DUA DINASTI DI KERAJAAN MATARĀM KUNA: Tinjauan Prasasti Kalasan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

DUA DINASTI DI KERAJAAN MATARĀM KUNA: Tinjauan Prasasti Kalasan Hariani Santiko, Dua Dinasti di Kerajaan Mataram Kuna 1 DUA DINASTI DI KERAJAAN MATARĀM KUNA: Tinjauan Prasasti Kalasan Hariani Santiko Departemen Arkeologi FIB UI Abstract. Who was the ruler at center of Java in 8th-10th centuries at Ancient Mataram Kingdom is still a debatable problem. There are two opinion groups. The one opinion states that there are two dynasties (Sanjaya dynasty and Syailendra dynasty), and the other opinion declares only one dynasty based on assumption Rakai Panagkaran, The son of King Sanjaya, changed his religion to Buddha Mahayana. Based on retranslation inscription of Kalasan, there were two kings on this inscription, namely Śri Mahārāja Dyah Pañcapanam Panamkarana and King Śailendravamsatilaka that was remain as “raja bawahan” (“lower king”) of Śri Mahārāja Dyah Pañcapanam Panamkarana who still had Siwa religion. Rakai Panangkaran was remain as King of Sanjaya Dynasty (Sanjayavamśa) and Śailendravamsatilaka was becoming a king in his “Growing Kingdom”. Key Words: Śańkara, anŗtagurubhayas, Dhātŗ, inscription of Kalasan, Śailendravamsatilaka. Penelitian arkeologi mengenai kerajaan Buddha, misalnya candi Kalasan, Sari, Matarām Hindu (Matarām Kuna) sangatlah Plaosan dan lain-lain. menarik, tidak saja mengenai tinggalan Penelitian mengenai tokoh-tokoh arkeologi berupa sarana ritual yang secara yang terkait dengan bangunan-bangunan suci umum disebut candi sangat berlimpah, tetapi tersebut telah banyak dilakukan dengan juga tentang tokoh-tokoh sejarah yang memakai data sumber tertulis khususnya bertanggung jawab akan kehadiran sarana prasasti, di antaranya Prasasti Tuk Mas, ritual keagamaan tersebut. Candi-candi dari Prasasti Canggal (654 Saka/732 Masehi), wilayah Jawa Tengah ini mempunyai gaya Prasasti Kalasan (700 Saka/778 Masehi), arsitektural yang sangat unik, yang memper- Prasasti Kelurak (704 Saka/782 Masehi) dan lihatkan kemahiran si seniman (śilpin) dalam sebagainya, serta berita-berita Cina. usahanya menuangkan pengalaman dengan Tuhannya ke dalam karya seni yang indah Kerajaan Matarām Kuna dan megah, sehingga orang-orang Belanda Nama kerajaan tertua yang disebut yang datang ke Jawa pada abad 18, sangat dalam sumber prasasti di wilayah Jawa mengagumi karya seni keagamaan tersebut. Tengah adalah kerajaan Matarām1) yang lebih Karya seni keagamaan itu mereka sebut dikenal sebagai kerajaan Matarām Kuna kesenian Klasik, karena mengingatkan untuk membedakan dengan kerajaan mereka pada kesenian Romawi dan Yunani Mataram Islam, dengan rajanya bernama yang dikenal sebagai “Classical Period”. Sanjaya. Prasasti tersebut adalah prasasti Di samping itu, candi-candi tersebut Canggal (654 Saka/732 Masehi), yang masih dikelompokkan berdasarkan gaya ditemukan di halaman percandian di atas arsitektural dan latar belakang keagamaan- gunung Wukir di Kecamatan Salam, nya. Kelompok candi-candi tipe utara, Magelang. Prasasti Canggal memakai huruf bersifat agama Siwa, misalnya candi Dieng, Pallawa, berbahasa Sansekerta, dan mem- Gedongsanga, Prambanan, dan candi-candi bicarakan raja Sanjaya yang beragama Siwa, tipe selatan yang berlatar belakang agama yang mendirikan sebuah linga di bukit Sthīranga. Selain Prasasti Canggal, nama 2 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 2, Desember 2013 Sanjaya disebut di Prasasti Mantyasih yang Matarām Kuna, karena Rakai Panangkaran dikeluarkan oleh Rakai Watukura Dyah lengkapnya Rakai Panangkaran Dyah Balitung tahun 907 Masehi. Dalam Prasasti Śankhara Śri Sangramadhananjaya adalah Mantyasih terdapat daftar nama raja-raja anak Sanjaya yang berganti agama dari yang memerintah di Medang (rahyangta agama Siwa ke agama Buddha Mahayana. rumuhun ri mdang ri poh pitu). Dalam daftar Pendapat Boechari ini berdasarkan pem- tersebut, Rakai Matarām Sang Ratu Sanjaya bacaannya pada sebuah prasasti yang dipahat disebut pertama, yang kemudian diikuti oleh di atas batu dan dijadikan koleksi Bapak sederetan nama raja yang bergelar Śri Adam Malik. Prasasti