UNIVERSITAS DIPONEGORO

POTENSI SITUS-SITUS WARISAN GEOLOGI DI AREA KARS GUNUNG SEWU SEBAGAI PENDUKUNG DAN PELUANG PENGEMBANGAN GEOPARK DI UNTUK ASET GEOWISATA KREATIF

NASKAH PUBLIKASI

REZA PERMADI 21100110141014

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

SEMARANG OKTOBER 2014 1

POTENSI SITUS-SITUS WARISAN GEOLOGI DI AREA KARS GUNUNG SEWU SEBAGAI PENDUKUNG DAN PELUANG PENGEMBANGAN GEOPARK DI INDONESIA UNTUK ASET GEOWISATA KREATIF

Reza Permadi, Prakosa Rachwibowo, Wahju Krisna Hidayat Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, , Jawa Tengah [email protected]

ABSTRAK

Kars Gunung Sewu yang melingkupi wilayah Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan merupakan salah satu kawasan Kars yang paling terkenal di Jawa karena kekhasan dan keunikan Karsnya. Gunung sewu secara geologi terbentuk dari batugamping berumur Neogen (Miosen Tengah) dengan ketebalan mencapai lebih dari 200 m. Karena ciri khas morfologinya menjadikan Gunung Sewu terpilih sebagai kandidat Geopark (Taman Bumi) di Indonesia. Geopark merupakan suatu konsep manajemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan, yang memadu-serasikan tiga keragaman alam, yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity), dengan tujuan untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman tersebut. Sebanyak 30 geological heritage dan 3 non-geological heritage yang berada di Kawasan Kars Gunung Sewu yang diakui sebagai geopark atau taman geologi nasional oleh Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral. Situs-situs ini ditargetkan akan dikelola oleh masyarakat dengan berbasis pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis citra landsat Area Kars Gunung Sewu dikelompokkan menjadi 4 Satuan yaitu : Unit K1 Dataran Tinggi Kars, Unit K5 Dataran Alluvial Kars, Unit K6 Doline dan Unit K8 Lembah Kering (Brahmantyo B, 2006). Hasil analisis SWOT dan scoring self-assesment yang melingkupi Keadaan Geologi, Struktur Manajemen, Edukasi Lingkungan, Geotourism dan Perkembangan Ekonomi Daerah secara berkelanjutan didapat nilai 73,25%, angka tersebut (lebih dari 50 %) yang berarti Kawasan Kars Gunung Sewu sangat layak untuk bergabung ke dalam Jaringan Global Geopark National oleh UNESCO. Sebab, pengembangan kawasan geopark memiliki dampak yang sangat besar untuk pariwisata yang mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat juga kebutuhan Negara.

Katakunci : Kars Gunung Sewu, Geopark, Geological heritage, Pemberdayaan Masyarakat

I. PENDAHULUAN permukaan yang cukup luas untuk Latar Belakang pembangunan ekonomi lokal. Geopark Kars adalah sebuah bentuk permukaan terdiri dari sejumlah tapak geologi yang bumi yang pada umumnya dicirikan dengan memiliki kepentingan ilmiah khusus, adanya depresi tertutup (closed kelangkaan atau keindahan, Geopark tidak depression), drainase permukaan, dan gua. hanya berhubungan dengan geologi tetapi Daerah ini dibentuk terutama oleh juga arkeologi, ekologi, nilai sejarah atau pelarutan batuan, kebanyakan oleh budaya dan memiliki tiga unsur yaitu batugamping. Dengan morfologinya yang keanekaragaman geologi (geodiversity), unik menjadikan suatu bentang alam keanekaragaman hayati (biodiversity) dan sebagai Geopark atau Taman bumi. keanekaragaman budaya (cultural Geopark (Taman Bumi) sebuah daerah diversity). dengan batasan yang sudah ditetapkan Kars Gunung Sewu merupakan salah dengan jelas dan memiliki kawasan satu kawasan Kars yang paling terkenal di 2

Pulau Jawa karena keunikan bentang  Mengetahui aspek geokonservasi alamnya. Gunung sewu secara geologi dalam pengembangan Geopark terbentuk dari batugamping berumur Gunung Sewu Neogen (Miosen Tengah) dengan ketebalan  Membuat studi kelayakan prospek mencapai lebih dari 200 m. Karena ciri area Geopark Gunung Sewu untuk khas morfologinya menjadikan Gunung dijadikan Global Geopark Sewu terpilih sebagai kandidat Geopark (Taman Bumi) di Indonesia. Pembangunan Lokasi Penelitian Geopark Gunung Sewu diawali dengan Daerah penelitian meliputi tiga diajukannya segmen Kars Gunung Sewu di Provinsi yaitu Daerah Istimewa bagian timur, yang termasuk dalam wilayah (Gunungkidul), Jawa Tengah Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) (Wonogiri) dan Jawa Timur (Pacitan). Dengan banyaknya potensi daerah Secara geografis Kars Gunung Sewu geowisata yang dimiliki Indonesia, maka terletak pada koordinat 6o 10’ - 6o 30’ LS sudah seharusnya situs-situs geologi dan 99o 35’ - 100o BT, sekitar 25 km dari (geosite) pada tiap daerah mulai Yogyakarta ke arah Tenggara, 109 km dari diperkenalkan ke dunia luar dengan Pacitan ke arah Utara-Baratlaut, dan 20 km dilatarbelakangi oleh pengetahuan geologi. dari Wonogiri ke arah Baratdaya. Sehingga nantinya Indonesia diharapkan Gunungsewu mempunyai luas sekitar 800 menjadi negara yang mandiri dalam bidang km2. geowisata, karena keadaan pariwisata di Indonesia akan sangat baik bila dikembangkan dengan pengetahuan geologi (Geopark).

Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya kegiatan ini adalah untuk melakukan kajian mengenai inventarisasi potensi situs-situs warisan geologi (geological heritage) di daerah Gunung Sewu yang melingkupi tiga wilayah yaitu : Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan agar dapat dimanfaatkan dan Gambar 1 Lokasi Penelitian dikembangkan secara maksimal sebagai (DEM, 1989) wisata Taman Bumi ( Geopark ). II. TINJAUAN PUSTAKA DAN Tujuan dilaksanakannya penelitian GEOLOGI REGIONAL ini adalah: Potensi Geopark di Indonesia  Mengetahui peran ahli geologi dalam pengembangan Geopark  Membuat Klasifikasi area Kars Gunung Sewu  Mengetahui kawasan konservasi geologi dan situs-situs geologi (geosite) di daerah pemetaan yang baik untuk diajukan sebagai geodiversity pada Geopark Gunung

Sewu Gambar 2 Potensi Geopark di Indonesia (Sumber : World Legacy, 2006)

3

Ditinjau dari Teori Tektonik Lempeng, Seperti negara-negara lain, dengan Indonesia terletak pada pertemuan tiga keragaman unsur-unsur geologi yang ada, lempeng besar. Akibat dinamika Indonesia dapat hadir di kancah geopark pergerakan kulit bumi telah menghasilkan dunia. Sebagai warisan bumi, keragaman sumber daya geologi, selain situs-situs geologi yang mendukung upaya mengakibatkan terjadinya bencana geologi perlindungan dan potensi pemanfaatannya berupa letusan gunung api, gempa bumi, dalam bentuk geopark di antaranya adalah: tsunami dan gerakan tanah (longsor), juga - Terdapatnya aneka jenis batuan telah membentuk berbagai fenomena (beku, sedimen, malihan) yang geologi berupa bentang alam, struktur, dan terbentuk pada Kambrium (543 juta menghasilkan berbagai jenis tahun lalu) hingga Resen (saat batuan/mineral serta fosil yang melimpah. sekarang). Geologi memiliki pengaruh yang kuat - Terdapatnya bentangalam kerucut terhadap peradaban dan keragaman budaya gunungapi (aktif, padam) di di planet kita ini. Sejak adanya pergeseran sepanjang jalur -Jawa-Nusa paradigma dalam pemanfaatan sumber Tenggara-Banda. daya geologi dari eksrtaktif menuju - Terdapatnya bentangalam konservatif, beberapa kelompok ahli pegunungan bersalju di Papua. geologi mulai berlomba menyusun suatu - Terdapatnya bentangalam kars yang konsep konservasi geologi yang dapat tersebar hampir di seluruh wilayah disinergikan dengan pembangunan kepulauan, beberapa di antaranya berkelanjutan dan tidak mengurangi makna telahdikenal baik oleh masyarakat perlindungan terhadap singkapan batuan dunia (Gunung Sewu, Gombong (geosite), bentang alam (morfosite), dan Selatan, Maros-Pangkep, segala unsur yang terkandung di dalamnya. Sangkulirang Prakarsa UNESCO (United Nation - Terdapatnya bentangalam lainnya Educational, Scientific and Cultural (gumuk pasir, danau, air terjun, Organization) untuk mendukung taman pantai landai, pantai curam, bumi (Geopark) merupakan respon atas lembah/ngarai) yang tersebar di besarnya kebutuhan akan bingkai kerja banyak tempat. internasional yang disuarakan oleh sejumlah negara untuk meningkatkan Geologi Regional perlindungan warisan bumi (geoheritage) Secara umum, fisiografi Jawa Tengah yang merupakan saksi- saksi kunci sejarah bagian selatan-timur yang meliputi kehidupan di planet ini. Indonesia yang kawasan Gunungapi Merapi, Yogyakarta, memiliki karateristik alam dan lingkungan dan Pegunungan Selatan dapat yang sangat beragam, setidaknya dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo memerlukan tiga konsep pemanfaatan dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, sumber daya alam yang berlandaskan 1949) (lihat Gambar 2.1). Zona Solo perlindungan alam, yaitu ekowisata merupakan bagian dari Zona Depresi (ecotourism), geowisata (geotourism), dan Tengah (Central Depression Zone) Pulau taman bumi (Geopark). Ketiga konsep Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. tersebut merupakan suatu kesatuan yang Merapi (± 2.968 m). Kaki selatan-timur tidak dapat dipisahkan, namun dapat gunungapi tersebut merupakan dataran dibedakan hanya dari obyek utamanya Yogyakarta-Surakarta ( ± 100 m sampai (fokus). Dari ketiga konsep tersebut, 150 m) yang tersusun oleh endapan Geopark merupakan konsep terbaru sejak aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat diluncurkannya oleh UNESCO pada tahun Zona Pegunungan Selatan, dataran 2001. Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P.

4

Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai Subzona Gunung Sewu merupakan utama di bagian barat adalah K. Progo dan perbukitan dengan bentang alam kars, yaitu K. Opak, sedangkan di sebelah timur adalah bentang alam dengan bukit-bukit K. Dengkeng yang merupakan anak sungai batugamping membentuk banyak kerucut Bengawan Solo dengan ketinggian beberapa puluh meter. Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah luweng (sink holes) dan di bawah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur permukaan terdapat gua batugamping serta oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan aliran sungai bawah tanah. Bentang di sebelah selatan oleh Lautan India. Di alam kars ini membentang dari pantai sebelah barat, antara Pegunungan Selatan Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh di sebelah timur. aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur ke arah barat-timur sepanjang 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar 40 km. Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. Subzona Baturagung terutama terletak di bagian Gambar 3 Peta Fisiografi Gunung Sewu utara, namun membentang dari barat (Van Bemmelen, 1949) (tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G. Baturagung, ± Zona Pegunungan Selatan di Jawa 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Timur pada umumnya merupakan blok Gajahmungkur, ± 737 m). Di bagian timur yang terangkat dan miring ke arah selatan. ini, Subzona Baturagung membentuk Batas utaranya ditandai escarpment yang tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung cukup kompleks. Lebar maksimum (± 706 m) dan G. Gajahmungkur (± 737 m). Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah Subzona Baturagung ini membentuk relief selatan Surakarta, sedangkan sebelah paling kasar dengan sudut lereng antara selatan Blitar hanya 25 km. Diantara 100 – 300 dan beda tinggi 200-700 meter Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe serta hampir seluruhnya tersusun oleh kars yang disebut Pegunungan Seribu atau batuan asal gunungapi. Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 2 Subzona Wonosari merupakan dataran 1400 km (Lehmann. 1939). Sedangkan tinggi (± 190 m) yang terletak di bagian antara Pacitan dan Popoh selain tersusun tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di oleh batugamping (limestone) juga tersusun daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran oleh batuan hasil aktifitas vulkanis ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di berkomposisi asam-basa antara lain granit, sebelah barat dan utara, sedangkan di andesit dan dasit (Van Bemmelen,1949). sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran III. METODOLOGI sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo Metode yang dilakukan dalam yang mengalir ke barat dan menyatu penelitian ini adalah dengan menggunakan dengan K. Opak. Sebagai endapan metode studi literatur, metode penelitian permukaan di daerah ini adalah lempung pemetaan lapangan untuk pengambilan hitam dan endapan danau purba, sedangkan data lapangan, proses pembuatan peta, batuan dasarnya adalah batugamping. analisis SWOT dan metode analisis kuantitatif (scoring). Metode penelitian

5

lapangan meliputi pengambilan data–data untuk mengurangi dampak geologi dan data interaktif hasil wawancara kerusakan yang telah terjadi. (interview) dengan responden juga hasil - Memanfaatkan kawasan tersebut scoring self-assesment yang diberikan sebagai sarana penelitian, kepada responden, data berupa Data pendidikan dan pelatihan, serta geologi, Data informative berupa Informasi laboratorium kajian permasalahan geologi untuk basis data pengembangan geologi dan lingkungan yang lebih geowisata, Informasi dan Edukasi luas untuk pembangunan Lingkungan sekitar Geopark berkelanjutan. - Memanfaatkan keberadaan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN kawasan konservasi geologi Peran Ahli Geologi dalam tersebut sebagai keunggulan Pengembangan Geopark komparatif yang mempunyai nilai Dalam upaya mendukung pelestarian tambah untuk meningkatkan alam, lingkungan hidup, mitigasi bencana kesejahteraan sosial ekonomi dan konservasi sumber daya alam nir- masyarakat secara bijaksana dan hayati, Ahli Geologi mempunyai tugas berkelanjutan dengan penerapan menyediakan berbagai bentuk informasi konsep pemberdayaan masyarakat geologi untuk kepentingan sektor pembangunan terkait. Selain Klasifikasi Area Kars Gunung Sewu sektor pertambangan, energi dan pekerjaan Berdasarkan hasil interpretasi citra di umum, salah satu sektor yang memerlukan area Kars Gunung Sewu dengan informasi geologi adalah sektor pariwisata, menggunakan citra Landsat yang dapat khususnya untuk mendukung diaplikasikan untuk menganalisis pengembangan wisata alam atau geowisata. geomorfologi kars yang meliputi morfologi Menurut World Trade Organization (WTO, serta obyek-obyek kars. Dan Dapat 1994) bahwa sejak awal tahun 1990- dikelompokkan menjadi empat unit satuan an,paradigma industri kepariwisataan dunia (lihat lampiran), yaitu : ditandai dengan pesatnya pertumbuhan - Unit K1Dataran tinggi Kars minat wisatawan kembali ke alam back to Wilayah ini merupakan wilayah nature, go green. Hal tersebut menunjukan kars yang memiliki elevasi dengan mulai munculnya kesadaran, penghargaan ketinggian 200-300 mdpl (meter dan penghayatan wisatawan terhadap alam diatas permukaan laut), dataran dan lingkungannya. Tumbuhnya minat tinggi kars di Gunung Sewu tersebut, membuka peluang terhadap ahli merupakan wilayah yang banyak geologi dalam pengembangan sumber daya ditemui, hampir diseluruh wilayah geologi kepariwisataan, dan mempunyai Kars Gunung Sewu adalah Dataran peran sebagai berikut : tinggi Kars. Hal ini disebabkan oleh - Melindungi keanekaragaman benar adanya pengangkatan akibat nirhayati, seperti jenis, wujud, tektonik di tinggian pegunungan keunikan danasal usul proses selatan, di wilayah ini banyak pembentukannya bagi kepentingan ditemukan bukit-bukit kars dan gua. ilmu pengetahuan,ekosistem, - Unit K5 Dataran Alluvial Kars pariwisata, dan sosial ekonomi. Wilayah ini merupakan wilayah - Mengidentifikasi dan memahami kars yang memiliki elevasi rendah, kemungkinan terjadinya kerusakan merupakan daerah alluvium dan dikawasan konservasi akibat proses kawasan pantai. Pada umumnya pembangunan dan wilayah ini berada di kawasan menentukantindakan antisipatif pantai Gunung Sewu, di wilayah ini banyak ditemukan hasil endapan

6

pantai selatan Jawa berupa endapan Sodong, Gua Tembus, Luweng Sapen, Gua beach-rocks dan sea-stacks Mrico/Mrica, Gua Potro-Bunder, Pantai - Unit K6 Doline Sembukan) dan 12 di Pacitan GeoArea Wilayah ini merupakan wilayah (Pantai Klayar , Pantai Mbuyutan , Pantai Kars yang memiliki ciri khas seperti Watukarung , Pantai Srau , Teluk Pacitan , lubang (system vertikal). Satuan ini Gua Gong , Gua Tabuhan , Luweng Jaran , banyak ditemukan di daerah Gua Song Terus , Luweng Ombo , Sungai Semanu, Gunungkidul yang Baksoka , Telaga Guyangwarak ). Dan 3 merupakan area collapse doline Non-Geological sites yaitu Hutan (Luweng Jomblang, Kalisuci, dll.), Wanagama, Hutan Turunan dan Situs di daerah Pacitan berada di geosite Arkeologi Ngrinjangan. Luweng Ombo, yang merupakan gua dengan sistem vertikal. - Unit K8 Lembah Kering Wilayah ini merupakan wilayah kars dengan system lembah kering atau lembah purba. Satuan ini melingkupi area sungai Bengawan Solo Purba yang berada di Gunungkidul (Lembah Sadeng)

hingga Wonogiri (Lembah Gambar 5 Biodiversitas di Hutan Wanagama, Giritontro). Salah satu situs non Geologi di Gunung Sewu (Sumber : Dokumen Pribadi) Situs-situs Warisan Geologi di Gunung Sewu Geokonservasi Dalam melakukan suatu kegiatan konservasi di bidang geologi atau Geokonservasi, Batugamping menjadi salah satu komoditi pertambangan. Di daerah Gunungkidul, ada banyak kegiatan penggalian batugamping, baik dalam skala kecil dan menengah. Tambang batugamping dengan Skala kecil dilakukan oleh masyarakat setempat. Kegiatan ini tidak memiliki izin dari pemerintah

Gambar 4 Luweng Jomblang salah satu setempat. Penghasilan yang diterima geodiversitas di Gunung Sewu digunakan untuk memenuhi kebutuhan (Sumber : Dokumen Pribadi) sehari-hari keluarga. Tambang batugamping Skala menengah dilakukan Dari hasil penelitian yang dilakukan, oleh beberapa perusahaan tambang yang terdapat 33 sites di Area Gunung Sewu memiliki ijin usaha. Mereka menggunakan yaitu diantaranya 30 Geological sites batugamping untuk membuat tepung dimana 11 site di Gunungkidul GeoArea kalsium karbonat sebagai pasokan untuk (Endapan Laut Miosen Tengah (Formasi cat, kertas dan kosmetik produsen di luar Sambipitu), Gua Pindul, Kalisuci, Luweng daerah Geopark. Pembukaan Lapangan Jomblang, Pantai Siung, Lembah kering pertanian baru tidak menjadi ancaman yang Purba Sadeng, Air terjun Bleberan, Gua signifikan akibat kerusakan, karena Jlamprong, Luweng Cokro, Gua aktivitas tersebut tidak merubah bentang Ngingrong), 7 site di Wonogiri GeoArea alam. Tapi perubahan penggunaan lahan (Lembah Kering Purba Girintontro, Gua yang tidak terkendali di masa depan bisa

7 berpotensi menekan keberlanjutan kemudian diolah menggunakan Metode lingkungan, yang berfungsi sebagai habitat analisis SWOT dan Scoring self-assesment. bagi kehidupan. Data informatif sangat penting Situs-Situs Geologi di Gunung Sewu dilakukan karena dari hasil analisis Nasional Geopark secara otomatis tersebut, akan menghasilkan suatu studi memperoleh perlindungan Nasional karena kelayakan mengenai kelayakan Geopark berada di dalam kawasan Kars. Peraturan Gunung Sewu untuk bergabung menjadi dimaksud adalah PP No. 26 tahun 2008 Global Geopark Network yang diusung tentang rencana tata ruang nasional. oleh Organisasi dunia yaitu UNESCO. Peraturan ini menjadi panduan Dengan mempertimbangkan faktor implementasi dari peraturan hukum No. 26 eksternal yaitu kesempatan dan tahun 2007 tentang penataan ruang. Makna memperlakukan, dan faktor-faktor internal dan fungsi Kars dalam rencana tata ruang yaitu kekuatan dan kelemahan, manajemen dapat dipahami melalui Pasal 60 ayat (2) Geopark sedang mempersiapkan analisis huruf c dan f, Pasal 53 ayat (1) huruf b, potensi pengembangan masa depan Pasal 52 ayat (5) huruf, dan Pasal 51 huruf geowisata yang. Pendekatan analisis dan e. berisi, bahwa bentangalam gua dan Kars identifikasi menggunakan SWOT matriks adalah area yang unik dan dilindungi, (b) diharapkan untuk menghasilkan strategi daerah pemandangan unik adalah cagar manajemen yang sesuai. Berikut adalah alam geologi, (c) cagar alam geologi hasil analisis SWOT : merupakan kawasan geologi, dan (d) a. Strength = dukungan masyarakat tempat terlindung geologi adalah kawasan lokal yang kuat, tempat-tempat lindung nasional. wisata yang berlimpah, dan struktur Melalui badan geologi, Kementerian organisasi yang holistik manajemen energi dan sumber daya Mineral telah Geopark (multisector, multidisiplin mendirikan beberapa situs geologis di dan terpadu) Gunung Sewu sebagai dilindungi b. Weakness = kurangnya pemandu geodiversity dan geoheritage objek. Lokal, wisata yang profesional; kurangnya dalam rencana tata ruang setiap daerah koordinasi di antara aktor-aktor (Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri, dalam industri pariwisata di tingkat Pacitan), Kars ditempatkan sebagai ruang regional, nasional dan global; fungsi yang utama adalah sebagai kawasan konsep geowisata adalah tidak lindung. belum dipopulerkan luas; kurangnya promosi; Hasil Analisis SWOT dan Self-Assesment c. Opportunities = dalam bentuk Data informatif berupa hasil mendukung peraturan yang secara wawancara interview yang dilakukan implisit dan eksplisit disebutkan terhadap koresponden. Nama Koresponden dalam UU No. 11 tahun 2010 : Efi Iftita ( Department Tourism of tentang pariwisata Pacitan). No. Telp. : +6281946228216 d. Treat = perlindungan geologi yang Data tersebut dilampirkan berupa data belum optimal, kurangnya upaya informatif hasil wawancara untuk untuk meningkatkan daya tarik mengetahui bagaimana serta apa saja hal- wisata, kesulitan dalam menjaga hal yang terkait dengan Pengembangan geosites. Geopark Gunung Sewu, mencakup Nilai- nilai aspek geodiversity, rencana Informasi yang ada di dalam formulir pengembangan, Master Plan Geopark wawancara dan penilaian (self-assesment) Gunung Sewu, promosi inovasi serta yang sudah memiliki kriteria dari UNESCO market dari Geopark Gunung Sewu yang akan memberikan gambaran oleh kelompok ahli Penggagas Geopark Gunung

8

Sewu pada aplikasi yang termasuk : dikawasan konservasi akibat proses 1. Keadaan Geologi pembangunan, Memanfaatkan kawasan 2. Struktur Manajemen tersebut sebagai sarana penelitian, 3. Edukasi Lingkungan pendidikan dan pelatihan, serta 4. Geotourism laboratorium kajian permasalahan 5. Perkembangan Ekonomi Daerah geologi dan lingkungan yang lebih luas secara Berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan dan Memanfaatkan keberadaan kawasan Kategori-kategori tersebut akan konservasi geologi dengan penerapan diberi penilaian dengan indeks yang konsep pemberdayaan masyarakat. berbeda beda sesuai dengan besarnya faktor 2. Hasil Klasifikasi Kars menurut Budi atau syarat Global Geopark National. Brahmantyo, 2006 berdasarkan citra Nilai-nilai yang tertera pada formulir yang Landsat didapat Area Kars Gunung terdapat pada lampiran diberikan oleh Tim Sewu dikelompokkan menjadi 4 Satuan Penggagas Geopark Gunung Sewu, yaitu : Unit K1 Dataran Tinggi Kars, kemudian penulis lampirkan di laporan ini Unit K5 Dataran Alluvial Kars, Unit K6 untuk suatu pembuktian studi kelayakan Doline dan Unit K8 Lembah Kering. kalau Daerah Gunung Sewu layak untuk 3. Terdapat 33 sites di Area Gunung Sewu bergabung menjadi Global Geopark yaitu diantaranya 30 Geological sites Network yang sebelumnya sudah dilakukan dimana 11 site di Gunungkidul GeoArea evaluasi terlebih dahulu oleh beberapa (Endapan Laut Miosen Tengah (Formasi tokoh Geosaintis. Sambipitu), Gua Pindul, Kalisuci, Dari hasil data Self-assesment Luweng Jomblang, Pantai Siung, didapatkan Bobot total Kategori dengan Lembah kering Purba Sadeng, Air terjun nilai 100 dan jumlah penilaian dengan nilai Bleberan, Gua Jlamprong, Luweng 73,25%, Hasil tersebut sudah diperiksa oleh Cokro, Gua Ngingrong), 7 site di tim UNESCO, angka tersebut (lebih dari 50 Wonogiri GeoArea (Lembah Kering %) yang berarti Kawasan Kars Gunung Purba Girintontro, Gua Sodong, Gua Sewu sangat layak untuk bergabung ke Tembus, Luweng Sapen, Gua dalam Jaringan Global Geopark National Mrico/Mrica, Gua Potro-Bunder, Pantai oleh UNESCO, karena berdasarkan data Sembukan) dan 12 di Pacitan GeoArea penilaian kawasan kars Gunung Sewu (Pantai Klayar , Pantai Mbuyutan , sudah memenuhi beberapa kategori yang Pantai Watukarung , Pantai Srau , Teluk dijadikan syarat-syarat utama dalam ruang Pacitan , Gua Gong , Gua Tabuhan , lingkup Global Geopark. Luweng Jaran , Gua Song Terus , Luweng Ombo , Sungai Baksoka , V. KESIMPULAN Telaga Guyangwarak ). Dan 3 Non- Berdasarkan hasil penelitian mengenai Geological sites yaitu Hutan Wanagama, Geopark Kars Gunung Sewu maka dapat Hutan Turunan dan Situs Arkeologi disimpulkan : Ngrinjangan. Geotrack Geopark 1. Peran Ahli Geologi dalam Gunung Sewu menggambarkan suatu Pengembangan Geopark menyediakan informasi akses jalan yang mudah ke berbagai bentuk informasi geologi untuk lokasi beberapa sites yang ada di kepentingan sektor pembangunan Geopark Gunung Sewu, sebagian besar pariwisata, Melindungi keanekaragaman jalan di Area Gunung Sewu sudah nirhayati, seperti jenis, wujud, keunikan mudah dilewati, maka dari itu perlu danasal usul proses pembentukannya adanya pengembangan infrastruktur bagi kepentingan ilmu pengetahuan, yang lebih baik (lihat lampiran). Mengidentifikasi dan memahami 4. Penerapan Geokonservasi masih kemungkinan terjadinya kerusakan memiliki hambatan karena faktor

9

penambangan walaupun sudah ada layak untuk bergabung ke dalam ketetapan perlindungan Geologi pada Jaringan Global Geopark National. Peraturan dimaksud adalah PP No. 26 tahun 2008 tentang rencana tata ruang DAFTAR PUSTAKA nasional. Dari situs non-geologi di Brahmantyo, B., 2006. Klasifikasi daerah Geopark Gunung Sewu yang Geomorfologi. Laboratorium ingin diusulkan , dikelompokkan Geomorfologi Institut Teknologi menjadi situs biologis hayati dan situs Bandung, Bandung, budaya. Ada 3 situs non-geologi yang Bemmelen, R.W. van, 1949, Geology of berada di bagian barat (Gunungkidul Indonesia, Vol. IA, Martinus Nijhoff, GeoArea) dan bagian Timur (Pacitan The Hague, Netherland. Bennet, M.R. GeoArea). Situs non-geologi ini yang & P. Doyle, 1996. In: M.R. Bennet, juga warisan alam yang dilindungi. P. Doyle, J.G. Larwood & C.D. 5. Dari hasil analisis SWOT didapatkan Prosser (Eds.). Geology on your Strength dipetakan melalui dukungan doorstep. Geological Society London, masyarakat lokal yang kuat, tempat- 3-10. tempat wisata yang berlimpah dengan Bothe, A.Ch.D., 1929, Jiwo Hills and nilai-nilai estetika dan unik yang langka, Southern Range, Bandung: Exc. dan struktur organisasi yang holistik guide, IVth Pacific Science Congress manajemen Geopark (multisector, , 1-14. multidisiplin dan terpadu), Weakness Datun, M., 1977, Endapan turbidit pada kurangnya pemandu wisata yang Formasi Sambipitu daerah Gunung profesional; kurangnya koordinasi di Kidul, Jawa Tengah, PIT IAGI IV, antara aktor-aktor dalam industri Yogyakarta. pariwisata di tingkat regional, nasional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi dan global; konsep geowisata adalah Jawa Timur, 2004, Situs arkeologi tidak belum dipopulerkan luas; Pacitan, bahan sosialisasi, Surabaya. kurangnya promosi; dan kurangnya Fauzie Hasibuan., 2006, “Mungkinkah informasi yang tercetak, Opportunities Indonesia turut menjadi anggota World dalam pengembangan geowisata di Geopark’, Majalah Mineral dan Energi Gunung Sewu adalah dalam bentuk Vol. 4, No.1. mendukung peraturan yang secara Gray. M., 2005, Geodiversity and implisit dan eksplisit disebutkan dalam Geoconservation: What, Why, and How undang-undang No. 11 tahun 2010 ?. Geodiversity & Geoconservation, tentang pariwisata, Treat dalam bentuk The George Wright Forum, V. 22 No.3, perlindungan geologi yang belum 12 hal. optimal, kurangnya upaya untuk Haryono, E. & Day, M., 2004, Landform meningkatkan daya tarik wisata, differentiation within the kesulitan dalam menjaga kualitas objek Gunungkidul kegelkarst, Java, wisata dan kegiatan serupa di luar daerah Indonesia, Journal of Cave & Karst Geopark yang berpotensi untuk menjadi Studies, 66(2), 62-69. pesaing. Dari hasil data Scoring Indonesia Center For Environmental Law berdasarkan self-evaluation dari (ICEL)., 1998, Kajian Hukum dan UNESCO didapatkan Bobot total Kebijakan Pengelolahan Kawasan Kategori dengan nilai 100 dan jumlah Konservasi di Indonesia: Menuju penilaian dengan nilai 73,25% untuk Pengembangan Desentralisasi dan Kawasan Kars Gunung Sewu, angka Peningkatan Peranserta Masyarakat. tersebut (lebih dari 50 %) yang berarti Laporan Teknis, 177 hal. Kawasan Kars Gunung Sewu sangat International Union for Conservation of Nature (IUCN), 1997, Guidelines for 10

Cave and Karst Protection. Gland, Samodra, H., 2009a, Geopark Dunia, Switzerland & Cambridge. UK. laporan kegiatan, Pusat Survei Geologi, Ismoyowati, T. & Sumarso, 1975, Badan Geologi, tidak diterbitkan. Contribution to the stratigraphy of the Samodra, H., 2009f, Pedoman dan Jiwo Hills and their southern kriteria Global Geoparks Network surrounding (), PPTMGB UNESCO, paper pada Workshop Lemigas, Cepu. Nasional Geopark, Sekolah Tinggi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Pariwisata Bali, Bangli 28 2006, Masterplan pengembangan November 2009, tidak diterbitkan. geowisata di kawasan kars Gombong Samodra, H. & Surono, 2012, Lembah Selatan dan Gunung Sewu, laporan Sungai Purba Sadeng, Cekungan kegiatan, tidak diterbitkan. Baturetno dan Undak Bengawan Solo, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jawa Tengah. Adakah hubungan di 2010, Masterplan pengembangan antara ketiganya?, Proc. PIT-IAGI ke geowisata kars di daerah Pacitan, 41 “Geology living with harmony” , Jawa Timur, laporan kegiatan, tidak Yogyakarta, 17-20 September 2012. diterbitkan. Sartono, S., 1964, Stratigraphy and Kusumayudha S. B. (2011), Exploring the sedimentation of the easternmost part of Prospective of Gunungsewu Area, Gunung Sewu (), Technic Indonesia For a World Geopark, Publication, General Geology Serie 1, Malaysia – Indonesia 4th Geoheritage Bandung, Directorate of Geology, Joint Converence, 1 – 3 Oktober 2011, Department of Base Industry/Mining. Terengganu, Malaysia Simanjuntak S., Handini R., Prasetyo B. Kusumayudha, S.B., M.T. Zen, S. (2002), Pre Historic of Gunungsewu, Notosiswoyo, R.S. Gautama (1999), Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 304 p. The Hydrogeologic System of Staff Asisten Geomorfologi dan Geologi Gunungsewu, Proc. IAGI The 28th Foto. 2010. Buku Panduan Praktikum Annual Convention, Vol IV, p 73-84 Geomorfologi dan Geologi Foto edisi Lehmann, H., 1936, Morphologische ke-5. UNDIP: Semarang. studien auf Java, Geographishe Surono, B. Toha, I. Sudarno & S. Anhandlungen 9, 15-67. Wiryosujono, 1992, Geologi Lembar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Surakarta & Girotontro, Jawa, skala Nomor 26 Tahun 2008, Rencana Tata 1:100.000, Pusat Penelitian dan Ruang Wilayah Nasional, 70 hal. Pengembangan Geologi, Bandung. Samodra, H., 2005, Potensi sumberdaya Suyoto (1994), Stratigraphic Sequence of alam kars Kabupaten Pacitan bagian the Gunungsewu Carbonates, Proc. PIT timur, Jawa Timur, Buku Seri Kars IAGI XXIII, Vol 1, p 19-32. Research Gunung Sewu, Buku Keempat ISBN Association, 10 (2), p.55-56. 979-551-006-1, Pusat Penelitian dan Yunus Kusumahbrata., 2010, “Konsep Pengembangan Geologi, Badan Lokasi Geopark Indonesia”, Badan Geologi, Departemen Energi dan Geologi, 8 hal. Sumberdaya Mineral, Bandung. UNESCO, 2007, Guidelines and criteria Samodra, H., 2005, Potensi sumberdaya for National Geoparks seeking alam kars Kabupaten Wonogiri, Jawa UNESCO’s assistance to joint the Tengah, Buku Seri Kars Gunung Sewu, GlobalGeoparks Network. Buku Kedua ISBN 979-551-005-3, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Bandung.

11

LAMPIRAN Peta Geomorfologi Kars Gunung Sewu (klasifikasi Budi Brahmantyo, 2006)

Peta Geotrack Geopark Gunung Sewu

12

Hasil Analisis SWOT

Tabel Hasil Scoring Self-assesment

KATEGORI BOBOT (%) PENILAIAN I. Keadaan Geologi 1.1 Kawasan Teritorial 5 4,00% (800) 1.2 Geokonservasi 20 18,10% (905) 1.3 Warisan Geologi dan Cagar Budaya 10 8.05% (805) II. Struktur Manajemen 25 18,40% (735) III Informasi Edukasi Lingkungan 15 7,05% (470) IV. Geotourism 15 10,65% (710) V. Perkembangan Ekonomi Daerah secara 10 7,00% (700) Berkelanjutan Total 100 73,25% (5125)

13

14