Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik putusan.mahkamahagung.go.id P U T U S A N Nomor : 37/PDT.G/2015/ PN.Psp

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Negeri Padangsidimpuan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perdata pada Pengadilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagaimana tersebut dibawah ini, dalam perkara antara : Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu disingkat “PARSUB”, yang berkedudukan di Jalan Sakti Lubis, Gg. Bengkel No.12 Medan, untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT ; Dalam Perkara ini Penggugat diwakili oleh Kuasa Hukumnya, Marihot Siahaan.,SH.,MH dan Nurdin Siregar.,SH.,MH, Para Advokat dan Pengacara pada Kantor Marihot Siahaan & Rekan beralamat di Jalan Prapanca Raya No.28-29 Kelurahan Pulo, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 13 November 2015 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan Nomor : 154/2015 SK tanggal 24 November 2015 ;

L A W A N Mahkamah Agung Republik Indonesia • Pemerintah Republik Indonesia cq Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, beralamat di Gedung Manggala Wanabhakti, di Jl.Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Selanjutnya disebut Tergugat I ; Dalam Perkara ini Tergugat I diwakili oleh Para Penerima Kuasanya yaitu 1. Krisna Rya.,S.H.,M.H, 2. Supardi.,SH., 3. Bambang Wiyono.,SH.,MH., 4. Drs.Afrodian Lutoifi.,SH.,M.Hum., 5.Yudi Ariyanto.,SH.,MT., 6. Mariana Tuty Sirait.,SH., 7. Hatoni.,SH., M. Zaenuri.,SH., 8. Francisca Budyanti.,SH.,MH kesemuanya adalah Pegawai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang beralamat di Gedung Manggala Wanabakti Blok VII Lt. 3, Jl. Gatot Soebroto, Senayan Jakarta Pusat, berdasarkan Surat dari Kepala Biro Hukum Krisna Rya.,SH.,MH NIP : 19590730 1990031 1 001 menugaskan M. Zaenuri.,SH Jabatan Staff Biro Hukum untuk menghadiri sidang hari Rabu tanggal 3 Februari 2016 dan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Pebruari 2016 yang telah terdaftarkan di Mahkamah AgungKepaniteraan Pengadilan Republik Negeri Padangsidimpuan Nomor : Indonesia40/2016 SK tanggal 24 Februari 2016 ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah2 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id • Jaksa Agung Republik Indonesia, cq Kepala Kejaksaan Tinggi Propinsi Sumatera Utara, beralamat di Jl.Jenderal No.1 C Medan 20146, Selanjutnya disebut Tergugat II ; Dalam Perkara ini Tergugat II diwakili oleh Para Penerima Kuasanya Mahkamah Agungyaitu : 1.I Made AsRepubliktiti Ardjana.,SH., 2. Ali Rahim.,SH.,MH., Indonesia 3. Rali Dayan Pasaribu.,SH., 4. Siti Holija Harahap.,SH., 5. Masmur Bangun.,SH., 6. Anisah Hikmiyati.,SH.,MH., 7. Dewi Rovita.,SH., 8. Oki Yudhatama.,SH., 9. Ali Asron Harahap.,SH.,MH., 10. Sartono Siregar.,SH., 11. M. Zul Syafran HSB.,SH, kesemuanya adalah Jaksa Pengacara Negara Pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara yang beralamat di Jalan A.H. Nasution No. 1 C Medan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30 Desember 2015 yang terdaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan Nomor : 09/2016 SK tanggal 19 Januari 2016 ; • Pemerintah Republik Indonesia cq Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara cq Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, beralamat di Jl. Sisingamangaraja Km 5.5 No 14 Marindal Medan 20147, Selanjutnya disebut Tergugat III ; Dalam Perkara ini Tergugat III diwakili oleh Para Penerima Kuasanya yaitu : 1. Sharial.,SH Jabatan Kepala Seksi Pelestarian Hutan pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara., 2. Zainuddi.,SP Jabatan Mahkamah AgungKasubbag Umum pada Republik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Indonesia Utara., 3. Marolop H. O. Gultom.,SH Jabatan Kepala Seksi Jasa , 4. Amin Helmi Rambe.,S.P Jabatan Kepala Seksi Bimbingan Teknis dan Evaluasi pada UPT. PPHH Wilayah IV Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, beralamat di Jalan beralamat di Jl. Sisingamangaraja Km 5.5 No 14 Marindal Medan 20147, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 28 Desember 2015 yang terdaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan Nomor : 166/2015 SK tanggal 30 Desember 2015 ; • Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia cq. Kepala Kantor Wilayah Pertanahan Propinsi Sumatra Utara cq. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan, beralamat di Jl. Wilem Iskandar No.8 Padang Sidempuan, Selanjutnya disebut Turut Tergugat ; Dalam Perkara ini Turut Tergugat diwakili oleh Para penerima Kuasanya yaitu 1. Maslan Pulungan.,SH Jabatan : Kasi Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan., 2. Zainuddin Manurung.,SH Jabatan Plt. Kepala Sub Seksi Mahkamah AgungPerkara pada Kantor Republik Pertanahaan Kabupaten Tapanuli Indonesia Selatan berlamat Wiliem Iskandar No. 8 Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan Surat Tugas Nomor : 37/Pdt.G/2015/PN.Psp

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah3 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id tanggal 02 Desember 2015 dari Purnama Saboli.,SH.,MH Jabatan selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan berkedudukan di Jalan Willem Iskandar No. 8 Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan Surat Tugas Nomor 37/Pdt.G/2015/ Mahkamah AgungPN.Psp tanggal Republik 2 Desember 2015 yang ditandatangani Indonesia Purnama Saboli.,SH.,MH Jabatan Selaku Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan ;

Pengadilan Negeri tersebut ; Telah membaca berkas perkara beserta lampiran surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini ; Telah mendengar dan mempelajari jawab menjawab yang disampaikan oleh para pihak ; Telah mendengar keterangan Saksi-saksi yang diajukan para pihak di persidangan/yang hadir dipersidangan ; Telah membaca dan meneliti surat-surat bukti yang diajukan para pihak di persidangan/yang hadir dipersidangan ; TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 24 November 2015 yang diterima dan terdaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri MahkamahPadangsidimpuan Agung tanggal 24 November Republik 2015 dalam Register PerkaraIndonesia Nomor : 37/Pdt.G/ 2015/PN-Psp, dan kemudian telah diperbaiki dengan perbaikan gugatan pada tanggal 10 Februari 2016 ; Menimbang, bahwa terhadap perbaikan atau perubahan tersebut, oleh karena perbaikan/perubahan tersebut diajukan oleh pihak Penggugat sebelum ada jawaban dari Para Tergugat dan Turut Tergugat, maka perbaikan/perubahan tersebut Menurut pendapat Majelis Hakim masih dapat diterima Mejalis Hakim atau Pengadilan, karena hal tersebut sesuai dengan aturan hukum atau tidak bertentangan dengan aturan hukum, sebagaimana dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Pengadilan Dalam Empat Lingkungan Peradilan Buku II Edisi Tahun 2007 yang diterbitkan atau dikeluarkan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2009 pada halama 58 bagian huruf K. Tentang Perubahan Gugatan pada angka 1. Pada pokoknya menjelaskan ”Perubahan gugutan diperkenankan, apabila diajukan sebelum Tergugat mengajukan jawaban dan apabila sudah ada jawaban Tergugat, maka perubahan tersebut harus dengan persetujuan Tergugat (Pasal 127 Rv)” dan gugatatan tersebut adalah sebagai berikut : Mahkamah1. Bahwa Agung Gugatan ini diajukan diRepublik Pengadilan Negeri Padangsid impuanIndonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah4 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 2. Bahwa Penggugat adalah badan hukum Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu disebut “PARSUB” yang didirikan masyarakat adat (yang menjadi petani kelapa sawit) setempat untuk tujuan melakukan kegiatan mengelola kebun-kebun (pembudidayaan) kelapa sawit kepunyaan masyarakat yang telah ada di areal Mahkamah Agungpadang lawas (bukan kawasan Republik hutan) berdasarkan hak Indonesiatradisional yang turun-temurun yang seluruhnya seluas ± 24.000 Ha didalamnya termasuk jalan rawa basah, sekolah, rumah ibadah, klinik, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lingkungan hidup lainnya yang sebagian dari lahan tersebut sudah ada yang bersertifikat Hak Milik. Dengan demikian lahan yang ditanami kelapa sawit kurang lebih seluas 18.000 Ha pada posisi koordinat Bujur Timur (BT) 1000000’-100015’ dan Lintang Utara (LU) 000 45 - 010 15’ . Dengan batas- batas : Sebelah Utara : Dengan Sungai Garingging, Sebelah Selatan : dengan Sungai Mahato, Sebelah Timur : Propinsi Riau, Sebelah Barat : Areal PT. Rapala . Bahwa Badan Hukum Koperasi Parsub berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan menengah Republik Indonesia Nomor : 311/BH/KWK.2/X/1998 tertanggal 20 Oktober 1998. Adapun susunan Pengurus Koperasi Parsub No. 16 tanggal 7 September 2013 oleh Notaris Junita Ritonga.,SH di Medan adalah sebagai berikut : − Ketua : RS Safaruddin Siregar Mahkamah − AgungKetua I Republik: H. Rapotan Siregar.,SH.,MAP Indonesia − Ketua II : Drs. H. Guntur Hasibuan.,MAP − Sekretaris : Iskandar Alamsyah Hasibuan.,SE − Sekretaris I : Marasamin Ritonga.,SH.,MH − Sekretaris II : Sutan Ahmad Sayuti Hasibuan.,ST − Bendahara : H.Pandidikan Hasibuan.,SH.,ASN 3. Bahwa Penggugat pernah membuat perjanjian kerja sama yang dituangkan dalam akta Notaris Setiawati,S.H No.139 tanggal 16 September 2003. yang isinya tentang perjanjian kerjasama pengelolaan perkebunan Kelapa Sawit dengan PT.TORUS GANDA sebagai pendamping dalam hal Pembinaan teknik management dan modal/pendanaan. Lahan yang diperjanjikan adalah meliputi lahan seluas 24.000 ha yang terletak di 5 (lima) desa, yaitu 1) Desa Aek Raru, 2)Desa Paran Padang, 3)Desa Janji Matogu, 4)Desa Mandasip, dan 5) Desa Langkimat ; 4. Bahwa dalam perjanjian disebutkan secara jelas tentang adanya Surat Dukungan Rekomendasi untuk Perolehan Legalitas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat didalam 5 desa tersebut sebagai lokasi perkebunan kelapa sawit dari Kakanwil MahkamahKehutanan Agung dan Perkebunan ProvinsiRepublik Sumatera Utara No.2541/Kwl Indonesia-6.3/1999 tanggal 27 Juli 1999 yang ditujuhkan kepada Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah5 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Bahwa Surat Dukungan Rekomendasi tersebut sebagai respon dari surat Kepala Pusat Pemolaan Areal Hutan dan Kebun Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan No 521/VIII/POLA-PSH/99 tanggal 28 Mei 1999 yang berkaitan dengan surat Permohonan Koperasi Parsub yang intinya Kakanwil Kehutanan dan Mahkamah AgungPerkebunan Provinsi Sumatera Republik Utara menyatakan : Indonesia - Hasil telaahan kami atas peta lampiran permohonan, ternyata luas areal yang dimohon seluas ± 24.000 Ha adalah Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas yang berdasarkan peta penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara SK Menteri Pertanian nomor 923/Kpts/Um./12/l982 tanggal 27 Desember 1982/peta TGHK dan berdasarkan peta Paduserasi TGHK- RTRWP adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan peta penunjukan/peta TGHK areal yang dimohon seluas + 24.000 Ha berada dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) ; b. Berdasarkan peta Paduserasi TGHK-RTRWP areal yang dimohon seluas ± 24.000 Ha berada dalam Kawasan Hutan Budidaya Hutan dengan fungsi Hutan Produksi (HP) ; - Berdasarkan peruntukannya areal yang dimohon seluas ± 24.000 Ha terdiri dari: a. Seluas ± 1.070 Ha berada dalam areal HPHTI PT. Sumatera Riang Lestari (“PT.SRL”) bekerja sama dengan PT. Inhutani IV ; b. Seluas ± 22.930 Ha berada dalam areal HPHTI PT. Inhutani IV Mahkamah Agungdiantaranya : Republik Indonesia b.1 Seluas ± 3.000 Ha saling tumpang tindih dengan permohonan HPHTP PT.Barumun Raya Padang Langkat sesuai pertimbangan teknis kami No. 2465/Kwl-6.3/1999 tanggal 21 Juli 1999 dan belum ada persetujuan dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan, b.2.Seluas ± 9.000 Ha saling tumpang tindih dengan permohonan PT. Agro Mitra Karya Sejahtera belum ada persetujuan dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan. - Areal yang dimohon KOPERASI PARSUB berada dalam Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas yang saat ini sedang dalam sengketa sesuai surat Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara No.778/Wagub-II/99 tanggal 22 Mei 1999 dinyatakan stanfast sampai dengan penyelesaian hukum ; - Bupati KDH Tingkat II Tapanuli Selatan melalui surat No.522.13/5495 tanggal 30 Juni 1999 kepada Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara perihal pelaksanaan surat Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara No.778/Wagub- MahkamahII/1999 Agung tanggal 22 Mei 1999 Republik tersebut butir 4 diatas, diantaranya Indonesia melaporkan bahwa sebagian besar masyarakat terwakili sebanyak 28 desa dari 31 desa yang ada dalam bekas Luhat Ujung Batu dan Simangambat menerima

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah6 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id kehadiran KOPERASI PARSUB untuk mengolah lahan dimaksud menjadi perkebunan ; - Berkenaan dengan hal tersebut diatas, apabila Bapak Menteri berkenan mempertimbangkan permohonan KOPERASI PARSUB kiranya dapat kami Mahkamah Agungsarankan sebagai berikut Republik : Indonesia a. Permohonan KOPERASI PARSUB masih perlu dilengkapi dengan rekomendasi Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara maupun arahan lahan dari Bupati KDH Tingkat II Tapanuli Selatan ; b. Permohonan KOPERASI PARSUB perlu terlebih dahulu mendapat konfirmasi/persetujuan dari PT. Inhutani IV dan PT. Sumatera Riang Lestari yang merupakan pemegang hak yang masih ada saat ini dan telah ada keputusan atas permohonan yang terdahulu seperti tersebut butir 3.b.l dan 3.b.2 diatas ; c. Apabila PT. Inhutani IV dan PT. Sumatera Riang Lestari bersedia dan tidak ada pertimbangan lain, disarankan kepada KOPERASI PARSUB dapat diberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Perkebunan (HPHTP) ; d. Dimohon kiranya Bapak Menteri berkenan segera menetapkan kebijaksanaan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Perkebunan (HPHTP) dalam suatu Surat Keputusan. Bahwa dalam kenyataan luas wilayah ke 5 (lima) Desa tersebut hanyalah 6.862 ha atau 68.26 kilometer persegi (Vide Data palutakab.bps.go.id website Mahkamah Agungresmi milik Badan Pusat StatistikRepublik Kabupaten Padang Lawas UtaraIndonesia tahun 2013) dan Koperasi Parsub mengerjakan pengelolaan perkebunan kelapa sawit sudah lebih dulu dari pada dibuatnya perjanjian di lokasi yang berbeda, yaitu di Luhat Ujung Batu dan Luhat Simangambat (letaknya sangat jauh dari Barumun Tengah). Untuk tegasnya, lokasi yang disebutkan dalam perjanjian sebagaimana direkomendasikan diatas, sampai saat ini belum pernah dikerjakan Penggugat dan Lokasi lahan yang dimohon Penggugat seluas 24.000 Ha tersebut adalah lokasi lahan yang terdiri dari : - Lahan Seluas ± 1.070 Ha yang sedang dikerjasamakan antara PT.Sumatera Riang Lestari dengan PT. Inhutani ; - Seluas ± 22.930 Ha berada dalam areal HPHTI PT. Inhutani IV ; Dengan demikian Menteri LHK/Tergugat I (dahulu Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI) jelas jelas mengetahui bahwa areal di Lima Desa tersebut telah digunakan oleh perusahaan tersebut diatas dan oleh karena itu Penggugat tidak pernah melaksanakan isi dari perjanjian dimaksud diatas. Penggugat melakukan kegiatan Pengelolaan di lokasi lain yang letaknya Mahkamah beradaAgung jauh dari lokasi yang disebutkanRepublik dalam Dakwaan JPU ; Indonesia 5. Bahwa pada awalnya Penggugat dalam melaksanakan kegiatannya lancar dan kemudian kegiatan tersebut terganggu/tidak berjalan sebagaimana mestinya

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah7 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id karena adanya Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan Para Tergugat baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri sebagaimana akan diuraikan dibawah ; 6. Bahwa Penggugat sangat mempunyai kepentingan hukum langsung dalam Mahkamah Agungmengajukan gugatan ini karenRepublika lahan kebun kelapa sawit seluas Indonesia 24.000 Ha yang dikelola Penggugat di Luhat Ujung Batu (bukan di Kecamatan Barumun Tengah) secara keliru telah dinyatakan dirampas berdasarkan dakwaan dan tuntutan JPU yang kemudian dikabulkan oleh putusan Pidana No.481/PID.B/ 2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 jo Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.194/Pid /2006/PT.DKI, 11 Oktober 2006 jo Putusan No.2642K/PID/2006 tanggal 12 Februari 2007 jo Putusan No.39PK/PID.SUS/2007, tanggal 16 Juni 2008 ; Bahwa daerah kegiatan Penggugat dalam mengelola perkebunan Kelapa Sawit yang disebutkan baik dalam Dakwaan JPU maupun Putusan adalah di Kecamatan Barumun tengah seluas 24.000 Ha (padahal luas wilayah 5 desa tersebut hanya 6.682 Ha), sedangkan dalam melakukan kegiatannya Penggugat tidak pernah menyentuh lahan yang disebutkan dalam perjanjian tersebut diatas termasuk juga areal yang di SK Menteri Pertanian No.23/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982. Kenyataannya yang dikelola Penggugat adalah didaerah Ujung Batu dengan lahan seluas 24.000 Ha (letaknya sangat jauh dari Ujung Batu, yaitu di Kecamatan Barumun Tengah). Sehingga apa yang disebut oleh JPU dalam Dakwaan maupun Putusan Pidana MahkamahNo. Agung 2642K/PID/2006 tanggal Republik 12 Februari 2007 jo PutusanIndonesia nomor 39PK/PID.SUS/2007, tanggal 16 Juni 2008 tentang objek perkara adalah Error in objecto ; 7. Bahwa dalam dakwaan JPU tersebut yang pada intinya adalah mengkriminalisasi DL.Sitorus (Pendamping Penggugat) menyebutkan bahwa DL.Sitorus telah menduduki kawasan hutan Negara tetap tanpa ijin Menteri Kehutanan, yang menurutnya didasarkan pada : 1. Gouvernement Besluit (GB) No.50 Tahun 1924 tanggal 25 Juni 1924 yang direkayasa melalui terjemahan yang tidak benar ; 2. Surat Keputusan Menteri Kehutanan (sic. Menteri Pertanian) nomor 923/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukkan Areal Hutan di Wilayah Propinsi Dati I Sumatera Utara seluas 3.780.132.02 Ha, (yang tidak berlaku lagi karena diganti dengan SK. Tergugat II Nomor 44 Tahun 2005 yang yang juga tidak berlaku karena dinyatakan oleh Mahkamah Agung Tidak Sah) ; Bahwa JPU dalam dakwaannya tersebut, telah dengan sengaja dan secara keliru Mahkamahmenyatakan Agung lokasi perkebunan Republik yang terletak di Kecamatan Barumun Indonesia Tengah sebagai Kawasan Hutan yang seolah-olah benar disebutkan dalam GB No.50 tahun 1924, tetapi surat aslinya tidak pernah diperlihatkan oleh JPU selama

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah8 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id persidangan perkara Pidana tersebut diatas, sehingga kemudian dengan Surat Keputusan Tergugat I Nomor 44 Tahun 2005 dijadikan dasar untuk menyatakan lokasi GB 50/1924 sebagai kawasan hutan yang selanjutnya disebut-sebut register 40, padahal dalam kenyataannya hal tersebut tidak benar karena GB Mahkamah AgungNo.50 Tahun 1924 dalam bahasaRepublik aslinya tidak pernah menyatakan Indonesia lokasi tersebut sebagai kawasan hutan produksi melainkan menyebut perkampungan, penggembalaan ternak penduduk kampung, dan lahan-lahan untuk dipertimbangkan sebagai rencana bagi pembangunan hutan yang baru. Bahkan sampai saat terakhir dalam putusan Peninjauan Kembali (PK), GB No.50 yang dijadikan dasar hukum untuk menjatuhkan pidana dan merampas perkebunan kelapa sawit yang dikelola Penggugat sesungguhnya sudah di rekayasa dengan merubah GB No.50 melalui terjemahan kedalam Bahasa Indonesia, yang secara umum dan menyeluruh menyimpang dari fakta-fakta hukum yang sebenarnya, terlebih lagi jikalau GB No.50 tersebut tidak tercatat dalam daftar Staatsblaad Tahun 1924 yang harus menjadi dasar keberlakuan atau kekuatan mengikat ; Lagipula dokumen tersebut tidak pernah dicocokan dengan dokumen asli untuk dapat diterima sebagai alat bukti yang sah (Vide Halaman 30, 31 Putusan No. 434/PDT/2011/PT.MDN, Halaman 2 Putusan nomor 134K/TUN/2007), dan Staatsblad Hindia Belanda Tahun 1924 juga tidak menyebut adanya Gouvernement Besluit (GB) No.50 tersebut sebagaimana terlihat dari daftar isi MahkamahStaatsblad Agung tahun 1924 ; Republik Indonesia 8. Munculnya amar Putusan Perampasan barang bukti berupa lahan perkebunan berawal dari dakwaan dan tuntutan jaksa penuntut umum yang menyangkut Tipikor yang didasarkan pada adanya kerugian Negara yang timbul tetapi dalam putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tidak terbukti dakwaan tipikor maupun kerugian Negara sehingga terdakwa hanya dinyatakan bersalah tentang menduduki lahan perkebunan secara tidak sah dan tanpa ijin sehingga oleh karenanya amar putusan perampasan lahan perkebunan dan bangunan diatasnya menjadi milik Negara kehilangan landasan hukum sama sekali ; 9. Bahwa dakwaan JPU tersebut diatas menyebutkan seolah-olah PT.Torus Ganda dan Penggugat menduduki secara tidak sah Hutan Negara tetap seluas 24.000 ha yang disebutkan terletak di 5 (lima) desa, yaitu 1)Desa Aek Raru, 2)Desa Paran Padang, 3)Desa Janji Matogu, 4)Desa Mandasip, dan 5)Desa Langkimat, padahal kenyataannya luas lima desa tersebut hanya 6.826 Hektar atau 68.26 kilometer persegi (Vide Data palutakab.bps.go.id website resmi milik Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2013) ; MahkamahDengan Agung demikian luas yang didakwakanRepublik JPU dengan fakta lahan Indonesia perkebunan yang dikelola Koperasi Parsub telah menunjukkan kekeliruan nyata sehingga tidak

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah9 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id dapat dijadikan dasar dakwaan dan tuntutan JPU untuk menyita 24.000 Ha lahan yang justru berada di lokasi lain ; 10. Bahwa dari fakta fakta yang disebutkan diatas nyata-nyata JPU jelas telah keliru dalam menentukan luas lokasi (locus) dari objek sengketa dan objek barang bukti Mahkamah Agungdalam perkara pidana karenaRepublik lokasi perkebunan yang dikelolaIndonesia Penggugat (dengan pendampingnya PT.TORUS GANDA) bukan yang dimaksud dalam Dakwaan JPU, sehingga tidak ada alasan menurut hukum untuk merampas lahan perkebunan sawit yang dikelola Penggugat dengan pendampingan PT.TORUS GANDA yang luasnya + 24.000 ha karena baik Tergugat I maupun Tergugat II dan Tergugat III tidak pernah melakukan pemeriksaan setempat (plaatselijkonderzoek) dan tidak pernah mampu menentukan batas-batasnya sesuai koordinat geographis sebagaimana mestinya ; 11. Bahwa terlepas dari kelalaian JPU yang tidak melakukan pemeriksaan setempat dan tidak pernah mampu menentukan batas batas dengan cara sebagaimana mestinya yang disebutkan diatas, ternyata kegiatan dalam lokasi yang disebutkan dalam dakwaan JPU yang dikelola Penggugat tanpa ijin dari Menteri Kehutanan, padahal, hal tersebut tidak benar, justru sebaliknya Parsub tidak pernah mengelola lokasi dimaksud karena memperhatikan surat rekomendasi dari Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sumatera Utara nomor 2541/Kwl- 6.3/1999, 27 Juli 1999 sebagaimana tersebuat diatas ; 12. Bahwa selain daripada itu lokasi yang dikelola Penggugat berdasarkan hak-hak Mahkamahtradisionalnya Agung dalam masyarakat Republik hukum adat yang diperoleh Indonesia dari Marga Hasibuan yang menjadi anggota Koperasi Parsub yang diakui dan dilindungi pada jaman penjajahan sampai sekarang dan saat ini sebagian besar sudah memperoleh SHM. Dan setelah kemerdekaan sampai saat ini hak-hak tradisional dimaksud diatas jelas-jelas diakui dan diatur konstitusi Negara RI sebagaimana termuat dalam Pasal 18B ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi : “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang” ; 13. Bahwa perlindungan dan pengakuan konstitusi atas hak-hak traditional tersebut telah jelas-jelas ditegaskan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.35/PUU-X/2012, tanggal 16 Mei 2013 yang intinya menyatakan : “bahwa hutan adat yang dimiliki oleh masyarakat tidak termasuk hutan Negara” hal mana juga merupakan ketentuan yang dianut oleh UU No.41 Tahun 1999 MahkamahTentang Agung Kehutanan khususnya PasalRepublik 15 dan Putusan MK No.45/PUU Indonesia-IX/2011, tanggal 9 Februari 2012 tentang pemahaman dan pemaknaan penetapan Kawasan Hutan harus melalui empat tahapan, yaitu :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah10 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id “Penunjukan, Penata Batasan, Pemetaan dan Pengukuhan/Penetapan, tanpa mana Penunjukkan hutan tanpa proses tahapan tersebut adalah praktek dari pada pemerintahan otoriter dan bukan merupakan praktek dari pemerintahan yang demokratis” ; Mahkamah14. Agung Bahwa selain itu di lokasi Republik Penggugat yang disebut-sebut oleh Indonesia JPU berada di 5 (lima) desa sebagai locus delicti perbuatan pidana yang didakwakan kepada DL. Sitorus pada kenyataannya terdapat sebanyak 43 badan usaha diantaranya termasuk BUMN, PMA, yang mengelola perkebunan Kelapa Sawit tanpa dipermasalahkan sebagai perkara pidana oleh Kejaksaan Agung RI cq. Kejaksaan Tinggi Propinsi Sumatera Utara, Pemerintah ataupun Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, yaitu antara lain : 1)PT.Hexa Setia Sawita, 1.1176ha, 2)PT.Sumber Sawit Makmur, 2.072ha, 3)PT.Damai Nusa Sekawan, 2.384ha, 3)PT.Agro Mitra Karya Sejahtera, 21.543.23ha, 4)PT.First Mujur Plantation dan Industri, 15.000ha 5)PT.Wonorejo Perdana, 15.000.00ha. 6)PT.Austindo/PT.Eka Pendawa Sakti, 11.238ha, 7)PT.Barumun Raya Padang Langkat, 2.372.97ha, 8)PT.Sinar Tika Portibi Jaya Plantation, 1.679.12ha, 9)PT.Mazuma Agro Indonesia (MAI), 12.266.43ha, 10)PT.Karya Agung Sawita (KAS), seluas 14.374.86ha, 11)PT.Perkebunan Nusantara II, seluas 4.000ha, 12)PT.Sibuah Raya, seluas 1.750.00ha, 13)PT.Perkebunan Nusantara IV, 1.294.20 ha, 14)PT.Toga Saudara Makmur, 192.55ha, dll, sebagaimana disebutkan dalam laporan hasil audit Tim Mahkamah InterdepAgung Mei 2005 . Republik Indonesia Anehnya lahan KUD Serbaguna yang dinyatakan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup berada di dalam kawasan hutan Register 40 yang kemudian dipergunakan oleh JPU mendakwa DL. Sitorus menduduki kawasan hutan tanpa ijin Menteri LHK, ternyata oleh Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.434/PDT/2011/PT.MDN (yang sudah berkekuatan hukum tetap), dinyatakan tidak dalam kawasan hutan Register 40 dan kepemilikan lahan tersebut adalah milik 624 anggota KUD Serbaguna berdasarkan pada Sertifikat Hak Milik sebanyak 624 SHM ; 15. Bahwa Lahan yang dikelola Penggugat (bukan di Barumun Tengah) tersebut telah ikut dituntut oleh Tergugat II dan dinyatakan dirampas untuk Negara dan telah diputus dengan Putusan No.2642K/Pid/2006, ternyata benar-benar keliru, perampasan mana dilaksanakan dengan menyerahkan lahan tersebut kepada Dinas Kehutanan Provinsi Sumut (Vide Berita Acara penyerahan rampasan tanggal 26 Agustus 2009), padahal fakta dan hukum menunjukkan lahan tersebut adalah merupakan lahan milik masyarakat Adat Marga Hasibuan Mahkamahdan sebagianAgung sudah bersertifikat Republik Hak Milik, dan yang diatasnya NegaraIndonesia pernah menerbitkan izin HPH (Hak Pengusahaan Hutan) kepada 5 Perusahaan secara tidak sah (secara sepihak tanpa melibatkan/mendapat persetujuan masyarakat

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah11 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id yang berhak) dan kemudian setelah lokasi dibabat dan gundul, lokasi ditinggal demikian saja ; Bahwa berdasarkan HPH yang pernah dikeluarkan sebagaimana dimaksud diatas, lahan dibabat, tanpa ada tanggungjawab reboisasi, akibatnya tanah Mahkamah Agungtersebut menjadi lahan kritisRepublik sehingga kemudian masyarakat Indonesia Luhat Ujung Batu (sebagai pihak yang berhak atas lahan/tanah-tanah adat tersebut yang sebagian besar juga sudah bersertifikat hak milik), berusaha untuk memanfaatkan tanah- tanah tersebut dengan berencana akan menanam tumbuhan yang dinilai produktif dan mempunyai nilai ekonomis yaitu pohon kelapa sawit. Karena lahan itu adalah satu-satunya sebagai sumber kehidupan masyarakat adat tersebut ; 16. Bahwa perampasan dan penyerahan Lahan Kebun Kelapa Sawit tersebut diatas, dikarenakan DL. Sitorus/Dirut PT. Torusganda (Pendamping) telah dikriminalisasi dengan mempersalahkannya seolah-olah DL. Sitorus secara melawan hukum mengelola kawasan hutan seluas 24.000 Ha (dalam rangka kerjasama dengan Koperasi Parsub) dengan menggunakan alasan alasan yang dibuat-buat, antara lain : − GB No.50, Tanggal 25 Juni 1924 ; − Berita Acara Penyerahan Tanah Kawasan Hutan Padang Lawas dari Masyarakat kepada Gubernur Sumut, Tanggal 20 Mei 1981 Seluas 12,000Ha, Tanggal 26 Mei 1981 seluas 10,000ha tanggal 06 Juni 1981 seluas 8.000 ha; Mahkamah Agung(yang semuanya tidak pernah Republik ada aslinya) ; Indonesia − Keputusan Menteri Kehutanan (sic Menteri Pertanian) nomor 923/Kpts/Um/12/1902, tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan areal hutan di wilayah Propinsl Dati I Sumut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) telah dikeluarkan seolah-olah didasari GB 50 tersebut diatas ; − Peraturan Daerah Propinsi Sumut No.7 Tahun 2003 tentang RencanaTataRuang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumut tahun 2003 – 2018 ; − Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan No.14 Tahun 1998 tentang RTRW Kab.Dati II Tapanuli Selatan ; Bahwa areal tersebut diatas seolah-olah dilarang untuk diduduki tanpa ijin dari Menteri Kehutanan Rl sesuai ketentuan pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) No.28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (padahal kawasan tersebut bukanlah kawasan hutan sesuai dengan putusan MK dan Putusan Pengadilan Tinggi tersebut diatas, dan terlebih-lebih hukum adat tentang hak-hak tradisional masyarakat adat). 17. Bahwa ternyata lahan yang dirampas dalam eksekusi (26 Agustus 2009) yang Mahkamahdilakukan Agung oleh Tergugat II dan diserahkan Republik kepada Tergugat III dalam Indonesiahal ini Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara telah dinyatakan bukan Kawasan hutan berdasarkan sebagaimana disebut dalam Putusan sebagai berikut :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah12 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id • Putusan PK PTUN No.06.PK/TUN/2008 Tanggal 05 Mei 2008 ; • Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.434/PDT/ PT.MDN/2012, tanggal 4 Juni 2012. (sudah berkekuatan Hukum Tetap. Tidak ada Kasasi) ; Dengan demikian baik Penggugat maupun DL. Sitorus selaku Direktur Mahkamah AgungPT.TORUSGANDA tidak pernahRepublik melakukan kegiatan di daerah Indonesia terlarang secara bertentangan dengan hukum yang berlaku in casu hukum adat tentang perlindungan hak-hak tradisional. Hal ini dikuatkan dengan adanya Putusan Perdata Pengadilan Tinggi Medan nomor 434/PDT/2012/PT.MDN, tanggal 4 Juni 2012 (sudah inkracht) yang intinya mengatakan tidak ada kawasan hutan di areal yang dijadikan kebun-kebun Kelapa Sawit masyarakat anggota PARSUB yang dikelola PARSUB dengan pendampingan PT. TORUS GANDA ; 18. Bahwa Berdasarkan Putusan-Putusan Pengadilan terkait dengan kasus yang sama dengan kasus Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) Bukit Harapan, Tergugat I telah diperintahkan untuk menyerahkan lahan Kebun Sawit seluas + 23.000 Ha yang dikelolanya, dan membatalkan semua pernyataan ataupun surat- surat keputusannya tentang Kawasan Hutan yang dikelola KPKS Bukit Harapan yang kasusnya sama dengan Penggugat, akan tetapi Tergugat I tidak mau menyerahkan dan membuat pembatalan surat pernyataan/keputusannya sesuai dengan perintah Pengadilan (PK TUN) dan hal tersebut telah secara tidak langsung mengakibatkan timbulnya kerugian bagi Penggugat ; Mahkamah19. Bahwa Agung masyarakat Luhat UjungRepublik Batu dan Simangambat yang Indonesia sebagian juga sebagai anggota PARSUB adalah sebagai pihak yang berhak secara sah atas lahan yang dipermasalahkan, padahal masyarakat tesebut adalah generasi ketujuh Marga Hasibuan yang hidup di Desa Tanah Adat Ulayat Padang Lawas seluas + 178.000 ha sebagaimana juga yang diketahui dan diakui pemerintah Belanda/Kolonial atas adanya hak ulayat masyarakat hukum adat dimaksud (vide UUD 1945 sebelum perubahan). Bahwa Para Penggugat hidup secara turun temurun dan selalu memanfaatkan sumber daya alam di lokasi tersebut sebagai sumber penghidupan ; 20. Bahwa berkaitan dengan yang dikemukakan diatas, berdasarkan ketentuan pasal 12 Ayat (1) UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (LN.Tahun 1960 No.104), yang menyatakan : “Segala Usaha bersama dalam lapangan agraria di dasarkan atas kepentingan bersama dalam rangka kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi atau bentuk-bentuk gotong royong lainnya”. Dengan demikian DL. Sitorus secara bersama-sama dengan PARSUB telah melaksanakan amanah yang diatur dalam pasal 12 ayat (1) UUPA tersebut. Mahkamah21. Bahwa Agung berkaitan dengan apa yang Republik dikemukakan diatas, menurut ketentuan Indonesia Pasal 15 UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dikatakan sebagai berikut :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah13 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id “Bahwa penunjukan kawasan hutan adalah salah-satu tahap dalam proses pengukuhan kawasan hutan, dan ketentuan demikian harus memperhati- kan kemungkinan adanya hak-hak perseorangan atau ulayat pada kawasan hutan yang akan ditetapkan sebagai kawasan hutan sehingga Mahkamah Agungjika demikian terjadi, makaRepublik penataan batas dan pemetaan Indonesia batas kawasan hutan harus mengeluarkannya dari kawasan hutan agar tidak merugikan bagi masyarakat yang berkepentingan dengan kawasan yang akan ditetapkan sebagai kawasan hutan” ; Oleh karena hal yang demikian, maka pada saat penataan batas dan pemetaan batas kawasan hutan Pemerintah/ Menteri Kehutanan seyogianya terlebih dahulu harus mengeluarkan semua tanah yang menjadi Hak ulayat masyarakat adat setempat (anggota Parsub) dari areal kawasan yang akan ditetapkan sebagai kawasan hutan, tetapi dalam kenyataannya hal demikian tidak dilakukan. Dengan demikian terbukti Para Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum yaitu telah melanggar Pasal 15 UU No.41 Tahun 1999 tersebut diatas dan Putusan M.K.No.45/PUU–IX/2011, 21 Februari 2012 ; 22. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.434/PDT/PT.MDN, tanggal 4 Juni 2012, di mana yang menjadi Tergugat adalah Menteri Kehutanan RI dan bukti yang diajukan Menteri Kehutanan sebagai T–1, adalah Gouvernement Besluit (G.B) No.50, 25 Juni 1924, yang diterjemahkan dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia oleh Siti MahkamahWarian Agung Prawirasastra yang hanyaRepublik dalam bentuk fotocopy yang Indonesia tidak pernah ada aslinya ; 23. Bahwa kemudian ternyata di ketahui, asli GB No.50 tidak pernah ada lampiran petanya yang dapat menunjukkan posisi koordinat lokasi secara pasti dan di dalam persidangan dan putusan Pidana No. 481/PID.B/2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 terungkap bahwa JPU tidak mampu menunjukkan GB No.50 yang asli (hanya foto copy) ; Dengan demikian GB No.50 tidak dapat di pakai sebagai dasar hukum penunjukkan kawasan hutan ; 24. Bahwa pada Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.434/PDT/PT.MDN tersebut diatas, dalam pertimbangannya Majelis Hakim Tinggi Medan menyatakan, bahwa selanjutnya surat lampiran peta kawasan hutan Padang Lawas Reg.40 yang berskala 1:100.000 Gouvernement Besluit 25 Juni 1924 No.50 (padahal dalam kenyataan GB No.50 Tahun 1924 tidak memiliki lampiran peta) dan Surat Gubernur Sumatra Utara 5 Nopember 1977 No.26081/3, tidak memuat keterangan apa-apa, tetapi hanya tertulis sebagai berikut: Mahkamah- Jalan Agung ; Republik Indonesia - Batas Areal Perladangan ; - Batas kawasan yang telah diusulkan ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah14 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id - Areal Pemasukan baru; 25. Bahwa dalam pertimbangan selanjutnya Majelis Hakim menyatakan sebagai berikut: “Menimbang bahwa lampiran peta kawasan hutan Padang Lawas Reg.40 GB Mahkamah AgungNo50 tanggal 25 Juni 1924Republik dan Surat GUBSU No.5/1077 No.26081/3Indonesia tersebut aslinya berbahasa Belanda, dan dirobah dan ditambah dengan Bahasa Indonesia dan direkayasa menjadi; batas kawasan yang telah diusulkan areal Pemasukan baru ” . 26. Bahwa pada halaman 31 alinea I, pertimbangan Majelis Hakim Tinggi Medan mengemukakan sebagai berikut : "Menimbang bahwa lampiran peta kawasan hutan Padang Lawas adalah foto copy yang telah terjadi perubahan secara umum dan menyeluruh Padang Lawas menjadi kawasan hutan register 40 dan tidak menyebut nama Desa Parsombaan, Kecamatan Barumun, tidak sesuai dengan daftar yang ditetapkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Batavia tanggal 25 Juni 1924 (No.50) tidak ada Desa Parsombaan, Kecamatan Barumun dalam daftar Kawasan Hutan dan Peta Kawasan Hutan Padang Lawas, Kawasan Hutan Register 40 karena foto copy yang tidak ada aslinya oleh karena itu harus ditolak” . Dengan demikian, jelas-jelas dan secara nyata terbukti bahwa telah terjadi diskriminasi, kriminalisasi terhadap diri DL.Sitorus karena pada kenyataannya Mahkamah Agungterdapat banyak perusahaan Republik dilokasi tersebut diatas yang melakukan Indonesia kegiatan pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit tetapi justru tidak dituntut dan tidak diajukan kedepan sidang Pengadilan. Oleh karenanya kriminalisasi, diskriminasi yang dilakukan terhadap diri DL.Sitorus adalah Jelas-jelas bertentangan dengan konstitusi, karena UUD 1945 secara tegas mengamanatkan dalam pasal 27 ayat (1) yang bunyinya sebagai berikut : “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Kemudian dalam pasal 28I ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan : “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Dan juga jelas-jelas terbukti secara nyata bahwa perkebunan Kelapa sawit yang dikelola Penggugat tersebut adalah bukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud JPU. Mahkamah27. Bahwa Agung jika perkara ini dihubungkan Republik dengan Putusan M.K. No.45/PUU Indonesia–IX/2011, 21 Februari 2012, yang Pemohonnya adalah Ir.H.Muhammad Mawardi,MM,dkk. yang amar Putusannya sebagai berikut :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah15 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id • Mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya ; • Frasa di tunjuk dan atau pasal 1 angka 3 UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan UU No.19 Tahun 2004 tentang Penetapan PERPU UU No.1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No.41 Mahkamah AgungTahun 1999 tentang Republik Kehutanan menjadi UU Negara RepublikIndonesia Indonesia Tahun 2004 No.86, TLNRI No.4412 bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945 ; • Frasa “ditunjuk dan atau“ dalam pasal 1 angka 3 UU nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaiman telah diubah dengan UU No.19 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi UU (LNRI Tahun 2004 No.86 TLNRI No.4412) tidak mempunyai kekuatan Hukum mengikat ; • Memerintahkan Pemuatan putusan ini dalam Berita Negara RI sebagaimana mestinya. 28. Bahwa dalam hal ini putusan Mahkamah Konstitusi (“MK”) harus berlaku surut, tentang hak yang diakui sebelum jaman kemerdekaan tetap keberadaanya, oleh karena itu MK yang mempunyai wewenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final, untuk menguji UU terhadap UUD RI Tahun 1945, maka Putusan MK harus dihormati yang merupakan pengawasan terhadap UU yang bertentangan dengan UUD 1945, oleh karena itu Putusan MK harus diikuti, dengan demikian Hak Ulayat sebagaimana dalam Pasal 3 UUPA MahkamahNo.5/1960 Agung menyatakan : Republik Indonesia “Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan UU dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi“. 29. Bahwa berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas terbukti bahwa Penggugat adalah sebagai Pihak yang berhak secara sah mengelola dan membudidayakan perkebunan Kelapa Sawit diatas tanah seluas + 24.000 ha tersebut yang terletak di Desa Luhat Ujung Batu dan Simangambat (dahulu Kec.Barumun Tengah) ; 30. Bahwa terbukti pula Tergugat I telah menghalangi Penggugat mengelola dan membudidayakan perkebunan Kelapa Sawit dilahan tersebut, maka perbuatan Tergugat I adalah merupakan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata ; 31. Bahwa karena dalam perkara TUN yang telah diputus sampai tingkat Peninjauan Kembali, (Vide Putusan MA No.06.PK/TUN/2008, 05 Mei 2008), yang amarnya Mahkamahintinya Agung menyatakan batalnya Surat Republik Keputusan Tergugat I S.419/Menhut Indonesia-II/2014, Putusan Pengadilan Tinggi Medan yang sudah inkracht No.434/PDT/2011/ PT.MDN, 04 Juni 2012 yang intinya menyatakan perkebunan Kelapa Sawit yang

