Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 2, Nomor 3, September 2014

Pengaruh Penambahan Kappaphycus alvarezii terhadap Karakteristik Organoleptik dan Kimiawi Tradisional Semprong

Liki Hasan, Nikmawatisusanti Yusuf, Lukman Mile

Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNG

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruuh penambahan rumput laut K. alvarezii terhadap tingkat penerimaan dan untuk karateristik kimiawi yang difortifikaasi rumput laut K. alvarezii. Penelitian ini dilakukan dua tahap yakni penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan suhu dan lama pemasakan kue semprong. Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan rumput laut dengan konsentrasi berbeda (7,5%, 10%, dan 12,5%) terhadap tingkat penerimaan kue semprong dann karateristik kue semprong. Rancangan percobaan yang digunakan untuk uji hedonik adalah Krusskal-walis dan untuk uji kimiawi adalah rancangan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Uji lanjut yang digunakan adalah Beda Nyata Terkecil (BNT). Adapun parameter yang diuji adalah organoleptik dan kimiawi. Karakteristik organoleptik terdiri dari kenampakan, aroma, warna, tekstur dan rasa. Karakteristik kimia terdiri dari kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat. Hasil uji organoleptik penambahan rumput laut tidak berbeda nyata pada atribut kenampakan, warna, aroma dan rasa. Namun berbeda nyata pada atribut tekstur. Hasil uji kimiawi untuk Kadar air 3,03% - 4,66%, kadar abu 0,32% - 0,75%, kadar protein 9,23% - 9,43%, kadar lemak 8,05% - 9,89%, kadar karbohidrat 75,19% - 76,34% dan serat 1,15% - 1,86%. Penambahan K. alvarezii 12,5% mempengaruhi atribut tekstur. Penambahan K. alvarezii mempengaruhi kadar air, lemak, dan serat. Konsentrasi optimum K. alvarezii yaitu 7,5%.

Kata kunci: Kappaphycus alvarezii, fortifikasi, kue semprong, organoleptik, kimiawi.

I. PENDAHULUAN Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu Gorontalo merupakan salah satu model jenis rumput laut penghasil karagenan, jenis pengembangan daerah minapolitan yang menitik karagenan yang dihasilkan yaitu kappa karagenan. beratkan pembangunan khususnya di sektor Rumput laut diketahui sebagai sumber serat pangan perikanan. Hal ini karena luas perairan laut Gorontalo sebesar 78,94% dan vitamin A (beta karoten), B1, B2, sebesar 20.000 km2 dan garis pantai sepanjang 560 B6, B12, C dan niacin, serta mineral yang penting, km. Salah satu pengembangan minapolitan adalah seperti kalsium dan zat besi (Astawan, 2004). pengembangan klaster rumput laut (DPK, 2007). Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan Produksi rumput laut Gorontalo tahun 1999-2004 fortifikasi merupakan suatu alternatif untuk yaitu mencapai 3.150 ton dan mengalami menghasilkan produk makanan yang memiliki nilai peningkatan pada tahun 2009 menjadi 5.228 ton gizi. Produk makanan yang dapat memanfaatkan (KKP, 2011). Salah satu sentra budidaya rumput laut rumput laut sebagai bahan bakunya adalah kue di Propovinsi Gorontalo adalah di Kecamatan semprong. Dalam pembuatan kue semprong itu Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. sendiri, belum diketahui batas pemakaian rumput laut Rumput laut merupakan salah satu komoditas (kadar) untuk menghasilkan kue semprong dengan hasil perikanan yang digolongkan pada golongan karakteristik organoleptik dan kimia yang diharapkan. tumbuhan atau secara ilmiah disebut dengan algae. Kue semprong merupakan jajanan olahan Rumput laut di dikembangkan sebagai kering atau yang berbentuk gulungan. Kue tanaman budidaya. Hal ini terlihat pada produksi semprong dalam nama lokal Gorontalo dikenal rumput laut budidaya tahun 2009 sebesar 2,574 juta dengan sebutan curuti. Kue semprong atau curuti ton dan tahun 2010 meningkat menjadi 3,082 juta ton. memiliki karakteristik rasa yang tidak terlalu manis, Jenis-jenis rumput laut yang telah berhasil gurih, aroma wangi, teksturnya yang renyah, dibudidayakan di indonesia adalah jenis dari genus kenampakan permukaan yang halus dengan warna adalah genus Eucheuma dan Gracilaria (KKP, 2011). kuning kecoklatan yang menarik. Kue semprong yang

