2016

Penyusunan Rencana Induk

Sistem Penyediaan Air Minum Kota Padangsidimpuan

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

KATA PENGANTAR

Pertama - tama penulis ingin mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada kami sehingga Laporan Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan Akhir merupakan salah satu produk yang harus dipenuhi oleh konsultan dalam proses pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan Studi Rencana Induk Sistim Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Padangsidimpuan”.Dokumen Laporan Akhir ini kami buat telah sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang ditetapkan oleh Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Pemerintah Kota Padangsidimpuansebagai pengguna jasa.

Kami selaku pelaksana pekerjaan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian produk Laporan Pendahuluan ini, baik yang telah membantu secara teknis maupun segala bentuk masukan yang kami terima demi keberhasilan pekerjaan ini. Semoga dokumen ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terimakasih.

Medan, 7November 2016

IRZAN YUNEIZI, ST, MT, M.SC

TEAM LEADER

i | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

ii | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i DAFTAR ISI ...... iii DAFTAR GAMBAR...... vii DAFTAR TABEL ...... ix BAB 1. PENDAHULUAN...... 1 1.1. LATAR BELAKANG ...... 1 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ...... 3 1.3. SASARAN DAN LOKASI KEGIATAN ...... 4 1.4. RUANG LINGKUP KEGIATAN ...... 4 1.4.1. Lingkup Pengerjaan Dokumen ...... 5 1.4.2. Lingkup Wilayah ...... 6 1.4.3. Klasifikasi RISPAM ...... 6 1.5. LANDASAN HUKUM ...... 7 1.6. KELUARAN DAN PELAPORAN ...... 9 1.7. SISTEMATIKA PELAPORAN ...... 10 BAB 2. GAMBARAN UMUM AREA STUDI ...... 12 2.1. KRONOLOGIS PEMBENTUKAN PADANGSIDIMPUAN ...... 12 2.2. KONDISI WILAYAH KOTA PADANGSIDIMPUAN ...... 13 2.3. GEOGRAFI ...... 16 2.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis ...... 16 2.1.2. Topografi dan Kontur ...... 17 2.1.3. Geologi dan Geohidrologi ...... 17 2.1.4. Hidrologi dan Klimatologi ...... 17 2.4. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ...... 22 2.5. PENDUDUK ...... 22 2.6. SOSIAL ...... 24 2.6.1. Rumah Ibadah ...... 24 2.6.2. Pendidikan ...... 24 2.6.3. Kesehatan ...... 25 2.7. PERINDUSTRIAN ...... 26 2.8. RENCANA POLA RUANG, KAWASAN STRATEGIS DAN TATA GUNA LAHAN ...... 28

iii | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2.9. EKONOMI DAN KEUANGAN ...... 33 2.9.1. PDRB ...... 33 2.9.2. Keuangan Daerah ...... 35 BAB 3. PROFIL PDAM TIRTA AYUMI ...... 38 3.1. SEJARAH PERUSAHAAN ...... 38 3.2. ASPEK TEKNIS OPERASIONAL...... 38 3.2.1. Sistem Jaringan Perpipaan ...... 39 3.2.2. Sistem Bukan Jaringan Perpipaan ...... 45 3.3. ASPEK KEUANGAN DAN TARIF ...... 45 3.4. ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA ...... 49 3.5. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN TEKNIS DAN NON TEKNIS ...... 51 BAB 4.STANDAR/ KRITERIA PERENCANAAN ...... 53 4.1. KRITERIA PERENCANAAN ...... 54 4.1.1. Unit Air Baku ...... 54 4.1.2. Unit Transmisi ...... 57 4.1.2. Unit Produksi ...... 59 4.1.3. Unit Reservoir ...... 72 4.1.4. Unit Distribusi dan Unit Layanan ...... 73 4.2. STANDAR KEBUTUHAN AIR ...... 80 4.2.1. Kebutuhan Domestik ...... 83 4.2.2. Kebutuhan Non Domestik ...... 84 4.3. PERIODE PERENCANAAN ...... 84 4.4. KRITERIA DAERAH LAYANAN ...... 85 BAB 5.PROYEKSI KEBUTUHAN AIR ...... 87 5.1. ARAH PERKEMBANGAN KOTA ...... 87 5.2. PELAYANAN AIR MINUM EKSISTING ...... 94 5.3. RENCANA DAERAH PELAYANAN ...... 99 5.3. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK ...... 100 5.4. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR ...... 103 BAB 6.POTENSI AIR BAKU ...... 113 6.1. POTENSI AIR PERMUKAAN ...... 113 6.1.1. Potensi Mata Air ...... 113 6.1.2. Potensi Air Permukaan ...... 114 6.2. POTENSI AIR TANAH ...... 116 6.3. POTENSI SUMBER AIR BAKU BERDASARKAN PERDA KOTA PADANGSIDIMPUAN NO 4 TAHUN 2014 ...... 119 6.4. DASAR PEMILIHAN SUMBER AIR BAKU ...... 122

iv | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

6.5. PEMILIHAN SUMBER AIR BAKU ...... 127 6.6. SUNGAI-SUNGAI POTENSIAL UNTUK KOTA PADANGSIDIMPUAN ...... 129 6.6.1. Sungai Batang Ayumi ...... 129 6.6.2. Sungai Batang Kumal ...... 132 6.6.3. Sungai Sisundung ...... 132 6.6.4. Aek Simanabun dan Aek Sibujing ...... 133 6.6.5. Labuhan Rasoki dan Labuhan Labo ...... 135 6.6.6. Aek Sipogas dan Huta Padang ...... 135 6.7. USULAN PERIZINAN PENGAMBILAN AIR BAKU ...... 136 6.7.1. Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Izin Penggunaan Air ...... 137 6.7.2. Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Air ...... 137 6.8. PETA SUMBER AIR BAKU POTENSIAL KOTA PADANG SIDIMPUAN ...... 137 BAB 7.RENCANA PENGEMBANGAN SPAM ...... 144 7.1. KEBIJAKAN STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN RUANG...... 144 7.1.1. StrategiStrukturRuang ...... 144 7.1.2. KebijakandanStrategiPolaRuangKotaPadangsidimpuan ...... 149 7.1.3. KebijakandanStrategiKawasan StrategisKotaPadangsidimpuan ...... 151 7.1.4. KebijakandanStrategiPemanfaatan Sumber Air Baku untuk Kawasan Pertanian berdasarkan Rencana Pola Ruang KotaPadangsidimpuan ...... 152 7.2. RENCANA SISTEM PELAYANAN ...... 159 7.3. OPTIMALISASI SPAM YANG ADA ...... 159 7.4. RENCANA PENGEMBANGAN SPAM...... 161 BAB 8.RENCANA PENDANAAN/ INVESTASI ...... 172 8.1. KEBUTUHAN INVESTASI, SUMBER DAN POLA PENDANAAN...... 172 8.1.1. Kebutuhan Investasi ...... 172 8.1.2. Sumber dan Pola Pendanaan ...... 180 8.1.3. Program Pengembangan Bidang Keuangan ...... 180 8.2. DASAR PENENTUAN ASUMSI KEUANGAN ...... 181 8.3. ANALISIS INVESTASI...... 184 8.4. KOMPONEN PROYEKSI KELAYAKAN INVESTASI ...... 190 8.4.1. Internal Rate of Return (IRR) ...... 190 8.4.2. Net Present Value (NPV) ...... 190 8.4.3. Benefit Cost Ratio (BCR) ...... 191 8.4.4. Pay Back Period (Break Event Point) ...... 191 8.5. ANALISA TARIF DAN KELAYAKAN INVESTASI ...... 192 8.6. HASIL PROYEKSI KEUANGAN...... 193 BAB 9. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN AIR MINUM ...... 196

v | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

9.1. LEMBAGA PENYELENGGARA ...... 196 9.2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENYELENGGARAAN SPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN ...... 199 9.3. STRUKTUR ORGANISASI ...... 203 9.4. BENTUK KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN SPAM ...... 206 9.5. ORGANISASI PDAM DAN NON PDAM ...... 207 9.6. KEBUTUHAN SDM ...... 209 9.7. RENCANA PENGEMBANGAN SDM DAN PENILAIAN KINERJA ...... 210 9.8. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TARIF ...... 213 BAB 10. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 214

vi | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Batas Administrasi Kota Padangsidimpuan ...... 15 Gambar 2. 2 Persentase Luas Wilayah Kecamatan di Kota Padangsidimpuan ...... 17 Gambar 2. 3 Peta Kontur Kota Padang Sidimpuan ...... 18 Gambar 2. 4 Peta Geologi Kota Padang Sidimpuan ...... 19 Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Kota Padang Sidimpuan ...... 30 Gambar 2. 6 Rencana Kawasan Strategis Kota Padangsidimpuan ...... 31 Gambar 2. 7 Tata Guna Lahan Kota Padangsidimpuan Tahun 2009 ...... 32

Gambar 3. 1 Daerah Pelayanan Air Minum Kota Padang Sidimpuan ...... 38 Gambar 3. 2 Unit Air Baku di Simatohir ...... 40 Gambar 3. 3 Unit Air Baku di Sungai Manunggang ...... 40 Gambar 3. 4 Sistem Penyediaan Air Minum Eksisting Wilayah Batunadua ...... 42 Gambar 3. 5 Sistem Penyediaan Air Minum Eksisting Wilayah Tenggara ...... 42 Gambar 3. 6 Struktur Organisasi PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan ...... 50

Gambar 4. 1 Operasi Filter Aliran Gravitasi ...... 69 Gambar 4. 2 Penentuan Kapasitas Penyimpanan Reservoir Distribusi ...... 73 Gambar 4. 3 Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum ...... 75 Gambar 4. 4 Bentuk Sistem Distribusi...... 78

Gambar 5. 1 Proporsi Pemakaian Air Per Klasifikasi Sambungan (m3/tahun) ...... 95 Gambar 5. 2 Proporsi Pemakaian Air Domestik dan Non Domestik ...... 96

Gambar 6. 1 Geohidrologi Kota Padangsidimpuan ...... 118 Gambar 6. 2 Lokasi : Desa Mual Sisoma, Kecamatan Angkola Julu ...... 130 Gambar 6. 3 Lokasi : Pintu Langit Jae, Kecamatan Angkola Julu ...... 130 Gambar 6. 4 Lokasi : Desa Simasom, Kecamatan Angkola Julu ...... 131 Gambar 6. 5 Lokasi : Pertemuan Sungai Batang Ayumi dengan Batang Landi, Kecamatan Angkola Julu .131 Gambar 6. 6 Lokasi : Batang Landi, Kecamatan Angkola Julu...... 131 Gambar 6. 7 Lokasi : Mata Air di Bangunana Penangkap Air Eksisting Simatohir, Kecamatan Angkola Julu ...... 131 Gambar 6. 8 Lokasi : Batang Kumal, Kecamatan Batunadua ...... 132

vii | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 9 Lokasi : Air Terjun Kembar – Aek Sisundung, Kabupaten Tapanuli Selatan ...... 133 Gambar 6. 10 Lokasi : Sungai Sisundung, Kabupaten Tapanuli Selatan ...... 133 Gambar 6. 11 Lokasi : Aek Simanabun, Kecamatan Batunadua ...... 134 Gambar 6. 12 Lokasi : Aek Sibujing, Kecamatan Batunadua ...... 134 Gambar 6. 13 Lokasi : Labuhan Rasoki, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ...... 135 Gambar 6. 14 135 Gambar 6. 15 Lokasi : Hulu Aek Sipogas, Kabupaten Tapanuli Selatan ...... 136 Gambar 6. 16 Lokasi : ...... 136 Gambar 6. 17 Peta Sumber Air Potensial Kota Padangsidimpuan...... 138 Gambar 6. 18 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Angkola Julu ...... 139 Gambar 6. 19 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Hutaimbaru ...... 140 Gambar 6. 20 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Batunadua ...... 141 Gambar 6. 21 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ...... 142 Gambar 6. 22 Peta Sumber Air Potensial Di Luar Kota Padangsidimpuan (Kabupaten Tapanuli Selatan) ...... 143

Gambar 7. 1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 – 2033 ...... 146 Gambar 7. 2 Peta Luasan Sawah Eksisting Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ...... 154 Gambar 7. 3 Peta Luasan Sawah Eksisting di Aliran Sungai Batang Ayumi (Simasom) dan Sei Silandit Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ...... 155 Gambar 7. 4 Peta Pola Ruang Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ...... 156 Gambar 7. 5 Peta Proyeksi Luasan Sawah Tahun 2033 Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan ...... 157 Gambar 7. 6 Peta Proyeksi Luasan Sawah di Aliran Sungai Batang Ayumi (wilayah Simasom) dan Sei Silandit Tahun 2033 Kota Padangsidimpuan ...... 158 Gambar 7. 7 Program Pengembangan Jangka Mendesak Tahun 2017 – 2021 ...... 164 Gambar 7. 8 Program Pengembangan Jangka Menengah I Tahun 2022 – 2026 ...... 165 Gambar 7. 9 Program Pengembangan Jangka Menengah II Tahun 2027 – 2031 ...... 166 Gambar 7. 10 Program Pengembangan Jangka Panjang Tahun 2032 - 2036 ...... 167

Gambar 9. 1 Struktur Organisasi Kelembagaan Penyelenggaraan SPAM ...... 203 Gambar 9. 2 Struktur Organisasi PDAM Tirta Ayumi Tahun 2016...... 204 Gambar 9. 3 Struktur Organisasi PDAM Tirta Ayumi Tahun 2021...... 205 Gambar 9. 4 Struktur Organisasi PDAM Tahun 2024 ...... 206

viii | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Luas Wilayah, Persentase dan Jumlah Kelurahan di Kecamatan Kota Padangsidimpuan ...... 13 Tabel 2. 2 Nama Sungai yang melintasi Kota Padangsidimpuan ...... 20 Tabel 2. 3 Rata-rata Suhu di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 dan 2015 ...... 20 Tabel 2. 4 Data Kelembaban Udara Kota Padangsidimpuan...... 21 Tabel 2. 5 Tabel Curah Hujan dari Stasiun ...... 21 Tabel 2. 6 Banyaknya Desa/ Kelurahan dan Satuan Lingkungan Setempat (SLS) Menurut Kecamatan ...... 22 Tabel 2. 7 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 ...... 22 Tabel 2. 8 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 ...... 23 Tabel 2. 9 Jumlah Penganut Agama di Kota Padangsidimpuan Menurut Kecamatan Tahun 2015 ...... 24 Tabel 2. 10 Banyaknya Rumah Ibadah Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 ...... 24 Tabel 2. 11 Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 ...... 25 Tabel 2. 12 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 ...... 25 Tabel 2. 13 Banyaknya Industri Formal/ Non Formal Industri Logam, Mesin Elektro dan Aneka (ILMEA) Tahun 2015 ...... 26 Tabel 2. 14 Banyaknya Industri Kimia, Agro, Hasil Hutan (IKAHH) Tahun 2015 ...... 26 Tabel 2. 15 Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Golongan Industri, Tahun 2013 – 2015 ...... 27 Tabel 2. 16 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2013 – 2015 (Juta Rupiah) ...... 33 Tabel 2. 17 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, Tahun 2013 – 2015 (Juta Rupiah) ...... 34 Tabel 2. 18 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Padangsidimpuan, Tahun 2010 – 2015 (000 Rp) ...... 35 Tabel 2. 19 Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Kota Padangsidimpuan, ...... 35 Tabel 2. 20 Realisasi Pendapatan Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Penerimaan, ...... 35 Tabel 2. 21 Realisasi Belanja Tidak Langsung Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2013 – 2015 (000 Rp) ...... 36 Tabel 2. 22 Realisasi Belanja Langsung Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2013 – 2015 (000 Rp) ...... 36 Tabel 2. 23 Realisasi Pembiayaan Pemerintah Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2013 – 2015 (000 Rp) ...... 36

Tabel 3. 1 Cakupan Pelayanan Air Minum Kota Padangsidimpuan ...... 39

ix | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 3. 2 Kapasitas Terpasang dan Produksi PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan ...... 41 Tabel 3. 3 Rekapitulasi Produksi Air Minum PDAM Tirta Ayumi 4 Tahun Terakhir ...... 41 Tabel 3. 4 Data Pipa Distribusi di PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan ...... 43 Tabel 3. 5 Jumlah Sambungan Per Wilayah PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 ...... 43 Tabel 3. 6 Jumlah Sambungan Per Wilayah PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 ...... 44 Tabel 3. 7 Penjualan Air PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 ...... 44 Tabel 3. 8 Neraca Per 31 Desember Tahun 2015 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2014 ...... 45 Tabel 3. 9 Neraca Per 31 Desember Tahun 2013 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2012 dan Tahun 2011 ...... 46 Tabel 3. 10 Laporan Laba Rugi Per 31 Desember Tahun 2015 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2014 ...... 47 Tabel 3. 11 Laporan Laba Rugi Per 31 Desember Tahun 2013 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2012 dan 2011 ...... 47 Tabel 3. 12 Golongan Tarif Air Minum PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan ...... 49 Tabel 3. 13 Jumlah Karyawan Berdasarkan Status ...... 51

Tabel 4. 1 Kriteria Air Baku ...... 57 Tabel 4. 2 Kriteria Pipa Transmisi...... 58 Tabel 4. 3 Efektivitas Proses Pengolahan Air ...... 71 Tabel 4. 4 Kriteria Pipa Distribusi...... 74 Tabel 4. 5 Tingkat Pemakaian Air Domestik ...... 80 Tabel 4. 6 Tingkat Pemakaian Air Non Domestik ...... 81 Tabel 4. 7 Kriteria dan Standar Kebutuhan Air ...... 82 Tabel 4. 8 Matriks Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM ...... 85

Tabel 5. 1 Arah Perkembangan Kota Padangsidimpuan ...... 87 Tabel 5. 2 Rata-rata Pemakaian Air PDAM Tirta Ayumi Tahun 2015...... 94 Tabel 5. 3 Data Perbandingan Pemakaian Air Eksisting ...... 95 Tabel 5. 4 Data Eksisting Volume Air Terjual Per Sambungan ...... 97 Tabel 5. 5 Konsumsi Pemakaian Air PDAM Tirta Ayumi Eksisting ...... 98 Tabel 5. 6 Jumlah Sambungan Berdasarkan Klasifikasi Pelanggan PDAM Tirta Ayumi ...... 98 Tabel 5. 7 Target Prosentase Pelayanan Air Minum Per Kecamatan ...... 99 Tabel 5. 8 Target Jumlah Penduduk Yang Terlayani Air Minum Per Kecamatan ...... 100 Tabel 5. 9 Metode Proyeksi Penduduk Setiap Kecamatan Yang Terpilih ...... 103 Tabel 5. 10 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Batunadua ...... 104 Tabel 5. 11 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ...... 105

x | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 12 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Padangsidimpuan Utara ...... 106 Tabel 5. 13 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Padangsidimpuan Selatan ...... 107 Tabel 5. 14 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Hutaimbaru ...... 108 Tabel 5. 15 Prioyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Angkola Julu ...... 109 Tabel 5. 16 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Untuk 4 Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Ayumi ...... 110 Tabel 5. 17 Proyeksi Kebutuhan Air Minum di Wilayah Pelayanan PDAM Tirtanadi ...... 111 Tabel 5. 18 Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 – 2035 ...... 112

Tabel 6. 1 Potensi Mata Air Kota Padangsidimpuan ...... 113 Tabel 6. 2 Sungai Yang Melalui Kota Padangsidimpuan ...... 114 Tabel 6. 3 Potensi Air Permukaan Kota Padangsidimpuan ...... 114 Tabel 6. 4 Koordinat Lokasi Rencana Pengambilan Air Baku untuk Air Minum Kota Padangsidimpuan .115 Tabel 6. 5 Kapasitas Sumber Air Baku Kota Padangsidimpuan ...... 128

Tabel 7. 1 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2026 ...... 168 Tabel 7. 2 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2027 – 2036 ...... 169 Tabel 7. 3 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2026 Bila Bangunan Penangkap Air Sisundung Dialihkan Kepada Kabupaten Tapanuli Selatan ...... 170 Tabel 7. 4 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2027 – 2036 Bila Bangunan Penangkap Air Sisundung Dialihkan Kepada Kabupaten Tapanuli Selatan ...... 171

Tabel 8. 1 Rencana Program Investasi Tahun 2017 – 2036 ...... 173 Tabel 8. 2 Rencana Program Investasi Jangka Pendek Tahun 2017 – 2021 ...... 175 Tabel 8. 3 Rencana Program Investasi Jangka Menengah Tahun 2022 – 2026 ...... 176 Tabel 8. 4 Rencana Program Investasi Jangka Menengah Tahun 2027 – 2031 ...... 177 Tabel 8. 5 Rencana Program Investasi Jangka Panjang Tahun 2032 – 2036 ...... 178 Tabel 8. 6 Sumber Pendanaan Investasi SPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036 ...... 185 Tabel 8. 7 Asumsi Pasokan dan Pendapatan Penjualan Air serta Non Air atas Rencana Investasi SPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036 ...... 186 Tabel 8. 8 Input Biaya Investasi RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036 ...... 187 Tabel 8. 9 Proyeksi Laba – Rugi Atas RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036 ...... 188 Tabel 8. 10 Proyeksi Arus Kas Atas RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036...... 189 Tabel 8. 11 Perhitungan Kelayakan Finansial RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036 ...... 194 Tabel 8. 12 Proyeksi Harga Pokok Produksi dan Harga Rata-Rata Jual Air PDAM Tirta Ayumi Tahun 2017 – 2036 ...... 195

xi | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 9. 1 Jumlah Pegawai PDAM Tirta Ayumi Tahun 2016 ...... 204 Tabel 9. 2 Proyeksi Jumlah Pegawai PDAM Tirta Ayumi + PDAM Tirtanadi (Tahun 2024) Hingga Tahun 2036 ...... 211 Tabel 9. 3 Rencana Pengembangan SDM Bidang Teknis ...... 212 Tabel 9. 4 Rencana Pengembangan SDM Bidang Non Teknis ...... 212

xii | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB1.PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tema besar RPJPN untuk RPJMN III bidang Cipta Karya adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar sistem penyediaan air minum sudah terpenuhi terlebih dahulu.

Kinerja pelayanan air minum sampai saat ini masih banyak tantangan, cakupan pelayanan air minum secara nasional pada tahun 2014 baru mencapai 70,05% (Perkotaan 81,80% Pedesaan 59,1%) dimana masih terjadi gap 29,95% untuk mencapai 100 % pelayanan pada tahun 2019 atau target pencapaian akses 5,99%/tahun.

Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, dihadapkan pada target penyediaan akses air minum 100% pada Tahun 2019. Masih ada gap 33% untuk mencapai target Universal Access pada tahun 2019.

Disamping amanat UU No.17 Tahun 2007 tersebut, Direktorat Jendral Cipta Karya Kemeterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencanaNgkan Prakarsa Permukiman 100-0-100 yang merupakan komitmen untuk mencapai pemenuhan 100% akses air minum, 0% luas kawasan kumuh perkotaan, dan 100% akses sanitasi untuk dapat dicapai dalam 5 tahun ke depan melalui implementasi berbagai program yang mendukungnya.

Untuk mendukung target – target tersebut diatas, Pemerintah Kota(Pemko) Padangsidimpuan melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) KotaPadangsidimpuan Tahun 2013-2033 telah berkomitmen untuk memprioritaskan peningkatan cakupan pelayanan air minum khususnya melalui jaringan perpipaan bagi masyarakat Kota Padangsidimpuan guna mencapai target universal akses itu.PemkoPadangsidimpuan saat ini giat mendorong pelaksanaan pembangunan di segala bidang salah satunya adalah di bidang penyediaan air bersih yaitu Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Pembangunan di bidang penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya pengembangan sistem air besih yang baru, atau efisiensi dan optimalisasi sistem yang telah ada.

Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan dalam kaitan dengan masih diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang memberikan pedoman, baik

1 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional, (ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM),(iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis, topografis dan geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi daerah.

Rencana Induk Air Minum dan Rencana Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah. Selain itu dengan adanya rencana teknis pengembangan SPAM (DED) yang memenuhi syarat peraturan berlaku (Permen PU No. 18/2007), maka pengembangan SPAM di suatu lokasi/kawasan akan mendukung keberfungsian dan keberlanjutan yang sistematis.

Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional, (ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM),(iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.

Namun terbatasnya sumber daya manusia di daerah menyebabkan Pemerintah Daerah masih membutuhkan bantuan teknis guna menyusun rencana induk sistem penyediaan air minum di wilayah administratifnya dan advis teknis dalam penyusunan rencana teknis pada rencana daerah pelayanan SPAM.

2 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Berkenaan dengan paparan yang dikemukakan di atas maka pada tahun anggaran 2016 melalui pendanaan rupiah murni dilakukan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI SPAM) Kota Padangsidimpuan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Secara umum maksud dari kegiatan ini adalah:

1. Membantu Pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam menyusun rencana induk pengembangan SPAM di daerahnya.

2. Membantu Pemko Padangsidimpuan dan PDAM Tirta Ayumi dalam mengidentifikasi kebutuhan air minum pada daerah studi

3. Membantu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam mempersiapkan program pengembangan SPAM TA. 2017 dan mereview/menyusun kesiapan dan kesesuaian DED lokasi pengembangan SPAM yang dibiayai APBN atau APBD I/II TA 2017 dan/atau 2018.

4. Memberikan masukan bagi pemerintah pusat, provinsi dan kota dalam upaya pengembangan prasarana dan sarana air minum di Kota Padangsidimpuan melalui program yang terpadu dan berkelanjutan.

Sedangkan tujuan nya antara lain:

1. Menghasilkan draft dokumen rencana induk pengembangan SPAM Kota Padangsidimpuan sampai tahun 2034 yang memenuhi persyaratan teknis, sosio ekonomi dan lingkungan dengan memperhitungkan fasilitas produksi, termasuk potensi dan rencana alternatif penambahan sumber daya air dan jaringan perpipaan air minum yang dapat memenuhi pertumbuhan kebutuhan air minum yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan perekonomian, serta selaras dengan program-program dan strategi Pemerintah (Pusat dan Daerah).

2. Menghasilkan rencana teknis pengembangan 1 (satu) lokasi prioritas SPAM yang dibiayai dari APBN atau APBD I/II yang telah dikaji ulang dan siap diimplementasikan

Untukmembantupencapaiantujuantersebut, konsultanperlumempertimbangkanbeberapaaspekyaitu:

1. Variasi air

3 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

bakubaikdalamhalkuantitasmaupunkualitasakibatperubahanronalingkungansecaraalamiahmaupunk esalahandalampengelolaanolehmanusia.

2. RencanaPengelolaan Air Baku.

3. MemahamiPeraturanPusatmaupunPeraturan Daerah tentangKonservasi Air sertaAlokasiPenggunaannyabaikuntukkebutuhanpertanian, rumah- tanggamaupununtukpenggelontoran.

1.3. SASARAN DAN LOKASI KEGIATAN

Sasaran kegiatan Penyusunan RISPAM Kota Padangsidimpuan ini adalah:

1. Mempunyaipemahaman yang jelastentangsumber-sumber air bakusaatini, data curahhujan, jejaringsungai (watershed), system akuiferserta water balance antarapemakaian, penyimpanandanpengisiankembali (recharge flow) air tanah.

2. PengembanganEvaluasiterperincitentangketersediaan air di Kota Padangsidimpuan besertadaerahsekitarnya yang berkontribusidalamketersediaan air tersebutbaikuntuksaatinimaupunprakiraan di masamendatang.

3. Pengembangansituasikritismeliputiprakiraanmusimkeringterburukdalamkurunwaktutertentu (5 tahunandan 25 tahunan) berupaanalasisjumlahhariberturut- turuttanpahujanterpanjangdalamkurunwaktutersebutdanselanjutnyamengembangkansolusi- solusialternativeuntukmengantisipasisituasikritistersebut.

4. Mempunyaipemahamantentangpotensigangguanbaik internal maupuneksternal yang dapatmemberikandampakterhadapkualitasdankuantitas air baku

5. Mengembangkanpemahamantentangkerentanansumber air baku (Source water vurnerability) danRencana.

6. Meningkatkanjiwapelayananterhadapketersediaansumber air baku (water stewardship) kepadamasyarakat.

1.4. RUANG LINGKUP KEGIATAN

4 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

1.4.1. Lingkup Pengerjaan Dokumen

Seperti yang disebutkan dalam kerangka acuan kerja (KAK) secara umum ruang lingkup kegiatan penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Padangsidimpuan meliputi tapi tidak terbatas pada:

1. Melakukan kajian terhadap regulasi yang terkait dengan penyediaan air minum.

2. Melakukan evaluasi kondisi kota/kawasan, untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks regional nasional kota/kawasan yang bersangkutan.

3. Melakukan kerjasama dengan Satker Pengembangan Air Minum, Provinsi Sumatera Utara dan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara sebagai pengelola sebagian wilayah pelayanan air minum di Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan dalam menerjemahkan rencana tata ruang wilayah kota menjadi rencana induk pengembangan SPAM Kota Padangsidimpuan.

4. Melakukan evaluasi kondisi eksisting SPAM, dengan menginventarisasi peralatan dan perlengkapan sistem penyediaan air minum eksisting untuk unit produksi, jaringan perpipaan dan cakupan pelayanan.

5. Melakukan kajian terhadap berbagai potensi sumber daya air baik internal maupun eksternal.

6. Melakukan perhitungan dan analisis proyeksi penduduk dan kebutuhan air minum, serta kajian water balance hingga tahun 2036.

7. Menyusun identifikasi potensi pencemar air baku, identifikasi area perlindungan air baku, dan menentukan jenis proses pengelolaan sanitasi (terutama air limbah dan persampahan) di sekitar sumber air baku potensial.

8. Menentukan skala prioritas penggunaan sumber air baku, kebutuhan kapasitas air baku (disesuaikan dengan rencana kebutuhan air minum), dan menyusun rencana alokasi air baku yang dibutuhkan untuk SPAM yang direncanakan.

9. Menentukan kriteria teknis dan standar pelayanan yang akan diaplikasikan, yang meliputi tingkat pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis pelayanan serta harga jual yang dapat ditawarkan ke pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.

10. Merencanakan pengembangan SPAM di wilayah Kota Padangsidimpuan mulai dari sistem produksi, sistem distribusi, sistem pelayanan pelanggan, serta penurunan tingkat kehilangan air dengan memperhatikan aspek regulasi, kebijakan, potensi sumber daya air yang ada, kondisi geografis, perkembangan kependudukan, standar teknis minimal, serta pemenuhan secara layak/wajar terhadap aspek finansial, aspek lingkungan, aspek sosio-ekonomi-budaya dll.

11. Menyusun program dan investasi pengembangan SPAM untuk jangka pendek (2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (15-20 tahun) di wilayah studi berupa rencana tahapan

5 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

pengembangan, rencana pengembangan kelembagaan dan SDM, rekayasa awal sistem, rekomendasi langkah-langkah penguasaan dan pengamanan sumber air baku, serta rencana tindak lanjut studi kelayakan.

12. Melakukan analisis pengembangan penyediaan air minum yang lebih ditekankan kepada penyelesaian permasalahan penyediaan air minum di PDAM Tirta Ayumi, sementara itu analisis terhadap kondisi eksisting PDAM Tirtanadi yang ditunjuk sebagai pengelola penyediaan air minum di Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Selatan akan dilakukan secara proporsional dengan memperhitungkan informasi-informasi penting yang dianggap relevan terhadap perkembangan PDAM Tirta Ayumi ketika perjanjian Kerja Sama Operasi (KSO) akan segere berakhir dalam beberapa tahun mendatang.

13. Menyusun rencana pembiayaan dan pola investasi berupa indikasi besar

14. Biaya tingkat awal, sumber pembiayaan, dan pola pembiayaan bagi pengembangan SPAM.

15. Menyusun rencana konsep pengembangan kelembagaan penyelenggara SPAM; mencakup tinjauan terhadap struktur organisasi dan kebutuhan SDM termasuk latar belakang keahliannya.

16. Melakukan koordinasi dengan konsultan advisory penyusunan rencana induk tingkat Pusat yang meliputi koordinasi penyamaan standar sistematika sesuai dengan juknis.

1.4.2. Lingkup Wilayah

Wilayah studi yang ditentukandalamkegiataniniadalahKota Padangsidimpuan ProvinsiSumatera Utara.

1.4.3. Klasifikasi RISPAM

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Rencana Induk SPAM, klasifikasi pengerjaan RISPAM dapat dijelaskan sebagai berikut. Adapun untuk Kota Padangsidimpuan RISPAM yang disusun adalah jenis wilayah pelayanan dalam satu wilayah administrative Kabupaten/ Kota.

RI SPAM Wilayah Pelayanan Dalam Satu Wilayah Administratif Kabupaten / Kota

RI SPAM wilayah pelayanan dalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota ini mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan yang terdapat di dalam satu wilayah administrasi kabupaten/kota. RI SPAM wilayah pelayanan didalam satu wilayah administrasi kabupaten atau kota disusun mengacu pada RI SPAM wilayah administrasi kabupaten atau kota yang telah ditetapkan

6 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

RI SPAM Wilayah Pelayanan Lintas Kabupaten atau Kota

RI SPAM wilayah pelayanan lintas kabupaten atau kota mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan yang terdapat didalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten atau kota dalam satu propinsi. RI SPAM wilayah pelayanan lintas kabupaten atau kota disusun berdasarkan RI SPAM wilayah administrasi kabupaten atau kota yang telah ditetapkan serta kesepakatan antara kabupaten atau kota terkait dengan sepengetahuan pemerintah propinsi terkait. Jika dalam hal kesepakatan antara kabupaten atau kota terkait tidak tercapai, pemerintah propinsi dapat memfasilitasi terselenggaranya kerja sama dalam perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum lintas kabupaten atau kota. Apabila kerjasama tersebut tidak tercapai, maka pemerintah dapat menetapkan kesepakatan kerja sama sebagai dasar penyusunan RI SPAM wilayah pelayanan lintas kabupaten atau kota (pemerintah dapat mengambil prakarsa atau mengambil alih bila merugikan masyarakat)

RI SPAM Wilayah Pelayanan Lintas Propinsi

RI SPAM wilayah pelayanan lintas propinsi mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan perpipaan yang terdapat de dalam lebih dari satu wilayah administrasi kabupaten atau kota di dalam lebih dari satu propinsi.

RI SPAM wilayah pelayanan lintas propinsi disusun berdasarkan RI SPAM wilayah administrasi kabupaten atau kota yang telah ditetapkan serta kesepakatan antara kabupaten atau kota terkait dengan sepengetahuan masing-masing pemerintah propinsi. Dalam hal kesepakatan antara kabupaten atau kota terkait tidak tercapai, pemerintah propinsi terkait dapat memfasilitasi terselenggaranya kerjasama dalam perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum lintas propinsi. Dalam hal fasilitasi propinsi terkait tidak mewujudkan kesepakatan, pemerintah dapat memfasilitasi terselenggaranya kerjasama dalam perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum lintas propinsi. Apabila kerjasama tersebut tidak tercapai, maka pemerintah dapat menetapkan kesepakatan kerja sama sebagai dasar penyusunan RI SPAM wilayah pelayanan lintas propinsi (pemerintah atasan dapat mengambil prakarsa atau mengambil alih bila merugikan masyarakat)

RI SPAM wilayah pelayanan lintas propinsi ditetapkan oleh menteri. Penetapan menteri tersebut dapat dilimpahkan kepada pemerintah propinsi terkait.

1.5. LANDASAN HUKUM

7 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Padangsidimpuan, maka metodologi pekerjaan mengacu pada acuan normatif antara lain sebagai berikut:

 Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tanggal 14 Desember 2001 tentang standar kualitas air baku.

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011 Tentang Sungai

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum

 Peraturan Presiden Republik Indonesia No.185 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.01/PRT/M/2009 tentang SPAM Bukan Jaringan Perpipaan.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:18/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan SPAM.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:7/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Pemberian Izin Penyelenggaraan Pengembangan SPAM oleh Badan Usaha dan Masyarakat untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 13/PRT/M/2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria Penetapan Wilayah Sungai

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 09/PRT/M/2015 Tentang Penggunaan Sumber Daya Air

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 10/PRT/M/2015 Tentang Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 37/PRT/M/2015 Tentang Izin Penggunaan Air dan/ atau Sumber Air

8 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

 Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 19 April 2010 Tentang Standar Kualitas Air Minum

 Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 4 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 – 2033

Namun demikian detail peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk pengembangan SPAM selanjutnya akan ditampilkan secara lebih lengkap pada Bab VIII mengenai Pengembangan Kelembagaan Air Minum.

1.6. KELUARAN DAN PELAPORAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen Rencana Induk Pengembangan Sistem Air Minum (RI SPAM) Kota dan Rencana Teknis (DED) untuk 1 (satu) lokasi prioritas yang memenuhi persyaratan dan ketentuan Permen PU No. 18 Tahun 2007.

Dalam melaksanakan pekerjaan/tugas Konsultan berkewajiban menyampaikan laporan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan harus diserahkan 1 (satu) bulan setelah mobilisasi yang berisikan penjelasan kembali terhadap metodologi, rencana kerja dan susunan personel termasuk base-line informasi yang telah di-update terhadap kerangka penugasan, konsepsi-konsepsi, wilayah studi dan standar teknis penanganan awal. Laporan Pendahuluan disiapkan sebanyak 5 (lima) copy untuk diserahkan pada pemilik pekerjaan

2. Laporan Antara RISPAM

Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penugasan, konsultan harus menyerahkan Laporan Antara RISPAM yang berisikan kompilasi hasil survey, identifikasi pengumpulan data, dan rencana pemanfaatan dan alokasi penggunaan air baku yang akan menjadi bahan analisis penyusunan Rencana Induk, serta inventarisasi kesiapan lokasi usulan pengembangan SPAM dan kelayakan rencana lokasi pengembangan SPAM TA APBD I/II TA 2016 dan/atau 2017. Laporan Antara disiapkan sebanyak 5 (lima) copy.

3. Konsep Laporan Akhir RISPAM

9 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah penugasan, konsultan harus menyerahkan Konsep Laporan Akhir RISPAM yang berisikan pokok sasaran sesuai dengan sasaran dan ruang lingkup studi dilengkapi dengan peta rencana pengembangan sistem sesuai periodisasi yang ditentukan. Untuk keperluan pembahasan, Konsep Laporan Akhir disiapkan sebanyak 5 (lima) copy

4. Laporan Akhir dan Ringkasan Eksekutif (RISPAM)

 Akhir masa kontrak pekerjaan, konsultan telah menyempurnakan berdasarkan hasil diskusi konsep laporan akhir. Laporan Akhir Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Padangsidimpuan termasuk peta dan informasi pendukung penyusunan Rencana Induk kepada pemilik pekerjaan, Pemerintah Kota Padangsidimpuan sebagai wilayah studi (Dinas Perumahan dan Permukiman dan Bappeda).

 Pada tahun selanjutnya (APBD I/II TA 2016 dan/atau 2017) buku Laporan ini akan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota (Padangsidimpuan) wilayah studi menjadi dokumen legal Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota.

Laporan akhir harus diserahkan setelah 6 bulan masa penugasan, dan menyerahkan Laporan Akhir masing-masing sebanyak 5 (lima) copy, serta keseluruhan softcopy laporan harus dimasukan kedalam harddisk eksternal.

1.7. SISTEMATIKA PELAPORAN

Secara lebih terperinci laporan ini dibahas dengan sitematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan mengenai, latar belakang, maksud dan tujuan, keluaran pelaksanaan pekerjaan, otorisasi, landasan hukum penyusunan Rencana Induk Penyusunan Sistem Penyediaan Air Minum, ruang lingkup pekerjaan dan sistematika penulisan.

BAB II. KONDISI UMUM DAERAH

Dalam bab ini dikemukakan mengenai: kondisi umum Kota Padangsidimpuan, diantaranya meliputi: Kota dalam Perspektif Makro, Ruang dan Lahan, Kondisi fisik dasar, Sarana dan Prasarana, serta Sosial-ekonomi-budaya.

BAB III. KONDISI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM EKSISTING

10 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Bab ini menggambarkan kondisi eksisting sistem penyediaan air minum yang ada di Kota Padangsidimpuan, diantaranya: Sistem penyediaan air minum dengan jaringan perpipaan (wilayah pelayanan, cakupan pelayanan, kinerja pelayanan, tingkat kebocoran, unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, unit pengelolaan, permasalahan) dan Sistem penyediaan air minum non perpipaan.

BAB IV. STANDAR/KRITERIA PERENCANAAN

Bab ini merupakan penjabaran rinci mengenai: kriteria perencanaan, standar kebutuhan air, periode perencanaan, kriteria daerah layanan

BAB V. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

Dalam bab ini dikemukakan mengenai arah perkembangan kota, rencana daerah pelayanan, proyeksi jumlah penduduk, proyeksi kebutuhan air minum.

BAB VI. POTENSI AIR BAKU

Bab ini menggambarkan potensi sumber air yang ada di Kota Padangsidimpuan, baik air permukaan maupun air tanah dan alternative sumber air baku yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi pengembangan sistem penyediaan air minum,

BAB VII. RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

Bab ini membahas mengenai kebijakan struktur dan pola ruang, rencana sistem pelayanan, rencana pengembangan SPAM, kapasitas sistem dan perkiraan kebutuhan biaya

BAB VIII. RENCANA PENDANAAN DAN INVESTASI

Bab ini membahas mengenai kebutuhan investasi, indikasi sumber pendanaan dan pola pendanaan, dasar penentuan asumsi keuangan dan analisa kelayakan keuangan

BAB IX. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN AIR MINUM

Bab ini membahas mengenai lembaga penyelenggara SPAM, struktur organisasi, rencana pengembangan kelembagaan dan rencana pengembangan sumberdaya manusia

11 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 2.GAMBARAN UMUM AREA STUDI

2.1. KRONOLOGIS PEMBENTUKAN PADANGSIDIMPUAN

Melalui aspirasi masyarakat serta Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan No 15/KPTS/1992 dan No 16/KPTS/1992 Kota Administratif Padangsidimpuan diusulkan menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II, bersamaan dengan pengusulan pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal, Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas. Setelah dibentuknya Kabupaten Mandailing Natal, maka melalui :

1) Surat Bupati Tapanuli Selatan No 135/1078/2000 tanggal 30 Nopember 2000 2) Keputusan DPRD Tapanuli Selatan No 01/PIMP/2001 tanggal 25 Januari 2001 3) Surat Gubernur Sumatera Utara No 135/1595/2001 tanggal 5 Februari 2001.

Maka diusulkan pembentukan Kota Padangsidimpuan yang menghasilkan diterbitkannya Undang Undang No 4 tahun 2001 tentang pembentukan Kota Padangsidimpuan tanggal 17 Oktober tahun 2001 oleh Menteri Dalam Negeri, atas nama Presiden Republik Indonesia. Kemudian pada tanggal 9 Nopember 2001 diresmikan Padang Sidimpuan menjadi kota oleh Gubernur Sumatera Utara dan Drs. Zulkarnain Nasution sebagai pejabat Walikota Padangsidimpuan

Pada awal pembentukan, Kota Padangsidimpuan memiliki luas wilayah sebesar 11.465,66 Ha dengan jumlah kecamatan sebanyak 5 kecamatan yang terdiri dari 58 desa dan 20 kelurahan. Kelima kecamatan tersebut adalah :

1) Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara 2) Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 3) Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua 4) Kecamatan Padangsidimpuan Utara 5) Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru

12 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Berdasarkan Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan melalui Undang-Undang No 06/PIMP/2005 tanggal 27 April 2005, luas wilayah Kota Padangsidimpuan bertambah sebanyak 3.219,02 Ha sehingga luas wilayah Kota Padangsidimpuan menjadi 14.684,68 Ha

Melalui Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 45 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Angkola Julu serta Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 46 tahun 2003 tentang Pemekaran Kelurahan dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan dalam Daerah Kota Padangsidimpuan maka Kota Padangsidimpuan dimekarkan menjadi 6 kecamatan yang terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan. Realisasi pembentukan Kecamatan Angkola Julu tertuang dalam Berita Acara No 136/2785/2005 tanggal 19 Mei 2005 tentang Penyerahan Sebagian Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua kepada Padangsidimpuan Angkola Julu. Sehingga jumlah kecamatan di Kota Padangsidimpuan menjadi 6 kecamatan dengan nama kecamatan sebagai berikut :

1) Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara 2) Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 3) Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua 4) Kecamatan Padangsidimpuan Utara 5) Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru 6) Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

Tabel 2. 1 Luas Wilayah, Persentase dan Jumlah Kelurahan di Kecamatan Kota Padangsidimpuan

Luas Wilayah Persen-tase Jumlah No Kecamatan (Km2) (%) Kelurahan 1. Padangsidimpuan Tenggara 20.68 7.80 9

2. Padangsidimpuan Selatan 14.58 5.50 6

3. Padangsidimpuan Batunadua 11.19 4.22 7

4. Padangsidimpuan Utara 15.44 5.82 6

5. Padangsidimpuan Hutaimbaru

6. Padangsidimpuan Angkola Julu

2.2. KONDISI WILAYAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

Kota Padangsidimpuan terletak pada 432 km dari Kota Medan merupakan salah satu daerah yang berada di bagian barat Propinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terluas di bagian barat Propinsi Sumatera Utara. Bentuk topografi Kota Padangsidimpuan berbukit-bukit dan dikelilingi oleh Pegunungan Bukit Barisan dan dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi suhu

13 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

rata-rata harian sehingga menjadikan Kota Padangsidimpuan sejuk, segar dan sangat cocok dijadikan sebagai daerah peristirahatan.

Keadaan tanah yang subur dikarenakan lapisan permukaan tanah dengan ketebalan topsoil yang cukup tinggi merupakan hasil endapan alluvial sungai dan gunung berapi dengan warna tanah hitam kecoklatan.

Bukit-bukit (tor) yang mengelilingi Kota Padangsidimpuan adalah disebelah utara adalah bukit Lubuk Raya, Bukit Sanggarudang dan Tor Simarsayang; disebelah barat dan selatan adalah Tor Silayang-layang serta sebelah timur adalah Tor Simincak.

14 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 2. 1 Batas Administrasi Kota Padangsidimpuan

15 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Posisi Kota Padangsidimpuan memiliki akses darat yang memadai dan cukup strategis, karena berada pada jalur utama yang merupakan penghubung antara berbagai pusat pertumbuhan.

- Barat : menuju ibukota propinsi, Medan terdapat dua jalur yaitu melalui dan Sipirok - Timur/ Selatan : menuju Ibukota Mandailing Natal, Panyabungan dan ke Propinsi Sumatera Barat berlanjut ke ibukota Negara, - Timur/ Utara : menuju Langgapayung Kabupaten Labuhanbatu yang terhubung dengan Trans Sumatera Highway jalur Timur/ Utara yang dapat menghubungkan semua Ibukota Propinsi di Pulau Sumatera dan ke Pulau jawa.

2.3. GEOGRAFI

Kota Padangsidimpuan terletak pada garis lintang 1o8’00” -1o28’00” LU dan garis bujur 99o13’00” – 99o20’00” BT. Luas wilayahnya mencapai 146,85 km2 yang dikelilingi oleh beberapa bukit serta dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai.

2.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

Kota Padangsidimpuan berada pada ketinggian 260 sd 1100 meter diatas permukaan laut. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur). Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan), sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Barat/ Kecamatan Angkola Selatan) dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur).

Luas wilayah Kota Padangsidimpuan mencapai 146,85 km2. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan, luas wilayah terbesar adalah kecamatan Batunadua dengan 38,74 km2 sedangkan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Padangsidimpuan Utara yaitu 14,09 km2.

16 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 2. 2 Persentase Luas Wilayah Kecamatan di Kota Padangsidimpuan

2.1.2. Topografi dan Kontur

Kondisi topografi Kota Padangsidimpuansebagian besar merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 260 sd 1100 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi dan kontur Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Gambar2.3.

2.1.3. Geologi dan Geohidrologi

Kondisi Geologi dan Geohidrologi Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Gambar 2.4

2.1.4. Hidrologi dan Klimatologi

Kota Padangsidimpuan terletak dekat garis khatulistiwa sehingga daerah ini beriklim tropis. Secara umum Padangsidimpuan memiliki iklim yang sedang dengan suhu berkisar 22,5 sampai dengan 24C.

Tabel 2.2 menunjukkan nama-nama sungai yang melintasi Kota Padangsidimpuan menurut panjang.

Sebagaimana kabupaten/ kota lainnya, Kota Padangsidimpuan mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan September sampai dengan bulan Februari, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.

17 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 2.3

Gambar 2. 3 Peta Kontur Kota Padang Sidimpuan

18 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 2.4

Gambar 2. 4 Peta Geologi Kota Padang Sidimpuan

19 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 2. 2 Nama Sungai yang melintasi Kota Padangsidimpuan

Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 3 Rata-rata Suhu di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 dan 2015

Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Berdasakan data dari BMKG , kondisi kelembaban udara di Wilayah Kota Padangsidimpuan rata- rata 83%. Angin Barat dan Angin Timur bertiup secara bergantian setiap 5 – 6 bulan sekali.

20 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 2. 4 Data Kelembaban Udara Kota Padangsidimpuan

Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Berdasarkan data dari Stasiun Batunadua dan Hutaimbaru, untuk tahun 2014 dan 2015, curah hujan terbesar terjadi pada bulan Oktober Tahun 2015 sebesar 6.970 mm sedangkan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 280 mm.

Tabel 2. 5 Tabel Curah Hujan dari Stasiun

Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

21 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2.4. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan terdiri atas 6 kecamatan. Wilayah administrasi dibawah kecamatan adalah desa/ kelurahan yang terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan. Selanjutnya wilayah administrasi paling rendah adalah lingkungan dan dusun. Secara keseluruhan, jumlah lingkungan/ dusun di Kota Padangsidimpuan mencapai 265 lingkungan/ dusun.

Tabel 2. 6 Banyaknya Desa/ Kelurahan dan Satuan Lingkungan Setempat (SLS) Menurut Kecamatan Kecamatan Banyaknya Desa/ Kelurahan Banyaknya Satuan Lingkungan Setempat Padangsidimpuan Tenggara 18 38 Padangsidimpuan Selatan 12 62 Padangsidimpuan Batunadua 15 44 Padangsidimpuan Utara 16 51 Padangsidimpuan Hutaimbaru 10 41 Padangsidimpuan Angkola Julu 8 29 Jumlah/ Total 79 265 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

2.5. PENDUDUK

Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 209.796 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 146,85 km2 maka kepadatan penduduknya mencapai 1.429 jiwa/km2. Kecamatan Padangsidimpuan Utara merupakan kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya yang mencapai 4.569 jiwa/km2 disusul oleh Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yang mencapai 4.196 jiwa/km2.

Tabel 2. 7 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa) (per km2) Padangsidimpuan Tenggara 27,69 33.495 1.210 Padangsidimpuan Selatan 15,81 66.345 4.196 Padangsidimpuan Batunadua 37,74 20.997 542 Padangsidimpuan Utara 14,09 64.375 4.569

22 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Padangsidimpuan Hutaimbaru 22,34 16.431 735 Padangsidimpuan Angkola Julu 28,18 8.153 289 Jumlah/ Total 146,85 209.796 1.429 2014 146,85 206.496 1.406 2013 146,85 204.615 1.393 2012 146,85 198.809 1.354 2011 146,85 193.322 1.316 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Jumlah rumah tangga di Kota Padangsidimpuan adalah 47.014 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga 4,46 orang. Jumlah rumah tangga paling banyak berada di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yaitu sebanyak 14.816 rumah tangga sedangkan jumlah rumah tangga paling sedikit berada di Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu yaitu 1.832 rumah tangga.

Tabel 2. 8 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Rata-rata Anggota (jiwa) Tangga Rumah Tangga Padangsidimpuan Tenggara 33.495 7.190 4,66 Padangsidimpuan Selatan 66.345 14.816 4,48 Padangsidimpuan Batunadua 20.997 4.812 4,36 Padangsidimpuan Utara 64.375 14.637 4,40 Padangsidimpuan Hutaimbaru 16.431 3.727 4,41 Padangsidimpuan Angkola Julu 8.153 1.832 4,45 Jumlah/ Total 209.796 47.014 4,46 2014 206.496 46.302 4,46 2013 204.615 47.083 4,35 2012 198.809 45.148 4,40 2011 193.322 43.592 4,43 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

23 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2.6. SOSIAL

2.6.1. Rumah Ibadah

Berdasarkan agama yang dianut, persentase penduduk yang beragama Islam sebesar 86%, Protestan 7%, Katolik 1% dan lainnya 6%.

Tabel 2. 9 Jumlah Penganut Agama di Kota Padangsidimpuan Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Buddha Lainnya Padangsidimpuan Tenggara 33.855 1.729 187 12 Padangsidimpuan Selatan 53.100 9.626 1.072 137 Padangsidimpuan Batunadua 16.907 645 70 3 Padangsidimpuan Utara 49.112 1.960 519 761 Padangsidimpuan Hutaimbaru 19.092 531 1 Padangsidimpuan Angkola Julu 7.462 436 Jumlah 179.528 14.927 1.848 913 12.579 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 10 Banyaknya Rumah Ibadah Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 Kecamatan Mesjid Musholla/ Protestan Katolik Wihara Langgar Padangsidimpuan Tenggara 36 19 - 14 - Padangsidimpuan Selatan 52 19 21 1 - Padangsidimpuan Batunadua 32 16 - - - Padangsidimpuan Utara 48 31 - - 1 Padangsidimpuan Hutaimbaru 29 16 3 - - Padangsidimpuan Angkola Julu 14 12 4 - - Jumlah 211 113 28 15 1 2014 216 165 68 4 1 2013 216 165 62 4 1 2012 216 165 42 2 1 2011 183 151 42 3 1 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

2.6.2. Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai.

24 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Di tingkat pendidikan dasar, jumlah SD pada tahun ajaran 2015/2016 ada sebanyak 95 buah. Sementara jumlah SMP ada sebanyak 25 sekolah, SMA 18 sekolah dan SMK 17 sekolah.

Pada tahun yang sama jumlah sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang dikelola oleh Kementarian Agama di Kota Padangsidimpuan ada sebanyak 7 sekolah dan Tsanawiyah sebanyak 16 sekolah serta Madrasah Aliyah (MA) ada sebanyak 8 sekolah.

Tabel 2. 11 Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 Kecamatan SD SMP SMA SMK Ibtidaiyah Tsana MA Padangsidimpuan Tenggara 15 2 1 1 4 3 Padangsidimpuan Selatan 28 9 8 - 3 1 Padangsidimpuan Batunadua 10 2 1 3 3 1 Padangsidimpuan Utara 27 8 7 1 5 3 Padangsidimpuan Hutaimbaru 10 3 - 1 1 - Padangsidimpuan Angkola Julu 5 1 1 1 - - Jumlah 95 25 18 7 16 8 2014/2015 94 24 18 7 16 8 2013/2014 99 36 41 7 15 7 2012/2013 94 25 18 2 14 7 2011/2012 94 25 18 3 12 8 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

2.6.3. Kesehatan

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai.

Tabel 2. 12 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2011 – 2015 Kecamatan RS Puskes Puskes BPU Posyandu Jumlah mas mas Pbtu Padangsidimpuan Tenggara - 2 5 - 35 42 Padangsidimpuan Selatan 2 2 7 9 49 69 Padangsidimpuan Batunadua - 1 6 - 30 37 Padangsidimpuan Utara 1 1 9 5 42 58 Padangsidimpuan Hutaimbaru - 1 3 - 26 30 Padangsidimpuan Angkola Julu - 2 - - 22 24 Jumlah 3 9 30 14 204 260 2014 3 9 28 12 205 257 2013 3 9 28 12 137 189

25 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2012 3 9 28 14 127 181 2011 3 9 28 14 137 191 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

2.7. PERINDUSTRIAN

Beberapa tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan usaha perindustrian di Kota Padangsidimpuan hingga Tahun 2015.

Tabel 2. 13 Banyaknya Industri Formal/ Non Formal Industri Logam, Mesin Elektro dan Aneka (ILMEA) Tahun 2015 No Industri Jumlah Usaha 1 Bordir dan Sulaman 2 2 Industri Pakaian Jadi dari Tekstil (Tukang Jahit) 38 3 Penerbitan dalam Media Rekaman 6 4 Industri Jasa Penunjang percetakan 3 5 Industri Percetakan 11 6 Batubata dan Tanah Liat 53 7 Barang dari Semen, Kapur dan Lainnya 2 8 Tukang Emas 18 9 Jasa Industri Pekerjaan Khusus Dari Logam 16 10 Industri Karo Seri Kendaraan Bermotor Roda 4 Atau Lebih 3 11 Jasa Penunjang Industri Motor Penggerak Mula 27 12 Pembuat Lensa Kaca Mata, optic dan Tukang Gigi 3 13 Industri Rekaman Mikro Film 2 14 Alat Pertanian dari Logam 6 15 Industri Cat 2 Jumlah 192 2014 177 2013 175 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 14 Banyaknya Industri Kimia, Agro, Hasil Hutan (IKAHH) Tahun 2015 No Industri Jumlah Usaha

26 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

No Industri Jumlah Usaha 1 Roti dan sejenisnya 12 2 Tempe dan Tahu 40 3 Kerupuk dan Sejenisnya 54 4 Minuman Ringan 8 5 Pertukangan Kayu 6 6 Moulding dan Komponen Bahan Bangunan 12 7 Furniture dari Kayu 17 8 Vulkanisir Ban 1 9 Remiling Karet 1 10 Pengelolaan Teh dan Kopi 3 11 Bumbu Masak dan Penyedap Makanan 3 12 Es Batu 2 13 Anyaman dari Rotan dan Banmbu 26 14 Gula Aren 62 15 Penggilingan Padi 36 Jumlah 283 2014 287 2013 283 2012 263 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 15 Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah Menurut Golongan Industri, Tahun 2013 – 2015 No Industri 2013 2014 2015 1 Roti dan sejenisnya 79 74 81 2 Tempe dan Tahu 28 26 30 3 Kerupuk dan Sejenisnya 28 21 29 4 Minuman Ringan 16 14 16 5 Pertukangan Kayu - - - 6 Moulding dan Komponen Bahan Bangunan 48 46 48 7 Furniture dari Kayu - - - 8 Vulkanisir Ban - - - 9 Remiling Karet 256 115 266 Jumlah/ Total 455 296 470 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

27 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Selain tabel diatas terdapat 4 industri besar yang berada di Padangsidimpuan Tenggara (3 buah) dan Padangsidimpuan Selatan (1 buah) untuk melengkapi identifikasi jumlah industry di Kota Padangsidimpuan.

2.8. RENCANA POLA RUANG, KAWASAN STRATEGIS DAN TATA GUNA LAHAN

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pola Ruang di kota Padangsidimpuan dapat terdiri dari Sembilan pola ruang yaitu (Gambar 2.5) :

a) Hutan Produksi b) Peruntukan Pelayanan Umum c) Pemukiman d) Perkantoran e) Perdagangan dan Jasa f) Industri g) Kawasan Militer h) Pertanian i) Perkebunan

Kemudian berdasarkan RTRW, Kawasan Strategis di Kota Padangsidimpuan terbagi atas 2 kawasan strategis yaitu : Kawasan Strategis bidang pertumbuhan ekonomi dan Kawasan Strategis bidang Lingkungan (Gambar 2.6)

Selanjutnya berdasarkan RTRW, Tata Guna Lahan di Kota Padangsidimpuan terbagi atas 8 kelompok utama yaitu (Gambar 2.7) :

a) Hutan b) Kebun Campuran c) Kebun Karet d) Kebun Sawit e) Pemukiman f) Sawah g) Semak/ Belukar h) Tanah Terbuka

28 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

29 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Kota Padang Sidimpuan

30 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 2. 6 Rencana Kawasan Strategis Kota Padangsidimpuan

31 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 2. 7 Tata Guna Lahan Kota Padangsidimpuan Tahun 2009

32 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2.9. EKONOMI DAN KEUANGAN

2.9.1. PDRB

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi daerah. Karena penduduk mengalami peningkatan dan berarti pula kebutuhan ekonomi juga akan bertambah. Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sector-sektor ekonomi dan pergeserannya yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga berlaku. Disamping itu PDRB menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi baik secara total maupun per sector dengan membandingkan PDRB tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2010.

PDRB Kota Padangsidimpuan atas dasar harga berlaku tahun 2015 sebesar 4,42 trilyun rupiah, meningkat 10,68 persen dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan atas dasar harga konstan 2010 PDRB Kota Padangsidimpuan tahun 2015 sebesar 3,45 trilyun rupiah atau mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04 persen disbanding tahun sebelumnya.

Tabel 2. 16 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2013 – 2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 445.749,6 467.143,4 511.135,6 Pertambangan dan Penggalian 18.243,0 19.231,0 21.519,5 Industri Pengolahan 146.255,6 164.222,6 185.130,5 Listrik, Gas 5.640,2 5.994,1 6.250,3 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 7.004,7 7.606,2 8.595,0 dan Daur Ulang Konstruksi 485.624,9 537.057,8 569.948,6 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 730.906,9 811.825,0 923.574,9 Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan 238.970,6 263.864,2 298.069,5

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 214.203,9 246.702,9 275.317,2

33 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Informasi dan Komunikasi 86.500,0 90.123,0 97.703,5 Jasa Keuangan dan Asuransi 236.067,4 259.945,4 292.512,7 Real Estate 146.173,0 163.666,6 184.877,8 Jasa Perusahaan 17.009,0 18.950,0 21.017,4 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 400.165,8 449.507,2 494.907,5 Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 382.584,5 428.234,5 461.486,1 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 40.695,8 46.778,5 53.803,8 Jasa Lainnya 14.900,0 16.704,0 18.491,3 3.616.694,9 3.997.556,3 4.424.341,3

Sumber: Kota Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 17 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, Tahun 2013 – 2015 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 393.686,6 398.108,1 423.697,8 Pertambangan dan Penggalian 14.980,0 15.500,0 16.343,3 Industri Pengolahan 123.693,0 129.378,8 135.717,0 Listrik, Gas 6.160,8 6.879,8 7.356,8 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 6.375,4 6.709,1 7.164,7 dan Daur Ulang Konstruksi 421.106,1 439.232,6 441.837,9 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 672.474,6 715.996,2 753.943,7 Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan 195.075,9 204.405,2 216.077,6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 176.317,1 193.179,0 207.719,6 Informasi dan Komunikasi 85.327,9 88.906,6 95.085,6 Jasa Keuangan dan Asuransi 188.599,5 195.130,7 208.372,1 Real Estate 120.173,0 128.753,3 135.305,1 Jasa Perusahaan 14.617,0 15.385,4 16.187,0 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 319.116,4 338.854,6 355.838,0 Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 338.676,8 358.004,9 376.692,8 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 35.093,5 37.678,4 39.706,1 Jasa Lainnya 12.550,0 13.354,0 14.037,7 3.124.023,6 3.285.456,7 3.451.082,6

Sumber: Kota Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

34 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2.9.2. Keuangan Daerah

Realisasi pendapatan Kota Padangsidimpuan tahun 2015 sebesar 772,41 Milyar Rupiah, yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 67,73 Milyar Rupiah, Dana Perimbangan sebesar 548,49 Milyar Rupiah, serta lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebesar 156,18 Milyar Rupiah. Adapun realisasi Belanja pada tahun tersebut adalah 695,67 Milyar Rupiah yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar 434,0 Milyar Rupiah dan Belanja Langsung sebesar 361,66 Milyar Rupiah.

Tabel 2. 18 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Padangsidimpuan, Tahun 2010 – 2015 (000 Rp) Tahun Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan 2015 772.413.224 795.676.473 68.374.662 2014 704.975.446 670.016.493 35.907.331 2013 540.468.368 527.246.070 20.430.522 2012 540.468.368 527.246.070 20.430.522 2011 477.210.918 463.524.730 15.291.221 2010 375.676.077 356.260.243 5.737.346 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 19 Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Kota Padangsidimpuan, Tahun 2010 – 2015 (000 Rp) Tahun Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah 2015 434.006.674 361.669.799 795.676.473 2014 386.984.173 283.032.320 670.016.493 2013 329.784.083 197.461.987 527.246.070 2012 329.784.083 197.461.987 527.246.070 2011 285.996.831 177.527.899 463.524.730 2010 243.738.747 112.521.496 356.260.243 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 20 Realisasi Pendapatan Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Penerimaan, Tahun 2013 – 2015 (000 Rp) Jenis Penerimaan 2013 2014 2015 Pendapatan Asli Daerah 23.682.308 58.725.450 67.730.793 Bagian Dana Perimbangan 421.732.104 529.829.544 548.495.448 Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak 32.822.220 21.146.916 19.856.732

35 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Jenis Penerimaan 2013 2014 2015 Dana Alokasi Umum (DAU) 364.923.284 470.353.368 481.834.636 Dana Alokasi Khusus (DAK) 23.986.606 38.329.260 46.804.080 Lain-lain Pendapatan yang Sah 95.053.956 116.420.452 156.187.037 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 21 Realisasi Belanja Tidak Langsung Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2013 – 2015 (000 Rp) Jenis Pengeluaran 2013 2014 2015 Belanja Pegawai 314.113.990 378.813.598 415.710.228 Belanja Bunga - - - Belanja Subsidi - - - Belanja Hibah 10.452.511 4.353.524 2.980.000 Belanja Bantuan Sosial 4.707.582 2.907.052 3.649.299 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/ - - - Kab/ Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan 510.000 910.000 11.667.147 Kepada Prov/ Kab/ Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduga - - - Jumlah Belanja Tidak Langsung 329.784.083 386.984.173 434.006.674 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 22 Realisasi Belanja Langsung Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2013 – 2015 (000 Rp) Jenis Pengeluaran 2013 2014 2015 Belanja Pegawai 24.661.046 37.557.198 43.273.066 Belanja Barang dan Jasa 74.042.176 141.442.794 196.729.318 Belanja Modal 98.758.765 104.032.328 121.667.415 Jumlah Belanja Langsung 197.461.987 283.032.320 361.669.799 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

Tabel 2. 23 Realisasi Pembiayaan Pemerintah Kota Padangsidimpuan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2013 – 2015 (000 Rp) Jenis Pengeluaran 2013 2014 2015 A Penerimaan Daerah 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 33.652.819 38.250.611 70.883.619 Tahun Lalu B Pengeluaran Pembiayaan Daerah

36 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

1 Penyertaan Modal 4.932.246 1.444.815 2.351.238 2 Pembayaran Pokok Utang 1.348.996 1.166.764 157.719 C Sisa Lebih Pembiayaan Tahun 38.250.611 70.866.284 45.111.413 Berkenaan Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2016

37 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 3.PROFIL PDAM TIRTA AYUMI

3.1. SEJARAH PERUSAHAAN

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No: 01 Tahun 2006 tanggal 24 Februari 2006 tentang Perusahaan Daerah Tirta Ayumi.

Pendirian PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan bertujuan :

Untuk turut melaksanakan pembangunan daerah yang bergerak di bidang penyediaan jasa pelayanan air bersih guna untuk meningkatkan, mengembangkan serta memperlancar pelayanan air bersih kepada masyarakat dan juga untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan berkedudukan dan berkantor pusat di Jl. No. 18 Padangsidimpuan. Sampai dengan tahun 2015 PDAM Tirta Ayumi belum mempunyai pengolahan dan unit pelayanan.

.

3.2. ASPEK TEKNIS OPERASIONAL

Secara garis besar daerah pelayanan air minum di Kota Padangsidimpuan dapat dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu:Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Ayumi dan sekitarnya (Zona-1)

 Area Kerjasama Operasi/Kerjasama Management dengan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara (Zona-2)

Daerah pelayanan air minum - 1 Kota Padang Sidimpuan adalah 4 kecamatan di Kota Padangsidimpuan yaitu : Kecamatan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kecamatan Angkola Julu dan

Kecamatan Hutaimbaru. Sementara itu Gambar 3. 1 Daerah Pelayanan Air Minum Kota Padang Sidimpuan 38 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

cakupan pelayanan air minum zona – 2 Kota Padang Sidimpuan adalah meliputi Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan.

3.2.1. Sistem Jaringan Perpipaan

1) Cakupan pelayanan

Jumlah konsumen di kota Padangsidimpuan yang dilayani PDAM Tirtanadi hingga pertengahan tahun 2016 adalah 11.075 sambungan. Sementara itu jumlah konsumen di kota Padangsidimpuan yang dilayani PDAM Tirta Ayumi hingga pertengahan tahun 2016 adalah 1.318 sambungan.

Seperti yang terlihat pada Tabel 3.1, berdasarkan data BPS tahun 2016, cakupan pelayanan air minum Kota Padangsidimpuan adalah 26,4% yang terdiri dari cakupan pelayanan PDAM Tirtanadi khusus untuk wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Selatan sebesar 38% dan cakupan pelayanan PDAM Tirta Ayumi terhadap empat kecamatan lainnya hanya sebesar 8%.

Tabel 3. 1 Cakupan Pelayanan Air Minum Kota Padangsidimpuan

Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

Berdasarkan data dan informasi dari PDAM Tirtanadi dan PDAM Tirta Ayumi perkembangan sambungan pelanggan air minum di kedua PDAM tersebut telah mencapai kondisi maksimum yang tidak akan mungkin untuk ditambah lagi. Hal ini disebabkan kapasitas maksimum produksi IPA di kedua PDAM tersebut telah mencapai desain maksimum instalasi. Dari tabel 3.1 dapat dilihat secara jelas bahwa masih terdapat 73,4% potensi calon pelanggan PDAM Tirta Ayumi yang kelak dapat diraih yang tentu saja ini tidak akan lepas dari strategi perencanaan, SDM dan dukungan Pemko Padangsidimpuan serta DPRD Kota Padangsidimpuan secara berkelanjutan.

39 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2) Unit Air Baku Sumber air yang digunakan PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan untuk pelayanan PDAM adalah air permukaan (sungai) dan mata air yang dapat digunakan untuk kebutuhan penyediaan air minum diantaranya :

a. Sungai Simatohir Sungai Simatohir berasal dari Mata Air Simatohir dengan kapasitas sumber dapat mencapai 20 liter/detik, sedangkan kapasitas terpasang untuk PDAM Tirta Ayumi mencapai 10 liter/detik. Sungai Simatohir ini digunakan sebagai sumber air untuk unit Batunadua.

Gambar 3. 2 Unit Air Baku di Simatohir

b. Sungai Manunggang Sungai Manunggang adalah sungai di Kota Padangsidimpuan dengan kapasitas sumber dapat mencapai 50 liter/detik untuk mensuplai unit instalasi di Padangsidimpuan Tenggara. Menurut estimasi, kapasitas terpasang untuk unit ini mencapai 32liter/detik.

Gambar 3. 3 Unit Air Baku di Sungai Manunggang

40 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

3) Unit Produksi Untuk melayani daerah pelayanan PDAM Tirta Ayumi di kota Padangsidimpuan (Kecamatan Batunadua dan Tenggara), hingga saat ini pada tahun 2016 terdapat 2unit broncaptering (mata air) yang berfungsi ganda yaitu sebagai bangunan penangkap air baku kemudian sekaligus berfungsi sebagai reservoir untuk distribusi wilayah pelayanan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Kedua bangunan ini tidak berfungsi untuk mengolah air baku menjadi air minum tetapi hanya berfungsi sebagai wadah penyimpanan air baku sekaligus air bersih yang kemudian langsung didistribusikan ke pelanggan di Padangsidimpuan Tenggara secara gravitasi.Total kapasitas unit produksi di PDAM Tirta Ayumi adalah 28 l/dt, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Kapasitas Terpasang dan Produksi PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan

Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

Selain itu berikut ini merupakan rekapitulasi dari produksi PDAM Tirta Ayumi dalam 4 tahun terakhir. Terlihat bahwa kehilangan air diperkirakan mencapai 25% pada kahir tahun 2015.

Tabel 3. 3 Rekapitulasi Produksi Air Minum PDAM Tirta Ayumi 4 Tahun Terakhir

Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

41 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

4) Jaringan Distribusi Utama Gambar 3.3dan 3.4 memperlihatkan skema sistem penyediaan air minum yang melayani kebutuhan air minum di Kota Padangsidimpuan khususnya untuk pelanggan PDAM Tirta Ayumi di wilayah Batunadua dan Tenggara. Dari kedua gambar tersebut terlihat bahwa jalur pipa 6 inch yang dimaksud adalah berfungsi sebagai jalur pipa distribusi utama dikarenakan fungsi kedua jalur itu adalah sebagai pipa distribusi utama yang langsung dihubungkan ke Jaringan Distribusi Bagi (JDB) maupun ke Jaringan Distribusi Layanan (JDL) ke pelanggan. Sebaliknya bila jaringan pipa hanya berfungsi untuk mengalirkan air baku ke unit pengolahan air sajamaka jaringan pipa itu dapat dinamai dengan jaringan pipa transmisi.

GI = 54 m Dia = 6 inch PVC = 4946 m Dia = 6 inch PVC = 5500 m BANGUNAN PENANGKAP AIR Dia = 4 inch SIMATOHIR Bak Penampung Jumlah Elevasi = 492 m Elevasi = 491 m SR = 870 Q = 10 l/dtk

Gambar 3. 4 Sistem Penyediaan Air Minum Eksisting Wilayah Batunadua

GI = 200 m Dia = 6 inch GI = 62 m Dia = 6 inch PVC = 5323 m BANGUNAN PENANGKAP AIR Bak Penyaringan Dia = 6 inch LABUHAN RASOKI Kap 48 m3 Bak Reservoir Jumlah Elevasi = 322 m Elevasi = 322 m Kap 32 m3 SR = 448 Q = 18 l/dtk Elevasi = 320 m

Gambar 3. 5 Sistem Penyediaan Air Minum Eksisting Wilayah Tenggara

5) Reservoir Keberadan reservoir amatlah nyata diperlukan dalam suatu system penyediaan air minum Kota atau Kabupaten. Tetapi hingga saat ini PDAM Tirta Ayumi tidak memiliki reservoir untuk mengatasi kelangkaan air yang dibutuhkan oleh pelanggan PDAM Tirta Ayumi pada kondisidebit harian puncak.

6) Jaringan Pipa Distribusi

42 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Sistem distribusi pengaliran air minum PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan saat ini dilakukan secara gravitasi baik pada unit Batunadua maupun di unit Tenggara. Sayangnya kedua unit ini belum dilengkapi dengan water meter induk distribusi sehingga produksi air minum distribusi tidak dapat dihitung secara akurat.

Pendistribusian air menggunakan pipa distribusiberdiameter 2 inch sd 6 inch, data selengkapnya mengenai pipa distribusi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 4 Data Pipa Distribusi di PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan No Ukuran Pipa (Dia, inch) Jenis Pipa Panjang (m) Kondisi Unit Batunadua 1 4 PVC 5.500 Baik, Berfungsi 2 2 PVC 11.095 Baik, Berfungsi Unit Tenggara 1 6 Galvanis 62 Baik, Berfungsi 2 6 PVC 5.328 Baik, Berfungsi 3 4 PVC 6.023 Baik, Berfungsi 4 3 HDPE 1.300 Baik, Berfungsi 5 3 PVC 2.082 Baik, Berfungsi 6 2 HDPE 800 Baik, Berfungsi 7 2 PVC 7.452 Baik, Berfungsi Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

7) Unit Pelayanan

Tabel 3. 5 Jumlah Sambungan Per Wilayah PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 No Wilayah Sambungan Pelanggan (Unit) 1 Kecamatan PSP Batunadua 870 2 Kecamatan PSP Tenggara 448 Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

Jumlah sambungan tersebut diatas 100% berada di wilayah Kecamatan PSP Batunadua dan PSP Tenggara. Sedangkan Kecamatan PSP Utara dan PSP Selatan sudah dilayani oleh PDAM Tirtanadi dengan jumlah pelanggan mencapai 11.075 sambungan.

43 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 3. 6 Jumlah Sambungan Per Wilayah PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Jumlah Pelanggan No Kelompok Pelanggan PSP Batunadua PSP Tenggara 1 SU 19 10 9 2 SK 16 2 14 3 R2 1 1 - 4 R3 1014 668 346 5 R4 205 154 51 6 R5 14 14 - 7 R6 1 1 - 8 N1 28 17 11 9 N2 1 1 - 10 INTS 24 7 17 Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

Dengan jumlah pelanggan yang mencapai 1.318 pelanggan PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan dapat menjual air sebanyak m3 data selengkapnya mengenai penjualan air PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. 7 Penjualan Air PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 Penjualan Jumlah No Jenis M3 Harga (termasuk Pelanggan piutang) Unit PSP Batunadua 1 SU 10 2 SK 2 3 R2 1 4 R3 668 5 R4 154 6 R5 14 7 R6 1 8 N1 17 9 N2 1 10 INTS 7 Total 870 Unit PSP Tenggara 1 SU 9 2 SK 14 3 R2 - 4 R3 346 5 R4 51 6 R5 - 7 R6 - 8 N1 11 9 N2 - 10 INTS 17 Total 448

44 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

TOTAL AKUMULASI 1318 376.622 1.086.176.369 Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

3.2.2. Sistem Bukan Jaringan Perpipaan

PDAM Tirta Ayumi saat ini belum memiliki Sistem Penyediaan Air Minum bukan jaringan perpipaan. Dilain pihak Kecamatan Angkola Julu dan Hutaimbaru hingga saat ini belum memiliki akses air bersih/ air minum. Oleh karena itu kedua kecamatan ini pada masa mendatang direncanakan untuk dibangun system bukan jaringan perpipaan dalam usaha untuk meningkatkan cakupan pelayanan air minum hingga mencapai persentase pelayanan 80%. Selain itu pula wilayah timur Kecamatan Batunadua juga akan direncanakan pembangunan system bukan jaringan perpipaan bagi daerah-daerah yang tidak terjangkau system perpipaan PDAM.

3.3. ASPEK KEUANGAN DAN TARIF

a. Neraca

Tabel 3. 8 Neraca Per 31 Desember Tahun 2015 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2014

URAIAN 2015 2014 ASET Aset Lancar Kas dan setara kas 16.613.050 59.594.580 Piutang Usaha 283.672.959 231.879.931 Piutang Lain-Lain 20.877.000 0 Uang Muka Kerja 82.564.499 0 Persediaan 60.028.678 77.531.101 Sewa Dibayar Dimuka 13.125.000 35.625.000 Piutang Yang Belum Difakturkan 77.204.080 146.111.850 Jumlah Aset Lancar 554.085.266 550.742.462 Aset Tetap Setelah dikurangi akumulasi penyusutan untuk tahun 2015 1.098.353.764 1.319.286.093 sebesar Rp 2.716.452.332 dan untuk tahun 2014 sebesar Rp 2.408.497.983

JUMLAH ASET 1.652.439.030 1.870.028.555

KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Jangka Pendek Utang Usaha 0 14.405.000 Biaya YMH Dibayar 35.913.260 0 Pendapatan Ditangguhkan 77.204.080 146.111.850 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 113.117.340 160.516.850 Kewajiban Jangka Panjang Cadangan Imbalan Pasca Kerja 0 0 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 0 0

EKUITAS Modal 2.830.000.000 2.580.000.000 Modal Hibah 2.429.603.000 2.429.603.000 Akumulasi Kerugian (3.300.973.574) (3.125.744.892) Laba Rugi (419.307.736) (174.346.402) Jumlah Ekuitas 1.539.321.690 1.709.511.705

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 1.652.439.030 1.870.028.555 Sumber : Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan PDAM Tirta Ayumi tahun 2014 dan 2015

45 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 3. 9 Neraca Per 31 Desember Tahun 2013 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2012 dan Tahun 2011

TAHUN URAIAN 31 Desember 2013 31 Desember 2012 31 Desember 2011 AKTIVA I. AKTIVA LANCAR - Kas dan bank 126.715.974 135.424.357 410.309.444 - Piutan Usaha (NET) - Piutang Rekening Air 107.977.932 - - Piutang Rekening Non Air - - - Penyisihan Piutang Usaha - Piutang Ragu-ragu - Pembayaran Dimuka - Piutang Pegawai - Rupa-rupa Piutang Lainnya - Persediaan - Persediaan Bahan Operasi kimia - - - Persediaan Bahan Operasi Lainnya 5.300.000 - - Persediaan Bahan Bahan Instalasi 64.319.194 - - Persediaan Bahan Lain-lain 8.435.076 - JUMLAH AKTIVA LANCAR 312.748.176 135.424.357 410.309.444 II. AKTIVA TDK TETAP - Penyertaan III. AKTIVA TETAP

- Tanah dan Penyempurnaan Tanah 140.000.000 140.000.000 2.945.438.000 - Instalasi Sumber Air 117.147.000 97.151.000 - Instalasi Perpompaan

- Instalasi Pengolahan Air 1.270.195.500 1.270.195.500 - Instalasi Transmisi/Distribusi 1.884.505.500 1.159.407.500 - Bangunan/Gedung 9.260.000 9.260.000 - Peralatan dan Perlengkapan 209.816.500 208.938.500 - Kendaraan dan Pengangkutan 57.073.000 57.073.000 - Aset Tidak Berfungai - Inventaris / Perabot Kantor 5.199.500 3.412.500 Jumlah Harga Perolehan 3.693.197.000 2.945.438.000 2.945.438.000 Akumulasi Penyusutan (1.395.845.636) (1.175.511.739) (1.027.945.500) Nilai Buku Aktiva Tetap 2.297.351.364 1.769.926.261 1.917.492.500

IV. AKTIVA TETAP DALAM PENYELESAIAN - Instalasi Pengolahan air - - - Jumlah Aktiva dalam Penyelesaian - - - V. AKTIVA LAIN-LAIN - Bahan Instalasi - 1.005.247.799 873.894.799 - Aktiva yg tidak berfungsi - - Beban Ditangguhkan - - Sambungan Baru yang belum diterima - Jumlah Aktiva Lain-lain - 1.005.247.799 873.894.799 TOTAL AKTIVA 2.610.099.540 2.910.598.417 3.201.696.743 VI. PASSIVA - Hutang Usaha - - - - Hutang Lainnya - - - - Biaya yang Masih Harus Dibayar - - - - Hutang Pajak - - - - Jaminan Pemeliharaan - - - - Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo - - - - Hutang Bunga yang Masih Harus Dibayar - - - Jumlah Hutang Lancar - - - VII. HUTANG JANGKA PANJANG

- Uang Jaminan Pelanggan - - - - Cadangan dana meter - - - Jumlah Hutang Jangka Panjang - - -

VIII. RUPA-RUPA PASSIVA

- Uang Jaminan Langganan - -

TOTAL HUTANG/KEWAJIBAN - - -

IX. MODAL DAN CADANGAN

- Kekayaan Pemda yang Dipisahkan

- Modal Dasar Pemerintah Kota Padangsidimpuan 2.580.000.000 2.580.000.000 2.580.000.000 - Kekayaan Asal Dana Pembangunan Daerah (u/ Perpipaan) 832.707.500 832.707.500 832.707.500 - Penyertaan Pemerintah Pusat :

- Penyertan Pemerintah Pusat yg blm ditetapkan Statusnya

- Modal

- Modal Hibah (Provinsi Sumut) 1.596.895.500 1.596.895.500 1.596.895.500 - Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap

- Cadangan

- Cadangan Umum

46 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN URAIAN 31 Desember 2013 31 Desember 2012 31 Desember 2011 - Cadangan Tujuan

- Laba Ditahan (Akumulasi Kerugian) (2.309.114.136) (1.807.906.257) (1.529.327.004) - Koreksi Laba rugi tahun lalu

- Koreksi lap. Keu dan teknik dengan lap. Keu thn buku 2012-

11 - Laba Rugi Tahun Berjalan (90.389.328) (291.098.826) (278.579.253) TOTAL MODAL DAN CADANGAN 2.610.099.536 2.910.597.917 3.201.696.743

TOTAL MODAL DAN KEWAJIBAN 2.610.099.536 2.910.597.917 3.201.696.743

b. Laporan Laba-Rugi

Tabel 3. 10 Laporan Laba Rugi Per 31 Desember Tahun 2015 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2014

URAIAN 2015 2014 Pendapatan Usaha Pendapatan Penjualan Air 704.422.330 683.992.484 Pendapatan Non Air 131.820.000 128.270.000 Jumlah Pendapatan 836.242.330 812.262.484

Beban Pokok Usaha Beban Instalasi Sumber Air 40.517.450 89.686.433 Beban Instalasi Transmisi dan Distribusi 473.808.667 390.792.264 Jumlah Beban Pokok Usaha 514.326.117 480.478.697

Laba Kotor 321.916.213 331.783.787

Beban Umum dan Administrasi 742.702.083 515.355.410

Laba (Rugi) Sebelum Pendapatan Dan Beban (420.785.870) (183.571.623) Lain-Lain

Pendapatan (Beban) Lain-Lain Pendapatan Lain-Lain 1.867.349 9.225.221 Beban Lain-Lain 389.215 0 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-Lain 1.478.134 9.225.221

Laba (Rugi) Sebelum Pajak (419.307.736) (174.346.402)

Pajak Penghasilan 0 0

LABA (RUGI) BERSIH (419.307.736) (174.346.402) Sumber : Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan PDAM Tirta Ayumi tahun 2014 dan 2015

Tabel 3. 11 Laporan Laba Rugi Per 31 Desember Tahun 2013 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2012 dan 2011

TAHUN NO. URAIAN 31 DES 2013 31 DES 2012 31 DES 2011 1 PENDAPATAN USAHA - Penjualan Air - Harga Air 589.118.312 458.225.671 367.098.180 - Beban Tetap - Retribusi Air Limbah - Pendapatan Non Air - Pendapatan Sambungan Baru 101.029.000 130.027.000 120.948.000 - Pendapatan Pendaftaran Sambungan Baru 1.900.000 2.580.000 2.700.000 - Pendapatan Denda - Pendapatan Pengujian Laboratorium - Pendapatan Penyambungan Kembali - Pendapatan Penggantian Meter Air - Pendapatan Non air Lainnya Jumlah Pendapatan Usaha 692.047.312 590.832.671 490.746.180

47 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN NO. URAIAN 31 DES 2013 31 DES 2012 31 DES 2011 2 BIAYA LANGSUNG USAHA a. BIAYA SUMBER - Biaya Pegawai 350.043.800 577.237.600 571.081.000 - Biaya Kimia - Biaya Bahan Bakar 19.138.000 - - Biaya Listrik - Biaya Pemeliharaan 2.230.000 4.415.000 - Pemakaian bahan Pembantu 23.841.500 - Beban Rupa-rupa 5.197.100 - - Biaya Air Baku - Biaya Operasional Lainnya 870.000 - Biaya Lain-lain - Biaya Penyusutan/Penyisihan/Amortisasi 6.190.617 Jumlah Biaya Sumber 407.511.017 581.652.600 571.081.000 b. BIAYA PENGOLAHAN - Biaya Pegawai/operasi 1.600.000 - Biaya Kimia - Biaya Bahan Bakar/Bahan pembantu - Biaya Listrik - Biaya Lain-lain - Biaya Pemeliharaan 2.625.000 102.030.000 28.125.000 - Biaya Penyusutan 63.509.775 Jumlah Biaya Pengolahan 67.734.775 102.030.000 28.125.000 c. BIAYA TRANSMISI/DISTRIBUSI - Biaya Pegawai/operasi 4.540.000 - Biaya Kimia - Pemakaian bahan dan perlengkapan 17.339.500 - Biaya Bahan Bakar - Biaya Listrik - Biaya Lain-lain - Biaya Pemeliharaan 22.364.500 41.509.500 14.661.000 - Biaya Penyusutan 100.231.875 152.566.739 153.579.484 - Biaya Penyusutan (Air Curah) Jumlah Biaya Transmisi/Distribusi 144.475.875 194.076.239 168.240.484 BIAYA LANGSUNG 619.721.666 877.758.839 767.446.484 - Biaya Air Limbah Jumlah Biaya Langsung Usaha 619.721.666 877.758.839 767.446.484

3 LABA / (RUGI) KOTOR USAHA 72.325.646 (286.926.168) (276.700.304) 4 BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI - Biaya Pegawai 14.900.000 - Biaya kantor 37.500.300 9.118.000 8.301.700 - Biaya Hublang 7.935.000 - Biaya Listrik 3.963.100 - Biaya Litbang - Bunga Pinjaman (Investasi Air Curah) - Biaya Pemeliharaan 3.705.000 - Biaya Penyisihan Piutang

- Biaya Promosi 2.300.000 - Biaya Asuransi 33.861.300 - Biaya Retribusi/Perijinan 1.300.000 - Rupa-rupa Biaya Umum 19.529.500 - Beban Pajak-Pajak 10.231.900 - Biaya Penyusutan 31.278.500 Jumlah Biaya Tidak Langsung 166.504.600 9.118.000 8.301.700 TOTAL BIAYA 786.226.267 886.876.839 775.748.184 5 LABA / (RUGI) USAHA/OPERASI (94.178.955) (296.044.168) (285.002.004)

6 PENDAPATAN DAN BIAYA NON USAHA - Pendapatan Jasa Giro/Bunga Tabungan 3.660.017 4.884.713 5.392.131 - Pendapatan Lain-lain 129.610 60.629 1.030.620 Jumlah Pendapatan / (Biaya) lain-lain 3.789.627 4.945.342 6.422.751

7 LABA / (RUGI) SEBELUM PAJAK (90.389.328) (291.098.826) (278.579.253) Keutungan/(Kerugian) luar biasa Laba (Rugi) bersih sebelum PPh (90.389.328) (291.098.826) (278.579.253) Pajak Penghasilan 8 LABA / (RUGI) BERSIH SETELAH PAJAK (90.389.328) (291.098.826) (278.579.253) Sumber : Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan PDAM Tirta Ayumi tahun 2014 dan 2015

48 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

c. Tarif/ Retribusi

Tabel 3. 12 Golongan Tarif Air Minum PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan Harga Air (Rp.) Per Blok Konsumsi (M3) Golongan 0-10 M3 11-20 M3 >20 M3 A GOLONGAN SOSIAL

I. Sosial Umum (S1) 575 575 575 II. Sosial Khusus (S2) 575 630 690 B. GOLONGAN NON NIAGA

I. Rumah Tangga "A" (NA 1) 575 630 690 II. Rumah Tangga "B" (NA 2) 725 1.335 2.355 III. Rumah Tangga "C" (NA 3) 990 1.885 3.105 IV. Rumah Tangga "D" (NA 4) 1.170 2.930 4.600 V. Rumah Tangga "D" (NA 4) 1.675 3.355 5.035 VI. Rumah Tangga "D" (NA 4) 2.100 3.750 5.460 VII. Kedutaan 1.625 2.665 6.500 V. Instansi Pemerintah/TNI/POLRI (NA 5) 1.310 1.935 5.185 C. GOLONGAN NIAGA

I. Niaga Kecil 2.045 2.180 3.620 II. Niaga Menengah 3.355 3.400 4.850 II. Niaga Besar 4.565 4.655 5.450 D. INDUSTRI

I. Industri Kecil 3.400 3.400 6.025 II. Industri Besar 4.550 4.550 7.750 E. PELANGGAN KHUSUS

I. Niaga Khusus 12.800 12.800 12.800 Sumber : PDAM Tirta Ayumi tahun 2016

3.4. ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

a. Struktur Organisasi Perusahaan

PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan adalah Badan Usaha Milik Daerah yang langsung berada dibawah Wali Kota Padangsidimpuan dan bertanggung jawab kepada Walikota Padangsidimpuan.Dalam Pengelolaannya PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan dipimpin oleh seorang Direktur melalui Pengawasan Dari Dewan Pengawas yang terdiri dari Pejabat Pemerintah Kota dan masyarakat.

Struktur organisasi PDAM Tirta Ayumi diatur dalam Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 01 Tahun 2006 tanggal 24 Februari 2006 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Ayumi. Dengan bagan struktur sebagai berikut :

- Kepala Daerah selaku pemilik modal - Dewan Pengawas - Direksi

49 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Adapun tugas Dewan Pengawas diatur dalam Keputusan Walikota Padangsidimpuan No 162/KPTS/2014 adalah sebagai berikut :

. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap pengurusan dan pengelolaan PDAM . Memberikan pertimbangan dan saran kepada Kepala Daerah diminta atau tidak diminta guna perbaikan dan pengembangan PDAM antara lain pengangkatan Direksi, program kerja yang diajukan oleh Direksi, rencana perubahan status kekayaan PDAM, rencana pinjaman dan ikatan hokum dengan pihak lain, serta menerima, memeriksa dan/ atau menandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan . Memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategis Bisnis (business plan/ corporate plan), dan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan PDAM yang dibuat Direksi kepada Kepala Daerah untuk mendapatkan pengesahan

WALIKOTA

BADAN PENGAWAS

DIREKTUR

KEPALA BAGIAN KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI, KEUANGAN DAN TEKNIK HUBUNGAN PELANGGAN

KEPALA SUB BAGIAN STAFF ADMINISTRASI, KEUANGAN DAN TEKNIK HUBUNGAN PELANGGAN

 PERENCANAAN  DISTRIBUSI  PRODUKSI STAFF  PERAWATAN ADMINISTRASI, KEUANGAN DAN  PENJAGA SUMBER HUBUNGAN PELANGGAN

 BENDAHARA  UMUM  PERLENGKAPAN  PEMBUKUAN  REKENING  PENJAGA KANTOR

Gambar 3. 6 Struktur Organisasi PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan

Selain itu, tugas Direktur menurut Surat Keputusan Walikota Padangsidimpuan No 64/KPTS/2014 tanggal 6 Februari 2014 tentang Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan, antara lain sebagai berikut :

. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM

. Menyampaikan Rencana Kerja 5 (lima) tahun dan Rencana Kerja Anggaran PDAM tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat persetujuan

50 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

. Melakukan perubahan terhadap program kerja setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas

. Membina Pegawai/ Karyawan perusahaan

. Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM

. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

. Mewakili PDAM baik dalam dan luar pengendalian; dan

. Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca dan Perhitungan Laba/ Rugi kepada Badan Pengawas

b. Jumlah Karyawan

Tabel 3. 13 Jumlah Karyawan Berdasarkan Status PENDIDIKAN JUMLAH No Status Karyawan S1 D2 D3 SMU SMP SD (ORG) 1 Pegawai Tetap 8 1 6 15 2 Pegawai Tidak Tetap 4 4 Jumlah 19 Sumber : Laporan Intern PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan

3.5. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN TEKNIS DAN NON TEKNIS

Secara umum permasalahan teknis dan non teknis didapat dari :

 Identifikasi konsultan di lapangan  Laporan evaluasi kinerja PDAM Tirta Ayumi Tahun 2015 dan 2016 oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Berdasarkan hasil investigasi, pengumpulan data serta audit BPKP tersebut terdapat 3 kelompok permasalahan yang terjadi di PDAM Tirta Ayumi yaitu dikelompokkan berdasarkan Teknis, Keuangan dan Manajemen yaitu antara lain :

1. Permasalahan Teknis dan Pelayanan Pelanggan . Belum terjangkau oleh jaringan pipa PDAM khususnya di Kecamatan Angkola Julu dan Hutaimbaru . Masih cukup banyak kelurahan di Batunadua, dan Tenggara yang belum terlayani air bersih

51 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

. Pengaliran air tidak kontinu 24 jam . Debit dan tekanan air di pelanggan kecil di banyak lokasi . Kualitas air yang jelek sering terjadi secara tiba-tiba . Meteran air banyak yang rusak sehingga menimbulkan tingginya NRW teknis . Penggantian meteran air tidak dilakukan secara periodic akibatnya NRW menjadi tinggi akibat kalibrasi meter yang tidak lagi tepat. . Rehabilitasi pipa dan accessories dari dua instalasi Batunadua dan PSP Tenggara belum dilakukan akibat keterbatasan anggaran akibatnya NRW menjadi tinggi . PDAM belum memiliki meter air induk sehingga belum dapat menentukan produksi air secara akurat . Tingkat kehilangan air justru meningkat di tahun 2015 yaitu sebesar 31% dibandingkan tahun 2014 sebesar 23% . Secara umum wilayah pelayanan PDAM Tirta Ayumi baru mencapai 9-10% sementara target universal access tahun 2019 adalah 100%. . Pengujian kualitas air sesuai ketentuan dalam Permenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010 namun demikian untuk Permenkes No 736/Menkes/Per/VI/2010 belum dilakukan

2. Permasalahan Keuangan . Pendapatan masih belum optimal . HPP Lebih besar dari Tarif rata-rata . Laba operasi PDAM mengalami penurunan sebesar Rp 112,8 juta karena pada tahun 2015 mengalami minus Rp 30,2 juta dibandingkan pada tahun 2014 Rp 86,7 juta. . Total biaya operasi pada tahun 2015 sebesar Rp 1,06 Milyar lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan operasi sebesar Rp 836 juta akibatnya Rasio Operasi menjadi 1,27% . Masih rendahnya tarif air yang berlaku saat ini, karena belum adanya kenaikan tarif sejak tahun 2006 . Pengembangan sistem produksi dan distribusi rendah karena keterbatasan anggaran yang ada . Efisiensi penagihan tahun 2015 rendah yaitu berkisar di 70% sementara untuk proyeksi keuangan yang baik efisiensi penagihan diharapkan konstan diatas 90%. . Penyusunan Laporan Keuangan Belum sesuai standar yang baik . Kesalahan pembacaan meter pelanggan menjadi faktor penyebab kehilangan air akibatnya Revenue menjadi rendah . Rata-rata harga jual (tarif) air sebesar Rp 2.079,77 sedangkan harga pokok air sebesar Rp 2.646,17 sehingga harga jual yang berlaku tersebut belum dapat menutup biaya secara penuh (full cost recovery). Pendapatan belum menutup biaya secara penuh disebabkan : Beban

52 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

operasional lebih tinggi dari pendapatan air serta system produksi dan distribusi belum optimal.

3. Permasalahan Manajemen Perusahaan dan SDM . Manajemen pelayanan ke konsumen belum tertata dengan baik . Kesalahan pembacaan meter pelanggan menjadi faktor penyebab kehilangan air . Pelatihan dan training karyawan atau staf PDAM yang rendah sehingga . Sosialisasi dan pemasaran air PDAM kepada calon pelanggan baru . PDAM tidak memiliki Bisnis Plan/ Corporate Plan . Rasio jumlah pegawai per 1000 pelanggan sebesar 25,17 yaitu jumlah 30 pegawai yang ada melayani 1.192 pelanggan, sehingga melampaui rasio ideal yaitu 6 pegawai melayani 1000 pelanggan untuk wilayah perkotaan . PDAM belum menerapkan penilaian kinerja berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum . Kerjasama Operasi antara PDAM Tirtanadi dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan dalam 8 tahun mendatang akan berakhir oleh karena itu perlu persiapan perangkat perundang-undangan untuk mengalihkan asset dan manajemen dari PDAM Tirtanadi tersebut kepada PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan

BAB4. STANDAR/ KRITERIA PERENCANAAN

53 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

4.1. KRITERIA PERENCANAAN

Pada Pasal 5 Peraturan Pemerintah No.16 tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM disebutkan bahwa:

1. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan.

2. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan.

3. SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi : sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, intalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.

4. SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikelola secara baik dan berkelanjutan.

Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, dengan demikian air minum mutlak harus tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Misi dari Pengembangan SPAM sebagaimana tertuang dalam Permen PU No.20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM adalah : Air minum dinikmati tidak hanya oleh masyarakat mampu saja, tetapi dapat dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan harga terjangkau.

Berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang disebutkan , bahwa : Tersedianya akses air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 Liter/orang/hari.

4.1.1. Unit Air Baku

Unit Air Baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran, dan peralatan pemantau, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya Untuk Merancang dimensi Unit Air Baku digunakan kebutuhan hari maksimum (Q max day), yaitu 1,20 x kebutuhan hari rata-rata.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005, disebutkan criteria unit air baku sebagai berikut:

 Pasal 7 unit air baku terdiri dari bangunan pengambilan/penyadapan, system pemompaan dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya, alat pengukuran dan peralatan pemantauan.

54 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

 Pasal 8 ayat 1 air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Pasal 8 ayat 5 penggunaan air baku untuk memenuhi kebutuhan kelompok non pengusahaan wajib berdasarkan izin guna pakai air sesuai dengan peraturan perundangundangan.

 Pasal 8 ayat 6 penggunaan air baku khususnya dari air tanah dan mata air wajib memperhatikan keperluan konservasi dan pencegahan kerusakan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Pasal 14 ayat 1 perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi.

Survei air baku dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai alternatif sumber air baku yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di lokasi sasaran yang direncanakan.

Sumber air baku harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

 debit minimum dari sumber air baku;  kuantitas sumber air baku harus terjamin kontinuitasnya;  kualitas air baku harus memenuhi ketentuan baku mutu air yang berlaku;  jarak sumber air baku ke daerah pelayanan maksimum sesuai dengan ketentuan untuk masing- masing sumber air baku.

Identifikasi air baku dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai : Jarak dan beda tinggi sumber-sumber air; Debit optimum (safe yield) sumber air; Kualitas dan pemakaian sumber air. Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air minum:

1) Air Hujan

Air hujan bersifat lunak karena tidak mengandung garam dan zat-zat mineral, lebih bersih, namun dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti

NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya hujan, sehingga tidak mencukupi jika digunakan untuk persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air hujan juga tidak secara kontinu dapat diperoleh karena sangat tergantung pada musim.

2) Air Permukaan

Air permukaan yang biasa digunakan sebagai sumber air baku adalah air waduk, sungai, dan danau. Pada umumnya, air permukaan telah terkontaminasi zat-zat yang berbahaya bagi

55 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat. Kuantitas dan kontinuitas air permukaan sebagai sumber air baku cukup stabil.

3) Air Tanah

Air tanah mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan- lapisan tanah, serta bebas dari polutan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan, seperti Fe, Mn, kesadahan, dan sebagainya. Berdasarkan kedalamannya, air tanah dibedakan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal kualitasnya lebih rendah daripada air tanah dalam. Secara kuantitas, air tanah dapat mencukupi kebutuhan air bersih. Tetapi dari segi kontinuitas, pengambilan air tanah harus dibatasi, karena pengambilan yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan intrusi air laut.

4) Mata Air

Dari segi kualitas, mata air sangat baik karena belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Pencemaran biasanya terjadi di lokasi mata air itu muncul. Dari segi kuantitas dan kontinuitas, mata air kurang bisa diandalkan sebagai sumber air air baku.

Metode pengambilan air dari sumber tergantung pada jenis sumber air tersebut. Jenis-jenis pengambilan air baku yaitu pengambilan melalui sumur, bangunan penangkap mata air (broncaptering), dan intake. Untuk mengetahui besarnya debit sumber air baku yang digunakan dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan :

Q = A x V

Dimana : Q = debit Sumber air baku ( m3/dt ) A = Luas penampang melintang saluran ( m2 ) V = kecepatan aliran dalam saluran ( m/dt ) Sedangkan persamaan yang umum dipakai dalam perhitungan kecepatan aliran seragam , tunak (steady) adalah:

Persamaan Manning:

2/3 1/2 V = (1/n) Rh S

Dimana : n = kekasaran manning

2 Rh = jari- jari hidrolis ( m ) S = kemiringan memanjang Saluran V = kecepatan aliran dalam saluran ( m/dt )

56 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Persamaan Chezzy

1/2 V = CC (RhS)

Dimana : CC = koefisien Chezzy Rh = jari- jari hidrolis ( m2 ) S = kemiringan memanjang Saluran V = kecepatan aliran dalam saluran ( m/dt )

Tabel 4. 1 Kriteria Air Baku No. Uraian Kriteria

1. Kuantitas Debit andalan > kapasitas penyadapan Memenuhi persyaratan standar air baku air minum 2. Kualitas (Peraturan Pemerintah RI No.82 tanggal 14 Desember 2001) 3. Kontinuitas Tersedia sepanjang waktu 4. Pencemaran Limbah Tidak ada potensi pencemaran 5. Konflik Sosial Tidak ada potensi konflik social pemanfaatan 6. Pemanfaatan Harus ada izin dari instansi berwenang (SIPA) 7. Jarak ke Daerah Pelayanan Seefisien mungkin sesuai topografi Sumber : Analisa Konsultan Tahun 2016

4.1.2. Unit Transmisi

Sistem transmisi adalah merupakan sistem pengaliran air sebelum masuk ke bangunan pengolahan (treatment), biasanya pipa ini didisain berdasarkan kebutuhan maksimum berdasarkan kebutuhan penduduk. Pengalirannya dapat dilakukan dengan menggunakan pompa maupun dilakukan secara gravitasi. Saluran air baku dipasang di antara pengumpul air baku dan instalasi pengolahan air sedangkan saluran transmisi dipasang antara instalasi pengolahan dan reservoir distribusi.

Menurut Ibnu (1997) dalam menentukan sistem transmisi, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :

1) Tipe pengaliran jaringan pipa tarnsmisi yang meliputi sistem pemompaan, sistem gravitasi, dan sistem gabungan pemompaan dan gravitasi. Sistem pemompaan diterapkan pada kondisi dimana letak bangunan intake lebih rendah daripada bangunan pengolahan. Sebaliknya sistem gravitasi diterapkan pada kondisi dimana letak bangunan penangkap air lebih tinggi atau sama dengan bangunan pengolahan air. Sistem gabungan diterapkan pada kondisi topografi yang naik turun.

57 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2) Penentuan bak pelepas tekan. Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan tinggi, sehingga tidak akan merusakkan sistem perpipaan yang ada. Bak ini dibuat di tempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada stasiun penguat (booster pump) sepanjang jalur pipa transmisi.

3) Perhitungan panjang dan diameter pipa. Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan penangkap air ke bangunan pengolahan, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan debit hari maksimum.

4) Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan banyak perlengkapan.

Tabel 4. 2 Kriteria Pipa Transmisi

No Uraian Notasi Kriteria 1 Debit Perencanaan Q max Kebutuhan air hari maksimum Q max = F max x Q rata-rata 2 Faktor hari maksimum F.max 1,10 – 1,50 3 Jenis saluran - Pipa atau saluran terbuka 4 Kecepatan aliran air dalam pipa V min 0,3-0,6 m/det a) Kecepatan minimum b) Kecepatan maksimum V.max 3,0-4,5 m/det - Pipa PVC V.max 6,0 m/det - Pipa DCIP 5 Tekanan air dalam pipa a) Tekanan minimum H min 1 atm b) Tekanan maksimum H maks - Pipa PVC 6-8 atm - Pipa DCIP 10 atm - Pipa PE 100 12.4 MPa - Pipa PE 80 9.0 MPa 6 Kecepatan saluran terbuka a) Kecepatan minimum V.min 0,6 m/det b) Kecepatan maksimum V.maks 1,5 m/det 7 Kemiringan saluran terbuka S (0,5 – 1 ) 0/00 8 Tinggi bebas saluran terbuka Hw 15 cm (minimum) 9 Kemiringan tebing terhadap - 45 ° (untuk bentuk trapesium) dasar saluran Sumber : Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2007

Perlengkapan penting dan pokok dalam sistem transmisi air baku air minum meliputi :

58 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Katup pelepas udara, yang berfungsi melepaskan udara yang terakumulasi dalam pipa transmisi, yang dipasang pada titik-titik tertentu dimana akumulasi udara dalam pipa akan terjadi.

Katup pelepas tekanan, yang berfungsi melepas atau mereduksi tekanan berlebih yang mungkin terjadi pada pipa transmisi.

Katup penguras (Wash-out Valve), berfungsi untuk menguras akumulasi lumpur atau pasir dalam pipa transmisi, yang umumnya dipasang pada titik-titik terendah dalam setiap segmen pipa transmisi.

Katup ventilasi udara (Air Valve) perlu disediakan pada titik-titik tertentu guna menghindari terjadinya kerusakan pada pipa ketika berlangsung tekanan negatif atau kondisi vakum udara.

Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level garis hidrolis untuk menjamin aliran sebagaimana diharapkan dalam perhitungan agar debit aliran yang dapat dicapai masih sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian belokan baik dalam bentuk belokan arah vertical maupun belokan arah horizontal untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.

Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa transmisi terjadi perubahan kecepatan aliranair secara tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.

4.1.2. Unit Produksi

Unit Produksi adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologi, meliputi bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasoinal, alat pengukur dan peralatan pemantau, serta bangunan penampungan air minum Untuk Merancang dimensi Unit Produksi digunakan kebutuhan hari maksimum (Q max day), yaitu (1.10 – 1.25) x kebutuhan hari rata-rata. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005, disebutkan kriteria unit produksi sebagai berikut:

59 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

 Pasal 9 ayat 1 unit produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi.

 Pasal 9 ayat 2 unit produksi terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.

 Pasal 9 ayat 3 limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka.

Pengembangan SPAM unit produksi disusunberdasarkan kajian kualitas air yang akan diolah, dimana kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air, yang kemudian dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum yang akan dicapai. Rangkaian proses pengolahan air umumnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi dan proses desinfeksi. Unit produksi dapat terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi, dan desinfeksi. Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut:

SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat; SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem Konvensional Dengan Struktur Baja; SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air.

a. Prasedimentasi

Bak prasedimentasi merupakan bak pengendap awal dan biasanya berupa bak yang cukup besar dengan waktu detensi yang cukup lama. Kegunaan bak prasedimentasi tidak hanya untuk mengurangi beban pada proses pengendapan dan pada bak filter, akan tetapi partikel – partikel berat juga berkurang dan bisa menurunkan kekeruhan sampai dengan 1 mg/liter (Al Layla, 1980).

Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Prasedimentasi

Operator pada pengolahan harus melakukan monitoring terhadap kekeruhan, besarnya debit, pH dan dosis koagulan. Pengamatan untuk bangunan prasedimentasi dapat dilakukan secara langsung. Masalah yang biasa terjadi pada prasedimentasi adalah pertumbuhan alga dan adanya kotoran/sampah yang terbawa (tidak tersaring). Hal tersebut dapat diatasi dengan pengambilan secara manual oleh operator. Pemeriksaan terhadap endapan lumpur

60 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

juga dilakukan, supaya tidak menggangu operasi dari prasedimentasi. Pembuangan lumpur dilakukan pada periode tertentu atau disesuaikan dengan kondisi air baku.

b. Koagulasi

Koagulasi dapat berfungsi untuk menurunkan kekeruhan, warna, bau dan rasa serta bakteri yang terdapat dalam air baku. Fungsi dari proses koagulasi adalah membentuk flok- flok berukuran kecil dengan cara meningkatkan kapasitas adhesi partikel koloid agar partikel koloid yang terdapat dalam air dapat terpisahkan. Proses koagulasi memerlukan pengadukan cepat agar koagulan dapat tercampur baik dengan air dan akan menghemat penggunaan koagulan sehingga partikel-partikel halus sebagai inti dari koagulasi dapat terbentuk.Menurut Darmasetiawan (2001), ada dua jenis bahan kimia koagulan yang umum dipakai yaitu :

. Koagulan garam logam Meliputi Aluminium Sulfat atau tawas (Al2(SO4)3.14H2O), Feri Chloride (FeCl3), Fero Chloride (FeCl2), Feri Sulfat (Fe2(SO4)3). Koagulan yang umum dipakai adalah Aluminium Sulfat. Sedangkan Feri Chloride (FeCl3), Fero Chloride (FeCl2), Feri Sulfat (Fe2(SO4)3), meskipun merupakan koagulan yang baik tapi jarang digunakan di Instalasi Pengolahan Air.

. Koagulan polimer kationik Meliputi Poly Aluminium Chloride (PAC), Chitosan, Curie flock. Koagulan yang sering dipakai adalah PAC (Poly Aluminium Chloride), yang merupakan polymerisasi dari Aluminium Chloride. Karena sifat kelarutannya di dalam air dan tingkat pembentukan floknya lebih baik.

Perbedaan dari kedua jenis koagulan ini adalah pada tingkat hidrolisa koagulan di dalam air. Koagulan garam logam mengalami hidrolisa sedangkan koagulan polimer tidak. Reaksi hidrolitik menghasilkan senyawa hidrokompleks seperti Al(OH)2+, Fe(H2O)33+ dan Fe(OH)2+. Pengaruh pH pada proses hidrolis sangat besar. Pembentukan unsur hidrolis sangat cepat yaitu dibawah 1 detik. Setelah pembentukannya unsur ini segera mengabsorbsi partikel koloid dan menyebabkan destabilisasi dari muatan koloidnya. Hal ini mengakibatkan polimerisasi dari reaksi hidrolis.

Koagulan yang umum dipakai adalah PAC yang merupakan polimerisasi dari Alumunium Chloride. Polimer ini umumnya dipakai karena sifat kelarutannya di dalam air dan tingkat pembentukan floknya yang lebih baik. Maka polimer sering juga dipakai sebagai “Coagulant Aid” atau zat kimia tambahan untuk memperbaiki kondisi koagulasi.

61 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi menurut Darmasetiawan (2001), yaitu :

. Jenis bahan kimia koagulan yang digunakan

Jenis bahan yang digunakan tergantung dari karakteristik air baku, tingkat kekeruhan air baku.

. Dosis pembubuhan bahan kimia

Penambahan koagulan yang akan digunakan harus sesuai dengan karakteristik kekeruhan, sehinggga dengan dosis yang tepat akan menghasilkan hasil yang optimum.

. Pengadukan dari bahan kimia

Pengadukan bertujuan untuk menciptakan tumbukan antarpartikel yang ada dalam air baku. Pengadukan pada proses koagulasi akan membantu meratakan koagulan yang telah dihubungkan dengan partikel-partikel koloid. Sedangkan pada proses flokulasi, pengadukan akan menumbuhkan partikel-partikel flok sehingga membentuk suatu gumpalan yang lebih besar sehingga cukup besar untuk diendapkan.

Operasional dan Pemeliharaan Bangunan Koagulasi

Pemilihan bahan kimia yang tepat dan dosis yang tepat untuk dicampurkan pada air baku sehingga dapat meningkatkan kualitas airnya adalah hal yang penting dalam operasional dan pemeliharaan unit koagulasi ini. Metode jar test sering digunakan untuk menentukan dosis koagulan yang optimal pada proses yang konvensional. Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses koagulasi / flokulasi. Apabila pekerjaan dilakukan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimasi proses koagulasi, flokulasi dan penjernihan air baku. Pengamatan yang dilakukan pada saat Jar test antara lain :

. Waktu pembentukan flok

. Kepadatan flok

. Air baku

. Kurangnya dosis koagulan yang dibubuhkan pada air baku akan menyebabkan tingkat kekeruhan tinggi pada air baku dan meningkatkan dampak partikel padat terhadap filter. Demikian juga jika berlebihan akan mengakibatkan tingkat kekeruhan tinggi pada air.

Masalah umum yang sering terjadi dalam proses koagulasi antara lain :

62 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Adanya zat-zat pencemar dalam air baku yang dapat mengganggu proses koagulasi, terutama pada musim kemarau.

Warna hijau ganggang pada sampel air seringkali tidak menunjukkan kondisi air yang sebenarnya, sehingga sulit untuk menentukan dosis koagulan secara optimal hanya melalui pengamatan.

Naik turunnya kualitas air baku, terutama pada musim penghujan dimana tingkat kekeruhannya biasanya tinggi.

Perlu diperhatikan bahwa tujuan utama proses koagulasi adalah menambahkan koagulan dalam dosis yang tepat agar partikel koloid dalam air baku dapat terpisahkan untuk dapat memudahkan proses pengolahan berikutnya. Perlu diingat bahwa koagulasi dan flokulasi adalah proses pre-treatment sebelum menuju ke proses filtrasi. Selain itu perlu dilakukan monitoring secara konstan pada unit pembubuhan bahan kimia dan sistem pencampuran cepat untuk menghindari masalah yang sering terjadi pada proses koagulasi. (Kawamura, 1991).

c. Flokulasi

Dilakukan setelah proses koagulasi. Di dalam proses flokulasi terjadi pembentukkan makroflok-makroflok dari mikroflok-mikroflok yang telah terbentuk pada proses koagulasi. Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi pembentukan flok yang lebih besar yang siap untuk diendapkan. Di dalam proses flokulasi ini pengadukan dilakukan secara bertahap yaitu dari kekuatan besar kemudian mengecil supaya flok yang sudah dibentuk tidak terpecah kembali. Kecepatan air dalam bak pengaduk berkisar antara 15 sampai 30 cm/det. Akhir dari proses ini adalah flok yang sudah terbentuk cukup besar untuk dapat diendapkan dalam sebuah bak pengendap.

(1) Banyaknya tumbukan partikel yang diaduk dalam air tergantung dari : Besarnya gradien kecepatan Diameter butir partikel yang bertumbukan Jumlah partikel yang bertumbukan (2) Pengadukan secara lambat dapat dilakukan dengan cara : Dialirkan melalui penghalang secara horisontal maupun vertikal Dialirkan melalui media kerikil

Pengadukan secara horisontal dapat digolongkan menjadi :  Buffle channel horizontal

63 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Pengadukan dengan saluran pengaduk memanfaatkan energi pengadukan yang berasal dari friksi pada dinding saluran pada saluran lurus dan turbulensi pada belokan. Untuk menghindari endapan dalam saluran pengaduk kecepatan air dalam saluran tidak boleh kurang dari 0,2 m/detik. Sedangkan untuk mendapatkan hasil pengadukan yang baik maka pengadukan dibagi menjadi 4 sampai 6 zone pengadukan dengan nilai G dari 100 liter/detik pada buffle pertama kemudian menurun sampai 30 liter/detik pada zone akhir.

Keunggulan pada pengadukan dengan cara ini adalah :

 Pengendalian terhadap pengadukan mudah  Kapasitas dapat ditingkatkan dengan mudah Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan lahan yang sangat luas.

Buffle channel vertical

Pada pengadukan vertikal ini, titik berat pengadukan adalah kontraksi pada celah antar buffle yang tingkat pengadukannya diatur oleh pintu yang ada antar buffle. Penampang saluran vertikal disini berbentuk segiempat, dengan demikian apabila pemerataan aliran tidak dilakukan dengan baik maka akan mengakibatkan dead zone terutama disudut- sudut kompartemen. Pengolahan jenis ini menghasilkan flok yang cukup baik karena sekat antar bak dapat diatur bukaannya untuk mendapatkan nilai G yang tepat.

Buffel channel vertical yang melingkar (cyclone)

Jenis pengadukan ini dikembangkan dari jenis aliran vertikal dimana pengadukan dilakukan dalam kompartemen berbentuk lingkaran atau bersegi banyak (enam = heksagonal). Pengadukan dengan cara ini memanfaatkan energi dari beda tinggi antar ruang dan air yang berputar dalam komprtemen akan membantu proses pembentukan flok. Putaran dapat dilakukan dengan mengatur keluaran air didasar kompartemen dengan arah melingkar.

Pengadukan dengan plat berlubang

Pengadukan jenis ini melalui plat berlubang memanfaatkan kontraksi pada waktu air melalui lubang. Keunggulan pada pengadukan ini adalah penggunaan ruang sangat ringkas tetapi mempunyai kelemahan yang sulit dilakukan pengaturan nilai G karena sifatnya statik.

Pengadukan dengan pulsator

Pengadukan dengan pulsator adalah mengakumulasikan flok pada bagian dasar suatu bak pengumpul. Untuk dapat memperbesar flok air yang sudah terkoagulasi dikejut

64 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

dengan mengalirkan air baku secara tiba – tiba ke inlet. Dengan sentakan ini flok kecil yang tertumbuk satu sama lain kemudian menghasilkan flok yan lebih besar. Flok yang telah membesar dan jenuh dibuang secara kontinu ke saluran pembuang (Martin Darmasetiawan, 2001).

Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Flokulasi

Untuk operasional bangunan flokulasi ada tiga dasar prosedur yang penting dalam mengukur jumlah flok, yaitu :

1. Pengamatan langsung.

2. Pembuangan buih dari permukaan air.

3. Pengontrolan pertumbuhan alga pada dinding bak dan pengaduk.

Pengamatan flok pada malam hari diperlukan lampu khusus dengan sorot yang kuat, sehingga flok dapat divisualisasikan dengan adanya efek Tyndall. Masalah yang banyak dihadapi dalam unit flokulasi yaitu adanya buih pada permukaan air dan pertumbuhan alga pada dinding bak. Untuk mengatasi adanya buih harus dilakukan pembuangan setiap saat, walaupun buih tersebut tidak mempunyai pengaruh yang berarti pada proses pengolahan air tetapi buih dapat terlihat dengan jelas dan tidak sedap dipandang mata. Untuk pertumbuhan alga selain tidak sedap dipandang mata juga dapat menimbulkan bau pada air. Pertumbuhan alga dapat dicegah dengan penggunaan prechlorinasi dengan sisa klor sekitar 0,3 mg/l.

Pemeliharaan pada bangunan flokulasi, proses pengurasan cukup dilakukan satu kali dalam setahun pada saat tersebut dapat juga dilakukan perbaikan dan pembuangan lumpur. Beberapa instalasi pengolahan menggunakan pengadukan mekanis, pada jenis tersebut pemeliharaan yang intensif lebih berpengaruh daripada jenis buffle channelnya. Beberapa jenis pengaduk membutuhkan minyak pelumas untuk mengatur perubahan kecepatan pada saat perubahan musim, perbaikan kebocoran oli dan penyesuaian kecepatan pengadukan. Hal tersebut dapat dilakukan setiap saat. (Kawamura, 1991)

d. Sedimentasi

Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel flokulen yang telah terbentuk dari proses pengadukan cepat dan lambat. Selama proses pengendapan, partikel flokulen akan mengalami perubahan bentuk, ukuran serta berat. Pengendapan partikel flokulan terjadi diikuti dengan perubahan kecepatan pengendapan yang semakin besar.

65 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Bangunan pengendap ini untuk mengendapkan partikel – partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi. Tujuan pengendapan pada unit ini adalah untuk terbentuknya lumpur endapan pada dasar bak sedimentasi. Untuk menjaga efektivitas ruang pengendapan dan pencegahan pembusukkan lumpur endapan, maka secara periodik lumpur endapan harus dikeluarkan. Peralatan untuk pembuangan lumpur harus dikontrol / diperiksa setiap saat supaya tetap dapat bekerja secara sempurna (Totok dan Suciastuti, 2002).

Para operator perlu untuk melakukan pengecekan dan pengevaluasian proses yang terjadi pada bak sedimentasi. Masalah lain yang akan timbul adalah korosi. Larutan pekat dan bagian logam akan mengakibatkan korosi pada air. Pada situasi ini, lapisan tahan korosi harus digunakan. Hal yang sangat penting adalah optimasi proses pembuangan lumpur. Sedimentasi yang meremoval 60 – 80% kandungan lumpur menunjukkan bahwa proses flokulasinya berfungsi dengan baik. Oleh karena itu pembuangan lumpur harus sering dilakukan yaitu 2-3 kali sehari (Kawamura, 1991). Kinerja sedimentasi tergantung pada:

(1) Keakuratan pembubuhan bahan kimia

Dosis pembubuhan bahan kimia koagulan dan pembantu koagulan harus dioptimalkan agar proses penjernihan efektif. Jika air yang keluar dari sedimentasi keruh, hal ini dapat mengindikasikan kurang tepatnya pembubuhan PAC.

(2) Pembuangan lumpur

Keberadaan partikel di dalam air diukur dengan melihat kekeruhan atau dengan mengukur langsung berat zat padat yang terlarut, yaitu:

Kekeruhan diukur dengan satuan mg/L SiO2 atau dengan NTU diukur dengan turbidity meter.

Kandungan zat padat dalam air diukur dengan satuan mg/L Solid yang pengukurannya dilakukan dengan mengeringkan sample air pada suhu tertentu sehingga zat pada terpisah dan dapat diukur beratnya. Efisiensi pengendapan tergantung dari jenis dan klasifikasi pengendapan

Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Sedimentasi

Operator pada instalasi pengolahan air harus harus mengetahui tentang :

a) Kondisi flok yang mengendap dalam bak

Jika suspended solid dengan baik terbentuk pada flokulasi, sebagian besar flok dapat mengendap di setengah bagian pertama bak. Akibatnya, pengamatan secara langsung terhadap kondisi flok yang mengendap sangat penting dan oleh sebab itu dosis koagulan

66 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

atau pengadukan pada flokulasi harus disesuaikan. Jika tidak flok-flok yang telah terbentuk akan pecah dan tidak dapat mengendap pada bak sedimentasi. Flok-flok yang tidak mengendap akan langsung masuk ke unit filtrasi. Jika terjadi hal yang demikian kerja filtrasi akan semakin berat.

b) Gejala yang tidak biasa

Sangat penting bagi operator unuk mendeteksi dan mengevaluasi hejala-gejala yang tidak biasa terjadi pada bak sedimentasi. Termasuk di dalamnya, timbul lumpur yang mengapung (sludge bulking), buih, serangga yang mati dan pertumbuhan alaga di dinding bak. Gumpalan lumpur terjadi ketika adanya akumulasi gas akibat dari dekomposisi anaerobik oleh bakteri atau kondisi air baku yang sangat jenuh sehingga lumpur tidak dapat mengendap. Hal ini biasanya dapat diatasi dengan prechlorination dengan kandungan klorin 2-3 mg/liter. Untuk serangga tergantung pada musim, dapat diatasi dengan pengambilan secara manual. Pertumbuhan alga akan meningkat pada musim panas/kemarau. Baik pertumbuhan alga maupun adanya serangga dapat diatasi dengan pengontrolan yang efektif dengan prechlorination 1-2 mg/liter.

c) Persamaan muatan hydraulic untuk masing-masing bak

Desain bak sedimentasi didasari pada persamaan muatan hydraulic pada seluruh bak, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penyesuaian pada pembukaan valve. Oleh sebab itu, operator pengolahan seharusnya mengecek aliran rata-rata dari bak dengan pengamatan langsung atau dengan mengukur kelebihan air pada effluent. Akan tetapi kecepatan aliran dapat dikira-kira dengan menyesuaikan pecahan aliran pada inlet dan outlet.

d) Jadwal pembuangan lumpur

Ada satu hal penting untuk bangunan sedimentasi, yaitu mengoptimalkan pengambilan lumpur. Pada umumnya, endapan lumpur paling tinggi berkisar antara 60-80 % yang mengendap setengah bagian pertama bak, hal tersebut akan terjadi jika proses flokulasi dapat berjalan dengan baik. Pembersihan lumpur pada setengah bagian pertama harus lebih sering dilakukan untuk meringankan beban pada pengolahan selanjutnya.

e) Desain khusus bak sedimentasi

Operator seharusnya berpengalaman menghadapi beberapa macam desain bak sedimentasi. Contoh, penyebaran dinding harus dirancang untuk mempunyai suatu lintasan air terbatas untuk menghasilkan distribusi aliran yang seragam. Dalam beberapa situasi, operator pengolahan dibuatkan lorong pada dinding sekitar 3-6 ft untuk

67 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

memudahkan akses para operator pemeliharaan. Dalam situasi lain, alas bak dilubangi 1-2 ft untuk membuang lumpur atau untuk pengurasan bak (Kawamura, 1991).

e. Filtrasi

Filtrasi adalah proses pemisahan flok yang tidak terendapkan melalui media porous. Proses ini mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku yang telah memenuhi syarat kekeruhan (kurang dari 10 mg/liter zat padat).

Filter (saringan) bisa dikelompokkan sesuai dengan type media yang digunakan antara lain sebagai berikut :

1) Single media filter

Saringan yang menggunakan satu media, biasanya pasir atau antrasit saja. 2) Dual media filter

Saringan yang menggunakan dua media, biasanya pasir dan antrasit. 3) Multi media filter

Saringan yang menggunakan banyak media, biasanya pasir, antrasit dan garnet (Mochtar, 1999). Menurut Reynolds (1982), filtrasi adalah pemisahan zat padat-cair yang mana zat cair dilewatkan melalui media berpori atau material berpori lainnya untuk menyisihkan padatan tersuspensi yang halus. Proses ini digunakan untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi dan terendapkan agar menghasilkan air minum dengan kualitas yang tinggi.

Proses yang terjadi di filtrasi adalah (Darmasetiawan, 2001) :

1) Pengayakan atau straining

2) Flokulasi antar butir

3) Sedimentasi antar butir

4) Proses mikrobiologis

68 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 4. 1 Operasi Filter Aliran Gravitasi

Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal dua macam saringan :

1) Saringan Pasir Lambat (Slow Sand Filter)

Saringan ini dibuat dari pasir halus dengan ukuran efektif sekitar 0,2 mm. Ukuran efektif

adalah ukuran ayakan yang telah meloloskan 10 % dari total butir yang ada atau P10. Pada saringan pasir lambat proses mikrobiologis mendominasi dipermukaan filter. Kehilangan tekan yang tinggi menghasilan rata-rata aliran yang sangat rendah (0,12 – 0,32 m/jam) sehingga membutuhkan konstruksi filter yang sangat luas. Pencucian dilakukan secara periodik (biasanya sekali sebulan) dengan mengambil media filter bagian atas setebal 3 - 5 cm untuk dicuci di luar filter. Saringan pasir lambat membutuhkan ruang yang luas dan modal yang besar. Selain itu saringan ini tidak berfungsi baik dengan air yang kekeruhannya tinggi karena permukaannya cepat tersumbat, dan membutuhkan pencucian yang lebih sering.

2) Saringan Pasir Cepat (Rapid Sand Filter)

Filter ini menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 – 0,75 m. Ukuran pasirnya 0,35 – 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif 0,45 – 0,55 mm. Koefisien keseragaman umumnya 1,65. Koefisien keseragaman adalah ukuran yang telah meloloskan 60 % dibagi ukuran yang telah meloloskan 10 % dari total bahan baku pasir atau P60/ P10.

Pencucian filter pasir cepat dilakukan dengan cara backwash; kotoran-kotoran ataupun endapan suspensi yang tertinggal pada filter akan ikut terekspansi dan bersama air pencuci dikeluarkan melalui gutter. Pencucian dilakukan 24 jam operasi dengan waktu pencucian pasir terekspansi ± 50%. Pencucian dapat dikombinasikan dengan nozzle. Kecepatan penyemprotan ±270 lt/m2/menit, dengan tekanan antara 0,7-1,1 kg/cm2. Dengan kombinasi ini, hasil pencucian filter dapat lebih bagus dan jumlah air untuk mencuci filter dapat lebih sedikit.

Media filter yang umum dipakai di Indonesia adalah pasir kuarsa. Untuk menjamin ketahanan pasir kwarsa yang dipakai disyaratkan pasir kwarsa memenuhi kriteria kadar

silika (SiO2) 96 %. Pasir dengan kualitas yang demikian banyak terdapat di Pulau Bangka sehingga disebut juga sebagai pasir Bangka (Darmasetiawan, 2001).

Sedangkan dilihat dari segi desain operasionalnya, saringan pasir dapat digolongkan menjadi:

69 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

1) Saringan dengan aliran air konstan (constant head) dengan ketinggian permukaan air yang konstan (constant head).

2) Saringan dengan aliran air konstan (constant head) dengan ketinggian permukaan air yang tidak konstan atau naik (increasing head).

3) Saringan dengan aliran air tidak konstan yaitu dengan kapasitas menurun (declining rate) tetapi dengan permukaan air yang konstan (constant head).

4) Saringan dengan aliran air yang tidak konstan atau dengan kapasitas yang menurun (declining rate) dengan ketinggian muka air yang tidak konstan pula yaitu dengan ketinggian muka air yang meningkat (increasing rate) (Martin Darmasetiawan, 2001).

f. Disinfeksi

Desinfeksi ialah proses untuk membunuh bakteri-bakteri patogen penyebab penyakit, mikroorganisme dan sebagai oksidator dalam air. Desinfeksi dilakukan dengan pembubuhan gas khlor dimana sebelumnya khlor dalam bentuk gas ini dicampur dengan air dan kemudian diinjeksikan. Waktu kontak diperlukan agar khlorin dapat menghancurkan berbagai bakteri patogen. Syarat desinfeksi:

1) Dapat mematikan semua jenis organisme patogen dalam air;

2) Dapat membunuh kuman yang dimaksud dalam waktu singkat;

3) Ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan mudah;

4) Air tidak boleh menjadi toksik;

5) Dosis diperhitungkan agar terdapat residu untuk mengatasi adanya kontaminan dalam bakteri. (Al-Layla, 1980)

Operasional dan Pemeliharaan Unit Desinfeksi

Operasional dari proses desinfeksi tergantung dari tipe desinfektan yang digunakan, ukuran dari IPA, dan karakteristik dari air baku. Sisa klorin bebas yang terdapat pada reservoir air bersih harus lebih rendah dari 0,5 mg/l, oleh karena itu sisa klorin pada akhir dari sistem distribusi berkisar antara 0,2 – 0,3 mg/l setiap saat. Operator IPA harus selalu mencatat nilai sisa klorin bebas pada reservoir air bersih dan pada sistem distribusi dengan jangka waktu tertentu. Pemeliharaan dari sistem klorinasi memerlukan ketelitian dan harus terjadwal, adanya kebocoran dari tabung gas klorin harus dihandle oleh operator yang telah ditraining menggunakan peralatan keamanan yang diperlukan. Zat kimia yang

70 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

termasuk alkali beupa abu soda dan kapur dapat digunakan untuk menetralkan kebocoran yang sangat kecil dari tabung gas klorin. Apabila kebocoran klorin cukup besar, pemadam kebakaran dan kepolisian harus dilibatkan dalam penangannya, seluruh orang yang berada di sekitar area tersebut harus dievakuasi (Kawamura, 1991).

Dari penjelasan diatas mengenai komponen pengolahan air minum, berikut ini gambaran efektivitas proses pengolahan air secara fisik-kimiawi-biologis yang diuraikan secara kualitatif

Tabel 4. 3 Efektivitas Proses Pengolahan Air Parameter Kualitas Proses Pengolahan Air Air Aerasi *) Koagulasi – Sedimentasi Saringan Saringan Klorinasi **) Flokulasi **) *) Pasir Cepat Pasir *) Lambat ***) Kandungan Oksigen + 0 0 - -- + Terlarut Kandungan Karbon - 0 0 + ++ + Dioksida Pengurangan 0 +++ + +++ ++++ 0 Kekeruhan Pengurangan Warna 0 ++ + + ++ ++ Air Pengurangan Rasa dan ++ + + ++ ++ + Bau Pengurangan Bakteri 0 + ++ ++ ++++ ++++ Pengurangan Besi dan ++ + + ++++ ++++ 0 Mangan Pengurangan Materi + + ++ +++ ++++ +++ Organik Sumber : dari berbagai literature

+++ efek positif dan peningkatannya *) proses fisik 0 tidak ada efek **) proses kimiawi -- efek negative dan pengurangannya ***) proses fisik-biologis

Pedoman yang diterbitkan terkait dengan proses pengolahan air, antara lain :

- SNI 6774 : 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

- SNI 6773 : 2008 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

- Pt T-28-2000-C tentang Tata Cara Pembubuhan Kaporit pada unit IPA

- Pedoman operasi dan pemeliharaan unit produksi SPAM, BPP SPAM tahun 2009

71 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

4.1.3. Unit Reservoir

Reservoir digunakan dalam sistem distribusi untuk menyeimbangkan debit pengaliran, mempertahankan tekanan, dan mengatasi keadaan darurat. Untuk optimasi penggunaan, reservoir harus diletakkan sedekat mungkin dengan pusat daerah pelayanan. Di kota besar, reservoir distribusi ditempatkan pada beberapa lokasi dalam daerah pelayanan. Reservoir distribusi juga digunakan untuk mengurangi variasi tekanan dalam sistem distribusi. (Fair et al., 1966). Menurut operasi dan fungsinya, reservoir dibagi atas;

Equalizing Reservoar

Air dipompakan ke elevated reservoir dan jaringan distribusi. Air bergerak ke elevated reservoir ketika pemakaian air sedikit atau tidak ada pemakaian sama sekali. Dan air bergerak ke elevated reservoar bersamaan dengan pemompaan menuju area pelayanan

Distribution Reservoar

Air dipompakan langsung ke elevated reservoar dan dari sini air mengalir secara gravitasi menuju area pelayanan. Reservoir tersebut biasanya digunakan untuk meratakan tekanan pada sistem distribusi.

Menurut Fair et al.(1966) kapasitas reservoir ditentukan oleh :

1) Komponen reservoir distribusi, yaitu :

a) Besar cadangan air untuk kestabilan (kondisi maksimal dan minimal) b) Besarnya cadangan air untuk kebakaran c) Besarnya air untuk keadaan darurat 2) Variasi dari sistem pengaliran

3) Waktu pemompaan

Reservoir distribusi direncanakan sedemikian rupa sehingga debit pemompaan yang relative konstan dapat disediakan untuk mengatasi debit pemakaian yang berfluktuasi pada sistem distribusi atau menjaga agar instalasi pengolahan air dapat beroperasi dengan debit yang konstan untuk melayani debit pemakaian yang bervariasi.

Kapasitas reservoir untuk menyeimbangkan antara persediaan dan permintaan adalah sekitar 15- 20% dari kebutuhan hari maksimum. Dengan batas penyediaan sampai 12 jam bisa meningkatkan kapasitas reservoir antara 30 dan 50% dari kebutuhan hari maksimum (Fair et al., 1966).

72 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Suplai dengan pemompaan

100 y2 = penyimpanan (% aliran harian maksimum) m

u 90 +26 % m i s

k 80 a M

n

a 70 i

r Suplai 10 jam a

H dengan pemompaan

n 60 a h u t

u 50 b e K

Pengambilan atau

e 40

s kebutuhan air a t n

e 30 s

r Waktu pemompaan e P 20

10 y1 = penyimpanan ( % aliran harian minimum) -13 %

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Jam

Total simpanan = 26 + 13 = 39 % aliran harian maksimum a) Diagram Masa untuk Penentuan Simpanan n a i r

a 50 H

n a

h 40 u m t u u b m i e 30 s K k

a e s M a 20 t 39 % n e s r

e 10 P

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Jam b) Simpanan dalam Reservoir Distribusi Gambar 4. 2 Penentuan Kapasitas Penyimpanan Reservoir Distribusi

4.1.4. Unit Distribusi dan Unit Layanan

Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi air dari sistem IPA, atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan puncak di daerah distribusi. Reservoir air dibangun baik dengan konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang.

Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang. Ketentuan- ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem distribusi adalah sebagai berikut :

1) Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air; 2) Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah

73 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

3) Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya, diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump); 4) Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa penguat.

Tabel 4. 4 Kriteria Pipa Distribusi No Uraian Notasi Kriteria 1 Debit Perencanaan Q max Kebutuhan air hari maksimum Q max = F max x Q rata-rata 2 Faktor jam puncak F.max 1,15 - 3 3 Kecepatan aliran air dalam pipa V min 0,3-0,6 m/det a) Kecepatan minimum b) Kecepatan maksimum V.max 3,0-4,5 m/det - Pipa PVC V.max 6,0 m/det - Pipa DCIP 4 Tekanan air dalam pipa a) Tekanan minimum H min (0,5 - 1,0) atm, pada titik jangkauan pelayanan terjauh. H maks b) Tekanan maksimum - Pipa PVC 6-8 atm - Pipa DCIP 10 atm - Pipa PE 100 12.4 MPa - Pipa PE 80 9.0 MPa Sumber : Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2007

A. Sistem Pengaliran

Distribusi air minum dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Distribusi secara gravitasi, pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi dapat digunakan untuk menyuplai air ke konsumen dengan tekanan yang mencukupi.Berikut penjelasan dan gambar dari masing-masing sistem pengaliran distribusi air bersih:

74 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

a) Cara Gravitasi

Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

b) Cara Pemompaan

Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Cara ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah yang datar, dan tidak ada daerah yang berbukit.

c) Cara Gabungan

Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.

Gambar 4. 3 Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum

75 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

B. Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan digunakan untuk mengalirkan air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan oleh kondisi topografi daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan (Husain, 1981) biasanya diklasifikasikan sebagai :

1) Sistem Cabang (branch)

Bentuk cabang dengan jalur buntu (dead-end) menyerupai cabang sebuah pohon (Gambar x.x). Pada pipa induk utama (primary feeders), tersambung pipa induk sekunder (secondary feeders), dan pada pipa induk sekunder tersambung pipa pelayanan utama (small distribution mains) yang terhubung dengan penyediaan air minum dalam gedung. Dalam pipa dengan jalur buntu, arah aliran air selalu sama dan suatu areal mendapat suplai air dari satu pipa tunggal.

Kelebihan:

a) Sistem ini sederhana dan desain jaringan perpipaannya juga sederhana b) Cocok untuk daerah yang sedang berkembang c) Pengambilan dan tekanan pada titik manapun dapat dihitung dengan mudah d) Pipa dapat ditambahkan bila diperlukan (pengembangan kota) e) Dimensi pipa lebih kecil karena hanya melayani populasi yang terbatas f) Membutuhkan beberapa katup untuk mengoperasikan sistem Kekurangan:

a) Saat terjadi kerusakan, air tidak tersedia untuk sementara waktu b) Tidak cukup air untuk memadamkan kebakaran karena suplai hanya dari pipa tunggal c) Pada jalur buntu, mungkin terjadi pencemaran dan sedimentasi jika tidak ada penggelontoran d) Tekanan tidak mencukupi ketika dilakukan penambahan areal ke dalam sistem penyediaan air minum.

2) Sistem Gridiron

Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan pipa induk utama, pipa induk sekunder, serta pipa pelayanan utama saling terhubung. Sistem ini paling banyak digunakan.

Kelebihan:

76 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

a) Air dalam sistem mengalir bebas ke beberapa arah dan tidak terjadi stagnasi seperti bentuk cabang b) Ketika ada perbaikan pipa, air yang tersambung dengan pipa tersebut tetap mendapat air dari bagian yang lain c) Ketika terjadi kebakaran, air tersedia dari semua arah d) Kehilangan tekanan pada semua titik dalam sistem minimum Kekurangan:

a) Perhitungan ukuran pipa lebih rumit b) Membutuhkan lebih banyak pipa dan sambungan pipa sehingga lebih mahal

3) Sistem Melingkar (loop)

Pipa induk utama terletak mengelilingi daerah layanan. Pengambilan dibagi menjadi dua dan masing-masing mengelilingi batas daerah layanan, dan keduanya bertemu kembali di ujung (Gambar 2.2c). Pipa perlintasan (cross) menghubungkan kedua pipa induk utama. Di dalam daerah layanan, pipa pelayanan utama terhubung dengan pipa induk utama. Sistem ini paling ideal.

Kelebihan:

a) Setiap titik mendapat suplai dari dua arah b) Saat terjadi kerusakan pipa, air dapat disediakan dari arah lain c) Untuk memadamkan kebakaran, air tersedia dari segala arah d) Desain pipa mudah Kekurangan: Membutuhkan lebih banyak pipa

Hampir tak ada sistem distribusi yang menggunakan tata letak tunggal, umumnya merupakan gabungan dari ketiganya.

77 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 4. 4 Bentuk Sistem Distribusi Giles (1986) mengemukakan bahwa sistem perpipaan distribusi ke konsumen terdiri dari:

1. Pipa hantar distribusi (feeders) :

a. pipa induk utama (primary feeders) b. pipa induk sekunder (secondary feeders) 2. Pipa pelayanan distribusi :

a. pipa pelayanan utama (small distribution mains) b. pipa pelayanan (service line)

Pipa induk utama (primary feeders), disebut juga pipa arteri, membentuk kerangka dasar sistem distribusi. Pipa ini membawa sejumlah besar air dari instalasi pemompaan, ke dan dari reservoir distribusi menuju daerah layanan. Looping memungkinkan pelayanan kontinu pipa utama meskipun suatu bagian sedang diperbaiki. Pada kondisi normal, looping memungkinkan suplai dari dua arah untuk hidran kebakaran. Pipa utama yang besar dan panjang harus dilengkapi dengan katup penguras (blow off) di titik terendah, dan katup udara (air relief valve) di titik tertinggi.

Pipa induk sekunder (secondary feeders) membawa sejumlah besar air dari pipa induk utama ke berbagai daerah untuk menjaga suplai air yang normal dan pemadam kebakaran. Pipa ini membentuk loop yang lebih kecil dalam loop pipa primer, dari satu pipa hantar primer ke lainnya. Kontrol tekanan dengan cross dilakukan pada pipa induk primer dan sekunder. Dari pipa induk ini tidak boleh ada sambungan langsung ke konsumen.

Pipa pelayanan utama (small distribution mains) membentuk grid di daerah layanan. Pipa pelayanan ini mendistribusikan air ke pipa-pipa pelayanan (service pipes) dan boleh langsung dihubungkan dengan sambungan rumah. Pipa pelayanan utama berukuran 6 inchi dan pipa

78 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

pelayanan biasanya berukuran 2 inchi. Tekanan dalam sistem distribusi dipertahankan dengan cara:

1) Meletakkan resevoir distribusi di tengah areal (secara tidak langsung akan mempengaruhi biaya maksimum untuk ukuran pipa). Ketika sistem disuplai dengan sistem pompa begitu juga melalui reservoir, lokasi reservoir berada pada akhir dari sistem.

2) Menyediakan reservoir penyeimbang (balancing reservoir). Ketika suplai melebihi kebutuhan, air mengalir ke dalam tangki. Ketika kebutuhan melebihi suplai, air mengalir keluar dari reservoir penyeimbang melalui pipa. Ketika sistem distribusi didesain dengan sistem pompa, tangki penyeimbang diletakkan pada bagian akhir sistem. Kapasitas tangki dapat memberikan suplai selama 1 – 2 jam suplai untuk menaikkan tekanan dan memperbaiki distribusi.

3) Untuk lokasi yang jauh, lebih baik disediakan pompa tekan daripada menambah ukuran pipa atau tinggi reservoir untuk mempertahankan tekanan dalam sistem.

Umumnya jarak antara instalasi pengolahan dan sambungan pelanggan sangat panjang dan memerlukan waktu beberapa jam. Seluruh struktur dan perpipaan sistem distribusi direncanakan dan dikonstruksikan untuk mencegah kontaminasi, tetapi jika ada kebocoran akan terjadi kontaminasi karena tekanan negatif. Karena itu, sistem perpipaan harus bertekanan setiap saat dan menghindari air bersih tercemar.

Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.

Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6 – 1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain distribusi:

1) Peta distribusi beban, berupa peta tata guna lahan, kepadatan dan batas wilayah. Juga pertimbangan dari kebutuhan/beban (area pelayanan).

2) Daerah pelayanan sektoral dan besar beban. Juga titik sentral pelayanan (junction points).

3) Kerangka induk, baik pipa induk primer maupun pipa induk sekunder.

4) Untuk sistem induk, ditentukan distribusi alirannya berdasarkan debit puncak.

79 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

5) Pendimensian (dimensioneering). Dengan besar debit diketahui, dan kecepatan aliran yang diijinkan, dapat ditentukan diameter pipa yang diperlukan.

6) Kontrol tekanan dalam aliran distribusi, menggunakan prinsip kesetimbangan energi. Kontrol atau analisa tekanan ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, disesuaikan dengan rangka distribusi.

7) Detail sistem pelayanan (sistem mikro dari distribusi) dan perlengkapan distribusi (gambar alat bantu).

8) Gambar seluruh sistem, berupa peta tata guna lahan, peta pembagian distribusi, peta kerangka, peta sistem induk lengkap, gambar detail sistem mikro.

4.2. STANDAR KEBUTUHAN AIR

Konsumsi pemakaian air ditentukan berdasarkan jenis aktivitas masyarakat. Kegiatan masyarakat meliputi kegiatan domestik dan non domestik. Kegiatan domestik meliputi kegiatan yang dilakukan dalam rumah tangga. PDAM Tirto Panguripan mengklasifikasikan jenis pelanggan berdasarkan kegiatan masyarakat, yaitu meliputi kegiatan non niaga (A1), non niaga (A2), non niaga (A3), perkantoran (A4), sosial khusus (B), sosial umum (D) niaga kecil (C1) dan niaga besar (C2).

Penentuan tingkat pemakaian air diklasifisikasikan berdasarkan kategori kota dan jumlah penduduk. Berikut ini tabel tingkat pemakaian air domestik.

Tabel 4. 5 Tingkat Pemakaian Air Domestik

No Kategori Kota Jumlah Penduduk Sistem Tingkat Pemakaian Air

1 Kota Metropolitan > 1.000.000 Non Standar 190 2 Kota Besar 500.000 – 1.000.000 Non Standar 170 3 Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150 4 Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130 5 Kota Kecamatan < 20.000 Standar IKK 100 6 Kota Pusat < 3.000 Standar DPP 30 Pertumbuhan Sumber : SK-SNI Air Minum

80 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Konsumsi air untuk aktivitas non domestik meliputi kegiatan penunjang kota terdiri kegiatan komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan, dan kegiatan sosial berupa rumah sakit dan tempat – tempat ibadah. Berikut tabel tingkat pemakaian air non domestik berdasarkan aktivitas masyarakat.

Tabel 4. 6 Tingkat Pemakaian Air Non Domestik

No Non Rumah Tangga Tingkat Pemakaian Air (fasilitas) 1 Sekolah 10 liter/hari 2 Rumah Sakit 200 liter/hari 3 Puskesmas (0,5 - 1) m3/unit/hari 4 Peribadatan (0,5 - 2) m3/unit/hari 5 Kantor (1 - 2) m3/unit/hari 6 Toko (1 - 2) m3/unit/hari 7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari 8 Hotel/Losmen (100 - 150) m3/unit/hari 9 Pasar (6 - 12) m3/unit/hari 10 Industri (0,5 - 2) m3/unit/hari 11 Pelabuhan/Terminal (10 - 20) m3/unit/hari 12 SPBU (5 - 20) m3/unit/hari 13 Pertamanan 25 m3/unit/hari

Sumber : SK-SNI Air Minum

81 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 4. 7 Kriteria dan Standar Kebutuhan Air Kategori No Uraian Kriteria Sedang Kecil Metro Besar Desa (100-500)rb (20-100)rb (>1jt) jiwa (500rb-1 jt) jiwa (<20 rb) jiwa jiwa jiwa 1 Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 90 Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 60 BPJ 30 BPJ 30 BPJ 30 BPJ 30 BPJ 30 2 Konsumsi SR (L/o/h) 190 170 150 130 30 3 Konsumsi HU (L/o/h) 30 30 30 30 30 4 Jumlah Jiwa /SR 5 5 6 6 10 5 Jumlah Jiwa /HU 100 100 100 (100-200) 200 6 SR : HU (50:50) s.d (80:20) (50:50) s.d (80:20) 80:30 70:30 70:30 7 Konsumsi Non Domestik (%) (20-30) (20-30) (20-30) (20-30) (20-30) 8 Kehilangan Air (%) (20-30) (20-30) (20-30) (20-30) 20 9 Faktor max day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 10 Faktor peak hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 11 Tekanan air dalam pipa min & 10 & 70 10 & 70 10 & 70 10 & 70 10 & 70 max (mka) 12 Jam Operasi 24 24 24 24 24 13 Volume Reservoir (%) 20 20 20 20 20

Sumber : SK-SNI Air Minum

82 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak sangat diperlukan dalam perhitungan besarnya kebutuhan air bersih, dimana tiap-tiap kota berbeda tergantung pada pola konsumsi air masyarakatnya. Untuk itu besarnya koefisien pada tiap parameter harus diperhitungkan dengan teliti untuk keperluan tersebut. Dalam perencanaannya, akan digunakan angka koefisien sebagai berikut :

Kebutuhan harian maksimum = 1,1-1,5 x kebutuhan air rata-rata

Kebutuhan jam puncak = 1,15-3 x kebutuhan air rata-rata

4.2.1. Kebutuhan Domestik

Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum. Jumlah kebutuhan tersebut ditentukan dari data yang ada berdasarkan karakteristik dan perkembangan konsumen pemakai air bersih. Penggunaan air bersih oleh konsumen rumah tangga tidak hanya terbatas untuk memasak dan mandi saja, namun juga untuk hampir setiap aktivitas yang memerlukan air, terutama pada masyarakat perkotaan.

Berdasarkan standar tingkat pemakaian air domestik, wilayah perkotaan di Kota Padangsidimpuan memiliki jumlah penduduk 100.000 – 500.000 jiwa. Oleh karena itu, semua Kecamatan dapat digolongkan pada kategori kota sedang dengan ketentuan jumlah penduduk pada kisaran 20.000 – 100.000 jiwa. Pada tabel x.x, penentuan kebutuhan air domestik untuk kategori kota sedang menggunakan standar tingkat pemakaian air sebesar 150 l/det. Namun demikian standar yang digunakan pada penetuan kebutuhan air domestik di Kota Padangsidimpuan ini menggunakan standar tingkat pemakaian air sebesar 130 liter/detik. Hal ini dikarenakan pertimbangan jumlah penduduk kecamatan yang tertinggi masih jauh dibawah angka 100.000 jiwa.

Berdasarkan “Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2007, tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, tanggal 6 Juni 2007”, kebutuhan air untuk rumah tangga dengan sistem sambungan langsung sebesar (100 – 130) lt/orang/hari dan kebutuhan air untuk rumah tangga dengan sistem kran/hidran umum sebesar 30 lt/orang/hari

Berdasarkan “Petunjuk Teknis Air Bersih dari Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, November 1994”, kebutuhan air untuk rumah tangga dengan sistem sambungan langsung sebesar 150 lt/orang/hari dan kebutuhan air untuk rumah tangga dengan sistem kran/hidran umum sebesar 30 lt/orang/hari

Berdasarkan jenis kebutuhan air tersebut, maka besar kebutuhan air perkapita akan sangat dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi masyarakat, iklim (kelembaban udara dan temperature), dan perilaku masyarakat dalam penggunaan air.

83 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Berdasarkan “Kondisi eksisting (data dari PDAM Tirta Ayumi)”, kebutuhan air untuk rumah tangga dengan sistem sambungan langsung sebesar xxx lt/orang/hari

4.2.2. Kebutuhan Non Domestik

Selain memenuhi kebutuhan domestik, pengelola air minum biasanya juga melayani kebutuhan non domestik. Kebutuhan non domestik ini adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran, perdagangan dan industri serta fasilitas sosial seperti tempat ibadah, sekolah, hotel, rumah sakit, militer serta pelayanan jasa umum lainnya. Kebutuhan non domestik untuk kota kecil dan sedang tidaklah seberapa besar, namun pada kota–kota besar ataupun metropolitan kebutuhan air untuk keperluan non domestik dapat mencapai 30% dari kebutuhan domestik.

Pada penentuan kebutuhan air non domestik, standar tingkat pemakaian air yang digunakan adalah untuk kategori kota sedang yaitu pada rentang 20 – 30% dari kebutuhan air domestik. Pada perencanaan kebutuhan air Kota Padangsidimpuan, standar tingkat pemakaian air yang digunakan sebesar 20% dari kebutuhan air. Nilai yang digunakan adalah rentang terendah dengan pertimbangan sektor niaga di Kota Padangsidimpuan belum terlalu tinggi sehingga 20% diasumsikan sudah dapat mewakili kebutuhan non domestik Kota Padangsidimpuan.

Standar kebutuhan air non domestic, berdasarkan ketentuan yang ada, antara lain:

1. Perdesaan 10-20% dari kebutuhan domestic (DJCK 1997) 2. Perkotaan 20-30% dari kebutuhan domestic (DJCK 1997) 3. Sekolah : 10 L/org/hari (SNI 19-6728.1-2002) 4. Kantor, Rumah Ibadah, Fas.Kesehatan (non Rumah Sakit) : 2 m3/unit/hari 5. Industri : 0,4-1 L/dt/Ha (SNI 19-6728.1-2002) 6. Industri kecil/ rumah tangga : 2 M3/unit/hari 7. Rumah Sakit, Industri Besar : 5-10 L/dt/unit

4.3. PERIODE PERENCANAAN

Rencana Induk SPAM direncanakan dengan bentang perencanaan yang mengacu pada Peraturan Menteri PU Nomor 18/PRT/M/2007. Penentuan bentang perencanaan berdasarkan kategori kota. Periode perencanaan dalam Penyusunan Rencana Induk SPAM untuk berbagai klasifikasi kota dapat dilihat pada tabel berikut.

84 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 4. 8 Matriks Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM

Kriteria Jenis Kota No Teknis Metro Besar Sedang Kecil 1 2 3 4 5 6 I Jenis Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk - Perencanaan II Horison 20 tahun 15-20 tahun 15-20 tahun 15-20 tahun Perencanaan III Sumber Air Investigasi Investigasi Identifikasi Identifikasi Baku IV Pelaksana Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/ penyelenggara/p penyelenggara/p penyelenggara/p penyelenggara/p emerintah emerintah emerintah emerintah daerah daerah daerah daerah V Peninjauan Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun Ulang VI Penanggung Penyelenggara/p Penyelenggara/p Penyelenggara/p Penyelenggara/p emerintah emerintah emerintah emerintah jawab daerah daerah daerah daerah VII Sumber Hibah LN Hibah LN Hibah LN Pinjaman LN Pendanaan Pinjaman LN Pinjaman LN Pinjaman LN APBD Pinjaman DN Pinjaman DN Pinjaman DN APBD APBD APBD PDAM PDAM PDAM Swasta Swasta Swasta

Sumber : Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2007, tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM

4.4. KRITERIA DAERAH LAYANAN

Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada daerah yang belum mendapat pelayanan air minum dan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi serta kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota.

Suatu sistem penyediaan air minum harus direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi tujuan di bawah ini :

1. Tesedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi air minum

85 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2. Tersedianya air setiap waktu atau kesinambungan.

3. Tersedianya air dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat atau pemakai.

4. Tersedianya pedoman operasi atau pemeliharaan dan evaluasi

86 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 5. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

5.1. ARAH PERKEMBANGAN KOTA

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, penataan ruang kawasan strategis nasional, dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Prioritas wilayah pengembangan SPAM adalah wilayah perkotaan dan wilayah kawasan strategis dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Berdasarkan RTRWN, kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Sebagaimana yang tercantum pada Bab 4, Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No.04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033, bahwa arah perkembangan kota dibagi menjadi dua zona yaitu zona kawasan lindung dan zona kawasan budidaya. Sesuai dengan RTRW Kota Padangsidimpuan dalam Perda nomor 04 tahun 2014, Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan diprioritaskan pada permukiman padat perkotaan dan permukiman rawan kekeringan. Oleh karena itu, dalam pengembangan SPAM kurun waktu 15 tahun ke depan diprioritaskan pada kawasan perkotaan strategis dan rawan kekeringan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. 1 Arah Perkembangan Kota Padangsidimpuan

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang Kawasan Lindung

87 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang Kawasan Kawasan yang Terlindunginya fungsi kawasan Kawasan sempadan resapan air hanya dapat bergambut diperuntukkan bagi resapan air digunakan sebagai unsur penghijauan dan/atau utilitas dan kawasan pelindung terhadap umum dana tau jalur pejalan kaki; resapan air kawasan bawahannya Mengembangkan sumur resapan. dapat dilakukan kegiatan RTH dengan aktivitas sosial meliputi kawasan resapan terbatas penekanan pada kelestarian sumberdaya air dengan luas keseluruhan airnya, luas RTH minimal 90% dengan dominasi pohon 1.068,78 Ha tahunan yang diizinkan

Membatasi perkembangan kawasan melarang semua kegiatan budidaya di kawasan terbangu di kawasan resapan air resapan air yang dapat mengganggu dan merusak

diwajibkan untuk menyediakan sumur resapan pada lahan terbangun yang sudah ada

diperbolehkan terbatas untuk jenis kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan.

Kawasan Kawasan perlindungan Terpeliharanya kawasan garis sempadan sungai yang tidak bertanggul di Perlindungan setempat meliputi sempadan sungai dan fungsi dalam kawasan perkotaan yang berkedalaman Setempat sempadan sungai, kawasan pemeliharaan yang didukung oleh kurang dari 3 (tiga) meter adalah 10 (sepuluh) sekitar mata air, kawasan akses jalan inspeksi dan ruang meter; sempadan rel KA, dan terbuka hijau garis sempadan sungai yang tidak bertanggul di kawasan sempatan SUTET dalam kawasan perkotaan yang berkedalaman 3 yang meliputi lahan seluas (tiga) sampai dengan 20 (dua puluh) meter adalah 15 515,77 Ha (lima belas) meter;

Tersedianya RTH disekitar mata garis sempadan sungai yang tidak bertanggul di air dalam kawasan perkotaan yang berkedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter adalah 30 (tiga puluh) meter; dan Tersedianya jalan sejajar rel pada dilarang mendirikan bangunan pada kawasan kawasa-kawasan tertentu sebagai sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan alternative permasalahan lalu sempadan SUTET lintas Kawasan Kawasan cagar budaya mengintegrasikan pelestarian diijinkan pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, Cagar Budaya adalah kawasan yang alam dan cagar budaya dengan pariwisata, agama, sosial dan kebudayaan dengan memiliki bangunan yang kegiatan wisata syarat tidak mengganggu fungsi

memiliki nilai sejarah bagi membatasi perkembangan diizinkan bersyarat pendirian bangunan yang kota dengan luas kawasan kegiatan terbangun di sekitar menunjang fungsi kawasan yang ada seluas 4,71 Ha cagar budaya dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu atau merusak kekayaan budaya

dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu

kelestarian lingkungan di sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen; dan

dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat setempat

88 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang Kawasan Kawasan lindung geologi Terpeliharanya kualitas CAT diizinkan terbatas untuk kegiatan budidaya tidak Lindung merupakan kawasan CAT Kota Padangsidimpuan. terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam Geologi Kota Padangsidimpuan menahan limpasan air hujan

Pemanfaatan CAT dimanfaatkan diizinkan untuk wisata alam dengan syarat tidak secara teratur dan terpantau mengubah bentang alam

diizinkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak mengubah bentang alam

diizinkan dilakukan penyediaan sumur resapan atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada

dilarang untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air

Kawasan Kawasan Rawan Bencana Adanya potensi bahaya geologi diizinkan pemanfaatan ruang dengan Rawan Alam terdiri dari kawasan yang berpotensi terhadap mempertimbangkan karakteristik, jenis dan Bencana rawan bencana gempa bumi terjadinya bencana, maka sangat ancaman bencana Alam dengan luas kawasan 342,94 perlu ditetapkan strategi diizinkan pemasangan pengumuman lokasi dan jalur Ha dan bencana letusan perencanaan dimasa yang akan evakuasi dari perumahan penduduk

gunung api denga luas datang dengan memperhatikan dilarang pendirian bangunan kecuali untuk 178,89 Ha sera kawasan aspek mitigasi bencana. kepentingan pemantauan ancaman bencana rawan bencana tanah dilarang pengembangan kawasan budidaya terbangun longsor seluas 224,78 Ha RTH Kota Kawasan yang Tercapainya kebutuhan ruang RTH pekarangan rumah tinggal, dengan KDB 60% diperuntukkan bagi terbuka hijau di Kota maka RTH maksimum 40%, luas minimum RTH perlindungan fungsi saluran Padangsidimpuan sampai tahun adalah 10% dari luas lahan listrik dan keselamatan 2033 diperkirakan mencapai ± bangunan sekitar serta jalur 226 Ha. hijaunya serta dapat RTH menciptakan keseimbangan RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat terselenggaranya kegiatan dan keserasian lingkungan fisik usaha, dengan KDB 80% maka RTH maksimum 20%, pemeliharaan kota; dan luas minimum RTH adalah 10% dari luas lahan

Memperbaiki dan menjaga iklim peruntukan hutan Kota dapat mikro dan nilai estetika dimanfaatkan/diperbolehkan untuk keperluan pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga, penelitian dan pengembangan, pendidikan, pelestarian plasma nutfah, dan/atau budidaya hasil hutan bukan kayu mengharuskan pengadaan jalur hijau yang pada sepanjang jalur jalan utama pusat kegiatan dan jalan kolektor yang berfungsi sebagai peneduh

Kawasan Budidaya Kawasan Kawasan peruntukan pengembangan kawasan diwajibkan memiliki ruang parkir yang mencukupi Peruntukkan pendidikan s meliputi peruntukan pendidikan meliputi diizinkan membangun fasilitas yang mendukung Pendidikan pengembangan kawasan pengembangan prasarana kegiatan peruntukan pendidikan

89 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang pendidikan tinggi di pendukung berupa gedung pengembangan kawasan pelayanan umum Kecamatan perguruan tinggi, asrama dikembangkan dengan koefisien dasar bangunan Padangsidimpuan Tenggara mahasiswa, kegiatan komersial paling tinggi 60 % dan Kecamatan pendukung, kegiatan pendidikan, Padangsidimpuan Batunadua pusat olahraga berskala regional seluas kurang lebih 193,57 dan RTH dalam satu kawasan Ha Kawasan Rencana kawasan Kawasan Perdagangan dan jasa menyediakan prasarana minimum (parkir, bongkar Perdagangan peruntukan perdagangan komersial merupakan kegiatan muat, penyimpanan/ gudang yang memadai dan Jasa dan jasa seluas kurang lebih yang memiliki nilai ekonomi 38,83 Ha, terdiri atas: a. tinggi sehingga direncanakan pertokoan modern; b. menempati lokasi strategis pusat perbelanjaan; dan c. Pembangunan pasar tradisional tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan pasar tradisional untuk melayani tingkat umum kecamatan dan lingkungan

kegiatan jasa-jasa pendukung KLB maksimum 16 disesuaikan dengan kebutuhan KDB maksimum 60

dan arahan pengembangan orientasi bangunan di utamakan menghadap akses kegiatan perdagangan tersebut jalan dan orientasi utama bangunan adalah pada space berupa RTH dan sungai

pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa dikembangkan dengan koefisien dasar bangunan paling tinggi 80 % (delapan puluh persen

kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan diarahkan pada pusat-pusat lingkungan dengan dukungan akses jalan sekurangkurangnya jalan lokal sekunder

Kawasan Rencana kawasan Pendelinasian kawasan industri pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran Industri peruntukan industri harus jelas terhadap lingkungan hidup, serta pengamanan memiliki luas lebih kurang terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya 150 Ha meliputi a. kawasan alam peruntukan industri besar; kawasan industri di Kota pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 b. kawasan peruntukan Padangsidimpuan diarahkan KM dari perumahan sedang; dan c. kawasan berada di luar pusat kota peruntukan industri Diupayakan aglomerasi kegiatan penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari kecil/mikro. industri pada satu lokasi akan penggunaan kaveling industri, jalan dan saluran, RTH, memudahkan dalam pengawasan dan fasilitas penunjang kegiatan dan pengelolaan limbah

Pengembangan kegiatan industri kawasan industri harus memiliki kajian AMDAL ditujukan untuk dapat menyerap menyediakan ruang untuk zona penyangga berupa tenaga kerja, menggalakan sabuk hijau (green belt) dan RTH sekurang- ekspor, dan pengembangan kurangnya 10 % (sepuluh persen) dari luas kawasan industri yang terkait dengan diwajibkan menyediakan dan mengelola IPAL sektor pertanian terpadu

90 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang Kawasan Rencana kawasan Lokasi kawasan perkantoran dan pengembangan kawasan perkantoran pemerintah Perkantoran peruntukan perkantoran bangunan umum berada pada dikembangkan dengan koefisien dasar bangunan kawasan perkantoran lokasi yang strategis dan paling tinggi 80 % (delapan puluh persen) pemerintah di Jalan Tengku mudah dijangkau Rizal Nurdin (Komplek Menyediakan lahan unit/kavling peruntukan pekantoran pemerintah Perkantoran Palopat Pijor pengembangan kegiatan fasilitas harus memiliki ruang parkir yang mampu Koling) seluas 79,00 Ha; pelayanan yang mampu melayani manampung jumlah kendaraan bagi karyawan atau kawasan perkantoran kebutuhan Masyarakat kota dan pihak-pihak yang aktivitasnya terkait dengan kegiatan swasta di koridor Jalan wilayah sekitar yang ada di kawasan perkantoran Kapt. Koima, Jalan Jend. Sudirman , Jalan Com. Yos Menyediakan lingkungan fasilitas kawasan kantor kecamatan, kantor dinas, Balai Kota Sudarso, Jalan H. Abd. pelayanan yang sehat, nyaman, atau Kantor Walikota dan DPRD diwajibkan Halim Harahap, Jalan Abd. selamat, aman dan asri serta memiliki ruang terbuka publik Azis Lubis, Jalan P. dapat diakses masyarakat luas setiap pengembangan kawasan perkantoran Diponegoro, Jalan Raja yang didukung oleh prasarana, diwajibkan memperhatikan daya dukung dan daya Junjungan Lubis, Jalan Imam sarana dan utilitas yang tampung serta lingkup pelayanannya Bonjol, Jalan berkualitas serta berwawasan pengembangan dan peningkatan kawasan Sisingamangaraja seluas lingkungan. perkantoran swasta diwajibkan menyediakan ruang lebih kurang 25 Ha untuk sektor informal

Kawasan Kawasan peruntukan Menyediakan lahan untuk lokasi diwajibkan menempati ruang-ruang yang disediakan Peruntukkan kegiatan sektor informal kegiatan sektor informal dalam kawasan peruntukan kegiatan sektor informal

Kegiatan meliputi: a. sekitar Pasar Menyediakanprasarana, sarana diwajibkan memelihara fasilitas yang disediakan Sektor Pajak Batu di Kelurahan dan utilitas yang berkualitas serta menyediakan tempat pejalan kaki Informal Wek II; b. sekitar Pasar berwawasan lingkungan. menyediakan fasilitas tempat parkir Dalihan Natolu di Kelurahan Sadabuan; dan c. sekitar Pasar Saroha di Kelurahan Aek Tampang Kawasan Kawasan peruntukan Menyediakan lahan pengembang pembangunan rumah atau perumahan wajib Perumahan perumahan seluas lebih hunian mengikuti persyaratan teknis, ekologis dan kurang 2.656,27 Ha, terdiri administratif atas: a. perumahan menyediakan lingkungan hunian diwajibkan melakukan pemantauan lingkungan yang berkepadatan tinggi; b. yang sehat, nyaman, selamat, terkena dampak berdasarkan rencana pemantauan perumahan berkepadatan aman dan asri yang didukung lingkungan sedang; dan c. perumahan oleh prasarana, sarana dan harus membangun jaringan prasarana lingkungan berkepadatan rendah utilitas minimum mendahului kegiatan membangun rumah, memelihara dan mengelolanya serta penyelenggaraan persediaan utilitas umum

GSB minimum berbanding lurus dengan Rumija

KLB maksimum 6;

KDB maksimum 50 %;

Kawasan Kawasan peruntukan pengembangan wisata alam Tor pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat Pariwisata pariwisata seluas lebih Simarsayang di Kecamatan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan kurang 40,71 Ha terdiri Padangsidimpuan Utara

91 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang atas a. kawasan peruntukan pengembangan wisata perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan pariwisata alam; dan b. pegunungan Pintu Langit Jae masa lampau

kawasan peruntukan pengembangan kebun binatang luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata budaya Kota di Kecamatan sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum Padangsidimpuan Hutaimbaru 10% (sepuluh persen) dari luas blok pemanfaatan sekitar Desa Partihaman Saroha taman hutan raya, dan blok pemanfaatan taman wisata alam yang bersangkutan

pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor

pengembangan kawasan wisata dikembangkan dengan koefisien dasar bangunan paling tinggi 60 % (enam puluh persen)

Kawasan Kawasan peruntukan pengembangan kawasan diarahkan untuk budidaya tanaman pangan Peruntukkan pertanian terdiri atas: a. peruntukan pertanian meliputi Pertanian kawasan peruntukan pengembangan sistem jaringan pertanian Tanaman Pangan; prasarana dan b. kawasan peruntukan optimalisasi fungsi RPH sebagai dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi luas pertanian Hortikultura RPH regional di Kecamatan kawasan sawah irigasi

Padangsidimpuan Batunadua dan dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau Kecamatan Padangsidimpuan merusak fungsi lahan dan kualitas tanah Tenggara diizinkan aktivitas pendukung pertanian dilarang pembangunan kegiatan terbangun

Kawasan Kawasan peruntukan Pengembangan perikanan diizinkan pengembangan fasilitas penunjang kegiatan Peruntukkan perikanan meliputi kawasan budidaya meliputi pengembangan perikanan Perikanan peruntukan perikanan jaringan pengairan

budidaya pengembangan kawasan dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu Minapolitan untuk konsep aktivitas perikanan pengembangan budidaya perikanan Kawasan Kawasan peruntukan hutan Pendelinasian kawasan hutan diwajibkan melakukan penghijauan dan rehabilitasi Peruntukkan produksi meliputi Kawasan produksi harus jelas hutan

Hutan hutan produksi tetap seluas pemanfaatan hutan produksi diizinkan secara terbatas pemanfaatan hasil hutan Produksi 1.624 Ha. jangan sampai menyebabkan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kekeringan kehutanan dilarang melakukan pengembangan kegiatan budidaya yang mengurangi luas hutan

diizinkan secara terbatas untuk pengembangan infrastruktur perkotaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

92 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang diizinkan secara terbatas pemanfaatan kawasan hutan untuk kegiatan wisata, pendidikan dan penelitian tanpa mengganggu fungsi hutan

pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan

Kawasan Kawasan peruntukan menyediakan lingkungan kawasan diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang yang Peruntukkan pertahanan keamanan hankam yang sehat, nyaman, dapat mendukung fungsi kawasan pertahanan dan Hankam negara meliputi Komando selamat, aman dan asri yang keamanan Distrik Militer (Kodim) didukung oleh prasarana, sarana pembatasan kegiatan didalam dan/atau di sekitar 0212/TS ; Komando Rayon dan utilitas minimum kawasan pertahanan dan keamanan yang dapat Militer (Koramil) 0212-01; mengganggu fungsi kawasan Perbengkelan Militer; Yonif pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau 123/Rajawali di Kelurahan merubah fungsi utama kawasan Padangmatinggi dan Asrama Militer di Kelurahan Sihitang Kawasan Kawasan peruntukan Menyediakan lahan untuk diwajibkan memiliki ruang parkir yang mencukupi Peruntukkan peribadatan meliputi kawasan peribadatan

Peribadatan pengembangan kawasan menyediakan lingkungan diizinkan membangun fasilitas yang mendukung tata nilai sekitar Mesjid peribadatan yang sehat, nyaman, kegiatan peruntukan peribadatan Raya AlAbror di Kelurahan selamat, aman dan asri yang pengembangan kawasan pelayanan umum Wek IV sampai radius 300 didukung oleh prasarana, sarana dikembangkan sesuai dengan luas lahan tempat m dari Mesjid Raya Al- dan utilitas minimum peribadatan yang tersedia Abror. Kawasan ruang evakuasi bencana Penyediaan lahan dan fasilitas mewajibkan melengkapi pertandaan mengenai jalur Ruang mengunakan kawasan umum untuk ruang evakuasi evakuasi Evakuasi tertinggi (melting point) bencana

Bencana yang meliputi bangunan menyediakan lingkungan evakuasi mengizinkan membangun bangunan yang dapat fasilitas umum serta ruang bencana yang didukung oleh mendukung kegiatan evakuasi akibat bencana terbuka hijau. prasarana, sarana dan utilitas diizinkan untuk pengembangan jaringan utilitas minimum. Kawasan Strategis kawasan Kawasan strategis dari Kawasan strategis dari sudut menyediakan prasarana minimum (parkir, bongkar strategis dari sudut kepentingan aspek kepentingan aspek ekonomi nilai muat, penyimpanan/ gudang yang memadai) sudut ekonomi meliputi kawasan ekonomi tinggi sehingga kepentingan pusat pasar Sangkumpal memerlukan perencanaan yang aspek Bonang dan sekitarnya, strategis ekonomi kawasan pendidikan dan Pembangunan trategis dari sudut pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan kawasan sentra bisnis baru kepentingan aspek ekonomi jasa dikembangkan dengan koefisien dasar bangunan di Jalan Jend. Abdul Haris memperhatikan manfaat ekonomi paling tinggi 80 % (delapan puluh persen Nst (Lintas Timur) lokal

kegiatan jasa-jasa pendukung KLB maksimum 16 disesuaikan dengan kebutuhan KDB maksimum 60

93 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Zona berdasarkan Deskripsi Kualitas yang Diharapkan Ketentuan Umum pola Ruang dan arahan pengembangan orientasi bangunan di utamakan menghadap akses kegiatan kawasan strategis jalan dan orientasi utama bangunan adalah pada space tersebut berupa RTH dan sungai. kawasan Kawasan strategis dari Menyediakan lahan untuk lokasi pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat strategis dari sudut kepentingan aspek kegiatan wisata alam sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan sudut lingkungan meliputi Menyediakanprasarana, sarana dan luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan kepentingan kawasan wisata alam dan utilitas yang berkualitas serta sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum 10% aspek kawasan resapan air berwawasan lingkungan. (sepuluh persen) dari luas blok pemanfaatan taman lingkungan hutan raya, dan blok pemanfaatan taman wisata alam yang bersangkutan

pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor

pengembangan kawasan wisata dikembangkan dengan koefisien dasar bangunan paling tinggi 60 % (enam puluh persen)

Sumber: Perda Kota Padangsidimpuan No.4 Tahun 2014

5.2. PELAYANAN AIR MINUM EKSISTING

Pelayanan air minum eksisting di Kota Padangsidimpuan hingga saat ini dilaksanakan oleh dua PDAM yang masing-masing dipisahkan berdasarkan wilayah kecamatan yaitu PDAM Tirta Ayumi yang bertugas untuk melayani Kecamatan Batunadua dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, dan PDAM Tirtanadi yang bertugas untuk melayani Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan. Sementara itu tanggung jawab pelayanan air minum untuk kecamatan Hutaimbaru dan Angkola Julu kelak akan ditugaskan kepada PDAM Tirta Ayumi mengingat Kerja Sama Operasi antara PDAM Tirtanadi dengan Pemerintah Kota/ Kabupaten Tapanuli Selatan akan berakhir dalam 8 tahun kedepan sehingga sejak saat itu tidak hanya 4 kecamatan saja yang menjadi tanggung jawab PDAM Tirta Ayumi melainkan seluruh kecamatan (total 6 kecamatan) akan menjadi bagian dari wilayah pelayanan PDAM. Beberapa tabel berikut ini menunjukkan data pemakaian air Kota Padangsidimpuan khususnya pada tahun 2015.

Tabel 5. 2 Rata-rata Pemakaian Air PDAM Tirta Ayumi Tahun 2015 Jumlah Rata-rata Klasifikasi Sambungan sambungan Satuan pemakaian (Unit) (M3/unit/hari) 1) Rumah Tangga 1.234 Liter/jiwa/hari 131,28

94 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

2) Sosial 35 M3/unit/hari 4,06 3) Instansi 24 M3/unit/hari 2,05 4) Niaga 29 M3/unit/hari 1,06 T o t a l 1.322 Sumber : Laporan Operasional PDAM Tirta Ayumi Tahun 2015

Tabel 5. 3 Data Perbandingan Pemakaian Air Eksisting

Perbandingan Pemakaian Air Per Jenis Sambungan Jenis Pemakaian Satuan Volume % Sosial M3/tahun 51.813 13,76% Rumah Tangga M3/tahun 295.648 78,50% Instansi M3/tahun 17.936 4,76% Niaga M3/tahun 11.225 2,98% Total 376.622 100,00%

Perbandingan Pemakaian Air Domestik-Non Domestik Jenis Pemakaian Satuan Volume % Pemakaian Domestik M3/tahun 295.648 78,50% Pemakaian Non Domestik M3/tahun 80.974 21,50% Total 376.622 100,00%

Gambar 5. 1 Proporsi Pemakaian Air Per Klasifikasi Sambungan (m3/tahun)

Sumber : Analisis Konsultan Tahun 2016

95 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 5. 2 Proporsi Pemakaian Air Domestik dan Non Domestik

Sumber : Analisis Konsultan Tahun 2016

96 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 4 Data Eksisting Volume Air Terjual Per Sambungan

Sumber : Analisis Konsultan Tahun 2016

97 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 5 Konsumsi Pemakaian Air PDAM Tirta Ayumi Eksisting

Tabel 5. 6 Jumlah Sambungan Berdasarkan Klasifikasi Pelanggan PDAM Tirta Ayumi

Sumber : Analisis Konsultan Tahun 2016

98 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

5.3. RENCANA DAERAH PELAYANAN

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padang Sidimpuan No.4 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kota Padangsidimpuan, sistem penyediaan air minum bertujuan untuk menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air minumbagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupanpelayanan.

Sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada Perda tersebut meliputijaringan perpipaan dan non perpipaan di diseluruh kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Daerah pelayanan air minum sebagaimana dimaksud adalah wilayah yang harus dilayani oleh PDAM Tirta Ayumi meliputi Kecamatan Batunadua dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara sebagai wilayah pelayanan eksisting serta dua wilayah lain yang belum terjangkau oleh system perpipaan meliputi Kecamatan Angkola Julu dan Kecamatan Hutaimbaru. Sementara ituwilayah pelayanan PDAM Tirtanadi di Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan juga termasuk dalam rencana wilayah pelayanan di masa depan mengingat dalam beberapa tahun mendatang Kerja Sama Operasi PDAM Tirtanadi dengan Pemerintah Kota/ Kabupaten Tapanuli Selatan akan segera berakhir dan otomatis asset PDAM Tirtanadi tersebut akan diserahkan kepada Pemerintah Kota/ Kabupaten Tapanuli Selatan

Rencana pengembangan daerah pelayanan air minum Kota Padangsidimpuanperlu dilakukan prioritas pelayanan yakni kawasan strategis, kawasan yang rawan air, kawasan dengan tingkat pelayanan yang rendah dan belum terjangkau pelayanan PDAM, selanjutnya pelayanan diarahkan untuk zona-zona pengembangan permukiman dan pusat-pusat pertumbuhan seperti yang tertuang pada Rencana Pola Ruang.

Prosentase pelayanan air bersih sesuai target Millenium Development Goals (MDGs) direncanakan pada tahun 2015 dapat ditingkatkan sebesar setengah dari tingkat pelayanan yang belum terlayani. Sedangkan pada akhir tahun perencanaan wilayah perkotaan direncanakan dapat mencapai 80% sistem perpipaan dan 20% sistem non perpipaan. Berdasarkan dasar perencanaan tersebut, prosentase pelayanan direncanakan selama 15 tahun kedepan, dengan target pelaksanaan bertahap dengan jangka 5 tahunan. Berikut hasil perhitungan tingkat pelayanan SPAM Kota Padangsidimpuan 5 tahunan.

Tabel 5. 7 Target Prosentase Pelayanan Air Minum Per Kecamatan PROSENTASE PELAYANAN (%) No KECAMATAN 2016 2021 2026 2031 2036 1 PSP Utara 42.00 50.00 62.00 72.00 80.00 2 PSP Selatan 34.00 45.00 62.00 72.00 80.00 3 Batunadua 18.00 40.00 60.00 70.00 80.00

99 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

PROSENTASE PELAYANAN (%) No KECAMATAN 2016 2021 2026 2031 2036 4 Tenggara 6.00 40.00 60.00 70.00 80.00 5 Hutaimbaru 5.00 18.00 40.00 65.00 80.00 6 Angkola Julu 5.00 18.00 40.00 65.00 80.00

Sumber : Analisis Konsultan,2016

Berdasarkan tabel diatas, dari 6 Kecamatan yang berada di Kota Padangsidimpuan, 2 Kecamatan diantaranya yaitu Hutaimbaru dan Angkola Julu masih belum terlayani sehingga target pelayanan pada kedua kecamatan ini tahun 2021 direncanakan sebesar 18%. Berdasarkan tabel diatas maka target jumlah penduduk yang terlayani untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. 8 Target Jumlah Penduduk Yang Terlayani Air Minum Per Kecamatan JUMLAH PENDUDUK YANG TERLAYANI No KECAMATAN 2016 2021 2026 2031 2036 1 PSP Utara 27.576 36.232 49.586 63.554 77.937 2 PSP Selatan 22.846 33.608 51.107 65.506 80.333 3 Batunadua 3.886 9.924 17.106 22.933 30.118 4 Tenggara 2.046 14.896 24.408 31.105 38.832 5 Hutaimbaru 835 3.166 7.840 13.804 18.408 6 Angkola Julu 417 1.624 4.133 7.479 10.252

Total Penduduk Terlayani 57.606 99.450 154.180 204.381 255.880

Sumber : Analisis Konsultan,2016

5.3. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu perencanaan yang disusun untuk keperluan pada masa datang didasari oleh pengetahuan tentang masalah yang sama pada masa sebelumnya. Angka pertambahan penduduk tidak lepas dari data–data penduduk sebelumnya.Banyak faktor yang mempengaruhi angka pertambahan penduduk seperti masalah kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan lain–lain. Populasi berubah dengan angka–angka kematian, kelahiran dan perpindahan penduduk.Jadi faktor–faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan kebutuhan air di masa datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat pemakain air

100 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

tersebut, dengan demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan perkiraan pembiyaan pembangunan.

Adapun cara–cara yang diambil untuk menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh beberapa hal berikut, diantaranya: Keadaan dan jenis Kota, Rencana pengembangan Kota, dan kependudukan yang ada.

Dari data Kota Padang Sidimpuan dalam angka selama 5 tahun terakhir dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk Kota Padangsidimpuan rata-rata 0,xx %/tahun. Data-data tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan proyeksi pertambahan penduduk sampai 20 tahun kedepan. Proyeksi jumlah penduduk pada dasarnya sudah dilakukan dalam perencanaan RTRW .

Metode proyeksi yang umum digunakan adalah metode aljabar/aritmatika, dan metode geometri, dari kedua metode tersebut kemudian dilakukan analisis regresi untuk menentukan metode mana yang paling tepat digunakan.

1. Proyeksi Penduduk Metoda Aritmatik

Metoda aritmatika didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahun. Metoda ini digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama setiap tahun. Persamaan umum metoda aritmatik adalah:

Pn = Po + rn (Po - Pt) r = ------t dimana: Pn = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa) Po = Jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi (jiwa) r = Angka laju pertumbuhan penduduk rata-rata (jiwa/tahun) Pt = Jumlah penduduk awal data (jiwa) t = Jumlah tahun data n = Tahun ke n

2. Proyeksi Penduduk Metoda Geometrik

Metoda Geometrik didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-rata tahunan, sering digunakan untuk memperkirakan data yang perkembangannya melaju sangat cepat. Persamaan umumnya adalah:

Pn = Po (1+ r)n dimana: Pn = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa) Po = Jumlah enduduk pada awal tahun proyeksi (jiwa)

101 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

r = Angka laju pertumbuhan penduduk rata-rata (%/tahun) Pt = Jumlah penduduk awal data (jiwa) n = Tahun ke n 3. Proyeksi Penduduk Metoda Least Square

Metoda Least Square merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk, dan X adalah tahunnya dengan cara menarik garis linear antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah pangkat dan masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan garis yang dibuat. Persamaan umumnya adalah:

dimana: Y = Nilai variable berdasarkan garis regresi a = Konstanta b = keofisien arah regresi linier X = Variabel Independen

4. Metoda Terpilih

Pemilihan metoda dilakukan dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku) dan nilai koefisien korelasi.

Persamaan Standar Deviasi:

Persamaan Koefisien Korelasi:

dimana: xI =P –P’ yI = P = Jumlah penduduk awal ỹ = Pr = Jumlah penduduk rata-rata y’ = P’ = Jumlah penduduk yang dicari Pemilihan metoda proyeksi yang paling tepat jika:

 Harga “S“yang palingkecil.  Harga “r”yang paling mendekati 1 atau –1. Fungsi S dan r dalam statisik:

 Harga “S” menunjukkan besarnya penyimpangan data darinilai rata – rata  Harga “r” nilaiyang menunjukkan hubungan antara duaparameter.

Proyeksi penduduk dihitung untuk-masing-masing kelurahan dan dengan metoda yang berbeda-beda sesuai dengan hasil deviasi yang paling kecil. Metode yang diterapkan untuk masing-masing kelurahan dapat dilihat pada table dibawah, sedangkan hasil analisa proyeksi penduduk secara rinci dapat dilihat pada lampiran B.

102 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 9 Metode Proyeksi Penduduk Setiap Kecamatan Yang Terpilih Deviasi No KECAMATAN Least Metoda Terpilih Aritmatik Geometrik Square 1 PSP Angkola Julu 340 236 265 Geometrik 2 PSP Batunadua 28 20 22 Geometrik 3 PSP Hutaimbaru 9 5 6 Geometrik 4 PSP Selatan 48 31 35 Geometrik 5 PSP Tenggara 12 7 9 Geometrik 6 PSP Utara 33 21 24 Geometrik Sumber : Analisis Konsultan,2016

5.4. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

Perhitungan proyeksi kebutuhan air minum didasarkan pada proyeksi jumlah penduduk, jumlah dan jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan konsumsi pemakaian air, maka faktor- faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap proyeksi kebutuhan air adalah cakupan daerah pelayanan, jenis pelayanan, dan jumlah sambungan. Pemakaian air rumah tangga adalah 1,08 m3/sambungan/hari, maka konsumsi pemakaian rata-rata adalah 130 lt/jiwa/hari

103 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 10 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Batunadua

104 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 11 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

105 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 12 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Padangsidimpuan Utara

106 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 13 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

107 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 14 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Hutaimbaru

108 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 15 Prioyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Angkola Julu

109 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 16 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Untuk 4 Wilayah Pelayanan PDAM Tirta Ayumi

110 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 17 Proyeksi Kebutuhan Air Minum di Wilayah Pelayanan PDAM Tirtanadi

111 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 5. 18 Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 – 2035

112 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB6. POTENSI AIR BAKU

6.1. POTENSI AIR PERMUKAAN

6.1.1. Potensi Mata Air

Berdasarkan pembentukannya secara alamiah, terdapat dua jenis mata air (spring) yakni :

 Artesian Spring; terbentuk pada lapisan air tanah tertekan (confined aquifer) keluar melalui celah/ rekahan batuan atau media berbutir, secara umum debit air relative besar, stabil dan mengumpul

 Gravity spring, terbentuk pada lapisan air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer) akibat terpotongnya water table air tanah dangkal, dapat terjadi di pinggiran/ dasar sungai, secara umum debit air relative kecil fluktuatif dan menyebar

Kota Padangsidimpuan pada dasarnya memiliki potensi mata air yang cukup baik pada wilayah bagian Utara, yaitu terutama pada Kecamatan Angkola Julu dan Hutaimbaru. Selain itu potensi mata air juga dapat terjadi di wilayah Tenggara yaitu di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Berikut ini disajikan data beberapa mata air yang berpotensi untuk kegiatan SPAM.

Tabel 6. 1 Potensi Mata Air Kota Padangsidimpuan Potensi Yang Kapasitas Kapasitas Belum No Nama Mata Air Lokasi Mata Air Terpasang Produksi Dimanfaatkan (lt/dt) (l/dt) (l/dt) 1 Joring Kecamatan Angkola Julu - - 15 2 Huta Padang Kecamatan Hutaimbaru - - 6 3 Hulu Aek Sipogas Kabupaten Tapsel - - 122 Mata Air 40 4 Simatohir Kecamatan Angkola Julu - 10 Lorong Simanabun, Desa 40 Mata Air Bargot Topong, 5 Simanabun Kecamatan Batunadua - - Mata Air Ranjo 21 6 Batu Kecamatan PSP Tenggara - - 7 Mata Air Sibujing Kecamatan Batunadua - - 130 8 Mata Air Palopat Kecamatan PSP Tenggara - - Jumlah - 10 Sumber : Analisis Konsultan,2016

113 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Saat ini secara keseluruhan mata air – mata air yang disebutkan pada tabel diatas belum dikelola oleh PDAM. Mata air Hulu Aek Sipogas dan Aek Sibujing merupakan mata air yang memiliki kapasitas paling besar yaitu sekitar 122,5dan 130 liter/detik. Untuk itu, potensi mata air ini dapat direncanakan untuk dikelola sebagai sumber air PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan.

6.1.2. Potensi Air Permukaan

Potensi air permukaan ditentukan berdasarkan kemampuan debit sungai untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Menurut data dalam Padangsidimpuan Dalam Angka tahun 2016 terdapat kurang lebih 11 Sungai yang diidentifikasi melalui Kota Padangsidimpuan.

Tabel 6. 2Sungai Yang Melalui Kota Padangsidimpuan

No Nama Sungai Panjang (km) 1 Sungai Batang Angkola 25 2 Sungai Batang Kumal 11 3 Sungai Batang Ayumi 16 4 Sungai Aek Rokkare 5 5 Sungai Aek Sipogas 6 6 Sungai Aek Tolping 3 7 Sungai Aek Silangkitang 2 8 Sungai Aek Ratta 4 9 Sungai Aek Silandit 3 10 Sungai Aek Tohul 4 11 Sungai Aek Mompang 6 Sumber : Kota Padangsidimpuan dalam angka,2016

Tidak semua sungai yang tercantum pada tabel diatas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Berikut inipotensi air permukaan dinyatakan dalam liter/detik pada tabel 6.3.

Tabel 6. 3 Potensi Air Permukaan Kota Padangsidimpuan Aliran Sungai Panjang Potensi Debit No Nama Lokasi Sungai Air (l/dt) (Km) 1 Aek Sipogas Aek Sipogas 6,00 23 – 30 2 Aek Sisundung 1200 3 Simatohir Batang Ayumi 16,00 800 4 Batang Landi DAS Batang Ayumi 300

114 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

5 Aek Simasom Batang Ayumi 16,00 294 Intake PDAM DAS Batang Ayumi 45 6 Simatohir 7 Batang Kumal Aek Batang Kumal 11,00 400 8 Labuhan Rasoki 30 9 Labuhan Labo Simasom – Batang 200 10 Mual Sisoma Ayumi Jumlah Debit Sumber : Kota Padangsidimpuan dalam angka,2016

Selain tabel diatas, berikut ini potensi sumber air baku berdasarkan posisi lokasi rencana pengambilan air baku dan elevasi.

Tabel 6. 4 Koordinat Lokasi Rencana Pengambilan Air Baku untuk Air Minum Kota Padangsidimpuan

Koordinat Elevasi Potensi Debit No Nama Lokasi N E (mtr) Air (l/dt) A Kec Angkola Julu 1 Simasom 01 27’56.79” N 99 15’46.62” E 575 294 Simatohir – Batang 01 26’33.84” N 99 16’38.84” E 800 Landi (Pertemuan 2 2 sungai) 490 3 Mata Air Simatohir 01 26’40.35” N 99 16’47.56” E 502 40 4 Pintu Langit 01 28’37.92” N 99 14’50.39” E 743 200 5 Joring Natobang 01 27’33.72” N 99 14’40.62” E 679 15 B Kec Hutaimbaru 1 Hulu Aek Sipogas 01 26’48.57” N 99 13’9.15” E 805 122 2 Huta Padang 01 27’6.02” N 99 13’50.71” E 783 6 C Kec Batunadua 1 Aek Batang Kumal 01 24’20.57” N 99 18’40.5” E 380 300 2 Simanabun 01 23’56.63” N 99 19’29.44” E 374 40 3 Sibujing 01 22’11.32” N 99 19’02.86” E 311 130 D Kec PSP Tenggara 1 Labuhan Rasoki 01 19’48.92” N 99 21’07.72” E 300 40 2 Labuhan Labo 3 Ranjo Batu 01 21’23.65” N 99 19’31.01” E 318 21 E Kabupaten Tapsel Aek Sisundung (Air 01 23’38.93” N 99 11’18.74” E 1200 1 Terjun) 466

115 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Berdasarkan data diatas, wilayah Kota Padangsidimpuan memiliki potensi air permukaan yang tersebar padabanyak sungai. Panjang masing – masing sungai bervariasi, sungai yang paling panjang adalah Batang Angkola yaitu 25 Km, sedangkan sungai yang paling pendek adalah sungai Aek Silangkitang dengan panjang 2 Km.

Dengan kajian kuantitas sungai diatas, dapat diketahui bahwa air permukaan di Kota Padangsidimpuan memiliki potensi untuk menjadi beberapa alternatif sumber air baku untuk SPAM. Namun demikian, dalam pemanfaatannya masih perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kualitas, kontinuitas dan pendanaan atas setiap system air minum yang direncanakan.

6.2. POTENSI AIR TANAH

Berdasarkan peta hidrogeologi, sebagian besar wilayah di Kota Padangsidimpuan memiliki potensi air tanah yang cukup baik. Wilayah Padangsidimpuan bagian Utara memiliki karakteristik akuifer dengan produktifitas air tanah yang tinggi dan penyebaran yang luas. Begitu pula halnya dengan wilayah bagian timur memiliki potensi air tanah yang cukup baik, tapi tidak sebesar wilayah utara. Sedangkan padasebagian wilayah Hutaimbaru Barat, bagian barat PSP Utara dan bagian barat dari PSP Selatan dan sebagian wilayah Batunadua Timur memiliki potensi mata air dengan produktifitas yang kecil. Untuk keterangan lebih mendetail analisis hidrogeologi dapat dilihat berdasarkan keterangan dibawah ini :

A. Akuifer Dengan Aliran Melalui Ruang Antar Butir

= akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas (akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi; tinggi pisometri atau muka air tanah di atas atau dekat di bawah muka tanah; debit sumur umumnya lebih dari 10 l/dt).

= akuifer dengan produktif dengan penyebaran luas (akuifer dengan keterusan sedang; tinggi pisometri atau muka air tanah di atas atau dekat di bawah muka tanah; debit sumur umumnya 5 sampai 10 l/dt).

= akuifer dengan produktif sedang dan penyebaran luas (akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi; tinggi pisometri atau muka air tanah di atas atau dekat di bawah muka tanah; debit sumur umumnya kurang dari 5 l/dt).

= setempat, akuifer berproduksi sedang (akuifer tidak menerus, tipis dan keterusan rendah; muka air tanah umumnya dangkal; debit sumur umumnya kurang dari 5 l/dt).

116 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

B. Akuifer Dengan Aliran Melalui Celahan Dan Ruang Antar Butir

= akuifer dengan produktifitas tinggi dengan penyebaran luas (akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah beragam; debit sumur umumnya lebih dari 5 l/dt)

= akuifer dengan produktifitas sedang dengan penyebaran luas (akuifer dengan keterusan sangat beragam; muka air tanah bebas umumnya dalam; debit sumur umumnya kurang dari 5 l/dt)

= setempat, akuifer produktif. (akuifer dengan keterusan sangat beragam; mata air bedebit kecil namun dapat ditangkap)

C. Akuifer Dengan Aliran Melalui Celahan, Rekahan Dan Saluran

= akuifer dengan produktifitas sedang sampai tinggi (aliran airtanah terbatas pada celahan, rekahan dan saluran pelarutan. Muka air tanah umumnya dalam, debit sumur dan mata air beragam dalam kisaran yang besar)

D. Akuifer (Bercelah Atau Sarang) Dengan Produktifitas Rendah Dan Daerah Air Tanah Langka

= akuifer dengan produktifitas kecil setempat berarti (umumnya keterusan sangat rendah sampai sangat rendah; setempat, airtanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada daerah lembah)

= daerah airtanah langka

Kota Padangsidimpuan secara umum memiliki wilayah yang memiliki potensi air tanah yang baik yaitu akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Hanya sebagian wilayah yang memiliki akuifer dengan produktifitas kecil yaitu sebagian wilayah barat di Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Selatan, bagian barat wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara serta wilayah timur dari Kecamatan Batunadua.

117 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 1 Geohidrologi Kota Padangsidimpuan

118 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

6.3. POTENSI SUMBER AIR BAKU BERDASARKAN PERDA KOTA PADANGSIDIMPUAN

NO 4 TAHUN 2014

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 4 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 – 2033, terdapat 3 pasal terpenting yang berkaitan dengan pembangunan prasarana air baku untuk air bersih dan pengembangan air minum Kota Padangsidimpuan yaitu Pasal 11, 19, 20 dan 21. Penjelasan mengenai masing-masing pasal tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Pasal 19 : 1) Rencana pengembangan system jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf c meliputi : a. Sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/ kota b. Wilayah Sungai (WS) c. Cekungan air tanah (CAT) d. Jaringan irigasi; dan e. Prasarana air baku untuk air bersih 2) Sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. Sungai/ Aek Batang Ayumi melalui Desa Huraba Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan, Desa Simasom – Desa Mompang – Desa Simatohir – Desa Rimba Soping – Kelurahan Batunadua Jae – Kelurahan Batang Ayumi Julu – Kelurahan Sitamiang – Kelurahan Bincar – Kelurahan Kantin – Kelurahan Aek Tampang – Kelurahan Padang Matinggi – Kelurahan Sihitang – Desa Pudun Jae – Desa Huta Koje – Desa Huta Limbong – Desa Huta Lombang – Desa Manunggang Jae – Desa Goti – Desa Perkebunan PK Kota Padang Sidimpuan, Desa Siuhom – Kelurahan Sigalangan Kabupaten Tapanuli Selatan b. Sungai/ Aek Batang Kumal melalui Desa Pargarutan – Desa Sampean Kapar Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan, Desa Bargot Topong – Desa Aek Najaji – Desa Ujung Gurap – Desa Baruas – Desa Siloting – Desa Batang Bahal – Desa Pudun Julu – Desa Pudun Jae – Kelurahan Pijor Koling Kota Padang Sidimpuan; dan c. Sungai/ Aek Batang Angkola melalui Kelurahan Hanopan – Kelurahan Ujung Padang – Kelurahan Aek Tampang – Kelurahan Padangmatinggi – Desa Huta Koje – Desa Huta Limbong – Desa Huta Lombang – Desa Manunggang Jae – Desa Goti – Desa Perkebunan PK Kota Padang Sidimpuan, Desa Siuhom – Kelurahan Sigalangan Kabupaten Tapanuli Selatan 3) Wilayah Sungai (WS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. WS Batang Angkola b. WS Barumun-Kualo dan c. DAS pada Kota yang terletak pada WS Batang Angkola yaitu DAS Batang Gadis 4) Cekungan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c meliputi : a. CAT Kuala Batang Toru, yang merupakan CAT lintas Kabupaten/ Kota yaitu melewati Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kota dan

119 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

b. CAT Kota, yang merupakan CAT lintas kabupaten/ Kota, yaitu melewati Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota 5) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan Daerah Irigasi (DI) meliputi 55 DI. 6) Prasarana air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi : a. Mata air Sisundung, mata air Huta Tunggal, dan mata air Ompu Makkar yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan daerah pelayanan WP-I, yang meliputi Kecamatan Padang Sidimpuan Utara dan Padang Sidimpuan Selatan; b. Mata air Simatohir dengan daerah pelayanan sebagian WP-II, yang meliputi Kecamatan Padang Sidimpuan Batunadua c. Mata air Labuhan Rasoki dan Mata Air Labuhan Labo dengan daerah pelayanan WP-III, yang meliputi Kecamatan Padang Sidimpuan Tenggara, dan d. Mata air Pintu Langit Jae, dan mata air Simasom, dengan daerah pelayanan sebagian WP-IV dan sebagian WP-V, yang meliputi Kecamatan Padang Sidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padang Sidimpuan Angkola Julu

Pasal 20 : Rencana jaringan infrastruktur Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf d meliputi : a. Sistem penyediaan air minum b. Sistem penyediaan air limbah c. Sistem persampahan kota d. Sistem drainase kota e. Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan kaki, dan f. Jalur evakuasi bencana

Pasal 21 : 1) Sistem jaringan penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a meliputi : a. Sistem jaringan perpipaan; dan b. Sistem jaringan non-perpipaan 2) Sistem jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas : a. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA) meliputi peningkatan kapasitas menjadi 450 liter/detik pada Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) di Desa Partihaman Saroha; b. Pengembangan IPAB sebagai berikut :  IPAB di Kelurahan Panyanggardengan Kapasitas 150 liter/detik  IPAB di Desa Partihaman Saroha dengan Kapasitas 150 liter/detik  IPAB di Desa Labuhan Rasoki dengan Kapasitas 130 liter/detik dan  IPAB di Desa Simatohir dengan kapasitas 125 liter/detik c. Jaringan pipa transmisi meliputi :  Jalur mata air Sisundung, mata air Huta Tunggal, mata air Ompu Makkar ke Reservoar Desa Partihaman Saroha melewati Desa/ Kelurahan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Kelurahan Palopat Maria, Kelurahan Hutaimbaru, Desa Partihaman Saroha dengan kapasitas 440 m3.  Jaringan transmisi reservoir Desa Partihaman Saroha menuju Kelurahan Sitamiang, melalui Kelurahan Losung Batu, Kelurahan Sadabuan, Kelurahan Kayu Ombun, Kelurahan Timbangan, Kelurahan Wek I, Kelurahan Bincar, Kelurahan Sitamiang; dan

120 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

 Jalur transmisi reservoir Desa Partihaman Saroha menuju Padangmatinggi melalui Kelurahan Losung Batu, Kelurahan Sadabuan, Kelurahan Kayu Ombun, Kelurahan Timbangan, Kelurahan Wek I, Kelurahan Wek II, Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kelurahan Kantin, dan Kelurahan Wek V, Kelurahan Aek Tampang, Kelurahan Padangmatinggi dengan kapasitas 1000 m3. d. Jaringan Pipa Distribusi meliputi :  Jalur Kelurahan Sadabuan menuju Kelurahan Bincar melalui Jalan Sudirman, Jalan Sutan Soripada Mulia, Jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Dr. Pinayungan DLT, Jalan Serasi, Jalan Sutan Mhd. Arif  Jalur Jalan Ahmad Yani Simp PU menuju Kelurahan Bincar melalui Jalan Ahmad Yani, Jalan Kapten Koima, Jalan P. Diponegoro, Jalan Mayjend. Sutoyo, Jalan KS. Tubun, Jalan Kol. Sugiono, Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan DI. Panjaitan, Jalan Kapt. Tandean, Jalan Mayjend Sutoyo  Jalur Pusat Kota menuju Ujung Pandang melalui Jalan Sudirman, Jalan Bahri Efendi Siregar, Jalan Raja Junjungan Lubis, Jalan Mangaraja Maradat, Jalan Syech Jafar Abd Wahab, Jalan Enda Mora, Jalan Baginda Mulia Lubis, Jalan Hasanuddin, Jalan Madong Lubis, Jalan Binanga Siregar, Jalan Kapt Pattimura, Jalan Komplek DPRD, Jalan Kambojo, Jalan Sutan Katimbung, Jalan Kolonel Hamzah Lubis; dan  Jalur Aek Tampang menuju Padangmatinggi melalui Jalan Imam Bonjol, Jalan Binanga Siregar, Jalan SM Raja, Jalan HM Sutan Harahap, Jalan Sutan Pandapotan Harahap, Jalan Sutan Batanghari Harahap, Jalan Batang Gadis, Jalan H. Sorimuda Siregar, Jalan H Abdul Azis Pane, Jalan Binanga Siregar, Jalan Teuku Umar, Jalan Sahala Muda Pakpahan, Jalan Sutan Mangaraon 3) Jaringan Pipa IKK MBR meliputi: a. Sistem Pengolahan Air Minum Ibu Kota Kecamatan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (SPAM IKK MBR) di Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru untuk melayani Kecamatan Hutaimbaru, sebagian Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu, di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara untuk melayani Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan sebagian Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan kapasitas 65 liter/detik b. Sistem Pengolahan Air Minum Ibu Kota Kecamatan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (SPAM IKK MBR) di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan kapasitas 130 liter/detik c. Sistem Pengolahan Air Minum Ibu Kota Kecamatan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (SPAM IKK MBR) di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan kapasitas 130 liter/detik 4) Sistem jaringan non-perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas : a. Pengembangan sumur dalam di Kelurahan/ Desa di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan kapasitas per unit 4,5 liter/detik; dan b. Pengembangan sumur dalam di pusat-pusat perdagangan dan jasa meliputi :  Pasar Saroha Kelurahan Padangmatinggi dengan kapasitas 1,5 liter/detik  Pasar Dalihan Natolu Kelurahan Sadabuan dengan kapasitas 1,5 liter/detik  Pasar Lubuk Raya Desa Joring Natobang dengan kapasitas 1,5 liter/detik  Pasar Tangsi Manunggang dengan kapasitas 1,5 liter/detik  Terminal Maharaja Mulia Harahap Kelurahan Batunadua Jae dengan kapasitas 2 liter/detik  Terminal H.M Tohar Bayo Angin Kelurahan Pijor Koling dengan kapasitas 2,5 liter/detik; dan

121 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

 Terminal Hutaimbaru dengan kapasitas 2 liter/detik

Berdasarkan penjabaran Perda No 4 tahun 2014 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan tahun 2013 – 2033 diatas terlihat bahwa konsultan telah melakukan identifikasi dan pengujian terhadap sumber-sumber mata air dan air permukaan/ sungai yang potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan air minum di Kota Padangsidimpuan sehingga sumber- sumber air tersebut diyakini dapat menjadi alternative air baku penyediaan air minum untuk masa 20 tahun mendatang.

6.4. DASAR PEMILIHAN SUMBER AIR BAKU

Pemilihan sumber air baku ditentukan berdasarkan identifikasi sumber-sumber yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sesuai horizon waktu perencanaan dengan pertimbangan hal – hal berikut :

1. Pengaruh yang ditimbulkan akibat pengambilan sumber air terdapat pemakai sumber lainnya yang terendah.

2. Investasi untuk biaya eksploitasi serta biaya pengoperasian dan pemeliharaan dibuat yang terendah.

3. Dampak lingkungan yang timbul diusahakan sekecil mungkin.

Prosedur yang ditempuh dalam pemilihan sumber yang akan direkomendasikan mengikuti urutan sebagai berikut:

1. Identifikasi sumber termasuk aspek perijinan.

2. Evaluasi sumber dengan tinjauan terhadap sektor-sektor lain yang menggunakan/ memakai sumber.

3. Analisa dampak lingkungan.

Dengan memadukan prakiraan kebutuhan air dan ketersediaan air minum, maka dapat diidentifikasikan dan dikembangkan yang kemudian dipilih berbagai alternatif pemecahan permasalahan/pemenuhan kebutuhan.Setiap alternatif harus dikaji aspek teknis, ekonomi, manajemen, lingkungan dan sosial sehingga para ahli teknik dapat menganalisa dengan cepat dan cermat. Alternatif terpilih adalah yang terbaik ditinjau dari berbagai aspek tersebut di atas. Pra-desain dari alternatif terpilih merupakan dasar dalam perkiraan biaya investasi dan pra-kelayakan proyek.

122 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Selain prosedur yang telah dijelaskan diatas, persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemilihan air baku adalah persyaratan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Sumber mata air yang dipilih harus memenuhi persyaratan tersebut, berikut penjelsan masing – masing persyaratan yang ditentukan.

1. Persyaratan Kualitas

Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.

Persyaratan bakteriologis

Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E. coli atau fecal coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh air yang masuk sistem distribusi, dan air pada sistem distribusi.

Persyaratan kimiawi

Dalam hal ini yaitu tidak adanya kandungan unsur atau zat kimia yang berbahaya bagi manusia. Keberadaan zat kimia berbahaya harus ditekan seminimal mungkin. Sedangkan zat-zat tertentu yang membantu terciptanya kondisi air yang aman dari mikroorganisme harus tetap dipertahankan keberadaannya dalam kadar tertentu.

Parameter dalam persyaratan ini terbagi menjadi dua yaitu bahan kimia yang berpengaruh langsung pada kesehatan dan yang mungkin dapat menimbulkan keluhan pada konsumen. Bahan-bahan kimia yang termasuk di dalam parameter ini adalah bahan-bahan anorganik, organik, pestisida, serta desinfektan dan hasil sampingannya.

Persyaratan radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas membatasi kadar maksimum aktifitas alfa dan beta yang diperbolehkan terdapat dalam air minum.

Persyaratan fisik

Parameter dalam persyaratan fisik untuk air minum yaitu warna, rasa dan bau, temperatur, serta kekeruhan. Semua persyaratan tersebut di atas berasal dari SK Menkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum.

2. Persyaratan Kuantitas

Dari segi kuantitas, penyediaan air harus mempertimbangkan tentang beberapa hal, yakni :

Pemakaian air, yaitu jumlah air yang terpakai dari sistem yang ada dalam kondisi apapun. Pemakaian air dibatasi oleh persediaan air dalam sistem yang ada dan seringkali tidak mencukupi kebutuhan air.

123 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Kebutuhan air, adalah jumlah air yang diperlukan untuk kebutuhan konsumen dalam menjalankan aktivitasnya. Besar kebutuhan air akan menentukan besaran sistem penyediaan.

Faktor yang mempengaruhi pemakaian, terdiri atas dua faktor yaitu :

a. Faktor sosial ekonomis, antara lain populasi, luas wilayah, iklim, tingkat pendidikan, tingkat ekonomis, dan lain-lain.

b. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem penyediaan air bersih itu sendiri, antara lain kualitas, kuantitas, operasional dan perawatan fasilitas, harga penggunaan meteran, dan lain-lain.

c. Fluktuasi pemakaian air, yakni naik-turunnya pemakaian air tiap jamnya antara satu hari dengan hari lainnya ataupun pemakaian air tiap harinya dalam satu bulan atau tahun. Perbedaan pemakaian per jam disebabkan oleh perbedaan aktivitas penggunaan air dalam satu hari pada suatu komunitas. Sedangkan perbedaan pemakaian per hari disebabkan oleh perbedaan kebiasaan hidup dan iklim dari suatu wilayah.

3. Persyaratan Kontinuitas

Syarat sumber air baku untuk pengambilan sebagai sumber air minum harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Tiap sumber air mempunyai karakteristik debit air yang berbeda, baik besarnya debit air maupun fluktuasi dari debit air tersebut.

Pada umumnya debit air dari tiap sumber air akan mengalami perubahan-perubahan dari suatu waktu ke waktu yang lain.Pada musim hujan debit sumber air cenderung naik dan akan mengalami penurunan pada musim kemarau. Untuk itu, sebelum menentukan sumber air, perlu dilakukan kajian kontinuitas sumber sehingga kapasitas sumber dapat memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau.

Setelah jelas sumber air baku yang akan digunakan, maka harus dilakukan pengurusan perijinan. Setelah mendapat perijinan, dilakukan pengamanan dan pengurusan sumber air baku tersebut. Dengan memadukan kebutuhan air dan ketersediaan sumber air baku, maka dapat direncanakan dan dikembangkan pada umumnya lebih dari satu alternatif pemenuhan kebutuhan.

Suatu studi dilakukan untuk mengidentifikasi semua alternatif mulai dari:

1. Sumber air baku (mata air, air tanah, air permukaan)

2. Lokasi jenis intake ( sumur, broncapturing)

124 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

3. Penampungan yang diperlukan

4. Jalur transmisi

5. Lokasi reservoir

6. Jaringan distribusi.

Studi tersebut dilakukan berdasarkan pada topografi, peta tata guna tanah, dan laporan-laporan eksisting lainnya.

Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk sistem penyediaan air minum Kota Padangsidimpuan adalah air tanah , mata air dan air permukaan. Pertimbangan pemilihan alternatif sumber air baku itu dapat dilihat berdasarkan penjelasan berikut.

A. Air Tanah

Air tanah mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan-lapisan tanah, serta bebas dari polutan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan, seperti Fe, Mn, kesadahan, dan sebagainya. Berdasarkan kedalamannya, air tanah dibedakan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal kualitasnya lebih rendah daripada air tanah dalam. Secara kuantitas, air tanah dapat mencukupi kebutuhan air bersih. Tetapi dari segi kontinuitas, pengambilan air tanah harus dibatasi, karena pengambilan yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan intrusi air laut.

Pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan SPAM di Kota Padangsidimpuan yang dikelola oleh PDAM baik Tirta Ayumi maupun Tirtanadi belum pernah dilakukan mengingat saat ini pemanfaatan air baku masih melalui mata air dan air permukaan akibat sumber air baku mata air dan air permukaan yang mencukupi dari segi kuantitas dan kontinuitasnya sementara sumber air tanah dalam mengalami keterbatasan debit dan keterbatasan luasan wilayah pelayanan. Selain itu pula biaya operasi dan pemeliharaan yang tinggi mengakibatkan pengelolaan air tanah dalam dianggap tidak efisien dan tidak ekonomis.

Namun demikian untuk mendapatkan air tanah dalam, dapat menempuh beberapa langkah sebagai berikut :

(1) Dengan menggunakan tenaga ahli dalam bidang hydologi dan bantuan dari data geologis yang telah dilakukan pemeriksaannya terlebih dulu (peta hydrogeology)

(2) Menggunakan pengetahuan/pertimbangan

125 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Melakukan kajian bilamana dilakukan penelitian geologis yang sekiranya dapat diterapkan dan menunjukkan keadaan dan bila mungkin sifat-sifat lapisan tanah Mempelajari/melakukan penelitian terhadap sumur-sumur yang ada, baik mengenai profil lapisan tanah, ketinggian air, kualitas dan kuantitas serta lokasinya Membuat lubang-lubang percobaan untuk memperoleh contoh-contoh lapisan tanah (profil), untuk mengetahui informasi tentang lapisan tanah, akuifer, kedalaman dan kualitas air Menggunakan peralatan dan konsultasi dengan Departemen Pertambangan dan Geologi, karena pengeboran > 3 meter harus mendapatkan ijin dari Pemerintah cq Departemen/Dinas Pertambangan. Keuntungan dan kerugian pemanfaatan air tanah :

(1) Keuntungan :

Pada umumnya bebas dari bakteri pathogen Pada umumnya dapat dimanfaatan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut Biasanya dapat diperoleh lokasinya disekitar rural community Seringkali praktis dan ekonomis dalam memperoleh dan mendistribusikannya Lapisan tanah yang menampung, dalam hal air tersebut diperoleh biasanya merupakan pengumpulan air secara alamiah (2) Kerugian :

Air tanah sering kali banyak mengandung mineral-mineral Fe, Mn, Ca dan sebagainya

Pada umumnya membutuhkan tenaga pompa

Dalam penyelidikan dan perencanaan penyediaan air tanah sebagai sumber air minum, beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah :

(1) Sedapat mungkin lokasi pemboran dekat dengan pusat pemakaian (consumption), untuk mengurangi biaya investasi dan operasional, dan mendapatkan kualitas dan kuantitas yang cukup.

(2) Cara pengambilan (debit) dengan mempetimbangkan kebutuhan sesuai keperluan air yang dipersyaratkan, serta pembiayaan sekecil mungkin.

(3) Sistem pengaliran dan perasional diperhitungkan secermat mungkin, untuk menghindari pemborosan.

B. Mata Air

126 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Dari segi kualitas, mata air sangat baik karena belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Pencemaran biasanya terjadi di lokasi mata air itu muncul. Dari segi kuantitas dan kontinuitas, mata air kurang bisa diandalkan sebagai sumber air air baku. Dalam pemanfaatan sumber mata air perlu dibuat perlindungan mata air yaitu pada umumnya menggunakan bangunan broncaptering. Bangunan ini umumnya dibangun diatas permukaan tanah, namun demikian sangat tergantung kepada jenis mata airnya, artesis (+) atau nonartesis (-). Konstuksi dapat menggunakan pasangan batu kali / batu bata / beton, yang ditutup rapat dan diberi pipa ventilasi pada bagian atasnya, pipa pelimpah, pipa inlet juga diperlukan, dan dengan beberapa kran sebagai pipa sevice.

C. Air Permukaan

Air permukaan menjadi salah satu alternatif sumber air baku PDAM dalam penyediaan air untuk pelanggan. Secara kualitas, air permukaan memiliki kualitas yang kurang baik untuk keperluan SPAM. Oleh karena itu, penggunaan air permukaan sebagai sumber air baku harus disertai dengan instalasi pengolahan air (IPA). Air permukaan yang digunakan dapat berupa sungai, danau, embung dsb.

Kondisi air tanah yang mulai mengalami penurunan muka air, mengindikasikan perlunya pengurangan eksploitasi air tanah melalui sumur dalam. Oleh karena itu, PDAM mulai mencari alternatif sumber air permukaan untuk menggantikan sumber air tanah. Wilayah Kota Padangsidimpuan memiliki potensi debit sungai yang cukup besar untuk menjadi sumber air baku. Namundemikian, sebagian besar sungai tersebut memiliki karakteristik debit yang fluktuatif yang mungkin mengalami kekeringan pada musim kemarau. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, direncanakan pembangunan embung yang dapat mempertahankan kontinuitas air yang lebih baik untuk sumber air baku.

6.5. PEMILIHAN SUMBER AIR BAKU

Aspek kuantitas merupakan salah satu syarat penting dalam pemilihan sumber air baku. Sumber air baku yang dipilih harus mampu mencukupi kebutuhan air bersih pelanggan. Potensi air baku yang direncanakan PDAM akan dikembangkan adalah Air Tanah, Mata Air dan Air Permukaan.

Berdasarkan data dari PDAM dan kunjungan lapangan konsultan, potensi sumber air baku dari sumber mata air dan air permukaanuntuk Kota Padangsidimpuan dan sumur dalam dapat dilihat pada

127 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

tabel 6.5. Tabel ini merupakan modifikasi dari tabel 6.4 yang dirangkai dengan perkiraan potensi air baku yang dapat dimanfaatkan di lokasi tersebut.

Tabel 6. 5 Kapasitas Sumber Air Baku Kota Padangsidimpuan

Koordinat Elevasi Debit yang No Nama Lokasi Potensi dapat N E (mtr) Debit Air Dimanfaatkan (l/dt) A Kec Angkola Julu (l/dt) 1 Simasom 01 27’56.79” N 99 15’46.62” E 575 294 50 Simatohir – Batang 01 26’33.84” N 99 16’38.84” E 800 100 – 120 Landi (Pertemuan 2 2 sungai) 490 3 Mata Air Simatohir 01 26’40.35” N 99 16’47.56” E 502 40 20 01 28’37.92” N 99 14’50.39” E 200 Tergantung Simasom atau 4 Pintu Langit 743 Batang Landi 5 Joring Natobang 01 27’33.72” N 99 14’40.62” E 679 15 - B Kec Hutaimbaru 1 Hulu Aek Sipogas 01 26’48.57” N 99 13’9.15” E 805 122 40 2 Huta Padang 01 27’6.02” N 99 13’50.71” E 783 6 - C Kec Batunadua 1 Aek Batang Kumal 01 24’20.57” N 99 18’40.5” E 380 300 100 2 Simanabun 01 23’56.63” N 99 19’29.44” E 374 40 20 3 Sibujing 01 22’11.32” N 99 19’02.86” E 311 130 40 D Kec PSP Tenggara 1 Labuhan Rasoki 01 19’48.92” N 99 21’07.72” E 300 40 - 2 Labuhan Labo - 3 Ranjo Batu 01 21’23.65” N 99 19’31.01” E 318 21 - E Kabupaten Tapsel Aek Sisundung (Air 01 23’38.93” N 99 11’18.74” E 1200 300 1 Terjun) 466 Sumber : Analisis Konsultan,2016

Ditinjau dari peta hidrogeologi dan pertimbangan keadaan air tanah, Kota Padangsidimpuan merupakan wilayah yang memiliki potensi akuifer dengan produktifitas air tanah yang cukup baik dan merata.Sebagian besar wilayah Kota Padangsidimpuan memiliki potensi air tanah yang cukup baik. Saat ini penggunaan sumber air baku dari sumur dalam belum menjadi andalan PDAM dalam penyelengaraan SPAM Perkotaan. Berdasarkan hasil analisis peta hidrogeologi diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kota Padangsidimpuan memiliki potensi debit yang besarnya lebih dari 5 liter/detik. Hanya sebagian kecil wilayah yang kurang memiliki potensi air tanah. Jika dibandingkan dengan potensi mata air yang hanya terdapat di wilayah bagian Utara, maka pemanfaatan sumur dalam

128 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

dapat menjadi alternatif sebagai sumber air baku PDAM dalam pelaksanaan SPAM.Akan tetapi pemanfaatan sumber air tanah ini masih dianggap belum relevan untuk saat ini mengingat potensi air baku lainnya dari mata air dan air permukaan relative masih sangat potensial untuk dikembangkan hingga 20 tahun kedepan. Namun demikian bila dalam perencanaan pengembangan untuk 20 tahun kedepan ini masih terdapat wilayah-wilayah yang sulit untuk terlayani maka PDAM Tirta Ayumi dapat melakukan pengembangan sumber air baku menggunakan sumber air tanah dengan pertimbangan pemanfaatan ini akan dilakukan setelah pengembangan sumber air baku dengan menggunakan mata air maupun air permukaan telah lebih dahulu maksimal untuk dikembangkan di masa depan.

Secara keseluruhan jika dilihat dari aspek mata air, Kota Padangsidimpuan memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai sumber air baku. Namun demikian, dalam pemilihan sumber juga harus memperhatikan aspek kualitas air baku dan aspek teknis yang menyangkut jarak sumber ke pelayanan, elevasi, pembiayaan dan sebagainya. Untuk rencana jengka pendek, PDAM Tirta Ayumi direncanakan masih mengoptimalkan Mata Air dan sumber air sungai baru yang potensial. Hal ini terkait dengan kebutuhan mendesak untuk menambah debit air baku dengan keterbatasan pendanaan. Sedangkan jika menggunakan air tanah, masih harus dilakukan survey secara mendalam dan penentuan lokasi yang akurat yang harus didukung dengan survey geolistrik untuk mendapatkan lapisan air tanah yang tepat. Oleh karena itu, penggunaan mata air ataupun air sungai dalam rencana jangka pendek hingga jangka menengah hanya untuk wilayah pelayanan yang secara topografi memungkinkan mengalirkan air secara gravitasi dengan perbedaan tinggi minimum 80 meter dari sumber mata air potensial.

Untuk rencana jangka menengah dan panjang, sumber air baku SPAM PDAM mulai sepenuhnya diarahkan menggunakan air permukaan. Dalam hal ini PDAM bekerja sama dengan Pemerintah Daerah akan mengoptimalkan pemanfaatan air permukaan dengan membangun kapasitas IPA maupun Broncaptering berkapasitas 20, 40 atau 50 liter/detik per lokasi sehingga diharapkan pembangunan IPA atau Broncaptering ini dimasa depan dapat menjadi solusi permasalahan keterbatasan air baku dalam penyelenggaraan SPAM di Kota Padangsidimpuan.

6.6. SUNGAI-SUNGAI POTENSIAL UNTUK KOTA PADANGSIDIMPUAN

6.6.1. Sungai Batang Ayumi

Sungai Batang Ayumi adalah salah satu sungai terbesar yang paling potensial untuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk kebutuhan air minum Kota Padangsidimpuan. Berdasarkan identifikasi sumber air baku permukaan dan mata air pada tabel 6.5 terlihat bahwa Sungai Batang Ayumi potensial diambil airnya setidaknya di 5 lokasi yaitu :

129 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

1) Desa Mual Sisoma 2) Pintu Langit Jae 3) Desa Simasom 4) Simatohir yaitu di pertemuan dua Sungai Batang Ayumi dengan Batang Landi 5) Bak penangkap air eksisting Simatohir

Seluruh lokasi diatas secara pengukuran teknis tepat untuk menjadi sumber air untuk kebutuhan air minum Kota Padangsidimpuan. Namun demikian air baku di lima lokasi tersebut tidak dapat sekaligus diambil untuk dimanfaatkan. Hal ini disebabkan kelima lokasi tersebut merupakan satu aliran di DAS Sungai Batang Ayumi. Berdasarkan pertimbangan teknis khususnya pemakaian air oleh persawahan di DAS Batang Ayumi ini maka konsultan menetapkan bahwa Sungai Batang Ayumi maksimum dapat dimanfaatkan sebagai air baku maksimum sebesar 150 – 170 lt/dt. Berikut ini foto-foto lokasi di sumber air Sungai Batang Ayumi yang potensial untuk dikembangkan.

Gambar 6. 2 Lokasi : Desa Mual Sisoma, Gambar 6. 3 Lokasi : Pintu Langit Jae, Kecamatan Angkola Julu Kecamatan Angkola Julu

130 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 5 Lokasi : Pertemuan Sungai Gambar 6. 4 Lokasi : Desa Simasom, Batang Ayumi dengan Batang Landi, Kecamatan Angkola Julu Kecamatan Angkola Julu

Gambar 6. 7 Lokasi : Mata Air di

Bangunana Penangkap Air Eksisting Gambar 6. 6 Lokasi : Batang Landi, Simatohir, Kecamatan Angkola Julu Kecamatan Angkola Julu

Bila pengambilan air baku di hulu sungai dilakukan maka lokasi lain yang berada di hilir Sungai Batang Ayumi harus menyesuaikan dengan melakukan justifikasi perhitungan debit andalan atau water balance kembali. Hal ini disebabkan karena penggunaan air di hulu otomatis akan mempengaruhi kapasitas maksimum instalasi air minum atau bangunan penangkap air di hilir Sungai Batang Ayumi tersebut.

Mengacu kepada RTRW Kota Padangsidimpuan tahun 2013 – 2033, diperkirakan luasan sawah di Kota Padangsidimpuan akan menyusut hingga 57 Ha saja. Ini berarti sebanyak 1,75 lt/dt x 57 Ha = 100 lt/dt akan tetap dibutuhkan untuk kebutuhan air baku untuk persawahan mayarakat. Oleh Karena itu pengambilan air secara bertahap akan lebih tepat dilakukan di lokasi disepanjang DAS Batang Ayumi ini.

131 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Khusus mengenai lokasi DAS Batang Ayumi di wilayah Mual Sisoma dan Pintu Langit, kedua wilayah ini ditetapkan menjadi sumber air baku baik bersifat perpipaan SPAM IKK maupun sebagai non perpipaan diantaranya seperti PAMSIMAS, PNPM dsb.

6.6.2. Sungai Batang Kumal

Sungai Batang Kumal melewati wilayah timur kota Padangsidimpuan melalui wilayah Batunadua dan terus menuju Padangsidimpuan Tenggara. Berdasarkan pengamatan dan perkiraan, Sungai Batang Kumal maksimum hanya mampu mengalokasikan air baku untuk kebutuhan air minum Kota Padangsidimpuan sebesar 100 lt/dt dari kemungkinan maksimum air baku yang tersedia sebesar 300 lt/dt.

Sungai Batang Kumal akan menjadi prioritas pengembangan air baku untuk air minum untuk jangka menengah dan jangka panjang dengan mempertimbangkan kondisi bahwa di masa depan pengembangan perumahan dan permukiman Kota Padangsidimpuan akan merambah wilayah DAS sungai ini sehingga potensi pencemaran di Sungai Batang Kumal lama kelamaan akan semakin tinggi. Oleh Karena itu diperkirakan beban pencemaran tersebut akan sangat mempengaruhi pemilihan bangunan pengolahan air di lokasi pengambilan air tersebut dengan perkiraan instalasi pengolahan air lengkap akan dibangun dilokasi terpilih.

Gambar 6. 8 Lokasi : Batang Kumal, Kecamatan Batunadua

6.6.3. Sungai Sisundung

Sungai Sisundung tidak melewati kota Padangsidimpuan. Sungai ini mengalir di barat Kota Padangsidimpuan yang telah masuk kedalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Diperkirakan jarak pengambilan air baku dari bangunan Broncaptering Sisundung adalah sejauh 10 km hingga

132 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

mencapai Reservoir Air Baku Partihaman Saroha di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Utara.

Sampai saat ini menurut informasi yang telah dikumpulkan di PDAM Tirtanadi Cabang Padangsidimpuan, kapasitas instalasi Broncaptering Sisundung mencapai 175 lt/dt namun air yang terjual diperkirakan adalah 131 lt/dt.

Berdasarkan pengamatan di lapangan khususnya di lokasi Air Terjun Kembar Sisundung maka debit rata-rata Sisundung diperkirakan mencapai 1200 lt/dt dan diperkirakan debit pengambilan air maksimum di Sungai Sisundung ini maksimum adalah sebesar 300 lt/dt.

Gambar 6. 9 Lokasi : Air Terjun Kembar – Aek Sisundung, Kabupaten Tapanuli Selatan

Gambar 6. 10 Lokasi : Sungai Sisundung, Kabupaten Tapanuli Selatan

6.6.4. Aek Simanabun dan Aek Sibujing

Aek Simanabun dan Aek Sibujing merupakan 2 (dua) sumber air permukaan yang relative berkapasitas kecil untuk dimanfaatkan. Berdasarkan pengukuran debit rata-rata Aek Simanabun

133 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

adalah 40 lt/dt dengan perkiraan pengambilan debit maksimum sebesar 20 lt/dt. Sedangkan Aek Sibujing memiliki debit rata-rata 130 lt/dt dengan perkiraan debit maksimum sebesar 40 lt/dt.

Gambar 6. 11 Lokasi : Aek Simanabun, Kecamatan Batunadua

Gambar 6. 12 Lokasi : Aek Sibujing, Kecamatan Batunadua

Baik Aek Simanabun maupun Aek Sibujing diprioritaskan untuk dapat menyalurkan air baku untuk kebutuhan air minum di Kecamatan Batunadua dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Perencanaan penyediaan air minum untuk kedua wilayah kecamatan dari dua sumber air ini dapat dilakukan dengan menggunak sistem SPAM IKK maupun Sistem Non Perpipaan. Adapun kedua system tersebut terlebih dahulu harus dilakukan studi kelayakan hingga Detail Engineering Desain (DED) untuk menentukan kelayakan dari system yang akan dibangun.

134 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

6.6.5. Labuhan Rasoki dan Labuhan Labo

Labuhan Rasoki pada saat ini telah dipergunakan sebagaian airnya untuk memenuhi kebutuhan air minum di wilayah tenggara kota Padangsidimpuan. Aliran air dari mata air ke sungai ini sering disebut dengan aliran Sungai Simanunggang (menurut Laporan Teknik PDAM Tirta Ayumi tahun 2014). Berdasarkan pengamatan dan pengukuran di lokasi ini Aliran sungai ini sulit untuk ditingkatkan kapasitasnya mengingat aliran air terus mengalami penurunan debit akibat observasi di wilayah hulu sungai.

Sementara itu Labuhan Labo disebutkan dalam Perda tentang RTRW Kota Padangsidimpuan yang dianggap memiliki potensi untuk mengalirkan air baku untuk diolah menjadi air minum masyarakat di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Namun demikian setelah dilakukan pemeriksaan aliran debit di Labuhan Labo ini dinyatakan tidak cukup memadai untuk menjadi sumber air baku di masa depan.

Gambar 6. 13 Lokasi : Labuhan Rasoki, Gambar 6. 14 Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

6.6.6. Aek Sipogas dan Huta Padang

Aek Sipogas baik di bagian hulu maupun hilir memiliki potensi sebagai sumber air baku untuk air minum kota Padang Sidimpuan namun diperkirakan hanya dapat sebagai sumber air bakuuntuk SPAM non perpipaan khususnya di wilayah Kecamatan Hutaimbaru. Selain itu SPAM IKK juga dapat dipertimbangkan untuk diimplementasikan di kecamatan ini yaitu Kecamatan Hutaimbaru. Tabel 6.5 menunjukkan bahwa diperkirakan pengembangan air baku di Hulu Aek Sipogas maksimum dapat menghasilkan air baku sebesar 40 lt/dt sedangkan di Huta Padang diperkirakan kontinuitas air baku akan semakin menurun sehingga ditetapkan untuk tidak menjadi alternative air baku di masa depan.

135 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 15 Lokasi : Hulu Aek Gambar 6. 16 Lokasi : Sipogas, Kabupaten Tapanuli Selatan

Berdasarkan penjelasan diatas penetapan lokasi pengambilan air baku untuk air minum Kota Padangsidimpuan untuk 20 tahun mendatang telah ditetapkan berdasarkan potensi pengembangan dan ketersediaan air baku di masing-masing lokasi mata air maupun sungai-sungai yang potensial tersebut. Penentuan lokasi air baku potensial ini juga telah mengikuti RTRW Kota Padangsidimpuan yang telah ditetapkan dalam Perda No 4 tahun 2014 untuk tahun 2013 – 2033. Namun demikian penetapan besar kapasitas bangunan penangkap air ataupun IPA di masa depan tetaplah harus melalui studi kelayakan, studi investigasi desain (SID) maupun dalam DED.

6.7. USULAN PERIZINAN PENGAMBILAN AIR BAKU

Tata cara perizinan penggunaan air diatur dalam Peraturan Menteri PU Nomor 49 Tahun 1990. Izin penggunaan air dan atau sumber air adalah izin yang diberikan baik bagi pengambilan air, pemanfaatan sumber air maupun pemanfaatan air berikut sumbernya. Penggunaan air dan atau sumber air dengan izin tersebut dapat dilakukan oleh Instansi Pemerintah. Badan Hukum, Badan Sosial atau perorangan. Pemberian izin penggunaan sumber air dilaksanakan oleh Menteri melalui Direktur Jenderal dan Gubernur. Penggunaan sumber air yang dikenakan izin yaitu dalam hal pemanfaatan untuk :

Penyediaan air bersih/air minum Usaha perkotaan dan kawasan pemukiman Penyediaan air irigasi untuk pertanian Peternakan Perkebunan Perikanan Industri Pertambangan Ketenagaan

136 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Pengapungan Perendaman Lalu lintas air Rekreasi Pembuangan air limbah Pembangunan, perubahan atau pembongkaran segala bangunan yang dilakukan pada di atas dan di bawah sumber air.

6.7.1. Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Izin Penggunaan Air

Permohonan izin penggunaan air dan atau sumber air diajukan secara tertulis kepada pihak yang berwenang, dengan mengisi formulir permohonan serta melampirkan persyaratan yang akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Bagian kedua permohonan izin penggunaan air dan atau sumber air harus diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tanggal dimulainya penggunaan air dan atau sumber air.

6.7.2. Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Air

Dalam Waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan izin penggunaan air dan atau sumber air dengan persyaratan-persyaratan lengkap, pihak yang berwenang memberikan persetujuan atau menolak permohonan. Izin penggunaan air dan atau sumber air dapat diberikan oleh yang berwenang apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :

(1) Permohonan tersebut tidak akan berakibat mengganggu dan atau merugikan kepentingan umum dan kelestarian lingkungan (2) Permohonan izin telah memenuhi persyaratan baik teknis maupun administratif yang ditetapkan menurut peraturan ini

6.8. PETA SUMBER AIR BAKU POTENSIAL KOTA PADANG SIDIMPUAN

Berdasarkan penjelasan diatas maka berikut ini ditampilkan peta-peta sumber air baku potensial untuk Kota Padang Sidimpuan yang dibagi atas 5 peta wilayah pelayanan yaitu : 1. Peta sumber air potensial di seluruh wilayah Kota Padangsidimpuan (Gambar 6.17) 2. Peta sumber air baku di wilayah Kecamatan Angkola Julu (Gambar 6.18) 3. Peta sumber air baku di wilayah Kecamatan Hutaimbaru (Gambar 6.19) 4. Peta sumber air baku di wilayah Kecamatan Batunadua (Gambar 6.20) 5. Peta sumber air baku di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara (Gambar 6.21) 6. Peta sumber air baku di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai sumber air minum Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan (Gambar 6.22)

137 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 17 Peta Sumber Air Potensial Kota Padangsidimpuan

138 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 18 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Angkola Julu

139 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 19 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Hutaimbaru

140 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 20 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Batunadua

141 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 21 Peta Sumber Air Potensial Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

142 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 6. 22 Peta Sumber Air Potensial Di Luar Kota Padangsidimpuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)

143 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 7. RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

7.1. KEBIJAKAN STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN RUANG

Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, investasi, perdagangan serta perkembangan aktivitas perkotaan telah mendorong munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru di Kota Padangsidimpuan. Jika pada sebelumnya pusat kegiatan yang didominasi lingkup pelayanan ekonomiperkotaan yang hanya terjadi di bagian Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan tepatnya di pusat Kota Padangsidimpuan yaitu Kelurahan Wek II, maka saat ini pusat kegiatan baru dengan skala pelayanan lokal maupun regional, mulai terbentuk di bagian Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Juludi Kota Padangsidimpuan, seperti wilayah kelurahan Pal IV Pijor Koling, wilayah kelurahan Batunadua Julu, dan wilayah kelurahan Hutaimbaru serta sebagian wilayah kecamatan Angkola Julu yang juga mengarah kepada fungsi permukiman perkotaan.

7.1.1. StrategiStrukturRuang

Kebijakanpengembanganstrukturruangkotamerupakansusunanyangdiharapkan dariunsur-unsur pembentuk ronalingkunganalam,ronalingkungansosial,danronalingkunganbuatanyangsecara hirarkisdanstrukturalsalingberhubungan satusamalain,sehinggamembentuk tataruangkota. KebijakanpenataanruangKotaPadangsidimpuanadalaharahtindakanyangharusditetapkan untukmencapai tujuanpenataanruangwilayahKotaPadangsidimpuan.KebijakanPengembangan RencanaStrukturRuangKota Padangsidimpuanadalahsebagaiberikut:

. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;dan . Pengembangan sistem transportasi darat. . Penyediaan sumber daya air untuk irigasi maupun untuk sumber air baku.

A. StrategiStrukturRuang

Strategi penataan ruangKotaPadangsidimpuanmerupakan penjabaran kebijakanpenataanruangwilayahKota Padangsidimpuankedalamlangkah-langkah operasionaluntukmencapaitujuanpenataanruangwilayahkota. Strategipenataanruangwilayahkotaberfungsi:

144 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana pola ruang dan penetapan kawasan strategis kota . Memberikan arahan bagi penyusunan indikasi utama dalam RTRW kota; dan . Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Padangsidimpuan.

Gambar 1.Rencana Struktur Ruang Kota Medan

145 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013 – 2033 Strategi pembentukan struktur ruang dirumuskan dengan memperhatikan aspek pengembangan kependudukan. Strategi dasar dalam pengembangan aspek kependudukan dalam kaitan pengembangan wilayah adalah pengembangan penduduk dan distribusi penduduk yang terdiri dari:

. MelakukanpendistribusianpendudukdariKecamatanyangmemilikikepadatanpenduduk sangattinggikeKecamatanyangmasihrendahjumlahpenduduknya, dengancara membatasipenambahan fasilitas-fasilitas kotapadaKecamatan yangpadatpenduduknya, danmenambahsertamelengkapifasilitas-fasilitas pelayananpadaKecamatanyangmasih jarangpenduduknya.

. Memperluaskesempatankerjadenganmeningkatkankegiatanindustrisertaperdagangan danjasasecarainternalmaupuneksternalpadalokasiyangtelahditetapkan;

. Memberlakukankebijakan Disinsentifbagi pembangunanperumahandan fasilitas pada Kecamatan/Kawasanyangsudahpadatjumlahpenduduknya;

. MemberikanIntensifbagipembangunanperumahandanfasilitaspadaKecamatan/Kawasan yang masihjarangjumlahpenduduknya;

Mengacu kepada pengembangan aspek kependudukan diatas dapat dirumuskan strategi penataan ruang wilayah sebagaimana berikut:

1. Strategi p engembangan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki,sebagaimana berikut:

. Menetapkan dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan kota secara sinergis dan terpadu dengan pusat-pusat kegiatan pelayanan yang sudah ada, . Melengkapi prasarana dan sarana lingkungan serta fasilitas pelayanan umum pendukung di setiap hierarki pusat-pusat pelayanan sesuai dengan kebutuhannya, . Membangun jaringan transportasi darat yang bersinergi dalam rangka mendukung pengembangan wilayah, . Mengendalikan pemanfaatan ruang di setiap hierarki pusat-pusat pelayanan melalui pelaksanaan ketetapan peraturan zonasi dan perizinan yang konsisten, serta pengenaan sanksi terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. 2. Strategi Pengembangan sistem transportasi darat.

. Membangun ruas-ruas jalan baru dan peningkatan akses serta layanan jaringan jalan arteri, kolektor, dan jaringan jalan lokal, yang menghubungkan antar pusat-pusat pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan,

146 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

. Membangun dan meningkatkan kualitas layanan terminal umum sebagai simpul transportasi, mencakup di dalamnya pembangunan simpul-simpul baru dan pengembangan jalur-jalur layanan baru yang potensial di masa depan, . Membangun terminal kota yang terintegrasi antar moda (Kereta Api, angkutan Kota) dan antar wilayah, . Mengembangkan jaringan jalan lingkar luar Kota Padangsidimpuan, . Meningkatkan akses menuju Bandar Udara Aek Godang dengan melakukan pengembangan jalan by pass, . Memantapkan fungsi jalan arteri dan kolektor yang melewati Kota Padangsidimpuan. 3. Strategi Penyediaan sumber daya air untuk irigasi maupun untuk sumber air baku.

. Menjaga kelestarian kawasan tangkapan air, badan-badan air dan mata air-mata air, serta meningkatkan sediaan air tanah, . Mengembangkan jaringan irigasi pada areal pertanian penduduk berupa pembangunan jaringan irigasi baru maupun rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi yang sudah ada. . Menggalang kerjasama dengan wilayah hinterland dalam bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

B. Hierarki dan Fungsi Pusat Pelayanan

1. Pusat Pelayanan Kota Dalam tata jenjang pusat pelayanan kota. maka Kota Padangsidimpuan diarahkan memiliki satu pusat kota yang berlokasi di Pusat Kota Padangsidimpuan (Kelurahan Wek II). Pusat Pelayanan Kota (PPK) meliputi Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan luas 2.990 Ha (data Tahun 2008). Pusat kota ini memiliki cakupan pelayanan skala kota pada umumnya dan sekaligus melayani kawasan lebih kurangnya yakni wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Fungsi utama yang diarahkan adalah: . Pusat perdagangan regional dan jasa . Pusat pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi . Kesehatan . Perkantoran umum . Perumahan

2. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Kota Padangsidimpuan diarahkan memiliki tiga Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) sebagaimana diuraikan berikut:

147 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

. Sub Pusat Pelayanan Kota 1 (Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara) dengan luas wilayah pelayanan 2.769 Ha yang berpusat di Kelurahan Pal IV Pijor Koling. Fungsi utama yang diarahkan adalah: o Pusat Pemerintahan Kota Padangsidimpuan o Pusat Pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi o Perumahan o Pertanian o Transportasi

. Sub Pusat Pelayanan Kota 2 (Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua) dengan luas wilayah pelayanan 3.874 Ha yang berpusat di Kelurahan Batunadua Julu. Fungsi utama yang diarahkan adalah: o Pendidikan menengah o Perumahan o Industri kecil dan menengah o Transportasi o Kesehatan (Rumah Sakit Khusus) o Pertanian

. Sub Pusat Pelayanan Kota 3 (Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu) dengan luas wilayah pelayanan 5.053 Ha yang berpusat di Kelurahan Hutaimbaru. Fungsi utama yang diarahkan adalah: o Pertanian o Pendidikan menengah o Perumahan o Industri pengolahan bahan makanan (home industri) o Pariwisata o Perdagangan Holtikultura

3. Pusat Lingkungan Kota Padangsidimpuan diarahkan memiliki 6 pusat lingkungan yang berpusat di Kelurahan Pijor Koling. Kelurahan Padangmatinggi. Kelurahan Hanopan. Kelurahan Ujung Gurap. Kelurahan Sadabuan. Desa Joring Natobang Fungsi utama yang diarahkan pada tiap-tiap pusat lingkungan ini adalah: . Perumahan . Pendidikan menengah . Kesehatan sampai tingkat Puskesmas . Pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan

148 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

. Perdagangan skala lingkungan

C. Jangkauan Pusat Pelayanan

Sebagaimana telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Kota Padangsidimpuan terdiri dari 3 (tiga) jenjang pusat pelayanan dengan fungsinya masing-masing. Untuk efisiensi dan efektivitas agar setiap fungsi dapat berjalan sebagaimana mestinya. maka pusat-pusat pelayanan tersebut memiliki jangkauan yang berbeda-beda. Perbedaan ini didasarkan pada tingkatan/hierarki jenjang kota serta jenis fasilitas yang seharusnya ada disetiap pusat pelayanan tersebut. Jangkauan setiap pusat pelayanan dapat diuraikan sebagai berikut : . Pusat pelayanan kota memiliki jangkauan pelayanan skala kota dan regional. . Sub pusat pelayanan kota memiliki jangkauan pelayanan skala kecamatan. . Pusat lingkungan memiliki jangkauan pelayanan terbatas pada desa/kelurahan itu sendiri dan desa/kelurahan lebih kurangnya.

7.1.2. KebijakandanStrategiPolaRuangKotaPadangsidimpuan

1) KebijakandanStrategiPengembanganKawasanLindung

Kawasanlindung adalahkawasan yangtidak bolehdimanfaatkan untukkepentingan produksi karenaalasantatalingkungan,seperti:kawasanhutanmanggrove (hutanbakau sekunder); kawasan sempadansungai,pantaidandanau,kawasan sosialbudaya,sertaruang terbukahijau.Kebijakanpengembangankawasanlindungdi Kota Padangsidimpuan adalah dengan Pengembangan Kawasan Lindung.

Untukmencapaikebijakantersebutditetapkanstrategipengembangankawasanlindung sebagaiberikut:

a) Memulihkan fungsi kawasan lindung yang mengalami kerusakan dengan reboisasi, konservasi tanah dan air, serta upaya-upaya rehabilitasi, b) Membangunan kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai dan jalur rel kereta api, c) Membuat RTH kota meliputi hutan kota, jalur hijau kota, taman kota, taman lingkungan, zona penyangga hijau (buffer zone) dan lain-lain, untuk memenuhi proporsi ruang terbuka hijau sekurang-kurangnya 30 % (tiga puluh persen) dari luas kota, d) Mempertahankan fungsi, menata, mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain kegiatan pertanian dan perkebunan sebagai kawasan resapan air dan ruang terbuka hijau kota,

149 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

e) Mengidentifikasi dan memetakan daerah-daerah rawan bencana agar dapat diantisipasi secara dini sebagai suatu bentuk perencanaan yang peduli terhadap bencana alam, f) Menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan menjadi prasyaratan utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.;

g) Mengembalikan danmeningkatkanfungsikawasanlindungyangtelahmenurunakibat

2) KebijakanPengembanganKawasanBudidaya

Kawasanbudidayaadalahkawasanyangkondisidanpotensisumberalamnyadapatdan perlu dimanfaatkan gunakepentingan produksidalamrangkamemenuhikebutuhan manusia,seperti:kawasanperumahandanpermukiman, kawasanKomersial(jasadan perdagangan);kawasan Industri,kawasanfasilitaspelayanan;dankawasankhusus.Untukmencapaikebijakanpengembanga n kawasan budidayaditetapkanstrategipengembangankawasanbudidaya sebagaiberikut:

a) Mengembangkan Kawasan Pusat Pasar Sangkumpal Bonang sebagai kawasan pengembangan ekonomi terpadu skala regional (Pasar Sangkumpal Bonang, Pajak Batu, City Walk, Pasar Kodok), b) Menetapkan jalur ring road timur sebagai kawasan strategis ekonomi yang berpotensi sebagai kawasan ekonomi cepat tumbuh, c) Mengembangkan kawasan agrowisata dan agropolitan (Desa Pintu Langit, Joring Lombang, Joring Natobang, Simasom Kecamatan Angkola Julu dan Huta Padang, Lembah Lubuk Raya Kecamatan Hutaimbaru). Lokasinya yang berada pada dataran tinggi dengan lahan yang subur sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian holtikultura, d) Menetapkan kawasan puncak Simarsayang sebagai kawasan pendidikan tinggi yang berdaya saing didukung dengan pengembangan pusat studi dan penelitian pertanian dan perkebunan skala regional yang didukung juga dengan pengembangan hutan kota pada kawasan sekitarnya. Kawasan ini memiliki pemandangan dan suasana alam yang menunjang sebagai kawasan rest area/kawasan pariwisata untuk mendukung fungsinya sebagai kawasan pendidikan yang representatif dan terdepan di Pantai Barat Sumatera Utara, e) Mengintensifkan promosi peluang investasi, dan mengembangkan insentif dalam bentuk kemudahan-kemudahan yang dapat menarik investasi dari luar daerah di sektor perdagangan dan jasa.

150 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

7.1.3. KebijakandanStrategiKawasan StrategisKotaPadangsidimpuan

1) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi

Untukmencapaikebijakanpengembangan kawasan kawasan strategis ekonomiditetapkanstrategipengembangankawasantersebut sebagaiberikut:

a) Mengembangkan Kawasan Pusat Pasar Sangkumpal Bonang sebagai kawasan pengembangan ekonomi terpadu skala regional (Pasar Sangkumpal Bonang, Pajak Batu, City Walk, Pasar Kodok), b) Menetapkan jalur ring road timur sebagai kawasan strategis ekonomi yang berpotensi sebagai kawasan ekonomi cepat tumbuh, c) Mengembangkan kawasan agrowisata dan agropolitan (Desa Pintu Langit, Joring Lombang, Joring Natobang, Simasom Kecamatan Angkola Julu dan Huta Padang, Lembah Lubuk Raya Kecamatan Hutaimbaru). Lokasinya yang berada pada dataran tinggi dengan lahan yang subur sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian holtikultura d) Menetapkan kawasan puncak Simarsayang sebagai kawasan pendidikan tinggi yang berdaya saing didukung dengan pengembangan pusat studi dan penelitian pertanian dan perkebunan skala regional yang didukung juga dengan pengembangan hutan kota pada kawasan sekitarnya. Kawasan ini memiliki pemandangan dan suasana alam yang menunjang sebagai kawasan rest area/kawasan pariwisata untuk mendukung fungsinya sebagai kawasan pendidikan yang representatif dan terdepan di Pantai Barat Sumatera Utara, e) Mengintensifkan promosi peluang investasi, dan mengembangkan insentif dalam bentuk kemudahan-kemudahan yang dapat menarik investasi dari luar daerah di sektor perdagangan dan jasa. 2) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Lingkungan

Untukmencapaikebijakanpengembangan kawasan budidayaditetapkanstrategipengembangankawasanbudidaya sebagaiberikut: a) Mengembangkan kawasan resapan air (Desa Pintu Langit, Desa Simasom, Desa Batu Layan, Desa Simatohir, Desa Joring Natobang), b) Mengembangkan kawasan resapan airLabuhan Rasoki

151 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

7.1.4. KebijakandanStrategiPemanfaatan Sumber Air Bakuuntuk Kawasan Pertanian berdasarkan Rencana Pola Ruang KotaPadangsidimpuan

Kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang bersifat areal ekstensif terbuka tidak sesuai lagi bila berada di dalam kawasan perkotaan. Namun mengingat sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Padangsidimpuan, maka sebagian besar kawasan pertanian tersebut, tetap dipertahankan sebagai kawasan pertanian terutama pada lahan pertanian yang mempunyai potensi tinggi dan berada di luar Pusat Kota, seperti kawasan perkebunan dan sawah irigasi teknis. Terkait dengan pemanfaatan sumber air baku maka yang menjadi perhatian dalam pemanfaatannya adalah kawasan sawah irigasi teknis. Kebijakan pertanian lahan basah secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kawasan pertanian lahan basah adalah : kawasan yang fungsi utamanya untuk kegiatan pertanian lahan basah karena didukung oleh kondisi topologi tanah yang sesuai. Kriteria yang digunakan dalam penentuan kawasan pertanian lahan basah adalah : . Area lahan dengan kemiringan lereng < 15 % serta kawasan-kawasan yang sudah memiliki irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan tadah hujan;

. Mempunyai sistem/potensi pengembangan pengairan, ketinggian < 1.000 m, kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm.

. Dapat meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi, perkembangan pembangunan lintas sektor dan kegiatan ekonomi sekitarnya, fungsi lindung, pelestarian kemampuan SDA untuk pertanian pangan, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah dan nasional, kesempatan kerja, ekspor, dan kesejahteraan masyarakat.

2. Berdasarkan kriteria diatas, maka kawasan pertanian yang dapat dipertahankan sebagai kawasan pertanian lahan basah adalah areal persawahan yang terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu terutama pada Daerah Irigasi Teknis (Irigasi Paya Sordang). Pengembangan Kawasan Pertanian Lahan basah diarahkan untuk : . Mempertahankan lahan basah yang telah ada; . Meningkatkan pengelolaan areal-areal persawahan yang terlantar; . Meningkatkan kualitas daerah pelayanan irigasi; . Pengalihgunaan lahan hutan rawa untuk pertanian lahan basah; . Pengaturan masa tanam untuk menghindari kerusakan tanaman secara meluas; . Perbaikan sistem pemasaran pasca panen; . Penyediaan bibit unggul dan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan; . Pengembangan kegiatan pertanian lahan basah yang ramah lingkungan.

152 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Terkait dengan pemanfaatan sumber air baku untuk kebutuhan penduduk maka pemanfaatan sumber air tersebut juga perlu untuk memperhatikan sumber air untuk lahan pertanian. Lahan pertanian yang juga memanfaatkan sumber air baku di fokuskan untuk pertanian lahan basah yang memanfaatkan air dari irigasi teknis. Lahan irigasi teknis yang tetap dipertahankan telah ditetapkan dalam rencana pola ruang Kota Padangsidimpuan. Luas dan letak lahan pertanian irigasi teknis di Kota Padangsidimpuan serta pemanfaatan sumber airnya dapat dilihat pada peta dibawah ini. Berdasarkan pola ruang Kota Padangsidimpuan, sampai dengan tahun 2033 telah ditetapkan kawasan peruntukan pertanian merupakan lahan pertanian tanaman pangan seluas lebih kurang 1.618,87 Ha dan di Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu seluas lebih kurang 505,37 Ha.

Bila dibandingkan antara luas lahan pertanian yang ada saat ini di Kecamatan Angkola Julu sebesar 783.48 Ha, maka pada tahun 2033 (rencana pola ruang RTRW Kota Padangsidimpuan) lus lahan pertanian berkurang menjadi 505.37 Ha. Bila dikaitkan dengan rencana pemanfaatan air baku dengan memanfaatkan sumber air dari sungai simasom maka dapat dilihat pada saat ini aliran air dari sungai simasom telah dimanfaatkan untuk mengaliri sawah dengan luas 217.80 Ha. Sementara, pemanfaatan air sungai simasom untuk lahan pertanian tahun 2033 hanya dipergunakan untuk mengaliri sawah seluas 57.02 Ha. Dengan luas sawah seluas 57.02 ha maka diperlukan pemanfaatan air dengan debit sebesar 85.53 lt/det. Berdasarkan perbandingan ini, maka pemanfaatan air baku untuk air minum dari simasom yang memiliki debit 300 lt/det dapat dimanfaatkan sampai sekitar 50 lt/det sampai dengan tahun 2033.

Untuk memberikan gambaran perubahan guna lahan pertanian sawah di Kecamatan Angkola Julu sesuai dengan RTRW Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada peta-peta dibawah ini.

153 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 2 Peta Luasan Sawah Eksisting Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

154 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 3 Peta Luasan Sawah Eksisting di Aliran Sungai Batang Ayumi (Simasom) dan Sei Silandit Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

155 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 4 Peta Pola Ruang Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

156 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 5 Peta Proyeksi Luasan Sawah Tahun 2033 Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

157 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 6 Peta Proyeksi Luasan Sawah di Aliran Sungai Batang Ayumi (wilayah Simasom) dan Sei Silandit Tahun 2033 Kota Padangsidimpuan

158 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

7.2. RENCANA SISTEM PELAYANAN

Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kota Padangsidimpuan direncanakan untk periode 20 tahun mendatang yaitu sampai Tahun 2036, didasarkan pada Rencana Tata Ruang Kota Padangsidimpuan, kebutuhan air minum, penyebaran permukiman, kondisi topografi sertaketersediaan sumber air. Pengembangan pelayanan akan meliputi sistem perpipaan dan sistem non perpipaan.Berdasarkan kajian sumber air pada bab sebelumnya, terdapat beberapa alternatif sumber air yang dapat di gunakan untuk pengembangan pelayanan air minum Kota Padangsidimpuan.

Sesuai dengan arahan RTRW Kota Padangsidimpuan dan ketersediaan air baku, prioritas pelayanan air minum Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan air minum difokuskan untuk Kecamatan Batunadua dan Padangsidimpuan Teggara dalam masa 8 tahun ke depan hingga kerja sama operasi air minum dengan PDAM Tirtanadi berakhir

2. Peningkatan pelayanan SPAM non perpipaan maupun SPAM IKK di 2 wilayah kecamatan di kota Padangsidimpuan yaitu Kecamatan Angkola Julu dan Hutaimbaru

3. Peningkatan pelayanan SPAM di pusat kota di Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan setelah masa kerja sama dengan PDAM Tirtanadi berakhir (8 tahun mendatang)

4. Peningkatan pelayanan air minum dengan membangun sumur bor di wilayah pasar dan terminal setelah pembangunan instalasi berkapasitas besar telah direalisasikan.

7.3. OPTIMALISASI SPAM YANG ADA

Optimalisasi SPAM bertujuan untuk meningkatkan kinerja system penyediaan air minum yang ada secara lebih optimal, dengan cara sebagai berikut :

 Pemanfaatan kapasitas belum terpakai (idle capacity)

 Pengurangan kebocoran air dan jumlah air yang tidak berekening

 Meningkatkan kinerja system yang ada

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini (out come) adalah bertambahnya debit air yang didistribusikan, kineja mudah dipantau sehingga dapat meningkatkan pelayanan secara lebih optimal.

159 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Hasil identifikasi terhadap kinerja SPAM yang ada saat ini di Kota Padangsidimpuan dapat diuraikan sebagai berikut :

 Bangunan broncaptering yang ada sebagian masih belum terlindungi dan belum berpagar

 Sistem penyediaan air minum yang memanfaatkan aliran air sungai di gunung masih belum dilengkapi dengan unit pengolahan air, setidaknya bak saringan pasir guna menyaring kekeruhan air sungai pada saat hujan.

 Seluruh system penyediaan air minum yang ada masih belum dilengkapi dengan unit disinfectant (pembubuh kaporit) yang berguna untuk proteksi system khususnya jaringan transmisi/ distribusi dari kuman penyakit.

 Belum adanya meter induk produksi (dipasang pada pipa outlet bak pengumpul) dan meter induk distribusi (dipasang pada pipa outlet reservoir distribusi) mengakibatkan debit air system yang ada sulit dipantau, sehingg akan menyulitkan operasional system yang ada khususnya pemantauan kebocoran air pada system perpipaan transmisi/ distribusi.

 Belum adanya reservoir distribusi khususnya pada system penyediaan air minum mengakibatkan pemanfaatan kapasitas sumber air tidak maksimal, khususnya aliran air pada malam hari, disamping mengakibatkan kurangnya distribusi air pada jam puncak pemakaian air (pagi dan sore hari).

 Masih adanya sambungan/ unit layanan yang tidak dilengkapai meteran air air selain meningkatkan angka kehilangan air juga menyebabkan menurunnya cakupan pelayanan air minum bagi masyarakat lain yang membutuhkan air.

Komponen SPAM Hulu Sungai dengan Gravitasi Air Baku  Bangunan penangkap air belum berpagar  Air keruh pada saat hujan  Belum adanya pipa screen Unit produksi  Belum adanya unit pengolahan air  Belum ada meter induk/ alat ukur produksi  Belum ada unit disinfectant Unit transmisi/ distribusi  Masih ada tanpa BPT meski tekanan > 80 meter  Belum ada reservoir distribusi + meter induk distribusi  Sistem washout belum ada Unit layanan  Masih ada SR tanpa meteran air  Fire hydrant belum optimal/ ada  Efisiensi penagihan masih rendah Fasilitas tera/ kalibrasi meteran Belum tersedia air Fasilitas deteksi dan perbaikan Belum tersedia

160 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

kebocoran air

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap kinerja SPAM yang ada saat ini di Kota Padangsidimpuan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

 Berdasarkan hasil identifikasi system penyediaan air minum yang ada dapat disimpulkan bahwa system yang ada masih belum optimal, dan memerlukan upaya rehabilitasi/ revitalisasi

 Idle capacity diperkirakan masih ada, sedangkan potensi jumlah air tidak berekening (NRW) masih tinggi

 Efisiensi penagihan sangat rendah sehingga perlu ditingkatkan semaksimal mungkin.

7.4. RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

Rencana Pengembangan sistem pneydaiaan air minum Kota Padangsidimpuan dibagi menjadi 3 tahap yaitu Jangka Mendesak, Jangka menenngah dan Jangka Panjang.

Program Jangka Mendesak Tahun 2017-2021 yaitu:

1. Pengembangan wilayah Timur Kota Padangsidimpuan mulai dari Kecamatan Batunadua dan terus hingga ke hilir di Padang Sidimpuan Tenggara berkapasitas maksimum 50 lt/dt dengan memanfaatkan sumber air dari Sungai Batang Ayumi dari wilayah desa Simasom

2. Pengembangan wilayah Timur Kota Padangsidimpuan mulai dari Kecamatan Batunadua dan terus hingga ke hilir di Padangsidimpuan Tenggara berkapasitas maksimum 50 lt/dt dengan memanfaatkan sumber air dari Sungai Batang Landi di wilayah Simatohir (Tahap-1).

3. Pengembangan SPAM IKK untuk Kecamatan Angkola Julu dimana akan memanfaatkan air dari Sungai Batang Ayumi yang diambil dari Desa Mual Sisoma berkapasitas maksimum 20 lt/dt. Tujuan pembangunan ini salah satunya adalah sebagai kompensasi kepada penduduk yang tinggal di Kecamatan Angkola Julu atas pembangunan bangunan penangkap air di wilayah kecamatan tersebut.

Program Jangka Menengah Tahap 1 Tahun 2022-2026, meliputi

161 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

1. Masih pada usaha dalam meningkatkan pelayanan untuk masyarakat di Kecamatan Batunadua dan Padangsidimpuan Tenggara yaitu dengan meningkatkan kapasitas bangunan penangkap air yang memanfaatkan Sungai Batang Landi di wilayah Simatohir (Tahap-2) dengan kapasitas maksimum 50 lt/dt.

2. Rehabilitasi dan Optimalisasi sumber air di Simatohir dengan target peningkatan kapasitas pelayanan sebesar 20 lt/dt.

3. Mulai membangun Bangunan penangkap dan pengolahan air yang memanfaatkan Sungai Sisundung sebagai sumber air baku dengan target kapasitas 150 lt/dt (Tahap-1). Pada masa ini diperkirakan kerjasama operasi penyediaan air minum Kota Padangsidimpuan bagian Utara dan Selatan yang sebelumnya dilakukan oleh PDAM Tirtanadi akan diserahterimakan kepada PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan sehingga seluruh asset-asset PDAM Tirtanadi akan menjadi milik PDAM Tirta Ayumi.

Program Jangka Menengah Tahap IITahun 2027-2031, meliputi

1. Pembangunan SPAM Sisundung Tahap-2 berkapasitas 150 lt/dt untuk peningkatan pelayanan di wilayah Padangsidimpuan Utara dan Selatan

2. Pembangunan SPAM Sibujing berkapasitas 40 lt/dt dan SPAM Simanabun berkapasitas 20 lt/dt untuk menambah pelayanan di kecamatan Batunadua dan Padangsidimpuan Tenggara. Dengan demikian sumber air dari Simasom dan Batang Landi perlahan akan difokuskan untuk melayani penduduk di Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Selatan.

3. Pembangunan SPAM dari Hulu Aek Sipogas berkapasitas 50 lt/dt untuk memperkuat pelayanan di Kecamatan Hutaimbaru

Program Jangka PanjangTahun 2032-2036, meliputi

1. Pembangunan SPAM Regional berkapasitas 120 lt/dt atau lebih untuk meningkatkan persentase pelayanan sebesar 3-5% demi mencapai cakupan pelayanan sebesar 80% di akhir tahun 2036.

2. Pembangunan SPAM yang memanfaatkan air dari Sungai Batang Kumal dengan kapasitas maksimal 50 lt/dt. Diperkirakan pemanfaatan sumber air ini memerlukan system pengolahan air minum yang lengkap mengingat lokasi IPA berada di lokasi yang sangat dekat dengan aktifitas masyarakat di Kota Padangsidimpuan. Oleh karena itu diharapkan wilayah pelayanan di kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Selatan akan mampu menerima manfaat penyediaan air secara maksimal akibat penambahan kapasitas dari sumber air ini,

162 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

3. Pembangunan sumur bor berkapasitas 15 lt/dt akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air di lokasi-lokasi yang rawan air untuk mencapai target pelayanan 80% pada akhir tahun 2036.

Berdasarkan pembagian tahapan pembangunan SPAM diatas maka dapat dilihat bahwa pada tabel 7.1 – 7.4 strategi pemenuhan kebutuhan air Kota Padangsidimpuan dapat dilakukan sesuai dengan tahapan jangka waktu yang diinginkan. Namun demikian, tahapan pembangunan untuk setiap jangka waktu diatas sangat bergantung kepada sukses atau tidaknya pelaksanaan serah terima dari hasil Kerja Sama Operasi PDAM Tirtanadi dengan Pemko Padangsidimpuan dan Pemkab Tapanuli Selatan mengingat sumber air PDAM Tirtanadi saat ini berada di lokasi Sisundung, Kabupaten Tapanuli Selatan. Bila pada akhirnya nanti sumber air di Sisundung diharuskan untuk melayani Kabupaten Tapanuli Selatan maka sebagai alternatif Pemko Padangsidimpuan dapat merencanakan pembangunan SPAM Regional berkapasitas minimum 200 lt/dt sebagai pengganti dari rencana awal SPAM Regional yang hanya berkapasitas 120 lt/dt (tabel 7.3 dan 7.4).

Secara keseluruhan Tabel 7.1 – 7.4 menunjukkan pola kebutuhan akan pembangunan dan pengembangan kapasitas instalasi pengolahan air minum untuk PDAM Tirta Ayumi (sd Tahun 2024) maupun seluruh wilayah Padangsidimpuan (setelah Tahu 2024 – 2036). Namun demikian realisasi pembangunan infrastruktur belum tentu dapat 100% mengikuti tabel perkembangan setiap tahun yang dijabarkan dalam tabel tersebut. Oleh karena itu penekanan akan pentingnya pembangunan instalasi di PDAM Tirta Ayumi dikelompokkan berdasarkan kebutuhan Jangka Pendek (mendesak), Jangka Menengah I dan II serta Jangka Panjang sehingga realisasi pembangunan akan disesuaikan dengan Studi Kelayakan, Perencanaan Survey Investigasi Desain (SID) hingga Detail Engineering Desain untuk melengkapi persiapan pembangunan infrastruktur yang diinginkan tersebut. Contoh : Pada Tabel 7.1 disebutkan bahwa kebutuhan pembangunan infrastruktur bangunan pengolahan air di Simasom dilakukan pada tahun 2018 sementara untuk pembangunan bangunan pengoalahan air Batang Landi dilakukan 2 tahun setelahnya. Akan tetapi realisasi pembangunan belum tentu dapat dilakukan 100% seperti yang direncanakan mengingat pembangunan tersebut harus direncanakan secara matang dengan turut memperhatikan aspek teknis dan non-teknis mengikuti Studi Kelayakan dan SID yang disusun setelah dokumen RISPAM ini dikeluarkan. Sehingga dapat saja terjadi prioritas pembangunan Instalasi Pengolahan Air di Batang Landi mendahului Instalasi Pengolahan Air Simasom bila rekomendasi studi kelayakan maupun SID menyarankan pembangunan infrastruktur tersebut terlebih dahulu. Dengan demikian sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku maka dokumen RISPAM ini akan diperbaiki dan dimutakhirkan kembali setiap 5 tahun sesuai perencaaan dan realisasi pembangunannya.

163 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 7 Program Pengembangan Jangka Mendesak Tahun 2017 – 2021

164 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 8 Program Pengembangan Jangka Menengah I Tahun 2022 – 2026

165 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 9 Program Pengembangan Jangka Menengah II Tahun 2027 – 2031

166 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Gambar 7. 10 Program Pengembangan Jangka Panjang Tahun 2032 - 2036

167 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 7. 1 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2026

168 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 7. 2 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2027 – 2036

169 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 7. 3 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2026 Bila Bangunan Penangkap Air Sisundung Dialihkan Kepada Kabupaten Tapanuli Selatan

170 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 7. 4 Rencana Pengembangan Air Minum Kota Padangsidimpuan Tahun 2027 – 2036 Bila Bangunan Penangkap Air Sisundung Dialihkan Kepada Kabupaten Tapanuli Selatan

171 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 8. RENCANA PENDANAAN/ INVESTASI

8.1. KEBUTUHAN INVESTASI, SUMBER DAN POLA PENDANAAN

8.1.1. Kebutuhan Investasi

Investasi pengembangan SPAM untuk pencapaian target visi perusahaan PDAM Tirta Ayumi yakni 80% cakupan pelayanan penduduk kota Padangsidimpuan memperoleh pelayananair minum perpipaan. Nilai investasai dihitung untuk memperolah Biaya ekonomi yangdiperoleh dengan mengkonversikan nilai finansial ke nilai ekonomi. Biaya ekonomitersebut dipergunakan untuk perhitungan analisa ekonomi. Biaya Proyek (project Cost)sebagai kebutuhan investasi Sistem Pengolahan Air Minum pada umumnya terdiri dari:

Biaya Investasi

Biaya Pokok Produksi/ Penjualan

Biaya Usaha, Bunga dan Pajak

Disamping nilai investasi, Biaya Operasi dan Pemeliharaan tahunan (MaintenanceAnnual Cost) suatu proyek juga diperhitungkan didalam analisis keuangan yangditafsirkan sebagai pengeluaran yang dalam periode kurang dari 1 tahun. Biaya inidimasukkan kedalam Biaya pokok Produksi/ penjualan. Biaya operasi dan pemeliharaanmerupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya untuk pengoperasian danpemeliharaan bangunan sipil maupun bahan-bahan, peralatan hidro mekanikal danelektro mekanikal agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Biaya diatas tersebut diklasifikasikan atas Biaya Finansial (Financial Cost) dan BiayaEkonomi (Economic Cost). Financial Cost adalah harga yang diperkirakan untukpekerjaan-pekerjaan seperti tersebut diatas berdasarkan harga pasar atau harga berlakusaat ini. Dalam perhitungan analisis ekonomi harga ini harus dikonversikan ke nilaiekonomi menurut periode waktu analisis.

Economic Cost adalah nilai nominal yang menunjukkan nilai ekonomi sebenarnyaterhadap barang-barang dan jasa yang terkait dengan proyek.

Total investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan SPAM Kota Padangsidimpuan adalah : Rp. 306,5 Milyar. Jumlah ini belum termasuk pengembangan lebih rinci dari system jaringan transmisi, distribusi utama serta distribusi bagi dan layanan untuk pelanggan. Hal ini dikarenakan optimalisasi dan pengembangan jaringan harus dilakukan dengan studi khusus yang bersifat komprehensif dan menyeluruh yang harus mempertimbangkan aspek hidrolis, topografi

172 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

hingga supply dan demand. Tabel berikut menunjukkan perkiraan investasi air minum Kota Padangsidimpuan.

Tabel 8. 1 Rencana Program Investasi Tahun 2017 – 2036

Berikut ini tabel rencana pengembangan investasi air minum untuk setiap jangka waktu pengembangan (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Beberapa asumsi yang ditampilkan dalam tabel dibawah ini antara lain :

1. Penentuan uraian kegiatan merupakan garis besar kebutuhan PDAM Tirta Ayumi dalam melakukan pengembangan SPAM.

2. Penetapan suatu SPAM IKK didasarkan pada keadaan di Kecamatan Angkola Julu dan Hutaimbaru yang secara geografis berada pada elevasi tinggi yang tidak memungkinkan untuk digabungkan dengan jaringan air minum perkotaan khususnya ke Kecamatan- kecamatan yang memiliki elevasi jauh lebih rendah

3. Penekanan kebutuhan mengenai volume instalasi telah melalui pengujian dan pengukuran di lapangan. Ini berarti untuk setiap pembangunan broncaptering atau IPA, maka volume yang tercantum di rencana program investasi tersebut adalah merupakan volume maksimum yang dapat dibangun untuk sumber air tersebut.

4. Pembangunan reservoir sangat diperlukan untuk kebutuhan Kota Padangsidimpuan. Hal ini disebabkan reservoir memiliki fungsi sebagai penyeimbang antara kebutuhan dan penyaluran air minum dengan mempertimbangkan fp (peak factor/ factor puncak) khususnya fp hour yaitu pemakaian air minum di jam-jam puncak seperti jam 06.00 – 09.00 dan jam 16.00 – 19.00.

173 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

5. Penentuan volume reservoir didasarkan pada kebutuhan kapasitas sebesar 20% atau 4 jam dari kebutuhan harian pelanggan yang harus disediakan oleh PDAM bila terjadi gangguan produksi, kebutuhan jam puncak dan hal-hal lainnya

6. Penetapan pengembangan jaringan distribusi harus ditentukan dalam studi lanjutan yaitu mengenai optimalisasi dan pengembangan perpipaan distribusi SPAM Kota Padangsidimpuan sehingga nilai investasi akan disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan tersebut.

7. Dalam pengembangan Jangka Pendek dan Jangka Menengah I terlihat bahwa pengembangan jalur distribusi utama Batunadua dan Padangsidimpuan Tenggara mutlak untuk dilakukan mengingat setelah 8 tahun mendatang pengembangan air minum seluruh Kota Padangsidimpuan akan dibebankan sepenuhnya kepada PDAM Tirta Ayumi setelah serah terima Kerja Sama Operasi dilakukan dengan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Namun demikian perubahan kuantitas volume perpipaan dapat saja terjadi berdasarkan hasil studi lanjutan dari masing-masing studi kelayakan, SID maupun DED yang lebih terperinci.

8. Kebutuhan meteran air dan pipa sambungan rumah didasarkan pada rencana pengembangan pelanggan dalam lima tahunan yaitu :

 Jangka Pendek (0 – 5 tahun) : 10.000 SR  Jangka Menengah I (6 – 10 tahun) : 14.000 SR  Jangka Menengah II (11 – 15 tahun) : 17.000 SR  Jangka Panjang (16 – 20 tahun) : 12.000 SR 9. Demikian pula asumsi yang dilakukan terhadap pengadaan dan pemasangan pipa distribusi minor, pengembangan dalam tabel mengacu kepada kebutuhan jaringan pipa berdiameter 2, 3, 4 dan 6 inch yang mutlak diperlukan dalam pengembangan jaringan distribusi air minum Kota Padangsidimpuan.

174 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 2 Rencana Program Investasi Jangka Pendek Tahun 2017 – 2021

175 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 3 Rencana Program Investasi Jangka Menengah Tahun 2022 – 2026

176 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 4 Rencana Program Investasi Jangka Menengah Tahun 2027 – 2031

177 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 5 Rencana Program Investasi Jangka Panjang Tahun 2032 – 2036

178 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

179 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

8.1.2. Sumber dan Pola Pendanaan

Kebutuhan pembiayaan pengembangan SPAM Tirta Ayumi, ditujukan berbagai kegiatan diantaranya perencanaan, perizinan, pembebasan lahan, dan pembangunan infrastruktur. Biaya yang diperlukan untuk investasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber sesuai PP No.16 tahun 2005 dengan persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh pemberi dana, antara lain:

 Sumber dana internal PDAM Tirta Ayumi

 Sumber dana Pinjaman Komersial PDAM Tirta Ayumi

 Sumber dana APBD Kota Padangsidimpuan

 Sumber Dana dari APBD Kota Padangsidimpuan yang diperoleh dari dana PAD (Pendapatan Asli Daerah), DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus).

 Sumber dana APBN melalui Satker Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (PAMS) Provinsi Sumatera Utara..

 Sumber dana Swasta melalui pola KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta)

 Sumber dana bantuan donor dan CSR (Corporate Social Responsibilities)

 Sumber dana Masyarakat

8.1.3. Program Pengembangan Bidang Keuangan

Pengembangan SPAM harus didukung dengan program pengembangan keuangan yangyakni rencana investasi dan sumber pendanaan dalam jangka panjang dan jangkapendek termasuk juga rencanaprivatisasi dan juga rencana peningkatan pendapatanmelalui penyesuaian tarif.

Untuk program pendananaan pembangunan proyek pada rencana induk SPAM,ditentukan bahwa pendanaan yang berasal dari pinjaman jangka panjang dan modalsendiri, dilakukan dengan komposisi 75 : 25. Pembiayaan dari Pinjaman jangka panjangmaksimum adalah 80% dari total biaya investasi yang dibutuhkan. Program inidimaksudkan untuk program yang mendapat jaminan pemerintah maupun bank.

Disamping pembiayaan IPA dan jaringan pipa, pembiayaan pengelolaan sumber dayaair sangat penting yang berpengaruh terhadap biaya operasional IPA. Pengelolaansumber daya air mencakup tiga aspek pengelolaan sumber daya air, yaitu konservasisumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

180 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Pembiayaan sumber daya air dapat dibebankan kepada Pemerintah pusat maupunpemerintah daerah dan bantuan dari swasta maupun Negara asing. Pembiyaan sumberdaya air dapat dioptimalkan dari pendapatan retribusi air baku dari penggunaan air bakubaik dari PDAM maupun industri.

Pembiayaan sumber daya air tersebut diatas ditanggung sepenuhnya oleh masingmasingyangmemanfaatkan sumber air tersebut sehingga diperlukan izin pengambilanair baku dan retribusinya. Ketentuan pembiayaan pengelolaan tersebut diatur lebihlanjut pada Peratuan Pemerintah (Pasal 81). (PP No. 16 Tahun 2005).

8.2. DASAR PENENTUAN ASUMSI KEUANGAN

Analisa ekonomi dimaksudkan untuk menilai kelayakan investasi dan proyek yang akan dilaksanakan, analisa ekonomi dilakukan dengan menggunakan system analisis arus tunai berdiskontro (discounted cash flow analysis). Faktor diskontro (discount factor) diperlukan sebagai antisipasi terhadap opportunity cost dan suatu investasi. Analisis ekonomi akan dilakukan terhadap pertambahan (selisih) keuntungan yang diperoleh pada kondisi dengan proyek dan tanpa proyek.

Jika pada analisis rencana pengembangan SPAM diatas dibahas mengenai kemungkinan pendapatan usaha pengguna air baku pada kondisi tanpa dan dengan proyek menggunakan harga finansial, maka pada analisa ekonomi ini memungkinkan keuntungan akan dilakukan dengan menggunakan harga ekonomi pada tingkat pengguna air minum. Tujuan utama analisis ekonomi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana manfaat proyek ini dapat dirasakan langsung oleh pengguna air, sementara tujuan utama analisis ekonomi adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi sejauhmana manfaat proyek ini dilihat dari aspek ekonomi.

Suatu proyek atau kegiatan hendaknya dipandang dan berbagai kelayakan (feasibility), diantaranya adalah kelayakan teknis, kelayakan finansial, kelayakan ekonomi, kelayakan sosial budaya dan kelayakan lingkungan.

Dari sudut pandang ekonomi biasanya setelah kelayakan teknis dan sosial budaya dapat dipenuhi, akan diperhitungkan apakah proyek atau kegiatan itu memenuhi kelayakan finansial berdasarkan atas perhitungan laba rugi si pemrakarsa kegiatan. Kemudian dengan memperhitungkan biaya alternative atau biaya implisif yang merupakan biaya seharusnya diperhitungkan untuk faktor-faktor produksi milik pemrakarsa dapat diperoleh apa yang disebut dengan kelayakan ekonomi (economy feasibily). Kemudian setelah disadari banyak kegiatan yang menimbulkan adanya manfaat eksternal maupun biaya ekstemal yang timbul karena adanya aspek lingkungan yang harus diperhitungkan, maka analisis biaya dan manfaat diperluas menjadi analisis kelayakan yang diperluas dengan memasukan dimensi biaya dan

181 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

manfaat lingkungan ke dalamnya (kelayakan ekonomi dan lingkungan terpadu atau extended economic feasibility).

Selanjutnya kegiatan proyek akan dinyatakan layak apabila kondisi sebagai berikut :

NPV > 0,

IRR > suku bunga bank

Kriteria-kntena yang digunakan dalam analisa ekonomi ini adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan Pay Back Period.

Net Present Value (NPV) dan suatu proyek merupakan jumlah arus tunai bersih berdiskontro (discount net cash flow) selama periode proyek. Nilai NPV merupakan gambaran jumlah keuntungan bersih dari suatu investasi yang dinilai pada saat ini (pada awal proyek) dengan memperhitungkan opportunity cost dari investasi tersebut. Suatu proyek dikatakan Iayak secara ekonomi/financial jika nilai NPV > 0, atau dengan kata lain tingkat keuntungan yang diperoleh minimal harus sama dengan opportunity cost dari modal yang diinvestasikan.

Setelah perkiraan nilai dan manfaat proyek diperoleh, maka suatu analisis mengenai layak atau tidaknya suatu kegiatan atau suatu proyek dibuat. Salah satu cara yang umum dipakai adalah menghitung nilai sekarang bersih (net present value= NPV), yaitu mengurangi semua nilai biaya yang seluruhnya dinyatakan dalam nilai sekarang. Bila NPV itu positif, maka dikatakan bahwa kegiatan tersebut layak untuk dilaksanakan.

Untuk mengetahui apakah rencana investasi tersebut Iayak ekonomi atau tidak, diperlukan suatu ukuran/kritena metode dalam penentu NPV, yaitu

Jika NPV > 0 : artinya investasi akan menguntukan/layak (feasible);

Jika NPV < 0 : artinya investasi tidak akan menguntukan/Iayak (unfeasible).

Analisis IRR (Internal Rate of Return) merupakan analisis untuk menentukan tingkat nilai diskontro atau tingkat hasil usaha (a,) yang dapat diharapkan dan suatu proyek tertentu dan yang dapat membuat nilai NPV sama dengan nol. Semakin tinggi nilai IRR semakin baik manfaat proyek tersebut, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pendanaan dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dari pada tingkat EIRR tersebut. Semakin rendah nilai IRR menunjukkan semakin kurang layak proyek tersebut.

Untuk melakukan analisis ekonomi ini di berlakukan batasan-batasan dari asumsi yang umum digunakan yaitu sebagai berikut :

Faktor diskontro (Discount Rate Factor) yang digunakan dalam analisis adalah 13%

Periode proyek ditentukan 15 tahun

182 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tahun awal analisis tahun 2016/2017

Harga finansial ditentukan atas harga pasar yang berlaku pada saat survai dilaksanakan.

Dalam rangka pembahasan analisa kelayakan atas usulan program rencana induk penyediaan air minum di Kota Padangsidimpuan diperlukan berbagai asumsi yang berhubungan dengan rencana program ini.

Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Proyeksi Laporan Keuangan dari Tahun 2016 s/d Tahun 2036

2. Inflasi yang berlaku adalah sebesar 6-7 % per tahun.

3. Kebutuhan air rata-rata 130-180 lt/orang/hari

4. Target tingkat kebocoran air 20 %

5. Target kapasitas air terjual

6. Tarif jual air untuk mencapai kelayakan proyek maka diperlukan adanya kenaikan tarif air bersih sebesar 16 % pada tahun 2018 dan selanjutnya 16 % setiap 2 (dua) tahun sekali

7. Perbandingan penyertaan modal antara APBN dengan APBD diasumsikan 80% : 20%.

8. Pada tahun 2017 – 2023 proyeksi keuangan memperhitungkan arus kas dari PDAM Tirta Ayumi sementara sejak tahun 2024 – 2036 proyeksi keuangan telah memperhitungkan arus kas baik dari Tirta Ayumi dan Tirtanadi.

9. Proyeksi keuangan tahun 2017 – 2036 telah memperhitungkan kontribusi dana meter dan administrasi

10. Akurasi biaya listrik dan bahan kimia dalam proyeksi keuangan ini masih berupa pendekatan/ asumsi. Biaya listrik masih diperkirakan cukup rendah mengingat secara umum pengembangan SPAM di Kota Padangsidimpuan akan menggunakan bangunan pengolahan sederhana (broncaptering) untuk mengolah dan mendistribusikan air minum ke seluruh pelanggan di kota Padangsidimpuan

11. Perhitungan sampai saat ini memperkirakan bahwa harga jual rata-rata air per m3 di Kota Padangsidimpuan berkisar di Rp 2800/ m3.

Pertambahan pelanggan diasumsikan dalam perhitungan adalah menyebar dalamkelompok tarif yang akan disesuaikan dengan permendagri No. 2 tahun 2006.Penyesuaian tarif air pada tahun 2017/2018 mengikuti asumsi penyebaran kelompok tarif sesuai dengan kondisi eksisting.

Konsep usulan tarif mempertimbangkan mutu pelayanan, pemulihan biaya dan target pengembangantingkat pelayanan, dilengkapi dengan data pendukung sebagai berikut:

183 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

a. dasar perhitungan usulan penetapan tarif;

b. hasil perhitungan proyeksi biaya dasar;

c. perbandingan proyeksi biaya dasar dengan tarif berlaku;

d. proyeksi peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;

e. perhitungan besaran subsidi yang diberikan kepada kelompok pelanggan yangkurang mampu dan

f. kajian dampak kenaikan beban per bulan kepada kelompok-kelompok pelanggan.

8.3. ANALISIS INVESTASI

Biaya investasi proyek adalah biaya pra pembangunan (perizinan, survey & desain,pembebasan lahan dan lain lain), biaya pembangunan, biaya overhead (contingencies),biaya pra operasi dan biaya bunga uang selama pembangunan (Interest DuringConstruction/ IDC). Biaya investasi setiap proyek pengembangan SPAM berdasarkan proyeksi darimana sumber dana itu berasal mulai dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2036 dapat terlihat pada tabel 8.6 yang kemudian dijabarkan dalam tabel 8.7 mengenai rencana komersial perkiraan pendapatan atas penjualan air dan non air. Kemudian tabel asumsi kenaikan, input tarif biaya, input biaya pegawai serta output biaya pegawai menjadi input selanjutnya yang dijabarkan pada tabel 8.8.

Setelah itu hasil rencana berupa penjualan terkait pendapatan, biaya, penyusutan, pajak dll dapat dilihat pada tabel 8.9mengenai tabel laba – rugi. Biaya operasional dalam tabel ini itu termasuk pada biaya listrik, kimia, pengolahan lumpur, personel, baca meter hingga biaya umum dan pemeliharaan.

Selanjutnya proyeksi laba-rugi dari tabel tersebut dilanjutkan dengan tabel proyeksi arus kas yang dapat memperkirakan saldo awal dan akhir kas operasional pendanaan maupun arus kas bersih dari rencana kegiatan RISPAM Kota Padangsidimpuan hingga 20 tahun ke depan (tabel 8.10).

184 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 6 Sumber Pendanaan Investasi SPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036

185 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 7 Asumsi Pasokan dan Pendapatan Penjualan Air serta Non Air atas Rencana Investasi SPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036

186 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 8 Input Biaya Investasi RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036

187 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 9 Proyeksi Laba – Rugi Atas RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036

188 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 10 Proyeksi Arus Kas Atas RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036

189 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

8.4. KOMPONEN PROYEKSI KELAYAKAN INVESTASI

8.4.1. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan nilai suku bunga, dimana pada kondisi ini NPV = 0 atau BCR = 1. NilaiIRR digunakan untuk menilai apakah dengan suku bunga pinjaman tertentu proyektersebut layak atau tidak secara ekonomi. Dalam analisis ini diasumsi bahwa nilai sukubunga pinjaman adalah 13%, dengan demikian jika nilai IRR > 13% maka proyek dapatdikatakan layak secara ekonomi.

IRR dihitung atas dasar penerimaan bersih dan total nilai untuk keperluan investasi.Nilai IRR sangat penting diketahui untuk melihat sejauh mana kemampuan proyek inidapat dibiayai dengan melihat nilai

Suku bunga pinjaman yang berlaku. Perhitungan nilai IRR ini dapat diperoleh denganrumus sebagai berikut:

(퐵푡 − 퐶푡) 퐸 = 0 푖=1 (1 + 푖)푡

dimana :

Bt = Benefit setiap tahun q = Biaya (cost) setiap tahun f = Tahun ke 1,2,3,....).n n = jumlah tahun i = Interest rate

8.4.2. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara Benefit dan Cost pada kondisi nilai present biaya, yangmana dalam analisis ini dapat digunakan sebagai indikator sejauh mana suatu proyekmenguntungkan secara ekonomi, maupun finansial ditinjau pada berbagai suku bunga.

Langkah yang harus dilakukan untuk perhitungan ini tidak banyak berbeda denganlangkah untuk perhitungan IRR.

Secara umum rumus untuk perhitungan nilai Present Value (PV) adalah sebagai berikut

퐸 푃푉 = (퐵푡 − 퐶푡)/(1 + 푖)푡 푡 = 1 dimana :

PV = Nilai sekarang (Present Value)

190 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Bt = Benefitsetiaptahun Ct = Biaya (cost) setiap tahun T = Tahun ke 1,2,3,...... n n = Jumlah tahu.n i = Interest rate Dalam evaluasi suatu proyek, nilai NPV pada suku bungan pinJaman yang berlaku.Harus mempunyai harga > 0. Jika NPV = 0 berarti proyek tersebut mengembalikanpersis seperti nilai investasi. Jika NPV < 0 proyek tersebut dari segi ekonomi maupunfinansial tidak layak untuk dibangun.

8.4.3. Benefit Cost Ratio (BCR)

Analisls BCR merupakan suatu analisis yang diperlukan untuk melihat sejauh manaperbandingan antara Benefit dan Cost pada kondisi nilai present (nilai uang sekarang).

Ini berarti bahwa jika nilai BCR pada suku bunga berlaku > 1, maka proyek dapatdilaksanakan.

Secara umum rumus untuk perhitungan BCR ini adalah :

dimana : Bt = Benefit setiap tahun Ct = Biaya (cost) setiap tahun t = Tahun ke 1,2,3,...... n n = Jumlah tahun i = Interest Rate Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek dengan metode BCR ini adalahjika BCR > 1 maka proyek dikatakan layak dikerjakan dan sebaliknya jika nilai BCR < Iproyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

8.4.4. Pay Back Period (Break Event Point)

Pay Back Period adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi dariakumulasi Return Cash dari proyek, yang merupakan ukuran lamanya waktupengembalian dari suatu

191 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

investasi dengan perhitungan akumulasi arus kas (cash flow)yang telah dikonversi ke nilai sekarang (present value).

Pay back period dapat dihitungan dengan rumus :

dimana : R (Retum) = laba bersih diluar Biaya Bunga dan Depresiasi INV = Investasi Proyek Masa Konstruksi & Masa Produksi n = Waktu Pengembalian Investasi (pay back priod) i = Tahun Untuk mengetahui apakah proyek ini mendapatkan keuntungan bersih (mendapatbenefit) atau mengalami kerugian maka dilakukan Analisa Rugi/ Laba, Arus Dana danNeraca Proyek. Analisa yang dilakukan terutama adalah untuk melihat nilai kelayakandari proyek ini dari aspek finansial.

8.5. ANALISA TARIF DAN KELAYAKAN INVESTASI

Analisa kelayakan investasi selama 20 tahun didasarkan kepada kebutuhan akan pendanaan sebesar Rp 459 Milyar selama 20 tahun ke depan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan air minum di Kota Padangsidimpuan hingga mencapai 80%. Akan tetapi proyeksi analisa kelayakan investasi yang dibuat dalam dokumen ini didasarkan pada kondisi ideal dalam Manajemen PDAM. Beberapa hal yang tidak sesuai dengan realitas sesungguhnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarkan audit BPKP Tahun 2015, tarif jual rata-rata air minum per m3 kepada pelanggan PDAM Tirta Ayumi adalah Rp 2.079,77 (tahun 2017) sedangkan di dalam proyeksi investasi diperhitungkan sebesar Rp 2.800 (tahun 2017). Hal ini disebabkan bila proyeksi investasi menggunakan Rp 2.079,77 maka didapat NPV < 0 dan Payback Period > 17 tahun. Tentu saja skenario ini tidak feasible dibandingkan dengan menggunakan scenario tarif Rp 2.800 yang memberikan hasil NPV > 0 dan Payback Period selama 15 tahun. Implikasinya adalah tarif jual rata-rata yang terbaik harus ditingkatkan sebesar Rp 700 atau meningkat 30% dari tarif jual rata-rata saat ini Harga pokok produksi yang digunakan dalam proyeksi investasi ini adalah Rp 1.828 (tahun 2017) sementara berdasarkan audit BPKP tahun 2015 harga pokok produksi adalah Rp 2.600 atau lebih tinggi hampir Rp 500/ m3 dibandingkan kenyataan tarif jual rata-rata saat ini (Rp 2.079,77). Hal ini disebabkan oleh analisa dan evaluasi yang dilakukan oleh konsultan yang telah memperhitungkan biaya produksi ideal adalah sebesar Rp 1.828/m3. Oleh Karena itu

192 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

efisiensi harus ditingkatkan oleh PDAM Tirta Ayumi untuk menurunkan harga pokok produksi hingga Rp 772/m3 air minum tersebut. Skenario kenaikan tarif dilakukan setiap sekali dalam 2 tahun dengan rata-rata kenaikan 8% per tahun untuk menutupi seluruh biaya investasi hingga 20 tahun ke depan Berdasarkan perhitungan, diperkirakan investasi per tahun yang diperlukan dari penyertaan modal APBN terhadap APBD adalah 70% : 30% dimana rata-rata nilai investasi tahunan sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan pembangunan itu sendiri. Secara umum nilai investasi hingga 20 tahun ke depan berada pada jumlah > Rp 13 Milyar per tahun

8.6. HASIL PROYEKSI KEUANGAN

Analisa dilakukan dengan periode tahunan sesuai priode perencanaan sampai tahun 2036 dengan patokan harga dasar pada tahun 2015. Sementara Discount Rateberdasarkan suku bunga Bank yang dipakai adalah sebesar 13% sebagai dasarperhitungan bunga pinjaman dan nilai EIRR . Dari hasil analisa didapat proyeksi arus kas seperti tercantum pada tabel 8.10 sedangkan untuk analisa kelayakan atas RISPAM Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel 8.11.

Perhitungan secara finansial dilakukan untuk melihat kelayakan proyek secaraperhitungan bisnis/usaha. Dari hasil analisa finansial yang dilakukan dapat disimpulkansebagai berikut :

a. Total investasi dalam 20 tahun diperkirakan mencapai Rp 459,2 Milyar dengan rata-rata komposisi pendanaan APBN : APBD Tk II/ APBD Provinsi : PDAM adalah 70 : 30 : 0.

b. Rencana Proyek yang cukup layak dari segi pendanaan baik melalui modal sendirimaupun hutang.

c. FIRR diperoleh sebesar 14,7%, dengan nilai NPV pada tahun 2017 sebesar Rp.13,1 Milyar dan BCR >1.

d. Dari analisa diperoleh FIRR > EIRR yaitu FIRR sebesar 14,7% dan EIRR sebesar13%, maka proyek sangat bermanfaat terhadap perusahaan, masyarakat danpemerintah.

e. Payback Period diperkirakan akan tercapai dalam 15 tahun dari rencana investasi awal.

Selain itu perkembangan harga pokok produksi dan harga rata-rata jual air untuk 20 tahun ke depan dapat dilihat pada tabel dan grafik 8.12

Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan proyek untuk 20 tahun mendatang cukup bermanfaat dan layak untukdilaksanakan.

193 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 11 Perhitungan Kelayakan Finansial RISPAM Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 – 2036

194 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 8. 12 Proyeksi Harga Pokok Produksi dan Harga Rata-Rata Jual Air PDAM Tirta Ayumi Tahun 2017 – 2036

195 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 9. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN AIR MINUM

9.1. LEMBAGA PENYELENGGARA

Penyelenggaraan SistemPenyediaanAirMinum(SPAM)merupakantanggungjawabPemerintahdan PemerintahDaerah (Pasal 36PP No.122 Tahun 2015). Pembagianwewenang dan tanggung jawab PemerintahdanPemerintahDaerahdalampengembanganSPAMadalahsebagaiberikut:

1. WewenangdanTanggungJawab Pemerintah Pusat

DalampenyelenggaraanSPAMwewenangdantanggungjawabPemerintahPusat telahdiaturdalamPasal38PPNo.122Tahun2015.Wewenang dantanggungjawabPemerintahPusat meliputi:

a) Menyusun dan menetapkan Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan SPAM;

b) Menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi;

c) Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;

d) Melaksanakan Penyelenggaraan SPAM yang bersifat khusus, kepentingan strategis nasional, dan lintas provinsi;

e) Membentuk BUMN dan/ atau UPT;

f) Memberikanizinkepada Badan Usaha untuk Penyelenggaraan SPAM;

g) Memberikan pembinaan dan pengawasan kepada Pemerintah Daerah;

h) Menjamin ketersediaan Air Baku untuk Penyelenggaraan SPAM lintas provinsi;

i) Melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah; dan

j) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap BUMN dan UPT..

2. WewenangDanTanggungJawabPemerintahProvinsi

Wewenangdantanggungjawab PemerintahPropinsidiaturdalamPasal39 PP No.122Tahun2015. WewenangdantanggungjawabPemerintahProvinsimeliputi:

a) Menyusundan menetapkan Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM;

196 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

b) Menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM Lintas kabupaten/ kota;

c) Melaksanakan Penyelenggaraan SPAM yang bersifat khusus, kepentingan strategis provinsi, dan lintas kabupaten/ kota;

d) Membentuk BUMD dan/ atau UPTD Provinsi;

e) Memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan Penyelenggaraan SPAM;

f) Melakukan pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM pada kabupaten/ kota di wilyahnya;

g) Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM kepada Pemerintah Pusat;

h) Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah kabupaten/ kota;

i) Menjamin ketersediaan air baku untuk Penyelenggaraan SPAM lintas kabupaten/ kota; dan

j) Melakukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lain.

3. WewenangDanTanggungJawabPemerintahKabupaten/Kota

Wewenangdantanggungjawab PemerintahKabupaten/KotadiaturdalamPasal40PP No.122Tahun2015. WewenangdantanggungjawabPemerintahKabupaten/Kotameliputi:

a) Menyusundan menetapkan kebijakan dan strategi kabupaten/ kota Penyelenggaraan SPAM;

b) Menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM kabupaten/ kota;

c) Melaksanakan Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya;

d) Membentuk BUMD dan/ atau UPTD;

e) Melakukan pencatatan laporan yang disampaikan oleh kelompok masyarakat;

f) Memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan Penyelenggaraan SPAM;

g) Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah desa dan kelompok masyarakat di wilayahnya dalam Penyelenggaraan SPAM;

h) Melakukanpemantauandanevaluasiterhadappenyelenggaraan SPAM diwilayahnya;

i) Menyampaikanlaporanhasilpemantauandanevaluasi penyelenggaraanSPAM kepadapemerintah provinsi;

j) Menjamin ketersediaan air baku untuk Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya; dan

197 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

k) Melakukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lain.

Pengkajian Kelembagaan Sistem Penyediaan Air Minum mengacu pada RPJM Nasionaldan ketentuan- ketentuan yang berlaku; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan SPAM; dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Didalam PP No. 122 Tahun 2015, dijelaskan pula bahwa :

1. Pengelolaan SPAM dilaksanakan oleh penyelenggara berupa BUMN, BUMD, koperasi, badan usaha swasta dan masyarakat yang khusus bergerak di bidang air minum. 2. Selain penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat membentuk Badan Layanan Umum (BLU). Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sesuai peraturan yang berlaku. 3. Kelembagaan penyelenggara air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri sendiri atau bekerjasama antar lembaga-lembaga terkait. 4. Penyelenggaraan pengembangan SPAM oleh koperasi dan BUS dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 5. Kelembagaan penyelenggara air minum sekurang-kurangnya memiliki:

a. Organisasi meliputi strukur organisasi kelembagaan dan personil pengelolaunit SPAM

b. Tata laksana meliputi uraian tugas pokok dan fungsi, serta pembinaan karirpegawai penyelenggara SPAM

6. Kelembagaan penyelenggara SPAM harus dilengkapi dengan sumber daya manusia yang kompeten di bidang pengelolaan SPAM sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 7. Kelembagaan penyelenggara harus disiapkan dan dibentuk sebelum SPAM selesai dibangun agar SPAM dapat langsung beroperasi. 8. Kegiatan kelembagaan dapat dimulai setelah adanya izinlkerjasama antara penyelenggara dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Ayumi merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kota Padangsidimpuan yang telah berdiri pada tanggal 24 Februari 2006 berdasarkan Perda Kota Padangsidimpuan No 01 Tahun 2006 tentang Perusahaan Daerah Tirta Ayumi.

Pendirian PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan bertujuan untuk turut melaksanakan pembangunan daerah yang bergerak di bidang penyediaan jasa pelayanan air bersih guna untuk meningkatkan, mengembangkan serta memperlancar pelayanan air bersih kepada masyarakat dan juga untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

198 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan berkedudukan dan berkantor pusat di Jl. Raja Inal Siregar No. 18 Padangsidimpuan. Sampai dengan tahun 2015 PDAM Tirta Ayumi belum mempunyai unit pengolahan dan unit pelayanan.

Selain melayani kebutuhan air minum masyarakat Kota Padangsidimpuan, PDAM Tirta Ayumi melalui Pemerintah kota Padangsidimpuan juga melakukan kerjasama operasi dan kerjasama manajemen dengan PDAM Tirtanadi Propinsi Utara. Kerjasama ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerja Sama tanggal 17 Juli tahun 1999. Kerjasama ini sebenarnya merupakan kerja sama antara Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan dengan PDAM Tirtanadi akan berakhir pada tahun 2024mengingat pada masa tersebut (tahun 1999) Kota Padangsidimpuan belum terbentuk, sehingga setelah masa perjanjan kerja sama berakhir maka PDAM Tirta Ayumi sepenuhnya akan mengambil alih dan mengoperasikan seluruh asset yang diserahkan oleh PDAM Tirtanadi kepada PDAM Tirta Ayumi melalui Pemko Padangsidimpuan.

9.2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENYELENGGARAAN SPAM KOTA

PADANGSIDIMPUAN

Sejak dibatalkannya UU No 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (SDA) pada tahun 2014 yang lalu oleh Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia, otomatis implementasi penerapan hukum oleh undang-undang dibawahnya berubah dengan mengacu kepada UU lama yaitu UU No 11 tahun 1974 tentang Pengairan. Hingga saat ini sesungguhnya telah banyak produk hukum dan perundang- undangan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat bersama dengan DPR Republik Indonesia pasca pembatalan UU No 7 tahun 2004 tersebut. Salah satu pokok utama adalah menggantikan PP No 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM dengan menerbitkan PP No 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Perbedaan mendasar dari penggantian PP ini adalah pada hak rakyat yang lebih ditekankan dalam PP No 122 Tahun 2015.

Dalam mengemban tugas penyelenggaraan air minum, PDAM Tirta Ayumi mengacu pada dasar hukum sebagai berikut :

a) Undang-Undang

1. Undang-undang No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

2. Undang-undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

3. Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

199 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

4. Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

b) Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

2. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota

3. Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah

4. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2011 tentang Sungai

5. Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

6. Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air

7. Peraturan Pemerintah No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum

c) Peraturan Presiden

1. Peraturan Presiden No 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum

d) Peraturan Menteri Dalam Negeri

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri No 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 70 Tahun 2016 tentang Pedoman Pemberian Subsidi Dari Pemerintah Daerah Kepada Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 71 Tahun 2016 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum

200 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

e) Peraturan Menteri Keuangan

1. Peraturan Menteri Keuangan No 38/PMK.OI Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur

2. Peraturan Menteri Keuangan No 114/PMK.05 Tahun 2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, Dan Rekening Pembangunan Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum

f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 26/PRT/M/2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 03/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 50/PRT/M/2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 10/PRT/M/2016 tentang Pemberlakukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 19/PRT/M/2016 tentang Pemberian Dukungan Oleh Pemerintah Pusat Dan/ Atau Pemerintah Daerah Dalam Kerjasama Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 25/PRT/M/2016 tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri Oleh Badan Usaha

g) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

201 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

1. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintahelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri Oleh Badan Usaha

h) Peraturan Menteri Kesehatan

1. Peraturan Menteri Kesehatan No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

2. Peraturan Menteri Kesehatan No 736/Menkes/Per/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum

Selain itu berikut ini merupakan daftar peraturan yang menjadi acuan pengembangan SPAM untuk Kota Padangsidimpuandi tingkat Pemerintahan Kabupatan/ Kota antara lain :

a) Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan melalui Undang-Undang No 06/PIMP/2005 tanggal 27 April 2005, luas wilayah Kota Padangsidimpuan bertambah sebanyak 3.219,02 Ha sehingga luas wilayah Kota Padangsidimpuan menjadi 14.684,68 Ha

b) Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 45 tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Angkola Julu

c) Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 46 tahun 2003 tentang Pemekaran Kelurahan dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan dalam Daerah Kota Padangsidimpuan maka Kota Padangsidimpuan dimekarkan menjadi 6 kecamatan yang terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan.

d) Perjanjian Kerjasama Dalam Rangka Pembentukan Cabang PDAM Tirtanadi di Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan Antara PDAM Tambusai Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan Dengan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, tanggal 17 Juli Tahun 1999.

e) Surat Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No 106/KPTS/1999 tentang Pengalihan Status Dari Pegawai PDAM Daerah Tingkat II Deli Serdang, Toba Samosir, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, dan Nias Menjadi Pegawai PDAM Tirtanadi Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara

f) Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 01 Tahun 2006 tentang Perusahaan Daerah Tirta Ayumi

202 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

g) Peraturan Daerah No 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033

9.3. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.122 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PU-PR) No.27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan SPAM, struktur organisasi kelembagaan penyelenggaraan SPAM adalah sebagai berikut:

GUBERNUR Regulator Provinsi

Regulator kabupaten WALIKOTA

D I N A S

Operator/Penyelenggara

Badan Usaha Badan Kelompok PDAM Koperasi Swasta Layanan Masyarakat Umum Gambar 9. 1 Struktur Organisasi Kelembagaan Penyelenggaraan SPAM

Berdasarkan struktur organisasi kelembagaan tersebut, fungsi regulator adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang akan mengeluarkan Peraturan/ Peraturan Gubernur terkait dengan penyelenggaraan SPAM di wilayahnya, sedangkan untuk Peraturan Daerah (Perda) usulan Pemerintah Kota Padangsidimpuan harus disahkan oleh DPRD Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No 01 Tahun 2006 tentang Tentang Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan, PDAM Tirta Ayumi di pimpin 1 orang Direktur Utama. Gambar 9.2 memperlihatkan struktur organisasi PDAM Tirta Ayumi. Jumlah total sumber daya manusua PDAM Tirta Ayumi pada pertengahan tahun 2016 adalah 27 orang, yang terdiri dari :

 Direksi : 1 orang

203 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

 Pegawai tetap : 19 orang  Pegawai honor : 4 orang  Dewan Pengawas : 3 orang

WALIKOTA

BADAN PENGAWAS

DIREKTUR

KEPALA BAGIAN KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI, KEUANGAN DAN TEKNIK HUBUNGAN PELANGGAN

KEPALA SUB BAGIAN STAFF ADMINISTRASI, KEUANGAN DAN TEKNIK HUBUNGAN PELANGGAN

 PERENCANAAN  DISTRIBUSI  PRODUKSI STAFF  PERAWATAN ADMINISTRASI, KEUANGAN DAN  PENJAGA SUMBER HUBUNGAN PELANGGAN

 BENDAHARA  UMUM  PERLENGKAPAN  PEMBUKUAN  REKENING  PENJAGA KANTOR

Gambar 9. 2 Struktur Organisasi PDAM Tirta Ayumi Tahun 2016

Dari 27 orang SDM PDAM Tirta Ayumi, tercatat hanya terdapat 19 pegawai PDAM tersebut. Latar belakang pendidikan dari 19 pegawai PDAM ini adalah 15 pegawai tetap serta 4 pegawai tidak tetap :

 S2 : 0 orang  S1 : 8 orang  D3 : 0 orang  SLTA : 10 orang  SLTP : 0 orang  SD : 0 orang

Tabel 9. 1 Jumlah Pegawai PDAM Tirta Ayumi Tahun 2016 PENDIDIKAN JUMLAH No Status Karyawan S1 D2 D3 SMU SMP SD (ORG) 1 Pegawai Tetap 8 1 6 15 2 Pegawai Tidak Tetap 4 4 Jumlah 19

Keputusan Menteri Dalam Negeri No.2, tahun 2007, tentang Organ dan KepegawaianPDAM dan Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.8 tahun 2000, tentangPedoman Akuntansi PDAM, pada pasal. 3. ayat 3, dinyatakan bahwa penggolonganTipe PDAM, PDAM Tirta Ayumi termasuk Tipe

204 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

A adalah PDAM yang mempunyai pelanggan sampai dengan 10.000sambungan pelanggan. Dan pada ayat 4 dinyatakan bahwa pengelolaan PDAM sebagaimana diatas,merupakan dasar untuk pembentukan organisasi dan penerapan pedomanAkuntansi PDAM. Pengembangan organisasi PDAM harus berdasarkan konsep organisasi yang efisien danefektif baik dari hal biaya maupun dari hal lebar rentang kendali organisasinya.

Dalam empat tahun ke depan dengan memperkirakan target pelanggan telah melampaui 10.000 SR, maka direncanakan Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan serta Hubungan Pelanggan dapat dipecah menjadi 2 Kepala Bagian yaitu : Kepala Bagian Adminitrasi Umum dan Keuangan serta Kepala Bagian Pemasaran. Skema yang dapat diajukan dalam 4 tahun mendatang dapat dilihat sebagai berikut :

Walikota

Dewan Pengawas

Direktur

SPI

Bag Adm Umum Bag Teknik Bag Pemasaran dan Keuangan

Subbag Keuangan Subbag Subbag Pelanggan dan Akuntansi Perencanaan & Rekening

Subbag Transmisi Subbag Humas & Subbag Personalia Distribusi Pengaduan

Subbag Peralatan, Meter, M/E

Subbag Pengolahan Air dan Lab

Unit Perusahaan

Gambar 9. 3 Struktur Organisasi PDAM Tirta Ayumi Tahun 2021

Selanjutnya bila PDAM Tirta Ayumi telah mampu untuk mencapai jumlah pelanggan > 30.000 SR, maka sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri No.2 Tahun 2007, tentang Organ dan

205 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

KepegawaianPDAM maka struktur organisasi kelembagaan PDAM Tirta Ayumi dapat dilihat pada skema berikut. Terlihat bahwa penambahan 2 direksi yaitu Direktur Administrasi dan Keuangan serta Direktur Teknik menjadi kebutuhan bagi PDAM Tirta Ayumi. Pada masa ini diyakini akan dicapai dalam 8 tahun mendatang (Tahun 2024) dimana PDAM Tirta Ayumi akan mengambil alih asset berupa infrastruktur dan pelanggan dari PDAM Tirtanadi setelah masa Perjanjian Kerja Sama Operasi (KSO) berakhir.

WALIKOTA

DIREKTUR Dewan Pengawas UTAMA

STAF AHLI

DIREKTUR ADMINISTRASI DIREKTUR TEKNIK DAN KEUANGAN

Bagian Hubungan Langganan Bagian Perencanaan Bagian Kepegawaian

Bagian Produksi Bagian Pengolahan Data dan Peralatan Bagian Penagihan Rekening

Bagian Transmisi Bagian Kas dan Akuntansi Distribusi

Cabang Cabang Cabang Cabang Gambar 9. 4 Struktur Organisasi PDAM Tahun 2024

9.4. BENTUK KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN SPAM

206 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Bentuk kelembagaan pengelolaan air minum sesuai PP No. 122 tahun 2015 dapat berupa:

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah bentukperusahaan yang dibentuk. Dan dimiliki oleh pemerintah pusat yang diatur lebih lanjut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

a. BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) adalah bentuk perusahaan yang dibentuk dan dimiliki oleh pemerintah daerah (provinsi, kabupaten atau kota) berdasarkan peraturan Daerah dan mengacu pada Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1984 atau perubahannya, dan Menteri pekerjaan Umum Nomor 28/KPTS/1984 atau perubahannya, dan peraturan perundangan yang berlaku. b. Koperasi adalah salah satu bentuk kelembagaan dibentuk oleh beberapa individu untuk saling membantu dan merupakan milik bersama.

Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 antara lain:

· Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela.

· Pengelolaan dilakukan secara demokatis

· Pembagian hasil usaha secara adil sebanding besarnya jasa usaha masingmasinganggota.

· Kemandirian

· Mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yangdisetujui oleh anggotanya

c. Badan Usaha Swasta (BUS) adalah bentuk perusahaan berbadan hukum yang dibentuk oleh perorangan atau suatu badan usaha lain. d. Pengelolaan air minum dalam skala tertentu dapat dilakukan oleh masyarakat secara individu atau berkelompok. Pengelolaan air minum secara berkelompok harus mempunyai ijin pengelolaan serta berbadan hukum.

Semua bentuk kelembagaan tersebut diatas harus mempunyai ijin usaha khusus bidangair minum, atau atas ijin khusus sesuai peraturan daerah setempat.

9.5. ORGANISASI PDAM DAN NON PDAM

A. PDAM Tirta Ayumi

207 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan merupakan Badan Usaha milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan yang bergerak dalam bidang penyediaan air bersih yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Padangsidimpuan No 1 Tahun 2006 Tanggal 24 Februari 2006 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan disingkat dengan PDAM Tirta Ayumi.

1. Visi PDAM Tirta Ayumi

“Memberikan Pelayanan Yang Prima, Mandiri dan Profesional”

2. Tujuan dan Fungsi Perusahaan

Tujuan didirikannya PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan sesuai Perda Kota Padangsidimpuan No 1 tahun 2006 adalah untuk turut melaksanakan pembangunan daerah yang bergerak di bidang penyediaan jasa pelayanan air bersih guna untuk meningkatkan, mengembangkan serta memperlancar pelayanan air bersih kepada masyarakat dan juga untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Dalam rangka menjalankan fungsi tersebut, PDAM Tirta Ayumi Kota Padangsidimpuan mempunyai tugas meliputi :

1) Pelayanan umum dan jasa

2) Meningkatkan pendapatan daerah

3) Mengolah sumber air untuk memperoleh air bersih dan menyalurkan kepada pelanggan

4) Membangun jaringan distribusi dan transmisi dalam rangka untuk mengoptimalkan penyaluran air bersih kepada masyarakat di wilayah kerja PDAM

5) Melakukan pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi untuk menekan kebocoran/ kehilangan air.

3. Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Aspek organisasi dan sumber daya manusia menunjukkan beberapa hasil yang kurang baik sehingga perlu ditingkatkan. Rasio pegawai dengan sambungan tidak memenuhi kondisi yang efisien, yaitu 30 untuk 1.000 pelanggan sementara selain itu hubungan antar unit pekerjaan juga menunjukkan kondisi yang tidak baik. Jenjang karir belum berjalan dan program penghargaan belum juga berjalan.

Dengan adanya pengembangan SPAM Kota Padangsidimpuan, maka kelembagaan pengelola SPAM harus dilengkapi dengan sumber daya manusia yang kompeten dibidang pengelolaan SPAM sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sumber daya manusiayang diperlukan dalam mendukung kelembagaan adalah seperti dibawah ini, namun tidak

208 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

dibatasipada keahlian tersebut. Untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan kelembagaan SPAM, makasumber daya manusia yang dibutuhkan paling tidak adalah:

-Ahli Teknik Penyehatan/Teknik Lingkungan/Ahli Air Minum (S-1) -Ahli Kelembagaan/Manajemen (S-1) -Ahli Teknik Sipil (S-1) -Ahli Ekonomi (S-1) -Ahli Hukum (S-1)

B. Non PDAM

Pengembangan kelembagaan pengelola SPAM Non PDAM belum dilakukan di Kota Padangsidimpuan. Hal ini disebabkan pelanggan PDAM Tirta Ayumi masih tergolong sangat rendah yaitu 1.318 pelanggan. Otomatis fokus dari Pemko Padangsidimpuan tentu saja adalah berusaha untuk meningkatkan pelayanan melalui kelembagaan PDAM terlebih dahulu dibandingkan dengan kelembagaan Non PDAM. Namun demikian SPAM Bukan Jaringan Perpipaan atau SPAM Jaringan Perpipaan skala komunal sangat relevan untuk diterapkan di wilayah-wilayah yang memiliki topografi tinggi seperti di Kecamatan Angkola Julu dan Kecamatan Hutaimbaru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di ibukota Kecamatan. Adapun pengembangan SPAM ini dapat dioperasikan baik oleh PDAM maupun oleh Kerja Sama Masyarakat (KSM)

Khusus mengenai penguatan kelembagaan, sistem pengelolaan SPAM masih akan diprioritaskan untuk dikelola oleh PDAM Tirta Ayumi mempertimbangkan kompetensi dan keahlian pegawai PDAM secara teknis dan manajemen masih berada di atas rata-rata kelompok masyarakat yang tinggal di Kecamatan Angkola Julu maupun Hutaimbaru.

9.6. KEBUTUHAN SDM

Dengan memperhatikan tingkat efisiensi pegawai terhadap sambungan diketahui dengan jumlah pegawai sebesar 19 orang dan jumlah pelanggan yang dilayani sebesar 1.318 sambungan menghasilkan rasio 14 : 1000, artinya untuk melayani setiap 1.000 pelanggan dikerjakan oleh 14 orang pegawai. Mengacu kepada parameter Kinerja PDAM yang ditetapkan oleh Departemen Dalam Negeri untuk rasio pegawai-sambungan menjelaskan bahwa besaran > dari 8 orang untuk 1000 pelanggan untuk PDAM yang beroperasi di tingkat kabupaten/ kota seperti Kota Padangsidimpuan menunjukkan kinerja yang kurang baik sehingga diharapkan perbandingan pegawai per 1000 pelanggan berkisar di 6 – 8 pegawai per 1000 pelanggan saja. Keseimbangan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dan regulasi di masa mendatang. Peningkatan pelanggan yang signifikan akan terjadi pada tahun 2024

209 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

dimana pada masa itu telah terjadi pengambilalihan aset dari PDAM Tirtanadi kepada Pemko Padangsidimpuan melalui PDAM Tirta Ayumi.Tabel Berikut ini perkiraan perkembangan pegawai sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri No 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.

9.7. RENCANA PENGEMBANGAN SDM DAN PENILAIAN KINERJA

Penyelenggaraan Pengembangan SPAMKota Padangsidimpuanharusdibarengidengantingkatketerampilan, kemampuan maupun keahlianmumpuniyangdapatdicapaimelaluipelatihan,pendidikan,workshop atautrainingsertauntukpenempatan tenagasesuaidenganpendidikandankeahliannya. Kebutuhan akanpelatihanmutlakbagijalannyapengelolaan SPAMdalamrangkapeningkatan profesionalisme sertakemandiriandalam melaksanakanpekerjaan.Berbagai Pelatihan Teknismaupunnonteknisperlu dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan, kualitasSDM dantentu saja akan sejalan dengan program kerja kelembagaan.

Secara umum rencana pengembangan SDM di PDAM Tirta Ayumi harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada masa ini acuan yang digunakan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri No 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian PDAM sementara untuk penilaian kinerja PDAM masih mengacu kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri No 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.

Pada tabel di bawah ini, rencana pengembangan SDM bidang teknis dan non-teknis dijabarkan sedemikian rupa untuk meningkatkan kompetensi, skill dan keahlian SDM di PDAM Tirta Ayumi. Pelatihan-pelatihan yang dimaksud tidak berarti dilakukan setiap tahun atau juga tidak dimaksudkan untuk dilakukan satu kali dalam 20 tahun, namun pelatihan-pelatihan yang dimaksud merupakan standar kebutuhan minimal yang harus dimiliki oleh SDM PDAM Tirta Ayumi dalam pengembangan SPAM hingga 20 tahun mendatang.

210 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 9. 2 Proyeksi Jumlah Pegawai PDAM Tirta Ayumi + PDAM Tirtanadi (Tahun 2024) Hingga Tahun 2036

Proyeksi Kebutuhan Tahap -3 Proyeksi Kebutuhan Tahap -4 No Deskripsi Unit 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 1 Jumlah Penduduk Jiwa 266.838 272.255 277.785 283.429 289.191 295.073 301.077 307.206 313.463 319.850 2 Pelayanan Sambungan Langsung % 61% 64% 66% 68% 71% 73% 75% 77% 79% 80% 3 Penduduk yang terlayani Jiwa 163.572 173.278 183.310 193.674 204.382 215.442 226.866 237.280 248.380 255.880 4 Target Sambungan Rumah Unit 36.462 38.626 40.862 43.173 45.561 48.027 50.574 52.898 55.374 57.041 Pegawai PDAM Tirta Ayumi + 5 PDAM Tirtanadi tahun 2024 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 6 Rasio Pegawai/ 1000 Pelanggan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

211 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tabel 9. 3 Rencana Pengembangan SDM Bidang Teknis

Nama/JudulPelatihan Lok Frek Jam Jml (org) InformasidanTeknologi(IT) . Autocad I/E 24 96 1 . Ephanet I/E 24 96 1 . AplikasiProgramPerusahaan I 5 30 1 . MicrosoftOffice I/E 24 96 2 Mekanikal/Elektrikal(ME) danMeter . PengenalanInstrumenMeterAir I 2 12 2 . KalibrasiAlat-alatM/E dan Meter Air I/E 2 12 1 . PelatihanPerpompaan,Genset& Elektrikal I 3 18 1 ProduksidanJaringan . ManajemenKehilanganAir/NRW I 2 12 1 . SistemJaringanPerpipaan I 2 12 1 . PerawatanJaringanPerpipaan I 2 12 1

Tabel 9. 4 Rencana Pengembangan SDM Bidang Non Teknis

NAMA/JUDULPELATIHAN Lok Frek Jam JML (org)

Finansial/Keuangan . PenyusunanLaporanKeuangan I/E 3 18 1 . PenyusunanAnggaranberbasisKinerja I/E 3 18 1 ManajemenPerusahaan . PengadaanBarang&JasaPemerintah E 4 24 1 . ManajemenKearsipan I/E 3 18 1 . ManajemenAirMinumBersertifikatKompetensi (Tkt.Madya) E 11 66 1 . ManajemenAirMinumBersertifikatKompetensi (Tkt.Utama) E 8 48 1 SDM . MerancangProgramPelatihan E 3 18 1 . EvaluasiPelatihan E 2 12 1 . ManajemenSDMBerbasisKompetensi E 3 18 1 . PeraturanKepegawaiandanTenagaKerja I/E 2 12 2 . BerfikirKreatif I/E 2 12 2 . PengembanganSistemMSDM I/E 1 6 2 . MotivasiDisiplin&EfektifitasKerja I/E 1 6 2 PengawasandanAudit . Dasar-dasarAudit E 3 18 1 . Pengawasanpekerjaanrutindanreguler I 3 18 1 . AuditOperasional E 3 18 1 Lain-lain . Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) I/E 3 18 2 . Seminar,WorkshopdanStudiBanding I/E 12 18 1 . CustomerService I/E 3 18 2

212 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

9.8. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TARIF

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Konsultan, Tarif yang diberlakukan oleh PDAM Tirta Ayumi kepada Pelanggan tidak memenuhi aspek Full Cost Recovery. Hal ini didukung oleh data audit dari BPKP selama 2 tahun terakhir (2014-2015) yang menyatakan bahwa Biaya produksi air minum > Tarif jual rata-rata PDAM ke pelanggan. Oleh karena itu berikut ini beberapa kebijakan pengembangan tariff yang dapat dilakukan oleh Pemko Padangsidimpuan dan PDAM Tirta Ayumi untuk meningkatkan kinerja dan pendapatan PDAM

1. Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum mulai mengikuti Peraturan Menteri Dalam Negeri No 71 Tahun 2016 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum 2. PDAM diharapkan untuk segera melengkapi Rencana Kebijakan dan Strategi serta Bussiness Plan untuk mendukung Rencana Induk SPAM Kota Padangsidimpuan ini 3. Proyeksi tarif yang ditampilkan dalam Bab VIII menunjukkan bahwa nilai investasi setiap tahun yang diperlukan oleh PDAM Tirta Ayumi tidaklah sedikit oleh karena itu kebijakan penentuan serta justifikasi tarif air minum sangat perlu untuk dilakukan setiap 2-3 tahun sekali untuk melindungi PDAM dari kemungkinan mengalami gagal kinerja atau mengalami kondisi keuangan yang buruk. 4. Berdasarkan poin no-3 diatas menurut perkiraan dan proyeksi kebutuhan investasi PDAM maka peningkatan tariff minimum yang harus diberlakukan oleh PDAM adalah berkisar pada 7-8% setiap tahunnya.

213 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB 10. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kerja Sama Operasi (KSO) antara PDAM Tirtanadi dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Pemerintah Kota Padangsidimpuan akan berakhir pada tahun 2024. Secara umum beberapa hal yang harus diperhatikan terkait pengembangan PDAM Tirta Ayumi sebelum KSO tersebut akan berakhir antara lain :

1. Saat ini PDAM Tirta Ayumi masih belum mampu mencapai pelayanan secara Full Cost Recovery oleh karena itu pengakhiran kerja sama diyakini belum dapat dilakukan lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan dalam perjanjian. 2. Selain pencapaian FCR, fokus pengembangan PDAM Tirta Ayumi terletak pada pengembangan SDM dan peningkatan kinerja PDAM untuk mencapai 4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas dan Keterjangkauan) di masyarakat. Oleh karena itu dalam waktu 8 tahun ke depan diharapkan PDAM sudah dapat meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan perekrutan staf teknis dan non teknis yang kompeten dan berintegritas dalam bidangnya masing-masing 3. Pengembangan kapasitas bangunan pengolahan air maupun IPA untuk PDAM Tirta Ayumi mutlak dilakukan untuk meningkatkan pelanggan PDAM. Oleh karena itutarget peningkatan kapasitas total PDAM Tirta Ayumi harus dapat mencapai > 120 lt/dt sebelum KSO berakhir. 4. PDAM Tirta Ayumi diharapkan dapat mengejar pencapaian sambungan pelanggan > 10.000 SR pada masa sebelum tahun 2024 dengan target untuk meningkatkan total pelanggan di Kota Padangsidimpuan yaitu sebesar 30.000 SR (total pelanggan bersama PDAM Tirtanadi) sehingga peningkatan struktur organisasi PDAM dari 1 Direksi menjadi 3 Direksi (Gambar 9.4) dapat tercapai. 5. Setelah proses pembuatan dokumen RISPAM ini selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah Pemko Padangsidimpuan diharapkan untuk dapat segera merealisasikan Target Jangka Pendek pembangunan Infrastruktur Bangunan Pengolahan Air/ IPA baik yang berlokasi di Simasom maupun di Batang Alandi dengan melakukan studi lanjutan yaitu Studi Kelayakan/ SID dan Detail Engineering Desain SPAM Simasom dan SPAM Batang Alandi. 6. Selain Dokumen Studi Kelayakan dan DED, Pemerintah Kota Padangsidimpuan diharapkan dapat menyelesaikan Dokumen Kebijakan dan Strategi Daerah untuk melengkapi Dokumen RISPAM Kota Padangsidimpuan sesuai PP No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Kedua dokumen ini akan sangat diperlukan demi terlaksananya Pembangunan Infrastruktur SPAM Kota Padangsidimpuan.

214 | H a l

LAPORAN AKHIR RISPAM KOTA PADANGSIDIMPUAN

7. Rehabilitasi Jaringan Perpipaan maupun Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Ayumi dan PDAM Tirtanadi tidak termasuk dalam proyeksi investasi namun demikian pelaksanaan rehabilitasi ini dapat dilakukan karena kegiatan ini akan dibebankan kepada Biaya Operasi dan Pemeliharaan PDAM di masa mendatang. 8. Peningkatan Efisiensi Penagihan kepada Pelanggan mutlak diperlukan untuk menunjukkan peningkatan kinerja PDAM. Hal ini dapat menjadi dukungan bagi Pemerintah Pusat untuk memfasilitasi pengembangan SPAM di wilayah Kota Padangsidimpuan 9. Untuk mencapai target-target diatas usaha investasi PDAM Tirta Ayumi akan difokuskan pada pendanaan yang berasal dari APBN, APBD, DAK dengan porsi komposisi pendanaan maksimum yang dapat ditanggung oleh APBD Kota Padangsidimpuan adalah berkisar pada 20 – 30% terhadap total nilai investasi yang dibutuhkan.

215 | H a l