Quick viewing(Text Mode)

4 BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data Dan Informasi

4 BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data Dan Informasi

4

BAB II

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh

dari berbagai sumber, antara lain :

1. Literatur : buku referensi, buku cerita rakyat, artikel elektronik maupun non

elektronik, website, forum, ulasan dan laporan penelitian

2. Survey lapangan mengenai tempat terkait : Taman Mini Indonesia

Indah, toko buku dan perpustakaan.

3. Survey online

2.2 Gambaran Umum Animasi

Sejarah Animasi

Animasi adalah elemen multimedia yang menarik karena pada dasarnya

secara umum animasi dibuat dengan merekam gambar-gambar diam misalnya

dengan penggambaran di kertas-kertas yang kemudian diputar ulang dengan

waktu tersendiri, sehingga kemudian gambar-gambar tersebut jadi terkesan

bergerak karena ilusi mata. Animasi merupakan perwujudan dari keinginan

manusia yang ingin membuat gambar menjadi hidup dan bergerak.

Sebenarnya, sejak jaman dahulu pun manusia sudah mulai melakukan

teknik animasi yaitu dengan mencoba menggerakkan gambar binatang. Hal ini

terungkap dengan adanya penemuan oleh ahli purbakala di gua kuno Lascaux,

Spanyol Utara. Di dinding tersebut terlihat gambar-gambar dengan berbagai pose

5 yang seolah-olah bergerak. Selain itu, di belahan bumi yang lain yaitu Mesir juga ditemukan gambar para pegulat yang sedang beraksi yang disusun berurutan di dinding. Para arkeolog memperkirakan gambar dinding itu dibuat oleh orang

Mesir kuno pada tahun 2000 SM. Selain Mesir, di Jepang juga ditemukan gulungan lukisan kuno yang merperlihatkan adanya suatu alur cerita yang hidup, diperkirakan dibuat pada masa kerajaan Heian yaitu tahun 794 – 1192.

Sedangkan di Eropa pada abad 19 dilanjutkan dengan adanya penemuan animasi Thaumatrope. Penemuan ini berbentuk lembaran cakram tebal yang di permukaannya terdapat gambar burung dalam sangkar, kemudian di kedua sisinya cakram tersebut diikat dengan seutas tali. Sehingga apabila cakram itu dipilin dengan tangan, maka gambar burung itu akan tampak bergerak.

Penemuan ini dapat dikatakan sebagai animasi klasik. Inovasi dilanjutkan dengan ditemukannya penemuan lain bernama Praxinoscope oleh Emile Reynauld pada tahun 1892. Bentuk penemuan ini adalah rangkaian ratusan gambar yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin sehingga menjadi sebuah gerakan seperti layaknya film. Penemuan ini dianggap sebagai cikal bakal munculnya proyektor pada bioskop.

Di Indonesia pun sebenarnya bisa diperkirakan bahwa pada empat hingga tiga juta tahun lalu dalam peradaban Indonesia sudah ada lukisan animasi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan yang ada di Gua Leang-

Leang, Sulawesi dan beberapa gua di Kalimantan Timur, serta gua-gua yang masih murni tersimpan di Papua. Di pulau Jawa juga sudah muncul teknik animasi, salah satu contohnya adalah Wayang Kulit dan beberapa jenis wayang

6

lainnya, yang telah memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar

bergerak, musik dan ilustrasi.

Kemudian pada tahun 1908, Emile Cohl dari Perancis membuat film

animasi sederhana menggunakan beberapa figur batang korek api. Rangkaian

gambar dengan hitam dibuat di atas kertas putih, dipotret dengan film negative

sehingga figur menjadi putih dan latar belakang hitam. Sedangkan yang terjadi di

Amerika Serikat adalah pada tahun 1909, Winsor McCay membuat film animasi

“Gertie the Dinosaur”. Seiring berkembangnya teknik animasi, maka muncullah

film-film animasi lain seperti “Ko Ko the Clown” oleh Max Fleischer dan “Felix

the Cat”oleh Pat Sullivan pada sekitar tahun 1913 sampai 1920. Selain itu juga

dilakukan percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari

potongan kayu. Kemudian pada tahun 1934, George Pal memulai menggunakan

boneka sebagai figur.

Selanjutnya perkembangan animasi terpenting terjadi pada sekitar tahun

1930, dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh

melalui film “”, “Donald Duck” dan “” yang diproduksi selama tahun 1928 sampai 1940. Hingga kemudian diproduksinya film animasi berdurasi panjang “Snow White and Seven Dwarf”. Demikian asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang dengan gaya dan ciri khas tiap negara dari barta hingga timur. Terutama di Jepang, film kartun sangat berkembang hingga pada decade tahun ini pun menguasai pasaran film animasi kartun denga ciri dan gayanya yang khas yang dikenal dengan Anime.

7

Animasi di Indonesia

Animasi di Indonesia sekarang ini sudah sangat berkembang, dimulai dari awal jaman pewayangan hingga jaman penggunaan teknologi 3D seperti sekarang ini. Perlu kita ketahui bahwa perkembangan animasi di Indonesia awalnya adalah untuk kepentingan politik. Sejak tahun 1933 awal perkembangan animasi menjadi sesuatu yang baru dan unik oleh Walt Disney, banyak sekali artikel koran yang memuat tentang beliau (Concept, Vol 04 Ed.22.2008). Setelah itu pada tahun 1955, Presiden Soekarno yang sangat menghargai seni dan perkembangannya memiliki gagasan untuk mengirim salah satu putra bangsa untuk belajar animasi di negeri seberang. Maka dari gagasan itu, diutuslah Dukut

Hendronoto atau yang biasa dikenal dengan Pak Ook untuk belajar animasi di studio animasi Walt Disney. Setelah mendapatkan ilmu dari studio Walt Disney selama tiga bulan, beliau kembali ke Indonesia dan membuat film animasi pertama berjudul “Si Doel Memilih”. Pada awalnya animasi ini dibuat unuk tujuan kampanye politik. Lalu pada sekitar tahun 1963, Pak Ook pindah ke TVRI dan mengembangkan animasi di sana dalam salah satu program yang kemudian dilarang tayang.

Selain itu pada sekitar tahun 1970, terdapat studio animasi di Jakarta yang bernama Anima Indah. Anima Indah berkembang cukup pesat walaupun hanya berkembang di bidang periklanan. Pada era ini, banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm, dengan maraknya hal ini maka akhirnya menjadi penggagas adanya festival film. Dalam festival ini, juga terdapat beberapa film animasi Batu Setahun, Trondolo dan Timun Mas, yang disutradarai oleh Suryadi alias Pak Raden, yang dapat disebut animator Indonesia pertama.

8

Pada sekitar tahun 1980 adalah tahun yang maraknya dengan animasi

Indonesia. Beberapa film animasi yang dihasilkan pada sekitar tahun itu adalah film animasi Rimba si Anak Angkasa yang disutradarai oleh Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasi ulangan si Huma yang diproduksi oleh PPFN dan merupakan animasi untuk serial TV. Pada tahun 1990 semakin banyak bermunculan film-film animasi seperti serial Hela, Heli, Helo yang merupakan film animasi 3D pertama yang dibuat di Surabaya. Kemudian pada tahun1998, muncul film animasi berbasis cerita rakyat dan banyak juga animator local yang menggarap animasi yang terkenal dar Jepang seperti Doraemon dan Pokemon.