107

Hasan, Liki. et al. 2014 Pengaruh Penambahan Kappaphycus alvarezii terhadap Karakteristik Organoleptik dan Kimiawi Kue Tradisional Semprong. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Vol. 2, No. 3, September 2014, hal. 107-114. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - UNG dijual di pasaran dibuat dari bahan baku tepung (pati) III. HASIL DAN PEMBAHASAN seperti beras, jagung, umbi (Tarsidi, 1999 dalam 3.1. Karakteristik Organoleptik Harijono, 2012). Keberadaan kue semprong di Gorontalo saat ini adalah kue semprong yang kurang Kenampakan memiliki nilai gizi lebih sehingga kue semprong ini Kenampakan kue semprong menggambarkan kurang diminati oleh para konsumen, sehingga penilaian secara kesuruhan terhadap rupa produk konsumen lebih memilih jajanan lain seperti biskuit kue semprong hasil analisis. Hasil uji hedonik kue kaleng. semprong dapat dilihat pada Gambar 1. Kue semprong merupakan snack atau cemilan 6.56 6.64 6.88 8 yang diolah secara tradisional dan turun temurun oleh 6 masyarakat. Untuk membuat cemilan yang sehat, 4 2 maka diperlukan usaha penambahan suatu bahan 0 yang dapat menambah nilai gizi dari produk yang hedonik Nilai 7.5% 10% 12.5% ditambahkan (fortifikasi pangan). Perlakuan Kandungan gizi dan serat yang tinggi pada Gambar 1 Histogram hedonik kenampakan kue semprong hasil perlakuan rumput laut memungkinkan untuk modiikasi bahan baku pada olahan kue sehingga bisa menambah nilai Terlihat bahwa nilai hedonik kue semprong hasil gizi dari kue semprong. perlakuan penambahan K. alvarezii berada dalam Upaya penganekaragaman olahan rumput laut kisaran 6,56 – 6,88 atau berada dalam skala agak yang dijadikan sebagai bahan fortifikasi pada kue suka (7). Hasil uji Kruskal-wallis menunjukan bahwa semprong diharapkan dapat menjadikan kue penambahan K. alvarezii tidak berpengaruh nyata (P semprong sebagai cemilan yang sehat bagi > 0,05) terhadap nilai hedonik kenampakan. masyarakat. Kenampakan kue semprong hasil penelitian relatif Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik sama, yaitu permukaan kue yang agak kasar, tidak melakukan penelitian tentang pengolahan kue berlubang atau berpori dan ketebalan kue semprong semprong yang difortiikasi dengan rumput laut K. yang tipis dan digulung. alvarezii. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Diduga hal ini dipengaruhi oleh komposisi bahan pengaruh penambahan rumput laut terhadap tingkat yang sama yaitu tepung beras dan santan dan jumlah penerimaan kue semprong. penambahan rumput laut dengan kisaran yang tidak terlalu besar. Apabila adonan semakin kental, maka II. METODE PENELITIAN kenampakan yang dihasilkan menjadi lebih kasar dan Pembuatan kue dan pengujian organoleptik berlubang. Berdasarkan Haridjono (2012) tepung dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknologi sorgum yang lebih banyak digunakan menghasilkan Hasil Perikanan UNG serta pengujian proksimat kue semprong yang lebih kasar dan jika semakin dilaksanakan di Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu berkurang jumlah santan kelapa maka tekstur kue Hasil Perikanan (BPPMHP) Provinsi Gorontalo. semprong menjadi tidak rata. Penelitian ini dilakukan selama ± 3 bulan dari bulan Aroma Maret – Mei 2014. Aroma kue semprong menentukan kelezatan Penelitian mengenai pembuatan kue semprong kue semprong itu sendiri. Tingkat kesukaan (hedonik) dengan penambahan rumput laut dilakukan dengan kue semprong terhadap atribut aroma dapat dilihat dua tahapan yakni penelitian pendahuluan bertujuan pada Gambar 2.

