Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer Di Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia Laporan Berseri Engaging Media, Empowering Society: Assessing Media Policy and Governance in Indonesia through the Lens of Citizens’ Rights Riset kerjasama antara Oleh Yanuar Nugroho Didukung oleh Dinita Andriani Putri Shita Laksmi Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia Terbit pertama kali dalam Bahasa Inggris pada bulan Maret 2012. Edisi Bahasa Indonesia ini diterbitkan di Indonesia, Desember 2013 oleh Centre for Innovation Policy and Governance Jl. Siaga Raya (Siaga Baru), Komp BAPPENAS No 43. Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510, Indonesia. www.cipg.co.id Desain sampul dan tata letak oleh FOSTROM (www.fostrom.com) Kecuali dinyatakan berbeda, seluruh isi laporan ini dilindungi dengan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Hak cipta dilindungi secara terbatas. Alihbahasa dari Bahasa Inggris: Ria Ernunsari Penyunting Bahasa Indonesia: Billy Aryo Nugroho, Dinita Andriani Putri dan Yanuar Nugroho. Cara mengutip laporan ini: (Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2012) - Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S. 2012. Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia, Memberdayakan Masyarakat: Memahami kebijakan dan tata kelola media di Indonesia melalui kacamata hak warga negara. Riset kerjasama antara Centre for Innovation Policy and Governance dan HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini didanai oleh Ford Foundation Indonesia dan digarap oleh Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG), Jakarta dan HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara Peneliti Utama Dr. Yanuar Nugroho, University of Manchester Peneliti Pendamping (CIPG), Mirta Amalia Koordinator Peneliti Pendamping (HIVOS) Shita Laksmi Peneliti Pelaksana (CIPG) Dinita Andriani Putri Leonardus Kristianto Nugraha Muhammad Fajri Siregar Penasihat Akademis Dr. B. Herry-Priyono, STF Driyarkara, Jakarta Dr. Sulfikar Amir, Nanyang Technological University, Singapore Sepanjang riset ini, tim peneliti menerima bantuan dan dukungan yang amat besar dari sejumlah perusahaan media di Indonesia, pembuat kebijakan publik, kontak-kontak dan mitra masyarakat sipil serta individu-individu yang berpartisipasi dalam studi kami ini melalui survei, wawancara, diskusi terbatas dan lokakarya. Kami secara khusus berterima kasih kepada Ahmad Suwandi, Ignatius Haryanto, Dandhy Dwi Laksono, Abdul Manan, R. Kristiawan, Aliansi Jurnalis Independen, Ria Ernunsari, semua peserta pelatihan CREAME (Critical Research Methodology), Lembaga Combine Resource dan Ambar Sari Dewi dan Muhammad Amrun (Yogyakarta), rekan-rekan di stasiun-stasiun radio komunitas; Radio Sadewa, JRKY (Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta), dan peserta magang di CIPG: Satrya P. Adhitama dan Jauharul Anwar, yang banyak berkontribusi pada riset ini. Rebecca Ehata membaca dan mengoreksi versi Bahasa Inggris laporan ini, yang dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia oleh Ria Ernunsari dan disunting akhir oleh Billy Aryo Nughroho, Dinita Andriani Putri dan Yanuar Nugroho Centre for Innovation Policy and Governance iii Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia Daftar Singkatan AJI Aliansi Jurnalis Independen APJII Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ATVJI Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia ATVSI Asosiasi TV Swasta Indonesia ATVLI Asosiasi Televisi Lokal Indonesia BAPEPAM-LK Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BRTI Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Deppen Departemen Penerangan EMTEK Elang Mahkota Teknologi FTA Free To Air (untuk Televisi) IPPP Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran ISAI Institut Arus Informasi Indonesia ISP Internet Service Provider ITU International Telecommunication Union JPNN Jawa Pos National Network KIDP Koalisi Independen untuk Demokratisasi Penyiaran KPI Komisi Penyiaran Indonesia KPPU Komisi Pengawas Persaingan Usaha KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana MASTEL Masyarakat Telematika Indonesia MNC Media Nusantara Citra MPPI Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia NAP Network Access Provider NGO Non-governmental organization / Organisasi Masyarakat OSF Open Society Foundation POP Point of Presence PP Peraturan Pemerintah Prolegnas Program Legislasi Nasional PRSSNI Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia PWI Persatuan Wartawan Indonesia RCTI Rajawali Citra Televisi Indonesia RRI Radio Republik Indonesia SCTV Surya Citra Televisi Indonesia SIUPP Surat Izin Usaha Penerbitan Pers SPS Serikat Penerbit Surat Kabar TVRI Televisi Republik Indonesia USO Universal Service Obligation Centre for Innovation Policy and Governance v Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia Ringkasan Tujuan dari riset ini adalah untuk secara empiris mengkaji dinamika perkembangan industri media di Indonesia dan bagaimana dinamika-dinamika ini menentukan cara masyarakat sipil dan kelompok- kelompok warga negara menggunakan haknya dalam bermedia. Riset ini bertujuan untuk memotret lanskap perkembangan industrial media di Indonesia dan bagaimana hal ini mempengaruhi partisipasi warga negara dalam media. 1. Industri media di Indonesia sudah berkembang sejak akhir tahun 1980an. Era Reformasi menjadi titik melesatnya perkembangan bisnis media. Dalam lima belas tahun terakhir ini, pertumbuhan industri media di Indonesia telah didorong oleh kepentingan modal yang mengarah pada oligopoli dan pemusatan kepemilikan. 2. Saat ini, dua belas kelompok media besar mengendalikan hampir semua kanal media di Indonesia, termasuk di dalamnya penyiaran, media cetak dan media online. Mereka adalah MNC Group, Kelompok Kompas Gramedia, Elang Mahkota Teknologi, Visi Media Asia, Grup Jawa Pos, Mahaka Media, CT Group, BeritaSatu Media Holdings, Grup Media, MRA Media, Femina Group dan Tempo Inti Media. Grup MNC memiliki tiga kanal televisi free-to-air – jumlah terbanyak yang dimiliki oleh grup media – juga 20 jaringan televisi lokal dan 22 jaringan radio di bawah anak perusahaan mereka, Sindo Radio. Grup Jawa Pos memiliki 171 perusahaan media cetak, termasuk di dalamnya Radar Grup. KOMPAS, surat kabar paling berpengaruh di Indonesia, telah mengekspansi jaringannya dengan mendirikan penyedia konten yaitu KompasTV, di samping 12 penyiaran radio di bawah anak perusahaan mereka Radio Sonora, dan 89 perusahaan media cetak lainnya. Visi Media Asia telah berkembang menjadi kelompok media yang kuat dengan dua saluran televisi teresterial (ANTV dan tvOne) serta media online yang berkembang dengan pesat vivanews.com. Sebuah perusahaan media di bawah Grup Lippo yakni Berita Satu Media Holding, telah mendirikan Internet Protocol Television (IPTV) BeritaSatuTV, kanal media online beritasatu.com dan juga memiliki sejumlah surat kabar dan majalah. 3. Pemusatan di industri media terjadi sebagai konsekuensi yang tak terhindarkan dari kepentingan modal yang mendorong perkembangan industri media di Indonesia. Oligopoli media yang terjadi saat ini membahayakan hak warga negara atas informasi karena industri media sudah berorientasi keuntungan dan perusahaan-perusahaan media telah mewakili gambaran bisnis yang menguntungkan yang dapat dibentuk oleh kepentingan pemilik dan dengan demikian, bisnis media menjadi sangat memberi manfaat bagi mereka yang mencari kekuasaan. Hal ini terutama menjadi kasus pada sejumlah pemilik media yang juga terafiliasi dengan dunia politik. Aburizal Bakrie, Ketua Umum PartaiGolkar yang juga pemilik Viva Group dan Surya Paloh, pendiri partai politik NasDem yang juga pemilik Media Group, adalah dua contoh nyata atas tren ini. Ada persepsi umum yang semakin berkembang bahwa kepentingan pemilik-pemilik media ini telah membahayakan hak warga negara terhadap media, karena mereka menggunakan media sebagai alat kampanye politik untuk mempengaruhi opini publik. Pendek kata, media telah menjadi sebuah mekanisme di mana para pebisnis dan politisi menyampaikan kepentingan mereka dan pada saat yang sama juga mengambil profit dari bisnisnya. Centre for Innovation Policy and Governance vii Memetakan Lanskap Industri Media Kontemporer di Indonesia 4. Riset kami menemukan bahwa pemilik media membuat media menjadi sebuah komoditas, dengan pemirsa diperlakukan hanya sebagai konsumen, bukan sebagai warga negara yang sah. Konsentrasi industri media yang terjadi melalui merger dan akuisisi antar perusahaan- perusahaan media telah mengancam semangat ‘keragaman kepemilikan’ dan ‘keragaman informasi’ di media. Beberapa merger dan akuisisi penting telah terjadi baru-baru ini: Indosiar diakuisisi oleh Elang Mahkota Teknologi perusahaan holding dari SCTV; detik.com dibeli oleh CT Group, pemilik TransTV dan Trans7; sejumlah kanal televisi lokal juga diambil alih oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Kelompok MNC dengan jaringan SindoTV dan Jawa Pos, yang memiliki jaringan televisinya sendiri. Undang-Undang dan regulasi sepertinya tidak mempunyai gigi dalam mengendalikan konsentrasi kepemilikan seperti ini. 5. Media komunitas juga telah berkembang, meskipun perkembangannya tidak se-ekstensif media-media mainstream, karena mereka harus bersaing dengan media-media mainstream tersebut. Radio komunitas merupakan medium komunitas yang paling populer karena televisi komunitas terhambat oleh terbatasnya ketersediaan kanal yang membuat mereka sulit berkembang. Radio komunitas telah berkembang cukup signifikan dan telah memainkan peran penting dalam dinamika komunitas akar rumput. Namun, perkembangan radio komunitas ini bukan tanpa masalah. Proses yang rumit dalam mendapatkan izin