KONSEP DIRI PRIA MAKE UP ARTIST

(Studi KualitatifKonsep Diri Pria Make Up Artist di Kota Medan)

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

KIKI ADI KESUMA

140904013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan:

Nama : Kiki Adi Kesuma Nim : 140904013 Judul Skripsi : Konsep Diri Pria Make Up Artist (Studi Kualitatif Konsep Diri Pria Make Up Artist di Kota Medan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Emilia Ramadhani, S.Sos., M.A Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D NIP.197310212006042001 NIP.196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Kiki Adi Kesuma NIM : 140904013 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul: Konsep Diri Pria Make Up Artis (Studi Kualitatif Konsep Diri Pria Make Up Artist di Kota Medan) Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ...... (...... ) Penguji : ...... (...... ) Penguji Utama : ...... (...... )

Ditetapkan di : ...... Tanggal : ......

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia di proses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Kiki Adi Kesuma NIM : 140904013 Tanda Tangan : Tanggal :

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Secara khusus saya sampaikan rasa terima kasih yang sangat besar kepada kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi, yang senantiasa memberikan dukungannya baik berupa moril dan materi serta memberikan semangat yang tiada henti-hentinya kepada saya dan selalu menjadi motivasi buat saya untuk terus menjadi manusia yang lebih baik lagi, Bapak Syamsuddin dan Ibu Ratna. Saya juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Adik-Adik kandung saya, Herawan Azizi, dan Anhar Azizi Kesuma atas perhatiannya dan dukungan semangat yang mereka berikan kepada saya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa awal perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, akan sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu saya, memberikan semangat dan kasih sayang kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin. S.Sos. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU 3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberikan dukungan, arahan, saran, nasehat, semangat dan tentunya tidak menyerah untuk membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini hingga saya dapat menyelesaikan semua ini.

Universitas Sumatera Utara 4. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik saya selama masa perkuliahan. 5. Seluruh Dosen Ilmu komunikasi FISIP USU yang telah memberikan banyak pelajaran dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang luar biasa di Kampus FISIP USU. 6. Kak Maya, yang telah baik dan membantu penulis dalam memperoleh informasi tentang perkuliahan. 7. Para informan yang telah bersedia terlibat dalam skripsi saya dan bersedia menyempatkan waktunya untuk berbagi ceritanya dengan saya. 8. Untuk sahabat saya Muna Fadhiah, Vanessa Pascalya, Yoga Kashogi, Mhd. Rifai, Khoirul Rozi, Lucky Andriansyah, Mhd. Khalis Pasaribu, Rizka G. Sitanggang, Rafiqa Yusna, Laili Syahrani, Suci Ramdhani, Dyah Larassati, dan Rizka Armelia atas semangat dan dukungannya untuk penulis dan tempat saling memberikan masukan terkait pengerjaan skripsi dan telah menjadi tempat bagi penulis untuk berbagi cerita sedih ataupun senang. 9. Seluruh sahabat Ilmu Komunikasi stambuk 2014 terimakasih untuk kebersamaan dan canda tawa kalian.

Medan, Februari 2018

Peneliti,

Kiki Adi Kesuma

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kiki Adi Kesuma NIM : 140904013 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Konsep Diri Pria Make Up Artist (Studi Kualitatif Pria Make Up Artist di Kota Medan) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Yang menyatakan

(Kiki Adi Kesuma)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Konsep Diri Pria Make Up Artist. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsep diri pria yang bekerja sebagai make up artist di Kota Medan. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologi komunikasi, konsep diri, keterbukaan diri, dan stereotip gender. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan purposive sampling dan snowball dengan kriteria informan adalah pria make up artist yang tinggal di Kota Medan dan sudah pernah memiliki pengalaman merias publik figur. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam (Depth interview). Subjek dalam penelitian ini melibatkan informan tiga pria yang bekerja sebagai make up artist di Kota Medan. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga informan pria yang bekerja menjadi seorang make up artist memiliki konsep diri positif. Konsep diri positif sendiri ditandai dengan beberapa hal, dua diantaranya adalah merasa setara dengan orang lain dan menerima pujian tanpa rasa malu. Mereka menyadari bahwa keputusan mereka untuk bekerja menjadi make up artist akan mendapatkan pandangan miring dari masyarakat karena masih banyak masyarakat yang menganggap pekerjaan tersebut kurang pantas untuk seorang pria, akan tetapi hal tersebut tidak membuat mereka merasa malu dengan pekerjaan mereka justru mereka sangat bangga. Walaupun masih ada pandangan miring terkait pekerjaan yang mereka pilih akan tetapi tidak sedikit yang memberikan pujian. Mereka menerima pujian tersebut tanpa rasa malu dan mereka menanggapi pujian tersebut tidak berlebihan. Mereka justru menjadikan pujian tersebut motivasi untuk belajar dan meningkatkan kemampuan mereka agar lebih baik lagi.

Kata Kunci : Konsep Diri, Pria Make Up Artist, Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

ABSTARCT

The title of the research is the Self-Concept of Male As Make Up Artist. The purpose of this study is to find out the self-concept of men who work as a make up artist in Medan. The theory used in this research is communication psychology, self concept, self disclosure, and gender stereotype. This study uses a qualitative method. In the determation of informants using purposive sampling and snowball with criteria of informants are men make up artist who live in the city of field and had experince of public make up figure. In the data collection of researchers using observations techniques and in-depth interviews. Subjects in this study involved three male informants who worked as make up artist Medan. Data analysis techniques used are by data reduction, data display, and conclusion. The result of this study indicate that the three male informants who work to become a make up artist has a positive concept. Positive self-concept it self is characterized by several thing, two of which are feeling aqual to others and receiving praise without shame. They realize that their decision to work as a make up artist will get a sideaways view of society because there are still many people who think the work is inappropriate for a man but it doesn’t make them feel ashamed of their work they are very proud. Althougth there is still askewed view of the work they choose but not the few who give praise. They received such praise eithout embarrassment and they responded to the praise not excessively. They just make the praise motivation to learn and improve their ability to be better.

Keywoards : Self-Concept, Male Make Up Artist, Medan

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... iv KATA PENGANTAR ...... v LEMBAR PERESETUJUAN PUBLIKASI ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix DAFTAR ISI ...... x DAFTAR GAMBAR ...... xii DAFTAR TABEL ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 6 1.3 Tujuan Penelitian ...... 6 1.4 Manfaat Penelitian ...... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Paradigma Kajian ...... 7 2.2 Kajian Pustaka ...... 8 2.2.1Psikologi Komunikasi ...... 8 2.2.1.1 Pengunaan Psikologi Komunikasi ...... 12 2.2.2 Konsep Diri 14 2.2.2.1 Pengertian Konsep Diri ...... 14 2.2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ...... 15 2.2.2.3 Jenis-Jenis Konsep Diri ...... 17 2.2.2.4 Pengaruh Konsep Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi . 20 2.2.3 Teori Keterbukaan Diri (Self Disclosure Theory) ...... 21 2.2.3.1 Hakikat Pengungkapan Diri ...... 24 2.2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Diri .. 24 2.2.3.3 Tingkatan-Tingkatan Keterbukaan Diri ...... 26 2.2.4 Gender ...... 27

Universitas Sumatera Utara 2.2.4.1 Stereotip Terhadap Peran Gender ...... 27 2.2.5 Make Up Artist ...... 28 2.2.5.1 Sejarah Penata Rias (Make Up) ...... 28 2.2.5.2 Pengertian Pria Penata Rias (Pria Make Up Artist) ...... 30 2.2.5.3 Perkembangan Pria Make Up Artist di ...... 31 2.3 Model Teoritis ...... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...... 33 3.1.1 Metode Kualitatif ...... 33 3.2 Objek Penelitian ...... 34 3.3 Subjek Penelitian ...... 35 3.4 Kerangka Analisis ...... 35 3.5 Unit Analisis ...... 36 3.6 Teknik Pengumpulan Data ...... 36 3.6.1 Keabsahan Data ...... 37 3.6.2 Penentuan Informan ...... 38 3.7 Teknik Analisis Data ...... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...... 40 4.1.1 Proses Penelitian ...... 40 4.1.2 Profil Informan ...... 46 4.1.3 Hasil Wawancara ...... 48 4.2 Pembahasan ...... 78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...... 90 5.2 Saran ...... 91

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jendela Johari Window ...... 22

Gambar 2.2 Model Teoritis ...... 32

Gambar 3.1 Kerangka Analisis ...... 35

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Keterbukaan, Stereotip dan Konsep Diri Informan ...... 85

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial mendorong manusia untuk melakukan interaksi dengan sesamanya, karena dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari proses komunikasi. Menurut Everett M. Rogers (Mulyana, 2007 : 69) Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Dan komunikasi sangat lazim dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Harold D. Laswell (Cangara, 2007: 19) secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, mengenal diri adalah suatu hal yang sangat penting, jika kita menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat. Sebab dengan mengenal diri, kita dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri kita. Menurut George Herbert Mead bahwa setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi (Mulyana, 2007: 11). Selain untuk berinteraksi dengan masyarakat, konsep diri juga penting dalam pembentukan diri. Menurut Mulyana (2007: 8) konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita manusia karena orang-orang di sekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia.

Dalam konteks ini, ada dua aspek yang penting mengenai konsep diri. Pertama, kita menelaah kesadaran diri dan mengamati beberapa dari diri kita. Kedua, kita membahas pengungkapan diri, dimana kita mengungkapkan sesuatu

Universitas Sumatera Utara tentang siapa kita. Pengungkapan diri (self disclosure) adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas takanan-tekanan yang terjadi pada dirinya (Bungin, 2008: 263).

Menurut DeVito (2010 : 65), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri seseorang, antara lain: besar kelompok, perasaan menyukai, efek diadik, kompetensi, kepribadian, topik, dan jenis kelamin (gender).

Gender merupakan konsep yang dibentuk oleh masyarakat dalam kaitannya dengan relasi antara laki-laki dan perempuan. Jadi, gender dikonstruksikan secara sosial maupun budaya, sehingga bukan dibentuk karena kodrat seperti halnya laki-laki dan perempuan yang dibedakan karenajenis kelamin (Relawati, 2011 : 5).

Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada konsep diri pria make up artist. Dimana pria make up artist merupakan seorang pria yang bekerja sebagai penata rias. Namun masyarakat Indonesia masih banyak yang salah mengartikan dari pekerjaan make up artist tersebut. Banyak yang mengartikan make up artist adalah tukang rias yang kerjanya merias para artis atau perias khusus artis. Padahal kata “artist” disini diambil dari bahasa Inggris yang artinya art atau seni. Di Indonesia bahwa pengucapan “Artist” itu mirip-mirip dan menimbulkan salah arti. Makeup artist memiliki arti yaitu profesi sebagai penata rias, dimana bahasa tersebut diambil dari bahasa Inggris. Jadi make up artist bukan hanya merias wajah artis saja tetapi make up artist bisa merias make up wedding¸ make up wisuda, make up para model dan sebagainya. Jadi, penata rias (make up) adalah kegiatan mengubah penampilan dari bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah make up lebih sering ditujukan kepada pengubahan bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh bisa di hias (sumber: http://id.wikipedia.org).

Di era modernisasi sekarang ini, faktor gender menjadi fenomena di ruang publik, khususnya di dunia pekerjaan. Berbagai profesi yang menarik untuk kita terjun langsung dengan pekerjaan yang kita inginkan. Kesetaraan gender pun

Universitas Sumatera Utara mulai meluas untuk berbagai macam pekerjaan pada saat ini. Pria dan wanita berlomba-lomba untuk menonjolkan kemampuannya di bidang tertentu. Berbagai pekerjaan pria bisa dilakukan oleh wanita, begitu juga sebaliknya, seperti profesi chef, designer, hairstylish, koreografer, dan make up artist.

Dalam menjalankan profesinya, biasanya profesi make up artist mayoritas dilakukan oleh banyak wanita. Akan tetapi pada zaman sekarang make up artist bisa dilakukan oleh seorang laki-laki yang terkadang hasil hiasan make up-nya lebih bagus daripada dilakukan oleh make up artist wanita. Terkait kesetaraan gender pada saat ini pria pun dapat melakukan hal yang sama seperti wanita pada umumnya dalam dunia tersebut. Sehingga pria berkecimpun dalam make up artist semakin banyak diminati.

Dengan adanya profesi itu, saat ini orang-orang bisa dikatakan lebih memilih pria ketimbang wanita dalam hal menata rias, karena pria bisa lebih teliti dalam menata rias dan bisa lebih rapih dalam hal menata rias kecantikan, pengantin, wajah dan lain sebagainya. Make up artist ini ada yang memiliki usaha sendiri, seperti salon yang menyediakan berbagai aksesoris kecantikan dan aksesoris pernikahan. Adapun pria make up artist yang memulai terjun ke dunia tersebut dengan cara ikut bekerja dengan rekan atau temannya. Dan ada juga yang mereka lakukan untuk memperoleh keterampilan make up dengan melalui teman ataupun otodidak mempelajari itu sendiri melalui media tertentu, seperti buku panduan dan lain sebagainya.

Seperti halnya Adi Adrian merupakan make up artist ternama di Indonesia. Kemampuan Adi yang sangat cepat dalam mempelajari dan mengamati sesuatu di sekitar dirinya, menjadi faktor pendorong dalam menekuni bidang make up secara otodidak. Dengan memerhatikan ibunya dalam bersiap diri saat hendak melakukan sesuatu, dari hal sederhana seperti bagaimana beliau memakai perawatan kulit, merias wajah, dan menjaga penampilan setiap harinya, menjadi salah satu inspirasi dia. Kesempatan menjadi make up artist ia mulai dengan ketidaksengajaan. Selama setahun, ia bekerja sebagai wedding make up artist di , yang pada awalnya hanya sebagai pekerjaan. Namun dengan pengalaman

Universitas Sumatera Utara yang ia dapatkan dari menangani riasan para perempuan Jepang yang menikah disana, telah membuatnya lebih ahli dan semakin tertarik dengan riasan make up natural.Dan dari lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi seseorang pria make up artist untuk lebih memilih profesinya dibidang make up artist (Riady, 2017 : 46).

Seseorang ditanyakan mengenai konsep dirinya bisa jadi malu dengan keadaan sebenarnya, tetapi ada pula yang merasa bangga dengan keadaannya. Bisa jadi mereka bangga karena apa yang mereka miliki atau bisa juga malu dengan kemampuan yang mereka miliki. Pada penelitian sebelumnya, Mas RollandSkandinavia (Konsep Diri Pria Penata Rias) di Kota Bandung, ditemukan bahwa menjadi seorang pria penata rias tidaklah gampang, karena memerlukan ke ahlian khusus sebab dunia tata rias bukan dunia yang biasa dilakukan oleh pria umumnya. Dianggap aneh ataupun dinilai negatif tentang kepribadian yang mereka miliki merupakan cambukan yang sudah biasa mereka terima dalam bersosial, tetapi untuk urusan bersosialisasi mereka tidak berbeda dengan pria pada umumnya. Mereka juga mempunyai banyak teman dan relasi yang baik tentunya, rekan kerja yang banyak dan juga banyak memiliki teman yang mendukung profesi yang mereka lakukan. Mereka memandang dirinya sebagai seorang pria penata rias tidak masalah dengan pekerjaannya, pekerjaan mereka di bawa santaisaja karena memang pekerjaan mereka sama seperti pekerjaan lain pada umumnya. Dan pria penata rias ada yang merasa dirinya itu bangga karena kekurangannya menjadi kelebihan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain.

Di Kota Medantidak sedikit pria yang berprofesi sebagai make up artist, dimana terdapat peningkatan dalam hal kemampuan. Dengan adanya profesi make up artist seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa saat ini orang-orang bisa dikatakan lebih memilih pria dibandingkan wanita untuk menata rias wajahnya, karena pria make up artistjauh lebih rapih dan kreatif dengan menghadirkan inovasi-inovasi baru dalam hal menata rias kecantikan, pengantin, dan sebagainya. Seperti dilihat dari fenomena banyak bermunculan make up studio yang ada di Kota Medan seperti Professional Wedding Make Up Medan (Jalan Beo Sunggal),

Universitas Sumatera Utara The Lucky Salon (Jalan KH.Wahid Hasyim), Agus Make Up Wedding Salon (Jalan Perjuangan Setia Budi) dan lain-lain.

Tidak hanya dari make up studio tetapi kemunculan pria make up artist terlihat dari unggahan para make up artist melalui media sosial instagram dengan mengutamakan konten audio visual. Dengan mengunggah hasil riasan yang sangat menakjubkan di akun instagram-nya, maka pria make up artist ini dapat menarik banyak followers dan banyak klien baru yang ingin menggunakan jasa make up mereka. Selain untuk media promosi, instagram juga membuat para make up artist mendapatkan masukan dan tanggapan dari pengguna instagram lainnya. Sehingga proses evaluasi terhadap riasan bisa dilakukan dengan memanfaatkan saran-saran tersebut. Seperti Ricky Peranginangin (@rickyperanginangin) yang memiliki pengikut instagram sebanyak 50.800 pengikut, Veric Wijaya (@vericmakeup) 5905 pengikut, Okky Chandra (@okky_chandra) memiliki 8232 pengikut, dan Dandy Perdana Tan (@igemsmakeup_project) memiliki 19.500 pengikut pada bulan Oktober 2017.

Keberadaan pria make up artist di Kota Medan, pada perkembangannya mendapat reaksi beragam dari masyarakat diantaranya Reaksi yang tidak sedikit diantaranya stereotip negatif karena profesi make up artist pada dasarnya profesi yang seharusnya dilakukan oleh seorang wanita pada umumnya. Seiring berjalannya waktu profesi ini mulai dilakukan oleh seorang pria. Terkait dengan kesetaraan gender pada saat ini, pria pun dapat melakukan hal yang sama seperti wanita umumnya.Secara fisik umumnya pria make up artist sama dengan pria lainnya, hanya saja penampilan mereka selalu rapi, bersih dan wangi. Dan mereka selalu memperhatikan penampilan mereka dari ujung rambut sampai ujung kaki seperti halnya pria metroseksual. Namun dengan penampilan mereka tersebut maka muncul stereotip negatif dari masyarakat bahwasannya pria make up artistitu memiliki gestur tubuh yang cenderung kewanitaan dan terkadang menyukai sesama jenis walaupun semua tidak demikian, dan pria make up artistadalah pria yang gemulai.

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan konteks masalah diatas, peneliti tertarik untuk meniliti tentang konsep diri pria make up artist di Kota Medan.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Konsep Diri Pria Make Up Artist di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan memahami konsep diri pria make up artist di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah serta memperluas wawasan di bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam kajian Psikologi Komunikasi. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan diharapakan dapat memperkaya bahan bacaan mahasiswa serta dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu komunikasi FISIP USU. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi masyarakat secara umum mengenai konsep diri pria make up artist di Kota Medan, dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam penanganan masalah-masalah dalam ruang lingkup ilmu komunikasi khususnya Psikologi Komunikasi.

Universitas Sumatera Utara BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 ParadigmaKajian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya: paradigma menunjukkan pola mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisnya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Akan tetapi, menurut Patton, aspek paradigma inilah yang sekaligus merupakan kekuatan dan kelemahannya adalah bahwa alasan untuk melakukan tindakan tersebut tersembunyi dalam asumsi-asumsi paradigma yang tidak dipersoalkan. (Mulyana, 2002 : 9).

Menurut Ihalauw (2009) dalam buku Pujileksono, 2015 : 26 mengatakan paradigma adalah seperangkat asumsi tersurat dan tersirat yang menjadi gagasan- gagasan ilmiah. Paradigma bukan masalah salah atau benar, melainkan lebih memberikan manfaat atau kurang bermanfaat sebagai sebuah cara pandang terhadap sesuatu dalam uraian yang lebih sederhana, paradigma penelitian merupakan sudut pandang peneliti dalam memandang realitas yang diteliti. Sudut pandang penelitian akan berimplikasi pada pendekatan, prosedur, asumsi dan teori yang dipilih.

Menurut Sugeng Pujileksono (Pujileksono, 2015 : 26) paradigma adalah satu set asumsi, konsep, nilai-nilai dan praktek dan cara pandang realitas dalam disiplin ilmu. Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa, realitas, ilmu pengetahuan yang dikaji, diteliti, dan dipelajari, dipersoalkan, dipahami dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya.

Ada berbagai macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah Scientifik Paradigma (paradigma ilmiah) dan Naturalistic

Universitas Sumatera Utara Paradigma (paradigma ilmiah). Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme (lazimnya disebut sebagai paradigma kuantitatif) sedangkan pandangan alamiah bersumber pada pandangan alamiah yang bersumber pada fenomenologis (lazimnya disebut sebagai paradigma kualitatif) (Moleong, 2005: 49).

Paradigma penelitian kualitatif dilakukan melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum. Konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi yang dikembangkan berdasarkan masalah yang terjadi di lokasi penelitian. Paradigma kualitatif mencanangkan pendekatan humanistik untuk memahami realitas sosial para idealis yang memberikan suatu tekanan pada pandangan yang terbuka tentang kehidupan sosial sebagai kreatifitas bersama individu-individu. Oleh karena itu, melalui paradigma kualitatif dapat menghasilkan suatu realitas yang dipandang secara objektif dan dapat diketahui yang melakukan interaksi sosial (Ghony dan Almanshur, 2012 : 73).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme karena (Kriyantono, 2006 : 51) menjelaskan konstruktivisme sebagai berikut: asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Psikologi Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Menurut Harold Lasswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To

Universitas Sumatera Utara Whom With What Effect?Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.

Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu:

1. Sumber (source)

Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Kebutuhannya bervariasi, mulai dari sekadar mengucapkan “selamat pagi” untuk memelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideologi, keyakinan agama dan perilaku lain. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).

2. Pesan

Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.

3. Saluran atau Media

Saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran non verbal.

Universitas Sumatera Utara 4. Penerima (receiver)

Penerima (receiver) merupakan orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian- balik (decoding).

5. Efek

Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan sebagainya. (Mulyana, 2007: 69-71)

Menurut Wolman (dalam Rakhmat, 2007 : 3) Kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science, menyebutkan enam pengertian komunikasi:

Communication 1) The transmission of energy change from one place to another as in the nervous system or transmission of sound waves. 2) The transmission or reception of signals or messages by organism. 3) The transmited massage. 4) (Communication theory). The process whereby system influence another system through regulation of the transmitted signals. 5 (K. Lewin) The influence of one personal region on another whereby a change in one results in a corresponding change in the other region. 6) The messages of a patient to his therapist in psychotherapy. (komunikasi 1) Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang- gelombang suara. 2) Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisasi. 3) Pesan yang disampaikan. 4) (Teori Komunikasi). Proses yang dilakukan sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan. 5) (K. Lewin). Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. 6) Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.)

Universitas Sumatera Utara Dari pengertian di atas menunjukkan rentangan makna komunikasi sebagaimana digunakan dalam dunia psikologi. Bila diperhatikan, dalam psikologi, komunikasi mempunyai makna yang luas, meliputi segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem atau organisme. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secar khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengelolahan informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan diantara organisme (Rakhmat, 2007 : 4).

Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi yang berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak. Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu. Bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu yang lain. Psikologi bahkan meneliti lambang-lambang yang disampaikan. Psikologi bahkan meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lamban, dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia (Rakhmat, 2007 : 5).

Menurut George A. Miller (dalam Rakhmat, 2007 : 9) memberikan definisi psikologi komunikasi yang mencakup semuanya: Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral events. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.

Universitas Sumatera Utara 2.2.1.1 Penggunaan Psikologi Komunikasi

Kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita. Selama itu pula komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Penggunaan psikologi komunikasi berguna untuk menciptakan proses komunikasi yang lebih efektif. Melalui komunikasi yang efektif kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan kita dengan dunia disekitar kita. Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita. Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efektif ?, Tanda-tanda komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal (Rakhmat, 2007 : 13), yaitu :

1. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Untuk menghindari hal ini kita perlu memahami paling tidak psikologi pesan dan psikologi komunikator. 2. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar?”, kita bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai “Saya Oke – Kamu Oke”. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Ini memerlukan psikologi tentang sistem komunikasi interpersonal. 3. Mempengaruhi Sikap Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Khatib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah beribadah lebih baik. Guru ingin mengajak muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan. Semua ini adalah komunikasi persuasif. Komunikasi

Universitas Sumatera Utara persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri”. 4. Hubungan Sosial yang Baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih saying (affection). Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. 5. Tindakan Diatas kita telah membicarakan persuasi sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap. Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong orang yang bertindak. Tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dan tindakan nyata yang dilakukan komunikate. Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.

Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Konsep Diri

2.2.2.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir. Diri memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita mengelola informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan banyak hal lainnya (Baron, dkk, 2003 : 165).

Konsep diri (self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut Deaux, Dane, dan Wrightsman (1993), konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya. Orang pun kemudian memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut, apakah ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang atau tidak senang dengan dirinya (Sarwono, dkk, 2009 : 53).

Menurut William D. Brooks (Rakhmat, 2007 : 99) mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experience and our interaction with other”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Menurut William H Fitts (dalam Agustiani, 2006 : 138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seorang karena konsep diri seorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Ada dua komponen konsep diri yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Boleh jadi komponen kognitif Anda berupa, “Saya ini orang bodoh”, dan komponen afektif Anda berkata, “Saya senang diri saya bodoh; ini lebih baik bagi saya.” Boleh jadi komponen kognitifnya seperti tau, tapi komponen afektifnya berbunyi, “Saya malu sekali karena saya menjadi orang bodoh”. Dalam psikologi

Universitas Sumatera Utara sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self image), dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem) (Rakhmat, 2007 : 100).

Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang teroganisasi mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman. Dengan demikian, konsep diri adalah skema diri (self schema), yaitu pengetahuan tentang diri, yang memengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan. Menurut Higgins (1987) (dalam Sarwono, dkk, 2009: 55), ada tiga jenis skema diri yang disebutkan sebagai berikut yaitu :

1. Actual self, yaitu bagaimana diri kita saat ini; 2. Ideal self, yaitu bagaimana diri yang kita inginkan; 3. Ought self, yaitu bagaimana diri kita seharusnya.

Pada diri seseorang, mungkin terjadi kesenjangan atau diskrepansi antara actual self, dan ideal self atau ought self. Higgins dalam teori diskrepansi diri, menyatakan yang tejadi dapat memotivasi seseorang untuk berubah agar mengurangi diskrepansi yang dirasakannya. Namun, apabila seseorang gagal dalam mengatasi diskrepansi, maka dapat menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif. Kegagalan dalam mengatasi diskrepansi antara actual self dan ideal self dapat memicu munculnya dejection-related emotions seperti kecewa, tidak puas dan sedih. Sedangkan diskrepansi antara actual self dan ought self dapat memicu munculnya agitation related emotions seperti cemas, takut, dan terancam.

2.2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain.Dimana menurut Gabriel Marcel (dalam Rakhmat, 2007 : 100) orang lain memiliki perananan dalam memahami diri kita. Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu. Bagaimana Anda menilai diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Harry Stack Sullivan (Rakhmat, 2007 : 101 ) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keberadaan diri kita, kiita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan

Universitas Sumatera Utara cenderung tidak akan menyenangi diri kita. Dengan kata lain konsep diri seseorang bukanlah sesuatu yang langsung terbentuk, melainkan dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, dari pengalaman hidup seseorang serta lingkungannya.

Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita. George Herbet Mead menyebut mereka significant others. Yaitu orang lain yang sangat penting. Faktor ini juga mempengaruhi konsep diri, seperti orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Menurut Richard Dewy dan W.J. Humber (dalam Rakhmat, 2007 : 101) menyebutnya dengan affective others yaitu orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif.

Kemudian faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah generalized other yaitu pandangan diri Anda tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap Anda. Konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead yaitu memandang diri kita seperti orang-orang lain memandangnya, berarti mencoba menempatkan diri kita seperti orang-orang lain memandangnya. Dan faktor yang terakhir yang mempengaruhi konsep diri yaitu kelompok rujukan (reference group). Dimana setiap kelompok mempunyai norma-norma teretenu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita.

Fitts(dalam Agustiani, 2006:139) juga mengatakan konsep diri yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku seseorang. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan- gagasan tantang dirinya sendiri. Konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Universitas Sumatera Utara 1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga, 2. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain, 3. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya. pribadi yang sebenarnya (Agustiani, 2006 :139).

