SKRIPSI

MUSLIM TIONGHOA: STUDI ANALISIS TERHADAP PROBLEMATIKA POLITIK PADA MASA ORDE BARU DI (1967-1998)

Skripsi ini Diajukan untuk memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S I)

••• IlllllllIIIIIIIIilIo. UIII

Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh

Rizki Amalia

k!:lsifikasi : - .._.. , JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009 MUSLIM TIONGHOA: STUDI ANALISIS PROBLEMATIKA POLITIK MUSLIM TIONGHOA PADA MASA ORDE BARU (1967-1998)

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk mCl11enuhi persyaratan l11emperoleh Gelar Smjana HUl11aniora (S.Hum)

Oleh: Rizki Amalia NIM: 105022000851

Pembimbing

Prof. Dr. M. Dien Madjid NIP: 19490706 1971091 001

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA DIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi beljudul "MUSLIM TlONGHOA: STUDI ANALISIS TERHADAP

PROBLEMATIKA POLITIK MUSLIM TlONGHOA PADA MASA ORDE

BARU (1967-1998)", telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humanlora UIN SyarifHidayatullah Jakarta pada 26 November 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora

(S.Hum) pada Program Studi Sejarah dan peradaban Islam.

Jakarta, 26 Novermber 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. M. Ma'rufMisbah. MA Usep Abdul Matin. S.Ag.• MA.. MA NIP: 19680807 199803 1 002 Nt!>. 1{fS'[J/~:z:1. 1891031 DD?>

Anggota

Penguji Pembimbing ABSTRAKSI "MUSLIM TIONGHOA: STUDI ANALISIS TERHADAP PROBLEMATIKA POLITIK DAN MUSLIM TIONGHOA PADA MASA ORDE BARU (1976-1998)"

Skripsi ini menganalisis problematika politik muslim Tionghoa pada masa Orde Barn di Jakarta (1967-1998). Skripsi ini menjawab sebuah pertanyaan besar dan beberapa pertanyaan kecil sebagai pelengkap instrument dari pertanyaan besar. Pertanyaan besar: Mengapa muslim Tionghoa pada masa Orde Baru tidak dapat berpartisipasi dalam bidang politik? Apakah benar muslim Tionghoa didiskriminasikan dalam hak berpolitik pada masa Orde Bam? Pertanyaan minor: bagaimana problematika politik muslim Tionghoa pada masa Orde Baru? Faktor­ faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya problematika politik muslim Tionghoa pada masa Orde Baru? Sejauh mana keterlibatan muslim Tionghoa dalam sektor politik pada masa Orde Baru? Langkah-Iangkah apa saja yang diterapkan oleh pemerintah dalam mengatasi problematika politik muslim Tionghoa?

Untuk menjawab pertanyaan besar dan pertanyaan minor, penulis melakukan wawancara dengan pihak dari muslim Tionghoa dan masyarakat pribumi. Wawancara ini merupakan tambahan dari penelitian kepustakaan yang penulis lakukan. Adapun teknis penulisan skripsi ini, termasuk tatacara membuat catatan kaki, penulis menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1

I Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan KOIya I/miah (Skripsi. Tesis, dan Disertasi) KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut penulis lafazkan selain puji syukur kehadirat Allah

S.W.T yang telah memberi berbagai macam nikmat, kesempatan serta kekuatan semngga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad S.A.W berserta keluarga dan para sahabat yang telah membaca perubahan bagi peradaban manusia. Perubahan dari zaman kegelapan menjadi zaman terang benderang dengan adanya cahaya Islam.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat dalamjurusan Sejarah dan Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan segala daya dan upaya penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun sebuah skripsi yang terbaik. Namun, sudah menjadi kelaziman bahwa "tak ada gading yang retak", dan begitulah pada akhimya skripsi ini dihasilkan dengan segala kekurangannya. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sisi idealnya oleh karenanya, penulis berharap akan muneul kritik, saran maupun komentar dari berbagai pihak untuk lebih menyempurkan segala kekurangan dari karya ini.

Terselesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan petunjuk serta motivasi dalam penulisan karya ini. Oleh karena itu sudah pada tempatnyalah penulis mengahnturkan rasa hormat yang setinggi. tingginya. Ueapan terima kasih yang tidak tertingga pada: Kedua orang tua, Adik· adik penulis , Dr. Abdul Chair, M.A selaku dekan Fakultas Adab dan Humaniora,

Prof. Dr. M. Dien Madjid selaku pembimbing, Drs. H. M. Ma'ruf Misbah.M.A selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Usep Abdul Matin S.Ag.,M.A., Hartirnah. M.A selaku dosen pernbirnbing Akadernik, Awalia Rahma, M.A selaku dosen yang rnernberikan rnasukan-rnasukan terkait penulisan skripsi, Drs. Saidun

Derani selaku dosen seminar skripsi, pernirnpin dan staf dari perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, perpustakaan Nasional, perpustakaan Universitas , perpustakaan PITI

(Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), perpustakaan LP3ES (Lernbaga Penelitian dan Survei Indonesia) yang telah rnernbantu penulis dalam pencarian data, Ali karirn Dei SH dan Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok yang bersedia rneluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis, serta ternan-ternan SPI angkatan 2005 yang telah rnernberi rnotivasi dan rnasukan-rnasukan kepada penulis terkait penulisan

skripsi ini.

Jakarta, 1 Desernber 2009

Rizki Amalia DAFTARISI

ABSTRAKSI .

KATA PENGANTAR...... 11

DAFTAR lSI IV

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .. I B. Definisi Operasional . 10 C. Rumusan dan Batasan Masalah .. 10 D. Tujuan dan Manfaat penelitian .. II E. Metode Penelitian .. 12 F. Sistematika Penulisan .. 13

BAB II MUSLIM TIONGHOA DI INDONESIA SELAYANG PANDANG A. Awal kedatangan muslim Tionghoa ke Indonesia ...... 15 I. Muslim Tionghoa: persentuhan Tiongkok dan Indonesia 17 2. Jejak Tionghoa dalam proses Islamisasi di Jawa...... 21 B. Kondisi umum muslim Tionghoa pada masa kolonial Belanda 26

BAB III KOLERASI MUSLIM TIONGHOA DENGAN PEMERINTAH ORDE BARU A. Gambaran masyarakat muslim Tionghoa di masa Orde Baru...... 33 I. Hubungan muslim Tionghoa dengan pemerintah Orde Bam 34 2. Hubungan muslim Tionghoa dengan non muslim Tionghoa 38 B. Kebijakan pemerintah orde bam terhadap muslim

Tionghoa ,Q 1. Politik dan kewarganegaraan 40 2. Bidang dakwah 42 C. Dampak kebijakan pemerintah Orde Barn terhadap muslim Tionghoa 44

BAB IV POSISI MUSLIM TIONGHOA PADA MASA ORDE BARU DI JAKARTA A. Problematika muslim Tionghoa.. 48 1. Status kewarganegaraan 54 2. Bidang Dakwah...... 58 B. Peranan muslim Tionghoa dalam pemerintahan Orde Barn 61 1. Bidang Politik 62 2. Bidang Dakwah...... 64

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ;...... 66 B. Saran 67

DAFTARPUSTAKA...... 68 LAMPIRAN A. Lampiran hasil wawancara B. Lampiran Intruksi Presiden mengenai adat istiadat,agama Tionghoa C. Keputusan Presiden mengenai sector ekonomi Tionghoa D. Piagam asimilasi E. Keputusan Persiden mengenai penambahan nama keluarga Tionghoa F. Keputusan Presiden dalam nation dan character building G. Keputusan Presiden tentang pembentukan Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa H. Intruksi Presiden dalam catatan sipil untuk masyarakat Tionghoa 1. Keputusan Presiden tentang kebijakasanaan pokok yang menyangkut keturunan asing J. Struktur yayasan Haji Karim Oei L. http://www.indonesiamedia.com/2007/02/early/sejarah/hubungang.htm M. www.wikipediationghoa.com N. http://muhkholidas.blogspot.com/2008/07Iperan-katalisator-muslim­ tionghoa.html O. http://www.cityu.edu.hk/searc http://www.cityu.edu.hk/searc

./ BABI PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Permasalahan yang dihadapi etnis Tionghoa khususnya muslim Tionghoa pada masa Orde Bam sangat kompleks dalam hal hak berpolitik. Hal ini dikarenakan kelanjutan masalah yang belum usai di masa Orde Lama yang kemudian memunculkan permasalahan bam di masa Orde Bam. Salah satu permasalahan yang belum usai ialah masalah hak politik dan status

kewarganegaraan untuk etnis Tionghoa. Permasalahan ini juga yang akhirnya menyebabkan presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan politik asimilasi.

Kebijakan tersebut ditujukan untuk mempercepat peleburan etnis Tionghoa dan

pribumi. Namun pada kenyataannya orang-orang keturunan Tionghoa oleh para

anti Tionghoa malah lebih didiskriminasikan. Buktinya setelah tukar nama orang

keturunan Tionghoa masih tetap dianggap "Cina".1

Selain itu pemerintah Orde Bam juga menginginkan masyarakat Tionghoa

termasuk muslim Tionghoa berada di dalam sektor ekonomi. Selain itu

mendukung nation dan character building yang dicanangkan pemerintah Orde

Baru. Problematika muslim Tionghoa sendiri dalam hak politik tidak dapat

dipenuhi oleh pemerintah, yang kemudian menjadi kendala di awal-awal masa

Orde Baru. Kebijakaan ganti nama, larangan-Iarangan huruf Cina, sekolah-

sekolah yang menggunakan bahasa Cina dimaksudkan agar seluruh masyarakat

Tionghoa dapat membaur dengan masyarakat pribumi. Selain itu kebijakan-

kebijakan seperti ini berupaya agar muslim Tionghoa menjadi warga negara 2

Indonesia seutulmya. Kebijakaan tersebut juga berdampak pada bidang dakwah muslim Tionghoa, salah satu organisasi muslim Tionghoa seperti PITI (persatuan muslim Tionghoa Indonesia) berubah menjadi Pembina Iman Tauhid Indonesia.

Struktur dalam organisasi ini akhir tidak 100 % dijalankan oleh muslim Tionghoa tetapi terdapat masyarakat pribumi guna melancarkan kebijakan asirnilasi. 2

Dampak dari proses pembauran serta program asimilasi terjadi dalam susunan organisasi muslim Tionghoa. Hal ini terjadi pada tahun 1972, dimana H.

Karim Oei sebagai pimpinan PITI merniliki insiatif untuk merangkul orang-orang

Tionghoa yang belum muslim dan masih berbahasa Tionghoa. Untuk melengkapi inisiatifnya maka H. Karim Oei berusaha meminta izin kepada pemerintah Orde

Barn supaya AI-Qur'an dan majalah dakwah diterbitkan dalam bahasa Tionghoa.

Akan tetapi permohonanya waktu itu di tolak oleh Departemen Agama dengan alasanpemerintah mau mempercepat proses asimilasi. 3

Permasalahan status kewarganegaraan yang dihadapi muslim Tionghoa sudah terjadi sejak masa kolonial Belanda sampai masa Orde Lama. Dimana pemerintah Tiongkok mengeluarkan undang-undang kewarganegaraan untuk orang Tionghoa dimanapun dia berada atau tinggal tetap menjadi warga negara

4 Tiongkok • Dengan perkataan lain orang Tionghoa di Indonesia memiliki dua kewarganegaraan dan berazaskan "ius sanguinis". Namun di masa kemerdekaan situasi yang dihadapi oleh masyarakat Tionghoa mengenai status kewarganegaraan menjadi rumit. Hal ini disebabkan bangsa Indonesia menganut

2 Onghokham, Anti Cina, Kapitalisme Cina, dan Gerakan Cina, (Jakarta:Komunitas Bambu, 2008), h.8. 3 Leo Suryadinata, Meneari Identi/as Nasional dari 1]oe Bou San sampai Yap Thiam Hien" (Jakarta: LP3ES, 1990), h.18!. 4 T••_ ..... T...... : ... D ...__~~I#~.. l.J__l:_ .1_•• : r:_ D •• _ 1.1_1. __•• : '7"__ .'_ V i'T_1._-L_. 3

azas kewarganegaraan "ius soli" (tanah kelahiran) untuk warga negaranya. Maka di masa orde baru, pemerintah mengunakan solusi seperti stereotip (persamaan) yang kemudian berubah menjadi permasalahan dikemudian hari. Permasalahnya ialah gagalnya proses asimilasi dikarenakan tidak semua masyarakat Tionghoa menginginkan peleburan dengan masyarakat pribumi.' Membicarakan etnis tionghoa berarti membicarakan awal kedatangan mereka ke Indonesia.

Keberadaan orang Tionghoa yang pertama kali di Nusantara sebenamya tidak jelas. Dugaan selama ini hanya berdasarkan hasil temuan benda-benda kuno seperti tembikar Tiongkok di Jawa Barat, Lampung, daerah Batanghari, dan

Kalimantan Barat maupun yang di simpan di berbagai kraton. 6

Para sejarawan menganggap bahwa orang Tionghoa sudah berada di

Nusantara pada zaman purbakala. Ketika ditemukannya peninggalan megalitik di daerah dataran Pasemah, Sumatra Selatan yang menampilkan seorang pria sedang membawa genderang Dongsong. 7 Sehingga disimpulkan berdasarkan kronik dan berbagai cerita dalam Dinasti Han maka pada masa pemerintahan Kaisar Wang

Ming atau Wang Mang (1- 6 SM) bahwa Tiongkok sudah mengenal Nusantara yang di sebut -tse. g

Rata-rata orang Tionghoa yang datang ke Nusantara untuk melakukan

perdagangan. Adapun jarak dan waktu yang panjang membuat orang Tionghoa

akhimya menetap di Nusantara. Pada akhimya menyebabkan terjadinya akulturasi

, Junus Yahya, Peranakan /dealis dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002), h. 64. 6 Benny G. 8etiono, Tionghoa da/am pusaran po/itik, (Jakarta: Trans media,2008), h.73. 7 Genderang dongsong adalah sebuah alat musik yang diproduksi di Dongsong sebuah desa keeil di Propinsi Thanh Toa, Teluk Tonkin sebelah Utara Vietnam pada masa antara tahun 600 8M sampai abad ke 3 M dan dikembangkan pada masa Dinasti Han. g Benny G. 8etiono, Tionghoa da/am pusaran polilik, (Jakarta: Trans media,2008), h.73. 1:1._.. : •• __ ll..4""'0:_1.1_-"'_ C'_:_.. _,. 1_.-1 .:_ 1."_J_... "'__.._1._ ...... _./""_:.1...... 1. I._~_. ,~ 4

budaya yang dibawa oleh orang Tionghoa dengan masyarakat setempat. Tetapi menurut catatan yang ada, orang-orang Tionghoa mulai berdatangan ke Nusantara pada abad ke Sembilan, yaitu pada masa Dinasti Tang!

Keberadaan koloni-koloni Tionghoa di Nusantara membuat seorang pendeta Fa Hian dati Tiongkok pada tahun 399-414 mengunjungi pulau Jawa dalam perjalananya ke India. Perjalanannya di uraikannya dalm buku Fahueki diikuti oleh Sun Yun dan Hwui Ning yang melakukan ziarah dati Tiongkok ke

India. Setelah pendeta Fa Hian berkunjung ke pulau Jawa maka pada tahun 671 pendeta I Tsing yang sempat tinggal di Sriwijaya selama empat belas tahun dan banyak membuat catatan mengenai adat istiadat serta kejadian di Sriwijaya. lO

Dapat dikatakan bahwa awal teIjadinya hubungan baik teIjalin antara

Dinasti Tang dengan kerajaan Sriwijaya yang teriihat dari salah satu prasasti batu tulis yang ditemukan pada tahun 1959 di Guangzhou. Prasasti batu tersebut menerangkan pada masa Dinasti Tang 618-906 terdapat perbaikan kuil besar Tien

Ching di Tiongkok. Bahkan alur hubungan baik antara orang-orang Tionghoa

dengan orang di Nusantara masih beIjalan sampai pada abad ke lima belas. Ketika

kaisar Dinasti Ming (1368-1643) mengirim delegrasi persahabatan kepada raja

Zulkarnaen dari kerajaan Malaka yang disertai seorang putri Cina yang diringi

oleh 500 dayangnya. 11

Di Tiongkok sendiri pada masa Dinasti Ming telah teIjadi proses

Islarnisasi yang di tandai mulai berdatangannya orang-orang Tionghoa dari

Yunnan. Selain itu salah satu tujuannya untuk menyebarkan agama Islam temtama

9 Graaf. H. J. de et ai, Cina muslim di Jawa abad XV dan XVI: antara Historisitas dan 5

di pulau Jawa. Sebenarnya Islam sudah bersentuhan dengan masyarakat Tionghoa pada pada pertengahan abad ke 7 M. Proses tersebut bertepatan pada masa kepimpinan Ustman bin Affab (Khalifah ketiga). Utsman bin Affan mengirimkan utusannya yakni Saad ibn Abu Waqqas ke Cina pada tahun 651 M untuk menghadap kepada kaisar Yong Hui di kota Changan. Tujuannya ialah memberikan teguran kepada kaisar agar tidak turut campur dalam masalah peperangan antara pasukan Islam dan Persia. Pada saat itu Dinasti Tang yang berkuasa atas negeri Cina 618-905 M bahkan peristiwa tersebut juga diperkuat oleh fakta yang berupa naskah annals pada masa Dinasti Tang. 12

Ada dari beberapa sejarawan yang berpendapat masuknya Islam ke Cina pada masa Khalifah Utsman bin Affan antara lain adalah Murata Kong dan Yuan

Zhi. 13 Perkembangan Islam di negeri Cina sendiri di mulai dari Dinasti Tang,

Sung, Yan, Ming dan Ching. Di masa Dinasti Ming Pada tahun 1410-1416

Laksamana Cheng Ho diutus oleh Kaisar Dinasti Ming untuk mengamankan jalur pelayaran niaga di Nanyang. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut banyak digangu oleh bajak laut orang-orang Hokkian pimpinan Lin Tao-Ch'ien. 14

Tetapi menurut Graaf.H,J.de, dikatakan di awal ekspansi Cina tahun 1407

M dengan misi untuk merebut Kukang (palembang) dari para perampok Tionghoa non Islam dari Hokkian. Salah satu dari para perompak Hokkian adalah Cen Tsu

ViIS yang di hukurn pancung (penggal) di Peking. Hukurn penggal yang diberikan

12 Kong Yuan Zhi:Muslim Tionghoa Cheng Ho, (Jakarta:Pustaka Popular Obor,2000), h. 273. 13 Kong Yuan Zhi:Muslim Tionghoa Cheng Ho, (Jakarta:Pustaka Popular Obor,2000),h. 277. Lihat juga Sachiko Murata: Gemerlap Cahaya Sufi dari Cina, (Jakarta:Pustaka sufi,1999),h.19. Lihatjuga Graaf. H. J. de et aI, Cina muslim di Jawa abadXV danXV/: antara Historisitas dan mitos (terjm), (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,1997), h. 1-2. l.t.. ~ ...... ,,,...... • ...... "" r ... ' ...... • ..... 6

kepada Cen Tsu Yi merupakan salah satu peringatan kepada orang-orang

Tionghoa Hokkian di seluruh Nanyang. Di Kukang (palembang) sendiri telah di bentuk komunitas Cina muslim Hanafi l6 pertama di kepulauan Indonesia dan di taboo yang sama di wilayah Kalimatan (sambas). Selain itu ketika ekspansi Cheng

Ho yang di katakan di catatan Ma Huan menyebut secara jelas menggambarkan bahwa pedagang Cina muslim menghuni kota-kota dan Ibukota bandar Majapahit pada abad ke-15. Bahkan Laksamana Cheng Ho juga meninggalkan jejak di

17 yaitu dengan mendirikan sebuah masjid •

Dapat dikatakan ini merupakan cikal bakal dari komunitas etnis Tionghoa

yang tersebar eli seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Bahkan pada abad ke 15

dan permulaan abad ke 20 orang-orang Tionghoa melakukan imigrasi ke wilayah

Asia Tenggara termasuk ke Indonesia secara besar-besaran. Tercatat pada abad ke

19 belas, jumlah penduduk Tionghoa di Indonesia lebih dari 100.000

orangsedangkan penduduk pulau Jawa eliperkirakan lima juta orang. Salah satu

faktor lain mengapa begitu pesatnya imigrasi orang-orang Tionghoa ke Asia

Tenggara selain berita dari Laksamana Cheng Ho dalam ekspansinya ialah akibat jatuhnya Dinasti Ming (1368-1644) dan berdirinya Dinasti Ch'ing (1644-1911)

dan dibukanya kembali perdagangan Tiongkok dengan Asia Tenggara. 18

15Cen Tsu Yi adalah ketua perampok di Kukang (Palembang).Lihat di Graaf.H. J. de et ai, Cina muslim di Jawa abad XV dan XVI: an/ara Hislorisitas dan milos (Ierjm). (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,1997), h. 2-3. 16Yang dimaksud dengan Cina muslim Hanafi adalah orang Cina muslim yang bermazhabkan hanafi yang berasal dari Yunan. Lihatjuga di Graaf. H. J. de et ai, Cina muslim di Jawa abadXV dan XVI: anlara Hislorisilas dan milos (Ierjm)•.(Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya, 1997), h. 3-4. ~7M-=~ 9. Tan.?o0~gan EI~is Tionghoa Di Indonesia (suatu masalah pembinaan kesaluan 7

Awalnya orang-orang Tionghoa yang berimigrasi ke Indonesia adalah laki-Iaki. Hal ini dikarenakan terdapat sebuah peraturan bahwa orang-orang

Tionghoa di larang untuk membawa atau mengirim perempuan keluar dari

Tiongkok. Sehingga banyak para wanita dari Indonesia atau perempuan Tionghoa peranakan dijadikan Istri oleh imigrasi Tionghoa. Kemudian pertengahan abad ke

19 mulai terjadi imigrasi perempuan Tiongkok dengan menumpang kapal api.

Adapun hal ini terjadi disebabkan oleh murahnya tarif kapal api untuk berimigrasi ke Asia Tenggara termasuk ke Indonesia. Rata-rata para imigrasi Tionghoa yang bermukim didekat pantai utara jawa agar mudah dalam melakukan perdagangan oIeh pedagang-pedagang Tiongkok. Oleh sebab itu peranan masyarakat Tionghoa dalam bidang ekonomi sangat mengagumkan. 19

Terdapat tiga ras Tionghoa yang datang ke Indonesia yaitu Hokkian,

Kanto dan Hakka. Pada umumnya agama yang dianut mereka ialah Budha aliran

Theravada di Muangthai tetapi berasimilasi dengan penduduk setempat yang

seluruh beragama Islam maka pada pada akhir abad 18 terjadi gelombang yang

cukup besar mengenai pergantian agama orang Tionghoa ke Islam sehingga

pemerintahan Belanda merasa perlu untuk menunjuk seorang kapten bagi orang

Tionghoa Islam di Batavia'·.

Ketika orang-orang Tionghoa masuk Islam ada ritual yang harus

dijalankan oleh orang Tionghoa. Adapun ritual yang hams dijalankan orang-orang

Tionghoa seperti melakukan penyunatan dan larangan makan daging babi yang

19 Onghokham, Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, ed Wasni Alhaziri,(Jakarta: Komunitas Bambu 2008), h.135. ,. Charles A. Coppel. Tionghoa Indonesia dalam Krisis, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.59. Dikatakan kapten yang mengawasi orang-orang etnis Tionghoa muslim ialah ,.."" ...... ""..... :... '1"': ...... 1...... ,., ...... _"" ...... 1,"" ....."" __ : •• __ 1.. 1_1 . I .. 6 • • 8

sangat di sukai oleh orang Tionghoa. Namun adapula dari orang-orang Tionghoa yang mengatakan bahwa agama Islam bersifat relatif kurang toleran dan eksklusifuya agama Islam. Apabila dibandingkan dengan agama Budha aliran

Theravada di Muangthai. Dengan asalan tersebut banyak orang-orang Tionghoa menganggap agama Islam sebagai agama kelas rendah. Sehingga pada perang dunia II masyarakat Tionghoa berpindah agama menjadi agama Kristen (baik

Katolik maupun Protestan). 21

Dari abad ke 17 sampai abad ke 20 yaitu masa kolonial Belanda maju dengan eksploatasi ekonorni Hindia Belandanya. Pada waktu itu orang-orang

Tionghoa banyak memperoleh peranan untuk hal-hal yang tidak mampu dilaksanakan oleh orang-orang Belanda. Selain itu orang-orang Belanda juga menempatkan orang-orang Tionghoa sebagai golongan Timur Asing (Vreemde

Oosterlingen) setelah golongan pertama golongan Eropa dan orang priburni sebagai golongan ketiga (inlanders). Tiga golongan ini merniliki hak-hak hukum dan hak-hak istimewa yang juga berbeda-beda. Pada umunya orang Belallda menginginkan terputusnya jalur asimilasi yang di bangun oleh orang-orang

Tionghoa dengan pribumi. 22

Selain itu pemerintah Belanda memisahkan perkampungan orang-orang

Tionghoa dan membuat sistem perkampungan (wijkenstelsel) yang mengharuskan orang Tionghoa bermukim di ghetto. Hal seperti ini sebenarnya pemerintah

Belanda menghalang-halangi penyeberangan perbatasan etnis itu. Namun setelah pemisahan perkampungan tersebut terdapat jarak antara etnis Tionghoa dengan

21 Graaf. H. J. de et aI, Cina muslim di Jawa abad XV dan XVI: antara Hislorisilas dan milos (101m), (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya. 1997). h. 16. 22 , __ _ .• -- -- 9

pribumi. Pada awal abad ke 20 dimana di kalangan etnis Tionghoa peranakan muncul dengan sebuah gerakan nasionalis yang membantu perkembangan kesatuan secara hukum di antara orang Tionghoa Indonesia. tentunya dalam hal ini bertolak belakang dengan masyarakat Tionghoa totok yang dari awal sudah mendukung pihak Belanda.23

Selain ketidak harmonisan dengan masyarakat pribumi, di dalam etnis

Tionghoa pun terjadi perpecahan antara Tionghoa totok dengan Tionghoa peranakan. Awalnya etnis Tionghoa peranakan yang tidak mampu berbahasa

Tionghoa dan terlalu eratnya adat istiadat dan kepercayaan serta menginginkan terjadinya perleburan antara etnis Tionghoa ke dalam masyarakat etnis Indonesia.

Lain halnya dengan etnis Tionghoa totok yang beranggapan bahwa mereka dari

bangsa Cina yang sangat mendukung pemerintah Belanda dan pemerintah

Tiongkok. Tetapi ketika terjadi revolusi Indonesia, etnis Tionghoa peranakan yang

awalnya mendukung Indonesia, berbalik menjadi pihak yang netral antara pihak

Belanda dengan pihak Indonesia. Keragu-raguan yang dirasakan oIeh orang

Indonesia mengenai kesetiaan golongan Tionghoa Indonesia terkait rasa simpati

24 etnis Tionghoa kepada pihak Belanda •

Membicarakan mengenai etnis Tionghoa khususnya dalam

permasalahannya dalam bidang poIitik serta kebijakan orde baru yang

diskriminasikan etnis Tionghoa. MeIihat permasalahan yang terjadi pada etnis

Tionghoa terutama dalam hak kewarga negaraan, beragama dan hak berpoIitik

sangat minimnya kontribusi para peneliti sejarah khususnya sejarawan muslim

yang menulis tentang problematika muslim etnis Tionghoa. Berawal dari

23 Onghokham, Anti Cina, Kapilalisme Cina dan Gerakan Cina, ed Wasni Alhaziri, 10

pemikiran di atas, telah rnernbuat penuHs sirnpati dan tertarik untuk rnernilih karya tuHs ilrniah (skripsi) dengan judul "MUSLIM TIONGHOA: STUDI ANALISIS

TERHADAP PROBLEMATIKA POLITIK PADA MASA ORDE BARU DI JAKARTA

(1967-1998)"

B. Definisi Operasional

Untuk rnenghindarkan kekacauan, perIu dijelaskan beberapa istilah yang sering dipergunakan dalarn studi ini. Orang Indonesia (Indonesian) digunakan untuk rnenyebut orang-orang indonesia asH atau priburni. Penggunaan istilah

"orang Indonesia" untuk orang Indonesia asH ini sarna sekali tidak berarti bahwa

WNI keturuan Tionghoa bukan terrnasuk bangsa Indonesia. Pernbatasan istilah

"orang Indonesia" untuk orang Indonesia asH rnerupakan cara terrnudah untuk rnernbedakan kedua kelornpok etnis itu rnerupakan bahasan. Bila dirasa cocok, istilah bahasa Indonesia priburni juga dipergunakan dalarn studi ini untuk rnenunjuk orang Indonesia asH. Kalau yang dirnaksud orang Tionghoa yang berwarganegara Indonesia, dipergunakan istilah WNI keturunan Tionghoa, WNI, atau turunan. Istilah orang Tionghoa, etnis Tionghoa, Tionghoa lokal dan

Tionghoa Indonesia dipergunakan bergantian untuk rnenunjuk orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia, baik yang WNI rnaupun yang asing, sedangkan peranakan dan totok dipakai bagi berbagai kelornpok kebudayaan dalarn

Hngkungan rnasyarakat Tionghoa di Indonesia.

C. Rumusan dan Batasan Masalah

Perrnasalahan pokok yang dibahas dalarn skripsi ini, ialah problernatika 11

seperti krisis kewarga negaraan, hak berpolitik dan problematika dakwah di dalarn kalangan sesarna etnis Tionghoa. Untuk ini penulis melakukan pelacakan atas peristiwa-peristiwa serta penjabaran secara komperensif terhadap permasalahan tersebut, maka akan dipandu melalui pertanyaan besar dan beberapa pertanyaan kecil sebagai pelengkap instrument dari pertanyaan besar. Pertanyaan besar:

Mengapa muslim Tionghoa pada masa Orde Baru tidak dapat berpartisipasi dalarn bidang politik? Apakah benar muslim Tionghoa didiskriminasikan dalarn hak berpolitik pada masa Orde Baru? Pertanyaan minor: Bagaimana problematika politik muslim Tionghoa pada masa Orde Baru? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan teIjadinya problematika politik muslim Tionghoa pada masa Orde

Baru? Sejauh mana keterlibatan muslim Tionghoa dalam sektor politik pada masa

Orde Baru? Langkah-Iangkah apa saja yang diterapkan oleh pemerintah dalarn mengatasi problematika politik muslim Tionghoa?

Dalarn penelitian ini, peneliti ini berupaya untuk merekontruksikan

Problematika muslim Tionghoa di Indonesia pada masa Orde Baru. Karena kompIeksnya situasi yang di hadapi oleh muslim etnis Tionghoa di Indonesia pada masa Orde Baru. Cakupan studi ini di batasi hanya pada suatu wilayah saja yaitu:

Jakarta.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Problematika muslim Tionghoa di Indonesia pada masa Orde Baru sangat menarik untuk di tulis. Karena berhubung tulisan-tulisan yang berkenan dengan objek tersebut amatlah minim, bahkan dengan terbatasnya sumber-sumber yang membahas perihal Problematika Muslim etnis Tionghoa di Indonesia pada masa 12

studi yang lebih luas dan bahkan tidak menyinggung mengenai Islam. Di samping itu, sebagian penelitian yang dilakukan oleh sebagian peneliti, tidak mengkhususkan pengkajiannya terhadap permasalahan yang hadapi oleh muslim

Tionghoa saja tetapi menggambarkan etnis Tionghoa secara umum.

Mengenai sejarah Problematika Muslim Tionghoa di Indonesia pada masa

Orde Barn memiliki arti penting di dalam khazanah pengetahuan mengenai sejarah Indonesia. bertolak dari asumsi di atas dan banyaknya orang-orang yang belum mengetahui mengenai Problematika muslim Tionghoa yang terjadi pada masa Orde Barn, maka kajian ini di harapkan dapat memiliki arti penting untuk mengungkap kembali sejarah Indonesia pada masa Orde Baru khususnya problematika politik yang di hadapi oleh muslim Tionghoa sendiri yang selama

ini selalu di diskriminasikan oIeh masyarakat serta pemerintah.

E. Metode PeneIitian

Tujuan dalam studi ini untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya

merekonstruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh melalui metode

sejarah. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskritif

analisis, yang di dalamnya penulis berusaha mendeskripsikan atau mengambarkan

tentang Problematika muslim Tionghoa pada masa orde baru serta menganalisis

data dan fakta yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi.

Pengumpulan data atau sumber sebagai langkah pertama yang dilakukan penulis.

Metode ini dapat berlangsung, karena dapat ditemukan sumber-sumber yang

tertulis, walaupun terdapat hambatan didalam mengumpulkan data dan informasi

baik primer maupun sekunder. 13

Dalam mengumpulkan data, maka penulis mengunakan tekhnik pengumpulan data yang penulis pilih adalah Library Research (studi kepustakaan) yaitu dengan menelaah buku-buku, jumal, majalah serta artikel mengenai problematika politik muslim etnis Tionghoa selain itu penulis juga menambahkan data lewat wawancara dengan muslim Tionghoa dan pribumi. Teknik penulisan pada skripsi ini merujuk pada buku : Pedoman Penulisan Karya Rmiah (skripsi,

Tesis dan Disertasi) CeQDA DIN Syarif Hidayatullah Jakarta, cet 2 Tahun 2007 dan buku-buku lainnya berhubungan dengan metodelogi penelitian. Konsekwensi asli di dalam metode penelitian sejarah, bahwa sumber tersebut diuji keaslian dan kesahihannya melalui kritik ekstren dan intern. Setelah pengujian dan analisis data dilakukan, maka fakta-fakta yang diperoleh di sintesiskan melalui skplanasi sejarah. Penulisan sebagai tahap akhir dari prosedur penelitian sejarah ini diusahakan dengan selalu memperhatikan aspek kronologis.25 Sedangkan penyajiannya berdasarkan tema-tema penting dari setiap perkembangan objek penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi kedalam lima pokok pembahasan yang mengandung isi sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yakni meliputi: Latar Belakang Masalah, Definisi Operasional, Rumusan dan Batasan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan. BAB II Muslim Tionghoa Selayang Pandang yang meliputi: Awal kedatangan muslim Tionghoa ke Indonesia, Muslim Tionghoa persentuhan

Tiongkok dengan Indonesia, Jejak Tionghoa dalam Islamisasi di Indonesia, 14

Kondisi umum muslim tionghoa pada masa kolonial Belanda. BAB III Kolerasi muslim tionghoa dengan pemerintah orde bam yakni meliputi: Gambaran masyarakat muslim Tionghoa di masa Orde Bam, hubungan muslim Tionghoa dengan pribumi, hubungan muslim Tionghoa dengan non muslim Tionghoa,

Kebijakan pemerintah orde bam terhadap muslim tionghoa, status politik, status

kewarganegaraan dan bidang dakwah, dampak kebijakaan pemerintah Orde Bam

terhadap muslim Tionghoa. BAB IV Posisi muslim tionghoa pada masa orde bam

di Jakarta yakni meliputi: Problematika muslim Tionghoa, hak politik, status

kewarganegaraan dan bidang dakwah, Peranan muslim tionghoa dalam bidang

politik pada masa orde baru, bidang politik, bidang dakwah. BAB V Kesimpulan BAB II MUSLIM TIONGHOA SELAYANG PANDANG

A. Awal kedatangan muslim Tionghoa ke Indonesia

Awal kedatangan etnis muslim Tionghoa ke Indonesia sudah berlangsung sejak dinasti Kaisar Wang Ming atau Wang Mang (1- 6 SM). Oi masa itu

Tiongkok sudah mengenal Nusantara yang di sebut Huang-tse. Terdapat dua periode yang mengatakan kedatangan etnis Tionghoa termasuk muslim ke

Indonesia. Periode pertama berlangsung antara abad ke III M sampai XI M. Pada periode ini pengetahuan tentang Nusantara terbatas, berdasarkan catatan sejarah daerah yang ditemukan oleh bangsa Cina sampai XM pengetahuan orang Cina terbatas pada daerah Bangka, Belitung, Sumatra dan lawai.

Periode kedua terdapat tiga sumber, berlangsung antara abad XII - XIX M saat ini mereka lebih berpengalaman dan sistematik. Sumber pertama terhimpun

dari karya tulis perorangan, dimana orang - orang Cina menjelaskan Nusantara

dengan lukisan - lukisan yang indah atau pun dengan kisah perjalanan orang -

orang Cina kurun waktu tertentu. Sumber kedua adalah pengetahuan yang

berdasarkan cerita dari orang - orang Cina yang pulang ke negerinya. Setelah

mereka melakukan perjalanan ke kawasan Nusantara dan ada juga pengetahuan

dari orang - orang asing yang berkunjung ke Cina selama peri ode 800 - 1400 M

yang ketika itu beberapa pelabuhan di Cina Selatan misalnya Chu 'an Chou,

Chang Chou' dan Kanton yang ramai dikunjungi oleh orang - orang asing (Arab,

Persia dan Eropa). Sumber ketiga adalah pengetahuan yang diperoleh dari misi

I Benny G. Seliono, Tianghaa daiam pusaran paUlik, (Jakarta:Trans media,2008), h. 73. Lihal juga Sejarah Nasional Indonesia jilid III, ed Uka Tjandrasasmila, cet VIII, (Jakarta:Balai Puslaka, 1993), Lihal juga www.indonesiamedia.com/2007/02/early/seiarah/hubungang.hlm 2 C' .... 1.... 1.. ~~ .... __l_L.. L ..- 16

perjalanan kerajaan. Misi semacam ini sering dilakllkan antara lain ketika kaisar

Ming memerintahkan Laksamana Cheng Ho llntuk menangkap perompak Hokkian di Kukang.'

Selain itu perkembangan Islam di negeri Cina sendiri di mulai dari Dinasti

Tang, Sung, Yan, Ming dan Ching yang juga mengembangkan perdagangan di luar negeri Cina. Negara Cina sudah hubungan perdagangan dengan negara - negara

Asia Tenggara termasuk Indonesia di awal abad 7 M. Selain terjalin kontak dagang secara langsung namun terdapat pula terjadinya kontak perdagangan

melalui pernikahan. Sebagai contohnya ialah pemikahan putri Campa yang

memiliki keturunan Tionghoa dengan pembesar kerajaan Majapahit. Di masa

Pemerintahan Sung (960 - 1279 M) telah muncul hubllngan komersial dengan

kepulauan Nusantara. Namun ada pula yang berpendapat bahwa bangsa Cina

sudah terjalin kontak dagang dengan Nusantara pada abad III M dan di Kalimatan

berlangsung sejak abad IX M. 4

Rute perjalanan laut yang ditempuh oleh pedagang dari Cina untuk

menuju ke kepulauan Nusantara sangat slllit. Di masa itu belum terdapat peraturan

perdagangan yang pasti sehingga hubungan perdagangan Cina dengan Nusantara

tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Salah satu faktomya di masa itu

kepulauan Nusantara masih didominasi oleh pedagang dari Persia dan Arab.

Sementara menurut catatan dari Ma Huan, beliau menemllkan perkampungan

Cina di pulau Jawa seperti di daerah Tu-Pan (Tuban), Ts 'e-ts 'un (Gresik), Su-lu-

, Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang (Depok: Komunitas Bambu, 2005), h,40-41. 4 Yang mulia Haji Ma Hong Fu di tempatkan menjadi duta besar TJongkok dinasti Ming di keratin Majapahit. Haji Ma Hong Fu adalah Panglima perang Yunnan dan menantu Hajj Bong Tak keng yang juga menjabat sebagai gubenur di Campa. Lihat pada buku H.J.de Graaf, China muslim 17

ma-i (Surabaya). Haji Ma Huan selanjutnya menjelaskan di daerah Jawa terdapat tiga golongan bangsa: pertama, orang - orang Islam yang berasal dari kerajaan asing yang terletak di sebelah barat yang memiliki tujuan berdagang, pakaian dan makanan mereka nampak bersih. Oiperkirakan bahwa yang dimaksud Haji Ma

Huan ialah orang-orang Arab dan Persia. Kedua, orang - orang Tionghoa dari dinasti Tang yang berasal dari propinsi Kuang-tung, Ch 'uan-chou yang telah melarikan diri dari daerah - daerah mereka. Rata - rata dari mereka sudah memeluk Islam. Ketiga, orang - orang pribumi yang bercirikan rambut kusut dari tidak memakai alas kaki serta masih memuja hantu - hantu'.

Sumber lainnya juga mengatakan bahwa pada masa kunjungan armada dari Oinasti Sung ke Nusantara tahun 1405 - 1430 M di Tuban, Gresik dan

Surabaya telah ditemukan pemukiman orang-orang Cina. Oi Tuban terdapat lebih dari seribu orang Cina dan banyak di antara mereka berasal dari propinsi

Guangdong atau Kwantung dan Fujian atau Fukien. Perkampungan orang-orang

Cina di Jawa pada masa itu cukup berasalan karena aktifitas perdagangan orang- orang Cina serta armada laut di masa itu sedang berkembang dengan pesat aktifitas perdagangan yang mengakibatkan orang-orang Cina menjadi lebih aktif.

Selain itu orang-orang Cina juga menjadi bagian dari jaringan perdagangan lokal di Nanyang. Hubungan perdagangan antara kerajaan Tiongkok dengan bangsa asing pada tahun 1178 memperlihatkan kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini

terlihat dari barang - barang yang berharga dibawa oleh pedagang asing seperti

dari kerajaan Arab, tanah Jawa, negara Palembang di Sumatera.6

, Amen Budiman, Masyarakatlslam Tionghoa di Indonesia, (Semarang: Tanjung Sari, 10'70\ J.. 0 11\ I a..... + :....." ...." ••• •••:l.:__ ...l:_~: t. __ ---~ 18

a. Muslim Tionghoa: persentuhan Tiongkok dengan Indonesia

Sejak awal abad pertarna masehi orang-orang Arab, India, Campa,

Filipina, dan Tionghoa datang ke Nusantara dengan tujuan berdagang yang pada akhimya bersifat intemasional.' Berdasarkan berita Cina bahwa sejak 674 M telah ada koloni - koloni Arab dan Cina bahkan di masa Kolonial Belanda beberapa diantara mereka juga sudah kapiten yang menetap di pantai barat Sumatera.

Jaringan perdagangan intemasional pun telah berkembang yang pada akhirnya menjadikan kerajaan Sriwijaya berkembang sebagai kerajaan maritim terkuat

8 selain kerajaan Majapahit yang agraris - maritim •

Selain Jawa yang menjadi jaringan perdagangan berskala intemasional, di sebelah timur Indonesia juga menjadi jalur pelayaran dan perdagangan. Adapun negara - negara di daerah Malaka melalui Jawa - Banda - Maluku dan melalui pesisir selatan Kalimatan. Pada abad ke 8 M negara Cinajuga menjadi salah satu negara tujuan untuk berdagang orang-orang Arab, Persia dan Gujarat. Sebelum ke negara Cina, biasanya para pedagang singgah ke Nusantara.Akan tetapi di masa itu di negara Cina telah teIjadi pelarangan kapal Arab berlabuh di pantai Cina dikarenakan pada masa itu telah teIjadi pengusiran orang-orang Islam Cina

Kanton oleh pemerintah Huang Chou akibat persekongolan dalam pemberontakan petani pada kaisar Cina.9

Selain peristiwa di atas, di masa itu para pedagang asing yang datang ke

Indonesia selalu menghadap raja untuk mempersembahkan sesuatu. Hal itu

1 Pramoedya Ananta Toer, Hoakiau di Indonesia, (Jakarta: Garba Budaya, 1998), h.112.

8 M.Dien Madjid, "Jaringan perdagangan masa kerajaan Islam Indonesia(suatu kajian sosial ekonomi)"dalam Sudarnolo Abdul Hakim (ed), Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan

Humaniora,0 •• eel I (Jakarta:.... UIN Press, 2003), h. 211. 19

dilakukan agar kepentingan dagangnya tidak dihambat oIeh sang raja dan mendapat jaminan keamanan dari para perompak. Dalam buku Tung Hsi Yang

K'au yang diterbitkan tahun 1618 oIeh Dr. Liem Twan Djie menerangkan tentang

Ha-kang atau Isia-shiang, sebutan Tionghoa bagi Banten. Dikatakan bahwa apabila datang perahu Tionghoa maka datanglah seorang pembesar ke atas perahu itu untuk memberikan izin. Bahkan banyak juga di antara para pedagang

Tiongkok memberikan hadiah untuk memperiancar proses birokrasi. Biasanya hadiah yang

Dalam berita-berita dari Dinasti Sung (960-1279), perdagangan aktif hampir seluruhnya dilakukan oleh para pedagang Tiongkok dengan jung-jungnya.

Kadang-kadang ada juga pedagang dari Nusantara (pribumi) yang melakukan pelayaran antar pulau. Sangat besar kemungkinan, pedagang pribumi tersebut tidak lain adalah para pejabat yang bertindak atas perintah raja-raja. Namun secara periahan keberadaan mereka makin tergeser oleh orang-orang Tiongkok. perdagangan antar pulau di wilayah Nusantara kemudian lebih didominasi orang

Tionghoa. Pada akhimya orang - orang pribumi kemudian banyak melakukan

ll dagang di sekitar bandar .

Aktivitas dagang sebagai pengumpul atau perantara bagi pedagang- pedagang luar pun kemudian banyak didominasi orang Tiongkok. Orang-orang

Tiongkok tahu bahwa mendapatkan barang dagangan secara langsung dari warga

10 Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, (Depok: Komunitas bambu, 200~),~.~?:. ~~! juga Benny G. Setiono, Tionghoa dalam pusaran polilik, (Jakarta: Trans 20

pribumi akan jauh lebih murah. Maka ketika mereka sedang menunggu musim angin yang bisa menghantar kembali ke wilayah Cina, orang-orang Tionghoa tersebut menjadi pengumpu!. Bahkan banyak juga diantara mereka yang pada

akhirnya menikahi warga pribumi sehingga terjadi pembauran yang memuneulkan

golongan tionghoa peranakan. Proses tersebut berjalan seem'a alamiah dan sangat

dimungkinkan mengingat pada masa itu belum ada kesadaran nasionalisme yang

tumbuh. 12

Tergesernya orang pribumi dalam persamgan perdagangan dikarenakan

latar belakang budaya yang sudah disebutkan di atas. Orang pribumi tidaklah

mempunyai tradisi dagang yang kuat sejak awa!. Sementara itu teknologi

perkapalan juga jauh lebih maJu dimiliki oleh orang Tionghoa. Keberadaan

komunitas Tionghoa di utara Jawa tersebut tidak lepas dari dampak tergulingnya

Dinasti Sung dan timbulnya Dinasti Ming (1368-1644). Di masa itu, hubungan

perdagangan antara Tiongkok dengan luar negeri termasuk Nusantara berkembang

pesat. Jalinan hubungan Jawa dengan Tiongkok itu dibenarkan pula oleh kajian

lain, Denis Lombard menyebutkan bahwa dari tahun 1370 sampai akhir abad ke-

IS sejarah Dinasti Ming menyebutkan tidak kurang dari 43 duta kerajaan ke Jawa.

Sebanyak 41 duta kerajaan di antaranya melakukan kunjllngan ke Jawa sepanjang

jangka waktu kira-kira satu abacl clari 1370 sampai 1465, jalinan hubungan itu

terjacli clalam bidang perclagangan. 13

Pada tingkat diplomasi, hllbllngan Tiongkok- Jawa senantiasa eukllp baik

12 Istilah peranakan di abad 18 dan 19 berbeda makna dan artinya, di abad ke 18 istilah peranakan berarti Cina muslim di mana simbol kuneir rambut mercka klah hilang serta berbaur dengan pribumi, sedangkan di abad 19 istilah peranakan berarti orang-orang keturunan Tionghoa yang lahir di Indonesia dan tidak berorientasi lagi ke negara Cina. Lihat pada buku Onghokham, Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, cd Wasni Alhaziri, (Jakarta: Komunitas Bambu 'lnno\ 1.. 1'1.::' 1')£ 21

selama kurun waktu tersebut di atas. Kira-kira lahun 1410 keraton Cina

(Tionghoa) dengan resmi memihak Jawa ketika terjadi kontlik antara Jawa dengan

Malaka yang menuntut kedaulatan atas Palembang. Keraton Tionghoa mengirim

sepucuk surat yang mengandung keputusan untuk I11cmih:tk kepada penguasa

14 Majapahit •

Selain hubungan diplomatik pada tahun 1405-1433 dinasti Ming juga banyak

mengadakan ekspedisi keluar negeri. Salah satu diantaranya pemah singgah ke

Jawa di bawah Cheng Ho yang biasa dikenal juga dengan julukan Sam Po Kong.

Perjalanan Cheng Ho banyak ditulis oleh Ma Huan yang ikul dalam perjalanan itu.

Pada tahun 1413, beliau menulis laporan yang di anlaranya menyebutkan

bahwa di Tuban telah terdapat b:lI1yak orang Tionghoa (I3ri Fukien dan Kanton.

Tse-tsun atau Gresik dibangun dan dirombak menjadi pUS:ll perdagangan yang

subur oleh orang Tionghoa. Daerah-daerah inilah yang kcmlldian menjadi sasaran

kedatangan penduduk Tionghoa. Pada masa-masa setelah i~ !I. mereka kemudian

tidak hanya menjadi pedagang telapi juga l1lulai bercocok tallam. Pada era inilah,

besar kemungkinan sebagian orang Tionghoa sudah ada y:lllg mendiami daerah

Banten, Sunda Calapa, dan Tangeran. 15

b. Jejak Tionghoa daIam Isl:lmisasi d i Indoneshl

Pada awalnya Islam sudah datang kc Indonesia p:ld" abad ke 7 dan ke 8.

Dimungkinkan orang - orang Isl:un dari Arab, Persia. da:: India sudah banyak

berhubungan dengan orang - or:lI1g di Asi:) Tenggara. Kc' wjuan perhubungan

14 Ign Taat Ujianto, "Etnis Pribwlii dan Tioli:'iJoa Dalam 1\1:,-:.",:"at Awal di Nusantara," artikel diakses pada 25 Mei 2008 dar, http://wW\\)'.!:,!, 's,iamedia.com/2007/02/ early/sejarah/hubungang.htm. " Benny G. Setiono, Tionghoa dulam pusaralJ politik, (Jaknr1a: " ,'ans Media, 2008), h.32- ...... y .,. _. • 22

pelayaran pada abad - abad tersebut sangat mungkin sebagai akibat persaingan di antara kerajaan - kerajaan besar ketika itu. Seperti kerajaan Bani Ummaiyyah di

Asia Barat, kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara dan kekuasaan China di bawah dinasti Tang di Asia Timur."

Selain teori India, Arab dan Persia, ternyata terdapat pula teori dari Cina yang juga membantu dalam penyebaran Islam di Nusantara. Peranan orang - orang Cina terhadap proses Islamisasi di Indonesia sama halnya dengan peranan orang - orang Arab, Gujarat dan Persia. Dikatakan pula, banyak terjadi alkuturasi kebudayaan Cina dalam kebudayaan Islam di Indonesia. Salah satu contohnya ialah masjid Angke yang ada di kebon jeruk yang mengunakan arsitektur

Tionghoa dari pintu masuk, mimbar dan ujung - ujung atapnya yang menyerupai atap dari pagoda - pagoda yang ada di Tiongkok. Selain pintu masuk, mimbar dan ujung -ujung atap yang juga menyerupai arsitektur Tiongkok ialah bedug - bedug masjid di tanah Jawa terutama di daerah pesisir utara tanah Jawa yang menyerupai

bedug-bedug yang tergantung di serambi klenteng. 17

Menurut H.J.de Graaf yang menyunting beberapa literature jawa klasik

memperlihatkan peranan orang - orang Cina dalam pengembangan Islam di

Indonesia, H.J.de Graaf juga mengatakan bahwa tokoh - tokoh besar seperti

Sunan Arnpel yang dikatakan bernama (Raden Rahrnat/Bong Swi Hoo) dan Raja

demak (Raden Fatah/Jin Bun) merupakan orang - orang keturunan Cina. 18

Hal ini dipertegas oleh tulisan dari Haji Ma Huan yang menuturkan bahwa

"Uka Tjandrasasmita, Perlumbuhan dan Perkembangan Kala-kala Muslim di Indonesia: dari abad X111 sampai XV111 masehi, (Kudus: Menara Kudus, 2000), h. 17. 17 Amin Budiman, Masyarakal Islam Tionghoa di Indonesia, (Semarang : Tanjung Sari 1979), h.,0 38. 23

orang - orang Tionghoa muslim yang datang ke Indonesia kemungkinan besar mereka sudah muslim. Dikarenakan agama Islam ialah agama yang secara resmi dinyatakan pertama kali datang ke Tiongkok pada masa pemerintahan Yong Hui dari dinasti Tang (649-651). Selain itu setelah kedatangan keempat orang duta negeri Arab di Canton pada masa pemerintahan kaisar Tai Tsung. Kiangsia,

Fukien dan Chekiang merupakan daerah - daerah di negara Tiongkok yang menyiarkan Islam yang awalnya menjadi tujuan para mubaligh Arab dan Persia, keberhasilan menyebarkan Islam ke tiga wilayah tersebut maka para mubaligh ini mencoba ke wilayah lain seperti propinsi Anhwei, Hupeh dan Honan. 19

Dengan demikian ada kemungkinan terdapat orang - orang Islam Tionghoa yang ada di Jawa memeluk Islam adalah hasil dari para leluhur mereka yang secara turon menurun telah memeluk agama Islam semenjak mereka masih di negera Tiongkok. Dalam hal ini ditegaskan bahwa [aktor agama cukup memberi kontribusi penting dalam proses pembauran antara masyarakat priburni dengan masyarakat muslim Tionghoa di masa awal sebelum kedatangan kolonial Belanda.

Dalam kasus Tionghoa di Jawa ini contohnya [aktor agama dimaksud adalah

Islam. Hal ini tersimpul dari uraian di atas orang-orang Tionghoa yang datang ke

Nusantara sudah beragama Islam sehingga dapat dengan mudah membaur dengan masyarakat pn·burnl.·20

Menurut Ong Tae - hae seorang pelancong Cina di jawa menulis kepada kompatriotnya pada abad 18:

"Bila orang-orang Cina telah berada di rantau untuk beberapa generasi tanpa kembali pulang ke tanah leluhurnya, mereka sering lupa ajaran-ajaran

19 H.J.de Graaf, China muslim di Jawa abadXV dan XVI: antara Historisitas dan mitos,(terj) Alfajri, (Yogyakarta: Tiara Wacana yogya, 1998),Hal 45 20 • , __ ...... • ' • . 24

kebijaksanaan kita (Cina); dalam bahasa, makanan, dan berpakaian, mereka meniru cara-cara penduduk pribumi; dan dalam mengkaji buku-buku asing, mereka tidak segan-segan menjadi orang Jawa dan menyebutkan diri mereka muslim ... ,,21

Untuk memperkuat tulisan Ong Tae-hae, Leo Suryadinata juga mengatakan bahwa dalam sejarah - sebelum datangnya orang-orang Belanda, ada kejadian dimana orang-orang Tionghoa masuk Islam, kecenderungan ini terputus ketika orang-orang Belanda menjajah kepulauan ini. Hal ini disebabkan oleh kebijakan kolonial Belanda yang berdasarkan ras dan karena direndahkannya agama Islam.

Selain itu dalam masyarakat kolonial agama Islam dikaitkan dengan suatu kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah dan karenanya tidak menarik banyak orang-orang TlOng· hoa. 22

Tempat tinggal mereka rata-rata disekitar pelabuhan hal ini memudahkan mereka untuk berdagang atau sebagai pengumpul, daerah seperti Tuban, Gresik dan Surabaya merupakan daerah-daerah yang banyak didiami oleh masyarakat muslim Tionghoa. Di samping itu, ditemukan pula masyarakat Tionghoa Islam pada masa lalu yang menetap di Demak, Cirebon, Lasem, Banten dan Semarang. 23

Kedatangan orang - orang muslim dari India, Arab, Persia dan Cina mengikuti jalan pelayaran dan perdagangan dapat dilihat sebagai komponen dari pola penting dalam penyebaran Islam di Indonesia. Selain itu terdapat unsur - unsur perdagangan yang secara kronologis dan geografis yang melengkapi proses tersebut. Tempat - tempat yang dituju oleh para pedagang ini kebanyakan di daerah - daerah pesisir atau kota - kota pelabuhan dikarenakan pelabuhan selain

21 Onghokham, Anti Cina, Kapilalisme Cina dan Gerakan Cina, ed Wasni Alhaziri, (Jakarta: Komunitas Bambu 2008), h. 135. 22 Leo Suryadinata, Meneari identilas nasional dari Tjoe Sou San sampai Yap Thiam Hien eet 1(Jakarta: LP3ES, 1990), h. 175. 23 A _:_ n .. ..l~ __ ~ I ~_ • 25

tempat berkumpul untuk berdagang tetapi pelabuhan juga berperan sebagai pintu

gerbang dan penghubung antara dunia seberang laut dengan daerah pedalaman.24

Peranan dan fungsi pelabuhan dapat berubah karena tuntunan zaman,

sebagai contoh kerajaan atau kesultanan yang tergolong City-State yang erat

kaitannya dengan faktor kegiatan perdagangan regional dan internasional

memerlukan bandar-bandar tempat ekspor dan impor komoditi yang di butuhkan

oleh masyarakat dan kesultanan yang bersangkutan. Sebagai contoh dari City-

State ialah kota -kota yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Palembang,

Gresik, Demak, Tuban dan Banten. 25

Salah satu akibat banyaknya dari para pedagang Arab dan Cina tinggal,

baik untuk sementara waktu maupun menetap, maka pada akhirnya terbentuklah

sebuah koloni - koloni, seperti koloni Cina dan koloni Arab. Koloni - koloni ini

akhirnya menjadi perkampungan seperti pecinan (kampung Cina) dan pakojan

(kampung orang - orang India yang kemudian diambil alih oleh orang - orang

Arab). Selain itu, orang -orang Cina juga ada menetap di Jawa mereka memiliki

peran yang cukup signifikan dalam bidang perniagaan, pelayaran/navigasi sebagai

contoh daerah Demak yang waktu itu memegang hegemoni teritorial Jawa sudah

dikuasai orang - orang Cina.26

24 M.Dien Madjid, "Jaringan perdagangan masa kerajaan Islam Indanesia(suatu kajian sasial ekanami)" Islam dan Konstruksi Jlmu Peradaban dan Humaniora, ed Sudamata Abdul Hakim, cet I (Jakarta: UIN Press, 2003),.h. 225. 25 M.Dien Madjid, "Jaringan perdagangan masa kerajaan Islam Indanesia(suatu kajian sasial ekonami)" Islam dan Konstruksi Jlmll Peradaban dan Humaniora, ed Sudamato Abdul Hakim, cet I (Jakarta: UIN Press, 2003), h. 222. 26 Deliar noer, Gerakan Moderen Islam dl Indonesia (Jakarta: LP3ES cet 8, 1996), h.8. 26

B. Kondisi umum muslim Tionghoa pada masa Kolonial Belanda

Imigrasi pertama yang di lakukan orang Tionghoa ke Indonesia pada abad ketujuh belas terutama orang - orang Hokkian27 sebagai pelarian menghindari bangsa Manchu. Di masa itu rata - rata orang Tionghoa menetap di sepanjang pesisir utara Sumatra (Palembang) sampai beberapa keturunan tanpa pemah kembali ke negeri asalnya. Mereka membaurkan diri dalam soal bahasa, makanan, pakaian maupun agama dan biasa disebut golongan "peranakan,,28. Banyak diantara mereka yang pada akhimya masuk Islam dan menolak memakan daging babi dan mengunakan adat istiadat penduduk asli. Menurut Victor Purcell imigrasi bangsa Cina ke Indonesia mendapat tiga tahap: masa kerajaan, penjajahan Eropa dan masa kolonial Belanda. Tahap pertama imigrasi masyarakat Cina di masa kerajaan semata-mata didorong oleh hubungan perdagangan, selain itu mereka datang ke wilayah-wilayah kerajaan sesuai musim angin yang merupakan sarana utama pelayaran di masa itu. Jumlah mereka sedikit dan jangka waktu yang tidak terlalu lama. 29

Tahap kedua terjadi setelah bangsa Eropa muncul di wilayah Asia

Tenggara pada abad ke 16 walaupun motivasinya masih sarna yaitu perdagangan tetapi jumlah meningkat sesuai dengan pesatnya perdagangan di masa itu dan imigrasi orang-orang Cina didominasi oleh para laki-Iaki. Terlebih kedatangan

27 Kini orang-orang Tionghoa yang ada di pulau Jawa 99,9% adalah keturunan Hokkian, lihat pada buku H.J.de Graaf, China muslim di Jawa abad XV dan XVI: an/ara His/orisi/as dan mi/os,(/e1! Alfajri (Yogyakarta: Tiara Waeana yogya, 1998), h. 45. 8 Istilah peranakan di abad 18 dan 19 berbeda makna dan artinya, di abad ke 18 istilah peranakan berarti Cina muslim di mana simbol kuneir rambut mereka telah hilang serta berbaur dengan pribumi, sedangkan di abad 19 istilah peranakan berarti orang-orang keturunan Tionghoa yang lahir di Indonesia dan tidak berorientasi lagi ke negara Cina. Lihat pada buku Onghokham, Anti Cina, Kapi/alisme Cina dan Gerakan Cina, ed Wasni AIhaziri, (Jakarta: Komunitas Bambu 2008), h. I35-136. 29. 27

orang-orang Eropa seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda membuat wilayah Asia Tenggara semakin ramai. Tahap ketiga terjadi pada masa kolonial

Belanda di mana pada saat itu Indonesia di bawah pemerintah Belanda, di masa

itu ditemukan banyak pemukiman Cina di beberapa seperti daerah Kalimantan

Barat, pantai timur Sumatera dan sepanjang pesisir utara pulau Jawa. 30

Imigrasi orang-orang Cina di masa itu jurnlahnya sangat besar dan

motivasi mereka berubah bukan lagi didorong oleh perdagangan tetapi juga

kebutuhan ekonomi secara umum. Pada periode ini orang-orang Cina yang datang

tidak lagi terbatas laki laki tetapi juga wanita Cina. meningkatnya imigran Cina

menyebabkan proses asimilasi yang pada awalnya teIjadi berjalan cukup lancar

menjadi terhanlbat dan membuka kesempatan mereka untuk membentuk

komunitas sendiri yang relatif terpisah dari masyarakat pribumi. Kecenderungan

ini terus beIjalan menjadi semakin intensifoleh kebijakan politik yang rasialis. 31

Namun pada tahun 1970 pemerintah Belanda kemudian menerapkan

langkah-Iangkah yang sangat keras terhadap imigran orang-orang Tionghoa.

diantaranya adalah membatasi gelombang imigrasi dan memberikan pegawasan

ketat terhadap kegiatan dagang orang-orang Tionghoa. Bagi pendatang baru yang

hendak tinggal di Jakarta diharuskan memiliki izin khusus dari pihak pemerintah

Belanda. Meningkatnya jumlah imigran Cina di cegah oleh pemerintah Belanda

ini salah faktor dari sikap penguasa Manchu di dataran Cina. Gambaran orang-

orang Tionghoa yang datang ke Jakarta di masa itu dari tahun 1619 hanya jumlah

400 jiwa namun pada tahun 1629 naik sebanyak 2.000 jiwa. Pada tahun 1725naik

sebanyak 10.000 jiwa. Meskipun di masa itu pemerintah Belanda telah membuat

3D Tarmizi Taher, Masyarakal Cina (kelahanan nasional dan inlegrasi bangsa di Indonesia) 11_1 __ ...... _. nnTlo.f 1nn'"1" 1...... PERPUSTAKAA~~~~~A 128 UIN SYAHID JAKARTA ; yaiturdengan l1anya memperbolehkan satu peraturan keimigrasian yang ketat perahujung membawa tidak lebih dari 100 orang, 32

Akibat dari meningkatnya jumlah imigran Cina pada tahun 1970 terjadi sebuah pembantaian masal orang-orang Cina oleh pemerintah Belanda. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk di masa itu terjadi pertikaian antara pemerintah colonial dengan penduduk dengan jumlah penduduk Cina yang disebabkan oleh pembagian gaji yang dinilai tidak adil. Oleh sebab itu orang- orang Tionghoa berbondong-bondong memeluk Islam sebagai akibat dari peristiwa pembantaian 1740. 33

Selain itu uutuk menghindari pajak kepala yang khusus dikenakan orang - orang Tionghoa. Karenajumlah mereka semakin banyak dan menganggap muslim

Tionghoa sebagai Cina muslim asing maka pemerintah Belanda memisahkan mereka dari masyarakat Tionghoa yang bukan muslim. Pada tahun 1830 pemerintah Belanda membentuk kapitan untuk Cina muslim dan menyerahkan pengurusan dan pengawasan mereka kepada kapten Tionghoa yang diangkat dari kalangan mereka sendiri. Salah satu kapitan Cina muslim yang cukup terkenal bernama Muhammad Jafar.34

Di masa-masa awal kedatangan orang-orang Cina uutuk berasimilasi kedalam masyarakat pribumi bermacam-macam alasan orang-orang Tionghoa uutuk memeluk Islam. Seperti masyarakat Tionghoa yang totok memeluk Islam di masa awal uutuk memudahkan membaur dengan masyarakat pribumi tetapi terdapat pula masyarakat peranakan yang memeluk Islam akibat banyaknya

32 Tannizi Taher,Masyarakal Cina (ketahanan nasional dan inlegrasi bangsa di Indonesia) (Jakarta: PPIM, 1997), h. 54. 33 Onghokham, Anli Cina, Kapilalisme Cina dan Gerakan Cina, ed Wasni Alhaziri IJ_1._..... _. 'f ~~ __ n_... L._ """,nn" ,. '"'" 29

perkawinan campuran antara orang tionghoa dengan wanita pribumi memunculkan kelompok penduduk peranakan (tionghoa muslim). Orang - orang tionghoa muslim ini juga memotong rambut dan mengganti nama mereka dengan nama muslim atau melayu.35 Di dalam buku Anthony Reid juga mengatakan bahwa sebagian besar orang Melayu dan Jawa adalah orang - orang keturunan

Cina atau disebut juga sebagai tionghoa peranakan, hal ini disebabkan rata - rata dari tionghoa peranakan beragama Islam yang pada akhir abad 19 menyatu dengan masyarakat prJ'burn!.·36

Selama periode tersebut suatu pengindentifikasi dengan kultur Jawa -

Islam telah menjadi suatu norma dikalangan orang - orang Tionghoa di Jawa.

Salah satu contohnya ialah pengangkatan seorang kapiten peranakan Tionghoa secara khusus untuk mengurus dan melayani kepentingan masyarakat Tionghoa.

Hakikatnya telah memberi pengakuan resmi atas proses yang tengah berlangsung tersebut.

Dalam dokumen-dokumen VOC orang - orang tionghoa muslim disebut

"geschoren Cinezeen" artinya "orang - orang Tionghoa cukuran". Sebagai contoh di Banten masyarakat tionghoa muslim yang mempunyai model rambut kucir membaur dengan masyarakat pribumi sehingga orang - orang Belanda menamai mereka orang - orang tionghoa yang "getornden cinezeen ", artinya "orang

Tionghoa yang telah berubah ".37

Selain memiliki tempat tinggal yang terpisah ciri berpakaian hingga gaya rambut masyarakat tionghoa juga diatur oleh pemerintah Belanda. Hal ini

35 Lance Castles, Profil etnik Indonesio, (Jakarta: Masupjakarta: 2007), h. xx-xxi. 36 Lance Castles, Profil elnik Indonesio, (Jakarta: Masupjakarta: 2007), h. 181. 37 ()nohovhlltTl AMti r;"'r> y ...... ;~,..I:n~~ r:.~_ -1 ""_.. ~'-- 30

dilakukan untuk membedakan masyarakat tionghoa muslim dengan masyarakat pribumi. Dalam kebijakan ini pemerintah Belanda juga menerapkan sangsi pada masyarakat tionghoa muslim yang melanggar kebijakaan tersebut. Politik pemerintah kolonial memperbesar perbedaan antara masyarakat muslim Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Terhambatnya asimilasi antara kedua bangsa ini dan menyebabkan eksklusifisme tampak dalam hal-hal seperti terdapatnya penggolongan masyarakat, pendirian sekolah khusus masyarakat Cina dan

38 Eropa •

Walaupun pemisahan tempat tinggal membuat terasingnya masyarakat muslim Tionghoa dengan masyarakat Tionghoa non muslim, tetapi pemerintah

Belanda dengan adil memberikan hak monopoli atas perdagangan kepada masyakarat Tionghoa tanpa memandang agama. Keberadaan orang - orang

Tionghoa di Indonesia sering kali dinilai sebagai unsur yang melengkapi penjajahan Belanda di Indonesia. Sejalan dengan itu maka sejumlah orang

Tionghoa ditunjuk sebagai Mayor, Kapfein, Liufenanfs der Chinezen.39

Keberhasilan orang - orang Tionghoa membuat jaringan komersial sampai ke pelosok daerah, agaknya cukup mengkhawatirkan Belanda sehingga untuk membatasi ruang geraknya. Pada tahun 1863 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk orang-orang Tionghoa untuk izin petjalanan yang bernama passensfelsel. Apabila orang - orang Tionghoa akan berpergian selama

38 Lie Tek Tjeng, "masalah Tionghoa" dalam rangka stabilisasi politik (1966) ," dalam Leo Suryadinata (ed) Pernlklran pol/Ilk elnls Tlonghoa Indonesia 1900·2002 eel I, (Jakarta: LP3ES. ------31

beberapa hari, ia hams meminta Izm lebih dahulu dan bagi yang melanggar kententuan ini akan di denda sebesar/25.40

Pada tahun 1900 pemerintahan kolonial Belanda kembali mengeluarkan peraturan yang mewajibkan orang - orang Tionghoa bermukim di daerah tertentu di suatu kota (wijkenstelsel). Sistem distrik untuk orang - orang Tionghoa ini juga bertujuan untuk mempermudah pengawasan terhadap mereka. Sebelum tahun

1900 sistem ini hanya berlaku di sekitar 3000 desa di Jawa, namun sejak awal abad XX M di perluas ke seluruh wilayah Hindia Belanda. Perlanggaran atas ketentuan ini dianggap tindakan kriminal, demikian pula pelanggaran atas ketentuan surat izin perjalanan. 41

Keberhasilan pemerintah Belanda dalam kebijakaan tempat tinggal dan izin untuk perjalanan bagi masyarakat Tionghoa tidak disertai dalam kebijakaan pendidikan. Di masa itu, apabila masyarakat Tionghoa ingin menyekolahan anak

- anak mereka di sekolah yang dikelolah oleh pemerintah Belanda tidak sanggup untuk membayar uang sekolah yang cukup tinggi antara/ 10 - /15 setiap bulan.

Padahal sekolah tersebut milik pemerintah dan para muridnya dibebaskan dari uang sekolah. Sekolah - sekolah Cina yang terdapat di Hindia Belanda 439 buah;

257 diantaranya di pulau Jawa termasuk 28 sekolah yang berlokasi di Jakarta. 42

Berawal dari mahalnya biaya sekolah pemerintah Belanda, maka pada

tanggal 17 Maret 1900 di Jakarta, masyarakat Tionghoa yang juga pada masa itu

mulai berorientasi ke negeri Cina membentuk sebuah organisasi Tiang Haa Hwee

40 Leo suryadinata, PaUlik Tianghaa peranakan di Jawa (Jakarta: Pustaka sinar harapan, 1994), h. 21. 41 Onghokham, Anti Cina, Kapita/isme Cina dan Gerakan Cina, ed Wasni Alhaziri (Jakarta: Komunitas Bambu 2008), h. viii. 42...... " , , .~ .. 32

Koan atau Zhong Hua Hui Guan yang artinya perkumpulan orang Cina di perantauan. Organisasi ini lebih dikenal dengan sebutan THHK" mula - mula organisasi ini bersifat "keagamaan" di kalangan orang Cina peranakan di Hindia

Belanda. Sementara itu dalam upaya mewujudkan modemisasi setahun setelah

THHK berdiri organisasi ini mulai mengusahakan kegiatan pendidikan, hal ini dikarenakan mengingat rendahnya mutu berbagai "sekolah Cina" waktu itu.

Sekolah -sekolah yang dikelolah THHK awalnya juga menggunakan bahasa

Hokkian atau bahasa daerah lainnya, para guru dan pengawas pendidikan ini pun langsung didatangkan dari Cina. 44

Peningkatan yang signifikan terjadi pada sekolah THHK terbukti pada tahun 1908 terdapat 95 sekolah dengan jumlah murid tercatat sekitar 5.500 orang.

Tetapi perkembangan pesat sekolah tersebut menimbulkan kekhawatiran pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Belanda merasa perlu mendirikan HCS

(Holland Chineese Scholen) dengan tujuan untuk mengontrol jumlah penduduk

Cina di Indonesia khususnya di Jawa dan menimbulkan sifat eksklusivisme pada

diri anak-anak Tionghoa. HCS (Holland Chineese Scholen) didirikan untuk

mengalihkan kekhawatiran bahwa orientasi golongan Cina akan berubah dari Ratu

Wilhelmina ke kekuatan-kekuatan asing lain.45

" THHK ialah singkatan dari Tiong Hoa Hwee Koan atau Zhong Hua Hui Guan yang artinya perkumpulan orang Cina di perantauan. 44 Leo suryadinata, Politik Tionghoa Peranakan di Jawa,( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 23. 45 • BAB III KORELASI MUSLIM TIONGHOA DENGAN PEMERINTAH ORDE BARD

A. Gambaran umum masyarakat muslim Tionghoa di masa Orde Barn

Dinamika sosial muslim Tionghoa di Jakarta pada masa Orde Baru dapat dilihat dari 2 sektor penting yaitu sosial dan politik sehingga dapat disimpulkan kehidupan masyarakat Tionghoa di masa itu. Sektor sosial, masyarakat muslim

Tionghoa di masa Orde Baru pada umum mengalami pasang surut. Hal ini dikarenakan di masa itu pemerintah Orde Barn sedang mencanangkan kebijakaan pembauran yang ditujukan untuk menghilangkan prasangka etnis Tionghoa. Hal ini tentunya disambut oleh sebagian masyarakat etnis Tionghoa yang menginginkan status kewarganegaraan yang jelas dan tidak lagi menjadi korban dari diskriminasi ras. Namun pada kenyataannya masyarakat muslim Tionghoa mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu, permasalahan ini membuat beberapa pengamat sosial dan politik menganjurkan pemerintah memberikan perlindungan khusus untuk masyarakat muslim TionghoaI.

Oleh karena perlindungan khusus yang diajukan oleh para pengamat sosial dan politik ini membuat citra masyarakat muslim tionghoa di Jakarta mendapatkan citra negatif. Hal ini tentunya bertolak belakang dari kebijakaan asimilasi yang disepakati oleh pemerintah dengan masyarakat muslim Tionghoa.

Di dalam piagam asimilasi pada tahun 1961 masyarakat Tionghoa baik muslim maupun non muslim telah menyetujui peranakanisasi dan Indonesianisasi.

Berdasarkan kebijakan asimilasi yang diambil oleh presiden Soeharto dengan kata 35

terlihat dalam peristiwa-peristiwa rasilaisme akibat permasalahan keci!. Hubungan yang tidak antara kedua masyarakat ini juga didukung dari campur tangan pemerintah yang menganak emaskan salah satu golongan masyarakat ini terutama dalam sektor ekonomi, dalam sektor ekonomi inilah inti dari persoalan ketidak serasian hubungan muslim Tionghoa dengan masyarakat pribumi yang menggejala dalam ketimpangan-ketimpangan di bidang lain terutama dibidang politik.4

Terdapat juga beberapa peristiwa yang menunjukan hasil ketimpangan dari kedua golongan masyarakat ini seperti kerusuhan di Kudus antara santri borjuis dengan masyarakat Tionghoa serta peristiwa G30S-PKI dan pencekalan

BAPERKI (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) yang pada akhimya menimbulkan suatu kecurigaan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat muslim Tionghoa, kecurigaan ini dimulai dari mempertanyakan status kewarganegaraan mereka dan berlanjut kepada hak politik mereka. Selain status warganegara, masyarakat pribumi juga iri hati melihat keberhasilan masyarakat

Tionghoa termasuk muslim dalam usaha ekonomi serta dari penilaian masyarakat pribumi melihat sikap, tindakan, dan kedudukan masyarakat muslim Tionghoa kurang solidaritas kepada negara Indonesia. 5

Hubungan pribumi dengan orang Tionghoa yang tidak harmonis juga

dimulai dari pemulangan orang-orang Tionghoa daIam jumlah besar yang

kemudian disusul oleh bentrokan yang terjadi di berbagai tempat, pada tahun 1967

sebanyak 300-400 orang-orang Tionghoa menjadi korban dari permasalahan

4 Hasil wawancara dengan Ali Karim Oel SH, Jakarta, Jum'at 02 Oktober 2009. 'Harty Tjan Silalahi, "Upaya Marathon Pembinaan Kesatuan Bangsa (I984)"dalam Leo 36

dengan suku Dayak di Kalimatan. Di masa Orde Baru POSlSl orang-orang

Tionghoa semakin rentan, bahkan konflik antara pribumi-Tionghoa terus berlangsung seperti peristiwa Malari pada 1974 telah menjadikan pihak Cina sebagai sasaran pengrusakan. Sementara pada tahun 1900-an kejadian yang sarna juga muncul pada beberapa tempat seperti Medan, Situbondo, Tasikmalaya, dan

Rengasdengklok. Selain itu diskriminasi yang di alarni oleh etnis Tionghoa terus berlangsung pada Orde Baru seperti peristiwa rasialis 10 Mei 1963 di Bandung, 5

Agustus 1973 di Jakarta, Malari 1974 di Jakarta dan Kerusuhan Mei 1998. 6

Pennasalahan yang terjadi didalarn hubungan antara masyarakat muslim

Tionghoa dengan masyarakat pribumi membuat Panitia Nasional Perumus

Kebijaksanaan Penyelesaian Masalah Cina (1967) secara luas merumuskan

"pertarna-tarna disadari bahwa latar belakang sejarah dan proses perkembangan politik, ekonomi, sosial-budaya dari kedua golongan masyarakat masyarakat

Tionghoa tennasuk muslim Tionghoa dengan masyarakat pribumi itu telah membuat masyarakat Indonesia curiga tehadap penduduk Tionghoa pada umumnya". Tetapi yang merasakan perasaan yang tidak menyenangkan seperti yang dialarni oleh masyarakat pribumi juga dihadapi oleh masyarakat muslim

Tionghoa, seperti tidak mendapatkan pengakuan dan perlakuan nyata sebagaimana layaknya yang diterima mereka sebagai warganegara Republik

Indonesia. Masyarakat muslim Tionghoa merasa merka masih didiskriminasikan

6 Tarmizi taher, Masyarakat Cina (Ketahanan Nasiona/ dan Integrasi Bangsa di Indonesia) (Jakarta:PPIM 1999), h. 77. Lihat juga wwww.muhkholidas.blogspot.com/2008/07/peran- 37

meskipun mereka sudah mengubah status kewarganegaraan dan berpindah keyakinan. 7

Dampak dari ketidak seraSlan antara kedua golongan masyarakat ini

(muslim Tinghoa dengan pribumi) memberikan citra negatif terhadap golongan masyarakat muslim Tionghoa dimata masyarakat pribumi. Pada hakikatnya permasalahan kedua golongan masyarakat ini dapat dikategorikan sebagai masalah sosiologis atau masalah sosial-psikologis dimana terjadinya stratifikasi sosial yang memang dibuat dari zaman kolonial Hindia Belanda dengan tujuan

memudahkan mereka mendata setiap penduduk dan mencegah terjadi periawanan

kepada pemerintah Hindia Belanda apabila seluruh golongan masyarakat bersatu.8

Selain hal tersebut, stratifikasi sosial ketika itu diperiukan untuk mencegah

teIjadinya permasalahan di masyarakat sehingga penempatan individu atau

golongan masyarakat dalam tempat-tempat yang tersedia. Stuktur sosial dan

mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta

peranarmya. 9

Stratifikasi masyarakat yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda

dilanjutkan pada masa Orde Barn walaupun dengan sistem yang berbeda, berbeda

disini pemerintah Orde Barn tidak secara jelas membentuk lapisan masyarakat.

Meskipun tidak secara jelas menggambarkan adanya lapisan masyarakat antara

masyarakat Tionghoa termasuk muslim dengan masyarakat pribumi namun jika

ditempatkan dalam Iingkup nasional masalah WNI non pribumi dengan WNI-

7 Ibid., Leo Suryadinala (ed) Pemikiran polilik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, h.34 I. ~ Ibid., Leo Suryadinata (ed) Pemikiran politik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002. h.330 38

pribumi pada hakikatnya mempakan salah satu corak dan bagian dari masalah pembinaan bangsa (nation dan character building). 10

2. Kolerasi muslim Tioughoa dengan non muslim Tionghoa

Hubungan antara muslim Tionghoa dengan non muslim Tionghoa di masa

Orde Bam juga mengalami dinamika, hal ini terlihat karena kebijakan asimilasi yang pada akhirnya merarnbat pada konversi agama terbesar di Indonesia membuat etnis Tionghoa terbagi menjadi 2 kubu. Persepsi ini diperkuat dengan ketidak kompaknya etnis Tionghoa untuk menyelesaikan masalah mereka seperti mengajukan proses integrasi dan proses asirnilasi. Hubungan yang tidak harmonis ini dikarenakan para kelompok asimilasi menganjurkan masyarakt Tionghoa untuk konversi agama ke Islam karena hampir 80% masyarakat Indonesia beragama Islam, hal inilah yang membuat kelompok integrasi kurang setuju karena menumt mereka inti masalah muslim Tionghoa adalah hubungan antara kelompok, dalam hal ini hubungan antara golongan-golongan yang dominan dan

golongan minoritas. 11

Isu asimilasi bukan lagi mempakan isu "hubungan mayoritas dengan

minoritas" tetapi sudah merambat ke isu politik di Indonesia yang menyebabkan

terjadi ketidak harmonisan didalam etnis Tionghoa sendiri (muslim dan non

muslim). Kelompok integrasi yang menginginkan pemecahan masalah Tionghoa

secara Kristen ini terlihat dari tulisan-tulisan para tokoh BAPERKl yang

mencanangkan untuk semua etnis Tionghoa agar mendalami agama Kristen yang 39 tentunya dalam hal ini membuat para tokoh asimilasi juga melakukan hal yang sama. 12

B. Kebijakan pemerintah Orde Baru terhadap muslim Tionghoa

Di masa orde baru pemerintah secara berturut mengeluarkan kebijakan -

kebijakan untuk masyarakat Tionghoa termasuk muslim Tionghoa, hal ini

dikarenakan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh etnis Tionghoa khususnya

muslim Tionghoa yang menyebabkan semakin besar prasangka anti Tionghoa

serta kerusuhan yang disebabkan oleh prsangka tersebut. Maka dari itu

Pemerintah yang awalnya mencanangkan kebijakaan asimilasi kemudian berubah

menjadi integrasi, kemudian memutuskan untuk mengambil kebijakaan yang di

bedalcukan oleh pemerintah Orde Baru kepada masyarakat Tionghoa termasuk

muslim Tionghoa antara lain ialah:

1. Keputusan Presidium no 127 /U/ Kep / 12 / 1967 mengenai

peraturan ganti nama bagi WNI yang masih memakai nama Cina. 13

2. Instruksi Presiden no 37 /U/ IN / 6 / 1967 mengenai Badan

Koordinasi Masalah Cina. 14

3. Intruksi Presiden No 14 tahun 1967 mengenai agama, kepercayaan

5 dan adat istiadat cina. 1

4. SE Presidium kabinet RI no se-06 / Pres-Rab / 6 / 1967 mengenai

penggantian istilah Tiongkok dan Tionghoa menjadi Cina. 16

12 Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa. (Jakarta: LP3ES, 2002), h. 62. 13 Junus Jahja, Masalah Tionghoa di Indonesia Asimilasi vs Integrasi. (Jakarta: LPMB. 1999). h. 126. 40

5. SE 02 I SE I Ditjen I PPG I K 11988 mengenai larangan penerbitan

dan percetakan tulisan I iklan beraksara dan berbahasa Cina. 17

6. Keputusan Presiden no 240/1967 mengenai kebijakasanaan pokok

yang menyangkut WNI keturunan Asing. 18

7. GBHN TAPIMPR No.III 1983 Bab IVI D tentang Pembauran.

"usaha-usaha pembauran bangsa perlu lebih ditingkatkan di segala

bidang kehidupan baik dibidang ekonomi maupun social dan

budaya, dalam rangka usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan

serta memantapkan ketahanan nasional.,,19

8. TAP MPRS No. III I Res I MPRS I 1966 tentang pembinaan

kesatuan bangsa. 20

9. Mengenai KTP bagi etnis Tionghoa -11 OS - II I OS - 12 (pERDA

DATI I DKI Jakarta).21

INPRES (Intruksi Presiden) dan KEPPRES (Keputusan Presidium) ini juga membicarakan bidang politik (hak politik), kewarganegaraan dan bidang dakwah untuk muslim Tionghoa. Semuanya dijabarkan seperti dibawah ini:

1. Bidang politik dan status kewarganegaraan

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk masyarakat muslim Tionghoa juga menjalar ke bidang politik dan status kewarganegaraan, kebijakan yang dicanangkan pemerintah seperti ganti nama dan tidak diizinkannya

I7 Ibid.h.l30 18 Ibid.h.131 19 Ibid.•h.l32 20 Tannizi Taber. Masvarakat Cina fKetahanan Nmdnnnl rlnn Tnfotn'm.·; R."Hn['rt ,11 41

masyarakat muslim Tionghoa masuk ke dalam aspek politik disebabkan pemerintah hanya ingin masyarakat muslim Tionghoa berada dalam aspek ekonomi. Dalam status kewarganegaraan, kebijakan untuk masyarakat muslim

Tionghoa pada Keputusan Presidium no 127 /U/ Kep / 12 / 1967 mengenai peraturan ganti nama bagi WNI keturunan Cina yang masih memakai nama Cina bersedia ganti nama mereka dengan nama Indonesia. Melalui peraturan tersebut pemerintah juga memutuskan agar prosedur perggantian nama itu diperrnudah.

Intruksi Presiden No 14 tahun 1967 mengenai agama, kepercayaan dan adat istiadat cina. Dalam intruksi itu antara lain dikemukakan, tanpa mengurangi kebebasan semua WNI untuk melaksanakan ritual keagamaan sesuai ketentuan yang diputuskan oleh pemerintal1, selain pemerintah menganjurkan agar terjadinya asimilasi total dalam masyarakat muslim Tionghoa, karena walaupun masyarakat

Tionghoa sudah konversi agama menjadi Islam tetapi dari pihak pribumi masih saja menganggap mereka sebagai orang asing dikarenakan nama mereka yang masih menggunakan nama Tionghoa.22

Namun di lain pihak, pemerintah yang menganjurkan ganti nama dan

membah status warga negara, temyata masih saja membedakan bedakan warga

negaranya berdasrkan keturunan. Bahkan kartu tanda penduduk (KTP) non

pribumi diberikan tanda atau kode yang khas ini berlaku untuk semua masyarakat

Tionghoa. Selain status warga negara dalam aspek politik pemerintah Orde Bam juga menentukkan dan membatasi jumlah partai dan organisasi etnis Tionghoa,

sealin itu apabila muslim Tionghoa masuk kedalam aspek politik bagaikan

"makan buah simalakama" yang berarti bila mereka terlibat dalam politik

n. 42

kalangan oposisi, maka dicap subversive tetapi bila mendukung penguasa waktu

Itu.mere ka d'Icap oportuUlS.. 23

Meskipun masyarakat muslim Tionghoa mendapatkan celah untuk berpartisipasi dalam aspek politik tetapi pemerintah tidak menaruh minat membawa etnis Tionghoa;(muslim Tionghoa) dalam bidang politik, pamong praja

atau kehidupan publik. Para pengamat masalah Tionghoa menganjurkan dalam

pokok-pokok kebijaksanaan pemerintah mengenai pembinaan bangsa seharus

dirumuskan dan dituang dalam GBHN agar terlihat jelas tanggung jawab,

24 kewajiban serta hak dari masyarakat muslim Tionghoa kepada bangsa Indonesia •

2. Bidang Dakwah

Beberapa pengamat dari dunia Internasional melihat masalah WNI non

pribumi;(muslim Tionghoa) dengan Pribumi sama hal dengan masalah yang

terjadi di Thailand dan Malaysia, tetapi karena masalah di Indonesia sangat

kompleks maka para pengamat politik Internasional menganjurkan salah satunya

memeluk agama mayoritas penduduk untuk memperkecil dikriminasi ras. Selain

itu di masa Orde Baru yang menerapkan kebijakan SE 02 / SE / Ditjen / PPG /K/

198825 mengenai larangan penerbitan dan percetakan tulisan / iklan beraksara

dan berbahasa Cina menyebabkan tekanan kepada etnis Tionghoa sehingga

23 Leo Suryadinata, Negara dan Ernis Tionghoa. (Jakarta: LP3ES, 2002),h .62. Lihat di Charles A copple, Tionghoa Indonesia da/am krisis.(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.212. 24 Ariel Heryanto. "Jalan di hadapan". dalam Leo Suryadinata (ed), Pemikiran po/ilik elnis Tionghoa Indonesia /900-2002 cet 1 (Jakarta: LP3ES, 2005), h.368. 'Ii - • .. . " ... 43

organisasi ini tidak menjadi besar, salah satunya adalah tekanan pada penggunaan

Ish. 'Iah T'lOnghoa26.

Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru serta di masa itu juga mencanangkan proses pembauran juga terjadi dalam susunan organisasi muslim

Tionghoa, di mana Haji Karim Oei yang juga sebagai pemimpin PITI (Persatuan

Islam Tionghoa Indonesia) sementara Letjen H.Sudirman dijadikan pembimbing dan tujuh orang pribumi termasuk Buya Hamka dijadikan penasehat. Wakil ketua

I dan Sekjen PIT! terdiri dari dua orang pribumi yaitu H.Yunan Helmy Nasution dan Mayor Ahmad Johansjah.27

Pada tahun 1972 H.Karim Oei sebagai pimpinan PIT! memiliki insiatif untuk merangkul orang-orang Tionghoa yang belum muslim dan masih berbahasa

Tionghoa berusaha meminta izin supaya AI-Qur'an dan majalah dakwah diterbitkan dalam bahasa Tionghoa akan tetapi permohonanya waktu itu di tolak oleh Departemen Agama dengan alasan pemerintah mau mempercepat proses asimilasi. Pada tahun yang sama pula, pengurus pusat PITI (Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia) mendapatkan surat perintah dari Jaksa Agung supaya PIT! di

bubarkan karena istilah Tionghoa yang mengandung sifat eksklusivisme, tetapi 10

hari sesudah pembubaran yaitu tanggal 15 Desember 1972 sebuah perkumpulan

yang bemama Pembina Iman Tauhid Indonesia atau PITI baru di bentuk kembali

dengan menyertakan masyarakat pribumi lebih banyak dari sturktur organisasi

tersebut. 28

26 htto://adibdata.blogspot.com/2007/ 12/tasawuf-dalam-pendidikan-pesantren.htmI 27 Leo Suryadinata, mencari identitas nasional dari Tjoe Bou San sampai Yap Thiam Hien, (Jakarta: LP3ES, 1990), h.181. 2B Leo Suryadinata, mencari identitas nasional dari Tjoe Bou San sampai Yap Thiam Hien, - ---~ . ~~~, ...... 44

Program-program PITI (Pembina Iman Tauhid Indonesia) adalah pengajian di daerah-daerah dan juga pembinaan terutama untuk mereka yang barn masuk

Islam. Selain itu, PITI (Pembina Iman Tauhid Indonesia) juga wadah bagi warga

Tionghoa yang mau mengenal Islam lebih jauh. Namun seiring kebijakan Orde

Barn yang melarang komunitas Tionghoa muslim berkembang, maka identitas mereka hilang dan mereka secara perlahan menjadi pribumi. Sehingga Masjid­ masjid tersebut tidak dikenal sebagai masjid yang didirikan oleh Tionghoa muslim. Kebijakan Orde Barn tersebut juga berimplikasi pada perpecahan antara masyarakat Tionghoa, Tionghoa Islam menjadi pribumi sementara Tionghoa non

Islam seolah temp menjadi etnis Tionghoa. 29

c. Dampak Kebijakan Pemerintah Orde Baru terhadap muslim

Tionghoa

Kebijakan politik asimilasi Orde Barn memberikan dampak yang luar

biasa untuk masyarakat Tionghoa termasuk muslim Tionghoa dengan

penghapusan tiga pilar kebudayaan Tionghoa yaitu Organisasi Tionghoa, media

massa Tionghoa, dan sekolah/pendidikan Tionghoa untuk mendukung politik

asimilasi yang dibuat oleh pemerintah Orde Barn. Di samping itu Pokok-pokok

kebijakan pemerintah mengenai pembinaan bangsa serta penyelesaian masalah

non pribumi dengan pribumi yang dalam hal ini menyangkut masalah seluruh

kebijakan untuk etnis Tionghoa termasuk muslim Tionghoa, jika menempatkan

dalam Iingkup nasional masalah WNI non pribumi (muslim Tionghoa) pada

hakikatnya merupakan salah satu corak dan bagian dari masalah pembinaan

bangsa (nation dan character buildinJj. Terlebih terhambatnya proses 45

penyesuaIan pada kebijakan-kebijakan ini salah satunya dikarenakan implikasi

politik antara negara Indonesia dengan RRC (Repbulik Rakyat Cina) serta

tuntutan pemerintah yang makin meningkat akan adanya Indonesianisasi,

pribumisasi, atau pemerataan dalam kesempatan politik. 30

Bahkan beberapa kebijakan Pemerintah Orde Baru yang mengaris bawahi

proses pembauran dalam setiap keputusan dan Intruksi dan mengharap orang-

orang Tionghoa benar-benar menyatu dengan penduduk pribumi. NaIilun daIilpak

dari kebijakan tersebut semakin memisahkan masyarakat muslim Tionghoa

dengan masyarakat pribumi, bahkan terkesan bahwa orang-orang muslim

Tionghoa merasa secara terus-menerus didikriminasi dan dicurigai masih

memiliki rasa eksklusivisme.31

DaIilpak yang jelas terlihat dari kebijakan seperti ini adalah menaIilbah

jurang pemisah antara masyarakat muslim Tionghoa dengan pribumi, sebagai

contoh dalaIil sektor ekonomi, kebijakan pemerintah Orde Bam yang memberikan

ruang lingkup seluas-luasnya pada aspek ekonomi yang tercantum di Peraturan

Presiden No.1O (PP 10). Kebijakaan ini merupakan keputusan yang dibuat pada

seminar Angkatan Darat yang diselenggarakan di Bandung tahun 1966, dimana

ditetapkan bahwa orang Tionghoa muslim atau non muslim hams dicegah masuk

ke bidang lain, terutaIila ke bidang politik, tentunya mengapa hal ini terjadi karena

para pemimpin militer tidak percaya kepada masyarakat Tionghoa sebagai sebuah

kelompok masyarakat.32

JO Christianto Wibisono,"Merintis Jalan Pemecah Masalah WNI keturunan Tionghoa (1977) ,"dalam Leo Suryadinata (ed), Pemikiran polilik elnis Tionghoa Indonesia 1900-2002 eet I, (Jakarta: LP3ES, 2005), h.355. 31 I. Wibowo (ed), Relrospeksi dan Rekonlekslualisasi masalah Cina, (Jakarta: Gramedia, 46

Selain dari aspek politik, dampak dari kebijakan pemerintah Orde Baru kebijakan beragama dimana bangsa Indonesia memiliki masyarakat majemuk dan banyak agama, maka untuk mempertahankan kesatuan bangsa Indonesia sehingga pemerintah Orde Baru mengunakan ideology Pancasila yang memberikan persamaan terhadap semua agama besar. Oleh sebab itu Dari semua keputusan tersebut yang berdampak terhadap muslim tionghoa terutama dalam bidang dakwah yang salah satu organisasi keislamaan PIT! harus merubah namanya dari

Persatuan Muslim Tionghoa Indonesia menjadi Pembina Iman Tauhid Indonesia.

Kebijakan yang paling komprehensif untuk mengubah identitas Tionghoa

di Indonesia adalah peraturan ganti nama, pada tahun 1961 ketika Soekarno masih

berkuasa peraturan ini sudah diumumkan akan tetapi belum terlaksanakan. Pada

tahun 1967 ketika Soeharto berkuasa, peraturan ganti nama diadakan kembali

guna untuk mengindetitaskan diri sebagai warga negara bangsa Indonesia. Selain

itu dampak besar dari seluruh kebijakan Orde Barn untuk masyarakat muslim

Tionghoa yaitu ketika beberapa hasil karya masyarakat Tionghoa yang berbentuk

novel tidak berbeda dengan hasil karya pribumi, hal ini terlihat dari tokoh-tokoh

mereka yang tidak lagi terbatas pada peranakan Tionghoa.33

Sepanjang masa rezim Orde Baru, seluruh dampak dari kebijakan yang

tidak seimbang serta terjadi semacam upaya penghapusan segala peran positif

komunitas Tionghoa di dalam segala bidang terutama bidang politik. Di samping

itu akibat dari semua kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Barn

menegaskan bahwa masalah masyarakat muslim Tionghoa dengan pribumi belum 47

terselesaikan bahkan pemisahan dogmatik struktural ditampilkan kembali setelah pemerintah kolonial pada masa lampau.

Meskipun dampak dari semua kebijakan pemerintah Orde Baru untuk masyarakat Tionghoa termasuk muslim Tionghoa banyak yang mempersempit ruang lingkup mereka serta politik asimilasi yang diterapkan berlawanan dengan kemauan mereka, menurut Lea Williams asimilasi politik yang dianjurkan untuk masyarakat muslim Tionghoa dalam arti memobilisir orang Tionghoa ke dalam kegiatan politik dan pemerintahan Indonesia. 34

Namun posisi masyarakat muslim Tionghoa sebagai golongan minoritas menyebabkan mereka memerlukan perlindungan, kepastian hukum dan kesinambungan kebijakan. Akibat dari kecenderungan ini menyebabkan mereka

(muslim Tionghoa) selalu menjadi pelampiasan dari golongan pribumi yang tidak

puas terhadap kebijakan pemerintah.

1<1~. • BABIV

POSISI MUSLIM TIONGHOA PADA MASA ORnE BARU DI JAKARTA

A. Problematika muslim Tionghoa

Untuk menganalisis letak permasalahan yang dihadapi muslim Tionghoa dalam sektor politik di masa pemerintahan Orde Bam terdapat 3 faktor yaitu:

Pertama adalah perkembangan kebijakan pemerintah Orde Bam yang secara sadar membangkitkan perbedaan golongan pribumi dan nonpribumi. Selain itu perlakuan khusus secara berabad-abad sebagai golongan penduduk istimewa

(privileged position) telah menumbuhkan di kalangan nonpribumi sikap hidup dan perilaku eksklusif. Namun perlakuan yang berbeda dari kelompok nonpribumi ini hanya diberikan kebebasan dalam sektor ekonomi tidak dalam semua bidang seperti (politi!<, sosial-budaya dan Hankam). Kedua, konsep nation dan character building yang diterapkan pemerintah memang menimbulkan perubahan dalam sektor ekonomi pasar untuk masyarakat muslim Tionghoa sehingga mereka;(muslim Tionghoa) dapat lebih maju dalam sektor ekonomi. Oleh karena itu perasaan tidak puas akan keadaan ini ditujukan oleh masyarakat pribumi yang pada akhirnya membuat pemerintah perlu campurtangan untuk mengoreksi mekanisme pasar yang tercantum di keputusan Presiden nomor 14A11982 tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mengurangi ketimpangan ekonomi antara pribumi dengan nonpribumi. Ketiga, kasus BARPEKl (Badan

Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) juga menjadi penghambat masyarakat muslim tionghoa untuk berpartisipasi dalam sektor politik, hal ini 49

ras tidak dapat diterima terlebih organisasi ini memiliki hubungan dengan RRC

(Republik Rakyat China) dan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang menginginkan negara Indonesia sebagai negara Komunis. 1

Situasi ini merupakan dampak dari kebijakan politik yang ditempuh oleh pemerintah Orde Baru yang sejak awal pemerintahannya telah mencanangkan stabilitas politik dalam rangka membangun ekonomi yang stagnan akibat di masa akhir pemerintah Orde Lama. Selain itu pemerintah Orde Barn tidak memberikan kesempatan untuk orang-orang dari masyarakat muslim Tionghoa yang berpotensi dalam bidang politik, dikarenakan kekhawatiran pemerintah sikap eksklusif masyarakat muslim Tionghoa serta takut terulangnya tragedi G30SPKI masa Orde

Lama. 2

Di masa itu hampir seluruh masyarakat muslim dan non muslim dari etnis

Tionghoa berorientasi ke tanah leluhurnya membuat gerakan Pan-China inilah

awal pertama kali masyarakat Tionghoa mulai mengenal perpolitikan, walaupun

di masa-masa selanjutnya gerakan Pan-China ini pecah menjadi 2 bagian yang

berhaluan kiri sepeti BAPERKI (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan

Indonesia) dan haluan kanan seperti LPKB (Lembaga Pembinaan Kesatuan

Bangsa)'.

Dari ketiga faktor tersebut terlihat bahwa kelompok muslim Tionghoa

hanya di berikan keluasaan dalam sektor ekonomi oleh pemerintah, walaupun

dalam sektor politik pemerintah memberikan sedikit ruang untuk muslim

Tionghoa dalam berpartisipasi di kancah perpolitikan Indonesia. Unsur-unsur

I Siswono Yudohusodo,"Kelompok Bisnis Dalam Proses Politik di Indonesia",dalam Junus Jahja (ed), NonPribumi dim ala Pribumi, (Jakarta: Yavasan Tunas Ban~sa. 1991. h. )4) 50

yang mendukung terjadi problematika politik muslim tionghoa di Indonesia pada

masa Orde Bam ialah ketika tahun 50-an, pergolakan-pergolakan politik di

banyak negara Asia Tenggara lebih diwarnai oleh pertentangan-pertentangan

pahamlideologi berbenturnya kolonialisme dan nasionlisme; berbenturannya

otoriterisme dengan demokrasi; berbenturannya kapitalisme dengan sosialisme

dan komunisme, tetapi di masa sekarang berbagai pergolakan politik yang terjadi

di banyak negara lebih banyak disebabkan oleh masalah-masalah ekonomi.4

Selain faktor ekonomi yang mendukung pergolakan politik muslim

Tionghoa terdapat juga faktor pendukung terjadinya problematika politik muslim

Tionghoa, yaitu masalah pembauran yang tidak dapat diselesaikan sehingga

pemerintah. walaupun pemerintah memberikan upaya untuk menyelesaikan

masalah pembauran dengan program asimilasi. Tetapi dalam prakteknya program

asimilasi ini mengalami banyak kendala seperti hubungan pribumi dengan

masyarakat muslim Tionghoa yang berawal kurang baik. 5

Selain itu ketidaksamaan pendapat tokoh pembauran didalam etnis

tionghoa sendiri misalnya Junus Jahja yang menganjurkan bahwa asimilasi terbaik

untuk masyarakat Tionghoa ialah berpindah agama menjadi Islam dan ganti nama,

dalam hal ini Junus Jahja melihat kesuksesan negara Thailand dan Filipina dalam

menangani masalah sarna yang terjadi di Indonesia, dimana masyarakat Tionghoa

menganut agama terbesar untuk mengindari diskriminasi ras. Hal ini bertentangan

dengan pendapat Yap Thiam Hien yang mengatakan bahwa asimilasi untuk

masyarakat Tionghoa bukan berpindah agama dan ganti nama melainkan

4 Emil Salim, "Membina keselarasan hubungan antara pribumi-non pribumi" dalam Junus Jahja, Nonpri di mala pribumi, (Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1991), h.152. 5 .... " .. _1~ ""1 '.' • 1 ••••• 51

masyarakat Tionghoa harus tetap mempertahankan tradisi dan kebudayaan sebagai salah satu identitas mereka untuk bisa membaur dengan masyarakat pribumi dan kegairahan untuk mengganti nama akhir-akhir ini mungkin

6 disebabkan oleh oportunisme •

Walaupun begitu banyak kendala yang dihadapi namun, selama pemerintahan Orde Baru program asimilasi secara perlahan dapat diterapkan kepada masyarakat baik pribumi dengan masyarakat muslim Tionghoa ataupun sebaliknya. Di samping itu masyarakat Tionghoa baik muslim maupun non muslim secara perlahan telah mengalami peranakanisasi dan Indonesianisasi karena kebijakan asimilasi yang diambil oleh presiden Soeharto dengan kata lain, walaupun identitas Tionghoa masih bertahan hanya komponen totok-nya yang semakin berkurang. Selain kebijakan asimilasi yang diterapkan, konsep bangsa pribumi (nation) Indonesia yang ketat (rigid) juga menjadi penghalang bagi

masayarakat Tionghoa terutama peranakan Tionghoa ke dalam wadah bangsa

Indonesia baik dalam bidang ekonomi dan politik yang demolaasi. 7

Di samping itu pemerintah sejak awaJ sudah mencanangkan model bangsa

Indonesia yang menitikberatkan kepribumiannya dalam hal ini dimaksudkan agar

orang Tionghoa baik muslim maupun non muslim, peranakan atau totok dapat

membaur ke dalam tubuh pribumi Indonesia untuk memperkuat konsep bangsa

pribumi sehingga konsep slogan "Bhinneka Tunggal Eka" dikatakan sngat tetap

dan berlaku untuk Indonesia pribumi tetapi tidak untuk orang Tionghoa. Konsep

ini pula yang pada akhimya mengharuskan etnis Tionghoa menjadi warga pribumi

6 Oportunisme adalah paham politik tanpa berasas yang bertendesi kepentingan! keuntungan pribadi atau diri sendiri yaitu mengikuti atau selalu mempertimbangkan segi dan keadaan (kesempatan yang ada dan menguntungkan). Iihat pada kamus i1miah non,,]"r lI"brt.· 52

seutuhnya, selain itu konsep ini pula yang membuat problematika yang dihadapi oleh etnis Tionghoa seakan-akan menjadi suatu bentrokan etnis atau rasial yang terkait dengan keadaan ekonomi dan politik yang semakin sulit dihindari. 8

Sementara itu, Penerapan kebijakan asimilasi di masa pemerintahan

Presiden Soeharto sebenarnya sudah diterapkan pada masa pemerintahan Orde

Lama ketika pemerintah membatasi kebijaksanaan pokok terhadap masyarakat

9 dari golongan timur Asing (Vreemde Oosterlingen ) yang di dalamnya terdapat masyarakat muslim tionghoa. Kebijaksanaan seperti ini terdapat dalam "Haluan

Politik Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 1 Nopember 1945" yang juga dikenal dengan "Manifesto Bung Hatta". 10

Oi samping kebijakan Manifesto Bung Hatta yang mengabungkan masyarakat dari berbagai ras seperti Arab dan Tionghoa kedalam Indo-Asia. Oi masa itu ada juga sebuah kebijakan mengenai status kewarganegaran dan asas kewarganegaran untuk warganegara asing tentunya hal ini menjadi dilemma tersendiri untuk sebagian besar masyarakat Tionghoa yang termasuk di dalarnnya muslim tionghoa. Ketika bangsa Indonesia mengumumkan bahwa asas kewarganegaraan yang di anut o1eh ius soli yang berarti warga negara Indonesia berdasarkan tanah kelahiran. Oalam Undang - undang nomor 3 tahun 1946 yang inti isinya mengenai warga negara dan penduduk negara Indonesia yang tinggal di

Indonesia selama 5 tahun berturut maka secara hukum menjadi warganegara

Indonesia, tentunya Undang - undang ini bertentangan dengan Undang - undang

8 HasH wawancara pribadi dengan Ali Karim Oei SH Jakarta, Jum'at 02 Oktober 2009. 9 Dengan system apartheid, masyarakat kolonial, masyarakat Hindia Belanda dibagi menjadi tiga golongan: (I) golongan Eropa atau Belanda, (2) golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen), termasuk Cina, Arab, India dan seterusnya, cina muslim (geshoren Cinezen) dan (3) golongan pribumi (inlanders). Lihat Onghokham, Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, ed Was.r;i Alhaziri, (Jakarta: Komunitas Bambu 2008), h. 3. 53

yang diterapkan oleh Bangsa Tiongkok yang mengklaim bahwa masyarakat

Tiongkok dimana pun berada adalah warga negara Tiongkok yang pada ahkimya melibatkan pemerintah Belanda dalam penyelesaian masalah status kewarganegaraan antara RRC (Repbulik Rakyat China) dengan Indonesia. II

Akan tetapi di masa Orde Barn masalah status kewarganegaraan

masyarakat muslim Tionghoa dikaitkan dengan proses integrasi dengan asimilasi

yang diterapkan pemerintah Orde Barn serta keinginan pemerintah Orde Barn

mewujudkan nation dan character building dengan menyatukan masyarakat dari

semua etnis menjadi masyarakat Indonesia mulai berjalan sejak memangku jabatan Ketua Presidium Kabinet Ampera No.3IIU/IN/12/16 tertanggal 27

Desember 1966. Dalam konsiderans instruksi tersebut disebutkan Sumpah

Pemuda 1928 dan amanat asimilasi Bung Kamo 15 Juli 1963 sebagai tonggak

sejarah yang harns kita perhatikan. 12

Instruksi tersebut memerintahkan kepada Menteri Kehakiman dan Kantor

Catatan Sipil di seluruh Indonesia untuk:

1. Di keluarkannya Undang-undang Catatan Sipil yang bersifat nasional

berdasarkan pasal 131 dan 153 1.8. (Eropa, Timur Asing, dan Pribumi), tidak

ada penggolongan penduduk Indonesia pada kantor-kantor Catatan Sipil di

seluruh Indonesia. 13

II Hari Poerwanto, Orang Cina Khek dari Singkawang, (Depok: Komunitas Bambu,2005), h.66. 12 Ibid.h. 65 54 PERPUSTAKA/I,N UT UIN SYAHID JAKi\Fnl\ 2. Kantor-kantor Catatan Sipil di Ind Et-bttgi-seluruhpenduduk

Indonesia dan Orang asing. 14

Oleh karena itu permasalahan yang dihadapi muslim Tionghoa dalam Hak politik dan status kewargamegaraan serta dalam bidang sosial (dakwah) dijabarkan seperti dibawah ini:

I. Hak Politik dan Status Kewarganegaraan

Keberadaan masyarakat muslim Tionghoa dalam perpolitikan memang sangat sukar di lacak hal ini dikarenakan di masa Orde Barn, pemerintah memberikan batasan ruang lingkup masyarakat Tionghoa;(muslim) dalam sektor politik tetapi mereka di berikan kebebasan dalam sektor ekonomi. Pemasungan masyarakat muslim Tionghoa terlihat dari anggota kabinet Orde Barn yang tidak memakai orang-orang Tionghoa berbeda halnya dengan masa Orde Lama yang memasukkan nama-nama orang Tionghoa. 15

Salah satu penyebab mengapa di masa Orde Barn tidak mengizinkan orang- orang Tionghoa memasuki arena perpolitikan karena pemerintah mengkhawatirkan orang-orang Tionghoa muslim dan non muslim akan berorientasi kembali ke negara asal mereka dan mendirikan negara komunis yang pernah terjadi ketika masa Orde Lama. Dapat dikatakan bahwa hak politik untuk masyarakat muslim Tionghoa tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, selain hak berpolitik yang tidak diberikan oleh pemerintah status kewarganegaraan masyarakat muslim Tionghoa juga mengalami kendala di awal-awal masa Orde

14 Lo SH Ginting,"Merintis Jalan Pemecahan Masalah WNI Keturunan Tionghoa (1977)" Leo Suryadinata (ed), Pemikiran poUlik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002 cet I, (Jakarta: 55

Baru. Kebijakaan ganti nama, larangan-larangan huruf Cina, sekolab-sekolab yang menggunakan bahasa Cina diterapkan oleh pemerintah Orde Baru, kebijakaan ini dimaskudkan agar seluruh masyarakat Tionghoa dapat membaur dengan masyarakat pribumi dan menjadi warga negara Indonesia seutuhnya. 16

a) Hak Politik untuk muslim Tionghoa

Pada masa Orde Baru, posisi oaring-orang muslim Tionghoa dalam sector politik seperti mati suri, hal ini dikarenakan presiden Soeharto sejak awal pemerintaban mengeluarkan kebijakan ekonomi yang diarabkan oleh kelompok bisnis mulism Tionghoa. Akibatnya ruang partisispasi politik untuk muslim

Tionghoa semakin menyempit bahkan terkesan babwa pemedntab menutup sektor-sektor lain seperti (politik, sosial budaya, dan Hankam) untuk masyarakat muslim tionghoa. Selain itu kekhawatiran pemerintab saat itu ditakutkan akan muncul organisasi-organisasi seperti BAPERKI (Badan Permusyawaratan

Kewarganegaraan Indonesia) yang condong ke RRC (Republik Rakyat Cina) seperti pemerintab Orde Lama mentoledr adanya ogranisasi sosio-politik etnis tionghoa inL 17

Oi masa demokrasi terpimpin, BAPERKI (Badan Permusyawaratan

Kewarganegaraan Indonesia) berkembang menjadi organisasi menjadi organisasi massa dan menitikberatkan integrasi politik bukan asimilasi yang dicanangkan pemerintah di masa itu sehingga di organisasi ini semakin condong ke kid serta mendekati Soekarno untuk mendapatkan perlindungan. Namun politik kid inilab yang akhimya membawa BAPERKI (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan

16 Onghokham, Anti Cina, Kapitalisme Cina, dan Gerakan Cina, (Jakarta: Komunitas Bambu}008), h. 8. 56

Indonesia) musnah setelah teljadinya G30SPKI pada tahun 1965. Berdasarkan pengalaman tersebut maka pemerintah Orde Barn tidak menutup akses masyarakat muslim Tionghoa ke dalam bidang lain, tetapi bukan faktor BAPERKI (Badan

Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) namun dimasa itu pemerintah

Orde Barn mencanangkan konsep nation dan character building yang dianut oleh pemimpin barn Indonesia sehingga dikatakan pula bahwa politik Tionghoa pada zaman Orde Barn merupakan politik tipe "broker (perantara) ".18

Di samping itu terdapat sebuah prasangka yang mengatakan bahwa presiden Soeharto tidak menyukai menonjolkan orang Tionghoa sebagai tokoh politik mungkin disebabkan oleh prasangka elite pribumi terhadap orang

Tionghoa, terebih pemerintah Orde Barn sendiri juga tidak banyak memberi peluang bagi warga keturunan Cina untuk berperan aktif dalam bidang diluar ekonomi khususnya politik. Bahkan dimasa Orde Baru model orientasi politik tidak didukung oleh pemerintah sehingga gambaran yangjelas mengenai orientasi politik warga keturunan (etnis Tionghoa) tidak begitu jelas. Akibatnya masalah ideologi politik masyarakat muslim Tionghoa seringkali menjadi sebuah masalah yang banyak disimpan, bahkan dikalangan pribumi yang tidak menyenangi masyarakat muslim Tionghoa mencuriggai loyalitas warga keturunan terhadap negeri dan bangsa Indonesia. 19

Beberapa kalangan WNI keturunan Tionghoa merasa bahwa pengelompokan pribumi-nonpribumi ini makin terasa dengan golongan keturunan

Cina lebih terkonsentrasi di bidang ekonomi dan keturunan pribumi dibidang birokrasi. Terlebih mereka(etnis Tionghoa) menganggap meskipun keturunan 57

Tionghoa memperoleh kekuasaan seluas-Iuasnya dalam bidang ekonomi tetapi secara politik dan kultural mereka secara umum masih merupakan orang asing. 20

b) Status kewarganegaran

Kebijakan yang komprehensif untutk mengubah identitas Tionghoa

(masyarakat muslim Tionghoa) di Indonesia ialah peraturan ganti nama dan status warga negara, pada tahun 1961 ketika Soekarno masih menjabat sebagai Presiden ketika peraturan ini sudah diumurnkan tetapi tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu pada tahun 1966 setelah Soeharto berkuasa, peraturan ganti nama dan penetapan status kewarganegaran untuk etnis Tionghoa;(termasuk muslim

Tionghoa) diterapkan, walaupun awalnya peraturan ini hanya bersifat anjuran tetapi pada pertengahan tahun 60-an, ada tekanan halus dari pemerintah untuk ganti nama karena ganti nama dianggap sebagai sebuah tingkah laku simbolik, semacam deklarasi orang Tionghoa;(termasuk muslim Tionghoa) bahwa mereka setia kepada pemerintah Indonesia atau mengidentitaskan diri dengan bangsa

Z Indonesia dan budaya Indonesia !.

Krisis identitas yang dialami oleh masyarakat muslim Tionghoa di masa

Orde Bam menjadi begitu berat terlebih di masa itu identitas pribumi dan identitas

Islam, kedua identitas ini masih berpengamh pada saat itu. Tentunya kedua identitas ini merupakan salah satu faktor pendukung mengapa muslim Tionghoa diharuskan mengubah status kewarganegaraannya dan ganti nama mereka telah dilaksanakan dan ditujukan untuk mempercepat pembauran etnis Tionghoa ke dalam masyarakat pribumi. Tetapi dalam implemantasi kebijakannya pemerintah tidak konsisten karena pembedaan dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk

?{1 •• •• • ~~ 58

nonpribumi diberikan tanda atau kode yang khas serta mempunyai SKBRI (Surat

Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia)?2

Hal ini tentunya membuat masyarakat muslim Tionghoa tidak puas dengan adanya peraturan tersebut dan mengatakan dari berbagai kebijakaan yang sudah disepakati pemerintah, tetapi dari pemberian no khusus dan penandaan tertentu

atas Kartu Tanda Penduduk (KTP) muslim Tionghoa berarti masih ada perlakuan

yang diskriminatif atas dasar ras. 23

2. Bidang Dakwah

Salah satu bidang yang penting juga dibahas selain problematika politik

dan status kewarganegaraan yaitu bidang dakwah karena dalam bidang ini juga

pemerintah menitipkan proses pembauran untuk masyarakat Tionghoa dan juga

sebagai kunci penyelesain dalam segala diskriminasi yang terjadi pada masyarakat

Tionghoa selama ini, bahkan beberapa tokoh muslim Tionghoa beranggapan

apabila semakin banyak masyarakat Tionghoa yang konversi agama Islam yaitu

salah satu agama terbesar di Indonesia dapat memecahkan problematika

masyarakat Tionghoa. Salah satu solusinya untuk mencapai itu semua ialah

dengan berdakwah dikalangan masyarakat Tionghoa, tetapi pada kenyataannya

masalah muslim Tionghoa dalam berdakwah sangatiah kompleks seperti

ketidaksukaan masyarakat Tionghoa yang non muslim serta kebijakaan

pemerintah yang mendiskriminasi hal ini terlihat dari dihapusnya beberapa

22 Hasil wawancara pribadi dengan Ali Karim Oei,SH Jakarta, Jum'at 02 Oktober 2009. Hasil wawancara pribadi dengan Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, Jakarta, Kamis 30 April 2009. Lihat juga di Junus Jahja, Masalah Tionghoa di Indonesia (asimilasi vs Integrasi), (Jakarta: Lemba~a Pengkajian Masalah Pembauran 1999), h. 144. 3 Chirstianto Wibisono,"upaya marathon pembinaan kesatuan bangsa 1984" dalam Leo <:' ._...l: __.. _ '_...1,\ n __.:l.:__ .~ __ 1:.:1. ~"_:A T:~._~I~~_ '~..J~.~~~:~ lfln!l 1nfl1 ~~# 1 'T... 1,,,..+.... T O'lC<:' 59

organisasi masyarakat Tionghoa yang terlihat eksklusif dan harus dirubah menjadi organisasi keagamaan yang multi etnis. 24

Segala larangan ini dilakukan pemerintah ketika pasca G30SPKI yang disinyalir ada hubungannya dengan etnis Tionghoa, oleh karena itu dimasa Orde

Baru segala organisasi etnis Tionghoa baik muslim maupun non muslim baik bersifat sosial politik atau keagamaan didalam struktur kepengurusan harus terdapat warga pn'bUIlli.·25

Selain kebijakaan pemerintah terdapat pula faktor yang mendukung terhambatnya proses islamisasi dikalangan masyarakat keturunan Tionghoa, walaupun hal ini merupakan masa klasik yaitu di masa kolonial Belanda agama

Islam merupakan agama kelas rendah yang terlalu banyak aturan tidak seperti agama Kristen yang mentolerir setiap adat istiadat nenek moyang masyarakat

Tionghoa. Terlebih dimasa itu masyarakat digolongan menjadi ketiga yang pertama golongan Belanda, kedua Timur Asing (Vreernde Oosterlingen) untuk golongan Arab dan Cina, ketiga masyarakat pribumi (Inlanders) dimana ketiga golongan ini terpisah satu sama lain dalam kedudukan hukum, ekonomi maupun agama. 26

Selain masalah klasik yang menghambat dakwah dikalangan masyarakat

Tionghoa, dimasa Orde Baru pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

salah satunya pelarangan penggunaan nama Cina tentunya ini berdampak pada

sebuah organisasi dakwah untuk masyarakat muslim Tionghoa yang pada awalnya

24 HasH wawancara pribadi dengan Ali Karim Oei SH, Jakarta, Jum'at 02 Oktober 2009. 25 Chirstianto Wibisono,"upaya marathon pembinaan kesatuan bangsa 1984" dalam Leo Suryadinata (ed), Pemikiran politik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002 eet I, (Jakarta: LP3ES, 2005), ~; 343. 60

bemama PITI: Persatuan Islam Tionghoa Indonesia berubah menjadi Pembina

Iman Tauhid Indonesia. Selain perubahan nama dalam struktur anggota yang berada di organisasi PIn (Pembina Iman Tauhid Indonesia) tidak lagi 100% muslim Tionghoa tetapi terdapat juga masyarakat pribumi, hal ini juga menjadi anjuran dari pemerintah yang ketika itu sedang mencanagkan program asimilasi di segala aspek kehidupan. 27

Sementara itu, masalah Tionghoa ini menjadi sebuah perbandingan dengan masalah yang terjadi di Thailand dan Filipina yang dapat diselesaikan lewat

konversi agama yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, akan tetapi

kompleksnya permasalahan masyarakat Tionghoa membuat begitu banyak proses

yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat baik pribumi maupun nonpribumi

28 untuk menyelesaikan masalah ini .

Selain organisasi PITI (Pembina Islam dan Tauhid Indonesia) terdapat pula

suatu organisasi yang bergerak juga dalam bidang dakwah yang bemama Yayasan

Ukhuwah Islamiyah pimpinan Junus Jahja, dimana Yayasan ini memiliki target

membawa saudara mereka dari etnis Tionghoa untuk mempelajari Islam dan

akhimya konversi ke agama Islam. Akan tetapi dalam proses dakwah ini menurut

Junus Jahja terdapat dua sebab pokok yaitu yang pertama masih tertananmya citra

buruk mengenai Islam dimata para masyarakat Tionghoa, dimana Islam

diidentikan dengan kemiskinan, keterbelakangan dan sifat-sifat buruk lainnya.

Kedua, ajaran-ajaran Islam dipandang terlalu sulit sehingga masyarakat Tionghoa

mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan nilai-nilai kecinaan yang

27 Hasil wawancara pribadi dengan Ali Karim Oei, SH Jakarta, Jum'at 02 Oktober 2009. 28 ...... ,__ , __ . .... _. .1 • . ~. """. • 'f"" _ ...... •. 61

tradisional, selain itu Islam juga dianggap sebagai hambatan bagi akulturasi atau asimilasi keturunan Tionghoa di Indonesia. 29

Di satu sisi dakwah dikalangan masyarakat Tionghoa yang mempunyai sifat eksklusif dan mentaati perkataan leluhur tetapi dilain pihak dakwah di masyarakat Tionghoa di daerah-daerah yang sudah berasimilasi dengan

masyarakat pribumi yang penduduknya hampir 80% menganut agama Islam

menjadi suatu gerakan yang disambut baik tetapi akan berbeda apabila diaerah­

daerah yang penduduknya sedikit sekali menganut agama Islam. Konversi

masyarakat Tionghoa ke Islam dapat menimbulkan friksi ketimbang

keharmonisan, oleh karena itu gerakan dakwah masyarkat Tionghoa dipusatkan di

provinsi-provinsi dimana masyarakat pribumi yang beragama Islam menjadi

masyoritas.30

Selain gerakan dakwah yang mengalami masalah yang kompleks, konversi

masyarakat Tionghoa ke agama Islam juga menjadi suatu masalah yaitu rata-rata

masyarakat muslim di Jakarta khususnya bukanlah masyarakat yang homogen

akan tetapi mereka terbagi menjadi Islam santri dan Islam abangan.31

B. Peranan muslim Tinghoa di Masa Orde Baru

Di masa Orde Baru peranan muslim Tionghoa dalam politik dan dakwah

dapat dikatakan tidak terlalu banyak peranan muslim Tionghoa, hal ini juga

dilatarbelakangi setelah peristiwa G30S PKI yang membuat Pemerintah Orde

Baru melarang semua organisasi keturunan Cina yang bercorak social dan politik.

29 Hasil wawancara pribadi dengan Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, Jakarta, Kamis 30 April 2009. 30 Junus Jahja,WNI beragama Islam, (Jakarta: Yayasan Abdulkarim Oei Tjeng Hein, 1991), 62

Di masa itu juga bukan hanya organisasi keturunan Cina saja tetapi semua warga negara Indonesia yang ingin berpartisipasi dalam bidang sosial dan politik, semua ini merupakan dampak dari kebijakan politik yang ditempuh oleh pemerintah Orde Baru yang sejak awal pemerintahan telah mencanangkan stabilitas politik dalam rangka membangun ekonomi yang sempuma.32

Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengurangi keterlibatan rakyat dalam dunia politik melalui fusi partai politik bagi rakyat menyempit termasuk muslim Tionghoa.Selain itu, pemerintah Orde Barn juga tidak memberi peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan yang dapat mendorong munculnya

SARA (Suku, Ras dan Agama) sehingga Tionghoa pemerintah juga menutup askes semua kegiatan dan organisasi yang bersifat eksklusif. Maka dari itu hanya sedikit peranan yang ditujukan masyarakat Tionghoa;(muslim Tionghoa) dalam bidang politik dan dakwah seperti dibawah ini. 33

1. Bidang politik

Dalam bidang politik dapat dikatakan muslim Tionghoa seperti tidak diberikan ruang yang luas untuk ikut berpartisipasi, tentunya hal ini dikarenakan pemerintah Orde Barn belum terlalu yakin membiarkan masyarakat

Tionghoa;(muslim Tionghoa) dalam bidang sosial politik, sehingga terkesan bahwa pemerintah mengakhawatirkan muslim Tionghoa karena sejak awal

pemerintah Orde Baru tidak pemah melibatkan orang-orang Cina;(muslim

Tionghoa) dalam pemerintahan. Oleh karena itu jalan satu-satunya untuk

32 Tharmizi Taher, Masyarakat Cina (Ketahanan Nasiona/ dan Integrasi Bangsa di Indonesia), (Jakarta: PPIM, 1999), h.134. ,,~. . . 64

Dapat dikatakan sejak awal masa pemerintahan Orde Baru hanya segelintir masyarakat muslim Tionghoa yang dapat berperan dalam bidang social politik hal ini juga disebabkan pemerintah Orde Baru masing menganggap bahwa masyarakat muslim Tionghoa masih bersikap eksklusif tetapi di akhir pemerintahan Orde Barn beberapa orang dari etnis Tionghoa sempat menjadi menteri yaitu Mohammad Bob Hasan atau The Kian Seng berbeda dengan masa

Orde Lama etnis Tionghoa mendapatkan kebebasan dalam bidang social ekonomi dan juga menjabat dalam pemerintahan seperti Tan Kiem Liong (Menteri Urusan

Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan dan anggota NU), Oei Tjoe Tat

(Menteri Negara, anggota Partindo) dan David G.Cheng (menteri Cipta Karya dan

Konstruksi dan Partindo).37

Walaupun di masa Orde Barn peranan muslim Tionghoa hanya dapat

dihitung dengan jari tetapi berbeda dengan kesempatan yang luas di bidang

ekonomi, masyarakat muslim atau non muslim Tionghoa diberi hak-hak istimewa

oleh pemerintah, hal ini pula yang akhimya menyebabkan hubungan yang tidak

harmonis dengan pribumi terjalin.38

2. Bidang Dakwah

Peranan muslim Tionghoa di dalam bidang dakwah sama halnya dalam

bidang sosial politik yang dipersempit ruang lingkupnya oleh pemerintah Orde

Barn dan hanya diizinkan bergabung dengan organisasi-organisasi yang telah

berbaur dan didukung oleh pemerintah Orde Baru. Hal ini dikarenakan setelah

G30S PKI terjadi organisasi-organisasi baik berbentuk social politik dan

"Hasil wawancara pribadi dengan Ali Karim Oei, SH, Jakarta, Jum'at 02 Oktober 2009. - .. .. . - _.. . ------. -- 65

keagamaan dipersempit ruang lingkupnya. Sementara itu kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru untuk etnis Tionghoa seperti pelarangan menonjolkan SARA (Suku, Ras dan Agama ) dalam publik umum.

Salah satu oraganisasi keagamaan yang menampung banyak kegiatan keislaman keturunan Cina di Indonesia, seperti PITI yang awalnya bemama

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia berubah menjadi Pembina Iman Tauhid

Indonesia, adapun perihal tersebut diubah karena sikap ekslusif masyarakat

Tionghoa;(muslim Tionghoa) harus ditiadakan sesuai dengan kebijakan asimilasi yang diterapkan pemerintah Orde Baru. 39

Sejalan dengan itu pada tahun 1972 perubahan arti dari singkatan PITI menjadi Pembina Iman Tauhid Indonesia, hal ini dimaksudnya organisasi keagamaan ini tidak hanya nutuk muslim Tionghoa semata tetapi terbuka untuk masyarakat pribumi yang ingin bersama-sama mempelajari Islam. Dua tokoh PITI

(Pembina Iman Tauhid Indonesia) yang cukup terkenal yaitu Hl'\ii Abdul Karim

Oei yang merupakan salah seorang pemimpin Muhammadiyah asal Sumatera dan

Yap A Siong seorang anggota Persatuan Islam Tionghoa sebelum Peranng Dunia

II. 40

Selain kedua tokoh ini terdapat juga tokoh generasi baru yang cukup

menonjol yaitu Junus Jahja, beliau juga mendirikan yayasan Ukhuwah Islamiah

pada tahun 1981 dengan tujuan dari yayasan Ukhuwah Islamiah ini akan semakin

banyak masyarakat non muslim Tionghoa yang memahami Islam dan konversi

agama ke Islam. Harapan Junus Jahja dengan terbentuknya Yayasan semacam

PlTI ( Pembina Islam dan Tahuid Indonesia) dan yayasan Ukhuwah Islam dapat

39 Hasit wawancara pribadi dengan Ali Karim Oel, SH, Jakarta, Jum'at 02 Oktober 2009. 40 T•• _ •• _ 1_L.:_ n_... L~ J_ •. , _,-_ vv •• v •• 66

mempercepat proses pembauran dengan jalan Islamisasi, tentunya hal ini mengingat babwa sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam sebagaimana yang terjadi di negara Thailand dan Filipina dimana masyarakat

Tionghoa menganut agama mayoritas penduduk setempat sehingga memperkecil diskriminasi yang terjadi di kalangan masyarakat Tionghoa. 41

41 Junus Jahja,WNJ beragama Islam, (Jakarta: Yayasan Abdulkarim Oei Tjeng Hein, 1991), BABV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesirnpulan

Dari pembahasan skripsi ini, penulis menjawab pertanyaan besar dan beberapa pertanyaan minor. Problematika muslim Tionghoa dapat disimpulkan

menjadi empat yaitu : pertama, sebagai warganegara keturunan muslim Tionghoa

didiskriminasi oleh masyarakat pribumi dan pemerintah hal ini telihat dari

larangan-Iarangan untuk menunjukkan identitas mereka yang tertulis dari

kebijakaan-kebijakaan pemerintah untuk muslim Tionghoa.

Dalam aspek politik juga sangat memprihatikan, mereka tidak

mendapatkan askes untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dan bidang sosial

politik. Terlebih status kewarganegaraan yang me~adi hambatan serta hubungan

dengan pribumi yang tidak berjalan harmonis. Walaupun sudah ada dialog antara

masyarakat pribumi dengan WNI muslim Tionghoa dalam membahas masalah

masalah yang selama ini serta

Kedua, kebijakaan asimilasi yang diterapkan bangsa Indonesia untuk

meleburkan masyarakat muslim Tionghoa ke dalam masyarakat pribumi pada

kenyataannya jauh dari yang diharapkan karena masyarakat Tionghoa masih

didiskriminasikan.

Ketiga, Usaha keras yang dilakukan pemerintah untuk membaurkan

masyarakat muslim Tionghoa dengan masyarakat pribumi menerapkan kebijakan

agar masyarakat Tionghoa masih yang belum 100% terasimilasi ke dalam

masyarakat pribumi tidak terulang kembali .

Kerusuhan yang berbau SARA seperti kejadian di Jakarta 18 Mei 1998 67

kerusuhan ini juga terletak dari kesenjangan social politik antara pribumi dengan non pribumi walaupun sebagian masyarakat Tionghoa sudah berkonversi agama ke Islam.

B. Saran

Kiranya salah satu kunci dari penyelesaian masalah politik muslim

Tionghoa di Jakarta tidak saja terletak pada system pemerintahan yang terbuka tetapi memberikan kesempatan kepada masyarakat muslim Tionghoa untuk ikut berpartisipasi dalam bidang politik, serta diberikan kebebasan yang selama ini hanya ada dalam setiap kebijakaan pemerintah melainkan kebebasan yang riil untuk masyarakat muslim Tionghoa yang diwujudkan dalam KTP (Kartu Tanda

Penduduk) tidak lagi mendapatkan nomor khusus dengan cara itu bahwa rasa nasionalis masyarakat muslim Tionghoa kepada bangsa Indonesia terlaksanakan tanpa paksaan.

Hendaknya pemerintah lebih memperjelas kebijakaan yang paling cocok untuk masalah Tionghoa di Indonesia, karena apabila berkaca dengan masalah

Tionghoa yang hadapi oleh negara Thailand dan Filipina dapat menyelesaikan masalah ini tanpa kekerasan, oleh dari itu dengan harapan yang besar perrnasalahan muslim Tionghoa di Indonesia dapat terselesaikan dan tidak teulang lagi dikemudian hari. DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A. Coppel, Charles. 1994. Tionghoa Indonesia dalam krisis, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Amin, Budiman.1979. Masyarkat Islam Tionghoa di Indonesia, Semarang: Tanjung Sari.

Castles, Lance, 2007. Profil etnik Indonesia, Jakarta: Masupjakarta.

Djoened pesponegoro, Marwadi, Nugroho Notosusanto.1993. Sejarah Nasional III, Jakarta: Balai Pustaka.

G.Setiono, Benny. 2008. Etnis Tionghoa Indonesia dari masa ke masa, Jawa Timur: Media Informasi dan Telekomunikasi.

Ginting, Lo SH. 2005. "Merintis jalan pemeeahan masalah WNI keturunan Tionghoa (1977)" Leo Suryadinata (ed), Pemikiran politik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002 eet I, Jakarta: LP3ES.

G.Setiono, Benny.2008. Tionghoa dalam pusaran politik, Jakarta: Trans media,

Graaf.H.J.de et al. 1997. Cina muslim di Jawa abad XV dan XVI: antara Historisitas dan mitos (terjm).Yogyakarta, Tiara Waeana Yogya.

G. Tan, Mely. 1981. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia (suatu masalah pembinaan kesatuan bangsa), Jakarta: PT Gramedia.

Heryanto, Arie1.2005. "Jalan di hadapan", Loe Suryadinata (ed), Pemikiran polilik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002 eet I, Jakaerta: LP3ES.

Jahja, Junus.1999. Masalah Tionghoa di Indonesia (asimilasi vs Integrasi), Jakarta: Lembaga Pengkajian Masalah Pembauran.

Jahja, Junus. 1985. Muslim Tionghoa, kumpulan karangan, Jakarta: LIPI.

Jahja, Junus. 2002. Peranakan !dealis dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya, Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia.

Jahja, Junus. 1999. Pembauran dan Islam aneka pemikiran, Jakarta: Yayasan Haji Karim Gei. 69

Jahja, Junus.1991. WNI beragama Islam, Jakarta: Yayasan Abdulkarim Oei Tjeng Hein.

Jahja, Junus. 1984. Zaman Harapan bagi keturunan Tionghoa, rekaman dakwah Islamiyah 1979-1984, Jakarta: Yayasan Ukhuwah Islamiyah.

Nasuhi, Hamid, dkk.2007. Pedoman Penulisan Karya llmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES cet 8.

Nor, Huda. 2007. Islam Nusantara (sejarah sosial intelektual Islam di Indonesia), Yogyakarta, Ar-Ruzz Media.

Murata, Sachiko. 1999. Gemerlap Cahaya Sufi dari Cina, Jakarta, Pustaka sufi,

Madjid, M. Dien. 2003. "Jaringan perdagangan masa kerajaan Islam Indonesia ( suatu kajian sosial ekonomi)" dalam Abdul Hakim, Sudamoto (ed), Islam dan kontruksi llmu Peradaban dan Humaniora, cet I, Jakarta: UIN Press.

Mcrillees, Scott.2000. Batavia in Nineteenth Century Photographs, Singapore: Archipelago Press.

Onghokham. 2008. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, ed Wasni Alhaziri, Jakarta: Komunitas Bambu

Poerwanto, Hari. 2005. Orang Cina khek dari Singkawang, Depok: Komunitas bamboo.

Ricklefs, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern, Gajah Mada University Press.

Salim, Emil.l991. "Membina keselarasan hubungan antara pribumi-non pribumi" dalam Junus Jahja, Nonpri di mata pribumi, Jakarta: yayasan Tunas Bangsa.

Silalahi, Harry Tjan.2005. "Upaya marathon pembinaan pesatuan bangsa (1984)", Leo Suryadinata (ed), Pemikiran politik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002 cet I, Jakarta: LP3ES.

Suryadinata, Leo. 1979. Dilema Minoritas Tionghoa (terjemahan) Wilandari Supardan Jakarta: LP3ES

Suryadinata, Leo. 1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa, Jakarta: LP3ES. 70

Suryadinata, Leo. 2002 . Negara dan Etnis Tionghoa, Jakarta: LP3ES.

Suryadinata, Leo. 1990. Meneari Identitas Nasional: Dari 1]oe Bou San sampai Yap Thiam Hein, Jakarta: LP3ES.

Suryadinata, Leo. 1994. Politik Tionghoa Peranakan di Jawa, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suryadinata, Leo. 2005. Pemikiran poUlik etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002 cet 1, Jakarta: LP3ES.

Taher, Tarmizi. 1997. Masyarakat Cina, ketahanan Nasional dan integrasi bangsa di Indonesia, Jakarta: Pusat pengakajian Islam dan masyarakat.

Toer, Pramoedya Ananta. 1998. Hoakiau di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya.

Tjandrasasmita, Uka. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia: dari abad XIII sampai XVIII masehi, Kudus: Menara Kudus.

Yudohusodo, Siswono.199 l."Kelompok bisnis dalam proses politik di Indonesia", Junus Jahja (ed) Nonpribumi dimata pribumi, Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa.

Yuan Zhi, Kong.2000. Muslim Tionghoa Cheng Ho, Jakarta, Pustaka Popular Obor.

Wibowo, I. 1999. Retrospeksi dan RekontekstuaUsasi masalah Cina, Jakarta: Gramedia.

JURNAL Jurnal PENAMAS nomor 31 Th. XI 1998

WAWANCARA H. Ali Karim Oei, SH

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok 71

WEBSITE http://adibdata.blogspot.com/2007112/tasawuf-dalam-pendidikan-pesantren.html http://www.indonesiamedia.com/2007/02/early/sejarah/hubungang.htm www.wikipediationghoa.com http://muhkholidas.blogspot.com/2008/07/peran-katalisator-muslim-tionghoa.html http://www.cityu.edu.hklsearc http://www.cityu.edu.hklsearc

• LAMPIRAN-LAMPIRAN ------, '-

"

rI! . ! I.I

";,'1l )Iil)lI •

,I, _~~~ !.~.~:~J .'~~~ ~[_I!f!.!.. !:~~'~J~£_: /in{~:~~ I ,- .. !.:'. I' th..lHUK : I'" lAllUl: IlJL) i' ,I; . ,. -I , (.'I I'

(J";Ih-~·..1 U: J9J1fl':. j<.E:'I,,:::rCJy.l.iO d

YJ4HJ lu(a"9 \i.tj;ti ll:dlJd,tJ' ..... f ;'!i"'tll:~."'J I tldllflC~ i oJ St:lllhfJlJJ I;ii d • i, • i i i i I I' 2. t.t:lt:tJI•• 'n ."lfJh~ 1;0. :,X\'li/I:FI: ... /;;,t..t.; U.j!.J II I "".='.>.)1 II,JIl ! ' I)" Pcnjtd,Hi.fl ",'s<11 1 Jy.l( (J). :.

h[f;~ HiS f1wr.s tl'Alt ,t11 • I "j: ! .. ~9Jfll~. f : t. 11:::lItcr" i ' . .! : l... Hentl'ri Odltltlltli'gt!ri. _F J. ~~9cn,)fl U,;;(ja;l I.IJfI Aldt 1'('H,~r1f1t.:.!1 tJi PU';lt t1JII O.H:rJI1. :1: ,I 1 , U n ( It I. l'h: I J I:S t' :IJ ktl II ~ ~11 i J .ll. ~..I1l J..Il/ pui. .-,.t. ,/iI.';lyeIlJ 1 ... -J:I.I;,). j.I.:j..t~f-{.JyJ "Ill d.lfl JJ.a i:.:lIJJJ{ CillJ !.~t'''':'JJi t,eJ·U·~{ :

l.l' ?ll~i;';'IA !f,I I .. f ';"'''"Jrl lL,hlJ{tlYl.1. lJ(J<:,jf",) iUJd.dl (in.;., iJ,·.J 1:1"_1'11 I il.i .J-';IJl.':;. I f

® : -

I ,I 1'l:1.1/,.I.HI In.·I·J/".:H l'l'~LI J'jJIIl.1 '':.JII ,.d.ll 1·.~I .• ·tl.l( (11'.1 lJlI ..du· ;1 I.ill ~CCJI'd litlJI. U'l'{lY~li,": Jj lll'll,tH U,:l.I,I,. Ih~l,11111..111 tlil,iJ..,IJIl 'I

OJ I.:Hll 1 ill~i.UlllJ.I.ft ~,clt.Jr'IJ. ./ I

r.cTIGA f/chellt uJ 11 LJ t j lJ~d d9

JII j"loLok iui diJlu(' Olch t-Icflccri O,lld,O u"'1eri OcrS.Wl.J-5'':,'';;J , J ... i:!.,) A9U(I:J,

Ii :1, ,Ii I. , I; , . ,I IJlt~lJllld" ~i ,l ... ~arto

~IJJd ldll'J'.J.1I, (; fh~'i':llllil'f' 1111.,/. :i .' .

/, SO[llf.l

; I i .,: ;\ ~~=--.,.-- '''''-'''''-'------~---- /~-'~ .. '~

.' .f ,. .'

• ; "\

r:l I'U IU',All ~Ur;,\: V'I _Jl\::~,~_A{;urIG -tlL/lIllll f\l:N Ifl, 111Iljb\.l.lJMNI Ii[Grlll IIMI \ \- IIll"!UI.I K IIIUOII£S I A I 110.; : 67 1AIIUII l"~O ; , 110. 22f. IAIIUII I~OU ~(fCI l'/J.A/IDII~80. 110. .j

'! l(llTNIG ,'£IUIIJUK I'ELAY.S,\IIN,II IIISlliUY.SI I'II[SIU[II IIU. 14 If,IIUII 1%.' I TUITfJIG AGNU\,. r.EI'ElICJ\YMIl UAII /lut\! IS1IAUAl (,""

1-1[1( J(IiI AGN'\!I. I-:Ell1£llI OfJ.N1 Illt;En I 011" Jnr.5A "GUIIG "(I'UDllI: IIIUOI([SIA . ~ :

: 3. LJJhwa doiliun mehr.sanaLJll ~ctcntlljo-t:(:t(:nttltln Iscu"gdillld:ICl til i~!hun m.lY-sud oleh tnstrul::."i1 fres aden. .,ItutilOr H 19£il t di OJCndl-. , -: ; I..:I·S,)lu.ll~ j1~f19cr~idl:d~fll:e- UJCfdtl till1sih 1;.c)u:n tl.'rd"lIlJ.t adllnYd .1 I : I ser (\ 9401311 t i m.Ja k. da 1JllllUenlIl19.\llllQJ Sol l..JII-UlJS d !Jh yAh9 ll'lL"!IY dlOg· i I kul keg;aun (,to C''-' iu.dJl CIIlJ yM9 IOcmlllU a~pc~ .r!:,,- .~' i \ '.1 ~JS J,;ultut"dl }"Jl1g, Lcr:,;ul.lucr 11011.) fH~'Jeri \clul,ur"l\Y.1'; • t , i u. IJJIHiJ untuk. lni:uJamtft t.:rc~ft.t'ny..! ~.d.iJr~w dJ11 lUJui:.l\ s(l;J(JJi~

J!l~ll.l lcd:,':J1~iJl\9 ::hIJI~ ln~.tr;.:~s' f,"c£ !lkn tel ~d.tll ~~I·t.:. ttl~~ tlJpJ(f1f,1 'tCS.llu.111 IMI'JI.JJI dJfI li(;~JI: YiJlI!J lC:I'.:.tlll, dilJ,:lltJJlI~J

111:1'1 u unl:lk htt.'u'Jdlur llJIl 1:Il:tlIJ~Jd :.J..\O tJ t.J -: JfJ PUHJ J"t.HIJII

\.I.l11 p':ltC'flilloln f1ICII!J",I.li 11.\1 lcr:;c.:tllil t.t!l"j.l1l '$\I,llu I, ..dillljui

1',,~tJl'i11I1J(\lf lIJ91 1\(1,,, .. hll' ';clld"'~,IlIt\ til ItlL:I>!" t1.I\t1~11 1":11\1'"

Kt:tiu tU~411 UCI~~,!l~I.1 •

• 1'It.:l1lJilltJ~t. t. Uf\tJJO!j ~CflJJlIg I:Llilor 1)" l..llJ\llI '9ii I l t.:lll~ll~ i: ..: ll:llll/ ..lIt ·i:~l ,.oil l UJ:' Pul.lll:; ~:c.~.Jl-,-;JJ'i it. I.

2. lIiIJ.1I11j-UllJ.JtlIj "liu,;lur S l.llltlli 1:;/~ l..:lll,)IIIJ :·l'kiJ\.;·llol~r 1'01,:('11'­

t.\h.JfI JI U.JL.:I:.I:, ; ~' ,',

/" , , ., ( -Z -

4 _ Ecputus

Sj\1 el~p.Jrl~..c11 ; I' I· I • , i S. I,,; lrur.s 1 Pr~:)idclI Ifottlor 14 TJhull 1961 lellt>/,(; A9""'l. kcpcrcJ- J. i­ I· Y6 d O ddO dddt ts~iddJt (;n4. , . , 1I£I1UTUSKAII ! ' "

. Ml:neL1pk~1(1 r.U'IJIUSNI !1[IlWIf. H[IIICHl Al;NiA. /1(/11[111 (IAINI IitCflll ~!lJ1 JAi~h , , I. Al;IJilti III !'lIIJt 1/; IIi[!OI!l'~ lA IlN JMIG I'L JullJUr. I'll AI: ~AlIMIl ~Uil JIII.'.I1- /lANI /,OW/; j{(J/G(1I1)1 AGJ\I·IA. W'£«CAlMI/ 11/IJI A:J!\T IST!AUA[ [lIIlI!: ! I f£RTNIA 0.., lam melJ~5JnJkdtl kebij.:l.::>dlIJJH 11otOk. loeng~nai J9iJIlldt i:cpercd- I yitlln dJn .sd't L~:';oudt 'ina SL'bJ~~iJllJlld tllJtur d.1JJIll dikttsJn-dil:.­ i I i ~ , I : .' ~;;'-l.l instruk~f Prc~JdC:11 lWUlor 14 Jahull J9CJ1. dib!."rikJn pclUIIj~l:. I i . ., ! ,; • " I. Diktu;n' P£/tfN-11\ Jnpres yJrlg fD~lIydl.lkan "rJnp.) mCIlguI'du9' j~- j " ;. 'Uf[ldll.. kclcJ:fJs':'!1 memc1ut. dgi!fltJ dJI1 menur1<1ik~n ilJJdJ(ny.:J. t4-' 'I ;: t,l card ILJiJdJt. CfllJ '}'Ilng tj1ftl1fitki, ..iJspd:...finlc,):; J.ultllfJJ , , 1 y.lll9 Lcqlu~Jt ~ p...:dJ nC9~r( Ic!tlllvroy.l. pl~lc.1hJII.J,JIl~IYd JI.lfU~ ; di tJlukJ(I sc:c':l!".l Interll dJhm JluVUIt9.10 b.diJJrgJ dt"h.l (lcr- i • '-'.' . ". , I orJ.119~n" lliClluat pOkoJ.~JI~lok piU.-'Jft : I i I 1 a. Jcll;lioJn r.clelu;Js.:J.:ln, . lhiflu~Juk d9o.!l:IJ ddll c;~lluIJ.,is..,IH il.Md.Jl.- ! ,. ! ; (Ira. melt9?od

mdftj'J dun iepl!n.:.1YJ.tIIlt)'J.. i tu ilI.l S: Ill) -111,1 ~ il.'J. Sql,lII) J .If) til.'lk ucrtl'lItJnUJ/I dcng

2). Y.l..'tCfltu.W ltd 1;:~t,.ljil.Jl:Jn h .. uoeri'lcd'I..·llliA t,,:,·IIfH.J":':11

Jd'l tlCI1IjJtUI' h.:r.. Ydflg pdJill-]

lcn,I,I~tlk hC{l;(".H1.H;' ClfI,1 III 1f1~J.IH;:·.. i,t 11,11.1 .• / 1,,11W:{,1I

,1'j,IlILI I'.lfl !-1:jll.'f\,IYI.l/llly.1 Iltl, v'f'l "tPI.~I··('I·II.lf ·.t··.. I·JI

1":11.:.111 ,Jl.'l:luiI1..l,I,1 (J~J ~~·IIIUI/I.,111 1.",.1 ... .1·'.,1 t,'.' ••f.'·...III",. 1'.\(/1,.1:.11.1 tJ.lI/ lllll) I'JI:t. ------...

- J - •

b. TiltJ {.If.J iL,\(j,!l (lllJ y.11l1) 'ht:lliliLl J~'IH: •. Jfillit.l'j 1.IJllUl",J1

,y.hl'} l.t:I;,~·'IH;' 1'!'~J IIC;'WI. l-:tuh.J( ,d,l.lh ',1:",11" t,t'litl/i. l.(:­ 9 t..:.ldll :'Cl.hIIJ.11 fJl!,.4:I.JUJ.1I1 d.l,.i 1.I'jI'J',.I,;".11.1I1 I.'lft" L"';,".I.HI. "t'· rokll':IlJiilli

t:cg:c:Ju,1I ilu J':P<.Jt lierup"

r-cSlJ (19.10:'1, PCf'J:lJillJO lior.g. t')r1 $if196 dJII 1;:ill-IJ10 ~l:ft- tv,," yang serupJ deo93n itu. • c. Peoldl.S4J(fbCln kcgidLJn tt'cscllut llo91.a III ..i.F .3tJS hJl'us di l..rtoJ,.all :

I J ~ Sec.lra intc-HI dd t.sln itvl.tUl1lJ~U f.du.lrg.l. Yd! lu (Ja l.ll':l . b.. ­ • tiH I iogJ;ungi3f1 rumitJl l,l(uJga l.l!luJrg.; 1')fl"~ btr:.,o9J:uC.III.

2). SCColr.l inttrn dJbm'lUUutl9<1n pCioiJ"r:gJfl.. )'ditu.d.:lJJm bat.ls lingkuogan ru"J.lh UIl39d l.eJu.1f9d dt.W daJ.ll'l1 bJ­ tJS liog•. LHlljJn t<':I!lP

pcrOfJll!JJ'1 I:hh1jJUU 0 Ic:h ~c jUt'll IJil orJ"~.

<, OIU,,,,, KCWII t"l'rc, i"'''~ o"",y"llf".'1 '1','I"fo""'I'\'/d1'1,'" "ntd­ ')~dlll.) d.J11 dtfJt i!;(I,H!Jl CluJ. cf.ilolJ-.uI.Jll ~CCJ'·" li;JJI. 11I<'·"1u1ol. didcpall lJI.:lJl1I, lUcid i'li.Jn di J.,J.uf:.1u dJ.li1m I ;tl!Jr.UIIC:JJtl k~lu.Jr'}J··

adJJJil scyJ 1.1 Lentu};. l:.egiJun' (t."' ~~LJut tid:.!J: untu}. dij.JJiJ:.,n

tOOltO(l:Ulllll1•• Ol d.lU tid,lk:lJc('tCf'IJ''-it di j~~'-'lI-jJI..In. tJJIl'Jun.l(c~

b'::lIgUiliHl t..;;;lunt dL.JU di Ltilfldl-lt:li:pJl l-::f:"dJ LJiuhyJ UlILl1l u-

Il'UJ/U. kccUJ I i del L~:&i oa \:tis: ~ i(tcJ~un'J.Jft rUl.ul:" tdIlCj~,~ d L:Su J.s 1.11lI LJJtJS !!ngr.:,wg.ln tcr"pJt ihtlddt .1.11::: Lt·I.,,, tlill.·UlllLm oUluJ. itu.

:o..·I;'V~n t i dtd: n:c:IYIJl"J:.!J i k~ l~n lUJI1 hoi.i,... t; r·~;I'.1 k:,. i:d.l•• n.,J.

p(;nJ'~ ICW9!1arJ ~t:9,j I" WJC :loll .lH.',llu}. i..c~ i J i.~" ~~:l!;J 'J J i..;,lliJ It·r.... f:L., l -1J.Jda Uil.ttl;f' j'[UfNtfI .:~~;.utuc;i:tl DI·r:;.J .... ) i"i. lJi ..·ec'l:.II..11l jlc.-.;tlq- OCiJJtI/:I~ ju.ln dJri IllutJ,""dyJ 1M ' I , bCrSllOljkut.1ll. •

KfTIC,\ Persetuju..JO dJrt Kep,)l~, O.1erJII Tinyl.Jt 11"J'.IIIJ.l;t.:r~.lI'9l".lljn.'S~,· bJ

~dil set~lah IUClld~:l9~r Pl:ll.JJ~htt -lH:,ld.liJJ.t J.lfl l.':::-p.ll.:J ,....Ju{'J, .. h.·­

p:I,-(l1:':{'(J A~.Jr.;J 'ddtl }~'_·P.J IJ '::t·j.lbJ.JO :i'·'J'·ri (Pti',: (I h·l"~.1 C:t.'IH!-;''' .'

,:. . • ,

- 4 -

Gvlh:rll:Jr J~cf13IJ .:~ TiIlY'.Jl I dl~dllLu ull::h r.CjJJlil "',JUWI Hi­ Lij.)" [J.~J1drtt1HCn {.:jJ.l41 d.J11 r.('p ..Jlcl J:cJakS.liin ringlJ i sctclolf.:: l t:le­ (I{J'lH_\~i ddll illeny~lcsi1i~.Jr. PL:I1::.lSaldhan y,,"g tilnLul dJldfR pelar..~ 1..:1ll~jn t:.'{111\liu~..,t1)\t:t ~di:'i1 h~1.

HUM!, Poko~-pokor. pll:irall )"JfItJ !~lrI1JJul htJr II~jiJ~II~19' iJ···l i:~~~!~J~'''i~'' ,".1 "jj pf.'}at.~~H:aan ;;~!:rupClI:Jfl . ' . fnt dICtllllll:nr"lil !.d'J)1l1 IJI1lpieJo dJli b:-;' ;;. 9ian.· tak. terpiSoll,kJn dui t:cp"(USJn BersJm, i"i. ./ .l ! , . I· '; . , . r-HlINl If..d -: !Ial"y;:ng belc,..ro cu};,up didcur ddhlll t:e:pUll1:i.ln DCi:S<'rr.J illi. .Jkan di4itur IclJilJ li'lnjut d:llJ:ll h·tcntuJn U~nL:i\dlri .

.~.

~TUJUII

,. lHl<:tJfA.ll1 <.II ·J.1kdl·t4. rl5.]J ldll!11i11 15 OkcCJbcr IlJiJU.

i JAY-SA AGU1 ••;. . '·;£IIT£Jlf Of.lNI II£G£llf • .j ,

; ( ,i-:-;:?l3'11<-n-.~:..-c ~,./'( '· :~ ; .! ;'·i- -'" , ! 6 . ..: . , ' r,Ll SAID 51/. ,.

PERPUSTAKAAN . U1N SYAH1D JAKPJri

,. ------.._--_... _-- ... _._---. I /'~----'.------.

,/ ..... (i),

l I , , U(HSi'.J.!.\ .~ !' LI\:-IP I Mil I:CrllrUsr,11 ;. 1 , . , I. . I ftGNt.t,~ r,GUIiG j' ,. 'I 'I, !IEU!CRI !1WlfUI IJI\lfJ·J IICGEn! VJiJi JI\I:SI\ .' !./ I. 'I I, I • • , .! • " ;:'! iii . , ; ·l ! I : I. [JonOH ~7 .T[lil'.':: !9i'·O ~ /.. I. .', I , ;:;:li.".. , I, ~ : 224 TI\IIUII 1900· " ;' , .; ; /lOl'va ..: :,.;' ' : !. 1/00·lOn KE?-lIIIJ,A/IG/I?da J ' . ; ,

. POKOK-POr.OI: PIY.JfWI " . f'EWIiJUI: PElAr.i;·~lIrv'.1I lIIS~flUr.SI rR~SlnEli 110. Iq rMIU!' 1%1:: , . ; lf11TNIG i\Gillll\. u:rEflCi\YMII ON! i\Ci\f ISTlfoiJ,\r ClIIt, .,'i. .,.

. 1'I; 1 ~ - PL'l;,OJUrilll tl.J 1JfIl' lell i dUpil,11 ~ tau i.J ~ im 11 J. SI ! yilf.g 'fL'C,} rd. lCJ(l~Cp~ i UII'" I d j.... ~c lU~ S~I.lIiJ ! J tJU s: cj.s k: ... h P'CIlIUdJ I?ZlJ. dl;f1 r.lillud i iJ1I .le fflUjud UJ I.:WI IldlllLlfl

J. OudJyJ Y-109 bcrk(~uU ..I.119 darl Ilkl~jll!J -1I1J!;iIl9 illJlviJu ;.T.iHJ l.e!ofl:I'O~. lr.J­

~y:,rl1 toll lc-rsclJill \L: llmr~yU' :'cr$.lllllLcf 'OJC I tJ,Ji Jill f1(J,1 t t.~ t:JtJa t'. h·l'<:l-CJ·' ,ydiJR. r:l.Od3f1~~n hhJup/filsafal. "9J013 ydng Itidllp

• 0 • o' I :gi~ ;.0 • 0 tcrlJlJ.na bagi h'ilfgtHH.'9Jla.0. kcturUnJll_. Cina. F:).Datal\ 1tu ciselJahkao°l..1rroo.1 l.uJaYJ ylilly tHIIJYdt1 oldl ~cuJ(JiJn dol- . ri me'rela ~tau nL'llclt nluYJlllJ lhl;:;-t,.·KJ vfllUlnl1ya Lt:"'~' iflJtu~ b:il~'J(:~·i Idu~ tIU.- (ina ~~l:d I ipuo ~cn.!,ka {I Idh u~ral..l(ld-dl.J(HJ IIlcltjJdi pt:f;duduk J'IJOflt­ I! S i~. , ,i

/.-.:c".----.,_- _ '--.--~-----_._-- /'.' ! //. .) .1 I' ® 2 -I :. ,·1. .J ,. . :; !' : i s. rok.o~ pHirdn )'d"9 UlclolldJ~1 ~e1i1Jr(l~d kC\'.iJ,)I:~,\{;'IJll i.lluws yJlIlj mc­ I nYdltglul I:chitlupan wJr~anC93r~ Indonesia kc:tiJrun'~\ Cin~ ~erstl;ut ~,IJ­ i lah unttJ~ lcldh'tIlert4orong tercipLlIlYa. ~e.)dJan/~uJS3n3 1d09 diklrJI,t

da f>-1 t men i ogfa t r.411 lied dng sUl1yny~ prose S Pl!J1IUilU (0)[,. C'J.l deliS,j.n :ij,.J jJill! I .( 39,r oeddt-istiAtJJt (:1Jn kclddSJdtl Cllld fAng bcr:Vfr."Cf ddri lCflcrCJYJ.l1l acre'a tfd"k "'cnJadl pcnghJI,ng bagf petnbauron b>"9

6. Stj.JiJO dcngdo kt!bfjar.$dflJdfl lcrscLut, f'Ct'lcdnl31! (lICJl~illllin I'c~.It';Jlt·.,­ .1n pasJ.l 29 UUO 194? lCI'.nJ~l1k flak orang-or.sn9· mJsyardl;H ketun.:l1d,1 'Ci­ n~ untu~ melakut4fl Ibadah J93m)/lcper~draJnnY3. ,i .: ! 1 ~7. Jdlll-Ir,dll kcvt:tJasaTl untuk melaluka.l Ibng dlwf IJyah Indone- !, .. B. O!!ngJII pt·o3c.'pil.l:I "f31:: ~ "riJk,)o rituJI SCuol9Ji bagidH d4rt budd.l'd (ind lerscbut dllnuk3 vull;m, It'!a~3 pcrisL(...a tCr"Si:lJl/t .l:~n 'ilcr.~IJCI·t(:lJdl r~~J "ke-C IUd -an" dtln nl(:C1jauilkdfl raSJ "k::-I(juuflc~iJ ~,H1I. liM) i sr.:Sl'(... r~'I().

OlstJ:npins: 1tu ar3~~arakJfl rilu~l ini (Jell..", .j

ot h~lh)lj4 f .lr°olk-; i lJuU,lyll tMhlil "ldtUjU f!lli,1I1(:,".1 1t)1i',)';:' I H.41 • I:Jn:,.J kJ­

Ilol'''l)',1 tICfl~IJllodt.'Jl t:;,lltld.lt/l,!1Jlil.otl.lll YM!:'; :/<.;1\1;'..11 Oilri U~lllitl 1J1I·lt'~ : ' . }'4 df luur wil~rJh·lflJ!o.tnt'Il"J. ".CCU.l1t Idun'tllJ:; Ll1ddya lcr~clJUl4Wd"fl

'j' bCfatuJturasi 4cf~~an.bud.loya Indonesia. . c... ;.. ••-' '

9. OcnytJll '.Uflrc.-:i 'I:tJ~'H 1.1,;11.111 1967 Yo1(\9 fJIdl.nJ 1I1ll! jL'Jt,jU 3fl.tl.tll tlnt:s!:

fne,ldor.:JoylumlJul,lly.l ~ i kdfJ pl'ml.:a;r,:I, ~.J.1 L",t·.ltl:l: t- t..: •.•. , I r (1,>,1 .. J;l: ~ II. ,Jt.'IIi': - . . -sid-dn" scseordl.9, mJr..:1 keLJljJks,sndan ilu ~d.JJ iji:.s ll:t..lp IlleflljllurnJti noll::. (]JO ....flJ!:~~,slln .-::

fl9urL';'111fltl tJoHl Illl'fl:J'J,II;~(jlj kC~t:r.Hi~l1 hiolfjJ t.lJI.:.·', hlltlJ)'J mJ:>YM')~.lt - • I nUi-HIt ~ i J• ."..------~--,.,...... _.~'---_ ..- ... , ... ,...... -.,------_....._--...... _...

,Jon bersih yang setelah I Januari 1959 diperoleh karena " kenaikan dalam gaji pokok. Pasal 5. .. epada bekas anggota tentara, janda dan/atau anak yatinr :, yang menerima pensiun dan/atau tunjangan yang bersi­ ,lin dalam mata uang rupiah berdasarkan gaji pokok yang

:lIl11 I Mei 1952, diterikan tambahan penghasilan sebesar LEMBARAN-NEGARA ;. (seratus enam puluh perserutus) dari pokok pensiun atau mgan yang bersifat pensiun; • :i I Mei 1952 sampai I Januari 1959,diberikan tambahan REPUBLIK INDONESII 'hasilan sebesar 1257c (seratus dua puluh lima pcrseratus) No. 128, 1959. USAHA PERDAGANGAN KECIL DAN ECERAN pokok pensiun atau'tunjangan yang bersifat pensiun; DAERAf1 SW"TANTRA TINCKAT 1 DAN II SER, :J I Januari 1959, diberikan tambahan pcnghasilan sebesar StDENAN. DILUAR tBU KOTA, LARANGAN, (jima puluh lima perseratlls) dari pokok pensiun atau Presiden RcpubJik. Indonesia No. 10 lahun 195~ Ingan yang bersif3t pensiuJl. lata.ngan bag1 I.1saha perdagangan kecil dan ecetan ['amballan penghasilan menurut ayat (I) pasal ini adalah sifar asing dill..l:'U' [bu Kota Daerah Swatantra tingk: ri pajak. sert'J Karl:Siderln. 'e!aksanaan d:lri pad.! kelenillan dalal1l pas:J1 ini diseleng­ I:.mgsll ng 0 Ie hillSt0 I1s1· i 11 stlnsi pe III ba y-or pt:'l1si un ' atau n yang bersifat pcn~un YJng tefl1lasuk d:JI:1111 apt (I). Presiden Republik Indonesia, Pasal 6. Menimbang: 1! mengenai pelaksanJan ketentuan-J(ctcntll:Jn dalam pe­ a. baJllYa dolam rangka m·oIaksanakan Indonesionisasi ,ni diatllr oleh Menteri Mud:J PertahJnan atau pejabat yang usaha perdagangan pada umumnya dan sosialisasi a ny:L distribusi pada' khususnja, sesuai dengan perkerr Posal 7. usaha-usaha nasional da~ dengan program Kabinel I r::J n Presiden ini Illulai 11"rl3kll p:Jd3 tanggal I Januari dianggap perlu menetapkan peraturan ten tong Usaf perdagangan kecil/eceran bongsa asing; sllp:Jy:J set lap or:Jng dapat l1lengetahllinya, memerintah­ b. bohwa periu diambil langkah·Iangkah yang konkrit )~llIl111mal1 Per:Hllr:.l11 Presiden ini deng.:lll p~nel11pat::J..n pelaksanaan politik, seba:,aimana digariskan dalam cl1lb:tr:Jn·Ne~ar:J Repllblik Indonesi:J. Presiden pada huri peringrtan ulang tahun ke-XIV Pro Ditct:Jl'kan di Jabfla Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 ~ustliS 19 padJ t:Jnggai 13 Nopember 1959 ngenai dimobilisirnyo mo'.:ol don tenaga yang befeora Presiden Republik Indonesia, ressil' dan yang al::Jn diikU'.sertakan dilopangan pemba Mengjngnt; SOEKARNO, Dilll1d:.1l1~k:J1l I. P:J.s::l1 4 o.yo.t (I) Und3nQ~llr~~:\no II~~"I"" ~~ ~ ,,·,_~··,·····,··~···, ----_.-----_._---=.~ ,,~--_ ~ 5, l .. d'.'_r.... ·_·...... ··"'···z-"'-"'--....--..r...- ....'- 3 ...... No

2077/M/Perin. Perdagangan No. 24 JO!M!Perdag. tanggal3 September 1957; BAB 11 Undang-undang No. 79 tahun 1958; LIKWIDASI PERUSAHAAN PERDAGANGAN Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 2933/M tanggal 14 KECIL,:ECERAN ASING. Mel 1959; Pasal 2. Pengumuman Pemerintah No.1 tangga12 September 1959; Mendengar: Musyawarab Kabinet Kerja pada tangga! 3 No­ Perusahaan-perusahaan perdagangan kedl dan eceran mber 1959; sifat asing yang terkena larangan berdasarkan Surat Menter; Perdagangan tanggal 14 Mei 1959 No. 2933 Memutuskan: harus :utup selambat-lamb.1tnya pada tanggal I hnl ,\'knetapkan : , dengan cltatan : Peraturan Presiden tentang brangan bagi usaha perdagangan I. bahwa terhitung mulai "nggaJ berlakunya Peratural eil dan eceran yang bersifat asing diluar Ibu Kota Daerah Swa­ ini diambil langkah-Iangkah kearah IikwJdasi perusal ma tingkat I dan IIserta Karesidenan. sahaan termaksud; 2. bahwa ketentuan rerseiJut tidak berani' bahwa or BAB I c;ing yang bersangkutU!' harlls meninggalkan temp, DEFINISI PERUSAHAAN PERDAGANGAN KECIL/ nya, kecuali kalau Pengl!'asa Perang Daerall berhubul ECERAN ASING. keadaan keamanan mene\apkannya. Pasal 1. '.'Jl1g dln;aksud dengan "perusahaan perdagangan keeil dan . Pasal 3. ran yang bersifat asing" dalam Peraturan Presidcn ini ia!ah pe­ Kepada perusahaan-perusohaan termaksud pada pasal .1Jlaan-perusahJan yang dikenakan larangan bertlJsarkan Surat gaori kerugian, yang ju\nlal1nya ditetapbn dengan c ,utusan Menteri PerdJgangan tanggal 14 ~ld 1959 l\'o.1933/M, kelaziman setem~at oleh sllatu panitia, yang dibentuk 01< '11 perusahaan-perusahaan yang: Daerah tingkat II (Bupati) yang bersangklltan dan )'U1 niencari keuntungan dari pembelian dnn penjualan banng tan­ cari Camat (Asisten-Wedam.) yang bersangkutan sebag pa mengadakan pCl1lbahan teknis pada barang itu; B.O.D.M. setempat dan ora,ig-orang yang ditLlnjuk ole meiakukan perdagangan penyeb'aran, yaitu menjJdi penghu­ an Perdagangan Dalam Negeri dar! Departemen Per d~n bung terakhir untuk menyampaikan barang-barang langsllng Jawatan Kooperasi do.;i Depnrtemen TransJ11igra kepada konsumen', per:lsi dan Pembangunan Masyarakat Desa atau oleh melakukan perdagangan pengllmpulan. yaitll memb

  • \N HAK DAN TDIPAT PERUSAHAAN-PER kepada organisasi tersebut. sedang panitia sendiri kel USAHAAN PERDAGANGA..'1 KECIL{ECERAN ASING. dibubarkan oleh Cama!. (Ass'sten·Wdana) yang bersan~ Pasal 5. Pemlndahan hak perusahaan·perusahaan termaksud pada pasal 2 P...saI9. pada pengusaha'pengusaha nasional atau pemindahan tempat (I) Tenaga·tenaga dari perJsahaan·perusahaan termaks ',:tng keell dan eceran oleh pel usahaan·p~rusahaan termaksud da pasal 2 yaJlg telah ditutup sedapat·dapatnya diturut-se Ja pasal 2 ketempat ban) hanls dilakukan dengan ijin Jawatan secara sukarela sebagai pegawai dalarn organiSlsi-organis; -dagangan Dalam Negeri. ternpat termaksud pada pasal-p85al 6,7 dan 8. (2) PellJ.mpungan tenaga·tenaga termaksud pada ay: Pasal 6. pa~al ini dilaksanakan secara bijaksana dengan meperharika', Yang diperkenankan menerima pemindahan hak dan yang di­ sog! perikemanusiaan. ·juk mengisi tempat dagang kedl dan eceran yang terluang l1aksud pada pasa! 5 ialah pengusaha-pengusaha nasiona! yang ;3) Dalam melaksanakan usaha tersebut pada ayat·ayat ,)'usun organisasinya atas dasar kooperasi. terdahulu pasa! ini hJ.ru, diilindarkan perbuatan-perbuatan tindakan tindakan yang dapat mengeruhkan suasana did~ Pasal 7. daerah yang bersangkU\3n. !saha dibidang kooperasi guna menampung pekerjaan-peker. . ttTlnaksud pada pasal 6 dilakukan dengan jalan sebagai ber- Pasal lO. PedJg.1n~·pedag:!I1g ped:ll!3111!.n~r1.,a lTIempergunakan kooperasi yang telah ada; bes:.u dan .... n ... H'''':: 1...1._ menyusun kooperasi baru dimana belurn ada kooperasi: '1l~ \.V~t ~ ~ ngorganisir n "H._... MO··· '. • - ..oz...... ~ ~4' _.~ ~ "'==_ ' . -->." "-, __ ------__...... '-.....,,_ .. _ ,,- ...... -.... ' ,. ,",="$_"$"""" d .•..•-- BAB IV.

    !'CETENTUAN-KETENTUAN PELAKSANAAN. Pasal II. Menlen Mudd Perdagangan dimana perlu bersama-sama :1 Menten Muda Transmigrasi/Kooperasi/Pembangunan Ma­ at Desa mengatur /ebih Janjut pelaksanaan ketentuan_ UJn dalam Peraturan Presidel10i!11; dan berhak mengadakall ran-peraturan khusus untuk 'd'aerah-daerah yang dipandang LEMBAR AN-NEGARA Instansi Penerangan Pemerintah l11emberikan penerangan uasnya guna menyadarkan rakyat akan kepentingall me­ REPUBLIK INDONESI n usaha dagang keciJ dan eeeran setempat dengan ber. [~o. asi. 129, /959. r=,lfERINTAH llAERAH (DISEMPURNAKAN). Pe siden R~publik Jndonesi:J No.6 tahun 1959 (ctis~ (PCfljl'bs.1Tl L1:datn Tambaha.n Lembar:ln.NegJra ~<) BAB V KETENTUA,'\ PENUTUP. Pasa! 12. Presiden Reoublik Indonesia, uran Presiden ini dinamak:ln .,Peraturan Pedagang Keell Menirnbang : eran" atau dengan slng.kal .. P.P.K.E". yang muJai berJaku I. ballwa sebagai ianjutan dar: Dekrit Presiden/Pangllma ari ditetapkannya dan mcl11punyai daya Sllrut sal11pai Angkatan Perang tertang~aJ 5 lull 1959 ten tang kel 10 luli 1959. , pada Undang-undang Das~: 1945 perlu segera ditetap luk dan susunan sena ke>:uasaan, tugas dan ke\\'ajiba supaya seliap orang mongetahuinya, l11emerintahkan rintah Daerah: Jangan Peraturan Presiden ini dengan penempatan dala~l an-Negara Republik Indonesia. 2. bah\\'a keadaan ketata-ne~.araan yang membahayaka tU:Hl dan k'~selamatan Negara, nusa dan bangsa sen: DitetapkJn dj Jakarta tangj pembangunan semesla untuk mencapai masyara pada tanggal 16 Nopember 1959, adiJ dan l11akmur per!u di'Jadapi baik dibidang pemer pusat maupuli ciibidang pe:'lerintahan daerah: Presi"en RepubJik Indonesia, Mengjngat: Dekrit Presk~n/Pang]jma Tertinggi A Perang tertanggai 5 Juli 19Y, juneto pasa! J8 Undang. II1dangkan di Jakarta SOEKARNO. Dasar 1945; 199a! ! 6 Nopember 1959. Mendengar : ten Muda Kehakil11an, no", , , a.>. Musyawarah Kabinet Ken". PIAGAM ASIMILASI hea dan tidak ingin mempertahankan ,~olongan terse but ,ebagai go. longan. Berazaskan cita·cita segenap bangsa Indonesia sebagai di·ikrarkan Bagi Negara Republik Indonesia yang memberikan kewarganegara­ dengan Sumpah Pemuda yang berbunyi : an itu konsekwensinya ialah menyambut pula asimilasi tersebut, yakni SATU BANGSA menganjurkan dan melanearkan asimilasi ,eeara melua, di kalangan SATUTANAHAlR masyarakat seluruhnya. SATU IlAHASA Bagi bagian Rakyat Indonesia yang sekarang masih di,ebut mayo­ Yang memang merupakan syarat mutlak untuk menrapai satu ritet hendaknya hal ini diterima dengan wajar dan hati terbuka dan tu. asirnii~si bangsa (nation) dengan masyarakat yang adil dan makrnur ,erta Ne· rut membantu melancarkan proses itu. gara yang kua! dan penuh dinamik sehingga dapat menjalankan pe· Demikianlah bunyi Piagam A,imilasi yang disusun dan dikeluarkan ranan yang wajar dalam dunia interna,ional ,e,uai dengan panggilan Seminar Ke,adaran Na,ional di Bandungan (Amb •. rawa) pada langgnl j3man. eo 13. 14, 15 Januari 1961. Maka bersama ini karni mengukuhkan keyakinan kami bahwa satu·satunya jalan ke' arah pengejawantahan (manife'tasi) cita·eita ter· Bandungan (Ambarawa) 15 - I - 1961 . sebut adaJah dengan proses a,imila,i. Penandatanganan. Dengan asimilasi dimaksudkan proses penyatu-gabungan golong· an·golongan yang mempunyai sikap mental, adat kebiasaan dan per­ Be Tiong Lee, Bwa Tjoen Liong, Djoko,arnadio, Goh Tjing Hok, nyataan-pernyataan kebudayaan yang berbeda-beda menjadi satu ke­ Jap Thiam Jong, Mr A.R. Khouw, Kwik P.way Gwan, Drs. Lauwehuan. bulatan sosiologis yang harmonis dan bermakna, yaitu yang dalam hal tho, Nona Mr. Dora Lie. Bo Tan, Liem Keng Wien, Liem Khian An, ini dinarnakan bang,a (nation) Indone'i.a itu. UemTjien Siang, Nyonya Mr. Lo Khing Djle, Mr. Liem Tjoen Ho, Dijalankannya prose, ,o,ial ini ,ecara integral oleh segenap warga Mr. Oe Siang Djie, Oei Hok Djien, Oei Tjhing Hong, Drs. Oei Tjin San, dan un,ur Rakyat Indonesia akan mempereepat tereapainyn cita·eita Ong An Kok, Ong Hok Ham, J. Ong Tjien Liong, Mich. Siamat, Dr,. na,ional kita ter,ebut di ata,. R.M.A. Suryaningrat, D. Sutjiadi, Tan Pik KWie, The Han Lim, Tjoa Dalam hubungan ma,alah Warga Negara Indone,ia "Keturunan Tjie Liang. Mr. Tjoa Soe Tien, Tio Hian Sioe dan F. Wignjo,umarsono. Tionghoa" asimila,i berarti masuk dan diterimanya orang-seorang yang bera..l keturunan Tionghoa ke d 'am tubuh bang,. (nation) In· done,ia tunggal sedemikian cupa sehingga akhirnya golongannya se· mula yang khas tak ada lagi. Penyelenggaraan yuridis dengan prosedure meminta/memberi ke· warganegaraan yang dijiwai Sumpah Pemuda pada hakekatnya me­ ngandung kon,ekwen,i prillSipiil baik bagi yang meminta-menerima maupun bagi yang memberikan. Bag; yang menerima kewarganegaraan Indonesia konsekwensinya r ialah bertekad untuk mengabdi kepada Nu,a dan Bang,a Indone,ia :iengan ,eluruh jiwa dan raga. Bertekad. untuk menyatukan diri dengan rakyat Indonesia ke­ ieluruhannya sebagai orang Indonesia sejati dan patriotik, tidak me· IV ,.,.,..' ~v

    ... 0,.... ·... · ....••• '("-' MENUJU KE ASlMlLASI YANG WAJAR

    Mengingal : J) 2dUlya kegellS2JuIl mengenaj mas:l.bJI minoritet dUl adanya ber. b2gai·bagal pendapat dalam menc.ui penyelesalan mual1h ter. ~but. 2) adanya uClpan,uclpUl darl : 1. YoM. Menterl Aehm:adi dalam se,nmar koperui Baperki p:ada tlngg:al 11 Maret 1960 di m211a bt'!iau menzemu~ blhW'a .untuk mengunngl Jatak pemb.·Jlan. rnlka salah utu jahn yant chpa.t dltetnpuh lalah agar rtIpaya Wlltpnegui. ketuntn. < 1n 1dns udtklt deml sedikIt me~llnUltlw1 usaha-lls.aha yang btuiIat ekskluslp, supaya daj:'1t memud:t.hk1n uimil:ui kulturil. ekonomls dan bAhk:tn biologls (~erltt Anttra 11­ karit 11/3 - 1960). b. Sdr, S.!J.uw Giok Tjh.tn, Ketut Uflll.1m &pttk.!, d1.b.rn perine"t· ttl ullllC tahun h.Yt Btperld ?:ad1 t1rtUal 13/3-1960 di Jabm., dl mana belhu meMPsbn ''blhwa earl menyelcs.t!· bn 1010nlln ketU (mlnorltet) (11ng1" ttntl nlma clan J.!1mJ. lui sewa blologb ldtllh t1dak oijakntta, tldtk demokratb d1n melangpr hak·lak Ubi nn.dud. s~tt2. pub, puti Uda.k dapu dllalwn:l.lc.1J\" (Hulah Rep"bllk Jakarta 14/3-1960). Menimbsn.c : a. wtj1Jlpn dati P.Y.M. Presiden Soeh:no dl h2dapan pua mws· ...~ '.. slswt UruvtrslUI G.ajah M~da t:lJ\gJ,\1 22/12-1959, dl chiaro mWI belhu menyd.ak.an ''keltlginar.:lya 1St: supa)', dlada1wl. ptrlclwln.n .nw~ulcu" (b.rlU P.I.A.logy.1wu. 22/12-1959); b. ktn)'uun bahwt pereunpun.n datah d2r1 luu ncceri tebh bet· ltt\gtun! betabad,"btd. jup dt antU::l golonpn mayoritet Yltlg dikatJ.ktn :asU. Mab yang berttndt tangan dl bavnh m; menyt.t1b.n pe:ndiri1nny2 sebagti berik.ut : . I. mendukung sepenuhnyl pendlil.:an l'.YoM. Presiden Soelamo, 2. mwJ.1h mlttotltet tuny. d2pat diselcstlk1n dengan jalan utmj· I2s:i sulareb dalun segal:a !.2panpn sec~ra aktlp dan bebal. J, t1da.k dtPlt memberurkan tlndak.tn·l:~ld1k2n dm UC1pltl.ucapan )':t.ng menpumbat proses a.slmil:ui :.:rsebut sean kunstmltif. Stb:a.liknya Juga tldak dtpal menyei.ujul tlndI1o.n.t!ndab.n ytng ~ memlksakan lslmUa,j terse:but.

    hbrt'. 24 Mm' 1960. UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1961 TENTANC PERUBAHAN ATAU PENAMBAHAN NAMA KELUARCA

    KWIK l(IAN CIE, ATENC PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA '" DANMAHBUB Menimbang: Bahwa sambi! menunggu dikeluarkannya Undang. '.!If c fer Lv undang Catatan Sipil tii,lUk seluruh warganegara Y--. ") Indonesia sesuai dengan ketatapan Majelis Permu. syawaratan Rakyat Sementara, dirasakan perlu "Buat apa sih mengubah nama? Saya yakin betul itu tidak ada untuk mengadakan penyeragaman dan penertiban sangkut pautnya dengan rasa einta terhadag bangsa," demikian Drs. dalam peraturan peruvahan atau penambahan Kwik Kian Cie seperti diku tip H. Mahbub Djunaidi dalam "Forum" nama keluarga, sebagai sdatu langkah untuk meng. (Editor 5 September). Saya rasa, yang menanggalkan nama Cinanya se· homogeenkan warganegan Indonesia; dilcit pun tidak mengasosiasikannya dengan mualah begilU mulia seper­ tl patrioilime dan sebagalnya. Langkah mereka bla!ll-blasa saJa untuk Mengingal Pasa] 5 ayat (1) Undang-undang Dasar : menunjukkan bahwa mereka kInI WN1, bukan WNA lagf! Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat P~rnerintah R1 memaharni dan karenanya memungk:l.nkan penggan· Gotong Royong. tian nama Clna seeara resmi dengan nama baru. Sikap simpatik peme· Memutuskan rintah disam.but baik dan ganti nama dlpelopor! tokoh.tokoh terhormat seperti Harry TJan Silalahi, Prof S. Cau tarna, Moeh tar RJady, Kartini Menetapkan Undang.undang ten lang perubahan atau penam. Mulyadi, lr. Dharmawan (d/h Kwik Kian DJien), Ciputra, Rudi Hartono, bahan Nama keluarga. Anton Hilman,Christianlo Wibisono dan laln~ain. Dalam hubungan ini, sebaiknya kita ..ntai-santai saJa seperti pela· Pa",,1 I- wall. Ateng Kho Tjeng Lie'yang menggantl Jlama menJadl Ateng Suripto (I) Warganegara Indonesia yang tunduk kepada suatu Peraturan di Pengadilan Jakarta sepert! dimuat 16-9-1978 dalam majalah Tempo Calatan Sipil dan sudah dewasa, dengal, mengingat hukum yang (ex .gelanggang Bung Syu'bah Asa). Aluan Ateng : berlaku baglnya, dapat mengubah alau menambah nama keluar. "Supaya nama saya tidak terialu panjang di KTP, Pak Hakim." ganya hanya dengan izin Monteri Keha::iman dan menu rut alur. Tapi maksud sebenamya: "Supaya di muka umum, saya benar-benar an·aturan Undang.undang in!. bebas. Nggak ada bau·baunya Clna. Nggak ada embel-embel Tjeng Lie -(2) Yang dimaksud dengan dewasa dalam Undang.undang ini ialah segala:' Tambahnya lagi dengan gaya berseloroh: "Habls, kemana-mana lelah berumur genap 21 tahun alau sudah/pernah kawin. saya bawa Tjeng lie. 'Kan' keberatan nama saya." Dari dulu, masyarakal hanya mengenal nama Ateng tok. Mengapa Pasal 2. tidak memakai Ateng saja? Jawabnya: "Kalau begilU, bisa lebih pendek Bagi anak yang belum dewasa dan di bawah perwalian, permo­ dari orangnya dong:' hon~n perubtth<.ln at;JU penambah:m nama k~luarganya diajukan oleh Dan dia benar, Bung Mahbub! walinya. Surakrama Pasal 3. lalan Karet Kubur RT 006 RW 012 r;.-:''-'- _

    Pasal 4. Menteri Kehakiman menolak perubahan atau penambahan nama a. Kepal. Daerah dan Kep.la Kepolisian yang bersangkulan; ,Iuarga yang dikehendaki, jlka nama itu dianggap mel.ngg.r .dat b. Kantor Catatan Sipll di m.na kelahir.n or

    Pas.l 6. Pasa! 9. Untuk d.pal mengajukan permohonan perub.han atau penam- Pada ",at mulai btrlakunya Und.ng-undang ini lldak berlaku ah.n nama keluarg•. orang y'.lS berkepenlingan harus : bagi: mengumumkan maksud untuk mengubah atau menambah nama l. Pasal 41 ayat (I). (2) dan (3) PeratUranC.latan Sipil untuk orang kelu.rganya itu dalam Berila Negara Republlk Indonesia dengan Indonesia (Staatsblad 1920 No. 751 jo. 19'1? No. 564); pemberilahuan bahwa dal.m w.ktu 4 buian setelah harl keluar­ 2. Pa..1 47 ayat (1) dan (2) Peratur.n Catltan Sipll untuk orang In­ nya pengumuman itu setiap orang dapat mengemukakan keb"at· an lerhadap perubahan alau penambah.n nama keluarga itu ke­ donesia Kerislen (Staatsblnd 1933 No. 75 jd. Staatsbl.d 1936 No. 607); pada Menteri Kehakiman; ), mempunyai surat keterangan dari Kepala Daerah Swatantra Hng· Pasal6, 7.8_ 9 dan 10 Kitab Und.ng-und':lg Peld.,•. kal 11 (untuk dacrah Jakarta Raya; Cubernur Kepala Daerah) dan Pasal 10. Kep.la Kepolisian dati tempat tinggalnya, ttntang keberatan 'li­ (I) Warganegara In.donesla yang telah dewa,,' yang lidak lunduk ke. daknya pejabat~pejabat "terse but terhadap petubahan" atau penam. pada suatu Peraturan Catatan Sipil, bila menghendakl, dapat mem­ bahan nama kcluarga itu; pergunakan Undang-undang ini. c. membayar bea.·melerai yang diWajib~ menurUt Peraturan Bea D.lam hal itu maka ketentuan-ketenluar, dalam pasal 6 huruf d Meteral lahun 191 \ ; dan pasal 8 huruf b tidak berlaku. d. mempunyai pelikan .kle kelahiran atau pltlkan akle perkawinan. (2) Sebagai pengganti ketentuan yang terseb", d.larri pasal6 huruf d, diperlukan keterangan d.ri Kepala Daenh Swatanua tingkat \l Pa,al 7. (untuk Jakarta Ray. : GUbernur Kep.b Dae:rah) bahwa orang Pada sural permohot).n perubah.n at.u pen.mb.mn nam. ke­ yang memohon perubahnn atau pen.mb'han nama kelu.rga itu luatg. haru, dil.mplrk.n bukti-bukli telHang .p. yang ditentukan d.­ sudah dew.,a. lam pasal6 huruf a, b, c don d. Pasal II.

    "- .J •• _...1...... in; rli~tllt' le:'ih laniut ok;' Menteri ..... ~, .. ..;..·v···

    Pasal 12. KEPUroSAN PRESIDIUM KABINET No.: 127/Kep/12fI966 Undang-undang ini mulal berlaku pacla had diundangkan. Agar supaya seliap orang cIapat mengetahuinya, memerintahkan KEroA PRESIDIUM KABlNET, ngundangan Unclang.undang ini dengan penempatan dalarn Lemb"· Menimbang Negara Republik indonesia, 1. Bahwa dalam rangka nation dan character building Indonesia proses asimilasi' warganegara Indonesia Disahkan di Jakarta, "keturunan asing" ke dalam tubuh bangsa lndone· Pada tanggal 25 Pebruari 1961 sia harus dipercepat; 2. Bahwa penggantian nama dari orang Indonesia ke. PRESIDEN REPUBLlK INDONESIA, turunan asing dengan nama yang sesual dengan na· rna Indonesia asli akan dapat mendorong usaha asi· milasi ini. SOBKARNO 3, Bahwa oleh karena itu bagi wargangera Indonesia Diundangkan di Jakarta yang masih memal:ai nama Ona, yang ingin mengu· ada tanggal25 Pebruari 1961 bah namanya yang sesual dengan nama Indonesia SEKRETARlS NEGARA, asli perlu dlberil:an fasilitas.yang seluas·luasnya de. ngan diadal:an prosedure yang khusus. Mengingat Undang·undang Nomo'r 4 Tahur..196! MOHD. ICHSAN MEMUTUSKAN: Menetapkan Peraturan ganti nama bagi warg" negara Indonesia yang memakai nama Cina sebagai beriku t : BABI KETENroAN UMUM Pasal I (1). Warga negara Indonesia yang masih memakai nama-nama perse· orangan dan nama keluarga Cina yangingin mengganti namanya de. ngan nama sesuai dengan nama yang lazim dipergunakan oleh rna· syarakat Indonesia, dapat rnenyatakan keinginannya secara tertulis pada kepala Daerah tingkat II atau pejabat yu,g ditunjuk ; (2) Nama-nama yang dipilih tidak boleh melang;;ar adat sesuatu daerah atau tidal: boleh dianggap sebagai sesUatu y,elar, dan tidak boleh rnelanggar tata.kesusilaan; 'illat Keputusan Presiden No. 123 tahun 196>; ..

    (3) Keoala n"l'r!l.h ",t.... _ ..:~L_... --- III""!"',.-r "

    irU'llljllW •• ,.".... ~. ,,/ .....

    Sejak yang bersangkutan menerima surat tanda penerima $Operti BABlll yang terse but dalam ayat (3) ia.dapat memakal nama yang bam; LAIN-LAL'l ApabUa dalam jangka waktu 3 bulan sejak la menerima surat tanda PasaI3 penerima yang dimaksud dalam ayat (3) di atas, tidak terdapat (I), Dalam melaksanakan keputusan ini para Bupati dan Walikota KDH sanggahan atau gugatan atas pemakaia.. nama baru itu dar! siapa­ yang bersangkutan supaya menyediaJ<.an fasllitas-fasilitas yang se. pun yang disalurkan melalui Kepala Daerah Tingkat II yang ber. nngan.nngannya kepada para pengganti nama guna memperlancar sangkutan, !)1aka ia dapat menggunakan nama tersebut seterusnya prosedur ; dan dianggap telah mendapat izin dari Menteri Kehakiman seperti yang dimaksud dalam pasal Undang-undang Nomor 4 Tahun 1961, (2), Ul,tuk biaya administrali tidak holeh dipungut hiaya lebili dati Rp 25.. (,!ua puluh lima rupiah) uotuk setiap peroyataan. BAB 1I (3). Ha:-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudi. PRO SE DU R. ' an oleh Menten Dalam Negen. Pasal2. (4). Keputusan ini mulai berlaku tanggai 1 Januari 1967 dan berakhir Untuk menampung pelaksanaan penggantlan nama secara tersebut pa untuk jangka waktu tersebu t ; Dit.tapkan di: JAKARTA Penggantian nama menuru t ketentuan ini dilakukan dengan cara Pada t~,ggal : 27 Desember 1966 mengisi surat pernyataan dalam rangkap 3 (tiga) dim ana harus di­ PRESIDIUM KABINET AMPERA cantumkan nama lengkaplama, tanggal dan tempat lahir serta ala­ KEnlA, mat disamping nama lengkap yang baru dati yang bennaksud meng­ ganti namanya; SOEHARTO. Setiap surat pernyataan harus disertai surat bukti kewarganegaraan JENDRAL T.N.1. Rl yang bersangku tan; Pengganlian nama dari anak-anak di bawah umur 18 tahun dUaku­ kan oleh orang tua atau walinya dalam surat Pernyataan yang sama -at:fu 'Surat Pemyataan-tersendiri ; Surat Pernyataan dianjukan kepada Bupati/KDH atau Walikota/ KDH "tempat untuk difaftar, diberikan nomor daftar dan disah­ kan; Saw helai dikirim kepada Menteri kehakiman Rl di Jakarta, mela­ lui kantor Bupati/Walikota KDH yang bersangkutan. Satu helai disimpan dalam arsip kantor bupati atau Walikota KDH yang bersangkutan. Satu helal Surat Pernyataan segera dikemballkan kepada yang ber· sangkutan, untuk diusahakan perubahan akte kelahiran dan, jika ada, akte perkawinannya pada Kantor Catatan SipU yang bersang- L-...... KAMI, PRFSIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang 1. bahwa pembinaan kesatuan Bangsa Indonesia dalam rangka pem bina~n kesatuan Bangsa Indo­ nesia yang kokoh~kuat dan bersatu, merupakan salah satu tugas pokok dalajTI menyelesaikan Revolusi Indonesia berlandaskan PancasiIa, se­ hingga oleh karena itu memerlukan campur tangan, r pimpinan dan bimbingan langsung dari Pemerintah.

    2. bahwa berhubung dengan hal yang tersebut di atas, r perlu memebntuk sebuah lembaga, yang khusus I dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang seluas­ l luasnya dalam pembinaan kesatuan Bangsa yang I sesuai dengan tujuan dan dinamika revolusi. Mengingat Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia.

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan Pembentukan Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa sebagai berikut :

    Pasa! ! Pada Staf WakiI Menteri Pertarna bidang Khusus!Menteri Penerangan! Ketua Panitya Indoktrinasi dibentuk Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa, disingkat L.P.K.B.

    Pasal 2 Tugas Pokok dari L.P.K.B. adalah : Mengusahakan pembinaan kesatuan Bangs. eli antara golongan-golong­ an warga-negara Indonesia, sehingga Bangsa Indonesia merupakan bang­ sa yang bulat, tunggaI dan kokoh-kuat, sesual dengan tujuan revolusi Indonesia, Masyarakat adil dan makmur, dengan jalan :

    3:3 J

    / --'0-' U"NIJAN KAI1MAT TUI1AN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA b. Memberikan penerangan/indoktrinasi yang intensip dan beren­ REPUBLIK INDONESIA cana kepada masyarakat yang seluas-Iuasnya tentang mutlaknya penyatuan. Bangsa Indonesia dengan jalan pembauran (assimilasi) Menimbang a. Bahwa persatuan dan kesatuan Bangsa, kunci dan menghilangkan sifat-sifat serta cara hidup menyendiri (ekskJu­ rahasian)'a terletak di dalam ketahanan mental sivisme)~ yang didasarkan atas sistim pendidikan Panca­ sila; c. Usaha-usaiia yang tidak bertentangan dengan tugas pokok. b. Bahwa sudah menjadi kenyataan, Dasar Negara Pasai 3 Paneasila dan Negara Manipol telah diselewengkan dan dinodai oleh ajaran-ajaran asing yang tidak (I) L.P.K.B. dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dan diber­ sesuai dengan kepribadian Bansa Indonesia; hentikan oleh Presiden. c. Bahwa Negara Republik Indonesai yang merupakan (2) Kepada L.P.K.B. berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepulauan, mencakup di dalamnya bermaeam­ Wakil Menteri Pertama bidang Khusus/Menteri Penerangan/Ketua maeam suku bangsa, yang dengan tegas berjiwa Panitya Indoktrinasi. Bhireka Tunggal Ika;

    (3) Bentuk, SUsunan dan tata-eara kerja dari L.P.K.B. ditetapkan oleh d. Bahwa dengan kenyataan adanya dalam masyara­ Wakil Menteri Pertama bidang Khusus/Menteri Penerangan/Ketua kat warga negara keturunan asing yang mengarah Panitya Indoktrinasi. kepada excJusivisme:

    Pasal 4 e. Bahwa kemelaratan dan kemerosotan tingkat hidup, masih menyoJok dalam masyarakat; lCeputusan ini mu,ai berlaku paua hari uitetapkan. f. Bahwa tragedi nasional yang diakibatkan oleh Ditetapkan di Jakarta perebutan kekuasaan gerakan kontra Revolusi, Pada tanggall8 Juli 1963 G-30-S/PKI; PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, g. Bahwa ada gejaia-gejaia negatif dalam pela!<;sana­ ttd; an Demokrasi Terpimpin.

    SUKARNO Mengingat 1. Undang-undang Dasar 1945; 2. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/l966.

    Mendengar Permusyawaratan dalam rapat-rapat MPRS dari -) dibubarkan dCRgan Keputusan Presidcn No. 226 tahun 1967. tanggal 20 Juni sampai dengan tanggaJ 5 Juli 1966.

    332 333 Pasal 7 BAB I Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dengan menyadari IDIIL tercerminnya ke-Bhineka Tunggal lkaan dalam kehidupan masyarakat dan kenegaraan. Pasal J Pasal 8 Sesuai dengan Sistin: Pendidikan Pancasila : Menggiatkan pelaksanaan transmigrasi gaya baru, dengan mengusa­ (1) Mengintensifkan pendidikan Agama se"agal unsur mutlak untuk hakan selalu terciptanya pergauJan hidup yang harmonis. nation & character building di semua sekolah dan Jembaga pendi­ dikan, dengan mernberikan kesempatan yang seimbang. Pasal 9 Meningkatkan usaha-usaha kesejahteraan rakyat, untuk rnenghi­ (2) MeJarang usaha penambahan dan pengembangan doktrin-doktrin langkan kerniskinan, sehingga adanya keseim bangan tingkat kehidupan yang bertentangan dengan Pancasila, antara lain Marxisme - Leni­ rakyat. nisme (Komunisme). Pasal 10 Pasal 2 Melaksanakan tindak lanjut (Follow-up) terhadap peristiwa gerakan kontrak Revolusi "G-3D-SjPKI", dengan rnengadakan : Meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai alat pernersatu (a) Pengaturan terhadap bekas orang-orang yang menjadi Anggota PKI yang ampuh. dan ormas-ormasnya, serta terlibat dalarn peristiwa gerakan kontra Revolusi "G-30-SjPKI" langsung atau lidak Iangsung termasuk Pasal 3 keluarganya; Menyuburkan perturnbuhan kebudayaan-kebudayaan daerall yang menjadi unsur kebudayaan Indonesia. (b) Pemberian bimbingan dalanl mencapal ketertiban aksi-aksi rakyat dalam membantu Pemerintah untuk membersihkan unsur gerakan Pasal 4 komra Revolusi "G-30-SjPKJ". Merealisasi dengan konsekuen Jarangan perangkapan kewarg"ne­ garaan dan mempercepat proses integrasi mela1ui asimilasi warga negara Pasal II keturunan asing, dengan menghapuskan segala hambatan-hambatan . Memupuk kekuatan-kekuatan PancasiJa dengan mencegah perten­ yang mengakibatkan yang tidak harroonis dengan warga negara asli. tungan physik, terutama di kaJangan generasi muda.

    Pasal 5 Pasal J2 MeJaksanakan dengan pasti Demokrasi Teipimpin, sesual dengan Meratakan pembangunan di segala bidang di seluruh daerah. ketentuan daJam Mukadimah Undang-undang Dasar J945, yaitu kerak­ yatan yangdipimpin oleh hikmah kebijkasanaan daJam permusyawarat­ an/perwakilan.

    Pasal 6 Meningkatkan kecerdasan rakyat secara merala.

    334 335 KcrUJ>Llll. INIJUNr:SIA

    Ketua, KETUA PRESIDIUM KABINET ttd Menimbang I. bahwa ternyata hingga dewasa ini masih diperlu­ kan peraturan-peraturan kolonia!, yang sudah tidak Dr. A.H. Nasution sesuai lagi dengan tingkatan peIjuangan dan mar~ Jenderal TNI tabat bangsa Indonesia antara lain ketentuan keten~ tuan mengenai penggolongan-penggolongan pen­ Wakil Ketua Wakil Ketua, duduk Indonesia berdasarkan keturunan/K1as, OsaMoliki H.M. Subchan Z.E. 2. bahwa demi tercapainya pembinaan kesatuan bang­ sa Indonesia yang bulat dan homogeen, serta ada­ Wakil Ketua, Wakil Ketua, nya perasaan persatuan nasib di antara sesama bangsa Indonesia maka dirasa perlu segera mengha­ M.Siregar Mashudi puskan praktek'praktek yang mendasarkan pada Brig. Jen. TNI penggolongan-penggolongan tersebut.

    Memperhatkan: 1. Sumpah Pemllda 1928: 2. Amanat Presiden R.I.tanggal 15 Juli 1963: 3. Resolusi M.P.R.S. No. 1II/Res/MPRS/1966

    Mengingaf 1. Keputusan Presiden No. 163 tahlln 1966. 2. Keplltusan Presiden No. 170 tahun 1966:

    MENGINSTRUKSIKAN :

    Kepada I. Menten Kehakiman Republik Indonesia; 2. Kantor-kantor' Catatan Sipil (Burgelijke Stand) seluruh Indonesia.

    Un t u k 1. Sambil menunggu dikeluarkannya Undang-undang Catatan Sipil yang bersiiat na;;ional, tidak menggu­ nakan penggolongan-penggolongan penduduk Indo­ nesia berdasarkan pasa! 131 dan 16} I.S. (''Eropea­ nen", Vreemde-oosterlingen, uInlanders"), pacta Kantor-kantor Catatan Sipil (b.S.) di seluruh Indo­ nesia. 336 337 __ . ._"....- "'ALMI NEGERI DAt\ DEPARTEMEN KERAKIMAN

    __ ,~...... yv aq;;:i:i negara 1£NTANG GANTl NAMA lfiuonesia dan orang asing, hk'lfta, 25 Januari 1967 3. Ketentuan-ketentuan tersebut angkat I dan 2 di atas tidak mengurang! berlakunya ketentuan­ No, Pcmudes, 5 J I Kepida Y rh. ketentuan mengenai perkawinan; warisan dan ke· 1/3.J,A.2/2/5, Pare Gubernnr/KepaJa Dacrah tentuan-ketentuan hukum perdata lainnya, Lampirar. 3 (tiga) Par:i Bupati/Kepala Daerah. Perihal elaksanaan Para Walikota/Kepala Daerah 4, Menten Kehakiman dan Menteri Dal.m Negeri Keputusan Para Kepala Kantor Catatan Sipil mengatur lebih lanjut pelaksanaan dari lnstruks! Presidium Ka· di ini di lingkungan masing-masing, binet No, 12,i Seluruh Indonesia U/Kep./l2/ S.lnstruksi ini mulai berlaku pada hari d!tetapkan' 1966 dan Ins· nya. truksi Presidium Kabinet No, 3 J! D!tetapkan di Jakarta U/IN/l2/1966 Pada tanggal 27 Desember 1966 PRESIDIUM KABINET AMPERA, SURAT EDARAl' 3ERSA~jA Ketua, Untuk melaksanakan Kepurusan Presidium Kabinet No, 127/U/ ltd, 12/1966 (terlampir) mengenai ganti nama bag; \I'arga negara Indonesia yang memakai nama Cina dan lnstruksi Presidium Kabinet No, 31/U/ SOEHARTO IN/l2/l966 (terlamp!r) mengen"i penghapusan porbedaan golongan JENDRALTNI dalam akta catatan sip;), maka bersan13 ini diberikan beberapa petun­ juk untuk menjalankan t1lgas yang (Hrnmud itll cengCi.n ~er3.gam. 1. Pelaksana.n Keputusan Presidium Kabinct No, 127/U/Kep/l2/ 1966; a. Mengenai pasal 2 ayat (2) tentang pengisian surat pernyataan ganti nama, dipakai contoh yang diberikan oleh Menteri Keha­ kimar. dalam surat Ectarannya tertangga! 5 Januari 1967 No. J.A. I 2/1/9 (terlampir); b. Mengenai pasa! 2 ayat (6) kalimat kedua tentang satu hela! surat pernyataan gauti nama yang dikembalika" kepada yang bersang­ kutan guna diusahakan perubahan akta kelahiran dan perkawin­ annya, Pegawai Kantor catatan Sipil melaksanakan perubahan dalam Daftar Catatan Sipil yang bersangkutan, setelah mendapat salinan sural pemyataan ganti nama, yang telah disesuaikan OJ Lihat jugalnstrul:siMenteri DaUnn Negeri No.6 Tahun 1967 beril:ut. dengan yang asli. l38 33<) I f ' MENTERIKEHAKIMAN menunggu dike1uarkannya Undang-undang Catatan Sipil yang MENTERI DALAM NEGERI b~rsifat nasional" untuk sementara' memakai tcrus ikhtisar ttd. akta-akta catatan sipil yang masih tersedia dengan menghapus­ cap/ttd. kan perkataan "goiongan" pada "kepala" ikhtisar akta catatan (BASUKl RACHMAT) (PROF. OEMAR SENO ADJI,sH) sipil itu dan mengganti dengan perkataan-perkataan "Warga Negara Indonesia" Untuk orang asing dipakai perkataan-perka- LETJEN T:\I taan "Warga Negara "dengan diisi nama n~gara yang bersangkutan. Jika kewarga negaraannya tidak jelas (a N' ;ide), ditulis perkataan-perkataan "tanpa ke War.a Negaraan". Pada pennulaan ikhtisar akte catatan sipil yang memakai perkataan­ perkataan "untuk golongan~Eropa". atau "golongan Tionghoa" dan sebagainya diganti dengan memakai per)

    b. mengenai : "Untuk 2" tentang terbukanya Kantor-kantor Catatan Sipil bagi seluruh penduduk Indonesia, maka untuk daerah-daerah yane belum berlaku peraturan catatan sipil untuk seluruh lapisan masyar:!kat dinyatakan berlaku S. 1920 No. 751 jo S. 1927 No. 564 atau S. 1933No. 607 dengan ketentuan bahwa perbedaan-perbedaan tercantum dalam pasa! I di bawah huruf-huruf a, b, c, d dan e ayat (2) S. Mengingat pembiayaari, persediaan daftar dan tenaga untuk pencatatan sipil ini bagi puluhan juta penduduk, maka"terbukanya" Kantor-kantor Catatan Sipil harus ditafsirkan dan dibatasi pada orang-orang yang hendak mendapatkan akta catatan sipil saja. I

    Berhubung dengan mendesaknya kebutuhan-kebutuhan daJarn masyara­ I kat untuk perubahan-perubahan yang ditentukan dalam keputusan dan instruksi Presidium Kabinet tersebut di atas. maka diharapkan petun- I I 340 341 luarga;

    KAMI, PEJABAT PRESlDEN REPUBLIK INDONESIA, Ketiga Penentuan kategori agama dan kepercayaan mau* pun pelaksanaan cara-cara ibadat agama, kepercaya~ Menimbang bahwa, agama kepercayaan dan adat istjadat Cina dl an dan adat istiada! Cina diatur oleh Menteri Agama Indonesia yang berpusat pada negeri IeIuhurnya, yang mendengar pertimbangan Jaksa Agung (Pakem). a!am manifestasinya dapat menim bulkan pengaruh :!sychologis, mental dan morH yang kurang wajar Keempat Penggunaan dan penertiban terhadap pelaksanaan terhadap warga negara Indonesia sehingga merupakan kebijaksanaan pokok ini diatur oleh Menteri Dalam hambatan terhadap proses assimilasi, perlu diatur Negeri bersama-sama Jaksa Agung. serta ditempatkan fungsinya pada proporsi yang wajar. . Kelima Instruksi in! mulai berlaku pada hari ditetapkan.

    Mengingat I. Undang-undang Dasar 1945 Pasa! 4 ayat j dan Ditetapkan di Jakarta pasa! 29, Pada tanggal 6 Desem ber 1967 2. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966 Bab III PEJABAT PRESlDEN REPUBLIK INDONESIA, Pasa! 7 dan penjelasannya Pasa!I ayat (I). 3. Instruksi Presidium Kabinet No. 37/U/I/N/6/l967, ttd. 4. Keputusan Presiden No. 171 tahun 1967, jo 163 tahun 1966. SOEHARTO JENDERAL TNI MENGINSTRUKSIKAN:

    Kepada I. Menteri Agama; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Segenap Hadan dan Alat Femerintah di Pusat dan Daerah.

    Un t uk Melaksanakan kebijaksanaan Pokok mengenai agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina sebagai berikut:

    Pertama Tanpa mengurangi jaminan kekeluasaan memeluk agama dan menunaikan !badatnya, tata-cara ibadat Cina yang memiliki aspek affmitas culturiJ yang ber­ pusat pada negeri Ieluhurnya pelaksanaan hams di­

    lakukan secara intern da!am hubungan ke1uarga atau / pero~angan;

    342 343 - -~------_.- ..". Pasal 3 Pembinaan warganegara keturunan asing dijalaukan dengan melalui Mengundang bahwa dengan berazaskan falsafah Paneasila .dan ber­ pegang pada pnnsip Negara hukum serta terdorong proses assimilasi terutarna untuk mencegah teJjadinya kehidupan oleh eita-cita Bangsa Indonesia untuk mem bina per­ eksklusif rasial. satuan dan kesatuan Bangsa, perlu diadakan pene­ Pasal 4 gasan terhadap kedudukan dan pembinaan warga Perbedaan perlakuan, antara warga negara Indonesia keturunan negara Indonesia keturunan asing. asing dan warga negara Indonesia asli ditiadakan dan tidal. d;benarkan.

    Mengingat I. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 4 ayat 1 dan Pasal 5 pasal 27; Hal-hal yang belum eukup diatur dalam Undang-undang ini akan 2. Resolusi MPRS No. III/Res/MPRS/1946 pasal 4 diatur lebih lanjut oleh Menten Kehakiman. ,3. Keputusan Presiden No. 171 tahun 1967 jo 163 tahun 1966; Pasal 6 4. Keputusan Presidium Kabinet No...-J+/. UjKEP/ Unoang-undang ini mulai berlaku pada han tanggal diundangkan. 12/1966. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembar· 'an Negara Republik Indoneisia. MEMUTUSKAN Disahkan di J ~arta Menetapkan Kebijaksanaan pokok yang menyangkut warga negara pada tanggal 10 April 1969 Indonesia keturunan asing sebagai berikut : PRESlDEN REPUBLlK INDONESIA

    ltd. BAB I KEDUDUKAN WARGA NEGARA INDONESIA SOEHAR10 KETURVNAN ASING JENDERAL TNI

    Pasal I Diundangkan di Jakarta pada tanwI 10 April 1969 Warga Negara Indonesia keturunan asing adalah sama kedudukannya SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INWNESIA, di dalam Hukum Pemerintah dengan Bangsa Indonesia lainnya. ltd. Pasal 2 Warga' Negara Indonesia keturunan asing adalah Bangsa Indonesia, yang . ALAMSJAH tidak be~beda dalam hak dan kewlliiban deng'!" Bangsa Indonesia lain­ MAYORJENDERAL TNI nya. Lembaran Negara Republik Indoniesia Tahun 1960 Nombr 17 r- 344 345

    [;: Menimbang 1. Bahwa dalam rangka mensukseskan : a) Instruksi Presidium Kabinet No. 31/U/ln/ a. Memilih nama Indonesia yang tepat 12/1966 dan keputusan Presidium Kabinet h. Melancarkan pelaksanaan procedure penggan­ No. 127/U/Kep/12/1966. tian nama

    b) Instmksi Menteri Dalam Negen tanggal 23 2) a. lvfengadakan hanya dua macam register pendu­ :'ebruari 1967 No.4 Tahun 1967. duk, yakni sebuah untuk warga negara Indo­ perlu diikut sertakan Secara aKtif n._jarakat nesia dan sebuah lagi untuk orang Asing. Iuas. b. Meniadakan. penggolongan-penggolongan daJam 2. Bahwa inisiatif untuk hal harus datang di Guber­ golongan Eropa, Timur Asing dan Bumiputera nUr KDH/Bupati KDH/Walikota KDH. bagi semua warga negara Indonesia.

    Mengingat 1. Sumpah Pemuda 1928. c. Penggolongan ini - kecuali Bumiputera - tetap 2. Resolusi MPRS No. JIl/MPRS/1966, berlaku bagi orang Asing. 3. Keputusan Presidium Kabinet No. U/IN/12/1966; 4. Keputusan Presidium Kabinet No. 127/U/Kep/12/ Untuk memudahkan briefing ini kami sertakan 19li6 pedoman terlampir. 5. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Men­ teri Kehakiman tanggaI28-1-1967 No. Pemudes 51/1 /3 Ditetapkan di Jakarta LA. 2/2/5 pada tanggal 2 Maret 1967 MENTERI DALAM NEGERI MENGINSTRUKSIKAN cap/ltd. Kepada Gubernur KDH Bupati iCDH selumh indonesia. (BASUKI RACHMAT) Un t uk I)Memberi Briefing kepada partai-pattai Politik. LETJENTNI Organisasi-organisasi masa, dan badan-badan sosial (di antaranya gereja, dan sebagainya). Camat/Lurah/KepaJa Lingkungan/KepaJa RW/RK/ Kepada :. Kepala RT, sesuai denganpedoman yang terlampir 1. Gubernur KDH di seIuruh Indonesia tentang : 2. Bupati KDH di seJ.umh Indonesia a. Makna penggantian nama untuk WNI y;mg masih 3. Walikota KDH di seluruh Indonesia lazim disebut "keturunan Cina". b_ Prosedure penggantina nama, serta mengajak Tembusan : orpo1. ormes, badan-badan sosiaJ dan sebagai­ L.P.K.B_ - Pusat diJakarta nya dan m enginstruksikan Carnat/Lurah/KepaJa

    346 347 *VAVASAN HAJI KARIM OEI PUSAT :c.. *VAVASAN HAJI KARIM OEI PUSAT:c.. *VAVASAN HAJI KARIM ~ !"" < I"" ~ SUMBERDANA ~ SUSUNAN PENGURUS • ~ ~ :to ~ ;;; YAYASAN HAJI KA 1/1 e: e: (jj Haji Karim Oei - Fat :to • Zakat, Inlaq dan Sodaqoh. ~ :to ~ ~ Z " INFORMASI ISLAM U z . Donasi. III Z Dewan Pembina ::c :i: III ::c (Islamic Information Centre for :i> PERWAKIL~N:j~ABANG Z :to Z :to e. Prol. Dr. H. Sri Edi Swasono (Ketua) o e. dP/f't ? L = (l) ~- ~ ~- 2. Drs. H. junus jahja (Sekretaris) :to • :to .... :to _ o. • :lIl :lIl 0 Prof. K. H. Ali Yalie (l) :lIl ff5 5: CD s: (Telp. 0231- iil 4. H.M.D. Racll111i-in s: o • 0 iil o III :cI"" !!! 5. H. Yunan Helmi Nasution ~ III -"l:I • Bandung; 022- _ - o "l:I 6. Drs. H. Fahmi "l:I e: 4205790). I\) e: e: 1/1 ... 1/1 7. H. 3... ~ ~ 0274- Cll :to . - oot 8 H. en oot -I\) til CD m e. 9 en e. :6·(Telo.0282-31015, o o ©:l !"" (l) !"" ~i I"" :to Sf> ...:to Bandat No. 255 e: en e: ~ rg ~ o TIga Salubat: Hamka, Karim Dei & Bung Kam{ III 01> III CXl Z u Zo .... • Ketua I Drs. H. Fairus Lupis ? t (l) Oil lJJW, .... Ketua II H.A. CozaIi Katianda, SH ~ .... _J1.u.., Oil Sekretaris Umum H.B. 'YVibowo ~ (l) CD -CD ID Sekretaris I H.M. Ridwan Ibrahim Lubis g iil (l) iil ... Sekretaris II H.R.Sudradjad Brotokuntjoro .... !"" ~[]:I :c e. :c Sekretaris III H.M. Syafi'i Antonio, Msc 0 :to -I\) ~ ~ Sh~;at IdU ... Bendahara Unwm H. Azroel Haroen :to ll,,=m..,,- :lIl en membagikan dagillg qurban. en Bendahara I H. Suria,SE I\) I\) ;: (,D. Shalat Tarawih dan buka puasa bersama ..a. ~ Bendahara II H.M. Syaril Tanudjaja, SH CD Pusat : jI. Lautze No. 87 en 0 ... en o di bulan Ramadhan...... o o o Telp. (02]) 6296086, 6290487, F; (l) 01> Oil ~ (l) jakarta 10740 Sf> 0 Sf> o e....nftAII!'!I", IAIlTA -".-_-~ Sf> 6290487 FAX. 6290487 JAKARTA 10740 * &:;.'!)Qn..d.a:.,. II:' A V I I *VAVASAN HAJIKARIM l.; *VAVASAN HAJI KARIM OEI PUSAT =t.. *VAVASAN HAJLKARIM ~, Gl ~ r ,.( c MISI :c 4. Menumbuhkan, mernelil '< "­5· l> ~ ~ » ngembangkan US~h~?~S~~fg III '"9, ~ Yayasan Haji Karim Oei yang didirikan tanggal 9 ~ ibadah dan so~i~gpV¥J\Il;Ial l> ~ ~t Aprii 1991 di Jakarta oieh tokoh Islam lingkungan ~ Z kemashlnhal"3;u~\jlJ'L ~~ Yang bertanda tangan"dibilwahj~f! z :::c NU, Muhammadiyah, AI- WasHyah, KAHMI, 1CM1 m ::z: 5. Membantu::<~~~:h'a, l> dan sejumlah Muslim keturunan Cina men­ Z masyarakaL:HP:t' ~. Nama c.. ~ t e yampaikan Islam kepada WNI keturunan Cina di - bangsa. - -" Indonesia, sehingga mereka menjadi Nasionalis (0 ;l'; ;l'; Alamat ..... l> :t:- Indonesia sejati dan muslim yang taat. l> :ll :l3 ~ ::Il SE· SE VISI SE o o ~ o • !!! 1. Surat p;J Hujuraat ayat 13:"Hai manusia, !!! !!! sesungguhnya Karoi menciptakan kamu dari :u "lI seorang laki-laki danfs.eorang perempuan dan "0 C menjadikan kam~bangsa-bangsadan N bersuku-stll4!il!! ;; n Ui saling kenai =: ~ men paling disis yang ~ c.. ~wa9.iar~~rakaron. £t§HyglMuwa ~ r aM ... j1I, l> = C m' j:j t5 m ~ Z (0 o ..... l' • 3...... (0 ~ = ~ ~ MAKSUD DAN TUJUAN ~ .... 1. Me,.mantapkan Nation and Character building ~ :a (pembinaan kesatuan bangsa dan watakhangsa), c. '0 dakwah Islamiyah dan semangatkewiraswastaan. = ~ 2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang :t=- en sejahtera adit dan makmur, baik materiil maupun ~ en Sumbangan clapat langsung disalurkan ke : m • Diskusikelornpok kajian ag N spirituiil. » N rg Bank Duta cabang Kebon Sirih Jakarta Pusat, ~ III tua (Bapak/Ibu). C) 3. Membantu pemerintah dalam bidang 0: m atas nama Yayasan Haji Karim Oei, C o • No. Rekening 0021242109. ~ g pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan...... English Club (2 x sebulan) g _m 0~ = ~ 0 j1I 6290487 FAX. 6290487 JAKARTA 10740 * 6290487 FAX. 6290487 JAKARTA 10740 * 6290487 FAX. 6290487 JAI Hasil wawancara dengan H.M. Ali Karim Oei, SH

    Hari I Tanggal : Jum'at I 02 Oktober 2009

    Jam: 11.20

    Tempat : Masjid Lautze

    Peneliti : Apakah problematika politik di masa Orde Barn juga berdampak ke muslim Tionghoa?

    Ali Karim: Berdampak tetapi hanya sedikit karena seperti telah kita ketahui bersama. rata-rata masyarakat etnis Tionghoa;(muslim Tionghoa) tidak terlalu menyukai terjun ke perpolitikan tetapi ada juga yang suka hanya kecil persentasinya ketimbang terjun ke bidang ekonomi.

    Peneliti : Di masa Orde Barn etnis Tionghoa selalu jadi kambing hitam antara pemerintah dengan pribumi, bagaimana hubungan muslim Tionghoa sendiri dengan Pribumi dimasa itu?

    Ali Karim: Untuk hal ini menurut saya, hubungan antara pribumi dan muslim Tionghoa tidak seperti yang dibajarkan selama ini, hal ini dikarenakan pribumi telah menganggap muslim Tionghoa sebagai saudara baru walaupun pada awalnya mereka (pribumi) tidak menyukai kami (muslim Tionghoa) dalam bidang ekonomi. Tentunya lumrah bagi saya karena dimasa itu etnis Tionghoa merupakan penguasa dalam ekonomi dan juga mendapatkan kebebasan dari pemerintah sehingga hal ini yang membuat pribumi merasa iri dan seakan-akan menjauhi kami.

    Peneliti : Selain hubungan pribumi dengan muslim Tionghoa, apakah hubungan muslim Tionghoa dengan non muslim Tionghoa berjalan baik, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa etnis Tionghoa tidak menyukai orang­ orang Tionghoa konversi agama ke agama Islam.

    Ali Karim: Memang rata-rata pemikiran masyarakat etnis Tionghoa mengenai agama Islam kurang baik mungkin ini juga salah satu warisan kolonial Belanda yang mengatakan agama Islam adalah agama rendahan. Hal ini juga yang akhirnya tertanam sampai sekarang tetapi hubungan antara muslim dengan non muslim Tionghoa relatif baik-baik saja, kalaupun ada yang tidak baik itu hal yang lumrah baik kami (muslim Tionghoa) karena hanya proses waktu saja yang membuat saudara-saudara kami yang non muslim menerima keberadaan kami.

    Peneliti : Dalam problematika politik muslim Tionghoa ini, apakab kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah itu pantas untuk mengatasi masalah masyarakat muslim Tionghoa seperti status kewarganegaraan dan rasa nasional kepada bangsa Indonesia? serta apakab hal ini juga berdampak pada hak politik masyarakat muslim Tionghoa karena kebijakan tersebut?

    Ali Karim : Menurut saya cocok - cocok saja karena kebijakan ­ kebijakan tersebut seperti yang telah kita ketahui bersama dicanangkan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada kalau pun ternyata kebijakan - kebijakan ini akhirnya menimbulkan permasalahan baru itu cuma respon sesaat saja. Berdampak dalam hak politik itupun menurut saya juga bagian dari respon kebijakan pemerintah.

    Peneliti : Di masa Orde Baru, pemerintab mengeluarkan program asimilasi lewat SKBRI dan KTP bemomor khusus untuk masyarakat keturunan terrnasuk muslim Tionghoa apakab bapak setuju dengan adanya SKBRl dan KTP bemomor khusus untuk masyarakat keturunan Tionghoa?

    Ali Karim: Sebenarnya tidak setuju karena menurnt saya masyarakat keturunan Tionghoa sudah menganggap bangsa Indonesia sebagai bangsanya walaupun maih banyak pihak-pihak yang meragukan hal tersebut. Untuk SKBRI dan KTP bernomor khusus itu semua saya anggap salah satu pendukung kebijakan asimilasi yang dicanangkan pemerintah Orde Barn.

    Tanda Tangan

    H. Ali Karim Oei, SH Hasil wawancara dengan Prof.Dr. M. Ikhsan Tanggok, Msi

    Hari / Tanggal: Kamis / 30 April 2009

    Jam: 16.00

    Tempat: Fakultas Ushuludin UIN SYAHID Jakarta

    Peneliti : Apakah problematika politik di masa Orde Baru juga berdampak ke muslim Tionghoa?

    Ikhsan Tanggok : Menurut saya problematika politik di masa Orde Baru bukan hanya berdampak pada muslim Tionghoa secara khusus karena di masa itu masyarakat pribumi juga mengalami hal yang sarna.

    Peneliti : Di masa Orde Barn etnis Tionghoa selalu jadi karnbing hitam antara pemerintah dengan pribumi, bagaimana hubungan muslim Tionghoa sendiri dengan Priburni dimasa itu?

    Ikhsan Tanggok : kalau boleh di urnt bagaimana hubungan etnis Tionghoa dengan pribumi sebenarnya pada awalnya kedua golongan masyarakat ini dahulunya memiliki hubungan yang harmonis namun di masa kolonial Belanda ketika diadakan golongan masyarakat hubungan keduanya memburuk sehingga berlanjut sarna masa Orde Barn. Terlebih di masa itu masyarakat etnis Tionghoa muslim maupun non muslim memegang peranan paling penting yaitu sektor ekonomi tentunya hal ini yang membuat masyarakat pribumi terkesan tidak menjalin hubungan baik dengan masyarakat keturnnan Tionghoa.

    Peneliti : Menurut Bapak INPERS dan KEPRES yang dikeluarkan pemerintah apakah tepat untuk menangani masalah Tionghoa di Indonesia serta apakah hubungan muslim Tionghoa dengan non muslim Tionghoa berjalan baik, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa etnis Tionghoa tidak menyukai orang-orang Tionghoa konversi agama ke agama Islam.

    Ikhsan Tanggok : INPERS dan KEPRES itu salah satu soIusi yang diberikan pemerintah untuk mengatasi masalah diskriminasi Tionghoa, saya rasa tepat namun pembauran yang ingin diterapkan pemerintah lewat kebijakan - kebijakan seperti menghendaki negara yang multi kultural agak seperti dipaksakan. Kemudian hubungan muslim Tionghoa dengan non muslim Tionghoa menurut saya tidak ada masalah yang cukup rumit. Peneliti : Dalam problematika politik muslim Tionghoa ini, apakah kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah itu pantas untuk mengatasi masalah masyarakat muslim Tionghoa seperti status kewarganegaraan dan rasa nasional kepada bangsa Indonesia? serta apakah hal ini juga berdampak pada hak politik masyarakat muslim Tionghoa karena kebijakan tersebut?

    Ikhsan Tanggok : seperti yang tadi saya ucapkan bahwa semua kebijakan yang diterapkan pemerintah itu wajar dan sangat tepat waIaupun seperti dipaksakan. Untuk hak berpolitik menurut saya yang berdampak terIebih di masa itu semua organisasi dan buku buku yang berbau Cina di bumi hanguskan karena dikhawatirkan aka nada gerakan pemberontakan dari etnis Tionghoa sepeti peristiwa G30SPKI dan BAPERKI. OIeh karena itu pemerintah tidak memberikan ruang daIam sektor politik.

    Peneliti : Di masa Orde Barn, pemerintah mengeluarkan program asimilasi lewat SKBRI dan KTP bemomor khusus untuk masyarakat keturunan termasuk muslim Tionghoa apakah bapak setuju dengan adanya SKBRI dan KTP bemomor khusus untuk masyarakat keturunan Tionghoa?

    Ikhsan Tanggok : saya tidak setuju dengan adanya SKBRI dan KTP bernomor khusus, itu sarna saja pemerintah tidak mendiskriminasi masyarakat Tionghoa, sebenarnya kita masyarakat pribumi yang merupakan warganegara asing karena tidak memiliki SKBRI seperti saudara-saudara kita dari etnis Tionghoa. MENCARI JEJAK DAKWAll ETNIS TIONGHOA

    DI JAWA ABAD 15-16 MASEHI

    Oleh Muhammad Sulthou

    PENGANTAR

    Kiprah etnis Tionghoa di Indonesia menonjol dalam bidang ekonomi hingga kini. Hal itu tentu tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka juga punya peran pada bidang yang lain, seperti agama dan kepercayaan. Khusus untuk bidang agama, terutama kemungkinan mereka memiliki kiprah di bidang dakwah Islam didasarkan pada pemikiran bahwa sepanjang dapat ditemukan masyarakat Islam di kalangan mereka, maka tentu dapat diasumsikan ada gerakan dakwah oleh dan kepada mereka. Hal itu disebabkan, kegialan dakwah dapat difikirkan sebagai kegialan yang melekat dengan pelaksanaan ajaran Islam. Dakwah adalah pengamalan ajaran Islam yang bertujuan mempengaruhi orang lain.

    Dalam makalah ini, penulis berusaha menggambarkan beberapa hal tenlang dakwah mereka di Jawa pada masa awal kehadiran mereka di sana Periode itu ada yang menyebutnya sebagai zaman Cheng Ho dan ada pula yang menyebut periode generasi pertama Muslim Tionghoa

    Untuk melakukan rekonstruksi terkait dengan tujuan itu, penulis mendasarkan sumber utamanya pada Catalan Tahunan Melayu. Catatan tahunan Melayu adalah hasil penelitian Poorlman terhadap tulisan-tulisan atau dokumen yang tersimpan

    Pada tahun 1964 Catalan itu disunting dan dikomentari oleh Ir. Manggaradja Onggan Parlindungan dan disebutkan dalam lampiran legenda Sumatra, sebagai bahan kajian untuk bukunya yang beIjudui "Tuanku Rao". Pada tahun 1968, catatan tahunan itu dipakai oleh Mr. Slamet Muljana sebagai sumber utama dalam bukunya tenlang munculnya negara-negara Islam di Indonesia. Buku karya Slamet Mulyana berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindu Djawa dan pribumi di Jawa pada umumnya. Tome Pires termasuk mereka yang pertama-tama memberitakan hal tersebut. Dalam salah satu tulisannya yang dibuat kira-kira tahun 1544, Tome Pires menyebutkan bahwa kepulauan Maluku telah lama memiliki hubungan dengan orang-orang Tionghoa. Kehadiran mereka sejak zaman kuno telah dikenali dari gaya rumahnya dan dari kepeng Cina sebagai mata uang.

    Adapun Diego de Couto mencatat, banyak orang menegaskan bahwa orang Jawa adalah keturunan Tionghoa. Kesaksian yang sama dikemukakan dalam salah satu tulisan yang ~ibuat Edmund Scott. Penulis tersebut terakhir selama dua tahun (antara 1603 sampai 1605 M) :inggal di Loji lnggris di Banten. Setelah melukiskan sebuah perayaan besar di kola, ia nengakhirinya dengan pemyataan bahwa perayaan itu dan semacamnya telah diajarkan oleh )rang-orang Tionghoa sejak zaman kuno. Wounter Schouten yang berada di Hindia selama ~wartal ketiga abad ke-tujuh belas menulis bahwa orang-orang Jawa merasa senang menyatakan liri sebagai keturunan Tionghoa. Kebanggaan sebagai keturunan Tionghoa itu juga dilaporkan ,Ieh Abbe De Raynal yang disebut oleh Denys Lombard sebagai salah seorang penulis yang lemberikan kesaksian tentang keharrnonisan hubungan social yang teljalin antara orang-orang awa dengan Tionghoa.

    Terlepas dari kesaksian-kesaksian itu, suatu keyataaan dapat ditegaskan bahwa aktor ~ama cukup penting memainkan peran dalam proses pembauran itu. Dalam kasus Tionghoa di Iwa ini, faktor agama dimaksud adalah Islam, karena seperti tersimpul dari uraian di atas, ionghoa yang datang itu beragama Islam. Di Jawa mereka tinggal dan menetap di pelabuhan ~sisir sebelah Timur, seperti Tuban, Gresik dan Surabaya. Di samping itu, ditemukan pula asyarakat Tionghoa Islam pada masa lalu yang menetap di Demak, Cirebon, Lasem, Banten dan :marang.

    Di Tuban mereka merupakan sebagian besar dari penduduk yang menurut taksiran mcapai "seribu keluarga lebih". Demikian juga di Gresik, ketika Cheng Ho singgah, mereka asekitar "seribu keluarga". Di Surabaya sejumlah besar penduduknya juga orang Tionghoa. ntang pusat kegjatan dakwah Tionghoa, Catatan tahunan Melayu beberapa kali menyebutkan :rah Jiao Tung. Istilah itu mungkin dari kata Cina dari daratan, suatu nama yang ditemukan di iltan peJabuhan Gresik dan sebelah utara Surabaya. Kata yang disebut-sebut tidak muncul am buku-buku cerita Jawa, namun ada kecocokan dengan laporan Belanda.

    lDZHAB MUSLIM TIONGHOA ;elesai ditulis tahun 1416 M oleh Haji Ma Huan, sekretaris danjuru bicara Ceng Ho. Laporan itu ~emudian disempurnakan dengan pengurangan dan penambahan seusai dua pelayaran berikutnya. Dengan memperhatikan tahun penulisan itu, maka dapat di duga sebelum tahun 1416, di Jawa telah ada masyarakat Tionghoa memeluk agama Islam, jauh sebelum tahun yang diperoleh dari Catatan Greif. (1600-an Masehi).

    Berkaitan dengan hal itu, sejumlah batu nisan yang terletak di komplek pemakaman Islam di Tralaya, berada di sebelah selatan kawasan bekas tempat keraton Majapahit, dapat membantu sedikit penelusuran tahun tertua pembentukan awal masyarakat Tionghoa Muslim. Seperti dilaporkan oleh L.Ch. Darmais yang dikutip Amen Budiman, di kawasan tersebut, ada sejumlah batu nisan yang memakai tahun Saka dan sebuah di antaranya memakai tahun Arab. Balu-batu nisan yang memakai tahun Saka itu menggunakan hiasan ayat-ayat al-Qur'an dan rumus-rumus ibadah, sedangkan yang memakai tahun Hijriyah mempunyai sebuah inskrispi yang menyebutkan nama zaenudin. Sebuah batu nisan yang memakai tahun Saka di kawasan itu memiliki titi mangsa tahun 1533 Saka yang bertepatan dengan tahun 1611 M. Selain itu, batu­ batu nisan memiliki titi mangsa yang berkisar antara tahun 1298 sampai tahun 1397 Saka yang bertepatan dengan tahun 1376-1475 Masehi, termasuk batu nisan yang memakai tahun Arab yang berasal dari tahun 874 H, yang bertepatan dengan tahun 1391-1392 Saka atau tahun 1469-1470 M.

    Dari batu-batu nisan itu dapat diperkirakan sejumlah informasi sejarah, bahwa waktu kerajaan Majapahit berada dalam puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389 M), di kawasan kerajaan itu dapat ditemukan masyarakat Islam. Demikianjuga halnya waktu Haji Ma Huan mengunjungi daerah Jawa, ada beberapa kemungkinan informasi sejarah yang dapat dikemukakan sebagai berikut. Ada kemungkinan sebagian dari masyarakat Islam yang bermukim di sekitar keraton Majapahit berasal dari etnis Tionghoa. Hal itu terhimpun dari laporan Haji Ma Huan ketika dia melihat dari dekat keadaan masyarakat Islam Tionghoa di Jawa Timur. Menurut Haji Ma Huan, di Majapahit terdapat lebih dari seribu keluarga bangsa asing. Sebagian besar dari mereka adalah orang Tionghoa yang berasal dari pusat kerajaan Tiongkok. Mereka berasal dari dinasti Tang, yang berasal dari propinsi Kanton, Zhangzhou, Qhuanzhau dan daerah-daerah lain yang telah melarikan diri dari daerah mereka. Banyak diantara mereka telah memeluk agama Islam.

    Dalam kontaknya dengan masyarakat pribumi, menurut beberapa kesaksian orang­ orang Eropa, kehadiran masyarakat Tionghoa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara yang pada tahun 1971 dilatang beredat di Indonesia.

    Pada tahun 1984, H,J. De Graafdan tho G Pigeaud menyusun buku tenlang Muslim Cina di Jawa pada abad 15-16 M. Di antara sumber yang dipakai adalah Catalan Tahunan Melayu seperti disunting oleh Patlindungan. Terhadap Catalan itu H,J. De Graafdan tho G Pigeaud melakukan analisis perbandingan dengan tiga sumber utama sejatah Jawa yaitu (I) Catalan Pengembara Portugal, Tom Pires, (2) Catalan-Catatan dokumenter Cina Datalan dan (3) Babad TanahJawa.

    Menurut beberapa peneliti, seperti Denys Lombard, MC. Ricklefs, Liem Ek Hian dan Leonatd Blusse, naskah asli yang dipakai oleh Poortman tidak ditemukan, demikian juga hasH penelitian Poortman yang konon dicetak tidak lebih dati 5 eksemplat dinyatakan hilang. Dengan kenyataan itu, beberapa ahli menyatakan bahwa ''Naskah Poortman" itu "hanya bikinan Ir Patlindungan saja". Dalam banyak hal, makalah ini disusun dengan mengacu pada buku katya H.J. De Graafdan tho G Pigeaud serta laporan penelitian Poortman. Laporan penelitian Poortman disebut dengan Catalan Tahunan Melayu yang dipakai dalam penelitian ini dikutip dati lampiran dalam katya tulisnya Jr. Manggaradja Onggan Patlindungan.

    KEHADIRAN TIONGHOA

    Dilihat dati agama yang dipeluk, awal kehadiran Tionghoa di Jawa berhubungan dengan pembentukan pertarna masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia. Menurut Catatan Greif, kehadiran mereka berlangsung bersamaan waktunya dengan kekacauan yang melanda pusat pemerintahan di Tiongkok. Dinasti Manchu yang menggantikan pemerintah sebelumnya menjadi salah satu pemicu perpindahan penduduk Tiongkok ke luat daerah, di antarnya ke Jawa. Di bawah kekuasaan Dinasti Manchu (1644-1912 M) masyatakat Islam Tiongkok mengalami penindasan dati pemerintah. Dengan demikian, Greifagaknya sedang menyebutkan, etnis Tionghoa yang datang ke Jawa itu kemungkinan besat beragama Islam, yaitu agama yang secara resmi dinyatakan pertarna kali dalang ke Tiongkok pada masa pemerintahan Yong Hui dati dinasti Tang (649-651).

    Lebih tua dati tahun yang dperkirakan dati pendapat Greiftersebut, ada sumber sejarah yang melaporkan kesan-kesan terhadap masyatakat Tionghoa Islam pertarna di Jawa. Sumber yang dimaksud adalah buku laporan peJjalanan laksamana Ceng Ho antara lain ke Jawa yang Pada dekade kedua abad ke-20 dengan berdirinya Tiongboa Shang Hwee (Perkumpulan Pedagang Tiongboa) dan Sarikat Dagang Indonesia yang kemudian berubah menjadi Sankat Islam, teIjadi beberapa kali benturan akibat persaingan dalam perdagangan antara pedagang Tionghoa dan Pedagang Islam yang umumnya keturunan Arab, antara lain kerusuhan di Kudus pada tahun 1918 yang berawal dari persaingan di antara pengusaha rokok kretek. Demikian juga di Solo, toko Sie Dhian Ho diserbu oleh para pedagang batik pribumi di pasar Lawean yang merasa tersaingi.

    Kemudian pada masa dijalankannya politik etis oleh pemerintah Hindia Belanda setelah Tanam Paksa mendapatkan banyak kecaman di Belanda dan dimulainya liberalisasi dan dibukanya perkebunan-perkebunan dan tambang-tambang yang memerlukan banyak tenaga keIja, teIjadilah arus migrasi orang-orang Tiongboa dan daratan Tiongkok terutama dan provinsi-provinsi Hokkian dan Kwangtung. Hal ini dapat teIjadi karena Kaisar Dinasti Ching telah mencabut larangan bagi orang-orang Tiongboa untuk bepergian keluar negeri, termasuk perempuan­ perempuannya. Sudah tentu kejadian ini menyebabkan teIjadinya perubaban besar pada masyarakat Tiongboa di Nusantara yang selama ratusan tahun putus kontak dengan daratan Tiongkok. Hal inilah yang menyebabkan semakin surutnya jumlah Muslim Tionghoa di Indonesia sampai berdirinya rejim Orde Barn yang mendorong teIjadinya asimilasi di masyarakat Tiongboa. Di masa Orde Barn karena adanya berbagai larangan bagi orang Tiongboa dalam menjalankan ibadahnya banyak orang Tiongboa yang tertarik untuk menjadi Muslim yang menurut pandangannya dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

    http://muhkholidas.blogspot.com/2008/07/peran-katalisator-muslim-tionghoa.htm I (new entry: muslim Tiongboa) Tionghoa-Indonesia

    Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

    Langsung ke: navigasi, eari

    Sukubangsa Tionghoa (biasa disebut juga Cinaill) di Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Teng/ang (Hokkien), fengnang (Tioehiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut fangren (Hanzi: 00, "orang Tang"). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang rionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri mereka iebagai orang Tang, sementara orang Cina utara menyebut diri mereka sebagai orang -Ian (Hanzi: 00, hanyu pinyin: hanren, "orang Han").

    >eluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi seeara bergelombang sejak ribuan tahun 'ang lalu melalui kegiatan pemiagaan. Perno mereka beberapa kali muneul dalam sejarah ndonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia didekIarasikan dan terbentuk. Catatan­ atatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuna di Nusantara telah 'erhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang emudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina e Nusantara dan sebaliknya.

    etelah negara Indonesia merdeka, orang 'ionghoa yang berkewarganegaraan tdonesia digolongkan sebagai salah satu lku dalam lingkup nasional Indonesia, ~uai Pasal2 UU Nomor 12 Tahun 2006 ntang Kewarganegaraan Republik idonesia.HJ

    Ilustrasi pedagangTionghoa di Banten Jumlah' populasi I.739.000 (s~nsus 2000)W ± 4-5 juta (perkiraan)lli Kawasan deugan jumlah'pendudukyang signifikan Jawa, Kalimantan Barat Sumatra, Bangka-Belitung dan Sulawesi Selatan. Bahasa Hokkien, Halla, Tioehiu, Mandarin, Jawa, Indonesia dan bahasa-bahasa daerah lainnya. Agama Sebagian besar Buddha, Kong Hu Cu dan Kristen. Minoritas keeil ada yang beragama Islam. Daerah asal di Cina

    Pm dlstribusl daerah asal ~luhur suku Tjonghoa~Inc:lMesla

    Hokkian _ T\Ochlu

    .... '''''ICol\9tlu

    c;:J 'eta distribusi daerah asalleluhur suku Tionghoa-Indonesia

    tamainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara Cina, menyebabkan banyak ekali orang-orang yang juga merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang. Tujuan llama saat itu adalah Asia Tenggara. Karena pelayaran sangat tergantung pada angin lUsim, maka setiap tahunnya para pedagang akan berrnukim di wilayah-wilayah Asia 'enggara yang disinggahi mereka. Demikian seternsnya ada pedagang yang memutuskan ntuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang pulang ke Cina ntuk terns berdagang.

    rang-orang Tionghoa di Indonesia, umumnya berasal dari tenggara Cina. Mereka rmasuk suku-suku:

    • Hakka • Hainan • Hokkien • Kantonis • Hokchia • Tiochiu

    lerah asal yang terkonsentrasi di pesisir tenggara ini dapat dimengerti, karena dari sejak nan Dinasti Tang kota-kota pelabuhan di pesisir tenggara Cina memang telah menjadi 1dar perdagangan yang ramaL Quanzhou pernah tercatat sebagai bandar pelabuhan besar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut.frnju!rgn?]

    erah konsentrasi

    lagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa. Daeral1­ rah lain di mana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di daerah perkotaan lah: Sumatra Utara, Bangka-Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Lombok, imantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi ra. • Hakka - Aceh, Sumatra Utara, Batam, Sumatra Selatan, Bangka-Belitung. Lampung, Jawa, Kalimantan Barat,Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Manado, Ambon dan Jayapura. • Hainan - Riau (Pekanbaru dan Batam), dan Manado. • Hokkien - Sumatra Utara, Pekanbaru, Padang. Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Jawa, Bali (terutama di Denpasar dan Singaraja), Banjarmasin, Kutai, Sumbawa, Manggarai, Kupang, Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Manado, dan Ambon. • Kantonis - Jakarta, Makassar dan Manado. • Hokchia - Jawa (terutama di Bandung, Cirebon, Banjarmasin dan Surabaya). • Tiochiu - Sumatra Utara, Riau, Riau Kepulauan, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat (khususnya di Pontianak dan Ketapang).

    Di Tangerang Banten, masyarakat Tionghoa telah menyatu dengan penduduk setempat dan mengalami pembauran lewat perkawinan, sehingga wama kulit mereka terkadang lebih gelap dari Tionghoa yang lain. Istilah buat mereka disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Cina, Jawa, Sunda dan Melayu.

    Sejarab

    Masa-masa awal

    5::J Seorang pria Tionghoa berkuncir (toucang) di jalanan Batavia pertengahan tahun 1910­ m.

    )rang dari Tiongkok daratan telah ribuan tahun mengunjungi dan mendiami kepulauan lJusantara.

    3eberapa catatan tertua ditulis oleh para agamawan, seperti Fa Hien pada abad ke-4 dan I :hing pada abad ke-7. Fa Hien melaporkan suatu kerajaan di Jawa ("To 10 mo") dan I :hing ingin datang ke India untuk mempelajari agama Buddha dan singgah dulu di lIusantara untuk belajar bahasa Sansekerta dahulu. Di Jawa ia berguru pada seseorang lernama Jililnabhadra.

    )engan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, para imigran Tiongkok pun nulai berdatangan, terutama untuk kepentingan perdagangan. Pada prasasti-prasasti dari awa orang Cina disebut-sebut sebagai warga asing yang menetap di samping nama-nama ukubangsa dari Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anakbenua India. Dalam suatu ,<;J Kata Tionghwa telah digunakan dalam surat setia kepada tentara Nippon ini.

    Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Cina di [ndonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin. Zhonghua dalam Halek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

    /{acana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan lari orang-orang di Cina untuk terbebas dari kekuasaan dinasti ker:yaan dan membentuk uatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai terdengar oleh orang sal Cina yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu dinamakan Orang Cina.

    ekelompok orang asal Cina yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa perlu empelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka mendirikan sekolah di india Belanda, di bawah naungan suatu badan yang dinamakan "Tjung Hwa Hwei wan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). ffiK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan na, tapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, ring dengan perubahan istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda.

    (lutasi di Indonesia

    'dasarkan Volkste/ling (sensus) di masa Hindia Belanda, populasi Tionghoa-Indonesia lcapai 1.233.000 (2,03%) dari penduduk Indonesia di tahun 1930.ill Tidak ada data ni mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak >nesia merdeka. Namun ahli antropologi Amerika, G.W. Skinner, dalam risetnya lah memperkirakan Pgfulasi masyarakat Tionghoa di Indonesia mencapai 2.505.000 %) pada tahun 1961.

    m sensus oenduduk pada tahun 2000, ketika untuk pertama kalinya responden sensus lyai mengenai asal etnis mereka, hanya 1% dari jumlah keseluruhan populasi nesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang dipercaya mengenai jumlah Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara kisaran 4% - 5% dari seluruh Jh populasi Indonesia.ill prasasti perunggu bertahun 860 dari Jawa Timur disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus orang-orang Tionghoa yang tinggal di sana. Beberapa motif relief di Candi Sewu diduga juga mendapat pengaruh dari motif-motif kain ~ Tiongkok.l1J

    ::::atatan Ma Huan, ketika turut serta dalam ekspedisi Cheng Ho, menyebut secara jelas lahwa pedagang Cina muslim menghuni ibukota dan kota-kota bandar Majapahit (abad ;e-15) dan membentuk satu dari tiga komponen penduduk kerajaan itu.mEkspedisi :heng Ho juga meninggalkan jejak di Semarang, ketika orang keduanya, Wang inghong, sakit dan memaksa rombongan melepas sauh di Simongan (sekarang bagian ari Kota Semarang). Wang kemudian menetap karena tidak mampu mengikuti ekspedisi elanjutnya. Ia dan pengikutnya menjadi salah satu cikal-bakal warga Tionghoa emarang. Wang mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut "Mbah edakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong"), serta membangun kelenteng Sam Po ong atau Gedung Batu.l21 Di komplek ini Wangjuga dikuburkan dan dijuluki "Mbah lrumudi Dampo Awang".um

    tiumlah sejarawan juga menunjukkan bahwa Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, emiliki darah Tiongkok selain keturunan Majapahit. Beberapa wali penyebar agama am di Jawa juga memiliki darah Tiongkok, meskipun mereka memeluk Islam dan tidak Ii secara aktifmempraktekkan kultur Tionghoa.

    tab Sunda Tina Layang Parahyang menyebutkan kedatangan rombongan Tionghoa ke lara Ci Sadane (sekarang Teluknaga) pada tahun 1407, di masa daerah itu masih di iVah kekuasaan Kerajaan Sunda (pajajaran). Pemimpinnya adalah Halung dan mereka iampar sebelum mencapai tujuan di Kalapa.

    a kolonial

    nasa kolonial, Belanda pernah mengangkat beberapa pemimpin komunitas dengan If Kapiten Cina, yang diwajibkan setia dan menjadi penghubung antara pemerintah gan komunitas Tionghoa. Beberapa diantara mereka ternyata juga telah beJjasa bagi yarakat umum, misalnya So Beng Kong dan Phoa Beng Gan yang membangun kanal atavia[ndyknn?J. Di Yogyakarta, Kapiten Tan Djin Sing sempat menjadi Bupati yakarta.ll1J

    ·tulnya terdapat juga kelompok Tionghoa yang pernah berjuang melawan Belanda, sendiri maupun bersama etnis lain. Bersama etnis Jawa, kelompok Tionghoa :rang melawan VOC tahun I740-1 743.fntjukan?] Di Kalimantan Barat, komunitas ghoa yang tergabung dalam "Republik" Lanfongfroillkgn?1 berperang dengan pasukan Ida pada abad XIX.

    n peJjalanan sejarah pra kemerdekaan, beberapa kali etnis Tionghoa menjadi In pembunuhan massal atau penjarahan, seperti pembantaian di Batavia 1740 dan antaian masa perang Jawa 1825-1830. Pembantaian di Batavia tersebut 1!2m31f41 lirkan gerakan perlawanan dari etnis Tionghoa yang bergerak di beberapa kota di Pasca kemerdekaan

    .5J Selama beberapa dasawarsa, aksara Tionghoa atau Hanzi sempat dilarang atau "tidak dianjurkan penggunaannya" di Indonesia. Namun bahkan kandidat presiden dan wakil presiden Megawati dan Wahid Hasyim menggunakannya pada poster kampanye Pemilu Presiden 2004.

    Sejarah politik diskriminatifterhadap etnis Tionghoa terus berlangsung pada era Orde Lama dan Orde Bam. Kerusuhan-kerusuhan yang menimpa etnis Tionghoa antara lain pembunuhan massaJ di Jawa 1946-I948, peristiwa rasialis IO Mei 1963 di Bandung, 5 Agustus 1973 di Jakarta, Malari 1974 di Jakarta dan Kerusuhan Mei 1998 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Solo.fruiukan'J Pada Orde Lama keluar Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959 yang melarang WNA Tionghoa untuk berdagang eceran di daerah di IUM ibukota provinsi dan kabupaten. Hal ini menimbulkan dampak yang luas terhadap distribusi barang dan pada akhimya menjadi salah satu sebab keterpurukan ekonomi menjelang tahun 1965.

    Selama Orde Bam juga terdapat penerapan ketentuan tentang Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia, atau yang lebih populer disebut SBKRl, yang utamanya ditujukan kepada warga negara Indonesia (WNI) etnis Tionghoa beserta keturunan-keturunannya. Walaupun ketentuan ini bersifat administratif, secara esensi penerapan SBKRl sarna artinya dengan upaya yang menempatkan WNI Tionghoa pada posisi status hukum WNI yang "masih dipertanyakan".

    Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan perubahan bagi kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Walau belum 100% perubahan tersebut terjadi, namun hal ini sudah menunjukkan adanya tren perubahan pandangan pemerintah dan warga pribumi terhadap masyarakat Tionghoa. Bila pada masa Orde Baru aksara, budaya, ataupun atraksi Tionghoa dilarang dipertontonkan di depan publik, saat ini telah menjadi pemandangan umum hal tersebut dilakukan. Di Medan, Sumatera Utara, misalnya, adalah hal yang biasa ketika warga Tionghoa menggunakan bahasa Hokkien ataupun memajang aksara Tionghoa di toko atau rumahnya. Selain itu, pada Pemilu 2004 lalu, kandidat presiden dan wakil presiden Megawati-Wahid Hasyim menggunakan aksara Tionghoa dalam selebaran kampanyenya untuk menarik minat warga Tionghoa. "Bagian ini membutuhkan pengembangan

    Peran sosial budaya

    Didirikannya sekolah-sekolah Tionghoa oleh organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) lejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan sastra Melayu Tionghoa. Maka dalam ""aktu 70 tahun telah dihasilkan sekitar 3000 buku, suatu prestasi yang luar biasa bila Iibandingkan dengan sastra yang dihasilkan oleh angkatan pujangga baru, angkatan 45, ;6 dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu. Dengan demikian komunitas ini telah berjasa lalam membentuk satu awal perkembangan bahasa Indonesia.

    )i Medan dikenal kedermawanan Tjong A Fie, rasa hormatnya terhadap Sultan Deli ifakmun AI Rasyid diwujudkannya pengusaha Tionghoa ini dengan menyumbang epertiga dari pembangunan Mesjid Raya Medan.

    aat ini di Taman Mini Indonesia Indah sedang dibangun taman budaya Tionghoa ldonesia yang diprakarsai oleh PSMTI. Pembangunan taman ini direncanakan akan ~Iesai sebelum tahun 2012 dengan biaya kurang lebih 50 milyar rupiah.r""iukan?j

    'ionghoa-Indonesia saat ini :atatan kaki dan referensi

    I. ~ Defmisi "etnis" yang dipakai BPS didasarkan atas pengakuan orang yang disensus. Atas dasar ini, jumlah ini dapat dianggap sebagai batas bawah ("Iowerbound") karena banyak warga Tionghoa yang enggan mengaku sebagai "Tionghoa" dalam sensus. Menurut Perpustakaan Universitas Ohio illjumlah suku Tionghoa di Indonesia mencapai 7.310.000 jiwa. Jumlah ini merupakan yan terbesar di luar Cina. 2. A nfKusno, Malikul (Sabtu, 9 Desember 2006), "UU Kewarganegaraan dan Etnis Tionghoa", Harian Umum Sinar Harapan 3. ~ Lihat pula Penggunaan istilah Cina, China dan Tiongkok#Di Indonesia 4. .: Trisnanto, AM Adhy (Minggu, 18 Februari 2007), "Etn is Tionghoa Juga Bangsa Indonesia", Suara Merdeka 5. .: Vasanty, Puspa (2004). in Prof. Dr. Koentjaraningrat: "Kebudayaan Orang Tionghoa Di Indonesia", Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Penerbit Djambatan. ISBN 979-428-510-2. 6. .: Skinner, G.W. (1963). in R.T. McVey: "The Chinese Minority'; Indonesia. New Haven, HRAF. 7. ~ Rustopo 2008. Jawa Sejati. Otobiografi Go Tik Swan. Penerbit Ombak Yogyakarta 8. ::. Arismunandar A 2007. Kerajaan Majapahit abadXIVdan XV. Artikel pada laman Majapahit Kingdom 9. ::. Ada yang berpendapat kelenteng ini dibangun oleh orang dari Tuban, suatu pelabuhan penting di pantai utara Jawa Timur pada masa lalu.In 10.::' Zulkifli AA. Laksamana Cheng Ho pernah singgah di SurabayaU} 11.::' Setiono, Benny G. "Tionghoa Dalam Pusaran Politik", hal. 167, Transmedia 12.::, http://home.iae.nl/users/arcengellNedlndie/Chinezenengels.htm I3. ::. http://www.obor.co.idIDetailBuku.asp?BkISBN=979-461-556-0 http://id.wikipediaTionghoa-lndonesia (new entry: muslim Tionghoa) (Sejarah) Muslim Tionghoa di Indonesia

    Oleh HM SyarifTanudjaja, SH Sebagai agama, Islam masuk dan berkembang di negeri Cina, melalui jalur perdagangan. Begitu pula Islam masuk ke Nusantara. Kebanyakan saIjana berpendapat bahwa peristiwa masuknya agama Islam ke Cina, teJjadi pada pertengahan abad VII. Saat itu kekhalifahan Islam yang berada di bawah kepemimpinan Utsman bin Affan (557-656M) telah mengirim utusannya yang pertama ke Cina, pada tahun 651 M. Ketika menghadap kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang, utusan Khalifah tersebut memperkenalkan keadaan negerinya beserta Islam. Sejak itu mulai tersebarlah Islam di Cina.

    Islam masuk ke Cina melalui daratan dan lautan. PeJjalanan darat dari tanah Arab sampai kebagian barat laut Cina dengan melalui Persia dan Afghanistan. Jalan ini terkenal dengan nama "jalur sutra". Sedangkan peJjalanan laut melalui Teluk Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan­ pelabuhan Cina seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou, dan Yangshou dengan melalui Teluk Benggala, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

    Muslim Tionghoa di Nusantara ada yang berasal dari imigram Muslim asal Cina lalu menetap di Nusantara. Ada pula yang memeluk Islam karena interaksi antar etnis Tionghoa yang sudah ada di Nusantara dengan mereka yang beragama Islam. Kedatangan imigran Musim Tionghoa ke Nusantara, sebelum dan pada zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara, secara individu­ individu. Kedatangan etnis Tionghoa ke Nusantara dari negeri Cina sebagian besar dengan cara kolektif (rombongan) beserta keluarga. Kebanyakan dari mereka adalah non Muslim. Mereka juga hidup terpisah dari penduduk setempat dan tinggal di Pecinan, terutama di masa kolonial.

    Kedatangan etnis Tionghoa dan Muslim Tionghoa dari negeri Cina ke Nusantara, tujuannya adalah untuk meningkatkan tarafkehidupan ekonomi mereka, bukan tujuan menyampaikan Islam atau berdakwah. Pada umunmya mereka berasal dari daerah-daerah Zhangzhou, Quanzhou dan provinsi Guangdong. Tapi di zaman pemerintah Belanda pemah mendatangkan etnis Tionghoa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tenaga keIja di perkebunan dan pertambangan milik Belanda.

    Meski kedatangan etnis Tionghoa Muslim tidak untuk berdakwah, namun keberadaan mereka punya dampak dalam perkembangan dakwah. Salah satunya karena proses asimilasi, perkawinan dengan penduduk setempat yang kemudian menjadi Muslim. etnis Tionghoa melebur dan menjadi bagian pribumi. Hal ini berbeda dengan etnis Tionghoa non-Muslim yang kian terpisah dengan priburni, seperti air dan minyak.

    Pada masa gerakan kemerdekaan, Muslim Tionghoa ikut pula berperan. Salah satu perannya adalah menjadi peserta dalam peristiwa Sumpah Pemuda.

    Pada perkembangannya, jarak yang muncul dengan etnis Tionghoa mengundang beberapa Muslim Tionghoa untuk memperbaiki kerenggangan tersebut. Salah satunya adalah Haji Yap Siong yang berasal dari kota Moyen, Cina. Setelah belajar Islam ia menjadi Muslim pada tahun 1931 dan mendirikan organisasi dakwah yang diberi nama Persatuan Islam Tionghoa (pIT) di kota Deli Serdang, Sumatera Utara. Dakwah beliau dimulai dari Sumatera Utara ke Sumatera Selatan dan menyeberang ke Jawa Barat sampai Jawa Timur. Berdakwah dalam bahasa Mandarin dan memperoleh izin dakwah pacla waktu itu dari pejabat-pejabat Kolonial Belanda.

    Pada tahun 1950 bersama Haji Abdul Karim Oei Tjing Hien, kelahiran Bengkulu yang pada tahun 1930 telah menjadi Konsul Muhamadiyah untuk daerah Sumatera Selatan. Keduanya bertemu di Jakarta dan mengembangkan PIT. Pada tahun 1953, Kho Guan Tjin mendirikan organisasi dakwah pula dengan nama Persatuan MUslim Tionghoa (PMT), di Jakarta. Pada tahun 1954, kedua Organisasi dakwah itu difusikan. Namun peIjalanannya, organisasi ini bubar karena berbeda pandangan menjelang pernilihan umum pertama tahun 1955.

    Pada tanggal 14 April 1961, di Jakarta, atas prakarsa H. Isa Idris, dari pusat Rohani TNI AD, lahirlah PITI. Sebuah nama dengan kepanjangan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Tujuan PIn adalah mempersatukan antara Muslim Tionghoa dan Muslim Imdonesia, Muslim Tionghoa dengan Etnis Tionghoa dan etnis Tionghoa dengaan Indonesia Asli.

    Pada awal tahun 1972, Kejaksaan Agung RI dengan alasan bahwa agama Islam adalah agama universal, menganggap PIn tidak selayaknya ada Tidak ada Islam Tionghoa atau Islam-Islam lainnya. Maka pacla tanggal 15 Desember 1972, Dewan Pimpinan Pusat PIn memutuskan untuk melakukan perubahan organisasi menjacli Pembina Iman Tauhid Islam.

    Demikian Kiprah Muslim Tionghoa sejak kedatangannya di Nusantara sampai saat ini di segala bidang kehidupan sesuai dengan profesinya.

    http://www.indonesiamedia.com/2007/02/early/sejarah/hubungang.htm (ew entry: muslim Tionghoa) Demikian pula dengan muhibah pelayaran Laksamana Zheng He (Cheng Ho) ke Nusantara, pada abad ke XV. Latar belakang muhibah ini adalah perdagangan dan bermaksud mempererat hubungan antara negara Cina dan Negara-negara Asia Afrika. Banyak dari anggota muhibah dan anak buah Laksamana Zheng He adalah Muslim, seperti Ma Huan, Guo Chong Li dan Ha San Sh'ban dan Pu He-ri. Ma Huan dan Guo Chong-Ii pandai berbahasa Arab dan Persia. Keduanya bekeJja sebagai peneJjemah. Ha San adalah seorang ulama Masjid Yang Shi di kota Ki An. Maka tidaklah aneh pada daerah-daerah yang disinggahi oleh muhibah tersebut penduduknya banyak yang beragama Islam.

    Pulau, daerah atau kerajaan-kerajaan di Indonesia yang dikunjungi oleh 7 (tujuh) kali muhibah Laksamana Zheng He dari tabun 1425 sampai tabun 1431 M adalah Jawa, Palembang, Pasai (Aceh), Lamuri, Nakur (Batak), Lide, Aru Tamiang, Pulau Bras, Pilau Lingga, Kalimantan, Pulau Karimata, Pulau Beliton dl!.

    Dari Catatan MA Huan, anggota muhibah pelayaran Laksaman Zheng He, bahwa pada pertengahan abad XV, di kel'l\iaan Majapahit terdapat perantau Cina Muslim yang berasal dari Zhanghou, Quanzhou dan Provinsi Guangdong.

    Dari beberapa sumber seperti dalam Seminar "Masuk dan Berkembangnya Islam Di Indonesia" yang diselenggarakan di Banda Aceh pada September 1980 dan buku-buku antara lain "Islam Di Jawa" ,"Islamisasi Di Jawa", Walisanga Menyebar Islam menurut Babad "Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo", beberapa wali di antara Walisanga ada beberapa yang mengalir darah Tionghoa.

    Dari riwayat tersebut, Muslim Tionghoa di Nusantara Sudah terbaur dengan penduduk setempat. Tetapi ketika Kolonial Belanda menginjakkan kakinya di Nusantara dan sesuai dengan politik pecah belah(devide et impera) mereka membagi penduduk melliadi tiga golongan. Etnis Tionghoa termasuk golongan Timur Asing dan pribumi Inlander yang mayoritas beragama Islam diberi fasilitas tertentu dan sistem politiknya pun dibedakan dengan golongan pribumi. Hal ini membuat etnis Tionghoa menjadi terpisah dengan penduduk setempat.

    Kelompok-kelompok masyarakat etnis Tionghoa di pimpin oleh Kapten, Mayor Tionghoa, yang pada umumnya dari kalangan non-Muslim. Dari data yang ada, Kapiten Cina Muslim terakhir, pada pertengahan abad XVII, bemama Caitson, berganti nama menjadi Abdul Gafur, diangkat menjadi Syahbandar Banten.

    Berdasarkan peraturan kolonial Belanda, mereka yang mengikuti tradisi, adat istiadat suatu golongan menjadi golongan tesebut. Islam mengantar Sebagian dari Walisongo yaitu, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati diidentifikasikan sebagai orang-orang Muslim Tionghoa yang sangat besar jasanya dalam menyebarkan agama Islam di pesisir utara Jawa, dari Banten ,ampai Madura.

    Kalau kita mengunjungi mesjid-mesjid Walisongo di pantura Jawa seperti Mesjid Agung Demak (Masjid Glagah Wangi) atau makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, maka akan tampak sekali pengaruh kebudayaan Tionghoa. Di tembok-tembok mesjid banyak ditempelkan piring porselin Tiongkok dari zaman Dinasti Ming, demikian juga banyak terdapat guci-guci antik yang tak temilai barganya. Di Mesjid Glagah Wangi Demak terdapat omamen kura-kura yang digunakan untuk menunjukkan tabun mulai dibangunnya mesjid tersebut, yaitu tabun 1401 Caka atau 1479 Masehi. Penggunaan kura-kura yang tennasuk binatang yang banyak terdapat dalam mitologi Tionghoa, tidak umurn dalam kebudayaan Islarn,Hindu maupun Buddha.

    Demikianjuga kalau kita mengunjungi mesjid-mesjid di negara-negara Timur Tengah, tennasuk di Saudi Arabia, kita tidak akan menemukan bedug untuk pertanda azan lima waktu. Selanjutnya kita juga tidak akan menemukan model pesantren seperti yang terdapat di Jawa,karena kedua hal tersebut sangat jelas dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa. Arsitektur mesjid-mesjid di Jawa juga sangat dipengaruhi kebudayaan Tionghoa yang bergaya pagoda dan atap bertingkat. Contohnya masih dapat kita saksikan yaitu Mesjid Agung Banten, yang dibangun pada sekitar tabun 1620 oleh arsitek Tionghoa Cek Ban Cut dengan menaranya yang seperti pagoda.

    Tradisi atau kebiasaan membakar petasan atau mercon pada masa bulan Ramadhan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri atau pada upacara-upacara perkawinan, khitanan dsbnya yang dilakukan umat Islam di pedesaan pulau Jawa, jelas merupakan tradisi yang dipengaruhi tradisi Tionghoa yang membawa kebiasaan ini dari daratan Tiongkok, tempat asal petasan tersebut.

    Pada masa kekuasaan VOC dan pemerintahan Hindia Belanda, orang Tionghoa banyak yang masuk menjadi Islam kembali.Alasan utamanya adalah untuk menghindari pajak kepala atau pajak kondelkuncir yang dikenakan kepada orang-orang Tionghoa. Kalau mereka masuk Islam, maka mereka akan terhindar dari pajak tersebut.

    Demikianjuga setelah teIjadi insiden pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia pada tabun 1740, orang Tionghoa banyak yang masuk menjadi Islam demi menjamin keamanannya. Ketika teIjadi Perang Jawa atau Perang Diponegoro, orang-orang Tionghoa yang mendukung Pangeran Diponegoro juga banyak yang menjadi prajuri menjalankan politik segregasi dan berusaha memisahkan orang-orang Tionghoa dari penduduk setempat. Kebijakan politik pemerintab Hindia Belanda selalu memojokkan orang Tionghoa.

    Orang-orang Tionghoa hanya diperalat untuk kepentingan politik dan ekonomi pemerintah kolonial Belanda. Orang-orang Tionghoa harus diisolir dengan wijkenstelsel dan passenstelseI. Artinya orang Tionghoa harus tinggal di tempat tertentu (Pecinan) dan apabila ingin bepergian harus meminta surat ijin atau pass dari penguasa setempat. Orang Tionghoa juga dilarang memakai pakain orang Jawa atau penduduk priburni lainnya agar tidak dapat membaur dengan mereka dan menimbulkan kekacauan. Orang Tionghoa juga dilarang memakai pakaian Eropa, artinya orang Tionghoa hanya boleh memakai baju thungsha dan celanan komprang serta rambutnya memakai taucang alias kuncir. Bagi yang melanggar akan kena denda atau hukuman yang berat. Ketika Tan Sam Cay meninggal akibat memakan racun di Istana Suniaragi,oleh Haji Kung Sem Pak jenasahnya ditolak untuk dimakamkan di kompleks makam pejabat-pejabat Kesultanan Cirebon di Sembung. Di bawah hujan lebat jenasah Tan Sam Cay dibawa kembali ke Cirebon dan atas permintaan istrinya Nurlei!a binti Abdullah Nazir Loa Sek Cong dimakamkan secara agama Islam di rumalmya sendiri.

    Namun atas permintaan mayrakat Tionghoa non Islam, di klenteng Talang diadakan pula upacara naik arwah untuk mendiang Tan Sam Cay. Namanya ditulis di atas kain merah dan disimpan di k1enteng Talang untuk selamanya. Tan Sam Cay dijadikan dewa dengan nama Sam Cay Kong dan dipuja.disembahyangi oleh para peziarah yang percaya guna meminta berkat dan rezeki.

    Dari klenteng Talang, Residen Poortman juga merampas seluruh catatan-catatan dalam bahasa Tionghoa yang telah tersimpan selama ratusan tahun yang menceriterakan perkembangan Kesultanan dan penyebaran agama Islam di daerah sekitarnya. Kain merah bertuliskan nama Tan Sam Cay termasuk yang dirampas Poortman dan akhimya ditempatkan di musium etnologi di Leiden, Belanda

    Sunan Gunung Jati sendiri adalah Toh A Bo (Pangeran Timur) putera Sultan Trenggana (Tung Ka Lo) putera Jin Bun (Raden Patah). Padahl pandangan yang selama ini berkembang di tengah masyarakat dan dalam buku-buku sejarah tentang Sunan Gunung Jati sampai saat ini masih mengacu kepada pendapat Prof.Husain Djajadiningrat dalam bukunya » Pemandangan Kritis atas Sedjarah Banten" yang terbit di negeri Belanda pada tahun 1913. dalam buku tersebut ia menyatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah Faletehan, seorang ulama dari Pasai.

    Ketika Pasai diserbu Portugis dari Malaka, ia meninggalkan Pasai menuju Mekkah dan bermukim di sana selama hampir tiga tahun untuk memperdalam soal-soal agama Islam. la kemudian kembali ke Pasai untuk mengajar agama Islam.Karena dikuasai Portugis, Faletehan meninggalkan Pasai dan menetap di Demak. Di Demak ia disayang oleh Sultan Trenggana dan dikawinkan de sekali diabaikan atau dikesampingkan dan tidak pemah dijadikan bahan acuan.

    Padahal menurut Prof. Liang Liji, ahIi sejarah dan bahasa dari Universitas Beijing dalam ceramah yang diselenggarakan Perhimpunan INTI di Omni Batavia hotel tanggal 15 Desember 1999, berbagai catatan atau naskah Tionghoa itu sangat akurat dan rapi, baik dalam mencatat tahun­ tahun kejadian maupun nama-nama dan kejadian-kejadian yang diceriterakan.

    Pengaruh dan surutnya Tionghoa - Islam.

    Adalah kenyataan sejarah bahwa orang-orang Tionghoa dari Yunnan pada abad ke-14 dan abad ke-15 datang ke Nusantara terutama ke Sambas, Palembang dan Jawa untuk menyebarkan agama Islam mashab Hanafi yang kemudian surut digantikan dengan mashab lainnya. Pada awalnya mereka hanya menyebarkan agama Islam di komunitas Tionghoa yang pada umumnya tinggal di pesisir sambi! melakukan perdagangan. Sudah tentu kedatangannya membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam kehidupan politik dan tata kehidupan masyarakat pada masa itll, dimana pengaruh agama Hindu dengan representasi Kerajaan Majapahit sangat dominan. Tokoh besarnya adalah Laksamana Cheng Ho yang dengan armadanya yang mengagumkan memberi pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Nusa Tenggara.

    Banyak orang-orang Muslim Tionghoa Jawa Timur di bawah pimpinan Bong Swi Hoo atau Sunan Ngampel yang menjadi penasihat dan bupati di Majapahit. Mereka kemudian mendorong Raden Patah alias Jin Bun untuk mendirikan Kesultanan Islam pertama di Demak. Adipati Unus hanya memerintah tiga tahun karena meninggal dunia dan digantikan oleh saudaranya Tung Ka Lo alias Pangeran Trenggana yang memerintah selama 40 tahun. Pangeran Trenggana digantikan oleh puteranya Muk Ming yang sebelumnya menggantikan Kin San menjadi Bupati Semarang.

    Menurut buku-buku ceritera orang Jawa,Muk Ming membunuh saudara tuanya yang menjadi putera mahkota agar bisa menjadi Sultan Demak. Kemudian Muk Ming digulingkan oleh keponakannya, Arya Panangsang dari Kerajaan Jipang yang membalas kematian ayahnya, sang putera mahkota yang kemudian disebut Panegran Seda Ing Lepen atau "gugur di sungai".

    Kecuali mesjid, seluruh kota dan Kraton Demak musnah. Karena tidak kuat menahan serangan pasukan Jipang,prajurit Demak mundur ke Semarang dan teIjepit di kapal-kapal yang kemudian berhasil dihancurkan. Demikianjuga kota Semarang diporak-porandakan, galangan kapal habis dibakar dan banyak orang-orang Tionghoa non Islam yang dibunuh oleh prajurit Jipang yang membuat sebagian besar masyarakat Tionghoa Semarang marah dan tidak bersimpati kepada pasukan Jipang. Inilah awal dari surutnya para pengikut Islam Tionghoa di daerah Semarang dan di pesisir utara Jawa Tengah. Mereka akhirnya kemudian berangsur-angsur kembali kepada agama dan kepercayaan asaInya Khonghucu dan Tao.

    Selanjutnya pasukan Jipang dikalahkan pasukan Pajang yang pada masa pemerintahannya kurang memperhatikan masalah maritim. Kemudian lahirlah Kerajaan Mataram yang berada di pedalaman yang makin menggeser kekuatan politik dari pantai utar mulai terdesak oleh orang­ orang Tionghoa non Islam. Kedua hal inilah yang mendorong ia meyakinkan Fatahillah untuk mendirikan Kesultanan Islam di Kesepuhan, Cirebon.

    Dengan demikian Kesultanan Cirebon pacta tahun 1522 didirikan oleh Haji Tan Eng Hoat alias Mohamad Ifdil Hanafi bersama Sunan Gunung Jati (SyarifHidayat Fatahillah atau Faletehan) yang pernah menjadi Panglima tentara Kesultanan Demak dan mantan Raja Kesultanan Islam Banten dengan didukung oleh orang-orang Tionghoa Islam di Sembung. Sunan Gunung Jati menjadi Sultan pertarna Kesultanan Islam Cirebon dengan mendirikan kraton Kesepuhan.

    Kemudian pada tahun 1553 Sunan Gunung Jati menikahi puteri Haji Tan Eng Hoat, Ong Tin yang terkenal dengan sebutan Puteri Cina. Upacara iring-iringan mempelai Pueri Cina dari Sembung sampai ke Kraton Kesepuhan berlangsung laksana upacara raja-raja di Tiongkok dengan pengiring sepupunya sendiri bernama Tan Sam Cay alias Muhammad Syafei gelar rumenggung Arya Dipawiracula. Tan Sam Cay inilah yang kelak menjadi bendahara dan wali :lari Sultan ke-2 Kesultanan Cirebon, karena ketika Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570, putera dari hasil perkawinannya dengan Puteri Cina yang walaupun masih sangat muda itu :liangkat sebagai penggantinya.

    fan Sam Cay besar jasanya membantu Sunan Gunung Jati dan Haji Tan Eng Hoat dalam nengembangkan agama Islam ke Priangan Timur sampai ke Garut Tetapi di kemudian hari Tan ,am Cay murtad dan kembali ke agama asalnya dan mengubah mesjid Talang menjadi sebuah denteng agama Khonghucu dan Tao. Orang-orang Tionghoa Islam akhirnya perlahan-lahan nenyusut dan kembali menjadi pengikut agama Khonghucu dan Tao.

    ,etelah Sunan Gunung Jati wafat secara de fakto Tan Sam Cay lah yang menguasai Kesultanan cirebon. Yang berani melawannya hanya Haji Kung Sem Pak alias Muhammad MaIjani, seorang :eturunan Haji Kung Wu Ping yang menjadi kuncen makam di Gunung Sembung. Tan Sam Cay ngin meniru Sultan Turki,membangun istana Suniaragi ayng terkenal dengan gua buatan yang likelilingi danau buatan untuk menyimpan harem yang cantik-cantik. tanpa istri pada tahun 1447 dan menikah dengan Ni Ageng Manila puteri Haji Gan Eng Cu alias Arya Teja, kapten Tionghoa yang berkedudukan di Tuban. la kemudian ditempatkan Gan Eng Cu menjadi kapten Tionghoa Islam di Bangil. Gan Eng Cu sebelumnya ditempatkan Bong Tak Keng di Manila dan menikah dengan perempuan setempat dan mempunyai puteri yang diberi nama Ni Ageng Manila Di samping memindahkan Gan Eng Cu ke Tuban untuk memimpin komunitas Tionghoa Islam yang sedang berkembang di Nanyang Selatan termasuk Jawa,Palembang dan Sambas, Bong Tak Keng juga menempatkan menantunya Ma Hong Fu untuk menjadi duta besar Tiongkok di pusat Kerajaan Majapahit (1424-I449).

    Namun karena armada Tiongkok (dinasti Ming) menguasai seluruh perairan Nanyang, Haji Gan Eng Cu de fakto yang melayani kraton Majapahit dari pelabuhan Tuban dan ia diberi gelar "A Lu Ya" oleh Su King Ta raja Majapahit yang memerintah dari tahun 1427 sampai tahun 1447.Pada tahun 1430 Laksamana Cheng Ho merebut daerah Tu Ma Pan (Tumapel) di Jawa Timur dan menyerahkannya kepada Raja Su King Ta Kemudian Gan Eng Wan saudara Gan Eng Cu diangkat menjadi bupati di Tu Ma Pan. Gan Eng Wan (Aria Suganda) adalah bupati Islam pertama di Kerajaan Maj Bong Tak Keng dari Campa

    Gan Eng Cujuga mempunyai seorang putera yang murtad (bukan Islam) bemama Gan Si Cang yang bersama Kin San alias Raden Kusen anak Swan Liong alias Arya Damar mengembangkan galangan kapal di Semarang yang dibangun Laksamana Cheng Ho. Dengan meniru kapal milik Ja Tik Su (Jafar Sidik gelar Sunan Kudus) orang Ta Cih yang sedang berlabuh di galangan kapal di Semarang karena mengalami kerusakan. Mereka berdua memimpin pembuatan jung-jung besar yang mempunyai kecepatan tinggi. Jung-jung yang diperlengkapi meriam-meriam besar buatan Kin San inilah yang pada tahun 1521 digunakan armada Kesultanan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka

    Pada tahun 1481 atas desakan para tukang kayu di galangan kapal di Semarang, Gan Si Tjang selaku kapten Tionghoa menyampaikan permohonan kepada Kin San sebagai Bupati Semarang untuk ikut menyelesaikan pembangunan Mesjid Agung Demak. Permintaan ini diteruskan kepada Jin Bun sebagai penguasa tertinggi di Demak. Jin Bun menyetujuinya dan dengan demikian pembangunan Mesjid Agung Demak diselesaikan oleh para tukang kayu dari galangan kapal di Semarang di bawah pimpinan Gan Si Cang. Saka tatal Mesjid Agung Demak dibuat dengan mempergunakan teknik konstruksi tiang kapal,tersusun dari kepingan-kepingan kayu yang sangat tepa! dan rapi. Tiang tataI yang demikian itu lebih kuat menahan angin laut atau taufan dari pada tiang utuh. Temyata Sunan kali Jaga atau Raden Said adalah Gan Si Cang anak Gan Eng Cu alias Arya Teja, kapten Tionghoa di Tuban, mertua Bong Swi Hoo atau Sunan Ngampel.

    Raden Patah yang dikenal sebagai Sultan Demak pertama yang merupakan kesultanan Islam pertama di Jawa sebenarnya adalah Jin Bun anak Kung Ta Bu Mi (Kertabumi) ataU Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir yang menikah dengan puteri Cina, anak pedagang Tionghoa bemama Ban Hong (habah Bantong). Semasa kanak-kanaknya Jin Bun dipelihara oleh Swan Liong (Arya Damar) bersama Kin San (Raden Kusen) di Palembang. Jin Bun meninggal padatahun 15I8 dalam usia 63 tahun.

    Kin San adalah ahli pembuat petasan dan mesiu yang dipelajarinya dari ayahnya, Swan Liong yang pemah menjadi kepala pabrik mesiu di Semarang, Setelah Jin Bun berhasil merebut Majapahit pada tahunI478, Kin San diangkat menjadi Bupati Semarang.

    Demikianjuga Sultan Demak yang kedua, Sultan Yunus (Adipati Unus) adalah Vat Sun putera Jin Bun. Adipati Unus sangat terkenal karena pada tahun 1521 berani menyerang Portugis di kota Malaka yang telah didudukinya sejak tahun 151 I, sehingga ia dijuluki Pangeran Sabrang Lor. harta, yang paling besar berukuran panjang 132 meter dan lebar 54 meter dan membawa 27.800 orang prajurit dan sejumlah besar emas, porselen,barang-barang tembikar, karya-karya seni yang indah dan kain sutera untuk ditukar dengan gading gajab,cula badak,kulit penyu, bahan obat­ obatan,rempah-rempah, sarang burung wallet, mutiara dan batu-batu permata. Di samping kapal penumpang untuk mengangkut pasukan dan kapal kargo, armada ini juga terdiri dari kapal tangki air, kapal pengangkut kuda untuk pasukan kavaleri, kapal-kapal tempur dan kapal patroli cepat yang mempunyai banyak dayung.

    Kapal-kapal harta Cheng Ho menimbulkan rasa hormat bercampur rasa takjub, kagum dan takut. Epik pelayarannya memasuki ingatan hampir separuh bangsa di dunia, seabad sebelum era besar eksplorasi dan ekspansi bangsa Eropa Ini merupakan armada yang unik dalam sejarah Tiongkok dan - juga sejarah dunia-, tidak ada bandingannya sampai invasi kapal-kapal peran menghormati Laksamana Cheng Ho, di Semarang dibangun klenteng Gedong Batu (Sam Po Kong) yang konon asalnya sebuah mesjid. K.lenteng ini terasa sangat unik karena diziarahi baik oleh orang Tionghoa maupun oleh orang muslim Jawa. Di K.lenteng Sam Po Kong juga terdapat sebuahjangkar kapal yang konon adalah jangkar kapal Cheng Ho. Jangkar ini oleh orang yang mempercayainya disembah dan disembahyangi guna mendapatkan berkat dan rezeki. Di dekat gua di klenteng Sam Po Kong terdapat makam Dampu Awang yang menurut ceritera merupakan juru mudi yang piawai Laksamana Cheng Ho. Makam Dampu Awang ini ramai diziarahi kaum muslim Jawa.Kuncennya pun seorang muslim Jawa.

    K.lenteng Sam Po Kong inilah yang menjadi salah satu sumber bahan-bahan penelitian mengenai sejarah kota Semarang dan peranan orang Tionghoa dalam penyebaran agama Islam di Jawa Peranan orang Tionghoa dalam penyebaran agama Islam di Jawa banyak ditulis para haji Tionghoa, antara lain Haji Ma Huan yang menulis buku Ying Yai Sheng Lan dan Haji Feh Tsing yang menulis buku Tsing Tsa Sheng Lan pada tabun 1431. Kedua haji ini adalah pembantu Laksamana Cheng Ho yang pandai berbahasa Arab dan bertindak sebagai peneIjemah dan mencatat segala sesuatu tentang negara-negara yang dikunjunginya.

    Tetapi bukti paling spektakuler adalah dengan dirampasnya tulisan-tulisan Tionghoa yang disimpan di klenteng Sam Po Kong selama 400-500 taboo oleh Residen Poortman. Pada tabun 1928 dengan alasan menumpas komunis dengan dibantu polisi, ia melakukan penggeledahan di klenteng Sam Po Kong dan berhasil merampas 3 gerobak berbagai catatan berbahasa Tionghoa yang menceriterakan peranan orang Tionghoa dalam penyebaran agama Islam dan pembentukan sejumlah kerajaan Islam

    Nab, berangkat dari sinilah dimulai penelitian Prof.Dr.Slamet Muljana mengenai peranan orang­ orang Tionghoa dalam menyebarkan agama Islam di Jawa yang ditulisnya dalam buku Runtuhnja Keradjaan Hindu-Djawa dan Timbulnja Negara2 Islam di Nusantara yang kemudian dilarang oleh pemerintab Orde Barn.

    Temyata sebagian besar anggota Walisongo adalah orang-orang Tionghoa antara lain Sunan Ngampel yang nama aslinya Bong Swi Hoo alias Raden Rachmat. Bong Swi Hoo berasal dari Yunnan cucu penguasa tertinggi di Campa, Bong Tak Keng. Bong Tak Keng ditempatkan Laksamana Cheng Ho di Campa untuk memimpin komunitas Tionghoa Islam (Hanafi) yang merupakan komunitas Tionghoa terbesar di pantai-pantai Nanyang.Bong Swi Hoo datang ke Jawa Tuban kemudian memasuki kali Sedayu dan kali Mas, mereka berhasil dibujuk dan dikelabui oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara untuk membantunya menggulingkan Raja Jayakatwang dari Kediri. Setelah Kerajaan Kediri berhasil dikalahkan, Raden Wijaya kemudian mengusir pasukan Kubilai Khan keluar dari Jawa dan mendirikan Kerajaan Majapahit dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama.

    Ribuan anggota pasukan Mongol tewas di pulau Jawa dan banyak yang ditawan atau tinggal dengan sukarela ootuk menghindari pelayaran kembali ke daratan Tiongkok yang keras dan berbahaya membuktikan bahwa sebelum kedatangan armada Laksamana Cheng Ho, di Palembang dan Sambas telah ada orang-orang Tionghoa yang menetap.

    Ekspedisi pertama Cheng Ho pada tahoo 1405 singgah di pelabuhan Samudra Pasai dan bertemu dengan Sultan Zainal Abidin Bahian Sjah. Kedatangannya di Samudra Pasai dalam rangka membangun huboogan politik dan dagang antara kedua negara. Setelah terbentuk hubungan baik antara Tiongkok dan Samudra Pasai, semakin banyak pedagang-pedagang Tionghoa yang datang ke Pasai dan banyak di antaranya yang beragama Islam dan mengawini perempuan-perempuan setempat kemudian menetap dan berbaur di sana.

    Pada taboo 1410 dan 1416 Laksamana Cheng Ho dan armada yang dipimpinnya mendarat di )antai Simongan, Semarang, selain menjadi utusan Kaisar Yoog Lo ootuk mengunjoogi Raja lAajapahit iajuga membawa misi untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

    'engiriman armada Oinasti Ming yang dipimpin Laksmana Cheng Ho dan Ma Huan juga >ertujuan untuk mengamankanjalur pelayaran niaga di Nanyang (Asia Tenggara) yang banyak Iiganggu bajak laut orang-orang Hokkian dipimpin Lin Tao-ch"ien yang telah menguasai Pattani, :ebuah pelabuhan di selatan Siam (Thailand) dan Kukang (palembang). Seorang pemimpin bajak aut lainnya yang berasal dari Canton bernama Tan Tjo Gi berhasil menguasai kota Palembang Ian dari sana melakukan perompakan terhadap kapal-kapal yang melalui Selat Malaka yang empi!. Hal ini bisa teljadi karena pemerintah Palembang sangat lemah karena berkali-kali nendapatkan serangan dari kerajaan di Jawa, sehingga Palembang berhasil dikuasai gerombolan ~rompak Tionghoa tersebut beberapa tahoo sebelum kedatangan Cheng Ho yang kemudian ~rhasil menumpasnya Tan Tjo Gi berhasil

    •i antara tahoo 1405-1433 Kaisar Yoog Lo dan penggantinya memerintahkan sampai tujuh kali kspedisi pelayaran kekaisaran yang spektakuler menuju laut Tiongkok Selatan dan Samudera [india. Tujuan ekspedisi itu adalah ootuk menjalin persahabatan dan perdagangan dengan egara-negara lain. Oi samping itu penduduk sepanjang pantai Tiongkok dilarang merantau ke IIlr negeri tanpa ijin.Maksudnya agar perompak-perompak Jepang yang sering mengganggu eamanan pantai Tiongkok meqjadi terkucil. Oi samping itu Kaisar Ming meminta perhatian epada para perantau Tionghoa di negeri asing, yang terpaksa meninggalkan tempat asalnya Irena kemiskinan atau sebab lainnya Mereka diharapkan menjadi penduduk yang baik di negeri mpat mereka menetap. Namoo dibalik semuanya itu pelayaran tersebutjuga bertujuan enoojukkan kejayaan Oinasti Ming (show offorce) dan mengembangkan pengaruh politik dan iliternya di negara-negara Asia-Afrika di samping utnuk mengamankanjalur pelayaran niaga 'Iongkok dengan menumpas para perompak yang selalu mengganggu kapal-kapal niaga di jalur rsebut

    ilayaran ini merupakan suatu ekspedisi yang menakjubkan, bahkan bila diukur dengan standar bad ke XX sekalipun. Tiap armada terdiri dari 62 buah kapal yang disebut bao chuan atau kapal PASANG SURUT HUBUNGAN TIONGHOA-ISLAM DALAM PANGGUNG SEJARAH INDONESIA

    Keberadaan orang-orang Tionghoa yang pertama kali di Nusantara sebenarnya tidakjelas. Dugaan selama ini hanya berdasarkan hasil temuan benda-benda kuno seperti tembikar Tiongkok di Jawa Barat, Lampung, daerah Batanghari dan Kalimatan Barat maupun yang disimpan di berbagai kraton dan genderang (genta) perunggu Dongson di Jawa, Bali dan dataran Pasemah, Sumatera Selatan.

    Fa Hian seorang pendeta dari Tiongkok mengunjungi pulau Jawa dalam perjalanannya ke India antara tahun 399 sampai 414.. Pengalamannya di tulis dalam buku Fahuek,seratus tahun kemudian Sun Yun dan Hwui Ning mengikutinya dengan melakukan ziarah dati Tiongkok ke India.

    Pada tahun 671 Pendeta I-tsing berangkat dati Canton ke Nalanda melalui Sriwijaya. Seluruh pengalamannya diuraikan dengan cermat dalam bukunya Nan Hai Chi Kuei Fa Ch"uan dan Ta T"ang Si Yu Ku Fa Kao Seng Ch"uan. Pendeta I Tsing mengembara di luar Tiongkok selama 25 tahun. Ia kembali ke Kwangtung pada pertengahan musim panas pemerintahan Cheng Heng [tahun 695) dengan membawa pulang 4.000 naskah yang terdiri dari lima ratus ribu sloka. Dati :ahun 700 sampai 712 ia menteIjemahkan 56 buku dalam 230 julid. Hingga abad ke vn hanya >endeta Buddha Tionghoa yang melakukan peIjalanan ke India yang mengunjungi Sriwijaya

    vIenurut catatan yang ada, orang-orang Tionghoa mulai berdatangan ke Indonesia pada abad ke X yaitu pada zaman dinasti Tang untuk berdagang dengan membawa barang-barang kel1\iinan eperti barang-barang porselen, sutera, teb, a1at-alat pertukangan, pertanian dsbnya untuk ditukar 'engan hasil-hasil pertanian terutama rempah-rempah, sarang burung walet,gambir, bahan obat­ batan dsbnya. Mereka yang sebelumnya hanya menunggu pedagang-pedagang asing yang atang ke Canton dengan menggunakan kapal-kapal Persia kemudian tertarik untuk melakukan erdagangn sendiri ke negara-negara Laut Selatan (Nanyang).

    !ereka datang denganjung-jung melalui peIjalanan panjang menghadapi gelombang laut dan :rompak yang ganas. Mereka harus tinggal berbulan-bulan menunggu bergantinya musim dan 19in yang akan membawa mereka kembali ke daratan Tiongkok. Sudah tentu yang datang ketika J hanya laki-laki saja karena peIjalanan tersebut sangat berbahaya. Emigrasi secara besar- 'saran termasuk perempuan-perempuan Tiongkok baru dimulai pada pertengahan abad ke XIX 111 permulaan abad ke XX bertalian dengan berkembangnya fasilitas kapal motor dan dicabutnya rangan bepergian ke luar Tiongkok oleh Kaisar dinasti Ching.Karena tertarik akan keindahan n kesuburan daerah-daerah yang mereka kunjungi dan keramahan penduduk setempat, sebagian ri mereka menetap dan mengawini perempuan-perempuan setempat. Mereka pada umumnya mjadi petani, tukang dan pedagang pengumpul hasil-hasil pertanian dan hasil hutan untuk di tar dengan barang-barang dati daratan Tiongkok.

    hirnya mereka beranak pinak dan membaur dengan penduduk setempat dan saling mpengaruhi dalam proses percampuran bUdaya, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lainnya nasuk dalam hal bahasa, kesenian, makanan, dsbnya.

    la tahun 1293 Kaisar Kubilai Khan dati Dinasti Yuan (Mongol, 1280-1367) mengirim ukannya untuk memberi pelajaran kepada Raja Kertanegara dari Singosati yang telah 19hinanya dengan merusak muka utusannya, Meng Chi. Ia mengirim pasukannya yang besar g terdiri dati 20.000 orang tentara Tionghoa yang direkrut dati Hokkian, Kiangsi dan mang. Namun ketika pasukannya yang dipimpin Shih-pi, Kau Hsing dan Ike Mese tiba di