KONDISI JAWA TENGAH PADA ABAD VIII SAMPAI ABAD XV M Oleh
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KONDISI JAWA TENGAH PADA ABAD VIII SAMPAI ABAD XV M Oleh: Siti Maziyah ABSTRACT Using historical method, this research attempts to find out Central Java condition in the 8th to 15th Centuries. Collecting data from ancient inscriptions, ancient books, and earlier researches, indications are found that the 8th to 10th centuries Central Java seems existing as an old kingdom territory, but in the 11th to 15th centuries, it became a subordinate territory in the old kingdom. Data also indicate that the centre of the kingdom often changed places. Keywords: ancient Central Java, old kingdom, subordinate territory A. PENDAHULUAN yakni Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta Jawa Tengah adalah sebuah masih merupakan daerah swapraja provinsiIndonesia yang terletak di bagian kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dan terdiri dari dua wilayah, yaitu dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, barat, Samudra Hindia dan Daerah sebagaimana Yogyakarta yang terdiri dari Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Pakualaman dan Kasultanan Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Ngayogyakarta. Masing-masing gewest Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas itu Gewest Rembang juga meliputi Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga Regentschap Tuban dan meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah Bojonegoro.Setelah diberlakukannya selatan, serta Kepulauan Karimun Jawa di Decentralisatie Besluit pada tahun 1905, Laut Jawa. gewesten diberi otonomi dan dibentuk Pengertian Jawa Tengah secara Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk geografis dan budaya kadang-kadang juga gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu mencakup wilayah Daerah Istimewa Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai dan Magelang. "jantung" budaya Jawa. Meskipun Sejak tahun 1930, provinsi demikian, di provinsi ini ada pula suku ditetapkan sebagai daerah otonom yang bangsa lain yang memiliki budaya yang juga memiliki Dewan Provinsi berbeda dengan suku Jawa seperti suku (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa beberapa karesidenan (residentie), yang Barat, ada pula warga Tionghoa-Indonesia, meliputi beberapa kabupaten Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang (regentschap), dan dibagi lagi dalam tersebar di seluruh provinsi ini. beberapa kawedanan (district). Provinsi Menurut sejarahnya, Jawa Tengah Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, sebagai provinsi dibentuk sejak zaman yaitu Pekalongan, Jepara-Rembang, Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Semarang, Banyumas, dan Kedu. Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) Setelah kemerdekaan Indonesia, desa/kelurahan.Sebelum diberlakukannya pada tahun 1946 pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 22/1999 tentang daerah swapraja Kasunanan dan Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga Mangkunegaran, dan dijadikan terdiri atas 4 kota administratif, yaitu karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Undang-Undang ditetapkan pembentukan Klaten. Namun sejak diberlakukannya kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota yang meliputi 29 kabupaten dan 6 administratif tersebut dihapus dan menjadi kotamadya. Penetapan Undang-Undang bagian dalam wilayah kabupaten. Adanya tersebut hingga kini diperingati sebagai kebijakan otonomi daerah, menyebabkan 3 Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni kabupaten memindahkan pusat tanggal 15 Agustus1950. pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Secara administratif, Provinsi Jawa Kabupaten Magelang, dari Kota Magelang Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 ke Mungkid; Kabupaten Tegal, dari Kota kota. Administrasi pemerintahan Tegal ke Slawi; serta Kabupaten kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 Pekalongan, dari Kota Pekalongan ke kecamatan dan 8.490 Kajen. Peta Jawa Tengah (sumber: Wikipedia) Permasalahan yang muncul pada demikian, maka data utama yang artikel ini adalah bagaimanakah kondisi digunakan di dalam penelitian ini adalah Jawa Tengah pada abad VIII sampai abad prasasti-prasasti sezaman dengan XV M, khususnya dalam kancah permasalahan yang dikaji. Prasasti yang pemerintahan kerajaan-kerajaan kuno di sesuai dengan topik permasalahan dapat Jawa. dilacak pada kumpulan prasasti karya J.L.A. Brandes yang berjudul Oud- B. METODE PENELITIAN Javaansche Oorkonden, yang telah diterbitkan pada VBG (Verhandelingen van Penelitian ini adalah penelitian de Koninklijk Bataviaasch Genootschap van sejarah, khususnya sejarah kuna. Dengan Kunsten en Wetenschappen) Volume LX, maupun pada prasasti-prasasti yang telah Canggal digunakan dalam bentuk candra diteliti oleh para ahli sebelumnya. Setelah sengkala yang berbunyi çrutîndriya rasair ditemukan beberapa prasasti yang atau dalam bahasa Jawa Kuna berbunyi dimaksud, dilakukan penerjemahan untuk çruti-indriya-rasa yang berarti angka mengetahui isi dari masing-masing tahun 654 Ç (732 M). prasasti tersebut. Secara lengkap penanggalan pada Selain prasasti, digunakan pula prasasti Canggal berbunyi sebagai berikut: kitab-kitab kesusasteraan serta hasil-hasil —ÇkNendre‘tigate orutîndriya±rasair penelitian terdahulu yang dapat menunjang ankîkêrte vatsare. Vârendrau dhavala- data. Setelah semua data yang diperlukan trayodaçi-tithau bhadrottare kartika. terkumpul, dilakukan interpretasi dan /agne Numbhamaye...