bunga keberuntungan yang melambangkan kemakmuran (Chunjiang, 2012: 77).

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Bunga Peony sangat sering digunakan pada upacara pernikahan karena diyakini memiliki makna dalam urusan cinta, kemakmuran dan nasib yang lebih baik serta lambang dari kehormatan serta kepribadian yang berkelas.

Gambar 26. Contoh motif flora berupa pohon plum

Sumber: http://www.chinaonlinemuseum.com/painting-plum-blossom.php

Beberapa tinggalan artefak berupa fragmen keramik di Situs Kota Cina yang memiliki motif hias flora diantaranya adalah sebagai berikut:

Gambar 27. Fragmen keramik motif flora di Situs Kota Cina Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Pada gambar 27 fragmen keramik sebelah kiri bermotif hias flora bunga krisan.

Ini diidentifikasi sesuai bentuknya yang menyerupai kelopak dengan ujung

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

runcing. Motif bunga krisan ini melambangkan kebajikan untuk menahan segala kesulitan. Fragmen keramik sebelah kanan bermotif hias bunga anggrek dengan makna penuh rahmat dan martabat. Sedangkan pada gambar 28 (kiri) adalah fragmen keramik bermotif hias bunga plum. Ini diidentifikasi dari lima bentuk kelopaknya yang dianggap sebagai lambang lima berkat yaitu; berkat umur yang panjang, kekayaan, kesehatan, kebaikan dan akhir yang damai. Motif hias bunga plum juga bermakna ketahanan dan ketekunan dalam menghadapi kesengsaraan.

Gambar 28 (kanan) adalah fragmen kaki vas qingbai yang bermotif bunga teratai.

Motif teratai adalah perlambang kehormatan yang merujuk ke seorang yang terhormat yang jujur.

Gambar 28. Fragmen keramik motif bunga plum dan teratai di Situs Kota Cina Medan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

b. Motif Geometri

Motif geometri dalam motif hias keramik biasanya tidak mengacu pada

satu bentuk tertentu, melainkan hanya sebuah permainan pola (Moedjiono,

2011: 22). Unsur desain geometris pada fragmen keramik yang ada di

Situs Kota Cina dapat diamati berdasarkan dua pola yaitu (a) desain

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

berdasarkan garis lurus atau pola lozenge dan (b) desain yang melengkung

(Mckinnon, 2013: 166).

Unsur Motif Bergaris Lurus

- Desain garis lurus diagonal, yaitu sebuah pola garis lurus sederhana di

antara perbatasan tunggal atau ganda, yang diterpakan secara tegak lurus

atau diagonal di badan wadah (McKinnon, 2013: 167). Lihat gambar (a)

- Pola chevron atau tulang ikan, dikenal juga sebagai pola „pokok pinus‟

ditemukan dalam sebuah hubungan tunggal yang menurun ke bagian

tengah desain yang dibatasi dengan garis paralel. Gambar (b)

- Pola segitiga, yaitu satu rangkaian segitiga terikat dalam garis paralel.

Gambar (c)

- Pola bujur sangkar atau persegi, bujur sangkar kecil dan polos dengan

variasi tema dasar seperti palang diagonal dalam sebuah bujur sangkar

atau persegi. Ada juga persegi berpalang dan polos alternatif. Gambar (d)

- Pola Lozenge, pada dasarnya sebuah lozenge yang dikelilingi oleh satu

atau lebih lozenge yang lebih besar dan dibatasi oleh segitiga. Gambar (e)

- Pola berliku, pola ini tampak dalam bentuk persegi linear dan melengkung.

Dalam bentuk persegi linear ia muncul dengan satu lagi desain

melengkung pada pecahan keramik yang sama. Biasa disebut juga pola

„ukiran kunci‟ atau „awan petir‟. Gambar (f)

- „Mi‟ atau pola butir nasi, adalah pola khas dari Cina yang diketahui dari

keramik Cina zaman perunggu yang merupakan perkembangan palang

dalam sebuah bujur sangkar. Gambar (g)

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 29. Motif Geometri Unsur motif bergaris lurus

Sumber: McKinnon, 2013

Unsur Desain Melengkung

- Pola oval terbelah atau „cowrie‟ yaitu pola yang terdiri dari dua semi-

lingkaran atau elipsis dengan sisi-sisi lurusnya menghadap satu sama

lain dan sejumlah garis paralel melengkung (elipsis) keluar dari ujung-

ujung luarnya. Gambar (a)

- Pola pusaran air, yaitu pola yang terdiri dari pola spiral atau „pusaran air.

Gambar (b)

Gambar 30. Motif Geometri Unsur Desain Melengkung Sumber: McKinnon, 2013

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gabungan Unsur Melengkung dan Garis Lurus

- Pola spiral-chevron, seperti namanya pola ini merupakan gabungan dari

pola pusaran air dan „tulang ikan‟. Gambar (a)

- Pola elipsis-garis paralel, terdiri dari garis melengkung pendek yang

dibatasi dengan garis lurus paralel di masing-masing ujungnya

(McKinnon, 2013: 170). Gambar (b)

Gambar 31. Motif Geometri Gabungan Unsur Melengkung dan Garis lurus Sumber: McKinnon, 2013

Beberapa tinggalan artefak berupa fragmen keramik di Situs Kota Cina yang memiliki motif geometri diantaranya adalah sebagai berikut:

Gambar 32. Fragmen keramik di Situs Kota Cina bermotif geometri Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Kedua fragmen keramik tersebut bermotif hias geometri, motif bergaris lurus dengan pola garis lurus diagonal.

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 33. Fragmen keramik di Situs Kota Cina bermotif geometri Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

Kedua fragmen keramik tersebut bermotif hias geometri, motif bergaris lurus dengan pola garis lurus horizontal. Sedangkan fragmen keramik pada gambar 34 di bawah ini bermotif hias geometri dengan desain unsur melengkung, berpola oval atau cowrie.

Gambar 34. Fragmen keramik di Situs Kota Cina bermotif geometri Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 5.1 Bentuk dan Makna Tinggalan Artefak Pada Situs Kota Cina Di Medan Marelan

No. Artefak Bentuk (Materi Dasar) Makna Semiotik Materi dasar: batu granit putih. Makna simbol: arca adalah perwujudan Bentuk tubuh utuh dari kepala, tangan hingga Budha setelah meninggal dunia. kaki, terdapat usnisa dan urna di puncak kepala, posisi duduk di atas lapik, kaki bersila, Makna indeks: sikap tangan dhyanamudra kaki kanan di atas kaki kiri, sikap tangan maknanya Buddha sedang bersemedi. Arca Dhiyani Budha 1. dhyanamudra. Ukuran; tinggi 80 cm, lebar 40 Lapisan jubah dengan gaya terbuka, Amitaba cm, tebal 12 cm. lapisannya menjuntai dari bahu kiri hingga ke perut bagian kaki, lapisan kain tebal menyerupai gelang maknanya dianggap memberikan rezeki dan keindahan.

Materi dasar: logam dilapisi platina. Makna simbol; bentuk bulat dengan lubang Bentuk bulat, pipih dengan lubang persegi di persegi di tengahnya adalah lambang langit tengahnya. Bagian depan terdapat ukiran empat dan bumi; langit dilambangkan bulat (unsur aksara Han. Ukuran diameter rata-rata 25 mm. yin) dan bumi dilambangkan empat persegi 2. Koin Cina Kuno (unsur yang). Simbol empat aksara Han adalah identitas periodesasi pemerintahan koin dikeluarkan. Makna indeks: konsep harmonisasi dan keseimbangan dalam hidup. Materi dasar: porselin. Makna ikon: mangkuk dengan permukaan 3. Mangkuk Cina Kuno Bentuk utuh sebagai mangkuk, ditemukan sentuh lebih kecil dibanding piring berfungsi dalam bentuk fragmen dengan pecahan di proses pendinginan makanan.