untuk menentukan suhu dan lama pemasakan kue 10 6.88 7.38 7.42 semprong kemudian dilanjutkan dengan penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh 5 penambahan rumput laut K. alvarezii terhadap tingkat Nilai hedonik Nilai 0 penerimaan kue semprong dengan formulasi tingkat 7.5% 10% 12.5% konsentrasi berbeda (7,5%, 10%, dan 12,5%). Perlakuan Gambar 2 Histogram hedonik aroma kue semprong

hasil perlakuan

108

Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 2, Nomor 3, September 2014

Terlihat bahwa nilai hedonik aroma kue komposisinya, kue semprong mengandung pati yang semprong perlakuan berkisar antara 6,88 – 7,22 atau berasal dari tepung beras yang merupakan sumber berada dalam skala suka (7). Hasil uji Kruskall-wallis karbohidrat dan telur sebagai sumber protein. Adanya menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi rumput proses pemanggangan mempercepat proses reaksi laut tidak memberikan pengaruh yang nyata (P > Mailard yang terjadi. Berdasarkan Kusnandar (2011), 0,05) terhadap tingkat kesukaan atribut aroma. Hal ini bahwa reaksi Mailard terjadi jika dalam pangan diduga karena aroma dari rumput laut yang khas terdapat gula pereduksi (aldosa) dan senyawa yang (berbau amis) tidak terdeteksi oleh konsumen mengandung gugus amin. Bantuan suhu tinggi saat dibandingkan dengan aroma kayu manis atsiri yang proses pengolahan seperti pemanggangan maka lebih terdeteksi. reaksi akan berlangsung lebih cepat. Akhir dari reaksi Menurut Winarno (2002), bahwa bau dapat Mailard adalah pigmen melanoidin yang bertanggung dikenali bila komponen yang menyebabkan bau jawab membentuk warna coklat. berada dalam bentuk uap. Kayu manis memiliki Tekstur aroma yang khas karena zat minyak atsiri yang Kue semprong merupakan produk kering yang dikandungnya. Menurut Wijayanti dkk (2010), minyak dikonsumsi sebagai cemilan. Karakteristik produk atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit kering yang menjadi pertimbangan utama adalah sekunder yang mudah menguap (volatile) aromatik tekstur kue semprong. Nilai hedonik kue semprong dan bukan merupakan senyawa murni tetapi tersusun hasil perlakuan rumput laut K. alvarezii dapat dilihat atas beberapa komponen yang mayoritas berasal dari pada Gambar 4. golongan terpenoid. a a 7,56 7,36 b

8 6,72 Warna 6 Warna merupakan salah satu atribut pertama 4 yang dinilai oleh konsumen untuk menentukan tingkat 2 kesuakaan terhadap kue semprong. Warna kue hedonik Nilai 0 semprong hasil perlakuan rumput laut K. alvarezii 7.5% 10% 12.5% dapat dilihat pada Gambar 3. Perlakuan Gambar 4 Histogram hedonik tekstur kue semprong 6.96 7.2 7.48 8 hasil perlakuan (huruf berbeda pada tiap series 6 menunjukan pernedaan nyata ). 4 2 Nilai hedonik tekstur semprong berada dalam

Nilai hedonik Nilai 0 7.5% 10% 12.5% kisaran 6,72 – 7,56 atau berada dalam skala suka Perlakuan sampai sangat suka. Hasil analisis Kruskall-Wallis

menunjukan bahwa penambahan rumput laut K. Gambar 3 Histogram hedonik warna kue semprong hasil perlakuan alvarezii berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap atribut tekstur. Uji lanjut Multiple-comparisson Tingkat kesukaan panelis terhadap warna kue menunjukan pula bahwa perlakuan 7,5% dan 10% semprong berada pada kisaran 6,96 – 7,48 atau pada tidak memiliki perbedaan, sedangkan perlakuan skala suka (7). Uji Kruskal-wallis menunjukan bahwa 12,5% berbeda dengan perlakuan 7,5% dan 10%. penambahan rumput laut K. alvarezii tidak Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa berpengaruh nyata (P > 0,05) pada tingkat kesukaan konsentrasi rumput laut yang sedikit (7,5% ) lebih panelis terhadap warna kue semprong. Warna kue disukai dibandingkan dengan penambahan rumput semprong rumput laut yakni berwarna coklat muda laut yang banyak (12,5% ) diduga karena tekstur dari hasil pemanggangan. pada perlakuan 7,5% lebih renyah jika dibandingkan Warna coklat merupakan hasil proses reaksi dengan tekstur perlakuan 12,5%. Tekstur kue pencoklatan non-enzimatik atau yang dinamakan semprong berhubungan dengan kadar air dan dengan reaksi Maillard. Reaksi Maillard melibatkan karbohidrat golongan pati yang kadarnya menurun dua makro molekul yang terdapat dalam bahan seiring dengan penambahan rumput laut , semakin pangan yakni karbohidrat dan protein. Dalam tinggi kadar air maka semakin rendah pula tingkat kerenyahan dan semakin tinggi kadar karbohidrat

