REVITALISASI KAMPUNG AUR SEBAGAI KAMPUNG LITERASI

RAMAH LINGKUNGAN

(ARSITEKTUR EKOLOGIS)

SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL OLEH

MIKAEL JEMI JORENTA GINTING

160406087

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

REVITALISASI KAMPUNG AUR SEBAGAI KAMPUNG LITERASI RAMAH LINGKUNGAN

(ARSITEKTUR EKOLOGIS)

SKRIPSI

HALAMAN JUDUL OLEH

MIKAEL JEMI JORENTA GINTING

160406087

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

iii

REVITALISASI KAMPUNG AUR SEBAGAI KAMPUNG LITERASI RAMAH LINGKUNGAN

(ARSITEKTUR EKOLOGIS)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh MIKAEL JEMI JORENTA GINTING 160406087

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

iv

PERNYATAAN

REVITALISASI KAMPUNG AUR SEBAGAI KAMPUNG LITERASI RAMAH LINGKUNGAN

(ARSITEKTUR EKOLOGIS)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Juli 2020

Mikael Jemi Jorenta Ginting

160406087

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

v

Judul Skripsi : Revitalisasi Kampung Aur Sebagai Kampung

Literasi Ramah Lingkungan

(Arsitektur Ekologis)

Nama Mahasiswa : Mikael Jemi Jorenta Ginting Nomor Pokok : 160406087

Departemen : Arsitektur

HALAMAN PERSETUJUAN RSETUJUAN Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Rudolf Sitorus, MLA 195802241986011002

Ketua Departemen

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. 1963052719932005

Tanggal Lulus : 23 Juni 2020

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

vi

Telah diuji pada Tanggal : 23 Juni 2020 ______

Panitia Penguji Skripsi Ketua Komisi Penguji : Ir. Rudolf Sitorus, M.L.A. Anggota Komisi Penguji : 1. Isnen Fitri, ST., M.Eng. 2. Putri Pandasari Napitupulu, ST., MT.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

vii

SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI

Nama : Mikael Jemi Jorenta Ginting Nim : 160406087 Judul Skripsi : Revitalisasi Kampung Aur Sebagai Kampung Literasi Ramah Lingkungan (Arsitektur Ekologis) Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan : Waktu Paraf No. Status Pengumpulan Pembimbing Laporan

1. Lulus Langsung

Lulus dengan Perbaikan Kecil 2. (maksimal 1 minggu) Lulus dengan Perbaikan Sedang 3. (maksimal 2 minggu) Lulus dengan Perbaikan Besar 4. (maksimal 1 bulan)

Medan, 21 Juli 2020 Ketua Departemen Arsitektur

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. 196305271993032005

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

viii

ABSTRAK

Kampung Aur adalah permukiman padat penduduk dan kumuh yang terletak di pinggiran Sungai Deli Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan,

Sumatera Utara. Dikarenakan kurangnya tingkat edukasi atau Pendidikan warganya, maka warga Kampung Aur memiliki kualitas mutu hidup yang cenderung rendah sehingga berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Agar kualitas warga sekitar

Kampung Aur memiliki kualitas yang mumpuni, dibutuhkan program dan fasilitas untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan merevitalisasi Kampung Aur sebagai kampung literasi yang ramah lingkungan.. Dalam desain ini diterapkan pendekatan

Arsitektur Ekologis, sehingga menciptakan desain yang bersifat hemat energi dan peka ilkim serta menggunakan material ramah lingkungan. Dengan begitu, warga di

Kampung Aur dapat menjadi manusia yang lebih berkualitas dan mandiri.

Kata Kunci: Kampung Aur, Kampung Literasi, Ramah Lingkungan, Arsitektur

Ekologis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ix

ABSTRACT

Kampung Aur is a densely populated and slum settlement which located on the edge of Deli River, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Medan City,

Sumatera Utara. Due to the lack of education of the citizens, people of Kampung

Aur have a low quality of life that tends to affect the surrounding environment. To make the quality of the residents around Aur Village has qualified quality, programs and facilities are needed to overcome these obstacles, namely by revitalizing Aur Village as an environmentally friendly literacy village. In this design an Ecological Architecture approach is applied, thus creating a design that have energy efficienty and sensitive to science and also using environmentally friendly materials. In That way, the people in Kampung Aur can become more qualified and independent human beings.

Keywords: Kampung Aur, Literacy Village, Environmentally Friendly, Ecological

Aechutecture

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Revitalisasi Kampung Aur Sebagai Kampung Literasi Ramah

Lingkungan” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di

Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat doa, bimbingan, dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan banyak waktu dan sabar dalam membimbing, memberi saran

serta pengarahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini dari

awal hingga akhir.

2. Ibu Isnen Fitri, ST., M.Eng., dan Ibu Putri Pandasari Napitupulu, ST., MT.,

selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji serta memberikan

kritik dan saran yang membangun untuk penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, selaku ketua Departemen Arsitektur, dan

Ibu Beny O.Y Marpaung, S.T., M.T., Ph.D., selaku sekretaris Departemen

Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bu Novi Rahmadhani, ST., MT., selaku dosen wali penulis.

5. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Departemen Arsitektur USU yang

telah memberikan ilmu dan bimbingan selama masa perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xi

6. Kedua orangtua tercinta, Papa dan Mama yang telah memberikan dukungan

kepada penulis sejak kecil.

7. Kak Ola dan Adik Alvino yang telah memberikan semangat dan mendukung

penulis.

8. Bulang dan Karo yang telah memberikan dukungan penuh kepada Penulis

setiap harinya.

9. Seluruh keluarga besar Ginting Maripro Photo Studio yang selalu hadir

untuk memberikan dukungan kepada penulis.

10. Teman-teman terdekat yang telah membantu mengerjakan Tugas Akhir

Penulis, Roni, Aulia, dan Gloria.

11. Teman-teman terdekat penulis Hans, Karen, Violyn, Lidya, dan Arie Lango

yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

12. Teman sekelompok bimbingan Tugas Akhir yang saling memberikan

semangat dalam penyelesaian skripsi ini, Yogie, Habib, Sofia, Sania, dan

Novi.

13. Teman-teman seluruh Organisasi Kristen Arsitektur USU 2016 atas

pengalaman bersama-samanya.

14. Seluruh teman-teman stambuk 2016 Arsitektur USU yang telah menjadi

teman seperjuangan dalam melewati masa perkuliahan.

15. Pihak lain yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai bahan dalam penyempurnaan skripsi ini agar lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya dalam bidang ilmu Arsitektur.

Medan, 21 Juli 2020

Penulis

Mikael Jemi Jorenta Ginting

160406087

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...... i

HALAMAN JUDUL ...... ii

PERNYATAAN ...... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...... v

SURAT HASIL PENILAIAN SKRIPSI ...... vii

ABSTRAK ...... viii

ABSTRACT ...... ix

KATA PENGANTAR ...... x

DAFTAR ISI ...... xiii

DAFTAR GAMBAR ...... xviii

DAFTAR TABEL ...... xxiii

DAFTAR DIAGRAM ...... xxv

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar belakang ...... 1

1.2 Permasalahan Perancangan ...... 5

1.3 Tujuan Perancangan ...... 6

1.4 Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah...... 6

1.4.1 Lingkup Pembahasan ...... 6

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xiv

1.4.2 Batasan Masalah ...... 6

1.5 Sistematika Pembahasan ...... 7

1.5 Kerangka Berfikir ...... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 10

2.1 Tinjauan Fungsi ...... 10

2.1.1 Terminologi Judul ...... 10

2.1.2 Kriteria Pemilihan Lokasi ...... 12

2.1.3 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ...... 21

2.1.4 Deskripsi Kebutuhan Ruang ...... 24

2.1.5 Studi Banding Fungsi Sejenis ...... 43

2.2 Tinjauan Tema ...... 52

2.2.1 Pengertian ...... 52

2.2.2 Asas Pembangunan dan Prinsip Arsitektur Ekologis ...... 54

2.2.3 Sifat Arsitektur Ekologi ...... 56

2.2.4 Pedoman Desain Arsitektur Ekologi...... 57

2.2.5 Bangunan Gedung Ekologi Pada Iklim Tropis ...... 59

2.2.6 Klarifikasi Bahan Bangunan Ekologi ...... 64

2.2.7 Tata Ruang Ekologi ...... 67

2.2.8 Interpretasi Tema ...... 67

2.2.9 Studi Banding Tema Sejenis ...... 68

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xv

BAB III METODOLOGI ...... 78

3.1 Metoda Pemilihan Lokasi ...... 78

3.2 Metode Perancangan ...... 78

3.3 Tahapan Analisis Data ...... 81

3.3.1 Teknik/Metode Pengumpulan Data ...... 81

3.3.2 Prosedur/Pelaksanaan Pengumpulan Data ...... 86

BAB IV DESKRIPSI PROYEK ...... 87

4.1 Judul Proyek ...... 87

4.2. Luasan ...... 88

4.3 Batas Kawasan ...... 91

4.4. Fungsi Sekitar/Eksisting ...... 93

BAB V ANALISIS PERANCANGAN ...... 94

5.1 Analisis Sistem Kegiatan/Program ...... 94

5.1.1 Analisis Pengguna...... 94

5.1.2 Analisis Sistem Kegiatan ...... 95

5.2. Analisis Perancangan Ruang Luar...... 98

5.2.1 Analisis Sirkulasi ...... 98

5.2.2 Analisis Orientasi Bangunan ...... 101

5.2.4 Analisis Arah Angin ...... 102

5.2.3 Analisis Vegetasi ...... 103

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xvi

5.2.5 Analisis Matahari ...... 104

5.3 Analisis Perancangan Ruang Dalam ...... 105

5.3.1 Analisis Kebutuhan Ruang ...... 105

5.3.2 Analisis Program Ruang ...... 107

5.4 Analisis Massa dan Perwajahan ...... 112

5.5 Analisis Sistem Struktur/ Konstruksi ...... 112

5.6. Analisis Utilitas ...... 114

5.6.1 Analisis Sistem Jaringan Listrik ...... 114

5.6.2 Analisis Sistem Penghawaan Udara ...... 115

5.6.3 Analisis Sistem Jaringan Air Bersih dan Kotor ...... 116

BAB VI KONSEP PERANCANGAN ...... 117

6.1. Konsep Dasar ...... 117

6.2 Konsep Program Ruang ...... 118

6.3 Konsep Perancangan Ruang Luar/ Tapak ...... 121

6.3.1 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian ...... 121

6.3.2 Konsep Entrance ...... 123

6.3.2 Konsep Orientasi Bangunan ...... 124

6.3.3 Konsep Vegetasi ...... 125

6.4. Konsep Perancangan Ruang Dalam ...... 129

6.4.3 Konsep Ruang Terbuka ...... 131

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xvii

6.5 Konsep Massa dan Perwajahan ...... 133

6.6 Konsep Sistem Struktur/ Konstruksi ...... 136

6.7 Konsep Sistem Utilitas ...... 138

6.6.1 Konsep Sistem Jaringan Listrik ...... 138

6.6.2 Konsep Sistem Penghawaan Udara ...... 139

6.6.3 Konsep Sistem Jaringan Air Bersih dan Kotor ...... 140

BAB VII KESIMPULAN ...... 143

DAFTAR PUSTAKA ...... 144

LAMPIRAN HASIL RANCANGAN ...... 148

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Dalam Skala Global ...... 2

Gambar 2.1. Peta Struktur Kota Medan ...... 13

Gambar 2.2. Jarak Tempuh dari lokasi site menuju ke Pusat Kota Medan .... 15

Gambar 2.3. Peta Alternatif Site 1 ...... 16

Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Alternatif Site 1 ...... 17

Gambar 2.5. Peta Alternatif Site 2 ...... 19

Gambar 2.6. Peta Rencana Pola Ruang Alternatif Site 2 ...... 20

Gambar 2.7. Pola Permukiman Desa ...... 26

Gambar 2.8. Denah Hasil Simulasi Unit Ruang pada Rumah Sederhana ...... 32

Gambar 2.9. Kampung Kali Code ...... 43

Gambar 2.10. Bangunan Dengan Konstuksi Kayu (Kiri) dan Bangunan

Dengan Konstruksi Bata dan Bambu (Kanan) ...... 45

Gambar 2.11. Entrance Kawasan Kampung Code ...... 46

Gambar 2.12. Masterplan skematik Kali Code...... 49

Gambar 2.13. Potongan Skematik Kali Code ...... 49

Gambar 2.14. Kondisi Kali Code Sebelum dibangun Romo (1983) ...... 50

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xix

Gambar 2.15. Kondisi Kalo Code Setelah dibangun Romo Mangun

(1984-1987) ...... 50

Gambar 2.16. Pola Pikir Desain Arsitektur Ekologis ...... 53

Gambar 2.17. Penerapan Arsitektur Ekologis dalam Peredaran Bahan ...... 54

Gambar 2.18. Konsep Arsitektur Ekologis yang Holistis ...... 56

Gambar 2.19. Arah Angin di Indonesia Pada Musim Kemarau ...... 60

Gambar 2.20. Arah Angin di Indonesia Pada Musim Penghujan ...... 60

Gambar 2.21. Jenis Struktur ...... 61

Gambar 2.22. Lubang Atap Pada Jalur Sirkulasi Udara ...... 62

Gambar 2.23. Sirip Dinding ...... 63

Gambar 2.24. Jendela Krepyak...... 64

Gambar 2.25. Penyusunan Sruktur dan Konstruksi ...... 65

Gambar 2.26. Entrance Kampung Ekologi Temas Batu, Malang ...... 69

Gambar 2.27. Aktivitas Pemaparan Materi Sampah ...... 70

Gambar 2.28. Aktivitas Yang Ditawarkan ...... 71

Gambar 2.29. Aktivitas Menanam di Lahan Organik Kampung ...... 72

Gambar 2.30. Lorong Tematik Kampung Ekologi BIG ...... 73

Gambar 2.31. Lorong Perumahan didalam Kampung ...... 75

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xx

Gambar 2.32. Warga Menanam Tumbuhan Secara Vertikal...... 75

Gambar 4.1. Peta Kota Medan ...... 88

Gambar 4.2. Peta Kecamatan Medan Maimun ...... 88

Gambar 4.3. Peta lokasi Site ...... 89

Gambar 4.4. Peta Medan Maimun ...... 91

Gambar 4.5. Batasan Lokasi Site ...... 92

Gambar 4.6. Fungsi Sekitar Site ...... 93

Gambar 5.1. Sirkulasi Tapak ...... 100

Gambar 5.2. Sirkulasi di dalam Tapak ...... 100

Gambar 5.3. Kondisi Orientasi Bangunan Pada Kampung Aur ...... 101

Gambar 5.4. Solusi: Membuat Orientasi Bangunan Menghadap Ke

Sungai Deli ...... 102

Gambar 5.5. Arah Angin Pada Tapak...... 103

Gambar 5.6. Pergerakan Matahari Pada Tapak ...... 104

Gambar 5.7. Struktur bangunan di bantaran Sungai Deli ...... 113

Gambar 5.8. Material Yang Digunakan Cenderung Meggunakan

Bata dan Kayu ...... 114

Gambar 5.9. Jarak Antar Rumah Yang Berdekatan ...... 115

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xxi

Gambar 6.1. Akses Masuk Site ...... 121

Gambar 6.2. Pedestrian didalam Tapak ...... 122

Gambar 6.3. Entrance Menuju Site dari Jalan Letjend Suprapto ...... 123

Gambar 6.4. Entrance Menuju Site dari Mantri ...... 124

Gambar 6.5. Konsep Orientasi ...... 125

Gambar 6.6. Orientasi Bangunan Cenderung Menuju Sungai ...... 126

Gambar 6.7. Sistem Hidroponik ...... 126

Gambar 6.8. Peletakan Tanaman Vetiver di dalam Site (Hijau) ...... 127

Gambar 6.9. Penanaman tanaman vetiver di pinggiran sungai ...... 127

Gambar 6.10. Penerapan tanaman vetiver pada konsep rain water

Harvesting ...... 128

Gambar 6.11. Tanaman Vetiver ...... 128

Gambar 6.12. Zoning Berdasarkan Kebutuhan Ruang ...... 129

Gambar 6.13. Ruang Baca Fasilitas Literasi ...... 130

Gambar 6.14. Perpustakaan Fasilitas Literasi ...... 131

Gambar 6.15. Ampitheatre ...... 131

Gambar 6.16. Zona Komersil ...... 132

Gambar 6.17. Fasad Pendopo ...... 132

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xxii

Gambar 6.18. Fasad Galeri Simpassri ...... 133

Gambar 6.19. Multi massa pada tapak site ...... 134

Gambar 6.20. Fasad Permukiman ...... 134

Gambar 6.21. Fasad Fasilitas Literasi ...... 135

Gambar 6.22. Membuat Tipologi Bangunan Yang Terbuka Sehingga

Memperlancar Sirkulasi Udara dan Cahaya ...... 139

Gambar 6.23. Ilustrasi Sistem Jaringan Air Kotor ...... 141

Gambar 6.24. Tanaman Vetiver yang diletakkan di Kolam Air Hujan ...... 142

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan Maimun Masih

Tergolong Rendah ...... 4

Tabel 2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan tahun

2010-2030 ...... 18

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk

per Km2 menurut Kelurahan Tahun 2018 di Kecamatan Medan

Maimun ...... 22

Tabel 2.3. Jumlah KK di Kampung Aur Berdasarkan Etnis ...... 23

Tabel 2.4. Standar Luas Lantai Per Jiwa ...... 30

Tabel 2.5. Luas Lantai Hunian Per Jiwa ...... 31

Tabel 2.6. Simulasi Konfigurasi Ruang ...... 34

Tabel. 2.7.Tabel Prinsip Fungsi Yang diterapkan ke Desain Kampung

Kali Code ...... 50

Tabel. 2.8. Tabel Rekomendasi Prinsip Fungsi Yang diterapkan

didalam Desain ...... 51

Tabel 2.9. Asas dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang Ekologis ...... 55

Tabel 2.10. Tabel Masa Pakai Bahan Bangunan ...... 66

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xxiv

Tabel. 2.11.Tabel Prinsip Tema Yang diterapkan Kampung Ekologi Batu

Into Green (BIG) ...... 76

Tabel. 2.12.Tabel Prinsip Tema Yang diterapkan didalam Desain ...... 76

Tabel 5.1. Kualifikasi Sistem Kegiatan ...... 95

Tabel 5.2 Lebar Akses Menuju Lokasi Tapak...... 98

Tabel 5.3. Potensi, Masalah, dan Solusi Sirkulasi Tapak ...... 99

Tabel 5.4. Potensi, Masalah, dan Solusi Orientasi Bangunan Tapak ...... 103

Tabel 5.5. Potensi, Masalah, dan Solusi Arah Angin Tapak ...... 104

Tabel 5.6. Potensi, Masalah, dan Solusi Matahari Tapak ...... 105

Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang ...... 105

Tabel 5.8 Program Ruang ...... 107

Tabel 5.9. Potensi,Masalah, dan Solusi Sistem Jaringan Listrik ...... 114

Tabel 5.10. Potensi,Masalah, dan Solusi Sistem Penghawaan Udara ...... 115

Tabel 5.11. Potensi,Masalah, dan Solusi Sistem Utilitas Air Bersih dan

Kotor...... 116

Tabel 6.1. Konsep Sistem Struktur ...... 136

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

xxv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1. Skema Alur Kegiatan Penduduk ...... 96

Diagram 5.2. Skema Alur Kegiatan Wisatawan ...... 97

Diagram 6.1. Zoning Ruang ...... 119

Diagram 6.2. Hubungan Antar Ruang ...... 119

Diagram 6.3. Skema Sistem Jaringan Listrik ...... 138

Diagram 6.4. Skema Jaringan Air Bersih ...... 140

Diagram 6.5. Skema Jaringan Air Kotor ...... 141

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Karakter dan skill agar dapat hidup mandiri adalah wajib dimiliki oleh insan manusia. Saat ini Sumber Daya Manusia (SDM) masih sangat tergolong rendah terutama jika dibandingkan dengan negara tetangga. Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di dalam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Indonesia adalah negara besar yang memiliki Sumber Daya Manusia

(SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Pada saat ini, kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu masalah yang memprihatinkan di

Indonesia. Dengan rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia maka akan mengakibatkan beberapa dampak negatif seperti kriminalitas yang tinggi, kemiskinan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

Pada tahun 2019, Forum Ekonomi Dunia ( World Economic Forum / WEF) merilis peringkat daya saing tiap negara dalam skala global. Dalam hal ini,

Indonesia mengalami penurunan 5 angka menjadi peringkat 50. Dari data diatas, maka pandangan umum terhadap hal tersebut adalah sangat memprihatinkan.