2.2.2.3 Jenis-Jenis Konsep Diri

Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri yaitu positif atau negatif. Berikut tanda-tanda konsep diri yang positif dan negatif (Rakhmat, 2007 : 105-106) yaitu sebagai berikut :

1. Konsep diri negatif

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmart, ada lima tanda orang memiliki konsep diri negatif, yaitu :

a. Peka terhadap pada kritik, yaitu orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini, koreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. b. Reponsif sekali terhadap pujian, yaitu walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. c. Sikap hiperkritis, yaitu ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. d. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, yaitu: ia merasa tidak diperhatikan oleh karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.

Universitas Sumatera Utara e. Pesimis terhadap kompetisi yaitu ia enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. 2. Konsep diri positif

Orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal diantaranya sebagai berikut yaitu :

a. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah b. Ia merasa setara dengan orang lain c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu d. Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat e. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek- aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Dalam kenyataan memang tidak ada orang yang betul-betul sepenuhnya berkonsep diri negatif atau positif, tetapi untuk efektivitas komunikasi interpersonal, sedapat mungkin kita memperoleh sebanyak-banyak mungkin tanda-tanda konsep diri diri positif.

Menurut D.E. Harmachek (Rakhmat, 2007 : 106) menyebutkan ada sebelas karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif yaitu :

a. Ia menyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tetapi, dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah. b. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tindak menyetujui tindakannya.

Universitas Sumatera Utara c. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang. d. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran. e. Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu latar belakang, keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya. f. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya. g. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah. h. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya. i. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia., dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula. j. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekadar mengisi waktu. k. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang- senang dengan mengorbankan orang lain.

Membicarakan konsep diri yang positif memang agak banyak, karena konsep diri positiflah lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat, dan mengungkapkan petunjuk- petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita dengan cermat pula.

Universitas Sumatera Utara 2.2.2.4 Pengaruh Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal

Adapun beberapa faktor dalam komunikasi interpersonal dapat dipengaruhi oleh kualitas konsep diri seseorang (Rakhmat, 2007: 105-110), yaitu :

a. Nubuat yang Dipenuhi Sendiri Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Bila anda berpikir anda orang bodoh, anda akan benar-benar menjadi orang bodoh. Bila anda merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apapun yang anda hadapi pada akhirnya dapat anda atasi. Anda berusaha hidup sesuai dengan label yang anda lekatkan pada diri anda. Hubungan konsep diri dengan perilaku, mungkin dapat disimpulkan dengan ucapan para penganjur berpikir positif: You don’t think what you are, you are what you think. b. Membuka Diri Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain c. Percaya diri (self confidence) Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication

Universitas Sumatera Utara apprehension (aprehensi komunikasi). Percaya diri adalah salah satu faktor yang sangat menentukan dalam berkomunikasi. d. Selektivitas Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apakah kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan iu, dan apa yang kita ingat. Dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure) persepsi selektif (selective perception), dan ingatan selektif (selective attention).

2.2.3 Teori Keterbukaan Diri (Self Disclosure Theory)

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain (Rakhmat, 2007: 107).

Proses pengungkapan diri (self disclosure) adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya (Bungin, 2008: 263).

Gundykunst, (1983) (Liliweri 2001: 58) menunjukkan bahwa pada umumnya setiap individu selalu berusaha membuka diri, derajat keterbukaan pribadi itu sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi, waktu dan kesempatan, siapa yang dijadikan objek relasi, jenis media yang dipilih dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Diketahui diri Tidak diketahui sendiri diri sendiri

Daera Terbuka Daerah Buta Diketahui orang lain

Daerah Daerah Gelap Tidak diketahui Tertutup orang lain

Gambar 2.1 Jendela Johari Sumber : Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, 2010:58

Daerah Terbuka (Open Self) adalah berisikan semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Macam informasi yang termasuk disini dapat beragam mulai dari nama, warna kulit, dan jenis kelamin seseorang sampai pada usia, keyakinan politik dan agama. Daerah terbuka masing-masing orang akan berbeda-beda beasarnya bergantung pada dengan siapa orang ini berkomunikasi. Ada orang yang membuat kita merasa nyaman dan mendukung kita, terhadap mereka, kita membuka diri kira lebar-lebar. Terhadap orang yang lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita. Daerah Buta (Blind Self) adalah berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain, tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa kebiasaan-kebiasaan kecil mengatakan “tahu kan” atau memegang-megang hidung bila marah atau hal-hal lain yang lebih berarti seperti sikap defensif atau pengalaman terpendam. Sebagian orang mempunyai daerah buta yang luas dan tampaknya tidak menyadari berbagai kekeliruan yang dibuatnya. Orang lain

Universitas Sumatera Utara kelihatannya sangat cemas jika memiliki sedikit saja daerah buta. Mereka berusaha melakukan terapi dan mengikuti semua kegiatan kelompok penyandaran-diri. Sementara orang yang lain mengira mereka tahu segalanya tentang diri mereka sendiri, percaya bahwa mereka telah menghilangkan daerah buta ini sampai nol.

Daerah Gelap (Unknown Self) adalah bagian dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun orang lain. Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian. Kita memperoleh gambaran mengenai daerah gelap ini dari sejumlah sumber. Adakalanya daerah ini terungkap melalui perubahan temporer akibat minum obat, melalui kondisi eksperimen khusus seperti hipnotis atau deprivasi sensori, atau melalui berbagai tes proyektif atau mimpi. Eksplorasi daerah gelap melalui interaksi yang terbuka, jujur dan empatik dengan rasa saling percaya dengan orang lain-orang tua, sahabat, konselor, anak-anak, kekasih merupakan cara efektif untuk mendapatkan gambaran ini.

Daerah Tertutup (Hidden Self) adalah mengandung semua hal yang anda ketahui tentang diri sendiri dan tentang orang lain, tetapi anda simpan hanya untuk anda. Ini adalah daerah tempat anda merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan orang lain. Pada ujung-ujung ekstrem, terdapat mereka yang terlalu terbuka (overdisclosers) dan mereka yang terlalu tertutup (underdisclosers). Mereka yang terlalu terbuka menceritakan segalanya. Mereka tidak menyimpan rahasia tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Dan mereka yang terlalu tertutup tidak mau mengatakan apa-apa. Kebanyakan dari kita berada di antara kedua ekstrem ini. kita merahasiakan hal-hal tertentu dan kita membuka hal-hal yang lain; kita terbuka kepada orang-orang tertentu dan kita tidak terbuka kepada orang yang lain. Pada dasarnya, kita adalah orang orang terbuka dan selektif (DeVito, 2010 : 59-61).

Universitas Sumatera Utara

2.2.3.1 Hakikat Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri adalah jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Adapun hakikat dalam pengungkapan diri (DeVito, 2010 : 64) yaitu sebagai berikut :

- Pengungkapan diri adalah jenis komunikasi. Jadi, pernyataan-pernyataan tak disengaja yang menyangkut diri kita seperti selip lidah, gerakan non verbal yang tidak disadari, serta pengakuan terbuka semuanya dapat digolongkan ke dalam komunikasi pengungkapan diri. Tetapi biasanya, istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar. - Pengungkapan diri adalah “informasi”. Sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui oleh penerima. Informasi adalah pengetahuan baru. Agar pengungkapan diri terjadi, suatu pengetahuan baru harus dikomunikasikan. - Pengungkapan diri adalah informasi tentang diri sendiri. Dimana tentang pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang atau tentang orang lain yang sangat dekat yang sangat dipikirkannya. Jadi pengungkapan diri dapat diartikan sebagai tindakan sendiri atau tindakan orang lain. - Pengungkapan diri menyangkut informasi yang biasanya dan secara aktif disembunyikan. - Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Pengungkapan diri tidak bisa merupakan tindak intrapribadi. Untuk menjadi pengungkapan diri, informasi harus diterima dan dimengerti oleh orang lain.

2.2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri terjadi lebih lancar dalam situasi-situasi tertentu daripada situasi yang lain. Adapun yang mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri (DeVito, 2010 : 65) yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Besar Kelompok Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada dalam kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan diri. b. Perasaan Menyukai Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai. Dan tidak hanya membuka diri kepada mereka yang kita sukai, kita juga tampaknya menjadi suka kepada mereka terhadap siapa kita membuka diri. Kita juga membuka diri lebih banyak kepada orang yang kita percayai. c. Efek Diadik Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yang bersama kita juga melakukan pengungkapan diri. Efek diadik ini barangkali membuat kita merasa lebih aman dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan diri kita sendiri. d. Kompetensi Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri daripada orang yang kurang kompeten. Karena mempunyai rasa percaya diri yang diperlukan untuk lebih memanfaatkan pengungkapan diri. e. Kepribadian Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovet melakukan pengungkapan diri lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Dan orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada merela yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi. f. Topik Kita lebih cenderung membuka diri tentang topik tertentu daripada topickyang lain. Dan kita juga mengungkapkan informasi yang bagus lebih cepat daripada informasi yang kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan

Universitas Sumatera Utara makin negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan kita mengungkapkannya. g. Jenis Kelamin Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis kelamin. Umumnya, pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Judy Pearson (1980) berpendapat bahwa peran seks-lah dan bukan jenis kelamin dalam arti biologis yang menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini. “wanita yang maskulin” misalnya kurang membukan diri daripada wanita yang nilai dalam skala maskulinitasnya lebih rendah. Selanjutnya, “pria feminism” membuka diri lebih besar daripada pria yang nilai dalam skala femininitasnya lebih rendah. Pria dan wanita juga mengemukakan alasan yang berbeda untuk penghindaran mereka terhadap pengungkapan diri.

2.2.3.3 Tingkatan-Tingkatan Keterbukaan Diri

Menurut Powell (Dayakisni&Hudaniah,2009:82-83)ada beberapa tingkatan tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi yaitu :

1. Basa-basi : merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan diantar individu-individu tetapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi sekedar kesopanan. 2. Membicarakan orang lain : Ini merupakan komunikasi yang dimana yang diugkapkan hanyalah tentang orang lain atau halhal yang di luar dirinya. Walaupun pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri. 3. Menyatakan gagasan atau pendapat : Pada tahap ini, sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain. 4. Perasaan : merupakan tahapan dimana individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda beda. Setiap

Universitas Sumatera Utara hubungan yang menginginkan pertemuan antar pribadi yang sungguh- sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyatakan perasaan-perasaan yang mendalam. 5. Hubungan puncak : merupakan tahapan pengungkapan diri yang telah dilakukan secara mendalam. Individu yang menjalin hubungan antar pribadi dapat mengahyati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengukapan diri dan kejujuran yang mutlak.

2.2.4 Gender

Istilah Gender menurut Oakley (1972) (Relawati, 2011 : 4) adalah perbedaan kebiasaan atau tingkah laku antara perempuan dan laki-laki yang dikonstruksikan secara sosial, yang dibuat oleh laki-laki dan perempuan itu sendiri, hal tersebut merupakan bagian dari kebudayaan. Perbedan perempuan dan laki-laki menurut gender didasarkan pada budaya yang berdasar nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dimasyaraka, sehingga konstruksi gender bisa berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lain.

Gender merupakan konsep yang dibentuk oleh masyarakat dalam kaitannya dengan relasi antara laki-laki dan perempuan. Jadi, gender dikonstruksikan secara sosial maupun budaya, sehingga bukan dibentuk karena kodrat seperti halnya laki-laki dan perempuan yang dibedakan karena jenis kelamin (Relawati, 2011 : 5).

2.2.4.1 Stereotip Terhadap Peran Gender

Stereotip adalah komponen kunci dari prasangka. Stereotip adalah kerangka kognitif yang berisi pengetahuan dan belief tentang kelompok sosial tertentu dan dilihat sebagai tipikal yang dimiliki oleh anggota kelompok tertentu tersebut. Dengan demikian, individu yang memiliki stereotip tentang kelompok sosial tertentu akan melihat bahwa semua anggota kelompok sosial tersebut

Universitas Sumatera Utara memiliki traits tertentu, walaupun dalam intensitas yang rendah. Stereotip ini berpengaruh dalam proses masuknya informasi sosial (Sarwono, dkk, 2011 : 228).

Demikian pula stereotip terhadap peran gender, salah satu contoh adalah bahwa perempuan melekat sifat seperti lembut, cantik, emosional, keibuan dan lain-lain. Karena berbagai stereotip tersebut seperti sifat cengeng itu sebagai sifat perempuan maka orang tua ketika mengasuh anak laki-laki bahkan sejak BALITA selalu mengatakan “anak laki-laki jangan menangis”. Stereotip seperti ini seringkali merugikan. Misalnya anak laki-laki tidak boleh menangis maka anak akan menahan diri dari menangis dan terbawa hingga dewasa. Padahal menangis dapat mengurangi beban penderitaan yang dirasakan sehingga dapat mencegah stress (Relawati, 2011 : 10).

Implikasi ketidakadilan gender terjadi pada kaum laki-laki dan perempuan secara turun temurun dengan mapannya, sehingga ketidakadilan tersebut merupakan kebiasaan yang akhirnya peran gender diyakini sebagai kodrat dan diterima masyarakat secara umum. Hal ini disebabkan karena terdapat kesalahan atau kerancuan makna gender. Konsep yang sesungguhnya gender, karena pada dasarnya merupakan konstruksi sosial, justru dianggap sebagai kodrat yang berarti ketentan Tuhan. Misalnya pekerjaan domestik, seperti merawat anak dan merawat rumah sangat melekat pada tugas perempuan, yang akhirnya dianggap sebagai kodrat. Padahal sebenarnya pekerjaa-pekerjaan tersebut adalah konstruksi sosial yang dibentuk, sehingga dapat dipertukarkan atau dapat dilakukan baik oleh laki- laki maupun perempuan (Relawati, 2011 : 8).

2.2.5 Make Up Artist

2.2.5.1 Sejarah Penata Rias (Make Up)

Sejarah tata rias (make up) (http://duanews.blogspot.com) dimulai saat manusia pertama kali menjadi sadar akan dirinya. Ketika manusia mulai menyadari bahwa diri mereka ingin terlihat lebih manarik, maka manusia lainnya membantu mereka untuk memperbaiki penampilan mereka.

Universitas Sumatera Utara Tata rias pada dasarnya adalah seni mencipatkan keindahan fisik. Termasuk di dalamnya adalah rambut, kulit, dan kuku. Bidang kesenian ini tidak memiliki waktu awal atau negara asal yang jelas. Sejak jaman Mesir kuno atau Cina kuno, hasil karya kosmetik dan orang-orang yang melakukannya ditemukan di seluruh dunia.

Bidang kesenian ini tidak memiliki waktu awal atau negara asal yang jelas. Sejak zaman Mesir kuno atau Cina kuno, hasil karya kosmetik dan orang-orang yang melakukannya ditemukan di seluruh dunia.

- Kosmetik dan Cosmeticians Pertama

Kosmetik yang pertama mungkin digunakan oleh suku pemburu kuno. Mereka mengoleskan abu di bawah mata mereka untu mengurangi silau sinar matahari. Mereka juga mengubah bau tubuh dengan mengolesi tubuh mereka dengan air kencing binatang. Meskipun sangat primitif, praktik-praktik inilah yang memunculkan ide-ide kosmetik seperti eyeliner dan parfum.

Orang pertama yang berhasil membuat dan menerapkan produk ini bisa disebut sebagai cosmetologists atau penata rias pertama.

- Kosmetik dalam Budaya Kuno

Keunikan, agama, dan obat-obatan adalah tiga alasan utama kosmetik dikembangkan di beberapa budaya kuno yaitu :

a. Mesir Kuno Merupakan salah satu kebudayaan tertua yang berkaita erat dengan kosmetik. Orang-orang mesir kuno sejak dulu sering menggunakan make up. Wig, parfum, eyeliner, lipstick, dan banyak lagi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kerajaan atau bahkan seni kerajaan.Produk mereka yang terkenal yaitu eyeliner, berguna untuk membantu mengurangi silau, mencegah infeksi mata, serta membuat mata terlihat cantik. b. Cina Kuno

Universitas Sumatera Utara Kosmetik bagi orang Cina kuno dianggap sangat penting, terutama di kalangan bangsawan. Selama beberapa dinasti, kuku yang indah merupakan salah satu tanda kekayaan dan kemakmuran.Gaya rambut rumit, tata rambut, serta perawatan rambut mereka benar-benar merupakan sebuah bentuk seni yang indah. c. Romawi dan Yunani kuno Terkenal dengan indulgensi mandi mereka yang rumit, termasuk segala macam lotion dan ramuan. Mereka memakai parfum, bedak, blush, eyeliner, dan lipstick. Wig penyambungan rambut, dan mewarnai rambut juga merupakan hal populer pada zaman itu bagi mereka yang mampu mengongkosinya. - Sejarah Cosmetology

Dengan adanya kosmetik pertama yang muncul, maka dibutuhkan seseorang yang tahu bagaimana cara membuat serta menggunakan produk-produk tersebut. Maka lahirlah ahli kecantikan pertama.

Budaya kuno tidak memiliki kelas atau training kosmetik formal untuk menciptakan para pekerja ini tetapi mereka mengandalkan pada praktek magang yang lama atau dengan perbudakan. Hal ini berlangsung terus sampai kemunculan pendidikan serta sekolah-sekolah kecantikan.

- Tata Rias Modern

Seperti budaya dan teknologi yang telah berkembang, demikian pula tata rias kecantikan. Meskipun masih berhubungan dengan rambut, kulit, dan kuku, saat ini tat arias sudah mencakup berbagai posisi pekerjaan. Selain itu untuk menjadi seorang penata rias (make up artist) yang ahli mereka harus mengambil kelas formal atau kelas khusus tata rias untuk belajar dan berlatih.

Dewasa ini, tata rias sudah bisa dijadikan sebagai sebuah karir, misalnya menjadi seorang teknisi kuku, make up artist, penata rambut, teknisi wig, esthetician, spesialis hair removal atau spesialis perawatan kulit.

Universitas Sumatera Utara 2.2.5.2 Pengertian Pria Penata Rias (Pria Make Up Artist)

Pria penata rias adalah seorang pria yang memiliki keterampilan di dunia tata rias. Banyak yang mengartikan make up artist adalah tukang rias yang kerjanya merias para artis atau perias khusus artis. Padahal kata “artist” disini diambil dari bahasa Inggris yang artinya art atau seni. Di Indonesia bahwa pengucapan “Artist” itu mirip-mirip dan menimbulkan salah arti. MakeUp Artist memiliki arti yaitu profesi sebagai penata rias, dimana bahasa tersebut diambil dari bahasa Inggris. Jadi make up artist bukan hanya merias wajah artis saja tetapi make up artist bisa merias make up wedding¸ make up wisuda, make up para model dan sebagainya (sumber:http://id.wikipedia.org).

Profesi ini banyak halnya dilakukan oleh wanita. Dimana seorang pria juga bisa melakukan pekerjaan wanita umumnya seperti merias wajah, merias rambut, merias pengantin dan lain sebagainya. Hampir diseluruh sudut dunia sekarang ini, penata rias mulai dari amatir sampai kalangan professional dilakukan oleh kaum pria. Bahkan tumbuh semacam anggapan yang melegal-formal bahwa penata rias seharusnya pria, kalau bukan pria maka hendaknya waria. Poin ini menguatkan asumsi hedonis, bahwa wanita adalah sebuah “produk”.

2.2.5.3 Perkembangan Pria Penata Rias (Pria Make Up Artist) di Indonesia

Perkembangan pria penata rias di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000-an sehingga kebanyakan orang yang berkecimpung dalam dunia tata rias tidak hanya wanita, tetapi pria juga mulai ikut sehingga saat ini orang-orang jika berkunjung ke salon atau ketempat kecantikan lainnya bisa melihat seorang pria yang sedang menata rias ataupun sedang melakukan penataan riasan rambut atau wajah. Setelah makin maraknya pria yang berprofesi seperti ini munculah pria- pria tersebut untuk meramaikan dunia tata rias sekalipun dalam acara pernikahan terkadang ada pria yang merias pengantinya. Dalam hal ini manusia memiliki kepribadian unik dan pekerjaan pada saat ini tidak hanya bisa dilakukan oleh wanita melainkan pria juga bisa melakukannya (http://duanews.blogspot.com).

Universitas Sumatera Utara 2.3 Model Teoritik

Self Disclosure Konsep Diri Stereotip Gender

Make Up Artist Pria

Gambar 2.2 Model Teoritik Sumber Peneliti

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Metode Kualitatif

Penelitian menurut Hillway (1956) yaitu “research is a menthod of study by which through the careful and exhaustive investigation off all ascertainable avidence bearing upon a definable problem, we reach a solution to that problem” (Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut). Maka penenilitian dapat diartikan sebagai suatu kegaiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan yang bersifat abstrak atau konkret dan umum atau khusus (Pujileksono, 2015: 2).

Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, metode penelitian adalah prosedur atau cara dalam melakukan penelitian untuk menjawab tujuan penelitian (Pujileksono, 2015: 3).

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku sutau disiplin ilmu. Kata logi (logos) yang melekat pada kata metode memiliki arti analisis teoritis atau ilmu mengenai suatu cara atau metode. Oleh karena itu, secara sederhana metodologi penelitian dapat diartikan sebagai ilmu atau analisis teori tentang cara atau metode penelitian. Dalam hal ini metodologi lebih pada uraian filosofi dan teoritisnya sedangkan metode lebih bersifat teknis pelaksanaan lapangan. Maka metodologi penelitian adalah analisis teori atau ilmu yang membahas tentang metode dalam melakukan penelitian (Pujileksono, 2015: 4).

Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah kualitatif. Menurut Krik dan Miller (Pujileksono, 2015: 35) metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

Universitas Sumatera Utara pengamatan pada manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap realitas sosial atau fenomena sosial.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi, bola salju dan story. Pendekatan kualitatif dipergunakan untuk menemukan atau mengembangkan teori yang sudah ada. Pendekatan kualitatif berusaha menjelaskan realitas dengan menggunakan penjelasan deksriptif dalam bentuk kalimat. Jika pendekatan kuantitatif bisa sangat terukur dan obyektif, maka pendekatan kualitatif, keterukurannya sangat subyektif dan bisa diperdebatkan. Ghony dan Almanshur (2012: 34) Metode kualitatif ini digunakan karena :

1. Metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda 2. Metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan 3. Metode kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan latar penelitian dan mampu melakukan pola-pola nilai yang dihadapi peneliti.

Penelitian ini bersifat kualitatif, dimana mendeskripsikan kenyataan secara jelas yang melibatkan subjek penelitian terkait dengan penelitian ini, yaitu pria yang berprofesi sebagai make up artist. Penelitian ini bermaksud untuk memahami dan mendeskripsikan bagaimana konsep diri pria make up artist.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merujuk pada masalah yang diteliti. Objek penelitian pada penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambar dari

Universitas Sumatera Utara fokus masalah (Bungin, 2008: 76). Objek penelitian merujuk pada masalah yang diteliti. Sehingga diperoleh objek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah konsep diri pria make up artist di Kota Medan.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Orang-orang yang terlibat atau pelaku dalam sebuah realitas dan memberikan data atau informasi kepada peniliti tentang realitas yang diteliti (Pujileksono, 2015: 36). Adapun subjek penelitian ini adalah pria make up artist. Dengan kriteria informan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan merupakan pria yang berprofesi sebagai make up artist. 2. Informan merupakan pria make up artist yang berdomisili/tinggal di Kota Medan. 3. Informan merupakan pria make up artist yang pernah memiliki pengalaman merias publik figur.

3.4 Kerangka Analisis

MAKE UP ARTIST PRIA Postif KONSEP DIRI

Negatif

STEREOTIP SELF GENDER DISCLOSURE

Gambar 3.1 Kerangka Analisis Penelitian Sumber : Peneliti

Universitas Sumatera Utara 3.5 Unit Analisis Unit analisis menunujukkan siapa atau apa yang mempunyai karakteristik yang akan diteliti. Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh tentang situasi yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2007: 68) yaitu : 1. Tempat/ place, tempat dimana dalam penelitian ini berlangsung. Tempat penelitian ini akan berlangsung di Kota Medan. 2. Pelaku/ action, pelaku dalam penelitian adalah subjek penelitian sebagai informan yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam hal ini pria make up artist. 3. Kegiatan/ activity, kegiatanyang dilakukan aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Kegiatan yang akan diteliti adalah konsep diri pria make up artist dalam konteks psikologi komunikasi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data.Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti (Kriyantono,2006:91). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui cara sebagai berikut: 1. Wawancara Mendalam (Depth Interview) Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif (Kriyantono, 2006: 98).Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam, namun tetap didasari pertanyaan-pertanyaan yang telah direncanakan dengan matang sebelumnya. 2. Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data yang difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena

Universitas Sumatera Utara penelitian.Fenomena ini mencakup interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi di antara subjek yang diteliti (Kriyantono, 2006: 106). 3. Metode Penelitian Kepustakaan Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan studi kepustakaan.Studi kepustakaan peneliti lakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang bersumber dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini.

3.6.1 Keabsahan Data

1. Triangulasi Data

Dalam memenuhi keabsahan data peneliti ini dilakukan dengan triangulasi sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalan penelitian kualitatif (Moleong, 2005 : 29).

Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu dengan membandingkan apa yang dikatakan informan didepan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, serta suatu dokumen yang terkait. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik, begitu pula materi kebenaran tidak dapat diuji berdasarkan kebenaran alat, sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak. Kebenaran bukan hanya muncul wacana etnik dari masyarakat yng diteliti (Bungin, 2008 : 253).

2. Ketekunan Mengamati

Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun justru menggunakan semua pancaindra termasuk pendengaran, perasaan dan insting peniliti. Dengan melakukan pengamatan di lapangan maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin, 2008 : 256).

Universitas Sumatera Utara 3.6.2 Penentuan Informan Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan purposive sampling atau sampel bertujuan dan snowball sampling atau sampel bola salju.Purposive samplingadalah penentuan sampel berdasarkan tujuan tertentu dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi (Arikunto, 2010 : 183). Snowball sampling adalah teknik yang dipilih ketika peneliti tidak tahu pasti tentang jumlah dan sebaran populasi penelitiannya. Peneliti hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya yang bisa dijadikan informan kunci (key informan). Dan dari key informan inilah akan berkembang sesuai petunjuknya. Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan untuk dijadikan sampel (Pujileksono, 2015:3). Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan merupakan pria yang berprofesi sebagai make up artist. 2. Informan merupakan pria make up artist yang berdomisili/tinggal di Kota Medan. 3. Informan merupakan pria make up artist yang pernah memiliki pengalaman merias publik figur. Dari teknik snowball sampling ini yang dijadikan informan kunci adalah Dandy Perdana Tan.Ia merupakan pria yang sudah berprofesi sebagai make up artist dari 2009 atau hampir 8 tahun. Pengalaman selama ia menjadi make up artist ia sudah merias artis Indonesia yaitu Yuanita Christiani, Rini Wulandari, Indah Dewi Pertiwi dan lain-lain. Dan ia juga sebagai ketua dari Make Up Artis Medan Community.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian untuk memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

Universitas Sumatera Utara dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Pujileksono, 2015: 151).

Analisis data ini dilakukan secara interkatif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah jenuh. Analisis data model Miles dan Huberman dilakukan melalu 3 tahap (Pujileksono, 2015: 152) yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data berarti berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 2. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data berarti mendisplay atau menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami. 3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Draving Kesimpulan ) Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah, karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah dari lapangan.

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Proses Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang didapatkan selama hasil proses di lapangan. Sebelum melakukan wawancara mendalam, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi secara singkat sesuai dengan judul penelitian yang mau diangkat yaitu konsep diri pria make up artist di Kota Medan.

Ketika mengetahui bahwa judul skripsi yang terpilih mengenai konsep diri pria make up artist di Kota Medan, peneliti merasa sangat senang karena peneliti beranggapan bahwa kedepannya akan sangat mudah mencari pria make up artist yang akan menjadi informan. Namun fakta di lapangan yang terjadi sangat berbanding terbalik. Peneliti mengalami kesulitan dalam mencari pria make up artist yang bersedia dan sesuai dengan kriteria penelitian ini agar nantinya bisa menjadi informan.

Sebagai langkah awal dalam mencari informan, peneliti melakukan observasi terhadap beberapa pria make up artist melalui media sosial yaitu instagram ketika melakukan pencarian informan untuk penelitian ini. Peneliti melakukan observasi dengan mencari dan melihat siapa saja make up artist pria yang ada di Kota Medan dan yang sudah pernah merias publik figur melalui beberapa akun instagram make up artist pria. Diantaranya Ricky Peranginangin (@rickyperanginangin), Veric Wijaya (@vericmakeup), dan Dandy Perdana Tan (@igemsmakeup_project).

Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik wawancara mendalam. Sebelum melakukan wawancara mendalam peneliti sebelumnya menghubungi melalui via instagram dan via whatsapp sebelum melakukan wawancara. Peneliti memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan peneliti untuk mewawancarai informan dan

Universitas Sumatera Utara tujuan dari penelitian ini sendiri, serta peneliti juga menanyakan beberapa pertanyaan melalui chat dari via instagram dan via whatsapp untuk menyesuaikan calon informan dengan kriteria informan yang peneliti cari. Yaitu pria make up artist yang berdomisili atau tinggal di Kota Medan dan yang telah merias publik figur. Peneliti juga menanyakan kesediaan informan untuk melakukan wawancara mendalam serta membuat janji dengan informan yang sesuai dengan kriteria penelitian untuk melakukan wawancara.

Wawancara dengan informan pertama dilakukan pada tanggal 05 Januari 2018 di Jalan Sei Belutu Gg. Bilal No. 98 B tempat dimana informan pertama tinggal dan membuka make up studionya. Sebelum melaksanakan wawancara dengan informan pertama, peneliti terlebih dahulu mengikuti instagramnya, dan mengirimkan pesan atau sering disebut Direct Message (DM). Yangmana peneliti memperkenalkan diri dan menanyakan ketersediaannya agar mau menjadi informan dalam penelitian ini. Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan make up artist melalui instagramnya, agar informan pertama yakin bahwasannya saya benar-benar mau melakukan penelitian. Di Medan sendiri ada komunitas make up artist yang diberi nama MUA Community Medan. Setelah itu peneliti melihat dan mencari tahu di instagram make up artist community Medan itu siapa saja orangnya, dan ternyata informan pertama bergabung di make up artist communiy Medan. Peneliti langsung menanyakan ke informan melalui Direct Message tentang informan di make up artist community Medan bertugas sebagai apa, dan ternyata informan pertama adalah ketua dari make up artist community Medan. Dan informan pertama inilah yang akan saya tanya tentang siapa saja informan selanjutya yang cocok menjadi informan dalam penelitian ini. Dimana peneliti melakukan pendekatan dengan informan pertama dari jauh hari sebelum akhirnya peneliti turun ke lapangan. Sebelum melakukan wawancara peneliti menanyakan ke informan pada tanggal 04 Januari 2018 mengenai kapan bisa di wawancarai dan dimana melakukan wawancaranya. Dan ternyata informan meminta keesokan harinya pada tanggal 05 Januari 2018 untuk langsung wawancara di studionya. Sebelum peneliti datang ke studio make up- nya, peneliti terlebih dahulu menghubungi informan melalui instagram apakah sudah bisa datang, tetapi pesan peneliti sampai sore hari belum dibalas juga. Dan

Universitas Sumatera Utara akhirnya peneliti datang ke studio make up-nya untuk melakukan wawancara pada pukul 16.40 WIB dan sempat mencari dimana keberadaan studio make up informan. Kemudian peneliti bertanya ke warung dan menanyakan dimana rumah informan dan ternyata rumahnya di samping warung tersebut. Pemilik warung pun menunjukkan ke peneliti rumahnya yang mana dan ternyata informan sedang tidak berada dirumah ketika peniliti sampai. Peneliti menunggu dengan rasa deg- degan sambil duduk di atas kursi panjang yang terletak di teras depan rumah informan dengan wangi yang segar dan khas yang tercium dari dalam studio make up informan. Sembari menunggu informan, peneliti ditanya oleh tetangga samping rumah informan mau jumpa siapa, dan peneliti memberikan maksud dan tujuan kedatangannya, dan berkata bahwasannya sudah membuat janji sama informan. Dan peniliti tetap menunggu informan sambil berbincang-bincang dengan tetangga informan. Hampir 45 menit peneliti menunggu informan, akhirnya informan datang dengan managernya. Disitu peneliti langsung menyapa informan, dan disuruh masuk ke dalam studio-nya dan ternyata di dalam studionya tersebut sangat wangi sekali, dan desain yang dibuat kelihatan seperti ruangan yang terdapat di istana dengan di dukung propeti yang indah. Kemudian informan meminta maaf karena lupa kalau sore ini sudah ada janji mau wawancara. Peniliti pun langsung berkata tidak ada apa kok, kan saya yang perlu. Dan ternyata informan memberi tahu kepada peniliti bahwasannya informan habis pulang dari meeting. Informan berkata kenapa tidak dihubungi lagi, lalu peniliti menjawab sudah kok dari instagram, kok tidak dari whatsapp saja informan berkata, dan peneliti menjawab tapi nomornya tidak punya dan disuruh dari instagram saja. Dan disitu informan baru memberikan nomor handphonenya kepada peneliti. Sebelum melakukan wawancara informan meminta dijelaskan sedikit mengenai seputaran pertanyaannya seperti apa. Dan tepat pada pukul 17.35 WIB wawancara dengan informan pertama di mulai. Informan menggunakan baju kemeja berwarna coklat dan bercampuran warna ungu muda dengan motif kotak kemeja yang besar. Informan juga menggunakan celana pendek berwarna krim dan menggunakan kaca mata. Peniliti sempat merasa canggung dan deg-degan, akan tetapi dengan sambutan yang hangat sangat terlihat dari informan pertama, sejak awal pertemuan hingga wawancara berakhir senyum tidak pernah lepas

Universitas Sumatera Utara menghiasi wajah informan pertama ini dan keramahan dari informan serta karakter informan yang baik, ramah, lucu dan rendah hatiyang dimiliki oleh informan membuat peneliti merasa nyaman selama menjalani wawancara.

Wawancara dengan informan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2017. Wawancara dilakukan di tempat informan tinggal yaitu di Jalan Pelita 2 Komplek Pelita Residence No. B6. Sebelum melaksanakan wawancara dengan informan Kedua, peneliti mengetahui informan dari instagramnya International yaitu Ariska Putri Pertiwi yang merupakan wanita asal Medan yang telah di make up oleh informan. Dan peneliti pun langsung mengikuti instagramnya, dan ternyata informan meletakkan contact person di akun instagram miliknya. Kemudian peneliti melihat foto yang ada di instagram informan dan ternyata informan sesuai dengan kriteria peneliti untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Peneliti menghubungi informan melalui via whatsapp dengan memperkenalkan diri dan menanyakan ketersediaannya agar mau menjadi informan dalam penelitian ini. Informan kedua pun menyetujui bahwasannya bersedia di wawancarai. Dimana peneliti melakukan pendekatan dengan informan kedua dari jauh hari sebelum akhirnya peneliti turun ke lapangan. Sebelum melakukan wawancara peneliti menanyakan ke informan pada tanggal 05 Januari 2018 mengenai kapan dan dimana informan bisa diwawancarai. Namun dengan kesibukan yang dimiliki oleh informan, informan pun belum bisa memberikan waktu untuk bisa di wawancari. Karena informan belum juga memberikan kabar pada tanggal 08 Januari 2018, akhirnya peneliti menghubungi informan kembali dan memberikan pilihan hari keesokannya atau di hari rabu tanggal 10 Januari 2018 untuk bisa diwawancari. Namun informan tidak membaca yang peneliti tanya di via whatsapp. Pada akhirnya keesokan harinya tanggal 09 Januari 2018 peneliti menghubungi kembali lagi informan dan menanyakan lagi dimana, dan informan langsung menjawab hari rabu saja tanggal 10 Januari 2018 melakukan wawancaranya dikarenakan informan masih di bandara dan diusahakan oleh informan untuk bisa melakukan wawancara. Namun pada hari rabu tanggal 10 Januari 2018 informan belum juga memberikan kabar kepada peneliti apakah bisa diwawancarai atau tidak, akhirnya peneliti menghubungi informan pada pukul 13.58 WIB menanyakan bisa diwawancarai,

Universitas Sumatera Utara dan informan pun langsung membalasnya bahwasannya sekarang bisa wawancaranya. Dan peneliti sangat senang sekali mengatakan bisa kepada informan walaupun informan pukul 16.00 mau pergi katanya. Tepat pada pukul 15.10 WIB peneliti tiba di rumah informan, dan tepat pukul 15.15 WIB wawancara dengan informan kedua dimulai. Informan menggunakan celana pendek berwarna biru dengan kaos polos berwarna putih dan menggunakan kaca mata. Sambutan hangat datang juga dari informan kedua ini dan informan sangat senang dengan kedatangan peneliti terlihat dari sapaan dan senyumannya. Sebelum melakukan wawancara informan terlebih dahulu menanyakan kepada peniliti tentang pertanyaan yang akan di tanyakan. Di saat awal-awal melakukan wawancara terlihat informan sangat semangat menjawab pertanyaan dari peneliti, dan informan sangat komunikatif dalam menjawab pertanyaan, dan keramahaan yang dimilikinya membuat wawancara berjalan dengan lancar hingga wawancara selesai.

Wawancara dengan informan terakhir dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2017. Wawancara dilakukan disalon miliknya yaitu Steve Salon yang berada di Tijili Square. Tijili Squareyang berlamat di jalan Kapten Patimura No. 342 Medan. Informan ketiga didapat melalui informan kedua yaitu Veric, yangmana informan ketiga ini telah sesuai dengan kriteria yang peneliti cari dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti diberi kontak informan ketiga yang didapat dari informan kedua. Informan kedua memberikan kontak berupa nama instagram dari informan ketiga. Kemudian peneliti mengikuti instagram informan ketiga, dan peneliti langsung menghubungi dengan mengirimkan pesan dari Direct Message(DM) pada tanggal 15 Januari 2018 dan langsung di baca pesan peniliti oleh informan namun tidak dibalas. Peneliti sempat berpikir sepertinya informan tidak bersedia untuk menjadi informan. Peneliti kemudian menghubungi informan kedua untuk bisa membantu menyakinkan informan ketiga. Dan pada hari ketiga setelah peneliti mengirimkan pesan tepatnya pada tanggal 18 Januari 2018 informan membalas pesan yang peneliti kirim. Dan langsung peneliti memberikan penjelasan, kemudian antara peneliti dan informan berdiskusi melalui instagram untuk menetapkan waktu untuk melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara dimulai antara peneliti dan informan sempat mengalami sedikit

Universitas Sumatera Utara perbincangan. Informan sedikit kurang nyaman dengan pertayaan seputar penelitian ini, namun peneliti berusaha menjelaskan dan menyakinkan informan dengan baik sehingga informan bersedia untuk diwawancarai. Tepat pada pukul 15.15 WIB wawancara dengan informan ketiga dilakukan. Pada saat wawancara informan menggunakan kaos hitam polos dengan ada saku di dada sebelah kiri, dan celana pendek berwarna abu-abu dan informan menggunakan kacamata serta topi yang digunakannya. Di awal melakukan wawancara suasana disana terasa canggung karena peneliti dengan informan sama sekali belum pernah berkenalan, dan informan terlihat kurang nyaman dengan pertanyaan peneliti, akan tetapi setelah peneliti mengajukan beberapa pertanyaan barulah informan mulai terasa nyaman dan suasana mulai terasa santai sampai wawancara berakhir.

Dalam proses penelitian selama di lapangan, peneliti mengalami beberapa kendala, terutama penolakan para pria make up artist di Kota Medan untuk menjadi informan peneliti. Terlihat dimana setelah peneliti mewawancarai informan pertama peniliti meminta untuk memberitahu siapa yang cocok untuk dijadikan informan selanjutnya pada peneliti, karena penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan snowball. Dan akhirnya informan pertama memberikan informan selanjutnya yaitu NB.

Setelah informan pertama memberikan siapa informan selanjutnya, akhirnya peneliti menghubungi NB langsung melalui Direct Message (DM) di instagram. Namun satu hari kemudian pesan peniliti baru dibalas, dan NB menyuruh peneliti untuk mengatur waktu bersama adminnya melalui via whatsapp. Kemudian peneliti menghubungi adminnya dan pada saat itu mereka lagi berada di luar kota, dan mereka akan menghubungi peneliti apabila sudah di Medan. Namun setelah beberapa hari admin NB tidak menghubungi peneliti akhirnya peneliti menghubungi admin NB kembali apakah sudah di Medan dan bisa melakukan wawancara, namun tidak memberikan titik terang juga mengenai masalah waktu dikarenakan NB masih sibuk. Peneliti juga menunggu beberapa hari. Merasa tidak diberi ke jelasan akhirnya peniliti langsung menghubungi adminnya kembali melalui whatsapp dan langsung menanyakan apakah besok bisa melakukan wawancara, dan adminnya membalas dengan mengatakan tunggu

Universitas Sumatera Utara biar saya tanya. Akhirnya admin NB meminta wawancara dilakukan melalui telepon, namun peneliti tidak mau menerimanya dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam harus melakukan tatap muka. Dan Menurut peneliti sebenarnya NB tidak mau melakukan wawancara terlihat dari tidak memberikan waktu yang jelas kapan, dan memberikan alasan yang menurut peneliti tidak masuk akal. Dan akhirnya peneliti tidak melakukan wawacara dengan informan NB.

Dalam proses pencarian informan akhirnya peneliti mendapatkan informan melalui instagram yang sesuai dengan kriteria peneliti. Kemudian peneliti mengirimkan pesan melalui instagram dan menanyakan apakah bersedia menjadi informan peneliti, yangmana informan tersebut mengajak ketemu terlebih dahulu untuk membicarakannya. Inisial informan tersebut adalah KR. Lalu peneliti bertemu dengan KR yang di temani oleh teman peneliti di salon miliknya. Dimana pertemuan tersebut di luar ekspetasi peneliti. Disitu KR terlihat sangat sombong sekali dari cara bicaranya, dan selalu menjunjung prestasi-prestasi yang dimilikinya. Setelah berapa menit bicara akhirnya informan mengatakan benefit apa yang di dapatnya. Namun peneliti bingung benefit seperti apa yang mau dikasih, lalu peneliti menanyakan kepada informan benefit seperti apa, dan informan mengatakan sudah tahu sendirilah di dunia ini gak ada yang “gretong” atau gratis. Kemudian ketika peneliti mau pulang informan tersebut mengatakan kalau mau kabarin kembali. Setelah di pikir-pikir oleh peneliti akhirnya peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkannya dan mencari informan yang lain.

4.1.2 Profil Informan

Gambaran secara umum untuk ketiga informan dalam penelitian ini adalah informan terdiri dari usia 24 sampai 32 tahun, masing-masing informan memiliki masa kerja menjadi make up artist yang berbeda-beda 7 tahun sampai 19 tahun dan masih terus bekerja sampai dengan sekarang serta seluruh informan telah merias publik figur, dan telah memiliki make up studio sendiri.

Universitas Sumatera Utara Informan 1

Dandy Perdana atau yang akrab disapa igems ini merupakan salah satu make up artist pria yang ternama di Kota Medan. Terlihat dari orang-orang ternama yang telah dipercantiknya melalui tangan dinginnya. Diantaranya Yuanita Christi, Rinni Wulandari, Tengku Putri Dewi, keluarga Bobby Nasution pada acara mundu mantu bapak Jokowi, dan masih banyak lagi.

Pria yang berusia 27 tahun ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yang mengawali karir make up artist-nya dari tahun 2010 atau sudah hampir delapan tahun. Alasan Dandy memilih untuk bekerja sebagai make up artist adalah karena menjanjikan dan ini merupakan hobby bagi dirinya, karena Dandy sendiri memang bukan tipikal orang yang bisa bekerja di kantor. Dandy sendiri membuka studio make up-nya di Jalan Sei Belutu Gg. Bilal No. 98B Medan. Dan Dandy yang status sosialnya memang berasal dari orang yang berada.

Informan 2

Sudah hampir tujuh tahun Veric Wijaya atau yang dikenal dengan Veric bekerja sebagai make up artist. Veric mengawali pekerjaan ini dari wedding singer, kemudian karena sering melihat make up di backstage, dan para penari merias wajahnya sendiri, dan sering juga Veric melihat pengantin, jadi membuat Veric tertarik untuk menjadi make up artist. Alasan Veric memilih pekerjaan sebagai make up artist adalah ingin ikut andil dalam kebahagiaan orang yang menikah.

Veric yang merupakan keturunan Tionghoa ini, merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Veric yang tinggal di Jalan Pelita 2 Komplek Pelita Residence No. B6 yang membuka studio make up-nya di Jalan Bambu 3 No. 88 Medan. Selama karirnya Veric telah mempercantik bermacam-macam wanita, diantaranya 2017, Ariska Putri Pertiwi yang merupakan Miss Grand International, Para Puteri Indonesia Sumatera Utara dari tahun 2014, serta terakhir acara Jokowi ngundu mantu Veric merias Mama Jokowi, Kakak- kakaknya, dan Keponakannya. Veric yang memiliki jiwa ingin belajar terus, ini membuat dirinya ingin mengembangkan sayapnya ke nasional dan di international

Universitas Sumatera Utara Veric ingin berada di belakang panggung sebagai make up artist. Dan Veric yang status sosialnya memang berasal dari orang yang berada.

Informan 3

Steve yang sudah hobi di dunia beauty industry ini sejak dirinya berumur tiga belas tahun membuat dirinya yakin untuk memilih pekerjaan ini. Steve yang berawal sebagai hair stylish kemudian ia terjun di dunia make up artist setelah koneksinya sudah kuat. Steve juga menimbah ilmu di dunia akademiknya untuk class make up di London.

Steve yang memiliki keturunan Tionghoa ini merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Steve yang sudah memiliki salon ini yang bernama Steve Salon dan memiliki majalah yang bernama deCoiffure. Salon nya sendiri di Tijili Square yang beralamat dijalan Kapten Pattimura No. 342 Medan. Selama karirnya Steve telah banyak menghandle banyak publik figur yaitu Dian Sastro, Dewi Sandra, Luna Maya, Ayu Dewi, Paleri thomas, dan masih banyak lagi. Ia juga merupakan seorang beauty director dan sudah berkarir baik di nasional maupun international. Steve sudah mengikuti Tokyo Fashion Week, London Fashion Week, NewYork Fashion Week, dan sudah pernah bekerja di Dubai dan Bangkok. Dan Steve yang status sosialnya memang berasal dari orang yang berada.

4.1.3 Hasil Wawancara

INFORMAN 1

Nama : Dandy Perdana Umur : 27 Tahun Lama Bekerja : 8 Tahun Pendidikan : D-III Pariwisata

KETERBUKAAN DIRI

Keterbukaan diri sangat memiliki kendali yang cukup besar dalam kehidupan bersosial. Keterbukaan diri ini terlihat ketika seseorang telah membagi

Universitas Sumatera Utara pikirannya dan fakta tentang dirinya serta menceritakan pemasalahannya dengan orang lain. Orang yang memiliki keterbukaan diri akan memiliki kepercayaan diri yang baik dan lebih percaya dengan orang lain, serta lebih mampu bersikap positif dalam kehidupan sosial. Keterbukaan diri Dandy terlihat ketika ia menceritakan apapun yang sedang dihadapinya khususnya dalam hal pekerjaan kepada orang terdekatnya terkhusus ibunya .

“Iya, ke ibu, dekat banget sama ibu.”

Dandy yang sangat dekat dengan ibunya membuat dirinya sering menceritakan terkait dengan permasalahan yang dihadapinya. Menceritakan tentang permasalahan semuanya baik dari hal yang kecil hingga sampai hal yang besar pun ia ceritakan kepada ibunya. Bagi Dandy ibunya dapat memberikan solusi dan memikirkan solusi dari permasalahan yang dihadapinya berdasarkan pengalaman ibunya.

“Karena dia yang ngerti sih, karena kita seprofesi juga. Terus ya aku anggap dia sih lebih berpengalaman aja sih. Ya, apa aja sih semua kita ceritain gitu dari hal yang kecil hal besar semua kita sharing.” Banyak hal yang Dandy ceritakan kepada ibunya. Hal ini dilakukan karena ibunya mengetahui dengan jelas bagaimana dengan pekerjaan yang dijalani karena ibunya merupakan orang salon. Namun hal yang tidak sama ia lakukan ketika Dandy memutuskan untuk menjalani profesi sebagai make up artist, ia pun tidak menceritakan mengenai ingin menjalani profesi tersebut dan berdiskusi dengan keluarganya terkait dengan pekerjaan sebagai make up artist ini.

“Enggak. Langsung aja gak ada diskusi-diskusi.”

Baginya alasan kenapa ia tidak berdiskusi terlebih dahulu kekeluarganya untuk memutuskan terjun sebagai make up artist karena ia mengetahui bahwasannya ibunya pasti mendukungnya. Karena ia tahu latar belakang yang sama dari keluarganya dan ini merupakan hobi dirinya.

“Nah yang melatarbelakangi sebenarnya ibu saya itu orang salon juga. Dia assisten Rudi Hardisuarno dulu, nah itu ibu saya assistennya untuk megang produknya di sesumatra. Saya punya hobi ngelukis dari kakek. Kakek pelukis soalnya.”

Universitas Sumatera Utara Terkait permasalahan Dandy tidak berdiskusi terlebih dahulu sebelum memutuskan terjun sebagai make up artist, bukan berarti ia tidak menceritakan berbagai permasalahannya. Baginya menceritakan kepada ibunya mengenai segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dan pekerjaannya adalah sebuah keharusan. Salah satu permasalahan yang dihadapi Dandy dalam pekerjaannya adalah ketika terjadi make up kliennya rusak. Hal tersebut terjadi karena klien Dandy nangis ketika akad nikah berlangsung. Selain permasalahan tersebut, permasalahan yang sering dialami oleh Dandy adalah menunggu.

“Pernah, ehm apa ya kemarin. itulah banyak ngelupain peristiwa- peristiwa yang gak enak ya , apa ya yang gak enaknya itu, menunggu. Kadang-kadang kan suka kalau klien itu maunya begini maunya begitu kita harus menunggu disitu aja sih gak enaknya. Terus harus bangunnya lebih pagi sekitar satu dua jam pagi. Terus ohiyaya pernah, pernah make up-in klien pas akad nikah make upnya rusak parah, gara-gara dia nangis, hancur, tapi balik lagi ke kamar mukanya gak masalah gak ada apa-apa. Dan dia yang minta maaf malah gitu, cuman akunya yang ngedrop karena gak pernah bikin kek gitu.” Peristiwa tersebut tidak disimpannya sendiri, tetapi ia bagikan kepada ibunya. Pasti ibunya memberikan pendapat tentang permasalahan yang sering dihadapi oleh Dandy. Dan ibunya memberikan tanggapan bahwasannya Dandy harus sabar dan harus banyak belajar lagi dari permasalahan tersebut.

“Cerita ama ibuku cerita, gapapa mereka cuma bilang yaudah sabar mungkin perlu banyak belajar gitu.” Keterbukaan diri Dandy tidak hanya kepada keluarganya saja. Dandy juga sering membagi apapun mengenai dirinya dengan orang lain. Namun tidak kepada sembarang orang Dandy akan terbuka mengenai dirinya. Ia hanya akan berbagi dengan orang lain yang menurut dia adalah orang-orang yang terdekat sama dia dan sudah ia percayakan. Salah satu orang yang sering menjadi tempat berbagi cerita Dandy selain keluarganya adalah teman terdekat dan assistennya.

“Cerita ke temen-temen terdekat atau dengan asissten kepercayaan aku. Cerita tentang masalah kerjaan.” Dandy cukup selektif dalam memilih kepada siapa ia akan terbuka selain dari keluarganya, terbukti ia tidak pernah menceritakan apapun mengenai dirinya

Universitas Sumatera Utara kepada orang lain termasuk klien yang menggunakan jasa make up-nya sebelum ia benar-benar sudah dekat sekali dan ia sudah mempercayainya.

“Tidak pernah cerita sama klien.”

Dalam menjalankan pekerjaannya ini Dandy bisa menyesuaikan dirinya baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan perkejaan. Terlihat ketika ia berada di lingkungan keluarga maupun berada di lingkungan tempat kerja Dandy tetap terlihat sama tidak ada yang berubah. Dandy tidak mau menjadi orang lain yang mana dilingkungan keluarga berbeda dan di tempat kerja berbeda.

“Ya tetep jadi diri sendiri aja. gak perlu, maksudnya kekeluarga harus begini ketemen-temen enggak. Tetep aja jadi diri kita aja gitu. Toh juga orang tau, terus juga apa ya memaklumilah.” Dandy juga terbuka dalam dunia media sosial. Terlihat hasil riasannya selalu diunggahnya di media sosial instagram-nya. Dan selain melalui media sosial ia menggunakan kartu nama dan dari teman ke teman untuk mempromosikan make up-nya.

“ngebranding nya dulu sih aku awalnya pakai kartu nama, terus biasa tetep mulut ke mulut. Jadi aku dapat satu klien dia suka, nah dia promoin ke temen-temennya, temen-temennya ke temen-temenya lagi kayakgitu, terus sampai sekarang. Media sosial sejauh ini instagram, facebook, path kekgitu-gitu aja sih.”

STEREOTIP BERBASIS GENDER

Selama menjadi seorang make up artist, Dandy memang tidak pernah mengalami peristiwa yang cukup serius yang berkaitan dengan stereotip gendernya sebagai pria dan pekerjaanya sebagai seorang make up artist.

“gak pernah, alhamdulillah gak pernah."

Termasuk dalam Dandy melaksanakan tugasnya sebagai make up artist. Ia tidak pernah mendapatkan kejadian yang merupakan pengaruh dari stereotip gender dengan pekerjaannya sebagai make up artist, sepertinya adanya ketidakyakinan dengan kemampuan Dandy dalam melaksanakan tugasnya sebagai make up artist.

Universitas Sumatera Utara “kalau dibilangmereka enggak yakin dengan hasil kualitas sihalhamdulillah enggak ada. Cuman ada permintaan khusus yang make up-in harus perempuan ada. Cuman kalau misalnya dengan kriteria misalnya laki-laki ni, gak yakin ni hasilnya bakal, gak pernah. Cuman kalau misal dia minta, misalkan make up artist nya ada cewek gak ? ada, nah gitu.” Berbagai pernyataan masyarakat bahwasannya pria harus bekerja berat, dan sangat tabuh bagi masyarakat apabila pria mengerjakan pekerjaan wanita khusunya make up. Namun pernyataan tersebut tidak mempengaruhi Dandy selama ia menjalankan profesinya sebagai make up artist. Dandy menganggap bahwasannya pekerjaan sebagai make up artist ituadalah bukan pekerjaan yang ringan, tapi justru salah satu pekerjaan yang berat. Dan ia bisa marah apabila ada orang yang beranggapan bahwa hanya sebagai make up artist karena menurut Dandy setiap pekerjaan itu memiliki tingkat resikonya masing-masiing.

“Oke tanggapannya, laki-laki zaman sekarang banyak yang males kok. Mau males, mau duit banyak tapi malas kerja banyak gitu. Ya kalau aku bilang sih make up artist itu bukan pekerjaan ringan loh, itu salah satu pekerjaan yang berat justru. Karena apa, Kita yang dituntut itu adalah bukan fisik tapi pikiran satu. Yang kedua kita disitu talent. Terus waktu, itu penting gitu, kesehatan nah disitu. Jadi resiko jadi make up artist itu banyak loh sebenarnya. Jadi kalau ada orang yang berstatement “aduh cuman tukang make up, cuman sekedar make up artist” tuh ya aku bisa marah gitu. Marah dalam artian gini, ya balik lagi gitu loh setiap pekerjaan itu pasti ada resikonya. Enggak, gak mempengaruhi, justru kita boleh gini loh boleh membandingkan gitu, dan dari side apapun istilahnya, ya alhamdulillah sih, memang aku merasa beruntung malah jadi seorang make up artist.” Terkait pekerjaan make up artist yang seharusnya dikerjakan oleh wanita, Namun kenyataannya banyak pria yang melakoninya. Termasuk Dandy yang merasa dianggap dirinya mampu sebagai make up artist beranggapan bahwasanya dirinya masih harus belajar terus. Dan yang Dandy tahu berbicara mengenai gender kebanyakan pria itu detail dalam hal kecantikan.

“Dibilang merasa mampu sih, saya masih mau belajar lagi sebenarnya, cuman kalau dikategorikan gender yang saya tau kebanyakan laki-laki itu details kalau untuk masalah kecantikan kayak gitu.” Walaupun Dandy tidak pernah mengalami permasalahan terkait stereotip gender. Namun menyikapi pandangan miring dari orang-orang yang terkait

Universitas Sumatera Utara dengan pekejaannya yaitu dengan cara Dandy tidak terlalu memperdulikan padangan orang terkait pekerjaan yang dilakukannya, karena orang yang memberikan pandangan miring terkait pekerjaan yang dilakukan Dandy belum tentu lebih baik daripada kerjaannya, dan orang tidak tahu hal apa yang melatarbelakangi sehingga orang tersebut bisa seperti itu.