berbahasa Sansekerta Mahārāja (Soemadio II, 1993:100 dst). ini bagian atas rusak sehingga tidak ada nama Rakai Matarām Sang Ratu Sanjaya prasasti atau pun angka tahunnya. Boechari dianggap sebagai pendiri dinasti Sanjaya memberi nama prasasti Śankhara, sesuai (Sanjayavamśa) yang berkuasa di kerajaan dengan nama anak raja pada prasasti tersebut, Matarām. Namun penelitian yang me- dan usia prasasti diperkirakan antara Prasasti rekonstruksi jalannya sejarah Matarām kuna, Canggal dan Prasasti Hampran (750 Masehi) telah menghasilkan nama Śailendravamśa di (Soemadio II, 1993:102-103). Prasasti samping Sanjayawamśa. Śailendrawamśa Śankhara pernah ditranskripsi dan di- ditemui dalam beberapa prasasti, antara lain terjemahkan oleh Boechari, tetapi belum dalam Prasasti Kalasan (700 Saka/778 diterbitkan.2) Masehi), Prasasti Kalurak (704 Saka/782 Secara garis besar Prasasti Śankhara Masehi), Prasasti Abhayagiriwihara dari membicarakan ayah Śankhara yang sangat bukit Ratu Baka (714 Saka/792 Masehi), patuh kepada gurunya, memberi “emas yang Prasasti Kayumwungan (824 Masehi), dan enam” kepada Śankhara dengan sebuah janji sebagainya. (?) yang harus dipenuhi. Kemudian ayah Berita prasasti sangatlah penting Śankhara jatuh sakit selama 8 hari kemudian untuk penelitian arkeologi, namun banyak- meninggal. Melihat keadaan itu, Śankhara nya jumlah prasasti tidak menjamin dapat menjadi takut pada “guru yang tidak benar” mengungkapkan data yang kita harapkan lalu meninggalkan agama Siwa dan memeluk untuk diketahui. Misalnya perihal kerajaan agama Buddha Mahayana. Matarām Kuna masih banyak masalah yang Menurut Boechari, ayah Śankhara belum terungkap: adalah raja Sanjaya, sedangkan Śankhara 1. Siapakan pendiri Sanjayavamśa dan sendiri adalah Rakai Panangkaran, ia me- siapakah pendiri Śailendrawamśa? mindahkan pusat kerajaannya ke timur. 2. Ada berapa wangsa-kah di wilayah Letak ibu kotanya yang baru, kemungkinan Jawa Tengah periode Matarām di sekitar Sragen, di sebelah timur Bengawan Kuna? Solo atau di daerah Purwodadi/Grobogan. 3. Benarkan raja kedua dalam daftar Setelah itu ia membangun beberapa candi Prasasti Mantyasih yaitu Śri Buddha, yaitu candi Kalasan, Sewu, Plaosan Mahārāja Panangkaran berganti Lor, dan sebagainya. Dari uraiannya tersebut agama, yang semula beragama Siwa Boechari telah mengidentifikasikan Panang- beralih memeluk agama Buddha karan dengan “Śailendrawanśatilaka” yang Mahayana? disebut dalam beberapa prasasti, bahkan Dalam makalah ini tidak akan menurut Boechari, apabila Panangkaran dibicarakan lagi pendapat-pendapat tersebut, identik dengan Śailendravamśatilaka, maka kecuali pendapat Boechari, yang me- seperti yang tertera dalam Prasasti Nalanda, ngemukakan hanya ada satu dinasti di ia berputera Samaragravira dan Balaputra- Hariani Santiko, Dua Dinasti di Kerajaan Mataram Kuna 3 dewa, raja Sriwijaya, adalah cucunya Perlu dikemukakan disini, pada baris (Soemadio II, 1993:109-110). selanjutnya (pada bait 3) terdapat kata Pendapat bahwa Rakai Panangkaran “anŗtagurubhayas”6) yang diartikan “takut berpindah agama, menurut Boechari tertera pada guru yang tidak benar” (Soemadio II, dalam Prasasti Śankhara, khususnya bait 3 1993:109), kemungkinan terkait dengan janji yang diawali dengan kalimat: Śankhara yang disebut pada awal-awal So ‘yam tyaktānyabhaktir jagadaśi- prasasti. Tidak jelas isi janjinya, kemung- vaharāc chamkarāc chamkarākhyah… kinan Śankhara berjanji kepada guru mem- Terjemahannya sebagai berikut: “Ia, yang buatkan bangunan suci untuk Dhātŗ dengan bernama Śankhara, setelah meninggalkan “emas yang enam” itu sebagai biayanya, kebaktian kepada (dewa) yang lain, dari dengan harapan agar ayahnya sembuh? Śankhara yang melenyapkan ketidak- Tetapi ketika ayahnya meninggal, Śankhara tenteraman di dunia”3). menyalahkan gurunya, yang disebut Pada dasarnya penulis setuju dengan anŗtaguru-. Namun kemudian, karena takut terjemahan tersebut di atas, hanya ada sedikit pada gurunya, ia dengan kemauannya sendiri perbedaan, sebagai berikut: (svātmabuddhes) memenuhi janjinya dengan “Ia yang bernama Śankhara, yang membuat prāsāda tersebut. kebaktiannya ke yang lain telah Untuk