Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalan Tol -Bawen Oleh : Aditya Prabowo, Aloysius Rengga, Aufarul Marom*) Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : [email protected]

ABSTRACT

The toll road is a public road which is part of the system and the network of roads as national roads that users are required to pay the toll. The purpose of toll road which is in order to ease traffic in the area has grown. As part of Trans Java toll road, Semarang-Solo toll road have a strategic part significance for the development of the road network in in particular and also for the development of the road network in regional scale. The movement of the flow of traffic which passes through the streets of Semarang- Bawen-Solo is one of the liaison between the northern part of Java with the southern part of java.

Based on the above, this study will throw light on how the implementation of development policy Semarang toll road-Bawen goes with based on the the Act Number 38/2004. This research using the theory with regard to the implementation of variable size and the purpose of policy, resources, characteristic of an agent committee, attitude/tendency of the executor, communication between the organization and the activity implementor, and economic environment, social, and politics.The technique of the collection of data used through observation, interview documentation, and libraries and studies with the informant employees of PT. Trans Marga Jateng. The results showed the implementation of development policy Semarang toll road- Bawen based on Six variable in achieving success implementation, not yet entirely succeeded. As for the aspects that support the implementation of this policy is to achieve clarity of policies set by the Government in realizing the Act Number 38/2004. While the barriers were found there on implementing aspects of the policy that lead even more on target implementation, environmental, and financial source of funding. In overcoming barriers these there were some suggestions that can be done as a revision of the Act of land acquisition, supervision and auditing funds more rigorous, coordination more against the government, subscriptions toll road fees and implementing the system make use of nearby residents to be an employee at the gate toll, and make corporate social responsibility (CSR).

Keywords : The Implementation of Policy, Semarang-Bawen Toll Road, PT. Trans Marga Jateng

ABSTRAK

Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Tujuan dari jalan tol yakni untuk memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang. Sebagai bagian dari jalan tol Trans Jawa, Jalan Tol Semarang-Solo memiliki bagian strategis pengembangan jaringan jalan secara khusus di Jawa Tengah dan juga bagi perkembangan jaringan jalan dalam skala regional. Pergerakan arus lalu lintas yang melewati ruas jalan Semarang–Bawen-Solo merupakan salah satu jalur penghubung antara daerah Jawa bagian utara dengan daerah Jawa bagian selatan. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini akan membahas tentang bagaimana Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalan Tol Semarang-Bawen berlangsung dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004. Penelitian ini menggunakan teori Implementasi dengan memperhatikan variabel ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecenderungan para pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana, dan lingkungan ekonomi, sosial, dan politik. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan dengan informan karyawan PT. Trans Marga Jateng. Hasil penelitian menunjukkan Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalan Tol Semarang-Bawen berdasarkan enam variabel dalam mencapai keberhasilan implementasi, belum seluruhnya berhasil. Adapun aspek yang mendukung Implementasi Kebijakan ini adalah mewujudkan kejelasan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam mewujudkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004. Sedangkan hambatan yang ditemukan terdapat pada aspek pelaksana kebijakan yang lebih mengarah pada target pelaksanaan, lingkungan, dan sumber dana finansial. Di dalam mengatasi hambatan tersebut ada beberapa saran yang dapat dilakukan seperti revisi tentang Undang-Undang pembebasan lahan, pengawasan dan pengauditan dana yang lebih ketat, koordinasi yang lebih terhadap pihak Pemerintah, menerapkan sistem langganan jalan tol, mendaya gunakan penduduk sekitar untuk menjadi pegawai di bagian gerbang tol, dan membuat Corporate Social Responsibility (CSR).