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bagian pinggir, warna kelabu, glasir putih, Makna indeks: motif flora pada hiasan motif flora biru. Ukuran; diameter 14 cm, bermakna lambang empat musim. panjang 5,5 cm. A. Fragmen vas Makna indeks: motif teratai dalam simbolisme Budha mewakili kemurnian Materi dasar; stoneware, glasir putih dari tubuh, ucapan, dan pikiran yang seolah mineral silika (Si). mengambang di atas air berlumpur dari Bentuk utuh sebagai vas, tubuh berdinding keterikatan dan keinginan. tipis, teknik hias timbul, motif flora dan teratai. Ukuran; diameter bibir 5 cm, diameter badan Dalam literatur budaya di Asia, teratai dalam 4,2 cm, diameter kaki 3,7 cm, tinggi 7 cm. bentuk kiasan, mewakili keanggunan, keindahan, kesempurnaan, kemurnian, dan anugerah.

Fragmen Keramik Qing Bai Orang Cina menganggap teratai sebagai 4. (青白) bunga keberuntungan, lambang kehormatan yang merujuk ke seorang terhormat yang jujur.

A. Fragmen Mangkuk Makna indeks: motif bunga chrisan dalam budaya Tionghoa melambangkan kebajikan Materi dasar; stoneware, glasir putih dari untuk menahan segala kesulitan. mineral silika (Si). Bentuk utuh sebagai mangkuk, teknik hias timbul, bergelombang bagian bibir, sisi dalam vertikal menyerupai kelopak bunga chrysantemum. Ukuran; diameter bagian bibir 12 cm, diameter

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bagian dasar 4 cm, tinggi keseluruhan 5 cm, tinggi kaki 0,5 cm. B. Fragmen Cepuk Makna indeks; motif suluran adalah motif Materi dasar; stoneware, glasir putih dari geometri. mineral silika (Si). Bentuk utuh sebagai cepuk, badan bergelombang vertikal, tutup berhias suluran. Ukuran; diameter 7 cm, tinggi 2,5 cm. 5. Fragmen Keramik Seladon A. Fragmen Mangkuk Seladon Longquan Makna ikon: mangkuk dengan permukaan Materi dasar; stoneware, glasir hijau dari sentuh lebih kecil dibanding piring berfungsi mineral tembaga (Cu). proses pendinginan makanan. Bentuk utuh sebagai mangkuk, berbadan tebal, garis pembuluh putih. Ukuran; diameter bibir 22 cm, diameter dasar 6 cm, tinggi keseluruhan 8,5 cm, tinggi dasar 1,2 cm. B. Fragmen Piring Seladon Longquan Makna indeks: bunga teratai atau lotus bagi Materi dasar; stoneware, berglasir tipis warna Orang Cina dianggap sebagai bunga hijau kejinggaan dari mineral tembaga (Cu). keberuntungan, lambang kehormatan yang Bentuk utuh sebagai piring, bermotif teratai merujuk ke seorang terhormat yang jujur. atau lotus.

6. Fragmen Keramik De Hua Fragmen Tutup Cepuk keramik De Hua Makna indeks: fragmen tutup cepuk bermotif (德华) Materi dasar; stoneware, agak tebal, bewarna hias geometri, motif bergaris lurus dengan putih dengan ukiran sulu geometri. Bentuk utuh pola garis lurus horizontal. sebagai cepuk, dari pecahannya diperkirakan berukuran sedang.

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7. Fragmen Keramik Biru- A. Fragmen Keramik Makna indeks: motif flora pada hiasan Putih Qing Hua (清华) Materi dasar: porselin, teknik hias dilukis bermakna lambang empat musim. dengan warna biru glasir putih. Dalam bentuk utuh ditemukan beragam, sebagai piring, mangkuk dan buli-buli. Motif flora dan geometri. 8. A. Fragmen Mercury Jar Makna ikon: Mercury Jar difungsikan Materi dasar: stoneware bewarna kelabu, sebagai wadah air raksa (mercury) yang Fragmen Keramik Coarse permukaan kasar dengan banyak temper. berguna dalam aktivitas yang berhubungan Stone Ukuran; diameter 10 cm, tinggi 19,5 cm. dengan pertambangan maupun produksi benda-benda emas.

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan Situs Kota Cina di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,

Medan, Provinsi Sumatera Utara adalah „kawasan masa lalu‟ yang berisi tinggalan arkeologis dan menjadi salah satu wujud warisan budaya. Beberapa data arkeologis baik dalam bentuk utuh maupun fragmen yang ditemukan di kawasan tersebut dapat diidentifikasi melalui bentuk dan maknanya. Pengidentifikasian bentuk dan makna ini dilakukan untuk menelusuri kebudayaan dan jejak tinggalan masa lalu sebagai upaya mempelajari sejarah dan budaya.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis dapatkan saat mengunjungi

Situs Kota Cina di Medan Marelan saat observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa terdapat beberapa tinggalan arkeologis berupa artefak yang bermuatan budaya Tionghoa di situs tersebut, diantaranya Arca Dhiyani Budha Amitaba,

Koin Cina Kuno, Mangkuk Cina Kuno, Fragmen Keramik mulai dari keramik

Qing Bai (青白), Seladon, De Hua (德华), Biru-Putih (清华) dan keramik Coarse

Stone yang masing-masing memiliki bentuk dan maknanya tersendiri.

Setelah mengamati dan meneliti bentuk dan makna Arca Dhiyani Budha

Amitaba yang ada di Situs Kota Cina, penulis dapat menyimpulkan bahwa dari segi bentuk arca tersebut sama seperti arca lain pada umumnya, sangat sederhana tanpa sesuatu hiasan dan hanya memakai jubah dengan ciri rambut keriting, terdapat usnisa dan urna di atas kepala. Dari segi makna dalam dimensi arkeologis dan budaya dapat diketahui bahwa proses kreativitas pembuatan arca yang

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dilakukan pada zaman dulu tidak sembarangan tetapi dengan prinsip pengarcaan yang pakem, serta sebagaimana tata cara dalam cabang ilmu ikonografi dan ikonometri. Ini juga dapat disimpulkan sebagai hasil kreativitas masa lalu yang masih dapat dikenali, dipahami, sehingga menjadi kebanggaan lintas generasi.

Koin Cina Kuno yang terdapat di Situs Kota Cina dari bentuknya dapat disimpulkan adalah koin yang berasal dari Dinasti Sui, Tang, Lima Dinasti, Song

Utara dan Song Selatan. Dari segi bentuk koin ini umumnya berbentuk bulat dan berlubang ditengahnya, berbahan dasar logam dilapisi platina dengan diameter 25 mm dan terdapat empat karakter aksara Han di salah satu sisinya. Dua karakter pertama menunjukan periode pemerintahan selama koin dikeluarkan dan beredar.

Dua karakter selanjutnya adalah tongbao, yunbao atau xinbao. Dengan ditemukannya koin uang dalam jumlah yang cukup banyak menjadi salah satu bukti penguat dan penting tentang keberadaan Kota Cina sebagai kota perdagangan.

Fragmen Keramik yang terdapat di Situs Kota Cina disimpulkan dapat dikategorikan ke dalam lima jenis keramik yaitu keramik Qing Bai ( 清白),

Seladon, De Hua ( 德华) , Porselein Biru-Putih ( 清华) dan Coarse Stone.