memperkuat pendapat bahwa ditinggalkan, daripada Śankhara, Panangkaran bukan raja dari dinasti Siwa yang menguasai dunia….”4) Śailendra dan tidak beragama Buddha, akan Dari terjemahan tersebut, penulis meragukan penulis sampaikan terjemahan Prasasti bahwa Śankhara berpindah agama, apalagi ke Kalasan, prasasti berbahasa Sansekerta, agama Buddha Mahayana. Pendapat ini memakai huruf Pra-Nagari dari tahun 700 diperkuat oleh syair pada bait 4, dikatakan Saka/778 Masehi, sebagai berikut:7) setelah ia mendirikan prasāda untuk Dhātŗ, Namo bhagavatyai āryātārāyai ia membicarakan moksa yang merupakan 1. yā tārayatyamitaduhkhabhavādbhi kebahagiaan tertinggi. Moksa diperoleh oleh magnam lokam vilokya vidhivattrividhair para vratin (pertapa) yang suci melalui upayaih Sā 8) vah surendranaralokavi pengetahuan (jñāna), yang diperoleh dari bhūtisāram tārā diśatvabhimatam puteri Dhātŗ (Saraswati ?). (śreyo moksān na jagadekatārā param adhikam kathyate jñānavidbhir, 2. āvarjya 9) mahārājam dyāh pañcapanam moksās so’pi vratibhir anaghair labhyate panamkaranām Śailendra rājagurubhis jñānahetoh , tac ca jñānam vratibhir amalam tārābhavanam hi kāritam śrīmat labhyate yat prasādād, dhatuh putrī janaya 3. gurvājñayā kŗtajñais 10) tārādevī kŗtāpi tu(s)tarām vanditā (n)ah kavitvam). tad bhavanam vinayamahāyānavidām Konsep moksa tidak dipakai dalam bhavanam cāpyāryabhiksūnām agama Buddha. Demikian pula pada bait 4. pangkuratavānatīripanāmabhir penutup selain Bhiksu dan Sanggha, disebut ādeśaśastribhīrājñah Tārābhavanam
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Pesona Candi Ratu Boko Di Yogyakarta
    Domestic Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta Mely Anita Sari 1702689 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Domestic Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan judul Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta. 1. Pendahuluan DCS atau dikenal dengan Domestic Case Study merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan oleh para mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM). Domestic Case Study dilaksanakan pada awal semester ke 3 yang wajib dikumpulkan dalam bentuk laporan atau jurnal ilmiah ang dibuat untuk memennuhi syarat pada saat mengikuti ujian pendadaran di akhir semester ke 8. Ada beberapa tempat tujuan untuk mengikut DCS yang dilaksanakan oleh pihak kampus pada bulan Januari 2018, seperti Jambore Nasional di Kliurang dan Seminar yang dilaksanakan di kampus. Para mahasiswa diperkenankan untuk memilih salah satu tempat tujuan DCS tersebut. Namun mahasiswa juga diperkenankan untuk memilih tujuan DCS selain yang telah ditentukan oleh pihak kampus, seperti yang dilakukan oleh pihak penulis yang mengambil objek tujuan DCS diluar ketentuan kampus, sehingga penulis dapat mengangkat objek wisata yang terdapat di daerahnya sendiri[1]. Dalam hal ini untuk memenuhi syarat DCS harus tercantum sertifikat sertifikat tentang seminar yang berkaitan dengan Pariwisata. Untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mengikuti seminar yang bertemakan “Responsible Tourism”
    [Show full text]
  • The Śailendras Reconsidered
    NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Photo source: Gunkarta Gunawan Kartapranata, http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sailendra_King_and_Queen,_Borobudur.jpg Anton O. Zakharov NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 (Aug 2012) THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Anton O. Zakharov Anton O. Zakharov obtained his PhD in History from the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences, Moscow (2005). His PhD Thesis is entitled Problems of Political Organization of the Southeast Asian Insular Societies in the Early Middle Ages (the 5th–8th Centuries) As Evidenced by Inscriptions. Currently, he is Senior Research Fellow at the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences. He has published extensively on early Southeast Asian history. Email: [email protected] The NSC Working Paper Series is published Citations of this electronic publication should be electronically by the Nalanda-Sriwijaya Centre of the