Rendahnya peringkat daya saing Indonesia disebabkan oleh kualitas Sumber Daya

Manusia yang juga rendah. Hal ini disebutkan oleh Menteri Keuangan Indonesia,

Sri Mulyani. Ia menjelaskan, masalah fundamental struktural di Indonesia yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

2

memang selama ini pemerintah dan presiden sampaikan yaitu SDM Indonesia mayoritas hanya lulusan SD dan SMP, juga dari kualitas pendidikan yaitu hasil skor kalau dilihat, talent management memang menunjukkan kemampuan kita perlu ditingkatkan (Yayu Agustini Rahayu, 2019).

Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Indonesia Dalam Skala Global

Sumber: World Economic Forum, 2018

Penyebab rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling utama dalam hal ini adalah pendidikan.

Pendidikan merupakan prioritas yang paling utama dalam upaya membangun kualitas Sumber Daya Manusia. Dalam hal ini, diperlukan sarana dan prasarana serta kesediaan dan kesiapan masing-masing individu untuk melibatkan diri, berpikir ke depan, dan mengembangkan potensi diri. Meningkatkan kualitas manusia melalui pendidikan sangat terkait dengan tingkat minat baca. Berdasarkan data dari UNESCO pada tahun 2012, indeks minat baca masyarakat di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

3

hanya mencapai 0,001. Artinya, dari 1000 penduduk hanya satu warga negara yang tertarik dalam hal membaca. Sedangkan untuk indeks pengembangan pendidikan,

Indonesia berada di nomor 69 dari 127 negara. Jika ditinjau dengan negara tetangga yaitu Singapura, indeks membaca Indonesia sangat berbeda jauh dengan negara tersebut yakni negara tersebut mencapai 0,45.

Jika ditelusuri secara lebih mikro, maka masih banyak permukiman di

Indonesia yang masih memiliki pendidikan berkualitas rendah baik di pedesaan bahkan juga diperkotaan. Jika diteliti di Kota Medan, salah satu kecamatan yang paling minim dalam hal penyediaan fasilitas sekolah adalah Kecamatan Medan

Maimun dan jika ditelusuri lebih dalam lagi terbukti dari data monograf kecamatan

Medan Maimun tahun 2016, salah satu kelurahan yang paling rendah tingkat

Pendidikan warganya adalah kelurahan Aur terkhusus di Kampung Aur. Kampung

Aur adalah salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai

Deli, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun. Jika di perhatikan masih banyak masyarakat yang tinggal di Kampung Aur yang masih banyak belum mendapatkan fasilitas Pendidikan yang layak. Sehingga lingkungan ini membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus dalam hal meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) nya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4

Tabel 1.1.Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan Maimun Masih Tergolong

Rendah

Sumber:Data Monograf Kecamatan Medan Maimun, 2016

Selain pendidikan, kesehatan juga merupakan pengaruh utama dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Dengan kesehatan, seseorang akan lebih kuat dan jernih pemikirannya dalam bekerja. Dalam hal ini, kondisi lingkungan Kota Medan, khususnya Kampung Aur dinilai masih sangat belum memadai. Pada saat ini, dapat dikatakan Kampung Aur tergolong sebagai permukiman kumuh. Hal ini dikarenakan permukiman yang padat penduduk dan tidak teratur, kurang memperhatikan kebersihan, serta legalitas bangunan yang masih dipertanyakan. Dengan adanya hal ini, maka kesehatan pada lingkungan

Kampung Aur patut untuk dipertimbangkan. Hal ini juga terbukti dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Kota Medan yaitu kurangnya penyediaan sarana kesehatan umum di Kelurahan Aur yang tidak memiliki puskesmas. Hanya terdapat satu sarana kesehatan umum yaitu Rumah Sakit Martha Friska yang berada cukup jauh dari

Kampung Aur. Namun, pada saat ini juga Rumah Sakit Martha Friska telah ditutup dikarenakan beberapa kasus.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan data faktual diatas, dapat dinilai bahwa kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) di Kampung Aur masih tergolong rendah karena kurangnya fasilitas pendukung yang memadai. Oleh karena itu, dibutuhkan rancangan yang tepat untuk menjadi solusi agar memecahkan masalah kualitas Sumber Daya

Manusia di Kampung Aur. Menurut penulis, Kampung literasi ramah lingkungan adalah solusi yang paling tepat sebagai wadah solusi permasalahan ini. Kampung literasi adalah kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas. Dengan adanya kampung literasi yang ramah lingkungan maka masyarakat di Kampung Aur diharapkan dapat memperoleh Pendidikan non formal sehingga memiliki rasa lebih percaya diri dan skill memadai untuk menjadi lebih mandiri sehingga dapat menaikkan kualitas mutu Sumber Daya Manusia di Kampung Aur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan judul dari proyek ini adalah “Revitalisasi Kampung Aur Sebagai Kampung

Literasi Ramah Lingkungan”.

1.2 Permasalahan Perancangan

Berdasarkan kajian latar belakang diatas, adapun masalah yang dihadapkan dalam kasus proyek ini adalah:

1. Bagaimana menata ulang permukiman kumuh menjadi hunian yang

responsif secara edukasi dan Kesehatan yang berkelanjutan

2. Bagaimana merevitalisasi Kampung Aur menjadi kampung literasi yang

ekologis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

6

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah:

1. Menata ulang permukiman kumuh menjadi hunian yang responsif secara

edukasi dan Kesehatan yang berkelanjutan

2. Merevitalisasi Kampung Aur menjadi kampung literasi yang ekologis

1.4 Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah

1.4.1 Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan dalam hal ini membahas tentang revitalisasi pada

Kampung Aur sebagai kampung literasi dan menambahkan aspek-aspek perancangan pada pinggiran Sungai Deli agar dapat menjadi termpat wisata yang bersifat edukatif terhadap para pengunjung dan menjjadi sumber penghasilan untuk penduduk Kampung Aur juga dan diharapkan dengan adanya rancangan kampung literasi ini dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama pada Kampung Aur itu sendiri.

1.4.2 Batasan Masalah

1. Kampung literasi diutamakan untuk pennduduk Kampung Aur.

2. Bangunan yang akan dirancang akan menyediakan fasilitas-fasilitas yang

bersifat edukatif

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

7

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang pemilihan kasus proyek, permasalahan yang dihadapi, dan tujuan dalam perancangan, lingkup dan batasan perancangan, sistematika pembahasan dan kerangka berpikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan fungsi, kriteria pemilihan lokasi, deskripsi pengguna dan kegiatan, deskripsi kebutuhan ruang, studi banding fungsi sejenis, tinjauan tema, pengertian tema, prinsip tema, proses perilaku manusia, dan interpretasi tema.

BAB III METODOLOGI

Berisi mengenai metoda pemilihan lokasi dan metoda/pendekatan penyelesaian masalah perancangan/ tahapan/ perancangan.

BAB IV DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang deskripsi judul proyek, luasan, batasan kawasan, dan fungsi sekitar.

BAB V ANALIIS PERANCANGAN

Kajian analisis terhadap lokasi tapak perancangan, masalah, potensi, prospek, dan kondisi lingkungan, pemakai dan aktivitasnya. Juga berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran, dan persyaratan ruang, dan hubungan antar ruang.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

8

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang konsep gubahan massa, konsep struktur, serta perzoningan baik luar maupun dalam.

BAB VII KESIMPULAN

LAMPIRAN

Berisi lampiran berupa gambar perancangan dan foto-foto desain perancangan.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi pustaka-pustaka maupun sumber lainnya yang digunakan sebagai literature selama proses perencanaan dan perancangan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

9

1.5 Kerangka Berfikir

LATAR BELAKANG

1. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah

2. Pendidikan dan Kesehatan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

PERMASALAHAN PERANCANGAN

1. Bagaimana menata ulang permukiman kumuh menjadi hunian yang responsif secara edukasi dan Kesehatan yang berkelanjutan 2. Bagaimana merevitalisasi Kampung Aur menjadi kampung literasi yang ekologis

TUJUAN PERANCANGAN

Menata ulang permukiman kumuh menjadi hunian yang responsif secara edukasi dan Kesehatan yang berkelanjutan

Merevitalisasi Kampung Aur menjadi kampung literasi yang ekologis

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Fungsi

2.1.1 Terminologi Judul

Dalam proses perancangan ini, perancang mengambil judul “Revitalisasi

Kampung Aur Sebagai Kampung Literasi Ramah Lingkungan”. Adapun pengertian judul tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Revitalisasi

Penataan dan revitalisasi kawasan menurut Departemen Kimpraswil (2002) adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih mempunyai potensi.

2. Kampung Aur

Kampung Aur merupakan permukiman padat penduduk yang terletak di pinggiran Sungai Deli Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun.

3. Kampung

Pengertian kampung dapat didefinisikan sebagai:

• Kampung merupakan kawasan hunian masyarakat berpendapatan rendah

dengan kondisi fisik kurang baik (Rutz, 1987: 76).

• Kampung merupakan kawasan permukiman kumuh dengan ketersediaan

sarana umum buruk atau tidak sama sekali. Kerap kawasan ini disebut slum

atau squatter (Turner, 1972: 96).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

11

• Kampung kotor yang merupakan bentuk permukiman yang unik, tidak dapat

disamakan dengan slum atau squatter atau juga disamakan dengan

permukiman penduduk berpenghasilan rendah. (Baros, 1980: 23).

• Kampung adalah unik, karena merepresentasikan kekhasan sejarah,

kemampuan, usaha, perjuangan, dan bahkan jiwa merdeka warganya;

kekhasan pada aspek fisik terletak pada pola-pola fisik yang beragam,

organik, seringkali surprising, (Setiawan, 2010)

4. Literasi

Istilah literasi pada hakikatnya tidak cukup diartikan sebagai aktivitas membaca dan menulis saja, lebih dari itu literasi mencakup kemampuan berpikir kritis dalam memahami segala sesuatu diberbagai bidang. Membaca dan menulis adalah bagian dari aktivitas literasi itu sendiri. The Literacy and Numeracy

Secretariat (2009) menyatakan bahwa literasi pada akhirnya mampu membentuk masyarakat yang kritis dan mambantu memersiapkan seseorang hidup dalam masyarakat berpengetahuan. Menurut KBBI,

5. Ramah

Ramah adalah baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan.

6. Lingkungan

Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Secara teoritis lingkungan tidak terbatas jumlahnya, oleh karena misalnya matahari dan bintang termasuk di dalamnya.

Namun secara praktis kita selalu memberi batas pada ruang lingkungan itu. Menurut kebutuhan kita batas itu dapat ditentukan oleh faktor alam seperti jurang, sungai atau

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

12

laut, faktor ekonomi, faktor politik atau faktor lain. Tingkah laku manusia juga merupakan bagian lingkungan kita, oleh karena itu lingkungan hidup harus diartikan secara luas, yaitu tidak saja lingkungan fisik dan biologi, melainkan juga lingkungan ekonomi, sosial dan budaya.

2.1.2 Kriteria Pemilihan Lokasi

Kampung literasi akan dirancang di kelurahan Aur, kecamatan Medan

Maimun, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini dipilih berdasarkan data monograf

Kecamatan Medan Maimun yang menyatakan bahwa tingkat Pendidikan di

Kampung Aur masih tergolong rendah dan kondisi alam dan lingkungannya yang kumuh dan rentan akan bencana banjir. Mayoritas masyarakat yang tinggal di lokasi terebut adalah suku minang dan menurut masyarakat disana lokasi tersebut memiliki sejarah yang panjang. Lokasi nya juga berada di pinggiran Sungai Deli dimana sungai tersebut memiliki potensi wisata yang layak dan harus dikembangkan.

2.1.2.1 Tinjauan terhadap struktur Kota

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat- pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang

memberikan layanan bagi wilayah kota;

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

13

2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan

fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan

kota; dan

3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima

tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Gambar 2.1. Peta Struktur Kota Medan

Sumber: RTRW Kota Medan, 2019

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

14

Kecamatan Medan Maimun merupakan kecamatan yang berada di selatan kota Medan. Kecamatan Medan Maimun berbatasan dengan Medan Polonia di sebelah barat, Medan Kota di timur, Medan Johor di selatan, dan Medan Petisah di utara. Kecamatan Medan Maimun juga memiliki situs peninggalan sejarah yang sangat terkenal yaitu istana peninggalan sultan deli atau yang biasa disebut Istana

Maimun.

Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan

Kampung Aur adalah kawasan yang sangat strategis untuk dijadikan sebagai kawasan wisata mengingat kawasan tersebut berada di Kecamatan Medan Maimun yang memiliki peninggalan situs sejarah yang sangat terkenal.

2.1.2.2 Pencapaian

Jarak dari lokasi site ke menuju ke Stasiun Kota Medan yang merupakan pusat Kota Medan adalah kurang lebih 1.8 km. Jika menggunakan transportasi mobil memakan waktu kurang lebih 5 sampai 7 menit.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar 2.2. Jarak Tempuh dari Lokasi Site Menuju ke Pusat Kota Medan

Sumber: Google Earth, diakses pada 6 Maret 2020

2.1.2.3 Alternatif Lokasi

Dalam hal ini, semua alternatif lokasi berada di sepanjang bantaran Sungai

Deli. Hal ini dilakukan sebagai dukungan untuk pemeliharaan dan revitalisasi

Sungai Deli dikarenakan potensi pada Sungai Deli yang masih belum dikembangkan sampai sekarang.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

16

1. Alternatif Site 1

Gambar 2.3. Peta Alternatif Site 1

Sumber: Google Earth, diakses pada 6 Maret 2020

Lokasi : Kampung Aur, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan

Maimun

Luas : +1.3 Ha

Batas : Utara : Ruko Komersil

Timur : Permukiman

Selatan : Permukiman

Barat : Sungai Deli

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

17

Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Alternatif Site 1

Sumber: Pemko Medan,2020

Alternatif site pertama berada di Kampung Aur yang berada di Kelurahan

Aur, Kecamatan Medan Maimun. Alasan mengapa site ini merupakan alternatif site paling utama dikarenakan kondisi Pendidikan dan lingkungan yang dinilai sesuai untuk dilaksanakan pengembangan kampung literasi ramah lingkungan. Hal ini didukung juga oleh lokasi site yang sesuai dengan pengembangan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan tahun 2010-2030 yang tata guna lahannya difokuskan pada perumahan dan pusat pendidikan. Pada Peta Rencana Pola Ruang juga dapat dilihat bahwa fungsi pada Kampung Aur adalah Permukiman padat penduduk (R-1). Pada tahap ini, maka hal yang akan dilakukan yaitu adalah menata permukiman yang sebelumnya tidak teratur, menjadi lebih teratur, dan memberi sarana atau fasilitas edukasi yang sesuai terhadap lingkungan di kawasan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

18

Tabel 2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan tahun 2010- 2030

Wilayah Pusat Cakupan Wilayah Pemban Pengemba Kegiatan Utama Adm. Kecamatan gunan -ngan

-Pelabuhan

-Industri

-Terminal -Medan Belawan -Pergudangan WPP A -Medan Marelan Belawan -Orientasi -Medan Labuhan Pelabuhan

-Perumahan

-Konservasi

-Perumahan

Tanjung -Perdagangan WPP B -Medan Deli Mulia -Perkebunan

-Rekreasi Indoor

-Perumahan

-Medan Timur -Industri

-Medan Perjuangan -Terminal WPP C Aksara -Medan Denai -Pergudangan

-Medan Amplas -Berorientasi ke

Konsumen

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

19

-CBD -Medan Baru -Pusat -Medan Maimun Pemerintahan WPP D -Medan Polonia Pusat Kota -Perumahan -Medan Kota -Hutan Kota -Medan Johor -Pusat Pendidikan

-Medan Barat -Perumahan

-Medan Petisah -Perkantoran

-Medan Sunggal Sei -Konservasi, WPP E -Medan Helvetia Sikambing -Rekreasi,

-Medan Tuntungan -Lapangan Golf

-Medan Selayang -Hutan Kota

Sumber: Pemko Medan,2020

2. Alternatif Site 2

Gambar 2.5. Peta Alternatif Site 2 Sumber: Google Earth, diakses pada 6 Maret 2020

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

20

Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No.112, Hamdan, Kec. Medan Maimun,

Kota Medan, Sumatera Utara

Luas : + 1,6 Ha

Batas : Utara : Rumah Warga

Timur : Sungai Deli

Selatan : Jalan Ir. H Juanda

Barat : Jalan Samanhudi

Gambar 2.6. Peta Rencana Pola Ruang Alternatif Site 2 Sumber: Pemko Medan,2020

Alternatif site kedua berada di Jalan Ir. Juanda, Kelurahan

Hamdan,Kecamatan Medan Maimun. Jika ditinjau dari fungsi kawasan ini pada

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Medan maka fungsinya adalah R-2 atau kawasan permukiman penduduk sedang. Dalam kasus ini, maka kemungkinan rencana yang akan didesain olah penulis adalah merevitalisasi kawasan tersebut menjadi Kawasan kampung edukasi dan ramah lingkungan. Masyarakat yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

21

tinggal disana akan di edukasi sehingga dengan begitu, diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Kota Medan.

