PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI SESUAI STANDART OPERATING PROCEDURE DI RUANG RAWAT INAP RSUD MARIA WALANDA MARAMIS MINAHASA UTARA

Juita Maria Rori 1),Bongakaraeng2), Marlyn M. Pandean3)

1) Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara 2, 3) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes [email protected]

Abstract. Occupational health and safety is an instrument that protects workers, companies, the environment, and the surrounding community from the dangers of accidents. Health and safety aims to prevent, reduce, even nullify the risk of work accident (zero accident) .The purpose of this study was to determine the Behavior of Health Personnel With Compliance Using Personal Protective Equipment according to Standard Operating Procedures in Inpatient Room Maria Walanda Maramis Regional Hospital 2017. This research is an analytic observation research using Case Control Study design. The population in this research is all health workers in the hospital ward of Maria Walanda Maramis General Hospital which amounts to 60 people. Samples are all population numbers and determined by using total sampling technique that is as many as 30 people who meet inclusion criteria. Data were analyzed by Chi-Square test. The results of this study indicate that there is no correlation between knowledge of health personnel with compliance using Personal Protective Equipment according to Standard Operational Procedure at Regional General Hospital Maria Walnda Maramis (p = 0,232). There is no correlation between attitudes of health workers with compliance using Personal Protective Equipment according to Standard Operational Procedures at Maria Walanda Maramis Regional General Hospital (p = 1,000). There is no correlation between the actions of health personnel with compliance using Personal Protective Equipment according to Standard Operating Procedures at the Regional General Hospital of Maria Walanda Maramis (p = .0,481). Conclusion There is no significant correlation between knowledge, attitudes and actions of health personnel with compliance with Personal Protective Equipment according to Standard Operational Procedure Standard at Maria Walanda Maramis Regional Hospital in 2017.

Keywords: Behavior, Personal Protective Equipment, Health Workers.

Abstrak. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan instrument yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Perilaku Tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan Menggunakan APD sesuai SOP di Ruang Rawat inap RSUD Maria Walanda MaramisTahun 2017.Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan menggunakan desain Case Control Study. Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh Tenaga kesehatan di ruang rawat Inap RSUD Maria Walanda Maramis yang berjumlah 60 orang.Sampel adalah semua jumlah populasi dan ditentukan dengan menggunakanTeknik pengambilan total sampling yaitu sebanyak 30 orang yang memenuhi criteria inklusi. Data dianalisis dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan tenaga kesehatan dengan kepatuhan menggunakan APD sesuai SOP di RSUD Maria Walnda Maramis (p=0,232). Tidak ada hubungan antara sikap tenaga kesehatan dengan kepatuhan menggunakan APD sesuai SOP di RSUD Maria Walanda Maramis (p=1,000). Tidak ada hubungan antara tindakan tenaga kesehatan dengan kepatuhan menggunakan APD sesuai SOP di RSUD Maria Walanda Maramis (p=.0,481). Kesimpulan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan tindakan tenaga kesehatan dengan kepatuhan menggunakan APD sesuai standart SOP di RSUD Maria Walanda Maramis tahun 2017.

Kata Kunci:Perilaku, APD, TenagaKesehatan.

PENDAHULUAN merupakan hak asasi yang wajib di penuhi oleh Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) perusahaan. K3 bertujuan mencegah, merupakan instrument yang memproteksi mengurangi, bahkan menihilkan resiko pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan masyarakat sekitar dari bahaya akibat konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit 27

akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya kepatuhan menggunakan Alat Pelindung Diri (cost) perusahaan, melainkan harus di anggap sesuai SOP di ruang rawat inap RSUD Maria sebagai suatu bentuk investasi jangka panjang Walanda Maramis yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Wirahadikusuma R. D, METODE 2007). Jenis penelitian ini adalah penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Maria analitik observasional dengan pendekatan cross Walanda Maramis merupakan Rumah Sakit sectional study, yaitu suatu rancangan studi rujukan daerah untuk wilayah Minahasa Utara yang mempelajari hubungan variabel Rumah yang terletak di kelurahan Sarongsong independen dan variabel dependen yaitu 2, memiliki luas lahan 1.5 Ha dengan luas kepatuhan menggunakan alat pelindung diri bangunan 1 Ha.Sesuai dengan survei sesuai standart operating procedure di ruang pendahuluan di RSUD Maria Walanda Maramis rawat inap RSUD Maria Walanda terdapat beberapa komponen-komponen Maramis.Variabel yang diteliti adalah sikap, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang pengetahuan, kepatuhan dan Alat Pelindung belum terlaksana dengan baik yaitu Alat Diri (APD). Pelindung Diri (APD) yang belum di Populasi dalam penelitian ini adalah pergunakan sesuai dengan fungsinya dan alasan seluruh Tenaga kesehatan di ruang rawat Inap tidak menggunakan adalah malas, repot, tidak RSUD Maria Walanda Maramis yang terbiasa, lupa, dimana alasan-alasan tersebut berjumlah 60 orang.Sampel adalah semua sangat berkaitan dengan kesadaran/perilaku jumlah populasi dan ditentukan dengan petugas dalam menggunakan alat pelindung menggunakan teknik pengambilan total diri, penyebab utamanya kemungkinan sampling yaitu sebanyak 30 orang yang kurangnya pemahaman petugas terhadap memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang bahaya yang akan timbul. Menurut Setyawati digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner, dalam Sri Hayulita (2014) faktor yang lembar observasi (chek list) mempengaruhi penggunaan APD adalah usia, Hasil penelitian dianalisis menggunakan pengalaman kerja, persepsi, lingkungan kerja, analisa univariat, analisa bivariat, dan diolah, jam kerja, shift kerja, beban kerja, sifat disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan pekerjaan, komunikasi, manajemen, sikap, dinarasikan, dan analisis bivariat untuk melihat motivasi, pengetahuan. Jenis APD tersebut hubungan antara variabel independen dengan antara lain : sarung tangan, masker, pakaian dependen dengan menggunakan uji statistik pelindung, apron, sepatu boot, resiko yang yaitu uji chi square terjdi ketika petugas tidak menggunakan APD akan berpotensi terpapar penyakit dan HASIL terjadinya kecelakaan kerja. Tujuan penelitian a. Hasil Analisis Univariat ini yaitu untuk mengetahui hubungan 1. Tingkat Pengetahuan pengetahuan tenaga kesehatan dengan Distribusi tingkat pengetahuan (6,7%) responden memiliki pengetahuan responden tentang Penggunaan APD kurang tentang penggunaan APD sesuai sesuai SOP yaitu 28 (93,3%) responden SOP. memiliki pengetahuan yang cukup dan 2 2. Sikap Distribusi sikap responden tentang sikap kurang tentang penggunaan APD penggunaan APD sesuai SOP yaitu 25 sesuai SOP. (83,3%) responden memiliki sikap yang 3. Tindakan cukup dan 5(16,7%) responden memiliki Tindakan responden tentang memiliki sikap kurang tentang penggunaan penggunaan APD sesuai SOP tahun 2018 APD sesuai SOP. yaitu 23 (76,7%) responden memiliki sikap 4. Kepatuhan Menggunakan APD yang cukup dan 7 (23,3%) responden Kepatuhan responden dalam (60%) responden tidak patuh dalam menggunakan APD sesuai SOP tahun 2017 menggunakan APD sesuai SOP. yaitu 12 (40%) responden patuh dan 18 28

b. Hasil Analisis Bivariat Sesuai Standart Operating Procedure 1. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Di Ruang Rawat Inap RSUD Maria Tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan Walanda Maramis Minahasa Utara Menggunakan Alat Pelindung Diri 2017.

Tabel 1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuaiStandart Operating Procedure di ruang rawat inap RSUD Maria Walanda Maramis Tahun 2017.

