Situs Percandian Batujaya Di Karawang Jawa Barat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Situs Percandian Batujaya Di Karawang Jawa Barat View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Portal E-Journal Universitas Khairun Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 Situs Percandian Batujaya di Karawang Jawa Barat: Analisis Manajemen Sumber Daya Arkeologi Mustafa Mansur Ilmu Sejarah, Universitas Khairun Abstract This paper seeks to present the existence and preservation of the temple site Unur Jiwa, Lempeng, and Blondongan in Batu Jaya Karawang - West Java as archaeological resources. The method used in this study is the observation and study literature, using the concept of archaeological resource management. The aim of this study is to see how the existence and preservation of these sites, as well as the principle of benefit of preservation. The study shows that the presence of the sites related to Hinduism and Buddhism eksistensii into Indonesia in the 4th century AD to 16th century AD, where temples were made as a means of worship of the two religions. The use of temples that date have been preserved and utilized based on the potential ecological, architectonic, historical, and geological, besides the scientific research, creative arts, education, recreation and tourism, symbolic representation, legitimation of action, social solidarity and integration, and monetary and economic gain. Keywords: Batujaya, Enshrinement, Preservation. Pendahuluan memiliki ruangan atau bilik, dan candi dalam arti bangunan yang Istilah candi secara umum tidak memiliki ruangan atau bilik digunakan untuk menyebut semua (Saringendyanti dan Puar, 2009: 82). bangunan peninggalan kebudayaan Candi sebagai bangunan yang Hindu dan Buddha di Indonesia yang memiliki ruangan atau bilik berupa permandian kuna, gapura merupakan ciri dari kebudayaan atau gerbang kota, dan bangunan Hindu, sedangkan candi sebagai suci keagamaan. Istilah tersebut bangunan yang tidak memiliki memberikan pengertian yang ruangan atau bilik biasanya menjadi sifatnya masih umum, belum ciri dari kebudayaan Buddis menggambarkan ciri spesifik (Saringendyanti dan Puar, 2009: 82- mengenai aspek bentuk maupun 88). fungsi dari setiap bangunan yang Tulisan ini berupaya dimaksud (Saringendyanti dan Puar, menyajikan keberadaan, 2009: 79). kelangsungan, dan pelestarian Ada dua jenis candi, yakni sistus-situs percandian di Batujaya candi dalam arti bangunan yang dan menghubungkannya dengan Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 174 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 konsep manajemen sumber daya referensi yang relevan. Adapun arkeologi. Secara spasial, tulisan ini konsep manejemen sumber daya membatasi pada candi- candi yang arkeologi yaitu melihat upaya tidak memiliki ruangan atau bilik pelestarian situs candi-candi (candi Buddha) di Batujaya tersebut berdasarkan potensi Kabupaten Karawang Provinsi Jawa ekologis, arsitektonis, historis, dan Barat. Di Batujaya ini terdapat atau geologis. Selain itu, dalam beberapa situs candi yang berlokasi kajian ini juga dikembangkan untuk di Desa Segaran. Candi-candi itu melihat bagaimana upaya dibagi menjadi beberapa nama, pelestarian situs-situs candi tersebut yakni Candi Unur Jiwa, Candi Unur berdasarkan potensi scientific Lempeng, Candi Unur Damar, dan research, creative arts, education, Candi Unur Blandongan (Djafar, recreation and tourism, symbolic 2010: 45-51). representation, legitimation of action, Situs candi -candi tersebut di social solidarity and integration, dan atas merupakan warisan budaya monetary and economic gain. bangsa Indonesia yang perlu Adapun untuk pemanfaatannya, studi dilestarikan. Dalam studi ini, ini akan melihat keberadaan candi- pengkajian atau analisis terhadap candi itu apakah dimanfaatkan beberapa candi di atas, dibatasi sesuai fungsi semula (living pada Candi Unur Jiwa, Candi Unur monuments) ataukah sudah tidak Lempeng, dan Candi Blandongan. dimanfaatkan sesuai fungsi semual Ketiga candi ini adalah yang terbesar (dead monuments). dan utama di Batujaya. Potensi -potensi yang Berdasarkan pada orientasi disebutkan di atas merupakan suatu penulisan ini, maka metode yang standar untuk melestarikan sumber digunakan dalam analisis ini adalah daya arkeologi. Hal ini dilakukan metode observasi dan studi pustaka, karena sumber daya arkeologi dengan menggunakan konsep merupakan sumber daya yang tidak manajemen sumber daya arkeologi. dapat diperbaharui (unrenewable Metode observasi adalah melakukan resources). Selain itu, biasanya peninjauan terhadap objek studi yaitu sumber daya arkeologi terutama situs Candi Unur Jiwa, Candi yang bersifat monumental atau Unur Lempeng, dan Candi termasuk dalam klasifikasi benda Blandongan di Batujaya Kabupaten tidak bergerak beserta Karawang Provinsi Jawa Barat. lingkungannya, mempunyai sifat-sifat Sementara studi pustaka yang unik karena mempunyani nilai dimaksudkan untuk melakukan tambah seperti adanya potensi- perbandingan dan penyesuaian potensi yang disebutkan di atas antara data observasi dengan (Kasnowihardjo, 2001:15). deskripsi mengenai keberadaan Berdasarkan konsep situs-situs tersebut dalam beberapa pelestarian itulah, studi ini berupaya Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 175 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 melihat bagaimana upaya pelestarian situs Candi Unur Jiwa, Lempeng, dan Blondongan di Batujaya ini untuk dianalisis. Melalui studi ini, eksistensi dan keberlangsungan dari situs-situs candi tersebut dapat diketahui untuk melihat azas manfaat dari upaya pelestarian tersebut. Candi Unur Jiwa Situs Unur Jiwa terletak di Gambar 2. Sudut Depan Situs Unur Desa Segaran Kecamatan Batujaya Jiwa (Sumber: Dokumentasi pada jarak sekitar 200 meter menuju Observasi, 1 Juni 2012) arah barat dari tepi Desa Segaran atau sekitar 200 meter ke arah barat Unur merupakan nama yang dari Jalan Kaliasin. Unur Jiwa berada diberikan oleh penduduk lokal untuk pada koordinat 107’09’04,91 BT dan menyebut gundukan tanah berisi sisa- 06’ 03’26” LS, dengan ketinggian 4-6 sisa bangunan bata (Lubis, 2011: 35). m di atas permukaan laut (Djafar, Dalam konteks ini, penduduk setempat 2010: 45; Lubis, 2011: 38). menyebut Unur Jiwa sebagai sebuah gundukan tanah seperti bukit kecil (Djafar, 2010: 45). Karena berada di Desa Segaran, maka situs percandian ini selanjutnya diberi nama Situs Segaran. Banyaknya situs-sistus di lokasi Segaran tersebut, maka situs- sistus ini oleh Arkeolog Hasan Djafar membagi ke dalam beberapa sektor. Untuk situs Candi Jiwa diberi nama Situs Segaran I (Situs SEG I), Unur Lempeng disebut Situs Segaran II (Situs SEG II), Unur Damar disebut Gambar 1. Bagian Depan Situs Unur Situs Segaran III (Situs SEG III), Unur Jiwa (Sumber: Dokumentasi Kecil disebut Situs Segaran IV (Situs Observasi, 1 Juni 2012) SEG IV), Unur Blandongan disebut Situs Segaran V (Situs SEG V), dan kemudian beberapa situs lain diklasifikasi menjadi SEG VI, SEG VII, Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 176 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 SEG VIII dan SEG IX (Djafar, 2010: 1985 dan dilanjutkan pada tahun 45-51). 