made in the following manner: Institute of Southeast Asian Studies in Singapore. Anton O. Zakharov, The Śailendras Reconsidered, Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper © Copyright is held by the author or authors of each No 12 (Aug 2012), http://www.iseas.edu.sg/ Working Paper. nsc/documents/working_papers/nscwps012.pdf NSC WPS Editors: NSC Working Papers cannot be republished, reprinted, or Geoff Wade Joyce Zaide reproduced in any format without the permission of the paper’s author or authors. Nalanda-Sriwijaya Centre Editorial Committee: ISSN: 2529-7287 Tansen Sen Geoff Wade Joyce Zaide The Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper Series has been established to provide an avenue for swift publication and wide dissemination of research conducted or presented within the Centre, and of studies engaging fields of enquiry of relevance to the Centre.
    [Show full text]
  • Ratu Boko, Sejarah, Dan Potret Keadaanya
    halaman 7 BAH II RATU BOKO, SEJARAH, DAN POTRET KEADAANYA 2.t. Tinjauan Sejarab dan Arkeologis Kawasan Prambanan 2.1.1. Sejarah Mataram Kooo Kebudayaan Jawa kuno di Jawa Tengah merupakan suatu pembauran antara budaya dan kepercayaan masyarakat setempat dengao budaya India dan menghasilkan suatu unique Hinduized religious art yang lebih dikenal dengan kebudayaan Hindu-Jawa (JICA: 1979). Disamping Sumatra, Jawa Tengah merupakan pusat peradaban di Indonesia pada abad vm - X. ketika kerajaan Hindu menapaki kejayaan dan budaya Hindu-Buddha tumbuh subur di sana. Pengaruh budaya India ini merasuk begitu dalam pada kehidupan masyarakatnya, baik dalam struktur pemerintahan. teknologi pertanian dan industri, serta sem rancang bangunnya. Gelombang pertama masuknya Hindu keIndonesia diperkirakan pada abad I - n dan masa poocaknya pada sekitar abad V. Pengaruh agama Buddha masuk sekitar abad vm dan dengan cepat menyebar di Pulau Jawa dalam beberapa taboo. Agama Hindu, khususnya sekte Syiwa berkembang pesat berdampingan dengan kerajaan-kerajaan Jawa dan menjalin kerja sarna diantara mereka. Didalam perjalanannya, agama Hindu dan Buddha dapat berjalan beriringan. Di abad VII dan VIII saat terjadi akulturasi begitu cepat dan mendalam dari budaya India kedalam budaya lokal. Bndaya asing tersebut diterima, bokan saja dalam hal kepercayaan, tetapi juga dalam hal kehidupan sehari-hari, perekonomian masyarakat, pembentukan pemerintaban, sem bina kota, dan sebagainya. Dari reruntuhan bangunan yang ada di Jawa Tengah didapatkan kesimpulan, tinggalan tersebut
    [Show full text]
  • Perancangan Buku Informasi Candi Sewu Sebagai Kompleks Candi Buddha Terbesar Di Indonesia
    Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya e-ISSN:2623-0305 Vol. 3 No. 3, Mei--Agustus 2021 Hlm. 261--273 PERANCANGAN BUKU INFORMASI CANDI SEWU SEBAGAI KOMPLEKS CANDI BUDDHA TERBESAR DI INDONESIA Siti Khotami1), Yayah Rukiah2), Herliana Rosalinda3) Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, 12530, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk merancang buku informasi Candi Sewu sebagai kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia. Hasil perancangan buku informasi ini bertujuan sebagai bahan pengetahuan tentang warisan budaya bersifat kebendaan untuk pendidikan dan penelitian, agar menambah wawasan dan kecintaan masyarakat tentang kebudayaan. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Metode kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sejarah objek serta aktivitas sosial yang terjadi dalam lingkungan kompleks Candi Sewu karena meneliti tentang arsitektur, relief dan pemugaran. Teknik pengumpulan data berupa studi pustaka (data didapatkan dari buku, jurnal dan online), observasi dan wawancara narasumber dari arkeologi dan BPCB Unit Candi Sewu. Hasil yang dicapai adalah menciptakan media informasi yaitu buku informasi. Buku informasi ini berisi tentang sejarah Candi Sewu berdasarkan Kerajaan Mataram dan Prasasti Manjusrigrha, arsitektur bangunan Kompleks Candi Sewu, mulai dari Candi Induk, Candi Perwara dan Candi Apit, Ragam hias yang ada pada Candi Sewu, terakhir mengenai Pemugaran Candi dan Perawatan Candi. Kata Kunci: Buku Informasi, Candi Sewu, Buddha Abstract The research objective is to design an information book on Sewu Temple as the largest Buddhist temple complex in Indonesia. The results of the design of this information book are aimed at providing knowledge about material cultural heritage for education and research, in order to broaden people's knowledge and love of culture.