Keramik Qing Bai (青白) merupakan jenis keramik yang identik dengan bentuk wadah yang relatif kecil dan tipis, berbahan dasar stoneware dengan glasir warna putih atau bening. Keramik qingbai di produksi pada masa Dinasti Song hingga

Dinasti Yuan yang berkisar antara abad ke-12 hingga akhir abad ke-14. Tinggalan artefak berupa keramik Qing Bai di Situs Kota Cina yang dapat dianalisis adalah fragmen vas qing bai, fragmen mangkuk qing bai dan fragmen cepuk dari keramik qing bai.

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keramik seladon (green-glazed wares) adalah jenis keramik dengan ciri- ciri umum bewarna hijau, berbahan dasar utama stoneware. Motif hias dengan teknik dasar gores dan oles di bawah lapisan glasir dengan motif hias flora ataupun fauna. Keramik seladon di Situs Kota Cina berasal dari Provinsi Zhejiang, terutama dari yao 窑 (tungku pembuatan keramik) di long quan 龙泉。Long

Quan yao memproduksi seladon dalam bentuk piring dan mangkuk dalam skala besar untuk kebutuhan perdagangan masa Dinasti Song abad ke-11 hingga akhir abad ke-13. Tinggalan fragmen keramik seladon di Situs Kota Cina adalah fragmen mangkuk seladon Long Quan dan fragmen piring seladon Long Quan.

Keramik De Hua (德华)hampir mirip dengan keramik Qing Bai (青

白)namun perbedaannya terdapat pada kekasaran perekat bahan serta kurang baiknya proses pembentukan akhir. Keramik ini diproduksi pada masa Dinasti

Yuan sekitar abad ke-14 Masehi. Fragmen keramik De Hua (德华) di Situs Kota

Cina salah satunya adalah tutup cepuk.

Keramik biru-putih Qing Hua (清华) awal sekali di produksi masa Dinasti

Ming. Berbahan dasar porselin dan termasuk polychrome, yaitu bewarna biru- putih. Keramik ini diproduksi pabrik keramik khusus kerajaan di Jingdezhen,

Provinsi Jiangxi yang melayani pembuatan keramik untuk kalangan istana dan bangsawan pada masa dinasti tersebut.

Keramik Coarse Stone adalah keramik yang masih kasar dalam pembentukannya sehingga butiran-butiran (biscuit) pada bahan dasar yang berupa stoneware masih nampak. Jenis keramik coarse stone yang ada di Situs Kota

Cina adalah fragmen mercury jar.

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pun demikian dengan makna dari setiap motifnya. Motif ragam hias dalam arsitektur Cina dikelompokkan dalam lima kategori yaitu: hewan (fauna), tumbuhan (flora), fenomena alam, legenda dan geometri. Namun, berdasarkan penelitian terhadap tinggalan fragmen keramik di Situs Kota Cina, umumnya fragmen keramik hanya bermotif flora dan geometri. Motif flora diantaranya adalah motif bunga peony, anggrek, bambu, plum, pinus dan teratai. Sedangkan unsur desain geometris pada fragmen keramik yang ada di Situs Kota Cina dapat diamati berdasarkan dua pola yaitu (a) desain berdasarkan garis lurus atau pola lozenge dan (b) desain yang melengkung.

6.2 Saran

Situs Kota Cina yang terletak di Medan Marelan tak lepas dari keberadaan

Kota Cina sebagai situs arkeologi yang menyimpan banyak artefak bermuatan budaya Tionghoa namun masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Untuk itu penulis berharap dengan adanya penelitian ini Situs Kota Cina dapat menarik perhatian masyarakat untuk mengetahui kebudayaan serta mempelajari sejarah kota lama serta mendapatkan pengetahuan mengenai bentuk dan makna simbolis dari berbagai tinggalan artefak di Situs Kota Cina.

Pun sebagai salah satu kawasan yang menyimpan bukti penting kejayaan masa lalu, Situs Kota Cina kini dapat dikatakan tanpa status yang dapat melindunginya dari kerusakan dan degradasi baik dari sudut pandang arkeologis maupun lingkungan. Misalnya, pemanfaatan kawasan sebagai lokasi permukiman, tambak ikan, serta penjualan barang antik sehingga menjadi ancaman terhadap pelestarian tinggalan masa lalu dan lingkungan. Dengan demikian sangat

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

diharapkan dengan segera Kota Cina diberikan status sebagai Kawasan Cagar

Budaya agar terjamin upaya pelestarian dan perlindungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ambary, Hasan Muarif. 1984. “Further Notes On Classification Of Ceramics From The Excavation Of Kota Cina”. Studies On Ceramics, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Anderson, Jhon. 1826. Mission To The East Coast Of Sumatera 1823. Edinburgh: W. Blackwood/London, T. Cadell Strand. Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka Larasan. Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik. Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press BPCB, Tim Penyusun. 2014. Katalog Arca Batu. Balai Pelestarian Cagar Budaya: Yogyakarta.

BPPD, Tim Penyusun. 2012. Kajian: Situs Kota Cina Bandar Niaga di Pantai Timur Sumatera Utara pada Abad 11-14 M. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah: Kota Medan.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Cangianto, Ardian. 2015. Makalah untuk Extension Course Filsafat ECF. Bandung: Universitas Padjajaran

Ching, D.K Francis. 2007. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan (Cetakan ke III). Jakarta: Penerbit Erlangga. Chunjiang, Fu. 2012. Origins of Chinese Auspicious Symbols. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hasanuddin. 1995. Katalog Gerabah dan Keramik Koleksi Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara Koentjaraningrat. 1979. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : UI Press.

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

McKinnon, Edmund Edwards. 1984. “Kota Cina Its Context And Meaning in The Trade of Southeast Asia In The Twelfth to Fourteenth Centuries”. Disertasi. London: Cornell University.

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Moedjiono. 2011. “Ragam Hias dan Warna Sebagai Simbol Dalam Arsitektur Cina”. MODUL VOL 11 No. 1, Januari 2011. Semarang: Universitas Diponegoro. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Neuman, Lawrence. 2003. Social Research Methods (Qualitative and Quantitative Approaches). Boston : Allyn and Bacon. Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnitas Batak Dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Purnawibowo, Stanov. 2014. “Strategi Pengelolaan Kawasan Kota Cina, Medan, Sumatera Utara Berbasis Masyarakat”. (Thesis). Yogyakarta: Ilmu Arkeologi UGM. Razak, Kamarudin AB. 1993. Ikonografi Arca Dewa dan Dewi Budha. (Jurnal Arkeologi Malaysia, 6. Malaysia Sinaga, Nadya Flandro. 2015. “Pengelolaan Situs Cagar Budaya Kota Cina Medan”. (Jurnal). Riau: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Radar Jaya Offset.

Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid 2. Yogyakarta: Yayasan Kanisius Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tjiptadi, Bambang. 1948. Tata Bahasa Indonesia Cetakan ke II. Jakarta:

Yudhistira.

Warsito, R. 2012. Antropologi Budaya. Yogyakarta: Ombak

Yuanzhi, Kong. 2005. Silang Budaya Tiongkok Indonesia. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia

Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung. http://medanmarelan.pemkomedan.go.id/sejarah-ringkas-2/ (Diakses pada 12 April 2017 23:11)

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

http://portal.unesco.org/en/ev.phpURL_ID=17716&URL_DO=DO_TOPIC&UR L_SEC TION=201.html (Diakses pada 18 Oktober 2016 20:12) http://baike.haoyun666.com (Diakses pada 05 Mei 2017 20:13) http://chinaonlinemuseum.com (Diakses pada 05 Mei 2017 22:09) http://web.budayationghoa.net (Diakses pada 05 Mei 2017 23:28)

LAMPIRAN I

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DATA INFORMAN Informan 1: Nama : Hendri Dalimunthe Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 27 tahun Pekerjaan : Sejarawan sekaligus Peneliti Situs Kota Cina

1. Sebagai sejarawan sekaligus peneliti Situs Kota Cina, bagaimana

perkembangan terbaru keberadaan Situs Kota Cina?

