HISTORIS : Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah http://journal.ummat.ac.id/index.php/historis

p-ISSN 2549-7332 | e-ISSN 2614-1167 Vol. 4, No. 1, June 2019, Hal. 7-13

PERALIHAN SISTEM PEMERINTAHAN KESULTANAN MENJADI SISTEM SWAPRAJA KABUPATEN BIMA PADA TAHUN 1945-1957

1Ilmiawan Mubin, 2Ika Kusumawati 1,2Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Muhammadiyah Mataram, [email protected], [email protected]

INFO ARTIKEL ABSTRAK RiwayatArtikel: Abstrak: Dalam sejarah Bima disebut bahwa kerajaan Bima dahulu terpecah-pecah Diterima: 23-05-2019 dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh kelompok Disetujui: 30-06-2019 ncuhiAda lima Ncuhi yang menguasai lima wilayah yaitu; (1) Ncuhi Dara,memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah, (2) Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan, (3) Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat, (4) Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara, dan (5) Ncuhi Kata Kunci: Dorowani,memegang kekuasaan wilayah Bima Timur. Kelima Ncuhi ini hidup Masa Pemerintahan, berdampingan damai, saling hormat menghormati dan selalu mengadakan Kesultanan, musyawarahmufakat bila ada sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Swapraja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder tentang Peralihan sistem pemerintahan kesultan Bima menjadi sistem swapraja kabupaten Bima pada tahun 1945-1957. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, 1) proses Peralihan sistem pemerintahan kesultanan Bima menjadi sistem swapraja kabupaten Bima pada tahun 1945-1957Karna pada saat itu didorong oleh kemerdekaan sehingga memberi perubahan terhadap politik serta menyesuaikan hasil dari KMB dan juga di dukung oleh UUD No.68 tahun 1958 tentang pembentukan Bali, NTB dan NTT, 2)Dampak peralihan sistem pemerintahan kesultan Bima menjadi sistem swapraja kabupaten Bima pada tahun 1945-1957membawa dampak positif maupun negatif kesultanan Bima pada saat itu mulai memudar antara hukum Islam dan hukum adat dalam masyarakat. Namun pada saat itu pula Kesultanan Bima dapat menjalin kerja sama yang baik dengan KNID dalam menghadapi penjajah jepang dan NICA. Abstract: In the history of Bima it is called that the kingdom of Bima was fragmented in small groups, each led by ncuhiAda five Ncuhi who ruled five regions; (1) Ncuhi Dara, wielding the power of the central Bima region, (2) Ncuhi Parewa, holds the power of South Bima, (3) Ncuhi Padolo, wielding the territory of West Bima, (4) Ncuhi Banggapupa, holding the power of North Bima, and (5) Ncuhi Dorowani The East Bima region. These five Ncuhi live alongside peace, respect each other and always hold a musyawarahmufakat when there is something related to common interests. The methods used in this study are qualitative research with ethnographic approaches. The type of data used in this study is qualitative data. The data source in this research is the primary data source and secondary data source about the transitional system of Bima's government to become the system of in 1945-1957. Based on the results of the study can be concluded that, 1) the process of transitional administration system of the Sultanate of Bima became the government system of Bima Regency in 1945-1957Karna at the time was driven by independence so as to give changes to As well as adapting the results of the KMB and supported by the Constitution No. 68 of 1958 on the formation of Bali, NTB and NTT, 2) The impact of the government system of Bima's existence to become the system of the Bima Regency in 1945-1957brought positive impact and negative Bima Sultanate at the time began to fade between Islamic law and customary law in society. But at that time, Bima Sultanate could establish good cooperation with KNID in the face of Japanese invaders and NICA.