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Jalan Tol Semarang-Bawen, PT. Trans Marga Jateng

A. PENDAHULUAN Sebagai bagian dari jalan tol Trans Jawa, Indonesia merupakan Negara ke 4 Jalan Tol Semarang-Solo memiliki arti terpadat di Dunia. Menurut publikasi BPS yang strategis bagi pengembangan jaringan pada tahun 2010, jumlah penduduk jalan secara khusus di Jawa Tengah dan Indonesia sebanyak 237.556.363 orang. juga bagi perkembangan jaringan jalan Banyaknya penduduk tersebut pastinya dalam skala regional. Dasar hukum yang menimbulkan aktivitas yang banyak disana mengiringi pembangunan jalan tol sini. Indonesia memerlukan banyak jalan Semarang-Solo (dalam bagian raya untuk mengakomodasi beragamnya pengembangan jalan tol Trans Jawa) aktivitas penduduknya. Penambahan jalan adalah Undang-Undang Nomor 38 Tahun raya dan jalan tol merupakan hal yang 2004 tentang jalan pasal 18 dan 47 sangat penting bagi masyarakat Indonesia. disebutkan pembentukan peraturan perundangan sesuai kewenangan, f) Pengembangan jalan tol sepanjang perumusan kebijakan perencanaan, – Solo; penetapan status jalan nasional, & g) Pengembangan jalan tol sepanjang penyusunan perencanaan umum jaringan Yogyakarta – Bawen; jalan nasional dan pemerintah menetapkan h) Pengembangan jalan tol sepanjang rencana umum jaringan jalan tol, dan Ciamis – Cilacap –Yogyakarta; menteri menetapkan suatu ruas jalan tol. i) Pengembangan jalan tol sepanjang Setelah diundangkannya Undang-Undang Pejagan – Cilacap. Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, Sedangkan dasar operasional daerah dikembangkan kembali di dalam dasar adalah Surat Keputusan Gubernur Jawa operasional pusat Peraturan Pemerintah No Tengah Nomor 620/13/2005 mengenai 15 Tahun 2005 pasal 12 yang Persetujuan Penetapan Lokasi menyebutkan rencana umum jaringan jalan Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo. tol disusun berdasarkan rencana umum tata ruang wilayah yang mengacu pada sistem Pada tahun 2005 PT Jasa Marga transportasi nasional dan terintegrasi (persero) Tbk mendapatkan Hak dengan rencana umum jaringan jalan Pengusahaan Jalan Tol Semarang Solo dari nasional. Jalan tol adalah jalan umum yang Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). merupakan bagian sistem jaringan jalan Kemudian PT Jasa Marga (persero) tbk dan sebagai jalan nasional yang bersama dengan PT Sarana Pembangunan penggunanya diwajibkan membayar tol Jawa Tengah (PT SPJT) yang merupakan (PP No. 15 Tahun 2005). Tujuan dari jalan BUMD Pemerintah Propinsi Jawa Tengah tol yakni untuk meningkatkan efisiensi membentuk perusahaan gabungan yang pelayanan jasa distribusi guna menunjang bernama PT Trans Marga Jateng yang peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan perusahaan swasta untuk terutama di wilayah yang sudah tinggi melaksanakan pengelolaan Jalan Tol tingkat perkembangannya (Pasal 2 UU No. Semarang-Solo yang berdiri tanggal 7 Juli 15 Tahun 2005 ). Setelah mendapatkan 2007. Sahamnya dimiliki oleh PT Jasa dasar hukum pusat yang dibutuhkan Marga (Persero) Tbk sebesar 60% dan PT selanjutnya adalah dasar hukum daerah. Sarana Pembargunan Jawa Tengah (PT Dasar hukum daerah pembangunan jalan SPJT) sebesar 40% (jasamarga.com). tol Semarang-Solo adalah Peraturan Pembangunan jalan tol Semarang- Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Solo direncanakan dengan panjang 75,67 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang km. Perencanaan dan pelaksanaan Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun pembangunan jalan tol ini dibagi dalam 2009-2029 pasal 20 ayat 6 disebutkan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu bahwa: pembangunan jalan tol ruas Semarang- a) Pemantapan jalan tol Semarang Bawen dengan panjang sekitar 24 km, Seksi A, Seksi B dan Seksi C; dimana 4,5 km terletak pada