2.1.2.4.Area Pelayanan

Jika dilihat dari lokasi site yang berada di Kota Medan, lokasi site dapat dikatakan strategis karena berada di pusat Kota Medan. Dengan begitu, maka diharapkan bangunan yang akan didesain focus untuk mengedukasi masyarakat yang tinggal di Kampung Aur dan menyediakan fasilitas untuk melayani para wisatawan sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) di Kampung Aur.

2.1.3 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

2.1.3.1 Penduduk sekitar

Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia (UUD 1945 Pasal 26 ayat 2). Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk. Perkembangan kependudukan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

22

adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Kelurahan Tahun 2018 di Kecamatan Medan Maimun No Kelurahan Jumlah Luas Kepadatan Penduduk Wilaayah Penduduk (Jiwa) (Km2) Per Km2 1 Kampung Baru 17.580 1,27 13.842,52 2 Sei Mati 9.199 0,23 35.647,83 3 Suka Raja 3.371 0,17 19.829,41 4 Jati 796 0,55 1.447,27 5 Hamdan 5.304 0,52 10.200,00 6 Aur 5.842 0,60 9.736,67 2018 41.092 3,34 12.302,99 2017 41.020 3,34 12.281,44 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan,2019

Tabel 2.3. Jumlah KK di Kampung Aur Berdasarkan Etnis No Suku/Etnis Jumlah KK Persentase (%) 1 Minang 356 91,42 2 China 30 7,8 3 Tamil (India) 1 0,26

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

23

4 Manado 1 0,26 5 Nias 1 0,26 Jumlah 389 100 Sumber: Sembiring Dicky, 2017

2.1.3.2 Wisatawan Definisi wisatawan mancanegara sesuai dengan rekomendasi United Nation

World Tourism Organization (UNWTO) adalah setiap orang yang melakukan perjalanan ke suatu negara di luar negara tempat tinggalnya, kurang dari satu tahun, didorong oleh suatu tujuan utama (bisnis, berlibur, atau tujuan pribadi lainnya), selain untuk bekerja dengan penduduk negara yang dikunjungi. Definisi ini mencakup dua kategori tamu mancanegara, yaitu:

1. Wisatawan (tourist)

Adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal paling sedikit

24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan di tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain:

• Personal: berlibur, rekreasi, mengunjungi teman atau keluarga, belajar atau

pelatihan, kesehatan olah raga. keagamaan, belanja, transit, dan lain-lain.

• Bisnis dan profesional: menghadiri pertemuan, konferensi atau kongres,

pameran dagang, konser, pertunjukan, dan lain-lain.

2. Pelancong (Excursionist)

Adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal kurang dari dua puluh empat jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta api, dimana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara tersebut).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

24

2.1.4 Deskripsi Kebutuhan Ruang

Dalam hal ini, diperlukan kebutuhan ruang yang akan dirancang. Jika ditinjau dari deskripsi pengguna maka kebutuhan ruang pada kawasan kampung literasi yaitu:

2.1.4.1 Permukiman

Ditinjau dari struktur katanya, kata permukiman mengandung dua kata yang berbeda yaitu isi dan wadah. Isi menunjuk pada manusia sebagai penghuninya maupun masyarakat di lingkungan sekitarnya, sedangkan wadah menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia.

Permukiman dapat diimplementasikan sebagai suatu tempat bermukim manusia yang menunjukan suatu tujuan tertentu (Sastra, 2005). Dengan demikian permukiman harus memberikan rasa nyaman kepada penghuninya termasuk bagi orang yang datang ke tempat tersebut. Sifat dan karakter suatu permukiman lebih kompleks dibandingkan dengan sifat dan karakter dari perumahan karena mencakup batasan ruang lingkup dan luas yang lebih besar.

Doxiadis, 1971 dalam Kuswartojo, 2005 menerangkan unsur-unsur permukiman yaitu alam (nature), lindungan(shell), jejaring (network), manusia

(man), dan masyarakat (society). Alam merupakan unsur dasar yang kemudian diatasnya didirikan bangunan atau rumah serta jejaringnya sebagai tempat tinggal manusia dan berbagai kegiatan lain. Elemen-elemen permukiman terdiri dari beberapa unsur (Sastra, 2005) yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

25

1. Alam: geologi, topografi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, iklim, dan

sebagainya.

2. Manusia

3. Masyarakat: komposisi penduduk, kelompok sosial, adat dan kebudayaan,

pengembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta hukum dan

administrasi.

4. Bangunan

5. Network: sistem jaringan air bersih, listrik, transportasi, komunikasi,

drainase dan air kotor, serta tata letak fisik.

a. Pola Permukiman

Soekandar Wiriaatmadja (1972) membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam empat pola, yakni:

1. Pola permukiman menyebar : Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan

satu sama lain. Pola ini terjadi karena belum adanya jalan-jalan besar,

sedangkan orang-orang harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus.

Dengan demikian, orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal di

dalam lahan mereka.

2. Pola permukiman memanjang : Bentuk pemukiman yang terlentak di

bsepanjang jalan raya atau di sepanjang sungai, sedangkan tanah

pertaniannya berada di belakang rumahnya masing - masing.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

26

3. Pola permukiman berkumpul : Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah

penduduk berkumpul dalam sebuah kampung, sedangkan tanah

pertaniannya berada di luar kampung.

4. Pola permukiman melingkar : Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah

penduduk melingkar mengikuti tepi jalan, sedangkan tanah pertaniannya

berada di belakangnya.

Gambar 2.7. Pola Permukiman Desa

Sumber : M. S. Djarot, 1987 b. Elemen Permukiman

Lingkungan permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima elemen yang saling mempengaruhi, yaitu (K. Basset dan John R. Short, 1980, dalam

Kurniasih) :

1. Nature (unsur alami), mencakup sumber-sumber daya alam seperti

topografi, hidrologi, tanah, iklim, maupun unsur hayati yaitu vegetasi dan

fauna.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

27

2. Man (manusia sebagai individu), mencakup segala kebutuhan pribadinya

seperti biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan, dan perepsinya.

3. Society (masyarakat), adanya manusia sebagai kelompok masyarakat.

4. Shells (tempat), dimana mansia sebagai individu maupun kelompok

melangsungkan kegiatan atau melaksanakan kehidupan.

5. Network (jaringan), merupakan sistem alami maupun buatan manusia, yang

menunjang berfungsinya lingkungan permukiman tersebut seperti jalan, air

bersih, listrik, dan sebagainya.

2.1.4.2 Perumahan

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai perkotaan atau kawasan perdesaan (UU No.1 tahun 2011).

2.1.4.3 Rumah/hunian

1. Pengertian Rumah

Rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusiamaupun hewan, namun untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial dan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

28

kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding dan atap. Rumah memiliki jalan masuk berupa pintu dengan tambahan berjendela. Lantai rumah biasanya berupa tanah, ubin, babut, keramik, atau bahan material lainnya. Rumah bergaya modern biasanya memiliki unsur-unsur ini. Ruangan di dalam rumah terbagi menjadi beberapa ruang yang berfungsi secara spesifik, seperti:kamar tidur, kamar mandi, WC, ruang makan, dapur, ruang keluarga, ruang tamu, garasi, gudang, teras dan pekarangan.

Aktivitas yang paling sering dilakukan di dalam rumah adalah beristirahat dan tidur.

Selebihnya, rumah berfungsi sebagai tempat beraktivitas antara anggota keluargaatau teman, baik di dalam maupun di luar rumah pekarangan. Dalam kegiatan sehari-hari, orang biasanya berada di luar rumah untuk bekerja, bersekolah atau melakukan aktivitas lain.

2. Fungsi rumah

Menurut Turner (1972:164-167), terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam rumah:

• Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam

kualitas hunian atau perlindungan yang diberian rumah. Kebutuhan tempat

tinggal dimaksudkan agar penghuni mempunyai tempat tinggal atau

berteduh secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim setempat.

• Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam

kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan

keluarga. Fungsi ini diwujudkan dalam lokasi tempat rumah itu didirikan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

29

Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan

sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber

penghasilan.

• Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan

keluarg di masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan

lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa

kepemilikan rumah dan lahan.Namun ada pandangan yang berbeda dari

Maslow. Berdasarkan hierarchy of need (Maslow, 1954:10), kebutuhan

akan sebuah rumah dibagi menjadi:

- Physiological needs (kebutuhan untuk fisik penghuni), merupakan

kebutuhan biologis yang hampir sama untuk setiap orang, yang juga

merupakan kebutuhan terpenting selain rumah, sandang, dan pangan juga

termasuk dalam tahap ini.

- Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan), merupakan tempat

berlindung bagi penghuni dari gangguan manusia dan lingkungan yang

tidak diinginkan.

- Social or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat untuk

berinteraksi dengan keluarga dan teman.

- Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan hanya

sebagai tempat tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan

diri.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

30

3. Standar dan peraturan rumah

Standar luas minimal berbeda beda antar negara, tergantung pada tingkat ekonomi, sosial budaya dan iklim. Luas lantai per jiwa akan naik seiring dengan tingkat ekonomi dan kemakmuran suatu negara (McGee dan Robinson 1995).

Menurut Yockey (2011), luas ruang hunian turut berpengaruh terhadap kesehatan dan tingkat stres penghuninya. Standar kebutuhan luas minimal hunian sederhana di Indonesia diatur dalam SNI 03-1733-2004. Standar ini digunakan oleh pemerintah sebagai dasar menentukan luas rumah sederhana dan batasan rumah yang mendapatkan subsidi. Standar ini mengacu pada Neufret Data Arsitek (jilid 1 halaman 29) dimana menggunakan kebutuhan udara segar dalam ruangan sebagai dasar perhitungan kebutuhan luas ruang. Berdasarkan SNI 03-1733-2004, luas minimal rumah sederhana (asumsi 1 keluarga terdiri atas 4 orang) adalah 36m² atau

9m² per jiwa (Badan Standar Nasional Indonesia 2004).

Tabel 2.4. Standar Luas Lantai Per Jiwa

Standar / Unit Luas Jiwa rumah lahan (m2) (m2) (m2) Minimal 7,2 28,8 60 Indonesia 9 36 60 Internasional 12 48 60

Sumber: Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat, 2002

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

31

Tabel 2.5. Luas Lantai Hunian Per Jiwa Luas Lantai Luas minimal Luas maksimal (m2) (m2) Dewasa 6,4 9,6 Anak-anak 3,2 4,8 Luas hunian 28,28 43,2 Luas hunian rata-rata 36 Luas Hunian per jiwa (4 jiwa/ rumah) 9 Sumber: SNI, 2004

Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat (Keputusan Menteri Kimpraswil

Nomor 403/KPTS/M/2002) merumuskan ruang-ruang yang perlu disediakan dalam konsep Rancangan Rumah Inti Tumbuh (RIT) adalah sebagai berikut:

• 1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan. Bagian ini merupakan

ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya.

• 1 ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana

didalamnya dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan

aktivitas-aktivitas lainnya.

• 1 kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat

menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya

untuk kegiatan mandi cuci dan kakus.

Berdasarkan kegiatan yang terjadi didalam rumah hunian, yaitu; tidur (ruang tidur), masak, makan (dapur), mandi (kamar mandi), duduk (ruang duduk/ruang tamu), kebutuhan udara segar perorang dewasa perjam 16-24 m³ dan peranak-anak perjam 8-12 m³, dengan pergantian udara dalam ruang sebanyak-banyaknya 2 kali

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

32

per jam dan tinggi plafon rata-rata 2,5 m, maka luas lantai per orang dapat dilihat pada tabel 2.4. (Acuan dari data dalam buku Neufert 1996).

Gambar 2.8. Denah Hasil Simulasi Unit Ruang pada Rumah

Sederhana Sumber: Puslitbang Permukiman, 2011

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

33

Berdasarkan hasil survei lapangan, ruang tamu adalah salah satu ruang yang dibutuhkan oleh responden. Namun dalam kenyataannya, pemanfaatan ruang tamu memiliki frekuensi yang sedikit. Dalam pemanfaatan ruang, ruang tamu digabung dengan ruang keluarga. Survei lapangan Puslitbang Permukiman pada tahun 2015,

89% dari responden penghuni rumah sederhana menyatakan bahwa fungsi ruang tamu dibutuhkan pada hunian mereka. Sedangkan apabila dilihat dari frekuensi kedatangan tamu hanya 19 % yang menyatakan ada kunjungan tamu setiap hari.

Responden juga menyatakan bahwa 71 % responden tidak membedakan ruang dalam menerima tamu antara tamu asing, kerabat dan keluarga. Dari organisasi ruang 61 % dari hunian yang disurvei memiliki ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang keluarga (Pusat Litbang Permukiman 2015).

Berdasarkan data terhadap pemanfaatan ruang tersebut maka dapat ditetapkan ruang utama dalam bangunan rumah sederhana adalah ruang tidur, ruang keluarga, ruang makan, dapur dan kamar mandi/wc. Ruang utama tersebut dapat menjadi acuan penentuan luas minimal rumah sederhana. Sedangkan ruang penunjang adalah ruang tamu, teras dan ruang cuci. Luas rumah sederhana hasil penelitian 2011 disusun berdasarkan penjumlahan luasan tiap ruangan tanpa melakukan simulasi konfigurasi ruang.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 2.6. Simulasi Konfigurasi Ruang

Sumber: Puslitbang Permukiman, 2011

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

35

2.1.4.4 Kampung Literasi

1. Pengertian

Kampung Literasi merupakan kawasan kampung/desa yang digunakan untuk meningkatkan minat baca dan pengetahuan masyarakat, mewujudkan masyarakat yang memiliki 6 komponen literasi, yaitu literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), literasi keuangan serta literasi budaya dan kewarganegaraan serta membentuk masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Penyelenggaraan Kampung Literasi dapat dilakukan oleh TBM/satuan pendidikan nonformal, lembaga/organisasi maupun perkumpulan yang terdapat dalam masyarakat yang memiliki jiwa mengabdi dan membangun masyarakat di sekitarnya

2. Dasar Hukum

Penyelenggaraan program Kampung Literasi berpegang pada beberapa dasar hukum berikut ini:

• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

• Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik.

• Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2004 tentang Pendanaan

Pendidikan.

• Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

36

• Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional

Percepatan Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta

Aksara.

• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-

2019.

• Permendikbud Nomor 64 tahun 2012 tentang Bantuan Kepada Satuan

Pendidikan Nonformal dan Lembaga di Bidang Anak Usia Dini.

• Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2013

tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja

Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

• Permendikbud Nomor 81 tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan

Nonformal.

• Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan;

• Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015

tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015

Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada

Kementerian Negara/Lembaga.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

37

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173 Tahun 2016 tentang Perubahan

atas Permenkeu Nomor 168 Tahun 2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan

Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga.

• Panduan Penyelenggaraan Program Kampung Literasi (KL).

• Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa Membangun.

• Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Pembinaan

Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan

Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Tahun 2017 Nomor DIPA-023.05.1.666866.2017, tanggal 7

Desember 2016.

3. Maksud dan Tujuan

Penyelenggaraan program Kampung Literasi dimaksudkan untuk memberikan layanan pengetahuan, informasi dan keterampilan kepada masyarakat sehingga memiliki kecakapan dan wawasan yang luas serta keterampilan yang memadai. Model pemberdayaan Kampung Literasi bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam mengatasi permasalahan, pembinaan dan menghidupkan aktivitas literasi secara berkelanjutan di masyarakat. Tujuan khusus dari penyelenggaraan program Kampung Literasi ini antara lain:

• Menyediakan layanan informasi dan pengetahuan di jalur pendidikan

nonformal kepada masyarakat. Layanan tersebut berupa buku dan non-buku

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

38

yang disediakan di TBM, pojok baca atau sejenisnya, serta dilengkapi

dengan teknologi informasi.

• Mengembangkan minimal dua dari enam komponen literasi, yaitu literasi

baca-tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan

komunikasi (TIK), literasi keuangan, literasi budaya dan kewarganegaraan.

• Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat sehingga

memiliki kualitas hidup yang baik.

4. Manfaat

Program Kampung Literasi dapat menjadi sarana mengembangkan pengetahuan dan potensi masyarakat setempat sehingga memiliki pemahaman yang luas, kecakapan literasi dan kompetensi yang memadai. Masyarakat dapat mengeksplorasi dan memberdayakan semua potensi yang dimiliki daerah, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia secara maksimal untuk mendukung kemajuan masyarakat dan daerahnya. Masyarakat di Kampung Literasi juga dapat mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak hanya melestarikan dan menghidupkan kearifan lokal, namun juga bisa menciptakan kawasan kampung yang memiliki ciri khas tersendiri. Program Kampung Literasi ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi pemerintah daerah untuk diterapkan dan dikembangkan di desa/daerah lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

39

5. Sasaran Penerima Manfaat Program

Sasaran utama pelaksanaan program Kampung Literasi adalah desa atau kampung dengan indikator, antara lain:

• Memiliki penduduk tuna aksara yang relatif masih tinggi.

• Memiliki sumber daya manusia yang mampu menyelenggarakan dan

mengelola Kampung Literasi.

• Memiliki sarana pendukung pembentukan Kampung Literasi.

• Memiliki bentuk kearifan lokal yang dapat diberdayakan untuk

pengembangan literasi masyarakat kampung tersebut.

• Memiliki embrio sumber pengetahuan seperti memiliki Taman Baca

Masyarakat, Perpustakaan Desa, dan sumber pengetahuan lainnya.

• Memiliki hubungan yang harmonis antara penggiat literasi dengan

pemerintah desa dan masyarakat.

6. Masyarakat

Secara umum, seluruh lapisan masyarakat dapat mengakses layanan program Kampung Literasi. Prioritas layanan program Kampung Literasi bisa diberikan untuk masyarakat dengan kondisi, antara lain:

• Masyarakat yang masih berkeaksaraan rendah.

• Masyarakat yang sedang menempuh program pendidikan kesetaraan, Paket

A, B dan C.

• Masyarakat yang ingin meningkatkan kemampuan literasinya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

40

• Warga belajar sedang mendalami keterampilan sesuai dengan kegiatan yang

tersedia dalam program Kampung Literasi.

7. Prinsip-prinsip

Prinsip dasar dalam pembentukan Kampung Literasi adalah “dari, oleh, dan

untuk masyarakat” yang berarti:

• Kampung Literasi dibentuk untuk memberikan berbagai layanan yang

didasarkan atas prakarsa berbagai pihak, yakni lembaga, organisasi

masyarakat, pemerintah dan tokohtokoh masyarakat.