“ Artinya: —3ada selanjutnya dirangkai dalam sebuah tulisan tahun Çaka yang telah lalu dengan ditandai berupa hasil penelitian yang menjawab angNa —çrutîndriyaœrasa“ yang berarti permasalahan yang telah dikemukakan. angka tahun 654 Ç (732 M), hari Senin, hari baik, tanggal 13 paro terang, bulan C. HASIL DAN PEMBAHASAN Kartika, dalam naungan zodiak Kumbha (Aquarius)“. 1. Sumber-Sumber Penting mengenai Menurut penanggalan Masehi, Keberadaan Jawa Tengah tanggal 13 paro terang, bulan Kartika tahun 654 Ç adalah sama dengan tanggal Ada beberapa prasasti penting yang 28 Oktober 732 M. Pada waktu itu Sanjaya memuat informasi mengenai keberadaan yang sebenarnya telah naik tahta sejak daerah-daerah di Jawa Tengah terutama tahun 717 M, mendirikan sebuah lingga pada masa-masa yang sangat awal. (perwujudan Dewa Çiwa dalam bentuk Prasasti-prasasti itu menunjukkan adanya tugu batu) di bukit Çtirangga untuk peristiwa-peristiwa penting di daerah Jawa keselamatan rakyatnya karena sebelumnya Tengah lengkap dengan penanggalannya, kerajaan itu telah diserang oleh tentara seperti pada prasasti Canggal Sriwijaya yang mengakibatkan kerusakan (Poerbatjaraka, 1952), prasasti Mantyasih hebat. Pada kesempatan itu pula Sanjaya (de Caparis, 1950:124-6) dan prasasti menyatakan bahwa ia adalah putra Wanua Tengah III (Kusen, 1988). Sannaha, saudara perempuan raja Sanna. Prasasti Canggal adalah prasasti Dengan kata lain, Sanjaya menggunakan yang pertama kali ditemukan di daerah prasasti Canggal ini sebagai sarana Jawa Tengah, tepatnya di halaman legitimasi terhadap tahtanya pada Kerajaan percandian di atas Gunung Wukir, desa Mataram Kuna. Canggal, Kecamatan Salam, Kabupaten Sebetulnya ada prasasti yang lebih Magelang. Prasasti itu masih tua menurut paleografinya, yaitu prasasti menggunakan bahasa Sansekerta dan Sojomerto yang ditemukan di daerah hurufnya pun masih berbentuk huruf Pekalongan. Prasasti itu berbahasa Melayu Pallawa, sebagaimana prasasti-prasasti Kuna dan menyebutkan nama Dapunta yang dikeluarkan sezaman seperti pada Salendra beserta nama ayah dan ibunya, prasasti Tuk Mas yang sebenarnya yaitu Santanu dan Bhadrawati, serta nama berdasarkan paleografi menunjukkan masa istrinya yaitu Sampula. Di dalam prasasti yang lebih tua daripada prasasti Canggal, itu masih ada satu tokoh lagi yang disebut maupun pada prasasti-prasasti dari dengan predikat Hiyang, jadi mungkin Kerajaan Sriwijaya. Perbedaan yang merupakan tokoh yang telah diperdewakan sangat nyata dengan prasasti-prasasti dari dan dianggap sebagai leluhur Dapunta Sriwijaya terletak pada penulisan angka Salendra. Dari nama Dapunta Salendra ini tahun, karena pada prasasti-prasasti dari kemudian diyakini oleh para ahli sejarah Sriwijaya itu angka tahun menggunakan bahwa tokoh inilah cikal-bakal raja-raja angka biasa, sedangkan pada prasasti Mataram Kuna di Jawa Tangah. Meskipun dan sejarahnya dapat dibedakan dengan demikian, prasasti Mantyasih, 907 M dan daerah di Jawa Barat maupun di Jawa prasasti Wanua Tengah III, 908 M Timur. Sumber tertua yang menyebut menyatakan bahwa sebenarnya cikal-bakal pulau Jawa dengan kata Yawa, sekaligus raja-raja Mataram Kuna adalah Sanjaya menginformasikan keberadaan Jawa dengan menyebutkannya sebagai raja Tengah pada zaman kuna dalam artian Mataram Kuna yang pertama. Kedua sebagai sebuah daerah kerajaan adalah prasasti itu dikeluarkan oleh Rakai prasasti Canggal (Poerbatjaraka, ibid, hlm. Watukura Dyah Balitung yang dapat naik 52-55). Prasasti yang ditemukan di tahta karena perkawinannya dengan salah halaman percandian di atas Gunung seorang putri raja seperti yang diberitakan Wukir, desa Canggal, Kecamatan Salam, oleh prasasti Mantyasih, 907 M. Pada Kabupaten Magelang ini dikeluarkan oleh prasasti itu juga disebutkan raja-raja Raja Sañjaya pada tanggal 6 Oktober 732 Mataram Kuna yang berkuasa di Medang M untuk memperingati telah didirikannya yang terletak di Poh Pitu. Anehnya, raja- bangunan suci untuk pemujaan lingga di raja yang telah disebutkan pada prasasti itu daerah itu. Kerajaan itu bernama Mataram kemudian direvisi melalui prasasti Wanua dan beribukota di Mêdang seperti yang Tengah III yang diterbitkan setahun disebutkan