    [Show full text]
  • Candi, Space and Landscape
    Degroot Candi, Space and Landscape A study on the distribution, orientation and spatial Candi, Space and Landscape organization of Central Javanese temple remains Central Javanese temples were not built anywhere and anyhow. On the con- trary: their positions within the landscape and their architectural designs were determined by socio-cultural, religious and economic factors. This book ex- plores the correlations between temple distribution, natural surroundings and architectural design to understand how Central Javanese people structured Candi, Space and Landscape the space around them, and how the religious landscape thus created devel- oped. Besides questions related to territory and landscape, this book analyzes the structure of the built space and its possible relations with conceptualized space, showing the influence of imported Indian concepts, as well as their limits. Going off the beaten track, the present study explores the hundreds of small sites that scatter the landscape of Central Java. It is also one of very few stud- ies to apply the methods of spatial archaeology to Central Javanese temples and the first in almost one century to present a descriptive inventory of the remains of this region. ISBN 978-90-8890-039-6 Sidestone Sidestone Press Véronique Degroot ISBN: 978-90-8890-039-6 Bestelnummer: SSP55960001 69396557 9 789088 900396 Sidestone Press / RMV 3 8 Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden CANDI, SPACE AND LANDscAPE Sidestone Press Thesis submitted on the 6th of May 2009 for the degree of Doctor of Philosophy, Leiden University. Supervisors: Prof. dr. B. Arps and Prof. dr. M.J. Klokke Referee: Prof. dr. J. Miksic Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde No.
    [Show full text]
  • A Social Psychology of Loving-Kindness Carved in Stone – Maurits G.T
    A Social Psychology of Loving-kindness Carved in Stone – Maurits G.T. Kwee Abstract A social psychological perspective is elucidated while virtually touring the Borobudur, a Mahayana wonder from about the year 800 located between two twin volcanoes on Java- island. Its history is dealt with by commemorating the builders, Javanese Buddhism, and Dharmarakshita Suvarnadvipa, Borobudur’s premier proponent. It is surmised that the stupa- like pyramid served the function of devotion to glorify Buddhism and of ceremony to coronate the Sailendra kings as Bodhisattvas. Besides, this was a dynastic gift to the people: an educational centre. The Borobudur is instrumental to realize awakening in one lifetime by ascending to extinguish craving (Nirvana) in awakening motivation (absolute bodhicitta) and to liberate all beings from the cycle of psychological malaise (Samasara) by disseminating loving-kindness, once descended to the secular world (relative bodhicitta). Based on the Gandavyuha Sutra as depicted on reliefs of the Borobudur (exhorting that the world is an “empty bubble”), a practice-oriented view is presented which goes beyond the Abhidharma philosophical psychology by rendering a “Psychology of Relational Buddhism”: meaning and happiness are derived from the interpersonal care in intrapersonal harmony. Accentuating the “languaging” dimension of the body/speech/mind karmic triad, postmodern Social Construction is embraced to illuminate the emptiness of “transcendental truth” and to elucidate “relational (inter-)being”. Psychological studies and initiatives researching relationships’ congealing properties are reviewed. In effect, the Borobudur’s message is to realize the “in-between self” (non-individuality) through the interpersonal value/quality of loving-kindness and its ramifications: compassion, joy, friendliness, and impartial mentality.