Jumlah Kepatuhan Menggunakan APD

p value Tingkat Pengetahuan Patuh Tdk Patuh n % n % n % Cukup 12 42,9 16 57,1 28 100

Kurang 0 0 2 100 2 100 0,232 Jumlah 12 40 18 60 30 100

Tabel 1. Menjelaskan bahwa terdapat kesalahan 5% artinya tidak terdapat 28 responden dengan pengetahuan cukup, hubungan yang signifikan antara tingkat 12 (42,9%) yang patuh dalam menggunakan pengetahuan dengan kepatuhan APD sesuai SOP dan 16 (57%) tidak patuh menggunakan alat pelindung diri sesuai dalam menggunakan APD sesuai SOP. standart operating procedure di ruang Sedangkan 2 orang yang memiliki rawat inap RSUD Maria Walanda Maramis pengetahuan kurang semuanya tidak patuh Tahun 2017. dalam menggunakan APD sesuai SOP. 2. Hubungan Antara Sikap Dengan Kepatuhan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Menggunakan Alat Pelindung Diri chi-Square diperoleh nilai p=0,232 > 0,05 SesuaiStandart Operating Procedure di dengan tingkat kemaknaan (level of ruang rawat inap RSUD Maria Walanda significance 95%) atau batas toleransi Maramis.

Tabel 2. Hubungan Antara Sikap Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuaiStandart Operating Procedure di ruang rawat inap RSUD Maria Walanda Maramis Tahun 2017.

Jumlah Kepatuhan Menggunakan APD

p value Sikap Patuh Tdk Patuh n % n % N %

Cukup 10 40 15 60 100 25 1,000 Kurang 2 40 3 60 5 100

Tabel 2. Menunjukkan bahwa terdapat Square diperoleh nilai p=1,000 > 0,05 25 responden dengan sikap cukup, 10 (40%) dengan tingkat kemaknaan (level of yang patuh dalam menggunakan APD significance 95%) atau batas toleransi sesuai SOP dan 15 (60%) tidak patuh dalam kesalahan 5% artinya tidak terdapat menggunakan APD sesuai SOP. Sedangkan hubungan yang signifikan antara sikap 5 orang yang memiliki sikap kurang 3 dengan kepatuhan menggunakan alat (60%) responden tidak patuh dalam pelindung diri sesuai standart operating menggunakan APD sesuai SOP.Hasil uji procedure di ruang rawat inap RSUD Maria statistik dengan menggunakan uji chi- Walanda Maramis Tahun 2017. 29

3. Hubungan antara Tindakan dengan ruang rawat inap RSUD Maria Walanda kepatuhan menggunakan Alat Pelindung Diri Maramis. sesuaiStandart Operating Procedure di

Tabel 3. Hubungan Antara Tindakan Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuaiStandart Operating Procedure di ruang rawat inap RSUD Maria Walanda Maramis Tahun 2017.

Junlah Kepatuhan Menggunakan APD

p value Tindakan Patuh Tdk Patuh n % n % n % Cukup 10 43,5 13 56,5 23 100 Kurang 2 28,6 5 71,4 7 100 0,481

Tabel 3, menjelasakan bahwa terdapat kepatuhan tenaga kesehatan dalam 23 responden dengan tindakan cukup, 10 menggunakan menggunakan APD yang (43,5%) yang patuh dalam menggunakan sesuai SOP di Ruang Rawat Inap RSUD APD sesuai SOP dan 13 (56,5%) tidak patuh Maria Walanda Maramis Minahasa Utara dalam menggunakan APD sesuai SOP. tidak berhubungan dengan tingkat Sedangkan 7responden yang memiliki pendidikan tenaga kesehatan, hasil tindakan kurang 5 (71,4%) tidak patuh dalam wawancara ditemukan 93% tenaga kesehatan menggunakan APD sesuai SOP. Hasil uji memiliki pengetahuan yang cukup tentang statistik dengan menggunakan uji chi-Square penggunaan APD tetapi masih terdapat diperoleh nilai p=0,481 > 0,05 dengan (57,1%) tenaga kesehatan yang tidak patuh tingkat kemaknaan (level of significance dalam menggunakan APD. Hasil penelitian 95%) atau batas toleransi kesalahan 5% lapangan diperoleh informasi bahwa artinya tidak terdapat hubungan yang ketidakpatuhan responden dalam signifikan antara tingkat pengetahuan dengan menggunakan APD dikarenakan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri ketidaknyamanan saat menggunakan APD sesuai standart operating procedure di ruang dan merasa aman walaupun tidak rawat inap RSUD Maria Walanda Maramis menggunakan APD, responden berpendapat Tahun 2017. bahwa APD digunakan hanya pada saat melakukan tindakan atau pemeriksaan pasien PEMBAHASAN yang dianggap berisiko menularkan penyakit 1. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tertentu saja. Tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan Hasil penelitian ini sejalan dengan Menggunakan Alat Pelindung Diri Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012) Standart Operating Procedure Di Ruang yang menyimpulkan tidak terdapat hubungan Rawat Inap RSUD Maria Walanda Maramis antara tingkat pengetahuan dengan perilaku Minahasa Utara 2017. penggunaan APD (p=0,465 > α=0,05) Hasil uji statistik dengan menggunakan dengan judul “Hubungan Tingkat uji chi-Square diperoleh nilai p=0,232 > 0,05 pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku dengan tingkat kemaknaan (level of Penggunaan APD pada Mahasiswa Profesi significance 95%) atau batas toleransi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan kesalahan 5% artinya tidak terdapat Universitas ”. Hasil penelitian ini hubungan yang signifikan antara tingkat tidak sejalan dengan hasil penelitian yang pengetahuan dengan kepatuhan dilakukan oleh Banda (2015) di Rumah Sakit menggunakan alat pelindung diri sesuai Konawe dengan judul “Hubungan Perilaku standart operating procedure di ruang rawat Perawat Dengan Kepatuhan Menggunakan inap RSUD Maria Walanda Maramis Tahun Alat Pelindung Diri (APD) Sesuai Standard 2018. Hasl penelitin ini mengartikan bahwa Operating Procedure (Sop) Di Ruang Rawat 30