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah16 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id terletak di Padang Lawas tidak termasuk dalam Kawasan Hutan. Hal ini jelas- jelas diketahui Tergugat I. Oleh karena itu Tergugat I tidak ada hak untuk melarang/ mengancam siapa saja untuk membeli hasil kebun kelapa sawit dari kebun yang di kelola Penggugat, sebagaimana surat Tergugat I No.S.13/Menlhk- Mahkamah AgungSetjen/RHS/ 2015, tanggal Republik25 Juni 2015 ; Indonesia 32. Bahwa apa yang diamanatkan dalam pasal 27 ayat (1) dan pasal 28I ayat (2) UUD 1945 adalah kewajiban untuk memperlakukan semua Warga Negara Indonesia sama kedudukannya dimuka hukum oleh karena itu tidak boleh ada perbedaan/diskriminasi perlakuan antara warga Negara yang satu dengan yang lain dalam penegakan hukum, sehingga tidak tepat jika DL. Sitorus didudukkan Jaksa Penuntut Umum sebagai Terdakwa, dalam Perkara Pidana (Putusan Kasasi No.2642K/Pid/2006, tanggal 12 Februari 2007), sedangkan dilain pihak Perusahaan yang lain dibiarkan begitu saja. Dengan demikian Terbukti perbuatan Tergugat II dalam hal ini Kejaksaan Tinggi Medan-Sumut, melakukan Perbuatan Melawan Hukum dengan membuat Berita Acara tertanggal 26 Agustus 2009, tentang Penyerahan Barang Rampasan berupa : - Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan Padang Lawas seluas + 23.000 ha yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT.TOR GANDA beserta bangunan yang ada diatasnya ; - Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas + 24.000 ha yang dikuasai oleh Koperasi PARSUB dan PT. TORUS GANDA Mahkamah Agungbeserta seluruh bangunan Republik yang ada diatasnya ; Indonesia 33. Bahwa kemudian juga Tergugat I telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum yaitu pada tanggal 21 April 2015 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI telah membuat Suratnya No.S.174/Menlhk-II/2015, perihal, Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatra Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan, dan kemudian tanggal 25 Juni 2015 Tergugat I (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI), membuat Surat lagi melalui suratnya No.S.13/Menlhk-Setjen/RHS/2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI, intinya melarang dan mengancam kepada pihak yang melakukan transaksi dengan Parsub dan KPKS Bukit Harapan, dalam suratnya yang terdiri dari III poin, lengkapnya dikutip berbunyi sebagai berikut : I. Bahwa Areal Perkebunan seluas 47.000 Hektar beserta seluruh bangunan di atasnya di Kawasan Register 40 Padang Lawas Provinsi Sumatra Utara, saat ini dikuasai secara illegal oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda serta Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda. Berdasarkan Putusan MA Nomor 2642K/Pid/2006 merupakan hak Negara ; MahkamahII. Bahwa Agung segala kegiatan atau Republik transaksi berkaitan dengan perkebunan Indonesia dan seluruh bangunan di atasnya di Kawasan Register 40 Padang Lawas yang saat ini dikuasai secara illegal oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah17 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id serta Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda yang dilakukan tanpa melalui Negara merupakan kegiatan melawan hukum Negara Republik Indonesia, dan dapat dipidana ; III. Bahwa Pemerintah mengalihkan manajemen perkebunan sawit beserta Mahkamah Agungseluruh bangunan diatasnya Republik di dalam Kawasan Register 40Indonesia Padang Lawas, Provinsi Sumatra Utara sebagaimana dimaksud Negara, dalam hal ini kepada BUMN RI ; Sehubungan dengan hal-hal tersebut, dikatakan lebih lanjut bahwa Tergugat I meminta dukungan Ketua Umum GAPKI untuk memberitahukan kepada anggota GAPKI agar tidak melakukan transaksi dengan KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda serta Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda. Dalam hal terjadi transaksi, Tergugat I mengancam akan mengenakan pidana dan memproses secara hukum. 34. Bahwa sebagaimana dikemukakan diatas Perkebunan Kelapa Sawit yang dikelola Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda sebagai pendamping di areal Padang Lawas (bukan kawasan hutan) berdasarkan hak tradisional yang turun temurun yang seluruhnya 24.000 Ha dan sebagian dari lahan tersebut sudah bersertifikat Hak Milik, sehingga Putusan Pidana No.481/PID.B/2006/ PN.JKT.PST Jo Putusan No.2642K/PID/2006 yang inti amarnya bahwa Terdakwa DL.Sitorus dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana mengerjakan dan menggunakan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut. Dan Mahkamahmerampas Agung barang bukti berupa Republik perkebunan Kelapa Sawit 47.000 Indonesia Ha yang di kuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. TORGANDA beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya dan Koperasi Parsub dan PT. TORUS GANDA, padahal putusan pidana tersebut telah terkoreksi melalui putusan: - Putusan PK Pengadilan TUN No.06PK/TUN/2008, tanggal 05 Mei 2008. - Putusan Pengadilan Tinggi. Medan No.434/PDT/PT.MDN/ 2012, tanggal 4 Juni 2012 (sudah berkekuatan hukum tetap. Bahwa akibat surat Tergugat I tersebut telah mengakibatkan tersendatnya pendistribusian dan penjualan hasil kelapa sawit Penggugat yang dikelola diluar lokasi yang didakwakan JPU dan dalam amar putusan, sehingga menimbulkan kerugian kepada Penggugat, dan dengan demikian Perbuatan Tergugat I adalah merupakan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata ; 35. Bahwa akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan Tergugat I, dengan mengeluarkan surat No.S.174/ Menlhk-II/2015 dan No.S.13/Menlhk-Setjen/ RHS/2015 Penggugat telah mengalami kerugian materiil sampai saat ini, Mahkamahdengan Agung perhitungan sebagai berikut Republik : Indonesia - Kerugian berupa hasil produksi yang dilarang dijual, yaitu 1 (satu) bulan = Rp. 5.000.000 (Lima Juta rupiah) per hektar ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah18 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id - Bahwa disamping kerugian materiil yang diderita Penggugat, juga mengalami kerugian immaterill, selaku badan hukum Koperasi PARSUB, bersama anggotanya, akibat perbuatan Tergugat I,II, dan III telah mengganggu ketenangan/kedamaian, dan kepastian berusaha bagi Mahkamah Agungpenggugat dalam mengelola Republik dan mengerjakan Kebun KelapaIndonesia Sawit di area Padang Lawas tersebut, bahkan banyak anggota koperasi stress, sakit, dan tertekan, yang jika dihitung secara adil dengan uang, maka kerugian yang diderita Penggugat adalah sebesar Rp. 1.000.000.000.000,-(satu triliun rupiah) ; 36. Bahwa karena yang melakukan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) terhadap Penggugat adalah Tergugat I, II, III mohon agar Majelis Hakim dalam Perkara ini, menghukum Tergugat I, II, III secara tanggung renteng membayar ganti-rugi materill kepada Penggugat secara tunai dan sekaligus sebesar Rp.5.000.000 (lima juta rupiah) per hektar dalam satu bulan, terhitung sejak tanggal 21 April 2015 sampai gugatan ini didaftarkan (selama 7 bulan), sehingga seluruhnya berjumlah 24.000 ha x 7 x Rp 5.000.000 = Rp 840.000.000.000 (delapan ratus empat puluh miliar rupiah) ; 37. Bahwa Kerugian immateril sebagaimana dikemukakan diatas yang diderita Penggugat sebesar Rp.1.000.000.000.000,-(satu triliun rupiah) mohon Majelis Hakim yang mengadili perkara ini menghukum Tergugat I, II, III membayarnya kepada Penggugat secara Tunai, sekaligus dan seketika ; Mahkamah38. Bahwa Agung karena Penggugat mengelola Republik perkebunan kelapa sawit diluarIndonesia lokasi yang dimaksud dalam putusan Pidana tersebuat diatas melainkan diatas dan atas hak- hak tradisional masyarakat adat yang diakui oleh konstitusi, yang paralel dengan Putusan TUN nomor 06.PK/TUN/2008, tanggal 05 Mei 2008 Jo Pasal 116 ayat (2) UU No.51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN jo Pasal 97 ayat (9) huruf a UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN. Maka penggugat mohon agar majelis Hakim yang mengadili perkara ini menyatakan sah menurut hukum Penggugat mengelola dan membudidayakan perkebunan kelapa sawit tersebut, termasuk untuk menjual dan menerima hasil penjualannya ; 39. Bahwa karena Penggugat mengelola perkebunan kelapa sawit adalah dengan cara yang tidak melawan hukum maka Penggugat memohon Majelis Hakim untuk terlebih dahulu ; a. Menyatakan dan menetapkan bahwa sebelum perkara ini memperoleh putusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, surat yang dikeluarkan Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan RI No. MahkamahS.174/MenLhk Agung-II/2015 tanggal Republik 21 April 2015 Perihal Penghentian Indonesia Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Tapanuli Selatan kepada Penggugat dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah19 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI yang berkaitan dengan pengelolaan dan pembudidayaan perkebunan kelapa sawit yang dikelola Penggugat berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan Mahkamah Agunghak pemilikan berdasarkan Republik Sertifikat Hak Milik (SHM) Indonesia berada dalam status quo ; b. Pernyataan bahwa Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/ menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga termasuk dari Para Tergugat, terhitung sejak dibacakan Putusan Provisi atau setidak- tidaknya dalam waktu 14 hari setelah adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai lahan perkebunan kelapa sawit dimaksud sehingga tidak diperlukan acara penyerahan dari Tergugat I, serta menjual hasil pengelolaannya serta menerima hasil penjualannya sebagai pihak yang berhak ; 40. Bahwa karena tindakan Tergugat II membuat Berita Acara Eksekusi dalam hal ini Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatra Utara, tanggal 26 Agustus 2009 secara sewenang-wenang dengan hanya membuat berita acara diantara Tergugat II cq Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dengan Tergugat I cq Kepala Dinas Kehutanan MahkamahProvinsi Agung Sumatera Utara tanpa Republik melakukan pengukuran dilapangan Indonesia dan tidak membuat batas-batas yang pasti menurut hukum serta tanpa kehadiran pihak- pihak terkait maka berita acara eksekusi tersebut mohon Majelis Hakim menyatakan Berita Acara Eksekusi tersebut tidak sah, dan tidak berharga ; 41. Bahwa Tergugat III, dalam hal ini selaku Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Utara, selaku pejabat yang berwenang untuk mengetahui kawasan hutan dan yang bukan kawasan hutan di Provinsi Sumatra Utara wajib mengetahui bahwa areal Perkebunan Kelapa Sawit yang dikelola Penggugat seluas 24.000 ha, bukan di kawasan hutan akan tetapi di areal Padang Lawas berdasarkan hak tradisional yang turun temurun yang diakui Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 jo Pasal 3 UUPA Tahun 1960, akan tetapi Tergugat III telah ikut menandatangani Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan yang dilakukan oleh Tergugat II, tanggal 26 Agustus 2009, sehingga dengan demikian perbuatan Tergugat III adalah merupakan Perbuatan Melawan Hukum ; 42. Bahwa ada kekhawatiran yang sangat beralasan para tergugat akan memaksakan eksekusi secara tidak berdasar sehingga untuk menghindari kerugian yang lebih Mahkamahbesar Agung dan agar gugatan perkara Republik ini tidak menjadi sia-sia penggugat Indonesia memohon dengan sangat kepada bapak Ketua Pengadilan Negeri untuk terlebih dahulu

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah20 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id meletakan sita milik atas objek sengketa berupa kebun kelapa sawit yang dikelola oleh Penggugat ; Bahwa untuk menentukan letak yang pasti dari Objek sengketa yang Penggugat mohon untuk disita bersama ini dimohon kepada Bapak Pengadilan Negeri agar Mahkamah Agungmenentukan sita atas lokasi Republik objek sengketa dengan menggunakan Indonesia instrument Global Positioning System (GPS) sehingga diperolah koordinat geografis secara spasial dengan akurat dan yang dapat menghindarkan masalah kesalahan penentuan objek perkara (error in objecto) seperti yang dialami dalam putusan Pidana No.481/PID.B/2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 jo Putusan PT. Jakarta No.194/Pid/2006/PT.DKI, 11 Oktober 2006 jo Putusan No.2642K/PID/ 2006 tanggal 12 Februari 2007 jo Putusan No.39PK/PID.SUS/2007, tanggal 16 Juni 2008 ; 43. Bahwa agar putusan dalam perkara ini dilaksanakan oleh Tergugat I, II, III mohon yang mulia Majelis Hakim perkara ini menghukum, memerintahkan Tergugat I,II, III untuk bertanggung jawab secara bersama sama untuk membayar uang paksa (dwangsom) Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) setiap hari, apabila Tergugat I, II, III tidak melaksanakan putusan ini, terhitung sejak putusan ini berkekuatan hukum yang pasti ; 44. Bahwa karena sifat perkara ini sangat exepsionil dan sangat penting mengingat kepentingan yang sangat pokok sebagai sumber nafkah anggota Koperasi Parsub (Penggugat) dan demi kemanusiaan, mohon Majelis Hakim perkara ini agar Mahkamahputusan Agung dapat dilaksanakan lebihRepublik dahulu, walaupun ada banding Indonesia maupun kasasi (uitvoerbaar bij voorraad) ; 45. Bahwa Turut Tergugat ditarik sebagai pihak dalam perkara ini, mengingat objek perkara ini adalah langsung berhubungan dengan kewenangan turut Tergugat selaku organ Pemerintah yang telah mengeluarkan ribuan Sertifikat Hak Milik dan puluhan Hak Guna Usaha di Areal Padang Lawas yang diklaim sebagai Kawasan Hutan oleh para Tergugat, termasuk sebagian dari sertifikat yang diterbitkan Turut Tergugat diatas lahan yang dikelola Penggugat dan telah dirampas Tergugat II dan diserahkan kepada Tergugat III secara semena-mena. Dengan demikian mohon Majelis hakim perkara ini menyatakan turut Tergugat tunduk dan mentaati putusan dalam perkara ini ; Berdasarkan hal-hal yang Penggugat kemukakan diatas mohon Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini kiranya berkenan memutuskan sebagai berikut : DALAM PROVISI ; 1. Menyatakan dan menetapkan bahwa sebelum perkara ini memperoleh Mahkamahputusan Agung yang mempunyai kekuatan Republik hukum yang tetap, surat yang Indonesia dikeluarkan Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan RI No. S.174/MenLhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 Perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah21 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Utara dan Bupati Tapanuli Selatan kepada Penggugat dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI yang berkaitan dengan pengelolaan dan pembudidayaan perkebunan kelapa sawit yang Mahkamah Agungdikelola Penggugat berdas Republikarkan hak tradisional masyarakat Indonesia adat secara turun temurun dan hak pemilikan berdasarkan Sertifikat Hak Milik (SHM) berada dalam status quo ; 2. Menyatakan Pernyataan bahwa Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/ menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga termasuk dari Para Tergugat, terhitung sejak dibacakan Putusan Provisi atau setidak-tidaknya dalam waktu 14 hari setelah adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai lahan perkebunan kelapa sawit dimaksud sehingga tidak diperlukan acara penyerahan dari Tergugat I, serta menjual hasil pengelolaannya serta menerima hasil penjualannya sebagai pihak yang berhak ; 3. Menghukum Tergugat I, II, III, dan Turut Tergugat untuk tidak menghalangi Penggugat untuk mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit yang dikelola Penggugat berdasarkan hak tradisional masyarakat Mahkamahadat Agung secara turun temurun dan Republik hak kepemilikan berdasarkan SHM. Indonesia Sejak putusan Provisi dibacakan atau setidak-tidaknya dalam waktu 14 hari setelah adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I, II, III lalai atau tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai perkebunan kelapa sawit (PKS) dimaksud sehingga tidak diperlukan acara penyerahan dari Tergugat I atau Tergugat II ataupun Tergugat III serta menjual hasil pengelolaannya serta menerima hasil penjualannya sebagai pihak yang berhak ; DALAM POKOK PERKARA : 1. Menerima dan mengabulkan gugatan Para Penggugat seluruhnya ; 2. Menyatakan Perbuatan Para Tergugat merupakan perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) ; 3. Menyatakan sah dan berharga sita yang diletakan diatas objek sengket ; 4. Menyatakan sah dan berharga putusan provisi tentang : a. Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. No.S.174/MenLhk- Mahkamah II/2015Agung tanggal 21 April 2015 Republik perihal Penghentian Pelayanan olehIndonesia Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan, kepada Penggugat, dan Surat Menteri

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah22 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI sampai ada putusan berkekuatan hukum tetap ; b. Pernyataan bahwa Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan Mahkamah Agungperkebunan kelapa sawit Republik dan menjual/menerima hasil dari Indonesiakebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga termasuk dari para Tergugat, terhitung sejak dibacakan putusan Provisi atau setidak-tidaknya dalam waktu 14 hari setelah adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai lahan perkebunan kelapa sawit dimaksud sehingga tidak diperlukan acara penyerahan dari Tergugat I, serta menjual hasil pengelolaannya serta menerima hasil penjualannya sebagai pihak yang berhak ; c. Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. No.S.174/MenLhk- II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan, kepada Penggugat, dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI sebagai tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (buiten effect) ; Mahkamah5. Menyatakan Agung Gouvernement Republik Besluit (G.B) No.50 tanggal 25 Indonesia Juni 1924 yang tidak pernah ada aslinya dan tidak terdaftar dalam staatsblad Hindia Belanda tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk penetapan kawasan hutan di Padang Lawas karena tidak ada informasi koordinat geographis dan data spasial (peta lokasi) ; 6. Menyatakan bahwa Penggugat mengelola Perkebunan Kelapa Sawit di areal Padang Lawas berdasarkan hak-hak tradisonil yang turun temurun seluruhnya 24.000 ha, yang sebagian lahan tersebut sudah bersertifikat Hak Milik yang diakui oleh Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 jo Pasal 3 UUPA Tahun 1960 adalah sah menurut hukum ; 7. Menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan Penggugat bukan di lokasi yang disebutkan dalam Dakwaan maupun Putusan Pidana No.2642K/PID/2006 tanggal 12 Februari 2007 jo Putusan No.39PK/PID.SUS/2007, Tanggal 16 Juni 2008 yaitu di 5 (lima) desa di Kecamatan Barumun Tengah ; 8. Menyatakan bahwa amar putusan Pidana nomor 481/PID.B/2006/PN.JKT. PST Jo Putusan nomor 2642K/PID/2006 yang bunyinya “merampas barang bukti” berupa MahkamahPerkebunan Agung Kelapa Sawit di kawasan Republik hutan Padang Lawas seluas Indonesia ± 23.000 ha yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT.Torganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, dan Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan hutan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah23 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Padang Lawas seluas ± 24.000 ha yang dikuasai oleh Koperasi PARSUB dan PT.Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, dirampas untuk Negara, adalah amar putusan yang tidak sah dan batal demi hukum ; 9. Menyatakan Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas ± Mahkamah Agung24.000 ha beserta seluruh Republik bangunan yang ada diatasnya, adalah Indonesia hak Penggugat yang sah ; 10. Menyatakan Berita Acara Eksekusi yang dilakukan Tergugat II tanggal 26 Agustus 2009 yang diserahkan kepada Tergugat III tidak sah dan tidak berharga karena bertentangan dengan hukum ; 11. Menyatakan sah menurut hukum, Penggugat mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit yang menjadi haknya termasuk untuk menjual hasil perkebunan dan menerima hasil penjualannya sesuai dengan putusan Peninjauan Kembali Peradilan TUN No.06.PK/TUN/2008, tanggal 05 Mei 2008 Jo Pasal 116 ayat (2) UU Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN jo Pasal 97 ayat (9) huruf a UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN ; 12. Menghukum Tergugat I, II, III dan turut Tergugat untuk tidak menghalangi Penggugat mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan hak kepemilikan berdasarkan Sertifikat Hak Milik (SHM) ; 13. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar ganti-rugi Mahkamahmateriil Agung kepada Penggugat sebesarRepublik Rp.840.000.000.000,-(delapan Indonesia ratus empat puluh miliar rupiah) secara tunai dan ganti-rugi immaterill sebesar Rp.1.000.000.000.000,-(satu triliun rupiah) ; 14. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom) Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) setiap hari, akibat keterlambatan/ lalai melaksanakan atau mematuhi putusan ini, terhitung sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap ; 15. Menyatakan Putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan lebih dahulu walaupun ada banding maupun kasasi (uitvoerbaar bij voorraad) ; 16. Menyatakan turut Tergugat tunduk dan taat terhadap putusan ini ; 17. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini ; Apabila yang mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono). Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan oleh Majelis Hakim, Para pihak yaitu Penggugat hadir Kuasa Hukumnya dan Kuasa Tergugat I, Kuasa Tergugat II dan Kuasa Tergugat III serta Kuasa Turut Tergugat Mahkamahjuga hadir Agung dipersidangan ; Republik Indonesia Menimbang, bahwa sesuai dengan Pasal 8 Ayat 1 huruf d Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah24 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id atas kesepakatan para pihak yang berperkara Hakim Ketua Majelis telah menetapkan Hakim FADEL PARDAMEAN BATEE..,SH sebagai Mediator untuk menyelesaikan sengketa mereka secara damai melalui Mediasi namun upaya tersebut tidak berhasil sebagaimana laporan Hakim Mediator ; Mahkamah AgungMenimbang, bahwa terhadap Republik surat gugatan Penggugat tersebut,Indonesia Tergugat I, melalui Kuasanya telah mengajukan jawaban, yang Majelis Hakim terima pada sidang tanggal 24 Februari 2016, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : 1. DALAM EKSEPSI 1. Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tidak Berwenang untuk Memeriksa dan Mengadili Perkara a quo (Kompetensi Absolut) Penggugat dalam Petitum memori gugatnya pada angka 4 huruf (a) halaman 24 mengajukan permohonan kepada majelis hakim a quo untuk menyatakan tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (buiten effect) Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatan RI No. S.174/Menlhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada KPKS bukit Harapan, PT. Torganda, Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (Parsub) serta PT. Torus Ganda dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Juni 2015 perihal pemberitahuan putusan MA Nomor : 2642 K/Pid/2006 tentang Register 40 Padang Lawas yang ditujukan kepada ketua GAPKI Mahkamah AgungTerhadap petitum Penggugat Republik tersebut, Tergugat I tanggapi sebagai Indonesia berikut : a. Berdasarkan ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 jo. Undang-undang Nomor : 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara diatur bahwa : “Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitas” b. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 9 Undang-undang Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara diatur bahwa : “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluaekan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukumTata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual dan final, yang menimbulakan akibat Mahkamah Agunghukum bagi seseorang atau Republik badan hukum perdata” Indonesia c. Bahwa Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatan RI No. S.174/Menlhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah25 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada KPKS bukit Harapan, PT. Torganda, Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (Parsub) serta PT. Torus Ganda dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. Mahkamah AgungS.13/Menlhk-Set.Jen/RHS Republik/2015 tanggal 25 Juni Indonesia 2015 perihal pemberitahuan putusan MA Nomor : 2642 K/Pid/2006 tentang Register 40 Padang Lawas merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara dalam hal ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Tergugat I), yang bersifat : Konkret, karena keputusan tersebut berisi Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (Parsub). Individual, karena Keputusan TUN tersebut ditujukan kepada pihak tertentu dhi. Ketua GAPKI. Final, karena Keputusan tersebut sudah memiliki akibat hukum untuk dilaksanakan, yaitu GAPKI berhak untuk tidak menerima hasil perkebunan yang berasal dari pihak lain harus menghormati Keputusan tersebut (erga omnes). Berdasarkan uraian tersebut diatas, karena Petitum Penggugat berisi permohonan kepada Majelis Hakim untuk menyatakan tidak sah Surat Mahkamah AgungMenteri Lingkungan HidupRepublik dan Kehuatan RI No. S.174/Menlhk Indonesia-II/2015 tanggal 21 April 2015 dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Juni 2015 yang merupakan Keputusan Tata Usaha Negara, maka yang berwenang untuk memutuskan dan mengadili adalah badan peradilan Tata Usaha Negara, sehingga Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo (kompetensi absolute) Dengan demikian cukup beralasan bagi majelis Hakim a quo untuk menjatuhkan putusan sela dengan menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard) 2. Penggugat Tidak Mempunyai Kekuatan Hukum Dalil Penggugat angka 6 halaman 5 s/d 6 yang intinya menyatakan bahwa Penggugat sangant mempunyai kepentingan hukum langsung dalam gugatan ini adalah dalil yang tidak beralasan hukum, dengan alasan : a. Azas dasar dalam hukum acara Perdata adalah azas point d’interet point d’action, yang berarti bahwa barangsiapa yang mempunyai kepentingan dapat Mahkamahmengajukan Agung gugatan ; Republik Indonesia b. Dalam perkara a aquo, Penggugat mendalilkan mengenai putusan tanggal 28 Juni 2006 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor : 194/Pid/2006/PT.DKI

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah26 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id tanggal 11 Oktober 2006 jo. Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2642 K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 jo. Putusan Mahkamah Nomor : 39 PK/Pid.Susu/2007 tanggal 26 Juni 2008 ; c. Bahwa dalam putusan tersebut huruf b di atas, yang telah berkekuatan hukum Mahkamah Agungtetap (Inkracht van gewijsde Republik), Darianus Lunguk Sitorus dinyatakan Indonesia secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana mengerjakan dan menduduki kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama- sama dan dalam bentuk sebagai perbuatan berlanjut ; d. Selanjutnya dalam putusan tersebut dinyatakan barang bukti yang disita berupa : - Perkebunan kelapa sawit di kawasna hutan Padang Lawas seluas + 23.000 hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya ; - Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padangf Lawas seluas + 24.000 hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya. Dirampas untuk Negara dalam hal ini Departemen Keuangan ; e. Bahwa terhadap perkebunan sebagaimana butir d di atas, telah dilakukan eksekusi administrasi oleh Kejaksaan Tinggi Medan sesuai Berita Acara tanggal 26 Agustus 2009 ; f. Bahwa meskipun sudah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht Mahkamah Agungvan gewijsde), Penggugat Republik secara melawan hukum masih menguasaiIndonesia objek perkara dimaksud, yang sebenarnya di rampas dan di kelola oleh Negara ;

Dengan demikian, maka Penggugat tidak mempunyai kepentingan hukum untuk mengajukan gugatan a quo, sehingga cukup alasan bagi Majelis Hakim a quo untuk menjatuhkan Putusan sela dengan menyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet ontankelijke verklaard) ; II. DALAM POKOK PERKARA ; 1. Segala uraian yang terdapat dalam pokok perkara ini merupakan satu kesatuan dengan eksepsi yang telah di sampaikan di atas ; 2. Bahwa tanah sengketa a quo merupakan adalah Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas berdasarkan : 1) Government Besluit (GB) Nomor : 50/1924 tanggal 25 Juni 1924 ; 2) Berita Acara Penyerahan tanah Kawasan Hutan Padang Lawas dari masyarakat kepada Gubernur - Tertanggal 20 Mei 2981 seluas 12.000 Ha ; Mahkamah Agung- Tertanggal 26 Mei 1981 Republik seluas 10.000 Ha ; Indonesia - Tertanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah27 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 3) Keputusan Manteri Pertanian Nomor : 923/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan areal hutan di Wilayah Provinsi Dati I sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) ; 4) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor : 7 Tahun 1998 Mahkamah Agungtentang Rencana Republik Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indonesia Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan ; 5) Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli selatan Nomor :14 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan ; 6) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.44/Menhut-II/2005 menunjuk kembali keadaan hutan di wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas + 3.724.120 Ha yang mencabut Keputusan Menteri Kehutanan No. 923/Kpts/UM/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan Areal hutan di wilayah Provinsi Dati 1 Sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) ; 7) Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) Nomor 2642 L/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 ; 8) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara ; 3. Dalil Penggugat angka 2 s/d 4 Halaman 2 s/d 5 yang intinya menyatakan bahwa atas tanah objek sengketa a quo telah di adakan kerjasama Mahkamah Agungpengelolaan perkebunan Republik Kelapa Sawit antara Koperasi Indonesia Parsadaan Simangambat Ujung Batu (Parsub) dengan PT. Torus Ganda atas lahan seluas 24.000 Ha yang berada di Kecamatan Simangambat (Dahulu Kecamatan Barumun Tengah) yang bukan merupakan kawasan hutan, adalah dalil yang tidak berdasar hukum dengan alasan ; 4. Dalil Penggugat Angka 5 Halaman 6 yang intinya menyatakan bahwa para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum sehingga mengganggu kegiatan perkebutan Penggugat adalah tidak berdasar hukum dengan alasan : a. Bahwa tanah objek sengketa merupakan kawasan hutan sebagaimana uraian angka 2 diatas ; b. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) Nomor : 2642 K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 tanah objek sengketa telah dijadikan sebagai kawasan hutan dan dirampas oleh Negara untuk diserahkan kepada Departement Kehutanan ;

Dengan demikian tidak terdapat unsure perbuatan melawan hukum pada diri Mahkamahpara Agung Tergugat, sehingga dalil Republik Penggugat tidak beralasan hukum Indonesia dan harus di tolak ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah28 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 5. Dalil Penggugat angka 13 halaman 9, angka 21 Halaman 14, Angka 27 s/d 28 Halaman 16 s/d 17 yang intinya menyatakan Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu melanggar Pasal 15, Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor : 45/PUU-IX/2011 tanggal 21 Februari 2012 dan Mahkamah AgungPutusan MK Nomor : 35/PUURepublik-X/2012, tanggal 16 Mei 2013 Indonesia adalah dalil yang tidak beralasan hukum dengan alasan : a. Berdasarkan pertimbangan Hukum Majelis Mahkamah Konstitusi pada angka 3.14 Putusan Nomor : 45/PUU-IX/2011 tanggal 21 Februari 2012, dinyatakan “Bahwa meskipun Pasal 1 angka 3 dan Pasal 81 Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 2004, mempergunakan frasa “ditujukan atau ditetapkan” dalam Pasal 81 Tetap sah dan mengikat”. b. Berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor: 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi diatur bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum. Dalam putusan Mahkamah Konstitusi tersebut tanggal 21 Februari 2012. Dalam hukum tata Negara, keberlakuan suatu peraturan perundang- undangan didasarkan pada asa proaktif, artinya berlakunya untuk jangka waktu ke depan dan tidak retroaktif/ kebelakang. c. Bahwa tempus delicti tindak pidana kehutanan atas nama Darianus Mahkamah AgungLungguk Sitorus dan PutusanRepublik Mahkamah Agung Nomor : 2642Indonesia K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 adalah sebelum diucapkannya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 45/PUU-IX/2011 tanggal 21 Februari 2012.

Berdasarkan uraian tersebut huruf a s/d c di atas, maka GB dan Keputusan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 923/Kpts/UM/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 yang telah menunjuk Register 40 Padang Lawas sebagai kawasan hutan adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat. d. Terkait Putusan MK Nomor : 35/PUU-X/2012, tanggal 16 Mei 2013, Mahkamah Konstitusi tidak mengabulkan permohonan pembatalan Pasal 67 Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dengan demikian quod non Penggugat adalah masyarakat adat, maka pengukuhan keberadaannya harus ditetapkan dengan peraturan daerah. Fakta hukumnya Penggugat tidak dapat menunjukkan Paraturan Daerah yang Mahkamah Agungmengukuhkan keberadaan Republik Penggugat sebagai masyarakat adat. Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah29 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Dengan demikian tidak terdapat perbuatan melawan hukum pada diri Para Tergugat, sehingga gugatan Penggugat harus dinyatakan ditolak. 6. Dalil Penggugat angka 33 dan 35 halaman 18 dan 20 yang intinya menyatakan Tergugat I telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan Mahkamah AgungMengeluarkan Surat Republik Menteri Lingkungan Hidup dan Indonesia Kehuatan RI No. S.174/Menlhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada KPKS bukit Harapan, PT. Torganda, Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (Parsub) serta PT. Torus Ganda dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Juni 2015 perihal pemberitahuan putusan MA Nomor : 2642 K/Pid/2006 tentang Register 40 Padang Lawas adalah dalil yang tidak berdasarkan hukum dengan alasan : a. Bahwa dalam putusan Putusan MA Nomor : 2642 K/Pid/2006 tabggal 12 Februari 2007 di atas, yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), Darianus Lungguk Sitorus dinyatakan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan tindak pidana mengerjakan dan menduduki kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan dalam bentuk sebagai perbuatan berlanjut ; b. Selanjutnya dalam putusan tersebut dinyatakan barang bukti yang disita Mahkamah Agungberupa : Republik Indonesia - Perkebunan kelapa sawit di kawasna hutan Padang Lawas seluas + 23.000 hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya ; - Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padangf Lawas seluas + 24.000 hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya. Dirampas untuk Negara dalam hal ini Departemen Keuangan; c. Berita Acara Penyerahan Barang Bukti Rampasan tanggal 26 Agustus 2009, telah dilaksanakan pelaksanaan putusan MA Nomor : 2642 K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 ; d. Bahwa sampai saat ini KPKS Bukit Harapan, PT. Torus Ganda, PT. Torganda, Koperasi Parsub (Penggugat) tetap berada di tanah objek sengketa dan menguasai objek perkara tersebut serta memanen hasilnya yang seharusnya menjadi hak Negara ; e. Dalam rangka pelaksanaan putusan dan agar pihak-pihak yang terkait Mahkamah Agungdalam putusan pidana dapatRepublik segera menyerahkan objek perjara Indonesia tersebut, maka dilakukan berbagai upaya yang antara lain berupa Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatan RI No. S.174/Menlhk-II/2015 tanggal

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah30 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 21 April 2015 dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Juni 2015.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Tergugat I tidak melakukan perbuatan melawan hukum, sehingga dalil Penggugat harus ditolak. Mahkamah Agung7. Dalil Penggugat dalamRepublik memori Gugatannya angka Indonesia 37 halaman 21 berkaitan dengan ganti rugi yang harus dibayar Tergugat I kepada Penggugat sebesar Rp. 1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah) adalah tidak beralasan hukum yang dilakukan Tergugat I yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat, tuntutan ganti rugi yang di ajukan oleh Penggugat a quo juiga tidak di dukung dengan suatu perincian dan dasar hukum yang jelas, sehingga sudah sepatutnya di tolak, karena berdasarkan Yiriprudensi Mahkamah Agung Tanggal 18 Desember 1970 Nomor 492 K/Sip/1970 dan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1720 K/Pdt/1986 tanggal 18 Agustus 1988 dengan tegas dinyatakan bahwa “Setiap tuntutan ganti rugi harus disertai perincian kerugian dalam bentuk apa yang menjadi dasar tuntutannya Tanpa perincian dimaksud maka tuntutan ganti rugi harus dinyatakan tidak dapat diterima karena tuntutan tersebut tidak jelas/tidak sempurna ; 8. Petitum Penggugat angka 5 halaman 28 yang intinya menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan lebih dahulu walaupun ada banding/ Mahkamah Agungmenjatuhkan putusan sertaRepublik merta (uitvoerbaar bij voorraad Indonesia) adalah tidak berdasar hukum karena tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 03 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij vorraad) dan provisional yaitu tidak terdapat gugatan provisional yang di kabulkan dan gugatan tidak didasarkan pada putusan yang telah memperoleh hukum tetap yang mempunyai hubungan dengan pokok gugatan a quo. Di samping itu untuk dapat di kabulkannya putusan serta merta harus memenuhi syarat antara lain : a. Memenuhi Pasal 191 ayat (1) RBg. b. Adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai barang/obyek eksekusi. Sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain, apabila ternyata di kemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan tingkat pertama.

Atas dasar SEMA tersebut diatas jeas bahwa permohonan putusan serta merta yang di ajukan Penggugat tidak memenuhi syarat-syarat yang telah di Mahkamah Agungtentukan, sehingga harus ditolak.Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah31 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Dari uraian yang terdapat baik dalam eksepsi dan pokok perkara, Maka selanjutnya Tergugat I mohon dengan hormat kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padangsidimpuan yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk memutus sebagai berikut : Mahkamah I. AgungDalam Eksepsi Republik Indonesia a. Menerima Eksepsi Tergugat I ; b. Menyatakan Pengadilan Negeri PAdangsidimpuan tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo (Kompetensi Absokut) c. Menyatakan Penggugat tidak mempunyai Kepentingan Hukum ; d. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ; II. Dalam Pokok Perkara a. Menolak seluruh gugatan Penggugat ; b. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya-biaya dan ongkos perkara ;

Bila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) . Menimbang, bahwa terhadap surat gugatan Penggugat tersebut, Tergugat II Termohon melalui Kuasanya telah mengajukan jawabannya yang Majelis Hakim terima pada sidang tanggal 24 Februari 2016, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : MahkamahDALAM Agung EKSEPSI Republik Indonesia 1. Pengadilan Negeri Padangsidimpuan Tidak Berwenang Mengadili Bahwa Tergugat I dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia cq. Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI memiliki domisili hukum di Gedung Manggala Wanabhakti Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Pusat, Tergugat II dalam hal ini Jaksa Agung Republik Indonesia cq. Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara memiliki domisili hukum di Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution Nomor 1 C Medan 20146, Sedangkan tergugat III dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia cq. Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara cq. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara memeiliki domisili hukum di Jl. Sisingamangaraja KM. 5,5 No. 14 Marendal Medan 20145. Bahwa berdasarkan asas Actor Sequitor Forum Rei sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 118 HIR/Pasal 142 Rgb, seharusnya gugatan di ajukan ke Pengadilan Negeri yang di dalam wilayah hukumnya terdapat tempat kedudukan/alamat, Tergugat II dan Tergugat III yang dalam hal ini memiliki domisili hukum di kota Medan, Sehingga Pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili serat Mahkamahmemutus Agung perkara a quo adalah PengadilanRepublik Negeri Medan, Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah32 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Berdasarkan uraian di atas maka kami berpendapat Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tidak berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo. 2. Gugatan Obscuur Libel Mahkamah Agunga. Tidak Jelas Dasar Hukum Republik Dalil Gugatan Indonesia Bahwa dalam gugatan Penggugat menyatakan lahan perkebunana kelapa sawit yang Penggugat lahannya milik masyarakat dalam hal ini Keperasi Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dengan pendampingan dari PT. TORUS GANDA sebagai penyandang dana dan Pembina teknik management dan modal/pendanaan. Akan tetapi dalam gugatan tidak disebutkan dan dinyatakan dengan tegas atas dasar hukum apa dan dari siapa Penggugat memeproleh hak untuk mengelola perkebunan kelapa sawit serta sejak kapan Penggugat mengelola perkebunana kelapa sawit tersebut. BAhwa Penggugat yang tidak dapat menjelaskan berdasarkan apa dan dari siapa Penggugat memperoleh hak pengelolaan serta sejak kapan di kelola perkebunan kelapa sawit tersebut merupakan gugatan yang tidak jelas dasar hukum dalil gugatan. Bahwa dasar hukum Penggugat mengajukan Gugatan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah RI Nomor : 311/BH/KWK.2/X/1998 tertanggal 20 Oktober 1998. Susunan Pengurusan koperasi Parsub berdasarkan akta perubahan Anggaran Dasar Koperasi Mahkamah AgungParsub Nomor 16 tanggal 7Republik September 2013 oleh Notaris Junita Indonesia Ritonga yang mana dalam akta tersebut yang menjabat selaku Ketua Koperasi adalah RS. Safaruddin Siregar. Bahwa sebelumnya yang menjabat selaku Ketua Koperasi Parsub adalah Sangkot Hasibuan, yang telah terbukti berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terbukti mengerjakan dan menggunakan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan dalam bentuk sebagai perbuatan berlanjut. Dengan demikian Akta Perubahan Anggarasan Dasar Koperasi Parsub Nomor 16 Tanggal 7 September 2013 dapat dinyatakan tidak sah, sehingga mengakibatkan dasar hukum Penggugat mengajukan Gugatan menjadi tidak mempunyai dasar hukum yang sah. Oleh karena gugatan Penggugat haruslah di tolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard). b. Tidak Jelas Letak dan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Yang Dikelola Penggugat MahkamahBahwa Agung dalam Gugatan Penggugan Republik menjelaskan objek sengketa Indonesia berupa lahan kebun kelapa sawot yang dikelola Penggugat di Luhat Ujung Batu dengan luas lahan + 24.000 Hektar, akan tetapi gugatan tidak menyebutkan secara

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah33 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id cermat, jelas dan lengkap dimana letak dan batas-batas perkebunan kelapa sawit yang penggugat kelola dalam hal ini Keperasi PARSUB seluas ± 24.000 Hektar. Bahwa objek sengketa perkara a quo merupakan barang bukti lahan Mahkamah Agungperkebunan kelapa sawit Republik yang di sita dalam perkara pidana Indonesia namun di kelola oleh Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB), sehingga memiliki hubungan yang erat dengan adanya perkara pidana atas nama Terpidana DARIANUS LUNGGUK SITORUS yang memiliki kekuatan hukum tetap (inckracht van geweijde). Sebagaimana dalam dalil gugatan Penggugat “halaman 6 angka 6, halaman 11 angka 16, halaman 12 angka 17, halaman 13 angka 18 dan halaman 18 angka 32”. Bahwa berdasarkan amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 481/Pid.B/2006/ PN,JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 Jo. Putusan Pengadilan tinggi Jakarta Nomor : 194/Pid/2006/PT.DKI tanggal 11 Oktober 2006 jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Kasasi) Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 Jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Peninjauan Kembali) Nomor : 39 PK/Pid.Sus/2007 tanggal 16 Juni 2008, menyatakan bahwa : a. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 23.000 Hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya ; b. Perkebunan kelapa sawit di Kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24. Mahkamah Agung000 Hektar yang dikuasai Republik oleh Koperasi Parsub dan PT. TorgandaIndonesia beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya.

Dirampas untuk Negara dalam hal ini Department Kehutanan. Sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor : 1149 K/1975 tanggal 17 April 1979 yang menyatakan “surat gugatan yang tidak menyebutkan dengan jelas dan batas-batas objek sengketa maka gugatan dinyatakan tidak dapat diterima” Bahwa dalam hal ini Penggugat tidak dapat mendalilkan secara jelas berapa luas, letak dan batas-batas lahan yang dikuasai atau dikelola oleh Penggugat yang di tuntut untuk tidak dikenakan tindakan penyerahan barang rampasan dengan lahan yang bersempadan/berbatasan atau yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. TORUS GANDA sebagaimana diuraikan dalam Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan tertanggal 26 Agustus 2009. Oleh karena gugatan Penggugat yang tidak menyatakan letak dan luas secara Mahkamahcermat, Agung jelas dan lengkap lahanRepublik perkebunan kelapa sawit yang Indonesia Penggugat kelola merupakan gugatan yang kabur atau tidak lengkap, sehingga gugatan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah34 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard) . 3. Eksepsi Tentang Kurangnya Pihak (Plurium Litis Consortium) Bahwa Penggugat dalam dalil gugatannya pada “halaman 2 angka 2” Mahkamah Agungmenyatakan Bahwa Koperasi Republik Parsadaan Simangambat Ujung Indonesia Batu (PARSUB) merupakan Badan Hukum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi, Penguasa Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 311/BH/KWK.2/X/1998 tertanggal 20 Oktober 1998. Kemudian dalam posita gugatan “halaman 3 angka 3” dinyatakan bahwa Penggugat pernah membuat perjanjian kerja sama yang dituangkan dalam Akta Notaris Setiawati, SH No. 139 tanggal 16 September 2003 yang isisnya tentang Perjanjian kerjasama Pengelolaan perkebunan kelapa sawit dengan PT. Torus Ganda/ Sebagai pendamping dalam hal pembinaaan teknik Manajemen dan modal/pendanaan, untuk penguasaan lahan sebesar 24.000 Ha yang terletak di 5 (lima) Desa yaitu 10. Desa Aek Raru, 20. Desa Parang Padang, 30. Desa Janji Matogu, 40 Desa Mandasip, 5) Desa Langkimat. Bahwa dalam dalil gugatannya “halaman 8 angka 10”, penggugat juga secara nyata menyatakan bahwa pengelolaan perkebunan kelapa sawit dilakukan oleh Penggugat Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dengan pendampingan PT. TORUS GANDA merekalah yang memiliki Mahkamah Agungkepentingan terhadap tanahRepublik objek sengketa sebagaimana Indonesiadiuraikan dalam Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan tertanggal 26 Agustus 2009. Namun demikian, Penggugat dalam dalilnya tidak dapat menunjukkan dan membuktikan berapa banyak anggota Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) yang di klaim sudah memiliki sertifikat hak milik yang sah secara hukum . Berdasarkan uraian di atas maka, oleh karena gugatan Penggugat tidak menyertakan yang diklaim Penggugat sudah memiliki sertifikat hak milik atas lahan objek sengketa (namun tidak dapat dibuktikan jumlah, siapa pemiliknya dan dasar hukum kepemilikan lahan), maka gugatan Penggugat dalam perkara ini tidak memenuhi syarat formil suatu Gugatan Perdata, dimana kurang pihak sebagaimana di atur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku di Indonesia dalam mengajukan suatu gugatan perdata, maka di mohonkan Kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara perdata ini menyatakan menolak gugatan Penggugat, atau setidak- tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard). Mahkamah Agung Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah35 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id DALAM PROVISI Bahwa Penggugat dalam Provisinya pada pokoknya meminta sebagai berikut : 1. Agar pengelolaan dan pembudidayaan perkebunan kelapa sawit yang dikelola Penggugat berada di dalam status quo. Mahkamah Agung2. Menyatakan Penggugat Republik berhak untuk meneruskan pengelolaan Indonesia perkebunan kelapa sawit dan menjual atau menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak mana pun. 3. Menghukum para Tergugat dan turut Tergigat untuk tidak menghalangi Penggugat untuk mengelola dan membudidayakan perkebunan kelapa sawit tersebut.

Bahwa makna dari pasal 191 Rbg, Putusan Provisi (provisionele beschikking) yakni keputusan yang bersifat sementara atau (temporary disposal) yang berisikan tindakan dengan demikian Provisi tidak boleh mengenai pokok perkara (bodemgeschil), namun hanya terbatas mengenai tindakan sementara berupa larangan melanjutkan suatu kegiatan, misalnya melarang meneruskan pembangunan diatas tanah terperkara ; Menimbang, bahwa melihat tuntutan Provisi yang diajukan Penggugat dalam gugatannya tidak memberikan gambaran secara jelas apa yang dimaksud dengan “tindakan hukum lainnya sehubung adanya Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan (BA-22) tertanggal 26 Agustus 2009 antar Tergugat II dan Tergugat III Mahkamahdilokasi Agung perkebunan Koperasi Republik Parsadaan Simangambat Ujung BIndonesiaatu (PARSUB) sbeelum perkara ini berkekuatan hukum tetap”. Sekiranya yang dimaksudkan “ Tindakan hukum lainnya” adalah tindakan penguasaan lahan, maka tuntutan Provisi yang demikian itu sudah memasuki materi pokok perkara, jadi bukan lagi merupakan tindakan sementara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 191 Rbg. Di samping itu, selama berlangsungnya pemeriksaan persidangan, para Tergugat tidak ada melakukan tindakan apapun berkenaan dengan objek gugatan Penggugat, sehingga tuntutan Provisi tersebut tidak beralasan dan tidak diperlukan. Oleh karena demikian, maka Tuntutan Probisi ini haruslah ditolak. Bahwa perkebunan kelapa sawit yang berada di wilayah Padang Lawas seluas + 24.000 Hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya yang telah di eksekusi oleh Tergugat II berdasarkan Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan Nomor Print :-223/N.2/Fuh.1/08/2009 tanggal 25 Agustus 2009, selanjutnyaditindak lanjuti dengan menyerahkan Mahkamahkepada Agung Tergugat III sesuai denganRepublik Berita Acara Penyerahan Indonesia Barang Rampasan (BA-22) tertanggal 26 Agustus 2009, merupakan Barang bukti dalam perkara pidana atas nama Terpidana DARIANUS LUNGGUK SITORUS.

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah36 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Perkebunan tersebut dijadikan sebagai barang bukti karena merupakan kawasan hutan yang dikerjakan dan/atau digunakan atau didududki secara tidak sah. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 481/Pid.B/2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006Jo. Putusan Pengadilan tinggi Mahkamah AgungJakarta Nomor : 194/Pid/2006/PT.DKI Republik tanggal 11 Oktober Indonesia 2006 jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Kasasi) Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 Jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Peninjauan Kembali) Nomor : 39 PK/Pid.Sus/2007 tanggal 16 Juni 2008, menyatakan bahwa : a. Perkebunana kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 23.000 Hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya ; b. Perkebunan kelapa sawit di Kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24. 000 Hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya.

Dirampas untuk Negara dalam hal ini Departement Kehutanan ; Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa lahan yang diminta Penggugat untuk mengelola dan memanfaatkan merupakan lahan yang sudah jelas statusnya merupakan kawasan hutan yang tidak dapat diserahkan pengelolaan nya dan pemanfaatnya kepada Penggugat, sehingga permohonan Provisi Penggugat haruslah ditolak untuk seluruhnya. MahkamahDALAM Agung POKOK PERKARA Republik Indonesia 1. Menyatakan apa yang Tergugat II Uraikan dalam eksepsi termasuk dalam pokok perkara 2. Tentang Perbuatan Melawan Hukum Bahwa Penggugat dalam dalil gugatannya menyatakan perbuatan Tergugat II dan Tergugat III melaksanakan pelaksanaan Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan (BA-22) tertanggal 26 Agustus 2009 berupa “Perkebunan Kelapa Sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24.000 Hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya” merupaan perbuatan melawan hukum. Bahwa Tergugat II menyerahkan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas lebih kurang 24.000 Hektar yang di kuasai oleh Koperasi PARSUB dan PT. TORGANDA beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya kepada Tergugat III sesuai dengan Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan (BA-22) tertanggal 26 Agustus 2009, merupakan pelaksanaan dari Putusan Mahkamah Agung RI *Kasasi) Nomor : Mahkamah2642.K/Pid/2006 Agung tanggal 12Republik Februari 2007 atas nama Indonesia Terpinada DARIANUS LUNGGUK SITORUS

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah37 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Bahwa perkara atas nama Terpidana DARIANUS LUNGGUK SITORUS merupakan Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), dan berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 6 huruf a jo. Pasal 270 KUHAP jo. Pasal 30 Ayat 1 huruf b UU No. 16 Tahun 2004 tentang Mahkamah AgungKejaksaan RI tersebut, Republik Tergugat II pada tanggal 26 AgustusIndonesia 2009 telah melaksanakan eksekusi terhadap barang bukti yang di rampas untuk Negara dalam perkara atas nama DARIANUS LUNGGUK SITORUS. Bahwa oleh karena tindakan Tergugat II yang melaksanakan penyerahan barang bukti yang di rampas untuk Negara berupa perkebunan kelapa sawit di Kawasan Padang Lawas seluas + 24.000 Hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dan PT. TORGANDA beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya kepada Tergugat III dalam rangka melaksanakan Putusan Mahkamah Agung RI yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) berdasarkan tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang, maka tindakan Tergugat II tersebut bukanlah perbuatan melawan hukum. Bahwa dalam melaksanakan eksekusi dan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), atas barang bukti yang dirampas untuk Negara, maka tidak perlu diberitahukan kepada Penggugat dan tidak perlu dilakukan constatering. BAhwa disamping yang telah di uraikan di atas, setelah mencermati dan memahami seluruh materi gugatan Penggugat, kami selaku Tergugat II Mahkamah Agungmenyimpulkan bahwa Republik sebenarnya Penggugat mengajukan Indonesia gugatan disebabkan adanya perkara pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atas lahan yang dikuasai oleh Penggugat agar di serahkan kepada Negara yang notabene Jaksa sebagai Penuntut Umum dan Eksekutor. Tugas dan Kewenangan Kejaksaan di atur dalam undang-undang Nomor 16 Tahun 2004, dengan demikian segala tindakan Kejaksaan adalah untuk kepentingan Negara, lagi pula lembaga kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Instansi terkait lainnya telah menempuh proseudr yang sesuai dengan ketentuan yang ada dan telah menghabiskan tenaga, fikiran dan biaya Negara, sehingga tindakan Kejaksaan nyata-nyata bukan perbuatan melawan hukum bahwa sebaliknya perbuatan yang melaksanakan hukum sebagaimana mestinya. Untuk membuktikan dan menunjukkan bahwa tindakan Tergugat II telah sesuai dengan hukum tersebut dapat dilihat dari prosedur dan langkah- langkah yang dilaksanakan oleh Tergugat II bekerja sama dengan Kepolisian, Pengadilan, dan Instansi Terkait sebagai berikut : RIWAYAT PENAHANAN : Mahkamah1. AgungDitahan Penyelidik Kejari JakartaRepublik Selatan, sejak tanggal 31 AgustusIndonesia 2005 s/d 19 September 2005.

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah38 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 2. Ditahan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, sejak tanggal 20 September s/d 29 Oktober 2005. 3. Ditahan Wakil Ketua PN Jakarta Selatan, sejak tanggal 20 Oktober 2005 s/d 28 Oktober 2005. Mahkamah Agung4. Ditahan Ketua PN JakartaRepublik Selatan, sejak tanggal 29 ONopember Indonesia 2005 s/d 28 Desember 2005. 5. Ditahan Penuntut Umum sejak tanggal 28 Desember 2005 s/d 16 Januari 2006. 6. Ditahan Ketua PN Jakarta Pusat sejak tanggal 17 Januari 2006 s/d 15 Februari 2006. 7. Ditahan Ketua PN Jakarta Pusat, sejak tanggal 16 Februari 2006 s/d 17 Maret 2006. 8. Ditahan Hakim PN Jakarta Pusat, sejak tanggal 10 Maret 2006 s/d 8 April 2006. 9. Ditahan Wakil Ketua PN Jakarta Pusat, sejak tanggal 9 April 2006 s/d 7 Juni 2006. 10. Perpanjangan Wakil Ketua PT. Jakarta, sejak tanggal 8 juni 2006 s/d 7 Juli 2006. 11. Perpanjangan Wakil Ketua PT Jakarta, sejak tanggal 8 Juli 2006 s/d 6 Agustus 2006. 12. Perpanjangan hakim PT. Jakarta, sejak tanggal 1 Agustus 2006 s/d 30 Mahkamah AgungAgustus 2006 Republik Indonesia 13. Perpanjangan Wakil Ketua PT Jakarta, sejak tanggal 3 Agustus 2006 s/d 29 Oktober 2006. 14. Berdasarkan Penetapan Wakil Ketua MA RI Nomor : 1157/2006/S.772TAH/TP/2006/MA tanggal 31 Oktober 2006, Terdakwa diperintahkan untuk ditahan selama 50 Hari sejak tanggal 13 Oktober 2006. 15. Berdasarkan Penetapan Wakil Ketua MA RI Nomor : 768/2006/2642K/PP/2006/MA tanggal 22 Nopember 2006, terdakwa diperintahkan untuk ditahan selama 30 Hari sejak tanggal 2 Desember 2006. 16. Berdasarkan Penetapan Wakil Ketua MA RI Nomor : 106/2007/2642K/PP/2006/MA tanggal 29 Januari 2007 Terdakwa diperintahkan untuk ditahan selam 30 Hari sejak tanggal 31 Januari 2007.

SURAT DAKWAAN/PASAL YANG DILANGGAR Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor Register Perkara Nomor : MahkamahPDS/01/Jkt.Pst/03/2006 Agung tanggal 6 Maret Republik 2006 Pasal yang dilanggar : Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah39 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id KESATU : Melanggar pasal 1 ayat (1) sub a jo. Pasal 28 jo. Pasal 34 cUU No. 3 Tahun 1971 jo. Pasal 43 A UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana di ubah dan ditambah dengan UU No, 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Mahkamah AgungTindak Pidana Republik Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke -Indonesia1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP ; DAN KEDUA : Melanggar Pasal 2 ayat (10 jo. Pasal 18 UU No, 31 Tahun 1999 sebagaimana di ubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tantang perubahan atas 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP ; ATAU KETIGA : Melanggar Pasal 6 ayat (1) jo. Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah No, 28 Tahun 1985 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP jo. Pasal 1 ayat (2) KUHP ; DAN KEEMPAT : Melanggar Pasal 50 ayat (3) huruf a jo. Pasal 78 ayat (2) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. TUNTUTAN MahkamahTuntutan Agung Pidana Jaksa/ Penuntut Republik Umum pada Kejaksaan Negeri Indonesia Jakarta Pusat tanggal 26 juni 2006, sebagai berikut : 1. Menyatakan Terdakwa DARIANUS LUNGGUK SITORUS bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berkelanjutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) sub a jo. Pasal 28 jo. Pasal 34 c UU No. 3 Tahun 1971, Pasal 43 A UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU no. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU no. 31 Tahun 1999 tantenag Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu dan Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah UU no. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU no. 31 Tahun 1999 tantang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu dan Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tantang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana dalam Dakwaan Kedua. Mahkamah2. Menjatuhkan Agung pidana terhadap Republik Terdakwa DARIANUS LUNGGUK Indonesia SITORUS dengan pidana penjara selama 12 (dua belas) Tahun dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan , dengan perintah supaya terdakwa tetap

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah40 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id ditahan dan membayar denda sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan ; 3. Membayar uang pengganti sebesar Rp. 323.655.640.000,- (tiga ratus dua puluh tiga milyar enam ratus lima puluh lima juta enam ratus empat Mahkamah Agungpuluh ribu rupiah), jikaRepublik terdakwa tidak membayar uang penggantiIndonesia selama 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mebcukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka pidana penjara selama 5 (lima) tahun. 4. Menyatakan barang bukti berupa dokumen yang tercantum dalam daftar barang Bukti : - Nomor urut 1 tetap terlampir dalam berkas perkara dan Nomor 60 dikembalikan kepada Departement Kehutanan. - Nomor 2 s/d 4 di kembalikan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan ; - Barang bukti yang disita dari Ir. BEJO SANTOSO, M.Si nomor urut 1 s/d 21 tetap terlampir dalam berkas perkara ; - Barang bukti yang disita dari CATUR AGUS SAPTONO, SH dikembalikan kepada Departement Kehutanan ; - Barang bukti yang disita dari Ir. DIDIM SIWANDI ILYAS, nomor urut 1 s/d Mahkamah Agung54 tetap terlampir dalam Republik berkas perkara ; Indonesia - Barang bukti yang disita dar Ir. JALALUDDIN RITINGA, SH Nomor urut 1 s/d 2 tetap terlampir dalam berkas perkara ; - Barang bukti berupa : 1. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 23.000 Hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya ; 2. Perkebunan kelapa sawit di Kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24. 000 Hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya.

Dirampas untuk Negara dalam hal ini department Kehutanan. - Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000 (lima ribu rupiah)

PUTUSAN 1) Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 481/Pid.B/2005/PN.Jkt. MahkamahPst Agung tanggal 28 Juli 2006 Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah41 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1. Menyatakan secara sah dan menyakinkan bersalah: Melakukan Tindak Pidana mengerjakan dan menggunakan Kawasan Hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut; 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana Mahkamah Agungpenjara 8 (delapan) tahun;Republik Indonesia 3. Menjatuhkan pidana denda sebesar Rp. 5.000.000.000; (lima milyar rupiah) dengan kententuan apabila denda tersebut tidak dibayar akan diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan kurungan; 4. Menetapkan lamanya masa tahanan yang dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 5. Memerintahkan barang bukti berupa dokumen yang tercantum dalam daftar barang bukti. Barang bukti yang disita berupa: 1. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas Seluas + 23.000 hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya; 2. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24.000 hektar yang dikuasai oleh Koperasi Persub dan PT. Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya;

Dikembalikan Kepada DARIANUS LUNGGUK SITORUS. Mahkamah 6.Agung Menyatakan terdakwa tetap Republik berada dalam tahanan. Indonesia 7. Menghukum terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah). 2) Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor : 194/Pid/2006/PT.DKI tanggal 11 Oktober 2006: - Menerima permintaan Banding dari Terdakwa dan Penuntut Umum. - Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst tanggal 28 Juli 2006. - Menyatakan agar Terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan. - Memerintahkan barang bukti berupa dokumen yang tercantuk dalam daftar barang bukti. Barang bukti yang disita berupa: 1. Perkebunan kelapa sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas + 23.000 hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya; 2. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24.000 hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torus Mahkamah AgungGanda beserta seluruh Republik bangunan yang ada di atasnya; Indonesia

Dikembalikan kepada DARIANUS LUNGGUK SITORUS.

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah42 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id - Membebankan biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan kepada Negara. 3. Putusan mahkamah Agung RI Nomor: 2642 K/Pid/2006 Tanggal 12 Pebruari 2007 atas nama Terpidana D. L. SITORUS: menghukum Terdakwa dengan Mahkamah Agungpidana penjara selama Republik8 (delapan) tahun dan pidana Indonesia denda sebesar Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) subsidiair 6 (enam) bulan kurungan. 4. Terhadap pidana badan telah dilaksanakan eksekusinya oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 1 Maret 2007, dan terhadap Negeri Jakarta Pusat (Acc. 121-00-9601012-3) pada tanggal 2 Maret 2009. 5. Berkenan dengan status barang bukti: Barang bukti yang disita berupa: 1. Perkebunan kepala sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 23.000 hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT.Torganda beserta seluruh bangunan diatasnya; 2. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24.000 hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya; Dirampas untuk Negara dalam hal ini Departemen Kehutanan. 6. Berdasarkan laporan Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Kepada Jaksa Agung RI sesuai dengan surat Nomor : R-01/N.2/Fuh.2/01/2009 tanggal 7 Januari 2009 perihal : Laporan Informasi Khusus Hasil Peninjauan Objek Eksekusi MahkamahPutusan Agung Mahkamah Agung RepublikRepublik Indonesia Nomor 2642 K/Pid/2006Indonesia atas nama Terpidana D. L. SITORUS di Desa Aek Raru Koperasi Bukit Harapan, Parsub dan Patogu Janji (47.000 Ha) Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang LAwas, pada pokoknya menyebutkan bahwa telah dilakukan peninjauan lokasi objek eksekusi tersebut jika diteruskan/dilanjutkan, akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, karena seluruh karyawan menolak mendengarkan penjelasan dari Tim Sosialisai. Mengingat situasi dan kondisi seperti itu, maka sosialisasi perlu ditunda pelaksanaan nya sampai situasi benar-benar kondusif. Atas laporan ini, selanjutnya Direktur Uheksi Jampidsus melalui Suratnya Nomor : B- 299/F/Fu.2/02/2009 tanggal 13 Februari 2009 memberi petunjuk kepada Kajati Sumut agar segera melaksanakan eksekusi secara administrative terhadap rampasan berupa perkebunan kelapa sawit dalam perkara an. DARIANUS LINGGUK SITORUS

Selanjutnya pada tanggal 23 Juli 2009, sebagai tindak lanjut dari rapat-rapat koordinasi sebelumnya dilaksanakan pertemuan antara Jaksa Agung RI, Menteri MahkamahKehutanan Agung RI dan Kapolri bertempat Republik di Kejaksaan Agung RI, gun Indonesiaa membahas rencana pelaksanaan eksekusi secara formil, dengan kesepakatan dilakukan eksekusi formil atas Putusan MA RI Nomor : 2642 K/Pid/2006 tanggal

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah43 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 12 Februari 2007 tersebut dengan membuat Berita Acara Pelaksanaan Putusan MA RI Nomor : 2642 K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 oleh Jaksa. 7. Tanggal 26 Agustus 2009, bertempat di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, berdasarkan Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan (P-48) Nomor : Mahkamah AgungPrint-223/N.2/Fuh.01/08/2009 Republik tanggal 25 Agustus 2009, telahIndonesia dilaksanakan eksekusi secara formil terhadap Putusan MA RI Nomor : 2642/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007, dengan menandatangani Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan (BA-22) oleh : AGOES DJAYA, SH (Asisten Tindak Pidana Khusus Kejati Sumut), selaku Pihak Pertama dan Ir. J.B. SIRINGO-RINGO (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara), Selaku Pihak Kedua, disaksikan oleh Muspida Antara Lain Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Polda Sumatera Utara, DPRD Provinsi Sumatera Utara, Pangdam I Bukit BArisan, Gubernur Provinsi Sumatera Utara. 8. Setelah pelaksanaan eksekusi formil tersebut, Kadis Hutan Provinsi Sumatera Utara langsung menyerahkan kepada Gubernur Sumatera Utara dan setelah 1 (Satu) bulan (sekitar Oktober-November 2009), Gubernur Sumatera Utara telah menyerahkan kepada Menteri Kehutanan RI dan Menteri Kehutanan RI menyerahkannya kepada PT. Inhutani IV. 9. Menteri Kehutanan RI menyerahkan kepada Dirut Inhutani IV agar diproses; 1. Mencari Mitra agar tercipta Badan Pengelola Sementara (BPS) 2. Membuat somasi 3 kali untuk mempersiapkan eksekusi fisik : Mahkamah AgungSomasi / Peringatan dari Republik Menteri Kehutanan telah dikirim sebanyakIndonesia 3 (tiga) kali kepada : 1. Direksi/Pimpinan PT. TORGANDA / KPKS BUKIT BARISAN dan 2. Direktur/pimpinan PT. TORUS GANDA / KOPERASI PARSUB, yang isi pokoknya menyebutkan : agar segera meninggalkan lokasi Kawasan Hutan Padang Lawas dan menyerahkan segala asset yang berada di atas kawasan Hutan Padang Lawas tersebut kepada Pemerintah, masing-masing sesuai surat : 1) Nomor : S.961/Menhut-II/2009 tanggal 2 Oktober 2009 perihal : Somasi/Peringatan 2) Nomor : S.38/Menhut-II/2010 tanggal 26 Januari 2010 perihal : Somasi/peringatan 3) Nomor : S.227/Menhut-II/2010 tanggal 11 Mei 2010 perihal : Somasi/Peringatan 10. Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.697/Menhut-II/2009 tanggal 19 Oktober 2009 tentang Badan Pengelolaan Sementara Aset Negara berupa Kebun Kelapa Sawit dan Aset Lainnya Hasil Pelaksanaan Putusan MahkamahMahkamah Agung Agung RI Nomor : 2642.K/Pid/2006Republik di kawasan hutan Indonesia Register 40 Padang Lawas, sisinya :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah44 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1) Menunjuk Badan Pelaksanaan Pengelola Sementara sebagai pengelola sementara hasil pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 2642.K/Pid/2006 di Kawasan Hutan Register 40. 2) Badan Pelaksana Pengelola Sementara adalah PT. Inhutani IV (persero). Mahkamah Agung3) Keputusan Menteri KehutananRepublik Nomor : SK. 358.Menhut Indonesia-II/2008, Nomor: Sk.200/Menhut-II/2009 dan Nomor : SK.381/Menhut-II/2009 sepanjang menyangkut Badan Pengelola Sementara dinyatakan tidak berlaku. 11. Pada hari Senin tanggal 30 Nopember 2009 bertempat di Departement Kehutanan Jakarta Pusat, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.358/Menhut-II/2008 yang telah berapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.697/Menhut-II/2009 tanggal 19 Oktober 2009, telah dilaksanakan Penandatanganan Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan Nomor : 027/10357/I, dari Ir. J. B. SIRINGO-RINGO (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara bertindak atas nama Pemerintah Provinsi Sumut) Selaku Pihak pertama kepada Dr. Ir. MUTOHA ISKANDAR, MDM (Direktur Utama PT. Inhutani IV (Persero) selaku Badan Pelaksana Pengelola Sementara). 12. Sekretaris Jenderal Departement Kehutanan RI menyurati Deputi Operasi POLRI melalui Surat Nomor : S.428/II-KUM/2010 tanggal 29 April 2010 perihal Koordinasi Pelaksanaan Eksekusi Fisik, isinya menginformasikan : 1) Sebelum dilakukan eksekusi formil oleh Kejati Sumut, sudah pernah Mahkamah Agungdilakukan aktifitas operasi Republik Inteljen Gabungan, sosialisasi gabunganIndonesia antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten, Kejaksaan, Polri serta Kehutanan setempat, pertemuan-pertemuan insentif dengan jajaran pemerintah dan pengamanan wilayah Sumatera Utara ; 2) Semakin cepat dilakukan eksekusi, maka kerugian Negara akibat hilangnya pendapatan Negara dari aset kebun tersebut akan semakin minimal. 3) Atas dukungan Polri, Kementrian Kehutanan pada saat ini sedang melakukan penyidikan terhadap pelaku pembangunan kebun dalam kawasan hutan Padang Lawas yang dibangun tanpa ijin Menteri. Lokasinya berada di sekitar lokasi yang akan dieksekusi. 4) Menindaklanjuti surat Sekretari Jenderal Departement Kehutanan RI Menyurati Deputi Operasi POLRI Nomor : S.428/II-Kum/2010 tanggal 29 April 2010 perihal : Koordinasi Pelaksanaan Eksekusi Fisik, Deputi Kapolri Bidang Operasi Cq. Karo Binops telah menjawabnya melalui Surat Nomor : B/949/V/2010/Sdeops tanggal 27 Mei 2010 Perihal : Jawaban Tentang Pelaksanaan Eksekusi Fisik Lahan Kelapa Sawit di Provinsi Sumut, isinya Mahkamah Agungmenginformasikan : Bahwa Republik Mabes Polri telah melakukan Indonesia persiapan terutama kesiapan satuan kewilayahan Polda Sumut sebagai pelaksana pengamanan dan segera setelah dilakukan persiapan akan dilakukan rapat

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah45 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id koordinasi membahas dan mendiskusikan serta menindak lanjuti pelaksanaan eksekusi ; 13. Sekretaris Jenderal Departement Kehutanan RI menyurati Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus melalui Surat Nomor : S.466/II-UKM/2010 tanggal 11 Mei Mahkamah Agung2010 perihal : Rencana PelaksanaanRepublik Eksekusi Fisik Aset Negara Indonesia berupa Kebun Sawit seluas + 47.000 Ha di Areal Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas, isinya menginformasikan : 1. Sebagai tindaklanjut rapat antara Menteri Kehutanan dan Jaksa Agung di Kejaksaan Agung tanggl 23 Juli 2009, telah dilakukan langkah : a. Eksekusi formil pada tanggal 26 Agustus 2009, dilengkapi BAP Penyerahan aset kepada Pemerintah Daerah, selanjutnya Pemerintah Daerah telah menyerahkan asset tersebut kepada Kementerian Kehutanan pada tanggl 30 November 2009. b. Kementerian Kehutanan telah melayangkan Somasi kepada manajemen lama agar segera menyerahkan asset kepada Pemerintah (cq. Kemeterian Kehutanan), Somasi telah dilayangkan tiga kali berturut-turut. c. Meminta persetujuan ijin pengelolaan asset dan dana eksekusi ke Kementerian Kehutanan Persetujuan Kementerian Keuangan sudah terbit tanggal 5 April 2010, serta telah dialokasikan dana sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Mahkamah Agungd. Menetapkan Badan Republik Pengelola Aset (unsurnya: Kemnterian Indonesia Kehutanan, Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, BPKP, POLRI, POLDA, Pemerintah Daerah Sumatera Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten, dll) dilanjutkan dengan rapat-rapat membahas persiapan pengelolaan asset serta rencara penyelenggaraan eksekusi fisik. 2. Dengan dilayangkannya Somasi ketiga, Kementerian Kehutanan Telah berkoordinasi Insentif dengan pihak MABES POLRI, agar eksekusi fisik dapat segera dilaksanakan. Pihak POLRI menyatakan siap mendukung secara penuh pelaksanaan eksekusi dan menyarankan agar permintaan dukungan pengamanan eksekusi dilakukan pula oleh Kejaksaan sebagai lembaga yang kompeten (eksekutor) di bidang ini. 3. Mengharapkan bantuan Kejaksaan agar dapat kiranya melaksanakan : a. Koordinasi / menyurati MABES POLRI berkaitan dengan dukungan pengamanan pelaksanaan eksekusi fisik. b. Melakukan pmblokiran asset pihak manajemen lama. Rencana ini sesuai dengan tahapan langkah eksekusi yang telah disepakati dalam Mahkamah Agungpertemuan tanggal 23 JuliRepublik 2009 yang lalu ; Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah46 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 14. Menindaklanjuti surat Sekretaris Jenderal Departement Kehutanan RI Nomor : S.466/II-KUM/2010 tanggal11 Mei 2010 perihal : Rencana Pelaksanaan Eksekusi Fisik Asset Negara berupa Kebun Kelapa Sawit Seluas + 47.000 Ha di areal Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas, selanjutnya Jaksa Agung Muda Mahkamah AgungTindak Pidana Khusus memerintahkan Republik Kepala Kejakasaan Tinggi Indonesia Sumatera Utara agar segera mempersiapkan rencana eksekusi, dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Melakukan koordinasi secara terpadu dengan instansi terkait, sehubungan akan dilaksanakan eksekusi fisik terhadap Kenun Sawit seluas + 47.000 Ha pada Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas Sumatera Utara. 2. Melakukan pemblokiran asset pihak Management lama. 3. Memanfaatkan biaya eksekusi yang telah disetujui Kementerian Keuangan, agar dikoordinasikan dengan pihak Kementerian Kehutanan RI . 15. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan RI menyrati Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus melalui surat Nomor : S.25/II-KUM/Rhs/2010 tanggal 1 Juni 2010 perihal: Rencana Pelaksanaan Eksekusi Fisik Asset Negara berupa Kebun Kelapa Sawit seluas + 47.000 Ha di Areal Kawasan Hutab Register 40 Padang Lawas, isinya menyampaikan : 1. Kementerian Kehutanan sesuai dengan surat Nomor : s.227/Menhut-II/2010 tanggal 11 Mei 2010 telah melayangkan somasi ketiga kepada Manajemen Perkebunan untuk segera meninggalkan lokasi Kawasan Hutan Register 30 Mahkamah AgungPadang Lawas. Republik Indonesia 2. Sekretaris Jenderal Departement Kehutanan memohon kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus agar dapat melakukan pemblokiran aset/reening manajemen pengelola asset yang oleh Putusan Mahkamah Agubg RI Nomor : 2642 K/Pid/2006, asset tersebut dinyatakan dirampas untuk Negara. 16. Untuk melaksanakan eksekusi fisik (materi) atas Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 2642.K/Pid/2006 tabgga; 12 Februari 2007 tersebut telah dilakukan rapat-rapat persiapan oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera sebanyak 3 (tiga) kali dengan dihadiri oleh Tim Eksekusi Pusat dan Tim eksekusi Daerah, yaitu : 1. Rapat pertama, tanggal 29 September 2010. 2. Rapat Kedua, tanggal 2 Desember 2010. 3. Rapat Ketiga, tanggal 27 Desember 2010. 4. Rapat Keempat, tanggal 11 Januari 2011. 17. Surat Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan RI Nomor : S.05/IV-PPH/RHS/2001 tanggal 25 Februari 2011 perihal Pengosongan Penguasaan Kawasan Hutan R-40 oleh Direksi/Pimpinan PT. MahkamahTorganda/ Agung KPKS Bukit Harapan Republik dan PT. Torus Ganda / Koperasi Parsub,Indonesia yang ditujukan kepada Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan tembusan antara lain disampaikan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah47 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1. Adapun surat yang dimaksud pada pokoknya menerangkan bahwa pihak Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan RI meminta bantuan kepada Pihak Kepolisian Daerah Sumatera Utara untuk : Mahkamah Agunga. Mengosongkan atasRepublik kawasan hutan dan seluruh bangunanIndonesia yang ada statusnya sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 an. Terpidana DARIANUS Lungguk Sitorus. b. Mengusut para Direksi / Pimpinan PT. Torganda / KPKS Bukit Harapan dan Direksi / Pimpinan PT. Torus Ganda / Koperasi Parsub yang masih menduduki atau menguasai aset-aset Negara secara tidak sah. c. Khusus terhadap kasus Korupsi, Kementrian Kehutanan RI telah melimpahkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Surat Nomor : S.6/Menhut-IV/RHS/2011 tanggal 14 Februari 2011. 2. Bahwa berdasarkan perhitungan sementara, potensi kerugian Negara atas masih dikuasainya asset Negara oleh Sdr. Jonggi Sitorus, Dkk (Ketua KPKS Bukit Harapan) terhitung sejak Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 dikeluarga sampai dengan saat ini diperkirakan sebesar + Rp. 409-689.000.000,- (empat ratus Sembilan milyar enam ratus delapan puluh Sembilan juta rupiah). 3. Bahwa surat dimaksud merupakan kelanjutan dari rapat pelaksanaan Mahkamah Agungeksekusi fisik yang telah Republik dilaksanakan pada tanggal 11 JanuariIndonesia 2011 di Kementerian Kehutanan RI di Jakarta .

PERKEMBANGAN TERAKHIR 1) Surat dari Sekretaris Jenderal Kementrian Kehutanan RI (An. HADI DARYANTO) Kepada Menteri Keuangan RI Nomor : S.338/Menhut-II/UM/2011 tanggal 20 Mei 2011 perihal : Besaran Kontribusi Tetap dan Pembagian Keuntungan Pemanfaatan Barang Milik Negara berupa Kebun Kelapa Sawit di Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas. Isinya menyampaikan hal-hal sebagai beriku : 1. Bahwa Pelaksanaan Kerjasama Pemandaatan (KSP) antara Kementrian Kehutanan dan PT. Inhutani IV (Persero) selaku Badan Pelaksana Sementara Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit di Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas yang telah mendapatkan persetujuan dari Mentri Keuangan, perlu segera dilaksanakan. 2. Konsep Perjanjian Kerjasama Penamfaatan (KSP) Barang Milik Negara di Mahkamah AgungKawasan Hutan Register Republik 40 Padang Lawas anatara Indonesia Kementrian Kehutanan RI dengan PT. Inhutani IV (Persero) telah disusun melalui proses pembahasan oleh Tim, yang salah satu anggota timnya adalah

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah48 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Wakil dari Direktorat Kekayaan Negara Lain Ditjen Kekayaan Negara Kementrian Keuangan, Konsep Perjanjian KSP tersebut memuat obyek KSP, jangka waktu, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan ke Kas Negara. Mahkamah Agung3. Besaran kontribusi Republik tetap dan pembagian keuangan Indonesia ke Kas Negara sebagaimana tercantum dalam konsep perjanjian KSP tersebut sebagai berikut : a. Kontribus tetap sebesar Rp. 6.336.481.250,- b. Bagi hasi keuntungan sebesar 4,8 % dari Net Sales. 2) Surat dari ALI AMRAN SAGALA, Ketua Umum Gabungan Kelompok Perjuangan Tani Sejahtera Nomor : 004/KLP-TANI/SJT/VII/2011 tanggal 3 Juli 2012, ditujukan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, pada pokoknya menyampaikan permohonan audiensi dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara tentang pengosongan Lahan Register 40 Padang Lawas seluas 47.000 Ha yang dikelola PT. Torus Ganda milik Sutan Raja D. L. SITORUS. 3) Surat dari Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemnetrian Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-1272/KN/2011 tanggal 18 Juli 2011 perihal : Pengelolaan Barang Rampasan Berupa Kebun Sawit Beserta Bangunan di Hutan Padang Lawas. Surat tersebut ditujukan kepada sekretaris Jendral Kementrian Mahkamah AgungKehutanan, yang isisnya menyampaikanRepublik hal-hal sebagai berikut Indonesia : 1. Bahwa persetujuan kerja sama pemanfaatan atas barang rampasan di Hutan Padang Lawas diberikan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor : S-83/MK.6/2010 tanggal 05 April 2010. Namun demikian, sampai saat ini persetujuan kerjasama pemanfaatan tersebut belum ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian kerjasama pemanfaatan. 2. Sesuai Peraturan Mentri Keuangan nomor : 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, bahwa surat persetujuan kerjasama pemanfaatan dari Pengelola Barang dinyatakan tidak berlaku apabila dalam jangka waktu satu tahun sejak ditetapkan tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian kerjasama pemanfaaatan. 3. Dengan demikian persetujuan kerjasama pemanfaatan sebagaimana surat Mentri Keuangan Nomor : S-83/MK.6/2010 tanggal 05 April 2010 sudah tidak berlaku. Mahkamah Agung Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah49 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbuatan melawan yang dilakukan Tergugat II, bahkan kami menilai tindakan Penggugat mengajukan gugatan tersebut merupakan tindakan untuk mempersulit pelaksanaan eksekusi Putusan Pengadilan Yang telah Mahkamahmemperoleh Agung kekuatan hukum Republik tetap (inkracht van gewijsde ).Indonesia Dengan demikian maka dalil Penggugat dalam gugatannya adalah tidak berdasar dan haruslah ditolak, atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklaard) . 3. Tentang lahan perkebunan kelapa sawit yang Tergugat II serahkan kepada Tergugat III . Bahwa Penggugat dalam dalil gugatannya menyatakan lahan yang dieksekusi oleh Tergugat II merupakan hak milik Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dan para anggotanya/masyarakat adat. Bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007, halaman 89 angka 3 pada pokoknya menerangkan Padang Lawas merupakan kawasan hutan Negara yang termasuk di dalamnya lahan yang Penggugat kuasai dan telah dieksekusi oleh Tergugat II dengan menyerahkan kepada Tergugat III. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Mahkamah Agung RI dalam Amar Putusannya tersebut mengenai barang bukti berupa : a. Perkebunan kelapa sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas + 23.000 hektar yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT. Torganda beserta Mahkamah Agungseluruh bangunan yang ada Republik diatasnya ; Indonesia b. Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas + 24.000 hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsub dan PT. Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya ;

Dirampas untuk Negara dalam hal ini Departement Kehutanan RI. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung RI tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa lahan perkebunan kelapa sawit yang dikuasai oleh Penggugat dan yang dieksekusi oleh Tergugat II merupakan kawasan hutan yang dikuasai oleh Negara. 4. Tentang Kedudukan Penggugat sebagai pengelola perkebunan Kelapa Sawit Bahwa dalam gugatannya Penggugat tidak dapat menguraikan berdasarkan apa dan dasar hukum sehingga Penggugat dapat mengelola perkebunan kelapa sawit yang telah dieksekusi oleh Tergugat II, sehingga dalam gugatannya Penggugat tidak dapat membuktikan bahwa Penggugat merupakan pengelola perkebunan kelapa sawit tersebut. MahkamahBerdasarkan Agung Surat Dakwaan Republik Penuntut Umum dalam Perkara Indonesia atas nama Terdakwa DARIANUS LINGGUK SITORUS dinyatakan Terdakwa secara bersama-sama dengan Ir. YONGGI SITORUS selaku Ketua dan Bendahara

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah50 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id KPKS Bukit Harapan, SANGKOT HASIBUAN selaku Ketua Koperasi PARSUB dan IRWAN NASUTION, SH, Selaku Kepala Kantor Pertanahan Tapanuli Selatan, telah dengan sengaja mengerjakan dan atau menggunakan dan menduduki kawasan hutan secara tidak sah sehingga menimbulkan Mahkamah Agungkerugian Negara. Kawasan Republik hutan tersebut dijadikan perkebunan Indonesia kelapa sawit dan dikuasai Oleh Penggugat bersama-sama dengan PT. TORGANDA yang kemudian disita sebagai bukti dalam perkara atas nama Terdakwa DARIANUS LINGGUK SITORUS. Bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum telah terbukti dipersidangan berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 481/Pid.B/2006/PN.JKT,PST tanggal 28 Juni 2006Jo. Putusan Pengadilan tinggi Jakarta Nomor : 194/Pid/2006/PT.DKI tanggal 11 Oktober 2006 jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Kasasi) Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 Jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Peninjauan Kembali) Nomor : 39 PK/Pid.Sus/2007 tanggal 16 Juni 2008, yang pada salah satu amar Putusannya menyatakan “Terdakwa DARIANUS LINGGUK SITORUS terbukti secara sah dan meyakikan bersalah melakukan Tindak Pidana mengerjakan dan menggunakan Kawasan Hutan secara tidak sah yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut”. Bahwa SANGKOT HASIBUAN bertindak selaku Ketua Koperasi PARSUB, maka dalam hal ini Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) selaku Penggugat dalam perkara tersebut merupakan pelaku tindak pidana Mahkamahyang Agung mengerjakan dan menggunakan Republik kawasan hutan secara Indonesia tidak sah dengan cara menduduki/menguasai dan mengerjakan Hutan Negara Kawasan Hutan Produksi Padang Lawas menjadi Areal Kebun Kelapa Sawit yang dilakukan secara tidak sah/illegal . Bahwa berdasarkan uraian, maka Penggugat merupakan pelaku tindak pidana yang mengerjakan atau menggunakan kawasan hutan secara tidak sah dan bukan sebagai pengelola perkebunan kelapa sawit yang merupakan barang bukti dalam perkara atas nama terpidana DARIANUS LUNGGUK SITORUS Bahwa dalil Penggugat dalam gugatannya pada “halaman 2 angka 2, halam 3 angka 3 dan 4” yang intinya menyatakan bahwa atas tanah objek sengketa a quo telah di adakan kerja sama pengelolaan perkebunan kelapa sawit antara Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (Parsub) dengan PT. Torus Ganda atas lahan seluas 24.000 Ha yang berada di Kecamatan Simangambat (dahulu kecamatan Barumun Tengah) yang bukan merupakan kawasan hutan, adalah dalil yang tidak berdasar hukum dengan alasan : a. Bahwa tanah objek sengketa merupakan kawasan hutan berdasarkan ; MahkamahBahwa Agung tanah sengke a quo merupakanRepublik kawasan hutan Register Indonesia 40 Padang Lawas berdasarkan :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah51 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1. Gouvernment Besluit (GB) nomor : 50/1924 tanggal 25 Juni 1924 2. Berita Acara Penyerahan Tanah Kawasan Hutan Padang Lawas dari masyarakat kepada Gubernur : • Tertanggal 20 Mei 1981 seluas 12.000 Hektar ; Mahkamah Agung• Tertanggal 26 Mei Republik 1981 seluas 10.000 Hektar l Indonesia • Tertanggal 06 Juni 1981 seluas 8.000 Hektar ; 3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 923/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) ; 4. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor : 7 Tahun 2003 tantang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara Tahun 2003 s/d 2018 l ; 5. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor : 14 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan ; 6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.44/Menhut-II/2005 menunjukkan kembali kawasan hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas + 3.742.120 Hektar yang mencabut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 923/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 Tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Sumatera Utara Tata Mahkamah AgungGuna Hutan Kesepakatan Republik (TGHK) ; Indonesia 7. Putusan Mahkamah Agung RI (Kasasi) Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) ; 8. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara. b. Bahwa untuk sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya ; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perkataannya ; 3. Suatu hal tertentu ; 4. Suatu sebab yang halal ; c. Bahwa karena objek sengketa merupakan kawasan hutan Register 40 Oadang Lawas yang belum memperoleh izin dari Tergugat I, sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf c undang-undang Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, maka kausa perjanjian kerjasama pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit antara Koperasi MahkamahParsadaan Agung Simangambat UjungRepublik Batu (Parsub) dengan PT. TorusIndonesia Ganda atas lahan seluas 24.000 Hektar adalah tidak halal .

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah52 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Dengan demikian maka dalil penggugat dalam gugatannya adalah tidak berdasar dan haruslah ditolak, atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat di terima (niet onvantkelijke verklaard) ; 5. Tentang Posita Penggugat yang menyatakan lahan perkebunan kelapa sawit Mahkamah Agungyang dikelola penggugat Republikmerupakan hak tradisionil yang turunIndonesia temurun Bahwa alasan Penggugat yang mengklaim objek sengketa merupajan tanah adat atas tanah yang diperoleh secara turun temurun tidaklah beralasan hukum dan harus ditolak, karena existensi masyarakat hukum adat baru diakui sah apabila dibentuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu dengan Peraturan Daerah. Hal itu di dasarkan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2013 tanggal 16 Mei 2013 tentang Pasal 67 ayat (2) Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyatakan bahwa : “Pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah”. Lagipula Penggugat tidak ada menguraikan dasar dan proises mengapa lahan tersebut diklaim sebagai tanah adat, bahkan berdasar hasil pemantauan tim gabungan yang terdiri Kejaksaan Negeri Padangsidimpuan, Kapolres Tapanuli Selatan dan Kodim 0212?TS dan anggota SPORC Brigade Macan Tutul telah melakukan penyelidikan terhadap kebun kelapa sawit kawasan hutan Register 40 Padang Lawas untuk mengumpulkan data-data fisik berupa luas kebun, peralatan, pabrik, sarana social, akses ke lokasi, Mahkamah dinamilaAgung social masyarakat Republik dan karyawan di dalam kawasan,Indonesia serta perkembangan kondisi terakhir di lapangan, sehingga diperoleh fakta bahwa masyarakat yang tinggal di lahan yang dikelola Penggugat tersebut kebanyakan warga pendatang yang bekerja sebagai karyawan ketika Koperasi Parsub didirikan pada tahun 1998 beserta PT. TORUS GANDA dan KPKS Bukit Harapan, dengan perincian 75 % merupakan suku nias, 20 % suku batak dan 5 % adalah suku jawa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang ada dilahan tersebut bukanlah masyarakat adat yang memiliki hak tradisionil secara turun menurun (ulayat). 6. Tentang lahan yang diklaim Penggugat sebahagian sudah bersertifikat Hak Milik.

Bahwa dalil Penggugat dalam gugatan yang menyatakan lahan yang dikelola sudah bersertifikat sehingga tidak dapat di eksekusi putusan pidananya dan Penggugat mendalilkan bahwa Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan Mahkamahhukum, Agung adalah tidak beralasan karenaRepublik Penggugat dalam gugatannya Indonesia tidak dapat menunjukkan berapa banyak lahan yang dimiliki oleh anggota Koperasi Parsub

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah53 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id dan luas tanah yang sudah bersertifikat serta landasan hukum atas penerbitan Sertifikat tersebut . Bahwa berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konserfasi Alam Departement Kehutanan RI dengan surat Nomor : S III/IV- Mahkamah AgungPDH/2009 tanggal 16 MaretRepublik 2009 yang ditujukan kepada Indonesia Kepala BAdan Pertanahan Nasional RI perihal Pelaksanaan Putusan MA RI Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 atas nama Terpidana DARIANUS LUNGGUK SITORUS yang menyatakan bahwa berdasarkan fakta di lapangan, penerbitan sertifikat tanah di dalam Kawasan Hutan Padang Lawas oleh Kepala BPN Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak + 1820 sertifikat di duga fiktif (Komulasi dari Lahan PKPS, Bukit Harapan, PT. TORUS GANDA dan Koperasi PARSUB), sehingga Kepala BPN dimohon untuk membatalkan hak-hak keperdataan (sertifikat hak atas tanah) yang berada di dalam kawasan Hutan Padang Lawas yang menjadi Objek Putusan Mahkamah agung RI dimaksud dan memberikan dukungan pada proses hukum atas penerbitan di kawasan Hutan Negara. 7. Tentang Tuntutan Ganti Rugi

Bahwa dalil gugatab Penggugat pada “halam 21 angka 36 (tentang kerugian materil) sebesar Rp. 840.000.000.000,00), dan halaman 37 (tentang kerugian immaterial sebesar Rp. 1.000.000.000.000,00), dan halaman 23 angka 43 Mahkamah(tentang Agung uang paksa / dwangsom Republik sebesar Rp. 100.000.000.000,00)”, Indonesia adalah dalil yang tidak masuk akal dan mengada-ada karena tidak memiliki landasan hukum. Sebagaimana telah diuraikan di atas pada Tanggapan atas pokok perkara angka 2 (tentang perbuatan melawan hukum), bahwa dalam hal ini Tergugat II tidak ada melakukan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat dalam hal ini Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dikarenakan tindakan Tergugat II sebagai eksekutor melaksanakan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) sebagaimana diatur dalam Pasal 270 KUHAP, atas putusan Pidana atas nama Terpidana DARIANUS LUNGGUK SITORUS berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 481/Pid.B/2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor : 194/Pid/2006/PT.DKI tanggal 11 Oktober 2006 jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Kasasi) Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 Jo. Putusan Mahkamah Agung RI (Peninjauan Kembali) Nomor : 39 PK/Pid.Sus/2007 tanggal 16 Juni 2008. Disamping itu, dalil Penggugat dalam gugatannya atas tuntutan ganti rugi Mahkamahterhadap Agung Tergugat I, Tergugat II,Republik dan Tergugat III tidak di dukung denganIndonesia suatu perincian yang cermat, jelas dan lengkap dan dasar hukum yang jelas, sehingga sudah sepatutnya ditolak. Karena berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah54 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Agung tanggal 16 Desember 1970 Nomor 492 K/Sip/1970 ndan Putusan Mahkamah Agung RI Nomo r: 1720K/Pdt1986 tanggal 18 agustus 1988 dengan tegas dinyatakan bahwa “setiap tuntutan ganti rugi harus disertai perincian kerugian dalam bentuk apa yang menjadi dasar tuntutannya. Mahkamah AgungTanpa perincian dimaksud, Republik maka tuntutan ganti rugi harus Indonesia dinyatakan tidak dapat diterima karena tuntutan tersebut tidak jelas/tidak sempurnah”. Berdasarkan uraian tersebut maka dimohonkan kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara perdata ini menyatakan menolak gugatan Penggugat, atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard). Berdasarkan uraian-uraian di atas, bersama ini Tergugat II meminta dengan hormat kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk memberikan putusan sebagai berikut : PRIMAIR Dalam Eksepsi 1. Menerima Eksepsi Tergugat II untuk seluruhnya ; 2. Menyatakan gugatan Penggugat seluruhnya kabur / tidak jelas, para pihak tidak lengkap sehingga gugatan harus ditolak / tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard) ; 3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ; MahkamahDalam Agung Provisi Republik Indonesia Menolak permohonan Probisi yang diajukan Penggugat Dalam Pokok Perkara 1. Menerima dan menyatakan bahwa seluruh dalil yang dikemukakan Tergugat adalah sah dan beralasan ; 2. Menyatakan Tergugat II tidak ada melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana yang di dalilkan oleh Penggugat dalam gugatan ; 3. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya ; 4. Menghukum Penggugat unruk membayar biaya perkara ;

SUBSIDIAIR Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) . Menimbang, bahwa terhadap surat gugatan Penggugat tersebut, Tergugat III melalui Kuasanya telah mengajukan jawabannya yang Majelis Hakim terima pada sidang tanggal 24 Februari 2016, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : I. TENTANG PERUBAHAN GUGATAN PENGGUGAT MahkamahBahwa Agung perubahan gugatan Republik yang dilakukan Penggugat tersebutIndonesia telah bertentangan dengan syarat formil keabsahan pengajuan perubahan suatu gugatan, karena Penggugat mengajukan Perubahan gugatan pada hari rabu

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah55 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id tanggal 18 Februari 2016 atau sidang ke-4 pada hal sebelumnya para pihak sudah hadir dan di samping itu penggugat telah merubah petitum ke-4 yang sebelumnya terdiri dari 2 (dua) butir menjadi 3 (tiga) butir sehingga nyata perubahan gugatan tersebut telah tidak sesuai dengan yang telah ditegaskan Mahkamah Agungoleh Mahkamah Agung Republik RI dalam buku pedoman pelaksaan Indonesia tugas dan administrasi Pengadilan. Buku II MARI, Jakarta, 1994 Hal : 123 Angka “23”, dimana pengajuan perubahan pada sidang pertama dihadiri Tergugat ; Bahwa setelah dicermati dalil perbaikan gugatan Penggugat, ternyata Penggugat melakukan perubahan dalil baru gugatan bukan perubahan gugatan, sehingga dengan penambahan dalill posita telah mengubah dasar gugatan yang sebelumnya Penggugat mengelola kebun-kebun kelapa sawit yang seluruhnya seluas 24.000 ha akan tetapi setelah ada perbaikan menjadi + 18.000 Ha ; Bahwa dengan demikian Perubahan Gugatan yang dilakukan Penggugat sangat menyulitkan Tergugat di dalam membela kepentingannya dan juga sudah tidak sesuai lagi dengan acara peradilan yang sederhana, capt dan biaya ringan, sehingga sangat berdasar bagi yang Mulia Mejelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo untuk menolak perubahan gugatan Penggugat dan mohon dianggap tidak pernah ada ; II. DALAM PROVISI Bahwa salil gugatan Penggugat dalam provisi pada halaman 24 Point “1” dan dalam petitum halaman 26 Point 4 butir “c” yang mengajukan permohonan Mahkamah kepadaAgung Majelis Hakim yang Republik menyatakan Surat Menteri Lingkungan Indonesia Hidup dan Kehutanan RI No. S.174/Menlhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada Penggugat dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Juni 2015 yang ditujukan kepada Ketua GAPKI tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (buiten effect) adalah merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk memeriksa dan mengadili sebagaimana di atur dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyatakan : “wewenang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh sesuatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitas”. MahkamahBahwa Agung objek yang menjadi gugatanRepublik provisi adalah dalam bentukIndonesia surat, maka Peradilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili Surat yang diterbitkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutana No. S 174/Menlhk-

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah56 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada KPKS Bukit Harapan PT. Torganda dan Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Mahkamah AgungKehutanan No. S.13/Menlhk Republik-Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Indonesia Juni 2015 perihal Pemberitahuan Putusan MA No. 2642 K/Pid/2006 tentang Register 40 Padang LAwas yang ditujukan kepada Ketua GAPKI adalah Peradilan Tata Usaha Negara. Bahwa surat-surat yang terbitkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (ic. Tergugat I) disebabkan karena Penggugat secara melawan hukum masih menguasai objek perkara dalam hal ini barang bukti yang disita berupa perkebunan kelapa sawit yang di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2642 K/Pid/2006 diantaranya menyatakan bahwa Perkebunan Kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas + 24.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi OARSUB dan PT. Torus Ganda beserta Bangunan diatasnya dirampas untuk Negara dalam hal ini Departement Kehutanan. Bahwa yang dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (Tergugat II) adalah penerbitan surat maka tindakan tersebut tetap bersifat hukum public bukan perdata sehingga Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tidak berwenang memenriksa dan mengadilinya . Bahwa di samping itu ada tuntutan penggugat yang inberen antara posita dan Mahkamah petitum,Agung dimana dalam posita Republik halaman 24 angka “2” dalam provisi Indonesia berbunyi “Menyatakan Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/menerima hasil dari kebunkelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan….dst” Pada Petitum gugatan Penggugat halaman 26 pada Point 4 butir “b” yang berbunyi ; “Pernyataan bahwa Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/ menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan….dst” Bahwa jelas dan nyata gugatan Penggugat tidak konsisten dan justru kabur, lagi pula tuntutan provisi yang diajukan Penggugar sudah mengenai materi pokok perkara yaitu Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual / menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan….dst, disamping itu Pneggugat untuk serta merta Bahwa menurut hukum acara perdata makna dari putusan provisi adalah Mahkamahkeputusan Agung yang bersifat sementara Republik yang berisikan tindakan Indonesia sementara menunggu putusan akhir mengenai pokok perkara di jatuhkan, namun oleh kerena tuntutan provinsi penggugat tidak memenuhi syarat-syarat

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah57 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id sebagaimana ditentukan dalam pasal 191 ayat 1 Rbg/ 180 HIR Jis Surat Edaran Mahkamah Agung RI No.3 Tahun 1975, Maka sngat berdasar dan beralasan bagi yang mulia yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk MENOLAK TUNTUTAN PROVISI PENGGUGAT ; MahkamahIII. AgungDALAM EKSEPSI Republik Indonesia Bahwa Tergugat III secara tegas membantah dan menolak seluruh dalil gugatan penggugat, kecuali apa yang secara tagas dan nyata diakui Tergugat III sebagai berikut : 1. Eksepsi tentang kompetensi Absolut - Bahwa dilihat dari alasan-alasan dan dalil-dalil gugatan Penggugat sesuai dengan dalil gugatan Penggigat dalam petitum pada halam 26 butir “c” yang mengajukan permohonann kepada Majelis Hakim untuk menyatakan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatan RI No. S.174/Menlhk- II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada Penggugat dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Juni 2015 yang ditujukan kepada Ketua GAPKI tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (buiten effect). - Bahwa yang berwenang untuk menyatakan tidak sah perbuatan pejabat Mahkamah AgungTata Usaha Negara (TUN)Republik dalam hal ini Surat Meneteri LingkunganIndonesia Hidup dan Kehutanan RI No. S.174/Menlhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan dan Bupati Tapanuli Selatan kepada Penggugat dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. S.13/Menlhk- Set.Jen/RHS/2015 tanggal 25 Juni 2015 adalah merupakan kewenanagan Pengadilan Tata Usaha Negara ; - Bahwa secara jelas dan nyata menurut ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi“ “Seorang atau badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar keputusan Tata Usaha Negara yang di sengketakan dinyatakn batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau Mahkamah Agungrehabilitas” Republik Indonesia - Bahwa dengan demikian gugatan yang diajukan oleh Penggugat telah salah alamat, hendaknya Penggugat mengajukan gugatan pada

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah58 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), sehingga cukup alasan menurut hukum bagi Majelis Hakim yang memeriksa perkara perdata ini untuk menyatakan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili Gugatan Penggugat, akan tetapi Mahkamah Agungmerupakan kewenangan Republik dari Pengadilan Tata Usaha Indonesia Negara (PTUN) dan menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet onvantkelijke verklaard) . 2. Eksepsi tentang Kompetensi Relatif - Bahwa alamat Tergugat III dan Tergugat II serta alamat Penggugat dalam perkara ini adalah bertempat tinggal di Kota Medan, berdasarkan Kompetensi Relatif yang merupakan kewenangan lingkungan peradilan tertentu berdasarkan yurisdiksi wilayahnya, dalam hal ini Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tidak berwenang sama sekali untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo, sedangkan dimaksud dalam ketentuan pasal 118 HIR/PAsal 142 Rbg, yang berwenang mengadili suatu perkara adalah Pengadilan Negeri (PN) yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat III serta Tergugat II. Dimana kedudukan alamat Penggugat dan Tergugat III serta Tergugat II adalah dalam wilayah Pemerintahan Kota Medan sehingga yang mempunyai kewenangan dalam memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara a quo adalah Pengadilan Negeri Medan ; Mahkamah Agung- Bahwa oleh karena gugatan Republik adalah perkara a quo ditujukan Indonesia kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bukan di wilayah hukum dimana Tergigat bertempat tinggal, maka gugatan Penggugat dalam perkara aquo ini ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (Niet onvantkelijke verklaard) karena formalitas gugatan telah tidak sesuai dengan Hukum Acara Perdata ; 3. Eksepsi tentang Penggugat Tidak Memiliki Legal Standing - Bahwa berdasarkan Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia di kenal Subjek Hukum baik orang maupun Badan Hukum ; - Bahwa dalam Surat Gugatan Penggugat tertanggal 24 Nopember 2015 yang menjadi Penggugat adalah Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu disingkat “PARSUB” yang subjek hukumnya adalah Badan Usaha, seharusnya menurut Hukum Acara Perdata yang berlaku Penggugat sebagai Badan Hukum diperantarai atau diwakili oleh Pengurusannya; - Bahwa oleh karena Penggugat selaku Badan Hukum di dalam memajukan gugatan ini tidak diperantarai/diwakili oleh organ pengurus Koperasi Mahkamah AgungPARSUB dengan demikian Republik Penggugat jelas telah melanggar Indonesia ketentuan syarat formil suatu Gugatan dan oleh karena itu dimohonkan agar Majelis Hakim dalam Perkara Perdata ini menyatakan Gugatan Penggugat ditolak

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah59 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id atau sebaik-baiknya menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet onvantkelijke verklaard). 4. Eksepsi Tentang Kurangnya Pihak (Plurium Litis Consortium) - Bahwa Penggugat dalam dalil gugatannya pada : Mahkamah AgungHalaman 3 Point Republik “3” mengaku secara nyata Indonesia pernah melakukan perjanjian kerjasama yang dituangkan dalam akta Notaris SETIAWATI, SH No. 139 Tanggal 16 September 2003, yang isinya tentang perjanjian kerjasama pengelolaan perkebunan kelapa sawit dengan PT. TORUS GANDA sebagai pendamping dalam hal pembinaan tehnik dan modal pendanaan ; Halaman 18 Point “32” dimana Penggugat secara nyata sudah mengetahui tentang penyerahan barang rampasan berupa : Perkebunan kelapa sawit dikawasan Padang LAwas seluas +23.000 Ha yang dikuasai oleh KPKB Bukit Harapan dan PT. TOR GANDA beserta bangunan yang ada diatasnya ; Halaman 19 Point “34” Penggugat juga telah mengakui secara nyata bahwa perkebunan kelapa sawit yang dikelola Koperasi PARSUB dan PT. TORUS GANDA sebagai pendamping di areal Padang Lawas berdasarkan hak tradisional yang tiring temurun yang seluruhnya 24.000 Ha dan sebagian dari lahan tersebut sudah bersertifikasi Hak Milik ; Mahkamah Agung- Bahwa dalam perkara Republik aquo Penggugat tidak menarik Indonesia pihak-pihak lain yaitu : Notaris SETIAWATI, SH, PT. TORUS GANDA dan KPKS Bukit Harapan yang sebenarnya memiliki hubungan hukum dengan tuntutan Penggugat ; - Bahwa oleh karena Gugatan Penggugat dalam perkara ini tidak memenuhi syarat formil suatu Gugatan Perdata, dimana kurang pihak sebagaimana yang diatur dalam Hukum Acara Perdata, maka dimohonkan kepada Majelis Hakim dalam Perkara Perdata ini menyatakan menolak Gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya dinyatakan Gugatan Penggigat tidak dapat diterima (Niet Onvantkelijke verklaard) . 5. Eksepsi Tentang Gugatan Kabur Dan Tidak Jelas (Obscuur Libel) 5.1. Gugatan Penggugat antara Posita dengan Petitum tidak saling mendukung - Bahwa dalam Petitum Penggugat dalam Halaman 28 Point “17” yang menyebutkan “Menghukum Para Tergigat untuk membayar Mahkamah Agungbiaya yang timbul Republik dalam perkara ini”. Setelah diperhatikanIndonesia di dalam posita Gugatan Penggugat ternyata tidak dapat diuraukan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah60 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Penggugat tentang biaya perkara harus dibebankan kepada Para Tergugat ; - Bahwa begitu juga dalam Petitum Penggugat halaman 27 Point “8” yang menyatakan amar Putusan Pidana No. 481/Pid.B/2006/ Mahkamah AgungPN.JKT. PST Republik Jo. Putusan Nomor : 2642 K/Pid/2006 Indonesia yang bunyinya merampas barang bukti berupa perkebunan kelapa sawit dikawasan hutan Padang LAwas Seluas + 23.000 Ha yang dikuasai oleh KPPS Bukit Harapan dan PT. TORGANDA beserta bangunan yang ada di atasnya dan perkebunan kelapa sawit dikawasan hutan padang lawas seluas + 24.000 Ha yang dikuasai oleh Koperasi PARSUB dan PT. TORGANDA beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, dirampas unruk Negara adalah amar putusan yang tidak sah dan batal demi hukum ; - Bahwa setelah diperhatikan didalam posita gugatan Penggugat ternyata tidak ada diuaraikan sebagaimana dalam petitum Point “8” tersebut, lagi pula petitum yang sangat aneh meminta sebagaian Amar Putusan dalam Perkara Pidana yang sudah berkeutan hukum tetap dan telah dilaksanakan eksekusinya untuk dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum dalam perkara perdata, bukanlah perkara yang sudah berkekuatan hukum tetap dan dilaksanakan eksekusinya sudah selesai atas perkara tersebut, atau jika Mahkamah Agungmemohon putusan Republik dibatalkan tentu harus ditujukanIndonesia kepada tingkatan Pengadilan diatas yang dimohonkan putusan dibatalkan ; - Bahwa begitu juga dengan adanya perubahan posita gugatan yang dilakukan Penggugat, dimana sebelumnya Penggugat mengelola kebun-kebun kelapa sawit yang seluruhnya seluas + 24.000 Ha akan tetapi setelah ada perubahan (namun faktanya penambahan dalil baru) menjadi +U 18.000 Ha, Sehingga menjadi tidak sejalan atau inheren dengan Petitum Penggugat pada halaman 27 Point “9” yang menyatakan “Perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan padang lawas seluas + 24.000 Ha…dst” - Bahwa dengan demikian jelas Petitum Penggugat sungguh membingungkan dan sama sekali tidak di dukung oleh Posita Gugatan, menyebabkan gugatan Penggugat menjadi kabur yang merupakan suatu alasan hukum untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet onvantkelijke verklaard) 5.2. Posita Gugatan Tidak Jelas Data Judiris Dan Data Fisiknya. Karena Mahkamah AgungTidak Dicantumkan SecaraRepublik Jelas Apa Dasar Hukum Indonesia Dan Alas Haknya, Siapa Pemiliknya, Barapa Luas, Ukurannya Serta Batasnya

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah61 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id - Bahwa di dalam dalil Posita dan dalil Petitum Gugatan Penggugat tertanggal 24 Nopember 2015, Penggugat Mengaku mempunyai areal di Padang Lawas yang seluruhnya + 24.000 Ha dan sebagian dari lahan tersebut sudah ada yang terserttifikat Hak Milik. Mahkamah Agung- Bahwa akan Republik tetapi untuk mendukung dalil gugatanIndonesia Penggugat tersebut, Penggugat tidak secara jelas menyebutkan siapa nama- nama anggota Koperasi PARSUB yang sudah memiliki Sertifikat Hak Milik dari sebagian lahan seluas + 24.000 Ha tersebut, berapa luas dari masing-masing yang sudah bersertifikat Hak Milik dan berbatasan dengan siapa, begitu juga dengan bagian lahan seluas + 24.000 Ha yang belum bersertifikat hak milik ; - Bahwa penggugat dalam perubahan gugatan halaman 2 point “2” menyatakan lahan yang ditanami kelapa sawit _ 18.000 Ha pada posisi koordinat Bujur Timur (BT) 100000’ - 100o15’ dan Lintang Utara (LU) 00045’ – 01015’ dengan batas-batas : sebelah utara : dengan sungai garingging, sebelah selatan : dengan sungai Mahato, sebelah timur : Provinsi Riau, sebelah Barat : areal PT. Rapala, jika dilihat dari koordinat dengan Posisi Lintang Uatar (LU) 00045’ maka lokasi perkebunan disebelah selatan adalah berada di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau bukan Sungai Mahato Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara dan luasan Mahkamah Agungperkebunan PARSUB Republik tentunya sudah sangat jauh Indonesia lebih luas dari yang disebutkan oleh Penggugat seluab + 18.000 Ha. - Bahwa sebagai ilustrasi perkenankanlah Tergugat III menurunkan Yusrisprudensi tetap Mahkamah Agung RI, tertanggal 17 April 1979 No. 1149 K/Sip/1975, yang amar pertimbangan hukumnya berbunyi sebagai berikut : “Karena dalam surat gugatan tidak disebutkan dengan jelas letak/ batas-batas tanah sengketa, gugatan tidak dapat diterima” . 5.3. Dasar Hukum Dalil Gugatan Tidak Ada

Posita (Fundamentum petendi) bagi Penggugat tidak menjelaskan dasar hukum (rechtgrond) dan kejadian yang mendasari gugatan ata ada dasar hukum tetapi tidak menjelaskan kejadian atau sebaliknya (pada halaman 12 Point “17”), bahwa Putusan PK PTUN No. 06.PK/TUN/2008 tanggal 5 Mei 2008 dan Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 434/PDT/PT.MDN/2012 tanggal 04 Juni 2012 adalah bukan putusan Mahkamah Agunguntuk Perkara Tata Usaha Republik Negara (TUN) dan Perdata Koperasi Indonesia PARSIP dan lokasi (locus delicti) yang diperkarakan tentunya tidak sama dengan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah62 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id lokasi yang diajukan dalam perkara A quo sehingga putusan tersebut tidak menjadi serta merta berlaku bagi PARSUB. Bahwa Penggugat dalam posita gugatannya menyatakan bahwa tanah tersebut berasal dari tanah ulayat masyarakat adat dengan tidak Mahkamah Agungmencantumkan peraturanRepublik perundang-undangan sebagai Indonesia dasar hukum pengukuhan keberadaan masyarakat hukum adat, hal ini selaras dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2013 tanggal 16 Mei 2015 tentang Pasal 67 Ayat (2) Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyatakan bahwa “Pengukuhan keberadaan dan hapusnya mesyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah” Gugatan Penggugat yang tidak menjelaskan dasar apa dan dari siapa Penggugat memperoleh hak nya tersebut merupakan gugatan yang tidak jelas dasar hukum dalil gugatannya maka gugatan Penggugat kabur dan harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvantkelijke verklaard) IV. DALAM POKOK PERKARA - Bahwa Tergugat III menyangkal dan menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat dalam gugatannya kecuali sepanjang hal-hal yang diakui dengan tegas oleh Tergugat III didalam jawaban ini ; Mahkamah Agung- Bahwa seluruh dalil -Republikdalil dan alasan hukum yang diuraikan Indonesia Tergugat III dalam bahagian eksepsi diatas, secara mutatis-mutandis merupakan satu kesatuan dan menjadi dalil-dalil serta alasan-alasan hukum dalam perkara ini sehingga tidak diulangi lagi ; - Bahwa Tergugat III dengan tegas membantah dan menolak dalil-dalil gugatan Penggugat dalam gugatannya pada halaman 22 Point “41” yang pada pokonya menyatakan Tergugat III melakukan perbuatan melawan hukum karena Tergugat III Ikut menandatangani Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan tanggal 26 Agustus 2009 ; - Bahwa Tergugat III ikut menandatangani Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan tanggal 26 Agustus 2009 adalah untuk secara administrasi pelaksanaan proses eksekusi terhadap Putusan yang telah memperoleh kekuatan Hukum tetap atas perkara Pidana No. 481/PID.B/2006/ PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 Jp. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 194/Pid/2006.PT.DKI, Mahkamah Agungtanggal 11 Oktober 2006Republik Jo. Putusan Mahkamah Agung Indonesia R.I No. 2642K/PID/2006, tanggal 12 Februari 2007 ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah63 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id - Bahwa oleh karena terhadap perkara pidana tersebut diatas telah memperoleh kekuatan hukum tetap kemudian di tindak lanjuti oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (ic. Tergugat II) dengan diterbitkan surat perintah pelaksanaan Putusan Pengadilan No: Print- Mahkamah Agung223/N.2/Fuh.1/08/2009, Republik tanggal 25 Agustus 2009 Indonesia yang selanjutnya dilaksanakan dengan Pembuatan Berita Acraa Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan tanggal 26 Agustus 2009 dari Tergugat II kepada Tergugat III ; - Bahwa kedudukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (ic. Tergugat III) adalah merupakan perpanjangan tangan dari Gubernur Sumatera Utara selaku SKPD(Satuan Kerja Perangkat Daerah) ; - Bahwa jelas dan nyata perbuatan Tergugat III ikut menandatangani Barita Acara Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan yang dilakukan Tergugat II pada tanggal 26 Agustus 2009 adalah telah sesuai dengan prosedur hukum dan sama sekali tidak bertentangan dengan hukum ; - Bahwa oleh karena perbuatan Tergugat III tidak bertentangan dengan hukum sehingga tuntutan dalam provisi Penggugat untuk menghukum Tergugat III untuk tidak menghalang-halangi Penggugat mengelola dan membudidayakan perkebunan kelapa sawit yang Mahkamah Agungdikelola Penggugat Republik untuk membayar ganti rugi baik Indonesia materil maupun inmateril serta membayar uang paksa secara tenggang rentang tidak berdasar dan tidak beralasan sama sekali ; - Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Tergugat III tersebut di atas kiranya Majelis Hakim yang memeriksadan mengadili perkara A quo berkenan member putusan untuk menolak seluruh gugatan Penggugat, dengan amar putusan sebagai berikut :

DALAM PROVISI - Menolak gugatan provisi Penggugat untuk seluruhnya ;

DALAM EKSEPSI - Menerima Eksepsi Tergugat III untuk seluruhnya ; - Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Invantkelijke Verlaard) ;

DALAM POKOK PERKARA - Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya ; Mahkamah- Menghukum Agung Penggugat untuk Republik membayar biaya perkara yang timbulIndonesia dalam perkara ini ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah64 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Menimbang, bahwa terhadap surat gugatan Penggugat tersebut, Turut Tergugat melalui Kuasanya telah mengajukan jawabannya yang Majelis Hakim terima pada sidang tanggal 24 Februari 2016, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut : MahkamahI. AgungDalam Eksepsi : Republik Indonesia Bahwa dalam dalil gugatan Para Penggugat tidak ada hubungan hukum yang jelas antara Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Perkara aquo ; Para Penggugat menyertakan Turut Tergugat IV dalam Perkara aquo hanya berdasarkan asumsi Para Penggugat tanpa bisa mendalilkan hubungan hukum antara Turut Tergugat IV dengan Perkara aquo ; Bahwa oleh karena Para Penggugat tidak dapat mendalilkan hubungan yang jelas antara Turut Tergugat IV dengan perkara aquo maka gugatan Para Penggugat haruslah ditolak ; II. Dalam Pokok Perkara : Bahwa karena tidak ada hubungan hukum antara Turut Tergugat IV dengan Perkara aquo maka oleh karenanya pula menurut hukum gugatan Para Penggugat haruslah ditolak ; Dari alasan-alasan tersebut diatas Turut Tergugat IV dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pejabat publik dengan benar, maka cukup alasan bagi Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili Perkara Mahkamahaquo Agung untuk menolak gugatan Republik Para Penggugat atau memberi Indonesia putusan yang seadil-adilnya (et aquo et bono) serta berkenan untuk memberi putusan yang amarnya berbunyi : I. Dalam Eksepsi : 1. Menerima eksepsi Turut Tergugat IV untuk seluruhnya ; 2. Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima ; II. Dalam Pokok Perkara : 1. Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima ; 2. Menghukum Para Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini ; Menimbang, bahwa atas jawaban Para Tergugat dan Turut Tergugat tersebut, Penggugat melalui Kuasa Hukumnya mengajukan Replik tanggal 16 Maret Mahkamah2016 serta Agung Tergugat I, Tergugat RepublikII, Tergugat III melalui Kuasanya Indonesia mengajukan Duplik tertanggal 30 Maret 2016, sedangkan Turut Tergugat atau yang meawakili tidak hadir dipersidangan padahal Turut Tergugat tahu acara sidang pada tanggal

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah65 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 30 Maret 2016 adalah duplik dari Turut Tergugat, oleh karenanya Majelis Hakim menganggap tidak mengajukan duplik atau secara tidak langsung Turut Tergugat meninggalkan hak-haknya untuk menjawab dalil Replik dari Penggugat, yang selengkapnya semuanya sebagaimana terlampir dalam berita acara sidang ; Mahkamah AgungMenimbang, bahwa untuk Republik memperkuat dalil permohonannya, Indonesia Penggugat telah mengajukan alat bukti surat berupa foto copy yang bermaterai cukup, bertanda P-1

s/d P-16, P-17.1 s/d P-17.9, P-18 s/d P-19, P-20.a s/d P-20.c, P-21, P-23.a s/d P-

23.b, P-24 s/d P-29, P-30.a s/d P-30.c, P-31 s/d P-53, yaitu sebagai berikut : 1. Photo copy Akte Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) Nomor : 16 tanggal 07 Sepetember 2013, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-1 ; 2. Photo copy Surat Keterangan dari Kepala Desa Aek Raru, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-2 ; 3. Photo copy Surat Keterangan dari Kepala Desa Mandasip, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-3 ; 4. Photo copy Surat Keterangan dari Kepala Desa Paranpadang, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-4 ; 5. Photo copy Surat Keterangan dari Kepala Desa Langkimat, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-5 ; 6. Photo copy Surat Keterangan dari Kepala Desa Janji Matogu, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-6 ; Mahkamah7. Photo Agung copy Surat Keterangan Republik dari Camat Simangambat No.591.1/35/2016Indonesia tanggal 30 Januari 2016, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-7 ; 8. Photo copy SP3 dari Polda Sumut No.Pol : SP.Sididk/09.A/II/2005/Dit Reskrim Polda Sumut tanggal 09.A/II/2005/Dit Reskrim Polda Sumut tanggal 3 Februari 2005, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-8.a ; 9. Photo copy Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan No.S.tap/14.B/II/2005Dit Reskrim Polda Sumut tanggal 23 Februari 2005, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-8.b ; 10. Photo copy Surat pemberitahuan Penghentian PetSP3 dari Polda Sumut No.Pol : K/14a/II/2005/Dit Reskrim Polda Sumut tanggal 23 Februari, fotocopy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-8.c ; 11. Photo copy Putusan PN : 481/2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-9 ; 12. Photo copy Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 923/Kpts/Um/12/1982 Tentang Penunjukkan Areal Hutan di Wilayah Propinsi Sumatera Utara Mahkamahsebagai Agung Kawasan Hutan, copy dariRepublik copy dan telah diberi meterai cukup,Indonesia diberi tanda bukti P-10 ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah66 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 13. Photo copy Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 434/PDT/ 2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-11 ; 14. Photo copy P Putusan MA RI PK No. 66PK/Pdt-2014 Yang menolak Peninjauan Mahkamah AgungKembali (PK) Tergugat Republik I, berdasarkan PK terhadap Indonesia Putusan No. 434/PDT/PT.MDN/ 2012 Tanggal 4 Juni 2012, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-12 ; 15. Photo copy Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No. 194/Pid/2006/PT.DKI tanggal 11 Oktober 2006, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-13 ; 16. Photo copy Putusan Kasasi No. 2642K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-14 ; 17. Photo copy Putusan Mahkamah Konstitusi No. 45/PUU-IX/2011 Tanggal 9 Februari 2012 tentang sahnya kawasan hutan harus melalui 4 Tahapan : Penunjukan, Penataan Batas, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-15 ; 18. Photo copy Putusan MK No.35/PUU-X/2012, 16 Mei 2013 tentang diakuinya hutan adat masyarakat adat, Pemetaan dan Pengukuhan, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-16 ; 19. Photo copy Hak Milik No. 1208 atas nama POLAON GLR. BGD. DIAKSA HASIBUAN di Desa Aek Raru Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang MahkamahLawas Agung dengan Surat Ukur No.04/AekRepublik Raru/2007, telah diberi Indonesia meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.1 ; 20. Photo copy Hak Milik No. 19 atas nama ROMADON NASUTION di Desa Janji Matogu Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Surat Ukur No. 19/Janji Matogu/2014, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.2 ; 21. Photo copy Hak Milik No. 18 atas nama GAHARA HARAHAP di Desa Janji Matogu Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Surat Ukur No. 18/Janji Matogu/2014, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.3 ; 22. Photo copy Hak Milik No. 02 atas nama AMINUDDIN SIREGAR di Desa Janji Matogu Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Surat Ukur No. 2/Janji Matogu/2014, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.4 ; 23. Photo copy Hak Milik No. 1799 atas nama IWAN MULIA HARAHAP di Desa Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan MahkamahSurat Agung Ukur No 61/Langkimat/2014, Republik telah diberi meterai cukup Indonesia dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.5 ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah67 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 24. Photo copy Hak Milik No. 1828 atas nama BASARUDDIN HARAHAP di Desa Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Surat Ukur No 90/Langkimat/2014, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.6 ; Mahkamah25. Agung Photo copy Hak Milik No.Republik 1820 atas nama MAS INTAN Indonesia SIREGAR di Desa Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Surat Ukur No 66/Langkimat/2014, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.7 ; 26. Photo copy Hak Milik No. 1804 atas nama ALI NURDIN HARAHAP di Desa Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Surat Ukur No 66/Langkimat/2014, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.8 ; 27. Photo copy Hak Milik No. 1805 atas nama MISRAN HALIM HARAHAP di Desa Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Surat Ukur No 67/Langkimat/2014, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-17.9 ; 28. Photo copy Putusan MK No. 34/PUU-XII/2011 intinya tentang Penguasaan Hutan oleh Negara tetap wajib melindungi, menghormati dan memenuhi hak hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan di akui keberadaannya, baik masyarakat yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta tidak bertentangan dengan kepentingan Mahkamahnasional, Agung telah diberi meterai Republik cukup dan telah disesuaikan denganIndonesia aslinya, diberi tanda bukti P-18 ; 29. Photo copy Putusan MK No. 55/PUU –VIII/2010 tanggal 19 September 2011, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-19 ; 30. Photo copy Amplop dan Surat R.Rene Janssen, employee of the National Arcief In Den No. 50 Tanggal 24 Juni 1924, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-20.a ; 31. Photo copy Scan Asli GB 50 Tanggal 25 Juni 1924 dari Arsip Nasional Belanda sebagaimana dijelaskan dalam Surat R.Rene Janssen pegawai Arsip Nasipnal Belanda, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-20.b ; 32. Photo copy Surat Terjemahan GB No. 50 Tanggal 25 Juni 1924 ke dalam bahasa Indonesia oleh Theresia Slamet Penerjemah resmi dan bersumpah, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-20.c ; Mahkamah33. Photo Agung copy Putusan MA No 47Republik P/HUM/2011 tanggal 2 Mei 2012 Indonesia yang intinya membatalkan SK Menteri Kehutanan No. 44/Menhut-II/2005 tentang penunjukan Kawasan Hutan Di Wilayah Provinsi Sumatera Utara + 3.742.120 Ha, telah diberi

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah68 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-21 ; 34. Photo copy Kliping Berita Tempo Online Tanggal 3 November 2015 Pukul 12:11 Wib “Ekslusif Gatot Soal Rio, Nasdem & Surya Paloh : Saya Suka Semua !https: // Mahkamah Agungm.tempo.co/read/news/2015/11/03/063715398/eksklu Republiksif-gatot -soalIndonesia-rio-nasdem- surya-paloh-saya-buka-semua, tidak ada asli dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-22 ; 35. Photo copy Peta Rupa Bumi Indonesia, 1 : 250.000, Lembar 07 17 Padangsidimpuan Diterbitrkan oleh Bakosurtanal RI, Edisi I, Tahun 1986, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-23.a ; 36. Photo copy Bukti Pembayaran dari Badan Informasi Geospasial (dahulu Bakorsultanal RI) No. A5952/423116/P/D/XI/2015 tanggal 22 September 2015 dengan perinciannya dan 1 (satu) lembar tanda terima Peta No. 169/XI/2015 tanggal 22 September 2015 Badan Informasi Geospasial, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-23.b ; 37. Photo copy Peta Sumatera, Sheet 21–Padangsidimpuan Diterbitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda,Edisi Kedua – 1944 dicetak ulang oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) 22 Oktober 2015, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-24 ; 38. Photo copy Peta Sumatera, Sheet 22 – Kota Tengah, 1 ; 250.000 Diterbitkan oleh MahkamahPemerintah Agung Hindia Belanda,Edisi Republik Kedua – 1944 dicetak ulang oleh Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) 22 Oktober 2015, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-25 ; 39. Photo copy Peta Sumatera, Sheet 28 – Natal, 1 ; 250.000 Diterbitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda,Edisi Kedua – 1944 dicetak ulang oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) 22 Oktober 2015, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-26 ; 40. Photo copy Bukti Bayar Biaya Cetak Ulang dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) No. 0001721 untuk pembayaran Repro cetak peta berwarna, P-24, P-25, P26, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-27 ; 41. Photo copy Peta Situasi Posisi Koordinat 5 (lima) Desa Yang didakwakan dan posisi koordinat areal perkebunan kelapa sawit Koperasi Parsub yang disita JPU sesuai Berita Acara Penyitaan Tentanggal 22 November 2005 dan penetapan PN Padangsidimpuan No. 548.Pen.Pid/2005/ PN.Psp tentanggal 27 Oktober 2005, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-28 ; Mahkamah42. Photo Agung copy Peta situasi sebaranRepublik rencana komplek Hutan Padang Indonesia Lawas menurut Government Besluit No. 50 Tahun 1924 dan rwncana kawasan hutan produksi Register 40 berdasarkan SK, Menteri Pertanian No.923/Kpts/Um/12/

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah69 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1982, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup dan disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-29 ; 43. Photo copy Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia disusun menurut Sitem ENGELBRECHT, telah diberi meterai cukup dan telah Mahkamah Agungdisesuaikan dengan aslinya, Republik diberi tanda bukti P-30.a ; Indonesia 44. Photo copy De Wetboeken Wetten en Verordeningen, Benevens De Grondwet van De Republiek Indonesia (Pencantuman Undang-Undang, Peraturan- Peraturan, Ordonansi-Ordonansi, dll dari zaman Hindia-Belanda yang masih berlaku di Indonesia sampai sekarang), telah diberi meterai cukup dan disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-30.b ; 45. Photo copy STAATSBLAD Van Nederlandsch – Indie Over her jaar 1924 yang menyatakan bahwa GB 50 tertanggal 24 Juni Tahun 1924 tidak terdapat dalam staatsblad tersebut, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-30.c ; 46. Photo copy Berita Acara penyerahan Barang Rampasan oreh Kejaksaan Tinggi Sumut pada Rabu 26 Agustus 2009 kepada Ir. J.B. Siringo-ringo Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara atas Putusan Mahkamah Agung RI No..2642 K/PID/2006 tanggal 12 Februari 2007, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-31 ; 47. Photo copy Laporan hasil Audit Tim Interdep (Dephut. Depdagri, BpN Pusat, Pemda Tapsei pada Mei 2005 yang intinya menyatakan bahwa Kawasan MahkamahHutan Agung Padang Lawas hampi Republikr seluruhnya telah menjadi kebun Indonesia kelapa sawit dikelola oleh 43 elemen terdiri dari PT, Yayasan, PTPN, Masyarakat, BUMN, BUMD dan PMA , copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-32 ; 48. Photo copy Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor : S13 Menlhk-setjen/RHS/2015 tertanggal 25 Juni 2015 perihal Pemberitahuan Putusan MA No. 2642K/Pid/2006 Tentang Register 40 Padang Lawas Kepada Ketua Ummum GAPKI, foto copy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-33 ; 49. Photo copy Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor : S174 Menlhk-setjen/RHS/2015 tertanggal 25 April 2015 perihal penghentian Pelayanan Kepada Gubernur Sumatera Utara, Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, Bupati Tapanuli Selatan, fotocopy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-34 ; 50. Photo copy Pernyataan DPR Provinsi Sumatera Utara tentang diskriminasi Hukum dan Register 40 diberhentikan (print out webside Mahkamah Konstitusi Mahkamahsenin Agung 09 Mei 2016 http///www.mahkamahkonstitusi.go.id/indexphp/page+ Republik Indonesia web.Berita&id= 1104S#VzBbygKyOko), fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup , diberi tanda bukti P-35 ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah70 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 51. Photo copy Surat Dirjen Penegakan Hukum Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rasio Ridho Sani, Nomor :S.811/MenLHK-PHLHK/set/2015 tanggal 28 Desember 2015 perihal Penyerahan Aset Perkebunan Kelapa Sawit di Kawasan Hutan Register 40 ditujukan kepada Pimpinan PT. Torganda/KPKS Bukit Harapan Mahkamah Agungdan Pimpinan PT. Torus Ganda/KoperasiRepublik Parsub, fotocopy dari Indonesia fotocoy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-36 ; 52. Photo copy Surat Kuasa Hukum Penggugat yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Penanganan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) tanggal 7 Januari 2016 perihal mohon penjelasan Surat Dirjen Penegakan Hukum No S 81 1/MenLHK-PHLHK), dan tembusannya ditujukan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (Nomor 4 dalam urutan tembusan), fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-37 ; 53. Photo copy Surat Jaksa Agung Hendarman Supanji Nomor BO72A/A/Gp.1/09/ 2010 tanggal 21 September 2010 kepada Menteri Kehutanan RI, intinya bahwa pada kenyataannya data fisik/patok batas kawasan hutan tidak dapat ditemukan lagi dan saran dianjurkannya agar masalah-masalah kehutanan ditempuh cara win-win solution berupa penyelesaian secara out of court sattlement (Point 3 Halaman 2 dan Point 6 Halaman 4), fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-38 ; 54. Photo copy dari Website (laman) resmi Pemerintah Daerah Kabupaten MahkamahTapanuli Agung Selatan dari Periode Republik jabatan tahun 1950 sampai denganIndonesia periode jabatan saat ini, menyebutkan bahwa Bupati Tapanuli Selatan pada periode jabatan tahun 1974 s/d 1979 adalah Baginda Syarif Hasibuan (Urutan 10), telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-39 ; 55. Photo copy Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor : 430/Kpts/Org/7/1978 tentang Susuan Organisasi dan tata kerja Balai Planologi Kehutanan, menyebutkan bahwa Balai Planologi Kehutanan terbentuk sejak 10 Juli 1978 (Print out dari Biro Informasi Publik Departemen Pertanian Jakarta), telah diberi meterai cukup dan disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-40 ; 56. Photo copy Peraturan Pemerintah RI No 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan Pada intinya adalah tentang Tata Cara Pengukuhan Kawasan Hutan harus dilakukan melalui 4 (empat) tahapan proses (pada halaman 6, Bagian Ketiga Pengukuhan Hutan) dan juga berdasarkan UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana ditegaskan hukum dalam hal ini Putusan Mahkamah Konstitusi No. 45/PUU/IX/2011, fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai Mahkamahcukup, Agung diberi tanda bukti P -41Republik ; Indonesia 57. Photo copy Surat Keputusan Menteri Pertanian No : 579/Kpts/Um/9/1978 tertanggal 18 September 1978 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Panitia Tata

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah71 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Batas Hutan yang terdiri dari 12 Pasal dalam 4 lembar (halaman) yang distempel resmi biro Hukum Kementerian Pertanian tertanggal 16 Juni 2016 dan di paraf oleh Staff Biro Hukum dimaksud. Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada, fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda Mahkamah Agungbukti P-42 ; Republik Indonesia 58. Photo copy dari print out asli dari Website Kementerian Lingkungan Hidun dan Kehutanan (www.menlhk.go.id) berupa Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 400/Kpts-II/1990 Tanggal 6 Agustus 1990 Tentang Pembentukan Panitia Tata Batas, fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-43 ; 59. Photo copy Peta Lokasi Sebaran 13 Desa Menurut Gouvernement Besluit No. 50 Tanggal 25 Juni 1924 Provinsi yang menggambarkan lokasi yang disita JPU dalam perkara Pidana berbeda dengan lokasi kegiatan Perkebunan yang dilakukan Penggugat, fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-44 ; 60. Photo copy Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 32?kpts-II/2001 Tanggal 21 Februari 2001 tentang kriteria dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan. asli dari internet, diberi tanda bukti P-45 ; 61. Photo copy Surat Keputusan Menteri Pertanian No.923/Kpts/Um/12/1982 tentang Penunjukan areal hutan di Daerah Provinsi Dati I Sumatera Utara sbagai Kawasan Hutan, tanpa menyebut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Mahkamahberbeda Agung dengan apa yang disebut Republik dalam dakwaan. SK. No. 923/Kpts/Um/12/1982 Indonesia ini pada Peta sebagai lampiran yang menjadi satu kesatuan dengan Sknya. Di dalam Peta disebutkan dalam dakwaan luasnya adalah 178.000 Ha. SK. No.923/Kpts/Um/12/1982yang kami lampirkan ini adalah copy resmi dari Kementerian Pertanian yang distempel resmi oleh Sekretarian Jenderal tentanggal 18 Juli 2016 Bukti ini adalah sebagai melengkapi Bukti P-10 dengan lampiran Peta , fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-46 ; 62. Photo copy Peta sebagai Lampiran P-10 dan P-46 sebagaimana disebutkan pada halam du SK No. 923/Kpts/Um/12/1982 pada bagian menetapkan, pertama. Peta ini berstempel resmi Sekretarian Jenderal Kementerian Pertanian tanggal 18 Juli 2016. Peta ini mereangkan bahwa luas Register 40 hanya 75.622 Ha. Sedangkan dalam dakwaan sangat berbeda. Register 40 Luasnya disebutkan 178.000 Ha, salinan dari kementerian Pertanian dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-47 ; 63. Photo copy Undang-Undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan- MahkamahKetentuan Agung Pokok Kehutanan, Republik disahkan dan diundangkan Indonesiatanggal 24 Mei 1967 (sumber: www.bphn.go.id). Undang-Undang ini mengatur tatacara dan mekanisme pengukuhan/penetapan Kawasan Hutan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah72 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id sebagaimana yang dimaksud dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 45/PUU-IX/2011 tanggal 9 Februari 2012 tentang untuk sahnya kawasan hutan melalui empat tahapan : Penunjukan, Penataan Batas, Pemetaan dan Pengukuhan (bukti P-15), fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai Mahkamah Agungcukup, diberi tanda bukti Republik P-48 ; Indonesia 64. Photo copy Keterangan Ahli oleh Maruarar Siahaan pada sidang tanggal 15 Juli 2016 di Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tantang Hak tradisional Masyarakat Hukum Adat Dalam Perkara No. 37/Pdt.G/2015/PN.PSp dan Perkara No. 46/Pdt.G/2015/PN.PSp, fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti P-49 ; 65. Photo copy Tambahan Keterangan saksi Ahli oleh Maruarar Siahaan berkenaan dengan pertanyaan Tergugat-Tergugat dalam sidang tanggal 15 Juli 2016 di Pengadilan Negeri Padangsidimpuan, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti P-50 ; 66. Photo copy Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Uatra, foto copy dari foto copy dan telah diberi materai cukup, diberi tanda bukti P-51 ; 67. Photo copy Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan Nomor 14 Tahun 1998 Tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan Tahun 1998- 2007, foto copy dari foto copy dan telah diberi materai cukup, diberi tanda Mahkamahbukti Agung P-52 ; Republik Indonesia 68. Photo copy Surat Keterangan Kerja No.022/SKB /IX/2015 tentang Direktur PT.Usaha Untung Lestari sebagai Direktur menerangkan Leonardo Sirait bekerja di Perusahaan PT. Usaha Untung Lestari, foto copy dari foto copy dan telah diberi materai cukup, diberi tanda bukti P-53 ; Menimbang, bahwa untuk memperkuat dalil bantahan dalil gugatan

Penggugat, Tergugat I, telah mengajukan bukti surat, bertanda T-I.1 s/d T-I.15,

T-I.16.a s/d T-16.e dan T-I.17, yaitu sebagai berikut : 1. Photo copy Gouvernment Besluit (GB) Nomor : 50/1924 tanggal 25 Juni 1924 salah satu bukti dalam perkara Terdakwa DL. Sotorus, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-I.1 ; 2. copy Berita Acara dari hutan yang dijadikan hutan tetap bernama Kawasan Hutan Padang Lawas dengan Register No.40 yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan dari Gubernur Sumatera Utara tanggal 1972 No.704/I/GBU dan SK Bupati Kepala Des a TK.II Tapanuli Selatan No.967/77, penunjukkan berdasarkan G.B 25 Juni 1924 tanggal 6 Juni 1978, telah diberi meterai cukup Mahkamahdan telahAgung disesuaikan dengan aslinya, Republik diberi tanda bukti T-I.2 ; Indonesia 3. Photo copy Berita Acara dari hutan yang dijadikan hutan tetap bernama Kawasan Hutan Padang Lawas dengan Register No.40 yang ditunjuk berdasar-