This is an open access article under the CC–BY-SA license

7 8| Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol. 4, No. 1, June 2019, Hal. 7-13

lima orang putra yaitu; (1) Darmawangsa, (2) Sang A. LATAR BELAKANG Bima, (3) Sang Arjuna, (4) Sang Kula, dan (5) Sang Sejak jatuhnya rezim orde lama maka sistem Dewa. pemerintahan yang fundamental sudah dimulai dengan adanya gerakan reformasi disemua bidang Salah seorang dari lima bersaudara ini yakni Sang kehidupan termasuk sistem pemerintahan daerah, Bima berlayar ke arah timur dan mendarat disebuah pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia telah pulau kecildisebelah utara Kecamatan Sanggar yang mengalami berbagai upaya perbaikan yang bernama Satonda.Sang Bima inilah yang bertujuan untuk perubahan dasar hukum yang mempersatukan kelima Ncuhi dalam satu kerajaan melandasi pelaksanaan pemerintah daerah. Dengan yakni Kerajaan Bima. Sang Bima sebagairaja pertama ditetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bergelar Sangaji dan Sejak saat itulah Bima menjadi dengan ini pembenahan sistem pemerintah daerah sebuah kerajaan yang berdasarkan hadat dan saat terus berjalan dinamis seiring dengan tuntutan dan itupulalah hadat Kerajaan Bima ditetapkan berlaku aspirasi masyarakat.(Abdulah Tajib, 1945:49-57). bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali. Hadat ini berlaku terus-menerus danmengalami perubahan Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan pada masa pemerintahan Raja Ma Wa,a Bilmana. bangsa Melayu Baru demikianpula halnya dengan (Abdulah Tajib, 1945:43-46). penduduk yang mendiami daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya dou mbojo, dou Setelah menanamkan sendi-sendi dasar donggo yang mendiami kawasan pesisir pemerintahan berdasarkan Hadat, Sang Bima pantai.Disamping penduduk asli, juga terdapat meninggalkan Kerajaan Bimamenuju timur, tahta penduduk pendatang yang berasal dari kerajaan selanjutnya diserahkan kepada Ncuhi Dara Selatan, Jawa, Madura,, Nusa Tenggara hingga putra Sang Bima yang bernama IndraZamrud Timur dan Maluku. sebagai pewaris tahta datang kembali ke Bima pada abad XIV/ XV.Beberapa perubahan Pemerintahan Dalam sejarah Bima disebutkan bahwa kerajaan yang semula berdasarkan Hadat ketika Bima dahulu terpecah-pecah dalam kelompok- pemerintahan Raja Ma Waa Bilmana yaitu; (a) Istilah kelompok kecilyang masing-masing dipimpin oleh Tureli Nggampo diganti dengan istilah Raja Bicara, Ncuhi. Ada lima Ncuhi yang menguasai lima wilayah (b) Tahta Kerajaan yang seharusnya diduduki oleh yaitu; (1) Ncuhi Dara,memegang kekuasaan wilayah garis lurus keturunan raja sempat diduduki oleh Bima Tengah, (2) Ncuhi Parewa, memegang yang bukan garis lurusketurunan raja. kekuasaan wilayah Bima Selatan, (3) Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat, (4) Ncuhi Perubahan yang melanggar hadat ini terjadi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima dengan diangkatnya adik kandung Raja Ma Utara, dan (5) Ncuhi Dorowani, memegang Wa,aBilmana yaitu Manggampo Donggo yang kekuasaan wilayah Bima Timur(Djamaludin menjabat Raja Bicara untuk menduduki tahta Sahidu,1945:51). kerajaan. Pada saat pengukuhanManggampo Donggo sebagai raja dilakukan dengan sumpah bahwa Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan damai, keturunannya tetap sebagai raja saling hormat menghormati dan selalu mengadakan sementaraketurunan Raja Ma Wa,a Bilmana sebagai musyawarahmufakat bila ada sesuatu yang Raja Bicara. menyangkut kepentingan bersama. Dari kelima Ncuhitersebut yang bertindak sebagai pemimpin Kebijaksanaan ini dilakukan Raja Ma Wa,a dari Ncuhi lainnya adalah Ncuhi Dara.Pada masa- Bilmana karena keadaan rakyat pada saat itu sangat masa berikutnya para Ncuhi ini dipersatukan oleh memprihatinkan sehingga berakibat seorang utusan yang berasal dari Jawa. Menurut padakemiskinan yang merajalela serta banyaknya legendayang dipercaya secara turun temurun oleh perampokan yang terjadi dimana-mana yang masyarakat Bima bahwacikal bakal Kerajaan Bima mengakibatkan rakyat sangat menderita. Keadaan adalah Maharaja Pandu Dewatayang mempunyai yang memprihatinkan inihanya bisa di atasi oleh Ilmiawan Mubin, Ika Kusumawati, Peralihan Sistem Pemerintahan...9

