Karya Ilmiah ISI Denpasar  1

Manajemen Produksi dalam Film Pendek “MARGI”

Katherina Dwikirana Kuncoro, Dr. Drs. I Dewa Made Darmawan, M.Si, Drs. I Ketut Buda, M.Si Institut Seni Denpasar Jalan Nusa Indah , Tlp. (0361) 223716 / Fax (0361) 236100 e-mail : [email protected]

Abstrak

Smartphone sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat kebanyakan yang penggunaannya yang tidak mengenal tempat, ruang, dan waktu. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dalam masyarakat, yakni menjadi kecanduan smartphone dan cenderung menjadi individualis. Atas dasar fenomena tersebut terbesitlah sebuah ide untuk membuat karya film yang berhubungan dengan ketergantungan akan pengunaan smartphone yang diberi judul “MARGI”. Penciptaan ini bertujuan untuk mengetahui metode dan sistem kerja manajer produksi dalam perwujudan film pendek “MARGI”. Data diperoleh menggunakan Metode Observasi karena memiliki keunggulan yaitu, pencipta bisa secara langsung dapat merancang, mengorganisasian, melakukan pengkoordinasian, serta pengawasan. Teori yang diaplikasikan pada proses pembuatan film “MARGI” antara lain ; teori organisasi klasik menurut Henri Fayol (1916), teori komunikasi tatap muka dan teori komunikasi melalui media menurut Onong Effendy (2015). Hasil dalam penerapan produser pada film “MARGI” ialah peran yang diwujudkan sesuai dengan standar operasional prosedur produser dan aspek manajemen produksi yang terdiri atas perencanaan, produksi, pengawasan, dan penayangan suatu produksi.

Kata kunci: manajemen produksi, film pendek, margi.

Abstract

Smartphones have become a lifestyle for most people. Smartphone usage certainly does not know the place, space and time. One of the negative impacts is that being addicted to smartphones and being individualism. Based on the phenomenon above, an ideawas made to make a filmwork related to the dependence on the use of smartphon entitled “MARGI”. This creation aims to find out the method and working system of the production manager in the manifested of the short "MARGI" film. Data obtained using Observation Method because it has the advantage wich is, the creator can directly design, organize, coordinate, and supervise. The following theories applied to "MARGI" filmaking process, among others: classical organizational theory according to Henri Fayol (1916), theory of face-to-face communication and theory of media communication according to Onong Effendy (2015). The results of the role manifested in"MARGI" film are in accordance with standard operating procedures and aspects of production management which consist of planning, production, supervision, and showchasing a production.

Keywords: production management, short film, margi.

 2

PENDAHULUAN sebuah film dengan bagian mayor lainnya Berangkat dari pengalaman sehari- seperti: mayor sutradara, tata kamera, hari Mmelihat fenomena sosial masyarakat penyunting gambar, tata artistik, dan yang terjadi di sekitar, kegiatan masyarakat penyunting suara. yang tidak pernah lepas dari penggunaan Dalam sebuah film, peran seorang smartphone. Smartphone sudah menjadi manajer produksi sangatlah penting. gaya hidup bagi masyarakat kebanyakan. Seorang manajer produksi adalah orang Penggunaan smartphone yang tidak yang akan membantu sutradara dalam mengenal tempat, ruang, dan waktu tersebut mengelola proses pembuatan film dan menimbulkan dampak dalam masyarakat, bertanggung jawab untuk memastikan baik dampak positif maupun dampak bahwa seluruh kegiatan berjalan sesuai negatif. Salah satu dampak positif yang telah direncanakan mulai dari tahap penggunaan smartphone ialah di zaman pra produksi, produksi hingga pasca yang serba cepat ini akan dimudahkan produksi. dalam pencarian informasi mengenai Manajer produksi menjadi pilihan apapun dengan cepat. Dampak negatifnya pencipta dalam penerapan sistem kerja ialah menjadi kecanduan smartphone konsep penciptaan mewujudkan tugas akhir dibandingkan bersosialisasi dengan ini didorong keinginan mempraktikkan masyarakat sekitar. Berdasarkan fenomena secara langsung mengenai teori-teori yang yang terjadi di masyarakat, pencipta pernah diperoleh dalam perkuliahan, bersama kelompok tertarik membuat khususnya mengenai manajer produksi, sebuah film perjalanan yang menceritakan agar dapat menghasilkan karya film yang tentang pengaruh besar dari perkembangan optimal. Dalam penciptaan karya kali ini, teknologi di masa sekarang, aAtas dasar pencipta sebagai seorang manajer produksi fenomena teretrsebut terbesitlah ide untuk akan melakukan hal – hal yang mendukung membuat karya film yang diberi judul berjalannya kegiatan produksi film “MARGI”. Film margi menceritakan “MARGI” sesuai dengan rencana yang tentang tiga sekawan, salah satu telah disepakati, hingga pendistribusian diantaranya kecanduan akan smartphone film “MARGI” sesuai target penonton yaitu yang berdampak pada konfik kecil remaja dewasa. pertemanan.retaknya hubungan pertemanan. Film yang berjudul “MARGI” METODE PENELITIAN tersebut akan dikerjakan secara kelompok, pencipta sebagai produser, Putu Nova Penciptaan karya seni apapun Widiantara sebagai sutradara, I Wayan bentuknya pasti didasari atas riset sebagai Sulis Setiawan sebagai penata kamera dan I pijakan. Pada penciptaan film “MARGI” ini Gusti Ngurah Fajar Pramartha sebagai pencipta terlebih dahulu melakukan penyunting gambar. penelitian tentang fenomena yang . Film “MARGI” berbentuk fiksi berkembang di masyarakat, khususnya pendek yang memvisualkan pengaruh masyarakat . Dalam proses pembuatan perkembangan teknologi dalam film “MARGI”, riset yang dilakukan pemanfaatannya pada kehidupan para menggunakan metode deskriptif kualitatif, remaja dewasa di Bali. Seting film sementara penggalian data dengan teknik “MARGI” terjadi pada tahun 2018. observasi. Pengertian metode observasi Pengerjaan film tugas akhir ini secara merupakan teknik pengumpulan data, berkelompok, pencipta memiliki dimana peneliti melakukan pengamatan ketertarikan dalam hal memanajemennya, secara langsung ke objek penelitian untuk maka dalam perwujudan film ini pencipta melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan berkonsistensi pada peran, tugas serta (Riduwan, 2004 : 104). tanggung jawab sebagai manajer produksi. Setelah melakukan riset dengan Manajer produksi tidak kalah metode observasi, pencipta merancang penting perannya dalam memproduksi Standar Operasional Prosedur (SOP) kerja

 3 pada film “MARGI” yang bertujuan agar (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) proses produksi film “MARGI” dapat berjalan dengan lancar. Sebagai SOP atau pedoman profesi produser antara lain, 1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi, 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film, 3. Menyusun rancangan produksi, 4. Menyusun rencana pemasaran, 5. Mengupayakan anggaran dana untuk produksi, 6. Mengawasi pelaksanaan produksi melalu laporan yang diterima dari semua Gambar 2. Suasana remaja dewasa Bali pada acara departemen, lomba layangan 7. Produser bertanggung jawab atas kontrak di Pantai Padang Galak kerja dengan berbagai pihak dalam (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) produksi yang dikelola. Selain standarisasi teknis dibutuhkan pula standarisasi profesi. Manusia pengguna teknologi akan sungguh-sungguh tampil sebagai professional yang handal (Sam Sarumpaet, dkk, 2008: 41) dalam skripsi Friska Amelia Diandra (2017: 16).