Lalu pada era tahun 2000 banyak berkembang studio animasi di

Indonesia, salah satunya adalah Red Rocket yang sangat produktif

(Raispictures). Film-film yang dihasilkan seperti Dongeng Aku dan Kau, Klilip dan Puteri Rembulan, Mengapa Domba Bertanduk dan Berbuntut Pendek, Si

Kurus dan Si Macan. Lalu pada tahun 2003, serial 3D mulai merambah layar lebar, salah satunya yaitu Janus Perajurit Terakhir, kemudian disusul pada tahun

2004 muncul film layar lebar 3D animasi berdurasi panjang yaitu Homeland.

Animasi Komputer 3D (3 Dimensi)

Pada dasarnya animasi komputer secara umum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu Animasi Komputer 2D dan 3D. Animasi komputer 3D meliputi animasi, modeling, lighting, rendering, texturing, rigging, morphing, compositing dan digital matte painting .

Secara keseluruhan, jenis film animasi tri matra (3D) menggunakan teknik runtun kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi matra (2D).

9

Perbedaannya adalah objek animasi yang dipakai dalam wujud tri matra memperhitungkan karakter objek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang. Untuk menggerakkan benda tri matra, Walaupun itu mungkin, cukup sulit untuk melaksanakannya karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang gerak yang terbatas. Tidak seperti jenis film animasi gambar, bebas melakukan berbagai gerakan yang diinginkan.

Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film animasi ini adalah:

1. Animasi Boneka (Puppet Animation)

Objek animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah

boneka dan figur lainnya yang merupakan penyederhanaan dari bentuk alam

benda yang ada. Figure tersebut terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai

sifat lentur (Plastic) dan mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan

pemotretan bingkai per bingkai. Bahan yang digunakan adalah kayu yang

mudah ditatah atau diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain,

untuk dapat menciptakan karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.

2. Animasi Model

Objek animasi tri matra dalam jenis film ini berupa macam bentuk

animasi yang bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk abstrak;

balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan lain-lain, atau bentuk

model, percontohan bentuk dari ukuran sebenarnya, seperti bentuk molekul

dalam senyawa kimia, bola bumi, dan lain sebagainya. Bentuk objek animasi

sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan tidak terlalu banyak

10

membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari kayu, plastik keras dan

bahan keras lainnya yang sesuai dengan sifat karakter materi yang dimiliki,

tetapi tidak berarti bahan lentur tidak dipakai. Animasi model disebut juga

film animasi non figur, karena keseluruhan cerita tidak membutuhkan tokoh

atau figur lainnya. Jenis film animasi ini hanya bersifat menjelaskan sesuatu

yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan umum.

3. Pixilasi (Pixilation)

Jenis film animasi tri matra ini menggunakan figur manusia sebagai

objek animasi. Pixilasi adalah suatu teknik pemotretan di mana manusia

berbuat atau melakukan sesuatu adegan seperti boneka, sama halnya yang

dilakukan dalam film animasi pada umumnya.

2.3 Gambaran Umum Short Animation

Short animation atau yang bisa juga disebut dengan Animated

adalah kategori lebih spesifik dari film pendek atau short film, yaitu film pendek

dengan genre teknik animasi. Film pendek animasi ini biasanya adalah film-film

animasi dengan durasi lebih dari satu menit dan kurang dari lima belas menit.

Film pendek sendiri memiliki arti sebagai deskripsi teknikal yang pertama kali

muncul di industri perfilman di Amerika Utara pada awal berkembangnya

periode cinema. Deskripsi pendek ini seringkali mengacu kepada segala sesuatu

yang berdurasi pendek sehingga kerap kali trailer dan feature length film salah

dianggap sebagai film pendek, yaitu merupakan cuplikan adegan-adegan pendek

dari keseluruhan film.

11

Walaupun sebenarnya di Amerika Utara sendiri, definisi dari film pendek

adalah film-film yang memiliki durasi antara 20 menit hingga 40 menit. Namun

demikian definisi film pendek memiliki durasi lebih pendek lagi di beberapa

daerah lain, seperti di Eropa, Amerika Latin dan Australia. Selain itu di Amerika

Utara, film pendek juga lebih difokuskan kepada karakternya, dimana berbeda

dengan di Eropa dan Australia yang lebih mengutamakan kepada visual, drama

dan plot cerita.

Sesuai perkembangannya, film pendek animasi juga sudah merupakan

bagian dari kategori-kategori penghargaan dalam dunia industri perfilman seperti

Academy Awards, Golden Globe Awards, dan sebagainya. Berikut merupakan

beberapa contoh film-film animasi pendek yang telah memenangkan

penghargaan-penghargaan :

a. 1932 (5th) - Walt Disney Productions, United Artists -

Walt Disney b. 1947 (20th) - Warner Bros. - Edward Selzer

c. 1959 (32nd) - Storyboard-Harrison - and Faith

Elliott Hubley d. 1965 (38th) - Metro-Goldwyn-Mayer - Chuck

Jones and Les Goldman

e. 1970 (43rd) Is It Always Right to Be Right? - Stephen Bosustow Prods.,

Schoenfeld Films - Nick Bosustow f. 1980 (53rd) The Fly - PannóniaFilm, Budapest - Ferenc Rófusz

g. 1984 (57th) Charade - Sheridan College - Jon Minnis h. 1986 (59th) - CineTe pvba - Linda Van Tulden

12

i. 1990 (63rd) - Aardman -

j. 1992 (65th) Mona Lisa Descending a Staircase - Joan C. Gratz

k. 1996 (69th) Quest - Tyron Montgomery and Thomas Stellmach

l. 1997 (70th) Geri's Game - Pixar Animation Studios - Jan Pinkava m. 1998 (71st) Bunny - Blue Sky Studios - Chris Wedge n. 1999 (72nd) The Old Man and the Sea - Aleksandr Petrov o. 2000 (73rd) Father and Daughter - Michaël Dudok De Wit

p. 2001 (74th) For the Birds - Pixar Animation Studios - Ralph Eggleston q. 2002 (75th) The ChubbChubbs! - r. 2003 (76th) -

s. 2004 (77th) Ryan - Chris Landreth - National Film Board of Canada co-

production

t. 2005 (78th) The Moon and the Son: An Imagined Conversation - John

Canemaker

u. 2006 (79th) - - National Film Board of

Canada co-production v. 2007 (80th) Peter and the Wolf - Suzie Templeton and Hugh Welchman

w. 2008 (81st) La Maison En Petits Cubes - Kunio Katō x. 2009 (82nd) - H5 - Nicolas Schmerkin

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu

bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada

tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella

(dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek

13

yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot,

tema, bahasa dan insightsecara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih

panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Cerita pendek berasal dari anekdot,

sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya,

dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel

yangrealistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur, dengan

contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton Chekhov.

Cerita pendek berasal-mula pada tradisi penceritaan lisan yang

menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer.

Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif- naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek.

Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernamaAesop pada abad ke-6

SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel

Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel.

Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita

14

tentang binatang. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan

sebagainya.

2.4 Gambaran Umum Folklore

Folklore berasal dari kata folk dan lore. Dua kata itu diciptakan oleh

William Thoms pada tahun 1846. Menurut Alan Dundes, seorang ahli folklore

Amerika, istilah folk berarti kelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal

kebudayaan yang membedakannya dari kelompok lain berupa mata pencaharian

hidup yang sama, bahasa yang sama, agama yang sama, tingkat pendidikan yang

sama, dan sebagainya. Sedangkan lore berarti tradisi folk yang telah diwariskan

secara turun-temurun melalui lisan atau tutur kata, ataupun melalui contoh yang

disertai dengan perbuatan atau yang disebut juga alat pengingat.

Sementara menurut kamus Oxford Advanced Learners Dictionary of

Current English 1983, folklore berarti kepercayaan tradisional, cerita dari suatu

masyarakat, dan sebagainya. Hal ini tentu berbeda jika kita melihat definisi

folklore sebelumnya. Namun, pada dasarnya folklore adalah sebagian dari

kebudayaan yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun dan tradisional

di antara anggota-anggota kelompok apa saja, dalam versi yang berbeda-beda,

baik dalam bentuk lisan, maupun contoh yang disertai perbuatan.

Folklore adalah istilah umum untuk aspek material, spiritual, dan verbal

dari suatu kebudayaan yang ditranmisikan secara oral melalui pengamatan atau

peniruan. Folklore dapat ditemukan pada setiap masyarakat tradisional di

belahan dunia manapun. Hanya bentuknya saja yang berbeda-beda. Hal itu

15 terjadi karena adanya batas spasial dan temporal. Dua batas itu membuat folklore suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda. Setiap folklore memiliki ciri khas masing-masing, meskipun secara garis besar folklore mempunyai satu ciri umum, yaitu milik bersama.

Pada masyarakat tradisional, seperti masyarakat Jambi pada awal kelahirannya, tradisi disampaikan melalui mulut ke mulut (Heru Ikaruloev,

2009). Cara yang paling umum dalam menyampaikan tradisi itu adalah melalui cerita-cerita, fabel-fabel, dan peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang- orang yang lebih tua kepada mereka yang lebih muda sebagai bagian dari pendidikan umum. Oleh karena itu, pada masyarakat tradisional sering terdapat anggapan bahwa jika ada orang tua yang meninggal dunia, ibaratnya ada sebuah perpustakaan besar yang hilang. Hal ini menunjukan bahwa peran orang tua sangat penting dalam meneruskan tradisi. Apalagi masyarakat tradisional masih memegang teguh teknik penyampaian tradisi lisan dari mulut ke mulut sehingga peran orang tua yang menyimpan banyak memori kolektif amat penting.

Namun kemudian, seiring perkembangan waktu penyampaian tidak lagi hanya sebatas dari mulut ke mulut, tetapi juga melalui contoh yang disertai dengan perbuatan. Dari kasus ini maka lahirlah folklore.

Berikut merupakan beberapa paparan tentang cirri-ciri folklore :

1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni

disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut hingga dari satu generasi

kegenrasi berikutnya.

16

2. Folklore bersifat tradisonal, yakni disebabkan dalam bentuk relatif tetap atau

dalam bentuk standar, dan juga di antara kolektif tertentu dalam waktu yang

cukup lama (paling sedikit dua generasi).

3. Folklore ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda.

Hal ini diakibatkan oleh cara pembacanya dari mulut kemulut (lisan),

sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interplasi (interpolation),

folklore dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian,

perbedaan hanya terletak pada bagian karyanya saja sedangkan bentuk

dasarnya dapat tetap bertahan.

4. Folklore bersifat anonim, yaitu namapenciptanya sudah tidak diketahui oleh

orang lagi.

5. Folklore biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat

biasanya selalu menggunakan kata-kata klise untuk menggambarkan

kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan,

dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutup yang baku,

seperti kata “sahibu hikayat ... dan mereka pun hidup bahagia untuk

seterusnya “atau” menurut empunya cerita ... demikian konon”.

6. Folklore mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu

kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik

atau pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

7. Folklore bersifat prologis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sama

dengan logika umum.

17

8. Folklore menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini

sudah tentu diakibatkan oleh penciptaan pertama sudah tidak diketahui lagi.

Sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.

9. Folklore pada umumnya bersifat polos dan lugu. Sehingga seringkali

kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila

mengingat banyak folklore merupakan proyeksi emosi manusia yang paling

jujur manifestasinya.

Bentuk-bentuk folklore itu adalah folklore lisan seperti bahasa rakyat,

ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, cerita prosa

rakyat, nyanyian rakyat, kepercayaan atau takhayul, permainan atau hiburan

rakyat, teater rakyat, adat kebiasaan, upacara-upacara, dan pesta rakyat.

2.5 Gambaran Umum Cerita Rakyat

Cerita rakyat pada dasarnya adalah cerita-cerita yang berkembang di

suatu daerah dalam lingkungan masyarakat yang dipercayai keberadaanya dan

nilai historiknya bahwa cerita tersebut pernah benar-benar terjadi. Cerita rakyat

ini biasanya diyakini dan sering diceritakan kepada anak-anak atau generasi

selanjutnya, karena biasanya memiliki pesan moral yang dapat dipetik. Cerita

rakyat selalu dimiliki oleh setiap daerah, begitu pula berkembangnya di

nusantara Indonesia.

Cerita rakyat berbeda dengan folklore, walaupun terkesan sama dan ciri-

cirinya agak sama, tetapi masih dapat dilihat perbedaannya.Pada dasarnya

folklore masih memiliki cakupan yang luas, seperti dapat berupa lagu, puisi,

18

cerita prosa rakyat dan lain sebagainya. Sedangkan cerita rakyat adalah sebuah

cerita yang berkembang di suatu daerah atau tempat tertentu. Oleh karena itu

cerita rakyat adalah bagian dari folklore yang dapat kita sebut dengan cerita prosa rakyat.

Menurut Soedjijono ( Poetika Naratif: Teori Prosa Naratif, 2007,p39 ),

apabila dikaji dan dianalisa, teknik penceritaan cerita rakyat memiliki

pendekatan analisis data yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme

dinamik sehingga menyahkan analisis data aspek historis, ekstrinsik, dan

intrinsic. Dari analisis aspek historis diperoleh temuan adanya motif-motif cerita

rakyat yang khas pada daerah tertentu. Dari analisis aspek ekstrinsik diperoleh

temuan adanya latar belakang masyarakat tempat legenda hidup, yakni latar

belakang masyarakat primitif, tertutup, tradisional, pedesaan, dan urban. Dari

analisis aspek intrinsik diperoleh temuan, genre cerita rakyat terdiri atas dua

komponen utama, yakni komponen dasar (gagasan) dan komponen dunia

fiksional (latar, tokoh, dan adegan).

Di sini, tampak genre cerita rakyat memiliki ciri umum dan memiliki ciri

spesifik bertolak dari kearifan lokal. Genre cerita rakyat Indonesia merupakan

genre naratif lisan tradisional yang oleh masyarakat pemiliknya tidak saja

dianggap sebagai cerita faktual dan mengandung hal-hal yang bersifat realistis,

sakral, dan historikal. Cerita rakyat memiliki peran tersendiri bagi masyarakat

setempat yang percaya dan yakin.