    [Show full text]
  • Alila Experience… Alila Experiences
    Alila Experience… Alila Experiences... Our Leisure Concierge Concept Discover a destination through its traditions, its cuisine, its environment, the roots of its people and their daily rituals. Being on holiday is much about celebrating your own choices in living and cultivating your personal priorities. Because perfection is defined individually, we've carefully combined our destination know-how with all the ingredients of your lifestyle to make your stay a ‘Surprisingly Different’ experience. Allow our Leisure Concierge Team to guide you on your discovery of the hidden treasures that abound within this fascinating destination. Our Leisure Concierges are local experts who know this region well and are passionate about sharing their knowledge with you. Browse the following pages detailing the Alila Experiences and choose those that appeal to your personality and lifestyle. TALE OF TWO SULTANS 4 Hours I IDR 720,000++ per person I IDR 960,000++ per couple " Take a step back in time to Solo's royal past with a visit to two royal palaces: Keraton Kasunanan and Pura Mangkunegaran. Kasunanan is a two-centuries- old palace, built in 1745 by King Paku Buwono II when he moved the kingdom from Kartasura to Desa (village) Sala, now Solo. The keraton was built in stages and was finished during the reign of Paku Buwono X (1893 – 1939). Interesting landmarks around the keraton complex include, among others, Alun-Alun Lor, Alun-Alun Kidul, Sasana Sumewa, Sitihinggil , Kamandungan, Sri Manganti, and Kedhaton. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII is the current descendant of the Pakubuwono dynasty. HOUSE OF DANAR HADI 2 Hours I IDR 420,000++ per person I IDR 560,000++ per couple " Discover the beauty and history of batik at the House of Danar Hadi museum complex, which was founded to preserve and advance the art of batik in Indonesia as part of the nation's cultural legacy.
    [Show full text]
  • A Reply to John Miksic In
    R. Jordaan Consensus and variance in Indonesian archaeology; A reply to John Miksic In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 156 (2000), no: 1, Leiden, 169-175 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/24/2021 03:10:03AM via free access Discussion ROY JORDAAN Consensus and variance in Indonesian archaeology A reply to John Miksic Although I am grateful to Professor John Miksic for his long and searching review of my English-language reader on the Loro Jonggrang temple com- plex (BKI 155, IV:712-23), his discussion contains a number of flaws which are so serious that I cannot let them pass in silence. Being convinced of the importance of debate in advancing our knowledge, I am writing this rejoin- der primarily in the hope that it will prove useful in the ongoing process of archaeological research and interpretation at Loro Jonggrang. My first point concerns Prof. Miksic's remark that 'some of the works seem to have been selected for inclusion not primarily on the basis of their usefulness in conveying a rounded view of the Loro Jonggrang complex, but because they tend to support certain theories of the introduction's author'. This is a serious allegation, but one that is not supported by examples. Miksic speaks only of 'certain articles not found here', without mentioning their titles. The reader carries the subtitle 'Dutch essays on the Loro Jonggrang temple complex', and the language criterion, together with the limited finan- cial means at my disposal for translation (a problem extensively described in the introduction), were more decisive for the selection than my personal pref- erences.