Jawab: Sebenarnya untuk perkembangan terbaru, dari Pak Ichwan Azhari

(Pengelola Museum Situs Kota Cina) sekarang berasumsi sebenarnya Kota Cina itu lebih tepat disebut sebagai Kota Lama. Sebab dari hasil penelitian dan banyak tinggalan ternyata didapat bukan hanya orang-orang khusus dari Cina sana yang datang kemari, tapi berbagai suku dan berbagai bangsa. Ada Tamil juga. Bukan hanya orang-orang Cina yang datang kemari. Itu diidentfkasi dari berbagai temuan, misalnya kaca. Di negeri Cina kan enggak mengenal kaca. Kaca itu kan asalnya dari Timur Tengah.

Nah, dari perspektif ilmu sejarah hanya sebatas itu. Cukup memahami eksistensi

Kota Cina sebagai bandar perdagangan masa lalu dan Kota Cina sebagai salah satu pintu masuk untuk mengangkut komoditi-komoditi yang ada di Pantai Timur

Sumatera. Kalau untuk benda, jenis keramik dan fragmen serta maknanya, arkeolog yang bisa menjawabnya.

2. Dari penelitian yang telah dilakukan, apa saja aktivitas yang terjadi di

wilayah Kota Cina pada masa lampau?

89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jawab: Berbicara realitas historis benar bahwa Kota Cina adalah pintu masuk untuk mengangkut komoditi-komoditi yang ada di Pantai Timur Sumatera. Tidak serta merta berdiam disitu, kan pasti ada masyarakat lokal juga pada abad itu.

Pasti juga melakukan kontak dengan masyarakat lokal.

Jadi, aktivitas mereka di Marelan itu pada saat itu selain transit adalah membangun satu pemukiman, ketika mereka datang dari negeri mereka, mereka bermukim disitu. Lalu berangkat lagi, lalu datang lagi. Jadi Kota Cina itu semacam tempat transit, selain mereka juga bermukim, beradaptasi, berbaur dengan alam yang ada disitu pada waktu itu, pada zaman itu.

Ketika transit tentu mereka juga membawa barang-barang dari negeri mereka, ada kapal, tempat bersandar kapal, dan barang-barang. Nah, itu orang sejarah bisa masuk kesitu, dengan temuan itu orang sejarah mendefinisikannya sebagai bukti bahwa pernah ada peradaban disitu.

3. Mengapa wilayah Kota Cina dinyatakan hilang (tidak lagi ada aktivitas

yang terjadi) setelah abad ke-14 M?

Jawab: Masih simpang siur. Sampai sekarang masih belum terpecahkan kenapa mereka dari awal abad 11 sampe 14, setelah abad 14 kenapa mereka tidak lagi berdiam disitu, apakah karena komoditi atau kebutuhan sudah tidak didapati lagi artinya sudah mengalami masa krisis bahan-bahan utama untuk di bawa pulang.

Atau mereka mengalami gangguan-gangguan dari pihak kerajaan-kerajaan lokal yang ada disini. Itukan masih simpang siur.

Kalau berbicara mitos, mitos masyarakat, mereka lebih memercayai bahwa Kota

Cina itu mengalami serangan kerang-kerangan, wabah kerang-kerangan.

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Makanya melalui penelitian itu, didapat berbagai lapis tanah itu ada struktur lapisan kerang yang berevolusi mulai dari yang besar lalu mengecil dan mengecil.

Tapi itukan masih mitos masyarakat.

4. Artinya mereka masuk ke Kota Cina melalui jalur laut, apa ini ada

hubungannya dengan letak geografisnya yang dekat dengan Danau

Siombak?

Jawab: Danau Siombak itu baru. Tahun 1972 itu Danau Siombak. Jadi cerita

Danau Siombak itu dulu untuk membangun jalan tol Belawan-Tanjung Morawa, menghubungkan tol-tol ini, Siombak itu dikeruk untuk mengambil material tanah timbun untuk membangun jalan tol. Ketika pengerukan untuk penimbunan jalan tol ini sumber mata air disitu besar, disitulah ditemukan beberapa artefak, beberapa temuan-temuan yang semakin menguatkan itu pernah didiami atau pernah menjadi satu wilayah atau satu titik yang jadi pemukiman orang orang dari berbagai bangsa luar. Jadi itu sebenarnya danau baru, danau buatan. Bukan kayak

Danau Toba misalnya, danau yang terbentuk karena bencana alam.

5. Dalam perspektif sejarah apakah ada perbedaan penggunaan kata

Tinggalan dan Peninggalan? Untuk kata Artefak lebih tepat

menggunakan apa?

Jawab: Peninggalan itu kan warisan. Tinggalan itu beda lagi. Yang sudah lama tertanam, di dapat dari hasil ekskavasi misalnya, tidak terawat. Misalnya, rokok ini (sambil tunjukkan rokok yang ada di atas meja). Saya pernah disini, Ini secara

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

realitas perspektif historis yaa kita bahasnya, katakanlah saya lupa membawa rokok ini, sepuluh tahun kemudian masih ada. Nah, itu disebut peninggalan.

Jadi, bahasa Indonesia memang mendefinisikan sesuatu secara universal tap dalam berbagai bidang ilmu punya makna yang berbeda. Untuk artefak yaa lebih tepat pakai tinggalan.

LAMPIRAN II DATA INFORMAN Informan 2: Nama : Irfan Efendy Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 54 tahun Alamat : Jl. Paya Pasir, Medan Marelan. Pekerjaan : Pemandu Situs Kota Cina

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Berapa rata-rata jumlah pengunjung Situs Kota Cina ini?

Jawab: Ramainya musiman saja, biasanya sekitar masa ujian anak sekolah. Nah di waktu itu banyak rombongan anak sekolah yang datang untuk tur sejarah.

Kalau kayak sekarang yaa sepi. Ini dari tadi baru kamu aja yang datang. Mungkin karena lokasinya jauh juga kan, angkot juga enggak sampe dalam.

2. Bagaimana sejarah berdirinya Situs Kota Cina?

Jawab: Sebenarnya ada banyak penelitan sejak tahun 70-an untuk mengungkap keberadaan Kota Cina. Salah satunya penemuan bangkai kapal di Danau Siombak.

Terakhir penelitiannya dilakukan April tahun lalu sama peneliti dari Prancis. Dari penelitian itu, keramik dan tembikar itu sisa peradaban yang paling banyak ditemukan. Sayangnya enggak ada yang utuh, kalaupun ada, ada bagian yang hilang atau cobel. Itu semualah yang disimpan di Museum Kota Cina. Ada beberapa peninggalan yang disimpan di Bala Arkeologi Medan.

Tapi pendirian museum ini awalnya tahun 2008 karena keinginan Pak Ichwan

Azhari sebagai pendiri. Tujuannya untuk menyelamatkan peninggalan agar tak tercecer. Lokasi museum ini juga dekat dengan lokasi kan, jadi warga yang menemukan barang peninggalan juga dapat langsung menyerahkan ke pihak museum dengan imbalan tertentu.

Tapi sayangnya memang museum ini sekarang terkendala dana operasional.

Pendanaan museum ini digantungkan pada hasil penjualan tiket. Sebenarnya harga tiket pun udah dinaikkan untuk menutup beberapa biaya. Masalahnya kan museum ini enggak selalu ramai pengunjung.

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Apa saja jenis tinggalan yang ada di Situs Kota Cina?