Cerita rakyat sendiri apabila dianalisa memiliki target consumer yang

berbeda-beda dengan motif cerita yang dimilikinya ( I Made Taro, 2009).

Misalnya untuk anak berumur 3-4 tahun, mereka lebih cenderung menyukai

19 cerita yang menyangkut lingkungan terdekat anak, seperti benda atau hewan di rumah tangga atau cerita mengenai mainan mereka, seperti sepeda dan bola.

Sedangkan untuk anak berumur 4-5 tahun, cerita ringan seperti itu bisa dikembangkan menjadi pengenalan kepada jumlah dan perluasan wawasan lingkungan.Selanjutnya sampai umur 8 tahun, mereka akan suka cerita rakyat tentang bagaimana cerdiknya pelaku utama dan kasih sayang ibu. Mereka juga senang mendengarkan pengalaman beberapa ekor hewan yang bersahabat atau bermusuhan, hewan-hewan yang licik, dungu, pasrah, serakah, dan sifat-sifat lainnya. Mereka sudah dapat menilai perilaku-perilaku yang patut dan tidak patut diteladani. Sedangkan sampai dengan umur 12 tahun, mereka akan menyukai cerita rakyat yang penuh petualangan dan menarik.

William R. Bascom membagi cerita prosa rakyat menjadi tiga seperti berikut di bawah ini :

1. Mite (Myth)

M ite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta

dianggap suci oleh empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau

makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang

bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi pada masa lampau. Mite di

Indonesia dapat dibagi menjadi dua macam berdasarkan tempat asalnya,

yakni yang asli di Indonesia dan berasal dari luar negeri, terutama India,

Arab, dan Negara sekitar Laut Tengah.Contoh dari mite Indonesia adalah

“Dewi Sri” dan “Nyi Roro Kidul”

20

2. Legenda

Legenda adalah cerita yang menurut pengarangnya merupakan peristiwa

yang benar-benar ada dan nyata. Menurut Pudentia, legenda adalah cerita

yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi

tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite.

Legenda adalah cerita rakyat yang ditokohi manusia-manusia yang

mempunyai sifat luar biasa. Legenda juga memiliki beberapa pengertian

seperti dongeng tentang terjadinya suatu tempat.

Ciri-ciri legenda antara lain adalah beberapa dongeng atau cerita, bukan

sejarah yang penuh kegaiban, berhubungan dengan kenyataan dalam alam,

dan terikat oleh suatu daerah. Berikut merupakan beberapa penggolongan

legenda :

a. Legenda keagamaan (Religious Legends)

Legenda keagamaan meliputi legenda orangorang suci, misalnya

legenda suci Nasrani, legenda Wali Sanga di Pulau Jawa, legenda Syeh

Siti Jenar, legenda Makam Pangeran Panggung.

b. Legenda Alam Gaib (Supernatural Legends)

Legenda ini berfungsi untuk membenarkan suatu kepercayaan

“Takhayul”. Yang termasuk legenda alam gaib adalah mengenai

tempat-tempat angker, orang sering mendapat larangan-larangan untuk

melewatinya dan harus mengadakan ritual tertentu agar tidak terkena

akibat dari tempat angker tersebut.

21

c. Legenda Perseorangan

Legenda Perseorangan ialah suatu kisah mengenai orang-orang

tertentu yang diangggap pengarangnya memang ada dan pernah terjadi,

yang termasuk dalam legenda perseorangan antara lain : pahlawan-

pahlawan, termasuk juga raja, pangeran, dan orang dari kalangan rakyat

biasa yang gagah berani.

d. Legenda setempat

Legenda setempat ialah suatu kisah yang ada kaitan eratnya

dengan suatu tempat tertentu. Yang termasuk legenda setempat antara

lain mengenai nama suatu tempat, asal bentuk aneh suatu daerah, dan

lain-lain.

3. Dongeng

Dongeng adalah cerita rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi,

bersifat khayal dan tidak terikat waktu maupun tempat tokoh ceritanya adalah

manusia, binatang, dan makhluk halus. Pada dasarnya, dongeng tidak terikat

oleh ketentuan akan aturan tertentu yang normatif ataupun secara berupa

fakta tentang pelakunya, waktu maupun tempat. Pelaku atau tokoh dalam

dongeng biasanya adalah tokoh-tokoh khayalan yang memiliki kebijaksanaan

atau kekurangan untuk menghadapi masalah. Cerita dalam dongeng biasanya

lebih mengutamakan kepada pesan yang ingin disampaikan kepada

penontonnya, sehingga tidak dapat dikaji secara logika mengenai fakta

kebenarannya tetapi pesannyalah yang merupakan prioritas dari cerita

tersebut.

22

Dongeng secara umum dibagi menjadi empat golongan besar yaitu:

a. Dongeng binatang : dongeng yang ditokohi binatang peliharaaan dan

binatang liar .

b. Dongeng biasa : jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya

adalah kisah tentang kehidupan seseorang.

c. Dongeng lelucon dan anekdot : dongeng-dongeng yang dapat

menimbulkan kelucuan, sehingga menimbulkan gelak tawa bagi yang

mendengarkan maupun yang menceritakan.

d. Dongeng berumus : dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.

Berdasarkan penjabaran dan pembagian cerita rakyat, maka cerita rakyat

“Sitiha dan Sisiti” ini merupakan cerita rakyat yang berupa dongeng. Sehingga

sesuai dengan data-data yang telah dijabarkan di atas, maka dongeng adalah

cerita rakyat yang tepat sebagai komunikasi kepada anak-anak, karena ceritanya

simple dengan pesan moral yang lebih utama dan ingin disampaikan pada

penonton.

2.6 Gambaran Umum Propinsi Jambi

2.6.1 Lingkungan Alam

Propinsi Jambi terletak di tengah-tengah pulau Sumatera. Secara

geomorfologis kota Jambi terletak di bagian barat, cekungan Sumatera

bagian selatan yang disebut sub-cekungan Jambi, yang merupakan

dataran rendah di Sumatera Timur. Apabila dianalisa dari topografinya,

Jambi merupakan dataran rendah. Bagian bergelombang terdapat di utara

23

dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai

Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera.

Propinsi Jambi beriklim tropis, dan masih memiliki banyak dataran hijau

yang terhampar di daerahnya dengan pemandangan alam yang

mengagumkan dan sangat asri.

2.6.2 Flora dan Fauna

Flora

Menurut data kehutanan Jambi, hutan tropis Indonesia memiliki

potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Tidak kurang dari 63% luas

daratan Indonesia merupakan hamparan hutan tropis seluas 120,35 juta

hektar yang terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi

terbatas, hutan produksi dan hutan produksi yang dapat dikonversi.

Propinsi Jambi yang sebagian besar daerahnya masih memiliki

banyak pemandangan alam dan daerah hutan mendukung banyaknya

keanekaragaman flora di Jambi. Berikut merupakan ulasan dari flora-

flora unik yang terdapat di Jambi :

1. Anggrek

Anggrek merupakan jenis tumbuhan liar yang memiliki bunga

yang sangat unik dengan aroma khas, sehingga banyak diminati untuk

dipelihara dengan tujuan kesenangan maupun untuk dibudidayakan /

diperdagangkan. Berdasarkan asal usulnya, anggrek dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu anggrek alam (spesies) dan anggrek hibrida

(kultivar). Anggrek alam adalah anggrek yang berasal dari habitat

24

aslinya di alam (hutan). Sedangkan anggrek hibridfa adalah anggrek

yang merupakan hasil dari perkawinan silang antar species.

Gambar 2.1 Anggrek

2. Kantong Semar

Kantong semar atau lebih dikenal dengan nama ilmiah Nepenthes

spp, dijadikan sebagai salah satu tumbuhan hias karena keunikannya.

Keunikan jenis ini terletak pada ujung daunnya yang berbentuk

menjadi sebuah kantong dengan dengan tutup dibagian atasnya.

Fungsi kantong bertutup ini adalah untuk menarik perhatian dan

memerangkap serangga dan binatang disekitarnya. Kantong semar

memiliki bentuk, corak, ukuran dan warna yang bermacam-macam,

sehingga memiliki nilai seni yang tinggi.

Gambar 2.2 Kantong Semar

25

3. Bambu

Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu

memegang peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal masyarakat

memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimamfaatkan, antara lain karena

batang nya kuat , ulet, lurus, rata, keras mudah di belah, mudah di

bentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah di angkut.

Bambu banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan, sehingga

hutan bambu sering ditemukan di perhutanan Jambi.

Gambar 2.3 Bambu 4. Jelutung

Jelutung atau yang di Kalimantan disebut pantung, di Sumatera

disebut labuai, di Semenanjung Melayu disebut ye-luu-tong, dan di

Thailand disebut teen-peet-daeng. Pohon jelutung berbentuk silindris,

tingginya biasa mencapai 25-45 m, dan diameternya bisa mencapai

100 cm. Kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan

bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15

meter. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar

dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk

melingkar pada ranting. Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga

26

malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila

sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang

berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya.

5. Pulai (Alstonia Scholaris)

Pohon ini banyak tumbuh liar di hutan dan ditanam di perkebunan

untuk bahan baku pensil, seperti di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.

Pulai banyak pula tumbuh di daerah Jambi, Bengkulu, Kalimantan,

dan daerah lainnya.

Fauna

Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas menyimpan pula kekayaan fauna dari jenis mamalia, primata, aves, reptilia, amphibia, insecta dan ikan yang membentuk kehidupan satwa liar di kawasan tersebut. Beberapa di antaranya, termasuk dalam red data book IUCN sebagai satwa yang terancam punah.

Jenis-jenis satwa yang menghuni kawasan ini antara lain :

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar

(Cervus unicolor), Babi Hutan (Sus spp.), Tapir (Tapirus indicus), Kijang

(Muntiacus muntjak), Landak Sumatera (Hystrix brachyura), Tupai

Tanah (Lariscus spp.), Musang (Paradoxurus hermaphroditus) Kera Ekor

Panjang (M acaca fascicularis), Beruk (M acaca nemestrina), Biawak

(Varanus salvator). Untuk jenis aves, antara lain : Balam (Streptopelia

27

sp.), Murai Batu (Pycnonotus sp.), ayam hutan (Gallus gallus), Kuau

(Argusianus argus) dan Enggang Gading (Rhinoplax vigil).

2.6.3 Budaya Jambi

Jambi memiliki kebudayaan menarik yang juga memperkaya

keanekaragaman budaya Indonesia, baik dari segi kesenian, dari segi

desain ornamen dan gaya desainnya, dari segi arsitektur rumah adat

maupun dari segi tekstil.

Berikut merupakan ulasan dan beberapa contoh foto-foto yang mana

dari foto ini akan dapat kita lihat kekhasan Jambi, misalnya dari segi

bentuk ornament, pemilihan warna-warna khas Jambi, geometri Jambi,

yaitu sebagai berikut :

Anjungan Jambi

Gambar 2.4 Anjungan Jambi, Taman Mini Indonesia Indah

28

Ornamen dan Detail Anjungan Jambi

Gambar 2.5 Jambi, Taman Mini Indonesia Indah

29

Gambar 2.6 Ornamen Jambi

30

Jambi identik dengan warna-warna cerah seperti emas, merah dan kuning dan biru muda dengan atapnya yang berwarna cokelat.

Lumbung Padi

Gambar 2.7 Lumbung Padi

31

2.6.4 Objek Elemen Pendukung Khas Jambi

1. Baju

Baju berlengan panjang dan kerah rendah, biasanya terbuat dari

bahan katun dengan menggunakan benang emas dan berwarna biru,

merah dan kuning pada umumnya (Treasures of Sumatra,2009, p76).

Pada bagian kerah, bahu dan lengan bagian bawah dihias dengan

motif sulur daun dari benang emas. Baju ini biasanya berfungsi

sebagai baju luar, dipakai sesudah baju dalam dari katun oleh anak-

anak.

2. Selendang

Kain persegi panjang dari katun yang ditenun kemudian dihias

dengan teknik batik (Treasures of Sumatra,2009, p114). Dasar kain

biasanya berwarna biru tua dan pada bagian pinggir dihias dengan

warna emas dengan motif sulur daun. Di tengah kain terdapat bentuk

belah ketupat yagn diisi dengan padat motif sulur daun dan bentuk

sayap seperti motif sida mukti berwarna emas. Di sekeliling bentuk

belah ketupat dihias dengan taburan motif ceplok bunga. Kain ini

berfungsi sebagai selendang khas dan bisa digunakan juga dalam

upacara adat.

Gambar 2.8 Selendang Khas Jambi

32

Gambar 2.8 Selendang Khas Jambi

3. Kain Basurek

Kain dengan warna dasar gelap dengan bentuk persegi panjang

pada bagian permukaan kain penuh ornament-ornamen sulur dan

terkadang dihiasi juga dengan kaligrafi arab serta biasanya terbuat

dari bahan katun (Treasures of Sumatra,2009, p69)

Gambar 2.9 Kain Batik Basurek

2.6.5 Batik Jambi

Jambi (National Geographic Traveler, 2009, p54) termasuk salah

satu dari sekian daerah di Indonesia yang memiliki sentra-sentra

kerajinan batik tulis. Sebelum krisis ekonomi menimpa Indonesia,

sentra batik tulis berkembang cukup baik di Jambi. Hubungan dagang

kerajaan Melayu-Jambi di tepi sungai Batanghari dengan Indramayu,

Cirebon, Lasem, Tuban dan Madura bertradisi batik mengenalkan batik di

33 negeri Pucuk Jambi Sembilan Lurah ini. Berangsur surut menyusul runtuhnya kerajaan dan bertunas lagi sekitar tahun 1875 kala Haji

M ahibat dari Jawa Tengah memulai pembatikan di Jambi.

Batik Jambi semakin berkembang lagi dengan pesat sejak tahun

1989, dimana istri dari gubernur periode itu yaitu Ibu Lily Abdurrahman

Sayuti mendorong produksi lewat pakaian kerja, pameran dan peragaan busana hingga mancanegara.

Corak dari batik Jambi ini ada sekitar 100 corak dengan 5 corak utama yaitu Kapal Sanggat, Kuau berhias, Durian Pecah, Merak Ngeram, dan Tampok Manggis. Berikut merupakan beberapa contoh gambar dari batik Jambi :

Motif Daun Kangkung kombinasi Daun Timun Motif Daun Kangkung

Motif Kupu – kupu Motif Kapal Sanggat

Gambar 2.10 Contoh-contoh motif Batik Jambi

34

Pada batik Jambi menonjolkan ciri khas batik pada proses pembuatannya. Batik Jambi di buat dengan cara tulis yang kemudian diaplikasikan pada bahan katun, paris dan sutera.

Gambar 2.11 Motif Batik Jambi dalam Pakaian Sehari-hari

35

2.6.6 Penduduk Jambi

Apabila dipandang dari sudut pandang antropologi fisik

(Treasures of Sumatra, 2009, p21), sebagian besar suku bangsa di

Sumatra, salah satunya Jambi yang utama adalah berasal dari suku

Deutromelayu atau Melayu Muda. Sehingga bila dianalisa dan dibahas

melayu sebagai suku bangsa dan ras, maka yang terdeteksi adalah adanya

pengelompokan-pengelompokan jatidiri melayu ini yang didasari pada

informasi yang didapat dari interaksi kelompok-kelompok tersebut

dengan suku bangsa lainnya, seperti adanya suku bangsa melayu di

Jambi, Sumatra Barat, Riau dan lain-lain.

Kelompok melayu yang berada di daerah Jambi, lebih banyak

bersentuhan dengan kelompok Kubu, sehinga mempunyai model-model

yang berbeda dengan kelompok-kelompok melayu yang bersentuhan

dengan kelompok Sakai atau kelompok M inangkabau. Akan tetapi secara

garis besar, pada umumnya kelompok-kelompok melayu ini dimanapun

mereka tinggal akan selalu diidentifikasikan dengan Islam. Seperti

melayu sama dengan Islam di daerah Sakai atau Islam sama dengan

Melayu di daerah Kubu atau Jambi. Sehingga dengan demikian,

kepercayaan yang terbentuk pun sedikit banyak dipengaruhi oleh

pengaruh kebudayaan agama Islam.

2.6.7 Pengaruh Agama Islam di Jambi

Pengaruh kebudayaan Islam berkembang di Sumatra, khususnya

Jambi setelah masyarakat setempat bersentuhan dengan budaya Islam

36

(Treasures of Sumatra, 2009, p58). Hingga kini Sumatra masih dianggap sebagai tempat awal agama Islam berpijak di Indonesia. Dengan adanya pengaruh dari agama Islam, maka sastra-sastra yang berkembang pun memiliki latar belakang yang didukung dengan agama Islam.

Sejarah awal mula keberadaan Islam di Jambi, salah satunya adalah dengan adanya Kesultanan Jambi. Kesultanan Jambi adalah kerajaan Islam yang berkedudukan di provinsi Jambi sekarang. Kerajaan ini berbatasan dengan Kerajaan Indragiri dan kerajaan-kerajaan

Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota di utara. Di selatan kerajaan ini berbatasan dengan Kesultanan Palembang (kemudian

Keresidenan Palembang). Ibukota Kesultanan Jambi terletak di kota

Jambi, yang terletak di pinggir sungai Batang Hari.

Penduduk Jambi relatif jarang. Pada tahun 1852, jumlah penduduk diperkirakan hanya sebanyak 60.000 jiwa, dan Jambi Timur nyaris tidak berpenghuni. Etnis Melayu berdiam di pinggiran sungai

Batang Hari dan Tembesi. Orang Kubu menghuni hutan-hutan, sedangkan orang-orang Batin mendiami wilayah Jambi Hulu. Pendatang dari Minangkabau disebut sebagi orang Penghulu, yang menyatakan tunduk pada orang-orang Batin.

Wilayah Jambi dulunya merupakan wilayah Kerajaan Malayu, dan kemudian menjadi bagian dari Sriwijaya. Pada akhir abad ke-14

Jambi merupakan vasal Majapahit, dan pengaruh Jawa masih terus mewarnai kesultanan Jambi selama abad ke-17 dan ke-18. Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan bangkitnya Islam di wilayah itu.

37

Pada 1616 Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di Sumatera

setelah Aceh, dan pada 1670 kerajaan ini sebanding dengan tetangga-

tetangganya seperti Johor dan Palembang. Namun kejayaan Jambi tidak

berumur panjang.

2.7 Data Cerita Rakyat

Data Cerita Rakyat “Sitiha dan Sisiti”

Cerita Rakyat dari Jambi yang berjudul Sitiha dan Sisiti ini memiliki

beberapa versi cerita dengan judul dan nama tokoh yang berbeda-beda dengan

pesan moral yang sebenarnya bertujuan sama. Berikut adalah beberapa

penjelasan singkat mengenai tiap-tiap versi cerita ini :

1. Pada versi cerita pertama (Amran Tasai ; Cerita Rakyat dari Jambi, 1990),

diceritakan bahwa ada dua orang anak kembar cantik yang beribukan seekor

kucing. Kemudian pada suatu hari terjadi insiden yang menyebabkan kedua

anak itu malu dan ingin mencari ibu yang baru, yaitu pada suatu hari saat

sedang makan bersama ibunya, hal tersebut terlihat oleh dua orang anak

laki-laki yeng sedang lewat dan kemudia bertanya, dan setelah tahu ternyata

ibu kedua gadis itu kucing, kedua pemuda itu pergi menertawakan mereka.

Maka perjalanan mereka lakukan untuk mencari ibu baru yang lebih hebat

dan kuat. Kemudian mereka meminta beberapa tokoh seperti matahari,

awan, gunung, dan tikus untuk menjadi ibu mereka yang mana pada

akhirnya ternyata kenyataan menunjukkan bahwa ibu mereka sebenarnya

adalah yang paling kuat dan hebat, dan mereka kembali ke ibu kucing.

38

2. Pada versi cerita kedua (Ali Muakhir ; Beribu Seekor Kucing,2009),

diceritakan kedua orang gadis tersebut sudah dilamar oleh kedua

pemuda, yang kemudian saat meminta restu ibu mereka, kedua

pemuda itu membatalkan pertunangan karena ibu kedua gadis itu

seekor kucing. Setelah itu perjalanan yang dilakukan dan akhir

cerita sama dengan versi yang pertama. Perbedaanya hanya pada

nama tokoh dan awal mula mereka melakukan perjalanan mencari

ibu baru.

3. Pada versi ketiga (Arie Gere, 2009), diceritakan bahwa seorang anak

gadis yang memiliki ibu dan bapak kucing. Gadis tersebut sangat

cantik, tetapi karena orang tuanya kucing, tidak ada yang

melamarnya. Oleh karena itu gadis tersebut berusaha melakukan

perjalanan untuk mencari orang tua yang baru. Perjalanan dilakukan,

pertemuannya dengan matahari, awan, angin, gunung, dan tikus.

Tetapi yang membuat versi ketiga ini berbeda, setelah bertemu

dengan gunung, gunung mengatakan bahwa yang lebih kuat darinya

adalah kerbau, setelah kerbau tersebut barulah tikus yang katanya

lebih kuat. Jadi dalam versi ketiga ini, anak yang dimiliki hanya

seorang, memiliki bapak dan ibu kucing dan ada tambahan tokoh

kerbau dan angin.

Cerita rakyat dari Jambi yang salah satu judulnya adalah Sitiha dan

Sisiti ini memiliki pesan moral yang sangat bagus bagi anak-anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Penggunaan tokoh yang dipilih adalah

39

dengan tujuan menghibur dan berupa metafor bagi wujud-wujudnya,

karena perlu diketahui bahwa untuk target audience anak-anak kecil, tokoh – tokoh fiksi dengan bentuk yang lucu seperti matahari, hewan atau benda-benda lainnya dapat berbicara lebih mudah diterima ke dalam akal pikiran mereka sambil tetap terhibur dan pesan tersampaikan.

“Sitiha dan Sisiti” “Beribu Seekor Kucing”

“Ibu Kandungku Seekor Kucing” “Gadis Beribukan Kucing”

Gambar 2.12 Berbagai macam versi cerita Beberapa paparan gambar di atas adalah contoh-contoh dari beberapa versi cerita rakyat dari Jambi yang bertemakan dua gadis beribu kucing dengan judul-judul yang berbeda. Berdasarkan pertimbangan dari

40

aspek target audience yaitu anak-anak, maka versi cerita rakyat dari

Jambi yang akan digunakan dalam perancangan film animasi pendek

cerita rakyat adalah versi pertama dengan judul Sitiha dan Sisiti.

Cerita versi pertama yang menceritakan tentang dua anak gadis

yang memutuskan untuk mencari ibu baru karena diolok-olok oleh kedua

teman mereka yang sedang melewati rumah mereka, lebih mudah

dimengerti anak-anak dibandingkan dengan permasalahan si kembar yang

merasa malu karena pinangan mereka dibatalkan karena ibu mereka

seekor kucing. Emosi dan latar belakang atau pemicu cerita dimulai lebih

rumit untuk diterima sebagian kalangan usia anak-anak. Sehingga untuk

perancangan film animasi pendek ini, akan menggunakan tema cerita

versi pertama sebagai cerita utama dengan sedikit menggabungkan

beberapa unsur dari versi kedua, misalnya yaitu untuk pemilihan adegan-

adegan selama kedua anak kembar melakukan perjalanan mencari ibu

baru.

2.8 Gambaran Umum Karakter

2.8.1 Ibu dan Anak

Peran ibu sangatlah penting terhadap anaknya, begitu juga peran

anak terhadap ibunya. Ibu adalah orang yang melahirkan, membesarkan

serta menyayangi anaknya. Karena pentingnya figur seorang ibu dalam

kehidupan anak, maka sering terjadi ketidakseimbangan terhadap

perkembangan diri anak yang tidak punya ibu atau ditinggal oleh ibunya.

Ibu adalah sahabat, orang tua, teman dan guru bagi anak. Oleh karena itu,

41

seperti apapun ibu kelak, apabila ia semakin tua atau sikapnya terkadang

mengesalkan tetapi semua pasti ada demi kepentingan dan kebaikan

anaknya. Anak harus tetap berbakti kepada orangtua dan menerima

mereka.

2.8.2 Kucing

Mitos disekitar keberadaan Kucing

Banyak mitos yang tercipta tentang kucing. Di Mesir, 6000 tahun

yang lalu, kucing dianggap sebagai titisan dewa (Koran Republika).

Sedangkan, di Eropa kucing dianggap sebagai sihir setan atau

pembawa bencana. Tak pelak lagi, pada masa abad kegelapan terjadi

pemusnahan besar-besaran terhadap hewan lucu ini, hingga menyebar

ke Afrika Utara. Padahal, wabah yang oleh masyarakat saat itu

dianggap sebagai kutukan adalah jenis penyakit pes yang diakibatkan

oleh meledaknya populasi tikus dan penurunan populasi kucing

sebagai predator.

Cerita Nabi Muhammad SAW dan Kucingnya.

Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi M uhammad SAW memiliki

seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi

hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap

tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan

kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri

mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza

42 terbangun dan merunduk kepada majikannya. Sebgai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu. Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah, ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan. Bahkan kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyanyangi keluarga sendiri.

Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi

SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.

Beberapa diantara orang terdekat nabi juga memelihara kucing.

Aisyah binti abubakar shiddiq, istri nabi amat menyayangi kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing.

Abdurrahman bin sakhr al Azdi. diberi julukan Abu huruyrah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.

43

Penghormatan para tokoh islam terhadap kucing pasca wafatnya

Nabi S AW.

Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, Baybars al zahir,

seorang sultan dari dinasti mamluk yang terkenal tegas dan berani,

ternyata sangat menyayangi kucing. Bahkan al zahir sengaja

membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan

berbagai jenis makanan didalamnya. Baybars Al Zahir, sultan dinasti

mamluk yang mendirikan taman-taman untuk kucing

Pengaruh Kucing dalam Seni Islam.

Pada abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam,

rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk

porselen, patung hingga mata uang. Bahkan didunia sastra, para

penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya

yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus

dan serangga lainnya.

Pada masa sekarang ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan yang paling banyak dimiliki. Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6000 SM. Kucing melahirkan dan menyusui anaknya ketika mereka lahir. Kucing termasuk hewan yang bersih, mereka sering merawat diri dan menjilati tubuh mereka.

44

2.8.3 Matahari

M atahari memiliki peranan yang sangat penting bagi bumi. Energi

pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan,

membuat udara dan air di bumi bersirkulasi, tumbuhan bisa

berfotosintesis dan banyak hal lainnya. Selain itu matahari merupakan

sumber energi sinar panas yang menjadi sumber kehidupan bagi alam.

M atahari juga mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti

mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta kehidupan. Tanpa

matahari akan sulit dibayangkan bagaimanakah kehidupan di bumi.

Gambar 2.13

2.8.4 Awan

Awan juga memiliki peranannya masing-masing terhadap alam

dan bumi ini. Awan bersama matahari berada di langit. Keberadaan dan

wujud mereka halus, indah tetapi apabila kuat bisa sangat mematikan.

45

Keberadaan awan dapat menentukan apakah hari cerah, mendung,

berawan atau sejuk.

Gambar 2.14 2.8.5 Gunung

Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas

wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari

bukit. Gunung sendiri memiliki karakteristik yang kuat dan besar,

sehingga karakter ini sering sekali muncul dalam sebuah cerita rakyat,

karena simbolisasi yang kuat.

Gambar 2.15

2.8.6 Tikus

Konon tikus dikatakan sebagai musuh dari kucing. Mitos

mengenai ini banyak diceritakan, salah satu versinya adalah mitos dalam

46

kebudayaan Tionghoa atau biasa kita sebut Shio. Mitos mengatakan asal

mula pertengkaran tikus dengan kucing, yaitu karena ulah tikus lah,

sehingga akhirnya kucing tidak masuk ke dalam dua belas shio dalam

budaya Tionghoa.

Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae.

Keberadaan tikus di sekitar manusia dapat dikatakan sangat exist, dahulu

tikus dianggap bencana karena membawa penyakit, sedangkan sekarang

bahkan tikus juga menjadi hewan peliharaan.

2.9 Data Survey

Berikut merupakan data survey terhadap 100 orang, yang diperoleh mengenai

minat terhadap film pendek animasi cerita rakyat nusantara :

• Berapakah usia Anda ?

4-12 tahun : 32.1 %

13-20 tahun : 10.7 %

21-30 tahun : 57.2 %

• Apakah jenis kelamin Anda ?

Pria : 42.9 % Wanita : 57.1 %

• Pernahkah Anda membaca atau mendengar cerita rakyat nusantara

Pernah : 98.2 % Tidak : 1.8 %

• Apabila pernah, sampai umur berapakah kira-kira Anda masih membaca

cerita rakyat nusantara ?

4-12 tahun : 39.3 %

47

13-20 tahun : 44.6 %

21-30 tahun : 12.5 %

31 tahun ke atas : 3.6 %

• Apakah Anda tertarik dengan cerita rakyat ? dan menurut Anda apakah

ada manfaat dari pesan moral cerita tersebut ?

Ya : 78.6 % Tidak : 21.4 %

• Seberapa jauhkah Anda mengenal Budaya Nusantara ?

Tahu banyak : 1.8 %

Lumayan : 87.5 %

Tidak tahu : 10.7 %

• Apakah Anda tahu mengenai kebudayaan Propinsi Jambi ?

Tahu : 5.4 % Tidak : 94.6 %

• Apakah Anda menyukai film animasi ?

Suka : 98.2 % Tidak : 1.6 %

• Apakah Anda setuju terhadap pengaruh buruk acara televisi seperti

sinetron terhadap anak-anak ?

Setuju : 21.4 % Tidak : 78.6 %

• Apabila ada film animasi dengan tema cerita rakyat, apakah Anda tertarik

untuk menontonnya ?

Ya : 83.9 % Tidak : 16.1 %

48

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil data survey kuantitatif di atas adalah

bahwa sebenarnya minat masyarakat terhadap cerita rakyat dan budaya Indonesia

lumayan berkembang. Namun hanya saja, kurangnya media yang menyalurkan

budaya tersebut sehingga perlahan membuat masyarakat menjadi tidak lagi

peduli. Dari survey tersebut juga dapat diketahui bahwa, budaya Jambi masih

kurang diketahui oleh masyarakat pada umumnya.

Oleh karena itu diharapkan dengan film animasi ini, dapat memperkenalkan

budaya Jambi dan merangsang perkembangan pribadi anak menjadi lebih baik

dan ke arah positif.

2.10 Film Animasi Pendek Cerita Rakyat (Analisa dan Usulan)

Film animasi pendek dengan tema cerita rakyat dari Jambi yang diusulkan

adalah versi pertama dengan judul “Sitiha dan Sisiti” dengan pertimbangan

sebagai berikut :

1. Cerita rakyat “Sitiha dan Sisiti” memiliki pesan moral yang sangat baik dan

mudah ditangkap oleh anak-anak, yaitu agar tetap menghormati dan

mencintai orang tua apa adanya.

2. Cerita yang simple, pesan moral yang mudah ditangkap, dan karakter

metafora yang unik apabila diolah dengan pengembangan visual dan animasi

yang baik, akan lebih menarik minat anak-anak untuk menontonnya, karena

konsumer anak-anak senang melihat hal-hal lucu, unik dan menarik serta

cerita yang mudah, daripada cerita yang berbelit-belit dan sulit ditangkap

maksudnya.

49

3. Cara penyampaian pada cerita ini pun berbeda dengan pada kebanyakan

cerita rakyat lain, yang walaupun memiliki pesan moral yang sama. Pada

cerita rakyat ini, pendekatan yang dilakukan adalah dengan membangkitkan

kesadaran bukan dengan menakuti mereka, karena pada dasarnya untuk

mengembangkan pribadi anak, tidak selalu harus dengan menakut-nakuti

mereka dengan konsekuensinya, tetapi bisa dilakukan pendekatan dengan

cara lain, seperti pada cerita ini.

4. Cerita rakyat dari Jambi ini belum terlalu diketahui oleh orang banyak,

padahal memiliki pesan moral yang sangat baik untuk pribadi anak yang

sedang tumbuh. Maka dengan ini, juga dapat memperkenalkan budaya Jambi

sebagai salah satu budaya Indonesia, yang mana selama ini mindset anak-

anak terhadap budaya Indonesia, perlu diakui atau tidak lebih mengacu

kepada hanya budaya Jawa.

5. Menyesuaikan perkembangan jaman dimana animasi semakin disukai, maka

pendekatan audio visual menggunakan animasi 3D untuk lebih meningkatkan

ketertarikan konsumer, dalam hal ini anak-anak.

2.11 Target Audience

Target Primer

Target primer dalam Film Animasi Pendek cerita rakyat “Sitiha dan

Sisiti” ini adalah anak-anak dengan kisaran usia 4 tahun sampai 12 tahun dengan

keadaan sosial dari golongan ekonomi menengah ke atas, baik pria dan wanita.

Sedangkan secara psikografi yaitu aktif, menyukai film animasi, mau mengenal

budaya Indonesia, serta dapat menangkap pesan moral yang disampaikan

50

Target Sekunder

Target Sekunder untuk Film Animasi Pendek cerita rakyat “Sitiha dan

Sisiti” adalah pria dan wanita dengan usia 13 tahun ke atas, dengan kondisi

psikografi menyukai film, menyukai animasi, dan menyukai cerita inspiratif serta

mau mengenal dan mencintai budaya Indonesia.

2.12 Faktor Pendukung dan Penghambat

Faktor pendukung perancangan film animasi pendek ini adalah

kegemaran anak-anak jaman sekarang terhadap animasi dan hasil 3D yang

imajinatif, sehingga memungkinkan film ini untuk disukai dan dapat dinikmati

dengan pesan moral juga tersampaikan kepada para konsumer.

Faktor penghambat yang memungkinkan dalam prosesnya adalah

bagaimana untuk menumbuhkan rasa suka terhadap cerita rakyat nusantara,

yang selama ini sudah dianggap membosankan dan kuno oleh anak-anak pada

umumnya. Selain itu faktor penghambat lain adalah adanya keterbatasan waktu

dalam proses pengerjaannya yang mungkin membuat hasilnya tidak terlalu

detail sesuai dengan yang diharapkan.

2.13 Tolok Ukur Pembanding

Dari perancangan film pendek animasi cerita rakyat nusantara ini, tolok

ukur pembandingnya adalah film-film animasi pendek lain yang menjadi

referensi pembuatan, misalnya beberapa judul seperti di bawah baik yang

terkenal dipasarkan maupun proyek pribadi : “Open Season”, “Bear”, “Alice in

Wonderland” dari segi perkembangan environment dan penceritaan dan beberapa

51 seri layar lebar “Barbie” juga dari segi penceritaan. Sedangkan pembanding yang juga memiliki tema local content dengan nusantara Indonesia adalah seri “Geng,

Upin dan Ipin”, “Hebring” dan “Meraih Mimpi”