TINJAUAN HUKUM TERHADAP PT. KERETA API TENTANG PERUBAHAN BENTUK PERUSAHAAN DAN BENTUK TANGGUNG JAWAB TERHADAP PENUMPANG (Ditinjau dari Undang-undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

FADHILA DARATULAILA NIM : 140200031

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

i

Universitas Sumatera Utara

ii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Fadhila Daratulaila* Megarita** Aflah***

Pada tanggal 28 September 1945 sebagai Hari , serta dibentuknya “Djawatan Kereta Api Republik Indonesia” (DKARI). Pada tahun 1963 DKA pun berubah menjadi PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api). Pada tanggal 15 September 1971, nama PNKA berubah menjadi PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) selama dekade 1970-an hingga awal dekade 1990-an. Pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Pada masa ini, kerugian-kerugian seperti yang dialami oleh PJKA pada beberapa tahun lalu dapat ditekan. Akhirnya pada tahun 1 Juni 1999 perumka secara resmi berubah menjadi PT KA (PT Kereta Api). Pada tahun 2010 nama PT Kereta Api berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (persero) (PT KAI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis, normatif, dan empiris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hokum yang bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan hukum primer, sekunder, dantersier.Pengumpulan data yang digunakan yaitu penelitian kepustakaan (library research), penelitian lapangan (field research).Analisis data yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Perubahan Bentuk Perusahaan dan Bentuk Tanggung Jawab Terhadap Penumpang pada PT.Kereta Api Indonesia. Bahwa kereta api pada saat ini adalah merupakan moda transportasi massal yang sangat diminati oleh masyarakat sekarang ini. Seiring berkembangnya zaman, kereta api banyak mengalami perubahan bentuk perusahaan.

Kata Kunci :Perubahan,Bentuk Perusahaan

*) MahasiswaFakultasHukum USU/Penulis **) Dosen/StafPengajarFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara, DosenPembimbing I ***) Dosen/StafPengajarFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara, DosenPembimbing II

iii

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang

Maha Esa atas berkat rahmat dan pertolonganNYA penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan karya ilmiah dengan judul “Tinjauan

Hukum Terhadap PT Kereta Api Indonesia Tentang Perubahan Bentuk

Perusahaan dan Bentuk Tanggung Jawab Terhadap Penumpang (Ditinjau dari UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian)”yang disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat memper oleh gelar Sarjana Hukum Universitas

Sumatera Utara.

Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis inginmenyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. OK Saidin, SH., M.Hum, selaku

Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Puspa

Melati, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, serta

iv

Universitas Sumatera Utara

Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Suamtera Utara.

3. Dr. Megarita, SH,CN., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

banyak membantu penulis dan memberikan masukkan dan arahan-arahan

serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Aflah, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak

membantu penulis dan memberikan masukkan dan arahan-arahan serta

bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Amsali Putra Sembiring, SH., M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

6. Terimakasih kepada pimpinan, staf, dan karyawan PT. KeretaApi

Indonesia yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

melakukan riset.

7. Untuk orang tua saya yang saya sayangi dan cintai. Ayah saya H.

Adriansyah Hasibuan dan Ibu saya Hj. Siti Sundari terimakasih atas segala

kasih sayang, perhatian,dan dukungan yang diberikan, beserta doa-doa

yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT yang tiada henti-hentinya

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

8. Untuk abang saya tercinta Gali Satya Perkasa, SE., dan Sasmita Wijaya

SH., yang telah membantu dan mendoakan saya dalam penulisan skripsi

ini.

9. Kepada sahabat-sahabat saya tercinta Cut Adelia, Cut Maidina, Meidy

Irzha, Rizky Amelia, Ajeng Hanifa, yang selalu menemani saya setiap hari

v

Universitas Sumatera Utara

selama masa perkuliahan dan selama penulisan skripsi ini terimakasih atas

kebersamaan kita yang luar biasa.

10. Kepada sahabat seperjuangan skripsi yang setiap harinya berjuang

bersama-sama dalam menyelesaikan skripsi ini Ridha Faulika, akhirnya

kita bisa menyelesaikan skripsi ini.

11. Dan terimakasih saya ucapkan kepada seluruh teman-teman seperjuangan

yang tidak bias saya sebutkan namanya satu persatu.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkanterimakasih.

Medan, Maret 2018

Penulis

Fadhila Daratulaila

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK...... i

KATA PENGANTAR ...... ii

DAFTAR ISI ...... v

BAB I : PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1

B. Permasalahan ...... 6

C. TujuanPenelitian ...... 6

D. ManfaatPenelitian ...... 6

E. JenisPenelitian ...... 7

F. SistematikaPenulisan ...... 10

G. KeaslianPenulisan ...... 11

BAB II : RUANG LINGKUP PERKERETAAPIAN PASCA

KEMERDEKAAN ...... 12

A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia ...... 12

B. Jenis Pengangkutan Pada Angkutan Kereta Api ...... 17

C. Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Kereta Api ...... 22

D. Perkembangan Jasa Angkutan Kereta Api Pasca

Kemerdekaan ...... 29

vii

Universitas Sumatera Utara

BAB III : BENTUK BADAN USAHA KERETA API PASCA

KEMERDEKAAN ...... 36

A. DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia) ...... 36

B. PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api) ...... 39

C. PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) ...... 40

D. PERUMKA (Perusahaan Umum Kereta Api)...... 42

E. PT. KAI (PT Kereta Api Indonesia)...... 43

BAB IV : PT. KAI DAN TANGGUNG JAWABNYA TERHADAP

PENUMPANG MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2007

TENTANG PERKERETAAPIAN ...... 56

A. Ketentuan Hukum Mengenai Pemberian Ganti Rugi

Terhadap Penumpang Kereta Api ...... 56

B. Bentuk Ganti Rugi yang Diberikan PT KAI Terhadap

Penumpang ...... 66

C. Implementasi Pemberian Ganti Rugi Oleh PT KAI Terhadap

Penumpang Kereta Api ...... 76

BAB V : KESIMPULANDANSARAN ...... 81

A. Kesimpulan …………………………………………………. 81

B. Saran ...... 82

DAFTAR PUSTAKA ………….…………………………… 83

LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kereta api sebagai salah satu moda transportasi yang paling diminati saat ini,menjadi pilihan utama bagi pengguna jasa angkutan umum, karena berbagai macam pertimbangan diantaranya karena kereta api merupakan moda angkutan darat yang memiliki banyak kelebihan. Salah satu ke unggulan kereta api yaitu dapat mengangkut banyak orang dalam sekali perjalanan atau bersifat masal, irit bahan bakar,effisien, hemat pemakaian lahan, dan ramah lingkungan. Dengan memiliki keunggulan tersebut sudah saatnya kereta api menjadi pilihan utama dalam mengatasi kemacetan di jalan raya, terutama dikota-kota besar di Indonesia serta menjadi angkutan utama di Indonesia.

Selain itu pembangunan ekonomi juga membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi dari suatu negara. Untuk tiap tingkatan perkembangan ekonomi dari suatu negara diperlukan kapasitas angkutan yang optimum.1

Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar,perairan yang terdiri dari sebagai besar laut,sungai,dan danau yangmemungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia.2

1Abbas Salim. Manajemen Transportasi, Citra Niaga Rajawali Pers, ,2000, Hal.1 2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung,1998, Hal.7

1

Universitas Sumatera Utara 2

Perkeretaapian merupakan angkutan yang ramah lingkungan, dengan emisi gas buang kecil dan pengembangan teknologi kereta berbasis energi listrik,memungkinkan sebagai moda angkutan yang mampu menjawab masalah lingkungan hidup manusia di masa yang akan datang.

Jenis- jenis pengangkutan pada umumnya terdiri dari pengangkutan darat, pengangkutan laut, dan pengangkutan udara. Pada pengangkutan melalui darat dapat dikelompokkan lagi menjadi 2 jenis yaitu pengangkutan melalui jalan raya dan pengangkutan melalui kereta api.

Kereta api merupakan salah satu moda transportasi darat yang berbasis jalan rel yang memiliki karakteristik dan keunggulan yang khusus, terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut penumpang secara masal, menghemat energi, menghemat penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi serta lebih efisien dibandingkan sarana transportasi darat lainnya untuk jarak jauh dan untuk daeerah yang padat lalu lintasnya.

Selain dari keunggulan khusus transportasi kereta api tersebut, kereta api juga menjadi solusi beberapa permasalahan transportasi nasional seperti :3

1. Kondisi jalan raya yang mengalami banyak kerusakan .

2. Kemacetan dijalan raya akibat lalu lintas yang semakin padat dan jumlah

kendaraan yang semakin meningkat.

3. Kenaikan harga BBM yang menyebabkan biaya transportasi meningkat

Selain dari keunggulannya, kereta api juga memilikikerugian antara lain :

3 Soemino Eko Sapurto, Kebijakan Perkeretaapian kemana Hendak Bergulir, Gibon Books, Jakarta,2007, hal. 10

Universitas Sumatera Utara 3

a. Memerlukan fasilitas dan infrastruktur khusus yang tidak bisa

digunakan oleh moda angkutan lain, sebagai konsekuensinya perlu

penyediaan alat angkut yang khusus (gerbong dan lokomotif).

b. Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi karena kereta api memerlukan

perlakuan khusus dalam proses perawatan.

c. Pelayanan jasa orang/barang hanya terbatas pada jalurnya (tidak door

to door).

d. Bila ada hambatan (kecelakaan) pada jalur tersebut, maka tidak dapat

segera dialihkan kejalur lain.

Dengan perkembangan zaman saat ini perkembangan hidup manusia semakin meningkat, sehingga memicu perkembangan dibidang lainnya. Dimana salah satu kebutuhannya adalah transportasi atau angkutan yang memadai.

Setelah pasca kemerdekaan hingga sekarang ini kereta api mengalami beberapa bentuk perubahan perusahaan guna untuk menyeimbangi taraf kebutuhan transportasi masyarakat. perubahan bentuk terhadap perusahaan dilakukan untuk menyeimbangi seiring dengan perkembangan zaman serta faktor- faktor perkembangan kereta api itu sendiri sehingga harus dilakukan perubahan bentuk terhadap perusahaan.

Adanya perubahan bentuk terhadap perusahaan menyebabkan perubahan terhadap segala hal yang berhubungan dengan perkeretaapian. Terutama perubahan dalam pertanggung jawaban perusahaan terhadap keselamatan penumpang dalam angkutan kereta api.

Pengangkutan baik dalam KUHPerdata maupun KUHD (baik yang sudah dikodefikasi maupun belum) yang berdasarkan atas dan bertujuan untuk mengatur

Universitas Sumatera Utara 4

hubungan-hubungn hukum yang terbit karena keperluan pemindahan barang- barang dan/atau orang-orang dari suatu kelain tempat untuk memenuhi perikatan- perikatan yang lahir dan perjanjian-perjanjian tertentu, termasuk didalamnya perjanjian-perjanjian untuk memberikan perantaraan mendapatkan pengangkutan/ ekspedisi.4

Perkembangan di bidang transportasi mendorong pengembangan di bidang ilmu hukum, baik perundang-undangan maupun kebiasaan yang berlaku dibidang pengangkutan. Sesuai atau tidaknya udang-undang maupun kebiasaan yang berlaku sekarang dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini tergantung dari penyelenggaran pengangkutan tersebut. Melakukan pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat tujuan di lakukan dengan suatu perjanjian.5

Pengaturan hukum tentang transportasi di Indonesia diawali dari peraturan-peraturan peninggalan zaman belanda sebelum adanya pengturan hukum tentang kereta api di Indonesia yaitu bersumber pada Stb 1926- 334 jo Stb

1927- 295 (Algemene Regelen betreffende den aanleg en de ekspolitatievan spoor en tramwegen bested voor algemene verkeer inNed. Indie)yang suatu Koninklijk

Besluit (KB).6perkembangan dalam pengangkutan ini diikuti oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pemerintah mengeluarkan undang-undang No. 23

Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yng berlaku sejak tanggal 25 April

2007.Keluarnya Undang-undang No. 23 Tahun 2007 menggantikan undang- undang No.13 Tahun 1992 tentang Perkeretapian. Undang-undang No. 13 Tahun

4 Hasnil Basri Siregar, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan, 2002, Hal. 5. 5 Sinta Uli, Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, AngkutanLaut,Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USU Pers, Medan, 2006, Hal. 58. 6 Achmad Ichsan, Hukum Dagang, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, hal. 425.

Universitas Sumatera Utara 5

1992 ini juga menggantikan Undang-Undang Perkeretaapian yang ada pada zaman Hindia Belanda.

Direvisinya undang-undang No. 13 Tahun 1992 menjadi Undang-undang

No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (selanjutnya disingkat UUKA), sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ini diharapkan dapat mewujudkan pelancaran perpindahan orang dan/atau barang secara masal dengan selamat, aman, nyaman, cepat serta efisien.

Pengangkutan orang melalui kereta api diatur dalam Bab XI bagian kedua, pasal 130 sampai pasal 138 UUKA. Pada pasal 132 UUKA dinyatakan :

1. Pengangkutan sarana Kereta Api wajib mengangkut orang yang memiliki

karcis.

2. Orang yang memiliki karcis berhak memperoleh pelayanan sampai dengan

tingkat pelayanan yang dipilih.

3. Karcis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tanda bukti

terjadinya perjanjian pengangkutan orang.

Tanggung jawab kereta api Indonesia sebagai sarana transportasi adalah menjaga keselamatan penumpang atau barang, mulai dari barang atau penumpang tersebut masuk kedalam kereta api. Keselamatan penumpang atau barang dianggap penting. kegiatan usaha jasa pengangkutan penumpang atau barang yang dilakukan PT. Kereta Api jelas memiliki dampak yang positif bagi perekonomian bangsa dan negara. Usaha pengangkutan tersebut dapat menambah sumber pendapatan negara dari pajak yang dikenakan melalui penjualan tiket.

Mengingat pentingnya peranan transportasi dan diperlukannya perlindungan terhadap penumpang yang diberikan PT. Kereta Api Indonesia

Universitas Sumatera Utara 6

sebagai pengangkut. Penulis tertarik untuk melakukan peninjauan hukum terhadap

PT. Kereta Api Indonesia. Sesuai dengan penjelasan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul : Tinjauan Hukum Terhadap PT. Kereta Api Indonesia

Tentang Perubahan Bentuk Perusahaan dan Bentuk Tanggung Jawab Terhadap

Penumpang (Ditinjau dari Undang-undang No.23 Tahun 2007 Tentang

Perkeretaapian).

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi Permasalahan dalam penulisan skipsi ini antara lain, sebagai berikut :

1. Bagaimana ketentuan hukum mengenai pemberian ganti rugi terhadap

penumpang kereta api ?

2. Bagaimana bentuk ganti rugi yang diberikan PT. KAI terhadap

penumpang ?

3. Bagaimana implementasi pemberian ganti rugi oleh PT. KAI terhadap

penumpang ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pemberian ganti

rugi terhadap penumpang kereta api.

2. Untuk mengetahui bentuk ganti rugi seperti apa yang diberikan oleh PT.

KAI terhadap penumpang.

3. Untuk mengetahui apakah pemberian ganti rugi oleh PT. KAI terhadap

penumpang terlaksana dengan baik.

D. Manfaat Penulisan

a) Manfaat Teoritis

Universitas Sumatera Utara 7

Melalui penulisan ini penulis dapat menambah pengetahuan serta wawasan dan merupakan suatu kesempatan untuk mengimplementasikan teori-teori yang selama ini diperoleh selama dibangku kuliah. Khususnya menyangkut tentang tanggung jawab PT. Kereta Api Indonesia terhadap penumpang dalam bidang hukum pengangkutan di Indonesia.

b) Manfaat Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

PT. Kereta Api Indonesia dalam memenuhi tanggung jawabnya terhadap penumpang, sehingga nantinya penumpang kereta api memiliki kepercayaan penuh terhadap PT. Kereta Api Indonesia.

c) Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan segala teori-teori perkuliahan, serta menambah arsip kepustakaan yang ada guna dijadikan pedoman serta perbandingan dalam penulisan skripsi selanjutnya.

E. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode pendekatan

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis, normatif, dan empiris. Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan untuk melakukan pengkajian terhadap hukum perdata, yaitu : pendekatan yang bertitik tolak dari ketentuan peraturan perundang-undangan dan diteliti dilapangan untuk memperoleh faktor pendukung dan hambatannya.Pendekatan yuridis normatif ini merupakan pendekatan dengan berdasarkan norma-norma atauperaturan perundang-undangan yang mungikat serta memepunyai konsekuensi hukum yang

Universitas Sumatera Utara 8

jelas. Melalui pendekatan yuridis normatif ini diharapkan dapat mengetahui

Undang-undang No. 23 Tahun 2007 Tentang perkeretaapian, yang dapat diterapkan dalam mengkaji permasalahan-permaslahan dalam penelitian ini.pendekatan yuridis empiris ini dimaksudkan untuk melakukan penelitian terhadap aspek hukum penyelenggaran angkutan kereta api melalui wawancara terhadap PT. Kereta Api Indonesia.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptif atau menggambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum.

3. Sumber Data

Dalam mengerjakan skripsi ini terdapat beberapa bahan hukum untuk melengkapi penulisan penelitian antara lain :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat. Dalam

penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum primer adalah PT. Kereta

Api Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan

hukum primer. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum

sekunder ialah Undang-undang, buku-buku literatur tentang pengangkutan,

catatan-catatan yang relevan, koran, majalah, jurnal, peraturan pemerintah,

serta hasil riset yang berhubungan dengan permasalahan yang

berhubungan dengan masalah yang dikemukakan.

Universitas Sumatera Utara 9

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi bahan hukum tersiernya ialah

Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, serta kamus-kamus

keilmuan lainnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini usaha untuk pengumpulan data yang diperlukan mengenai skripsi ini, maka penulis menggunakan 2 acara, yaitu :

a) Penelitian Kepustakaan ( Library research )

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data sekunder atau

data tidak langsung dari sumbernya yaitu dengan membaca dan meneliti

literature, dokumen, buku-buku, Undang-undang nomor 23 Tahun 2007

tentang Perkeretaapian, serta hasil penelitian yang ada hubungannya

dengan skripsi ini.

b) Penelitian lapangan ( Field research )

Pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pada objek penelitian

dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data.

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengelolahan data merupakan pekerjaan seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir secara optimal dan secara nyata kemampuan metodelogis peneliti diuji. Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan

Universitas Sumatera Utara 10

dalam skripsi ini dan pada aakhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang penulis lakukan adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan secara lengkap kualitas dan karakteristik dari data-data yang sudah terkumpul dan sudah dilakukan pengolahan, kemudian dibuat kesimpulan.

F. Sitematika Penulisan

Skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula menjadi beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat sebagai berikut :

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan , yang merupakan suatu pengantar dari permasalahan, terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode

Penelitian, Sistematika Penulisan, dan Keaslian Penulisan.

BAB II : bab ini berjudul “ Ruang Lingkup Perkeretaapian Pasca

Kemerdekaan”yang terdiri dari 4 (empat) sub bab yaitu : sejarah perkeretaapian di Indonesia, jenis pengangkutan pada angkutan kereta api, pelaksanaan perjanjian pengangkutan kereta api, perkembangan jasa angkutan kereta api pasca kemerdekaan.

BAB III : “Bentuk Badan Usaha Kereta Api Pasca Kemerdekaan” yang terdiri dari 5 (lima) sub bab yaitu : DKARI (Djawatan Kereta Api Republik

Indonesia),PNKA(Perusahaan Negara Kereta Api) ,PJKA(Perusahaan Jawatan

Kereta Api),PERUMKA (Perusahaan Umum Kereta Api) PT. KAI ( PT.Kereta

Api Indonesia).

Universitas Sumatera Utara 11

BAB IV : “PT. KAI dan Tanggung Jawabnya Terhadap Penumpang

Menurut UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian” yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : Ketentuan Hukum Mengenai Pemberian Ganti Rugi Terhadap

Penumpang kereta api, Bentuk Ganti Rugi yang Diberikan PT. KAI Terhadap

Penumpang, Implementasi Pemberian Ganti Rugi oleh PT. KAI Terhadap

Penumpang Kereta Api .

BAB V : “Kesimpulan dan Saran” , bab ini merupakan penutup dari keseluruhan materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : kesimpulan dan saran.

G. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran,ide dan gagasan penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, literatur- literatur dari perpustakaan, dan media-media lain yang bekaitan dengan judul skripsi ini.

Sepanjang pengetahuan penulis dan berdasarkan informasi yang diperoleh dari perpustakaan. Hingga saat ini belum ada skripsi yang mengangkat judul “

Tinjauan Hukum Terhadap PT. Kereta Api Indonesia Tentang Perubahan Bentuk

Perusahaan dan Bentuk Tanggung Jawab Terhadap Penumpang (Ditinjau dari UU

No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian).”

Oleh karena itu, keaslian skkripsi ini terjamin keasliannya, kalaupun ada pendapat dan kutipan dalam skripsi ini, semata-mata diajdikan pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan dalam menyempurnakan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB II RUANG LINGKUP PERKERTAAPIAN PASCA KEMERDEKAAN

A. Sejarah Perkertaapian Indonesia

Kereta api pertama di Indonesia mulai hadir sejak tanam paksa hingga saat ini. perusahaan yang dinasionalisasikan, Djawatan Kereta Api Republik Indonesia

(DKARI) berdiri setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 28 september 1945 atau sekitar sebulan setelah proklamasi7.

Gambaran keadaan kereta api Indonesia pada zaman dulu perlu dilestarikan guna untuk mengingatkan kembali kepada anak bangsa tentang perkembangan kereta api dari masa ke masa. Baik masa sebelum Indonesia merdeka dan setelah Indonesia merdeka. Pada masa tanam paksa kereta api dijalankan dengan api dari pembakaran batu bara dan kayu.

Sedangkan pada masa sekarang kereta api dijalankan dengan diesel atau listrik, sehingga lebih tepat disebut dengan kereta rel. Kereta rel artinya adalah kereta yang berjalan diatas rel dengan diesel atau listrik. Setelah tanam paksa dilakukan oleh van den bosch pada tahun 1825-1830, ide tentang perkertaapian di

Indonesia diajukan dengan tujuan untuk mengangkut hasil bumi dari sitem tanam paksa tersebut. Salah satu hal yang mendukung adalah karena tidak optimal lagi penggunaan jalan raya pada masa itu.

Pada tahun 1840, kolonel J. H. R. Van der Wijck mengajukan proposal pembangunan jalur kereta api di Hindia-Belanda8, Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 disemarang dengan rute Semarang- Tanggung yang berjarak

26 km oleh NISM, N.V (Nederlands- Indische Spoorweg Maatschaapij).

7https://id.m.wikipedia.org 8 http//: www.Sejarah kereta Api Indonesia.com

12

Universitas Sumatera Utara 13

Kehadiran kereta api di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api didesa kemijen, jum’at tanggal 17 juni 1864, oleh

Gubernur Jendral Hindia-Belanda, Mr. L.A.J Baron sloet van den Beele.

Pembangunan diprakarsai oleh “ Nederlands- Indische Spoorweg Maatschappij”

(NIS) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung

(26 km) dengan lebar sepur 1435 mm.

Empat tahun kemudian tepatnya tanggal 17 juni 1864 pengoperasian pertama perjalanan kereta api (KA) antara stasiun kemijen – Tanggung diresmikan. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada tanggal 10 Agustus

1867.9

Pada 10 Agustus 1867, jalur kereta api pertama di Indonesia mulai beroperasi pertama di Jawa Tengah dan terhubung dengan stasiun pertama di

Wilayah semarang. Kereta ini berangkat menuju Temanggung yang berjarak 25

Kilometer. Jalur kereta api ini kemudian diperluas hingga mencapai Yogyakarta.

Pada awal keberjalanannya, kereta api dikelola oleh perusahaan Nederlands-

Indische Spoorweg Maatschappij dan menggunakan ukuran standar rel

1.435mm.10

Selain dijawa, pembangunan Kereta Api juga dilakukan di (1874),

Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914 ), bahkan tahun 1992 disulawesi juga telah dibangun jalur kereta api sepanjang 47 km antara

Makasar- Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 juli 1923.

9http://KAI/sejarah.com, Diakses tanggal 12 Januari 2018 10 http://Ririnch-keretaapi.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-dan-perkembangan-kereta-api- di.html?m=1

Universitas Sumatera Utara 14

Perkertaapian di Sumatera Utara diawali oleh perusahaan swasta Belanda pada 17 Juli 1886 yang bernama Deli spoorweg Maatschapay (DSM). Hingga tahun 1931, panjang lintas mencapai 17km yang menghubungkan Labuhan dengan Kota Medan. Pembukaan rute ini dilandasi dengan motif utamanya untuk membawa hasil perkebunan dari pedalaman kepelabuhan belawan.11

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) semua kereta api di Indonesia dibawah pendudukan Jepang. Untuk daerah Sumatera Utara dibawah pemrintah

Angkatan Laut Jepang dengan nama Tutsedo-Tai yang berpusat di Bukit Tinggi

Sumatera Barat.

Indonesia Merdeka,17 agustus 1945 perkertaapian di Sumatera Utara dikembalikan kepada DSM sampai masa dilakukan alih wewenang pada perusahaan milik Belanda kepada Pengusaha militer daerah Sumatera Utara (14

Desember 1957, dasar SK panglima T dan TI No. PM/KP TS/045/12/97).

Selanjutnya mulai tanggal 29 April 1963, berdasarkan UU No. 80 Tahun

1963 jo pp 41 Tahun 1959 dengan SK MENHUB No. 37/1/20 tanggal 17 Januari

1963 maka seluruh kereta api ex DSM menjadi bagian Djawatan Kereta Api

Republik Indonesia (DKARI) yang berpusat dibandung. Dan sejak Januari 2001 telah ditetapkan perubahan nama dari Eksploatasi menjadi Divisi Regional 1

Sumatera Utara (selanjutnya disingkat Divre 1 SU).12

Pada tanggal 28 september 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh

Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya menegaskan bahwa mulai hari itu kekeuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia sehingga Jepang sudah tidak berhak mencampuri urusan perkeretaapian diIndonesia. Inilah yang

11http://sipilugm.wordpress.com, Diakses tanggal 12 Januari 2018 12 Data dari PT. Kereta Api Divisi Regional 1 Sumatera Utara Tahun 2009, Urusan Humas, Sejarah Singkat Perkertaapian di Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 15

melandasi ditetapkannya tanggal 28 September 1945 sebagai hari Kereta Api serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

Nama DKA berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA)13, semasa orde lama. Lalu, pada tanggal 15 september 1971 berubah menjadi perusahaan djawatan kereta api (PJKA) 14 . Kemudian, pada tanggal 2 Januari

1991, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA)15, dan semenjak tanggal 1 juni 1999, perumka berubah menjadi PT. Kereta Api (persero)

(PT. KA)16. Pada bulan Mei 2010, nama PT KA berubah menjadi PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) (PT. KAI)17, hingga saat ini.

Seiring dengan perkemangan zaman kebutuhan masyrakat akan transportasi semakin melesat, terutama untuk perjalanan jauh. Dimana pada masa sekarang ini masyrakat lebih mengutamakan kenyaman serta keselamatan saat dalam melaksanakan perjalanan jauh.

Hadirnya kereta api sebagai salah satu alat trnsportasi dalam kehidupan masyarakat sangat membantu dan sangat diminati oleh masyarakat. Karena fasilitas yang memadai terjamin keamaan, kenyamanan, serta keselamatannya.

Kereta api memberikan jaminan keselamatan serta ganti rugi apabila kereta api mengalami kecelakaan.

PT. Kereta Api Indonesia merupakan alat transportasi yang memang diperuntukan untuk mengangkut penumpang. Perusahaan yang bergerak dibidang transportasi masal ini mempunyai visi dan misi yang mendukung

13 Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 22 Tahun 1963 14 Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 61 Tahun 1971 15 Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 57 Tahun 1990 16 Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1998, keputusan presiden No. 39 Tahun 1999, dan Akta Notaris Imas Fatimah 17 Nama PT KAI berdasarkan Instruksi Direksi PT KAI No. 16/OT.203/KA 2010

Universitas Sumatera Utara 16

pengoperasiannya sebagai salah satu angkutan kereta api. Adapun visi dan misi

PT. Kereta Api Indonesia adalah18 :

1. Visi

Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan

pelanggan yang fokus pada stakeholders.

2. Misi

menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya

melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai

tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan

empat pilar utama : keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan, dan

kenyamanan.

Selain dari visi dan misi tersebut diatas kereta api juga mempunyai tujuan, tujuan dari perkeretaapian tersebut adalah19 :

“untuk memperlancar perpindahan orang atau barang secara massal dengan

selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar,tepat, tertib dan teratur, efisien serta

menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak

pembangunan nasional”.

Selain itu kereta api juga mempunyai struktur organisasi dalam pelaksanaannya, struktur organisasi merupakan salah satu unsur terpenting dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan. Fungsi struktur organisasi di antaranya adalah untuk pembagian wewenang , menyusun pembagian kerja dan merupakan suatu sistem komunikasi. Dengan demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu perusahaan disusun secara teratur sehingga tujuan usaha yang telah

18http:// Kip.kereta-api.co.id/page/visi,misi, dan budaya perusahaan/18 19 UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkertaapian pasal 3

Universitas Sumatera Utara 17

ditetapkan sebelumnya dapat tercapai dengan baik.Penerapan struktur organisasi pada suatu perusahaan selalu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Adapun struktur organisasi yang digunakan PT.Kereta Api Indonesia adalah struktur organisasi garis yang perlimpahan wewenang berlangsung secara vertikal yaitu dari pimpinan tertinggi kepada para bagian atau departemen yang bersangkutan. Dengan adanya struktur organisasi yang memisahkan fungsi dengan jelas, maka dapat diperoleh keuntungan sebagai berikut :

a. Terciptanya arus komunikasi yang baik dalam perusahaan

b. Terhindarnya konflik dalam pelaksanaan kegiatan kerja

c. Mendapatkan ketegasan fungsi dan tanggung jawab dari masing-masing

karyawan.

Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Sumatera

Utara merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan, disamping faktor kunci lainnya seperti lingkungan eksternal, internal perusahaan, serta sumber daya yang dimiliki perusahaan.

B. Jenis Angkutan pada Angkutan Kereta Api

Kereta api didefinisikan sebagai sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak yang bergerak direl. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kereta api hanya dapat atau bisa bergerak apabila melintasi rel yang diperuntukannya. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi kereta api karena tidak terganggu dengan lalu lintasnya.

Kereta api merupakan alat transportasi massal yang dapat mengangkut penumpang dengan jumlah yang banyak namun tetap aman dan nyaman.

Universitas Sumatera Utara 18

Rangkaian kereta api atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga dapat mengangkut penumpang dalam skala yang besar.

Kereta api merupakan angkutan yang efisien untuk jumlah penumpang yang tinggi sehingga sangat cocok untuk angkutan massal kereta api perkotaan pada koridor yang padat. Tetapi juga digunakan untuk angkutan penumpang dengan jarak menengah antara 3-6 jam perjalanan.

Pengelompokkan jenis angkutan pada kereta api moda transportasi dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian :

1. Kereta Api Angkutan Penumpang

Angkutan penumpang merupakan kereta yang dikhusukan untuk mengangkut orang dari satu stasiun untuk sampai ke stasiun daerah tujuannya dengan menggunakan gerbong pengangkut atas persetujuan pemerintah yang wajib memperhatikan keselamatan penumpang serta memenuhi fasilitas minimumnya.

Bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak dibawah lima tahun, orang sakit, dan lansia. Pihak penyelenggara pengngkutan wajib memberikan sarana khusus tanpa melakukan pemungutan biaya. Pengertian penumpang dalam pengangkutan dengan kereta api dapat terdiri dari20 :

a. Satu orang

Untuk penumpang yang berpergian dengan kereta api satu orang atau tidak

membawa siapapun selain dirinya sendiri dikenakan biaya sebesar tarif

yang berlaku untuk satu orang, baik dewasa maupun anak-anak. Untuk

20 Sution Usman Adji, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal. 152

Universitas Sumatera Utara 19

dewasa dikenakan tarif penuh tanpa potongan untuk anak-anak dikenakan

tarif setengah harga.

b. Lebih dari satu orang

Kepada penumpang lebih dari satu orang dikenakan biaya sesuai dengan

usia atau dewasanya seseorang. Seperti, ada 3 orang yang berangkat

menggunakan kereta api dari 3 orang tersebut ada 1 orang yang masih

dikategorikan sebagai anak-anak. Maka dua orang dewasa tersebut wajib

membayar biaya penuh dan 1 orang anak-anak mebayar biaya setengah

harga.