Inap Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan tingkat kemaknaan (level of Rumah Sakit Konawe Tahun 2015” yang significance 95%) atau batas toleransi menyimpulkan adahubungan yang kuat antara kesalahan 5% artinya tidak terdapat pengetahuan perawat dengan kepatuhan hubungan yang signifikan antara sikap menggunakanAPD sesuai SOP (ρ value = tenaga kesehatan dengan kepatuhan 0,024). menggunakan alat pelindung diri sesuai Menurut Notoatmodjo (2010) dalam standart operating procedure di ruang rawat Wulandi S & Rosa (2016), pendidikan inap RSUD Maria Walanda Maramis Tahun merupakan salah satu faktor yang 2017. Sikap yang cukup tentang penggunaan mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi APD tidak menjadi faktor yang tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan mempengaruhi tenaga kesehatan dalam lebih memperhatikan masalah kesehatan dan menggunakan APD sejalan dengan hasil keselamatannya. Oleh sebab itu, pekerja penelitian yang menunjukkan 83,3% dengan pendidikan tinggi akan cenderung responden memiliki sikap yang baik tetapi memiliki pengetahuan yang baik tentang yang menggunakan APD hanya 40% penggunaan APD dan sebaliknya pekerja responden yang menggunakan APD sesuai yang memiliki pendidikan rendah cenderung SOP sedangkan 60% responden tidak patuh sulit untuk menyerap informasi khususnya dalam menggunakan APD. pengetahuan tentang penggunaan APD, Penelitian ini tidak sejalan dengan sehingga menyebabkan pekerja tidak penelitian yang dilakukan oleh Banda (2015) merespon dengan positif pentingnya yang berkesimpulan terdapat hubungan yang penggunakan APD secara baik dan benar. signifikan antara sikap dan perilaku Hasil penelitian ini menunjukkan menggunakan APD sesuai SOP (p=0,004) ketidakpatuhan tenaga kerja dalam dan Putra (2012) ada hubungan yang menggunakan APD tidak selalu bermakna antara sikap perawat dengan berhubungan dengan tingkat pengetahuan. kepatuhan menggunakan APD sesuai SOP Namun demikian upaya yang harus (ρvalue=0,027). digunakan dalam meningkatkan penggunaan Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan APDpada ruang rawat inap di RSUD Maria teori yang menyatakan bahwa sikap individu Walanda Maramis Minahasa Utara adalah merupakan awal dari terwujudnya tindakan dengan cara meningkatkan pengawasan atau perilaku individu (Dayakisni & Hudaniah, terhadap penggunaan APD yang sebenarnya 2003 dalam Putra, 2012), sehingga sudah dilakukan, tetapi tidak rutin. penggunaan APD oleh tenaga kesehatan di Pengetahuan bisa menjadi hal yang Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Maria mempengaruhi perilaku tenaga kesehatan Walanda Maramis tidak selalu berdasarkan dalam menggunakan APD. Oleh sebab itu sikap yang baik. sebaiknya rumah sakit lebih berusaha untuk Sikap adalah respons tertutup seseorang meningkatkan atau mempertahankan terhadap suatu stimulus atau objek, baik pengetahuan pekerja mengenai APD.Hal ini yang bersifat intern maupun ekstern dapat dilakukan dengan pemasangan poster sehingga manifestasinya tidak langsung keselamatan kerja tentang APD karena dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan pengetahuan dalam penggunaan alat terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup pelindung diri yang baik dan aman mutlak tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan dimiliki oleh tenaga kesehatan terutama adanya kesesuaian respons terhadap stimulus yang bekerja di ruang rawat inap. tertentu. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan 2. Hubungan antara Sikap Tenaga Kesehatan yakni : Menerima (receiving), Merespon Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat (responding), Menghargai (valuing), dan Pelindung Diri Sesuai Standart Operating bertanggung jawab (responsible), Procedure Di Ruang Rawat Inap RSUD (Notoatmodjo, 2003). Maria Walanda Maramis Minahasa Utara Wawancara terhadap responden 2017. diperoleh informasi bahwa sikap yang Hasil uji statistik dengan menggunakan kurang baik terhadap penggunaan APD oleh uji chi-Square diperoleh nilai p=1,000 > 0,05 responden karena merasa tidak nyaman hal 31

ini mendorong responden untuk tidak operating procedure (SOP) di RSUD Maria menggunakan APD.Hal ini didukung oleh Walnda Maramis. hasil kuesioner yang menunjukkan sekalipun 2. Tidak ada hubungan antara pengetahuan responden memiliki sikap yang baik tenaga kesehatan dengan kepatuhan terhadap perilaku penggunaan APD tetapi menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) 60% responden tidak patuh untuk sesuai standart operating procedure (SOP) menggunakan APD. di RSUD Maria Walnda Maramis. 3. Hubungan Antara Tindakan Tenaga 3. Tidak ada hubungan antara tindakan tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan Menggunakan kesehatan dengan kepatuhan menggunakan Alat Pelindung Diri Sesuai Standart Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standart Operating Procedure Di Ruang Rawat Inap operating procedure (SOP) di RSUD Maria RSUD Maria Walanda Maramis Minahasa Walnda Maramis. Utara 2017. Hasil uji statistik dengan menggunakan SARAN uji chi-Square diperoleh nilai p=0,481 > 0,05 1. Kepada KepalaRSUD Maria Walanda dengan tingkat kemaknaan (level of Maramis Minahasa Utaraagar lebih significance 95%) atau batas toleransi meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan kesalahan 5% artinya tidak terdapat tentang pentingnya menggunakan APD hubungan yang signifikan antara tindakan sesuai SOP di ruang rawat inap yang baik tenaga kesehatan dengan kepatuhan dan benar melalui pelatihan atau training, menggunakan alat pelindung diri sesuai penyuluhan atau seminar tentang Kesehatan standart operating procedure di ruang rawat dan Keselamatan Kerja di rumah sakit. inap RSUD Maria Walanda Maramis Tahun 2. Kepada para tenaga kesehatan untuk selalu 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan bekerja dengan aman dan selalu tindakan tenaga kesehatan yang baik menggunakan APD yang sesuai dengan SOP sebanyak 76,7% tetapi responden yang tidak yang telah ditetapkan. menggunakan APD lebih banyak dari pada 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan yang menggunakan APD yakni sebesar penelitian ini sebagai bahan masukan dan 56,5%. informasi tentang Keselamatan dan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit dengan penelitian Banda (2015) yang menyimpulkan variabel-variabel lain yang relevan. tidak ada yang bermakna antara tindakan perawat dengan kepatuhan menggunakan DAFTAR PUSTAKA APD sesuai SOP (p value = 0,100), di ruang rawat inap BLUD Rumah Sakit Kabupaten Aryati Catur I Ketut, Sali I Wayan, Aryasih Konawe Tahun 2015. Made Ayu I Gusti, 2012. Hubungan Hasil penelitian ini seseuai dengan teori Pengetahuan Sikap dan Tindakan Green dalam Notoatmodjo (2003) yang Masyarakat dengan Kejadian Demam menyatakan bahwa salah satu faktor yang Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan mempengaruhin perilaku dalam bekerja Baler Bale Agung Kecamatan Negara. yaitu faktor pendukung (enabling factor) Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.4 no 2, adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang November 2014: 118-123 mendukung atau yang memfasilitasi Anizar, 2009, Teknik keselamatan dan terjadinya perilaku seseorang atau Kesehatan Kerja di Industri, Graha masyarakat. Hal ini terwujud dalam ilmu,Yogyakarta. lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya Atmoko, Tjipto, 2000. Standar Operasional fasilitas kesehatan). Prosedur (SOP) Dan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah. KESIMPULAN Banda Irwan, 2015. Hubungan perilaku perawat 1. Tidak ada hubungan antara sikap tenaga dengan kepatuhan menggunakanAPD sesuai kesehatan dengan kepatuhan menggunakan SOP di ruang rawat inap BLUD RS Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standart Konawe, Universitas Haluoleo Kendari, skripsi. 32

Budiono, S. A.M., 2003. Mengenal Hiperkes Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas dan Keselamatan Kerja dalam Bunga Indonesia” Universitas Indonesia. . Rampai Hyperkes &KK, Universitas Suma’mur, 2009, Higiene Perusahaan dan , Semarang. Kesehatan Kerja (Hiperkes), CVSagung Hayulita S, Paija F, 2014. Hubungan motivasi Seto, Jakarta. dengan penggunaan alat pelindung diri oleh Sumual Julia, 2010. Study deskriptif tentang perawat pelaksana di ruang rawat inap RSI kecelakaan kerja dan penggunaan alat Ibnu Sina Bukit Tinggi. Jurnal No.1 pelindung diri (APD) pada perawat instalasi (2014:30-33). rawat inap (Irina C) di RSUP Prof.R.D ILO/WHO, 2000. Modul tentang Pengertian Kandou Manado. KTI dasar/defenisi K3 (OccupationalHealth and Wirahadikusuma.R.D,http//www.fkm.Undip.ac. Safety menurut WHO/ILO). id/data/2007/index.Diakses tanggal 19 Notoatmojo, 2007, Promosi kesehatan dan Ilmu september 2017. Prilaku, Rineka Cipta, JakartaOccupational Wulandini S Putri & Rosa Andalia (2016) Safety and Health Administration (OSHA), Perilaku Perawat Dalam Penggunaan Alat 2009, PersonalProtection Equipment. Pelindung Diri (APD) di IRNA Medikal Putra (2012).Hubungan Tingkat pengetahuan RSUD Pekanbaru 2016.Fakultas dan Sikap dengan Perilaku Penggunaan keperawatan, Universitas Abdurrab. APD pada Mahasiswa Profesi Keperawatan Pekanbaru.

33