Jawab: Ada banyak. Ada keramik, batu, bangkai kapal, yoni, manik-manik, tembikar, arca, hasil hutan juga ada disini. Ada damar, kemenyan, getah damar, emas-emas kecil, koin-koin kuno, kaca juga.

4. Bagaimana cerita hilangnya Kota Cina pada sekitar Abad ke-14 M?

Jawab: Alasan menghilangnya Kota Cina ini sebenarnya masih misterius. Pernah katanya ada tsunami di sini, makanya sampai hancur semua. Ini katanya dibuktikan dengan lapisan kerang setebal 10-15 cm. Ada juga yang bilang hipotesisnya lenyap karena di serang waktu perang. Buktinya itu banyak arca dan bangunan yang ditemukan dalam keadaan hancur.

5. Apa kendala yang dihadapi museum Situs Kota Cina Saat ini?

Jawab: Yaa dana operasional itu tadi. Ini berdampak sama fasilitas-fasilitas yang ada disini. Misalnya, itu alat pembuatan tembikar. Itu dibiarkan gitu aja karena mahalnya harga sewa instruktur. Pemuda sini pun enggak ada yang niat untuk berpartisipasi.

6. Jadi belum ada rencana untuk mengembangkan keberadaan Museum ini, Pak? Jawab: Sebenarnya ada. Sekarang sedang di tahap merintis untuk rencana tambah paket wisata kunang-kunang. Karena, populasi kunang-kunang banyak tersebar di wilayah sekitar museum ini. Tapi memang cukup sulit karena juga kan kunang- kunang itu gak ada setiap hari, tergantung mata air pasang juga.

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN IV DATA INFORMAN Informan 4: Nama : Linda Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 62 Tahun Suku : Tionghoa

95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Alamat : Jln. Kejaksaan, Petisah Tengah, Medan. Pekerjaan : Pemilik Tjong Yong Hyan Mansion

1. Apakah Anda tau adanya Museum Situs Kota Cina di Medan Marelan?

Jawab: Pernah dengar-dengar. Ada museum peninggalan gitu, tapi enggak tau persisnya.

2. Sudah pernah berkunjung ke sana?

Jawab: Belum pernah juga ke sana. Kalau ada kesempatan mau juga sesekali pergi.

3. Sebagai warga keturunan Tionghoa apakah Museum Situs Kota Cina ini

bermanfaat bagi Anda?

Jawab: Tentu semua yang berhubungan dengan peninggalan kebudayaan pasti bermanfaat. Apalagi dengan adanya museum begini kita bisa juga tau apa-apa peninggalan nenek moyang kita dan bisa lihat bagaimana sejarah mereka pernah ada dan berada di sini.

LAMPIRAN V DATA INFORMAN Informan 5: Nama : Afriandy Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 24 Tahun Suku : Tionghoa Alamat : Jln. Setiabudi No. 273, Medan

96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pekerjaan : Mahasiswa

1. Apakah Anda tau adanya Museum Situs Kota Cina di Medan Marelan? Jawab: Tau. Pernah baca-baca infonya pas dapat di internet.

2. Sudah pernah berkunjung ke sana?

Jawab: Belum pernah sih.

3. Sebagai warga keturunan Tionghoa apakah Museum Situs Kota Cina ini

bermanfaat bagi Anda?

Jawab: Bermanfaat lah pasti. Untuk warga keturunan Tionghoa asli pasti bisa jadi salah satu media belajar sejarah dan budaya. Jadi tau banyak tinggalan leluhur, itu kan bukti yang paling nyata kalau dulu pas kita pernah dengar cerita-cerita datangnya leluhur kita ke Sumatera Utara ini. Misalnya dulu katanya nenek moyang kita masuk ke Medan ini dari jalur laut, jalur perdagangan.

97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

苏 北 大 学

中文系本科生毕业论文

论文题目 : 棉兰 Marelan 华人区遗物研究:文化形式与意义分析

学生姓名 : 施兰兰 学 号 : 120710054

指导教师 : 温霓莎 学 院 : 人文学院 学 系 : 中文系

苏 北 大 学 中 文 系 2017 年 06 月 19 日

摘要

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

这个本科论文的题目是“棉兰 Marelan 华人区遗物研究:文化形式与意义分 析”。这项研究描述部分留在中国城址地形 Marelan,形式和意义的方面,中 国文物的两个方面。在这项研究中,本文用 (a) Charles Sanders Peirce 的符 号学理论 和(b)建筑形式的理论。研究方法和技术是基于实地观察,文献 研究和访谈定性研究方法。本研究主要结果如下:(a)含有中国文化的 Marelan 领域的中国城网站文物遗迹都具有特殊的形状和材料,可以分别确 定所产生的假象(B)的历史和独创性文物在中国城网站具有一定的意义无 论是从图标,符号或指数观察。

关键词:遗物,棉兰 Marelan 华人区,形式,意义

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

目录

摘要 ...... i 目录 ...... ii

第一章 绪论 ...... 1 1.1 研究背景 ...... 1 1.2 研究目的 ...... 3 1.3 研究方法 ...... 3 1.4 前人的研究 ...... 5 1.5 理论 ...... 5

第二章 棉兰 Marelan 华人区 ...... 6 2.1 棉兰 Marelan 华人区 ...... 6 2.2 遗物 ...... 7

第三章 棉兰 Marelan 华人区遗物研究:文化形式与意义分析 ...... 9 3.1 棉兰 Marelan 华人区太况 ...... 9 3.2 棉兰 Marelan 华人区遗物类形 ...... 9 3.2.1 Dhyani 阿弥陀佛雕塑 ...... 10 3.2.2 古代中国硬币 ...... 10 3.2.3 古代中国碗 ...... 11 3.2.4 清白陶瓷碎片 ...... 11 3.2.5 青瓷陶瓷碎片 ...... 13 3.2.6 德华的陶瓷片段 ...... 13 3.2.7 陶瓷碎片清华 ...... 14 3.2.8 片段水星罐 ...... 14 3.3 棉兰 Marelan 华人区义务研究:文化形式与意义分析 ...... 14 3.3.1 Dhyani 阿弥陀佛雕塑 ...... 14 3.3.2 古代中国硬币 ...... 15 3.3.3 古代中国陶瓷的主题意义 ...... 15