1986 oleh Tim Arkeologi FSUI, dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan (KKL) bagi mahasiswa jurusan arkeologi. Dari kegiatan dua kali eksavasi di situs ini, telah dapat ditampakkan seluruh permukaan bangunan yang tersisa dan beberapa bagian kaki candi. Candinya sudah tidak utuh, yang ditemukan hanya bagian kaki candi berukuran 19 x 19 meter, dengan tinggi seluruh bangunan 4,70 meter, dengan orientasi menghadap tenggara barat-laut Gambar 3. Bagian Belakang Situs (Djafar, 2010: 45; Lubis, 2011: 38). Di Unur Jiwa (Sumber: Dokumentasi keempat sisi candi tidak terdapat Observasi, 1 Juni 2012) tangga naik atau pintu masuk. Kaki candi memiliki susunan perbingkaian atau pelipit yang terdiri dari pelipit rata (patta), pelipit penyangga (uttara), dan pelipit setengah lingkaran (kumuda). Dari bagian atas bangunan yang tersisa, tampak susunan pasangan bata yang melingkar dengan diameter sekitar 6 meter. Susunan bata melingkar ini dibatasai oleh susunan bata yang dipasang tegak (rolak) yang . Gambar 4. Sisi kiri Situs Unur jiwa membentuk bujur sangkar dengan panjang sekitar 10 meter (Djafar, (Sumber: Dokumentasi Observasi, 1 2010: 45-46; Lubis, 2011: 38). Juni 2012) Bisa jadi bangunan candi ini Situs SEG I (Unur Jiwa) ini, berbentuk stupa. Hal ini mengacu ketinggiannya mencapai 4 meter dari pada bentuk susunan dasar sebuah permukaan tanah di sekitarnya, dan bangunan berbentuk stupa. Dalam luasnya sekitar 500 meter persegi. konteks ini, dapat dikatakan bahwa Situs ini semula digarap oleh Candi Unur Jiwa merupakan candi penduduk sebagai lahan pertanian yang bersifat Budhis (Lubis, 2011: yang ditanami pohon Pisang dan 38). Hal ini bisa dilihat pada tubuh candi yang tidak memiliki ruang atau Plawija (Djafar, 2010: 45). Situs SEG I (Unur Jiwa) bilik. Secara umum, candi-candi pertama kali dieksavasi pada tahun dalam agama Buddha tidak memiliki Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 177 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 ruang atau bilik, dan hanya lahan situs ini digarap menjadi lahan dugunakan untuk kepentingan pertanian, sehingga situsnya menjadi peribadatan (Saringendyanti dan teraduk. Di situs ini terdapat sebuah Puar, 2009: 82-88). Candi Jiwa bisa sumur kuna dan dua lempengan batu dikatakan hanya dugunakan untuk besar yang bentuknya hampir peribadatan. menyurupai segilima. Salah satu di Candi Segaran I (Unur Jiwa) antaranya berukuran 2x2 meter ini tidak memiliki tangga dan pintu (Djafar, 2010: 47; Lubis, 2011: 39). masuk, tetapi memperlihatkan sebuah jalan
Recommended publications
  • Buddhist Art and Architecture Ebook
    BUDDHIST ART AND ARCHITECTURE PDF, EPUB, EBOOK Robert E Fisher | 216 pages | 24 May 1993 | Thames & Hudson Ltd | 9780500202654 | English | London, United Kingdom GS Art and Culture | Buddhist Architecture | UPSC Prep | NeoStencil Mahabodhi Temple is an example of one of the oldest brick structures in eastern India. It is considered to be the finest example of Indian brickwork and was highly influential in the development of later architectural traditions. Bodhgaya is a pilgrimage site since Siddhartha achieved enlightenment here and became Gautama Buddha. While the bodhi tree is of immense importance, the Mahabodhi Temple at Bodhgaya is an important reminder of the brickwork of that time. The Mahabodhi Temple is surrounded by stone ralling on all four sides. The design of the temple is unusual. It is, strictly speaking, neither Dravida nor Nagara. It is narrow like a Nagara temple, but it rises without curving, like a Dravida one. The monastic university of Nalanda is a mahavihara as it is a complex of several monasteries of various sizes. Till date, only a small portion of this ancient learning centre has been excavated as most of it lies buried under contemporary civilisation, making further excavations almost impossible. Most of the information about Nalanda is based on the records of Xuan Zang which states that the foundation of a monastery was laid by Kumargupta I in the fifth century CE. Vedika - Vedika is a stone- walled fence that surrounds a Buddhist stupa and symbolically separates the inner sacral from the surrounding secular sphere. Talk to us for. UPSC preparation support! Talk to us for UPSC preparation support! Please wait Free Prep.
    [Show full text]
  • Bibliography
    Bibliography Abbreviations André, M.-F., et al. Aung Myint 2011 “Weathering of Sandstone Lotus 1970 “The Excavations at Halin.” JBRS 53, BEFEO Bulletin de l’École Française Petals at the Angkor Site: A 1000-Year Stone no. 2, pp. 55–64. d’Extrême-Orient Durability Trial.” Environmental Earth Sciences BIPPA Bulletin of the Indo-Pacific 63, nos. 7–8, pp. 1723–39. Aung Thaw Prehistory Association 1968 Report on the Excavations at Beikthano. BKI Bijdragen tot de taal–, Ang Choulean Rangoon: Revolutionary Government of land– en volkenkunde van 1997 “Nandin and His Avatars.” In Sculpture the Union of Burma, Ministry of Union Nederlandsch-Indië of Angkor and Ancient Cambodia: Millennium Culture. FAD Fine Arts Department of of Glory, edited by Helen Ibbitson Jessup 1978 Historical Sites in Burma. Rangoon: Thailand and Thierry Zéphir, pp. 62–69. Exh. cat. Ministry of Union Culture. [Repr. of 1972 ed.] FMJ Federation Museums Journal Washington, D.C.: National Gallery of Art; JBRS Journal of the Burma Research Paris: Réunion des Musées Nationaux; New Aung-Thwin, Michael, and Maitrii Aung-Thwin Society York: Thames and Hudson. 2012 A History of Myanmar since Ancient JMBRAS Journal of the Malaysian Branch Times: Traditions and Transformations. London: of the Royal Asiatic Society Angkor: Göttliches Erbe Kambodschas Reaktion Books. JSS Journal of the Siam Society 2006 Angkor: Göttliches Erbe Kambodschas. MBJ Muang Boran Journal Exh. cat. Bonn: Kunst- und Ausstellungshalle Averbuch, Bryan NPHMVKCH Nhüng phát hiên mói vè khào der Bundesrepublik Deutschland; Berlin: 2013 “From Siraf to Sumatra: Seafaring and cõ hoc Martin-Gropius-Bau; Zurich: Rietberg- Spices in the Islamicate Indo-Pacific, Ninth– TBG Tijdschrift voor Indische taal–, Museum; Munich: Prestel.
    [Show full text]
  • User's Guide for the Indonesia Family Life Survey, Wave 4
    User's Guide for the Indonesia Family Life Survey, Wave 4 AND ANNA MARIE WATTIE We recommend the following citations for the IFLS data: For papers using IFLS1 (1993): Frankenberg, E. and L. Karoly. "The 1993 Indonesian Family Life Survey: Overview and Field Report." November, 1995. RAND. DRU-1195/1-NICHD/AID For papers using IFLS2 (1997): Frankenberg, E. and D. Thomas. ―The Indonesia Family Life Survey (IFLS): Study Design and Results from Waves 1 and 2‖. March, 2000. DRU-2238/1-NIA/NICHD. For papers using IFLS3 (2000): Strauss, J., K. Beegle, B. Sikoki, A. Dwiyanto, Y. Herawati and F. Witoelar. ―The Third Wave of the Indonesia Family Life Survey (IFLS3): Overview and Field Report‖. March 2004. WR-144/1- NIA/NICHD. For papers using IFLS4 (2007): Strauss, J., F. Witoelar, B. Sikoki and AM Wattie. ―The Fourth Wave of the Indonesia Family Life Survey (IFLS4): Overview and Field Report‖. March 2009. WR-675/1-NIA/NICHD. ii Preface This document describes some issues related to use of the fourth wave of the Indonesia Family Life Survey (IFLS4), alone and together with earlier waves of IFLS: IFLS1, 2 and 3. It is the second of six volumes documenting IFLS4. The first volume describes the basic survey design and implementation. The Indonesia Family Life Survey is a continuing longitudinal socioeconomic and health survey. It is based on a sample of households representing about 83% of the Indonesian population living in 13 of the nation’s 26 provinces in 1993. The survey collects data on individual respondents, their families, their households, the communities in which they live, and the health and education facilities they use.
    [Show full text]
  • Durgā Mahiṣāsuramardinī in Likely Tantric Buddhist Context from The
    https://pratujournal.org ISSN 2634-176X Durgā Mahiṣāsuramardinī in Likely Tantric Buddhist Context from the Northern Indian Subcontinent to 11th-Century Bali Durga Mahiṣāsuramardinī dalam konteks agama Buddha Tantrayana dari Subkontinen India Utara dan Bali pada abad ke-11 Ambra CALO Department of Archaeology and Natural History, The Australian National University [email protected] Translation by: Christa HARDJASAPUTRA, Alphawood Alumna, Postgraduate Diploma of Asian Art, SOAS University of London Edited by: Ben WREYFORD, Pratu Editorial Team Received 1 April 2019; Accepted 1 November 2019; Published 8 May 2020 Funding statement: The research for this study was funded by the Southeast Asian Art Academic Programme, Academic Support Fund (SAAAP #049), at SOAS University of London. The author declares no known conflict of interest. Abstract: This study examines the significance of the originally Hindu goddess Durgā Mahiṣāsuramardinī (Durgā slaying the buffalo demon) in Tantric Buddhist temple contexts of the 8th–11th century in Afghani- stan and northeastern India, and 11th-century Bali. Taking a cross-regional approach, it considers the genesis of Tantric Buddhism, its transmission to Indonesia, and its significance in Bali during the 10th–11th century. Drawing primarily on archaeological and iconographic evidence, it suggests that Durgā Mahiṣāsuramardinī is likely to have reached Bali as part of a late 10th–11th century phase of renewed transmission of Tantric Buddhism from the northeastern Indian subcontinent to Indonesia, following an initial late 7th–8th century phase. Keywords: Bali, Durgā, Heruka, Mahiṣāsuramardinī, maritime networks, Padang Lawas, Tantric Buddhism, Tantric Śaivism, Tapa Sardār, Uḍḍiyāna, Vajrayāna, Vikramaśīla, Warmadewa Abstrak: Penelitian ini melihat signifikansi dari dewi Hindu Durgā Mahiṣāsuramardinī (Durgā membunuh iblis kerbau) dalam konteks kuil Buddha Tantrayana pada abad ke-8 hingga ke-11 di Afghanistan dan timur laut India, serta abad ke-11 di Bali.
    [Show full text]
  • Candi, Space and Landscape
    Degroot Candi, Space and Landscape A study on the distribution, orientation and spatial Candi, Space and Landscape organization of Central Javanese temple remains Central Javanese temples were not built anywhere and anyhow. On the con- trary: their positions within the landscape and their architectural designs were determined by socio-cultural, religious and economic factors. This book ex- plores the correlations between temple distribution, natural surroundings and architectural design to understand how Central Javanese people structured Candi, Space and Landscape the space around them, and how the religious landscape thus created devel- oped. Besides questions related to territory and landscape, this book analyzes the structure of the built space and its possible relations with conceptualized space, showing the influence of imported Indian concepts, as well as their limits. Going off the beaten track, the present study explores the hundreds of small sites that scatter the landscape of Central Java. It is also one of very few stud- ies to apply the methods of spatial archaeology to Central Javanese temples and the first in almost one century to present a descriptive inventory of the remains of this region. ISBN 978-90-8890-039-6 Sidestone Sidestone Press Véronique Degroot ISBN: 978-90-8890-039-6 Bestelnummer: SSP55960001 69396557 9 789088 900396 Sidestone Press / RMV 3 8 Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden CANDI, SPACE AND LANDscAPE Sidestone Press Thesis submitted on the 6th of May 2009 for the degree of Doctor of Philosophy, Leiden University. Supervisors: Prof. dr. B. Arps and Prof. dr. M.J. Klokke Referee: Prof. dr. J. Miksic Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde No.
    [Show full text]
  • Percandian Batujaya Dan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat
    PERCANDIAN BATUJAYA DAN CIBUAYA, KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT The temple of Batujaya and Cibuaya, District of Karawang, West Java Oleh: Etty Saringendyanti Makalah Hasil Penelitian FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul : Percandian Batujaya dan Cibuaya, Karawang, Jawa Barat Oleh : Etty Saringendyanti, Dra., M.Hum. NIP. 131573160 Evaluator, H. Maman Sutirman, Drs., M.Hum. Dr. Wahya, M.Hum. NIP. 131472326 NIP. 131832049 Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Sejarah, Awaludin Nugraha, Drs., M.Hum. NIP 132102926 Percandian Batujaya dan Cibuaya Kabupaten Karawang, Jawa Barat The Temples of Batujaya ang Cibuaya District of Karawang, West Java Oleh: Etty Saringendyanti1 ABSTRAK Situs Batujaya terletak di dua desa Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum daerah pantai utara Jawa Barat. Situs Batujaya merupakan gundukan tanah berisi sisa bangunan bata, yang oleh penduduk setempat disebut Unur. Hingga tahun 1999 tercatat sebanyak 26 unur yang berindikasi ke arah bangunan candi. Tujuan penelitian ini terutama mengkaji masalah bentuk bangunan, fungsi bangunan, dan pendukung budaya pada masa bangunan itu berfungsi. Untuk mencapai tujuan penelitian, langkah penelitian berjalan sebagaimana metode penelitian arkeologi. Langkah-langkah tersebut diurai dalam identifikasi, analisis bentuk, serta mencari pola persebaran candi-candi di wilayah Batujaya dan Cibuaya. Selain itu dilakukan pula penjabaran mengenai latar keagamaan atau kepercayaan masyarakat pendukungnya pada saat bangunan itu berfungsi sebagai sarana upacara mereka. Hasil
    [Show full text]
  • 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dan
    Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Karawang Tahun 2017- 2022 3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturanperundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untukmewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten Karawang perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaanpembangunan Bidang Cipta Karya. 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan. 3.1.1.1 RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya
    [Show full text]
  • Written Traces of the Buddhist Past Arlo Griffiths
    Written traces of the Buddhist past Arlo Griffiths To cite this version: Arlo Griffiths. Written traces of the Buddhist past: mantras and dhāraṇīs in Indonesian inscriptions. Bulletin of the School of Oriental and African Studies, Cambridge University Press (CUP), 2014, 77 (01), pp.137-194. 10.1017/S0041977X14000056. halshs-01910105 HAL Id: halshs-01910105 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-01910105 Submitted on 1 Nov 2018 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. Bulletin of the School of Oriental and African Studies http://journals.cambridge.org/BSO Additional services for Bulletin of the School of Oriental and African Studies: Email alerts: Click here Subscriptions: Click here Commercial reprints: Click here Terms of use : Click here Written traces of the Buddhist past: Mantras and Dhāraīs in Indonesian inscriptions Arlo Grifths Bulletin of the School of Oriental and African Studies / Volume 77 / Issue 01 / February 2014, pp 137 - 194 DOI: 10.1017/S0041977X14000056, Published online: 15 May 2014 Link to this article: http://journals.cambridge.org/abstract_S0041977X14000056 How to cite this article: Arlo Grifths (2014). Written traces of the Buddhist past: Mantras and Dhāraīs in Indonesian inscriptions .
    [Show full text]
  • Kajian Arsitektural Percandian Batujaya Dan Cibuaya Kerawang (Identifikasi)
    LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN Kajian Arsitektural Percandian Batujaya dan Cibuaya Kerawang (Identifikasi) Peneliti : Dr. Rahadhian PH Antonius Richard UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung, 40141 Agustus, 2012 1. Judul Penelitian : Kajian Arsitektural Percandian Batujaya dan Cibuaya Kerawang - Tahap I (Identifikasi) 2. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Dr. Rahadhian Prajudi Herwindo. b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIK : 4106120000234 d.Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/IIIC e. Jabatan Struktural : f. Jabatan Fungsional : Dosen Tetap g. Fakultas/Jurusan : Teknik/Arsitektur h. Pusat Penelitian : i. Alamat : Jalan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 j. Telp/Faks : (022) 2033691/(022) 2033692 k. Alamat Rumah : Jalan Tubagus Ismail Indah Estate no 6 Bandung l. Telp/HP ; (022) 2503504 /0818433747 m. E-mail : [email protected] [email protected] 3 Jangka Waktu Penelitian : 4-6 Bulan 4. Pembiayaan : Rp 12.000.000,- Bandung, 31 Agustus 2012 Mengetahui, Ketua Tim Peneliti Dekan Fakultas Teknik, A. Caroline Sutandi., Ph.D. Dr. Rahadhian PH, NIK: 410619890197 NIK : 4106120000234 Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Budi Husodo Bisowarno, Ir., M.Eng., Ph.D NIK :410619930573 Identitas Penelitian 1. Judul Usulan : Kajian Arsitektural Percandian Batujaya dan Cibuaya Kerawang - Tahap I (Identifikasi) 2. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Rahadhian Prajudi Herwindo, ST, MT.Ars b. Bidang Keahlian : Teori , Sejarah, dan Desain Arsitektur c. Jabatan Struktural : d. Jabatan Fungsional : Dosen Tetap g. Unit Kerja : Fakultas Teknik/Arsitektur/Unpar h. Pusat Penelitian : i. Alamat Surat : Jurusan Teknik Arsitektur Unpar Jalan Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 j. Telp/Faks : (022) 2033691/(022) 2033692 k. E-mail : [email protected] [email protected] 3.
    [Show full text]
  • Candi Space and Landscape: a Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains
    Candi Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains Proefschrift ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden, op gezag van Rector Magnificus Prof. mr. P.F. van der Heijden, volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op woensdag 6 mei 2009 klokke 13.45 uur door Véronique Myriam Yvonne Degroot geboren te Charleroi (België) in 1972 Promotiecommissie: Promotor: Prof. dr. B. Arps Co-promotor: Dr. M.J. Klokke Referent: Dr. J. Miksic, National University of Singapore. Overige leden: Prof. dr. C.L. Hofman Prof. dr. A. Griffiths, École Française d’Extrême-Orient, Paris. Prof. dr. J.A. Silk The realisation of this thesis was supported and enabled by the Netherlands Organisation for Scientific Research (NWO), the Gonda Foundation (KNAW) and the Research School of Asian, African and Amerindian Studies (CNWS), Leiden University. Acknowledgements My wish to research the relationship between Ancient Javanese architecture and its natural environment is probably born in 1993. That summer, I made a trip to Indonesia to complete the writing of my BA dissertation. There, on the upper slopes of the ever-clouded Ungaran volcano, looking at the sulfurous spring that runs between the shrines of Gedong Songo, I experienced the genius loci of Central Javanese architects. After my BA, I did many things and had many jobs, not all of them being archaeology-related. Nevertheless, when I finally arrived in Leiden to enroll as a PhD student, the subject naturally imposed itself upon me. Here is the result, a thesis exploring the notion of space in ancient Central Java, from the lay-out of the temple plan to the interrelationship between built and natural landscape.
    [Show full text]
  • The Place of Nusantara in the Sanskritic Buddhist Cosmopolis
    TRaNS: Trans –Regional and –National Studies of Southeast Asia Vol. 6, No. 2 (July) 2018: 139–166. © Institute for East Asian Studies, Sogang University 2018 doi:10.1017/trn.2018.5 The Place of Nusantara in the Sanskritic Buddhist Cosmopolis Andrea Acri1 Abstract This article synthesizes and links together evidence published thus far in second- ary literature, in order to highlight the contribution of Nusantara to the genesis and circulation of various forms of Sanskritic Buddhism across Asia from the fifth to the fourteenth century. It places particular emphasis on its expansion via maritime routes. Archaeological vestiges and textual sources suggest that Nusantara was not a periphery, but played a constitutive, Asia-wide role as both a crossroads and terminus of Buddhist contacts since the early centuries of the Common Era. Sumatra, Java, and the Malay Peninsula hosted major centres of Buddhist worship and higher learning that were fully integrated into the trans-Asian maritime network of trade, diplomacy, and pilgrimage. Fre- quented by some of the most eminent Buddhist personalities of their times, who prompted doctrinal and cultic developments in South and East Asia, Nusantara may have exerted an influence on paradigms of Sanskritic Buddhism across Asia, rather than being a passive recipient of ideas and practices. KEYWORDS: Buddhism, Mahayāna,̄ Mantranaya, Nusantara, Indonesia, Intra-Asian Interactions, Maritime Silk Routes INTRODUCTION HE SPREAD OF SANSKRITIC Buddhism(s) across Asia has mainly been studied Tfrom a perspective focusing on transmission through the overland routes popularly known as ‘Silk Roads’, emphasizing Central Asia as an important transit corridor and contact zone between South and East Asia.
    [Show full text]
  • On the Origins of the Javanese Mosque
    The Newsletter | No.72 | Autumn 2015 The Network | 45 On the origins of the Javanese mosque Hélène Njoto THE ARCHITECTURAL GENESIS of the ‘Javanese mosque’ has yet to be Fig. 1 Fig. 1: adequately studied. The earliest mosques date to the 15th-17th century ‘Demak’s mosque, transitional era from ‘Indianization’ to ‘Islamization’ in the wider Southeast restitution of Asian Archipelago. The most notable mosques are in Java, where some its original state of conservation’, of the oldest remaining examples of Islamic material culture in Southeast in J. Dumarçay, Asia reside. Histoire de Common features of the earliest mosque type, found with variations l’architecture throughout the Malay world, are superimposed roofs (generally three) and de Java, p.140, a concentric post-pattern. Four tall posts in the centre hold the highest roof. pl. VI-YG 544. Around this centre, a gallery of 12 posts and a second gallery of 20 posts (in average) hold the lower second and third roofs (fi g. 1). The oldest examples Fig. 2: Batujaya, of this architectural type can be found in towns such as Cirebon, Banten, and Candi Blandongan. Demak along the North Java coastline. These settlements became important In red, the approx- downstream international commercial centres between the 15th and 17th imate position of post bases. centuries. The mosque of Demak is considered to be the oldest. In blue, post holes In the 1940s and 1960s two Dutch scholars published diff ering hypotheses positioned as seen concerning the Javanese mosque type. G.F. Pijper (1893-1988) considered the during the monu- Javanese mosque structure to be an “ancient native one [of prior Javanese ment’s restoration Hindu and Buddhist temples] adapted to the requirements of the Moslem (drawing by worship.” Although he did not prove it, Pijper believed this type of mosque P.-Y.
    [Show full text]