“Menyikapi tanggapan miring cuek aja. Cuek aja yaiya bodoh amat gitu, belum tentu kerjaan loh itu lebih baik daripada kerjaan kita. Gitu aja cuekin aja sih capek loh mikirin ngomongan orang, gak maju-maju gausah dengerin orang mau sampai mana sih. Yakan kek gitu sih netizen inikan, hanya bisa menilai, kan tidak menjalani gituloh diakan tidak tahu, faktor apa yang melatarbelakangi sehingga bisa jadi begini kejadiannya begitu.”

KONSEP DIRI

Pekerjaan menjadi make up artist bagi Dandy adalah suatu yang menjanjikan. Dan pekerjaan ini juga adalah hobi yang memang benar disenanginya. Dandy juga bukan tipikal orang yang terlalu suka bekerja dibawah tekanan seperti bekerja di kantor.

“Memilih make up artist sebagai profesi, menjanjikan satu, terus itu tadi balik lagi memang hobi, senang, dan terus gak terlalu banyak underpresure, dan saya memang bukan tipikal orang bisa kerja di kantor di underpresure dan seperti itu.” Dandy memberanikan diri untuk menggeluti pekerjaan ini, karena ini merupakan hobi yang disenanginya. Dan dirinya merasa cukup mampu dan masih mau belajar lagi dalam pekerjaannya sebagai make up artist. Menurut Dandy bahwasannya laki-laki itu detail dalam hal kecantikan.

“Dibilang merasa mampu sih, saya masih mau belajar lagi sebenarnya, cuman kalau dikategorikan gender yang saya tau kebanyakan laki-laki itu details kalau untuk masalah kecantikan kayak gitu.” Seperti pekerjaan lainnya yang memiliki resiko masing-masing. Pekerjaan menjadi seorang make up artist juga memiliki resiko tersendiri. Selama melakukan pekerjaaan ini, tidak hanya hal baik saja yang dialami Dandy ketika bekerja, namun hal buruk tentu saja juga pernah dialaminya, seperti menunggu, dan make up yang digunakan oleh kliennya rusak.

Universitas Sumatera Utara “Pernah, ehm apa ya kemarin. itulah banyak ngelupain peristiwa- peristiwa yang gak enak ya, apa ya yang gak enaknya itu, menunggu. Kadang-kadang kan suka kalau klien itu maunya begini maunya begitu kita harus menunggu disitu aja sih gak enaknya. Terus harus bangunnya lebih pagi sekitar satu dua jam pagi. Terus ohiyaya pernah, pernah make up-in klien pas akad nikah make upnya rusak parah, gara-gara dia nangis, hancur, tapi balik lagi ke kamar mukanya gak masalah gak ada apa-apa. Dan dia yang minta maaf malah gitu, cuman akunya yang ngedrop karena gak pernah bikin kek gitu.” Dari permasalahan yang pernah dialami oleh Dandy pasti ia mengetahui bagaimana dirinya mengatasi suatu permasalahan tersebut. Dengan belajar terus- menerus serta memahami permasalahan yang terjadi seperti apa sehingga Dandy mengetahui bagaimana ia menyelesaikan permasalahan tersebut seperti apa.

“Pernah yang tadi aku ceritain, itu masalah serius banget, termasuk yang serius. Gak ada masalah kliennya justru kliennya yang minta maaf, solusinya belajar lagi. Jadi bukan, maksudnya satu masalah itu kita tinggalin gitu ya, kita tuntasin dulu nih case nya apa ni gitu, gimana apa namanya solusinya, jadi kita dapat solving in problems nya apa kayak gitu.” Pekerjaan yang banyak dilakukan oleh kaum wanita dan tidak sedikit pula orang-orang yang memandang miring pekerjaan ini, tidak membuat Dandy merasa malu akan pekerjaan yang dilakukannya. Dandy merasa bangga dengan pekerjaannya karena dirinya tidak bergantung hidup sama orang dan tidak kerja sama orang.

“Enggak, enggak sama sekali gak minder. Justru saya bangga gitu, maksudnya karna gimana ya gak tau bangga aja gitu, maksudnya kita gak kerja sama orang, kita gak bergantung hidup sama orang, kita hanya bergantung hidup sama diri sendiri, terus sama klien, sama tuhan.” Menjadi seorang pria dan bekerja sebagai seorang make up artist bukanlah persoalan yang mudah, mulai dari penyesuaian diri yang harus dilakukan di lingkungan pekerjaanya sampai pengaruh stereotip yang melekat pada pria yang harus dihadapi Dandy dalam pekerjaanya. Pekerjaan menjadi seorang make up artist biasanya yang dilakukan oleh wanita kini dilakukan pria yang menutup kemungkinan nantinya akan menimbulkan keraguan dari pengguna jasanya. Namun, hal tersebut tidaklah menjadi pengaruh bagi Dandy dalam pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara Selama Dandy menjalankan pekerjaan sebagai make up artist, dirinya sama sekali tidak pernah mengalami hal tersebut.

“Kalau dibilangmereka enggak yakin dengan hasil kualitas sihalhamdulillah enggak ada. Cuman ada permintaan khusus yang make up-in harus perempuan ada. Cuman kalau misalnya dengan kriteria misalnya laki-laki ni, gak yakin ni hasilnya bakal, gak pernah. Cuman kalau misal dia minta, misalkan make up artist nya ada cewek gak ? ada, nah gitu.” Dandy tidak pernah mengalami pengaruh stereotip gender terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya. Dandy menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukannya ini adalah salah satu pekerjaan yang berat. Bukan hanya sekedar make up-in orang tetapi banyak hal yang dituntut dalam pekerjaan ini, dari fisik, pikiran, talent, waktu, dan kesehatan juga. Karena pekerjaan make up artist banyak resikonya.

“Oke tanggapannya, laki-laki zaman sekarang banyak yang males kok. Mau males, mau duit banyak tapi malas kerja banyak gitu. Ya kalau aku bilang sih make up artist itu bukan pekerjaan ringan loh, itu salah satu pekerjaan yang berat justru. Karena apa, Kita yang dituntut itu adalah bukan fisik tapi pikiran satu. Yang kedua kita disitu talent. Terus waktu, itu penting gitu, kesehatan nah disitu. Jadi resiko jadi make up artist itu banyak loh sebenarnya. Jadi kalau ada orang yang berstatement “aduh cuman tukang make up, cuman sekedar make up artist” tuh ya aku bisa marah gitu. Marah dalam artian gini, ya balik lagi gitu loh setiap pekerjaan itu pasti ada resikonya. Enggak, gak mempengaruhi, justru kita boleh gini loh boleh membandingkan gitu, dan dari side apapun istilahnya, ya alhamdulillah sih, memang aku merasa beruntung malah jadi seorang make up artist.” Dandy tidak merasa perbedaan yang cukup besar terkait dengan suasana yang dirasakan di rumah dan suasana yang juga dirasakannya ketika bekerja sebagai make up artist. Karena Dandy dapat menyesuaikan dirinya dan dapat berinteraksi dengan baik dilingkungan rumah dan lingkungan tempat tinggal karena ia selalu menjadi dirinya sendiri.

“Ya tetep jadi diri sendiri aja. gak perlu, maksudnya kekeluarga harus begini ketemen-temen enggak. Tetep aja jadi diri kita aja gitu. Toh juga orang tau, terus juga apa ya memaklumilah.” Dalam bekerja Dandy juga berusaha melakukannya dengan sebaik mungkin dan menjauhkan hal apapun yang nantinya akan berdampak negatif pada

Universitas Sumatera Utara pekerjaannya. Dandy tidak menghiraukan pandangan miring orang lain yang menimpa dirinya terkait dengan pekerjaan yang dilakukannya. Dan tidak berpengaruh juga ke dalam kehidupannya. Pandangan miring yang datang dari orang-orang yang masih menganggap tabuh ketika seseorang pria bekerja diluar pekerjaan umumnya pria.

“Pernah sih pernah, cuman ya itu tadi aku gak begitu gubris gitu. Kok cowok kerjaan make up artist sih kok kerjanya jadi tukang make up sih. Memang kenapa, ya rezeki kita dikasih tuhan dari situ gitukan, ya yang jelaskan halal. Dan terus juga kita tidak menggangu rezeki orang lain gitu loh. Kasih jawaban yang masuk akal aja sih, tapi memang sejauh ini gak ada yang macam-macam. Enggak berpengaruh juga sih biasa aja. Justru yang positif mempengaruhi. Kenapa, karna kita makin banyak dipuji bukan berarti kita bisa stalk diam gitu aja. memacu untuk mempertahankannya, kalau meraihnya gampang. Mempertahankannya itu yang mati-matian sekarang.” Namun tidak selamanya pandangan orang lain bersifat negatif terhadap pekerjaan yang dilakukan Dandy, tidak sedikit pula orang-orang yang memuji pilihan Dandy untuk bekerja sebagai make up artist, dengan kondisinya sebagai seorang pria.

“Alhamdulillah banyak sih ya, cuman ya itu tadi aku justru makin kek gitu kita ya lebih memperbaiki lagi sih kek gitu. Bukannya berarti dipuji itu jadinya gimana gitu ya. Ya tetap bersyukur ajasih gitu. Dan ya alhamdulillah bangga. Bangga sih, yang terutama sih proud banget kayak gitu. Berpengaruh, berpengaruh, bohong katanya kalau gak ada pengaruh.” Dandy melihat dirinya sendiri sebagai make up artist sangatlah bangga. Terkadang ia tidak pernah menyangka kenapa bisa menjadi seorang make up artist. Dandy tahu kalau usahanya untuk menjadi seorang make up artist itu dari bawah sekali, dari yang tidak punya apa-apa akhirnya menjadi punya, maka hal tersebutlah yang membuat dirinya bangga sama dirinya sendiri.

“Ya bangga aja sih ya. Kadang-kadang berpikir kok bisa sih, jadi make up artist gitu. Cuman sejauh ini sih ya gak tau bangga aja sama diri sendiri, karna memang berusahanya memang kerasa dari nol, dari gak punya sampai punya.” Selain Dandy melihat dirinya sebagai make up artist, Dandy juga menilai pria yang menjadi make up artist. Ia menilai sangat keren karena tidak semua

Universitas Sumatera Utara orang bisa melakukannya. Dandy beranggapan perempuan saja belum tentu bisa merias dirinya sendiri karena itu pria yang menjadi make up artist adalah hadiah.

“cowok jadi make up artist biasa aja. justru ya keren gitu loh, keren gitu maksudnya, itu tadi maksudnya gak semua orang bisa dek, bahkan perempuan sendiri aja pun ada yang gak bisa make up. Itu tadi aku berasa ya ni gift aja gitu, maksudnya beruntung menjadi make up artist beruntung.” Persaingan di make up artist pastilah ada. Apalagi pekerjaan ini dilakukan oleh wanita. Namun Dandy tidak pernah merasa sama sekali bersaing dengan siapapun apalagi wanita. Menurutnya make up artist pria malah lebih banyak daripada make up perempuan.

“Enggak. Ehm enggak juga sih enggak. Karena toh juga kalau dibandingin lebih banyak make up artist laki-laki daripada make up artist perempuan.” Untuk melawan persaingan pasti dibutuhkan peningkatan kemampuan untuk menjadi lebih baik. Dandy tidak pernah berhenti belajar untuk meningkatkan keahlian yang ia punya. Banyak yang bisa Dandy lakukan, terutama dengan di tekuni lagi, berbagi pengalaman dengan teman-teman serta belajar dari media sosial.

“Untuk peningkatkan hasilnyaya di tekunin pasti ya, yang kedua aku belajar sih dari kek sharing sama teman-teman, ya mungkin ilmunya yang aku belum dapat. Terus apalagi ya, lihat youtube ya, kita harus ngikuti perkembangan zaman pastinya.” Setiap pekerjaan pasti memiliki nilai positif yang di dapat termasuk juga make up artist. Banyak sekali nilai positif yang didapat olehnya. Dandy merasa pekerjaannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya tetapi untuk orang lain.

“Nilai positifnya satu bangga, yang kedua kita bisa mengapresiasikan apa yang ada di pikiran kita ke orang lain. Yang ketiga sih positifnya aku bisa buka lapangan kerja buat orang lain.”

KESIMPULAN

Dandy adalah pria yang telah bekerja selama kurang lebih hampir delapan tahun menjadi make up artist. Dengan hobi yang disenanginya dan salah satu

Universitas Sumatera Utara pekerjaan yang menjanjikan membuat Dandy merasa mampu menjalani pekerjaannya. Walaupun ia dianggap mampu menjalani pekerjaan ini, Dandy tetap tidak pernah berhenti belajar. Ia selalu meningkat keahliannya baik dari menekunin kembali dengan serius, bertukar ilmu dengan teman, serta berlajar dari media sosial. Dan Dandy sangat nyaman dengan pekerjaannya sebagai make up artist.

Pekerjaan yang masih dipandang miring oleh orang yang apabila pekerjaan sebagai make up artist dilakukan oleh pria ini tidak membuat Dandy merasa malu untuk melakukannya. Malah dirinya merasa bangga karena baginya ia tidak bergantung hidup dengan orang, ia hanya bergantung kepada diri sendiri, pengguna jasanya, dan tuhan. Dandy juga tidak pernah menghiraukan pandangan orang lain yang negatif tentang pekerjaannya karena baginya menanggapi orang- orang yang berkomentar negatif tidak akan membuat dirinya maju.

Selama menjalani pekerjaanya ini, Dandy pernah mengalami permasalahan dengan pekerjaannya. Permasalahan tersebut ketika make up yang digunakan oleh kliennya rusak karena klien tersebut menangis. Akan tetapi, Dandy memiliki cara tersendiri untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan cara belajar lagi dan mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Selain itu ketika ada masalah Dandy juga tidak tertutup dengan keluarganya khususnya kepada ibunya. Dandy selalu menceritakan apapun masalah yang sedang dihadapinya. Hal tersebut dilakukan bukan berarti Dandy tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri namun itu dilakukannya untuk mencari solusi bersama ibunya karena bagi Dandy ibunya sudah berpengalaman. Selain kepada keluarga Dandy juga menceritakan permasalahan kerjanya kepada teman dekatnya dan kepada asisten kepercayaannya. Dan Dandy selalu mengunggah hasil make up-nya melalui akun instagram agar bisa dilihat oleh publik dari hasil make up yang dibuatnya dan sekaligus sebagai media promosinya.

Dandy juga tidak merasa malu ketika ada pujian yang diterimanya dan tidak pula memberikan reaksi yang berlebih terhadap pujian tersebut. Dandy menganggap pujian tersebut sebagai salah satu untuk memperbaiki kemampuannya lagi.

Universitas Sumatera Utara Dandy menilai dirinya sendiri sebagai make up artist yaitu bangga dengan diri sendiri, terkadang Dandy juga berpikir kenapa bisa jadi make up artist. Usaha yang dilakukan oleh Dandy yaitu dari nol, dari yang tidak punya apa-apa menjadi punya sebab itu membuat dirinya bangga sama dirinya sendiri. Begitu juga Dandy menilai seorang pria yang bekerja sebagai make up artist sangatlah keren karena belum tentu semua orang bisa melakukan pekerjaan sebagai make up artist dan Dandy merasa sebagai make up artistadalah hadiah.

Semua pekerjaan pasti memiliki nilai positif termasuk make up artist. Dandy banyak mendapatkan nilai positif dari pekerjaannya diantaranya bangga, dirinya bisa berekspresi dengan ide yang ada dipikirannya ke orang lain ketika dirinya merias, dan Dandy bisa membuka lapangan pekerjaan buat orang lain. Dan Dandy juga tidak merasa bersaing dengan make up artist wanita walaupun pekerjaan ini awalnya dilakoni wanita.

INFORMAN 2

Nama : Veric Wijaya Umur : 24 Tahun Lama Bekerja : 7 Tahun Pendidikan : D-III Mangemen Perhotelan

KETERBUKAAN DIRI

Sama seperti informan sebelumnya, Veric sangat mengutamakan keterbukaan dalam keluarga khususnya sama Ibunya. Veric sangat memiliki kedekatan yang sangat dekat kepada ibunya.

“iya, lebih ke mama.”

Banyak hal yang sering dibagikan oleh Veric ke ibunya. Termasuk menceritakan hal-hal terkait pekerjaan yang dilakukannya. Semua iya ceritakan kepada ibunya mengenai pekerjaan yang dilakukan olehnya.

Universitas Sumatera Utara “Karena lebih deket ke mama. Ya gak ada sih, paling cerita, oh tadi klien sayagini, dia pengenya gini gini gini. Terus kadangkan ada aja ya maksudnya klien yang misalnya kayak memang nyebelin atau klien yang gimana, paling paling cerita-cerita kayak hari ini kerjanya gimana, lebih ke gitu sih.” Ketika Veric memutuskan untuk menjalani profesi sebagai make up artist ia tidak lupa berdiskusi dengan keluarganya khususnya ibunya. Walaupun awalnya sempat ada penolakan dari keluarganya, namun Veric tetap memutuskan untuk terjun ke dunia make up artist ini. Baginya pekerjaan ini sudah menjadijiwanya dan dirinya yang punya ambisi terhadap sesuatu, membuat Veric merasa harus berhasil.

“Diskusi sih pasti iya ya, jadi mungkin aku deket sama mama, jadi yang paling sering tuh ngobrol sama mama sih kayak kerjaan gimana, aku pengen gini-gini. Jadi ya awalnya ada penolakan juga dari mereka kayak jangan deh ngapain gini-gini kamu sekolah aja, kuliah gitu-gitu, tapi ya mungkin udah namanya passion ya, jadi ya dijalani terus kembali lagi ke diri sendiri bilang kalok aku bener mau menjalani dengan apa yang dilarang berarti aku harus lebih berhasil, ya gitu aja jadi ya buktiinnya pakai itu sih, cara penyampaian kekeluarga enggak ada sih jadi aku orangnya lebih ngotot, jadi kayak aku harus mau, tapi aku harus bisa gitu.” Peristiwa yang tidak menyenangkan selama bekerja pernah di alami oleh Veric. Diawal Veric terjun sebagai make up artist dirinya pernah dimarahin oleh pengguna jasanya karena make up yang dibuat oleh Veric tidak terlalu bagus menurut penggunannya.

“Ada sih paling awal-awal dimarahin klien kali ya. Dimarahin klien, terus dibilang make up nya jelek, awal-awal sih lumayanlah.” Namun peristiwa tersebut tidak hanya disimpan oleh dirinya saja, akan tetapi ia bagikan kepada keluarganya, dan keluarganya memberikan dukungan penuh kepadanya, bahwasanya di awal biasa kalau ada kejadian seperti itu.

“Ya enggak sih, mereka cuma paling kayak yauda gapapa, support gitu sih, lebih ke itu.” Keterbukaan diri Veric tidak hanya kepada keluarganya saja. Veric juga sering membagikan apapaun mengenai dirinya ke teman dekatnya. Semua masalah apa saja pasti iya ceritakan ke teman dekatnya.

Universitas Sumatera Utara “Teman baik, ya masalah apa aja sih.”

Veric tidak akan bercerita kesembarangan orang tentang permasalahan yang dihadapainya. Ia hanya bercerita kepada keluaga dan teman dekatnya saja. Dan Veric tidak pernah menceritakan apapun di tempat kerjanya.

“ke klien tidak pernah”

Selama menjalani pekerjaan ini Veric tidak pernah merasa malu akan profesinya sebagai make up artist. Veric yang memiliki percaya diri yang tinggi membuat dirinya tidak malu untuk menjalani profesi ini.

“gak pernah sih ya mungkin aku orang nya kepedean hahaha”

Sama seperti Dandy, Veric juga terbuka untuk mengunggah hasil make up- nya di media sosial yaitu instagram. Ia tidak pernah lupa untuk selalu mengunggah hasil make up-nya karena sekaligus menjadi media promosi baginya.

“awalnya sih dari saudara-saudara, dari temen-temen, dan keluarga. Kalau sekarang sih zamannya media sosial.”

STEREOTIP BERBASIS GENDER

Profesi yang awalnya dilakukan oleh wanita ini kini mulai dilakukan oleh pria. Termasuk Veric yang melakukan ini. Selama menjalani sebagai make up artist, Veric tidak pernah mengalami peristiwa yang berkaitan dengan stereotip gender.

“Enggak pernah sih.”

Ketika Veric melaksanakan tugasnya sebagai make up artist. Ia tidak pernah mendapatkan kejadian yang merupakan pengaruh dari stereotip gender dengan pekerjaannya sebagai make up artist, sepertinya adanya ketidakyakinan dengan kemampuan Dandy dalam melaksanakan tugasnya sebagai make up artist. Namun orang penasaran saja terhadap Veric kenapa bisa melakukan rias wajah dan terjun ke dunia make up artist.

Universitas Sumatera Utara “Sejauh ini kalau dikarnakan gender gak pernah ngalamin sih ya, kalau gender gak pernah ngalamin, cuman beberapa kali cuma ditanyak orang aja sih, kok kamu cowok bisa ? gitu, tapi, tapi bukan dalam yang negatif kayak “uh kamu, kamu cowok, kamu bisa ?” gitu-gitu. Enggak sih, tapi lebih ke kayak mereka penasaran aja kenapa bisa terjun ke dunia ini.” Berbagai pernyataan masyarakat bahwasannya pria harus bekerja berat, dan sangat tabuh bagi masyarakat apabila pria mengerjakan pekerjaan wanita khusunya make up. Namun pernyataan tersebut tidak mempengaruhi Veric selama ia menjalankan profesinya sebagai make up artist. Veric menganggap pekerjaannya merupakan pekerjaan yang berat. Karena waktu yang benar-benar tidak tentu serta bisa berdiri seharian ketika merias wajah. Jadi Veric menganggap pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang ringan.

“Gak ada sih ya, cuman eh jangan salah make up itu berat juga hahaha, jadi kadang kita bangun, kayak contohnya kita bangun subuh, kita bisa kerja seharian, berdiri seharian gitu-gitu, dan waktunya itu benar-benar gak tentukan, jadi mau dibilang ni bukan pekerjaan berat jangan salah hahaha.” Pekerjaan yang seharusnya dilakukan wanita ini, membuat Veric dengan kepercayaan dirinya membuat ia bisa melakukan pekerjaan ini. Veric juga percaya pekerjaan itu tidak dibatasi dan tidak memandang gender. Seperti perkerjaan pria harus dikerjakan pria, sebaliknya juga seperti itu pekerjaan wanita harus dikerjakan wanita. Jadi Veric tetap menjalankan pekerjaan ini.

“Kembali lagi ke kepercayaan diri kali ya, sama aku percaya sih kalau kerjaan itu enggak di maksudnya enggak di batasin, kek ini kerjaan cowok, ini kerjaan cewek gitu sapa aja bisa kerjain, jadi ya dijalani aja sih, gak memandang gender lebih tepatnya.” Walaupun Veric tidak pernah mengalami permasalahan yang berbasis gender, pasti ada saja orang yang memandang miring terkait pekerjaan yang dijalaninya. Veric mengatasi pandangan miring tersebut dijadikannya sebagai motivasi untuk terus berkembang, dan membuktikan bahwasannya semua pekerjaan itu tidak ada yang membatasi seperti gender. Dan Veric akan menunjukkan dengan keberhasilannya.

“Hmm gimana ya, kalau aku sih jadi acuan aja untuk terus berkembang, dan membuktikan kalau semua profesi itu tidak ada batasan gender, dan menunjukkan keberhasilan.”

Universitas Sumatera Utara KONSEP DIRI

Pekerjaan menjadi make up artist bagi Veric adalah pengalaman baru, yang berawal dari penyanyi nikahan, dan mencoba untuk melakukan make up, serta keinginannya ikut serta dalam kebahagiaan seseorang melalui riasannya.

“Dulu tu aku wedding singer. Sering di backstage ketemu sama make up, kek dancer gitu, mereka make up sendiri gitu, jadi terus dari sana tertarik kek pengen coba deh gitu jadi dari sana nyoba-nyoba ke orang sana sih. Terus sama kalau wedding singer kan sering nampak pengantin, pengantin itu datang kebelakang gitu mereka mau ganti baju, terus ada perasaan kek aduh bagus banget ya, keknya aku mau jadi bagian dari kebahagiaan itu.” Dengan kepercayaan diri Veric mampu melakukan profesi sebagai make up artist. Ia merasa pekerjaan itu tidak memiliki batasan siapa yang melakukannya termasuk batasan gender. Siapa pun bisa melakukannya. Dan Veric tetap melakukan profesi ini.

“Kembali lagi ke kepercayaan diri kali ya, sama aku percaya sih kalau kerjaan itu enggak di maksudnya enggak di batasin, kek ini kerjaan cowok, ini kerjaan cewek gitu sapa aja bisa kerjain, jadi ya dijalani aja sih, gak memandang gender lebih tepatnya.” Seperti pekerjaan lainnya yang memiliki resiko masing-masing. Pekerjaan menjadi seorang make up artist juga memiliki resiko tersendiri. Di awal karir Veric melakukan pekerjaan ini, ia sempat mendapatkan hal buruk yang dialaminya. Seperti dimarahin oleh pengguna jasanya karena hasil riasannya dianggap jelek.

“Ada sih paling awal-awal dimarahin klien kali ya. Dimarahin klien, terus dibilang make up nya jelek, awal-awal sih lumayanlah.” Namun peristiwa tersebut tidak membuat dirinya jatuh, dan tidak nyaman dengan pekerjaannya ini. Bahkan Veric merasa lebih tertantang untuk bisa jadi lebih baik lagi, dengan cara mempelajari kesalahannya dimana, dan mencoba untuk memperbaikinya lagi. Dan belajar terus-menerus serta memahami permasalahan yang terjadi seperti apa sehingga dirinya tidak melakukan kesalahan yang sama terhadap riasannya.

“Enggak sih ya jadi kayak justru down pasti iya, jadi kayak misalnya kek lu dimarahin gitu pasti bisa merasa kayak, aduh dimarahin gitu-gitu, tapi

Universitas Sumatera Utara ya setelah itu mungkin lebih merasa tertantang jadi kayak, kok berarti aku salah nya di ini ya, udah coba aku perbaiki, terus liat kedepannya gimana gitu.” Veric tidak pernah malu melakukan pekerjaan sebagai make up artist. Walaupun pekerjaan ini merupakan yang awalnya dilakukan oleh wanita tidak membuat dirinya malu. Dikarenakan Veric memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga ia bangga melakukan pekerjaan ini.

“Gak pernah sih ya mungkin aku orangnya kepedean hahaha.”

Pekerjaan menjadi seorang make up artist biasanya yang dilakukan oleh wanita kini dilakukan pria yang menutup kemungkinan nantinya akan menimbulkan keraguan dari pengguna jasanya. Namun, hal tersebut tidaklah menjadi pengaruh bagi Veric dalam pekerjaannya. Selama menjalani profesinya ini Veric tidak pernah mengalaminya. Akan tetapi, orang lebih penasaran saja kenapa seorang pria seperti Veric bisa make up.

“Sejauh ini kalau dikarnakan gender gak pernah ngalamin sih ya, kalau gender gak pernah ngalamin, cuman beberapa kali cuma ditanyak orang aja sih, kok kamu cowok bisa ? gitu, tapi, tapi bukan dalam yang negatif kayak “uh kamu, kamu cowok, kamu bisa ?” gitu-gitu. Enggak sih, tapi lebih ke kayak mereka penasaran aja kenapa bisa terjun ke dunia ini.” Ketika ada orang yang beranggapan pria kenapa kerjanya make up artist, Pria seharusnya bekerja pekerjaan berat atau mengerjakan pekerjaan yang semestinya pria lakukan. Namun pernyataan tersebut tidak mempengaruhi ke dalam kehidupannya. Veric menganggap pekerjaannya ini merupakan pekerjaan yang berat, dikarenakan dari waktu kerjanya yang tidak tentu serta bisa berdiri satu harian dalam melakukan pekerjaannya.

“Gak ada sih ya, cuman eh jangan salah make up itu berat juga hahaha, jadi kadang kita bangun, kayak contohnya kita bangun subuh, kita bisa kerja seharian, berdiri seharian gitu-gitu, dan waktunya itu benar-benar gak tentukan, jadi mau dibilang ni bukan pekerjaan berat jangan salah hahaha.” Ketika menjalani pekerjaannya ini Veric selalu melakukan komunikasi yang baik. Terlihat ketika dirinya berada di lingkungan rumah maupun dilingkungan tempat kerjanya dirinya selalu berusaha menjadi orang yang

Universitas Sumatera Utara komunikatif. Dan dirinya yang selalu ramah ke setiap orang ini membuat dirinya dapat menyesuaikan diri dimana pun ia berada.