第四章 结论 ...... 17 4.1 结论 ...... 17 4.2 建议 ...... 18

参考文献 ...... 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第一章 绪论

1.1 研究背景

文物是人类在历史发展过程中遗留下来的遗物、遗迹。它是人类宝贵

的历史文化遗产。文物是指具体的物质遗存,它的基本特征是:第一,必须

是由人类创造的,或者是与人类活动有关的;第二,必须是已经成为历史的

过去,不可能再重新创造的。

各类文物从不同的侧面反映了各个历史时期人类的社会活动、社会关

系、意识形态以及利用自然、改造自然和当时生态环境的状况,是人类宝贵

的历史文化遗产。文物的保护管理和科学研究,对于人们认识自己的历史和

创造力量,揭示人类社会发展的客观规律,认识并促进当代和未来社会的发

展,具有重要的意义。

遗物是古代或死者留下来的东西,指古代人类遗留下来的各种生产工

具、武器、日用器具及装饰品等。也包括墓葬的随葬品和墓中的画像石、画

像砖及石刻、甲骨、石经、纺织品、钱币、器等。

遗物在考古或歷史研究意义上指古人生存活动遺留下来的各种物品,

必须是由人类有意识的加工和使用过的,能够反映人类活动相关的未经人类

加工的自然物也是遗物。遗物的范寿包含古人的各种生产工具、日用器具、

武器、装饰品及艺术作品等。遗物在考古或歷史研究上,有很高的研究價值。

透過遺物的研究,我們可以了解古人的生活習慣、文化面貌、生产技术水平、

該時代的價值觀等。这些文物的文化形态是文化的最具体体现,因为它可以

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

看到和五官直接摸。文化遗产基本上涵盖了非常广泛的领域,可以解释为是

一代代流传不来文化遗产的一种形式是包含考古遗迹的“历史遗产的区域”。

据 Ardika (2007)文化遗产是过去遗留下来的一代代继承了至今仍保存完

好,保护,珍惜和守护所有权另一代。

遗物中国城市的博物馆是与东南亚的贸易网络有联系至少从 12 世纪

知道相关公元 14 世纪在苏北门答腊省文化地区之一。McKinnon (1984) 通过

调查和发掘的结果,试图科学过去中国城市的解释。本文做研究的时间

1972 年,本文发现了很多考古资料,这是分散在几个地方包括陶器,陶瓷,

中古硬币,雕像,炉渣砖结构。他总结说是从 12 是及东南亚贸易和贸易网

落地港口城市,直到公元 14 实际的一个重要领域。

棉兰 Marelan 华人区是一个大区,考古遗迹的分布在许多地方皮发现。

含出土文物整个占地面积 25 公顷其中包括 Siombak 胡。中国城市站点专户

结构的调查结果,石材基座,陶器碎片,陶瓷碎片,金属碎片,玻璃碎片合

盈比中国。

发现文物包含中国文化元素的中国城市博物馆的文物进行研究是

Dhiyani 佛像 Amitaba,食材雕像,宋代陶瓷, 小水浒王朝清朝,清朝历代 17-

19 的陶瓷碎片,巨型水管元王朝 13-14 年,公园 12 世纪的龙泉碗片段,明

朝陶瓷/清,陶器碎片,货币元代,宋代,明代都是中国古钱币。

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.2 研究目的

这项研究目的是想知道:

1. 知悉棉兰 Marelan 华人区遗物的形式。

2. 知悉棉兰 Marelan 华人区遗物的意义。

1.3 研究方法

在写作过程中, 本文采用描述定性法用观察,文献法,访问和拍照。

定性研究是采用参与观察和深度访谈而获得第一手资料,具体的方法主要有

参与观察、行动研究、历史研究法、人种志方法。然后通过对观察和访谈法

等所获得的资料,采用归纳法,使其逐步由具体向抽象转化,以至形成理论。

1.4 前人的研究

McKinnon (1984) 的《Kota Cina Its Context And Meaning in The Trade of Southeast Asia In The Twelfth to Fourteenth Centurie》本文讨论通过调查和

发掘试图提供科学过去中国城市的解释。在他的研究, 1972年,他发现了很

多考古资料,这是分散在几个地方包括陶器,陶瓷,中国硬币,雕像,炉渣

砖结构。McKinnon(1984)的结论是,现在被称为中国城的位置是一个重

要的领域,即作为一个贸易港口和海港东南亚的贸易网络从12世纪到公元14

世纪英寸。

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sonny Chr Wibisono (1981) 的《Tembikar Kota Cina: Sebuah Analisis

Hasil Penggalian Tahun 1979 di Sumatera Utara》本文讨论加强中国城作为一

个贸易港口,港口和繁华的定居点,以及显示此区域对科学的重要性。研究

成果进行显示基于陶器在挖掘箱的地层层数量的中国住宅市区的各个阶段。

数据量和位置陶器的结果,然后用基于陶瓷的结果相对年代的分析的结果同

步。

Stanov Purnawibowo (2014) 的 《 Strategi Pengelolaan Kawasan Kota

Cina, Medan, Sumatera Utara Berbasis Masyarakat》本文讨论了中国城市的管

理作为一种文化遗产区,制定管理策略,以中国城地区是面向保护和利用社

会。使用的方法是区,并且已经和正在进行和访谈,探讨的希望和当地社区

的愿望社区之间的关系的观察。

Nadya Flandro Sinaga (2015)的《Pengelolaan Situs Cagar Budaya

Kota Cina Medan》本文讨论来管理中国最大的城市都仍然不是最佳的努力。

用描述性分析方法这项研究使用的数据分析方法来解释事实,即并解决已经

制定的问题,并解释相关的研究对象数据。

Stanov Purnawibowo 和 Lucas Partanda Koestoro (2016) 的《Analisis

Stakeholders dalam Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi di Kota Cina Medan》