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah73 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id kan Surat Keputusan dari Gubernur Sumatera Utara tanggal 1972 No.704/I/GBU dan SK Bupati Kepala Desa TK.II Tapanuli Selatan No.967/77, penunjukkan berdasarkan G.B 25 Juni 1924, tanggal 17 Nopember 1978, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti T-I.3 ; Mahkamah4. AgungPhoto copy Berita Acara dariRepublik hutan tentang Hutan yang akanIndonesia dijadikan hutan tetap bernama Kawasan Hutan PadangLawas dengan register No.40, ditunjuk berdasarkan surat Kuasa tanggal 1980 Nopember 1980, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti T-I.4 ; 5. Photo copy Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 923/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-I.5 ; 6. Photo copy Peraturan Daerah Propinsi Sumut Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Rencana, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberitanda bukti T-I.6 ; 7. Photo copy Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.44/Menhut-/2005, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan denga aslinya, diberitanda bukti T-I.7 ; 8. Photo copy Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.579/Menhut-/ 2014 Tentang Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan denga aslinya , diberitanda bukti T-I.8 ; 9. Photo copy nomor Putusan 2642 K/Pid/2006, copy dari copy dan telah diberi Mahkamahmeterai Agung cukup, diberitanda buktiRepublik T-I.9 ; Indonesia 10. Photo copy Surat Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : S.174/Men.lhk-II/2015, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan denga aslinya , diberitanda bukti T-I.10 ; 11. Photo copy Surat Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : S.174/Men.lhk-II/2015 Tentang Pemberitahuan Putusan MA No.2642 K/Pid/2006 Tentang Register. 40 PadangLawas, Photo copy Surat Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : S.174/Men.lhk- II/2015, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan denga aslinya , diberitanda bukti T-I.11 ; 12. Photo copy Peta Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara No. SK 579/ Menhut-II/2014 tanggal 24 Juni 201, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan denga aslinya, diberitanda bukti T-I.12 ; 13. Photo copy Berita Acara Penyerahan tanah tahun 1981 luas 8.000 Ha dan 12.000 Ha, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberitanda bukti T-I.13 ; Mahkamah14. Photo Agung copy Peta Kawasan Republik Hutan Padan Lawas dan lampiran Indonesia tentang tandatangan, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberitanda bukti T-I.13.a ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah74 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 15. Photo copy Surat Pengakuan tanggal 21 Juli 1978, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberitanda bukti T-I.14 ; 16. Photo copy Peta Areal Perkebunan Koperasi Parsub, copy dari copy dan telah diberi meterai cukup, diberitanda bukti T-I.15 ; Mahkamah17. Agung Photo copy Peta sebahagian Republik Tata Batas Hutan Padang Lawas Indonesia Skala 1:20.000 Blad 1 tidak ada tanggal dan tahun Untuk laporan isinya kosong, diusulkan sebagai Hutan Tututapan yang dipelihara dengan Surat Ketetapan Penunjukkan G.B 25 Juni 1924 No. 50 dan Srt Gubsu Tgl 5-11-1977 No.26681/3 Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan Kecamatan Barumun Tengah tidak ada kolom untuk tandatangan pejabat yang berwenang dan tidak ada tandatangannya dan dalam bukti aslinya ada beberapa bagian yang bekas dihapus/distip yang diganti tulisan baru diatasnya, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberitanda bukti T- I.16.a ; 18. Photo copy Peta sebahagian Tata Batas Hutan Padang Lawas Skala 1:20.000 Blad 1 tidak ada tanggal dan tahun Untuk laporan isinya kosong, diusulkan sebagai Hutan Tututapan yang dipelihara dengan Surat Ketetapan Penunjukkan G.B 25 Juni 1924 No. 50 dan Srt Gubsu Tgl 5-11-1977 No.26681/3 Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan Kecamatan Barumun Tengah, ada kolom untuk tandatangan pejabat yang berwenang dan ada ditandatangani oleh penjabat tapi nama penjabat yang tandatangan tidak Mahkamahada Agung dan tidak ditandatangni olehRepublik Gubernur Kepala Daerah Propinsi Indonesia Dati Sumut, oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Sumut, Kepala Direktorat Agraria Propinsi Dati I Sumut Direktur Bina Program sebagai yang mengetahui, juga tidak ditandatangani oleh Menteri Pertanian Direktur Jenderal Kehutanan sebagai yang penjabat yang mengesahkan dibuat tanggal tanpa bulan tahun 1978 dan dalam aslinya ada beberapa bagian yang bekas dihapus /distip yang diganti tulisan baru diatasnya, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberitanda bukti T-I.16.b ; 19. Photo copy Peta sebahagian Tata Batas Hutan Padang Lawas Skala 1:20.000 Blad 1 tidak ada tanggal dan tahun Untuk laporan isinya kosong, diusulkan sebagai Hutan Tututapan yang dipelihara dengan Surat Ketetapan Penunjukkan G.B 25 Juni 1924 No. 50 dan Srt Gubsu Tgl 5-11-1977 No.26681/3 Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan Kecamatan Barumun Tengah, ada kolom untuk tandatangan pejabat yang berwenang dan ada ditandatangani oleh penjabat tapi nama penjabat yang tandatangan tidak ada dan tidak ditandatangni oleh Gubernur Kepala Daerah Propinsi Dati Sumut, Mahkamaholeh KepalaAgung Dinas Kehutanan PropinsiRepublik Dati I Sumut, Kepala Direktorat Indonesia Agraria Propinsi Dati I Sumut Direktur Bina Program sebagai yang mengetahui, juga tidak ditandatangani oleh Menteri Pertanian Direktur Jenderal Kehutanan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah75 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id sebagai yang penjabat yang mengesahkan dibuat tanggal 14-8-1978, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberitanda bukti T- I.16.c ; 20. Photo copy Peta sebahagian Tata Batas Hutan Padang Lawas Skala 1:20.000 Mahkamah AgungBlad 1 tidak ada tanggal Republik dan tahun Untuk laporan isinya Indonesia kosong, diusulkan sebagai Hutan Tututapan yang dipelihara dengan Surat Ketetapan Penunjuk- kan G.B 25 Juni 1924 No. 50 dan Srt Gubsu Tgl 5-11-1977 No.26681/3 Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan Kecamatan Barumun Tengah, ada kolom untuk tandatangan pejabat yang berwenang dan ada ditandatangani oleh penjabat tapi nama penjabat yang tandatangan tidak ada dan tidak ditandatangni oleh Gubernur Kepala Daerah Propinsi Dati Sumut, oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Sumut, Kepala Direktorat Agraria Propinsi Dati I Sumut Direktur Bina Program sebagai yang mengetahui, juga tidak ditandatangani oleh Menteri Pertanian Direktur Jenderal Kehutanan sebagai yang penjabat yang mengesahkan dan tidak ada dibuat tanggalnya, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberitanda bukti T-I.16.d ; 21. Photo copy Peta sebahagian Tata Batas Hutan Padang Lawas Skala 1:20.000 Blad 1 tidak ada tanggal dan tahun Untuk laporan isinya kosong, diusulkan sebagai Hutan Tututapan yang dipelihara dengan Surat Ketetapan Penunjukkan G.B 25 Juni 1924 No. 50 dan Srt Gubsu Tgl 5-11-1977 No.26681/3 Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan Kecamatan MahkamahBarumun Agung Tengah, ada kolom Republik untuk tandatangan pejabat yang Indonesia berwenang dan ada ditandatangani oleh penjabat tapi nama penjabat yang tandatangan tidak ada dan tidak ditandatangni oleh Gubernur Kepala Daerah Propinsi Dati Sumut, oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Sumut, Kepala Direktorat Agraria Propinsi Dati I Sumut Direktur Bina Program sebagai yang mengetahui, juga tidak ditandatangani oleh Menteri Pertanian Direktur Jenderal Kehutanan sebagai yang penjabat yang mengesahkan, tidak dibuat tanggal, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberitanda bukti T- 16.e ; 22. Foto copy hasil scan gambar Peta Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 923.Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tidak ada tanggal dan nomor yang ditandatangani Direktur Jenderal Kehutanan Soedjarwo dan Menteri Pertanian Prof.Ir. Soedarsono Hadisapoetro, foto copy hasil scan dan telah diberi meterai cukup , diberi tanda bukti T-I.17 ; Menimbang, bahwa untuk memperkuat dalil bantahan gugatan Penggugat, Tergugat II telah mengajukan bukti surat, yang diberi tanda bukti T-II.1 sampai Mahkamahdengan AgungT-II.11, yaitu sebagai berikut Republik : Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah76 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1. Photo copy berkas Perkara atas nama Darianus Lungguk Sitorus, Jakarta Desember 2005, foto copy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-II.1 ; 2. Photo copy Surat Perintah Penunjukkan Jaksa Penuntut Umum Nomor : Print- Mahkamah Agung159/0.1.10/Ft.1/10/2006, JakartaRepublik Desember 2005, foto copy Indonesia dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-II.2 ; 3. Photo copy Surat Dakwaan Perkara Terdakwa Darianus Lungguk Sitorus Reg. Perkara Nomor : PDS-01/JKT.Pst/03/2006 Jakarta 06 Maret 2006, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti T-II.3 ; 4. Photo copy Putusan Sela No.481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst atas nama Darianus Lungguk Sitorus tanggal 11 April 2006, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti T-II.4 ; 5. Photo copy Putusan No.481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst atas nama Darianus Lungguk Sitorus tanggal 28 Juli 2006, foto copy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-II.5 ; 6. Photo copy Putusan No.194/PID/2006/PT.DKI atas nama Darianus Lungguk Sitorus tanggal 11 Oktober 2006, foto copy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-II.6 ; 7. Photo copy Putusan No.2642 K/PID/2006 atas nama Darianus Lungguk Sitorus tanggal 12 Februari 2007, foto copy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, Mahkamahdiberi Agung tanda bukti T-II.7 ; Republik Indonesia 8. Photo copy Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Nomor : Print- 360/0.1.10/Fu.1/03/2007 tanggal 01 Maret 2007, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti T-II.8 ; 9. Photo copy Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang ditandatangani Jaksa, Terpidana dan mengetahui Kepala Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda bukti T-II.9 ; 10. Photo copy Putusan No.134 K/TUN/2007 atas nama Darianus Lungguk Sitorus tanggal 19 Juni 2007, foto copy dari foto copy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-II.10 ; 11. Photo copy Tanggapan Jaksa Penuntut Umum atas Permohonan Peninjauan Kembali Terpidana Darianus Lungguk Sitorus, telah diberi meterai cukup dan telah disesuaikan degan aslinya, selanjutnya diberi tanda bukti T-II.11 ; Menimbang, bahwa untuk memperkuat dalil bantahan gugatan Penggugat Tergugat III, telah mengajukan bukti surat yang diberi tanda bukti T-III.1 sampai Mahkamahdengan AgungT-IIII.6, yaitu sebagai berikut Republik : Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah77 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1. Photo copy Peta hasil Ploting gugatan Perkara PARSUB tanggal 24 November 2015, yang dicetak ulang rangkap ditandatangani dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-III.1 ; 2. Photo copy Surat Edaran Nomor : SE,1/Menhut-II/2013 Tentang Putusan Mahkamah AgungMahkamah Konstitusi Nomor Republik : 35/PUU-X/2012 Tanggal 16 MeiIndonesia 2013, fotocopy dari fotocopy dan telah diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-III.2 ; 3. Photo copy Putusan Nomor 1870 K/Pdt/2012 tanggal 28 November 2014, fotocopy dari fotocopy dan diberi meterai cukup, yang telah disesuaikan dengan aslinya dan diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-III.3 ; 4. Photo copy BeritaAcara Penyerahan Barang Rampasan tanggal 26 Agustus 2009, fotocopy dari fotocopy dan diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-III.4 ; 5. Photo copy Perihal Somasi/Peringatan dari Menteri Kehutanan, fotocopy dari fotocopy dan diberi meterai cukup, diberi tanda bukti T-III.5 ; 6. Photo copy Perihal Somasi/Peringatan II dari Menteri Kehutanan, fotocopy dari fotocopy dan diberi meterai cukup , diberi tanda bukti T-III.6 ; Menimbang, bahwa untuk memperkuat dalil bantahan gugatan Penggugat, Turut Tergugat tidak ada mengajukan bukti surat ; Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 180 RBg dan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2001 tertanggal 15 November 2001 yang menjelaskan dan memerintahkan agar Pengadilan dalam memeriksa segala perkara perdata di mana objek perkaranya berbentuk barang- Mahkamahbarang Agung yang tidak bergerak seperti Republik sawah, tanah pekarangan, dan Indonesia lain sebagainya diwajibkan untuk melakukan peninjauan langsung terhadap objek perkara dalam pemeriksaan setempat (Gerechtelijke Plattsopneming), oleh karenanya Majelis Hakim memerintahkan kepada para pihak yang berperkara hadir di tempat objek perkara . pada hari Rabu tanggal 01 Juni 2016, selengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam berita acara persidangan ; Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat, Penggugat juga telah mengajukan Saksi 4 (empat) orang Saksi, Saksi mana masing-masing dibawah sumpah, dipersidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

1. HASIBUAN : − Bahwa Saksi sebagai kepala Desa Aek Raru dan ada mengeluarkan Surat Keterangan kaitannya tentang tidak adanya perkebunan Parsub di Desa Saksi ; − Bahwa Saksi dan masyarakat adat yang lainnya tinggal di Desa tersebut + 100 tahun ; − Bahwa Saksi tidak mengetahui tentang Koperasi Parsub dan mendengar tentang MahkamahKoperasi Agung Parsub pernah dengar Republik; Indonesia − Bahwa Saksi tidak pernah melihat Koperasi Parsub melakukan usaha perkebunan didesa Saksi ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah78 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa di Desa Saksi tidak ada perkebunan Parsub ; − Bahwa luas Desa Aek Raru yang Saksi pimpin + 600 Ha ; − Bahwa tidak ada kawasan hutan di Desa yang Saksi pimpin ; − Bahwa di daerah tersebut ada perusahaan tapi bukan Parsub, tapi ada Mahkamah Agungperusahan lain misalnya PerkebunanRepublik Austindo atau ANJ ; Indonesia − Bahwa di Desa Saksi tanahnya sudah ada dan banyak yang bersertifikat ; − Bahwa di Desa Saksi ada sekolah, Kantor Polisi, rumah penduduk, kantor

Kecamatan, Kantor-kantor Desa, praktek bidan dan pasar ; − Bahwa Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Kabupaten atau Pemerintahan Provinsi tidak pernah melakukan pengukuran Desa Saksi ; − Bahwa tentang pengukuhan wilayah Saksi tidak tahu ; − Bahwa Saksi tidak tahu apa peran Desa tempat tinggalnya dijadikan kawasan hutan ; − Bahwa bukti Saksi dan keluarga besar sudah tinggal di Desa selama 100 Tahun yaitu ada kuburan-kuburan lama leluhur Saksi dan keluarga Saksi yang sudah meninggal dikubur di perkuburan Desa ; − Bahwa Koperasi Parsub tidak ada di Desa tempat tinggal Saksi, karena jarak Desa Saksi dengan Perkebunan Kelapa Sawit PARSUB jauh ; − Bahwa sejak dahulu sudah ada perkebunan kelapa sawit di Desa, tapi milik warga Desa ; Mahkamah− BahwaAgung didalam Desa Republik Saksi terdiri dari perkampungan Indonesia rumah-rumah penduduk, fasilitas umum antara lain, sekolah, kantor Polisi, Pasar, warung- warung jualan sembako dan rumah makan, jalan umum kebun-kebun milik masyarakat ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada Pal Batas dan tidak ada patok batas masing-masing Desa ; − Bahwa setahu dan seingat Saksi, tidak ada Kejaksaan Agung atau Kejaksaan Tinggi atau menteri Kehutanan atau Dinasa Kehutanan pada tahun 2005 atau awal tahun 2006 ada melakukan pemeriksaan setempat di lokasi Desa yang, Saksi pimpin ; − Bahwa setahu Saksi di Desa Saksi tidak pernah dilakukan penataan batasan Desa ; − Bahwa penduduk di Desa banyak yang tinggal di Desa dengan status warganya masuk desa lain, misalnya di Desa Aek Raru, tapi status warga Desa Mandasip demikian sebaliknya ; − Bahwa Saksi menjabatan Kepala Desa Paranpadang sejak Tahun 2010 sampai Mahkamahsekarang Agung ; Republik Indonesia − Bahwa Saksi tahu arti hutan yaitu kumpulan beberapa tumbuhan ada di satu wilayah ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah79 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa selama menjabat sebagai Kepala Desa, Saksi tidak pernah mendengar Desa akan dikeluarkan dari kawasan hutan atau dijadikan kawasan hutan ; − Bahwa Saksi tidak tahu arti Bragas ; − Bahwa sejak lahir Saksi sudah tinggal di Desa Saksi ; Mahkamah− AgungBahwa Saksi tidak pernah Republik mendengar HPH Brakas ; Indonesia − Bahwa lewati titi itu adalah Desa Tanjung Botung dan Gunung Manaon ; − Bahwa Dusun Parsadaan Desa Langkimat seingat Saksi berbatasan dengan KPKS ; − Bahwa setiap Dusun tidak harus ada Kepala Desanya ; − Bahwa pernah ke Dusun Maju Jaya dan Saksi pernah melihat perkebunan disana, tapi tidak tahu perkebunan apa ;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Saksi dari Tergugat III, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; 2.ZULKARNAIN SIMAMORA : − Bahwa Saksi kepala Desa Paranpadang dan ada mengeluarkan Surat Keterangan kaitannya tentang tidak adanya perkebunan Parsub di Desa Saksi ; − Bahwa Saksi dan masyarakat adat yang lainnya tinggal di Desa tersebut + 100 tahun ; Mahkamah− Bahwa Agung Saksi tidak mengetahui Republik tentang Koperasi Parsub ; Indonesia − Bahwa pernah mendengar Koperasi Parsub ; − Bahwa Saksi tidak pernah melihat Koperasi Parsub melakukan usaha perkebunan ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada perkebunan Parsub ; − Bahwa luas Desa Paran Panjang + 500 Ha ; − Bahwa tidak ada kawasan hutan di Desa yang Saksi pimpin ; − Bahwa di daerah tersebut ada perusahaan tapi bukan Parsub, tapi ada perusahan lain misalnya Perkebunan Austindo atau ANJ ; − Bahwa Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Kabupaten atau Pemerintahan Provinsi tidak pernah melakukan pengukuran di Desa Saksi ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada pengukuhan wilayah yang dilakukan pemerintah ; − Bahwa Saksi tidak tahu apa peran Desa tempat tinggalnya dijadikan kawasan hutan ; − Bahwa bukti sudah tinggal di Desa selama 100 Tahun yaitu ada kuburan-kuburan lama leluhur Saksi dan keluarga Saksi yang sudah meninggal dikubur di Mahkamahperkuburan Agung Desa ; Republik Indonesia − Bahwa Koperasi Parsub tidak ada di Desa tempat tinggal Saksi, karena jarak Desa Saksi dengan Perkebunan Kelapa Sawit PARSUB jauh ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah80 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa sejak dahulu sudah ada perkebunan kelapa sawit di Desa, tapi milik warga Desa ; − Bahwa didalam Desa Saksi terdiri dari perkampungan rumah-rumah penduduk, fasilitas umum antara lain, sekolah, kantor Polisi, Pasar, warung-warung jualan Mahkamah Agungsembako dan rumah makan, Republik jalan umum kebun-kebun milik masyarakatIndonesia ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada Pal Batas ; − Bahwa tidak ada patok batas masing-masing Desa ; − Bahwa setahu dan seingat Saksi, tidak ada Kejaksaan Agung atau Kejaksaan Tinggi atau menteri Kehutanan dan Dinas Kehutanan pada tahun 2005 atau awal 2006 ada melakukan pemeriksaan setempat di lokasi Desa yang, Saksi pimpin ; − Bahwa setahu Saksi di Desa Saksi tidak pernah dilakukan penataan batasan Desa, bahkan penduduk Desa Saksi ada yang berbeda tinggalnya tapi beda status Desanya, misalnya di Aek Raru, tapi status warga Desa Mandasip demikian sebaliknya ; − Bahwa sejak dahulu sudah ada perkebunan kelapa sawit di Desa, tapi milik warga Desa ; − Bahwa Saksi menjabatan Kepala Desa Paranpandang sejak Tahun 2010 sampai sekarang ; − Bahwa Saksi tahu arti hutan yaitu kumpulan beberapa tumbuhan ; − Bahwa selama menjabat sebagai Kepala Desa, Saksi tidak pernah mendengar MahkamahDesa Agung akan dikeluarkan dari kawan Republik hutan atau dijadikan kawasan hutanIndonesia ; − Bahwa Saksi tidak tahu arti Bragas ; − Bahwa sejak lahir Saksi sudah tinggal di desa ; − Bahwa Saksi tidak pernah mendengar HPH Brakas ; − Bahwa lewat titi itu adalah Desa Tanjung Bolung dan Gunung Manaon ; − Bahwa Dusun Parsadaaan Desa Langkimat seingat Saksi berbatasan dengan KPKS ; − Bahwa setiap Dusun tidak harus ada Kepala Desanya ; − Bahwa pernah ke Dusun Maju Jaya dan Saksi pernah melihat perkebunan disana, tapi tidak tahu perkebunan apa ;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Saksi dari Penggugat, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; 3.HUMALA PONTAS HARAHAP : − Bahwa Saksi sebagai Kepala Desa Langkimat dan ada mengeluarkan Surat Keterangan kaitannya tentang tidak adanya perkebunan Parsub di Desa Saksi ; Mahkamah− Bahwa Agung Saksi dan masyarakat adat Republik yang lainnya tinggal di Desa tersebut Indonesia + 100 tahun ; − Bahwa Saksi tidak mengetahui tentang Koperasi Parsub ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah81 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa Pernah mendengar Koperasi Parsub ; − Bahwa Saksi tidak pernah melihat Koperasi Parsub melakukan usaha perkebunan ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada perkebunan Parsub ; Mahkamah− AgungBahwa luas Desa Langki matRepublik + 600 HA ; Indonesia − Bahwa tidak ada kawasan hutan di Desa yang saksi pimpin ; − Bahwa di daerah tersebut ada perusahaan tapi bukan Parsub, tapi ada perusahan lain misalnya Perkebunan Austindo atau ANJ ; − Bahwa Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Kabupaten atau Pemerintahan Provinsi tidak pernah melakukan pengukuran di wilayah Desa Saksi ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada pengukuran tentang pengukuhan wilayah Desa Saksi ; − Bahwa Saksi tidak tahu apa peran Desa tempat tinggalnya dijadikan kawasan hutan ; − Bahwa bukti sudah tinggal di Desa selama 100 Tahun yaitu ada kuburan-kuburan lama leluhur Saksi dan keluarga Saksi yang sudah meninggal dikubur di perkuburan Desa ; − Bahwa Koperasi Parsub tidak ada di Desa tempat tinggal Saksi, karena jarak Desa Saksi dengan Perkebunan Kelapa Sawit PARSUB jauh ; − Bahwa sejak dahulu sudah ada perkebunan kelapa sawit di Desa, tapi milik Mahkamahwarga Agung Desa ; Republik Indonesia − Bahwa didalam Desa Saksi terdiri dari perkampungan rumah-rumah penduduk, fasilitas umum antara lain, sekolah, kantor Polisi, Pasar, warung-warung jualan sembako dan rumah makan, jalan umum kebun-kebun milik masyarakat ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada Pal Batas ; − Bahwa tidak ada patok batas masing-masing Desa ; − Bahwa setahu dan seingat Saksi, tidak ada Kejaksaan Agung atau Kejaksaan Tinggi atau menteri Kehutanan dan Dinas Kehutanan pada tahun 2005 atau awal 2006 ada melakukan pemeriksaan setempat di lokasi Desa yang, Saksi pimpin ; − Bahwa setahu Saksi di Desa Saksi tidak pernah dilakukan penataan batasan Desa, bahkan penduduk Desa Saksi status warga Desa, Desa yang lain demikian sebaliknya ; − Bahwa sejak dahulu sudah ada perkebunan kelapa sawit di Desa, tapi milik warga Desa ; − Bahwa Saksi menjabat Kepala Desa Langkimat sejak Tahun 2014 sampai Mahkamahsekarang Agung ; Republik Indonesia − Bahwa Saksi tahu arti hutan yaitu kumpulan beberapa tumbuhan atau tanaman ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah82 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa selama menjabat sebagai Kepala Desa, Saksi tidak pernah mendengar Desa akan dikeluarkan dari kawasan hutan atau dijadikan kawasan hutan ; − Bahwa Saksi tidak tahu arti Bragas ; − Bahwa sejak lahir Saksi sudah tinggal di Desa ; Mahkamah− AgungBahwa Saksi tidak pernah mendenganRepublik HPH Brakas ; Indonesia − Bahwa lewati titi itu adalah Desa Tanjung Bolung dan Gunung Manaon ; − Bahwa Dusun Parsadaaan Desa Langkimat seingat Saksi berbatasan dengan KPKS ; − Bahwa setiap Dusun tidak harus ada Kepala Desanya ; − Bahwa pernah ke Dusun Maju Jaya dan Saksi pernah melihat perkebunan disana, tapi tidak tahu perkebunan apa ;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Saksi dari Penggugat, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; 4.KAHARUDDIN RAHMAT NAULI NASUTION : − Bahwa Saksi sebagai Kepala Desa Mandasip dan ada mengeluarkan Surat Keterangan kaitannya tentang tidak adanya perkebunan Parsub di Desa Saksi ; − Bahwa Saksi dan masyarakat adat yang lainnya tinggal di Desa tersebut + 100 tahun ; − Bahwa Saksi tidak mengetahu tentang Koperasi Parsub ; Mahkamah− Bahwa Agung Pernah mendengar Koperasi Republik Parsub ; Indonesia − Bahwa Saksi tidak pernah melihat Koperasi Parsub melakukan usaha perkebunan ; − Bahwa Koperasi Parsub tidak ada di Desa tempat tinggal Saksi, karena jarak Desa Saksi dengan Perkebunan Kelapa Sawit PARSUB jauh ; − Bahwa sejak dahulu sudah ada perkebunan kelapa sawit di Desa, tapi milik warga Desa Saksi ; − Bahwa didalam Desa Saksi terdiri dari perkampungan rumah-rumah penduduk, fasilitas umum antara lain, sekolah, kantor Polisi, Pasar, warung-warung jualan sembako dan rumah makan, jalan umum kebun-kebun milik masyarakat ; − Bahwa di Desa Saksi tidak ada Pal Batas ; − Bahwa tidak ada patok batas masing-masing Desa ; − Bahwa setahu dan seingat Saksi, tidak ada Kejaksaan Agung atau Kejaksaan Tinggi atau menteri Kehutanan dan Dinas Kehutanan pada tahun 2005 atau awal 2006 ada melakukan pemeriksaan setempat di lokasi Desa yang Saksi pimpin ; Mahkamah− Bahwa Agung setahu Saksi di Desa Saksi Republik tidak pernah dilakukan penataan Indonesia batasan Desa bahkan penduduk Desa antara tempat tinggal dan status warganya beda

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah83 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id misalnya tinggal di Aek Raru, tapi status warga Desa Mandasip demikian sebaliknya ; − Bahwa tidak ada kawasan hutan di Desa yang Saksi pimpin ; − Bahwa di daerah tersebut ada perusahaan tapi bukan Parsub, tapi ada Mahkamah Agungperusahan lain misalnya PerkebunanRepublik Austindo atau ANJ ; Indonesia − Bahwa Pemerintahan Pusat atau Pemerintahan Kabupaten atau Pemerintahan Provinsi tidak pernah melakukan pengukuran ; − Bahwa setahu Saksi tidak ada juga oleh pemerintah melakukan tentang pengukuhan wilayah Desa Saksi dan sekitarnya ; − Bahwa Saksi tidak tahu apa peran Desa tempat tinggalnya dijadikan kawasan hutan ; − Bahwa bukti sudah tinggal di Desa selama 100 Tahun yaitu ada kuburan-kuburan lama leluhur Saksi dan keluarga Saksi yang sudah meninggal dikubur di perkuburan Desa ; − Bahwa Koperasi Parsub tidak ada di Desa tempat tinggal Saksi ; − Bahwa sejak dahulu sudah ada perkebunan kelapa sawit di Desa, tapi milik warga Desa ; − Bahwa Saksi tahu arti hutan yaitu kumpulan beberapa tumbuhan ; − Bahwa selama menjabat sebagai Kepala Desa, Saksi tidak pernah mendengar Desa akan dikeluarkan dari kawan hutan atau dijadikan kawasan hutan ; Mahkamah− Bahwa Agung Saksi tidak tahu arti Bragas Republik ; Indonesia − Bahwa sejak lahir Saksi sudah tinggal di desa ; − Bahwa Saksi tidak pernah mendengan HPH Brakas ; − Bahwa lewat titi adalah Desa Tanjung Botung dan Gunung Manaon ; − Bahwa Dusun Parsadaaan Desa Langkimat seingat Saksi berbatasan dengan KPKS ; − Bahwa setiap Dusun tidak harus ada Kepala Desanya ; − Bahwa pernah ke Dusun Maju Jaya dan Saksi pernah melihat perkebunan disana, tapi tidak tahu perkebunan apa ;

Menimbang, bahwa selanjutnya atas pertanyaan Hakim Ketua, Kuasa Hukum Kepada Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir dipersidangan menerangkan terhadap keterangan Saksi-saksi tersebut akan ditanggapi dalam dikesimpulan ; Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat, Penggugat juga telah mengajukan 3 (tiga) orang Ahli, Ahli mana masing-masing dibawah sumpah, dipersidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

Mahkamah1.IR.LILIK Agung AMIN RAHARDJO.,M.si Republik : Indonesia − Bahwa Ahli selama kerja di Departemen Kehutanan tidak tahu dan tidak pernah mendengar suatu istilah atau dokumen yang dikatakan GB 50 tahun 1924 ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah84 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa yang dimaksud penataan batas hutan yaitu membatasi suatu kawasan hutan dengan patok-patok batas dengan ukuran tertentu dengan syarat dan patok tersebut sesuai dilapangan dibuat berita acara dan ada panitia tentang Tapal Batas ; Mahkamah− AgungBahwa yang berwenang sebagaiRepublik Panitia tapal batas yang Indonesia membuat batas berdasarkan pembentukan dari Menteri Kehutanan ; − Bahwa yang membuat Berita Acara tapal batas yaitu Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) untuk melakukan pengukuran tapal batas dan membuat Berita Acaranya ; − Bahwa setelah Ahli melihat bukti Tergugat I bertanda bukti T.I-2 dan T.I-3, Ahli menjelaskan dokumen tersebut Ahli lihat tidak sah karena tanpa ada ditandatangani oleh Gubernur dan Kepala Dinas Kehutanan, formatnya sudah benar, akan tetapi ada kolom yang tidak ditandatangani oleh pejabat yang membuat perintah, yang seharusnya bukti T.I-2 dan T.I-3 ditandatangani oleh Gubernur dan bukti tersebut menurut Ahli belum lengkap karena tidak ada Peta hasil Penetapan batas dan tanpa ada disebutkan koordinatnya, serta tidak ada buku ukur ; − Bahwa menurut pengalaman Ahli tidak mungkin dapat dilakukan pemancangan batas atau pembuatan pal batas dalam pemetaan atau penentuan batas hutan tanpa ada titik koordinat yang pasti ; Mahkamah− Bahwa Agung Ahli melihat kembali Republik dan membaca bukti TI–2 danIndonesia TI–3, setelah dipinjam dari Majelis Hakim dan menjelaskan dalam bukti tersebut tidak ditemukan tanda tangan masyarakat atau yang mewakili masyarakat, menurut Ahli penataan batas harus ditanda tangani oleh masyarakat atau yang mewakili masyarakat, apalagi jika ada masyarakat adat, wajib ditandatangani oleh masyarakat adat ; − Bahwa penataan batasan adalah kegiatan yang tujuannya membuat batas dari suatu kawasan dengan menancapkan patok-patok batas dengan ukuran tertentu dan dari bahan tertentu dengan jarak patok tertentu sesuai dengan patok tertentu, setelah itu dibuat Berita Acara untuk penataan batas itu, lengkap dengan titik-titik koordinatnya ; − Bahwa tentang patok berdasarkan pengalaman Ahli dan sesuai aturan dalam membuat patok yaitu patok dibuat dari besi dan di cor dengan semen yang ketebalan dan kedalam didalam tanah yang sudah diatur ; − Bahwa yang berwenang membuat batas-batas adalah panitia yang ditunjuk Gubernur berdasarkan Penunjukan Menteri ; − Bahwa bukti dari penataan batas adalah Berita Acara Tata Batas yang harus Mahkamahdilengk Agungapi juga dengan tandatangan Republik Gubernur dan Kepala Dinas Indonesia Kehutanan setempat sebagai mengetahui dan menyetujui ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah85 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa jika belum ada ditandatangan oleh Gubernur dan oleh Kepala Dinas Kehutanan setempat berarti dapat dikatakan tidak diketahui dan tidak disetujui ; − Bahwa dari pengalaman Saksi untuk melakukan tapal batas, setiap tahun Mahkamah Agunganggaran dari pusat untukRepublik melakukan tata batas hanya Indonesia untuk sepanjang 20 km ; − Bahwa Ahli menjelaskan terhadap bukti Berita Acara yang dijadikan Tergugat I bukti yaitu bukti bertanda T.I–2 dan T.I–3, tidak bisa digunakan uji petik, misalnya mau melihat Pal B20 atau Pal B37, karena tidak jelas titik-titik lokasinya, jadinya tidak bisa digunakan uji petik ; − Bahwa terhadap bukti Tergugat I bertanda Bukti T.I-2 dan T.I–3 menurut Ahli tidak ada Titik Koordinat, jadi tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk menentukan luas dan batas, karenanya menurut ahli belum dapat di pakai sebagai landasan/dasar pembuatan Peta suatu kawasan hutan ; − Bahwa kepada Ahli diperlihatkan bukti Penggugat bertanda P-10 dan P-46 dengan bukti T.I-5, kemudian Ahli menjelaskan bukti Tergugat I bertanda T.I-5 berupa SK Menteri tidak dapat menunjukkan lokasi register 40 ; − Bahwa pendapat Ahli jika tidak ada koordinat tidak sah, karena harus ada dalam peta, jika tidak ada peta dan buku ukur tidak dilampirkan maka tidak sah ; − Bahwa menurut Ahli berdasarkan pengalaman Ahli di Kementerian Kehutanan, Mahkamahtidak Agung mungkin dilakukan pemancangan Republik di lokasi tanpa ada titikIndonesia koordinat ; − Bahwa menurut ahli jika ketika Pemerintah melakukan penataan batas kawasan hutan, jika adanya hak perseorangan atau hak hak ulayat atau hak masyarakat adat, sikap pemerintah yaitu harus mengeluarkannya dari kawasan hutan agar tidak merugikan bagi masyarakat yang berkepentingan dengan kawasan yang akan ditetapkan sebagai kawasan hutan ; − Bahwa menurut ahli menduduki atau merubah suatu lahan yang kosong atau ditumbuhi pepohonan menjadi perkebunan, terhadap lahan yang sudah ada sertifikat hak miliknya, bukanlah suatu perbuatan melanggar aturan atau hukum, bisa saja menurut Ahli hal itu dilakukan ; − Bahwa menurut ahli terhadap bukti T.I-5 berupa SK Menteri No.923 belum dapat dikatakan sebagai kawasan hutan karena, Ahli tidak ada melihat bukti pendukung kaitannya dengan 4 tahap yang wajib dilakukan baru dapat dijadikan kawasan hutan ; − Bahwa Ahli melihat Berita Acara tahun 1978 dengan SK Menteri Tahun 1982 sebagimana bukti Terugat dan terhadap 2 (dua) surat tersebut belum memenuhi mekanisme penetapan kawasan hutan harus memenuhi 4 tahap, yaitu Mahkamah1.Penunjukan Agung, 2. Tata batas/Penataan Republik batas, 3. Pemetaan Kawasan Indonesia hutan , 4.Penetapan kawasan hutan ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah86 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa dalam proses diantara yang 4 tahap tersebut masyarakat harus ikut menandatangani dan dalam kegiatan pemancangan dan hasil inventarisasi jika ada hak pihak ketiga, maka dituangkan dalam Berita Acara Pengukuran dan Pemancangan Batas yang ditandatangani oleh pelaksana tata batas diketahui Mahkamah AgungKepala Desa dan Camat Republik setempat, serta ditandatangani Panitia,Indonesia juga harus ada lampirannya kaitannya dengan hak-hak orang lain ; − Bahwa bukti bertanda T.I-5 berupa SK Menteri setelah Ahli lihat dan membacanya, bukti tersebut tidak Valid, karena tidak ada lampiran koordinat ; − Bahwa kalau Ahli melihat Berita Acara tahun 1978 tentang tata batas/penataan batas kawasan hutan, dengan SK menteri No. 923 tahun 1982 tentang penunjukkan, menurut ahli adalah kegiatan penetapan kawasan hutan yang terbalik, karena seharusnya yang duluan adalah penunjukkan dahulu baru tata batas/penetapan batas, bukan tata batas dahulu baru penunjukkan dan menurut Ahli prosesnya adalah salah, masa dibalik-balik prosesnya dan kenapa bisa terbalik begitu Ahli tidak ngerti kenapa bisa terjadi ; − Bahwa register belum bisa dikatakan sebagai kawasan hutan ; − Bahwa sikap pemerintah jika ada hak-hak orang lain yaitu hak masyarakat atau masyarakat adat ada lebih dahulu, maka harus dihargai hak masyarakat atau masyarakat adat tersebut ; − Bahwa dalam penunjukkan kawasan hutan kegiatan yang harus dilakukan Mahkamahyaitu Agung : Persiapan untuk pengukuhan Republik kawasan hutan, pembuatan Indonesia trayek batas, pemandangan batas sementara, lalu diumumkan dimasyarakat, juga berikut intventarisasi disertai dengan Berita Acara pembahasan dan pengukuran batas yang ditandatangani oleh pelaksanaan batas diketahui oleh Kepala Desa ; − Bahwa arti yang terdapat dalam penunjukkan kawasan hutan dan Penetapan kawasan hutan, berarti Penetapan kawasan hutan sudah memenuhi syarat ; − Bahwa dari bukti surat yang ahli lihat dalam penetapan kawasan hutan register 40 menurut pengalaman Ahli adalah belum memenuhi syarat sebagaimana yang diatur oleh aturan dalam menetapkan suatu wilayah di Indonesia sebagai kawasan hutan dan menurut ahli berdasarkan pengalaman Ahli bekerja kaitannya dengan menetapkan kawasan hutan, dalam perkara ini tidak habis pikir, kenapa bisa terjadi hal-hal tersebut, menyatakan orang lain melakukan kesalahan tentang kawasan, akan tetapi, tentang penetepan kawasan hutannya tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai kawasan hutan ; − Bahwa Ahli aktif di Kementerian Kehutanan RI sebelum pensiun ; − Bahwa ada panduan/ aturan yang di gunakan pada Kementerian Kehutanan dalam menentukan kawasan hutan, aturannya yaitu Surat Keputusan Menteri MahkamahKehutanan Agung Nomor : 32/Kpts -II/2001Republik panduan aturan tersebut dikeluarkanIndonesia di Jakarta tanggal 12 Pebruari 2001 oleh Menteri Kehutanan yaitu Dr.Ir. Nur Mahmudi Ismail., Msc dalam Pasal 4 menjelaskan Ruang Lingkup pengukuhan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah87 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id kawasan hutan, meliputi “a. Penunjukan Kawasan Hutan, b.Penataan Batas Kawasan Hutan, c.Pemetaan Kawasan Hutan, d. Penetapan Kawasan Hutan” ; − Bahwa Panitia Tata Batas ditetapkan oleh Menteri, Menteri melimpahkan ke Gubernur, Gubernur melimpahkan ke Bupati ; Mahkamah− AgungBahwa terhadap bukti dari Republik Tergugat tentang Berita Acara kaitannyaIndonesia mengenai tidak ditandatangani oleh Gubernur dan Kepala Dinas Kehutanan, selama Ahli bekerja di Inspektorat Kementerian Kehutanan tidak pernah melihat yang seperti itu, yaitu Berita Acara yang tidak ditandatangani oleh Gubernur dan Kepala Dinas Kehutanan ; − Bahwa kaitannya dengan Putusan Mahkamah Konstitusi tentang kawasan hutan, maka sebelum putusan Mahkamah Konstitusi, maka itu harus di revisi ; − Bahwa Saksi pernah ikut diklat khusus selama 4 bulan di Jepang dan Ahli pernah menjadi Ahli dalam perkara lain perdata dan Pidana ; − Bahwa dalam proses menetapkan kawasan hutan harus terlibat semua pihak ; − Bahwa patok batas per pal yang terbuat dari besi dan dicor semen beratnya lebih kurang 20 kg per 1 buah patok batas ; − Bahwa mekanisme tata batas diantaranya Panitia memberi nasehat kepada tim yang kelapangan,yang melakukan inventarisasi ; − Bahwa kriteria Panitia Tata Batas areal yang ditata batas sebagai kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 Ayat (1) adalah dibentuk dan Mahkamahdisyahkan Agung oleh Bupati/Walikota Republik dengan anggota terdiri yaituIndonesia 1. Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota, 2. Kantor Pertanahanan Kebupaten (BPN), 3. Dinas-dinas terkait di Kabupaten/Kota, 4.Camat Kepala Wilayah Kecamatan, 5. Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan, 6. Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam/Sub Seksi Konservasi Sumber Daya Alam, 7. Instansi lain yang dianggap perlu, 8.Kepala Desa, 9. Tokoh Masyarakat/Ketua Adat Masyarakat setempat ; − Bahwa Saksi pernah mengikuti pelatihan tentang penggunaan GPS ; − Bahwa dasar awal bagi panitia secara teknis yaitu ada perintah dari Gubernur sebagai Ketua Tim untuk melakukan suatu pemetaan batas ; − Bahwa kepada Ahli diperlihatkan bukti Penggugat bertanda P-28 berupa gambar Peta dan setelah Ahli melihat dan membaca bukti bertanda P-28, Kuasa Tergugat III mengajukan pertanyaan yaitu tentang memasukkan letak posisi koordinat sebagaimana gugatan Penggugat, atas hal itu Kuasa Hukum Penggugat Keberatan atas pertanyaan Kuasa Tergugat III dengan alasan Ahli yang Kuasa Hukum Penggugat hadirkan bukanlah Ahli kaitannya dengan Peta dan atas Keberatan Kuasa Hukum Penggugat, lalu Hakim Ketua mempersilahkan Mahkamahkepada Agung Ahli untuk menjawab pertanyaanRepublik dari Kuasa Tergugat III,Indonesia kemudian atas pertanyaan Kuasa Tergugat III, Ahli menyatakan tidak akan menjawab pertanyaan Kuasa Tergugat III ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah88 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa pembuatan kawasan hutan pada tahun 1978, titik regulasi pada dataran tinggi bisa dan dataran rendahpun bisa ; − Bahwa diperlihatkan bukti T.15 kepada ahli dan ahli menjawab ada titik regulasi dan ditunjuk oleh Ahli ; Mahkamah− AgungBahwa ahli menerangkan Republik dihubungkan dengan bukti bertandaIndonesia P-42, ahli menjelaskan benar harus ada ditandatangani oleh Gubernur ;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Ahli dari Penggugat, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; 2.LEONARD SIRAIT : − Bahwa cara membuat peta yaitu koordinatnya dahulu yang harus ditentukan ; − Bahwa Program yang dipakai untuk membuat peta yaitu program komputer namanya Program Argis ; − Bahwa untuk penggambaran dan penentuan Peta yaitu mutlak harus menggunakan skala dan titik koordinat, dengan alasan karena titik koordinat berfungsi untuk menentukan suatu posisi atau letak pada suatu Peta, baik itu berupa benda, posisi kapal pesawat, bangunan, manusia dll ; − Bahwa untuk menggambar Peta harus mengetahui proyeksi Peta, penzonaan lokasi Peta, jenis koordinat yang di pakai, letak geografis lokasi yang akan dikerjakan lengkap dengan skala Peta dan lain-lain ; Mahkamah− Bahwa Agung jika dalam menentukan Republik suatu data dengan Pal Bat Indonesiaas tetapi tidak dilengkapi dengan titik koordinat, data tersebut tidak berarti apa-apa, untuk itu data tersebut tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat suatu Peta, sebab tidak ada acuan yang jelas untuk menentukan lokasi Pal batas tersebut, maka data tersebut dinyatakan tidak valid atau hanya bisa disebut sebagai sketsa lokasi yang belum pasti posisi lokasinya ; − Bahwa diperlihatkan kepada Ahli bukti Penggugat bertanda P-28 dan ahli melihat koordinatnya ; − Bahwa awalnya Ahli tidak pernah melihat kaitannya GB 50 ; − Bawa dikarenakan perkara ini, Ahli melihat GB 50 dan didalam GB 50 itu Ahli lihat tidak ada peta, hanya merupakan arsip yang didalamnya menjelaskan nama- nama Desa ; − Bahwa dari GB 50 itu, bisa Ahli membuat petanya ; − Bahwa kepada Ahli diperlihatkan bukti bertanda T.I-2 dan lalu Ahli diminta membuat peta, lalu terhadap bukti T.I.2, Ahli menjelaskan Tidak bisa dibuat peta, karena tidak ada titik koordinatnya ; Mahkamah− Bahwa Agung kepada Ahli diperlihatkan Republik bukti Penggugat bertanda P-28 danIndonesia Terhadap bukti P-28 berupa Peta tersebut, Ahli menjelaskan Ahli yang membuatnya ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 88

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah89 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa Ahli membuat setelah kepada Ahli sebelumnya diperlihtakan GB 50 dan setelah ahli lihat di GB 50, Ahli menjelaskan tentang adanya uraian nama 13 Desa didalam GB 50, lalu nama Desa di GB 50 dicocokkan dengan peta Rupa Bumi dan Ahli memperaktekkan dengan laptop dan prorgam Ahli yaitu Program Mahkamah AgungArgis dan lalu Ahli menjelaskan Republik cara membuat peta dan Indonesia menjelaskan cara membuat peta dengan didasarkan GB 50 yang ada disebutkan nama 13 Desa dan hasilnya adalah peta yang dijadikan bukti surat Penggugat ; − Bahwa lalu diperlihatkan bukti P-20.c dan P-23 dan kemudian ahli menjelaskan posisi 13 Desa yang ada dalam GB 50 tersebut dengan memperaktekkan dengan program yang ada dilaptop Ahli dan hasilnya semua Desa-desa itu masih diluar kawasan hutan, itulah hasilnya sebagaiman bukti P-28 berupa gambar Peta ; − Bahwa ahli yang membuat Peta hubungannya dengan GB 50 tidak ada titik koordinat, akan tetapi setelah digabungkan dengan peta rupa bumi (dioverlay) maka dapat dihasilkan peta berdasarkan uraian 13 Desa didalam GB 50 tersebut ; − Bahwa membuat Peta setahu Saksi tidak ada izin secara khusus akan tetapi apa yang Ahli kerjakan dan ahli gambar dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan dan profisionalitas pengetahuan Ahli dan tempat Ahli membuat Peta ada izin usahanya namanya PT. Lestari Bumi Khatulistiwa kantor di Pontianak MahkamahKota Agung Pontianak ; Republik Indonesia − Bahwa sejak kapan Negara Republik Indonesia menggunakan GPS untuk tata batas pengukuran dan pemetaan suatu kawasan, khususnya kawasan hutan, Ahli tidak tahu kapan tepat tanggal dan tahunnya ; − Bahwa dalam mengukur batas antara tidoelit dengan GPS, hasilnya lebih akurat tidoelit ; − Bahwa sumber gambar peta Ahli yaitu GB 50, peta rupa bumi dan beberapa yang lain sebagaimana dijelaskan dalam bukti Penggugat bertada P-28 ; − Bahwa Kuasa Tergugat III meminta kepada Ahli untuk membaca lagi bukti bertanda P-28 berupa peta dan setelah diperlihat lagi bukti P-28 tersebut, Kuasa Tergugat III meminta membacakan poin 6 pada peta tersebut dan Kuasa Tergugat III membacakan batas-batas dalam gugatan Penggugat, lalu Kuasa Terugat III bertanya dimanakah batas-batasnya dan meminta memploting letak posisi koordinat, lalu terhadap pertanyaan Kuasa Tergugat III, Kuasa Hukum Penggugat menyatakan Keberatan dan menjelaskan kehadiran Ahli yang kami hadirkan adalah untuk menjelaskan tentang GB 50, terhadap perbedaan pendapat tersebut, kemudian Hakim Ketua menengahkan perbedaan pendapat Mahkamahantara Agung Kuasa Tergugat III denga nRepublik Kuasa Hukum Penggugat dengan Indonesia menjelaskan kepada Ahli untuk menjawab pertanyaan Kuasa Tergugat III dan untuk itu dipersilahkan kepada Ahli untuk menjawab pertanyaan Kuasa Tergugat III, lalu

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 89

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah90 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id atas penjelasan Hakim Ketua Majelis, Ahli menjelaskan “tidak menjawab atas pertanyaan Kuasa Tergugat III” ; − Bahwa didalam GB 50 itu tidak ada peta hanya merupakan arsip menyebutkan nama Desa ; Mahkamah− AgungBahw setelah bukti T.IRepublik-2 diperlihatkan kepada ahli, ahliIndonesia menerangkan bukti T.I-2 tidak bisa dibuat peta karena tidak ada koordinatnya ; − Bahwa kemudian Ahli menerangkan terhadap Desa Landasip untuk mengetahui berada diamana didalam peta posisinya dan dinyatakan sebagai kawasan hutan, harus ada syarat-syaratnya yaitu harus ada koordinat, luas lokasi, penetapan, pengukuhan ; − Bahwa GB 50 di overlay/digabungkan dengan peta rumpa bumi maka jadilah peta yang menjadi bukti bertanda P-28 ; − Bahwa membuat peta tidak ada izin dari pemerintah, namun bisa dipertanggung jawabkan ; − Bahwa Ahli tidak tahu kapan pemerintah menggunakan GPS ; − Bahwa akurasi penggunaan alat pengukuran suatu wilyah menggunakan Teodolite akurasinya lebih tinggi daripada GPS ; − Bahwa menurut Ahli jika ada yang dinyatakan dalam perkara pidana oleh pemerintah, seharusnya sudah ada menunjukkan kawasan hutan yang pasti dahulu, baik itu luas dan koordinatnya ; Mahkamah− Bahwa Agung fungsi titik koordinat berfungsiRepublik untuk menentukan dimana Indonesialokasi ; − Bahwa jika tidak ada titik koordinat tidak bisa menentukan suatu kawasan atau wilayah kawasan hutan dan khususnya dalam perkara ini tentunya menurut ilmu pemetaan dalam penentuan yang katanya ada Register 40 atau kaitanya dengan GB 50 tahun 1924 tidak dapat ditentukan karena titik koordinatnya tidak ada ;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Ahli dari Penggugat, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; 3.Dr.MARUARAR SIAHAAN.,SH : − Bahwa mengenai hukum yang muncul dalam putusan Mahkamah Konstitusi tentang Hak Ulayat atau Masyarakat Adat terjadi dikarenakan banyaknya berbenturan di masyarakat antara Hak Ulayat atau Hukum Adat atau Masyarakat Adat dengan peraturan Pemerintah, serta sudah diatur dalam Undang-undang tapi Pemerintah berbeda dalam pelaksanaannya ; − Bahwa adanya putusan Mahkamah Konstitusi dikarenakan adanya perbedaan Mahkamahpelaksanaan Agung dilapangan dengan Republik apa yang telah diatur oleh undang Indonesia-undang atau undang-undang yang mengatur tentang hal-hal yang dimasyarakat dengan apa

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 90

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah91 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id yang dicita-citakan dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia berbeda pelaksanaannya ; − Bahwa dalam Pasal 33 UUD 1945 jelas tujuan Konsitusi itu dibuatnya adalah semua digunakan dan dipergunakan untuk kepentingan atau melindungi Mahkamah Agungmasyarakat atau kesejahteraan Republik masyarakat ; Indonesia − Bahwa dalam politik hukum Indonesia saat ini, sangat mendasar untuk melihat lebih dahulu landasan yang dibangun dalam Undang-undang Kehutanan dan multi kepentingan yang termuat didalamnya, dengan pendirian bahwa kebijakan konstitusional dalam putusan MK Nomor 45/PUU-IX/2011 Tentang penunjukkan kawasan hutan adalah adalah sebagai implementasi politik hukum dalam Konstitusi ; − Bahwa paradigma yang dijadikan tolak ukur untuk melakukan uji konstitusionalitas norma tersebut, harus dikaitkan secara erat dengan gagasan yang justru memberi ciri dan dasar berfikir kenegaraan yang bersumber pada filosofi negara kesejahteraan yang dianut dalam UUD 1945 serta masih dianggap masih relevan, bahkan didalam era globalisasi saat ini yang menekankan market conomy dan free competition ; − Bahwa Konsep Negara (welfare state) merupakan tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang diadopsi sejak tahun 1945 secara konkrit diwujudkan sebagaimana dalam Pasal 33 UUD 1945, yang tetap dipegang teguh meskipun MahkamahUUD Agung 1945 telah mengalami perubahanRepublik 4 tahap ; Indonesia − Bahwa konsepsi tentang jiwa atau spirit dan moralitas konstitusi dalam pengaturan sumber-sumber kehidupan bagi tujuan sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagai tolak ukur bagi penyelenggara kekuasaan negara dalam mengambil keputusan kebijakan baik dalam regulasi maupun pelaksanaan pembangunan ; − Bahwa harus diakui dalam Putusan Nomor 45/PUU-IX/2011 yang menegaskan perlindungan dan pengakuan konstitusi atas hak-hak tradisionil Penggugat dan secara spesifik lagi ditegaskan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU/2012 tanggal 16 Mei 2013 yang menjelaskan “bahwa hutan adat yang dimiliki oleh masyarakat tidak termasuk hutan Negara”, terhadap hal itu sebenarnya merupakan ketentuan yang dianut dalam Undang-undang Nomor : 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Khususnya jika mengacu kepada Pasal 15 Undang-undang Nomor : 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan dan Putusan MK No. 45/PUU-IX/2011 tanggal 9 Februari 2012 tentang pemahaman dan pemaknaan penetapan Kawasan Hutan, yang harus melalui empat tahapan yaitu : Penunjukkan, Penataan b atasan, Pemetaan dan Pengukuhan/Penetapan, Mahkamahdengan Agung penunjukkan hutan Republik tanpa proses tahapan tersebut adalahIndonesia praktek pemerintahan otoriter dan bukan merupakan praktek pemerintahan yang

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 91

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah92 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id demokratis, maka bertentangan dengan konstitusional dan rule of law, oleh karenanya merupakan perbuatan melawan hukum ; − Bahwa dari Putusan No. 45/PUU-IX/2011 tanggal 9 Februari 2012 dan Putusan No. 35/PUU-X/2012 tanggal 16 Mei 2013 serta Putusan Nomor 50/PUU-VIII/2010 Mahkamah Agungserta Put. No. 11/PUU-IX/2011, Republik masing putusan Mahkamah Indonesia Konstitusi tersebut masing-masing mewujudkan atau memenuhi secara konkrit Konstitusi tentang pengakuan hak tradisionil masyarakat adat atas tanah yang memerlukan perlindungan sebagaimana dimuat dalam konstitu di UU 1945, Putusan-putusan tersebut sangat konsisten menjabarkan norma konstitusi, tentang frasa ditunjuk dan/atau bertentangan dengan UUD 1945 untuk itu tidak mempunyai kekutan hukum mengikat ; − Bahwa Mahkamah Konstitusi secara tegas menyatakan penunjukkan belaku atas suatu kawasan untuk dijadikan kawasan hutan tanpa melalui proses atau tahapan-tahap yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di kawasan hutan sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku menurut ahli merupakan pelaksanaan pemerintah otoriter ; − Bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi secara tujuan adalah ingin mengembalikan pelaksanaan yang tidak sesuai Undang-undang agar sesuai dengan Konstitus dalam UUD Negara Rebupublik Indonesia Tahun 1945 ; − Bahwa yang terjadi saat ini khususnya dalam perkara ini, tanpa melihat siapa Mahkamahyang Agung memiliki awalnya dilokasiRepublik objek perkara tahun 1970Indonesia atau tahun sebelumnya, ada hal-hal yang berkembang dimasyarakat pendapat tentang semua tanah yang tidak bisa membuktikan berarti itu tanah Negara adalah suatu hal yang tidak dibenarkan dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia yang berjiwa Demokrasi tapi pelaksanannya bersifat otoriter ; − Bahwa kaitannya dengan perkara ini yang ahli ketahui kaitannya dengan kawasan hutan dilakukan Penunjukkan dahulu baru kemudian ditetapkan dengan mengeluarkan Penetapan tentang kawasan hutan adalah sesuatu yang dilakukan Negara yang bersifat Otoriter karena bertentangan dengan hukum, karena kaitannya dengan penetapan suatu kawasan atau wilayah menjadi kawasan hutan atau hutan Negara ada prosedurnya sesuai dengan Undang- Undang dan jika dilakukan tidak sesuai dengan Undang-undang maka itu bertentangan dengan Konstitusi ; − Bahwa Mahkamah Konstitusi telah menyatakan kalau suatu perbuatan yang dilakukan oleh Negara bertentangan dengan Undang-undang Dasar, maka itu disebut tidak mempunyai kekuatan hukum, khususnya dalam Penerapan atau pelaksanaan dari Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Mahkamahkehutanan Agung menjelaskan “Bahwa Republik penunjukkan kawasan hutan adalahIndonesia salah satu tahap dalam proses pengukuhan kawasan hutan dan ketentuan demikian harus memperhatikan kemungkinan adanya hak-hak perseorangan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 92

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah93 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id atau ulayat pada kawasan hutan yang akan ditetapkan sebagai kawasan hutan sehingga jika demikian terjadi, maka penataan batas dan pemetaan batas kawasan hutan harus mengeluarkannya dari kawasan hutan agar tidak merugikan bagi masyarakat yang berkepentingan dengan kawasan yang Mahkamah Agungakan ditetapkan sebagai kawasanRepublik hutan”; Indonesia − Bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi itu pada umumnya bersifat pasti propestik interpletasi yaitu harus dilaksanakan sejak awal ketika undang-undang itu di buat ; − Bahwa fungsi judicial rieviuw, kalau sudah di Putuskan oleh Mahkamah Konstitusi maka harus dilaksanakan ; − Bahwa kepada Ahli diperlihat GB 50 Tahun 1924 dan bukti Penggugat bertanda P-20c dan P-30 ; − Bahwa terhadap GB 50 Tahun 1924 bukan merupakan suatu keputusan penjukkan kawasan hutan melainkan memuat daftar nama Desa yang dipertimbangkan menjadi kawasan hutan dan kemudian secara keliru dijadikan dasar memasukkan nama Desa menjadi rangkaian kawasan hutan dalam keputusan Menteri Pertanian Nomor : 923/Kpts/Um/12/1983 tanggal 27 Desember 1982 tanggal 27 Desember 1982, karena hingga Pemerintahan Belanda angkat kaki dari Indonesia, rencanan tersebut tidak alat bukti yang konkrit ditindak lanjuti menjadi kawasan hutan oleh Pemerintahan Belanda ; Mahkamah− Bahwa Agung GB 50 Tahun 1924 yangRepublik digunakan Kementerian Kehutanan Indonesia tidak ada aslinya, aslinya diperoleh dari arsip Nasional Negeri Belanda, akan tetapi GB 50 Tahun 1924 tersebut tidak ada diumumkan dalam Staatsblaad Hindia Belanda Tahun 1924, maka menurut Ahli yang didasarkan kepada Algemeene Bepalingen Van Wetgeving (AB) tersebut GB 50 Tahun 1924 tidak dapat berlakukan ; − Bahwa terkait objek perkara dalam gugatan Penggugat dihubungkan dengan adanya putusan pidana yang ada hubungan dengan gugatan Penggugat dan dari putusan itu objek gugatan dalam perkara ini dieksekusi, menurut pengalaman Ahli baik sebagai mantan Hakim Konstitusi maupun pensiunan/mantan Hakim Pengadilan Umum yang sudah pernah menjadi Ketua Pengadilan Negeri, mengenai Eksekusi, menurut Ahli terhadap setiap putusan itu, tidak semua bisa atau dapat di eksekusi dan terhadap putusan itu dalam istilah hukum disebut sebagai putusan itu Non Eksekutabel dan dalam perkara ini salah satunya masih terdapat perselisihan atas statatus barang bukti tentang siapa yang sesungguhnya berhak juga dikarenakan faktor-faktor yang lain ; − Bahwa terhadap bukti bertanda P-33 dan P-34 yang telah diperlihatkan ke Ahli, Mahkamahsetelah Agung Ahli membacanya, Ahli Republik menjelaskan yaitu menurut Ahli,Indonesia melarang transaksi kepada semua pihak adalah suatu perbuatan yang melanggar hak

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 93

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah94 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id orang lain dan itu bertentangan dengan Konstitusi, apalagi ada hak-hak orang lain terhadap hal yang dilarang itu ; − Bahwa Menteri mengeluarkan surat atau haknya tersebut berdasarkan putusan pidana, pada hal Terdakwa itu hanya bergabung dengan pihak lain dan terhadap Mahkamah Agunghal itu kaitannya dengan kepeRepublikmilikan, yang terhadap hal tersebutIndonesia hubungannya dengan hukum Privat atau Perdata ; − Bahwa terhadap bukti surat yang dikeluarkan Menteri Ligkungan dan Kehutanan kaitannya dengan objek gugatan Penggugat, Ahli melihat surat ini tidak sah, karena surat Menteri itu belum memenuhi Putusan Mahkamah Konstitusi yaitu Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, maka menurut Ahli itu melanggar norma-norma hukum dan suatu penentangan terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi ; − Bahwa sebagai Koperasi adalah suatu Badan Hukum yang diakui dan sah dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia, menurut Ahli Koperasi itu adalah sah menurut hukum dan dilindungi dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia ; − Bahwa hak Ulayat atau masyarakat adat yang sudah ada sejak zaman dahulu bahkan zaman belanda haruslah dilindungi oleh hukum Negara Republik Indonesia ; − Bahwa diperlihatkan bukti P.20c dan P.30 dan menurut ahli bukti surat itu menyebutkan kalau GB 50 sudah dijadikan landasan hukum dan SK Menteri itu Mahkamahmenurut Agung Ahli tidak mempunyai Republik kekuatan hukum untuk digunakan Indonesia pada masyarakat ; − Bahwa hak ulayat dan masyarakat adat itu masih dipertahankan, karena secara konstitusi masih diakui oleh Konstitusi Negara Republik Indonesia ; − Bahwa terhadap GB 50 tersebut untuk mempunyai kekuatan mengikat itu harus diumumkan, karena itu adalah azas yang wajib dipenuhi, jika tidak diumumkan maka suatu aturan tersebut secara umun tidak dapat diberlakukan dan khususnya terhadap GB 50 yang belum diumumkan menurut Ahli dan menurut Konstitusi Negara Republik Indonesia belumlah dapat diberlakukan atau digunakan ; − Bahwa setiap aturan untuk dapat di berlakukan harus diumumkan dahulu dan terhadap G.B,25 Juni 1924 No.50 yang tidak diumumkan dalam lembaran Negara dan untuk produk hukum di zaman Kolonial, diumumkan dalam Nederlands Hindie Staatsblad sebagai syarat untuk mempunyai kekuatan hukum mengikat sesuai dengan Algemene Bepalingen Van Wetgeving (AB) tidak dianggap berlaku sebagaimana bukti bertanda P-30a, P-30b, P-30c ; − Bahwa yang terjadi dengan kawasan hutan tanpa melihat siapa yang di sana Mahkamahtahun Agung 1970 semua tanah yang tidakRepublik bisa membuktikan berarti itu tanahIndonesia Negara adalah suatu pernyataan yang bertentangan dengan Konstitusi Negara Republik Indonesia ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 94

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah95 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa dalam menyatakan suatu kawasan adalah kawasan hutan atau hutan negara haruslah melalui proses yang sesuai denga Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan harus dipenuhi dalam menentukan kawasan hutan atau hutan Negara, jika tidak dipenuhi maka hal itu bertentangan Mahkamah Agungdengan hukum atau Konstitusi Republik Negara Republik Indonesia ; Indonesia − Bahwa sebagaiman putusan Konstitusi Negara Republik Indonesia tentang pasal 15 undang-undang kehutanan, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa putusannya bertentangan dengan UUD tahun 1945 maka itu disebut tidak mempunyai kekuatan hukum ; − Bahwa khusus dengan Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengenai kawasan hutan itu ada Putusan Mahkamah Konstitusi yang pada dasarnya adalah bersifat profektif dan interpletasi harus dilaksanakan sejak awal ketika undang-undang tersebut di buat atau diberlakukan ; − Bahwa kepada Ahli diperlihatkan bukti T1.2 dan terhadap hal itu Ahli menjelaskan sepanjang mengacu pada pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan maka itu sah dan jika tidak mengacu kepada P Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah tidak sah ; − Bahwa dengan adanya hak masyarakat hukum adat kawasan itu ditunjuk sebagai hutan adat dan hutan Negara harus sesuai dengan Konstitusi Mahkamahsebagaimana Agung Putusan Mahkamah Republik Konsititusi ; Indonesia − Bahwa jika sudah diputuskan Mahkamah Konsititusi berubah maka harus dilaksanakan fungsi Judicial Revieuw ; − Bahwa mengenai batas-batas tidak jelas, dalam kasus yang lain tidak bisa kumulatif ; − setiap aturan untuk dapat di berlakukan harus diumumkan dahulu dan terhadap G.B,25 Juni 1924 No.50 yang tidak diumumkan dalam lembaran Negara dan untukproduk hukum di zaman Kolonial, diumumkan dalam Nederlands Hindie Staatsblad sebagai syarat untuk mempunyai kekuatan hukum mengikat sesuai dengan Algemene Bepalingen Van Wetgeving (AB) tidak dianggap berlaku sebagaimana bukti bertanda P-30a, P-30b, P-30c − Bahwa terhadap bukti Tergugat I bertanda T.I-2, T.I-3, T.I-4, T.I-13, T.I-14 setelah Ahli membaca, Ahli menjelaskan “sepanjang bukti-bukti surat tersebut mengacu kepada Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 dalam menentukan kawasan Hutan atau Hutan Negara, maka bukti surat tersebut adalah sah, akan tetapi jika tidak sesuai dengan Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, maka menurut Ahli adalah tidak sah dalam Negara Mahkamahyang KonstitusiAgungnya berdasarkan hukumRepublik dan Undang-undang dalam Indonesiamenjalankan pemerintahan Negara” ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 95

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah96 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa setelah diperlihatkan bukti P-42 berupa Surat Keputusan Menteri tentang Pembentukkan Dan Tata Kerja Panitia Tata Batas Hutan, Ahli menjelaskan dari bukti itu, Ahli menjelaskan tidak mungkin langsung dilakukan penunjukkan tanpa ada dilakukan penataan batas dahulu karena sudah ada diatur dalam aturan ; Mahkamah− Agung Bahwa selain yang telah AhliRepublik jelaskan, Ahli menambahkan p enjelasIndonesiaan yaitu : • Masyarakat Hukum adat yang diakui dan dilindungi dalam konstitusi atau UUD 1945, sepanjang masih memenuhi syarat yang disebutkan dalam Pasal 18B Ayat (2) dan seluruh peraturan perudang-undang lain. Hak Ulayat yang lahir dari Masyarakat hukum adat sebelum kemerdekaan sebagaimana disebut dalam keterangan tertulis tetap diakui dan dilindungi ; • Suatu produk hukum/peraturan/perundang-undangan pada zaman Hindian Belada dapat berlaku setelah produk hukum/peraturan/perundang-undangan tersebut diumumkan dalam Nederlands Hindie Staatsblad, sebagai syarat untuk mempunyai kekutan hukum mengikat, tanpa adanya pengumuman atau diumumkan, terhadap produk hukum/peraturan/perundang-undangan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ; • Terhadap suatu putusan pidana yan berkekuatan hukum tetap, tidak dapat dilaksanakan diantaranya yaitu dalam barang bukti yang dinyatakan dirampas dalam putusan pidana, merupakan bidang tanah yang tidak Mahkamah Agungjelas batas-batas atau batasRepublik-batasnya tumpang tindih dengan Indonesia hak orang lain ; • Sebab-sebab non-eksekutabilitas yang Ahli jelaskan timbul dalam praktek Pengadilan, yang umumnya dimuat dalam Penetapan Ketua Pengadilan untuk meghindari timbulnya ketidak adilan yang luas ;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Ahli dari Penggugat, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; Menimbang, bahwa selanjutnya atas pertanyaan Hakim Ketua, Kuasa Hukum Tergugat I dan Tergugat II, tidak mengajukan bukti Saksi ; Menimbang, bahwa terhadap Tergugat III, selain mengajukan bukti surat, Tergugat III ada mengajukan Saksi 2 (dua), Saksi mana masing-masing dibawah sumpah, dipersidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

1.PANGALOAN HARAHAP : − Bahwa sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 menjabat Kepala Desa Siboris Dolok Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas ; Mahkamah− Bahwa Agung pada tahun 1981 pernah mendengarRepublik pago-pago tanah adat keIndonesia Pemerintah dan pemerintah melakukan ganti rugi pago-pago tersebut dengan membangun

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 96

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah97 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id sekolah yang saat ini bernama SMAN 1 Barumun Tengah dikarenakan pada saat itu di Kecamatan Barumun Tengah tidak memiliki gedung sekolah ; − Bahwa tidak ada lagi masyarakat yang bertempat tinggal dilokasi pago-pago ; − Bahwa lokasi pago-pago kondisinya saat itu berupa semak belukar dan oleh Mahkamah AgungPemerintah ditanami tanaman Republik jenis Akasia ; Indonesia − Bahwa lokasi Pago-pago saat ini sebahagian besar sudah menjadi perkebunan kelapa sawit milik PARSUB ; − Bahwa perkebunan kelapa sawit PARSUB jauh dari 5 (lima) Desa yaitu Desa mandasip, Desa Langkimat, Desa Paran Padang, Desa Aek Raru, Desa Janji Matogu sejak Kecamatan Simangambat ; − Bahwa banyak perkampungan rumah-rumah penduduk, terdapat banyak fasilitas umum antara lain, sekolah, kantor Polisi, pasar, warung, rumah makan, Jalan umum, Puskesmas, kebun-kebun masyarakat dan lain-lain ; − Bahwa sudah banyak yang terbit sertifikat Hak Milik ; − Bahwa tahu kata Register dari dengar-dengar saja, tidak tahu arti kata Register ; − Bahwa tahu ada banyak perkebunan Sawit di Kecamatan Simangambat seperti perkebunan masyarakat, sawah, Kebun Sawit Austindo atau PT.ANJ dan kebun sawit yang lain-lain ; − Bahwa di Desa tidak ada dokumen tentang Kawasan Hutan ; Mahkamah− Bahwa Agung tidak pernah melihat Republik dokumen tentang Register 40 tentangIndonesia Kawasan Hutan ; − Bahwa tidak pernah melihat ada kegiatan pematokan ; − Bahwa tidak ada batas-batas Kawasan Hutan di Padang Lawas setahu Saksi ; − Bahwa tidak pernah lihat patok batas Register 40 ; − Bahwa Saksi tidak tahu dimana letak Register 40 ; − Bahwa Saksi tidak tahu arti Pago-Pago yang sebenarnya ; − Bahwa Saksi tahu Pago-pago hanya dengar-dengar saja ; − Bahwa Saksi tidak pernah lihat peristiwa Pago-Pago ; − Bahwa tidak pernah terlibat dalam Pago-Pago ; − Bahwa tidak tahu tanah yang di Pago-pago berapa luasnya ; − Bahwa tidak tahu pago-pago dan siapa yang punya tanahnya ; − Bahwa hanya dengar Pago-Pago satu kali saja ; − Bahwa tahun 70an sudah tidak ada Hutan, Kayunya ditebangin ; − Bahwa sebagian di tebang perusahaan dan sebagain Masyarakat ; Mahkamah− Bahwa Agung Saksi tahu Perkebunan Republik Parsub dan KPKS Bukit Harapan Indonesia dari dengar- dengar saja dari saudara sepupu ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 97

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah98 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa Saksi tidak tahu letaknya Perkebunan Parsub dan KPKS Bukit Harapan dari dengar-dengar saja ; − Bahwa Saksi tidak pernah ke Perkebunan Parsub dan KPKS Bukit Harapan ; Mahkamah− AgungBahwa Kecamatan Simangambat Republik adalah pecahan dari KeIndonesiacamatan Barumun Tengah ; − Bahwa dari dulu sudah banyak kehidupan masyarakat Adat di Kecamatan Barumun Tengah dan Kehidupan Masyarakat Adat masih berlangsung dan masih ada sampai sekarang dan masih diakui oleh pemerintahan daerah ; Menimbang, bahwa terhadap keterangan Saksi dari Tergugat III, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; 2.PARLUHUTAN HASIBUAN : − Bahwa pernah menjabat sebagai Kepala Desa Sionggoton Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara, dulu termasuk ke dalam kec. Barumun Tengah sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2004 ; − Bahwa pernah bekerja di HPH PT. Barakaz sejak tahun 1975 dan pada tahun 1977 menjabat sebagai ketua SPSI dan berhenti bekerja di HPH PT. Barakaz pada tahun 1986 dan kondisi lokasi pada saat itu adalah hutan tua dan masih terdapat tanaman kayu ; Mahkamah− Bahwa Agung sewaktu berkerja di HPHRepublik PT. Barakaz pernah bertemu denganIndonesia 20 (dua puluh) orang Insiyur dari di Kamp HPH PT. Goodwin yang saat itu sedang melakukan rintis batas kawasan hutan dan saat itu rintisan tersebut disebut sebagai rintis Bogor ; − Bahwa Pernah melihat Plang kawasan hutan di daerah yang namanya Padang Tarutung ; − Bahwa pernah mendengar adanya pago-pago tanah adat kepada Pemerintah dari Kepala Desa setelah dibangun Mesjid sebagai ganti rugi pago-pago ; − Bahwa kondisi lahan yang dipago-pago kepada Pemerintah saat itu berbentuk padangan (alang-alang) dan dilahan pago-pago saat itu tidak ada masyarakat yang mendiaminya ; − Bahwa tujuan pago-pago adalah untuk ditanami tanaman reboisasi ; − Bahwa yang menyerahkan tanah secara pago-pago ke Pemerintah adalah Kepala Desa ; − Bahwa setelah tahun 2000-an tempat tersebut saat ini terdapat perkebunan KPKS ; Mahkamah− Bahwa Agung Lahan HPH PT. Goodwin Republik dan HPH PT. Barakaz merupakan Indonesia satu hamparan yang saat ini menjadi perkebunan KPKS dan PARSUB milik DL. Sitorus ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 98

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah99 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa di lokasi tempat bekerja masih terdapat satwa liar yaitu Gajah dan Harimau Sumatera ; − Bahwa tempat tinggal saksi jauh dari 5 (lima) desa yaitu Desa mandasip, Desa Langkimat, Desa Paranpadang, Desa Aek Raru, Desa Janji Matogu ; Mahkamah− AgungBahwa Saksi mengaku lahirRepublik di Desa sionggoton yang berlokasiIndonesia di pinggir sungai barumun tengah bertetangga dengan Simagambat Jae, Simangambat Julu, Huta Pasir dan Hutabaru ; − Bahwa Saksi mengaku sudah pindah ke seberang barumun tengah berbatas denggan Tanjung Botung dan Gunung Manaon ; − Bahwa Saksi menjelaskan, ada nama Desa yang sama di Padang Lawas ; − Bahwa Saksi pernah mendengar Desa Simagambat julu ; − Bahwa Saksi pernah bekerja di PT.Barakaz sejak tahun 1975-1977 sebagai ketua SPSI ; − Bahwa pada tahun 1978 Saksi pernah bekerja di PT.HPH Brakaz ; − Bahwa Saksi pernah menjadi kepala Desa Sionggoton sejak tahun 1992 sampai dengan 2004 ; − Bahwa keadaan 5 (lima) Desa yaitu Desa mandasip, Desa Langkimat, Desa Paran Padang, Desa Aek Raru, Desa Janji Matogu sejak dulu sudah jadi pemukiman, persawahan, kebun, dan ada sekolah ; − Bahwa Saksi mengaku pernah bertemu dengan tim perintis dari bogor dan tim Mahkamahtidak Agung bawa alat apa-apa ; Republik Indonesia − Bahwa Saksi hanya mendengar dari orang pada tahun 1981 ada pago-pago dari orang lain tapi Saksi tidak tahu langsung tentang pago-pago ; − Bahwa Saksi mengaku pada tahun 1981 ada beberapa desa yang menyerah- kan tanah kepada Pemerintah diantaranya Desa Simangambat Jae, Simangambat Julu, Desa gunung manaon, Huta baru dan Huta pasir ; − Bahwa Saksi mengaku pernah mendengar Koperasi PARSUB, akan tetapi tidak menjadi pengurus Parsub ; − Bahwa Saksi tidak tahu tentang penyerahan pago-pago ; − Bahwa bahwa posisi lahan perkebunan koperasi PARSUB berada di sekitar Aek garinging tempat pengambilan kayu yang dia dengar dari cerita orang lain ; − Bahwa Saksi tahu perkebunan PARSUB dan KPKS Bukit Harapan satu hamparan dari keterangan orang lain (dengar-dengar) ; − Bahwa Register adalah kawasan hutan ; − Bahwa kira-kira batas PT. Brakas : sebelah selatan berbatasan dengan MahkamahKawasan Agung Hutan, sebelah barat sungRepublikai garingging ; Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 99

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah100 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa pada tahun 1986 bahwa dusun parsadaan KUD Langkimat belum ada dan Saksi mengaku tidak pernah pergi ke desa KUD Langkimat, hanya dengar tentang Desa Langkimat ; − Bahwa tahun 1978 kondisi dusun parsadaan KUD Langkimat adalah sudah Mahkamah Agungmenjadi pekan/pasar ; Republik Indonesia − Bahwa tahun 1978 lokasi KUD langkimat adalah persawahan ; − Bahwa Saksi tidak pernah melihat hutan karena sejak dulu sudah jadi pemukiman masyarakat adat, kebun, sawah sekolah dan kantor pemerintahan kecamatan kelurahan ; − Bahwa Saksi tidak tahu ada kawasan hutan, tidak pernah ada pal batas kawasan hutan ; − Bahwa tidak pernah baca dokumen Kawasan Hutan dan tidak pernah lihat dokumen Kawasan Hutan ; − Bahwa semua areal sudah di manfaatkan masyarakat adat secara terus menerus ; − Bahwa pernah dengar kata Register, tidak tau arti kata Register;

− Bahwa Saksi menjelaskan mungkin saja ada nama Desa yang sama di tempat lain ;

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Saksi dari Tergugat III, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir disidang, menyatakan Mahkamahakan menanggapiAgung dalam kesimpulan Republik ; Indonesia Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat dan Saksi, Tergugat III juga mengajukan Ahli 1 (satu) orang, Ahli mana dibawah sumpah, dipersidangan pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

1.ARMANSYAH SIREGAR.,AMD : − Bahwa pemerintah menggunakan GPS sebagai alat ukur kehutanan sesuai dengan peraturan Dirjen dan teknologi No 9 tahun 2009 ; − Bahwa sebelum tahun 2012 pemerintah menggunakan Tiodoelit ; − Bahwa Ajiman itu adalah arah yang menimbulkan posisi ke arah bumi ; − Bahwa diperlihatkan bukti T.III-1 dan Ahli menjelaskan peta memang ada dibuat dan Ahli yang menandatangani ; − Bahwa hasil Ploting Koordinat berada di 80 Derajat berada di 3 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau, luasnya + 152.000 Hektar ; − Bahwa Peta yang dipegang oleh Ahli adalah Peta hasil Ploting SK menteri 923/Kpts/Um/12/1982 ; − Bahwa Saksi tidak pernah melihat peta SK menteri 923/Kpts/Um/12/1982 ; Mahkamah− Bahwa Agung alat GPS berguna untuk menentukanRepublik posisi titik koordinat ; Indonesia − Bahwa selain dari GPS tidak ada alat lain yang dapat menentukan titik koordinat ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 100

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah101 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa ketika memploting titik-titik koordinat dari gugatan Penggugat dengan aplikasi Arc Gis yaitu alat standart Dinas Kehutanan ; − Bahwa Teodolite adalah alat untuk menentukan arah dan tinggi ; − Bahwa selain Teodolite, ada alat lain yang dapat menentukan arah yaitu Mahkamah Agungkompas ; Republik Indonesia − Bahwa yang Teodolite lebih akurat daripada kompas ; − Bahwa ada beberapa macam GPS, yaitu GPS Navigasi, GPS Geodilis dan GPS Nations ; − Bahwa yang paling tinggi untuk menentukan titik koordinat yaitu GPS Teodolite ; − Bahwa peta yang dibuat dibawah tahun 2012 adalah Peta Register yang banyak di tetapkan di Sumatera Utara ; − Bahwa titik Koordinat berada di Hutan Tetap, yang lain berada di hutan lindung dan sebagian lagi hutan pengawasan lain ; − Bahwa lokasi yang digugat Parsub hutan Produksi tetap dan sebagian berada di Hutan HPL dan sebagian berada di Hutan Lindung ; − Bahwa Saksi yang membuat peta pada tahun 2015, namun hari dan tanggalnya sudah tidak ingat ; − Bahwa Peta dibuat atas permintaan dari Kuasa Tergugat III sebagai Kuasa dari Tergugat III ; Mahkamah− Bahwa Agung Peta dibuat dengan caraRepublik menyampaikan surat Gugatan perkara,Indonesia meminta titik koordinat ; − Bahwa alat yang digunakan adalah Aplikasi yaitu Alat Ploter, tetapi dengan menjumlahkan aplikasi dari Dinas Kehutanan ; − Bahwa untuk Akurasi perlu dibuat Tera dan Tera adalah setting keakuratan ; − Bahwa Ahli pernah lihat SK 923 Tahun 1982 yang menunjukkan kawasan Hutan Sumatera Utara ; − Bahwa Ahli tidak mengetahui secara pasti berapa luasnya ; − Bahwa peta yang sudah dibuat tidak ada hubungan nya dengan SK 923 Tahun 1982 ; − Bahwa bukti bertanda P-47 diperlihatkan kepada Ahli dan Ahli menjelaskan bukti tersebut merupakan Peta Sumatera Utara dan Ahli tidak pernah melihatnya ; − Bahwa Ahli tidak mengenal peta tersebut sehingga tidak bisa menjelaskan- nya ; − Bahwa diperlihatkan bertanda Bukti P-46 dan setalah membaca Ahli menjelaskan Mahkamahtidak tahuAgung secara detail peta tersebut Republik ; Indonesia − Bahwa Ahli paham tentang SK 44 yaitu penunjukan penunjukan hutan di Sumatera Utara ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 101

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah102 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id − Bahwa Ahli hanya mengetahui separuh penunjukan hutan di Sumatera Utara ; − Bahwa Ahli sudah mengerti batas-batas berdasarkan pemetaan dan pengukuran ; − Bahwa Pemetaan dan pengukuran adalah hal yang berbeda ; Mahkamah− AgungBahwa bukti bertanda T.I -2Republik dan T.I-3 berupa berita acara tahunIndonesia 1978 menurut Ahli tidak bisa dipetakan karena tidak ada titik koordinatnya dan tidak ada buku ukur ; − Bahwa dasar Peta yang dibuat oleh Ahli juga adalah SK Menhut Tanggal 24 Juli 2014 ; − Bahwa diperlihatkan bukti bertanda P-24 dan Ahli menjelaskan tidak mengenal peta tersebut, namun peta tersebut menginformasikan tentang wilayah ; − Bahwa Ahli tidak pernah melihat peta arsip nasional ; − Bahwa Ahli juga tidak pernah melihat peta yang lain dari Arsip Nasional ; − Bahwa tanda tangan siapa yang berada dalam peta, Ahli menjawab Tergantung petanya ; − Bahwa Peta kawasan hutan ditanda tangani oleh Menteri Kehutanan ; − Bahwa Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara hanya menteri yang tanda tangan ; − Bahwa dasar Hukum yang menandatangani Peta Kawasan Hutan adalah Undang-undang Nomo 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan ;

Mahkamah AgungMenimbang, bahwa terhadap Republik keterangan Ahli dari Tergugat IIIIndonesia, Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Para Tergugat yang hadir sidang, menyatakan akan menanggapi dalam kesimpulan ; Menimbang, bahwa selanjutnya Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Tergugat I, Kuasa Terggugat II, Kuasa Tergugat III yang hadir dipersidangan mengajukan kesimpulannya masing-masing pada tanggal 09 September 2016 sebagaimana terlampir dalam berita acara sidang, sedangkan Turut Tergugat tidak mengajukan kesimpulan karena tidak hadir dipersidangan ; Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, maka segala hal yang termuat dalam berita acara sidang dianggap termuat dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari putusan ini, selanjutnya para pihak mohon putusan ; TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

DALAM EKSEPSI :

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III MahkamahPengadilan Agung telah menjatuhkan putusan Republik Sela, pada hari Selasa tanggal Indonesia 19 April 2016, sebagai berikut :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 102

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah103 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1. Menolak eksepsi dari Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III tersebut ; 2. Menyatakan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini ; 3. Memerintahkan untuk melanjutkan pemeriksaan dalam perkara ini ; Mahkamah Agung4. Menangguhkan penghitungan Republik dan pembebanan biaya perkara Indonesia sampai dengan putusan akhir ; Menimbang, bahwa oleh karena itu Eksepsi tentang Pengadilan tidak berwenang mengadili relatif (incompetensi relatif) yang diajukan oleh pihak Tergugat II dan Tergugat III dan tentang Pengadilan tidak berwenang mengadili absolut (incompetensi absolut) yang diajukan oleh pihak Tergugat I dan Tergugat III tersebut, sebagaimana pertimbangan dalam Putusan Sela, pada hari Selasa tanggal 19 April 2016, yang pada pokoknya menolak Eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III tersebut, menurut pendapat Majelis Hakim bahwa Putusan tentang Eksepsi tersebut telah dianggap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini dan tidak perlu dipertimbangkan lagi, sedangkan terhadap eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III yang bukan tentang kewenangan mengadili baik Kompetensi absolut dan Kompetensi relatif, yaitu tentang Eksepsi Tergugat I yang mendalilkan Penggugat Tidak Mempunyai Kekuatan Hukum dan Eksepsi Tergugat II tentang gugatan Penggugat kabur/ Obsuur Libel dan Eksepsi Tentang Kurangnya pihak (Plurium Litis Consortium), juga Eksepsi Tergugat III tentang gugatan Penggugat tidak memiliki Legal MahkamahStanding, Agung Tentang Kurangnya pihakRepublik (Plurium Litis Consortium), Indonesiatentang Gugatan kabur dan tidak Jelas/ Obsuur Libel, serta Eksepsi Tentang Turut Tergugat yaitu tentang Penggugat tidak dapat mendalilkan hubungan yang jelas antara Turut Tergugat dengan perkara a quo, akan Majesli Hakim pertimbangkan sebagai berikut ; Menimbang, bahwa terhadap Eksepsi Tergugat I, Tergugat I, Tergugat III dan Turut Tergugat yang tidak termasuk Eksepsi tentang Pengadilan tidak berwenang mengadili relatif (incompetensi relatif) dan tentang Pengadilan tidak berwenang mengadili absolut (incompetensi absolut), setelah Majelis Hakim membaca dan menelaah dengan cermat, Majelis Hakim memahami dengan berpendapat dalil Eksepsi Tergugat I, Tergugat I, Tergugat III dan Turut Tergugat berhubungan dengan pertimbangan pokok perkara, oleh karenanya akan dipertimbangkan dan ditentukan bersamaan dalam pokok perkara ; DALAM PROVISI : Menimbang, bahwa Permohonan Provisi yang diajukan oleh Penggugat/ Pemohon Provisi, Pengadilan telah menjatuhkan Putusan Provisi, pada hari MahkamahKamis tanggalAgung 18 Agustus 2016, Republikyang amarnya sebagai berikut : Indonesia 1. Mengabulkan permohonan Provisi Penggugat/Pemohon Provisi tersebut ; 2. Menyatakan dan menetapkan bahwa sebelum perkara ini memperoleh

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 103

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah104 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 3. putusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, surat yang dikeluarkan Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan RI No. S.174/MenLhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 Perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Tapanuli Selatan kepada Penggugat dan Surat Menteri Mahkamah AgungLingkungan Hidup dan Republik Kehutanan Nomor S.13/Menlhk -IndonesiaSet.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI yang berkaitan dengan pengelolaan dan pembudidayaan perkebunan kelapa sawit yang dikelola Penggugat berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan hak pemilikan berdasarkan Sertifikat Hak Milik (SHM) berada dalam status quo ; 4. Menyatakan dan menetapkan Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga termasuk dari Para Tergugat, terhitung sejak dibacakan Putusan Provisi atau setidak-tidaknya dalam waktu 14 hari setelah adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai lahan perkebunan kelapa sawit dimaksud sehingga tidak diperlukan acara penyerahan dari Tergugat I, serta menjual hasil pengelolaannya Mahkamahserta Agung menerima hasil penjualannya Republik sebagai pihak yang berhak Indonesia ; 5. Menghukum Tergugat I, II, III dan Turut Tergugat untuk tidak menghalangi Penggugat untuk mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit yang dikelola Penggugat berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan hak kepemilikan berdasarkan SHM ; 6. Menangguhkan biaya perkara hingga putusan akhir ; Menimbang, bahwa terhadap Putusan Provisi tersebut, menurut pendapat Majelis Hakim walupun terhadap Putusan Provisi yang telah diputus secara terpisah dengan putusan ini, namun dianggap menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini dan menurut pendapat Majelis Hakim tidak perlu lagi dipertimbangkan lagi ; DALAM POKOK PERKARA : Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah seperti tersebut diatas ; Menimbang, bahwa dalam gugatan Penggugat mendalilkan bahwa Penggugat adalah badan hukum Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu Mahkamahdisebut “PARSUB”Agung yang didirikan Republik masyarakat adat (yang menjadi petaniIndonesia kelapa sawit) setempat untuk tujuan melakukan kegiatan mengelola kebun-kebun (pembudidayaan) kelapa sawit kepunyaan masyarakat yang telah ada di areal

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 104

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah105 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id padang lawas (bukan kawasan hutan) berdasarkan hak tradisional yang turun- temurun yang seluruhnya seluas ± 24.000 Ha didalamnya termasuk jalan rawa basah, sekolah, rumah ibadah, klinik, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lingkungan hidup lainnya yang sebagian dari lahan tersebut sudah ada yang Mahkamahbersertifikat Agung Hak Milik. Dengan Republik demikian lahan yang ditanami kelapaIndonesia sawit kurang lebih seluas 18.000 Ha pada posisi koordinat Bujur Timur (BT) 1000000’ - 100015’ dan Lintang Utara (LU) 000 45 - 010 15’ . Dengan batas-batas : Sebelah Utara : Dengan Sungai Garingging, Sebelah Selatan : dengan Sungai Mahato, Sebelah Timur : Propinsi Riau, Sebelah Barat : Areal PT. Rapala dan Badan Hukum Koperasi Parsub berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan menengah Republik Indonesia Nomor : 311/BH/KWK.2/ X/ 1998 tertanggal 20 Oktober 1998. Adapun susunan Pengurus Koperasi Parsub No. 16 tanggal 7 September 2013 oleh Notaris Junita Ritonga.,SH di Medan adalah sebagai berikut : Ketua: RS Safaruddin Siregar, Ketua I : H. Rapotan Siregar.,SH.,MAP, Ketua II : Drs. H. Guntur Hasibuan.,MAP, Sekretaris : Iskandar Alamsyah Hasibuan.,SE, Sekretaris I Marasamin Ritonga.,SH.,MH, Sekretaris II : Sutan Ahmad Sayuti Hasibuan.,ST, Bendahara : H.Pandidikan Hasibuan.,SH.,ASN dan Penggugat pernah membuat perjanjian kerja sama yang dituangkan dalam akta Notaris Setiawati,S.H No.139 tanggal 16 September 2003. yang isinya tentang perjanjian kerjasama pengelolaan perkebunan Kelapa Sawit dengan PT.TORUS GANDA sebagai pendamping dalam hal Pembinaan teknik management dan Mahkamahmodal/ Agungpendanaan. Lahan yang diperjanjikanRepublik adalah meliputi lahan seluasIndonesia 24.000 ha yang terletak di 5 (lima) desa, yaitu 1) Desa Aek Raru, 2)Desa Paran Padang, 3)Desa Janji Matogu, 4)Desa Mandasip, dan 5) Desa Langkimat dan dalam perjanjian disebutkan secara jelas tentang adanya Surat Dukungan Rekomendasi untuk Perolehan Legalitas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat didalam 5 desa tersebut sebagai lokasi perkebunan kelapa sawit dari Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sumatera Utara No.2541/Kwl-6.3/1999 tanggal 27 Juli 1999 yang ditujuhkan kepada Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI, Surat Dukungan Rekomendasi tersebut sebagai respon dari surat Kepala Pusat Pemolaan Areal Hutan dan Kebun Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan No 521/VIII/POLA-PSH/99 tanggal 28 Mei 1999 yang berkaitan dengan surat Permohonan Koperasi Parsub yang intinya Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sumatera Utara menyatakan, yang Hasil telaahan kami atas peta lampiran permohonan, ternyata luas areal yang dimohon seluas ± 24.000 Ha adalah Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas yang berdasarkan peta penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara SK Menteri Pertanian nomor 923/Kpts/Um./12/l982 Mahkamahtanggal 27Agung Desember 1982/peta TGHK Republik dan berdasarkan peta Paduserasi Indonesia TGHK- RTRWP adalah sebagai berikut : a.Berdasarkan peta penunjukan/peta TGHK areal yang dimohon seluas + 24.000 Ha berada dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 105

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah106 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id (HPT), b Berdasarkan peta Paduserasi TGHK-RTRWP areal yang dimohon seluas ± 24.000 Ha berada dalam Kawasan Hutan Budidaya Hutan dengan fungsi Hutan Produksi (HP), Berdasarkan peruntukannya areal yang dimohon seluas ± 24.000 Ha terdiri dari a.Seluas ± 1.070 Ha berada dalam areal HPHTI PT. Sumatera Riang MahkamahLestari Agung (“PT.SRL”) bekerja samaRepublik dengan PT. Inhutani IV b.1.Selua ± 22.930 Ha berada dalam areal HPHTI PT. Inhutani IV diantaranya : b.1 Seluas + 3.000 Ha saling tumpang tindih dengan permohonan HPHTP PT.Barumun Raya Padang Langkat sesuai pertimbangan teknis kami No. 2465/Kwl-6.3/1999 tanggal 21 Juli 1999 dan belum ada persetujuan dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan, b.2.Seluas ± 9.000 Ha saling tumpang tindih dengan permohonan PT. Agro Mitra Karya Sejahtera belum ada persetujuan dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan dan Penggugat sangat mempunyai kepentingan hukum langsung dalam mengajukan gugatan ini karena lahan kebun kelapa sawit seluas 24.000 Ha yang dikelola Penggugat di Luhat Ujung Batu (bukan di Kecamatan Barumun Tengah) secara keliru telah dinyatakan dirampas berdasarkan dakwaan dan tuntutan JPU yang kemudian dikabulkan oleh putusan Pidana No.481/PID.B/ 2006/PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 jo Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.194/Pid /2006/PT.DKI, 11 Oktober 2006 jo Putusan No.2642K/PID/2006 tanggal 12 Februari 2007 jo Putusan No.39PK/PID.SUS/2007, tanggal 16 Juni 2008 dan daerah kegiatan Penggugat dalam mengelola perkebunan Kelapa Sawit yang disebutkan baik dalam Dakwaan JPU maupun Putusan adalah di Kecamatan MahkamahBarumun Agung tengah seluas 24.000 Republik Ha (padahal luas wilayah 5 desa Indonesia tersebut hanya 6.682 Ha), sedangkan dalam melakukan kegiatannya Penggugat tidak pernah menyentuh lahan yang disebutkan dalam perjanjian tersebut diatas termasuk juga areal yang di SK Menteri Pertanian No.23/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982. Kenyataannya yang dikelola Penggugat adalah didaerah Ujung Batu dengan lahan seluas 24.000 Ha (letaknya sangat jauh dari Ujung Batu, yaitu di Kecamatan Barumun Tengah). Sehingga apa yang disebut oleh JPU dalam Dakwaan maupun Putusan Pidana No. 2642K/PID/2006 tanggal 12 Februari 2007 jo Putusan nomor 39PK/PID.SUS/2007, tanggal 16 Juni 2008 tentang objek perkara adalah Error in objecto ; Menimbang, bahwa dalam dakwaan JPU tersebut yang pada intinya adalah mengkriminalisasi DL.Sitorus (Pendamping Penggugat) menyebutkan bahwa DL.Sitorus telah menduduki kawasan hutan Negara tetap tanpa ijin Menteri Kehutanan, yang menurutnya didasarkan pada : 1.Gouvernement Besluit (GB) No.50 Tahun 1924 tanggal 25 Juni 1924 yang direkayasa melalui terjemahan yang tidak benar, 2.Surat Keputusan Menteri Kehutanan (sic. Menteri Pertanian) nomor Mahkamah923/Kpts/Um/12/1982 Agung tanggal 27 DesemberRepublik 1982 tentang Penunjukkan Indonesia Areal Hutan di Wilayah Propinsi Dati I Sumatera Utara seluas 3.780.132.02 Ha, (yang tidak berlaku lagi karena diganti dengan SK. Tergugat II Nomor 44 Tahun 2005 yang yang