109

Hasan, Liki. et al. 2014 Pengaruh Penambahan Kappaphycus alvarezii terhadap Karakteristik Organoleptik dan Kimiawi Kue Tradisional Semprong. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Vol. 2, No. 3, September 2014, hal. 107-114. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - UNG maka semakin renyah tekstur kue semprong (Gambar Kisaran nilai hedonik rasa kue semprong berada 14). Kadar air kue semprong umtuk kontrol (3,03) dalam rentang 7,04 – 7,44 atau berada dalam skala lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan 7,5% suka. Analisis Kruskall-wallis menunjukan bahwa (3,72%), perlakuan 10% (4,08%), dan pada perlakuan perlakuan penambahan rumput laut K. alvarezii tidak 12,5% (4,66%). Karbohidrat pada perlakuan 12,5% memberikan pengaruh nyata (P > 0,05) pada nilai (75,19%) lebih rendah dibandingkan dengan hedonik rasa semprong. perlakuan 7,5% (75,98%) dan 10% (75,46%). Rasa kue semprong hasil penelitian tidak terlalu Semakin tinggi kadar air maka semakin rendah manis, berasa telur, gurih. Rasa kue semprong tingkat kerenyahan dan semakin tinggi karbohidrat merupakan sumbangsih dari berbagai komponen semakin tinggi pula tinggkat kerenyahan kue penyusunnya yakni gula, santan dan telur. Jumlah semprong. Hal ini sesuai dengan laporan Hasanah komponen-komponen tersebut tidak mengalami (2007) terhadap pembuatan biskuit dengan perubahan jumlah dalam formulasi kue semprong penambahan rumput laut bahwa meningkatnya sehingga rasa yang dihasilkan menimbulkan kesan konsentrasi rumput laut yang ditambahkan pada kesukaan pada tingkat yang sama. biskuit membuat kadar karbohidrat menjadi Menurut Haridjono (2012), rasa kue semprong berkurang, dipengaruhi oleh perpaduan rasa yag ditimbulkan Karbohidrat terdiri atas 2 yaitu pati dan non pati. komponen komponen seperti gula yang memberikan Pati terkandung pada sumber-sumber karbohidrat rasa manis, santan dan telur yang memberikan rasa seperti tepung beras, sedangkan nonpati terdapat gurih. Selanjutnya menurut Harijino (2012) asam pada kelompok tumbuhan yang sebagian besar laurat merupakan agen utama dari santan yang tersusun atas senyawa lignin dan selulosa misalnya bertanggung jawab membentuk rasa gurih pada kue karagenan pada rumput laut . Dari hasil analisi semprong karbohidrat yang menurun menandakan jumlah amilopektin menurun, namun sifat tekstur dapat 3.2. Karakteristik kimiawi diperbaiki dengan bertambahnya jumlah rumput laut Kadar Air yang mengandung karagenan. Diketahui bahwa amilopektin dan karagenan memiliki fungsi yang Kue semprong sebagai produk pangan yang sama yaitu agen pembentuk gel pada produk basah bersifat kering, sangat penting untuk mengetahui dan sebagai agen pembentuk tekstur garing (puffing) kadar air yang terdapat pada kue semprong. Kadar pada produk kering (Winarno, 2002). air dalam bahan pangan dapat menentukan tekstur, daya terima, kesegaran bahan dan daya simpan. Rasa Kadar air kue semprong hasil perlakuan dapat dilihat Rasa merupakan atribut sensori yang pada Gambar 6. menentukan penerimaan konsumen, walaupun atribut lainnya memiliki nilai hedonik yang baik, namun jika 5 4,66c

4,08bc rasa produk pangan tidak enak, maka produk 3,72ab tersebut tidak terterima pada konsumen. Nilai hedonik 4 3,03a 3 rasa kue semprong hasil perlakuan K. alvarezii dapat 2

dilihat pada Gambar 5. 1 Kadar air (%) air Kadar 7.04 7.36 7.44 0

8 kontrol 7,5% 10% 12,5% 6 Perlakuan 4 2 Gambar 6 Histogram kadar air kue semprong hasil

Nilai hedonik Nilai 0 (Huruf berbeda pada tiap series menunjukan 7.5% 10% 12.5% pernedaan nyata). Perlakuan Terlihat bahwa kadar air kue semprong berkisar Gambar 5 Histogram hedonik rasa kue semprong antara 3,03% - 4,66%. Kadar air terendah terdapat hasil perlakuan. pada kontrol yakni 3,03% dan kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan 12,5% yakni 4,66%. Pengaruh rumput laut terhadap kadar air kue

110

Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 2, Nomor 3, September 2014

semprong kontrol sebesar 3,03%, perlakuan 7,5% Terlihat bahwa kadar abu kue semprong sebesar 3,72%, perlakuan 10% sebesar 4,08%, dan meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi perlakuan 12,5% sebesar 4,66%, Semakin tinggi rumput laut. Kadar abu terendah pada kontrol yakni konsentrasi rumput laut yang ditambahkan maka 0,32% dan kadar abu tertinggi terdapat pada semakin meningkat pula kadar air kue semprong perlakuan 12,5% yakni 0,75%. Kadar abu kue diduga karena rumput laut memiliki sifat fungsional semprong memenuhi standar kadar abu yang yang dapat memerangkap (adsorbtion) sejumlah air ditetapkan oleh BSN (1992), yakni maksimal 1,6%. dalam adonan kue semprong. Kadar air kue Namun analisis varian (ANOVA) menunjukan bahwa semprong hasil ketiga perlakuan memenuhi syarat penambahan rumput laut tidak berpengaruh nyata kadar air SNI 01-2973-1992 tentang mutu biskuit pada peningkatan kadar abu kue semprong. yakni maksimal 5%. Semakin tinggi konsentrasi rumput laut K. Hasil analisis varian (ANOVA) menunjukan alvarezii yang ditambahkan maka semakin tinggi pula bahwa penambahan rumput laut berpengaruh nyata kadar abu pada kue semprong. Peningkatan kadar terhadap kadar air kue semprong. Uji lanjut BNT abu dikarenakan oleh jumlah abu yang terkandung menunjukan kadar air perlakuan 10% dengan 12,5% dalam rumput laut K. alvarezii tinggi karena rumput berbeda nyata terhadap kontrol dan perlakuan 7,5%. laut hidup di perairan laut yang kaya akan mineral. Semakin tinggi konsentrasi rumput laut yang Menurut Wisnu & Rahmawaty (2010) kadar proksimat digunakan, maka diduga semakin banyak pula air pada rumput laut K. alvarezii untuk kadar abu terserap oleh rumput laut sehingga saat proses sebesar 15,13%.. pemanggangan, tidak semua air yang terserap dapat Kadar Protein menguap sehingga mengakibatkan tekstur kue Nilai gizi protein dalam produk semprong semprong menjadi kurang renyah. Hal inilah yang penting diketahui, sebab protein merupakan salah menyebabkan kadar air semakin meningkat seiring satu makromolekul yang diperlukan oleh tubuh dengan semakin tinggi konsentrasi rumput laut yang sebagai zat pembangun atau pertumbuhan. Kadar ditambahkan. Menurut Riyanto dan Wilakstanti (2006) protein kue semprong hasil perlakuan K. alvarezii yang melakukan penelitian tentang fortifikasi tepung dapat dilihat pada Gambar 8. komposit rumput laut terhadap kadar air cookies,

10 9.25 9.34 9.39 9.43 menyatakan bahwa rumput laut memiliki daya 8 absorbsi yang kuat terhadap air pada pembuatan 6 cookies. Rumput laut dapat mengikat air hingga 4 terjadi penggelembungan (swelling) sebesar 20 x dari 2 0 keadaan biasa. (%) protein Kadar kontrol 7,5% 10% 12,5% Kadar Abu Perlakuan

Kadar abu menggambarkan jumlah zat Gambar 8 Histogram kadar protein kue semprong anorganik yang tidak terbakar pada suhu 400°C hasil perlakuan. dalam tungku pembakaran. Kadar abu sering digambarkan sebagai seluruh zat anorganik yang Terlihat bahwa kadar protein kue semprong tidak di perlukan. Kadar abu pada kue semprong hasil hasil perlakuan berkisar 9,234% - 9,43%. Kadar perlakuan rumput laut K. alvarezii dapat dilihat pada protein terendah terdapat pada kontrolyakni 9,25% Gambar 7. dan kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan C 9,43%. Kadar protein kue semprong hasil perlakuan 1 0.75 0.61 masih memenuhi syarat SNI 01-2973-1992 yakni 0.43

0.5 0.32 minimum 9%. (%) Walaupun terjadi peningkatan kadar protein Kadarabu 0 seiring dengan bertambahnya konsentrasi rumput laut kontrol 7,5% 10% 12,5% K. alvarezii yang digunakan, namun berdasarkan Perlakuan analisis varian (ANOVA) menunjukan bahwa Gambar 7 Histogram kadar abu kue semprong hasil penambahan rumput laut tidak menunjukan pengaruh perlakuan yang nyata terhadap protein. Hal ini diduga karena

111

Hasan, Liki. et al. 2014 Pengaruh Penambahan Kappaphycus alvarezii terhadap Karakteristik Organoleptik dan Kimiawi Kue Tradisional Semprong. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Vol. 2, No. 3, September 2014, hal. 107-114. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - UNG kadar protein rumput laut K. alvarezii yang rendah semprong yang menguap dan menghasilkan aroma yakni 2,09% (Wisnu & Rahmawaty, 2010) sehingga wangi yang di timbulkan oleh proses pemanasan. tidak mempengaruhi pada jumlah protein produk kue Lemak nonpolar akan melindungi pati untuk semprong. Kadar protein dalam semprong menyerap air sedangkan air bersifat polar sehingga dipengaruhi oleh komponen telur yang disusun oleh cenderung terperangkap dalam rumput laut yang sebagaian besar protein. Jumlah telur yang bersifat hidrofilik (suka air). Penurunan kadar lemak digunakan dalam komposisi kue semprong sama menjadikan kenampakan kue semprong lebih disukai sehingga kadar protein pada kue semprong karena semakin tinggi kadar lemak membuat warna perlakuan relatif sama berkisar antara 9,25% - 9,43% kue semprong menjadi cerah. Protein berperan sehingga warna kue semprong tidak berbeda nyata. sebagai emulsi (penyatu) adonan. Semakin tinggi Kadar Lemak kadar protein diduga menyebabkan lapisan lemak yang terbentuk akan semakin berkurang, Kandungan lemak dalam bahan pangan penting berkurangnya lemak memudahkan pati untuk kembali untuk diketahui, sebab menurut Kusnandar (2011) mengikat air yang terdapat dalam adonan. kandungan lemak dapat mempengaruhi mutu, umur Berdasarkan Winarno (2002), protein dalam putih simpan dan karakteristik pangan yang dihasilkan. telur (albumin) merupakan agen pengemulsi yang Kadar lemak semprong hasil perlakuan dapat dilihat kuat dan stabil. pada Gambar 9. Kadar Karbohidrat

12 9,89a 9,25ab 10 8,82ab 8,05b Kue semprong berbahan utama karbohidrat 8 yakni tepung beras. Kandungan karbohidrat penting 6 4 untuk diketahui karena karbohidrat berperan sebagai 2 sumber energi utama manusia. Kadar karbohidrat kue

0 Kadar Lemak (%) Lemak Kadar kontrol 7,5% 10% 12,5% semprong hasil perlakuan K. alvarezii dapat dilihat Perlakuan pada Gambar 10. 100 76.34 75.98 75.46 75.19 Gambar 9 Histogram kadar lemak kue semprong 80 60 hasil perlakuan (Huruf berbeda pada tiap series 40 menunjukan pernedaan nyata). (%) 20 Kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan 0 Kadar Karbohidrat Kadar kontrol 7,5% 10% 12,5% C yakni 8,05%, dan kadar lemak tertinggi terdapat Perlakuan pada kontrol yakni 9,89%. Hal ini menunjukan makin tinggi konsentrasi rumput laut K. alvarezii makin Gambar 10 Histogram kadar karbohidrat kue rendah kadar lemak produk, namun analisis varian semprong hasil perlakuan. (ANOVA) menunjukan perlakuan rumput laut Terjadi penurunan kadar karbohidrat seiring memberikan pengaruh nyata pada penurunan kadar dengan penambahan rumput laut. Kadar karbohidrat lemak kue semprong sebab rumput laut memiliki tertinggi terdapat pada kontrol yakni 76,34% dan komponen penyerapan zat-zat organanik seperti kadar karbohidrat terendah terdapat pada perlakuan lemak, sifat ini disebut dengan absobsi organik 12,5% yakni 75,19%. Kandungan karbohidrat kue (Narsono, 2004). semprong hasil perlakuan memenuhi syarat SNI 01- Hasil uji BNT menunjukan bahwa penambahan 2793-1992 yakni karbohidrat minimal 70%. K. alvarezii sebesar 12,5 % penurunan kadar lemak Hasil analisis varian (ANOVA) menunjukan yang berbeda nyata terhadap kontrol, perlakuan 10% penambahan rumput laut K. alvarezii tidak dan Perlakuan 12,5%. Sedangkan kadar lemak pada berpengaruh nyata pada kadar karbohidrat perlakuan 7,5% dan Perlakuan 10% tidak menujukan semprong. Hal ini disebabkan oleh kadar karbohidrat perbedaan terhadap produk kontrol. Penurunan kadar ditentukan oleh jumlah kadar gizi lainnya seperti air, lemak kemungkinan disebabkan oleh peningkatan abu, lemak dan protein. kadar air yang tidak menguap pada saat pemanasan sehingga lemak yang berada pada adonan kue

112

Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 2, Nomor 3, September 2014

Karbohidrat yang terdapat dalam semprong terdapat pada perlakuan 12,5% yakni 1,86. Kadar terdiri atas pati yang berasal dari tepung beras dan serat semprong memenuhi syarat SNI 01-2973-1992 nonpati yang berasal dari rumput laut K. alvarezii. yang mensyaratkan serat pangan minimal 0,5% pada Pati terdiri atas amilosa dan amilopektin sedangkan produk biskuit. nonpati terdiri atas serat pangan. Karbohidrat yang Hasil analisis varian (ANOVA) menunjukan tinggi membuat tekstur kue semprong menjadi lebih penambahan rumput laut K. alvarezii memberikan renyah sehingga meningkatkan kesukaan panelis pengaruh nyata pada kadar serat semprong. Hasil uji pada kue semprong terhadap atribut tekstur. LSD atau BNT menunjukan kadar serat perlakuan C Berdasarkan Winarno (2002), amilosa berperan untuk berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan membentuk tekstur pangan yang keras sedangkan perlakuan A dan perlakuan B tidak berbeda dengan amilopektin berperan membentuk tekstur yang kenyal kontrol, serrta perlakuan A dan perlakuan B tidak pada produk basah atau tekstur yang garing pada berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena K. alvarezii produk kering. Menurut Hasanah (2007), jenis mengandung serat yang tinggi. Menurut laporan karbohidrat pada rumput laut merupakan komponen Astawan dkk (2004), kandungan serat pangan pada nonpati yang sebagian besar terdiri atas senyawa K. alvarezii sebesar 78,94%. gumi yang fungsinya hampir sama dengan fungsi Proses pengolahan khususnya pemanggangan amilopektin. dapat mengurangi kandungan serat pada produk Karbohidrat yang terkandung dalam kue akhir sebab serat pangan terdiri atas serat larut air semprong cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan dan serat tak larut air. Saat proses pemanggangan, sebagai pengganjal perut lapar, karena karbohidrat terjadi penguapan sebagian besar air yang menyumbangkan energi 4 kkal/gr. Untuk penderita mengakibatkan produk menjadi kering. Menguapnya diabetes, tidak dianjurkan mengonsumsi kue sejumlah air, maka diduga serat yang larut air semprong karena mengandung gula dalam sebagaian besar akan ikut menguap sedangkan yang komposisinya. tersisa adalah kandungan serat yang tak larut. Kadar Serat Kasar Menurut Indriyani (2007) menjelaskan perubahan Rumput laut diketahui sebagai sumber serat, kandungan serat pada cookies yang ditambahkan sehingga jika digunakan sebagai bahan fortifikasi tepung rumput laut bahwa sebagian subtansi pektin diharapkan akan memberikan sumbangsih serat pada dan hemiselulosa sebagai penyusun serat yang produk semprong. Kadar serat kasar semprong hasil bersifat tidak larut akibat proses pemanggangan perlakuan rumput laut dapat dilihat pada Gambar 11. dengan suhu 150 °C yang akan mengakibatkan rusaknya struktur pektin dan hemiselulosa sehingga 1,86c 2 1,65abc kadar serat menurun. Suhu pemanggangan yang 1.5 1,15a 1,28ab dipakai pada pembuatan kue semprong yakni 120 °C