本文讨论该分析的目的是确定在中国城市棉兰的潜在利益相关者和利益相关

者之间的冲突策略管理。采用的方法是将一些相关的考古遗迹的管理问题进

行分类在中国城。这个问题提供了潜在的概述在中国城市的冲突。

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

我的研究题目棉兰 Marelan 华人区义务研究:文化形式与意义分析目

标是这项研究目标是为知悉棉兰 Marelan 华人区遗物的形式与意义。在写作

过程中, 本文采用描述定性法。定性研究方法是根据社会现象或事物所具有

的属性和在运动中的矛盾变化,从事物的内在规定性来研究事物的一种方法

或角度。

1.5 理论意义

这项研究使用的理论是 Charles Sander Peirce 的符号学理论。其中包

括标志,对象和解释。然后建筑形式的理论. David George Kendall 说表示的

是所有几何信息,当位置,比例和旋转都改变时不会改变,Plato 说将形式

定义为世界语言,不受词语语言的差异的阻碍。

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第二章 棉兰 Marelan 华人区

2.1 棉兰 Marelan 华人区

中国印尼的祖先几千年前就通过商业活动涌入浪潮。中国记者表示,中国

人进入印尼已经做了很长时间,有各种目的,包括航海,贸易和学习活动。唐代结

束后,中国人一直前往印尼。

居住在沿海(港口)的中国人只与当地社区和其他外国商人进行交易。诸

如大米,糖,甘蔗,黄金,香料等当地贸易商带来的商品被交换来自外国贸易商的

陶瓷,丝绸,铁,银,香水和鸦片(Jufrida,2007:5)。

同样,发生在北苏门答腊的东西海岸,发现了许多像陶瓷,陶器,货币,珠子甚至

是寺庙和雕像的文物。这些调查结果加强了这一观点,认为这一领域最初非常繁忙,

外国贸易商的访问量相当长,导致了商业区,居民区和宗教信仰区的交往和定居。

中国的城市地区是苏门答腊岛上至少从 12 世纪到 14 世纪的东南亚贸

易网络紧密相连的地区之一(McKinnon,1984)。位于 3°43'N 和 98°39'E

以及海拔约 1.5 米(asl)的地理位置成为一个重要的考古遗址,被认为是目

前棉兰市的先驱。这个地区是基于棉兰考古研究的结果约 25 公顷。

中国城市网站位于北印度尼西亚棉兰棉兰麻布区的 Kelurahan Paya

Pasir Jalan Kota Cina 65 号。从棉兰市可以到达 Delan 市,沿着 Deli 河沿北

至达 14 公里,通过 Yos Sudarso 路或 Belmera 收费路(Belawan-Medan-

Tanjung Morawa)到达 Belawan ),然后穿过 Deli 河至西方方向 2 公里。中

国城市网站目前位于中国城区,始于 2008 年初,由棉兰州立大学历史研究

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

中心(PUSSIS)主席 Phill Ichwan Azhari 博士倡导,作为中国科学的重要价值标

志以及作为社区和信息社区关于该地区的中心。

本网站的实际建设工作将在 2008 年至 2010 年期间逐步完成。从半永

久性建筑物开始,到现在为止的永久建筑物。像建筑工地基础一样,首先用

该挖掘方法进行考古研究。目的是拯救场地的考古资料,并将其显示在现场。

南部和西部的这个地盘的建筑与 Parit Beletjang 流相邻,北面毗邻居

民家园,东邻华中路。站点经理是 PUSSIS Unimed,作为实施主要任务的一

部分,并且作为对社区的服务的功能。现场建筑位于 Parit Beletjang 北部。

新建筑的几个部分是永久性的,经历了一年的延伸。主楼以永久性建筑的形

式存储和展示中国城市的调查结果,宽 4 米,高 20 米,高 4.5 米。

通过对北苏门答腊东部沿海地区存在老年文化的形式和文化意义的调查,

挖掘,分析了中国城市遗址上的一些挥之不去的文物。根据从宋代到元代发现的中

国陶瓷,中国城市过去的这个地区的利用程度在十一世纪直到公元 14 世纪才发生

在公元前 14 世纪左右,中华人民共和国成为国际大都市和居民区。以陶瓷形式出

现的左边文物表明,与群众之外的移民有贸易活动的存在,他们到达运输场所,运

输方式仍然存在于现在已经发现的地区的船只或木船的运输方式西蒙湖使用货币作

为买卖工具发生的交易,由古代中国硬币的存在证明。

2.2 遗物

遗物是古代人类或死者遗留下来的物品。遗物在考古或历史研究意义

上指古人生存活动遗留下来的各种物品,必须是由人类有意识的加工和使用

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

过的,能够反映人类活动相关的未经人类加工的自然物也是遗物。遗物的范

畴包含古人的各种生产工具、日用器具、武器、装饰品及艺术作品等。遗物

在考古或历史研究上,有很高的研究价值。透过遗物的研究,我们可以了解

古人的生活习惯、文化面貌、生产技术水平、该时代的价值观等等 。

(https://zh.m.wikipedia.org/zh-hans/%E9%81%BA%E7%89%A9,2017 年 17 月

06 日)

遗物的分类方法较多,按其材质可分为石器、陶器、骨角器、金属器、

玉石器等;按用途分则有生产工具、生活用具、随葬品等。一种遗物之下则

可按类型学方法分为若干型式。遗物是人类社会活动的产物。因而它们能够

从不同的方面反映当时社会生产和生活的情况。由于地域、时代与民族的不

同,各种遗物的用材(石、木、陶、金属──青铜与铁等)、制作方法及其

形制、风格亦各不相同,在当时社会生活中所处的地位和所起的作用也各不

相同。考古学对人类所遗留下来的各种遗物的研究,不应仅限于类别、类型

的研究及年代的鉴定和用途的确定,而是要通过对遗物的研究去了解人类古

代社会的社会生活、生产技术水平及文化面貌。(https://wapbaike.baidu.com/,

2017 年 17 月 06 日)

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第三章

棉兰 Marelan 华人区遗物研究:文化形式与意义分析

3.1 棉兰 Marelan 华人区太况

因为几千年前通过商业活动在波浪中中国印 也称中国 的祖先移民。

他们的角色多次出现印尼的历史,甚至在印度尼西亚共和国宣布设立。中国

的记录表示,中国国家纳入到印度尼西亚已经做了很长时间的各种用途,包

括帆船,贸易和学习活动。自唐代结束的中国人移民到印尼。该地区是第一

个在未来是巨港,当时三佛齐贸易中心的王国,旁边的爪哇岛,被称为香料

商品流通中心,并进一步推进贸易活动,苏门答腊岛东海岸。

中国城地区是在苏门答腊岛一个区域都与东南亚的贸易网络,至少从

12 世纪到公元 14 世纪(Mc Kinnon,1984)有关。地理上位于位置位点

3°43“N 和 98°39” E 和海平面(ASL)以上 1.5 米左右正成为一个重要的考古

现场,并且被认为是建立今天城市棉兰的的前身。

已通过调查分析,在中国最大的城市的文物遗迹一些,直到开挖形式

和意义在他们的文化中分析到的证据一种文化,是在北苏门答腊东部沿海地

区相当老的存在。基于从宋代恢复使用中国城地区的元代足够高的强度在公

元 11 世纪之间发生公元 14 世纪以前在近四个世纪的跨度中国陶瓷,中国的

城市发展和发展成为一个城市,一个国际化的社区。文物如陶瓷可以指示从

外面群岛移民交易活动的遗迹,他们达到了木材运输船或船,现在是湖

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Siombak 地区迄今发现的遗体治理模式的现货贸易。上发生的交易已经用金

钱作为销售,购买的一种手段,通过中国古钱币的存在证明。

3.2 棉兰 Marelan 华人区遗物类形

3.2.1 Dhyani 阿弥陀佛雕塑

基本材质:白色花岗岩。全身形状从头,手到脚,头上有 usnisa 和 urna 在 lapik 上的坐姿,双腿交叉,右脚在左脚,Dhyanamudra 手的态度。

尺寸; 身高 80 厘米,宽 40 厘米,厚 12 厘米。

3.2.2 古代中国硬币

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

基本材质:镀铂金属。形状圆形,平坦,中间有一个方形孔。 前面

雕刻了四个汉字。 平均直径 25 毫米。

3.2.3 古代中国碗

基本材质:瓷器。整个形状作为一个碗,发现在边缘碎片的形式,灰

色,白釉,蓝色植物主题。 尺寸; 直径 14 厘米,长 5.5 厘米。

3.2.4 清白陶瓷碎片

a. 碎片花瓶

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

基本材料; 矽胶,二氧化硅矿物(Si)的白釉。整个形状作为花瓶,

薄壁的身体,装饰技术出现,花卉图案和莲花。尺寸; 唇直径 5 厘米,体直

径 4.2 厘米,脚直径 3.7 厘米,高 7 厘米。

b. 碎片碗

基本材料; 矽胶,二氧化硅矿物(Si)的白釉。整个形状作为一个碗,

装饰技术出现,波浪部分的嘴唇,垂直的内侧像菊花瓣。尺寸; 唇部直径 12

厘米,底部直径 4 厘米,总高 5 厘米,高 0.5 厘米。

c. 片段 Cepuk

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

基本材料; 矽胶,二氧化硅矿物(Si)的白釉。整体形状为 cepuk,

垂直波纹体,盖有面纱。尺寸; 直径 7 厘米,高 2.5 厘米。

3.2.5 青瓷陶瓷碎片

a. 碎片碗青瓷

基本材料; 来自铜矿(Cu)的绿色釉。整体形状为碗状,浓郁,白色

静脉线条。尺寸; 嘴唇直径 22 厘米,基部直径 6 厘米,总高度 8.5 厘米,基

部高度 1.2 厘米。

b. 碎片板块

基本材料; 釉薄绿绿色矿物铜(Cu)。 整个形状为板,莲花或莲花图

案。

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.2.6 德华的陶瓷片段

a. 德华瓷砖碎片封面

基本材料; 有点厚,白色,刻有苏禄几何。 形状完好无损,为中等尺

寸的估计分数。

3.2.7 陶瓷碎片清华

基本材质:瓷器,装饰艺术画成蓝色釉白色。在完整的形式被发现多

样化,作为一个盘子,碗和罐子。 植被和几何的主题。

3.2.8 片段水星罐

基本材质:灰色石器,粗糙的表面有很多的脾气。尺寸; 直径 10 厘米,

高 19.5 厘米。

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.3 棉兰 Marelan 华人区义务研究:文化形式与意义分析