2. Kereta Api Angkutan Barang

Pengangkutan barang dengan kereta api dengan menggunakan gerbong.

Angkutan barang terdiri atas :

a. Angkutan barang umum

b. Angkutan barang khusus

c. Limbah bahan berbahaya dan beracun

Pengangkutan barang dalam angkutan umum dan khusus memiliki syarat.

Syarat-sayarat yang terdapat dalam angkutan umum dan khusus antara lain :

a. Pemuatan, pembongkaran barang pada tempatnya sesuai dengan

klarifikasi yang telah ditetapkan.

b. Keselamatan dan keamanan barang yang diangkut.

c. Gerbong yang diangkut sesuai dengan klarifikasi barang yang

diangkut.

Menurut jenisnya kereta api terdiri dari : (pasal 4 UUKA)

1. Kereta api kecepatan normal;

Universitas Sumatera Utara 20

Kereta api yang mempunyai kecepatan kurang dari 200km/jam.

2. Kereta api kecepatan tinggi;

Kereta api yang mempunyai kecepatan lebih dari 200km/jam.

3. Kereta api monorel;

Kereta api yang bergerak pada satu rel.

4. Kereta api motor iduksi liniear;

Kereta api yang menggunakan penggerak motor induksi liniear dengan stator pada jalan rel dan motor pada sarana perkeretaapian.

3. Kereta api gerak udara;

Kereta api yang bergerak dengan udara menggunakan tekanan udara.

4. Kereta api levitasi magnetik;

Kereta api yang digerakkan dengan tenaga magnetik sehingga pada waktu

bergerak tidak ada gesekan antara sarana perkeretaapian dan jalan rel.

5. Trem;

Kereta api yang bergerak diatas jalan rel yang sebidang dengan jalan.

6. Kereta gantung;

Kereta yang bergerak dengan cara menggantung pada tali baja.

Selain daripada jenis kereta api tersebut diatas, jenis kereta api dapat dibedakan melalui fungsinya, yaitu21 :

a. Pekeretaapian umum;

Perkeretaapian umum adalah perkeretaapian yang digunakan oleh

masyarakat sebagai alat transportasi baik itu dalam pengangkutan

barang maupun dalam pengangkutan penumpang.

21 UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian pasal 5 ayat (2)&(3)

Universitas Sumatera Utara 21

b. Perkeretaapian khusus;

Perekeretaapian yang digunakan secara khusus oleh badan usaha

tertentu untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut.

Selain dari fungsinya kereta api dapat bergerak dan beroperasi dengan baik apabila ada sarana dan prasarananya, sarana angkutan kereta api konvensional merupakan rangkaian yang terdiri dari lokomotif dan sejumlah rangkaian gerbong atau kereta untuk mengangkut orang.

Kereta Api adalah kendaraan yang yang dapat bergerak di jalan rel (UU

Perkeretaapian NO. 23 Tahun 2007), adapun yang dimaksudkan dengan sarana kereta api adalah sebagai berikut :

7. Lokomotif (locomotive)

Lokomotif merupakan sumber penggerak utama yang terdiri dari lok tenaga

uap, diesel, dan elektrik. Perkembangan teknologi selanjutnya tidak hanya

dipusatkan pada satu jenis lokomotif saja melainkan dibagi pada beberapa jenis

kereta api seperti Kereta Rel Diesel (KRD) dan Kereta Rel Listrik (KRL).

Jenis lokomotif di Indonesia di bedakan sesuai dengan penggunaan jumlah gandarnya. Jenis lokomotif dibedakan berdasarkan :

a. Lokomotif BB

Lokomotif ini berarti beban bertumpu oleh dua bogieyang masing

bogieterdiri dari dua gandar. Satu gandar disini terdiri dari dua roda yang

saling bersambung.

b. Lokomotif CC

Lokomotif ini memiliki dua bogie yang terdiri dari masing-masing tiga

gandar. Setiap gandar terdiri dari dua roda. Perhitungan distribusi gaya

Universitas Sumatera Utara 22

berat lokomotif CC menjadi beban gandar seperti halnya perhitungan pada

lokomotif BB.

8. Kereta (Car/Coach) dan Gerbong (Wagon)

Penegrtian dari kereta sendiri adalah kendaraan yang diperuntukan untuk

mengangkut penumpang, bagasi, dan kririman pos.

Gerbong adalah kendaraan yang khusus dipergunakan untuk mengangkut

barang dan atau binatang. Terdapat tiga gerbong yang banyak dipakai yaitu

gerbong tertutup, tangki, dan datar.

Terdapat berbagai tipe kereta dan gerbong yang pemakaiannya tergantung pada jumlah jenis orang/barang yang diangkut. Bagian terpenting dari kereta adalah badan kereta atau gerbong, kerangka dasar, dan bogie.

Bogiemerupakan bagian kereta yang mengubungkan kerangka/badan kereta/gerbong dengan jalan rel. Bogie berfungsi sebagai pengaman perjalanan sekaligus memberikan kenyamanan kepada penumpang dan peredam energi diantara badan kereta/gerbong dengan rel.

C. Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Kereta Api

perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua belah pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.22

Dalam melaksanakan perjanjian ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, syarat-syarat perjanjian tersebut diatur didalam pasal 1320 KUHPerdata. Adapun syarat-syarat dari perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :

22 Wirjono Prodjodikoro, hukum Perdata tetang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, sumur, Bandung, 1981, hal. 11

Universitas Sumatera Utara 23

1. Adanya persetujuan atau kehendak antara para pihak yang membuat

perjanjian (consensus)

2. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity)

3. Ada sesuatu hal tertentu (object)

4. Ada sesuatu sebab yang halal (Legal cause)

Dari syarat-syarat tersebut diatas dapat dikatakan bahwa penumpang kereta api sudah menyetujui dari apa yang diperjanjikan dari perusahaan kereta api apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.23

Terdapat beberapa pendapat pengertian pengangkutan dari para sarjana, diantaranya : a. Menurut Lestari Ningrum, pengangkutan adalah rangkaian kegiatan

(peristiwa) pemindahan penumpang dan/atau barang dari satu tempat pemuatan

(embargo) ketempat tujuan (disembarkasi) sebagai tempat penuruan atau

pembongkaran barang muatan. Rangakaian peristiwa pemindahan tersebut

meliputi kegiatan:24

1. Dalam arti luas

- Memuat penumpang dan/atau barang ke dalam alat pengangkut.

- Membawa penumpang dan/atau barang ke tempat tujuan.

23 Setiawan Widagdo,Op. Cit, hlm. 413. 24 Lestari Ningrum, usaha perjalanan wisata dalam perspektif hukum bisnis, penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2004, hlm. 134.

Universitas Sumatera Utara 24

- Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

2. Dalam arti sempit

- Kegiatan membawa penumpang dan/atau barangdari stasiun/

terminal/ pelabuhan/ bandara tempat pemberangkatan ke stasiun/

terminal/ pelabuhan/ bandara tempat tujuan. b. Menurut Abdul Kadir Muhammad, pengangkutan adalah proses kegiatan

membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ketempat tujuan dan

menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ketempat yang

ditentukan.25 c. Menurut A. Abdurrachman, yang dimaksud dengan pengangkutan pada

umumnya adalah pengangkutan barang atau orang dari satu tempat ke tempat

lain, alat-alat fisik yang digunakan untuk pengangkutan semacam itu termasuk

kendaraan dan lain-lain.26

Kendaraan yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah kereta api sebagai sarana transportasi darat yang digunakan oleh masyarakat. Dalam menggunakan transportasi kereta api tentu masyrakat sudah menyutujui perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam perusahaan sebelum melangsungkan perjalanan menggunakan jasa kereta api. Biasanya perjanjian tersebut disebut dengan perjanjian pengangkutan.

Perjanjian pengngkutan itu sendiri adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu

25 Abdulkadir Muhammad,hukum penangkutan Darat,Laut, dan Udara, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 19. 26 Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi-Keuangan-perdagangan, Inggris-Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982, hlm. 1113.

Universitas Sumatera Utara 25

tempat ke lain tempat, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan membayar ongkosnya.27

Perjanjian pengangkutan ini menimbulkan akibat hukum bagi pelaku usaha dan penumpang sebagai hal yang dikehendaki oleh kedua belah pihak, perjanjian pengangkutan ini disebut juga sebagai perjanjian timbal balik karena menimbulkan hak dan kewajiban antara para pihak yang melaksanakan perjanjian.

Perjanjian pengangkutan tidak di isyaratkan harus tertulis, cukup dengan lisan, asal ada persesuaian kehendak atau consesus. Yang artinya perjanjian pengangkutan akan ada cukup dengan adanya kesepakatan (konsesus) diantara para pihak.

Fungsi dan tujuan dari pengangkutan itu sendiri adalah :

a. Fungsi pengangkutan

Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.28

b. Tujuan pengangkutan

Pengangkutan diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu memindahkan barang atau peumpang dari satu tempat ke tempat lain secara efektif dan efisien.dikatakan efektif karena perpindahan barang dan atau orang tersebut dapat dilakukan sekaligus atau dalam jumlah yang banyak sedangkan dikatakan efisien karena dengan menggunakan penangkutan perpindahan itu

27 Subekti, 1985, hal. 221 28 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia III: Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara 26

menjadi relatif singkat atau cepat dalam ukuran jarak dan waktu tempuh dari tempat awal ketempat tujuan.29

Pengangkutan darat pengangkutannya dapat dilakukan menggunakan angkutan Kereta api dan kendaraan umum, yang pengaturannya terdapat dalam :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), yakni dalam buku 1

Bab V bagian 2 dan 3, mulai pasal 90 sampai dengan pasal 98. Dalam

bagian tersebut diatur sekaligus pengangkutan darat dan perairan darat,

namun hanya khusus mengenai pengangkutan barang.

2) Peraturan perundang-undangan, yakni Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 Tentang Perkertaapian (penggangi Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian) dan Undang-Undang

Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(Pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan).

Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1338 ayat (3) telah memberikan suatu asas keadilan yaitu asas pelaksanaan perjanjian secara itikad baik jaminan keadilan itu juga dipedomani pada pasal 1337 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata bahwa suatu perjanjian akan dapat dibatalkan jika bertentangan dengan undang-undang kesusilaan yang baik dan atau ketertiban umum.

Perjanjian pengangkutan dibuat agar mereka para pelaku usaha harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi sewaktu-waktu terhadap penumpang karena mengangkut penumpang melebihi kapasitas.

29 Louis Adi Putra, Tanggung Jawab Pnangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara Negara, Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013, hlm. 15.

Universitas Sumatera Utara 27

Tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan dalam angkutan penumpang kereta api adalah pihak kereta api menerbitkan dokumen pengangkutan berupa karcis, ketentuan ini diatur dalam pasal 132 ayat (3) UUKA

2007.

Pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI dalam menyelenggarakan pengangkutan orang harus memenuhi standar pelayanan minimum, yang meliputi pelayanan distasiun keberangkatan, dalam perjalanan,dan di stasiun tujuan.

Dalam penyelenggaraan pengangkutan orang penyelenggara sarana perkeretaapian wajib untuk30 :

a. Mengutamakan keselamatan dan keamanan orang ;

b. Mengutamakan pelayanan kepentingan umum ;

c. pelayanan pada lintas yang ditetapkan ;

d. Mengumumkan jadwal perjalanan keretaapi dan tarif angkutan kepada

masyarakat ;

e. Mematuhi jadwal keberangkatan keretaapi.

Kereta api wajib mengumumkan kepada penumpang apabila terjadi pembatalan dan penundaan keberangkatan, keterlambatan kedatangan atau pengalihan pelayanan lintas kereta api disertai dengan alasan yang jelas (pasal 133 ayat (2) 2007 UUKA).

Apabila diperinci, proses penyelenggaraan pengangkutan baik melalui kereta api, darat, perairan,, maupun udara selalu meliputi lima tahap kegiatan, antara lain :31

a. Tahap persiapan

30Soegeng-poernomo.blogspot.co.id>perjanjianpengangkutan 31 Ibid., hlm. 174.

Universitas Sumatera Utara 28

Pada tahap ini penmpang atau pengirim barang mengurus pembayaran biaya perjalanan atau biaya pengiriman barang atau mengurus dokumen yang diperlukan dalam melakukan pengiriman barang, misalnya dokumen perpajakan atau dokumen perizinan pengiriman barang. Pengangkutan menyediakan alat pengangkut sesuai dengan hal dan hari yang telah disepakati berdasarkan dokumen pengangkutan yang telah diterbitkan. Pengurusan dokumen penangkutan atau perizinan penangkutan dapat diwakilkan oleh pihak lain, seperti agen perjalanan ataupun perusahaan ekspedisi muatan.

b. Tahap pemuatan

Pada tahap ini penumpang yang sudah memiliki karcis/tiket penumpang dapat masuk atau naik kedalam alat penangkut yang telah disediakan di stasiun, terminal, pelabuhan, atau bandara tertentu berdasarkan peraturan dan tata tertib yang berlaku.

c. Tahap penangkutan

Pada tahap ini, pengangkut melakukan pemberangkatan penumpang dengan tujuan untukmemindahkan penumpang dari satu tempat ke tempat lain.

d. Tahap penurunan/pembongkaran

Pada tahap ini penumpang diturunkan dari alat pengangkut karena penumpang sudah sampai ditempat tujuan.

e. Tahap penyelesaian

Pada tahap ini, para pihak melakukan penyelesaian persoalan yang terjadi pada saat penangkutan berlangsung. Penumpang yang mengalami kecelakaan,luka,dan meninggal dunia diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan kesepakatan.

Universitas Sumatera Utara 29

f. Dokumen angkutan

Dalam pengadaan perjanjian penangkutan tidak ada peraturan perundang- undangan yang mensyaratkan adanya suatu bentuk tertentu, sehingga perjanjian pengangkutan dapat dibuat dalam bentuk tertulis atau lisan, asal diantara para pihak terdapat persetujuan kehendak. Sekalipun demikian dalam praktik perjanjian pengangkutan selalu dibuat dalam bentuk tertulis, yaitu Dokumen

Angkutan.32

D. Perkembangan Jasa Angkutan Kereta Api Pasca Kemerdekaan

Pasca kemerdekaan Angkutan kereta Api mengalami banyak perubahan dan perkembangan, di Indonesia kereta api hanya bisa dijumpai di pulau Jawa dan sumatera. Pada mulanya kereta api digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengngkut hasil bumi seperti : kina, tembakau, atau teh dari daerah sumber perkebunan menuju laut. Dengan kereta api memudahkan pengiriman hasil bumi dijual dipasar Eropa.

Perkembangan selanjutnya kereta api digunakan untuk mengangkut penumpang dalam jumlah yang besar pada masa sekarang ini, kereta api disebut sebagai angkutan masal. Awalnya kereta api dijalankan dengan menggunakan api dari pembakaran batu bara dan kayu.

Perkembangan kereta api dari masa dulu hingga masa sekarang ini:

1. Pada masa dulu kereta api di jalankan dengan menggunakan lokomotif uap,

sedangkan pada masa sekarang ini kereta dijalankan dengan menggunakan

lokomotif mesin diesel atau sebagian kecil menggunakan mesin listrik.

32 H.M.N. Hudi Asrori S., Mengenal Hukum Pengangkutan Udara, Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2010, hlm. 41.

Universitas Sumatera Utara 30

2. Pada masa dulu penumpang kereta api disebut dengan sebutan “Bonek”

bonek adalah bondo nekat. Disebut bonek karena pada masa dulu penumpang

kereta api rela duduk diatap gerbong sampai menggantung dijendela berbeda

dengan penumpang pada zaman sekarang, penumpang zaman sekarang tidak

perlu lagi berdesak-desakan untuk mendapatkan tempat duduk. Karena setiap

penumpang yang membeli karcis wajib untuk mendapatkan kursi.

3. Pada masa dulu membeli tiket kereta api harus berdesak-desakan, atau

melalui calo pembelian tiket. Karena pada zaman dahulu akses pembelian

tiket keberangkatan belum seperti sekarang ini yang banyak akses untuk

melakukan pembelian tiket kereta api, seperti online, atau pembelian di

minimarket.

4. Pada masa dulu pedagang asongan dan pengamen bisa dengan mudah masuk

ke dalam kereta api dan tetap berada didalam kereta api sepanjang perjalanan.

Hal ini menyebabkan kurangnya kenyamanan dalam melakukan perjalanan

menggunakan kereta api. Berbeda dengan masa sekarang ini pedagang

asongan dan pengamen dilarang untuk masuk kedalam kereta api untuk

menjaga keamanan dan kenyamanan para penumpang kereta api.