“Ya enggak sih jadi aku orangnya ini suka ngomong, kepo, jadi jadi kayak setiap kali ketemu orang yaudah aku ngajak ngobrol gitu gitu aja sih, jadi paling kalau klien itukan macam-macam ya, ada yang suka ngomong, ada yang diem-dieman gitu, jadi kita ya sesuain aja sih sesuain diri.” Dalam menjalankan profesinya Veric pernah mendapatkan komentar negatif mengenai profesinya ini. Tetapi dirinya tidak pernah menghiraukan komentar tersebut selama tidak merugikan orang. Tetapi mengenai mendapatkan komentar ia lebih sering menanyakan tentang hasil make up-nya atau bertanya kepada pengguna jasanya tentang hasil make up-nya. Agar ia dapat memperbaiki hasil make up-nya dan mengetahui berbagai keinginan dari pengguna jasanya. Dan semua itu sangat berpengaruh kepada kehidupannya agar ia dapat belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya.

“Pernah, dibawak santai aja, selama enggak merugikan orang lain. Tapi mengenai hasil make up aku sebenarnya aku kadang juga suka misalnya kek nanyak, nanyak ke kliennya ada yang kamu kurang suka atau misalnya ada yang kurang cocok, atau ada yang mau diganti gitu-gitu, jadi kita bisa tahu dia pengennya seperti apa, atau misalnya kritik dari dia kita bisa kayak oh berarti ada sebagian orang yang gak suka gini-gini, jadi kita bisa merubah diri kita sendiri sih. Ada ada, pasti ada aja orang yang langsung kritik. Jadi kayak misalnya alis aku, aku gak suka sih lurus ini, aku suka yang lebih bengkok gitu. Cara mengatasinya biasanya sih kita kasih saran dulu, jadi aku lebih ke kayak biar nampaknya gini, tapi kalau memang dia ngotot mau yaudah kita gantiin aja gak papa. lumayan sih lumayan berpengaruh, jadi kayak, kayak jadi tambahan pelajaran aja sih, jadi kita bisa lebih tahu kayak uh ternyata ada yang gini ada yang gitu. Dan semangat untuk lebih maju.” Selain mendapatkan kritikan, Veric juga banyak mendapatkan pujian atas hasil riasannya. Pujian tersebut membuat Veric semangat untuk meningkatkan kualitas riasannya agar lebih baik. Veric yang bangga dan senang menanggapinya atas pujiannya ini tidak membuat ia berpuas diri. Terlihat Veric tetap berusaha terus dengan cara belajar.

“Ada sih, ada ada. Gak sih lebih kayak misalnya kalau setelah selesai make up, mereka bakal bilang ih bagus yaa, gitu gitu lebih ke gitu sih. Bangga sih pasti ada ya. Bangga iya, senang iya, cuma ya tetep kembali lagi, gak boleh berpuas diri kan, maksudnya harus tetap berusaha tetap

Universitas Sumatera Utara belajar. Lumayan berpengaruh sih, maksudnya kayak tuh memacu kita untuk semangat kita untuk bisa jadi lebih baik lagi.” Veric melihat dirinya sendiri sebagai make up artist yaitu make up artist yang suka bereksperimen. Ia menyukai sesuatu hal yang baru, dan ia suka mengaplikasikan ilmu barunya kedalam riasannya. Dan ia orangnya apabila cocok dengan ia pasti dijalaninya, begitu sebaliknya apabila tidak cocok dirinya tidak akan menjalaninya.

“Aku melihat diri aku sendiri, aku make up artist yang suka bereksperimen, jadi aku suka mencoba hal baru, jadi dalam arti misalnya aku lagi lihat teknik baru yaudah aku coba apply, terus ya kalau cocok dijalanin, kalau gak cocok ya jangan dijalanin gitu.” Banyak sekarang ini bermunculan pria make up artist sehingga banyak penilainnya yang muncul. Veric melihat pria yang berprofesi sebagai make up artist merupakan hal yang bagus selama pekerjaan tersebut dijalani dengan baik dan tidak hanya lagi populer jadinya terjun ke make up artist. Dan tidak dijalani dengan serius. Baginya sekarang ini lebih banyak pria yang bekerja sebagai make up artist daripada wanita, jadi mau pria dan wanita sama saja.

“Sah-sah aja sih ya, maksudnya aku banyak sekali teman make up artist yang cowok malah lebih banyak daripada cewek. Jadi ya menurut aku bagus-bagus aja sih selama pekerjaan itu, dijalanin dengan baik, serius, jangan cuma karena keinginan semata atau cuman kek ngetrend bener, atau cuman karena ngikut-ngikut kek oh dia kenya make up artist enak ya aku mau deh coba, tapi gak dijalani seratus persen ya ngapain gitu, jadi itu kembali lagi mau ke cowok ke cewek sama aja.” Profesi ini yang merupakan yang awalnya pekerjaan wanita tetapi di kerjakan oleh pria membuat persaingan pasti terjadi. Veric merasa tidak bersaing walaupun disetiap pekerjaan itu ada persaingan. Menurut ia rezeki sudah ada yang atur masing-masing. Jadi tinggal bagaimana caranya kita berusaha dan belajar terus agar bisa jadi lebih baik.

“Kalau bersaing sih aku percayanya gini rezeki masing-masing itu ada. Cuman ya intinya sih kita jadi make up artist ini gak boleh gampang berpuas diri dengan apa yang kita capai. Jadi harus lebih berusaha, lebih kayak misalnya contohnya trend make up berubah-rubah. Yaudah kita coba ikutin trend make up, kita coba pelajarin lagi jadi gak pernah berhenti belajar sih. apabila ada paling persaingan yang sehat. Dalam arti saya juga gak mau menjelek-jelekan orang, saya gak mau menjelek-

Universitas Sumatera Utara jelekan make up artist lain, yang penting saya lakukan hal yang menurut saya benar yaudah gitu.” Untuk menghadapi persaingan tersebut Veric tidak lupa selalu meningkatkan keahliannya di make up artist. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan. Veric meningkatkan kemampuan dirinya dari mengikuti workshop, belajar dari media sosial dan ia tidak akan pernah berhenti belajar dari manapun.

“Lebih banyak sih ikutan misalnya kek workshop atau misalnya belajar sekarang di media sosial itu banyak sekali kan, jadi enggak pernah berhenti belajar, searching, google, terus ikut workshop juga sih membantu.” Pekerjaan pasti memiliki nilai positif termasuk make up artist. Veric mendapatkan pengalaman dan pelajaran terhadap pekerjaannya ini. Termasuk dirinya mendapatkan nilai positifnya adalah membuat dirinya terus berusaha dan tidak boleh berhenti belajar sampai kapanpun.

“Tidak pernah berhenti belajar, terus menjadi lebih kuat sih dalam arti gak semua orang seperti yang aku bilang tadikan tergantung individual dan tergantung mata masing-masing, jadi harus lebih kebal sih.”

KESIMPULAN

Berawal dari weding singer akhirnya Veric memutuskan untuk terjun sebagai make up artist. Veric yang bermula menjalani profesinya ini dengan mimpi, dan mimpinya tersebut ingin ikut serta dalam kebahagiaan dalam pernikahan melalui make up. Kini hampir tujuh tahun Veric menjalani profesinya sebagai make up artist. Dengan keberanian mencoba, kepercayaan diri, serta ambisi yang kuat membuat Veric merasa mampu menjalani pekerjaannya. Namun walaupun ia mampu menjalaninya Veric pun tidak pernah berhenti belajar. Terlihat ia selalu meningkatkan kemampuannya melalui beberapa cara. Ia banyak sekali belajar dari workshop, media sosial, dan terus berlatih. Dan Veric nyaman dengan pekerjaanya ini sebagai make up artist.

Veric tidak merasa malu atau minder melakukan pekerjaan yang dijalaninya, walaupun pekerjaan yang masih dipandang miring oleh orang yang

Universitas Sumatera Utara apabila pria yang melakukannya. Veric yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi inilah membuat dirinya bangga terhadap pekerjaannya. Veric juga tidak pernah menanggapi pandangan orang lain yang negatif tentang pekerjaanya. Justru pandangan orang yang memberikan negatif terhadap pekerjaannya sebagai motivasi untuk terus berkembang dan membuktikan bahwa ia bisa berhasil di pekerjaannya ini dan ia membuktikan bahwasannya semua pekerjaan itu tidak ada batasan mengenai gender.

Dalam melakukan pekerjaan ini Veric pernah mengalami permasalahan dengan pekerjaannya. Permasalahan tersebut ketika di awal Veric memulai karirnya sebagai make up artist. Veric di marahin oleh pengguna jasa make up- nya dikarenakan hasil make up-nya jelek menurut penggunanya tersebut. Namun peristiwa tersebut tidak membuat ia lemah. Justru membuat ia lebih tertantang untuk lebih baik lagi dengan cara belajar apa saja yang harus diperbaiki serta menjadi pedoman ke depannya harus bagaimana. Semua permasalahannya tersebut tidak ia simpan sendiri, tetapi ia akan terbuka untuk menceritakannya kepada ibunya. Bukan berarti Veric tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri namun itu dilakukannya dikarenakan ia memiliki kedekatan yang sangat dekat kepada ibunya. Selain kepada ibunya Veric juga menceritakan permasalahan kerjanya kepada teman dekatnya. Dan Veric selalu mengunggah hasil riasannya ke media sosial agar masyarakat mengetahui hasil make up-nya dan menjadi tempat promosinya.

Veric juga tidak merasa malu ketika menerima pujian terhadap pekerjaanya ini. ia menanggapi pujian tersebut tidak terlalu berlebihan. Veric pasti bangga dan senang terhadap pujian tersebut akan tetapi tidak membuat dirinya berpuas diri, akan tetapi justru membuat ia makin harus tetap berusaha dan belajar agar menjadi lebih baik lagi.

Veric menilai dirinya sendiri sebagai make up artist yaitu orang yang suka berekspresi memalu riasannya. Dan Veric orangnya selalu mencoba sesuatu yang baru yang nantinya akan diterapkannya di riasannya. Serta ia orang yang apabila cocok olehnya akan menjalankannya namun apabila tidak cocok olehnya ia tidak akan menjalankannya. Begitu juga Veric melihat pria yang bekerja sebagai make

Universitas Sumatera Utara up artist adalah sah-sah saja ketika pria melakukannya, selagi pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik, serius, dan tidak setengah-setengah maka sah-sah saja untuk melakukannya.

Pekerjaan sebagai make up artist banyak sekali nilai positif yang di dapat oleh Veric. Veric mendapatkan bahwasannya tidak boleh pernah berhenti belajar. Karena tidak semua orang suka sama make up yang kita hasilkan, tergantung individu tersebut menilainya, dan membuat dirinya lebih kuat. Dan Veric tidak merasa bersaingan walaupun persaingan pasti ada akantetapi persaingan yang terjadi adalah persaingan yang sehat dan ia percaya rezeki sudah ada yang mengaturnya. Yang terpenting ia tidak pernah berhenti belajar mengikuti perkembangan make up dan tetap berusaha.

INFORMAN 3

Nama : Steve Umur : 32 Tahun Lama Bekerja : 19 Tahun Pendidikan : DIII

KETERBUKAAN DIRI

Sama seperti informan sebelumnya, Steve tidak lupa berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarganya sebelum ia terjun ke pekerjaannya ini. Steve menyampaikan keinginanannya yang ingin fokus di beauty industry.

“Iya pastinya awal-awalnya aku juga, aku awalnya aku juga langsung bilang ya aku misalnya mau pindah ke austri aku udah mau belajar fokus kesini aja di beauty industry, jadi aku gak mau habisin waktu di apa belajar di sekolah biasa, jadi aku bilang aku mau fokus aja, dan aku seperti yang aku bilang tadi aku mulainya 13 tahun ya, di umur 13 tahun aku belajar-belajar biasa simple gitu, dan benar-benar terjunnya itu tuh aku yang masuk sekolah akademik gitu di umur lima belasan, jadi dari sma 2 aku udah pindah ke australi, jadi dari sana sih aku udah mulai belajar.”

Universitas Sumatera Utara Namun Steve jarang terbuka ketika ia mempunyai permasalahan di pekerjaannya ke keluarganya. Steve lebih suka berbagi mengenai hal-hal yang menyenangkan saja. Ia hanya sekali-sekali saja membagi masalahnya ke tante sama ibunya untuk mencari tau solusinya seperti apa.

“Kalau masalah kerjaan aku jarang ngobrol ke keluarga ya, karna mungkin sesekali aja, mungkin personal aku beda, aku lebih suka sharing tentang hal-hal yang senang itu aja sih. kalau misalnya ada masalah atau problem itu aku lebih ke sharing kasih tau solusinya apa, ke tante ama nyokap lah yang paling ngerti.” Selain keluarga Steve juga terbuka dengan orang-orang yang dekat dengannya. Termasuk teman dekatnya. Ia akan bercerita apabila sudah nyaman dan dekat sama orang tersebut.

“Teman dekat sih, kalau udah nyaman dan dekat baru cerita.”

Selama menjalani pekerjaan ini Steve tidak pernah merasa malu akan profesinya sebagai make up artist. Veric yang bangga ini gak pernah merasa malu walaupun ada orang yang menilai pekerjaannya yang kurang baik dilakukan sama pria.

“Gak pernah sih, malah bangga. Jadi kalau misalnya kadang orang lihat oh nih kerjaan gitu gak pernah malu sih.” Baik di lingkungan rumah maupun lingkungan tempat kerja Steve tetap menjadi dirinya sendiri. Ia bisa menempatkan dirinya dimana saja karena baginya baik di rumah maupun tempat kerja adalah keluarga.

“aku orang nya bunglon sih ya, aku lebih cepat adaptasi sih. sama aja sih di tempat kerjaku sama seperti keluarga semua, kalau dirumah keluarga inti, kalau ditempat kerja keluarga kerja. Gak ada beda sama aja sih.” Steve juga tidak lupa untuk berbagi hasil make up-nya melalui majalah, media sosial, dan klien ke klien. Agar supaya orang mengetahui hasil make up- nya.

“dari majalah, media sosial instagram, dari klien ke klien itu sih.”

Universitas Sumatera Utara

STEREOTIP GENDER Profesi yang awalnya dilakukan oleh wanita ini kini mulai dilakukan oleh pria. Termasuk Steve yang melakukan ini. Selama menjalani sebagai make up artist, Steve tidak pernah mengalami peristiwa yang berkaitan dengan stereotip gender.

“Tidak ada.”

Selama Steve menjalankan pekerjaannya ini, ia tidak pernah mendapatkan pengaruh stereotip gender. Dimana pekerjaannya ini awalnya dilakukan oleh wanita, namun ia tidak pernah mengalami ada orang yang datang untuk menggunakan jasanya dan tidak menyakini akan kemampuannya dikarenakan ia adalah seorang pria. Dan baginya sekarang ini lebih banyak yang senang kalau yang make up itu pria. Karena menurutnya pria tahu apa yang harus dibuat karena pria akan melihat dari sudut pandang mata pria bagaimana pria melihat wanita.

“Justru untuk zaman sekarang lebih banyak yang lebih ini ya lebih senang kalau misalkan make up artist cowok. Karena menurut aku kalau misalkan cowok itu seperti kita lihat cewek. Jadi kita tahu yang cowok suka lihat itu gimana. tapi kalau misalnya cewek yang handle cewek, cewek masih ada sedikit ego. Jadi aku ngerasa ngelihat cewek menjadi make up artist itu mereka lebih mengaplikasi cara make up yang mereka make up sendiri, itu aku yang perhatikan kalau untuk make up artist cewek.” Berbagai pernyataan masyarakat bahwasannya pria harus bekerja berat, dan sangat tabuh bagi masyarakat apabila pria mengerjakan pekerjaan wanita khusunya make up. Namun pernyataan tersebut tidak mempengaruhi Steve selama ia menjalankan profesinya sebagai make up artist. Steve menganggap pekerjaannya ini merupakan pekerjaan yang berat juga. Karena harus bertanggung jawab untuk membuat kelihatan menjadi cantik dan bagus. Baginya pekerjaan berat itu gak selamanya harus angkat besi atau angkat yang berat-berat.

“Cowok itu harus kerja berat, kerjaan kita juga berat loh. Tapi kerjaan kita memang berat juga, jadi kalau misalnya orang yang ngerti mereka bakal ngerti sih kalau misalkan kerjaan kita tuh gak gampang. Dan untuk mendefinisikan kerja berat kan gak harus angkat besi, gak harus angkat yang berat-berat, kerjaan kita juga jadi berat tanggung jawab, orang tuh harus kelihatan cakep, harus kelihatan bagus, harus kelihatan cantik.”

Universitas Sumatera Utara Walaupun pekerjaan make up artist yang awalnya dilakukan oleh wanita tidak membuat ragu Steve untuk mampu menjalankan profesi ini. Kalau sudah hobi ia merasa ia bisa jadi percaya diri saja untuk mampu melakukannya. Baginya profesi itu semuanya bisa dikerjain oleh siapapun baik wanita maupun pria.

“Aku gak ngerasa ini profesi siapa ya, siapa siapa pun boleh bukan wanita atau pria boleh pegang. Profesi ini bisa di handle siapa saja yang penting kalau misal kita benar-benar suka kita hobi kita, aku ngerasa itu tidak membedakan siapa-siapa, terus kalau misalnya aku yang intinya itu aku hobi, jadi kalau misalnya hobi aku bisa aku ngerasa aku bisa, confident aja kenapa enggak.”

KONSEP DIRI

Mengawali pekerjaannya ini Steve yang tidak terlalu sulit untuk ia memulainya. Baginya ini merupakan hanya keberuntungan saja dikarenakan relasi dan koneksi yang banyak. Dan ia mencoba untuk make up melalui pengaplikasian ke wajah teman-temannya.

“Aku ehm, aku termasuk ini ya, termasuk cukup beruntung ya, soalnya mungkin karena relasi atau conection aku memang banyak. Jadi aku mulainya tidak terlalu susah dan banyak support dari teman-teman juga, jadi kalau misalnya apa pas awal-awalnya banyak teman-teman yang aku make up-in begini-begini, jadi tidak selalu susah buat aku, mungkin aku hanya beruntung kali.” Steve tidak pernah merasa pekerjaanya ini harus dikerjain sama siapa. Semuanya boleh melakukannya baik wanita maupun pria. Terpenting harus memiliki keinginan dan benar-benar suka dan hobi terhadap sesuatu. Ia merasa mampu untuk melakukan pekerjaannya ini karena hobi jadi percaya diri saja untuk bisa melakukannya.

“Aku gak ngerasa ini profesi siapa ya, siapa siapa pun boleh bukan wanita atau pria boleh pegang. Profesi ini bisa di handle siapa saja yang penting kalau misal kita benar-benar suka kita hobi kita, aku ngerasa itu tidak membedakan siapa-siapa, terus kalau misalnya aku yang intinya itu aku hobi, jadi kalau misalnya hobi aku bisa aku ngerasa aku bisa, confident aja kenapa enggak.” Selama menjalani pekerjaanya ini Steve tidak pernah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. Namun apabila ada permintaan dari ia tidak terpenuhi

Universitas Sumatera Utara itu bisa mempengaruhi pekerjaannya ini. Menurutnya itu adalah salah satu hambatan buat kerjaannya.

“Peristiwa tidak menyenangkan , emm semuanya sih oke oke aja ya. Tapi kalau misalnya kadang sama klien itu kita ada permintaan tapi tidak di penuhi, yak itu mungkin salah satu hambatan buat kerjaan kita juga, karna itu mempengaruhi semuanyakan. Jadi kalau misalkan kita requestnya kamarnya harus dingin, atau apa apa gitu, ada cermin, tapi kalau tidak disediain ya kerjaan kita bisa terhambat. Nah kebanyakan masalahnya disana aja sih.” Namun baginya masalah tersebut tidak membuat nya tidak nyaman dengan pekerjaannya ini. Ini merupakan sebuah tantangan baginya yang harus tetap di atasi dan harus dilewati.

“Kurang nyaman sih enggak, biasa aja. yang penting namanya juga kerja ya ada tantangan. Jadi kalau misalnya apa tetap harus di handle atau harus di settel nyantai ajalah, anggap aja misalkan ini sebuah tantangan yang harus dilewati.” Steve tidak pernah malu melakukan pekerjaan sebagai make up artist. Walaupun pekerjaan ini merupakan yang awalnya dilakukan oleh wanita tidak membuat dirinya malu. Justru ia bangga akan profesinya ini.

“Gak pernah sih, malah bangga. Jadi kalau misalnya kadang orang lihat oh nih kerjaan gitu gak pernah malu sih.” Dalam menjalankan pekerjaannya ini, pengguna jasanya tidak pernah mengalami ketidakyakinan atas kemampuan yang dimiliki oleh Steve dikarenakan ia pria. Baginya pekerjaan itu tidak dibatasin siapa yang mengerjakannya.

“Justru untuk zaman sekarang lebih banyak yang lebih ini ya lebih senang kalau misalkan make up artist cowok. Karena menurut aku kalau misalkan cowok itu kita lihat cewek. Jadi kita tahu yang cowok suka lihat itu gimana. tapi kalau misalnya cewek yang handle cewek, cewek masih ada sedikit ego. Jadi aku ngerasa ngelihat cewek menjadi make up artist itu mereka lebih mengaplikasi cara make up yang mereka make up sendiri, itu aku yang perhatikan kalau untuk make up artist cewek.” Ketika ada orang yang beranggapan pria kenapa kerjanya make up artist, Pria seharusnya bekerja pekerjaan berat atau mengerjakan pekerjaan yang semestinya pria lakukan. Namun pernyataan tersebut tidak mempengaruhi ke dalam kehidupannya. Steve menganggap pekerjaannya ini adalah pekerjaan berat

Universitas Sumatera Utara juga. Baginya tanggungjawabnya berat karena harus membuat wanita menjadi bagus dan cantik. Dan kerja berat menurutnya tidak harus angkat besi atau angkat yang berat-berat.

“Cowok itu harus kerja berat, kerjaan kita juga berat loh. Tapi kerjaan kita memang berat juga, jadi kalau misalnya orang yang ngerti mereka bakal ngerti sih kalau misalkan kerjaan kita tuh gak gampang. Dan untuk mendefinisikan kerja berat kan gak harus angkat besi, gak harus angkat yang berat-berat, kerjaan kita juga jadi berat tanggung jawab, orang tuh harus kelihatan cakep, harus kelihatan bagus, harus kelihatan cantik.” Lingkungan pekerjaan dengan lingkungan rumah pasti berbeda. Namun Steve dapat menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut. Terlihat dia menganggap kedua lingkungannya tersebut adalah keluarga. Dan ia tidak ada bedanya baik di rumah maupun ditempat kerja.

“Aku orang nya bunglon sih ya, aku lebih cepat adaptasi sih. sama aja sih di tempat kerjaku sama seperti keluarga semua, kalau dirumah keluarga inti, kalau ditempat kerja keluarga kerja. Gak ada beda sama aja sih.” Komentar negatif membuat Steve susah sekali untuk menjawabnya, karena dirinya yang terlalu cuek untuk tidak mengurusi hal yang negatif. Ia mendengarkan hal negatif tetapi ia selalu meriksa terlebih dulu dirinya, apakah benar atau tidak hal tersebut. Jadi tidak perlu menanggapi sesuatu hal yang sebenarnya tidak perlu sama sekali ditanggapi. Dan tidak berpengaruh hal negatif tersebut ke dalam kehidupannya.

“Aku susah banget jawaban yang begituan, karena aku beneran orangnya cuek banget. Jadi kalau misalkan orang nanggapin aku apa pun, aku dengar kritikan tapi aku selalu mengecek diri juga introgasi dulu, introgasi diri benar gak ya yang dia ngomongin apa, siapa yang lebih tau, siapa yang lebih tau ini, siapa yang lebih tau ini, tapi kalau misalkan kita dengarin orang yang memang gak jelas kita ngapain dengarin. Jadi kalau misalkan perlu aku tanggapin ya aku tanggapin, kalau gak perlu, gak perlu aku tanggapin. Gak pengaruh dalam kehidupan sih.” Selain mendapatkan kritikan, Steve juga banyak mendapatkan pujian atas hasil riasannya. Pujian tersebut membuat Steve selalu meningkatkan kualitas riasannya agar lebih baik. Steve yang bangga menanggapinya atas pujiannya ini tidak membuat ia berpuas diri. Terlihat Steve selalu mengikuti trend terbaru dan tidak boleh menurun kualitasnya.

Universitas Sumatera Utara “Banyak, seperti yang aku bilang tadi kalau misalkan kerjaan aku tidak bagus aku enggak bakal di panggil sampai ke dubai, aku tidak bakal di panggil sampai ke bangkok, aku tidak bakal diajak kolaborasi untuk tokyo fashion week, aku gak bakal di ajak kolaborasi pameran nikkon di Jepang. Jadi aku rasa sudah di tahap itu aku yakin ama pekerjaan aku sih. Menanggapinya bangga harus. dan berpengaruh dalam kehidupan ya harus karena di dunia ini tuh gak boleh nurun ya maksudnya kita harus selalu upgrade harus selalu mengikutin zaman. Terkadangkan orang yang suka ada di satu era aja. Tapi kalau di dunia kita ini gak boleh, kita harus mengikutin zaman jadi trend nya apa kita harus ikuti.” Steve melihat dan menilai dirinya sebagai make up artist yaitu perfectionist. Ia selalu melakukan profesinya ini secara sempurna dan details, tidak boleh ada sesuatu yang kurang.

“Satu kata aja perfectionist itu aja.”

Banyak sekarang ini bermunculan pria make up artist sehingga banyak penilainnya yang muncul. Steve melihat pria yang berprofesi sebagai make up artist yaitu kagum. Ia sangat senang dan kagum ketika pria menjadi make up artist.

“Akumenilai pria sebagai make up artist kagum itu aja, kagum aku senang aja melihat cowok jadi make up artist.” Profesi ini yang merupakan yang awalnya pekerjaan wanita tetapi dikerjakan oleh pria membuat adanya persaingan. Steve merasa tidak ada persaingan terhadap make up artist siapapun. Menurutnya make up artist itu sudah memiliki gayanya masing-masing.

“Bersaing sih enggak ya, soalnya kalau misalkan kita bersaing biasa aja sih gak terlalu bersaing-saing banget. Make up artist itu udah punya style masing-masing sih jadi kalau misalnya bersaing sih enggak sih, aku enggak ngelihat kita tu sebagai pesaing.”

Untuk menghadapi persaingan tersebut Steve tidak lupa selalu meningkatkan kemampuannya di make up artist. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan. Terpenting mengetahui gaya make up-nya seperti apa. Steve meningkatkan kemampuan dirinya dari melihat tutorial di media sosial. Selain melihat tutorial ia selalu pergi ke luar negeri untuk melihat dan belajar trend terbaru.

Universitas Sumatera Utara “Ya sekarang sih udah mending ya kita sudah bisa sambil ngelihat tutorial mengikutin trend. Dan paling penting itu harus tahu style kita tu kemana, paling penting itu kita suka nya gimana. kalau kita tidak tahu style kita sendiri, yang kita upgrade atau yang kita ikuti bakal salah juga tidak mengikuti jati diri gitu loh. Selain tutorial aku juga tiap tahun selalu balik lagi ke London untuk melihat trend terbaru jadi mungkin dua tiga bulan baru balik lagi kesini. Tiap tahun ke London kalau enggak ke New York jadi seringa bolak balik kesana.” Nilai positif yang didapat oleh Steve dari make up artist adalah tidak hanya mampu mempercantik wanita tetapi bisa menambah kepercayaan diri wanita, karena bisa menutupi kekuragannya dan membuat wanita tersebut menjadi spesial. Dan tidak semua bisa menjadi make up artist kalau bukan karena passion.

“Ya make up artist itu mampu tidak hanya mempercantik wanita ya, tapi bisa juga menambah kepercayaan diri wanita, bisa menutupi kekurangan mereka, dan membuat mereka lebih spesial, kurasa itu sih, terus juga itu make up artist itu tidak semua seperti yang aku bilang tidak semua orang bisa kecuali mereka ada passion.”

KESIMPULAN

Di umur yang muda sekali yaitu tiga belas tahun Steve sudah memulai dunia beauty industry ini. Yang awalnya ia sebagai hair styling lalu dengan koneksi yang sudah kuat akhirnya ia terjun ke make up artist. Kini hampir 19 tahun Steve sudah menjalani profesinya ini. Dengan hobi dan percaya diri membuat ia mampu melakukan pekerjaannya ini. Namun walaupun ia sudah go internasional tidak membuat ia selalu belajar. Ia meningkatkan kemampuannya dengan cara melihat tutorial di media sosial serta pergi ke luar negeri seperti London atau New York untuk belajar dan mengetahui trend-trend terbaru. Dan Steve sangat nyaman dengan pekerjaannya ini.

