CIVIL SOCIETY DAN PARTISIPASI POLITIK (Studi Partisipasi Politik Persaudaraan Muslimin PW DKI Jakarta pada Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017)

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Mahlizar Syahfadillah 11141120000003

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang partisipasi politik civil society pada pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung. Penelitian ini menjelaskan partisipasi politik Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Pimpinan Wilayah (PW) DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Untuk mengkaji penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian melalui analisa deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara yang dilakukan penulis sebagai data primer dengan studi pustaka, dokumentasi, dan observasi sebagai data sekunder. Kerangka teori dalam skripsi ini menggunakan teori partisipasi politik. Penulis menggunakan teori partisipasi politik menurut Max Kaase dan Alan Marsh. Penelitian kualitatif ini membuktikan bahwa partisipasi politik Parmusi merupakan partisipasi konvensional yang terdiri atas deklarasi dukungan, menghadiri kampanye, sosialisasi memilih, mengawal suara di berbagai TPS, mengeluarkan dana sukarela, membuat atribut dan memberikan suara untuk Anies-Sandi. Partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta didasari atas kesadaran politik dalam memperjuangkan hadirnya Gubernur dan Wakil Gubernur Muslim di DKI Jakarta. Visi, misi dan program pasangan calon yang berpihak pada masyarakat kecil, serta figur, riwayat keturunan dan organisasi pasangan calon juga menjadi faktor partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Kata kunci: Parmusi, Pilkada DKI Jakarta, Partisipasi Politik, Civil Society.

v KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam dicurakan kepada Nabi Muhammad

SAW, rasul yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju ke masa yang terang benderang sampai saat ini.

Skripsi yang berjudul “Civil Society dan Partisipasi Politik (Studi Partisipasi

Politik Persaudaraan Muslimin Indonesia PW DKI Jakarta pada Pilkada DKI

Jakarta Tahun 2017)” disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjanan Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari betul dalam penyusunan skripsi ini belumlah sempurna, dan masih banyak kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis menyadari betul penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya. 2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya. 3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bimbingan, ilmu dan dorongannya selama kuliah.

vi 4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bimbingan, ilmu dan dorongannya selama kuliah. 5. Dr. Idris Thaha, M.Si, selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini, Terima kasih atas bimbingan, kritikan dan dorongannya selama kuliah dan penelitian. 6. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si, selaku dosen mata kuliah Seminar Proposal Skripsi. Terima kasih atas bimbingan, ilmu dan dorongannya selama tahap awal penyusunan penelitian. 7. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama kuliah. 8. Usamah Hisyam, Mohammad Zein, Rismaya, Nurhayati Payapo, Syafrudin Anhar, dan Ferawati yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. 9. Seluruh anggota dan pengurus Persaudaraan Muslimin Indonesia yang telah menerima dan membantu penulis dalam penelitian ini. 10. Orang tua tercinta Tihamah dan Arief Fadillah, serta adik Shifa Nazma Fadillah dan seluruh keluarga H. Satirih (khususnya paman Syahrul Gufron) yang membantu proses perkuliahan dan selalu memberikan doa dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 11. Stevi Olivia, sahabat terbaik yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 12. Mardi, Yasser, Rudi, Annisa, Laras, dan Milla, kawan seperjuangan dan tempat bertukar pikiran selama penelitian. 13. Adjie, Isye, Firlana, Nadya, Wenni, Fitra, Emmie, Sawal, Jordy, dan Gibran, tempat berbagi cerita baik keluh-kesah, sedih, canda dan tawa bersama. 14. Kawan sekaligus keluarga selama kuliah di UIN, semua teman di Prodi Ilmu Politik A 2014, Joko, Reni, Ervin, Andre, Fariz, Faruq, Denny, Reza, Alm. Silmi, Andhika, Salsabila, Oktavia, Annisa, Billy, Chusnul,

vii Indah, Robith, Siska, Ezha, Yodi yang sudah menjadi kawan terbaik selama menjadi mahasiswa di UIN. Terima kasih sudah menjadi tempat berbagi canda dan tawa bersama. 15. Keluarga besar HMI Komisariat FISIP Cabang Ciputat yang sudah memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan dalam mengasah kemampuan berorganisasi. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu, terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan baik berupa doa, moril maupun materiil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa adanya mereka, penulis tidak yakin penelitian ini dapat selesai dengan baik. Penulis berterima kasih dengan sepenuh hati, semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka. Penulis bertanggungjawab penuh atas segala kekurangan dalam penelitian ini, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, 29 Januari 2018

Mahlizar Syahfadillah

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...... iii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...... iv ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR TABEL ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xii DAFTAR SINGKATAN ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Penelitian ...... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 5 C.1 Tujuan Penelitian ...... 5 C.2 Manfaat Penelitian ...... 6 D. Tinjauan Pustaka ...... 6 E. Metode Penelitian...... 10 E.1. Pendekatan Penelitian...... 10 E.2. Sumber dan Jenis Data ...... 11 E.3. Teknik Pengumpulan Data ...... 11 E.4. Teknik Analisis Data ...... 12 F. Sistematika Penulisan ...... 13

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP A. Civil Society ...... 15 B. Partisipasi Politik ...... 19 B.1. Faktor Partisipasi Politik ...... 21 C. Pilkada Langsung ...... 23

ix BAB III GAMBARAN UMUM PERSAUDARAAN MUSLIMIN INDONESIA DAN PILKADA DKI JAKARTA TAHUN 2017 A. Parmusi ...... 27 A.1. Sejarah Berdirinya Parmusi ...... 27 A.2. Parmusi Pasca Reformasi ...... 31 A.3. Parmusi: Mewujudkan Tatanan Masyarakat Berkeadaban ...... 33 A.4. Dimensi Keislaman dalam Perjuangan Parmusi ...... 35 A.5. Parmusi: Mewujudkan Kesejahteraan Umat di Indonesia ...... 38 B. Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017 ...... 42

BAB IV PARTISIPASI POLITIK PARMUSI PW DKI JAKARTA PADA PILKADA DKI JAKARTA TAHUN 2017 A. Partisipasi Politik Parmusi pada Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017 ...... 46 B. Faktor Partisipasi Politik Parmusi pada Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017 51 B.1. Kesadaran Politik Parmusi ...... 52 B.2. Memperjuangkan Pemimpin Muslim ...... 53 B.3. Visi, Misi dan Program Pasangan Anies-Sandi ...... 57 B.4. Figur, Riwayat Keturunan dan Organisasi ...... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 65 B. Saran ...... 66 B.1. Saran Umum ...... 66 B.2. Saran Akademik ...... 67

DAFTAR PUSTAKA ...... 68

x DAFTAR TABEL

Tabel I.D.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu yang Relevan ……….. 9

Tabel II.B.1. Tipe Partisipasi Politik …………………………….….. 22

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Deklarasi Dukungan Parmusi PW DKI Jakarta Untuk

Kemenangan Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta Tahun

2017 …………………………………………………… 3

Gambar IV.1. Deklarasi Dukungan Parmusi PW DKI Jakarta kepada

Pasangan calon Anies-Sandi ………………………….. 47

Gambar IV.2. Sosialisasi Usaha-Usaha Memenangkan Anies-Sandi

kepada Kader Parmusi PW DKI Jakarta ……………… 48

Gambar IV.3. Webiste Parmusinews.com dalam Memberikan Informasi

Tentang Anies-Sandi …………………………………. 49

xii DAFTAR SINGKATAN

BKAM : Badan Koordinasi Amal Muslimin DKI : Daerah Khusus Ibukota DPR : Dewan Perwakilan Rakyat DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPT : Daftar Pemilih Tetap Golput : Golongan Putih HMI : Himpunan Mahasiswa Islam Keppres : Keputusan Presiden KPU : Komisi Pemilihan Umum LBH : Lembaga Bantuan Hukum LBN : Lembaga Bela Negara LSI : Lingkaran Survei Indonesia Masyumi : Majelis Syuro Muslimin Indonesia MI : Muslimin Indonesia MUI : Majelis Ulama Indonesia Mukernas : Musyawarah Kerja Nasional No. : Nomor NU : Nadhlatul Ulama OK-OCE : One Kecamatan, One Center of Entrepreneurship Ormas : Organisasi Kemasyarakatan PAN : Partai Amanat Nasional Parmusi : Partai Muslimin Indonesia Parmusi : Persaudaraan Muslimin Indonesia PD : Pengurus Daerah PDIP : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Pemilu : Pemilihan Umum

xiii Perppu : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang PIC : Parmusi Islamic Center Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah PKB : Partai Kebangkitan Bangsa PKS : Partai Keadilan Sejahtera PP : Pengurus Pusat PPP : Partai Persatuan Pembangunan PSII : Partai Syarikat Islam Indonesia PW : Pengurus Wilayah PW : Pimpinan Wilayah Rumah PK : Rumah Perdamaian untuk Keadilan RUU : Rancangan Undang-Undang SBY : SKSP : Satu Kader Satu Produk UU : Undang-Undang

xiv BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi)1 adalah organisasi kemasyarakatan (ormas) yang berasaskan Islam dan merupakan bagian dari civil society di Indonesia. Parmusi memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang dan kompleks dengan memiliki sejarah kepartaian, yaitu Partai Majelis Syuro

Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Muslimin Indonesia, dan menjadi salah satu unsur yang membentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada masa

Orde Baru.2

Sejak deklarasi pendiriannya sebagai ormas, Parmusi turut berpartisipasi menanggapi permasalahan negara, baik di bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, maupun melakukan kritik untuk pemerintah. Ormas yang mengusung paradigma connecting muslim ini juga turut berpartisipasi politik pada putaran pertama pilkada DKI Jakarta tahun 2017 dengan menyatakan dukungan untuk pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Muslim, yaitu Anies Rasyid

Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno (Anies-Sandi), serta Agus Harimurti

Yudhoyono dan Sylviana Murni (Agus-Silvy).3

1 Ormas yang berasaskan Islam ini dideklarasikan pada 26 September 1999 di Yogyakarta, dengan tujuan awal menjadi wadah perjuangan umat, khususnya keluarga Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Muslimin Indonesia (MI). 2 Keputusan Muktamar ke-3 Parmusi, (Jakarta: Pengurus Harian Pusat Parmusi, 2015), h. 103. 3 Imam Fathurrohman, “Dukung Dua Cagub DKI Muslim, Parmusi Siap Kerahkan 5000 Kader”, http://www.parmusinews.com, 4 Oktober 2016.

1 Berbagai perilaku dan tindakan yang dilakukan Parmusi merupakan bukti empiris dari keberlangsungan civil society di negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi. Civil society merupakan warga negara yang yang bertindak secara kolektif dalam memperjuangkan kepentingan dan gagasan mereka yang biasanya memiliki tujuan memperjuangkan kepentingan umum.4

Konsep yang berkembang pesat pasca reformasi ini (khususnya di kalangan masyarakat muslim Indonesia) dipercaya dapat mendukung jalannya demokrasi pada sebuah negara. Dalam perkembangannya, terdapat berbagai perbedaan pandangan dalam menerjemahkan civil society, seperti kalangan tradisionalis5 yang menerjemahkan civil society sebagai “masyarakat sipil”6, dan kalangan modernis7 menerjemahkannya sebagai “masyarakat madani”.8

Parmusi yang memiliki hubungan sejarah dengan Masyumi (kalangan modernis) menerjemahkan civil society sebagai masyarakat madani. Masyarakat madani adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, dan berkeadaban.9

4 Larry Diamond, Developing Democracy, Toward Consolidation, (Baltimore: The Johns Hopkins University Press, 1999), h. 221 5 Kalangan tradisionalis adalah sekelompok umat Islam yang berkesadaran dengan tradisi, menjadikan tradisi sebagai “saringan simbolik” untuk memaknai sesuatu. Bahkan lebih dari itu, tradisi ditempatkan sebagai kuasi-ideologi (yang terbuka), berhadapan dengan ideologi-ideologi lain. Lihat As’ad Said Ali, “Tradisionalisme NU”, http://www.nu.or.id, 06 Maret 2014. 6 Masyarakat sipil adalah kehidupan sosial yang terorganisasi dengan ciri-ciri kesukarelaan, keswadayaan, keswasembadayan, dan kemandirian berhadapan dengan negara. Lihat Muhammad A.S. Hikam, Islam Demokratisasi, dan Pemberdayaan Civil Society, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 145. 7 Kalangan modernis adalah sekelompok umat Islam yang menghendaki agar ajaran Islam mampu memberikan kontribusi secara nyata dalam memecahkan masalah-masalah yang hadir dalam kehidupan sosial sepanjang zaman dan di mana pun. Lihat Abdul Manan, Pembaruan Hukum Islam di Indonesia, (Depok: Kencana, 2017), h. 155. 8 Masyarakat Madani adalah masyarakat yang memiliki ciri egalitarianisme, penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, keterbukaan partisipasi seluruh anggota masyarakat, penentuan kepemimpinan melalui pemilihan (bukan berdasarkan keturunan), tegak berdiri diatas keadilan dan hukum, toleransi, pluralisme, dan musyawarah. Lihat Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 169-179. 9 Ibid, h. 167-168.

2 Mengacu dengan definisi ini, Parmusi merupakan kelompok masyarakat yang berpartisipasi politik dan dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat d iteliti pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Gambar I.1. Deklarasi Dukungan Parmusi PW DKI Jakarta Untuk Kemenangan Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta Tahun 201710

Civil society memiliki peran dan fungsi dalam memperbaiki struktur dan fungsi negara.11 Peranan yang dimiliki oleh civil society juga dapat mengubah struktur pemerintahan daerah melalui partisipasi politik, yang merupakan wujud keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya.12 Partisipasi politik Parmusi pada p ilkada DKI Jakarta putaran kedua menunjukkan konsistensinya dalam mendukung pasangan calon Muslim, yaitu dengan melakukan deklarasi dukungan

Parmusi Pimpinan Wilayah (PW) DKI Jakarta untuk memenangkan pasangan calon Anies-Sandi.13

10 Ibnu Siena, “Dukung Anies-Sandi, Parmusi Targetkan Menang Mutlak”, https://www.merdeka.com, 23 Maret 2017. 11 Diamond, Developing Democracy, h. 221. 12 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h.180. 13 Lopi Kasim, “Parmusi Jakarta Targetkan Anies-Sandi Menang Mutlak”, http://www.rmoljakarta.com, 29 Oktober 2017.

3 Berbagai tindakan yang dilakukan oleh pengurus Parmusi pada pilkada DKI

Jakarta merupakan sebuah fenomena partisipasi politik civil society di negara demokrasi. Benar atau tidaknya Parmusi sebagai komponen pendukung demokrasi dapat diamati dari keaktifan kader dan pengurus Parmusi pada pilkada DKI

Jakarta tahun 2017. Parmusi yang memiliki semangat perjuangan Masyumi14

(partai politik Islam terbesar dalam sejarah Indonesia) dapat menjadi tolak ukur faktor partisipasi politik ormas Islam (kalangan modernis) yang mendukung pasangan calon Muslim pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Menurut berbagai survei penelitian15 terkait dengan partisipasi politik masyarakat pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017, mayoritas pemilih cenderung mendukung pasangan calon yang memiliki agama yang sama dengan pemilih, khususnya pemilih Muslim. Pemilih Muslim juga cenderung mendukung berbagai aktifitas ormas-ormas Islam, seperti “Aksi Bela Islam”.16 Berdasarkan hal ini, muncul isu yang berkembang di tengah masyarakat, bahwa faktor sosiologis

(agama) cenderung memengaruhi pemilih Muslim dalam menentukan pilihan politik.17

14 Keputusan Muktamar ke-3 Parmusi, h. 65. 15 Berdasarkan survei penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA tentang pemilih pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Terhitung pada Oktober 2016, Anies-Sandi dan Agus-Silvy unggul di pemilih Muslim (basis pemilih Muslim di DKI Jakarta mencapai 90%) dan pemilih yang tidak menginginkan calon non Muslim sebesar 55%. Lihat Tim Lingkaran Survei Indonesia, “Isu Agama Kalahkan Ahok”, http://www.lsi.co.id, 2 Oktober 2016. Berdasarkan survei penelitian Median pada putaran kedua, terdapat 57,4% pemilih Muslim yang memilih Anies-Sandi dan 35,3% pemilih Muslim yang memilih Ahok-Djarot, lalu terdapat 52,6% pemilih yang menyatakan Ahok bersalah dalam kasus penistaan agama, 25,1% menyatakan Ahok tidak bersalah, 22,3% tidak jawab. Sementara terdapat 95,6% pemilih non Muslim yang memilih Ahok-Djarot dan 1,7% pemilih non Muslim yang memilih Anies-Sandi. Lihat Tim Median “Paradoks Perilaku Pemilih Pilgub DKI Jakarta”, http://www.median.or.id, 10 April 2017. 16 Aksi Bela Islam adalah sebuah demonstrasi terkait dengan upaya penegakkan hukum atas kasus penistaan agama yang dilakukan oleh calon Gubernur Basuki Tjahja Purnama (Ahok). 17 Isyana Artharini, “Akankah Isu Agama Makin Kuat di Putaran Dua Pilkada Jakarta?”, https://www.bbc.com, 17 Februari 2017.

4 Pengurus dan kader Parmusi PW DKI Jakarta yang tergolong sebagai pemilih Muslim di DKI Jakarta, memiliki faktor tertentu yang memengaruhi partisipasi politiknya pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017, sehingga hal ini menarik untuk dikaji, diteliti, dan dianalisis lebih dalam untuk mendapatkan data analisa partisipasi politik ormas Islam (kalangan modernis) yang membawa paradigma connecting muslim ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan untuk seluruh pembaca.

B. Pertanyaan Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mencari tahu partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI Jakarta 2017. Untuk itu penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta pada pilkada DKI

Jakarta tahun 2017?

2. Apa saja faktor yang membuat Parmusi PW DKI Jakarta ikut

berpartisipasi politik pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai penulis dalam sebuah penelitian. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta dalam pilkada

DKI Jakarta tahun 2017.

b. Mengetahui faktor partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta pada

pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

5 C.2 Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat penelitian dipisahkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini memperluas pengetahuan studi ilmu

politik tentang partisipasi politik, khususnya partisipasi politik ormas

yang berlandaskan Islam di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini memberikan pengetahuan kepada

pembaca tentang partisipasi politik ormas Islam yang memiliki

hubungan historis dengan Masyumi dalam pilkada, sehingga pembaca

dapat memahami situasi politik yang hadir di tengah masyarakat DKI

Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis meninjau berbagai penelitian sejenis yang pernah dilakukan khususnya di Indonesia. Peninjauan ini dilakukan untuk memberikan keragaman pandangan yang menjadi perbandingan dalam melakukan penelitian.

Pertama, penelitian Saiful Amir18, penelitian ini membahas perilaku dan partisipasi politik masyarakat yang beragama Islam di Kabupaten Karo pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2017. Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi politik umat Islam Kabupaten Karo dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan dari media massa. Perilaku politik

18 Saiful Amir, “Perilaku Politik Umat Islam di Kabupaten Karo dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013”, (Tesis S2 Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 2014).

6 umat Islam Kabupaten Karo dalam memilih dipengaruhi oleh agama dan visi misi yang dimiliki oleh pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur.

Kedua, penelitian Mohammad Sholihin19, penelitian ini membahas tentang perilaku pemilih buruh rokok dalam pilkada langsung di Kabupaten Kudus.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pemilih buruh rokok adalah janji politik dan materi yang diberikan oleh tim sukses salah satu pasangan calon. Faktor lain juga dipengaruhi oleh perilaku dan latar belakang partai yang baik dari pasangan calon serta terjun langsung bertemu dengan masyarakat bawah.

Ketiga, Penelitian Farhan Acha20, penelitian ini membahas tentang perilaku pemilih dari suporter slemania pada pilkada Kabupaten Sleman 2015. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anak muda suporter slemania mengedepankan rasionalitas dalam menentukan pilihan politik. Suporter cenderung memilih pasangan calon karena kehendak pribadi yang diperjuangkan melalui jalurnya masing-masing. Program dan rekam jejak dari salah satu pasangan calon juga merupakan faktor suporter dalam menentukan pilihan politik.

Keempat, penelitian Kadek Dwita Apriani21, penelitian ini menyimpulkan faktor identifikasi partai politik dan figur pasangan calon memiliki hubungan dengan perilaku pemilih dan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) Tabanan tahun 2010. Faktor utama masyarakat

19 Mohammad Solihin, “Perilaku Pemilih Buruh Rokok Dalam Pilkada Langsung di Kabupaten Kudus”, (Tesis S2 Pascasarjana Universitas Diponogoro Semarang, 2009). 20 Farhan Acha, “Suporter dan Pilkada: Perilaku Pemilih Suporter Slemania Pada Pilkada Kabupaten Sleman Tahun 2015,” (Tesis S2 Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2017). 21 Kadek Dwita Apriani, “Pengaruh Faktor Identifikasi Partai Politik dan Faktor Kandidat Terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilukada Kabupaten Tabanan-Bali Tahun 2010”, (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012).

7 Tabanan dalam menentukan pilihan politik adalah latar belakang partai yang dimiliki oleh pasangan calon, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

(PDIP). Faktor lain yang memengaruhi masyarakat juga berasal dari figur pasangan calon yang memiliki sifat kejujuran.

Kelima, penelitian Safaudiyah Purwaningsih22, penelitian ini menyimpulkan warga Gedongjetis berpartisipasi politik dan membantu kebutuhan dalam persiapan pencalonan kepada salah satu calon disebabkan oleh identifikasi figur, identifikasi partai politik, dan isu kampanye. Harapan warga dalam mewujudkan good governance belum terwujud, karena Kepala desa Gedongjetis hanya menjalankan prinsip partisipasi warga dalam memutuskan sesuatu berdasarkan kesepakatan bersama, belum mewujudkan penegakan hukum, transparansi, keadilan, efektifitas, akuntabilitas, dan visi strategis.

Kelima penelitian sebelumnya yang membahas partisipasi politik serta permasalahannya tersebut menjadi rujukan yang digunakan oleh peneliti.

Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti buat adalah permasalahan partisipasi politik yang memfokuskan terhadap civil society, teori yang digunakan dan objek yang diteliti. Penelitian ini membahas mengenai partisipasi politik yang dilakukan Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

22 Safaudiyah Purwaningsih, “Perilaku Politik Warga Negara Dalam Pemilihan Kepala Desa Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) (Studi Kasus di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten)”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, 2013).

8 Tabel I.D.1. Perbedaan Penelitian yang Relevan

No Peneliti Judul Teori 1 Saiful Amir Perilaku Politik  Teori partisipasi politik Umat Islam di  Teori perilaku pemilih Kabupaten Karo dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013

2 Mohammad Perilaku Pemilih  Teori perilaku pemilih Sholihin Buruh Rokok Dalam  Teori partisipasi politik Pilkada Langsung di Kabupaten Kudus

3 Farhan Acha Suporter dan  Teori perilaku pemilih Pilkada: Perilaku  Teori tipologi pemilih Pemilih Suporter  Teori partisipasi politik Slemania Pada Pilkada Kabupaten Sleman Tahun 2015

4 Kadek Dwita Pengaruh Faktor  Teori perilaku pemilih Apriani Identifikasi Partai  Konsep identifikasi partai Politik dan Faktor  Faktor kandidat Kandidat Terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilukada Kabupaten Tabanan- Bali Tahun 2010

5 Safaudiyah Perilaku Politik  Teori partisipasi politik Purwaningsih Warga Negara  Teori perilaku pemilih Dalam Pemilihan  Konsep good governance Kepala Desa Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) (Studi Kasus di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung

9 Kabupaten Klaten)

6 Mahlizar Civil Society dan  Konsep civil society Syahfadillah Partisipasi Politik  Teori partisipasi politik (Studi Partisipasi Politik Persaudaraan Muslimin Indonesia PW DKI Jakarta pada Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017)

E. Metode Penelitian

E.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang temuannya tidak ditempuh melalui data statistik, dan penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif dalam menjelaskan hasil pengamatan terhadap individu yang didapatkan melalui dialog langsung dengan pihak terkait untuk memperoleh data dan gambaran secara menyuluruh. Proses dan makna berdasarkan perspektif subyek lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.23

Penelitian ini dikembangkan berdasarkan data-data dari berbagai sumber, yang terdiri atas literatur, berbagai riset, media online, dan teori yang akan dipadukan dengan hasil wawancara terhadap Pengurus Pusat (PP) dan Pengurus

Wilayah (PW) Parmusi DKI Jakarta yang terkait dalam pelaksanaan pilkada DKI

Jakarta tahun 2017.

23 Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta: Suaka Media, 2015), h. 8.

10 E.2. Sumber dan Jenis Data

E.2.1 Data Primer

Pengambilan sumber data primer dilakukan melalui wawancara langsung yang diperoleh melalui interaksi dengan memberikan pertanyaan intensif kepada p engurus Parmusi yang terlibat dalam pelaksanaan demokrasi pada pilkada DKI

Jakarta tahun 2017.

E.2.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian skripsi ini bersumber pada buku, skripsi, tesis, koran, berita online, dan data elektronik dari internet yang berkaitan dengan topik penelitian.

E.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian pengumpulan data merupakan bagian terpenting, karena data-data yang ditemukan berdasarkan fakta di lapangan akan dipadukan dengan teori dan konsep terkait. Dalam memperoleh data, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.

E.3.1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan interaksi dalam bentuk pertanyaan yang disampaikan secara lisan kepada narasumber.24 Penulis memilih narasumber yang dianggap layak dalam memberikan data-data terkait dengan penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Usamah Hisyam (Ketua Umum Parmusi), Mohammad Zein

(Ketua PW Parmusi DKI Jakarta), Syafrudin Anhar (Ketua Organisasi Kaderisasi

24 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metode Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi Kasus, (Sukabumi: Jejak, 2017), h. 66.

11 dan Keanggotaan Parmusi), Nurhayati Payapo (Ketua Muslimah Parmusi),

Ferawati ( Wakil Bendahara PW Parmusi DKI Jakarta), dan Rismaya (Wakil

Sekretaris PW Parmusi DKI Jakarta).

E.3.2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti. Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan organisasi yang dilakukan oleh Parmusi khususnya kegiatan partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun

2017 melalui berbagai media online.

E.3.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui penelusuran data historis. Penulis membaca dan menelaah dokumen-dokumen yang terkait dengan

Parmusi, khususnya yang berhubungan dengan berbagai kegiatan Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Dokumen tersebut bersumber dari buku dan dokumen resmi yang diperoleh dari Parmusi

E.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif25 yang bertujuan memberikan gambaran secara detail berdasarkan fakta yang terjadi sebenarnya dengan mengklasifikasikan dan mendeskripsikan variabel26 yang berkenaan dengan partisipasi politik yang dilakukan Parmusi PW DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Data yang sudah penulis dapat melalui

25 Teknik analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum dari perilaku manusia, pencapaian, atau kinerjanya dalam sebuah konteks yang spesifik. Lihat Patrisius Istiarto Djiwandono, Meneliti Itu Tidak Sulit, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 46. 26 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14.

12 wawancara, observasi, dan dokumentasi, akan dianalisis berdasarkan teori partisipasi politik dan konsep civil society.

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis menguraikan secara sistematis ke dalam lima bab yang memuat uraian secara garis besar dari isi penelitian. Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab I, penulis menguraikan pernyataan masalah yang menjadi latar belakang mengapa penelitian ini perlu dan menarik untuk dilaksanakan, yaitu partisipasi politik Parmusi sebagai ormas yang memiliki hubungan historis dengan

Masyumi dan berbagai isu yang berkembang pada pilkada DKI Jakarta tahun

2017. Dalam bab ini juga menguraikan pertanyaan penelitian yang terdiri atas dua pertanyaan terkait dengan partisipasi politik yang memiliki tujuan dan manfaat penelitian. Penulis juga membuat tinjauan pustaka dan metode penelitian agar penelitian berjalan dengan baik dalam memperoleh dan mengolah data penelitian.

Terakhir adalah sistematika penulisan.

Bab II, penulis membahas kerangka teoritis dan konseptual. Dalam bab ini memfokuskan pembahasan tentang konsep civil society dan i teor partisipasi politik. Bab ini juga menjelaskan tentang definisi dan peraturan pilkada di

Indonesia.

Bab III, penulis membahas tentang Parmusi yang terdiri atas sejarah dan latar belakang pendirian, nilai dasar dan keislaman, tujuan serta usaha-usaha dalam mewujudkan masyarakat madani, dan program kegiatan dalam berbagai bidang. Bab ini juga memaparkan gambaran umum pilkada DKI Jakarta tahun

13 2017, untuk memahami berbagai tindakan yang dilakukan Parmusi pada pilkada

DKI Jakarta tahun 2017.

Bab IV, penulis memaparkan hasil penelitian dan analisa partisipasi politik

Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Peneliti menganalisa hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara dengan enam narasumber dalam bentuk analisa deskriptif yang terdiri atas partisipasi politik dan faktor partisipasi politik,

Parmusi PW DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Bab V, penulis memaparkan kesimpulan hasil analisis, yaitu partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI Jakarta 2017 terdiri atas dukungan untuk salah satu pasangan calon yang disertai partisipasi dalam membantu kemenangan pasangan claon yang Parmusi PW DKI Jakarta dukung. Partisipasi Politik

Parmusi PW DKI Jakarta dipengaruhi oleh faktor kesadaran politik dalam keinginan hadirnya Gubernur dan Wakil Gubernur muslim di DKI Jakarta yang sesuai dengan visi, misi, program, dan figur pemimpin yang Parmusi harapkan.

Dalam bab ini penulis juga memberikan saran umum dan akademik sebagai respon dalam menanggapi hasil penelitian.

14 BAB II

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

Bab ini membahas konsep terkait dengan civil society sebagai komponen pendukung dalam negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi, serta teori partisipasi politik yang menjadi tolak ukur dalam menjelaskan partisipasi politik

Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) pada pemilihan kepala daerah

(pilkada) DKI Jakarta tahun 2017. Dalam menjelaskan faktor partisipasi politik

Parmusi, penulis juga menjelaskan teori tentang faktor partisipasi politik.

A. Civil Society

Kelahiran Parmusi sebagai ormas merupakan fenomena berkembangnya konsep civil society yang menjadi sebuah diskursus penunjang dan prasyarat demokratisasi di Indonesia. Menurut Larry Diamond, civil society merupakan warga negara yang bertindak secara kolektif pada lingkup publik dalam memperjuangkan sebuah kepentingan, hasrat, preferensi, dan gagasan mereka, yang biasanya terdiri atas kelompok masyarakat dengan tujuan memperbaiki struktur serta fungsi negara, dan untuk meminta pertanggungjawaban pejabat negara atau dapat dikatakan memperjuangkan kepentingan umum.1

Konsep civil society berkembang di berbagai kalangan masyarakat di

Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat muslim Indonesia. Terdapat persentuhan antara kelompok muslim tradisionalis dan modernis dalam menerjemahkan civil society. Kalangan tradisionalis menerjemahkan civil society

1 Larry Diamond, Developing Democracy, Toward Consolidation, (Baltimore: The Johns Hopkins University Press, 1999), h. 221.

15 sebagai “masyarakat sipil”, dan kalangan modernis menerjemahkannya sebagai

“masyarakat madani”.

Parmusi merupakan ormas yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia, hal ini tertera pada tujuan yang dimiliki Parmusi, yaitu:

“Terwujudnya masyarakat madani, sejahtera, lahir dan batin dalam kehidupan bangsa Indonesia yang diridhoi Allah SWT”.2 Penggunaan kata masyarakat madani juga dipengaruhi hubungan historis Parmusi dengan Masyumi3 dan Partai

Muslimin Indonesia4 yang merupakan kalangan modernis.

Meluasnya ide-ide dan wacana masyarakat madani di kalangan masyarakat dan cendekiawan Indonesia dipicu pernyataan Anwar Ibrahim, Menteri Keuangan dan Perdana Menteri Malaysia dalam Festival Istiqlal 1995:

Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat mendorong daya usaha inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, ekonomi, dan teknologi. Sistem sosial yang cekap dan saksama serta pelaksanaan pemerintah mengikut undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu menjadikan keterdugaan atau predictability serta ketulusan atau transparency sebagai satu sistemnya.5

Menurut M. Dawam Rahardjo6 dalam menjelaskan inti dari masyarakat madani, bahwa “Agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya. Berdasarkan hal tersebut masyarakat madani mengandung tiga hal, yakni agama, peradaban dan perkotaan”, maka hal ini dapat

2 Ketetapan Muktamar III Parmusi, Bab II, Pasal 2, 3, dan 4 dalam pembahasan Asas, Tujuan, dan Sifat Kegiatan. 3 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), h. 556. 4 M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), h. 282. 5 Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif, Islam dan Civil Society, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 157-158. 6 M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999), h. 146.

16 dijelaskan dengan pernyataan Nurcholish Madjid, bahwa istilah masyarakat madani mengacu pada konsep negara kota Madinah yang dibangun oleh Nabi

Muhammad SAW7, yang merupakan konsep dalam membangun tatanan masyarakat yang berperadaban, terbuka, adil, dan demokratis dengan ciri egalitarianisme, penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, keterbukaan partisipasi seluruh anggota masyarakat, penentuan kepemimpinan melalui pemilihan (bukan berdasarkan keturunan), tegak berdiri diatas keadilan dan hukum, toleransi, pluralisme, dan musyawarah.8

Kata “madani” dalam bahasa Arab dapat dialihbahasakan menjadi “kota”9, maka Adi Suryadi Culla10 memaknai masyarakat madani secara luas sebagai

“masyarakat kota” dengan penjelasan sebagai berikut:

Makna masyarakat madani sebagai masyarakat kota dalam persepektif itu tampaknya bersentuhan dengan konsep civil society yang berasal dari Barat. ... Masyarakat kota merupakan masyarakat modern yang memiliki rasionalitas atau kesadaran hukum sebagai “warga negara” jauh lebih baik ketimbang masyarakat tradisional. Masyarakat kota yang merujuk pada Madinah barangkali dapat disejajarkan dengan polis atau negara-kota (city-state) Yunani yang dianggap sebagai asal-muasal sistem masyarakat beradab.

Menurut Usamah Hisyam11, Parmusi merupakan gerakan civil society yang berperadaban sebagaimana definisi masyarakat madani. Parmusi memiliki pandangan politik peradaban, yaitu mementingkan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang, dibanding dengan politik praktis yang mengutamakan kekuasaan terlebih dahulu. Terwujudnya masyarakat madani juga membutuhkan

7 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, (Jakarta: Pengurus Harian Pusat Parmusi, 2015), h. 112. 8 Ibid, h. 169-179. 9 Ibid, h. 164. 10 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006), h. 36. 11 Wawancara dengan Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi, di Obsession Media Group, pada 18 Desember 2018 pukul 19.05 WIB.

17 sistem dan pemerintahan yang baik, maka dalam konteks “masyarakat kota”

Parmusi adalah kelompok masyarakat yang aktif dalam menanggapi permasalahan sosial dan politik, serta memiliki rasionalitas berupa kesadaran politik yang tinggi sebagai upaya membantu pemerintah dalam membangun masyarakat di negara demokrasi.

Menurut Azyumardi Azra, masyarakat madani lebih dari sekadar gerakan masyarakat pro-demokrasi, karena dalam mewujudkan kehidupan masyarakat b erkeadaban membutuhkan kesediaan tiap individu, baik pemerintah atau masyarakat untuk menerima berbagai pandangan politik dan sikap dalam menangani masalah sosial yang berbeda.12

Masyarakat madani merupakan konsep yang tidak hanya bersentuhan dengan demokrasi, tapi juga merujuk pada segala bentuk kegiatan masyarakat berdasarkan dengan konsep Islam. Menurut M. Dawam Rahardjo, masyarakat madani adalah suatu rumah yang berorientasi kepada nilai kebajikan umum dan keunggulan dengan misi menegakkan yang ma’ruf, mencegah yang munkar dan memelihara iman masyarakat.13 Parmusi mengusung ideologi Islam sebagai nilai perjuangan dalam mewujudkan masyarakat madani yang berorientasi pada terbentuknya tatanan kemasyarakatan yang berbudaya dan berperilaku politik

Islami.

12 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 7. 13 Rahardjo, Masyarakat Madani, h. 251.

18 B. Partisipasi Politik

Pelaksanaan pilkada merupakan bukti hadirnya demokrasi pada tingkat lokal di Indonesia. Menurut Joseph Schumpeter14, salah satu sifat demokrasi adalah adanya kompetisi secara bebas di antara elite untuk memperebutkan dukungan masyarakat dengan tujuan menduduki jabatan publik (Presiden, Gubernur, Bupati,

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan lain sebagainya). Dalam kasus pilkada

DKI Jakarta tahun 2017, dukungan masyarakat tersebut terwujud atas individu warga negara ataupun kelompok masyarakat yang berupaya memperjuangkan kepentingan dan preferensi tentang siapa yang seharusnya memerintah sebagai wujud kontrol atas pemerintahan oleh individu ataupun kelompok masyarakat

DKI Jakarta.

Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 merupakan ruang Parmusi untuk melakukan partisipasi politik. Melalui kader dan anggota yang merupakan masyarakat DKI Jakarta, Parmusi menentukan keputusan politik untuk mendukung dan memilih calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang diinginkan, karena sebuah keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pasangan calon terpilih akan memengaruhi kehidupan masyarakat DKI Jakarta.

Menu rut Sidney Verba dan Norman H. Nie15, partisipasi politik adalah berbagai kegiatan yang dilakukan individu-individu sebagai warga negara dalam memengaruhi pemilihan pejabat publik atau aparat pemerintahan dan berbagai kebijakan yang mereka ambil. Partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI dapat

14 Joseph Schumpeter , Capitalism, Socialism, and Democracy, dalam Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat, (Jakarta: Mizan Publika, 2011), h. 76. 15 Sidney Verba dan Norman H. Nie, Participation in America, dalam Saiful Mujani, Muslim Demokrat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), 256.

19 diartikan sebagai segala aktivitas kelompok masyarakat yang terdiri atas individu- individu (warga DKI Jakarta) dalam memengaruhi orang-orang untuk mengisi posisi Gubernur dan Wakil Gubernur, serta tindakan-tindakan mereka sebagai pemerintah DKI Jakarta.

Menurut Max Kaase dan Alan Marsh partisipasi politik yang dilakukan oleh warga negara terdiri dari dua bentuk, yaitu konvensional yang mencakup seluruh aktivitas warga negara biasa dalam memengaruhi hasil akhir dari proses politik

(pilkada dan pemilu) yang dilakukan dengan menaati peraturan yang ada

(prosedural) dan partisipasi tidak konvensional, yaitu “segala kegiatan yang dilakukan oleh warga negara biasa untuk memengaruhi hasil akhir politik yang tidak berhubungan dengan norma-norma hukum dan kebiasaan yang mengatur partisipasi politik di bawah suatu rezim tertentu”.16

Dalam bentuk konvensional, aktivitas yang dimaksud seperti mengikuti pemilu atau pilkada dengan memberikan suara secara prosedural. Selain itu, kampanye politik menjelang pemilu dalam usaha-usaha untuk memenangkan pasangan calon juga termasuk dalam partisipasi politik konvensional. Sedangkan yang dimaksud dalam bentuk tidak konvensional adalah aktivitas seperti demonstrasi, mogok kerja, menduduki fasilitas publik hingga melakukan perusakan fasilitas publik, sebagai bentuk protes terhadap kebijakan atau keputusan yang tertentu yang diambil oleh pemerintah.17

16 Max Kaase dan Alan Marsh, “Political Action: Theoritical Perspective”, dalam Kuasa Rakyat, h. 82. 17 Ibid.

20 Menurut Verba, Schlozman, dan Brady18 terdapat beberapa ukuran minimal dari partisipasi politik, yaitu “Ikut serta dalam pemilu, partisipasi dalam kampanye, dan mengontak pejabat publik”. Hal tersebut dapat ditambahkan dengan ukuran lain yang termasuk dalam bentuk konvensional dan tidak konvensional, maka menurut Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho

Ambardi, partisipasi politik mencakup sejumlah dimensi, yaitu mengikuti pemilu, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kampanye pemilu, melakukan aksi-aksi damai seperti menandatangani petisi, mengontak pejabat publik, hingga demonstrasi, boikot dan mogok dengan aksi-aksi politik yang menggunakan kekerasan merusak sarana publik untuk melakukan protes terhadap keputusan tertentu yang diambil pemerintah.19

B.1 Faktor Partisipasi Politik

Konsep partisipasi politik terkait dengan pelaksanaan demokrasi merupakan wujud dari paham kedaulatan yang berada di tangan rakyat. Menurut Miriam

Budiardjo, partisipasi politik dilakukan oleh warga negara yang percaya bahwa kegiatan mereka akan memberikan efek politik (political efficacy), yaitu partisipasi warga negara dalam proses politik seperti pemberian suara atau berbagai kegiatan lain yang bertujuan untuk memengaruhi posisi yang berwenang memerintah dan membuat keputusan yang menyangkut kehidupan mereka.20

Segala kegiatan yang dilakukan oleh warga negara terkait dengan partisipasi politik dipengaruhi oleh alasan atau faktor-faktor tertentu yang membuat ikut,

18 Sidney Verba, Kay Lehman Schlozman, dan Henry E. Brady, Voice and Equality. Civic Voluntarism in American Politics Cambridge, dalam Kuasa Rakyat, h. 83. 19 Ibid, h. 83-84. 20 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 369.

21 kurang atau tidak berpartisipasinya warga negara dalam proses politik. Menurut

Surbakti, faktor yang diperkirakan memengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang ialah kesadaran politik, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.21 Menurut Miriam Budiardjo, kesadaran politik merupakan kesadaran seseorang bahwa dirinya diperintah, sehingga menuntut diberikan hak suara dalam penyelenggaraan pemerintah.22 Faktor lain juga datang dari kepercayaaan seseorang pada pemerintah (sistem politik), yaitu penilaian seseorang terhadap pemerintah yang dapat dipercaya atau tidak dan dapat dipengaruhi atau tidaknya pemerintah.23

Tabel II.B.1. Tipe Partisipasi Politik24

No Kesadaran Kepercayaan Terhadap Partisipasi Politik Politik Pemerintah (Sistem Politik) 1 Tinggi Tinggi Aktif 2 Rendah Rendah Pasif-tertekan (apatis) 3 Tinggi Rendah Militan radikal 4 Rendah Tinggi Tidak aktif (pasif)

Menurut Jefry M. Paige, dalam melihat tinggi rendahnya partisipasi politik dalam suatu negara dapat dikategorikan menjadi empat tipe, yaitu:25

Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi, partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya, kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah, apabila partisipasi politik cenderung pasif- tertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi, partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).

21 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 184. 22 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 369. 23 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 184. 24 Ibid. 25 Jefry M. Paige, “Political Orientation and Riot Participation” dalam Memahami Ilmu Politik, h. 184-185.

22 Tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang dipengaruhi dari latar belakang pendidikan, perhatian seseorang tentang politik dan kehidupan masyarakat. Faktor-faktor partisipasi politik seseorang dapat dilihat dari berbagai faktor yang bukan berdiri sendiri (bukan variabel yang independen).26 Artinya, tinggi atau rendah faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya seperti status sosial dan status ekonomi, afiliasi politik orang tua atau pengalaman berorganisasi, ataupun berbagai faktor eksternal yang hadir pada perpolitikan di negara.

Menurut Marcus, Neuman, dan MacKuen27, keterlibatan politik seseorang dipengaruhi oleh dua emosi pokok, yaitu ketakutan (kecemasan) dan antusiasme.

Pemilih yang memiliki kecemasan pada salah satu kandidat akan cenderung memerhatikan informasi kualitas figur atau pribadi, serta urgensi isu-isu yang berkembang pada pemilihan.

C. Pilkada Langsung

Pilkada merupakan sebuah cara yang diyakini oleh negara penganut sistem demokrasi untuk menentukan pergantian pemerintahan daerah dengan melibatkan masyarakat lokal dengan memberikan suaranya untuk calon yang dikehendaki.

Robert A. Dahl yang dikutip oleh A. Ubaedillah menyebutkan tujuh prinsip yang harus hadir dalam sistem demokrasi yaitu, kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum yang jujur, hak memilih, hak dipilih, kebebasan menyatakan

26 Ibid, h. 184. 27 G. Marcus, W.R Neuman, M. MacKuen, Affective Intelligence and Political Judgment, dalam Pengantar Psikologi Politik, h. 241.

23 pendapat tanpa ancaman, kebebasan mengakses informasi, dan kebebasan berserikat. 28

Menurut Robert Dahl, Samuel Huntington dan Bingham Powel yang dikutip oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), bahwa terwujudnya demokrasi dalam suatu negara apabila suatu negara menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur dengan tenggang waktu yang jelas serta kompetitif, jujur, dan adil, kemudian terjadinya rotasi kekuasaan agar tidak memungkinkan kekuasaan atau jabatan publik dapat dipegang terus menerus. Dalam demokrasi, untuk mengisi jabatan publik seperti kepala daerah memerlukan hadirnya proses rekrutmen yang terbuka, yaitu peluang terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat dengan aturan yang telah disepakati. Parameter yang terakhir adalah akuntabilitas publik, yaitu seoarang pejabat publik harus bertanggung jawab dan mampu menjelaskan kepada masyarakat terkait dengan kebijakan yang dipilih, karena hal tersebut menyangkut orang banyak.29

Pilkada merupakan salah satu wujud demokrasi yang hadir dalam suatu negara pada tingkat daerah. Dalam sejarah perkembangan pilkada di Indonesia, terdapat banyak perubahan-perubahan peraturan dalam sistem pemilihan dan penyelenggaraan pemilihannya.30 Pilkada secara langsung merupakan perubahan

28 A. Ubaedillah, Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 95. 29 “Pengertian Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Parameter Demokrasi Pilkada”, http://kpu-mesuji.go.id, 28 September 2016. 30 Perubahan-perubahan tersebut dimulai dari periode ketika memilih Gubernur berdasarkan penunjukan Presiden atas pengusulan beberapa calon oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Bupati ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri melalui pengusulan beberapa calon oleh DPRD Kabupaten/Kota. Selanjutnya, terjadi perubahan peraturan menjadi pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota melalui pemilihan di DPRD Provinsi Kabupaten/Kota, hingga perubahan terakhir menjadi Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota secara langsung. Lihat Rahmat

24 terakhir sistem pemilihan dan penyelenggaraan hingga saat ini, yang telah melewati berbagai dinamika persoalan serta revisi-revisi yang terjadi.

Pilkada langsung diatur pertama kali dalalam Undang-Undang (UU) No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan peraturan tersebut pemilihan yang sebelumnya ditunjuk oleh DPRD menjadi pemilihan langsung oleh masyarakat. Berdasarkan UU tersebut pilkada langsung didefinisikan sebagai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih oleh rakyat di daerah yang bersangkutan secara langsung.31 Dalam proses pelaksanaanya pilkada langsung dilaksanakan pada tahun 2005.

Pelaksanaan pilkada langsung berjalan dengan sebagaimana mestinya hingga tahun 2014. Namun pada 25-26 September 2014, Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) melaksanakan sidang parpurna terkait dengan Rancangan Undang

Undang (RUU) pilkada yang berujung pada pengesahan UU No. 22 Tahun 2014 tentang peraturan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang kembali dipilih oleh anggota DPRD. Pengesahan UU tersebut mendapatkan penentangan dari berbagai komponen bangsa. Sehingga pada akhirnya presiden yang menjabat pada waktu itu Susilo Bambang Yudhoyono mengambil kebijakan dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 1

Tahun 2015, yaitu mengembalikan pilkada secara langsung.32

Hollyson MZ dan Sri Sundari, Pilkada Penuh Euforia, Miskin Makna, (Jakarta: Penerbit Bestari, 2015), h. 27. 31 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Pasal 24 Ayat 5 tentang kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. 32 Hollyson MZ dan Sri Sundari, Pilkada Penuh Euforia, Miskin Makna, h. 34.

25 Pada perkembangannya, untuk menyempurnakan peraturan tentang pilkada secara langsung, dilakukan revisi kembali dan diubah menjadi UU No. 8 Tahun

2015 atas perubahan dari UU No. 1 tahun 2015. tahun 2016 peraturan terkait dengan pilkada kembali mengalami perubahan melalui UU No. 10 Tahun 2016, yang membuat pilkada dilakukan secara serentak di beberapa daerah.33 Peraturan tersebut menjadi landasan dalam pelaksanaan pilkada DKI Jakarta tahun 2017, yang merupakan bagian dari pelaksanaan pilkada langsung dan serentak di

Indonesia.

33 Ibid, h. 35.

26 BAB III

GAMBARAN UMUM PERSAUDARAAN MUSLIMIN INDONESIA

DAN PILKADA DKI JAKARTA TAHUN 2017

Bab ini membahas mengenai profil Persaudaraan Muslimin Indonesia

(Parmusi), yang terdiri atas sejarah Parmusi sebagai civil society di Indonesia.

Melalui pembahasan singkat, penelitian ini akan menggali lebih dalam kegiatan

Parmusi yang berhubungan dengan politik, sosial, ekonomi dan dakwah. Bab ini juga memberikan gambaran umum pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta tahun 2017.

A. Parmusi

A.1. Sejarah Berdirinya Parmusi

Berdirinya Parmusi sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) di Indonesia memiliki hubungan historis yang tidak dapat dilepaskan dengan sejarah kepartaian, yaitu Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai

Muslimin Indonesia (Parmusi), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Parmusi sebagai partai, berdiri setelah Partai Masyumi membubarkan diri karena tekanan Presiden Soekarno pada tahun 1960. Parmusi1 berdiri atas dasar pemahaman dan pemikiran yang berkembang tentang diperlukannya suatu wadah baru berupa partai politik dengan karakteristik yang kurang lebih sama dengan

Masyumi.2

Pada Desember 1965, kelompok Islam yang mayoritas terdiri atas para mantan anggota dan pemimpin Masyumi membentuk Badan Koordinasi Amal

1 Partai Muslimin Indonesia. 2 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, (Jakarta: Pengurus Harian Pusat Parmusi, 2015), h. 63.

27 Muslimin (BKAM) yang pada awalnya memiliki tujuan sosial, budaya, dan politik, namun dalam perkembangannya, pada awal tahun 1966 BKAM cenderung sebagai upaya perjuangan dalam merehabilitasi Masyumi. Pada saat yang sama, mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta juga merencanakan partai Islam baru, namun wacana tersebut pada akhirnya stagnan. 3

Dalam perkembangannya, BKAM melaksanakan berbagai musyawarah terkait dengan upaya mewujudkan kembali semangat perjuangan Masyumi dalam bentuk partai muslim baru. Hasil musyawarah pendukung dan delegasi Masyumi dari BKAM memutuskan untuk membentuk sebuah komite dalam mewujudkan wadah politik untuk aspirasi kelompok Islam yang belum tersalurkan dalam suatu partai politik4, dengan nama Komite Tujuh.5

Pada 11 Mei 1967, komite melakukan rapat dalam membahas masalah- masalah mengenai kepemimpinan partai, konstitusi, dan programnya. Pada 20

Juni, Faqih Usman dan Agus Sadono memberitahu pemerintahan Orde Baru tentang pembentukan Komite Tujuh yang bertujuan untuk mendirikan partai politik, lalu Soeharto menyetujuinya atas dasar hak sebagai warga negara menurut hukum, namun terdapat keberatan di kalangan tentara terkait dengan pemilihan

Mohammad Roem dan Faqih Usman (tokoh Masyumi) ke dewan kepemimpinan partai.6

3 Ken Ward, The Foundation of The Partai Muslimin Indonesia, (Singapore: Equinox Publishing, 2010), h. 41-42. 4 Ibid, h. 42. 5 Panitia Tujuh yaitu: Faqih Usman (Ketua) yang merupakan tokoh Masyumi, Anwar Harjono (Wakil Ketua), Agus Sudono (Sekretaris), Nj. RAB , Marzuki Jatim, Hasan Basri, EZ Muttaqin (anggota). 6 Ward, The Foundation of The Partai Muslimin Indonesia, h. 42.

28 Para perwira militer senior dan Soeharto pada dasarnya merupakan kendala utama dalam pembentukan Parmusi, terdapat berbagai revisi-revisi yang dilakukan terkait dengan kepemimpinan partai. Negosiasi antara Komite Tujuh dengan Orde Baru menghasilkan Parmusi yang resmi dibentuk pada 17 Agustus

1967, dengan Pengangkatan Djarnawi Hadikusuma dan Lukman Harun yang berasal dari Muhammadiyah sebagai Ketua dan Sekretaris Jendral untuk Partai.7

Pendirian partai Islam baru ini mendapat banyak dukungan dari berbagai ormas

Islam dan organisasi pemuda yang menandatangani piagam pendirian Parmusi.8

Pada November 1968, dilakukan Muktamar I Parmusi yang menghasilkan keputusan untuk memilih pemimpin baru, yaitu Mohammad Roem, seorang pemimpin Masyumi yang senior dan moderat, sebagai Ketua Umum Parmusi.

Hadikusumo dan Harun sebagai pemimpin partai sebelumnya setuju dengan hal tersebut, namun pemerintah menolak kembali untuk menyetujui pergantian kepemimpinan tersebut. Intervensi pemerintahan Orde Baru membuat Parmusi kembali dipimpin oleh Hadikusuma dan Harun.9

Pada masa kembalinya kepemimpinan Hadikusuma dan Harun, Parmusi mendapatkan perseteruan antara Djaelani Naro dan Imran Kadir, yang mengecam

Hadikusuma karena dianggap memusuhi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

7 Yudi Latif, Indonesian Muslim Intelligentsia and Power,(Singapore: ISEAS Publishing, 2008), h. 340. 8 Ormas Islam dan organisasi pemuda yang menunjukkan dukungannya dengan menandatangani piagam pendirian Partai Muslimin Indonesia antara lain, Muhammadiyah, Al- Djamijatul Washlijah, Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia, Persatuan Islam, Nahdlatul Wathan, Mathla’ul Anwar, Serikat Nelajan Islam Indonesia, Kongres Buruh Islam Indonesia, Persatuan Umat Islam, Al-Ittihadijah, Persatuan Organisasi Buruh Islam se-Indonesia, Persatuan Guru Agama Islam Republik Indonesia, Himpunan Seni Budaya Islam, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Al-Irsjad, Wanita Islam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), Majelis Seni Budaya Islam (MASBI). Lihat Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 63-64. 9 Ibid.

29 (ABRI), kemudian Naro dan Kadir mengumumkan diri sebagai panitia penyusunan pimpinan Parmusi. Perseteruan tersebut berakhir setelah kedua kubu menyerahkan penyelesaian kepada pemerintah, hingga akhirnya dikeluarkan

Keputusan Presiden (Keppres) No. 77/1970 yang menetapkan M.S Mintahardja

(seorang menteri negara, dan seorang pemimpin awal HMI) sebagai Ketua Umum dan Soelastomo sebagai Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Parmusi.10

Pemerintah Orde Baru melakukan penyederhanaan partai-partai politik, yaitu berlakunya fusi partai yang ditetapkan pada 5 Januari 1973. Parmusi, Partai

Nadhlatul Ulama (NU), Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan Partai

Syarikat Islam Indonesia (PSII) bersepakat menyatukan kegiatan politiknya ke dalam wadah partai politik Islam, yaitu PPP. Parmusi pada saat itu menjadi sebuah ormas yang dikenal sebagai Muslimin Indonesia (MI). 11

Pada masa Orde Baru, MI dipimpin oleh Naro yang merupakan ketua MI sekaligus ketua umum PPP menyebabkan MI kurang berkembang karena berhimpitnya kepemimpinan dengan PPP dan juga berbagai faktor seperti persaingan internal antar unsur di dalam tubuh PPP.12 Pada akhirnya eksistensi MI sebagai ormas kurang berkembang hingga Naro Meninggal. 13 Ketika PPP sudah berganti kepemimpinan, MI sulit untuk melakukan konsolidasi dengan kepemimpinan yang ada, dan menyebabkan MI menjadi stagnan hingga era reformasi. 14

10 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 110. 11 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 65. 12 Latif, Indonesian Muslim Intelligentsia and Power, h. 341. 13 Abdurahman Syagaff, Sejarah, Visi dan Misi Parmusi, (Jakarta: Parmusi, 2017) h. 15. 14 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 65.

30 Memasuki era reformasi mekanisme pergantian kepemimpinan MI melalui muktamar tidak berjalan, sehingga muncul inisiatif beberapa pimpinan, tokoh, dan aktivis MI muda dengan melakukan terobosan guna melakukan revitalisasi MI, yaitu mendeklarasikan ormas yang bernama Persaudaraan Muslimin Indonesia

(Parmusi) pada 26 September 1999 di Yogyakarta.15 Kelahiran Parmusi16 sebagai civil society pada awalnya merupakan strategi dalam rangka menghadapi reformasi yang terjadi di Indonesia untuk menjadi wadah perjuangan umat, khususnya keluarga Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), dan Muslimin

Indonesia (MI). Parmusi saat ini (periode 2015-2020) memiliki paradigma connecting m uslim dan juga bergerak dalam memberdayakan masyarakat

Indonesia di bidang ekonomi, dakwah, dan pendidikan.17

A.2. Parmusi Pasca Reformasi

Kelahiran Parmusi pada era reformasi adalah suatu kebangkitan dan kesadaran keluarga besar Masyumi dalam semangat memperjuangkan umat Islam.

Parmusi memiliki harapan untuk menjadi perjuangan umat Islam khususnya keluarga besar Masyumi dan MI dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia sesuai dengan cita-cita luhur proklamasi 17 Agustus 1945 yang senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.18

Momentum era reformasi dimanfaatkan oleh Parmusi sebagai peluang dalam melakukan revitalisasi MI pada berbagai bidang, khususnya bidang politik, sosial-ekonomi, budaya, dan keagamaan. Kelahiran Parmusi memberikan

15 Syagaff, Sejarah, Visi dan Misi Parmusi, h. 15. 16 Persaudaraan Muslimin Indonesia. 17 Buku Laporan Hasil Mukernas I, Mukernasi II, dan Hasil Rakornas Parmusi, (Jakarta: Parmusi, 2016), h. 125. 18 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 66.

31 dorongan dalam membangun atau memacu anggota Parmusi secara kuantitatif dan kualitatif dalam berbagai posisi di seluruh lapisan kemasyarakatan untuk mewujudkan cita-cita, visi dan misi Parmusi sebagai civil society (masyarakat madani).19

Dalam perjalanan Parmusi pasca reformasi mengalami perkembangan dan berbagai persoalan seperti banyak kader Parmusi yang berada di berbagai partai politik di Indonesia, baik partai Islam ataupun partai sekuler yang menyebabkan timbulnya perdebatan untuk menjadikan Parmusi sebagai organisasi kader atau organisasi massa. Persoalan lain adalah tentang positioning dalam spektrum kearagaman organisasi, basis sosial ekonomi, atau faham pemikiran dikalangan umat Islam yang dijawab dengan Muktamar I Parmusi pada bulan Agustus 2002 dengan perumusan visi, misi, nilai-nilai dasar, strategi, dan program-program yang akan dijalankan oleh Parmusi.20

Parmusi adalah ormas yang berasaskan Islam yang memiliki tujuan mewujudkan masyarakat madani yang sejahtera lahir dan batin dalam kehidupan bangsa Indonesia yang di ridhoi Allah SWT. Parmusi dalam perjalanannya di

Indonesia memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan politik. Parmusi aktif dalam berpartisipasi pada perpolitikan di Indonesia. 21

Parmusi periode 2015-2020 yang dipimpin oleh Usamah Hisyam merupakan ormas yang memiliki paradigma connecting muslim dan juga bergerak dalam memberdayakan masyarakat Indonesia di bidang ekonomi, dakwah, dan pendidikan. Parmusi memiliki tujuan untuk mewujudkan organisasi yang mampu

19 Ibid. 20 Ibid, h. 67. 21 Ibid.

32 membangun ekonomi umat dan meningkatkan kesejahteraan, serta ikut aktif dalam mengatasi permasalahan sosial keumatan. Melalui paradigma connecting muslim, Parmusi bertujuan untuk menjadi saluran aspirasi umat Islam dari berbagai kalangan di Indonesia.22

A.3. Parmusi: Mewujudkan Tatanan Masyarakat Berkeadaban di Indonesia

Parmusi adalah ormas yang memiliki tujuan mewujudkan masyarakat madani di Indonesia, hal tersebut tercantum pada anggaran dasar Parmusi, Bab II,

Pasal 3 yang berbunyi “Terwujudnya masyarakat madani, sejahtera lahir dan batin dalam kehidupan bangsa Indonesia yang diridhoi Allah SWT”.23 Berdasarkan visi tersebut, Parmusi melaksanakan kegiatan sebagai ormas berorientasi pada keimanan dan ketakwaan, keilmuan, keadilan, kemajuan, dan kebersamaan.24

Dalam mewujudkan tujuan organisasi, Parmusi melaksanakan misi atau usaha-usaha dengan mengembangkan kualitas sumber daya manusia,25 dengan meningkatkan derajat keislaman, keikhlasan, ketakwaan, kejujuran, keadilan, kedisiplinan, dan kebersamaan, khususnya mulai dari anggota dan kader lalu diterapkan kepada masyarakat. Parmusi juga memiliki misi meningkatkan pelaksanaan berbagai kegiatan yang membantu masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun perdesaaan untuk memajukan pengetahuan umum hingga agama. 26

22 “Kepengurusan Parmusi Hasil Muktamar-3 Dikukuhkan”, http://www.parmusinews.com, 15 September 2018. 23 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 28. 24 Ibid, h. 68. 25 “Visi, Misi dan Nilai Dasar Parmusi”, https:// http://www.parmusinews.com. 26 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 29.

33 Parmusi juga memiliki misi meningkatkan kualitas kepemimpinan sosial- politik dan kemasyarakatan. Melalui dakwah, Parmusi menyampaikan kriteria- kriteria kepemimpinan yang baik kepada anggota atau kader dan juga masyarakat perdesaan maupun perkotaan. Sebagai civil society (masyarakat madani), Parmusi berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kewajiban dan hak warga negara, seperti memberikan sosialisasi terkait dengan pentingnya partisipasi politik masyarakat dalam menggunakan hak pilih untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan imbauan Pengurus

Pusat (PP) Parmusi terhadap anggota dan kader untuk menggunakan hak pilihnya pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.27

Selain melaksanakan misi terkait dengan sosial, politik dan negara, Parmusi juga melaksanakan misi terkait dengan keagamaan, yaitu meningkatkan kualitas iman dan taqwa serta amal saleh keluarga muslimin Indonesia. Sesuai dengan penggunaan nomenklatur Parmusi yaitu “Persaudaraan”, maka parmusi berupaya memupuk ukhuwah Islamiah untuk menyukseskan persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia dalam segala kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan. Dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi, Parmusi juga mencegah dan memberantas berkembangnya faham-faham yang bertentangan dengan syariat Islam seperti komunisme dan atheisme. Semua kegiatan yang Parmusi lakukan tidak hanya ditujukan untuk masyarakat, namun juga turut membantu negara dalam memecahkan dan mengatasi masalah bangsa.28

27 Wawancara dengan Ferawati, Wakil Bendahara PW Parmusi DKI Jakarta, di Majelis Ulama Indonesia pada 12 November 2018 pukul 16.35 WIB. 28 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 28.

34 Dalam melaksanakan visi dan misi, Parmusi memiliki nilai dasar yang dipegang teguh oleh anggota dan kader Parmusi. Nilai dasar tersebut adalah

Akhlak al-Karimah, yaitu perbuatan dan tingkah laku yang terbaik dan terpuji, sesuai dengan tuntunan Al Quran dan As-Sunnah.29 Kemudian anggota atau kader

Parmusi harus berpegang teguh pada integritas iman dan takwa, yang diiringi sikap kritis, kooperatif, demokratis dan bertanggungjawab. Sebagai umat Islam, nilai dasar Parmusi tidak dapat dipisahkan dengan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menyeru dan mendorong perbuatan yang baik serta mencegah segala perbuatan yang tercela (melanggar norma, hukum, atau munkar).30

Berdasarkan nilai dasar dan paradigma connecting muslim, orientasi

Parmusi adalah dakwah. Dalam segala kegiatannya Parmusi juga memiliki semangat untuk maju, mandiri, dan disiplin dalam menjaga ukhuwah , yaitu persaudaraan dan kepeloporan, yaitu sikap kepahlawanan sejati yang tidak mengharapkan popularitas atau penghormatan, melainkan keagungan jiwa.31

A.4. Dimensi Keislaman dalam Perjuangan Parmusi

Parmusi sebagai ormas yang berkembang ditengah-tengah rakyat memiliki program dan kegiatan yang menitikberatkan kepada pembangunan manusia seutuhnya secara rohaniah dan jasmaniyah yang dijiwai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Parmusi menjadikan Islam sebagai azaz dengan lima dimensi utama yaitu, ideologis, dakwah, intelektual muslim, kepemimpinan, ukhuwah

Islamiah.

29 Sarinah, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Deepublish, 2017), h. 57. 30 Ibid, h. 68-89. 31 Khalid Muhammad Khalid, Berdamai Dengan Dunia, (Jakarta: Serambi, 2002), h. 99.

35 Parmusi menjadikan Islam sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi dalam kehidupan kemasyarakatan. Ormas dengan paradigma connecting muslim ini juga memiliki keyakinan, bahwa tata kemasyarakatan, budaya dan perilaku politik harus bersumber dari nilai-nilai Islam.32 Parmusi percaya nilai-nilai Islam yang melandasi kehidupan kemasyarakatan, berbangsa, dan bernegara akan melahirkan bangsa yang santun, beradab, ramah, penuh toleransi dan mengedepankan kebersamaan. Ideologi Islam yang diusung Parmusi sejatinya diorientasikan kepada terbentuknya tatanan kemasyarakatan yang berbudaya dan berperilaku politik Islami.33

Parmusi yang berasaskan Islam tidak dapat dipisahkan dari gerakan dakwah dan pembinaan umat Islam (sosial dan dakwah). Parmusi melihat mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, sehingga sangat penting peran dakwah dalam dasar perjuangan Parmusi, yaitu dimensi amar ma’ruf nahi munkar yang bertujuan menyeru, mendorong, dan melaksanakan perbuatan yang baik, serta mencegah segala perbuatan yang tercela (melanggar norma, hukum, atau munkar).34

Parmusi juga melakukan pembinaan terhadap anggota dengan tujuan hidup anggota semakin tercerahkan penuh keberkahan, dan menjadi generasi Ulul Albab yang berarti “orang-orang yang berakal” dan “orang-orang yang mempunyai pikiran”. Parmusi mengutip Imam Ibn Katsir yang telah menafsirkan Ulul Albab sebagai golongan yang mempunyai pemikiran yang bersih lagi sempurna sehingga

32 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 85. 33 Syagaff, Sejarah, Visi dan Misi Parmusi, h. 19. 34 Parmusi, Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 88-89.

36 mampu memahami hakikat suatu perkara secara betul yang menyelamatkan kehidupan di dunia dan akhirat.35

Mempunyai pemikiran yang bersih lagi sempurna merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh Pemimpin. Kepemimpinan menurut Parmusi adalah sesuatu yang muncul dalam diri setiap orang, baik bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan sosial, bahkan bagi nusa dan bangsa. Parmusi memiliki nilai dasar yang menjadi pegangan setiap kader Parmusi khususnya yang memegang amanah sebagai pemimpin. Nilai dasar tersebut merupakan landasan bagi kader Parmusi dalam mengambil kebijakan dan kegiatan serta harus senantiasa mewarnai segala gerak langkahnya dalam situasi dan kondisi apapun.36

Syarat kepemimpinan yang ditegakan dalam Islam menurut Parmusi adalah ikhlas, amanah, dapat dipercaya, jujur, menyampaikan kebenaran, adil, satu kata dengan perbuatan dan sifat baik lainnya yang harus ditegakkan dalam kehidupan masyarakat dan negara. Bagi Parmusi, tidak ada pilihan kecuali menggunakan cara-cara Islam dalam memilih pemimpin, khususnya pemimpin di tingkat internal.37

Dimensi keislaman perjuangan Parmusi yang terakhir adalah Ukhuwwah al-

Islamiyyah, dalam kamus bahasa arab ukhuwwah berarti persaudaraan. Parmusi memahami hal tersebut sebagai persaudaaraan yang terjalin antar muslim karena keislaman-nya. Ukhuwwah juga merupakan alasan Parmusi menggunakan nomenklatur “persaudaraan” dalam organisasi yang memiliki hubungan historis dan ideologis dengan Masyumi ini. Di seluruh tingkatan Parmusi memandang

35 Ibid, h. 92. 36 Syagaff, Sejarah, Visi dan Misi Parmusi, h. 29. 37 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 97.

37 penting persatuan dan persaudaraan yang hakiki dalam menyerukan umat Islam menegakkan syiar Islam dan menghadapi kekuatan-kekuatan musuh Islam.38

Parmusi memandang kelemahan yang menghantam kehidupan umat Islam adalah perpecahan dikalangan umat yang mempunyai berbagai kepentingan golongan, sehingga meruntuhkan pilar persaudaraan. Parmusi berkeyakinan, kunci untuk mampu menegakkan Islam di dunia adalah dengan mempererat persaudaraan di antara umat Islam dengan menyingkirkan rasa ta’asubiyah

(kelompok). Parmusi bertujuan menjadi pelopor, teladan, dan terdepan dalam membangun, mempererat, dan memperkokoh tali persaudaraan muslimin di

Indonesia.39

A.5. Parmusi: Mewujudkan Kesejahteraan Umat di Indonesia

Berdasarkan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I yang dilaksankaan pada 4-6 September 2015 dan Rapat Koordinasi Kerja Nasional (Rakornas) tahun

2017, Parmusi memiliki 8 program kerja yang terdiri atas: 40

1. Program Bidang Konsolidasi Organisasi

2. Program Bidang Kaderisasi

3. Program Parmusi #Savehelpcenter

4. Program Lembaga Negara

5. Program Bidang Ekonomi

6. Program Parmusi Islamic Center

7. Program Rumah Perdamaian untuk Keadilan (Rumah PK) Parmusi

8. Program Parmusinews.com

38 Syagaff, Sejarah, Visi dan Misi Parmusi, h. 32. 39 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 101. 40 Buku Laporan Hasil Mukernas I, Mukernas II, dan Hasil Rakornas Parmusi, h. 66-70.

38 Mukernas I menghasilkan paradigma baru Parmusi sebagai connecting muslim, berbasis dakwah, sosial, ekonomi dan pendidikan. Paradigma ini menjadikan Parmusi sebagai ormas Islam terbuka untuk mempersatukan aktivis pergerakan Islam yang sejalan dengan visi, misi dan cita-cita perjuangan Parmusi dari berbagai latar belakang sosio, kultural, dan politik dengan menjadikan dakwah sebagai sebuah gerakan. 41

Parmusi pada masa bakti 2015-2020 bertekad memprioritaskan “Tri Usaha

Parmusi”, yaitu seluruh kegiatan Parmusi diarahkan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan juga berlandaskan ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al Quran dan As-Sunnah, serta kemajuan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia. Seluruh kegiatan Parmusi juga diarahkan untuk berupaya meningkatkan amal saleh muslimin Indonesia. 42

Dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut, parmusi menempuh program menata, menyapa, dan membela. Menata berarti melakukan konsolidasi organisasi dari tingkat pusat, wilayah, daerah, hingga tingkat cabang atau kecamatan. Menyapa berarti kepengurusan Parmusi di semua tingkatan harus dapat melaksanakan program umum nasional dengan melibatkan kader dan masyarakat luas di lingkungannya. Adapun program-program menyapa yang dikembangkan antara lain, Dauroh Qur’an, Satu Kader Satu Produk (SKSP),

Pelayanan Thibbun Nabawi (pusat pemeliharaan kesehatan dan pengobatan cara nabi), Rumah Yatim dan Dhuafa. Membela berarti kepengurusan Parmusi di semua tingkatan harus dapat memberikan perhatian, advokasi, dan perlindungan

41 Ibid, h. 66. 42 Ibid.

39 bagi kader dan masyarakat di lingkungannya, dalam melaksanakan syariat Islam serta menegakkan kebenaran dan keadilan. 43

Orientasi organisasi Parmusi adalah dakwah, sehingga program dakwah yang bernama “Desa Madani” adalah program utama Parmusi, yang menurut

Ketua Umum Parmusi Usamah Hisyam adalah:44

Program Parmusi membangun sebuah komunitas masyarakat desa yang islami lahir dan batin melalui dakwah para dai yang memiliki kemandirian ekonomi, peduli terhadap pemberdayaan sosial, serta kualitas pendidikan umat. Oleh karenanya, Parmusi memutuskan merekrut kembali dai-dai di tingkat kecamatan (one district five dai) yang diarahkan mendukung program Desa Madani.

Program Parmusi terkait dengan dakwah dibawahi oleh lembaga yang bernama

Lembaga Dakwah Parmusi (LDP). Program dakwah yang terlaksana adalah pelatihan dai tingkat nasional angkatan pertama dengan tema “Melalui

Connecting Muslim dan Akhlak Mulia, Mewujudkan Kader Dakwah untuk

Menjawab Tantangan Liberalisasi Budaya” dan “Jambore Dai Nasional” 45 yang merupakan gerakan dakwah dalam merekrut ribuan dai untuk membangun Desa

Madani.

Program lain Parmusi pada bidang kaderisasi, yaitu melaksankan pengkaderan dan pelatihan dalam rangka memberikan pembekalan dan orientasi kepada seluruh kader terkait dengan fokus pada pemahaman paradigma connecting muslim. Parmusi juga melaksanakan program rekrutmen anggota diberbagai tingkatan dengan berbagai pola rekrutmen yang disepakati dan mengikuti aturan anggaran dasar Parmusi.

43 Ibid, h. 67. 44 Novita Intan, “Parmusi Siapkan Lima Dai di Tiap Kecamatan”, https:// http://www.republika.co.id, , 14 Januari 2018 45 Benny Bastiandy, “Ribuan Dai Hadiri Jambore Nasional Dai di Cibodas”, https:// http://www.republika.co.id, 26 September 2018.

40 Dalam bidang bantuan sosial, Parmusi membentuk “Parmusi Save Help

Center”46, yaitu melakukan rekrutmen relawan untuk antisipasi bencana di berbagai daerah dan melakukan pengelolaan sumber dana, yang nantinya dana tersebut akan digunakan untuk membantu masyarakat yang terkena bencana.

Contoh program Parmusi ini hadir dalam membantu muslim Rohingya yang terdampar di Aceh. Bantuan tersebut berupa posko, logistik, dan pendidikan yaitu menyiapkan buka puasa, hingga menu sahur dan memberikan pesantren kilat ramadhan kepada pengungsi.47

Dalam program Lembaga Bela Negara (LBN), Parmusi melakukan revitalisasi terhadap kepengurusan dan menyiapkan program pelatihan bela negara. Parmusi juga memiliki program pada bidang ekonomi yaitu program yang bernama Satu Kader Satu Produk (SKSP), yaitu program untuk setiap Pengurus

Wilayah (PW) dan Pengurus Daerah (PD) memiliki produk yang dapat dijual untuk membangun ekonomi organisasi.48

Program lain yang dimiliki Parmusi adalah Parmusi Islamic Center (PIC), yang direncanakan berdiri di tingkat Pusat, Wilayah, dan Daerah agar dalam menjalankan peran sebagai organisasi dalam menata, menyapa, dan membela umat dapat berjalan efektif. PIC lahir dari upaya merealisasikan ketentuan

Muktamar III Parmusi No.06/Tap/Mukt-III/Parmusi/V/1436 yaitu membangun pusat kegiatan, data dan Informasi Parmusi.49 Program dalam membangut pusat kegiatan, data, dan informasi terkait dengan Parmusi juga didukung oleh program

46 Ibid, h. 68-69. 47 Buku Laporan Hasil Mukernas I, Mukernas II, dan Hasil Rakornas Parmusi, h. 165-167. 48 Usamah Hisyam, “Kepengurusan Parmusi Hasil Muktamar-3 Dikukuhkan”, http://www.parmusinews.com, 9 Oktober 2016. 49 Buku Laporan Hasil Mukernas I, Mukernas II, dan Hasil Rakornas Parmusi, h. 169.

41 Parmusinews.com50, yaitu sebuah media online yang memberikan informasi terkait segala kegiatan dan program Parmusi yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga besar Parmusi dan masyarakat Indonesia.

Ormas yang bergerak di bidang sosial ini juga memiliki program terkait dengan advokasi, yaitu Rumah Perdamaian untuk Keadilan (Rumah PK) Parmusi, yang dibawahi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Parmusi. Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan dalam bentuk advokasi, mewujudukan kesetaraan, keadilan dan kepastian hukum kepada masyarakat51 yang mengalami perlakuan tidak adil dari negara, seperti penggusuran sewenang-wenang oleh aparat dan masalah kezaliman penguasa terhadap masyarakat.52

B. Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017

Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 merupakan salah satu wujud demokrasi yang hadir dalam suatu negara pada tingkat daerah. Masyarakat DKI Jakarta melaksanakan pesta demokrasi dengan menggunakan hak pilihnya untuk memilih pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Pilkada ini dilakukukan secara langsung dan serentak dilaksanakan pada 15 April 2017. Dalam pelaksanannya pilkada ini diatur dalam Undang-Undang No. 10 tahun 2016 yang mengatur pelaksanaan pilkada langsung dan serentak.

Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 terdiri atas tiga pasangan calon yang bersaing dalam memperebutkan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur, yaitu pasangan nomor urut satu, dan Silvyana Murni yang diusung Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai

50 Ibid, h. 227. 51 Buku Laporan Hasil Mukernas I, Mukernas II, dan Hasil Rakornas Parmusi, h. 198. 52 Ibid, h. 70.

42 Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN).53 Pasangan nomor urut dua (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golkar, Partai

Hanura, dan Partai Nasdem. Terakhir, pasangan nomor urut tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan

Sejahtera (PKS).54

Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 terdiri atas dua putaran, pada putaran pertama terdapat 13.023 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di Jakarta

Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara, dengan jumlah 7.108.589 daftar pemilih tetap (DPT). Pada putaran kedua jumlah TPS dan DPT bertambah, yaitu berjumlah 13.034 TPS dan 7.218.280 DPT.55

Menurut pengamat politik maupun politisi dari berbagai partai, pelaksanaan pilkada di Ibukota merupakan barometer politik nasional, sehingga banyak pihak yang terlibat langsung dalam partisipasi politik pilkada tersebut, seperti memberikan dukungan, mengikuti kampanye, dan menggunakan hak pilih untuk memberikan suara kepada salah satu pasangan calon. 56

Partisipasi politik pada pilkada DKI Jakarta hadir dalam bentuk dukungan yang dilakukan berbagai elemen masyarakat, khususnya ormas yang merupakan bagian dari civil society. Parmusi merupakan salah satu ormas yang mengambil

53 Abdul Azis, “Pasangan Agus-Sylviana Mendaftar ke KPU DKI”, https://metro.tempo.co, 23 September 2016. 54 Jessi Carina, “Pilkada DKI 2017 Resmi Diikuti Tiga Pasang Cagub-Cawagub”, https://megapolitan.kompas.com, 24 Oktober 2016. 55 Inge Klara Safitri, “Pilkada DKI, DPT Putaran Kedua Bertambah 109 Ribu Pemilih”, https://pilkada.tempo.co, 23 September 2016. 56 Akhdi Martin Pratama, “Pilkada DKI Jakarta Dominasi Pemberitaan dan Perhatian Masyarakat”, https://megapolitan.kompas.com, 27 Oktober 2016.

43 peran dalam berbagai kegiatan politik dan hukum yang terjadi pada pilkada DKI

Jakarta tahun 2017, di antaranya adalah mengawal kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok,57 hingga memberi dukungan pada pasangan calon Muslim dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memilih pasangan calon

Gubernur dan Wakil Gubernur Muslim.58

Pada pilkada DKI Jakarta terdapat salah satu calon yang terlibat dalam kasus penistaan agama, yaitu Ahok. Parmusi menegaskan bahwa Ahok memang terbukti salah dan menistakan agama karena perkataanya menistakan surat Al-

Maidah dalam kunjungan pada 27 September 2016 terkait dengan budidaya ikan kerapu di Kepulauan Seribu. Parmusi mengerahkan ratusan kader dalam melakukan pengawalan terhadap proses peradilan kasus Ahok agar hukum berjalan dengan sebagaimana mestinya.59

Pada hasil putaran pertama, Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta memutuskan untuk mengadakan pilkada DKI Jakarta putaran kedua, karena hal tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Pasal 11 UU 29/2007 tentang

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, penjelasan pasal tersebut dikutip dari Media

Indonesia, bahwa “Pasal tersebut menyebutkan, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih”.60

57 Prima Gumilang, “Parmusi Kerahkan Ratusan Laskar di Aksi Anti Ahok”, https://www.cnnindonesia.com, 28 April 2017, 58 Imam Fathurrohman, “Dukung Dua Cagub DKI Muslim, Parmusi Siap Kerahkan 5000 Kader”, http://www.parmusinews.com, 4 Oktober 2016. 59 Imam Solehudin, “Kawal Sidang Ahok, Parmusi Serukan Jihad Revolusi Konstitusional”, https://www.jawapos.com 13 Januari 2017. 60 Micom, “Pilkada Serentak dengan Aturan Berbeda, Hanya Jakarta 50% Plus Satu”, http://mediaindonesia.com, 24 Juni 2017.

44 Pasangan calon yang berhasil maju pada putaran kedua adalah pasangan

Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga, dengan berdasarkan rekapitulasi perhitungan suara tingkat provinsi yang dilakukan KPU pada pilkada putaran pertama, yaitu

“Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni memperoleh 937.955 suara atau

17.07 persen. Pasangan Ahok-Djarot memperoleh 2.364.577 suara atau 42,99 persen dan pasangan Anies-Sandiaga memperoleh suara 2.197.333 atau 39,95 persen”.61

Pada putaran kedua, tersisa dua pasangan calon dalam memperebutkan jabatan sebagai pemimpin Ibukota. Kader Parmusi PW DKI Jakarta mengambil keputusan dalam menanggapi situasi politik ini dengan konsisten dalam mendukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Muslim, yaitu Anies-

Sandiaga. Hasil rekapitulasi suara putaran kedua oleh KPU menyatakan, bahwa

Anies-Sandiaga memenangkan pilkada dengan mendapatkan 3.240.987 suara

(57,96%), dan pasangan Ahok-Djarot mendapatkan 2.350.366 (42,04%).62

Kemenangan tersebut membawa pasangan Anies-Sandiaga resmi menjadi

Gubernur dan W akil gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

61 Jabbar Ramdhani, “KPU Tetapkan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi Maju Putaran Dua Pilkada”, https://news.detik.com, 4 Maret 2017. 62 Arkhelaus W., “Rekapitulasi KPU DKI, Anies-Sandi Menang Telak Atas Ahok-Djarot”, https://metro.tempo.co, 30 April 2017.

45 BAB IV

PARTISIPASI POLITIK PARMUSI PW DKI JAKARTA

PADA PILKADA DKI JAKARTA TAHUN 2017

Bab ini merupakan analisis dari partisipasi politik Persaudaraan Muslimin

Indonesia (Parmusi) Pimpinan Wilayah (PW) DKI Jakarta pada pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta tahun 2017. Seperti yang dijelaskan pada Bab II organisasi kemasyarakatan (ormas) yang berasaskan Islam ini merupakan representasi dari civil society yang diterjemahkan oleh kalangan Muslim modernis dengan masyarakat madani. Bab ini membahas partisipasi politik Parmusi yang dipengaruhi oleh faktor tertentu pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

A. Partisipasi Politik Parmusi PW DKI Jakarta Pada Pilkada DKI

Jakarta Tahun 2017

Parmusi merupakan salah satu komponen yang mendukung proses demokrasi di Indonesia. Demokrasi dalam suatu negara ditandai dengan partisipasi politik yang aktif dari masyarakat, khususnya masyarakat madani, yaitu masyarakat yang memiliki kesadaran politik sebagai warga negara. Parmusi merupakan kelompok masyarakat yang aktif berpartisipasi politik pada pilkada.

Pada putaran pertama, Pengurus Pusat (PP) Parmusi meyakini bahwa pilihan terbaik adalah pasangan calon Muslim, seperti yang diungkapkan oleh

Mohammad Zein Ketua PW Parmusi DKI Jakarta: “Pusat (PP) meyakini bahwa pilihan terbaik yaitu Anies-Sandi dan Agus-Silvy. Kalau pada putaran pertama

46 para anggota dibebaskan dalam memilih antara dua pilihan itu, yang jelas himbauan kita tidak memilih Ahok”.1

Partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta, dimulai dari instruksi pusat yang memberikan kebebasan anggota dan kader dalam memilih pasangan calon, namun pilihan tersebut antara Anies Rasyid Baswedan dengan Sandiaga

Salahudin Uno (Anies-Sandi) dan Agus Harimurti Yudhoyono dengan Silvyana

Murni (Agus-Silvy) yang merupakan pasangan calon Muslim.

Gambar IV.1. Deklarasi Dukungan Parmusi PW DKI Jakarta kepada Pasangan calon Anies-Sandi2

Hasil rekapitulasi suara pilkada DKI Jakarta3 menyebabkan terjadinya putaran kedua yang menyisakan dua pasangan calon, yaitu pasangan Basuki

Tjahaja Purnama (Ahok) dengan Djarot Saiful Hidayat (Ahok- Djarot), dan Anies-

Sandi. Berdasarkan hasil tersebut, kader Parmusi PW DKI Jakarta berinisiatif melakukan Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) pada 22 Maret 2017, yang

1 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB. 2 “Parmusi Jakarta Targetkan Anies-Sandi Menang Mutlak”, http://jakartamajubersama.com, Maret 2017. 3 Lihat Bab III.

47 menghasilkan keputusan untuk melaksanakan deklarasi dukungan kepada pasangan calon Anies-Sandi di Gedung Joeang 45.

Gambar IV.2. Sosialisasi Usaha-Usaha Memenangkan Anies-Sandi kepada Kader Parmusi PW DKI Jakarta4

Partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta pada saat itu dalam bentuk memberi dukungan penuh pada Anies-Sandi. Dukungan tersebut dibuktikan dengan melakukan usaha-usaha dalam memenangkan pasangan calon, seperti yang diungkapkan oleh Usamah Hisyam5, Ketua Umum Parmusi:

Sosialisasi kepada seluruh kader, laskar-laskar kita gerakan door to door untuk mengajak memilih, kemudian kita juga backup media melalui Parmusinews.com juga. Kita juga melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendukung Anies, dengan dana sendiri lebih dari 1 Miliyar Rupiah besarnya. Menurut Max Kaase dan Alan Marsh, bahwa partisipasi politik terdiri atas dua bentuk, yaitu partisipasi konvensional dan non-konvensional.6 Partisipasi politik yang dilakukan oleh Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017

4 “Parmusi Deklarasi Dukung Anies-Sandi”, https://www.parmusinews.com, 22 Maret 2017. 5 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB. 6 Max Kaase dan Alan Marsh, “Political Action: Theoritical Perspective” dalam Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat, (Jakarta: Mizan Publika, 2011) h. 14.Kuasa Rakyat, h. 82.

48 merupakan bentuk partisipasi politik konvensional.7 Proses partisipasi politik konvensional tersebut terdiri atas deklarasi dukungan sebagai wujud dari menentukan pilihan politik secara kelembagaan yang disertai dengan usaha-usaha memenangkan Anies-Sandi. Usaha tersebut terlihat dalam bentuk sosialisasi kepada seluruh kader dan laskar untuk mengajak masyarakat DKI Jakarta memilih pasangan Anies -Sandi.

Gambar IV.3. Webiste Parmusinews.com dalam memberikan Informasi tentang Anies-Sandi 8

Partisipasi politik Parmusi juga terlihat dari sebuah situs media online yang dimiliki Parmusi, yaitu Parmusinews. Melalui media tersebut, Parmusi membantu menginformasikan kepada warga DKI, bahwa Parmusi menghendaki pemimpin

Muslim hadir di DKI Jakarta, hingga proses deklarasi dukungan kepada Anies-

Sandi. Partisipasi politik ini juga salah satu usaha Parmusi dalam melakukan sosialisasi untuk warga DKI Jakarta tentang pasangan Anies-Sandi.

7 Partisipasi bentuk konvensional mencakup segala aktivitas oleh warga negara biasa untuk memengaruhi hasil akhir (outcomes) dari proses politik yang sesuai dengan prosedur atau aturan baku. Lihat Bab II. 8 Website, https://www.parmusinews.com, 22 Maret 2017.

49 Partisipasi politik Parmusi juga terwujud dalam bentuk menghadiri kampanye-kampanye yang dilakukan Anies-Sandi, hal tersebut diungkapkan oleh

Mohammad Zein Ketua PW Parmusi DKI Jakarta:

Dalam bentuk rapat-rapat secara koordinasi, kita kan ada Pengurus Daerah (PD) Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat. Lima PD ini kekuatan kita, rutin kita pada saat menjelang pilkada itu kita rapat terus ya, kita bisa seminggu dua kali rapat terus. Ketika Anies-Sandi sedang kampanye di wilayah selatan, utara, barat, timur, PD Parmusi ini hadir di kampanye. Ketika acara-acara televisi (debat), juga kita hadir untuk mendukung”.9

Parmusi melakukan berbagai rapat yang dihadiri PD Parmusi untuk membahas dukungan acara-acara kampanye yang dilakukan Anies-Sandi, dengan menghadiri acara kampanye, atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

Anies-Sandi. Rapat yang dilakukan oleh PW dan PD Parmusi juga membahas tentang usaha-usaha dalam mengawal proses berlangsungnya pilkada dengan mengerahkan kader militan Parmusi ke semua tempat pemungutan suara (TPS) untuk mengawasi suara Anies-Sandi.10 Seperti yang diungkapkan oleh

Mohammad Zein Ketua PW Parmusi DKI Jakarta:11

Rapat-rapat itu juga kita lakukan dalam mengatur strategi dalam hal saksi, mengawasi TPS-TPS, kita kerahkan itu dengan kekuatan jaringan yang kita punya untuk bisa mengawasi pelaksanaan pilkada di berbagai TPS, saat berlangsungnya pengambilan suara pada pilkada. Disamping itu juga kita membuat seperti baju sendiri.

Mohammad Zein juga menjelaskan tentang sumber dana dari berbagai kegiatan yang dilakukan parmusi, bahwa “Kalau masalah dana waktu itu kita kebetulan punya ketua-ketua yang anggota dewan jadi hasil rembukan saja, kita

9 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB 10Tim JMB, “Parmusi Jakarta Targetkan Anies-Sandi Menang Mutlak”, http://jakartamaju bersama.com, 22 Maret 2017. 11 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB.

50 bikin baju, spanduk, pamflet yang mendengungkan Parmusi mendukung pasangan calon Anies-Sandi”.12 Seluruh usaha-usaha yang dilakukan Parmusi dalam berbagai kegiatan mengeluarkan dana 1 Miliyar Rupiah lebih. Sumber dana tersebut berasal dari sumbangan kader-kader Parmusi dalam usaha untuk memenangkan Anies-Sandi menjadi Gubernur dan Wakil Gubenur.

B. Faktor Partisipasi Politik Parmusi Pada Pilkada DKI Jakarta Tahun

2017

Partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017 merupakan bukti hadirnya proses demokrasi di tingkat daerah. Menurut Ramlan Surbakti, faktor-faktor yang diperkirakan memengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang ialah kesadaran politik dan kepercayaaan pada pemerintah (sistem politik).13

Partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta, mulai dari melakukan acara deklarasi dukungan terhadap pasangan Anies-Sandi, menghadiri kampanye, hingga mengawal suara dalan pelaksanaan pemungutan suara di berbagai TPS mengeluarkan tenaga dan dana yang tidak kecil. Tingginya partisipasi politik yang hadir secara sukarela dari sebuah ormas yang terdiri atas kumpulan warga DKI

Jakarta, dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Berdasarkan wawancara dengan seluruh pengurus Parmusi, faktor partisipasi politik Parmusi dipengaruhi oleh kesadaran politik sebagai warga negara dan keinginan hadirnya pemimpin muslim di DKI Jakarta.

12 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB. 13 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 184.

51 B.1. Kesadaran Politik Parmusi pada Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017

Kesadaran politik merupakan salah satu faktor partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Kesadaran politik yang dimaksud adalah kesadaran anggota dan kader Parmusi PW DKI Jakarta sebagai warga DKI Jakarta yang memiliki hak serta kewajiban untuk memberikan suaranya. Seperti yang disampaikan oleh Ferawati, Wakil Bendahara PW Parmusi DKI Jakarta:

Faktor atau alasan Parmusi ikut partisipasi politik pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017, yaitu kita aktif menggunakan hak pilih kita, jadi ada kesadaran sebagai warga DKI untuk menggunakan hak pilih. Kemudian proses pemilihan ini adalah sebagai tolak ukur kita untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan di Jakarta. Jadi, terkadang kita suka berkomentar bahwa harus A, harus B, harus C, tapi mekanisme demokrasinya tidak dijalankan. Contoh kita mau merubah sistem lalu kemudian hak pilih kita tidak digunakan (abstain/golput). Ketika golput maka kita tidak dapat mengambil peran dalam merubah arah politik mau seperti apa di DKI Jakarta itu. Karena itu memandang perlu penggunaan hak politik itu tadi ya hak pilih tadi.14

Faktor partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta sesuai dengan konsep masyarakat madani yang diungkapkan Nurcholish Madjid, bahwa masyarakat madani yang dimaksud merujuk pada masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis.15 Parmusi PW DKI Jakarta sebagai masyarakat madani (civil society) dalam menentukan pilihan politik di pilkada DKI Jakarta cenderung tidak memilih partisipasi non-konvensional16, namun lebih memilih partisipasi konvensional dengan memberikan suara pada pilkada dan mengikuti aturan yang berlaku di negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi.

14 Wawancara dengan Ferawati, Wakil Bendahara PW Parmusi DKI Jakarta, di Majelis Ulama Indonesia pada 12 November 2018 pukul 16.35 WIB. 15 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 167-168. 16 Non-konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang tidak prosedural atau tidak mengikuti aturan baku yang ada dalam suatu negara. Seperti merusak fasilitas publik, memaksakan aspirasi dengan tindakan-tindakan yang berdampak buruk pada situasi demokrasi negara.

52 Partisipasi politik konvensional yang dilakukan oleh Parmusi PW DKI

Jakarta, dipengaruhi oleh faktor kesadaran politik yang dimiliki para kader dan anggota. Parmusi sadar bahwa proses pilkada yang berlangsung, merupakan tolak ukur Parmusi yang terdiri atas warga DKI Jakarta dalam berkontribusi membangun DKI Jakarta, baik dalam konteks politik, sosial dan ekonomi.

Kesadaran politik tersebut bukan merupakan faktor partisipasi politik Parmusi satu-satunya, namun terdapat faktor lain seperti memperjuangkan pemimpin muslim dalam pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

B.2. Memperjuangkan Pemimpin Muslim di DKI Jakarta

Masyarakat madani, menurut Dawam Rahardjo, mengandung tiga hal, yakni agama, peradaban dan perkotaan.17 Sebagai ormas yang berasaskan Islam, partisipasi politik yang dilakukan oleh Parmusi PW DKI Jakarta juga dipengaruhi oleh faktor keagamaan. Sebuah harapan hadirnya pemimpin muslim di DKI

Jakarta merupakan faktor partisipasi politik Parmusi. Hal tersebut dijelaskan oleh

Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi: “Kita kan Ormas Islam berdasarkan Al

Quran As-Sunnah, syariat Islam, jadi kita menginginkan pemimpin Muslim, maka kita konsekuen sebagai ormas, maka kita berjuang untuk memperjuangkan calon

Gubernur mMusli ”.18

Parmusi sejak awal sudah konsisten mendukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang beragama Islam. Dukungan terhadap calon pasangan yang beragama Islam tersebut berdasarkan pada rekomendasi Musyawarah Kerja

17 M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999), h. 146. 18 Wawancara dengan Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi, di Obsession Media Group, pada 18 Desember 2018 pukul 19.05 WIB.

53 Nasional (Mukernas) II Parmusi yang digelar pada 2-4 Oktober 2016.19 Dalam hal ini keterlibatan Parmusi pada pilkada DKI Jakarta juga dipengaruhi oleh faktor s, yaitu kecemasan terhadap salah satu kandidat, seperti teori psikologis politik terkait dengan emosional menurut Marcus, Neuman, dan MacKuen.20

Kekhawatiran seseorang yang menistakan agama maju sebagai calon Gubernur pada pilkada DKI Jakarta juga merupakan salah satu faktor partisipasi politik

Parmusi, seperti yang disampaikan oleh Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi

DKI Jakarta: “Waktu itu melihat karena kita ini Muslim, gerakan-gerakan kita ini adalah Muslim. Melihat Ahok sebagai calon Gubernur, kita merasa terpanggil untuk menolak Ahok sebagai calon Gubernur, karena perilakunya (kasus penistaan agama) tentunya melibatkan kita sebagai ormas Islam”.21

Perilaku Ahok yang dianggap buruk menistakan agama, memicu Parmusi untuk menolaknya sebagai calon Gubernur, sehingga Parmusi berpartisipasi politik untuk memperjuangkan pemimpin Muslim. Seperti yang disampaikan

Mohammad Zein, Ketua Parmusi PW DKI Jakarta:

Kalau secara individu sebagian besar pengurus kita sudah mendukung Anies-Sandi sejak putaran pertama. … Alasan memilih Anies-Sandi kan Agus-Silvy sudah kalah, jadi kita memilih Anies karena itu representasi umat Islam. Kita melakukan demo untuk menentang Ahok karena kasus penistaan agama jadi tidak mungkin kita mendukung Ahok. Karena tinggal dua pilihan tersebut, buat saya kriteria yang paling gampang itu dua pilihan yaitu antara yang muslim dan yang kafir.22

19 Imam Fathurrohman, “Dukung Dua Cagub DKI Muslim, Parmusi Siap Kerahkan 5000 Kader”, https:// http://www.parmusinews.com, 4 Oktober 2016. 20 G. Marcus, W.R Neuman, M. MacKuen, Affective Intelligence and Political Judgment dalam Martha L. Cottam, dkk., Pengantar Sosiologi Politik, Penerjemah Ellys Tjo, (Depok: PT RajaGrafindo, 2012), h. 216. 21 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB. 22 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB.

54 Calon pemimpin yang beragama Islam merupkan salah satu faktor Parmusi

PW DKI Jakarta dalam memutuskan pilihan untuk mendukung Anies-Sandi, hal tersebut juga didukung dengan karakteristik keislaman seorang calon. Seperti yang disampaikan oleh Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi: “Karena kita benar-benar memang ingin berhasil memperjuangkan pemimpin muslim, kemudian muncul Anies, yah Anies yang kita dukung. Saya memilih Anies karena bagaimana kebijakan saya itu kan diikuti dan mengarah ke Anies. Karena saya melihat, Anies memiliki standar muslim kaffah.23

Parmusi tidak hanya memperjuangkan hadirnya pemimpin muslim di DKI

Jakarta, tapi juga melihat karakteristik seseorang dalam memahami dan melaksanakan hal-hal yang terkait dengan keagamaan sebagai faktor dalam menentukan pilihan politik. Ketua Umum Parmusi menyatakan bahwa Anies memiliki standar muslim kaffah.24 Jadi, partisipasi politik Parmusi juga dipengaruhi dari hadirnya pemimpin Muslim yang mendapatkan penilaian yang baik dari Parmusi.

Selain itu, faktor dakwah juga merupakan salah satu faktor partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta. Parmusi ingin menjelaskan kepada warga DKI

Jakarta tentang memilih pemimpin dalam syariat Islam, seperti yang dijelaskan oleh Syafrudin Anhar, Ketua Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan Parmusi:

Terkait dengan pilkada DKI Jakarta jelas, memegang dasar untuk memilih pemimpin DKI Jakarta itu berdasarkan ketentuan syariat. Jadi faktor partisipasi

23 Wawancara dengan Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi, di Obsession Media Group, pada 18 Desember 2018 pukul 19.05 WIB. 24Kaffah (menyeluruh) yang dimaksud adalah keislaman yang berusaha menerapkan Islam secara total, mulai dari aspek yang sangat pribadi, seperti cara bersuci sampai kepada sistem politik. Lihat Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 145.

55 politik Parmusi karena ada kepentingan dakwah disitu, kan sebenarnya politik itu merupakan sarana dakwah, dakwah kita umat Islam untuk menyampaikan risalah- risalah dan ajaran-ajaran agama. Jadi faktor itu paling dominan selain faktor memilih karena hak setiap warga negara, ... apalagi dalam kasus pilkada DKI itu ada kasus salah satu calon Gubernur melakukan suatu tindakan baik sengaja ataupun tidak sengaja melecehkan pemahaman kita mengenai Al Quran.25

Sesuai dengan definisi masyarakat madani dalam konsep Islam yang dijelaskan oleh M. Dawam Rahardjo, bahwa masyarakat madani adalah suatu rumah yang berorientasi kepada nilai kebajikan umum dan keunggulan dengan misi menegakkan yang ma’ruf, mencegah yang munkar dan memelihara iman masyarakat.26 Faktor partisipasi politik Parmusi, dipengaruhi oleh keinginan mencegah perbuatan-perbuatan yang tercela hadir dalam sebuah tatanan masyarakat, terlebih lagi perpolitikan Parmusi tidak mengingingkan hadirnya pemimpin yang tidak sesuai dengan syariat Islam, maka dari itu faktor partisipasi politik Parmusi salah satunya juga mencegah calon Gubernur yang melakukan penistaan agama menjadi pemimpin.

Parmusi PW DKI Jakarta dalam mengambil keputusan untuk menentukan pemimpin juga dipengaruhi oleh dimensi keislaman perjuangan yang dimiliki organisasi, yaitu Islam sebagai dimensi ideologis. Ideologi Islam yang diusung

Parmusi sejatinya diorientasikan kepada terbentuknya tatanan kemasyarakatan yang berbudaya dan berperilaku politik Islami,27 berdasarkan hal tersebut,

Parmusi PW DKI Jakarta memperjuangkan calon pemimpin yang cenderung

25 Wawancara dengan Syafrudin Anhar, Ketua Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Parmusi, di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan, pada 12 Desember 2018 pukul 13.58 WIB. 26 Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial, h. 251. 27 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 85.

56 membela dan menampung aspirasi umat Islam, seperti yang diungkapkan

Nurhayati Payapo, Ketua Muslimah Parmusi:

Karena kita organisasi Islam yang orientasinya adalah dakwah, kita mendorong calon yang memang benar-benar kita rasakan bisa memperjuangkan aspirasi umat yang akan membela Islam. Di antara tiga calon, yaitu pasangan Agus-Silvy, Ahok- Djarot dan Anies-Sandi, …. Pimpinan Islam itu kita harus melihat sifat dari nabi, fathonah, amanah, shiddiq, tabligh. Dari empat itu kita lihat lebih condong ke Anies, maka kita mendukung dan melaksanakan deklarasi.28 Keinginan Parmusi dalam mewujudkan hadirnya Gubernur Muslim juga mensyaratkan pemimpin yang dekat dengan sifat sifat nabi, yaitu fathonah, amanah, shiddiq, dan tabligh, dan Parmusi PW DKI Jakarta melihat terdapat salah satu kandidat yang dekat dengan sifat tersebut, sehingga Parmusi PW DKI Jakarta turut berpartisipasi politik pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Partisipasi politik Parmusi pada pilkada DKI Jakarta, dipengaruhi oleh keinginan menegakkan kebenaran atau perbuatan baik dengan dakwah, khususnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam memilih pemimpin lewat dakwah. Melalui partisipasi politik konvensional, Parmusi mendapatkan ruang untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki Parmusi. Faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu ideologi Islam sebagai nilai perjuangan Parmusi yang berorientasi pada terbentuknya tatanan kemasyarakatan yang berbudaya dan berperilaku politik

Islami, seperti yang sudah dijelaskan pada Bab III.

B.3. Visi, Misi dan Program Pasangan Anies-Sandi

Pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017, kader dan pengurus Parmusi PW DKI

Jakarta secara kelembagaan memberikan dukungan penuh dan suara untuk Anies-

28 Wawancara dengan Nurhayati Payapo, Ketua Muslimah Parmusi, di Parmusi Centre, pada 5 November 2018 pukul 16.10 WIB.

57 Sandi sebagai pasangan calon yang dianggap mampu memimpin DKI Jakarta.29

Faktor partisipasi politik Parmusi juga dipengaruhi hadirnya pasangan calon

Muslim yang memiliki kesamaan visi Parmusi, seperti yang diungkapkan oleh

Ferawati, Wakil Bendahara Parmusi PW DKI Jakarta:

Kriteria calon Gubernur yang Parmusi dukung, yaitu ketika visi dan misinya sejalan dengan napas Parmusi, maka Parmusi menegaskan semua kadernya wajib menggunakan hak pilihnya. Karena ada kesamaan visi dan misi dari salah satu pasangan calon, maka kadernya diharapkan menggunakan hak pilihnya untuk pasangan calon yang sesuai dengan visi dan misinya (Parmusi).30

Visi dan misi pasangan calon merupakan faktor penting bagi Parmusi dalam menentukan pilihan politik pada pilkada DKI Jakarta. Visi yang dimiliki salah satu pasangan calon (Anies- Sandi) yaitu, “Jakarta kota maju dan beradab dengan seluruh warga merasakan keadilan dan kesejahteraan”31 dianggap memiliki kesamaan dengan visi Parmusi, yaitu “Terwujudnya masyarakat madani, sejahtera lahir dan batin dalam kehidupan bangsa Indonesia yang diridhoi Allah SWT”.32

Kesamaan tersebut terletak pada kata “beradab” pada visi Anies-Sandi dan kata

“masyarakat madani” yang terletak pada visi Parmusi, yang merujuk pada tatanan masyarakat berbudi luhur, berakhlak mulia, dan masyarakat yang beradab.

Parmusi melihat memiliki kesamaan visi dengan Anies-Sandi dan menilai kepemimpinan yang akan datang dapat membantu mewujudkan tujuan organisasi, seperti yang diungkapkan oleh Nurhayati Payapo, Ketua Muslimah Parmusi:33

29 Ibnu Siena, “Dukung Anies-Sandi, Parmusi Targetkan Menang Mutlak”, https://www.merdeka.com, 23 Maret 2017. 30 Wawancara dengan Ferawati, Wakil Bendahara PW Parmusi DKI Jakarta, di Majelis Ulama Indonesia pada 12 November 2018 pukul 16.35 WIB. 31 “Visi Misi Anies-Sandiaga”, https://kpujakarta.go.id. 32 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 28. 33 Wawancara dengan Nurhayati Payapo, Ketua Muslimah Parmusi, di Parmusi Centre, pada 5 November 2018 pukul 16.10 WIB.

58 Kita ini kan gerakan dakwah, kalau kita memilih orang-orang yang memang benar- benar membela Islam dengan tulus, kita akan dakwah lebih mudah. Coba, mohon maaf kalau kita mendukung Ahok apakah iya kita melakukan dakwah itu mudah? Maka itu jelas sekali karena kita memang organisasi dakwah, itu memang keingininan kita untuk bisa lebih mudah melakukan dakwah.

Parmusi menginginkan terlaksananya berbagai kegiatan dalam mewujudkan tujuan organisasi, maka Parmusi memilih pasangan calon yang dirasakan dekat dengan Parmusi, dan dianggap dapat mendukung berbagai program Parmusi khususnya dakwah. Pernyataan Nurhayati Payapo juga didukung oleh Mohammad

Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta:

Kita melihatnya seperti ini, ketika Ahok memimpin, gerakan-gerakan Islam sudah mulai banyak tertekan, masyarakat kecil yang mayoritas umat Islam juga sudah banyak untuk dipinggirkan, contoh masyarakat kampung akuarium di Jakarta Utara, walaupun itu dipindahkan tapi tidak jelas, itu mayoritas umat Islam semua dan juga pedagang-pedagang. Perlakuan yang kurang manusiawi itu nyata.34

Parmusi melakukan evaluasi terhadap pemerintahan DKI Jakarta dengan melihat isu-isu permasalahan yang hadir di Jakarta di bawah kepemimpinan petahana. Masyarakat kecil yang terpinggirkan karena lahan yang digusur dengan cara yang dianggap tidak humanis pada era kepemimpinan petahana, menjadi salah satu faktor Parmusi PW DKI Jakarta menentukan dukungan dan memilih

Anies-Sandi. Pasangan Anies-Sandi dianggap sebagai antitesis dari Ahok-Djarot karena Anies-Sandi menawarkan janji kepemimpinanan yang humanis.35

Keinginan hadirnya kepemimpinan yang humanis serta mengayomi di DKI

Jakarta, merupakan faktor penentu Parmusi dalam menentukan pilihan.

34 Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah, pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB. 35 Salah satu misi pasangan Anies-Sandi adalah Membangun manusia Jakarta menjadi warga yang berdaya dengan menghadirkan kepemimpinan humanis serta mengayomi, penggerak birokrasi yang efektif, menjaga stabilitas dan keterjangkauan harga bahan pokok, membangun sektor kesehatan, pendidikan, kebudayaan serta menyelesaikan masalah-masalah sosial. Lihat “Visi Misi Anies-Sandiaga”, https://kpujakarta.go.id.

59 Pernyataan Mohammad Zein dan Nurhayati Payapo juga didukung oleh pengalaman yang dimiliki Parmusi terkait dengan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan. Pengalaman tersebut diungkapkan oleh Rismaya, Wakil

Sekretaris Parmusi PW DKI Jakarta:36

Baiknya untuk seluruh warga DKI, jadi seperti hak-hak orang Islam itu lebih terealisasikan gitu. Soalnya waktu itu kita pernah mau membuat acara Muslimah Parmusi, hanya lokasinya itu seperti di cut (dihalangi). Itu kita sudah booking sejak lama, satu hari sebelum acara itu dibatalkan dengan alasan lokasi tidak dapat dipakai karena ada acara mendadak. Lalu kita cari tahu kebenarannya ternyata ga ada acara. Lokasi tersebut di Islamic Center Jakarta Utara. Akhirnya acara itu kita batalkan, makanan-makanan yang sudah terlanjur ada untuk acara itu juga jadi kita kasih ke panti-panti ke orang-orang yang membutuhkan. Pengalaman tersebut menjadi salah satu alasan Parmusi mendukung pemimpin yang dirasakan lebih dekat dengan organisasi, agar program-program

Parmusi dapat terlaksana dengan baik. Program Anies menyangkut isu-isu sosial yang akan berdampak pada kehidupan DKI Jakarta di masa yang akan datang juga menjadi faktor Parmusi dalam menentukan pilihan, seperti yang disampaikan oleh

Mohammad Zein:

Kebijakan reklamasi itu juga menyimpang dan Anies hadir untuk menentang Reklamasi, itu kan merupakan keberanian yang luar biasa. Kita khawatir kalau Ahok menang nanti itu kan pulau reklamasi yang beli orang Cina semua, nanti pemilihan apa-apa itu banyak orang Cina, apa kita tidak terkena imbasnya? Parmusi ini menolak reklamasi, secara persyaratan seperti AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) nya itu pun kan belum ada.

Parmusi menanggapi berbagai isu yang berkembang terkait dengan reklamasi. Kekhawatiran reklamasi berlanjut dan berakibat buruk pada kehidupan warga DKI Jakarta, menjadi faktor Parmusi memilih pasangan calon. Hadirnya

36 Wawancara dengan Rismaya, Wakil Sekretaris PW Parmusi DKI Jakarta, di Parmusi Centre, pada 30 November 2018 pukul 14.33 WIB.

60 Anies-Sandi dengan menawarkan janji memberhentikan reklamasi menjadi faktor

Parmusi untuk memilih pasangan tersebut pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Selain isu-isu sosial dan lingkungan, Parmusi juga turut menanggapi permasalahan perekonomian di DKI Jakarta. Kemiripan program antara Parmusi dan Anies-Sandi dalam bidang ekonomi, menjadi salah satu faktor penentu

Parmusi dalam memilih pasangan calon, seperti yang diungkapkan oleh Ferawati,

Wakil Bendahara Parmusi PW DKI Jakarta:

Terdapat program dari salah satu pasangan calon yang berdekatan dengan Parmusi, salah satunya adalah program “One Kecamatan, One Center of Entrepreneurship” (OK-OCE). Karena di Parmusi juga dikenal ada program “Satu Kader Satu Produk” (SKSP). Jadi program itu sejalan dengan napas Parmusi. Kemudian kesamaan langkah dalam memandang pembangunan di kota Jakarta juga menjadi salah satu faktor.37

OK-OCE merupakan salah satu program unggulan pasangan Anies-Sandi, dalam upaya meningkatkan perekonomian warga DKI Jakarta dengan melahirkan pengusaha baru. Program ini dirancang dengan tujuan membangun 44 pos pengembangan kewirausahaan warga, di setiap kecamatan.38 Sedangkan SKSP merupakan program yang memiliki visi “Terwujudnya spiritual sosio entrepreneurship Muslim yang mampu menggerakan roda ekonomi nasional melalui jaringan ekonomi Satu Kader Satu Produk (SKSP) yang dapat membentuk generasi yang terpercaya, tangguh, mandiri, dan berakhlak mulia”.39 Kemiripan tersebut terletak pada upaya menanggulangi permasalahan dalam bidang ekonomi.

Anies-Sandi dan Parmusi memiliki keinginan dan tujuan yang sama dalam membangun perekonomian DKI Jakarta. Parmusi mendukung program pasangan

37 Wawancara dengan Ferawati, Wakil Bendahara PW Parmusi DKI Jakarta, di Majelis Ulama Indonesia pada 12 November 2018 pukul 16.35 WIB. 38 Tim JMB, “Yuk Gabung Oke Oce!”, http://jakartamajubersama.com, 6 Februari 2017. 39 Buku Laporan Hasil Mukernas I, Mukernasi II, dan Hasil Rakornas Parmusi, h. 114.

61 tersebut dalam menghadirkan kepemimpinan yang humanis serta menciptakan lapangan kerja dan pembangunan untuk warga DKI Jakarta.

B.4. Figur, Riwayat Keturunan dan Organisasi Anies Baswedan

Figur pasangan calon yang sesuai dengan nilai dasar Parmusi, hingga hubungan historis antara Parmusi dan riwayat keturunannya merupakan faktor penentu Parmusi PW DKI Jakarta dalam mendukung dan memilih calon pasangan calon. Menurut Nurhayati Payapo, Ketua Muslimah Parmusi, Anies yang dianggap memiliki keislaman yang baik dipengaruhi oleh riwayat organisasinya, seperti yang diungkapkan oleh Nurhayati Payapo “Kita lebih memilih Anies karena keislamannya lebih jelas dibandingkan dengan Agus misalnya. Kenapa keislamannya lebih jelas, Anies itu dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), lebih jelas dan terukur kalau itu”.40

Hubungan antara HMI dan Parmusi dapat dilihat melalui sejarah dukungan yang diberikan dalam pembentukan Partai Muslimin Indonesia sebagai partai pada

Orde Baru.41 Partai Muslimin Indonesia merupakan salah satu cikal bakal dari

Parmusi yang berdiri sebagai ormas dengan paradigma connecting muslim dibawah pimpinan Usamah Hisyam saat ini.

Selain memiliki hubungan dengan riwayat organisasi seoarang calon, faktor penentu Parmusi dalam menentukan pilihan juga dipengaruhi oleh figur seorang calon, seperti yang disampaikan Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi:

Kita tidak lihat siapa partai yang mengusung, tapi kita lihat figurnya, figur seorang Anies. Ibadahnya bagus, intelektualnya bagus, dia juga perhatian terhadap pendidikan bagus, sikap akhlaknya baik, cerdas, itu karena figurnya. Dia sebagai

40 Wawancara dengan Nurhayati Payapo, Ketua Muslimah Parmusi, di Parmusi Centre, pada 5 November 2018 pukul 16.10 WIB. 41 Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi, h. 109.

62 menteri waktu itu juga pernah ketemu kita dua kali. Di perguruan Al Madinah saya juga datang, kalau itu secara pribadi. Dulu juga dia menjelang sudah dinyatakan mencalonkan diri, dia juga datang kesini dua kali bahkan. Dia juga bagian dari keluarga Masyumi (Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia) kan. Jadi kita lihat itu.42

Menurut pandangan Usamah Hisyam, seorang Anies bukan hanya seorang muslim taat, tapi juga memiliki intelektual dan pendidikan yang tinggi, disertai dengan akhlak yang baik dan perhatian yang tinggi terhadap pendidikan.43

Pernyataan Usamah tersebut juga diungkapkan oleh seluruh narasumber.

Syafrudin Anhar44 menambahkan, bahwa selain memilih pemimpin berdasarkan ketentuan agama, figur santun dan cerdas yang dimiliki Anies serta keberpihakannya itu lebih kepada Islam dan rakyat bawah, merupakan sesuatu nilai khusus yang membuat Parmusi lebih percaya dan menentukan pilihan pada

Anies-Sandi.

Figur Anies yang diungkapkan oleh narasumber, berdasarkan penglihatan secara umum baik langsung maupun tidak langsung. Usamah Hisyam mengungkapkan Anies pernah melakukan pertemuan dua kali dengan Pengurus

Harian Pusat (PHP) Parmusi pada saat Anies menjabat sebagai Menteri

42 Wawancara dengan Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi, di Obsession Media Group, pada 18 Desember 2018 pukul 19.05 WIB. 43 Anies Baswedan merupakan penggagas gerakan “Indonesia Mengajar”. “Indonesia Mengajar merupakan gerakan dalam usaha untuk mengajak semua pihak ambil bagian memajukan pendidikan di Indonesia. Cita-citanya adalah terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan. Bangsa yang dipenuhi oleh pemimpin berbagai bidang dengan kompetensi global dan pemahaman akar rumput. Indonesia Mengajar memiliki kegiatan utama yaitu merekrut, melatih dan mengirimkan anak muda Indonesia yang merupakan lulusan terbaik perguruan tinggi untuk bertugas selama satu tahun di berbagai daerah di Indonesia sebagai guru sekolah dasar. Di luar tugas dasarnya sebagai guru, para Pengajar Muda memiliki mandat untuk menggerakkan perubahan perilaku di tempatnya bertugas”. Lihat “Visi dan Misi Indonesia Mengajar”, https://www.indonesiamengajar.org. 44 Wawancara dengan Syafrudin Anhar, Ketua Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Parmusi, di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan, pada 12 Desember 2018 pukul 13.58 WIB.

63 Pendidikan dan Kebudayaan.45 Anies juga pernah mendatangi perguruan Al

Madinah (milik Usamah) secara pribadi. Hingga menjelang pencalonan sebagai

Gubernur, Anies juga datang melakukan pertemuan hingga dua kali dengan

Parmusi.

Faktor penentu pilihan Parmusi jatuh kepada Anies-Sandi juga karena riwayat keluarga Anies yang merupakan bagian dari keluarga besar Masyumi.

Anies merupakan cucu dari Abdurrahman Baswedan yang merupakan seorang pahlawan nasional dan merupakan pejabat Partai Masyumi.46 Partai Masyumi merupakan embrio dari Parmusi yang berdiri sebagai ormas dengan paradigma connecting muslim dibawah pimpinan Usamah Hisyam saat ini.47

Para pengurus Parmusi merupakan bagian dari kelompok yang memiliki identifikasi partai dengan Masyumi. Parmusi tidak melihat partai pengusung dari pasangan Anies-Sandi, tapi lebih melihat Anies sebagai bagian dari keluarga

Masyumi, kemudian figur Anies dan program, serta orientasi isu yang diangkat memengaruhi kader dan pengurus Parmusi PW DKI Jakarta untuk memberikan dukungan dan suaranya.

45 “Ketua Umum Parmusi Diterima Mendikbud”, https://www.parmusinews.com, 10 Juli 2015. 46 Heyder Affan, “Ideologi Politik Keturunan Arab: Islamis, Sosialis hingga Komunis”, https://news.detik.com, 4 Oktober 2016. 47 Lihat Bab III

64 BAB V

PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan partisipasi politik Parmusi

Pimpinan Wilayah (PW) DKI Jakarta pada pilkada DKI Jakartan tahu 2017.

Dalam bab ini juga berisikan saran bagi civil society lain dalam mewujudkan partisipasi politik konvensional.

A. Kesimpulan

Parmusi adalah organisasi kemasyarakatan (ormas) berasaskan Islam dan

merupakan bagian dari civil society yang disebut kalangan muslim modernis

sebagai masyarakat madani. Masyarakat madani merupakan komponen penting

dalam mendukung terwujudnya demokratisasi di Indonesia. Partisipasi politik

pengurus dan kader Parmusi Pimpinan Wilayah (PW) DKI Jakarta yang

merupakan bagian dari warga DKI Jakarta sangat dibutuhkan dalam menentukan

pemimpin secara demokratis.

Partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta merupakan partisipasi

konvensional, yaitu berbentuk deklarasi dukungan dan melakukan berbagai

kegiatan untuk memenangkan pasangan calon Anies-Sandi, yang terdiri atas

sosialisasi memilih kepada kader dan masyarakat DKI Jakarta secara langsung

maupun tidak langsung, melalui media online yang dimiliki Parmusi. Pengurus

dan kader juga menghadiri kampanye serta membuat atribut seperti baju dan

pamflet yang memberikan informasi tentang dukungan Parmusi untuk Anies-

Sandi. Berbagai kegiatan yang dilakukan Parmusi terkait dengan partisipasi

65 politik pada pilkada DKI Jakarta mengeluarkan dana sekitar 1 Miliyar Rupiah

yang berasal dari sumbangan kader dan pengurus secara sukarela.

Partisipasi politik Parmusi PW DKI Jakarta dipengaruhi oleh faktor

kesadaran politik sebagai warga negara yang harus menggunakan hak pilihnya

dan memiliki keinginan kuat membangun DKI Jakarta yang lebih baik. Parmusi

memperjuangkan hadirnya pemimpin Muslim di DKI Jakarta dengan visi, misi

dan program yang membangun DKI Jakarta secara humanis dan berpihak kepada

masyarakat kecil. Parmusi juga menginginkan hadirnya pemimpin yang memiliki

figur sopan, santun, cerdas dengan akhlak yang baik, serta riwayat keturunan dan

organisasi yang cenderung dekat dengan Parmusi sebagai organisasi yang

memiliki semangat perjuangan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

B. Saran

B.1. Saran Umum

Dengan adanya penelitian skripsi ini, perlu adanya kerjasama yang serius antara pemerintah dengan civil society dalam mewujudkan partisipasi politik konvensional yang aktif bagi seluruh warga negara. Partisipasi politik warga negara merupakan inti dari demokrasi, sehingga membutuhkan perhatian khusus dari negara. Karena tanpa adanya partisipasi warga negara, demokrasi tidak mungkin hadir dalam suatu negara.

Dalam mewujudkan proses demokrasi yang baik, setiap pasangan calon pada pilkada diharapkan tidak hanya memikirkan cara untuk memenangkan pemilihan dan mendapatkan jabatan, tapi seharusnya juga melakukan sosialisasi kepada warga negara terkait dengan pentingnya partisipasi politik. Peran civil

66 society disini sangat penting sebagai contoh masyarakat yang memiliki kesadaran politik yang tinggi dan kepedulian terhadap isu-isu sosial dan politik yang berkembang di Indonesia.

Parmusi diharapkan tetap menjadi ormas yang memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia dan juga tidak akan dipengaruhi atau dimobilisasi oleh oknum-oknum partai tertentu, agar konsep civil society ini lebih berkembang pesat dan menjadi penunjang demokratisasi di Indonesia. Pengurus dan kader Parmusi juga harus lebih aktif menunjukkan peran penting sebagai civil society atau masyarakat madani di Indonesia. Parmusi juga diharapkan dapat mempublikasikan seluruh kegiatan yang positif kepada masyarakat secara maksimal.

B.2. Saran Akademik

Untuk kedepannya diharapkan lebih banyak peneliti yang membahas tentang partisipasi politik. Penelitian mengenai partisipasi politik akan lebih menarik jika dilakukan dilakukan dengan membandingkan dua ormas atau lebih.

Karena nantinya akan terlihat perbedaan yang mendasar, terkait dengan perbandingan bentuk dan faktor partisipasi politik antara dua ormas.

67 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Azra, Azyumardi. Menuju Masyarakat Madani. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. h. 369. Buku Laporan Hasil Mukernas I, Mukernasi II, dan Hasil Rakornas Parmusi. Jakarta: Parmusi, 2016. Cottam, Martha L, dkk. Pengantar Sosiologi Politik, Penerjemah Ellys Tjo, (Depok: PT RajaGrafindo, 2012), h. 216.

Culla, Adi Suryadi. Rekonstruksi Civil Society. Jakarta: Pustaka LP3ES, 2006. Diamond, Larry. Developing Democracy, Toward Consolidation. Baltimore: The Johns Hopkins University Press, 1999. Djiwandono, Patrisius Istiarto. Meneliti Itu Tidak Sulit. Yogyakarta: Deepublish, 2015. Eulau, Heinz. Politics, Self, and Society. London: Harvard University Press, 1986. Fitrah, Muh, dan Luthfiyah, Metode Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi Kasus, Sukabumi: Jejak, 2017. Haboddin,Muhtar. Ketika Mahasiswa Bicara Pilkada. : UB Press, 2017. Hikam, Muhammad A.S. Islam Demokratisasi, dan Pemberdayaan Civil Society. Jakarta: Erlangga, 2000. Karimi, Ahmad Faizin. Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan. Jakarta: MUHI Press, 2012. Keputusan Muktamar Ke-3 Parmusi. Jakarta: Pengurus Harian Pusat Parmusi, 2015. Khalid, Khalid Muhammad. Berdamai Dengan Dunia. Jakarta: Serambi, 2002. Latif, Yudi. Indonesian Muslim Intelligentsia and Power. Singapore: ISEAS Publishing, 2008. Madjid, Nurcholish. Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi. Jakarta: Paramadina, 1999. Manan, Abdul. Pembaruan Hukum Islam di Indonesia. Depok: Kencana, 2017.

68 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Mujani, Saiful, R. William Liddle, dan Kuskhridho Ambardi. Kuasa Rakyat. Jakarta: Mizan Publika, 2011. Mujani, Saiful. Muslim Demokrat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

MZ, Rahmat Hollyson, dan Sri Sundari. Pilkada Penuh Euforia, Miskin Makna. Jakarta: Penerbit Bestari, 2015. Nurjaman, Asep. Sistem Kepartaian Indonesia. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, 2018. Prasetyo, Hendro, dan Ali Munhanif. Islam dan Civil Society. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Rahardjo, M. Dawam. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999 Ricklefs, M.C. Mengislamkan Jawa. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013. Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008. Sarinah, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Deepublish, 2017. Sugiarto, Eko. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Suaka Media, 2015.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010.

Susanto, Edi. Dimensi Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016. Syagaff, Abdurahman. Sejarah, Visi dan Misi Parmusi. Jakarta: Parmusi, 2017. Ubaedillah, A. Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi. Jakarta: Kencana, 2017. Ward, Ken. The Foundation of The Partai Muslimin Indonesia. Singapore: Equinox Publishing, 2010.

Skripsi dan Tesis

Amir, Saiful “Perilaku Politik Umat Islam di Kabupaten Karo dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013”. Tesis S2 Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 2014.

69

Apriani, Kadek Dwita. “Pengaruh Faktor Identifikasi Partai Politik dan Faktor Kandidat Terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilukada Kabupaten Tabanan-Bali Tahun 2010”. Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012. Farhan, Acha. “Suporter dan Pilkada: Perilaku Pemilih Suporter Slemania Pada Pilkada Kabupaten Sleman Tahun 2015”. Tesis S2 Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2017. Purwaningsih, Safaudiyah. “Perilaku Politik Warga Negara Dalam Pemilihan Kepala Desa Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Studi Kasus di Desa Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 2013. Solihin, Mohammad. “Perilaku Pemilih Buruh Rokok Dalam Pilkada Langsung di Kabupaten Kudus”. Tesis S2 Pascasarjana Universitas Diponogoro Semarang, 2009. Berita “Kepengurusan Parmusi Hasil Muktamar-3 Dikukuhkan”. http://www.parmusinews.com. 15 September 2018. “Ketua Umum Parmusi Diterima Mendikbud”. https://www.parmusinews.com. 10 Juli 2015. “Parmusi Jakarta Targetkan Anies-Sandi Menang Mutlak”, http://jakartamajubersama.com, Maret 2017. “Parmusi Deklarasi Dukung Anies-Sandi”. https://www.parmusinews.com. 22 Maret 2017. “Pengertian Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Parameter Demokrasi Pilkada”. https http://kpu-mesuji.go.id. 28 September 2016. “Visi dan Misi Indonesia Mengajar”, https://www.indonesiamengajar.org. “Visi Misi Anies-Sandiaga”, https://kpujakarta.go.id. Affan, Heyder. “Ideologi Politik Keturunan Arab: Islamis, Sosialis hingga Komunis”. https://news.detik.com. 4 Oktober 2016. Ali, As’ad Said. “Tradisionalisme NU”. http://www.nu.or.id. 06 Maret 2014.

Artharini, Isyana. “Akankah Isu Agama Makin Kuat di Putaran Dua Pilkada Jakarta?”. https://www.bbc.com. 17 Februari 2017.

70

Atriana, Rina. “Hakim: Ahok Merendahkan Surat Al-Maidah 51”. https://news.detik.com. 9 Mei 2017. Azis, Abdul. “Pasangan Agus-Sylviana Mendaftar ke KPU DKI”. https://metro.tempo.co. 23 September 2016. Bastiandy, Benny. “Ribuan Dai Hadiri Jambore Nasional Dai di Cibodas”. https:// http://www.republika.co.id. 26 September 2018. Carina, Jessi. “Pilkada DKI 2017 Resmi Diikuti Tiga Pasang Cagub-Cawagub”. https://megapolitan.kompas.com. 24 Oktober 2016. Fathurrohman, Imam. “Dukung Dua Cagub DKI Muslim, Parmusi Siap Kerahkan 5000 Kader”. http://www.parmusinews.com. 4 Oktober 2016. Gumilang, Prima. “Parmusi Kerahkan Ratusan Laskar di Aksi Anti Ahok”. https://www.cnnindonesia.com. 28 April 2017. Indonesia, Tim Lingkaran Survei. “Isu Agama Kalahkan Ahok”. http://www.lsi.co.id. 2 Oktober 2016. Iradat, Damar. “Kukukhkan Kepengurusan, Parmusi Usung Paradigma Baru”. news.metrotvnews.com. 04 September 2015. JMB, Tim. “Parmusi Jakarta Targetkan Anies-Sandi Menang Mutlak”. http://jakartamajubersama.com. 22 Maret 2017. JMB, Tim. “Yuk Gabung Oke Oce!”. http://jakartamajubersama.com. 6 Februari 2017. Kasim, Lopi. “Parmusi Jakarta Targetkan Anies-Sandi Menang Mutlak”. http://www.rmoljakarta.com. 29 Oktober 2017. Median, Tim. “Paradoks Perilaku Pemilih Pilgub DKI Jakarta”, http://www.median.or.id. 10 April 2017. Micom, “Pilkada Serentak dengan Aturan Berbeda, Hanya Jakarta 50% Plus Satu”. http://mediaindonesia.com. 24 Juni 2017. Pratama, Akhdi Martin. “Pilkada DKI Jakarta Dominasi Pemberitaan dan Perhatian Masyarakat”. https://megapolitan.kompas.com. 27 Oktober 2016. Ramdhani, Jabbar. “KPU Tetapkan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi Maju Putaran Dua Pilkada”. https://news.detik.com. 4 Maret 2017. Safitri, Inge Klara. “Pilkada DKI, DPT Putaran Kedua Bertambah 109 Ribu Pemilih”. https://pilkada.tempo.co. 23 September 2016. Sasongko, Agung. “Parmusi Minta Pemerintah Berpihak Pada Rakyat”. https://www.republika.co.id. 29 Mei 2015.

71

Siena, Ibnu. “Dukung Anies-Sandi, Parmusi Targetkan Menang Mutlak”. https://www.merdeka.com. 23 Maret 2017. Slay, Widiyabuana. “PP Parmusi: SBY Tidak Peka Aspirasi Masyarakat”. http://m.tribunnews.com. 30 Maret 2012. Solehudin, Imam. “Kawal Sidang Ahok, Parmusi Serukan Jihad Revolusi Konstitusional”. https://www.jawapos.com. 13 Januari 2017. W, Arkhelaus. “Rekapitulasi KPU DKI, Anies-Sandi Menang Telak Atas Ahok- Djarot”. https://metro.tempo.co. 30 April 2017. Dokumen Resmi

Ketetapan Muktamar III Parmusi Nomor 03/Tap/Mukt-III/Parmusi/V/1436 Tahun 2015 dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) tentang pembahasan Asas, Tujuan, dan Sifat Kegiatan. Undang-Undang No.32 Tahun 2004. Bab IV, Pasal 24 Ayat 5 yang berisi tentang Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Bab I, Pasal 1, Ayat 1 yang berisi Pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Wawancara

Wawancara dengan Ferawati, Wakil Bendahara PW Parmusi DKI Jakarta, di Majelis Ulama Indonesia pada 12 November 2018 pukul 16.35 WIB. Wawancara dengan Mohammad Zein, Ketua PW Parmusi DKI Jakarta, di STAI Al Aqidah Al Hasyimiyah pada 10 November 2018 pukul 13.33 WIB. Wawancara dengan Nurhayati Payapo, Ketua Muslimah Parmusi, di Parmusi Centre pada 5 November 2018 pukul 16.10 WIB. Wawancara dengan Rismaya, Wakil Sekretaris PW Parmusi DKI Jakarta, di Parmusi Centre pada 30 November 2018 pukul 14.33 WIB.

72

Wawancara dengan Syafrudin Anhar, Ketua Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Parmusi, di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan pada 12 Desember 2018 pukul 13.58 WIB.

Wawancara dengan Usamah Hisyam, Ketua Umum Parmusi, di Obsession Media Group pada 18 Desember 2018 pukul 19.05 WIB.

73