wilayah Kota b) Pengembangan jalan tol Semarang dan 19,5 km pada wilayah sepanjang Semarang-Solo; Kabupaten Semarang. Kota Bawen c) Pengembangan jalan tol sepanjang merupakan titik pertemuan antara 3 ruas Semarang-Demak-Kudus-Pati- jalan yaitu Semarang, Solo, dan Magelang. Perbatasan Jawa Timur; Dengan kondisi diatas pada Jalan tol d) Pengembangan jalan tol sepanjang Semarang– Bawen salah satu tempat yang Perbatasan Jawa Barat – Pejagan – akan di bangun interchange yaitu pada Pemalang – Batang – Semarang; kota Bawen. e) Pengembangan jalan tol sepanjang Solo – Sragen - Perbatasan Jawa Rencana Pemerintah untuk Timur; membangun jalan tol Semarang-Solo dapat menjadi alternatif pemecahan salah satu yang memengaruhi kebijakan publik permasalahan transportasi di Propinsi Jawa adalah variabel berikut: Tengah saat ini, yakni tidak efektif dan 1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan. efisiennya jalur transportasi Semarang- 2. Sumber daya. Solo. 3. Karakteristik Agen Pelaksana. Tujuan Penelitian adalah 4. Sikap/Kecenderungan mendeskripsikan proses implementasi (Disposition) para Pelaksana. serta aspek yang menghambat tentang 5. Komunikasi Antarorganisasi dan implementasi kebijakan pembangunan Aktivitas Pelaksana. jalan tol Semarang-Bawen. 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik. Teori yang digunakan menurut Jenkins (dalam Parson, 2005:203), Studi 2. George Edward III (dalam Nugroho, implementasi adalah “Studi perubahan : 2009:512) menegaskan bahwa bagaimana perubahan terjadi, bagaimana masalah utama administrasi publik kemungkinan perubahan bisa adalah lack of attention to dimunculkan. Ia juga merupakan studi implementation. Dikatakannya, tentang mikrostruktur dari kehidupan without effective implementation the politik; bagaimana organisasi di luar dan decision of policymakers will not be didalam sistem politik menjalankan urusan carried out successfully. mereka dan berinteraksi satu sama lain; Implementasi kebijakan yang efektif apa motivasi-motivasi mereka bertindak dapat dilihat dari: seperti itu, dan apa motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak 1) Ketepatan kebijakan. secara berbeda”. 2) Ketepatan pelaksanaan. Studi implementasi kebijakan pada 3) Ketepatan target. saat ini bukan berada di ujung buntu, 4) Ketepatan lingkungan. namun pada suatu muara dimana begitu 5) Ketepatan Proses. banyak cabang ilmu pengetahuan Metode Penelitian yang digunakan memberikan kontribusi pada studi dalam penelitian ini adalah metode implementasi kebijakan. Studi kualitatif,. implementasi kebijakan akan mati jika Lokasi penelitian adalah tempat atau dipahami sebagai sesuatu yang kaku wilayah dimana penelitian akan dilakukan berada dalam domain ilmu administrasi beserta jalan dan kotanya. Dalam Negara, dan paling jauh ilmu politik. penelitian ini peneliti mengambil lokasi Masuknya pengaruh berbagai cabang ilmu penelitian ini adalah di Kantor PT. Trans pengetahuan memang membawa implikasi Marga Jateng (Unit teknik dan operasi). praktikalitas. Pada penelitian ini, informan diambil 1. Model pertama adalah model yang secara purposive. Artinya informan dipilih paling klasik, yakni model yang berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperkenalkan oleh duet Donald Van sesuai dengan topik penelitian, yaitu Meter dan Carl Van Horn (dalam Implementasi Kebijakan Pembangunan Nugroho, 2009:503). Jalan Tol Semarang-Bawen. Para informan dipilih karena mereka dianggap mampu Model ini mengandaikan bahwa menjawab masalah dalam penelitian implementasi kebijakan berjalan secara karena mereka terlibat langsung dalam linear dari kebijakan publik, implementor, pembangunan jalan tol Semarang-Bawen. dan kinerja kebijakan publik. Beberapa Dalam penelitian Implementasi variabel yang dimasukkan sebagai variabel Kebijakan Pembangunan Jalan Tol Semarang-Bawen terdapat dua jenis data Pembahasan dibagi menjadi dua yang digunakan yaitu: bagian berdasarkan tujuan penelitian, yaitu 1. Data primer yang merupakan data untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan yang diperoleh langsung dari serta faktor penghambat implementasi narasumber. Data-data yang diperoleh kebijakan pembangunan jalan tol melalui pertanyaan-pertanyaan yang Semarang-Bawen, sebagai berikut: diajukan dalam wawancara dan observasi/pengamatan langsung. I. Implementasi Kebijakan 2. Data sekunder adalah catatan tentang Pembangunan Jalan Tol adanya suatu peristiwa-peristiwa yang Semarang-Bawen sudah ada sebelumnya berupa catatan, dokumen, laporan dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian. 1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara, studi pustaka dan Dalam pelaksanaan kebijakan dokumentasi. Wawancara dilakukan pembangunan jalan tol Semarang – berdasarkan pada interview guide yang Bawen, terdapat kejelasan isi telah dibuat sebelumnya yang berisi kebijakan dilihat dari berbagi pertanyaan-pertanyaan, dimana melalui regulasi yang ditetapkan oleh interview guide peneliti bisa mendapatkan Pemerintah Pusat dan mampu informasi yang mendalam. studi pustaka dipahami dan diterapkan, selain itu diambil dari buku-buku, laporan adanya kesesuaian diantara penelitian, undang-undang, peraturan stakeholders yang berpartisipasi daerah, surat kabar, jurnal, serta literatur dalam implementasi tersebut, seperti lainnya baik dari media cetak maupun Kementrian Pekerjaan Umum, elektronik. Dokumentasi dilakukan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah cara pengambilan gambar secara langsung dan Pemerintah Daerah Kota Dan pada saat melakukan penelitian. Kabupaten Semarang, dan pihak kontraktor sendiri. Tujuan kebijakan Penelitian ini menggunakan Metode menurut peneliti bernilai positif, ini penelitian yang digunakan dalam dikarenakan memang sudah berjalan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan apa yang diharapkan, hal ini yang bersifat deskriptif. jenis penelitian ini didukung dengan memanfaatkan bertujuan untuk untuk memaparkan segala aspek yang ada. Aspek mengenai bagaimana proses implementasi tersebut adalah tepat biaya, tepat dan faktor yang menghambat dalam waktu, dan tepat mutu dan tertib Implementasi Kebijakan Pembangunan administrasi. Jika pelaksana tidak Jalan Tol Semarang-Bawe. Dengan dapat mentargetkan apa yang mereka demikian, laporan penelitian akan berisi sudah rencanakan maka berdampak kutipan-kutipan data untuk memberi dengan adanya penundaan sementara gambaran penyajian laporan tersebut. Data kenaikan tarif jalan tol. Untuk tersebut bisa berasal dari naskah mengantisipasi persoalan tersebut wawancara, catatan lapangan, foto, maka PT. Trans Marga Jateng dokumen pribadi, catatan atau memo, dan memenuhi segala aspek untuk dokumen resmi lainnya. mengembangkan sarana dan prasarana jalan tol Semarang-Bawen agar tidak terjadi tertundanya B. PEMBAHASAN kenaikan tarif jalan tol. Responsibilitas pelaksana sangat diperlukan guna memenuhi standar sangat diperlukan untuk mencapai yang sudah ditetapkan oleh keberhasilan implementasi Pemerintah agar tidak terjadi kebijakan. permasalahan yang dapat berdampak negatif bagi PT. Trans Marga Jateng Untuk mengantisipasi dan jalan tol Semarang-Bawen. penyelewengan dana maka Standar yang digunakan oleh PT. diperlukan adanya pengawasan yang Trans Marga Jateng adalah standar ketat agar dana yang sudah di yang sudah ditetapkan Kementerian keluarkan tidak menguap ke tangan- Pekerjaan Umum. tangan yang tidak bertanggung jawab. Masalah dana ini sangat menjadi lahan basah untuk diselewengkan dana yang begitu 2. Sumber Daya besar akan menggoda siapa saja untuk menyelewengkan dana-dana Dalam implementasi kebijakan yang ada disini diperlukan pembangunan jalan tol, sumber daya pengawasan yang dimana akan finansial sangat berpengaruh mengawasi dana yang masuk dan dikarenakan pembangunan jalan tol keluar dan apakah dana yang memakan biaya yang sangat besar dikeluarkan sesuai kebutuhan atau apalagi dalam pengerjaannya dapat menguap entah kemana. bertambah karena persoalan- persoalan yang terdapat di lapangan. 3. Karakteristik Agen Pelaksana Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya- biaya tak terduga dapat Karakteristik agen pelaksana menggelembung kapan saja yang merupakan salah satu faktor dikarenakan permasalahan fisik pendukung dalam implementasi dalam pengerjaannya. Pengalokasian dimana unsur-unsur pelaksana biaya yang bijak dapat menjauhkan didalamnya sangat mepengaruhi dari penyelewengan administrasi dan apakah implementasi dapat berjalan pengawasan yang intensif dapat sesuai dengan yang diharapkan atau berdampak besar untuk melihat malah sebaliknya. Di dalam hasil sejauh mana PT. Trans Marga Jateng penelitian didapat bahwa satu sama bijak dalam mengeluarkan dana. lain dapat bekerja sesuai porsinya, Pengalokasian sumber daya yang dimana pemerintah menempatkan sesuai porsinya akan menunjang konsultan pengawas independen keberhasilan implementasi tersebut. yang kapan saja dapat melaporkan setiap kejadian yang berada Sumber daya finansial merupakan dilapangan langsung ke pemerintah bagian yang cukup penting dan tanpa harus meminta izin terlebih krusial dalam pembangunan dahulu kepada PT. Trans Marga infrastruktur. Dana yang ada Jateng, pemerintah juga mungkin dapat diselewengkan oleh mengakomodasi segala keperluan beberapa oknum yang tidak untuk menyukseskan pembangunan bertanggung jawab yang dapat jalan tol Semarang-Bawen seperti mengakibatkan masalah baru yang contoh rapat koordinasi antara PT. tidak diharapkan oleh pelaksana. Trans Marga Jateng dan kementerian Jumlah dana yang cukup akan terkait untuk menanyakan sejauh mendorong keberhasilan mana progress yang sudah dijalani implementasi kebijakan. Selain itu dan mengetahui kendala apa saja penyaluran dana yang tepat sasaran yang ditemui dilapangan. Lalu dalam hal mekanisme kontrol agar tidak melenceng dari isi yang dilakukan oleh pemerintah kebijakan itu sendiri, jika tidak dalam mengontrol implementasi berpedoman pada kebijakan tersebut adalah pihak PT. Trans Marga Jateng pastinya nanti akan ada sanksi dari tidak melampaui apa yang sudah Pemerintah karena keluar dari ditetapkan di dalam undang-undang koridor yang sudah ditetapkan. Dan dan peraturan yang ada karena jika sikap pelaksana dalam menyikapi pihak PT. Trans Marga Jateng tidak peraturan tersebut mereka juga akan mematuhi apa yang sudah ditetapkan mentaati setiap butir yang tertulis akan berdampak pada tertundanya didalamnya, memang secara prinsip kenaikan tarif tol yang dapat itu bagus, diatur supaya tertib. merugikan pihak PT. Trans Marga Terkadang memang terlihat terlalu Jateng karena tidak memenuhi apa birokratif tetapi wajar saja untuk yang sudah disyaratkan dalam menghindari penyimpangan. Diatur peraturan yang ada, sanksi yang agar tercipta sebuah sistem agar lebih berat dari tertundanya kenaikan tidak terjadi penyelewengan tarif jalan tol adalah pihak pelaksana kekuasaan. Kultur birokrasi kita dalam hal ini dapat dicabut yang memang terlalu ribet terkadang pengelolaan jalan tol oleh menyulitkan karena harus melewati Pemerintah. Maka dalam hal ini PT. beberapa tahapan untuk mencapai Trans Marga Jateng memperkuat apa hasil yang diinginkan akan tetapi yang sudah di tetapkan di dalam mau tidak mau kita harus mentaati peraturan dan mengaplikasikannya peraturan yang ada, peraturan dilapangan agar tidak terjadi sanksi sifatnya mengikat jadi pelaksana yang dijatuhkan oleh Pemerintah. harus mematuhi setiap peraturan Pemerintah juga tidak dapat yang dikeluarkan Pemerintah dengan mengontrol secara ketat pihak tujuan meminimalisir masalah yang pelaksana, karena pembangunan ada. Tanggung jawab pelaksana jalan tol ini dananya diusahakan dalam menjalankan peraturan yang melalui pihak swasta, jadi pihak ada dengan yang dilapangan disikapi pemerintah hanya mengontrol positif oleh para pelaksana. Selama pembangunan agar tidak melenceng proses pembangunan ini dapat dari peraturan yang sudah dibuat. berjalan lancar dan diharapkan Dan dalam prosesnya Pemerintah sesuai target oleh banyak pihak mendapatkan laporan pertanggung maka para pelaksana akan mentaati jawaban kepada PT. Trans Marga peraturan yang ada apalagi dengan Jateng dan memonitor kemajuan yang ada hubungannya di dalam yang sudah didapatkan oleh peraturan dan dilapangan itu sendiri. pelaksana. Pelaksana pun menyesuaikan peraturan dari Pemerintah dengan 4. Sikap/Kecenderungan peraturan yang ditetapkan oleh (Disposition) para Pelaksana Perusahaan, peraturan perusahaan pun berpedoman kepada peraturan Di dalam hasil penelitian di dapat yang sudah ditetapkan Pemerintah bahwa PT. Trans Marga Jateng agar jalannya tetap memahami betul aturan main baik di berkesinambungan. Jadi meskipun internal maupun dieksternal dan PT. Trans Marga Jateng mempunyai mereka juga memahami betul isi aturan main sendiri akan tetapi tetap kebijakan yang ada. Kebijakan berpedoman dan bertanggung jawab memang dibuat agar berpedoman kepada Pemerintah. Setiap arahan kepada apa yang sudah ditetapkan juga harus berdasar kepada untuk menyelesaikan pembangunan pedoman, pada dasarnya arahan jalan tol Semarang-Bawen, karena memang didasarkan pada pedoman memang mereka ditugaskan untuk yang berlaku agar tidak terjadi mengerjakan dan menyelesaikan penyelewengan peraturan. Hal yang pembangunan jalan tol tersebut. PT. ditemukan adalah terobosan boleh Trans Marga Jateng pun bekerjasama saja ada akan tetapi dalam batas dengan instansi terkait dalam peraturan seperti terobosan yang implementasi pembangunan jalan tol bersifat teknis seperti teknologi dan Semarang-Bawen seperti kepolisian, percepatan yang masih didalam pemerintah daerah dll untuk turut koridor peraturan. Jika dalam menyukseskan pembangunan pengimplementasiannya ditemukan tersebut. Pemerintah pusat pun kendala yang sulit dipecahkan maka mendukung pembangunan jalan tol para pelaksana akan membuat ini dengan membuat peraturan soal inovasi untuk menanggulangi ketentuan teknis yang dibuat oleh permasalahan tersebut dengan tidak Kementerian Pekerjaan Umum. PT. melewati koridor yang sudah Trans Marga Jateng menggandeng ditetapkan. semua pihak untuk mendukung pembangunan ini karena kerjasama 5. Komunikasi Antar Organisasi diperlukan untuk mencapai dan Aktivitas Pelaksana keberhasilan pembangunan jalan tol. Mereka berdiskusi dengan Koordinasi yang dibangun oleh PT. Pemerintah Daerah setempat untuk Trans Marga Jateng dengan menanggulangi masalah yang timbul Pemerintah hanya bersifat rapat dalam pengerjaan jalan tol. Sikap ini koordinasi saja yang biasanya sangat baik, karena adanya membahas tentang pembebasan komunikasi di antara pelaksana lahan, akan tetapi sesekali diadakan dapat menciptakan keharmonisan rapat periodik tidak ada rapat yang dan pembangunan pun akan berjalan terus menerus, hanya sesuai dengan apa yang diharapkan semua kebutuhan saja rapat tersebut diadakan. Secara formal memang komponen. Selama proses pembangunan juga tidak ada rapat saja, mungkin yang bersifat kesalahpahaman diantara para non-formal seperti telefon dan email pelaksana karena pelaksana saja, tetapi jika tidak mendesak tidak memahami betul apa yang tertulis di akan diadakan rapat. Sejauh ini dalam peraturan, masalah yang peneliti tidak melihat tumpang tindih memang sulit untuk dipecahkan wewenang antara PT. Trans Marga hanya pada sisi pembebasan lahan Jateng dan Pemerintah, ini yang memakan waktu yang sangat dibuktikan dengan wawancara yang lama akibatnya pembangunan dilakukan bahwa semua ketetapan yang ada berjalan sendiri-sendiri konstruksi jalan tol terhambat. Kesediaan para pihak untuk tidak ada overlapping dalam mendukung kebijakan ini sangat pengerjaannya semua sudah diatur dibutuhkan karena implementasi didalam Peraturan Menteri Pekerjaan tidak akan berhasil jika tidak ada Umum No. 11/PRT/M/2006. support penuh antar stakeholders Diantara pihak PT. Trans Marga yang berkaitan dengan pembangunan Jateng, BPJT, dan BUJT sudah jalan tol ini. Kesalahpahaman dapat mempunyai SOP yang ditetapkan, diminimalisir dengan komunikasi dan PT. Trans Marga Jateng sendiri pun mempunyai kebijakan sendiri dan koordinasi yang tepat agar tidak II. Faktor yang menjadi Hambatan ada kendala non-teknis yang hadir. Implementasi Kebijakan Pembangunan Jalan Tol Semarang-Bawen

1. Ketepatan Target 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik Pembebasan lahan merupakan masalah yang paling krusial dan Adanya interaksi yang terjadi mempunyai konflik tinggi dalam diantara lembaga perumus kebijakan pembangunan jalan tol. Kalau mampu membuat suatu kebijakan dapat dengan mudah dimengerti dan masalah ini tidak segera dengan adanya interaksi ini, akan diselesaikan, maka akan berdampak membuahkan suatu pemikiran yang pada penundaan pembangunan jalan terbuka karena hasil interaksi yang tol, dan juga pada masalah-masalah dibuat menghasilkan beberapa lain yang terkait. Masalah pendapat dari berbagai sudut pembebasan lahan terutama terkait pandang, sehingga hasil dari dengan ganti rugi tanah, sosialisasi, perumusan kebijakan dapat dipastikan sudah benar-benar status kepemilikan tanah, adanya memikirkan aspek sebab-akibat serta sengekta, dan munculnya spekulan kemungkinan yang akan terjadi. tanah. Pelaksanaan pembangunan Sedangkan pada pelaksana kebijakan jalan tol Semarang-Bawen dari segi dengan lembaga lain yang terkait, ketepatan target menurut peneliti dengan adanya interaksi yang baik, tidak memenuhi harapan. Hal yang dapat membantu menunjang tidak memenuhi harapan ini bukan pemahaman dalam memahami maksud dan tujuan kebijakan dapat sepenuhnya kesalahan dari PT. Trans sama-sama mengerti dan Marga Jateng sendiri, karena ada memungkinkan pula dalam pembebasan lahan yang memakan penerapannya tidak terjadi waktu berlarut-larut yang ketimpangan dilapangan nantinya. dilaksanakan oleh pihak Pemerintah. Kelompok-kelompok kepentingan Keterlambatan pembebasan lahan memeberikan dukungan penuh seperti didalam lingkungan politik juga berdampak bagi dana yang Gubernur Jawa Tengah menanyakan sudah direncanakan menjadi tentang progress pembangunan jalan membengkak, ini memunculkan tol tentang apa saja kendala yang persoalan baru yang dihadapi PT. dihadapi. Gubernur hampir setiap Trans Marga Jateng. Kekurangan minggu selalu menanyakan apa yang dana ini mengakibatkan PT. Trans bisa dibantu oleh Pemerintah Marga Jateng harus meminta dana Provinsi, dan PT. Trans Marga Jateng memberikan laporan tambahan ke bank yang menjadi mingguan kepada Gubernur. pihak peminjam dana, dan dana yang Koordinasi yang kuat antara harus dibayarkan juga menjadi lebih Pemerintah Provinsi guna besar. Membengkaknya anggaran mewujudkan kelancaran selain karena kenaikan harga pembangunan ini bersifat baik. material bahan bangunan, juga biaya pembebasan lahan untuk jalan tol, misalnya ruas Semarang-Ungaran lahan molor, yang diikuti dengan dana yang semula hanya dianggarkan yang sudah direncanakan menjadi lebih antara Rp 247 miliar sampai Rp 250 besar daripada yang direncanakan. miliar membengkak menjadi Rp 550 miliar. 2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah C. PENUTUP dilakukan, penulis memberikan beberapa 1. Kesimpulan rekomendasi sebagai berikut: Bahwa Implementasi Kebijakan 1. Diperlukan revisi tentang Pembangunan Jalan Tol Semarang-Bawen Undang-Undang pembebasan sudah mendekati kesesuaian yang tertulis lahan yang dilakukan oleh di berbagai peraturan akan tetapi masih Badan Legislatif beserta Badan banyak perbaikan terhadap pelaksana di Eksekutif agar tidak terjadi lapangan. PT. Trans Marga Jateng pun pembebasan lahan yang sudah memahami dan menguasai berbagai berlarut-larut. kebijakan yang ada dan mereka tidak berani keluar dari apa yang sudah 2. Perlu adanya pengawasan dan ditetapkan, memang ada terobosan yang pengauditan dana yang lebih diambil akan tetapi terobosan tersebut ketat. Karena pembangunan masih didalam koridor yang ditentukan infrastruktur mempunyai magnet oleh Undang-Undang No 38 Tahun 2004. sedemikian rupa untuk Jika pelaksana keluar dari batasan yang diselewengkan, mungkin dengan sudah ditetapkan maka ada sanksi yang masuknya KPK, BPK atau menunggu dari tertundanya kenaikan tarif PPATK akan lebih memperkuat jalan tol sampai pencabutan hak konsesi pengawasan dana tersebut. jalan tol. Pembangunan Jalan Tol ini sendiri mendapat dukungan semua 3. Menerapkan sistem langganan kalangan dari Pemerintah pusat sampai jalan tol, dimana Trans Marga Pemerintah Daerah karena jalan tol ini Jateng membuat suatu terobosan merupakan program MP3EI (Master Plan dalam pembayaran jalan tol Percepatan dan Perluasan Pengembangan kepada masyarakat yang harus Ekonomi Indonesia). disosialisasikan terlebih dahulu. Dengan cara, setiap kendaraan Faktor penghambat belum berhasilnya yang menggunakan jalan tol implementasi kebijakan pembangunan menerapkan sistem langganan, jalan tol Semarang-Bawen disebabkan oleh jadi pengguna jalan tol faktor ketepatan target. Pembebasan lahan mendaftarkan identitas diri dan merupakan aspek yang paling utama kendaraannya ke Bank yang dibalik tidak kesesuaian target yang bekerja sama dengan Trans berdampak kepada dana yang Marga Jateng setelah itu setiap membengkak. Rencana yang sudah kendaraan yang masuk ke disusun sedemikian rupa tidak berjalan gerbang tol hanya akan dengan semestinya karena pembebasan diperiksa nomor plat kendaraan, dan data tersebut akan masuk Syafiie, Inu kencana. 2006. Ilmu kedalam sistem Trans Marga Administrasi Publik. : Asdi Jateng beserta Bank tersebut. Mahasatya. Winarno, Budi. 2012. Kebijakan 4. Mendaya gunakan penduduk Publik: Teori, Proses, dan Studi sekitar untuk menjadi pegawai Kasus, Yogyakarta : C A P S.

di bagian gerbang tol, Trans Peraturan Perundangan: Marga Jateng memporsikan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 penduduk sekitar untuk menjadi tentang Jalan pegawai, selain pegawai Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun dibagian gerbang tol, bisa juga 2005 tentang Jalan Tol di tarik penduduk sekitar untuk Peraturan Daerah Kabupaten menjadi petugas kebersihan, Semarang No. 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah petugas perawatan jalan tol dsb. Kabupaten Semarang Tahun 2011- 5. Membuat Corporate Social 2031 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Responsibility (CSR). CSR Nomor 10/PRT/2006 adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh Sumber Internet: perusahaan sebagai bentuk Data Pertumbuhan volume lalu lintas tanggung jawab mereka tahun 2007-2011, diakses dari terhadap sosial/lingkungan http://www.jasamarga.com/layanan- jalan-tol/semarang.html sekitar dimana perusahaan itu Gambar Kebutuhan Lahan Jalan Tol berada. Semarang-Solo, diakses dari http://www.skyscrapercity.com/showthrea d.php?t=873072&page=17 Peta Jalan Tol Semarang-Solo, D. DAFTAR PUSTAKA diakses dari, Buku: http://www.jasamarga.com/id_/anak- perusahaan/pt-trans-marga-jateng- Pengantar Dunn, William N. 2003. tmj.html Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press