1 dengan lama pemasakan 1 menit 25 detik sehingga

(%) 0.5 diduga dapat menurunkan kandungan serat kue 0 semprong dalam jumlah sedikit.

kontrol 7,5% 10% 12,5% Kadar Serat Kasar Serat Kadar Perlakuan IV. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 11 Histogram kadar serat kasar kue Karateristik organoleptik kue semprong yang semprong hasil perlakuan (Huruf berbeda pada tiap disubtitusi rumput raut K. alvarezii dengan series menunjukan pernedaan nyata). konsentrasi sebesar 7,5% mempengaruh kadar air, Peningkatan kadar serat kue semprong seiring lemak, dan serat kue semprong. Penambahan K. dengan penambahan konsentrasi rumput laut K. alvarezii pada konsentrasi 12,5% berpengaruh alvarezii. Kandungan serat terendah terdapat pada terhadap atribut tekstur kue semprong. Konsentrasi kontrol yakni 1,15% dan kandungan serat tertinggi rumput laut K. alvarezii optimum yakni 7,5%.

113

Hasan, Liki. et al. 2014 Pengaruh Penambahan Kappaphycus alvarezii terhadap Karakteristik Organoleptik dan Kimiawi Kue Tradisional Semprong. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Vol. 2, No. 3, September 2014, hal. 107-114. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - UNG

Daftar Pustaka

Astawan M, Koswara S dan Herdiani F. 2004. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Untuk Meningkatkan Kadar Iodium dan Serat Pangan pada Selai Dan . Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan. Volume 15 (2): 61-69. Badan Standarisasi Nasional Indonesia [BSN], 1992. Mutu dan cara uji biskuit. SNI No. 01-2973-1992. Jakarta. ______,2006. Penentuan kadar air pada produk perikanan. SNI No. 01-2354.2-2006. Jakarta ______,2006. Penentuan kadar lemak pada produk perikanan. SNI No. 01-2354.3-2006. Jakarta. ______,2006. Penentuan kadar protein dengan metode total Nitrogen pada produk perikanan. SNI No. 01- 2354.4-2006. Jakarta. ______,2010. Penentuan kadar abu dan abu tak larut asam pada produk perikanan. SNI No. 2354.1-2010. Jakarta Harijono dkk, 2012. Studi Penggunaan Proporsi Tepung (Sorgum Ketan Dengan Beras Ketan) dan Tingkat Kepekatan Santan Yang Berbeda Terhadap Kualitas Kue Semprong. [artikel penelitian]. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Hasanah, R. 2007. Pemanfaatan Rumput Laut (Glacilaria sp.) Dalam Peningkatan Kandungan Serat Pangan Pada Sponge .[Skripsi]. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kementrian Kelautan Dan Perikanan [KKP], 2011. Produksi Rumput Laut IndonesiaGeserFilipina.http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/4060/Produksi-Rumput-Laut- Indonesia-Geser-Filipina/ [09 mei 2013]. Kusnandar F, 2010. Kimia Pangan komponen Makro. Dian Rakyat. Jakarta. Riyanto, B dan Wilakstanti. 2006. cookies berkadar serat tinggi substitusi tepung ampas rumput laut dari pengolahan -agar kertas. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol IX Nomor 1 Tahun 2006. Wijayanti, Zetra dan Burhan.2010 . Minyak atsiri dari kulit batang cinnamomum burmannii (kayu manis) Dari famili lauraceae sebagai insektisida alami, antibakteri, dan Antioksidan. Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya Winarno,FG 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Wisnu R dan Rachmawaty D, 2010. Analisa Komposisi Nutrisi Rumput Laut (Euchema Cotoni) Di Pulau Karimunjawa Dengan Proses Pengeringan Berbeda. eprints. undip. ac. Id / 20602 /1 /Artikel_ Rumput_ Laut.doc [09 Mei 2013]

114