Raja Bicara. Akan tetapi karena berbagai kekacauan berakhirnya perjalanan sejarah Kerajaan Bima tersebut tidak mampu juga diatasi olehManggampo selama 350 tahun. Donggo akhirnya tahta kerajaan kembali diambil alih oleh Raja Ma Wa,a Bilmana. Bima atau mbojo pula termasuk daerah Tingkat II Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum Pada awal abad ke XVI Kerajaan Bima mendapat bergabung dengan NKRI, Bima telah melewati pengaruh Islam dengan raja pertamanya perjalanan sejarah panjang yang bermula dari masa Abdul Kahiryang penobatannya tanggal 5 Juli tahun sebelum Islam. Sayangnya, karena keterbatasan 1640 M. Pada masa itu susunan dan sumber mengakibatkan sulit mengungkapkan serta penyelenggaraan pemerintahanBimadisesuaikan memaparkan sejarahnya. Dalam konteks sejarah dengan tata pemerintahan Kerajaan Goa yang nasional, peran dinamika politik Bima jarang memberi pengaruh besar terhadap masuknya agama diungkap, Hal ini mungkin disebabkan oleh porsi Islamdi Bima. Gelar Ncuhi diganti menjadi Galarang partisipasi pergolakan kekuasaan di sana yang lebih (kepala desa). Struktur pemerintahan diganti bersifat lokal dan hanya meliputi wilayah regional. berdasarkan majelis Hadatyang terdiri atas unsur Selain itu, penulisan sejarah tentang Bima lebih Hadat yaitu unsur Sara dan majelis hukum yang banyak dilatarbelakangi oleh nasionalisme mengemban tugas pelaksanaan hukum Islam, di berlebihan sehingga tulisan-tulisan sejarah lokal dalampenyelenggaraan pemerintahan ini Sultan tentang peran Bima dalam dinamika politik nasional dibantu oleh; (1) Majelis Tureli (dewan menteri) terkesan dipaksakan (Abdulah Tajib, 1945:389) yang terdiri dari Tureli Bolo, Woha, Belo, Sakuru, Parado dan Tureli Donggo yangdipimpin oleh Tureli Berdasarkab hal tersebut, penulis tertarik Nggampo (raja bicara), (2) Majelis Hadat yang membuat tulisan dengan landasan historis lokal dikepalai oleh kepala hadat yang bergelar Bumi sekaligus memaparkan karakteristik masyarakat Lumah Rasa Nae dibantu oleh Bumi LumahBolo. Bima. Dengan ini, selain bisa mengetahui dinamika Majelis Hadat ini beranggotakan dua belas orang dan kekuasaan di Bima, pembaca juga bisa menilai merupakan wakil rakyat yang menggantikan hak bagaimana kondisi masyarakat Bima abad ke-17-18 Ncuhi untuk mengangkat/melantik atau M. memberhentikan Sultan, (3) Majelis Agama dikepalai oleh seorang Qadhi (imam kerajaan) yang B. METODE PENELITIAN beranggotakan empat orang Khotib Pusat Metode yang digunakan dalam penelitian ini yangdibantu oleh tujuh belas orang Lebe. Penelitian ini merupakan metode kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam Selain menjadi daerah yang Islami, Kerajaan Bima penelitian ini adalah pendekatan etnografi, karena pernah menjadi kerajaan yang makmur dan akan mengkaji tentang peralihan sistem terpandang dengan memperluas wilayah pemerintahan kesultanan menjadi sistem Swapraja kekuasaannya dengan menaklukan beberapa daerah kabupaten Bima pada Tahun 1945-1957. Subjek yang terletak di sekitar Bima seperti , dalam penelitian ini adalah orang yang memberikan Manggarai, Sabu, Ende, dan Komodo informasi yaitu sejarawan tokoh masyarakat. hingga kepulauan Alor. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling, Kerajaan Bima pernah dimekarkan wilayahnya merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan menjadi Bima dan . Namun pada tanggal 12 pada ciri, sifat atau karakteristik tertentu yang september 1947 kerajaan Dompu dipulihkan Bima memaparkan ciri-ciri populasi dan subjek yang melepaskan Dompu, yang meliputi sepuluh diambil sebagai subjek penelitian. kejenelian. Berdasarkan undang-undang Negara Dalam hal ini sesuai dengan penelitian, ciri yang Indonesia Timur (NIT) No 44 1950, kerajaan Bima dimaksud adalah orang-orang yang mengetahui berubah status menjadi daerah Swapraja Bima, tentang masa paralihan pemerintahan kesultanan berikut Dewan Perwakilan Rakyat daerah Swapraja Bima di lokasi penelitian. Selain itu juga, pemilihan Bima pada tanggal 2 oktober 1950. Sejak saat itulah subyek peneliti dilakukan secara tersebar dan tidak 10| Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol. 4, No. 1, June 2019, Hal. 7-13

terfokus kepada satu tempat saja. Sedangkan menyampaikan berita proklamasi itu pada pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan umumnya putera Bima yang ada di Singaraja, cara memilih siapa yang pantas untuk di wawancarai yaitu: Muhtar Zakaria, Majid Datuk, Mochtar yakni orang yang tahu persis mengenai peralihan Sulaiman, Saleh Sulaiman, A. Rahim Ali dan Nur sistem pemerintahan kesultanan menjadi sistem Husen. Berita gembira tersebut diterima dengan Swapraja kabupaten Bima pada Tahun 1945-1957. senang hati oleh Sultan dan para tokoh partai politik, sosial dan keagamaan yang ada di Bima C. HASIL DAN PEMBAHASAN sekaligus mendukung sepenuhnya isi Proklamasi 1. Proses peralihan Sitem Pemerintahan kemerdekaan Indonesia. Kesultanan Bima Menjadi Sistem Swapraja Pada tanggal 31 Oktober 1945 dilakukan Kabupaten Bima pada tahun 1945-1957 pengibaran Sang Bendera Merah Puti dihalaman Ketika Jepang masuk ke Bima sistim yang Istana Kesultanan Bima. Bendera yang dikibarkan dirubah oleh Belanda kemudian diadakan itu merupakan bendera yang berasal dari Bung kembali jadi pemerintahan di pegang oleh Sultan Karno yang mengunjungi kota Singaraja Bali dan di bantu oleh Majelis Tureli. Dalam dalam rangka mengobarkan semangat juang menjalangkan roda pemerintahan sehari-hari rakyat Indonesia. Yang menerima Bendera Merah Sultan harus tunduk kepada Jepang system ini Putih dari Bung Krno adalah utusan resmi berlaku sampai Zaman kemerdekaan. Kesultanan Bima, yaitu: Jeneli Rasa Na-e Idris Sekalipun daerah Bima berstatus jajahan Djafar bersama Jeneli Dompu Aming Daeng Emo. Belanda dan Jepang, Suasana politik selalu kacau Selain mengibarkan Sang Merah Putih, Sultan dan tidak menentu, namun Sultan Muhammad secara resmi menyampaikan sikap seluruh rakyat Salahuddin tetap memperhatikan perkembangan dalam menyongsong peristiwa yang bersejarah dibidang agama secara diam-diam Sultan yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Dapat membentuk suatu badan otonomi dari Hadat diketahui sebagaimana isi maklumat yang kerajaan Bima yang berfungsi mengurus dan dikeluarkan oleh Sultan Muhammad Salahuddin mengawasi segala aktifitas dalam bidang pada tanggal 22 November 1945 yang berbunyi keagamaan. Lembaga ini diberi nama Badan sebagai berikiu: Kami Sultan Kerajaan Bima, Hukum Syara’ Kesultanan Bima. menyatakan dengan sepenuhnya bahwa: Kedudukan Jepang pada saat perang dunia II a) Pemerintah Kerjaan Bima, suatu daerah semakin pudar dan hilang. Pada tahun 1945 Istimewah dari Negara Republik Indonesia kedudukan Jepang semakin sulit, disemua front yang berdiri di belakang pemerintah Republik Indonesia. tentara sekutu