3.3.1 Dhyani 阿弥陀佛雕塑

Dhyanamudra 的手势是双手叠加在肋骨(膝盖)上的手脚,手掌朝上,

手指像图片。 Dhyanamudra 表示佛陀在冥想。在 Dhyani 阿弥陀佛雕塑的脖

子上,有一层敞篷的披风,层层悬挂在左肩到双腿的腹部,布层厚厚,使其

类似于手镯。 这被认为是提供食物和美丽的迹象。 在脚下,有一张描述很

多次的织物尖端的图片,让人印象深刻。

3.3.2 古代中国硬币

货币以外的币种也包含一切都是和谐的哲学价值。 作为具有高内在

价值的物品,硬币必须反映出和平的一个平衡的概念。 这种和谐是由“正义

与美德”所持续的。 没有这个,所有的和谐都不会保持。

3.3.3 古代中国陶瓷的主题意义

陶瓷上的装饰图案对于生产陶瓷的国家有自己的历史价值

(Hasanuddin,1995:14)。 中国建筑的装饰图案可分为五类:动物(动

物),植物(植物),自然现象,传奇与几何(Moedjiono,2011:19)。 a. 观赏花卉图案

通常在中国图案/装饰中使用的花卉装饰图案是: 菊花,兰花,松木,牡丹,

莲花和竹子。

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

菊花

菊花在寒冷的秋天的空气中绽放,并预测冬天的来临,这象征着抵挡所有困

难的美德。在中国古典文学中及文化中,菊花有著重要的地位,其與梅、蘭、

竹合稱四君子。

兰花

以前,由于其柔软的气味和简单的优雅,兰花也被解释为一种恩典和尊严的

象征。

莲花

中国人认为莲花是一朵幸运花,因为莲花从泥里生长,但看起来很干净。

这也是荣誉的象征,指的是一个诚实,光荣的人。

松树

在中国人的思想中,松树始终是绿色和香气的,虽然它有一个旋转的分支,

直立和强壮的树干,像一个诚实的人,充满力量和美德,克服所有的困难。

牡丹

在中国,牡丹比其他鲜花更受欢迎。 中国认为牡丹是象征繁荣的幸运花

(春江,2012:77)。

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

梅花

中国人看到梅花的花作为冬季的象征,也是春天来临的征兆。梅花被视为面

对逆境的耐力和持久性的例子。 虽然梅花和花朵如此醒目,但却成功地渗

透着另一个美丽世界的美丽和优雅。 李树的态度和品格,在不利条件下,

作为内在美丽和谦逊的外表的隐喻。

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

第四章 结论

4.1 结论

中国文物有一些考古遗迹在棉兰 Marelan 华人区是 Dhyani 阿弥陀佛

雕塑,古代中国硬币,古代中国碗,清白陶瓷碎片,青瓷陶瓷碎片,德华的

陶瓷片段, 陶瓷碎片清华 和片段水星罐。观察和检查佛像 Dhiyani Amitaba

的形状和意义之后,作者得出结论,在雕像就像一般的其他雕像的形状来看,

是没有任何多余的装饰非常简单,只是穿着卷发特性的长袍,有 usnisa 和 urna 开销。

包含在中国最大城市的形状可以得出结论:中国古代钱币是硬币从隋,唐,

五代,北宋和南宋来了。在形式上这硬币通常是圆的,中空的中间,从铂涂覆的金

属基体由具有直径为 25 毫米,有在一侧上 4 个汉脚本字符。前两个字符表示发行

和流通硬币的统治期间。

包含在中国最大的城市陶瓷碎片得出的结论可以分为五种不同类型的陶瓷

是陶瓷坎宁·巴伊(清白),青瓷,德化(德华),瓷蓝白色(清华)和粗糙的石

头。柏缉嗯陶瓷(青白)是一种类型的陶瓷的那个是相同的容器的形状是相对小而

薄,具有白色或透明釉制成炻。宋代元代,从 12 世纪直到范围内的 14 世纪末时的

生产陶瓷轻摆。工件,如佰庆陶瓷在中国最大的城市,可以分析的遗体是花瓶碎片

坎宁·巴伊,佰庆碗碎片和陶瓷管坎宁·巴伊的片段。

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2 建议

中国城遗址是保存中国文化内涵的许多文物,但仍然没有广为大众所

熟知的考古遗址。对于那些希望与本研究中国最大的城市能吸引人们了解文

化,学习老城区的历史以及有关表单获得知识和文物的各种残余在中国最大

城市的象征意义。

作为存储过去的辉煌的重要证据的地区之一,中国最大的城市,现在

可以说是没有地位,保护其免受破坏和退化都考古和环境的角度来看。例如,

使用面积住宅的位置,鱼塘,以及出售古董的是过去和环境的遗体保存的威

胁。因此,预计很快被给予以确保养护和保护

中国城市文化遗产区的地位。

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

参考文献

[1] Alwi, Hasan. Dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. [2] Ambary, Hasan Muarif. 1984. “Further Notes On Classification Of Ceramics From The Excavation Of Kota Cina”. Studies On Ceramics, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. [3] Anderson, Jhon. 1826. Mission To The East Coast Of Sumatera 1823. Edinburgh: W. Blackwood/London, T. Cadell Strand. [4] Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka Larasan. [5] Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik. Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press [6] BPCB, Tim Penyusun. 2014. Katalog Arca Batu. Balai Pelestarian Cagar Budaya: Yogyakarta.

[7] BPPD, Tim Penyusun. 2012. Kajian: Situs Kota Cina Bandar Niaga di Pantai Timur Sumatera Utara pada Abad 11-14 M. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah: Kota Medan.

[8] Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

[9] Cangianto, Ardian. 2015. Makalah untuk Extension Course Filsafat ECF. Bandung: Universitas Padjajaran

[10] Ching, D.K Francis. 2007. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan (Cetakan ke III). Jakarta: Penerbit Erlangga. [11] Chunjiang, Fu. 2012. Origins of Chinese Auspicious Symbols. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. [12] Hasanuddin. 1995. Katalog Gerabah dan Keramik Koleksi Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara [13] Koentjaraningrat. 1979. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : UI Press. [14] Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rineka Cipta [15]Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. [16] McKinnon, Edmund Edwards. 1984. “Kota Cina Its Context And Meaning in The Trade of Southeast Asia In The Twelfth to Fourteenth Centuries”. Disertasi. London: Cornell University. [17] Moedjiono. 2011. “Ragam Hias dan Warna Sebagai Simbol Dalam Arsitektur Cina”. MODUL VOL 11 No. 1, Januari 2011. Semarang: Universitas Diponegoro.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

[18] Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. [19] Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. [20] Neuman, Lawrence. 2003. Social Research Methods (Qualitative and Quantitative Approaches). Boston : Allyn and Bacon. [21] Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnitas Batak Dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

[22] Purnawibowo, Stanov. 2014. “Strategi Pengelolaan Kawasan Kota Cina, Medan, Sumatera Utara Berbasis Masyarakat”. (Thesis). Yogyakarta: Ilmu Arkeologi UGM. [23] Razak, Kamarudin AB. 1993. Ikonografi Arca Dewa dan Dewi Budha. (Jurnal Arkeologi Malaysia, 6. Malaysia [24] Sinaga, Nadya Flandro. 2015. “Pengelolaan Situs Cagar Budaya Kota Cina Medan”. (Jurnal). Riau: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. [25] Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Radar Jaya Offset. [26] Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid 2. Yogyakarta: Yayasan Kanisius [27] Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Jakarta: PT. Rineka Cipta. [28] Tjiptadi, Bambang. 1948. Tata Bahasa Indonesia Cetakan ke II. Jakarta: Yudhistira. [29] Warsito, R. 2012. Antropologi Budaya. Yogyakarta: Ombak [30] Yuanzhi, Kong. 2005. Silang Budaya Tiongkok Indonesia. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia

[31] Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

(https://wapbaike.baidu.com/, 2017 年 17 月 06 日) (https://zh.m.wikipedia.org/zh-hans/%E9%81%BA%E7%89%A9,2017 年 17 月 06 日)

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA