Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Modernisasi Lembaga Pendidikan Penulis : Bashori Sumber : Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2017 Diterbitkan Oleh : Laboratorium Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat

Untuk Mengutip Artikel ini : Modernisasi lembaga Pendidikan Pesantren.

Bashori, 2017. . Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2017: 47-60.

Print Online Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan ISSN : 2301-8496 ( ), ISSN : 2503-1570 ( )

Laboratorium Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Volume 6 Nomor 1, Januari-JuniBashori 2017, p.–47Modernisasi-60 Lembaga Pendidikan Pesantren ISSN : 2301-8496 (Print), ISSN : 2503-1570 (Online) http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/jurnal-mamangan DOI: 10.22202/mamangan.1313

Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

Bashori

E : STAI Tuanku Tambusai Pasir Pengaraian, mail [email protected]

ABSTRACT Pesantren is an Islamic institution which has the advantage of both aspects of the scientific tradition as well as the transmission side and the intensity of the Muslims. The rise of globalization has threatened the existence of pesantren, so it appears the idea of modernizing the environment of schools to the challenges of social transformation needs. But many people worry about the idea of modernization-oriented pesantren of the present can affect idenitas and primary function of pesantren education institutions. Therefore, it is important we discus and further analyze how the role of the modernization of pesantren education institutions today.

Keywords: Institutional Modernization, Institutional of Pesantren Education, Islamic Education.

ABSTRAK Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki keunggulan baik dari aspek tradisi keilmuannya maupun sisi transmisi dan intensitas umat Islam. Derasnya arus globalisasi telah mengancam eksistensi pesantren sehingga muncul gagasan modernisasi dilingkungan pesantren demi menjawab tantangan kebutuhan transformasi sosial. Akan tetapi banyak kalangan mengkhawatirkan tentang gagasan modernisasi pesantren yang berorientasi kekinian dapat mempengaruhi idenitas dan fungsi pokok lembaga pendidikan pesantren. Oleh karena itu, perlu kiranya kita membahas dan menganalisis lebih jauh bagaimana peranan modernisasi lembaga pendidikan pesantren saat ini.

Kata Kunci: Modernisasi Lembaga, Lembaga Pendidikan Pesantren, Pendidikan Islam.

PENDAHULUAN

pendidikan yang lainnya (Firdaus & Wekke, Pesantren merupakan lembaga 2017). Ditinjau dari segi historisnya, pendidikan Islam yang memiliki akar historis pesantren merupakan bentuk lembaga yang cukup kuat sehingga menduduki posisi pribumi tertua di Indonesia. Lembaga relatif sentral dalam dunia keilmuan. Dalam pendidikan pesantren sudah dikenal jauh masyarakatnya, pesantren sebagai sub kultur sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak lahir dan berkembang seiring dengan Islam masuk ke Indonesia, pesantren terus perubahan-perubahan dalam masyarakat berkembang sesuai dengan perkembangan global. Selain itu, salah satu lembaga dunia pendidikan pada umumnya. pendidikan yang mempunyai kekhasan Pesantren sebagai komunitas yaitu tersendiri dan berbeda dengan lembaga sekelompok identitas yang memiliki

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 47 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

d Kedua karakteristik organisme sosial an juga runtuhnya sendi-sendi moral atau bisa sebagai lembaga pendidikan yang besar disebut perubahan sosial. , jumlahnya dan luas penyebarannya di didirikannya pesantren adalah untuk berbagai plosok tanah air telah banyak menyebar luaskan ajaran universalitas Islam memberikan peran dalam membentuk ke seluruh pelosok nusantara (Wahid & manusia Indonesia yang religius. Lembaga Zuhri, 1999). tersebut telah melahirkan banyak Dalam perkembanganya, lembaga kepemimpinan bangsa Indonesia dimasa lalu, penddikan pesantren melalui berbagai siklus kini dan agaknya juga dimasa yang akan perkembangannya baik dalam tatanan datang, selain lulusan pesantren telah metodologi maupun keorganisasian memberikan partisipasi aktif dalam pesantren itu sendiri. Lebih lagi perihal pembangunan bangsa. modernisasi kelembagaan yang merupakan Peran pesantren dimasa lalu kata yang identik dengan perkembangan kelihatannya paling menonjol dalam hal pesantren saat ini. Modernisasi menjadi menggerakkan, memimpin dan melakukan kecenderungan umum dalam semua aspek perjuangan dalam rangka mengusir penjajah. kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, Di masa sekarang, juga amat jelas ketika pendidikan, dan bahkan agama. pemerintah mensosialisasikan programnya Salah satu aspek yang jelas terlihat dengan melalui pemimpin-pemimpin adalah dalam dunia pendidikan, sebagai pesantren. Pada masa-masa mendatang aspek yang erat kaitannya dengan agaknya peran pesantren amat besar modernisasi. Adanya gagasan untuk misalnya, arus globalisasi dan industrialisasi mengembangkan lembaga pesantren telah menimbulkan depresi dan bimbanganya merupakan pengaruh program modernisasi pemikiran serta suramnya prespektif masa pendidikan Islam. Program modernisasi depan, maka pesantren sangat dibutuhkan tersebut berakar pada modernisasi untuk menyeimbangakan akal dan hati pemikiran dan institusi Islam secara (Tafsir, 2011). keseluruhan. Modernisasi pendidikan Islam Di kalangan umat Islam sendiri tidak dapat dipisahkan dengan kebangkitan nampaknya pesantren telah dianggap sebagai kaum muslimin di masa modern. Oleh sebab model institusi pendidikan yang memiliki itu, pemikiran dan kelembagan Islam keunggulan baik dari aspek tradisi termasuk pendidikan (pesantren) haruslah keilmuannya yang merupakan salah satu dimodernisasi yaitu diperbaharui sesuai tradisi agung maupun sisi transmisi dan dengan kerangka modernitas. Dengan kata internalisasi moralitas umat Islam. Malik lain, mempertahankan pemikiran Fajar (1998) menegaskan bahwa, Dalam kelembagaan Islam tradisional akan sejarah pertumbuhan dan perkembangan memperpanjang nestapa ketertinggalan umat pendidikanlocal Islam genius di Indonesia tidak Islam dalam kemajuan dunia modern. Hal ini dipungkiri bahwa pesantren telah menjadi memunculkan pertanyaan bagi Azra semacam (Fajar, 2010). Hal "bagaimana sesungguhnya hubungan antara tersebut menunjukkan bahwa peran modernisasi dan pendidikan, lebih khusus pesantren telah merambah ke segala bidang dengan pendidikan Islam di Indonesia?" bahkan telah menjadi bagian dari sistem (Azra, 2000) pendidikan nasional kita, maka sangat keliru Masyarakat dunia kini semakin jika ada anggapan bahwa peran pesantren terhubung dengan mudah sebagai hasil dari sangat kecil dan rendah dalam mensukseskan berjalannya proses globalisasi. Sebagai program pembangunan nasional. contoh ialah semakin cepat dan masifnya Untuk mempertegas pentingnya peranan informasi tersebar ke berbagai belahan lembaga pendidikan pesantren di Indonesia, dunia. Selain masifnya informasi, globalisasi kehadiran pesantren selain dikatakan juga berlangsung dalam berbagai lini penting dalam tatanan kehidupan sosial juga kehidupan, seperti bidang budaya, ekonomi, pertamadapat dikatakan sebagai hal yang unik. Dapat politik (Al Akbar, 2016), termasuk lembaga dikatakan unik karena dua alasan yakni pendidikan. Dampak dari berlangsungnya , pesantren hadir untuk merespon globalisasi di berbagai lini tersebut seringkali terhadap situasi dan kondisi suatu menimbulkan dampak yang negatif masyarakat yang dihadapkan pada

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 48 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

khususnya bagi negara-negara berkembang yang jelas, yaitu bagaimana ilmu-ilmu termasuk Indonesia. eksakta diajarkan dalam kerangka Islami. Modernisasi dimanapun telah mengubah Bagaimana memberikan warna Islam berbagai tatanan dan lembaga tradisional terhadap ilmu-ilmu yang bersifat umum”, (pesantren). Salah satu diantaranya adalah Sejalan dengan Nurcholis Madjid yang semakin pudarnya fungsi lembaga Islam. menyatakan bahwa bagaimana Pudarnya fungsi lembaga keagamaan menempatkan kembali ilmu pengetahuan tradisional dalam kehidupan modern dan teknologi ke dalam daerah pengawasan merupakan penjelas perubahan posisi sosial, nilai agama, moral dan etika (Yasmadi, 2002). ekonomi dan politik elit muslim yang Karena pada prinsipnya asal mula semua dibangun di atas kekuasaan dan legitimasi cabang ilmu pengetahuan adalah berpangkal keagamaannya. Pemikiran Islam pada ilmu agama. Pada masa Islam klasik, kontemporer merupakan upaya elit muslim para intelektual Islam mampu memperoleh legitimasi agama atas posisi mengembangkan dan mengislamkan ilmu sosial, ekonomi dan politiknya dalam pengetahuan modern. Misalkan ada nama lembaga sekuler (Mulkhan, 2002). ilmu pengetahuan dan teknologi modern Perjalanan pendidikan Islam tradisional Barat berasal dari bahasa Islam. Hal itu khususnya pesantren telah begitu panjang. disebabkan para intelektual muslim pada Ketika arus globalisasi telah membawa masa Islam klasik hanya lahir dari satu perkembangan sosial kultur masyarakat yang lembaga yaitu madrasah atau pesantren semakin maju, maka tak heran ketika tanpa ada pemilahanketiga madrasah yang umum problem yang dialami pesantren sebagai atau agama. pendidikan semakin kompleks, sehingga Azra Persoalan yaitu krisis metodologi.teaching meneliti tentangpertama adanya permasalahan yang Kecenderungan lembaga-lembaga pendidikan dihadapiriil sistem pemikiran dan pendidikan learningIslam lebih merupakan proses , Islam yaitu , berkenaan dengan proses pengajaran ketimbang proses situasi sistem pemikiran dan sistem , proses pendidikan. “Pengajaran pendidikan Islam, yaitu krisis konseptual. hanya mengedepankan aspek kognitif, tetapi Krisis konseptual dimaksudkan tentang tidak mengisi aspek pembentukan pribadi bagaimana tepat dan sepatutnya secara dan watak” (Azra, 1999). Penggunaan metode epistimologi menjelaskan ilmu- ilmu empiris pendidikan Islam adalah bagaimana seorang atau ilmu-ilmu alam dari kerangka pendidik dapat memahami hakikat metode epistimologi Islam (Azra, 2000). dan relevansinya dengan tujuan utama Dalam konteks masyarakat muslim pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi Indonesia juga terjadi pemilahan antara yang beriman yang senantiasa siap sedia Islam tradisionalis dan Islam modernis. Di mengabdi kepada Allah SWT dan bagaimana sini Islam modernis diwakili oleh pendidik dapat mendorong anak didiknya , Persis, dan lain-lain; dengan menggunakan akal pikirannya dalam Islam tradisionalis diwakili oleh NU dan mempelajari kehidupannya dan alam sekitar sebagainya. “Dikotomi tersebut secara (Muhaimin, 1993). struktural telah membawa perubahan- Meninjau kembali pentingnya peranan perubahan dalam pergerakan Islam selama modernisasi dalam lembaga pendidikan beberapa dasa warsa akhir-akhir ini” (Azra, Islam; khususnya pondok pesantren yang 1999). Hal tersebut mengakibatkan selalu mengalami perubahan, baik dalam bermunculannya konsepkedua,-konsep pemahaman aspek kurikulum, pembelajaran, yang sangat kompleks. kepemimpinan, manajerial, media, dan lain- Permasalahan yaitu krisis nya. Dengan demikian, tulisan ini memotret lembaga. Krisis lembaga ini adanya peranan modernisasi pada satu sisi, dikotomisasi antara lembaga-lembaga sedangkan pada sisi lain tulisan ini pendidikan yang menekankan pada salah mengaitkan keniscayaan dan sekaligus satu ilmu saja apakah itu ilmu agama atau kekhawatiran modernisasi dalam lembaga ilmu umum. Menurut pendiidkan Islam, yaitu bagaimana (1998), “pengintegrasian antara ilmu umum modernisasi di pesantren tersebut tetap dengan ilmu agama dalam upaya mampu menjaga identitas pesantren. rekonstruksi ilmu harus melalui perumusan Sehingga tulisan ini mampu memberikan

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 49 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

pemahaman tentang modernisasi pendidikan permukaan pemikiran, sehingga akan Islam, terutama dalam konteks pendidikan di tersingkap perannya sebagai instrumen- METODEpesantren. PENELITIAN instrumen politik, dominasi, dan manipulasi sosial. Pada akhirnya alat semacam kritik library research dalam hal ini mencoba menguji sahih Penelitian ini merupakan penelitian tidaknya klaim-klaim pengetahuan tanpa kepustakaan ( ), yaitu prasangka dengan menggunakan rasio penelitian yang fokus penelitiannya (Hardiman, 1993). Kritik akan sangat menggunakan data dan informasi dengan membantu untuk mengetahui lebih detail bantuan berbagai macam material yang kepentingan-kepentingan yang menyertai terdapat di ruang perpustakaan, seperti: GAMBARANpemikiran dan UMUM gagasannya. PESANTREN buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan lain- lain (, 1996). Dalam tinjauan historis tentang Dalam pengumpulan data, penulis pesantren masih dibatasi pada persoalan menggunakan metode kualitatif sebagai sejarah pertumbuhan serta gambaran secara prosedur penelitian yang dapat menghasilkan umum mengenai pesantren itu sendiri. Hal ini data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau karena berkaitan dengan sulitnya mencari kuasa verbal dari objek penelitian (Meleong, data-data sejarah tentang awal berdirinya 2000). Karena penelitian ini merupakan pesantren. Dalam buku-buku yang berkaitan penelitian kepustakaan, maka dalam dengan sejarah pesantren belum mampu mengumpulkan data, penulis membagi menyimpulkan kapan berdirinya pesantren. sumber data menjadi dua bagian: 1) Sumber Bidang kajian dari penulis-penulis tersebut, data primer, yaitu karya buku-buku karya hanya masih taraf penemuan-penemuan Azyumardi Azra yang membahasa tentang hubungan kebudayaan melalui matrik pendidikan Islam khususnya pendidikan kurikulum, tradisi serta simbol-simbol pesantren. 2). Sumber data sekunder, bahasa yang sering dipakai dalam dunia mencakup referensi-referensi lain yang pesantren. Seperti dalam tulisan Karel A. ditulis oleh para intelektual lainnya sebagai Steenbrink, model pendiskripsinya masih bahan pijakan dan tolak ukur dalam bermuara pada seputar hubungan pesantren menganalisis gagasan dan pemikiran Arief dengan warisan Hindu-Budha, atau juga Furchan atau review dan telaah terhadap hubungan pesantren dengan tradisi karyanya. kebangkitan Islam abad pertengahan di Selanjutnya pengolahan data dalam Timur-Tengah (Steenbrink, 1989). penelitian ini menggunakan metode Pesantren sebagai lembaga pendidikan deskriptif-analitis, yaitu model penelitian dan pusat penyebaran agama Islam lahir dan yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, berkembang semenjak masa-masa menganalisa dan menginterpretasikan permulaan Islam masuk di Indonesia. Di kondisi-kondisi yang ada (Mardalis, 1996). pulau Jawa lembaga ini berdiri untuk Dalam hal ini, penulis akan berusaha pertama kalinya di zaman walisongo. Untuk mendeskripsikan secara sistematis gagasan sementara, Sheikh atau yang dan pemikiran tentang modernisasi lembaga disebut Sheikh Maghribi dianggap sebagai pendidikan Islam di Indonesia. Kemudian ulama yang pertama kali mendirikan penulis akan mencoba menganalisa pesantren di Jawa (Kafrawi, 1978). Anggapan pemikirannya baik dalam kerangka teoritistool of demikian bisa dimengerti, karena melihat analysisatau dalam dimensi praksis. kondisi obyektif pesantren dengan segala Sebagai alat untuk menganalisis ( elemen dan tata cara serta kebahasaanya,funduq ) data, penulis memakai dimana di dalamnya terdapat elemen Hindu- hermeneutika sosial kritis. Ini dimaksudkan Budha dan Islam. Misalnya Istilah untuk menganalisa secara jernih makna yang berasal dari bahasa Arab, yang artinya terkandung dalam keseluruhan gagasan dan pesangrahan atau penginapan bagi orang pemikiran tentang modernisasi pendidikan yang berpergian. Sedangkan istilah pesantren Islam di Indonesia. Analisa ini berupaya berasal dari kata atau sangsekertanya menembus apa yang ada di balik fungsi adalah shantri yang berarti ilmuwan Hindu

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 50 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

yang pandai menulis (Wahyoetomo,1997). memilikinya, bahkan telah terpenuhi segala Menurut Kafrawi (1978), hal itulah yang fasilitas yang mendukungnya. kemudian dimiliki oleh Sheikh Maghribi. Selain itu, M. Dawam Raharjo Sebagai seorang ulama yang dilahirkan di mengemukakan bahwa pesantren adalah Gujarat India, yang sebelumnya telah suatu lembaga keagamaan yang mengajarkan, mengenal perguruan Hindu-Budha dengan mengembangkan dan menyebarkan ilmu sistem biara dan asrama sebagai proses agama Islam. Meskipun pesantren sebagai belajar mengajar para biksu dan pendeta. pranata Islam tradisional, pesantren dapat Sistem pesantren menyerupai itu, hanya berperan aktif dalam perjuangan melawan terjadi perubahan dari pengajaran agama keadilan social ekonomi, dan kebudayaan Hindu dan Budha kemudian menjadi (Sholihah, 2012). pengajaran agama Islam. Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan Seperti halnya yang pernah dirintis oleh bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan para wali, dalam fase selanjutnya, berdirinya keagamaan Islam berbasis masyarakat yang Pondok Pesantren tidak bisa lepas dari menyelenggarakan pendidikan diniyah kehadiran seorang . Kyai tersebut (tradisional) atau secara terpadu dengan biasanya sudah pernah bermukim bertahun- jenis pendidikan lainnya, seperti pendidikan tahun bahkan berpuluh-puluh tahun untuk formal (modern). Dari pengertian tersebut mengaji dan mendalami pengetahuan agama juga dapat ditarik kesimpulan bahwa pondok Islam di Makkah atau di Madinah, atau pesantren terdiri dari beberapa unsur, yakni: pernah mengaji pada seorang kyai terkenal di unsur Kyai, santri, ustadz dan asrama, serta tanah air, lalu menguasai beberapa atau satu pendidikan yang dikembangkan ditekankan keahlian (fak) tertentu. pada pendidikan moral keagamaan. Sehingga Kondisi lain yang tergambar dalam pondok pesantren adalah lembaga kehidupan kyai, juga sisi kehidupan kyai yang pendidikan Islam yang mengajarkan disiplin bermukim di sebuah desa. Langkah awal kyai ilmu keagamaan dalam satu asrama. Islam untuk membangun lembaga pendidikan tidak pernah menganak tirikan pengetahuan Islam, adalah dengan mendirikan langgar umum, namun yang paling menonjol dalam atau untuk sholat berjamaah, biasanya pendidikan di pondok pesantren adalah diikuti oleh sebagian masyarakat desa. Pada TIPOLOGIpendidikanPESANTREN moral keagamaan. setiap menjelang atau selesai sholat, kyai mengadakan pengajian agama, yang materi pengajiannya meliputi rukun Iman, rukun Secara garis besar, lembagaPesantren pesantren Salafi di Islam dan akhlaq (Dhofier, 1982). Jawa Timur dapat digolongkan menjadi dua Dalam beberapa literatur, istilah pondok kelompok besar yaitu: 1) : secara bahasa yaitu pondok pesantren yaitu pesantren yang tetap mempertahankan berasal dari dua kata “pondok” dan sistem (materi pengajaran) yang sumbernya “pesantren”. Pondok berartifunduq, asrama-asrama kitab–kitab klasik Islam atau kitab dengan para santri yang dibuat dari bambu, atau huruf Arab gundul (tanpa baris apapun). berasal dari kata Arab yang berarti Sistem sorogan (individual) menjadiPesan senditren rumah penginapan, hotel atau asrama. Khalafiutama yang diterapkan. Pengetahuan non Sementara itu, pesantren berakar pada kata agama tidak diajarkan; dan 2) “santri” yang berasal dari bahasa Sanskerta : yaitu sistem pesantren yang yang berarti melek huruf, yaitu orang yang menerapkan sistem madrasah yaitu berusaha mendalami kitab-kitab yang ditulis pengajaran secara klasikal, dan memasukan dalam bahasa Arab (Mun’im, 2009). pengetahuan umum dan bahasa non Arab Pengertian tersebut memberikan isyarat dalam kurikulum (Departemen Agama, bahwa pesantren dalam menyelenggarakan 2003). proses pendidikan menyediakan asrama Menurut dalam Pembangunan untuk para santri atau peserta didiknya. Pendidikan dalam Pandangan Islam, sistem) Namun bukan berarti setiap lembaga Sistempengajaran Wetonan di Pondok Pesantren dalam garis pendidikan yang menyiapkan asrama bagi besarnya ada beberapa macam yaitu: a peserta didik itu dikategorikan sebagai , pada sistem ini Kiai pondok pesantren, sebab pada zaman membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sekarang, beberapa sekolah sudah dan santri dengan membawa kitab yang sama

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 51 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

mendengarkan dan menyimak bacaan kiai pendidikan yang kedua ini hanya dipakai oleh tersebut. Dalam sistem pengajaran yang pesantren pesantren modern. semacam ini tidak mengenal absen. Santri Sedangkan metode dari sistem klasikal boleh boleh datang dan tidak boleh datang, ini, menurut Dawam Raharjo dapat berupa: juga tidak ada ujian. Apakah santri itu metode ceramah, metode kelompok, metode memahami apa yang dibaca Kiai atau tidak, tanya jawab dan diskusi, dan metode hal itu tidak bisa diketahui. Dalam hal ini dramatisasi (Rahardjo, 1982). Membahas dapat dikatakan bahwa sistem pengajaran di lebih lanjut mengenai pesantren, hasil Pondok Pesntren itu adalah bebas, yaitu) penelitian Arifin Pola di Pertama Bogor menunjukkan Sistembebas mengikuti Sorogan kegiatan belajar dan bebas adanya lima macam pola fisik pondok untuk tidak mengikuti kegiatan belajar; b pesantren, yaitu: : Terdiri dari , pada sistem ini santri Masjid dan rumah Kyai, pondok pesantren ini (biasanya yang pandai) menyedorkan sebuah masih berifat sederhana, dimana Kiai kitab kepada kyai untuk dibaca di hadapan mempergunakan Masjid atau rumahnya kiai itu. Kalau ada kesalahan langsung sendiri sebagai sarana untuk tempat interaksi dibetulkan oleh kiai itu. Di Pondok Pesantren belajar mengajar. Dalam pola semacam ini, yang besar, mungkin untuk dapat tampil di santri hanya datang dari daerah sekitar depan kiainya dalam membawakan/ pondok Polapesantren kedua itu sendiri, sehingga tidak menyajikan materi yang ingin disampaikan, diperlukannya sarana untuk bermukim bagi dengan demikian santri akan dapat santri; : Pada pola berikut ini memahami denganMetode cepat Muhawarah terhadap suatu terdiri dari Masjid, rumah Kiai dan pondok topik yang telah ada pada kitab yang (asrama) sebagai tempat menginap para dipegangnya;conversation c) , yaitu santri yang datang dari jauh. Sehingga tidak suatu kegiatan berlatih bercakap-cakap mengganggu mereka dalam menuntut ilmu ( ) dengan Bahasa Arab yang pada Kiai tersebut; Pola ketiga: Terdiri dari Metodediwajibkan Mudzakarah oleh pimpinan pesantren kepada Masjid, rumah kiai dan pondok dengan santri selama mereka tinggal di pondok; d) sistem wetonan dan sorogan. Pada pondok , Mudzakarah merupakan pesantren yang merupakan tipe ini telah suatu pertemuan ilmiah yang secara spesfik menyelenggarakan pendidikan formal seperti membahas masalah diniyah seperti ibadah madrasah sebagai sarana penunjang bagi dan akidah serta masalah agama pada pengembangan wawasan para santri; Pola umumnya. Metode ini biasanya digunakan keempat: Untuk pola ini, pondok pesantren santri untuk menguji ketrampilannya baik selain memiliki, komponan-komponen fisik dalam Bahasa Arab maupun mengutip seperti pola ketiga, memiliki pula tempat sumber-sumber argumentasi dalam kitab- untuk pendidikan keterampilan seperti kitab Islam klasik. Dalam metode ini, secara kerajinan, perbengkelan, toko, koperasi, tidak langsung santri diuji kemampuan sawah ladang dan sebagainya. Sehingga beragumentasi sekaligus sampai sejauh mana sebagai sarana edukatifPola lainnya kelima sebagai Metodemateri maupunMajelis Ta’lim referensi yang dimilikinya penunjang memiliki nilai lebih dibanding dengan keluasan wawasan yang ada; dan e) dengan pola ketiga; dan : Dalam , Majelis Ta’lim adalah pola yang terakhir ini pondok pesantren telah media penyampaian ajaran Islam yang berkembang dengan pesatnya sesuai dengan bersifat umum dan terbuka. Para jama’ah perkembangan zaman dan yang lazim disebut terdiri dari berbagai lapisan yang memiliki dengan pondok pesantren modern atau latar belakang pengetahuan bermacam- pondok pesantren pembanunan. Disamping macam dan tidak dibatasi oleh tingkatan usia Masjid, rumah kyai/ustadz, pondok, maupun perbedaan kelamin. Pengajian madrasah dan atau sekolah umum, terdapat semacam ini hanya diadakan pada waktu- pula bangunan-bangunan fisik lainnya waktu tertentu saja. sebagai penunjang seperti; perpustakaan, Kelima metode tersebut di atas dapur umum, rumah makan umum, kantor dikategorikan ke dalam sistem pendidikan administrasi, toko/unit usaha, koperasi non klasikal. Selain sistem pendidikan non rumah penginapan tamu, ruang operasi dan klasikal ini, pesantren juga menerapkan sebagainya (Kartini, 1996). sistem pendidikan klasikal. Untuk sistem

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 52 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

MODERNISASI PESANTREN

modernus, pengurus lengkap dengan pembagian tugas Istilah modern berasal dari Bahasa Latin masing-masing, walaupun ketuanya masih akhir abad kelima masehi, yaitu dinamai lurah juga. yang digunakan untuk membedakan keadaan Dari aspek sistem banyak pesantren orang Kristen dengan orang Rowawi dari yang menggunakan sistem klasikal, dengan masa pagan yang telah lewat. Sesudah itu, metodologi yang disesuaikan dengan metode istilah tersebut digunakan untuk pengajaran moderen, yaitu; metode ceramah, menempatkan keadaan masa kini dalam metode kelompok, metode tanya jawab dan kaitannya dengan berlalunya zaman diskusi, metode demonstrasi dan purbakala, yang sering muncul kembali eksperimen, metode dramatisasi. Dalam hal selama periode tersebut di Eropa. Dalam pengembangan materi pembelajaran, hubungannya dengan akal, agama dan pesantren modern tidak hanya mematok apresiasi estetik, dinyatakan bahwa zaman kitab tertentu sebagaimana pesantren lama, modern merupakan zaman yang lebih maju, namun sudah mengembangkan materi dalam lebih baik dan memiliki kebenaran yang lebih bentuk kurikulum dengan muatan yang lebih banyak dari pada zaman kuno (zaman komprehensif. sebelumnya). Peter Sztompka menyatakan Kecuali dari sudut pandang fisikal, bahwa modernisasi merupakan proses kemajuan yang telah berkembang dalam perubahan sistem sosial, ekonomi dan politik dunia pesantren juga dapat dipandang dari yang telah maju di Eropa Barat dan Amerika sudut-sudut pandang lain, antara lain, dari dari abad ketujuh belas hingga kesembilan segi kelembagaan, kurikulum, dan metode belas, dan kemudian menyebar ke negara- pembelajarannnya. Semua hal itu tentu negara lain, seperti Amerika Selatan, Asia dan memiliki konsekuensi logis yang perlu dan Afrika dari abad ke-19 hingga ke-20 (Solichin, harus dipertimbangka dalam setiap 2014). melakukan modernisasi lembaga pendidikan Menghadapi perubahan zaman yang MODERNISASIIslam. LEMBAGA PENDIDIKAN begitu cepat, dunia pesantren mengalami PESANTREN pergeseran ke arah perkembangan yang lebih Modernisasi Kelembagaan positif, baik secara struktural maupun kultural, yang menyangkut pola kepemimpinan, pola hubungan pimpinan dan Sejak Belanda mendirikan lembaga santri, pola komunikasi, cara pengambilan pendidikan umum, sekolah rakyat atau keputusan dan sebagainya, yang lebih sekolah Desa dengan masa belajar selama 3 memperhatikan prinsip-prinsip manajemen tahun di beberapa tempat di Indonesia pada ilmiah dengan landasan nilai-nilai Islam. tahun 1870-an telah mempengaruhi lembaga Dinamika perkembangan pesantren semacam pendidikan Islam, Perkembangan selanjutnya inilah yang menampilkan sosok pesantren tradisi baru pendidikan itu menjadi yang dinamis, kreatif, produktif dan efektif inkulturalisasi terhadap tradisi Asli serta inovatif dalam setiap langkah yang pesantren atau surau. Banyak pesantren atau ditawarkan dan dikembangkannya. Sehingga surau melakukan perubahan. Misalnya pesantren merupakan lembaga yang adaptif memasukkan mata pelajaran umum. Tidak dan antisipatif terhadap perubahan dan hanya itu saja, ada pesantren atau surau kemajuan zaman dan teknologi tanpa berubah menjadi madrasah dan berubah dari meninggalkan nilai-nilai relegius. fungsi aslinya. Dalam hal kepengurusan pesantren, Dalam masa-masa kesulitan ekonomi menurut Abdurrahman Wachid, yang terjadi di Indonesia pada dekade 1950- kepengurusan pesantren adakalanya an dan awal 1960-an, pembaharuan berbentuk sederhana, dimana kyai pesantren banyak berkenaan dengan memegang pimpinan mutlak dalam segala pemberian ketrampilan khususnya dalam hal, sedangkan kepemimpinannya itu bidang pertanian. Santri diharapkan seringkali diwakilkan kepada seorang ustadz mempunyai bekal dan untuk mendukung senior selaku “lurah pondok”. Dalam selfekonomi supporting pesantren. Azyumardiself financing Azra melihat: pesantren yang telah mengenal bentuk “Adanya tuntutan kepada pesantren untuk organisatoris yang komplek, peranan “lurah dan .” Karena pondok” ini digantikan oleh susunan pada saat itu terjadi krisis ekonomi sehingga

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 53 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

banyak pesantren di pedesaan seperti cukup intens dikalangan pesantren tentang Tebuirengvacational dan Rejoso, mengarahkan pada identitas dan jati diri lembaga tersebut. santrinya untuk terlibat dalam kegiatan- Kekhawatiran tersebut diungkapkan kegiatan dalam bidang pertanian Azra menyangkut identitas atau distingsi seperti penanaman padi, kelapa, tembakau, Islam pada madrasah-madrasah yang banyak kopi dan lainnya. Hasil penjualan dari usaha didirikan di lingkungan pesantren. Karena pertanian seperti itu digunakan untuk sesuai dengan UUSPN 1989 madrasah telah membiayai pesantren (Azra, 1998). dijadikan equivalen atau sama dengan Setelah pesantren dan sistem sekolah-sekolah umum. Menurut Azra kelembagaan madrasah modern berada di (1999), “Di mana identitas dan distingsi bawah tanggung jawab dan pengawasan Islamnya ?”. Departemen Agama maka banyak pesantren Sebenarnya persoalan yang kemudian yang mendirikan madrasah. timbul dari perubahan madrasah yaitu Pesantren mengalami perubahan yang menyangkut pembedaan antara lembaga sangat signifikan karena berlangsungnya umum dan lembaga agama, ketika madrasah modernisasi pesantren di Jawa sejak masa dijadikan sekolah umum atau sama dengan orde baru. Dalam perubahan-perubahan itu, sekolah umum maka sulit bagi kita pesantren kini memilikitafaqquh fiempat al-din jenis menyebutkan mana yang berorientasi pada pendidikan. “Pertama, pendidikan yang ilmu agama atau mengajarkan ilmu agama? berkonsentrasi pada , kedua, karena madrasah sekarang diharuskan pendidikan berbasis madrasah, ketiga, mengikuti program-program pengajaran pendidikan berbasis sekolah umum dan independent.yang sama dengan sekolah umum dari keempat, pendidikan berbasis ketrampilan” pemerintah. Hal ini madrasah menjadi tidak (Azra, 2003). Di antara pesantren-pesantren yang Identitas Islam dalam madrasah tersebut dipandang sebagai perintis dalam menurut Azra (1999), “Tidak memadai jika Eksperimen ini adalah pesantren Darul Ulum, hanya terletak pada guru-guru yang memulai Rejoso,Peterongan, Jombang, yang pada pelajaran mengucapkan basmalah atau September 1965 mendirikan Unversitas salam”. Sekarang ini di SMA atau sekolah Darul Ulum, yang terdaftar pada departemen umum mengucapkan salam atau membaca P & K. Universitas ini terdiri dari lima do’a serta basmalah sering digunakan guru fakultas dan hanya satu fakultas Agama dalam mengajar apa saja. Hal ini karena Islam. Pesantren lain yang juga menempuh mayoritas guru-guru yang mengajar di SMA cara ini adalah pesantren Miftahul mu’ beragama Islam. Bahkan guru Kristen saja di Babakan, Ciwaringin, Jawa Barat, yang sudah biasa mengucapkan salam. mendrikan sebuah STM (Azra, 2003). Modernisasi pesantren telah banyak Pendidikan merupakan suatu lembaga mengubah sistem dan kelembagaan sosial dalam membentuk individu dalam pendidikan pesantren. Perubahan yang bersosialisasi untuk meningkatkan harkat sangat mendasar misalnya terjadi pada martabat manusia. Pendidikan merupakan aspek-aspek tertentu dalam kelembagaan. tanggung jawab masyarakat sebagai orang Dalam hal ini, “Banyak pesantren tidak hanya tua dan pemerintah, maka itu pendidikan mengembangkan madrasah sesuai dengan perlu menyesuaikan dengan tuntutan pola Departemen Agama, tetapi juga bahkan pembangunan yang memerlukan berbagai mendirikan sekolah-sekolah umum dan jenis keterampilan dari berbagai bidang universitas umum” (Azra, 2003). (Tapondhadhai, Ansofino, & Nazmi, 2012). Oleh sebab itu, ketidakjelasan Selain itu, perubahan pesantren tersebut mengenai konsep tersebut sangat tidak cocok merupakan salah satu respons terhadap bila diharapkan dalam pesantren yang sudah perubahan modernisasi yang lebih dahulu memiliki identitas dan fungsi utamanya. Bila dikembangkan oleh Muhammadiyah. Maka hal tersebut dipaksakan, maka akan pesantren mengadakan pembaharuan dan menimbulkan permasalahan baru yang lebih perubahan yang cukup mendasar. Perubahan komplek. Bagi Azra (2003), hal tersebut tidak tersebut tidak hanya bidang kurikulum saja, berarti pesantren tidak peduli dengan tetapi juga menyangkut kelembagaan. perkembangan di luar dunianya. Menurutnya, Sehingga menimbulkan kekhawatiran yang “Pesantren harus menumbuhkan apresiasi

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 54 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

yang sepatutnya terhadap semua modernisasi Islam pada awal abad 20 dengan perkembangan yang terjadi di masa kini dan membentuk lembaga-lembaga pendidikan mendatang, sehingga dapat mereproduksi modern yang menggunakan sistem ulama yang berwawasan luas.” pendidikan kolonial Belanda. Gagasan ini Lahirnya seorang ulama merupakan diprakarsai oleh organisasi modernis seperti tugas dari pesantren. Ulama tidak mungkin Muhammadiyah, Al-Irsyad dan lain-lain. lahir dari lembaga lain misalnya IAIN, lebih- Eksperimen yang dilakukan oleh lebih universitas. Karena kebanyakan alumni Padang dengan Madrasah dari IAIN, lebih-lebih universitas cenderung Adabiyah, yang kemudian diubah menjadi berpandangan sekuler dan kurang sekolah Adabiyah (1915). Hanya sedikit ciri berpengaruh atau tidak mendapat citra di atau unsur dalam kurikulum Sekolah (HIS) mata masyarakat. Azra (2003) Adabiyah yang membedakannya dengan menambahkan: “Ulama keluaran IAIN sekolah Belanda. Madrasah ini mengadopsi kebanyakan tidak atau kurang mempunyai seluruh kurikulum pendidikan Belanda dan kedekatan dengan massa muslim pada hanya menambahkan pelajaran agama 2 tingkatan bawah. Sebagian besar mereka (dua) jam sepekan. Hal ini juga terjadi pada berada di lingkungan birokrasi daripada Muhammadiyah yang mengadopsi sistem menjadi ulama yang independen.” pendidikan Belanda. Madrasah Oleh karena itu, tidak usah dipaksakan Muhammadiyah membedakan diri dengan untuk mengadakan pesantren pertanian, sekolah-sekolah Belanda hanya dengan peternakan, perikanan, agro industri dan memasukkan pendidikan agama (metode sebagainya. Bila hal itu terjadi, hanya akan Qur’an) ke dalam kurikulumnya. menambah keruwetan. Serahkan Karena itu Azra menyebut madrasah kesemuanya pada IAIN dan yang lain. Biarkan yang dikembangkan Muhammadiyah (Islam pesantren sebagaimana fungsinya dan harus modernis),“Sebagai sekolah umum (Belanda) independen tanpa ada intervensi dari plus, karena tidak menjadikan sistem pemerintah, serta memberikan pelayanan kelembagaan pendidikan Islam tradisional Modernisasikeagamaan kepadaKurikulum masyarakat sekitar. (surau/pesantren) sebagai porosnya” (Azra, 2003). Madrasah model ini seperti sekolah dasar (SD) yang dikembangkan pemerintah pendidikanSebenarnya gagasan modernisasi sekarang yang hanya memberikan pelajaran pesantren bertitik tolak dari modernisasi agama 2 (dua) jam dalam seminggu. Dalam Islam yang mempunyai akar-akar hal ini menghilangkan diri dari lembaga dalam gagasan tentang modernisasi pendidikan Islam. Sehingga nilai-nilai agama pemikiran dan institusi Islam secara pada murid (santri) sangat minim dan kering keseluruhan yaitu modernisasi pemikiran dari spiritual keagamaan. dan kelembagaan Islam yang merupakan Kekeringan spiritual tersebut terjadi di prasyarat bagi kebangkitan kaum muslimin wilayah Muhammadiyah (Islam modernis), dimasa modern. Karena itu, pemikiran seperti yang dialami Azra ketika aktif di HMI. kelembagaan Islam (termasuk pendidikan) “Pengalaman keagamaan dia sejak kecil harus dimodernisasi sesuai dengan kerangka hingga beranjak dewasa sangat bersahaja, modernitas (Azra, 2003). Gagasan kering, jauh dari pernak-pernik yang modernisasi pendidikan Islam diawali oleh mengesankan. Organisasi yang diikuti (HMI) Ismail Rozi al-Faruqi yang mencoba tidak menanamkan pengalaman ibadah merumuskan langkah-langkah Islamisasi ritual” (Azra, 2000). Hal ini menunjukkan sains, yang meliputi: “Penguasaan disiplin pentingnya pendidikan keagamaan dalam ilmu modern, penguasaan warisan Islam, menumbuhkan dan menanamkan nilai-nilai penentuan relevansi Islam dengan sain spiritual kepada anak didik (murid). modern, pencarian sintesa kreatif antara Dalam konteks Pesantren, Azra (2000) wawasan intelektual Islam dan modern, menyebutkan respon Pesantren terhadap pengarahan pemikiran Islam untuk mencapai modernisasi pendidikan Islam di Jawa kedekatan kepada Allah” (Ali Maksum, 2003). dilakukan oleh: Pesantren Mambaul Ulum di Hal ini terjadi pengintegrasian antara Surakarta mengambil tempat paling depan ilmu Islam dan ilmu umum (Islamisasi sains). dalam merambah bentuk respon pesantren Dalam konteks Indonesia, gagasan terhadap ekspansi pendidikan Belanda dan

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 55 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

pendidikan modern Islam. Peantren Mambaul ilmu alam yang mereka (pesantren) Ulum yang didirikan Susuhunan Pakubuwono masukkan dalam kurikulum tidak ini pada tahun 1906 merupakan perintis dari mempunyai hubungan dengan Islam. Sebagai penerimaan beberapa mata pelajaran Umum contoh Pondok Modern Gontor salah satunya dalam pendidikan pesantren. Menurut yang memasukkan kurikulum pelajaran laporan inspeksi pendidikan belanda pada umum, bahasa Inggris. Jelas sekali pelajaran tahun tersebut, pesantren mambaul ulum bahasa Inggris tidak ada hubungannya telah memasukkan mata pelajaran membaca dengan tradisi keilmuan dalam Islam. Hal ini (tulisan latin), Aljbar, dan berhitung ke dalan beda dengan bahasa Arab yang digunakan kurikulumnya. Respon yang sama tetapi untuk mempelajari dalam dalam nuansa yang sedikit berbeda terlihat pesantren tradisional. Bahasa Arab dalam pengalaman Pondok Modern Gontor. mempunyai hubungan yang erat dengan Berpijak pada basis sistem dan kelembagaan bahasa Al-Qur’an. pesantren, pada 1926 berdirilah Pondok Kalau terus-menerus dilanjutkan, hal ini Modern Gontor. Pondok ini selain akan berdampak lain seperti seorang santri memasukkan sejumlah mata pelajaran Umum yang intens dalam mempelajari bahasa ke dalam kurikulumnya, juga mendorong Inggris atau matematika (hitung). Maka akan para santrinya untuk mempelajari Bahasa timbul asumsi atau opini dalam masyarakat Inggris (selain bahasa Arab) dan tentang pemaknaan santri. Pemaknaan santri melaksanakan sejumlah kegiatan ekstra sekarang, orang/murid yang menuntut ilmu kurikulker seperti olahraga, kesenian dan agama bukannya orang yang mahir sebagainya. berbahasa Inggris atau pandai berhitung. Apa yang dilakukan beberapa pesantren Rasanya tidak mungkin merumuskan tersebut adalah agar pesantren tetap terus Islamisasi sains seperti yang dikatakan Ismail bertahan dan tetap eksis. “Ini berarti mereka Rozi Al-Faruqi: “Pemilahan tersebut mengikuti jejak kaum modernis. Pesantren sebenarnya tidak hanya dalam tataran melakukan akomodasi dan penyesuaian keilmuan, tetapi telah meluas pada sosiologis tertentu tanpa mengorbankan esensi dan hal- masyarakat muslim tertentu dengan muncul hal lainnya agar eksistensi pesantren tetap varian-varian yang mencakup santri dipertahankan” (Azra, 2000). Modernisasi dan . Mereka yang tergolong santri yang dilakukan beberapa pesantren tersebut merupakan muslim yang mempraktekkan tidak seperti yang dilakukan dari sekolah Islam yang sebenarnya. Sedangkan “abangan” umum plus yang dikembangkan dikalangan yang hampir seluruhnya memeluk Islam, modernis. Mungkin modernisasi yang mereka tidak mengakui bagian dari umat” dilakukan pesantren mengacu pada (Azra, 1999). pembentukan kreativitas dan daya kritis “Dikotomi santri-abangan terlanjur santri seperti yang semula menggunakan populer, bukan hanya dalam dunia keilmuan sistem halaqoh dan sorogan yang tetapi juga digunakan untuk menjelaskan menekankan aspek kognitif serta pemilahan politik dalam masyarakat Jawa memandang santri untuk mandiri, seperti di khususnya” (Azra, 2000). Dangan demikian, Gontor. Tetapi adanya opini yang cukup kuat, perbedaan dan pemilahan di atas terjadi modernisasi pesantren dilakukan karena secara alami berkembang di masyarakat. adanya ekspansi dari sekolah umum plus, Pemaknaan santri sejak dulu hingga sekarang sehingga pesantren memasukkan ilmu-ilmu masih sebagai mereka yang intens pada umum dalam kurikulum pesantren. tradisi Islam, bukan sebaliknya. Dalam pandangan Azra (1998): Melihat pada kurikulum pendidikan “Pemasukan ilmu umum dalam pelajaran pesantren yang lebih berorientasi kepada atau kurikulum pesantren banyak “kekinian”, di lingkungan pesantren permasalahannya. Muncul persoalan tentang menimbulkan berbagai komentar di bagaimana secara epistemologis untuk beberapa pihak termasuk kalangan pesantren menjelaskan ilmu-ilmu empiris atau ilmu- sendiri terjadinya kemerosotan identitas ilmu alam dari kerangka epistemologi Islam pesantren. “Kalau kurikulum yang tersebut.” Hal ini memang menimbulkan berorientasi “kekinian” itu terus berlangsung, persoalan tersendiri dalam tubuh pesantren maka pesantren akan tidak mampu lagi yang mengalami modernisasi. Kebanyakan memenuhi fungsi pokoknya, yakni

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 56 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

menghasilkan manusia-manusia santri dan merambah bentuk respon pesantren melakukan reproduksi ulama” (Azra, 1999) terhadap Ekspansi pendidikan Belanda dan Kekhawatiran tersebut sangat beralasan pendidikan modern Islam. Pesantren karena seorang santri dan ulama tidak akan Mambaul Ulum yang didirikan Susuhunan lahir dalam lembaga selain pesantren. Hal ini Pakubuwono ini pada tahun 1906 merupakan diungkapkan Azra (1999) bahwa: Pesantren perintis dari penerimaan beberapa mata perlu mengkaji ulang secara cermat dan hati- pelajaran umum dalam pendidikan hati berbagai gagasan untuk pesantren. Menurut laporan inspeksi mengorientasikan pesantren pada tantangan pendidikan belanda pada tahun tersebut, kekinian, sebab bukan tidak mungkin pesantren mambaul ulum telah memasukkan orientasi semacam itu akan menimbulkan mata pelajaran membaca (tulisan latin), implikasi dan fungsi pokok pesantren itu Aljabar, dan berhitung ke dalan sendiri. kurikukulmnya. Respon yang sama tetapi Kekhawatiran Azra tersebut cukup dalam nuansa yang sedikit berbeda terlihat beralasan karena gagasan yang dikemukakan dalam pengalaman Pondok Modern Gontor. Habibie diterapkan dalam pesantren, maka Berpijak pada basis sistem dan kelembagaan akan mempengaruhi keaslian dan kekhasan pesantren, pada 1926 berdirilah Pondok pesantren sebagai sub kultur. Maka sudah Modern Gontor. Pondok ini selain sepatutnya pesantren merekonstruksi memasukkan sejumlah mata pelajaran umum kurikulumnya yaitu mengorientasikan ke dalam kurikulumnya, juga mendorong peningkatan kualitas para santrinya pada para santrinya untuk mempelajari Bahasa penguasaan ilmu agama. Dalam ilmu agama, Inggris (selain bahasa Arab) dan Azra (1999) mengharapkan: “Teologi yang melaksanakan sejumlah kegiatan ekstra diajarkan dalam pesantren tidak hanya kurikulker seperti olahraga, kesenian dan teologi Asy’ariyah atau Jabariah, tetapi sebagainya (Azra, 1999). teologi yang kondusif bagi pembangunan, Modernisasi pesantren menemukan yakni teologi yang mendorong bagi momentumnya sejak akhir 1970-an dengan tumbuhnya prakarsa, usaha atau etos kerja.” mengubah sistem dan kelembagaan Hal ini dilakukan bukannya pesantren tidak pendidikan pesantren. Lebih-lebih banyak tanggap pada perkembangan, tetapi demi pesantren tidak hanya mengembangkan menjaga identitasnya. Jangan sampai madrasah sesuai dengan pola Departemen perubahan tersebut mengorbankan esensi Agama, tetapi juga mendirikan sekolah- Metodologidan hal-hal dasariyahModernisasi pesantren. sekolah umum dan universitas umum (Azra, 1999). Dalam pengamatan Abdul Munir Pembaharuan pertama, dilakukan Mulkhan penggabungan kedua ilmu (ilmu Madrasah Adabiyah yang mengadopsi agama dan ilmu umum) dengan sistem seluruh kurikulum Belanda. Hanya kebenaran dan metodologi berbeda sebagai memasukkan pelajaran agama 2 jam dalam akibat modernisasi, justru bisa sepekan. Selaras dengan itu, Muhammadiyah menumbuhkan sikap ambivalen peserta didik juga mengadopsi sistem dan kelembagaan dan bisa mengganggu perkembangan pendidikan Belanda secara cukup konsisten jiwanya. Dia menambahkan, penggabungan dan menyeluruh seperti MULO, HIS, dan lain- ilmu dalam sistem kurikulum pesantren lain. Muhammadiyah hanya memasukkan modern telah menyebabkan peserta didik pelajaran agama yaitu metode Qur’an ke keberatan beban dari yang seharusnya bisa dalam kurikulumnya. Hal ini juga terjadi di mereka pikul. Akibat lebih lanjut ialah pesantren dengan mengadopsi aspek tertentu pengembangan kemampuan peserta didik dari sistem pendidikan modern, khususnya dalam menguasai ilmu yang terkesan lambat dalam kandungan kurikulum, teknik dan dan hasil belajar yang cenderung rendah metode pengajaran dan sebagainya. Misalkan (Mulkhan, 2002). Pondok Modern Gontor Ponorogo melakukan Sehingga tidak heran pesantren- modernisasi sistem dan kelembagaan pesantren tersebut semakin formalis dengan pendidikan Islam Indigenous, asli Indonesia. sistem pengajarannya kepada santri. Adanya Pesantren Mambaul Ulum di Surakarta kurikulum yang ketat dan sistem mengambil tempat paling depan dalam perjenjangan telah merubah metode yang

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 57 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

khas dalam pesantren. Di sini santri dituntut membentuk peserta didik yang memiliki aktif dan kreatif. Lebih jauh lagi pesantren karakter dan kepribadian”. mengikuti program pemerintah yang sangat Maka apa yang dikemukakan Azra formal akademis. Di sini juga santri dijadikan (2002) benar, “Sekolah cenderung seperti barang yang siap untuk diproduksi menghasilkan manusia Indonesia yang untuk menjadi ini dan itu. mengalami kepribadian yang terbelah Sekarang sistem pendidikan Islam dengan segala implikasi dan dampak menurut Azra (1998): “Semakinlearning sangat negatifnya dalam kehidupan individual dan formal pendidikannya, hanya menekankan sosial”. Krisis ekonomi yang terjadi di aspek pengajaran. Sementara aspek - Indonesia telah meluas kepada krisis nya, aspek pembentukan kepribadiannya moralitas. Banyaknya tawuran dikalangan terabaikan.” Sistem yang dikembangkan pelajar menunjukkan pendidikan moral perlu pesantren modern telah menekankan pada dipertanyakan. Banyak kalangan melihat penguasaan materi pelajaran. Karena adanya adanya krisis spiritual yang dihadapi para waktu dan tingkatan yang terbatas dalam siswa. proses belajar mengajar. Zaman globalisasi yang menimbulkan Kecenderungan sistem pengajaran yang kekacauan sosial dan banyak orang yang berorientasi pada ranah kognitif terlihat pada tersingkir dan sebagainya. Menurut Azra gagasan Habibie dan kalangan ICMI yang (1998), “Pembentukan watak menjadi sangat mengembangkan pesantren sekaligus sebagai penting, orang-orang yang berkepribadian wahana untuk menanamkan apresiasi dan kuat, yang berkarakter akan lebih tangguh bahkan bibit-bibit keahlian dalam bidang dalam menghadapi globalisasi atau dampak- sains-teknologi. dampak negatifnya”. Watak dan kepribadian Disini pesantren tidak hanya seseorang sekarang ini dipandang sangat menciptakan interaksi dan interpretasi menentukan kesuksesan dalam perjuangan keilmuan yang lebih inteks dan berpaduan hidupnya. Kesuksesan tidak hanya antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu ditentukan oleh IQ yang cerdas saja. Jika umum yang berkaitan dengan sains dan hanya mengandalkan kecerdasan intelektual teknologi, tetapi juga penguasaan terhadap seseorang cenderung mudah putus asa bila sains-teknologi untuk kepentingan/ menghadapi berbagai kesulitan. Kecerdasan keperluan dalam masa industri dan pasca emosional dan spiritual memiliki peran yang industry (Azra, 2000). penting bagi keberhasilan seseorang. Banyak Hal ini jelas penekanan santri pada orang yang cerdas tetapi ia tidak berhasil penguasaan kognitif. Santri dituntut besar menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Di menggunakan akal pikirnya dan sini pendidikan emosional dan spiritual intelektualnya. Lebih-lebih orientasinya pada sangatlah perlu. pasar industri. Maka tidak mustahil anak Dengan demikian dalam pandangan Azra diibaratkan seperti produk, padahal orientasi (2002), bagaimana pesantren mewujudkan pendidikan Islam tidak hanya ilmu dan generasi muda yang berkualitas secara teknologi. Biasanya anak didik yang kognitif, afektif dan psikomotorik. Identitas memfokusnya sains dan teknologi akan pesantren harus dipertahankan dalam sistem mengabaikan moralnya. Seperti yang terjadi pendidikannya. Berkaitan dengan sistem di negara-negara Barat yang orientasinya pendidikan pesantren seperti halaqoh. Secara bagaimana menguasai sains dan teknologi historis, pendidikan Islam yang untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai diselenggarakan di Masjid berlangsung dalam materi sehingga mengarah kepada halaqoh-halaqoh. Lingkaran belajar yang materialisme. Azra (2002) mengatakan: melibatkan pembahasan intensif dan “Proses-proses pendidikan yang berlangsung hubungan yang erat antara guru dengan lebih menekankan pada pengembangan peserta halaqoh menjadi karakter penting ranah kognitif peserta didik dan sebaliknya dalam pembinaan dan pembentukan calon- cenderung mengabaikan ranah afektif dan calon ulama. “Banyak ulama terkemuka psikomotorik. Akibatnya sekolah lebih Indonesia sejak abad ke-17 sampai abad ke- berfungsi sebagai tempat pengajaran dari 20 yang belajar di Makkah dan Madinah pada pendidikan, banyak sekolah gagal memperoleh pendidikan dari sistem halaqoh- halaqoh yang ada di Masjid Al-Haram Makkah

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 58 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

dan Masjid Al-Nabawi Madinah.” Mereka juga perkembangan yang terjadi di masa kini dan belajar secara pribadi langsung di rumah mendatang, sehingga dapat memproduksi guru. Dalam halaqoh, hubungan personal ulama yang berwawasan luas. Pesantren terbentuk dan menjadi ikatan yang merupakan tumpuan utama dari lembaga menghubungkan mereka satu dengan yang pendidikan Islam yang memungkinkan untuk lain. Para guru dikenal secara pribadi oleh melahirkan atau memproses ulama. Menurut masing-masing murid. Mereka berusaha Azra masalah ulama, kaderisasi dan mengenali kebutuhan dan bakat khusus reproduksi ulama berkaitan erat dengan masing-masing murid. Menurut Azra (2002): masalah pesantren. “Hal tersebut tidak dapat diremehkan. Adanya gagasan modernisasi pesantren Metode belajar tersebut merupakan ciri yaitu dengan memasukkan ilmu-ilmu sekuler pesantren dalam proses pendidikan yang (umum) ke dalam kurikulum pesantren telah sesungguhnya”. menimbulkan permasalahan. Menurut Azra, Oleh sebab itu, saat ini banyak kerinduan muncul persoalan tentang bagaimana dikalangan orang tua untuk memilih atau tepatnya secara epistimologi menjelaskan mendapatkan pendidikan yang Islami. ilmu-ilmu empiris atau ilmu-ilmu alam dari Pendidikan agama yang ada di sekolah- kerangka epistimologi Islam. Azra juga sekolah umum tidak diyakini sehingga menambahkan, kurikulum yang berorentasi mereka menyerahkan anaknya ke pesantren. kekinian terus berlanjut dikhawatirkan “Karena pesantren dengan proses pesantren tidak mampu lagi memenuhi pendidikannya selama 24 jam penuh fungsi pokoknya yaitu menghasilkan dipandang mampu menjinakkan anak-anak manusia-manusia santri. Oleh karena itu mereka dari dislokasi sosial (pergeseran menurut Azra pesantren harus mengkaji sosial) yang muncul dewasa ini sebagai akses ulang secara cermat dan hati-hati berbagai globalisasi nilai-nilai” (Azra, 2001). gagasan modernisasi tersebut dan pesantren Ini menunjukkan proses pendidikan di harus lebih mengorientasikan peningkatan pesantren tersebut sangat efektif bagi kualitas para santrinya kearah pengusaan pembentukan watak dan kepribadian di ilmu-ilmu agama. samping pengisian ilmu-ilmu agama. Oleh Dalam pesantren modern yang sebab itu proses pedagogik dalam pesantren menggunakan sistem kurikulum yang ketat KESIMPULANperlu dilestarikan dan dikembangkan. dan kaku, dengan tujuan untuk mengorientasikan penguasaan kognitif semata, menurut Azra, dapat mengakibatkan Modernisasi yang dilakukan pesantren proses pembentukan watak dan kepribadian dalam bentuk kelembagaan seperti santri terabaikan. Azra juga mengharapkan, pertanian, perikanan atau sekolah-sekolah bahwa pesantren untuk tetap umum di lingkungan pesantren telah mempertahankanlearning metodologinya, yaitu menimbulkan kemerosotan identitas proses pengajaran yang berlangsung itu lebih pesantren. Di samping itu, ekspansi merupakan , ta’lim daripada tarbiyah pesantren tersebut tanpa memperhitungkan yang terlihat formal. Ta’dib lebih luas kebutuhan berbagai sektor masyarakat pengertiannya yaitu proses inkulturasi, khususnya lapangan kerja sehingga tamatan proses pembudayaan anak didik, sehingga pesantren tersebut tidak mampu pesantren dapat mampu membentukhalaqah dan menemukan tempat yang pas dalam menyiapkan anak didik menjadi muslim yang masyarakat. Azra mengemukan eksperimen baik. Oleh karena itu motode dalam tersebut telah menimbulkan kekhawatiran pesantren harus dipertahankan sebab dari berbagai kalanganTafaqquh yang fi Al ingin-Din dengan metode tersebut seorang guru dapat mempertahankan identitas pesantren sebagai mengenali kebutuhan dan bakat khusus lembaga pendidikan untuk masing-masing murid. Menurut Azra metode sehingga pesantren tidak akan dapat belajar tersebut merupakan ciri pesantren memenuhi tugas pokoknya untuk dalam proses pendidikan sesungguhnya. mereproduksi ulama. Azra mengharapkan Meskipun ada kekhawatiran tersendiri pesantren harus menumbuhkan apresiasi dalam pergeseran dari pesantren tradisional yang sepatutnya terhadap semua menjadi pesantren modern, namun aktualisasi modernisme lembaga pendidikan

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 59 Bashori – Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren

Kepentingan. Pembaharuan Sistem Islam khususnya pondok pesantren menjadi Pendidikan PeYogyakarta:santren Kanisius. keniscayaan yang perlu dipertimbangkan Kafrawi, H. (1978). guna menjawab sebuah tantangan global. Pengantar .Metodologi Jakarta: Cemara Riset Kekhawatiran tersebut tentu berhubungan SosialIndah. dengan identitas pesantren yang bisa saja Kartini. (1996). Metode Penelitian: Suatu akan tergerus dengan nilai-nilai global yang Pendekatan. Bandung: Proposal Mandar Maju. begitu bebas. Namun demikian, nilai Mardalis. (1996). Pemikiran Pendidikan modernitas yang dibarengi dengan kesiapan Islam “Kajian Filosof Dan. Jakarta: Kerang Bumi.ka. jati diri pesantren akan memperkokoh Muhaimin.Dasar (1993).Operasionalnya.” identitas pensatren di kancah dunia. Tentu hal tersebut harus dibarengi dengan kuatnya NalarBandung: Spiritual identitas diri pesantren sebagai lembaga Pendidikan,Trigenda Karya. Solusi Problem Filosofis pendidikan yang mampu berdiri dan Mulkhan,Pendidikan A. M. (2002). Islam DAFTARberkembang PUSTAKA dalam situasi apapun. . Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Al Akbar, N. (2016). “Menjinakkan” Mun’im,Jurnal Z. (2009). Pendidikan Peran Islam Pesantren (JPI) 1 dalam Globalisasi: Studi Kritis GlobalisasiJurnal Ilmu Education for All diPergulatan Era Globalis Duniaasi. SosialBudaya Mamangan Pada Pementasan5 Sendratari Pesantren , (1). Ramayana Borobudur”. Rahardjo, M. D. (1982). , (1), 1–12. . Jakarta: LP3ES. Azra, A. (1998). RekonstruksiRekonstruksi KritisPendidikan Ilmu dandan Sholihah, U. (2012).Cendikia; Peran Journal ICT Dalam of TradisiPendidikan Pesantren, Islam. RIneligiutas A. M. Mulkhan IPTEK & EducationModernisasi & SocietyPendidikan10 Pondok et.al (Eds.), Pesantren. . , (1), 15–27. Yogyakarta:Esai Fak.-Esai Tarbiyah Intelektual IAIN MuslimSunan Solichin, M. M. (2014). KebertahananKarsa 22 PendidikanKalijaga dan Islam Pustaka Pelajar. Pesantren Tradisional Menghadapi Azra, A. (1999). Modernisasi Pendidikan.Pesantren, , (1), Pendidikan. Jakarta: Islam,Tradisi Logos Wacana dan Madrasah,Sekolah93–113. ModernisasiIlmu. Menuju Melinium Baru Steenbrink, K. A. (1989).Pendidikan Dalam Prespektif Azra, A. (2000). Islam . Jakarta: LP3ES. Pondok . Tafsir, A. (2011). PesantrenJakarta: Logos dan MadrasahWacana Ilmu. Diniyah; . Bandung: Remaja Rosdakarya. DepartemenPertumbuhan Agama. dan (2003). Perkembangannya Tapondhadhai, A. T., Ansofino, & Nazmi, R. (2012). Persepsi Masyarakat Petani . Kelapa Terhadap Pendidikan TinggiJurnal Jakarta: Direktorat Jenderal IlmuAnak Sosial di Kecamatan Mamangan Siberut1 Barat, Kelembagaan TradisiAgama Pesantren,Islam, Depatemen Studi Kabupaten Kepulauan Mentawai.Masa Depan, TentangAgama RI. Pandangan Hidup Kyai Wacana Pemberdayaan, dan(2), 102–108. Dhofier, Z. (1982). Wahid,Transformasi M., & Zuhri, Pesantren S. (1999). Visi Pembaruan Pendidikan. Jakarta: IslamLP3ES. Modernisasi. Jakarta:Pesantren Fajar, M. (2010). KritikPustaka Nurcholis Hidayah. Madjid Terhadap . Bandung: Lembaga Yasmadi.Pendidikan (2002). Islam Tradisional Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia /LP3NI. . Jakarta: Firdaus, & Wekke, I. S. (2017). Pattern of Ciputat Press. Pesantren On ExpandingSeminar of PendidikanSmart, TransdisiplinHardworking (STEd and Ikhlas 2017) Characters in West Suamtera. In Kritik Ideologi,(pp. 258– Pertautan265). Pengetahuan dan Hardiman, B. F. (1993).

Copyright © 2017, Jurnal Ilmu Sosial Mamangan | 60