berhasil melumpuhkan kekuatan b) Kami menyatakan, bahwa pada dasarnya dan keserakahan Jepang di Indonesia pada segala kekuasaan dalam daerah umumnya di kesultanan Bima pada khususnya. pemerintahan Kerajaan Bima terletak di Seminggu kemudian yaitu pada tanggal 14 tangan kami, oleh karena itu berhubungan Agustus 1945 M, Jepang menyerah tampa syarat dengan suasana pada dewasa ini, kekuasaan- kepada sekutu. Hal ini dimanfaatkan oleh bangsa kekuasaan sampai ini tidak di tangan kami, Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan. maka dengan sendirinya kembali ketangan kami. Soekarno- Hatta atas nama bangsa Indonesai c) Kami menyatakan dengan sepenuhnya, pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan demikan bahwa berhubunga pemerintah lingkungan bangsa Indonesia sudah merdeka. Gema kerajaan Bima bersifat langsung dengan proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta pusat Negara Republik Indonesia. pada 17 Agustus 1945, baru terdengar di d) Kami memerintahkan dan percaya kepada kesultanan Bima pada tanggal 2 September 1945 sekalian penduduk dalam seluruh Kerajaan yang dikirim oleh gubernur Sunda Kecil, I. Gusti Bima, mereka akan bersifat sesuai dengan sabda kami yang terera di atas. Ketut Puja mengirim utusan untuk Dari isi maklumat yang dikeluarkan oleh menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan Sultan dapat dilihat betapa besar kecintaan Sultan pada Sultan Muhammd Salahuddin. Utusan yang terhadap Negara Republik Indonesiayang baru Ilmiawan Mubin, Ika Kusumawati, Peralihan Sistem Pemerintahan...11 saja lahir.Sultan menyatakan bahwa, Kesultanan September 1945, komite Nasional Indonesia Bima adalah merupakan daerah Istimewa yang Cabang Bima terbentuk dengan ketua dan berdaulat dan merdeka, yang merupakan bagian penulisan masing-masing. Abdullah dan Amin dari Negara Republik Indonesia. Segala urusan Saleh, dan wakil ketua ialah M. Tayeb pada pemerintah berada di tangan Sultan, dengan tetap tanggal 31 Oktober 1945 Sang Merah Putih memperhatikan ketentuan dari pemerintah pusat berkibar untuk pertama kali di gedung KNI Raba, di . Dompu dan Sumbawa Besar. Persengketaan Perubahan kebijakan di daerah penduduk antara Jepang dengan pemuda-pemuda semakin sesudah perjanjian Renville berjalan terus menjadi.Untuk mencegah pendaratan sekutu, seirama dengan kemajuan yang dicapai dengan pantai-pantai dijaga para pemuda. Dari pusatpun kemajuan yang dicapai dibidang politik dan datang lima orang pemuda antara lain : Husni militer antara belanda dan republik Abbas dan Ishak Saleh. Indonesia.Pemerintah Negara Indonesia timur Atas desakan kesultanan susunan pengurus meninjauh kembali peraturan pemerintah 1946. KNI diubah. Dalam perubahan itu ketua dan wakil Pada tanggal 1946 tentang pembentukan ketua KNI masing-masing: AD Talu dan Hasan. soembawa Eiland federasi dan ditetapkan Pada tanggal 11 Januari 1946 kapal perang kembali pada tanggal 23 agustus 1946 yang sekutu masuk di pelabuhan Bima.Perundingan memberikan kekuasaan lebih luas kepada antar Belanda dan Pemerintah Indonesia federasi. terjadi.Perundingan berlangsung dengan Seirama dengan perubahan tersebut diatas, tekanan-tekanan dari pihak Sekutu.Pada 12 pemerintah kerajaan Bima melakukan Januari 1946 tentara NICE mendarat dipulau penyesuaian. Pemerintahan kerajaan Bima Sumbawa.Penangkapan atas pimpinan pemuda dengan keputusan No. 50 tanggal 29 oktober segera terjadi.Yang tidak tertangkap melarikan 1948 mengeluarkan peraturan pembentukan diri tetapi akhirnya tertangkap juga. dewan perwakilan rakyat daerah kerajaan daerah Pada saat itu dan proses Swapraja ini beranggotakan 20 orang dengan ketentuan 16 berlangsung dalam dinamika politik