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 106

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah107 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id juga tidak berlaku karena dinyatakan oleh Mahkamah Agung Tidak Sah) dan JPU dalam dakwaannya tersebut, telah dengan sengaja dan secara keliru menyatakan lokasi perkebunan yang terletak di Kecamatan Barumun Tengah sebagai Kawasan Hutan yang seolah-olah benar disebutkan dalam GB No.50 tahun 1924, tetapi surat Mahkamahaslinya Agung tidak pernah diperlihatkan Republik oleh JPU selama persidangan Indonesia perkara Pidana tersebut diatas, sehingga kemudian dengan Surat Keputusan Tergugat I Nomor 44 Tahun 2005 dijadikan dasar untuk menyatakan lokasi GB 50/1924 sebagai kawasan hutan yang selanjutnya disebut-sebut register 40, padahal dalam kenyataannya hal tersebut tidak benar karena GB No.50 Tahun 1924 dalam bahasa aslinya tidak pernah menyatakan lokasi tersebut sebagai kawasan hutan produksi melainkan menyebut perkampungan, penggembalaan ternak penduduk kampung, dan lahan-lahan untuk dipertimbangkan sebagai rencana bagi pembangunan hutan yang baru. Bahkan sampai saat terakhir dalam putusan Peninjauan Kembali (PK), GB No.50 yang dijadikan dasar hukum untuk menjatuhkan pidana dan merampas perkebunan kelapa sawit yang dikelola Penggugat sesungguhnya sudah di rekayasa dengan merubah GB No.50 melalui terjemahan kedalam Bahasa Indonesia, yang secara umum dan menyeluruh menyimpang dari fakta-fakta hukum yang sebenarnya, terlebih lagi jikalau GB No.50 tersebut tidak tercatat dalam daftar Staatsblaad Tahun 1924 yang harus menjadi dasar keberlakuan atau kekuatan mengikat, Lagipula dokumen tersebut tidak pernah dicocokan dengan dokumen asli untuk dapat diterima sebagai alat bukti yang sah (Vide Halaman 30, 31 Putusan No. Mahkamah434/PDT/2011/PT.MDN, Agung Halaman Republik 2 Putusan nomor 134K/TUN/2007), Indonesia dan Staatsblad Hindia Belanda Tahun 1924 juga tidak menyebut adanya Gouvernement Besluit (GB) No.50 tersebut sebagaimana terlihat dari daftar isi Staatsblad tahun 1924, sehingga munculnya amar Putusan Perampasan barang bukti berupa lahan perkebunan berawal dari dakwaan dan tuntutan jaksa penuntut umum yang menyangkut Tipikor yang didasarkan pada adanya kerugian Negara yang timbul tetapi dalam putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tidak terbukti dakwaan tipikor maupun kerugian Negara sehingga terdakwa hanya dinyatakan bersalah tentang menduduki lahan perkebunan secara tidak sah dan tanpa ijin sehingga oleh karenanya amar putusan perampasan lahan perkebunan dan bangunan diatasnya menjadi milik Negara kehilangan landasan hukum sama sekali ; Menimang, bahwa dakwaan JPU tersebut diatas menyebutkan seolah-olah PT.Torus Ganda dan Penggugat menduduki secara tidak sah Hutan Negara tetap seluas 24.000 ha yang disebutkan terletak di 5 (lima) desa, yaitu 1)Desa Aek Raru, 2)Desa Paran Padang, 3)Desa Janji Matogu, 4)Desa Mandasip, dan 5)Desa Langkimat, padahal kenyataannya luas lima desa tersebut hanya 6.826 Hektar Mahkamahatau 68.26 Agung kilometer persegi (Vide Republik Data palutakab.bps.go.id website Indonesia resmi milik Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2013), maka dengan demikian luas yang didakwakan JPU dengan fakta lahan perkebunan yang dikelola

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 107

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah108 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Koperasi Parsub telah menunjukkan kekeliruan nyata sehingga tidak dapat dijadikan dasar dakwaan dan tuntutan JPU untuk menyita 24.000 Ha lahan yang justru berada di lokasi lain ; Menimbang, bahwa dari fakta fakta yang disebutkan diatas nyata-nyata JPU Mahkamahjelas Agung telah keliru dalam menentukan Republik luas lokasi (locus) dari objek sengketaIndonesia dan objek barang bukti dalam perkara pidana karena lokasi perkebunan yang dikelola Penggugat (dengan pendampingnya PT.TORUS GANDA) bukan yang dimaksud dalam Dakwaan JPU, sehingga tidak ada alasan menurut hukum untuk merampas lahan perkebunan sawit yang dikelola Penggugat dengan pendampingan PT.TORUS GANDA yang luasnya + 24.000 ha karena baik Tergugat I maupun Tergugat II dan Tergugat III tidak pernah melakukan pemeriksaan setempat (plaatselijkonderzoek) dan tidak pernah mampu menentukan batas-batasnya sesuai koordinat geographis sebagaimana mestinya, karena terlepas dari kelalaian JPU yang tidak melakukan pemeriksaan setempat dan tidak pernah mampu menentukan batas batas dengan cara sebagaimana mestinya yang disebutkan diatas, ternyata kegiatan dalam lokasi yang disebutkan dalam dakwaan JPU yang dikelola Penggugat tanpa ijin dari Menteri Kehutanan, padahal, hal tersebut tidak benar, justru sebaliknya Parsub tidak pernah mengelola lokasi dimaksud karena memperhatikan surat rekomendasi dari Kakanwil Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Sumatera Utara nomor 2541/Kwl-6.3/1999, 27 Juli 1999 sebagaimana tersebuat diatas dan selain daripada itu lokasi yang dikelola Penggugat berdasarkan hak-hak tradisionalnya dalam masyarakat hukum adat yang Mahkamahdiperoleh Agung dari Marga Hasibuan yangRepublik menjadi anggota Koperasi Parsub Indonesia yang diakui dan dilindungi pada jaman penjajahan sampai sekarang dan saat ini sebagian besar sudah memperoleh SHM. Dan setelah kemerdekaan sampai saat ini hak-hak tradisional dimaksud diatas jelas-jelas diakui dan diatur konstitusi Negara RI sebagaimana termuat dalam Pasal 18B ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi :“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”, juga perlindungan dan pengakuan konstitusi atas hak-hak traditional tersebut telah jelas-jelas ditegaskan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.35/PUU-X/2012, tanggal 16 Mei 2013 yang intinya menyatakan : “bahwa hutan adat yang dimiliki oleh masyarakat tidak termasuk hutan Negara”, hal mana juga merupakan ketentuan yang dianut oleh UU No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan khususnya Pasal 15 dan Putusan MK No.45/PUU- IX/2011, tanggal 9 Februari 2012 tentang pemahaman dan pemaknaan penetapan Kawasan Hutan harus melalui empat tahapan, yaitu :“Penunjukan, Penata Batasan, MahkamahPemetaan Agung dan Pengukuhan/Penetapan, Republik tanpa mana Penunjukkan Indonesiahutan tanpa proses tahapan tersebut adalah praktek dari pada pemerintahan otoriter dan bukan merupakan praktek dari pemerintahan yang demokratis” ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 108

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah109 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Menimbang, bahwa selain itu di lokasi Penggugat yang disebut-sebut oleh JPU berada di 5 (lima) desa sebagai locus delicti perbuatan pidana yang didakwakan kepada DL. Sitorus pada kenyataannya terdapat sebanyak 43 badan usaha diantaranya termasuk BUMN, PMA, yang mengelola perkebunan Kelapa Sawit tanpa Mahkamahdipermasalahkan Agung sebagai Republik perkara pidana oleh Kejaksaan Indonesia Agung RI cq. Kejaksaan Tinggi Propinsi Sumatera Utara, Pemerintah ataupun Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, yaitu antara lain :1)PT.Hexa Setia Sawita, 1.1176ha, 2)PT.Sumber Sawit Makmur, 2.072ha, 3)PT.Damai Nusa Sekawan, 2.384ha, 3)PT.Agro Mitra Karya Sejahtera, 21.543.23ha, 4)PT.First Mujur Plantation dan Industri, 15.000ha 5)PT.Wonorejo Perdana, 15.000.00ha. 6)PT.Austindo/PT.Eka Pendawa Sakti, 11.238ha, 7)PT.Barumun Raya Padang Langkat, 2.372.97ha, 8)PT.Sinar Tika Portibi Jaya Plantation, 1.679.12ha, 9)PT.Mazuma Agro Indonesia (MAI), 12.266.43ha, 10)PT.Karya Agung Sawita (KAS), seluas 14.374.86ha, 11)PT.Perkebunan Nusantara II, seluas 4.000ha, 12)PT.Sibuah Raya, seluas 1.750.00ha, 13) PT.Perkebunan Nusantara IV, 1.294.20 ha, 14)PT.Toga Saudara Makmur, 192.55ha, dll, sebagaimana disebutkan dalam laporan hasil audit Tim Interdep Mei 2005, anehnya lahan KUD Serbaguna yang dinyatakan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup berada di dalam kawasan hutan Register 40 yang kemudian dipergunakan oleh JPU mendakwa DL. Sitorus menduduki kawasan hutan tanpa ijin Menteri LHK, ternyata oleh Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.434/PDT/2011/PT.MDN (yang sudah berkekuatan hukum tetap), dinyatakan tidak Mahkamahdalam Agung kawasan hutan Register 40Republik dan kepemilikan lahan tersebut adalahIndonesia milik 624 anggota KUD Serbaguna berdasarkan pada Sertifikat Hak Milik sebanyak 624 SHM dan Lahan yang dikelola Penggugat (bukan di Barumun Tengah) tersebut tela ikut dituntut oleh Tergugat II dan dinyatakan dirampas untuk Negara dan telah diputus dengan Putusan No.2642K/Pid/2006, ternyata benar-benar keliru, perampasan mana dilaksanakan dengan menyerahkan lahan tersebut kepada Dinas Kehutanan Provinsi Sumut (Vide Berita Acara penyerahan rampasan tanggal 26 Agustus 2009), padahal fakta dan hukum menunjukkan lahan tersebut adalah merupakan lahan milik masyarakat Adat Marga Hasibuan dan sebagian sudah bersertifikat Hak Milik, dan yang diatasnya Negara pernah menerbitkan izin HPH (Hak Pengusahaan Hutan) kepada 5 Perusahaan secara tidak sah (secara sepihak tanpa melibatkan/mendapat persetujuan masyarakat yang berhak) dan kemudian setelah lokasi dibabat dan gundul, lokasi ditinggal demikian saja dan berdasarkan HPH yang pernah dikeluarkan sebagaimana dimaksud diatas, lahan dibabat, tanpa ada tanggungjawab reboisasi, akibatnya tanah tersebut menjadi lahan kritis sehingga kemudian masyarakat Luhat Ujung Batu (sebagai pihak yang berhak atas Mahkamahlahan/tanah Agung-tanah adat tersebut yang Republik sebagian besar juga sudah bersertifikat Indonesia hak milik), berusaha untuk memanfaatkan tanah-tanah tersebut dengan berencana akan menanam tumbuhan yang dinilai produktif dan mempunyai nilai ekonomis yaitu

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 109

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah110 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id pohon kelapa sawit. Karena lahan itu adalah satu-satunya sebagai sumber kehidupan masyarakat adat tersebut dan perampasan dan penyerahan Lahan Kebun Kelapa Sawit tersebut diatas, dikarenakan DL. Sitorus/Dirut PT. Torusganda (Pendamping) telah dikriminalisasi dengan mempersalahkannya seolah-olah DL. Sitorus secara Mahkamahmelawan Agung hukum mengelola Republik kawasan hutan seluas 24.000 HaIndonesia (dalam rangka kerjasama dengan Koperasi Parsub) dengan menggunakan alasan alasan yang dibuat-buat, antara lain : GB No.50, Tanggal 25 Juni 1924, berita Acara Penyerahan Tanah Kawasan Hutan Padang Lawas dari Masyarakat kepada Gubernur Sumut, Tanggal 20 Mei 1981 Seluas 12,000Ha, Tanggal 26 Mei 1981 seluas 10,000ha tanggal 06 Juni 1981 seluas 8.000 ha; (yang semuanya tidak pernah ada aslinya), Keputusan Menteri Kehutanan (sic Menteri Pertanian) nomor 923/Kpts/Um/12/1902, tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan areal hutan di wilayah Propinsl Dati I Sumut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) telah dikeluarkan seolah-olah didasari GB 50 tersebut diatas, Peraturan Daerah Propinsi Sumut No.7 Tahun 2003 tentang RencanaTataRuang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sumut tahun 2003 – 2018, Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan No.14 Tahun 1998 tentang RTRW Kab.Dati II Tapanuli Selatan, dan areal tersebut diatas seolah-olah dilarang untuk diduduki tanpa ijin dari Menteri Kehutanan Rl sesuai ketentuan pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) No.28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (padahal kawasan tersebut bukanlah kawasan hutan sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusinya dan Putusan Pengadilan Tinggi tersebut diatas, dan terlebih-lebih Mahkamahhukum Agung adat tentang hak-hak tradisional Republik masyarakat adat ; Indonesia Menimbang, bahwa berdasarkan Putusan-Putusan Pengadilan terkait dengan kasus yang sama dengan kasus Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit (KPKS) Bukit Harapan, Tergugat I telah diperintahkan untuk menyerahkan lahan Kebun Sawit seluas + 23.000 Ha yang dikelolanya, dan membatalkan semua pernyataan ataupun surat-surat keputusannya tentang Kawasan Hutan yang dikelola KPKS Bukit Harapan yang kasusnya sama dengan Penggugat, akan tetapi Tergugat I tidak mau menyerahkan dan membuat pembatalan surat pernyataan/keputusannya sesuai dengan perintah Pengadilan (PK TUN) dan hal tersebut telah secara tidak langsung mengakibatkan timbulnya kerugian bagi Penggugat dan masyarakat Luhat Ujung Batu dan Simangambat yang sebagian juga sebagai anggota PARSUB adalah sebagai pihak yang berhak secara sah atas lahan yang dipermasalahkan, padahal masyarakat tesebut adalah generasi ketujuh Marga Hasibuan yang hidup di Desa Tanah Adat Ulayat Padang Lawas seluas ± 178.000 ha sebagaimana juga yang diketahui dan diakui pemerintah Belanda/Kolonial atas adanya hak ulayat masyarakat hukum adat dimaksud (vide UUD 1945 sebelum perubahan). Bahwa Penggugat Mahkamahhidup secara Agung turun temurun dan selalu Republik memanfaatkan sumber daya alamIndonesia di lokasi tersebut sebagai sumber penghidupan ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 110

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah111 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Menimbang, bahwa terhadap dalil gugatan Penggugat, pihak Tergugat I mendalilkan bantahannya yaitu menyatakan tanah sengketa a quo merupakan adalah Kawasan Hutan Register 40 Padang Lawas berdasarkan : 1. Government Besluit (GB) Nomor : 50/1924 tanggal 25 Juni 1924, 2. Berita Acara Penyerahan Mahkamahtanah Agung Kawasan Hutan Padang Republik Lawas dari masyarakat kepada Indonesia Gubernur : - Tertanggal 20 Mei 2981 seluas 12.000 Ha, - Tertanggal 26 Mei 1981 seluas 10.000 Ha, - Tertanggal 6 Juni 1981 seluas 8.000 Ha, 3. Keputusan Manteri Pertanian Nomor : 923/Kpts/Um/12/ 1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan areal hutan di Wilayah Provinsi Dati I sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), 4. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor : 7 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan, 5. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli selatan Nomor :14 Tahun 1998 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan, 6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.44/Menhut-II/2005 menunjuk kembali keadaan hutan di wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas + 3.724.120 Ha yang mencabut Keputusan Menteri Kehutanan No. 923/Kpts/UM/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 tentang Penunjukan Areal hutan di wilayah Provinsi Dati 1 Sumatera Utara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), 7. Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) Nomor 2642 L/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007, 8. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 579/Menhut- II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara ; Mahkamah Agung Republiks Indonesias Menimbang, bahwa dalil Penggugat angka 2 /d 4 Halaman 2 /d 5 yang intinya menyatakan bahwa atas tanah objek sengketa a quo telah di adakan kerjasama pengelolaan perkebunan Kelapa Sawit antara Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (Parsub) dengan PT. Torus Ganda atas lahan seluas 24.000 Ha yang berada di Kecamatan Simangambat (Dahulu Kecamatan Barumun Tengah) yang bukan merupakan kawasan hutan, adalah dalil yang tidak berdasar hukum dan Dalil Penggugat Angka 5 Halaman 6 yang intinya menyatakan bahwa Para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum sehingga mengganggu kegiatan perkebutan Penggugat adalah tidak berdasar hukum dengan alasan : a. Bahwa tanah objek sengketa merupakan kawasan hutan sebagaimana uraian angka 2 diatas, b. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) Nomor : 2642 K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 tanah objek sengketa telah dijadikan sebagai kawasan hutan dan dirampas oleh Negara untuk diserahkan kepada Departement Kehutanan, dengan demikian tidak terdapat unsure perbuatan melawan hukum pada diri para Tergugat, sehingga dalil Penggugat tidak beralasan hukum dan harus di tolak ; MahkamahMenimbang, Agung bahwa terhadap Republik dalil gugatan Penggugat, pihak Indonesia Tergugat II mendalilkan menyerahkan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas lebih kurang 24.000 Hektar yang di kuasai oleh Koperasi PARSUB

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 111

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah112 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id dan PT. TORGANDA beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya kepada Tergugat III sesuai dengan Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan (BA-22) tertanggal 26 Agustus 2009, merupakan pelaksanaan dari Putusan Mahkamah Agung RI *Kasasi) Nomor : 2642.K/Pid/2006 tanggal 12 Februari 2007 atas nama MahkamahTerpinada Agung DARIANUS LUNGGUK Republik SITORUS dan perkara atas Indonesia nama Terpidana DARIANUS LUNGGUK SITORUS merupakan Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), dan berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 6 huruf a jo. Pasal 270 KUHAP jo. Pasal 30 Ayat 1 huruf b UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI tersebut, Tergugat II pada tanggal 26 Agustus 2009 telah melaksanakan eksekusi terhadap barang bukti yang di rampas untuk Negara dalam perkara atas nama DARIANUS LUNGGUK SITORUS ; Menimbang, bahwa oleh karena tindakan Tergugat II yang melaksanakan penyerahan barang bukti yang di rampas untuk Negara berupa perkebunan kelapa sawit di Kawasan Padang Lawas seluas + 24.000 Hektar yang dikuasai oleh Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) dan PT. TORGANDA beserta seluruh bangunan yang ada di atasnya kepada Tergugat III dalam rangka melaksanakan Putusan Mahkamah Agung RI yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) berdasarkan tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang, maka tindakan Tergugat II tersebut bukanlah perbuatan melawan hukum. Bahwa dalam melaksanakan eksekusi dan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), atas barang bukti yang dirampas untuk MahkamahNegara, Agung maka tidak perlu diberitahukan Republik kepada Penggugat dan tidak Indonesia perlu dilakukan constatering ; Menimbang, bahwa terhadap dalil gugatan Penggugat, pihak Tergugat III mendalilkan dengan tegas membantah dan menolak dalil-dalil gugatan Penggugat dalam gugatannya pada halaman 22 Point “41” yang pada pokonya menyatakan Tergugat III melakukan perbuatan melawan hukum karena Tergugat III Ikut menandatangani Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan tanggal 26 Agustus 2009 dan Tergugat III ikut menandatangani Berita Acara Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan tanggal 26 Agustus 2009 adalah untuk secara administrasi pelaksanaan proses eksekusi terhadap Putusan yang telah memperoleh kekuatan Hukum tetap atas perkara Pidana No. 481/PID.B/2006/ PN.JKT.PST tanggal 28 Juni 2006 Jp. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 194/Pid/2006.PT.DKI, tanggal 11 Oktober 2006 Jo. Putusan Mahkamah Agung R.I No. 2642K/PID/2006, tanggal 12 Februari 2007 dan Bahwa oleh karena terhadap perkara pidana tersebut diatas telah memperoleh kekuatan hukum tetap kemudian di tindak lanjuti oleh Kepala MahkamahKejaksaan Agung Tinggi Sumatera Utara (ic.Republik Tergugat II) dengan diterbitkan suratIndonesia perintah pelaksanaan Putusan Pengadilan No: Print-223/N.2/Fuh.1/08/2009, tanggal 25 Agustus 2009 yang selanjutnya dilaksanakan dengan Pembuatan Berita Acraa

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 112

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah113 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan tanggal 26 Agustus 2009 dari Tergugat II kepada Tergugat III ; Menimbang, bahwa kedudukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (ic. Tergugat III) adalah merupakan perpanjangan tangan dari Gubernur MahkamahSumatera Agung Utara selaku SKPDRepublik (Satuan Kerja Perangkat Daerah)Indonesia dan nyata perbuatan Tergugat III ikut menandatangani Barita Acara Penyerahan Barang Rampasan dan menerima penyerahan yang dilakukan Tergugat II pada tanggal 26 Agustus 2009 adalah telah sesuai dengan prosedur hukum dan sama sekali tidak bertentangan dengan hukum ; Menimbang, bahwa terhadap dalil gugatan Penggugat, Turut Tergugat mendalilkan tidak ada hubungan hukum antara Turut Tergugat dengan Perkara aquo maka oleh karenanya pula menurut hukum gugatan Para Penggugat haruslah ditolak dan alasan-alasan tersebut diatas Turut Tergugat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pejabat publik dengan benar ; Menimbang, bahwa oleh karena dalil-dalil Penggugat telah disangkal oleh Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III, serta Turut Tergugat, maka sesuai dengan ketentuan aturan hukum dalam Pasal 283 RBG yaitu “barang siapa menyatakan bahwa ia memiliki sesuatu hak atau mempunyai cukup alasan untuk meneguhkan haknya itu atau untuk menyangkal hak orang lain, harus membuktikan hak atau alasan itu benar ada padanya” dan dalam Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Perdata (Burgerlijk Wetboek) yaitu “Setiap orang yang Mahkamahmendalilkan Agung bahwa ia mempunyai Republik sesuatu hak, atau guna meneguhkan Indonesia haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjukkan pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”, oleh karena itu berdasarkan aturan-aturan hukum tersebut, kewajiban Penggugat untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya dan juga telah diberikan kesempatan untuk membuktikan atau beban pembuktian kepada Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III serta Turut Tergugat secara berimbang ; Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan 68 (enam puluh delapan) bukti surat berupa foto copy, surat-

surat bukti tersebut bertanda bukti bertanda P-1 s/d P-16, P-17.1 s/d P-17.9, P-18 s/d

P-19, P-20.a s/d P-20.c, P-21, P-23.a s/d P-23.b, P-24 s/d P-29, P-30.a s/d P-30.c,

P-31 s/d P-53 dan 5 (lima) orang saksi dan 3 (tiga) orang ahli dan Tergugat I telah mengajukan 22 (dua puluh dua) bukti surat berupa foto copy bertanda bukti

bertanda T-I.1 s/d T-I.15, T-I.16.a s/d T-16.e dan T-I.17 dan tidak mengajukan Saksi maupun Ahli, juga Tergugat III telah mengajukan 6 (enam) bukti surat berupa ,

bertanda bukti bertanda T-III.1 s/d T-IIII.6 dan 2 (dua) Saksi dan 1 (satu) ahli, Mahkamahsedangkan Agung Turut Tergugat tidak adaRepublik mengajukan bukti surat maupun Indonesia Saksi atau Ahli ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 113

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah114 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Menimbang, bahwa dari dalil gugatan Penggugat dan jawaban dari Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III, serta Turut Tergugat tersebut di atas yang menjadi pokok permasalahan dalam perkara ini adalah : apakah Penggugat mempunyai hak terhadap tanah objek perkara dan apakah Tergugat I, MahkamahTergugat Agung II dan Tergugat Republik III serta Turut melakukan Indonesia perbuatan melawan hukum ? ; Menimbang, bahwa atas pokok permasalahan tersebut Majelis Hakim akan mempertimbangkan sebagaimana pertimbangan dibawah ini ; Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan menelaah gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III, serta Turut Tergugat, Majelis Hakim berpendapat dan dapat disimpulkan bahwa pokok gugatan Penggugat tersebut ada kaitannya dengan perbuatan melawan hukum, oleh karenanya Majelis Hakim akan menguraikan maksud perbuatan melawan hukum sebagai berikut ; Menimbang, bahwa perbuatan melawan hukum, sejak Tahun 1919 di Negeri Belanda, demikian juga di Indonesia (ketika itu disebut Hindia Belanda), pengertian perbuatan melawan hukum diartikan luas, yakni apabila perbuatan itu mencakup salah satu dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut : a. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain ; b. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya ; c. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan ; Mahkamahd. PerbuatanAgung yang bertentangan Republik dengan kehati-hatian ; Indonesia Menimbang, bahwa syarat agar sebuah perbuatan dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum berdasarkan aturan hukum adalah harus memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut : 1. Adanya perbuatan yang bertentangan dengan hukum ; 2. Adanya kerugian ; 3. Adanya kesalahan ; 4. Terdapat hubungan sebab akibat (hubungan causal) antara perbuatan yang melawan hukum tersebut dengan kerugian yang diderita ; Menimbang, bahwa untuk membuktikan ada atau tidaknya perbuatan melawan hukum, terlebih dahulu harus mengacu kepada Pasal 1365 KUHPerdata yang mengatakan bahwa “Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya memberi kerugian itu mengganti kerugian tersebut”; Menimbang, bahwa Pasal 1365 KUHPerdata mengandung 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi agar dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum yaitu Mahkamah“adanya Agung tindakan yang melawan Republik hukum, adanya kesalahan pada Indonesia pihak yang melakukannya, dan ada kerugian yang di derita” (Lebih lanjut lihat Elise .T. Sulistini dan Rudy. T. Erwin, Petunjuk Praktis Menyelesaikan Perkara-perkara Perdata,

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 114

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah115 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Bina Aksara, Jakarta, 1987, Halaman 26). Hal serupa juga diungkapkan oleh M. Yahya Harahap yang mengatakan bahwa ada 3 (tiga) hal yang penting dalam menilai perbuatan melawan hukum seperti yang diamanatkan Pasal 1365 KUHPerdata yaitu adanya perbuatan atau kealfaan, perbuatan atau kealfaan terjadi Mahkamahkarena Agung kesalahan pelaku, dan Republik perbuatan itu mendatangkan kerugian Indonesia kepada orang lain/Penggugat (Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Halaman 527) ; Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan tentang pokok permasalahan dalam perkara ini, Majelis Hakim akan menjelaskan tentang makna atau arti dari keadilan sebagai berikut ; Menimbang, bahwa merujuk kepada Agama Islam yang Majelis Hakim yakini dan Al Quran sebagai Kitab Suci Agama Islam Majelis Hakim yang telah mengatur atau menjelaskan tentang maksud “Keadilan” yaitu sebagaimana dalam Surat An-Nissa Ayat 58 yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat .…” dan Ayat 105 yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu “sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kami mengadil antara manusian dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” serta Ayat 135 yang diterjemahkan dalam Mahkamahbahasa Agung indonesia yaitu “Wahai Republik orang-orang yang beriman jadilah Indonesia kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi Saksi Karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu, jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran, dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi Saksi, Maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”, juga Surat Almaidah Ayat 8 yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi Saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencian terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”, dan Surat An Nahl Ayat 8 yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi Mahkamahpengajaran Agung kepadamu agar kamu dapatRepublik mengambil pelajaran” Indonesia Menimbang, bahwa dari kutipan ayat-ayat suci Al Qur’an tersebut diatas jelas sekali tentang akan pentingnya keadilan, karena Allah SWT menekankan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 115

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah116 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id pentingnya untuk berlaku adil, karena mendekatkan kita pada ketaqwaan. Keadilan adalah perintah Allah SWT, sebagaimana dalam irah-irah putusan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan pendapat Majelis Hakim senada dengan pendapat AHMAD JAYADI.,SH.,MH dalam buku karangannya yaitu MahkamahPenerbit Agung Genta, Yogyakarta 2015Republik judul “Memahami Tujuan Penegakk Indonesiaan Hukum Studi Hukum Dengan Pendekatan Hikmah” pada halaman 103 baris ke 8 sampai dengan 14 pada pokoknya menjelaskan “Dalam dunia peradilan di Indonesia kita sebenarnya sangat bisa berharap banyak dengan keterlibatan nilai-nilai agama (Islam) dengan dianutnya salah satu asas yang harus selalu dijunjung tinggi adalah asas “Demi Keadilan berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa”. Sayangnya hingga sekarang, asas itu tidak dipahami baik secara konsepsional apalagi secara implementatif”, kemudian tentang adil tersebut juga senada dengan makna adil sebagaimana dalam Pedoman Perilaku dan Kode etik Hakim dalam butir yang pertama yaitu tentang berperilaku adil, yang menjelaskan Adil bermakna “menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang menjadi haknya“ ; Menimbang, bahwa menurut Undang-Undang Kehakiman Nomor 48 Tahun 2009 yaitu dalam Pasal 1 Ayat (1) menjelaskan “Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara MahkamahHukum Agung Republik Indonesia” danRepublik Pasal 4 Ayat (1) menjelaskan Indonesia “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membedakan orang ” serta Pasal 5 Ayat (1) menjelaskan “Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat” Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan tentang pokok permasalahan dalam perkara ini, Majelis Hakim juga akan menjelaskan tentang sejarah Padang Lawas dan Tapanuli Selatan sebagaimana pendapat Pakar Hukum adat yang telah meneliti dan menulis tentang Hukum adat di Indonesia sebagai berikut ; Menimbang, bahwa R.M. Subanindyo Hadililuwih.,SH dalam buku karangannya Asas-asa Hukum Adat Yang dikeluarkan oleh Universitas Islam Sumatera Utara Fakultas Hukum di Medan Tanggal 18 Juli 1985 pada halaman 73 pada intisarinya menjelaskan “dahulu hasil penelitian Van Vollenhoven mengemukakan terhadap lingkungan hukum adat di Indonesia dibagi menjadi 19 lingkungan hukum adat dan dalam 19 lingkungan hukum adat tersebut pada Mahkamahnomor 3 Agung termasuk Tapanuli Selatan Republik yaitu dijelaskan pada huruf aIndonesia disebutkan Padang Lawas (Tanah Sepanjang)” lalu dalam buku karangan Prof. Dr.Soerjono Soekanto.,SH.,MA, Soleman B. Taneko.,SH Edisi kedua Penerbit Rajawali-Jakarta

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 116

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah117 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1983 pada halaman 112 pada intisarinya menjelaskan “Di Tapanuli terdapat tata susunan rakyat sebagai berikut : Bagian-bagian clan (marga) masing-masing mempunyai daerah sendiri, akan tetapi didalam daerah tertentu dari suatu marga, didalam huta-huta yang didirikan oleh marga itu, ada juga terdapat satu atau Mahkamahbeberapa Agung marga lain yang masukRepublik menjadi anggota badan persekutuanIndonesia huta di daerah itu. Marga yang semula mendiami daerah itu, yang didirikan huta-huta didaerah tersebut, disebut marga asal, marga raja atau marga tanah, yaitu marga yang menguasai tanah-tanah di dalam daerah itu, sedangkan marga-marga yang kemudian masuk daerah itu disebut marga rakyat”, dan masih dalam buku karangan Prof. Dr.Soerjono Soekanto.,SH.,MA, Soleman B. Taneko.,SH pada halaman 159 dan 160 pada intisarinya menjelaskan “Penguasa dan Pemerintahan Masyarakat Hukum Adat menjelaskan masyarakat hukum adat dibagi 3 bagian yaitu a.Masyarakat Hukum Adat yang tunggal, b. Masyarakat Hukum Adat yang bertingkat, c. Masyarakat Hukum Adat yang merangkai dan menjelaskan lagi pada masyarakat di Tapanuli masyarakat hukum adat atasan disebut kurria dan Luhat, juga menjelaskan Masyarakat hukum adat di Tapanuli adalah masyarakat hukum adat yang mempunyai bentuk bertingkat. Masyarakat hukum adat atasa disebut Kuria di Tapanuli Selatan dan Luhat di PadangLawas, Masyarakat hukum adat atasan ini terdiri dari beberapa masyarakat hukum adat bawahan yang disebut huta. Kepala kuria dan Kepala huta adalah seorang yang berasal dari marga asal yaitu seorang keturunan pembuka tanah dan pembuka huta. MahkamahKepala Agung kuria disebut Raja PanusunanRepublik. Marga-marga yang lainIndonesia yang ikut bertempat tinggal di dalam huta-huta atau kuria itu mempunyai seorang wakil. Wakil dari marga lain yang lebih dahulu tinggal di dalam huta atau kuria itu merupakan pembantu pertama dari kepala kuria (Raja Panusunan) atau kepala huta disebut Bayo-bayo Nagodang”, lalu masih dalam buku karangan Prof. Dr.Soerjono Soekanto.,SH.,MA, Soleman B. Taneko.,SH pada halaman 166 pada intisarinya menjelaskan “B Sunirat telah menyusun daftar nama-nama masyarakat hukum adat berdasarkan Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN tahun 1981 : 56 dan seterusnya dibuat dalam kolom tabel pada angka 2 menjelaskan Sumatera Utara a Sumatera Timur, b. Tapanuli nama Kesatuan masyarakat menurut bahasa setempat disebut Marga, Kuria, Kampung (lorong/wek), Huta, Nagari” dan dalam buku karangan Soejono Soekanto Penerbut PT. Raja Grafindo Persada Jakarta cetakkan II tahun 1983 terakhir cetakkan ke-14 April 2015 pada halaman 97 pada intisarinya menjelaskan “di Tapanuli terdapat tata susunan rakyat sebagai berikut : Bagian-bagian Clan (marga) masing-masing mempunyai daerahnya sendiri, akan tetapi didalam daerah tertentu dari suatu Mahkamahmarga itu,Agung ada juga terdapat satu atauRepublik beberapa marga lain yang masuk Indonesia menjadi anggota badan persekutuan huta di daerah itu” lalu masih dalam buku karangan Soejono Soekanto Penerbut PT. Raja Grafindo Persada Jakarta pada halaman

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 117

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah118 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 142 pada intisarinya menjelaskan “masyarakat hukum adat di Tapanuli adalah masyarakat hukum adat yang mempunyai bentuk bertingkat. Masyarakat hukum adat atasan disebut kuria di Tapanuli Selatan dan Luhat di Padanglawas, kuria dan kepala huta adalah seorang yang berasal dari marga Mahkamahasal Agung yaitu seorang keturunan Republik pembuka tanah dan pembuka huta.Indonesia Kepala Kuria disebut Raja Panusunan”, lalu masih dalam buku karangan Soejono Soekanto Penerbut PT. Raja Grafindo Persada Jakarta pada halaman 176 pada intisarinya menjelaskan “Lingkungan tanah bersama yaitu suatu lingkungan tanah yang dikuasai dan dimiliki oleh beberapa masyarakat hukum adat yang setingkat dengan alternatif yaitu beberapa masyarakat hukum adat atasan misalnya Luhat di Padanglawas” ; Menimbang, bahwa dari penjelasan diatas Majelis Hakim memahami di daerah Padanglawas secara Nasional Negara Republik Indonesia diakui tentang Masyarakat Hukum adat atau masyarakat adat, karena sudah dilakukan penelitian secara khusus oleh pakar Hukum Adat dari Belanda yaitu Mr. Van Vollenhoven, walaupun sudah meninggal segala penelitian dan ilmunya serta pendapatnya tentang Hukum Adat Indonesia masih dipakai dan diakui sampai dengan saat ini secara nasional, karena masih dikenal dan diberi gelar sebagai Pakar Hukum Adat di Indonesia, dari hal tersebut Majelis Hakim memahami juga yaitu yang nama daerah Padanglawas adalah ada dan dalam gelar masyarakat adatnya masih diketahui dan diakui secara Nasional yaitu Masyarakat hukum adat atasan Mahkamahdisebut Agung kuria di Tapanuli Selatan Republik dan Luhat di Padanglawas, kuriaIndonesia dan kepala huta adalah seorang yang berasal dari marga asal yaitu seorang keturunan pembuka tanah dan pembuka huta. Kepala Kuria disebut Raja Panusunan” dan terhadap hal tersebut diatas B Sunirat telah menyusun daftar nama-nama masyarakat hukum adat berdasarkan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) tahun 1981 : 56 dan seterusnya dibuat dalam kolom tabel pada angka 2 menjelaskan Sumut a Sumatera Timur, b. Tapanuli nama Kesatuan masyarakat menurut bahasa setempat disebut Marga, Kuria, Kampung (lorong/wek), Huta, Nagari dan sampai dengan saat ini secara nasional atau secara wilayah daerah khusunya Tapanuli Selatan atau Padang Lawas tidak ada suatu surat Keputusan atau Penetapan baik dari Pemerintahan Tapanuli Selatan yang dahulu Padang Lawas masuk dalam wilayah pemerintahan Tapanuli Selatan dan setelah pemekaran menjadi Kabupaten Padang Lawas (Palas) dan Padang Lawas Utara (Paluta) atau Kabupaten Tapanuli Selatan atau dari Pemerintahan Pusat yang menyatakan tentang Masyarakat hukum adat atau masyarakat adat atasan disebut kuria di Tapanuli Selatan dan Luhat di Padanglawas, kuria dan kepala huta adalah seorang Mahkamahyang berasal Agung dari marga asal yaituRepublik seorang keturunan pembuka Indonesia tanah dan pembuka huta. Kepala Kuria disebut Raja Panusunan telah dihapus atau tidak berlaku lagi dan dari fakta hukum dipersidangan sebagaimana keterangan Saksi

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 118

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah119 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id dari Tergugat III yang bernama PANGALOAN HARAHAP pada intisarinya menjelaskan “Dari dulu sudah banyak kehidupan masyarakat Adat di Kecamatan Barumun Tengah dan Kehidupan Masyarakat Adat masih berlangsung dan masih ada sampai sekarang dan masih diakui oleh pemerintahan daerah setahu Saksi Mahkamahsebelum Agung tahun 1981 sampai Republik dengan sekarang, karena setiap adaIndonesia pesta di Desa Saksi dan di Padang Lawas Raja Panusunan Bulung harus ada”, maka Majelis Hakim memahami bahwa dari dahulu sampai dengan saat itu tentang Masyarakat hukum adat atau masyarakat adat atasan disebut kuria di Tapanuli Selatan dan Luhat di Padanglawas masih tetap ada atau diakui secara Nasional Negara Republik Indonesia ; Menimbang, bahwa selain dari pada hal penjelasan diatas Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah masyarakat adat atau hak tradisional yang turun menurun ada di lokasi tanah objek perkara dan sesuai dengan penjelasan pakar hukum diatas tentang Hukum Adat, dengan menghubungkan dengan bukti surat Penggugat dan Terguga II berupa Putusan No. 481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst (Vide bukti 9 jo bukti T-5) pada halaman 245 yaitu Saksi H. Raja Manipo Hasibuan menjelaskan pada intisarinya “Saksi sebagai Raja Adat Panusunan Bulung Luhat Simangambat posisinya di Sumatera Utara tempatnya di Tapanuli Selatan di arah Sumatera Utara yang disebut Luhat Simangambat terjadi ± 130 tahun dari tahun 1874, Saksi sebagai generasi yang ketujuh Raja Adat Panusunan Bulung di Luhat Simangambat”, dan pada halaman 262 Saksi Ali Imran Gelar Sutan Raja MahkamahAsli Agung Hasibuan dalam intisarinya Republik menjelaskan “ Saksi di dalam Indonesia adat adalah mewakli Raja Panusunan Bulung sebagai Pengetua Adat luhat Ujung Batu termasuk tanah adat Saksi” ; Menimbang, bahwa dari pertimbangan diatas Majelis Hakim memperoleh fakta hukum yaitu : Saksi H. Raja Manipo Hasibuan menjelaskan pada intisarinya “Saksi sebagai Raja Adat Panusunan Bulung Luhat Simangambat” dan Saksi Ali Imran Gelar Sutan Raja Asli Hasibuan dalam intisarinya menjelaskan “Saksi di dalam adat adalah mewakli Raja Panusunan Bulung sebagai Pengetua Adat luhat Ujung Batu” dan Saksi dari Tergugat III bernama PANGALOAN HARAHAP yang pada intisarinya menjelaskan “Dari dulu sudah banyak kehidupan masyarakat Adat di Kecamatan Barumun Tengah dan Kehidupan Masyarakat Adat masih berlangsung dan masih ada sampai sekarang dan masih diakui oleh pemerintahan daerah setahu Saksi sebelum tahun 1981 sampai dengan sekarang, karena setiap ada pesta di Desa Saksi dan di Padang Lawas Raja Panusunan Bulung harus ada”, adalah hal yang bersesuaian dengan pendapat pakar hukum adat yang telah Majelis Hakim jelaskan Mahkamahdimuka/diatas Agung yaitu khususnya tentang Republik isitilan Raja Adat Panusunan Indonesia Bulung Luhat, dan secara Nasional Negara Republik Indonesia yaitu Masyarakat hukum adat atasan disebut kuria di Tapanuli Selatan dan Luhat di Padanglawas, kuria dan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 119

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah120 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id kepala huta adalah seorang yang berasal dari marga asal yaitu seorang keturunan pembuka tanah dan pembuka huta. Kepala Kuria disebut Raja Panusunan” dan terhadap tersebut B Sunirat telah menyusun daftar nama-nama masyarakat hukum adat berdasarkan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) tahun 1981 : 56 dan Mahkamahseterusnya Agung dibuat dalam kolomRepublik tabel pada angka 2 menurut Indonesia bahasa setempat disebut Marga, Kuria, Kampung (lorong/wek), Huta, Nagari masihlan diakui dan Tergugat III secara tidak langsung ikut membuktikan dan tidak ada dibantah oleh Tergugat I dan II yaitu tentang bahwa Hukum adat/Masyarakat Adat di Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara masih berlaku lagi sampai saat ini, begitu juga dalam pembuktian dalam perkara Putusan No. 481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst (Vide bukti 9 jo bukti T-5), sehingga dari hal tersebut Majelis Hakim memahami dengan berpendapat Hukum Adat atau masyarakat adat di Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara masihlah ada dan masih diakui secara Nasional dalam Negara Republik Indonesia atau dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia ; Menimbang, bahwa dari fakta hukum tersebut Majelis Hakim memahami dengan berpendapat hak tradisional yang turun menurun dalam sistim hukum atau dalam hukum adat atau masyarakat adat secara hukum Nasional Negara Republik Indonesia masih diakui, maka oleh karena itu wajib dilindungi sesuai dengan dasar atau landaasan hukum di Negara Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indionesia tahun 1945 ; Mahkamah AgungMenimbang, bahwa selanjutnyaRepublik Majelis Hakim memahami Indonesia timbulnya gugatan Penggugat dikarenakan adanya Putusan Nomor :481/Pid.B/2006/ PN.JKT.PST dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2642 K/Pid/2006, yang munculnya perkara Nomor : 481/Pid.B/2006/ PN.JKT.PST (Vide bukti 9 jo bukti T-5) karena adanya surat dakwaan (Vide bukti bertanda T-3) dan dalam pertimbangan Putusan Nomor : 481/Pid.B/2006/ PN.JKT.PST pada halaman 24 pada intisarinya ada menjelaskan tentang mengelola dan membubidayakan perkebunan kelapa sawit terletak di Desa Aek Raru, Desa Paran Padang, Desa Janji Matogu, Desa Mandasip dan Desa Langkimat tersebut, Penggugat telah mengajukan bukti surat yaitu sebagaiman bukti surat yang diajukan yaitu bukti bertanda P-2, P-3, P-4, P-5,P-6 yang pada intisarinya bukti surat tersebut menjelaskan berupa tentang tidak adanya perkebunan sawit Penggugat sebagaimana Dakwaan yang diajukan oleh Tergugat II dan dipersidangan Saksi dari Penggugat yaitu Kepala Desa Aek Raru Ahmad Yani Hasibuan, Kepala Desa Paranpadang Zulkarnain Simamora, Kepala Desa Langkimat Humala Pontas Harahap, Kepala Desa Mandasip Kaharuddin Rahmat Nauli Nasution dibawah sumpah menerangkan pada intisarinya yaitu menjelaskan Mahkamah“tidak ada Agung perkebunan kelapa sawit Republikmilik Koperasi Parsub/Penggugat diIndonesia Desa yang Para Saksi sebagai Kepala Desanya” dan ketika Majelis Hakim melakukan Pemeriksaan Setempat kaitannya dengan dalil Gugatan Penggugat di lokasi Desa

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 120

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah121 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id sebagaimana dalam Dakwaan Tergugat II dan sebagaimana dakwaan dalam Putusan bukti bertanda bukti P-9 jo bertanda bukti T.II-5 tidak ada menemukan perkebunan kelapa sawit sebagaimana yang dikatakan dalam dalam bukti Penggugat bertanda P-9 jo bertanda bukti Tergugat II bertanda bukti T.II-5 atau Mahkamahsurat Agung Dakwaan Tergugat II, Republikyang ada yaitu perkampungan atauIndonesia tempat tinggal masyarakat, oleh karenanya Majelis Hakim berpendapat sebagaimana fakta hukum dipersidangan yaitu dihubungkan dengan Surat dakwaan dari Tergugat II atau sebagaimana surat dakwaan dalam Putusan Nomor : 481/Pid.B/2006/ PN.JKT.PST tidaklah benar adanya atau secara hukum adalah tidak benar sebagaimana yang dinyatakan dalam Surat dakwaan dari Tergugat II atau sebagaimana surat dakwaan dalam Putusan Nomor : 481/Pid.B/2006/ PN.JKT.PST, karena hal tersebut dikuatkan sebagaimana dengan fakta hukum yang diterangkan Saksi dari Penggugat yaitu Para Kepala Desa sebagaimana dalam Dakwaan Tergugat II atau bagaimana surat dakwaan dalam Putusan Nomor : 481/Pid.B/2006/ PN.JKT.PST yaitu Saksi AHMAD YANI HASIBUAN, Saksi ZULKARNAIN SIMAMORA, Saksi HUMALA PONTAS HARAHAP, Saksi KAHARUDDIN RAHMAT NAULI NASUTION pada intisarinya menjelaskan “Saksi- saksi sebagai Kepala Desa Aek Raru, Kepala Desa Paranpadang, Kepala Desa Langkimat, Kepala Desa Janji Matogu ada mengeluarkan Surat Keterangan kaitannya tentang tidak adanya perkebunan Parsub di Desa Saksi, Saksi dan masyarakat adat yang lainnya tinggal di Desa tersebut + 100 tahun, Saksi tidak Mahkamahmengetahui Agung tentang Koperasi ParsubRepublik dan mendengar tentang KopIndonesiaerasi Parsub pernah dengar, Saksi tidak pernah melihat Koperasi Parsub melakukan usaha perkebunan didesa Saksi, di Desa Saksi tidak ada perkebunan Parsub, tidak ada kawasan hutan di Desa yang Saksi pimpin, ada perusahaan tapi bukan Parsub”. Dan terhadap fakta hukum tersebut pihak Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat tidak ada mengajukan bantahan tentang tidak benarnya fakta hukum sebagaimana keterangan Saksi AHMAD YANI HASIBUAN, Saksi ZULKARNAIN SIMAMORA, Saksi HUMALA PONTAS HARAHAP, Saksi KAHARUDDIN RAHMAT NAULI NASUTION tersebut ; Menimbang, bahwa selain dari pertimbangan diatas, kaitannya dengan dalil gugatan Penggugat, Majelis Hakim memahami dikarenakan Penggugat melakukan kegiatan kaitannya dengan Koperasi Kebun Kelapa Sawit di Hutan Negara atau kawasan hutan produksi Padang Lawas Simangambat dengan sengaja mengerjakan atau menduduki kawasan hutan cadangan, Mejelis Hakim mempertimbangkan dengan menghubungkan fakta hukum dipersidangan dan terhadap fakta hukum tersebut Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut MahkamahTergugat Agung tidak ada mengajukan Republik bantahan baik dengan bantahan Indonesia keterangan Saksi atau dengan bukti surat terhadap fakta hukum, fakta hukum tersebut adalah sebagai berikut :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 121

