Bab 2 Kajian Teori
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Arsitektur Arsitektur dari Bahasa Yunani, yaitu arche yang artinya asli, awal, utama, otentik serta tektoon yang artinya berdiri stabil, kokoh, stabil statis. Jadi arsitektur merupakan sesuatu yang mengutamakan kekokohan. Arsitektur adalah proses estetika total, yaitu dampak dari pengalaman budaya total terhadap kehidupan organis, psikologi dan sosial dan merupakan sarana serta cara berekspresi yang fungsi utamanya adalah intervensi untuk kepentingan manusia, tanpa menghilangkan identitasnya (Budihardjo, 1983). Arsitektur adalah pembangunan utama, dalam arti terbatas dalam arti total norma. Tata bangunan, tata ruang, tata seluruh pengejawantahan yang selalu datang dari dalam, dari inti, galih, jati diri, pandangan semesta, sikap didup serta kebudayaan bangsa ; dari galaksi keyakinan dasar suatu komunitas, konkrit, histories, tidak abstrak, tidak seragam untuk segala bangsa maupun kurun jaman (Mangunwijaya, 1983). Karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kebudayaan dasar masyarakat serta memuat sejumlah makna yang dapat dikomunikasikan (Rapoport,1969). Karya arsitektur sebagai salah satu wujud paling konkret dari kebudayaan, sebagai bagian dari kebudayaan fisik yang sifatnya nyata (Koentjaraningrat,1974). Arsitektur dilihat berdasarkan dari unsur bentuk dan ruang secara menyeluruh akan menentukan bagaimana arsitektur dapat meninggalkan 18 suatu karya memperoleh tangapan dan mengungkapakan suatu makna. Oleh karena itu penyajian unsur-unsur bentuk dan ruang adalah sebagai sarana untuk memecahkan suatu masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi dari fungsi, tujuan, dan ruang lingkungan, yakni secara arsitektural (Ching ,1996). Sistem bentuk dan ruang terbagi menjadi empat (Ching, 1996), yaitu : 1. Sistem ruang: sistem ruang meliputi organasasi ruang, bentuk ruang dan hubungan-hubungan ruang.Organisasi ruang merupakan kumpulan ruang-ruang yang terhubung menjadi sebuah kesatuan bangunan yang bentuk dan ukurannya dipengaruhi oleh fungsi. 2. Sistem struktur: sistem struktur meliputi konstruksi bangunan dan material bangunan. 3. Sistem enclosure (sifat ketertutupan): berupa wujud, permukaan, sisi- sisi (edges), dimensi, konfigurasi, dan bukaan. 4. Sistem sirkulasi: sistem pencapaian ke bangunan, pintu masuk gedung, konfigurasi lorong, hubungan jalan dengan ruang, bentuk ruang sirkulasi. Menurut Ching (1996), beberapa ciri-ciri visual dari bentuk adalah wujud, dimensi, warna, tekstur, posisi, dan oreintasi, yaitu : 1. Wujud adalah sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu. Wujud juga merupakan aspek utama di mana bentuk - bentuk dapat diidentifikasi dan dikategorikan. 2. Dimensi adalah dimensi fisik suatu bentuk berupa panjang, lebar dan tebal. Dimensi-dimensi ini menentukan proporsi dari bentuk. 19 3. Warna adalah Warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. 4. Tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. 5. Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau medan visual 6. Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin, atau terhadap pandangn seseorang yang melihatnya. Pemaknaan arsitektur secara keseluruhan adalah seni dalam mendirikan suatu bangunan yang meliputi perencanaan bangunan, proses pekerjaan membangun, penyelesaian dekorasinya (interior) dan hasil karya arsitektur merupakan wujud dari kondisi sosial budaya masyarakat yang berkembang pada saat itu. Jadi arsitektur yang dimaksud pada penelitian ini merupakan suatu objek bagian dari hasil kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu yang berwujud bangunan Masjid dengan bentuk yang unik. Dari beberapa teori arsitektur dan bentuk di atas dapat digunakan sebagai acuan menganalisa objek arsitektur untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk elemen arsitektur dalam bangunan berdasarkan wujud, dimensi dan orientasinya. 2.2. Pengertian Masjid Masjid berasal dari kata pokok/dasar sujud (bahasa Arab) yang berubah bentuk menjadi Masjid. Pengertian sujud di dalam Islam adalah 20 kepatuhan ketundukan yang dilakukan dengan penuh kekhimatan sebagai pengakuan muslim sebagai insan hamba Tuhan, kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Khaliknya, dan tidak kepada yang lain-lain di alam semesta ini. Jadi sesungguhnya tempat di muka bumi ini adalah tempat sujud atau masjid (Wiryoprawiryo, 1986). Masjid berdasar akar katanya mengandung arti tunduk dan patuh, maka masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah semata. Masjid dibangun untuk memenuhi keperluan ibadah Islam, fungsi dan perannya ditentukan oleh lingkungan, tempat dan jaman dimana masjid tersebut didirikan. Secara prinsip adalah tempat untuk membina umat, untuk itu dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan keperluan pada jaman, siap yang mendirikan, dan lingkungan tempat masjid dibangun. Dalam pustaka ini juga diberikan beberapa contoh tentang bentuk arsitektur masjid di dunia, tetapi lebih bersifat pada pengungkapan fakta berdasarkan sejarah (sumalyo,2000). Menurut Shihab ( dalam Sumalyo, 2000), kata masjid berasal dari kata sajada – sujud yang berarti patuh, taat serta tunduk, penuh hormat dan takdzim. Sujud dalam syariat yaitu berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk nyata dari kata tersebut di atas. Berdasarkan akar katanya yang mengandung arti tunduk dan patuh , maka hakekat dari masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah semata. Berdasarkan dari pengertian masjid di atas dapat disimpulkan masjid merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur 21 arsitektur Islam yang berpedoman pada ketentuan Allah SWT sebagai tempat beribadah. 2.2.1. Arsitektur Masjid Dalam Islam Arsitektur Islam pada dasarnya identik dengan bangunan masjid. Masjid sebagai tempat ibadah, sebagai rumah bahkan dapat digunakan untuk kegiatan sosial. Masjid sebagai Islamic Centre sebagai perwujudan yang seharusnya dapat diterapkan di masyarakat. Pada perkembangan masjid sering didefinisikan dan diidentikan bahwa masjid itu berkubah. Atap kubah sering berbentuk persegi delapan (octagonal). Integrasi yang bentuk antara dome, lingkaran, kotak dan octagonal memberi tampilan Islam yang sacral. Akan tetapi pada penerapannya arsitektur Islam yang ada di Indonesia merupakan dasar untuk arsitektur bangunan masjid yang dihubungkan bentuk dengan arsitektur setempat dan lebih menonjolkan fungsi ruang yang ada. Bentuk arsitekturnya merupakan variasi bentuk tradisi setempat termasuk bahan bangunannya (Sayed, 1983). Bentuk-bentuk yang melambangkan Arsitektur Islam lebih merupakan pembentuk image dan simbol-simbol yang membawa misi tersendiri. Hal yang salah bila mendefinisikan arsitektur Islam yang melihat produk dari masyarakat ketika itu tanpa melihat hakikat dasar dari ajaran islam itu sendiri Itulah sebabnya mereka melihat zaman ketika Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin sebagai suatu jaman buta arsitektur karena sederhananya bangunan ketika itu. Padahal hakikat dasar dari arsitektur adalah produk dari kondisi dan situasi, apapun 22 bentuk arsitektur dari suatu masa dan tempat mencerminkan tatanan nilai pada masyarakat saat itu (Utaberta, 2004). 2.2.2. Fungsi Bangunan Masjid Fungsi masjid pada zaman Nabi Muhammad ditunjukan melalui pencerminan konsep masjid yaitu sebagai suatu pusat pengembangan total masyarakat muslim dalam semua aspek kehidupan, tidak hanya merupakan bangunan untuk pelaksanaan ibadah keagamaan (Tajuddin, 1995). Fungsi utama masjid adalah sebagai tempat ibadah sholat, terutama shalat wajib lima waktu. Seiring dengan berkembangnya Islam di Indonesia khususnya di pulau Jawa, masjid dalam perkembangannya tidak saja digunakan sebagai tempat ibadah dalam arti sujud, namun juga sebagai tempat pembinaan, pengajaran, praktek sosial,pengamanan dan benteng pertahanan umat Islam. Karena itu fungsi masjid mencakup pengertian sosial, budaya dan politik (Humairah.S & Mastutie.F, 2013). 2.2.3. Bagian-bagian Pada Bangunan Masjid Elemen-elemen utama dari masjid adalah tempat sholat, mighrab, mimbar dan tempat wudhu. Minaret dan dikka adalah elemene pelengkap yang tidak selalu ada pada bangunan masjid (Sumalyo, 2000). Susanta, Amin, & Kautsar (2007), menyebutkan bahwa dalam masjid terdapat ruang-ruang inti yang merupakan ruang utama pada sebuah masjid, yaitu ruang sholat, ruang untuk bersuci dan beranda. Terlepas dari kategori masjid yang bersangkutan, sebab masjid diharuskan memiliki ruang-ruang inti tersebut. Ruang sholat merupakan 23 ruang utama pada masjid yang terdiri dari mihrab dan ruang jemaah. Ruang bersuci (wudhu) merupakan tempat yang tidak terpisahkan dari keberadaan suatu masjid. Teras atau beranda berfungsi untuk menjaga kebersihan dan kesucian ruang sholat. Menurut Frisman (1977), menjelaskan bagian-bagian bangunan masjid terdiri : 1. Kubah Kubah banyak dipakai oleh rumah ibadah dari berbagai agama. Akan tetapi penggunaan kubah lebih dominan digunakan pada masjid dan gereja. Ada dua pengertian dasar dari Kubah. Pertama, kubah sebagai lengkung atap yang melengkung merupakan setengah bulatan. Kedua, kubah sebagai konstruksi langit- langit melengkung yang digunakan sebagai media atap. 2. Menara Menara diartikan sebagai struktur arsitektur yang ketinggiannya jauh lebih besar jika dibanding dengan ketebalannya. Dapat berdiri sendiri atau menempel pada bangunan lain. Menara pertama kali didirikan untuk kepentingan