4. ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Program Humor di Televisi Swasta Nasional Indonesia Pada era awal kemunculan stasiun televisi nasional, tahun 1990-an, muncul stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia. Diawali dengan RCTI (1987), kemudian SCTV (1989), MNCTV (dlu TPI, 1990), ANTV (1993), Indoesiar (1995), dan pada tahun 2000-an ada Metro TV, TV One (dulu Lativi), Trans TV, Trans 7, dan Global TV. Setelah itu, masyarakat Indonesia dihibur dengan program-program komedi antara lain Lenong Bocah yang merupakan komedi Tradisional Betawi. Program ini tayang di TPI sejak tahun 1990, dan menampilkan para komedian cilik seperti Noval Kurnia, Okky Lukman, Herwin, Melissa Grace, Puput, Lia Waode dan lain-lain yang merupakan anggota dari Sanggar Ananda & Teater Kawula Muda. Disutradarai oleh Aditya Gumay, program ini berhasil mencapai 300 episode. Berikutnya adalah Bagito Show yang pertama kali tayang di RCTI tahun 1993. Dengan beranggotakan Miing, Unang, dan Didin, program ini banyak menampilkan kritik-kritik sosial dalam lawakan mereka. Pada tahun 1995, program Ngelaba muncul di TPI. Program ini menampilkan grup Patrio yang beranggotakan Parto, Akri, dan Eko. Pada tanggal 03 September 2007, Ngelaba mendapat penghargaan sebagai Acara Komedi dengan waktu tayang terlama, 12 tahun (1995-2007). Selanjutnya, penonton dihibur dengan program komedi Aneka Ria Srimulat yang tayang di Indosiar pada September 1995 dan merupakan reuni setelah grup Srimulat sempat dibubarkan. Kemudian mucul Spontan dengan format tayangan yang berbeda dengan program-program komedi sebelumnya. Spontan merupakan program komedi yang melibatkan masyarakat awam dalam menciptakan humor. Program ini tayang di SCTV sejak 6 Januari 1996 hingga 22 Agustus 2002. Spontan tayang pukul 20.30 WIB dengan pembawa acaranya adalah Komeng dan Ulfa Dwiyanti. Kemudian ada Ketoprak Humor yang pertama kali tayang pada Oktober 1998 di RCTI. Ketoprak Humor merupakan tayangan

46 Universitas Kristen Petra tradisional kesenian ketoprak yang dibalut dengan bumbu komedi. Pemrakarsa Ketoprak Humor adalah beberapa anggota Srimulat seperti Timbul, Tarsan, Doyok, Nurbuat, dan Eko DJ. Pada era tahun 2000-an hingga kini, program humor yang ada semakin banyak dan beragam. Sebut saja Awas Ada Sule yang tayang di Global TV sejak 2009 hingga pertengahan 2010. Tayang Senin-Jumat pukul 19.00 WIB dengan durasi 60 menit; Abdel dan Temon Bukan Superstar yang tayang di Global TV; dan Tawa Sutra XL di ANTV yang tayang Senin-Jumat jam 18.00 WIB, dan Sabtu jam 21.00 WIB; Bajaj Bajuri, Extravaganza di Trans TV yang ditayangkan setiap Jumat dan Sabtu pukul 19.00 WIB. Acara ini tayang perdana pada 30 Mei 2004 dan berakhir pada 28 November 2009. Namun tayang lagi tanggal 1 Januari 2011 pukul 14.00 WIB; Suami-Suami Takut Istri di Trans TV yang tayang Senin- Jumat pukul 18.00 WIB, dan Kejar Tayang di Trans TV, dan OB di RCTI. Dan program-program yang kini tayang di berbagai stasiun televisi swasta Indonesia antara lain Opera Van Java, Tahan Tawa, Pesbukers, Sketsa, Makin Jail, Comedy Project, dan Stand Up Comedy.

4.1.2. Sketsa Terinspirasi dari Kelsey Grammer: The Sketch Show yang menampilkan sketsa-sketsa komedi singkat namun memancing tawa maksimal, kami ingin mengenalkan format baru komedi di Indonesia. Komedi real yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tidak dibuat-buat dan diangkat dari materi yang fresh. Talent tidak memakai pelawak atau komedian, tetapi aktor dan aktris yang memiliki kekuatan akting dan teatrikal. Sketsa telah tayang sejak 2008 di Trans TV hingga sekarang dengan jadwal penayangan Senin – Jumat pkl. 14.30- 15.45, dan Sketsa Special Weekend setiap Sabtu dan Minggu pkl. 14.00-15.00. http://www1.transtv.co.id/frontend/review/index/47

Gambar 4.1. Sketsa Sumber: www.google.com

47 Universitas Kristen Petra 4.1.3. Opera Van Java (OVJ) Opera Van Java adalah pertunjukan wayang yang diperankan oleh manusia. Dalam Opera Van Java, Parto berperan sebagai seorang dalang yang mempunyai wewenang untuk mengatur alur cerita di setiap adegan. Sedangkan para pemain yang bertindak sebagai wayang, harus menuruti semua perintah yang diucapkan oleh dalang, oleh karena itu, para pemain dituntut untuk melakukan improvisasi adegan dan dialog dengan cepat. Selain itu, keunikan program ini adalah alur ceritanya yang hanya diketahui oleh sang dalang, sehingga reaksi dan aksi spontan para pemain Opera Van Java ini akan mengalir dengan sendirinya. Yang lucu dan menarik dari program ini adalah para wayang dapat protes jika merasa gak sreg dengan perintah/petunjuk dalang. Parto Patrio yang memerankan tokoh dalang memang suka ngasih perintah yang aneh-aneh, misalnya nangis sampai berguling-guling atau marah sambil melotot ke kanan dan kiri yang notabene harus diikuti oleh wayang. Selama pertunjukan wayang manusia ini berlangsung, Parto akan ditemani oleh sinden yang akan memberikan komentar terhadap para pemain serta menyanyikan beberapa buah lagu dengan gaya khas seorang sinden, sedangkan Sule, Andre, Aziz „Gagap‟ dan Nunung akan hadir di setiap episode OVJ sebagai pemain wayang tetap. Tayang sejak 27 November 2008 hingga sekarang, OVJ telah menghasilkan 1050 episode. Opera Van Java tayang di Trans 7 setiap Senin- Jumat pkl. 20.00-22.00. http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/154

Gambar 4.2. Opera Van Java Sumber: www.google.com

48 Universitas Kristen Petra 4.1.4. Studio 1 Studio 1 adalah sebuah acara variety show di Trans TV yang menampilkan berbagai cerita seru dalam bentuk sketsa komedi, yang diangkat dari kisah keseharian, film, bahkan legenda masa silam. Selalu ditayangkan setiap Jumat pkl. 19.00. http://id.wikipedia.org/wiki/Studio1

Gambar 4.3. Studio 1 Sumber: www.google.com

4.1.5. Plesetan Misteri “Sekarang bukan saatnya takut dan percaya sama yang begituan” ini adalah moto dari Plesetan Misteri. Plester merupakan komedi yang bertemakan dengan hantu, yang ditayangkan di Trans TV. Ketakutan akan menjadi kelucuan yang membuat kita tertawa. http://www.mytrans.com/program/1/11/150/plesetan-misteri

Gambar 4.4. Plesetan Misteri Sumber: www.google.com

4.1.6. Bukan Empat Mata “Kembali ke Laptooooppppp...” dan ” Puasss...Puasss...” adalah jargon- jargon andalan itu Tukul Arwana yang fenomenal dengan gaya khasnya yang kembali menghibur pemirsa untuk menemani malam anda dalam program Bukan

49 Universitas Kristen Petra Empat Mata yang tayang di Trans 7 setiap hari Senin hingga Jumat pukul 22.00 WIB. Dengan dipandu presenter asal Semarang yaitu Tukul, pogram ini akan mengangkat tema-tema yang ada di sekitar kita. Sedangkan Vega, Olla Ramlan, dan Peppy akan selalu setia menemani Tukul, dengan sesekali melontarkan celetukan segarnya. Penambahan segmen „current issue‟ dalam program talkshow komedi ini akan menambah pengetahuan anda mengenai hal-hal yang masih hangat diperbincangkan, segmen ini dibawakan oleh Marcella Lumowa. http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/182

Gambar 4.5. Bukan Empat Mata Sumber: www.google.com

4.1.7. Target Operasi Target Operasi yang ditayangkan di RCTI adalah sebuah acara yang menayangkan sketsa reality komedi. Berbagai sketsa diambil dari tema kehidupan sehari-hari yang ringan dan mengundang tawa ini dikemas apik dan dibawakan oleh dan Jessica Iskandar hanya untuk anda. Tayang setiap Senin- Rabu, pkl. 16.00 WIB. http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/target-operasi-

Gambar 4.6. Target Operasi Sumber: www.google.com

50 Universitas Kristen Petra 4.1.8. Pesbukers Program PESBUKERS merupakan program sketsa yang digawangi Olga Syahputra, Raffi Ahmad, Jessica Iskandar, Melaney Ricardo dan Opie Kumis. PEBUKERS hadir di layar ANTV setiap hari Senin – Jumat pukul 18.00 WIB ini selalu menghadirkan guyonan segar dan semakin ditunggu oleh masyarakat. Penggunaan nama program PESBUKERS merupakan plesetan dari Facebook yaitu program jejaring sosial yang sedang menjadi trend di kalangan masyarakat. Hal tersebut menjadikan program ini mudah diingat. Program PESBUKERS menggunakan konsep “Sketsa Reality” dimana memasukan unsur gossip yang sedang hot kedalam bentuk sketsa, seperti kisah percintaan Olga dan Jessica yang sangat ditunggu-tunggu oleh para OlJess Lovers (istilah fans nya Olga dan Jessica), juga kisah cinta Raffi Ahmad maupun gossip dari bintang tamu yang hadir di setiap episodenya. http://www.an.tv/pesbukers/

Gambar 4.7. Pesbukers Sumber: www.google.com

4.1.9. Tawa Sutra Tawa Sutra hadir dengan konsep dengan materi komedi baru yang akan menghadirkan tawa di wajah pemirsanya. Dengan diramaikan oleh para komedian seperti Budi Anduk, Arie Untung, Peppy, dan yang lainnya, Tawa Sutra bisa dijadikan alternatif hiburan bagi anda dan keluarga. Tayang di ANTV setiap Senin – Jumat pkl. 14.00 dan kini pindah jam tayang menjadi hari Selasa – Kamis pkl. 02.30. http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/tawa-sutra-coooyyy-antv

51 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.8. Tawa Sutra Sumber: www.google.com

4.1.10. Pas Mantab Program acara Pas Mantab dikemas dalam bentuk talk show komedi dan tayang perdana pada hari Sabtu, 6 Maret 2009 pukul 22.00 WIB. Selama 60 menit Parto, Andre, dan Sule akan mengundang para bintang tamu dari kalangan artis maupun public figure untuk berbagi cerita menarik dalam pengalaman hidupnya. Keunikan dari program ini adalah para bintang tamu akan diajak bermain peran dalam sketsa komedi. Namun di sela-sela sketsa, Andre akan menyelipkan beberapa pertanyaan mengenai kehidupan dan kesibukan para bintang tamu saat ini. Tak jarang para bintang tamu ini menjadi target sasaran kejahilan dan keusilan Parto dan Sule. Program ini tayang di Trans 7 setiap Sabtu pukul 20.00 WIB dan Minggu pukul 21.30 WIB. http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/270

Gambar 4.9. Pas Mantab Sumber: www.google.com

4.1.11. Tahan Tawa Program komedi dimana akan ada 3 orang Target Tawa yang tidak boleh tertawa disaat para pejuang tawa mencoba menggoda mereka dengan lawakannya. Acara yang dipandu oleh Ichsan Akbar menampilkan Target Tawa yang berasal dari kalangan artis, orang biasa dan public figure dengan tugasnya harus dapat menahan tawa disetiap segmennya jika ingin memenangkan hadiah jutaan rupiah.

52 Universitas Kristen Petra Diakhir segmen, perolehan mereka akan diakumulasi dan siapa yang paling banyak mendapatkan point akan masuk ke babak final dan berkesempatan mendapatkan hadiah utama. Tayang di Trans TV setiap Senin – Jumat, Pkl. 19.00. http://www1.transtv.co.id/frontend/review/index/294

Gambar 4.10. Tahan Tawa Sumber: www.google.com

4.1.12. Digital Clip Digital Clip sebuah program berisi parodi video klip musik. Awalnya, program ini adalah bagian dari salah satu segmen dari The Hits. Selama menjadi bagian dari The Hits, segmen Digital Clip mendapatkan respon positif dari pemirsa. Program yang terbagi dalam ke beberapa segmen akan menampilkan Digital Clip Fresh yang akan masuk ke dalam chart dan dapat dipilih oleh pemirsa digi boys dan digi girls. Fitri Torpica & Gilang Dirgahari akan memberikan TTS (Tips Tanpa Solusi) untuk pemirsa seperti tips menguruskan badan. Dan aka nada parodi cuplikan dari video klip yang berhubungan dengan tema tersebut. Seperti “Kuruskanlah” (parodi dari “Teruskanlah” milik Agnes Monica). Tayang Senin – Jumat, pkl. 14.30 di Trans TV. http://www1.transtv.co.id/frontend/review/index/293

Gambar 4.11. Digital Clip Sumber: www.google.com

53 Universitas Kristen Petra 4.1.13. Oh Ternyata Oh Ternyata merupakan sebuah program acara di Trans TV yang terinspirasi dari beberapa Commercial Break yang ada di televisi dan juga dari beberapa kejadian yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Oh Ternyata Trans TV adalah sebuah drama reality dimana setiap kejadian ditampilkan dan dikemas secara dramatis yang diharapkan mampu membawa emosi penonton dalam adegan yang ditampilkan. Program ini menampilkan Empat Sekawan, Putri Noor, Oxcel, Naomira, dan Christy Julia akan membawakan adegan menceritakan mengenai sesuatu hal yang tidak biasa sehingga penonton membuat kesimpulan sendiri bahwa adegan tersebut salah. Kesimpulan dari adegan di atas adalah kita tidak bisa berprasangka buruk terhadap orang yang diduga bersalah, sebelum kita mendapatkan penjelasan dan maksud dari apa yang dilakukan oleh orang tersebut. http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/oh-ternyata-trans-tv

Gambar 4.12. Oh Ternyata Sumber: www.google.com

54 Universitas Kristen Petra 4.2. Deskripsi Data 4.2.1. Uji Reabilitas Dalam uji reabilitas, untuk mengukurnya digunakan rumus Holsty, yaitu:

2M CR = N1 + N2

Keterangan: CR = Coeficient Reliability M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan periset N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding (hakim) dan periset.

Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reliabilitas kategorisasi adalah 0,90 (Wimmer & Dominick, 2002, p.157). Jika persetujuan antara pengkoding (periset dan hakim) tidak mencapai 0,90, maka kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau keterpercayaan. Pembanding atau hakim dalam penelitian ini adalah Clara Marchelina Khosuma, S.Ikom selaku alumni mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra yang pernah menyelesaikan skripsi dengan metode analisis isi. Berikut ini adalah perhitungan yang diperoleh untuk masing-masing indikator:

55 Universitas Kristen Petra A. SKETSA Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 55 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 55 2M 2 (55) 110 CR = = = = 1 N1 + N2 55 + 55 110

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 44 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 45 2M 2 (44) 88 CR = = = = 0.97 N1 + N2 45 + 45 90

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 55 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 55 2M 2 (55) 110 CR = = = = 1 N1 + N2 55 + 55 110

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 47 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 50 2M 2 (47) 94 CR = = = = 0.94 N1 + N2 50 + 50 100

56 Universitas Kristen Petra B. OPERA VAN JAVA Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 70 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 77 2M 2 (70) 140 CR = = = = 0.90 N1 + N2 77 + 77 154

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 61 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 63 2M 2 (61) 122 CR = = = = 0.96 N1 + N2 63 + 63 126

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 77 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 77 2M 2 (77) 154 CR = = = = 1 N1 + N2 77 + 77 154

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 68 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 70 2M 2 (68) 136 CR = = = = 0.97 N1 + N2 70 + 70 140

57 Universitas Kristen Petra C. STUDIO 1 Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 51 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 55 2M 2 (51) 102 CR = = = = 0.92 N1 + N2 55 + 55 110

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 44 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 45 2M 2 (44) 88 CR = = = = 0.97 N1 + N2 45 + 45 90

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 55 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 55 2M 2 (55) 110 CR = = = = 1 N1 + N2 55 + 55 110

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 47 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 50 2M 2 (47) 94 CR = = = = 0.94 N1 + N2 50 + 50 100

58 Universitas Kristen Petra D. PLESETAN MISTERI Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 33 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 33 2M 2 (33) 66 CR = = = = 1 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 27 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 27 2M 2 (27) 54 CR = = = = 1 N1 + N2 27 + 27 54

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 31 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 33 2M 2 (31) 62 CR = = = = 0.96 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 30 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 30 2M 2 (30) 60 CR = = = = 1 N1 + N2 30 + 30 60

59 Universitas Kristen Petra E. BUKAN EMPAT MATA Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 71 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 77 2M 2 (71) 142 CR = = = = 0.92 N1 + N2 77 + 77 154

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 62 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 63 2M 2 (62) 124 CR = = = = 0.98 N1 + N2 63 + 63 126

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 77 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 77 2M 2 (77) 154 CR = = = = 1 N1 + N2 77 + 77 154

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 66 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 70 2M 2 (66) 132 CR = = = = 0.94 N1 + N2 70 + 70 140

60 Universitas Kristen Petra F. TARGET OPERASI Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 30 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 33 2M 2 (30) 60 CR = = = = 0.90 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 27 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 27 2M 2 (27) 54 CR = = = = 1 N1 + N2 27 + 27 54

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 66 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 66 2M 2 (33) 66 CR = = = = 1 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 54 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 60 2M 2 (27) 54 CR = = = = 0.9 N1 + N2 30 + 30 60

61 Universitas Kristen Petra G. PESBUKERS Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 60 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 66 2M 2 (30) 60 CR = = = = 0.90 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 54 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 54 2M 2 (27) 54 CR = = = = 1 N1 + N2 27 + 27 54

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 66 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 66 2M 2 (33) 66 CR = = = = 1 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 58 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 60 2M 2 (29) 58 CR = = = = 0.91 N1 + N2 30 + 30 60

62 Universitas Kristen Petra H. TAWA SUTRA Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 102 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 110 2M 2 (51) 102 CR = = = = 0.92 N1 + N2 55 + 55 110

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 88 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 90 2M 2 (44) 88 CR = = = = 0.97 N1 + N2 45 + 45 90

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 110 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 110 2M 2 (55) 110 CR = = = = 1 N1 + N2 55 + 55 110

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 100 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 100 2M 2 (50) 100 CR = = = = 1 N1 + N2 50 + 50 100

63 Universitas Kristen Petra I. PAS MANTAB Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 144 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 154 2M 2 (72) 144 CR = = = = 0.93 N1 + N2 77 + 77 154

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 124 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 126 2M 2 (62) 124 CR = = = = 0.98 N1 + N2 63 + 63 126

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 154 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 154 2M 2 (77) 154 CR = = = = 1 N1 + N2 77 + 77 154

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 138 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 140 2M 2 (69) 138 CR = = = = 0.98 N1 + N2 70 + 70 140

64 Universitas Kristen Petra J. TAHAN TAWA Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 120 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 132 2M 2 (60) 120 CR = = = = 0.90 N1 + N2 66 + 66 132

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 106 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 108 2M 2 (53) 106 CR = = = = 0.98 N1 + N2 54 + 54 108

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 128 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 132 2M 2 (64) 128 CR = = = = 0.96 N1 + N2 66 + 66 132

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 112 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 120 2M 2 (56) 112 CR = = = = 0.93 N1 + N2 60 + 60 120

65 Universitas Kristen Petra K. DIGITAL CLIP Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 60 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 66 2M 2 (30) 60 CR = = = = 0.90 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 54 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 54 2M 2 (27) 54 CR = = = = 1 N1 + N2 27 + 27 54

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 66 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 68 2M 2 (33) 66 CR = = = = 1 N1 + N2 33 + 33 66

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 54 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 60 2M 2 (27) 54 CR = = = = 0.9 N1 + N2 30 + 30 60

66 Universitas Kristen Petra L. OH TERNYATA Indikator untuk teknik humor kategori Language Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 84 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 88 2M 2 (42) 84 CR = = = = 0.95 N1 + N2 44 + 44 88

Indikator untuk teknik humor kategori Logic Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 72 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 72 2M 2 (36) 72 CR = = = = 1 N1 + N2 36 + 36 72

Indikator untuk teknik humor kategori Identity Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 88 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 88 2M 2 (44) 88 CR = = = = 1 N1 + N2 44 + 44 88

Indikator untuk teknik humor kategori Action Pernyataan yang disetujui oleh kedua pengkoding = 76 Pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset = 80 2M 2 (38) 76 CR = = = = 0.95 N1 + N2 40 + 40 80

Ambang penerimaan yang dipakai untuk uji reabilitas Holsty adalah 0,90. Jika persetujuan antara pengkoding (periset dan hakim) tidak mencapai 0,90 maka kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Artinya

67 Universitas Kristen Petra kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau kepecayaan. Dan berdasarkan perhitungan yang didapat, kesimpulannya yaitu semua indikator reliabel karena masing-masing indikator mempunyai nilai diatas 0,90.

4.2.2. Perolehan Data

Gambar 4.13. Diagram Presentase Total Sumber: Olahan peneliti, 2012

Pada gambar 4.13., menunjukkan bahwa pada penelitian ini menghasilkan presentase kategori teknik humor yaitu yang terbesar ke terkecil adalah language sebesar 54%, action sebesar 27%, logic sebesar 13%, dan identity sebesar 6%. Menurut teori teknik humor yang dikemukakan Berger, humor pada kategori language adalah humor yang bersifat verbal dan mengandalkan kekuatan kata- kata. Humor pada kategori logic adalah teknik-teknik humor yang menyalahi aturan-aturan logika atau tidak masuk akal. Humor pada kategori identity adalah teknik-teknik humor yang diciptakan melalui perubahan identitas seseorang atau hal-hal yang berkaitan dengan penampilan diri seseorang. Sedangkan action adalah teknik-teknik humor yang menggunakan aksi atau gerakan-gerakan nonverbal untuk menciptakan tawa.

68 Universitas Kristen Petra

69 Universitas Kristen Petra

Pada gambar 4.14, sesuai data yang peneliti temukan, terdapat beberapa pola yang akan menjadi poin analisis dalam penelitian ini, yaitu: Kategori language mendapat presentase paling tinggi pada program Opera Van Java (56%), Studio 1 (47%), Bukan Empat Mata (86%), Target Operasi (55%), Pesbukers (69%), Tawa Sutra (74%), Pas Mantab (77%), dan Oh Ternyata (52%). Kedua, kategori logic mendapat presentase tinggi pada program Sketsa (61%), dan Plesetan Misteri (55%). Ketiga, kategori action mendapat presentase tinggi pada program Tahan Tawa (44%), dan Digital Clip (51%). Sementara kategori identity mendapat presentase 0% pada program Sketsa, Bukan Empat Mata, Tawa Sutra, dan Oh Ternyata.

70 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.15. Diagram Presentase teknik humor dalam kategori language Sumber: Olahan peneliti, 2012

Pada gambar 4.15, terdapat presentase teknik-teknik humor yang ada dalam kategori language. Menurut Berger, pada kategori ini humor bersifat verbal sehingga teknik-teknik humor tersebut dimunculkan melalui kata-kata, cara berbicara, makna kata, atau akibat dari kata-kata. Berikut ini adalah contoh dari masing-masing teknik humor dalam kategori language yang diambil dari program komedi yang menjadi subjek penelitian. a. Bombast: Talking in a high-flown, grandiloquent, or rhetorical manner (berbicara dengan cara muluk, muluk-muluk, atau retoris). Tukul: “Good evening my lovely, Vicky Shu Arwana. How are you tonight?” b. Infantilism: Playing with the sound of words (bermain dengan bunyi kata- kata). Gilang (Program Digital Clip): “Cius deh. Ca ong cih?” (Serius deh. Masa bohong sih?)

71 Universitas Kristen Petra c. Irony: Saying one thing and meaning something else or exactly the opposite of what you‟re saying (mengatakan sesuatu yang bermakna sesuatu yang lain atau kebalikan dari apa yang dikatakan). Fitrop (program Digital Clip): “Wah, gilang bahagia sekali wajahnya” (padahal Gilang sedang bersedih) d. Misunderstanding: Misinterpreting situation (salah menafsirkan situasi) Dokter (program Oh Ternyta): “Suntikan 10 juta?” (maksudnya rumah sakit tersebut mendapat suntikan dana 10 juta. Namun di belakang mereka ada pasien yang mengira suntikan untuk gigi harganya 10 juta) e. Pun: Playing with the meaning of words (permainan makna kata-kata) Sule (program Opera Van Java): “Kalo sampe kau berpacaran dengan adekku, jangan harap kau bisa tinggal disini” Andre: “Emang kenapa gak boleh tinggal disini?” Sule: “Karena ini tempat umum” f. Repartee: Verbal banter, usually in a witty dialogue (mengolok secara verbal, biasanya dalam dialog verdas) Gilang (program Digital Clip): “Lo gak tau betapa hancurnya hatiku” Fitrop: “Wah..lebih hancur mukamu” g. Ridicule: Making a fool of someone, verbally or nonverbally (membuat orang lain menjadi (terlihat) terlihat bodoh secara verbal atau nonverbal) Andre (program Opera Van Java): “Walaupun abang lo mukanya gepeng” h. Outwitting: Outsmarting someone or the establishment by retort, response, or comeback (Mengalah kepintaran seseorang dengan melontarkan pertanyaan atas penyataannya) Tukul (program Bukan Empat Mata): “di Amerika kan ada Audioslave” Peppy: “lagunya gimana, mas?”

72 Universitas Kristen Petra Tukul: “gundul-gundul pacul cul”

Gambar 4.16. Diagram Presentase Total teknik humor dalam kategori logic Sumber: Olahan peneliti, 2012

Pada gambar 4.16. terdapat presentase teknik-teknik humor pada kategori logic. Menurut Berger, pada kategori logic, humor bersifat ideational sehingga humor diciptakan atau dimunculkan melalui hasil pemikiran. Misalnya, menjadikan seseorang sebagai objek humor dengan cara mengolok-oloknya, atau perubahan konsep cerita. Berikut ini adalah contoh dari masing-masing teknik humor dalam kategori logic yang diambil dari program komedi yang menjadi subjek penelitian.

a. Malicious pleasure: Taking pleasure in other people‟s misfortune; victim humor (Menertawai kemalangan orang lain, menjadikan orang lain sebagai korban humor)

73 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.17. Pas Mantab (Trans 7) Jumat, 20 Juli 2012, menit ke-39, detik ke-49 Sumber: www.mytrans.com Pada gambar 4.17, terjadi adegan Kiki Coboy Junior yang melempar tepung terigu ke wajahnya Rizky Black. b. Absurdity: Nonsense, a situation that goes against all logical rules (Omong kosong, situasi yang bertentangan dengan semua aturan logika)

Gambar 4.18. Plesetan Misteri (Trans TV) Episode 107, menit ke-9 detik ke-12 Sumber: www.mytrans.com

“Tuh kan... makanya dengering gue ngomong dulu. Ini dinamain rawon iblis, karena kalo setelah dimakan bakal berubah jadi iblis” Pada gambar 4.18, terdapat 2 orang yang berubah menjadi iblis setelah memakan rawon yang bernama Rawon Iblis. c. Dissapointment: A situation that leads to (minor) dissapointment (Situasi yang mengarah kepada kekecewaan)

74 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.19. Sketsa (Trans TV) 7 April 2011 pada menit ke-8 detik ke-42 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.19., Anak-anak kecewa karena ingin bisa terbang namun justru dirubah persis seperti Tinkerbell dan tetap tidak bisa terbang. d. Ignorance: Someone acts or behaves in a foolish, naive, gullible, or childish manner (Seseorang yang bertindak atau berperilaku dengan cara yang bodoh naif, lugu, atau kekanak-kanakan)

Gambar 4.20. Opera Van Java (Trans 7) episode ke-911, Selasa 16 Oktober 2012, menit ke-15 detik ke-52 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.20., diceritakan tentang masa kecil Andre sehingga Andre menggunakan baju seperti anak kecil sambil memegang mainan. e. Repetition: Repetition or replay of the same situation (Pengulangan dari situasi yang sama)

75 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.21. Opera Van Java (Trans 7) episode ke-911, Selasa 16 Oktober 2012, menit ke-22 detik ke-22 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.21., Andre dan Sule diceritakan sedang berakting menghilang dan pada episode tersebut mereka mengulang-ulang adegan tersebut.

Gambar 4.22. Diagram Presentase Total teknik humor dalam kategori identity Sumber: Olahan peneliti, 2012

Pada gambar 4.22, terdapat presentase teknik-teknik humor pada kategori identity. menurut Berger, pada kategori ini humor bersifat existensial. Pada kategori ini, humor diciptakan atau dimunculkan melalui identitas diri pemain. Misalnya karakter yang diperankan atau penampilan yang digunakan. Berikut ini

76 Universitas Kristen Petra adalah contoh dari masing-masing teknik humor dalam kategori identity yang diambil dari program komedi yang menjadi subjek penelitian.

a. Anthropomorphism: Objects or animals with human features (Benda atau binatang dengan ciri-ciri manusia)

Gambar 4.23. Studio 1 (Trans TV) 4 Maret 2010, menit ke-1 detik ke-25 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.23., terdapat hewan yang bertingkah seperti manusia. Hewan tersebut duduk di kursi dan mengajak tuannya berbicara.

b. Eccentricity: Someone who deviates from the norms, an odd character (Seseorang yang menyimpang dari norma, sebuah karakter aneh)

Gambar 4.24. Tahan Tawa (Trans TV) Menit ke-9 detik ke-8 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.24., terdapat seorang pria yang berakting menjadi wanita dengan menggunakan baju, wig, dan bertingkah seperti seorang wanita.

77 Universitas Kristen Petra c. Embarrassment: An awkward situation in which someone gets a sense of discomfort, uneasiness, or shame (Situasi yang canggung di mana seseorang merasa tidak nyaman, gelisah, atau malu)

Gambar 4.25. Pas Mantab (Trans 7) Jumat, 20 Juli 2012, menit ke-27, detik ke-25 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.25., anak perempuan tersebut malu dan canggung karena digodai dan dibilang bahwa dia naksir anak lelaki di sebelahnya. d. Grotesque appereance: Someone who has bizzare or monstrous appereance with striking features (Seseorang yang memiliki penampakkan aneh, mengerikan, atau mencolok)

Gambar 4.26. Plesetan Misteri (Trans TV) Episode 107, menit ke-10 detik ke-38 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.26., terdapat seseorang yang bergigi besar-besar dan ompong yang diceritakan sebagai setan. e. Imitation: Mimicking or copying someone‟s appereance or movements while keeping one‟s own identity at the same time (Meniru penampilan seseorang atau gerakan sambil tetap menjaga identitasnya sendiri pada saat yang sama)

78 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.27. Tahan Tawa (Trans TV) Jumat 24 Agustus 2012, pada menit ke-37 detik ke-21 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.27., perempuan berbaju hitam di sebelah kanan berakting dengan menirukan apapun yang dilakukan oleh tokoh di sebelah kiri.

Gambar 4.28. Diagram Presentase Total teknik humor dalam kategori action Sumber: Olahan peneliti, 2012

Pada gambar 4.28. terdapat presentase teknik-teknik humor kategori action. Menurut Berger, pada kategori ini humor bersifat fisik atau nonverbal. humor dimunculkan atau ditimbulkan melalui tindakan fisik/komunikasi nonverbal seperti gerakan tangan atau kaki, aksi, atau ekspresi. Berikut ini adalah

79 Universitas Kristen Petra contoh dari masing-masing teknik humor dalam kategori action yang diambil dari program komedi yang menjadi subjek penelitian.

a. Clownish behaviour: Making vigorous arm and leg movements or demonstrating exaggerated irregular physical behaviour (Membuat gerakan yang kuat menggunakan lengan /kaki atau menunjukkan perilaku fisik berlebihan dan tidak teratur)

Gambar 4.29. Digital Clip (Trans TV) Jumat, 20 Juli 2012. Detik ke-5 Sumber: www.mytrans.com

b. Chase: A pursuit or chase of someone or something (Mengejar seseorang atau sesuatu)

Gambar 4.30. Tahan Tawa (Trans TV) Jumat 24 Agustus 2012, pada menit ke-5 detik ke-59 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.30., terjadi situasi Adul mengejar temannya yang bejalan ke arah penonton.

c. Exaggeration: Making an exaggeration or overstatement; reacting in an exaggerated way; exaggerating the qualities of a person or product (Bereaksi dengan cara yang berlebihan; melebih-lebihkan)

80 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.31. Digital Clip (Trans TV) Jumat, 20 Juli 2012. Menit ke-1 detik ke-26 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.31., Fitrop bereaksi berlebihan dengan menggunakan ekspresi wajahnya ketika menanggapi Gilang yang bercerita tentang Gilang dan pacarnya. d. Peculiar face: Making a funny face, grimace (Membuat ekspresi wajah yang lucu, meringis)

Gambar 4.32. Tahan Tawa (Trans TV) Jumat 24 Agustus 2012, pada menit ke-10 detik ke-42 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.32., pria yang ada di belakang sedang melakukan ekpresi wajah yang lucu. e. Peculiar sound: Funny sound, unexpected sound, as in cartoons (Bunyi yang tidak biasa, seperti di kartun)

81 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.33. Digital Clip (Trans TV) Jumat, 20 Juli 2012. Menit ke-4 detik ke-7 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.33., Gilang sedang menangis diiringi bunyi berupa tangisan anak kecil. f. Peculiar voice: Funny, unusual voice (Suara yang tidak biasa/lucu)

Gambar 4.34. Tahan Tawa (Trans TV) Jumat 24 Agustus 2012, pada menit ke-27 detik ke-19 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.34., para tokoh sedang menirukan suara pintu dibuka, suara burung hantu, dan suara benda jatuh.

82 Universitas Kristen Petra g. Slapstick: Physical pie-in-the-face humor often involving degradation of someone‟s status (lelucon yang kasar secara fisik)

Gambar 4.35. Pesbuker (ANTV) 10 Januari 2012, menit ke-3 detik ke-18 Sumber: www.mytrans.com

Pada gambar 4.35., Olga dan Opie Kumis sedang meleparkan karung kepada Raffi yang sedang menggunakan kostum pohon.

4.3. Analisis Data Pada penelitian ini, peneliti menemukan beberapa poin penting untuk dianalisis, yaitu: 4.3.1. Kategori language adalah teknik humor yang paling banyak digunakan. Kategori Language memperoleh presentase tertinggi sebesar 54%, yang kedua adalah kategori action dengan presentase sebesar 27% (Gambar 4.13, halaman 61). Jika dilihat dari sisi historis, perolehan presentase language dan action yang mendominasi adalah karena tren komedi yang ada di Indonesia sejak dulu adalah komedi berformat sketsa komedi (dulu Ria Jenaka, Srimulat, Ketoprak Humor) dan kini pun program komedi berformat sketsa komedi tetap bertahan (Extravaganza, Studio 1, Opera Van Java, Comedy Project, Pesbuker). Program komedi dengan format ini mengandalkan kecerdasan para pemainnya dalam memunculkan humor melalui kata-kata dan aksi. Bedanya, program komedi seperti Ria Jenaka, Srimulat, dan Ketoprak Humor menggunakan teknik humor mengolok secara verbal terhadap sesuatu atau seseorang yang jelek atau tidak indah dipandang. Dalam konsep teori teknik humor Berger, teknik tersebut dinamakan repartee (mengolok secara verbal). Saat ini mengolok atau mengejek

83 Universitas Kristen Petra secara verbal tetap digunakan. Sesuai dengan teori humor tentang superioritas yang menjelaskan bahwa pihak yang mentertawakan lawan berada pada posisi super, sedangkan pihak lain sebagai objek yang ditertawakan menempati posisi degradasi atau yang menjadi sasaran untuk diremehkan atau dihina (Suhadi, 1992, p.62). Teknik humor kategori language yang termasuk dalam teori ini yaitu sarcasm (komentar yang kasar) dan repartee (mengolok secara verbal). Namun tren terbaru adalah permainan makna kata dengan cara plesetan, jawaban yang tidak nyambung atau gombalan dalam dialog cerdas. Apabila dibandingkan dengan program berformat sejenis yang pernah tayang dulu, terdapat perbedaan dalam hal skenario. Dalam acara seperti Srimulat atau Ketoprak Humor, skenario yang digunakan tersusun rapi walaupun tetap ada spontanitas dari para tokoh. Berbeda dengan Opera Van Java yang memang disengaja untuk keluar dari naskah. Para tokoh hanya diberi tahu tema pada setiap episode, dan si dalang yang mengetahui konsep cerita secara mendetail. Dalang bertugas untuk mengatur alur cerita dan para tokoh. Sehingga dalam berperan, para tokoh bebas berimprovisasi dan hal inilah yang memunculkan humor. Jika dilihat dari aspek teori, maka sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa humor merupakan istilah luas yang mengacu pada sesuatu yang orang katakan atau lakukan yang dianggap lucu dan cenderung membuat orang lain tertawa, serta proses mental yang masuk ke kedua stimulus tersebut menciptakan dan mengamati sisi yang menarik, dan juga respon afektif terlibat dalam kenikmatan itu (Martin, 2006, p.5). Jika dilihat dari sisi historis, sejak dulu dalam program komedi berformat situasi komedi pun menonjolkan dialog atau percakapan yang lucu untuk memunculkan tawa. Salah satu contoh kategori humor language yang telah ada sejak zaman dulu dalam situasi komedi adalah penampilan Dono Kasino Indro (DKI) dalam film dan kemudian tampil di acara televisi. Berikut ini adalah beberapa kutipan dalam film DKI yang menggunakan teknik humor kategori language: * Dono : “Sanwani Betawi gemblung!!!” * Kasino : “Muke apa bemo,mas?” * Indro : “Ngaku tinggal di Menteng… Mentengnya mana saya juga gak tahu…Menteng Pulo kali situ kuburan.”

84 Universitas Kristen Petra * Kasino : “Der is a tikusto ander de tebelto?…Astagfirulloo…!!!” (There is a tikus under the table? Astagfirullah…) * Dono : “Plis luking-luking en abisin tuh duit! (Please have a look and spend your money) * Nanu : “Muka kao mirip dengan sebuah kendaraan !!” * Dono : ”Memang banyak yang bilang.. Wajah saya mirip dengan mercy Tiger” Berikut ini adalah beberapa kutipan dalam program Opera Van Java yang menggunakan teknik humor kategori language: Azis: “Bahaya, bos. Saya dipukulin bos. Sampe babak-babak bos” Desta: “Babak belur…”

Andre: “Dasar kurang lancar” (maksudnya kurang ajar).

Sedangkan humor dengan aksi tetap ada sejak dulu hingga kini dengan teknik yang telah terkenal sejak dulu yaitu slapstick. Humor ini adalah bentuk humor kasar dengan cara memukul, mendorong, dan aksi kasar lainnya. Teknik ini kini masih tetap digunakan tetapi dengan property dari bahan yang tidak berbahaya. Namun kini humor dalam kategori aksi yang digunakan di Indonesia telah mengalami perkembangan yaitu teknik exxaggeration (beraksi secara berlebihan atau melebih-lebihkan) yang dipengaruhi oleh tren alay atau hiperbola yang saat ini sedang populer di Indonesia. Pada perhitungan presentase teknik-teknik humor pada kategori language, teknik yang paling banyak digunakan adalah pun (permainan makna kata). Presentase teknik humor pun adalah sebesar 44% (lihat gambar 4.15). Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terjadi perkembangan pada penggunaan teknik humor kategori language saat ini. Memang teknik seperti sarcasm (komentar yang menyakitkan) dan repartee (mengolok secara verbal) masih tetap digunakan namun dengan frekuensi yang lebih kecil dibandingkan dulu. Ini dikarenakan saat ini stasiun televisi dan program televisi telah diawasi oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang memastikan televisi menayangkan hal-hal yang selain menghibur, tapi juga mendidik dan memberikan edukasi kepada masyarakat. KPI

85 Universitas Kristen Petra mempunyai peraturan tentang kata-kata kasar dan makian yaitu: Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Nomor 02/P/KPI/12/2009 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran pasal 27 ayat 4 a yang berbunyi “ Kata-kata kasar ataupun umpatan, seperti : anjing, babi, monyet, bajingan, goblok, tolol, dungu, brengsek atau kata lain yang mempunyai makna yang sama”. Dari penemuan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kategori teknik humor yang saat ini paling banyak digunakan dalam program komedi share di atas 10.0 adalah kategori language. Oleh karena itu, peneliti memberi rekomendasi kepada para praktisi televisi untuk menggunakan teknik humor kategori language, khususnya ditonjolkan pada teknik pun (permainan makna kata), terutama pada program komedi dengan format sketsa komedi, situasi komedi, dan talk show komedi karena program- program komedi yang menggunakan teknik humor pun dan kategori language telah terbukti berhasil mendapat share tinggi. Namun ada baiknya jika para praktisi televisi mau lebih berkreasi lagi. Misalnya tetap menggunakan kategori language, namun dieksplor pada teknik lain yang masih jarang digunakan. 4.3.2. Kategori teknik humor yang jarang digunakan adalah kategori logic dan identity. Teknik humor kategori logic dengan presentase 13% (gambar 4.13, halaman 61) jarang digunakan sebagai teknik humor dalam program komedi karena stasiun televisi yang banyak memproduksi program komedi bersegmentasi pada masyarakat dengan status menengah ke bawah. Selain itu, teknik-teknik humor dalam kategori logic jarang ditemukan dalam komedi di Indonesia. Misalnya teknik irrevent behaviour (tidak menghormati standar atau otoritas yang berlaku), dan ridigity (seseorang dengan pemikiran yang konservatif). Secara keseluruhan, teknik humor kategori identity memperoleh presentase paling sedikit yaitu sebesar 6% (gambar 4.13, halaman 61) karena beberapa teknik dalam kategori tersebut jarang digunakan dalam program komedi di Indonesia. Misalnya teknik anthropomorphism (benda atau binatang dengan ciri manusia), impersonation (berpura-pura menjadi orang lain), transformation (seseorang yang mengalami metamorfosis, visual surprise (perubahan visual atau fisik yang tidak terduga. Sebagai contoh teknik impersonation (berpura-pura menjadi orang lain), teknik ini jarang digunakan karena pada setiap program, tim kreatif telah

86 Universitas Kristen Petra menciptakan tokoh yang pada dirinya melekat citra atau trademark khusus dan hal itulah yang mendukung humor. Sehingga tokoh tersebut akan terus menjadi dirinya sendiri dan tidak perlu meniru orang lain. Pada program Sketsa, Tawa Sutra dan Oh Ternyata, perolehan presentase kategori identity adalah 0%. Seperti yang telah dibahas di atas, teknik humor dalam kategori identity jarang digunakan karena pada program komedi, tim kreatif atau komedian itu sendiri telah menciptakan image diri yang pakem dan melekat pada dirinya sehingga untuk menciptakan humor tidak perlu meniru identitas orang lain. Misalnya pada program Sketsa kita kenal tokoh Ojan (yang merupakan nama aslinya) yang sering melakukan hal konyol. Pada Tawa Sutra kita kenal Budi Anduk yang berambut keriting dan berkulit hitam dan sering menjadi bahan lelucon. Dan di Oh Ternyata pun para tokoh tidak meniru orang lain. 4.3.4. Presentase kategori language tertinggi pada program Opera Van Java, Studio 1, Bukan Empat Mata, Target Operasi, Pesbukers, Tawa Sutra, Pas Mantab, dan Oh Ternyata. Kategori language memperoleh presentase tinggi pada program Opera Van Java, Studio 1, Bukan Empat Mata, Target Operasi, Pesbukers, Tawa Sutra, Pas Mantab, dan Oh Ternyata (lihat gambar 4.14 halaman 62). Dari gambar tersebut, peneliti melihat pola yaitu terdapat kesamaan format acara pada program Opera Van Java, Studio 1, dan Pesbukers yang menggunakan format acara sketsa komedi, Bukan Empat Mata dengan Pas Mantab yaitu talk show komedi. Program-program jenis ini memiliki durasi yang panjang dengan beberapa pembagian segmen. Program-program tersebut cenderung menggunakan kategori humor language karena untuk memunculkan humor dengan teknik-teknik language, dibutuhkan durasi yang agak panjang untuk menciptakan dialog atau percakapan antar tokoh yang memungkinkan terjadinya permainan kata-kata. Bukan Empat Mata dan Pas Mantab yang memang mengambil konsep awal talk show tentu saja mengandalkan kata-kata untuk memunculkan humor. Dialog atau wawancara dengan bintang tamu pun akan dibelokkan menjadi komedi dan tidak seserius talk show yang seharusnya. Sedangkan program Tawa Sutra dan Oh Ternyata sama-sama memiliki format cerita pendek, yaitu program komedi yang pada tiap episodenya terdiri dari beberapa cerita pendek.

87 Universitas Kristen Petra Bedanya, Pada program Oh Ternyata, language memperoleh presentase tertinggi, namun teknik yang paling banyak digunakan adalah misunderstanding (salah mengartikan situasi), yaitu sebesar 13%. Hal ini juga merupakan perkembangan yang berbeda dengan program komedi zaman dulu. Pada program ini tim kreatif membuat konsep acara yang disengaja untuk memunculkan kesalah pahaman yang disebabkan adanya miscommunication atau karena asumsi yang salah. Sesuai dengan judulnya, penonton diharapkan akan berkata “oh, ternyata…” pada akhir cerita. Pada gambar 4.15 halaman 64 (diagram presentase teknik humor pada kategori language), teknik yang sama sekali tidak digunakan adalah sexual allusion (membuat sindiran tentang hal-hal seksual). Hal ini dikarenakan, adanya ketentuan dari KPI dalam ketentuan P3 Pasal 9 dan Pasal 16 serta SPS Pasal 9, Pasal 18 huruf e dan h, Pasal 21, dan Pasal 22 ayat (3). Sehingga pembicaraan mengenai hal seksual tidak ditampilkan karena dianggap melanggar norma yang berlaku. Apalagi program komedi ditayangkan bukan pada jam tayang setelah prime time, yang artinya seluruh anggota keluarga dapat menonton program komedi.

88 Universitas Kristen Petra

89 Universitas Kristen Petra 4.3.5. Presentase kategori logic tinggi pada program Sketsa dan Plesetan Misteri. Kategori logic memperoleh presentase tinggi pada program Sketsa dan Plesetan Misteri, yaitu sebesar 61% dan 55% (lihat gambar 4.39, halaman 86). Karena kedua program ini memiliki format yang sama yaitu cerita pendek. Program berformat ini terdiri dari beberapa cerita pendek yang tidak saling terhubung pada tiap episode. Masing-masing cerita berdurasi 30 detik-1 menit. Karena masing-masing cerita berdurasi kurang dari 1 menit, maka teknik yang digunakan adalah teknik-teknik yang cepat tersampaikan maknanya melalui kondisi atau situasi yang diciptakan. Antara lain teknik absurdity (hal-hal yang bertentangan dengan logika) dan dissappoinment (situasi yang menimbulkan kekecewaan) (lihat gambar 4.52).

Gambar 4.37. Contoh dissapoinement pada program Sketsa (Trans TV) 7 April 2011 pada menit ke-8 detik ke-42 Sumber: www.mytrans.com

Gambar di atas menceritakan tentang dua anak kecil yang sedih karena tidak harus berpisah dengan Peterpan dan Tinkerbell karena mereka tidak bisa terbang. Kemudian Tinkerbell mengeluarkan mantra namun justru membuat kedua anak tersebut menjadi seperti Tinkerbell dan tetap tidak bisa terbang.

90 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.38. Contoh absurdity pada program Plesetan Misteri (Trans TV) episode ke- 107, Rabu 14 Maret 2012, pada menit ke-6 detik ke-43 Sumber: www.mytrans.com

Hantu: “Tolong gue update status di Facebook dong. Tulis, gue udah meninggal” Pada gambar diatas, hantu pria tersebut baru saja meninggal dan dia mendatangi suster di rumah sakit untuk meminta tolong meng-update status di Facebook. Kategori logic memperoleh presentase paling banyak pada program Plesetan Misteri karena ini adalah program komedi yang mengusung hal-hal gaib yang dibuat lucu dan kocak untuk mematahkan anggapan umum bahwa hal gaib itu menyeramkan. Sehingga program ini selalu menampilkan hal-hal yang diluar logika dan tidak masuk akal karena tidak dapat dijumpai pada kehidupan nyata. Dari data yang diperoleh, peneliti memberi rekomendasi kepada praktisi televisi, khususnya yang ingin memproduksi program komedi dengan format cerita pendek, ada baiknya jika teknik humor yang ditonjolkan adalah teknik humor kategori logic, mayoritas pada teknik absurdity (situasi yang bertentangan dengan logika, hal yang tidak masuk akal) dan dissapointment (situasi yang berujung pada kekecewaan). Berdasarkan data pada gambar 4.36., kategori selain absurdity dan dissapointment tidak mendapat presentase sama sekali. Hal ini dikarenakan kedua program ini menonjolkan jalan cerita yang disengaja untuk membelokkan jalan cerita sehingga tokoh dalam cerita akan kecewa karena akhir ceritanya dibuat berbeda dari harapan. Dan kedua program ini menonjolkan teknik absurdity namun dalam konsep yang berbeda. Sketsa menggunakan konsep melawan logika, misalnya berjualan di atas pohon, bermain bola di dalam pusat perbelanjaan, dll. Sedangkan Plesetan Misteri, sesuai judulnya, menampilkan karakter makhluk

91 Universitas Kristen Petra halus atau hantu dalam seluruh ceritanya. Misalnya hantu yang berbelanja atau hantu yang jadi artis.

Irreverent behaviour Malicious pleasure Absurdity Coincidence Conceptual Suprise Dissapointment

Ignorance Repetition Ridigity

100%

55% 45%

0%0% 0%0% 0%0%0% 0%0% 0%0%0%0%0%0%

Sketsa Plesetan Misteri

Gambar 4.39. Grafik presentase kategori logic pada program Sketsa dan Plesetan Misteri sumber: olahan peneliti, 2012

4.3.6. Presentase kategori action pada program Tahan Tawa dan Digital Clip. Kategori action memperoleh presentase tinggi pada program Tahan Tawa dan Digital Clip dengan rincian teknik humor pada gambar 4.39, yaitu sebesar 44% dan 51%. Kedua program ini memiliki format yang berbeda dengan format program komedi lainnya. Tahan Tawa merupakan program yang menampilkan 3 orang bintang tamu yang dilarang untuk tertawa sementara para pejuang tawa (komedian) berusaha melakukan aksi lucu agak ketiga bintang tamu ini gagal. Dalam program Tahan Tawa, terdapat beberapa segmen yang terdiri dari sketsa komedi, tayangan video lucu, dan wawancara dengan bintang tamu (tapi di belakangnya terdapat pejuan tawa dan ditambahkan efek bunyi atau suara lucu). Yang menonjol dari program ini adalah suara atau bunyi yang sengaja ditambahkan pada video atau wawancara (yang sebelumnya telah di-edit). Selain itu, dalam usaha memancing tawa para bintang tamu, seringkali para pejuang tawa beraksi menggunakan teknik exxageration (beraksi secara berlebihan atau melebih-lebihkan) misalnya menari dengan heboh atau speed (bergerak dengan

92 Universitas Kristen Petra lambat). Sedangkan Digital Clip adalah program komedi yang menampilkan parodi video klip. Digital Clip menampilkan Fitri Tropica dan Gilang sebagai pembawa acara, yang keduanya memiliki image suka bertingkah laku hiperbola atau yang saat ini dinamakan “alay”. Hal-hal kecil yang terjadi akan ditanggapi secara berlebihan oleh kedua pembawa acara ini. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti dapat memberi rekomendasi kepada para praktisi televisi yang ingin menonjolkan teknik humor kategori action dengan teknik humor exxageration, selain dapat dikombinasikan dengan kategori language dalam program berformat sketsa komedi, juga dapat ditonjolkan dengan cara membuat program komedi dengan format yang berbeda atau dikembangkan dari format yang telah ada. Caranya dengan mengubah atau mengembangkan konsep, atau menonjolkan tokoh/komedian yang ditampilkan sebagai pemain atau pembawa acara.

Clownish behaviour Clumsiness Chase

Exaggeration Peculiar face Peculiar music

Peculiar sound Peculiar voice Slapstick Speed 70%

34% 24% 18% 15% 10% 10%7% 2% 0% 0% 3% 0% 3% 0% 0% 0% 3% 0% 0%

Tahan Tawa Digital Clip

Gambar 4.40. Grafik presentase kategori action pada program Tahan Tawa dan Digital Clip sumber: Olahan peneliti, 2012

4.3.7. Implikasi dari perolehan presentase language dan action. Perolehan presentase language dan action pun memberikan dampak dan kritik terhadap program-program komedi di stasiun televisi swasta Indonesia. Seperti

93 Universitas Kristen Petra yang dirilis oleh tempo.com, Acara komedi selama Ramadan 2012 ternyata banyak melakukan pelanggaran terhadap aturan Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Pelanggaran berupa pelecehan atau memperolok terhadap kelompok atau orang-orang tertentu. "Untuk program khusus Ramadan, ada seratus pengaduan yang sebagian besar terkait acara komedi," kata komisioner KPI Pusat Bidang Isi Siaran, Nina Mutmainnah Armando dalam paparannya di Kantor KPI, Pusat, Selasa 28 Agustus 2012. http://www.tempo.co/read/news/2012/08/29/173426147/Banyak-Acara-Komedi- Ramadan-Langgar-Aturan-KPI Kritik lain dirilis di palembangnews.com yang menjelaskan bahwa Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan mengeluhkan tayangan hiburan seperti infotainment, reality show, dan komedi di sejumlah stasiun televisi. Di antaranya Pesbukers, Opera van Java, Uya Kuya, Mata Lelaki, Silet. Ketua Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sumsel, Yamin Hasan, mengatakan, sepanjang tahun kemarin ada 234 laporan yang diterima lembaganya terkait tayangan hiburan di atas. Dari sekian tayangan itu, “Pesbuker dan Opera van Java yang paling banyak dikeluhkan,” ujarnya, Kamis (2/2). Opera van Java, dalam setiap adegannya lebih menonjolkan unsur kekerasan. Properti yang dipakai, meski terbuat dari busa, terkesan seram. Jam tayangnya pun di jam prime time. “Ini kan tidak pantas ditonton anak-anak. Dikhawatirkan ada efek untuk meniru,” kata Yamin. http://palembangnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=77 9%3Atayangan-tv-nasional-dikeritik-penonton sumsel&catid=1%3Aberita&Itemid=16 KPI pun pernah memberikan teguran kepada beberapa program komedi, antara lain Pesbukers di ANTV pada tanggal 3 Juli 2012 dengan nomor surat 424K/KPI/07/12 karena pada tanggal 19 Juni 2012, Pesbukers menayangkan adegan salah satu pengisi acara (Olga Syahputra) mengatakan "Jupe dikit-dikit Assalamualaikum, bagus sih.. Tapi kalau Assalamualaikum terus lama-lama kayak pengemis yee..". Perkataan ini dilontarkan untuk mengomentari pengisi

94 Universitas Kristen Petra acara lain (Julia Perez) yang sebelumnya menjawab telepon langsung dari pemirsa degan ucapan "Assalamualaikum". Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan norma kesopanan. KPI Pusat juga telah menerima surat No. B-318/MUI/VII/2012 tertanggal 08 Sya'ban 1433 H/28 Juni 2012 M perihal hasil Penilaian Rekaman Tayangan uang berisi penilaian Majenlis Ulama Indonesia (MUI), bahwa penayangan adegan tersebut tidak dapat dibenarkan dan mengurangi arti salam sebagai doa dan mengarah mempermainkan lafadz-lafadz keagamaan. Selain itu teguran juga pernah diberikan kepada program Bukan Empat Mata (15 Agustus 2012 - 510/K/KPI/08/12) karena pada tanggal 2 Agustus 2012 pukul 23.30 WIB ditemukan adanya adegan yang berpotensial menimbulkan dampak negatif dalam masyarakat. Penayangan tersebut adalah adegan saat salah satu host wanita, Marcela Lumowa, menyampaikan cerita berjudul "Doa Seorang Wanita Bernama Susi". Diceritakan, Susi berdoa kepada Tuhan agar diberikan suami yang setia, penuh pengertian, dan tampan. Kemudian datanglah sosok Reynaldi yang ingin menikahinya. Wanita tersebut kembali teringat dengan keinginannya. Cerita selanjutnya, Tuhan menjawab tiga harapan Susi dalam doanya. Tentang harapan untuk mendapatkan suami setia, Tuhan berkata, "Coba kamu pikirkan, siapa yang mau sama dia? Nggak ada yang mau sama dia, Ngelirik aja ga mau... Pasti dia setia". Tentang harapan untuk mendapatkan suami yang penuh pengertian, Tuhan berkata, "Suamimu ini bahkan sangat mengerti kamu... Dia bisa menjadi suami dan ayah yang baik, multifungsi bahkan suamimu itu... Dia bisa jadi kain pel kalau dibutuhkan dan yang pasti jadi vacuum cleaner kalau diinginkan". Tentang harapan untuk mendapatkan suami yang tampan, Tuhan kemudian mengajak Susi melihat sawah dan Ia berkata, "Kalau kau lihat calon suamimu, dia lebih tampan daripada orang- orangan sawah di luar sana". KPI Pusat menilai adegan tersebut berpotensial menimbulkan dampak negatif karena melibatkan keberadaan Tuhan dalam lawakan, menurut KPI Pusat hal tersebut adalah sesuatu yang belum dapat diterima oleh banyak pihak dalam masyarakat Indonesia. Dan juga program Tahan Tawa ( 2 Juli 2012 -414/K/KPI/07/12) karena pada tanggal 8 Juni 2012 mulai pukul 19.00 WIB menayangkan adegan yang menampilkan muatan yang

95 Universitas Kristen Petra melecehkan orang dengan orientasi seks dan identitas tertentu yang dilakukan oleh host dengan perkataan : "Lucu atau takut tadi, karena tenaga lelaki, tampilan perempuan, wajahnya setan". Pada program yang sama sebelumnya ditayangkan adegan tarian yang juga melecehkan orang dengan orientasi seks dan identitas gender tertentu. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelarangan atas perlindungan anak dan/atau kelompok masyarakat tertentu, perlindungan kepada anak, penggolongan program siaran, dan norma kesopanan yang disiarkan oleh lembaga penyiaran. Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa teknik humor yang digunakan dapat mengakibatkan sesuatu yang buruk apabila apa yang dilakukan atau dikatakan melanggar hukum dan aturan, walaupun tujuannya adalah untuk menimbulkan tawa. Teknik humor, khususnya teknik repartee (mengolok secara verbal) dapat menimbulkan implikasi seperti contoh di atas apabila dilakukan tanpa berpikir terlebih dahulu.

96 Universitas Kristen Petra 4.4. Interpretasi Data Teknik humor menurut Berger, terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu language, logic, identity, dan action, dan masing-masing kategori terdiri dari beberapa teknik humor. Peneliti meneliti teknik humor karena menurut Berger, teknik-teknik humor yang dikemukakannya, akan memberi kita cara mengambil berbagai macam contoh humor (kapanpun, dalam bentuk dan media apapun) dan menunjukkan apa yang mendorong terjadinya humor itu dan seringkali menimbulkan tawa, atau keadaan apapun yang dirasakan ketika berhadapan dengan sesuatu yang mengandung humor. Pada penelitian ini, berhasil ditemukan data melalui metode analisis isi, dengan cara mengkoding 12 program komedi dengan share di atas 10.0. Berdasarkan penelitian dan data-data yang sudah dijelaskan di atas, peneliti mendapati beberapa temuan penting. Pertama, teknik humor yang saat ini paling banyak digunakan dalam program komedi yaitu teknik humor kategori language dengan presentase 54%, dan yang paling sedikit yaitu identity sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa teknik humor yang digunakan sejak era TVRI hingga kini tidak mengalami perubahan. Teknik humor language mendapat presentase tinggi pada program komedi dengan format sketsa komedi, talk show komedi, dan situasi komedi seperti Opera Van Java (56%), Studio 1 (47%), Bukan Empat Mata (86%), Target Operasi (55%), Pesbukers (69%), Tawa Sutra (74%), Pas Mantab (77%), dan Oh Ternyata (52%). Sedangkan teknik humor kategori logic mendapat presentase yang besar pada program komedi dengan format cerita pendek seperti Sketsa dan Plesetan Misteri. Untuk kategori action, mendapat presentase besar pada program Tahan Tawa dan Digital Clip. Teknik humor pada kategori language yang mendapat presentase paling tinggi adalah teknik pun (permainan makna kata) yaitu sebesar 44%. ini menunjukkan adanya perkembangan pada metode humor yang digunakan para komedian. Sedangkan untuk kategori action yang mendapat presentase kedua terbesar setelah language yaitu 27%, teknik humor yang menonjol adalah exaggeration (beraksi secara berlebihan atau melebih-lebihkan). Hal ini dipengaruhi oleh tren yang saat ini sedang berkembang di masyarakat, misalnya

97 Universitas Kristen Petra tren hiperbola, format program komedi itu sendiri, dan peraturan dari KPI. Dari temuan data yang ada, peneliti menemukan bahwa format program atau konsep mempengaruhi teknik humor yang digunakan. Format dan konsep terdiri dari durasi, komedian yang ditampilkan, dan alur cerita. Misalnya, kategori language menonjol pada program yang berdurasi lama karena dapat dimunculkan melalui dialog, sedangkan program dengan konsep cerita pendek akan menonjolkan teknik kategori logic. Dari hasil penelitian ini, peneliti menemukan bahwa masih banyak teknik- teknik humor yang belum digunakan atau dimaksimalkan dalam memproduksi program komedi. Saat ini yang ditonjolkan adalah teknik pada kategori language dengan teknik yang sama pada beberapa program komedi. Bahkan kategori language yang mendapat presentase paling tinggi pun belum dimaksimalkan penggunakan teknik-teknik humornya. Hal ini dapat disebabkan para praktisi televisi yang cenderung “bermain aman” dan meneruskan teknik-teknik humor sesuai dengan program komedi yang pernah sukses atau populer. Misalnya Studio 1 yang mempunyai konsep sama dengan Extravaganza. Atau Pesbukers yang berformat sama dengan Opera Van Java hanya berbeda konsep saja karena Opera Van Java menggukan konsep wayang orang. PAS Mantab pun menggunakan komedian yang sama dengan Opera Van Java yang lebih dulu sukses. Jika dibandingkan dengan program komedi di luar negeri, di Indonesia masih belum mengeksplor teknik-teknik komedi yang ada. Di luar negeri kita tahu sejak dulu ada Charlie Chaplin dan Mr. Bean yang dapat memunculkan humor tanpa kata-kata atau dialog dan hanya menggunakan ekpresi dan aksi. Di luar negeri, seperti Amerika, lebih banyak memproduksi program komedi dengan format situasi komedi (sitkom) seperti Friends, How I Met Your Mother, dan New Girl. Tingginya presentase kategori language dan banyaknya teknik-teknik humor yang belum digunakan menunjukkan bahwa kurangnya kreatifitas dari para praktisi televisi dalam membuat konsep dan format program komedi serta kurangnya variasi teknik komedi oleh para komedian. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai teknik humor mengingat

98 Universitas Kristen Petra bahwa baru Berger sajalah yang mengeluarkan teori tentang teknik-teknik humor dalam media audiovisual. Dengan mengetahui teknik humor apa yang paling sering digunakan dalam program komedi dengan share di atas 10.0, penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk produksi program humor kedepan. Karena salah satu tolak ukur kesuksesan suatu program adalah melalui rating dan share (Morissan, 2008, p.342).

99 Universitas Kristen Petra