yang terjadi orang dipilih melalui pemilihan system kiesman antara mempertahankan Kesultanan Bima dan 4 orang dari golongan minoritas melalui sebagai daerah istimewa dan Kesultanan Bima pengangkatan. Kondisi dan situasi politik yang harus bubar dan mengikuti arah angin. semakin terbuka dengan lahirnya perjanjian Proklamasi yang menginginkan adanya sebuah Rum-Royen tanggal 14 april 1949 yang daerah baru yaitu Daerah Swapraja yang menghantarkan pemerintah belanda dan dibentuk Pemerintah Negara Republik Indonesia, pemerintah Republik Indonesia serta delegasi tapi fluktuasi yang terjadi juga ada keinginan pertemuan untuk permusawaratan federasi ke untuk bergabung dengan Negara Indonesia timur meja perundingan meja bundar.konferensi meja yang dibentuk oleh panmok, itu memang terjadi bundar berhasil menyelesaikan pertikaian pada saat itu pada tahun 1950 Bima keluar pada Indonesia belanda berdasarkan Undang-Undang NICE itu sendiri dan Swapraja semakin kuat NIT No. 44/1950 Kerajaan bima berubah status dengan pemerintah Swapraja itu dipimpin oleh menjadi daerah swapraja bima lengkap dengan beberapa Putra Bima antara lain yaitu: 1. dewan perwakilan rakyat daerah swapraja Bima Muhammad Hasan, 2. M. Indris Djafar, 3. Abidin pada tanggal 2 oktober 1950. Ishak dan ada juga putra abdul kahir sendiri yang Peralihan yang benar-benar besar besar pada memimpin kepemimpinan Swapraja, kemudian saat itu adalah setelah Jepang menyerah kepada menjadi daerah datil dua Kabupaten Bima. sekutu, pihak pemuda berusaha merebut senjata Pada saat ini karena perkembangan nasional dari Jepang.Akan tetapi rencana tersebut terus berkembang ketiga kesultanan dipulau kedahuluan bocor, maka hasilnyapun sedikit. Sumbawa mengadakan suatu ikatan yang dinamai Berita Proklamasi 17 Agustus yang walaupun “federasi pulau Sumbawa” (1946). Di tiap-tiap terlambat datangnya disambut dengan hebat dan swapraja didirikan Dewan yang anggota- menjadi pendorong perjuangan.Pada tanggal 17 anggotanya diangkat dan ditunjuk oleh kepala 12| Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol. 4, No. 1, June 2019, Hal. 7-13

Swapraja.Tugas dewan ialah memberi nasehat Jadi setelah itu dari proses integrasi itu sendiri kepada kepala daerah swapraja. Pertengahan memang terjadi pada tahun 1945 sampai pada tahun 1947 di Daerah pulau Sumbawa didirikan masa transisi lahirnya UUD No 64 Tahun 1958 pula sebuah dewan yang dinamakan Dewan pulau banyak sekali fluktuasi dan dinamika politik yang Sumbawa. Anggota-anggota dewan tersebut terjadi yang mengiringi perjalanan Peralihan dari diambil dari rakyat kerajaan masing-masing Kesultanan kepada Swapraja dan Swapraja menurut banyaknya penduduk. Dewan ini menjadi daerah Swatantra dulu,tapi kemudian bertugas memberikan nasehat kepada dewan menjadi Daerah Kabupaten dati dua yang terjadi raja-raja. Pada tahun 1947 semua hak kekuasaan pada waktu itu sehingga pada tahun 1958 Bima HPF (Hoofd van Plaatselijk Bestuur) Di ketiga resmi bergabung dengan NKRI dan menjadi swapraja diatas diserahkan kedalam tangan daerah Kabupaten dati dua itulah Dampak- Zelfbestuurder .Pada tanggal 1 januari 1949 Dampak yang terjadi setelah Proses integrasi ke dewan kerajaan dan dewan-dewan pulau NKRI. Sumbawa anggota-anggotanya diganti dengan anggota-anggota pilihan rakyak yang D. SIMPULAN DAN SARAN pemilihannya secara bertingkat. Proses perubahan sistem pemerintahan kerajaan Pemilihan ini berjalan dengan lancar. Pada Bima diawali dengan politik-politik yang terjadi pada tanggal 26 maret 1946 kekuasaan assisten masa sekitar tahun 1945 setelah Indonesia di resident diserahkan kepada ketua Dewan raja- proklamasihkan oleh Drs.Mohammad hatta dan raja, yaitu Sri