Pada masa dulu kita hanya bisa menggunakan kereta api untuk perjalanan antar daerah saja. Berbeda dengan masa sekarang ini, kereta api sudah meningkatkan perkembangan moda transportasinya. Bukan hanya untuk perjalanan antar daerah saja. Melainkan perjalanan antar kota.

Kereta api yang melakukan perjalanan antar kota ini disebut sebagai kereta api komuter. Kereta api komuter ini adalah kereta api yang melakukan perjalanan

Universitas Sumatera Utara 31

dengan jarak yang dekat, menghubungkan kota besar dan kota kecil disekitarnya atau dua kota yang berdekatan.

Penumpang kereta ini biasanya adalah penumpang yang bermobilitas tinggi yang melakukan perjalanan pergi-pulang dalam sehari, misalnya ketempat kerja atau sekolah. Tidak mengherankan apabila frekuensi perjalanan komuter termasuk tinggi dari jumlah dan jumlah penumpangnya paling banyak dibanding jenis kereta lainnya.

Kereta Api Komuter Jabodetabek adalah Kereta api yang dikelola oleh anak perusahaan PT. Kereta Api Indonesia, yaitu PT. KAI Komuter Jabodetabek.

Di Indonesia jaringan Komuter masih menjadi satu dengan kereta api jarak jauh, bahkan rangkaian dari kereta api komuter ini banyak di ambil dari bekas rangkaian kereta api jarak jauh.

Saat ini pemerintah sedang merencanakan untuk melakukan pembangunan kereta api komuter yang lebih canggih, seperti Monorel, Kereta Bawah Tanah,

Mass Rapid Transit (MRT) yang rencananya akan dibangun di Jakarta dan

Surabaya.

Komuter umumnya dilayani oleh rangkaian kereta api ekonomi, tetapi beberapa sudah ada yang dilayani oleh kereta api kelas bisnis bahkan kelas eksekutif, seperti kereta api pakuan jurusan Jakarta-Bogor. Jalur-jalur kereta komuter yang ada di Indonesia antara lain :

 KRI, Jabodetabek/Commuter line, merupakan jalur komuter tertua

di Indonesia yang melingkupi daerah Jakarta Raya, melayani para

penglaju dari Jakarta ke Bogor, Depok,Tangerang, Bekasi,

termasuk jalur cabang ke Serpong dan Maja.

Universitas Sumatera Utara 32

 KDRH MCW 302 patas relasi Cicalengka-Padalarang, KRDE

Baraya Geulis relasi Cicalengka Padalarang hasil Modifikasi dari

KRI, BN Holec PT. Inka Madiun.

 KRDE Prambanan Ekspress relasi Jogjakarta-Solo hasil modifikasi

dari KRL BN-Holec PT. Inka Madiun.

 KRDH-1 Blora jaya relasi Semarang- Bojonegoro.

 KRDH-1Blora Jaya relasi Madiun-Jogjakarta.

 KRDH-1 Seminung relasi Tanjung karang - Kota Bumi.

 KRDH-1 way Umpu relasi Tanjung Karang – Kota Bumi.

 KRDH-1 Sri Lelawangsa relasi Medang-.

Kereta Api Komuter ini memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk melakukan perjalanan ketempat yang membutuhkan waktu yang cepat untuk sampai ketempat itu. di Medan sekarang ini, ada 4 jenis kereta api yang beroperasi ketempat tujuan yang berbeda-beda antar kota:

1. Kereta api Medan - Kuala Namu, kereta api ini memiliki jalur khusus

menuju ke Bandara, jalur khusus yang digunakan kereta api bertujuan

untuk memudahkan penumpang mencapai tempat tujuan dalam waktu

yang singkat dan aman. Kereta api ini baru saja beroperasi sejak hadirnya

Bandara Kuala Namu. Kereta api ini sendiri bernama PT. Railink Medan.

2. Kereta api Medan - Binjai, kereta api ini juga mempermudah masyrakat

untuk melakukan perjalanan dari medan ke Binjai atau sebaliknya dari

Binjai ke Medan. Kereta api medan Binjai ini menempuh perjalanan yang

dekat dengan tarif yang murah, yaitu Rp. 5000 per/orang. Kereta api

Medan-Binjai ini bernama Kereta Api Sri Lelawangsa.

Universitas Sumatera Utara 33

3. Kereta Api Medan – Siantar, kereta api ini juga merupakan kereta api

yang menempuh jarak yang dekat. Kereta api ini memiliki tarif yang

cukup murah juga yaitu, Rp. 22.000 per/orang. Kereta api Medan – Siantar

ini bernama Kereta Api Siantar Ekspres.

4. Kereta Api Medan – Rantau Prapat, kereta api ini merupakan kereta api

yang menempuh jarak terjauh dan terlama yaitu sekitar 6 sampai dengan 7

jam perjalanan. Kereta api Medan-Rantau Prapat ini adalah kereta api yang

memuat penumpang paling banyak. Kereta api ini memiliki tarif yang

lebih mahal dibandingkan dengan ke tiga kereta api tadi. Kereta api ini

memiliki tarif Rp. 125.000 per/orang. Kereta api ini sendiri bernama

Kereta Api Sribillah.

Selain daripada kereta api komuter, PT. Kereta Api Indonesia juga menyediakan kereta wisata yang tarifnya disesuaikan dengan harga tiket tertinggi pada kereta yang dirangkaikan dengan kereta wisata tersebut. Gerbong kereta wisata diberi nama Nusantara, , Toraja, Sumatera, Jawa,Imperial, dan Priority.

Pada masa sekarang ini Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo, menargetkan pada tahun 2019 ada 23 proyek tentang perkertaapian yang akan dijalankan pada awal tahun 2019. 15 diantaranya adalah merupakan pembangunan prasarana dan sarana untuk KA antar kota, sedangkan 8 proyek lainnya untuk

Kereta Api perkotaan.

Berdasarkan rencana strategis (renstra) 2015-2019, ditargetkan jalur kereta yang terbangun sepanjang 3.258 (km). Sementara itu, 11 proyek yang akan ditargetkan beroperasi pada 2019 mayoritas bersumber dari KPBU (Kerja sama

Universitas Sumatera Utara 34

Pemerintah dan Badan Usaha). Adapun 11 proyek perkeretaapian yang akan beroperasi hingga 2019 :

1. Pembangunan jalur ganda lintas Prabumulih-Kertapati di Sumatera Selatan

sepanjang 85 km, akan beroperasi pada 2017.

2. Pembangunan jalur KA lintas Makassar-Parepare tahap 1 di Sulawesi

Selatan dengan panjang 44km dan beroperasi pada 2018.

3. Pembangunan jalur KA Lintas Bandar Tinggi- Kuala Tanjung di Sumatera

Utara sepanjang 21,5 km dan akan beroperasi pada 2018.

4. Pembangunan MRT tahap 1 ( Lebak Bulus-Bundaran HI) sepanjang 15,7

km dan akan beroperasi pada 2018.

5. Pembangunan jalur KA menuju Bandara Soekarno Hatta yang akan

beroperasi pada awal 2018.

6. Pembangunan LRT DKI Jakarta (Kelapa Gading- Velodrome) sepanjang

5,8 km akan beroperasi pada 2018.

7. Pembangunan LRT Sumatera Selatan sepanjang 23 km akan beroperasi

pada 2018.

8. Pembangunan jalur KA menuju bandara Adi sumarmo, Solo sepanjang

13,5 km akan beroperasi pada 2018.

9. Pembangunan jalur ganda lintas selatan Pulau Jawa yang terdiri dari 5

proyek dengan total panjang jalur KA 297 km akan beroperasi pada 2019.

10. Pembangunan jalur KA lintas Rantau Prapat- kota Pinang di Sumatera

Utara sepanjang 33 km akan beroperasi pada 2019.

11. Pembangunan LRT Jabodetabek sepanjang 43,3 km akan beroperasi pada

2019.

Universitas Sumatera Utara 35

Dengan adanya rencana pembangunan ini semoga dapat lebih mempemudah masyarakat untuk mendapatkan akses transportasi. Dan mempermudah masyarakat dalam melakukan perjalanan. Baik perjalanan jauh mapun perjalanan dekat. Kereta Api merupakan alat transportasi yang mampu menyelamatkan masyarakat dari kemacetan yang ada di lalu lintas darat.

Seiring bertambah banyaknya persaingan di dunia bisnis terutama jasa transportasi, perusahaan PT. Kereta Api Indonesia mulai mengembangkan usahanya dengan mendirikan berbagai cabang perusahaan serta kerjasama dengan perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya sebagai berikut:

- Reska Multi Usaha

- PT KAI Commuter Jabodetabek

- PT KA Pariwisata

- PT Railink

- PT Kereta Api Logistik (KALOG)

- PT Kereta Api Properti Manajemen

- PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia

Universitas Sumatera Utara

BAB III BENTUK BADAN USAHA KERETA API PASCA KEMERDEKAAN

A. DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia)

Periode DKARI ini dimulai dengan masa perebutan kekuasaan kereta api, setelah kemerdekaan Indonesia di Proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan yang dahulu milik belanda tidak serta merta jatuh ketangan Indonesia meskipun Indonesia sudah merdeka. Pada tanggal 2

September 1945, Angkatan Pemuda Indonesia (API) menyelenggarakan pertemuan dengan grup revolusioner dari buruh DKA. Pertemuan tersebut dilangsungkan digedung menteng 31, Jakarta.

Api organisasi Revolusioner Indonesia dipimpin oleh Wikana, sedangkan buruh kereta yang hadir dipimpin oleh Legiman Harjono. Kesepakatannya adalah merebut DKA. Agar terlaksananya rencana tersebut, tenaga revolusioner dari API diperbantukan di DKA untuk menyiapkan aksi perebutan. Pada pukul 23.00 pertemuan lanjutan dilakukan di rumah dinas kepala Stasiun Menggarai dan menghadirkan Pegawai-pegawai DKA. Kesepakatannya adalah merebut DKA dari tangan Jepang.33

Pada tanggal 3 September 1945 pada pukul 09.30 hingga 12.00 kaum buruh DKA melakukan aksi perebutan tersebut. Perebutan dilakukan distasiun- stasiun di Jakarta. Pada akhirnya, stasiun Jatinegara dan Manggarai berhasil direbut oleh kaum buruh, menyusul kemudian Gambir, Tanjung Priok, Pasar

33www.berdikarionline.com tentang Perjuangan Revolusioner Merebut Djawatan Kereta Api, Diakses Tgl 22 Februari 2018.

36

Universitas Sumatera Utara 37

Senen, Jakarta Kota, dan lain-lain. Di stasiun Jakarta kota sempat terjadi aksi bentrok dengan tentara Jepang. Begitu selesai melakukan aksi, kaum buruh membentuk “Dewan Buruh” di perusahaan dan membentuk “Serikat Buruh

Kereta Api (SBKA)”.

Sementara itu karyawan buruh dari Angkatan Moda Kereta Api (AMKA) juga mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Pada tanggal 14

Oktober hingga 19 Oktober meletuslah pertempuran di Kota Semarang. Perang ini sebenarnya meletus pada tanggal 15 Oktober, namun pada 14 Oktober situasi sudah memanas. Salah satu tujuannya adalah merebut stasiun Lawang sewu.

Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dalam urusan perkeretaapian. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28

September 1945 sebagai Hari Kereta Api Indonesia, serta dibentuknya “Djawatan

Kereta Api Republik Indonesia” (DKARI).34

Kecuali DKARI adapula operator lain yang terpisah, Kereta Api Soematra

Oetara Repoeblik Indonesia dan Kereta Api Negara RepoeblikIndonesia, yang kesemuanya beroperasi di Sumatera. Selain itu, ada pula Verenigde

Spoorwegbedrijf(VS) yang merupakan gabungan dua belas operator kereta api swasta pada masa Hindia Belanda. Pada akhirnya DKARI dan staatsspoorwegen en verenigde spoorwegbedrijf (SS/VS) digabung menjadi satu sebagai Djwatan

Kereta Api Indonesia(DKA).

34 http//Kai.id

Universitas Sumatera Utara 38

Kemudian pada priode DKARI ini ada juga dikenal KLB 3 Januari 1946,

KLB januari itu sendiri adalah Kereta Luar Biasa yang digunakan untuk membawa Presiden Republik Indonesia, Soekarno beserta keluarga dan rombongan pejabat berangkat dari rumah kediaman di Jalan Pegangsaan Timur

No. 56, menuju stasiun Menggarai.

Perjalanan ini dilakukan karena pada saat itu Jakarta jatuh ketangan

Netherlands Indies Civil Admnistration (NICA), dan Presiden Soekarno di bawa ke Yogyakarta pada pukul 18.00 WIB pada tanggal 3 Januari 1946 dengan menggunakan Kereta Luar Biasa(KLB).

Pada tahun 1953, terjadi perpindahan era lokomotif uap ke lokomotif diesel di lingkungan perkeretaapian di Indonesia, disebut dengan dieselisasi. Pada masa itu lokomotif CC200 didatangkan dari Alco-GE (Amerika Serikat) ke

Indonesia. Lokomotif ini memiliki dua kabin masinis dan bergandar Co’2’C0

(tiga bogie yang kedua bogie depan dan belakangnya memiliki tiga gandar penggerak, sedangkan satu bogie tengah memiliki dua gandar idle). Karena rendahnya beban gandar.

Pada tahun 1955, CC2000 menjadi andalan bagi kereta api pengangkut rombongan konferensi Asia Afrika dikota Bandung. KLB ini berangkat dari

Jakarta menuju Bandung.

Kemudian disusul dengan beberapa lokomotif diesel dan Hidraulik, seperti, BB200,BB300,serta D300.

B. PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api)

Nama DKA pun berubah menjadi PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api) pada tahun 1963. PNKA kemudian memasukkan operator lainnya, seperti Deli

Universitas Sumatera Utara 39

Spoorweg Maatschsppij yang masih Independen sehingga kereta api di Indonesia hanya memiliki satu operator. Pada masa ini diesel hidraulik menjadi lazim pada masa ini.

Pada tanggal 1 Juni 1967 PNKA mengoperasikan Kereta Api Bima rute

Gambir-Surabaya Gubeng. Kereta api Bima adalah kereta api malam ekspress eksekutif ber-AC yang melayani rute Jakarta(Gambir) hingga Surabaya(Gubeng), melalui Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, dan Madiun.

Kereta api Bima mulai beroperasi pada tanggal 1 Juni 1967, dan terdiri dari 2 rangkaian, yaitu Bima I dan Bima II. Mereka menggunakan gerbong tidur berwarna biru batan Gorlitz Waggenbau, Jerman Timur, Tahun 1967.

Kereta Api Bima ini awalnya merupakan sebuah kereta api tidur, dan merupakan salah satu kereta api ber-AC pertama yang operasional di Indonesia. kereta api ini dipandang cukuprevolusioner. Karena, kereta api ini adalah kereta api pertama yang dilengkapi oleh gerbong pembangkit untuk sumber tenaga listrik.

Selain itu kereta api Bima ini adalah kereta api pertama yang menggunakan sistem AC berfreon yang umum dipakai sekarang.

Lokomotif yang dipakai oleh kereta api bima adalah lokomotif unggulan pada masanya. Seperti lok BB200, BB201, dan CC200. Bagi sebagian besar orang, lok BB301 adalah lok yang identik dengan tahun-tahun awal operasi kereta api Bima. Walaupun pada tahun 1977 muncul lokomotif CC201 yang juga dipakai untuk menarik kereta api Bima. Tapi BB301 yang paling sering dipakai untuk menarik kereta api Bima.

Universitas Sumatera Utara 40

Seiring dengan menurunnya kemampuan lok diesel ini, maka sejak tahun

1990, lokomotif CC201 menggeserkedudukannya sebagai loko favorit untuk kereta api Bima. Kejayaan CC201 sendiri berakhir, seiring dengan kedatangan lokomotif ini kini menjadi lokomotif andalan penarik kereta api Bima.

C. PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)

Pada tanggal 15 September 1971, nama PNKA berubah menjadi PJKA

(Perusahaan Jawatan Kereta Api) selama dekade 1970-an hingga awal dekade

1990-an. PJKA dipimpin oleh kepala PJKA (kaperjanka). Pada masa ini, perkeretaapian Indonesia mengalami kemunduran.

PJKA menganggap sejumlah jalur kereta api lintas cabang justru tidak mendatangkan keuntungan secara ekonomis. Selain dari banyaknya penumpang gelap,kerusakan lokomotif, maupun kerusakan prasarana perkeretaapian.

Persaingan dengan mobil pribadi ataupun angkutan umum telah menimbulkan kerugian besar bagi PJK.

PJKA merugi dan menutup jalur-jalur kereta api tersebut beserta stasiun dan seluruh layanannya35. Pada tahun 1981, PJKA terlibat dalam produksi film berjudul Kereta Api Terakhir yang diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara.36

Pada tahun 1977-1978 dan 1983, lokomotif CC201 dan BB203 generasi pertama dan kedua mulai diimpor dari GE Transportation. CC201 adalah lokomotif yang sangat diandalkan pada masa itu karena berpengalaman menarik segala jenis KA mulai dari eksekutif, bisnis, maupun ekonomi.

35 http://Kebudayaan.kemdikbud.go.id

36 FilmIndonesia: Kereta Api Terakhir

Universitas Sumatera Utara 41

PJKA melakukan pengelompokkan CC201 dan BB203. CC201 hanya untuk jalur rel berat, sedangkan BB203 digunakan untuk rel ringan. Bentuk kedua lokomotif itu sama, tetapi hanya susunan gandarnya yang berbeda.

Di divisi Regional III Sumatera Selatan dan Lampung, di Imporlah CC202 generasi pertama pada tahun 1986. Dengan dilatarbelakangi meningkatnya kebutuhan angkutan batubara, lokomotif ini cukup menarik kereta berbaranjang.

Selain itu, dijawa diimporlah lokomotif BB302,BB303,BB304,BB305,dan

BB306. Pada masa itu lokomotif diesel hidraulik di Jawa merajai layanan kereta lokal.

Pada tanggal 6 Oktober 1976 beberapa saat setelah ditutupnya jalur kereta api Secang-Kedungjati, museum kereta api Ambarawa didirikan, menempati bekas stasiun Willem I di Ambarawa. Disinilah akhir riwayat sejumlah lokomotif uap berhenti beroperasi menarik kereta api lokal.

Kerena pada tahun 1980-an semua lokomotif uap dinyatakan tidak beroperasi untuk angkutan komersial karena faktor usia. Pada masa itu, PJKA terus mengalami kerugian akibat kalah bersaing dengan mobil pribadi, angkutan umum, maupun pesawat terbang. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan subsidi tahunan. Subsidi ini diformat untuk belanja pegawai serta pengurang beban kerugian PJKA.

Tragedi Bintaro pada 19 Oktober 1987 merupakan pristiwa tragis yang memperparah buruknya citra PJKA sebagai satu-satunya operator kereta api di

Indonesia. Dalam tragedi ini, dalam tragedi ini ratusan orang tewas sedangkan sisanya luka-luka. Sejak tragedi itulah kenyamanan kereta api masih dipertanyakan.

Universitas Sumatera Utara 42

D. PERUMKA (Perusahaan Kereta Api)

Pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum

Kereta Api (Perumka). Pada masa ini, kerugian-kerugian seperti yang dialami oleh PJKA pada beberapa tahun lalu dapat ditekan. Seluruh pegawainya masih berstatus PNS yang diatur tersendiri dan diperbolehkan mencari laba.

Pada zaman perumka disebut sebagai “zaman merah biru” karena semua cat lokomotif yang dioperasikan secara komersial diubah menjadi warna merah dan biru dengan logo perumka putih didepan dan belakangnya, serta dibawah kaca kabin masinis tepat diatas plat nomornya.

Selain itu, cat livery semua kelas kereta juga diubah, yakni untuk eksekutif di cat biru muda – biru tua, bisnis dicat hijau tua- biru tua, ekonomi dicat merah tua- biru tua, serta bagasi dicat biru tua polos. Semua kereta memiliki garis putih dengan logo perumka merah. Pada masa ini, lokomotif diesel elektrik merajai perkeretaapian Indonesia sejak tanaga diesel hidraulik sudah tidak lagi cukup menarik kereta api yang panjang.

Pada tahun 1995 lahir kereta api eksekutif argo buatan PT Inka Madiun, yang diberi nama Argo Bromo dan Argo Gede. Semua kereta eksekutif dicat putih abu-abu dengan garis biru-biru tua dengan logo PT KAI di kirri dan Departemen perhubungan dikanan. Selain itu, diimpor pula CC203 dari pabriknya, GE

Transportation langsung. Lokomotif ini memiliki desain yang aerodinamis.

Akibat hadirnya kereta argo ini, kereta bisnis dan sebagian KRL

Rheostatik juga ikut dicat seperti skema kereta argo pada masa itu. Kereta bisnis dicat kuning-putih. Sedangkan KRL Rheostatik dicat putih-hujau tua. Pada tahun

1997 muncul kereta api Argo Bromo Anggrek yang dicat warna Pink-putih.

Universitas Sumatera Utara 43

Sementara itu, CC201 dan kereta Ekonomi tetap “merasa nyaman” dengan Cat merah-birunya.

E. PT KAI (PT Kereta Api Indonesia)

Akhirnya pada tahun 1 Juni 1999 perumka secara resmi berubah menjadi

PTKA (PT Kereta Api). PT sendiri adalah merupakan Perseroan Terbatas yang memiliki badan hukum. Istilah Perseroan Terbatas (PT) yang digunakan dewasa ini adalah padanan dari istilah Naamloze Vennotscap (NV) dari bahasa Belanda yang dipergunakan dalam hukum dagang Belanda (WvK).37

Dalam menjadikan perusahaan menjadi sebuah PT, ada unsur-unsur yang harus dipenuhi. Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam Perseroan

Terbatas menurut pasal 36,40,42,dan 45 KUHD, yaitu :38

1. Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing

persero

2. Adanya persero atau pemegang saham

3. Adanya pengurus, yaitu komisaris dan direksi

PT sendiri adalah merupakan Perseroan Terbatas yang memiliki badan hukum. Badan Hukum dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai organisasi atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek hukum.39

37 Zhulfi Chairi dan Aflah, Hukum Dagang dan Perkembangannya di Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2016), hal. 105

38 Ibid.

39 Ibid.

Universitas Sumatera Utara 44

Meski sudah berbentuk PT, pada awal 1990-an dan 2000-an PT Kereta Api tetap mempertahankan cat Merah-Biru pada lokomotif-lokomotifnya, kecuali untuk CC203. Pada tahun 2006 ke atas, CC201 dan sebagian besar lokomotif lainnya kemudian berganti cat seperti CC203, yakni putih bergaris biru muda-biru tua. Sementara itu terjadi perubahan pada seluruh rangkaian kereta penumpang.

Mulai dari eksekutif,bisnis,maupun ekonomi, menjadi seperti yang dapat dilihat saat ini. Untuk lokomotif heritage menggunakan livery PJKA.

Pada masa ini PT Kereta Api memperkenalkan PSO (Public Service

Obligation), terutama untuk kereta api ekonomi. PSO ini menggantikan sistem subsidi yang sebelumnya dilaksanakan. Pada tahun 2007 disahkan Undang-

Undang No. 23 Tahun 2007 yang menghapus monopoli yang dilakukan oleh PT

Kereta Api.

Dalam penguasaan kewajiban pelayanan publik (public service obligation/PSO). Pemerintah menetapkan tarif, frekuensi, jumlah tempat duduk, dan kualitas pelayanan minimal yang harus dipenuhi PT Kereta Api. Apabila yang ditentukan pemerintah lebih rendah daripada tarif yang dihitung oleh PT Kereta

Api, maka pemerintah memberikan kompensasi selisih tarif tersebut.

Kompensasi selisih tarif tersebut dituangkan dalam bentuk kontrak perjanjian dan ditandatangani secara bersama-sama antara pemerintah dan PT

Kereta Api. Dalam perjanjian tersebut disepakati jumlah tempat duduk yang harus disediakan, frekuensi perjalanan, tarif yang diberlakukan, kalayakan sarana dan operasi yang harus dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pelaksanaan kewajiban

PSO sudah dilaksanakan sejak tahun 2000.40

40 Jurnal tentang perencanaan kota dan wilayah, April 2012.

Universitas Sumatera Utara 45

Pada masa PT Kereta Api sekarang ini dikenal dengan era transformasi dan digitalisasi. Era digitalisasi perkeretaapian sudah muncul sejak tahun 1980-an.

Digitalisasi mulai dirintis sejak diluncurkannya lokomotif BB204 pada tahun

1980-an di Sumatera Barat. Selanjutnya, CC204 dimodifikasi dari CC201 dengan menambahkan komputer Bright Sirius sehingga dapat memitigasi kerusakan 45 menit sebelum kerusakan itu terjadi.

Selain itu pada tahun 2006 hingga 2011, dibuatlah lokomotif dengan mendasarkan pada desain CC203 dengan menambahkan komputer BrightStar

Sirius di PT Inka sehingga terciptalah CC204 Batch II. Pada dekade 2010-an telah banyak terjadi transformasi pada PT KA, lebih-lebih saat dipimpin oleh Ignasius

Jonan.

Pada tahun 2010 nama PT Kereta Api berubah menjadi PT. Kereta Api

Indonesia (PT KAI). Namun pada masa itu PT Kereta Api tidak menyedikan AC pada kereta ekonomi. Sehingga menyebabkan adanya keluhan dari Masyarakat sebagai penumpang yang melakukan perjalanan.

Atas adanya keluhan tersebut pada tahun 2010 muncul kereta api ekonomi

AC non-PSO dengan hadirnya kereta api Bogowonto sebagai perintisnya. Pada tanggal 28 September 2011, logo PT Kereta Api Indonesia mengalami pergantian.

Pelaksanaan PSO ini salah satu bentuknya adalah menyediakan sarana dan fasilitas umum dalam mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Sarana tersebut adalah sarana yang memenuhi kriteria antara lain: dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan, mempunyai kualitas minimum yang sama antar daerah pelayanan dan dapat dipergunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara 46

Transformasi lain yang terletak pada sistem pertiketan. Tiket yang semula hanya bisa dipesan distasiun keberangkatan, kini sudah bisa dipesan diminimarket dan agen-agen tiket. Yang lebih hebatnya lagi dari perkembangan kereta api saat ini adalah munculnya sistem Boarding pass yang mengharuskan penumpang membawa bukti Identitas diri yang sebenarnya.

Selain itu, pengelolaan kereta api pada saat ini sangat bagus dan efisien.

Semua gerbong kereta api untuk semua jenis kelas dan tujuan baik tujuan antarkota maupun antar daerah telah dipasang AC sehingga menimbulkan kepuasaan tersendiri terhadap penumpang kereta api.

Pada tahun 2015 pemerintah mecoba untuk menambah infrastruktur perkeretaapian di Indonesia dengan menambah jalur baru, melakukan reaktifasi jalur non aktif dan juga membuat jalur ganda, perencanaan ini tidak hanya dilakukan di koridor pulau jawa melainkan di koridor pulau Sumatera, kalimantan, Sulawesi, dan .41

Berikut ini adalah pembangunan jaringan kereta diluar jawa dari Program strategis Perkeretaapian tahun 2015-2019.42

1. Koridor Pulau Sumatera

A. Pembangunan Kereta Api Antar Kota/Trans Sumatera

 Jalur KA baru Bireun-Lhoksemawe-Langsa-Besitang

 Jalur KA baru Rantauprapat-Duri-Dumai

 Jalur KA baru Duri-Pekanbaru

 Jalur KA baru Pekanbaru-Muaro

41 Beritasatu.com, diakses 1 Maret 2018

42 Okezone.com, diakes 1 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara 47

 Jalur KA baru Pekanbaru-Jambi-Palembang

 Jalur KA baru Simpang-Tanjung-Api-Api

 Jalur Ganda KA Prabumulih-Kertapati

 Jalur Ganda KA Baturaja-Martapura

 Jalur Ganda KA Muara Enim-Lahat

 Jalur Ganda KA Cempaka-Tanjung Karang

 Jalur Ganda KA Sukamenanti-Tarahan

 Jalur KA Baru Rejosari/KM3-Bakauheni

B. Reaktifasi Jalur KA

 Binjai-Besitang

 Padang Panjang-Bukit Tinggi-Payakumbuh

 Pariaman-Naras-Sungai Limau

 Muaro Kalaban-Muaro

C. Pembangunan Kereta Api Perkotaan/Jalur Ganda/Elektrifikasi/Jalur Baru

Akses ke Pusat Kegiatan:

 Perkotaan Medan (Jalur Ganda KA Medan-Araskabu-Kualanamu)

 Perkotaan Padang (Padang-BIM Dan Padang-Pariaman)

 Perkotaan Batam (Batam Center-Bandara-Hang Nadim)

 Perkotaan Palembang (Monorel)

D. Pembangunan Kereta Api Akses Bandara

 Bandara Kualanamu, Medan (peningkatan kapasitas)

 Bandara Internasional Minangkabau, Padang

 Bandara Hang Nadim, Batam

 Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II

Universitas Sumatera Utara 48

E. Pembangunan Kereta Api Akses Pelabuhan

 Pelabuhan Lhokseumawe

 Pelabuhan Belawan

 Pelabuhan Kualatanjung

 Pelabuhan Dumai

 Pelabuhan Tanjung Api-Api

 Pelabuhan Panjang

 Pelabuhan Bakauheni

2. Koridor Pulau Kalimantan

A. Pembangunan KA Khusus/Batubara/Akses Pelabuhan (skema KPS)

 Muara Wahau-Muara Bengalon

 Murung Raya-Kutai Barat-Paser-Panajam Paser Utara-Balikpapan

 Puruk Cahu-Mangkatib

B. Pembangunan Kereta Api Antarkota/Trans Kalimantan

 Jalur KA baru Tanjung – Peringin – Barabai – Rantau – Martapura -

Banjarmasin

 Jalur KA baru Balikpapan-Samarinda

 Jalur KA baru Tanjug-Balikpapan

 Jalur KA baru Banjarmasin-Palangkaraya

 Jalur KA baru Palangkaraya-Sangau-Pontianak-Batas Negara

 Jalur KA baru Samarinda-Sangata-Tanjung Redep-Batas Negara

C. Pembangunan Kereta Api Akses Bandara

 Bandara Syamsudin Noor

3. Koridor Pulau Sulawesi

Universitas Sumatera Utara 49

A. Pembangunan Kereta Api Antar Kota/Trans Sulawesi

 Jalur KA baru Manado-Bitung

 Jalur KA baru Bitung-Gorontalo-Isimu

 Jalur KA baru Makassar-Pare-pare

 Jalur KA baru Makassar – Sungguhminasa – Takalar – Bulukumba -

Watampone

 Jalur KA baru Mamuju-Palu-Isimu

B. Pembangunan Jalur Kereta Api Perkotaan

 Perkotaan Makassar dan sekitarnya

 Perkotaan Manado

C. Pembangunan Kereta Api Akses Bandara/Pelabuhan

 Bandara Sultan Hasanuddin

 Pelabuhan Geronggong, Pelabuhan New Makassar

 Pelabuhan Bitung

4. Koridor Pulau Papua

 Pembangunan Jalur KA baru di Papua baru di Rencanakan satu, yaitu

untuk jalur sorong-Manokwari.

Dengan adanya perkembangan penambahan jalur kereta yang dilakukan oleh PT Kereta Api dapat mempermudah akses transportasi masyarakat untuk melakukan perjalanan, baik perjalanan antar daerah maupun antar kota. Selain adanya perkembangan pembangunan rel Kereta, diharapkan juga kepada pihak

PT. Kereta Api untuk meningkatkan fasilitas yang disediakan untuk penumpang.

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan sendiri di PT Kereta Api

Indonesia di Medan guna untuk melengkapi kesempurnaan skripsi ini, saya

Universitas Sumatera Utara 50

meninjau bahwa masih ada beberapa fasilitas yang harus dilengkapi lagi oleh pihak PT Kereta Api Indonesia,seperti :

1. Tempat Duduk Bagi Para Penunggu

Tempat duduk bagi para pengantar penumpang atau penjemput yang sedang menunggu diluar sampai tiba waktu keberangkatan dan kedatangan.

Kurangnya fasilitas tempat duduk ini menyebabkan para penunggu duduk disembarang tempat yang ada.

Di sekitaran area Perkeretaapian memang banyak sekali toko-toko tempat menjual berbagai macam makanan dan minuman yang menyediakan tempat duduk bagi mereka para penunggu. Tetapi tidak semua orang dapat menikmatinya.

Karena untuk bisa duduk dan menunggu ditempat itu harus mengeleuarkan biaya lagi. Dan tidak semua kalangan terkadang mau untuk melakukan hal tersebut, mereka bahkan lebih memilih untuk duduk di sembarang tempat yang ada yang memungkinkan untuk bisa mereka duduki.

2. Tempat Drop Off Penumpang

Selain dari tempat duduk para penunggu, lahan/tempat untuk melakukan drop off para penumpang masih kurang efektif, dimana para penumpang melakukan drop off disekitar area parkir sehingga mengganggu para pengguna jalan dan menyebabkan kemacetan.

3. Lahan Parkir

Universitas Sumatera Utara 51

Selain dari kurang efektifnya tempat drop off untuk para penumpang hal lain yang perlu diperhatikan oleh pihak PT Kereta Api Indonesia adalah lahan parkir untuk para penjemput atau pengantar penumpang.

Berdasarkan hasil peninjauan yang saya lakukan, lahan parkir yang disediakan oleh pihak kereta api masih kurang efektif. Para penumpang masih kekurangan lahan untuk memarkirkan kendaraan mereka.

Karena lahan parkir dan tempat untuk melakukan Drop Off penumpang adalah tempat yang sama, terkadang penumpang melakukan Drop Off barang- barang mereka diluar dari lahan parkir. Sehingga mengganggu jalannya lalu lintas dan menyebabkan kemacetan.

Pemerintah kota Medan memang telah menyediakan lahan parkir bagi para penumpang, tetapi lahan parkir yang disediakan oleh pemerintah kota medan sepertinya masih kurang efektif. Dikarenakan apabila parkir diarea yang disediakan oleh pemerintah kota Medan, para penumpang harus menyebrang dan membawa barang-barang bawaan mereka. Hal tersebut yang menyebabkan lahan parkir yang disediakan oleh pemerintah kota medan menjadi kurang efektif.

Kesuksesan PT Kereta Api dalam memuaskan pengguna jasa KRL dengan pelayanan yang berkualitas bukanlah suatu hasil yang membuat PT Kereta Api

Indonesia berhenti dalam mengembangkan kualitas pelayanan. PT Kereta Api

Indonesia harus bisa menentukan orientasi pengelolaan pelayanan yang tepat.

Orientasi tersebut dapat dianalisis dengan menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja terhadap atribut-atribut pelayanan jasa.

Sekarang ini PT Kereta Api telah meningkatkan pelayanan yang berkualitas guna untuk memuaskan pelanggan dan memberikan pelanggan rasa

Universitas Sumatera Utara 52

aman dan nyaman. Pihak Kereta Api kini sudah meningkatkan pelayanan kebersihan didalam kereta ketika Kereta Sedang dalam perjalanan. Sehingga kereta senantiasa terlihat bersih dan nyaman. Jika dibandingkan dengan tahun

2011-2013 sampah masih berserakan dimana-dimana ketika kereta sedang dalam perjalanan.

Pada tahun 2014-2018 PT Kereta Api telah berhasil melakukan peningkatan pelayanan kebersihannya. Sekarang ini pihak kereta api telah menyediakan jasa pelayanan pengangkut sampah ketika kereta sedang dalam perjalanan. Sehingga kereta senantiasa bersih, hal ini menimbulkan kepuasan terhadap pengguna jasa kereta api yang mengartikan bahwa pihak PT Kereta Api telah berhasil melakukan peningkatan terhadap kebersihan kereta.

Selain dari peningkatan kebersihan yang dilakukan oleh PT Kereta Api, pihak kereta api juga mempunyai faktor pendukung dan penghambat usaha untuk meingkatkan kualitas pelayanan publik. Adapun kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut :43 a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung kualitas pelayanan perkembangan PT Kereta Api dari internal adalah peningkatan teknologi informasi dan ketersediaan fasilitas.

Sedangkan dari eksternal adanya pengakuan kereta api sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan.

Pengakuan bahwa kereta api merupakan solusi kemacetan dan mengurangi polusi telah memberi dorongan tersendiri bagi PT Kereta Api Indonesia untuk

43 Deasy Elfarischa, Imam Hardjanto, Abullah said: Jurnal Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang.

Universitas Sumatera Utara 53

terus meningkatkan pelayanan agar masyarakat merasa puas dengan pelayanan kereta api sekaligus serta mendorong mereka untuk terus menggunakan layanan jasa kereta api.

Bukti adanya pengakuan menunjukkan kelebihan kereta api serta pendapat masyarakat yang mengakui bahwa kereta api memang bebas macet. Adanya pengakuan tersebut sesuai dengan indikator transportasi berkelanjutan dibidang lingkungan, dimana kita perlu mengembangkan transportasi massal yang ramah lingkungan demi mewujudkan sistem transportasi berkelanjutan.

Maka dengan adanya pengakuan tersebut akan menjadi faktor pendukung perkembangan kualitas PT Kereta Api Indonesia menjadi jauh lebih baik lagi sehingga dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan moda transportasi ini. b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat perkembangan kualitas pelayanan kereta api dari internal adalah sumber daya manusia yang kurang produktif, dan kurangnya dukungan sarana dan prasarana, sedangkan faktor eksternal adalah dana pelaksanaan PSO dari pemerintah yang kurang mencukupi.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh PT Kereta Api Indonesia dalam sarana dan prasarana, diantaranya adalah :

a. Gangguan sarana yang dapat menyebabkan keterlambatan perjalanan

Kereta Api.

b. Ketersediaan dan keandalan sarana berakibat pada keterlambatan

perjalanan Kereta Api.

Universitas Sumatera Utara 54

c. Usia sarana dan prasarana banyak yang sudah diatas 30 tahun

mengakibatkan sarana mogok, rusak, dan kendala teknis lainnya.

d. Kendala prasarana berupa gangguan kerusakan pada jalan rel,

peralatan persinyalan dan listrik aliran atas yang disebabkan oleh

kendala teknis maupun gangguan pihak luar.

e. Keterbatasan fasilitas dan kapasitas sehingga tertunda

pemeliharaannya.

Kurangnya dukungan atas sarana dan prasarana berakibat buruk atas operasional Kereta Api serta kenyamanan penumpang. Oleh sebab itu, pemerintah harus membantu pembiayaan atas perawatan atau pengoperasian prasarana kereta api dan penyelenggara angkutan kereta api agar aset yang dimiliki tetap dapat berfungsi dan menjamin keselamatan dan kelancaran operasi angkutan kereta api.

Sedangkan fakor eksternal adalah masalah dana subsidi pemerintah yang kurang. Beberapa permasalahan pada aspek pelayanan PT Kereta Api Indonesia dikarenakan kurangnya dana subsidi diakibatkan dana operasional yang terlalu tinggi, sehingga harga rendah seperti yang diinstruksikan oleh pemerintah sulit untuk terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV PT KERETA API DAN TANGGUG JAWABNYA TERHADAP PENUMPANG MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERTAAPIAN

A. Ketentuan Hukum Mengenai Pemberian Ganti Rugi Terhadap Penumpang

Kereta Api

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

menjelaskan bahwa negara Indoensia adalah Negara Hukum44. Musthafa kamal

menyatakan bahwa ada 3 ciri Khas negara hukum, yaitu :45

1. Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM;

2. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak,

3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

Salah satu bentuk penyelenggaraan yang baik dalam pemerintahan yang

diatur menurut hukum ialah pengaturan hukum terhadap ganti rugi. Pengaturan

hukum terhadap ganti rugi itu sendiri ialah bagian dari hukum privat yang

tercakup dalam hukum perdata.

Ganti kerugian adalah suatu kewajiban yang dibebankan kepada orang

yang telah bertindak melawan hukum dan menimbulkan kerugian pada orang lain

karena kesalahannya tersebut.46

Menurut pasal 1243 KUHPerdata, pengertian ganti rugi perdata lebih

menitik beratkan pada ganti kerugian karena tidak terpenuhinya suatu perikatan,

44 Pasa 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 45 http://www.seputarpengetahuan.com/2014/09/ciri-ciri-negara-hukum-menurut-para- ahli-hukum.html 46 Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana,Bandung, Hal. 113

55

Universitas Sumatera Utara 56

yakni kewajiban debitur untuk mengganti kerugian kredit akibat kelalaian pihak debitur melakukan wanprestasi. Ganti rugi tersebut meliputi:47

1. Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan;

2. Kerugian yang sesungguhnya karena kerusakan, kehilangan benda

milik kreditur akibat kelalaian debitur;

3. Bunga atau keuntungan yang diharapkan.

Sebelum pihak kereta meleaksanakan kewajibannya untuk memberikan ganti rugi kepada penumpang,tentunya sebelum terjadinya peristiwa yang menyebabkan pihak kereta api diharuskan untuk memberikan ganti rugi karena sudah pasti terdapat perjanjian didalamnya yang mana perjanjian tersebut menyangkut tentang pertanggung jawaban atau ganti rugi terhadap penumpang kereta api.

Ganti rugi dapat dilaksanakan karena tidak terpenuhinya suatu perikatan, tidak terpenuhinya suatu perikatan tersebut karena sengaja, atau karena ketidak sengajaan. Akibat kelalaian tersebut yang menyebabkan ganti rugi harus dilaksanakan.48

Sebagaimana layaknya suatu perjanjian yang merupakan manifestasi dari hubungan hukum yang bersifat keperdataan maka didalamnya terkandung hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi, yang biasa di kenal dengan istilah prestasi.

47 Pasal 1243 KUH Perdata

48 Ibid.

Universitas Sumatera Utara 57

Kerugian yang dimaksud dalam pasal 1243 KUH Perdata ini ialah karena debitur atau pihak kereta api melakukan wanprestasi ( lalai memenuhi perikatan/perjanjian yang telah ditentukan). Maka kerugian tersebut wajib diganti oleh pihak kereta api, sejak pihak kereta dinyatakan lalai dalam memenuhi perjanjiannya.

Ganti kerugian yang dimaskud dalam pasal 1243 KUH Perdata terdiri dari tiga unsur :

1. Ongkos atau biaya yang dikeluarkan, misalnya Ongkos untuk

melakukan perjalanan menggunakan kereta api dengan membeli tiket

kereta api.

2. Kerugian karena kerusakan dan kehilangan benda penumpang kereta

api. Misalnya ada barang yang rusak atau makanan yang membusuk

kerena keterlambatan keretaapi dalam melakukan perjalanan.

Ketentuan mengenai pemberian ganti rugi terhadap penumpang kereta api diatur dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian. UU No. 23 Tahun

2007 ini mengatur tentang segala hal yang berhubungan dengan perkeretaapian.

Baik itu keselamatan penumpang, pemberian ganti rugi terhadap penumpang, dan kepuasan penumpang terhadap fasilitas yang diberikan oleh pihak kereta api.

Ketentuan mengenai ganti rugi terhadap penumpang diatur dalam pasal

157 ayat (1) yang mengatakan bahwa “penyelenggara sarana perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian,luka-

Universitas Sumatera Utara 58

luka,atau meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api”.49

Dari ketentuan pasal tersebut dapat diartikan bahwa pihak kereta api wajib bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pihak kereta api terhadap para pengguna jasa kereta api. Pihak kereta api harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut berdasarkan atas perjanjian yang telah disepakati oleh para pengguna jasa kereta api.

Perjanjian atas pemberian ganti rugi tersebut diatur dalam pasal 157 ayat

(2) yang mengatakan bahwa “Tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dimulai sejak pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai dengan stasiun tujuan yang disepakati”

Tanggung jawab pihak kereta api atas penumpang pengguna jasa kereta api dimulai sejak penumpang mendapatkan tiket kereta api yang akan digunakan untuk melakukan perjalanan menggunakan kereta api. Dengan adanya tiket kereta api yang dimiliki penumpang. Maka perjanjian antara pihak kereta api dan penumpang sudah berlangsung. Maka pihak kereta api sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan kenyaman penumpang.

Namun pertanggung jawaban kereta api tidak sama kepada semua penumpang yang mengalami kerugian. Pemberian ganti rugi tersebut dilihat berdasarkan besar kerugian yang diterima oleh setiap penumpang kereta api. pihak kereta api hanya memberikan ganti rugi sebesar kerugian yang diderita oleh para penumpang kereta api.

49 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Tanggung Jawab penyelenggara Sarana Perkeretaapian

Universitas Sumatera Utara 59

Perhitungan pertanggung jawaban pihak kereta api ini dihitung dari kerugian nyata yang dialami oleh pengguna jasa kereta api. perhitungan ini berdasarkan dari pengaturan UU perkeretaapian pasal 157 ayat (3) yang mengatakan bahwa “Tanggug jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian nyata yang dialami”.

Pihak kereta api juga tidak bertanggung jawab atas penumpang yang mengalami kerugian atau luka-luka yang tidak disebabkan oleh pengoperasian kereta api, misalnya penumpang mengalami perampokan pada saat perjalanan menuju tasiun kereta api atau penumpang mengalami kecelakaan pada saat perjalanan menuju stasiun kereta api.

Hal tersebut bukan merupakan tanggung jawab pihak kereta api, dikarenakan hal tersebut bukan kejadian nyata yang disebabkan oleh pengopersian kereta api. Maka penumpang tidak berhak untuk meminta atau menuntut ganti rugi kepada pihak kereta api atas kejadian yang merugikan penumpang tersebut.

Yang bukan pertanggung jawaban ganti rugi pihak kereta api diatur dalam pasal 157 ayat (4) yang mengatakan bahwa “Penyelenggara sarana perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas kerugian, luka-luka,atau meninggalnya penumpang yang tidak disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api”.

Tetapi dalam pasal 159 ayat (1) mengatakan bahwa “ Penyelenggara sarana perkeretaapian tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian disebabkan oleh kesalahan penyelenggara sarana kereta api”.

Universitas Sumatera Utara 60

Apabila pihak ketiga mendapatkan kerugian yang bukan disebabkan oleh pengoperasian sarana perkeretaapian namun dikarenakan kesalahan dari penyelenggara kereta api dan dapat dibuktikannya atas kesalahan tersebut maka pihak kereta api wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diterima oleh pihak ketiga tersebut.

Pembuktian dari kerugian tersebut bertujuan untuk mendapatkan hak mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian, hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian kepada penyelenggara saran kereta api selambat-lambatnya adalah 30 hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian.

Ganti kerugian menurut UU No. 33 Tahun 1964 tentang Dana

Pertanggung Jawaban Wajib Kecelakaan Penumpang yang sering disebut dengan istilah santunan harus dibedakan dengan ganti kerugian yang harus dibayar oleh penyelenggara angkutan kereta api berdasarkan tanggung jawab pengangkut.50

Pembayaran santunan berdasarkan UU No. 33 Tahun 1964 tidak membebaskan tanggung jawab hukum penyelenggara angkutan kereta api, dengan demikian bilamana penumpang mengalami kecelakaan kereta api akan memperoleh santunan berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 dan tanggung Jawab hukum yang diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1992.

Sebagai tindak lanjut Undang-undang Nomor 33 tahun 1964 telah dikeluarkan peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 196551. Menurut pasal 3 ayat

(1) huruf a Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964, menyatakan bahwa setiap

50 Prof. DR.H.K.Martono, SH., LLM., dan Eka Budi Tjahjono,SH., MH., Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara,CV. Mandar Maju, Bandung, 2011, Hal. 114

51 Peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang pelaksanaan Dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1965.

Universitas Sumatera Utara 61

penumpang kereta api yang sah wajib membayar iuran wajib melalui penyelenggaraan angkutan kereta api yang bersangkutan.

Pembayaran iuran ini bertujuan untuk menutup kerugian akibat kecelakaan kereta api selama perjalanan berlangsung, iuran wajib dana kecelakaan tersebut akan digunakan untuk memberi santunan apabila terjadi resiko kerugian yang menyebabkan penemumpang kereta api meninggal dunia, cacat, atau luka-luka akibat kecelakaan kereta api.

Dalam UU No. 23 Tahun 2007, penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap penyelenggara sarana perkeretaapian dan pihak ketiga untuk menanggung apabila terjadi kerugian akibat kecelakaan yang disebabkan kecelakaan pengoperasian prasarana perkeretaapian.

Tanggung jawab penyelenggara prasarana perkeretaapian terhadap penyelenggara sarana perkeretaapian tersebut didasarkan atas perjanjian kerja sama antara penyelenggara prasarana perkeretaapian dengan penyelenggara sarana perkeretaapian.

Penyelenggara prasarana perkretaapian adalah yang meliputi penyelenggara jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api.

penyelenggara prasarana perkeretaapian tersebut dapat berbentuk badan usaha yaitu dapat berupa BUMN,BUMD, atau Badan Hukum Indonesia yang khusus didirika untuk itu. Dan dapat dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah dalam hal tidak ada badan usaha yang mau menyelenggarakan prasarana tersebut.

Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah yang meliputi penyelenggaran sarana perkeretaapian atau kendaraan yang dapat bergerak dijalan rel.

Universitas Sumatera Utara 62

Penyelenggara sarana perkeretaapian tersebut dapat berbentuk badan usaha yaitu berupa BUMN,BUMD, atau badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk itu atau dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah Daerah dalam hal tidak ada badan usaha yang mau menyelenggarakan sarana tersebut.52

Tanggung jawab penyelenggara Parasarana perkeretaapian terjadi apabila pihak ketiga mengalami kerugian harta benda, luka-luka,atau meninggal dunia yang diakibatkan oleh penyelenggaraan prasarana kereta api misalnya mengalami kecelakaan akibat dari bangunan stasiun roboh, jembatan kereta api ambruk, dan menara telekomunikasi roboh.

Selain dari para penumpang pengguna jasa kereta api yang mendapatkan ganti rugi dari penyelenggara prasarana perkeretaapian para petugas kereta api juga mendapatkan pertanggung jawaban kerugian apabila juga mengalami cacat,luka-luka,atau meninggal dunia akibat dari kejadian nyata yang dialami yang disebabkan oleh pengoperasian prasarana perkeretaapian.

Penyelenggara Prasarana perkeretaapian tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penyelenggara sarana perkeretaapian dan/atau pihak ketiga yang disebabkan olehpengoperasian prasarana kereta api apabila :

1. Pihak yang berwenang menyatakan bahwa kerugian bukan disebabkan

kesalahan pengoperasian prasarana perkeretaapian, dan/atau

2. Terjadi keadaan memaksa (force majeur).

Penyelenggara sarana perkeretaapian juga diwajibkan untuk mengasuransikan terhadap :

52 Prof. DR.H.K.Martono, SH., LLM., dan Eka Budi Tjahjono,SH., MH., Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara,CV. Mandar Maju, Bandung, 2011, Hal. 117

Universitas Sumatera Utara 63

1. Awak sarana kereta api;

2. Sarana perkeretaapian ;

3. Pihak ketiga yang mengalami kerugian akibat pengoperasian kereta api.

Penyelenggaraan kewajiban asuransi ini diatur dalam Undang-Undang No. 23

Tahun 2007 tentang perkeretaapian.

Dalam ketentuan pidana apabila pihak penyelenggara prasarana perkeretaapian tidak mentaati wajib asuransi sudah diatur sanksi pidanya, dalam pasal 204 UU No. 23 Tahun 2007 diatur mengenai penyelenggara Prasarana perkeretaapian.

Dalam pasal 204 diatur mengenai penyelenggara prasarana perkeretaapian yang tidak menjalankan kewajibannya untuk mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap penyelenggara sarana perkeretaapian, petugas prasarana perkeretaapian, dan pihak ketiga. Maka penyelenggara prasarana perkeretaapian dapat dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sedangkan bagi penyelenggara sarana perkeretaapian yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap pengguna jasa kereta api,awak sarana perkeretaapian,dan pihak ketiga, sesuai dengan pasal 211 Undang-Undang

No. 23 Tahun 2007 dikenakan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta) rupiah.

Tidak hanya sanski pidana saja yang diterima oleh penyelenggara sarana perkeretaapian apabila tidak melakukan kewajibannya untuk melakukan asuransi, dalam pasal 168 terhadap penyelenggara sarana perkeretaapian yang tidak

Universitas Sumatera Utara 64

mengasuransikan tanggung jawabnya juga dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan izin operasi atau pencabutan izin operasi.

Namun didalam bidang perkeretaapian asuransi belum diatur secara spesifik mengenai tanggung jawab penyelenggara sarana kereta api yang mengalami keterlambatan dalam menjalankan pelayanan sebagaimana dalam angkutan udara. 53 Maka hal ini perlu diperhatikan oleh pihak penyelenggara sarana perkeretaapian agar pengguna jasa kereta api tidak mengalami keterlambatan dalam melakukan perjalanan menggunakan jasa angkutan kereta api.

Jika dibandingkan dengan angkutan udara seperti pesawat, apabila pihak maskapai melakukan keslahan dengan adanya keterlambatan keberangatan terhadap penumpang dikarenakan kesalahan perusahaan maka pihak perusahaan memberikan kompensasi, dan pihak asuransi juga memberikan penggantian dan kompensasi akomodasi.

Berebeda dengan perusahaan kereta api yang belum memikirkan tentang hal ini, yang mana apabila terjadi keterlambatan terhadap kereta. Pihak kereta tidak memberikan kompensasi apapun terhadap penumpang. Maka hal ini perlu juga untuk diperhatikan guna untuk meningkatkan kepuasaan pengguna jasa kereta api terhadap fasilitas yang diberikan oleh pihak kereta api.

Dikarenakan selain dari menuntut hak untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak kereta api, penumpang atau masyarakat juga dapat memberikan masukan terhadap perusahaan kereta api atas pelayanan yang diberikan. Seperti yang diatur

53 Prof. DR.H.K.Martono, SH., LLM., dan Eka Budi Tjahjono,SH., MH., Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara,CV. Mandar Maju, Bandung, 2011, Hal. 120

Universitas Sumatera Utara 65

dalam UU No. 23 Tahun 2007 BAB XIII tentang PERAN SERTA

MASYRAKAT.

Dimana dalam pasal 172 huruf b mengatakan bahwa “ masyarakat berhak

mendapatkan pelayanan penyelenggaraan perkeretaapian sesuai dengan standar

pelayanan minimun” dengan begitu masyarakat atau penumpang dapat

mengajukan hak nya untuk mendapatkan kompensasi apabila terjadi

keterlambatan keberangkatan kereta api yang disebabkan atas kesalahan dari

perusahaan kereta api itu sendiri.

B. Bentuk Ganti Rugi Yang Diberikan PT Kereta Api Terhadap Penumpang

Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan perekonomian

yang berkembang, untuk mendukung kelancaran pertumbuhan ekonomi

pengembangan wilayah dan pemersatu Wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Maka diperlukan moda transportasi nasional yang bisa membantu

setiap kebutuhan orang di Indonesia yaitu moda transportasi darat yang biasa

disebut sebagai Kereta Api.

Dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian pasal 133 ayat (1)

mengatakan bahwa “dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan kereta

api, penyelenggara sarana perkeretaapian wajib :

a. Mengutamakan keselematan dan keamanan orang ;

b. Mengutamakan pelayanan kepentingan umum;

c. Menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan;

d. Mengumumkan jadwal keberangkatan kereta api dan tarif angkutan

kepada masyarakat; dan

e. Mematuhi jadwal keberangkatan kereta api

Universitas Sumatera Utara 66

Menurut Manajer hukum PT Kereta Api Indonesia kecelakaan kereta api yang terjadi diperlintasan kereta api biasanya disebabkan oleh faktor orang atau karena kesalahan orang, baik itu dari pengendara yang lalu maupun dari petugas pintu perlintasan kereta api yang lalai juga.54

Maka dari itu secara etis perusahaan juga bertanggung jawab untuk memperaktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai,etika,dan norma-norma kemasyarakatan. Tanggung jawab filantropis berarti perusahaan harus memberikan konstribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya.55

Tingginya angka kecelakaan kereta api di Indonesia merupakan permasalahan yang belum bisa sepenuhnya diatasi oleh PT. Kereta Api Indonesia, dalam hal ini memang masyarakat belum memahami tentang peraturan mengenai perlintasan Kereta Api yang tercantum di dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian, dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.

Jika dilihat dari Peraturan pemerintah No. 72 Tahun 2009 tentang bentuk ganti rugi terhadap penumpang. Ada beberapa jenis bentuk ganti rugi yang diberikan kepada penumpang menurut Peraturan pemerintah No. 72 Tahun 2009 berdasarkan atas kerugian yang diderita :

1. Penundaan Keberangkatan Kereta Api

54 Wawancara dengan Manajer Hukum Sumber Daya Manusia Kereta Api Indonesia

55 http:www.menlh.go.id/diakses tanggal 13 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara 67

Dalam pasal 92 ayat (1) penundaan keberangkatan yang dilakukan oleh kereta api disebabkan karena 2 hal :56

a. Terjadi kerusakan sarana kereta api, atau

b. Alasan teknis operasi.

Dengan demikian penundaan keberangkatan kereta api tersebut dinyatakan memang berasal murni dan nyata dari pihak kereta api itu sendiri dengan begitu apabila penundaan tersebut berlangsung melebihi dari waktu yang telah ditentukan, maka pihak kereta api wajib memberikan kompensasi.

Kompensasi yang diberikan kepada pihak penumpang dapat berupa makanan atau tempat untuk melakukan peristirahatan selama menunggu kereta api dapat dioperasikan kembali, kompensasi ini diberikan kepada penumpang apabila terjadi penundaan yang diperkirakan akan berlangsung selama 3 jam. Sedangkan penumpang kereta api akan melaksanakan waku tempuh selama 6 jam.

Sebelum tiba jadwal pemberangkatan kereta api tiba diharuskan kepada penyelenggara sarana perkeretaapian dan/atau penyelenggara prasarana perkretaapian untuk mengumumkan kepada penumpang bahwa adanya penundaan yang akan terjadi dalam keberangkatan kereta api.

2. Pembatalan keberangkatan Kereta Api

Dalam pasal 94 ayat (1) diatur tentang syarat-syarat dapat dilakukannya pembatalan keberangkatan kereta api, adapun syarat-syarat tersebut adalah :

a. Tidak ada Angkutan ;

b. Alasan teknis operasi ;

56 PP No. 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api

Universitas Sumatera Utara 68

c. Terjadi penundaan keberangkatan paling banyak 2 (dua) kali.

Dalam hal ini penumpang kereta api yang mempunyai perjalanan waktu tempuh selama 6 jam untuk melakukan perjalanan menggunakan kereta api maka mendapatkan ganti rugi dari pihak penyelenggara prasarana dan/atau penyelenggara sarana kereta api.

Ganti rugi yang diberikan oleh pihak penyelenggara prasarana kereta api dan/atau penyelenggara sarana kereta api adalah dalam bentuk penyediaan kereta api atau moda angkutan darat lainnya sseperti pengganti kelas dengan pelayanan yang sama.57

Selain dari menyediakan kereta api atau moda transportasi darat, pihak kereta api juga diharuskan untuk memberi tahukan kepada penumpang atau pengguna jasa angkutan kereta api perihal pembatalan kereta api dengan alasan yang jelas sebelum jadwal keberangkatan tiba.

Apabila pembatalan keberangkatan atau perjalanan benar terjadi, maka penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengembalikan jumlah biaya yang telah dibayar oleh penumpang atau pengirim barang. Pengembalian biaya kepada penumpang atau pengirim barang ini disebut juga sebagai bentuk pemberian ganti rugi terhadap penumpang. Ketentuan ini diatur didalam pasal 156 ayat (1) PP

No.72 Tahun 2009.

Pihak kereta api atau penyelenggara sarana perkeretaapian wajib untuk melakukan pengembalian biaya angkutan seluruhnya apabila keberangkatan mengalami pembatalan diawal perjalanan. Tetapi apabila pembatalan perjalanan

57 PP No. 72 tentang Lalu Lintas dan Angkutan kereta Api pasal 94 ayat (2)

Universitas Sumatera Utara 69

dilakukan atas kemauan dari pengguna jasa itu sendiri maka pihak kereta api hanya mengembalikan 75% dari harga tiket yang dibeli.

Selain dari 2 peraturan pemerintah yang mengharuskan penyelenggara sarana perkeretaapian wajib melakukan ganti rugi, UU No. 23 Tahun 2007 juga mengatur tentang kewajiban penyelenggara sarana perkeretaapian untuk melakukan ganti rugi apabila penumpang mengalami kerugian luka-luka, atau meinggal dunia.

Perjanjian ganti rugi tersebut disepakati sejak terjadinya jual beli karcis kereta api, kemudian pihak penyelenggara kereta api bertanggung jawab terhadap pengguna jasa kereta api sejak pengguna jasa kereta api diangkut sampai ke stasiun tujuan.

Tanggung jawab yang diberikan oleh pihak kereta api sebagaimana yang dimaksud adalah sebesar apa kerugian nyata yang dialami oleh setiap penumpang kereta api, karena pemberian gant rugi tidak bisa disama ratakan jumlah nilainya antar sesama penumpang kereta api.58

Perjanjian ganti rugi yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2007 terdapat dalam pasal 133 ayat (1) sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Apabila pihak kereta api tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam pasal 133 ayat (1) tersebut maka pihak kereta api diharuskan untuk memberikan ganti rugi.

Hasil Riset di PT Kereta Api Indonesia

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan di PT Kereta Api Indonesia pihak kereta api menyatakan bahwa, pihak kereta api akan bertanggung jawab atas

58 UU No. 23 Tahun 2007 pasal 157 ayat (3)

Universitas Sumatera Utara 70

kerugian yang diterima oleh penumpang atau pengguna jasa kereta api.

Pertanggung jawaban tersebut dapat diberikan kepada pengguna jasa kereta api apabila pengguna jasa kereta api dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut memang nyata berasal dari pihak kereta api.

Pemberian ganti rugi kepada pengguna jasa kereta api dihitung berdasarkan dari besar kerugian yang diterima oleh pengguna jasa kereta api. pemberian ganti rugi diberikan oleh PT Jasa Raharja. Pihak kereta api hanya mengganti kerugian sebesar dari jumlah maskimum asuransi yang ditutup oleh badan penyelenggara dalam hal penyelenggaraan kegiatannya.59

Apabila pihak kereta api tidak memberikan ganti rugi kepada pengguna jasa kereta api, maka pengguna jasa kereta api dapat menuntut haknya atas kerugian yang diterima oleh pengguna jasa kereta api. Penuntutan hak tersebut selambat-lambatnya adalah 30 hari setelah kejadian.

Berdasarkan hasil riset yang saya lakukana bahwa pihak kereta api mengatakan telah melakukan pelayanan sebaik mungkin sesuai dengan prosesdur pelayanan yang berlaku. Dimana apabila terjadi sesuatu yang menyebabkan kerugian terhadap penumpang kereta api, maka pihak kereta api akan memberikan ganti rugi. Selain dari pemberian ganti rugi pihak kereta api juga akan meningkatkan fasilitas pelayanan kepada pengguna jasa kereta api.

Pihak kereta api memberikan ganti rugi kepada penumpang berdasarkan dari bentuk kerugian yang diterima oleh penumpang, tidak semua kerugian yang diterima oleh penumpang bentuk ganti kerugiannya sama. Kerugian yang diterima

59WawancaradenganbapakJapriantoselaku Manager SumberDayaManusia PT. KeretaApi Indonesia

Universitas Sumatera Utara 71

penumpang berbeda-beda maka bentuk ganti rugi atau jumlah ganti ruginya berbeda-beda juga.60

Seperti yang terdapat dalam PP No. 72 Tahun 2009, yang mana pengguna jasa kereta api mengalami kerugian berupa keterlambatan keberangkatan atau penundaan keberangkatan, maka dalam hal ini pemberian ganti rugi kepada pengguna jasa kereta api adalah berupa pemberian kompensasi yang bersifat memberikan fasilitas makan dan peristirahatan bagi penumpang yang mengalami penundaan keberangkatan.

Namun apabila kerugian yang diterima oleh pengguna jasa kereta api akibat pembatalan keberangkatan, maka pihak kereta api wajib untuk menyediakan moda transportasi darat lainnya sebagai bentuk ganti rugi dari pihak kereta api kepada penumpang kereta. Kemudian apabila pembatalannya dilakukan oleh pengguna jasa itu sendiri maka pihak kereta api mengembalikkan setengah dari harga tiket kereta yang dibeli oleh pengguna jasa kereta api.

Kemudian apabila pada saat diperjalanan kereta api yang mengangkut penumpang mengalami kecelakaan yang meyebabkan adanya korban jiwa, maka pihak kereta api wajib memberikan ganti kerugian kepada pihak korban dalam bentuk uang dalam jumlah yang telah disesuaikan dengan peraturan yang terdapat dalam undang-undang.

Pihak kereta api wajib memberikan ganti rugi kepada pihak pengguna kereta api, apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan kerugian terhadap penumpang. Kewajiban ini terjadi karena telah terjadinya perjanjian pengangkutan sebelum melakukan perjalanan. Perjanjian pengangkutan ini terjadi sejak

60Ibid.

Universitas Sumatera Utara 72

pengguna jasa kereta api membeli karcis kereta api yang sah dan sejak terjadinya penangkutan dari stasiun kereta api awal hingga sampai ke stasiun kereta api tujuan.

Pihak kereta api dapat menolak untuk memberikan ganti rugi kepada pihak penumpang atau pengguna jasa kereta api karena terbukti kerugian yang diterima oleh pengguna jasa kereta api bukan merupakan kecelakaan murni atau kecelakaan nyata yang disebabkan oleh pengoperasian kereta api. Maka dari itu pihak kereta api dapat menolak untuk memberikan ganti rugi.

Syarat-syarat tertentu yang diberikan pihak kereta api kepada pengguna jasa kereta api untuk mendapatkan ganti rugi :

1. Pengguna Jasa kereta api dapat membuktikan bahwa kerugian yang

diterima oleh pengguna jasa kereta api memang benar berasal dari

pengoperasian kereta api

2. Pengguna jasa kereta api dapat membuktikan bahwa dia adalah

memang benar merupakan penumpang sah dari kereta api itu.

Semua penumpang kereta api berhak untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak penyelenggara sarana kereta api apabila memang benar bahwa kerugian yang diterima memang benar berasal dari kereta api. Apabila ada penumpang yang tidak mendapat kerugian akibat pengoperasian kereta api, maka penumpang dapat mengajukan hak untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak kereta api.

Kereta api memberikan ganti rugi kepada penumpang tidak dalam jangka waktu yang panjang, pihak kereta api hanya melakukan satu kali pemberian ganti rugi kepada penumpang kereta api sebesar dari kerugian yang diterima oleh penumpang kereta api. Namun apabila setelah itu pihak kereta api ada lagi

Universitas Sumatera Utara 73

memberikan kompensasi, maka itu merupakan perjanjian kedua belah pihak diluar ketentuan Undang-Undang.

Apabila penumpang masih merasa belum cukup atas ganti rugi yang diberikan oleh pihak kereta api, maka penumpang masih bisa mengajukan ganti rugi lagi kepada pihak kereta api. Tetapi ganti kerugian itu masih harus dibuktikan lagi apakah memang benar ganti kerugian yang diberikan kepada penumpang kereta masih kurang, sehingga penumpang menuntut ganti kerugian itu kembali.

Pihak kereta api memberikan ganti rugi kepada penumpang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, dalam memberikan ganti rugi. Pihak kereta api mengikuti proses pemberian ganti sesuai dengan yang diatur dalam Undang-

Undang. Dengan melihat terlebih dahulu bentuk kerugian yang diterima oleh penumpang, lalu kemudian memberikan ganti kerugian sesuai dengan kerugian yang diterima oleh penumpang.

Dalam pasal 1371 KUHPerdata yang menyatakan : cacat atau puntung pada bagian badan / tubuh yang dilakukan dengan sengaja atau oleh karena kurang hati-hati, memberi hak kepada orang itu untuk menuntut bayaran diluar biaya pengobatan. Dari pasal ini dapat ditarik kesimpulan si korban berhak menuntut bayaran diluar biaya pengobatan.61

Dari pasal ini dapat ditarik kesimpulan sikorban dapat menuntut ganti kebendaan atau kerugian yang non-ekonomis, yang terdiri dari :62

1. Sejumlah biaya pengobatan

2. Sejumlah uang bayaran sesuai dengan keadaan cacat yang diderita.

61 Sojoro.wordpress.com

62 Ibid

Universitas Sumatera Utara 74

C. Implementasi Pemberian Ganti Rugi oleh PT. KAI Terhadap Penumpang

Kereta Api

Pihak pengangkut bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan

penumpang, sejak penumpang berada diatas kereta api dari suatu stasiun ke

stasiun tujuan. Apabila dalam penyelenggaraan pengangkutan kereta api,

penumpang mengalami kecelakaan yang menyebabkan luka-luka, cacat ataupun

meninggal dunia, penumpang dapat mengajukan klaim asuransi.

Apabila terjadi kecelakaan PT kereta Api Indonesia akan membuat surat-

surat sebagai syarat untuk mengajukan permohonan dana asuransi bagi korban,

surat-surat tersebut antara lain :63

a. Telegram dinas

b. Permohonan santunan Jasa Raharja atas nama korban oleh kasubsi

kamtib

c. Sketsa gambar (lokasi terjadinya kecelakaan) oleh polisi khusus

pasukan kereta api (palsuska)

d. Laporan polisi palsuska.

Resiko dalam perjanjian pengangkutan dapat terjadi kapan saja. Dalam

asuransi angkutan darat objek asuransinya adalah kendaraan pengangkut bersama

barang dan penumpang yang diangkut, yaitu jaminan atas keselamatan

penumpang. Jaminan atas keselamatan penumpang ditutup asuransinya oleh

pengangkut kepada perusahaan asuransi kerugian dengan membayar premi,

kemudian permi dipungut dari penumpang.

63 Permadiarif.blogspot.co.id

Universitas Sumatera Utara 75

Di Indonesia, jaminan atas keselamatan penumpang ditutup asuransinya oleh perusahaan asuransi PT. Jasa Raharja. Premi asuransi ditentukan sepihak oleh penanggung untuk tiap penumpang setiap kali perjalanan dari satu kota kekota lain. Lalu premi itu dimasukkan atau ditambahkan oleh pengangkut kekarcis penumpang, kemudian distor kepada penanggung.

Bila kereta api mengalami musibah, maka penanggung memberikan santunan sebagai berikut:64

1. Biaya pengobatan dan perawatan hingga sembuh bagi penumpang

yang luka-luka (tidak sampai cacat permanen)

2. Biaya pengobatan dan perawatan hingga sembuh serta jumlah uang

santunan bagi penumpang yang menjadi cacat permanen

3. Santunan berupa sejumlah uang kepada ahli waris (isteri/anak-

anak/orang tua) dari penumpang yang meninggal dunia.

Ganti rugi dalam hukum perdata dapat timbul dikarenakan wanprestasi akibat dari suatu perjanjian atau dapat timbul dikarenakan oleh perbuatan melawan hukum.65 Ganti rugi yang muncul karena wanprestasi adalah karena pihak-pihak dalam perjanjian yang tidak melaksanakan komitmennya yang sudah dituangkan dalam perjanjian. Maka menurut hukum dia dapat dimintakan tanggung jawabnya jika pihak lain mendapatkan kerugian karena perjanjian tersebut.66

64 Ibid

65 M.A. Moegeni Djojodirjo, Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Pradnya Paramita,1979, hal. 11

66Munir Fuady,Konsep Hukum Perdata, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung, 2014, hal. 223

Universitas Sumatera Utara 76

KUH Perdata memperincikan kerugian (yang harus diganti) dalam komponen sebagai berikut :67

1. Biaya

2. Rugi

3. Bunga

Jika dikaitkan dengan pemberian ganti rugi yang diberikan pihak kereta api kepada pengguna jasa kereta api, pihak kereta api sudah sepenuhnya memberikan ganti kerugian sesuai dengan peraturan yang berlaku. Baik yang menurut KUHPerdata maupun menurut UU No. 23 Tahun 2007.

Pemberian ganti kerugian sebagai dari akibat tindakan pihak kereta api dari suatu perjanjian, dapat diberikan dengan berbagai kombinasi antara lain pemberian ganti rugi berupa (ongkos,rugi,bunga). Dalam literatur dan yurisprudensi ada beberapa model ganti rugi atas terjadinya wanprestasi, yaitu sebagai berikut:68

1. Ganti rugi yang ditentukan dalam perjanjian

Ganti rugi yang bentuk besarnya ganti rugi tersebut sudah ditulis dan ditetapkan

dengan pasti dalam perjanjian ketika perjanjian ditanda tangani, walaupun pada

saat itu belum ada wanprestasi.

2. Ganti rugi ekspektasi

Ganti rugi tentang hilangnya keuntungan yang diharapkan (dimasa yang akan

datang), seandainya perjanjian tersebut tidak wanprestasi.jadi dalam hal ini

67 Ibid., hal. 223

68 Ibid., hal. 224-228

Universitas Sumatera Utara 77

pihak yang dirugikan karena wanprestasi ditempatkan seolah-olah tidak terjadi

wanprestasi dengan berbagai keuntungan yang akan didapatkannya.

3. Pergantian biaya

Ganti rugi dengan bentuk pergantian seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh

salah satu pihak yang harus dibayar oleh pihak lain yang telah melakukan

wanprestasi atas perjanjian tersebut.

4. Restitusi

Ganti rugi yang juga menetapkan perjanjian dengan posisi seolah-olah sama

sekali seperti tidak melakukan perjanjian

5. Quantum Meruit

Model ganti rugi ini sama dengan model ganti rugi yang hampir mirip dengan

model restitusi yang membedakannya hanyalah nilai tambah yang harus

dikembalikan model ini bukan nilai tambah dalam wujud aslinya melainkan

harga dari nilai tambah yang telah diterima.

6. Pelaksanaan perjanjian

Kewajiban melaksanakan perjanjian meskipun sudah terlambat, dengan atau

tanpa ganti rugi.

Wanprestasi yang dimaksudkan dalam ruang lingkup kereta api ialah

apabila pihak kereta api melakukan keterlambatan keberangkatan dan pembatalan

kereta api. maka dalam hal ini pihak kereta api diwajibkan untuk memenuhi ganti

rugi kepada pengguna jasa kereta api karena dianggap wanprestasi atas perjanjian

yang telah disepakati.

Pihak kereta api harus melaksanakan 2 komponen pemberian ganti rugi

terhadap penumpang kereta api, komponen pertama yaitu pemberian ganti rugi

Universitas Sumatera Utara 78

terhadap ongkos penumpang dan pemberian ganti rugi atas kerugian waktu yang diterima penumpang dikarenakan keterlambatan keberangkatan kereta api.

Dari keenam bentuk ganti rugi yang terdapat dalam KUHperdata, pihak kereta api sudah melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin untuk bertanggung jawab atas kerugian yang diterima oleh penumpang. Pelaksanaan pemberian ganti rugi terhadap pihak kereta api kepada penumpang terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata maupun yang terdapat dalam

UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkereta apian.

Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ketentuan mengenai ganti rugi terhadap penumpang diatur dalam pasal

157 ayat (1). Dari ketentuan pasal tersebut dapat diartikan bahwa pihak

kereta api wajib bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh

pihak kereta api terhadap para pengguna jasa kereta api. Perjanjian atas

pemberian ganti rugi tersebut diatur dalam pasal 157 ayat (2) yang

mengatakan bahwa “Tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud dalam

ayat (1) dimulai sejak pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai

dengan stasiun tujuan yang disepakati”.

2. Bentuk ganti rugi yang diberikan oleh PT. Kereta Api Indonesia ada dua

jenis yaitu bentuk ganti rugi karena penundaan keberangkatan dan

pembatalan keberangkatan. Kedua jenis bentuk ganti rugi tersebut diatur

dalam PP No. 72 Tahun 2009. Selain Peraturan Pemerintah UU No. 23

Tahun 2007 juga mengatur tentang kewajiban sarana perkeretaapian untuk

melakukan ganti rugi. Perjanjian ganti rugi tersebut terdapat dalam pasal

133 ayat (1).

3. Pemberian ganti kerugian sebagai dari akibat tindakan pihak kereta api

dari suatu perjanjiandapat diberikan dengan berbagai kombinasi antara lain

pemberian ganti rugi berupa ( ongkos, bunga, dan rugi ). Kombinasi

pemberian ganti rugi tersebut diatur dalam KUHPerdata dan jika dikaitkan

dengan UU No.23 Tahun 2007 pemberian ganti rugi sudah berlangsung

dengan sebaik mungkin.

79

Universitas Sumatera Utara 80

B. SARAN

Meskipun pihak kereta api telah melaksanakan tanggung jawab dengan sebaik mungkin dalam memberikan tanggung jawab terhadap penumpang, pihak kereta api masih harus terus melakukan pengembangan fasilitas untuk kenyamanan penumpang dalam menggunakan fasilitas kereta api, pengembangan fasilitas yang harus dilakukan pihak kereta api diantaranya, pihak kereta api masih harus melakukan pengembangan fasilitas seperti :

1. Lahan parkir yang masih harus diperluas, dikarenakan lahan parkir

yang ada sekarang ini masih kurang efektif

2. Pengadaan tempat Drop Off bagi para penumpang, tempat Drop Off

sangat diperlukan karena sekarang ini lahan parkir dan tempat Drop

masih disama ratakan.

3. Tempat duduk bagi para penunggu, tempat duduk bagi para penunggu

masih harus diperhatikan oleh pihak kereta api. Tempat duduk bagi

para penunggu diperlukan agar para penunggu tidak sembarang duduk

ditempat yang ada.

Universitas Sumatera Utara 81

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Abdurrachman, 1982 Ensiklopedia Ekonomi-Keuangan-Perdagangan, Inggris- Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta. Adi, Putra Louis, 2013 Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara Negara, skripsi, sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar. Adji, Usman Sution, 1990 hukum pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Chairi, Zulfi dan Aflah, 2016 Hukum Dagang dan Perkembangannya di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan. Djojodirjo, M.A. Moegeni, 1979 Perbuatan Melawan Hukum, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Pradnya Paramita, Jakarta. Elfarischa, Deasy, dkk : Jurnal Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. Fuady, Munir, 2014 Konsep Hukum Perdata, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung. Hudi, Asrori, 2010 Mengenal Hukum Pengangkutan Udara, Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta. Ichsan, Achmad, 1993 Hukum Dagang, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Martono, K dan Tjahtjono, Eka Budi, 2011 Asuransi Transportasi Darat-Laut- Udara, CV. Mandar Maju, Bandung. ______, 2011 Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara, CV. Mandar Maju, Bandung. Muhammad, Abdulkadir, 1998 Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung. Ningrum, Lestari, 1991 Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung ______, 2004 Usaha Perjalanan Wisata Dalam Perspektif Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Projodikoro, Wirjono, 1981 Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur, Bandung.

Universitas Sumatera Utara 82

PT. Kereta Api, 2018 Sejarah Singkat Perkeretaapian di Sumatera Utara, Divisi Regional 1 Sumatera Utara, Urusan Humas, Medan. Purwosutjipto, H.M.N., 2003 Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia III: Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta. Salim, Abbas, 2000 Manajemen Transportasi, Citra Niaga Rajawali Pers, Jakarta. Saputro, Soemino Eko, 2007 Kebijakan Perkeretaapian Kemana Hendak Bergulir, Gibon Books, Jakarta. Siregar, Basri Hasnil, 2002 Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. Subekti, 1994 Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermassa, Jakarta. Sudarto, 1981 Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung. Uli, Sinta, 2006 Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USU Pers, Medan. B. Undang-Undang

Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 22 Tahun 1963

Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 61 Tahun 1971

Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 57 Tahun 1990

Perubahan nama berdasarkan peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1998,

Keputusan presiden No. 39 Tahun 1999, dan Akta Notaris Imas Fatimah

Nama PT KAI berdasarkan Instruksi Direksi PT KAI No. 16/OT.203/KA 2010

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkertaapian pasal 3

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian pasal 5 ayat (2)&(3)

Pasa 1 Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia 1945.

Pasal 1243 KUH Perdata

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Tanggung Jawab Penyelenggara

Sarana Perkeretaapian

Universitas Sumatera Utara 83

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 1965

PP No. 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api

PP No. 72 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api pasal 94 ayat (2)

UU No. 23 Tahun 2007 pasal 15 7 ayat (3)

C. Internet : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_perkeretaapian_di_Indonesia http:// www.Sejarah kereta Api Indonesia.com http://KAI/sejarah.com, Diaksestanggal 12 Januari 2018 http://ririnch-Keretaapi.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-dan-perkembangan-kereta- api-di.html?m=1 http://sipilugm.wordpress.com, Diaksestanggal 12 Januari 2018 http://www.seputarpengetahuan.com/2014/09/ciri-ciri-negara-hukum-menurut- http://www.menlh.go.id/diakses tanggal 13 Maret 2018 www.berdikarionline.comtentangPerjuanganRevolusionerMerebutDjawatan http://Kip.kereta-api.co.id/page/Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan/18 http://Soegeng-poernomo.blogspot.co.id/2015/05/perjanjian- pengangkutan.html?m=1

Universitas Sumatera Utara