Steve tidak merasa malu atau minder untuk melakukan pekerjaannya ini, justru ia bangga menjalankannya. Steve tidak pernah menanggapi pandangan orang lain yang negatif tentang pekerjaannya. Dikarenakan ia sangat tidak peduli dengan tanggapan negatif. Tetapi misalkan ada yang menanggapi dirinya, ia tetap mendegarkannya tetapi ia selalu melihat dan mengecek dirinya terlebih dahulu apakah benar atau tidak dirinya seperti itu.

Universitas Sumatera Utara Selama melakukan pekerjaan ini Steve tidak pernah mengalam peristiwa yang tidak menyenangkan semuanya baik-baik saja. Tetapi ketika ada permintaan ia tidak di penuhi seperti ruangan kurang dingin, serta tidak ada kaca itu bisa menghambat pekerjaannya, kebanyakan masalahnya seperti itu saja. Namunn peristiwa tersebut tetap harus di tanganin dan di atur, dan itu merupakan baginya adalah sebuah tantangan. Permasalahan kerjaannya ia jarang menceritakan kepada keluarganya, akan tetapi lebih hal-hal yang senang ia akan membaginya. Tetapi kalau ada masalah ia lebih sering menceritakannya ke tante atau ibunya. Karena mereka berdua yang paling mengerti. Selain sama tante dan ibunya ia juga terbuka kepada teman dekatnya. Dan Steve juga tidak lupa untuk berbagi mengenai hasil make up yang dibuatnya melalui majalah, media sosial, dan dari klien ke klien.

Steve juga tidak merasa malu ketika menerima pujian terhadap pekerjaannya. Ia menanggapi pujian tersebut tidak terlalu berlebihan walaupun banyak yang memujinya. Steve pasti bangga terhadap pujian tersebut akan tetapi tidak membuat dirinya menurunkan kualitasnya. Ia tetap selalu meningkatkan dirinya dan tidak pernah boleh puas diri dan selalu mengikuti zaman. Dan membuat dirinya yakin dengan pekerjaannya ini.

Menilai dirinya sebagai make up artist yaitu orang yang perfectionist. Ia selalu berusaha dan membuat sesuatu itu harus sempurna dan details. Dan Steve juga melihat dan menilai pria yang bekerja sebagai make up artist itu sangat kagum. Ia sangat senang melihat pria yang menjadi make up artist.

Banyak yang didapat oleh Steve dari make up artist. Nilai positif yang di dapat olehnya adalah tidak hanya mampu mempercantik wanita, tetapi ia bia menambahkan kepercayaan diri wanita, serta bisa menutupi kekurangan wanita tersebut dan membuat wanita menjadi lebih spesial, dan tidak semua orang bisa menjadi make up artist kalau tidak passion. Tidak ada persaingan bagi Steve walaupun pekerjaan ini awalnya dilakukan oleh wanita. Karena bagi Steve setiap make up artist memiliki gaya dan ciri khasnya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara 4.2 Pembahasan

Pada perkembangan kini penata rias lebih dikenal dengan sebutan make up artist. Banyak yang mengartikan make up artist adalah tukang rias yang kerjanya merias para artis atau perias khusus artis. Padahal kata “artist” disini diambil dari bahasa Inggris yang artinya art atau seni. Di Indonesia bahwa pengucapan “Artist” itu mirip-mirip dan menimbulkan salah arti. MakeUp Artist memiliki arti yaitu profesi sebagai penata rias, dimana bahasa tersebut diambil dari bahasa Inggris. Jadi make up artist bukan hanya merias wajah artis saja tetapi make up artist bisa merias make up wedding¸ make up wisuda, make up para model dan sebagainya (sumber: http://id.wikipedia.org).

Di era modernisasi sekarang ini, faktor gender menjadi fenomena di ruang publik, khususnya di dunia pekerjaan. Berbagai profesi yang menarik untuk kita terjun langsung dengan pekerjaan yang kita inginkan. Kesetaraan gender pun mulai meluas untuk berbagai macam pekerjaan pada saat ini. Pria dan wanita berlomba-lomba untuk menonjolkan kemampuannya di bidang tertentu. Berbagai pekerjaan pria bisa dilakukan oleh wanita, begitu juga sebaliknya, seperti profesi chef, designer, hairstylish, koreografer, dan make up artist.

Dalam menjalankan profesinya, biasanya profesi make up artist mayoritas dilakukan oleh banyak wanita. Akan tetapi pada zaman sekarang make up artist bisa dilakukan oleh seorang laki-laki yang terkadang hasil hiasan make up-nya lebih bagus daripada dilakukan oleh make up artist wanita. Terkait kesetaraan gender pada saat ini pria pun dapat melakukan hal yang sama seperti wanita pada umumnya dalam dunia tersebut. Sehingga pria berkecimpun dalam make up artist semakin banyak diminati. Dari pengalaman-pengalaman dalam bekerja baik pengalaman positif ataupun pengalaman negatif dapat memperngaruhi konsep diri seseorang.

Peneliti telah berhasil mewawancarai ketiga informan yang sesuai dengan penelitian ini, ketiganya adalah pria yang bekerja sebagai make up artist di Kota Medan. Wawancara telah selesai dilakukan dan peneliti telah mendapatkan jawaban dari masing-masing informan. Setelah melakukan wawancara dengan

Universitas Sumatera Utara informan pertama, kedua, dan ketiga peneliti merasa data yang didapat sudah jenuh, karena peniliti tidak menemukan lagi hal baru dari ketiga informan tersebut. Hasil wawancara dengan informan telah peniliti paparkan, dalam wawancara tersebut peneliti melihat bagaimana mereka menanggapi pandangan lingkungan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan dan alasan mereka memilih pekerjaan sebagai make up artist yang nantinya hal tersebut dapat menentukan konsep diri seperti apa yang dimiliki mereka dan seperti apa mereka memaknai dirinya sendiri, lingkungan serta pekerjaannya. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan ketiga informan dalam penelitian “Konsep Diri Pria Make Up Artist di Kota Medan”, maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut :

Ketiga informan adalah pria yang telah bekerja menjadi make up artist lebih dari tujuh tahun. Selama menjalankan profesi sebagai make up artist ketiga informan telah merias beberapa publik figur. Bahkan ada informan yang telah melakukan pekerjaan sebagai make up artist sudah sampai di kancah internasional. Dapat dikatakan seluruh informan dalam penelitian ini telah memiliki pengalaman yang cukup sebagai make up artist.

Pekerjaan yang awalnya banyak dilakoni wanita ini, pada perkembangannya sekarang banyak pria yang melakukannya. Masalah paradigma di dalam masyarakat pria harus bekerja berat dalam artian harus bekerja sesuai dengan yang semestinya dikerjakan oleh pria. Membuat pria yang melakukan pekerjaan make up artist mendapatkan stereotip negatif dari masyarakat, karena masih dianggap tabuh dan kurang pantas dalam masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri pria yang bekerja sebagai make up artist ini sering mendapatkan anggapan negatif terkait pekerjaannya. Untuk menghadapi hal itu seorang pria yang memilih untuk menjadi seorang make up artist haruslah memiliki konsep diri yang kuat agar dapat bertahan menjalankan profesinya dan terus membangun komunikasi yang baik dengan orang-orang disekitarnya. Dari jawaban seluruh informan peneliti dapat melihat bagaimana konsep diri yang dimiliki oleh seluruh informan dan kecenderungan konsep diri yang mereka punya.

Universitas Sumatera Utara William H Fitts (dalam Agustiani 2006 : 138-139) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang karena konsep diri seseorang merupakan acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, berinteraksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abtraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan terhadap dunia luar dirinya. Fitts juga mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Maka dapat dikatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Maka dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki konsep diri yang kuat adalah orang yang mengerti mengenai dirinya sendiri serta dapat memberikan penilaian terhadap dirinya dengan baik. Konsep diri yang kuat haruslah yang memiliki nilai yang positif agar nantinya seseorang tersebut juga dapat memberikan efek positif ke masyarakat.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang yang telah dijelaskan oleh peneliti di BAB II sub bab Konsep Diri. Salah satu faktor tersebut adalah orang lain, seperti yang dikatakan Harry Stack Sullvian (Rakhmat, 2007 : 101) bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, disenangi karena diri kita maka kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang meremehkan dan menolak diri kita, kita juga akan cenderung tidak menerima dan menyenangi diri kita. Keterbukaan diri menjadi salah satu jalan kita untuk mengenal diri kita dan memahami diri kita melalui orang lain. Dengan kata lain konsep diri seseorang bukanlah sesuatu yang langsung terbentuk, melainkan dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, dari pengalaman hidup seseorang serta lingkungannya.

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmart (dalam Rakhmat, 2007 : 105-106) ada lima aspek yang menjadi tanda bahwaseseorang memiliki konsep diri positif dan konsep diri negatif. Peneliti akan menghubungkan dengan jawaban-jawaban yang diutarakan oleh informan dalam penelitian ini. Pertama peniliti akan membahas adalah konsep diri postif, berikut pembahasannya :

1. Yakin dengan kemampuannya dalam menghadapi masalah.

Universitas Sumatera Utara Menjadi seorang make up artist bukanlah hal yang mudah, pekerjaan ini memiliki tanggung jawab yang besar untuk membuat orang menjadi cantik. Dandy, Veric dan Steve adalah informan yang pernah mengalami masalah ketika bekerja menjadi make up artist. Masalah yang dihadapi Dandy adalah make up yang digunakan jasanya rusak, kemudian Veric yang dimarahin pengguna jasanya karena menurut pengguna jasanya make up-nya jelek. Berbeda dengan Steve yang sejauh ini riasan yang dibuatnya masih diterima oleh pengguna jasanya. Akan tetapi Dandy dan Veric tersebut yakin dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan cara mereka masing-masing. Seperti Dandy yang selalu berusaha belajar kembali dan mencari solusi penyelesaiannya seperti apa atas permasalahan yang dihadapi, atau Veric yang berusaha memperbaiki hasil riasanya dengan cara belajar terus menerus agar hasil make up-nya lebih bagus lagi. Dan Steve yang selalu mencoba menyesuaikan apa yang diinginkan oleh pengguna jasanya tetapi tidak seratus persen dipenuhi, karena kalau seratus persen dipenuhi itu bukan kerjaanya lagi, paling ia hanya bisa memberikan masukan dan memberikan solusinya seperti apa. 2. Merasa setara dengan orang lain. Pandangan miring terhadap pekerjaan make up artist pria tidak membuat ketiga informan yaitu Dandy, Veric, dan Steve minder atau malu. Bahkan mereka sangat bangga atas pekerjaan yang mereka lakukan. Walaupun banyak orang yang beranggapan miring ketika pria yang melakukan pekerjaan sebagai make up artist. Dandy bangga atas pekerjaannya karena ia merasa ia tidak kerja sama orang, dan tidak bergantung hidup sama orang, ia hanya bergantung sama diri sendiri, pengguna jasannya dan tuhan. Sedangkan Veric yang memang memiliki kepercayan diri yang tinggi sehingga ia memang bangga dengan pekerjaannya, serta Steve tidak pernah malu walaupun terkadang orang menganggap remeh pekerjaannya. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Walaupun masih ada pandangan miring terkait dengan pekerjaan yang mereka pilih akan tetapi tidak sedikit pula yang memberikan pujian untuk keberanian, hasil dari kerja mereka dan keyakinan mereka memilih

Universitas Sumatera Utara pekerjaan sebagai make up artist yang dipandang masyarakat sebagai pekerjaan kaum wanita. Menanggapi pujian tersebut Dandy, Veric, dan Steve merasa bangga atas pujian yang ditujukan kepada mereka. Bagi ketiganya mereka tidak langsung berpuas diri atas apa yang mereka dapatkan melalui pujian. Mereka justru tetap berusaha terus belajar dan meningkatkan kemampuan mereka agar hasil make up mereka lebih baik lagi. 4. Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat. Dandy, Veric, dan Steve sadar bahwa keputusan mereka untuk bekerja dan memilih menjadi make up artist akan mendapatkan respon yang berbeda dari masyarakat. Tidak semua orang yang dapat menerima keputusan mereka untuk bekerja sebagai make up artist. Menanggapi hal tersebut mereka bertiga lebih memilih untuk tidak memperdulikan pandangan miring tersebut. Veric menjadikan pandangan miring tersebut sebagai acuan untuk terus berkembang, dan bahwasannya pekerjaan tersebut tidak ada batasan gender dan bisa berhasil. 5. Mampu menyadari kelemahannya dengan cara mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak ia senangi dan berusaha mengubahnya. Ketiga informan mampu memperbaiki dirinya dengan terus belajar dan berlatih terus untuk kemampuannya agar hasil make up-nyalebih baik lagi karena tugas yang mereka lakukan yaitu untuk membuat pengguna jasanya kelihatan cantik. Terlihat ini merupakan hobi bagi ketiganya.Dandy, Veric, dan Steve dari awal masa bekerja menjadi make up artist mereka sudah merasa yakin dengan pilihannya, Dan mereka juga tidak merasa malu ataupun minder dengan pekerjaan yang mereka pilih.

Kemudian orang yang memiliki konsep diri negatif memiliki lima tanda. Peneliti akan menghubungkan kelima tanda tersebut dengan jawaban dari keempat informan yang telah di wawancara sebagai berikut :

1. Peka terhadap kritikan, dalam arti orang ini sangat tidak tahan dengan kritikan yang diterimanya, dan mudah marah.

Universitas Sumatera Utara Dari jawaban yang telah diberikan oleh ketiga informan tersebut, terlihat ketiganya yaitu Dandy, Veric, dan Steve terkesan tidak peduli dengan kritikan yang ditujukan kepada profesi yang mereka jalani. Ketiga informan tersebut memilih untuk tidak merespon kritikan tersebut. 2. Reponsif terhadap Pujian, Walaupun berpura-pura menghindari pujian, orang seperti ini tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Segala macam embel-embel yang menunjang harga dirinya menjadi perhatiannya. Dilihat dari jawaban yang diberikan oleh ketiga informan dalam penelitian ini, terlihat bagaimana mereka merespon pujian yang datang kepada mereka, pujian yang mereka terima perihal tentang hasil make up yang dibuat oleh ketiganya. Mereka senang dengan pujian yang mereka terima. Walaupun begitu ketiga informan tidak merespon pujian tersebut dengan berlebihan. Terlihat ketiga informan tetap terus berusaha belajar dan memperbaiki serta meningkatkan kemampuan mereka. 3. Sikap hiperkritis, yaitu ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. Untuk point ketiga ini, peneliti tidak menemukan kecocokan dengan jawaban yang diberikan oleh ketiga informan. Peneliti melihat ketiga informan memiliki kesamaan yaitu memilih pekerjaan sebagai make up artist adalah passion serta hobi. Sehingga ketiga informan merasa cukup senang dan nyaman dengan pekerjaan yang mereka pilih. 4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan oleh karena itulah apabila bereaksi kepada orang lain sebagai musuh. Sama seperti poin ketiga sebelumnya, peneliti tidak menemukan kecocokan pada poin keempat ini dengan jawaban yang disampaikan informan kepada peneliti. Memutuskan untuk bekerja dan memilih profesi sebagai make up artist tidak terlepas dari omongan miring masyarakat. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat ketiga informan menilai bahwa diri mereka tidak disenangi atau merasa tidak diperhatikan. Terbukti ketiga informan selama menjalankan pekerjaannya ketiganya telah berhasil

Universitas Sumatera Utara merias publik figur ternama. Bagi mereka juga menyakini tidak semua orang akan berpandangan negatif mengenai pekerjaan yang mereka pilih. 5. Pesimis terhadap kompetisi yaitu ia enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Untuk poin kelima ini peneliti juga tidak menemukan kecocokan antara jawaban yang diberikan oleh informan. Ketiga informan tidak merasa bersaing dengan siapapun terutama dengan wanita yang berprofesi sebagai make up artist walaupun awalnya profesi ini dilakukan oleh wanita. Karena setiap orang sudah memiliki rezeki dan gaya make up-nya seperti apa.

Berdasarkan analisis dan uraian diatas dapat ditentukan bahwa konsepn diri yang dimiliki oleh ketiga informan adalah konsep diri positif. Ketiga informan memiliki konsep diri positif karena memenuhi seluruh ciri-ciri konsep diri positif. Dibawah ini akan menyajikan data dalam bentuk tabel yang menunjukkan poin- poin ciri konsep diri yang dimiliki setiap informan (Data Display):

Universitas Sumatera Utara INFORMAN KETERBUKAAN DIRI STEREOTIP GENDER KONSEP DIRI

Informan 1 Keterbukaan Diri yang dimiliki Stereotip gender tidak Konsep diri yang dimiliki oleh Dandy adalah oleh Dandy adalah terbilang mempengaruhi Dandy dalam konsep diri positif. Dandy merasa setara dengan Dandy Perdana cukup baik. Dandy yang dekat bekerja, dirinya tidak pernah orang lain, terbukti karena Dandy tidak merasa Lama bekerja 8 dengan ibunya ini, sering merasakan efek yang luar biasa sama sekali malu dan minder menjalankan Tahun menceritakan permasalahan dari stereotip gender. Walaupun profesinya malah Dandy sangat bangga. Karena kerjanya kepada ibunya, baginya pernyataan masyarakat pria itu ia tidak kerja sama orang dan bergantung ibunya adalah orang yang lebih harus melakukan pekerjaan kepada orang lain. Ia bergantung kepada diri berpengalaman karena ia dan berat, dan dianggap tabu apabila sendiri, klien dan tuhan. Dandy juga tidak ibunya adalah satu profesi. pria melakukan pekerjaan wanita menghiraukan apapun pandangan masyarakat Makannya ia tidak berdiskusi tidak membuat dirinya disekitarnya tentang pekerjaannya dan dirinya, terlebih dahulu kepada berpengaruh. Baginya pekerjaan Tidak hanya pandangan miring, Dandy juga keluarganya karena ibunya pasti yang dilakukannya adalah sering menerima pujian tentang pekerjaannya, memahaminya dan pekerjaan yang berat, dilihat dari akan tetapi pujian tersebut tidak membuat mendukungnya. Selain ibunya waktu, kemampuan ide, pikiran Dandy malu menjalankannya justru bangga. Dandy juga sering menceritakan dan kesehatan. Dan ia merasa Dandy menerima pujian tersebut tidak terlalu pekerjaanya dengan teman beruntung menjadi make up berlebihan malah membuat dirinya untuk selalu dekatnya serta asisten artist. Dandy juga tidak memperbaiki make up-nya dengan belajar. Dan

Universitas Sumatera Utara kepercayaannya. Dan Dandy menghiraukan apapun terhadap Dandy selalu meningkatkan kemampuannya selalu mengunggah hasil penilaian orang terhadap dirinya dengan belajar, berbagi ilmu dengan teman- riasannya ke media sosial dan pekerjaannya, karena temannya serrta mengikuti perkembangan make instagramnya yaitu pekerjaan orang tersebut belum up. @igemsmakeup_project. tentu baik daripada kerjaannya.

Informan 2 Untuk keterbukaan diri Veric Sama seperti halnya Dandy, Konsep diri yang dimiliki oleh Veric adalah sangat terbuka kepada Veric tidak pernah mengalami konsep diri positif. Veric merasa setara dengan Veric Wijaya keluarganya, sama seperti dan merasakan pengaruh yang orang lain, terbukti dengan kepercayaan diri Lama bekerja 7 informan sebelumnya, ia terbuka luar biasa dari stereotip gender. yang tinggi iya tidak malu ataupun minder Tahun kepada ibunya. Veric selalu Dan Veric juga menganggap menjalankan profesinnya. Veric tidak meceritakan mengenai pekerjaan make up artist adalah menghiraukan pandangan miring terhadap pekerjaannya baik permasalahan pekerjaan yang berat juga. dirinya dan pekerjaannya, malah membuat atau pun mengenai pengguna Terlihat dari waktu yang tidak dirinya lebih termotivasi untuk menjadi lebih jasanya pasti ia akan selalu tentu dan terkadang bisa kerja baik dan berkembang dan membuktikan menceritakannya kepada ibunya. seharian dan berdiri seharian, pekerjaan ini tidak memiliki batasan gender. jadi menurutnya jangan salah Tidak hanya pandangan miring, Veric juga Dan Veric tidak lupa berdiskusi bahwasannya pekerjaan make up sering menerima pujian tentang dirinya dan terlebih dahulu kepada artist tidak ringan tetapi berat. pekerjaannya, akan tetapi tidak membuat dirinya keluarganya atas apa yang ia

Universitas Sumatera Utara pilih yaitu untuk menjadi make malu tetapi merasa bangga. Namun Veric tidak up artist. Dan tanpa rasa malu terlalu berlebihan menerima pujian tersebut. Dandy juga menceritakan Justru membuat ia tidak boleh berpuas diri, dan masalah apapun kepada teman harus tetap berusaha tetap belajar. Terlihat Veric dekatnya. Dan Veric juga selalu selalu meningkat kualitas dirinya dengan cara mengunggah hasil riasannya ke mengikuti workshop serta belajar melalui media media sosial instagramnya yaitu sosial, dan selalu mencari ilmu dimana saja. @verimakeup .

Informan 3 Steve memiliki kertebukaan Sama seperti informan pertama Konsep diri yang dimiliki oleh Steve adalah terbilang cukup baik. Walaupun dan kedua, stereotip gender tidak konsep diri positif. Dari hasil pengamatan dan Steve ia jarang menceritakan masalah mempengaruhi Steve dalam jawaban-jawaban yang diberikan Steve, Lama bekerja 19 kerjaannya kekeluarganya, tetapi bekerja, dirinya tidak pernah mengarhakan kepada konsep diri positif, dari tahun. ia lebih suka berbagi mengenai merasakan efek yang luar biasa hasil pengamatan Steve tidak merasa malu dan hal-hal yang senang saja. dari stereotip gender. Untuk minder untuk melakukan profesinya ini malah Apabila ada masalah paling ia pandangan miring masyarakat bangga, walaupun terkadang ada pandangan berbagi kepada tante dan ibunya mengenai pria yang bekerja miring terhadap pekerjaannya ia tetap tidak karena bisa memikirkan sebagai make up artist Steve malu. Dan ia tidak menghiraukan dan peduli solusinya seperti apa, dan tidak menghiraukan apapun terhadapa pandangan miring yang diberikan

Universitas Sumatera Utara dirinya tidak lupa berdiskusi walaupun pernyataan orang terhadap dirinya dan pekerjaanya. Banyak terlebih dahulu ke keluarganya masyarakat pria harus bekerja Steve menerima pujian atas pekerjaan yang sebelum ia memutuskan untuk berat tidak membuat Steve dipilihnya ini terlihat prestasi yang dimiliki ia terjun ke dunia make up artist. merasa malu tetapi ia bangga. bisa berkarya sampai ke internasional. Selain ke keluarga dirinya juga Dan Steve benar-benar sangat Walaupun begitu Steve tidak merasa malu dan menceritakan masalahnya tidak memperdulikan tanggapan minder justru dirinya merasa bangga. Namun ia kepada teman dekatnya apabila negatif atas pekerjaannya. menerima pujian tersebut tidak berlebihan justru ia sudah nyaman dan dekat. Dan ia merasa menjadikan ia selalu meningkatkan Steve juga selalu mengunggah kemampuannya dan tidak boleh turun hasil riasannya ke media sosial kualitasnya. Terlihat Steve selalu belajar terus instagramnya yaitu untuk meningkatkan kemampuannya dengan @stevosgram. melihat tutorial, mengikuti tren make up dan selain tutorial ia selalu kembali ke London atau New York untuk meningkatkan kemampuannya dengan melihat perkembangan zaman terbaru di dunia make up.

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh ketiga informan tersebut adalah positif. Selain itu, keterbukaan diri dari ketiga informan juga cukup baik, ketiga informan yaitu Dandy, Veric, dan Steve sangat terbuka dengan keluarganya walaupun begitu mereka tidak menutupi diri dengan orang lain diluar keluarganya. Ketiga informan tersebut masih terbuka kepada orang- orang terdekatnya termasuk teman-teman yang sudah memiliki kedekatan dan kepercayaan. Dan mereka bertiga tidak lupa selalu berbagi hasil make up yang mereka buat ke publik melalui instagram mereka dan sekaligus menjadi media promosi agar masyarakat mengetahui hasil make up mereka.

Untuk stereotip gender peneliti tidak menemukan pengaruh yang luar biasa terhadap stereotip gender. Ketiganya tidak terpengaruh dengan adanya stereotip gender tersebut. Terlihat mereka tidak malu dan minder untuk menjalakan pekerjaannya ini, justru bangga dengan pekerjaannya karena tidak semua orang bisa menjadi make up artist.

Dalam hal konsep diri, seluruh jawaban yang diberikan informan kepada peneliti sesuai dengan tanda atau kriteria orang yang yang memiliki konsep diri positif. Untuk konsep diri negatif tidak ada satu pun informan yang memenuhi kriteria konsep diri negatif tersebut. Pada dasarnya ketiga informan pada penelitian ini memiliki konsep diri yang positif walaupun ditengah pandangan miring masyarakat terhadap pilihan mereka dan mengenai pria yang berkecimpun di dunia make up. Jawaban yang mereka berikan kepada peneliti secara keseluruhan hampir memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut terjadi karena mereka memilih untuk bekerja sebagai make up artist didasari dengan passion dan hobi jadi membuat mereka serius dalam menjalankannya dan tidak malu untuk bekerja sebagai make up artist. Justru mereka bangga karena tidak semua orang bisa melakukan profesi ini.

Universitas Sumatera Utara BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang berjudul Konsep Diri Pria Make Up Artistdi Kota Medanyang telah dilakukan oleh peneliti beserta hasil dari wawancara oleh ketiga informan pria yang bekerja sebagai make up artistdi Kota Medan dapat diambil kesimpulan. Adapun kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

Konsep diri yang dimiliki oleh ketiga informan pria yang bekerja sebagai make up artist di Kota Medan ini merupakan konsep diri positif. Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penelitian dengan ketiga informan tersebut. Jawaban-jawaban yang diungkapkan ketiga informan dalam penelitian ini sesuai dengan karakteristik konsep diri positif menurut William D. Brook dan Philip Emmert Konsep diri yang mereka miliki tidak terbentuk secara instan, konsep diri tersebut terbentuk dari perjalanan hidup dan proses komunikasi yang mereka miliki adalah menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.

Memutuskan untuk bekerja sebagai make up artist ditengah masyarakat yang masih memandang tabu apabila pria bekerja sebagai make up artist. Pandangan miring masyarakat menjadi salah satu resiko yang harus mereka tanggung. Pandangan miring tersebut semakin besar terkait dengan pekerjaan yang mereka pilih yaitu sebagai make up artist. Pekerjaan menjadi seorang make up artist bukanlah pekerjaan yang mudah, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang sekadar pekerjaan perlarian tetapi pekerjaan yang harus difokuskan, namun pekerjaan ini adalah pekerjaan yang berat dan mempunyai tanggung jawab yang besar. Pandangan miring yang diberikan masyarakat bukanlah masalah yang besar bagi ketiga informan dalam penelitian ini. Mereka lebih memilih untuk tidak menghiraukan pandangan miring tersebut. Pandangan miring tersebut tidak

Universitas Sumatera Utara membuat ketiga informan merasa minder atau malu. Bahkan mereka sangat bangga atas pekerjaannya sebagai make up artist.

Walaupun masih ada pandangan miring terkait dengan pekerjaan yang mereka pilih akan tetapi tidak sedikit pula yang memberikan pujian untuk keberanian, hasil dari kerja mereka dan keyakinan mereka memilih pekerjaan sebagai make up artist yang dipandang masyarakat sebagai pekerjaan kaum wanita. Menanggapi pujian ketiga pria tersebut merasa bangga atas pujian yang ditujukan kepada mereka, tetapi mereka menanggapinya tidak terlalu berlebihan. Bahkan bagi ketiga pria tersebut membuat mereka tidak langsung berpuas diri atas apa yang mereka dapatkan melalui pujian. Mereka justru tetap berusaha terus belajar dan meningkatkan kemampuan mereka agar hasil make up mereka lebih baik lagi.

Ketiga pria yang berprofesi sebagai make up artist ini mampu menghadapi segala masalah dalam pekerjaan mereka sebagai seorang make up artist. Keputusan mereka untuk memilih sebagai make up artist tersebut datang dari diri mereka sendiri sesuai dengan pertimbangan mereka masing-masing tanpa ada paksaan dari lingkungan sekitarnya dan mereka melakukan pekerjaan ini didasari dengan hobi dan gemar mereka akan make up. Hal tersebut memperlihatkan bahwa mereka mampu memahami diri sendiri yang merupakan salah satu bukti mereka memiliki konsep diri yang kuat.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Akademis

Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan agar dapat menambah khazanah ilmu komunikasi dan pengetahuan serta wawasan penulis maupun mahasiswa lainnya mengenai konsep diri pria make up artist di Kota Medan. Peneliti berharap agar penelitian ini nantinya berguna bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa, serta dapat melanjutkan penelitian dengan topik yang sama secara lebih terinci. Peneliti berharap topik dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat menimbulkan rasa keingintahuan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan wawancara yang lebih mendalam kepada pihak yang

Universitas Sumatera Utara terkait untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi sehingga dapat disampaikan kepada semua pihak.

5.2.2 Saran Praktis

Pekerjaan sebagai make up artist bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Tetapi harus memiliki kemampuan dan keahlian di dalamnya. Dan pekerjaan make up artist bukanlah hanya sekadar profesi, tetapi suatu pekerjaan yang memiliki keseriusan dan menjanjikan. Dan tidak semua orang bisa menjadi make up artist karena dibutuhkan keseriusan dan hobi dari diri sendiri.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR REFERENSI

Sumber Buku :

Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). Bandung : Refika Aditama Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. : Rineka Cipta Baron, Robert dkk, 2003. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif : Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik, Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana Prenada Media Group ______. 2008. Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kencana

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang : UMM Pers

Devito, Joseph. 2010. Komunikasi AntarManusia Edisi Kelima. Tanggerang : Karisma Publishing Group Ghony, M.D. dan Almanshur, F. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya ______. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang : Kelompok Intrans Publishing Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Universitas Sumatera Utara Relawati, Rahayu. 2011. Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: Muara Indah Riadi, irwan, Adi Arian dan Marlene Hariman. 2017. Face on Point. Jakarta : PT. Tiga Generasi Indonesia Sarwono, W. Sarlito dkk, 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV Alfabeta

Turner H. Lynn & West Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika

Jurnal :

Skandinavia, Mas. 2013. Konsep Diri Pria Penata Rias di Kota Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia

Sumber Lain: http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_rias_wajah (diakses pada tanggal 08 Oktober 2017 pukul 16.02 WIB) http://rossybm.wordpress.com/2015/11/25/make-up-artist/ (diakses pada tanggal 08 Oktober 2017 pukul 16.45 WIB) http://ibelogi.blogspot.co.id/2010/09/5-profesi-yang-seharusnya- didominasi.html?m=1 (diakses pada tanggal 08 Oktober 2017 pukul 16.45 WIB http://olfitvictorweddingg.wordpress.com/category/make-up-artist (diakses pada tanggal 08 Oktober 2017 pukul 00.54 WIB) http://duanews.blogspot.com/2012/12/sejarah-asal-usul-tata-rias-kecantikan.html (diakses pada tanggal 22 Oktober 2017 pukul 19.30 WIB) https://harianrakyatbengkulu.com/ver3/2016/04/14/mua-penuh-tantangan/ (diakses pada tanggal 04 November 2017 pukul 08.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara PEDOMAN WAWANCARA KONSEP DIRI PRIA MAKE UP ARTIST DI KOTA MEDAN OLEH KIKI ADI KESUMA 140904013

NO PERTANYAAN 1. Coba perkenalkan diri Anda ?

2. Sudah berapa lama Anda menjalankan profesi ini ?

3. Berapa lama waktu bekerja Anda dalam satu hari ?

4. Berapa lama Anda menghabiskan waktu untuk merias satu orang ?

5. Selama menjalani profesi ini, publik figur siapa yang telah Anda rias ?

6. Kenapa Anda memilih profesi ini ?

7. Bagaimana awal mula karir Anda sebagai make up artist ini ?

8. Apa hal yang melatarbelakangi Anda sehingga Anda memilih profesi sebagai make up artist ?

9. Biasanya profesi ini dilakoni oleh wanita, lalu kenapa Anda merasa mampu untuk menggeluti profesi sebagai make up artist ? 10. Apakah Anda nyaman dengan pekerjaan ini ?

11. Apakah Anda merasa minder atau malu dengan pekerjaan Anda ini ?

12. Apakah Anda berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarga Anda sebelum memutuskan menjalani profesi sebagai make up artist ? Dan bagaimana

Universitas Sumatera Utara Anda menyampaikannya ke keluarga atau ke orang-orang sekitar ?

13. Bagaimana pendapat keluarga Anda mengenai pekerjaan Anda ini ? Mungkin Ibu atau Ayah atau orang-orang sekitar ? Mereka merasa malu atau seperti apa ?

14. Pernah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan selama bekerja sebagai make up artist ?

15. Setelah peristiwa itu, apakah Anda merasa bahwa pekerjaan ini kurang nyaman untuk Anda ?

16. Bagaimana pendapat keluarga Anda mengenai peristiwa yang tidak mengenakan tersebut ?

17. Pernah mengalami masalah yang serius selama menjalani profesi ini ? seperti mungkin salah satu pengguna jasa Anda merasa tidak cocok make up-nya di wajahnya atau sebagainya ? dan bagaimana Anda mengatasi masalah itu ? 18. Profesi ini sendirikan biasanya di lakoni oleh kaum wanita, apakah pernah ada klien yang datang merasa tidak yakin dengan kemampuan Anda untuk menjadi seorang make up artist dikarenakan Anda adalah seorang pria ? 19. Masih sehubungan dengan Anda yang merupakan pria, apakah pernah ada tindakan yang kurang menyenangkan selama Anda menjalani profesi ini ?

20. Profesi make up artist ini masih belum banyak dilakukan oleh kaum pria, apakah ada rasa tidak yakin dalam diri Anda ketika memutuskan untuk memilih pekerjaan ini ? 21. Bagaimana pendapat Anda mengenai pernyataan orang bahwasannya laki- laki harus bekerja berat, Apakah hal tersebut mempengaruhi diri Anda ? bagamaina Anda menyikapinya ? 22. Bagaimana Anda menyikapi pandangan miring dari orang-orang terkait

Universitas Sumatera Utara dengan profesi yang Anda jalani ? 23. Selama Anda bekerja sebagai make up artist, kalau ada masalah apakah Anda Cerita kekeluarga Anda ? dan dikeluarga Anda lebih dekat ke siapa ? atau sering cerita ke siapa ? 24. Kenapa lebih memilih cerita ke Ibu Anda ? dan Apa saja yang biasanya Anda ceritakan ke Ibu Anda ? 25. Apakah Anda pernah mendapatkan komentar positif seperti pujian mengenai profesi yang Anda jalani saat ini ? Bagaimana Anda menanggapinya apakah Bangga, Malu, atau Senang ? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Anda ?

26. Apakah Anda pernah mendapatkan komentar negatif seperti kritikan mengenai profesi yang Anda jalani saat ini ? Bagaimana cara mengatasinya ? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Anda ?

27. Lingkungan keluarga atau rumah pasti berbeda dengan lingkungan pekerjaan yang Anda pilih, bagaimana Anda menyesuaikan diri untuk hal tersebut ?

28. Bagaimana Anda mempromosikan profesi Anda ?, dan media apa saja yang Anda gunakan ?

29. Nilai Positif apa yang di dapat dari make up artist ?

30. Bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri sebagai make up artist?

31. Bagaimana Anda menilai pria make up artist ? 32. Apakah Anda merasa bersaing dengan make up artist wanita ?, atau takut dengan wanita karena kan profesi ini awalnya di lakoni wanita ? 33. Bagaimana cara Anda dalam meningkatkan skill make up artist Anda ? apakah dari workshop atau belajar sendiri atau seperti apa ?

Universitas Sumatera Utara Informan 1 : Nama : Dandy Perdana Umur : 27 Tahun Lama Bekerja : 8 Tahun (Sejak 2010) Waktu Wawancara : 05 Januari 2018, 17.35 WIB

P : Coba perkenalkan diri Abang ?

I : Oke perkenalkan nama saya Dandy Perdana, biasa kalau teman-teman manggilnya Igems, Igems itu branding aja, bukan nama asli gitu, nama karir.

P : Sudah berapa lama Abang menjalankan profesi ini ?

I : jadi make up artist itu dari 2010 cuman kenal dunia make up itu dari SMA. Jadi makannya kadoknya sekitar tujuh delapan tahunlah.

P : Awal mula serius untuk menekuni dunia make up artist ?

I : karena hobi, senang, jadi hobi yang menghasilkan sih sebenarnya gitu. Ya, jadi ditekuni aja sih sampai sekarang.

P : Berapa lama waktu bekerja Abang dalam satu hari ?

I : berapa lama tergantung, kalau ditanya minimal biasanya ya sekitar 8 sampai 10 jam perhari.

P : Berapa lama Abang menghabiskan waktu untuk merias satu orang ?

I : dalam satu klien itu kalau maksimal itu kita tiga jam, minimal paling cepat itu satu setengah jam.

P : Awal mula Abang bisa make up-in artis ?

I :oke awal mula bisa make up-in artis dulu kita gabung sama salah satu management model di Jakarta, terus kita join di beberapa stasiun tv, terus ada di beberapa majalah seperti itu.

Universitas Sumatera Utara P : Selama menjalani profesi ini, publik figur siapa yang telah abang rias ?

I : siapa ya banyak sih, salah satunya aja yang terakhir itu ada si Yuanita Christi, Rini Wulandari, ada Tengku Putri Dewi, terus sapa lagi ya, aduh sapa lagi, banyak sih.

P : Perasaan awal make up-in Artis ?

I : perasaan awalnya ketika make up-in artis biasa aja sih cuman sedikit deg- degan karnakan kita harus tau permintaan dia itu seperti apa. Tapi so far so good lah gak ada masalah.

P : Bagaimana awal mula karir Abang sebagai make up artist ?

I : awal mulanya itu dulu kuliah, jadi kuliah itu aku Akademi Pariwisata basicnya. basicnya aku anak , jadi waktu kuliah itu dosenku ngerekrut kerja di wedding organizer punya dia. Jadi kebetulan karna aku punya hobi make up, aku make up-in kru untuk WO nya, nah mulainya dari situ sampai sekarang.

P : Kenapa Abang memilih profresi ini ?

I :memilih make up artist sebagai profesi, menjanjikan satu, terus itu tadi balik lagi memang hobi, senang, dan terus gak terlalu banyak underpreasure, dan saya memang bukan tipikal orang bisa kerja di kantor di underpreasure dan seperti itu.

P : Apa hal yang melatarbelakangi Abang sehingga Abang memilih profesi sebagai make up artist ?

I : nah yang melatarbelakangi sebenarnya ibu saya itu orang salon juga. Dia asissten Rudi Hardisuarno dulu, nah itu ibu saya assistentnya untuk megang produknya di sesumatra, saya punya hobi ngelukis dari kakek. Kakek pelukis soalnya.

Universitas Sumatera Utara P : Biasanya profesi ini dilakoni oleh wanita, lalu kenapa Abang merasa mampu untuk menggeluti profesi sebagai make up artist ?

I : dibilang merasa mampu sih, saya masih mau belajar lagi sebenarnya, cuman kalau dikategorikan gender yang saya tau kebanyakan laki-laki itu details kalau untuk masalah kecantikan kayak gitu.

P : Apakah Abang nyaman dengan pekerjaan ini ?

I : Nyaman sekali.

P : Apakah Abang merasa minder atau malu dengan pekerjaan Abang ini ?

I : enggak, enggak sama sekali gak minder. Justru saya bangga gitu, maksudnya karna gimana ya gak tau bangga aja gitu, maksudnya kita gak kerja sama orang, kita gak bergantung hidup sama orang, kita hanya bergantung hidup sama diri sendiri, terus sama klien, sama tuhan.

P : Apakah Abang berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarga Abang sebelum memutuskan menjalani profesi sebagai make up artist ? Dan bagaimana Abang menyampaikannya ke keluarga atau ke orang-orang sekitar ?

I : Enggak. Langsung aja gak ada diskusi-diskusi.

P : Bagaimana pendapat keluarga Abang mengenai pekerjaan Abang ini ? Mungkin Ibu atau Ayah atau orang-orang sekitar ? Mereka merasa malu atau seperti apa ?

I : sejauh ini sih tanggapannya positif ya, cuman waktu awal-awal mereka pada nanya kok bisa sih jadi make up artist gitu, ya balik lagi itu tadi saya hobi. Mereka enggak ada rasa apapun, santai aja.

Universitas Sumatera Utara P : Pernah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan selama bekerja sebagai make up artist ?

I : pernah, ehm apa ya kemarin. itulah banyak ngelupain peristiwa-peristiwa yang gak enak ya , apa ya yang gak enaknya itu, menunggu. Kadang-kadang kan suka kalau klien itu maunya begini maunya begitu kita harus menunggu disitu aja sih gak enaknya. Terus harus bangunnya lebih pagi sekitar satu dua jam pagi. Terus ohiyaya pernah, pernah make up-in klien pas akad nikah make upnya rusak parah, gara-gara dia nangis, hancur, tapi balik lagi ke kamar mukanya gak masalah gak ada apa-apa. Dan dia yang minta maaf malah gitu, cuman akunya yang ngedrop karena gak pernah bikin kek gitu.

P : Setelah peristiwa itu, apakah Abang merasa bahwa pekerjaan ini kurang nyaman untuk Abang ?

I : enggak, cuman agak ngedrop, cuman itu memicu harus gimana nih caranya biar lebih bagus lagi. Belajar lagi, dimantepin lagi, terus buletin niatnya, jadinya gak setengah-setengah.

P : Bagaimana pendapat keluarga Abang mengenai peristiwa yang tidak mengenakan tersebut ?

I : cerita ama ibuku cerita, gapapa mereka cuma bilang yaudah sabar mungkin perlu banyak belajar gitu.

P : Pernah mengalami masalah yang serius selama menjalani profesi ini ? seperti mungkin salah satu pengguna jasa Abang merasa tidak cocok make up-nya di wajahnya atau sebagainya ? dan bagaimana Abang mengatasi masalah itu ?

I :pernah yang tadi aku ceritain, itu masalah serius banget, termasuk yang serius. Gak ada masalah kliennya justru kliennya yang minta maaf, solusinya belajar lagi. Jadi bukan, maksudnya satu masalah itu kita tinggalin gitu ya, kita tuntasin dulu nih case nya apa ni gitu, gimana apa namanya solusinya, jadi kita dapat solving in problems nya apa kayak gitu.

Universitas Sumatera Utara P : Profesi ini sendirikan biasanya dilakoni oleh kaum wanita, apakah pernah ada klien yang datang merasa tidak yakin dengan kemampuan abang untuk menjadi seprang make up artist dikarenakan Abang adalah seorang pria ?

I : kalau dibilangmereka enggak yakin dengan hasil kualitas sihalhamdulillah enggak ada. Cuman ada permintaan khusus yang make up-in harus perempuan ada. Cuman kalau misalnya dengan kriteria misalnya laki-laki ni, gak yakin ni hasilnya bakal, gak pernah. Cuman kalau misal dia minta, misalkan make up artist nya ada cewek gak ? ada, nah gitu.

P : Masih sehubungan dengan Abang yang merupakan pria, apakah pernah ada tindakan yang kurang menyenangkan selama Abang menjalani profesi ini ?

I : gak pernah, alhamdulillah gak pernah.

P : Profesi make up artist ini masih belum banyak dilakukan oleh kaum pria, apakah ada rasa tidak yakin dalam diri Abang ketika memutuskan untuk memilih pekerjaan ini ?

I : awal mulanya, justru modal yakin gitu makannya dijalanin sampai sekarang gitu. Ya, kalau gak yakin pasti gak dijalanin.

P : Bagaimana pendapat Abang mengenai pernyataan orang bahwasannya laki-laki harus bekerja berat, apakah hal tersebut mempengaruhi diri Abang ? bagaimana Abang menyikapinya ?

I : oke tanggapannya, laki-laki zaman sekarang banyak yang males kok. Mau males, mau duit banyak tapi malas kerja banyak gitu. Ya kalau aku bilang sih make up artist itu bukan pekerjaan ringan loh, itu salah satu pekerjaan yang berat justru. Karena apa, Kita yang dituntut itu adalah bukan fisik tapi pikiran satu. Yang kedua kita disitu talent. Terus waktu, itu penting gitu, kesehatan nah disitu. Jadi resiko jadi make up artist itu banyak loh sebenarnya. Jadi kalau ada orang yang berstatement “aduh cuman tukang make up, cuman sekedar make up artist” tuh ya aku bisa marah gitu. Marah dalam artian gini, ya balik lagi gitu loh

Universitas Sumatera Utara setiap pekerjaan itu pasti ada resikonya. Enggak, gak mempengaruhi, justru kita boleh gini loh boleh membandingkan gitu, dan dari side apapun istilahnya, ya alhamdulillah sih, memang aku merasa beruntung malah jadi seorang make up artist.

P : Bagaimana Abang menyikapi pandangan miring dari orang-orang terkait dengan profesi yang Abang jalani ?

I : menyikapi tanggapan miring cuek aja. Cuek aja yaiya bodoh amat gitu, belum tentu kerjaan loh itu lebih baik daripada kerjaan kita. Gitu aja cuekin aja sih capek loh mikirin ngomongan orang, gak maju-maju gausah dengerin orang mau sampai mana sih. Yakan kek gitu sih netizen inikan, hanya bisa menilai, kan tidak menjalani gituloh diakan tidak tahu, faktor apa yang melatarbelakangi sehingga bisa jadi begini kejadiannya begitu.

P : Selama Abang bekerja sebagai make up artist, kalau ada masalah apakah Abang cerita kekeluarga Abang ? dan dikeluarga Abang lebih dekat ke siapa ? atau sering cerita ke siapa ?

I : iya, ke Ibu, dekat banget sama Ibu.

P : Kenapa lebih memilih cerita ke Ibu Abang ? dan Apa saja yang biasanya Abang ceritakan ke Ibu Abang ?

I : karena dia yang ngerti sih, karena kita seprofesi juga. Terus ya aku anggap dia sih lebih berpengalaman aja sih. Ya, apa aja sih semua kita ceritain gitu dari hal yang kecil hal besar semua kita sharing.

P : Apakah Abang pernah mendapatkan komentar positif seperti pujian mengenai profesi yang Abang jalani saat ini ? Bagaimana Abang menanggapinya apakah Bangga, Malu, atau Senang ? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Abang ?

I : Alhamdulillah banyak sih ya, cuman ya itu tadi aku justru makin kek gitu kita ya lebih memperbaiki lagi sih kek gitu. Bukannya berarti dipuji itu jadinya gimana gitu ya. Ya tetap bersyukur ajasih gitu. Dan ya alhamdulillah bangga.

Universitas Sumatera Utara Bangga sih, yang terutama sih proud banget kayak gitu. Berpengaruh, berpengaruh, bohong katanya kalau gak ada pengaruh.

P : Apakah Abang pernah mendapatkan komentar negatif seperti kritikan mengenai profesi yang Abang jalani saat ini ? Bagaimana cara mengatasinya? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Abang ?

I : Pernah sih pernah, cuman ya itu tadi aku gak begitu gubris gitu. Kok cowok kerjaan make up artist sih kok kerjanya jadi tukang make up sih. Memang kenapa, ya rezeki kita dikasih tuhan dari situ gitukan, ya yang jelaskan halal. Dan terus juga kita tidak menggangu rezeki orang lain gitu loh. Kasih jawaban yang masuk akal aja sih, tapi memang sejauh ini gak ada yang macam-macam. Enggak berpengaruh juga sih biasa aja. Justru yang positif mempengaruhi. Kenapa, karna kita makin banyak dipuji bukan berarti kita bisa stalk diam gitu aja. memacu untuk mempertahankannya, kalau meraihnya gampang. Mempertahankannya itu yang mati-matian sekarang.

P : Lingkungan keluarga atau rumah pasti berbeda dengan lingkungan pekerjaan yang Abang pilih, bagaimana Abang menyesuaikan diri untuk hal tersebut ?

I : ya tetep jadi diri sendiri aja. gak perlu, maksudnya kekeluarga harus begini ketemen-temen enggak. Tetep aja jadi diri kita aja gitu. Toh juga orang tau, terus juga apa ya memaklumilah.

P : Bagaimana Abang mempromosikan profesi Abang ? dan media apa saja yang Abang gunakan ?

I : ngebranding nya dulu sih aku awalnya pakai kartu nama, terus biasa tetep mulut ke mulut. Jadi aku dapat satu klien dia suka, nah dia promoin ke temen- temennya, temen-temennya ke temen-temenya lagi kayakgitu, terus sampai sekarang. Media sosial sejauh ini instagram, facebook, path kekgitu-gitu aja sih.

Universitas Sumatera Utara P : Nilai positif apa yang di dapat dari make up artist ?

I : nilai positifnya satu bangga, yang kedua kita bisa mengapresiasikan apa yang ada di pikiran kita ke orang lain. Yang ketiga sih positifnya aku bisa buka lapangan kerja buat orang lain.

P : Bagaimana Abang menilai diri Abang sendiri sebagai make up artist ?

I : ya bangga aja sih ya. Kadang-kadang berpikir kok bisa sih, jadi make up artist gitu. Cuman sejauh ini sih ya gak tau bangga aja sama diri sendiri, karna memang berusahanya memang kerasa dari nol, dari gak punya sampai punya.

P : Bagaimana Abang menilai pria make up artist ?

I : cowok jadi make up artist biasa aja. justru ya keren gitu loh, keren gitu maksudnya, itu tadi maksudnya gak semua orang bisa dek, bahkan perempuan sendiri aja pun ada yang gak bisa make up. Itu tadi aku berasa ya ni gift aja gitu, maksudnya beruntung menjadi make up artist beruntung.

P : Bagaimana tanggapan keluarga (seperti ibu, ayah, atau keluarga) Abang dengan profesi Abang sebagai make up artist ?

I : sejauh ini positif, dan mereka bangga aja.

P : Apakah Abang merasa bersaing dengan make up artist wanita? Atau takut dengan wanita karenakan profesi ini awalnya dilakoni wanita ?

I :enggak. Ehm enggak juga sih enggak. Karena toh juga kalau dibandingin lebih banyak make up artist laki-laki daripada make up artist perempuan.

P : Bagaimana cara Abang dalam menjalankan skill make up Abang ? apakah dari workshop atau belajar sendiri atau seperti apa ?

I : untuk peningkatkan hasilnyaya di tekunin pasti ya, yang kedua aku belajar sih dari kek sharing sama teman-teman, ya mungkin ilmunya yang aku belum dapat. Terus apalagi ya, lihat youtube ya, kita harus ngikuti perkembangan zaman pastinya.

Universitas Sumatera Utara P : Seandainya ada pilihan pekerjaan lain seperti Event Organizer atau sebagainya, apakah Abang akan memilihnya atau Abang akan tetap memilih sebagai make up artist ?

I : tergantung. tergantung, kita lihat situasi dan kondisinya juga. Gak selamanya juga jadi make up artist dan gak selamanya juga harus kita pilih, langsung pindah kerjaan tu gak bisa gitu. On progress gitu, tetep mau dipilih kalau bisa sih seiring berjalan, EO juga dapat, make up artist juga.

Universitas Sumatera Utara Informan 2 : Nama : Veric Wijaya Usia : 24 Tahun Lama Bekerja : 7 Tahun Waktu Wawancara : 10 Januari 2018, 15.15 WIB

P : Coba perkenalkan diri Abang ?

I : Nama Veric Wijaya, aku anak paling kecil dari 3 bersaudara. aku tinggal di jalan pelita, perumahan pelita residence, aku china, saya dari lahir di Medan.

P : Sudah berapa lama Abang menjalankan profesi ini ?

I : jadi make up artist ini sudah masuk tahun ke tujuh deh, dari 2011, sepuluh, sebelas lah lebih kurang.

P : Berapa lama waktu bekerja Abang dalam satu hari ?

I : gak tentunya, gak tentu. Jadi dari yang misalnya cuma dua tiga jam sampai yang seharian penuh juga ada.

P : Berapa lama Abang menghabiskan waktu untuk merias satu orang ?

I : kembali lagi tu tergantung sih, tergantung muka. Jadi kalau misalnya yang, ya jujur aja kalau misalnya mungkin lebih cantik, ya lebih gampangkan lebih cepat, jadi mungkin 45 menit sampai 1 jam. Ada yang bisa sampai 2 3 jam, tergantung sih.

P : Selama menjalani profesi ini, publik figur siapa yang telah Anda rias ?

I : kemarin itu kebetulan dapat kesempatan make up-in Puteri Indonesia, sama Ariska juga pernah, diakan kebetulan sebelum dia berangkat ke miss grand, terus dia udah pulang juga pernah make up, terus ya mungkin beberapa Puteri Sumut sih Puteri Sumut. Ohiya sama yang paling baru, terakhir pas acara Jokowi, jadi aku make up-in Mama Jokowi, kakak-kakaknya sama ponakan-ponakannya.

Universitas Sumatera Utara P : Kenapa Abang memilih profesi ini ?

I : ya kembali lagi ke itu sih maksudnya kayak, berawal dari kek lihatnya mimpi, mimpinya sih mau ikut andil dalam kebahagian orang.

P : Bagaimana awal mula karir Abang sebagai make up artist ini ?

I : dulu tu aku wedding singer. Sering di backstage ketemu sama make up, kek dancer gitu, mereka make up sendiri gitu, jadi terus dari sana tertarik kek pengen coba deh gitu jadi dari sana nyoba-nyoba ke orang sana sih. Terus sama kalau wedding singer kan sering nampak pengantin, pengantin itu datang kebelakang gitu mereka mau ganti baju, terus ada perasaan kek aduh bagus banget ya, keknya aku mau jadi bagian dari kebahagiaan itu.

P : Apa hal yang melatarbelakangi Abang sehingga Abang memilih profesi sebagai make up artist ?

I : melatar belakangi gak ada sih ya, paling jiwa seni nya hahaha, suka ngeliat hal yang indah-indah, suka seni sih lebih tepatnya. Jadi kek mau, mau nyanyi, mau masak, mau gambar, mau film gitu gitu lebih suka ke dunia seni.

P : Biasanya profesi ini dilakoni oleh wanita, lalu kenapa Abang merasa mampu untuk menggeluti profesi sebagai make up artist ?

I : kembali lagi ke kepercayaan diri kali ya, sama aku percaya sih kalau kerjaan itu enggak di maksudnya enggak di batasin, kek ini kerjaan cowok, ini kerjaan cewek gitu sapa aja bisa kerjain, jadi ya dijalani aja sih, gak memandang gender lebih tepatnya.

P : Apakah Abang nyaman dengan pekerjaan ini ?

I : ya nyaman.

P : Apakah Abang merasa minder atau malu dengan pekerjaan Abang ini ?

I : gak pernah sih ya mungkin aku orang nya kepedean hahaha

Universitas Sumatera Utara P : Apakah Anda berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarga Abang sebelum memutuskan menjalani profesi sebagai make up artist ? Dan bagaimana Abang menyampaikannya ke keluarga atau ke orang-orang sekitar ?

I : diskusi sih pasti iya ya, jadi mungkin aku deket sama mama, jadi yang paling sering tuh ngobrol sama mama sih kayak kerjaan gimana, aku pengen gini-gini. Jadi ya awalnya ada penolakan juga dari mereka kayak jangan deh ngapain gini- gini kamu sekolah aja, kuliah gitu-gitu, tapi ya mungkin udah namanya passion ya, jadi ya dijalani terus kembali lagi ke diri sendiri bilang kalok aku bener mau menjalani dengan apa yang dilarang berarti aku harus lebih berhasil, ya gitu aja jadi ya buktiinnya pakai itu sih, cara penyampaian kekeluarga enggak ada sih jadi aku orangnya lebih ngotot, jadi kayak aku harus mau, tapi aku harus bisa gitu.

P : Bagaimana pendapat keluarga Abang mengenai pekerjaan Abang ini ? Mungkin Ibu atau Ayah atau orang-orang sekitar ? Mereka merasa malu atau seperti apa ?

I : sekarang sih mereka malah kalau mau keluar sibuk suruh dandan, sekarang udah gak ada penolakan gimana-gimana sih, tapi sekarang mendukung penuh sih.

P : Pernah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan selama bekerja sebagai make up artist ?

I : ada sih paling awal-awal dimarahin klien kali ya. Dimarahin klien, terus dibilang make up nya jelek, awal-awal sih lumayanlah.

P : Setelah peristiwa itu, apakah Abang merasa bahwa pekerjaan ini kurang nyaman untuk Abang ?

I : enggak sih ya jadi kayak justru down pasti iya, jadi kayak misalnya kek lu dimarahin gitu pasti bisa merasa kayak, aduh dimarahin gitu-gitu, tapi ya setelah itu mungkin lebih merasa tertantang jadi kayak, kok berarti aku salah nya di ini ya, udah coba aku perbaiki, terus liat kedepannya gimana gitu.

Universitas Sumatera Utara P : Bagaimana pendapat keluarga Abang mengenai peristiwa yang tidak mengenakan tersebut ?

I : ya enggak sih, mereka cuma paling kayak yauda gapapa, support gitu sih, lebih ke itu.

P : Pernah mengalami masalah yang serius selama menjalani profesi ini ? seperti mungkin salah satu pengguna jasa Abang merasa tidak cocok make up-nya di wajahnya atau sebagainya ? dan bagaimana Abang mengatasi masalah itu ?

I :masalah serius. kalau itu sih namanya seni ya, dunia seni itu gak ada patokan bagus atau enggaknya, jadikan tergantung mata masing-masing, dan tergantung individualnya masing-masing. Jadi kalau cocok gak cocok itu ya ada aja, cuman kan orang zaman sekarang udah lebih pintar dalam memilih sih. Jadi kayak misalnya aku memang cocok dengan make up nya yang tebal yaudah aku bakalan cari make up artist yang memang style make up nya tebal. Tapi kalau misalnya aku cocoknya pengennya yang lebih soft, ya aku bakalan mencari make up artist yang lebih soft gitu.

P : Profesi ini sendirikan biasanya dilakoni oleh kaum wanita, apakah pernah ada klien yang datang merasa tidak yakin dengan kemampuan Anda untuk menjadi seorang make up artist dikarenakan Abang adalah seorang pria ?

I : sejauh ini kalau dikarnakan gender gak pernah ngalamin sih ya, kalau gender gak pernah ngalamin, cuman beberapa kali cuma ditanyak orang aja sih, kok kamu cowok bisa ? gitu, tapi, tapi bukan dalam yang negatif kayak “uh kamu, kamu cowok, kamu bisa ?” gitu-gitu. Enggak sih, tapi lebih ke kayak mereka penasaran aja kenapa bisa terjun ke dunia ini.

P : Masih sehubungan dengan Abang yang merupakan pria, apakah pernah ada tindakan yang kurang menyenangkan selama Abang menjalani profesi ini ?

I : enggak pernah sih.

Universitas Sumatera Utara P : Profesi make up artist ini masih belum banyak dilakukan oleh kaum pria, apakah ada rasa tidak yakin dalam diri Abang ketika memutuskan untuk memilih pekerjaan ini ?

I : enggak sih. Aku orangnya tipenya kayak misalnya lebih suka, suka mencoba lebih tepatnya. Awalnya bermula dari suka mencoba, jadi kayak coba-coba terus, terus aku orangnya ambisius sih, jadi mau gak mau harus-harus bisa gitu.

P : Bagaimana pendapat Abang mengenai pernyataan orang bahwasannya laki-laki harus bekerja berat, apakah hal tersebut mempengaruhi diri Abang? Bagaimana Abang menyikapinya ?

I : gak ada sih ya, cuman eh jangan salah make up itu berat juga hahaha, jadi kadang kita bangun, kayak contohnya kita bangun subuh, kita bisa kerja seharian, berdiri seharian gitu-gitu, dan waktunya itu benar-benar gak tentukan, jadi mau dibilang ni bukan pekerjaan berat jangan salah hahaha.

P : Bagaimana Abang menyikapi pandangan miring dari orang-orang terkait dengan profesi yang Abang jalani ?

I : hmm gimana ya, kalau aku sih jadi acuan aja untuk terus berkembang, dan membuktikan kalau semua profesi itu tidak ada batasan gender, dan menunjukkan keberhasilan.

P : Selama Abang bekerja sebagai make up artist, kalau ada masalah apakah Abang cerita kekeluarga Abang ? dan dikeluarga Abang lebih dekat ke siapa ? atau sering cerita ke siapa ?

I : iya, lebih ke mama.

P : Kenapa lebih memilih cerita ke Ibu Abang ? dan Apa saja yang biasanya Abang ceritakan ke Ibu Abang ?

I : karena lebih deket ke mama. Ya gak ada sih, paling cerita, oh tadi klien sayagini, dia pengenya gini gini gini. Terus kadangkan ada aja ya maksudnya klien yang misalnya kayak memang nyebelin atau klien yang gimana, paling paling cerita-cerita kayak hari ini kerjanya gimana, lebih ke gitu sih.

Universitas Sumatera Utara P : Apakah Abang pernah mendapatkan komentar positif seperti pujian mengenai profesi yang Abang jalani saat ini ? Bagaimana Abang menanggapinya apakah Bangga, Malu, atau Senang ? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Abang ?

I : ada sih, ada ada. Gak sih lebih kayak misalnya kalau setelah selesai make up, mereka bakal bilang ih bagus yaa, gitu gitu lebih ke gitu sih. Bangga sih pasti ada ya. Bangga iya, senang iya, cuma ya tetep kembali lagi, gak boleh berpuas diri kan, maksudnya harus tetap berusaha tetap belajar. Lumayan berpengaruh sih, maksudnya kayak tuh memacu kita untuk semangat kita untuk bisa jadi lebih baik lagi.

P : Apakah Abang pernah mendapatkan komentar negatif seperti kritikan mengenai profesi yang Abang jalani saat ini ? Bagaiman cara mengatasinya? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Abang ?

I : “pernah, dibawak santai aja, selama enggak merugikan orang lain. Tapi mengenai hasil make up aku sebenarnya aku kadang juga suka misalnya kek nanyak, nanyak ke kliennya ada yang kamu kurang suka atau misalnya ada yang kurang cocok, atau ada yang mau diganti gitu-gitu, jadi kita bisa tahu dia pengennya seperti apa, atau misalnya kritik dari dia kita bisa kayak oh berarti ada sebagian orang yang gak suka gini-gini, jadi kita bisa merubah diri kita sendiri sih. Ada ada, pasti ada aja orang yang langsung kritik. Jadi kayak misalnya alis aku, aku gak suka sih lurus ini, aku suka yang lebih bengkok gitu. Cara mengatasinya biasanya sih kita kasih saran dulu, jadi aku lebih ke kayak biar nampaknya gini, tapi kalau memang dia ngotot mau yaudah kita gantiin aja gak papa. lumayan sih lumayan berpengaruh, jadi kayak, kayak jadi tambahan pelajaran aja sih, jadi kita bisa lebih tahu kayak uh ternyata ada yang gini ada yang gitu. Dan semangat untuk lebih maju.”

P : Lingkungan keluarga atau rumah pasti berbeda dengan lingkungan pekerjaan yang Abang pilih, bagaimana Abang menyesuaikan diri untuk hal tersebut ?

Universitas Sumatera Utara I : ya enggak sih jadi aku orangnya ini suka ngomong, kepo, jadi jadi kayak setiap kali ketemu orang yaudah aku ngajak ngobrol gitu gitu aja sih, jadi paling kalau klien itukan macam-macam ya, ada yang suka ngomong, ada yang diem- dieman gitu, jadi kita ya sesuain aja sih sesuain diri.

P : Bagaimana Abang mempromosikan profesi Abang ? dan media apa saja yang Abang gunakan ?

I : awalnya sih dari saudara-saudara, dari temen-temen, dan keluarga. Kalau sekarang sih zamannya media sosial.

P : Nilai positif apa yang di dapat dari make up artist ?

I : tidak pernah berhenti belajar, terus menjadi lebih kuat sih dalam arti gak semua orang seperti yang aku bilang tadikan tergantung individual dan tergantung mata masing-masing, jadi harus lebih kebal sih.

P : Bagaimana Abang menilai diri Abang sendiri sebagai make up artist ?

I : aku melihat diri aku sendiri, aku make up artist yang suka bereksperimen, jadi aku suka mencoba hal baru, jadi dalam arti misalnya aku lagi lihat teknik baru yaudah aku coba apply, terus ya kalau cocok dijalanin, kalau gak cocok ya jangan dijalanin gitu.

P : Bagaimana Abang menilai pria make up artist ?

I : sah-sah aja sih ya, maksudnya aku banyak sekali teman make up artist yang cowok malah lebih banyak daripada cewek. Jadi ya menurut aku bagus-bagus aja sih selama pekerjaan itu, dijalanin dengan baik, serius, jangan cuma karena keinginan semata atau cuman kek ngetrend bener, atau cuman karena ngikut- ngikut kek oh dia kenya make up artist enak ya aku mau deh coba, tapi gak dijalani seratus persen ya ngapain gitu, jadi itu kembali lagi mau ke cowok ke cewek sama aja.

P : Apakah Abang merasa bersaing dengan make up artist wanita ? atau takut dengan wanita karenakan profesi ini awalnya di lakoni wanita ?

Universitas Sumatera Utara I : kalau bersaing sih aku percayanya gini rezeki masing-masing itu ada. Cuman ya intinya sih kita jadi make up artist ini gak boleh gampang berpuas diri dengan apa yang kita capai. Jadi harus lebih berusaha, lebih kayak misalnya contohnya trend make up berubah-rubah. Yaudah kita coba ikutin trend make up, kita coba pelajarin lagi jadi gak pernah berhenti belajar sih, jadi kalau persaingan pasti ada tapi persaingannya ya kita persaingan sehat. Dalam arti saya juga gak mau menjelek-jelekan orang, saya gak mau menjelek-jelekan make up artist lain, yang penting saya lakukan hal yang menurut saya benar yaudah gitu.

P : Bagaimana cara Abang dalam meningkatkan skill make up artist Abang ? apakah dari workshop atau belajar sendiri atau seperti apa ?

I : lebih banyak sih ikutan misalnya kek workshop atau misalnya belajar sekarang di media sosial itu banyak sekali kan, jadi enggak pernah berhenti belajar, searching, google, terus ikut workshop juga sih membantu.

P : Seandainya ada pilihan pekerjaan lain seperti Event Organizer atau sebagainya, apakah Abang akan memilihnya atau Abang akan tetap memilih sebagai make up artist ?

I : tetap di make up artist, sebagai sampingan gapapa pekerjaan yang lain, tapi kalau utamanya tetap make up artist.

Universitas Sumatera Utara Informan 3: Nama : Steve Umur : 32 Tahun Lama Bekerja : 19 Tahun (Sejak 1999) Waktu Wawancara : 22 Januari 2018, 15.15 WIB

P : Apa itu beauty director ?

I : misalnya beauty director itu beauty direct, dimana kalau misalnya ada show idenya dari kita. Nah jadi kalau beauty director itu dia basicly pada dasarnya itu ide. Idenya, masukannya itu jadi misalkan aku kolaborasi sama designer dan designer nya bingung nah baju aku cocok make up nya seperti apa nah jadi itu kerjaan beauty director. Dan tanggung jawab dia dibelakang panggung. Jadi disana si beauty directornya ini melihat sama hasil-hasil make up artist hasil yang lain, terus melihat total look nya gimana, rambutnya gimana, cocok sama make up nya gimana, jadi itu kerjaan beauty director, dan juga kalau misalnya ada yang mau buat iklan, commersial, photoshoot, magazine, editorial itu juga beauty director juga hanya memikirkan konsepnya begini, basicly beauty director itu sama seperti style di fashion. Dan beauty director itu lebih ke make up sama hair.

P : Apa bedanya make up artist dengan beauty director ?

I :beauty director is make up artist, dari make up artist barusan bisa jadi beauty director. Nah bedanya make up artist sama beauty director itu apa. Kalau dia make up artist saja hanya make up make up make up. Kalau dia beauty director dia make up tapi berkreasi, dia tidak hanya make up untuk klien atau apa-apa, tapi lebih ke acara event ,jadi basicly lebih berkreasi itu sih. Kalau kamu mau jadi beauty director harus jadi make up artist dulu, karena kamu harus cari pengalaman dulu di make up artis. kalau kamu langsung jadi beauty director kamu gak bakal ngerti apa-apa.

P : Coba pekernalkan diri Abang ?

I : namaku steve, dan aku udah sebagai beauty director juga owner salon. Dan aku juga sebagai beauty editor, dimana aku juga ada majalah sendiri. Jadi untuk

Universitas Sumatera Utara majalahnya itu basicly hanya untuk media promosi untuk salon. Jadi kalok misalnya salon itu kitakan sering banyak ada collection itu nah kalau kita hanya post di sosial media dan gitu-gitu aja, klien yang datang kesini gak bisa lihat kadang. Jadi kita ada media majalah sendiri. Aku 32 tahun, aku tinggal di Medan dan Jakarta bolak balik. Di medan aku tinggal di Polonia. Aku anak paling kecil.

P : Sudah berapa lama Abang menjalankan profesi ini ?

I : sejak tiga belas tahun. Dari sejak tiga belas tahun aku sudah belajar, aku awalnya sih rambut dulu ya, jadi aku di styling dulu setelah itu jadi make up artist.

P : Bagaimana awal mula karir Abang sebagai make up artist ?

I : aku ehm, aku termasuk ini ya, termasuk cukup beruntung ya, soalnya mungkin karena relasi atau conection aku memang banyak. Jadi aku mulainya tidak terlalu susah dan banyak support dari teman-teman juga, jadi kalau misalnya apa pas awal-awalnya banyak teman-teman yang aku make up-in begini-begini, jadi tidak selalu susah buat aku, mungkin aku hanya beruntung kali.

P : Apa hal yang melatarbelakangi Abang sehingga Abang memilih profesi sebagai make up artist ?

I : nah itu awalnya dari tante ya. Bermulanya dari tante dulu dari tante itu memiliki salon yang memang udah jadul banget, jadi aku udah apa, aku tinggal ama dia dari kecil sampai sekarang, juga aku udah anggap dia sebagai ibu juga, dan mungkin dari sana aku mendapat inspirasi kalau misalnya aku harus di dunia ini, beauty industry ya.

P : Berapa lama waktu bekerja Abang dalam satu hari ?

I : aku kalau misal sehari, kerja di salon itu standartnya jam 10 sampai 7. Nah tapi kalau misalnya ada event atau ada photoshoot itu bisa dari pagi sampai malam.

Universitas Sumatera Utara P : Berapa lama Abang menghabiskan waktu untuk merias satu orang ?

I : tergantung ya kalau misalnya kita photoshoot untuk model editorial gitu kita kerja harus cepat satu model itu 15 menit 20 menit harus udah kelar, tapi kalau untuk klien biasanya sekitar 45 menit sampai 1 jam 30 menit, tapi misal kalau untuk bridal untuk rias pengantin atau apa itu setidaknya minimal 2 jaman.

P : Selama menjalani profesi ini, publik figur siapa yang telah Abang rias ?

I : lumayan banyak ya, karna awalnya aku udah pernah handle dian sastro, udah pernah handle lusi yang ebithree, udah pernah handle dewi sandra, udah pernah handle luna maya, ayu dewi, putri yusuf, ina thomas, paleri thomas, jeremy juga, sapa lagi ya icha jesicca, anaz siantar, cindy garmoko, lumayan banyak.

P : Berarti Abang sudah go-nasional ?

I : aku juga udah international. Aku udah, udah ikut tokyo fashion week, london fashion week, new york fashion week, dubai, bangkok, jadi aku kerja disana ada bolak-balik, ada kerjaan aku terbang kesana, ada photoshoot aku terbang kesana, ada fashion show aku kesana gitu, jadi aku orangnya gimana ya, aku gak bisa mentitle kan diri ya tapi ehm aku sudah go di international.

P : Kenapa Abang memilih profesi ini ?

I : hobi ya, mungkin kalau make up artist itu gak semua orang bisa. Terus kalau emang tadinya akukan seperti yang aku bilang tadi akukan awalnya, berawal dari rambut dulu setelah rambut aku udah oke connecting aku udah kuat aku baru masuk ke make up artist, nah pas aku itu aku di london dan disana aku ditawarin ada class ni mau ikut enggak nah disana aku baru mulai ikut

P : Biasanya profesi ini dilakoni oleh wanita, lalu kenapa Abang merasa mampu untuk menggeluti profesi sebagai make up artist ?

I : aku gak ngerasa ini profesi siapa ya, siapa siapa pun boleh bukan wanita atau pria boleh pegang. Profesi ini bisa di handle siapa saja yang penting kalau misal kita benar-benar suka kita hobi kita, aku ngerasa itu tidak membedakan siapa-

Universitas Sumatera Utara siapa, terus kalau misalnya aku yang intinya itu aku hobi, jadi kalau misalnya hobi aku bisa aku ngerasa aku bisa, confident aja kenapa enggak.

P : Apakah Abang nyaman dengan pekerjaan ini ?

I : banget hehehe

P : Apakah Abang merasa minder atau malu dengan pekerjaan Abang ini ?

I : gak pernah sih, malah bangga. Jadi kalau misalnya kadang orang lihat oh nih kerjaan gitu gak pernah malu sih.

P : Apakah Abang berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarga Abang sebelum memutuskan menjalani profesi sebagai make up artist ? Dan bagaimana Abang menyampaikannya ke keluarga atau ke orang-orang sekitar ?

I : iya pastinya awal-awalnya aku juga, aku awalnya aku juga langsung bilang ya aku misalnya mau pindah ke austri aku udah mau belajar fokus kesini aja di beauty industry, jadi aku gak mau habisin waktu di apa belajar di sekolah biasa, jadi aku bilang aku mau fokus aja, dan aku seperti yang aku bilang tadi aku mulainya 13 tahun ya, di umur 13 tahun aku belajar-belajar biasa simple gitu, dan benar-benar terjunnya itu tuh aku yang masuk sekolah akademik gitu di umur lima belasan, jadi dari sma 2 aku udah pindah ke australi, jadi dari sana sih aku udah mulai belajar.

P : Bagaimana pendapat keluarga Abang mengenai pekerjaan Abang ini ? Mungkin Ibu atau Ayah atau orang-orang sekitar ? Mereka merasa malu atau seperti apa ?

I : awalnya sih nyokap gak setuju ya pasti ya, jadi nyokap lebih pengen aku jadi bisnis owner atau apa gitu, kalau misalnya kerjaan ini is my passion, jadi kalau misalkan aku kerja dunia passion aku lebih senang, jadi kalau misalnya aku kerja dengan sesuatu yang gak aku suka aku gak bakalan pernah serius, jadi dan aku berjanji kalau misalnya like i will success and di umur 15 tahun itu aku hanya

Universitas Sumatera Utara bilang ya aku janji aja ntar umur 17 tahun kamu gak usah biayain aku lagi aku bilang.

P : Pernah mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan selama bekerja sebagai make up artist ?

I : peristiwa tidak menyenangkan , emm semuanya sih oke oke aja ya. Tapi kalau misalnya kadang sama klien itu kita ada permintaan tapi tidak di penuhi, yak itu mungkin salah satu hambatan buat kerjaan kita juga, karna itu mempengaruhi semuanyakan. Jadi kalau misalkan kita requestnya kamarnya harus dingin, atau apa apa gitu, ada cermin, tapi kalau tidak disediain ya kerjaan kita bisa terhambat. Nah kebanyakan masalahnya disana aja sih.

P : Setelah peristiwa itu, apakah Abang merasa bahwa pekerjaan ini kurang nyaman untuk Abang ?

I : kurang nyaman sih enggak, biasa aja. yang penting namanya juga kerja ya ada tantangan. Jadi kalau misalnya apa tetap harus di handle atau harus di settel nyantai ajalah, anggap aja misalkan ini sebuah tantangan yang harus dilewati.

P : Bagaimana pendapat keluarga Abang mengenai peristiwa yang tidak mengenakan tersebut ?

I : mereka gak komen sih, karena aku juga gak cerita kalau ada apa-apa gitu.

P : Pernah mengalami masalah yang serius selama menjalani profesi ini ? seperti mungkin salah satu pengguna jasa Abang merasa tidak cocok make up-nya di wajahnya atau sebagainya ? dan bagaimana Abang mengatasi masalah itu ?

I : jarang ya, selama ini masih oke oke aja, tapi kalau misalnya ada juga klien nya mungkin ngasih tahu atau gimana, so far gak ada masalah. Mengatasinya ya kita coba sesuaikan aja, sabar itu aja sabar, dan sesuaikan yang dia mau, tapi aku selalu tidak seratus persen mengikuti kebutuhan klien ya. Maksudnya permintaan klien tidak seratus persen bisa terpenuhi karna kalau misalnya seratus persen dipenuhi itu bukan kerjaan kita lagi, kerjaan klien nya sendiri,

Universitas Sumatera Utara kita hanya robot. Jadi biasanya aku kasih masukan kalau apa kita cari titik tengahnya seperti apa.

P : Profesi ini sendirikan biasanya di lakoni oleh kaum wanita, apakah pernah ada klien yang datang merasa tidak yakin dengan kemampuan Abang untuk menjadi seorang make up artist dikarenakan Abang adalah seorang pria?

I : justru untuk zaman sekarang lebih banyak yang lebih ini ya lebih senang kalau misalkan make up artist cowok. Karena menurut aku kalau misalkan cowok itu kita lihat cewek. Jadi kita tahu yang cowok suka lihat itu gimana. tapi kalau misalnya cewek yang handle cewek, cewek masih ada sedikit ego. Jadi aku ngerasa ngelihat cewek menjadi make up artist itu mereka lebih mengaplikasi cara make up yang mereka make up sendiri, itu aku yang perhatikan kalau untuk make up artist cewek.

P : Masih sehubungan dengan Abang yang merupakan pria, apakah pernah ada tindakan yang kurang menyenangkan selama Abang menjalani profesi ini?

I : tidak ada.

P : Profesi make up artist ini masih belum banyak dilakukan oleh kaum pria, apakah ada rasa tidak yakin dalam diri Abang ketika memutuskan untuk memilih pekerjaan ini ?

I : aku yakin banget sih karna udah dari awal-awal kan aku ceritain tadi begini. Jadi aku udah tahu ya kemauan aku apa, jadi aku gak ngeraba-raba lagi. Jadi itu kelar SMA aku udah langsung minta oke i want this. Jadi aku udah mutusin gua mau begini gitu gua mau kerjaan gua begini aku udah milih, jadi aku udah gak ngeraba-raba lagi.

P : Bagaimana pendapat Abang mengenai pernyataan orang bahwasannya laki-laki harus bekerja berat, Apakah hal tersebut mempengaruhi diri Abang ? bagamaina Abang menyikapinya ?

Universitas Sumatera Utara I : cowok itu harus kerja berat, kerjaan kita juga berat loh. Tapi kerjaan kita memang berat juga, jadi kalau misalnya orang yang ngerti mereka bakal ngerti sih kalau misalkan kerjaan kita tuh gak gampang. Dan untuk mendefinisikan kerja berat kan gak harus angkat besi, gak harus angkat yang berat-berat, kerjaan kita juga jadi berat tanggung jawab, orang tuh harus kelihatan cakep, harus kelihatan bagus, harus kelihatan cantik.

P : Bagaimana Abang menyikapi pandangan miring dari orang-orang terkait dengan profesi yang Abang jalani ?

I : i really not care.

P : Selama Abang bekerja sebagai make up artist, kalau ada masalah apakah Abang Cerita kekeluarga Abang? dan dikeluarga Abng lebih dekat ke siapa ? atau sering cerita ke siapa ?

I : kalau masalah kerjaan aku jarang ngobrol ke keluarga ya, karna mungkin sesekali aja, mungkin personal aku beda, aku lebih suka sharing tentang hal-hal yang senang itu aja sih. kalau misalnya ada masalah atau problem itu aku lebih ke sharing kasih tau solusinya apa, ke tante ama nyokap lah yang paling ngerti.

P : Selain kekeluarga kalau ada masalah abang cerita ke siapa ? apakah ke klien atau ke siapa ?

I : teman dekat sih, kalau udah nyaman dan dekat baru cerita.

P : Apakah Abang pernah mendapatkan komentar positif seperti pujian mengenai profesi yang Abang jalani saat ini ? Bagaimana Abang menanggapinya apakah Bangga, Malu, atau Senang ? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Abang ?

I : banyak, seperti yang aku bilang tadi kalau misalkan kerjaan aku tidak bagus aku enggak bakal di panggil sampai ke dubai, aku tidak bakal di panggil sampai ke bangkok, aku tidak bakal diajak kolaborasi untuk tokyo fashion week, aku gak bakal di ajak kolaborasi pameran nikkon di Jepang. Jadi aku rasa sudah di tahap itu aku yakin ama pekerjaan aku sih. Menanggapinya bangga harus. dan

Universitas Sumatera Utara berpengaruh dalam kehidupan ya harus karena di dunia ini tuh gak boleh nurun ya maksudnya kita harus selalu upgrade harus selalu mengikutin zaman. Terkadangkan orang yang suka ada di satu era aja. Tapi kalau di dunia kita ini gak boleh, kita harus mengikutin zaman jadi trend nya apa kita harus ikuti.

P : Apakah Abang pernah mendapatkan komentar negatif seperti kritikan mengenai profesi yang Abang jalani saat ini ? Bagaimana cara mengatasinya ? Apakah hal tersebut berpengaruh pada kehidupan Abang ?

I : aku susah banget jawaban yang begituan, karena aku beneran orangnya cuek banget. Jadi kalau misalkan orang nanggapin aku apa pun, aku dengar kritikan tapi aku selalu mengecek diri juga introgasi dulu, introgasi diri benar gak ya yang dia ngomongin apa, siapa yang lebih tau, siapa yang lebih tau ini, siapa yang lebih tau ini, tapi kalau misalkan kita dengarin orang yang memang gak jelas kita ngapain dengarin. Jadi kalau misalkan perlu aku tanggapin ya aku tanggapin, kalau gak perlu, gak perlu aku tanggapin. Gak pengaruh dalam kehidupan sih.

P : Lingkungan keluarga atau rumah pasti berbeda dengan lingkungan pekerjaan yang Abang pilih, bagaimana Abang menyesuaikan diri untuk hal tersebut ?

I : aku orang nya bunglon sih ya, aku lebih cepat adaptasi sih. sama aja sih di tempat kerjaku sama seperti keluarga semua, kalau dirumah keluarga inti, kalau ditempat kerja keluarga kerja. Gak ada beda sama aja sih.

P : Bagaimana Anda mempromosikan profesi Anda ?, dan media apa saja yang Anda gunakan ?

I : dari majalah, media sosial instagram, dari klien ke klien itu sih.

P : Nilai Positif apa yang di dapat dari make up artist ?

I : ya make up artist itu mampu tidak hanya mempercantik wanita ya, tapi bisa juga menambah kepercayaan diri wanita, bisa menutupi kekurangan mereka, dan membuat mereka lebih spesial, kurasa itu sih, terus juga itu make up artist itu

Universitas Sumatera Utara tidak semua seperti yang aku bilang tidak semua orang bisa kecuali mereka ada passion.

P : Bagaimana Abang menilai diri Abang sendiri sebagai make up artist ?

I : satu kata aja perfectionist itu aja.

P : Bagaimana Abang menilai pria make up artist ?

I : akumenilai pria sebagai make up artist kagum itu aja, kagum aku senang aja melihat cowok jadi make up artist.

P : Apakah Abang merasa bersaing dengan make up artist wanita ?, atau takut dengan wanita karena kan profesi ini awalnya di lakoni wanita ?

I :bersaing sih enggak ya, soalnya kalau misalkan kita bersaing biasa aja sih gak terlalu bersaing-saing banget. Make up artist itu udah punya style masing-masing sih jadi kalau misalnya bersaing sih enggak sih, aku enggak ngelihat kita tu sebagai pesaing.

P : Bagaimana cara Abang dalam meningkatkan skill make up artist Abang ? apakah dari workshop atau belajar sendiri atau seperti apa ?

I : ya sekarang sih udah mending ya kita sudah bisa sambil ngelihat tutorial mengikutin trend. Dan paling penting itu harus tahu style kita tu kemana, paling penting itu kita suka nya gimana. kalau kita tidak tahu style kita sendiri, yang kita upgrade atau yang kita ikuti bakal salah juga tidak mengikuti jati diri gitu loh. Selain tutorial aku juga tiap tahun selalu balik lagi ke London untuk melihat trend terbaru jadi mungkin dua tiga bulan baru balik lagi kesini. Tiap tahun ke London kalau enggak ke New York jadi seringa bolak balik kesana.

P : Seandainya ada pilihan pekerjaan lain seperti Event Organizer atau sebagainya, apakah Abang akan memilihnya atau Abang akan tetap memilih sebagai make up artist ?

I : tetap di fashion industry, beauty industry itu selalu tetap di lingkungan yang sama.

Universitas Sumatera Utara