Sumber Data Sumber data dalam suatu penciptaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Dalam penciptaan ini sumber data yang dijadikan bahan refrensi Gambar 3. Suasana remaja dewasa Bali saat atau acuan adalah : sembahyang di Pura Taman Pule Mas Ubud a. Data Primer (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) Data primer adalah data yang diperoleh langsung saat penelitian yang Data Sekunder meliputi wawancara dan observasi. Data sekunder dari penciptaan ini Observasi dilakukan terhadap; 1) Remaja adalah data yang diperoleh dari menonton dewasa domisili Bali pengguna film dengan tema yang sama, seperti film 5 smartphone; 2) Remaja dewasa Bali saat Cm dan film Susah Sinyal. Data ini akan sedang sembahyang di Pura. pencipta gunakan sebagai bahan refrensi dalam penciptaan film “MARGI”.

Lokasi Penciptaan Secara keseluruhan penciptaan film berlokasi di daerah Bali, sesuai dengan domisili atau tempat tinggal pencipta bersama rekan lainnya. Lokasi tersebut antara lain:

Gambar 1. Suasana remaja dewasa domisili Bali berkumpul di cafe

 4

Candi Bentar Pura Lempuyang , Halaman Pura Lempuyang Luhur, dan Utamaning Mandala Pura Lempuyang Bengkel Dirga Motor Luhur.

Bengkel terletak di desa Tegalalang

, kabupaten Gianyar.

Gambar 6. Pura Lempuyang Penataran Gambar 4. Suasana bengkel di Tegalalang (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018)

Bengkel Dirga Motor dipilih sebagai seting lokasi pengambilan gambar karena, pada bengkel Dirga Motor sudah dilengkapi dengan alat – alat keperluan bengkel seperti, obeng, tang, dan mesin kompresor sebagai properti pendukung seting lokasi bengkel.

Gambar 7. Suasana di Utamaning Mandala Pura Jalan Raya Lempuyang Luhur (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) Jalan raya berada di kawasan Kintamani Bangli. Warung Warung yang berada di tepi jalan menuju Pura Lempuyang Madya menjadi pilihan tim setelah berdiskusi dan melakukan observasi karena, tempat ini memiliki kursi, meja serta segala barang Gambar 5. Suasana jalan raya di Kintamani dagangan yang akan digunakan sebagai (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) seting lokasi dan properti saat adegan Kiting dan Cedok beristirahat sejenak Jalan raya yang berada di kawasan sembari menunggu Gembul yang tertinggal Kintamani ini menjadi pilihan tim sebagai dibelakang. salah satu seting lokasi karena, jika pagi hari jalan ini berkabut dan dikelilingi oleh pepohonan yang menggambarkan suasana hutan dan jauh dari keramaian, sehingga memenuhi kriteria scene ketiga karakter diperjalanan menuju Pura Lempuyang. Pura Lempuyang Gambar 8. Suasana warung tempat adegan Pura Lempuyang menjadi lokasi istirahat utama pengambilan film “MARGI” karena (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) sebagian besar cerita berlokasi di Pura Lempuyang yang terletak di Karangasem, Proses Kreatif Bali. Terdapat beberapa lokasi pengambilan Berdasarkan data yang diperoleh di gambar film “MARGI” diantaranya ialah lapangan tentang penggunaan smartphone

 5 khususnya oleh remaja Bali, kemudian data dalam melakukan proses penciptaan karya tersebut diolah bersama tim untuk dijadikan seni (film) yang terdiri atas pra produksi, ide yang kemudian diwujudkan kedalam produksi, dan pasca produksi. sebuah karya film fiksi berjudul “MARGI”. Film “MARGI” menceritakan tentang Alat-alat Pendukung Penciptaan seorang remaja laki – laki kecanduan Penciptaan karya dalam bentuk dengan smartphone, yang berdampak pada apapun pasti membutuhkan alat-alat untuk retaknya hubungan pertemanan. menunjang pembuatan karya tersebut. Pada penciptaan karya film”MARGI” ini Tahap Penciptaan pencipta mengggunakan beberapa alat Kegiatan mengolah momen estetis pendukung untuk mempermudah pekerjaan yang ditangkap mata atau telinga yang pencipta di lapangan sebagai seorang didukung dengan metode atau tahapan manajer produksi, alat pendukung tersebut penciptaan agar karya yang tercipta tetap antara lain. memiliki alur yang jelas. Menurut Hawkins a. Call Sheet (1964) penciptaan terdiri atas: Eksploration, Improvisation, dan Forming. Call sheet merupakan lembaran catatan produksi, berguna sebagai Exploration (Tahap Penjajakan) pengingat jadwal produksi yang akan atau sedang dilaksanakan. Lembar call sheet Menurut Kamus Besar Bahasa dibagikan oleh produser kepada seluruh Indonesia (KBBI) eksplorasi adalah departemen produksi film tanpa terkecuali. kegiatan untuk memperoleh pengalaman Call sheet berisi tabel lokasi pengambilan baru dari situasi yang baru. Pada penciptaan gambar, pemain yang terlibat, costume dan sebuah adalah karya film, eksplorasi make up yang digunakan, batasan merupakan tahapan awal untuk menetapkan pengambilan gambar, serta properti yang ide, tema, dan lokasi pembuatan film. digunakan. Dalam tahapan ini ide film “MARGI” didasari oleh fenomena terkini kalangan b. Software Timer anak muda yang menggunakan smartphone Manajer produksi bertanggung khususnya di pulau Bali dengan mengambil jawab atas jadwal yang telah dibuatnya genre road movie. pada lembar Call Sheet, software timer Pengembangan ide dalam film pada telepon genggam menjadi satu – “MARGI” akan berfokus pada hal satunya perangkat lunak pendukung kerja manajemen produksi. Ide dan tema yang pencipta pada saat produksi, yang berfungsi diperoleh dari riset akan disusun menjadi sebagai pengingat waktu, agar jadwal struktur yang utuh. berjalan sesuai dengan rencana.

Improvisation (Tahap Pengembangan)

Hasil exploration yang masih berbentuk ide dasar kemudian dikembangkan berdasarkan observasi terhadap karya tulis, karya seni yang dikaji pada Bab dua dan fenomena yang terjadi disekitar.

Forming (Tahap perwujudan / pembentukan)

Perwujudan adalah penciptaan Gambar 9. Capture timer Iphone sebuah karya film yang pada umunya (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018) dilakukan secara bertahap. Ada tiga tahapan

 6

HASIL ANALISIS DAN Denpasar untuk membuat jadwal serta INTERPRETASI DATA mencari kebutuhan artistik seperti wardrobe yang akan digunakan, motor Perwujudan Karya honda S90 Z, dan lain-lain. Kemudian mencari tempat penyewaan alat untuk keperluan audio dan kamera serta Proses perwujudan karya film memeriksa segala persiapan yang ada untuk “MARGI” ini pencipta melalui beberapa kebutuhan selama proses produksi. Karena tahapan yang sesuai dengan prosedur ketebatasan dana yang tersedia maka, pembuatan film khususnya dalam hal departemen produksi film “MARGI” Manajemen Produksi. Tahapan pertama dimaksimalkan menjadi dua orang. Berikut adalah tahapan pra produksi, produksi, dan adalah susunan pendukung karya pasca produksi. departmen produksi pada film “MARGI” : Pra Produksi Produser : Katherina Dwikirana Kuncoro, Pra produksi karya film “MARGI” Asisten Produser : I Wayan Budiantara. dimulai dengan tahap penulisan ide, tema, sinopsis dan skenario untuk diajukan Produksi sebagai proposal tugas akhir pada Program Tahapan produksi adalah tahapan Studi Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dimana semua tim mulai bekerja. Suasana dan Desain Institut Seni Indonesia nyaman dalam bekerja merupakan hal yang Denpasar. sangat penting. Kesabaran, pengertian dan Setelah proposal disetujui, kerjasama merupakan sifat yang diperlukan kemudian dilanjutkan dengan tahapan pra untuk mencapai sukses dan kelancaran produksi membuat proposal untuk sponsor, dalam syuting. Berdoa sebelum bekerja dan pemilihan kru, pemilihan pemain (casting) pengarahan sebelum memulai merupakan serta reading pemain, jadwal tahapan kerja, hal yang baik untuk menyatukan semangat, persiapan artistik (kostum, properti), visi dan suasana yang diinginkan. Pada pencarian lokasi dan perijinan lokasi, tahap ini pencipta bertugas mempersiapkan kebutuhan logistik, akomodasi, transportasi, akomodasi serta konsumsi yang dibutuhkan peralatan produksi, rincian biaya, dan kru dan pemeran, pencipta juga jadwal syuting/ Call Sheet. bertanggung jawab akan pengawasan waktu Kunjungan ke Lempuyang bersama pengambilan gambar agar tetap sesuaj tim produksi bertujuan untuk memastikan dengan jadwal yang telah dibuat. lokasi dan berdiskusi untuk mendapat masukan dari tim agar hasil akhir film Pasca Produksi “MARGI” menjadi maksimal. Disamping Tahapan pasca produksi adalah menentukan lokasi penciptaan, pencipta tahap penyelesaian akhir dari semua juga mencari tempat memesan kebutuhan kegiatan produksi yang sudah dilaksanakan makanan selama proses syuting. sebelumnya. Kesalahan pada waktu syuting

sebagian mungkin diselesaikan pada tahap

ini. Hasil dari proses produksi masuk pada

tahap editing. Editing sebuah film

membutuhkan rasa, oleh karena itu

diperlukan konsep yang tepat dan mood

yang bagus bagi seorang penyunting

Gambar 10. Proses recce pra produksi film gambar, maka ditahap ini diperlukan “MARGI” bantuan seorang Manajer Produksi untuk di halaman Pura Penataran Lempuyang mengawasi proses berlangsungnya tahap (Sumber : Dokumentasi Suara Malam, 2018) pasca produksi. Usaha untuk mempromosikan film ini Setelah lokasi syuting ditetapkan dilakukan dengan beberapa media, yaitu dan tempat pendukung lainnya didapatkan mulai dari media cetak (poster), serta media maka, pencipta dan kelompok kembali ke sosial. Pemilihan jalur distribusi lainnya,

 7 yaitu festival film contohnya Festival Film ini, dimana anak muda saat ini intens Surabaya, Malang film festival dan Sewon memegang telepon genggamnya bahkan Screening. Kemudian pemutaran melalui tanpa mengenal tempat dan waktu. jalur bioskop alternatif, Bioskop alternatif Akhirnya diusulkan oleh salah satu tim inti, merupakan ruang menonton yang diadakan Lempuyang sebagai lokasi produksi film oleh kelompok tertentu, seperti sekolah atau “MARGI” karena mengingat Lempuyang universitas, komunitas film, lembaga merupakan Gunung di Daerah Bali Timur, kebudayaan dan sebagainya. dan sinyal telepon merupakan hal yang sulit ditemukan di dataran tinggi. Format Karya Film “MARGI” berusaha menjadi Format karya film “MARGI” dapat sebuah kesatuan cerita yang menarik dan dijabarkan sebagai berikut : judul : memiliki pesan moral dikemas bergenre “MARGI” ; durasi : 25 menit; target road movie dan tetap bercermin dalam penonton: Remaja – Dewasa; genre : road kehidupan modern masa kini, sehingga movie; produksi: Suara Malam; tahun penonton dapat merasa terhibur sekaligus produksi: 2018. tetap ingat dengan nilai-nilai kearifan lokal Pemutaran film “MARGI” sebagai yang telah ada sejak dulu. Pada tahap ini tugas akhir dilaksanakan di Institut Seni pencipta menggunakan teori komunikasi Indonesia Denpasar pada hari Senin tanggal melalui medua dimana setiap tim inti 30 Juli 2018. melaporkan setiap perkembangan yang PEMBAHASAN KARYA dihasilkan, referensi pembuatan karya yang Dalam pembahasan karya akan akan digunakan sebagai acuan, juga untuk diuraikan seluruh proses produksi sesuai menyampaikan kebutuhan yang diperlukan dengan tiga tahapan yaitu pra produksi, dari setiap departemen. produksi dan pasca produksi diantaranya Selain hal yang sudah disebutkan adalah sebagai berikut: diatas, metode yang digunakan pada tahap Tahapan Praproduksi ini ialah metode observasi karena pencipta Tugas seorang Manajer Produksi dapat langsung mengamati fenomena yang pada tahap Pra Produksi adalah terjadi di masyarakat untuk memperkuat ide mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan film “MARGI”. syuting yang bersifat administrasi dan b. Skenario teknik, agar produksi di lapangan lebih Untuk membuat skenario, hal efisien dalam hal waktu, tenaga dan biaya. pertama yang perlu dilakukan adalah Tahapan pra produksi, pada bab ini mengolah ide cerita menjadi sebuah pencipta akan memaparkan mengenai skenario. Mendapatkan skenario draft final seluruh proses rangkaian sebelum produksi berawal mengolah kembali skenario draft berlangsung. Berikut merupakan beberapa awal yang kemudian dikembangkan melalui proses tahapan pra produksi, sebagai beberapa kali pertemuan triangle system, berikut: yakni produser, sutradara dan penulis a. Pengembangan ide skenario. Pengembangan ide ialah tahap Tujuannya pembicaraan skenario dimana pemilihan tema dan ide cerita draft akhir adalah: ditentukan. Pemilihan ide tetap sesuai 1. Menyesuaikan konsep produksi dengan dengan kemampuan yang tim miliki, dan budget yang telah didiskusikan juga disesuaikan dengan dana dari masing- 2. Pertimbangan durasi yang akan dicapai masing tim inti. Pemilihan tema dilakukan 3. Mempersiapkan kebutuhan dan dengan cara brainstorming, dan melihat ketersediaan pada tahap berikutnya. tinjauan karya film. Pada bulan Februari Tahap selanjutnya ialah bedah 2018 tim inti menentukan tema mengenai skenario, tahap ini dihadiri oleh masing- dampak negativ penggunaan telepon masing kepala departemen. Kami dari tim genggam. inti yang membedah skenario hingga Ide dan tema cerita ini muncul menjadi skenario final. karena melihat fenomena yang terjadi saat

 8 c. Pemilihan Kru diperhatikan dalam penyusunan jadwal Pencarian beberapa kru tambahan antara lain: yang diperlukan untuk menunjang produksi film “MARGI” antara lain; departemen 1. Lokasi produksi, sutradara, kamera, dan audio. Manajer produksi memastikan Setelah berdiskusi dengan tim inti, dan lokasi tempat produksi film berlangsung masing-masing kepala departemen memilih dapat digunakan pada waktu yang sudah kru nya sendiri, lalu pencipta membuat ditentukan pencipta dalam Film “MARGI” keputusan untuk meminta bantuan kepada melakukan penyesuaian jadwal pada teman-teman Program Studi Televisi dan kalender Bali untuk menghindari jadwal Film ISI Denpasar pada angkatan 2014, dan yang berbenturan dengan jadwal produksi beberapa teman-teman diluar kampus ISI dengan metode observasi. Denpasar. Setelah melakukan pengrekrutan 2. Pemain untuk menjadi tim produksi, tim inti Manajer produksi menyesuaikan memberikan pengarahan kepada seluruh jadwal produksi dengan jadwal kegiatan kru mengenai konsep dan skenario film para pemain. Dalam pembuatan jadwal pada saat pertemuan seluruh kru produksi, produksi film “MARGI” pencipta seluruh kru wajib mengetahui tentang cerita menyesuaikan jadwal dengan para pemain, dan keinginan sutradara, serta kru agar tidak berbenturan dengan hari dimana mengetahui tentang tanggung jawab mereka para pemain memiliki jadwal yang lainnya masing-masing agar saat syuting karena, beberapa pemain ada yang bekerja mengetahui tentang tugas dan tanggung dengan sistem freelance dan ada juga yang jawab sesuai dengan departemen. masih kuliah. Metodedeskriptif kualitatif Pada tahap ini, pencipta dengan teknik observasi lagi-lagi sangat menggunakan teori Kelompok Terpercaya, cocok digunakan untuk tahapan kerja dimana sistem kerjanya ialah Manajer manajer produksi karena pencipta menjadi Produksi memberikan kepercayaan penuh pengamat jadwal yang dimiliki pemain. terhadap seluruh anggota tim inti untuk 3. Day/Night menentukan susunan timnya masing- Produser memaksimalkan efisien masing, untuk menciptakan keadaan yang waktu yang akan berkaitan dengan nilai saling ketergantungan satu sama lainnya. produksi. Sehubungan dengan scene film Metode yang pencipta gunakan “MARGI” yang keseluruhan adalah siang pada tahap ini ialah metode deskriptif hari, maka waktu produksi dibatasi dari jam kualitatif dengan teknik observasi, dengan 5 pagi – 5 sore. sistem kerja mengamati siapa-siapa saja 4. Ext/Int yang cocok untuk menjadi tim produksi Dahulukan adegan eksterior, film “MARGI” . menghindari cuaca yang dapat berubah- ubah setiap saat. Pada kenyataan, pencipta d. Membuat Jadwal Kerja mendahulukan adegan di dalam ruangan Jadwal dibuat oleh seorang Manajer mengingat kedua lokasi produksi sangat Produksi, mengetahui dan disetujui oleh berjauhan, yaitu Tegalalang Ubud, dan tim. Jadwal yang sudah ditetapkan bisa Karangasem, maka jalan keluar yang sewaktu-waktu berubah karena halangan diambil pencipta dan kru lainnya ialah yang membuat jadwal berubah dan dengan mendahulukan produksi di Tegalalang gantinya dipindahkan hari lain agar tetap karena hanya memakan waktu sehari. berjalan sesuai jadwal dan alur kerja. 5. Perubahan waktu Pada tahap ini, pencipta Hafalkan jadwal untuk menggunakan teori hubungan dialektik dan memudahkan perubahan yang sewaktu- metode deskriptif kualitatif dengan teknik waktu bisa terjadi. Pencipta dituntut observasi, dimana sistem kerjanya ialah mengingat jadwal secara rinci agar Manajer Produksi menjadi pendengar dan memudahkan penggantian jadwal jika pengamat akan hal-hal yang mempengaruhi terjadi halangan, agar jadwal tidak terlalu pembuatan jadwal. Hal yang harus lambat sehingga mengganggu pada tahapan

 9 selanjutnya yaitu tahap pasca produksi. 1. Bengkel Pada saat pembuatan jadwal, terjadi Lokasi : Tegalalang, Ubud. pemunduran jadwal karena berbenturan Setting : Bengkel dengan jadwal pemain. Scene : 5, 6, 7, 8, 9 Dari seluruh pertimbangan yang Alamat : Desa Tegalalang pencipta jabarkan diatas, maka terpilihlah Izin : Pemilik bengkel Dirga Motor jadwal produksi film “MARGI” dengan Basecamp : Warung disebelah bengkel total 6 hari syuting, 1 hari re-take dan lima Spesifikasi : Ruangan bengkel, halaman minggu proses penyuntingan gambar bengkel, peralatan bengkel. Kontribusi : Bengkel , tempat motor gembul diperbaiki setelah mengalami kempes. 2. Jalan raya - Kintamani Lokasi : Kintamani, Bangli Setting : Jalan Scene : 1, 2, 3, 4, 11, 12, 13 Alamat : Desa Suter Izin : - Basecamp : Disekitar lokasi pengambilan Tabel 1. Jadwal produksi film “MARGI” gambar (Sumber : Dokumentasi Suara Malam, 2018) Spesifikasi : Jalan raya, pepohonan yang rimbun. f) Merinci Biaya Produksi Kontribusi : Jalan yang dilewati Gembul, Sebagai produser penulis membuat Kiting dan Cedok berjalan menuju Pura perhitungan budget dengan sangat hati-hati Lempuyang. karena pencipta tidak ingin membuat 3. Halaman Pura Penataran - anggaran biaya yang memberatkan jalannya Lempuyang produksi film “MARGI”. Ketika Lokasi : Pura Lempuyang pengembangan ide hingga skenario draft Setting : Pura pertama selesai, sistem kerja manajer Scene : 14 produksi ialah mengarahkan masing-masing Alamat : Pura Lempuyang departemen dalam tim inti membuat Izin : Bendesa Adat rencana anggaran biaya kebutuhan dari Basecamp : Bale Panjang halaman Pura awal produksi hingga akhir. Berikut Penataran. merupakan rincian biaya produksi Dengan Spesifikasi : Ruangan bengkel, halaman metode Deskriptif kualitatif dengan teknik bengkel, peralatan bengkel. observasi, manajer produksi dengan mudah Kontribusi : Gembul mengira bahwa mengetahui, kebutuhan apa saja yang harus halaman Pura Pentaran adalah puncak Pura didahulukan, dan kebutuhan mana yang Lempuyang. bisa ditunda untuk film “MARGI”. 4. Warung di Pura Lempuyang - Lempuyang g) Mencari dan menentukan Lokasi Lokasi : Pura Lempuyang Tim inti film “MARGI” mencari Setting : Warung dan menentukan lokasi yang sesuai dengan Scene : 19, 21 ide awal dan mengamati keadaan sekitar Alamat : Pura Lempuyang lokasi. Setelah menjalani pengecekan lokasi Izin : Bendesa Adat, Ibu Wayan pemilik pertama seluruh tim menyepakati untuk warung melangsungkan proses produksi di tiga Basecamp : Disekitar warung lokasi yaitu, bengkel di daerah Tegalalang, Spesifikasi : Warung dilengkapi dengan jalan di Kintamani dan di Pura Lempuyang meja panjang, kursi panjang, kompor, dan Karangasem. Seorang Manajemen Produksi segala pelengkapan dagang. mempunyai tanggung jawab terkait Kontribusi : Warung tempat Cedok dan perijinan peminjaman lokasi. Kiting beristirahat sebentar untuk membeli

 10 minuman sembari menunggu Gembul yang kerjasama dengan Ida Bagus Harikayana tertinggal dibelakang. selaku pemilik DnJ Production tersebut 5. Pura Luhur - Lempuyang disambut dengan baik, mulailah produser Lokasi : Pura Luhur Lempuyang meminta ketesediaan DnJ Production Setting : Pura membantu proses produksi film Tugas Scene : 31, 32, 33 Akhir ini. Manajer Produksi membuat surat Alamat : Pura Lempuyang kerjasama dengan DnJ Production. Izin : Bendesa Adat Basecamp : Bale panjang yang berada di i) Logistik Pura Luhur Produser menyiapkan segala Spesifikasi : Pura, dengan segala kebutuhan kru dan pemeran saat syuting, kelengkapan bersembahyang umat Hindu mulai dari kebutuhan konsumsi dan Bali. akomodasi untuk seluruh tim produksi serta Kontribusi : Tempat Gembul, Kiting dan para pemain film “MARGI”. Cedok bersembahyang di Pura Lempuyang Luhur j) Talent Casting 6. Jalan menuju puncak Lempuyang Pada tanggal 6 Maret 2017, Lokasi : Pura Lempuyang mulailah pencipta dan tim inti berdiskusi Setting : Jalan pendakian mengenai jadwal casting, Berikut Scene : 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 25, merupakan analisa karakter yang dicari tim 26, 27, 28, 29, 30 untuk memperankan tokoh di film Alamat : Pura Lempuyang “MARGI”. Izin : Bendesa Adat Basecamp : Mengikuti dimana pengambilan 1. Gembul gambar dilaksanakan • Fisiologis: Badan gemuk, postur tubuh Spesifikasi : Jalan pendakian, dipenuhi besar, berkumis, tidak gondrong, kulit sawo dengan pepohonan matang. Kontribusi : Menjadi tempat berjalan • Psikologis: Selalu asik dengan dunianya Gembul, Kiting dan Cedok serta pemain sendiri, tempramental. tambahan. • Sosiologis: Gembul adalah remaja dewasa berumur kisaran 21-23 Tahun. Berteman h) Peralatan, poperti dan kostum dengan Kiting dan Cedok. Gembul dibenci Setelah tim inti menjalani cek oleh kedua temannya karena sibuk lokasi, masing-masing departemen memainkan smartphone (berfoto). mengetahui peralatan apa yang akan 2. Cedok mereka gunakan pada saat produksi, • Fisiologis: Badan sedang, memakai peralatan dimaksimalkan agar dapat kacamata, warna kulit sawo matang. membantu jalannya proses produksi sesuai • Psikologis: egois, curang, mencari dengan anggaran dan fungsi peralatan keuntungan disetiap kesempatan. tersebut. Sistem kerja manajer produksi • Sosiologis: Cedok adalah remaja dewasa pada tahap ini ialah, mengarahkan masing- berumur 21-23 Tahun. Cedok menjadi masing departemen dalam tim inti membuat penengah atas pertikaian yang terjadi antara catatan peralatan apa saja yang diperlukan. Kiting dan Gembul. Cedok menjadi satu- Berikut dengan metode deskriptif kualitatif satunya pemeran yang sadar akan kehadiran memakai teknik observasi, pencipta dapat pemeran tambahan. mengetahui peralatan apa saja yang harus 3. Kiting diutamakan, dan yang mana bisa dipinjam • Fisiologis: Badan sedang, wajah tidak dengan kerabat terdekat film “MARGI”. rupawan, warna kulit gelap, rambut Pada tanggal 2 Maret 2018, tim inti keriting. yang terdiri dari produser, sutradara, penata • Psikologis: Pemarah, lucu tanpa kamera, penyunting gambar berkunjung ke disengaja. kantor DnJ Production yang berlokasi di • Sosiologis: Kiting adalah remaja dewasa Sanur. Setelah berbincang untuk mengajak berumur 21-23 Tahun. Kiting tidak suka

 11 akan kelakuan gembul yang terus saja sibuk Telepon/Telepon genggam : 081 337 902 dengan telepon genggamnya, Kiting 326 gampang terpancing emosi Gembul, dan Tempat/Tanggal Lahir: Tabanan, 16 kerap beradu mulut dengan Gembul. Agustus 1996 4. Pemeran Tambahan Agama : Hindu (Tukang bengkel, orang yang Warna Rambut : Hitam singgah ke Pura Lempuyang, pedagang di Jenis Rambut : Lurus warung, pedagang es, tukang sapu) Kulit : Sawo Matang • Fisiologis: Badan kurus, postur tubuh Warna Mata : Hitam tinggi, tidak berkacamata, wajah unik, gaya Tinggi Badan : 175 cm. rambut gondrong rapi, warna kulit gelap. Berat Badan : 94 Kg. • Psikologis: Tidak banyak bicara, muka Ukuran sandal : 42 tanpa ekspresi. Ukuran baju : XXL • Sosiologis: pemeran tambahkan Karakter terpilih : Akting yang Dek Arik dimainkan oleh satu orang dengan gaya perankan saat casting lebih cocok untuk berpakaian yang berbeda. Sifat pemeran menjadi tokoh Gembul, dari segi fisik dan tambahan sebagai jokes yang diselipkan akting sebab tokoh Gembul digambarkan pada film ini. Hanya Cedok yang sebagai tokoh yang pemarah. menyadari keberadaan pemeran tambahan b) Tokoh Cedok ini. Scene : 2, 3, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, Kelompok tim inti film “MARGI” 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30, telah memiliki kandidat yang akan 31, 32, 33, 34 memerankan keempat peran diatas dengan metode observasi. Menawarkan peran tersebut kepada teman-teman terdekat yang sekiranya cocok dengan kriteria menjadi salah satu pilihan untuk mencari pemeran di film “MARGI”. Setelah melaksanakan casting yang berlokasi di kampus ISI Gambar 12. Pemeran tokoh Cedok berada di Denpasar, produser, sutradara, penata tangga Pura Lempuyang gambar, dan penyunting gambar sepakat (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) memilih ke empat teman sebagai pemeran film “MARGI”. Nama : Deddy Berikut merupakan hasil akhir Umur : 22 tahun. pelaksanaan casting: Jenis Kelamin : Laki-laki. a) Tokoh Gembul Alamat : Jl. Gunung Batukaru No.42A, Scene : 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 17, 20, Denpasar. 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30 32, 33, 34 Telepon/Telepon genggam : 0877 6144 5963 58 Tempat/Tanggal Lahir: Denpasar, 13 April 1996 Agama : Hindu Warna Rambut : Hitam Jenis Rambut : Lurus Warna Kulit : Sawo matang Gambar 11. Pemeran tokoh Gembul berada di Warna Mata : Hitam. tangga Pura Lempuyang Tinggi Badan : 172 cm. (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) Berat Badan : 68 Kg. Ukuran sandal : 43 Nama : Dek Arik Ukuran celana : L Umur : 22 tahun. Ukuran baju : L Jenis Kelamin : Laki-laki. Karakter terpilih : Akting yang Deddy Alamat : Jl. Kecubung No.18 Denpasar perankan saat casting lebih cocok untuk

 12 menjadi tokoh Cedok, dari segi fisik dan Alamat : Pejeng akting sebab tokoh Cedok digambarkan Telepon/Telepon genggam : 081 805 307 sebagai tokoh penengah pertikaian. 666 c) Tokoh Kiting Tempat/Tanggal Lahir : Pejeng, 17 Scene : 2, 3, 7, 8, 10, 11,12, 13, 14,15 16, Desember 1994 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30, Agama : Hindu 30, 21, 32 Warna Rambut : Hitam Jenis Rambut : Gondrong, Keriting Warna Kulit : Coklat gelap Warna Mata : Hitam Tinggi Badan : 180 cm Berat Badan : 76 Kg Ukuran sandal : 44 Gambar 13. Pemeran tokoh Kiting berada di Ukuran baju : L tangga Pura Lempuyang Karakter terpilih : Akting yang Dewa (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) perankan saat casting lebih cocok untuk Nama : De Papua menjadi pemeran tambahan, dari segi fisik Umur : 22 tahun. dan akting sebab pemeran tambahan Jenis Kelamin : Laki-laki. digambarkan sebagai tokoh yang sedikit Alamat : Jl. Manggasari Paku Gg. 4 No.5 berbicara dan mempunyai muka yang unik Telepon/Telepon genggam : 0361 895 5099 tanpa ekspresi. Tempat/Tanggal Lahir : Negara, 5 Setelah ditetapkan empat orang September 1996 pemeran film “MARGI” selanjutnya Agama : Hindu diadakan reading yang dilakukan oleh Warna Rambut : Hitam produser, sutradara, dan pemain film Jenis Rambut : Keriting “MARGI”. Warna Kulit : Coklat gelap Warna Mata : Coklat Tinggi Badan : 166 cm. Berat Badan : 68 Kg. Ukuran sandal : 42 Ukuran baju : L Karakter terpilih : Pertama De Papua casting memperankan tokoh Kiting. Sutradara dan produser sudah melihat Gambar 15. Suasana sutradara dan pemeran aktingnya cocok untuk tokoh Kiting, karena melakukan proses reading Di ISI Denpasar peran yang gampang terbakar emosi dan (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) humoris dapat diperankannya. d) Pemeran Tambahan Scene : 6. 9, 15, 19, 28, 32

Gambar 16. Suasana pemeran melakukan proses reading Gambar 14. Pemeran tambahan berada di tangga (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) Pura Lempuyang (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) k) Call sheet Nama : Dewa Sujana Tahap terakhir pada pra produksi Umur : 23 tahun. adalah pencipta membuat call sheet yang Jenis Kelamin : Laki-laki. nantinya akan dibagikan kepada seluruh kru sehar sebelum syuting. Call sheet berguna

 13 untuk pengingat saat syuting berlangsung, 5. Manajer Produksi mengurus perizinan agar proses produksi terlaksana dengan tempat di Lempuyang untuk proses lancar dan setiap kru tahu apa yang harus pengambilan gambar film “MARGI”, dikerjakan. Call sheet juga berfungsi 6. Manajer Produksi berkoordinasi dengan sebagai alat controling pencipta agar pihak sponsor mengenai alat apa saja syuting tidak berjalan lambat. Call sheet yang akan digunakan pada saat syuting dibuat perhari sesuai dengan jadwal dan memberi jadwal produksi, syuting. Berikut salah satu contoh call sheet 7. Manajer Produksi mengatur jadwal yang pencipta buat untuk produksi film produksi film “MARGI”. “MARGI”. Tahapan Produksi Produksi film “MARGI” berlangsung selama tujuh hari. Hari pertama produksi tanggal 9 Mei berlokasi di daerah Tegalalang dan Kintamani dengan setting bengkel dan jalan raya. Hari berikutnya tanggal 21 s/d 24 Mei yang berlokasi di Pura Lempuyang Karangasem. Selama proses produksi hari pertama, seluruh kru dan pemain bermalam di rumah Keluarga Sulis Setiawan yang merupakan anggota tim inti, sebelum memulai syuting Tabel 2. Call sheet produksi film “MARGI” keesokan paginya. Pada saat pengambilan (Sumber : Dokumentasi Suara Malam, 2018) gambar di Lempuyang, pencipta mendapatkan ijin untuk tinggal di salah satu rumah kosong milik Bapak Nyoman Jati Metode observasi pencipta gunakan Bendesa Adat Lempuyang. pada tahap pra produksi karena, pada tahap ini pencipta mengamati secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan contohnya, pencipta melihat dan mengawasi secara langsung kerja penulis naskah, pencipta melakukan pengawasan pada kerja sutradara dan penata kamera pada saat merancang pengambilan gambar. Sistem kerja yang pencipta Gambar 17. Tempat tinggal selama produksi di terapkan pada tahap pasca produksi ialah: Lempuyang 1. Manajer Produksi memimpin rapat (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) triangle system yang dihadiri oleh sutradara dan penulis naskah, Hari pertama syuting tidak ada 2. Manajer produksi melakukan permasalahan yang sangat berarti, hanya pengawasan pada penulis naskah agar kami harus sabar karena lokasi yang kami naskah selesai sesuai jadwal yang telah gunakan untuk syuting adalah jalan raya ditentukan, sehingga banyak kendaraan yang berlalu 3. Seorang Manajer Produksi bertanggung lalang, disinilah tanggung jawab seorang jawab penuh akan semua hal dan Manajer produksi agar proses syuting bisa keputusan yang dijalankan sebelum berjalan dengan lancar. Departemen masuk pada tahap produksi, Produser film “MARGI” yang terdiri dari 4. Manajer Produksi mempersiapkan pencipta sebagai Produser dan I Wayan segala kebutuhan yang diperlukan oleh Budiantara sebagai Asisten Produser segala departemen baik yang harus berkoordinasi berpencar ke sisi depan dan dibeli maupun harus disewa, belakang area syuting untuk menutup jalan

 14 ketika pengambilan gambar dimulai. film “MARGI” kakinya tergigit oleh lintah Meminta izin kepada seluruh pengemudi yang berada di area pengambilan gambar, kendaraan yang ingin lewat untuk berhenti karna area pengambilan gambar hari itu sejenak. Saat para pengemudi telah berhenti memang lembab dan dipenuhi banyak Produser dan Asisten Produser memberi semak tempat hidupnya lintah. Untungnya tahu seluruh kru agar segera memulai tidak terjadi apa-apa pada kru dan pemain pengambilan gambar, setelah usai kru film “MARGI”, namun darah dari kru dan produksi yang berada di lokasi pengambilan pemain yang tergigit oleh lintah, terus gambar memberi tahu Produser dan Asisten bercucuran ketika walaupun lintah itu sudah bahwa pengambilan gambar sudah selesai, dilepaskan. Setelah syuting hari kedua maka selanjutnya Produser dan Asisten selesai, pencipta segera mencarikan obat Produser kembali membuka jalan dan merah untuk mengindari infeksi terjadi mempersilahkan para pengguna jalan untuk pada kaki kru dan pemeran yang tergigit melanjutkan perjalanannya. Selebihnya oleh lintah. Saat pencipta sudah selesai syuting hari pertama berjalan dengan lancar membeli obat, pencipta diberitahukan oleh dan terkendali. salah satu dari tim inti produksi bahwa, Pengambilan gambar hari ke dua sanak saudara dari salah satu pemeran yaitu sampai hari ke lima dilaksanakan di Pura Dek Arik yang berperan sebagai Gembul, Lempuyang. Hari pertama jadwal meninggal dunia. Hari berikutnya tanggal pengambilan gambar di Pura Penataran, 23 Mei 2018 kami mengosongkan jadwal warung, serta jalan di sekitarnya. Ketika syuting dan mengizinkan Dek Arik untuk pengambilan gambar di Pura Penataran pulang menghadiri upacara kematian di terdapat sedikit halangan karena, gapura kampungnya. Dikarenakan syuting tidak yang berada Pura Penataran merupakan dapat dilaksanakan tanpa Dek Arik maka icon dari Pura Lempuyang itu sendiri maka, syuting dilanjutkan di hari berikutnya tgl 24 tidak heran banyak wisatawan dari dalam Mei 2018, setelah Dek Arik usai dan luar negri berdatangan untuk sekedar menghadiri upacara pemakaman mengambil foto di gapura Pura Penataran saudaranya. Setelah berdiskusi dengan Lempuyang. Sistem kerja pencipta untuk kelompok inti, kami mendapati keputusan mengatasi masalah ini adalah melakukan untuk memadatkan jadwal pengambilan hal yang sama seperti saat hari pertama gambar pada tanggal 24 Mei. Tugas syuting yaitu meminta izin untuk Manajer Produksi disini adalah mengawasi mengosongkan tempat dimana akan waktu pengambilan gambar agar tidak dilakukan pengambilan gambar, serta terlalu lama, supaya semua keperluan memohon seluruh orang yang berada di gambar dapat terpenuhi. halaman Pura Penataran untuk hening Hari ketiga di Lempuyang diisi sejenak selama proses pengambilan gambar dengan kegiatan pengambilan gambar berlangsung. Namun pencipta sadar bahwa drone dan pengambilan gambar timelapse hal ini tidak bisa berlangsung lama, maka oleh beberapa kru. Kru yang tidak ikut pencipta berkoordinasi kepada seluruh tim beristirahat di rumah. Para pemeran produksi dan pemeran film “MARGI” agar mengisi kegiatan dengan berkeliling desa. meminimalisir kesalahan saat pengambilan Tidak lupa pencipta mengingatkan kepada gambar. Setelah syuting hari pertama seluruh kru untuk tetap menjaga kesehatan berakhir, tim produksi mengadakan karena, keesokan harinya kita akan evaluasi, merencanakan setiap persiapan mendaki sampai puncak. Malam hari departemen untuk dapat berjalan efektif di pencipta kembali ke Denpasar untuk hari berikutnya. menjemput Dek Arik ditemani oleh Asisten Hari kedua pengambilan gambar Produser dan langsung kembali ke tanggal 22 Mei 2018 berlangsung di Lempuyang karena keesokan harinya kami sepanjang jalan menuju Pura Madya harus memulai pengambilan gambar dari Lempuyang. Proses pengambilan gambar jam lima pagi. hari itu termasuk lancar. Halangan saat Tanggal 24 Mei 2018 pengambilan syuting adalah beberapa kru dan pemain gambar film “MARGI” kembali

 15 dilanjutkan, hari itu juga merupakan hari 2. Teori organisasi klasik menurut Henri terakhir syuting di Pura Lempuyang, karena Fayol pada bagian pengarahan dengan kemarin sempat tertunda maka, syuting hari kru serta pemain. ini menggunakan tempo yang lebih cepat 3. Teori organisasi klasik menurut Henri daripada hari-hari sebelumnya. Produser Fayol pada bagian pengawasan proses dan Asisten Produser secara bergantian produksi yaitu, pengawasan pada saat mengingatkan kepada kru film “MARGI” proses pengambilan gambar perihal batas waktu yang boleh digunakan berlangsung, pencipta mengingatkan untuk pengambilan satu scene gambar. kepada asisten produser perihal waktu Produksi hari ini berlangsung di jalan pengambilan gambar, pencipta dan sekitar Pura Madya Lempuyang, dan di asisten produser bekerja sama dalam Pura Luhur Lempuyang. Pengambilan mempersiapkan konsumsi kru dan gambar hari ini berjalan dengan lancar. pemain. Kami seluruh kru dan pemain makan siang 4. Teori komunikasi tatap muka saat di halaman Pura Puncak Lempuyang melakukan pengarahan , pengambilan dengan nasi bungkus yang sudah dipesan gambar dan evaluasi yang memudahkan pencipta kepada Ibu Putu, pemiliki warung pencipta dalam berkomunikasi dengan di Pura Puncak Luhur. Pukul setengah kru, pemeran serta pihak terkait lainnya. enam sore, pengambilan gambar film 5. Teori komunikasi melalui media dengan “MARGI” telah usai dan kami pun cara membuat grup pembicaraan pada menuruni gunung untuk kembali kerumah. aplikasi Line yang berisi kru film Sampai dirumah kami makan malam, “MARGI” serta grup pembicaraan yang selanjutnya kita semua bekerja bakti berisi produser dan pemeran film membereskan rumah dan halaman rumah, “MARGI”. Grup pembicaraan serta bersiap-siap untuk pulang kembali ke mempermudah proses komunikasi Denpasar. Tidak lupa pencipta mengajak pembuatan film “MARGI” pada tahap seluruh kru dan pemeran film “MARGI” produksi karena dapat sewaktu – waktu untuk berpamitan kepada Bapak Nyoman di laksanakan. Jati Bendesa Adat Lempuyang yang sudah Sistem kerja yang digunakan berbaik hati memberikan kami izin dan pencipta gunakan untuk mewujudkan tahap tempat tinggal selama proses pengambilan produksi film “MARGI” ialah: gambar di Pura Lempuyang. 1. Seorang Manajer produksi mampu Hal tidak terduga terjadi, kami mempersiapkan lebih dari satu rencana, harus mengulang pengambilan gambar hari guna menghadapi masalah yang tiba-tiba pertama yaitu tanggal 9 Mei 2018, terjadi. Manajer Produksi mampu dikarenakan ada beberapa gambar yang membayangkan hal terburuk yang tidak bisa digunakan saat pengecekan terjadi dan membuatkan rencana gambar oleh penyunting gambar, maka cadangannya. diadakan pengambilan gambar ulang pada 2. Seorang Manajer Produksi mampu tanggal 27 Mei berlokasi ditempat yang mengarahkan tim produksinya dengan sama, Tegalalang serta Kintamani. tepat. Teori-teori yang digunakan 3. Seorang Manajer Produksi bertanggung pencipta untuk mewujudkan tahap produksi jawab penuh akan semua hal dan film “MARGI” ialah : keputusan yang dijalankan saat proses 1. Teori organisasi klasik menurut Henri produksi film “MARGI”. Fayol pada bagian perencanaan saat 4. Manajer Produksi mengatasi masalah pencipta mengambil keputusan secara dan konflik melalui diskusi besar cepat dan tepat saat tejadi permasalahan, dengan seluruh tim, maupun diskusi contohnya pencipta mengambil kecil dengan tim inti saja. keputusan untuk memberi jeda waktu Metode yang pencipta gunakan untuk syuting selama satu hari pada saat mewujudkan tahap produksi film keluarga pemain ada yang meninggal “MARGI” ialah metode deskriptif kualitatif dunia. dengan teknik penggalian data observasi

 16 yaitu pengamatan secara langsung saat Denpasar. Pengisian suara latar berlangsung dilapangan. selama satu hari. Penyuntingan suara film “MARGI” dibantu oleh Dewa Roses yang Tahapan Pasca Produksi bertempat di daerah Klungkung. Jumlah Setelah produksi selesai, masuk waktu penggarapan film “MARGI” yang kedalam tahapan pasca produksi yaitu diperlukan pada tahap ini ialah dua minggu. penyuntingan gambar. Dalam proses penyuntingan gambar yang bekerja sama adalah penyunting dan sutradara. Pada tahap ini Manajer Produksi selalu memantau pekerjaan penyunting gambar. Proses penyuntingan dilakukan dengan menggunakan aplikasi (software) Adobe Premiere CC 2017 dan Adobe After Effect Gambar 18. Proses perekaman backsound di CC 2017, Berikut tahapan-tahapan pasca Nabeshima Art Space (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) produksi:

Editing Offline

Editing Offline merupakan tahap penyuntingan gambar secara kasar, hanya dilakukan penyuntingan adegan per adegan disusun sesuai dengan urutan pada naskah.

Tahapan ini selesai, bila susunan adegan telah sesuai dengan alur cerita dan disetujui oleh sutradara dan produser. Tahap ini Gambar 19. Proses penyuntingan suara di kediaman biasanya disebut Picture Locked. Pencipta Dewa Roses pada tahap ini terus memantau (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018) perkembangan penyuntingan film “MARGI”. Jumlah waktu penggarapan film Metode observasi digunakan “MARGI” yang diperlukan pada tahap ini karena, pencipta mengawasi langsung ialah tiga minggu. proses berjalannya tahap editing online, Metode yang pencipta gunakan pencipta mengetahui sudah sejauh apa untuk mewujudkan tahap ini ialah metode tahap yang telah dilalui oleh masing – observasi, mengamati secara langsung masing departemen. proses berjalannya tahap editing offline. Sistem kerja pencipta mengawasi Sistem kerja pencipta ialah menjadi berjalannya tahap editing online untuk pendengar dan pencari jalan tengah saat menjamin bahwa rencana telah terjadinya perdebatan kecil antara sutradara dilaksanakan sesuai dengan yang sudah dengan penyunting gambar mengenai disepakati. editing offline. Promosi Editing Online Sembari editor menyunting film, Langkah selanjutnya setelah picture produser sangat berkenan untuk dapat locked adalah tahap editing online. Pada mempromosikan filmnya agar calon tahap ini susunan yang sudah benar, mulai penonton tahu akan film ini dan dimana ditambahkan efek suara, musik, efek visual. penonton bisa menyaksikan film, setelah Jika semua tergabung menjadi satu, maka film jadi. Pencipta memilih poster sebagai film sudah selesai diproduksi dan sudah media promosi, dimana desain poster siap untuk di distribusikan. nantinya juga dapat diunggah ke media Film “MARGI” mendapatkan sosial agar dapat dilhat oleh khalayak dukungan untuk pengisian suara latar yang umum. diberikan oleh Pak De Sambi dan Dewa Sistem kerja pencipta pada tahap Roses, pengisian suara dilakukan pada ini ialah mengamati seperti apa tanggal 12 Juli 2018 bertempat di perkembangan poster film pada era Nabeshima Art Space didaerah Tonja,

 17 sekarang dan berusaha mewujudkannya karya film yang ditayangkan mengusung pada poster film “MARGI”. tema kearifan lokal. Metode observasi pada tahap ini digunakan dengan cara, manajer produksi memanfaatkan keahlian dari seorang teman dari jurusan Desain Komunikasi Visual yang bernama Gita Pradnya untuk mendesain poster film “MARGI”.

Gambar 21. Poster film di pamerkan di Plaza Renon Denpasar (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018)

Gambar 20. Poster film “MARGI” (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2018)

Distribusi Sebelum film selesai, seorang produser mempunyai kewajiban untuk mencari tempat dan waktu pemutaran film. Termasuk juga menyiapkan undangan Gambar 22. Suasana pameran poster film untuk para tamu jika diperlukan. saat memasuki ruang pemutaran (Sumber: Dokumentasi Suara Malam, 2017) Pemajangan poster film “MARGI” dilakukan di Plaza Renon pada tanggal 2 – 4 Juli 2018. Pemutaran film “MARGI” PENUTUP akan diadakan bersama dengan film karya tugas akhir mahasiswa Televisi dan Film ISI Denpasar angkatan 2014 lainnya. SIMPULAN Pemutaran film karya tugas akhir mahasiswa Televisi dan Film ISI Denpasar Berdasarkan uraian pada Bab angkatan 2014 diadakan di ISI Denpasar, sebelumnya dan rumusan masalah pada Bab tepatnya di Gedung Cita Kelangen Lantai I, pencipta dapat menarik kesimpulan dua, pada hari Senin 30 Juli 2018 sampai sebagai berikut. Selasa 31 Juli 2018. 1. Sistem kerja Manajer Produksi berkerja Film “MARGI” di putar pukul sesuai dengan SOP pada proses 16.00 wita pada hari Senin tanggal 30 Juli pembuatan film Margi. SOP tersebut 2018, pemutaran perdana ini cukup ramai antara lain: hingga ruangan penuh, pemutaran ini a. Mencari dan mendapatkan ide cerita dihadiri berbagai kalangan dari mahasiswa, untuk produksi, dosen, siswa SMA, wirausaha, sejarahwan, b. Membuat proposal produksi berdasarkan dan pembuat film. Proses persiapan ide atau skenario film, menjelang pemutaran dikerjakan selama c. Menyusun rancangan produksi, seminggu, tema yang diusung adalah d. Menyusun rencana pemasaran, lokalitas dengan nama acara “Ekskalitas e. Mengupayakan anggaran dana untuk 14” yang merupakan eksis dalam lokalitas produksi, angkatan 14, hal ini dikarenakan dua belas

 18 f. Mengawasi pelaksanaan produksi melalu visual dan audio saja, namun kewajiban, laporan yang diterima dari semua tanggung jawab terhadap semua kru juga departemen, dipahami, jika menginginkan perjalanan g. Produser bertanggungjawab atas kontrak produksi film yang lancar. kerja dengan berbagai pihak dalam 2. Bagi Lembaga/ Program Studi Televisi produksi yang dikelola. dan Film ISI Denpasar Program Studi diharapkan mampu 2. Metode Observasi digunakan karena mendukung dan mengarahkan mahasiswa memiliki keunggulan yaitu, pencipta yang sedang melaksanakan penelitian secara langsung dapat mengamati mengenai konsep manajemen produksi, seluruh proses produksi film pendek sehingga dapat memberikan pandangan “MARGI”. mengenai manajemen produksi. Permasalahan yang dijumpai saat 3. Bagi Pemerintah penciptaan film “MARGI” ialah, salah satu Pemerintah diharapkan pemain yaitu Dek Arik mengalami memberikan perhatian pada bidang kedukaan yang mengharuskan Dek Arik perfilman khususnya di Bali, sehingga pulang ke kampungnya di Tabanan hari itu dapat meningkatkan pasar industri film juga. Pencipta mengatasi masalah tersebut Bali. dengan cara berdiskusi dengan tim inti yang akhirnya mendapatkan jawaban bahwa syuting keesokan harinya harus ditunda dan DAFTAR RUJUKAN diganti menjadi dua hari kemudian, dengan konsekuensi kegiatan syuting dihari tersebut mengalami penambahan scene hari Acuan dari buku dengan satu satu, dua, sebelumnya ketika syuting tidak dapat dan tiga pengarang dilaksanakan. Diamond, Stephanie. 2013. The Visual Proses pembuatan film tidak Marketing Revolution. Jakarta: PT. sesederhana ketika menonton sebuah karya SerambiI lmu Semesta. film. Banyak hal yang perlu dipersiapkan Efendy, Heru, 2008. Industri Perfilman melalui kerjasama yang baik antar semua Indonesia. Jakarta: Erlangga. kru yang terlibat. Setiap hambatan yang Emzir, 2011. Metodologi Penelitian terjadi dalam sebuah produksi memberikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: pelajaran serta pengalaman untuk menjadi Raja Grafindo. lebih baik lagi kedepannya. Hambatan yang Handoko, Hani, 1986. Manajemen Edisi 2. terjadi dalam proses pembuatan karya ini Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. tidak menjadi sebuah kendala besar karena Javandalasta, Panca, 2011. 5 Hari Mahir satu sama lain saling membantu, dan Bikin Film. Jakarta : Mutiara pencipta menikmati setiap proses yang Karsito, Eddie, 2008. Kiat Sukses Jadi berlangsung dalam pembuatan tugas akhir Artis Panggung, Film, dan Televisi. ini. Jakarta : Ufuk Press & Yayasan Film “MARGI” digunakan sebagai Humaniora. sarana hiburan dan media kritik yang berisi Morrisan, 2008. Manajemen Media pesan moral. Pesan moral yang Penyiaran: Strategi Mengelola Radio disampaikan tentang penyalahgunaan &Televisi Edisi Pertama. Jakarta: teknologi khususnya yang mengubah gaya Kencana Prenadamedia Group. hidup di masyarakat. Nurul Huda, Sischa, 2015. Sibling. Jakarta: Pengantar Tugas Akhir Produksi 5.2 SARAN Institut Kesenian Jakarta. 1. Bagi Mahasiswa/ Sineas Onong, Effendy, 2015. “Ilmu Komunikasi” Manajer produksi hendaknya dalam Teori dan Praktek. Bandung : memahami tentang langkah-langkah Rosdakarya Bandung. pedoman kerja manajemen produksi sebuah Pratista, Himawan, 2008 . Memahami Film. film pendek, tidak hanya mementingan Yogyakarta: Homerian Pustaka.

 19

Riduwan, 2004. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta Rina Damayanti, Wiwid Setya, Rina Harahap, 2017. Manajemen Produksi. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Saroengallo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Intisari Mediatama. Sarumpaet, Sam,dkk, 2008. Job Description Pekerja Film Versi 01. Jakarta Pusat: FFTV IKJ.

Acuan dari tugas akhir, skripsi, tesis dan disertasi Diandra, Friskha (2017). Manajemen Produksi dalam Film fiksi (Jangan Main- Main Nanti Dimainin) . Skripsi Sarjana ISI Denpasar, Bali.