    [Show full text]
  • The Śailendras Reconsidered
    NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Photo source: Gunkarta Gunawan Kartapranata, http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sailendra_King_and_Queen,_Borobudur.jpg Anton O. Zakharov NALANDA-SRIWIJAYA CENTRE WORKING PAPER SERIES NO. 12 (Aug 2012) THE ŚAILENDRAS RECONSIDERED Anton O. Zakharov Anton O. Zakharov obtained his PhD in History from the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences, Moscow (2005). His PhD Thesis is entitled Problems of Political Organization of the Southeast Asian Insular Societies in the Early Middle Ages (the 5th–8th Centuries) As Evidenced by Inscriptions. Currently, he is Senior Research Fellow at the Institute of Oriental Studies, Russian Academy of Sciences. He has published extensively on early Southeast Asian history. Email: [email protected] The NSC Working Paper Series is published Citations of this electronic publication should be electronically by the Nalanda-Sriwijaya Centre of the made in the following manner: Institute of Southeast Asian Studies in Singapore. Anton O. Zakharov, The Śailendras Reconsidered, Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper © Copyright is held by the author or authors of each No 12 (Aug 2012), http://www.iseas.edu.sg/ Working Paper. nsc/documents/working_papers/nscwps012.pdf NSC WPS Editors: NSC Working Papers cannot be republished, reprinted, or Geoff Wade Joyce Zaide reproduced in any format without the permission of the paper’s author or authors. Nalanda-Sriwijaya Centre Editorial Committee: Tansen Sen Geoff Wade Joyce Zaide The Nalanda-Sriwijaya Centre Working Paper Series has been established to provide an avenue for swift publication and wide dissemination of research conducted or presented within the Centre, and of studies engaging fields of enquiry of relevance to the Centre.
    [Show full text]
  • 14Th Sakyadhita International Conference on Buddhist Women Karma Lekshe Tsomo University of San Diego, [email protected]
    University of San Diego Digital USD Theology and Religious Studies: Faculty Department of Theology and Religious Studies Scholarship 6-2015 Compassion & Social Justice: 14th Sakyadhita International Conference on Buddhist Women Karma Lekshe Tsomo University of San Diego, [email protected] Follow this and additional works at: https://digital.sandiego.edu/thrs-faculty Part of the Buddhist Studies Commons, and the Religious Thought, Theology and Philosophy of Religion Commons Digital USD Citation Tsomo, Karma Lekshe, "Compassion & Social Justice: 14th Sakyadhita International Conference on Buddhist Women" (2015). Theology and Religious Studies: Faculty Scholarship. 5. https://digital.sandiego.edu/thrs-faculty/5 This Conference Proceeding is brought to you for free and open access by the Department of Theology and Religious Studies at Digital USD. It has been accepted for inclusion in Theology and Religious Studies: Faculty Scholarship by an authorized administrator of Digital USD. For more information, please contact [email protected]. Sakyadhita 14th International Conference on Buddhist Women “Compassion and Social Justice” Yogyakarta, Indonesia June 23 to 30, 2015 COMPASSION & SOCIAL JUSTICE Edited by Karma Lekshe Tsomo PUBLISHED BY Sakyadhita Yogyakarta, Indonesia © Copyright 2015 Karma Lekshe Tsomo No part of this book may be used or reproduced in any manner whatsoever without written permission. No part of this book may be stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means including electronic, photocopying,
    [Show full text]
  • Candi Space and Landscape: a Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains
    Candi Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains Proefschrift ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden, op gezag van Rector Magnificus Prof. mr. P.F. van der Heijden, volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op woensdag 6 mei 2009 klokke 13.45 uur door Véronique Myriam Yvonne Degroot geboren te Charleroi (België) in 1972 Promotiecommissie: Promotor: Prof. dr. B. Arps Co-promotor: Dr. M.J. Klokke Referent: Dr. J. Miksic, National University of Singapore. Overige leden: Prof. dr. C.L. Hofman Prof. dr. A. Griffiths, École Française d’Extrême-Orient, Paris. Prof. dr. J.A. Silk The realisation of this thesis was supported and enabled by the Netherlands Organisation for Scientific Research (NWO), the Gonda Foundation (KNAW) and the Research School of Asian, African and Amerindian Studies (CNWS), Leiden University. Acknowledgements My wish to research the relationship between Ancient Javanese architecture and its natural environment is probably born in 1993. That summer, I made a trip to Indonesia to complete the writing of my BA dissertation. There, on the upper slopes of the ever-clouded Ungaran volcano, looking at the sulfurous spring that runs between the shrines of Gedong Songo, I experienced the genius loci of Central Javanese architects. After my BA, I did many things and had many jobs, not all of them being archaeology-related. Nevertheless, when I finally arrived in Leiden to enroll as a PhD student, the subject naturally imposed itself upon me. Here is the result, a thesis exploring the notion of space in ancient Central Java, from the lay-out of the temple plan to the interrelationship between built and natural landscape.
    [Show full text]