Sultan Bima Muhammad Salahuddin. Soekarno pada tanggal 17 agustus 1945 namun Timbulnya pemberontakan Andi azis pada bulan informasih tentang kemerdekaan itu baru tiba di april 1950 menghilangkan kepercayaan rakyat Bima sekitar bulan Oktober oleh pelajar Bima yang Sumbawa pada pemerintahan NIT pada tanggal 9 menempuh pendidikan di singgaraja Bali sehingga mei 1950 dewan raja-raja bersama-sama DPR. pengibaran Bendera Sang Merah Putih pertama di Pulau Sumbawa yang didukung oleh Bima dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1945 dan Ormas/Orpol mengeluarkan statement yang di proklamasihkan kemerdekaan oleh Dr. Soekarno isinya keluar dari NIT dan menggabungkan diri sehingga terjadinya perubahan-perubahan politik. dengan RI Yogya. Peralihan Sistem Pemerintahan Kesultanan Bima 2. Dampak peralihan sistem pemerintahan Menjadi Sistem Swapraja Kabupaten Bima pada kesultanan bima menjadi sistem swapraja Tahun 1945-1957. Membawa dampak bagi kabupaten Bima pada tahun 1945-1957 kesultanan Bima.Namun memberikan pula dampak Adapun dampak dampak yang dirasakan pada positif yang dimana Kesultanan Bima mampu saat itu Dalam kesultanan Bima menyelengarakan menanggulagi penjajahan jepang dan NICA dengan tiga system dari lembaga itu kalau di lancar dengan bantuan KNID. KNID merupakan salah istilahkanseperti: humentisku, dinas politika dan satu dewan yang menasihati sekaligus meringankan itu terjadi sejak tahun 1700-1800 memang pekerjaan Kesultanan Bima pada saat itu. mengandung sistem pemerintahan yang Berdasarkan simpulan tersebut maka dibangun oleh tiga pilar tadi.dampak itu sehingga penulis dapat memberikan saran: (1) Sebaiknya pada akhirnya kesultanan Bima bubar tata pemerintah daerah dalam hal ini mengajukan Hukum dan kepada sekolah-sekolah dari tingkat SD sampai Tata pemerintahan hilang semuanya dan yang SMP yang berada di kabupaten Bima untuk diadopsi kemudian adalah tata hukum tata pemerintahan republik Indonesia hukum-hukum mengajakan sejarah Bima kepada siswa. Dengan yang berlaku adalah hukum positif peninggalan demikian para siswa sebagai generasi muda belanda, jadi Hukum adat hilang Hukum positif akan mengetahui dan mencintai sosial itulah yang menjadi hukum bagi Pemerintah budayanya. Sehingga mereka tidak terbius oleh Swapraja Bima pada saat itu. Yang kemudian sosial budaya asing yang bertentangan dengan berlanjut menjadi Kaerah kabupaten Dati dua. pandangan hidup bangsa yaitu pancasila. (2) Ilmiawan Mubin, Ika Kusumawati, Peralihan Sistem Pemerintahan...13

Untuk melestarikan hasil budaya Bima pada masa lalu terutama pada masa Kesultanan, sebaiknya pemerintah daerah meningkatkan pemeliharaan dan pengamanan benda-benda budaya dan bangunan bersejarah lainnya. Karena benda-benda tersebut akan mampu mengisahkan riwayat kebesaran zaman nya kepada generasi masa kini dan masa yang akan datang.

REFERENSI [1] Abdulah Tajib. (1995). Sejarah Bima Dan Mbojo. Jakarta: PT harapan masa PGRI. [2] Agung Perdana. (2004). Perang Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Nusantara. Mataram: Lengge. [3] Utrecth, E.S.H. (1965). Sejarah Hukum Adat Internasional. Bandung: Sumur. [4] Kuntowijoyo. (1195). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Yayasan Banteng Budaya. [5] Mahsun. (2005). Meode Penelitian. Jakarata: Jakarta Press. [6] Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. [7] Ismail, M.Hilir. (2008). Kebangkitan di Dana Mbojo (Bima). Bogor: Binasti. [8] Salahuddin, Siti Maryam R. (2012). Bo’sangaji kai; Catatan Kerajaan Bima. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. [9] Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta. [10] Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.