Situs Percandian Batujaya Di Karawang Jawa Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Portal E-Journal Universitas Khairun Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 Situs Percandian Batujaya di Karawang Jawa Barat: Analisis Manajemen Sumber Daya Arkeologi Mustafa Mansur Ilmu Sejarah, Universitas Khairun Abstract This paper seeks to present the existence and preservation of the temple site Unur Jiwa, Lempeng, and Blondongan in Batu Jaya Karawang - West Java as archaeological resources. The method used in this study is the observation and study literature, using the concept of archaeological resource management. The aim of this study is to see how the existence and preservation of these sites, as well as the principle of benefit of preservation. The study shows that the presence of the sites related to Hinduism and Buddhism eksistensii into Indonesia in the 4th century AD to 16th century AD, where temples were made as a means of worship of the two religions. The use of temples that date have been preserved and utilized based on the potential ecological, architectonic, historical, and geological, besides the scientific research, creative arts, education, recreation and tourism, symbolic representation, legitimation of action, social solidarity and integration, and monetary and economic gain. Keywords: Batujaya, Enshrinement, Preservation. Pendahuluan memiliki ruangan atau bilik, dan candi dalam arti bangunan yang Istilah candi secara umum tidak memiliki ruangan atau bilik digunakan untuk menyebut semua (Saringendyanti dan Puar, 2009: 82). bangunan peninggalan kebudayaan Candi sebagai bangunan yang Hindu dan Buddha di Indonesia yang memiliki ruangan atau bilik berupa permandian kuna, gapura merupakan ciri dari kebudayaan atau gerbang kota, dan bangunan Hindu, sedangkan candi sebagai suci keagamaan. Istilah tersebut bangunan yang tidak memiliki memberikan pengertian yang ruangan atau bilik biasanya menjadi sifatnya masih umum, belum ciri dari kebudayaan Buddis menggambarkan ciri spesifik (Saringendyanti dan Puar, 2009: 82- mengenai aspek bentuk maupun 88). fungsi dari setiap bangunan yang Tulisan ini berupaya dimaksud (Saringendyanti dan Puar, menyajikan keberadaan, 2009: 79). kelangsungan, dan pelestarian Ada dua jenis candi, yakni sistus-situs percandian di Batujaya candi dalam arti bangunan yang dan menghubungkannya dengan Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 174 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 konsep manajemen sumber daya referensi yang relevan. Adapun arkeologi. Secara spasial, tulisan ini konsep manejemen sumber daya membatasi pada candi- candi yang arkeologi yaitu melihat upaya tidak memiliki ruangan atau bilik pelestarian situs candi-candi (candi Buddha) di Batujaya tersebut berdasarkan potensi Kabupaten Karawang Provinsi Jawa ekologis, arsitektonis, historis, dan Barat. Di Batujaya ini terdapat atau geologis. Selain itu, dalam beberapa situs candi yang berlokasi kajian ini juga dikembangkan untuk di Desa Segaran. Candi-candi itu melihat bagaimana upaya dibagi menjadi beberapa nama, pelestarian situs-situs candi tersebut yakni Candi Unur Jiwa, Candi Unur berdasarkan potensi scientific Lempeng, Candi Unur Damar, dan research, creative arts, education, Candi Unur Blandongan (Djafar, recreation and tourism, symbolic 2010: 45-51). representation, legitimation of action, Situs candi -candi tersebut di social solidarity and integration, dan atas merupakan warisan budaya monetary and economic gain. bangsa Indonesia yang perlu Adapun untuk pemanfaatannya, studi dilestarikan. Dalam studi ini, ini akan melihat keberadaan candi- pengkajian atau analisis terhadap candi itu apakah dimanfaatkan beberapa candi di atas, dibatasi sesuai fungsi semula (living pada Candi Unur Jiwa, Candi Unur monuments) ataukah sudah tidak Lempeng, dan Candi Blandongan. dimanfaatkan sesuai fungsi semual Ketiga candi ini adalah yang terbesar (dead monuments). dan utama di Batujaya. Potensi -potensi yang Berdasarkan pada orientasi disebutkan di atas merupakan suatu penulisan ini, maka metode yang standar untuk melestarikan sumber digunakan dalam analisis ini adalah daya arkeologi. Hal ini dilakukan metode observasi dan studi pustaka, karena sumber daya arkeologi dengan menggunakan konsep merupakan sumber daya yang tidak manajemen sumber daya arkeologi. dapat diperbaharui (unrenewable Metode observasi adalah melakukan resources). Selain itu, biasanya peninjauan terhadap objek studi yaitu sumber daya arkeologi terutama situs Candi Unur Jiwa, Candi yang bersifat monumental atau Unur Lempeng, dan Candi termasuk dalam klasifikasi benda Blandongan di Batujaya Kabupaten tidak bergerak beserta Karawang Provinsi Jawa Barat. lingkungannya, mempunyai sifat-sifat Sementara studi pustaka yang unik karena mempunyani nilai dimaksudkan untuk melakukan tambah seperti adanya potensi- perbandingan dan penyesuaian potensi yang disebutkan di atas antara data observasi dengan (Kasnowihardjo, 2001:15). deskripsi mengenai keberadaan Berdasarkan konsep situs-situs tersebut dalam beberapa pelestarian itulah, studi ini berupaya Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 175 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 melihat bagaimana upaya pelestarian situs Candi Unur Jiwa, Lempeng, dan Blondongan di Batujaya ini untuk dianalisis. Melalui studi ini, eksistensi dan keberlangsungan dari situs-situs candi tersebut dapat diketahui untuk melihat azas manfaat dari upaya pelestarian tersebut. Candi Unur Jiwa Situs Unur Jiwa terletak di Gambar 2. Sudut Depan Situs Unur Desa Segaran Kecamatan Batujaya Jiwa (Sumber: Dokumentasi pada jarak sekitar 200 meter menuju Observasi, 1 Juni 2012) arah barat dari tepi Desa Segaran atau sekitar 200 meter ke arah barat Unur merupakan nama yang dari Jalan Kaliasin. Unur Jiwa berada diberikan oleh penduduk lokal untuk pada koordinat 107’09’04,91 BT dan menyebut gundukan tanah berisi sisa- 06’ 03’26” LS, dengan ketinggian 4-6 sisa bangunan bata (Lubis, 2011: 35). m di atas permukaan laut (Djafar, Dalam konteks ini, penduduk setempat 2010: 45; Lubis, 2011: 38). menyebut Unur Jiwa sebagai sebuah gundukan tanah seperti bukit kecil (Djafar, 2010: 45). Karena berada di Desa Segaran, maka situs percandian ini selanjutnya diberi nama Situs Segaran. Banyaknya situs-sistus di lokasi Segaran tersebut, maka situs- sistus ini oleh Arkeolog Hasan Djafar membagi ke dalam beberapa sektor. Untuk situs Candi Jiwa diberi nama Situs Segaran I (Situs SEG I), Unur Lempeng disebut Situs Segaran II (Situs SEG II), Unur Damar disebut Gambar 1. Bagian Depan Situs Unur Situs Segaran III (Situs SEG III), Unur Jiwa (Sumber: Dokumentasi Kecil disebut Situs Segaran IV (Situs Observasi, 1 Juni 2012) SEG IV), Unur Blandongan disebut Situs Segaran V (Situs SEG V), dan kemudian beberapa situs lain diklasifikasi menjadi SEG VI, SEG VII, Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 176 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 SEG VIII dan SEG IX (Djafar, 2010: 1985 dan dilanjutkan pada tahun 45-51). 1986 oleh Tim Arkeologi FSUI, dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan (KKL) bagi mahasiswa jurusan arkeologi. Dari kegiatan dua kali eksavasi di situs ini, telah dapat ditampakkan seluruh permukaan bangunan yang tersisa dan beberapa bagian kaki candi. Candinya sudah tidak utuh, yang ditemukan hanya bagian kaki candi berukuran 19 x 19 meter, dengan tinggi seluruh bangunan 4,70 meter, dengan orientasi menghadap tenggara barat-laut Gambar 3. Bagian Belakang Situs (Djafar, 2010: 45; Lubis, 2011: 38). Di Unur Jiwa (Sumber: Dokumentasi keempat sisi candi tidak terdapat Observasi, 1 Juni 2012) tangga naik atau pintu masuk. Kaki candi memiliki susunan perbingkaian atau pelipit yang terdiri dari pelipit rata (patta), pelipit penyangga (uttara), dan pelipit setengah lingkaran (kumuda). Dari bagian atas bangunan yang tersisa, tampak susunan pasangan bata yang melingkar dengan diameter sekitar 6 meter. Susunan bata melingkar ini dibatasai oleh susunan bata yang dipasang tegak (rolak) yang . Gambar 4. Sisi kiri Situs Unur jiwa membentuk bujur sangkar dengan panjang sekitar 10 meter (Djafar, (Sumber: Dokumentasi Observasi, 1 2010: 45-46; Lubis, 2011: 38). Juni 2012) Bisa jadi bangunan candi ini Situs SEG I (Unur Jiwa) ini, berbentuk stupa. Hal ini mengacu ketinggiannya mencapai 4 meter dari pada bentuk susunan dasar sebuah permukaan tanah di sekitarnya, dan bangunan berbentuk stupa. Dalam luasnya sekitar 500 meter persegi. konteks ini, dapat dikatakan bahwa Situs ini semula digarap oleh Candi Unur Jiwa merupakan candi penduduk sebagai lahan pertanian yang bersifat Budhis (Lubis, 2011: yang ditanami pohon Pisang dan 38). Hal ini bisa dilihat pada tubuh candi yang tidak memiliki ruang atau Plawija (Djafar, 2010: 45). Situs SEG I (Unur Jiwa) bilik. Secara umum, candi-candi pertama kali dieksavasi pada tahun dalam agama Buddha tidak memiliki Mustafa Mansur – Situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, … 177 Jurnal ETNOHISTORI, Vol. II, No. 2, Sept. 2015 ruang atau bilik, dan hanya lahan situs ini digarap menjadi lahan dugunakan untuk kepentingan pertanian, sehingga situsnya menjadi peribadatan (Saringendyanti dan teraduk. Di situs ini terdapat sebuah Puar, 2009: 82-88). Candi Jiwa bisa sumur kuna dan dua lempengan batu dikatakan hanya dugunakan untuk besar yang bentuknya hampir peribadatan. menyurupai segilima. Salah satu di Candi Segaran I (Unur Jiwa) antaranya berukuran 2x2 meter ini tidak memiliki tangga dan pintu (Djafar, 2010: 47; Lubis, 2011: 39). masuk, tetapi memperlihatkan sebuah jalan