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah122 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id ❖ Bahwa Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 50 yang dikeluarkan di Batavia tanggal 25 Juni 1924 telah dirobah dan di tambah dengan bahasa Indonesia dan direkayasa’, sebagaimana Putusan Nomor 434/PDT/2011/PT.MDN yang telah Mahkamah Agungberkekuatan hukum Republiktetap adalah terjemahan yang tidakIndonesia sah atau tidak dapat diterima secara hukum, karena dari aslinya berbahasa Belanda telah di robah dan ditambah dengan bahasa Indonesia dan direkayasa ; ❖ Bahwa “Berita Acara mengenai “dari hutan yang akan dijadikan Hutan tetap yang bernama Kawasan Hutan Padang Lawas dengan Register No. 40 di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara, ditunjuk sebagai hutan tetap dengan surat penetapan penunjukkan G.B,25 Juni 1924 No.50, tanggal 6 Juni 1978, yang ditunjuk dengan surat Keputusan dari Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Utara tanggal 18 Desember 1972 No. 704/I/GSU dan S.K. Bupati Kepala Daerah TK. II Tapanuli Selatan No.967/77 tanggal 2 September 1977 untuk menetapkan batas-batas yang tetap dari Kawasan Hutan Padang Lawas tidak ada ditandatangani oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara sebagai pejabat yang mengetahui dan tidak ada tandatangan Gubernur Kepala Daerah Tk I Propinsi Sumatera Utara sebagai Pejabat yang mengetahui dan menyetujui, Mahkamah Agunghal tersebut bertentangan Republik dengan hukum atau dengan UndangIndonesia-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1967 Tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Kehutanan dalam Pasal 7 Ayat (1) dan Pasal 8 Ayat (2) dan (2), serta Pasal 9 Ayat (1) beserta pejelasan Pasal 7 dan 8, serta Pasal 9 ; ❖ Bahwa Saksi-saksi dalam berkas perkara Putusan Nomor : 481/Pid.B/2006/ PN.JKT.PST yang dakwaannya diajukan oleh Tergugat II dan kemudian diberikan kepada Tergugat I dan Tergugat III menerangkan yang intisarinya yaitu : Saksi Ir. Surachmanto Hutomo.,Msc dibawah sumpah menerangkan dalam halam 81 alinea ke 6 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa Saksi tidak mengetahui dengan pasti dan tidak mengetahui dengan jelas dimana lokasi Koperasi Bukit Harapan di TGHK atau di Register 40” dan dalam halaman 87 aliniea ke 8 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa dalam Audit dikatakan proses pemetaan kawasan hutan belum temu gelang sehingga belum dapat ditetapkan sebagai hutan tetap”, Saksi Muhammad Ali Arsyad yang Mahkamah saatAgung itu bertugas di Departemen Republik Kehutanan sebagai KepalaIndonesia Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan hutan, pada halaman 112 aline 1 dibawah sumpah menerangkan “Bahwa tata batas yang Saksi nyatakan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 122

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah123 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id sudah dilaksanakan sebagian adalah tata batas belum temu gelang” dan “..proses menteri menetapkan kawasan hutan berdasarkan Berita Acara Tata Batas yang telah temu gelang belum dilaksanakan”, Saksi Ir. Rachmat Ajie yang saat itu bertugas sebagai Mahkamah AgungInspectur Jenderal WilayahRepublik I dan wilayah kerja meliputi Indonesia seluruh Sumatera Utara, pada halaman 121 alinea ke 7 dibawah sumpah menjelaskan “Bahwa di dalam audit dalam kesimpulan ada kalimat “…belum pernah temu gelang sehingga belum dapat ditetapkan sebagai hutan tetap”, Saksi Prie Supriadi yang saat itu bertugas sebagai Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Utara, pada halaman 141 alinea ke 6 pada pokoknya menjelaskan “….proses pembuatan peta kawasan hutan belum pernah temu gelang, sehingga belum dapat disebutkan sebagai hutan tetap” dan pada halaman 144 alinea ke 4 menjelaskan pada pokoknya “Areal yang dikuasai Koperasi Bukit Harapan bukan Register 40”, Saksi Ir. Deka Mardiko yang saat itu bertugas di Departemen Kehutanan sebagai Kepala Bidang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan pada Halaman 163 alinea ke 8 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa Berita Acara Penataan Batas digunakan untuk Pemetaan Kawasan Hutan, Penataan batas kawasan hutan dilakukan setelah temu gelang” dan pada halaman 164 alinea 1 pada pokoknya menjelaskan “bahwa yang dimaksud dengan temu gelang kawasan hutan adalah Mahkamah Agungbatas-batas yang sudah Republik diyakini sebagai batas-batas kawasanIndonesia hutan” juga alinea 2 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa pemetaan kawasan hutan dilakukan setelah temu gelang”, serta pada halaman 166 alinea ke 1 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa pengukuhan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan penunjukkan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawan hutan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status, letak dan luas kawasan hutan”, Saksi Ir.Bowo Heri Satmoko, saat itu menjabat sebagai Kepala Bidang Areal Penggunaan Hutan sejak bulan Juli 2005 pada halaman 182 pada pokoknya menjelaskan “Penetapan kawasan hutan di kawasan hutan padang lawas belum dilaksanakan”, Saksi Ir.Poernama Gandhi NZ.,MM saat itu menjabat sebagai Ketua dan penanggung jawab Audit dalam halaman 241 alinea ke 8 pada pokoknya menjelaskan “…proses pembuatan peta kawasan hutan, belum pernah temu gelang, sehingga belum dapat ditetapkan sebagai hutan tetap…” pada halaman 244 alinea 3 pada pokoknya menjelaskan “kata-kata temu Mahkamah gelangAgung adalah ketemu kepala Republik dan ekornya” ; Indonesia ❖ Bahwa Government Besluit (GB) No : 50/1924 tidak terdaftar dan tidak ada dimumumkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara Republik

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 123

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah124 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Indonesia atau LNRI dan bertentang dengan Peraturan Umum mengenai perundang-undangan untuk Indonesia disingkat (AB) dalam Pasal 1 menjelaskan “Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Raja atau Gouverneur General atas namanya, berlaku sebagai Undang-undang di Mahkamah AgungIndonesia, setelah diumumkanRepublik dalam bentuk yang Indonesia ditetapkan dalam peraturan tentang kebijaksanaan Pemerintah”; ❖ Bahwa bukti surat Tergugat bertanda T-16.a, T-16.b, T-16.c, T- 16.d, T-16.e yaitu berupa gambar Tata Batas Peta Padang Lawas, setelah Majelis Hakim baca dan telaah dengan cermat didalam bukti surat tersebut adalah tidak ada di tandatangani yang diketahui dan disahkan oleh Gubernur Provinsi Sumatera Utara, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Menteri Pertanian Direktur Jenderal Kehutanan dan hal tersebut adalah bertentangan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.579/Kpts/Um/9/1978 tidak ada ditandatangani oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan/atau Kepala Direktorat Agraria Tingkat I yang bersangkutan, apalagi dalam bagian tanda tangan Panitia tata batas ada tandatangannya pada kolom Jabatan, akan tetapi siapa nama penjabat yang menandatangani tidak ada tertulis atau disebutkan ; ❖ Bahwa keterangan Ahli dari Penggugat yaitu Dr. Maruarar Siahaan.,SH menjelaskan yang intisarinya “setiap aturan untuk dapat di berlakukan harus diumumkan dahulu dan terhadap G.B,25 Juni 1924 No.50 Mahkamah Agungyang tidak diumumkan Republikdalam lembaran Negara dan untuk Indonesia produk hukum di zaman Kolonial, diumumkan dalam Nederlands Hindie Staatsblad sebagai syarat untuk mempunyai kekuatan hukum mengikat sesuai dengan Algemene Bepalingen Van Wetgeving (AB) tidak dianggap berlaku sebagaimana bukti bertanda P-30a, P-30b, P-30c ; ❖ Bahwa Ahli yang dihadirkan Penggugat IR.LILIK AMIN RAHARDJO.,M.si menjelaskan : panduan/ aturan yang di gunakan pada Kementerian Kehutanan dalam menentukan kawasan hutan, aturannya yaitu Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 32/Kpts-II/2001 panduan aturan tersebut dikeluarkan di Jakarta tanggal 12 Pebruari 2001 oleh Menteri Kehutanan yaitu Dr.Ir. Nur Mahmudi Ismail., Msc dalam Pasal 4 menjelaskan Ruang Lingkup pengukuhan kawasan hutan, meliputi “a. Penunjukan Kawasan Hutan, b.Penataan Batas Kawasan Hutan, c.Pemetaan Kawasan Hutan, d. Penetapan Kawasan Hutan” ; Menimbang, bahwa terhadap pertimbangan tentang fakta hukum tersebut Majelis Hakim memahami dengan berpendapat perbuatan Tergugat I, Tergugat II, MahkamahTergugat AgungIII yang tidak dengan telitiRepublik dan cermat sebelum menyatakan Indonesia Penggugat melakukan hal-hal sebagaimana dimaksud Tergugat II dalam Surat Dakwaan dan yang dilakukan Tergugat II dikuti yang tidak dengan teliti dan cermat dilakukan

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 124

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah125 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id oleh Tergugat I dan Tergugat III dalam melakukan sesuatu kaitannya dengan gugatan Penggugat, maka dikarenakan perbuatan Tergugat II, Tergugat I dan Tergugat III tersebut, sehingga menurut Majelis Hakim telah memenuhi unsur perbuatan melawan hukum, sebagaimana yang digunakan dalam menyatakan Mahkamahperbuatan Agung melawan hukum sejakRepublik Tahun 1919 di Negeri Belanda, Indonesia demikian juga di Indonesia (ketika itu disebut Hindia Belanda), pengertian perbuatan melawan hukum diartikan luas, yakni apabila perbuatan itu mencakup salah satu dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut : Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain, Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya dan Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian dan syarat agar sebuah perbuatan dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum berdasarkan aturan hukum adalah harus memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut : 1.adanya perbuatan yang bertentangan dengan hukum, 2. Adanya kerugian, 3.Adanya kesalahan, 4.Terdapat hubungan sebab akibat (hubungan causal) antara perbuatan yang melawan hukum tersebut dengan kerugian yang diderita ; Menimbang, bahwa akibat perbuatan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III yang tidak teliti dan cermat sebelum menyatakan Penggugat sebagaimana yang disimpulkan Tergugat II, Tergugat I dan Tergugat III, yang mana perbuatan yang Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain, Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya dan Perbuatan yang bertentangan Mahkamahdengan Agung kehati-hatian, untuk membuktikanRepublik ada atau tidaknya perbuatan Indonesia melawan hukum, terlebih dahulu harus mengacu kepada Pasal 1365 KUHPerdata yang mengatakan bahwa “Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya memberi kerugian itu mengganti kerugian tersebut” ; Menimbang, bahwa dari fakta hukum tersebut, karena Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III tidak teliti dan cermat dan Perbuatan itu bertentangan dengan hak orang lain, Perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban hukumnya dan Perbuatan itu bertentangan dengan kehati-hatian tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Elise .T. Sulistini dan Rudy. T. Erwin, Petunjuk Praktis Menyelesaikan Perkara-perkara Perdata, Bina Aksara, Jakarta, 1987, Halaman 26 ”adanya tindakan yang melawan hukum, adanya kesalahan pada pihak yang melakukannya, dan ada kerugian yang di derita” dan yang dijelaskan M. Yahya Harahap mantan Hakim Agung RI dalam bukunya Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Halaman 527 yang mengatakan bahwa ada 3 (tiga) hal yang penting Mahkamahdalam menilaiAgung perbuatan melawan Republik hukum seperti yang diamanatkan Indonesia Pasal 1365 KUHPerdata yaitu adanya perbuatan atau kealfaan, perbuatan atau kealfaan terjadi karena kesalahan pelaku, dan perbuatan itu mendatangkan kerugian kepada orang

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 125

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah126 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id lain/Penggugat dan berdasarkan fakta hukum secara rill Penggugat benar mengalami kerugian dikarenakan tidak dapat melaksanakan atau menjalankan Usaha Penggugat dalam bidang Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit ; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dipersidangan tersebut, jika MahkamahTergugat Agung II dan Tergugat I, Republik serta Tergugat III sebelumnya benar Indonesia-benar teliti dan cermat, sehingga Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain, Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya dan Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian tidak akan terjadi, pada saat menilai tentang kegiatan Penggugat dengan Koperasi perkebunan kelapa sawit atau sebagaimana yang terurai dalam bukti bertanda P-9 jo Bukti Tergugat II bertanda T.II-5 berupa Putusan Nomor 481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst, yang fakta hukumnya yaitu Saksi-Saksi H. Raja Manipo Hasibuan, Ali Imran Gelar Sutan Raja Asli Hasibuan, Sangkot Hasibuan.,SH, Gandhi Hasibuan, Ompu Solegan Harahap, Bonyak Hasibuan, Tongku Khaik Hasibuan pada intisarinya menjelaskan “ada menyerahkan tanah adat atau tanah masyarakat adat dengan cara pago-pago kepada Koperasi Parsub atau Koperasi Bukit Harapan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit” dan dihubungkan dengan sebagaimana terakhir pendirian Koperasi Parsadaan Simangambat Ujung Batu (PARSUB) yang berdiri tersebut terakhir berdasarkan Akte Nomor 16 tentang Penegasan Keputusan Para Anggota atas Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Parsadaan Simanggambat Ujung Batu (PARSUB) tanggal 07 September 2013 yang dihadiri 148 (seratus empat puluh delapan) orang MahkamahKetua AgungKelompok yang bertindak Republikuntuk diri sendiridan juga sebagai kuasa/perwakilanIndonesia anggota dari 3540 (tiga ribu lima ratus empat puluh) orang anggota Koperasi Parsadaan Simanggambat Ujung Batu (PARSUB), yang dalam Akta tersebut ketika musyawarah dihadiri anggota Koperasi Parsadaan Simanggambat Ujung Batu (PARSUB) (Vide Bukti Penggugat bertanda P-1), juga terhadap pendirian Koperasi Parsadaan Simanggat Ujung Batu (PARSUB) sudah terdaftar pada Kantor Wilayah Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dengan Nomor : 311/BH/KWK.2/X/1998 sebagaimana yang dijelaskan dalam Akte Nomor 16 tanggal 07 September 2013 tentang Penegasan Keputusan Para Anggota atas Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Parsadaan Simanggambat Ujung Batu (PARSUB) dan Akta-akta sebelumnya, maka apa yang dialami oleh Penggugat seharusnya tidak akan dialami oleh Penggugat, apalagi berdasarkan fakta hukum dipersidangan apa yang dilakukan oleh Penggugat adalah diatas tanah masyarakat hukum adat berdasarkan hak tradisionil yang diakui Konstitusi dalam Pasal 18 B Ayat (2) UUD Tahun 1945, kalaupun ada dalil bantahan terhadap dalil Penggugat tersebut, pihak Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III tidak Mahkamahada mengajukan Agung dalil bantahan Republiktentang proses yang telah dilakukan Indonesia oleh Tergugat I, Tergugat II, Terguat III dalam menyatakan hutan Padang Lawas bukanlah hutan/tanah masyarakat hukum adat berdasarkan hak tradisionil sesuai

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 126

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah127 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id dengan aturan dalam melaksanakan proses penentuan kawasan hutan sesuai dengan prosedur yang diatur oleh Undang-undang atau aturan bahkan Saksi dari Tergugat II sebagaimana dalam Putusan Nomor : 481/Pid.B/2006/PN.Jkt.Pst tanggal 28 uni 2006 (Vide bukti P-9 Jo T.II-5) belum dapat di katakan Kawasan MahkamahHutan/Kawasan Agung Hutan Negara Republik yaitu Saksi Ir. Surachmanto Hutomo.,Msc Indonesia dibawah sumpah menerangkan dalam halam 81 alinea ke 6 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa Saksi tidak mengetahui dengan pasti dan tidak mengetahui dengan jelas dimana lokasi Koperasi Bukit Harapan di TGHK atau di Register 40” dan dalam halaman 87 aliniea ke 8 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa dalam Audit dikatakan proses pemetaan kawasan hutan belum temu gelang sehingga belum dapat ditetapkan sebagai hutan tetap”, Saksi Muhammad Ali Arsyad yang saat itu bertugas di Departemen Kehutanan sebagai Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan hutan, pada halaman 112 aline 1 dibawah sumpah menerangkan “Bahwa tata batas yang Saksi nyatakan sudah dilaksanakan sebagian adalah tata batas belum temu gelang” dan “..proses menteri menetapkan kawasan hutan berdasarkan Berita Acara Tata Batas yang telah temu gelang belum dilaksanakan”, Saksi Ir. Rachmat Ajie yang saat itu bertugas sebagai Inspectur Jenderal Wilayah I dan wilayah kerja meliputi seluruh Sumatera Utara, pada halaman 121 alinea ke 7 dibawah sumpah menjelaskan “Bahwa di dalam audit dalam kesimpulan ada kalimat “…belum pernah temu gelang sehingga belum dapat ditetapkan sebagai hutan Mahkamahtetap ”,Agung Saksi Prie Supriadi Republikyang saat itu bertugas sebagai Indonesia Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Utara, pada halaman 141 alinea ke 6 pada pokoknya menjelaskan “….proses pembuatan peta kawasan hutan belum pernah temu gelang, sehingga belum dapat disebutkan sebagai hutan tetap” dan pada halaman 144 alinea ke 4 menjelaskan pada pokoknya “Areal yang dikuasai Koperasi Bukit Harapan bukan Register 40”, Saksi Ir. Deka Mardiko yang saat itu bertugas di Departemen Kehutanan sebagai Kepala Bidang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan pada Halaman 163 alinea ke 8 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa Berita Acara Penataan Batas digunakan untuk Pemetaan Kawasan Hutan, Penataan batas kawasan hutan dilakukan setelah temu gelang” dan pada halaman 164 alinea 1 pada pokoknya menjelaskan “bahwa yang dimaksud dengan temu gelang kawasan hutan adalah batas-batas yang sudah diyakini sebagai batas-batas kawasan hutan” juga alinea 2 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa pemetaan kawasan hutan dilakukan setelah temu gelang”, serta pada halaman 166 alinea ke 1 pada pokoknya menjelaskan “Bahwa pengukuhan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan Mahkamahpenunjukkan, Agung penataan batas, pemetaanRepublik dan penetapan kawan hutanIndonesia dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status, letak dan luas kawasan hutan”, Saksi Ir.Bowo Heri Satmoko, saat itu menjabat sebagai Kepala

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 127

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah128 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Bidang Areal Penggunaan Hutan sejak bulan Juli 2005 pada halaman 182 pada pokoknya menjelaskan “Penetapan kawasan hutan di kawasan hutan padang lawas belum dilaksanakan”, Saksi Ir.Poernama Gandhi NZ.,MM saat itu menjabat sebagai Ketua dan penanggung jawab Audit dalam halaman 241 alinea Mahkamahke Agung 8 pada pokoknya menjelaskan Republik “…proses pembuatan peta Indonesia kawasan hutan, belum pernah temu gelang, sehingga belum dapat ditetapkan sebagai hutan tetap…” pada halaman 244 alinea 3 pada pokoknya menjelaskan “kata-kata temu gelang adalah ketemu kepala dan ekornya”, yang Majelis pahami bahwa secara tegas dipersidangan pada intisarinya menjelaskan Padang Lawas/hutan Padang Lawas belumlah dapat saat itu menyatakan sebagai kawasan hutan karena belum memenuhi syarat salah satunya belum pernah temu gelang, padahal syarat tersebut adalah syarat mutlah yang harus dipenuhi dalam penentuan suatu wilayah untuk dinyatakan sebagai kawasan hutan/kawasan hutan Negara ; Menimbang, bahwa jika Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III memahami dan mengikuti aturan dalam panduan/ aturan yang digunakan pada Kementerian Kehutanan dalam menentukan kawasan hutan, yaitu Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 32/Kpts-II/2001 panduan aturan tersebut dikeluarkan di Jakarta tanggal 12 Pebruari 2001 oleh Menteri Kehutanan yaitu Dr.Ir. Nur Mahmudi Ismail., Msc dalam Pasal 4 menjelaskan Ruang Lingkup pengukuhan kawasan hutan, meliputi “a. Penunjukan Kawasan Hutan, b.Penataan Batas Kawasan Hutan, c.Pemetaan Kawasan Hutan, d. Penetapan Kawasan Hutan” dan Mahkamahaturan Agung dalam Surat Keputusan Republik Menteri Pertanian Nomor : 579/Kpts/Um/9/1978 Indonesia tentang Pembentukkan dan Tata Kerja Panitia Tata Batas hutan serta Pasal 15 Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, sebelum menilai dengan kesimpulan tentang perbuatan Penggugat sebagaimana yang telah dilakukan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, karena jika Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III benar menelaah dengan teliti dan cermat terhadap aturan dan undang-undang tersebut, sebab aturan tersebut dikeluarkan sebelum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III berkesimpulan terhadap tentang perbuatan Penggugat pada tahun 2006 atau setelah tahun 2001 Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 32/Kpts-II/2001 panduan aturan tersebut telah dikeluarkan di Jakarta tanggal 12 Pebruari 2001 oleh Menteri Kehutanan yaitu Dr.Ir. Nur Mahmudi Ismail., Msc dan wajib digunakan, dalam menilai tentang telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum pada kawasan hutan/kawasan hutan Negara, maka hal-hal yang telah dialami atau dirasakan Penggugat tidak akan terjadi terhadap Penggugat dalam menjankan usaha Koperasi kebun sawit ; Menimbang, bahwa terhadap Turut Tergugat, walaupun Turut Tergugat Mahkamahmengajukan Agung jawaban dan mengaju kanRepublik dalil eksepsi dan dijadikan Indonesia pihak dalam gugatan Penggugat, namun berdasarkan fakta hukum dipersidangan, Majelis Hakim pahami yaitu Turut Tergugat ikut sebagai pihak adalah guna untuk memenuhi

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 128

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah129 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id formalitas dalam gugatan sebagai instansi yang telah mengeluarkan sertikat hak milik sebagaana bukti surat Penggugat dan dari fakta hukum dipersidangan dan secara hukum telah melaksanakan tugasnya yang mengeluarkan/menerbitkan sertifikat Hak Milik dan puluhan Hak Guna dalam perkara a quo, juga hal tersebut Mahkamahbersesuaian Agung dengan dalil gugatan Republik Penggugat yang menuntut agarIndonesia Turut Tergugat tunduk dan mentaati putusan dan tidak ada menuntut untuk menyatakan Turut Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum, oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat Turut Tergugat tidaklah ada melakukan perbuatan melawan Hukum ; Menimbang, bahwa oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat berdasarkan pertimbangan hukum diatas, Penggugat dinyatakan telah dapat membuktikan dalil- dalil gugatan dalam posita, karena telah memenuhi batas minimal pembuktian dari alat bukti yang sah baik bukti surat dan bukti Saksi, oleh karenanya Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat telah berhasil membuktikan dalil gugatan positanya, maka selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan Petitum-Petitum Penggugat, sebagai berikut ; Menimbang, bahwa terhadap Petitum Penggugat pada bagian 1, yang menuntut agar Pengadilan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya, Majelis Hakim berpendapat oleh karena petitum tersebut bergantung pada petitum Penggugat yang lainnya, maka terhadap petitum tersebut dapat dikabulkan atau tidak, setelah terlebih dahulu Majelis mempertimbangkan petitum-petitum MahkamahPenggugat Agung seluruhnya, oleh karenaRepublik itu Majelis Hakim akan mempertimbangkan Indonesia petitum yang lainnya tersebut sebagai berikut ; Menimbang, bahwa terhadap petitum Penggugat pada bagian/angka/ nomor 2 menuntut Pengadilan menyatakan menyatakan Perbuatan Para Tergugat merupakan perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad), petitum pada bagian/angka/nomor 5 menuntut Pengadilan menyatakan Gouvernement Besluit (G.B) No.50 tanggal 25 Juni 1924 yang tidak pernah ada aslinya dan tidak terdaftar dalam staatsblad Hindia Belanda tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk penetapan kawasan hutan di Padang Lawas karena tidak ada informasi koordinat geographis dan data spasial (peta lokasi), petitum pada bagian/angka/nomor 6 menuntut Pengadilan menyatakan Penggugat mengelola Perkebunan Kelapa Sawit di areal Padang Lawas berdasarkan hak-hak tradisionil yang turun temurun seluruhnya 24.000 ha, yang sebagian lahan tersebut sudah bersertifikat Hak Milik yang diakui oleh Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 jo Pasal 3 UUPA Tahun 1960 adalah sah menurut hukum, pada bagian/angka/nomor 7 menuntut Pengadilan menyatakan kegiatan yang dilakukan Penggugat bukan di lokasi yang disebutkan Mahkamahdalam DakwaanAgung maupun Putusan PidanaRepublik No.2642K/PID/2006 tanggal Indonesia 12 Februari 2007 jo Putusan No.39PK/PID.SUS/2007, Tanggal 16 Juni 2008 yaitu di 5 (lima) desa di Kecamatan Barumun Tengah, pada bagian/angka/nomor 9 menuntut

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 129

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah130 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Pengadilan menyatakan Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas + 24.000 ha beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, adalah hak Penggugat yang sah, pada bagian/angka/nomor 11 menuntut Pengadilan menyatakan sah menurut hukum, Penggugat mengelola dan membudidayakan MahkamahPerkebunan Agung Kelapa Sawit yangRepublik menjadi haknya termasuk untukIndonesia menjual hasil perkebunan dan menerima hasil penjualannya sesuai dengan putusan Peninjauan Kembali Peradilan TUN No.06.PK/TUN/2008, tanggal 05 Mei 2008 Jo Pasal 116 ayat (2) UU Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN jo Pasal 97 ayat (9) huruf a UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN, pada bagian/angka/nomor 12 menuntut Pengadilan menyatakan menghukum Tergugat I, II, III dan turut Tergugat untuk tidak menghalangi Penggugat mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan hak kepemilikan berdasarkan Sertifikat Hak Milik (SHM), dihubungkan dengan pertimbangan diatas/dimuka yang pada pokoknya Penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya, maka menurut pendapat Majelis Hakim terhadap petitum nomor 2, 5, 6, 7, 9, 11,12 adalah patut dan adil menurut hukum untuk dikabulkan ; Menimbang, bahwa terhadap petitum pada bagian/angka/nomor 3 menuntut Pengadilan menyatakan sah dan berharga sita yang diletakan diatas objek sengket, Majelis Hakim mempertimbangkannya sebagai berikut ; Menimbang, bahwa sebagaimana fakta hukum dipersidangan sampai Mahkamahdengan Agung sebelum pembacaan putusanRepublik dalam perkara ini tidak adaIndonesia dikeluarkan Penetapan Penyitaan, oleh karena itu menurut Majelis Hakim tidak ada Penetapan sita yang akan dinyatakan sah dan berharga, maka maka menurut Majelis Hakim terhadap petitum nomor 3 adalah patut dan adil menurut hukum untuk ditolak ; Menimbang, bahwa terhadap petitum pada bagian/angka/nomor 4 menuntut Pengadilan menyatakan sah dan berharga putusan provisi tentang : a. Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. No.S.174/MenLhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan, kepada Penggugat, dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI sampai ada putusan berkekuatan hukum tetap, b.Pernyataan bahwa Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga termasuk dari para Tergugat, terhitung sejak dibacakan Mahkamahputusan Agung Provisi atau setidak-tidaknya Republik dalam waktu 14 hari setelah Indonesia adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 130

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah131 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai lahan perkebunan kelapa sawit dimaksud sehingga tidak diperlukan acara penyerahan dari Tergugat I, serta menjual hasil pengelolaannya serta menerima hasil penjualannya sebagai pihak yang berhak, c. Surat Menteri MahkamahLingkungan Agung Hidup dan Kehutanan Republik RI No. No.S.174/MenLhk-II/2015 Indonesia tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan, kepada Penggugat, dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI sebagai tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (buiten effect), dihubungankan dengan putusan provisi yang sudah dijatuhkan walaupun pertimbangan putusannya tidak dijadikan satu dalam putusan ini, namun putusan provisi tersebut merupakan putusan yang satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perkara ini yang sudah dikabulkan dan tidak lagi perlu Majelis Hakim mengulangi kembali pertimbangannya, maka menurut Majelis Hakim terhadap petitum nomor 4 adalah patut dan adil menurut hukum untuk dikabulkan ; Menimbang, bahwa terhadap petitim pada bagian/angka/nomor 8 menuntut Pengadilan menyatakan bahwa amar putusan Pidana nomor 481/PID.B/2006/ PN.JKT. PST Jo Putusan nomor 2642K/PID/2006 yang bunyinya “merampas barang bukti” berupa Perkebunan Kelapa Sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas ± Mahkamah23.000 Agung ha yang dikuasai oleh Republik KPKS Bukit Harapan dan PT.Torganda Indonesia beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, dan Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas ± 24.000 ha yang dikuasai oleh Koperasi PARSUB dan PT.Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, dirampas untuk Negara, adalah amar putusan yang tidak sah dan batal demi hukum, dihubungkan dengan pertimbangan diatas/dimuka yang pada pokoknya Penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya dan Majelis Hakim terhadap tuntutan Penggugat Majelis Hakim membacanya yaitu tuntutan tentang tidak sahnya amar putusan sebagaimana petitum pada bagian/angka/nomor 8, maka menurut pendapat Majelis Hakim terhadap petitum nomor 8 adalah patut dan adil menurut hukum untuk dikabulkan ; Menimbang, bahwa terhadap petitum pada bagian/angka/nomor 10 menuntut Pengadilan menyatakan Berita Acara Eksekusi yang dilakukan Tergugat II tanggal 26 Agustus 2009 yang diserahkan kepada Tergugat III tidak sah dan tidak berharga karena bertentangan dengan hukum, menurut Majeli Hakim adalah satu kesatuan tuntutan yang diajukan Penggugat kepada Pengadilan terhadap dalil Mahkamahgugatan Penggugat,Agung oleh karenanya Republik Majelis Hakim mempertimbangkannya Indonesia sebagai berikut ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 131

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah132 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Menimbang, bahwa terhadap petitum tersebut telah Majelis Hakim menelaah dengan cermat, menurut pendapat Majelis Hakim adalah terlalu berlebihan untuk dinyatakan secara khusus sebagaimana petitum pada bagian/angka/nomor 10, karena dengan dinyatakan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III telah melakukan Mahkamahperbuatan Agung melawan hukum sebagaimana Republik pertimbangan dalam pokok Indonesia perkara, maka secara hukum atau secara otomatis segala tindakan yang dilakukan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III tidaklah dapat dilindungi secara hukum termasuk tentang Berita Acara Eksekusi yang dilakukan Tergugat II tanggal 26 Agustus 2009 yang diserahkan Tergugat III, karena perbuatan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III bertentangan dengan hukum atau telah melakukan perbuatan melawan hukum, karena tidak sesuai dengan undang-undang atau aturan hukum terhadap metode atau cara penilaian awal atau dasar tentang penentuan kawasan hutan atau penetapan kawasan hutan yang Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III yang telah dilakukan dan tidak dapat membuktikan dalil bantahan yaitu tentang Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III telah melakukan sesuai undang-undang atau aturan dalam menentukan atau menyatakan atau menetapkan dalam perkara ini tentang kawasan hutan atau kawasan hutan negara, sehingga menurut Majelis Hakim terhadap petitum nomor 10 adalah patut dan adil menurut hukum untuk ditolak ; Menimbang, bahwa terhadap petitum pada bagian/angka/nomor 13 menuntut Pengadilan menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar ganti-rugi materiil kepada Penggugat sebesar Rp.840.000.000.000,- Mahkamah(delapan Agung ratus empat puluh miliar Republik rupiah) secara tunai dan ganti Indonesia-rugi immaterill sebesar Rp.1.000.000.000.000,-(satu triliun rupiah) dan petitum pada bagian/angka/nomor 14 menuntut Pengadilan menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar uang paksa (dwangsom) Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) setiap hari, akibat keterlambatan/ lalai melaksanakan atau mematuhi putusan ini, terhitung sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, menurut Majelis karena tidak ada pembuktian secara nyata baik dengan bukti surat dan Saksi berapa kerugian Penggugat yang dapat dijadikan penilaian bagi Majelis Hakim tentang kerugian Penggugat secara riil atau nyata, maka menurut Majelis Hakim terhadap petitum nomor 13 dan 14 adalah patut dan adil menurut hukum untuk ditolak ; Menimbang, bahwa terhadap petitum pada bagian/angka/nomor 15 menuntut Pengadilan menyatakan Putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan lebih dahulu walaupun ada banding maupun kasasi (uitvoerbaar bij voorraad), menurut Majelis Hakim oleh karena tuntutan provisi dari Penggugat sudah dikabulkan, maka menurut Majelis Hakim tidak perlu lagi mengabulkan petitum ini Mahkamahkarena Agung akan terjadi bertabrakan Republik atau berbenturan dalam pelaksanaannya Indonesia sebagaimana tujuan dan maksud gugatan Penggugat, maka menurut Majelis Hakim

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 132

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah133 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id terhadap petitum nomor 15 a quo, adalah patut dan adil menurut hukum untuk ditolak ; Menimbang, bahwa terhadap terhadap petitum pada bagian/angka/nomor 16 menuntut Pengadilan menyatakan turut Tergugat tunduk dan taat terhadap Mahkamahputusan Agung ini, menurut Majelis Republik Hakim karena Turut Tergugat jugaIndonesia sebagai pihak, maka secara otomatis putusan ini harus dilaksanakan oleh Turut Tergugat dan tunduk terhadap putusan ini, oleh karenanya terlalu berlebihan Turut Tergugat dimintakan secara khusus untuk tunduk dan taat terhadap putusan, oleh karenanya adalah patut dan adil menurut hukum untuk ditolak ; Menimbang, bahwa terhadap Petitum Penggugat pada bagian/angka/ nomor 17 yang menuntut agar Pengadilan menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini, Majelis akan mempertimbangkan sebagai berikut ; Menimbang, bahwa terhadap hal tersebut, oleh karena Para Tergugat tidak dapat membuktikan dalil bantahannya, sedangkan Penggugat dapat membuktikan dalil gugatannya dan Para Tergugat sudah dinyatakan melakukan Perbuatan Melawan Hukum, oleh karenanya secara hukum Para Tergugat untuk membayar segala ongkos yang timbul dalam perkara ini, sedangkan Terhadap Turut Tergugat walaupun tidak melakukan perbuatan melawan hukum, namun karena diikutkan sebagai pihak, maka kepada Turut Tergugat juga di bebankan membayar biaya perkara yang jumlahnya sebagaimana yang tercantum dalam amar putusan dibawah Mahkamahini secara Agung tenggang renteng, sehinggaRepublik menurut pendapat Majelis Indonesia Hakim terhadap Petitum bagian 17 tersebut adalah patut dan adil menurut hukum untuk dapat dikabulkan ; Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap dalil Eksepsi Para Tergugat ekspesi selain tentang eksepsi kewenangan relatif dan absolut, Majelis Hakim berpendapat dikarenakan terhadap posita tentang pokok perkara terhadap dalil gugatan Penggugat, Penggugat dapat membuktikan bahwa dalil gugatan Penggugat terhadap objek sengketa atau Perkara yang digugat Penggugat adalah sudah benar dan dalam penguasaan tanah objek perkara oleh Para Tergugat telah dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum, sebagaimana pertimbangan diatas, sehingga menurut pendapat Majelis Hakim terhadap dalil eksepsi tersebut adalah patut dan adil harus ditolak ; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum di atas, maka terhadap dalil eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat adalah patut dan adil menurut hukum untuk ditolak seluruhnya ; Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil dari Penggugat, baik itu dalam Mahkamahgugatan positaAgung dan petitum, replik, kesimpulanRepublik maupun bukti surat dan IndonesiaSaksi-Saksi, begitu juga dalil dari Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat baik jawaban, duplik, kesimpulan maupun bukti surat, bukti Saksi yang tidak

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 133

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah134 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id dipertimbangkan satu persatu, menurut pendapat Majelis Hakim menilai dalil-dalil tersebut tidak berkaitan erat dengan pokok permasalahan dalam perkara ini, maka Mejelis Hakim mengesampingkan terhadap dalil-dalil atau alasan tersebut, sehingga tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut, sedangkan terhadap Mahkamahdalil Agung-dalil yang berkaitan erat Republik dengan perkara ini, namun tidakIndonesia diuraikan atau dipertimbangkan secara satu persatu dianggap sudah dipertimbangkan dan merupakan satu-kesatuan dengan pertimbangan yang telah dipertimbangkan Majelis Hakim dalam perkara ini ; Menimbang, bahwa terhadap pertimbangan-pertimbangan hukum diatas, menurut pendapat Majelis Hakim telah memenuhi rasa keadilan sebagaimana irah-irah putusan yang menjadi dasar pertanggungan jawab pendapat Majelis Hakim dalam melihat rasa keadilan yaitu “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” dan tentang Keadilan tersebut juga sebagaimana telah Majelis Hakim pertimbangan diatas atau di muka tentang maksud Keadilan baik menurut kitab suci Al Qur’an agama Islam yang Majelis Hakim yakini dalam Surat An-Nissa Ayat 58, Surat An-Nissa Ayat 105, Surat An-Nissa Ayat 135, Surat Almaidah Ayat 8, Surat An Nahl Ayat 8, yang Majelis Hakim pahami yang paling utama didalam ayat-ayat suci Al Qur’an tersebut diatas jelas sekali tentang akan pentingnya Keadilan, karena Allah SWT Mahkamahmenekankan Agung pentingnya untuk Republik berlaku Adil, karena Indonesia mendekatkan kita pada ketaqwaan dan Keadilan adalah perintah Allah SWT, dan makna Adil sebagaimana dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dalam butir pertama yaitu tentang berperilaku adil yang menjelaskan Adil bermakna “menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang menjadi haknya“, serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dalam Pasal 1 Ayat (1) menjelaskan “Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia” dan Pasal 5 Ayat (1) menjelaskan “Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”, sehingga dari pertimbangan-pertimbangan hukum diatas, Majelis Hakim pahami yang paling utama dalam memutus suatu perkara adalah menegakkan Keadilan, oleh karenanya menurut pendapat Majelis Hakim MahkamahPutusan Agung a quo telah memenuhi Republik maksud keadilan sebagaimana Indonesia isi kandungan Kitab Suci Al Qur’an dan irah-irah putusan, serta nilai-nilai

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 134

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah135 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; Mengingat pasal-pasal dari undang-undang yang bersangkutan dengan perkara ini ; Mahkamah Agung RepublikM E N G A D I L I : Indonesia DALAM EKSEPSI : - Menolak Eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat untuk seluruhnya ; DALAM PROVISI 1. Mengabulkan permohonan Provisi Penggugat/Pemohon Provisi tersebut ; 2. Menyatakan dan menetapkan bahwa sebelum perkara ini memperoleh putusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, surat yang dikeluarkan Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan RI No. S.174/MenLhk-II/2015 tanggal 21 April 2015 Perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Tapanuli Selatan kepada Penggugat dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI yang berkaitan dengan pengelolaan dan pembudidayaan perkebunan kelapa sawit yang dikelola Penggugat berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan hak pemilikan berdasarkan Sertifikat Hak Milik (SHM) berada dalam status quo ; Mahkamah3. Menyatakan Agung dan menetapkan Republik Penggugat berhak untuk meneru skanIndonesia pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga termasuk dari Para Tergugat, terhitung sejak dibacakan Putusan Provisi atau setidak-tidaknya dalam waktu 14 hari setelah adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai lahan perkebunan kelapa sawit dimaksud sehingga tidak diperlukan acara penyerahan dari Tergugat I, serta menjual hasil pengelolaannya serta menerima hasil penjualannya sebagai pihak yang berhak ; 4. Menghukum Tergugat I, II, III dan Turut Tergugat untuk tidak menghalangi Penggugat untuk mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit yang dikelola Penggugat berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan hak Mahkamahkepemilikan Agung berdasarkan SHM ; Republik Indonesia 5. Menangguhkan biaya perkara hingga putusan akhir ; DALAM POKOK PERKARA :

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 135

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah136 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian ; 2. Menyatakan Perbuatan Para Tergugat merupakan perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige Daad) ; 3. Menyatakan sah dan berharga putusan provisi yang telah diputus dalam putusan Mahkamah Agungprovisi yaitu tentang : Republik Indonesia a. Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. No.S.174/MenLhk- II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan, kepada Penggugat, dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI sampai ada putusan berkekuatan hukum tetap ; b. Menyatakan bahwa Penggugat berhak untuk meneruskan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan menjual/menerima hasil dari kebun kelapa sawit dimaksud tanpa ada gangguan dari pihak manapun juga termasuk dari para Tergugat, terhitung sejak dibacakan putusan Provisi atau setidak- tidaknya dalam waktu 14 hari setelah adanya pembacaan putusan Provisi ini bila Tergugat I tidak melaksanakannya secara sukarela, maka Pengadilan berdasarkan Putusan ini telah memberikan hak secara serta merta kepada Penggugat untuk meneruskan kembali mengelola dan menguasai lahan perkebunan kelapa sawit dimaksud sehingga tidak diperlukan acara Mahkamah Agungpenyerahan dari Tergugat Republik I, serta menjual hasil pengelolaannya Indonesia serta menerima hasil penjualannya sebagai pihak yang berhak ; c. Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. No.S.174/MenLhk- II/2015 tanggal 21 April 2015 perihal Penghentian Pelayanan oleh Gubernur Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas Selatan, Bupati Padang Lawas Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan, kepada Penggugat, dan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.S.13/Menlhk-Set.Jen/RHS/2015, tanggal 25 Juni 2015, yang ditujukan kepada Ketua Umum GAPKI sebagai tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (buiten effect) ; 4. Menyatakan Gouvernement Besluit (G.B) No.50 tanggal 25 Juni 1924 yang tidak pernah ada aslinya dan tidak terdaftar dalam staatsblad Hindia Belanda tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk penetapan kawasan hutan di Padang Lawas karena tidak ada informasi koordinat geographis dan data spasial (peta lokasi) ; 5. Menyatakan Penggugat mengelola Perkebunan Kelapa Sawit di areal Padang Lawas berdasarkan hak-hak tradisonil yang turun temurun seluruhnya 24.000 ha, Mahkamahyang Agung sebagian lahan tersebut Republik sudah bersertifikat Hak Milik yang Indonesia diakui oleh Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 jo Pasal 3 UUPA Tahun 1960 adalah sah menurut hukum ;

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 136

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah137 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

6. Menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan Penggugat bukan di lokasi yang disebutkan dalam Dakwaan maupun Putusan Pidana No.2642K/PID/2006 tanggal 12 Februari 2007 jo Putusan No.39PK/PID.SUS/2007, Tanggal 16 Juni Mahkamah Agung2008 yaitu di 5 (lima) desa Republik di Kecamatan Barumun Tengah ; Indonesia 7. Menyatakan bahwa amar putusan Pidana nomor 481/PID.B/2006/PN.JKT. PST Jo Putusan nomor 2642K/PID/2006 yang bunyinya “merampas barang bukti” berupa Perkebunan Kelapa Sawit di kawasan hutan Padang Lawas seluas ± 23.000 ha yang dikuasai oleh KPKS Bukit Harapan dan PT.Torganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, dan Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas ± 24.000 ha yang dikuasai oleh Koperasi PARSUB dan PT.Torus Ganda beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, dirampas untuk Negara, adalah amar putusan yang tidak sah demi hukum ; 8. Menyatakan Perkebunan Kelapa Sawit dikawasan hutan Padang Lawas seluas ± 24.000 ha beserta seluruh bangunan yang ada diatasnya, adalah hak Penggugat yang sah ; 9. Menyatakan sah menurut hukum, Penggugat mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit yang menjadi haknya termasuk untuk menjual hasil perkebunan dan menerima hasil penjualannya sesuai dengan putusan Peninjauan Kembali Peradilan TUN No.06.PK/TUN/2008, tanggal 05 Mei 2008 Jo Mahkamah PasalAgung 116 ayat (2) UU Nomor Republik 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Indonesia Kedua atas UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN jo Pasal 97 ayat (9) huruf a UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN ; 10. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat untuk tidak menghalangi Penggugat mengelola dan membudidayakan Perkebunan Kelapa Sawit berdasarkan hak tradisional masyarakat adat secara turun temurun dan hak kepemilikan berdasarkan Sertifikat Hak Milik (SHM) ; 11. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar segala ongkos yang timbul dalam perkara ini sejumlah Rp.2.491.000,- (dua juta empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah) ;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padangsidimpuan pada hari JUM’AT, tanggal 16 SEPTEMBER 2016, oleh Kami FERRY HARDIANSYAH.,SH.,MH sebagai Hakim Ketua, ARIES KATA GINTING.,SH dan ANDY WILLIAM PERMATA.,SH, masing-masing Mahkamahsebagai AgungHakim Anggota, putusan Republik mana pada hari KAMIS Indonesia, tanggal 22 SEPTEMBER 2016, diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis, dengan didampingi oleh Hakim-Hakim

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 137

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah138 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id Anggota dan dibantu oleh BALLAMAN SIREGAR.,SH, Panitera pada Pengadilan Negeri Padangsidimpuan dan dihadiri oleh Kuasa Hukum Penggugat, Kuasa Tergugat I, Kuasa Tergugat II, Kuasa Tergugat III, tanpa dihadiri oleh Kuasa Turut Tergugat ; Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis ,

dto. dto.

ARIES KATA GINTING.,SH FERRY HARDIANSYAH.,SH.,MH

dto.

ANDY WILLIAM PERMATA.,SH

P a n i t e r a,

dto.

BALLAMAN SIREGAR.,SH Mahkamah Agung Republik Indonesia

Ongkos-ongkos : 1. Biaya PNBP Gugatan : Rp. 30.000,- 2. Biaya Proses/ ATK : Rp. 55.000,- 3. Relas Panggilan : Rp. 1.645.000,- 4. Pemeriksaan setempat : Rp. 750.000,- 5.Redaksi : Rp. 5.000,- 6. Materai : Rp. 6.000,- Jumlah : Rp.2.491.000,- (dua juta empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah) ;

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 138

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah139 Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 139

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia