PURA MEKAH DI BANJAR ANYAR DESA POH GADING, UBUNG KAJA, KOTA DENPASAR (Analisis Struktur, Historis Dan Fungsi)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PURA MEKAH DI BANJAR ANYAR DESA POH GADING, UBUNG KAJA, KOTA DENPASAR (Analisis Struktur, Historis dan Fungsi) I Nyoman Djuana Universitas Warmadewa Denpasar e-mail: [email protected] Ni Made Surawati Universitas Hindu Indonesia Denpasar e-mail: [email protected] Abstract This article discusses the existence of Pura Mekah in Banjar Binoh Ubung Kaje by using structural analysis, history and function. The existence of Pura Mekah in Banjar Binoh is interesting to be studied because if seen from its name as related to holy place of Moslem. Historically this temple is associated with the coming of Majapahit to Bali. Based on oral discourse it is stated that in Ubung (formerly a village with Peguyangan) ever came two messengers of Majapahit which touted as Dalem Mekah. These two messengers lived with a restricted setra Dalem Poh Gading, one living in the north of Setra (Pura Mecca Banjar Anyar) and the other living in the south. The structure of Pura Mekah is different from the general structure of the temple in Bali that is using the concept of Tri Mandala, while in Pura Mekah only Dwi Mandala. Functionally, the temple is functioning religiously and socially. Keywords: Pura Mekah, History, Structure and Function Abstrak Artikel ini membahas tentang keberadaan Pura Mekah di Banjar Binoh Ubung Kaje dengan menggunakan analisis struktur, sejarah dan fungsi. Keberadaan Pura Mekah di Banjar Binoh memang menarik dikaji karena jika dilihat dari namanya seperti berhubungan dengan tempat suci umat Islam. Secara historis Pura ini berhubungan dengan datangnya Majapahit ke Bali. Berdasarkan wacana lisan dinyatakan bahwa di Ubung (yang dulunya satu desa dengan Peguyangan) pernah datang dua utusan Majapahit yang disebut-sebut sebagai Dalem Mekah. Dua utusan ini tinggal dengan dibatasi setra Dalem Poh Gading, yang satu tinggal di sebalah utara setra (Pura Mekah Banjar Anyar) dan satunya lagi tinggal WIDYA WRETTA 10 Vol. 1 Nomor 1, April 2018 di sebelah selatan. Struktur Pura Mekah berbeda dengan struktur umum pura di Bali yakni menggunakan konsep Tri Mandala, sementara di Pura Mekah hanya Dwi Mandala. Secara fungsional, pura ini berfungsi secara religius dan sosial. Kata Kunci: Pura Mekah, Sejarah, Struktur dan Fungsi 1.1 Pendahuluan Dalem, (2) Pada setiap rumah pekarangan Pura adalah wilayah yang diyakini harus didirikan bangunan suci yang disebut sebagai tempat sakral yaitu Hyang Widhi Sanggah atau Merajan” (Soebandi,1981:47). dengan segala manifestasi-Nya Berawal dari pesamuan itulah istilah menganugrahkan kebahagiaan. Pura yang Kahyangan Tiga dilaksanakan sepenuhya di merupakan bangunan suci Hindu tersebar Bali yang meliputi Pura Desa, Pura Puseh sampai ke pelosok-pelosok dan hampir di dan Pura Dalem. Ini sebagai simbol dari setiap tempat yang menjadi hunian tiga lingkaran hidup manusia yaitu lahir, masyarakat Hindu. Pada umumnya struktur hidup dan mati. Pura Desa simbol dari wilayah pura dibagi menjadi tiga bagian penciptaan hidup, Pura Puseh simbol dari yang disebut Tri Mandala yaitu: utama pemeliharaan hidup, dan Pura Dalem mandala, madya mandala, nista mandala, sebagai simbol dari penguasaan maut. dan pura/palinggih tempat berstananya Semenjak itu seluruh desa adat di Bali Hyang Widhi dengan segala manifestasi- memiliki Pura Kahyangan Tiga (Putra,1999: Nya adanya pada utama mandala. 103). Dari wilayah suci inilah tatanan sosial Berdasarkan karakteristiknya ribuan Hindu di Bali dimulai. Jadi tatanan sosial Pura yang terdapat di Pulau Bali yang muncul dari wilayah sakral ini menjadi diklasi›kasikan menjadi empat kelompok: fakta sosial yang mengatur prilaku umat (1) Pura Kahyangan Jagat, yaitu pura Hindu di Bali. Sampai saat ini pura masih umum tempat pemujaan Sang Hyang Widhi tetap menjadi pusat orientasi dan tetap Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam segala lestari. Karena itu para wisatawan sering manifestasi-Nya, roh suci para tokoh menyebut Bali dengan nama The Island of masyarakat seperti pendeta dan penguasa. thousand Tampels atau The Island of Gods Yang termasuk di dalamnya adalah Pura (Ardana, 1994:1). Sad Kahyangan, yaitu enam pura terbesar di Berkembangnya Agama Hindu di Bali Pulau Bali dan Pura Dang Kahyangan, (2) tidak lepas dari datangnya Mpu Kuturan Pura Kahyangan Desa, yaitu pura tertorial yang membawa konsep Tri Murti yang tempat pemujaan warga desa adat, (3) Pura digunakan sebagai pegangan hidup Swagina (Pura fungsional) yaitu pura yang masyarakat Bali. Konsep ini lahir lewat penyiwinya terikat pada pencaharian seperti diadakannya Pesamuan Agung Tiga Pura Subak, Pura Melanting dan yang (pertemuan) I dan II antara Mpu Kuturan sejenisnya. (4) Pura Kawitan, yaitu pura dengan tokoh masyarakat Bali. Keputusan yang penyiwinya seperti Sanggah/Merajan, yang dihasilkan dalam pertemuan ini antara Pertiwi, Ibu, Panti, Dadia, Batur, Penataran lain: (1) Pada setiap desa adat atau desa Dadia, Dalem Dadia, Pedharman dan yang pakraman harus ada Kahyangan Tiga, sejenisnya. mencakup Pura Desa atau Bale Agung, Ditegaskan pula bahwa selain Pura Puseh atau Pura Segara dan Pura kelompok pura yang mempunyai fungsi dan PURA MEKAH DI BANJAR ANYAR DESA POH GADING, UBUNG KAJA, KOTA DENPASAR (Analisis Struktur, Historis dan Fungsi) 11 I Nyoman Djuana | Ni Made Surawati karakterisasi seperti tersebut di atas, terdapat Bali (Suhardana,2006:18). pula pura yang berfungsi di samping untuk Secara historis, Pura adalah warisan memuja Hyang Widhi Wasa atau Prabawa- yang akarnya bermula dari jaman prasejarah Nya, juga berfungsi untuk memuja Atma Bali. Sebagaimana halnya keberadaan candi Sidha Dewata (Rokh Suci Leluhur). di Jawa. Pura berwujud punden berundak Palinggih Penyawangan yang terdapat yaitu refiika gunung yang difungsikan untuk di kantor-kantor, sekolah-sekolah dan memuja roh para leluhur (Ardana dalam sejenis dengan itu dapat dikelompokkan ke Kartika, 2008: 2). Setelah Bali memasuki dalam kelompok Pura Jagat/ Umum karena jaman sejarah, yaitu ketika raja-raja Bali sebagai tempat pemujaan Prabawa tertentu mulai menjalin hubungan dengan raja-raja dari Hyang Widhi Wasa. Selanjutnya juga yang menganut agama Hindu di Pulau Jawa dikatakan Landasan Dasar Pura Sad (dari abad ke - 8 sampai abad ke-15) Kahyangan Jagat di Bali berlandaskan keberadaan punden berundak tersebut pada: (1) Landasan Filoso›s yaitu konsepsi lambat laun berkembang menjadi pura dan Sad Winayaka (menurut lontar Dewa Purana lestari sebagaimana diwarisi di Bali dewasa Bangsul), (2) Landasan Historis yaitu Pura ini. Sad Kahyangan itu sudah ada sebelum Artinya dari kacamata budaya wujud kedatangan Gajah Mada di Bali tahun 1343 pura sebagaimana diwarisi dewasa ini M, (3) Landasan Tradisi yaitu masyarakat di adalah salah satu hasil akulturasi antara Bali pada umumnya telah memandang tradisi kecil Bali dengan tradisi besar yang bahwa pura-pura itu adalah Sad Kahyangan berasal dari India (Geriya, 2000:2). Orang Jagat di Bali. India datang ke daerah kebudayaan Ditinjau dari segi rumusannya Pura Nusantara dalam 3 gelombang, yakni awal Kahyangan Jagat di Bali yaitu: a) Yang abad ke-4, abad ke-8 sampai ke-9, dn abad berlandaskan konsepsi Rwabhineda ialah: ke-11. Orang-orang India itu membawa (1) Pura Besakih sebagai Purusha di Agama Hindu dan Budha serta kebudayaan Kabupaten Karangasem, (2) Pura Batur dari tanah asalnya. Selama bertahun-tahun Sebagai Pradhana di Kabupaten Bangli. b) kebudayaan Nusantara berada di bawah Yang berlandaskan konsepsi Catur Lokapala kekuasaan kebudayaan Hindu (Winstedt ialah : (1) Pura Lempuyang Luhur di dalam Suastika, 1996:140). Kabupaten Karangasem, (2) Pura Andakasa Akan tetapi beberapa bukti faktual di Kabupaten Karangasem, (3) Pura misalnya bentuk bangunan suci di Jawa Batukaru di Kabupaten Tabanan, (4) Pura (Candi) menunjukkan bahwa kebudayaan Pucak Mangu di Kabupaten Badung. c) India tidak mendominasi kebudayaan asli Yang berlandaskan konsepsi Sad Winayaka Jawa melainkan terjadi asimilasi yang indah ialah: (1) Pura Besakih di Kabupaten antara keduanya. Lokal genius Jawa menjadi Karangasem, (2) Pura Lempuyang di penyaring masuknya budaya Hindu India Kabupaten Karangasem, (3) Pura Goa sehingga Hindu di Jawa hidup dengan Lawah di Kabupaten Klungkung, (4) Pura kebudayaan asli orang Jawa dan Uluwatu di Kabupaten Badung, (5) Pura menjadikannya sebagai agama Hindu yang Batukaru di Kabupaten Tabanan, dan (6) khas dan berpenampilan berbeda dari tanah Pura Puser Tasik di Kabupaten Gianyar. kelahirannya, India. Kahyangan Jagat yang berlandaskan Proses dialektis ini rupanya Konsepsi Sad Winayaka inilah yang berlangsung terus menerus dalam dimaksud Pura Sad Kahyangan Jagat di perkembangan agama Hindu di seluruh WIDYA WRETTA 12 Vol. 1 Nomor 1, April 2018 nusantara sehingga Hindu nusantara 1.2 Pembahasan menampakkan diri sesuai dengan karakter 1.2.1 Sejarah Keberadaan Pura Mekah lokal. Hindu Jawa, Hindu Bali, Hindu di Banjar Anyar Kaharingan, Hindu Dayak, dan lainnya Melacak sejarah keberadaan Pura menjadi karakter-karakter khas Hindu Mekah di Banjar Anyar, Desa Poh Gading nusantara yang jauh dari kesan uniformalitas. Ubung Kaja memang bukanlah pekerjaan Di Bali Pura juga merupakan bukti mudah. Minimnya data-data tertulis baik sejarah yang masih dilestarikan dan dijaga berupa lontar babad, prasasti, begitu juga keberadaannya. Pura-pura di Bali sumber lisan dari para penglingsir kebanyakan menyimpan keunikan sendiri mempersulit melakukan penelusuran sejarah yang bisa dilihat dari tinggalan-tinggalannya. keberadaan pura ini. Namun demikian, Seperti pura Kebo Edan di Pejeng, Pura peneliti melakukan penelusuran dengan Pengukur-ukuran, Pura Goa Gajah, Pura menggunakan