Pengembangan Puri Agung Singaraja Sebagai Daya Tarik Wisata Sastra
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553 PENGEMBANGAN PURI AGUNG SINGARAJA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA SASTRA Nyoman Dini Andiani, Ni Made Ary Widiastini, Nyoman Trisna Herawati 1,2 Jurusan Perhotelan (DIII), 3Jurusan Akuntansi (S1) Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected] Abstrak Adapun tujuan penelitian ini adalah pengembangan Puri Agung Singaraja sebagai daya tarik wisata sastra, yaitu melalui identifikasi potensai utama Puri Agung serta dilanjutkan dengan mengkemas karya- karya sastra sebagai daya tarik wisata sastra. Adapun beberapa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah kurangnya pemahamanyang ada terhadap potensi yang dimiliki oleh Puri Agung Singaraja,yang mengakibatkan pengembangannya sebagai daya tarik wisata budaya belum dapat terlaksana secara optimal. Pada penelitian ini, khusus dikaji potensi utama dan potensi pendukung yang dapat dimanfaatkan oleh Puri Agung Singaraja sebagai daya tarik wisata budaya. Pada penelitian ini ditemukan karya sastra Anak Agung Pandji Tisna merupakan potensi utama yang dapat dimanfaatkan oleh puri dalam mengembangkan dirinya sebagai daya tarik wisata, yakni wisata sastra. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawan cara serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa dikenalnya karya-karya sastra Anak Agung Pandji Tisna seperti Sukreni Gadis Bali, I Swasta Setahun di Bedahulu dan Ni Rawit Ceti Penjual Orang, telah membuat orang khususnya sastrawan dan pelajar tertarik untuk mempelajarinya. Sehingga dengan demikian, konsumen yang berkunjung ke puri tidak saja wisatawan namun juga para akademisi yang ingin mempelajari sastra khususnya karya sastra yang diwariskan oleh raja Buleleng terakhir yakni Anak Agung Pandji Tisna. Adapum luaran pada penelitian ini selain potensi utama dan potensi pendukung yang telah di identifikasi juga menghasilkan brosur yang memuat berbagai potensi Puri Agung Singaraja yang unik, khususnya karya-karya sastra yang telah dikenal luas. Dengan demikian diharapkan melalui penelitian ini, pengembangan Puri Agung Singaraja sebagai daya tarik wisata sastra yang memuat unsur budaya dapat berjalan secara optimal. Kata Kunci: Puri Agung Singaraja, daya tarik wisata, sastra, Anak Agung Pandji Tisna Abstract Puri Agung Singaraja was the regency of Buleleng administration during the royal era. Nowadays the castle has been developed as one of the cultural tourist attraction in Buleleng regency. However, the castle development as a cultural tourist attraction cannot be optimally implemented because of the lack aware of the potential owned by Puri Agung Singaraja. This research specifically examined the major potential and supporting potential that can be exploited by Puri Agung Singaraja as a cultural tourist attraction. A literature from Anak Agung Panji Tisna was found as a major potential that can be utilized by the castle in developing itself as a tourist attraction, the tourist literature. Famous literary works of Anak Agung Panji Tisna such as Sukreni Gadis Bali, I Swasta Setahun di Bedahulu and Ni Rawit Ceti Penjual Orang, has made people especially writers and students interested in learning it. This condition can be used as an opportunity for Puri Agung Singaraja to develop itself as a literary tourist attraction by gathering the literary works that can be used to attract tourists. Thus, people who visit the castle are not only tourists but also academics who want to study literature, especially literature that are passed by the last king of Buleleng, Anak Agung Pandji Tisna. This research also developed a brochure that contains a unique variety of Puri Agung Singaraja potential, specifically the works of literature that has been widely known. It is hoped that through this research, the development of Puri Agung Singaraja as a cultural tourist attraction may be optimized. Keywords: Puri Agung Singaraja, tourist attraction, literature, Anak Agung Pandji Tisna Singaraja sebagai tempat pertemuan para PENDAHULUAN raja di Indonesia tahun 2005. Terbukanya Puri Agung Singaraja sebagai tempat tujuan Puri Agung Singaraja secara wisata di kabupaten Buleleng tidak lepas eksplisit mengembangkan dirinya sebagai dari aplikasi teori fungsionalisme struktural. daya tarik wisata pada tahun 2006 setelah Meminjam gagasan Talcot Parson tentang dilakukan renovasi puri pada tahun 2004 fungsionalisme struktural, dapat dipahami atas dana yang diterima oleh Presiden bahwa Puri Agung Singaraja sebagai suatu Megawati Soekarno Putri, pelebon raja sistem sosial akan melakukan berbagai terakhir (Anak Agung Panji Tisna) pada perubahan untuk mempertahankan dirinya tahun 2005 serta dijadikannya Puri Agung 691 SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553 (Wirawan, 2012:26), yakni menjadikan peluang sekaligus kekuatan bagi dirinya sebagai ruang terbuka bagi pengembangan Puri Agung Singaraja wisatawan. Dalam hal ini Puri Agung sebagai tempat tujuan wisata. Karya sastra Singaraja juga memerlukan masukan sebagai keunggulan puri merupakan aset finansial dengan tujuan agar bisa bertahan yang patut dipertahankan sekaligus bahkan eksis dibandingkan dengan puri-puri dilestarikan. Dipertahankan oleh pihak puri, lainnya yang ada di daerah tersebut. sehingga keturunan puri patut memahami isi Meskipun menghadapi berbagai karya tersebut yang sarat dengan nilai-nilai permasalahan baik internal maupun kehidupan serta memberikan ruang khusus eksternal, namun Puri Agung Singaraja bagi karya-karya tersebut. Sedangkan hingga saat ini masih tetap ada dan dapat dilestarikan, pihak puri dapat mengemas dikunjungi oleh siapapun khususnya potensi ini menjadi wisata sastra yakni wisatawan. menjadikan Puri Agung Singaraja sebagai Puri Agung Singaraja yang berlokasi media pembelajaran tentang sastra, cukup jauh dari pusat kunjungan wisatawan khususnya novel dan berbagai cerita yang yakni Bali Selatan, tentu harus mengandung nilai-nilai kehidupan. Tulisan memperhatikan dengan baik potensi atau ini, khusus memaparkan tentang potensi modal budaya yang dimilikinya untuk sastra sebagai potensi utama dalam dikemas dan dikembangkan sebagai atraksi mengembangan puri menjadi tempat tujuan wisata budaya. Sebagai daya tarik wisata wisata, yakni wisata sastra. yang terletak di Bali Utara, Puri Agung Singaraja harus mampu memahami METODE kebutuhan wisatawan serta trend pariwisata Tulisan ini menjelaskan tentang yang berkembang. Berbekal modal budaya pengembangan Puri Agung singaraja yang kuat yakni sejarah puri, benda sebagai tempat tujuan bagi wisatawan atau peninggalan kerajaan dan konsumen umum yang ingin belajar tentang terpublikasikannya Anak Agung Panji Tisna sastra khususnya novel atau cerita yang sebagai Sastrawan Angkatan Pujangga memiliki nilai-nilai kehidupan. Pada Baru -1930, seharusnya Puri Agung penelitian ini dilakukan wawancara Singaraja mampu memanfaatkan potensi mendalam terhadap pihak puri serta dan modal dirinya sebagai kawasan wisata berbagai pihak yang terkait, dan studi budaya yang patut dikunjungi oleh pustaka untuk memahami potensi puri serta wisatawan, khususnya yang memiliki strategi yang dapat ditempuh oleh Puri motivasi untuk mempelajari sejarah dan Agung Singaraja untuk menjadikan dirinya kebudayaan suatu daerah. sebagai tempat tujuan wisata. Data yang Pengembangan puri sebagai tempat dperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif tujuan wisata dan media pelestarian budaya dan disajikan dengan cara informal dalam suatu daerah tentu akan memberikan bentuk deskriptif – naratif. berbagai manfaat atau implikasi baik sosial, ekonomi dan budaya. Meminjam gagasan PEMBAHASAN Munandar (2005:2) yang menyatakan RASIONAL PURI AGUNG SINGARAJA bahwa puri yang awalnya memang MEMBUKA DIRI SEBAGAI DAYA TARIK merupakan pusat seni dan kebudayaan, WISATA merupakan hal yang tidak dapat dibantahkan. Khusus pada Puri Agung Puri sebagai sistem sosial tidak bisa Singaraja, potensi karya sastra yang melepaskan dirinya dari ciri khas sistem dihasilkan oleh Anak Agung Panji Tisna sosial (Ritzer, 2012) yang menjelaskan sebagai raja Buleleng terakhir serta bahwa sistem mempunyai properti aturan keturunannya sesungguhnya merupakan dan saling ketergantungan, sistem akan modal utama bagi pengembangan puri berusaha mengarahkan dirinya kearah sebagai daya tarik wisata sastra yang mana keseimbangan, dan sistem cenderung karya novel tentang Sukreni Gadis Bali, I memelihara diri dan mengubah sistem dari Swasta Setahun di Bedahulu, dan cerita dalam. Memahami hal tersebut, maka jelas lainnya dapat dikemas menjadi daya tarik dapat dipahami alasan puri mengubah wisata, bahkan konsumennya tidak hanya dirinya menjadi ruang publik yang dalam hal wisatawan namun juga siswa dan ini adalah sebagai tempat tujuan wisata mahasiswa yang mempelajari sastra. yang menyuguhkan atraksi berupa unsur- Karya sastra sebagai potensi utama unsur kebudayaan. Hal ini tidak lepas dari perlu mendapat perlakuan yang khusus manfaat yang akan diharapkan tercapai dalam mengemas potensi tersebut menjadi yakni manfaat ekonomis, sosial dan budaya. 692 SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553 Dalam sistem sosial, individu menduduki (wisatawan) dan membeli dan suatu tempat (status) dan bertindak sesuai mengkonsumsi produk (Suprapti, 2010:22), dengan norma dan aturan (Wirawan, pengelola puri bisa tahu apa yang bisa 2012:51), maka dalam tindakannya puri dikembangkan guna mendapatkan masukan senantiasa memperhatikan stratifikasi sosial finansial baik bagi dirinya maupun yang berlaku (Wirawan, 2012:53) sehingga masyarakat yang diajaknya bekerjasama. puri tetap