• Program dan kegiatan yang diselenggarakan di Kampung Literasi

dilaksanakan oleh berbagai unsur, yakni lembaga, organisasi masyarakat,

pemerintah dan tokoh masyarakat setempat.

• Semua program dan kegiatan yang diselenggarakan pada dasarnya untuk

kepentingan masyarakat setempat dalam membangun lingkungan dan

mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

2.1.4.5 Wisata Tepian Air

Pemahaman waterfront ditinjau dari beberapa definisi dan terminologi, menurut Bren dan Rigby Tepian Air merupakan “The Dynamic area of the cities and towns where land and water meet” (Breen dan Rigby, 1994) interface between land and water (Wreen, 1983), tepi sungai (Ahmad, 2000), pelabuhan atau tanah semacam itu di sebuah kota dengan dermaganya (Salim dan Yuni, 1994), Pelabuhan depan (Gordon, 1996, 1997), danau (Keating dkk., 2005), wilayah danau (Mireri

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

41

dkk., 2007), zona pesisir (Joseph dkk., 2014), pantai (Cervantes dkk., 2008), lahan basah /rawah (Kusler dan Kentula, 1990). kawasan Tepian air adalah cerminan perjalanan sejarah kehidupan darat dan air dari ribuan kota besar dan kecil di seluruh dunia (Sairinen dan Kumpulainen, 2006), Keberadaan air juga memberikan manfaat ekologis, ekonomi, dan sosial bagi sebuah kota (dewi P, 2017), definisi lain dinyatakan oleh masrul kawasan tepi air (waterfront) meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak harus secara langsung berada di atas air, akan tetapi terikat secara visual, histori atau fisik yang terikat dengan air sebagai bagian dari “scheme” yang lebih luas (Masrul, 2007). Dari penjabaran diatas ditambahkan oleh wrenn,

1983 tepian air sebagai waterfront area merupakan bagian tak terpisahkan antara daratan, perairan dan habitatnya yang terbentuk berdasarkan pola, dimana awal tumbuhnya kawasan waterfront dari arah perairan, kemudian dihuni oleh sekelompok masyarakat yang mendorong berkembangnya beberapa sarana penunjang seperti dermaga, tempat tinggal dan jalur sirkulasi yang mendorong munculnya ikatan visual dan karakter kawasan (Wreen, 1983). Ditinjau dari aspek spasial (Guo, 1998) melihat tepi laut sebagai daerah di kota di mana tanah bertemu air, secara spasial, area termasuk 200m-300m dari antarmuka ke sisi air dan 1km-

2km (yaitu sekitar 15min-20min berjalan kaki) ke sisi darat. Ini adalah sistem terintegrasi yang terdiri dari beberapa fitur, di mana air membentuk pusat, dan tertutup oleh objek-objek substansial (Wu dan Gao, 2002).

Pendapat lain mengenai elemen waterfront yang dapat menjadi daya tarik pariwisata dibagi menjadi 6 dimensi dikemukakan oleh Muroyan (1998) dalam bukunya Evaluasi daya tarik, dituliskan kembali oleh Chen dkk (2018) meliputi (1)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

42

daya tarik inti, (2) sumber daya yang ada, (3) kegiatan pariwisata, (4) fasilitas akomodasi, (5) Kenyamanan spasial, (6) perencanaan dan regulasi (Chen dkk.,

2018). Chen mengemukakan bahwa perencanaan wisata tepian air dapat diwujudkan dengan mengembangkan atraksi budaya bersifat rutin dan berkala dengan melibatkan penduduk setempat untuk turut berpartisipasi. Chen juga menyatakan bahwa terdapat 4 urutan prioritas pengembangan waterfront sebagai kawasan wisata tepi air yaitu : Pertama pembangunan spasial secara keseluruhan menawarkan kepada wisatawan pemandangan menarik dan pengalaman yang indah. Kedua pengembanganan pengalaman empat indera berupa penglihatan, pendengaran, penciuman dan sentuhan sehingga tercipta lingkungan tamasya yang nyaman di tepian air. Ketiga perencanaan transportasi yaitu transportasi air dan darat serta interchange antar moda transportasi. Keempat adalah strategi aktivitas, membagi menjadi aktivitas rutin dan berkala berupa festival-festival tahunan dengan cara menghidupkan kembali banguna kuno, mengintegrasikan dan mengatur pertokoan yang ada serta mengangkat kembali budaya tepian air yang menjadi ciri khas sungai di china. Dari penelitian zhang dan chen dapat disimpulkan bahwa aktivitas atau atraksi budaya tepian air (waterfront culture) merupakan salah satu faktor penting terwujudnya pariwisata tepian air.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

43

2.1.5 Studi Banding Fungsi Sejenis 2.1.5.1 Kampung Kali Code

Gambar 2.9. Kampung Kali Code

Sumber: Bukanrastaman, 2015

Kali Code pada zaman dahulu adalah sungai yang masih belum memiliki tingkat kependudukan yang padat, hanya terdapat beberapa rumah dan vegetasi hijau di tepi sungai. Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang datang ke kawasan ini dan mendirikan rumah tanpa izin. Mereka mayoritas adalah masyarakat pekerja dan buruh kasar. Mereka mendirikan rumah-rumah dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Proses penataan rumah-rumah berlangsung tanpa perencanaan. Bangunan berdiri secara spontan mengikuti aliran sungai sehingga membentuk pola linier.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

44

Bencana banjir sering terjadi pada bantaran sungai tersebut dan sering diikuti oleh lahar dingin. Sering terjadinya bencana banjir ini maka revitalisasi mulai dilakukan. Langkah yang dilakukan adalah bangunan yang berada pada bantaran sungai tersebut ditata kembali dengan perencanaan dan desain yang barudengan harapan revitalisasi tetap berjalan tanpa menghilangkan fungsi kawasan tersebut sebagai daerah permukiman.

Adapun revitalisasi yang dilakukan di bantaran Kali Code yaitu revitalisasi horizontal dan revitalisasi vertikal. Revitalisasi horizontal dilaksanakan dengan mengikuti aliran sungai berada pada sisi bantaran sungai. Revitalisasi horizontal dengan rekayasa permukaan lahan dan diimbangi dengan penghijauan. Langkah pertama dari pengurangan dampak banjir adalah pembuatan talut di pinggir sungai dan penghijauan atau penanaman tumbuhan-tumbuhan penutup lahan yang akan menjadi frontliner terhadap aliran banjir sebelum sampai ke permukiman.

Fungsinya menyerap air, sebagai filter material vulkanik yang dibawa oleh arus sungai.

Sedangkan revitalisasi vertikal dilakukan dengan penataan/desain bangunan dan fasilitas yang terletak di area permukiman. Konstruksi bangunan di bantaran

Kali Code ini menggunakan material lokal. Beberapa bangunan dengan konstruksi kayu, pondasi umpak setinggi 50 cm menopang strukturkolom balok dari bahan kayu. Pondasi jenis umpak ini merupakan desain pada kondisi tapak yang curam karena berada di lembah sungai, selain itu merupakan reaksi terhadap keadaan geografis yang rawan gempa. Pondasi umpak ditambah sistem rumah panggung

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

45

dengan ketinggian sekitar 2,5 m juga menjadi desain sebagai reaksi terhadap ancaman erosi sungai dan banjir lahar dingin dari Gunung Merapi.

Beberapa material kayu digunakan pada bangunan-bangunan di bantaran

Kali Code, untuk pondasi, kolom, balok dan rangka atap. Material dinding banyak yang menggunakan anyaman bambu yang dicat warna warni sehingga terlihat menarik untuk menghilangkan kesan kusam dan kumuh. Namun ada juga beberapa dinding bangunan yang menggunakan kombinasi antara batu bata dan bambu.

Dinding bangunan yang menggunakan batu bata secara keseluruhan juga banyak ditemukan. Rangka atap pada bangunan di bantaran Kali Code menggunakan kayu, penutup atap menggunakan genteng dan asbes.

Gambar 2.10. Bangunan Dengan Konstuksi Kayu (Kiri) dan Bangunan Dengan Konstruksi Bata dan Bambu (Kanan) Sumber: Dewi Ratna,2015

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

46

Alur sirkulasi di permukiman Kali Code sama seperti pola huniannya yaitu linier dengan mengikuti aliran sungai dan lebarnya hanya jalan setapak. Entrance kawasan terletak di ujung jembatan Gondolayu (sisi timur laut dari kawasan).

Bentuk sirkulasi didominasi berbentuk tangga yang tidak beraturan mengikuti kontur tanah. Material yang digunakan pada sirkulasi adalah tanah, paving block dan semen cor.Karena lahan terbatas dan kontur tidak rata, beberapa rumah membuat tangga sebagai jalan masuk ke rumah.

Gambar 2.11. Entrance Kawasan Kampung Code

Sumber: Dewi Ratna,2015

Fasilitas umum yang ditemukan di kawasan kampung Code antara lain:

1. Masjid

2. Bangunan serbaguna

3. Kantor sekretariat RT

4. Tempat parkir motor dan sepeda

5. Sumur dan MCK

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

47

Perilaku masyarakat bantaran Kali Code setelah revitalisasi berubah menjadi positif teutama perilaku sosial. Sebelumnya masyarakat bantaran Kali

Code adalah masyarakat yang mempunyai perilaku kurang baik dan cenderung berbuat kriminalitas karena salah satu penyebabnya adalah kondisi ekonomi masyarakat yaitu golongan menengah ke bawah. Selain itu perilaku yang kurang baik terhadap lingkungan seperti contohnya membuang sampah di sungai yang tentunya akan mengakibatkan lingkungan menjadi kumuh dan mudah terjadi bencana banjir. Setelah adanya revitalisasi, terjadi proses perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku masyarakat yang positif seperti berkurangnya tindak kriminalitas, pengelolaan sampah untuk tidak dibuang ke sungai, air limbah kamar mandi/wc tidak dialirkan ke sungai tapi ke sumur- sumur resapan yang sudah dibuat, kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan, dan kerukunan hidup bertetangga yang semakin erat. Salah satu peran pemerintah dalam pengelolaan sampah adalah dengan mengeluarkan Peraturan

Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah.

Masyarakat yang melanggar peraturan tentang pengelolaan sampah tersebut akan dikenakan denda tertinggi 50 juta rupiah. Hal ini juga mendukung masyarakat untuk tertib dalam pengelolaan sampah.

Budaya gotong royong merupakan budaya yang melekat pada warga bantaran kali Code. Proses revitalisasi terjadi dengan gotong royong antara warga masyarakat bantaran Kali Code dan pemerintah membangun penataan kawasan

Kali Code.Kondisi perekonomian masyarakat bantaran Kali Code sebagian besar adalah golongan ekonomi menengah ke bawah. Mata pencaharian mereka sangat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

48

beragam seperti pemulung, membuka usaha tambal ban, membuka usaha warung, buruh gendong di pasar, kuli bangunan, beternak ikan dan karyawan swasta.

Revitalisasi arsitektural di bantaran Kali Code meliputi penataan daerah tepi sungai dengan pembuatan talut dan penghijauan, penataan sirkulasi dalam kawasan, menyediakan fasilitas umum yang dapat digunakan bersama, struktur dan material bangunan, sistem utilitas yang meliputi pembuatan saluran air bersih dan air kotor yang tidak mencemari sungai, menyediakan pengelolaan sampah. Revitalisasi arsitektural di bantaran Kali Code Yogyakarta tidak hanya membawa dampak dan pengaruh positif terhadap penataan kawasan saja. tetapi berdampak pula pada perilaku dan lingkungan hidup di kawasan Kali Code. Dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas umum yang dapat digunakan bersama,kerukunan masyarakat menjadi bertambah erat dengan didukung kegiatan-kegiatan sosial yang positif.

Budaya gotong royong mulai ada sejak adanya proses revitalisasi di bantaran Kali

Code Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

49

Gambar 2.12. Masterplan skematik Kali Code

Sumber: Aga Khan Development Network (AKDN)

Gambar 2.13. Potongan Skematik Kali Code

Sumber: Aga Khan Development Network, 2016

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

50

Gambar 2.14. Kondisi Kali Code Sebelum dibangun Romo (1983),

Sumber: www.Mangunwijaya.org, diakses 21 April 2020

Gambar 2.15. Kondisi Kali Code Setelah dibangun Romo Mangun (1984- 1987)

Sumber: www.Mangunwijaya.org, diakses 21 April 2020

Tabel. 2.7. Tabel Prinsip Fungsi Yang diterapkan ke Desain Kampung Kali Code

No Proyek Analisa Jenis Penerapan Penjelasan Terapan Desain Dalam Desain

1 Kampung Kali Material Menggunakan material Code yang mudah didaur ulang (Kayu,Batu bata, dan bamboo)

Fasad Tidak begitu banyak merubah fasad pada permukiman

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

51

Fasilitas Membangun perpustakaan umum, Gedung serbaguna, MCK, fasilitas parkir

Sirkulasi Menerapkan sirkulasi angin dan cahaya matahari alami pada bangunan yang didesain

Warna Memberi nuansa warna warni sehingga tampak menarik dan mencolok

Tabel. 2.8. Tabel Rekomendasi Prinsip Fungsi Yang diterapkan didalam Desain

No Proyek Jenis Penerapan Dalam Penjelasan Terapan Desain Desain

1 Kampung Material Menggunakan material Literasi Ramah yang mudah didaur ulang Lingkungan Fasilitas Membangun fasilitas- fasilitas umum sehingga tidak menghilangkan budaya berbaur didalam kampung

Sirkulasi Menerapkan sirkulasi angin dan cahaya matahari alami pada bangunan dan didesain

Warna Memberi nuansa warna terang sehingga tampak menarik

Aksesbilitas Membuat banyak ruang terbuka yang menghubungkan fasilitas- fasilitas yang telah didesain

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

52

Kesimpulan studi banding fungsi sejenis:

Agar dapat menjadi kampung literasi yang ramah lingkungan, banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari permukiman tempat tinggal warga itu sendiri maupun fasilitas literasi yang didesain serta akses yang saling menghubungkan fasilitas-fasilitas tersebut. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip fungsi yang telah dijelaskan maka warga Kampung Aur akan merasakan efek atau hasil dari fungsi yang telah didesain secara lebih efektif dan efisien.

2.2 Tinjauan Tema

Dengan melihat fungsi pada perancangan yang memiliki sifat ramah lingkungan, maka pendekatan atau tema yang diambil adalah “Arsitektur

Ekologis”.

2.2.1 Pengertian

Ekologi berasal dari bahasa Yunani ‘oikos’ dan ‘logos’. Oikos berarti rumah tangga atau cara bertempat tinggal, dan logos berarti ilmu atau bersifat ilmiah.Ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya. Arsitektur berkelanjutan yang ekologis dapat dikenali dengan cara sebagai berikut :

1. Tidak menghabiskan bahan lebih cepat daripada tumbuhnya kembali bahan

tersebut oleh alam.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

53

2. Menggunakan energi terbarukan secara optimal.

3. Menghasilkan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan

baru.

Arsitektur ekologis merncerminkan adanya perhatian terhadap lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas. Secara umum, arsitektur ekologis dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan yang lebih sedikit mengkonsumsi dan lebihbanyak menghasilkan kekayaan alam. Arsitektur tidak dapat mengelak dari tindakanperusakan lingkungan. Namun demikian, arsitektur ekologis dapat digambarkansebagai arsitektur yang hendak merusak lingkungan sesedikit mungkin. Untukmencapai kondisi tersebut, desain diolah dengan cara memperhatikan aspek iklim,rantai bahan, dan masa pakai material bangunan.

Prinsip utama arsitektur ekologisadalah menghasilkan keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya.

Gambar 2.16. Pola Pikir Desain Arsitektur Ekologis

Sumber: Frick. H , 2007

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

54

Gambar 2.17. Penerapan Arsitektur Ekologis dalam Peredaran Bahan

Bangunan Sumber: Frick.H, 2007

2.2.2 Asas Pembangunan dan Prinsip Arsitektur Ekologis

Asas-asas pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi dua, yaitu asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan, dan asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan. Empat asas pembangunan yang ekologis disusun sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

55

Tabel 2.9. Asas dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang Ekologis

1. Asas 1 Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat daripada alam mampu membentuk penggantinya. Prinsip-prinsip Meminimalkan Penggunaan Bahan Baku. Mengutamakan penggunaan bahan terbarukan dan bahan yang dapat digunakan kembali. Meningkatkan efisiensi- membuat lebih banyak dengan bahan, energi, dan seabgainya lebih sedikit. 2. Asas 2 Menciptakan sistem yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan. Prinsip-prinsip Menggunakan energi surya. Menggunakan energi dalam tahap banyak yang kecil dan bukan dalam tahap besar yang sedikit. Meminimalkan pemborosan. 3. Asas 3 Mengizinkan hasil sambilan (potongan, sampah, dsb.) saja yang dapat dimakan atau yang merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain. Prinsip-prinsip Meniadakan pecemaran. Menggunakan bahan organik yang dapat dikomposkan. Menggunakan kembali, mengolah kembali bahan-bahan yang digunakan 4. Asas 4 Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis. Prinsip-prinsip Memperhatikan peredaran, rantai bahan, dan prinsip pencegahan. Menyediakan bahan dengan rantai bahan yang pendek dan bahan yang mengalami perubahan transformasi yang sederhana. Melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis Sumber: Frick.H, 2007

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

56

2.2.3 Sifat Arsitektur Ekologi

Arsitektur ekologis bersifat holistis (berkeseluruhan). Arsitektur ekologis mengandung bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yangmemperhatikan kesehatan penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur matahari

(berkaitan dengan pemanfaatan dan pengolahan energi surya), arsitektur bionic

(teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan pembangunan alam), serta pembangunan berkelanjutan. Sifat arsitektur ekologis yang holistis

(berkeseluruhan) secara garis besar dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.18. Konsep Arsitektur Ekologis yang Holistis

Sumber: Frick.H, 2007

Arsitektur ekologis tidak menentukan apa yang akan seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku, melainkan arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur ekologis juga mengandung dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosial- budaya, ruang, serta teknik bangunan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

57

Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks, padat, dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur ekologis memiliki sifat-sifat :

1. Holistis : berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan

yang lebih penting daripada sekedar kumpulan bagian

2. Memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan), dan

pengalaman lingkungan alam terhadap manusia

3. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang

statis

4. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua

belah pihak

5. Memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan), dan

pengalaman lingkungan alam terhadap manusia

6. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang

statis

7. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua

belah pihak

2.2.4 Pedoman Desain Arsitektur Ekologi

Patokan yang dapat digunakan dalam membangun bangunan atau gedung yang ekologis adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

58

sebagai paru-paru hijau

2. Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan/radiasi

geobiologis dan meminimalkan medan elektromagnetik buatan

3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan

alamiah

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan

5. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam konstruksi bangunan dan

memajukan sistem bangunan kering

6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu

mengalirkan uap air

7. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa

pakai bahan bangunan dan struktur bangunan

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonikal

9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah

lingkungan dan membutuhkan energi sesedikit mungkin (mengutamakan

energi terbarukan)

10. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat

dimanfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak-anak, orang tua,

maupun orang cacat tubuh).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

59

Pola perencanaan dan perancangan arsitektur ekologis selalu memanfaatkan atau meniru peredaran alam seperti kriteria berikut :

1. Intensitas energi yang dikandung maupun digunakan saat membangun

seminimal mungkin

2. Kulit bangunan (dinding dan atap) berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu

dapat melindungi dari sinar panas matahari, angin, dan hujan

3. Arah bangunan sesuai dengan orientasi Timur-Barat dan Utara-

4. Selatan untuk menerima cahaya tanpa kesilauan

5. Dinding dapat melindungi dari panas matahari

2.2.5 Bangunan Gedung Ekologi Pada Iklim Tropis

Memperhatikan arsitektur Indonesia masa kini sering menimbulkan kesan bahwa proyek tersebut dipindahkan dari jauh (Misal: Amerika Utara, Eropa, dll.), dari daerah beriklim sedang ke daerah beriklim tropis lembap (Indonesia).

Perencanaan tersebut menghasilkan konstruksi, pengaturan jendela kaca, penempatan massa, dan konsep yang meniru gedung dari iklim dingin yang seolah- olah terletak di antara bangunan tropis. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis panas lembap. Karakteristik daerah dengan iklim tropis panas lembap adalah memiliki curah hujan dan kelembapan udara yang tinggi serta suhu yang hampir selalu tinggi. Angin sedikit bertiup dengan arah yang berlawanan pada musim hujan dan kemarau, radiasi matahari sedang dan pertukaran panas kecil karena kelembapan udara tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

60

Gambar 2.19. Arah Angin di Indonesia Pada Musim Kemarau

Sumber : Frick.H, 2007

Gambar 2.20. Arah Angin di Indonesia Pada Musim Penghujan

Sumber : Frick.H, 2007

Secara garis besar, bangunan gedung pada iklim tropis membutuhkan perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, serangga, dan di pesisir pantai memerlukan perlindungan terhadap angin keras. Pada bagian berikut ini akan dijabarkan mengenai metodologi desain agar bangunan sesuai dengan kriteria arsitektur ekologis.

1. Bentuk fisik gedung

Pembentukan gedung memanfaatkan segala sesuatu yang dapat menurunkan suhu yang dapat dilakukan dengan cara memperhatikan arah orientasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

61

bukaan dinding terhadap sinar matahari, memisahkan atau menjauhkan ruang yang mengakibatkan timbunya panas berlebih dari ruangan utama, merencanakan ruang dengan kelembapan tinggi dengan tambahan sistem penyegaran udara sehingga pertukaran udara dapat terjadi dengan lancar.

2. Struktur dan Konstruksi

Memilih jenis struktur dan konstruksi yang tepat sesuai dengan fungsi dan

kebutuhan bangunan. Jenis struktur ada 3 jenis, yaitu:

• Struktur bangunan masif

• Struktur pelat dinding sejajar

• Struktur bangunan rangka

Gambar 2.21. Jenis Struktur

Sumber : Frick.H, 2007

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

62

Pada konstruksi lantai, terutama yang konstruksi dasarnya berupa pelat beton memiliki kapasitas menyimpan panas yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi iklim dan kenyamanan di dalam ruang. Pada konstruksi dinding, sebaiknya disertai dengan perlindungan atap sengkuap atau tanaman peneduh untuk menghindari pemanasan kulit luar, selain itu dapat pula digunakan second skin facade atau dinding masif tebal untuk menyerap dan mereduksi panas. Pada konstruksi atap, sebaiknya berbentuk pelana sederhana (tanpa adanya jurai luar dan dalam) untuk mengalirkan air hujan dengan mudah. Selain itu pada bagian atap juga disertai dengan adanya rongga udara untuk mengeluarkan suhu panas dari dalam ruangan.

Gambar 2.22. Lubang Atap Pada Jalur Sirkulasi Udara

Sumber : Frick, H, 2005.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

63

3. Perlindungan gedung terhadap matahari dan penyegaran udara

Perlindungan gedung terhadap matahari yang paling sederhana adalah dengan cara menanam pohon peneduh di sekitar gedung. Perlindungan pembukaan dinding dapat dilakukan dengan penonjolan atap atau dengan menggunakan sirip tetap yang horizontal, tegak, atau keduanya.

Gambar 2.23. Sirip Dinding

Sumber : Frick, H, 2005

Perlindungan pembukaan dinding terhadap matahari dapat pula dilakukan dengan penggunaan loggia (serambi yang tidak menonjol, melainkan mundur ke dalam gedung) sehingga jendela tidak terkena sinar matahari. Di sisi lain, perlindungan yang bergerak dapat berbentuk kerai, jendela krepyak, atau konstruksi lamel.

Penyegaran udara secara aktif dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip angin bergerak dan pengudaraan ruang (cross- ventilation). Dalam hal ini perlu diketahui bahwa udara akan bergerak langsung melalui jalan terpendek dari lubang masuk ke lubang keluar. Penyegaran udara dalam ruang dapat pula memanfaatkan peralatan penangkap angin sederhana seperti kincir angin, cerobong angin yang bergerak, atau cerobong angin yang mati, atau bahkan dapat menggunakan menara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

64

angin yang berfungsi seperti cerobong angin skala besar yang dapat menangkap angin dari segala arah.

Gambar 2.24. Jendela Krepyak

Sumber : Frick, H, 2005

2.2.6 Klarifikasi Bahan Bangunan Ekologi

Klasifikasi bahan bangunan dapat dikatakan ekologis jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Eksploitasi dan pembuatan (produksi) bahan bangunan menggunakan

energi sesedikit mungkin

2. Tidak mengalami perubahan bahan (transformasi) yang tidak dapat

dikembalikan kepada alam

3. Eksploitasi, pembuatan (produksi), penggunaan dan pemeliharaan bahan

bangunan sesedikit mungkin mencemari lingkungan

4. Bahan bangunan berasal dari sumber alam lokal (berasal dari tempat yang

dekat)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

65

Dalam proses pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa membutuhkan kecanggihan teknologi masa kini. Namun demikian, teknologi yang ekologis selalu mengutamakan keseimbangan antara teknologi dan lingkungan. Penyusunan sistem struktur dan konstruksi bangunan dapat dirancang dengan memperhatikan masa pakai bagian-bagian bangunan sehingga bangunan dapat dibangunan kembali atau diubahsetiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 2.25. Penyusunan Sruktur dan Konstruksi

Bangunan Berdasarkan Masa Pakai Bahan

Sumber : Frick, H, 2005

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

66

Tabel 2.10. Tabel Masa Pakai Bahan Bangunan

Sumber : Frick, H, 2007

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

67

2.2.7 Tata Ruang Ekologi

Ruang merupakan wadah tidak nyata yang dapat dirasakan oleh manusia, merupakan persepsi dari masing-masing individu melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran dan penafsirannya24. Ruang memiliki panjang, lebar, dan tinggi; bentuk; permukaan; orientasi; serta posisi25. Istilah ruang (space) tidak hanya meliputi ruang dalam, tetapi juga ruang luar, misalnya jalan yang dibentuk oleh dinding, rumah, atau tanaman sekeliling. Kualitas kenyamanan, sifat, dan bentuk ruang juga mempengaruhi jiwa pengguna ruang. Pengertian keseimbangan dengan alam mengandung kesatuan makhluk hidup (termasuk manusia) dengan alam sekitarnya secara holistis.

2.2.8 Interpretasi Tema

Efisiensi energi adalah prioritas utama didalam sebuah desain, hal ini dikarenakan kesalahan desain yang berakibat boros energi akan berdampak terhadap biaya operasional sepanjang bangunan tersebut beroperasi Kelebihan dari arsitektur yang hemat energi bukan hanya untuk memecahkan masalah yang menjadi kendala dan memanfaatkan potensi iklim tropis yang ada tetapi juga memanfaatkan potensi iklim yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

68

2.2.9 Studi Banding Tema Sejenis

2.2.9.1 Kampung Ekologi Temas Batu, Malang

Pada 29 Januari 2017 akhirnya Kampung Ekologi Batu Into Green diresmikan oleh Walikota Batu sebagai destinasi wisata. Pada tahun 2017 Kampung

Ekologi BIG mulai memasuki tahap penguatan. Tahap ini diisi oleh berbagai aktivitas seperti penguatan dalam hal ekowisata/eduwisata. Menjadikan Kampung

Ekologi BIG sebagai destinasi wisata dimaksudkan agar aspek pelestarian lingkungan yang bersinergi dengan dimensi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dapat berjalan. Secara sederhana konsep yang ditawarkan oleh eduwisata di Kampung ekologi Batu Into Green ini adalah sebuah kampung wisata yang menggabungkan antara layanan wisata pada umumnya namun dibarengi dengan berbagai macam nilai pendidikan praktis mengenai lingkungan. Di dalam tahap penguatan ekowisata ini dibarengi pula dengan penguatan dalam aspek potensi aktivitas wisata seperti handcraft daur ulang sampah, sarana, dan prasarana, promosi, dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) melaluii pembentukan kepengurusan untuk mendukung keberlanjutan kampung Ekologi BIG agar menjadi sebuah desa wisata yang berbasis potensi dana masyarakat lokal (Profil Kampung

Ekologi BIG, 2017).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

69

Gambar 2.26. Entrance Kampung Ekologi Temas Batu, Malang

Sumber : Adhitya Hendra,2018

Visi dari Kampung Ekologi Batu Into Green adalah membuat kampung yang ramah lingkungan, aman dan nyaman untuk ditinggali. Terpenuhi kebutuhan fisik, mental dan spritual bagi warga yang hidup di dalamnya. Sedangkan misi yang diusung oleh Kampung Ekologi Batu Into Green adalah sebagai berikut :

1. Optimalisasi pengolahan sampah

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas taman / openspace

3. Pemanfaatan & pengelolaan sampah

4. Revitalisasi dan optimalisasi TPS

5. Peningkatan penghijauan

6. Optimaliasi sumber daya kreatif di masyarakat.

7. Membangun partisipasi aktif antara warga dalam pembenahan sarana fisik

dan non-fisik di lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

70

8. Penggunaan teknologi ramah lingkungan

9. Optimalisasi penghijauan di pekarangan rumah (penanaman tanaman

organik produktif )

Terdapat 3 aktivitas wisata yang dapat dilakukan pengunjung di Kampung

Ekologi BIG yang terdiri dari :

a. Edukasi Bank Sampah

Gambar 2.27. Aktivitas Pemaparan Materi Sampah Sumber : Anita Reni, 2017

Pemilahan sampah menjadi salah satu ciri khas dari Kampung Ekologi Batu

Into Green. Bank sampah di RW 06 ini dibina oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota

Batu dan termasuk yang paling aktif dalam pelaksanaannya. Teknis yanng dapat ditawarkan kepada para pengunjung melalui bank sampah ini adalah pemaparan tentang sampah dan pelatihan dalam pemilahan sampah. Kegiatan yang akan dilakukan peserta dalam pemilahan sampah ini adalah memisahkan sampah menjadi kelompok –kelompok tertentu berdasarkan kategori pada tiap jenis kertas, jenis plastik, jenis botol, dan jenis kaleng. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada para peserta bahwa memilah sampah merupakan hal

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

71

penting yang dapat meningkatkan kebersihan dan estetika lingkungan dikarenakan tidak adanya penumpukan sampah.

b. Pembuatan Kerajinan Daur Ulang Sampah

Gambar 2.28. Aktivitas Yang Ditawarkan Sumber : Anita Reni, 2017

Tanpa kita sadari, kegiatan daur ulang sampah adalah suatu kegiatan yang sangat bermanfaat. Selain kita bisa menjaga kebersihan lingkungan hidup daur ulang sampah juga bisa menjadi peluang bisnis yang dapat menghasilkan uang dari hasil usaha mendaur ulang sampah. Misalnya dengan mengubah sampah yang tidak berguna menjadi kerajinan tangan yang unik, menarik, bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. Pengelolaan sampah dengan cara didaur ulang menjadi salah satu ciri khas dari Kampung Ekologi BIG. Masyarakat sering menyebutnya dengan handycraft. Bahan-bahan dasar yang dapat digunakan merupakan hasil dari sampah-sampah anorganik seperti koran bekas, botol bekas, dan berbagai jenis sampah anorganik lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

72

c. Edukasi Pertanian Organik

Gambar 2.29. Aktivitas Menanam di Lahan Organik Kampung Ekologi BIG Sumber : Anita Reni, 2017 Saat ini, bahan-bahan makanan yang berasal dari pertanian organik sedang populer di masyarakat. Maka tak heran banyak sayur dan buah organik yang dijual dipasaran. Hal ini tentu tak terlepas dari pola pikir masyarakat yang mulai mengutamakan kesehatan dengan memilih bahan pangan organik. Oleh karena itu,

Bapak Taselan sebagai salah satu warga RW 06 sudah membuat lahan organik dengan luas 700 m2 yang ditanami dengan berbagai macam sayuran organik seperti sawi, rubish, bit, wortel dan berbagai jenis tanaman lainnya yang telah dipasarkan ke berbagai lokasi di Kota Batu dan Kota Malang. Edukasi pertanian organik di

Kampung Ekologi BIG merupakan kombinasi antara pertanian hortikultura dan dunia wisata untuk liburan di desa. Atraksi yang ditawarkan dari aktivitas wisata ini adalah pengalaman bertani sekaligus menikmati produk kebun bersama dengan jasa yang disediakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Utama (2016) bahwa aktivitas wisata pertanian bertumbuh sangat pesat dan menjadi alternatif terbaik bagi wisatawan, hal ini disebabkan, agritourism akan membawa seseorang mendapatkan pengalaman yang benar-benar berbeda dari rutinitas kesehariannya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

73

Mereka ingin keluar dari kejenuhan, suasana kantor atau hiruk pikuk keramaian.

Orang tua ingin anak-anak mereka dapat mengetahui dari mana sebenarnya makanan itu berasal. Pertanian organik di Kampung Ekologi BIG merupakan salah satu pertanian organik yang telah bersertifikat organik dari LeSOS. Kebun organik ini dapat berpotensi sebagai sarana pengenalan dan pembelajaran mengenai budidaya secara organik. Pengunjung dapat merasakan menanam dan memanen tanaman organik. Edukasi pertanian organik merupakan kegiatan lapang yang diberikan kepada pengunjung sebagai solusi pendidikan berbasis lingkungan yang hijau dan sehat. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi mengenai pentingnya menanam makanan sehat mereka sendiri. Selain pengetahuan tentang sayuran organik, para peserta juga akan mendapatkan pengalaman menanam bibit sayur secara langsung di lahan dan polybag.

Lorong tematik adalah lorong (gang) yang dicat sesuai dengan tema yang telah disiapkan. Setiap lorong mempunyai keunikan sendiri dengan penamaan sesuai dengan temanya seperti Gang Matahari, Gang Bahagia, Gang TPQ, Gang

Cinta, Gang Punden, Gang Antariksa. Berdarkan hasil observasi langsung oleh peneliti terhadap lorong tematik yang ada di Kampung Ekologi BIG, untuk tema tidak ada keterkaitan antar gang. Namun, yang menjadikan lorong tematik ini berkaitan satu sama lain adalah lorong- lorong ini selalu dihiasi dengan berbagai ornamen tanaman seperti pot-pot flora dari berbagai jenis bunga, seperti bunga petunia, bunga matahari, dan tanaman pucuk merah yang digantung agar lebih menarik. Lorong tematik ini juga memiliki unsur edukatif yaitu dengan penambahan beberapa keterangan mengenai tema dari lorong.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

74

Daya tarik Kampung Ekologi BIG lainnya adalah BIG Wall yang merupakan mural atau lukisan besar di dinding. Mural yang bertuliskan BIG ini juga merupakan salah satu ikon dari kampung wisata ini. Selain bertuliskan BIG, mural ini juga mengandung unsur edukasi dimana gambarnya berupa edukasi tentang sampah dan anjuran untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Lorong tematik dan mural ini biasa digunakan oleh pengunjung sebagai spot foto Kampung

Ekologi BIG.

Gambar 2.30. Lorong Tematik Kampung Ekologi BIG Sumber : Anita Reni, 2017 Keunikan wisata lain yang akan didapatkan pengunjung Kampung Ekologi

BIG adalah para pengunjung tidak hanya akan berwisata tapi sekaligus akan diberikan edukasi mengenai kegiatan yang dilakukan seperti mengenal pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan jenis sampah di Bank Sampah hingga pemanfaatan ulang sampah menjadi barang yang lebih berguna. Selain itu, pengunjung juga akan dikenalkan pada budidaya organik sekaligus diajak untuk menanam tanaman secara organik. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hadiwijoyo (2012) bahwa saat ini wisatawan lebih memilih terlibat secara fisik, mental serta emosional terhadap objek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, karena wisatawan seringkali

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

75

merasa bosan dan jenuh dengan pariwisata massalyang bersifat rekreasi biasa sehingga mereka cenderung melakukan wisata minat khusus untuk mendalami suatu kajian (something) yang bersifat mendidik (education). Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, dengan pernyataan salah satu masyarakat yang memberikan materi pada saat kunjungan.

Gambar 2.31. Lorong Perumahan didalam Kampung Sumber : Adhitya Hendra,2018

Gambar 2.32. Warga Menanam Tumbuhan Secara Vertikal Sumber : Adhitya Hendra,2018

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

76

Tabel. 2.11. Tabel Prinsip Tema Yang diterapkan Kampung Ekologi Batu Into Green (BIG)

No Proyek Jenis Penerapan Dalam Penjelasan Terapan Desain Desain 1 Kampung Sirkulasi Optimalisasi Pengelolaan Ekologi Batu Sampah Into Green Fasilitas Membangun fasilitas- fasilitas partisipasi aktif antara warga dalam pembenahan sarana fisik dan non fisik

Teknologi Menggunakan Teknologi Ramah Lingkungan

Vegetasi Peningkatan Penghijauan

Aksesbilitas Meningkatkan kualitas dab kuantitas taman/ open space

Tabel. 2.12. Tabel Prinsip Tema Yang diterapkan didalam Desain

No Proyek Jenis Penerapan Dalam Penjelasan Terapan Desain Desain 1 Kampung Sirkulasi Optimalisasi Pengelolaan Literasi Ramah Sampah Lingkungan Fasilitas Membangun fasilitas- fasilitas yang mendukung budaya penghijauan

Teknologi Menggunakan Teknologi Ramah Lingkungan

Vegetasi Peningkatan Penghijauan

Sirkulasi Meningkatkan kualitas dab kuantitas taman/ open space

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

77

Kesimpulan studi banding tema sejenis:

Dalam perancangan dengan pendekatan arsitektur ekologis, hal-hal yang harus diperhatikan adalah tetap menjaga penggunaan energi agar tetap efisien sehingga memiliki benefit bagi kedua belah pihak baik kepada lingkungan maupun manusia itu sendiri. Cara atau tips untuk menerapkan hal tersebut dapat dilakukan dengan berabagai cara seperti melakukan penghijauan, membuat ruang terbuka, optimalisasi pengolahan sampah, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

78

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metoda Pemilihan Lokasi

Lokasi perancangan yang dipilih adalah Kampung Aur yang berlokasi di

Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Tahapan dalam mengkaji pemilihan lokasi dan gagasan ide pada proyek Revitalisasi Kampung Aur sebagai Kampung

Literasi, yaitu:

1. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan zonasi tata guna lahan Kota Medan

sesuai RTRW Kota Medan tahun 2010-2030

2. Pemilihan lokasi dilakukan dengan terlebih dahulu melihat google earth

untuk menentukan lokasi yang tepat dan sesuai dengan fungsi Kampung

literasi.

3. Setelah mendapatkan lokasi yang sesuai, lalu langsung melakukan survey

langsung ketempat yang telah ditentukan untuk melihat keadaan eksisting

site dan sekitar site.

3.2 Metode Perancangan

Metode perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen fisik yang tepat dari sebuah struktur fisik (Christopher Alexander, 1983). Terdapat dua jenis metode perancangan dalam arsitektur yaitu metode tradisional yang disebut black box dan metode rasional yang disebut glass box. Metode yang digunakan dalam perancangan Pelabuhan Ambarita adalah metode perancangan glass box,

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

79

dimana setiap tahapan maupun prosesnya direncanakan secara sistematis, jelas, dan sesuai dengan tahapan-tahapan pada proses perancangan arsitektur.

Beberapa tahapan dalam merancang dengan menggunakan metode glass box, antara lain:

1. Metode eksplorasi situasi/permasalahan desain (divergensi)

2. Metode penelitian dan penemuan idea desain (divergensi dan transformasi)

3. Metode eksplorasi pemecahan masalah (transformasi)

4. Metode evaluasi (konvergensi)

Dalam pengumpulan data, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah.

Metode penelitian ini digunakan sebagai metoda untuk menarikmakna dari data dan informasi lapangan melalui pemaparan deskriptif analitik untuk menghasilkan pemaparan mengenai situasi dan menemukan konsep, prinsip yang dapat diterapkan dalam perancangan Pengembangan Pelabuhan Ambarita. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dimana data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformsikan dalam bentuk angka). Hasil analisis berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uriaan naratif. (Gunawan, 2013:87).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

80

Metode penelian kualitatif akan cocok dan tepat digunakan untuk meneliti hal-hal sebagai berikut.

1. Masalah peneliti belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah

masih gelap. Kondisi semacam itu cocok diteliti dengan metode kualitatif,

karena penelitian kualitatif akan langsung masuk ke objek sasaran,

melakukan penjelajahan dengan grand tour question sehingga masalah akan

dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, penelitian akan

melakukan eksplorasi terhadap suatu objek.

2. Memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa

dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap

ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu.

3. Memahami interaksi sosial yang sifatnya kompleks. Untuk memahami

interaksi sosial yang rumit hanya dapat diurai kalau penelitian dengan

metode kualitatif, dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam

terhadap interaksi sosial tersebut.

4. Memahami perasaan seseorang.

5. Mengembangkan teori. Metode penelitian kualitatif relatif paling cocok

digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang

diperoleh dilapangan. Teori yang demikian dibangun melalui grounded

research.

6. Memastikan kebenaran data. Dengan metode penelitian kualitatif, melalui

teknik pengumpulan data secara triangulasi kepastian data akan lebih

terjamin. Selain itu juga data yang diperoleh diuji kredibilitasnya dan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

81

penelitian berakhir setelah data itu jenuh dan kepastian data akan diperoleh.

7. Meneliti sejarah perkembangan kehidupan seseorang tokoh atau

perkembangan masyarakat akan dapat diacak dengan menggunakan

penelitian kualitatif data dokumentasi, wawancara mendalam terhadap

pelaku atau orang yang dipandang tahu.

Metode penelitian ini digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu memahami Revitalisasi Kampung Aur Sebagai Kampung Literasi Ramah

Lingkungan yang dapat digunakan sebagai alternatif desain rancangan untuk mendapatkan desain yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah diterapkan.

3.3 Tahapan Analisis Data

3.3.1 Teknik/Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti; kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka (Sulistyo-Basuki, 2006:78). Dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan, beberapa metode pengumpulan data digunakan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

82

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dapat dengan cara mencari langsung dari sumbernya (Sinulingga, 2011). Metode pengumpulan data primer yang dapat dilakukan dalam perancangan ini, yaitu :

• Survei Kondisi Fisik Lapangan

Survei lapangan yang berfungsi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan lokasi yang berupa :

- Luasan dan bentuk tapak.

- Batas-batas tapak dengan kawasan sekitar.

- Keadaan iklim dan geografis tapak.

- Sistem drainase tapak dan lingkungan.

- Sarana transportasi pada kawasan sekitar yang meliputi jalur dan besaran

jalan, angkutan dan pengguna jalan, dan fasilitas-fasilitas pendukung

lainnya.

- Sarana dan prasarana pada kawasan sekitar yang meliputi listrik (PLN),

air (PDAM), sampah, komunikasi, dan lain-lain.

- Vegetasi yang ada pada tapak.

- Dan lain-lain.

• Pengamatan

Pengamatan mengenai aktivitas, dokumentasi gambar kondisi tapak dan kawasan sekitar tapak, dilakukan dengan menggunakan kamera dan peta garis.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

83

• Wawancara dengan Instansi Terkait

Wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan, sehingga data-data yang diperoleh lebih detail. Data-data yang diperoleh berupa keterangan mengenai sistem kerja, kebutuhan ruang, fasilitas penunjang pada bangunan, dan jenis kegiatan yang terjadi dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menyempurnakan perancangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga peneliti tidak perlu mencarinya secara langsung (Sinulingga, 2011). Teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dalam proses perancangan adalah mencari data dan informasi mengenai kawasan site perancangan, literatur mengenai fungsi, dan tema sejenis fungsi bangunan. Berikut merupakan beberapa data sekunder yang diperoleh :

• Studi Literatur

Studi literatur ini digunakan untuk mendapatkan data-data dan teori-teori yang berkaitan dengan tema dan konsep perancangan objek. Data-data ini bersumber dari buku, data internet, jurnal, dan data lainnya yang relevan atau sesuai dengan objek perancangan. Data literatur ini meliputi :

- Literatur tentang tapak, peta tata guna lahan, peta rencana sarana dan

prasarana kawasan, dan peta wilayah. Data ini digunakan untuk

menganalisis tapak.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

84

- Literatur tentang bangunan dermaga yang meliputi kebutuhan ruang dan

fasilitas penunjang.

- Literatur tentang bangunan nusantara.

- Kebijakan/peraturan pemerintah tentang pembangunan di wilayah tapak

yang telah ditentukan.

• Studi Banding

Studi banding digunakan untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek dan tema perancangan. Studi ini dilakukan sebagai acuan pembanding perancangan objek pada bangunan yang sudah ada.

• Analisa Data

Analisa dan pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang diperlukan, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan identifikasi tujuan permasalahan, sehingga analisa menjadi efektif.

• Analisa Kawasan

Menganalisa batas-batas kawasan pembangunan objek dan kelegalan atas lahan yang akan digunakan.

• Analisa Tapak

Menganalisa berbagai potensi dan kendala yang ada, lalu memberikan sebuah alternatif desain pada perancangan tapak. Analisa ini meliputi iklim, pencapaian, sirkulasi, kebisingan, vegetasi, dan penzoningan tapak.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

85

• Analisa Fungsi

Analisa fungsi digunakan untuk penentuan ruang dengan mempertimbangkan fungsinya dan aktivitas yang ada di dalamnya. Analisa ini meliputi analisa pengguna dan kegiatannya (ada kelompok kegiatan, tuntunan kegiatan, dan alur kegiatan), persyaratan ruang, besaran ruang, dan organisasi ruang.

• Analisa Pengguna

Pada analisa pengguna/pelaku ini membahas tentang pihak yang terlibat, baik secara lansung maupun tidak langsung.

• Analisa Kegiatan/Aktivitas

Pada analisa ini membahas tentang berbagai macam jenis kegiatan yang ada di dalam kantor sewa pengiriman secara terperinci, mulai dari kegiatan yang dilakukan karyawan sampai pengunjung kantor (masyarakat umum).

• Analisa Ruang

Analisa ini membahas tentang kelompok ruang-ruang beserta karakteristiknya. Penggabungan antara ruang yang memiliki ukuran yang luas kemudian disekat menjadi beberapa ruang kecil serta penentuan kesan ruang sesuai fungsinya.

• Analisa Bangunan

- Analisa struktur : penerapan struktur bangunan yang mengambil dari

bangunan nusantara beserta material yang digunakan dan hal-hal yang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

86

berkaitan dengan bangunan nusantara tersebut.

- Utilitas : pengaturan sistem utilitas yang diperlukan oleh pengguna

bangunan. Sistem utilitas ini meliputi sistem penyediaan air bersih, sistem

drainase, sistem pembuangan sampah, sistem pencahayaan, sistem

penghawaan, sistem jaringan listrik, sistem keamanan, dan sistem

komunikasi.

3.3.2 Prosedur/Pelaksanaan Pengumpulan Data

Prosedur/pelaksanaan pengumpulan data dimulai dengan penetuan karakteristik dan fungsi bangunan yang akan dirancang dan dilanjutkan dengan penentuan lokasi tapak perancangan. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan survey lapangan (observasi visual) tapak perancangan unutk mengumpulkan data mengenai kondisi eksisting, dan observasi kegiatan pengguna.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

87

BAB IV

DESKRIPSI PROYEK

4.1 Judul Proyek

Dalam proyek ini, perancang mendapat isu permasalahan yaitu penggusuran masyarakat di pinggiran sungai deli. Berdasarkan hal tersebut, menurut perancang solusi terbaik bukanlah dengan menggusur dan memindahkan masyarakat yang sudah lama tinggal di lokasi tersebut, namun merancang dan menata permukiman agar menjadi permukiman yang rapi dan memiliki fungsi yang berguna bagi masyarakat disekitarnya yaitu mengedukasi masyarakat tersebut. Dengan begitu, maka akan meciptakan kualitas masyarakat yang lebih baik dan menimbulkan efek positif di lingkungan tersebut. Di sisi lain, kampung yang telah ditata dan dirancang tersebut diharapkan juga dapat menjadi daerah wisata dan acuan bagi lingkungan lain. Oleh karena itu, maka perancang mengangkat judul yaitu

“Revitalisasi Kampung Aur sebagai Kampung Literasi Ramah

Lingkungan”.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

88

4.2. Luasan

Gambar 4.1. Peta Kota Medan Sumber: Google Maps, diakses 2 Maret 2020

Gambar 4.2. Peta Kecamatan Medan Maimun Sumber: Google Maps, diakses 2 Maret 2020

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

89

Gambar 4.3. Peta Lokasi Site Sumber: Google Earth, diakses 2 Maret 2020

Lokasi site berada di Kampung Aur, kecamatan Medan Maimun, Sumatera

Utara. Kondisi eksisting dari lokasi ini adalah area permukiman padat penduduk yang tidak beraturan dan semi permanen. Banyak masyarakat yang tidak memiliki surat kepemilikian atas lahan tersebut. Pengukuran luasan pada lokasi proyek dilakukan dengan menggunakan google earth sehingga ditemukan jumlah keseluruhan lahan perancangan. Lokasi perancangan ini memiliki luas lahan + 1.1 hektar.Kondisi pada site, yaitu:

1. Banyak terdapat rumah-rumah yang tidak layak atau kumuh di lokasi site

2. Terdapat 347 kepala keluarga yang tinggal dan mayoritas suku minang

3. Lokasi site di dominasi oleh permukiman padat penduduk dan fungsi

lainnya adalah komersil (rumah makan, kedai, dan lain-lain)

4. Terdapat Masjid di lokasi site yang bernama Masjid Jami’Aur

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

90

Ukuran jalan yang dapat diakses menuju lokasi perancangan:

1. Lebar Jalan Letjend Suprapto : 26 meter

2. Lebar Jalan Mantri : +6 meter

3. Lebar Jalan Syah bandar : +5 meter

4. Lebar Jalan Kampung Aur : +6 meter

Peraturan yang belaku didalam site adalah sebagai berikut:

1. GSB :Jalan Letjend Suprapto = 6 meter

Jalan Mantri = 4 meter

Jalan Syah Bandar = 4 meter

Jalan Kampung Aur = 4 meter

2. GSS : 15 meter

3. KDB : 60% x 13.500 m2 = 8.100 m2

4. KLB : maksimum 2,4

5. KDH : 40% x 13.500 m2 = 5.400 m2

6. Topografi : Berkontur

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

91

4.3 Batas Kawasan

Gambar 4.4. Peta Medan Maimun

Sumber: Wikipedia

Kampung Hamdan merupakan salah satu dari 6 kelurahan yang terletak di

Kecamatan Medan Maimun. Kelurahan tersbut terdiri dari kelurahan Jati, kelurahan

Aur, kelurahan Hamdan, kelurahan Kampung Baru, kelurahan Sei Mati, dan kelurahan Sukaraja. Kecamatan Maimun secara administratif berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Barat

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Polonia

3. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Polonia

4. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Baru

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

92

Utara: Ruko Komersil Barat : Sungai Deli

Selatan: Permukiman Timur: Permukiman

Gambar 4.5. Batasan Lokasi Site

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

93

4.4. Fungsi Sekitar/Eksisting

Gereja Katedral

Galeri Simpassri

Hotel Danau Toba

Istana Maimun

Gambar 4.6. Fungsi Sekitar Site

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

94

BAB V

ANALISIS PERANCANGAN

5.1 Analisis Sistem Kegiatan/Program

5.1.1 Analisis Pengguna

Kampung literasi di Kota Medan dirancang dengan memperhatikan para pengguna yang akan menggunakan hasil rancangan. Pengguna di klasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Pelaku tetap, yaitu:

• Penduduk Kampung Aur

Pada tahap ini, masyarakat Kampung Aur adalah hasil rancangan ini. Para penduduk diharapkan sebagai pengelola semua fasilitas yang ada di kampung literasi. Dengan begitu, maka perekonomian para penduduk akan meningkat.

2. Pelaku temporer (sementara), yaitu:

• Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya. Organisasi Wisata Dunia

(WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut (Soekadijo: 1997).

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

95

5.1.2 Analisis Sistem Kegiatan

Ada 4 garis besar program kegiatan yang ada di Kampung literasi, yaitu:

1. Bermukim

2. Bekerja

3. Literasi

4. Pariwisata

Tabel 5.1. Kualifikasi Sistem Kegiatan

Program Deskripsi Kegiatan Kelompok Ruang Lokasi Kegiatan Bermukim Membersihkan Penduduk Rumah, kawasan Rumah Kampung Aur Kampung Aur Memasak Mencuci Beristirahat Bersosialisasi Bekerja Swasta Penduduk Rumah, kawasan Pegawai Negeri Kampung Aur Kampung Aur, Ibu Rumah Tangga Luar kawasan Serabutan Kampung Aur Literasi Membaca Penduduk Kawasan Melukis/mewarnai Kampung Aur Kampung Aur Belajar Wisatawan Games Pariwisata Edukasi Wisatawan Kawasan Wisata Tepian Air Kampung Aur, bantaran Sungai Deli

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

96

Bangun Tidur

Ibadah

Bekerja di dalam Bekerja di luar Kampung Kampung Aur Aur

Pulang ke Rumah

Kegiatan Rumah Tangga

Bersosialisasi

Istirahat

Diagram 5.1. Skema Alur Kegiatan Penduduk

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

97

Bangun Tidur

Persiapan

Berwisata di luar Berwisata di Kampung Kampung Aur Aur

Pulang ke penginapan

Bersosialisasi

Kegiatan luar

Istirahat

Diagram 5.2. Skema Alur Kegiatan Wisatawan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

98

5.2. Analisis Perancangan Ruang Luar

5.2.1 Analisis Sirkulasi

1. Kondisi:

Sirkulasi menuju lokasi tapak terdapat 4 akses, yaitu melalui Jalan Kampung

Aur, Jalan Mantri, Jalan Syah Bandar, dan Jalan Letjend Suprapto. Pencapaian menuju lokasi tapak dapat dilalui oleh kendaraan roda dua, sedangkan untuk kendaraan roda empat hanya dapat diakses melalui Jalan Kampung Aur saja.

Berikut data lebar akses menuju lokasi tapak:

Tabel 5.2 Lebar Akses Menuju Lokasi Tapak

No Nama Jalan Lebar Jalan 1. Jalan Kampung 4 meter Aur 2. Jalan Syah Bandar 4 meter 3. Jalan Mantri 4 meter 4. Jalan Letjend 7 meter Suprapto 5 Jalan Teratai 5 meter

2. Potensi dan Solusi:

Potensi, masalah, dan solusi dari analisis Sirkulasi pada tapak, antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

99

Tabel 5.3. Potensi, Masalah, dan Solusi Sirkulasi Tapak Potensi Masalah Solusi Akses melalui Jalan Kondisi akses Memperlebar akses Lejend Suprapto menuju site melalui melalui Jalan Letjend Jalan Letjend Suprapto Suprapto masih terlalu kecil sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda empat Akses melalui Jalan Kondisi akses Memperlebar akses Kampung Aur menuju site melalui melalui Jalan Jalan Kampung Aur Kampung Aur masih terlalu kecil sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda empat Jalur air pada Kondisi Sungai Deli Memperdalam Sungai Deli yang telalu dangkal kedalaman pada sehingga sulit Sungai Deli agar diakses oleh kapal dapat diakses oleh boat kapal boat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

100

Gambar 5.1. Sirkulasi Tapak

Gambar 5.2. Sirkulasi di dalam Tapak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

101

5.2.2 Analisis Orientasi Bangunan

1. Kondisi:

Pemandangan dari luar tapak merupakan potensi untuk menarik perhatian wisatawan. Namun dalam hal ini, orientasi bangunan pada Kampung Aur berantakan mengingat kondisinya pada saat ini yaitu permukiman yang padat dan tidak teratur.

Gambar 5.3. Kondisi Orientasi Bangunan Pada Kampung Aur

2. Potensi dan Solusi:

Potensi view yang paling menarik pada tapak adalah pada Sungai Deli.

Oleh karena itu, solusi yang dirasa paling tepat dalah merancang bangunan pada tapak menghadap ke Sungai Deli

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

102

Gambar 5.4. Solusi: Membuat Orientasi Bangunan Menghadap Ke

Sungai Deli

5.2.4 Analisis Arah Angin 1. Kondisi:

Gambar 5.5. Arah Angin Pada Tapak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

103

Arah angin pada tapak dominan berasal dari arah barat laut menuju ke tenggara.

2. Potensi dan Solusi: Tabel 5.5. Potensi, Masalah, dan Solusi Arah Angin Tapak Potensi Masalah Solusi Arah angin Kondisi Menata bangunan dominan berasal permukiman yang permukiman agar dari arah barat tidak teratur dan terdapat sirkulasi laut menuju ke rapat membuat angin di kawasan arah tenggara sirkulasi angin pada tersebut tapak tidak berjalan dengan baik

5.2.3 Analisis Vegetasi

1. Kondisi:

Vegetasi pada tapak hanya terdapat pada beberapa titik yang membuat

kondisi disekitar tapak tampak gersang.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

104

2. Potensi dan Solusi: Tabel 5.4. Potensi, Masalah, dan Solusi Orientasi Bangunan Tapak Potensi Masalah Solusi Tapak memiliki Pada Kampung Aur, Merancang vegetasi di potensi yang dinilai di bantaran Sungai area yang tekena tepat untuk Deli sudah dipenuhi Garis Sempadan diletakkan vegetasi oleh permukiman Sungai (GSS) yaitu pada pinggiran penduduk Kampung dikarenakn tidak Sungai Deli Aur. diperbolehkan sehingga dapat bangunan yang menambah kesan bersifat permanen sejuk pada tapak. diarea sekitar GSS. 5.2.5 Analisis Matahari 1. Kondisi:

Matahari terbit dari arah timur menuju ke barat dimana jika diperhatikan berdasarkan tapak site, matahari terbit dari kanan menuju ke kiri tapak site.

Gambar 5.6. Pergerakan Matahari Pada Tapak

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

105

2. Potensi dan Solusi:

Tabel 5.6. Potensi, Masalah, dan Solusi Matahari Tapak

Potensi Masalah Solusi Matahari bergerak dari Sisi timur dan barat Menggunakan material arah permukiman menjadi sumber panas yang tahan dan kearah Sungai Deli terhadap ruang dalam subsatansial terhadap panas matahari

5.3 Analisis Perancangan Ruang Dalam

5.3.1 Analisis Kebutuhan Ruang

Tabel 5.7 Kebutuhan Ruang

No Jenis Ruang Pengguna Area Zona 1 Ruang Tamu Warga Kampung Permukiman Private

Ruang Tidur Utama Aur Ruang Tidur Anak / Tamu Dapur Ruang Makan Kamar Mandi / WC 2 Ruang Kelas Warga Kampung Fasilitas Semi Publik Pelatihan Aur dan literasi Ruang Baca Wisatawan Perpustakaan Ruang Arsip Ruang Pelatih Pendopo

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

106

Galeri 4 Ampitheater Warga Kampung Ruang Publik Plaza Aur dan Terbuka Taman Bermain Wisatawan Lapangan parkir 5 Parkiran 6 Ruang Utilitas Warga Kampung Ruang Private KM/WC umum Aur dan Servis Publik Wisatawan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

107

5.3.2 Analisis Program Ruang Tabel 5.8. Program Ruang

Sta nd Kebutuhan Kapasitas No. Kegiatan ar Luas (m2) Ruang (Orang) Besaran (m2 / Sumber orang) Perpustakaan 7-12 14 SPM 168 1 Literasi Baca Ruang Baca - 36 ASS 36

Literasi Ruang Kelas 2 13-18 10,6 SPM 185 Numerasi Pelatihan Ruang Kelas 3 Literasi Finansial 13-18 10,6 SPM 185 Pelatihan

T

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

108

Tabel 5.8. Program Ruang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

109

Ruang Kelas 4 Literasi DIgital 13-18 10,6 SPM 185 Pelatihan Ruang Kelas 5 Literasi Sains 13-18 10,6 SPM 185 Pelatihan Literasi Budaya Ruang Kelas 6 dan 13-18 10,6SPM SPM 185 Pelatihan Kewarnegaraan 7 Area Pameran 3 NAD 300 Galeri 100

Ampitheatre - 100 SB 100 8 Taman Taman Bermain 20 4 ASS 80 Total Luas Kegiatan Literasi 1609

9 Acara Pendopo 150 2 NAD 300

R. pelatih 35 5 NAD 175

R.Arsip 2 10 ASS 20 10 Ruang pengajar Pantry 5 2 ASS 10

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

109

Area sholat 25 1,2 AHB 30 11 Mushola Wudhu pria 5 2 ASS 10 Wudhu wanita 5 2 ASS 10 12 Komersil Retail 50 1,5 AHB 75 Total Luas Kegiatan 630 Pendukung Pria WC 2 1,8x3 STUI 10,8

Uriinoir 3 0,64x3 STUI 5,7 13 KM/WC Wastafel 3 0,4x3 STUI 3,6 Wanita WC 5 1,8x3 STUI 27

Wastafel 3 0,4x3 STUI 3,6

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

R.Elektrikal - 72 NAD 72 R.Pompa - 20 NAD 20

14 Ruang utilitas R. Genset - 20 ASS 20 R.STP - 40 ASS 40 R.GWT - 40 ASS 40 Tempat Ruang Pembuangan 15 - 20 ASS 20 Kebersihan Sampah Sementara Gudang 16 Muat barang - 40 NAD 40 penyimpanan Total Luas Area 302,7 Servis Rumah Tipe 45 Ruang Tamu 4 3x2,5 PP 7,5 Ruang Keluarga 17 Ruang Makan 4 3,5x3,5 PP 12,25 Permukiman Dapur 2 2,2x2,2 PP 4,4 Kamar Tidur 1 2 3x3 PP 9 Kamar Tidur 2 1 3x2,5 PP 7,5

KM/ WC 1 1,5x1,5 PP 2.,25

Universitas Sumatera Utara

111

Area Jemur 1 2,3x1,65 PP 3,8

Luas 46,7

Unit 50 Total Luas Hunian 2378

Keterangan:

• NAD : Neufert Architect Data

• AHB : Architect Hand Book

• STUI : Standar Toilet Umum Indonesia

• SPM : Standar Pelayanan Miinimun Pendididkan

• PP : Pusat Litbang Permukiman

• SB : Studi Banding

• ASS : Asumsi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

112

5.4 Analisis Massa dan Perwajahan

Massa dan perwajahan bangunan ditentukan oleh beberapa faktor:

1. Pencapaian dan sirkulasi

2. Kegiatan dan kebutuhan ruang

3. Luas dan kondisi site

4. Struktur dan konstruksi bangunan

Area permukiman dan fasilitas literasi adalah massa utama didalam perancangan. Sesuai dengan fungsi utamanya yaitu kampung literasi. Ada beberapa tipologi perumahan dalam satu kavling yaitu tunggal, Koppel (dua rumah berpasangan), deret (lebih dari dua rumah berdempet sejajar) hingga vertikal ke atas seperti rusun dan apartemen. Adapun kawasan sekitar didominasi oleh perumahan deret.

5.5 Analisis Sistem Struktur/ Konstruksi

Struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban akibat penggunaan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah (Schodek, 1995) dan melindungi suatu ruang dari pengaruh iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan alam, dan menyalurkan semua beban ke tanah (Sutrisno, 1983). Struktur bangunan memecahkan dua persoalan, persoalan teknik dan persoalan estetika termasuk pembentukan ruang. Persoalan teknik adalah kekukuhan gedung terhadap pengaruh luar maupun beban sendirinya yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk atau robohnya bangunan. Persoalan estetika merupakan persoalan arsitektur yang cukup

Universitas Sumatera Utara

113 sulit ditentukan, yaitu keindahan bangunan secara integral, serta kualitas arsitektur

(Heinz, 2007).

Pilihan struktur bangunan tertentu yang murni atau sebagai kombinasi- kombinasi dan bagian bangunan kelengkapan yang bukan hanya membagi ruang- ruang di dalam gedung, melainkan juga membagi ruang luar dan ruang dalam.

Menurut penempatan bagian bangunan yang membagi ruang dalam dari ruang luar, struktur bangunan terwujud dari luar atau tersembunyi (Heinz, 2007).

Dalam hal ini, permukiman di Kampung Aur banyak menggunakan struktur rumah panggung. Hal ini dikarenakan untuk menanggulangi banjir yang lumayan sering terjadi di Kampung Aur. Sedangkan material rata-rata yang digunakan penduduk di Kampung Aur adalah material bata dan kayu.

Gambar 5.7. Struktur bangunan di bantaran Sungai Deli

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

114

Gambar 5.8. Material Yang Digunakan Cenderung Meggunakan Bata dan Kayu

5.6. Analisis Utilitas

5.6.1 Analisis Sistem Jaringan Listrik

1. Kondisi:

Dalam hal ini, dilihat dari letak permukiman yang berada di pusat kota maka lokasi site terhubung ke jaringan listrik (PLN). Karena lokasinya yang berada di pusat kota juga maka Kampung Aur jarang mengalami pemadaman listrik,

2. Potensi dan Solusi: Tabel 5.9. Potensi,Masalah, dan Solusi Sistem Jaringan Listrik

Potensi Masalah Solusi Lokasi site berada di Pada saat hujan, luapan Menempatkan gardu pusat kota sehingga banjir yang masuk ke listrik dan tiang-tiang jarang terjadi permukiman listrik di tempat yang pemadaman listrik membahayakan aman penduduk sekitar

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

115

5.6.2 Analisis Sistem Penghawaan Udara

1. Kondisi:

Medan memiliki iklim hutan hujan tropis dengan musim kemarau yang tidak jelas. Medan memiliki bulan-bulan yang lebih basah dan kering, dengan bulan terkering (Februari) rata-rata mengalami presipitasi sekitar sepertiga dari bulan terbasah (Oktober). Suhu di kota ini rata-rata sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun. Presipitasi tahunan di Medan sekitar 2200 mm.

2. Potensi dan Solusi

Tabel 5.10. Potensi,Masalah, dan Solusi Sistem Penghawaan Udara Potensi Masalah Solusi Lokasi Site yang berada Jarak antar bangunan Memberi jarak yang di pinggir Sungai Deli terlalu dekat sehingga lebih lebar antar minim sirkulasi udara bangunan dan menata pola permukiman secara teratur

Gambar 5.9. Jarak Antar Rumah Yang Berdekatan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

116

5.6.3 Analisis Sistem Jaringan Air Bersih dan Kotor

1. Kondisi:

Ketersediaan air bersih di Kampung Aur relatif baik. Namun yang jadi permasalahan adalah sistem jaringan air kotor, dimana air kotor dari tiap hunian langsung dibuang ke sungai,

2. Potensi dan Solusi:

Tabel 5.11. Potensi,Masalah, dan Solusi Sistem Utilitas Air Bersih dan Kotor Potensi Masalah Solusi Air sungai harusnya Limbah air kotor Membuat sistem bisa dimanfaatkan dibuang ke Sungai pembuangan air kotor untuk aktivitas Deli yang bersifat penduduk sehari-hari memfiltrasi bakerti- bakteri kotor, setalah itu baru dibuang ke sungai

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

117

BAB VI

KONSEP PERANCANGAN

6.1. Konsep Dasar

Konsep dasar revitalisasi kampung aur berangkat dari isu mengkhawatirkannya tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan Medan

Maimun yang berada ditengah-tengah atau pusat kota. Bagian dari kecamatan

Medan Maimun yang paling cocok dijadikan atau diterapkan sebagai objek perancangan yaitu adalah Kampung Aur dikarenakan kondisinya yang bisa dibilang cukup buruk dibandingkan dengan kawasan lainnya. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka membuat atau merancang fasilitas literasi dirasa cocok untuk di terapkan. Dengan adanya fasilitas literasi, maka para warganya juga diharapkan akan lebih teredukasi. Dalam hal ini, fasilitas literasi yang akan dirancang akan mencakup 6 komponen utama literasi yaitu literasi membaca, numerasi, sains, digital, finansial,serta budaya dan kewarnegaraan.

Keenam komponen tersebut akan dan harus di terapkan didalam desain.

Fasilitas literasi yang dihasilkan seperti kelas pelatihan, ruang baca, dan perpustakaan lebih difokuskan untuk meliterasi komponen literasi membaca.

Numerasi, dan teknologi. Sedangkan literasi sains, seni, dan kebudayaan seta kewarnegaraan lebih diterapkan ke dalam masyarakat kampung Aur. Dengan begitu, maka masyarakatnya akan lebih terliterasi dan mandiri sehingga diharapkan dapat menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih mumpuni.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

118

Pendekatan yang dilakukan yaitu melalui pendekatan secara ekologis dimana pada tahap ini bangunan yang akan dirancang bersifat hemat energi, respon terhadap iklim, dan menggunaan material yang dapat didaur ulang. Dengan begitu, maka warga yang tinggal di kawasan tersebut akan merasakan lebih nyaman dan aman. Selain menerapkannya kedalam desain bangunan, pendekatan ekologis juga akan diterapkan kepada masyarakatnya yaitu dengan menerapkan sistem hydroponic sebagai media untuk menanam tanaman atau sayuran dan membuat kolam penampung air hujan yang fungs air yang telah ditampung tersebut dapat diolah sebagai air penyiram tanaman maupun untuk kebutuhan sehari-hari.

Dengan adanya sistem hydroponic dan kolam penampung air hujan tersebut, maka Kampung tersebut otomatis juga telah melakukan penghematan energi. Prinsip pendekatan ekologis juga diterapkan yaitu telah terjadi hubungan timbal balik antar manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, dengan adanya program dan fasilitas yang akan dibuat tersebut telah menjadikan warga Kampung

Aur terliterasi menjadi manusia yang memiliki karakter lebih mandiri dan berkualitas.

6.2 Konsep Program Ruang

Dalam penyediaan ruang, hal yang dipertimbangkan adalah relokasi hunian eksisting, dikarenakan kurangnya space atau ruang akibat adanya Garis

Sempadan Sungai (GSS) dan adanya fasilitas tambahan yang akan dibuat didalam

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

119 site yang akan didesain sehingga membuat lahan untuk dibangun menjadi terbatas.Sehingga dibutuhkan pemrograman ruang yang efisien sehingga ruang yang telah tercipta dapar berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Diagram 6.1.. Zoning Ruang

Diagram 6.2. Hubungan Antar Ruang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

120

Dalam hal ini. Zoning ruang terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Ruang publik

Ruang publik lebih difokuskan sebagai penghubung fasilitas-fasilitas

yang mendukung fungsi literasi yang terbagi menjadi 5 jenis, yaitu

sebagai berikut:

• Ampithearer

• Eksisting masjid Jami’Aur

• Pendopo

• Galeri Simpassri

• Plaza

2. Semi publik

Semi publik diimplementasikan dengan fasilitas literasi dimana fasilitas

ini bersifat mengedukasi dan bisa digunakan oleh warga Kampung Aur

itu sendiri maupun oleh wisatawan yang datang ke Kampung Aur.

3. Private

Zona private yaitu berupa rumah vertikal tempat tinggal warga Kampung

Aur itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

121

6.3 Konsep Perancangan Ruang Luar/ Tapak

6.3.1 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian

Jl. Mantri

Gambar 6.1. Akses Masuk Site

Akses masuk menuju site terdiri dari 2 jenis berdasarkan lokasi pencapaiannya, yaitu sebagai berikut:

1. Akses dari jalan Letjend Suprapto

Dalam hal ini akses dibuka melalui jalan Letjend Suprapto dikarenakan membutuhkan akses khusus menuju jalan utama seperti jalan Letjend Suprapto

2. Akses dari jalan Mantri

Akses masuk dari jalan Mantri merupakan akses utama dikarenakan jalan terseut memiliki histori yang Panjang

3. Akses dari jalan Kampung Aur

Akses masuk dari jalan kecil Kampung Aur juga tetao akan dibiarkan agar aksesbilitas dari maupun ke site dapat lebih mudah dijangkau

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

122

Gambar 6.2. Pedestrian didalam Tapak

Jalur sirkulasi ruang luar dibagi menjadi tiga, yaitu sirkulasi pengangkutan, sirkulasi kendaraan, dan sirkulasi manusia.

• Sirkulasi pengangkutan

• Sirkulasi kendaraan

• Sirkulasi manusia

Namun dalam hal ini, sirkulasi pada site lebih difokuskan untuk berjalan kaki dan bersepeda karena mengikuti konsep ekologi yang ramah lingkungan sehingga menghasilkan pedesatrian yang menghubungkan antar fasilitas- fasilitas yang telah disediakan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

123

6.3.2 Konsep Entrance

Terdapat 2 entrance yang diterapkan didalan desain yaitu melalui Jalan

Letjend Suprapto dan melalui Jalan Mantri dimana kedua jalan tersebut merupakan akses utama yang digunakan. Hal ini dikarenakan Jalan Letjend

Suprapto merupakan jalan besar atau jalan utama, sedangkan Jalan Mantri telah memiliki banyak histori menurut masyarakat dan sejarah Entrance yang didesain dimaksudkan sebagai signage atau simbol utama sebagai kampung literasi ramah lingkungan.

Gambar 6.3. Entrance Menuju Site dari Jalan Letjend Suprapto

Gambar 6.4. Entrance Menuju Site dari Mantri

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

124

6.3.2 Konsep Orientasi Bangunan

Pada tahap ini, Permukiman dan Kampung Literasi sebisa mungkin akan dirancang dengan orientasi menghadap ke Sungai Deli. Hal ini dikarenakan mengingat potensi Sungai Deli yang sangat besar baik sebagai wisata maupun kebutuhan hidup masyarakat Kampung Aur. Orientasi bukaan juga harus diperhatikan, dimana bukaan ruang tidur tidak boleh menghadap barat agar dapat meminimalisir panas masuk ke bangunan yang akan dirancang. Sehingga warga

Kampung Aur dapat merasakan kenyamanan saat beraktifitas di lingkuingan tersebut.

Gambar 6.5. Konsep Orientasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

125

Gambar 6.6. Orientasi Bangunan Cenderung Menuju Sungai

6.3.3 Konsep Vegetasi

Vegetasi dalam hal ini memiliki banyak fungsi yaitu sebagai penghawaan, penyejuk, media hias, dan pembatas. Selain itu, dalam hal ini penulis menggunakan sistem vegetasi yang berfungsi sebagai bahan pangan untuk warga kampung aur yaitu disebut sebagai sistem hydroponic dimana sistem ini cenderung tidak menggunakan tanah melainkan air serta dapat didaur ulang dan lebih bersih.

Tanaman yang ditanam juga dapat beraneka ragam, seperti buah-buahan, sayur- sayuran, bahkan juga pangan uttama masyarakat Indonesia yaitu oadi. Dengan adanya sistem hydroponic ini maka warga dapat memetik atau mengambil banyak keuntungan karena sistem ini memiliki banyak kelebihan. Masyarakat dapat memanfaatkan hasil tanaman hydroponic untuk dikonsumsi sehingga mengurangi pengeluaran makanan mereka, lalu masyarakat dapat menggunakan tanaman tersebut untuk diperjual-belikan kepada orang lain sehingga memilik pendapat

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

126 sendiri dan menambah penghasilan mereka sendiri. Secara tidak langsung konsep ini juga meliterasi dan mengedukasi warga kampung Aur karena dengan adanya sistem hydroponic ini mereka jadi lebih peduli akan lingkungan dan sekitarnya dan meliterasi mereka secara teknologi maupun sains.

Gambar 6.7. Sistem Hidroponik

Sumber: bertaniorganik, 2015

Selain menerapkan konsep hidroponik pada site, penulis juga menerapkan tanaman vetiver di bibir sungai. Hal ini dilakukan agar tanaman tersebut memiliki banyak kelebihan terutama untuk menahan erosi pada tanah karena akarnya yang kuat dan Panjang. Dengan begitu, maka tanah pada pinggiran sungai akan menjadi lebih kuat dan menurunkan kemungkinan akan banjir serta tanah longsor.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

127

Gambar 6.8. Peletakan Tanaman Vetiver di dalam Site (Hijau)

Gambar 6.9. Penanaman tanaman vetiver di pinggiran sungai

Mengingat tumbuhan vetiver memiliki banyak manfaat, maka penulis menerapkan konsep rain water harvesting dengan memasukkan unsur tanaman vetiver yang digunakan sebagai filter atau penyaring air hujan untuk digunakan sebagain kebutuhan ruang tangga. Dengan begitu, dapat menciptakan suasana yang lebih hemat energi dimana merupakan salah satu inti didalam pendekatan ekologis.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

128

Gambar 6.10. Penerapan tanaman vetiver pada konsep rain

Water harvesting

Gambar 6.11. Tanaman Vetiver

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

129

6.4. Konsep Perancangan Ruang Dalam

1. Hunian

Jika ditinjau dari program kebutuhan ruang maka , dapat dihasilkan seperti berikut:

Ruang Tidur Utama : 10,5 m2

Ruang Tidur Anak : 9 m2

Ruang Keluarga : 9 m2

Ruang Makan : 9 m2

Kamar Mandi/ WC : 3.0 m2

Dapur : 4,5 m2

______+

45 m2

Gambar 6.12. Zoning Berdasarkan Kebutuhan Ruang

Sumber: Simbolon Robert,2016

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

130

Rancangan hunian/ tempat tinggal kurang lebih akan seperti gambar diatas, dimana luasan bangunan sebesar 40 m2 dan diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan penduduk Kampung Aur. Maka dapat disimpulkan, luas untuk permukiman yang akan dirancang adalah 72 dikali dengan 45 m2 dan menghasilkan

3.240 m2. Dikarenakan sudah melebihi luas site, maka rancangan terhadap hunian akan dibuat vertikal 4 lantai agar dapat mencukupi kebutuhan tempat tinggal di lokasi tersebut.

2. Fasilitas Literasi

Dalam hal ini, fasilitas literasi akan dibuat dan bersifat terbuka agar terjadi sirkulasi yang baik didalam ruangan tersebut serta akan disesuaikan dengan lahan kosong yang tersisa di tapak. Fasilitas literasi ini juga akan terhubung langsung ke perumahan warga sehingga dapat langsung berhubungan dengan aktivitas warga

Kampung Aur.

Gambar 6.13. Ruang Baca Fasilitas Literasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

131

Gambar 6.14. Perpustakaan Fasilitas Literasi

6.4.3 Konsep Ruang Terbuka

Dalam hal ini, ruang terbuka dirancang sebagai penghubung antar massa bangunan. Berikut beberapa contohnya:

Gambar 6.15. Ampitheatre

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

132

Gambar 6.16. Zona Komersil

Gambar 6.17. Fasad Pendopo

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

133

Gambar 6.18. Fasad Galeri Simpassri

6.5 Konsep Massa dan Perwajahan

1. Konsep massa

Konsep massa didalam perancangan Kampung Aur bersifat multi massa dan berpola terpusat sehingga dibutuhkan sirkulasi yang baik agar tiap massa saling terkoneksi dan bersifat nyaman bagi penggunanya. Massa utama terbagi menjadi beberapa bangunan yaitu permukiman, fasilitas literasi, pendopo, eksisting masjid Jami’Aur, dan bangunan utilitas. Dalam hal ini, masjid Aur tetap dibiarkan didalam site agar tetap menyimpan memori akan Kampung Aur yang dulu.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

134

JEMBATAN

ZONA KOMERSIAL DERMAGA GALERI PENDOPO

GALERI SIMPASSRI MASJID JAMI’AUR

AMPITHEATER PARKIR AN

FASILITAS LITERASI PERMUKIMAN

ZONA KOMERSIAL PARKIRAN

Gambar 6.19. Multi massa pada tapak site

2. Konsep Perwajahan

Gambar 6.20. Fasad Permukiman

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

135

Pada area permukiman, akan dipindahkan warga yang tinggal di zona Garis

Sempadan Sungai (GSS) dan yang tinggal pada permukiman kumuh atau tidak layak. Dikarenakan luas site yang terbatas, maka hal yang paling memungkinkan adalah dengan membuat rumah vertikal keatas. Dengan begitu, maka akan dapat menampung kapasitas warga yang banyak, namun tetap mengutamakan prinsip hemat energi dan mengutamakan kenyamanan warganya.

Permukiman cenderung bersifat terbuka sehingga sirkulasi udara didalam bangunan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Pada fasad nya juga dibuat wadah untuk tumbuhan hidroponik sehingga akses masyarakat untuk tanam- menanam dapat lebih mudah. Dalam hal ini wadah untuk menanam tanaman dibuat menghadap dominan kearah timur agar tidak kekuarangan cahaya matahari sehingga tanaman yang ditanam tersebut dapat tumbuh dengan subur.

Gambar 6.21. Fasad Fasilitas Literasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

136

Dalam hal ini, fasilitas literasi yang dihasilkan yaitu adalah ruang kelas pelatihan, ruang baca, perpustakaan, ruang arsip, dan ruang tenaga pelatih.

Fasilitas literasi ini diletakkan tepat didepan permukiman bertujuan agar para warga dapat lebih mudah untuk mengakses fasiilitas literasi yang telah disediakan dan juga para wisatawan dari luar juga dapat lebih mudah mengaksesnya sehingga wisatawan yang ingin mengunjungi fasilitas literasi tidak harus masuk melalui permukiman warga dimana hal tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan dan ketidakamanan di permukiman warga tersebut..

6.6 Konsep Sistem Struktur/ Konstruksi

Tabel 6.1. Komsep Sistem Struktur

No Konsep Uraian Pondasi yang digunakan adalah pondasi telapak

1 Pondasi

Dinding menggunakan pasangan bata.

2 Dinding

3 Kolom Kolom dengan sistem beton bertulang

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

137

Balok induk dan balok anak dengan sistem beton bertulang

4 Balok

Menggunakan atap dengan rangka baja ringan dan dak beton.

5 Atap

Sistem dilatasi untuk memisahkan struktur bangunan yang panjangnya lebih dari 30 meter dan saling menghimpit

6 Dilatasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

138

6.7 Konsep Sistem Utilitas

6.6.1 Konsep Sistem Jaringan Listrik

Menentukan sistem jaringan listrik yang tidak mengganggu pengguna bangunan baik dari kesehatan, lingkungan, dan visualnya, juga memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitas pelaku di dalam gedung. Jaringan listrik untuk kebutuhan kampung literasi menggunakan sumber listrik dari PLN dan genset sebagai cadangan kebutuhan listrik.

1. PLN

Daya listrik utama untuk kawasan kampung lliterasi menggunakan sumber listrik dari PLN.

2. Genset

Genset sebagai pembangkit listrik dalam keadaan darurat, ketika sumber listrik dari PLN sedang mengalami gangguan.

PLN

Meteran Genset listrik

Fasilitas Permukiman Literasi

Diagram 6.3. Skema Sistem Jaringan Listrik

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

139

6.6.2 Konsep Sistem Penghawaan Udara

Konsep sistem penghawaan udara yaitu adalah dengan memberi jarak yang lebih lebar pada bangunan-bangunan. Memberi bukaan-bukaan yang efektif pada setiap bangunan. Material penghawaan alami juga akan diletakkan di kawasan

Kampung Aur. Agar sirkulasi udara dapat berjalan lancer, maka bangunan yang akan didesain bersifat terbuka.

Gambar 6.22. Membuat Tipologi Bangunan Yang Terbuka Sehingga

Memperlancar Sirkulasi Udara dan Cahaya

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

140

6.6.3 Konsep Sistem Jaringan Air Bersih dan Kotor

Sistem distribusi air bersih yang akan digunakan adalah sistem down-feed distribution, yaitu sistem air bersih pada bangunan dengan menggunakan reservoir bawah sebagai media untuk menampung debit air yang disuplai oleh sumur serapan dan PDAM sebelum didistrubusi ke reservoir atas oleh pompa booster. Langkah untuk mencegah penyetopan air dari PDAM yang terbaik adalah dengan menyediakan sumur resapan.

Diagram 6.4. Skema Sistem Jaringan Air Bersih

Sedangkan untuk jaringan air kotor, dibagi menjadi tiga bagian, yaitu air kotor yang berasal dari toilet, limbah pantry/foodcourt, dan dari air hujan.

1. Untuk air kotor dari toilet dibagi menjadi dua limbah, yaitu limbah cair dan limbah

padat. Keduanya ditampung di STP (sewage treatment plan) untuk diolah dan

diproses. Sisa air dari proses STP ini kemudian masuk meresap kedalam tanah..

2. Air limbah dari pantry dan foodcourt masuk ke bak penangkap lemak lebih dahulu

sebelum masuk ke bak pengolah limbah, karena lemak mempunyai sifat cepat

menjadi kering dan keras.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

141

3. Air hujan, melalui talang air dan plumbing/pipa-pipa, langusng dibuang ke riol

kota, setelah melalui bak kontrol resapan.

Diagram 6.5. Skema Sistem Jaringan Air Kotor

Gambar 6.23. Ilustrasi Sistem Jaringan Air Kotor

Sumber: The Visual Dictionary with Defenition, QA International, 2007

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

142

Dalam hal ini, penulis juga menerapkan konsep rain water harvesting atau membuat kolam penampung air hujan dimana air hujan yang turun akan ditampung di kolam tersebut dan dapat digunakan warga untuk kebutuhan sehari- hari seperti menyiram tanaman, buang air, dan sebagainya. Kolam ini dikelilingi oleh tanaman vetiver dimana tanaman tersebut adalah tanaman yang memiliki keahlian untuk memfiltrasi air dengan sangat baik. Air kolam bekas air hujan tersebut lalu difiltrasi oleh tanaman vetiver dan langsung dikirimkan ke warga untuk digunakan untuk keperluan masing-masing. Dengan adanya konsep ini, maka warga Kampung Aur dapat lebih hemat dalam menggunakan air PDAM sehingga konsep literasi atau edukasi dengan pendekatan ekologis secara tidak langsunig sudah diterapkan didalam kehidupan warga Kampung Aur sehari-hari.

Gambar 6.24. Tanaman Vetiver yang diletakkan di Kolam Air Hujan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

143

BAB VII

KESIMPULAN

Kampung Aur yang terletak di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun ini akan berfungsi sebagai kampung literasi yang ramah lingkungan. Dengan adanya kampung literasi maka akan disediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mengedukasi warganya sehingga warga yang telah teredukasi tersebut dapat menjadi lebih berkualitas dan menjadi karakter yang lebih mandiri. Pada desain ini juga digunakan pendekatan arsitekur ekologis dimana desain ini bersifat hemat energi dan ramah lingkungan. Hal ini diimplementasikan dengan menanam tanaman yang dapat mendukung keseharian dan perekonomian warga serta menyediakan kolam penampungan air hujan yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman maupun untuk keperluan warga sehari-hari. Dengan begitu, warga

Kampung Aur juga dapat lebih mandiri didalam menjalani kehidupannya sehari- hari dimana tanaman-tanaman yang telah ditanam tersebut dapat diperjual-belikan maupun untuk dikonsumsi sendiri.

Program dan fasilitas pada Kampung Aur juga berkaitan erat dengan lokasi

Kampung Aur yang berada di pinggir Sungai Deli. Jadi, dengan adanya program dan fasilitas ini, maka diharapkan dapat mengembalikkan citra Sungai Deli dimana

Sungai tersebut memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik sebagai tempat wisata maupun sebagai sarana edukasi. Sehinggga program dan fasilitas ini dapat menghasilkan aura positif baik baik terhadap masyarakat maupun alam dan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

144

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., Septanti, D., Arsitektur, D., Teknik, F., Teknologi, I., & Nopember, S.

(2017). Wisata Edukasi dan Rekreasi di Kawasan Sungai Cisadane. 6(2),

268–271.

Ameliola, S., & Nugraha, H. D. (2015). F1 ( ppm ). Perkembangan Media

Informasidan Teknologi Terhadap Perkembangan Anak, 2, 400.

Aulia, D. N., & Novita, R. (2018). Designing Mix-Use Waterfront in Kampung

Badur. International Journal of Architecture and Urbanism, 2(2), 148–156.

https://doi.org/10.32734/ijau.v2i2.400

Aulia, D. N., & Sani, N. (2018). Designing a Culinary Village With Eco-

Architecture Approach in Kampung Badur. International Journal of

Architecture and Urbanism, 2(3), 208–216.

https://doi.org/10.32734/ijau.v2i3.574

Belakang, L., & Aur, K. K. (1997). BAB I.

Berkelanjutan, M. Y., Bagus, I. P., Mahendra, G., Wigita, P. A., & Pradana, A.

(2016). ECOGREEN ( ENVIRONMENTAL-CODE GREEN REVOLUTION )

SOLUSI MEWUJUDKAN BANTARAN KALI CODE BERSAMA ( BERSIH ,

SEHAT ,. 12–22.

Damayantie, A. R., & Yogyakarta, U. N. (n.d.). Literasi dari era ke era. 1–10.

Dan, M. J. R., & Rutiana, D. (2007). Strategi perencanaan pembangunan

permukiman kumuh. Gema Teknik, 1(X), 90–96.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

145

Darmawan, S., Utami, T. B., Arsitektur, P. S., Mercu, U., Jakarta, B., Mapping,

B., Publik, R., & Besar, K. (n.d.). Pola pemanfaatan ruang terbuka pada

pemukiman kampung kota. 127–136.

Dirjen PAUD dan Dikmas. (2017). Panduan Penyelenggaraan Kampung Literasi.

1–14.

Hapsari, D. (2007). - EIIIl.

Hidayat, I., & Zahrah, W. (2017). Medan The Vertical Village Design In

Kelurahan Aur (With Ecology Architecture Design Approach). International

Journal of Architecture and Urbanism, 1(1), 20–29.

https://doi.org/10.32734/ijau.v1i1.257

Ii, B. A. B., Perilaku, A., & Lingkungan, D. A. N. (2005). Bab ii arsitektur

perilaku dan lingkungan 2.1. 1.

Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34. (n.d.).

Kerja, R., Daerah, P., & Medan, K. (n.d.). Rencana Kerja Pembangunan Daerah

Kota Medan 2013 i.

Keuangan, K. (2015). Kajian kependudukan.

La, K. O., & Ja, A. S. A. R. (2010). Sekolah pascasarjana universitas sumatera

utara m e d a n 2 0 0 8.

Medan timur medan barat. (n.d.). 400.

Muslimah, Ani, R. I. P. . (2019). Gerakan One Home One Library dalam

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

146

Pemberdayaan Kampung Literasi (Studi Kasus di Taman Bacaan Masyarakat

Kuncup Mekar Desa Kepek Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul).

Jurnal Ilmu Perpustakaan, 7(2), 111–120.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/article/viewFile/22890/20933

No Title. (n.d.-a).

No Title. (n.d.-b). 9–32.

Nugroho, A. C. (2009). Membentuk Urbanitas dan Ruang Kota Berkelanjutan.

Rekayasa, 13(3), 209–218. http://ft-

sipil.unila.ac.id/ejournals/index.php/jrekayasa/article/viewFile/20/pdf

Perencanaan, L. (n.d.). Konservasi ARSITEKTUR Kota Yogyakarta.

Pigawati, R. N. B. (2015). KAJIAN KARAKTERISTIK KAWASAN

PEMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG KOTA (Studi Kasus: Kampung

Gandekan Semarang). Teknik Perencanaan Wilayah Kota, 4(2), 267–281.

Rachmawati, R. (n.d.). Analisis Pemanfaatan dan Keberadaan Rusunawa di

Bantaran Kali Code Kota Yogyakarta.

Rosana, E. (2015). Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Al-AdYaN,

10(1), 67–82.

Science, E. (2019). Literacy Village : A Breakthrough in Creating a Literate

Culture Literacy Village : A Breakthrough in Creating A Literate Culture.

https://doi.org/10.1088/1755-1315/286/1/012037

Seftyono, C., Mada, U. G., & Pascasarjana, P. (2012). Dilema Implementasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

147

Kebijakan Pembangunan Bantaran Kali Code-Yogyakarta Tesis.

Sosial, P., Masyarakat, B., Code, K., Keguruan, F., Ilmu, D. A. N., & Maret, U. S.

(2012). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id.

Studi, M., Di, K., & Kumuh, K. (2009). Jurnal Geografi Vol. 1 No.1 Agustus

2009 27. 1(1), 27–42.

Sukardi. (2013). Bab Iii Metode Penelitian a. METODE PENELITIAN ILMIAH,

84, 487–492. http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933

Susun, R., Arsitektur, D., Arsitektur, F., Teknologi, I., & Nopember, S. (2018).

pada Penataan Lingkungan Kampung Akuarium. 7(2), 76–79.

Tamara, A. P. (2018). Kajian Pelaksanaan Konsep Kampung Tematik di

Kampung Hidroponik Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang. 6(April),

40–57. https://doi.org/10.14710/jwl.6.1.40-57.

Triharti, D., & Rahman, T. N. (2015). DI BANTARAN KALI CODE

YOGYAKARTA. November, 1–7.

Utara, U. S. (2017). Universitas Sumatera Utara.

Widodo, B., Lupiyanto, R., & Wijaya, D. (2010). Pengelolaan Kawasan Sungai

Code Berbasis Masyarakat. 2, 7–20.

Dicky Sembiring, 2015

Robert Simbolon, 2016

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

148

LAMPIRAN HASIL RANCANGAN

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara